Kumpulan materi Dauroh Murobbi

86
KUMPULAN MATERI DAUROH MUROBBI Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 1 of 86

Transcript of Kumpulan materi Dauroh Murobbi

KUMPULAN MATERIDAUROH MUROBBI

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 1 of 71

“HATMIYYAH AT-TARBIYYAH”

Adalah Abdulloh bin Rowahah RA, seorang sahabat yang ketika diangkat oleh Rosululloh SAW menduduki sebuah jabatan panglima dalam perang Mu’tah, Ia menerimanya dengan tangis dan cucuran air mata. Lalu para sahabat lainnya bertanya : “Maa yubkika ya… Abdalloh…” (Apa gerangan yang membuat engkau menangis wahai Abdulloh…), Iapun menjawab : “Wa maa bia hubbuddunya walaa shabaabatan bikum walaakin tadzakkartu hina dzakaranii Rosulullohu biqoulihi ta’ala : Wa in minkum illaa waariduhaa kaana alaa Rabbika Hatman Maqdhiyya” (Tidak ada pada diriku cinta dunia dan keinginan untuk dielu-elukan oleh kalian, akan tetapi aku hanya teringat ketika Rosululloh mengingatkanku dengan firman Alloh SWT : “Dan tidaklah dari kalain melainkan akan mendatanginya (neraka jahannam) adalah yang demikian itu bagi Tuhanmu (ya! Muhammad) merupakan ketentuan yang telah ditetapkan”. (QS. Maryam : 71).

Dari ungkapan Abdulloh bin Rowahah tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa beliau mentadabburkan ayat al-qur’an begitu dalam, sehingga beliau mengaitkan erat ayat tersebut dengan amanah jabatan yang baru saja dipangkuanya, apakah jabatannya kelak dapat menyelamatkannya ketika masing-masing orang mau tidak mau harus melewati “Shirothol Mustaqim”, karena menghadapi neraka Jahannam dengan melewatinya adalah “Hatman Maqdhiyya”, ketentuan yang telah ditetapkan, tidak ada jalan alternatif lain dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.

“Hatman Maqdhiyya” juga berlaku dalam kaidah Tarbiah sebagai sebuah proses dalam proyek kebangkiatan umat dan pembangunan peradaban, oleh karenanya Tarbiyah memiliki sifat “Hatmiyyah”, sifat keniscayaan, dengan kata lain bahwa Tarbiyah suatu keniscayaan adala sebuah keharusan, atau ketentuan yang harus dipenuhi, konsekwensi yang harus dijalankan, tidak dapat ditawar dan tidak bisa tergantikan dengan apapun. Walhasil untuk dapat istiqomah di jalan da’wah serta mencapai target dan sasarannya, hanya ada satu jalan : Tarbiah!. Karena Tarbiyah adalah jalan yang dikehendaki oleh Alloh SWT untuk diikuti ( QS. 6 : 153 ), dalam rangka melahirkan kader-kader generasi Rabbani (Generasi-generasi yang tertarbiyah) yang senantiasa antusias mengajarkan Al-qur’an dan mempelajarinya ( QS. 3 : 79).

Tarbiyah suatu keniscayaan dalam prosesnya dapat dilakukan minimal dengan tiga buah pendekatan.

Pendekatan Idealis Tarbiyah adalah jalan bagi para Da’i Islam, tidak ada jalan lain, atau dengan

kata lain jalan para da’i adalah jalan tarbawi yang memiliki paling sedikit tiga karakter mendasar.

Pertama : Sulit tapi hasilnya paten ( Sha’bun – Tsabit )

Sulitnya sebuah proses biasanya membuahkan hasil yang berkualitas, oleh karena itu proses da’wah yang dilakukan oleh Rosululloh SAW, bukanlah perkara yang mudah, bayangkan, lima tahun pertama dalam da’wahnya di Mekkah baru hanya terkumpul “Arba’una rojulan wa khomsu niswatin” (40 laki-laki dan 5 wanita), akan tetapi ke 45 orang inilah yang kemudian menjadi ujung tombak da’wah, yang tidak hanya “Qaabilun lidda’wah” tetapi juga “Qaabilun litthagyir”,

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 2 of 71

bahkan mereka seluruhnya menjadi “Anashiruttaghyir”, “Agen of change”, agen perubahan sosial dari masyarakat jahiliyah menuju masyarakat yang islami.

Berda’wah memang tidak mudah, karena berda’wah melalui proses Tarbiyah ibarat menanam pohon jati, yang harus senantiasa dijaga dan dipelihara sehingga akarnya tetap kuat menghunjam dan tidak goyah diterpa badai dan angin kencang, oleh karena itu jalan tarbawi adalah proses menuju pembentukan pribadi yang paten, atau dengan kata lain memiliki “matanah” (imunitas) baik secara “ma’nawiyah” (moral), “fikriyah” (gagasan dan pemikiran) dan “Tandzhimiyah” (struktural).

Ka’ab bin malik RA. Adalah salah satu contoh dari sebuah kepribadian yang paten, yang dengan kesadaran ma’nawiyah, fikriyah dan tandhimiyahnya, Ia mengakui kelalaiannya tidak turut serta dalam perang Tabuk, dan kemudian iapun dengan ikhlas menerima ‘uqubah (sanksi) yang telah ditetapkan oleh Rosululloh SAW. Bahkan ketika datang utusan dari kerajaan Ghassan yang secara diam-diam menemuinya untuk menyampaikan sepucuk surat dari raja Ghassan yang isinya antara lain suaka poltik dan jabatan penting telah tersedia untuknya bila Ia mau eksodus, Ia malah berkata seraya merobek surat tersebut : “Ayyu Mushibatin Hadzihi” (Musibah apa lagi ini..!)

Itulah sebuah refleksi dari sikap matanah yang hanya bisa dihasilkan melalu proses tarbiyah yang tidak mudah, melalui jalan da’wah yang terkonsep secara paten, Al-Qur’an menyebutnya dengan “Al-Qoulu Al-Tsabit” (QS. 14 : 27 ), yang terumuskan di atas konsep yang baik atau “Kalimat Thayyibah” bukan “kalimat khabitsah” (QS. 14 : 25 - 26 ).

Kedua : Panjang tetapi terjaga keasliannya (Thawil - Ashil)

Da’wah adalah perjalanan panjang, perjalanan yang dilalui tidak hanya oleh satu generasi, bahkan untuk dapat mencapai target dan sasaran jangka panjangnya membutuhkan beberapa generasi, Ingatlah ketika Rosululloh SAW mengayunkan palu memecahkan bebatuan parit Khandaq, ada percikan apai keluar dari sela-sela hantaman palu dan batu memercik ke arah timur, lalu beliau mengisyaratkan bahwa umatnya kelak akan dapat menaklukan Romawi (Byzantium). Padahal Romawi baru dapat di Taklukan oleh umat Islam pada masa daulah Utsmaniyah sekian abad sesudahnya, berapa generasi yang telah telampaui dan berapa panjang perjalanan da’wah yang telah dilalui?, akan tetapi ikhwah fillah betapaun telah melewati sekian banyak generasi, “Asholah” tetap terjaga, “Hammasah” tetap terpelihara, Islam yang sampai ke Romawi adalah Islam sebagaimana yang dijalankan oleh generasi pertamanya yaitu Rosululloh SAW dan Para sahabat Rodhiallohu ‘anhum wa rodhuu’anhu.

Kepribadian yang asholah adalah kepribadian yang telah teruji dengan panjangngnya mata rantai perjalanan da,wah, keperibadian yang hammasah adalah kepribadian yang tak lekang kerena ‘panas’ dan tak lapuk karena ‘hujan’, sebagai ujian dan cobaan dalam perjalanan da’wah.

Adalah Abu Thalhah RA, salah seoarang sahabat yang Alloh SWT berikan kepadanya umur yang panjang, sehingga beliau masih hidup pada masa kekhalifahan Utsman RA, beliau yang saat itu usianya sudah sepuh, ketika ada seruan jihad maritim, mengarungi lautan menuju perairan Yunani untuk

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 3 of 71

mrnghadapi pasukan Romawi, seruan jihad berkumandang melalui lantunan ayat-ayat Al-Qur’an “Infiruu khifafan wa tsiqoolan” (berangkatlah kalian dalam keadaan ringan maupun berat), lalu anak-anaknya berkata kpadanya : “Sudahlah Ayah tak usah ikut berperang, cukuplah kami saja yang masih muda yang mewakili Ayah di medan perang”, dengan kecerdasan menafsirkan ayat tersebut dibarengi dengan pembawaan“Hikmatussuyukh Hammasatussyabab” Abu Ayyub menjawab : “Tidak bisa, ayat tersebut telah mewajibkan kepada seluruh kaum muslimin baik yang tua maupun yang muda, karena ayat tersebut menyebutkan “khifafan” (ringan) berarti ditujukan untuk ka lian yang masih muda dan “tsiqalan” ditujukan untukku yang sudah tua, maka anak-anaknya pun tak dapat membendung tekad sang ayah, berangkatlah Abu Thalhah RA turut serta dalam peperangan tersebut dan Iapun menemui syahadahnya.

Adalah saad bin Abi Waqqash RA, yang telah menggoreskan kesaksian perjalan da’wah dengan kepribadian yanga asholah yang tidak berubah karena perubahan situasi dan zaman, dari masa-masa yang penuh dengan kesulitan dan penderitaan hingga masa-masa yang penuh dengan kemudahan dan kesenangan, mengenang semua itu beliau berkata : “Aku adalah salah satu dari 7 orang sahabat (dari 10 sahabat yang dijanjikan masuk surga), dahulu kami bersama Rosullloh SAW dalam sebuah ekspedisi, kami tidak memiliki makanan, sehingga kami makan daun-daunan sampai perih tenggorokan kami, akan tetapi sekarang kami yang tujuh orang ini seluruhnya menjadi gubernur di beberapa daerah, maka kami berlindung kepada Alloh SWT agar tidak menjadi orang yang merasa besar di tengah-tengah manusia tetapi menjadi kecil di sisi Alloh SWT”.

Ketiga : Lambat tapi hasilnya terjamin (Bathi’ – Ma’mun)

Da’wah adalah lari estafet bukan sprint, untuk itu diperlukan kesabaran untuk mencapai target dan sasaran dengan kwalitas terjamin, lari estafet memang tampak kelihatan lambat , akan tetapi potensi dan tenaga terdistribusi secara kolektif dan perpaduan kerjasama terarah secara baik untuk memberikan sebuah jaminan kemenanagn di garis finis. Watak perjalanan da’wah yang lambat harus dilihat dari proses dan tahapannya bukan dari perangai para pelakunya, karena perangai yang lambat dalam berda’wah adalah bentuk kelalaian, yang nasab (afiliasi) nya kepada jama’ah kaliber Internasionalpun tidak akan mempercepat langkah kerja da’wahnya, sebagaiman hadits rosululloh SAW : “Man bathi’a ‘amaluhu lam yusra’ bihi nasabuhu” (Barang siapa yang lamban kerjanya, tidak bisa dipercepat dirinya dengan nasabnya).

Salah satu jaminan dari proses tarbiyah adalah melahirkan sebuah kepribadian yang integral, tidak mendua dan tidak terbelah, integritas kepribadian seorang muslim yang ditempa di jalan Tarbawi tercermin pada keteguhan akidahnya, keluhuran akhlaknya , kebersuhan hatinya, kebaikan suluknya baik secara ta’abbudi, ijtima’i maupun tandzhimi.

Keberhasilan sebuah da’wah akan tampak sejauh mana keterjaminannya bila dihadapkan oleh situasi dan kondisi yang menguji integritas kepribadiannya. Sebagaimana halnya ketika terjadi tragedi “Haditsul Ifki” yang menimpa Aisyah radhiallohu anha, banyak orang yang yang tidak terjamin akhlaknya sehingga turut menyebarluaskan fitnah keji tersebut, bandingkan dengan para sahabiyah yang terjamin kualitas tarbawinya, yang menjaga lisannya, yang lebih senang mengedepankan husnudzhannya kepada ummul Mu’minin aisyah RA, cukuplah

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 4 of 71

isteri Abu Ayyub al-anshari mewakili keluarga para shabiyah yang berhati mulia, bagaiman ia mensikapi kasus tersebut dengan penuh rasa ukhuwwah dan mencintai saudaranya karena Alloh SWT.

Berkenaan dengan gunjingan yang menimpa aisyah RA, isteri abu Ayyub al-anshary berkata kepada suaminya : “Ya..Abaa ayyub!, lau kunta sofwaana hal taf’alu bihurmati rasulillaahi suu’an, wa hua khairun minka, Ya…Abaa ayyub lau kuntu ‘Aisyah maa khuntu Rasulallohi abadan” (Wahai abu Ayyub, jika engkau yang menjadi Safwannya apakah engkau berbuat yang tidak-tidak kepada isteri Rosululloh SAW, dan Safwan lebih baik dari engkau. Wahai abu Ayyub, kalau aku yang jadi Aisyah, tidak akan pernah akau menghianati Rasululloh SAW, dan Aisyah lebih baik dariku).

Dengan kata lain isteri Abu Ayyub Al-Anshari RA mengingatkan suaminya bahwa dirinya yang tidak lebih baik dari Shafwan RA saja tidak ada pikiran-pikiran buruk teerhadap Aisyah RA sebagaimana yaang digunjingkan oleh banyak orang, apalagi Shafwan RA yang jauh lebih baik dari suaminya , sehingga mustahil dalam pandangan isteri Abu Ayyub RA Shafwan melakukan hal-hal sebagaimana yang dituduhkan oleh banyak orang. Sebaliknya isteri Abu Ayyub Al-Ansari RA juga berkata kepada dirinya sendiri , bahwa dirinya saja yang tidak merasa lebih baik dari Aisyah RA tidak pernah terlintas untuk tega mengkhianati suami apalagi Aisyah yang dalam pandangannya jelas-jelas jauh lebih baik dari dirinya, sudah barang tentu mustahil terlintas pikiran jelek menghianati suami (berselingkuh) seperti yang digosipkan oleh banyak orang.

Kata-kata isteri abu Ayyub syarat dengan taushiah agar kita menjaga syahwatul lisan, mendahulukan husnu dzhan dan menonjolkan sikap tawaddhu sebagai bukti terjaminnya hasil da’wah.

Pendekatan taktisSetelah ketiga faktor idealis tersebut diatas telah terealisasi dengan baik,

maka langkah berikutnya adalah memetakan langkah-langkah taktis, dengan melakukan program peningkatan kualitas dan kuantitas pertumbuhan kader dan menyelenggarakan “Bi’tsatudduat”. Seperti beberapa orang sahabat yang diutus oleh Rosululloh SAW untuk menda’wahkan dan mengajarkan serta melakukan pembinaan kepada orang-orang yang baru masuk islam, yang telah melampaui wilayah Makkah dan Madinah, seperti Muadz bin Jabal yang diutus ke Yaman dan Khalid bin Walid yang dikirim ke wilayah irak. Hal itu dimaksudkan untuk menyeimbangkan luasnya medan da’wah dengan jumlah kader dan menyelaraskan dukungan masa dengan potensi (kemampuan) tarbiyah.

Pendekatan StrategisLangkah strategis dalam sebuah perjalanan da’wah yang sangat penting

adalah fokus untuk menyusun barisan kader inti, dimana hal ini tidak boleh terabaikan betapapun gegap gempitanya sambutan masyarakat umum terhadap da’wah ini, oleh karena itu untuk menghindari terjadinya “Lose of generation”, atau generasi kader yang lowong, maka segera mendesak untuk dirumuskan sebuah strategi membina kader baru yang sekarang ini semakin kompetitif dengan gerakan-gerakan da’wah lainnya. Semakin banyak jumlah jumlah kader inti disamping kader baru baik secara kwalitas maupun kwantitas akan banyak membantu da’wah ini dalam menghadapi berbagai permasalahan dan ancaman.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 5 of 71

Pada masa abu bakar RA, terjadi gelombang pemurtadan yang luar biasa, sehingga 2/3 jazirah arab nyaris mengalami kemurtadan, itu artinya hanya 1/3 wilayah yang selamat yang terdiri dari kota Makkah, Madinah dan Thaif, di ketiga kota inilah kader inti da’wah tetap dijaga dan dipelihara, sedangkan kader-kader baru dibina pada masa Khalifah Umar bin Khattab dimana kebanyakan mereka adalah tawanan perang Riddah pada masa Abu Bakar RA. Terbukti kemudian pada perang Qadisiyah, ketika ancaman imperium Persia menghadang, kader-kader baru yang dibina oleh umar bin khaatab selama kurang lebih satu tahun kebanyakan mereka berada dibarisan paling depan dalam jihad fi sabilillah, dan tak jarang diantara mereka kemudian terkenal sebagai panglima dan komandan pasukan. Itulah hasil sebuah produk tarbiyah (QS, 3 : 146).

Wallohu ‘alamu bisshowab

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 6 of 71

SISTEM KADERISASI

Setelah mendapat materi ini diharapkan peserta mampu ;1. Memahami sistem kaderisasi dalam manhaj 1421 H2. Memahami arah kaderisasi3. Memahami tujuan kaderisasi4. Memahami marhalah amal dalam kaderisasi

I. PENDAHULUANIslam sebagai Din merupakan sistem atau manhaj yang sempurna dari Allah

sebagai sandaran atau pedoman hidup bagi manusia.“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui ( QS Al-Jaatsiyah l8)”.Sistem ini integral dan komprehensif, karena diambil dari Kitabullah, Sunnah

Rasul,Siroh Nabi, Siroh Sahabat dan ijma Ulama. Sistem Ilahi ini mampu memecahkan seluruh persoalan hidup manusia dengan komprehensivitasnya sehingga tidak lagi membutuhkan sistem yang lain. Yang ingin dicapai dari sistem ini adalah perubahan yang terdapat pada setiap orang, dari kondisi buruk kepada yang baik atau kepada yang lebih baik, dari kufur kepada iman, dari ma’shiyat kepada taat, dari kesesatan menuju hidayah, dari batil menuju benar dan dari sistem manusia kepada sistem Ilahi disetiap kesempatan. Proses penyiapan manusia menuju kebaikan ini disebut dengan tarbiyah Islamiyah.

II. TUJUAN TARBIYAH ISLAMIYAHTujuan Tarbiyah Islamiyah adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi

manusia untuk dapat hidup di dunia secara lurus dan baik, serta hidup di akhirat dengan naungan ridla dan pahala Allah SWT.Tujuan ini mencakup :1. Ibadah" Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu" ( Adz-Dzariyat : 56)Ibadah menuntut terwujudnya banyak unsur dari seorang muslim, antara lain : unsur iman, unsur Islam, unsur Ihsan, unsur keadilan, unsur amar ma,ruf nahi munkar, dan unsur jihad di jalan Allah untuk menjadikan kalimah allah sebagai kalimah yang tertinggi, sebagaimana tuntutan akan terwujudnya berbagai unsur itu dalam bentuk kata-kata dan tindakan sekaligus.2. Tegaknya Khilafah Allah di muka bumi.”Sesungguhnya Aku jadikan manusia sebagai khalifah di bumi” (Al-Baqarah 30).Pengangkatan manusia sebagai khalifah menuntut aktivitas pemakmuran bumi dan pemanfaatan segala sesuatu yang Allah berikan untuk umat manusia3. Ukhuwah (Al-Hujurat :13)Setelah beriman kepada Allah swt dan masuk agamaNya secara berbondong-bondong,tidaklah patut bagi manusia kecuali saling berkasih sayang, saling menolong, dan saling menasehati dalam kesabaran, kemudian mempererat hubungan itu agar makin sempurna.4. Kepemimpinan Dunia.Allah berfirman : ”Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 7 of 71

yang telah diridlaiNya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa ” (An-Nur : 55)  Artinya, bahwa orang-orang yang beriman dan beramal shalih adalah para tokoh penguasa bumi, karena agama mereka adalah agama kemenangan dan kekuasaan, maka harus ada upaya meraihnya dengan program tarbiyah Islamiyah bagi semua orang.5. Menghukum Dengan Syariat. Allah berfirman :”Hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan oleh allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan oleh allah kepadamu” . (Al-Maidah :49)Inilah tujuan inti dari tujuan tarbiyah Islamiyah. Tercapainya keempat tujuan sebelumnya akan menghantarkan kepada tegaknya syariat Islam.

III. TUJUAN TARBIYAH IKHWANIYAHTarbiyah ikhwaniyah memiliki dua tujuan besar :1. Tujuan permanen, yakni penerapan dari tujuan-tujuan tarbiyah islamiyah.Tujuan permanen itu antara lain :a. Memberdayakan orang, untuk dapat mengabdi kepada sesembahan yang

hak,yaitu Allah swt.Semua itu dilakukan dengan: menajamkan unsur keimanan dalam diri manusia sebagai hamba Allah

dengan persepsi yang benar. Menghidupkan unsur Islam diri manusia.Semua itu dilakukan dengan

pemahaman yang benar tentang syahadat dan pengamalan kandungannya. Penerapan unsur ihsan dalam ibadah dan tradisi. Menegaskan dan membiasakan keadilan serta membantu orang untuk

menegakkannya. Penanganan amar ma’ruf nahi munkar dan membantu orang lain

melakukannya. Penanganan operasional jihad di jalan Allah agar kalimah Allah menjadi

kalimat yang tertinggi.b. Menjalankan kewajiban khilafah di muka bumi, memakmurkannya dan

membantu orang lain untuk memahamai tujuan ini.Hal ini meliputi :3. Keyakinan bahwa bumi dan segala isinya telah Allah ciptakan untuk

manusia,untuk dimanfaatkan dan usaha memakmurkan bumi adalah kewajiban syariat.

4. Meraih segala yang meningkatkan potensi keilmuan dan keahlian yang dapat menjadikan manusia mampu memakmurkan bumi.

5. Menegaskan keyakinan bahwa penguasaan kita dengan khilafah atas bumi untuk tujuan kemanfaatan dunia dan akhirat. (An-nur :55)

c. Menunaikan kewajiban ta’aruf antar kaum muslimin di suatu negeri dan di berbagai tanah air Islam.

d. Bekerja untuk meraih kekuasaan di bumi dan menjadikan syariat Allah sebagai dasar pijakannya

2. Tujuan konstekstual, yakni pengamatan terhadap arus berbagai nilai yang mewarnai masyarakat dan bagaimana mencari perangkat yang dapat digunakan untuk menghadapinya dalam perspektif syariat Islam. Tujuan Kontekstual atau tujuan antara, intinya adalah bagaimana upaya menghadapi perubahan arus nilai secara ilmiah dan tepat berlandaskan ajaran islam, sekaligus bagaimana

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 8 of 71

merumuskan cara-cara terbaik untuk itu. Perubahan adalah sunnatullah dan bagaimana manusia berubah dari satu kondisi ke kondisi yang lain, juga bagaimana kehidupan di sekitarnya berubah seiring dengan perubahan yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum , kecuali jika manusia itu sendiri berusaha mengubahnya (Ar-Ra’d :1). Allah akan mengubah apa yang ada pada diri mereka sesuai dengan niat, ucapan, dan perilaku mereka.Beberapa perubahan arus nilai itu antara lain :

1. Arus pemikiran dan peradaban.2. Arus sistem nilai sosial dan politik.3. Arus politik dan ekonomi.4. Sarana-sarana kehidupan dan pola-polanya.5. Arus cara pandang terhadap alam, kehidupan, dan benda hidup.

Untuk mencapai kedua tujuan itu diperlukan tahapan-tahapan amal yang komprehensiv dan saling berkesinambungan antara satu tahapan ke tahapan berikutnya. Marhalah (tahapan) amal itu antara lain :

1. Pembentukan pribadi. Terbentuknya sosok muslim dalam pemikiran, keyakinan,akhlak,dan emosinya.

2. Pembentukan keluarga . Terbentuknya rumah tangga muslim dalam pemikiran, keyakinan, akhlak, dan emosinya.

3. Pembentukan masyarakat muslim dalam keseluruhan aspek di atas.4. Memperbaiki negri muslim . Lahirnya pemerintah islam yang menggiring

masyarakat untuk mengamalkan nilai-nilai Islam. 5. Memerdekakan negri muslim. Terbebasnya negri-negri muslim dan

kemudian bergabung bersama ikhwan.6. Mengembalikan khilafah islam.7. Menjadi guru peradaban ummat manusia. Terwujudnya penyebaran dakwah

ke seluruh dunia, menyampaikannya kepada seluruh umat manusia, menggaungkannya ke seluruh penjuru bumi, dan menjatuhkan semua penguasa otoriter sehingga tidak ada lagi fitnah dan agama seluruhnya hanya milik Allah.

IV. CIRI KHAS MANHAJ TARBIYAHManhaj tarbiyah ikhwaniyah telah mengalami perkembangan. Dalam sepuluh

tahun terakhir manhaj yang digunakan sebagai bahan rujukan secara nasional adalah manhaj tahun l994 dan manhaj tahun l998. Ciri khas manhaj l994 menekankan pada referensi yang harus dikaji dalam proses tarbiyah, sedangkan substansi materi diambil dari maraji’ yang direkomendasikan. Ciri khas manhaj l998 menekankan sasaran dan tujuan tarbiyah yang lebih rinci dalam pengukurannya. Bahan acuan manhaj tarbiyah masih bervariasi dalam pengambilan sumber rujukan manhajnya. Dimana untuk marhalah Dewasa mengacu pada manhaj tahun l994 dan untuk marhalah sebelumnya belum mengacu secara sempurna pada manhaj terakhir. Untuk itu diperlukan manhaj berskala nasional yang dapat menjawab tantangan waqi’iah, bersifat kontekstual dan memenuhi standar manhaj alami. Manhaj ini disebut manhaj l421 H/2000M. Manhaj ini merupakan revisi untuk manhaj Pemula dan takwiniyah yang selama ini ada. Manhaj ini mengacu sepenuhnya pada manhaj l998 dan diupayakan sedemikian rupa tetap mempertahankan beberapa muatan manhaj l994 yang dirasakan masih relevan untuk diteruskan. Ciri khas manhaj l421 H adalah mentarbiyah seseorang dengan mengacu pada tujuan akhir tarbiyah, ( apa yang diharapkan dari peserta tarbiyah pada setiap marhalah tarbiyah ).Yang perlu diingat ,ciri khas metode ini adalah peranan pelaksana tarbiyah yang harus

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 9 of 71

memahami manhaj dengan sempurna, sehingga jumlah materi, jenis materi, dan masa tarbiyah sangat bervariasi namun semuanya tetap mengacu pada hasil akhir proses tarbiyah.

