kuat-tekan-optimum-beton

15

Click here to load reader

Transcript of kuat-tekan-optimum-beton

Page 1: kuat-tekan-optimum-beton

Menentukan Kuat Tekan Optimum Beton Dengan Perbandingan Komposisi Kerikil Asal Batang Kuantan Dan

Batu Pecah Asal Bangkinang

Rony Ardiansyah dan SefyetJurusan Teknik Sipil Universitas Islam Riau

Jl. Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru-28284

Abstrak

Kalau dilihat perkembangan dunia struktur di Indonesia semakin meningkat pesat dan diimbangi dengan bahan bangunan yang memiliki keunggulan-keunggulan, salah satu diantaranya yaitu struktur beton. Disini yang mempengaruhi kuat tekan beton salah satunya agregat kasar yang digunakan, yang mana agregat kasar terdiri dari batu pecah dan batu bulat (kerikil). Batu pecah bentuk permukaan butirannya relatif kasar dan sangat baik untuk mutu beton tinggi sedangkan kerikil butirannya relatif halus tidak cocok untuk mutu beton tinggi, maka dari itu dicoba melakukan penelitian mencampurkan dua agregat tersebut untuk mencapai kuat tekan beton tinggi. Metode pencampuran beton (mix design) menggunakan mix design standar SK SNI T-15-1990-03. Penelitian yang dilakukan disini menggunakan 5 (lima) variasi campuran yaitu, 10% kerikil 90% batu pecah, 30% – 70%, 50% – 50%, 70% – 30% dan 90% – 10%. Hasil dari penelitian tersebut kuat tekan yang dicapai yaitu, untuk campuran 10% – 90% kuat tekan yaitu 38,53 MPa, 30% – 70% = 38,25 MPa, 50% – 50% = 35,41 MPa, 70% – 30% = 35,07 MPa dan 90% – 10% kuat tekan yang dicapai 32,92 MPa. Kuat tekan beton cenderung bertambah seiring dengan penambahan prosentase batu pecah kuat, dengan campuran optimum 100% batu pecah dan 0% krikil menunjukkan kekuatan maksimum sebesar 43,41 Mpa.

Kata-kata Kunci: variasi campuran, beton, agregat, batu bulat, batu pecah dan uji kuat tekan.

If seen [by] structure world growth in Indonesia progressively mount fast and made balance to with construction material owning excellence, one of [the] among others that is concrete structure. Here influencing strength depress concrete one of them used harsh aggregate, which harsh aggregate consist of stone break and circular stone ( gravel). Stone break form surface [of] its item [is] harsh relative and very good to quality of high concrete while its item gravel relative incompatible refinement to quality of high concrete, hence from that tried to [do/conduct] research mix two the aggregate to reach strength depress high concrete. method Mixing [of] concrete ( design mix) using SK SNI T-15-1990-03 standard design mix [done/conducted] Research here use 5 ( mixture variation [of] lima) that is, 10% gravel 90% stone break, 30 - 70%, 50 - 50%, 70 - 30% and 90 - 10%. Result from the research [of] strength depress reached that is, for the mixture of 10 - 90% strength depress that is 38,53 MPA, 30 - 70 = 38,25 MPA, 50 - 50 = 35,41 MPA, 70 - 30 = 35,07 MPA and 90 - 10% strength depress reached 32,92 MPA. Strong depress concrete tend to to increase along with addition of[is percentage of stone break strength, with optimum mixture 100% stone break and 0% krikil show maximum strength equal to 43,41 Mpa 1. PENDAHULUAN

Page 2: kuat-tekan-optimum-beton

Beton dipakai secara luas sebagai bahan bangunan dalam dunia konstruksi, terutama karena nilai ekonominya yang baik. Sebagai salah satu material utama dalam konstruksi, beton senantiasa dikembangkan, mulai dari penelitian dan percobaan-percobaan yang telah dilakukan. Tujuan dari pengembangan ekonomi beton ialah untuk mendapatkan sifat mekanis yang optimal dengan harga yang relatif murah. Salah satu cara untuk mendapatkan sifat mekanis beton yang baik ialah dengan cara mengoptimalkan bahan-bahan pembentuk campuran beton tersebut.

