KUALITAS PELAYANAN PROSES PERIZINAN PENGGUNAAN …
Transcript of KUALITAS PELAYANAN PROSES PERIZINAN PENGGUNAAN …
KUALITAS PELAYANAN PROSES PERIZINAN PENGGUNAAN TANAH MAKAM PADA SATUAN LAKSANA PELAYANAN TERPADU
SATU PINTU (PTSP) KELURAHAN BENDUNGAN HILIR
Ogie Prasetyo, dan Eva Andayani
Program Sarjana Ekstensi, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini membahas tentang kualitas pelayanan proses perizinan penggunaan tanah makam pada satlak PTSP Kelurahan Bendungan Hilir. Teori yang dipakai berdasarkan teori Chrisopher Lovelock yang dikenal dengan The Flower of Service, yaitu membagi menjadi 8 dimensi; informasi, pemesanan/permohonan, penagihan, pembayaran, konsultasi, keramahtamahan, keamanan, dan pengecualian. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain deskriptif. Teknik pengambilan datanya dengan cara survei dan wawancara. Hasil dari penelitian menunjukkan kualitas pelayanan proses perizinan penggunaan tanah makam pada PTSP Kelurahan Bendungan Hilir Sangat Baik, hal tersebut terlihat dari hasil penggabungan seluruh dimensi dan di bagi atas dua kategori yaitu baik dan buruk.
Kata kunci: PTSP; Kualitas Pelayan; Perizinan Penggunaan Tanah Makam
Process of Acquiring Permission to Utilize Burial Grounds in PTSP Branch Supporting Office, Bendungan Hilir Area
The purpose of this research is to describe the quality of service in the process of acquiring permission to utilize burial grounds in PTSP branch supporting office, Bendungan Hilir Area. The theory used in this research is based on Christopher Lovelock’s The Flower of Service, which divide into 8 dimensions; information, Order-Taking, Billing, Payment, Consultation, Hospitality, Safekeeping, and Exceptions. This research used quantitative method with descriptive design. Data collection technique is collected using survey and interview. The result of this research proves that the quality of service in the process of acquiring permission to utilize burial grounds in PTSP branch supporting office, Bendungan Hilir Area is Excellent, this could be seen from the integration between the 8 dimensions which is further separated into two categories, good and bad.
Keyword: PTSP, service quality, burial ground permission
Kualitas Pelayanan ..., Ogie Prasetyo, FISIP UI, 2016
Pendahuluan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik menjadi dasar untuk
Pemerintah mewujudkan pelayanan publik sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat,
yaitu : terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab,
kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik;
terwujudnya sistem pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum
pemerintahan dan korporasi yang baik; terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik
dengan peraturan perundang-undangan; dan terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum
bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Pelayanan menurut Kotler dalam Sampara Lukman (2000), adalah setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun
hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Pelayanan publik dapat diartikan
sebagai perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurus hal-hal
yang diperlukan masyarakat atau khayalak ramai. Dengan demikian kewajiban pemerintah
memberikan pelayanan publik merupakan hak dari setiap warga negara (Batinggi, 1998 :12)
Proses penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan pemerintah masih dihadapkan pada
sistem pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta kualitas sumber daya aparatur yang
belum memadai. Terlihat dari masih banyaknya keluhan dan pengaduan terhadap pelayanan
publik dari masyarakat baik secara langsung maupun media sosial ataupun media massa
(Ombudsman Republik Indonesia, 2011). Dari segi kualitas, pelayanan publik kita memang
bukan yang terburuk di ASEAN. Indonesia sedikit lebih baik dalam segi pelayanan publik
dari Myanmar, Filipina, Laos, dan Kamboja. Namun, kita kalah jauh dari Singapura,
Vietnam, dan Malaysia. (Republika, 16 Desember 2014)
Kondisi ini tercermin dalam peringkat daya saing investasi Indonesia yang masih terpuruk, di
antaranya tersaji dalam bahan hasil survey yang dilakukan oleh World Bank’s Report on
Doing Business, pada tahun 2013 menempatkan Indonesia berada di urutan 109 dari 189
kawasan ekonomi dan negara dari segi kemudahan berusaha.
