Kumis

18
Kumis Kucing Leave a commentGo to comments (Orthosiphon aristatus (B1) Miq. atau Orthosiphon stamineus) Famili: Lamiaceae PENDAULUAN Nama Tumbuhan Nama daerah: Kumis kucing, Mamang besar (Indonesia); Kutun, mamam, bunga laba-laba, remujung (Jawa) Nama asing: Mao Xu Cao (China), Java Tea, Kidney Tea (English), Misai kuching (Melayu), Yaa nuat maeo (Thailand), Kabling gubat (Filipina) Sinonim: Orthosiphon stamineus Benth., O. grandiflorus, O. spicatus, O. aristatus Nama simplisia: Kegunaan di Masyarakat Infeksi ginjal, infeksi kandung kemih, kencing batu, encok, peluruh air seni (diuretik), menghilangkan panas dan lembab. Persebaran Uraian Tumbuhan Terna, tumbuh tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya, tinggi 1-2 m, batang segi empat agak beralur, berbulu pendek atau gundul. Daun tunggal, bundar telur lonjong, lanset atau belah ketupat, berbulu halus, pinggir bergerigi kasar tak teratur, kedua permukaan berbintik-bintik karena ada kelenjar minyak atsiri. Bunga berupa tandan yang keluar di ujung cabang, wama ungu pucat atau putih (ada yang warna biru dan putih), benang sari lebih panjang dari tabung bunga. Buah geluk wama coklat gelap. Kerabat Dekat: - KANDUNGAN KIMIA Tumbuhan kumis kucing menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid dan senyawa fenol sepertiditerpenoid jenis isopimaran, flavonoid, benzokromen, dan turunan asam organik. Ciri khas senyawa diterpenoid yang diisolasi dari kumis kucing adalah mempunyai kerangka karbon jenis isopimaran yang terdiri dari tiga cincin dan mengandung banyak

description

farmasi

Transcript of Kumis

KumisKucingLeave a commentGo to comments

(Orthosiphon aristatus(B1) Miq. atauOrthosiphon stamineus)Famili: LamiaceaePENDAULUANNama TumbuhanNama daerah:Kumis kucing, Mamang besar (Indonesia); Kutun, mamam, bunga laba-laba, remujung (Jawa)Nama asing: Mao Xu Cao (China), Java Tea, Kidney Tea (English), Misai kuching (Melayu), Yaa nuat maeo (Thailand), Kabling gubat (Filipina)Sinonim:Orthosiphon stamineusBenth.,O. grandiflorus,O. spicatus,O. aristatusNama simplisia:Kegunaan di MasyarakatInfeksi ginjal, infeksi kandung kemih, kencing batu, encok, peluruh air seni (diuretik), menghilangkan panas dan lembab.PersebaranUraian TumbuhanTerna, tumbuh tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya, tinggi 1-2 m, batang segi empat agak beralur, berbulu pendek atau gundul. Daun tunggal, bundar telur lonjong, lanset atau belah ketupat, berbulu halus, pinggir bergerigi kasar tak teratur, kedua permukaan berbintik-bintik karena ada kelenjar minyak atsiri. Bunga berupa tandan yang keluar di ujung cabang, wama ungu pucat atau putih (ada yang warna biru dan putih), benang sari lebih panjang dari tabung bunga. Buah geluk wama coklat gelap.Kerabat Dekat: -

KANDUNGAN KIMIATumbuhan kumis kucing menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid dan senyawa fenol sepertiditerpenoid jenis isopimaran, flavonoid, benzokromen, dan turunan asam organik. Ciri khas senyawa diterpenoid yang diisolasi dari kumis kucing adalah mempunyai kerangka karbon jenis isopimaran yang terdiri dari tiga cincin danmengandung banyak gugus fungsi oksigen(utamanya pada C-1, 2, 3, dan 7). Cincin C mengandung gugus hidroksi tersier pada C-8 dan gugus karbonil pada C-14 dan dapat pula mengandung gugus fungsi oksigen pada C-11, 12, dan 20. Gugus-gugus fungsi hidroksi ini seringkali teresterifikasi dengan asam asetat dan benzoat (Achmad et al., 2007).Gambar Kerangka karbon isopimaranSenyawa diterpen jenis isopiraman yang banyak mengandung gugus fungsi oksigen (highly oxygenated diterpenes)telah ditemukan dari kumis kucing di antaranya yaitu ortosifol A dan ortosifol B (Awale et al., 2001; Masuda 1992; Takeda, 1993).