Beton yang baik adalah beton yang memenuhi syarat suatu peraturan beton Indonesia dan menjamin bangunan tersebut akan tahan lama, sesuai target yang diinginkan, tinggi rendahnya nilai kekuatan beton sangat tergantung dari kualitas bahan-bahan pembentuk beton yaitu air, semen dan agregat. Disamping itu kekuatan tersebut harus disesuaikan dengan kondisi atau pencampuran beton dalam konstruksi karena apabila dalam pelaksanaan ternyata mengalami kesukaran dalam pencampuran maka akibatnya nilai kekuatan beton akan menurun.

Kemajuan pengetahuan tentang teknologi beton telah dapat memenuhi berbagai tuntutan tertentu, misalnya pemakaian bahan lokal yang dapat diperoleh disuatu daerah tertentu dengan mengubah perbandingan bahan dasar yang sesuai, maupun cara pengerjaan yang cocok dengan kemampuan pekerja, serta kebutuhan penampilan yang sesuai. Saat ini pengetahuan cara pembuatan beton tampaknya lebih populer daripada pengetahuan tentang bahan dasarnya (Tjokrodimuljo, 1997: 1).

Dari keterangan diatas maka dicoba melakukan pencampuran dua agregat yang berbeda yaitu batu bulat dan batu pecah untuk mencapai kuat tekan maksimum dari beton tersebut.

2. TINJAUAN PUSTAKABeberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan tentang hubungan rencana

campuran dengan kuat tekan beton menunjukkan hasil anatara lain sebagai berikut ini.Rusdi (2004) melakukan penelitian tentang “Perancangan Campuran Beberapa Mutu

Beton Dengan Menggunakan Agregat Asal Sungai Batang Kuantan” (untuk fc’=17,5 Mpa dan untuk fc’=22,5 Mpa), dengan mix design Standar SK SNI T-15-1990-03. Dari hasil penelitian menunjukkan mutu beton yang menggunakan material kerikil (alami) menghasilkan mutu beton yang direncanakan, tetapi untuk beton mutu tinggi tidak tercapai, berarti agregat asal Sungai Batang Kuantan tidak bisa digunakan untuk beton mutu tinggi tanpa adanya zat tambahan aditif lainnya.

Indartha (2002) melakukan penelitian tentang “Pembuatan Beton Dengan Menggunakan Bahan Campuran Batu Granit” metode yang digunakan SK SNI T-15-1991-03. Hasil penelitian menunjukkan mutu beton yang menggunakan material batu granit (fc’= 278,86 kg/cm2) lebih baik dari mutu beton yang menggunakan kerikil biasa (fc’= 185,906 kg/cm2) dengan memakai cara pembuatan beton yang sama, yaitu memakai volume 1:2:3 dimana Volume wadahnya adalah 14,5241.

3. LANDASAN TEORIBeton merupakan bahan gabungan yang terdiri dari agregat kasar dan halus

yang dicampur dengan air dan semen sebagai pengikat dan pengisi antara agregat kasar dan halus, kadang-kadang ditambahkan addictif atau admixture bila diperlukan (Subakti, 1999: 1). Sifat agregat yang paling berpengaruh terhadap kekuatan beton ialah kekasaran permukaan dan ukuran maksimumnya. Permukaan yang halus pada kerikil dan kasar pada batu pecah berpengaruh pada lekatan dan besar tegangan saat retak-retak beton mulai mulai terbentuk. Oleh karena itu kekasaran permukaan ini berpengaruh terhadap kurva tegangan-regangan tekan beton, dan terhadap kekuatan betonnya. Akan tetapi bila adukan beton didasarkan pada nilai slump yang sama

Page 3: kuat-tekan-optimum-beton

besar, pengaruh tersebut tidak tampak karena agregat yang permukaannya halus memerlukan air yang lebih sedikit, berarti faktor air semennya rendah yang menghasilkan kuat tekan beton yang lebih tinggi.

4. METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian dilakukan dilaboratorium beton Fakultas Teknik Univesitas Islam Riau, laboratorium dipakai untuk melakukan pemeriksaan material, mix design, pembuatan benda uji, pengujian slump, pengujian berat isi dan pengujian kuat tekan. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut ini.

