Kumpulan rumus-fisika
-
Upload
muhammad-ridwan -
Category
Education
-
view
49.145 -
download
55
Transcript of Kumpulan rumus-fisika
1
KATA PENGANTAR
Buku Rumus-rumus Fisika SMA ini ditulis bukan bermaksud untuk dihapal oleh para siswa
namun bertujuan untuk digunakan sebagai buku pendamping dalam memecahkan soal-soal fisika.
Rumus-rumus fisika merupakan bahasa sains yang konsisten dalam menjelaskan fenomena alam
dan sebagai bahasa universal yang berlaku dalam dunia ilmiah, untuk itu pemahaman pada
konsep, asas, dan prinsip fisika merupakan hal pertama yang harus dimengerti oleh para siswa,
bukan dengan cara menghapal rumus-rumus.
Dalam memecahkan soal-soal fisika, buku ini dapat digunakan untuk memberi gambaran global
dari rumus-rumus fisika dan dapat digunakan sebagai pendamping dalam melatih kemampuan
memecahkan soal-soal fisika.
Dengan selesai penulisan buku ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu penyelesaian buku ini. Penulis menyadari bahwa di dalam buku ini masihjauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan buku
ini
Semoga kehadiran buku ini dapat memenuhi tujuan penulisan dan bermanfaat bagi penggunanya.
2
DAFTAR ISI
Surat Keterangan 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
1. Besaran dan Satuan 4
2. Gerak Lurus 9
3. Hukum Newton 12
4. Memadu Gerak 14
5. Gerak Rotasi 16
6. Gravitasi 20
7. Usaha-Energi 21
8. Momentum-Impuls-Tumbukan 22
9. Elastisitas 23
10. Fluida 24
11. Gelombang Bunyi 26
12. Suhu dan Kalor 30
13. Listrik Stattis 33
14. Listrik Dinamis 37
15. Medan Magnet 43
16. Imbas Elektromagnetik 47
17. Optika Geometri 49
18. Alat-alat Optik 53
19. Arus Bolak-balik 55
20. Perkembangan Teori Atom 58
21. Radioaktivitas 61
22. Kesetimbangan Benda Tegar 64
23. Teori Kinetik Gas 69
24. Hukum Termodinamika 71
25. Gelombang Elektromagnetik 75
26. Optika Fisis 77
27. Relativitas 80
28. Dualisme Gelombang Cahaya 81
3
BESARAN DAN SATUAN
Ada 7 macam besaran dasar berdimensi:
Besaran Satuan (SI) Dimensi
1. Panjang m [ L ]
2. Massa kg [ M ]
3. Waktu detik [ T ]
4. Suhu Mutlak °K [ ]
5. Intensitas Cahaya Cd [ J ]
6. Kuat Arus Ampere [ I ]
7. Jumlah Zat mol [ N ]
2 macam besaran tambahan tak berdimensi:
a. Sudut datar ----> satuan : radian
b. Sudut ruang ----> satuan : steradian
Satuan SI Satuan Metrik
MKS CGS
Dimensi ----> Primer ----> dan dimensi Sekunder ---> jabaran Guna dimensi untuk
: Checking persamaan Fisika.
Dimensi dicari melalui ----> Rumus atau Satuan Metrik
Contoh :
(daya)
1-2--22
LTMLTT
TML
-32-32 TMLTML
T
L
M
PvFt
W
4
No Besaran Rumus Sat. Metrik (SI) Dimensi
1 Kecepatan t
sv
dtm
1LT
2 Percepatan t
va
2dt
m
2LT
3 Gaya amF N
dtmkg
2
2MLT
4 Usaha sFW Joule
2
2
dtmkg
22 TML
5 Daya t
WP
Watt
3
2
dtmkg
32 TML
6 Tekanan A
FP
atm
2dtmkg
21 TML
7 Energi kinetik
2
2
1mvEk
Joule
2
2
dtmkg
22 TML
8 Energi potensial hgmEp
Joule
2
2
dtmkg
22 TML
9 Momentum vmM dtmkg
1MLT
10 Impuls tFi dtmkg
1MLT
11 Massa Jenis V
m
3m
kg
3ML
12 Berat Jenis s = V
w
22dtm
kg
22 TML
13 Konst. pegas x
Fk
2
dt
kg
2MT
14 Konst. grafitasi G =2
2
m
Fr
2
3
kgdtm
231 TLM
15 Konst. gas R = Tn
VP
.
.
Kmoldtkgm
o2
2
1122 NTML
16 Gravitasi m
Fg
2dt
m
2LT
17 Momen Inersia 2mRI
2 mkg
2ML
5
ANGKA PENTING
Angka Penting : Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan alat ukur, terdiri dari :
Angka pasti
Angka taksiran
Aturan :
a. Penjumlahan / Pengurangan
Ditulis berdasarkan desimal paling sedikit
Contoh :
2,7481
8,41
------- +
11,1581 ------> 11,16
b. Perkalian / Pembagian
Ditulis berdasarkan angka penting paling sedikit
Contoh :
4,756
110
---------
0000
4756
4756
-------------- +
523,160 ----> 520
BESARAN VEKTOR
Besaran Skalar : adalah besaran yang hanya ditentukan oleh besarnya atau nilainya saja.
Contoh : panjang, massa, waktu, kelajuan, dan sebagainya.
Besaran Vektor : adalah Besaran yang selain ditentukan oleh besarnya atau nilainya,
juga ditentukan oleh arahnya.
Contoh : kecepatan, percepatan, gaya dan sebagainya.
Sifat-sifat vektor
1. A
+ B
= B
+ A
Sifat komutatif.
2. A
+ ( B
+ C
) = ( A
+ B
) + C
Sifat assosiatif.
3. a ( A
+ B
) = a A
+ a B
6
4. / A
/ + / B
/ / A
+ B
/
RESULTAN DUA VEKTOR
α = sudut antara A dan B
/ R
/ = / / / / / / / / cosA B A B
2 2 2
arahnya :
/ /
sin
/ /
sin
/ /
sin
R A B
1 2
Vektor sudut vx = v cos vy = v sin
V1 1 vx = v cos 1 vy = v sin 1
V2 2 vx = v cos 2
vy = v sin 2
V3 3 vx = v cos 3
vy = v sin 3
.......vx .......vy
7
Resultan / v R / =( ) ( ) v vX Y
2 2
Arah resultan : tg =
v
v
Y
X
Uraian Vektor Pada Sistem Koordinat Ruang ( x, y, z )
,
,
= masing-masing sudut antara vektor A
dengan sumbu-sumbu x, y dan z A = A x + A y + A z atau A = / A x / i + / A y /j
+ / A z /k
/ A x / = A cos / A y / = A cos
/ A z / = A cos
Besaran vektor A
A A A AX Y Z / / / / / /2 2 2
dan i , j
, k masing-masing vektor satuan pada sumbu x, y dan z
8
GERAK LURUS
Vt = kecepatan waktu t detik S = jarak yang ditempuh
Vo = kecepatan awal a = percepatan
t = waktu g = percepatan gravitasi
9
v0=0
h
GJB
vo=0
v? h1
h2
Variasi GLB
P Q
A B
A
·
B
P Q
SP
A B
SQ
Gerak Lurus Berubah Beraturan
1 v =
12
12
tt
rr
t
r
v = gh2
t = gh /2
v = )21(2 hhg
SP + SQ = AB
SA = SB
SP – SQ = AB
10
2.
