Kumpulan Berita

26
Kamis, 20 Oktober 2011 | 14:32 WIB Bupati Tangerang Perintahkan Tutup Pabrik Baja TEMPO.CO, Tangerang - Bupati Tangerang, Ismet Iskandar, memerintahkan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Tangerang menutup pabrik pelebur baja PT Power Steel Mandiri terkait dengan pencemaran udara dan lingkungan yang dilakukan oleh produsen baja yang sebelumnya bernama PT Sanex Steel itu. "Ditutup, saya sudah perintahkan Satpol PP,” kata Ismet di Sepatan, Kamis 20 Oktober 2011. Ismet mengatakan perusahaan tersebut cukup bandel karena sudah diperingatkan beberapa kali tetap tidak mematuhi aturan yang berlaku, bahkan tetap beroperasi. ”Berkali-kali kami peringatkan tetap saja beroperasi. Sekarang ditutup saja sekalian,” kata dia. Semestinya, kata Ismet, pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan seperti itu sudah diperadilankan. PT Power Steel yang beralamat di Jalan Syech Nawawi Milenium Industrial Estate Desa Budimulya, Kecamatan Cikupa, dan PT Lautan di Balaraja dalam pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang. BLHD telah menemukan adanya limbah udara, gas, asap, dan debu/partikulat yang belum terkelola sesuai dengan ketentuan. Selain itu, pabrik baja ini juga belum melakukan uji emisi secara rutin. Dalam catatan BLHD, PT Power Steel telah melanggar UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Juga Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup .Terhadap sejumlah pelanggaran itu BLHD telah melayangkan surat teguran dan peringatan, tapi tidak diindahkan. Kamis, 03 November 2011 | 07:35 WIB Tangerang Tutup Paksa Pabrik Baja

description

asap

Transcript of Kumpulan Berita

Page 1: Kumpulan Berita

Kamis, 20 Oktober 2011 | 14:32 WIB

Bupati Tangerang Perintahkan Tutup Pabrik Baja TEMPO.CO, Tangerang - Bupati Tangerang, Ismet Iskandar, memerintahkan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Tangerang menutup pabrik pelebur baja PT Power Steel Mandiri terkait dengan pencemaran udara dan lingkungan yang dilakukan oleh produsen baja yang sebelumnya bernama PT Sanex Steel itu.

"Ditutup, saya sudah perintahkan Satpol PP,” kata Ismet di Sepatan, Kamis 20 Oktober 2011. Ismet mengatakan perusahaan tersebut cukup bandel karena sudah diperingatkan beberapa kali tetap tidak mematuhi aturan yang berlaku, bahkan tetap beroperasi.

”Berkali-kali kami peringatkan tetap saja beroperasi. Sekarang ditutup saja sekalian,” kata dia. Semestinya, kata Ismet, pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan seperti itu sudah diperadilankan.

PT Power Steel yang beralamat di Jalan Syech Nawawi Milenium Industrial Estate Desa Budimulya, Kecamatan Cikupa, dan PT Lautan di Balaraja dalam pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang. BLHD telah menemukan adanya limbah udara, gas, asap, dan debu/partikulat yang belum terkelola sesuai dengan ketentuan. Selain itu, pabrik baja ini juga belum melakukan uji emisi secara rutin.

Dalam catatan BLHD, PT Power Steel telah melanggar UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Juga Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup .Terhadap sejumlah pelanggaran itu BLHD telah melayangkan surat teguran dan peringatan, tapi tidak diindahkan.

Kamis, 03 November 2011 | 07:35 WIB

Tangerang Tutup Paksa Pabrik Baja  

TEMPO.CO, Tangerang - Pemerintah Kabupaten Tangerang akan menutup paksa PT Power Steel Mandiri--sebelumnya PT Sanex Steel--karena dinilai terbukti mencemari lingkungan. Langkah tegas ini diambil karena pabrik pelebur baja tersebut membandel dan tidak menggubris sejumlah peringatan yang dilayangkan Pemerintah Kabupaten Tangerang agar menghentikan aktivitas produksi.

“Surat peringatan bupati untuk PT Sanex berakhir pada Jumat, 4 November. Jika dalam dua hari ini peringatan masih diabaikan, maka pada hari itu akan kami tutup paksa,” ujar Kepala Seksi Operasi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Tangerang, Desy Herawati, Kamis, 3 November 2011.

Desy menambahkan, dalam penutupannya nanti, Satpol PP akan bergabung dengan personel Polresta Tangerang Kabupaten dan TNI. Menurut Desy, langkah penutupan paksa merupakan hasil rapat koordinasi Muspida se-Kabupaten Tangerang yang digelar di ruang kerja Bupati

Page 2: Kumpulan Berita

Tangerang Ismet Iskandar, Rabu, 2 November 2011.

“Setelah menerima berbagai masukan dan pertimbangan dari segenap unsur Muspida, Pak Bupati sudah secara tegas akan segera menutup pabrik Sanex dan melaporkannya ke Mabes Polri dan Kementerian Lingkungan Hidup,” katanya.

Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang, Endang Kosasih, mengatakan bahwa pada 2006 PT Sanex berdiri, dalam Amdal dokumennya tertera ada 6 tungku yang digunakan. Pada tahun 2009–2010, kembali ada masalah dan BLHD kembali melayangkan teguran bahwa PT Sanex harus memperbaiki tungku. Pada 25 Januari 2011, surat peringatan pertama dilayangkan, lalu pada 23 Maret 2011, dilayangkan surat peringatan kedua, dan dalam peninjauan lapangan ditemukan ada penambahan 4 tungku.

BLHD sudah melakukan uji laboratorium terhadap pencemaran PT Sanex melalui laboratorium dengan hasil emisi gas mencapai 40 persen yang batas normalnya adalah 35 persen. Pada peninjauan 11 November 2011, asap yang berasal dari PT Sanex tidak masuk ke dalam cerobong asap.

Dalam rapat koordinasi antar-instansi itu disepakati dua poin. Pertama, penutupan akan dilakukan jika PT Sanex tidak dapat memperbaiki pencemarannya hingga ambang normal. Kedua, jika PT Sanex menghiraukan surat peringatan tersebut, maka langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah melaporkannya ke Mabes Polri.

Bupati Tangerang Ismet Iskandar menegaskan, rakor ini digelar dalam rangka menyikapi tanggapan surat peringatan ketiga yang sudah diberikan kepada PT Sanex Steel Indonesia (Power steel Mandiri). Surat peringatan ketiga ini akan berakhir pada 4 November 2011.

“Pemkab akan menutup pabrik Sanex karena telah melanggar pencemaran lingkungan. Kami juga akan melaporkan ke Menteri Lingkungan Hidup agar dibawa ke ranah hukum,” katanya.

