Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

41
Mas’ud Hariadi Departemen Reproduksi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Transcript of Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Page 1: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Mas’ud HariadiDepartemen Reproduksi Veteriner

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Page 2: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Bunting normal

Inseminasi Kelahiran

Fertilisasi Kelahiran

patologis

Periode Kebuntingan

Page 3: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

1. Kematian embrio dini ( early embryonic death) Prenatal

2. Kematian embrio tua (late embryonic death) death

3. Kematian fetus : Mumifikasi, Maserasi, Stillbirth, Abortus

4. Abnormalitas kongenital

5. Prolapsus serviko – vaginal

6. Torsio uteri

7. Ruptura uteri

8. Hidrops amnii dan hidrops alantois

9. Peradangan plasenta

10. Perdarahan plasenta

11. Tumor plasenta

12. Kebuntingan diluar uterus

13. Hernia uteri

Gangguan pada Periode Kebuntingan

Page 4: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

• Embrio mati sebelum hari ke 13 umur kebuntingan

• Embrio beserta selaputnya diresorbsi, induk sapi kembali bersiklus

dan menunjukkan tanda – tanda birahi pada waktu yang normal,

oleh karena itu sulit dibedakan dengan kegagalan fertilisasi

1. Kematian embrio dini(Early embryonic death)

Page 5: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

• Embrio mati antara hari ke 13 dan 42 dari umur kebuntingan

• Cairan fetus diresorbsi dan embrio dan selaputnya mengalami autolisis

• Kemungkinan terdapat lendir dan selaput fetus yang keluar dari vulva

tetapi tidak diperhatikan.

• Induk sapi kembali berahi pada waktu yang lebih panjang dari normal

2. Kematian embrio tua(late embryonic death)

Page 6: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

• Faktor genetik

• Stres

• Infeksi yang disertai peningkatan suhu tubuh

• Penyakit degenerasi melemak dari hati

• Defisiensi nutrisi dan kelebihan nutrisi

• Defisiensi, asinkroni dan ketidak seimbangan hormonal

• Agens infeksius yang non – spesifik

• Agens infeksius spesifik (Tritrichomonas fetus, Campylobacter fetus

venerealis, virus Bovine viral diarrhoea /BVD, Infectious bovine

rhinotracheitis /IBR, bovine herpes virus 1 /BHV – 1, Catarrhal vagino –

cervicitis, Chlamydia psittaci, Haemophilus somnus)

Penyebab kematian embrio dini

Page 7: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Mumifikasi fetus Setelah fetus mati terjadi pengeluaran cairan fetus, dehidrasi

jaringan tubuh fetus dan selaputnya. Korpus luteum graviditatum menjadi persisten (KLP) Fetus beserta selaputnya menetap di dalam uterus Fetus dan selaputnya steril (tidak ada kuman yang meng – infeksi) Gejala/tanda – tanda adanya mumifikasi pada sapi : Induk sapi tidak melahirkan pada waktunya Tidak ada perubahan dan perkembangan ambing pada trimester

akhir dari kebuntingan Pada palpasi rektal : uterus dan isinya (fetus) teraba seperti benda

keras, karunkula dan kotiledon dan fremitus tidak teraba Penyebab kematian fetus pada mumifikasi tidak diketahui Fetus dapat dikeluarkan dengan penyuntikan PGF2α dan pemberian

bahan pelicin pada jalan kelahiran

3. Kematian fetus

Page 8: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Maserasi fetusKematian fetus pada pertengahan s/d akhir kebuntingan

Fetus tidak diabortuskan, kuman masuk kedalam uterus dan terjadi proses pembusukan dan autolisis dari fetus dan selaputnya, sehingga tinggal tulang belulangnya saja.

Pengobatan hormonal dengan preparat estrogen, oksitosin atau PGF2α kurang efektif, cara lain adalah dengan histerotomi.