(http://www.doingbusiness.org/rankings, diakses tanggal 6 maret 2016) Namun, secara
umum, kondisi pelayanan publik di Indonesia saat ini sudah mengalami kemajuan yang
cukup signifikan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009.
Kualitas Pelayanan ..., Ogie Prasetyo, FISIP UI, 2016
Satu hal yang belakangan ini sering dipermasalahkan adalah dalam pelayanan publik
terutama dalam hal kualitas atau mutu pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat.
Pemerintah sebagai service provider (Penyedia Jasa) bagi masyarakat dituntut untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas. Apalagi pada era otonomi daerah, kulitas dari
pelayanan aparatur pemerintah akan semakin ditantang untuk optimal dan mampu menjawab
tuntutan yang semakin tinggi dari masyarakat, baik dari segi kulitas maupun dari segi
kuantitas pelayanan. Di negara-negara berkembang dapat kita lihat mutu pelayanan publik
merupakan masalah yang sering muncul, karena pada negara berkembang umumnya
permintaan akan pelayanan jauh melebihi kemampuan pemerintah untuk memenuhinya
sehingga pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat kurang terpenuhi baik
dilihat dari segi kulitas maupun kuantitas.
Jakarta, sebagai Ibukota dan pusat pemerintahan di Indonesia menjadi sorotan utama
bagaimana pelayanan publik diterapkan. Peran dan Fungsi Jakarta sangat penting dan
strategis dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan, selain itu, kompleksitas
permasalahan yang besar sampai beragamnya tingkat kebutuhan masyarakat membuat Jakarta
memungkinkan menjadi tolok ukur keberhasilan penyelenggaraan pelayanan publik.
Data lengkap jumlah laporan masyarakat berdasarkan provinsi asal pelapor tersaji dalam
grafik berikut ini :
Grafik 1. Jumlah Laporan Masyarakat berdasarkan Provinsi Asal Pelapor
Sumber : Laporan Tahunan Ombudsman RI 2014
Dapat dilihat dari grafik di atas, bahwa DKI Jakarta menjadi provinsi dengan laporan
masyarakat terbanyak yaitu dengan 461 laporan, yang diikuti oleh provinsi Jawa Timur
dengan 456 laporan, dan Jawa Barat dengan 362 laporan dari total laporan tahunan yang
Kualitas Pelayanan ..., Ogie Prasetyo, FISIP UI, 2016
diterima Ombudsman Republik Indonesia sepanjang tahun 2014. Melihat kondisi ini
menunjukan bahwa banyak masyarakat yang mendapatkan pelayanan yang tidak semestinya
dan menginginkan pelayanan yang baik dan berkualitas. Dengan melihat hal tersebut
mengindikasikan bahwa pelayanan publik di Jakarta masih belum prima.
Bermula dari sebuah pemikiran Joko Widodo saat menjabat Gubernur DKI Jakarta tanggal 15
Oktober 2012 dilanjutkan oleh Basuki T. Purnama ingin mewujudkan pelayanan perizinan
dan non perizinan yang tepat waktu, tidak berbelit dan menciptakan mudahnya akses
masyarakat terhadap layanan pemerintah, dibentuk suatu Badan yang melayani masyarakat
pada bidang perizinan dan non perizinan. Badan khusus yang menaungi masalah tersebut
adalah Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP).
BPTSP sendiri baru dibentuk pada tanggal 2 Januari 2015, namun sebenarnya telah dimulai
sejak pertengahan 2013 dan telah disahkan melalui Perda Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP). (Kompas.com)
Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan
yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya
dokumen dilakukan secara terpadu dengan sistem satu pintu di Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. (pelayanan.jakarta.go.id)
Pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) melayani jenis perizinan yang meliputi bidang
kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang, pertanahan, sosial, ketenagakerjaan
dan ketransmigranan, kebudayaan dan pariwisata, kepemudaan dan olahraga, kesatuan
bangsa dan politik dalam negeri, komunikasi dan informatika, kelautan dan perikanan,
perdagangan, dan pembangunan.
