Kuliah Tamu Sni Beton 2013 Itp
-
Upload
ami-males-pusing -
Category
Documents
-
view
112 -
download
20
description
Transcript of Kuliah Tamu Sni Beton 2013 Itp
6/9/2014
1
ISWANDI IMRAN Departemen Teknik Sipil
Institut Teknologi Bandung
KULIAH TAMU ITP PADANG
LATAR BELAKANG
1. Rentang waktu yang sudah cukup lama sejak RSNI
Beton ’02 diterbitkan.
2. Perkembangan terakhir pada standar-standar dunia
yang dijadikan acuan, seperti ACI 318 yang sudah
mengalami revisi 3 kali sejak 2002.
3. Revisi peraturan Gempa Indonesia (SNI 1726-2012).
4. Perkembangan state of the art desain struktur beton
6/9/2014
2
ARAH & KRITERIA PENYEMPURNAAN
1. Perubahan tidak terlalu drastis.
2. Mengacu pada aturan international � tetap
menggunakan ACI 318 sebagai acuan utama.
3. Membahas semua aspek konstruksi beton secara
lengkap.
4. Keselarasan dengan peraturan-peraturan
perencanaan Indonesia lainnya, khususnya peraturan
perencanaan terhadap gempa, yaitu SNI 1726-2012.
ACUAN STANDAR BETON INDONESIA
• Standar Beton Indonesia yang lalu, SNI 03-2847-1992
didasarkan pada ACI 318-83 dan 318-89;
• SNI Beton berikutnya, i.e. RSNI 03-2847-2002
didasarkan pada ACI 318-99 dan 318-02 (kecuali
unified approach dan aturan gempa belum mengikuti
318-02);
• SNI Beton 2013 mengacu pada ACI 318-08 dan ACI
318-11
6/9/2014
3
BEBERAPA PERUBAHAN MENDASAR � Persyaratan durabilitas material beton yang lebih
komprehensif;
� Aturan untuk beton ringan lebih komprehensif
� Akomodasi material baru dan sistem baru, seperti baja mutu tinggi (fy ≥ 550 MPa), FRC dan tulangan geser jenis stad berkepala;
� Penggunaan sampel uji berukuran 100×200 untuk mengakomodasi penggunaan beton mutu tinggi;
� Detailing untuk bangunan tahan gempa ditetapkan melalui KDS (Kategori Desain Seismik);
� Penyederhanaan detailing untuk mengatasi kerapatan tulangan. Hal ini dicapai misalnya dengan penggunaan tulangan spiral mutu tinggi.
Beberapa Contoh Acuan Pasal Terkait Desain Gedung dalam SNI 2847-2013
6/9/2014
4
6/9/2014
5
Beberapa Materi Baru/Revisi dalam SNI 2847-2013
6/9/2014
6
PERSYARATAN MATERIAL
� Beberapa type semen baru seperti semen limestone (semen PCC) sudah terakomodasi melalui penyebutan semen blended sesuai ASTM C595
� Baja tulangan yang digunakan haruslah tulangan ulir. Tulangan polos hanya boleh digunakan untuk tulangan spiral atau prategang
� Tulangan stud geser berkepala
� Tulangan ulir berkepala (Headed bar)
� Baja stainless
PERSYARATAN KEAWETAN
� Tabel-tabel dalam Pasal 4 telah dimodifikasi akibat adopsi kategori dan kelas keterbukaan, dan lingkup Tata Cara mengenai keawetan telah disusun ulang untuk menjadikannya lebih searah dengan pendekatan yang digunakan dalam tata cara internasional lainnya.
6/9/2014
7
6/9/2014
8
PERSYARATAN TAMBAHAN UNTUK LINGKUNGAN KOROSIF (Pasal 7)
� Pada lingkungan korosif, selimut beton harus ditingkatkan bilamana diperlukan. Untuk proteksi korosi, selimut beton ≥ 50 mm untuk dinding dan slab dan ≥ 65 mm untuk komponen struktur lainnya. Untuk beton pracetak, selimut beton ≥40 mm untuk dinding dan slab dan ≥50 mm untuk komponen struktur lainnya.
� Untuk beton prategang, selimut beton ≥ 1,5 kali selimut untuk tulangan prategang yang disyaratkan oleh 7.7.2 dan 7.7.3. Persyaratan ini boleh diabaikan jika daerah tarik pratekan tidak dalam kondisi tertarik dibawah beban tetap
SAMPEL BETON STANDAR
� Diijinkan menggunakan sampel beton diameter 100 mm x 200 mm (selain sampel standar yang umum yang digunakan, yaitu 150 mm x 300 mm).
� Suatu nilai uji kuat tekan haruslah merupakan nilai rata-rata kuat tekan dari dua silinder 150mm x 300mm atau rata-rata dari tiga silinder 100mm x 200 mm.
