KTI--TURBIN ANGIN.docx
-
Upload
andriaerospace -
Category
Documents
-
view
34 -
download
8
Transcript of KTI--TURBIN ANGIN.docx
PENGEMBANGAN POTENSI TURBIN ANGIN SEBAGAI PEMBANGKIT
LISTRIK RAMAH LINGKUNGAN
Makalah
Karya Tulis ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam menempuh Ujian
Akhir Semester (UAS) mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah (TTKI)
Disusun Oleh:
Andri Hapsoro 16912026
Didit Pringgondani 16912017
Farid Ibnu Saputra 169120
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG 2012
ii
PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini penulis persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua tim penulis yang telah memberikan dukungan dan
motivasi serta kasih sayang.
2. Semua keluarga dari tim Penulis yang telah memberikan
dukungan doa demi kelancaran perkuliahan.
3. Ibu Dr.Ratna S Bandono yang telah memberikan arahan,
saran, dan bimbingan dalam penyusunan karya ilmiah ini.
4. Pembaca yang budiman.
3
PRAKATA
Puji dan syukur tim penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Judul” ini
dapat diselesaikan. Penelitian yang menjadi bahan penyusunan
karya ilmiah ini adalah analisis dampak lingkungan dan dampak
ekonomi serta potensi pembangkit listrik tenaga angin, baik
dampak positif maupun dampak negatifnya serta potensi yang ada
di Indonesia. Dalam penulisan karya ilmiah ini, tim penulis
mengumpulkan bahan dengan melakukan studi literatur serta
melakukan browsing di internet.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini dapat terwujud atas
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ibu Dr.Ratna S Bandono yang telah memberikan arahan, saran,
dan bimbingan dalam penyusunan karya ilmiah ini.
2. Semua keluarga dari tim penulis yang telah memberikan
dukungan doa demi kelancaran perkuliahan.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah membuat semua ini bisa terwujud.
4
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif guna
penyempurnaan karya ilmiah ini sangat diharapkan. Semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bandung, April 2013
Tim Penulis
5
DAFTAR ISI
PRAKATA
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I 1.1 Latar Belakang ………………………………………………
1.2 Tujuan Penulisan…………………………………………….
1.3 Rumusan Masalah……………………………………………
1.4 Ruang Lingkup Kajian……………………………………….
1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data……………………..
1.5.1 Metode…………………………………………………….
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data………………………………...
1.6 Sistematika Penulisan………………………………………..
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Karakteristik dan Potensi Energi Angin……………………...
2.1.1 Karakteristik angin………………………………………….
2.1.2 Jenis-Jenis Angin…………………………………………...
2.1.2.1 Angin Laut………………………………………………..
2.1.2.2 Angin Darat………………………………………………
6
2.1.2.3 Angin Lembah…………………………………………..
2.1.2.4 Angin Gunung…………………………………………..
2.1.2.5 Angin Fohn……………………………………………..
2.1.2.6 Angin Munsoon…………………………………………
2.1.2.7 Angin Musim Barat……………………………………..
2.1.2.8 Angin Musin Timur……………………………………..
2.1.3 Daya yang Dihasilkan Energi Angin……………………...
2.1.3.1 Densitas Udara………………………………………….
2.1.3.2 Luas Area……………………………………………….
2.1.3.3 Kecepatan Angin………………………………………..
2.2 Sejarah dan Perkembangan Turbin Angin………………….
2.3 Jenis-jenis Turbin Angin…………………………………….
2.3.1 Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH)…………………
2.3.1.1 Kelebihan TASH…………………………………………
2.3.1.2 Kekurangan TASH……………………………………….
2.3.2 Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV)……………………
2.3.2.1 Kelebihan TASV…………………………………………
2.3.2.2 Kekurangan TASV……………………………………….
2.4 Desain Turbin Angin………………………………………….
7
2.4.1 Desain Sudu………………………………………………
2.4.2 Menghitung Baling-Baling pada Sistem Blade…………..
2.4.3 Bahan-Bahan untuk Membuat Turbin Angin Blade…….
2.5 Komponen Penyusun Turbin Angin……………………….
2.6 Prinsip Mekanika Turbin Angin…………………………….
2.6.1 Beban pada Proses Mekanik Turbin Angin……………….
2.6.1.1 Jenis-jenis Bahan……………………………………….
2.6.1.1.1 Beban Statis…………………………………………..
2.6.1.1.2 Beban Dinamis……………………………………….
2.6.1.1.3 Beban Siklis…………………………………………..
2.6.1.1.4 Beban Impulsif……………………………………….
2.6.1.1.5 Beban Stokastik………………………………………
2.6.1.2 Sumber Beban…………………………………………..
2.6.1.3 Efek Beban……………………………………………..
2.6.2 Prinsip Kerja………………………………………………
26.2.1 Mekanika…………………………………………………
2.6.2.1.1 Momen Inersia…………………………………………
2.6.2.1.2 Daya Tahan Batang…………………………………….
2.6.2.2 Vibrasi……………………………………………………
8
2.6.2.3 Faktor Kelelahan………………………………………..
2.7 Instalasi dan Desain Sistem…………………………………
2.7.1 Perizinan…………………………………………………...
2.7.2 Persiapan Tempat………………………………………….
2.7.3 Pemasangan Turbin………………………………………….
2.7.4 Penghubungan Jaringan Listrik…………………………….
2.7.5 Pengoperasian Turbin………………………………………..
2.7.6 Perawatan dan Perbaikan……………………………………
2.7.7 Sistem keamanan…………………………………………….
BAB III ANALISIS DAMPAK PEMANFAATAN TURBIN ANGIN
3.1 Potensi Pemanfaatan Turbin Angin di Indonesia………………
3.2 Kendala Pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Turbin Angin..
3.3 Dampak Ekonomi Pemanfaatan Turbin Angin…………………
3.4 Dampak Lingkungan Pemanfaatan Turbin Angin……………..
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan……………………………………………………….
4.2 Saran……………………………………………………………
9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..
INDEKS……………………………………………………………………………….
LAMPIRAN/APENDIKS……………………………………………………………..
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR
10
DAFTAR LAMPIRAN
11
DAFTAR SINGKATAN
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penipisan sumber daya minyak di satu sisi dan peningkatan kebutuhan energi
di sisi lain, membawa konsekuensi bagi perlunya digalakkan upaya pengembangan
pemanfaatan sumber energi terbarukan antara lain energi angin sebagai energi
alternatif yang dapat dipakai untuk membangkitkan tenaga listrik. Semakin luas isu
kerusakan lingkungan akibat polusi dari penggunaan bahan bakar fosil yang
menimbulkan polusi, sehingga pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan yang
berwawasan lingkungan merupakan salah satu upaya untuk mengurangi polusi.
Energi angin merupakan sumber energi yang penting sejak lama di beberapa
negara. Cina telah memanfaatkan energi angin untuk pemompaan lebih dari seribu
tahun lalu. Di Eropa barat, kincir angin mekanik untuk pemompaan atau penggilingan
telah digunakan sejak abad ke-13 dan di Amerika untuk pemompaan pada peternakan
sejak awal abad ke-18. Sementara itu, turbin angin listrik telah diaplikasikan oleh
para petani di Amerika sejak tahun 1930. Diseminasi pemanfaatan teknologi energi
angin klasik tersebut berlangsung hingga pertengahan abad ke 19, namun menghilang
bersamaan dengan meluasnya aplikasi pembangkitan listrik berbahan bakar fosil.
Aplikasi teknologi energi angin sebagai alternatif meluas kembali ketika harga bahan
bakar minyak melonjak, namun menyusut dengan cepat ketika harga bahan bakar
minyak anjlok pada akhir tahun 1985, kecuali yang kompetitif.
Fluktuasi harga bahan bakar minyak dan merebaknya isu lingkungan terus
mendorong perkembangan teknologi energi angin. Aplikasi turbin angin kecil dan
turbin angin besar berkembang di beberapa negara sebagai alternatif penyediaan
kebutuhan listrik yang terus meningkat tidak saja di perkotaan. Berbagai upaya telah
13
dan terus dilakukan dalam mengembangkan teknologi energi angin yang berwawasan
lingkungan tersebut guna mendapatkan hasil yang semakin efisien dan berdaya saing.
Sejalan dengan upaya pengembangan sumber energi terbarukan seperti mikrohidro,
energi surya, dan biomasa sebagai energi alternatif di Indonesia, LAPAN telah
melakukan riset dan pengembangan energi angin sejak tahun 1979 mencakup
inventarisasi potensi energi angin serta pengembangan dan diseminasi teknologi
pemanfaatannya. Riset dan pengembangan teknologi energi angin tersebut dewasa ini
diarahkan terutama untuk aplikasi skala kecil di pedesaan dan juga kemungkinan
sebagai pembangkitan skala besar guna menunjang penyediaan energi di masa
mendatang.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulis berharap karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Adapun tujuan penulisan
karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalasis potensi sumber energi angin di Indonesia secara kuantitatif dan
kualitatif
2. Menganalisis apakah sumber energi angin di Indonesia dapat dimanfaatkan
sebagai penggerak turbin angin untuk pembangkit listrik skala kecil dan
menengah.
3. Mencari solusi strategis untuk penempatan wilayah yang dapat dijadikan sebagai
pembangkit listrik turbin angin dan kendala-kendala lain yang dihadapi.
4. Menganalisis dan mencari solusi dari dampak positf dan negatif yang dihasilkan
dari pemanfaatan turbin angin sebagai pembangkit listrik yang ditinjau dari aspek
lingkungan dan aspek ekonomi.
14
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul permasalahan bagaimana cara
mengoptimalkan potensi energi angin di Indonesia terutama di Pulau Jawa yang
memiliki kebutuhan energi terbesar, untuk dijadikan sebagai pembangkit listrik skala
menengah.
1.4 Ruang Lingkup Kajian
Untuk menjawab rumusan masalah di atas perlu pengkajian beberapa pokok,
yaitu :
1. Analisis karakteristik yang dimiliki angin.
2. Kondisi geografis Pulau Jawa.
3. Proses manufaktur dan instalasi turbin angin.
4. Prinsip mekanika dan dinamika turbin angin.
5. Dampak positif dan negatif pemanfaatan turbin angin yang ditinjau dari aspek
lingkungan dan ekonomi.
