Kukasihi yang berkaki empat, - ehipassiko.or.id · IUCN membuat daftar status spesies berdasarkan...

57
Kisah Fauna Khas Indonesia yang Terancam Punah book

Transcript of Kukasihi yang berkaki empat, - ehipassiko.or.id · IUCN membuat daftar status spesies berdasarkan...

Kisah Fauna Khas Indonesia yang Terancam Punah

book

Kukasihi yang tak berkaki,yang berkaki dua pun kukasihi.Kukasihi yang berkaki empat,

yang berkaki banyak pun kukasihi.

Suara Sunyi SatwaKisah Fauna Khas Indonesia yang Terancam Punah

Judul: Suara Sunyi SatwaKisah Fauna Khas Indonesia yang Terancam Punah

Penulis: Intan DhitadhivaraPenyunting: Handaka Vijjananda

Pelukis: Atama Studio, Moon Eclipse StudioPenata: Intan Sari

Hak cipta ©2010 Ehipassiko FoundationCetakan 1, Desember 2010

SADHU bisa diperoleh dengan berdana selayaknya keBCA 4900333833 Yayasan Ehipassiko.

Proyek ini adalah lahan bagi yang ingin berdana Dharma.Dana akan disalurkan untuk membiayai produksi SADHU

dan Program Beasiswa Ehipassiko.

Ehipassiko Foundation, [email protected], 085888503388

Pernahkah kalian mendengar suara sunyi satwa? Meskipun alam ini seolah diam tak bicara, namun sebenarnya

satwa-satwa di dalamnya berinteraksi, berkomunikasi, dan menjalani hidup mereka sendiri.

Mereka bisa hidup sendiri, tanpa kita, manusia. Namun, turut campurnya kita dalam kehidupan dan lingkungan mereka

seringkali menjadi ancaman dan bencana bagi mereka.

Melalui buku ini kita belajar untuk menjadi lebih sayang satwa dan lebih cinta alam.

Anda boleh mengunduh, mencetak, menyalin,dan membagi buku ini selama tidak dijual.

Organisasi internasional yang bergerak di bidang pelestarian sumber daya alam.

Kantor Pusat:Gland, dekat Jenewa, Swiss.

Visi: Dunia yang menghormati dan melestarikan alam.

Misi: • Memengaruhi, mendorong, dan

membantu masyarakat dunia untuk melestarikan keselarasan dan keragaman alam.• Memastikan penggunaan sumber daya alam secara setimbang

dan tidak merusak alam.

STATUS SUAKA IUCN membuat daftar status spesies berdasarkan risiko kepunahan, sebagai berikut:

Least ConcernAman

Near ThreatenedNyaris Terancam

Conservation DependentPerlu Suaka

VulnerableRentan

VulnerableRentan

EndangeredDalam Bahaya

EndangeredDalam Bahaya

EndangeredDalam Bahaya

Critically EndangeredDalam Bahaya Kritis

Critically EndangeredDalam Bahaya Kritis

Critically EndangeredDalam Bahaya Kritis

Extinct in the WildPunah di Alam

ExtinctPunah

International Union for Conservation of Nature

Hai, namaku OrieAku adalah orangutan kalimantan. Di Indonesia, ada dua jenis orangutan, yaitu orangutan sumatera (Pongo abelii) dan orangutan borneo (Pongo pygmaeus), yang sesuai namanya, hidup di Sumatera dan Kalimantan. Kami hidup bersama jenis kera lain, seperti gibbon dan bekantan.

Tinggi kami bisa sampai 1,5 meter dengan berat 120 kg, betina lebih kecil dari jantan. Orangutan jantan punya pipi dan kantong tenggorokan besar yang tumbuh sampai dewasa. Orangutan mengempiskan kantongnya ini untuk membuat seruan panjang guna menandakan kedatangannya dan menarik perhatian betina.

Makanan kegemaran kami adalah buah, madu, jamur, dedaunan, tunas tumbuhan, kulit kayu, dan serangga.

