KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

120
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI POST OPERASI RELEASE KNEE BILATERAL A/C POLIOMIELITIS DENGAN PEMASANGAN WIRE PADA 1/3 DISTAL FEMUR BILATERAL DI BBRSBD DR. SOEHARSO SURAKARTA Oleh : RIGI RAMDANI J 100 070 021 Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III jurusan Fisioterapi PROGRAM STUDI FISIOTERAPI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN 2010

Transcript of KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

Page 1: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

iii

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI POST OPERASI

RELEASE KNEE BILATERAL A/C POLIOMIELITIS

DENGAN PEMASANGAN WIRE PADA 1/3 DISTAL FEMUR

BILATERAL DI BBRSBD DR. SOEHARSO SURAKARTA

Oleh :

RIGI RAMDANI

J 100 070 021

Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III jurusan Fisioterapi

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

2010

Page 2: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

iv

HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui pembimbing untuk dipertahankan di depan Tim Penguji

Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pembimbing

Wahyuni, SST.FT.

Page 3: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

v

Page 4: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

vi

MOTTO

“ Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satu pun yang tersembunyi di bumi

dan tidak (pula) di langit.” ( Al- Quran Ali Imran : 5)

Rasulullah bersabda : “ berdoalah kamu kepada Allah swt dalam keadaan

kamu yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah sesunggunya Allah swt tidak akan

menerima do’a dari hati yang lalai lagi tidak khusuk’.” (HR. At-Tirmidzy dan

dihasankan oleh Sayikh Al-Albani dalam Shahih Jami’ no. 245)

“ hidup ini hanya ada dua pilihan yaitu menjalankan perintah Allah swt

dan menjauhi segala larangan-Nya. Segala proses kehidupan serahkan saja

kepada- Nya, befikirlah positif kepada- Nya maka yakinlah akan di berikan hal

yang terbaik kepadamu.” ( Maman Sacha, bapak tercinta sekaligus motivator

dalam menjalani kehidupan)

“ Seseorang akan matang jika fikirannya telah diasah dan terus diasah,

entah bagaimana caranya, biasanya dikembalikan kepada apa kelebihan dan

kekurangan yang ada pada seseorang itu sendiri, karena dengan mengetahui

kelebihan yang ada pada dirinya sendirilah, akhirnya mengetahui apa yang perlu

dipersiapkan untuk menghadapi atau menyiapkan diri menjadi seorang yang

lebih baik.” ( Bibit Kurnia, kakak tercinta dan teman diskusi untuk segala hal)

“Jangan hanya menghindari yang tidak mungkin. Dengan mencoba

sesuatu yang tidak mungkin, seseorang akan bisa mencapai yang terbaik dari

yang mungkin ia capai, tetapi saat semua hal yang manusia rencanakan tidak

sesuai dengan apa yang terjadi maka ambilah sikap sabar dan syukur.”

Page 5: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena atas kesehatan,

kekuatan dan segala hal terbaik untuk bisa saya jalankan di dunia adalah

anugerah terindah- Nya kepadaku sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini. Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini

kepada :

ALLAH SWT yang telah memberikan segala nikmat- Nya

kepadaku, sehingga aku dapat menyelesaikan tugas ini dengan

baik.

Nabi Muhammad SAW, yang selalu menjadi suri tauladan.

Abah dan mama tercinta. yang dengan penuh kasih sayang

membesarkan, membimbing dan menjadi guru dari semua bidang

ilmu. “ thank you very much for all, I love you”.

Aa ku tercinta. Yang selalu menjadi kebanggaanku dan

motivatorku yang selalu siap membantuku setiap saat. “Thank’s Aa

atas rahasia eleven questionnya” dan berbagai kata motivasinya.

Untuk diriku sendiri. Yang telah berjuang dengan sepenuh jiwa

dan raga tetep semangat ya. Allah swt selalu bersama dengan

umatnya.

Page 6: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

viii

Seluruh keluarga besarku yang ada di Balikpapan, Bandung,

Sumedang, Subang, Bekasi, Kuningan, Bogor, Surabaya,

Semarang, Solo. Terima kasih atas supportnya.

Teman-teman AKFIS UMS 2007 seperjuangan.

Teman-teman K3 (Komunitas Kepedulian Kesehatan) maju terus.

Teman-teman MITRA ALAM dan ODHA Solo

Teman-teman REGIO-V Managament, semangat semuanya bro.

Rekan kerja di BJ (Beruwwet Juice) mas gani dan mas wahyu

Teman-teman Praktek Klinik (Mas Bam’s, Ajenk, Dwek)

Rekan kerjaku yang sangat profesional Nugroho Budi Apriliono

dan Ika Yuliana. Terima kasih atas ide pembuatan Fisioterapi and

Spa Center.

Segenap dosen Progdi Fisioterapi UMS

Page 7: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

segala limpahan nikmat rahmat dan hidayah – Nya , serta kedua orang tua yang

senantiasa melimpahkan segala curahan kasih sayang dan segenap dorongan

sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah tentang

“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI POST OPERASI RELEASE

KNEE BILATERAL A/C POLIOMEILITIS DENGAN PEMASANGAN

WIRE PADA 1/3 DISTAL FEMUR BILATERAL DI BBRSBD PROF DR.

SOEHARSO SURAKARTA.”

Banyak pengalaman dan pengetahuan yang saya dapatkan selama

menyelesaikan laporan tugas akhir ini dalam kurun waktu tertentu dan

penyusunan ini di ambil sebagai salah satu syarat pelengkap dalam mengambil

Tugas Akhir. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya juga ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Setiadji, MM selaku rektor Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

2. Bapak Arif Widodo, S.Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Ibu Umi Budi Rahayu, SST.FT, S.Pd selaku Ketua Program Studi

Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Page 8: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

x

4. Ibu Sri Wahyuni, SST.FT. selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah.

5. Segenap dosen Prodi Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta

yang telah memberikan masukan, bimbingan dan nasehat.

6. Mama dan abah tercinta, yang senantiasa memberikan dukungan, kasih

sayang serta perhatian yang tak terhingga.

7. My brother Bibit Kurnia Wibowo yang selalu aku banggakan dan selalu

menjadi favoriteku.

8. Seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan nasehat dan

dukungan.

9. Seluruh kawan seperjuangan mahasiswa DIII fisioterapi terima kasih

banyak atas semua dukungan dan kehadiran kalian yang menghadirkan

keceriaan.

10. Seluruh pembimbing lahan selama 6 bulan ini yang memberikan banyak

ilmu yang sangat bermanfaat dan dengan sabar memberikan masukan,

bimbingan dan nasehat.

11. Teman- teman di REGIO-V Managament yang selalu mantap.

12. Bapak dan ibu kostku (pakde & bukde) yang memberikan tempat aku

untuk bernaung, dan memberikan makanan yang enak-enak.

13. Mas Gani selama satu bulan bareng kemana-kemana pokoknya touring

terus.

14. Laptop yang selalu memberikan kemudahan walaupun virusnya banyak,

tapi itu ciri khasmu, tanpamu “apa kata dunia”.

15. Printku yang selalu kerja keras memberikan hasil yang terbaik.

Page 9: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

xi

16. Rekan-rekan K3 ( ulie, nugroho, wahyu tjs, erna, ratna, rahma,

rustria,dkk), Mitra Alam, ODHA, PMI, Forum Mahasiswa Lombok,

Asrama Kal-Tim, FIS-DES terima kasih untuk semua bantuannya yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Saya meyakini sepenuhnya bahwa dalam laporan ini masih terdapat

banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dan demi kemajuan

teknologi akan sangat berarti bagi saya. Atas perhatiannya, saya mengucapkan

terima kasih dan semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua, Amin.

Page 10: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN DEPAN ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

MOTTO ........................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ........................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

RINGKASAN ................................................................................................. xvi

ABSTRAK ....................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. . Latar Belakang .................................................................................... 3

B. Perumusan Masalah ............................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi, Fisiologi, histologi dan Biomekanik 11

a.Sitem tulang ...................................................................................... 11

Page 11: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

xiii

b.Sistem sendi........................................................................................ 17

c.Sistem otot .......................................................................................... 23

d.Sistem syaraf ...................................................................................... 29

e.Sistem peredaran darah ...................................................................... 31

f.Biomekanik ........................................................................................ 36

B. Patologi dan problematika fisioterapi ................................................. 39

A. Definisi .......................................................................................... 39

B. Etiologi .......................................................................................... 40

C. Patologi ......................................................................................... 40

D. Tanda dan Gejala ........................................................................... 43

E. Komplikasi .................................................................................... 44

F. Prognosis ....................................................................................... 44

C. Obyek yang di bahas ........................................................................... 45

a.Nyeri .............................................................................................. 45

b.Bengkak ........................................................................................ 46

c.Spasme .......................................................................................... 47

d.LGS ............................................................................................... 47

e.Kekuatan otot ................................................................................ 48

f.Aktivitas fungsional ....................................................................... 49

D. Modalitas terapi ................................................................................... 51

a. infra merah…………………………………………………………. 51

b. terapi latihan……………………………………………………… . 54

a) Static contraktion ....................................................................... 54

Page 12: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

xiv

b) Relaxed pasive movement ......................................................... 54

c) Aktif movement ......................................................................... 55

d) Hold relaxed .............................................................................. 56

e) Posisioning ................................................................................ 56

f) Transver dan ambulasi ............................................................... 56

E. Kerangka berfikir................................................................................... 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian .......................................................................... 58

B. Kasus Terpilih ..................................................................................... 59

C. Variable Penelitian ............................................................................. 59

D. Definisi Konseptual ............................................................................. 59

E. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 62

F. Prosedur Pengambilan Data ................................................................ 62

G. Tehnik Analisis Data ........................................................................... 63

BAB IV PELAKSANAAN STUDI KASUS

A. Pengkajian fisioterapi .......................................................................... 64

B. Tujuan fisioterapi ................................................................................ 76

C. Penatalaksanaan fisioterapi…………………………………………… 76

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 90

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 97

B. Saran .................................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

Page 13: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Otot tungkai atas bagian anterior ....................................................... 25

Tabel 2 Otot tungkai atas bagian posterior ..................................................... 26

Tabel 3 Otot tungkai atas regio glutealis......................................................... 27

Tabel 4 Otot tulang medial paha ..................................................................... 28

Tabel 5 Kriteria nilai otot ................................................................................. 48

Tabel 6 Kriteria aktivitas fungsional ................................................................ 48

Page 14: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Tulang femur tampak dari depan dan belakang ............................. 12

Gambar 2 tulang tibia tampak medial, lateral, dan depan ............................... 15

Gambar 3 tulang fibula tampak medial, lateral, dan depan ........................... 16

Gambar 4 sendi panggul tampak depan dan tampak belakang ........................ 19

Gambar 5 ligamentum pembentuk sendi lutut tampak depan ........................ 22

Gambar 6 otot-otot paha dan panggul ............................................................. 24

Gambar 7 N. Femoralis dan N. obturatorius ................................................... 30

Gambar 8 pembuluh darah arteri pada sendi lutut ........................................... 34

Gambar 9 pembuluh darah vena pada sendi lutut ........................................... 35

Gambar 2.1 skema kerangka berfikir ............................................................. 57

Gambar 2.2 gerakan relaxed pasive movement ke arah

fleksi –ekstensi knee...................................................................... 79

Gambar 2.3 gerakan relaxed pasive movement ke arah

fleksi –ekstensi hip dan knee ......................................................... 79

Gambar 2.4 gerakan relaxed pasive movement ke arah

abduksi-adduksi hip....................................................................... 80

Gambar 2.5 gerakan aktive pelantar-dorsal sendi pergelangan kaki................ 81

Gambar 2.6 gerakan aktive fleksi-ekstensi sendi lutut ................................... 83

Page 15: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

xvii

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Diagram 1 Hasil evaluasi nyeri dengan VAS ................................................. 91

Diagram 2 Hasil evaluasi penurunan bengkak ................................................ 92

Diagram 3 Hasil evaluasi peningkatan LGS dengan goniometer ................... 94

Diagram 4 Hasil evaluasi peningkatan kekuatan otot dengan MMT .............. 95

Diagram 5 Hasil evaluasi peningkatan kemampuan fungsional dengan

Indeks self kenny care ................................................................... 96

Page 16: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Blangko konsultasi KTI

Lampiran 2 Daftar riwayat hidup

Page 17: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

xix

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI POST OPERASI RELEASE KNEE

BILATERAL A/C POLIOMIELITIS DENGAN PEMASANGAN WIRE

PADA 1/3 DISTAL FEMUR BILATERAL

DI BBRSBD DR. SOEHARSO SURAKARTA

( RIGI RAMDANI, J100 700 021)

Poliomyelitis atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang

disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan

poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini

dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan

melemahnya otot dan kadang kelumpuhan, Komplikasi ortopedik sering

ditemukan dan merefleksikan stress abnormal yang berkepanjangan karena

deformasi skeletal dan kelemahan otot. Osteotomi merupakan salah satu teknik

bedah untuk penyakit ini. Perbaikan dengan metode osteotomi umum dilakukan

dan melibatkan pemotongan bagian tulang yang tidak proporsional, menambahkan

atau mengurangi potongan tulang tertentu (tergantung pada jenis kelainannya) dan

menyesuaikan tulang kembali ke posisi semestinya.

Penanganan guna memperoleh hasil yang efektif dan efisien maka penulis

melakukan suatu metode pemeriksaan derajat nyeri dengan VAS, keterbatsan

gerak dengan goneometri, kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT),

oedema dengan antrophometri, dan keterbatsan aktifitas fungsional dengan indeks

self Kenny care. Dalam kasus ini untuk membantu mengatasi permasalahn yang

ada maka penulis menggunakan modalitas terapi latihan yang berupa relax passive

movement, relax active movement, free active movement, hold relaxed,yang

dilaksankan enam kali terapi dan mendapat hasil yang baik dengan bantuan tim

medis dan keluarga.

Page 18: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

xx

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI POST OPERASI RELEASE KNEE

BILATERAL A/C POLIOMIELITIS DENGAN PEMASANGAN WIRE PADA 1/3

DISTAL FEMUR BILATERAL

DI BBRSBD DR. SOEHARSO SURAKARTA

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di BBRSBD DR Soeharso Surakarta dengan

menggunakan infra merah dan terapi latihan pada penderita post operasi release

knee bilateral a/c poliomielitis dengan pemasangan wire pada 1/3 distal femur

bilateral selama enam kali terapi,penulis ingin mengetahui permasalahan yang

muncul pada kondisi tersebut.

Permasalahan yang ada adalah meliputi kapasitas fisik: Adanya nyeri pada

kedua tungkai, adanya oedema pada ankle, keterbatsan lingkup gerak sendi,

keterbatasan aktivitas fungsional sehari-hari (tranver dan ambulasi).

Metode penelitian dalam karya tulis ini adalah studi kasus dengan analisa

diskriptif .

Pembahasan ini bertujuan untuk mengungkap seberapa jauh hasil yang

didapat atau efektifitas infra merah dan terapi latihan terhadap kondisi post

operasi release knee bilateral a/c poliomielitis dengan pemasangan wire pada 1/3

distal femur bilateral pada Ny R yang berumur 28 tahun. Hasil menunjukkan

bahwa selama 6 kali terapi, didapatkan hasil nyeri berkurang dngan VAS,

bengkak berkurang dengan antropometri(mideline), spasme dari ada menjadi tidak

ada dengan palpasi, peningkatan kekuatan otot dengan MMT, peningkatan LGS

dengan goneometer dan kemampuan aktivitas fungsional dengan indek self Kenny

care menunjukan adnya peningkatan.

Kata kunci: Post operasi release knee bilateral a/c poliomielitis dengan pemasangan

wire pada 1/3 distal femur bilateral, Infra merah, terapi latiahan.

