Kuliah Metopen

download Kuliah Metopen

of 15

description

Kuliah Metopen

Transcript of Kuliah Metopen

MINGGU-1 & 2: SAIN (Inggris: Science)

MINGGU-1 & 2: SAIN MATERI PEMBAHASANPengertian, Struktur, Kriteria kebenaran, Netralitas sain, Tanggung-jawab moral & sosial ilmuwan

BACAAN

1. Djawahir, 2004, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Rencana Program dan Kegiatan Pembelejaran Semester, Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM, Yogyakarta, hal.. 2. Mustansyir, R., dan Munir, M., 2006, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 3. Suriasumantri, J., 1994, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, 4. ---------, Science, http://en.wikipedia.org/wiki/Science 5. ---------, Earth Science, http://en.wikipedia.org/wiki/Earth_sciences6. ---------, Engineering, http://en.wikipedia.org/wiki/EngineeringPENGERTIAN

Pengetahuan: segala sesuatu yang diketahui

Pengetahuan Sain: pengetahuan tentang obyek-obyek empirik yang diupayakan secara terus-menerus melalui penelitian ilmiah untuk menemukan dan meningkat-kan pengetahuan manusia.

Obyek sain: empiris dalam ruang lingkup pengalaman manusia Metode sain: penelitian ilmiah (logico hypothetico verifikatif) Kriteria sain: rasional - empirik

Asusmsi dasar: tidak ada kejadian tanpa sebab (sebab dan akibat berhubungan secara rasional) Nilai: sain hanya memberikan nilai BENAR dan SALAH

ALIRAN FILSAFAT dan METODE ILMIAH Humanisme: faham yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam ( untuk menjamin kehidupan yang teratur diperlukan aturan; alam juga perlu diatur (dikontrol) untuk mempermudah kehidupan manusia ( manusia harus membuat aturan untuk mengatur manusia dan alam ( alatnya ialah yang ada dalam diri manusia yaitu akal (rasio).

Rasionalisme: faham yang mengajarkan bahwa akal adalah alat pencari dan pengukur pengetahuan ( namun, meskipun sama-sama logis, temuan akal sering berbeda bahkan bertentangan satu dengan yang lain (berfikir logis tidak menjamin diperoleh kebenaran yang disepakati bersama) ( diperlukan alat lain untuk mengukur kebenaran yaitu fakta-fakta emprik. Empirisme: faham yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada bukti empirik ( namun, logis dan empirik belum operasional karena belum terukur ( diperlukan alat pengukur.

Positivisme: faham yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis, ada bukti empiriknya, dan terukur ( metode ilmiah Logico hypothetico verifikatif: mula-mula buktikan bahwa itu logis ( ajukan hipotesis berdasarkan logika tersebut ( lakukan pembuktian secara empirik. Humanisme ( Rasionalisme ( Empirisme ( Positivisme ( Metode ilmiah ( Metodologi penelitian ( Aturan untuk manusia dan alam STRUKTUR

Sain kealaman: Fisika, Kimia, biologi, Astronomi, Kebumian

Sain Sosial: Sosiologi, Antropologi, Psikologi, Ekonomi, Politik, HukumHunamiora: Filsafat, Hukum, Sejarah, Agama, Bahasa

Sain terapan: Engineering, Sain kesehatan

KRITERIA KEBENARAN

Obyektif: kebenaran suatu teori didukung oleh fakta-fakta empirik. Universal: kebenaran suatu teori diakui oleh atau merupakan konvensi para ahli dalam bidang ilmu sejenis.Relatif: suatu teori dapat gugur karena ditemukan temuan atau teori baru yang diakui kebenarnnya.