Salah satu perizinan yang ada di PTSP adalah izin penggunanan tanah makam. Perizinan ini
merupakan perizinan yang paling rutin dilakukan di tiap kelurahan, baik itu pelayanan izin
penggunaan tanah makam untuk jenazah baru, maupun perpanjangan perizinan penggunaan
tanah makam. Pelayanan tersebut termasuk dalam bidang pekerjaan umum. Sebelum adanya
pelayanan terpadu satu pintu (PTSP), pemohon melakukan proses perizinan langsung di TPU
dengan membayar retribusi lebih tinggi dari yang ditentukan di Perda dan biasanya tidak di-
update di website dinas pertamanan dan pemakaman
(http://pertamananpemakaman.jakarta.go.id/). Setelah diluncurkannya program pelayanan
terpadu satu pintu (PTSP), proses tersebut menjadi lebih sederhana, artinya, pemohon cukup
Kualitas Pelayanan ..., Ogie Prasetyo, FISIP UI, 2016
datang ke kelurahan dan langsung membayar retribusi di Bank DKI dan akan ter-update pada
website dinas pertamanan dan pemakaman DKI Jakarta.
Perizinan penggunaan makam adalah perizinan yang diberikan kepada ahli waris untuk
penggunaan sepetak lahan yang dijadikan makam di taman pemakaman umum. Jumlah taman
pemakaman umum di Jakarta saat ini berjumlah 78 TPU yang tersebar di 5 (lima) Kotamadya
dan 1 Kota administratif Kepulauan Seribu.
Mudahnya proses pengajuan perizinan sepertinya tidak begitu dirasakan oleh masyarakat. Hal
ini terbukti dengan masih adanya praktik calo yang ada di kelurahan, terutama proses
perizinan penggunaan tanah makam. Bahkan menurut Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya
Purnama, banyak oknum Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI yang menjadi calo di
taman pemakaman umum (TPU) (Kompas.com). Tipikial masyarakat Jakarta yang sibuk dan
cenderung tidak mau repot membuat praktik percaloan perizinan ini masih ada, ini dapat
diakibatkan karena proses perizinan yang dinilai masih membutuhkan waktu yang lama.
Dengan proses administrasi yang berbelit-belit membuat proses perizinan memerlukan waktu
yang lama. Selain itu kurangnya lahan pemakaman di Jakarta, membuat banyak warga
Jakarta yang rela membayar mahal untuk mendapatkan lahan pemakaman tersebut.
Lokasi yang dipilih untuk melihat tentang penerapan proses perizinan tanah makam melalui
PTSP adalah kelurahan Bendungan Hilir. Bendungan Hilir merupakan salah satu kelurahan di
kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat yang termasuk kelurahan percontohan. Berada di
kawasan bisnis dan banyak perusahaan membuat kelurahan Bendungan Hilir menjadi salah
satu kelurahan yang mempunyai retribusi perizinan usaha tertinggi di wilayah Kecamatan
Tanah Abang. Selain itu, lokasinya yang berada di pinggir jalan dan bersebelahan dengan
komplek pemakaman yaitu Taman Pemakaman Umum Karet Bivak dan Taman Pemakaman
Umum Karet Pasar Baru Barat, membuat kelurahan Bendungan Hilir juga mendapatkan
retribusi penggunaan tanah makam tertinggi di Jakarta Pusat.
Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah retribusi yang didapat kelurahan Bendungan Hilir
periode Januari-Maret 2016 untuk perizinan penggunaan tanah makam adalah
Rp.72.672.900,- yang merupakan jumlah retribusi kelurahan terbesar di Jakarta Pusat.
Dari penjelasan di atas, penelitian ini akan menganalisis bagaimana kualitas pelayanan proses
perizinan penggunaan tanah makam pada Satlak Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
Kelurahan Bendungan Hilir?
Kualitas Pelayanan ..., Ogie Prasetyo, FISIP UI, 2016
Tinjauan Teoritis
Setiap individu pasti dapat menginterpretasikan konsep kualitas dengan berbeda-beda dalam
konteks yang berlainan. Crosby (1979), dikutip oleh Azwar (1997), kualitas adalah
pemenuhan terhadap standar. (quality is compliance with standart). Tjiptono (2005:110)
berpendapat bahwa konsep kualitas terdiri dari kualitas desain dan kualitas kesesuaian yanng
dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk barang atau jasa. Kualitas desain
adalah fungsi spesifik produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran sebserapa
jauh suatu produk mampu memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah
ditetapkan. Pada kenyataannya aspek ini bukanlah satu-satunya aspek kualitas.