Orangutanmamalia

The Manlike Ape

Kata “orangutan” berasal dari bahasa melayu, yaitu “orang” dan “hutan”. Kami punya 96% susunan gen yang mirip manusia lho! Seperti manusia, kami dikandung selama 8,5 bulan. Bayi kami akan terus dalam gendongan mama sampai 18 bulan, dan ikut mama sampai 8 tahun. Kami juga punya 32 gigi. Seperti manusia, kami juga terganggu oleh nyamuk! Kami mengusir nyamuk dengan cabang pohon.

Kami tinggal 55.000 ekor di Sumatera dan 7.500 di Borneo. Hutan kami dijadikan perkebunan dan pertambangan. Pohon-pohon ditebang untuk diambil kayunya. Kami kehilangan 80% habitat dalam 20 tahun ini! Tiap tahun, sekitar 1.000 bayi lucu kami ditangkap manusia. Pemburu juga harus membunuh induknya yang mati-matian mempertahankan bayinya. Jumlah kami makin sedikit saja jadinya.

Hai, namaku CendryAku adalah cendrawasih (Paradisaea minor), burung asli Papua. Kami menyebar sampai pulau-pulau di Selat Torres, Papua Nugini, dan di Australia Timur. Kami tinggal di satu tempat sepanjang tahuntanpa bermigrasi seperti jenis burung lain.

Sebagai jantan, aku punya leher hijau-jamrud dan sepasang ekor yang diperindah pinggul putih-kuning. Temanku yang betina berwarna merah-marun dengan kepala cokelat dan putih. Sekali bertelur, kami hanya menetaskan 2 telur berwarna merah muda.

Kami makan serangga, larva, buah, biji, dan madu.

Ketika memikat cendrawasih betina, pejantan akan berkumpul untuk bersaing mempertontonkan keelokan bulunya dan menari-nari. Kami disebut “burung surga” karena keelokan bulu kami. Banyak yang menganggap bahwa kami adalah burung terindah sedunia.

Cendrawasihburung

The Paradise Bird

Penduduk setempat meyakinkan pendatang dari Eropa bahwa cendrawasih adalah milik para dewa, tidak pernah menyentuh tanah, dan hanya minum embun. Mereka percaya begitu saja pada cerita penduduk ini, sehingga membuat nilai kami melambung. Selama lebih dari 100 tahun, manusia menangkapi kami untuk dijadikan peliharaan, hiasan awetan, atau riasan topi perempuan.

Kami dipercaya bisa menyembuhkan penyakit dan membawa keberuntungan. Kami juga diburu karena penduduk sering memakai bulu kami dalam pakaian dan upacara adat. Selain itu, penebangan hutan sekarang ini sangat merusak tempat tinggal kami. Tak heran, kami makin sedikit saja, ancaman ada di mana-mana.

Hai, namaku KommaAku adalah komodo (Varanus komodoensis) yang hidup di Pulau Komodo, Flores. Komodo juga ditemukan di Pulau Rinca dan Gili Motang.

Kami adalah kadal terbesar di dunia, dengan panjang 2-3 meter! Kami bisa sebesar ini karena kami adalah predator utama di habitat kami, tidak ada yang mampu memangsa kami di habitat kami. Kami bisa melihat sejauh 300 meter, lari secepat anjing, memanjat pohon, berenang, dan berdiri dengan dua kaki.

Kami makan segalanya: bangkai, rusa, babi, bahkan kerbau! Dengan lidah terjulur, kami bisa menangkap bau mangsa sejauh 4 kilometer. Kami bisa makan 12 kali saja setahun. Setelah makan, kami berjemur untuk membantu pencernaan. Jika makanan di perut tidak segera tercerna, kami akan keracunan!

Komodoreptilia

The Last Dragon

Saat berburu, kami menyamar. Kami amat sabar menunggu mangsa. Untuk memperebutkan komodo betina, komodo jantan akan “bergulat”. Tidak seperti kadal lain, kami sangat setia pada pasangan kami, biasanya kami hanya punya satu jodoh seumur hidup. Komodo betina bisa menelurkan 20 telur.

Penduduk menyebut kami “ora”. Orang Barat menyebut kami “komodo dragon” karena kami mirip naga dalam dongeng. Kami adalah “naga terakhir” karena jumlah kami turun gara-gara ulah manusia yang memburu rusa yang merupakan makanan utama kami, dan juga karena hutan kami dibakar. Jumlah komodo betina sangat sedikit dibanding yang jantan. Hanya ada sekitar 350 komodo betina di antara 5.000 komodo jantan yang tersisa di planet ini.

