KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

64
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang kesakitan dan kematian pada anak balita banyak dipengaruhi oleh keadaan gizi dengan demikian angka kesakitan dan kematian pada periode ini dapat dijadikan informasi yang berguna mengenai keadaan kurang gizi di masyarakat (Supariasa, 2001). Gangguan gizi pada anak balita merupakan dampak komulatif dari berbagai faktor baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap gizi anak (Moehji S, 2003). Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kg berat badannya. Anak balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (Djaeni, 2000). Untuk itu status gizi balita perlu diperhatikan dalam status gizi baik dengan cara memberikan makanan bergizi seimbang yang sangat penting untuk pertumbuhan (Paath, 2004). Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2003 angka prevalensi gizi kurang adalah 19,20% dan status gizi buruk 8,30% (Depkes RI, 2004). Data dari Dinas Kesehatan RI yang mengacu pada aksi pangan dan gizi tahun 2001-2005 sasaran gizi kurang dari 20% dan gizi buruk 5% (Depkes RI, 2002). Menurut hasil pemantauan status gizi pada balita di Propinsi Jatim pada tahun 2005, dari 8.012 balita yang disurvei terdapat 6,5% balita mengalami gizi buruk dan 20% mengalami gizi kurang (Sugeng Iwan, 2008). Menurut hasil pemantauan status gizi balita Kabupaten

Transcript of KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

Page 1: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara berkembang kesakitan dan kematian pada anak balita banyak

dipengaruhi oleh keadaan gizi dengan demikian angka kesakitan dan kematian

pada periode ini dapat dijadikan informasi yang berguna mengenai keadaan

kurang gizi di masyarakat (Supariasa, 2001). Gangguan gizi pada anak balita

merupakan dampak komulatif dari berbagai faktor baik yang berpengaruh

langsung atau tidak langsung terhadap gizi anak (Moehji S, 2003). Anak balita

merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat

sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kg berat badannya. Anak

balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat

kekurangan gizi (Djaeni, 2000). Untuk itu status gizi balita perlu diperhatikan

dalam status gizi baik dengan cara memberikan makanan bergizi seimbang

yang sangat penting untuk pertumbuhan (Paath, 2004).

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2003

angka prevalensi gizi kurang adalah 19,20% dan status gizi buruk 8,30%

(Depkes RI, 2004). Data dari Dinas Kesehatan RI yang mengacu pada aksi

pangan dan gizi tahun 2001-2005 sasaran gizi kurang dari 20% dan gizi

buruk 5% (Depkes RI, 2002). Menurut hasil pemantauan status gizi pada

balita di Propinsi Jatim pada tahun 2005, dari 8.012 balita yang disurvei

terdapat 6,5% balita mengalami gizi buruk dan 20% mengalami gizi kurang

(Sugeng Iwan, 2008). Menurut hasil pemantauan status gizi balita Kabupaten

Page 2: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

2

2

Bojonegoro tahun 2008 ditinjau dari BB/U 70.749 balita terdapat 1,32% balita

dengan status gizi buruk, balita dengan gizi kurang sebanyak 13,15% balita,

83,63% balita dengan status gizi baik dan gizi lebih sebanyak 1,90% balita,

sedangkan pada pemantauan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Temayang tahun 2008, dari 1.781 balita terdapat 1,46% balita mengalami gizi

buruk 16,79% balita dengan gizi kurang 80,17% balita dengan gizi baik dan

1,09% mengalami gizi lebih. Berdasarkan hasil pencatatan pemantauan status

gizi balita tahun 2008 oleh bidan Desa Papringan diperoleh data dari 150

balita yang mengalami gizi buruk 3,3% balita, 22,6% balita dengan gizi

kurang, 73,3% balita dengan gizi baik dan 0,6% balita yang mengalami gizi

lebih.

Menurut Menkes, ada 3 faktor utama yang saling terkait mempengaruhi

besarnya masalah gizi dan kesehatan masyarakat. Pertama, ketersediaan

pangan di tinhgkat rumah tangga. Kedua, pola asuhan gizi atau makanan

keluarga. Ketiga, akses terhadap pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2007).

Gizi kurang dan gizi buruk berdampak serius terhadap kualitas generasi

mendatang. Anak yang menderita gizi kurang akan mengalami gangguan

pertumbuhan fisik dan perkembangan mental (Depkes RI, 2002). Pada usia

sebelum 6 bulan sistem pencernaan belum siap untuk menerima makanan

selain ASI kebutuhan bayi akan makanan sudah cukup terpenuhi dengan ASI

namun pasca usia tersebut ia memerlukan makanan tambahan yang dapat

menunjang tumbuh kembangnya. Pada usia ini jika hanya diberi ASI saja

kebutuhan asuhan gizi bayi masih belum terpenuhi sepenuhnya. Dan jika

Page 3: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

3

3

memberikan makanan pendamping terlalu awal (sebelum 6 bulan) berdampak

kurang baik terhadap kesehatannya (Akhmad Saifudin A, 2008). Masalah gizi

pada balita akan bertambah negatif pada obesitas (gizi lebih) pada masa anak

bila terus berlanjut sampai dewasa dapat mengakibatkan hipertensi,

hiperlipidemia, paterosklerosis, penyakit jantung koroner dan maturitas

seksual lebih awal (Soetjiningsih, 2004).

Upaya penanggulangan gizi kurang yang sudah dilakukan adalah

peningkatan pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari tingkat

pos pelayanan terpadu (posyandu) hingga puskesmas dan rumah sakit,

peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi dibidang pangan dan gizi

masyarakat dan intervensi langsung kepada sasaran melalui Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) (Almatsier S, 2006). Untuk mengatasi kasus

kurang gizi memerlukan peranan dari keluarga khususnya para ibu harus

memiliki kesabaran bila anaknya mengalami problema makan dan

lebih memperhatikan asupan makanan sehari-hari bagi anaknya

(http://www.iyoiye.com diakses tanggal 20 mei 2009).

Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

hubungan pola asuh orang tua dalam pemberian makanan balita dengan status

gizi balita di Desa Papringan Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro.

Page 4: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

4

4

B. Rumusan Masalah

1. Sejauh mana pola asuh orang tua dalam pemberian makanan balita di Desa

Papringan Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro ?

2. Sejauh mana status gizi balita di Desa Papringan Kecamatan Temayang

Kabupaten Bojonegoro ?

3. Bagaimana hubungan pola asuh orang tua dalam pemberian makanan

balita dengan status gizi balita di Desa Papringan Kecamatan Temayang

Kabupaten Bojonegoro ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dalam pemberian

makanan balita dengan status gizi balita.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden di Desa Papringan

Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro.

b. Mengidentifikasi pola asuh orang tua dalam pemberian makanan

balita di Desa Papringan Kecamatan Temayang Kabupaten

Bojonegoro.

c. Mengidentifikasi status gizi pada balita di Desa Papringan Kecamatan

Temayang Kabupaten Bojonegoro.

Page 5: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

5

5

d. Menganalisis hubungan pola asuh orang tua dalam pemberian

makanan balita dengan status gizi balita di Desa Papringan Kecamatan

Temayang Kabupaten Bojonegoro.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman baru dalam melakukan penelitian dan dapat

mengaplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh dari kampus dengan

keadaan yang ada di masyarakat.

2. Bagi Iptek

Dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan wacana bagi

generasi yang akan datang.

3. Bagi profesi

Hasil penelitian dapat memberikan masukan bagi bidan serta tenaga

kesehatan lain dalam pengembangan konseling di bidang gizi dan

mendapatkan alternatif upaya yang berkaitan dengan pencegahan dan

perbaikan status gizi balita.

4. Bagi institusi atau pendidikan

Dapat digunakan sebagai referensi untuk studi lebih lanjut bagi

peneliti yang tertarik dengan masalah gizi.

Page 6: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

6

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas mengenai konsep pola asuh gizi atau makanan,

konsep balita dan konsep status gizi.

A. Konsep Pola Asuh Gizi atau Makanan

1. Pengertian

Pengasuhan anak dapat didefinisikan sebagai perilaku yang

dipraktikkan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek, pengasuh) dalam

memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, memberikan stimulasi

serta dukungan emosional yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang

juga termasuk di dalamnya tentang kasih sayang dan tanggung jawab

orang tua (Anwar HM, 2008).

Pola asuh gizi atau makanan adalah kemampuan keluarga untuk

memberikan makanan kepada bayi dan anak, khususnya pemberian Air

Susu Ibu (ASI) eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI.

(http//:www.depkes.go.id/ diakses 8 juni 2009).

ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus

diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4

bulan dan jika memungkinkan sampai usia 6 bulan. Setelah periode ini

dibutuhkan makanan tambahan untuk memastikan bahwa anak tumbuh

dengan baik dan tetap sehat penting untuk mengetahui makanan apa yang

harus diberikan, berpa jumlah dan frekuensinya (Juwono L, 2003).

Page 7: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

7

7

a. Air Susu Ibu (ASI).

ASI adalah makanan utama pada bayi terutama usia 0-6 bulan

(Supartini Y, 2008). ASI merupakan makanan bernutrisi dan berenergi

tinggi, yang mudah utnuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang

dapat membantu penyerapan nutrisi (www.nafishaaurellia.com/

Diakses tanggal 5 Juni 2009).

