pedoman kuliah kerja lapangan (kkl) jurusan pendidikan geografi
kuliah kerja lapangan
-
Upload
sugeng-hermanto -
Category
Documents
-
view
157 -
download
8
description
Transcript of kuliah kerja lapangan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Karangsambung
3.2. Gunung Merapi & Kali Gendol
3.3. Graben Bantul
3.4. Parangtritis / Parangkusumo
Pantai Parangtritis adalah salah satu pantai yang memiliki keterkaitan erat dengan
beragam objek wisata lainnya, seperti Kraton Yogyakarta, Pantai Parangkusumo dan kawasan
Merapi. Pantai yang terletak 27 kilometer dari pusat kota Yogyakarta ini juga merupakan bagian
dari kekuasaan Ratu Kidul. Pantai ini terletak pada 08˚ 03’ 33,3’’ LS dan 110˚ 08’ 0,80’’ BT
dengan ketinggian dari atas permukaan laut sebesar 0 m suhu rata-rata 33,3˚ C. Batas- batas
Pantai Parangtritis adalah:
Barat : Sungai Opak hilir
Utara : Sungai Opak dan Sungai Oyo
Selatan : Samudera Hindia Pegunungan Sewu
Timur : Pegunungan karst Kelompok Pegunungan Sewu
Penamaan Parangtritis memiliki kesejarahan tersendiri.Konon, seseorang bernama
Dipokusumo yang merupakan pelarian dari Kerajaan Majapahit datang ke daerah ini beratus-
ratus tahun lalu untuk melakukan semedi. Ketika melihat tetesan-tetesan air yang mengalir dari
celah batu karang, ia pun menamai daerah ini menjadi parangtritis, dari kata parang (batu) dan
tumaritis (tetesan air). Pantai yang terletak di daerah itu pun akhirnya dinamai serupa.
Pantai Parangtritis merupakan pantai yang penuh mitos, diyakini merupakan perwujudan
dari kesatuan trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Kraton Yogyakarta dan Parangtritis.
Pantai ini juga diyakini sebagai tempat bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan
Kalijaga sesaat setelah selesai menjalani pertapaan.Dalam pertemuan itu, Senopati diingatkan
agar tetap rendah hati sebagai penguasa meskipun memiliki kesaktian.
KEADAAN FISIK
A. Fisiografi
Wilayah pesisir Pantai Parangtritis merupakan dataran alluvial Merapi dari material
Gunung Merapi, yaitu tanah yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa melalui sungai-
sungai. Tanah ini bersifat subur sehingga baik untuk pertanian. Pantai Parangtritis juga
termasuk dalam Zona pegunungan Selatan yang mengalami penenggelaman, tertutup oleh
endapan alluvial berupa dataran pantai yang luas. Di sebelah timur terdapat kelompok
pegunungan terjal dari pegunungan sewu yang merupakan pengangkatan teratur, berangsur-
angsur, sesar berjenjang berupa karst. Meski di sebelah timur berupa bukit karst tetapi pasir
yang ada di parangtritis merupakan endapan pasir vulkanis yang dibawa oleh kali opak. Angin
musim yang berasal dari arah tenggara berbelok ke barat membawa pasir. Pasir yang terbawa
angin tersebut membentuk gelembung pasir (ripple) yaitu pasir yang diendapkan seperti sisik
sesuai dengan arah datangnya ngin. Di Prangtritis sendiri tidak dapat diamati karena terhapus
oleh jejak aktivitas manusia. Tipe pesisir pengendapan darat dicirikan oleh relief dataran
hingga berombak, dengan bentuk berupa lumpur, dan proses genesisnya berupa proses fluvial
atau aliran sungai. Saat salah seorang dosen kami menjelaskan pembentukan alahan di
Parangtritis, kami berada di salah satu bentuk gumuk pasir, yaitu gumuk pasir barchans.
Barchan merupakan gumuk pasir yang berupa tanduk yang membelakangi arah datangnya
angin. Tumbuhan yang khas dan tumbuh disini adalah sphinifex yaitu tumbuhan dengan
bentuk seperti jarum-jarum yang ringan dan mudah tertiup angin. Arus air laut pantai
Parangtritis ini merupakan arus retas, yaitu arus balik ke arah samudera yang sangat kuat.
Cara mengamati bahwa arus ini merupakan arus retas sangat mudah yaitu dengan melihat
adanya gelombang pasir kecil di pantai. Rata-rata pantai pantai berpasir seperti Parangtritis ini
merupakan pantai tebing terjal. Di pantai ini tidak ditemui orang surfing karena dasar panti ini
berpasir dan d depannya berpalung, sehingga berbahaya apabila dilakukan surfing.