Kepala Kejari Tigaraksa Samsuri mengatakan, pihaknya meminta kepada Pemkab Tangerang agar menelaah sampai dengan sejauh mana pelanggaran yang telah dilakukan oleh PT Sanex. Ia menyarankan Pemkab Tangerang melakukan uji laboratorium untuk mengecek sejauh mana pencemaran udara yang terjadi.

Sementara itu, Kepala Satuan (Kasat) Sabhara Polresta Tangerang Kabupaten, Kustanto, menyarankan agar sebelum melakukan penutupan, Pemkab Tangerang harus mencabut izin operasional perusahaan yang berada di kawasan Milenium, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, itu.

Jum'at, 04 November 2011 | 22:06 WIB

Tutup Pabrik Baja, Bupati Tangerang Digugat

TEMPO.CO, Tangerang -Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Tangerang akhirnya menyegel 10 tungku cerobong asap PT Power Steel Mandiri, pabrik pelebur baja dikawasan Milenium, Cikupa, Kabupaten Tangerang. Penyegelan 10 tungku cerobong asap yang

Page 3: Kumpulan Berita

dianggap sumber pencemaran udara dan lingkungan itu menghentikan  kegiatan produksi. ”Kami segel karena terbukti mengandung limbah B3,” kata Kepala Seksi Operasi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Tangerang Desy Herawati, dilokasi penutupan, Jum’at petang, 4 November 2011.

Desi mengatakan berdasarkan hasil uji laboratorium Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang limbah PT Power Steel terbukti mencemari udara dan lingkungan sekitar.” Asap yang dikeluarkan dari pabrik ini diatas ambang batas dan ini melanggar Undang-Undang Lingkungan Hidup.”

Penyegelan yang dilakukan ratusan petugas Satpol PP Kabupaten Tangerang ini mendapat perlawanan dari Direktur Perencanaan PT Power Steel Mandiri, Thomas Wiyongko. Seperti banteng mengamuk, Thomas murka ketika petugas mengeksekusi pabrik itu. ”Kami menolak penutupan ini,” katanya dengan nada keras.

Menurut Thomas, keputusan Bupati yang memerintahkan menutup 10 tungku pabrik itu menyalahi aturan. ”Kalau empat tungku kami terima, tapi kalau yang enam tungku semua proses kami urus di Kementrian Perindustrian dan Perdagangan.” Bupati, katanya, telah terprovokasi pihak tertentu. Thomas berteriak sambil menghalang-halangi petugas yang berjalan kearah tungku.

Thomas mengatakan sudah menyiapkan gugatan terhadap Bupati Tangerang dengan nilai Rp 1 triliun lantaran merasa dipermalukan. Kuasa hukum Pemerintah Kabupaten Tangerang Deden Syukron menyatakan siap meladeni langkah hukum Power Steel. ”Silakan saja.”

Pemerintah Kabupaten Tangerang, kata Deden, sudah melakukan langkah sesuai prosedur dengan memberi peringatan hingga tiga kali. ”Pada peringatan ketiga mereka malah minta penangguhan, tapi permohonan penangguhan tidak diberikan.” Menurutnya, secara hukum Pemerintah Kabupaten Tangerang berhak menutup pabrik itu karena semua izin yang dikeluarkan Kementerian terkait berdasarkan hasil rekomendasi Pemerintah Kabupaten Tangerang.

Jum'at, 16 Desember 2011 | 23:04 WIB

Cemari Lingkungan, Direktur Power Steel Ditahan  

TEMPO.CO, Tangerang - Kejaksaan Negeri Tigaraksa Kabupaten Tangerang menahan Direktur Utama PT Power Steel Mandiri,  Agus Santoso Tamun, 30 tahun, Jumat sore ini, 16 Desember 2011. Bos pabrik pelebur baja ini diduga melanggar Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Agus langsung dijebloskan ke Rumah Tahanan Jambe. 

Agus  yang telah ditetapkan sebagai tersangka datang memenuhi panggilan kejaksaan sekitar 14.50 WIB.  Mengenakan kameja batik berwarna biru, ia tidak berkomentar apa-apa ketika ditanya wartawan terkait masalahnya tersebut.

”Yang bersangkutan telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Mabes Polri yang dilimpahkan ke Kejaksaan Agung   dengan dakwaan Pelanggaran UU Nomor 32/2009 tentang

Page 4: Kumpulan Berita

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,” ujar Kepala Kejaksaan Negeri Tigaraksa Samsuri.

Kasus dugaan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh pabrik baja itu, menurut Samsuri, dilaporkan warga masyarakat di sekitar pabrik yang menjadi korban pencemaran lingkungan limbah beracun dari pabrik tersebut.

Tersangka nantinya akan menghadapi 4 Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang terdiri dari 2 jaksa dari Kejagung dan sisanya jaksa Kejari Tigaraksa. "Kami telah menyiapkan 2 jaksa untuk melakukan tuntutan kepada tersangka pelaku kejahatan lingkungan ," katanya.

Menurutnya, Kejaksaan saat ini menitipkan tersangka ke Rutan Jambe sambil menunggu proses persidangan selama 20 hari. Dalam waktu dekat, berkas perkara akan dilimpahkan ke Pengadilan Negeri (PN) Tangerang. “Paling lambat Januari 2012, kasus ini sudah masuk persidangan."

kepala Seksi Pidana Umum Kejari Tigaraksa Jabal Nur  menambahkan tersangka merupakan tahanan Mabes Polri yang telah berstatus P21 (lengkap) kepada Kejagung. "Karena tempat kejadian perkaranya berada di Kabupaten Tangerang, sehingga dilimpahkan kepada Kejari  Tigaraksa," ucapnya.

Dugaan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh Power Steel yang dulu bernama Sanex Steel mulai terjadi sejak tahun 2007 lalu. Berdasarkan hasil uji laboratorium Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang asap yang dikeluarkan oleh pabrik itu terbukti mengandung racun dan berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar. Bulan lalu, Pemerintah Kabupaten Tangerang  menutup 6 dari 10 cerobong asap Power Steel.