Page 19: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

1

BAB I

PENDAHULUAN

Memasuki milenium ke tiga abad 21, Indonesia dihadapkan pada berbagai

tuntutan perubahan dan tantangan strategis yang mendasar baik eksternal maupun

internal yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan pembangunan nasional,

termasuk pembangunan dalam bidang kesehatan. Perubahan yang sangat kental

yang dapat kita rasakan adalah proses transisi menuju ke arah terbentuknya

masyarakat madani yang lebih demokratis, menjunjung tinggi hak-hak azazi

manusia. Penerapan nilai-nilai universal yang diakui masyarakat global (era

globalisasi) merupakan salah satu prasyarat untuk dapat bersaing dalam

masyarakat dunia yang semakin hari terasa tanpa ada sekat. Untuk mencapai dan

menetapkan ukuran tentang semua upaya kesehatan agar dapat diukur secara baik,

maka melalui Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1202/Menkes/SK/VIII/2003

telah ditetapkan indikator keberhasilan Indonesia Sehat 2010 untuk semua jenis

pelayanan kesehatan termasuk tentang indikator sumber daya kesehatan yang

merupakan kelompok indikator proses dan masukan untuk mencapai atau

melaksanakan pelayanan kesehatan dalam mencapai Indonesia Sehat 2010

(Judiono, 2006).

Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan

“Indonesia Sehat 2010” adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan

kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai

kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat.

1

Page 20: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

2

Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma

Sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada

upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit

(preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan

pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan

(Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1059/MENKES/SK/IX/2004).

Undang-Undang No. 6 tahun 1962 tentang wabah, Poliomielitis termasuk

dalam daftar penyakit wabah dan wajib dilaporkan, Poliomielitis (polio) adalah

penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan sebagian besar menyerang

anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Virus ini menyerang sistem saraf dan bisa

menyebabkan kelumpuhan seumur hidup (Promosi Kesehatan, 2005).

Peran fisioterapi memberikan layanan kepada individu atau kelompok

individu untuk memperbaiki, mengembangkan, dan memelihara gerak dan

kemampuan fungsi yang maksimal selama perjalanan kehidupan individu atau

kelompok tersebut. Layanan fisioterapi diberikan dimana individu atau kelompok

individu mengalami gangguan gerak dan fungsi pada proses pertambahan usia dan

atau mengalami gangguan akibat dari injuri atau sakit. Gerak dan fungsi yang

sehat dan maksimal adalah inti dari hidup sehat (Depkes, 2008).

Page 21: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

3

A. Latar Belakang

Pencegahan dan pemberantasan penyakit, merupakan prioritas

pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini tidak hanya terbatas

pada upaya pemulihan (rehabilitatif), melainkan juga pencegahan terhadap

kematian dan kecacatan. Menurut WHO, Polio merupakan salah satu penyakit

penyebab kecacatan. Pada tahun 1992, diperkirakan adanya 140.000 kasus baru

kelumpuhan akibat poliomielitis diseluruh dunia, dimana jumlah anak-anak yang

menderita lumpuh sebesar 10 sampai 20 juta orang. Sedangkan jumlah kasus AFP

(Accute Placcid Paralysis yaitu kasus lumpuh layuh yang belum tentu polio) yang

ditemukan sampai dengan tanggal 15 Desember 2005 adalah 1.351 anak di bawah

usia 15 tahun (Depkes, 2005).

Penyakit ini terutama banyak terdapat di negara yang sedang berkembang.

Di Indonesia tercatat beberapa kali wabah polio, misalnya di Belitung tahun 1948,

di Semarang tahun 1954, di Medan Tahun 1957. (A.H. Markum, 2002). Kasus

polio ditemukan lagi di Indonesia pada 13 Maret 2005, setelah sebelumnya selama

10 tahun tidak didapati lagi. Penyakit ini menyebar dengan cepat sehingga sampai

Februari 2006 menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 48 kabupaten di

Provinsi yang ada di Indonesia dan mengakibatkan kelumpuhan pada 305 anak

dan 6 kematian. (Keith, 2007).

Kelumpuhan yang terjadi dapat mengenai otot-otot di manapun, seperti

otot bahu, otot di belakang lengan, otot punggung, atau otot ibu jari, tetapi yang

paling sering di tungkai. Ada sebagian anak yang hanya mengalami sedikit lemah

otot, sementara yang lain mengalami lumpuh berat/lunglai (Salim, 2006).

Page 22: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

4

Mengapa terjadi kelumpuhan pada bentuk ini tidak lain karena virus

berhasil melewati dinding pembuluh darah usus, untuk berangkat menuju sel-sel

saraf di tulang belakang. Di sana, virus menghancurkan suatu sel saraf bernama

sel tanduk anterior, yang berfungsi mengontrol pergerakan pada tangan dan kaki.

Pada penderita yang tidak memiliki kekebalan (belum divaksin) virus akan

menyerang seluruh sel saraf terutama sel saraf motorik (sel yang mengatur

pergerakan otot). Sel saraf motorik ini tidak punya kemampuan regenerasi hingga

jika terinfeksi sifatnya akan permanen. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan kaki

menjadi lemas. Kondisi ini terjadinya cepat (dalam hitungan jam), disebut acute

flaccid paralysis (AFP). Pada keadaan yang sangat parah, batang otak dapat ikut

terserang. Di batang otak terdapat saraf motorik yang mengatur berbagai fungsi

vital kehidupan manusia, terutama fungsi pernafasan. Jika batang otak terserang,

seseorang dapat meniggal karena gagal bernafas.

Ada beberapa gejala kelainan utama dan penyerta pada anak poliomielitis

yang mungkin dapat dilakukan identifikasi, yaitu: (1) Kelumpuhan dan/atau

pengecilan otot anggota gerak tubuh, (2) Kontraktur atau kekakuan sendi, seperti

sendi paha melipat ke depan, sendi lutut melipat ke belakang, sendi telapak kaki

jinjit, melipat ke atas, ke luar, ke dalam, sendi tulang belakang skoliosis, (3)

Atropi otot, sehingga kekuatan otot hilang, (4) Pemendekan otot di sekitar sendi,

sehingga terjadi deformitas sendi. Ada beberapa kemungkinan “lebih lanjut” yang

terjadi pada anak polio: (a) sembuh total (30%), (b). lumpuh tingkat ringan (30%),

(c) lumpuh moderat/berat (30%) dan (d) meninggal dunia (10%).(Werner, 2002).

Page 23: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

5

Komplikasi ortopedik sering ditemukan dan merefleksikan stress

abnormal yang berkepanjangan karena deformasi skeletal dan kelemahan otot.

Abnormalitas meliputi deformitas fleksi yang terfiksasi, hiperekstensi atau

instabilitas ke samping pada lutut atau pinggul, instabilitas progresif pada sendi,

osteoporosis, patah tulang, osteoarthrosis, dan skoliosis. Spondilosis servikal

akan bermanifestasi sebagai nyeri leher, dan gangguan sensorik pada beberapa

pasien. Efek penyakit polio pada pertumbuhan sangat penting. Polio yang

terjadi sebelum masa cepat pertumbuhan biasanya menyebabkan skoliosis

progresif dan pemendekan anggota gerak, yang berakumulasi menjadi retardasi

pertumbuhan. kelainan tulang karena umumnya cacat bawaan lahir, infeksi,

cedera, atau kondisi lainnya yang menyebabkan tulang panjang pada kaki

(tulang kering dan tulang paha) tumbuh tidak proporsional. Pertumbuhan yang

tidak proporsional ini sering kali menyebabkan kelainan pada kedua kaki yang

dikenal dengan valgus (lutut bersinggungan) atau varus (kaki bentuk O).

Berjalan atau berlari dalam kondisi seperti ini sangat menyakitkan dan

mengganggu fungsi penggunaan kaki secara normal. Kelainan panjang tungkai

adalah keadaan saat satu tungkai lebih panjang ataupun lebih pendek dibanding

yang lain. Polio merupakan penyebab utama kondisi ini walaupun ada banyak

lagi kelainan bawaan menunjukkan hal serupa (Graham, 2004).

Dalam beberapa kasus tersebut, teknik bedah ortopedi menjadi cara

penyembuhan yang bisa dilakukan. Bedah ortopedi atau orthopaedi (juga dieja

orthopedi) ialah cabang ilmu bedah yang mempelajari tentang cedera. Dokter

bedah ortopedi menghadapi sebagian besar penyakit muskuloskeletal termasuk

Page 24: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

6

artritis, trauma, dan kongenital menggunakan peralatan bedah dan nonbedah.

Ortopedi adalah ilmu bedah tulang, sedangkan osteotomi adalah bagian kecil

dari ortopedi. Osteotomi sendiri ditempuh sebagai salah satu alternatif operasi

bedah tulang korektif.

Osteotomi merupakan salah satu teknik bedah tulang korektif Perbaikan

dengan metode osteotomi umum dilakukan dan melibatkan pemotongan bagian

tulang yang tidak proporsional, menambahkan atau mengurangi potongan

tulang tertentu (tergantung pada jenis kelainannya) dan menyesuaikan tulang

kembali ke posisi semestinya. Tulang yang telah disesuaikan kemudian harus

dipertahankan letaknya menggunakan fiksator eksternal berupa lempeng dan

sekrup diakhiri dengan pemasangan gips (Howard, 2005).

Melihat kompleknya permasalahan yang timbul akibat poliomielitis

terutama pada kasus ini Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis

Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral, dibutuhkan tim yang

terdiri dari multi disiplin yang memberikan pelayanan kesehatan secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Tim tersebut terdiri dari dokter,

perawat, fisioterapis, okupasiterapis, psikolog, dan orthosis prostesis. Dalam hal

ini fisioterapis berperan dalam pemeliharan dan peningkatan kapasitas fisik dan

kemampuan fungsional. Dimulai sejak penderita berada dalam stadium tirah

baring hingga pasien menjalani program rehabilitasi. Sehingga penderita mampu

untuk kembali beraktifitas secara mandiri dengan mengoptimalkan kemampuan

yang ada.

Page 25: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

7

B. Perumusan Masalah

Dalam kasus ini ditemukan perumusan permasalahan sebagai berikut :

1) Apakah modalitas IR & Terapi Latihan dapat mengurangi nyeri pada kondisi

Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan

Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral?

2) Apakah modalitas Terapi Latihan dapat mengurangi oedema, pada kondisi

Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan

Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral?

3) Apakah modalitas IR & Terapi Latihan dapat mengurangi spasme otot paha,

pada kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan

Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral?

4) Apakah modalitas Terapi Latihan dapat meningkatkan kekuatan otot, pada

kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan

Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral?

5) Apakah modalitas Terapi Latihan dapat meningkatkan LGS, pada kondisi Post

Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire

Pada 1/3 Distal Femur Bilateral?

6) Apakah Terapi Latihan dapat meningkatkan aktivitas fungsional?

Page 26: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

8

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri atas 2 hal yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus.

1) Tujuan umum

Untuk mengetahui penatalaksanaan Fisioterapi pada kondisi Post Operasi

Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3

Distal Femur Bilateral.

2) Tujuan khusus

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mempunyai tujuan khusus

antara lain sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaruh modalitas Fisioterapi berupa IR dan Terapi

Latihan dapat mengurangi nyeri pada kondisi Post Operasi Release Knee

Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal

Femur Bilateral.

b. Untuk mengetahui pengaruh modalitas Fisioterapi berupa terapi latihan

dapat mengurangi oedema, pada kondisi Post Operasi Release Knee

Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal

Femur Bilateral.

c. Untuk mengetahui pengaruh modalitas Fisioterapi berupa terapi latihan

dapat mengurangi spasme otot paha , pada kondisi Post Operasi Release

Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3

Distal Femur Bilateral.

Page 27: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

9

d. Untuk mengetahui pengaruh modalitas Fisioterapi berupa terapi latihan

dapat meningkatkan kekuatan otot, pada kondisi Post Operasi Release

Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3

Distal Femur Bilateral.

e. Untuk mengetahui pengaruh modalitas Fisioterapi berupa terapi latihan

dapat meningkatkan LGS, pada kondisi Post Operasi Release Knee

Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal

Femur Bilateral.

f. Untuk mengetahui pengaruh modalitas Fisioterapi IR & Terapi Latihan

dapat meningkatkan aktivitas fungsional.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang ingin dicapai penulis pada kondisi Post Operasi

Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3

Distal Femur Bilateral dengan menggunakan IR dan Terapi Latihan adalah

sebagai berikut:

1) Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai khasanah ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan yang memberikan gambaran

bahwa IR dan Terapi Latihan sebagai modalitas fisioterapi dapat digunakan

sebagai alternatif untuk diterapkan pada pasien dengan kondisi Post Operasi

Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3

Distal Femur Bilateral untuk menyelesaikan problem pada kapasitas fisik dan

Page 28: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

10

kemampuan fungsional pasien. Dimana dalam pelaksanaannya dengan tidak

mengindahkan atau tetap mengacu pada keterampilan dasar dari praktek klinik

dan pengembangan ilmu.

2) Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk institusi

pendidikan sebagai sarana pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik

dilingkungan pendidikan fisioterapi untuk memahami serta melaksanakan

proses fisioterapi dengan modalitas yang ada khususnya IR dan Terapi

Latihan.

3) Bagi penulis

Memperdalam dan memperluas wawasan mengenai hal – hal yang

berhubungan dengan penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi Post Operasi

Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3

Distal Femur Bilateral.

4) Bagi pasien

Untuk membantu mengatasi masalah yang timbul pada penderita

Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan

Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral.

5) Bagi masyarakat

Menyebarluaskan informasi kepada pembaca maupun masyarakat

tentang peran fisioterapi pada kasus Post Operasi Release Knee Bilateral A/C

Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral.

Page 29: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penulis ingin menguraikan landasan teori yang mendasar proses

pemecahan permasalahan dari kasus Post Operasi Release Knee Bilateral A/C

Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral.

Dimana landasan teori ini antara lain: (1) anatomi, fisiologi, histologi, dan

biomekanika, (2) patologi, (3) permasalahan yang dibahas, (4) modalitas

fisioterapi yang digunakan yaitu infra red dan terapi latihan.

A. Anatomi, Fisiologi, Histologi dan Biomekanik

1. Anatomi, Fisiologi dan Histologi

Dalam hal ini, penulis akan membahas beberapa sistem antara lain

(1) sistem tulang, (2) sisitem sendi, (3) sistem otot, (4) sistem saraf.

A. Sistem Tulang

a. Os. Femur

Merupakan tulang panjang dalam tubuh yang dibagi atas Caput

Carpus dan Colum dengan ujung distal dan proximal. Tulang ini

bersendi dengan acetabulum dalam struktur persendian panggul dan

bersendi dengan tulang tibia pada sendi lutut (syaifudin, B.AC 1995).

Tulang paha atau tungkai atas merupakan tulang terpanjang dan

terbesar pada tubuh yang termasuk seperempat bagian dari panjang

tubuh.

11

Page 30: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

Gambar 1

Tulang femur dilihat dari depan dan belakang (Putz and Pabst, 2000)

Page 31: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

b. Os. Patella

Tulang patella merupakan tulang dengan bentuk segitiga pipih

dengan apeks menghadap ke arah distal. Pada permukaan depan kasar

sedangkan permukaan dalam atau dorsal memiliki permukaan sendi

yaitu fades articularis lateralis yang lebar dan fades articulararis

medialis yang sempit (Platser, 1993).

c. Os. Tibia

Tulang tibia terdiri dan epiphysis proximalis, diaphysis

distalis. Epiphysis proximalis pada tulang tibia terdiri dari dua bulatan

yang disebut condylus lateralis dan condylus medialis yang atasnya

terdapat dataran sendi yang disebut fades artikularis lateralis dan

medialis yang dipisahkan oleh ementio iniercondyloidea (Evelyn,

2002).

Lutut merupakan sendi yang bentuknya dapat dikatakan

tidak ada kesesuaian bentuk, kedua condylus dari femur secara

bersama sama membentuk sejenis katrol (troclea), sebaiknya dataran

tibia tidak rata permukaanya, ketidak sesuaian ini dikompensasikan

oleh bentuk meniscus (Platser, 1993).

Hubungan-hubungan antara tulang tersebut membentuk

suatu sendi yaitu: antara tulang femur dan patella disebut articulatio

patella femorale, hubungan antara tibia dan femur disebut articulatio

tibio femorale. Yang secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sendi

lutut atau knee joint (Evelyn, 2002).

