KUALITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus L. …digilib.unila.ac.id/32126/10/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of KUALITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus L. …digilib.unila.ac.id/32126/10/SKRIPSI TANPA BAB...
KUALITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus L.)
SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA
(Carica papaya L.)
(Skripsi)
Oleh
Eka Ratna Susmala Dewi
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
KUALITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus L.)
SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA
(Carica papaya L.)
Oleh
Eka Ratna Susmala Dewi
Di Indonesia berbagai cara kontrasepsi telah diterapkan untuk mensukseskan
program KB. Salah satunya dengan memperbaiki bahan baku obat antifertilitas
yang memiliki efek samping seminimal mungkin. Pepaya (Carica papaya L.)
merupakan tanaman yang hampir setiap bagiannya memiliki manfaat sebagai
obat-obatan termasuk bijinya, yang diduga memiliki kandungan senyawa aktif
sebagai antifertilitas. Pria merupakan fokus baruuntuk program KB yang selama
ini belum banyak diperhatikan. Kontrasepsipria yang selama ini digunakan adalah
kondom dan vasektomi. Keduanya memiliki efek samping yaitu penggunaan
kondom dapat menimbulkan keluhan psikologis sedangkan vasektomi dapat
menimbulkan efek samping yang permanen. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji papaya (Carica papaya L.)
terhadap kualitas spermatozoa mencit (Mus musculus L.) yang meliputi motilitas,
viabilitas dan morfologi spermatozoa. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan
menggunakan mencit jantan sebagai hewan uji. Rancangan yang digunakan yaitu
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini terdiri dari 3 kelompok perlakuan
dan 1 kelompok Kontrol dengan lima kali ulangan. Dosis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 2 mg/kgBB, 4 mg/kgBB, dan 8 mg/kgBB. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Of Varian (ANOVA) untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan. Apabila terdapat perbedaan
yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf
5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ektrak biji pepaya terhadap
spermatozoa mencit dapat mengakibatkan penurunan motilitas, viabilitas dan
morfologi spermatozoa.
Kata kunci :Biji Pepaya, Alat Kontrasepsi, Spermatozoa
KUALITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus L.)
SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA
(Carica papaya L.)
Oleh
EKA RATNA SUSMALA DEWI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
iv
RIWAYAT HIDUP
Eka Ratna Susmala Dewi dilahirkan di Rawa Bening,
Sumatera Selatan, pada tanggal 17 Juli 1996. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Bapak Rino dan Ibu Khususiah.
Penulis menempuh pendidikan pertama Sekolah
Dasar di SD N Tebat Jaya, Sumatera Selatan dan
tamat pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah
Pertama di SMP NU Tebat Jaya, Sumatera Selata, lulus pada tahun 2011.Dan
melanjutkan kembali pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA N 3 Martapura,
Sumatera Selatan dan selesai pada tahun 2014.
Padatahun 2014, penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Universitas
Lampung (UNILA) pada Program Studi Biologi, Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) melalui jalur Seleksi Ujian
Mandiri (UM). Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah menjadi asisten
praktikum matakuliah Struktur Perkembangan Tumbuhan (SPT), Biologi Umum
dan Bryologi
Penulis terdaftar sebagai anggota muda HIMBIO dibidang Komunikasi dan
Informasi periode 2015-2016 serta pengurus Himpunan Mahasiswa Biologi
v
(HIMBIO) dan terdaftar sebagai anggota bidang Komunikasi dan Informasi pada
tahun 2016-2017.
Penulis melaksanakan Kerja Praktik di Laboratorium Pengendalian dan Pengujian
Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Lampung padaJanuari – Maret 2017
dengan judul “Uji Keberadaan Bakteri Escherichia coli pada Produk
Calamari di Laboratorium Pengendalian dan Pengujian Mutu Hasil
Perikanan (LPPMHP) Provinsi Lampung”.Dan melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Tejang Pulau Sebesi, Kecamatan Raja Basa, Kabupaten
Lampung Selatan pada Juli – Agustus 2017.
Dengan segala rasa syukur dan penuh perjuangan dalam proses pembelajaran
yang ditempuh, akhirnya penulis dapa tmenyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1) di
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lampung.
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT,Karya kecil ini kupersembahkan kepada:
Bapak dan Ibuku TercintaRino S.Pd dan Khususiah
AdikkuTersayangUswatun khasanah
Dosen Pembimbing dan Dosen PembahasBapakDr. Hendri Busman, M. Biomed., Ibu Dr. Nuning
Nurcahyani, M.Sc dan Bapak Prof. Dr. Sutyarso, M. Biomed
Kawan-kawan SeperjuangankuBiologi 2014
AlmamaterkuKeluarga Besar Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Lampung
Dan semua orang-orang baik dan terkasih yang sudah membantu penulishinggasa mpai tahap sekarang ini
MOTTO
Buku adalah jendela dunia “Cerdas dalam Berfikir, Cermat dalamBertindak”
Man sara ala darbiwashala“Siapa menapaki jalan-Nya akan sampai ke tujuan”
Sesungguhnya Allah berkata : Aku sesuai prasangka hamba-Ku pada Kudan Aku bersamanya apabila ia memohon kapada-Ku”
(H.R. Muslim)
Ketika kita yakin pasti kita bisaDan
Ketika kita percaya semuanya akan menjadi nyataTiada hasil tanpa perjuangan
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelummereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS.ar-Ra’d:11)
Visi tanpa eksekusi adalah halusinasi(Henry Ford)
Jadilah kalah karena mengalah, bukan kalah karena menyerah
ALLAH DULU, ALLAH LAGI ALLAH TERUS
viii
SANWACANA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,
sholawat serta salam senantiasa dicurahkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW yang senantiasa dinantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah.
Skripsi dengan judul “Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.)
Setelah Pemberian Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.)” yang
dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2018. Penulis menyadari selama
penyelesaian tugas akhir (skripsi) tidak terlepas dari bantuan, dukungan, do’a,
bimbingan serta kritik dan saran dari berbagai pihak. Dengan ini penulis
mengucapkan rasa syukur dan terimakasih kepada :
1. Bapak dan ibu, yang selalu memberi dukungan, do’a serta berjuang penuh
untuk pendidikan dan keberhasilan eka, nasihat dan motivasi yang selalu
membangkitkan semangat eka, cinta kasih sayang yang tak terhingga sehingga
eka bisa menyelesaikan salah satu tugas studi yang sesuai harapan.
2. Dek ana yang selalu memberikan do’a, dan selalu jadi pengingat ketika mba
lalai, menjadi teman dikos ketika kos sudah sepi, serta memberi semangat
sehingga eka dapat menyelesaikan studi dengan baik.
ix
3. Bapak Dr. Hendri Busman, M.Biomed., selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan banyak ilmu, motivasi, kritik dan
saran, membimbing dengan penuh kesabaran, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir dengan baik.
4. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Pembimbing II sekaligus Ketua
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Lampung yang dengan sabar
membimbing,mengajarkan, memberi perhatian, dan membagi ilmu, serta
membantu penulis menyelesaikan tugas akhir dengan baik
5. Bapak Prof. Dr. Sutyarso, M. Biomed., selaku penguji utama yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi masukan, kritik dan
saran serta motivasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M. P., selaku rektor Universitas
Lampung.
7. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
8. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., selaku sekretaris jurusan biologi yang telah
memberi saran dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
dengan baik.
9. Ibu Dra. Elli Lestari Rustiati, M.Sc., selaku pembimbing akademik yang telah
memberi motivasi, bimbingan, kritik, dan saran kepada penulis.
x
10. Bapak dan ibu dosen serta seluruh staff Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, khususnya di Jurusan Biologi.
11. Sahabat setia ku Pratami Dwi Rahmawati yang telah berjuang bersama dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
12. Sahabat terkasih Nana Nurkhasanah, Milsa Solvadiana, Puput Dian Anggraini,
Suminta Frida K.H, Mesy Hervista, M. Rizki Ramadhan, Nur Isfa’ni, Rizki
Fitri Ramadhani, Dian Neli Pratiwi, Muhamad Afan Efendi, Elen Fitria dan
Rachma Aulia,seluruh teman-teman terdekat yang telah berperan serta
memberi motivasi, rasa kasih sayang, kebersamaan, dan dukungan kepada
penulis.