Definisi dari pelayanan sebenarnya sudah banyak dikemukakan oleh para pakar. Kotler dalam
Nugroho (1994:20) mengemukakan bahwa pelayanan adalah sebagai berikut “a service is any
act or performance that one party can over to the another that is essentially intangibles and
does not resulting the ownership of anything. Its production may and may not be tied to
physical product”. Soetopo (1999:4) mendefinisikan pelayanan sebagai usaha menyiapkan
atau mengurus apa yang diperlukan bagi orang lain. Menurut Payne (2000), pelayanan adalah
rasa menyenangkan atau tidak menyenangkan yang oleh penerima pelayanan pada saat
memperoleh pelayanan.
Pelayanan publik sangat erat kaitannya dengan masalah kepentingan umum. Ada beberapa
pengertian dari pelayanan publik. Dwiyanto (2005:141-145) mengatakan bahwa pelayanan
publik adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi
kebutuhan warga pengguna. Pelayanan publik merupakan segala bentuk kegiatan pelayanan
yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat maupun di daerah dalam bentuk barang
dan jasa baik dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan perundang-undangan.
Menurut John Wilson yang dikutip oleh Hanif Nurcholis mengemukakan bahwa: ”Pelayanan
Publik berhubungan dengan pelayanan yang masuk kategori sektor publik, bukan sektor
privat. Pelayanan tersebut dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan BUMN
atau BUMD. Ketiga komponen yang menangani sektor publik tersebut menyediakan layanan
publik, seperti kesehatan, pendidikan, keamanan dan ketertiban, bantuan sosial, dan
penyiaran” (Nurcholis, 2005:175).
Kualitas Pelayanan ..., Ogie Prasetyo, FISIP UI, 2016
Pelayanan publik pada dasarnya harus dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu
yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar dan terjangkau. Pelaksanaan
pelayanan publik dilaksakana berdasarkan asas-asas pelayanan publik. Asas-asas pelayanan
publik (Tjandra, 2005: 11) diantaranya adalah: transparan, akuntabilitas, kondisional,
partisipatif, kesamaan hak, keseimbangan hak dan tanggung jawab.
Penilaian pelayanan publik lebih kompleks untuk dilakukan dibanding dengan penilaian
kualitas suatu barang yang terlihat bentuk dan wujudnya. Walaupun sulit, bukan berarti
penilaian kualitas pelayanan publik tidak dapat diukur. Tidak mengutamakan profit membuat
pemerintah tetap harus mengutamakan kualitas layanan yang sesuai dengan apa yang
dibutuhkan dan diharapkan oleh masyarakat.
Suatu pelayanan yang berkualitas sangatlah bergantung kepada baik buruknya kualitas
penyedia layanan dalam memenuhi harapan masyarakat secara konsisten. Dalam memberikan
suatu layanan, diharapkan masyarakat dapat puas dengan layanan yang diterimanya. Menurut
Christopher Lovelock (1994), ada 8 dimensi yang bisa menggambarkan kualitas pelayanan.
Teori tersebut dikenal dengan The Flower of Service. Peneliti menggunakan teori dari
Lovelock karena dimensi yang dijelaskan sesuai dengan penilaian kualitas pelayanan proses
perizinan penggunaan tanah makam. Lovelock menggambarkan 8 dimensi tersebut menjadi
seperti “kelopak-kelopak sebuah bunga” yang terdiri dari : information, consultation,
ordertaking, hospitality, caretaking, exceptions, billing, dan payment.