12
12
tt
vv
t
va
3. dt
drv x
x ; dt
drv
y
y ; dt
drv z
z
222
zyx vvvv
4. dt
dva x
x ; dt
dva
y
y ; dt
dva z
z
222
zyx aaaa
5 Diketahui a(t)
dttav
t
t
2
1
6. 2
1
t
t
dtvtr
h = tinggi
Vy = kecepatan terhadap sumbu y h1 = ketinggian pertama Vz = kecepatan terhadap sumbu z
h2 = ketinggian kedua | v | = kecepatan rata-rata mutlak
SP = jarak yang ditempuh P |ā| = percepatan rata-rata mutlak
SQ = jarak yang ditempuh Q ax = percepatan terhadap sumbu x
AB = panjang lintasan ay = percepatan terhadap sumbu y
SA = jarak yang ditempuh A az = percepatan terhadap sumbu z
SB = jarak yang ditempuh B a(t) = a fungsi t
v = kecepatan rata-rata V(t) = V fungsi t
∆r = perubahan posisi V1 = kecepatan 1
∆t = selang waktu Vx = kecepatan terhadap sumbu x
r2 = posisi akhir
r1 = posisi awal
t1 = waktu awal bergerak
t2 = waktu akhir bergerak
ā = percepatan rata-rata
∆V = perubahan rata-rata
V2 = kecepatan 2
11
HUKUM NEWTON
1. Hk. I Newton Hk. kelembaman (inersia) :
Untuk benda diam dan GLB 0F 0Fx dan 0Fy
2. Hk. II Newton 0a GLBB amF
amm 2121
amT 11
3. Hukum III Newton F aksi = - F reaksi
Aksi – reaksi tidak mungkin terjadi pada 1 benda
4. Gaya gesek (fg) : * Gaya gesek statis (fs) diam fs = N.s
* Gaya gesek kinetik (fk) bergerak fk = N. k
Arah selalu berlawanan dengan gerak benda/sistem.
N = w N = w – F sin N = w + Fsin N = w cos
. Statika
0F : * 0Fx
* 0Fy
0
12
ΣFx = resultan gaya sumbu x
ΣFy = resultan gaya sumbu y
ΣF = resultan gaya
m = massa
a = percepatan
N = gaya normal
μs= koefisien gesek statis
μk= koefisien gesek kinetik
W = gaya berat
α=sudut yang dibentuk gaya berat setelah diuraikan ke sumbu
13
MEMADU GERAK
1. cos2 21
2
2
2
1 vvvvvR GLB – GLB
Vr = kecepatan resultan
2. Gerak Peluru V1 = kecepatan benda 1
Pada sumbu x GLB V2 = kecepatan benda 2
Pada sumbu y GVA – GVB
Y
Vo
X
cos0vvx
tvx cos0
tgvvy sin0
2
02
1sin gttvy
X = jarak yang ditempuh benda pada sb x
Y = jearak yang ditempuh benda pada sb y
Vx = kecepatan di sumbu x
Syarat : V0 = kecepatan awal
Mencapai titik tertinggi 0yv t = waktu
Jarak tembak max 0y g = percepatan gravitasi
H
hy
Koordinat titik puncak
g
v
g
v
2
sin,
2
2sin 22
0
2
0
14
Jarak tembak max tidak berlaku jika dilempar dari puncak ; jadi harus pakai
hy
g
vx
2sin2
0
max
15
GERAK ROTASI
GERAK TRANSLASI GERAK ROTASI Hubungannya
Pergeseran linier s Pergeseran sudut s = . R
Kecepatan linier v Kecepatan sudut v = . R
Percepatan Linier a Percepatan sudut a = . R
Kelembaman
translasi
( massa )
m Kelembaman rotasi
(momen inersia)
I I = m.r2
Gaya F = m . a Torsi (momen gaya) = I . = F . R
Energi kinetik
Energi kinetik
-
Daya P = F . v Daya P = . -
Momentum linier p = m.v Momentum anguler L = I . -
PADA GERAK DENGAN PERCEPATAN TETAP
GERAK TRANSLASI (ARAH TETAP) GERAK ROTASI (SUMBU TETAP)
vt = v0 + at t = 0 + .t
s = vot + 1/2 a t 2 = 0t + 1/2 .t 2
vt 2 = v0 2 + 2 a.s t2 = 02 + 2.
s = jarak
a = percepatan
v = kecepatan
R = jari–jari lintasan
vt = kecepatan dalam waktu t detik
vo = kecepatan awal
t = waktu yang ditempuh
ωt = kecepatan sudut dalam waktu t detik
ωo= kecepatan sudut awal
16
Besarnya sudut :
= S
R radian
S = panjang busur
R = jari-jari
f . T = 1 f = 1
T
= 2
T atau = 2 f
v = R
v1 = v2, tetapi 1 2
v1 = v2, tetapi 1 2
A = R = C , tetapi v A v B v C
ar = v
R
2
atau ar = 2 R
17
Fr = m . v
R
2
atau Fr = m 2 R
1. Gerak benda di luar dinding melingkar
N = m . g - m . v
R
2
N = m . g cos - m . v
R
2
2. Gerak benda di dalam dinding melingkar.
N = m . g + m . v
R
2
N = m . g cos + m . v
R
2
N = m . v
R
2
- m . g cos
N = m . v
R
2
- m . g
18
3. Benda dihubungkan dengan tali diputar vertikal
T = m . g + m v
R
2
T = m m . g cos + mv
R
2
T = m . v
R
2
- m . g cos
T = m . v
R
2
- m . g
4. Benda dihubungkan dengan tali diputar mendatar (ayunan centrifugal/konis)
T cos = m . g
T sin = m . v
R
2
Periodenya T = 2 L
g
cos
Keterangan : R adalah jari-jari lingkaran
5. Gerak benda pada sebuah tikungan berbentuk lingkaran mendatar.
N . k = m . v
R
2
N = gaya normal
N = m . g
19
GRAVITASI
1. 2
21
R
mmGF
VEKTOR
2. 2R
MGg VEKTOR
kuat medan gravitasi
3. R
MGv massa bumi
4. R
MmGEp
5. ABBA vvmw
6. HKE
21
2
1
2
2
112
RRGMvv
F = gaya tarik-menarik antara kedua benda
G = konstanta gravitasi
m1 = massa benda 1
m2 = massa benda 2
R = jarak antara dua benda
Ep = energi potensial gravitasi
V = potensial gravitasi
WA
B = Usaha dari benda A ke B
V1 = kecepatan benda 1
V2 = kecepatan benda 2
20
USAHA–ENERGI
_______________
1. sFw cos α = sudut kemiringan
v = kecepatan
2. 2
2
1mvEk W = usaha
F = Gaya
3. hgmEp
s = jarak
Ep = Energi Potenaial
4. EkEpEmek m = massa benda
g = percepatan gravitasi
5. Ekw
h = ketinggian benda dari tanah
Ek = Energi Kinetik
6. Epw
Em = Energi mekanik
7. HKE (Hukum Kekekalan Energi)
2211 EpEkEpEk
21
MOMENTUM–IMPULS–TUMBUKAN
1. vmP P = momentum
m = massa
2. tFI v = kecepatan
I = impuls
3.
0vvmI
PI
t
F= gaya
∆t = selang waktu
4. HKM (Hukum Kekekalan Momentum)
BBAABBAA vmvmvmvm
arah kekanan v +
arah ke kiri v -
5.
BA
BA
vv
vve
e = koefisien tumbukan (kelentingan)
6. Jenis tumbukan
Lenting sempurna 1e HKE
HKM
Lenting sebagian 10 e HKM
Tidak lenting sama sekali 0e HKM
7.
0
1
h
he h1 = tinggi benda setelah pemantulan 1
ho = tinggi benda mula-mula
8. n
n ehh 2
0 hn = tinggi benda setelah pemantulan ke n
9.
E hilang = Ek sebelum tumbukan – Ek sesudah tumbukan
=
22
22
2
1
2
1
2
1
2
1BBAABBAA vmvmvmvm
22
ELASTISITAS
1. xkF F = gaya pegas
k = konstanta pegas
2. 2
2
1xkEp luasan grafik F – x x = simpangan pada pegas
Ep = energi potensial
3 21 kkkp susunan paralel
4. 21
111
kkks susunan seri
5. LA
LFPE
0
F = gaya tekan/tarik
Lo = panjang mula-mula
A = luas penampang yang tegak lurus gaya F
∆L = pertambahan panjang
E = modulus elastisitas
P = stress
ε = strain
23
FLUIDA
Fluida Tak Bergerak
1. v
mzat
2.
air
relativ
z air pada 40C 3 1
cmgr
= 3 1000m
kg
3.