B. Geologi Parangtritis
Menurut Pennekoek (1949) fisiografi Pulau Jawa dapat dibagi menjadi tiga zone, yaitu
zone Utara, zone Tengah (Pegunungan Serayu Utara, depresi yang ditandai munculnya vulkan
muda, Serayu Selatan), dan zone Selatan berdasarkan pembagian ini maka daerah Parangtritis
hingga pantai Baron melalui daerah karts, termasuk bagian dari zone Selatan Jawa.
Secara lebih rinci Van Bemmelen (1970) didalam teori analisis evolusi Jawa
menerangkan bahwa dalam proses pembentukannya, Jawa Tengah mengalami tiga masa
geantiklinal (pengangkatan), geantiklinal pertama terjadi pada zaman Miosen Tengah selama
kurang lebih 500 ribu tahun, proses geantiklinal ini pertama mengakibatkan terbentuknya
pegunungan Jawa. Dalam perkembangan selanjutnya, pegunungan yang terangkat tadi
dibeberapa tempat mengalami patahan dan tenggelam dibawah permukaan laut, misalnya
antara sungai Opak (Parangtritis) hingga Pulau Nusakambangan mengalami patahan dan
tenggelam, kecuali pagunungan karang bolong dan gunung seloh, sedangkan pegunungan
seribu tidak mengalami patahan, sehingga struktur geologi daerah karang bolong sama sperti
dipegunungan sewu, yaitu berupa Limestone.
Pada proses geantiklinal kedua daerah yang sekarang ditempati oleh pegunungan
serayu mengalami pengangkatan, proses pengangkatan ini berlangsung pada awal Pliosen
selama 500 ribu tahun. Proses geantiklinal ketiga berlangsung dan membentuk pegunungan
serayu utara. Pembentukan pegunungan serayu utara ini menyebabkan terjadinya cekungan
yang memanjang diantara pegunungan serayu selatan dan utara, cekungan ini dikenal sebagai
lembah sungai serayu. Gerak pengangkatan dari Pulau Jawa terus berlangsung hingga
sekarang, diduga olaeh Speelman (1979:17) yang mendasarkan pada jarak waktu antara setiap
geantiklin, ialah dua juta tahun dan waktu yang digunakan pada setiap pengangkatan antara
dua ratus ribu tahun, maka diperkirakan sekarang ini sedang berlangsung proses geantiklin
yang ke empat.
B. Geomorfologi Parangtritis
Daerah ini terbagi atas empat bentangan alam geomorfik dan geologik, yaitu:
1. Dataran alluvial
2. Dataran pantai dengan bukit pasir
3. Karst gunung sewu
4. Pegunungan Batur Agung
1. Dataran alluvial terbagi 2 yaitu:
a. Dataran alluvial sungai Opak yang banyak mengandung pasir, karena merupkan
kelanjutan dari flavio-vulcanic foot plain bersifat andesitic
b. Dataran alluvial selatan sungai Opak lebih bersifat lempung, karena terpengaruh material
alluvial yang berasal dari pegunungan sebelah timur yang diendapkan banjir, lembah
sungai Opak berbentuk huruf U yang berarti termasuk stadium dewasa.
2. Dataran pantai dengan bukit–bukit pasir
Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin dan
merupakan sebuah bentukan alam karena proses angin disebut sebagai bentang alam eolean
(eolean morphology). Pada KKL kali ini kita tidak begitu menegtahui gumuk pasir, karena
kelompok kami datang pada saat siang hari dan pada saat siang hari gumuk pasir yang
terbentuk akan hancur oleh pengaruh ATV (sejenis motor yang digunakan di pantai
parangtritis).
Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama,
kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan
permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah kering.
Pada gumuk pasir cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri. Jika tidak ada
stabilisasi oleh vegetasi gumuk pasir cenderung bergeser ke arah angina berhembus, hal ini
karena butir-butir pasir terhembus dari depan ke belakang gumuk.
Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan
ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok
yang perlu dikenal adalah bentuk melintang (transverse), sabit (barchan), parabola (parabolic),
dan memanjang (longitudinal dune).
a. Gumuk Pasir tipe Melintang (Transverse).
Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak
cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak
lurus terhadap arah angin. Dikarenakan proses eolin yang terus menerus maka
terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni.
b. Gumuk Pasir Tipe Barchan (Barchanoid Dunes).
Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah
yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap
angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang
membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri.
Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 – 15 meter.
Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut
terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir
seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan
kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin.
c. Gumuk Pasir Tipe Parabola (Parabolic).
Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang
membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan
dengan datangnya angin. Dimungkinkan dahulunya gumuk pasir ini berbentuk
sebuah bukit dan melintang, karena pasokan pasirnya berkurang maka gumuk
pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang
menghadap ke arah angin curam.
d. Gumuk Pasir Tipe Memanjang (Longitudinal Dune).
Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar
satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin.
Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah
diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada terus menerus
mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.
e. Pengaruh angin.
Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan gumuk pasir, karena
kekuatan angin menentukan kemampuannya untuk membawa material yang
berupa pasir baik melalui menggelinding (rolling), merayap, melompat, maupun
terbang. Karena adanya material pasir dalam jumlah banyak serta kekuatan angin
yang besar, maka pasir akan membentuk berbagai tipe gumuk pasir, baik free
dunes maupun impended dunes.
Pada pantai selatan jawa, angin bertiup dari arah tenggara, hal ini menyebabkan
sungai-sungai pada pantai selatan membelok ke arah kiri jika dilihat dari Samudra Hindia.
Selain itu, karena arah tiupan angin tersebut, maka gumuk pasir yang terbentuk menghadap ke
arah datangnya angin.
Bentuk lahan ini terbentuk karena dua factor utama yaitu adanya kekuatan tiupan
angin dan adanya material pasir. Pasir yang berasal dari daratan (vulkan merapi) yang
dihapuskan kembali oleh angina secara selektif, akhirnya diendapkan menjadi bermacam-
macam bentuk bukit pasir (sand dunes). Secara garis besar bentuk endapan eolus tersebut
dikelompokan menjadi dua yaitu:
a. Bentuk mikro, yaitu berupa riak-riak pasir/gelombang kecil pasir (sand ripples). Bentuk
ini juga terdapat didasar laut berpasir dengan gelombang (riak laut) yang tenang.
b. Bentuk makro, yaitu berupa bukit-bukit pasir yang bermacam-macam bentuknya seperti
bukit pasir bujur sisir, sapit parabola, dan lain-lain, bentuk-bentuk ini dipengaruhi oleh
garis pesisir, tumbuhan dan arah tiupan angin.
Bentukan gumuk pasir yang ada di Parangtritis bermacam-macam karena dipengaruhi
oleh:
a. Pengaruh dari Gunung Merapi.
Material yang ada pada gumuk pasir di pantai selatan Jawa berasal dari Gunung Api
Merapi dan gunung gunung api aktif lain yang ada di sekitarnya. Material berupa pasir
dan material piroklastik lain yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi.
Akibat proses erosi dan gerak massa bautan, material kemudian terbawa oleh aliran
sungai, misalnya pada Kali Krasak, Kali Gendol, Kali Suci, dan Sungai Progo. Aliran
sungai kemudian mengalirkan material tersebut hingga ke pantai selatan.
b. Pengaruh Graben Bantul.
Zona selatan Jawa merupakan plato yang mirining ke arah selatan menuju Samudra
Hindia dan di sebelah utara banyak tebing patahan. Sebagian plato ini telah banyak
terkikis sehingga kehilangan bentuk platonya. Pada daerah Jawa Tengah dan DIY,
sebagian daerah tersebut telah berubah menjadi dataran alluvial, Salah satunya adalah
yang terjadi pada daerah bantul yang berupa graben. Graben adalah blok patahan yang
mengalami penurunan diantara dua blok patahan yang naik yang disebut dengan horst.
Pada bagian timur graben, terdapat Perbukitan Batur Agung, sedangkan pada bagian
barat terdapat Perbukitan Manoreh. Akibat adanya patahan tersebut, maka batuan pada
zona pertemuan kedua blok tersebut menjadi lemah sehingga mudah tererosi dan pada
akhirnya membentuk sungai yang disebut dengan sungai patahan yang ditemui misalnya
pada Sungai Opak-Oyo. Salah satu ciri sungai patahan yang diamati adalah adanya
kelurusan sungai pada sepanjang garis patahan.
c. Pengaruh Sungai.
Pembentukan gumuk pasir pada pantai selatan dipengaruhi oleh adanya beberapa aliran
sungai, yaitu Sungai Opak-Oyo pada bagian timur dan Sungai Progo pada bagian barat,
Sungai Progo ini merupakan sungai utama yang membawa material hasil dari gerusan
batuan-batuan volkanik yang berasal dari Gunung Merapi dan Merbabu, serta dari
gunung-gunung Sindoro di sebelah barat laut.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa material dari Merapi terbawa oleh
aliran sungai di sekitarnya, sungai-sungai tersebut kemudian menyatu membentuk orde sungai
yang lebih besar hingga menyatu membentuk sungai Opak, Oyo, dan Progo. Setelah material
pasir sampai ke laut, terdapat interverensi dari ombak laut sehingga material mengendap pada
pantai selatan dan selanjutnya diterbangkan oleh angin.