13. Tim penelitian dengan hewan uji mencit yaitu Dian Anggraini, Siti Umairoh,
Kamiliah Tsany, Nida Nurhanifah, Adelea Tasya Putri, Febrina Ramadhani,
Tunggul Vandroy, dan Oksa Trinanda yang selalu membantu, memberi kritik,
dan saran, kebersamaan selama penelitian dan penyelesaian tugas akhir.
14. Teman seperjuangan Biologi 2014 dan adik-adik Biologi yang telah
membersamai dalam berjuang dan menjadi bagian dari keluarga.
15. M. Taslim Khoirul Azhar yang selalu memberi semangat, motivasi, kritik serta
saran kepada penulis.
16. Mba Riya Febriani, Suwarda Gadis Notria, Mas Hendra Wijaya, M. Agung
Danang Prabowo, Rini Anjar Sari, Mba Suwarda Dua Imatudela, Nurul
Hikmah, Siti Asyiah dan Dewi Sri maryati sebagai keluarga, sahabat, teman
xi
dan orang terkasih yang telah menemani penulis hingga saat ini, memberikan
banyak tenaga, dukungan, do’a dan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
17. Keluarga kecil KKN periode 2 desa tejang pulau sebesi,Nur Indriani, Arif
Fauzi, I Ketut Sadha Gunce Yana, Popiyana Siburian, Synthia Adelina, Tia
Hotma, Riza Umami, Berliana A Purba, Yogi Jentrapolta, Dimas Ardyasa,
Widia Paramita, Muhammad Aswan, Okta Dwi Andika K, Bastian D. Julian,
Juniko, Fani Fatimah, Ikhsan.
18. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikantugas akhir
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.
Namun, besar harapan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun yang
membacanya. Semoga Allah SWT, membalas semua kebaikan mereka yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir. Amiin.
Bandar Lampung, 03 Juli 2018
Penulis,
Eka Ratna Susmala Dewi
xii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................. iv
PERSEMBAHAN ................................................................................. vi
MOTTO ................................................................................................ vii
SANWACANA ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xv
I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian .................................................................. 3
C. Manfaat Penelitian ................................................................ 3
D. Kerangka Pikir ..................................................................... 3
E. Hipotesis ............................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTKA ............................................................... 5
A. Pepaya (Carica papaya L.) ................................................... 5
1. Biologi Pepaya ................................................................ 5
2. Kandungan Biji Pepaya ................................................. 6
3. Manfaat Biji Pepaya ....................................................... 8
xiii
B. Mencit (Mus musculus L.) .................................................... 9
1. Biologi Mencit ................................................................ 9
2. Sistem Reproduksi Mencit ............................................. 11
III. METODE PENELITIAN ......................................................... 22
A. Waktu dan Tempat ............................................................... 22
B. Alat dan Bahan ...................................................................... 22
C. Prosedur Kerja ..................................................................... 23
1. Pembuatan Ekstrak ......................................................... 23
2. Pemeliharaan Mencit ...................................................... 24
3. Perhitungan Penetapan Dosis .......................................... 24
4. Pemberian Perlakuan ...................................................... 25
5. Parameter yang Diamati .................................................. 26
6. Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................... 26
7. Pengambilan Data ........................................................... 28
8. Analisis Data .................................................................. 30
9. Diagram Alir Metode Penelitian ..................................... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 32
A. Hasil Penelitian .................................................................... 32
1. Motilitas Spermatozoa ................................................... 32
2. Viabilitas Spermatozoa .................................................. 34
3. Morfologi Spermatozoa ................................................. 35
B. Pembahasan .......................................................................... 39
1. Motilitas Spermatozoa ................................................... 39
2. Viabilitas Spermatozoa ................................................... 41
3. Morfologi Spermatozoa .................................................. 42
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 44
A. Kesimpulan ........................................................................... 44
B. Saran ..................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 45
LAMPIRAN ........................................................................................... 50
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rata-rata Motilitas Spermatozoa Mencit (%) Setelah Perlakuandengan Ekstrak Biji Pepaya ...................................................... 32
Tabel 2. Rata-rata Viabilitas Spermatozoa Mencit (%) Setelah Perlakuandengan Ekstrak Biji Pepaya ...................................................... 34
Tabel 3. Rata-rata Morfologi Spermatozoa Mencit (%) Setelah Perlakuandengan Ekstrak Biji Pepaya ...................................................... 36
Tabel 4. Hasil analisis uji statistik One Way ANOVA pengaruh ekstrak bijipepaya terhadap motilitas spermatozoa mencit......................... 51
Tabel 5. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh ekstrak bijipepaya terhadap motilitas spermatozoa mencit......................... 51
Tabel 6. Hasil analisis uji statistik One Way ANOVA pengaruh ekstrak bijipepaya terhadap viabilitas spermatozoa mencit ........................ 52
Tabel 7. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh ekstrak bijipepaya terhadap viabilitas spermatozoa mencit ........................ 53
Tabel 8. Hasil analisis uji statistik One Way ANOVA pengaruh ekstrak bijipepaya terhadap morfologi spermatozoa mencit....................... 54
Tabael 9. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh ekstrak bijipepaya terhadap morfologi spermatozoa mencit....................... 55
i
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Morfologi Pepaya (Carica papaya L.) .................................. 5Gambar 2. Morfologi Mencit (Mus musculus L.) ................................... 9Gambar 3. Organ Reproduksi Mencit Jantan.......................................... 12Gambar 4. Organ Reproduksi Manusia .................................................. 16Gambar 5. Morfologi Normal Spermatozoa pada Mamalia.................... 18Gambar 6. Diagram Alir Metode Penelitian ........................................... 31Gambar 7. Pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.)
terhadap rata-rata persentase motilitas spermatozoa mencit(Mus musculus L.)................................................................. 33
Gambar 8. Pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.)terhadap rata-rata persentase viabilitas spermatozoa mencit(Mus musculus L.)................................................................. 35
Gambar 9. Pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.)terhadap rata-rata persentase morfologi spermatozoa mencit(Mus musculus L.)................................................................. 37
Gambar 10. Morfologi spermatozoa mencit setelah perlakuan denganekstrak biji pepaya............................................................... 38
Gambar 11. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian......................... 57Gambar 12. Proses pembuatan ekstrak biji pepaya................................. 58Gambar 13. Ekstrak murni biji pepaya setelah dievaporasi .................... 59Gambar 14. Larutan stock yang telah diencerkan dalam aquabides ....... 59Gambar 15. Pemeliharaan mencit ........................................................... 60Gambar 16. Proses Pencekokan Ekstrak Biji Pepaya Pada Mencit ........ 60Gambar 17. Proses pembiusan mencit .................................................... 61Gambar 18. Proses pembedahan mencit ................................................. 61Gambar 19. Organ testis mencit dan cauda epididimis........................... 62Gambar 20. Pengamatan morfologi spermatozoa mencit ...................... 62
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, yaitu
sekitar 238 juta jiwa ditahun 2010. Di tahun 2017 jumlah penduduknya yaitu
mencapai 261 juta jiwa. Sehingga menimbulkan masalah utama yang dihadapi
di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang terus meningkat
pertumbuhan penduduknya. Sehingga dapat mempersulit usaha peningkatan
dan pemerataan kesejateraan rakyat. Pemerintah terus berupaya untuk
menekan laju pertumbuhan dengan program Keluarga Berencana (KB). Untuk
mencapai sasaran dan tujuan dari kebijakan dalam sektor kependudukan telah
dirumuskan berbagai kebijakasanaan, antara lain meliputi peningkatan
kualitas penduduk, pengendalian pertumbuhan, dan kualitas penduduk dalam
rangka menekan dan mengendalikan pertambahan jumlah penduduk (BPS dan
BKKBN, 2011).