Page 32: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

14

d. Os. Fibula

Tulang fibula ini berbentuk kecil panjang terletak disebelah

lateral dan tibia juga terdiri dari tiga bagian yaitu: epiphysis

proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis.

Epiphysis proximalis membulat disebut capitulum fibula

yang ke proximalis meruncing menjadi apex capitulis fibula. Pada

capitulum terdapat dua dataran yang disebut fades articularis capiluli

fibula untuk bersendi dengan tibia.

Diapiphysis mempunyai empat crista lateralis, crista

medialis, crista lateralis dan fades posterior. Epiphysis distalis ke arah

lateral membulat disebut maleolus lateralis (mata kaki luar) (Evelyn,

2002).

Page 33: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

15

Gambar 2

Tulang tibia tampak medial, lateral dan depan ( Sobotta, 2002)

Page 34: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

16

Gambar 3

Tulang fibula tampak medial, lateral dan depan ( Sobotta, 2002)

Page 35: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

17

B. Sistem sendi

Sendi adalah hubungan antara dua tulang atau lebih dari sistem

sendi, disini meliputi sistem sendi panggul dan sendi lutut.

a. Sendi Panggul

Sendi panggul dibentuk oleh caput femoris dan fossa acetabuli.

Struktur femur terdiri dari caput, collum, shaft yang menyerupai katrol

penggantung. Collum femur membentuk sudut 125 dengan shaft, dan

membentuk sudut 10 hingga 30 dengan bidang frontal. Acetabulum

merupakan pertemuan dari tulang – tulang coxae dan dilapisi oleh

tulang rawan yang berbentuk tapal kuda. Ditepi acetabulum terdapat

jaringan fibrocartilago yang berfungsi menambah dalamnya cekungan

pada acetabulum sehingga caput femoris masuk ke dalam acetabulum

sebanyak 2/3 bagian (Kapandji, 1987). Gerakan yang terjadi pada

sendi panggul adalah fleksi, ekstensi, medial rotasi, lateral rotasi,

adduksi dan abduksi. Caput femoris merupakan perpotongan tiga aksis

yaitu horizontal, vertikal dan anteroposterior (Kapandji, 1987).

Osteokinematika gerakan fleksi dan ekstensi adalah pada

bidang sagital (S). lingkup Gerak Sendi (LGS) pada gerakan fleksi

sendi panggul 90 , apabila posisi lutut fleksi penuh bias mencapai

120 . Sedangkan LGS panggul pada gerakan ekstensi adalah 20 , jika

dengan lutut fleksi maka akan menjadi lebih rendah yaitu 10 . Hal ini

disebabkan oleh karena kelompok hamstring tereliminir sehingga kerja

otot ekstensor tidak cukup kuat. Sedangkan osteokinematika pada

Page 36: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

18

gerakan adduksi dan abduksi adalah pada bidang frontal (F). LGS pada

saat adduksi berkisar antara 15 sampai 20 , sedangkan LGS pada saat

abduksi adalah 45 . Untuk gerakan rotasi, jika tidur tengkurap dan

lutut fleksi 90 , maka LGS pada gerakan medial rotasi berkisar 30

sampai 40 dan LGS pada saat lateral rotasi adalah 60 . Jika duduk

ditepi meja/bed dengan lutut fleksi, maka LGS untuk medial rotasi

adalah 30 , sedangkan LGS untuk lateral rotasi adalah 60 (Kapandji,

1987).

Pada arthrokinematika (tanpa menumpu berat badan), caput

femur yang berbentuk konvek slide ke arah acetabulum yang

berbentuk konkaf pada arah yang berlawanan dari shaft femur. Pada

gerakan fleksi, caput femur slide ke posterior dan inferior pada

acetabulum, saat gerakan ekstensi, caput femur slide slide ke anterior

dan superior. Pada gerakan medial rotasi, caput femur slide ke

posterior pada acetabulum. Pada gerakan lateral rotasi, caput femur

slide ke anterior. Pada gerakan abduksi, caput femur slide ke inferior.

Pada gerakan adduksi, caput femur slide ke superior (Norkin, 1995).

Sendi lutut terdiri dari hubungan antara : (1) os femur dan os tibia

(tibio femorale joint), (2) os femur dan os patella (patello femorale joint) dan

(3) os tibia dan os fibula (tibia fibulare proximalis joint).

Page 37: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

19

Gambar 4

Sendi panggul tampak depan dan tampak belakang (Sobotta, 2002)

Page 38: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

20

b. Sendi Lutut

Sendi lutut (knee joint) merupakan sendi yang paling unik

dibandingkan sendi-sendi yang lain dalam tubuh manusia, karena

tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

kesesuaian bentuk seperti pada persendian yang lain. Sebagai

kompensasi ketidaksesuaian bentuk persendian ini terdapat meniskus,

kapsul sendi, bursa dan diskus yang memungkinkan gerakan sendi ini

menjadi luas, sendi ini juga diperkuat oleh otot-otot besar dan berbagai

ligamen sehingga sendi menjadi kuat dan stabil (Tajuid, 2000).

Otot disekitar lutut mempunyai fungsi sebagai stabilitas aktif

sekaligus sebagai penggerak dalam aktifitas sendi lutut, otot tersebut antara

lain: m.quadriceps femoris (vastus medialis, vastus intermedius, vastus

lateralis, rectus femoris). Keempat otot tersebut bergabung sebagai grup

ekstensor sedangkan grup fleksor terdiri dari: m.gracilis, m.sartorius dan

m.semi tendinosus. Untuk gerak rotasi pada sendi lutut dipelihara oleh otot-

otot grup fleksor baik grup medial/ endorotasi (m.semi tendinosus, semi

membranosus, sartorius, gracilis, popliteus) dan grup lateral eksorotasi

(m.biceps femoris, m.tensor fascialata) (Pudjianto, 2002).

Untuk memperkuat stabilitas pergerakan yang terjadi pada sendi

lutut maka di dalam sendi lutut terdapat beberapa ligamen, yaitu ligamen

cruciatum anterior dan posterior yang berfungsi untuk menahan

hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan (eksorotasi). Ligamen

cruciatum posterior berfungsi untuk menahan bergesernya tibia ke arah

belakang. Pada gerakan endorotasi kedua ligamen cruciatum menyatu, yang

mengakibatkan kedua permukaan sendi tertekan, sehingga saling mendekat

Page 39: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

21

dan kemampuan bergerak antara tibia dan femur berkurang. Pada gerakan

eksorotasi, kedua ligamen cruciatum saling sejajar, sehingga pada posisi ini

sendi kurang stabil. Di sebelah medial dan lateral sendi lutut terdapat

ligamen collateral medial dan lateral. Ligamen collateral medial menahan

gerakan valgus serta eksorotasi, sedangkan ligamen collateral lateral hanya

menahan gerakan ke arah varus. Kedua ligamen ini menahan bergesernya

tibia ke depan dari posisi fleksi lutut 900 (De Wolf, 1974).

Sedangkan dalam hubungan yang simetris antara condylus

femoris dan condylus tibia dilapisi oleh meniskus dengan struktur

fibrocartilago yang melekat pada kapsul sendi. Meniskus medialis

berbentuk seperti cincin terbuka “C” dan meniscus lateralis berbentuk cincin

“O”. Meniskus ini akan membantu mengurangi tekanan femur atas tibia

dengan cara menyebarkan tekanan pada cartilago articularis dan

menurunkan distribusi tekanan antara kedua condylus, mengurangi friksi

selama gerakan berlangsung, membantu kapsul sendi dan ligamen dalam

mencegah hiperekstensi lutut dan mencegah capsul sendi terdorong melipat

masuk ke dalam sendi (Tajuid, 2000).

Sendi lutut juga memiliki kapsul sendi artikularis yang melekat

pada cartilago artikularis, di dalam sendi, synovial membran melewati

bagian anterior dari perlekatan ligamen cruciatum sehingga ligamen

cruciatum dikatakan intraartikuler tetapi extracapsuler (Tajuid, 2000).

Page 40: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

22

Gambar 5

Ligamentum Pembentuk Sendi Lutut Tampak dari Depan (Putz and Pabst, 2000).

19

18

16

17

13

14

15

10

11

12

8

9

5

6

7

3

4

1

2

Page 41: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

23

C. Sistem Otot

Otot yang akan dibahas hanya berhubungan dengan kondisi

pasien Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan

Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral adalah otot yang

berfungsi ke segala arah seperti region hip untuk gerakan fleksi-ekstensi,

abduksi-adduksi dan eksterna rotasi-internal rotasi dan region knee untuk

gerakan fleksi-ekstensi.

Page 42: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

24

Gambar 6

Otot-otot paha dan pinggul, setelah sebagian M. gluteus maximus

dan Medius diangkat, tampak belakang (Putz and pabst, 2000)

1

2

3 4

5

6

7

9

10

11

12

11 13

11

14

11

15

11 16

17

18

19 20 21 22 23

24

25 26

27

30

31

32

33

34

35

8

28

29

Page 43: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

25

Tabel 1

Otot Tungkai Atas Bagian Anterior (Richard, 1986).

No Otot Region Inserto Fungsi Inverse

Sartorius Spina illiaca anterior

superior ( SIAS )

Permukaan

medial tibia

Flexi, abduksi

rotasi, lateral arc,

coxae

N.

femoralis

illiacus Fossa illiaca di

dalam abdomen

Throchantor

femur

flexi N.

femoralis

pectineus Ramus superior

pubis

Ujung atas linea

aspera femur

Flexi, adduksi

arc, coxae

N.

femoralis

Quadriceps

femoralis

Rectus

femoris

( SIAS ) Tendorotasi M.

quadriceps pada

patella, via

ligamentum

patellae ke dalam

Flexi arc, coxae N.

femoralis

Vatus

lateralis

Ujung atas dan

batang femur,

septum, facialis,

lateral dalam

Tuberositas tibia Extensi lutut N.femoralis

Vatus

medialis

Ujungan atas dan

batang femur

Tuberositas tibia Extensi lutut dan

menstabilkan

patella

N.

femoralis

Vatus

intermediaus

Permukaan anterior

dan lateral batang

femur

Tuberositas tibia Extensi lutut N.

femoralis

Page 44: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

26

Tabel 2

Otot Tungkai Atas Bagian Posterior (Richard, 1986).

No Otot Region Inserto Fungsi Inverse

Biceps

femoralis

Caput longum

tuber

ischiadikum

Caput breve

linee aspera,

crista

supracondilair

lateral batang

femur

Permukaan

medial

tibia

Flexi, abduksi,

rotasi lateral

arc coxae

Ramus

tibialis N.

ischiadicum

Semi

tendonosus

Tuber

ischaidicum

Medial

tibia

Flexi dan rotasi

medial sendi

tutut serta arc,

coxae

Ramus

tibialis N.

ischiadicum

Semi

membranosus

Tuber

ischiadicum

Condylus

medialis

tibia

Flexi dan rotasi

medial sendi

lutut serta

extensi are

coxae

Ramus

tibialis N.

ischiadicum

Adductor

magnus

Tuber

ischiadicum

Tubrculum

adctor

femur

Extensi arc

coxae

Ramus

tibialis N.

ischiadicum

Page 45: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

27

Tabel 3

Otot Tungkai Atas Regio Glutealis (Richard, 1986).

No Otot Region Insertio fungsi Inverse

Gutues

Maximus

Permuknaan

luar illium

sacrum,

coccyx,

ligament

sacrotubelare

Tractus

illitibilais dan

tuberrositas

gluteus femoris

Extensi

dan rotasi

lateral arc

coxae

N. gluteus

inferior

Gluteus

medius

Permukaan

luar illium

Lateral

trochantor

mayor femoris

Abduksi

arc, coxae

N. gluteus

inferior

Gluteus

minimus

Permukaan

illium

Anterior

trochantor

mayor femoris

Abdukasi

arc, coxae

N. gluteus

inferior

Priformis Permukaan

anteriror

sacrum

Irochantor

mayor femoris

Rotasi

lateral

N. gluteus

inferior

Obturatorius

internus

Permukaan

dalam

membrane

obturatoria

Tepian atas

trachantor

mayor femoris

Rotasi

lateral

Plexus scralis

Page 46: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

28

Tabel 4

Otot Tulang Medial Paha (Richard, 1986).

No Nama otot Orogio insertio Persyaratan Fungsi

M. gracilis Ramus

inferior ossis

pubis ossis

ischi

Tuberosits

tibia

dibelakang

m sartorium

Ramus anterior

N. obturatoria

L,2-4

Abdutkor flexor

hip flexor dan

internal rotator

tungkai bawah

M.

adductor

logus

Dataran

anterior

ramus

superior

ossis pubis

Labium

mediale

linea aspera

1/3 medial

Ramus anterios

N. abtoritorium

L,2-3

Abductor flexor

hip

M.

adductor

bravis

Lateral

ramus

interior ossis

pubis

Labium

medial linea

aspera

Ramus anterior

danposterior N.

abturotoial L 2-

4

Adductor flexor

internal rotasi

hip

M.

obturatoirus

mogus

Dataran

anterior

ramus

inferior osis

ischi dan

tuber

ischiadicum

Labium

medial linea

aspera

Ramus posterior

N.abturatoria

dan N. tibialis

dari L, 2-5 dan

S1

Adductor dan

ekstensor hip

M.

obturatoirus

externus

Dataran

anterior

membrane

abturatoria,

foramen

abturatorium

Fossa

trachantorica

femoris

Ramus

muscularis

pexus sacralis

S,1-3

Exernal rorator

hip membantu

extensor hip

Page 47: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

29

D. Sistem Persyarafan

1. Nervus Femoralis

Merupakan cabang terbesar dari plexus lumbalis. Nervus ini

berisi dari tiga bagian plexus yang berasal dari nervus lumbalis (L2, L3

dan L4). Nervus ini muncul dari tepi lateral psoas di dalam abdomen

dan berjalan ke bawah melewati M, psoas dan M. illiacus ia terletak di

sebelah fasia lllica dan memasuki pada lateral terhadap anterior

femoralis dan selubung femoral dibelakang ligament inguinal dan pecah

menjadi devisi anterior dan posterior nervus femoralis mensyarafi

semua otot anterior paha (Evelin, 1993).

2. Nervus Obturatorius

Berasal dari plexus lumbalis (L2,L3,L4) dan muncul pada

bagian tepi m. psoas di dalam abdomen, nervus ini berjalan ke bawah

dan depan pada lateral pelvis untuk mencapai bagian atas foramen

abturatorium, yang mana tempat ini pecah menjadi devisi anterior dan

posterior. Devisi anterior memberi cabang-cabang muscular pada M.

gracillis, M. adductor brevis, dan longus. Sedangkan devisi posterior

mensyarafi articulates guna memberi cabang-cabang muscular kepada

M. obturatorius exsternus, dan adductor magnus (Evelin, 1993).

3. Nervus Gluteus Superior dan Inferior

Cabang nervus sacralis meninggalkan pelvis melalui bagian

atas dan bawah foreman ischiadicus majus diatas m. priformis dan

mensyarafi gluteus medius dan minimus serta maximus (Evelin, 1993)

Page 48: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

30

Gambar 7

N. Femoralis dan N. Obturatorius (Chusid, 1991).

Page 49: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

31

E. Sistem Peredaran Darah

Disini akan dibahas sistem peredaran darah dari sepanjang

tungkai atas atau paha yaitu pembuluh darah arteri dan vena.

1 Pembuluh Darah Arteri

Arteri membawa darah dari jantung menuju saluran tubuh dan

arteri ini selalau membawa darah segar berisi oksigen, kecuali arteri

pulmonale yang membawa darah kotor yang memerlukan oksigenisasi.

Pembuluh darah arteri pada tungkai antara lain yaitu :

a. Arteri Femoralis

Arteri femaralis memasuki paha melalui bagian belakang

ligament inguinale dan merupakan lanjutan arterial illiaca externa,

yang terletak dipertengahan antara (SIAS) Spina Illiaca anterior,

superior dan symphisis pubis. Arteri Femoralis merupakan pemasok

darah utama bagian tungkai berjalan menurun hampir bertemu ke

tuberculum adductor femoralis dan berakhir pada lubang otot magnus

dengan memasuki spatica poplitea sebagai arteris poplitea.