Terdakwa Didakwa Pasal Berlapis Jumat, 06 Januari 2012 | 09:31 WIB

0 Komentar

Page 5: Kumpulan Berita

Sidang perdana kasus pencemaran lingkungan yang melibatkan Direktur Utama PT Power Steel Mandiri, Agus Santoso Tamun, digelar di Pengadilan Negeri Tangerang, Kamis (5/1). Dalam sidang yang beragendakan pembacaan dakwaan tersebut, jaksa penuntut umum (JPU) Kejari Tigaraksa, Sukamto mendakwa Agus dengan pasal berlapis.  Menurut Sukamto, PT Power Steel Mandiri  terbukti mencemari lingkungan. Oleh karena itu Agus didakwa pasal berlapis. Yaitu pasal 98 ayat (1) jo pasal 116 ayat (1) huruf b UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan ancaman hukuman di atas lima tahun penjara. Plus dakwaan subsider, pasal 99, dan subsider pasal 102. “Dari hasil penelitian BLHD (Badan Lingkungan Hidup Daerah-red), debu yang dihasilkan pabrik itu (PT Power Steel Mandiri-red) mencapai 50 sampai 60 ton per bulan. Ini membuat warga sekitar muntah darah dan mereka (PT Power Steel-red) tidak punya izin pengelolaan limbah,” ujar Sukamto.Seperti diketahui, pencemaran lingkungan yang dilakukan PT Power Steel Mandiri, sudah berlangsung lama karena pihak pabrik tidak melengkapi alat pembuangan atau cerobong asap dengan baik. Akibatnya ratusan warga mendemo pabrik yang berada di kawasan industri Millenium, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang itu.Penolakan tadi membuahkan hasil, hingga akhirnya Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang melakukan pemeriksaan, dan ternyata hasilnya limbah PT Power Steel Mandiri sudah melampaui ambang batas B3 (berbau, berasap, dan beracun). Hal itu yang menjadi dasar Bupati Kabupaten Tangerang Ismet Iskandar mengeluarkan surat penutupan pabrik. Tapi Agus tetap membandel, hingga saat ini tetap beroperasi, dengan limbah asap dan debu yang berterbangan. “BLHD Kabupaten Tangerang mendapat keluhan dari masyarakat terkait polusi yang ditimbulkan dari aktivitas pabrik dan telah melayangkan surat peringatan sebanyak tiga kali,” Kata Sukamto.Setelah JPU membacakan seluruh dakwaan, majelis hakim yang diketuai I Made Suparta memberi kesempatan terdakwa Agus dan tim kuasa hukumnya untuk mengajukan eksepsi. Namun, setelah berembuk beberapa saat dengan tim  kuasa hukumnya,  Agus menyatakan tidak mengajukan eksepsi. Namun berhubung jaksa belum menyiapkan saksi-saksi, maka persidangan pemeriksaan saksi akan dilanjutkan pekan depan.Sementara itu, sebelum sidang dimulai, puluhan warga yang didampingi aktivis lingkungan tampak hadir.  “Kami akan mengawal persidangan ini hingga selesai. Jika putusannya tidak memuaskan, kami akan menutup sendiri pabrik itu,” kata Tommy Suherman, aktivis lingkungan dari Aliansi

Page 6: Kumpulan Berita

Masyarakat Peduli Lingkungan (AMPL).Oleh karena itu, kata Tommy, majelis hakim harus peka dalam memutus kasus pencemaran lingkungan. “Hakim diuji di sini, apakah berpihak kepada masyarakat atau pada pengusaha. Karena sudah jelas, aktivitas pabrik besi itu mencemari lingkungan,” tegasnya.Selain itu, Tommy juga meminta BLHD Kabupaten Tangerang untuk berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup agar upaya penutupan pabrik bisa berjalan. “Karena upaya penutupan pabrik selalu gagal. Biar pun tungku produksi sudah disegel namun dibuka lagi oleh pihak perusahaan, dan kini mereka tetap berproduksi tanpa ada yang bisa melarang,” ucapnya.Dampak dari polusi yang dicemarkan oleh PT Power Steel Mandiri ada tiga desa yang terkena asap hingga membuat warga sesak napas, yakni Peusar, Kecamatan Panongan; Matagara, Kecamatan Tigaraksa; dan Budimulya, Kecamatan Cikupa. (mg-14/alt/ags)

Rabu, 18 Januari 2012

Kasus Pencemaran Lingkungan (B3)

Keterangan Saksi Beratkan Direktur PT Power Steel MandiriTangerang, Pelita Keterangan tiga dari empat orang saksi membenarkan pencemaran lingkungan udara yang ditimbulkan oleh aktifitas pabrik pelebur baja dengan terdakwa Agus Santoso, Direktur PT Power Steel Mandiri (PT PSM), terungkap dalam sidang lapangan yang digelar Selasa (17/1).

Sidang lapangan digelar setelah majelis hakim membuka sidang di PN Tangerang. Keterangan saksi Muklis dan Acmad Maman karyawan PT PSM bagian pres kepada majelis membenarkan masih ada asap hitam yang keluar dari cerobong asap, tetapi tidak diketahui apakah mengadung limbah beracun (B3). Sedangkan Suhanda juga karyawan PT PSM bagian cerobong lebih banyak menjawab tidak tau.

Selama sidang lapangan yang diketahui majelis hakim I Made Suparta, Fernandos dan Haran Tarigan, anggota memeriksa semua bagian produksi mulai dari bahan baku hingga hasil produksi. Beberapa pertanyaan majelis hakim yang diarahkan kepada terdawa agak sulit didengar karena derunya mesin pelebur baja yang masih beroperasi dan pengabnya asap yang membuat mata perih. Selain itu, majelis hakim, Jaksa, terdakwa dan saksi menggunakan masker.

Page 7: Kumpulan Berita

Sidang lapangan berjalan lancar meski mendapat pengawalan ektra ketat dari petugas Polrestro Tangerang Kabupaten, berbaju dinas dan preman serta anggota ormas berpakaian serba hitam. Sementara di luar area pabrik berlangsung aksi unjuk rasa warga menuntut agar pabrik peleburan baja ditutup karena mencemari udara.

Tim Jaksa Penuntut Umum, Sukamto dan Ketut Winawa menjerat terdakwa dengan pasal Pasal 98 ayat (1) jo pasal 116 ayat (1) huruf b UU No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan ancaman hukuman di atas lima tahun penjara serta subsider, pasal 99, dan lebih subsider lagi pasal 102, didukung dengan hasil laboratorium Balai Besar Tehnik Kesehatan Lingkungan (BKL), serta Badan Pegelolaan Lingkungan Hidup Pemkab Tangerang yang menyebutkan aktivitas PT PSM belum ada izin, seperti 10 tungku, 4 tungku yang dioperasikan harus ditutup karena tidak disertai izin amdal.

Bahan baku PT PSM sebagian import menghasilkan sisa produksi berupa debu dan sludge dalam satu bulan mencapai 50-60 ton. Sedangkan limbah scap 10 ton per hari.