Kebaikan air susu ibu (ASI) sebagai makanan bayi adalah

sebagai berikut :

1) ASI cukup mengandung zat-zat makanan yang diperlukan selama

ASI ibu keluar secara normal (dalam jumlah yang cukup) jadi

dapat memenuhi kebutuhan bayi akan unsur-unsur gizi.

2) Dalam ASI sudah terdapat antibodi sehingga dapat melindungi

bayi dari penyakit.

3) Temperatur ASI sesuai dengan temperatur suhu bayi.

4) Dengan menyusu maka rahang bayi akan terlatih menjadi kuat.

5) Dengan menyusui bayi berarti mempererat rasa kasih antara ibu

dan anak.

6) ASI tidak usah dimasak atau diolah terlebih dahulu sehingga sangat

memudahkan bagi ibu.

Page 8: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

8

8

TABEL 1

KANDUNGAN ZAT GIZI DALAM ASI DAN SUSU SAPI

Kadar dalam tiap 100 mlJenis zat gizi Air Susu Ibu Susu Sapi Segar

Kalori

Protein

Laktosa

Lemak

Vitamin A

Vitamin C

Vitamin B1

Asam folit

Vitamin B12

Zat besi

Zat kapur

67

1,2 g

7,0

3,8 g

53 ug

4,3 mg

0,16 mg

0,18 mg

0,18 mg

0,15 mg

33 mg

66

3,3 g

4,8 g

3,7 g

34 ug

0,42 mg

1,8 ug

0,42 mg

0,23 ug

0,10 mg

125 mg

Sumber : Moehji S, 2003

b. Makanan tambahan/MP-ASI

Pemberian makanan tambahan adalah memberi makanan lain

selain ASI (Juwono Lilian, 2003).

Pemberian makanan tambahan adalah masa saat bayi mengalami

perpindahan menu dari hanya minum susu beralih ke menu yang

mengikut sertakan makanan padat.

(http://www.clubnutricia.com/ Diakses tanggal 2 juni 2009).

1) Jenis makan tambahan

a) Makanan yang dibuat khusus.

b) Makanan keluarga sehari-hari yang dimodifikasi agar mudah

dimakan dan mengandung cukup nutrien.

2) Syarat makanan tambahan

a) Kaya energi, protein dan mikronutrien.

b) Bersih dan aman.

Page 9: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

9

9

c) Tidak terlalu pedas atau asin.

d) mudah dimakan oleh anak.

e) Disukai anak.

f) Tersedia di daerah setempat dan harganya terjangkau.

g) Mudah disimpan.

(Juwono L, 2003).

2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan pada

bayi menurut Muhtadi Deddy, 1994, antara lain :

a. Makanan termasuk ASI, harus memberikan semua zat gizi yang

diperlukan bayi.

b. Anak memerlukan lebih dari satu kali makan sehari sebagai

komplemen terhadap ASI.

c. Sekali makan dapat diterima dengan baik, berikan makanan tambahan

tersebut setelah bayi menyusu.

d. Sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengknsumsi semua

makanan orang dewasa.

e. Pada permulaan makanan tambahan harus diberikan dalam keadaan

halus.

f. Pada waktu berumur dua tahun bayi dapat mengkonsumsi makanan

setengah porsi orang dewasa.

Page 10: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

10

10

3. Pola pemberian makanan untuk bayi dan anak

a. Makanan bayi umur 0-6 bulan.

1) Segera susui bayi dalam waktu 30 menit. Jika ASI belum keluar

jangan berhenti menyusui.

2) Susui bayi sesering mungkin setiap kali bayi menginginkannya (On

demand) pemberian ASI minimal 8 kali sehari semalam.

3) Jangan memberikan makanan minuman apapun selain ASI

(Depkes, 2005).

b. Makanan bayi umur 6-9 bulan

1) Pembarian ASI diteruskan

2) Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lumat 2 kali sehari

3) Nasi tim bayi ditambahn sedikit demi sedikit dengan sumber zat

lemak yaitu santan atau minyak kelapa/margarin.

4) Setiap kali makan berikan makanan dengan takaran

Umur 6 bulan beri 6 sendok makan.

Umur 7 bulan beri 7 sendok makan.

Umur 8 bulan beri 8 sendok makan.

Umur 9 bulan beri 9 sendok makan.

c. Makanan bayi umur 9-12 bulan

1) Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara

bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara

berangsur mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga.

Page 11: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

11

11

2) Berikan makanan selingan 1 kali sehari seperti bubur kacang hijau

atau buah.

3) Campurkan makanan dengan berbagai lauk pauk dan sayuran

secara berganti-ganti.

d. Makanan anak umur 12-24 bulan

1) Pemberian ASI diteruskan

2) Pemberian makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari

dengan porsi separuh makan orang dewasa setiap kali makan dan

memberikan makanan selingan 2 kali sehari (Depkes RI, 2000).

TABEL 2

ANJURAN JUMLAH PORSI BAHAN MAKANAN MENURUT

KECUKUPAN ENERGI KELOMPOK UMUR 1-3 TAHUN DAN 4-6

TAHUN.

Bahan makanan Anak usia 1-3 tahun

(1.200 kkal)

Anak usia 4-6 tahun

(1.700 kkal)

Nasi

Sayuran

Buah

Tempe

Daging

3P

1 ½ P

3P

1P

1P

4 ½ P

2P

3P

2P

2P

ASI

Susu

Minyak

Gula

Dilanjutkan hingga 2 tahun

1P

3P

2P

1P

4P

2P

Sumber : Depkes RI, 2002. Panduan Makan Untuk Hidup Sehat.

4. Pengasuhan dalam memberikan makanan, meliputi :

a. Bagaimana membujuk anak makan.

b. Menciptakan situasi yang nyaman saat makan.

c. Berperilaku yang ramah terhadap anak.

Page 12: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

12

12

d. Menghindari pertengkaran sewaktu makan.

e. Membiasakan waktu makan yang teratur.

f. Memberikan perlindungan kepada anak.

g. Memberi makan setiap kali anak merasa lapar.

h. Memantau banyaknya makanan yang dihabiskan oleh anak.

(Anwar HM, 2008).

5. Cara pemberian makanan yang baik menurut Juwono L, 2003

meliputi :

a. Menempatkan makanan anak dalam mangkuk yang tepisah untuk

memastikan bahwa anak mendapatkan bagian yang adil dan makanan

dalam jumlah yang tepat.

b. Duduk bersama anak pada waktu makan, memperhatikan apa yang

dimakan anak dan secara memberikan bantuan dan dorongan jika

diperlukan.

c. Tidak membuat terburu-buru ketika anak sedang makan.

d. Bila anak berhenti makan tunggu sebentar dan kemudian tawarkan

makan lagi.

e. Memberikan beberapa makanan yang dapat dipegang atau diambil

oleh anak.

f. Memberikan makan dengan segera ketika anak mulai merasa lapar.

g. Tidak memberi makan ketika anak mengantuk.

Page 13: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

13

13

h. Tidak memaksa memberikan makanan. Hal ini akan meningkatkan

stres dan menurunkan nafsu makan; acara makan seharusnya menjadi

peristiwa yang santai dan menggembirakan.

i. Memastikan anak tidak haus. (tetapi jangan memberikan minum terlalu

banyak sebelum atau selama makan sehingga menurunkan nafsu

makan anak).

j. Melakukan permainan untuk mendorong anak yang enggan agar

makan lebih banyak, sebagi contoh berpura-pura bahwa sendok adalah

seekor burung yang menukik untuk memberi makan anaknya, atau

berpura-pura bahwa makanan bahwa makanan itu untuk boneka atau

untuk anak lain atau untuk boneka binatang.

k. Bersiap untuk melakukan pembersihan sesudahnya.

l. Mencampur makanan menjadi satu jika anak hanya mengambil dan

memakan makanan yang disukainya.

6. Membangkitkan selera makan

a. Usahakan sebelum makan anak berada dalam keadaan lapar. Hal ini

penting, mengingat kalau anak belum lapar biasanya mereka enggan

bahkan melakukan aktivitas penolakan.

b. Biasakan untuk memberi makan secara teratur. Jam makan untuk anak

meliputi sarapan pagi, makan siang dan makan malam.

c. Jangan sekali-kali memberikan camilan yang manis-manis diantara

jam-jam makan. Pengaruhnya kurang baik bagi kesehatan maupun

peningkatan selera makan.

Page 14: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

14

14

d. Mengatur sedemikian rupa suasana makan dengan variasi menu atau

makanan kesukaannya.

e. Anak yang sedang malas makan, jangan dipaksa makan. Simpan saja

dulu makanan itu untuk jam berikutnya.

f. Jelaskan pada anak dengan suara “manis” dan “ketulusan” tentang

manfaat makanan bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

g. Kembangkan sikap tegas, terbuka dan logis ketika orang tua menolak

permintaan jajan dari anak yang tidak baik dan sehat. Berikan kepada

mereka alternatif pilihan mereka yang sekiranya lebih baik tapi

disenangi anak.

h. Selalu memberi contoh positif kepada anak. Jangan gampang marah

atau tersinggung ketika anak belum antusias makan sesuai keinginan

orang tua.