Selakanikan

The Living Fossil

Hai, namaku SellaAku adalah ikan selakan dari Sulawesi. Kami ada dua jenis: satu hidup di perairan Sulawesi (Latimeria menadoensis) dan satu lagi di Pulau Komoro, pantai timur Afrika (Latimeria chalumnae). Kata selakan berasal dari kata ”coelacanth”, kata Yunani yang artinya “duri berongga”, karena siripku memang berongga. Aku punya 4 sirip seperti kaki kecil yang bisa berputar 100° dan kugunakan sebagai dayung.

Kami suka makan gurita, sotong, belut, hiu kecil, dan ikan lain yang hidup di karang.

Kami sudah ada sejak 400 juta tahun lalu, jauh sebelum dinosaurus ada (65-225 juta tahun lalu)! Kami dianggap sudah punah 65 juta tahun lalu, karena itulah kami dijuluki ”fosil hidup”! Untuk pertama kalinya, kami ditangkap manusia di Pulau Komoro pada tahun 1938. Tahun 1998, teman kami ditangkap di dekat Pulau Manado Tua.

Masyarakat Manado menyebut kami “raja laut”. Kami suka berenang dengan kepala di bawah, berenang mundur, sambil menunggu mangsa. Kami bisa hidup selama 60 tahun. Telur kami sebesar jeruk, terbesar di antara telur ikan. Bayi kami menetas di perut induk. Ketika lahir, mereka diselubungi kuning telur yang menjadi makanan mereka. Kami hamil setelah umur 10 tahun. Masa hamil kami mencapai 3 tahun.

Jumlah kami turun karena penyempitan habitat. Tahun 1991, kami ada sekitar 650. Tahun 1994 jadi 450. Tahun 1995 cuma 300. Tiap tahun, sekitar 12 selakan ditangkap nelayan untuk dijual kepada para ilmuwan dan kolektor. Kami mampu melalui zaman es, zaman dino, tapi kami kalah dari ulah manusia.

Orie senang bermain dengan anak gibbon dan anak bekantan.

Yun... ayun... ayun…, mereka berayun di pepohonan tinggi, di hutan rimba Kalimantan.

Anak gibbon mengajak Orie main ke rumahnya, sebatang pohon yang besar kekar.

Dari pohon itu, mama gibbon melihat mereka dengan tatapan galak!

Rupanya mama gibbon tidak suka anaknya bermain dengan kera jenis lain. Mama gibbon pun mengusir Orie….

Hu-hu-hu… Orie menangis sesenggukan. Mama Orie menghibur, cup-cup-cup Orieku sayang…

Tiba-tiba, pohon tempat Orie dan mamanya tinggal berguncang keras. Ternyata pohon itu sedang ditebang!

Orie takut sekali, ia memeluk mamanya dengan kencang sambil berteriak, “Aaaa… Mamaa… Orie takut!!!”

Tiba-tiba… DOR!!! Sebutir peluru menembus punggung mama Orie.

Orie yang masih dalam pelukan mamanya berteriak panik, “Mamaaa!!!” Lalu keduanya jatuh….

Orie dan mamanya terguling di semak. Karena Orie terlindungi tubuh mamanya,

maka Orie baik-baik saja. Namun... mama Orie terlihat sangat kesakitan, nafasnya tersengal….

Akhirnya mama Orie tak bergerak lagi dan mengembuskan napas terakhirnya.

Orie menangis panik dan berusaha menggapai mamanya. “Mamaaa…! Mama jangan mati…!”

Tanpa Orie sadari, dua orang pemburu bersenjata lari mendatangi mereka.

Orie terus menangis sambil mengelus wajah mamanya, tak menyadari bahaya selanjutnya yang mengancam.

“KYAAA!!!” mama gibbon turun dari pohon dan dengan sigap menyambar Orie

untuk menyelamatkannya. Kedua pemburu terpana. Orie yang masih sedih, menangis pilu dalam pelukan mama gibbon,

“Tidaaak…! Mama…!”