Gambar 2
Diagram The Eight Petals on The Flower of Service
Kualitas Pelayanan ..., Ogie Prasetyo, FISIP UI, 2016
Abidin (2010:70), menjelaskan bahwa proses penyelenggaraan dan pendistribusian layanan
sampai ke tangan masyarakat merupakan hal yang perlu ditekankan bukan hanya mengacu
pada layanan itu semata. Aspek-aspek kecepatan, ketepatan, kemudahan, dan keadilan
menjadi alat untuk mengukur pelayanan publik yang berkualitas. Hal ini berarti, pemerintah
melalui aparat dalam memberikan pelayan publik kepada masyarakat harus memperhatikan
aspek kecepatan, ketepatan, kemudahan, dan keadilan.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian univariat. Dalam penelitian ini, peneliti ingin
menganalisis kualitas pelayanan proses perizinan penggunaan tanah makam pada Satlak
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kelurahan Bendungan Hilir. Pendekatan yang dilakukan
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hal ini dikarenakan peneliti ingin
menganalisis persepsi masyarakat terhadap program Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
dari pola umum ke arah pola yang lebih spesifik.
Penelitian ini bersifat deksriptif, karena tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
kualitas proses pelayanan perizinan penggunaan tanah makam pada PTSP. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail
mengenai suatu gejala atau fenomena. Hasil akhir dari penelitian ini biasanya berupa tipologi
atau pola-pola mengenai fenomena yang sedang dibahas.
Berdasarkan manfaat penelitian, maka penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam jenis
penelitian murni karena hasil penelitiannya tidak untuk diaplikasikan ke masyarakat. Dan
hanya bersifat untuk menguji teori yang sudah ada.
Jenis penelitian berdasarkan dimensi waktu yaitu cross sectional karena penelitian ini hanya
dilakukan waktu tertentu dan tidak akan dilakukan penelitian di waktu yang berbeda untuk
diperbandingkan.. Metode cross sectional adalah metode yang mengambil subjek dari segala
umur dan karakterisitik lain dalam waktu yang bersamaan untuk memperoleh data yang
lengkap dan juga cepat. Alasan peneliti mengelompokkan penelitian ini ke dalam penelitian
cross sectional adalah karena penelitian hanya dilakukan pada satu waktu yaitu bulan Januari
2016 sampai bulan juni 2016 dan hanya dilakukan satu kali, tidak ada follow up penelitian
berikutnya.
Dalam mengumpulkan data terkait topik yang akan diteliti, peneliti menggunakan dua jenis
data, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh peneliti melalui metode
Kualitas Pelayanan ..., Ogie Prasetyo, FISIP UI, 2016
kuantitatif, yaitu dengan menyebarkan kuesioner untuk survey yang dilakukan terhadap
masyarakat Kelurahan Bendungan Hilir yang melakukan proses perizinan penggunaan Tanah
Makam, yang selanjutnya disebut sebagai responden. Kuesioner yang disebarkan berisi
sejumlah pernyataan terstruktur yang berkaitan dengan penilaian responden atas kualitas
proses pelayanan perizinan yang diberikan oleh petugas Satlak Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kelurahan Bendungan Hilir terkait perizinan penggunaan tanah makam.
Selain data primer, penulis juga menggunakan data sekunder, yaitu berupa data existing
statistic yang tersedia di PTSP Kelurahan Bendungan Hilir, mengenai total retribusi dan
jumlah pengunjung. Penulis juga melakukan wawancara singkat dengan petugas PTSP
Kelurahan Bendungan Hilir untuk mengetahui gambaran umum pelayanan yang diberikan
PTSP. Dan yang terakhir, penulis melakukan studi kepustakaan terkait topik yang dibahas
dengan mencari informasi melalui berita dan buku-buku referensi.
Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung PTSP Kelurahan Bendungan Hilir yang
mengurus perizinan penggunaan tanah makam, yang menurut data dari Kelurahan berjumlah
7.001 orang pada periode November 2015 sampai Februari 2016. Bila dihitung rata-rata
kunjungan per hari pada periode tersebut, maka hasilnya adalah 88 orang pengunjung. Oleh
karena itu, diambil populasi sebanyak 88 sesuai dengan jumlah kunjungan permohonan
perizinan penggunaan tanah makam rata-rata per hari.
Untuk mengukur kualitas pelayanan proses perizinan maka dihitung berdasarkan tabel
frekuensi dari hasil penyebaran kuesioner yang mengacu pada teori yang digunakan, serta
menggunakan skala likert. Skala likert berisi pernyataan yang sistematis untuk menunjukan
sikap seorang responden terhadap pernyataan-pernyataan itu. Indeks ini mengasumsikan
bahwa masing-masing kategori jawaban ini memiliki urutan yang jelas mulai dari “sangat
tidak setuju”, “tidak setuju”,”ragu-ragu”, “setuju”, dan “sangat setuju”.