Seperti berita sebelumnya, dampak dari pulusi yang ditimbulkan PT Power Stell Mandiri, warga di tiga desa yang berada persis di pabrik pelebur besi dan baja tersebut terkena langsung asap hingga membuat sesak nafas dialami warga Peusar (Kecamatan Panongan), Matagara (Kecamatan Tigaraksa) dan Budimulya (Cikupa). (sul)

Cemari Lingkungan, Direktur Power Steel Disidang IstimewaSelasa, 24 Januari 2012 | 17:29 WIB  TANGERANG-Diduga karena mencemari lingkungan, Direktur PT Power Steel Mandiri, Agus Santoso Tamun disidang di Pengadilan Negeri (PN) Tangerang, Selasa (24/01/2012). Namun, meski disidang pimpinan perusahaan yang memproduksi pelebur besi dan baja di Kawasan Milenium, Tigaraksa Kabupaten Tangerang itu seperti mendapat perlakuan istimewa. Mulai dari jadwal sidang yang berubah, sampai tidak mengenakan seragam tahanan saat duduk dikursi pesakitan. Meski begitu, Agus diganjar pasal berlapis oleh JPU. Pasal berlapis itu, yakni Pasal 98 ayat (1) jo pasal 116 ayat (1) huruf b UU No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan ancaman hukuman di atas lima tahun penjara. Plus dakwaan subsider, pasal 99, dan lebih subsider lagi pasal 102. Meski mendapat ancaman pasal berlapis, Agus tetap tidak membela diri. Kuasa hukumnya pun tidak mengajukan eksepsi. Ditanya seputar keistimewaan yang diterima Agus, JPU Sukamto membantah kalau terdakwa diistimewakan. “Tidak ada yang istimewa bagi terdakwa dimata hukum itu sama, untuk sidang pekan depan Agus Santoso akan kita kenakan baju seragam tahanan,” ujar Sukamto dari Kejaksaan Negeri Tigaraksa Kabupaten Tangerang, Selasa (24/01). Sukamto juga menepis jadwal sidang yang dirubah dari setiap Kamis menjadi Selasa merupakan pengecohan terhadap media. Menurut dia, JPU hanya menjalankan perisdangan

Page 8: Kumpulan Berita

adapun yang mengatur jadwal sidang pihak majelis hakim.  Sidang hari ini adalah dengar keterangan saksi, namun banyak saksi yang hadir hanya diam. “Ada enam orang saksi yang dihadirkan hari ini dari PT Power Steel Mandiri. Tiga diantaranya, yaitu Suherman Muslih dan Saleh Hasan. Mereka tidak tahu menahu soal pencemaran lingkungant tersebut tahunya hanya bekerja saja, “ kata Sukamto. Saat ditanya apakah menghadirkan ketarangan saksi ahli, Sukamto menyatakan kearah sana pasti akan dimintai ketarangan dari saksi ahli. “Tetapi masih lama karena saksi-saksi yang mau dimintai ketarangan masih banyak, sebelum ke saksi ahli, “ujar Sukamto.   Sementara Dulamin, ormas Kaisar Nusantara yang mengawal  kasus pencemaran lingkungan hidup ini meminta kepada majelis hakim menghukum terdakwa seberat-seberatnya sesuai dengan hukum yang berlaku. Dulamin juga menyorot majelis hakim saat melakukan sidak ke perusahan pekan lalu.  “Saat mejelis hakim ke lokasi mesin pabrik itu dimatikan, setelah pergi dihidupkan kembali.  Ini seolah-olah rekayasa, “ucap Dulamin. Sidang yang dipimpin ketua mejelis hakim  I Made Suparta, akan dilanjutkan pada pekan depan dengan agenda mendengarkan keterangan saksi-saksi.  Diketahui sebelumnya, Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang, melakukan pemeriksaan, dan ternyata hasilnya limbah PT Power Steel Mandiri sudah melampaui ambang batas B3 (berbau, berasap, dan beracun). Hal itu yang menjadi dasar Bupati Kabupaten Tangerang, mengeluarkan surat penutupan pabrik itu. Tapi Agus tetap membandel, hingga saat ini tetap beroperasi, dengan limbah asap dan debu yang mencemari lingkungan"Dari hasil penelitian BLHD, debu yang dihasilkan mencapai 60 ton/bulan. Ini cukup luar biasa," ucap Sukamto. Dampak dari polusi yang dicemarkan oleh PT Power Steel Mandiri ada tiga desa yang terkena asap hingga membuat warga sesak nafas, yakni Peusar (Kecamatan Panongan), Matagara (Kecamatan Tigaraksa), dan Budimulya (Cikupa). (DRA)

Pencemaran Lingkungan- Agus Santoso Diancam 5 Tahun Wednesday, 01 February 2012 TANGERANG – Sidang lanjutan kasus pencemaran lingkungan yang mendudukkan Direktur Utama PT Power Steel Mandiri (sebelumnya PT Sanex Steel),Agus Santoso Tamun sebagai terdakwa, digelar di Pengadilan Negeri (PN) Tangerang, Jalan TMP Taruna, Kota Tangerang,kemarin.

Dalam sidang tersebut, Direktur Personalia PT Power Steel Mandiri Nur Affandi yang dihadirkan sebagai saksi, mengakui bahwa perusahaan peleburan tersebut sempat mengoperasikan empat cerobong asap yang belum memiliki izin analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) selama satu bulan. ”Memang empat tungku baru tersebut sempat dioperasikan selama satu bulan, sebelum izin amdalnya keluar,”ujar Nur Affandi di hadapan Ketua Majelis Hakim I Gede Saputra.

Page 9: Kumpulan Berita

Tak hanya itu, Nur juga mengatakan bahwa pihak Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Tangerang juga sudah tiga kali memberikan teguran tertulis sepanjang 2011,terkait asap yang dikeluarkan dari cerobong pabrik peleburan baja itu telah melebihi ambang baku mutu. Mendengar itu, majelis hakim bertanya mengapa tidak disertai izin padahal sudah beroperasi.Nur menjawab, pihaknya sedang menjajal agar tungku peleburan berjalan baik. Ditemui di luar sidang,Agus ketika ditanya mengapa tidak mau membela diri (eksepsi),dirinyamenjawabtanya sajake pengacara.

”Karena pengacara saya yang lebih mengerti,”ujarnya. Sementara itu, jaksa penuntut umum (JPU) Sukamto mendakwa bos PT Power Steel Mandiri AgusSantoso Tamundengan Pasal 98 ayat (1) joPasal 116 ayat (1) huruf b,UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan ancaman hukuman di atas lima tahun penjara. Selain itu,Agus juga didakwa dengan dakwaan subsider pasal 99,dan lebih subsider lagi pasal 102 karena dianggap terbukti melakukan pencemaran berupa limbah bahan beracun dan berbahaya (B3).

Dugaan pencemaran lingkungan yang dilakukan Power Steel yang dulu bernama Sanex Steel mulai terjadi sejak 2007 lalu. Asap yang dikeluarkan pabrik itu, terbukti mengandung racun dan berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar. denny irawan

Asap PT Power Steel Dikeluhkan Warga

diraAgus Santoso Tamun

Kasus Cerobong Asap-PT Power Steel Mandiri Akui Cemari Lingkungan Wednesday, 15 February 2012 TANGERANG – Sidang lanjutan kasus pencemaran lingkungan dengan terdakwa Direktur PT Power Steel Mandiri Agus Santoso Tamun,kembali digelar di PN Tangerang kemarin.