Sebagai upaya untuk mensukseskan program KB berbagai cara kontrasepsi
telah diterapkan, salah satunya dengan memperbaiki bahan baku obat
antifertilitas yang mempunyai efek samping seminimal mungkin dan memberi
khasiat maksimum, diantaranya obat antifertilitas yang berasal dari tanaman,
mengingat Indonesia kaya akan berbagai macam tanaman yang dapat
2
dimanfaatkan sebagai bahan obat antifertilitas. Pemanfaatan tanaman sebagai
bahan baku obat di Indonesia telah dilakukan sejak dahulu, terutama sebagai
bahan baku obat tradisional menunjukkan kecenderungan untuk meningkat
pemanfaatannya (Udin, 2004).
Pria merupakan fokus baru untuk program KB yang selama ini belum banyak
diperhatikan. Sampai sekarang kontrasepsi untuk pria yang dianggap sudah
mantap adalah kondom dan vasektomi. Namun penggunaan kondom sebagai
alat kontrasepsi menimbulkan keluhan psikologis, sedangkan vasektomi
walaupun merupakan kontrasepsi yang dapat diandalkan, seringkali
menimbulkan efek samping yang permanen (Yurnadi, dkk, 2002).
Di Indonesia banyak tanaman yang dibudidayakan. Salah satu tanaman yang
dibudidayakan adalah pepaya (Carica papaya L.), yang hampir setiap
bagiannya dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan termasuk bijinya. Biji
pepaya (Carica papaya L.) sudah diketahui sejak tahun 1970, sesuai dengan
penelitian dari Udoh (1998) bahwa biji pepaya mengandung saponin sebagai
senyawa yang berpotensi antifertilitas. Hasil penelitian Lohiya et al.,(2002)
menunjukkan bahwa efek dari ekstrak biji pepaya dapat menurunkan tingkat
kesuburan tikus pada epididimis secara signifikan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka harus dilakukan penelitian mengenai
pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap kualitas
spermatozoa mencit (Mus musculus L.).
3
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji
pepaya (Carica papaya L.) terhadap motilitas, viabilitas dan morfologi
spermatozoa mencit (Mus musculus L.).
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengaruh pemberian ekstrakbiji pepaya (Carica papaya L.) terhadap kualitas
spermatozoa, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai kontrasepsi alami bagi
pria.
D. Kerangka Pikir
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu sekitar
261 juta jiwa ditahun 2017. Keadaan penduduk yang demikian telah
mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Oleh
karena itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan
Keluarga Berencana (KB). Tanaman merupakan sumber utama yang
digunakan sebagai obat-obat baru, termasuk obat kontrasepsi. Berbagai jenis
tumbuhan di Indonesia dapat dijadikan bahan alami untuk membuat obat
kontrasepsi. Obat-obat alami tersebut diharapkan aman jika dikonsumsi oleh
masyarakat tanpa menimbulkan bahaya efek samping yang merugikan.
Diantara berbagai jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat
tradisional yang penting untuk diteliti adalah tanaman pepaya
4
(Carica papaya L.). Pada pepaya terdapat senyawa kimia yang memiliki
spektrum yang luas dari phytochemical termasuk, alkaloid, saponin, flavonoid
dan sterol. Tanaman pepaya memiliki kandungan kimia yang berbeda-beda
pada daun, akar maupun biji. Seperti pada daun terkandung alkaloid,
dehidrokarpain,flavonol, psedokarpain, benzilglukosinolat, papain dan tannin.
Sedangkan pada biji pepaya berdasarkan hasil uji fitokimia, ekstrak kental
metanol biji pepaya diketahui mengandung senyawa kimia seperti golongan
fenaol, alkaloid seperti triterpenoid, flavonoid dan saponin (Sukadana, et
al,2008).
Biji pepaya (Carica papaya L.) sebagai antifertilitas sudah diketahui sejak
tahun 1970, menyebabkan kuantitas dan kualitas sperma menurun. Potensi
antifertilitas ini diperkuat oleh adanya penelitian yang menunjukkan bahwa
didalam biji pepaya terkandung senyawa antifertilitas yaitu saponin.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pemberian ekstrak biji
pepaya (Carica papaya L.) pada mencit (Mus musculus L.) secara oral dapat
menyebabkan penurunan kualitas spermatozoa yaitu motilitas, viabilitas, dan
morfologi spermatozoa..
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pepaya (Carica papaya L.)
1. Biologi Pepaya
Gambar 1. Morfologi PepayaSumber : Barus (2008)
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tumbuhan yang berbatang
tegak dan basah. Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau
bercabang sedikit, tumbuh hingga 5-10 meter dengan daun-daunan
yang membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian atas.
Permukaan batang pepaya terlihat bekas pelekatan daun, batang tidak
memiliki cabang, dan arah tumbuh tegak. Daunnya berbentuk
bulat/bundar dengan pertulangan daun menjari dengan tangkai yang
6
panjang dan berlubang dibagian tengah. Bagian tepi daunnya
bercangap menjari, dengan permukaan agak licin, dan berdaging
(Kalie, 1996).
Morfologi tanaman pepaya (Carica papaya L.) dapat dilihat pada
Gambar 1.
Klasifikasi pepaya (Carica papaya L.) menurut Itis (2011) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Superdivision : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Subdivision : Spermatophytina
Class : Magnoliopsida
Superorder : Rosanae
Order : Brassicales
Family : Caricaceae
Genus : Carica
Species : Carica papaya L.
2. Kandungan Biji pepaya
Menurut Udoh (1998) biji pepaya (Carica papaya L.) sebagai antifertilitas
sudah diketahui sejak tahun 1970, menyebabkan kuantitas dan kualitas
7
sperma menurun. Potensi antifertilitas ini diperkuat oleh adanya penelitian
yang menunjukkan bahwa didalam biji pepaya terkandung senyawa
antifertilitas yaitu saponin. Bahan aktif pepaya yaitu triterpenoid dan
saponin yang merupakan salah satu turunan steroid dan diduga sebagai
bahan aktif yang bekerja sebagai faktor antifertilitas. Kedua bahan aktif
tersebut diduga mampu mengakibatkan gangguan pada jalur hipotalamus
hipofise yang selanjutnya mengakibatkan gangguan sekresi GnRH yang
kemudian akan berpengaruh terhadap pembentukan, perkembangan dan
pematangan folikel (Limbong, 2007; Garor et al., 2009; Borrow et al.,
2001).
Menurut Francis et al., (2002) saponin mempunyai pengaruh negatif
terhadap reproduski ternak seperti aborsi atau kematian, menyebabkan
steril dan penghentian proses kebuntingan. Saponin berperan penting
dalam pengeluaran hormon luteinizing. Saponin dan steroid secara
langsung menghambat kerja gen yang bertanggung jawab dalam proses
steroidogenesis dan menekan perkembangan sel granula yang diatur oleh
hormon perangsang folikel dalam ovarium.
Diantara berbagai jenis tumbuhan liar yang dapat digunakan sebagai obat
tradisional yang penting untuk diteliti adalah tanaman pepaya (Carica
papaya L.). Kandungan kimia yang terdapat pada pepaya adalah
mengandung spektrum yang luas dari phytochemical termasuk,
polisakarida, vitamin, mineral, enzim, protein, alkaloid, glikosida, lemak
dan minyak, lektin, saponin, flavonoid, sterol (Krisna et al., 2008).
8
Biji pepaya mengandung beberapa senyawa yang diduga berpotensi
sebagai senyawa antifertilitas. Yurnadi et al., (2002), menyatakan terdapat
beberapa senyawa pada biji pepaya yang tidak dapat larut dalam air yaitu,
saponin, tanin, flavonol, glikosida, terpenoid, alkaloid, pereduksi gula,
asam amino, lemak, protein, fenol, vitamin, sterol dan triterpen.
3. Manfaat Biji Pepaya
Pemberian ekstrak biji pepaya dapat menyebabkan terjadinya penurunan
secara signifikan sel spermatosit, kehilangan organel-organel sitoplasma
dan terjadi kerusakan membran sel. Bila sel-sel spermatosit mengalami
kerusakan dan mengalami degenerasi maka sel spermatosit ini akan
difagositosis oleh sel sertoli sehingga menyebabkan jumlah sel spermatosit
berkurang (Lohiya et al., 2002).
