Kuliah Whatsapp (Kulwap) pada Komunitas Virtual Family Support … · 2017. 12. 20. · 311...

22
311 “Kuliah Whatsapp (Kulwap)” pada Komunitas Virtual Family Support Group Neneng C. Marlina Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Garut [email protected] Pendahuluan Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT Information Communication Technology) dewasa ini, tidak dapat dipungkiri memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia modern. Banyak sekali solusi kebutuhan komunikasi dan informasi kita hari ini yang difasilitasi oleh kemajuan ICT ini, salah satunya dengan penggunaan smartphone atau telepon pintar yang terkoneksi dengan internet. Kebutuhan masyarakat modern akan smartphone terlihat dari penetrasi pengguna smartphone di Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2016 lalu, pengguna smartphone di Indonesia diperkirakan sudah mencapai 65,2 juta pengguna, dan pada tahun 2019 diprediksi akan mencapai 92 juta pengguna 1 , dan menempati peringkat ke-4 dunia setelah India sebagai negara dengan jumlah pengguna smartphone terbanyak di dunia. Tidak mengherankan jika di Indonesia, pertumbuhan pengguna internet pada tahun 2017 diprediksi sebanyak 112,6 juta pengguna 2 (pengguna internet dengan PC dan smartphone) dengan posisi peringkat ke-6 pengguna internet terbesar di dunia, tepat setelah Jepang dengan selisih tipis. Smartphone sendiri lebih banyak disukai untuk dapat terhubung dengan jaringan internet karena kemampuannya yang canggih 1 http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/08/pengguna-smartphone-di- indonesia-2016-2019 [27/07/17] 2 https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-internet-indonesia-nomor- enam-dunia/0/sorotan_media [12/07/2017]

Transcript of Kuliah Whatsapp (Kulwap) pada Komunitas Virtual Family Support … · 2017. 12. 20. · 311...

  • 311

    “Kuliah Whatsapp (Kulwap)” pada Komunitas Virtual Family Support Group

    Neneng C. MarlinaProgram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Garut

    [email protected]

    Pendahuluan Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT –

    Information Communication Technology) dewasa ini, tidak dapat dipungkiri memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia modern. Banyak sekali solusi kebutuhan komunikasi dan informasi kita hari ini yang difasilitasi oleh kemajuan ICT ini, salah satunya dengan penggunaan smartphone atau telepon pintar yang terkoneksi dengan internet.

    Kebutuhan masyarakat modern akan smartphone terlihat dari penetrasi pengguna smartphone di Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2016 lalu, pengguna smartphone di Indonesia diperkirakan sudah mencapai 65,2 juta pengguna, dan pada tahun 2019 diprediksi akan mencapai 92 juta pengguna1, dan menempati peringkat ke-4 dunia setelah India sebagai negara dengan jumlah pengguna smartphone terbanyak di dunia. Tidak mengherankan jika di Indonesia, pertumbuhan pengguna internet pada tahun 2017 diprediksi sebanyak 112,6 juta pengguna2 (pengguna internet dengan PC dan smartphone) dengan posisi peringkat ke-6 pengguna internet terbesar di dunia, tepat setelah Jepang dengan selisih tipis.

    Smartphone sendiri lebih banyak disukai untuk dapat terhubung dengan jaringan internet karena kemampuannya yang canggih

    1 http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/08/pengguna-smartphone-di-indonesia-2016-2019 [27/07/17]

    2 https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-internet-indonesia-nomor-enam-dunia/0/sorotan_media [12/07/2017]

  • 312

    Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

    layaknya komputer portable yang pintar dan multifungsi, namun juga menawarkan kemampuan mobilitas yang sangat fleksibel, mudah dibawa ke mana pun dibandingkan dengan menggunakan personal computer (PC). Berbagai variasi aplikasi untuk smartphone banyak ditawarkan pada para pengguna, terutama pada mereka yang menggunakan smartphone dengan sistem operasional android dan iOS yang merupakan sistem operasional smartphone yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia pada umumnya. Banyak aplikasi-aplikasi yang bermanfaat dan gratis ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan informasi dan komunikasi masyarakat. Salah satu aplikasi yang tanggap akan kebutuhan masyarakat pengguna smartphone ini adalah aplikasi pesan instan Whatsapp Messenger.

    Karakteristik aplikasi pesan instan (Instant Messenger) Whatsapp ini dibandingkan aplikasi pesan instan yang lain adalah bahwa ia memiliki mekanisme login yang sangat praktis. Kita hanya perlu menyimpan nomor ponsel seseorang di perangkat smartphone kita dan secara otomatis - jika kita telah mengunduh aplikasi Whatsapp di smartphone kita yang terkoneksi dengan internet - nomor-nomor yang sudah berada dalam kontak akan terhubung dengan kontak-kontak tersebut yang juga sama-sama menggunakan aplikasi Whatsapp.

    Selain kemudahan yang esensial dan praktis yang menjadi ciri khas aplikasi Whatsapp, aplikasi pesan instan ini juga sangat disukai banyak orang karena aplikasi ini bebas iklan yang membuat pengguna aplikasi tidak terganggu dengan serbuan iklan-iklan yang biasanya ditemui dalam aplikasi-aplikasi pesan instan lainnya. Selain itu, aplikasi ini juga tidak meminta pengguna untuk memberikan data-data pribadinya ketika mengaktivikasikan akun Whatsapp-nya, sehingga pengguna tidak khawatir jika data-data pribadinya akan disalahgunakan. Tidak heran jika pada awal-awal tahun pengembangannyan, jumlah pengguna aplikasi Whatsapp terus bertambah. Apalagi ketika Jan Koum – Whatsapp founder - merilis WhatsApp versi 2.0 dengan komponen  messaging, jumlah pengguna aktifnya langsung melonjak menjadi 250.000 orang di seluruh dunia3. Hal ini terlihat dari data berikut yang memperlihatkan popularitas Whatsapp di dunia sebagai aplikasi pesan instan paling banyak dimiliki dan digunakan oleh para 3 http://tekno.kompas.com/read/2014/02/21/0950207/CEO.WhatsApp.dari.Tukang.