1. Semen, yaitu semen Portland tipe I (Semen Padang)2. Agregat Halus, dimana agregat halus berupa pasir yang diambil dari quary

Teratak Buluh.3. Agregat Kasar, berupa kerikil yang diambil dari quary Sungai Batang

Kuantan dan Batu Pecah dariBangkinang.4. Air, diambil dari air sumur bor di Fakultas Teknik Universitas Islam Riau

Pekanbaru.Sedangkan persen campuran yang digunakan lima variasi campuran yaitu sebagai berikut ini.Variasi campuran : K1 = 10% Kerikil, 90% Batu pecah, K2 = 30% Kerikil, 70% Batu pecah, K3 = 50% Kerikil, 50% Batu pecah, K4 = 70% Kerikil, 30% Batu pecah, K5 = 90% Kerikil, 10% Batu pecah, K6 = 100% Kerikil Batang Kuantan, dan K7 = 100% Batu pecah Bangkinang.Dalam perhitungan hasil penelitian perencanaan mutu beton dengan menggunakan dua agregat yaitu batu pecah dan kerikil, penelitian dilakukan dengan perbandingan berapa persen batu pecah yang digunakan untuk mencapai kuat tekan optimum beton dengan mutu beton rencana fc’ = 25 Mpa , kemudian melakukan perbandingan antara pelaksanan penelitian dan perhitungan (mix design) penulis menggunakan mix design standar SK SNI T-15-1990-03.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Materal Benda Uji

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah yang telah memenuhi persyaratan yang terdapat dalam SK SNI T-15-1993, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.Tabel 1 Material benda ujiNo Bahan-bahan Keterangan1. Semen Semen Padang type I2. Agregat Halus Pasir dari Quary Teratak Buluh

3. Agregat KasarMenggunakan batu bulat (kerikil) dari sungai Batang Kuantan dan batu pecah dari Bangkinang

4. AirDiambil dari sumur bor Fakultas Teknik Universitas Islam Riau

3.2. Distribusi Ukuran Butir Material

Page 4: kuat-tekan-optimum-beton

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) material yaitu agregat halus dan agregat kasar, yaitu batu kerikil dan batu pecah, yang mana hasil pemeriksaannya dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3 berikut ini.

Gambar 1 Distribusi ukuran butir pasir Teratak BuluhPada Gambar diatas dapat dilihat pasir Teratak Buluh termasuk pada zona 4 menurut SK SNI T-5-1993.

Sedangkan hasil pemeriksaan untuk ukuran material batu pecah Bangkinang dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2 Distribusi ukuran batu pecah Bangkinang

Untuk distribusi ukuran kerikil sungai Batang Kuantan dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini.

Gambar 3 Distribusi ukuran kerikil sungai Batang Kuantan

Page 5: kuat-tekan-optimum-beton

3.3. Berat Isi Material

Pemeriksaan berat isi didefenisikan sebagai perbandingan antara agregat kering dan volumenya, hasil pembahasan dapat dilihat pada table 2 berikut.Tabel 2 Berat isi agregat

MaterialBerat Isi (gram/cm³) Berat Isi rata-rata

(gram/cm³)Lepas/Gembur PadatPasir Teratak Buluh 1,095 1,370 1,2325Kerikil Batang Kuantan 1,60 1,764 1,682Batu Pecah Bangkinang 1,429 1,620 1,5245 3.4. Berat Spesifik Serta Penyerapan Air Material

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis dari semua agregat halus dan kasar serta penyerapan airnya, hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 3 berikut.Tabel 3 Pemeriksaan berat spesifik dan penyerapan air material

Material Berat Spesifik (gram) Penyerapan Air (%)Pasir Teratak Buluh 2,61 0,8Kerikil Batang Kuantan 2,58 1,297Batu Pecah Bangkinang 2,64 1,30

3.5. Pemeriksaan Kadar Lumpur

Untuk kadar Lumpur dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.Tabel 4 Pemeriksaan kadar Lumpur material

Material Kadar Lumpur (%)Pasir Terak Buluh 1,32Kerikil Batang Kuantan 0,1Batu Pecah Bangkinang 0,13

3.6. Pemeriksaan Kadar Air

Apabila tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan proporsi campuran harus dikoreksi kandungan dalam air agregat. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.Tabel 5 Kadar air material

Material Kadar Air (%)Pasir Terak Buluh 0,48Kerikil Batang Kuantan 0,56Batu Pecah Bangkinang 0,65

3.7. Mix Design

Untuk komposisi campuran teoritis dan kondisi lapangan untuk perencanaan beton dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.Tabel 6 Komposisi campuran teoritis untuk perencanaan beton dengan berbagai persen

campuran agregat Batang Kuantan dan Agregat Bangkinang untuk kondisi SSD dan Lapangan.