(http://pena-deni.blogspot.com/ Diakses tanggal 5 juni 2009)

7. Menjaga makanan tetap bersih dan aman menurut Juwono L, 2003

antara lain :

a. Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan.

b. Menutup makanan yang sudah dimasak dan memakannya dalam waktu

2 jam jika tidak ada di lemari es. Jika dibiarkan lebih lama panaskan

kembali sampai mendidih.

c. Menggunakan makanan segar yang penampilan dan baunya bagus.

d. Mencuci tangan anak sebelum makan.

e. Memberikan makanan pada anak dengan memakai sendok atau cangkir

bersih.

Page 15: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

15

15

f. Menjaga rumah dan daerah sekitarnya tetap bersih sehingga tikus dan

serangga tidak berkembangbiak.

B. Konsep Balita

1. Pengertian

Balita atau anak bawah 5 tahun adalah anak usia kurang dari 5 tahun.

Sehingga bayi usia dibawah 1 tahun juga termasuk dalam golongan ini.

Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum

anak awal. Balita dibedakan:

a. Bayi (0-12 bulan).

b. Anak balita (13-60 bulan).

(Wiyono Joko, 2006).

C. Konsep Status Gizi

1. Pengertian status gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel

tertentu (Supariasa, 2001).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

a. Ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga.

Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan ditingkat

keluarga dan jika tidak cukup dapat dipastikan konsumsi setiap

anggota keluarga tidak terpenuhi.

Page 16: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

16

16

b. Tidak memadainya pola pengasuhan gizi atau makanan

Pola pengasuhan gizi atau makanan adalah kemampuan keluarga

untuk memberikan makanan kepada bayi dan anak.

c. Akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas

Pemanfaatan fasilitas kesehatan dan upaya kesehatan berbasis

masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bersifat

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, 2007).

3. Klasifikasi status gizi

Dalam menentukan kasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang

disebut reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan di

Indonesia adalah WHO-NCHS (World Health Organitation-national

Centre For Health Statistics) dengan klasifikasi terlihat pada tabel

berikut :

TABEL 3

KLASIFIKASI STATUS GIZI ANAK BAWAH LIMA TAHUN

(BALITA)

INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS

Gizi lebih > + 2 SD

Gizi baik ≥ − 2 SD sampai + 2 SD

Gizi kurang < − 2 SD sampai ≥ − 3 SD

Berat badan

menurut uimur

(BB/U)Gizi buruk < − 3 SD

∗) SD = Standar Deviasi

Sumber : DinKes Jatim, 2005

Page 17: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

17

17

4. Cara penilaian status gizi

Penilaian status gizi dibagi kedalam dua kelompok yaitu :

a. Kelompok pertama metode secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4

penilaian yaitu :

1) Klinis

Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi

yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi.

2) Biokimia

Metode ini mengunakan pemeriksaan spesimen yang diuji

secara labolatoris.

3) Biofisik

Metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan

fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari

jaringan.

4) Antropometri

Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap

dimensi tubuh dan komposisi tubuh. Antropometri sebagai

indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa

parameter (Supariasa IDN, 2001). Kombinasi antara beberapa

parameter disebut indeks antropometri.

(Supariasa IDN, 2001).

Page 18: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

18

18

TABEL 4

KELEBIHAN DAN KETERBATASAN PENGUKURAN

ANTROPOMETRI

Kelebihan Keterbatasan

1. Relatif murah.

2. Cepat, sehingga dapat

dilakukan pada populasi

yang besar.

3. Objektif

4. Gradable, dapat dirangking

apakah ringan, sedang atau

berat.

5. Tidak menimbulkan rasa

sakit pada responden.

1. Membutuhkan data referensi

yang relevan.

2. Kesalahan yang muncul

seperti kesalahan pada

peralatan (belum dikalibrasi),

kesalahan pada observer

(kesalahan pengukuran,

pebacaan, pencatatan).

3. Hanya mendapatkan data

pertumbuhan, obesitas,

malnutrisi karena kurang

energi dan protein, tidak dapat

memperoleh informasi karena

difisiensi zat gizi mikro.

Sumber : FKM UI, 2007

Dalam penelitian ini cara penilaian status gizi yang digunakan adalah

secara langsung (Antropometri). Indeks antropometri yang digunakan

dalam penelitian ini adalah berat badan menurut umur (BB/U) :

1) Berat Badan

Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk

melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi. Penentuan berat

badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat ukur yang

digunakan dilapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan :

mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain,

mudah diperoleh dan relatif murah harganya, ketelitian

penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg, skala mudah dibaca,

cukup aman untuk menimbang anak balita (Supariasa IDN, 2001).

Page 19: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

19

19

Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih

dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita

adalah dacin. Penggunaan dacin mempunyai bebrapa keuntungan

antara lain : dacin sudah dikenal umum sampai ke pelosok desa, di

buat di Indonesia, bukan impor, serta mudah didapat, ketelitian dan

ketepatan cukup baik.

Dacin yang digunakan sebaiknya minimum 20 kg dan

maksimum 25 kg. Bila digunakan dacin berkapasitas 50 kg dapat

juga, tetapi hasilnya agak kasar, karena angka ketelitiannya 0,25 kg

(Supariasa IDN, 2001).

2) Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

Kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi

menjadi salah. Cara menghitung umur yaitu dengan menentukan

tanggal, hari, bulan dan tahun anak waktu lahir seingga didapatkan

umur anak. Bila kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 16 hari

sampai 30 hari, dibulatkan menjadi 1 bulan. Bila kelebihan atau

kekurangan hari sebanyak 1-15 hari dibulatkan menjadi 0 bulan

(Supariasa IDN, 2001).

Adapun kelebihan dan kekurangan indeks BB/U adalah :

1) Kelebihan indeks BB/U

a) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat

umum.

b) Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis.

c) Berat badan dapat berfluktuasi.

Page 20: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

20

20

d) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubaahn kecil.

e) Dapat mendeteksi kegemukan (over weight).

2) Kekurangan indeks BB/U

a) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila

terdapat edema atau asites.

b) Di daerah pedesaan yang masih terpencil atau tradisional, umur

sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang

belum baik.

c) Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak

dibawah usia 5 tahun

d) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran seperti pengaruh

pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan.

e) Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah

sosial budaya setempat.

(Supariasa IDN, 2001).

b. Kelompok metode tidak langsung

Penilaian status gizi tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga

yaitu :

1) Survei konsumsi makan

Adalah metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah

dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

2) Statistik vital

Adalah menganalisa data beberapa statistik kesehatan.

Page 21: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

21

21

3) Faktor ekologi

Adalah hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan

lingkungan budaya.

(Supariasa IDN, 2001).

5. Dampak gizi tidak seimbang

a. Dampak gizi lebih

Obesitas (gizi lebih) akan berdampak tingginya kejadian berbagai

penyakit infeksi dan pada orang dewasa tampak dengan meningkatnya

penyakit degeratif seperti jantung koroner, diabetes meliltus, hipertensi

dan penyakit jantung (Pudjiadi S, 2005).

b. Dampak gizi kurang

Pertumbuhan fisik anak terlambat (anak akan mempunyai tinggi

badan lebih pendek) perkembangan mental terganggu.

(Soetjiningsih, 2004).

c. Dampak gizi buruk

Gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan sistem organ

yang akan merusak sistem pertahanan tubuhterhadap mikroorganisme

maupun pertahanan mekanik. Dampak selanjutnya dapat terjadi

gangguan pertumbuhan dan perkembangan, mental serta penurunan

skor tes IQ (Pudjiadi S, 2005). Penurunan fungsi otak berpengaruh

terhadap kemampuan belajar, kemampuan anak bereaksi terhadap

rangsangan dari lingkungannya dan perubahan kepribadian anak

(Moehji S, 2003).

Page 22: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

22

22

6. Penanggulangan masalah gizi tidak seimbang

a. Masalah gizi lebih atau obesitas

Penanggulangannya adalah dengan menyeimbangkan masukan

dan keluaran melalui pengurangan makanan dan penambahan latihan

fisik atau olahraga serta menghindari tekanan hidup/stress

(Almatsier S, 2005).

b. Masalah gizi kurang

Penanggulangan masalah gizi kurang perlu dilakukan secara

terpadu antar departemen dan kelompokm profesi, melalui upaya-

upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi

dan konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan

dan kesehatan masyarakat, serta peningkatan teknologi hasil pertanian

dan tehnologi pangan (Almatsier S, 2005).

c. Masalah gizi buruk

Penanggulangan masalah gizi buruk yang dilakukan antara lain :

1) Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional.

2) Peningkatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK).

3) Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan

dimulai dari tingkat Posyandu, hingga Puskesmas dan Rumah

Sakit.

4) Intervensi langsung pada sasaran melalui pemberian makanan

tambahan (PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet

dan sirup besi serta kapsul iodium.

(Almatsier S, 2005).

Page 23: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

23

23

D. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dalam

Pemberian Makanan Balita Dengan Status Gizi Balita Di Desa

Papringan Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro.