    Sapu.Jadi.Miliarder [14/07/2017]

  • Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

    313

    pengguna smartphone di dunia yang mengaktifkan data selulernya. Data di bawah memperlihatkan bagaimana jumlah pengguna Whatsapp berbanding sama dengan pengguna Facebook Messenger, karena pada tahun 2014 lalu, Whatsapp resmi diakuisisi oleh Facebook. Sementara CEO sekaligus founder dari aplikasi Whatsapp bergabung menjadi dewan direksi di Facebook.

    Pada perkembangannya, aplikasi Whatsapp ini tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan komunikasi sehari-hari saja, namun juga untuk berbagi informasi dan pengetahuan seperti dalam sebuah ruang kuliah pada umumnya. Aplikasi ini seringkali digunakan oleh komunitas-komunitas virtual yang terhubung satu sama lain dan menjadi anggota sebuah atau bahkan beberapa Whatsapp Group sekaligus berdasarkan afiliasi masing-masing pengguna Whatsapp terhadap minat atau ketertarikannya pada suatu masalah atau isu tertentu.

    Alali dan Salim (2012: 176-183) pernah melakukan sebuah penelitian terhadap 20 forum praktisi kesehatan yang terdiri dari kelompok-kelompok virtual dengan berbagai profesi di bidang kesehatan (dokter, perawat, apoteker) yang berada di wilayah Timur-Tengah. Secara spesifik, penelitian Alali dan Salim ini memang tidak

  • 314

    Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

    menyebutkan bahwa mereka melakukan survei pada forum-forum praktisi kesehatan melalui fitur Whatsapp Group, namun penelitian ini setidaknya menjelaskan bahwa mereka mengamati dan melakukan survei yang dilakukan pada komunitas-komunitas praktisi virtual (Virtual Communinities of Practices – VCoPs, terutama di bidang kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para anggota forum merasa puas dengan adanya komunitas-komunitas praktisi virtual ini karena kualitas berbagi keilmuan yang mereka peroleh, sistemnya, dan juga pelayanan informasinya, sehingga sangat bermanfaat untuk menunjang profesionalitas mereka.

    Penelitian lain dilakukan oleh Al Hamdani (2013: 665-674) yang meneliti tentang metode belajar mahasiswa di Universitas Sohar, Oman. Hasil penelitian tersebut salah satunya menyebutkan aplikasi Whatsapp sebagai salah satu aplikasi obrolan yang paling sering digunakan oleh para mahasiswa sebagai sarana berbagi informasi perkuliahan, sarana berbagi konten multimedia dalam berbagai format dan ukuran, media yang ekonomis, dan sangat membantu proses mahasiswa untuk saling bekerjasama dan berkolaborasi.

    Hal ini senada dengan hasil penelitian Ahad dan Lim (2014: 189-196) terhadap anak-anak muda khususnya para mahasiswa di Universiti Brunei Darussalam yang menyatakan bahwa aplikasi Whatsapp sebagai aplikasi komunikasi yang ‘nyaman’ untuk digunakan dalam kegiatan mereka sehari-hari, baik untuk tujuan personal maupun untuk tujuan kelompok. Walaupun demikian, penelitian Ahad dan Lim ini juga menunjukkan beberapa kelemahan dari aplikasi Whatsapp mengenai gangguan dan eksposur pesan-pesan yang tidak beraturan (spam), yang mungkin disebabkan adanya kemudahan aplikasi ini untuk dapat mengirim pesan hanya dengan mengetahui nomor kontak pemilik akun tanpa harus melalui proses verifikasi ataupun persetujuan dari pemilik akun bersangkutan.

    Sedangkan penelitian Kiat dan Chen (2015: 28) mengenai penggunaan Mobile Instant Messaging – MIM yang telah ada terutama pada kelompok pengguna manula, di antaranya adalah aplikasi pesan instan Whatsapp dan beberapa aplikasi pesan instan serupa lainnya yang sudah ada. Penelitian mereka memperlihatkan bahwa aplikasi-aplikasi pesan instan yang semula dimaksudkan untuk

  • Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

    315

    mempermudah para penggunanya untuk dapat terhubung dengan keluarga dan kerabat, ternyata hal itu tidak berlaku bagi para pengguna manula. Aplikasi-aplikasi pesan instan seperti Whatsapp ini ternyata disinyalir tidak terlalu efektif digunakan oleh pengguna manula karena beberapa fiturnya yang dirasa justru mempersulit manula untuk menggunakannya, misalnya, kecilnya huruf-huruf yang harus ditekan sementara kebanyakan smartphone mengusung format layar sentuh (touch screen), bukan dengan tombol-tombol silikon seperti pada telepon seluler biasa, hal ini berkaitan dengan kemampuan penglihatan dan kemampuan menyentuh pada manula yang sudah menurun. Selain itu juga, fitur emoticon yang membingungkan manula, serta tanda double check pada aplikasi Whatssapp yang kurang dapat dipahami manula sebagai tanda bahwa pesan telah sampai pada si penerima.