Dalam persidangan yang menghadirkan tiga saksi dari karyawan PT Power Steel Mandiri tersebut, terungkap ada pencemaran yang dilakukan pabrik penghasil baja batangan itu. Zen Gie Hong,Direktur Produksi PT Power Steel Mandiri yang juga seorang WN China, mengatakandari10tungkuyang ada,empattungkumasihmengeluarkan debu dan asap yang dapat mencemari lingkungan sekitar. Itu setelah Ketua Majelis Hakim I Made Suparta bertanya apakah dalam memproduksi ada limbah yang mencemari lingkungan.

“Limbah ada,berupa asap dan debu dari empat tungku yang baru.Limbah berasal dari produksi peleburan adalah hal biasa dalam pabrik seperti ini.Limbah berupa debu dan asap dikeluarkan 80–90% dari cerobong, selebihnya dari samping cerobong karena masih belum sempurna,”ujarnya melalui penerjemah Iwan Pangkey, dalam persidangan.

Zen Gie Hong yang telah bekerja sejak 2007 lalu itu juga mengatakan, dari 10 tungku, empat

Page 10: Kumpulan Berita

di antaranya baru beroperasi sejak November 2011. Tungku tersebut, kata dia, masih dalam perbaikan untuk terus disempurnakan, meski dalam proses penyempurnaan tungku sudah terus beroperasi. “Tetapi kita juga ada penyaringan, tidak langsung debu hasil produksi ke luar begitu saja melalui cerobong.

Adapun tempat penyimpanan ampas limbah, saya tidak tahu sudah ada izin atau belum,”katanya. Mendengar itu, ketua majelis hakim hanya menggeleng, sedangkan terdakwa Agus Santoso terdiam.Dalam sidang tersebut selain Zen Gie Hong,juga menghadirkan karyawan lainnya di bidang produksi, yakni Suwito dan Rendy Tantomo. Sidang akan dilanjutkan Selasa (21/2) mendatang.“Sidang akan dilanjutkan pekan depan,” terangnya.

Seperti diketahui, jaksa penuntut umum (JPU) Sukamto, mendakwa bos PT Power Steel Mandiri Agus Santoso Tamun dengan Pasal 98 ayat (1) joPasal 116 ayat (1) huruf b, UU No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan ancaman hukuman di atas lima tahun penjara. Selain itu,Agus juga didakwa dengan dakwaan subsider pasal 99,dan lebih subsider lagi pasal 102 karena dianggap terbukti melakukan pencemaran berupa limbah bahan beracun dan berbahaya (B3).

Kasus dugaan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh pabrik baja itu, mengacu pada perkara No LP 466/VII/ 2011 tgl 21 Juli 2011, No P21: B/3334/E/4/EUH/II/2011, tanggal 29 November 2011,yang dilaporkan warga masyarakat sekitar pabrik yang menjadi korban pencemaran lingkungan limbah beracun (B3) dari pabrik tersebut. Dugaan pencemaran lingkungan yang dilakukan Power Steel yang dulu bernama Sanex Steel mulai terjadi sejak 2007 lalu.

Berdasarkan hasil uji laboratorium Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang asap yang dikeluarkan oleh pabrik itu, terbukti mengandung racun dan berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar. Bulan lalu Pemerintah Kabupaten Tangerang resmi menutup enam dari 10 cerobong asap Power Steel. denny irawan      

Selasa, 21 Februari 2012 | 18:59 WIB

TANGERANG-Sidang pemeriksaan saksi kasus pencemaran lingkungan, yang dilakukan oleh PT Power  Steel Mandiri, Selasa (21/2), di PN Tangerang, menunjukkan bahwa keberadaan pabrik peleburan besi itu, dikomplain oleh berbagai pihak.

"Dari 103 pabrik yang ada di kawasan industri Millenium, sangat keberatan atas keberadaan PT Power  Steel Mandiri. Karena asap dari pabrik itu sangat merugikan para tenant itu," ucap Rudi Wijaya, Direktur Operasional Kawasan Industri Millenium.

Menurut Rudi, para tenant itu kesal atas asap yang dihasilkan dari kegiatan produksi yang dilakukan Sanex. "Sudah empat kali kami kirimi surat, dan sudah sering melalui teguran lisan. Tapi pihak Sanex tidak pernah menggubrisnya," ucap Rudi.

Seperti diketahui, Direktur Utama PT Power Steel Mandiri, Agus Santoso Tamun, saat ini ditetapkan sebagai terdakwa atas kasus pencemaran lingkungan yang dilakukannya.

Selama ini Agus menjalankan usaha peleburan besi baja itu tidak sesuai aturan yang ada, yang mengakibatkan warga marah dan menuntut agar pabrik itu ditutup. Bahkan Bupati Tangerang, Ismet Iskandar, sudah melayangkan surat penutupan pabrik tersebut.

Page 11: Kumpulan Berita

Menurut Rudi, sebagai pengelola kawasan industri, pihaknya mewajibkan semua tenant yang ada untuk mengolah sendiri limbah yang dihasilkan. 

"Bagi yang melanggar, sebenarnya kami bisa saja menutup akses keluar - masuk kendaraan dan para karyawannya. Karena ada dalam kontrak. Tapi hal itu tidak kami lakukan, karena alasan kemanusiaan," ucapnya.

Namun lanjut Rudi, kesabaran pihaknya sudah habis, ketika PT Power Steel Mandiri tidak juga memeprbaiki cerobong asap pembuangan, hasil peleburan besi baja itu. "Kami terus dikomplain oleh para tenant, agar Sanex Steel ditutup," ucapnya.

Bahkan akibat limbah asap yang mengandung B3 itu, sudah terbukti ada warga sekitar yang sakit. "Salah satu bukti adalah karyawan kami yang menjadi security di depan pabrik PT Power Steel, sakit sinusitis. Tadinya sehat-sehat saja. Itu karena asap dari limbah pabrik itu," kata Rudi.

Dua orang penyidik Bareskrim Polri, yang menangani kasus itu, menyatakan pihaknya bertindak berdasarkan fakta lapangan. "Sesuai dengan fakta, asap dari pabrik itu sangat kotor dan berdebu. Asap itu bisa menimbulkan penyakit," ucap AKP Sugiharto.

Sementara itu, Gunawan, kuasa hukum Agus Santoso Tamun, menyatakan kliennya tidak terbukti telah melakukan pencemaran, seperti dakwaan JPU bahwa kliennya telah melanggar UU lingkungan Hidup, dengan ancaman hukuman tujuh tahun penjara. 