Persen Campuran

Untuk Kondisi

Banyaknya Bahan

Semen (Kg)

Agregat Halus (Kg)

Agregat Kasar (Kg)

Air (Liter)

Page 6: kuat-tekan-optimum-beton

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

10%-90%

SSD

Untuk 1 m³ 368 456,5 1369,5 184Perbandingan 1 1,239 3,721 0,5Tiap 1 sak semen

50 61,95 186,05 25

Lapangan

Untuk 1 m³ 368 455,04 1360,74 194,22Perbandingan 1 1,24 3,70 0,53Tiap 1 sak semen

50 62 185 26,5

30%-70%

SSD

Untuk 1 m³ 368 456,25 1368,75 184Perbandingan 1 1,240 3,719 0,5Tiap 1 sak semen

50 62 185,95 25

Lapangan

Untuk 1 m³ 368 454,79 1359,99 194,22Perbandingan 1 1,24 3,69 0,53Tiap 1 sak semen

50 62 184,5 26,5

Tabel 6 (Lanjutan)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

50%-50%

SSD

Untuk 1 m³ 368 455,75 1367,25 184

Perbandingan 1 1,238 3,715 0,5

Tiap 1 sak semen

50 61,9 185,75 25

Lapangan

Untuk 1 m³ 368 454,29 1358,50 194,21

Perbandingan 1 1,23 3,68 0,53

Tiap 1 sak semen

50 61,5 184 26,5

70%-30%

SSD

Untuk 1 m³ 368 455,5 1366,5 184

Perbandingan 1 1,24 3,63 0,5

Tiap 1 sak semen

50 62 181,85 25

Lapangan

Untuk 1 m³ 368 454,04 1357,75 194,21

Perbandingan 1 1,23 3,68 0,53

Tiap 1 sak semen

50 61,5 184 26,5

90%-10%

SSD

Untuk 1 m³ 368 444,75 1354,25 184

Perbandingan 1 1,21 3,68 0,5

Tiap 1 sak semen

50 60,5 184 25

Lapangan

Untuk 1 m³ 368 443,33 1345,58 194,09

Perbandingan 1 1,20 3,65 0,53

Tiap 1 sak semen

50 60 182,5 26,3

100% (Kerikil)

SSD Untuk 1 m³ 368 455,5 1366,5 184

Perbandingan 1 1,238 3,713 0,5Tiap 1 sak semen

50 61,95 185,65 25

Page 7: kuat-tekan-optimum-beton

Lapangan Untuk 1 m³ 368 454,04 1357,75 194,21

Perbandingan 1 1,23 3,68 0,53Tiap 1 sak semen

50 61,5 184 26,5

100% (BPC)

SSD Untuk 1 m³ 368 456,5 1369,5 184

Perbandingan 1 1,239 3,721 0,5

Tiap 1 sak semen

50 61,95 186,05 25

Lapangan Untuk 1 m³ 368 455,04 1360,74 194,22

Perbandingan 1 1,23 3,69 0,53

Tiap 1 sak semen

50 61,5 184,5 26,5

3.8 Hasil Nilai Slump

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil slump dari tiap persentase campuran, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.Tabel 7 Pemeriksaan Hasil Slump

Campuran Nilai Slump (mm)K1 61K2 63K3 62K4 65K5 63K6 62K7 61

. 3.9. Analisa Berat Isi Beton

Hasil dari pengujian ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat isi beton segar serta banyaknya semen permeter kubik, untuk penjelasan dapat dilihat pada tabel 8 berikut.Tabel 8 Berat isi beton rata-rata dan banyaknya semen permeter kubik

Campuran

(1)

Berat Isi Rata-rata (Kg/Ltr)

(2)

Semen Permeter Kubik (Zak/m³)