Pemberian MCP 1 dan ECP 1 (biji pepaya yang telah dimurnikan) selama
90 hari didapatkan terjadinya vakuolisasi dari spermatosit dan hilangnya
sel spermatosit. Dilaporkan bahwa kedua bahan tersebut (MCP 1 dan ECP
1) yang berasal dari biji pepaya efektif sebagai kontrasepsi pada rat jantan
karena bersifat reversibel dan tanpa efek samping (Lohiya et al., 2005).
Zat-zat aktif yang terkandung dalam biji pepaya tersebut bisa berefek
sitotoksik, anti androgen atau berefek estrogenik. Efek sitotoksik ini akan
menyebabkan matabolisme sel spermatogenik terganggu (Lohiya et al.,
2002).
9
Kandungan kimia yang terdapat pada biji pepaya yaitu golongan fenol,
triterpenoid, flavonoid, alkaloid, dan saponin. Adanya kandungan senyawa
aktif tersebut, biji pepaya memiliki sifat antifertilitas dan dapat digunakan
sebagai bahan kontrasepsi pria Basha et al., (2013) menyatakan biji
pepaya dapat mempengaruhi susunan tubulus seminiferus yaitu kerusakan
pada epitel germinal, degenerasi spermatosid dan spermatid.
B. Mencit (Mus musculus L.)
1. Biologi Mencit
Gambar 2. Morfologi mencit (Mus musculus L.)Sumber : Anonim (2016)
Mencit (Mus musculus L.) merupakan salah satu hewan percobaan yang
sering digunakan dalam penelitian. Mencit termasuk hewan pengerat yang
cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, dan
variasi genetiknya cukup besar. Mencit merupakan hewan percobaan yang
efisien karena mudah dipelihara, tidak memerlukan tempat yang luas,
waktu kehamilan yang singkat, dan memiliki banyak anak per kelahiran
(Somala, 2006).
10
Mencit secara biologis memiliki ciri umum, yaitu berupa rambut berwarna
putih atau keabu-abuan dengan warna perut sedikit lebih pucat. Mencit
merupakan hewan nokturnal yang sering melakukan aktivitasnya pada
malam hari. Perilaku mencit dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya faktor internal seperti seks, perbedaan umur, hormon,
kehamilan, dan penyakit, faktor eksternal seperti makanan, minuman, dan
lingkungan disekitarnya. Mencit dapat bertahan hidup selama 1-2 tahun
dan dapat juga mencapai umur 3 tahun. Lama bunting 19-21 hari
sedangkan umur untuk siap dikawinkan 8 minggu. Perkawinan mencit
terjadi pada saat mencit betina mengalami estrus.Satu induk dapat
menghasilkan 6-15 ekor anak (Smith dan Mangkoewidjojo, 1998).
Morfologi mencit (Mus musculus L.) dapat dilihat pada Gambar 2.
Sistem taksonomi mencit menurut Mangkoewidjojo dan Smith (1988)
adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Bangsa : Rodentia
Suku : Muridae
Marga : Mus
Jenis : Mus musculus L.
Mencit hidup di berbagai daerah mulai dari iklim dingin, sedang maupun
panas dan dapat hidup dalam kandang atau hidup bebas sebagai hewan
11
liar. Rambut mencit liar berwarna putih dan warna perut sedikit lebih
pucat, mata berwarna hitam dan kulit berpigmen (Smith dan
Mangkoewidjojo, 1998).
2. Sistem Reproduksi Mencit
Alat reproduksi mencit jantan terdiri dari testis, penis, kelenjar kelamin,
dan saluran reproduksi. Saluran kelamin berpangkal pada testis dan
bersambung ke uretra kemudian menjadi bagian dari penis dan merupakan
saluran bersama bagi urin, sekresi kelenjar-kelenjar pelengkap dan sel-sel
kelamin jantan ( Kusumawati,2004) .
Sistem reproduksi mencit jantan terdiri atas testis dan kantong skrotum,
epididimis dan vas deferens, sisa sistem ekskretori pada masa embrio yang
berfungsi untuk transport sperma, kelenjar aksesoris, uretra dan
penis.Selain uretra dan penis, semua struktur ini berpasangan. Epididimis
adalah tuba terlilit yang panjangnya mencapai 20 kaki (4 m sampai 6 m).
Epididimis terletak pada bagian dorsolateral testis, merupakan suatu
struktur memanjang dari bagian atas sampai bagian bawah testis. Organ
ini terdiri dari bagian kaput, korpus dan kauda epididimis. Bagian ini
menerima sperma dari duktus eferen (Rugh, 1968., Kusumawati, 2004).
Organ reproduksi mencit jantan (Mus musculus L.) dapat dilihat pada
Gambar 3.
Mencit (Mus musculus L.) merupakan hewan yang aktif pada malam hari
(Nokturnal) dan bersifat omnivorus, memiliki kebiasaan memanajat, dan
12
kadang-kadang menggali lubang. Berat badan mencit mencapai 18-40
gram, dapat bertahan hidup selama 1-2 tahun, lama bunting 19-21 hari,
kawin sesudah beranak 1-2 jam, umur siap untuk dikawinkan 8 minggu
(jantan dan betina), dengan siklus birahi atau estrus 4-5 hari, fase estrus
dimulai antara jam 4 sore dan jam 10 malam, dan biasanya betina kawin
dalam 3 jam pertama periode estrus (Smith dan Mangkoewidjojo, 1998).
Sistem reproduksi mencit jantan terdiri atas testis yang memproduksi
spermatozoa, saluran sekretori spermatozoa, kelenjar aksesori, dan penis.
Gambar 3. Organ Reproduksi MencitSumber : Radiopoetra (1998)
1. Testis
Testis merupakan organ kelamin primer yang mempunyai dua fungsi
yaitu sebagai kelenjar eksokrin karena menghasilkan spermatozoa dan
kelenjar endokrin menghasilkan hormon androgen (Kimball, 1994).
Testis dilapisi oleh jaringan ikat tipis yang disebut tunika albugenia
dan terdiri dari dua struktur yang disebut sel Leydig yang
menghasilkan hormon testosteron dan tubulus seminiferus yang
13
memproduksi spermatozoa. Sel lain adalah sel Sertoli yang berperan
penting dalam pelepasan spermatozoa ke dalam lumen tubulus
seminiferus dan menghasilkan Androgen Binding Protein (ABP)
(Adnan, 2001).
Kedua fungsi tersebut dibutuhkan dalam produksi sperma baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Fungsi testis dan kedua bagian diatas
dipengaruhi oleh sistem pengaturan hormon melalui poros
hipotalamus-hipofisis dan pengaturan lokal fungsi testis (Wuryantari
dan Moeloek, 2000).
a. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang
terjadi di epitelium (tubul) seminiferi dibawah kontrol hormon
gonadotropin dari hipofisis (pituitari bagian depan). Tubuli
seminiferi terdiri atas sel sertoli dan sel germinalis.
Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogonial,
fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu
13-14 hari (Yuwanta, 2004).
Spermatozoa mencit adalah sel kelamin (gamet) yang diproduksi di
dalam tubulus seminiferus melalui proses spermatogenesis, dan
bersama-sama dengan plasma semen akan dikeluarkan melalui sel
kelamin jantan. Menurut Rugh (1968), spermatozoa mencit yang
normal terbagi atas bagian kepala yang bentuknya bengkok seperti
kait, bagian tengah yang pendek (middle piece), dan bagian ekor
14
yang sangat panjang. Panjang bagian kepala kurang lebih 0,0080
mm, sedangkan panjang spermatozoa seluruhnya sekitar 0,1226
mm (122,6 mikron).