Mama gibbon memeluk Orie erat-erat sambil berayun dari dahan ke dahan, pohon ke pohon.

Dari bawah, para pemburu masih berusaha menembak mereka. Untunglah, peluru mereka meleset….

Sepeninggal mamanya, Orie diasuh oleh mama gibbon dengan penuh kasih sayang.

Ternyata, menghadapi kejamnya manusia, kera-kera yang berbeda jenis pun

akan bersatu dan saling menjaga.

Cendry senang sekali hari itu. Ia berkumpul dengan papa, mama, dan kawan-kawannya:

kakatua, rangkong, dan kupu-kupu papua! Meskipun mereka berbeda jenis, mereka senang berkumpul

dan bermain bersama.

Papa Cendry sangat tampan, bulunya indah menawan. Ia juga disenangi para cendrawasih betina lainnya. Sampai-sampai mama Cendry cemburu jadinya! Melihat itu, Cendry berusaha menghibur mamanya.

Karena cendrawasih jantan senang pacaran, maka anak cendrawasih diasuh dan dicarikan makanan

oleh mamanya.

Saat mereka asyik makan bersama, tiba-tiba... “Aaaa…!” mama Cendry terpanah!

Hu-hu-hu… tega sekali pelakunya! Malangnya nasib mama Cendry…

Ketika dewasa, Cendry yang tampan seperti papanya mulai berusaha memikat putri cendrawasih

dengan melakukan tarian. Ia memekarkan bulu-bulunya yang indah agar putri cendrawasih terpikat….

Saat merayu, Cendry kaget karena mendadak ia tak bisa terbang! Kakinya menempel pada dahan pohon. Pohon itu telah dilumuri getah karet untuk menjebak burung yang hinggap di sana!

Oh, tidak! Putri cendrawasih terpaksa terbang meninggalkan Cendry sambil menoleh cemas.

Namun nasib putri cendrawasih malang juga. Ia terjerat jaring perangkap di antara pepohonan.

“Tolooong!” Ia panik tapi tak berdaya.

Nasib Cendry tak kalah malang. Ia dan sahabatnya, si rangkong,

tertangkap dan diangkut dengan mobil, entah ke mana….

Akhirnya... Cendry dijadikan peliharaan keluarga kaya! Ia tinggal di dalam sangkar emas.

Anak-anak keluarga itu juga senang bermain dengannya. Namun, Cendry tak pernah sesedih itu... ia telah kehilangan kebebasannya.

Setelah hari demi hari yang sedih dan sepi, suatu hari Cendry mendapat kejutan!

Seseorang membuka pintu sangkarnya dan memasukkan seekor cendrawasih lainnya ke dalam sangkar.

Siapa gerangan cendrawasih baru ini...?

Ternyata dia adalah sang putri cendrawasih idaman hati Cendry!

Waaaooo... Bahagianya Cendry…. Ia langsung menyambut putri cendrawasih dengan gembira.

Sepasang sejoli cendrawasih itu pun kembali hidup bersama. Namun… seindah apa pun sangkar emas itu,

mereka tetap merindukan rumah asal mereka, alam bebas….

Pagi yang cerah. Komma mengerami telur-telurnya, ditemani suami tersayang.

“Anak-anak kita pasti perkasa sepertiku!” kata suami Komma dengan bangga.

Tapi, pagi yang cerah itu tak ceria lagi. Dari kejauhan terdengar hiruk pikuk.

Para pemburu menangkapi komodo. Banyak komodo terbunuh, namun Komma hanya bisa mengintip dari balik semak

tanpa bisa berbuat apa-apa.

Tak lama setelah itu, dari arah lain, tercium bau asap. Ternyata hutan terbakar! Api berkobar besar!

Para komodo berusaha menyelamatkan diri. Komma juga panik sambil berusaha melindungi telur-telurnya.

Komma melindungi telur-telurnya dengan tubuhnya, tapi para komodo yang panik menerjangnya.

Akibatnya, banyak telur yang pecah terinjak dan menggelinding.

Api pun reda. Yang tersisa hanyalah bangkai komodo yang tewas terbakar.