    Pemanfaatan aplikasi pesan instan seperti Whatsapp ini seperti yang banyak kita ketahui, mulai dapat menggantikan proses belajar-mengajar atau konsep-konsep transfer keilmuan dan pengetahuan secara konvensional. Sedikit berbeda dengan e-learning pada media internet biasa, di mana situs-situs belajar online dari internet begitu marak, berbagi keilmuan dan pengetahuan melalui aplikasi Whatsapp Group seringkali dirasa lebih atraktif dan lebih interaktif. Hal ini karena aplikasi Whatsapp Group direspon lebih cepat oleh para anggota kelompok, diskusi sangat banal dilakukan dalam Whatsapp Group, terlebih si “pemateri” atau narasumber informasi lebih responsif untuk melakukan tanya-jawab, sama halnya seperti kita sedang bertatap muka. Konsep belajar secara online melalui aplikasi interaktif seperti Whatsapp Group ini juga diterapkan pada sebuah komunitas keluarga sokong-bantu (Family Support Group – FSG) yang concern mengenai edukasi keluarga yang berkaitan dengan bahaya penyalahgunaan narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang) di Jakarta.

    Komunitas keluarga sokong-bantu (Family Support Group – FSG) yang bernama Yayasan Keluarga Pengasih Indonesia (YKPI) ini awalnya adalah sebuah komunitas keluarga dengan memiliki masalah yang sama yaitu keluarga-keluarga Indonesia yang memiliki anggota keluarga yang terimbas masalah narkoba. Komunitas ini sudah ada sejak tahun 1998, bermula dari beberapa keluarga yang memiliki putra-putri yang terimbas masalah penyalahgunaan narkoba dan kemudian mengirimkan putra-putri mereka untuk direhabilitasi di Rumah

  • 316

    Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

    Pengasih – Malaysia, sebuah pusat rehabilitasi narkoba yang ada di Malaysia sejak tahun 1987. Komunitas ini pada awalnya bertujuan sebagai wadah koordinasi dan berbagi informasi serta pengalaman para keluarga yang mengirimkan putra-putri mereka ke Rumah Pengasih – Malaysia pada umumnya, tetapi seiring perkembangannya, komunitas ini kini terbuka bagi siapa saja yang concern terhadap masalah bahaya narkoba terutama dalam lingkup yang kecil, yaitu berfokus pada lingkungan keluarga dengan anggota keluarga terimbas masalah narkoba.

    Seiring perkembangan jaman, tidak hanya jumlah anggota komunitas saja yang terus bertambah, demikian juga dengan metode penyampaian pembelajaran mengenai informasi dan materi-materi edukasi keluarga - yang berkaitan dengan masalah penyalahgunaan narkoba, perilaku penyalahguna, sikap keluarga terhadap penyalahguna, dan sebagainya – juga mengalami tuntutan sesuai dengan perkembangan jamannya, yaitu dengan mengoptimalkan penggunaan perangkat smartphone dengan aplikasi Whatsapp Group sebagai salah satu media berbagi ilmu, pengetahuan, pengalaman, dan hal-hal yang berkaitan dengan masalah penyalahgunaan narkoba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan aplikasi Whatsapp dengan fitur Whatsapp Group digunakan dalam komunitas Family Support Group Yayasan Keluarga Pengasih Indonesia.

    Tentang Komunitas Virtual (Virtual Community)Mengenai pengertian komunitas virtual (virtual community) yang

    dibahas dalam penelitan ini, khususnya komunitas virtual dengan penggunaan aplikasi pesan instan Whatsapp ini, berikut beberapa pengertian mengenai komunitas virtual (dalam Nasrullah, 2015: 108-109):1. Menurut Rheingold (1993), komunitas virtual merupakan agregasi

    sosial yang mengambil bentuk di dalam internet di mana semua orang membawa persoalan untuk didiskusikan dalam waktu yang lama, dan melibatkan perasaan/pemikiran penggunanya dengan relasi yang terbentuk di ruang siber.

    2. Wood dan Smith (2005) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan komunitas virtual adalah saling berbaginya kesepemahaman di antara pengguna yang terhubung melalui lingkungan yang

  • Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

    317

    termediasi komputer.3. Van Dijk (2006) mendeskripsikan bahwa komunitas virtual

    diasosiasikan dengan sekumpulan individu yang tidak terikat oleh waktu, tempat maupun keadaan fisik atau material. Mereka dikreasikan oleh lingkungan elektronik dan berdasarkan pada komunikasi termediasi.

    4. Jordan (1999), komunitas virtual berarti komunitas yang berada di ruang siber dan setiap anggotanya kembali dan hadir di sana dalam ruang informasional yang sama. Individu telah menemukan bahwa mereka tidak sendiri dan membangun relasi di antara mereka serta menjadi bagian dari anggota komunitas virtual. Komunitas virtual juga bisa ditinggalkan secara mudah kerena pengguna internet bisa memilih apakah akan bergabung atau tidak.Pada akhirnya, Nasrullah (2015: 109) menarik kesimpulan

    mengenai komunitas virtual dari beberapa definisi di atas, bahwa yang dimaksud dengan komunitas virtual adalah kumpulan pengguna yang memiliki kesamaan dan terbentuk melalui ruang siber serta relasi yang terjadi di antara mereka termediasi secara elektronik. Kiranya definisi tersebut sangat mendeskripsikan karakteristik dari Whatsapp Group Keluarga YKPI yang akan dibahas dalam penelitian ini.