Teori korespondensi: pernyataan adalah benar apabila materi yang dikandung oleh pernyataan bersesuaian dengan obyek faktual yang dimaksud oleh pernyataan tersebut. Teori koherensi: pernyataan adalah benar apabila pernyataan tersebut koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. NETRALITAS SAIN Indikator bebas nilai Pengembangan sain bebas dari pengaruh eksternal seperti politik, ideologi, agama, budaya, dsb. Terpeliharanya otonomi ilmu pengetahuan. Pengembangan sain sebenarnya tidak lepas dari pertimbangan etis karena setiap ilmuwan pasti memiliki hati nurani yang merupakan institusi moral dalam dirinya. Habermas berpendapat bahwa teori sebagai produk ilmiah tidak pernah bebas nilai karena terbentuk berdasarkan kepentingan praktis: Fakta atau obyek sain sebenarnya sudah tersusun secara spontan dan primordial dalam pengalaman sehari-hari, dalam dunia sebagaimana dihayati (lebenswelt); Sain mengambil dari lebenswelt, fakta-fakta yang kemudian diilmiahkan berdasarkan kepentingan-kepentingan. TANGGUNGJAWAB MORAL & SOSIAL ILMUWAN Ilmu merupakan hsil karya perseorangan tetapi dikomunikasikan dan digunakan oleh masyarakat; ilmuwan sebagai anggauta masyarakat bertanggungjawab berkenaan dengan status/fungsinya sebagai penelaah dan penemu pengetahuan yang benar yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat.

Ilmu sendiri netral dan para ilmuwanlah yang memberinya nilai; masalah apakah ilmu itu terikat atau bebas dari nilai-nilai tertentu tergantung pada langkah-langkah ilmuan dan bukan proses keilmuan; dalam menentukan masalah yang akan ditelaah (dan untuk apa ilmu dipergunakan), seorang ilmuwan sebenarnya secara sadar telah menentukan pilihan moral.

ilmuwan, dengan kelebihannya dalam berpikir secara teratur dan cermat, bertanggungjawab secara sosial memberikan perspektif yang benar tentang untung-rugi dan baik-buruk penggunaan ilmu.

Sebagai penganalisis materi kebenaran ilmiah, ilmuwan memiliki tanggungjawab moral dan sosial dalam proses menemukan kebenaran secara ilmiah, seiring dengan upaya masyarakat menegakkan kebenaran.

Di bidang etika tanggungjawab sosial ilmuwan ialah memberikan tauladan: bersikap obyektif, terbuka, menerima kritik dan pendapat orang lain, teguh pendirian pada kebenaran, berani mengakui kesalahan.

Salah satu sendi/pilar penyangga masyarakat modern ialah ilmu dan teknologi; berdirinya pilar penyangga ini menjadi tanggungjawab ilmuwan.

PEMBENTUKAN KONSEPMenurut Frederick Sontag (1984), konsep adalah suatu struktur pemikiran yang dalam pembentukannya senantiasa meliputi empat komponen, yaitu realitas (relity), teori, (theory), kata-kata (words), dan pemikiran (thought).

Realitas hanya akan tinggal sebagai misteri apabila tidak diungkapkan dengan bahasa.

Teori adalah pengertian tentang sesuatu yang sudah teruji sehingga dapat digunakan sebagai titik tolak bagi pemahaman hal yang lain.

Kata-kata merupakan refleksi gagasan secara verbal. Pemikiran adalah produk akal manusia yang dinyatakan ke dalam bahasa.

MINGGU 3: METODE ILMIAHMATERI PEMBAHASANLogico-hypothetico-verifikatif, Penelitian ilmiah, Jenis-jenis penelitian

BACAAN1. Djawahir, 2004, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Rencana Program dan Kegiatan Pembelejaran Semester, Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM, Yogyakarta. 2. ---------, Hakikat Penelitian, http://www.perpustakaan-online.blogspot.com/2008/07/hakikat-penelitian.html 3. ---------, Penelitian kuantitatif, http://www.google.co.id/search?q=sklus+empiris&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a

LOGICO-HYPOTHETICO-VERIFIKATIF Paradigma kuantitatif berpandangan bahwa sumber ilmu itu terdiri dari pemikiran rasional (logis) dan data empirik.

Ukuran kebenaran ialah koherensi dan korespondensi (koheren berarti sesuai dengan teori-teori terdahulu, dan korespondensi berarti sesuai dengan kenyataan empirik). Pengembangan ilmu dimulai dari proses perumusan hipotesis yang dideduksi dari teori, kemudian hipotesis tersebut diuji kebenarannya melalui verifikasi untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori. Asusmsi: Obyek dapat diklasifikasi menurut sifat, jenis, struktur, bentuk, warna, dsb; Setiap fenomena ada penyebabnya; Fenomena tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. METODE ILMIAH