BA
BAc
vv
mm
4. hgzh
5. Ahg
AFh
z
h
6. Archimedes : Gaya ke atas yang bekerja pada benda besarnya sama dengan jumlah (berat) zat cair yang
dipindahkan.
hgF zA
7. Terapung AFw (jika dibenamkan seluruhnya)
AFw dalam keadaan setimbang
2vgvg zbbd
8. Melayang
24
2121 vvgww z
9. Tenggelam
AFw
As Fww
10. Kohesi (K)
Adhesi (A)
11. Kapilaritas
rg
yz
cos2
Fluida Berge rak
1. vAt
Q Vol
2. Kontinuitas
2211 vAvA
3. Bernoully 2
222
2
1112
1
2
1vhgPvhgP
ρ = massa jenis
m = massa
v = volume
A = luas permukaan
P = daya tekan
h = ketinggian dari dasar
Q = Debit
ρrelatif = massa jenis relatif
25
GELOMBANG BUNYI
GETARAN
k = konstanta pegas
1. W = berat
x = perubahan panjang pegas
F = gaya pegas
y = simpangan
2. Ep = energi potensial
Emek = energi mekanik
Ek = energi kinetik
3. A = amplitudo
t = waktu
ω = kecepatan sudut
4. m = massa
T = periode
k = konstanta
5. l = panjang
f = frekuensi
λ = panjang gelombang
Lo = panjang mula-mula
6. ∆L = perubahan panjang
n = nada dasar ke
Vp = kecepatan pendengar
Vs = kecepatan sumber bunyi
7. P = daya
R1= jarak 1
R2 = jarak 2
8.
9.
10.
11.
k = x
w
F = - k .
y Ep = ½ ky
2
E mek = ½ kA2
Ek = ½ k (A2-y
2)
v = m
yAk )( 22
2mk
tAy sin
tAv cos
tAa sin2
tAmEk 2222
1 cos
26
12.
13.
14. 2 k
mT
15. 2 g
lT
GELOMBANG
mekanik refleksi gel. gel.
refraksi longitudinal transversal
interferensi 1
Gelombang defraksi
polarisasi
1
gel.
1. tvfv
2.
3.
4.
tAmEp 2222
1 sin
222
1 AmmekE
elektromagnetik
y gel. berjalan =
x
T
tA 2sin
y diam ujung bebas 0
L
T
txAy 2sin2cos2
y diam ujung terikat 2
1
L
T
txAy 2cos2sin2
27
5.
6.
7.
BUNYI Gelombang Longitudinal
nada > 20.000 Hz (Ultrasonic) keras / lemah tergantung Amplitudo
Bunyi 20 Hz – 20.000 Hz
desah < 20 Hz (Infrasonic) tinggi/rendah tergantung Frekuensi
Nada Sumber
1. Dawai
ND
2 Pipa Organa Terbuka
3. Pipa Organa Tertutup
mFv
Ev
E = modulus young
LA
LoFPE
LoL
AF
strain
stress
v gas =
P
= M
RT
Cv
Cp
sn
Pn
2
1
vL
nf n
2
1
sn
Pn
1
2
v
L
nf n
2
1
sn
Pn
1
1
v
L
nf n
4
12
28
Sifat :
Refleksi (Pemantulan)
Resonansi
Interferensi (Percobaan Quinke)
memperkuat n
memperlemah 2
11n
Pelayangan (beat) Beat
Efek Doppler
Intensitas
Taraf Intensitas (TI)
2mWatt12
0 10I
dB
2
.tppvd
ln = 4
112 n
f layangan = BA ff
s
s
PP f
vv
vvf
24 R
P
A
PI
2
2
2
1
21
1:
1:
RRII
0
log10I
ITI
29
SUHU DAN KALOR
01. C R F K
Td 100 80 212 373 C = celcius
R = reamur
Air 100 80 180 100 F = fahrenheit
tk= suhu dalam kelvin
Tb 0 0 32 273 t c = suhu dalam
cels ius
C : R : F = 5 : 4 : 9
tK = tC + 273
Contoh :
X Y
Tb -20 40 X : Y = 150 : 200
= 3 : 4
60 ?
3
4 (60 + 20) + 40 = …
Td 130 240
enaikkan suhu
Sifat termal zat diberi kalor (panas) perubahan dimensi (ukuran)
ubahan wujud
02. Muai panjang. ∆L = perubahan panjang
= koefisien muai panjang
L = Lo . . t Lo = panjang mula-mula
∆t = perubahan suhu
Lt = Lo ( 1 + . t ) Lt = panjang saat to
∆A = perubahan luas
30
Ao = luas mula-mula
03. Muai luas. β= koefisien muai luas
∆V = perubahan volume
A = Ao . . t Vo = Volume awal
γ= koefisien muai volume
At = Ao ( 1 + . t )
04. Muai volume.
V = Vo . . t
Vt = Vo ( 1 + . . t )
= 2
} = Q = kalor
= 3
m = massa
c= kalor jenis
t = perubahan suhu
05. Q = m . c. t H = perambatan suhu
06. Q = H . t
07. H = m . c
08. Azas Black. T1
Qdilepas
Qdilepas = Qditerima
TA
Qditerima
T2
09. Kalaor laten Kalor lebur Q = m . Kl Kl = kalor lebur
Kalor uap Q = m . Ku Ku = kalor uap
31
09. Perambatan kalor.
Konduksi Konveksi Radiasi
H = l
tAk .. H = h . A . t I = e . . T4
A = luas
k = koefisien konduksi
l = panjang bahan
h = koefisien konfeksi
I = Intensitas
e = emitivitas bahan
σ = konstanta Boltzman
T = suhu
32
LISTRIK STATIS
01. F kq q
r 1 2
2
.
k 1
40
= 9 x 10 9 Nm2/Coulomb2
0 = 8,85 x 10-12 Coulomb2 / newton m2
F = gaya
Q1 = muatan benda 1
Q2 = muatan benda 2
R = jarak benda 1 ke 2
02. E kQ
r
2
E = kuat medan listrik
Q = muatan
R = jarak
03. Kuat medan listrik oleh bola konduktor.
ER=0. Es kQ
R
2 Ep k
Q
r
2
Er = kuat medan listrik di pusat bola
Es = kuat medan listrik di kulit bola
Ep = kuat medan listrik pada jarak p dari pusat bola
33
04. Kuat medan disekitar pelat bermuatan.
Ep
20
Q
A E P
0
σ = rapat muatan Ep = kuat medan listrik
05. W k Q qr r
A B
B A
. . .( )1 1
Bila rA = maka W kQ q
rB
B
~ ..
----- E kQ q
r
Q q
rP
B B
.
..1
40
06. V kQ
r
Q
rB B
1
40
.
V = potensial listrik
07. W q v vA B B A .( )
08 . POTENSIAL BOLA KONDUKTOR.
VO = VK = V kq
RL . V k
q
rM .
09. HUKUM KEKEKALAN ENERGI
v vq
mV V2
2
1
2
1 2
2 ( )
10. CQ
V
34
11. CA
d0
0
CA
d .
12. C C KK A
d 0
0.
13. WQ
C 1
2
2
atau W CV 12
2
14. Susunan Seri.
- Qs = Q
1 = Q
2 = Q
3 = .....
- Vs = V
ab + V
bc + V
cd + V
de +.....
- 1 1 1 1
1 2 3C C C CS
.....
15. Susunan paralel.
- Vp
= V1= V2 = V3
- Qp = Q1 + Q2 + Q3 + .....
- Cp = C1 + C2 + C3 + .....
35
16.
21
2221
CC
VCVCVGAB
C = kapasitas listrik
Q = muatan listrik
V = beda potensial
Co = Kapasitas dalam hampa udara
d = jarak antar dua keeping
A = luas masing-masing keeping
K = konstanta dielektrik
W = energi kapasitor
36
LISTRIK DINAMIS
01. idq
dt
02. dq = n.e.V.A.dt
idq
dtn e V A . . . Ampere
03. Ji
An e V . . Ampere/m2
04.
iV V
R
A B
05. R = .L
A
06. R(t) = R0 ( 1 + .t )
07. SUSUNAN SERI
37
i = i1 = i2 = i3 = ....
VS = Vab + Vbc + Vcd + ...
RS = R1 + R2 + R3 + ...