"Semua perizinan telah dimiliki klien kami. Artinya aktivitas pabrik sudah sesuai aturan yang ada," ucapnya.(DRA) 

Sidang Dirut PT Sanex, Hadirkan Saksi Warga

Kamis, 15 Maret 2012 | 20:14 WIB

Tiga orang saksi dihadirkan oleh kuasa hukum terdakwa kasus pencemaran lingkungan, Direktur PT Power Steel Mandiri Agus Santoso Tamun, dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Tangerang, Kamis (15/3). Ketiganya adalah Direktur Marketing PT Power Steel Rudi Santoso, Kepala Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) Budi Mulia H. Surdi dan warga sekitar pabrik M Roni.Dalam keterangannya, Direktur Marketing PT Power Steel Rudi Santoso mengatakan, pada tahun 2005 hingga 2007, perusahaan memiliki 2 cerobong untuk 6 tungku peleburan baja dan telah memiliki Amdal. Pada September 2010, ditambah pemasangan 4 tungku, namun belum memiliki izin untuk dioperasikan. "Sampai sekarang yang empat  tungku belum dioperasikan, karena saat dipasang dua cerobong dan diuji, hasilnya tidak bagus, jadi masih diganti beberapa kali," kilahnya.

Page 12: Kumpulan Berita

Ketika ditanya Katua Majelis Hakim I Made Suparta terkait teknis pemasangan tungku, Rudi mengaku tidak mengetahuinya. "Masalah teknis pemasangan itu dilakukan almarhum pak Harry yang waktu itu menjabat sebagai Direktur Operasional. Jadi saya tidak mengerti," katanya.

Sementara H. Surdi mengaku jarang melihat asap tebal yang keluar dari tungku peleburan di pabrik. Ia pun mengaku warga setempat tidak ada yang sakit berat akibat asap tersebut. "Saya pernah liat. Kalau warga yang sakit paling biasa aja, seperti flu. Tapi yang sakit berat saya tidak tahu itu karena asap

Rabu, 04 April 2012 Gugatan Class Action Warga Tiga DesaJika Sidang Batal, Massa Akan Demo PN Tangerang

TANGERANG (bharatanews): Gugatan class action (perwakilan kelompok) 20 ribu lebih warga tiga desa di Kabupaten Tangerang terkait dugaan pencemaran lingkungan yang dilakukan pabrik peleburan baja PT Power Steel Mandiri (PSM) di gelar Pengadilan Negeri (PN) Tangerang dengan agenda pemeriksaan berkas, hari ini.

Persidangan pertama itu dihadiri kuasa hukum warga tiga desa dari Kantor Pengacara Patrazen Maranta & Partners, serta dua orang kuasa tergugat (PT PSM). Sidang yang seharusnya dimulai dua pekan silam, molor hingga hari ini karena dari pihak perusahaan tersebut tak bisa hadir.

Setelah seluruh berkas gugatan diperiksa, Majelis Hakim PN Tangerang pimpinan Ibnu Basuki Widodo yang mengadili perkara gugatan class action menunda sidang hingga dua pekan depan. Diharapkan pada sidang berikut kuasa hukum tergugat menghadirkan perwakilan kelompok ke persidangan.

Persidangan berjalan singkat itu tanpa diwarnai aksi demo warga tiga desa. Padahal, sebagaimana informasi yang diperoleh Bharatanews, jika sidang hari ini kembali ditunda, massa akan mendatangi PN Tangerang dan pabrik peleburan baja PT PSM yang dinilai menghambat proses hukum.

“Situasi terkendali. Hari ini mulai sidang, kuasa tergugat hadir. Kami senang pihak tergugat kooperatif dengan perkara ini. Seluruh berkas gugatan sudah kami perlihatkan kepada majelis hakim di persidangan,” papar Patrazen kepada Bharatanews usai sidang, hari ini.

Dia berharap proses sidang berikutnya lancar, sebagaimana yang diagendakan majelis hakim terkait gugatan class action tiga warga desa korban pencemaran lingkungan pabrik peleburan baja PT PSM.

Sepertinya, PT PSM harus siap-siap melipat papan nama, dan menghentikan kegiatan operasionalnya setelah 20 ribu lebih warga tiga desa mengajukan gugatan class action, dan meminta pengadilan meletakan sita jaminan atas seluruh aset milik perusahaan tersebut.

Permintaan itu tertuang dalam gugatan yang diajukan ke Pengadilan Negeri (PN) Tangerang pada 5 Maret 2012 oleh Kantor Pengacara Patrazen Maranta & Partners selaku kuasa hukum warga tiga desa, dengan nomor perkara: 97/Pdt.G/2012/PN.TNG.

Page 13: Kumpulan Berita

Sita jaminan itu terkait ganti rugi yang diajukan warga tiga desa (Desa Budi Mulya, Desa Peusar dan Desa Matagar) sebesar Rp. 1,761 triliun atas seluruh aset milik PT PSM berupa tanah beserta bangunan di atasnya. Yaitu, berupa pabrik peleburan baja seluas kira-kira 12,1 hektar yang terletak di Kelurahan/Desa Budi Mulya, Kecamatan Cikupa, dan Kelurahan/Desa Peusar, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang.

Menurut Patrazen, gugatan diajukan oleh 20.449 warga dari tiga desa di Kabupaten Tangerang, yakni Desa Budi Mulya, Kecamatan Cikupa (4.646 jiwa), Desa Peusar, Kecamatan Panongan (7.864 jiwa) dan Desa Matagar, Kecamatan Tigaraksa (7.939 jiwa). Masing-masing desa diwakili dua orang yang mengajukan gugatan class action.

“Mereka adalah korban pencemaran lingkungan berupa partikel debu (limbah udara), gas beracun dan asap, yang seluruhnya merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3). Kesehatan mereka terganggu, mulai dari infeksi saluran pernapasan, sinusitis, gatal-gatal, hingga pusing kepala berkepanjangan,” ungkap Patrazen.

Dijelaskan, gangguan kesehatan itu hasil pemeriksaan Klinik Milenia Sejahtera, bekerjasama dengan Matahari Leisure periode 1 hingga 30 Januari 2011. Hasil rontgen menunjukan gangguan sinus paranasal, suspek sinusitis maksilaris bilateral dan sphenoidalis, serta hipertrofi konka. Gejala yang bersifat mengancam keselamatan jiwa manusia penderitanya.

“Kami menggugat ganti rugi gangguan kesehatan akibat pencemaran lingkungan yang diduga dilakukan pabrik peleburan baja PT PSM di Cikupa itu sejak 2006. Data-data kami lengkap untuk menyeret perusahaan tersebut ke pengadilan,” ujarnya.