Kualitas Pelayanan ..., Ogie Prasetyo, FISIP UI, 2016
Tabel 1
Tabel Kualitas Pelayanan
Pilihan Jawaban Skor
STS Sangat Tidak Setuju 1
TS Tidak Setuju 2
R Ragu-ragu 3
S Setuju 4
SS Sangat Setuju 5
Format skala Likert yang digunakan pada kuesioner ini merupakan pernyatan yang
berdasarkan kualitas pelayanan proses perizinan yang diterima masyarakat terkait perzinan
penggunaan tanah makam pada Satlak PTSP Kelurahan Bendungan Hilir. Hasilnya adalah
apabila nilai dari masing-masing indikator tersebut sangat setuju atau setuju maka masyarakat
pengguna PTSP pada Kelurahan Bendungan Hilir dianggap telah menilai proses pelayanan
perizinan penggunaan tanah makam pada PTSP kelurahan Bendungan Hilir dengan baik.
Sebaliknya, apabila nilai masing-masing indikator tersebut tidak setuju atau sangat tidak
setuju maka dinilai bahwa masyarakat mendapatkan kualitas pelayanan yang buruk.
Tahap selanjutnya adalah melakukan pembahasan data dengan menggunakan nilai mean
dengan tujuan untuk melihat kecenderungan jawaban dari responden Nilai rata-rata atau
mean yang diperoleh akan terbagi pada beberapa kelas kecenderungan dengan rumus :
Sumber : Umar, 2008
Nilai dari hasil rentang skala dapat menentukan perkiraan nilai mean dari pengolahan hasil
kuesioner. Bedasakan variabel yang diguanakan daalam penelitian yaitu kualitas pelayanan
menjadikan pembagian kategori untuk variabel tersebut adalah:
Kualitas Pelayanan ..., Ogie Prasetyo, FISIP UI, 2016
Tabel 2
Pembagian Kategori Analisis Deskriptif Mean
Batasan Kategori
Kualitas Pelayanan
1,00 < x ≤ 1,80 Sangat Buruk
1,81 < x ≤ 2,60 Buruk
2,61 < x ≤ 3,40 Cukup
3,41 < x ≤ 4,20 Baik
4,21 < x ≤ 5,00 Sangat Baik
Hasil Penelitan
Penelitian ini menggunakan pre-test yang bertujuan untuk mengetahui indikator-indikator
yang relevan dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Pre-test dilakukan
dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Pre-test ini menggunakan 10 orang
responden. Proses olah data dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 untuk mengukur
validitas dan reliabilitas dari kuesioner yang digunakan. Jika dalam pre-test ditemukan
indikator yang tidak memenuhi nilai syarat minimum, maka indikator tersebut perlu
diperbaiki atau dieliminasi.
Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16. Menurut
Walizer dan Wiener (1987:105), validitas adalah tingkat kesesuaian antar suatu batasan
konseptual yang diberikan dengan bantuan operasional yang telah dikembangkan. Lebih
lanjut menurut Yarnest (2004:63), uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen
(kuesioner) dapat mengukur variabel yang diteliti secara tepat. Seiring dengan apa yang telah
dipaparkan oleh Yarnest tersebut, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua
pernyataan (instrumen) penelitian yang diajukan untuk mengukur variabel penelitian adalah
valid. Jika valid menunjukkan bahwa instrumen itu dapat digunakan untuk mengukur apa
yang hendak di ukur. Data dikatakan valid dengan membandingkan korelasi makin mendekati
1 (Pearson Product Moment Correlation).