Bila dapat disembuhkan maka induk sapi tersebut biasanya infertil atau steril

Stillbirth

Adalah kelahiran pedet mati sesudah kebuntingan berumur 272 hari, sebagian besar stillbirth terjadi pada saat partus

3. Kematian fetus

Page 9: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Abortus• Keluarnya fetus dalam keadaan mati atau hidup kurang dari 24 jam

pada umur kebuntingan kurang dari 271 hari sesudah kawin/inseminasi

• Abortus dianggap normal apabila kejadiannya berkisar antara 1 – 2%

dari seluruh ternak yang bunting, tetapi bila kejadian abortus

meningkat sampai lebih dari 3% harus dilakukan investigasi

• Perlu diperhatikan pula adanya kasus – kasus stillbirth dan kelahiran

prematur

• Penyebab abortus dikelompokkan menjadi 2 yakni : Non – infeksius Infeksius

3. Kematian fetus (lanjutan)

Page 10: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

• Abnormalitas kongenital akibat kelainan genetik atau teratogenik

• Defisiensi atau ekses endokrin

• Keracunan tanam – tanaman

• Substansi beracun misalnya nitrat, mikotoksin, warfarin, goitrogen

dan derivatnya

• Defisiensi nutrisi misalnya defisiensi vitamin A, yodium

• Kelebihan (ekses) nutrisi misalnya diet protein tinggi

• Stres temperatur lingkungan

• Kesalahan dalam pemberian pengobatan : PGF2α atau analognya,

estrogens, corticosteroids dan derivatnya

Abortus Non - infeksius

Page 11: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Penyebab abortus pada ternak sapi sangat luas meliputi berbagai macam bakteri, virus, protozoa dan jamur• Spirochaeta : Leptospira interrogan, L. pomona, L. canicola,

L ichterohaemorrhagiae, L grippotyphosa and L hardjo.

• Abortus umumnya terjadi pada umur kebuntingan 4 s/d 6 bulan.

• Gejala klinisnya adalah sebagai berikut panas badan tinggi yang akut,

disertai dengan “agalactiae” atau “leptospiral mastitis”

• Diagnosis : identifikasi leptospira pada organ fetus secara langsung

atau dikultur, tehnik imunofluoresen, “fetal serology” untuk

diagnosis individual atau “maternal serology” untuk screening pada

kelompok ternak.

Abortus infeksius

Page 12: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Salmonella dublin Meliputi 80% dari penyebab abortus oleh spesies salmonella lainnya. Abortus biasanya terjadi secara sporadis setelah menderita diare

berat. Penyakit ini seringkali berhubungan erat dengan padang rumput atau

sumber air yang terkontaminasi. Abortusnya bervariasi tetapi seringkali terjadi pada kebuntingan umur

7 bulan Diagnosis : isolasi kuman dari fetus, selaput fetus atau cairan dari

uterus.

S. typhimurium dan spesies Salmonella lainnya kurang berperan di dalam menyebabkan abortus pada ternak dibandingkan dengan S. dublin

Diagnosis dan kontrol nya sama dengan pada S. dublin

Abortus infeksius (lajutan)

Page 13: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Bacillus licheniformis

• Telah diidentifikasi sebagai penyebab abortus sporadis sekitar

tahun ’80 – an

• Infeksi terjadi akibat mengkonsumsi air atau pakan yang bercampur

dengan silase atau rumput kering yang lama dan membusuk.

• Abortus terjadi pada akhir kebuntingan

• Diagnosis : berdasarkan identifikasi organisme dan lesi pada plasenta

yang menyerupai lesi pada abortus yang disebabkan oleh jamur

Actinomyces pyogenes

• Penyebab abortus sporadis pada semua umur kebuntingan tetapi

utamanya pada akhir kebuntingan

• Umumnya merupakan bukan merupakan penyebab primer tetapi

adalah “secondary invader”

• Diagnosis : isolasi organisme dari fetus atau membrannya

Abortus infeksius (lanjutan)

Page 14: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Listeria monocytogenes

• Penyebab dari abortus sporadis, abortus terjadi pada akhir

kebuntingan dan kemungkinan diikuti oleh pireksia

• Diagnosis : identifikasi organisme pada preparat ulas darah atau

menggunakan imunofluoresen dan adanya fokus nekrotik berwarna

kelabu – kekuningan pada hati fetus dan kotiledon.

• Penyebab penyakit ini sering dikaitkan dengan mengkonsumsi

silase

Jamur

• Penyebab abortus sporadis pada kebuntingan umur 4 – 9 bulan

• Ada 2 jenis jamur : Aspergillus sp dan Mucor sp.