Pengacara itu merinci kerugian materil yang diderita kliennya selama rentang waktu 2006 hingga 2012 diperkirakan sebesar Rp. 294 miliar lebih, dan kerugian imateril berupa pemulihan dari dampak pencemaran lingkungan selama itu senilai Rp. 1,761 triliun.

“Kami pun mengajukan permohonan sita jaminan atas aset dan seluruh kekayaan milik PT PSM ke pengadilan, baik yang bergerak maupun benda tetap, seperti tanah dan bangunan di atasnya,” urai Patrazen.

Tetap Diawasi

Sementara itu, aktivis lingkungan hidup Tommy Suherman menegaskan, hingga hari ini berbagai organisasi yang konsen terhadap nasib tiga warga desa tersebut masih terus mengawasi proses hukum di PN Tangerang. Baik kasus pidana terhadap Direktur Utama PT PSM, Agus Santoso Tamun, maupun gugatan class action yang kini mulai diadili.

Dia mengakui, pihaknya sudah diminta warga tiga desa untuk turut serta mengerahkan massa jika pihak PT PSM belum juga hadir di PN Tangerang terkait gugatan class action. Hari ini pun sekitar 500 massa dari Masyarakat Peduli Lingkungan (MPL) sudah berkumpul, menunggu kabar dari pengadilan.

“Kalau sidang kembali ditunda, kami akan bergerak ke PN Tangerang. Mendesak ketua pengadilan memanggil paksa pihak PT PSM. Kemudian meluncur ke pabrik peleburan baja itu, menggelar aksi demo seperti sebelumnya. Itu kan namanya tak mengindahkan pengadilan, padahal perusahaan itu sudah dipanggil untuk hadir di persidangan gugatan class action,” kata Tommy Suherman kepada Bharatanews usai sidang.

Page 14: Kumpulan Berita

Dijelaskan, saat ini pihaknya juga tengah memantau pabrik sejenis di kawasan Kabupaten Tangerang, yakni PT Bintang Timur Steel di Kecamatan Cikupa, PT Lautan Steel di Kecamatan Balaraja dan PT Sahabat Mandiri Steel di Kecamatan Tigaraksa.

“Pabrik-pabrik yang melakukan pencemaran lingkungan di Tangerang, tidak akan kami ampuni. Tidak ada ruang bagi perusahaan yang telah merugikan banyak masyarakat. Kalau nggak segera menghentikan pencemaran, kami akan kerahkan massa dan mengajukan gugatan sampai operasionalnya tutup,” tegasnya. (sin)

Wednesday, April 18, 2012 1:16 am, Posted by admin pitoong 0 | Nasional

Dirut PT Sanex Dituntut 5 Tahun Penjara karena Cemari Lingkungan

Dirut PT Sanex Dituntut 5 Tahun Penjara karena Cemari Lingkungan

TangerangDirektur PT Sanex Steel (kini PT Power Steel Mandiri) Agus Santoso Tamun dituntut 5 tahun penjara oleh JPU di Pengadilan Negeri (PN) Tangerang, Selasa (17/4/2012). Agus terbukti melalui perusahaan yang dipimpinnya itu telah mencemarkan lingkungan melalui tungku pabrik pelebur besi dan baja.

JPU Sukamto dalam sidang menuntut Agus dengan pasal 98 ayat (1) UU No.32 /2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatakan, terdakwa dituntut 5 tahun penjara. “Berdasarkan keterangan 11 saksi yang dihadirkan, termasuk surat teguran dari BPLHD Kabupaten Tangerang yang menyatakan cerobong telah melebihi ambang batas, menuntut saudara Agus Santoso Tamun 5 tahun penjara,” ujar Sukamto.

“Apakah saudara akan mengajukan keberatan atas tuntutan jaksa?” ucap ketua majelis hakim, I Made Suparta.

Agus Santoso yang duduk dikursi pesakitan lalu mendekati dua orang kuasa hukumnya. Setelah mendengar itu, Agus Santoso hanya menganggukan kepala.

Kuasa hukum Agus Santoso, Lody Lagabuana, mengatakan kepada majelis hakim agar pembacaan pembelaan bisa dilakukan selama dua minggu. Namun, I Made Suparta enggan meluluskan permintaan itu.

“Selasa tanggal 24 April saja yah,” kata Suparta. Lody pun akhirnya menurut.

Diluar persidangan, Lody ketika ditanya wartawan mengaku pasti akan melakukan pembelaan. “Sebab tidak ada yang sampai jatuh korban atas produksi pabrik ini,” tuturnya.

Sebelumnya diketahui, sidang kasus pencemaran lingkungan ini baru pertama kali digelar di PN Tangerang. PT Power Steel Mandiri yang berlokasi di Kawasan Industri Milenium, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang diduga diduga telah menyebabkan limbah B3 (berbau, berasap, dan beracun)

Page 15: Kumpulan Berita

Bersalah Cemari Lingkungan, Bos Sanex Divonis Dua Tahun

May 9th, 2012 Editorial-3

TANGERANG, SNOL Ini peringatan buat pencemar lingkungan. Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Tangerang, Selasa (8/5), menjatuhkan vonis dua tahun penjara plus denda Rp 1 miliar kepada Direktur Utama PT Power Steel Mandiri (PT Sanex Steel) Agus Santoso Tamun.Vonis itu dikenakan atas kasus pencemaran lingkungan pabrik besi yang dikelolanya di Kawasan Industri Millenium, Bojong Pemda, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang. Vonis ini lebih ringan dibanding tuntutan jaksa penuntut umum yang menuntut terdakwa lima tahun penjara.Ketua Majelis Hakim I Made Suparta mengatakan, terdakwa Agus Santoso Tamun hanya terbukti dakwaan subsider, yakni adanya kelalaian dalam mengelola asap pabrik besi yang dipimpinnya. Sementara dakwaan primer, berupa kesengajaan mencemari lingkungan, dianggap tidak ada. Karena itu majelis hakim hanya memvonis dua tahun penjara.Untuk kasus tersebut, Agus yang dianggap mencemarkan lingkungan atas aktivitas pabriknya di komplek industri Millenium, Cikupa, diganjar dengan pasal berlapis yakni pasal 98 ayat (1) jo pasal 116 ayat (1) huruf b UU No 32 tahun 2009 dengan ancaman hukuman di atas lima tahun penjara. Plus dakwaan subsider, pasal 99, dan lebih subsider lagi pasal 102.Akan tetapi, meskipun divonis dua tahun penjara, Agus tidak terima. “Apakah saudara menerima, pikir-pikir, atau mau banding? Silahkan anda berkonsultasi dengan kuasa hukum saudara,” ujar Suparta di sela-sela sidang yang dihelat di Jl. TMP Taruna Kota Tangerang tersebut.Setelah berkonsultasi sesaat, Agus menyatakan banding atas vonis majelis hakim. Vonis itu dianggap terlalu tinggi. “Tentunya kami tidak terima, karena mestinya klien kami tidak dihukum atau dibebaskan,” ucap Gunawan Nanung, Kuasa hukum Agus Santoso Tamun.Menurut Gunawan, kliennya tidak terbukti bersalah selama persidangan. “Tidak ada itu