Yang menjadi landasan lahirnya manhaj tarbiyah adalah delapan fikroh ikhwan. Ini dikarenakan pemahaman yang komprehensiv dan utuh tentang Islam dalam diri ikhwan ini menghasilkan keuniversalan fikrohnya yang menyentuh semua aspek reformasi umat dan tercermin pula di dalamnya semua ide perbaikan. Kedelapan fikroh ikhwan itu adalah :

1. Dakwah salafiyah, karena mereka menyeru untuk mengembalikan Islam kepada sumbernya yang jernih, yakni Kitab Allah dan Sunnah RasulNya.

2. Thariqoh sunniyah, karena segenap kemampuannya mereka membawa dirinya untuk beramal dengan landasan sunnah yang suci dalam segala hal, khususnya dalam hal aqidah dan ibadah.

3. Haqiqah shufiyah, karena mereka memahami bahwa asas kebaikan adalah kescuian jiwa, kejernihan hati, kontinyuitas amal, berpaling dari ketergantungan kepada makhluk, kecintaan karena allah, dan komitemen dengan kebajikan.

4. Hai’ah siyasiyah, karena mereka menuntut perbaikan hukum dari dalam,, meluruskan persepsi seputar hubungan umat Islam dengan bangsa-bangsa lain di luar negeri, serta mendidik masyarakat untuk memiliki kehormatan, harga diri, dan kemauan yang kuat untuk mempertahankan jatidirinya, sampai batas maksimal.

5. Jama’ah riyadliyah, karena mereka sangat memperhatikan fisiknya dan menyadari bahwa mukmin yang kuat lebih baik dari pada muknin yang lemah.

6. Rabithah ilmiyah tsaqofiyah, karena Islam menjadikan aktivitas mencari ilmu sebagai satu kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah. Begitu juga karena forum-forum ikhwan pada dasarnya adalah madrasah-madrasah taklim dan peningkatan wawasan serta lembaga-lembaga untuk mentarbiyah fisik,akal, dan ruhani.

7. Syirkah iqtishodiyah, karena Islam sangat memperhatikan pendistribusian hareta dan perolehannya.

8. Fikroh ijtimaiyah, karena mereka sangat memperhatikan penyakit-penyakit yang melanda masyarakat Islam dan berusaha memberikan terapi solusinya.

Fikroh ikhwan ini kemudian mendasari l0 arkanul bai’ah yang menjadi landasan operasional tarbiyah. Kesepuluh arkanul bai’ah itu adalah :

1. Paham, adalah yakin bahwa fikrah (pandangan ) kita adalah fikrah Islami dan sahih.Anda harus memahami Islam sebagaimana diuraikan dalam ushul ‘isyrin ( 20 prinsip ikhwan ).

2. Ikhlash, setiap al akh muslim, harus mengharapkan keridhaan Allah dan pahala dari semua ucapan, amal, dan jihad yang dilakukannya tanpa didorong oleh kepentingan pribadi, penampilan, kemewahan, pangkat, gelar, kedudukan dan yang lainnya.

3. Amal, adalah buah dari ilmu dan ikhlas. ( At-taubah 105 )4. Jihad, adalah kewajiban yang harus dilakukan terus menerus dan

berkesinambungan sampai hari kiamat, seperti yang telah dinyatakan dalam hadist Rasulullah Saw: “ Barangsiapa yang mati (sedang) ia tidak pernah berperang dijalan Allah dan tidak pernah berniat untuk berperang (di jalan Allah), ia mati dalam keadaan jahiliah.”

5. Tadhhiah, adalah mengorbankan jiwa, harta, waktu, kehidupan dan semua potensi untuk mencapai tujuan. Di dunia ini tidak ada jihad tanpa pengorbanan. Setiap pengorbanan dalam memperjuangkan fikrah kita tidak

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 10 of 71

akan sia-sia, bahkan mendapat pahala yang besar dan baik di sisi Allah SWT. Barang siapa yang tidak mau berkorban bersama-sama kaum muslimin dalam melaksanakan jihad fi sabilillah akan berdosa dan akan menanggung segala akibatnya.

6. Taat, adalah menerima perintah dan melaksanakannya dengan cepat, baik di waktu senang atau sulit, terhadap hal-hal yang disukai atau dibenci.

7. Tsabat , al akh senantiasa bekerja dan berjihad untuk mencapai tujuan, meskipun tujuan tersebut masih jauh bahkan memakan waktu bertahun-tahun sampai ia bertemu Allah Swt dan benar-benar berhasil memperoleh salah satu dari dua kebaikan : tercapainya tujuan atau mati syahid.

8. Tajarrud, adalah membersihkan fikrah dari segala pengaruh ajaran dan tokoh lain.

9. Ukhuwwah, Adalah mengikat hati dan ruh dengan ikatan aqidah, dan aqidah merupakan ikatan yang paling kokoh dan paling mulia. Ukhuwah adalah saudara iman, sedang perpecahan adalah saudara kekufuran. Kekuatan utama adalah kesatupaduan dan kesatupaduan tanpa adanya cinta. Derajat cinta yang paling rendah adalah hati yang selamat dari segala buruk sangka kepada saudara muslim lainnya. Derajat cinta yang paling tinggi adalah itsar.

10.Tsiqah, adalah tentramnya jundi (prajurit) kepada mas-ulnya dalam hal kemampuan dan keikhlasannya.

Setelah memahami 10 arkanul bai’ah dan 8 fikrah ikhwan , maka ditetapkan tujuan tarbiyah yang bermuatan atau disesuaikan dengan kebutuhan nasional keIndonesiaan. Pada tahap ini telah dibuat 69 tujuan umum manhaj tarbiyah atau kompetensi yang harus dicapai dalam tarbiyah (disebut dengan kompetensi kritis). Dua buah tujuan merupakan tambahan yang bersifat lokal. Tujuan umum atau kompetensi kritis tersebut kemudian dirinci menjadi tujuan khusus manhaj untuk setiap marhalah tarbiyah mulai Pemula, Muda, Madya, Dewasa dan Ahli.

Dari tujuan pembelajaran ini dibuat pemetaan antara tujuan umum manhaj dengan bidang studi yang direkomendasikan. Adapun bidang studi yang direkomendasikan tercakup dalam 24 bidang studi dan disebar ke dalam 4 kelompok kajian, yaitu :

I. Dasar-dasar keislaman, mencakup :(1). Al-Qur’an dan ‘Ulumul Qur’ an, (2). Hadist dan ‘Ulumul hadist, (3).Aqidah.(4). Fiqh (5 ) . akhlak dan kepribadian muslim.

II. Pengembangan diri dan ketrampilan dasar.(6). Metodologi berfikir dan riset, (7) Belajar mandiri, (8). Rumah tangga muslim.(9). Manajemen dan organisasi, (10). Bahasa arab, (11). Kesehatan dan kekuatan fisik, (12). Kependidikan dan keguruan.

III.Da’wah dan Pemikiran islam:(13). Fiqh da’wah , (14). Sejarah dan peradaban ummat, (15).Dunia Islam kontemporer, (16). Pemikiran, gerakan dan organisasi pembaharuan, (17). Islam dan kekuatan-kekuatan lawan.

IV. Sosial Kemasyarakatan :(18). Tata sosial kemasyarakatan , (19). Perundang-undangan, (20). Sistem politik dan hubungan internasional (21).Ekonomi , (22). Seni dan budaya, (23). Iptek dan lingkungan, (24 ).Politik kontemporer.

V. TAHAPAN-TAHAPAN TARBIYAH

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 11 of 71

Untuk selanjutnya seluruh bidang studi ini disebar ke dalam proses tarbiyah. Menurut Imam Syahid Hasan Al-Banna dalam Risalah Ta’lim bahwa tarbiyah harus melalui 3 fase :

1. Ta’rif. Dalam tahapan ini, da’wah dilakukan dengan menyebarkan fikrah prinsip-prinsip dasar dan nilai-nilai serta ajaran-ajaran pokok Islam ditengah masyarakat melalui da’wah fardiah (dengan menjalankan hubungan dengan orang-orang yang berpotensi berubah) atau dengan halaqoh dan melakukan perubahan secara Islam.

2. TakwinDalam tahapan ini da’wah ditegakkan dengan melakukan seleksi terhadap anasir positif untuk memikul beban dan mengembangkan seluruh potensi yang ada. Da’wah pada tahapan ini bersifat khusus, tidak dapat diikuti oleh seseorang kecuali yang memiliki persiapan secara benar untuk memikul beban jihad yang panjang masanya dan berat tantangannya. Sistem tarbiyah pada tahapan ini bersifat tasawuf murni dalam tatanan ruhani dan bersifat militer dalam tataran operasional.

3. TanfidzDa’wah dalam tahapan ini adalah jihad, tanpa kenal sikap plinplan, kerja terus menerus untuk menggapai tujuan akhir, kesiapan menanggung cobaan dan ujian yang tidak mungkin bersabar atasnya kecuali orang-orang yang tulus dan memiliki ketaatan total.

VI. MUWASHOFATSebagaimana telah disebutkan, bahwa ciri khas manhaj l421 H adalah mentarbiyah seseorang dengan mengacu kepada tujuan akhir tarbiyah seseorang (goal based learning), atau apa yang diharapkan dari peserta tarbiyah pada setiap marhalah. Untuk itu perlu diketahui karakteristik peserta tarbiyah yang mencakup aspek sikap (afektif ), pengetahuan ( cognitif), dan perilaku (psikomotorik) .Karakteristik yang harus dimiliki setiap individu itu mencakup 10 point :

1. Salimul aqidah, setiap individu dituntut untuk memiliki kelurusan aqidah yang hanya dapat mereka peroleh melalui pemahaman terhadap Qur’an dan Sunnah.

2. Shahihul ibadah, setiap individu dituntut untuk beribadah sesuai dengan petunjuk yang disyariatkan kepada Rasulullah SAW.

3. Matinul khuluq, setiap individu dituntut untuk memiliki ketangguhan akhlak sehingga mampu mengalahkan hawa nafsu dan syahwat.

4. Qadirun ‘alal Kasbi, setiap individu dituntut untuk mampu menunjukkan potensi dan kreativitasnya dalam dunia kerja.

5. Mutsaqqaful fikri, setiap individu dituntut untuk memiliki keluasan wawasan.

6. Qawiyyul jism, setiap individu dituntut untuk memiliki kekuatan fisik melalui sarana-sarana yang dipersiapkan Islam.

7. Mujahid lin nafsi , setiap individu dituntut untuk memerangi hawa nafsunya dan senantiasa mengokohkan diri di atas hukum-hukum Allah melalui ibadah dan amal shaleh.

8. Munadzam fi syu’unihi, setiap individu dituntut untuk mampu mengatur segala urusannya sesuai dengan keteraturan Islam.

9. Haristun ‘ala waqtihi, setiap individu dituntut untuk memelihara waktunya sehingga ia terhindar dari kelalaian dan kehilafan perbuatan manusia.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 12 of 71

10.Nafi’un li ghoirihi, setiap individu harus menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.

VII. PROSES TARBIYAHUntuk mencapai muwashofat proses tarbiyah memerlukan komponen-komponennya. Baik internal ataupun eksternal. Komponen ini saling berhubungan dan berpengaruh antara satu dengan yang lainnya. Adapun komponen internalnya yang mempengaruhi proses tarbiyah adalah :

1. Peserta adalah seseorang yang direkrut untuk mengikuti proses tarbiyah sesuai dengan marhalahnya

2. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan bidang studi serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan tarbiyah yang berkaitan dengan waktu dan tingkatan tarbiyah. Kurikulum merupakan sesuatu yang harus dikuasai dengan baik oleh pelaksana program tarbiyah. Pada akhir program tarbiyah, kurikulum digunakan sebagai alat untuk melihat tingkat keberhasilan proses tarbiyah.

3. Pelaksana adalah seseorang yang bertugas melaksanakan berbagai sarana tarbiyah untuk setiap peserta tarbiyah sesuai dengan jenjang tarbiyah.

4. Pengelola adalah institusi yang berwenang dalam perencanaan,pengorganisasian, dan mutaba’ah penyelenggaraan tarbiyah sesuai dengan ruang lingkup yang menjadi tanggung jawabnya.

5. Metode adalah cara untuk menyampaikan materi kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

6. Media adalah alat bantu atau alat peraga yang digunakan dalam proses tarbiyah untuk memudahkan pencapaian tujuan pemberian materi.

7. Administrasi meliputi tulis-menulis dalam rangka fungsi manajemen pada seluruh komponen tarbiyah.

8. Taqwim adalah sebuah proses dan mekanisme evaluasi pencapaian muwashafat dan seleksi kenaikan jenjang peserta tarbiyah.

9. Prasarana adalah segala sesuatu yang tidak berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar,akan tetapi dapat mempengaruhi hasil belajar. Prasarana ada yang bersifat materi dan non materi.

10.Lingkungan adalah kondisi yang mempengaruhi proses tarbiyah, positif atau negatif, dalam skala keluarga, masyarakat, negara, dan internasional.

VIII. SARANA TARBIYAHSarana adalah program atau bentuk acara yang dijadikan sebagai alat untuk merealisasikan kurikulum tarbiyah. Sarama tarbiyah itu antara lain :1. Halaqah, adalah proses kegiatan tarbiyah dalam dinamika kelompok. Jumlah

normal satu halaqah maksimal 12 orang. Murabbi diperkenankan mentarbiyah paling banyak 3 kelompok.

2. Tatsqif,adalah salah satu sarana sebagai proses pembentukan syakhsiyah dai’yah mutakamilah yang bersifat ilzami melalui pembekalan ‘ulum islamiyah kepada peserta tarbiyah.

3. Daurah dan kursus, adalah forum intensif untuk mendalami suatu tema atau ketrampilan/keahlian tertentut. Diikuti oleh peserta dengan persyaratan tertentut dan dilaksanakan dalam waktu relatif lebih lama.

4. Ta’lim, adalah bentuk penyampaian mawad tarbiyah tsaqafiah sekaligus tarbiyah jamahiriyah yang diselenggarakan melalui sarana-sarana umum seperti masjid atau majelis ta’lim dengan penamaan ta’lim fil masajid.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 13 of 71

5. Mabit, adalah salah satu sarana tarbiyah ruhiyah dalam bentuk menginap bersama dengan menghidupkan malam untuk meningkatkan hubungan dengan Allah SWT serta kecintaan kepada Rasulullah SAW.

6. Rihlah, adalah suatu perjalanan rekreasi yang bersifat tarbawi, manhaji, dan tandzimi dengan kegiatan yang disiapkan untuk mencapai sasaran pemulihan dan penyegaran potensi ruhi, fikri, dan jasadi serta penguatan hubungan kemasyarakatan dan kekeluargaan.

7. Mukhayam, adalah sarana penghimpunan , pelatihan dan pengarahan dalam rangka menerapkan nilai Islam pada aktifitas kehidupannya.

IX. PENUTUPManhaj tarbiyah /sistem kaderisasi merupakan sebuah rangkaian yang utuh

dan saling berkesinambungan antara satu bagian dengan bagian yang lainnya. Tujuan tarbiyah akan tercapai, Insya Allah jika setiap tahapan-tahapan tarbiyah dilakukan dengan usaha yang sungguh-sungguh, manhaji , dan menyerahkan seluruh amal serta urusan akhir kepada Allah SWT. Waallohu A’lamu bisshawab.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 14 of 71

PROFIL HALAQAH

Pengertian HalaqahDalam manhaj 1421 H disebutkan halaqah adalah sarana utama tarbiyah

sebagai media untuk merealisasikan kurikulum tarbiyah sarana utama berupa halaqah tersebut masih harus dilengkapi dengan sarana-sarana tambahan agar sasaran tarbiyah yakni pencapaian muwashafat atau karakteristik di jenjang-jenjang tersebut dapat tercapai secara optimal. Sarana-sarana tambahan antara lain rihlah, mukhayyam, daurah, seminar, ta’lim, dan penugasan.

Selain merupakan salah satu sarana tarbiyah, halaqah juga dapat didefinisikan sebagai satu proses kegiatan tarbiyah dalam dinamika kelompok dengan jumlah anggota maksimal 12 orang.

Walaupun cara mentarbiyah seseorang bisa melalui da'wah fardhiyah misalnya, halaqah tetap merupakan metode talaqqi wadah yang efektif karena terjadi proses interaksi yang intensif antara anggota halaqah. Melalui proses interaksi, tersebut diharapkan terjadi proses saling bercermin, mempengaruhi dan berpacu ke arah yang lebih baik serta melatih kebersamaan dalam ruang lingkup amal jama’i.

Dalam buku Adab Halaqah, Dr. Abdullah Qadiri menegaskan bahwa sasaran utama belajar mengajar dalam sebuah halaqah haruslah bertujuan akhir mengokohkan hubungan dengan Allah dan mampu beribadah kepada-Nya, dengan cara yang diridhai-Nya. Karena beribadah kepada Allah adalah tujuan asasi diciptakan-Nya manusia.

Halaqah Sebagai Sarana Pembentukan Pribadi MuslimHalaqah sebagai sarana utama tarbiyah marhalah Pemula dan Muda juga

berfungsi sebagai sarana pembentukan pribadi Muslim yang shaleh. Pribadi-pribadi yang terbentuk diharapkan memiliki sifat-sifat terpuji, perangai Islam asasi, tidak terkotori oleh bentuk-bentuk kemusyrikan dan tidak memiliki hubungan dengan pihak-pihak yang memusuhi Islam. Dalam fase tarbiyah ini diperkenalkan dasar-dasar umum Islam berupah aqidah, syari’ah, akhlaq dan jihad.

Ada sepuluh muwashafat atau karakteristik pribadi muslim yang shaleh dengan rincian atau penjabaran yang sesuai dengan marhalah Pemula dan Muda. Sebagai contoh untuk karakteristik Saliimul Aqidah (aqidah yang bersih/selamat) seorang pribadi yang shaleh hanya akan merujuk pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, tidak berhubungan dan meminta tolong pada jin, tidak meramal nasib dan pergi ke dukun, tidak memintah berkah ke kuburan atau meminta tolong pada orang yang sudah mati dan lain-lain.

Kemudian untuk ciri Shahihul Ibadah (ibadah yang shahih) ternampakkan bila ia berani mengumandangkan adzan, benar-benar ihsan dalam thaharah (bersuci), bersemangat untuk shalat berjama’ah di masjid, ihsan dalam shalat, berpuasa fardhu, berzakat dan qiyamul lail / shalat tahajjud minimal 1 kali sepekan.

Berikutnya untuk muwashafat Matiinul Khuluq (akhlak yang kokoh, mulia) terjabarkan dalam sikap dan perilaku yang tidak takabbur, tidak imma’ah (asal ikut, membeo), tidak berdusta, tidak mencaci maki, tidak mengadu domba, tidak ghibah (membicarakan keburukan orang lain) dan tidah mematahkan pembicaraan orang lain.

Selanjutnya, karakteristik Qadirun ‘alal kasbi (kemandirian) tercermin pada perilaku peserta halaqah ini bila ia selalu menjauhi sumber penghasilan yang haram, giat bekerja dan rajin membayar zakat, menjauhi riba, judi dan segala tindak penipuan.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 15 of 71

Ciri Mutsaqaful Fikri (intelektualitas yang berkembang dengan baik) terwujudkan bila pribadi ini pandai, cakap membaca dan menulis, berwawasan luas, pandai menggunakan logika berfikir yang logis dan metodologis, membaca 1 juz tafsir Al-Qur’an (juz ke 30), memperhatikan hukum-hukum tilawah, menghafalkan Hadits Arba’in (hadits ke 1-20) dan mengetahui hukum thaharah (bersuci), shalat dan berpuasa.

Sedangkan karakteristik Qawwiyul Jismi tertampakkan pada kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal, komitmen terhadap adab makan dan minum sesuai dengan sunnah, kontinyu olahraga 2 jam/pekan, bangun sebelum fajar, menghindari rokok dan minuman-minuman yang berkafein.

Selanjutnya ciri Mujahidin Linafsihi terlihat bila pribadi yang shaleh tersebut selalu menjauhi segala yang haram, tempat-tempat hiburan maksiat. Sedangkan karakter Munazhamun fi Syu’unihi tercermin bila peserta halaqah mulai memperbaiki penampilan ke arah lebih Islami serta kualitas kerja yang rapi dan profesional.

Kemudian Muwashafat Harishun Waqtihi (menjaga dan menghargai waktu) nampak bila pribadi tersebut senantiasa bangun pagi, menghindari kesia-siaan atau hal-hal yang tak berfaedah serta memanfaatkan waktu untuk beribadah, belajar, mencari nafkah dan berda'wah.

Akhirnya ciri ke sepuluh berupa Nafi’un Lighairihi (bermanfaat bagi orang lain) terjabarkan oleh sosok pribadi shaleh dengan menunaikan hak kedua orang tua, berpartisipasi dalam kebaikan seperti aktif dalam bakti sosial dan kerja bakti, pandai membahagiakan orang lain, membantu orang yang membutuhkan dan sebagainya.

Rukun HalaqahHalaqah memiliki rukun: Ta’aruf, Tafahum dan Takaful.Rukun pertama (1) Ta’aruf (saling mengenal) adalah sebuah permulaan yang

harus ada dalam sebuah halaqah. Dasar da'wah kita adalah saling mengenal, seyogyanyalah setiap peserta halaqah saling mengenal dan berkasih sayang dalam naungan ridha Allah SWT.

Ayat-ayat Al-Qur’an seperti Al-Hujurat ayat 10 dan 13 serta Ali Imran ayat 103 memberi arahan pokok bagaimana seseorang harus saling mengenal. Ditambah lagi hadits-hadits Nabi SAW: “Mukmin dengan mukmin lainnya ibarat satu bangunan yang saling mengokohkan”, “Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim lainnya, tidak akan menzhalimi dan menyerahkannya pada musuh” dan “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal cinta, kasih sayang dan kelemah-lembutan seperti jasad yang satu”.

Ta’aruf melingkupi saling mengenal mulai hal-hal yang berkaitan dengan fisik seperti nama, pekerjaan, postur tubuh, kegemaran, keadaan keluarga. Kemudian aspek kejiwaan seperti emosi, kecenderungan, kepekaan hingga aspek fikriyah seperti orientasi pemikiran. Selain itu juga hingga mengetahui kondisi sosial ekonomi, keseriusan dalam beribadah, dan puncaknya sampai mengetahui kondisi “isi kantong” dan kegiatan harian secara detail sepekan penuh.

(2) Tafahum (saling memahami). Rasulullah SAW bersabda : “Seorang mukmin itu hatinya lunak. Tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak dapat menggugah hati”.(HR Imam Ahmad). Yang dimaksud dengan tafahum adalah :a. Menghilangkan faktor-faktor penyebab kekeringan dan keretakan hubunganb. Cinta kasih dan lembut hati c. Melenyapkan perpecahan dan perselisihan karena pada hakikatnya perbedaan

itu bukan pada masalah yang sifatnya prinsipil.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 16 of 71

Jika itu sudah terwujud maka tafahum akan mampu memberikan arahan-arahan positif berupa :a. Bekerja demi tercapainya kedekatan cara pandangb. Bekerja untuk membentuk keseragaman pola pikir yang bersumberkan pada

Islam dan keberpikan pada kebenaranc. Mempertemukan ragam cara pandang atas 2 hal yang sangat penting yakni :

Skala prioritas amal Tahapan-tahapan dalam beraktivitas

d. Menuju puncak tafahum yakni memiliki kesatuan hati dan mampu berbicara dengan bahasa yang satu

(3) Takaful (saling menanggung beban). Hendaknya sesama peserta halaqah dilatih untuk saling memikul beban saudaranya.Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang yang berjalan dalam rangka memenuhi hajat saudaranya lebih baik baginya dari I’tikaf satu bulan di masjidku ini”, kemudian hadits lainnya “Barangsiapa memasukkan kegembiraan kepada satu keluarga Muslim Allah tidak melihat balasan baginya kecuali surga”

Takaful memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut :1 Saling mencintai, adanya kasih sayang dan keterkaitan hati.2. Bahu membahu dalam berbagai pekerjaan yang menuntut banyak energi3. Tolong menolong sesama muslim 4. Saling menjamin (takaful) dalam ruang lingkup halaqah baik dengan murabbi maupun dengan sesama peserta halaqah.Adab-adab Halaqah

Agar sebuah halaqah dapat dikategorikan sebagai halaqah muntigah (berhasil guna) tentunya ada aturan-aturan yang harus ditaati oleh semua komponen halaqah dalam hal ini adalah murrabi dan mutarabbi.

Dr. Abdullah Qadiri dalam buku Adab Halaqah menyebutkan adab-adab pokok yang harus ada dalam sebuah halaqah:

1. Serius dalam segala urusan, menjauhi senda gurau dan orang-orang yang banyak bergurau. Yang dimaksudkan serius dan tidak bersenda gurau tentu saja bukan berarti suasana halaqah menajdi kaku, tegang, dan gersang, melainkan tetap diwarnai keceriaan, kehangatan, kasih sayang, gurauan yang tidak melampaui batas atau berlebih-lebihan. Jadi canda ria dan gurauan hanya menjadi unsur penyela/penyeling yang menyegarkan suasana dan bukan merupakan porsi utama halaqah.

2. Berkemauan keras untuk memahami aqidah Salafusshalih dari kitab-kitabnya seperti kitab Al-’Ubudiyah. Sehingga semua peserta halaqah akan terhindar dari segala bentuk penyimpangan aqidah.

3. Istiqamah dalam berusaha memahami kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya dengan jalan banyak membaca, mentadabbur ayat-ayatnya, membaca buku tafsir dan ilmu tafsir, buku hadits dan ilmu hadits dan lain-lain.

4. Menjauhkan diri dari sifat ta’asub (fanatisme buta) yang membuat orang-orang yang taqlid terhadap seseorang atau golongan telah terjerumus ke dalamnya karena tidak ada manusia yang ma’shum (bebas dari kesalahan) kecuali Rasulallah yang dijaga Allah. Sehingga apabila ada perbedaan pendapat hendaknya dikembalikan kepada dalil-dalil yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya. Hanya kebenaranlah yang wajib diikuti, oleh karenanya tidak boleh mentaati makhluk dalam hal maksiat pada Allah.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 17 of 71

5. Majlis halaqah hendaknya dibersihkan dari kebusukan ghibah dan namimah terhadap seseorang atau jama’ah tertentu. Adab-adab Islami haruslah diterapkan antara lain dengan tidak memburuk-burukan seseorang.

6. Melakukan Ishlah (koreksi) terhadap murabbi atau mutarabbi secara tepat dan bijak karena tujuannya untuk mengingatkan dan bukan mengadili.