    Sementara itu, Quentin Jones (1997, dalam Nasrullah, 2015: 112-112) memberikan beberapa kriteria dasar mengenai komunitas virtual:1. Level minimum dalam interaksi. Diperlukan semacam kriteria

    minimal bagaimana interaksi yang terjadi di dalam kelompok atau grup tersebut di media sosial. Setiap konten yang dipublikasikan oleh pengguna apabila tidak ada tanggapan dari pengguna lain, interaksi ini tidak bisa menjadi batasan dasar sebuah komunitas.

    2. Komunikator yang bervariasi yang merujuk pada sebuah komunitas virtual harus terdiri dari partisipan yang beragam sehingga interaksi yang terjadi di antara mereka akan membentuk dan berkembang secara luas.

    3. Adanya ruang publik umum sebagai medium interaksi bagi anggota komunitas. Kehadiran media sosial bisa digunakan sebagai ruang publik umum untuk berinteraksi. Namun, tidak semua jenisnya memberikan fasilitas atau perangkat bagi terbentuknya komunitas. Ini terkait dengan prosedur teknis yang ada di tiap-tiap media sosial.

  • 318

    Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

    4. Level minimum dari jumlah keanggotaan. Baru bisa dikatakan sebagai sebuah komunitas virtual jika anggotanya dalam jumlah tertentu. Seorang pengguna yang hanya sekali atau dua kali mengunjungi laman grup di Facebook misalnya, tidak bisa dikatakan sebagai anggota. Eksisnya komunitas virtual tersebut diperlukan sejumlah anggota yang aktif dan saling berbagi informasi di antara sesama.Selain itu, komunitas virtual tidak bisa dilepaskan dari aturan

    dasar sebuah komunitas sebagai bentuk dari masyarakat. Aturan dasar itu adalah relasi sosial atau relasi yang ada dan dibentuk oleh setiap individu sebagai makhluk sosial. Relasi ini memiliki dampak-dampak tersendiri, apakah itu medium komunitasnya offline maupun online (Bell, 2006; Whitty & Joinson, 2009; Witte & Mannon, 2010; Wood & Smith, 2005, dalam Nasrullah, 2015: 112).

    Metodologi PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi pada sebuah komunitas virtual yang concern pada masalah edukasi keluarga dengan anggota keluarga penyalahguna narkoba. Konsep di atas sebenarnya mengacu pada apa yang disebut dengan etnografi virtual dari Christine Hine.

    Hine dalam sebuah makalahnya yang berjudul Virtual Ethnography mengatakan bahwa etnografi virtual adalah sebuah bentuk pengambangan baru dari etnografi konvensional sebagai respon atas kebutuhan untuk mempelajari komunitas-komunitas yang menggunakan perangkat komunikasi elektronik berdasarkan jaringan komputer yang digunakan dalam kegiatan rutin. Etnografi virtual tidak diajukan sebagai metode baru untuk menggantikan yang lama - lebih dari itu ia disajikan sebagai cara untuk memusatkan perhatian pada asumsi dasar etnografi, dan fitur yang dianggap spesial dari teknologi yang terkait.

    Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan berperan serta pada kegiatan Kuliah Whatsapp Keluarga YKPI yang

  • Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

    319

    dimulai pada tanggal 25 Oktober 2016 sampai dengan kisaran 23 Mei 2017 (posting terakhir Kulwap Keluarga YKPI) yang lalu. Pengamatan berperanserta didefinisikan sebagai teknik pengambilan data penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu pula data dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan (Bogdan, 1972, dalam Moleong, 2012: 164). Jadi dalam hal ini, peneliti turut menjadi anggota komunitas virtual Keluarga YKPI ini dan mengikuti segala aktivitas di dalamnya tanpa kecuali.

    Selain pengamatan berperanserta dalam kegiatan Kulwap pada komunitas virtual Keluarga YKPI ini, data primer juga akan diperoleh melalui wawancara semi-terstruktur, maksudnya adalah peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan baik menggunakan protokol wawancara maupun dengan cara wawancara tidak terstruktur di mana peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan dengan tidak menggunakan pedoman wawancara karena sifat pertanyaan yang lebih subjektif berdasarkan karakteristik informan dan situasi komunikasi pada saat wawancara dilakukan. Wawancara dilakukan pada lima orang informan dari total anggota Whatsapp Group Keluarga YKPI sebanyak 58 orang, dengan pertimbangan bahwa tidak semua anggota komunitas virtual ini aktif untuk bertanya-jawab atau berinteraksi ketika materi Kulwap diposting di dalam grup. Sementara untuk data sekunder diperoleh melalui studi pustaka seperti penggunaan beberapa literatur dan hasil kajian penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini.

    Untuk keabsahan data yang diperoleh, dilakukan proses triangulasi terutama triangulasi sumber dengan membandingkan data hasil pengamatan pada Whatsapp Group dengan data hasil wawancara pada beberapa informan anggota komunitas tersebut.

    Hasi Penelitian dan PembahasanPermasalahan yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba

    (narkotika dan obat-obatan terlarang) tidak pernah habis untuk dibahas, terutama dalam masyarakat modern seperti sekarang. Dulu, mungkin masyarakat Indonesia pada khususnya, belum teredukasi dengan baik mengenai ancaman bahaya penyalahgunaan narkoba,

  • 320

    Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

    terutama bagi para orangtua dan anggota keluarga inti lainnya, yaitu anak. Sosialisasi akan ancaman bahaya penyalahgunaan narkoba ini seringkali tidak tersampaikan dengan baik, bukan hanya karena masalah program-program pemerintah yang berkaitan dengan masalah ini tidak dilakukan secara intensif dan holistik dengan menggunakan media yang paling tepat, namun juga masalah internal dari keluarga itu sendiri. Seringkali orangtua pada khususnya, tidak mengikuti perkembangan dan kegiatan anak-anaknya di luar rumah, dan juga life style generasi muda yang sangat mungkin berbeda sama sekali dengan jamannya dulu.