Pada pantai selatan Jawa, material tersebut tidak diendapkan pada bagian depan dari
sungai yang pada akhirnya membentuk delta, hal ini disebabkan karena kuatnya arus dan
gelombang laut pantai selatan serta arahnya yang berasal dari tenggara menyebabkan material
terendapkan pada bagian barat sungai. Sehingga, pada bagian Selatan Jawa (berada pada
sekitar Sungai Progo) tidak terbentuk delta.
3. Karst Gunung Sewu
Secara geologis daerah pegunungan seribu (sewu) termasuk formasi wonosari yang
berumur miosen tengah sampai pleistosen bawah. Formasi wonosari tersusun dari gamping
terumbu, kalkaranit dan kalkarenit tufaan (Warton o Raharjo 1977:2).
Daerah Karst ini merupakan hasil proses pengikisan dan pengangkatan. Dengan
adanya diaklas-diaklas pada lapisan batuan kapur yang jumlahnya takterbilang, air ujan yang
jatuh dipermukaan bumi menghilang dalam lubang ponor (penghujung sungai bawah tanah
menuju laut), dan meresap melalui diaklas-diaklas yang kemudian melarutkan dinding kapur
yang melaluinya dan membentuk pipa-pipa karst, rongga (gua), dan sungai bawah tanah.
Bagian permukaan sekitar ponor lambat laun mengalami korasi sehingga menjadi cekungan
yang yang dinamakan dolina (danau didaerah karst karena proses solusional). Apabila dasar
dolina tertutp oleh abu guung api atau sisa-sisa pelapukan kimiawi yang berupa terrarosa
(endapan berwarna merah) akan menutup lubang ponor, sehingga dolina merupakan cekungan
yang dapat menampung air hujan dan disebut lokva. Selain adanya dolina, didaerah topografi
karst banyak dijumpai gejala-gejala karst lainnya seperti uvala, polje, gua, stalaktit,
stalagmite, sungai bawah tanah, karst windaw, bukit-bukit kapur dan sebagainya.
4. Pegunungan Patahan Batur Agung
Penyusun Baur Agung Range (patahan) adalah lapisan nglanggaran dan semilir yang
berusia miosen. Formasi nglanggaran terdiri dari breksi volkanik , breksi aliran, aglomerat,
lava dan tuuf. Sedangkan formasi semilir terdiri dari perselingan antara breksi tuuf, breksi
batu apung, tuf dasit, tuf andesit, dan batu lempung tufaan (wartono Raharjo, 1977: 3)
Batur Agung Range membentang dari selatan prambanan sampai parang tritis dengan arah
barat dayatimur laut. Pegunungan batur agung didaerah parang tritis dan sekitarnya terletak
pada sis bagian barat dan utara pegunungan selatan (sebelah barat dan utaranya plato gunung
sewu). Fault scrap aslinya menghadap kea rah barat dan utara, yang muncul akibat patahan
pegunungan selatan pada pleistosen tengah. Patahan berikutnya pada pleistosen atas sehingga
sisi selatan membentuk plato dengan topografi karst. Pada tepi utara batur agung range,
semula merupakan bidang patahan, tetapi sekarang sudah tererosi dan bekasnya berupa
lembah kecil. Erosinya berjalan mundur, sehingga bidang patahan semula berada dibagian
depan lereng sekarang berpindah kebagian belakangnya.
C. Hidrologi
Hidrologi suatu daerah ditentukan oleh keadaan iklim dan geologi ataau geomorfologi
daerah tersebut. sub sistem akuifer di Pantai Parangtritis terpisah dari Sistem Akuifer Merapi.
Airtanah berasa tawar, dangkal, berkualitas baik dengan potensi atau ketersediaan tinggi. Sub
sistem akuifer ini merupakan akuifer bebas, dengan ketebalan sekitar 40 meter yang dibatasi
oleh lapisan lempung pada bagian bawahnya. Sistem aliran airtanah merupakan sistem aliran
lokal, hampir tidak dipengaruhi oleh sistem aliran airtanah dari sistem akuifer di sekitarnya.
Hal ini dapat dilihat dari cekungan airtanah Sleman – Yogyakarta.