7. Tidak menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan menetapkan skala prioritas bagi pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan berdasarkan kadar urgensinya.

Selain adab-adab pokok tersebut, secara lebih spesifik ada adab yang harus di penuhi oleh peserta/anggota halaqah terhadap diri mereka sendiri, terhadap murabbi, dan sesama peserta halaqah. Mula-mula seorang peserta halaqah hendaknya memiliki kesiapan jasmani, ruhani, dan akal saat menghadiri liqa halaqah ia semestinya membersihkan hati dari aqidah dan akhlaq yang kotor, kemudian memperbaiki dan membersihkan niat, barsahaja dalam hal cara berpakaian, makanan dan tempat pertemuan. Selain itu juga besemangat menuntut ilmu dan senantiasa menghiasai diri dengan akhlaq yang mulia.

Selanjutnya terhadap murabbi hendaknya ia tsiqah (percaya) dan taat selama sang murabbi tidak melakukan maksiat. Lalu berusaha konsultatif atau selalu mengkomunikasikan dan meminta saran-saran tentang urusan-urusan dirinya kepada murabbi. Selain itu ia juga berupaya memenuhi hak-hak murabbi dan tidak melupakan jasanya, sabar atas perlakuannya yang boleh jadi suatu saat tidak berkenan, meminta izin dan berlaku serta bertutur kata yang sopan dan santun.

Dan akhirnya adab terhadap kolega, rekan atau sesama peserta halaqah: mendorong peserta lain untuk giat dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti tarbiyah. Lalu tidak memotong pembicaraan teman tanpa izinnya, selalu hadir tidak terlambat dan dengan wajah berseri, memberi salam, bertegur sapa dan tidak menyakiti perasaan. Selain itu terhadap lingkungan di sekitar tempat halaqah berlangsung, hendaknya semua peserta halaqah selalu menunjukkan adab-adab kesantunan, mengucapkan salam, meminta izin ketika melewati mereka dan pamit bila akan pulang serta melewati mereka lagi.

Agenda Aktivitas HalaqahAgenda aktivitas halaqah atau baramij halaqah adalah sesuatu yang harus

dirancang dan direncanakan dengan matang dan seksama. Ayat Al-Qur’an di surat Al-Hasyr ayat ke 18 yakni: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, hendaklah setiap diri memperhatikan bekal apa yang sudah dipersiapkannya untuk hari esok, bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”, mengingatkan bahwa agenda aktivitas halaqah harus di “planning”, direncanakan dengan baik agar ia tidak sekedar menjadi tempat temu kangen, ngobrol-ngobrol yang tentu arah dan sedikit diselingi dengan materi tarbiyah, lalu diakhiri dengan makan siang.

Kita tidak bisa mengatakan: “Ah bagaimana nanti saja”, melainkan kini paradigmanya harus dibalik: “Bagaimana nanti seandainya tidak direncanakan dengan baik”.

Agenda aktivitas ini bisa direncanakan dan dibuat dalam rentang waktu per pekan, per bulan atau per tiga bulan dan kalau perlu agenda acara atau baramij selama 1 tahun penuh sudah dirancang sebelumnya.

Terlepas dari rancangan agenda acara yang setahun sekali atau sebulan sekali, yang jelas baramij halaqah yang pokok, yang harus ada dan secara tertib dilaksanakan setiap pekan adalah sebagai berikut:

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 18 of 71

1. Iftitah (pembukaan) bisa berupa taujih (pengarahan) dari murabbi atau sekilas info berupa analisis atas masalah da'wah atau kejadian-kejadian yang actual di masyarakat.

2. Infaq, kotak infaq (sunduq infaq), diedarkan di awal acara selagi konsentrasi para peserta halaqah masih penuh, karena jika dikahir acara dikhawatirkan konsentrasi sudah buyar, ada saja yang lupa atau peserta-peserta sudah terlanjur bubar.

3. Tilawah dan tadabbur. Hendaknya ditunjuk koordinator yang mengawasi yang dipilih dari peserta halaqah yang paling baik bacaannya. Hendaknya semua menyimak dan dilanjutkan bersama-sama mentadabburinya agar diperoleh keberkahan dan rahmat dari Allah.

4. Talaqqi madah, murabbi lalu menyampaikan materi tarbiyah untuk marhalah Pemula dan Muda secara disiplin dan cermat agar muwashafat yang diharapkan dari materi tersebut dapat terwujud dalam diri peserta halaqah.

5. Mutaba’ah/pemantauan dan diskusi6. Ta’limat/pemberitahuan-pemberitahuan tentang rencana-rencana berikut

atau info-info penting yang mendesak7. Ikhtitam berupa do’a penutup yakni do’a rabithah atau do’a persatuan hati.

Selain agenda pokok rutin yang dilaksanakan per pekan, acara yang secara rutin sebulan sekali dilakukan juga dapat direncanakan secara baik. Misalnya acara jalasah ruhi atau buka shaum sunnah sebukan sekali. Atau ziarah sebukan sekali bergiliran ke tempat setiap peserta halaqah dengan tujuan mempererat ukhuwwah. Acara yang diselenggarakan bisa berupa saling tukar hadiah. Bisa juga acara ziarah itu berupa ziarah yang insidental dan tidak direncakan seperti menjenguk peserta halaqah yang sakit atau melahirkan.

Kemudian sebulan sekali bisa pula dilakukan acara diskusi, bedah buku, penugasan kliping atau daurah “upgrading” dengan mengundang guru dari luar. Setiap tiga bulan sekali atau 6 bulan sekali bisa diadakan acara rihlah atau piknik bersama ke puncak atau pantai misalnya. Acara-acara sepertiini bisa menjadi sarana taqwim/penilaian yang efektif karena seseorang akan terlihat sifat aslinya bila sedang menjadi musafir juga akan terlihat apakah ia mau berinisiatif berkerjasama dsb.

Untuk mengasah kepekaan dan tanggung jawab sosial, peserta halaqah dilatih untuk rutin, memberikan bantuan dan mengunjungi panti asuhan atau yatim piatu, bakti sosial atau penjualan sembako murah, khitanan massal dan pengobatan gratis di daerah kumuh dan penggalangan dana bagi Mujahid-mujahid di dunia Islam seperti Palestina, Ambon dll.

Sementara untuk melatih dan meningkatkan kemampuan da’wiyah bisa berupa penugasan untuk mengajar TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an), membina remaja masjid dsb.

Acara tahunan berupa Tarhib Ramadhan dan ‘Idul Fitri bisa disemarakkan dengan menjadikan ifthar shaim untuk dhu’afa, musafir atau piknik bersama dan pemberian Kiswatul ‘Id dalam acara misalnya Gebyar ‘Idul Fitri (Gembira bersama yatim di saat ‘Idul Fitri)

Selanjutnya karena tarbiyah melingkupi 3 aspek yang ada pada manusia yakni jasmani, rohani dan intelektualitas (jism, ruhi dan fikri), maka agenda acara yang dibuatpun harus memperhatikan dan mengasah ketiga aspek tersebut.

Di aspek jasmani bisa berupa penyuluhan pola hidup dan pola makan yang sehat, pemeriksaan kesehatan dan olahraga yang rutin seperti senam bagi wanita dan sepakbola, jalan kaki atau bulu tangkis bagi laki-laki.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 19 of 71

Aspek fikriyah bisa diasah dengan sering menjadi panitia atau peserta seminar bedah buku, membaca kitab-kitab Hadits dan Sirah Nabawiyah, biografi sahabat-sahabat Rasulullah SAW dengan sumber-sumber rujukan seperti Riyadhus Shalihin, Sirah Ibnu Hisyam, Fiqh Sirah M. Ghazali, Said Ramadhan Al-Buthi, Fiqh Sirah Munir Muhammad Ghadban, Manhaj Haraki Lis Sirah An-Nabawiyah.

Berikutnya aspek ruhiyah dapat disentuh dengan daurah-daurah ruhiyah, daurah “upgrading”, tahsin dan tahfizh, mutaba’ah tilawah, membaca Ma’tsurat, shaum sunnah, ifthar shaim, bergaul, ziarah ke orang-orang shaleh, membaca kitab Targhib wa Tarhib.

Sebagai pelengkap agar peserta halaqah juga memiliki skill atau ketrampilan, faktor fanniyah pun perlu diasah dengan mengadakan kursus dan pelatihan masak memasak, jahit menjahit, kewiraniagaan, mengemudi motor atau mobil dan jurnalistik.

Bila baramij halaqah tersebut direncanakan dan dilakksanakan secara baik, cermat dan konsisten agar ahdaf halaqah terealisir.

Karakteristik Halaqah Pada Segmen-segmen TertentuSecara prinsip tidak ada perbedaan mendasar antara halaqah yang satu

dengan yang lain walaupun peserta-pesertanya terdiri dari segmen masyarakat yang berbeda misalnya segmen akhwat dan mahasiswa.

Sebenarnya juga tidak ada keharusan bahwa halaqah harus homogen atau terdiri dari peserta-peserta halaqah yang sejenis atau seprofesi, namun memang lebih mudah buat seorang murabbi untuk mengarahkan bila dalam satu kelompok halaqah tidak terdapat kesenjangan intelektualitas, pemikiran atau perbedaan latar belakang yang mecolok.

Oleh karena itu kita mengenal adanya halaqah buruh, pelajar, mahasiswa atau akhwat dan halaqah akhwat masih bisa dirinci halaqah akhwat yang mahasiswi, buruh atau pelajar. Sesuai dengan perbedaan taraf inetelektualitas, kedewasaan dan latar belakang memang ada perbedaan spesifik di antara jenis-jenis halaqah tersebut.

Halaqah PelajarDalam hadits disebutkan tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah

di mana tidak ada naungan selain naungan Allah, di antaranya adalah pemuda yang tumbuh berkembang dalam ibadah dan pemuda yang lekat hatinya dengan masjid. Pelajar sebagai awal dari rentang usia seorang pemuda atau lazim pula disebut ABG (Anak Baru Gede) berada di masa-masa transisi/pubertas. Masa-masa ini sulit karena kematangan biologis, seksual pada diri mereka tidak dibarengi kematangan ruhani dan fikriyah (intelektualitas) sehingga dampak berupa kenakalan remaja, tawuran, keterjeratan/keterperangkapan pada narkoba dan pergaulan bebas semakin marak.

Seyogyanyalah sejak usia SLTP dan SMU, mereka mulai dilirik dan dibidik sebagai sasaran da'wah dengan tetap memperhatikan kekhasan dunia mereka sebagai ABG sehingga acara seperti wisata ruhani, olah raga dan kesenian dapat digunakan sebagai daya tarik sebuah halaqah pelajar.

Halaqah MahasiswaMahasiswa dikenal sejak dulu sebagai agen perubahan. Kekhasannya

sebagai segelintir elit pemuda yang terdidik, dinamis dan peka serta memiliki nurani yang tajam membuat ia menjadi sasaran utama da'wah.

Umar ibnul Khathab r.a pernah berkata: “Kalau ingin menggenggam dunia, genggamlah para pemudanya”. Dan memang sejarah mencatat setiap terjadi

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 20 of 71

perubahan besar di masyarakat, hampir bisa dipastikan mahasiswalah ujung tombaknya.

Karena itulah pembinaan halaqah mahasiswa harus memperhatikan kekhasan mahasiswa berupa aspek intelektualitas dan dinamikanya yang tinggi. Kegiatan penugasan untuk menjadi peserta atau panitia seminar, diskusi panel, pentas seni di kampus sendiri atau di kampus-kampus lain sebagai studi banding adalah sarana yang baik untuk mengasah kemampuan ilmiah, da’wah dan bekerja dalam sebuah team work.

Selain mereka disupport untuk aktif melakukan da'wah ammah di lingkungan kampus, mereka pun hendaknya secara berkala di up grade melalui daurah-daurah tarqiyah (up grading). Dengan kata lain mereka tetap menjadi sasaran da'wah khosshoh yang utama agar mereka senantiasa mendapatkan back up/daya dukung ruhiyah yang memadai.

Halaqah Buruh/PekerjaBuruh yang kini lebih dan ingin dikenal sebagai kelompok pekerja tak pelak

lagi merupakan salah satu komponen masyarakat yang penting karena merekalah yang turut menggerakkan roda-roda ekonomi dan industri.

Merekapun rentan terhadap hasutan dan penguasaan kaum sosialis atau marxis yang juga berkepentingan mendekati, menggarap dan membina para pekerja ini yang mereka anggap dan sebut sebagai kaum proletar.

Para pekerja ini umumnya memang memiliki taraf intelentualitas yang terbatas karena umumnya lulusan SD, SLTP atau maksimum SMU, namun tak berarti mereka sulit disentuh dan dibina. Asal kita bisa mengarahkan dengan pas, faham jadual kerja mereka yang acapkali berganti-ganti shift, mereka bisa menjadi kader da'wah yang handal dan motor penggerak paling tidak di kalangan pekerja pula.

Bahkan Majalah Ummi dulu sempat mencatat sekitar tahun 1993 – 1996 ketika membuka dompet Bosnia bagi pembaca yang ingin membantu saudara-saudaranya di Bosnia, bahwa banyak sekali pekerja-pekerja wanita dari beberapa pabrik tertentu yang rutin menyalurkan infaq mereka.

Halaqah AkhwatSeyogyanyalah seorang murabbi bagi halaqah ini adalah juga akhwat, karena

hanya wanitalah yang mengetahui secara lebih mendalam kekhasan-kekhasan kejiwaan seorang wanita. Kecuali dalam keadaan terpaksa misalnya ketiadaan akhwat yang mampu.

Walaupun tidak ada perbedaan tugas, kewajiban dan hak-hak selaku hamba Allah, wanita tetap memiliki hak dan kewajiban yang spesifik sebagai seorang anak wanita, istri dan ibu. Sehingga selain diajarkan hal-hal yang pokok seperti aqidah, ibadah dan syari’ah, akhlaq dan jihad, kepada halaqah akhwat ini juga harus diberikan materi-materi yang dapat mengasah kewanitaannya seperti daurul mar’ah (peranan wanita), tarbiyatul aulad (pendidikan anak), Fiqh Nisa’ (fiqh wanita) seperti thaharah (bersuci), haid dsb dan Tarajimun Nisa’ (biografi wanita-wanita teladan dalam sejarah Islam).

Bahkan perlu ditambah pula pekan-pekan khusus seperti pekan terakhir di setiap bulan berupa pembekalan fanniyah yang berkaitan dengan ke”rabbatul bait”an (kerumahtanggaan) seperti kursus memasak, menjahit, menata rumah, merangkai bunga dan juga ketrampilan lain seperti memotong rambut dan mengemudi. Dalam hal evaluasi tarbiyah juga perlu diperhatikan pula tingkat kepekaan, kedewasaan kewanitaan dan tingkat kecondongan mereka pada fitrah

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 21 of 71

kewanitaan mereka di samping kekuatan iman dan kontinuitas ibadah serta keutamaan akhlaq.

Proses pembinaan akhwat perlu memperhatikan peluang berupa athifiyah (kelembutan) dan kepekaan wanita dalam bersegera menyambut kebaikan namun ancaman berupa ketidakstabilan emosi dan friksi-friksi dengan murabiyyah atau dengan sesama peserta halaqah perlu diwaspadai dan disiasati.

Kendala-kendala seperti cobaan keterlambatan mendapat jodoh atau bila sudah berumah tangga kekurangcakapan menata beban-beban baru seperti tugas-tugas kerumahtanggaan dan anak dapat mengendurkan semangat dan menurunkan aktivitas serta produktivitas akhwat.

Seyogyanyalah halaqah akhwat perlu ditata, direncanakan dan ditangani secara lebih matang dan serius oleh tenaga-tenaga pembina yang handal.Waallohu A’lamu bisshawab.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 22 of 71

PROFIL MUROBBI

MUQODDIMAHSudah menjadi hal yang lazim bagi setiap tugas atau pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh

seseorang. Harus adanya kesiapan dan persiapan terlebih dahulu .Sebagai contoh; membangun sebuah rumsh tidak mungkin bisa terlaksana kecuali ada ahli bangunan yang memiliki pengetahua yang lengkap tentang semua permasahan yang terkait dengan bangunan.Demikian pula membngun manusia dengan proses tarbiah membutuhkan murobbi murobbi profesional.

Proses tarbiah pekerjaan yang sangat berat lagi tidak mudah ,karena tarbiah berati mempersiapkan manusia dengan membentuk dan mempormatnya menjadi syakhsyiah muslimah da’iah setelah menghlangkan potensi negatif dan mengembangkan potensi positif pada dirinya.

Tarbiah berarti berinteraksi dengan manusia makhluk yang memiliki banyak dimensi dan permasalahan yang kompleks.Orang yang berinteraksi dengan makhluk selain manusa dengan mudah dapat menundukkan dan mengendalikannya namun berinteraksi dengan manusia tidak dapat disamakan dengan berinteraksi dengan binatang atau makhluk lainnya.Oleh karena itu tidak semua orang dapat mentarbiah,bahkan orang yang sudah memiliki pemahaman yang bagus ,latarbelakang ilmiah yang yang memadai,kemampuan berbicara dan kemampuan berdialog yang baik sekalipun belum cukup untuk menjadi murobbi sukses.

Mengingat mentarbiah manusia bukan pekerjaan yang ringan maka para murobbi dituntut untuk terus melakukan peningkatan kualitas diri agar menjadi murobbi yang profesional.

DEFINISI MUROBBI Murobbi adalah orang yang melaksanakan proses tarbiah morabbi,dengan fokus kerjanya pada pembentukam pribadi muslim solih muslih ,yang memperhatikan aspek pemeliharaan[ar-ria’yah],pengembangan[at-tanmiah]dan pengarahan[at-taujih] serta pemberdayaan[at-tauzhif].

FUNGSI MUROBBI DI DALAM AL-QUR’ANDi dalam al-Qur’an banyak ayat yang menjelaskan fungsi murobbi, seperti di dalam surat Al-Baqoroh ayat151,Ali Imron ayat 164 dan Al-Jumu’ah ayat 2.Di dalam surat Al-Baqoroh ayat 151 Allah SWT. Berfirman;

Artinya;‘‘Sebagaimana Kami telah utus kepada kamu seorang rasul[Muhammad] membacakan kepadamu ayat-ayat Kami, membersihkan jiwa-jiwa kamu, mengajarkan kepada kamu al-kitab dan al-hikmah dan mengajarkan kepada kamu apa-apa yang kamu belum mengetahuinya”.

Di dalam ayat ini ada 3 poin penting yaitu;1. Rosul diutus kepada ummatnya sebagai murobbi[kama arsalna fikum rosulan

minkum]2. Rosul dalam melaksanakan fungsi tarbiah dibekali manhaj dan penguasaannya

yang benar dan utuh. [yatlu ‘alaikum ayatina]3. Proses tarbiah yang dilakukan rosul memperhatikan 3 aspek penting yaitu;

a. Mensucikan jiwa[wayuzakkikum]agar terbentuknya ruhiah ma’nwiah[mentalitas sepiritual].

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 23 of 71

b. Mengajarkan ilmu[wayu’allimukumul kitaba walhikmata] agar terbentuknya fikriah tsaqofiah [wawas an intelektua]

c. Mengajarkan cara beramal [wayu’allimukum malam takunu ta’lamun] agar terbentuknya amaliah harokiah[amal dan harokah].

Jika kita perhatikan ayat di atas tazkiatun nafs [pembersihan jiwa] menjadi skala prioritas dalam proses tarbiah sebelum memberikan wawasan intelektualitan dan berbagai aktivitas,karena perubahan dan perbaikan manusia harus dimulai dari perubahan dan perbaikan jiwa sebagaimana. firman Allah dalam surat Ar-Ra’d ayat 11. Artinya; “sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga kaum itu merubah keadaan dirinya’’.walapun murobbi tidak boleh menabaikan sisi-sisi yang lainnya yaitu sisi intelektualitas dan aktivitas secara seimbang dan berkesinambungan.

FUNGSI MURBBI DALAM MENJALANKAN PROSES TARBIAHMurobbi dalam melaksanakan proses tarbiah atas mutarobbi berfungsi sebagai ;

1. Walid [orang tua]dalam hubungan emosional.2. Syaikh[bapak sepiritual]talam tarbiah ruhiah 3. Ustadz[guru] dalam mengaarkan ilmu4. Qoid [pemimpin]dalam kebijakan umum da’wah.

Agar fungsi-fungsi ini dapat di perankan oleh murobbi maka murobbi dituntut untuk memenuhi keriteria dan sifat-sifat murobbi sukses.

KRITERIA DAN SIFAT-SIFAT MUROBBI SUKSESDiantara kriteria dan sifat-sifat murobbi sukses sebagai berikut ;1. Memiliki ilmu.Ilmu yang harus dimiliki seorang murobbi meliputi banyak cabang ilmu pengetahuan,diantaranya;

a. Ilmu syar’i; salahsatu tujuan tarbiah dalam islam menjadikan manusia agar beribadah kepada Allah ibadah baru akan tercapai hanya dengan ilmu syar’i.Yang dimaksud dengan ilmu syar’i di sini tidak berarti bahwa seorang murbbi harus alim di bidang ilmu syar’i atau sepesialis di bidang ulum syar’iah akan tetapi ilmu syar’I yang harus dimiliki seorang murobbi adalah ilmu syar’i yang dengannya ia mampu membaca,membahas dan mempersiapkan tema-tema syar’i serta memiliki ilmu-ilmu dasar yang kemudian ia dapat mengembangkan potensi syar’inya dengan semangat belajar.

b. Ilmu pngetahuan yang sesuai dengan kebutuhannya sebagai murobbi tentang situasi dan kodisi zaman dan masyarakatnya.

c. Psikologi, seperti karakter manusia sesuai dengai usianya;anak-anak,remaja,dan orang dewasa, tentang motifasi naluri dan potensi manusia serta membaca tulisan-tulisan dan kajian-kajian tentang kelompok masyarakat yang dibutuhkan dalam proses tarbiah.Ini tidak berarti seorang murobbi harus psikolog atau ahli di bidang ilmu pendidikan,akan tetapi yang diperlukan murobbi adalah dasar-dasar umum ilmu jiwa dan memiliki kemampuan memahami hasil kajian dan penelitian di bidang ini.

d. Mengetahui kesiapan, kemampuan dan potensi mutarobbi, dalam hal ini Rasul SAW. murobbi yang sangat tahu tentang kondisi, potensi, kesiapan dan kemampuan mutarobb, sebagai contoh ketika rosul memberikan

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 24 of 71

sarannya kepada Abu Dzar al-Gifari di saat ia minta jabatan kepada rosul dalam sabdanya ; ’’Wahai Abu Dzar saya lihat kamu dalam hal ini lemah,dan saya mencintai kamu seperti saya mencintai diri saya sendiri ,kamu tidak layak untuk mempin hanya dua orang sekalipun dan tidak mampu mengelola harta milik anak yatim”.[H.R.Muslim].

e. Mengetahui lingkungan di mana mutarobbi berada/tinggal, karena lingkungan mempuanyai pengaruh yang besar terhadap kepribadaian [mutarobbi], pengetahuan tentang lingkungan mutarobbi sangat penting bagi mutarobbi sebagai bahan dalam proses tarbiah.

2. Murobbi harus lebih tinggi kualitasnya dari mutarobbi; dalam proses tarbiah terjadi timbal balik antara murobbi dan mutarobbi, terjadi proses memberi dan mengambil menyampaikan dan menerima,oleh karenanya murobbi harus lebih tinggi dari mutarobbi, tidak berarti murobbi harus lebh tua dari mutarobbi sekalipun faktor usia penting akan tetapi yang lebih penting kemampuan, pengalaman dan keterampilan murobbi harus lebih tinggi dari mutarobbinya. Karenanya Rosul orang memiliki sifat-sifat di atas semua manusia di berbagai sisi.

3. Mampu mentransformasikan apa-apa yang dimiliki; banyak orang orang besar yang tidak mampu memberikan dan menyampaikan apa-apa yang dimilikinya,karenanya ia tidak dapat mentarbiah ,walaupun memiliki kelebiahb dari sisi ilmu pengetahuan, moralitas, mentalitas dan emosional, akan tetapi karena alasan tertentu mereka mereka tidak mendapatkan pengalaman lapangan khususnya di medan Tarbiyah ia hanya memiliki wawasan tioritis tidak memlki pengalaman praktis. Orang-orang seperti ini sering dijumpai di acara-acara umum seperti kajian ilmiah, seminar, dialog wawancara dan lain-lainnya mereka padandai berbicara,kuat argumentasinya dan penyampaian materinya menarik, tapi semua itu belum cukup untuk menjadikan seseorang mampu mentarbiah. Sering kali kita terpesona dengan orang-orang seperti itu bahkan menganggap mereka memiliki potensi tarbiah yang paling baik tanpa melihat sisi-sisi yang lain.

4. Memiliki kemampuan memimpin [al-qudroh ‘alal qiadah]; kemampuan memimpin menjadi salah satu kriteria asasi bagi murobbi.dan tidak semua orang memilki kemampuan ini,ada orang yang dapat mengambil keputusan menagirial,dan ada pula yang mampu memanag perusahaan atau yayasan, akan tetapi qiadah [kepemmpinan] lebih dari itu, khususnya proses tarbiah tidak bisa dipaksakan, jika militer atau penguasa dapat menggiring manusia dengan tongkat dan senjata maka seorang yang tidak memiliki kemampuan memimpin tidak akan bisa mentarbiah orang lain.

5. Memiliki kemampuan mengevaluasi[al-qudroh ‘alal mutaba’ah]; proses tarbiah bersiafat terus menerusdan berkesinambungan tidak cukup denan arahan-arahan sesaat dan temporer dan tarbiah membutuhkan evaluasi yang berkesinambungan.untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses tarbiah maka evaluasi suatu hal yang tidak boleh diabaikan.Murobbi mengevaluasi dirinya, manhaj, sarana, media, metoda dan mutarobbi secara intensif dan integral.

6. Memiliki kemampuan melakukan penilaian [al-qudroh ‘alat taqwim]; taqwim dalam proses bagian yang tidak terpisahkan dari tarbiah itu sendiri ,murobbi harus melakukan penilaian terhadap ;a. Menilai peserta tarbiah untuk mengetahui kemampuannya,agar murobbi

dapat mentarbiah sesuai dengan keadaannya.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 25 of 71

b. Menilai peserta tarbiah untuk mengetahui sejauh mana pecapaian muasofat pada dirinya dan apa pengaruhnya dalam kehidupan kesehariannya.

c. Menilai program ,tugas dankendala serta solusinya .d. Menilai permasalahan tarbawiah untuk ditangani secara profesonal dan

proporsional.Taqwim yang dilakukan oleh murobbi harus dilkukan secara ilmiah dan obyektif dengan berpegang pada kaidah-kaidah taqwim yang telah baku,bukan kesan pribadi atua emosional.