    Selain paparan informasi mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba yang memang dirasa kurang pada keluarga, pada masa-masa tren kemunculan jenis-jenis barang haram ini, - awalnya hanya dikenal jenis opium atau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan candu pada jaman penjajahan Belanda (Mitra Bintibmas, 2007: 17), variannya semakin bervariasi di kisaran tahun 70-an4, dan semakin berkembang dan menjadi “tren” pada awal tahun 90-an.5 Pada masa-masa itu, banyak keluarga di Indonesia, bahkan bagi banyak keluarga yang berdomisili di kota besar seperti Jakarta sekalipun, orangtua pada khususnya memiliki pengetahuan yang sangat minim atau bahkan tidak tahu sama sekali tentang bahaya penyalahgunaan narkoba pada putra-putri mereka saat itu. Umumnya, para orangtua tidak pernah teredukasi secara formal dan informal mengenai hal ini. Dulu, di lembaga-lembaga pendidikan formal seperti sekolah, tidak mengenal istilah penyuluhan atau edukasi tentang bahaya penyalahgunaan zat-zat adiktif seperti hal-nya kita ketahui pada kurikulum pendidikan dan beberapa program Pemerintah yang memang dikhususkan untuk mengedukasi siswa tentang bahaya narkoba.

    Ketidaktahuan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba ini ternyata menjadi ancaman laten yang harus dihadapi para orangtua pada era awal tahun 90-an tersebut. Banyak di antara mereka pada akhirnya baru mengetahui bahwa putra-putri mereka menjadi penyalahguna narkoba bahkan setelah beberapa tahun kemudian. Mereka tidak tahu menahu tentang apa itu narkoba atau zat-zat adiktif yang putra-

    4 http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2011/10/31/189/sejarah-singkat-narkoba [27/07/17)

    5 Hasil wawancara dengan informan [19/01/16]

  • Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

    321

    putri mereka gunakan, apa akibatnya, dan harus melakukan apa agar mereka dapat menolong putra-putri mereka untuk dapat terlepas dari jeratan narkoba. Yang mereka ketahui hanyalah banyaknya perubahan perilaku pada putra-putri mereka yang kemudian membawa banyak kehancuran pada keluarga inti pada khususnya. Banyak dari keluarga ini yang kemudian membawa anaknya untuk lepas dari jeratan narkoba ke Pengasih, Malaysia, sebuah organisasi non-profit yang berdiri dari tahun 1987, didirikan untuk membantu pecandu narkoba untuk dapat pulih dan kembali menjadi manusia yang kembali berfungsi secara sosial.

    Banyaknya keluarga di Indonesia yang kemudian membawa anggota-anggota keluarganya yang terimbas masalah narkoba untuk direhabilitasi di Pengasih Malaysia ini karena di Indonesia sendiri pada awal tahun 90-an itu belum ada satu pun tempat rehabilitasi untuk membantu mereka. Dengan banyaknya keluarga Indonesia yang mengirimkan anggota keluarganya ke Pengasih Malaysia, maka dirasa perlu untuk mereka memiliki satu wadah bagi para keluarga ini, - khususnya di Jakarta - untuk memudahkan mereka saling berkoordinasi, saling berbagi informasi dan pengalaman, terutama untuk memperoleh pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bahaya narkoba dan bagaimana dapat menghadapi anggota-anggota keluarga yang terimbas masalah narkoba selepas mereka kembali dari Malaysia dan hidup berdampingan kembali dengan mereka di dalam keluarga seperti biasa. Wadah keluarga ini kemudian didirikan pada tahun 1998 dengan nama Yayasan Keluarga Pengasih Indonesia (YKPI). Saat ini, YKPI telah hadir dan aktif selama 19 tahun, menjadi pelopor Family Support Group (FSG) bagi keluarga-keluarga Indonesia yang memiliki anggota keluarga dengan masalah penyalahgunaan narkoba. FSG ini kemudian berkembang tidak hanya ditujukan sebagai wadah koordinasi para keluarga yang mengirimkan anggota keluarga terimbas masalah narkoba ke Pengasih Malaysia saja, tetapi menjadi terbuka bagi siapa pun yang membutuhkan pembelajaran mengenai bahaya narkoba dan menanggulangi masalah tersebut, terutama fokus pada anggota keluarga yang harus menghadapi anggota keluarga terimbas masalah narkoba.

    Setelah 19 tahun lamanya kegiatan-kegiatan YKPI ini dilakukan secara offline, artinya komunitas FSG ini selalu memiliki kegiatan-