(3)K1 2,44 6,67K2 2,49 6,80K3 2,54 6,89K4 2,58 7,14K5 2,62 7,14K6 2,66 7,25K7 2,67 7,26

Variasi campuran : K1 = 10% Kerikil, 90% Batu pecahK2 = 30% Kerikil, 70% Batu pecahK3 = 50% Kerikil, 50% Batu pecah K4 = 70% Kerikil, 30% Batu pecahK5 = 90% Kerikil, 10% Batu pecah

Page 8: kuat-tekan-optimum-beton

K6 = 100% Kerikil Batang KuantanK7 = 100% Batu pecah Bangkinang

3.10. Analisis Kuat Tekan Beton

Untuk pengujian kuat tekan beton pada penelitian ini dilakukan pada umur 28 hari saja, dari hasil pengujian dengan menggunakan alat kuat tekan didapat hasil kuat tekan dari 5 (lima) variasi campuran tersebut, analisanya dapat dilihat pada tabel 8 berikut.Tabel 9 Rangkuman kuat tekan beton dengan berbagai variasi campuran antara batu

bulat dan batu pecahUmur (Hari)

Beban (KN)K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7

28 765 760 720 740 750 610 98028 790 950 820 835 825 830 93028 865 825 760 710 690 820 92028 980 840 825 810 640 835 1000

Dari tabel 9 didapat beban yang diperoleh dari masing-masing variasi campuran

Tabel 10 Kuat tekan betonUmur (Hari)

Kuat Tekan (Mpa)K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7

28 34,68 34,45 32,64 33,54 34,00 27,65 44,4228 35,81 43,07 37,17 37,85 37,40 37,63 42,1628 39,21 37,40 34,45 32,18 31,28 37,17 41,7128 44,43 38,08 37,40 36,72 29,01 37,85 45,33

Fc’r 38,53 38,25 35,41 35,07 32,92 35,08 43,41

Dari Tabel 9 dan 10 dapat dilihat hasil dari pengujian kuat tekan beton mengalami peningkatan seiring bertambahnya penggunaan batu pecah (agregat Bangkinang), dalam hal ini kuat tekan beton optimum yaitu dengan agregat kasar campuran 10% agregat Batang Kuantan, 90% agregat Bangkinang, kuat tekan yang dicapai 38,53 Mpa, peningkatan kuat tekan ini dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.

Gambar 4 Perkembangan kuat tekan beton dengan beberapa persen campuran yang berbeda antara agregat Batang Kuantan dan agregat Bangkinang

Page 9: kuat-tekan-optimum-beton

Hubungan kuat tekan beton terhadap berat isi beton dapat dilihat pada Gambar 5.5 berikut ini.Keterangan : 43,41 Mpa kuat tekan untuk 100% Batu pecah Bangkinang

35,08 Mpa kuat tekan untuk 100% Kerikil Batang Kuantan38,53 Mpa kuat tekan untuk 10% Kerikil, 90% Batu pecah38,25 Mpa kuat tekan untuk 30% Kerikil, 70% Batu pecah35,41 Mpa kuat tekan untuk 50% Kerikil, 50% Batu pecah35,07 Mpa kuat tekan untuk 70% Kerikil, 30% Batu pecah32,92 Mpa kuat tekan untuk 90% Kerikil, 10% Batu pecah

Gambar 5 Hubungan Kuat Tekan Beton Dengan Berat Isi Beton

Dari Gambar 5.5 di atas dapat dijelaskan bahwa kuat tekan beton semakin meningkat seiring bertambahnya berat isi beton.

3.11. Komparasi Kuat Tekan Beton Terhadap Variasi Campuran

Komparasi ini meliputi: hasil perkembangan kuat tekan beton menggunakan campuran 10% kerikil, 90% batu pecah, 30%-70%, 50%-50%, 70%-30%, 90%-10% serta hasil perbandingan nilai karakteristik campuran beton dan kuat tekan rencana.

Hasil ini mengetahui perbandingan kuat tekan antara beton dengan kelima campuran tersebut dan juga perkembangan kekuatan beton tersebut. Perbandingan kuat tekan beton tersebut dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini.