PENELITIAN ILMIAHDefinisi

Lihat: Websters New Collegiate Dictionary: ...; T. Hillway: ....; Woody: ...Penelitian yang menggunakan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah dan kebenaran yang dihasilkan merupakan kebenaran ilmiah.Penelitian Kualitatif paradigma kuantitatif dibangun berdasarkan filsafat fenomenologis: manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial; tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekuensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. bertujuan memahami fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan institusional, untuk memperoleh penemuan-penemuan yang tidak terduga sebelumnya dan membangun kerangka teoritis baru. menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya, tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi.Penelitian Kuantitatif

paradigma kuantitatif dibangun berdasarkan filsafat positivisme yang menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial: sumber ilmu terdiri pemikiran rasional dan data empirik. bertujuan mencari atau menemukan jawaban atas permasalahan atau sesuatu yang baru, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan memvalidasi teori yang sudah ada obyek penelitian adalah fenomena dan hubungan-hubungan umum antara fenomena-fenomena.

dimulai dari proses perumusan hipotesis yang di deduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru, melalui proses logico hypothetico verifikatif

METODE PENELITIAN KUANTITATIF

Menurut Metode Penelitian Survei Penelitian Korelasional Penelitian Eksperimen

Penelitian Ex-Post-Facto

Menurut Tujuan Penelitian Dasar: memahami masalah secara mendalam untuk mengembangkan ilmu Penelitian Terapan: mendapatkan informasi/kesimpulan guna memecahkan masalahMenurut Tingkat Eksplanasi Penelitian Deskriptif: untuk mengetahui nilai satu atau lebih variable mandiri Penelitian Komparatif: untuk membandingkan variable-variabel penelitian Penelitian Asosiatif: untuk mengetahui hubungan dua atau lebih variabel penelitian

MINGGU-4 dan 5: PENGAJUAN MASALAH

MATERI PEMBAHASANLatar belakang masalah, Identifikasi masalah, Pembatasan masalah, Perumusan masalah, Tujuan penelitian (umum), Manfaat Penelitian.BACAANSurisasumantri, J.S., 2005, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.UMUMMetodologi adalah pengetahuan tentang metode-metode, jadi metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian. PENGAJUAN MASALAHPenelitian ilmiah pada hakekatnya ialah operasionalisasi metode ilmiah yang langkah-langkahnya dimulai dengan pengajuan masalah (lihat skema Struktur Pengkajian Ilmiah). Pengajuan masalah dalam penelitian ilmiah meliputi:

(1) Latar belakang masalah,

(2) Identifikasi masalah,

(3) Pembatasan masalah,

(4) Perumusan masalah,

(5) Tujuan penelitian, dan

(6) Manfaat penelitian.

Suatu masalah pada dasarnya tidak pernah berdiri sendiri akan tetapii senantiasa terjalin dengan situasi yang menjadi latar belakangnya seperti ekonomi, sosial, politik, kebudayaan, dan sebagainya. Suatu fenomena atau gajala dapat menjadi bermasalah apabila gejala tersebut berada dalam situasi tertentu, tetapi belum tentu bermasalah dalam situasi yang lain. Contohnya, mobil mogok di dalam garasi mungkin tidak bermasalah (kecuali bagi orang-orang tertentu), tetapi bila mogok di tengah jalan ramai sehingga menimbulkan kemacetan maka gejala tersebut jelas menjadi bermasalah bagi publik. Masalah muncul sebagai sesuatu yang mengganggu atau menimbulkan kesulitan saat menghadapi kenyataan dan kesulitan tersebut membutuhkan jawaban atau solusi pemecahan. Bilamana peneliti menfokuskan perhatiannya kepada suatu gejala dalam situasi tertentu kemudian mengindentifikasikan gejala tersebut sebagai bermasalah, maka peneliti tersebut telah melakukan identifikasi masalah (tepatnya identifikasi gejala bermasalah). Identifikasi masalah merupakan tahap awal dari upaya penguasaan masalah. Dalam tahap awal ini suatu obyek atau gejala dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat dikenali sebagai bermasalah.

Dari gejala yang bermasalah dapat muncul sejumlah pertanyaan yang tentu saja membutuhkan sejumlah jawaban pula. Penting untuk diperhatikan bahwa, dalam kegiatan ilmiah, mutu keilmuan ditentukan bukan oleh kuantitas jawaban tetapi oleh kualitas jawabannya. Oleh karena itu akan lebih baik apabila suatu penelitian ilmiah menghasilkan dua atau tiga hipotesis yang teruji dan handal daripada banyak penemuan yang tidak dapat dipertanggung-jawabkan. Untuk itu maka perlu pembatasan masalah yang dituangkan dalam pernyataan yang jelas dan spesifik. Dengan pembatasan masalah ini maka ruang lingkup serta batas-batas permasalahan menjadi jelas sehingga faktor-faktor yang ada di dalam dan di luar lingkup permasalahan dapat didentifikasi dan masalah menjadi benar-benar terfokus. Kondisi ini memungkinkan peneliti merumuskan masalah dengan baik.