08. SUSUNAN PARALEL
VP = V1 = V2 = V3
i + i1 + i2 + i3 + ....
1 1 1 1
1 2 3R R R Rp
...
09. Jembatan wheatstone
RX . R2 = R1 . R3
RR R
RX 1 3
2
.
10 . AMPEREMETER/GALVANOMETER .
Rn
RS d
1
1 Ohm
38
11. VOLTMETER.
Rv = ( n - 1 ) Rd Ohm
.
W = i 2 . r . t = V . i . t Joule
1 kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 Kalori
W = 0,24 i 2 . r . t = 0,24 V . i . t Kalori
13. Pdw
dtV i . (Volt -Ampere = Watt)
14. Elemen PRIMER : elemen ini membutuhkan pergantian bahan pereaksi setelah sejumlah energi
dibebaskan melalui rangkaian luar misalnya : Baterai.
Pada elemen ini sering terjadi peristiwa polarisasi yaitu tertutupnya elektroda-elektroda sebuah elemen
karena hasil reaksi kimia yang mengendap pada elektroda-elektroda tersebut.
Untuk menghilangkan proses polarisasi itu ditambahkan suatu zat depolarisator.
Berdasarkan ada/tidaknya depolarisator, dibedakan dua macam elemen primer :
1. Elemen yang tidak tetap; elemen yang tidak mempunyai depolarisator, misalnya pada elemen
Volta.
2. Elemen tetap; elemen yang mempunyai depolarisator.
misalnya : pada elemen Daniel, Leclanche, Weston, dll.
b) Elemen SEKUNDER : Elemen ini dapat memperbaharui bahan pereaksinya setelah dialiri arus dari
sumber lain, yang arahnya berlawanan dengan arus yang dihasilkan, misalnya : Accu.
Misalkan : Akumulator timbal asam sulfat. Pada elemen ini sebagai Katoda adalah Pb; sedangkan
sebagai Anode dipakai PbO2 dengan memakai elektrolit H2SO4.
c) Elemen BAHAN BAKAR : adalah elemen elektrokimia yang dapat mengubah energi kimia bahan bakar
yang diberikan secara kontinue menjadi energi listrik.
Misalkan : pada elemen Hidrogen-Oksigen yang dipakai pada penerbangan angkasa.
39
15. = dW
dq ( Joule/Coulomb = Volt )
16. iR r
17. disusun secara seri
in
n r R
.
.
18. disusun secara paralel
ir
mR
40
19. Susunan seri - paralel
in
n
mr R
.
.
20 . TEGANGAN JEPIT
K = i . R
21. Hukum Kirchhoff I ( Hukum titik cabang )
i = 0
i1 + i2 + i3 = i4 + i5
22. Hukum Kirchoff II ( Hukum rangkaian tertutup itu )
+ i.R = 0
E : negatif
E : positif
arah arus berlawanan dengan arah loop diberi tanda negatif.
I = kuat arus Ro = hambatan mula-mula
q = muatan listrik α = koefisien suhu
t = waktu P = daya
v = kecepatan electron r = hambatan dalam
41
n = jumlah electron per satuan volume ε = GGL
e = muatan electron n = jumlah rangkaian seri
A = luas penampang kawat m = jumlah rangkaian paralel
V = beda potensial Rd = hambatan dalam
R = hambatan K = tegangan jepit
ρ = hambat jenis kawat Rv = tahanan depan
42
MEDAN MAGNET
01. r
0
02. BA
03. HB
04. B H r o H . .
05. Benda magnetik : nilai permeabilitas relatif lebih kecil dari satu.
Contoh : Bismuth, tembaga, emas, antimon, kaca flinta.
Benda paramagnetik : nilai permeabilitas relatif lebih besar dari pada satu.
Contoh : Aluminium, platina, oksigen, sulfat tembaga dan banyak lagi garam-garam logam adalah zat
paramagnetik.
Benda feromagnetik : nilai permeabilitas relatif sampai beberapa ribu.
Contoh : Besi, baja, nikel, cobalt dan campuran logam tertentu ( almico )
06. Rumus Biot Savart.
dB = 0
4
2
sin.
r
dI
k = 0
4
= 10-7 Weber
A m.
07. Induksi magnetik di sekitar arus lurus
B = 0
2
.
I
a .
H = B
=
B
r .0
= I
a2 .
43
08. Induksi Induksi magnetik pada jarak x dari pusat arus lingkaran.
B = 0
2
.
a I N
r
. .. sin
2 1 atau B = 0
2
.
a I N
r
2
3
. .
09. Induksi magnetik di pusat lingkaran.
B = 0
2
.
I N
a
.
10 . Solenoide
Induksi magnetik di tengah-tengah solenoide :
B n I0
Bila p tepat di ujung-ujung solenoide
B n I 0
2
11 . Toroida
InB
n =N
R2
12. Gaya Lorentz
F = B I sin
F = B.q.v sin
13.
Besar gaya Lorentz tiap satuan panjang
FI I
a
P Q 0
2
14 . Gerak Par tikel Bermuatan Dala m Medan Lis tr ik
44
lintasan berupa : PARABOLA.
percepatan : aq E
m
.
Usaha : W = F . d = q . E .d
Usaha = perubahan energi kin
Ek = q . E .d
12 2
2 12 1
2mv mv q E d . .
15. Lintasan partikel jika v tegak lurus E.
tv
d atq E
m v X
12
2 12
2
2.
..
Kecepatan pada saat meninggalkan medan listrik.
v v vX Y 2 2
v a tq E
m vY
X
..
.
Arah kecepatan dengan bidang horisontal :
tgv
v
Y
X
16 . Gerak Par tikel Bermuatan Dala m Medan Ma gnet
Lintasan partikel bermuatan dalam medan magnet berupa LINGKARAN.
jari-jari : R = m v
B q
45
17. Momen koppel yang timbul pada kawat persegi dalam medan magnet
= B.i.A.N.Sin
μr = permeabilitas relative a = jari–jari lingkaran
μ = permeabilitas zat r = jarak
B = induksi magnet I = kuat arus
ф = Fluks N = banyak lilitan
H = kuat medan magnet l = panjang kawat
A = luas bidang yang ditembus F = gaya Lorentz
q = muatan listrik v = kecepatan partikel
θ = sudut antara v dengan B R = jari-jari lintasan partikel
46
IMBAS ELEKTROMAGNETIK
Perubahan fluks : Eind = -Ndt
d
Perubahan arus : Eind = -L dt
di
GGL IMBAS Induktansi timbal balik : Eind1 = -M
1
1
dt
di , Eind2 = -M
2
2
dt
di
Kawat memotong gar is gaya : E i n d = B . l .v s in
Kumparan berputar : Eind = N.B.A. sin t
L = N i
L =
ANo
2
INDUKTANSI DIRI
M = N2
1
1
i
, M = N1
2
2
i
M =
ANNo 21 (Induktansi Ruhmkorff)
Ideal : Np : Ns = Is : Ip
TRANSFORMATOR Np : Ns = Ep : Es
Tidak ideal : Ps = Pp
Eind = GGL induksi
N = banyak lilitan
B = induksi magnet
A = luas bidang permukaan/kumparan
θ = fluks magnet
L = induktansi diri
I = kuat arus
Np = banyak lilitan kumparan primer
Ns = banyak lilitan kumparan sekunder
47
l = panjang solenoida
Pp = Daya pada kumparan primer
Ps = daya pada kumparan sekunder
Ep = tegangan pada kumparan primer
Es = tegangan pada kumparan sekunder
ω = kecepatan sudut
M = induktansi Ruhmkorff
48
OPTIKA GEOMETRI
Plato dan Euclides : adanya sinar-sinar penglihat.
Teori melihat benda Aristoteles : Menentang sinar-sinar penglihat.
Al Hasan : Pancaran atau pantulan benda
Sir Isaak Newton : Teor i Emis i “Sumber cahaya
menyalu rkan
Par t ike l yang kec i l dan r ingan berkecepatan t inggi .
Chr is t ian Huygens : Teor i E ter a lam : cahaya pada
dasarnya
Sama dengan buny i , merambat memer lukan
medium.