Pada bagian atas perjalannya, ia terletak superficial dan

ditutupi kulit dan fascia pada bagian bawah perjalannya ia melalui

bagian belakang otot sartorius, ia berhubungan dengan dinding

selubung femoral dan silang oleh nervus qutaneus femoris dan nervus

saphenus bawah.

Page 50: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

32

b. Arteria Profunda Femoralis

Merupakan arteri besar yang timbul dari sisi lateral arteri

femoralis dari trigonum femorale, ia keluar dari anterior paha melalui

bagian belakang otot adductor, berjalan turun diantara otot adductor

brevis dan kemudian terletak pada otot adductor magnus.

c. Arteria Obturatoria

Merupakan cabang arteria illiaca interna ia berjalan ke bawah

dan kedepan pada dinding lateral pelvis dan mengiringi nervus

abturatoria melalui canalis obturatorius, yaitu bagian atas foramen

abturatorum.

d. Arteri Poplitea

Arteri poplitea berjalan melalui canalis adduktorius masuk ke

fossa bercabang menjadi arteri tibialis posterior terletak dalam fossa

poplitea dari fossa lateral ke medial adalah nervus tibialis, vena

poplitera, arteri poplitea.

F. Pembuluh Darah Vena

Pembuluh darah vena pada tungkai antara lain:

a. Vena Femoralis

Vena femoralis memasuki paha mealalui lubang pada otot

adductor magnus sebagai lanjutan dari vena poplitea, menaiki paha

mula-mula pada sisi lateral dari arteri. Kemudian posterior darinya,

dan akhirnya pada sisi medialnya meninggalkan paha dalam ruang

Page 51: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

33

medial dari selubung femoral dan berjalan dibelakang ligamentum

ingunale menjadi vena illiaca externa.

b. Vena Profunda Femoralis

Vena profunda femoris menampung cabang yang dapat

disamakan dengan cabang-cabang arterinya ia mengalir ke dalam vena

femoralis.

c. Vena Obturatoria

Vena obturatoria menampung cabang yang dapat disamakan

dengan cabang arterianya dimana mencurahkan isinya kedalam vena

illiaca internal.

d. Vena Saphena Magna

Mengangkut perjalanan darah dari ujung medial arcus venosum

dorsalis pedis dan berjalan naik tepat di dalam malleolus medialuis,

venosum dorsalis vena, ini berjalan di belakang lutut menelengkung ke

depan melalui sisi medial paha. Berjalan melalui bagian bawah N.

sphenosus pada fascia profunda dan bergabung dengan vena femoralis.

Page 52: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

34

Gambar 8

Pembuluh darah arteri, pada sendi lutut (Corola, R,1999).

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

15

16

Page 53: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

35

Gambar 9

Pembuluh darah vena pada sendi lutut (Corola, R, 1999).

1

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

13

1

3

2

12

13

14

13

Page 54: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

36

G. Biomekanik

Merupakan suatu ilmu yang mempelajari gerakan tubuh pada

manusia pada bab ini, penulis berusaha menjelaskan gerakan yang

dilakukan oleh sendi panggul dan lutut. Anggota gerak bawah (paha):

1. Sendi Hip

a. Gerakan Fleksi

Flexi adalah gerakan pada bidang sagital dengan axis frontal

yaitu dari posisi anatomi bagian anterior paha mendekat arah perut.

Dengan mempunyai lingkup gerak sendi dari 0 sampai 1250 gerakan

tersebut dilaksanakan oleh otot-otot illiacus, psoas mayor, rectus

femoris, tensor fasialata, sartorius dan adductor magnus (Kapanji,

1987)

b. Gerakan Extensi

Extensi adalah gerak pada bidang sagital dengan axis frontal

dimulai dari posisi anatomi bagian anterior paha menjauhi perut.

Dengan mempunyai lingkup gerak sendi dari 0 sampai 150 gerakan

tersebut dilaksanakan oleh otot biceps femoris, semi membranus,

gluteus maximus dengan dibantu oleh otot-otot minus, tensor

fasialata, dibatasi oleh ligamentum pubofemorale (Kapanji, 1987)

c. Gerakan Abduksi

Abduksi adalah gerakan pada bidang frontal dengan axis

sagital dengan gerakan garis tengah tubuh. Mempunyai LGS dari 0

sampai 450 gerakan ini dilakukan oleh otot-otot gluteus medius,

Page 55: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

37

tensor fasialata, dibantu oleh otot-otot gluteus minimus yang dibatasi

oleh ligamentum pubofemorale (Kapanji, 1987)

d. Gerakan Adduksi

Adduksi adalah gerakan pada bidang frontal dengan axis

sagital dengan gerakan mendekati garis tengah tubuh mempunyai

lingkup gerak sendi dari 0 sampai 250. Gerakan ini dilaksanakan

oleh otot-otot gluteus medius, adductor magnus, adductor brevis,

adductor longus, pectineus, dan dibantu oleh otot-otot gracilis

dibatasi oleh ligementum illiotrochanerica (Kapanji, 1987)

e. Gerakan Exorotasi

Gerakan exorotasi, bentuk gerakan dimulai dari posisi

anatomi memutar kesamping luar dengan lingkup gerak sendi 0

sampai dengan 900 dengan otot-otot penggeraknya yaitu m.

piriformis, m. abturatorius, m. Sartorius, gemellus superior, dan m.

gemellus inferior. Dibatasi oleh ligamentum ischiofemorale

(Kapanji, 1987)

f. Gerakan Endorotasi

Gerakan endorotasi bentuk gerakan dimulai dari posisi

anatomis memutar kesamping dalam dengan lingkup gerak sendi. 0

sampai 45º dengan otot-otot pengerakanya yaitu m. qudricerps

femoris, m. obturatorium internus (Kapanji, 1987)

Page 56: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

38

2. Sendi Lutut

Hubungan antara tulang tibia, fibula yang merupakan

syndesmosis yang kuat dengan memperkuat beban yang diterima lutut

sebesar 1/16 dari berat badan.

a. Gerakan Fleksi

Penggerak fleksi lutut adalah otot-otot hamstring, salain itu fleksi lutut

juga dibantu oleh grastrocnemius, popliteus, dan gracilis. Lingkup

gerak sendi pada saat flexi berkisar antara 1200 sampai 130

0 (Kapanji,

1987).

b. Gerakan Ekstensi

Penggerak gerakan extensi adalah otot-otot quadriceps yang terdiri

dari empat otot rectus femoris, vastus medialis, vastus lateralis dan

vastus intermedius. Lingkup gerak sendi pada saat ekstensi berkisar

antara 50 hyprerxtrensi atau 0

0 selain itu pada gerakan flexi dan extensi

adalah terletak diatas permukaan sendi yaitu melewati condylus

femoris (Kapanji, 1987).

Dilihat dari segi anthrokinematika, pada permukaan femur cembung

(konvek) bergerak maka gerakan sliding dan rolling berlawanan arah.

Saat gerak flexi femur rolling kearah belakang dan sleddingnya ke

belakang. Dan pada permukaan tibia cekung (konkaf) bergerak, flexi

ataupun extensi menuju ke depan atau ventral ( Mudatsir, 2006)

Page 57: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

39

B. Patologi Dan Probelematika Fisioterapi

1. Definisi

a. Post operasi

Post berarti sesudah (Ramali, 1997). Sedangkan operasi berarti

tindakan pembedahan (Dorland, 1994). Sehingga dapat diartikan sebagai

suatu keadaan sesudah dilakukan tindakan pembedahan. Tindakan operasi

yang dilakukan adalah osteotomi atau release pemanjangan tulang

sehingga tungkai dapat lurus dengan pemasangan internal fiksasi berupa

wire (kawat).

b. Wire

Wire berasal dari bahasa inggris yang artinya kawat yang

digunakan untuk memfiksasi fragmen tulang (Dorland, 1998).

c. IR ( Infra Merah)

Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik

dengan panjang gelombang 7700 A° -4 juta A°, letak diantara sinar merah

dan hertzain. (Sujatno, 2003).

d. Terapi latihan

Terapi latihan adalah salah satu upaya dalam pemulihan dalam

fisioterapi yang pelaksanaanya yang menggunakan alat-alat gerakan tubuh

baik aktif atau pasif.

Page 58: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

40

2. Etiologi

Etiologi adalah ilmu pengetahuan atau teori tentang faktor penyebab

suatu penyakit atau asal mula penyakit, Dorland (2002). Pada kondisi setelah

dilakukan tindakan operasi akan dilakukan incisi yang akan yang

menyebabkan bengkak dan nyeri. Hal ini akan mengakibatkan pasien

mengalami keterbatasan fisik dan keterbatasan fungsional.

3. Patologi

Patologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari sifat

penyakit terutama struktur dan perubahan fungsi dalam jaringan tubuh dan

organ yang menyebabkan atau disebabkan oleh penyakit, Dorland(2002).

Menurut Appley(1995) pada kekakuan sendi post operasi terjadi karena adanya

oedema dan fibrosis pada kapsul, ligamen, dan otot disekitar sendi atau terjadi

perlengketan jaringan lunak satu dengan yang lain. Keadaan ini akan lebih

buruk apabila tidak digerakkan pada waktu yang lama.

Penumpukan cairan dari intravaskuler ke dalam jaringan interstitial,

yang salah satu penyebabnya adalah karena reaksi inflamasi (radang) akibat

cidera jaringan. Vasokonstriksi sementara pada arteriole dilanjutkan dengan

vasodilatasi arteriole dan venule serta membukanya pembuluh darah kapiler

dan menyebabkan hyperemia. Adanya vasodilatasi mengakibatkan pembuluh

darah kapiler menjadi lebih permeable terhadap cairan dan molekul yang

besar, sehingga menyebabkan terjadinya cairan produksi exudat yang

berlebihan. Pada saat yang bersamaan, muncul leukosit di sepanjang pinggiran

lumen, kemudian menyebar melalui dinding pembuluh darah ke jaringan, di

Page 59: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

41

bawah stimulus zat kimia yang keluar dari jarinagn yang rusak, yang pada

akhirnya akan menimbulkan pembengkakan.

Menurut Kisner (1996) nyeri merupakan adanya kerusakan

jaringan, dimana jaringan akan mengeluarkan zat kimia seperti bradikinin,

serotonin, histamine sebagai reaksi dari kerusakan jaringan, zat kimia tersebut

akan merangsang nociseptik yang akan menambah nyeri daerah tersebut.

Nyeri berasal dari adanya iritasi serabut saraf sensoris karena adanya

penekanan oleh cairan yang menetap.

Dengan keadaan tersebut maka pasien biasanya akan membatasi

setiap gerakan yang berhubungan dengan nyeri, sendi-sendi menjadi kaku,

oedema, kulit basah, bergaris- garis, halus, dan mengkilap. Latihan dan

pengompresan dapat mengurangi gejala- gejala tersebut.

Menurut Apley (1995) proses penyambungan tulang dibagi dalam lima

tahap yang terdiri dari :

a. Hematoma

Tahap hematoma terjadi dalam waktu 1-3 hari(Gartland, 1974).

Hematoma adalah suatu proses perdarahan dimana darah pada pembuluh

darah tidak sampai pada jaringan sehingga osteocyt mati, akibatnya terjadi

necrose. . Setelah 24 jam suplai darah ke area fraktur mulai meningkat.

b. Proliferasi

Tahap proliferasi terjadi dalam waktu 3 hari-2 minggu(Gartland,

1974). Proliferasi adalah proses dimana jaringan seluler yang berisi

cartilage keluar dari ujung – ujung fragmen sehingga tampak di beberapa

Page 60: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

42

tempat bentukan pulau – pulau cartilage. Pada stadium ini terjadi

pembentukan granulasi jaringan yang banyak mengandung pembuluh

darah, fibroblast dan osteoblast.

c. Pembentukan callus atau kalsifikasi

Pembentukan callus terjadi dalam waktu 2-6 minggu

(Gartland,1974). Pembentukan callus atau kalsifikasi adalah proses dimana

setelah terjadi bentukan cartilago yang kemudian berkembang menjadi

fibrous callus sehingga tulang akan menjadi sedikit osteoporotik.

Pembentukan ini terjadi setelah granulasi jaringan menjadi matang. Jika

stadium putus maka proses penyembuhan luka menjadi lama.

d. Konsolidasi

Tahap konsolidasi terjadi dalam waktu 3 minggu-6 bulan.

Konsolidasi adalah suatu proses dimana terjadi penyatuan pada kedua

ujung tulang. Callus yang tidak diperlukan mulai diabsorbsi (Gartland,

1974). Pada tahap ini tulang sudah kuat tapi masih berongga.

e. Remodeling

Tahap remodeling adalah proses dimana tulang sudah terbentuk

kembali atau tersambung dengan baik. Pada tahap ini tulang semakin

menguat secara perlahan – lahan terabsorbsi dan terbentuk canalis

medularis. Tahap ini berlangsung selama 6 minggu sampai 1 tahun

(Gartland, 1974). Menurut Michlovitz (1996) terdapat 4 tahap

penyembuhan cidera jaringan lunak yaitu : (1) tahap injury, (2)

inflammation, (3) proliferation dan (4) remodeling.

Page 61: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

43

(1) Injury

Pada tahap ini, otot dan jaringan lunak disayat pada proses

operasi yang menyebabkan luka, perdarahan dan pembekuan darah

pada area luka. Darah akan keluar dari pembuluh darah yang rusak

dan mengisi jaringan interstitial. Pada tahap ini juga terjadi kerusakan

pada sel dan struktur ekstraseluler (Michlovitz, 1996).

(2) Inflamation (1 – 10 hari)

Dalam 24 jam akan terjadi reaksi radang mendadak / acute

inflamation. Reaksi ini sebagai bentuk pertahanan diri yang

melibatkan beberapa sistem di dalam tubuh seperti : sistem vaskuler,

hemostatic, celluler dan sistem imun (Michlovitz, 1996). Pada masa

ini terdapat tanda – tanda radang seperti nyeri, bengkak, kemerah –

merahan, teraba terasa panas, dan gangguan fungsi. Kerusakan

jaringan akan merangsang pengeluaran zat – zat kimiawi dari dalam

tubuh seperti histamine dan prostagladin yang membuat nyeri. Pada

masa ini juga terjadi fase penyembuhan melalui proses fagositosis

jaringan yang nekrotik oleh sel radang seperti leukosit maupun

makrofag (Michlovitz, 1996).

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang muncul akibat post operasi release knee

bilateral a/c poliomielitis dengan pemasangan wire pada 1/3 distal femur

bilateral adalah: nyeri, bengkak, spasme, penurunan LGS, penurunan kekuatan

otot, penurunan aktivitas fungsional.

Page 62: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

44

5. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi post operasi release knee bilateral a/c

poliomielitis dengan pemasangan wire pada 1/3 distal femur bilateral; (1) deep

venous trombosis (DVT) yang terjadi pada tungkai bawah (Apply, 1995),

(2).infeksi yang terjadi pada luka terbuka yang terkontaminasi dari luar tubuh

dan penanganan opersi yang kurang steril (Adam, 1992), (3).non union yang

terjadi apabila kedua ujung fragmen tulang tidak sambung yang di sebabkan

adanya celah yang agak lebar dan inter posisi jaringan (Appley 1995),

(4).mall union:bila terjadi penyambunganyang salah.

6. Prognosis

Prognosis merupakan perkiraan dari perkembangan penyakit yang

diderita (Hudaya, 1996). Prognosis pada penderta post operasi release knee

bilateral a/c poliomielitis dengan pemasangan wire pada 1/3 distal femur

bilateral adalah:(1)quo ad vitam yaitu mengenai hidup dan mati penderita, quo

ad vitam baik karena itdak mengancam jiwa penderita.(2) quo ad sanam

mengenai penyembuhan.quo ad sanam baik apabila pada proses penyembuhan

tidak terjadi komplikasi. (3) quo ad fungsionam yaitu menyangkut

kemampuan fungsional penderita, quo ad fungsioanam baik apabila terdapat

proses penanganan yang tepat dan benar. (4) quo ad cosmetikam yaitu di

tinjau dari segi cosmetik, akan baik apabila setelah penanganan setelah operasi

tidak terjadi deformitas sehingga tidak mengganggu penampilan penderita.