• Diagnosis : lesi seperti ringworm pada integumen fetus, plasentitis

nekrotik, permukaan interkotiledon–allantochorion kasar , adanya

hyphae

• Kontrol : hindari pakan ternak berjamur/buluken

Abortus infeksius (lanjutan)

Page 15: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Brucella abortuso Abortus biasanya terjadi pada umur kebuntingan 6 – 9 bulan, tetapi

abortus yang labih awal juga dapat terjadi dan fetus yang dilahirkan

lemah dan matio Infeksi terjadi melalui ingesti dari pakan yang terkontaminasi oleh

bagian dari selaput fetus atau lendir/cairan dari induk sapi yang

mengalami abortus.o Diagnosis : identifikasi kuman pada preparat ulas dari material yang

terkontaminasi, biakan/kultur, FAT, ELISA dan test serologis pada

milk, serum, lendir/mukus vagina dan semen.o Kontrol : 1. Vaksinasi dengan vaksin S19, S45/20 atau

2. Identifikasi ternak yang terinfeksi dan yang positip

dipotong

Abortus infeksius (lanjutan)

Page 16: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Campylobacter fetus • Ada 2 subspesies yakni : subspesies fetus dan venerealis

• C. fetus menyebabkan abortus sporadis pada kebuntingan umur 4

bulan

• C. fetus venerealis, dapat mencegah terjadinya fertilisasi atau

menyebabkan kematian embryo dan juga terjadinya abortus pada

kebuntingan 6 – 8 bulan.

• Dagnosis : identifikasi kuman dengan preparat ulas atau kultur dari

mukus/lendir vagina, uji aglutinasi dan uji serologis lainnya.

• Kontrol : Infeksi dengan C. fetus venerealis dapat timbul kekebalan

3 – 6 bulan setelah infeksi; inseminasi buatan

Abortus infeksius (lanjutan)

Page 17: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Clamydia psittaci menyebabkan abortus pada kebuntingan umur

7 – 9 bulan Mycoplasma bovis, Acholeplasma laidlawii dan spesies mycoplasma

lainnya menyebabkan infertilitas, lesi vulva dan vagina dan abortus. Haemophilus somnus , menyebabkan abortus dan lesi pada saluran

reproduksi dan infertilitas Coxiella burnetii

Eschericia coli Catarrhal vaginocervicitis (enterovirus) Virus Parainfluenza 3

Abortus infeksius (lanjutan

Page 18: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Abnormalitas struktur dan fungsi dari organ organ fetus yang terjadi sebelum atau pada saat lahir. Pada kasus kasus tertentu kelainan tsb tidak terlihat sampai beberapa saat setelah lahir, sebagai konsekwensinya maka dapat terjadi : Kematian prenatal Distokia Berpengaruh terhadap kemampuan pedet untuk hidup Kemungkinan pedet yang dilahirkan kurang ekonomis untuk

dipelihara (kurang produktif), atau dapat menularkan cacat tsb pada

keturunannya Lebih kurang 1% dari pedet yang dilahirkan menderita cacat

kongenital ini

4. Abnormalitas kongenital

Page 19: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Penyebab

• Faktor lingkungan misalnya stres panas mengakibatkan hipertermia,

atau agen teratogenik

• Defek genetik akibat dari mutasi gen atau abnormalitas kromosom

• Penyakit infeksi : BVD, virus bluetongue atau virus Akabane

• Pada beberapa kasus penyebabnya tidak diketahui, oleh karenanya

apabila diketemukan defek kongenital, maka dianggap sebagai

cacat berasal yang berasal dari faktor genetik dan pedet tsb

sebaiknya tidak dipelihara untuk tujuan breeding (diternakkan)

4. Abnormalitas kongenital (lanjutan)

Page 20: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Beberapa abnormalitas kongenital dan penyebabnya

4. Abnormalitas kongenital (lanjutan)

No.