1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.5.1 Metode
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan data baik dari
literature maupun dari lapangan kemudian dianalisis. Sehubungan dengan hal tersebut
metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode deskriptif analisis
dengan pendekatan empiris dan rasional.
1.5.2 Teknik pengumpulan data
Adapun metode untuk memperoleh sumber-sumber data tersebut adalah :
15
1. Studi Pustaka
Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengutip dan memahami
keterangan dari buku-buku referensi. Buku-buku referensi karya tulis ini,
mayoritas berupa e-book.
2. Obeservasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengamati kondisi dan
potensi objek penelitian. Dalam hal ini, penulis mengamati kondisi angin pada
tempat-tempat tertentu.
3. Kuesioner
Merupakan cara pengumpulan data dengan cara memberikan daftar
pertanyaan kepada mahasiswa-mahasiswa dan meminta mereka untuk
menjawab daftar pertanyaan tersebut sesuai dengan fakta yang ada.
4. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada
mahasiswa jurusan terkait.
5. Browsing
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mencari literatur dari
berbagai website dengan bantuan jaringan internet.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan penelitian ini terbagi menjadi empat bab, yaitu pendahuluan,
teori dasar turbin angin, analisis pemanfaatan potensi turbin angin sebagai
pembangkit listrik, serta semipulan dan saran. Pada bab satu akan dibahas mengenai
latar belakang pengangkatan aspek laporan ini, rumusan masalah, tujuan penelitian,
ruang lingkup kajian, metode dan teknik pengumpulan data pada laporan penelitian
ini, serta sistematika penulisan. Pada bab dua akan disajikan penjelasan umum dan
hal-hal yang akan dikaji dengan menggunakan berbagai literatur sebagai sumbernya
16
berupa angin, sejarah dan perkembangan turbin angin, potensi turbin angin sebagai
pembangkit listrik, jenis-jenis turbin angin, desain turbin angin, prinsip mekanika dan
dinamika turbin angin, instalasi dan desain sistem serts sistem kontrol turbin angin.
Bab tiga akan menjabarkan dan menganalisis masalah-masalah yang telah
dirumuskan secara lengkap berupa kondisi geografis pulau jawa, besar angin yang
ada, dampak pengunaan turbin angin ditinjau dari aspek ekonomi dan lingkungan
serta solusi atau penyelesaian masalah dari dampak negatif. Bab 4 berisi tentang
simpulan dan saran.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Karakteristik dan Potensi Energi Angin
2.1.1 Karakteristik angin
Angin adalah udara yang bergerak secara horizontal di atas permukaan bumi.
Angin dihasilkan oleh perbedaan tekanan udara di antara dua tempat yang berbeda.
Perbedaan tekanan udara tersebut disebabkan oleh perbedaan intensitas sinara
matahari yang berbeda di permukaan bumi.
2.1.2 Jenis-jenis Angin
2.1.2.1 Angin laut
Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang
umumnya terjadi pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00 di
daerah pesisir pantai. Angin ini biasa dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari
menangkap ikan di laut. Angin laut ini terjadi pada siang hari. Karena air mempunyai
kapasitas panas yang lebih besar daripada daratan, sinar matahari memanasi laut lebih
lambat daripada daratan. Ketika suhu permukaan daratan meningkat pada siang hari,
udara di atas permukaan darat meningkat pula akibat konduksi. Tekanan udara di atas
daratan menjadi lebih rendah karena panas, sedangkan tekanan udara di lautan
cenderung masih lebih tinggi karena lebih dingin. Akibatnya terjadi gradien tekanan
dari lautan yang lebih tinggi ke daratan yang lebih rendah, sehingga menyebabkan
terjadinya angin laut, dimana kekuatannya sebanding dengan perbedaan suhu antara
daratan dan lautan. Namun, jika ada angin lepas pantai yang lebih kencang dari 8
km/jam, maka angin laut tidak terjadi.
18
2.1.2.2 Angin darat
Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang
umumnya terjadi pada saat malam hari dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00 di
daerah pesisir pantai. Angin jenis ini bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat
mencari ikan dengan perahu bertenaga angin sederhana. Pada malam hari daratan
menjadi dingin lebih cepat daripada lautan, karena kapasitas panas tanah lebih rendah
daripada air. Akibatnya perbedaan suhu yang menyebabkan terjadinya angin laut
lambat laun hilang dan sebaliknya muncul perbedaan tekanan yang berlawanan
karena tekanan udara di atas lautan yang lebih panas itu menjadi lebih rendah
daripada daratan, sehingga terjadilah angin darat, khususnya bila angin pantai tidak
cukup kuat untuk melawannya.
2.1.2.3 Angin lembah
Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah
puncak gunung yang biasa terjadi pada siang hari.
2.1.2.4 Angin gunung
Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke lembah
gunung yang terjadi pada malam hari.
2.1.2.5 Angin Fohn
Angin Fohn/angin jatuh adalah angin yang terjadi seusai hujan Orografis.
angin yang bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelengasan yang
berbeda. Angin Fohn terjadi karena ada gerakan massa udara yang naik pegunungan
yang tingginya lebih dari 200 meter di satu sisi lalu turun di sisi lain. Angin Fohn
yang jatuh dari puncak gunung bersifat panas dan kering, karena uap air sudah
dibuang pada saat hujan Orografis.
19
Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan dapat menimbulkan korban. Tanaman
yang terkena angin ini bisa mati dan manusia yang terkena angin ini bisa turun daya
tahan tubuhnya terhadap serangan penyakit.
2.1.2.6 Angin Munsoon
Angin Munsoon, Moonsun, muson adalah angin yang berhembus secara
periodik (minimal 3 bulan) dan antara periode yang satu dengan yang lain polanya
akan berlawanan yang berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun.
Biasanya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan setengah
tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah.
Pada bulan Oktober – April, matahari berada pada belahan langit Selatan,
sehingga benua Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari dari benua
Asia. Akibatnya di Australia terdapat pusat tekanan udara rendah (depresi) sedangkan
di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi (kompresi). Keadaan ini
menyebabkan arus angin dari benua Asia ke benua Australia.
Di Indonesia angin ini merupakan angin musim Timur Laut di belahan bumi
Utara dan angin musim Barat di belahan bumi Selatan. Oleh karena angin ini
melewati Samudra Pasifik dan Samudra Hindia maka banyak membawa uap air,
sehingga di Indonesia terjadi musim penghujan. Musim penghujan meliputi seluruh
wilayah indonesia, hanya saja persebarannya tidak merata. makin ke timur curah
hujan makin berkurang karena kandungan uap airnya makin sedikit.
Pada bulan April-Oktober, matahari berada di belahan langit utara, sehingga
benua Asia lebih panas daripada benua Australia. Akibatnya, di asia terdapat pusat-
pusat tekanan udara rendah, sedangkan di australia terdapat pusat-pusat tekanan udara
tinggi yang menyebabkan terjadinya angin dari australia menuju asia.
Di indonesia terjadi angin musim timur di belahan bumi selatan dan angin
musim barat daya di belahan bumi utara. Oleh karena tidak melewati lautan yang luas
maka angin tidak banyak mengandung uap air oleh karena itu di indonesia terjadi
20
musim kemarau, kecuali pantai barat sumatera, sulawesi tenggara, dan pantai selatan
irian jaya.
Antara kedua musim tersebut ada musim yang disebut musim pancaroba
(peralihan), yaitu musim kemareng yang merupakan peralihan dari musim penghujan
ke musim kemarau, dan musim labuh yang merupakan peralihan musim kemarau ke
musim penghujan. Adapun ciri-ciri musim pancaroba yaitu : Udara terasa panas, arah
angin tidak teratur dan terjadi hujan secara tiba-tiba dalam waktu singkat dan lebat.
Angin Munson dibagi menjadi 2, yaitu Munson Barat atau dikenal dengan
Angin Musim Barat dan Munson Timur atau dikenal dengan Angin Musim Timur.
2.1.2.7 Angin Musim Barat
Angin Musim Barat/Angin Muson Barat adalah angin yang mengalir dari
Benua Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim panas) dan mengandung
curah hujan yang banyak di Indonesia bagian Barat, hal ini disebabkan karena angin
melewati tempat yang luas, seperti perairan dan samudra. Contoh perairan dan
samudra yang dilewati adalah Laut China Selatan dan Samudra Hindia. Angin Musim
Barat menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan. Angin ini terjadi pada bulan
Desember, januari dan Februari, dan maksimal pada bulan Januari dengan kecepatan
minimum 3 m/s.
2.1.2.8 Angin Musim Timur
Angin Musim Timur/Angin Muson Timur adalah angin yang mengalir dari
Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim panas) sedikit curah hujan
(kemarau) di Indonesia bagian Timur karena angin melewati celah- celah sempit dan
berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Ini yang menyebabkan
Indonesia mengalami musim kemarau. Terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus, dan
maksimal pada bulan Juli.
21
2.1.3 Daya yang dihasilkan energi angin
Besar daya yang dihasilkan oleh turbin angin dapat dihitung berdasarkan rumus
berikut ini.
P = 0.5D x A x V3
P = Besar daya yang dihasilkan
A = Luas area baling-baling turbin angin
V = Kecepatan angin
2.1.3.1 Densitas Udara
Densitas udara adalah berat udara per satuan volume. Nilainya berubah-ubah
tergantung dari letak ketinggian udara. Secara umum, densitas udara menurun setiap
kelipatan ketinggian 1000 kaki sebesar tiga persen. Misal ketinggian suatu tempat
adalah 3000 kaki di atas permukaan laut, maka densitas udaranya berkurang sembilan
persen. Densitas udara juga merupakan fungsi dari kelembapan udara relative. Suhu
juga mempengaruhi densitas udara. Udara yang lebih hangat akan memiliki rapat
jenis udara yang lebih renggan bila dibandingkan dengan udara dingin, sehingga
kondisi terbaik yang diperoleh turbin angin adalah angin yang bersuhu dingin karena
besar listrik yang dihasilkan akan lebih banyak bila dibandingkan udara yang bersuhu
lebih panas.
2.1.3.2 Luas Area
22
Luas area yang ditekankan dalam hal ini adalah area yang dilingkupi oleh
pisau turbin angin. Semakin besar pisau turbin angin, semakin besar pula energi yang
dihasilkan turbin.