7. Memilki kemampuan membangun hubungan emosional[al-qudroh ‘ala binaal-‘laqoh al-insaniah]. Hubungan antara murobbi dan mutarobbi harus dilandasi kasih sayang dan cinta karena Allah.maka murobbi yang tidak menanamkan kasih sayang dan kecintaan kedam jiwa mutarobbinya , bisa dipastikan bahwa semua pelajaran dan pesan-pesannya yang disampaikan kepadanya akan berakhir dengan berakhirnya kata-kata murobbi dan tidak akan masuk kedalam hati , apa lagi untuk menjadi ilmu yang mengkristal di dalam jiwa. Allah SWT.telah mengingatkan didalam surat Ali Imron ayat 159 : ’’Maka disebabkan rahmat dari Allah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka ,sekiranya kamu bersikapkeras lagi berhati kasar tentulah menjauhkan diri dari sekelilingmu,karena itu maafkanlah mereka mohonkanlah ampunan bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad ,maka bertawakkallah kepada Allah sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadanya’’.

SARANA TARBIAH Pendahuluan

Tarbiyah sebagai proses pembangunan diri muslim yang kaaffah harus mendapat porsi terbesar kehidupan seseorang. Sarana, proses, pengembangan dan evaluasi tarbiyah yang dilakukan secara simultan adalah sebuah kesatuan yang tak terpisahkan. Sisi lain tarbiyah yang dilakukan adalah tarbiyah bagi orang dewasa. Kesadaran akan hal tersebut akan membawa kita pada pemahaman pendidikan orang dewasa tidak sama dengan pendidikan anak-anak.

Pendidikan bagi orang dewasa memberi kesempatan yang luas bagi komunikasi dua arah. Peran peserta menjadi sangat besar dalam pencapaian tarbiyah itu sendiri. Kesadaran peserta akan apa yang dilakukannya dan apa yang menjadi tujuannya akan mempercepat proses perjalanan tarbiyah. Tugas seorang murobbilah untuk memotivasi dan mengembangkan setiap potensi yang dimiliki peserta. Kesiapan para murobbi untuk berkomunikasi dua arah juga memainkan peranan penting. Dengan komunikasi dua arah diharapkan peserta dapat memahami setiap nilai secara baik, tidak taklid dan sadar sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan berikut keterkaitannya dengan tanggungjawab dihadapan Allah Swt.

Pada sarana tarbiyah dalam setiap marhalah perlu digaris bawahi masalah kekhasan pendidikan orang dewasa ini. Dengan pelibatan setiap peserta dalam menanamkan dan memahami nilai yang ada diharapkan keikhlasan, keinginan untuk beramal dan seterusnya tumbuh terintegrasi dalam diri peserta. Dengan kata lain para murobbi harus siap dengan berbagai proses kreatif dalam mengembangkan sarana tarbiyah pada berbagai marhalahnya. Partisipasi aktif dari peserta tarbiyah dalam pengembangan dan pengokohan pemahamannya dapat

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 26 of 71

dibangun melalui sarana tarbiyah pada setiap levelnya yang berjalan secara efektif. Diharapkan pada setiap sarana terdapat proses yang menyentuh kognisi (konsep pengetahuan), afeksi (perasaan) dan konasi (kecenderungan untuk melakukan) sehingga nilai yang disampaikan dapat terinternalisasi dalam diri peserta.

DR Ali Abdul Halim Mahmud menuliskan dalam buku Perangkat-perangkat Taarbiyah Ikhwanul Muslimin terjemahan dalam bahasa Indonesia:…selain itu, tarbiyah Islamiyah memiliki keistimewaan dengan kemampuannya mengiringi fitrah manusia dalam menghadapi realitas hidupnya di bumi dan di alam materi ini, sebagaimana juga mengiringi potensinya menuju tingkat keteladanan dan kepeloporan sehingga dapat mewujudkan kemanfaatan dan keselamatan bagi diri, agama dan masyarakatnya. Semua itu termasuk dalam batas yang Allah swt. halalkan dan syariatkan.(hal. 26)Pernyataan ini mengisyaratkan pentingnya internalisasi nilai Ilahiah dalam kehidupan sehari-hari. Dan itu secara tegas dinyatakan sebagai sebuah keistimewaan Tarbiyah Islamiyah.

Apa yang dimaksud dengan sarana tarbiyah ?Manhaj Tarbiyah 1421 H mencatat bahwa yang dimaksud dengan sarana

tarbiyah adalah program atau bentuk acara yang dijadikan media untuk merealisasikan kurikulum tarbiyah. Sebagai sarana utama dalam tarbiyah adalah Halaqah. Sedangkan sarana tambahannya berupa mabit/jalasah ruhiyah/lailatul katibah, tatsqif, rihlah, mukhayyam, dauroh, seminar, ta'lim dan penugasan.

Masing-masing sarana memerlukan pengelolaan yang tepat sesuai dengan peserta dan sasaran yang ingin dicapai pada tiap-tiap marhalah. Pelibatan seluruh peserta dalam pencapaian sasaran akan mempercepat pencapaiannya. Setiap sarana memiliki kekhasan masing-masing sehingga para murobbi perlu cermat untuk memadukan ke seluruhan sarana yang ada.i. Halaqoh Halaqoh adalah proses kegiatan tarbiyah dalam dinamika kelompok. Jumlah normal satu halaqoh maksimal 12 orang. Murobbi diperkenankan paling banyak mentarbiyah 3 halaqah. Bagi halaqoh akhwat dengan peserta kaum ibu perlu dipertimbangkan masalah jumlah. Biasanya kehadiran para ibu disertai dengan putra-putrinya yang masih kecil. Murobbi, bekerjasama dengan para suami, perlu membuat sistem taawun yang dapat membantu para ibu mengembangkan potensi dirinya secara proporsional. Pengelolaan halaqoh bagi marhalah Pemula dan muayid bertumpu pada murobbi. Tetapi dalam pelaksanaannya murobbi dapat melibatkan seluruh peserta memilih program-program yang dianggap dapat mewujudnya tercapainya muwashaffat marhalah tersebut. Murobbi dapat menugaskan salah seorang peserta untuk menjadi koordinator, mengatur alur informasi sesama peserta. Menunjuk peserta lain yang bertugas mencatat absensi dan notulensi pertemuan, serta peserta lain sebagai bendahara. Dapat pula ditambah beberapa penanggung jawab program yang telah disepakati. Absensi dan notulensi dapat digunakan untuk pengecekan silang terhadap catatan murobbi dalam proses takwim. Baramij adalah acara yang mesti diikuti dalam melaksanakan halaqah dengan tertib, sehingga terealisir ahdaf halaqah. Baramij dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan

Iftitah Tilawah dan tadabbur Talaqqi madah Mutaba'ah dan diskusi

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 27 of 71

Ta'limat Ikhtitam

Talaqqi madah tidak berarti harus selalu satu arah dan berbentuk skematik, tetapi bisa dilakukan dengan beberapa tahap yaitu penjelasan sasaran materi, pelibatan peserta, ceramah atau dialog. Berikut ini contoh talaqqi untuk madah Birrul Walidain (1B081): Peserta diminta untuk mengingat syair yang dirasa paling tepat untuk menggambarkan perasaannya terhadap orang tua. Misalnya: kasih ibu.. kepada beta… tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali.. bagai sang surya menyinari dunia (diambil dari syair lagu anak-anak) Dilakukan dialog tentang alasan pemilihan syair tersebut Penjelasan materi Diskusi dengan melibatkan perasaan peserta.

ii. Tarbiyah FardiyahDilakukan bagi peserta yang karena satu dan lain hal tidak dapat bergabung dengan peserta lain dalam halaqoh. Seorang murobbi paling banyak melakukan tarbiyah fardiyah pada 3 orang.iii.Mabit/Lailatul Katibah & Jalsah RuhiyahDilakukan dengan prioritas bagi tarbiyah ruhiyah setiap peserta dengan acara menginap bersama, kecuali untuk akhwat. Program yang dijalankan adalah menghidupkan malam dalam upaya meningkatkan kualitas hubungan dengan Allah swt. dan meningkatkan upaya meneladani dan mencintai Rasulullah Saw, mengeratkan ukhuwwah, meningkatkan akhlaq rabbaniyah dan menambah bekalan da'wah.iv. Tarbiyah Tsaqofiyah (tatsqif)Tatsqif adalah proses pembentukan syakhsiyah Islamiyah mutakamilah yang bersifat ilzami melalui melalui pembekalan 'ulum Islamiyah kepada peserta. Selain kehadiran dan talaqqi, partisipasi aktif peserta sangat menunjang peningkatan pemahaman. Mengkaji maraji' yang disarankan, mendiskusikan hal-hal praktis yang berkaitan dengan madah yang disampaikan dapat menjadikannya sebagai ilmu yang terinternalisasi bagi peserta.v. Dauroh/KursusDauroh adalah forum khusus untuk mempelajari keahlian atau ketrampilan tertentu. Diikuti oleh peserta dengan persyaratan tertentu dan dilaksanakan dalam waktu yang relatif lama. Sebelum mengikuti dauroh ini sebaiknya diberi pemahaman akan pentingnya keterlibatan dalam dauroh ini. Juga sangat baik bila peserta yang merasakan sendiri kebutuhan akan keahlian tertentu sehingga muncul keinginan untuk meningkatkan ketrampilannya.

vi. RihlahRihlah adalah suatu perjalanan rekreasi yang bersifat tarbawi, manhaji dan tanzimi dengan kegiatan yang disiapkan untuk mencapai sasaran pemulihan dan penyegaran potensi ruhi, fikri dan jasadi serta penguatan hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan. Rihlah diikuti keluarga masing-masing peserta, dilaksanakan minimal satu tahun sekali dan mengutamakan kesempatan rekreasi bagi ummahat.vii. MukhayyamMukhayyam adalah sarana penghimpunan, pelatihan dan pengarahan peserta dalam rangka menerapkan nilai Islam pada aktifitas kehidupannya.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 28 of 71

Anasir Acara yang diselenggarakan terdiri atas unsur riyadhi, askari, ruhi dan fikri.viii. Ta'limTa'lim adalah bentuk penyampaian mawad tarbiyah tsaqofiyah sekaligus tarbiyah jamahiriyah yang diselenggarakan melalui sarana-sarana umum seperti masjid atau majelis ta'lim

Apakah sarana tarbiyah dapat dikembangkan ?Seperti telah diuraikan sebelumnya, sarana tarbiyah yang beragam dapat

dikembangkan dan sangat tergantung pada kreatifitas murobbi dan pengelola. Tidak kurang pentingnya adalah partisipasi aktif para peserta dengan berbagai kreatifitasnya mengembangkan sarana-sarana yang ada dengan batasan koridor manhaj 1421 H.

Di dalam halaqah akan tampak kreatifitas peserta mempengaruhi dinamika kelompoknya. Bila seorang murobbi membina lebih dari satu kelompok halaqah, maka ia tidak dapat menganggap kedua kelompok adalah sama. Setiap kelompok memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Kelompok aktivis biasanya kreatif namun dari segi kehadiran sering berganti-ganti orang karena aktivitasnya. Sebaliknya kelompok pekerja akan sulit melakukan program rutin pada waktu kerjanya. Dengan demikian para murobbi perlu melakukan pengelolaan sedemikian rupa yang khas bagi masing-masing kelompok.

Beberapa kiat untuk pengembangan sarana tarbiyahSetiap murobbi pasti memiliki kiat-kiat untuk mengembangkan halaqohnya.

Dan disadari bersama kiat-kiat tersebut sangat spesifik bagi kelompok dengan karakter tertentu. Sebaiknya dilakukan workshop antar murobbi untuk mengembangkan dan memperkaya kreatifitas.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan halaqoh diantaranya: Metode penyampaian yang beragam. Dimulai dengan 'opening session' (sesi pembuka) untuk mempersiapkan peserta dalam menerima materi. Dapat dilakukan dengan pre test, dialog, permainan, dll. Materi disampaikan sambil mengukur kesiapan peserta pada saat tersebut. Sedapat mungkin melibatkan keaktifan peserta. Selain dengan skematik, dapat dengan narasi, bahas buku, membahas kondisi kontemporer yang kemudian dibingkai oleh murobbi dengan tujuan materi yang disampaikan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Metode curah pendapat (sharing) dapat pula dijadikan sessi pembuka yang nanti dapat dijadikan contoh dari materi tersebut. Digunakan media yang beragam dalam penyampaian materi. Artikel, gambar-gambar di koran atau majalah untuk memancing keterlibatan perasaan peserta dalam pembahasan materi. Metode evaluasi yang juga beragam dengan berbagai kuis, jurnal, membuat tlisan atau artikel dan sebagainya yang pada gilirannya dapat dijadikan indikasi otentik dalam proses takwim. Khusus tentang jurnal akan diuraikan di lampiran.Berikut ini sebuah contoh dalam penyampaian materi 'Ilmu Allah:Peserta diminta tanggapannya tentang kasus ajinomoto. Tanpa memberi penilaian terhadap masing-masing pendapat murobbi menjelaskan materi 'Ilmu Allah (1D232) yang menyimpulkan bahwa setiap pengetahuan kauniyah dikembangkan hanya dalam rangka menegakkan syariah Allah di muka bumi. Dilanjutkan dengan diskusi. Sebelum menutup acara murobbi meminta peserta menulis jurnal tentang perasaannya ketika menerima materi dan rencana aplikasinya di waktu mendatang.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 29 of 71

PenutupSebagaimana kekhasan pendidikan orang dewasa, maka pengembangan

sarana tarbiyah sangat tergantung pada para murobbi serta peserta itu sendiri. Mengingat murobbi lebih memahami kondisi dan tujuan pada setiap marhalahnya maka dituntut kreatifitas dan komitmen terhadap kelangsungan perkembangan tarbiyah di negri ini.

Semoga Allah Swt. memberi kelapangan hati, kemudahan urusan dan kekuatan dalam mengemban amanah-Nya menegakkan kalimat Allah di muka bumi. AminWallahu'alam bisawab.

Maraji :1. Mahmud, Ali Abdul Halim. PERANGKAT-PRANGKAT TARBIYAH IKHWANUL MUSLIMIN. Terjemahan dlm bahasa Indonesia. Era Intermedia, 1998.2. Kelompok Kajian Manhaj Tarbiyah. PEDOMAN PEMBINAAN KADER-KADER ISLAM DAN DA'WAH, 2000

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 30 of 71

Lampiran 1

Contoh kuis tertulis Contoh jurnal harian1. Kuis taakhi:i. Coba sebutkan nama orang tua dan alamat fulan (teman se liqo)ii. Apa yang tidak disukai fulan ?iii. Siapa nama anak-anak fulan ?iv. ………………….

1. Pembahasan materi Ma'rifatu Diinul Islam (1A031)sebelum materi :Islam itu..agama yang emang dari dulu udah ada. Maksudnya, ya Islam itu agama yang udah ditentukan ame Allah dan sebenarnya waktu kita belom lahir kan udah diberi kesaksian tentang hal itu

setelah materi:Kemudian.. saya berfikir bahwa sesungguhnya semakin nyata perjuangan Islam melawan kaum nashoro dan yahudi, yang seharusnya kita dapat melakukan sesuatu yang berguna

2. Kuis untuk mengukur salah satu muwashaffati. Korupsi, kolusi dan nepotisme terjadi karena kurang tegasnya aparat penegak hukum. Bagaimana tanggapan anda tentang pernyataan di atas?ii. Bagaimana pendapat anda tentang ziarah kubur ?catatan: pertanyaan dibuat terbuka sehingga diharapkan dapat menggali beberapa aspek dari muwashaffat

2. Pembahasan materi Ma'na Syahadatain (1A036)sesudah materi:

saya baru tau kalo' sebenernya ilah itu bukan hanya tuhan yang kudu disembah aja. Tapi ternyata sangat luas. Saya berharap bisa berhati-hati dalam bertindak karena bisa fatal kalo salah

Contoh jurnal di atas diambil dari salah satu halaqah yang semuanya pelajar SMU sehingga cara mengungkapkan pendapatnya tentu tidak akan sama dengan peserta yang berusia dewasa.

Contoh permainan ukhuwwah :1. Peserta diminta berdiri membentuk lingkaran2. Peserta menghafal nama ayah teman disebelah kanan dan kirinya3. Murobbi menjelaskan aturan main yaitu : jika murobbi menunjuk salah seorang

dengan mengucapkan kata "ding" maka peserta harus segera menyebut nama ayah teman disebelah kanannya. Sedangkan jika disebut kata "dang" maka segera menyebut nama ayah teman disebelah kirinya.

4. Dilakukan berulang-ulang5. Bagi peserta yang sudah berkeluarga dapat diganti dengan menyebit nama anak-anaknya

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 31 of 71

Lampiran 2 : Buku Jurnal

1. Jurnal adalah buku yang disediakan oleh murobbi bagi setiap peserta dan disimpan oleh murobbi. Mengandung dua fungsi : tarbiyah dan takwim. Fungsi tarbiyah dilakukan dengan menjadikan jurnal sebagai media komunikasi dua arah dan fungsi takwim berjalan sepanjang proses tarbiyah untuk mendapatkan indikasi-indikasi otentik yang murni berasal dari peserta.

2. Jurnal dibuat untuk mengetahui apa yang diterima peserta pada saat tsb. sehingga mungkin ketika itu ybs mengantuk sehingga jurnal hanya diisi : afwan hari ini ana ngantuk berat… atau sedang punya masalah: hari ini saya nggak bisa nangkep apa-apa soalnya lagi ada masalah.

3. Jurnal juga dapat diisi dengan curahan perasaan yang tidak terungkap secara verbal (dapat berupa tulisan biasa atau kadang-kadang dalam bentuk puisi tergantung kecenderungan peserta) sehingga bersifat rahasia antara murobbi dan peserta kecuali dalam konteks taqwim dalam pencarian indikasi.

4. Jurnal diisi oleh peserta pada masing-masing buku yang selalu dikumpulkan oleh murobbi

5. Jurnal perlu rutin diperiksa oleh murobbi dan dikomentari dengan kalimat-kalimat penguat yang menandakan adanya perhatian dari murobbi

6. Berikut ini adalah contoh pengisian jurnal yang pernah dilakukan pada halaqoh dari 3 orang peserta setelah mendapat materi Akhtarul Syirik (kode lama B5 kode baru 1A03):

Peserta 1Kita telah dewasa, semua yang kita lakukan benar-benar harus dipertanggungjawabkan pada Alloh dan Rosul. Apakah kita masih meragukan Allah dan Rosul ? Jangan tenang-tenang aja… lihatlah diri kita karena antara keimanan dan syirik itu sangat tipis… so, bagaimana dong. Jadi kita harus super hati-hati dan super menambah ilmu dan kekuatan iman kita pada Allah.Yang menjadi masalah kita adalah "malas", apakah malas tsb indikasi keraguan pada Allah ? Naudzubillah…..

Peserta 2Alhamdulillah…Tangisku dalam jiwa… Rabbi…aku takutALLAH… kenapa tipis batas kemusyrikan itusedikit saja licin, ups, aku tergelincirastaghfirullah…….Rugilah hamba yaa ALLAHRugilah hamba yaa ALLAHseandainya amal-amal itu hanya berupakapas putih ringan beterbangan

syetan….syetanALLAH, lindungi hamba, selimuti hamba darinyasetelah semua coba dibangundan runtuh, hilang tak bersisaakankah ??? Tidak. ALLAH….lembaran-lembaranitu sedang kutata lagimasih lagi kususun…..jangan lagijangan lagi kembali sejak awal

ALLAH…seandainya peringatanMu bukan

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 32 of 71

sebagai tanda uluran kasih dan cintaMuseandainya KAU biarkan selalu terlenamaka, tiadalah aku berbeda dengan merekayang KAU murkai…

ALLAH… hamba bodoh, aku lemah tanpa dayabuka hati ini untuk mampu membedakanwarnai jiwa ini untuk senantiasa pekadan mengerti kemana wajahku haruskuhadapkandan mengetahui dimana saja wajah dan cintaMu bisa kutemui…. ALLAH, ijinlanlah!

Peserta 3Catetan!!! Terlambat banget…insight yang didapat: Syirik, dengan bahaya-bahayanya begitu tipis sehingga membutuhkan kehati-hatian ekstra untuk mendeteksi, hingga akhirnya terbebass!!! Jadi kembali teringat dengan "furqon" yang hanya Allah turunkan bagi orang-orang beriman yang bertaqwa jadi kunci untuk menghindari syirik. Action for the family :- menyiasati segala bentuk syirik & bid'ah -How ??? First of All, Perbaiki hubungan dg semua!Respon ketiga peserta terhadap satu materi ternyata berbeda, namun demikian ketiganya telah nampak memadukan pengetahuan, perasaan dan kecenderungan antisipasi terhadap bahaya syirik. Ini dapat menjadi bahan takwim reguler yang diselenggarakan oleh murobbi dan takwim ireguler oleh usroh.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 33 of 71

MICRO TEACHING

Latar belakangProfesionalisme Murobbi ditandai oleh cara dan hasil memberikan taujih.

Dalam keseharian memberikan taujih perlu dibekali pengetahuan, sikap serta ketrampilan tertentu. Upaya kearah tersebut bisa ditempuh salah satunya dengan cara mengoptimalkan kegiatan micro teaching.

Pengertian Micro berarti kecil, terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau menajar.

Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau disederhanakan. Apa yang dikecilkan atau disederhanakan, yaitu :

Jumlah siswa 5-6 orang Waktu mengajar 5 – 10 menit Bahan pelajaran hanya mencakup satu atau dua hal yang sederhana Ketrampilan mengajar difokuskan beberapa ketrampilan khusus saja.Unsur micro merupakan ciri utamanya dan berusaha untuk meyederhanakan

secara sistimatis keseluruhan proses mengajar yang ada. Usaha simplikasi ini didasari oleh asumsi bahwa : “sebelum kita dapat mengerti, dapat belajar dan dapat melaksanakan kegiatan mengajar yang komplek, kita harus menguasai dulu komponen-komponen dari keseluruhan kegiatan yang ada.” Maka dengan memperkecil murid, menyingkat waktu, mempersempit saran-saran serta membatasi ketrampilan, perhataian dapat sepenuhnya diarahkan pada pembinaan penyempurnaan ketrampilan khusus yang sedang dipelajari

Urgensi Micro TeachingMicro Teaching dapat digunakan dalam : Pendidikan pre service, yaitu bagi calon guru:

1. Sebagai persiapan calon guru sebelum benar-benar mengajar di depan kelas.2. Sebagai usaha perbaikan penampilan calon guru.

Pendidikan in service, yaitu bagi guru atau penilik.1. Untuk meningkatkan kemampuan guru mengajar rutin, supaya menemukan

dan mengetahui kelemahan-kelemahannya sendiri dan berusaha memperbaikinya.

2. Untuk meningaktkan kemampuan supervisor supaya ia tahu apakah bimbingan, nasihat dan saran-saranya benar-benar efektif dalam membantu peningkatan guru-gurunya.

3. Untuk percobaan melaksanakan metode baru, sebelum metode itu dilaksanakan dalam pembelajaran yang sebenarnya.

Tujuan operasional Micro Teaching1. Mengembangkan kemampuan mawas diri dan menilai orang lain.2. Memungkinkan adanya perbaikan dalam waktu singkat.3. Menanamkan rasa percaya pada diri dan bersifat terbuka dengan kritik orang

lain 4. Mengembangkan sikap kritis murobbi.5. Menanamkan kesadaran akan nilai ketrampilan mngajar dan komponen-

komponenya.6. Mengenal kelemahan-kelemahan dan keliruan –keliruan dalam penampilan

ketrampilan mengajar dan tahu penampilan yang baik.7. Dengan menggunakan video Tape recorder maka :

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 34 of 71

8. Memberi kesempatan guru untuk melihat dan mendengar dirinya sendiri.9. Memberi kesempatan untuk mengikuti kembali kritik dan diskusi caranya

mengajar berulangkali.10.Memungkinkan untuk membuat model cara mengjar.11.Memungkinkan banyak orang yang dapat mengikuti proses belajar dan tidak

tentu waktunya.12.Merupakan medan untuk mencobakan sistem atau metode baru untuk diteliti

sebelum dikembangkan.13.Memberi kesempatan pendekatan analistis mengenai ketrampilan dan strategi

mengajar.

Materi Kegiatan (program Kegiatan)Yang dimaksud materi disini adalah ketrampilan yang akan dilatih melalui penampilan dalam micro teaching.Ada sepuluh ketrampilan khusus yang dapat dilatih dalam micro teaching yang kesemuanya itu merupakan dalam sebuah proses belajar mengajar.Keteampilan khusus itu meliputi: Ketrampilan membuka pelajaran Keteampilan memberi motivasi Ketrampilan bertanya Ketrampilan menerangkan Ketrampilan mendayagunakan media Ketrampilan menggunakan metode yang tepat Ketrampilan mengadakan interaksi Ketrampilan penampilan verbal dan non verbal Ketrampilan penjajagan/assesment. Ketrampilan menutup pelajaran.