Abnormalitas Causa

1. Abnormalitas utama

Schistosoma reflexsus Tidak diketahui

Kembar cacat Tidak diketahui

Achondroplasia Genetik

2. Abnormalitas tulang dan otot

Hydrocephalus Genetik

Torticollis dan scoliosis Genetik

Cleft palate Genetik dan teratogenik

Arthrogryposis Genetik dan teratogenik

Agenesis ekor Tidak diketahui

Rahang bawah pendek Tidak diketahui

Page 21: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

4. Abnormalitas kongenital (lanjutan)

No. Abnormalitas Causa

Polidactyly Tidak diketahui

Syndactyly Genetik

Otot ganda Genetik

Pemendekan tendon flexor Genetik

3. Abnormalitas mata

Microphthalmia Tidak diketahui

Dermoid Genetik

Cataract Genetik

4. Defek kardiovaskuler

Jantung ektopik Kemungkinan genetik

Ductus arteriosus dan foramen ovale menetap

Tidak diketahui

Page 22: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

4. Abnormalitas kongenital (lanjutan)

No. Abnormalitas Causa

5. Defek kulit

Epitheliogenesis imperfecta genetik

Hernia umbilikalis genetik

6. Defek sistem genital

Freemartin Tidak diketahui

Defek – defek pada ovarium

7. Mola/amorphous globosus Tidak diketahui

Page 23: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Terjadi akibat kelemahan dari musculus konstriktor vestibulum vagina dan vulva serta berkurangnya ketegangan ligamentum suspensori dari tractus genitalis

Beberapa faktor predisposisi pada kondisi ini adalah :o Genetik, seringkali terdapat pada sapi potong bangsa Hereford dan Charolaiso Obesitas, terutama akibat deposisi lemak yang berlebihan pada

daerah retroperitonealo Kebuntingan : sering terjadi pada bunting tua , mungkin berhubungan

erat dengan relaksasi vagina dan perineum akibat perubahan status

hormonal pada waktu buntingo Ransum berserat kasar tinggi, rumen menjadi sesak dan membesar

akibatnya meningkatkan tekanan intra abdominalo Self – perpetuation, pada saat prolapsus mulai terjadi mukosa vagina

yang tersembul keluar mengering, lemah, luka dan terinfeksi,

akibatnya merangsang induk sapi untuk merejan.

5. Prolapsus serviks dan vagina (Cervico – vaginal)

Page 24: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Diagnosis dan prognosis Awalnya pada inspeksi kondisi nya tidak jelas, polip pada vagina dan

tersembulnya selaput fetus dapat menyebabkan kesalahan

diagnosis. Prolapsus berderajat ringan yang terjadi dalam kurun waktu

seminggu sebelum melahirkan tidak begitu penting; prolapsus yang

lebih berat terutama terjadi lebih dari 6 minggu sebelum melahirkan

harus ditangani. Kegagalan menangani kasus tersebut dapat

berakibat rusaknya mukus penutup serviks, invasi kuman kedalam

uterus, kematian fetus dan abortus.

5. Prolapsus serviks dan vagina/Cervico – vaginal (lanjutan)

Page 25: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Treatment Tujuan utama dari penanganan kasus prolapsus ini adalah menahan

serviks dan mukosa vagina yang tersembul tersebut sampai dengan

induk melahirkan. Besar kemungkinan bahwa prolapsus akan

kembali terjadi pada kebuntingan berikutnya dan adanya

kecenderungan bahwa kasus ini menurun. Anestesi epidural caudal dilakukan untuk mengurangi perejanan,

mukosa dibersihkan dengan cairan yang tidak iritasi (NaCl fisiologis

atau akuades), dikeringkan dan digosok dengan petroleum jelly atau

atau pelumas lainnya kemudian direposisi dan ditahan pada posisi

normal semula dengan jahitan sementara sebagai berikut :

Tali bundel; Jahitan sederhana pada vulva; Jahitan perivulva

menggunakan benang nilon “Buhner method”; Operasi Caslick

Jahitan sementara diambil pada saat melahirkan Jahitan permanen yakni reseksi submukosa atau fiksasi

serviko – vaginal dapat dilakukan tetapi sulit pelaksanaannya

5. Prolapsus serviks dan vagina/Cervico – vaginal (lanjutan)

Page 26: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

• Perputaran uterus pada sumbu memanjangnya pada ternak yang

sedang bunting

• Sering terjadi pada bunting tua dan pada saat melahirkan

• Gejala klinis timbul bila perputaran uterus lebih dari 180° yakni :