2.1.3.3 Kecepatan Angin
Kecepatan angin merupakan hal yang paling penting dalam penggunaan
turbin angin. Berdasarkan rumus daya, kecepatan angin memiliki nilai tiga kali lipat
lebih besar dibandingkan dua faktor lainnya yaitu, rapat jenis udara dan luas baling-
baling turbin. Penempatan posisi turbin angin yang strategis sangat diperlukan agar
kecepatan angin yang melewati turbin mampu menghasilkan energi yang diperlukan.
2.2 Sejarah dan Perkembangan Turbin Angin sebagai Pembangkit Listrik
Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit
Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan
menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi
angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator
dibagian belakang turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi
Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan.
Pemanfaatan energi angin sebenarnya bukan barang baru bagi umat manusia.
Semenjak 2000 tahun lalu teknologi pemanfaatan sumber daya angin dan air sudah
dikenal manusia dalam bentuk kincir angin (wind mills). Selain ramah lingkungan,
sumber energi ini juga selalu tersedia setiap waktu dan memiliki masa depan bisnis
yang menguntungkan. Kini sebagian besar negara maju di Eropa dan Amerika Serikat
telah memanfaatkan sumber energi ini. Pada masa awal perkembangannya, teknologi
energi angin lebih banyak dimanfaatkan sebagai sulih tenaga manusia dalam bidang
pertanian dan manufaktur, maka kini dengan teknologi dan bahan yang baru, manusia
23
membuat turbin angin untuk membangkitkan energi listrik yang bersih, baik untuk
penerangan, sumber panas atau tenaga pembangkit untuk alat-alat rumah tangga.
Menurut data dari American Wind Energy Association (AWEA), hingga saat ini telah
ada sekitar 20.000 turbin angin diseluruh dunia yang dimanfaatkan untuk
menghasilkan listrik. Kebanyakan turbin semacam itu dioperasikan di lahan khusus
yang disebut “ladang angin” (wind farm).
Di negara-negara Eropa, pemanfaatan sumber energi yang dapat diperbaharui
diperkirakan bakal mencapai 8% dari permintaan energi di tahun 2005. Energi angin
menjadi salah satu alternatif yang banyak dipilih dan sekaligus berfungsi mengurangi
emisi gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh perangkat sumber energi
sebelumnya. Tujuh tahun belakangan ini, kapasitas energi angin terpasang di Eropa
melonjak hingga 40% per tahun dan saat ini kapasitas tersebut dapat memenuhi
kebutuhan listrik lebih dari 5 juta kepala keluarga. Industri energi tenaga angin
diperkirakan bakal memiliki kapasitas 40.000 MW (mega Watt) yang dapat
mencukupi kebutuhan listrik untuk 50 juta kepala keluarga pada tahun 2010. Energi
angin adalah energi yang relatif bersih dan ramah lingkungan karena tidak
menghasilkan karbon dioksida (CO2) atau gas-gas lain yang berperan dalam
pemanasan global, sulphur dioksida dan nitrogen oksida (jenis gas yang
menyebabkan hujan asam). Energi ini pun tidak menghasilkan limbah yang
berbahaya bagi lingkungan ataupun manusia. Meski demikian, harap diingat bahwa
sekecil apapun semua bentuk produksi energi selalu memiliki akibat bagi lingkungan.
Hanya saja efek turbin angin sangat rendah, bersifat lokal dan mudah dikelola. Di
samping itu turbin atau kincir angin memiliki pesona tersendiri dan menjadi atraksi
wisata yang menarik, seperti misalnya saja kincir-kincir angin di negeri Belanda.
2.3 Jenis-Jenis Turbin Angin
Jenis turbin angin ada dua, yaitu :
24
1. Turbin angin sumbu horizontal (TASH)
2. Turbin angin sumbu tegak (TASV)
2.3.1 Turbin angin sumbu horizontal
(sumber : wikipedia.com)
Turbin angin megawatt pertama di dunia berada di Castleton, Vermont
Turbin angin sumbu horizontal (TASH) memiliki poros rotor utama dan
generator listrik di puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah
baling-baling angin (baling-baling cuaca) yang sederhana, sedangkan turbin
berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang
digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar memiliki sebuah gearbox yang
mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat berputar.
Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya, turbin
biasanya diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah turbin dibuat kaku
agar mereka tidak terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai
25
tambahan, bilah-bilah itu diletakkan di depan menara pada jarak tertentu dan sedikit
dimiringkan.
Karena turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan realibilitas
begitu penting, sebagian besar TASH merupakan mesin upwind (melawan arah
angin). Meski memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut jurusan
angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka tetap
sejalan dengan angin, dan karena di saat angin berhembus sangat kencang, bilah-
bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan mereka dan dengan
demikian juga mengurangi resintensi angin dari bilah-bilah itu.
2.3.1.1 Kelebihan TASH
Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang lebih kuat di
tempat-tempat yang memiliki geseran angin (perbedaan antara laju dan arah
angin antara dua titik yang jaraknya relatif dekat di dalam atmosfer bumi. Di
sejumlah lokasi geseran angin, setiap sepuluh meter ke atas, kecepatan angin
meningkat sebesar 20%.
2.3.1.2 Kekurangan TASH
Menara yang tinggi serta bilah yang panjangnya bisa mencapai 90 meter sulit
diangkut. Diperkirakan besar biaya transportasi bisa mencapai 20% dari
seluruh biaya peralatan turbin angin.
TASH yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek yang yang sangat
tinggi dan mahal serta para operator yang tampil.
Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilah-bilah yang
berat, gearbox, dan generator.
TASH yang tinggi bisa memengaruhi radar airport.
26
Ukurannya yang tinggi merintangi jangkauan pandangan dan mengganggu
penampilan lansekap.
Berbagai varian downwind menderita kerusakan struktur yang disebabkan
oleh turbulensi.
TASH membutuhkan mekanisme kontrol yaw tambahan untuk membelokkan
kincir ke arah angin.
2.3.2 Turbin Angin Sumbu Vertikal
(sumber : Wikipedia.com)
Turbin angin Darrieus30 m di Kepulauan Magdalen
Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau TASV) memiliki poros/sumbu rotor
utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak
harus diarahkan ke angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini sangat berguna di
tempat-tempat yang arah anginnya sangat bervariasi. VAWT mampu
mendayagunakan angin dari berbagai arah.
27
Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di
dekat tanah, jadi menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk
keperluan perawatan. Tapi ini menyebabkan sejumlah desain menghasilkan tenaga
putaran yang berdenyut. Drag (gaya yang menahan pergerakan sebuah benda padat
melalui fluida (zat cair atau gas) bisa saja tercipta saat kincir berputar.
Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering dipasang lebih dekat
ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau puncak atap sebuah bangunan.
Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang rendah, sehingga yang tersedia
adalah energi angin yang sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan obyek yang lain
mampu menciptakan aliran yang bergolak, yang bisa menyebabkan berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan bearing
wear yang akan meningkatkan biaya pemeliharaan atau mempersingkat umur turbin
angin. Jika tinggi puncak atap yang dipasangi menara turbin kira-kira 50% dari tinggi
bangunan, ini merupakan titik optimal bagi energi angin yang maksimal dan
turbulensi angin yang minimal.
2.3.2.1 Kelebihan TASV
Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.
Karena bilah-bilah rotornya vertikal, tidak dibutuhkan mekanisme yaw.
Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat pemeliharaan
bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah.
TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling yang terlihat
secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan keaerodinamisan yang tinggi
sembari mengurangi drag pada tekanan yang rendah dan tinggi.
Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk kotak atau
empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih besar untuk
diameter tertentu daripada wilayah tiupan berbentuk lingkarannya TASH.
28
TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada TASH.
Biasanya TASV mulai menghasilkan listrik pada 10km/jam (6 m.p.h.)
TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara kecepatan
putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya angin) yang lebih
rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak di saat angin berhembus
sangat kencang.
TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang lebih tinggi
dilarang dibangun.
TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil keuntungan dari
berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta meningkatkan laju angin
(seperti gunung atau bukit yang puncaknya datar dan puncak bukit),
TASV tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah.
Kincir pada TASV mudah dilihat dan dihindari burung.
2.3.2.2 Kekurangan TASV
Kebanyakan TASV memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi TASH
karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar.
TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih kencang di
elevasi yang lebih tinggi.
Kebanyakan TASV mempunyai torsi awal yang rendah, dan membutuhkan
energi untuk mulai berputar.
2.4 Desain Turbin Angin
2.4.1 Desain Sudu
Sudu dapat dibuat dari benda-benda sederhana seperti tong Rasio antara
kecepatan angin dan kecepatan ujung pisau disebut tip speed ratio. Efisiensi tinggi 3-
blade-turbin memiliki kecepatan rasio kecepatan ujung / angin dari 6 ke 7.
29
Turbin angin modern dirancang untuk berputar pada berbagai kecepatan
(sebuah konsekuensi dari desain generator mereka, lihat di atas). Penggunaan
aluminium dan material komposit di pisau mereka telah memberikan kontribusi untuk
inersia rotasi rendah, yang berarti bahwa turbin angin baru dapat mempercepat jika
angin datang, tip menjaga rasio kecepatan lebih hampir konstan. Operasi lebih dekat
dengan rasio kecepatan ujung optimal mereka selama energik embusan angin
memungkinkan turbin angin untuk meningkatkan menangkap energi dari embusan
tiba-tiba yang khas di perkotaan.
Sebaliknya, gaya turbin angin tua dirancang dengan pisau baja berat, yang
memiliki inersia yang lebih tinggi, dan diputar pada kecepatan diatur oleh frekuensi
AC dari tiang listrik. Kelembaman tinggi buffer perubahan kecepatan rotasi dan
dengan demikian membuat output daya yang lebih stabil.
Kecepatan dan torsi di mana turbin angin berputar harus dikontrol karena beberapa
alasan:
Untuk mengoptimalkan efisiensi aerodinamika rotor di angin cahaya.
Untuk menjaga agar generator dalam batas kecepatan dan torsi.
Untuk menjaga rotor dan hub mereka dalam batas-batas kekuatan sentripetal.