Thomas Young dan August ine F resne l l : Cahaya
dapat lentu r dan ber in te r ferens i
Jean Leon Foucaul t : Cepat rambat cahaya d i za t
cair leb ih kecil dar ipada di udara.
TEORI CAHAYA James Clerk Maxwell : Cahaya gelombang elektromagnetik.
Heinrich Rudolph Hertz : Cahaya geloimbang transversal karena Mengalami polarisasi.
Pieter Zeeman : Cahaya dapat dipengaruhi medan magnet yang kuat. Johannes Stark : Cahaya dapat dipengaruhi medan listrik yang kuat.
Michelson dan Morley : Eter alam tidak ada. Max Karl Ernest Ludwig Planck : Teori kwantum cahaya.
Albert Einstein : Teori dualisme cahaya. Cahaya se-
bagai partikel dan bersifat gelombang Merupakan gelombang elektromagnetik. Tidak memerlukan medium dalam perambatannya
Merambat dalam garis lurus
SIFAT CAHAYA Kecepatan terbesar d i da lam vakum 3.108 m/s
Kecepatan dalam medium lebih kecil dari kecepatan di vakum. Kecepatan di dalam vakum adalah absolut tidak tergan- tung pada pengamat.
49
PEMANTULAN CAHAYA.
01. '
111
ssf
02. M = -s
s '
= /h
h '
/
03. Cermin datar : R = sifat bayangan : maya, sama besar, tegak
n =
360- 1
04. cermin gabungan d = s1’ + s2 Mtotal = M1.M2 Cermin cekung : R = positif Mengenal 4 ruang Sifat bayangan : benda di Ruang I : Maya, tegak, diperbesar Benda di Ruang II : Nyata, terbalik, diperbesar Benda di Ruang III: Nyata, terbalik, diperkecil Cermin cembung : R = negatif sifat bayangan : Maya, tegak, diperkecil PEMBIASAN/REFRAKSI.
01. Indeks bias nbenda =
m
u
mv
c
nbenda > 1
n relatif medium 1 thdp medium 2 n12 =
1
2
1
2
2
1
v
v
n
n
02. benda bening datar n sin i = n’ sin r 03. kaca plan paralel (1) n sin i = n’ sin r (cari r)
(2) t = )sin(cos
rir
d
04. Prisma (deviasi) umum (1) n sin i1 = n’ sin r1 (cari r1)
(2) = r1 + i2 (cari i2) (3) n’ sin i2 = n sin r2 (cari r2)
(4) = i1 + r2 - minimum syarat : i1 = r2
> 10o sin ½ (min + ) =
2
1sin
'
n
n
50
> = 10o min = )1(
'
n
n
05. Permukaan lengkung. R
nn
s
n
s
n
'
'
'
06. Lensa tebal (1)
1
'
'
1
'
1 R
nn
s
n
s
n
(2)d = s1’ + s2
(3)
2
'
'
22
'
R
nn
s
n
s
n
07. Lensa tipis )11
)(1(1
21
'
RRn
n
f
21
111
fff gab
Cembung-cembung (bikonveks) R1 +, R2 - Datar – cembung R1 = tak hingga , R2 - Cekung – cembung R1 - , R2 - Cekung-cekung (bikonkaaf) R1 - , R2 + Datar – cekung R1 = tak hingga , R2 + Cembung – cekung R1 + , R2 +
9. Lensa Konvergen (positif) '
111
ssf
divergen (negatif) M = -s
s '
= /h
h '
/
10. Kekuatan lensa (P) P = f
1 f dalam meter
51
P = f
100 f dalam cm
n = banyak bayangan (untuk cermin datar) R = jari-jari bidang lengkung θ = sudut antara ke dua cermin λ = panjang gelombang cahaya f = jarak focus P = kekuatan lensa s = jarak benda ke cermin s’ = jarak bayangan ke cermin h = tinggi benda h’ = tinggi bayangan m = perbesaran bayangan i = sudut datang r = sudut pantul n = indeks bias d = tebal kaca t = pergeseran sinar β = sudut pembias δ = deviasi
52
ALAT-ALAT OPTIK
Mata Emetropi (mata normal) pp = 25 cm ; pr =
Mata Myopi (mata dekat/rabun jauh) pp = 25 cm ; pr <
M A T A Mata Hipermetropi (rabun dekat) pp > 25 cm ; pr =
Mata Presbiopi (mata tua) pp > 25 cm ; pr <
Kaca Mata lensa Negatif (Untuk orang Myopi)
s = dan s’ = -pr
KACA MATA
Kaca Mata lensa Positif (Untuk orang hipermetropi)
s = 25 cm dan s’ = -pp
Akomodasi max P = 1f
Sd
Ditempel dimata
Tanpa Akomodasi P = f
Sd
LOUPE
Berjarak d cm dari mata D = -s’ + d D = daya akomodasi
P = fD
dSd
D
Sd
f
Sd
.
.
Sd = titik baca normal
d = s’oby + sok
53
Akomodasi max
P = )1('
fok
Sd
s
s
oby
oby
MIKROSKOP d = jarak lensa obyektif - okuler
Tanpa Akomadasi d = s’oby + fok
P = )('
fok
Sd
s
s
oby
oby
Akomodasi max d = foby + sok
P = )(Sd
fSd
f
fok
ok
oby
TEROPONG BINTANG
Tanpa akomodasi d = foby + fok
P =
ok
oby
f
f
Pp = titik jauh mata
Pp = titik dekat mata
s’ = jarak bayangan
s = jarak benda ke lup
P = kekuatan lensa
d = jarak lensa obyektif dengan lensa okuler
54
ARUS BOLAK-BALIK
Osiloskop = mengukur tegangan max
E=Emax. Sin .t
Eefektif = yang diukur oleh voltmeter
Emax = yang belum terukur
Epp = dari puncak ke puncak
ω = frekwensi anguler
t = waktu
Vmax = tegangan maksimum
Imax = Arus maksimum
T = periode
Eefektif=2
maxV
Iefektif=2
maxi Iefektif = Imax{
T
dtTT 0
2 )2
(sin1
}
Epp = 2.Emax
I. Resistor pada DC-AC
II. Induktor (L) pada DC-AC
Xl = reaktansi induktif
55
dt
taxLE
.sin.dim
tiLE .cos.max..
LXl .
(satuan XL = ohm)
III. Capacitor pada DC-AC
C = kapasitas kapasitor
Q=C.V
Xc = reaktansi kapasitif dt
Vdc
dt
dQi
.
dt
tdVci
.sin.max.
tVci .cos.max..
XC = C
1
(Satuan XC = 0hm)
IV. R-L-C dirangkai seri
1. LXl ..
2. C
Xc.
1
3. Gambar fasor
4. 22 )( XcXlRZ
5. Z
Ei
56
6. RiVab . 22 VlVrVac
XciVcd
XliVbc
.
.
22 )( VcVlVrVad
VcVlVbd
7. Daya=Psemu.cos
Daya=Psemu.Z
R
Psemu = V.I (Volt Amper)
a. XcXl RLC bersifat induktif
V mendahului I dengan beda fase
b. XcXl RLC resonansi
Z = R kuat arus paling besar, karena hambatan total paling kecil.
CLf
.
1
2
1
CLT .2
c. XlXc RLC bersifat capasitif
I mendahului V dengan beda fase
8. tg = R
XCXL
Z = Impedansi
θ = sudut fase
L = induktansi diri
f = frekwensi
T = periode
R = hambatan
57
PERKEMBANGAN TEORI ATOM
- Atom-atom merupakan partikel terkecil dari suatu zat
- Atom-atom suatu zat tidak dapat diuraikan menjadi partikel
Yang lebih kecil.
- Atom suatu unsur tidak dapat diubah menjadi unsur lain.
- Atom-atom setiap zat adalah identik, artinya mempunyai
Bentuk, ukuran dan massa yang sama.
DALTON - Atom suatu zat berbeda sifat dengan atom zat lain.
- Dua atom atau lebih yang berasal dari unsur-unsur yang
berlainan dapat membentuk senyawa.
- Pada suatu reaksi atom-atom bergabung menurut perban-
Dingan tertentu.