Aspek-aspek keterampilan yang harus ditampilkan sebagai berikut :a. Keterampilan membuka pelajaran

Memperhatikan sikap dan tempat duduk siswa Memulai pelajaran setelah nampak siswa siap belajar. Cara mengenalkan pelajaran cukup menarik. Mengenalkan pokok pelajaran dengan menghubungkan pengetahuan yang

sudah diketahui oleh siswa (apersepsi). Hubungan antara pendahuluan dengan inti pelajaran nampak jelas dan logis.

b. Keterampilan memberi motivasi Mengucapkan ‘baik”, bagus, ya, bila siswa menjawab/ mengajukan

pertanyaan Ada perubahan sikap non verbal positif pada saat menenggapi pertanyaan/

jawaban siswa. Memuji dan memberi dorongan dengan senyum, anggukan atas partisipasi

siswa. Memberi tuntunan pada siswa agar dapat memberi jawaban yang benar. Memberi pengarahan sederhana dan pancingan, agar siswa memberi

jawaban yang benar.c. Keterampilan bertanya

Pertanyaan guru sebagian besar telah cukup jelas Pertanyaan guru sebagian besar jelas kaitanya dengan masalah. Pertanyaan ditunjukan keseluruhan kelas lebih dahulu, baru menunjuk Guru menggunakan teknik -pause- dalam menyampaikan pertanyaan Pertanyaan didistribusikan secara merata diantara para siswa.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 35 of 71

Teknik menunjuk yang memungkinkan seluruh siswa siap.d. Keterampilan menerangkan

Keterangan guru berfokus pada inti pelajaran Keterangan guru menarik perhatian siswa Keterangan guru mudah ditangkap(dicerna) oleh siswa. Penggunaan contoh, ilustrasi, analogi, dan semacamnya menarik perharian

siswa. Guru memperhatikan dengan sungguh-sungguh respon siswa yang berupa

pertanyaan, reaksi, usul dan semacamnya. Guru menjelaskan respon siswa, sehingga siswa menjadi jelas dan mengerti.

e. Keterampilan mendayagunakan media Pemilihan media sesuai dengan PBM yang diprogramkan Teknik mengkomunikasikan media tepat. Organisasi mengkomunikasikan media menunjang PBM. Guru trampil menggunakan media.

f. Keterampilan menggunakan metode yang tepat Ada kecocokan antara metode yang dipilih dengan tujuan pengajaran. Ada kecocokan antara metode yang dipilih dengan materi pelajaran dan

situasi kelas. Dalam menggunakan metode telah memenuhi / mengikuti sistematika

metode tersebut Alat yang dapat menunjang kelancaran penggunaan metode tersebut telah

disiapkan. Menguasai dalam penggunaan metode tersebut. Aspek mengadakan interaksi Ada keseimbangan antara jumlah kegiatan guru (aksi) dengan kegiatan siswa

(reaksi) selama proses belajar mengajar. Ada pengaruh langsung yang berupa :

Informasi Pengarahan Menyalahkan atau membenarkan adalah cukup komunikatif

Nampak ada partisipasi dari siswa yang berupa : Mendengarkan Mengamati Menjawab Bertanya Mencoba

g. Keterampilan penampilan verbal non verbal Gerakan guru wajar dan bertujuan. Gerakan guru bebas Isyarat guru menggunakan tangan, badan, dan wajah cukup bervariasi Suara guru cukup bervariasi, lemah dan keras. Ada pemusatan perhatian dari pihak siswa. Pengertian indera melihat dan mendengar berjalan dengan wajar.

h. Keterampilan penjajagan/assesment Menaruh perhatian kepada siswa yang mengalami kesulitan. Adanya kesepakatan guru terhadap tanda siswa yang mengalami salah

pengertian Melakukan penjajagan kepada siswa tentang pelajaran yang telah

diterimanya Mencari/melakukan apa yang menjadi sumber terjadinya kesulitan.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 36 of 71

Melakukan kegiatan untuk mengatasi/menunjukan kesulitan siswa.i. Keterampilan menutup pelajaran

Dapat menyimpulkan pelajaran dengan tepat. Dapat menggunakan kata-kata yang dapat membesarkan hati siswa Dapat menimbulkan perasaan mampu ( sense of achievment) dari pelajaran

yang diproleh. Dapat mendorong siswa tertarik pada pelajaran yang telah diterima.

Persiapan PenyelenggaraanDalam mempersiapkan penyelenggaraan micro teaching kita harus menetapkan.

Waktu / bilamana diadakan micro teaching Tempat, dimana kapan diguanakan, pelaksanaan micro teaching Personalia dalam micro teaching (calon yang praktek, peserta didik/siswa

guru, orang yang akan mengadakan observasi dan penilaian, ahli teknik alat rekaman)

Pola micro teaching yang akan digunakan dan dikembangkan. Rencana kegiatan dan prosedur kegiatan micro teaching Sarana dan prasarana. Follow up.

Dalam follow up ditentukan kapan mengajar dikelas yang sebenarnya atau melaksanakan tugas profesional guru.Waallohu A’lamu bisshawab.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 37 of 71

PRESENTASI EFEKTIF

a. PendahuluanPresentasi merupakan salah satu cara dalam upaya menjelaskan sesuatu

topik atau bahasan tertentu dengan menggunakan (multi) media dalam waktu yang relatif singkat. Media yang dimaksud dapat berupa media tulisan, visual, verbal atau gabungan dari berbagai media (multi-media). Dengan kata lain, presentasi mestilah bertujuan untuk menyampaikan atau menjelaskan sesuatu bahasan dengan menggunakan alat peraga yang menyebabkan pembahasan tersebut menjadi sistematis, menarik dan mudah dimengerti. Dalam dunia pendidikan orang dewasa presentasi merupakan cara yang paling banyak digemari oleh para instruktur (pengajar) karena pendekatan tersebut dapat dengan mudah dan efektif menjelaskan bahasan-bahasan yang kompleks dan rumit sedemikian rupa sehingga kegiatan belajar-mengajar menjadi tidak membosankan dan melelahkan.

b. Persiapan presentasi 1. Hal yang paling awal untuk dipersiapkan untuk melakukan presentasi adalah

meyakinkan diri dengan pertanyaan berikut:- Bahasan atau tema apa yang akan saya sampaikan ?- Seberapa luas cakupan bahasan yang harus saya sampaikan dan berapa

waktu yang tersedia ?- Dapatkan saya membuat daftar poin-poin utama dari seluruh bahasan yang

akan saya sampaikan ?- Sudahkan saya mendapatkan cukup bahan (informasi) untuk mensupport

bahasan yang akan saya sampaikan, seperti: data, argumentasi, contoh, dalil, kasus dsb ??

2. Mengetahui medan presentasi: siapa dan bagaimana karakteristik audience, berapa jumlah mereka, bagaimana struktur kelas dan tata ruang yang tersedia, fasilitas presentasi yang ada, serta waktu presentasi. Dengan mengetahui medan ini, paling tidak ada kesiapan antisipatif baik psikologis maupun teknis.

3. Menyiapkan alur dan struktur bahasan dengan mempertimbangkan waktu yang tersedia. Sebaiknya dilakukan persiapan rancangan alur pembahasan dalam draft yang ditulis dalam satu lembar kertas. Rancangan ini membantu menjaga sistematika dan efisiensi presentasi, sehingga tidak ‘terjebak’ membahas sesuatu yang jauh melenceng dari topik bahasan.

4. Menentukan cara dan media yang akan digunakan. Pada intinya, gunakanlah cara dan media yang paling komunikatif dan mudah difahami. Bila topik bahasan seputar konsep-konsep dan pengertian, maka pendekatan verbal menjadi pilihan yang memadai. Membuat makalah yang sistematis, jelas urut-urutan dan poin-poin bahasan menjadi tuntutan pokok. Apalagi bila disertai dengan ringkasan makalah yang disajikan di awal atau di akhir bahasan. Bila pokok bahasan menyangkut suatu kajian sebab-akibat, atau suatu proses (kejadian) pendekatan visual dengan gambar-gambar grafis yang relevan akan sangat membantu mempercepat pemahaman peserta didik.

c. Kiat-kiat Presentasi yang menarikAgar presentasi menarik, hendaknya dilakukan hal-hal berikut: 1. Structure. Hendaknya bahan yang akan disampaikan tersusun secara

sistematis dengan alur yang jelas dan mudah difahami. Bila bahan yang akan

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 38 of 71

disampaikan sangat padat dengan masalah konsepsional dan teoritis, susunlah dengan bentuk sebagai berikut :a. Pengantar :

- membangkitkan perhatian dan minat peserta- memaparkan ikhtisar materi bahasan

b. Bagian utama :- sejumlah judul utama (main points)- beberapa sub judul

c. Kesimpulan :- butir-butir atau catatan penting- diskusi dan pertanyaan

2. Simple. Sampaikan penyajian dengan mudah dan tidak berbelit-belit. Hindari istilah-istilah yang sulit difahami, Gunakan kalimat-kalimat yang pendek, jelas dan bervariasi. Penyajian jadi sangat membosankan apabila penyaji sering menggunakan istilah-istilah yag berulang-ulang.

3. Surprise. Kesuksesan penyajian seringkali tergantung di titik awal penyampaian. Apabila kesan pertama penyajian menggoda, maka selanjutnya menjadi terserah anda. Oleh karena itu mulailah penyajian bahasan dengan sesuatu yang mengejutkan, memancing perhatian atau mengundang minat dan keseriusan. Gunakan kasus, data, gambar, games ataupun cerita mengenai sesuatu yang relevan dengan topik bahasan.

4. Support. Penyajian akan sangat menarik dan meyakinkan serta mudah difahami apabila disertai dengan ilustrasi dan hala-hal yang menunjang. Lengkapilah setiap sub bahasan dengan ilustrasi yang memadai dan relevan dalam bentuk kasus, contoh aplikatif, data dan fakta, dalil.

5. Shape. Penyajian akan menjadi enak dilihat apabila disampaikan dengan model tampilan hand out, skema, matriks atau grafis yang yang jelas, mudah dan menarik. Bentuk ini akan mempermudah pemahaman pada topik-topik bahasan yang padat dan kompleks.

6. Style. Gaya menyampaikan sungguh akan mempengaruhi keberhasilan penyampaian. Bila penyaji hanya duduk dan berbicara dengan nada yang datar atau monoton tentu akan sangat membosankan. Sebaiknya gaya penyampaian dilakukan dengan berbagai variasi gaya: kadang duduk, berdiri, jalan, menyapa dengan nada bicara yang ekspresif serta penuh semangat.

7. Smart-smile. Penampilan yang menarik hendaknya juga dipertimbangkan dalam menyampaikan sesuatu kepada sejumlah pendengar. Seringkali kesan pertama penyajian justeru muncul dari penampilan fisik si penyaji: pakaian, kerapihan dan kebersihan serta wewangian. Penampilan yang menarik akan menjadi optimal manakala dalam proses penyampaian, tercipta hubungan dan suasana yang interaktif antara penyaji dan pendengar. Munculkanlah suasana akrab dan hangat melalui teguran, sapaan, senyuman, pertanyaan, meminta tanggapan ataupun komentar mereka.

8. Show. Usahakanlah menggunakan media dan atau alat peraga yang memadai. Apakah dalam bentuk makalah, hand-out, flipp chart, papan tulis, transparancy-sheet, slide. Artinya, jangan hanya menggunakan lembar text-book yang merupakan bagian dari referensi yang digunakan.

9. Stop. Berhenti sejenak dengan joke atau selingan-selingan segar untuk memelihara konsentrasi dan perhatian pendengar, terutama apabila bobot topik bahasan berat dan sulit.

10.Summarize. Menentukan akhir presentasi yang mengesankan. Kiat menutup presentasi menjadi sangat menentukan keberhasilan menyampaikan bahasan. Presentasi hendaknya diakhiri dengan merangkum kembali secara utuh pokok

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 39 of 71

bahasan yang telah disampaikan, sambil terus memberi kesempatan kepada audience untuk memperjelas hal-hal yang terlewat.

d. Penutup

Presentasi atau penyajian suatu topik bahasan pada intinya adalah seni untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada pendengar dengan tujuan agar mereka dapat dengan mudah memahaminya. Oleh karena itu keberhasilan presentasi selain ditentukan oleh keterampilan berbicara di depan publik dengan segala kreativitas dan gaya penyampaian, juga dipengaruhi oleh pengalaman atau jam terbang yang telah dikantongi presenter. Selain itu, kemauan dan kemampuan mempelajari metode-metode yang berkembang ataupun melihat, memperhatikan dan mempelajari orang-orang yang piawai dalam penyajian juga menjadi faktor penentu bagi kesuksesan presentasi. Waallohu A’lamu bisshawab.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 40 of 71

DINAMIKA KELOMPOK(Upaya melatih berdinamika kelompok antaranggota untuk mendukung

amal jama,i dalam halaqoh tarbiyah)

MukaddimahTuntutan bahwa dakwah harus dilaksanakan oleh setiap mukmin untuk

mewujudkan rahmatan lil alamin tak dapat ditawar-tawar lagi. Proyek dakwah yang besar ini tidak dapat dipikul oleh seorang saja, melainkan dipikirkan dan dilaksanakan secara bersama dalam satu ikatan amal jama’i.

Dalam perkembangannya, pelaksanaan dakwah ilallah ini banyak menemukan masalah-masalah di lapangan. Permasalahan ini tak pelak menyertai setiap aktivis dakwah dalam setiap langkah-langkahnya.

Melihat hal tersebut, makin dirasakan perlunya bekerja dalam tim untuk mengatasi masalah-masalah dalam berbagai bidang. Agar kerja tim dapat berhasil dengan baik, para anggotanya perlu memiliki kemampuan berinteraksi dan mengadakan hubungan antarpribadi yang baik. Kemampuan ini sangat membantu dalam menghidupkan amal jama’I dalam tataran halaqoh atau yang lebih besar dari itu.

Pengertian Adanya kerja tim dalam ikatan halaqoh tarbiyah memungkinkan terciptanya

dinamika kelompok. Di dalam dinamika kelompok inilah setiap anggota akan mengenali perasaan-perasaan anggota timnya, mengenali permasalahan-permasalahan yang sering timbul dalam halaqoh tarbiyah timnya, mengatasi permasalahan-permasalahan dalam aktivitas halaqohnya, dan pada gilirannya mampu mendinamiskan halaqoh timnya sehingga benar-benar halqoh muntijah itu bukan sekadar utopia belaka atau konsep saja.

Di dalam buku Dinamika kelompok oleh Drs. Slamet Santosa, M.Pd., dikemukakan bahwa dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain. Setiap anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama.Ciri-ciri nya adalah:

1. adanya dorongan/motif yang sama pada setiap individu sehingga terjadi interaksi antaranggota dan tertuju dalam tujuan yang sama,

2. adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda di antara individu satu dengan yang lain,

3. adanya pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas, terdiri dari peranan dan kedudukan yang berkembang dengan sendirinya di dalam rangka mencapai tujuan bersama, dan

4. adanya penegasan dan peneguhan adab-adab tingkah laku antaranggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasikan tujuan kelompok.

Dengan demikian, urgensi mengetahui dan melaksanakan dinamika kelompok diantaranya adalah :

1. proyek dakwah dari Allah SWT ini tidak dapat dipikul dan dilaksanakan sendiri

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 41 of 71

2. individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat, di mana pun ia berada

3. individu tidak dapat bekerja sendiri di dalam kehidupannya4. dalam suatu ikatan halaqoh tarbiayah atau suatu ikatan masyarakat yang

besar perlu adanya pembagian kerja agar dapat terlaksana sesuai dengan ketentuannya

5. mewujudkan amal jama’I yang sehat

Kendala yang terjadi dalam suatu kelompokPersoalan-persoalan yang ada dalam dinamika kelompok yang dapat dijumpai

dalam ikatan halaqoh adalah sebagai berikut:1. kohesi/persatuan

Dalam persoalan kohesi ini akan terlihat tingkah laku anggota dalam kelompok, seperti proses pengelompokkan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan sebagainya. Dalam kasus ini misalnya seorang a’dho/anggota merasa bermasalah dengan tingkat kehadiran anggota yang lain sehingga ikut mempengaruhi dirinya dalam menilai kelompok halaqohnya. Kasus lain misalnya, Dia bukan berada dalam satuan pekerjaan yang sama dengan anggota lain, usia anggota sangat berjauhan, dan sebagainya.

2. motive/doronganPersoalan motive atau dorongan ini berkisar kepada ketertarikan anggota terhadap kehidupan kelompok seperti kesatuan berkelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya. Kasus ini misalnya adanya a’dho yang tidak memiliki quwwatul indhifa’ dalam berhalaqoh sehingga selalu mengalami kendala dalam aktivitas halaqohnya

3. strukturPersoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antaranggota, pembagian tugas, dan sebagainya. Misalnya, kasus seorang murobbi yang tidak memberikan tugas secara proporsional kepada seluruh anggotanya menyebabkan struktur halaqoh pincang.

4. pimpinanPersoalan yang satu ini tidak kalah pentingnya pada kehidupan berkelompok. Hal ini terlihat pada bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pemimpin, dan sebagainya. Ada kalanya ketidakcocokan antara murobbi dengan anggotanya lebih disebabkan gaya kepemimpinannya dalam mengelola aktivitas halaqoh yang dianggap tak sesuai dengan harapan anggota

5. perkembangan kelompokPersoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota kelompok tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan sebagainya. Kasus-kasus seperti anggota yang sering dipindah-pindah, atau ditinggal murobbi tanpa pengontrolan, keringnya nuansa ukhuwah antaranggota.

Solusi atas Kendala yang terjadiSering dalam interaksi antaranggota terjadi konflik antaranggota, anggota

dengan murobbinya, anngota dengan keluarganya dan sebagainya. Konflik ini perlu dicarikan solusinya dengan tepat. Dengan solusi yang tepat diharapkan konflik mereda dan hilang sama sekali, sebaliknya bila solusinya tidak tepat, konflik masih tetap ada bahkan bias jadi membesar dan menyebabkan kefuturan bagi anggota itu karena akumulasi kekecewaan-kekecewaan. Bagaimana mengatasinya :

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 42 of 71

1. tentukan dahulu persoalan dengan tepat2. munculkan perilaku asertif yakni

a. keberanian dan kejujuran untuk mengungkapkan pendapat, perasaan, kehendak, dan putusan pribadi seperti apa adanya tanpa merendahkan diri sendiri dan orang lain

b. kesadaran akan hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain serta berupaya memenuhinya secara timbal balik

3. mengembangkan sikap mendengar aktif, pesan diri, dan umpan balik antar peserta dengan murabbi

4. gunakanlah manajemen konflik untuk menyelesaikan persoalan secara win-win solution

5. mengembangkan hikmah syura dalam halaqoh tarbiyah

Amal Jama’IDi bagian atas telah dijelaskan dinamika kelompok mulai dari pengertian, arti

pentingnya, kendala, dan solusi. Kini akan dijelaskan pula mengenai amal jama’i. Dakwah secara berjamaah adalah dakwah yang paling efektif dan sangat

bermanfaat bagi gerakan Islam. Sebaliknya, seperti yang sudah diungkapkan pada awal modul ini – dakwah sendirian akan kurang pengaruhnya dalam usaha menanamkan ajaran Islam pada umat manusia. Atas dasar ini Allah SWT mengisyaratkan dalam AL Quran dengan firman-Nya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru pada kebaikan, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imaran : 104)

Tampak dalam ayat tersebut Allah SWT mewajibkan pelaksanaan dakwa secara bersama. Sebab ikhtiar perseorangan dengan cara sendiri-sendiri tidak akan mampu memikul segala tugas dan tanggungjawab dakwah dan tidak akan berdaya melaksanakan segala tuntutan perjuangan dakwah dalam rangka memberantas segala kejahatan yang ada di muka bumi dan menghancurkan akar-akar jahiliyah.

Amal jama’I mulai diwujudkan dalam tataran halaqoh tarbiyah. Di sanalah sang murabbi akan menjadi fasilitator bagi terwujudnya amal jama,I bersama para anggotanya.

Urgensi Amal Jama,IUrgensi amal jama’I dalam Islam adalah :1. tuntutan sunnatullah fil alam2. tuntutan sunnatul basyar3. tuntutan kerja amaliyah dakwah untuk menghadaipi musuh-musuh Allah SWT4. tuntutan karakteristik gerakan dakwah

Pokok-pokok Amal Jama’IPokok-pokok amal jama’I meliputi :1. sehatnya orientasi (ittijah) anggota ( 6 : 75-79) yang meliputi sehat mabdanya

(lillah), sehat manhajnya (billah), dan sehat ghoyahnya (ilallah)2. sehatnya loyalitas (wala’u) anggota (2: 130-132) yang merupakan penerjemahan

dari sehatnya ketaatan kepada Allah, Rasul, dan pemimpin-pemimpinnya 3. sehatnya amal anggota (2:124) dengan karakter anggota yang berkorban

(tadhiyah), bersungguh-sungguh (jiddiyah), dan berkelanjutan (istimroriyah) untuk menopang jihad di jalan Allah

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 43 of 71

Sasaran Amal Jama’ISasaran amal jama’I pada setiap anggota adalah :1. tercapainya perencanaan, pelaksanaan, pengontrolan, dan evaluasi atas amal-

amal dakwah secara baik dalam halaqoh tarbiyah melalui sarana proyek-proyek kecil hingga berskala besar, baik dalam bentuk kepanitiaan majlis ta’lim, rihlah, pernikahan, badan usaha, dan sebagainya

2. tercapainya keterlibatan anggota secara aktif dalam menyukseskan amal jama’I di halaqoh tarbiyahnya pada skala kecil atau jamaah secara lebih luas.

3. Tercapainya pemahaman peserta yang shahih tentang amal jama’I

Mendinamiskan Halaqoh Berikut ini disampaikan beberapa upaya untuk mendinamiskan halaqoh tarbiyah :

1. murobbi mengenali anggota-anggotanya secara baik meliputi pengenalan zhohiri dan ma’nawi

2. menciptakan iklim halaqoh tarbiyah yang kondusif bagi pemunculan ukhuwah bainal a’dho, ketsiqohan dengan murobbi, dan ketaatan anggota pada murobbinya

3. menggunakan berbagai sarana tarbiyah secara optimal dan tepat untuk berbagai keperluan dan mengembangkannya

4. menjaga keistimroriyahan perjalanan halaqoh tarbiyah untuk mencegah dampak insyilah akibat ketidakhadiran anggota dalam halaqoh tarbiyah

PenutupDemikianlah modul dinamika kelopok ini dibuat. Dengan harapan akan

terwujudlah upaya melatih berdinamika kelompok antaranggota untuk mewujudkan amal jama’I dalam halaqoh tarbiyah. Modul ini akan dilengkapi dengan berbagai metode penyampaian materi ke arah pelatihan hingga sesuai dengan apa yang diharapkan.Waallohu A’lamu bisshawab.

Maroji’

1. Manhaj 1421 H2. Drs. Slamet Santosa, M.Pd. Dinamika Kelompok3. Pelatihan Dinamika Kelompok4. Mustafa Masyhur, Amal Jama’I 5. Hildegard Wenzler-Cremer dan Maria Fischer, Proses Pengembangan DiriSCHEDULE PELATIHAN DINAMIKA KELOMPOK

No.

Kegiatan Sasaran Waktu

Pelaksanaan Alat/Media

Keterangan

1. Agenda Acara

Menyepakati agenda acara

5’ Instruktur memperlihatkan agenda acaraPeserta menyetujui agenda tersebut

Transparansi

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 44 of 71

2. Ice Breaker Tercapai suasana pelatihan yang cair Tercapai upaya mengatasi kebekuan

15’ Intruktur memandu ice breaker : wawancara A-BA menanyakan sesuatu (bisa tentang acara atau yang lain) kepada B. B menyimak. Setelah usai, B giliran menanyakan sesuatu pada A. Instruktur meminta pasangan A menyampaikan tentang B dan sebasliknya di hadapan peserta.

Pluit

3. Sharing Tersampaikan perasaan peserta ttg daurah murobbi yang berkaitan dengan materi-materi yang sudah diberikan

10’ Peserta menyampaikan sharing per individu. Tersampaikan perasaan peserta dalam kegiatan tersebut

4. Game Memperlancar proses perkenalanMengurangi kecemasan yang dialami pada permulaanlatihan

20’ Ada di fotokopi Game berjudul Tanda Tangan

Lembar tanda tanganPensil

5. Diskusi Terungkap tinjauan peserta terhadap dinamika kelompok

30’ Peserta berbagi kelompok dan bahas “dinamika kelompok menurut saya”

Kertas, spidol

6. Cerkat Dinamika Kelompok

Tercapai pengetahuan peserta

25’ Instrukur bahas Dinamika

TranparansiKertas

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 45 of 71

tentang dinamika kelompok (pengertian, cirri, kendala, dan solusi) Tersampaikan penyelesaian kasus kecil menurut peserta

Kelompok Flip chart

7. Istirahat 10’ Peserta makan dan minum

8. Game Terungkap pentingnya komunikasi dalam dinamika kelompokTerungkap pentingnya peran pemimpin dalam dinamika kelompok

30’ Ada dalam fotokopi Game berjudul : Gambar Berantai : komunikasiGame Permainan Botol : Pemimpin

Spidol, 4 utas tali/benang, botol teh sosrokertas

9. Cerkat komunikasi dan pemimpin dalam dinamika kelompok

Tercapai kesadaran pentingnya unsure komunikasi dan pemimpin dalam dinamika kelompok

15’ Peserta mendengarkan uraian intsruktur

10. Role Play : Game

Tercapai dinamika kelompok.

45’ Peserta terlibat dalam game (fotokopi) bujur sangkar bolong

Potongan bujursangkar bolongLembar petunjuk,4 amplopkertas dan alat tulis

11. Pembahasan : Amal Jama’i

Tercapai pengetahuan dan kesadaran urgensi dinamika

25’ Instruktur menjelaskan amal jama’I termasuk juga mendengar

Transparansi

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 46 of 71

kelompok dalam konteks amal jama’I

akti dan manajemen konflik (khusus win-win solution) (ada fotokopinya)

12. Jurnal Tercapai perasaan peserta terhadap materi pelatihan dinamika kelompok

5’ Peserta menulis jurnal

Lembar jurnal

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 47 of 71

TARBIYAH FARDIYAH

Definisi dan urgensiTarbiyah Fardiyah adalah peran dan tugas individu dalam konteks amal islami,

dengan keharusan melakukan interaksi sosial yang bersifat personal untuk memperoleh satu tujuan dan sasaran dengan unsur-unsur pendekatan yang baru , diluar kelaziman pelaksanaan Tarbiyah Jama’iyyah pada umumnya seperti halnya dalam bentuk halaqoh. Unsur-unsur pendekatan dalam Tarbiyah Fardiyah diusahakan agar seseorang pada awalnya tertarik dengan fikrah Islam melalui proses Tarbiyah dan Takwin, baru setelah itu mengajaknya terlibat dan berpartisipasi lebih jauh lagi dalam amal da’wah. Dalam hal ini diberikan kebebasan bagi siapa saja yang hendak menjalankan misi Tarbiyah Fardiyah untuk memanfaatkan seoptimal mungkin seluruh akses (Relasi) dan prakondisi untuk melakuakn penetrasi fikroh dan mengupayakan kepuasan objek da’wah (Mutarabbi Fardy) dengan fikroh-fikroh yang ditawarkan kepadanya.