6/9/2014
9
PERSYARATAN KEKUATAN & KEMAMPUAN LAYAN
� Perubahan faktor beban, yang mengacu pada SNI 1726-2012.
� Terkait dengan Ketentuan Desain Unifikasi, rumus yang termuat dalam Gambar 9.3.2 SNI Beton 2013 berlaku untuk interpolasi nilai φ dalam rentang nilai εt antara 0,002 dan 0,005.
� Faktor reduksi untuk kolom berspiral ditingkatkan dari 0,70 menjadi 0,75.
� Faktor reduksi untuk beton polos ditingkatkan dari 0,55 menjadi 0,60.
1. 1.4D
2. 1.2D + 1.6L + 0.5(Lr atau R)
3. 1.2D + 1.6(Lr atau R) + (L atau 0.5W)
4. 1.2D + 1.0W + L + 0.5(Lr atau R)
5. 0.9D + 1.0W
6. 1.2D + 1.0E + L
7. 0.9D + 1.0E Kombinasi beban
termasuk E
Kombinasi Beban
Perkecualian:
Faktor beban untuk L pada kombinasi 3, 4, dan 6 boleh diambil sama
dengan 0,5 kecuali untuk ruangan garasi, ruangan pertemuan dan semua
ruangan yang nilai beban hidupnya lebih besar daripada 500 kg/m2.
6/9/2014
10
Kuat Rencana (Pasal 9.3)
[1] Penampang terkendali tarik (10.3.4) φ = 0,90
[2] Penampang terkendali tekan (10.3.3) (a) Dengan tulangan spiral φ = 0,75 sesuai dengan ketentuan 10.9.3 (b) Komponen struktur yang lain φ = 0,65 nilai φ dapat ditingkatkan jika gaya aksial tekan rendah
[3] Geser dan Torsi φ = 0,75
[4] Tumpuan pada beton φ = 0,65
Ketentuan Unifikasi
6/9/2014
11
BETON PRATEGANG
� Salah satu perubahan penting dalam Butir 18.4.1 yaitu dengan mengizinkan penambahan tegangan tekan beton yang diperbolehkan seketika setelah transfer prategang di ujung komponen struktur bentang sederhana (=0.7fci).
� Terdapat Butir 18.3.3 baru yang menyatakan “Komponen struktur lentur prategang harus diklasifikasikan sebagai Kelas U, Kelas T, atau Kelas C berdasarkan pada ft, tegangan tarik serat terjauh”. Persyaratan ini merupakan implementasi ketentuan kemampuanlayanan berdasarkan kondisi penampang retak atau tak retak.
BETON PRATEGANG
6/9/2014
12
TABEL 18.3.3—KEBUTUHAN BERDASARKAN KEMAMPU-LAYANAN
Perencanaan Struktur Tahan Gempa
Kuat Lateral Perlu � Gaya Desain
SNI 1726-2012: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung
SNI ini mengacu pada ASCE 7-10
Detailing untuk Daktilitas Struktur
SNI 2847-2013 Pasal 21 � mengacu pada ACI 318-11 Ch 21
Berbagai spesifikasi material
6/9/2014
13
Fe
uy
Fy
ue um
Kapasitas Disipasi Energi Global
Kebutuhan gaya elastis maksimum
Gaya
Perpindahan
Gaya pada saat kondisi leleh
Elastis
Kebutuhan perpindahan elastis maksimum
Non-linear
Kebutuhan perpindahan non-linear maksimum
Dalam SNI 1726, reduksi
gempa didefinisikan dalam
bentuk parameter : R
Fe
R
Fn =
Filosofi Desain Bangunan Tahan Gempa
Fn
R = 3 hingga 8
Sejarah SNI Gempa dan Beton
6/9/2014
14
KETENTUAN DETAILING UNTUK DESAIN GEMPA
� Perubahan yang paling nyata dalam pasal ini adalah penggunaan terminologi Kategori Desain Seismik (KDS) yang diadopsi secara luas dan penyusunan ulang keseluruhan pasal seperti persyaratan untuk KDS rendah disajikan pertama, yang dilanjutkan dengan kategori yang lebih tinggi.
� Sebagai tambahan, persyaratan untuk tulangan pengekang telah dimodifikasi sedikit untuk membuat perhitungan desain lebih mudah diterapkan, dan kuat leleh desain untuk tulangan pengekang (bukan tulangan geser) ditingkatkan menjadi 700 MPa untuk membantu mengurangi kerapatan tulangan (batasan kuat leleh desain untuk tulangan geser tetap 400 Mpa).
PERSYARATAN UMUM
� Dalam Butir 1.1.8 terdapat persyaratan desain untuk struktur tahan gempa yang sekarang ditentukan oleh Kategori Desain Seismik (KDS) di mana struktur tersebut dikategorikan.