- Bila dua macam atom membentuk dua macam senyawa
Atau lebih, maka perbandingan atom-atom yang sama dalam
kedua senyawa itu sederhana.
KELEMAHANNYA.
- Atom tidak dapat dibagi lagi bertentangan dengan ekspe-
Rimen.
- Dalton tidak membedakan pengertian atom dan molekul
Satuan molekul juga disebut atom.
- Atom merupakan bola kecil yang keras dan padat ber-
Tentangan dengan eksperimen Faraday dan J.J Thomson
- Atom merupakan suatu bola yang mempunyai muatan
Positif yang terbagi merata ke seluruh isi atom.
TEORI J.J THOMSON
ATOM - Muatan positif dalam atom ini dinetralkan oleh elektron-
Elektron yang tersebar diantara muatan-muatan positif
Itu dan jumlah elektron ini sama dengan jumlah muatan
Positif.
KELEMAHANNYA.
- Bertentangan dengan percobaan Rutherford dengan ham-
Buran sinar Alfa ternyata muatan positif tidak merata na-
Mun terkumpul jadi satu yang disebut INTI ATOM.
58
- Atom terdiri dari muatan-muatan positif, di mana seluruh
Muatan posoitif dan sebagian besar massa atom terkumpul
ditengah-tengah atom yang disebut dengan INTI ATOM.
- Di sekeliling inti atom, pada jarak yang relatif jauh beredar
RUTHERFORD Lah elektron-elektron mengelilingi inti atom.
- Muatan inti atom sama dengan muatan elektron yang me-
ngelilingi inti, sehingga atom bersifat netral.
KELEMAHANNYA.
- Model atom ini tidak dapat menunjukkan kestabilan atom
Atau tidak mendukung kemantapan atom.
- Model atom ini tidak dapat menunjukkan bahwa spektrum
Atom-atom Hidtrogen adalah spektrum garis tertentu.
Pengukuran massa elektron oleh : J.J. Thomson dengan percobaan Tetes Minyak Milikan.
SINAR KATODA Partikel bermuatan negatif
Sifat : - Bergerak cepat menurut garis lurus keluar tegak lurus dari katoda.
- Memiliki energi
- Memendarkan kaca
- Membelok dalam medan listrik dan medan magnet.
MODEL ATOM BOHR DIBUAT BERDASARKAN 2 POSTULATNYA YAITU :
1. Elektron tidak dapat berputar dalam lintasan yang sembarang, elektron hanya dapat berputar pada
lintasan tertentu tanpa memancarkan energi. Lintasan ini
Disebut lintasan stasioner. Besar momentum anguler elektron pada lintasan
Stasioner ini adalah : mvr = 2
nh
n disebut bilangan kwantum (kulit) utama.
2. Elektron yang menyerap energi (foton) akan berpindah ke lintasan yang ener-
ginya tinggi, dan sebaliknya.
01. Ep = -kr
e 2
02. Ek = - ½ kr
e 2
03. Etotal = - ½ kr
e 2
59
04. r = 2
2
2
)2
(
h
kme
n
05. r1 : r2 : r3 : … = 12 : 22 : 32 : …
06. )11
(1
22
BA nnR
R = tetapan Ridberg R = 1,097.107 m-1
Deret Lyman nA = 1 nB = 2, 3, 4 ….
Deret Balmer nA = 2 nB = 3, 4, 5, ….
Deret Paschen nA = 3 nB = 4, 5, 6, ….
Deret Brackett nA = 4 nB = 5, 6, 7, ….
Deret Pfund nA = 5 nB = 6, 7, 8, ….
max fmin nB = 1 lebihnya dari nA
min fmax nB =
Energi stasioner E = eVn2
6,13
05. Energi
Energi Pancaran E = 13,6 ( )11
22
BA nn eV E = h.f (J)
e = muatan electron
r = jari-jari lintasan electron
Ep = Energi potensial
Ek = energi kinetic
n = bilangan kuantum
r = jari-jari lintasan electron
λ = panjang gelombang
h = tetapan Planck
60
RADIOAKTIVITAS
Adanya Fosforecensi : berpendarnya benda setelah disinari.
Dasar penemuan
Adanya Fluorecensi : berpendarnya benda saat disinari.
Penemu: Henry Becquerel
Menghitamkan film
Dapat mengadakan ionisasi
Dapat memendarkan bahan-bahan tetentu
Sifat-sifat Merusak jaringan tubuh
Daya tembusnya besar
Sinar
Macam sinar Sinar Penemu: Pierre Curie dan Marrie Curie
Sinar
Urutan naik daya tembus: Sinar , Sinar , Sinar
Urutan naik daya ionisasi: Sinar , Sinar , Sinar
x x x x x x x x x x x
B
x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x
01. I = Io e-x
02. HVL nilai x sehingga I = ½ Io HVL =
693,02ln
03. ZXA N = A – Z
04. Deffect massa = (mproton + mnetron) – minti
61
05. Eikat inti = {(mproton + mnetron) – minti }.931 MeV m dalam sma
= {(mproton + mnetron) – minti }.c2 m dalam kg
ZXA Z-2XA-4 atau ZXA Z-2XA-4 +
06. Hukum Pergeseran
ZXA Z+ 1XA atau ZXA Z+ 1XA +
Jika memancarkan tetap
07. T =
2ln693,0
08. R = . N
09. N = No.2-t/T
10. D = m
E
11. Ereaksi = (msebelum reaksi -msesudah reaksi ).931 MeV m dalam sma.
= (msebelum reaksi -msesudah reaksi ).c2 m dalam kg
12. Reaksi FISI Pembelahan inti berat menjadi ringan
Terjadi pada reaktor atom dan bom atom
Menghasilkan Energi besar < enerfi reaksi FUSI
Dapat dikendalikan.
Reaksi FUSI Penggabungan inti ringan menjadi inti berat
Terjadi pada reaksi di Matahari dan bom hidrogen
Tidak dapat dikendalikan.
Pencacah Geiger Muller (pulsa listrik)
Tabung Sintilasi (pulsa listrik)
13. ALAT DETEKSI Kamar kabut Wilson (Jejak lintasan saja)
Emulsi film
X = nama atom / unsure
z = nomor atom
a = nomor massa
p = proton
n = netron
m = massa
T = waktu paruh
62
N = jumlah inti yang belum meluruh
No = jumlah inti mula2
λ = konstanta peluruhan
t = lamanya berdesintegrasi
R = aktivitas radioaktif
63
KESETIMBANGAN BENDA TEGAR
Momen: Momen Gaya : =F.l.sin
Momen Kopel : dua gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah, besarnya = F.d
Kesetimbangan Translasi : Fx=0,Fy=0
Kesetimbangan Rotasi : =0
Kesetimbangan translasi dan Rotasi : F=0, =0
Kesetimbangan Stabil (mantap) :
Apabila gaya dihilangkan, akan kembali ke kedudukan semula.
Kesetimbangan (titik berat benda akan naik)
Kesetimbangan Indeferen :
Gaya dihilangkan, setimbang di tempat berlainan
(titik berat benda tetap)
Keseimbangan labil :
Apabila gaya dihilangkan, tidak dapat kembali semula.
(titik berat benda akan turun)
TITIK BERAT BENDA
Titik berat untuk benda yang homogen ( massa jenis tiap-tiap bagian benda sama ).
a. Untuk benda linier ( berbentuk garis )
xl x
l
n n0
. y
l y
l
n n0
.
b. Untuk benda luasan ( benda dua dimensi ), maka :
xA x
A
n n0
. y
A y
A
n n0
.
c. Untuk benda ruang ( berdimensi tiga )
xV x
V
n n0
. y
V y
V
n n0
.
Sifat - sifat:
1. Jika benda homogen mempunyai sumbu simetri atau bidang simetri, maka titik beratnya terletak pada
sumbu simetri atau bidang simetri tersebut.
2. Letak titik berat benda padat bersifat tetap, tidak tergantung pada posisi benda.
3. Kalau suatu benda homogen mempunyai dua bidang simetri ( bidang sumbu ) maka titik beratnya
terletak pada garis potong kedua bidang tersebut.
64
Kalau suatu benda mempunyai tiga buah bidang simetri yang tidak melalui satu garis, maka titik beratnya
terletak pada titik potong ketiga simetri tersebut.