Namun berdasarkan pengamatan kami, air yang ada di derah Parangtritis tidak sesegar
air tawar. Hal ini terlihat saat kami mandi di salah satu pemandian umum di Parangtritis.
Secra fisik air terlihat keruh dan secara kimia air terasa sedikit asin dan agak lengket. Hal ini
dipengaruhi oleh lautan yang dekat dengan sumber air untuk pemandian tersebut.
D. Tanah
Tanah di wilayah pesisir Pantai Parangtritis bertekstur pasir. Memiliki struktur yang
kasar, karena sebagian besar didominasi oleh tanah berpasir. Hal ini mengakibatkan tingkat
porositas rendah dan tingkat drainase tinggi sehingga mudah meloloskan air dan kesuburan
tanahnya kurang. Selain itu, hal ini juga dapat memengaruhi tingkat kesuburan tumbuhan-
tumbuhan yang ada di sekitar pesisir pantai.
E. Vegetasi
Di sepanjang patai parangtritis vegetasi yang telihat adalah kelapa dan berbagai
rerumputan yang tumbuh di sekitar gumuk pasir. Rerumputan yang tumbuh di gumuk pasir
tersebut tersebar dan membentuk suatu rumpun atau blok-blok. Selain itu dalam perjalanan
menuju Parangtritis dan perjalan pulang dari Paragtritis, kami menjumpai berbagai macam
vegetasi, mulai dari tanaman sawah seperti: padi dan jagung; dan tanaman perkebunan seperti:
salak, kelengkeng, alpukat dan berbagai jenis pepohonan
KEADAAN SOSIAL EKONOMI
A. Pola dan Kondisi Pemukiaman
Pola pemukiman penduduk kawasan pantai parangtritis adalah menyebar. Karena
hampir pada setiap kawasan pantai parangtritis banyak ditemui rumah penduduk. Tingkat
kepadatan rumahnya juga lumayan tinggi, karena penduduk disini sebagaian besar
memanfaatkan rumah mereka untuk mencari nafkah, seperti berdagang souvenir, jajanan khas
jogja dan juga toko-toko barang kebutuhan sehari-hari.
B. Prasarana Jalan
Prasarana jalan menuju ke Parangtritis sangtalah mudah, karena jalan ini banyak dan
sering dileti para pengunjung Pantai Parangtritis. Sehingga aksesbilitasnya mudah dijangkau
dan termasuk dalam kategori baik. Kebanyakan kendaraan yang lewat pada jalur ini adalah
bis-bis pariwisata yang berkunjung ke Pantai ini.
C. Pusat Kegiatan Ekonomi
Pusat kegiatan ekonomi di Pantai Parangtritis terletak di dekat terminal bis atau jalan
menuju terminal bis. Karena di kawasan inilah para pengunjung dapat menikmati berbelanja
setelah asik bermain di pantai. Selain itu, tidak hanya di kawasan jalur menuju terminal saja
terdapat pusat kegiatan ekonomi, namun di sepanjang bibir pantai pun banyak orang yang
menawarkan jasa sewa motor dan kuda untuk menikmati indahnya pantai. Disamping orang
menjajajkan jasa sewa motor dan kuda, di bibir pantai pun banyak orang yang menjajakan diri
(PSK).
D. Tata Guna Lahan
Lahan yang ada di parangtritis sebgaian besar digunakan untuk kegiatan ekonomi yaitu untuk
mendirikan kios-kios untuk menjajakan oleh-oleh khas parangtitis dan untuk memebngun toilet
atau toilet umum. Selain itu semakin ke belakang bibir pantai akan kita temui bangunan-
bangunan rumah peduduk. Disamping itu sebelum kita menuju pantai, kita menemukan
bangunan berupa candi-candi. Candi-candi tersebut dibangun diatas gumuk pasir. Konon katanya
bangunan candi ini telah dibangun sejak lama. Hal yang tidak berkenen di hati kami adalah
pembatas antara jalan dan pantai yang sudah mulai rusak. Mungkin akibat gelombang pasang,
sehingga banyak yang tererosi.
3.5. Wisata Malioboro
Daftar Rujukan
Herlambang, Sudarno. Geomorfologi Indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang.
Adinugroho Noor. Gumuk Pasir (Sand Dunes) di Parangtritis. (Online),
http://Nooradinugroho.Wordpress.Com/2010/03/22/Gumuk-Pasir-Sand-Dunes-Di-
Parangtritis/, diakses 16 Maret 2013
Pitrex Fitria. (Online), http://Fitriapitrex.Blogspot.Com/2010/08/Makalah-Parangtritis.Html,
diakses 16 Maret 2013