Menurut Turner et al(1988) untuk menghasilkan spermatozoa
memerlukan waktu lama dari proses spermatogenesis. Waktu yang
diperlukan mencit untuk menghasilkan speramtogenesis yaitu
selama 35,5 hari setelah menempuh empat kali siklus epitel
seminiferus. Mencit jantan mencapai dewasa kelamin pada umur
5-7 minggu (Junqueira, 1988 dalam Kusumaningrum, 2008)
Spermatogenesis adalah rangkaian peristiwa sitologi yang
bertujuan menghasilkan spermatozoa masal dari spermatogonia
pada mamalia, spermatogenesis berlangsung didalam tubulus
seminiferus testis dan berlangsung secara berkesinambungan
sepanjang masa produksi (Soeradi dan Nugroho, 2002).
Menurut Wuryantari dan Moeloek (2000), didalam proses
spermatogenesis terdiri dari tahapan spermatogonia, sel gamet
tetraploid, dan spermatid, sebagai berikut:
Spermatogonia
Berada di bagian dasar epitelium tubulus seminiferus dan
diklasifikasikan tipe A dan B. Dua tipe spermatogonia A: Ad
(dark) dan Ap (pale). Spermatogonia Ad tidak mempunyai
aktifitas proliferasi dan merupakan sel muda (stem cell) selama
spermatogenesis. Selanjutnya spermatogonia Ap membelah
15
dan berdiferensiasi menjadi dua spermatogonia B (Wuryantari
dan Moeloek, 2000)
Sel Gamet Tetrapoid
Sel gamet tetrapoid dikenal dengan spermatosit, dan memasuki
fase pembelahan meiosis yang berbeda (pakiten). Fase pakiten
ditandai dengan sintesis RNA yang intensif. Selama
pembelahan meiosis II spermatosit dibagi ke dalam spermatid
yang haploid. Proses meiosis merupakan fase kritis selama
gametogenesis, karensa terjadi rekombinasi material genetik,
reduksi jumlah kromosom, dan perkembangan spermatid.
Spermatosit sekunder dihasilkan dari pembelahan meiosis I
yang berisi kromosom yang haploid. Pada meiosis II
spermatosit dibagi menjadi spermatid yang haploid
(Wuryantari dan Moeloek, 2000)
Spermatid
Spermatid dihasilkan dari pembelahan meiosis II yang
kemudian mengalami transformasi (spermiogenesis) dan
berubah menjadi produk akhir dari proses spermatogenesis,
yaitu sperma. Proses spermiogenesis dibagi menjadi 4 fase
yaitu, golgi, cap, akrosom, dan maturasi. Fase golgi, ditandai
dengan adanya gelembung akrosom dan kraniokaudal yang
simetris. Fase cap, spermatid memanjang dan kromosom
tampak lebih berkembang dan menutup setengah bgian kranial
16
sampai dua sepertiga spermatid. Fase akrosom, nukleus sel
lebih terkondensasi, sel lebih memanjang, sebagian besar
histon hilang selama proses kondensasi, penurunan transkripsi
gen, dan flagellum menjadi matang. Fase maturasi, maturasi
spermatid ditandai dengan ekstrusi sisa sitoplasma yang
disebut sebagai residual body. Residualbody tersebut
difagositosis oleh sel sertoli. Setelah melalui ke empat fase
tersebut sperma matang siap ditransformasikan ke lumen
tubular sebagai suatu spermiasi (Wuryantari dan Moeloek,
2000).
Berikut adalah gambar organ reproduksi manusia
Gambar 4. Organ raeproduksi manusiaSumber : Barnes (1973)
b. Morfologi Spermatozoa
Menurut Guyton dan Hall (1996), spermatozoa terdiri atas kepala
dan ekor. Kepala terdiri atas sel berinti padat dengan hanya sedikit
sitoplasma dan lapisan membran sel di sekitar permukaanya. Di
bagian luar, dua pertiga anterior kepala terdapat selubung tebal
17
yang disebut akrosom yang terbentuk dari alat golgi. Selubung ini
mengandung sejumlah enzim yang serupa yang ditemukan pada
lisosom dari sel-sel khusus, termasuk hialuronidase yang dapat
mencerna filamen proteoglikan dari jaringan, dan enzim proteolitik
yang sangat kuat yang dapat mencerna protein.
Ekor sperma, yang disebut flagellum memiliki tiga komponen
utama, yaitu:
1. Rangka pusat yang terbentuk dari 11 mikrotubulus, yang secara
keseluruhan disebut aksonema.
2. Membran sel tipis yang menutupi aksonema.
3. Sekelompok mitokondria yang mengelilingi aksenoma pada
bagian proksimal ekor disebut badan ekor (Guyton dan Hall,
1996)
Morfologi abnormal spermatozoa mencit meliputi kepala raksasa,
kelapa kecil, kepala ganda, ekor pendek, ekor ganda, dan kepala
bulat karena ada sisi sitoplasma melekat. Spermatozoa dapat
abnormal, baik pada fertil atau infertil. Hanya saja pada fertil
jumlah spermatozoa yang abnormal lebih sedikit dibanding pada
infertil. Adanya spermatozoa yang abnormal disebabkan gangguan
dalam proses pembentukan sperma, terutama pada waktu
spermiogenesis. Gangguan ini bisa disebabkan karena faktor
nutrisi, hormonal obat, radiasi, dan penyakit (Yatim, 1994).
18
Morfologi spermatozoa normal dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Morfologi Normal Spermatozoa MamaliaSumber : Anonim (2013)
c. Motilitas Spermatozoa
Gerakan ekor mendekati dan menjauh (gerakan flagela)
memberikan pergerakan pada sperma. Energi yang digunakan oleh
sperma untuk bergerak disuplai dalam bentuk Adenosine
Triposphat yang disintesis oleh mitokondria pada badan ekor
(Guyton dan Hall, 1996).
Menurut WHO (1988), ada beberapa kategori motilitas sperma,
yaitu:
1. Sperma bergerak cepat dan lurus ke muka
2. Gerakan lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus
3. Tidak bergerak maju
4. Sperma tidak bisa bergerak
19
d. Viabilitas Spermatozoa
Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya
beberapa ratus yang dapat mencapai tuba falopii.Spermatozoa yang
masuk kedalam alat genitalia wanita dapat hidup selama tiga hari,
sehinnga cukup waktu untukmengadakan konspsei, yaitu
pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa atau disebut juga
fertilisasi dan membentuk zigot (Manuba, 1998).
2. Saluran Sekretori
Saluran ini terdiri atas epididimis, vas deferens, dan uretra.
Epididimis adalah saluran panjang berkelok-kelok yang keluar dari
testis. Setiap testis memiliki satu epididimis. Epididimis berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai menjadi
matang sehingga sperma dapat bergerak menuju sel telur (Sutyarso,
1992).
Vas deferens merupakan saluran lanjutan dari epididimis. Bagian
ujung dari saluran tersebut terdapat di dalam kelenjar prostat. Fungsi
vas deferens adalah untuk mengangkut sperma dari epididimis ke
kantong mani (Sutyarso, 1992). Vas deferens berlumen lebih besar,
berdinding lebih tebal daripada saluran sebelumnya. Lapisan terdalam
merupakan lapisan mukosa yang membentuk lipatan longitudinal.
Terdiri sel epitel bebrapa lapis yang paling dalam, ke lumen,
bentuknya batang, dan berstereocilia. Lamina propria, jaringan ikat
dibawah, mukosa mengandung jalinan elastis (Yatim, 1994).
20
Uretra adalah saluran yang mengosongkan isi sistem ekskresi dan
sistem reproduksi. Uretra terdapat di sepanjang penis dan membuka
keluar pada ujung penis (Campbell, dkk, 2004).
3. Kelenjar Aksesori
Kelenjar ini meliputi kelenjar vesikular, prostat, bulbourethralis.
Kelenjar vesicularis merupakan tubulus berlokus dan berkelok, yang
tersusun oleh lapisan mukosa. Kelenjar ini berasal dari evaginasi vas
deverens yaitu semacam kantong yang memiliki percabangan berupa
kantong kecil ke samping. Lapisan epitel mukosa terdiri atas beberapa
lapis sel yang mengandung butir-butir getah. Cairan yang digetahkan
ikut membina semen. Cairan kelenjar ini mengandung globulin dan
kaya akan vitamin, prostaglandin, dan fruktosa. Pembentukan kadar
fruktosa dalam semen yang sangat penting untuk mengetahui keadaan
vesicular seminalis (Yatim, 1994).