  • 322

    Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

    kegitatan dan pertemuan yang rutin serta terjadwal setiap minggunya. Setidaknya dalam satu minggu, komunitas FSG ini melakukan 2-3 hari pertemuan secara offline dengan bekerjasama dengan sebuah yayasan rehabilitasi narkoba di bilangan wilayah Jakarta Selatan. Namun demikian, banyaknya anggota komunitas yang berdomisili di luar Jakarta membuat banyak anggota hanya dapat menghadiri kegiatan di komunitas pada saat-saat tertentu saja. Misalnya, seorang informan penelitian dengan inisial Rt dan Rn yang berdomisili di wilayah Bekasi serta Ma dan Ml yang berdomisili di wilayah Bogor, seringkali terkendala masalah jarak rumah dengan tempat kegiatan komunitas. Tuntutan akan adanya komunikasi antaranggota komunitas yang termediasi jelas sangat terbantu dengan kehadiran aplikasi Whatsapp dan komunitas pun mulai membentuk Whatsapp Group Keluarga YKPI mulai bulan Mei 2016 lalu dengan jumlah administrator grup sebanyak dua orang. Banyak hal yang dibicarakan dalam grup tersebut, sehingga kemudian disepakati bahwa salah satu kegiatan rutin dalam Whatsapp Group ini adalah kegiatan Kuliah Whatsapp (Kulwap) yaitu istilah yang diinisiasi oleh anggota kelompok virtual dan disepakati secara bersama-sama. Kuliah Whatsapp pada komunitas virtual ini dimulai pada akhir bulan Oktober 2016.

  • Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

    323

    Sesuai yang Nasrullah (2015: 112) katakan, bahwa sebuah komunitas virtual tidak dapat dilepaskan dari aturan dasar sebuah komunitas sebagai bentuk dari masyarakat, demikian juga dengan aturan pada komunitas virtual ini. Kuliah Whatsapp yang telah disepakati bersama hanya membicarakan materi-materi yang berkaitan dengan masalah-masalah keluarga dengan anggota keluarga terimbas narkoba, terutama melalui sudut pandang ilmu Psikologi dan ilmu Komunikasi khususnya dalam ranah keluarga. Topik-topik di luar apa yang disampaikan oleh para pemateri atau konsultan profesional komunitas, biasanya termasuk pada interaksi sehari-hari di dalam Whatsapp Group Keluarga YKPI.

    Dari penelitian mengenai Kuliah Whatsapp komunitas virtual Keluarga YKPI ini kemudian diperoleh beberapa kategori tema materi perkuliahan, antara lain:1. Kulwap dengan tema Ko-Dependensi.2. Kulwap dengan tema Independensi Vs Ko-Dependensi3. Kulwap dengan tema ABC Model dari Cognitive Behaviour Therapy

    (CBT)4. Kulwap dengan tema Self Esteem dan Peran Anak dalam Keluarga5. Kulwap dengan tema Self Esteem, Love and Belonging6. Kulwap dengan tema Belief System7. Kulwap dengan tema Adiksi

    Dari ketujuh tema tersebut, Kulwap dalam komunitas virtual ini sudah berjalan selama tujuh bulan dengan total 11 materi yang diposting di dalam Whatsapp Group ini. Adapun tema yang mendominasi adalah tema Ko-Dependensi sebanyak 6 materi Kulwap yang membahas mengenai tema Ko-Dependensi ini.

    Berikut beberapa contoh kutipan screenshot Kulwap di dalam komunitas virtual Whatsapp Group Keluarga YKPI:

  • 324

    Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

  • Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

    325

    Di atas adalah contoh dari materi Kulwap mengenai Ko-Dependensi dan Model ABC dalam CBT (Cognitive Behaviour Therapy) sebagai metode terapi yang diterapkan di komunitas ini oleh para konsultan pengasuh. Mula-mula pemateri memberikan materi yang akan dibicarakan dalam komunitas virtual kepada admin grup secara pribadi, untuk kemudian disusun sedemikian rupa oleh admin grup, dan kemudian admin grup akan memposting materi yang telah didapatkannya dari konsultan profesional ke dalam grup. Kemudian para anggota grup akan menanggapi materi tersebut, apakah bertanya, diskusi, menegaskan, dan membahas hal-hal yang berkaitan dengan materi tersebut, seperti yang terlihat pada cuplikan berikut:

  • 326

    Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

  • Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

    327

    Pada pelaksanaannya, anggota grup tidak hanya dapat bertanya langsung pada konsultan pengasuh Kulwap, namun juga mereka dapat berdiskusi dengan anggota-anggota yang lain layaknya mereka berinteraksi secara tatap muka. Hanya saja suasana diskusi secara langsung biasanya lebih terasa hidup dan lebih banyak lagi anggota komunitas yang aktif beriteraksi dibandingkan ketika forum diskusi yang difokuskan pada tema tertentu. Interaksi yang berlangsung selama Kulwap ini biasanya hanya direspon oleh beberapa orang anggota yang memang aktif untuk bertanya-jawab, dan biasanya hanya didominasi oleh anggota-anggota yang sudah biasa aktif di dalamnya. Sedangkan anggota Whatsapp Group yang lain biasanya hanya menjadi “silent reader” atau istilah yang mengacu pada anggota grup yang membaca isi pesan dalam grup, tetapi tidak meresponnya secara interaktif dengan anggota yang lain. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh ibu Rt salah satu anggota Kulwap ini:

    “Euuh... saya biasanya hanya baca aja pesan-pesan di dalam grup WA, nggak ikutan tanya jawabnya sih. Soalnya gini... kadang saya buka WA itu nggak pas Kulwap aja, seringnya saya baca besoknya atau sesempetnya saya ada waktu aja. Trus kalo udah baca juga kurang gimana ya... kurang afdol gitu kalo nanyanya di WA mah. Enakan nanya langsung kalo pas ikut kegiatan pas hari selasa, cuma ya memang saya nggak rutin juga sih dateng ke sana tiap minggu, biasanya pas bisa aja. Sebenernya bagus sih Kulwap ini ya, jadi materinya saya nggak ketinggalan sama yang lain. trus bisa dibaca kapan aja gitu...”6

    Hal senada juga disampaikan oleh dua informan yang lain, yaitu Mm dan Ra, bahwa seringkali Kulwap baru dapat mereka baca ketika waktu yang sudah ditentukan oleh admin grup sudah berlalu. Hal tersebut karena mereka seringkali memiliki kegiatan atau sedang berada dalam situasi yang belum memungkinkan untuk membaca materi Kulwap tepat waktu.