Dari ekstrak metanol tumbuhan yang berasal dari Indonesia telah ditemukan pula senyawa isopiraman turunan ortosifol berikutnya yakni senyawa 7-O-deasetil-ortisifol B dan 6-hidroksiortosifol B (Awale et al., 2003).

Dari herbaO. stamineusditemukan pula beberapa senyawa isopimaran sejenis yaitu ortosfol F, ortosifol G, ortosifol H (Stampoulis, 1999), ortosifol K (Awale, 2001), ortosifol O, dan ortosifol P (Awale, 2002).

Kemudian dari fraksi kloroform ekstrak metanol herbaO. stamineusyang berasal dari Indonesia ditemukan pula turunan isopiraman berikutnya yaitu ortosifol T, ortosifol U, ortosifol V, ortosifol W, dan ortosifol X (Awale, 2003).

Selanjutnya dilaporkan pula penemuan senyawa turunan isopimaran yang teroksigenasi pada atom C-12 yang diberi nama ortosifol L dan ortosifol R (Awale 2001).

Tambahan lagi dari ekstrak metanol tumbuhanO. stamineusyang berasal dari Indonesia ditemukan pula bebrapa senyawa turunan isopimaran yang teroksigenasi pada atom C-20 yang diberi nama sifonol A, sifonol B, sifonol C, dan sifonol D (Awale 2003b).

Dari air rebusan daunO. aristatus (=O. stamineus) ditemukan pula senyawa diterpen turunan isopimaran yang mengandung gugus fungsi karbonil pada atom C-3 yang diberi nama ortosifonon B (Ohashi, 2002b; Shibuya, 1999a).

HerbaO. stamineusjuga mengandung beberapa senyawa isopimaran sejenis yang mengandung gugus fungsi karbonil pada C-3 yang berkonjugasi dengan ikatan trangkap pada posisi C-1,2 seperti dicontohkan oleh senyawa ortosifol D dan ortosifol E (Takeda, 1993), ortosifol Y (Awale 2003a) dan 14-deokso-14-O-asetilortosifol Y (Nguyen, 2004).

Selanjutnya dari herbaO. stamineusyang berasal dari Vietnam dan Indonesia dapat diisolasi senyawa diterpen turunan isopimaran yang mengandung gugs fungsi karbonil pada atom C-11 yaitu ortosifol I, Ortosifol J, Ortosifol M, ortosifol N, 3-O-deasetilortosifol I dan 2-O-deasetilortosifol J (Awale, 2003) bersama-sama dengan ortosifonon A (Shibuyya, 1999a), ortosifonon C, dan ortosifonon D (Nguyen, 2004).

Turunan isopimaran yang mengandung tiga gugus karbonil pada atom C-3, C-11, dan C-14 yaitu ortosifol Q dan ortosifol Z, dan yang mengandung tiga gugus karbonil pada C-2, C-11, dan C-14 yaitu ortosifol S juga dihasilkan olehO. stamineus(Awale, 2002, 2003a, 2003b).

Dilaporkan pula bahwa dari herbaO. stamineusyang berasal dari Vietnam ditemukan pula senyawa diterpen yang telah mengalami perubahan kerangka karbon karena perpindahan gugus vinil dari atom C-13 ke C-13 dan dikenal sbagai turunan staminan. Senyawa-senyawa dimaksud antara lain staminol A, staminol B, staminol C, neoortosifol A dan neoortosifol B bersama-sama dengan turunan staminan yang mengandung gugus karbonil tak jenuh pada C-3 yaitu staminol D (Awale, 2001, 2003a, 2003b; Nguyen, 2004; Shibuya, 1996b; Stampoulis, 1999; Tekuza, 2000).

Dari ektrak metanol herbaO. stamineusyang berasal dari Indonesia diisolasi pula suatu senyawa norpimaran C19 yang mengandung gugus formil terikat pada atom karbon C-13 menggantikan gugus vinil yang disebut sifonol E (Awale, 2003).