Langkah berikutnya ialah perumusan masalah yang dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan yang jelas, spesifik, dan terfokus. Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertayaan-pertanyaan yang ingin dicarikan jawabannya. Tanpa perumusan masalah yang spesifik dan terfokus, maka peneliti akan mengalami kesulitan atau bahkan tidak mungkin mengidentifikasikan teor-teori atau pengetahuan ilmiah yang relevan dalam membangun kerangka berfikir. Perumusan masalah yang baik akan memberikan kemudahan kepada peneliti untuk menetapkan data empirik yang harus dikumpulkan.

Setelah masalah penelitian dirumuskan, peneliti menyatakan tujuan penelitian secara umum yang merupakan sasaran utama penelitian yang hendak dicapai. Tujuan penelitian ini menyiratkan ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Selanjutnya peneliti mengemukakan secara logis kemungkinan-kemungkinan manfaat penelitian yang dapat dipetik dari solusi masalah yang akan diperoleh dari penelitian.

Berikut ini ialah sebuah ilustrasi untuk memberikan gambaran tentang proses pengajuan masalah penelitian.

Konteks situasi:

Masyarakat survei-pemetaan menghadapi fenomena munculnya pasar berbagai jenis dan tipe produk teknologi tinggi (software dan hardware) untuk survei-pemetaan dan pengembangan sistem informasi berbasis komputer. Diantara produk-produk teknologi tinggi tersebut terdapat dua jenis Total Station (TS) dengan merk dagang berbeda, TS-A dan TS-B. Dari data teknis yang dipublikasikan di dalam brosur masing-masing alat, diketahui bahwa kedua jenis alat tersebut termasuk di dalam kelas ketelitian yang setara. Disamping itu harga jual dan pelayanan kepada pengguna juga setara. Di sisi lain, catatan penggunaan alat-alat survei-pemetaan di lapangan mengindikasikan bahwa TS-A cenderung lebih sering digunakan daripada TS-B.

Identifikasi masalah:

Fokus perhatian peneliti mengarah kepada gejala perbedaan frekuensi penggunaan TS-A dan EDM-B dan gejala ini kemudian diidentifikasikan sebagai gejala yang bermasalah. Peneliti merasa ada sesuatu yang mengganggu pemikirannya: dua jenis alat yang kelas ketelitian, harga, dan pelayanannya setara, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa yang satu lebih sering digunakan daripada yang lain. Berdasar pengetahuan dan sikap kritisnya, peneliti berprasangka bahwa meskipun kedua alat tersebut memiliki kualifikasi ketelitian yang setara, namun kinerja kedua alat tersebut boleh jadi berbeda dalam kondisi nyata di lapangan. Peneliti mengindentifikasikan bahwa gejala frekuensi penggunaan TS-A dan TS-B yang berbeda sebagai gejala yang bermasalah.

Pembatasan masalah:

Sejumlah pertanyaan muncul berkenaan dengan masalah yang telah diidentifikasi, misalnya: Apakah dalam kenyataan di lapangan ketelitian hasil pengukuran TS-A lebih baik daripada TS-B? Apakah TS-A lebih mudah dioprasikan? Apakah TS-B dibuat oleh pabrik yang belum cukup dikenal kredibilitasnya sehingga lebih banyak yang memilih TS-A? Berdasarkan kompetensi keahliannya, peneliti kemudian membatasi masalah pada kinerja TS-A dan TS-B dalam aspek ketelitian hasil pengukuran jarak. Agar masalah menjadi lebih terfokus, peneliti membuat pembatasan lebih lanjut, misalnya pada pengukuran jarak 100 - 500 meter, temperatur udara 20oC - 35oC, tekanan udara 990 mBar - 1020 mBar, kelembaban udara 60% - 80%, dan sudut miring 0o - 5o. Pembatasan suhu, tekanan, dan kelembaban tersebut berkaitan dengan pemilihan lokasi penelitian atau kondisi lapangan.