ΣFx = resultan gaya di sumbu x
ΣFy = resultan gaya di sumbu y
Σσ = jumlah momen gaya
Tabel titik berat teratur linier
Nama benda Gambar benda letak titik berat keterangan
1. Garis lurus
x0 = 12
l
z = titik tengah garis
2. Busur lingkaran
y Rtali busur AB
busur AB0
R = jari-jari lingkaran
3. Busur setengah
lingkaran
yR
0
2
Tabel titik berat benda teratur berbentuk luas bidang homogen
Nama benda Gambar benda Letak titik berat Keterangan
1. Bidang segitiga
y0 = 13
t
t = tinggi
z = perpotongan
garis-garis berat
AD & CF
65
2.Jajaran genjang,
Belah ketupat,
Bujur sangkar
Persegi panjang
y0 = 12
t
t = tinggi
z = perpotongan
diagonal AC dan
BD
3. Bidang juring
lingkaran
y Rtali busur AB
busur AB0
23
R = jari-jari lingkaran
4.Bidang setengah
lingkaran
yR
0
4
3
R = jari-jari lingkaran
Tabel titik berat benda teratur berbentu bidang ruang homogen
Nama benda Gambar benda Letak titik berat Keterangan
1. Bidang kulit
prisma
z pada titik
tengah garis z1z2 y0 =
12
l
z1 = titik berat
bidang alas
z2 = titik berat
bidang atas
l = panjang sisi
tegak.
2. Bidang kulit
silinder.
( tanpa tutup )
y0 = 12
t
A = 2 R.t
t = tinggi
silinder
R = jari-jari
lingkaran alas
A = luas kulit
silinder
66
3. Bidang Kulit
limas
T’z = 13
T’ T
T’T = garis
tinggi ruang
4. Bidang kulit
kerucut
zT’ = 13
T T’
T T’ = tinggi
kerucut
T’ = pusat
lingkaran alas
5. Bidang kulit
setengah bola.
y0 = 12
R
R = jari-jari
Tabel titik berat benda teratur berbentuk ruang, pejal homogen
Nama benda Gambar benda Letak titik berat Keterangan
1. Prisma
beraturan.
z pada titik tengah
garis z1z2
y0 = 12
l
V = luas alas kali
tinggi
z1 = titik berat
bidang alas
z2 = titik berat
bidang atas
l = panjang sisi
tegak
V = volume
prisma
67
2. Silinder Pejal
y0 = 12
t
V = R2 t
t = tinggi silinder
R = jari-jari
lingkaran alas
3. Limas pejal
beraturan
y0 = 14
T T’
= 14
t
V = luas alas x tinggi
3
T T’ = t = tinggi
limas beraturan
4. Kerucut pejal
y0 = 14
t
V = 13
R2 t
t = tinggi kerucut
R = jari-jari lingkaran
alas
5. Setengah bola
pejal
y0 = 38
R
R = jari-jari bola.
68
TEORI KINETIK GAS
GAS IDEAL
1. Gas ideal terdiri atas partikel-partikel (atom-atom ataupun molekul-molekul ) dalam jumlah yang besar
sekali.
2. Partikel-partikel tersebut senantiasa bergerak dengan arah random/sebarang.
3. Partikel-partikel tersebut merata dalam ruang yang kecil.
4. Jarak antara partikel-partikel jauh lebih besar dari ukuran partikel-partikel, sehingga ukurtan partikel
dapat diabaikan.
5. Tidak ada gaya antara partikel yang satu dengan yang lain, kecuali bila bertumbukan.
6. Tumbukan antara partikel ataupun antara partikel dengan dinding terjadi secara lenting sempurna,
partikel dianggap sebagai bola kecil yang keras, dinding dianggap licin dan tegar.
7. Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku.
01. nN
N
0
02. v
ras = m
kT3
03. mM
N dan k
R
N
0
04. vras =
3RT
M
05. Pada suhu yang sama, untuk 2 macam gas kecepatannya dapat dinyatakan :
vras1 :
vras2 =
1
1
M:
2
1
M
06. Pada gas yang sama, namun suhu berbeda dapat disimpulkan :
vras1 :
vras2 = T1 : T2
07. Vras
Lt
2
08. FN m V ras
L
3
2
.
69
09.
V
rasVmNP
2
.3
atau rasVP 2
3
1
10. PN
mV rasN
EkV V
2
3
2
312
2. .
11. P . V = K’ . T atau P . V = N. k .T
k = Konstanta Boltman = 1,38 x 10-23 joule/0K
12. P . V = n R T dengan nN
N
0
R = 8,317 joule/mol.0K
= 8,317 x 107 erg/mol0K
= 1,987 kalori/mol0 K
= 0,08205 liter.atm/mol0K
13. PR
MrT atau
P R T
Mr
. atau
P Mr
R TT
.
.
14.
2
22
1
11 ..
T
VP
T
VP
Persamaan ini sering disebut dengan Hukum Boyle-Gay Lussac.
15. TNkEk .2
3
P = tekanan gas ideal
N = banyak partikel gas
m = massa 1 pertikel gas
V = volume gas
v = kecepatan partikel gas
n = jumlah mol gas
No = bilangan Avogadro
R = tetapan gas umum
M = massa atom relatif
k = tetapan boltzman
Ek = energi kinetic
vras = kecepatan partikel gas ideal
ρ = massa jenis gas ideal
T = suhu
70
HUKUM TERMODINAMIKA 01. cp - cv = R
cp = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada tekanan konstan.
cv = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada volume konstan.
02. panas jenis gas ideal pada suhu sedang ,sebagai berikut:
a. Untuk gas beratom tunggal ( monoatomik ) diperoleh bahwa :
Pc R5
2
Vc R3
2 P
V
cc
1 67,
b. Untuk gas beratom dua ( diatomik ) diperoleh bahwa :
Pc R7
2
Vc R5
2 P
V
cc
1 4,
= konstanta Laplace.
03. Usaha yang dilakukan oleh gas terhadap udara luar : W = p. V
04. Energi dalam suatu gas Ideal adalah : U n R T3
2. .
05 .HUKUM I TERMODINAMIKA
Q = U + W
Q = kalor yang masuk/keluar sistem
U = perubahan energi dalam
W = Usaha luar.
PROSES - PROSES PADA HUKUM TERMODINAMIKA I
1. Hukum I termodinamika untuk Proses Isobarik.
Pada proses ini gas dipanaskan dengan tekanan tetap.
( lihat gambar ).
sebelum dipanaskan sesudah dipanaskan
71
Dengan demikian pada proses ini berlaku persamaan Boyle-GayLussac
V
T
V
T
1
1
2
2
Jika grafik ini digambarkan dalam hubungan P dan V maka dapat grafik sebagai berikut :
Pemanasan Pendinginan
W = Q - U = m ( cp - cv ) ( T2 - T1 )
2. Hukum I Termodinamika untuk Proses Isokhorik ( Isovolumik )
Pada proses ini volume Sistem konstan. ( lihat gambar )
Sebelum dipanaskan. Sesudah dipanaskan.
Dengan demikian dalam proses ini berlaku Hukum Boyle-Gay Lussac dalam bentuk :
P
T
P
T
1
1
2
2
Jika digambarkan dalam grafik hubungan P dan V maka grafiknya sebagai berikut :
Pemanasan Pendinginan
V = 0 ------- W = 0 ( tidak ada usaha luar selama proses )
Q = U2 - U1
Q = U
U = m . cv ( T2 - T1 )
3. Hukum I termodinamika untuk proses Isothermik.
Selama proses suhunya konstan.
( lihat gambar )
72
Sebelum dipanaskan. Sesudah dipanaskan.
Oleh karena suhunya tetap, maka berlaku Hukum BOYLE.