Penjelasan :

Status gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, gizi buruk dipengaruhi oleh pola

asuh gizi atau makanan asupan makanan, ketersediaan pangan di tingkat

rumah tangga dan askes terhadap pelayanan kesehatan berkualitas.

Status gizi

balita

Pola asuh orang tua

dalam pemberian

makanan balita

Ketersedian pangan di

tingkat rumah tangga

Akses terhadap pelayanan

kesehatan berkualitas

Page 24: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

24

24

E. Hipotesa

Hipotesa adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2003).

Hipotesa nol (H0) menyatakan tidak ada hubungan antara variabel yang

satu dengan yang lain.

Hipotesa alternatif (Ha/H1) menyatakan ada hubungan antara variabel

yang satu dengan yang lain.

Hipotesa pada penelitian ini adalah adanya Hubungan Pola Asuh Orang

Tua Dalam Pemberian Makanan Balita Dengan Status Gizi Balita.

Page 25: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

25

25

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu cara untuk memperoleh kebenaran

ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah yang pada dasarnya

menggunakan metode ilmiah (Notoatmodjo S, 2002). Pada bab ini akan dibahas

tentang desain penelitian, populasi, sampel, besar sampel dan sampling, kriteria

sampel, variabel penelitian, prosedur pengumpulan data, instrumen, tehnik

pengolahan atau analisa data, etika penelitian dan jadwal kegiatan penelitian.

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang

dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa

diterapkan (Nursalam, 2008).

Berdasarkan tujuan penelitian desain yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah diskriptif dan analitik korelatif yang bertujuan untuk

mendiskriptifkan dan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel

(Nursalam, 2008)

Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis cross sectional yaitu jenis

penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008).

Page 26: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

26

26

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Sampling

a. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmojo S, 2005). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh

orang tua (pengasuh) yang mempunyai balita di Desa Papringan

Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro, sebanyak 150.

b. Sampel adalah sebagian yang akan diambil dari keseluruhan subyek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

(Arikunto, S 2003).

c. Besar sampel adalah anggota yang akan dijadikan sampel

(Nursalam : 2008) pada penelitian ini besar sampel dapat ditentukan

dengan menggunakan rumus penelitian analitik korelatif.

3

1

1

2

1

2

+

+

+=

ρ

ρ

βα

Ln

ZZn

Keterangan :

Z ½ α : adjusted SD untuk α uji 2 arah

Zβ : adjusted SD untuk β (β : 2,20 → z : 0,84

ρ : Koefisien korelasi antar variabel yang diharapkan

perkiraan koefisien yang terjadi antara variabel x dan y.

(diambil koefisien kolerasi terkecil apabila tidak

diketahui disarankan 0,30 ) ( Purnomo. W 2007).

Page 27: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

27

27

3

3,01

3,01

2

1

84,096,1

2

+

+

+=

In

n

n 3309,0

8,22

+

=

n = 82,11 + 3

n = 85 responden.

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah 85 responden

Agar sampel yang diambil proporsional maka digunakan

rumus (Pratiknya, 2001) :

sampelbesar x populasi

Xposyandu di balita nA

Σ

Σ= (lampiran 11)

d. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dan populasi untuk

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang

ditempuh dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel

yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan setiap penelitian

(Nursalam, 2008).

Pengambilan sampel dalam hal ini dilakukan secara simpel

random sampling yaitu peneliti mencampur subjek-subjek di dalam

populasi sehingga semua subjek dianggap sama.

Page 28: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

28

28

C. Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi yang terjangkau akan diteliti (Nursalam, 2008)

Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah :

a. Orang tua (pengasuh) yang bisa baca tulis;

b. Orang tua (pengasuh) yang bersedia diteliti

c. Anak dalam keadaan sehat.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekseklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai penelitian

yang menyebabkan antara lain adalah adanya hambatan etnik, menolah

menjadi responden, terdapat keadaan yang tidak memungkinkan untuk

dilakukan penelitian, terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu

pengukuran maupun interprestasi penelitian (Nursalam, 2008). Kriteria

eksklusi pada penelitian ini adalah :

“Orang tua (pengasuh) yang mempunyai balita yang tidak berada di

tempat saat diadakan penelitian”.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah perilaku atau karakteristik yang memberi nilai

beda terhadap sesuatu (misalnya : benda, manusia) (Nursalam 2008). Pada

penelitian ini ada 2 variabel yaitu :

Page 29: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

29

29

1. Variabel Independent (bebas)

Variabel Independent yang di duga diamati dan diukur untuk

diketahui hubungan atau pengaruh dengan variable independentnya adalah

pola asuh orang tua dalam pemberian makanan balita.

2. Variabel Dependent (tergantung)

Variabel Dependent adalah variable yang muncul sebagai akibat dari

variabel independent (Nursalam, 2003) pada penelitian ini variabel

dependent adalah status gizi.

E. Definisi Operasional

TABEL 5

DEFINISI OPERASIONAL HUBUNGAN POLA ASUH TUA DALAM

PEMBERIAN MAKANAN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI

DESA PAPRINGAN KECAMATAN TEMAYANG KABUPATEN

BOJONEGORO.

No VariabelDefinisi

operasionalIndikator Alat Ukur Skala Kategori

1 Independent:Pola asuhorang tuadalampemberianmakananbalita.

Kemampuanorang tua(pengasuh)dalammemberikanasuhan berupapemberianmakananbalita.

1. Pola pemberian

makanan :

a. Jenis makanan

balita

b. Jumlah dan

frekuensi

pemberian

makanan balita

2. Pengasuhan dalammemberi makanan.a. Bagaimana

membujuk anakmakan.

b. Menciptakan situasiyang nyaman saatmakan.

c. Berperilaku yang

Kuesiner

sebanyak

20

Pertanyaan

Ordinal Pola asuh giziatau makanan :

Dengan kriteria :1. Baik

jika bisamenjawabpertanyaandenganbenar 16-20(76%-100%)

2. Cukupjika bisamenjawabpertanyaandenganbenar 11-15(56%-75%)

Page 30: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

30

30

No VariabelDefinisi

operasionalIndikator Alat Ukur Skala Kategori

ramah terhadapanak.

d. Menghindaripertengkaransewaktu makan.

e. Membiasakanwaktu makan yangteratur.

f. Memberikanperlindungankepada anak.

g. Memberi makansetiap kali anakmerasa lapar.

h. Memantaubanyaknya makananyang dihabiskanoleh anak.

i. Cara pemberianmakanan yang baik

j. Membangkitkanselera makan

3. kurangjika bisamenjawabpertanyaandenganbenar < 11

( ≤ 55%)

2 Dependent :

Status Gizi

Tingkatan

kondisi atau

keadaan anak

yang mengacu

pada

pertumbuhan

berdasarkan

berat badan

dan umur

Tabel rujukan WHO-

NCHS (standar BB/U)

dengan klasifikasi :

Gizi lebih : > + 2 SD

Gizi baik :

≥ - 2 SD s/d + 2 SD

Gizi kurang :

< - 2 SD s/d ≥ - 3 SD

Gizi buruk : < - 3 SD

Baku

rujukan

WHO-

NCHS

Standar

(BB/U)

Dacin

Buku KIA

Ordinal Kode

- Gizi lebih : 3

- Gizi baik : 2

- Gizi

kurang : 1

- Gizi

buruk : 0

Page 31: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

31

31

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Papringan Kecamatan Temayang Kabupaten

Bojonegoro.

2. Waktu penelitan

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan bulan Agustus

2009.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang dikumpulkan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2008).

1. Data Primer

Pengumpulan data dilakukan dengan cara meminta ijin terlebih

dahulu kepada Kepala Puskesmas, Bidan desa dan Kepala Desa Papringan

Kecamatan Tamayang Kabupaten Bojonegoro. Paneliti mengumpulkan

para responden di masing-masing Posyandu (5 Posyandu) kemudian

melakukan pendekatan kepada calon responden dan mengajukan lembar

persetujuan kesediaan menjadi responden, bila calon responden setuju

menjadi responden penelitian maka calon responden diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan menjadi responden penelitian

(informed concent). Setelah itu peneliti memberikan lembar kuesioner

kepada calon responden lalu meberikan petunjuk cara pengisian kuesioner.

Kuesioner dikumpulkan setelah responden menjawab semua pertanyaan

Page 32: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

32

32

dengan jawaban yang telah disediakan. Bila ada pertanyaaan yang belum

diisi maka dikembalikan kepada responden untuk dilengkapi.

Setelah itu dilanjutkan dengan menimbang berat badan balita dengan

menggunakan dacin dan melihat umur balita pada buku KIA. Setelah berat

badan dan umur diketahui kemudian dibandingkan dengan tabel baku

rujukan WHO-NCHS menurut BB/U (Berat Badan/Umur).

2. Data sekunder

Data sekunder adalah kumpulan data yang diinginkan, diperoleh dari

orang lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri

(Budiarto, 2001). Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari Bidan

desa yaitu data tentang jumlah seluruh balita, nama balita, tanggal lahir

balita dan nama orang tua.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

(Arikunto, 2002).