    Selain masalah membaca materi Kulwap dan interaksi yang lebih lambat dari para anggota yang seringkali belum memiliki waktu yang tepat untuk membaca materi Kulwap, keterlambatan tersebut juga didorong oleh masalah yang sama dari para konsultan pengasuh. Tidak jarang pada waktu Kulwap yang telah disepakati tersebut mereka sedang berada di tengah perjalanan, atau bertemu dengan klien, atau sedang di tengah pertemuan

    6 Wawancara informan Rt, 6 Juni 2017

  • 328

    Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

    keluarga, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak memungkinkan mereka untuk merespon pertanyaan-pertanyaan dan diskusi dengan anggota Kulwap secara tepat waktu. Pada akhirnya, seringkali mereka kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan para anggota dan melanjutkan diskusi yang tertunda pada esok harinya atau pada kesempatan yang lain, dan pada akhirnya dibahas pada pertemuan langsung setiap minggunya.

    Namun demikian, Kulwap ini juga merupakan media yang cukup memberikan solusi kepada para anggota komunitas yang tidak dapat menghadiri pertemuan secara langsung. Seperti yang diungkapkan oleh informan Ft sebagai berikut:

    “Sering sekali aku nggak bisa hadir ke sana, soalnya kan aku sendiri nggak tinggal di Jakarta, jadi ya agak sulit juga kalo harus dateng tiap minggu kan. Nah, jadi ada Kulwap ini bantu banget, minimal kita-kita yang nggak bisa dateng masih bisa tahu kan apa yang diomongin, jadi ntar dateng ke sana nggak terlalu nge-blank lah, sedikitnya udah ada gambaran hehee...”7

    Sayangnya, pada awal-awal Kulwap ini berjalan, para anggota memang merespon secara baik dan positif sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kendala ketidakhadiran pada kegiatan-kegiatan rutin di komunitas. Namun hal ini tidak berlangsung lama, kendala utama yang dihadapi ketika melaksanakan Kulwap sesuai dengan waktu yang disepakati mulai molor. Mulai dari masalah teknis dari pemateri yang terlambat memberikan materi Kulwap kepada admin grup karena putusnya konektifitas internet, kemudian masalah e-mail materi yang diterima oleh admin grup tidak dapat dibaca oleh perangkat smartphone-nya, sampai dengan masalah para anggota Whatsapp Group yang semakin lama menjadi kurang responsif terhadap materi-materi perkuliahan Whatsapp. Hal ini disinyalir didorong oleh masalah kenyamanan para anggota grup yang lebih merasa nyaman jika kemudian tanya jawab dan diskusi dilakukan secara langsung atau tatap muka dibandingkan jika dilakukan di dalam Whatsapp Group.

    “Tetep ya enakan langsung. Saya tuh suka agak-agak gimana ya kalo baca dari HP tuh, kurang enak gitu. Tulisannya kan kecil-kecil, terus kalo ngetik suka lama soalnya susah suka salah-salah. Jadinya ya enakan ketemu langsung, lebih ngerti gitu”8

    7 Wawancara informan Ft, 6 Juni 20178 Wawancara informan Mr. 6 Juni 2017

  • Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

    329

    Perlu diketahui, bahwa dari 58 anggota Whatsapp Group ini didominasi oleh para lansia. Mereka rata-rata adalah para orangtua dengan anggota keluarga (anak) yang terimbas masalah narkoba sejak awal tahun 90-an. Hampir 75% anggota Whatsapp Group ini berada di kisaran usia 50 – 80 tahun. Sisanya terdiri dari usia 20 – 40 tahun. Seperti yang dinyatakan pada penelitian Kiat dan Chen (2015) bahwa kendala yang dimiliki oleh para lansia ketika menggunakan aplikasi pesan instan seperti Whatsapp ini adalah masalah keterbatasan interface atau tampilan dari aplikasi, misalnya seperti ukuran huruf yang kecil, banyaknya ikon-ikon yang membingungkan, sampai dengan masalah touchscreen keypad yang menjadi model paling umum dari smartphone. Hal ini pula yang disinggung oleh informan di atas, bahwa kenyamanan saat berinteraksi dalam Whatsapp Group ini menjadi terbatas karena masalah teknis seperti kekurangan-kekurangan pada aplikasi dan perangkat smartphone yang digunakan. Di luar masalah teknis seperti itu, kenyamanan yang tidak diperoleh anggota juga berkaitan dengan kebebasan berdiskusi ketika beinteraksi secara langsung dibanding melalui Whatsapp Group.

    Pada perkembangannya, pelaksanaan Kulwap atau Kuliah Whatsapp pada komunitas virtual ini hanya berlangsung secara rutin kurang lebih selama satu bulan lamanya. Sebenarnya, sampai dengan akhir bulan Mei 2017, Kulwap masih dilaksanakan di dalam komunitas virtual ini, tetapi dengan rentang waktu yang tidak tentu, tidak seperti pada awal kesepakatan bersama. Selain itu, peran atau fungsi dari Kulwap pada komunitas ini akhirnya lebih dimaknai sebagai notulen atau catatan pokok tentang materi-materi yang disampaikan oleh para konsultan pengasuh, bukan sebagai ajang diskusi, karena untuk diskusi materi pada akhirnya berlanjut pada kegiatan-kegiatan rutin komunitas setiap minggunya.