\

Page 63: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

45

C. Obyek yang Dibahas

Di sini penulis akan membahas masalah yang terjadi pada Post Operasi

Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3

Distal Femur Bilateral.

1) Nyeri

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik emosional yang tidak

menyenangkan berkaitan dengan jaringan yang rusak atau jaringan yang

cenderung rusak (Widiastuti, 1991).

The International Association For The Study Of Pain (IASP)

menyebutkan bahwa nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang

tidak nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau berpotensi

merusak jaringan. Nyeri pada osteoarthritis knee terjadi karena adanya proses

degradasi, reparasi dan inflamasi, dalam jaringan ikat, lapisan rawan,

sinovium dan tulang subchondral (Nugroho, 2001).

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya

(Tamsuri, 2007)

Teori gerbang control (gate control teory), teori ini afferent terdiri dari

dua kelompok serabut yaitu yang berukuran besar (A-Beta) dan serabut yang

berukuran kecil (A-delta dan C). Kedua kelompok afferent ini berinteraksi

dengan substancia gelatinosa (SG) aktif, gerbang akan menutup. Sebaliknya

jika SG menurun aktivitasnya maka gerbang membuka. SG menjadi rangsang

Page 64: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

46

yang menuju pusat melalui transiting cell (T- celli) berhenti, serabut A-

beta adalah penghantar rangsang nociceptif, misalnya sentuhan propioceptive.

Apabila kelompok afferent berdiameter kecil (A-delta dan C) terangsang SG

menurun aktivitasnya, sehingga gerbang membuka A-delta dan C serabut

pembawa syaraf nociceptive sehingga kalau serabut ini terangsang gerbang

akan membawa dan rangsangan nyeri diteruskan ke pusat (Michlovitz, 1996).

Nyeri dibedakan menjadi 3 yaitu: (1) nyeri diam, (2) nyeri tekan dan

(3) nyeri gerak. Skala nyeri dapat diukur menggunakan skala VAS (Visual

Analoque Scale) dengan menunjukkan satu titik pada garis skala nyeri (0 –

10), dengan angka 0 merupakan titik tidak nyeri dan 10 menunjukkan nyeri

tak tertahankan. Tujuan pengukuran tingkat nyeri adalah untuk mengetahui

tingkatan nyeri yang dirasakan oleh pasien, membantu diagnosis,

meningkatkan motivasi pasien dan juga sebagai dokumentasi untuk melihat

apakah nyeri sudah berkurang dari nyeri saat pasien pertama pertama. Nyeri

diartikan sebagai respon sensorik normal terhadap kerusakan jaringan

(Melzack, 1999).

2) Bengkak

Bengkak adalah pengumpulan cairan yang berlebihan pada sela-sela

jaringan atau rongga tubuh. Bengkak timbul oleh karena pecahnya pembuluh

darah arteri yang menyertai pelaksanaan operasi sehingga aliran darah menuju

jantung tidak lancar, maka timbul bengkak disekitar luka incisi. Pengukuran

bengkak dapat dilakukan dengan antropometri. Antropometri adalah suatu

ilmu dalam pengukuran komposisi tubuh manusia dan bagian-bagiannya.

Page 65: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

47

Karakteristik Antropometri adalah semua ciri yang menggambarkan dimensi

tubuh, seperti tinggi, berat, lingkar tubuh dan komposisi lemak tubuh.

Pengukuran bengkak pada ankle menggunakan patokan maleolus lateral 5 cm

dan 10 cm ke distal dan proksimal ( Lesmana, 2002 ).

3) Spasme

Spasme merupakan ketegangan otot. Spasme timbul sebagai reaksi

terhadap kerusakan jaringan. Mekanisme terjadinya spasme adalah dimulai

dari adanya oedem (pembengkakan) karena terus menerus maka sirkulsi darah

tidak lancar karena inaktifitas, untuk mengetahui adanya spasme dilakukan

dengan pemeriksaan palpasi pada daerah disekitar luka incisi dengan ditekan

maka akan timbul nyeri tekan.apabila nyeri di biarkan terus menerus maka

akan menggangu proses latihan atau terapi,menyebabkan kekakuan sendi

,spasme otot,pemendekan otot dan gangguang fungsi tungkai kiri.

4) LGS (Lingkup Gerak Sendi)

LGS adalah lingkup gerak sendi yang bisa dilakukan oleh suatu sendi.

Alat yang digunakan adalah goneometer yang merupakan salah satu teknik

evaluasi yang paling sering digunakan dalam praktek fisioterapi.

Tujuannya adalah : (1) untuk mengetahui besarya LGS pada suatu

sendi dan membandingkan dengan LGS pada sendi normal yang sama, (2)

membantu diagnosis dan menentukan fungsi sendi pasien, apakah

hipomobilitas atau hipermobilitas yang dapat mempengaruhi fungsi pasien

dalam aktivitas keseharian, (3) untuk meningkatkan motivasi dan semangat

pasien dalam menjalani program terapi, (4) untuk evaluasi terhadap pasien

Page 66: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

48

setelah terapi dan membandingkannya dengan hasil penilaian sebelumnya.

Cara pengukuran menurut International Standart Orthopedic Measurement

(ISOM) yaitu ( 1 ) Neutral Zero Starting Position (NZSP), ( 2 ) 3 bidang basis

sagital, frontal, transversal dan gerak rotasi, ( 3 ) nilai ditulis 3 angka di awali

dengan gerakan yang menjauhi tubuh, gerak normal, gerakan yang mendekati

tubuh, kecuali pada sendi yang mengalami kekakuan, penulisan bisa 2 angka.

Alat ukur yang digunakan adalah Goniometer.

5) Kekuatan Otot (MMT)

Tes kekuatan otot yang digunakan adalah dengan menggunakan MMT

(Manual Muscle Testing). MMT adalah suatu usaha untuk menentukan/

mengetahui kemampuan seseorang dalam mengontraksikan otot / group

ototnya secara voluntair. Validasi MMT dapat dilakukan dengan jalan

mempalpasi otot yang di tes menstabilisasi segmen proximal dan mencegah

substitusi otot-otot ataupun pola geraknya. Kriteria penilaian kekuatan otot

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Kreteria Penilaian Kekuatan Otot

Lovett, Daniel, dan Worthingham Medical Research

Council

N (normal) subyek bergerak dengan LGS penuh melawan

gravitasi dan melawan tahanan maximal

5

G+ (Good plus) subyek bergerak dengan LGS penuh

melawan gravitasi dan tahanan hampir maksimal

4+

G (Good) subyek bergerak dengan LGS penuh melawan

gravitasi dan tahanan sedang moderat

4

Page 67: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

49

G- (Good minus) subyek bergerak dengan LGS penuh

melawan gravitasi dan tahanan minimal

4-

F+ (Fair plus) subyek bergerak dengan LGS penuh

melawan gravitasi tanpa melawan tahanan

3+

F (Fair) subyek bergerak dengan LGS penuh melawan

gravitasi tanpamelawan tahanan

3

F- (Fair minus) subyek bergerak mealawan tahanan denan

LGS lebih besar dari posisi middle range

3-

P+ (Poor plus) subyek bergerak sedikit dengan melawan

gravitasi atau bergerak dengan LGS penuh dengan tahnan

tanpa melawan gravitasi

2+

P (Poor) subyek bergerak dengan lgs penuh tanpa melwan

gravitasi

2

P- (Poor minus) subyek bergerak dengan LGS tidak penuh

tanpa melawan gravitasi

2-

T (Trace) kontraksi otot bisa dipalpasi tetapi tidak ada

gerakan sendi

1

0 (Zero) kontraksi otot tidak terdeteksi dengan dilakukan

palpasi

0

(Clarkson, 2000)

6) ADL (Activity Daily Living)

Pengukuran kemampuan fungsional bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar kemungkinan pasien dalam melakukan aktivitas pasien sehari-

hari. Pengukurannya menggunakan skala indek self kenny care.

Page 68: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

50

Tabel 2.2

Pengukuran Kemampuan Fungsional skala Self Kenny Care

Criteria

1 Aktivitas di tempat tidur

a Bergeser di bed

b Bangun dan duduk

2 Transfer dalam posisi

a Duduk

b Berdiri

c Penggunaan toilet

3 Ambulasi

a Berjalan

b Naik turun tangga

c Penggunaan kurusi roda

4 Berpakaian

a Anggota atas dan trun bagian atas

b Anggota bawah dan trunk bagian bawah

c kaki

5 Higine

a Wajah, rambut, lengan

b trunk

c Anggota bawah

d Blader dan bowel

6 Makan

SKALA PENILAIAN

0 : Ketergantungan penuh

1 : Perlu bantuan banyak

2 : Perlu bantuan sedang

3 : Perlu bantuan minimal/pengawasan

4 : Mandiri penuh

Page 69: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

D. Teknologi Interverensi Fisioterapi

1. IR (Infra Merah)

a. Definisi

Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik

dengan panjang gelombang 7700 A° -4 juta A°, letak diantara sinar merah

dan hertzain. (Sujatno, 2003).

Klasifikasi berdasarkan panjang gelombangnya, infra merah dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Gelombang Panjang

Panjang gelombang diatas 12.000 Ao - 150.000 A

o. Daya

penetrasinya hanya sampai lapisan superfisial epidermis, yaitu sekitar

0,5 mm.

2) Gelombang Pendek

Panjang gelombang antara 7.700 Ao - 12.000 A

o. Daya

penetrasinya lebih dalam dari pada panjang gelombang panjang, yaitu

sampai jaringan subcutan dan dapat berpengaruh secara langsung

terhadap pembuluh darah kapiler, pembuluh limfe, ujung- ujung

syaraf, dan jaringan lain dibawah kulit, yaitu sekitar 3 mm.

b. Efek Fisiologis

1) Meningkatkan proses metabolisme

Suatu reaksi kimia dapat dipercepat dengan adanya panas atau

kenaikan temperatur akibat pemanasan.Sehingga proses metabolisme

yang terjadi pada lapisan superficial kulit akan meningkat sehingga

Page 70: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

52

pemberian oksigen dan nutrisi kepada jaringan lebih lancar, begitu

juga pengeluaran sampah-sampah pembakaran.

2) Vasodilatasi pembuluh darah

Dilatasi pembuluh darah kapiler dan arteriole akan terjadi segera

setelah penyinaran. Kulit akan mengadakan reaksi dan berwarna

kemerah-merahan yang disebut eritema. Sehingga pembuluh darah

mengalami pelebaran sehingga nutrisi dan oksigen dapat beredar

keseluruh tubuh.

3) Pengaruh terhadap saraf sensoris

Mild heating mempunyai pengaruh terapeutik terhadap ujung-

ujung saraf sensoris.

4) Pengaruh terhadap jaringan otot

Kenaikan temperatur membantu terjadi rileksasi otot,

pemanasan juga akan mengaktifkan terjadinya pembuangan sisa-sisa

metabolisme.

5) Mengaktifkan kerja kelenjar keringat

Pengaruh rangsangan panas yang dibawa ujung-ujung saraf

sensoris dapat mengaktifkan kerja kelenjar keringat.

c. Efek terapeutik

1) Mengurangi rasa sakit

Mild heating menimbulkan efek sedatif pada superficial sesori

nerve ending, stronger heating dapat menyebapkan counter irritation

Page 71: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

53

yang akan menimbulkan pengurangan nyeri. Karena zat “P” penyebab

nyeri akan terbuang.

2) Relaksasi otot

Relaksasi otot mudah dicapai bila jaringan otot dalam keadaan

hangat dan rasa nyeri tidak ada.

3) Meningkatkan suplai darah

Adanya kenaikan temperatur akan menimbulkan vasodilatasi,

yang akan menyebapkan terjadinya peningkatan darah kejaringan

setempat.

4) Menghilangkan sisa-sisa hasil metabolisme

Penyinaran didaerah yang luas akan mengaktifkan glandula

gudoifera diseluruh badan, sehingga dengan demikian akan

meningkatkan pembuangan sisa-sisa hasil metabolisme melalui

keringat.

d. Indikasi

1) Penyakit kulit

2) Arthritis seperti rematoid arthritis, osteoarthritis, myalgia

3) Kondisi peradangan seperti kontusio, muscle strain, muscle sprain

e. Kontra indikasi

1) Daerah dengan insufisiensi pada darah

2) Gangguan sensibilitas kulit

3) Adanya kecenderungan terjadi pendarahan

Page 72: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

54

2. Terapi Latihan

Terapi latihan merupakan salah satu pengobatan dalam fisioterapi yang

dalam pelaksanaanya menggunakan latihan –latihan gerak tubuh baik secara

aktif atau pasif (Kisner, 1996) secara umum tujuan terapi latihan adalah

meliputi pencegahan disfungsi dengan pengembangan ,peningkatan,perbaikan

atau pemeliharaan kekuatan daya otot. kemampuan kardiovaskuler, mobilitas

dan fleksibilitas jaringan lunak, stabilitasm, rileksasi, koordinasi,

keseimbangan dan kemampuan fugsional, (Kisner, 1996).

modalitas fisioterpi yang dapat di gunakan pada kasus ini yaitu:

1) Static contraction

Static contraksi merupakan kontraksi otot tanpa di sertai perubahan

panjang otot dan perubahan LGS, statik kontrasi dapat mengurangi oedem

sehingga nyeri berkurang dan dapat memperlancar aliran darah dan

menjaga kekuatan otot agar tidak terjadi atropi (Kisner 1996).

2) Relaxed pscsive movement.

Relaxed passive movement adalah suatu gerakan yang di lakukan

sepenuhnya oleh terapis dan pasien dalam posisi yang rileks serta tidak

ikut bagian tubuh yang akan di gerakan. efek yang di dapat dari terapi ini

adalah melancarkan sirkulasi darah, sebagai rileksasi otot, mencegah

terjadinya perlangkatan jaringan dan untuk memelihara LGS yang telah di

capai.( Kisner 1996).

Page 73: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

55

3) Active Movement

Active movement merupakan gerakan yang timbuldari kekuatan

kontraksi otot pasien sendiri secara volunter / sadar (Kisner 1996) dengan

gerakan movemen maka akan timbulkontraksi otot, meningkatkan nutrisi

dan jaringan lunak ke sekitar fraktur, termasuk pada fraktur itu sendiri,

sehingga proses penyembuhan tulang dapat berjalan dengan baik.teknik

aktif movement yang di lakukan yaitu:

a. Assisted active movement yaitu suatu gerakan aktif dengan bantuan

dari luar, sedangkan pasien tetap mengkontraksikan ototnya secara

sadar, bantuan dari luar dapat berupa tangan terpis,papan,maupun

suspensionterapi latihan jenis ini dapat membantumempertahankan

fungsi sendi dankekuatan otot setelah terjadi fraktur.(Apply 1995)

b. Free active movement yaitu: suatu gerakan aktif yang di lakukan oleh

adanya kekuatan otot dan anggota tubuh itu sendiri tanpa bantuan,

gerakan yang di hasilkan oleh kontraksi dengan melawan pengaruh

gravitasi. adanya gerakan yang melibatkan gerakan otot ini maka akan

mempengaruhi kelancaran pada sirkulasi darah yang kemudian bisa

mempengaruhioedema pada tungkai,dengan berkurangnya oedema

pada daerah fraktur maka akan mengurangi rasa nyeri yang di

sebabkan oleh adanya oedema.

c. Ressisted passive movement yaitu gerak aktif dengan tahanan dari luar

terhadap gerakan yang dilakukan oleh pasien. Tahanan dapat berasal

dari terapis, pegas maupun dari pasien itu sendiri, salah satu cara untuk

Page 74: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

56

meningkatkan kekuatan otot adalah dengan meningkatkan tahanan

secara bertahap dengan pengurangan gerakan di kurangi.

