Kuliah 11 m.ryandi Abigianza
-
Upload
ryandi-abigianza -
Category
Documents
-
view
234 -
download
0
description
Transcript of Kuliah 11 m.ryandi Abigianza
Kuliah 11
Tugas 11A
Bahan kuliah tatap muka 11
(Oleh : Mulkhal Razali,M.sc)
Di susun oleh :
Nama : M.Ryandi Abigianza
NIM : 1104107010017
Tentang :
1. Data processing
Jurusan Teknik Geofisika
Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala
Darussalam,B.Aceh
Tugas A
Materi :
- Data processing
survey pendahuluan- Orientasi lapangan- Sketsa lapangan, menggunakan koordinat. Sumbu X sebagai absis, Y sebagai ordinat dan
Z sebagai tinggi.- Perencanaan dasar, misalnya penetuan titik kontrol.
syarat – syarat titik kontrol- harus terlihat satu sama lain, jarak antara 2 titik kontrol 60 – 100 m.- Bisa mengikat detail sebanyak mungkin.- Titik – titiknya harus terletak pada tanah yang stabil.
1. Polygon tertutup
A. Syarat – syarat polygon tertutupSyarat sudut ukuran.∑β = (n – 2) . 1800 => untuk sudut dalam∑β = (n + 2) . 1800 => untuk sudut luar
n = banyaknya titik polygoninternal angle (sudut dalam)
O A
Angle at the center (sudut di pusat)
B
Exterior angle (sudut luar)
B. Koreksi polygon tertutupKoreksi sudut (fs)∑βukuran = ( (n + 2) . 1800) => fs sudut dalam∑βukuran = ( (n + 2) . 1800) => fs sudut luar∑βukuran ± fs = 0
Koreksi untuk tiap sudut = fsn
Koreksi absis dan ordinat (fx dan fy)∑Xukuran - ∑d sin α = fx
Koreksi untuk tiap absis = di∑d
. fx
∑Yukuran - ∑d cos α = fy
Koreksi untuk ordinat = di∑d
. fy
2. Polygon terbuka terikat sempurna
Polygon arah
Polygon sudut
A. Syarat & koreksi polygon terbuka terikat sempurnaKoreksi sudut (fs)
Koreksi absis (fx)
Koreksi ordinat (fy)
3. Toleransi pengukuran
4. Perhitungan & koreksi polygonproses perhitungan dan koreksi polygon dapat dilakukan dengan metode bowditch. Metode ini mudah dan cepat. Dikembangkan oleh Nathaniel Bowditch pada 1807.
Langkah – langkah :o Cari faktor kesalahan absis dan ordinato Koreksi masing – masing titik proporsional dengan panjangnya sebagai berikut :
Koreksi untuk tiap absis = di∑d
. fx
Koreksi untuk ordinat = di∑d
. fy
Kuliah 11
Tugas 11B
Bahan kuliah tatap muka 11
(Oleh : Mulkhal Razali,M.sc)
Di susun oleh :
Nama : M.Ryandi Abigianza
NIM : 1104107010017
Tentang :
1. Data processing
Jurusan Teknik Geofisika
Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala
Darussalam,B.Aceh
Tugas B
Materi :
- Data processing
A. Titik triangulasi kerangka kontrol horizontalPengadaan kerangka dasar horizontal di Indonesia di mulai di pulau Jaawa oleh Belanda pada tahun 1862. Titik – titik kerangka dasar horizontal buatan Belanda ini dikenal sebagai titik triangulasi, karena pengukurannya menggunakan cara triangulasi (polygon). Posisi horizontal (X,Y) titik triangulasi dibuat dalam sistem proyeksi merkator, sedangkan posisi horizontal peta topografi yang dibuat dengan ikatan dan pemeriksaan ke titik triangulasi dibuat dalam sistem proyeksi polyeder.
B. Titik triangulasi kerangka kontrol vertikalPengadaan kerangka dasar vertikal dimulai Belanda dengan menetapkan MSL (mean sea level) di beberapa tempat dan diteruskan dengan pengukuran sipat datar teliti. Pada akhir tahun 1970-an dimulai upaya penyatuan sistem tinggi nasional dengan melakukan pengukuran sipat datar teliti yang melewati titik – titik kerangka dasar yang telah ada maupun pembuatan titik – titik baru pada kerapatan tertentu. Jejaring titik kerangka dasar vertikal ini disebut sebagai titik tinggi geodesi (TTG).
C. Contoh perhitungan polygona. Polygon terikat sepihak
Poligon ini dikatakan tidak terikat sempurna dikarenakan akan tidak adanya sebuah koreksi sudut dalam perhitungannya, hal ini disebabkan oleh kurangnya titik referensi di saat pengukuran berlangsung, untuk koreksinya, dengan 3 buah titik referensi.
untuk Jarak Absis :Xr3-Xr2 = Σdsinαuntuk jarak ordinatnya :Yr3-Yr2 = Σdcosα
D. Toleransi pengukuran
E. Perhitungan & koreksi polygona. Perhitungan polygon
Perhitungan poligon ini tergantung dari bentuk poligon dan letak titik referensi yang ada, untuk gambar diatas penghitungannya melewati 4 tahap penghitungan.
o Hitung koreksi sudut tersebut dengan metode koreksi sudut poligon tertutup.
o Setelah terkoreksi, langkah selanjutnya adalah penentuan azimuth awal seperti pebghitungan poligon terbuka tidak terikat sempurna dengan 2 buah titik referensi.
o Setelah azimuth awal terhitung bagi poligon tersebut menjadi 2 jalur poligon, poligon R1 – R2 dan poligon R2 - R1.