Rasa tidak enak (nyeri) pada perut pada bunting tua

Meningkatnya denyut nadi

• Diagnosis :

Palpasi per – vaginal pada sapi induk (bukan dara/premipara)

Palpasi per – rektal

• Penanganan/koreksi :

Dengan memutar induk ternak

Laparotomi

Histerotomi

Pada kasus tertentu dapat terjadi kematian fetus dengan mumifikasi atau ruptura uteri dengan pseudo ectopic pregnancy

6. Torsio uteri

Page 27: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Ruptura uteri dapat terjadi spontan selama kebuntingan akibat dari

torsio uteri Kemungkinan fetus mati, atau pada beberapa kasus apabila fetus dan

plasentanya masih utuh maka dapat berkembang menjadi pseudo

ectopic pregnancy

7. Ruptura uteri

Page 28: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Adanya cairan berlebihan di dalam selaput fetus (amnion dan

allantois) Banyak terjadi pada kuda dan sapi, jarang pada domba, kambing,

babi atau anjing Pada kuda dan sapi di akhir kebuntingan volume cairan amnion

berkisar antara 3 – 5 liter, cairan allantois 8 – 15 liter Pada kasus hidrops selaput fetus yang berat, maka volume cairan

amnion dapat meningkat sampai 100 l dan cairan allantois sampai

250 l Penyebabnya belum jelas, tetapi faktor pendorongnya adalah :

Adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju ke tubuh fertus atau

di dalam tubuh fetus sendiri

Adanya transudat yang berlebihan, karena bendung atau torsio tali

pusar

8. Hidrops amnii dan hidrops allantois

Page 29: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Gejala klinis

• Pada sepertiga akhir kebuntingan, terdapat tekanan abdomen yang

berlebihan

• Nafsu makan berkurang karena rumen tertekan menjadi kecil

• Ternak menjadi sulit berjalan, pada keadaan yang berat ternak

berbaring

Diagnosis :

• Berdasarkan sejarah dan gejala klinisnya

• Perkusi abdomen terasa adanya suatu massa cairan yang besar

• Pada palpasi rektal uterus teraba amat besar dan teraba beberapa

karunkula

8. Hidrops amnii dan hidrops allantois (lanjutan)

Page 30: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Prognosis :

• Jelek, kecuali apabila dekat saat partus sehingga dapat melahirkan

secara spontan atau ditolong untuk melahirkan (dilahirkan).

• Dapat terjadi distokia karena uterus mengalami inersia, atau terjadi

retensi sekundinarum dan diikuti dengan metritis.

Pengobatan :

• Dipotong/jagal, pertolongan diberikan pada ternak yang bernilai

ekonomis tinggi.

• Induksi kelahiran dengan pemberian preparat kortikosteroid

• Histerotomi, cairan dikeluarkan perlahan – lahan (± 30 menit), untuk

mencegah circulatory shock akibat dari menurunnya secara tiba tiba

tekanan pada rongga dada apabila cairan dikeluarkan secara cepat

dan tekanan intra abdominal yang tiba tiba menurun.

8. Hidrops amnii dan hidrops allantois (lanjutan)

Page 31: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Peradangan pada plasenta umumya disebabkan oleh infeksi kuman

baik yang spesifik seperti Brucella sp atau Campylobacter sp, maupun

yang non – spesifik seperti C. pyogenes, E. coli dan kokus yang berasal

dari radang ambing (mastitis). Derajat keradangan dapat dibedakan menjadi :

Peradangan ringan, tanpa gejala yang jelas

Peradangan berat, terjadi nekrosis pada plasentomnya disertai gejala

yang jelas Pencegahan :

Sanitasi lingkungan kandang Pengobatan :

Antibiotika atau kemoterapeutika

Perdarahan plasentaTumor plasentaKebuntingan diluar uterusHernia uteri

9. Peradangan plasenta

Page 32: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

o Sangat jarang terjadi pada ternak, sering terjadi pada manusia dan

primatao Penyebabnya adalah trauma misalnya jatuh, ditendang/ditanduk/

dipukul pada bagian perut yang mengakibatkan persobekan pada

mukosa uterus atau karunkulanya.o Perdarahan ringan dapat diserap oleh dinding uterus dan tidak

memberikan gejala kliniso Perdarahan berat, terjadi pengeluaran darah melalui vulva, akibatnya

terjadi gangguan suplai darah dari induk ke fetus makanan

dan oksigen berkurang fetus abnormal atau matio Induk ternak mengalami anemia, pucat, kurus dan bila berlangsung

lama, dapat menyebabkan kematian

10. Perdarahan plasenta

Page 33: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

o Prognosis :