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini

adalah kuesioner, buku KIA, timbangan berat badan untuk bayi (dacin), tabel

baku median WHO-NCHS dan lembar observasi status gizi pada balita.

1. Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini berbentuk pertanyaan terbuka (open

ended) dari data umum dan pertanyaan tertutup (close ended) dari data

khusus. Pertanyaan terbuka (open ended) bentuk free respone question

Page 33: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

33

33

yaitu pertanyaan yang memberikan kebebasan kepada responden untuk

menjawab. Pertanyaan ini digunakan untuk mendapatkan biodata

responden. Pertanyaan tertutup (close ended) berbentuk multiple choice

yaitu pertanyaan yang menyediakan beberapa alternative jawaban dan

responden hanya memilih salah satu diantaranya yang sesuai dengan

pendapatnya. Pernyataan ini untuk mendapatkan data pola asuh orang tua

dalam pemberian makanan balita (Soekidjo Notoatmodjo, 2002).

2. Buku KIA

Buku yang berisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas)

dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta berbagai informasi

tentang riwayar penyakit dan cara memelihara dan merawat kesehatan ibu

dan anak (DepKes RI, 2003).

Digunakan untuk mengetahui umur balita.

3. Timbangan berat badan untuk bayi (dacin)

Dacin digunakan untuk mengetahui berat badan bayi. Berat badan

merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering

digunakan untuk penelitian status gizi (Supariasa IDN, 2001).

4. Tabel median BB/U baku rujukan WHO-NCHS (National Center For

Health Statistic)

Tabel ini digunakan untuk membandingkan antara berat badan yang

didapatkan dengan berat badan yang di tabel, sehingga dapat diketahui

tingkatan status gizi.

Page 34: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

34

34

5. Lembar observasi status gizi pada bayi

Lembar observasi ini digunakan untuk mencatat umur bayi, hasil

pertimbangan berat badan bayi dan klasifikasi status gizi pada balita.

I. Teknik pengolahan data atau analisa data

Data yang terkumpul dari kuesioner yang telah diisi kemudian diolah

dengan cara sebagai berikut :

1. Pemeriksaan data (editing)

Memeriksa data yang telah dikumpulkan berupa pertanyaan, kartu,

buku register. Kegitan yang dilakukan meliputi menjumlah dan

mengoreksi data (Budiarto, 2001).

2. Pemberian skor (scoring)

Memberikan skor pada setiap jawaban kuesioner.

a. Benar diberi skor 1

b. Salah diberi skor 0

3. Pemeriksaaan kode (coding)

Memberikan kode pada status gizi.

a. Gizi lebih : 3

b. Gzi baik : 2

c. Gizi kurang : 1

d. Gizi buruk : 0

4. Penyusunan data (tabulating)

Merupakan pengorganisasian data agar mudah dijumlah, disusun dan

ditata untuk disajikan dan dianalisis.

Page 35: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

35

35

Setelah data tekumpul kemudian ditabulasikan dan dikelompokkan

jumlah nilai yng diperoleh dari jawaban kuesioner dan lembar observasi

dibandingkan dengan skor maksimal, kemudian dikalikan 100% disajikan

dalam bentuk prosentase untuk menganalisa. Hubungan pola asuh orang

tua dalam memberikan makanan balita dengan status gizi balita, digunakan

rumus :

%100xN

fP =

Keterangan :

P : Prosentase

f : Nilai yang diperoleh

N : Frekuensi total

(Budiarto, 2001).

Setelah prosentase diketahui kemudian hasilnya dikelompokkan pada

kriteria :

a. Baik : 76%-100%

b. Cukup : 56%-75%

c. Kurang : ≤ 55%

(Hidayat A.Alimul Aziz, 2007)

Dalam menganalisis peneliti menggunakan analisis statistik dengan

metode korelasi tata jenjang atau spearman’s rho yang digunakan untuk

menghitung atau menentukan tingkatan hubungan (korelasi) antar 2

variabel yang kedua-duanya merupakan data ordinal atau tata jenjang

(Arikunto, 2002).

Page 36: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

36

36

Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel apakah signifikan

atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan teknik komputerisasi SPSS

versi 14 dengan kemaknaan ρ ≤ 0,05 artinya jika signifikan (ρ) dibawah

atau sama dengan 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak dan data

disimpulkan bahwa ada hubungan yang nyata antara dua variabel yang

diteliti tersebut.

Rumus yang dikemukakan oleh Spearman’s Rho (Arikunto, 2005) :

)N(N

D=rhoXY

1

61

2

2

−−

Keterangan :

rhoxy : Koefisien korelasi tata jenjang.

D : Difference atau beda (B)

N : Banyaknya subyek.

1 : Bilangan konstanta.

Untuk indeks korelasi dapat diketahui 4 hal, yaitu :

a. Arah korelasi

Dinyatakan dalam tanda + (plus) dan – (minus), tanda + menunjukkan

adanya korelasi sejajar searah, dan tanda – (minus) menunjukkan

korelasi sejajar berlawanan arah.

b. Ada tidaknya korelasi

Dinyatakan dalam angka pada indeks. Betapapun kecilnya indeks

korelasi jika bukan 0,000 dapat diartikan bahwa kedua variabel yang

dikorelasikan terdapat adanya korelasi.

Page 37: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

37

37

c. Signifikan tidaknya harga r

Signifikan tidaknya korelasi.

d. Interpretasi mengenai tinggi rendahnya korelasi

TABEL 6

INTERPRESTASI NILAI R

Besarnya nilai r Interprestasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,00

Antara 0,600 sampai dengan 0,800

Antara 0,400 sampai dengan 0,600

Antara 0,200 sampai dengan 0,400

Antara 0,000 sampai dengan 0,200

Tinggi

Cukup

Agak rendah

Rendah

Sangat rendah (tidak berkorelasi)

Sumber : Arikunto (2006).

J. Etika Penelitian

Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat

dibedakan menjadi 3 bagian (Nursalam, 2003) yaitu :

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada subyek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

b. Bebas dari eksploitasi

Partispasi subyek dalam penelitian, harus dihindarkan dari

keadaan yang tidak menguntungkan. Subyek harus diyakinkan, bahwa

partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,

Page 38: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

38

38

tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan subyek

dalam bentuk apapun.

c. Resiko (Benefits Ratio)

Peneliti harus secara hati-hati mempertimbangkan resiko dan

keuntungan yang akan berakibat kepada subyek pada setiap tindakan.

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (Right to self determination)

Subyek harus diperlukan secara manusiawi. Subyek mempunyai hak

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subyek ataupun tidak,

tanpa adanya sanksi apapun atau akan berakibat terhadap

kesembuhannya, jika mereka seorang pasien.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right

to full disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta

bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada subyek.

c. Informed consent

Subyek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang

tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent

juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

Page 39: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

39

39

3. Prinsip Keadilan (Right to Justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right infairtreament)

Subyek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dropped out sebagai

responden.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Subyek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan harus dirahasiakan, untuk perlu adanya annnymity (tanpa

nama) dan confidentially (rahasia).

K. Jadwal Kegitan Penelitian

TABEL 7

GANT’S CHART

Mei Juni Juli AgustusNo. Jenis Kegiatan

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1 Pengajuan judul

2 Penyusunan proposal

3 Ujian Proposal

4 Pengambilan Data / Penyusunan KTI

5 Penyusunan KTI

6 Ujian Sidang

Page 40: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

40

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian

beserta pembahasannya mengenai Hubungan Pola Asuh Orang Tua dalam

Pemberian Makanan Balita dengan Status Gizi Balita di Desa Papringan

Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro. Hasil penelitian ini berisi data

khusus yang meliputi identifikasi pola asuh orang tua dalam pemberian makanan

balita dan identifikasi status gizi balita. Sedangkan hasil analisis data diperoleh

dari perhitungan uji statistik dengan menggunakan uji Spearman’s Rho untuk

membuktikan ada tidaknya hubungan.