Perumusan masalah:

Bertolak pada masalah yang telah diidentifikasi dan dengan memperhatikan pembatasan masalah yang telah ditetapkan, peneliti kemudian merumuskan masalah, misalnya sebagai berikut: Pada kisaran nilai berapakah perbedaan ketelitian jarak hasil pengukuran EDM-A dan EDM-B untuk jarak pengukuran 100200 meter? Apakah perbedaan ketelitian tersebut signifikan ? Manakah diantara hasil pengukuran TS-A dan TS-B yang lebih handal (reliable)?

Tujuan penelitian: Penelitian ini dapat dikatagorikan dalam penelitian eksploratif untuk meng explore penjelasan ilmiah tentang rahasia dibalik gejala perbedaan frekuensi penggunaan TS-A dan EDM-B yang kemudian difokuskan (ditransformasikan secara logis) ke kinerja kedua alat tersebut dalam pengukuran jarak. Peneliti kemudian mengemukakan tujuan penelitiannya, misalnya, sebagai berikut: Penelitian bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang perbedaan kinerja antara TS-A dan TS-B dalam aspek ketelitian pengukuran jarak pada interval 100 meter sampai 200 meter.

Catatan penting yang perlu difahami ialah bahwa keseluruhan langkah dalam kegiatan keilmuan terpadu secara utuh dalam satu logika ilmiah. Oleh karena itu yang harus benar-benar difahami bukan sekedar langkah-langkah kegiatannya saja, akan tetapi lebih dari itu ialah dasar fikiran yang menjadi latar belakang langkah-langkah kegiatan tersebut. Akan lebih baik apabila logika berfikir ilmiah difahami lebih dulu sehingga dengan demikian susunan penulisannya akan mencerminkan alur jalan fikiran yang teratur dan logis. Jangan sampai peneliti terpukau oleh format tanpa mengetahui hakekat dan fungsi format.

MINGGU KE-6 dan 7: KERANGKA TEORITIK dan PENGAJUAN HIPOTESIS

MATERI PEMBAHASAN Pengkajian tori dan hasil-hasil penelitian yang relevan; Penyusunan kerangka berfikir teoritik dan premis-premis (postulat, asumsi, prinsip, dsb); Penentuan variabel-variabel penelitian; Penyusunan argumentasi dengan mengacu pada kerangka berfikir teoritik dan premis-premis; Penarikan kesimpulan awal sebagai rumusan hipotesis

Dalam metode ilmiah, pengajuan masalah disusul dengan penyusunan kerangka berfikir yang berujung pada pengajuan hipotesis. Pola yang sama dilaksanakan dalam penelitian ilmiah, yakni pengajuan masalah disusul dengan penyusunan kerangka teoritik yang berujung pada perumusan hipotesis. Langkah-langkah penyusunan kerangka teoritik dan perumusan hipotesis dilaksana-kan dengan urutan sebagai berikut:

(1) Pengkajian teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan dalam analisis,

(2) Pembahasan tentang penelitian-penelitian lain yang relevan,

(3) Pennyusunan kerangka berfikir teoritik dalam pengajuan hipotesis dengan mempergunakan premis-premis yang tercantum dalam butir (1) dan (2) dengan menyatakan secara tersurat postulat, asumsi, dan prinsip yang dipergunakan (bila diperlukan), dan

(4) Perumusan hipotesis.

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang telah diajukan. Hipotesis penelitian dirumuskan melalui proses pengkajian teoritik terhadap masalah penelitian yang diajukan. Proses pengkajian teoritik ini meliputi (1) pengkajian masalah penelitian berdasarkan teori-teori ilmiah yang telah teruji kebenarannya, (2) pengkajian tentang penelitian-penelitian lain yang relevan dengan masalah yang diteliti, dan (3) penyusunan kerangka berfikir berdasarkan hasil-hasil pengkajian (1) dan (2).

Kerangka berfikir teoritik dituangkan dalam bentuk argumentasi-argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin ada diantara faktor-faktor terkait di dalam masalah penelitian. Argumentasi-argumentasi disusun secara rasional (alur pikiran yang logis) berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empirik yang relevan dengan masalah penelitian. Kerangka berfikir juga mengemukakan (bila perlu) fikiran-fikiran dasar dalam bentuk postulat, asumsi, dan prinsip yang melandasi teori atau premis ilmiah yang digunakan. Kesimpulan dari kerangka berfikir teoritik adalah hipotesis penelitian. Dengan perkataan lain, perumusan hipotesis merupakan langkah penyimpulan kerangka berfikir teoritik (secara deduktif) yang dituangkan dalam suatu pernyataan atau pernyataan-pernyataan yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang diajukan.