Lantas sejauh mana urgensi Tarbiyah Fardiyah dalam konteks amal islami?. Ikhwah Fillah, sesungguhnya amal Islami tidak dapat berjalan kecuali dengan satu proses dan cara sebagaiman yang telah dilalui dan dijalankan oleh para Rosul ‘alaihimussholaatu wassalaam melalui media tarbiyah yang digerakkan untuk menyingkap dan mengenali hakekat agama ini (Al-Islam) secara menyeluruh. Berkata Imam Hasan Al-banna : “Sesungguhnya Manhaj Ikhwanul Muslimin terwujud dalam pembatasan marhalah dengan kejelasan langkah-langkah nya, maka dari itu kita tahu sebenarnya apa yang kita inginkan, dan juga kita tahu sarana yang dapat merealisasikan keinginan – keinginan itu”.

Status hukum dan prinsip-prinsipnyaTarbiyah fardiyah ditinjau dari kewajibannya secara hukum, dapat dipahami

dari bentuk-bentuk audiensi firman Alloh SWT yang diarahkan secara eksplisit kepada setiap individu muslim, juga arahan nabawi yang mengarah kepada hal yang sama, semua itu adalah Taklif ynag memperkuat keharusan adanya rasa tanggung jawab pada setiap individu muslim untuk mengemban tugas da’wah islamiah, sebagaimana firman alloh SWT dalam surat Fusshilat : 33, As-syura : 15, dan an-nahl ; 125.

Adapun hadits Rosululloh SAW yang dapat dijadikan landasan syar’i Tarbiyah Fardiyah adalah hadits riwayat Muslim dari Abu Said Al-Khudry ; “Barang siapa yang melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak bisa dengan lisannya, jika tidak bisa dengan hatinya dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman”. Juga dalam hadits riwaayat Muslim lainnya : “Barang siapa yang menunjukan kepada kebaikan maka baginya pahala sebesar pahala orang yang mengerjakannya”.

Berkaitan dengan tarbiyah fardiyah Imam Hasan Al-banna mengingatkan kita bahwa kewajiban Tarbiyah fardiah adalah kewajiban untuk bersungguh-sungguh dalam beramal, dengan menempuh proses “Takwin ba’da Tanbih” (Pembentukan setelah pengarahan) dan “Ta’sis ba’da Tadris” (Pemantapan atau pengokohan setelah pengajaran).

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 48 of 71

Minimal ada enam prinsip untuk melancarkan efisiensi dan efektifitas tarbiyah fardiyah :

Pertama : Al-Manhaj As-salim, yaitu konsep yang benar, yang mampu mencetak pribadi dan generasi islami, konsep yang terpadu dan menyeluruh meliputi aspek-aspek tarbiyah fikriyah, ruhiyah dan akhlakiah.

Kedua : Al-qudwah al-hasanah, yaitu dalam hal ketaqwaan, kewaro’an dan pengamalan ilmunya.

Ketiga : Al-bi’ah As-sholehah, ya’ni dengan menyediakan nuansa dan iklim yang cocok untuk setiap individu, khusunya padaa masa-masa memasuki tahapan pembentukan pertama.

Keempat : At-Tajarrud, yaitu totalitas seorang Murabbi yang mengemban misi da’wah dalam rangka membentuk kepribadian individu muslim dan memfokuskan hal itu.

Kelima : Tadarruj, yaitu seorang Murabbi dalam konteks Tarbiyah fardiyah hendaknya memperhatikan tahapn-tahapan logis, seperti dengan stressing maslah-masalah aqidah sebelum masalah Ibadah , maslah Ibadah sebelum konsep kehidupan yang lebih luas, ringkasnya adaalah “Kulliat Qobla Juziyyat” .

Keenam : Arrifq wallin, sikap lembut dan halus adalah sarana dalam mentarbiyah, oleh karenanya hendaklah bersabar atas segala kegagalan dan kesalahan sampai datangnya satu masa dimana buah dari kesabaran itu akan tampak membuahkaan hasilnya.

Sarana dan keistimewannyaAdapun sarana tarbiah fardiyah banyak macamnya yang dapat digunakan

secara bertahap sesuai dengan tahapan pendekatan Murabbi terhadap Individu mad’unya. Dalam bentuk tatap muka misalnya (Liqo’), seorang Murabbi tarbiyah fardiah bisa memnfaatkan pertemuan dengan membaca al-Qur’an, mengkaji hadits atau siroh, pertemuan tersebut sedapat mungkin dicarikan waktu dan tempatnya yang cocok, bisa juga memanfaatkan pertemuan di Halaqoh (ta’lim) Masjid, seminar Ilmiah, atau dengan mengajaknya ke Rumah makan, dalam bentuk yang lebih sederhana sarana Tarbiyah fardiah bisa dengan menghadiahkan sebuah buku yang bermuatan fikroh islam, sehingga pada pertemuan berikutnya bisa didiskusikan hasil dari bacaan buku tersebut. Semua hal tersebut di atas adalah sebagian dari sarana-sarana tarbiyah fardiyah. Adapun selebihnya seorang murabbi dengan kecerdasaannya dapat mengeksplorasi dan mengembangkan sarana-sarana lainnya lebih banyak lagi.

Tarbiyah fardiyah bila dijalankan sesuai dengan manhajnya maka ia akan menjadi sarana yang paling efektif , paling kuat pengaruhnya, dan paling terjamin kualitasnya terhadap individu mad’u, keistimewaan Tarbiyah fardiyah terletak pada fokus perhatian yang lebih terhadap mad’u dan kesempatan memberi pengaruh lebih besar, sehingga menjadi besar pula tibgkat keberhasilan mengajak orang ke jalan da’wah.

Tarbiyah fardiyah adalah salah satu gaya pendekatan (Uslub) dalam berda’wah, akan tetapi gaya pendekatan yang satu ini tidak mungkin efektif dan

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 49 of 71

membuahkan hasil bagi kalangan juru dakwah dengan berbagai level mad’unya, karena para da’i yang memainkan da’waahnya dengan gaya ini dituntut untuk memiliki beberapa karakteristik khusus yang menjamin kapabilitas dirinya melalui jalan da’wah dengan gaya pendekatan yang satu ini. Dengan kata lain tarbiyah fardiyah tidak dapat dilakukan oleh seseorang yang hanya disebut dan dikenal sebaagai Da’i saja, tapai harus oleeh seseorang yang telah mendaapat predikat Da’i plus yaitu Da’i Murabbi.

Karakteristik Da’i MurabbiAdapun beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang da’i Murabbi antara lain adalah :

1. Al-Fahmu As-syamil al-kamil, yaitu pemahaman yang sempurna dan menyeluruh terhadap dasar-dasar keislaman dan rambu-rambu petunjuknya, juga terhadap apa yaang akan dida’wahkannya, karena seorang da’i Murabbi akan mentarbiyah seseorang yang memiliki akal, perasaan dan pemahaman, dan orang trsebut akan merefleksikan apa yang didengar dan diperhatikan dari sang Murabbi, maka apabila seorang da’i Murabbi tidak memiliki level pengetahuan yang memadai dan wawasan pemahaman yang menyeluruh tentang dasar-dasar keislaman, maka hal itu akan memindahkan sebuah kebodohan kepada Mad’u itu sendiri, yang paada gilirannya akan menimbulkan masal;aah dam pembentukan kepribadian muslim sang mad’u itu sendiri.

2. Waqi’ ‘Amaly, yaitu keteladanan sang Da’i Murabbi dengan amal perbuatannya yang secara real tampak jelas padaa prilakunya, seperti geraknya, diamnya, bicaranya, atributnya, pandangannya dan ibrohnya, seluruh keteladanan itu adalah buah refleksi dari pengaruh keimanan dan pemahaman dalam kehidupan sang da’i Murabbi, dalam rangka memberikan pengaruh keteladnan yang baik (Qudwah shalihah) pada saat kemunculannya di tengah-tengah masyarakat. Imam Hasan Al-Banna mensifati Da’i Murabbi dengan sebutan Da’i Mujahid, lebih jelasnya beliau menyebutkan bahwa da’i Mujahid adalah : “Sosok seorang Da’i yang telah mempersiapkan segala sesuatunya, yang terus menerus berfikir, besar perhatiannya dan siap siaga selalu”. Begitulah seharusnya seorang Da’i, tercermin iman dan keyakinannya pada prilaku dan amalnya. Berdasarkan penelitian pada perjalanan kehidupan sang Da’i , bahwa pengaruh mereka terhadap banyaak orang lebih banyak berasal dari prilaku dan akhlaknya yang istiqomah di setiap keadaan. Sudah menjadi pemahaman umum bahwa “Manthiqal Af’al aqwa min manthiqil aqwal” ( Logika amal / perbuatan lebih kuat dari logika kata-kata). Dikaataakn pulaa oleh ulama saalafusalih : “Man lam tuhadzdzibka ru’yatuhu fa’lam annahu ghairu Muhaadzdzab” (Barang siapa yang tidak mendiddikmu ketika engkau melihatnya maka ketahuilah bahwa orang itu juga tidak terdidik). Al-imam Syafi’i rahimahullohu berkata : “Man wa’adzho akhohu bifi’lihi kaana Haadiyan” (Barang siapa yang menasehati seudaranya dengan amal perbuatannya maka berarti ia telah menunjukinya”. Oleh karena itu keteladanaan adalah fokus yang sangat sensitif dan halus, karena apa yang tampak pada dirinya jauh lebih besar pengaruhnya dari apa yang diucapkannya (Al-Mandzhor a’dzhomu ta’tsiran minal qoul).

3. Al-khibroh binnufus, yaitu berpengalaman dalam memahami aspek kejiwaan, karena sesungguhnya lapangan kerja seoarang da’i Murabbi tidak

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 50 of 71

lain adalah kejiwaaan, bergumul dengannya dan menjadikaannya sasaran yang pertama dan terakhir dalam Tarbiyah, sedangkan jiwa tidak seperti gigi sisir, akan tetapi jiwa orang berbeda satu dengan yang lainnya, ada yang lemah, ada yang kuat, ada yang peka dan over sensitif. Ada yang lembut , ada yang keras dan bebal dan sebagainya. Oleh karena itu seorang murabbi hendaknya mensikapui seseorang sesuai dengan kejiwaannya dan berhati-hati dalam berinteraksi dengannya, maka jangan bersikap terlalu tegas dan streng kepada orang yang jiwanya halus dan peka, melainkan harus dihadapi dengan lemah lembut , sebaliknya orang yang jiwanya keras harus dihadapi dengan ketegasan jika ia lalai dan menyimpang. Adalah Rosululloh SAW sosok Murabbi pertama yang berpengalaman dalam ilmu jiwa, beliau tidak mempergauli paara sahabtnya dengan sikap yang sama antara yang satu dan lainnya, karena beliau sangat tahu akan tabiat manusia dan kejiwaan mereka. Dalam hadits riwayat bukhari dari Abdulloh ibnu mas’ud RA. Beliau bersabda : “Adalah Rosululloh SAW pernah beberapa hari lamanya tidak memberikan nasehat dan wejangan kepada kami, karena beliau takut kami menjadi bosan” (Al-Hadits) Berkaitan dengan Al-khibroh binnufus, banyak contoh keteladanan dari Murabbi zaman ini, diantara mereka adalah imam Hasan al-Banna, di mana telah terjadi dialog anatara beliau dengan salah seorang ikhwah, Ikhwah tersebut berkata : “sesungguyhnya ana lagi banyak muskilah dan banyak yang ingin ana adukan kepada antum, masaalah yang ana hadapi ada yang bersifat umum dan ada yang khusus”, maka kata Imam Al-banna : “Sudahlah jangan bebani diri antum dengan masalah itu, serahkan urusan antum kepada Alloh”, “Tapi, ana ingin antum tahu”, sergah Akh tersebut, “Sesungguhny ana sudah tahu” kata Imam seraya meyakinkan Akh tersebut, “Jadi ana bahagia kaalau antum mau tahu” balas akh tersebut. Akan tetapi belum sempat ana memulai curhat, beliau sudah mendahauliku dengan rentetan musykilah dan keluhan yang dialaminya sendiri, bahkan yang mengherankan apa yang diutarakannya sama dengan apa yang ana rasakan . setelah beliau selesai berbicara, maka ana pun berkata kepadanya : “Ya ustadz….. demi Alloh sungguh ana sangat bahagia, dan ana tidak akan mengeluh lagi”, ana mengatakan semua itu sambil terisak dan bercuccuran air mata”.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, sesungguhnya Tarbiyah fardiyah merupakan seni yang hanya dapat dimainkan oleh para Da’i tertentu, dan seni yang satu ini memiliki garis yang jelas dan batasan syar’i yang telah dirumuskan dalam ajaran islam. Seni yang satu ini juga bukan perkara yang mudah, semudah menulis dan mengarang sebuah buku tentang pentarbiyahan, juga semudah merumuskan manhaj dalam khayalan, akan tetapi apalah artinya bila kemudian buku dan manhaj tersebut hanya menjadi tinta bisu diatas kertas tergantung diatas rak, karena tidak dirubah potensinya dalam gerak nyata yang tampak di permukaan bumi, menjadi manusia yang menterjemahkan buku dan manhaj tersebut kedalam prilakunya, gerak-geriknya, cita rasanya, struktur berfikir dan moralitasnya.

Nah, sekarang bagaimana kita mulai, dari mana dan kapan sasaran akhirnya, adalah bentuk-bentuk pertanyaan yang jawabanyya ada pada sejauh mana kita dapat merealisasikan manhaj Tarbiah Fardiyah dengan segala uslub kerjanya.

Langkah pertama yang harus dimulai dalam menjalankan misi Tarbiyah fardiyah ini adalah menjalin hubungan dengan seseorang yang hendak diproses,

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 51 of 71

dan berusah semaksimal mungkin mengenali orang tersebut, mengenali pikirannya, pemahamannya, persepsinya dan mencermati sela-sela kelemahannya. Dengan begitu akan dapat dipastikan dan diketahui bentuk-bentuk pendekatan aplikatif apa yang mungkin bisa dimplementasikan terhadap orang tersebut. Setelah mengenali dan meyakini bahwa orang tersebut memamng maslahat untuk didakwahi, maka mulailah sang da’i bersama orang tersebut melakukan rekreasi spritual (Rihlatul Iman), dalam rihlah inilah sang mad’u digiring untuk melalui tiga tahap periode perkembangan yang terbangun di atasnya nilai-nilai kepribadian islam dan atribut-atribut keimanan, ketiga tahap priode perkembangan tersebut hendaknya secara tertib dan runtut harus dilalui oleh sang mad’u, karena hal itu merupakan faktor yang sangat mendasar bagi terbangunnya kepribadian islami yang menyeluruh dan terhindarnya kesalahn fatal dalm menyampaikan pesan-pesan da’wah.

Tiga periode perkembanganAdapun ketiga periode perkembangan tersebut adalah :

Pertama : periode pembinaan akidah, periode ini merupakan periode yang sangat fundamental dalam membentuk kepribbadian seorang muslim, karena ia merupakan landasan pijak bagi periode perkembangan lainnya, akidah yang dimaksud bukanlah sekedar pengetahuan kering yang hanya membahas masalah-masalah yang tidak bermuara pada amal, dan tidak bermanfaat bagi pertuimbuhan ghirah islamiyah dan semangat berda’wah, akan tetapi akidah yang dimaksud adalah sebagaaimana yang dipersepsikan oleh as-syahid Sayyid Qutub Rohimahulloh diman beliau berkata : “Seyogyanya periode pembinaan akidah melewati masa yang panjang, sehingga langkah-langkah pembinaan secara perlahan dapat mendekati kesempurnaan, dengan kedalaman dan kemantapannya, sebaliknya seyogyanya periode ini jangan hanya sekedar menjadi pelajaran teoritis, akan tetapi periode ini secara prioritas harus dipahami sebgai periode menterjemahkan akidah dalam gambaran kehidupan nyata dengan segala kualitas perasaan dan amal perbautan yang tercermin dalam bangunan kehidupan berjamaah dengan gerakan kolektifnya. Adalah sebuah kesalahan fatal bila akidah hanya menjadi kerangka teori yang hanya sekedar dijadikan sebagai konsumsi pelajaran intelektual”.

Kedua : Periode aplikasi, setelah akidah tertanam kuat pada diri sang mad’u, dan ia meraasakan hubungan dan ketergantungan yang kuat kepada Alloh SWT, maka berikutnya adalah periode aplikasi , yaitu pantulan tabiat dari keyakinannya dalam prilaku, gerak-gerik, akhlak dan ubudiahnya, maka bila periode ini dapat dilewati dengan baik berart telah terjadi keselarasan “ bainal madzhhar wal jauhar” antara esensi dan substansi, antar kulit dan isi , antara teori dan praktek, antara konsep dan realita dan antara ilmu dan amal. Oleh karena tuntutan dan target periode ini adalah menggiring seseorang untuk membentuk dirinya sehingga terjadi kesesuian anatara apa yang diyakinaninya (akidahnya) dengan amalan syar’i yang lekat secara menyeluruh pada dirinya dan muncul dari refleksi akidahnya.

Ketiga : Periode pemetaan amal islami, setelaah akidah sang mad’u kuat dan amaliah syar’inya bagus, maka berarti ia telah menunjukan kesiapannya untuk dipetakan atau ditempatkan dalam proyek amal islami (amal da’wah) dibawah naungan jamaah dan da’wah, dan dijelaskan kepadanya dalil-dali syar’i yang mengarahkan kewajiban bekerja di bawah naungan jamaah dan tidak menghindar

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 52 of 71

dari padanya walau hanya sejengkal. Kesimpulannya bahwa tarbiah fardiah dimulai dengan tarbiyah islamiyah dan diikat kemudian dengan aml jama’i.

Kaidah AsasiyahTerakhir, yang menjadi catatan penting dalam mentarbiyah adalah kaidah-kaidah asasiyah yang harus di perhatikan oleh sang Murabbi, dan menerapkan kaidah-kaidah tersebut disela-sela aktifitasnya dalam menjalankan tarbiyah fardiyah. Kaidah-kaidah tersebut di antaranya adalah :

1. Ar-Rifq, yaitu kelemahlembutan, sebagaimana firman alloh SWT dalam surat al-Imran : 159, kelemah lembutan adalah asas dalam bermuamalah, seoarang da’i tidak dapat mengambil hati mad’unya, kecuali bila ia mempergaulinya dengan penuh lemah lembut sehingga menjadi mudah untuk menguasai hatinya.

2. Al-Ibti’adu anidzdzammi wattaa’aatubi, yaitu menjauhkan sikap agresif yang cenderung mencela dan mendiskriditkan, karena sesungguhnya da’wah tidak dibangun di atas celaan dan cemoohan, melainkan dengan Tanashuh (menjaga) dan Taghafur (mema’afkan) serta Al-Irsyad bil husna (membimbing dengan cara – cara yang baik. Sebagaiman Ibnussamak seorang Ulama yang zuhud – Rahimahulloh- ketika seseorang berkata kepaadanya : “Kita bertemu lagi besok dalam rangka saling mencela”, lalau jawab Ibnu samak : “Bal baini wa bainaka ghodan nataghafar” (Tidak, akan tetapi kita bertemu besok untuk saling memaafkan).

3. At-tarbiyah Tamhid wattasywiq, Tarbiah itu harus dijalankan dengan perlahan bukan dengan paksaan, dengan memunculkan kesenangan bukan ketakutan, hal ini tentu saja membutuhkan kesabaran, karena untuk dapat menikmati buahnya kadang harus menunggu masa panen yang butuh waktu lama.

4. At-Tasyji’, yaitu motivasi sang da’i Murabbi terhadap mad’unya, berupa “reward”, apresiasi dan penghargaan, untuk menambah semangat dan mendorongnya untuk beramal, sebagaiman yang telah dilakukan oleh Rosululloh kepada sahabat Suhaib bin sinan ar-rumy, yang hijrah ke Madinah dengan meninggalkan seluruh hartanya setelah diambil seluruhnya oleh orang-orang musyrikin, dan dia hanya bisa menyelamatkan agamanya, Rosululloh menyambut kedatangannya seraya berkata : “Rabiha Suhaib” (beruntunglah Suhaib).

Waallohu A’lamu bisshawab.Makalah ini disadur dari Kitab “Mamarratul haq”, Juz a dan ba, lissyaikh Ra’id Abdul hady.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 53 of 71

STUDI SINGKATSOSOK MURABBI TELADAN

Pernahkah anda mengalami suatu saat ketika anda membuka mushaf dan anda mulai membaca al-qur’an kemudian anak-anak anda datang mendekati anda sambil membawa buku Iqra’nya lalu mereka melakukan hal yang sama seperti apa yang tengah anda lakukan?, Pernahkah anda mendapatkan Mutarabbi anda mengerjakan shaum sunnah padahal anda secara eksplisit tidah pernah menyuruhnya ataau menginstruksikannya ?, hal tersebut dilakukan oleh Mutarabbi anda hanya karena ia mendapatkan anda juga melakukan shaum sunnah pada hari-hari sebelumnya. Pernahkah anda mengalami khadimat anda perlahan-lahan menyesuaikan diri dan penampilannya di tengah-tengah keluarga anda, mulai terbiaasa mengenakan gaun panjang, memakai kerudung walau pada awalnya cuma nempel di atas kepala, tapi toh lama kelamaan ia menjadi terbiasa berjilbab baik ketika ia bekerja di dalam rumah apalagi di luar rumah?, padahal isteri anda belum pernah berkata kepadanya bahwa memakai jilbab itu wajib, apalagi memperdengarkannya ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan kewajiban menutup aurat baik dalam surat An-nur maupun Al-ahzab.

Itulah buah dari keteladanan, ketealadaanan adalah cara berda’wah yang paling hemat karena tidak menguras enerji dengan mengobral kata-kata, bahkan bahasa keteladanaan jauh lebih fasih dari bahasa perintah dan larangan, sebagaimaana adagium mengaatakan : “Lisaanul hal afshohu min lisaaanil maqaaal”, bahasa kerja lebih fasih dari bahasa kata-kata. Dalam ungkapan lain keteladanan ibarat tonggak, dimana bayangan akan mengikuti secara alamiah sesuai dengan keaadaan tonggak tersebut, lurusnya, bengkoknya, miringnya , tegaknya dan lain sebagainya, sebagaimana pepatah mengataakan : “Kaifa yastaqqimudzdzhillu wal ‘uudu a’waj”, bagaaimana bayangan akan lurus bila tonggaknya bengkok.

Oleh karena itu penting bagi kita para Murabiyyin untuk berusaha semaksimal mungkin menjadi figur murabbi teladan, agar keteladanaan kita memberikan keberkahan bagi perkembangan da’wah dan peningkatan kwalitas maupun kwantitas para Mutarabbi yang kita bina . Untuk memudahkan kita mencontoh hal-hal yaang baik yang sepatutnya disikapi oleh seoarang figur Murabbi, maka melalui makalah ini kita akan berinteraksi dengan beeberapa tokoh yang tercatat sebagai figur murabbi teladan dalam sejarah, dengan menampilkan “Suratun Hayawiyyah” atau gambaran kehidupan mereka khusunya dalam melakukan aktifitas pentarbiyahan.

Secara runtut sesuai dengan urutan zamannya , kita akan mulai membahas keteladanan figur murabbi dari “Murabbi hadzihil ummah”, yaitu Rosululloh SAW, kemudian kita telusuri keteladanan figur murabbi para Sahaabatnya, para tabi’in ,ualam salaafusslaih hingga para Masayikh da’wah di zaman kita sekarang ini. “Aina nahnu minhum”, kita sungguh tidak ada apa-apanya dibanding mereka bahkan rasanya mustahil bisa sama dengan mereka, itulah satu perasaan yang akan terlintas pada benak kita ketika kita mengetahui keteladaanaan mereeka sebagai murabbi, akan tetapi kita dinasehati oleh satu pepatah : “Tasyabbahu in lam takuunuu mislahum, Innattasyabbuha bil kiraami falaahun”,

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 54 of 71

Teladanilah meski tidak sama persis dengan mereka, sesungguhnya meneladanani oranorang mulia adalah satu keberuntungan.

Keteladanan Rosululloh SAWSebagai Murobbi Rosululloh SAW selalu melakukan pendekatan komunikasi

sebagaimana yang telah direkomendasikan di dalam Al-Qur’an, bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan diantaranya adalah : “Qoulan Layyinan” ( 20 : 44 ), “Qoulan Maysuran” ( 17 : 28 ), “Qoulan Ma’rufan” ( 32 : 32 ), “Qoulan Balighan” ( 4 : 63 ), “Qoulan sadidan” ( 4 : 9 ), dan “Qoulan kariman” ( 33 : 31 ).