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2016 dengan menyebarkan kuesioner penelitian
kepada 88 orang responden. Responden dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang
melakukan permohonan perizinan di Satlak Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kelurahan
Kualitas Pelayanan ..., Ogie Prasetyo, FISIP UI, 2016
Bendungan Hilir yang pernah melakukan permohonan perizinan penggunaan tanah makam ke
Satlak PTSP Kelurahan Bendungan Hilir sebanyak lebih dari satu kali
Responden dibagi ke dalam lima kelompok tingkat pendidikan terakhir. Kelompok-kelompok
tersebut terdiri dari kelompok SD, kelompok SMP, kelompok SMA, Diploma, dan Sarjana.
jumlah tertinggi responden terdapat pada kelompok tingkat pendidikan terakhir Sarjana, yaitu
sebanyak 38,6%. Selanjutnya, kelompok tingkat pendidikan terakhir SMA menempati posisi
kedua yaitu sebanyak 33%. Kemudian pada kelompok tingkat pendidikan terakhir SD yaitu
sebanyak 12,5% dan kelompok tingkat pendidikan Diploma serta SMP menempati urutan
terakhir dengan 8%.
Responden PTSP Kelurahan Bendungan Hilir yang berjenis kelamin perempuan berjumlah
41 orang dengan presentase 46,6%, sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 47
orang dengan presentase 53,4%. Dengan demikian, artinya mayoritas responden PTSP
Kelurahan Bendungan Hilir adalah berjenis kelamin laki-laki.
Sedangkan dalam karakteristik usia, responden PTSP Kelurahan Bendungan Hilir rata-rata
berusia 30-38 tahun dengan presentase sebanyak 31,8%. Presentase terkecil adalah dengan
usia lebih dari 53 tahun yaitu sebanyak 9,1%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
mayoritas responden dari PTSP Kelurahan Bendungan Hilir adalah berusia 30-38
Tabel 3
Uji Validitas untuk Setiap Pertanyaan
Pearson Corelation Keterangan Q1 .744* Valid Q2 .897** Valid Q3 .740* Valid Q4 .749* Valid Q5 .897** Valid Q6 .962** Valid Q7 .897** Valid Q8 .744* Valid Q9 .744* Valid Q10 .744* Valid Q11 .744* Valid Q12 .962** Valid Q13 .962** Valid Q14 .962** Valid Q15 .962** Valid
Kualitas Pelayanan ..., Ogie Prasetyo, FISIP UI, 2016
Sumber: Data Olahan Peneliti dengan SPSS 16, 2016
Reliabilitas yang tinggi memberikan dasar bahwa masing-masing indikator memiliki
konsistensi yang tinggi untuk setiap pengukurannya. Batas nilai reliabilitas dengan
menggunakan Alpha Cronbach yang telah ditetapkan adalah 0,600 (Malhotra, 2009).
Tabel 4 Nilai Cronbach’s Alpha
Sumber: Data Olahan Peneliti dengan SPSS 16, 2016
Q16 .962** Valid Q17 .962** Valid Q18 .952** Valid Q19 .786** Valid Q20 .862** Valid Q21 .862** Valid Q22 .853** Valid Q23 .853** Valid
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.982 23
Kualitas Pelayanan ..., Ogie Prasetyo, FISIP UI, 2016
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Alpha Cronbach untuk pertanyaan-pertanyaan
yang diteliti telah melampaui batas nilai reliabilitas yang disyaratkan, yaitu 0,982, yang
berarti lebih besar dari batas 0,600. Maka melalui hasil pre-test untuk uji reliabilitas ini dapat
disimpulkan bahwa pertanyaan-pertanyaan penelitian bersifat reliabel.
Tabel 5
Matriks Dimensi Total
Dimensi Rata-rata Mean Kategori
Informasi 4,5 Sangat Baik
Permohonan 4,45 Sangat Baik
Penagihan 4,325 Sangat Baik
Pembayaran 4,4 Sangat Baik
Konsultasi 4,41 Sangat Baik
Keramahtamahan 4,47 Sangat Baik
Keamanan 4,195 Baik
Pengecualian 4,1 Baik
Sumber: data olahan peneliti
Dapat terlihat dari tabel diatas, 6 dimensi dari teori The Flower of Service yang diteliti pada
satuan laksana pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) Kelurahan Bendungan HIlir dalam
kategori sangat baik, sedangkan 2 dimensi lainnya hanya dalam kategori baik.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan di lapangan dan hasil analisis data yang telah
di lakukan, dapat disimpulkan bahwa Kualitas Pelayanan Proses Perizinan Penggunaan
Tanah Makam pada Satlak PTSP Kelurahan Bendungan Hilir sudah sangat baik pada 6
dimensi, sedangkan 2 dimensi lainnya hanya pada kualitas baik. Hal ini dapat terlihat dengan
cukup banyaknya respon ragu-ragu dari responden pada kedua dimensi tersebut. Jadi, secara
keseluruhan, kualitas pelayanan proses perizinan penggunaan tanah makam pada satlak PTSP
Kelurahan Bendungan Hilir sudah sangat baik.