MINGGU KE-9 dan 10: METODOLOGI PENELITIAN

MATERI PEMBAHASAN: Tujuan operasional penelitian, Lingkup (ruang dan waktu) penelitian, Metode penelitian: teknik pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan penyimpulan. METODOLOGI PENELITIAN

Salah satu metode yang harus ditetapkan dalam metodologi penelitian ialah metode penelitian. Setiap penelitian ilmiah pada hakekatnya memiliki metode penelitian masing-masing yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitiannya. Sebagaimana dalam metode ilmiah, penelitian ilmiah menyusun metodologi penelitiannya setelah perumusan hipotesis. Penyusunan metodologi penelitian meliputi:

(1) Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan yang mengindentifikasikan variabel-variabel dan karakteristik hubungan yang diteliti.

(2) Tempat dan waktu penelitian, yakni kondisi (ruang dan waktu) akan dilakukannya generalisasi variabel-variabel yang diteliti.

(3) Metode penelitian yang dirancang berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat generalisasi yang diharapkan, meliputi:

a. Metode/teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tingkat keumuman, dan metode penelitian. b. Metode/teknik pengumpulan data yang meliputi identifikasi variable yang akan dikumpulkan, sumber data, teknik pengukuran, instrumen, dan teknik mendapatkan data.c. Metode/teknik pengolahan dan analisis data yang meliputi langkah-langkah dan teknik analisis yang dipergunakan, yang ditetapkan berdasarkan pengajuan hipotesis (sekiranya mempergunakan statistika maka dikemukakan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya).

Langkah pertama dalam menyusun metodologi penelitian ialah menyatakan secara lengkap dan operasional tujuan penelitian yang mencakup:

(a) variabel-variabel yang akan diteliti,

(b) karakteristik hubungan yang akan diuji, dan

(c) tingkat keumuman dari kesimpulan yang akan ditarik seperti tempat, dan waktu, kelembagaan, dan sebagainya.

Berdasarkan tujuan penelitian, peneliti kemudian menyusun metode penelitian yang meliputi teknik pengambilan contoh, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Dalam hal ini metode dipandang sebagai prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan teknik adalah cara yang spesifik untuk memecahkan persoalan tertentu dalam melaksanakan prosedur tersebut.

Teknik pengumpulan data sering mensyaratkan penggunaan instrumen tertentu. Dalam hal ini maka instrumen tersebut harus diuji lebih dulu keabsahannya (validitas) dan kehandalannya (reliabilitas) sebelum dipergunakan. Pengujian instrumen ini termasuk bagian dari persiapan proses pengujian, bukan merupakan variabel yang diuji dalam pelaksanaan pengujian. Pada dasarnya pengumpulan data baru dilaksanakan setelah instrumen memenuhi persyaratan secara apriori, bukan aposteriori. Oleh karena itu data pengujian instrumen cukup dinyatakan secara singkat di dalam metodologi penelitian dan bukan di dalam hasil penelitian. Demikian pula halnya dengan berbagai persiapan lainnya, termasuk tes pendahuluan pada teknik pengambilan contoh. Selanjutnya disusun teknik pengumpulan data yang mencakup teknik pengukuran, instrumen pengukuran, dan teknik mendapatkan data. Dalam teknik pengumpulan data ini peneliti harus menyatakan variabel yang akan dikumpulkan beserta sumber perolehannya.

Setelah teknik pengumpulan data, peneliti menyusun teknik analisis data, termasuk didalamnya teknik pengolahan data. Dalam teknik analisis data diuraikan cara pengolahan data (untuk menurunkan atau mentransformasikan data yang dikumpulkan ke variabel-variabel penelitian) dan cara pengujian variabel-variabel penelitian menuju ke kesimpulan dalam rangka pengujian hipotesis secara induktif.

MINGGU KE-11 dan 12: HASIL PENELITIAN

MATERI PEMBAHASAN: deskripsi atau pembehasan tentang variable penelitian dan teknik analisis data, Kesimpulan analisis data, Penafsiran kesimpulan analisis data dan membandingkannya dengan hipotesis penelitian, Pengajuan saran.