Gaya sentripetal dari meningkat rotor berputar dengan kuadrat kecepatan
rotasi, yang membuat struktur ini sensitif terhadap overspeed.
Untuk menjaga rotor dan menara dalam batas-batas kekuatan mereka. Karena
kekuatan angin meningkat sebagai pangkat tiga dari kecepatan angin, turbin
harus dibangun untuk bertahan beban angin jauh lebih tinggi (seperti
hembusan angin) dari orang-orang dari mana mereka praktis dapat
menghasilkan listrik. Karena pisau menghasilkan lebih gaya melawan arah
angin (dan dengan demikian meletakkan stres jauh lebih besar pada menara)
30
ketika mereka memproduksi torsi, turbin angin kebanyakan cara mengurangi
torsi di angin kencang.
Untuk mengaktifkan pemeliharaan; karena sangat berbahaya untuk orang
yang bekerja pada turbin angin ketika sedang aktif, kadang-kadang diperlukan
untuk membawa turbin berhenti penuh.
Untuk mengurangi kebisingan; Sebagai aturan praktis, suara dari turbin angin
meningkat dengan kekuatan kelima kecepatan angin (relatif dilihat dari ujung
bergerak dari bilah). Dalam kebisingan lingkungan-sensitif, ujungnya
kecepatan bisa terbatas pada sekitar 60 m / s (200 ft / s).
2.4.2 Menghitung baling-baling pada sistem turbin angin Blade
(NASA Mod-0 penelitian turbin angin di Glenn Research Center stasiun Plum Brook
di Ohio menguji konfigurasi rotor satu-berbilah.)
31
Penentuan jumlah blades melibatkan pertimbangan efisiensi aerodinamika
desain, komponen biaya, keandalan sistem, dan estetika. Kebisingan emisi
dipengaruhi oleh lokasi pisau melawan angin atau menara menurut jurusan angin dan
kecepatan rotor. Mengingat bahwa emisi kebisingan dari tepi pisau ‘tambahan dan
tips bervariasi dengan kekuatan 5 kecepatan pisau, sebuah peningkatan kecil di ujung
kecepatan dapat membuat perbedaan besar.
Turbin angin yang dikembangkan selama 50 tahun terakhir telah hampir
universal digunakan dua atau tiga pisau. Meningkatkan efisiensi aerodinamis dengan
jumlah blades tetapi dengan kembali berkurang. Peningkatan jumlah pisau dari satu
hingga dua menghasilkan peningkatan enam persen efisiensi aerodinamis, sedangkan
peningkatan jumlah pisau dua sampai tiga menghasilkan hanya tiga persen tambahan
dalam efisiensi. Selanjutnya meningkatkan hasil hitungan minimal pisau perbaikan
dalam efisiensi aerodinamika dan terlalu banyak pengorbanan di kekakuan pisau.
32
(sumber : Wikipedia.com)
Komponen biaya yang dipengaruhi oleh jumlah pisau adalah untuk bahan dan
pembuatan turbin rotor dan drive train. Secara umum, semakin sedikit jumlah pisau,
semakin rendah biaya material dan manufaktur akan. Selain itu, semakin sedikit
jumlah pisau, semakin tinggi kecepatan rotasi dapat. Hal ini karena persyaratan
kekakuan pisau untuk menghindari gangguan dengan batas menara bagaimana tipis
pisau dapat dibuat, tetapi hanya untuk mesin melawan angin; defleksi bilah dalam
hasil mesin menurut jurusan angin di menara clearance meningkat. Kurang pisau
dengan kecepatan rotasi yang lebih tinggi mengurangi torsi puncak di drive train,
sehingga gearbox lebih rendah dan biaya generator.
Keandalan sistem dipengaruhi oleh jumlah pisau terutama melalui
pembebanan dinamis dari rotor ke dalam kereta drive dan sistem menara. Sementara
menyelaraskan turbin angin perubahan arah angin (yawing), pisau masing-masing
mengalami beban siklik pada akhir akarnya tergantung pada posisi pisau. Hal ini
berlaku dari satu, dua, tiga pisau atau lebih. Namun, beban siklik ketika digabungkan
33
bersama-sama di kereta poros drive yang simetris seimbang untuk tiga pisau,
menghasilkan operasi yang lebih halus selama yaw turbin. Turbin dengan satu atau
dua bilah dapat menggunakan hub terhuyung berputar untuk juga hampir
menghilangkan beban siklik ke dalam poros drive dan sistem selama yawing.
Akhirnya, estetika dapat dianggap sebagai faktor dalam bahwa beberapa orang
menemukan bahwa rotor tiga berbilah adalah lebih menyenangkan untuk melihat dari
satu atau dua-berbilah rotor.
2.4.3 Bahan-bahan untuk membuat turbin angin Blade
Desain baru generasi turbin angin yang mendorong pembangkit listrik dari
rentang megawatt tunggal untuk ke atas dari 10 megawatt. Kecenderungan umum
dari desain kapasitas yang lebih besar lebih besar dan lebih besar bilah turbin angin.
Meliputi area yang lebih luas secara efektif meningkatkan rasio kecepatan ujung-
turbin dengan kecepatan angin tertentu, sehingga meningkatkan kemampuan
ekstraksi energi dari sebuah sistem turbin.
Pisau turbin angin produksi Lancar dibuat lebih besar 80 meter dengan diameter
prototip dalam kisaran 100 sampai 120 meter. Pada tahun 2001, sekitar 50 juta
kilogram laminasi fiberglass digunakan dalam bilah turbin angin [4] bahan baru dan
metode manufaktur memberikan kesempatan untuk meningkatkan efisiensi turbin
angin dengan memungkinkan untuk lebih besar, pisau lebih kuat.
Salah satu tujuan paling penting ketika merancang sistem pisau yang lebih
besar adalah untuk menjaga berat badan pisau di bawah kontrol. Sejak skala pisau
massa sebagai kubus radius turbin, pembebanan gravitasi menjadi faktor desain
membatasi untuk sistem dengan pisau yang lebih besar.
metode manufaktur Lancar pisau dalam kisaran 4-50 meter fiberglass terbukti
melibatkan berbagai teknik fabrikasi komposit. Manufaktur seperti Nordex dan GE
34
angin menggunakan proses infus untuk pembuatan pisau. produsen lain menggunakan
variasi pada teknik ini, beberapa termasuk karbon dan kayu dengan fiberglass dalam
matriks epoksi. Pilihan juga termasuk fiberglass prepreg dan dibantu vakum-cetakan
resin transfer. Pada dasarnya setiap pilihan tersebut adalah variasi pada tema yang
sama: sebuah gelas-komposit polimer diperkuat serat dibangun melalui berbagai cara
yang berbeda dengan kompleksitas. Mungkin masalah terbesar dengan lebih
sederhana, cetakan terbuka, sistem basah adalah emisi yang terkait dengan atsiri
organik dilepaskan ke atmosfir. Preimpregnated bahan dan teknik resin infus
menghindari rilis volatiles dengan mengandung semua gas reaksi. Namun, proses-
proses yang terkandung memiliki tantangan sendiri, yaitu produksi laminasi tebal
yang diperlukan untuk komponen struktural menjadi lebih sulit. Sebagai
permeabilitas resin membentuk sebelumnya menentukan ketebalan laminasi
maksimum, pendarahan diperlukan untuk menghilangkan rongga dan menjamin
distribusi resin yang tepat. Sebuah solusi yang unik. Untuk distribusi resin adalah
penggunaan fiberglass sebagian preimpregnated. Selama evakuasi, kain kering
menyediakan jalur untuk aliran udara dan, setelah panas dan tekanan diterapkan, resin
dapat mengalir ke daerah kering yang dihasilkan dalam struktur laminate diresapi
secara menyeluruh.
Epoxy komposit berbasis kepentingan terbesar bagi produsen turbin angin
karena mereka memberikan kombinasi tombol dari lingkungan, produksi, dan biaya
kelebihan dari sistem resin lainnya. Epoxies juga meningkatkan pisau turbin angin
pembuatan komposit dengan memungkinkan untuk menyembuhkan siklus yang lebih
pendek, daya tahan meningkat, dan peningkatan permukaan akhir. operasi Prepreg
lebih meningkatkan operasi biaya-efektif dengan mengurangi siklus pengolahan, dan
oleh karena itu waktu manufaktur, lebih dari sistem lay-up basah. Sebagai pisau
turbin yang mendekati 60 meter dan lebih besar, teknik infus menjadi lebih umum
sebagai pengalihan cetakan resin tradisional waktu injeksi terlalu panjang
dibandingkan dengan resin waktu set-up, sehingga membatasi ketebalan laminasi.
35
Injeksi kekuatan resin melalui tebal lapis tumpukan, sehingga menyetorkan resin di
mana dalam struktur laminasi sebelum gelatin terjadi. epoxy resin khusus telah
dikembangkan untuk menyesuaikan daya tahan dan viskositas untuk kinerja tune
resin dalam aplikasi injeksi.
Karbon SPAR dukung beban diperkuat serat-baru-baru ini telah diidentifikasi
sebagai sarana biaya-efektif untuk mengurangi berat badan dan meningkatkan
kekakuan. Penggunaan serat karbon dalam 60 bilah turbin meter diperkirakan
menghasilkan pengurangan 38% massa total pisau dan penurunan 14% biaya
dibandingkan dengan desain fiberglass 100%. Penggunaan serat karbon memiliki
manfaat tambahan mengurangi ketebalan laminasi fiberglass bagian, lebih lanjut
mengatasi masalah yang terkait dengan resin pembasahan bagian lay-up tebal.
aplikasi turbin angin serat karbon juga dapat mengambil manfaat dari kecenderungan
umum menggunakan peningkatan dan penurunan biaya bahan serat karbon.
pisau kecil dapat dibuat dari logam ringan seperti aluminium. Kayu dan layar kanvas
pada awalnya digunakan pada kincir angin lebih awal karena harga yang rendah,
ketersediaan, dan kemudahan manufaktur. Bahan-bahan, Namun, sering memerlukan
perawatan selama hidup mereka. Juga, kayu dan kanvas memiliki drag yang relatif
tinggi (efisiensi aerodinamik rendah) dibandingkan dengan kekuatan yang mereka
ambil. Karena alasan-alasan mereka telah sebagian besar digantikan oleh Airfoils
padat.