Sebagai Murabbi Rosululloh SAW, tidak pernah memojokkan mutarabbi dengan kata-kata , apalagi hal itu dilakukan di hadapan orang lain, sebagaimana diriwayatkan oleh Abi Humaid Abdirrahman bin Sa’ad As-Sa’idy RA, Ia berkata : “Nabi SAW telah mengutus seseorang yang bernama Ibnu Lutbiyyah sebagai amil zakat, setelah selesai dari tugasnya lalu ia menghadap Rosululloh SAW seraya berkata : “ini hasil dari tugas saya , saya serahkan kepada mu, dan yang ini hadiah pemberian orang untuk saya”, lalu Rosululloh SAW segera naik ke atas mimbar, setelah menyampaikan puja dan puji kehadirat Alloh SWT beliau berkhutbah seraya berkata : “Sesungguhnya aku megutus seseorang di antaara kalian sebagai amil zakat sebagaimaana yang telah diperintahkan oleh Alloh SWT kepadaku, lalu ia datang dan berkata : “ini untuk engkau dan yang hadiah untukku, jika orang itu benar , mengapa dia tidak duduk saja di rumah bapak atau Ibunya sehingga hadiah tersebut datang kepadanya, demi Alloh tidaklah mengambil seseorang sesuatu yang bukan haknya melainkan kelak dia bertemu dengan Alloh SWT membawa barang yang bukan menjadi haknya “, lalu Rosululloh SAW mengangkat keduabelah tangannya hingga tampak ketiaknya, seraya berkata : “Ya Alloh, telah aku sampaikan” 3 x ( HR. Bukhari – Muslim )

Rosululloh juga tidak pernah menjaga jarak dengan mutarabbinya, sehingga tidak terjadi kesenjangan psikologis antara mutarabbi dengan murabbi, hal ini dapat dilihat dari gambaran dialog lepas antara Jabir bin Abdillah dengan beliau sebagaimana yang telah diriwayatkaan sendiri olehnya : “Aku pernah keluar bersama rosululloh SAW pada peperangan Dzatirriqo’, aku mengendarai seekor onta yang lamban jalannya, sehingga aku tertinggal jauh dari rosululloh SAW, kemudian Rosululloh SAW menemuiku seraya berkata : “ Kenapa engkau hai, Jabir “ “Ontaku Ya Rosulalloh…,jalannya lamban sekali” balasku. Kemudian Rosulluooh berkata lagi : “Berikan kepadaku tongkat yang ada di tanganmu atau berikan aku sepotong kayu”, lalu aku berikan kepadanya dan beliaupun memukulkan kayu tersebut secara perlahan ke onta saya, lalu beliau menyuruhku menaiki onta itu, demi Alloh tiba-tiba ontaku berjalan dengan sangat cepat”. Kemudian obrolan berlanjut , Rosululloh SAW bertanya kepadaku : “Hai Jabir, apakah engkau sudah kawin?”, “sudah ya rosulalloh” jawabku, “dengan janda atau gadis”?, tanya beliau lagi, “dengan janda ya Rosul” tegasku, “Kenapa tidak dengan gadis saja sehingga engkau dapat “bersenang-senang dengannya” dan ia dapat “bersenag-senag denganmu”?, balas Rosululloh SAW dengan nada bertanya, lalu aku menjelaskan : “Ya Rasululloh sesungguhnya ayahku meninggal pada perang Uhud, dan meninggalkanku saudara perempuan sebanyak tujuh orang, maka dari itu aku menikahi seorang wanita yang sekaligus dapat meenjadi pengasuh dan pembimbing mereka”. Kemudian Rosululloh berkata : “Engkau benar insya Alloh”.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 55 of 71

Keteladanaan Para Sahabat RADiantara para sahabaat yang paling menonjol keteladanannya adalah Abu

bakar as-Shiddiq RA, bukan hanya karena ia adalah satu-satunya sahabat yang mendapat gelar as-sihiddiq, dan juga bukan hanya karena satu-satunya sahabat yang menemani Rosululloh SAW dalam perjalanaan hijrah ke Madinah, akan tetapi lebih dari itu karena Abu Bakar layak disebut sebagai “Murabbi hadzihil Ummah” sepeninggalnya Rosululloh SAW , beliaulah yang memandu akidah dan fikrah para sahabat yang lainnya ketika mereka masih belum legowo menerima berita wafatnya Rosululloh SAW termasuk Umar bin khattab RA. Pada saat itulah Abu bakar memberikan taujih tarbawy dengan membacakan firman Alloh SWT, dalam surat Ali Imron : 144, seraya menambahkan penjalasan dengan kata – kata hikmahnya : “Man kaana ya’budu muhamma dan fainna muhammad qod maata, wa man kaana ya’budulloha fainnallaha hayyun laa yamuutu” (Barang siapa yang menyembah Muhammad seseungguhnya Muhammad telah tiada, tetapi Barang siapa yang menyembah Alloh SWT sesungguhnya Alloh Hidup dan tidak akan mati). Itulah keteladanan abu Bakar dalan menyemai benih-benih tarbiyah, khusunya Tarbiyah Aqidiyah.

Ketika dua pertiga Jazirah Arab ditimpa oleh gerakan pemurtadan (Harakatul Irtidad), dalam bentuk pembangkangan tidak mau membayar kewajiban zakat, maka lagi-lagi Abu bakar RA tampil sebagai pelopor Murabbi dalam hal ketegaasan Amar Ma’ruf Nahi Munkar untuk memerangi mereka, banyak para sahabat termasuk umar bin Khattab RA masih beranggapan bahwa bukan itu jalan keluar untuk menghentikan gelombang kemurtadan, maka Abu bakar langsung memberikan pelajaran kepada para sahabat khusunya umar bil khattab RA seraya berkata : “ Hatta anta ya, Umar ajabbaarun fil Jahiliyah Khawwarun fil Islam ?, Wallaahi laa Yanqushuddinu wa anaa Hayyun, Lau mana’uuni ‘Uqqoolu ba’iirin yuadduunahi ila Rosuulillah lahaarobtuhu hatta tansalifa saalifaty” ( sampai engaku juga Ya Umar, apakaah engkau hanya tampak perkasa pada masa jahiliyah kemudian jadi ragu pada masa islam ?, Demi Alloh tidak akan berkurang agama ini (Islam) sedikitpun selama akau masih hidup, Walaupun mereka tidak memberikan hanya seutas tali unta yang harus diberikan kepada Rasululloh, maka tetap akan ku pernagi mereka sampaai urat leherku terputus”).

Bahkan keteladan Abu bakar sebagai Murabbi bukan hanya dengan kata-kata tetapi juga langsung dibarengi dengan sikap dan tindakan kongkrit, agar menjadi contoh bagi para sahabat yang lain, sebagaiman terjadi pada saat sebagian besar para sahabat (Kibaarusshahabah) keberataan dengan diangkatnya Usamah Bin Zaid, padahal hal itu telah menjadi ketetapan komando Rosululloh SAW sebelum wafatnya, dan abu bakar berazam untuk tidak membatalkan apa yang telah ditetapkan Rosululloh SAW, seraya mengiringi pelepasan ekspedisi Usamah dengan meenuntun kudanya saampai perbatasan, sejak awal Usamah merasa tidak enak karena Abu Bakar berjalan kaki sementara Ia berada diatas kudanya, lalu usamah menawarkaan agar ia turun Abu Bakar saja yang naik kuda, lalu abu bakar berkata : “Wallohi maa rokibtu wa maa nazalta, wa maa lialaa ughabbira qadami fi sabilillaah” ( Demi Alloh, aku tidak mau naik dan engkau juga tidaak perlu turun, biarkanlah kakiku bersimbah debu di jan Alloh )

Keteladanan Ulama SalafusshalihSalah satu di antara mereka adalah Atho bin abi Rabaah Rahimahulloh, yang

memimpin halaaqah besar di masjidil haram, dimana Sulaiman bin abdil malik yang menjadi Khalifah pada saat itu juga sering menghadiri halaqohnya, Athu bin abi

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 56 of 71

Rabah adalah seorang habsyi (Negro) yang pernah menjadi budak dari salah seorang wanita penduduk kota mekkah, lalu ia dimerdekakan karena kepandaiannya dalam mendalami ajaran islam.

Keteladanan Atho bin Abi Rabah sebagai Murabbi adalah kelembutannya dan ketajaaman nasehatnya serta pandangan dan perhatianya yang penuh kasih sayang, sebagaimana yang dikisahkan oleh Muhammad bin suqoh Salah seorang Ulama Kufah , bahwa suatu ketika Atho bin abi rabah menasehatinya : “Wahai anak saudaraku, sesungguhnya orang-orang sebelum kita tidak menyukai pembicaraan yang berlebihan”, “lalu apa batasannnya pembicaran yang berlebihan”? tanyaku, beliau melanjutkan nasehatnya seraya beerkata : “Mereka mengkategorikan pembicaraan berlebih, bila dilaakukan selain dari Al-qur’an yang dibaca dan difahami, atau hadits Rosululloh yang diriwayatkan, atau berkenaan dengan amar ma’ruf nahi munkar, atau pembicaraan tentang satu hajat, kepentingan dan persoalan maisyah”, kemudian beliau mengarahkan paandangannya kepada ku seraya berkata : “Atunkruuna (Inna ‘alaikum laahaafidzhiin, kirooman kaatibiin) (Al-infithar : 10 – 11), wa anna m’a kullin (‘minkum malakaini Anil yamiini wa ‘anisshimaali Qa’iid, maa yalfidzhu min qaulin illaa laadaaihi raqiibun ‘atiid) ( Qaf : 17 – 18), Amaa yatahyii aahaduna lau nusyirat alaihi shahiifatuhullatii amlaa’aahaa shdra naahaarihi, faawaajada aktsara maa fiihaa laaisa min amri diinihi walaa amri dunyaahu”.

Kapabilitas takwiniyah Atha bin Abi rabah dalam mentarbiyah bukan hanya kepada kalangan pembesar dan terpelajar tapi sampai seorang tukang cukur, sebagaimana dikisahkan oleh Imam Abu hanifah : “Aku melakukan kesalahan dalam lima hal tentang manasik haji, lalu aku diajarkan oleh seorang tukang cukur, yaitu ketika aku ingin selesai dari ihram, aku mendatangi salah seorang tukang cukur, lalu aku berkata kepadaanya :”berapa harganya”?, “semoga Alloh menunjukimu, ibadah tidak mensaratkan soal harga, duduk sajalah dulu, soal harga gampang” jawab tukang cukur, waktu itu aku duduk tidak menghadap kiblat, lantas ia mengarahkan duduku hingga menghadap kiblat, kemudian menunjukan bagian kiri kepalaku, lalu ia memutarnya sehingga mulai mencukur kepalaku dari sebelah kanan, ketika aku dicukur ia melihaatku diam saja, lalu ia menegurku : “Kenapa koq diam saja, ayo perbanyaklah takbir”, maka akupun bertakbir, setelah selesai aku hendak langsung pergi, lalu ia berkata : “mau kemana kamu”?, “aku mau ke kendaraanku” jawabku, tukang cukur itu mencegahku seraya berkata : “Shalat dulu dua rakaat, baru kau boleh pergi kemana kau suka” , Aku berkata dalam hati, tidak mungkin tukang cukur bisa seperti ini kalu bukan dia orang alim, lalu aku berkata kepadanya : “Darimana engkau dapati mengenai bebrapa manasik yang kau perintahkan kepadaku’?, Demi alloh aku melihat Atha bin abi rabah mempratekan hal itu, lalu aku mengikutinya, dan aku arahkan orang banyak untuk belajar kepadanya”, jawab tukang cukur alim tersebut.

Di antara kebiasaan baik ulama salafusshalih dan keteladanan mereka dalam mentarbiyah adalah ketika memberikan materi mereka tidak terkesan bersikap santai atau memberikannya sambil duduk bersandar misalnya, akan tetapi mereka menunjukan sikap yang sigap dan penuh semangat, sebagaimana telah menjadi sikap umum di kalangan mereka ketika menyampaikan materi, hal itu terungkap dari pernyataan salah seorang diantara mereka : “Laa yanbaghi lanaa idzaa dzukira fiinasshalihuna jalasnaa wa nahnu mustaniduuna” ( Tidaklah pantas bagi kita ketika disebutkan di tengah-tengah kita orang-orang yang shaleh, lalu kita duduk sambil bersandar ).

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 57 of 71

Adalah Said ibnul Musayyib rahimahulloh, juga seoarang murabbi yang keteladanannya patut dicontoh oleh para Murabbiyyiin, beliau memimpin halaqoh yang cukup besar di Masjid nabawi, di samping beliau juga terdapat halaqohnya ‘Urwah bin Zubair, dan abdulloh bin ‘Utbah rahimahumalloh, Said ibnul Musayyib mempunyai seorang mutarabbi, namanya Abu Wada’ah, suatu ketika Abu Wada’ah beberapa kali tidak datang halaqoh, tentu saja Said bin Musayyib merasa kehilangan mutarabbinya yang sudah mustawa qowy ini, beliau kahawatir kalau-kalau ketidakhadirannya lantaran sakit atau ada masalah yang menimpanya, lalu beliau juga bertanya kepada ikhwah yang lainnya juga tidak ada yang tahu, akan tetapi bebrapa hari kemudian tiba-tiba Abu Wada’ah, datang kembali sebagaimana biasa, maka sang Murabbi teladan said bin Musayyib segera menyambut kedatangannya dengan sapaan yang penuh perhatian seraya berkata : “kemana saja engkau ya, aba wada’ah”?, “Isteriku meninggal dunia, sehingga aku sibuk mengurusinya” jawab Abu wada’ah. “Mengapa tidak beritahu kami sehingga kami bisa menemanimu dan mengantarkan jenazah issterimu serta membantu segala keperluanmu” tanya Said kembali. “Jazaakallahu kahairan” jawab abu wada’ah yang terkesan memang sengaja tidak memberi tahu karena khwatir merepotkan murabbynya.

Tidak lama kemudian Said bin Musayyib menghampiri Abu Wada’ah dan membisikinya seraya berkata : “Apakah engkau belum terpikir untu mencari isteri yang baru ya Aba Wada’ah”, “Yarhamukalloh, siapa orangnya yaang mau mengawini anak perempunnya dengan pemuda macamku yang sejak kecil yatim, fakir dan hingga sekarang ini aku hanya memiliki dua sampai tiga dirham” tandas Abu Wada’ah yang tampaknya ingin bersikap waqi’ terhadap keadaan dirinya, “aku yang akan mengawinimu dengan anak perempuanku” tegas said, seraya terbata-bata Abu Wada’ah berucap : “ Eng,…engkau akan mengawiniku dengan anak perempuanmu, padahal engkau tahu sendiri bagaimana keadaanku”, “Ya,…kenapa tidak, karena kami jika seudah kedataangan seseorang yang kami ridho terhadap agamanya dan akhlaknya maka kami kawinkan orang iyu, dan engkau termasuk orang yang kami ridhoi” jawab Said meyakinkan mutarabbinya. Lalu dipanggilnyalah ikhwah yang ada di halaqah tersebut untuk menyaksikan akad nikahnya dengan mahar sebanyak dua dirham, Abu Wada’ah benar-benar terkejut tak tahu harus berkata apa, antara kaget daan girang, ia pulang menuju rumahnya sampai-sampai ia lupa kalau hari itu ia sedang shaum, karena di tengah perjalaanan ia terus berfikir darimana ia akan menafkahkan isterinya, atau berhutang dengan siapa?, tak terasa ia sudah sampai di rumah dan adzan maghribpun tiba, lalu ia berbuka dengan sepotong roti, baru saja menikmati rotinya, tiba-tiba ada suara yang mengetuk pintu, “siapa yang mengetuk pintu”, tanyanya dari dalam rumah, “Said” jawab suara di balik pintu yang sepertinya ia mengenalinya, setelah dibukanya tiba-tiba sang murabbi sudah ada di hadapannya, Abu Wada’ah mengira telah terjadi “sesuatu” dengan pernikahannya, lalu ia langsung menyapa sang Murabbi seraya berkata : “Ya, aba Muhammad mengapa tidak kau untus sesorang memanggilku sehingga aku yang datang menemuimu”, “Tidak, engkau lebih berhak aku datangi hari ini”, setelah dipersilahkan masuk Said langsung mengutarakan maksud kedatangannya seraya berkata : “Sesungguhnya anak perempuanku telah sah menjadi isterimu sesuai dengan sari’at alloh SWT sejak tadi pagi, dan aku tahu tidak ada seorangpun yang menemanimu, menghiburmu dan melipu kesedihanmu, maka aku tidak ingin engaku bermalam pada hari ini disuatu tempat sedang isterimu masih berada di tempat lain, maka sekarang aku datang dengan anak perempuanku ke rumahmu” ,

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 58 of 71

lalu said menoleh kee arah puterinya seraya berkata : “masuklah engkau ke rumah suamimu wahai puteriku, dengan menyebut asma Alloh dan memohon barokahNYA”, masuklah anak perempuan said , dan ketika melangkahkan kakinya nyaris keserimpet (terinjak gaunnya) hampir jatuh hampir terpeleset karana saking malunya, “sedang aku juga cuma berdiri di hadapanya kaget campur bingung tak tahu harus berkata apa” kata Abu Wada’ah mengenang kejadian itu, tapi kemudian ia cepat-cepat mendahului isterinya ke dalam ruangan, lalu ia jauhkan cahaya lampu dari sepotong roti yang memang tinggal segitu-gitunya supaya tidak terlihat oleh isterinya. Baru setelah itu ia keluar rumah untuk mamanggil ibunya untuk menemui menantu barunya.

Itulah keteladanan Said bin Musayyib yang menolak pinangan Abdul malik bin Marwan Khalifah bani uamayyah yang ingin meminang putrinya, malah beliau segara meengawinkan putrinya dengan Abu Wada’ah mutarabbinya yang sederhana dan tidak diragukan lagi kualitas tarbiyahnya.

Subhanalloh,… ada ‘ngga ya, Murabbi seperti Said bin Musayyib rahimahulloh di zaman sekarang ini?, kalau ada alhamdulillah, kalau belum ada mudah-mudahaan selepas dauroh murabbi ini ada yaang berusaha meneladaninya. Amin Ya robbal alamin.

Lain lagi kisahnya dengan Imam abu hanifah, atau dikenal dengan nama Nu’man bin Tsabit rahimahulloh, beliau seorang murabbi yang wajahnya selalu enak dipandang, berseri-seri, dalam penegtahuannya, manis tuturkatanya, rapih penampilannya, dan selalu memakai wangi-wangian, jika beliau datang ke majlisnya, maka semua orang yang ada disitu sudah mengetahuinya sebelum mereka melihatnya lantaran semerbak wewangian yang dipakainya.

Di samping cerdas, alim, faqih, beliau juga dikenal sebagai Murabbi yang dermawan, karena beliau juga dikenal sebagaai seoarang saudagar, tepatnya sebagai pedagang pakaian, kain dan sutera, beliau berkeliling dari kota satu ke kota lainnya di wilayah irak.

Suatu ketika salah seorang muridnya datang ketempat jualannya, ia minta dicarikan baju, lalu beliau mencarinya, sesuai dengan warna yang dimintanya lalu diberikan kepadanya, “berapa harganya ?”, tanya sang murid, “sedirham” jawab Imam, “satu dirham” tegas sang murid lagi penasaran dan campur heran kok murah banget, “ya, segitu”, tegasnya lagi, “yang bener nih…” kata muridnya lagi, “Aku tidak main-main, aku beli baju ini dan yang serupa lagi dengannya seharga dua puluh dinar emas dan satu dirham perak, yang satu aku sudah aku jual, sedang yang siasanya ini aku jual kepadamu dengan harga sedirham, aku memang tidak mau mangambil untung terhadap murid-muridku”.

Suatu ketika Imam abu hanifah melahat salah seorang mutarabbinya berpakaian lusuh sehingga terkesan tidak enak dipandang, setelah yang lainnya keluar dari majlis, sehingga tidak ada seorangpun di dalam majlis itu selain Imam abu hanifah dengan mutarabbinya tersebut, lalu beliau berkata kepadanya, “angkatlah sajadah ini lalu ambil sesuatu yang ada di bawahnya”, setelah diambilnya ternyata uang sebanyak seribu dirham, “ambilah uang itu dan perbaikilah penampilanmu’ tegas imam abu Hanifah, lalu kata orang itu : “Aku sudah cukup, Alloh telah melimpahkan nikmatnya kepadaku, aku tidak membutuhkan uang ini”. Dengan cerdasnya imam abu hanifah menyanggah

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 59 of 71

omongan mutarabbinya itu : “Jika memang benar-benar telah melimpahkan ni’matnya kepadamu, lalu mana bukti kenikmatanNYA itu, bukankah rosululloh SAW bersabda : “Innalloha yuhibbu an yaraa aaatsara ni’matihi ‘ala ‘abdihi” (sesungguhnya alloh SWT senang melihat bukti keni;matannya pada hambanya), karena itu sudah sepantasnya engkaumemperbaiki keadaanmu agar engkau tidak membuat sedih saudaramu”.

Itulah beberapa keteladan Ulama Salafussalih dalm mentarbiyah para mutarabbinya, Wallohu ‘alamu bisshawaab.

Keteladanan Masyaikh Da’wah kitaImam As-syahid Hasan al-Banna, figur murabbi yang satu ini sudah barang

tentu tidak asing bagi kita, juga bagi seluruh aktifis da’wah dan harakah islamiyah di mana saja berada. Adalah pantas bila beliau merupakan salah seorang sosok figur murabbi teladan abad.

Keteladanan Imam Hasan al-banna dapat disimpulkan dari pendekatan da’wahnya ke berbagai lapisan masyarakat, prinsip-prinsip pendekatan da’wah yang diisyaratkan dalam hadits Rosululloh SAW seperti : “khoothibinnaasa ‘alaa qodri ‘uqulihim”, “khotibinnaasa ‘ala lughati qaumihim” (Ajaklah berbicara kaummu sesuai dengan kemampuan akal mereka, ajaklah berbicara kaummu sesuai dengan gaya bahaasa mereka). Tampak sekali hal ini dilakukan oleh beliau dalam menyemai benih-benih tarbiyah di tengah-tengah masyarakatnya.

Ketika beliau menetap di Ismailiyah, yang terkenal sebagai kota pelabuhan, di mana banyak buruh-buruh pelabuhan menghabiskan waktu malamnya dengan nongkrong di kedai-kedai kopi, dari sinilah beliau memulai da’wahnya, beliau mengadakan pendekatan yang sangat hati-hati dan perlahan, beliau menyampaikan hal-hal yang bersifat umum seperti ingat kepada Alloh dan hari akherat, tidak konfrontatif, penyampaian da’wah dikemas dengan sederhana, diselingi dengan bahasa ‘amiyah (pasaran), diselingi dengan cerita dan ilustrasi, dan lamanya hanya sepuluh menit atau paling laama seperempat jam.

Al-Ustadz umar Tilmitsani Allohu yarham, menceritakan tentang sosok Hasan al-banna sebagai Murabbi, bahwa halaqoh beliau yang kemudian dikenal dengan “kuliah selasa” sangatlah sederhana, seluruh mutarabbinya duduk di atas tikar putih, dan mereka disuguhi teh dalam dua teko kecil, ini bukan karena beliau kikir, karena memang hanyalah itulah yang dapat beliau sediakan.

Imam Syahid sangat lembut , suka bergaul dan mudah dekat dengan orang lain. Beliau tidak pernah cemberut atau berpaling saat berbicara atau diajak bicara, sikap santun selalu menyertai pergaulannya baik dengan orang dewasa maupun anak kecil, bahkan beliau pernah memberikan ceramah di depan anak-anak sekolah dasar Mahmudiyah yang terletak di daerah Abbasiah, beliau berdiri di tengah-tengah mereka dan berbicara dengan mereka, seolah-olah belaiu bagian dari mereka. Beliau berbicara dan menggunakan bahasa yang dimengerti anak kecil. Ketika selesai beliau “dikeroyok” oleh anak-anak kecil tersebut seraya bergelantungan di tubuh beliau, seolah – olah tidak ingin berpisah dengannya. Ini adalah buah dari bahas lembut dan akhlak luhur yang tidak merasa risih dengan gurauan dan celotehan anak-anak kecil.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 60 of 71

Allohu Yarhamuhu, Al-Ustadz hasan al-Hudhaibi, juga mempunyai keteladanan dalam hal mentarbiyah, diantaranya adalah kata-kata hikmahnya seperti “Nahnu Dhu’at laa Qudhot” (kami mengajak bukan memvonis), “Aqimiddaulata fii daarika taqum fii ardhika” (Tegakkanlah daulah di dalam rumahmu maka kelak akan tegak di negrimu). Selain itu apabila ada anggota Ikhwan yang bertengkar di hadapannya, beliau selalu mengucapkan perkataannya yang terkenal : “Apabila kalian berdua tidak sanggup memperbaiki hubungan yang ada di antara kalian, lalu bagaimana kalian bisa memperbaiki perselisihan yang terjadi pada orang lain”?. Dan di antara do’a yang paling sering meluncur dari mulut beliau adalah : “Ya Alloh pilihlah diriku menjadi hamba yang selalu taat kepadaMU”

Sebagai seoarang Murabbi, Imam As-Syahid Hasan Al-Banna bukanlah tipe orang yang kaku dan pelit senyum, sebagaimana diceritakan oleh Syekh umar Tilmitsani, bahwa suatu ketika ia diundang untuk makaan siang di kantor pusat. Sambil bercanda beliau berkata, “Hari ini kami jadi tukang masak, ayo makan siang bersama kami”. Di lain waktu ia diajak oleh Imam as-Syahid menghadiri sebuah acara, ketika makanan dihidangkan, ia melihat yang terhidang hanya telur goreng dan keju yang kelihatannya sudah kadaluarsa, lalu ia membisiki beliau seraya berkata : “Apaka anda mengajak saya ke tempat ini uuntuk membuat saya lapar”?. Sambil tersenyum beliau menjawab : “Diamlah, Semoga Alloh melindungimu”. Lalu beliau memanggil seorang akh, tak lama kemudian akh tersebut datang kembali dengan membawa daging goreng dan buah anggur. Sunguh beliau tidak memperlihatkan wajah yang tidak menyenangkan, meskipun Ustadz Umar tilmitsani sedikit membuatnya repot.

Sebagai seorang Murabbi Imam As-Syahid tidak hanya bersikap baik kepada kalangan ikhwah saja. Dalam suatu perjalanan beliau dengan sopirnya seorang al-akh, menjumpai sebuah kendaraan yang mogok, beliau menyruh sopirnya berhenti, lalu ia langsung turun dari mobilnya dan menanyakan apa yang dibutuhkan oleh laki-laki pemilik mobil tersebut, ternyata orang itu kehabisan bensin. Saat itu mobil belum ada klaksonnya yang ada hanya terompet terbuat dari logam yang diujungnya ada gelembungan karet, nah dengan gelembungan kare itulah beliau menuangkan bensin dari mobilnya dan beliau sendiri yang mengisinya ke dalam tangki mobil tersebut, dan haal itu dilekuakn berkali-kali, beliaun lakuak senua itu tanpa harus bertanya siapa, apa dar mmana dan agamanya apa kepada orang yang ditolongnya tersebut. Orang yang ditolongnya itu kemusdian berkata ; “Saya Muhammad Abdurrasul seorang hakim di kota Kairo, Anda ini siapa”? Imam as-Syahid menjawab dengan sikap rendah hati : “Saya hasan al banna, saya seorang guru sekalh dasar di As-sibtiyyah”. Orang itu kemudian berkata lagi : “Apakah anda hasan al-Banna Mursyid Ikhwanul Muslimin?”, “Ya”, jawab Imam as-syahid jujur. Sejak saat itu kemudian Ustadz muhammad abdurrasul tampil sebagai salah seorang juru bicara Ikhwanul Muslimin, di tengah rimba pengadilan. Inialah buah keteladan seoarang Murabbi yang tawaddu dan ikhlas.

Wallohu ‘alamu bisshowaab.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 61 of 71

EVALUASI TARBIYAH

I. Landasan Evaluasi”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Hasyr : 18)”Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab” (Atsar Sahabat)

II. Untuk apa evaluasi dilakukan ?Abbas Asisi mengklasifikasikan mutarabbi menjadi tiga bagian :1. manusia yang berprilaku dengan akhlak islamiyah, yaitu orang yang rajin

beribadah dan pergi ke mesjid. Orang seperti ini dinomorsatukan, karena mereka lebih dekat dengan da’wah kita, sehingga tidak memerlukan tenaga yang banyak. Untuk mengajak merekapun tidak banyak kesulitan, Insya Allah .