HASIL PENELITIAN

Setelah perumusan masalah, perumusan hipotesis, dan penetapan metodologi penelitian, maka langkah berikutnya ialah operasionalisasi metodologi penelitian yang dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian dan pelaporan. Dalam pembahasan hasil penelitian, yang senantiasa harus diingat ialah bahwa penelitian bertujuan untuk membandingkan kesimpulan yang ditarik dari data yang dikumpulkan dengan hipotesis yang diajukan dalam kerangka menjawab masalah penelitian yang diajuakan. Secara kronologis dan sistematik, data yang telah dikumpulkan kemudian diolah, dideskripsikan, dibandingkan, dan dievaluasi. Langkah-langkah tersebut diarahkan kepada penarikan kesimpulan, apakah data tersebut mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Penelitian yang baik tidak berhenti sampai kesimpulan penerimaan atau penolakan hipotesis, tetapi diperlengkapi dengan evaluasi terhadap kesimpulan tersebut. Hasil penelitian yang diperlengkapi dengan evaluasi yang jujur mengenai kelemahan-kelemahan penelitian akan meningkatkan kehandalan hasil penelitian.

Pelaporan hasil penelitian meliputi unsur-unsur kegiatan:

1. Menyatakan variabel-variabel yang diteliti,

2. Menyatakan teknik analisis data

3. Medeskripsikan hasil analisis data,

4. Memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data, dan

5. Menyimpulkan pengujian hipotesis, apakah diterima atau ditolak.

Secara ringkas dan kronologis, pelaporan hasil penelitian dimulai dengan mendeskripsikan variabel-variabel yang diteliti yang disusul dengan teknik analisis data yang digunakan. Setelah itu dilaporkan hasil-hasil analisis data yang dilengkapi dengan kesimpulan analisisnya. Laporan hasil penelitian dituangkan dalam bentuk esei dengan kalimat-kalimat verbal yang berisi pernyatan-pernyataan baik kuantitaif maupun kualitatif. Bilamana diperlukan, pernyatan-pernyatan tersebut dapat dilengkapi dengan berbagai sarana pendukung seperti tabel, grafik, dan diagram alir untuk lebih memperjelas pernyataan yang terkandung di dalam esei. Perlu kiranya diingat bahwa sarana pendukung tersebut berfungsi membantu memperjelas pernyataan-pernyataan verbal dan bukan sebaliknya. Selain itu, data yang ditempatkan dalam tubuh utama laporan hendaknya data yang telah diolah, sedangkan data mentah beserta langkah-langkah pengolahannya sebaiknya disajikan dalam lampiran.

Langkah pelaporan hasil penelitian selanjutnya ialah penafsiran terhadap kesimpulan analisis data. Dalam langkah ini peneliti menafsirkan makna besaran-besaran statistik yang diperoleh dari analisis data seperti regresi dan korelasi (dalam hubungan variabel-variabel penelitian yang bersifat kausal), mean, deviasi baku, dan sebagainya. Peneliti juga harus menafsirkan tingkat keumuman dari kesimpulan yang ditarik berdasarkan jumlah dan sebaran data yang dikumpulkan dan hasil uji statistiknya. Seorang peneliti akhirnya harus dapat menafsirkan sebuah kesimpulan akhir yang ditarik dari analisis data yang telah dilakukan. Statistika dan ragam teknik analisis lainnya hanyalah sekedar alat dan bukan tujuan. Hasil penafsiran ini kemudian dibandingkan dengan hipotesis yang diajukan untuk menyimpulkan, apakah hipotesis tersebut ditolak atau diterima.

RINGKASAN DAN KESIMPULAN

Hasil pengujian hipotesis yang berupa kesimpulan diterima atau ditolaknya hipotesis kemudian dikembangkan menjadi kesimpulan penelitian yang dituangkan dalam bab tersendiri. Kesimpulan penelitian ini merupakan sisntesis dari keseluruhan aspek penelitian yang meliputi masalah, kerangka teoritik, hipotesis, metodologi penelitian, dan penemuan penelitian. Dengan perkataan lain, sintesis ini menghasilkan kesimpulan yang ditopang oleh suatu kajian yang meletakkan berbagai aspek penelitian dalam persepektif menyeluruh dan terpadu. Oleh karena itu perlu kiranya diuraikan kembali secara ringkas pernyataan-pernyataan pokok dari aspek-aspek tersebut dalam susunan yang secara sistematik mengarah kepada kesimpulan.