Gambar 6 Perkembangan kuat tekan beton menggunakan beberapa variasi campuran

Page 10: kuat-tekan-optimum-beton

Pada Gambar 5.6 diatas dapat terlihat perbedaan kekuatan rata-rata beton antara beton menggunakan campuran 10% kerikil, 90% batu pecah, 30%-70%, 50%-50%, 70%-30%, 90%-10%, dimana beton dengan campuran 10%-90% memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan persen campuran lainnya.

3.12. Analisis Kuat Tekan Beton Dengan Regresi

Dari hasil kuat tekan didapat persentase kuat tekan beton dari campuran 10% kerikil, 90% batu pecah, 30%-70%, 50%-50%, 70%-30% dan 90%-10%, dapat dilihat pada Gambar 7 dibawah ini.

Gambar 7 Grafik kuat tekan beton dengan persentase batu pecah terhadap kerikil pada umur

28 hari

Dari Gambar 7 di atas dapat dijelaskan bahwa beton dengan mencampurkan beberapa persen campuran mempunyai kolerasi R2 = 0,847 yang hampir mendekati satu, ini membuktikan bahwa beton yang dicampurkan dengan dua agregat yang berbeda mempunyai mutu yang bagus, yang mana dari gambar di atas kuat tekan rata-ratanya di atas 30 Mpa jauh dari kuat tekan yang direncanakan yaitu 25 Mpa.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan sebelunnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Semakin banyak menggunakan batu pecah maka semakin tinggi kuat tekan yang dicapai,

dimana 10% kerikil, 90% batu pecah kuat tekan yang dicapai sebesar 38,53 Mpa, sedangkan 30%-70% kuat tekan yang dicapai sebesar 38,25 Mpa, 50%-50% kuat tekannya sebesar 35,41 Mpa, 70%-30% kuat tekan yang dicapai yaitu 35,07 Mpa dan untuk campuran 90%-10% kuat tekan yang dicapai yaitu 32,92 Mpa, mencapai kuat tekan rencana yaitu 25 Mpa, disini peneliti mengambil umur 28 hari saja.

2. Dengan mencampurkan kerikil Batang Kuantan dan batu pecah Bangkinang kuat tekan optimumnya yaitu pada pencampuran 10% kerikil Batang Kuantan 90% batu pecah Bangkinang, kuat tekan yang dicapai yaitu 38,53 Mpa.

3. Semakin besar berat isi beton maka semakin tinggi kuat tekan yang dicapai, dimana kuat tekan 32,92 Mpa berat isi beton yaitu 2,44 kg/cm3, kuat tekan 35,07 Mpa berat isi yaitu 2,49 kg/cm3, kuat tekan 35,41 Mpa berat isi 2,54 kg/cm3, kuat tekan 38,25 Mpa berat isi 2,58 kg/cm3 dan kuat tekan 38,53 Mpa berat isi betonnya 2,62 kg/cm3.

Saran

Page 11: kuat-tekan-optimum-beton

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka campuran kerikil Batang Kuantan dan batu pecah Bangkinang sebaiknya digunakan untuk bangunan dengan mutu beton tinggi (kelas III) atau kuat tekan beton dengan kuat tekan karakteristik diatas 22,5 Mpa seperti: bangunan bertingkat, karena kuat tekan rata-rata diatas 30 Mpa.

2. Untuk Industri beton (Ready Mix), bahwa pencampuran kerikil dengan batu pecah bisa digunakan untuk beton mutu tinggi dengan tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas dari beton tersebut.

3. Untuk mendapatkan mutu beton yang lebih baik lagi disarankan agar memperhatikan beberapa faktor seperti Faktor Air Semen (FAS), kualitas agregat kasar, kualitas agregat halus, pengujian material, pengecaoran beton, serta pemadatan.

Daftar PustakaDipohusodo, I., 1999, Struktur Beton Bertulang, SK SNI T-15-1991-03, Departemen

Pekerjaan Umum RI.Mulyono, Tri., 2004, Teknologi Beton, Edisi I, Andi Yogyakarta.Rooseno, R., 1980, Beton Bertulang, Ghalia Indonesia, Jakarta.Soetjipto, 1980, Konstruksi Beton, Edisi I Dept. DikBud, Jakarta.Tjokrodimuljo.K., 1997, Teknologi Beton, Nafiri, Yogyakarta.