Saran
Kualitas Pelayanan ..., Ogie Prasetyo, FISIP UI, 2016
Kualitas pelayanan proses perizinan penggunaan Tanah Makam pada satlak PTSP Kelurahan
Bendungan Hilir harus tetap bahkan meningkatkan kualitasnya. Di bawah ini merupakan
dimensi dan pernyataan yang dapat ditingkatkan kualitas layanannya: Pada dimensi
pembayaran, seharusnya PTSP bisa memberikan alternatif pembayaran lain selain pada loket
Bank DKI atau di ATM Bank DKI, seperti membayar retribusi di mini market atau di kantor
Pos, sehingga pemohon yang tidak mempunyai kartu ATM Bank DKI atau saat loket Bank
DKI sedang offline, pemohon bisa tetap membayarkan retribusi.
Salah satu responden yang memberikan pendapat, seharusnya PTSP bisa membuka
pelayanannya di akhir pekan, sehingga untuk masyarakat yang tidak bisa mengurus perizinan
pada hari kerja, bisa mengurusnya di akhir pekan. Pada dimensi pengecualian, PTSP harus
menyediakan loket khusus untuk para pemohon dengan kebutuhan khusus atau disabilitas
sehingga terakomodasi masalah pada pemohon tersebut.
Daftar Referensi
Buku
Abidin, Z.S., (2010), Kebijakan Publik, Jakarta : Yayasan Pancur Siwah
Azwar, S. (1997), Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Batinggi, Ahmad. (1998), Manajemen Pelayanan Umum. Bahan Kuliah STIA LAN
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Edisi pertama. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Dwiyanto, Agus. (2005). Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hasan, M. Iqbal,(2002) Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,
Bogor : Ghalia
Husein, Umar. (2008). Metodologi Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi Kedua.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Juwono, Handito Hadi dan Budiharto Sanusi dan Nini Tanjung. (2003). Jangan Sekedar
Service, Jakart: Penerbit PT. Intisari Mediatama
Kotler, Philip. (2001). Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Kontrol. Jakarta: PT. Prehallindo
Kualitas Pelayanan ..., Ogie Prasetyo, FISIP UI, 2016
Lovelock, Christopher, (1994), Product Plus: How Product+Service = Competitive
Advantage, New York: McGraw Hill.
Moenir. (2000). Manajemen Pelayanan Publik. Jakarta: Bina Aksara.
Nurcholis, Hanif. (2005). Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah , Jakarta :
Grasindo
Ombudsman Republik Indonesia. (2011), Laporan Tahunan Ombudsman RI
Payne, Adrian. (2000).Service Marketing Pemasaran Jasa, Yogyakarta : Andi.
Prasetyo, Bambang dan Miftahul Jannah, (2005). Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan
Aplikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soetopo, (1999), Pelayanan Prima, Jakarta : LAN RI.
Sugiyono, (2011), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta
Sujarweni, V dan Poly Endrayanto. (2012). Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Tjandra, W. Riawan, dkk. (2005). Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam
Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan
Tjiptono, Fandi (2005), Pemasaran Jasa . Malang : Bayumedia Publishing
_______. dan Gregorius Chandra. (2011). Service, Quality & Satisfaction. Edisi 3.
Yogyakarta : ANDI.
Artikel/Internet
http://www.republika.co.id/berita/koran/bincangbisnis/14/12/16/ngny4a19-
dananggirindrawardana-ketua-ombudsman-ripelayanan-publik-belummembanggakan,
diakses tanggal 1 Maret 2016
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/08/07/13412531/Ahok.Itulah.PTSP.Kami.Fungsi.s
eperti.Calo.tetapi.Pelayanan.seperti.Bank , diakses 3 Maret 2016
Kualitas Pelayanan ..., Ogie Prasetyo, FISIP UI, 2016