Ringkasan dan kesimpulan penelitian memuat (1) deskripsi singkat tentang masalah penelitian, kerangka teoritik, hipotesis, metodologi dan penemuan penelitian, (2) kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis dari seluruh aspek di atas, (3) pembahasan kesimpulan penelitian dengan membandingkannya terhadap penelitian lain dan pengetahuan ilmiah yang relevan, (4) pengkajian implikasi yang ditimbulkan oleh kesimpulan penelitian (misalnya pengembangan ilmu, manfaat praktis, penyusunan kebijakan), dan (5) pengajuan saran-saran. Dalam kaitannya dengan sifat terpadu dan menyeluruh dari sisntesis tersebut, ilmuwan dituntut kearifannya untuk mampu menarik kesimpulan secara utuh dari data yang terpisah-pisah dengan tidak meninggalkan sifat keilmuan dan tidak melampaui batas kewenangan lingkup penelitiannya.

pragmatisme

induksi

korespondensi

deduksi

koherensi

Diagram alir metode ilmiah

(Suriasumantri, 1994)

KHASANAH

PENGETAHUAN ILMIAH (TEORI)

PENYUSUNAN

KERANGKA BERFIKIR

PENGUJIAN HIPOTESIS

DITERIMA

DITOLAK

PERUMUSAN

MASALAH

PERUMUSAN HIPOTESIS

TUGAS 3 (KELOMPOK):

Pilih satu karya skripsi (penelitian, bukan studi proyek) dan pelajari Bab I

Buat ulasan (kritik) tentang struktur dan isinya, manakah yang termasuk unsur-unsur Latar belakang masalah, Identifikasi masalah, Pembatasan masalah, dan Perumusan masalah.

Buatlah alternatif rumusan masalah yang lain beserta judul penelitiannya

Presentasi hasil tugas kelompok

TUGAS 3:

Penelitian: merumuskan masalah dan tujuan penelitian; Proyek: merumuskan lingkup dan tujuan proyek

Gambar 1. Struktur pengkajian ilmiah

Penelitian ilmiah

Metode ilmiah

KESIMPULAN

PENGUJIAN

HIPOTESIS

METODOLOGI

PENELITIAN

HIPOTESIS

PENYUSUNAN

KERANGKA

BERPIKIR

MASALAH

RINGKASAN DAN KESIMPULAN

Deskripsi singkat mengenai masalah, hipotesis, metodologi, dan hasil penelitian

Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis dari seluruh aspek di atas

Pembahasan hasil penelitian dengan membandingkan terhadap penelitian lain dan pengetahuan ilmiah yang relevan

Pengkajian implikasi penelitian

Pengajuan saran

HASIL PENELITIAN

Variable yang diteliti

Analisis data

Kesimpulan analisis data

Penafsiran kesimpulan analisis data

Kesimpulan pengujian hipotesis

METODOLOGI PENELITIAN

Tujuan penelitian (secara operasional)

Tempat dan waktu penelitian

Metode penelitian

pengambilan sampel

pengumpulan data

analisis data

PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIK

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Pengkajian teori yang dipergunakan

Pembahasan penelitian yang relevan

Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis (dengan menyatakan postulat, asumsi dan prinsip sekiranya ada)

Perumusan hipotesis

PENGAJUAN MASALAH

Latar belakang masalah

Identifikasi masalah

Pembatasan masalah

Perumusan masalah

Tujuan penelitian (secara umum)

Manfaat penelitian

BAHAN DISKUSI KELOMPOK:

Pengertian asumsi, postulat, aksioma, prinsip, hukum, dalil

TUGAS 1: memilih topik/judul skripsi yang ditawarkan oleh Lab dan konsultasi ke calon dosen pembimbing tugas akhir

TUGAS 4:

Penelitian: dari rumusan masalah, menyusun kerangka teoritik dan rumusan hipotesis penelitian

Proyek: menyusun landasan teori dan desain proyek

TUGAS 2: Dari topik skripsi yang dipilih, menentukan format skripsi (penelitian atau laporan proyek), mengindentifikasi landasan teoritik, serta mengumpulkan kepustakaannya

TUGAS 5 :

Menghimpun tugas-tugas sebelumnya menjadi usulan penelitian atau usulan proyek sesuai dengan format yang telah ditentukan

5