2.5 Komponen Penyusun turbin Angin
Komponen PTLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Turbin Angin) :
1. Anemometer: Mengukur kecepatan angin, dan mengirim data angin ini ke Alat
Pengontrol.
36
2. Blades (Bilah Kipas): Kebanyakan turbin angin mempunyai 2 atau 3 bilah kipas.
Angin yang menghembus menyebabkan turbin tersebut berputar.
3. Brake (Rem): Suatu rem cakram yang dapat digerakkan secara mekanis, dengan
tenaga listrik atau hidrolik untuk menghentikan rotor atau saat keadaan darurat.
4. Controller (Alat Pengontrol): Alat Pengontrol ini menstart turbin pada kecepatan
angin kira-kira 12-25 km/jam, dan mematikannya pada kecepatan 90 km/jam.
Turbin tidak beroperasi di atas 90 km/jam, karena angina terlalu kencang dapat
merusakkannya.
5. Gear box (Roda Gigi): Roda gigi menaikkan putaran dari 30-60 rpm menjadi kira-
kira 1000-1800 rpm yaitu putaran yang biasanya disyaratkan untuk memutar
generator listrik.
6. Generator: Generator pembangkit listrik, biasanya sekarang alternator arus bolak-
balik.
7. High-speed shaft (Poros Putaran Tinggi): Menggerakkan generator.
8. Low-speed shaft (Poros Puutaran Rendah): Poros turbin yang berputar kira-kira
30-60 rpm.
9. Nacelle (Rumah Mesin): Rumah mesin ini terletak di atas menara . Di dalamnya
berisi gear-box, poros putaran tinggi / rendah, generator, alat pengontrol, dan alat
pengereman.
10. Pitch (Sudut Bilah Kipas): Bilah kipas bisa diatur sudutnya untuk mengatur
kecepatan rotor yang dikehendaki, tergantung angin terlalu rendah atau terlalu
kencang.
11. Rotor: Bilah kipas bersama porosnya dinamakan rotor.
12. Tower (Menera): Menara bisa dibuat dari pipa baja, beton, rangka besi. Karena
kencangnya angin bertambah dengan ketinggian, maka makin tinggi menara
makin besar tenaga yang didapat.
13. Wind vane (Tebeng Angin): Mengukur arah angin, berhubungan dengan
penggerak arah yang memutar arah turbin disesuaikan dengan arah angin.
37
14. Yaw drive (Penggerak Arah): Penggerak arah memutar turbin ke arah angin untuk
desain turbin yang menghadap angina. Untuk desain turbin yang mendapat
hembusan angina dari belakang tak memerlukan alat ini.
15. Yaw motor (Motor Penggerak Arah): Motor listrik yang menggerakkan
penggerak arah.
2.6 Prinsip Mekanika Turbin Angin
Prinsip kerja turbin angin dibangun atas ilmu dasar yaitu mekanika yang melingkupi
statika dan dinamika turbin itu sendiri.
2.6.1 Beban pada proses mekanik turbin angin
2.6.1.1 Jenis-jenis beban
2.6.1.1.1 Beban statis
Beban statis adalah beban yang mengenai struktur yang tidak bergerak.
Misalnya, hembusan angin yang mengenai menara turbin angin.
2.6.1.1.2 Beban dinamis
Beban dinamis adalah beban yang tidak berubah terhadap waktu. Struktur
yang terkena beban adalah struktur yang bergerak. Misalnya, beban hembusan angin
yang mengenai rotor yang berputar dan bilah kipas pada turbin angin.
2.6.1.1.3 Beban siklis
Beban siklis adalah beban yang berubah-ubah terhadap waktu. Beban siklis
muncul akibat berat pada rotor dan bilah kipas serta factor kekuatan angin.
2.6.1.1.4 Beban impulsif
Beban impulsif adalah beban yang muncul akibat adanya tarikan dan
regangan pada saat bilah kipas berotasi.
38
2.6.1.1.5 Beban stokastik
Beban stokastik adalah beban yang muncul sebagai akibat adanya turblensi
pada turbin angin.
2.6.1.2 Sumber beban
1. Aerodinamika, hamabatan udara
2. Gravitasi
3. Interaksi dinamis
4. Getaran mekanik
2.6.1.3 Efek Beban
Beban–beban yang telah di jelaskan sebelumnya tentu berpengaruh pada daya
yang dihasilkan dari turbin angin. Efektifitas dari turbin angin dipengaruhi dari
seberapa besar beban-beban tersebut dapat dihilangkan.
2.6.2 Prinsip Kerja
2.6.2.1 Mekanika
2.6.2.1.1 Momen inersia
Pada turbin angin, digunakan mekanisme momen inersia pada putarannya.
Momen inersia merupakan momen yang dipengaruhi oleh besar atau jaeak antara titik
pusat dengan kelilingnya. Misalnya pada bilah kipas, maka semakin besar kipas akan
semakin besar momen yang dihasilkan. Daya yang dihasilkan akan lebih besar juga
2.6.2.1.2 Daya tahan batang
Komponen penyusun turbin angin salah satunya terdiri dari batang
penyangga, batang ini akan terus menerima beban kerja dari hembusan angin setiap
harinya. Oleh karena itu, diperlukan material yang memiliki daya tahan yang kuat
39
terhadap gaya tekan angin. Tidak hanya angin saja yang dapat menyebabkan
gangguan, tetapi getaran mekanik dapat menyebabkan kelelahan yang berujung pada
cacat material. Bila tidak diantisipasi lebih awal maka kemungkinan besar akan
muncul retakan pada komponen yang mengalami kelelahan.
2.6.2.2 Vibrasi
Getaran merupakan faktor penting karena sistem pada turbin angin
mengunakan material yang bersifat elastic. Sifat elastis tersebut dipengaruhi oleh
getaran mekanik yang terjadi. Getaran dapat menyebabkan material mengalami
kelelahan dan berakibat pada kegagalan kerja turbin.
2.6.2.3 Faktor kelelahan
Rotasi turbin yang terus menerus terjadi dapat menyebabkan kelelahan pada struktur.
Hal ini tentu disebabkan juga oleh beban-beban eksternal dan internal pada turbin
yang bekerja. Gaya gravitasi pada turbin , kekuatan hembusan angin, dan getaran
mekanik menyebabkan kelelahan pada material yang dapat memicu kerusakan
material. Apabila kerusakan material tersebut tidak diperhatikan dan turbin terus
berjalan maka kerusakan kecil tesebut dapat berubah menjadi crack ’keretakan’ pada
komponen turbin.
2.7 Instalasi dan Desain Sistem
2.7.1 Perizinan
Langkah pertama dalam proses pembangunan termasuk mencari investor
adalah mengamankan hak hukum untuk tanah dan akses jaringan listrik, mengadakan
perjanjian pembelian listrik dan memperoleh izin. Setelah tempat dipilih dan kontrak
yang dinegosiasikan dengan pemilik tanah, langkah selanjutnya adalah navigasi
keberhasilan proses perijinan. Proses perijinan bervariasi dari satu negara ke negara,
negara bagian, dan bahkan dari kota ke kota. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan
40
bahwa tanah yang digunakan tepat dan pengoperasian turbin angin akan aman dan
ramah lingkungan. Umumnya, izin yang harus diperoleh terkait dengan: konstruksi
bangunan, emisi kebisingan, penggunaan lahan, koneksi jaringan, isu lingkungan
(burung, erosi tanah, kualitas air, pembuangan limbah, dan isu-isu lahan basah),
keselamatan umum, keselamatan kerja, dan situs budaya atau arkeologi berharga.
2.7.2 Persiapan tempat
Setelah izin telah diperoleh, tempat perlu dipersiapkan untuk instalasi turbin
dan operasinya. Jalanan mungkin perlu dibangun, tempat perlu dibersihkan untuk
pengiriman, perakitan dan pemasangan turbin, kabel listrik harus diinstal dan pondasi
perlu dibangun. Kesulitan dari persiapan lokasi akan tergantung pada lokasi situs,
kedekatan untuk saluran listrik, desain turbin, medan tempat turbin didirikan, desain
menara, dan sifat tanah(pasir, batuan dasar, dll) akan menentukan jenis dan ukuran
pondasi yang diperlukan. Kebutuhan infrastruktur jalan juga akan sangat tergantung
pada ukuran dan berat beban yang harus diangkut. Oleh karena itu, kondisi wilayah di
mana turbin didirikan dapat membuat semua aspek persiapan lokasi sulit dan mahal.
2.7.3 Pemasangan turbin
Setelah di situs, turbin harus dirakit dan didirikan. Isu yang terkait dengan
perakitan dan pendirian perlu dipertimbangkan selama fase desain untuk
meminimalkan biaya instalasi. Kemudahan pembangunan tergantung pada ukuran
turbin dan berat, ketersediaan Derek yang berukuran tepat, desain turbin dan akses
situs. Baik turbin kecil maupun sedang biasanya dirakit di tempat dengan crane.
Beberapa bahkan dapat dirakit pada tanah dan seluruh menara turbin ditempatkan di
atas dasar dengan crane. Bila tempat sulit di akses atau crane tidak tersedia, seperti di
negara-negara berkembang, mungkin menguntungkan untuk menggunakan turbin
dengan menara tilt-up. Turbin lengkap dan tower yang dirakit di tanah dan piston
41
hidrolik atau derek yang digunakan untuk meningkatkan menara sekitar engsel.
Metode ini dapat membuat perawatan yang mudah, seperti turbin dapat yang dapat
diturunkan untuk kemudahan perbaikan dan operasi. Pendirian turbin angin yang
besar dapat menyajikan tantangan teknis yang signifikan. Bagian menara, bilah kipas,
dan nacelle dapat masing-masing menjadi sangat berat dan besar. Crane yang sangat
besar sering dibutuhkan. Turbin juga telah dirancang dengan menara telescoping
untuk didirikan dan disambung dengan tower secara mudah. Menara ini tidak hanya
bertindak sebagai penyangga turbin, tetapi juga sebagai crane untuk penempatan
puncak menara.