A. Hasil Penelitian

1. Data Geografi

Gambaran umum desa :

a. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Desa Papringan Kecamatan Temayang

Kabupaten Bojonegoro dengan batas wilayah :

1) Sebelah utara : Desa Pandantoyo

2) Sebelah selatan : Desa Soko

3) Sebelah barat : Desa Temayang, Desa Kedungsari dan Desa

Kedungsumber

4) Sebelah timur : Desa Pandantoyo dan Desa Soko

Page 41: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

41

41

b. Fasilitas pelayanan kesehatan

1) Polindes : 1 unit (rusak)

2) Posyandu : 5 unit

3) BPS : 1 unit

c. Tenaga kesehatan

1) Bidan : 1 orang

2) Kader kesehatan : 25 orang

3) Dukun bayi : 3 orang

2. Data Umum

a. Umur balita

Distribusi responden berdasarkan umur balita 0-60 bulan

disajikan dalam tabel berikut :

TABEL 8

DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN UMUR BALITA 0-

60 BULAN DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN TEMAYANG

KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2009

No Umur Balita (bulan) F %

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

5 – 11

12 – 18

19 – 25

26 – 32

33 – 39

40 – 45

47 – 53

54 – 60

7

10

11

16

10

3

12

16

8,23

11,76

12,94

18,82

11,76

3,52

14,11

18,82

Jumlah 85 100

Sumber : Data primer bulan Juli 2009

Tabel 8 menjelaskan bahwa paling banyak responden balita

berusia 26-32 bulan dan 54-60 bulan yaitu sebanyak 16 balita

Page 42: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

42

42

(18,82%) dan paling sedikit responden balita berusia 40-45 bulan yaitu

sebanyak 3 balita (3,2%).

b. Jenis kelamin balita

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin balita disajikan

dalam tabel berikut :

TABEL 9

DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

BALITA DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN TEMAYANG

KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2009

No Jenis kelamin balita F %

1

2

Laki-laki

Perempuan

38

47

44,70

55,29

Jumlah 85 100

Sumber : Data primer bulan Juli 2009

Tabel 9 menjelaskan bahwa sebagian besar balita berjenis

kelamin perempuan yaitu 47 balita (55,29%) dan sebagian kecil

responden balita berjenis kelamin laki-laki yaitu 38 balita (44,71%)

c. Pengasuh balita

Distribusi responden berdasarkan pengasuh balita disajikan

dalam tabel berikut :

TABEL 10

DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN PENGASUH

BALITA DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN TEMAYANG

KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2009

No Pengasuh balita F %

1 Ibu kandung 85 100

Jumlah 85 100

Sumber : Data primer bulan Juli 2009

Page 43: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

43

43

Tabel 10 menjelaskan bahwa seluruh balita diasuh oleh ibu

kandungnya sendiri yaitu 85 balita (100%)

d. Pendidikan pengasuh balita (ibu)

Distribusi responden berdasarkan pendidikan pengasuh balita

(ibu) disajikan dalam tabel berikut :

TABEL 11

DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN PENDIDIKANPENGASUH BALITA DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN

TEMAYANG KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2009

No Pendidikan ibu F %

1

2

3

SD/sederajat

SMP/sederajat

SMA/sederajat

42

29

14

49,41

34,11

16,47

Jumlah 85 100

Sumber : Data primer bulan Juli 2009

Tabel 11 menjelaskan bahwa sebagian besar pengasuh balita

(ibu) tamat SD yaitu 42 orang (49,41%) dan sebagian kecil pengasuh

balita (ibu) tamat SMA yaitu 14 orang (16,47%).

Page 44: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

44

44

3. Data Khusus

Data khusus dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua dalam

pemberian makanan balita dan status gizi balita

a. Pola asuh orang tua dalam pemberian makanan balita

Distribusi responden berdasarkan pola asuh orang tua dalam

pemberian makanan balita disajikan dalam tabel berikut :

TABEL 12

DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN POLA ASUH

ORANG TUA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BALITA

DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN TEMAYANG

KABUPATENBOJONEGORO TAHUN 2009

NoPola asuh orang tua dalam pemberian

makanan balitaf %

1

2

3

Baik

Cukup

Kurang

48

24

13

56,47

28,23

15,29

Jumlah 85 100

Sumber : Data primer bulan Juli 2009

Tabel 12 menjelaskan bahwa pola asuh orang tua dalam

pemberian makanan balita di Desa Papringan Kecamatan Temayang

Kabupaten Bojonegoro baik yaitu 48 (56,47%) dan sebagian kecil asuh

orang tua dalam pemberian makanan balita kurang yaitu sebanyak 13

(15,39%)

Page 45: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

45

45

b. Status gizi balita

Distribusi responden berdasarkan status gizi balita disajikan

dalam tabel berikut :

TABEL 13

DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN STATUS GIZI

BALITA DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN TEMAYANG

KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2009

No Status gizi balita F %

1

2

3

Gizi baik

Gizi kurang

Gizi buruk

58

26

1

68,23

30,58

1,17

Jumlah 85 100

Sumber : Data primer bulan Juli 2009

Tabel 13 menjelaskan bahwa sebagian besar balita berstatus gizi

baik yaitu 58 balita (68,23%) dan sebagian kecil balita bersetatus gizi

buruk sebanyak 1 balita (1.17%)

c. Tabulasi silang hubungan pola asuh orang tua dalam pemberian

makanan balita dengan status gizi balita di Desa Papringan Kecamatan

Temayang Kabupaten Bojonegoro. Disajikan dalam tabel berikut :

TABEL 14

TABULASI SILANG HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DALAM

PEMBERIAN MAKANAN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA

DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN TEMAYANG

KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2009

Status gizi balita

Baik Kurang BurukJumlah

No.

Pola asuh orang tua

dalam pemberian

makanan balita n % n % n % n %

1. Baik 41 85,41 7 14,58 0 0 48 100

2. Cukup 13 54,16 11 45,83 0 0 24 100

3. Kurang 4 30,76 8 61,53 1 7,69 13 100

Jumlah 58 68,23 26 30,58 1 1,18 85 100

Sumber : Data primer bulan Juli 2009

Page 46: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

46

46

Tabel 14 menjelaskan bahwa balita yang pola asuh orang tua

dalam pemberian makanan balita baik memiliki status gizi baik

sebanyak 41 balita (85,41%), balita yang pola asuh orang tua dalam

pemberian makanan balita cukup memiliki status gizi baik sebanyak 13

balita (54,16%) balita pola asuh orang tua dalam pemberian makanan

balita kurang memiliki status gizi kurang sebanyak 8 balita (61,53%)

dan memiliki status gizi buruk sebanyak 1 balita (7,69%).

Berdasarkan hasil uji Spearman’s Rho dengan teknik

komputerisasi SPSS versi 14 (lampiran 15) ditemukan ρ : 0,000

(ρ < 0,05), jadi H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan

antara pola asuh orang tua dalam pemberian makanan balita dengan

status gizi balita di Desa Papringan Kecamatan Temayang Kabupaten

Bojonegoro tahun 2009. Sedangkan nilai koefisien korelasi (r)

adalah 0,443 yang menunjukkan adanya keeratan hubungan yang

sejajar searah dan kekuatan korelasi antara pola asuh orang tua dalam

pemberian makanan balita dengan status gizi balita di Desa Papringan

Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro tahun 2009 adalah agak

rendah.

Page 47: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

47

47

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini peneliti akan menjelaskan mengenai hubungan

pola asuh orang tua dalam pemberian makanan balita dengan status gizi balita.

1. Pola asuh orang tua dalam pemberian makanan balita

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa di Desa Papringan

Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro sebagian besar pola asuh

orang tua dalam pemberian makanan balita baik yaitu sebanyak 48 orang

(56,74%).

Pola asuh gizi atau makanan adalah kemampuan keluarga untuk

memberikan makanan kepada bayi dan anak, khususnya pemberian Air

Susu Ibu (ASI) eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI.

Pengasuhan anak dapat didefinisikan sebagai perilaku yang dipraktikkan

oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek, pengasuh) dalam memberikan makanan,

pemeliharaan kesehatan, memberikan stimulasi serta dukungan emosional

yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang juga termasuk di dalamnya

tentang kasih sayang dan tanggung jawab orang tua (Anwar HM, 2008).

(http://www.depkes.go.id/ diakses 8 Juni 2009).

Dari hasil penelitian di Desa Papringan Kecamatan Temayang

Kabupaten Bojonegoro sebagian besar pola asuh orang tua dalam

pemberian makanan balita baik karena seluruh balita diasuh oleh ibu

kandungnya sendiri karena pengasuhan anak terutama peran ibu di dalam

pemberian makanan sangat penting sekali. Interaksi yang baik dan penuh

kasih sayang antara ibu dan anak sangat penting dalam upaya pemberian

Page 48: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

48

48

makanan anak. Banyaknya porsi yang dapat dihabiskan anak tergantung

pada bagaimana ibu memberi makan pada anak seperti bagaimana

membujuk anak makan, menciptakan situasi yang nyaman saat makan,

berperilaku yang ramah terhadap anak saat makan, menghindari

pertengkaran sewaktu makan.

2. Status gizi

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Papringan Kecamatan Temayang

Kabupaten Bojonegoro menunjukan bahwa sebagian besar balita

bersetatus gizi baik yaitu sebanyak 58 balita. Tapi masih banyak balita

yang mempunyai status gizi kurang sebanyak 26 balita (30,58%) dan gizi

buruk sebanyak 1 balita (1,17%).

Status gizi adalah merupakan hasil akhir keseimbangan antara

makanan yang masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan

tubuh (nutrient out put) akan gizi tersebut (Supariasa IDN, 2001). Pada

usia sebelum 6 bulan sistem pencernaan belum siap untuk menerima

makanan selain ASI kebutuhan bayi akan makanan sudah cukup terpenuhi

dengan ASI namun pasca usia tersebut ia memerlukan makanan tambahan

yang dapat menunjang tumbuh kembangnya. Pada usia ini jika hanya

diberi ASI saja kebutuhan asuhan gizi bayi masih belum terpenuhi

sepenuhnya. Dan jika memberikan makanan pendamping terlalu awal

(sebelum 6 bulan) berdampak kurang baik terhadap kesehatannya

(Akhmad Saifudin A, 2008).