SelanjutnyaO. stamineusjuga menghasilka sejumlah senyawa diterpen jenis staminan yang mempunyai sistem cincin A terbuka seperti dicontohkan oleh norortosifonolida A, sekooertosifol A, sekoortosifol B, sekokortisfol B dan sekokoortosfol C (Awale, 2002, 2003c).Selanjutnya,O. stamineusjuga menghasilkan beberapa senyawa diterpen C19 jenis sekostaminan, yang mempunyai sistem C terbuka, yang diberi nama norstamil A, norstamil B, norstamil C, norstamilakton A, stamilakton B, dan norstaminon A (Awale, 2001, 2004; Stampoulis, 1996b; Tekuza, 2000).Penyelidikan menunjukkan bahwa tumbuhanO. stamineusjuga mengandug senyawa fenol yang termasuk golongan flavonoid. Senyawa-senyawa ini dicirikan oleh senyawa jenis flavon yang termetoksilasi pada posisi C-4,5,6,7 atau pada posisi C-3,4,5,6,7. Misalnya dari fraksi kloroform ekstrak air ditemukan senyawa 4,5,6,7,-tetrametoksiflavon atau disebut skutelarein tetrametil eter, eupatorin, 3,4,5,6,7-pentametoksiflavon atau sinensetin dan 3-hidroksi-4,5,6,7-tetrametoksiflavon (Schneider, 1973; Matsuura, 1973). Skutelarein tetrametil eter, eupatorin, dan sinensetin juga ditemukan pada daunO. spicatus(=O. stamineus)(Wollenweber, 1985).

Selanjutnya, telah ditemukan pula beberapa flavonoid yaitu salvigenin dan 5-hidroksi-3,4,6,7-tetrametoksiflavon, bersama-sama dengan apigenin trimetil eter, dan luteolin tetrametil eter (Malterud, 1989).

Beberapa senyawa flavon sejenis juga telah ditemukan yaitu 4,5-hidroksi-6,7-dimetoksi-flavon, 5-hidroksi-4,6,7-trimetoksiflavon, 6-hidroksi-4,5,7-trimetoksiflavon, 4-hidroksi-5,6,7-trimetoksiflavon, dan 3,5-dihiroksi-4,6,7-trimetoksi-flavon telah ditemukan pula dari (Sumaryono, 1991a, 1991b).

Tambahan pula, dari daun kumis kucing ditemukan pula dua glikosida flavonol masing-msaing kaemferol-3-O-beta-glukosida dan kuersetin-3-O-beta-glukosida (Sumaryono, 1991).

Selain diterpenoid dan flavonoid, tumbuhan kumis kucing juga menghasilkan sejumlah asam organik. Misalnya dari daun telah ditemukan asam kafeat dan turunannua asam rosmanirat (Graxza, 1984; Nikonov 1971; Takeda, 1993; Tezuka, 2000).

Selanjutnya dari daun kumis kucing dapat pula diisolasi beberapa asam organik sejenis seperti asam kafeoil tartarat, asam dikafeoil tartarat, bersama-sama dengan asam litospermat I dan turunannya, asam litospermat II serta asam litospermat III (Sumaryono, 1991).

Senyawa fenol turunan kromen ditemukan pula pada tumbuhan kumis kucing. Misalnya metilripariokromen A telah diisolasi dari kumis kucing yang merupakan sumber penting bagi senyawa tersebut (Guerin, 1989; Matsubara, 199a).

Kemudian dari kumiskucing ditemukan pula beberapa senyawa triterpen dan sterol, yaitu asam oleanolat, hederagenin, asam ursolat, asam betulinat, dan beta-sitosterol (Sheu, 1984; Tezuka, 2000).

Tumbuhan kumis kucing pada penyulingan uap menghasilkan minyak atsiri yang antara lain mengandung beberapa senyawa seskuiterpen seperti beta-selinen, beta-elemen, beta-bourbonen, alfa-guaien, beta-kariofilen oksid, dan beta-humulen sebagai komponen utama (Schmidt, 1986; Scut, 1986).

Dari kumis kucing telah diisolasi pula beberapa karoten seperti alfa-karoten, beta-karoten, kriptoksantin, neo-beta-karoten, alfa-karoten epoksida, dan lutein (Kudritskaya, 1987).