2.7.4 Penghubungan jaringan listrik
Sambungan turbin-grid terdiri dari konduktor listrik, transformer, dan
switchgear untuk mengaktifkan sambungan dan pemutusan. Semua peralatan ini
harus diperiksa untuk menangani arus yang diharapkan dan konduktor listrik harus
berukuran cukup besar untuk meminimalisir penurunan tegangan antara turbin dan
titik koneksi (POC) ke jaringan listrik. POC adalah istilah yang umum digunakan
untuk menunjukkan grid koneksi pada batas properti turbin angin pemilik itu. Istilah
lain yang sering digunakan adalah titik kopling umum, PCC. PCC merupakan titik
terdekat dalam sistem grid di mana pengguna lain yang terhubung ke grid. Setelah
turbin terinstal dan grid terhubung, siap untuk dioperasikan.
2.7.5 Pengoperasian turbin
Keberhasilan operasi dari turbin angin membutuhkan sistem informasi untuk
memantau Kinerja turbin, pemahaman tentang faktor-faktor yang mengurangi kinerja
turbin ,dan pengetahuan tentang langkah-langkah untuk memaksimalkan
produktivitas turbin. Operasi turbin otomatis membutuhkan sistem pengawasan
dalam rangka memberikan operasi informasi kepada pemilik turbin dan personil
42
pemeliharaan. Banyak turbin dalam windfarm memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dengan remote sistem pengawasan melalui sambungan telepon.
Sistem pengawasan jarak jauh menerima data dari turbin individu dan
menampilkannya pada layar komputer untuk operator sistem. Data ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi produksi energy oleh turbin dan ketersediaan
(Persentase waktu itu turbin angin yang tersedia untuk produksi listrik). efisiensi
turbin angin dengan desain yang matang biasanya antara 97% dan 99% (Vachon et
al., 1999). Berkurangnya efisiensi disebabkan oleh pemeliharaan dan perbaikan yang
tidak dilakukan secara periodik, sistem listrik padam, dan kesalahan sistem kontrol.
Misalnya, ketidakmampuan sistem kontrol untuk mengikuti perubahan angin yang
cepat, ketidakseimbangan karena getaran pada pisau, atau suhu komponen yang
tinggi dapat menyebabkan controller untuk menghentikan gerakan turbin. Controller
biasanya membersihkan kondisi kesalahan dan operasi dilanjutkan. Bila kesalahan
terjadi lagi biasanya menyebabkan controller untuk mengambil turbin off line sampai
teknisi dapat mendeteksi penyebab anomali pembacaan sensor. Ini mengakibatkan
penurunan efisiensi turbin. Produsen turbin angin memberikan kurva daya merupakan
daya output turbin sebagai fungsi dari kecepatan angin. Sejumlah faktor dapat
mengurangi efisensi energi turbin atau kincir angin dari yang diharapkan,
berdasarkan kurva daya yang dipublikasikan dan sumber daya angin di situs. Ini
termasuk pengurangan ketersediaan, daya yang rendah karena kurangnya tindakan
pengendalian dalam menanggapi kondisi angin, dan interaksi antara turbin dalam
windfarm. Pisau kotor telah diamati dapat menurunkan kinerja aerodinamis sebanyak
10-15%. Airfoil yang sensitif terhadap akumulasi kotoran memerlukan pembersihan
atau penggantian dengan airfoil yang kinerjanya kurang rentan terhadap degradasi
oleh akumulasi kotoran dan serangga. Gangguan batu es bisa menurunkan kinerja
aerodinamis. Penangkapan energi juga berkurang ketika angin mengalami perubahan
arah. Controller pada beberapa desain turbin melawan angin mungkin menunggu
sampai besarnya kesalahan yaw rata-rata di atas nilai yang telah ditentukan sebelum
43
menyesuaikan orientasi turbin, sehingga periode operasi pada kesalahan yaw non-nol
tinggi. Angin turbulen juga dapat menyebabkan beberapa kesalahan. Sebagai contoh,
saat angin bergolak, kesalahan tiba-tiba dapat menyebabkan sistem untuk shut down
dan restart, juga mengurangi efisiensi energi. Dalam angin kencang, hembusan dapat
menyebabkan turbin ditutup untuk perlindungan. Masalah-masalah ini dapat
mengurangi produksi energi sebesar 15% dari proyeksi nilai-nilai. Operator tidak
hanya harus siap untuk meminimalkan masalah ini, tetapi juga harus
mengantisipasinya dalam pembiayaan dan evaluasi perencanaan.
2.7.6 Perawatan dan perbaikan sistem
Komponen turbin angin memerlukan pemeliharaan rutin dan inspeksi untuk
memastikan bahwa minyak pelumas bersih, segel berfungsi, dan komponen layak
beroperasi. Kondisi Masalah yang diidentifikasi oleh sistem pengawasan mungkin
mengharuskan turbin dibawa keluar dari operasi untuk perbaikan.
2.7.7 Sistem keamanan
Turbin angin yang sudah terpasang harus menyediakan lingkungan kerja yang
aman untuk proses operasi dan pemeliharaan. Turbin juga perlu dirancang dan
dioperasikan dengan cara bahwa itu tidak bahaya bagi rumah penduduk sekitar.
Masalah keamanan mencakup hal-hal seperti perlindungan terhadap kontak dengan
tegangan listrik tinggi, perlindungan terhadap kerusakan petir untuk personel atau
turbin, perlindungan dari efek penumpukan es pada turbin atau penumpahan es,
penyediaan menara peralatan pendakian yang aman, dan lampu untuk
memperingatkan malam waktu lalu lintas udara setempat keberadaan tmbine angin.
Pemeliharaan dan perbaikan dapat dilakukan dengan on-site personil atau kontraktor
pemeliharaan turbin.
44
BAB III
ANALISIS DAMPAK DAN PEMANFAATAN TURBIN ANGIN
3.1 Potensi Pemanfaatan Turbin Angin di Indonesia
Indonesia mrupakan negara beriklim tropis yang dilalau oleh garis
khatulistiwa, sehingga pada dasarnya selat-selat di Indonesia memiliki potensi besar
untuk ditempati kincir yang digunakan untuk memutar generator pembangkit listrik.
Selain angin di selat-selat memiliki energi kinetik yang sangat besar, tetapi juga angin
yang berhembus setiap tahunnya juga sangat setabil. Hal ini membuat listrik yang
dihasilkan generator menjadi sangat setabil,dan juga masyarakat dapat menikmati
listrik tersebut sepanjang tahun.
Sebagian daerah Indonesia bagian timur memiliki padang rumput yang luas.
Tentu saja padang rumput yang luas tersebut juga memiliki angin yang berhembus
sangat kencang. Daerah-daerah tersebut antara lain Nusa Tenggara dan Papua, selain
dua daerah tersebut memilik curah hujan yang rendah, dua daerah tersebut juga
selalu dilalui oleh angin yang bertiup dari Australia ke Asia, ataupun sebaliknya.
Curah hujan yang rendah, mengakibatkan laju korosi pada alat-alat yang digunakan
termasuk kincir juga lambat. Sehingga pengeluaran biaya guna perawatannya pun
juga relatif murah.
Sebenarnya seluruh daerah di Indonesia ini memilki potensi untuk
mengembangkan teknologi pembangkit listrik ini. Namun, potensi yang didapatkan
tidak sebesar biaya yang dikeluarkan. Oleh sebab itu, perlu adanya teknologi lain
yang harus digunakan untuk mencukupi kebutuhan pasokan listrik rumah tangga, di
daerah-daerah lain seperti, Jawa, Sumatra, Kalimantan, Bali, Sulawesi, dan Maluku.
Darerah-daerah lain yang bisa berpotensi untuk mengembangkan teknologi ini
mungkin masih ada banyak lagi. Daerah-daerah tersebut haruslah memiliki syarat-
__________________________________________________________________________
1Ian Woofender, Wind Power for Dummies(Indiana: Willey Publishing, Inc,2009), hlm.68.
45
syarat tertentu. Seperti, memiliki angin yang bertiup sepanjang tahun, jika dipasang
pada selat haruslah selat tersebut memiliki arus yang relatif tenang, dan harus jauh
dari jalur penerbangan.
Angin yang bertiup sepanjang tahun, biasanya terdapat pada daerah-daerah
yang dilalui oleh garis khatulistiwa. Karena angin akan selalu bergerak melintasi
garis khatulistiwa tersebut sepanjang tahun yang disebabkan oleh efek dari rotasi
bumi. Angin yang dihasilkanpun cukup memiliki energi potensial yang besar karena
efek dari gerak rotasi bumi tersebut.
Sebagian negara-negara yang menggunakan teknologi pembangkit listrik
tenaga angin memasang kincir angin di daerah selat, ataupun daerah-daerah pantai
curam. Cara ini ditempuh karena negara tersebut tidak dilalui oleh garis khatulistiwa.
Sehingga, untuk mendapatkan energi kineti angin yang relatif besar, mereka
memanfaatkan energi kinetik dari angin laut dan angin darat. Pemilihan lokasinyapun
harus diperhatikan, karena kesalahan letak tempat dapat menyebabkan kurangnya
kemampuan dari kincir untuk menangkap energi kinetik angin.
46
3.2 Kendala yang dihadapi dalam pembuatan PLTTA
Sebenarnya di Indonesia sendiri, sangat sulit untuk menemukan tempat atau
lokasi yang cocok untuk membangun kincir angin. Indonesia banyak memiliki pulau-
pulau yang memiliki pesisir yang dapat menjadi sumber angin, tetapi pulau-pulau
tersebut hanya memiliki jumlah penduduk yang sedikit. Kebutuhan energi terbesar
terdapat di Pulau Jawa. Bila kita membuat pembangkit listrik tenaga turbin angin,
diperlukan biaya infrastruktur yang cukup besar. Oleh karena itu, perlu
dipertimbangkan keseimbangan antara manfaat pembuatan turbin dengan kondisi
yang ada. Bila kita membangun turbin angin di Pulau Jawa, tentu ini akan sangat
bermanfaat karena Pulau Jawa merupakan pusat industri yang ada di Indonesia.
Selain pemilihan tempat yang strategis, kendala lainnya adalah rata-rata kecepatan
angin di Indonesia hanya sekitar lima meter per sekon. Sedangkan dalam
penggunaannya, perlu kecepatan angin kira-kira 8 meter per sekon. Hal ini menjadi
kendala yang sangat besar karena tidak mungkin kita memasang kincir penangkap
angin pada daerah yang tidak membantunya berfungsi atau tidak dapat memutar
turbin untuk bekerja.