Kelenjar prostat merupakan kelenjar penghasil getah yang dialirkan ke
saluran sperma. Kelenjar prostat hanya ada satu, berbentuk bulat, dan
terletak pada bagian atas uretra di bawah kandung urin (Sutyarso,
1992).
Kelenjar bulbourethralis atau cowper terletak dibelakang uretra,
sebelum penis. Lapisan mukosa mengandung kelenjar tubuloalveolar
yang diselaputi jaringan otot polos, lurik, dan jaringan ikat (Yatim,
1994).
21
4. Penis
Penis adalah genitalia luar jantan untuk menyalurkan semen ke dalam
tubuh betina. Terdiri dari 3 batang silindir jaringan yang erektif (dapat
berereksi), 2 batang corpora cavernosa sebelah atas, dan 1 batang
corpus spongiosum di bawah. Korpus spongiosum menyelaputi uretra.
Batang yang erektif terdiri dari ruangan-ruangan banyak yang saling
berhubungan, disebut trabekula. Sekat trabekula ini terdiri dari serat
jaringan ikat, dilapisi sel-sel endothelium. Kalau penis berereksi,
darah memenuhi batang yang tiga buah itu sehingga penis menjadi
keras (Yatim, 1994)
Di sebelah luar corpora terdapat jaringan ikat yang keras dan liat,
disebut tunika albugenia. Terdiri dari banyak serat kolagen. Sebelah
luar terdapat kulit dan lapisan subkutis (subkutan). Subkutis tidak
mengandung jaringan adiposum tetapi banyak serat otot polos. Kulit
pembungkus gland penis disebut prepuce. Pembuluh darah yang
keluar masuk penis berhubungan langsung dengan trabekulae dalam
corpora (Yatim, 1994).
22
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2018 di
Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi untuk pemeliharaan dan pemberian
perlakuan hewan uji. Pembuatan ekstrak biji pepaya dilakukan di
Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pisau yang berfungsi
untuk membelah buah pepaya, nampan yang berfungsi untuk menampung biji
pepaya, oven yang berfungsi untuk mengeringkan biji pepaya, alat penumbuk
yang berfungsi untuk menghaluskan biji pepaya, penyaring dan pompa vacum
yang berfungsi untuk menyaring filtrat, timbangan yang berfungsi untuk
menimbang biji pepaya, gelas ukur yang berfungsi untuk mengukur
banyaknya etanol yang dibutuhkan, tabung reaksi yang berfungsi untuk
menampung filtrat hasil reaksi , botol film yang berfungsi untuk menampung
ekstrak biji pepaya, pipet tetes yang berfungsi untuk mengambil ekstrak biji
pepaya, jarum suntik yang berfungsi untuk alat pencekok ekstrak biji pepaya,
23
alat bedah yang berfungsi untuk membedahhewan uji, mikroskop yang
berfungsi untuk mengamati preparat histologi, rak kandang mencit yang
berfungsi untuk meletakkan kandang mencit, kandang mencit (sekam padi,
tempat makan dan minum serta pakan mencit) yang berfungsi untuk tempat
tinggal mencit, label yang berfungsi untuk memberi label pada objek
pengamatan, tisu yang berfungsi untuk membersihkan sisa zat warna pada
objek gelas, dan alat tulis yang berfungsi untuk mencatat data hasil penelitian.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji pepaya yang berfungsi
untuk bahan utama yang akan di uji efeknya , alkohol yang berfungsi untuk
setrilisasi, aquabides yang berfungsi untuk larutan pada perlakuan kontrol,
mencit jantan (Mus musculus L.) yang berfungsi untuk hewan uji dan larutan
kloroform yang berfungsi untuk larutan pembius saat pembedahan.
C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Ekstrak
Biji pepaya dibersihkan. Setelah dibersihkan,biji pepaya kemudian
dikeringkan dibawah sinar matahari dan dikeringkan menggunakan oven
sampai benar-benar kering. Biji pepaya yang sudah kering dihaluskan
dengan cara ditumbuk sehingga berbentuk serbuk kering atau seperti
tepung. Kemudian tepung biji pepaya direndam dengan alkohol untuk
dimaserasi. Cairan yang diperoleh kemudian disaring dengan bantuan
pompa vacum sehingga menghasilkan filtrat. Filtrat kemudian dievaporasi
menggunakan rotary evaporator hingga terbentuk ekstrak. Pada saat akan
digunakan, ekstrak biji pepaya ditimbang sesuai dengan dosis perlakuan
24
lalu disuspensi dengan larutan Carboxymethyl Cellulose (CMC) 1%.
Ekstrak yang didapatkan disimpan dalam botol film di tiap-tiap dosis.
2. Pemeliharaan Mencit
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan
sebanyak 20 ekor berumur 3 bulan, fertil, dengan berat 30-40 gram yang
dibagi dalam 4 kelompok yaitu satu kelompok kontrol, dan tiga kelompok
perlakuan masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor. Sebelum diberi
perlakuan, semua mencit diaklimatisasi terlebih dahulu selama satu
minggu. Mencit diberi makan pellet dan air minum yang dilakukan dua
kali setiap harinya, perlakuan dilakukan selama 35 hari.
3. Perhitungan Penetapan Dosis
1 ml = 0,86 g
0,4 ml = ekstrak yang diperlukan dalam satu kali pencekokan
Contoh
Perlakuan C : Dosis 45mg/40gBB dalam 0,4 ml aquabides
45 mg = ...... ml
45 mg/ 0,86 g = 0,045 g/ 0,86 g x 1 ml
= 0,052 ml x 14 x 50
= 36,4 ml
Keterangan : 14 = lama waktu pemberian ekstrak
50 = jumlah atau banyaknya mencit (Agustina, 2008).
Sehingga dalam penelitian ini, banyaknya ekstrak biji pepaya yang akan
disediakan untuk 20 ekor mencit selama 35 hari pemberian ekstrak adalah:
25
1. Kelompok K= Kontrol Aquabides
2. Kelompok P1= 2 mg/40gBB0,35ml
3. Kelompok P2= 4 mg/40gBB0,87 ml
4. Kelompok P3= 8 mg/40gBB 1,23 ml
4. Pemberian Perlakuan
Sebelum perlakuan, dilakukan penimbangan berat badan mencit. Mencit
jantan dibagi dalam 4 kelompok perlakuan, masing-masing terdiri dari 5
ekor. Pada penelitian ini ekstrak biji pepaya diberikan secara oral atau
dicekok dengan menggunakan aquabides sebagai kontrol sehingga
menurut Yorijuly (2012) presentase yang digunakan adalah 1%. Hewan
uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan dengan berat
sekitar 40 gram, sehingga rumus perhitungan volume penggunaan
aquabides yaitu sebagai berikut.
Volume pemberian = Berat x Persen Pemberian
= 40 gram x 1%
= 40 gram x (1 ml/100 gram)
= 0,4 ml
Menurut Chirstijanti (2009), dosis ekstrak biji pepaya yang diberikan
adalah sebagai berikut :
A. Kolompok K(Kontrol)
B. Kolompok P1 : 10 mg/200 gr BB
C. Kolompok P2 : 20 mg/200 gr BB
D. KolompokP3 : 40 mg/200 gr BB
26
Dosis tersebut diberikan pada hewan uji Tikus Putih yang beratnya 5 x
dari berat mencit (Mus musculus L) sehingga dosis ekstrak biji pepaya
yang digunakan adalah :
A. Kelompok K dengan diberi aquabides.
B. Kelompok P1diberi dosis 2 mg/40 g BB dalam 0,4 ml aquabides .
C. Kelompok P2diberi dosis 4 mg/40 g BB dalam 0,4 ml aquabides.
D. Kelompok P3 diberi dosis 8 mg/40 g BB dalam 0,4 ml aquabides.
Pencekokan dilakukan setiap pagipada pukul 08.00 WIB selama 35 hari.
5. Parameter yang diamati
Parameter yang diamati pada penelitian ini diantaranya yaitu motilitas,
viabilitas, dan morfologi spermatozoa.