4) Hold Relaxed

Merupakan teknik dari PNF yaitu metode memajukan atau

mempercepat respon dari mekanisme neuro muskular melalui rangsangan

pada propioseptor .dalam pelakasanaan hold relaxed sebelum otot

antagonis di lakukan penguluran,otot antagonis di kontraksikan secara

isometrik melawan tahanan dari terapis kerah agonis kemudian di susul

dengan rileksasi dari otot –otot tersebut (wahyono, 2002), hold relaxed

berfungsi untuk merileksasikan otot-otot ,menambah LGS dan dapat

mengurangi nyeri.

5) Positioning

Yaitu perubahan posisi anggota gerak badan yang sakit,untuk

mengurangi oedema pada tungkai,maka tungkai di elevasikan dengan cara

di ganjal bantal setinggi 300-45

0 .

6) Latihan transver, Ambulasi

Latihan transver di lakukan secara bertahap seperti miring ke

duduk,dari posisi terlentang, ambulasi pasien masih menggunakan kursi

roda.

Page 75: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

57

POLIOMIELITIS

E. Kerangka Berfikir

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berfikir

INTERVENSI

FISIOTERAPI

Deformitas

Pada Tungkai

TERAPI

LATIHAN

IR

(Infra Red)

POST OPERASI RELEASE KNEE

BILATERAL A/C POLIOMIELITIS

DENGAN PEMASANGAN WIRE PADA

1/3 DISTAL FEMUR BILATERAL

Operasi Release

(Osteotomy)

Impairment :

Nyeri pada tungkai

Kekuatan otot menurun

Keterbatasan LGS

Terdapat Oedema dan

spasme

Funtional Limitation:

Pasien kesulitan saat ADL

Pasien kesulitan saat

pindah dari kursi roda ke

bad

Disability:

Gangguan aktivitas

bersekolah dan

bermasyarakat

Hasil Terapi :

Nyeri berkurang

LGS meningkat

Oedema dan spasme menurun

Kekuatan otot meningkat

Page 76: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

58

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Pendekatan

Rancangan penelitian karya tulis ilmiah ini menggunakan metode studi kasus.

2. Desain penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan interview dan

observasional pada seorang pasien dengan kondisi post operasi release knee

bilateral a.c poliomeilitis Desain penelitian digambarkan sebagai berikut:

X0

Y

X1

Keterangan:

X0

: Keadaan pasien sebelum diberikan program fisioterapi

X1

: Keadaan pasien setelah diberikan program fisioterapi

Y : Program fisioterapi

Permasalahan yang timbul sebelum pasien menjalankan program

fisioterapi adalah pasien merasakan sakit dan merasa lemah pada kedua

tungkainya. Kemudian pasien di periksa dengan dermatom test dan

pengukuran kekuatan otot.

Page 77: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

59

Pasien mulai diberi tindakan fisioterapi setelah dikonsulkan oleh dokter

yang bertujuan untuk menjaga kondisi umum pasien dan menjaga masa otot,

mencegah kontraktur, memelihara ekspansi thorak. Dengan pemberian

modalitas fisioterapi seperti breathing exercise, terapi latihan, latihan transfer

dan ambulasi, diharapkan pasien ada peningkatan kapasitas fisik dan

kemampuan fungsional.

A. Kasus Terpilih

Dalam penelitian karya tulis ini penulis memilih kondisi FT B,

Penatalaksanaan fisioterapi Post Operasi Release Knee Bilateral a/c Poliomeilitis

dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral dengan Modalitas IR

dan TL di BBRSBD Prof Dr. Soeharso Surakarta.

B. Instrument Penelitian

1. Nyeri diukur dengan (Verbal Analog Scale) VAS

VAS dapat dikonversikan keformat numerical sehingga manipulasi

aritmatik dapat dilakukan. Dari beberapa peneliti dapat disimpulkan bahwa

VAS lebih baik berupa garis kosong, posisi horizontal, lurus sepanjang 10 cm

(100 mm). VAS merupakan metode yang baik, sensitif, dan dapat diulang

untuk mengekspresikan nyeri. Alat ukur ini bisa diterapkan pada semua

pasien tanpa memandang bahasa dan dapat dipakai untuk anak umur 5 tahun

keatas namun usia lanjut atau mereka yang kurang berpendidikan mungkin

Page 78: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

60

bisa mnengalami kesulitan dalam menggunakan alat ukur VAS tersebut.

(Dowel MC, Newell, 1996)

a. Nyeri diam, jika saat diam penderita merasakan sakit pada punggungnya

kemudian pasien disuruh menunjukkan seberapa besar derajat nyeri,

dengan menggunakan VAS.

b. Nyeri tekan, kita dapat memberikan palpasi dengan penekanan pada

daerah yang diperkirakan timbul sakit dan penderita diminta untuk

menyebutkan berapa nyeri yang dirasakan dengan menggunakan VAS.

c. Nyeri gerak, terapis dapat melakukan saat pemeriksaan gerak dimana

penderita juga diminta untuk merasakan seberapa sakit yang dirasakan

dengan skala VAS.

2. Pemeriksaan anthropometri (lingkar segmen tubuh) untuk mengetahui

adanya oedem

Pada pemeriksaan lingkar segmen tubuh alat ukur yang digunakan

adalah pita ukur. Pada kaki titik patokan pada malleolus lateralis ke distal dan

proksimal.

3. Spasme

Spasme otot terjadi oleh karena proteksi oleh adanya nyeri. Reaksi

proteksi lain adalah penderita berusaha menghindari gerakan yang

menyebabkan nyeri apabila dibiarkan terus meneruskan menyebabkan

kekakuan sendi, pemendekan otot, atropi otot dan gangguan fungsi pada

panggul dan paha kanan dan kiri.

Page 79: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

61

4. Kekuatan Otot dengan MMT

MMT adalah suatu usaha untuk menentukan atau mengetahui

kemampuan seseorang dalam mengontraksikan otot atau group secara

voluntary. Tes kekuatan otot ini dilakukan dengan manual pada sendi. Hasil

manual test dinyatakan dalam bentuk angka (0-5) pada pemeriksaan ini perlu

diperhatikan posisi pasien dan pemeriksa dalam melakukan gerak dan letak

fiksasi.

5. LGS (Lingkup Gerak Sendi)

LGS adalah lingkup gerak sendi yang bisa dilakukan oleh suatu

sendi. Alat yang digunakan adalah goneometer yang merupakan salah satu

teknik evaluasi yang paling sering digunakan dalam praktek fisioterapi.

Tujuannya adalah : (1) untuk mengetahui besarya LGS pada suatu sendi dan

membandingkan dengan LGS pada sendi normal yang sama, (2) membantu

diagnosis dan menentukan fungsi sendi pasien, apakah hipomobilitas atau

hipermobilitas yang dapat mempengaruhi fungsi pasien dalam aktivitas

keseharian, (3) untuk meningkatkan motivasi dan semangat pasien dalam

menjalani program terapi, (4) untuk evaluasi terhadap pasien setelah terapi

dan membandingkannya dengan hasil penilaian sebelumnya.

6. Kemampuan Fungsional dengan Indek Self Kenny Care

Merupakan pemeriksaan fungsional untuk mengetahui kemampuan

pasien dalam melakukan aktifitas spesifik dalam hubungan dengan kehidupan

sehari-hari. Penilaian berdasarkan indeks status fungsional Self Kenny Care

Page 80: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

62

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dilakukan di BBRSBD Prof dr Soeharso Surakarta, waktu

pelaksanaan 12 januari 2010 sampai dengan 19 januari 2010 dengan tindakan

terapi sebanyak 6 kali terapi (t0-t

6) dimana T

0 adalah data-data awal yang

diperoleh, dan T6

hasil akhir yang diperoleh.

D. Prosedur Pengambilan Data

Prosedur pengambilan atau pengumpulan data dalam menyusun karya

tulis ilmiah ini mencakup:

1. Data primer

a. Pemeriksaan fisik

Bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik pasien. Pemeriksaan ini

terdiri dari: vital sign, inspeksi, palpasi, pemeriksaan gerakan dasar,

kemampuan fungsional dan lingkungan aktifitas.

b. Interview

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan tanya

jawab antara fisioterapi dengan sumber data: anamnesis dilakukan tidak

hanya pada pasien tetapi juga dapat dilakukan dengan keluarga, teman dan

orang lain yang mengetahui keadaan pasien yang bisa menjadi sumber

data.

c. Observasi

Dilakukan untuk mengamati perkembangan pasien selama diberikan

terapi.

Page 81: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

63

2 Data Sekunder

a. Studi dokumentasi

Dalam studi dokumentasi penulis mengamati dan mempelajari data

status pasien di BBRSBD Prof. dr Soeharso Surakarta dan catatan

pemeriksaan Rontgen.

b. Studi Pustaka

Didapatkan dari buku-buku, internet, majalah, artikel dan kumpulan

jurnal yang berkaitan dengan operasi release knee bilateral a/c

poliomeilitis.

E. Teknik Analisa Data

Maksud analisis data adalah penganalisaan terhadap data – data yang

diperoleh dari hasil penelitian. Dalam menganalisa data, metode yang digunakan

adalah metode deskriptif kualitatif yaitu data yang bersifat kuantitatif berbentuk

tabel, gambar dan grafik kemudian dianalisis dengan teknik pemikiran : (1)

deduktif adalah penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan khusus

menuju ke pernyataan umum, (2) induktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan

yang dimulai dari pernyataan umum menuju ke pernyataan yang bersifat khusus.

Page 82: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

64

BAB IV

PELAKSANAAN STUDI KASUS

A. Analisis Penelitian

1. Pengkajian

Dalam pemecahan masalah terhadap kondisi Post Operasi Release

Knee Bilateral a.c Poliomeilitis dan beberapa kondisi lain yang

mempunyai data serta gejala klinis yang hampir sama, sebelum melakukan

tindakan pada kondisi tersebut maka terlebih dahulu melaksanakan

pemeriksaan yang teliti melalui prosedur yang benar. Hal ini bertujuan

untuk menegakkan diagnosa dan menentukan jenis modalitas fisioterapi

yang tepat. Prosedur pemeriksaan tersebut antara lain :

a. Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan merupakan hal yang sangat penting pada tindakan

fisioterapi selanjutnya. Dengan pemeriksaan yang baik akan didapat

permasalahan yang ada, guna mempermudah diagnosa fisioterapi dan

menetapkan langkah-langkah yang benar dan tepat. Pemeriksaan ini

meliputi:

1) Anamnesis

Merupakan suatu pengumpulan data dengan wawancara atau

tanya jawab antara fisoterapis dengan sumber data dengan cara auto

anamnesis atau hetero anamnesis. Auto anamnesis adalah bila tanya

jawab dilakukan dengan penderita sendiri sedangkan hetero anamnesis

64

Page 83: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

65

yaitu bila tanya jawab dilakukan dengan orang lain yang dianggap

mengetahui keadaan penderita. Anamnesis pada kasus ini dilakukan

dengan metode auto anamnesis yaitu mengadakan tanya jawab secara

langsung dengan pasien. Secara sistematis anamnesis dapat dibagi atau

dikelompokkan menjadi:

a. Anamnesis Umum Dari anamnesis umum ini didapatkan data

pribadi penderita sebagai berikut : (1) Nama : Nn. Raguan Asegaf,

(2) Umur : 28 tahun, (3) Jenis kelamin : Perempuan, (4) Agama :

Islam, (5) Pekerjaan: Penjahit, (6) Alamat Kampung Ngarep

Cikditiro Lumajang, Jawa Timur.

b. Anamnesis Khusus

Dari anamnesis khusus ini kita dapat memperoleh keterangan

tentang hal-hal yang berkaitan dengan keadaan / penyakit penderita

seperti keluhan utama yang dialami yaitu nyeri pada kedua kaki Selain

itu juga diperoleh informasi tentang riwayat penyakit yang dialami

pasien seperti kualitas keluhan yang dirasakan pasien. Anamnesis juga

dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penyakit atau keluhan

kelainan yang dapat menyertai keluhan utama.

Dalam anamnesis khusus didapatkan keterangan mengenai:

i. Keluhan Utama

Merupakan satu atau lebih keluhan atau gejala yang

mendorong atau membawa penderita mencari pertolongan atau

Page 84: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

66

nasehat medik. Keluhan utama pada pasien pada kondisi adalah

nyeri pada kedua lutut.

ii. Riwayat Penyakit Sekarang

Menggambarkan riwayat penyakit secara kronologis dengan

jelas dan lengkap. Pada kasus ini diperoleh informasi. Riwayat

penyakit sekarang yaitu desember 2009 datang ke BBRSBD untuk

dilakukan operasi osteotomi untuk di harapkan dapat lurus, Px

sering mengeluh kejang pada kedua kaki, dokter mengkhawatirkan

ada saraf yang terganggu, kemudian dilakukan operasi ke dua pada

bulan november 2009 dengan pemasangan wire dan di fiksasi

eksternal dengan gips tanggal 11 januari 2010 datang ke poliklinik

fisioterapi BBRSBD untuk membuka gips.

iii. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahulu adalah riwayat penyakit baik fisik

maupun psikiatrik yang pernah diderita sebelumnya. Dari riwayat

dahulu didapat hasil pasien menderita poliomielitis sejak usia 4

tahun yang menyebabkan deformitas pemendekan otot anggota

gerak bawah kedua sendi lutut kearah fleksi, diabetes (-), hipertensi

(+).

iv. Riwayat Penyakit Penyerta

Riwayat penyakit penyerta adalah penyakit yang timbul

karena penyakit yang di derita sekarang. Disini pasien mempunyai

riwayat hipertensi (+) dan diabetes (-)

Page 85: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

67

v. Riwayat Pribadi

Ditanya mengenai kehidupan sehari-hari pasien yang

kemungkinan ada hubungannya dengan penyakit penderita. Dari

riwayat pribadi diperoleh keterangan bahwa pasien adalah anak ke 4

dari 6 saudara kegiatan sehari-hari menjahit.

vi. Riwayat Keluarga

Diperoleh informasi bahwa penyakit yang diderita bukan

penyakit menular atau herediter. Dari riwayat keluarga diketahui

bahwa keluarga pasien tidak ada yang mempunyai penyakit yang

sama dengan pasien

c. Anamnesis Sistem

Anamnesis sistem ini dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya keluhan atau gangguan yang menyertai keluhan utama

i. Kepala dan leher

Pasien tidak merasakan pusing dan leher tidak terasa kaku.

ii. Sistem kardiovaskuler

Pasien tidak merasakan jantungnya berdebar-debar dan tidak

merasa nyeri dada

iii. Sistem respirasi

Pasien tidak merasa sesak nafas dan keluhan respirasi lainnya.

iv. Sistem gastrointestinal

BAB lancar, teratur dan terkontrol

Page 86: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

68

v. Sistem urogenitalis

BAK lancar,teratur dan terkontrol

vi. Sistem musculoskeletal

Nyeri saat lutut digerakkan dan ditekuk,nyeri hilang saat

istirahat, ada keterbatasan gerak pada lutut dan paha, terdapat

bengkak pada kedua ankle dan spasme pada otot gastroc,

hamstring, quadricep.

vii. Sistem nervorum

Tidak ada rasa kesemutan, dan juga nyeri menjalar.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik di sini meliputi :

(a) Pemeriksaan Vital Sign

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pengukuran tekanan

darah, denyut nadi, pernafasan, temperatur, tinggi badan dan berat

badan. Dari pemeriksaan tanda-tanda vital yang dilakukan pada

tanggal 12 Januari 2010 diperoleh data sebagai berikut : Tekanan darah

: 140/110 mmhg, Denyut nadi : 86x/menit, Pernapasan : 21x/menit,

Temperature : 36o C, Tinggi badan : 157 cm, Berat badan

(b) Inspeksi

Inspeksi adalah suatu pemeriksaan dengan cara melihat dan

mengamati keadaan pasien secara langsung. Inspeksi dibagi menjadi 2,

yaitu : (1) Statis : dari inspeksi statis di dapatkan kondisi umum pasien

baik, tampak oedem pada ankle kiri, terpasang bandage dari paha

Page 87: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

69

sampai dengan pergelangan kaki. (2) Dinamis : dari inspeksi dinamis

di peroleh hasil tanpak ekspresi wajah menahan nyeri saat kedua

tungkai di gerakkan oleh fisioterapis, tampak keterbatasan gerak pada

kedua AGB.