Page 49: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

49

49

Dari hasil penelitian di Desa Papringan Kecamatan Temayang

Kabupaten Bojonegoro masih banyak ditemukan balita dengan status gizi

kurang dan status gizi buruk karena masih ditemukan ibu yang kurang

memperhatikan frekuensi makan, jenis makanan, jumlah makanan yang

harus diberikan pada balita dan ibu yang kurang mengetahui usia berapa

balita mulai diberi makanan tambahan sehingga asupan gizi pada balita

kurang.

3. Analisa hubungan pola asuh orang tua dalam pemberian makanan

balita dengan status gizi balita

Berdasarkan hasil tabulasi silang pola asuh orang tua dalam

pemberian makanan balita dengan status gizi balita di Desa Papringan

Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro diketahui bahwa balita yang

pola asuh orang tua dalam pemberian makanan balita baik memiliki status

gizi baik sebanyak 41 balita (85,41 %) dan balita yang pola asuh orang tua

dalam pemberian makanan balita kurang memiliki status gizi kurang

sebanyak 8 (61,53%) dan status gizi buruk sebanyak 1 balita (7,69 %).

Hal ini sesuai dengan pernyataan Menkes yaitu salah satu faktor

yang mempengaruhi status gizi balita adalah pola asuh gizi/makanan yaitu

kemampuan keluarga untuk memberikan makanan kepada bayi dan anak,

khususnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dan pemberian

makanan pendamping ASI. (http://www.depkes.go.id/ diakses 8 Juni

2009). Pengasuhan anak dapat didefinisikan sebagai perilaku yang

dipraktekkan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek, pengasuh) dalam

Page 50: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

50

50

memberikan makanan pemeliharaan kesehatan, memberikan stimulasi

serta dukungan emosional yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang

juga termasuk di dalamnya tentang kasih sayang dan tanggung jawab

orang tua (Anwar HM, 2008).

Teori di atas sesuai dengan hasil penelitian di Desa Papringan

Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro bahwa pola asuh orang tua

dalam pemberian makanan balita baik memiliki status gizi balita dan pola

asuh orang tua dalam pemberian makanan balita kurang memiliki status

gizi balita kurang dan status gizi balita buruk. Interaksi yang baik dan

penuh kasih sayang antara ibu dan anak juga sangat penting dalam upaya

pemberian makanan anak karena banyaknya porsi yang dapat dihabiskan

anak tergantung pada bagaimana ibu memberi makan pada anak. Seorang

ibu yang mengerti tentang pentingnya makanan untuk anaknya akan

memberikan efek yang baik terhadap status gizi anak. Ibu yang kurang

memperhatikan frekuensi makan, jenis makanan, jumlah makanan yang

harus diberikan pada balita dan mulai usia berapa balita harus diberi

makanan tambahan akan mengakibatkan asupan gizi pada balita kurang.

Page 51: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

51

51

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini memuat kesimpulan hasil penelitian secara sistematis yang

berkaitan dengan upaya menjawab tujuan penelitian serta dikemukakan saran-

saran yang berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan serta tujuan penelitian maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola asuh orang tua dalam

pemberian makanan balita dengan status gizi balita, kesimpulan dapat

dijabarkan sebagai berikut :

1. Karakteristik dari 85 responden ibu yang mempunyai balita di Desa

Papringan Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro adalah sebagai

berikut:

a. Paling banyak responden balita berusia 26-32 bulan dan 54-60 bulan

yaitu sebanyak 16 balita (18,82%) dan paling sedikit responden balita

berusia 40-45 bulan yaitu sebanyak 3 balita (3,2%).

b. Seluruh balita diasuh oleh ibu kandungnya sendiri yaitu 85 balita

(100%).

c. Sebagian besar pengasuh balita (ibu) tamat SD yaitu 42 orang

(49,41%) dan sebagian kecil pengasuh balita (ibu) tamat SMA yaitu 14

orang (16,47%).

Page 52: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

52

52

2. Hasil penelitian di Desa Papringan Kecamatan Temayang Kabupaten

Bojonegoro adalah sebagai berikut:

a. Sebagian besar pola asuh orang tua dalam pemberian makanan balita

baik 48 (56,47%) dan sebagian kecil pola asuh orang tua dalam

pemberian makanan balita kurang yaitu sebanyak 13 (15,39%).

b. Sebagian besar balita berstatus gizi baik yaitu 58 balita (68,23%),

sebagian kecil balita berstatus gizi kurang sebanyak 26 balita (30,58%)

dan balita berstatus gizi buruk sebanyak 1 balita (1.17%).

c. Berdasarkan uji statistik Spearman’s Rho dengan teknik komputerisasi

SPSS versi 14 menyatakan ada hubungan antara pola asuh orang tua

dalam pemberian makanan balita dengan status gizi balita.

B. Saran

1. Bagi Petugas Kesehatan

Khususnya bidan desa setempat bersama tenaga kesehatan yang lain

diharapkan lebih meningkatkan pemberian motivasi dengan meningkatkan

pola Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) terutama dalam bidang pangan

dan gizi masyarakat khususnya balita dan lebih meningkatkan intervensi

langsung kepada sasaran melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirup besi serta minyak

beryodium.

Page 53: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

53

53

2. Bagi Responden

Saran untuk responden (masyarakat) agar memanfaatkan sarana

kesehatan yang tersedia dengan sebaik-baiknya karena disarana kesehatan

yang tersedia tidak hanya tempat untuk mendapatkan pengobatan yang

bersifat fisik saja namun di situ juga merupakan saran untuk mendapatkan

pendidikan non formal untuk menambah pengetahuan responden di bidang

kesehatan khsusunya mengenai masalah gizi pada balita serta

penanganannya.

Page 54: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

54

54

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, Syaifudin Ali. 2008. Buku Pintar Ibu Kreatif ASI, Susu Formula dan

Makanan Bayi. Jogjakarta : Khazanah Ilmu-Ilmu Terapan

Almatsier. 2005. Pinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anwar HM. 2008. Peranan Gizi dan Pola Asuh Dalam Meningkatkan Kualitas

Tumbuh Kembang Anak. http://www.whandi.net diakses 8 juni 2009

Budiarto. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta : Widya Medika

Deddy Muchtadi. 1994. Gizi Untuk Bayi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).

Jakarta : Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Program Gizi Makro. Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Panduan Makan Untuk Hidup Sehat. Jakarta :

Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pola Pemberian ASI Dan Makanan. Depkes RI.

http://www.idrea.net. Diakses 8 juni 2009.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Masalah Gizi Masyarakat.

http://www.depkes.go.id. Diakses 8 juni 2009

FKM UI. 2007. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknis Analitik

Data. Jakarta : Salemba Medika

http://www.nafishaaurelliamultiply.com diakses 5 juni 2009

http://www.pena-deni.blogspot.com diakses 5 juni 2009

Juwono, Lilian. 2003. Pemberian Makanan Tambahan, Jakarta : EGC.

Moehji, Sjahmien. 2003. Ilmu Gizi 2 Penaganan Gizi Buruk. PT. Bhratara Niaga

Media. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Page 55: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

55

55

Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Dan Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba

Ngastiyah. 2005. Keperawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Paath, Erna Franan. 2004.. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC.

Pudjiadi, Sholikin. 2001. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta : FKUI.

Sediaoetama, Ahmad Djaeni. 2008. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan profesi.

Jakarta : Dian Rakyat..

Suetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta.: EGC.

Supartini, Yupi (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :

EGC.

Wijono, Djoko (2006) Indikator, Statistik Vital Kependudukan dan Kesehatan.

Surabaya : CV Duta Prima Airlangga.

Page 56: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

56

56

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DALAM PEMBERIAN MAKANAN

TAMBAHAN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA

Tanggal diisi : …………………….

No. Responden : …………………….

A. DATA UMUM

Petunjuk pengisian :

- Isilah biodata dibawah ini dengan jujur sesuai dengan keadaan

sebenarnya !

- Apabila kurang jelas tanyakan pada peneliti.

Biodata Responden :

1. Nama orang tua/pengasuh (inisial) : ……………………………

2. Hubungan dengan balita : ……………………………

3. Pendidikan terakhir : ……………………………

4. Jenis kelamin (L/P) : ……………………………

5. Nama balita (inisial) : ……………………………

6. Tanggal lahir balita : ……………………………

7. Jenis kelamin balita (L/P) : ……………………………

Page 57: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

57

57

B. DATA KHUSUS

Petunjuk pengisian :

- Jawablah pertanyaan dengan jujur sesuai dengan keadaan sebenarnya !

- Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap paling benar !

- Baca kembali setelah anda menjawab semua pertanyaan agar tidak ada

pertanyaan yang terlewatkan !