Page 16: Kumpulan Berita

pencemaran, semua pabrik juga ada asapnya. Kalau dikatakan mencemari lingkungan, semuanya bisa dituntut dong? Inikan tidak,” elak Gunawan.Lebih lanjut kata Gunawan, memang dari 10 tungku yang dimiliki PT Power Steel Mandiri, ada empat tungku yang bermasalah di bagian cerobongnya. Tapi, tegasnya, kliennya sudah berupaya menyempurnakan. “Klien kami sudah ada niat memperbaiki. Adapun pencemaran yang ada tidak dilakukan dengan sengaja,” ucapnya.Sikap keberatan bukan hanya ada di kubu terdakwa. Jaksa Penuntut Umum (JPU) kasus tersebut juga tidak terima. “Kami juga minta banding. Karena putusan majelis hakim tidak mencerminkan keadilan. Masa’ perusak lingkungan cuma dihukum hanya dua tahun,” ucap Sukamto, anggota JPU.Menurut Sukamto, adalah hak hakim memvonis dua tahun penjara. Jauh dari seharusnya lima tahun. Namun karena vonis terlalu ringan, selaku JPU kasus tersebut, dirinya menyatakan banding. “Hakim silahkan saja menafsirkan bahwa dakwaan primer tidak terbukti. Tapi keyakinan kami ada unsur kesengajaan, makanya kami upaya hukum lagi,” ucapnya.

Vonis Terlalu RinganDirektur Eksekutif Wahana Hijau Fortuna (WHF) Kabupaten Tangerang Romly Revolvere mengatakan, putusan hakim yang menjatuhkan hukuman 2 tahun penjara dan kepada Agus Tamun kurang memenuhi rasa keadilan masyarakat.Menurut Romly seharusnya hukuman yang diterima Agus lebih lama lagi karena sesuai Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 98 ayat 1 menyatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 3.000.000.000 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah).“Apa yang dilakukan Agus tersebut sangat merugikan masyarakat. Karena selain dapat merusak alam juga dampak langsungnya adalah menyebabkan penyakit ISPA serta membahayakan balita. Jadi sudah sewajarnya dihukum lebih lama lagi,” kata Romly Revolvere saat dihubungi Satelit News tadi malam.Karenanya Romly meminta kepada jaksa penuntut umum (JPU) untuk mengajukan banding. “Selain memenuhi rasa keadilan, yang jelas ini merupakan pembelajaran bagi pengusaha lainnya agar tidak melakukan hal yang sama,” ujar mitra strategis WALHI ini.Kendatai demikian, Romly sangat mengapresia dengan disidangkannya kasus pencemaran lingkungan pertama di Kabupaten Tangerang ini. Dia berharap agar kasus-kasus pencemaran lainnya juga segera masuk ke meja hijau. “Saya harap ini bukan yang terakhir, karena masih banyak kasus-kasus pencemaran lingkungan di Kabupaten Tangerang yang tidak ditangani,” tandasnya. (pane/hendra/deddy)

Jaksa dan Terdakwa Naik BandingPingkan E Dundu | Agus Mulyadi | Selasa, 8 Mei 2012 | 22:22 WIB |

Share:

Page 17: Kumpulan Berita

Kompas/Pingkan Elita DunduDirektur Utama PT Sanex Steel (kini bernama PT Power Steel Mandiri) Agus Santoso Tamun divonis 2 tahun kurungan penjara dalam sidang di PN Tangerang, Kota Tangerang, Selasa (8/5/2012). Dia juga harus membayar denda Rp 1 Miliar atas perkara kelalaian yang mengakibatkan pencemaran lingkungan di sekitar pabriknya. TERKAIT:

Lalai Cemari Lingkungan, Dirut Sanex Divonis 2 Tahun

TANGERANG, KOMPAS.com - Jaksa penuntut umum (JPU) akan melakukan banding, atas keputusan vonis 2 tahun dan denda Rp 1 miliar kepada Direktur Utama PT Sanex Steel (kini PT Power Steel Mandiri), Agus Santoso Tamun, di Pengadilan Negeri Tangerang, Kota Tangerang, Selasa (8/5/2012) ini.

Keputusan itu diambil majelis hakim atas perkara dugaan pencemaran lingkungan, yang dilakukan pengelola pabrik yang terletak di komplek Industri Millenium, Cikupa, Kabupaten Tangerang.

"Putusan majelis hakim tidak mencerminkan keadilan. Masak perusak lingkungan cuma dihukum dua tahun," ujar jaksa Sukamto, usai persidangan.

Dalam tuntutannya pada sidang sebelum, kata Sukamto, pihaknya mengajukan hukuman 5 tahun penjara. Selain itu, kata Sukamto, terdakwa dikenai pasal berlapis yakni Pasal 98 Ayat (1) jo Pasal 116 Ayat (1) huruf b UU No 32 tahun 2009, dan subsider Pasal 99, lebih subsider lagi Pasal 102 UU tersebut.

"Hakim hanya memutuskan terdakwa bersalah untuk perkara yang tersangkut subsider. Sementara membebaskan perkara primernya. Harusnya kedua-duanya," tambah Sukamto.

Seperti diberitakan, majelis hakim yang diketuai I Made Suparta menjatuhkan hukuman 2 tahun penjara dipotong tahanan kepada Agus. Terdakwa juga harus membayar uang sebesar Rp 1 miliar, sebagai denda atas perbuatannya.

Terdakwa didampingi kuasa hukumnya, Gunawan Nanung, menyatakan banding.

"Apakah saudara menerima, pikir-pikir, atau mau banding? Silahan anda berkonsultasi dengan kuasa hukum," ujar Suparta dalam sidang.

Setelah berkonsultasi sesaat, terdakwa melalui Gunawan menyatakan naik banding, karena vonis itu dinilai terlalu tinggi. "Tentunya kami tidak terima, karena mestinya klien kami tidak dihukum atau dibebaskan," jelas Gunawan kepada wartawan usai sidang.

Page 18: Kumpulan Berita

Pilihan naik banding itu, kata Gunawan, akan dilakukan pekan depan. Gunawan membenarkan, dari 10 cerobong asap milik PT Power Steel Mandiri, sebanyak empat di antaranya bermasalah.

Akan tetapi, pihak perusahaan sudah berupaya menyempurnakan.

Pernyataan ini berbeda dengan materi hasil persidangan yang dibacakan Suparta. Bahwa surat teguran sudah dilayangkan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tengarang, namun tak satupun surat teguran digubris pengelola perusahaan besi baja itu.