(c) Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan cara

meraba,menekan,memengang organ atau bagian tubuh pasien.dari

palapsi di peroleh hasil suhu tungkai kiri lebih hangat di banding

tungkai kanan, adanya pitting oedema pada ankle kiri, Adanya nyeri

tekan pada daerah sekitar luka operasi di sekitar lutut, adanya spasme

otot quadricep femoris, hamtrisng, gastrocnemius kiri dan kanan.

(d) Perkusi

Perkusi yaitu pemeriksaan yang di lakukan dengan cara

mengetuk suatu bagian organ tubuh. dalam pemeriksaan ini tidak di

lakukan.

(e) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan yang di lakukan dengan cara

mendengarkan dengan stetoskop. dalam pemeriksaan ini tidak di

lakukan.

Page 88: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

70

(f) Gerak dasar

Tabel 4.1

Pemeriksaan gerak dasar

No Gerak aktif Gerak pasif Gerak isometric

melawan tahanan

1 Anggota gerak bawah Anggota gerak bawah Anggota gerak

2 Hip : pasien mampu secara

aktif menggerakkan

kesemua gerak bidang

sendi, tidak full rom dan

ada nyeri

Hip : mampu di

gerakakn ke semua arah

bidang gerak sendi,

tidak full rom dan ada

nyeri, pada semua

gerakan.

Hip : pasien belum

mampu melawan

tahanan yang di

berikan terapis,

nyeri masih ada.

3 Knee : pasien belum

mampu menggerakkan

semua bidang gerak sendi,

tidak full rom masih ada

nyeri

Knee : mampu di

gerakkan kesemua arah

bidang gerak sendi,tidak

full rom

Knee : pasien

belum mampu

melawan tahanan

yang di berikan

terapis, nyeri masih

ada.

4 Ankle : Pasien tidak

mampu menggerakkan

secara aktif kesemua arah

bidang gerak sendi.

Ankle : mampu di

gerakkan ke semua arah

bidang gerak sendi .full

rom soft endfell.

Ankle : pasien

belum mampu

melawan tahanan

yang di berikan

terapis.

3) Kognitif, intra personal, inter personal

Dalam pemeriksaan di peroleh data :

a) Kognitif : pasien mampu menceritakan kronologis penyakit secara

terperinci

Page 89: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

71

b) Intra personal : Px memiliki motivasi untuk sembuh

c) Inter personal : px sangat kooperatif dan mampu diajak bekerja

sama dengan fisioterapi.

4) Kemampuan fungsional

a) Kemampuan fungsional dasar

Px belum mampu duduk secara mandiri, jongkok dan berdiri.

b) Aktivitas fungsionaal

Px belum mampu berjalan secara mandiri.

c) Lingkungan aktivitas

Px belum mampu melakukan atau mengerjakan pekerjaan sosial

seperti biasa.

5) Pemeriksaan spesifik

a) Pemeriksaan nyeri dengan VAS

0 100mm

Tidak nyeri Nyeri tidak tertahankan

Nyeri tekan pada daerah incisi

0 100mm

Tidak nyeri Nyeri tidak tertahankan

30

Page 90: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

72

Nyeri gerak

0 100mm

Tidak nyeri Nyeri tidak tertahankan

b) Pemeriksaan Antropometer (bengkak) dengan medline

Tabel 4.4

Pegukuran Antropometri (oedema)

Maleolus Lateral Ke Distal 5 cm

Kiri 21,5

Kanan 21

Maleolus Lateral ke Proksimal 5 cm

Kiri 21

kanan 19

Maleolus Lateral ke Distal 10 cm

Kiri 23,5

Kanan 21,5

Maleolus Lateral ke Proksimal 10 cm

Kiri 24

Kanan 21,5

40

0

Page 91: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

73

c) Pemeriksaan LGS dengan menggunakan goneometer

Tabel 4.2

Pemeriksaan lingkup gerak sendi (LGS)

Sendi Kanan Kiri

Aktif Hip S = 5-0-30

F = 20-0-15

S = 10-0-30

F = 20-0-15

Pasif Hip S = 10-0-45

F = 25-0-25

S= 10-0-50

F = 25-0-20

Aktif Knee S = 0-0-25 S = 0-0-30

Pasif Knee S = 0-0-30 S= 0-0-35

Aktif Ankle S = 5-0-30 S = 5-0-25

Pasif Ankle S = 20-0-35 S= 20-0-30

Page 92: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

74

d) Pemerikasaan kekuatan otot dengan MMT

Tabel 4.3

Pengukuran kekuatan otot (MMT)

Fleksor hip kiri 2-

Ekstensor hip kiri 2-

Adduktor kiri 2-

Abduktor hip kiri 2-

Eksorotator hip kiri 2-

Endorotator hip kiri 2-

Fleksor knee kiri 2-

Ekstensor knee kiri 2-

Dorsi fleksi 1

Plantar fleksi 2

Inversi 3

eversi 3

Page 93: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

75

Tabel 4.5

Pemeriksaan dengan indek self kenny care

Criteria

1 Aktivitas di tempat tidur

a Bergeser di bed 0

b Bangun dan duduk 0

2 Transfer dalam posisi

a Duduk 0

b Berdiri 0

c Penggunaan toilet 0

3 Ambulasi

a Berjalan 0

b Naik turun tangga 0

c Penggunaan kurusi roda 0

4 Berpakaian

a Anggota atas dan trun bagian atas 1

b Anggota bawah dan trunk bagian bawah 1

c kaki 1

5 Higine

a Wajah, rambut, lengan 2

b trunk 1

c Anggota bawah 1

d Blader dan bowel 4

6 Makan 2

SKALA PENILAIAN

0 : Ketergantungan penuh

1 : Perlu bantuan banyak

2 : Perlu bantuan sedang

3 : Perlu bantuan minimal/pengawasan

4 : Mandiri penuh

Page 94: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

A. Diagnosa fisioterapi

1. Impairment

Nyeri pada kedua tungkai , oedem pada ankle kiri, spasme, keterbatasan

LGS, penurunan kekuatan otot menurun.

2. Fungsional limitation

Gangguan fungsional dasar dan aktivitas fungsional. Pasien dapat

melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri tetapi pada aktivitas

ambulasi, pasien menggunakan kursi roda.

3. Disability

Lingkungan pasien sekarang adalah lingkungan asrama, pasien mampu

mengikuti kegiatan kurikulum dan ekstrakulikuler d BBRSBD dengan baik,

tetapi Pasien tidak dapat melakukan pekerjaan sehari - hari seperti biasa untuk

menjahit.

B. Tujuan Fisioterapi

Tujuan fisioterapi pada kasus ini dapat berupa tujuan jangka pendek dan tujuan

jangka panjang. Tujuan jangka pendek yaitu : mengurangi nyeri pada kedua

lutut, mengurangi oedem pada ankle kiri, mengurangi spasme, meningkatkan

LGS, meningkatkan kekuatan otot kedua tungkai. Sedangkan untuk tujuan

jangka panjang yaitu mengembalikan kemampuan gerak dan aktifitas

fungsional pasien.

C. Penatalaksanaan Fisioterapi

Penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral

a/c Poliomeilitis dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral

Page 95: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

77

menggunakan infra merah dan terapi latihan di berikan pada tanggal 12, 14, 16,

18, 19, 20 Januari 2010.:

Terapi pertama hari selasa tanggal 12 Januari 2010

1. Infra Red

a. Persiapan alat

Persiapan yang dilakukan meliputi pengecekan kabel, pengecekan

perlengkapan lampu.

b. Persiapan pasien

Posisikan pasisen senyaman mungkin. Sebelum pelaksanaan terapi

dilakukan tes sensibilitas pada daerah lutut kanan. Caranya dengan tes panas dan

dingin. Dengan mata terpejam pasien disuruh merasakan sensasi yang terjadi di

lututnya adalah rasa panas dan dingin. Terapis memberikan informasi rasa hangat

yang muncul pada Infra Red, apabila pasien merasakan panas yang berlebihan

saat terapi berlangsung diharapkan dapat memberitahukan kepada terapis.

c. Pelaksanaan terapi

Alat diatur sedemikian rupa, sehingga lampu infra red dapat menjangkau

daerah kedua tungkai dengan jarak 45 cm atau toleransi pasien. Posisi lampu

infra red tegak lurus daerah kedua tungkai. Area yang diterapi adalah sekitar

paha, lutut bagian depan . Setelah semuanya siap alat dihidupkan, kemudian atur

waktu 10 menit.

Selama proses terapi berlangsung fisioterapi harus mengontrol perasaan

yang diterima pasien, jika selama pengobatan rasa nyeri, pusing, ketegangan otot

meninggi. Dosis harus dikurangi dengan menurunkan intensitasnya, dengan

Page 96: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

78

sedikit menjauhkan infra red. Hal ini berkaitan dengan adanya over dosis. Setelah

proses terapi selesai matikan alat dan alat dirapikan seperti semula (Sujatno,2002).

2. Terapi Latihan

a. Static Contraction otot Quadriceps dan Hamstring

Posisi pasien : posisi pasien senyaman mungkin berbaring atau tidur

terlentang di bed.

Posisi terapis : posisi terapis berdiri di samping kiri bed pasien

Pelaksanan : untuk otot quadriceps, satu tangan terapis di letakkan di

bawah sendi lutut kiri pasien, pasien di suruh menekankan tangan terapis

dengan cara meluruskan tungkai kirinya kuat – kuat dan di tahan selama 6

hitungan kemudian rileks. Untuk otot hamstring, satu tangan terapis di

letakkan di bawah sendi pergelangan kaki (ankle) kemudian pasien di

suruh menekankan tumit kirinya pada bed sekuat – kuatnya dan ditahan

selama 6 hitungan. Untuk lebih jelas, lihat pada gambar.

Dosis : pengulangan sebanyak 5 kali tiap satu sesi terapi

Gambar 2.1

Statik kontraksi otot quadriceps (Kisner, 1996).

Page 97: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

79

b. Relaxed passive movement knee kiri

Posisi pasien : berbaring terlentang

Posisi terapis : berdiri di samping kiri pasien

Pelaksanaan : tangan kanan terapis di letakkan di bawah fraktur sebagai

fiksasi dan tangan kiri terapis memegang tungkai bawah pasien sebagai

tuas gerak kemudian terapis menggerakkan knee pasien ke arah fleksi,

ekstensi, eksorotasi dan endorotasi sampai seberapa besar keluhan yang di

rasakan hingga mencapai rasa

batas nyeri yang di rasakan pasien. Untuk lebih jelas lihat pada gambar.

Dosis : pengulangan masing – masing gerakan 8 kali setiap sesi

terapi.

Gambar 2.2

Relaxed pasif movement ke arah fleksi-ekstensi knee (Kisner, 1996)

Gambar 2.3

Relaxed passive movement kearah fleksi-ekstensi hip dan knee (Kisner, 1996)

Page 98: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

80

Gambar 2.4

Relaxed passive movement kearah abduksi-adduksi hip (Kisner, 1996)

c. Active pada sisi yang sehat

Posisi pasien : berbaring terlentang

Posisi terapis : berdiri di samping kiri pasien

Pelaksanaan : pasien menggerakkan siku kanan dan kiri ke arah fleksi

dan ekstensi, gerakan menggenggam jari – jari tangan kanan dan kiri,

gerakan mendekatkan lutut kanan ke perut, gerakan plantar dan dorsal

fleksi pada ankle kanan dan kiri.

Dosis : pengulangan masing – masing gerakan 8 kali setiap sesi

terapi.

2. Terapi kedua hari kamis tanggal 14 Januari 2010

a. Static Contraction otot Quadriceps dan hamstring

Posisi pasien, terapis dan pelaksanaan terapi sama dengan terapi pertama.

b. Active pada sisi yang sehat

Posisi pasien, terapis dan pelaksanaan terapi sama dengan terapi pertama

Page 99: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

81

c. Relaxed passive movement knee kiri

Posisi pasien, terapis dan pelaksanaan terapi sama dengan terapi pertama

d. Aktif pumping action ankle (free aktif movement)

Posisi pasien tidur terlentang, terapis berada disamping kanan pasien.

Pelaksanaannya adalah terapis memberikan fiksasi pada proksimal ankle

kanan pasien, kemudian pasien diminta menggerakkan sendi pergelangan

kaki kearah dorsal fleksi plantar fleksi, inversi dan eversi. Latihan

dilakukan sebanyak 5 kali hitungan dengan 1 kali pengulangan

Gambar 2.5

Gerakan active plantar-dorsal fleksi sendi pergelangan kaki kanan

(kisner, 1996).

e. Latihan duduk di tunda karena pasien masih merasa pusing.

3. Terapi ketiga hari Sabtu tanggal 16 Januari 2010

a. Static Contraction otot Quadriceps dan hamstring

Posisi pasien, terapis dan pelaksanaan terapi sama dengan terapi pertama.

b. Active pada sisi yang sehat

Posisi pasien, terapis dan pelaksanaan terapi sama dengan terapi pertama

Page 100: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

82

c. Relaxed passive movement knee kiri

Posisi pasien, terapis dan pelaksanaan terapi sama dengan terapi pertama

d. Aktif pumping action ankle

Posisi pasien, terapis dan pelaksanaan terapi sama dengan terapi pertama

4. Terapi keempat hari Senin tanggal 18 Januari 2010

a. Transfer dari “long sitting“ ke duduk di tepi bed

Posisi pasien : long sitting

Posisi terapis : berada di samping kiri pasien

Pelaksanaan : Dari posisi “long sitting“ pasien secara aktif melakukan

“bridging” menuju tepi bed dan terapis membantu mengangkat tungkai

kiri pasien keluar dari bed hingga pasien duduk di tepi bed. Perlahan –

lahan tungkai kiri pasien di turunkan pelan – pelan keluar dari bed. Jika

pasien masih merasa nyeri maka tungkai kiri pasien dapat dapat di

letakkan di atas stool.

Dosis : 1 kali.

b. Latihan duduk dan keseimbangan (sitting balance).

Posisi pasien : duduk di tepi bed

Posisi terapis : berada di depan pasien

Pelaksanaan dari posisi duduk di tepi bed lalu pasien di goyangkan ke

kanan dan kekiri,ke depan dan ke belakang.lalu sabil di suruh untuk

mempertahjankan diri agar tidak jatuh baik ke kanan/ ke kiri,ke depan / ke

belakang.untuk melatih keseimbangan pasien.

Page 101: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

83

c. Free active assisted

Posisi pasien duduk ditepi bed, posisi terapis berada disamping kanan

pasien. Terapis memfiksasi pada ujung distal tungkai atas pasien,

kemudian pasien diminta menggerakkan sendi lutut ke arah fleksi dan

ekstensi. Latihan dilakukan sebanyak 8 kali hitungan dengan 1 kali

pengulangan.

Gambar 2.6

Gerakan active fleksi-ekstensi pada sendi lutut kiri (Kisner, 1996)

5. Terapi kelima hari Selasa tanggal 19 Januari 2010

Sama dengan terapi sebelumnya tanggal 12, 14, 16, 18 januari 2010

6. Terapi keenam hari Rabu tanggal 20 Januari 2010

Sama dengan terapi sebelumnya

D. EDUKASI

1. Pasien di minta untuk mengulangi gerakan yang telah di ajarkan

fisiotherapi. Jika pasien sudah merasa lelah maka latihan di hentikan

dahulu.