� Pembaharuan ini membuat istilah dalam SNI Beton 201X sesuai dengan yang digunakan dalam RSNI 03-1726-201X.
� Tabel 1.1.9.1 SNI Beton 2013 memberikan korelasi antara klasifikasi KDS dan terminologi terdahulu yaitu resiko gempa rendah, sedang, dan tinggi.
Tata Cara (Standar) & Edisi
Tingkat Resiko Gempa atau Kategori Kinerja Atau Desain Seismik yang Ditetapkan seperti
Didefinisikan dalam Tata Cara
SNI 2847-2013; SNI 1726-2012
KDS
A, B KDS
C KDS
D, E, F
SNI 03-2847-2002 Resiko Gempa Rendah
Resiko Gempa Sedang/
Menengah
Resiko Gempa Tinggi
KDS = Kategori Desain Seismik Sebagaimana ditetapkan dalam Tata Cara
6/9/2014
15
Kategori Desain Seismik (KDS)
Parameter KDS ini merupakan parameter utama yang menentukan berbagai persyaratan desain terhadap gempa.
Pengklasifikasian ini dikenakan pada struktur berdasarkan Kategori Resiko Bangunan (KRB) dan tingkat kekuatan gerak tanah akibat gempa yang diantisipasi di lokasi struktur bagunan.
KDS F E D C B A
Resiko Gempa Meningkat &
Persyaratan Desain dan Detailing Gempa semakin Ketat
Kategori Desain Seismik (KDS)
Nilai
SDS
Kategori Resiko Bangunan
I atau II III IV
SDS< 0.167g A A A
0.167g ≤ SDS < 0.33g B B C
0.33g ≤ SDS < 0.50g C C D
0.50g ≤ SDS Da Da Da
Nilai
SD1
Kategori Resiko Bangunan
I atau II III IV
SD1< 0.067g A A A
0.067g ≤ SD1 < 0.133g B B C
0.133g ≤ SD1 < 0.20g C C D
0.20g ≤ SD1 Da Da Da
6/9/2014
16
Kategori Desain Seismik (KDS)
Kategori desain seismik (KDS) menentukan hal-hal berikut pada perencanaan struktur:
1) Sistem struktur penahan gempa yang boleh digunakan
2) Batasan ketinggian dan ketidakberaturan struktur
3) Komponen struktur yang harus didesain terhadap gaya gempa
4) Jenis analisis gaya lateral yang boleh digunakan
Aturan Detailing untuk Berbagai Tingkat Resiko Kegempaan
Code Tingkat Resiko Kegempaan
Rendah Menengah Tinggi
SNI 1726-12 KDS
A, B KDS
C KDS
D, E, F
SRMB/M/K
SDSB/K
SRMM/K
SDSB/K
SRMK
SDSK
6/9/2014
17
RANCANGAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
RANCANGAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
6/9/2014
18
PERSYARATAN BAJA TULANGAN ULIR
ASTM A615
ASTM A706
PERSYARATAN BAJA TULANGAN ULIR UNTUK
BANGUNAN TAHAN GEMPA
σ Tegangan (MPa)
ε Regangan
εy εmaks
1
E
σu
σy
Kuat tarik aktual
Kuat leleh aktual
Perpanjangan leleh Perpanjangan maksimum
Runtuh
fy nominal
0,25 σσσσy
< 125 MPa
6/9/2014
19
Contoh Aturan Detailing
(b) Kekangan Efektif (a) Kekangan tidak Efektif
Zona Kekangan Efektif
6/9/2014
20
Contoh Kegagalan Detailing
Tulangan Minimum untuk Pengekang Spiral (fyh maks = 700 MPa)
6/9/2014
21
Tulangan Minimum untuk Pengekang Persegi (fyh maks = 700 MPa)
lo
s/2
h1
h2
h1/4
h2/4
6dbsx
s* ≤
6db6 in. = 15 cm
s** ≤
Lebih besar dari h1atau h21/6 bentang bersih
18 in. = 45 cm
15 cm ≥ sx = 10 + ≥ 10 cm35 – hx
3
Ash ≥
0,3 shcAg
Ach– 1
fc’
fyh
0,09 shcfc’
fyh
(a)
Sengkang tertutup
persegi
(b)Tulangan pengekang
hc
Ash
Aturan Detailing Tambahan
6/9/2014
22
Aturan Detailing Tambahan
Aturan Detailing Tambahan
6/9/2014
23
Aturan Detailing Tambahan
Sumber: Paulay, 1972
Aturan Detailing Tambahan
6/9/2014
24
Aturan Detailing Tambahan
The End
&… Thank You
KULIAH TAMU SNI BETON 2013 ITP, PADANG