Hal lain yang dapat menjadi kendala adalah kurangnya sumber daya manusia.
Teknisi dalam pengoperasian yang kurang, dapat menghambat kinerja dari teknologi
ini 1. Kekurangan yang sangat mencolok dapat terlihat pada teknisi pada kincir itu
sendiri, padahal bagian kincir ini adalah bagian yang sangat vital. Dimana seluruh
proses dari pembangkit listrik tenaga angin berawal dari kerja kincir.
Kekurangan teknisi pada teknisi kincir disebabkan ilmu aerodinamis yang
masih sangat awam bagi masyarakat. Di Indonesia baru satu perguruan tinggi yang
memiliki jurusan aeronotic and aeronospace engineering, yaitu Institut Teknologi
Bandung. Namu lulusan jurusan tersebut juga masih enggan untuk mengembangkan
teknologi ini. Bukan karena tidak bisa atau tidak berminat, tetapi karena
_______________________________________________________________________________
1Dan Chiras, et al., Wind Power Basic( Canada : Friesencre,2010), hlm.6.
47
memperhitungkan koefisien yang sangat kecil apabila teknologi ini diterapkan di
Indonesia.
Selain kendala-kendala diatas, kendala lain yang mampu menghalani
teknologi ini adalah burung. Burung pada setiap waktu tertentu akan terbang untuk
mencari makan, tidak sedikit dari burung tersebut tersangkut oleh kincir angin
ataupun masuk ke generator. Sehingga akan terjadi kendala non-tekis yang bisa
menghentikan laju produksi listrik pembngkit listrik tenaga angin ini.
Ian Woofender pernah bercerita, “I remember Tom Gray of the American
Wind Energy Association (AWEA)saying that it’s easy to compare wind farms
unfavorably to nothing, because nothing has no impact. This is certainly true of the
issue of birds and wind turbines.” (Ian Woofender,2009:22) Menurut cerita Ian, Tom
Gray menggerutu, bahwa bahaya utama dalam teknologi ini bukan berasal dari hal-
hal teknis, melainkan berasal dari burung dan angin itu sendiri ”.
48
3.3 Dampak di Bidang Ekonomi
Memang pada dasarnya dampak positif paling mendominasi dalam
penggunaan angin sebagai sumber litrik. Tapi dalam masyarakat juga terjadi
prokontra yang membuat teknologi ini perlu diaplikasikan atau tidak. Salah satu dari
alasan tersebut karena dari dampak ekonomi yang ditimbulkan.
Memang benar bahwa teknologi ini sangat praktis, namun dari yang kita tahu,
koefisien dari penggunaan angin sebagai penggerak turbin sangat kecil. Degan biaya
yang sagat besar, jumlah daya yang dihasilkan juga sangat kecil. Ini dikrenakanenergi
angin yang menggerakkan kincir menjdi berkurang karena sebagian besar energi
kinetik angin diubah menjadi energi kalor oleh gaya gesek angin dengan kincirnya.
Hanya sekitar 40 % energi kinetik angin yang berubah menjadi listrik, lalu
kemana energi tersebut pergi? pertanyaan ini dijawab oleh ilmuan asal Inggris Hugh
Piggott, energi tersebut kebanyakan berubah menjadi energi kalor. Sebagian lagi
dikarenakan efisiensi dari generator yang digunakan.
Selain dikarenakan tingkat koefisien yang lebih kecil dibandingkan dengan
menggunakan sumber energi yang lain, tingkat kesulitan untuk perwatan alat-alat
yang dipergunakannyapun sangat tinggi. Tingkat pengetahuan masarakat cara
perawatan yang benar sangat minim, dikarenakan teknologi ini belum terlalu dikenal
masyarakat Indonesia.
Dampak dari minimnya pengetahuan masyarakat ini menyebabkan biaya
perawatan yang seharusnya bisa minim, namun pada akhirnya menjadi sangat besar.
Selain harga alat-alat yang dipergunakan juga sangat mahal. Alt-alat yang
dipergnakanpun cepat rusak karena kesalahn penggunaan.
Walaupun dampak negatif yang sangat besar, dapak positif yang
ditimbulkannya bagi lingkungan juga sangat dirasakan, ini di karenakan teknologi ini
tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
49
Selain itu penggunan teknologi ini juga mengurangi penggunaan bahan bakar fosil
yang cenderung harganya yang lebih mahal. Dengan mengurangi tingkat polusi air
dan udara juga diharapkan dapat mengurangi biaya untuk perwatan dan rehabilitasi
lingkungan yang tercemar.
Pada dasarnya penerapan teknologi ini juga mampu mengurangi beban pajak
bagi masyarakat. Pajak yang seiring waktu besarnya terus menggelembung, dapat
ditekan dengan penggunaan teknologi ini. Tingkat pencemaran yang dapat dikurangi
jug mampu mengurangi biaya perawatan kesehatan masyarakat, masyarakat akan
terhndar dari bahaya penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air dan udara.
3.4 Dampak di bidang lingkungan
Keuntungan utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga angin secara
prinsipnya adalah disebabkan karena sifatnya yang terbarukan. Hal ini berarti
eksploitasi sumber energi ini tidak akan membuat sumber daya angin yang berkurang
seperti halnya penggunaan bahan bakar fosil. Oleh karenanya tenaga angin dapat
berkontribusi dalam ketahanan energi dunia di masa depan. Tenaga angin juga
merupakan sumber energi yang ramah lingkungan, dimana penggunaannya tidak
mengakibatkan emisi gas buang atau polusi yang berarti ke lingkungan.
Penetapan sumber daya angin dan persetujuan untuk pengadaan ladang angin
merupakan proses yang paling lama untuk pengembangan proyek energi angin. Hal
ini dapat memakan waktu hingga 4 tahun dalam kasus ladang angin yang besar yang
membutuhkan studi dampak lingkungan yang luas.
Emisi karbon ke lingkungan dalam sumber listrik tenaga angin diperoleh dari
proses manufaktur komponen serta proses pengerjaannya di tempat yang akan
didirikan pembangkit listrik tenaga angin. Namun dalam operasinya membangkitkan
50
listrik, secara praktis pembangkit listrik tenaga angin ini tidak menghasilkan emisi
yang berarti. Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan batubara, emisi
karbon dioksida pembangkit listrik tenaga angin ini hanya seperseratusnya saja.
Disamping karbon dioksida, pembangkit listrik tenaga angin menghasilkan sulfur
dioksida, nitrogen oksida, polutan atmosfir yang lebih sedikit jika dibandingkan
dengan pembangkit listrik dengan menggunakan batubara ataupun gas. Namun
begitu, pembangkit listrik tenaga angin ini tidak sepenuhnya ramah lingkungan,
terdapat beberapa masalah yang terjadi akibat penggunaan sumber energi angin
sebagai pembangkit listrik, diantaranya adalah dampak visual , derau suara, beberapa
masalah ekologi, dan keindahan.
Dampak visual biasanya merupakan hal yang paling serius dikritik.
Penggunaan ladang angin sebagai pembangkit listrik membutuhkan luas lahan yang
tidak sedikit dan tidak mungkin untuk disembunyikan. Penempatan ladang angin
pada lahan yang masih dapat digunakan untuk keperluan yang lain dapat menjadi
persoalan tersendiri bagi penduduk setempat. Selain mengganggu pandangan akibat
pemasangan barisan pembangkit angin, penggunaan lahan untuk pembangkit angin
dapat mengurangi lahan pertanian serta pemukiman. Hal ini yang membuat
pembangkitan tenaga angin di daratan menjadi terbatas. Beberapa aturan mengenai
tinggi bangunan juga telah membuat pembangunan pembangkit listrik tenaga angin
dapat terhambat. Penggunaan tiang yang tinggi untuk turbin angin juga dapat
menyebabkan terganggunya cahaya matahari yang masuk ke rumah-rumah penduduk.
Perputaran sudu-sudu menyebabkan cahaya matahari yang berkelap-kelip dan dapat
mengganggu pandangan penduduk setempat.
Efek lain akibat penggunaan turbin angin adalah terjadinya derau frekuensi
rendah. Putaran dari sudu-sudu turbin angin dengan frekuensi konstan lebih
mengganggu daripada suara angin pada ranting pohon. Selain derau dari sudu-sudu
turbin, penggunaan gearbox serta generator dapat menyebabkan derau suara mekanis
51
dan juga derau suara listrik. Derau mekanik yang terjadi disebabkan oleh operasi
mekanis elemen-elemen yang berada dalam nacelle atau rumah pembangkit listrik
tenaga angin. Dalam keadaan tertentu turbin angin dapat juga menyebabkan
interferensi elektromagnetik, mengganggu penerimaan sinyal televisi atau transmisi
gelombang mikro untuk perkomunikasian.
Penentuan ketinggian dari turbin angin dilakukan dengan menganalisa data
turbulensi angin dan kekuatan angin. Derau aerodinamis merupakan fungsi dari
banyak faktor seperti desain sudu, kecepatan perputaran, kecepatan angin, turbulensi
aliran masuk. Derau aerodinamis merupakan masalah lingkungan, oleh karena itu
kecepatan perputaran rotor perlu dibatasi di bawah 70m/s. Beberapa ilmuwan
berpendapat bahwa penggunaan skala besar dari pembangkit listrik tenaga angin
dapat merubah iklim lokal maupun global karena menggunakan energi kinetik angin
dan mengubah turbulensi udara pada daerah atmosfir.
Pengaruh ekologi yang terjadi dari penggunaan pembangkit tenaga angin
adalah terhadap populasi burung dan kelelawar. Burung dan kelelawar dapat terluka
atau bahkan mati akibat terbang melewati sudu-sudu yang sedang berputar. Namun
dampak ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan kematian burung-burung
akibat kendaraan, saluran transmisi listrik dan aktivitas manusia lainnya yang
melibatkan pembakaran bahan bakar fosil. Dalam beberapa studi yang telah
dilakukan, adanya pembangkit listrik tenaga angin ini dapat mengganggu migrasi
populasi burung dan kelelawar. Pembangunan pembangkit angin pada lahan yang
bertanah kurang bagus juga dapat menyebabkan rusaknya lahan di daerah tersebut.