2. Manusia yang berprilaku denghan akhlak asasiyah, yaitu orang yang tidak taat beragama, tetapi tidak mau terang-terangan dalam berbuat maksiyat karena ia masih menghormati harga dirinya. Orang semacam ini menempati urutan kedua.

3. Manusia yang berprilaku dengan akhlak jahiliyah, yaitu orang yang buka dari golongan pertama dan kedua. Dialah orang yang tidak peduli terhadap orang lain. Sedang orang lain mencibirnya karena perbuatan dan perangainya yang jelek.

Kategori yang dirumuskan oleh Abbas Asisi ini menunjukkan bahwa mutarabbi memiliki karakteriktik sendiri-sendiri. Untuk mengetahuinya perlu dilakukan sebuah proses penilaian. Penilaian (evaluasi) seperti ini sering disebut evaluasi karakteristik mutarabbi. Evaluasi ini dilakukan sebelum prose tarbiyah berlangsung yang bisa kita katakan evaluasi pra proses tarbiyahSelain evaluasi pra proses tarbiyah, ada juga evaluasi pada proses tarbiyah. Jadi prosesnya yang dievaluasi, agar dapat dipantau dan diperbaiki di kesempatan berikutnya. Apalagi dalam da’wah proses menjadi sebuah kmponen yang mendapatkan perhatian yang lebih. Untuk itu evaluasi bukan saja pada akhir proses yang sering dipahami orang, akan tetapi evaluasi itu pada prosesnya. Apakah prosesnya sudah benar atau belum. Apakah prosesnya sudah efektif atau belum. Pentingnya evaluasi dalam proses tarbiyah dianjurkan oleh Rasulullah SAW : “Berkhutbahlah sesuai dengan kadar akal mereka”Indikator keefektifan proses adalah sesuai dengan kadar akal murabbi. Jadi proses seperti apa yang sesuai dengan kadar akal mereka. Didalamnya terdapat makna bahwa evaluasi untuk menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan, sehingga tindakan perbaikan yang cocok dapat diadakan. Dan memberikan informasi tentang cocok tidaknya strategi mengajar yang ia gunakan, supaya kelebihan dan kekurangan strategi mengajar tersebut dapat ditentukan. Juga bisa bermanfaat dalam merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pelajaran. Menentukan apa saja sumber belajar yang perlu digunakan.Hasil (output) dari tarbiyah sudah bisa dipastikan harus diukur, karena hasil tarbiyah harus dapat menentukan mutarabbi sudah pada kategori mana atau apa.dengan kata lain evaluasi untuk mengukur kompetensi dan kapasitas mutarabbi apakah mereka telah merealisasikan tujuan yang telah ditentukan.Dari penjelasan ini evaluasi dapat dilakukan untuk mengkur mutarabbi yang akan diproses, mengukur prosesnya dan hasil prosesnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan bagan berikut :

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 62 of 71

Input Proses Output

Evaluasi Evaluasi Evaluasi

III. Bagaimana mengevaluasi   ? 1. Evaluasi pra mutarabbi (pra proses).

Hal ini untuk mengetahui baru sampai dimana kemampuan mutarabbi yang akan mengikuti proses tarbiyah tersebut hingga posisinya jelas. Murabbi dapat mengetahui proses apa yang akan diselenggarakan seperti yang tertuang dalam perencanaan proses tarbiyah. Wujud evaluasinya mutarabbi dapat mengisi check list (daftar isian) yang diambil dari muwashafat yang ada pada masing-masing marhalah. Atau murabbi dapat melakukan wawancara dan atau dengan menggunakan observasi/investigasi ke rumah mutarabbi.

2. Evaluasi proses tarbiyahSetelah mutarabbi terevaluasi kini giiran mengevaluasi prosesnya. Mengevaluasi prosesnya disyaratkan memiliki perencanaan tarbiyah, karena dari sanalah kita dapat mengevaluasinya. Apa yang kita rencanakan dapat menjadi bahan evaluasi proses. Dengan perencanaan kita bisa tahu berapa banyak materi yang telah disampaikan. Berepa sering pertemuan tarbiyah kita selenggarakan. Metode apa yang telah kita pergunakan. Berapa kali penyelenggaraan mabit atau jalsah rhiyah untuk akhowat. Yang tidak akalh penting adalah apakah cukup menarik atau cukup efektikkah proses tarbiyah yang telah kita laksanakan. Untuk mengukur hal ini kita dapat membuat jurnal pertemuan. Dapat dituangkan lewat buku tulis, secarik kertas, dan atau lisan mutarabbi.

3. Evaluasi ketika selesai belajarEvaluasi inilah yang banyak dipahami orang dan dilakukan. Evaluasi ini digunakan untuk melihat apakah output yang dicanangkan telah tertuang dalam muwashafat, terpenuhi atau belum. Ini menjadi tolak ukur dari dua komponen (input dan proses). Apakah keduanya baik atau belum. Wujud evaluasi ini bisa berwujud tes tertulis, lisan, ngobrol (curhat), investigasi, diskusi, mencocokkan muwashafat dengan membuat daftar check (check list), membuat karya tulis, menggarap proyek mengarang, silaturrahmi dan lain-lainnya.

IV. Apakah yang harus dipantau dalam evaluasi.Secara keseluruhan evaluasi tarbiyah baik pra, proses maupun hasil dituangkan ke dalam tiga aspek yang harus dievaluasi, yakni :1. Evaluasi kognitif

Pada kurikulum tarbiyah islamiyah (Manhaj 1421 H) terdapat tujuan-tujuan intruksional yang telah dirumuskan. Tujuan tersebut diantaranya  “mengetahui hasil ibadah“. Pada tujuan ini yang ingin diraih settelah proses tarbiyah berlangsung adalah tujuan untuk meraih aspek kognitif. Sehingga aspek kognitif menjadi sebuah aspek yang mesti dievaluasi.untuk mengetahui lebih jauh aspek kognitif ini, kita ikuti uraian berikut :Kognitif memiliki tingkatan yaitu :

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 63 of 71

a. Tingkat pengetahuan (knowlegde)Evaluasi kognitif untuk tingkat pengetahuan bila yang ingin diketahui tingkat mengahfal atau mengingat kembali atau mengulang kembaliapa yang pernah diterima para mutarabbi. Evaluasi pada tingkat ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah tujuan berikut tercapai atau tidak, yaitu “dapat menyebutkan sarana dan media untuk tafakur“

b. Tingkat pemahaman (comprehension)Evaluasi untuk tingkat pemahaman bila yang ingin diketahui adalah kemampuan mutarabbi dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Evaluasi pada tingkat ini dapat digunkan utnuk mengatahui apakah tujuan berikut tercapai atau tidak, yaitu “memahami kewajibannya terhadap orang lain, khususnya keluarga dekat dengan senantiasa menekankan kewajiban pada dirinya bukan pada haknya“.

c. Tingkat penerapan(aplication)Evaluasi tingkat penerapan bila yang ingin diketahui kemampuan mutarabbi dalam menggunakan pengetahuan untuk memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Evaluasi pada tingkat ini dapat digunakan untuk mengathui pakah tujuan berikut tercapai atau tidak, yaitu “mutarabbi menerapkan kewajiban-kewajiban rumah tangga dan menjadi teladan anggota keluarga yang lainnya”.

d. Tingkat analisis (analysis)Evaluasi untuk tingkat analisis bila yang ingin diketahui kemampuan mutarabbi dalam merinci dan membandingkan pengetahuan atau data yang begitu rumit serta mengklasifikasikannya menjadi beberapa kategori, dengan tujuan agar dapat mengenal hubungan dan kedudukan masing-masing data terhadap data lainnya. Evaluasi pada tingkat ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah tujuan berikut tercapai atau tidak, yaitu “mutarabbi mampu menginvetarisir ide-ide pemikirannya”

e. Tingkat sintesa (synthesis)Evaluasi pada tingkat ini bila yang ingin diketahui memampuan mutarabbi dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Evaluasi pada tingkat dapat digunakan untuk menetahui apakah tujuan berikut tercapai atau tidak, yaitu “mutarabbi mampu memformulasikan ide-ide dan pemikirannya”.

f. Tingkat evalusi (evaluation)Evaluasi untuk tingkat ini bila yang ingin diketahui kemampuan muitarabbi dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria dan pengetahuan yang dimilikinya. Evaluasi ini dapat digunakan apakah tujuan berikut tercapai atau tidak, yaitu “mutarabbi mampu membedakan sistem politik yang fungsional dan disfungsional”.

Wujud tes yang dapat dipakai untuk mengukur penguasaan kognitif antara lain diskusi, karya ilmiah, mengarang, tes tertulis, mengisi daftar cek (check list), jurnal dan lainnya.

2. Evaluasi afektifSelain itu tujuan tarbiyah ada yang berbunyi “merasakan kekhusyu’an dan kenikmatan dalam beribadah”. Tujuan ini bukan sekedar mutarabbi mengetahui

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 64 of 71

hasil-hasil ibadah melainkan mutarabbi memiliki sikap terhadap aktifitas ibadah tersebut. Sikap yang diinginkan adalah merasakan kekhusyu’an dan kenikmatan. Sehingga pada aspek ini yang dievaluasi adalah aspek afektifnya. Afektif juga memiliki tingakatan yaitu :

a. Tingkat menerima (receiving)Evaluasi afektif untuk tingkat menerima bila yang ingin diketahui adalah tingkat kesadaran, kesediaan dan kemauan mutarabbi pada islam. Evaluasi pada tingkat ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah tujuan berikut tercapai atau tidak, yaitu ; “menyadari kewajiban bekerja dan berpenghasilan dengan memilih pekerjaan yang sesuai dengan kecenderungan dan spesialisasinya”.

b. Tingkat menanggapi (responding)Evaluasi untuk tingkat menanggapi bila yang ingin diketahui adalah tingkat kemauan dan kemampuan untuk bereaksi terhadap suatu kejadian, proses, stimulus yang ditunjukan oleh bentuk partisipasi dalam berbagai bentuk. Evaluasi pada tingkat ini dapat digunakan untuk mengatahui apakah tujuan berikut tercapai atau tidak, yaitu “mutarabbi menerpakan spesialisasi yang dimilikinya dalam upaya mendukung kerja da’wah serta tanggung jawab rumah tangga dengan menjalaninya secara serius”.

c. Tingkat menilai (valuing)Evaluasi untuk tingkat menilai bila yang ingin diketahui adalah tingkat pengakuan secara obyektif (jujur) bahwa islam dan segala yang melingkupinya adalah agama yang benar yang diikutimoleh kemauan untuk menerimanya (istislam) dengan ditunjukan oleh sikap dan prilaku. Evaluasi pada tingkat ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah tujuan berikut tercapai atau tidak, yaitu “mutarabbi dapat menerapkan adab-adab Islam di rumah:.

d. Tingkat oraganisasi (organization)Evaluasi untuk tingkat oraganisasi bila yang ingin diketahui adalah tingkat konseptualisasi nilai-nilai islam sehingga menjadi karakternya. Nilai islam telah menjadi ciri pribadinya. Evaluasi pada tingkat ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah tujuan berikut tercapai atau tidak, yaitu “mengutamakan produk-produk islam ketika berbelanja dan ketika membelinya di toko-toko non muslim meskipun harganya lebih mahal ”

e. Tingkat karakterisasi (charaktersization)Evaluasi untuk tingkat karakterisasi bila yang ingin diketahui adalah tingkat internalisasi nilai-nilai islam sehingga menjadi karakternya. Nilai Islam telah menjadi ciri pribadinya. Evaluasi untuk tingkat ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah tujuan berikut tercapai atau tidak, yaitu “mutarabbi mampu membiasakan diri hidup teratur”.

Wujud tes yang bisa dipakai untuk mengukur penguasaan afektif antara lain : diskusi, karya ilmiah, mengarang, tes tertulis, mengisi daftar check, jurnal dan lainnya.

3. Evaluasi psikomotorikKemudian ada juga tujuan tarbiyah yang berbunyi “mempraktekan kiat-kiat mencapai kekhusyu’an dalam shalat”. Tujuan ini dirancang bahwa tarbiyah harus sampai pada tingkat amal. Artinya tarbiyah harus sampai pada aspek psikomotorik. Sehingga aspek psikomotorik menjadi sebuah aspek yang tidak boleh dilewatkan. Dalam aspek psikomotorik tidak ada tingkatan sepeerti pada

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 65 of 71

aspek kognitif maupun afektif, namun dapat dibagi dalam beberapa kelompok. Yakni ;

a. Gerakan seluruh badanEvaluasi yang dilakukan pada kelompok ini bila murabbi ingin mengetahui sudah sampai dimana kemampuan gerak fisik mutarabbi secara keseluruha. Evaluasi pada kelompok ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah tujuan berikut tercapai atau tidak, yaitu “mutarabbi mampu melakukan latihan fisik dengan teratur 10 – 15 menit setiap hari”.

b. Gerakan yang terkoordinasiEvaluasi yang dilakukan pada kelompok ini bila murabbi ingin mengetahui sudah sampai dimana kemampuan koordinasi gerakan fisik mutarabbi antara fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badannya. Evaluasi pada kelompok ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah tujuan berikut tercapai atau tidak, yaitu : “mutarabbi mampu menulis rasmul bayan dengan baik”.

c. Komunikasi nonverbalEvaluasi yang dilakukan pada kelompok ini bila murabbi ingin mengetahui sudah sampai dimana kemampuan komunikasi mutarabbinya dengan menggunakan simbolatau isyarat, misalnya isyarat dengan tangan, anggukan kepala, ekspresi wajah dan lain-lain. Evaluasi pada kelompok ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah tujuan berikut tercapai atau tidak, yaitu : “mutarabbi mampu membiasakan diri murah senyum (ramah) di depan orang lain”.

d. Kecakapan dalam berbicaraEvaluasi yang dilakukan pada kelompok ini bila murabbi ingin mengetahui sudah sampai dimana kemampuan berbicara yang dihubungkan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi muka dan kemampuan berbicara. Evaluasi pada kelompok ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah tujuan berikut tercapai atau tidak, yaitu : “mutarabbi mampu berbicara sesuai adab dan ketentuan yang ada dalam Al Qur’an (bagi akhowat)”.

Wujud tes yang bisa dipakai untuk mengukut penguasaan psikomotorik adalah praktek langsung.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 66 of 71

METODE TARBIYAH DAN PENDIDIKAN ORANG DEWASA

I. METODE TARBIYAH Untuk mencapai sasaran tarbiah secara baik dan optimal diperlukan

metode pembelajaran yang sesuai dengan objek tarbiah, jenis materi, kondisi lingkungan dan faktor lainnya. keberhasilan tercapainya tujuan tarbiah juga ditentukan oleh penguasaan cara-cara atau teknik menyampaikan materi.

Secara umum fungsi metode adalah untuk mengikat tersirat, mengurai yang tersekat, membuka yang tersumbat. Ada beberapa metode pembelajaran yang diperlukan dalam proses tarbiah, semuanya dapat dipergunakan sesuai obyek tarbiah, jenis materi, lingkungan dan faktor lainnya. Metode itu antara lain:

1. METODE CERAMAHMetode ceramah disebut juga metode kuliah merupakan bentuk

penyampaian yang paling umum dipakai dalam menyampaikan suatu materi. Seorang murabbi dapat memberikan materi melalui taujih dan ditunjang dengan mengetahui tingkat kognitif sangat mengajar sangat baik. Sehingga murabbi dalam mentarbiah tidak hanya mentransfer informasi untuk sekedar tahu saja.

2. METODE TANYA JAWABTanya jawab sebagai metode adalah berupa lontaran pertanyaan untuk

dijawab agar diketahui tingkat penguasaan dan pemahaman pesrta terhadap hal-hal yang telah tersampaikan atau fakta-fakta yang telah dipelajari, didengar atau dibacanya. Metode ini juga berguna untuk meningkatkan keakraban dan ukhuwwah. Mislanya murabbi dengan mengajukan pertanyaan pada peserta baik hal yang terkait dengan materi pembahasan, pribadi, keadaan lingkungan, permasalahan yang sedang populer atau pertanyaan lainnya.

3. METODE DISKUSIAdalah suatu cara penyajian bahan materi dalam bentuk percakapan atau

pembahasan terhadap suatu permasalahan atau pengalaman yang baru dperoleh. Dalam diskusi diharapkan dilakukan pengendapan dan kratifitas data dan informasi yang diperolehnya. dengan diskusi seorang peserta akan secara otomatis terdorong melakukan penguasaan yang lebih baik terhadap suatu materi. Kelemehan diskusi akan menyita waktu lebih banyak. Apalagi bila murabbi tidak dapat menarik kesimpulan , bahkan akan diikuti terjadinya bias terhadap nilai yang harus disampaikan.

4. METODE DEMONSTRASIAdalah suatu cara pembelajaran dalam bentuk menunjukkan,

memperlihatkan atau mendemonstrasikan suatu pembahasan materi. Seorang murabbi mempraktekkan suatu pembahasan secara tepat. Mislanya mendemonstrasikan cara membaca al Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 67 of 71

5. METODE EKSPERIMENMerupakan metode pengajaran dalam bentuk mempraktekkan atau

mencoba suau pembahasan. Setelah murabbi menunjukkan cara melakukan sesuatu maka selanjutnya peserta mempraktekkan sendiri sebagaimana yang telah dicontohkan. Metode demonstrasi atau Eksperimen saling terkait sebab dengan eksperimen sekaligs mendemonstrasikan sesuatu. Metode demonstrasi lebih dititik beratkan pada murabbi sedangkan metode eksperimen lebih menitik beratkan pada peserta yang harus melakukan sesuatu.

6. METODE SIMULASIYakni metode pengajaran untuk membangkitkan atau mendorong peserta

dalam suatu permainan. Mislanya dalam masalah pentingnya menjaga kesehatan dan mendeteksi diri akan kekuatan tubuh serta manfaat olah raga bagi stamina tubuh.

7. METODE PARTISIPASIMerupakan metode pengajaran dengan cara mendorong langsu ng

padapeserta untuk terlibat aktif dengan sebuah proses kegiatan. Musalanya murabbi ingin mengajarkan tentang urgensi quwwatul maal dan beratnya beramal, maka murabbi dapat mewajibkan infaq majelis dan semua peserta wajib mengisi kotak infaq setiap datang. Kemudian setelah beberapa saat baru dibahas tentang bagaimana kesan sulitnya berinfaq serta kendalanya dalam mobilisasi dana.

8. METODE PENGGUNAAN ALATMetode ini sering digunakan dalam pelatihan. Metode pengajaran melalui

pendekatan penggunaan alat bantu. Mislanya peserta dapat diberikan sebuah instrumen yang dikerjakan sendiri untuk melihat atau mengungkapkan kepribadiannya.

9. METODE LATIHANMetode pengajaran dalam bentuk peserta melakukan suatu kegiatan

untuk memperoleh keterampilan sesuatu. Dengan berlatih secara praktis keterampilan yang dimiliki oleh peserta dapat ditingkatkan dan disempurnakan

10. METODE PENUGASANAdalah cara pengajaran dengan memberikan tugas dalam bentuk tugas

baca, menghadiri acara tertentu, atau tugas-tugas lainnya yang kemduian dipertanggungjawabkannya kepada murabbi yang memberikan tugas tersebut. Tujuannya peserta lebih mantab, pengalamnnya lebih terintegrasi dan untuk mendorong peserta berusaha lebih baik.

11. METODE SOSIODRAMAMetode pengajaran dengan pendekatan menyaksikan tayangan aktifitas

kehidupan sekitar manusia. Bisa melui laboratorium, film, planetarium, tetater, dan lain sebagainya. Misalnya materi aneka ragam ciptaan Allah SWT di alam semesta dapat bersama-sama pergi ke planetarium menyaksikan penayangannya.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 68 of 71

12. METODE PENGALAMAN TERSTRUKTURYakni murabbi dapat melakukan sebuah intervensi tindakan yang tidak

diketahui maksudnya oleh peserta. Kemudian setelah selesai peserta disuruh untuk mengemukakan pelajaran apa yang telah diperolehnya. Pada tahap akhir murabbi menjelaskan pelajaran apa yang baru disampaikannya.

13. METODE PENGEMBANGAN KELOMPOKPada umumnya murabbi dalam menyampakan bahan denga mengunakan

beberapa metode memandang peserta sebagai individu. Namun demikian pada suatu saat peserta dihadapi bukan sebagai individu melainkan sebagai kelompok dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Mislanya murabbi mengajak peserta untuk rihlah atau mukhayam. Dalam acara tersebut, akan dapat dilakukan tenis pembentukan kelompok lebi cepat dan efektif daripada memberikan ceramah tentang ukhuwwah dan ta’awun.

Masih banyak lagi metode yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Karena banyaknya metode yangd apat digunakan dalam pembelajaran maka murabbi harus memilih dengan tepat metode mana yang paling sesuai. Sebab setiap metode hanya cocok digunakan dalam situasi dan tujuan tertentu. Dalm situasi dan tujuan berbeda diperlukan metde yang berbeda. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kelemahannya. Selayaknya murabbi dapat mengatasi kelemahan-kelemahannya.

II. SIAPAKAH ORANG DEWASA ITU ? Masa dewasa dibagi menjadi 3 (tiga) kategori :1. Masa dewasa dini

Masa ini usianya berkisar antara 18 sampai dengan 30 tahun. Tugas perkembangannya adalah : Belajar memikul tanggung jawab sosial Belajar memilih kelompok sosial yang cocok Belajar hidup berkeluarga Belajar mengurus anak Belajar mengurus rumah tangga

2. Masa dewasa pertengahanMasa ini usianya berkisar antara 30 tahun sampai 50 tahun. Tugas perkembangannya adalah : Mencapai tanggung jawab sosial yang layak bagi orang dewasa Membina dan mempertimbangkan standar kehidupan ekonomi Membantu para remaja menjadi orang dewasa yang bertanggung

jawab Mengembangkan kegiatan untuk mengisi waktu luang Mencapai hubungan yang harmonis dengan sekitarnya Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiologis pada

masa dewasa pertengahan Menyesuaikan diri sebagai orang tua yang telah berusia

3. Masa dewasa matang Masa ini usianya berkisar diatas 50 tahun. Tugas perkembangannya adalah : Menyesuaikan diri terhadap penurunan kekuatan dan kesehatan

jasmani Menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dan berkurangnya

pendapatan

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 69 of 71

Menyesuaikan diri terhadap datangnya kematian bagi keluarga Memenuhi kewajiban sosial Membina dan mengatur kehidupan fisik yang lebih mantap Mengatur kehidupan batiniah yang lebih baik

III. APAKAH ORANG DEWASA BISA BELAJAR ? Kemampuan dasar untuk belajar sebenarnya tidak pernah berubah sekama hidup. Sementara penyebab bahwa orang dewasa terkesan tidak bisa belajar adalah

Kurang yakin pada kemampuan diri sendiri Perubahan fisiologis Tidak begitu peduli terhadap faktor eksternal

IV. ORANG DEWASA JUGA BELAJAR Suatu proses internal yang dikendalikan oleh peserta didik sendiri dengan rasa melibatkan diri secara keseluruhan, yaitu : secara intelektual, emosional, dan fungsi fisologis. Jadi rekomendasi untuk membelajarkan orang dewasa adalah : rangsang agar terlibat dalam proses belajar dengan cara buatlah belajar menjadi kebutuhannya. Pusat dinamika belajar pada orang dewasa terletak pada mereka yang merasakan belajar sebagai sebuah pengalaman.

V. BAGAIAMANA ORANG DEWASA BELAJAR ? 1. Menciptakan iklim yang kondusif

Orang dewasa akan belajar produktif apabila : Lingkungan fisik bersifat santai Ruangan diatur secara tidak formal Memberikan kesan bahwa mereka diterima, dihargai dan didukung

kehadirannya Ditumbuhkan suasana saling membutuhkan dan menguntungkan

antara guru dan murid Memberikan kebebasan untuk berekspresi tanpa rasa takut akan

ancaman atau takut dianggap melakukan perbutan yang memalukan Ciptakan suasana yang bersahabat dan informal Mereka dikenal sebagai individu yang unik Menggunkan alat bantu belajar dari bahan yang jauh dari kesan

peadagogi, contoh menggunkan lembar kerta yang murah Menaruh minat pada peserta didik dan mengahrgainya bukan

menganggap peserta didik sebagai penerima kebijakan Kesediaan guru untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh

muridnya

2. Mendiagnosa kebutuhanPendiagnosaan kebutuhan bagi peserta memiliki tujuan , yaitu peserta memahami dan menyadari perlunya hal-hal tersebut mereka pelajariDalam praktek mendiagnosa kebutuhan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya : Melibatkan peserta dalam proses menentukan apa-apa saja yang perlu

mereka pelajari Memberikan gambaran tentang ciri-ciri yang dikehendaki Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengenali diri

sendiri

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 70 of 71

Membantu mereka mengukur kesenjangan yang ada antara kemampuan yang mereka miliki saat ini dan kemampuan-kemampuan yang dituntut oleh model profesinya dengan harapan akan timbul ketidak puasan pada diri mereka sendiri

3. Proses perencanaanDalam proses perencanaan peserta didik ikut serta menentukan apa yang ingin mereka pelajari, sedang guru membantu memberikan arah dan sebagai sumber dari isi pelajaran (content resource). Bentuk partisipasi peserta bisa berupa perwakilan, panitia, dan atau satuan tugas.Perencanaan yang dimaksud meliputi: Diagnosis kebutuhan belajar. Menentukan tujuan pendidikan khusus. Arah pengembangan dan pentahapan. Perencanaan pengalaman-pengalaman belajar yang akan disajikan. Menentukan kriteria keberhasilan sesuai dengan tujuan.

4. Penyelenggaraan pengalaman belajar Transaksi belajar mengajar sebagai tanggung jawab bersama antara

guru dan peserta didik. Peran guru dirumuskan sebagai teknisi prosedural, manusia sumber,

dan mitra (partner) dalam mempelajari sesuatu. Guru lebih bersifat katalisator yang mempercepat proses belajar dari

pada sebagai instruktur. Guru lebih bersifat pemandu. Guru hanya mampu membantu orang lain belajar. Memberikan kesempatan kepada peserta didik utnuk ikur bertanggung

jawab dalam kegiatan belajar.

5. Evaluasi hasil belajarProses penilaian hasil belajar pada pendidikan orang dewasa adalah proses menilai diri sendiri, dengan membantu peserta memperoleh bukti-bukti bagi mereka sendiri. Bukti evaluasi hasil belajar digunakan bukan menilai baik atau buruk, tetapi untuk mendiagnosa ulang kebutuhan belajarnya.

Kumpulan Materi Daurah Murabbi : Page 71 of 71