Pohon jadi arang, rumput jadi abu. Tak banyak komodo yang selamat.

Untunglah Komma dan suaminya selamat.

Setelah ke sana-sini, Komma menemukan satu-satunya telurnya yang selamat di cekungan tanah.

Senang sekali hatinya. Ia ingin cepat-cepat memberitahu suaminya yang sedang berburu babi hutan.

Komma dengan setia kembali mengerami telurnya. Saat itu suaminya sedang bertarung

dengan komodo jantan lainnya untuk memperebutkan santapan. Deg-deg... deg-deg…

dengan cemas Komma menyaksikan gulat komodo itu!

Oh-oh-oh…. Setelah lama bergulat, suami Komma tewas bersama lawannya.

Komma mendekati jasad suaminya sambil menatap sendu.Kini, tinggal ia sendiri di pulau gersang itu,

dengan sebutir telurnya….

Hidup sendirian benar-benar sulit bagi Komma, sampai-sampai ia harus berburu sendiri juga.

Lama ia mengejar-ngejar babi hutan untuk dimakan….

Kebakaran hutan membuat hutan menjadi gersang terik! Komma kelelahan dan tak kuat mengejar babi hutan lagi.

Akhirnya, dengan sempoyongan, ia kembali pada telurnya….

Komma tak kuat lagi menahan lapar, tenaganya pun sudah habis. Senja itu ia pun mati..., meninggalkan telur satu-satunya….

Saat fajar menyingsing, bayi Komma, si komodo kecil, menetas dari cangkang telur. Dengan lugu, ia menyongsong mentari nan penuh misteri.

Jauh di bawah permukaan laut, hiduplah aneka hewan laut yang berwarna-warni.

Gurita mendekam, sidat laut meliuk gemulai, ubur-ubur jingga merona.

Mendadak, dari koral muncullah seekor ikan ganas sepanjang dua meter!

Ini dia Sella, ikan selakan yang sedang berburu. Sergapan Sella membuat hewan-hewan lainnya

kabur ketakutan. Huuuiiiy….

Sella memburu gurita kegemarannya ke laut biru dalam. Gurita terus berusaha melarikan diri.

Begitu pula dengan hewan-hewan yang ada di sekitar sana.

Tiba-tiba, gurita berbalik badan menyongsong Sella. Lalu… CROOOT!!! Gurita menyemprotkan senjata rahasianya,

tinta hitam pekat ke arah Sella! Sella tidak bisa melihat apa-apa karena semuanya jadi gelap!

Gumpalan tinta hitam kelam tak mampu menghalangi sang selakan. Sebuah mulut menganga lebar menerjang,

menandai akhir riwayat si gurita.

Setelah perburuan mangsa yang menguras banyak tenaga, Sella beristirahat di antara koral bawahlaut nan permai.

Suatu hari, telur-telur Sella menetas di dalam perutnya, dan anak-anaknya pun keluar dari mulutnya!

Anak-anak Sella berenang gembira. “Horeee! Akhirnya kita bertemu mama”, ujar mereka.

Sella menyambut putra-putrinya dengan gembira.

Laut adalah tempat yang menyenangkan, tapi juga berbahaya! Sewaktu anak-anak Sella bermain-main, seekor hiu ganas menyerang!

Anak-anak Sella panik ketakutan!

Untungnya, Sella melihat kejadian itu. Naluri keibuan membuatnya mengerahkan segenap daya

untuk menyelamatkan bayi-bayinya. Sella berenang melesat dan menggigit perut si hiu...

CRES! Hiu takut dan kabur terbirit.

Kadang kala, semua selakan senang menari dengan kepala di bawah.

Mereka menari dan menari, mendekati permukaan air….

Dan… datanglah sesuatu yang besar: jaring nelayan! Sella dan anak-anaknya bengong

melihat benda yang belum pernah mereka lihat sebelumnya ini.

Tanpa Sella sadari, tiba-tiba dirinya terseret arus... dan dia sudah berada di balik benda asing itu,

yang makin menjauhkannya dari anak-anaknya… “Mamaaa...!” teriak kalut anak-anak Sella, yang sama tak berdayanya.

Itulah kebersamaan mereka yang terakhir....