Pengamatan spermatozoa dilakukan di bawah mikroskop cahaya dengan
perbesaran 40 x 10 dengan menghitung spermatozoa yang tidak bergerak
untuk parameter motilitas, spermatozoa yang tidak terwarnai untuk
parameter viabilitas, dan spermatozoa abnormal untuk parameter
morfologi.
6. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental dengan menggunakan mencit jantan
sebagai hewan uji.Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Digunakan metode RAL karena unit eksperimen
dianggap bersifat homogen dan perlakuan dilakukan secara acak.
27
Penelitian ini terdiri dari 3 kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol
dengan lima kali ulangan.
1. Kelompok Kontrol (K) : Perlakuan dengan aquabides
2. Kelompok Perlakuan I (P1) : Kelompok perlakuan 1, mencit
diberiektrak biji pepaya sebanyak
2 mg/gBB.
3. Kelompok PerlakuanII (P2) :Kelompok perlakuan 2, mencit
diberiekstrak biji pepaya sebanyak
4 mg/gBB.
4. Kelompok Perlakuan III (P3) : Kelompok perlakuan 3, mencit
diberi ekstrak biji papaya sebanyak
8 mg/gBB.
28
Adapun rancangan penelitian yang diguanakan adalah sebagai berikut.
Keterangan :
K : Perlakuan Kontrol
P1 : Perlakuan 1
P2 : Perlakuan 2
P3 : Perlakuan 3
U1 : Ulangan 1
U2 : Ulangan 2
U3 : Ulangan 3
U4 : Ulangan 4
U5 : Ulangan 5
7. Pengambilan Data
Pada hari ke-36 mencit dibedah. Dipisahkan bagian kiri dan kanan vas
deferens. Untuk memperoleh spermatozoa, bagian vas deferens diambil
kemudian dipijat searah di dalam kaca arloji didalam kaca arlojiyang telah
diisi dengan NaCl 0,85% sebanyak 25 ml, kemudian spermatozoa yang
telah diperoleh diaduk secara perlahan dengan kaca pengaduk agar
homogen.
KU1 P3U5 P2U3
P2U2 P1U1 P3U1
P1U3 P2U1 KU2
P3U3 KU5 P1U2
KU4 P3U2 P1U5
KU5
P2U4
P3U4
KU3
P1U4
29
1. Motilitas Spermatozoa
Suatu volume semen tertentu (15-20 mikroliter), diletakkan dengan
bantuan mikropipet diatas kaca objek yang bersih kemudian ditutup
dengan kaca penutup. Siapan kemudian diperiksa dengan perbesaran
400X dan 600X. pemeriksaan harus dilakukan pada suhu kamar.
Biasanya empat sampai enam lapang pandangan yang harus diperiksa
untuk mendapat seratus sperma secara barurutan yang kemudian
diklasifikasi sehingga menghasilakn persentase setiap kategori
motilitas (WHO, 1988).
%motilitas = x 100%
a= Jumlah spermatozoa yang dihitung (100)
b= spermatozoa yang tidak bergerak
2. Viabilitas
Satu tetes (15-20 mikroliter) semen dicampur dengan satu tetes larutan
eosin 0,5% pada kaca objek kemudian ditutup dengan kaca penutup.
Setelah 1-2 menit siapan diamati melalui mikroskop biasa dengan
perbesaran 400X. Dihitung sperma yang tidak terwarnai (hidup) dan
yang terwarnai (mati) (WHO, 1988).
%viabilitas = x 100%
a= Jumlah spermatozoa yang dihitung (100)
b= spermatozoa yang terwarnai (mati).
30
3. Morfologi Spermatozoa Normal
Setetes semen yang telah homogen diteteskan pada kaca obyek.
Kemudian dengan menggunakan kaca obyek yang lainnya dan
diletakkan di bagian depan kaca obyek awal (membentuk sudut 300)
ditarik kebelakang sampai menyinggung tetesan semen. Setelah tetesan
semen menyebar, dengan hati-hati tanpa mengangkat kaca obyek
(sudut tetap 300), kaca obyek didorong kedepan, dan terbentuk preparat
tipis. Setelah preparat kering dimasukkan kedalam metil alkohol
(fiksasi) 5 menit lalu diangkat dan dimasukkan dalam larutan zat warna
giemsa ± 20 - 30 menit preparat diangkat, dicuci dengan air kran
mengalir. Selanjutnya dilakukan pengamatan menggunakan
mikroskop cahaya untuk melihat abnormalitas sperma yang terjadi
pada ekor dan kepala (WHO, 1988).
% normalitas = x 100%
a = Jumlah spermatozoa yang dihitung (100)
b = Spermatozoa yang abnormal
8. Analisis Data
Parameter yang akan diamati pada penelitian ini adalahmotilitas, viabilitas,
dan morfologi spermatozoa mencit jantan. Data dianalisis dengan
menggunakan Analisis Ragam (ANARA) untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan antar perlakuan.Apabila terdapat perbedaan yang nyata maka
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5%.
31
9. Diagram Alir Metode Penelitian
Gambar 6.Diagram Alir Metode Penelitian
Mulai
Pelaksaan Penelitian
Persiapan Penelitian:
Persiapan Hewan Uji Persiapan Bahan Persiaan Alat
Perlakuan Dengan Pemberian EkstrakBiji pepaya
Analisis motilitas, viabilitas dan morfologispermatozoa
Interpretasi Data
Penyususnan Laporan
Selesai
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian
ekstrak biji pepaya(Carica papaya L.)terhadap mencit (Mus musculus L.)
dapat :
1. Menurunkan motilitas spermatozoa mencit.
2. Menurunkan viabilitas spermatozoa pada mencit.
3. Menurunkan morfologi spermatozoa normal mencit dengan dosis yang
paling efektif yaitu pada perlakuan P3 (8 mg/40grBB).
B. Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh pemberian
ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap libido mencit jantan (Mus
musculus L.)
45
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, I. 2008. Aktivitas Folikulogenesis Mencit (Mus musculus L.) SetelahPemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki (Cyperus rotundus L.). Srikpsi.Jurusan Biologi FMIPA.Unila. Lampung
Anonim.2016. http:// lifestyles.blogspot.com.tikus sebagai hewan percobaan.dikutip pada tanggal 07 juni 2018 pukul 20.00 WIB
Anonim .2013.http:// Abisjatuhbangunlagi.wordpress.com sistem reproduksijantan. dikutip pada tanggal 05 november 2017 pukul 09.20 WIB
Anonim. 2013.http://www.Embrioone.blogspot.com. diakses pada tanggal 05November 2017 pukul 09.30 WIB
Adnan, S. 2001. Pengaruh Pajanan Timbal terhadap Kesehatan dan Kualitassemen pekerja laki-laki.Majalah Kedokteran Indonesia. Vol.51. No.5hlm168-174
Barnes, R.M. 1973. Motion Study and Time Study Van Nostrand Reinhold Co.New York
Barus, A. 2008.Agroteknologi Tanaman Buah-buahan. USU-Press. Medan.
Basha H, A. Lalithamma, N.A. Govardhan, C. Changamma .2013. Evaluation ofantifertilityefficacy of Carica papaya seed extract through histologicalindices in male albinorats. International Journal of Chemical andPharmaceutical Sciences.4(3).
Biro Pusat Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2011.Depkes,Macro International Inc, Survey Demografi dan KesehatanIndonesia,: XXIV+228
Borrow, M.E., S.M. Bone, B.M. Coelin, L.I. Meinik, B.N. Duana, S.W. Canter,T.E. Wiese, T.E. Cleveland and J.A. Mc. Lachlan. 2001. PhytochemicalGliceolins Isolated from Soy Medicine Antihormonal Effect ThroughEsterogen Receptor Alpha and Beta. J. Clin. Endocrinol.Metab.Apr. 86(4). P; 1750-1758.