Jelek

o Pengobatan :

Istirahat total, tidak di palpasi per – rektal

Abortus buatan/provokatus

Balok es pada punggung induk ternak

Haemostatika

10. Perdarahan plasenta (lanjutan)

Page 34: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Tumor plasenta

Kasusnya jarang

Hipertropi karunkula, hemangioma, korioepithelioma, papilomata

Pengobatan :

Pertolongan berupa operasi, dilakukan setelah melahirkan

Prognosis :

Baik

11. Tumor plasenta

Page 35: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Synonim, graviditas ektopi, ectopic pregnancy, extra uterine pregnancy

Perkembangan embryo/fertus diluar tubuh induk

Menurut proses kejadiannya dibedakan menjadi 2 macam :

1.Graviditas ektopik primer

Fertilisasi terjadi di luar ampula tuba falopii (di rongga abdomen), embrio berkembang s/d waktu tertentu

2. Graviditas ektopik sekunder

Fertilisasi terjadi di tempat yang normal, embrio berpindah keluar dari rongga uterus

Hubungan iduk – anak (plasentasi) melalui jari – jari atau bagian lain

tubuh fetus dengan organ – organ di rongga abdomen

ernia uteri

12. Kebuntingan diluar uterus

Page 36: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Sebab – sebab terjadinya graviditas ektopi adalah adanya gangguan anatomis dan fisiologis di tuba falopii

Macam graviditas ektopi :

Berdasarkan lokasi embrio/fetus

1.Graviditas ovarika

2.Graviditas tubaria

3.Graviditas abdominalis

4.Graviditas vaginalis

12. Kebuntingan diluar uterus (lanjutan)

Page 37: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Keadaan pada hewan bunting, uterus dan fetusnya terperosok ke

rongga hernia, suatu rongga di antara peritoneum dan urat daging

perut dengan kulit dinding perut, sering disebut dengan hysterocele. Pada kuda biasanya terjadi pada bulan ke 9 sampai akhir kebuntingan,

pada sapi terjadi pada bulan ke 7 sampai akhir kebuntingan. Terdapat 3 bagian hernia :

Gerbang/cincin hernia

Rongga/kantong hernia

Isi hernia (fetu bersama selaputnya) Menurut letak hernianya :

Hernia ventralis, cicin hernia di lantai bawah rongga perut

Hernia inguinalis, bila cincin hernia berada di saluran inguinal

13. Hernia uteri

Page 38: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

• Penyebab/faktor pendorong hernia :

Kemungkinan herediter

Trauma

Fetus terlalu besar

Bunting kembar

Hidrops selaput fetus

• Gejala klinis :

Pembengkaan kecil makin lama makin besar sesuai dengan umur

kebuntingan di daerah bawah perut

Oedem sekitar cincin hernia

Kondisi tubuh menurun

13. Hernia uteri (lanjutan)

Page 39: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Gejala klinis :

Palpasi sakit

Suhu tubuh meningkat

Pernafasan cepat

Kotoran keras dll

Diagnosis :

Palpasi pada bagian/bidang perut yang membengkak , dapat dirasakan adanya gerakan fetus.

Prognosis :

Tidak jelek, bila cepat diketahui dan diadakan pertolongan

13. Hernia uteri (lanjutan)

Page 40: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Pertolongan :

• Harus dilakukan secepat mungkin

• Isi hernia dikembalikan ke rongga abdomen dan menahannya dengan

papan yang diikatkan pada bagian bawah rongga perut, induk

dibiarkan melahirkan secara normal

• Operasi , mengeluarkan fetus dan selaputnya, mereposisi uetrus dan

menutup cincin hernia

13. Hernia uteri (lanjutan)

Page 41: Kulkem Gangguan Pada Periode Kebuntingan

Sekian, terimakasih atas perhatian saudara