P1 V2 = P2 V2
Jika digambarkan grafik hubungan P dan V maka grafiknya berupa :
Pemanasan Pendinginan
T2 = T1 --------------> U = 0 ( Usaha dalamnya nol )
W P VV
VP V
V
V 1 1
2
1
2 2
2
1
( ln ) ( ln )
W P VP
PP V
P
P 1 1
1
2
2 2
1
2
( ln ) ( ln )
W n R TV
Vn R T
V
V 1
2
1
2
2
1
( ln ) ( ln )
W n R TP
Pn R T
P
P 1
1
2
2
1
2
( ln ) ( ln )
ln x =2,303 log x
4. Hukum I Termodinamika untuk proses Adiabatik.
Selama proses tak ada panas yang masuk / keluar sistem jadi Q = 0
( lihat gambar )
Sebelum proses Selama/akhir proses
oleh karena tidak ada panas yang masuk / keluar sistem maka berlaku Hukum Boyle-Gay Lussac
PV
T
PV
T
1 1
1
2 2
2
Jika digambarkan dalam grafik hubungan P dan V maka berupa :
73
Pengembangan Pemampatan
Q = 0 ------ O = U + W
U2 -U1 = - W
T1.V1-1
= T2.V2-1
W = m . cv ( T1 - T2 ) atau W = P V1 1
1
.
( V2
-1 - V1
-1 )
P1.V1 = P2.V2
06 . HUKUM II TERMODINAMIKA
Energi yang bermanfaat
Energi yang asukkandim
W
Q
Q Q
Q2
2 1
2
( )1 100%1
2
Q
Q
Menurut Carnot untuk effisiensi mesin carnot berlaku pula :
( )1 100%1
2
T
T
T = suhu
η = efisiensi
P = tekanan
V = volume
W = usaha
74
GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
Gelombang Elektromagnet : Rambatan perubahan medan listrik dan medan magnet
Vektor perubahan medan listrik tegak lurus vektor perubahan medan magnet
Ciri-ciri GEM :
Menunjukkan gejala : pemantulan, pembiasan difraksi, polarisasi
diserap oleh konduktor dan diteruskan oleh isolator.
Coulomb : “Muatan listrik menghasilkan medan listrik yang kuat”
Oersted : “Di sekitar arus listrik ada medan magnet”
Faraday : “Perubahan medan magnet akan menimbulkan medan
listrik”
TEORI Lorentz : “kawat berarus listrik dalam medan magnet terdapat gaya”
Maxwell : “Perubahan medan listrik menimbulkan medan magnet”,
“Gahaya adalah gelombang elektromagnet”
Biot Savart : “Aliran muatan (arus) listrik menghasilkan medan
magnet”
Huygens : “Cahaya sebagai gerak gelombang”
(S)Intensitas GEM/energi rata-rata per satuan luas :
).(sin.. 2
0
00tkx
BES
0
00.max
BES
cES ..2
1 200
00.
1
c
0
20
..2 c
ES
Radiasi Kalor :
Radiasi dari benda-benda yang dipanasi
Yang dapat menyerap seluruh radiasi adalah benda hitam mutlak
75
- Konduksi : partikelnya bergetarzat padat
- Konveksi : molekul berpindahzat cair dan gas
- Radiasi : tanpa zat perantara.
Spektrum GEM: Urutan naik frekwensinya (urutan turun panjang gelombangnya):
gel. Radio, gel radar dan TV, gel. Infra merah, cahaya tampak, sinar ultra ungu,
sinar X, sinar gamma.
4.. TeA
wI
e=emitivitas : hitam mutlak : e=1
putih : e=0
= konstanta Boltzman = 5,672.10-8 watt/m2 K
T
c c=tetapan Wien=2,898.10-3m K
v = kecepatan
c = kecepatan cahaya
T = suhu mutlak
λ = panjang gelombang
e = emisivitas
A = luas permukaan
S = intensitas
_
S = Intensitas rata-rata
76
OPTIKA FISIS
Sinar yang dapat diuraikan Polikromatik
CAHAYA Sinar yang tak dapat diuraikan Monokromatik
Dalam ruang hampa cepat rambat sama besar
f rekwensi masing warna beda
Pj. Gelomb masing warna beda
Merah ( dan v terbesar)
Jingga
Kuning
DISPERSI (PERURAIAN WARNA) Hijau
Biru
Nila
Ungu (n, , f dan Efoton terbesar)
Benda bening r = /rm – ru/
Plan paralel t = /tm – tu/
Prisma = u - m
Lensa s’ = /s’m – s’u/
f = /fm – fu/
MENIADAKAN DISPERSI : Prisma Akromatik
(n’u – n’m)’ = (nu – nm)
Lensa Akromatik.
gabungugabmerah ff
11
)11
)(1()11
)(1(21
'
21 RRn
n
RRn
n mm )11
)(1()11
)(1(21
'
21 RRn
n
RRn
n uu
Flinta Kerona Flinta Kerona
PRISMA PANDANG LURUS (nh’ – 1) )’ = (nh – 1) )
77
Max 2
1)2(
.k
dp
Cermin Fresnell
Min 2
1)12(
. k
dp
Max 2
1)2(
.k
dp
Percobaan Young
Min 2
1)12(
. k
dp
INTERFERENSI
(Syarat : Koheren)
(A, f, sama)
Max rk2 = ½ R (2k-1)
Cincin Newton
(gelap sbg pusat) Min rk2 = ½ R (2k)
Max 2n’ d cos r = (2k-1) ½
Selaput tipis
Min 2n’ d cos r = (2k) ½
Max d sin = (2k + 1) ½
Celah tunggal
Min sin = (2k) ½
DIFRAKSI
Max d sin = (2k) ½
Kisi
Min d sin = (2k – 1) ½
k = 1, 2, 3 . . . .
78
Daya Urai (d) d = 1,22D
L. L = jarak ke layar
D = diameter lensa
n = indeks bias d = tebal lapisan
δ = deviasi r = sudut bias
β = sudut pembias rk = jari-jari cincin terang ke k
λ = panjang gelombang cahaya R = jari-jari lensa
p = jarak terang dari pusat θ = sudut difraksi/deviasi
k = orde garis terang/gelap f = fokus
79
RELATIVITAS Relativitas:
a. Penjumlahan kecepatan
V1 V2 V1 V2
2
21
21
.1
C
VV
VVVr
2
21
21
.1
C
VV
VVVr
b. Dilatasi waktu
2
2
0 1'C
Vtt t’<t0
c. Kontraksi Lorentz
2
2
0 1'C
VLL
d. Massa dan Energi
2
2
0
1
'
C
V
mm
m’>m0
e. Etotal=Ediam+Ek
1
1
1.
2
2
2
C
VCmEk
V1 = kecepatan partikel 1 terhadap bumi
V2 = kecepatan partikel 2 terhadap partikel 1
Vr = kecepatan partikel 2 terhadap bumi
c = kecepatan cahaya
V = kecepatan
L’ = panjang setelah mengalami perubahan
Lo = panjang mula-mula
m’ = massa benda saat bergerak
mo = massas benda saat diam
Ek = energi kinetik
to = selang waktu yang daiamati oleh pengamat diam terhadap benda
t’ = selang waktu yang diamati pengamat bergerak
80
DUALISME GELOMBANG CAHAYA a. Semakin besar intensitas cahaya semakin banyak elektron elektron yang diemisikan
b. Kecepatan elektron yang diemisikan bergantung pada frekuensi; semakin besar f, makin besar pula
kecepatan elektron yang diemisikan
fhE . E = Energi
h = tetapan Planck
0EEkE f = frekwensi
aEEk c = kecepatan cahaya
02 ..
2
1hffhVm v = kecepatan
0
2
2
1
CChmV a = energi ambang
0
11..
chEk m = massa
λ = panjang gelombang
hp
C
fhPfoton ;
. p = momentum
p=momentum Ek = Energi kinetik
Hypotesa de Broglie
f
c
Vm
h
p
h
.
Ekmp ..2
Catatan penting :
Ek=54 ev = 54.1,6.10-19 Joule
Massa 1e = 9,1.10-31 kg
Hamburan Compton : cos1..
'0
cm
h
81
Ter imakasih Telah Men _ download Buku
Rumus-Rumus Fisika semoga sanga t dapa t membantu para penggunanya
Dalam menyelesaikan tugas atau apa pun yang berbaur Fi s ika
** *sa lam Fis ika***
Zhuldyn ’s Blog
ht tp: / /zhuldyn.wordpress .com