Ladang angin lepas pantai memiliki masalah tersendiri yang dapat
mengganggu pelaut dan kapal-kapal yang berlayar. Konstruksi tiang pembangkit
listrik tenaga angin dapat mengganggu permukaan dasar laut. Hal lain yang terjadi
dengan konstruksi di lepas pantai adalah terganggunya kehidupan bawah laut. Efek
52
negatifnya dapat terjadi seperti di Irlandia, dimana terjadinya polusi yang
bertanggung jawab atas berkurangnya stok ikan di daerah pemasangan turbin angin.
Studi baru-baru ini menemukan bahwa ladang pembangkit listrik tenaga angin lepas
pantai menambah 80 – 110 dB kepada noise frekuensi rendah yang dapat
mengganggu komunikasi ikan paus dan kemungkinan distribusi predator laut. Namun
begitu, ladang angin lepas pantai diharapkan dapat menjadi tempat pertumbuhan
bibit-bibit ikan yang baru. Karena memancing dan berlayar di daerah sekitar ladang
angin dilarang, maka spesies ikan dapat terjaga akibat adanya pemancingan berlebih
di laut.
Dalam operasinya, pembangkit listrik tenaga angin bukan tanpa kegagalan
dan kecelakaan. Kegagalan operasi sudu-sudu dan juga jatuhnya es akibat perputaran
telah menyebabkan beberapa kecalakaan dan kematian. Kematian juga terjadi kepada
beberapa penerjun dan pesawat terbang kecil yang melewati turbin angin. Reruntuhan
puing-puing berat yang dapat terjadi merupakan bahaya yang perlu diwaspadai,
terutama di daerah padat penduduk dan jalan raya. Kebakaran pada turbin angin dapat
terjadi dan akan sangat sulit untuk dipadamkan akibat tingginya posisi api sehingga
dibiarkan begitu saja hingga terbakar habis. Hal ini dapat menyebarkan asap beracun
dan juga dapat menyebabkan kebakaran berantai yang membakar habis ratusan acre
lahan pertanian. Hal ini pernah terjadi pada Taman Nasional Australia dimana 800
km2 tanah terbakar. Kebocoran minyak pelumas juga dapat teradi dan dapat
menyebabkan terjadinya polusi daerah setempat, dalam beberapa kasus dapat
mengkontaminasi air minum.
Meskipun dampak-dampak lingkungan ini menjadi ancaman dalam
pembangunan pembangkit listrik tenaga angin, namun jika dibandingkan dengan
penggunaan energi fosil, dampaknya masih jauh lebih kecil. Selain itu penggunaan
energi angin dalam kelistrikan telah turut serta dalam mengurangi emisi gas buang.
53
Penggunaan inovasi dalam teknologi, bagaimanapun selalu memunculkan
permasalahan baru yang memerlukan pemecahan dengan terknologi baru lagi. Oleh
karena itu kita sebagai orang-orang yang bergerak di bidang science dan teknologi
haruslah dapat terus mengembangkan teknologi yang lebih ramah lingkungan yang
memiliki efek negatif sekecil mungkin.
54
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan potensi sumber daya alamnya.
Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit Listrik
Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan
menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi
angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator
dibagian belakang turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi
Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan.
Pemanfaatan energi angin sebenarnya bukan barang baru bagi umat manusia.
Semenjak 2000 tahun lalu teknologi pemanfaatan sumber daya angin dan air sudah
dikenal manusia dalam bentuk kincir angin (wind mills). Selain ramah lingkungan,
sumber energi ini juga selalu tersedia setiap waktu dan memiliki masa depan bisnis
yang menguntungkan. Kini sebagian besar negara maju di Eropa dan Amerika Serikat
telah memanfaatkan sumber energi ini. Pada masa awal perkembangannya, teknologi
energi angin lebih banyak dimanfaatkan sebagai sulih tenaga manusia dalam bidang
pertanian dan manufaktur, maka kini dengan teknologi dan bahan yang baru, manusia
membuat turbin angin untuk membangkitkan energi listrik yang bersih, baik untuk
penerangan, sumber panas atau tenaga pembangkit untuk alat-alat rumah tangga.
Menurut data dari American Wind Energy Association (AWEA), hingga saat ini telah
ada sekitar 20.000 turbin angin diseluruh dunia yang dimanfaatkan untuk
menghasilkan listrik. Kebanyakan turbin semacam itu dioperasikan di lahan khusus
yang disebut “ladang angin” (wind farm).
55
Di negara-negara Eropa, pemanfaatan sumber energi yang dapat diperbaharui
diperkirakan bakal mencapai 8% dari permintaan energi di tahun 2005. Energi angin
menjadi salah satu alternatif yang banyak dipilih dan sekaligus berfungsi mengurangi
emisi gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh perangkat sumber energi
sebelumnya. Tujuh tahun belakangan ini, kapasitas energi angin terpasang di Eropa
melonjak hingga 40% per tahun dan saat ini kapasitas tersebut dapat memenuhi
kebutuhan listrik lebih dari 5 juta kepala keluarga. Industri energi tenaga angin
diperkirakan bakal memiliki kapasitas 40.000 MW (mega Watt) yang dapat
mencukupi kebutuhan listrik untuk 50 juta kepala keluarga pada tahun 2010. Energi
angin adalah energi yang relatif bersih dan ramah lingkungan karena tidak
menghasilkan karbon dioksida (CO2) atau gas-gas lain yang berperan dalam
pemanasan global, sulphur dioksida dan nitrogen oksida (jenis gas yang
menyebabkan hujan asam). Energi ini pun tidak menghasilkan limbah yang
berbahaya bagi lingkungan ataupun manusia. Meski demikian, harap diingat bahwa
sekecil apapun semua bentuk produksi energi selalu memiliki akibat bagi lingkungan.
Hanya saja efek turbin angin sangat rendah, bersifat lokal dan mudah dikelola. Di
samping itu turbin atau kincir angin memiliki pesona tersendiri dan menjadi atraksi
wisata yang menarik, seperti misalnya saja kincir-kincir angin di negeri Belanda.
Oleh karena itu, Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk
mengembangkan teknologi turbin angin ini. Biaya memang cukup besar dalam proses
instalasinya, tetapi pemanfaatan energi selain sebagai energi alternative juga dapat
mebuka lapangan kerja baru bagi para insinyur di Indonesia. Selain membuat
investasi di bidang lingkungan, kita juga membangun investasi di bidang ekonomi.
Tidak ada salahnya kita mencoba untuk mengembangkan turbin angin ini di
Indonesia. Jika negara yang kurang memiliki sumber daya alam saja mampu
memanfaatkan teknologi ini, maka kita harus bisa untuk memanfaatkan potensi
energy angin yang ada di Indonesia semaksimal mungkin. Dengan demikian,
ketergantungan akan bahan bakar fosil menjadi berkurang dan dapak negative
56
pemakain bahan bakar fosil dapat ditekan secara perlahan. Marilah kita berusaha dan
terus mencari inovasi dalam pembangunan pembangkit listrik turbin angin di
Indonesia.
4.2 Saran
Menurut kami, pemerintah harus mendukung pengembangan teknologi turbin
angin di Indonesia. Apabila mereka mengatakan bahwa rata-rata kecepatan angin di
Indonesia masih kurang untuk menghasilkan energi yang besar, tentu hal ini bisa
dicari solusinya. Contohnya negara Jepang, Jepang telah menemukan solusi bila
kecepatan angin di negara mereka relatif tidak konstan dan kecil, mereka membuat
turbin angin dengan desain bilah yang ringan. Dengan desain bilah yang ringan
tersebut, angin yang kecil mampu memutar turbin angin yang mereka bangun. Oleh
karena itu, Indonesia harus mampu mencontoh inovasi tersebut.
Pemerintah harus mendukung penelitian di bidang energi lebih baik lagi
karena penelitian di bidang energi merupakan investasi yang sangat berharga di masa
depan. Tidak selamanya bahan bakar fosil itu ada, sebaliknya sumber daya terbarukan
seperti angin akan selalu ada. Bila kita membandingkan dana yang keluar untuk
pembangunan pembangkit listrik turbin angin dengan manfaat yang kita peroleh
kelak, tentu kita akan lebih memilih pengembangan teknologi turbin angin.
Energi angin sebagai energi ramah lingkungan tidak hanya member dampak
positif di bidang lingkungan saja, tetapi memberi dampak postif di bidang ekonomi.
Selain menghemat pengeluaran pemerintah terhadap bahan bakar minyak,
pengembangan teknologi turbin angin mampu mebuka lapangan kerja bagi para
insinyur dan lulusan pendidikan lain. Jika memang lebbih banyak dampak positif
yang diperoleh, mengapa tidak kita coba.
57
DAFTAR PUSTAKA
Sathayajith, Mathew.2011. Advances in Wind Energy Conversion Technology.New
York : springer.
Stankovic, Sinisa.2009.Urban Wind Energy.London : Earthscan
Chiras, Dan.2010.Wind Power Basic-A Green Energy Guide.Canada: Friesens
Woofenden, Ian.2009.Wind Power for Dummies.Canada: Wiley
Nelson, Vaughn.2009.Wind Energy- Renewable Energy and Environment.New
York : Taylor&Francis Group
58
Penulis dilahirkan di Boyolali pada 17 Juni 1994 sebagai anak pertama dari tiga
bersaudara. Selama enam tahun, bersekolah di SD N 1 Sambi. Setelah lulus sekolah
dasar pada tahun 2006, kemudian melanjutkan ke SMP N 1 Banyudono. Pada tahun
2009, Penulis lulus dari jenjang SMP dan diterima di SMA N 1 Boyolali. Setelah
menjalani studi selama tiga tahun, penulis lulus SMA pada tahun 2012 dan pada
tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Teknologi Bandung dan masih tercatat
sebagai mahasiswa di Fakultas Teknik Mesin Dirgantara hingga saat ini.
INDEKS
A
B
C
D
E
F
G
H
59
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
60
LAMPIRAN
61
Topik :
Tema :
Judul :
Tujuan :
Rumusan masalahan :
Aspek yang diteliti :
Metode penelitian :
Teknik pengumpulan data :