    Simpulan Kemajuan teknologi memiliki peranan dalam mengubah cara

    berkomunikasi. Hambatan jarak dan waktu kini bukanlah suatu kendala berkomunikasi. Demikian juga dengan pemanfaatan media komunikasi yang mengandalkan kemajuan teknologi informasi komunikasi (Information Communication Technology – ICT) yang secara perlahan mampu menggeser ruang-ruang belajar konvensional.

  • 330

    Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

    Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi komunikasi ini sebagai media alternatif belajar telah mempertemukan anggota-anggota komunitas Family Support Group Yayasan Keluarga Pengasih Indonesia (YKPI) di luar kegiatan rutin mereka setiap minggu-nya secara tatap muka. Solusi permasalahan bagi anggota-anggota komunitas yang tidak dapat hadir secara tatap muka memperoleh solusi untuk tetap dapat mengikuti materi-materi pembelajaran di komunitas ini, yaitu dengan membuat dan menyepakati adanya alternatif belajar secara online melalui aplikasi Whatsapp Group dalam komunitas ini.

    Namun demikian, solusi di atas ternyata hanya bersifat sementara, beberapa kendala menyertai pada pelaksanaan Kuliah Whatsapp ini. beberapa di antaranya yaitu masalah teknis, misalnya gangguan jaringan yang menyebabkan penyampaian materi Kuliah Whatsapp menjadi mundur dari waktu yang telah dijadwalkan dan disepakati bersama. Demikian juga dengan interaksi antar-anggota komunitas berikut para konsultan pengasuh Kuliah Whatsapp yang seringkali menemui hambatan berupa aktivitas lain ketika jadwal Kuliah Whatsapp seharusnya berlangsung. Hambatan yang lain adalah berupa masalah tampilan pada aplikasi Whatsapp di mana sebagian besar anggota komunitas ini sudah lanjut usia. Tidak semua anggota merasa nyaman ketika mengikuti Kulwap ini, selain karena sulit untuk mengetik dan “berbicara” cepat dengan jari di layar sentuh smarrphone mereka, seringkali juga mereka menemui masalah keterbatasan waktu diskusi di Whatsapp Group dan terbatasnya pesan-pesan verbal dan non-verbal yang dapat disampaikan. Pada akhirnya, ruang belajar melalui aplikasi Whatsapp ini tidak terlalu dipilih sebagai media utama penyampaian materi oleh para anggota komunitas dan justru komunitas semakin ingin mempertahankan tradisi lama untuk berinteraksi secara langsung.

    Dengan demikian, simpulan dari penelitian ini memperlihatkan bahwa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tidak lantas menjadi solusi bagi terjadinya komunikasi yang efektif. Komunitas tertentu justru semakin teryakinkan dan semakin termotivasi untuk mempertahankan cara berkomunikasi secara tatap muka karena justru didorong adanya kekurangnyamanan atas media-media komunikasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi ini. Oleh karena itu, disarankan bagi komunitas-komunitas lain yang concern pada masalah-masalah yang sejenis dengan penelitian ini, untuk mengenali karakteristik komunitas terlebih dahulu sebelum menerapkan metode-metode komunikasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

  • Neneng C. Marlina, “Kuliah Whatsapp (Kulwap)”...

    331

    Daftar PustakaBuku: Mitra Bintibmas (2007). Vademecum Masalah Narkoba: Narkoba

    Musuh Segala Bangsa. Cet. Kedua

    Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya

    Nasrullah, Rulli. (2015). Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung. Simbiosa Rekatama Media

    Artikel Jurnal:Ahad, Annie Dayani and Lim, Syamimi Md Ariff (2014). Convenience

    or Nuisance?: The ‘Whatsapp’ Dilemma. Procedia – Social and Behavioral Sciences 155 (p. 189-196)

    Al Hamdani, Dawood Salim (2013). Mobile Learning: A Good Practice. Procedia – Social and Behavioral Sciences 103 (p. 665-674)

    Alali, Haitham and Salim, Juhana (2013). Virtual Communities of Pratice Success Model to Support Knowledge Sharing Behaviour in Healthcare Sector. Procedia – Technology 11 (p. 176-183)

    Kiat, Bong Way and Chen, Weiqin (2015). Mobile Instant Messaging for Elderly. Procedia – Computer Sciences 67 (p. 28-37)

    Makalah:Hine, Christine. Virtual Ethnography. Centre for Research into

    Innovation, Culture and Technology. Brunel University, Uxbridge, Middlesex, UB8 3PH, UK

    Website:http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2011/10/31/189/

    sejarah-singkat-narkoba [27/07/17]

    http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/08/pengguna-smartphone-di-indonesia-2016-2019 [27/07/17]

    https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-internet-indonesia-nomor-enam-dunia/0/sorotan_media [12/07/2017]

    https://www.kominfo.go.id/content/detail/6095/indonesia-raksasa-teknologi-digital-asia/0/sorotan_media [12/07/2017]

  • 332

    Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi Di Indonesia

    h t t p s : / / k o m i n f o . g o . i d / i n d e x . p h p / c o n t e n t / d e t a i l / 3 4 1 5 /Kominfo+:+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker [12/07/2017]

    http://tekno.kompas.com/read/2014/02/21/0950207/CEO.WhatsApp.dari.Tukang.Sapu.Jadi.Miliarder [14/07/2017]

    https://www.statista.com/statistics/258749/most-popular-global-mobile-messenger-apps/ [24/07/17]