o Hitung kembali dengan azimuth awal dari penghitungan di nomor 3, koreksi liniernya seperti penghitungan poligon terbuka tidak terikat sempurna dengan 2 buah titik referensi.
b. Cara pengukurano Memasang alat theodolit pada titik awal dan aturlah alat tersebut.o Posisi teropong biasa arahkan alat pada titik sebelumnya dan
kemudian pada titik selanjutnya, putarlah teropong pada posisi biasa.
o Ukurlah jarak antara titik langsung dengan pita ukur.o Kemudian pindahkan alat theodolit ke titik selanjutnya, lakukan
langkah 1 s.d 3, demikian seterusnya sampai titik terakhir apabila poligon terbuka dan kembali ke titik awal apabila poligon tertutup.
c. Cara perhitungano Hitunglah azimuth awal dan akhir apabila diketahui.o Hitunglah salah satu penutup sudut.o Koreksikan masing – masing sudut pengukuran.o Hitunglah azimuth masing – masing titik/arah.o Hitunglah selisih absis dan selisih ordinat.o Koreksikan masing – masing selisih absis dan selisis ordinatnya.o Hitung koordinat masing – masing tiitk.
F. Hitungan bowditch
a. Contoh tabel bowditch
HASIL PENGUKURAN KERANGKA DASAR
Pengukuran Kerangka Dasar dilakukan menggunakan alat ukur Teodolite Total Station dimana data
yang diamati dilapangan berupa sudut (vertikal & horizontal) dan jarak serta variabel lainnya
direkam langsung kedalam data kolektor atau pada internal memori alat tersebut yang selanjutnya
dapat di download/ditransfer kedalam komputer PC atau Notebook menggunakan software yang
tersedia misalnya Autoland Development, SDR, Topcon dan lainnya untuk segera dapat diproses.
Proses download/transfer data ini dilakukan setiap hari sepulang dari lapangan untuk dapat segera
mengantisipasi dan merencanakan progress kerja selanjutnya. Data yang diperoleh dari lapangan
dihitung menggunakan hitung perataan pendekatan metoda Bowditch atau Least Square (Perataan
Kwadrat Terkecil).
Perhitungan koreksi beda tinggi berdasarkan jarak pengamatan pada setiap sisi (proposional
terhadap jarak)
Jika toleransi ketelitian tidak tercapai maka harus dilakukan pengukuran ulang pada sisi yang salah
Perhitungan dapat diterima jika batas toleransi telah dipenuhi
. HASIL PENGUKURAN SITUASI DAN DETAIL TOPOGRAFI
Pengolahan data situasi dan detail topografi dilakukan dengan menggunakan software survey
Sebelum data situasi dan detail topografi diolah, terlebih dahulu harus disiapkan garis breaklines.
Garis breaklines harus dibuat pada setiap :
1. Kepala dan kaki slope
2. Tepi atas dan tepi bawah sungai
3. As alur
4. Kedua tepi jalan
5. Surface editing
Proses pembuatan surface pada software survey berupa Triangulation Irreguler Network (TIN) harus
melibatkan seluruh data topografi (X,Y,Z) dan garis breaklines
Surface editing dilakukan langsung pada TIN tetapi harus menggunakan garis breaklines
Cek terhadap data situasi dan detail topografi dilakukan secara bertahap dengan menampilkan
gambar kontur yang dilengkapi dengan gambar situasi. Jika koordinat kerangka dasar dan poligon
cabang belum final, perhitungan koordinat data situasi dan detail topografi dihitung dengan
koordinat sementara.
Jika terdapat kekeliruan (data lapangan salah atau kurang) maka harus dilakukan pengecekan ulang
terhadap data situasi dan detail topografi.
Proses pembuatan surface final dengan menggunakan koordinat definitif dilakukan secara
bersamaan untuk seluruh area pemetaan, selanjutnya dilakukan proses pembuatan kontur. Gambar
kontur harus sesuai dengan sketsa lapangan.
PENGOLAHAN DATA GPS
Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan software processing GPS yang
sesuai dengan receiver yang digunakan.
Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi troposfer dan koreksi ionosfer
untuk data pengamatan.
Untuk setiap baseline di dalam jaringan titik dasar teknik orde 2, standard deviasi (s) hasil hitungan
dari komponen baseline toposentrik (dN, dE, dH) yang dihasilkan oleh software reduksi baseline
harus memenuhi hubungan berikut :
sN £ sM
sE £ sM
sH £ 2 sM, dimana :
sM = [10 2 + (10d) 2 ] ½ / 1,96 mm, dimana d adalah panjang baseline dalam kilometer.
Pada baseline yang diamati 2 (dua) kali, untuk baseline < 10 km, komponen lintang dan bujur dari
kedua baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0,03 meter. Komponen tinggi tidak boleh
berbeda lebih besar dari 0,06 meter. Sedangkan untuk baseline > 10 km, komponen lintang dan
bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0,05 meter. Komponen tinggi tidak
boleh berbeda lebih besar dari 0,10 meter.
Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan dengan menggunakan software
perataan kuadrat terkecil yang telah dikenal.
Integritas pengamatan jaringan harus dinilai berdasarkan :
nalisis dari baseline yang diamati 2 kali.
Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas
Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat dengan titik berorde lebih tinggi.
Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis elips kesalahan garis 2D yang
dihasilkan oleh perataan jaring bebas untuk setiap baseline yang diamati.
Semi major axis dari elips kesalahan garis (1s) harus lebih kecil dari harga parameter r yang dihitung
sebagai berikut ;
titik dasar teknik orde 2 : r = 15 (d + 0,2)
titik dasar teknik orde 3 : r = 30 (d + 0,2), dimana ;
r = panjang maksimum untuk semi major axis (mm).
d = jarak dalam Km