46
Campbell, N.A., J.B. Reece,&L.G. Mitchell,.(2004). Biologi Jilid 3.EdisiKelima. Alih Bahasa : Wasmen. Erlangga. Jakarta
Christijanti, W. 2009. Penurunan Jumlah dan Motilitas Spermatozoa SetelahPemberian Ekstrak Biji Pepaya (Kajian Potensi Biji Papaya sebagai BahanKontrasepsi Alternatif). Biosaintifika.Vol.1(1). Halaman 19 - 26
Francis, G., Z. Kerem, H.P.S. Makkar and K. Becker. 2002. The Biological actionof saponins in animal system: review. BRITISH JOURNAL OFNUTRITION 88:587-605.
Garor R, R. Abir, A. Erman, C. Felz, Nitke and B. Fish , 2009. Effect of BasicFibroblast Grotwh Factor on In Vitro Development of Human OvarianPrimordial Follicles. Fertility and Sterility 91(5): 1967-1975.
Guyton and Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. EGC. Jakarta
Hafy, Z dan Moeloek, N. 2001. Tinjauan ultrastruktur dan molekulaer selspermatozoa pada kelainan PrimaryCiliany Dyskeria (PCD) sebagai salahsatu penyebab infertilitas laki-laki serta peranan teknik IVF sebagaialternatif utama penanggulangannya. Majalah Kedokteran Indonesia.Vol.51. No.11. hlm. 401-406
Integrated Taxonomic Information System (ITIS). 2011.Klasification of Caricapapaya L. www.ITIS.com. 02/06/2018 Pukul20.31
Junquiera, L. C. dan Cameriro. 1988. Basic Hitology. 3rd Edition.Terjemahan: H.Dharma. ECG Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Kalie, M. B. 1996. Bertanam Pepaya. Edisi Revisi. PenerbitSwadaya. Jakarta
Kimball, J.W. 1994. Biologi Edisi kelima : Jilid 2. Erlangga. Jakarta
Krishna, K.L., M. Paridhavi, J.A.Patel, 2008. Review on Nutritional, medicinaland Pharmacological Properties of Papaya (Carica papaya Linn).Institute of Pharmacy.Nirma University of Science & Technology.Gujarat. India
Komala, S.S. 2004. Efek Pemberian Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphonspicatus B.B.S) Terhadap Uji Kualitas Spermatozoa Mencit (Musmusculus LINN). Skripsi FMIPA UNILA. Bandar Lampung.
Kusumaningrum, E. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Pepaya(CaricapapayaL) terhadap Spermatogenesis Mencit (Mus musculus)UniversitasAirlangga. Surabaya
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba.Gadjah MadaUniversity Press.Yogyakarta.
47
Limbong, T. 2007. Pengaruh Ekstrak Ethanol Kulit Batang Pakettu (Ficussuperba Miq) Terhadap Folikulogenesis Ovarium Mencit (Mus musculus).Dalam Abstrak Jurnal Penelitian. Surabaya: Universitas Airlangga
Lohiya, N.K, B. Manivannan, P.K. Mishra, N. Pathak, S. Sriram, S.S. Bhande, S.Panerdoss.2002.Chloroformextract of Carica papaya seeds induceslong-term reversibleazoospermiain Langur monkey. Asian J Androl.4(1): 17-26.
Lohiya, N.K, P.K. Mishra, N. Pathak , B. Manivannan, S.S Bhande, S. Penerdoss,S. Sriram. 2005.Efficay trial of purified compounds of the seeds of Caricapapaya for male contraception in albino rat.Reprod Toxicol.20n(1):135-48
Mangkoewidjojo dan Smith. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan PenggunaanHewan Percobaanmdi Daerah Tropis. UI Press. Jakarta
Manuba , I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. EGC.Jakarta
Purnomo, B.B. 2008.Dasar-dasar Urologi.Fakultas Kedokteran UniversitasBrawijaya. Malang.
Radiopoetra. 1998. Zoology. Erlangga. Jakarta
Rugh, R. 1968. The Mouse its Reproduction and Development. BurgessPublishing Company.
Santoso, H &K.L.Wibisono. 2000. Pengaruh Pemberian Ekstrak Total AkarBaikat (Gnetum gnemonoidesBrongn) Terhadap Jumlah SelSpermatogenik Mencit Jantan Galur Swiss Webster. Majalah Kedokteran.Vol. 50.No. 50.
Smith,B.J.B dan S. Mangkoewidjojo. 1998. Pemeliharaan Pembiakan danPenggunaan Hewan Percobaan di Dearah Tropis.Universitas Indonesia.Jakarta
Soehadi K dan K.M. Arsyad. 1983. Analisis Sperma. Surabaya: AirlanggaUniversity press. Hlm 16 – 24
Soeradi, O dan Y.A. Nugroho.2002. Toksisitas Akut dan Efek Pemberian EkatrakEtanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap Struktur AnatomiTubulus Seminiferus Testis Tikus Putih. Jurnal Bahan Alam Indonesia .Vol. 1.No.1. hlm.35-37.
Somala, L. 2006. Sifat Reproduksi Mencit (Mus musculus) Betina yang MendapatPakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) kering.Skripsi. ProgramStudi Teknologi Produksi Ternak Fakultas Peternakan, Institut PertanianBogor.
48
Sukadana,I.M., S.R. Santi, dan N. K. Juliarti. 2008. Aktivitas AntibakteriSenyawa Golongan Triterpenoid Dari Biji Pepaya (Carica papaya L.).Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.Bali.
Sutyarso.1992. Pengaruh Pemberian Ekstrak Pare (Momordica charantia)TerhadapFertilitas Mencit Jantan (Mus musculus L. STRAIN LMR).Testis. Program PascaSarjana Biomedik. Universitas Indonesia. Jakarta
Sutyarso. 1997. Pengaruh pemberian pakan berkadar protein, lemak dankarbohidarat berbeda terhadap timbulnya Azoospermia pada monyetjantan (Macaca fascularis) yang disuntik kombinasi Testosteron Enantat(TE) dan Depot Medroksi Progesteron Asetat (DMPA). Disertasi. ProgramPascasarjana. Universitas Indonesia
Tjitrosopoemo. 1994. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). UGM Press.Yogyakarta
Tjokronegoro, A. 2002. Oxidative Stress and Male Infertily: Phatophisiologyband Clinical Implication. Jurnal Kedokteran Yarsi. Vol.10.No.1. hlm,5059
Turner, C. Donnel, T. Joseph dan Bagnara. 1988. Endokrinologi Umum.Penerjemah : Harsojo. Airlangga Universiti Press. Surabaya
Uddin, M. 2004. Pengaruh Pemberian Ekstrak daun Jarong (Achyranthes asperaLinn) Per Oral terhadap Jumlah embrio Mencit.Skripsi.FakultasKedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.
Udoh, P. 1998. Studies on Anfertility Effect of Pawpaw Seeds (Carica papaya) onthe Gonads of Male Albino Rats.Pub.Med. Departement of BiologicalSciences.University of Calabar. Nigeria.
WHO (World Health Organization). 1988. Pemeriksaan Semen Manusia danGetah Servik. Penerjemah Tadjudin, M.K. Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia. Jakarta
Winarno M.W dan D. Sundari, 2001.Informasi Tanaman Obat Untuk KontrasepsiTradisional. Cermin Dunia Kedokteran no.120 hal 25-28
Wuryantari dan N. Moeloek. 2000. Perkembangan Mutakhir Fisiologi FungsiTestis : dari Organ Sampai Gen. Majalah Kedokteran. Vol : 50 No.8.
Yatim, W. 1994.Reproduksi dan Embriologi. Penerbit Tarsito. Bandung
Yurnadi, S. P., D. P. Ari, dan O. Soeradi. 2002. Pengaruh Penyuntikan Ekstrakbiji pepaya (Carica papaya.) terhadap Konsentrasi Spermatozoa dan
49
Keadaan Sel Spermatogenik Tikus jantan (Rattus norvegicus L.) strainLMR. Makara, Kedokteran dan Kesehatan.5(1): 19-25.
Yuwanta.T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta
Yorijuly. 2012. Perhitungan dosis untuk hewan percobaan. http:/yorijuly14.Wordpress.com/2017/11/01/perhitungan-dosis-untuk-hewan-percobaan.Diakses tanggal 1 November 2017 pukul 10.23 WIB