1. Makanan apa yang harus diberikan pada bayi berusia 0-6 bulan ?

a. ASI

b. ASI dan bubur halus

c. ASI dan bubur kasar

2. Makanan apa yang harus diberikan pada bayi berusia 6-9 bulan ?

a. ASI

b. ASI dan bubur halus

c. ASI dan bubur kasar

3. Makanan apa yang harus diberikan pada bayi berusia 6-12 bulan ?

a. ASI

b. ASI dan bubur halus

c. ASI dan bubur kasar

4. Makanan apa yang harus diberikan pada bayi berusia 12-24 bulan ?

a. ASI dan bubur halus

b. ASI dan bubur kasar

c. ASI dan nasi lembik

5. Usia berapa anak mulai diberi makanan tambahan (makanan selain ASI ) ?

a. < 6 bulan

b. 6 bulan

c. > 6 bulan

Skore

Page 58: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

58

58

6. Berapa kali anda memberikan makanan tambahan pada anak anda dalam

sehari ?

a. < 3 kali / hari

b. 3 kali / hari

c. > 3 kali / hari

7. Apa yang anda lakukan jika anak anda merasa bosan dengan menu yang anda

beikan ?

a. Memaksa anak untuk tetap memakannya.

b. Membiarkan anak untuk tidak memakannya.

c. Memberikan variasi pada makanan

8. Bila anak sedang makan apa yang biasa lakukan ?

a. Menyuruh anak untuk cepat menghabiskan makanannya

b. Mengajak bicara saat makan

c. Tidak membuat anak terburu-buru

9. Biasanya apa tindakan anda bila anak berhenti makan ?

a. Tunggu sebentar dan tawarkan lagi

b. Membiarkan dan meninggalkannya agar anak mandiri

c. Memarahi anak

10. Apabila anak tidak mau makan biasanya apa yang anda lakukan ?

a. Memaksa dan memarahinya agar cepat makan

b. Membolehkan anak memilih menu makanan yang diinginkannya

c. Membiarkan saja

11. Apa yang anda lakukan jika anda biasa sedang sibuk dan anak anda minta

makan atau menangis karena lapar ?

a. Menyelesaikan pekerjaan kemudian baru memberikan makan

b. Membiarkan dan tidak menghiraukan

c. Memberikan makan dengan segera

Skor

Page 59: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

59

59

12. Apakah anda memberi makan pada anak anda pada saat anak anda

mengantuk ?

a. Tidak pernah

b. Kadang-kadang

c. Sering

13. Apakah anda marah jika anak anda masih belum mau makan ?

a. Tidak pernah

b. Kadang-kadang

c. Sering

14. Apakah anda memuji jika anak anda mau makan dengan lahap ?

a. Tidak pernah memuji

b. Selalu memuji

c. Kadang-kadang

15. Apakah anda selalu memantau banyaknya makanan yang dihabiskan oleh anak

anda ?

a. Tidak pernah memantau

b. Kadang-kadang

c. Selalu memantau

16. Apakah anda membiasakan waktu makan yang teratur pada anak anda ?

a. Tidak pernah

b. Kadang-kadang

c. Selalu

17. Apakah anda membujuk anak anda jika anak anda tidak mau makan ?

a. Tidak pernah

b. Kadang-kadang

c. Selalu

Page 60: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

60

60

18. Berapa kali anda memberi ASI pada anak anda dalam sehari ?

a. 3 kali sehari

b. 2 kali sehari

c. Sewaktu-waktu jika anak menginginkannya

19. Biasanya apakah anda memperhatikan cara makan anak ?

a. Selalu memperhatikan dan menemaninya

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah atau acuh tak acuh

20. Kapan saja anda memberikan makanan pada anak anda ?

a. Pagi dan malam

b. Pagi, siang dan malam

c. Sewaktu-waktu jika anak anda menginginkan

Page 61: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

61

61

Kategori status Gizi

Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Anak Laki-laki Umur 0-60 Bulan

Status GiziUmur

(Bulan) Buruk Kurang Baik Lebih

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

≤1,9

≤2,5

≤3,0

≤3,5

≤3,9

≤4,3

≤4,6

≤4,9

≤5,2

≤5,4

≤5,6

≤5,8

≤6,0

≤6,1

≤6,3

≤6,4

≤6,6

≤6,7

≤6,8

≤6,9

≤7,0

≤7,1

≤7,2

≤7,3

≤7,5

≤7,6

≤7,7

≤7,8

≤7,9

≤8,0

≤8,1

2,0-2,5

2,6-3,3

3,1-4,1

3,6-4,7

4,0-5,3

4,4-5,7

4,7-6,1

5,0-6,5

5,3-6,9

5,5-7,3

5,7-7,5

5,9-7,8

6,1-8,1

6,2-8,2

6,4-8,5

6,5-8,5

6,7-8,8

6,8-8,9

6,9-91

7,0-9,3

7,1-9,3

7,2-9,5

7,3-9,7

7,4-9,8

7,6-10,0

7,7-10,1

7,8-10,3

7,9-10,4

8,0-10,5

8,1-10,7

8,2-10,9

2,6-4,0

3,4-5,2

4,2-6,2

4,8-7,2

5,4-8,0

5,8-8,8

6,2-9,4

6,6-10,0

7,0-10,6

7,4-11,0

7,6-11,4

7,9-11,9

8,2-12,2

8,3-12,5

8,6-13,8

8,7-13,1

8,9-13,3

9,0-13,6

9,2-13,8

9,4-14,0

9,4-14,2

9,6-14,4

9,8-14,5

9,9-14,9

10,1-15,1

10,2-15,4

10,4-15,6

10,5-15,7

10,6-16,0

10,8-16,2

11,0-16,4

≥4,1

≥5,3

≥6,3

≥7,3

≥8,1

≥8,9

≥9,5

≥10,1

≥10,7

≥11,1

≥11,5

≥12,0

≥12,3

≥12,6

≥12,9

≥13,2

≥13,4

≥13,7

≥13,7

≥13,9

≥14,1

≥14,2

≥14,5

≥14,7

≥15,0

≥15,2

≥15,5

≥15,8

≥16,1

≥16,3

≥16,5

Keterangan :

Gizi Buruk <60% Median BB/U Baku WHO-NCHS, 1983

Gizi Kurang 60-79,9% Median BB/U Baku WHO-NCHS, 1983

Gizi Baik 80-120% Median BB/U Baku WHO-NCHS, 1983

Gizi lebih >120% Median BB/U Baku WHO/U Baku WHO-NCHS, 1983

Page 62: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

62

62

Kategori status Gizi

Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Anak Perempuan Umur 0-60 Bulan

Status GiziUmur

(Bulan) Buruk Kurang Baik Lebih

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

≤1,8

≤2,3

≤2,7

≤3,1

≤3,5

≤3,9

≤4,2

≤4,5

≤4,8

≤5,1

≤5,2

≤5,4

≤5,8

≤5,9

≤6,0

≤6,1

≤6,3

≤6,4

≤6,5

≤6,6

≤6,7

≤6,8

≤6,9

≤7,0

≤7,2

≤7,3

≤7,3

≤7,3

≤7,5

≤7,6

≤7,6

1,9-2,5

2,4-3,1

2,8-3,7

3,2-4,2

3,6-4,7

4,0-5,3

4,3-5,7

4,6-6,1

4,9-6,5

5,2-6,8

5,3-7,0

5,5-7,3

5,7-7,5

5,9-7,7

6,0-7,9

6,1-8,1

6,2-8,2

6,4-8,4

6,5-8,5

6,6-8,7

6,7-8,9

6,8-9,0

6,9-9,1

7,0-9,3

7,1-9,4

7,3-9,6

7,4-9,7

7,4-9,8

7,6-10,0

7,7-10,1

7,7-10,2

2,6-3,8

3,2-4,8

3,8-5,6

4,3-6,5

4,8-7,2

5,4-8,0

5,8-8,6

6,2-9,2

6,6-9,8

6,9-10,3

7,1-10,7

7,4-11,0

7,6-11,4

7,8-11,8

8,0-12,0

8,2-12,2

8,3-12,5

8,5-12,7

8,6-13,0

8,8-13,2

9,0-13,4

9,1-13,7

9,2-13,8

9,4-14,0

9,5-14,3

9,7-14,5

9,8-14,8

9,9-14,9

10,1-15,1

10,2-15,4

10,3-15,5

≥3,9

≥4,9

≥5,7

≥6,6

≥7,3

≥8,1

≥8,7

≥9,3

≥9,9

≥10,4

≥10,8

≥11,1

≥11,5

≥11,9

≥12,1

≥12,3

≥12,6

≥12,8

≥13,1

≥13,2

≥13,5

≥13,8

≥13,9

≥14,1

≥14,4

≥14,5

≥14,9

≥15,0

≥15,1

≥15,4

≥15,5

Keterangan :

Gizi Buruk <60% Median BB/U Baku WHO-NCHS, 1983

Gizi Kurang 60-79,9% Median BB/U Baku WHO-NCHS, 1983

Gizi Baik 80-120% Median BB/U Baku WHO-NCHS, 1983

Gizi lebih >120% Median BB/U Baku WHO/U Baku WHO-NCHS, 1983

Page 63: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

63

63

LEMBAR OBSERVASI

No NamaJenis

KelaminBB Umur

Kategori

Status Gizi

Page 64: KTI Nurul Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita

64

64

KUNCI JAWABAN KUESIONER

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DALAM PEMBERIAN MAKANAN

TAMBAHAN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA

1. A

2. C

3. C

4. B

5. B

6. B

7. C

8. C

9. A

10. B

11. C

12. A

13. A

14. B

15. C

16. C

17. C

18. C

19. A

20. B