Page 102: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

84

2. Memposisikan kaki yang bengkak lebih tinggi dari tubuh, posisi tidur

terlentang kaki diganjal dengan bantal

3. Dalam setiap latihan di lihat kondisi umum pasien dulu.

E. RENCANA EVALUASI

Evaluasi nyeri : Vas

Evaluasi antropometri (odema) : Mide line

Evaluasi spasme : Palpasi

Evaluasi LGS : Goneometri

Evaluasi kekuatan otot : MMT

ADL : Indek kenny self care

F. EVALUASI HASIL TERAPI

Pasien pada kondisi post operasi release knee bilateral a/c

poliomeilitis dengan pemasangan wire pada 1/3 distal femur bilateral, dengan

nama Nn Raguan Asegaf 28 tahun setelah diberi intervensi fisioterapi dengan

modalitas infra merah dan terapi latihan sebanyak 6x didapat hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.6

EVALUASI NYERI DENGAN VISUAL ANALOC SCALE

Rasa nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6

Nyeri diam 3 3 2 2 2 2

Nyeri gerak 5 5 5 5 4 4

Nyeri tekan 5 5 4 4 3 3

Page 103: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

85

Tabel 4.7

EVALUASI ANTROPOMETRI (OEDEMA) DENGAN MIDLINE

Maleolus Lateral ke Distal +5

Kiri T1 T2 T3 T4 T5 T6

21,5 21,5 21,5 21 21 21

Kanan T1 T2 T3 T4 T5 T6

21 21 21 21 21 21

Maleolus Lateral ke Proksimal +5

Kiri T1 T2 T3 T4 T5 T6

21 21 20,5 20,5 20 20

Kanan T1 T2 T3 T4 T5 T6

19 19 19 19 19 19

Maleolus Lateral ke Distal +10

Kiri T1 T2 T3 T4 T5 T6

23,5 23,5 23,5 22 22 21,5

Kanan T1 T2 T3 T4 T5 T6

21,5 21,5 21,5 21,5 21,5 21,5

Maleolus Lateral ke Proksimal +10

Kiri T1 T2 T3 T4 T5 T6

24 24 24 24 23,5 23

Kanan T1 T2 T3 T4 T5 T6

21,5 21,5 21,5 21,5 21,5 21,5

Page 104: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

86

Tabel 4.8

EVALUASI LGS DENGAN GONEOMETER

HIP Kanan

Aktif S = 5-0-30

F = 20-0-15

S = 5-0-30

F = 20-0-15

S = 5-0-35

F = 20-0-15

S = 5-0-40

F = 20-0-15

S = 5-0-40

F = 20-0-20

S = 5-0-40

F = 20-0-20

Pasif S = 10-0-45

F = 25-0-25

S = 10-0-45

F = 25-0-25

S = 10-0-45

F = 25-0-25

S = 10-0-45

F = 25-0-25

S = 10-0-55

F = 25-0-25

S = 10-0-60

F = 25-0-30

HIP Kiri

Aktif S = 10-0-30

F = 20-0-15

S = 10-0-30

F = 20-0-15

S = 10-0-35

F = 20-0-15

S = 10-0-40

F = 20-0-20

S = 10-0-40

F = 20-0-20

S = 10-0-45

F = 20-0-20

Pasif S= 10-0-50

F = 25-0-20

S= 10-0-50

F = 25-0-20

S= 10-0-50

F = 25-0-30

S= 10-0-60

F = 25-0-30

S= 10-0-65

F = 25-0-35

S= 10-0-65

F = 25-0-35

Knee Kanan

Aktif S = 0-0-25 S = 0-0-25 S = 0-0-25 S = 0-0-40 S = 0-0-45 S = 0-0-55

Pasif S = 0-0-30 S = 0-0-30 S = 0-0-30 S = 0-0-50 S = 0-0-55 S = 0-0-65

Knee Kiri

Aktif S = 0-0-30 S = 0-0-30 S = 0-0-30 S = 0-0-30 S = 0-0-40 S = 0-0-55

Pasif S = 0-0-35 S = 0-0-35 S = 0-0-35 S = 0-0-35 S = 0-0-45 S = 0-0-65

Ankle Kanan

Aktif S = 5-0-30 S = 5-0-30 S = 5-0-30 S = 5-0-35 S = 5-0-35 S = 5-0-35

Pasif S = 20-0-35 S = 20-035 S = 20-035 S=20-0-35 S=20-0-35 S=20-0-45

Ankle Kiri

Aktif S = 5-0-25 S = 5-0-25 S = 5-0-25 S = 5-0-30 S = 5-0-35 S = 5-0-35

Pasif S= 20-0-30 S= 20-0-30 S= 20-0-35 S= 20-0-35 S= 20-0-40 S= 20-0-40

Page 105: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

87

Tabel 4.9

EVALUASI KEKUATAN OTOT DENGAN MMT

HIP

GERAKAN T1 T2 T3 T4 T5 T6

Flesor 2- 2 3 3 3- 3-

Ekstensor 2- 2 3- 3 3- 3-

Abductor 2- 2- 3 3 3- 3-

adduktor 2- 2 3 3 3- 3-

KNEE

GERAKAN T1 T2 T3 T4 T5 T6

fleksor 2- 2 3- 3- 3- 3-

ekstensor 2- 2 3 3 3 3

ANKLEE

GERAKAN T1 T2 T3 T4 T5 T6

Dosi flexsi 1 1 2 2 3 3

Plantar

flexsi 2 2 3- 3- 3- 3-

Page 106: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

88

Tabel 4.10

EVALUASI ADL DENGAN INDEK SELF KENNY CARE

Criteria T1 T2 T3 T4 T5 T6

1 Aktivitas di tempat tidur

a Bergeser di bed 0 1 2 3 3 4

b Bangun dan duduk 0 0 0 2 3 3

2 Transfer dalam posisi

a Duduk 0 0 1 2 2 3

b Berdiri 0 0 0 0 1 1

c Penggunaan toilet 0 0 0 0 0 0

3 Ambulasi

a Berjalan 0 0 0 0 0 0

b Naik turun tangga 0 0 0 0 0 0

c Penggunaan kurusi

roda

0 0 0 0 0 2

4 Berpakaian

a Anggota atas dan

trun bagian atas

1 1 3 3 4 4

b Anggota bawah

dan trunk bagian

bawah

1 1 1 1 2 3

c kaki 1 1 1 1 2 3

5 Higine

a Wajah, rambut, 2 2 3 3 3 4

Page 107: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

89

lengan

b trunk 1 2 2 3 3 3

c Anggota bawah 1 1 1 1 2 2

d Blader dan bowel 4 4 4 4 4 4

6 Makan 2 2 3 4 4 4

SKALA PENILAIAN

0 : Ketergantungan penuh

1 : Perlu bantuan banyak

2 : Perlu bantuan sedang

3 : Perlu bantuan minimal/pengawasan

4 : Mandiri penuh

Page 108: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

90

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seorang pasien berusia 28 tahun dengan kondisi post operasi release knee

bilateral a/c poliomielitis dengan pemasangan wire pada 1/3 distal femur bilateral:

nyeri tekan pada daerah operasi, spasme otot penggerak sendi panggul dan lutut

tungkai kiri, bengkak pada daerah pergelangan kaki, keterbatasan gerak sendi

panggul lutut dan ankle. penurunan kekuatan otot penggerak sendi panggul, lutut

kiri dan ankle. penurunan kemampuan fungsional setelah di lakukan interverensi

fisioterapi sebanyak 6x dalam 1 minggu dengan modalitas Infra Red dan terapi

latihan:

1) Nyeri

Nyeri dirasakan sebagai suatu perasaan yang tidak mengenakkan yang

merupakan pengalaman emosional yang berhubungan dengan kerusakan

jaringan aktual dan potensial atau sering dideskripsikan sebagai istilah adanya

kerusakan jaringan (Michlovitz, 1990). Nyeri di anggap sebagai proses

normal pertahanan yang di perlukan untuk tanda alami bahwa telah terjadi

kerusakan jaringan dan hasil terakhir di dapatkan bahwa nyeri menurun,

disini penulis akan membuat dalam bentuk grafik bahwa nyeri menurun, skala

nyeri sebagai berikut:

90

Page 109: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

91

Grafik 5.1 Evaluasi nyeri dengan VAS

Penurunan tingkat nyeri dengan skala VAS adanya nyeri dan spasme,

dan setelah mendapatkan terapi sebanyak 6x, hasil yang didapatkan yaitu

nyeri dan spasme berkurang. Nyeri diam dari T1 = 3 menjadi T6 = 2 , Nyeri

gerak T1 = 5 menjadi T6 = 4, Nyeri tekan T1 =5 menjadi T6 = 3. Nyeri

tersebut dapat berkurang karena telah di lakukan penatalaksanaan infra red

yaitu Mild heating menimbulkan efek sedatif pada superficial sesori nerve

ending, stronger heating dapat menyebapkan counter irritation yang akan

menimbulkan pengurangan nyeri. Karena zat “P” penyebab nyeri akan

terbuang. Terapi latihan yaitu statik kontraksi, latihan gerak aktif dan latihan

gerak pasif.karena menurut melszac dan wall, menyeimbangkan aktivitas

stressor dan depressor pada jaringan uang mengalami cidera sehingga hal

tersebut dapat mengurangi nyeri.

0

1

2

3

4

5

6

T1 T2 T3 T4 T5 T6

Nyeri Diam

Nyeri Tekan

Nyeri Gerak

Page 110: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

92

2) Antropometri (Oedema)

Merupakan mekanisme luka dari pada jaringan saat di lakukan

opersi,sehingga terlepasnya jaringan plasma darah oleh vasodilatasi yang

bersifat local ke dalam jaringan namun tidak di imbangi oleh kontraksi otot

secara optimal, dari hasil evaluasi terakhir didapatakan hasil bahwa bengkak

berkurang maka penulis membuat dalam bentuk table dan grafik penurunan

bengkak sebagai berikut :

Grafik 5.2 Evaluasi Oedema dengan midline

Adanya odema pada pergelangan kaki kiri, dan setelah mendapatkan

terapi sebanyak 6x, hasil yang didapatkan yaitu : maleolus lateral ke distal

5cm T1 = 21,5 cm menjadi T6 = 21 cm, maleolus lateral ke distal 10 cm T1

= 23,5 menjadi T6 = 21,5, maleolus lateral ke proksimal 5cm T1 = 21

menjadi T6 = 20, maleolus lateral ke proksimal 10cm T1 = 24 menjadi T6 =

23 bengkak dapat berkurang karena dilakukan aktif movement menurut

(basjamin 1978) dengan kontraksi otot dapat meningkatkan pumping action

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Maleolus Lateral ke distal +5cm

Maleolus Lateral ke Proksimal

+5cm

Maleolus Laterel ke Distal +10cm

Maleolus Lateral ke Proksimal

10cm

T1

T2

T3

T4

T5

T6

Page 111: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

93

dan elevasi dapat mempercepat aliran darah balik dari tungkai ke jantung

dengan memanfaatkan efek gravitasi.

3) Spasme

Spasme timbul sebagai reaksi terhadap suatu kerusakan jaringan

terjadi karena adanya luka incise yang menyebabkan sirkulasi darah tidak

lancer sehingga timbul spasme disekitar luka.

Tabel 5.5 Evaluasi spasme otot

Spasme otot tungkai T1 T2 T3 T4 T5 T6

Quadriceps + + + + + -

Hamstring + + + + - -

Gastroknemius + + + + - -

Adanya penurunan spasme pada tungkai atas kiri dari T1

Quadriceps(+), hamtring(+) gastrocnemius (+) menjadi T6 Quadriceps (-

),hamtring (-) gastrocnemius (-) terapi dengan berbagai gerakan dengan

adanya kekuatan dari luar maupun dari kerja otot tubuh itu sendiri serta di

beri penekanan,gerakan ini dapat mengurangu spasme dan melancarakan

sirkulasi darah dan relaksasi otot.

4) Lingkup gerak sendi (LGS)

Penurunan kekuatan otot berpengaruh terhadap LGS akibat beberapa

hal ini maka pasien akan membatasi gerakan –gerakan maka LGS akan

terbatas,dari hasil evaluasi di dapatkan adanya peningkatan LGS dalam

bentuk grafi sebagai berikut:

Page 112: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

94

Grafik 5.3 Evaluasi LGS dengan Goneometer

LGS sendi panggul meningkat karena menggunakan terapi latihan

passive movement dan active movement secara dini. mencegah perlengketan

jaringan ,menjaga elastisitas dan kontraktilitas jaringan otot serta mencegah

pembentyukan inflamasi dalam rongga persendian sehingga lingkup gerak

sendi terpelihara (kisner,1996).

5) Kekuatan otot

Akibat rasa nyeri pasien membatasi gerakan – gerakan sehingga

LGS otomatis akan terbatas.dalam jangka waktu yang lama hal ini

berpengaruh pada kekuatan otot, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot

.dari hasil evaluasi maka di dapatkan hasil adanya peningkatan kekuatan otot

daalam bentuk grafik sebagai berikut:

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

T1 T2 T3 T4 T5 T6

Fleksi

Ekstensi

Abduksi

Adduksi

Fleksi

ekstensi2

Dorsal Fleksi

Plantar Fleksi

Page 113: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

95

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

T1

T2

T3

T4

T5

T6

Grafik 5.4 Evaluasi Kekuatan Otot dengan MMT

Tabel 5.4 Evaluasi Kekuatan Otot dengan MMT

Adanya penurunan kekuatan otot-otot hamstrings, quadriceps dan

gastroknimeus, dan setelah mendapatkan terapi sebanyak 6x, hasil yang

didapatkan yaitu : meningkatnya kekuatan otot-otot hip: flexor T1: 2- menjadi

T6:3-, extensor T1:2- menjadi T6:3-, abduktor T1:2- menjad T6:3-, adduktor

T1:2- menjadi T6:3-,otot knee: flexor T1:2- menjadi T6:3-,extensor T1:2-

menjadi T6: 3. kekuatan otot-otot ankle dorsi fleksi T1:1 menjadi T6:3

plantar fleksi :2 menjadi T6 :3-. Pengaruh terapi latihan terhadap kekuatan

otot berdasarkan data di atas, menurut(w.f.ganon 1995)bahwa dengan terapi

latihan secara aktif dapat meningkatkan kekuatan otot, kontraksi otot

tergantung banyaknya motor unit yang terangsang.maka daya dan kekuatan

otot dapat meningkat

Page 114: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

96

6).Aktivitas fungsional

Pasien merasa nyeri sehingga sehingga membatasi aktivitas yang

berpengaruh pada kemampuan fungsional

Grafik 5.5 Evaluasi ADL dengan Indek Self Kenny Care

Adanya peningkatan aktivitas fungsional pertama kali terapi

dengan nilai 13 yang berarti bantuan berat ,menjadi 40 bantuan sedang

latiahan transver terhadap seperti miring dan terlentang,dari posisi miring ke

duduk.

00,5

11,5

22,5

33,5

44,5

T1

T2

T3

T4

T5

T6

Page 115: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

97

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa poliomielitis

kronis yang mengakibatkan deformitas setelah dilakukan operasi berupa

osteotomi release knee bilateral dengan pemberian internal fiksasi berupa

wire, maka salah satu keuntungan yang di peroleh pasien adalah proses

penyambungan tulang yang lebih cepat. Dari tindakan operasi tersebut akan

muncul problem fisioterapi di antaranya nyeri, oedem, penurunan LGS, serta

penurunan kemampuan fungsional. Sesuai dengan problematika di atas, maka

fisioterapi dapat berperan dengan pemberian modalitas infra red dan terapi

latihan yang dapat berupa statik kontraksi, latihan gerak pasif dan aktif, serta

hold relax serta latihan transfer dan ambulasi. Pada kasus ini post operasi

release knee bilateral a/c poliomielitis dengan pemasangan wire pada 1/3

distal femur bilateral, setelah dilakukan terapi latihan sebanyak enam kali

selama enam hari disamping pemberian medika mentosa didapatkan hasil

berupa penurunan nyeri dan oedem, peningkatan LGS, serta peningkatan

kemampuan fungsional.

97

Page 116: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

98

B. Saran

Dalam hal ini keberhasilan ditentukan oleh tim medis dan penderita

sendiri. Untuk mendukung lancarnya pelaksanaan program fisioerapi yang

telah ditetapkan maka latihan di rumah sesuai dengan yang dianjurkan terapis

seperti gerakan menekuk dan meluruskan paha dan lututnya dan gerakan

aktifitas seperti menyisir rambut, makan, menggosok gigi, mandi, berpakaian

dan berpindah. Dalam melakukan pemberian tindakan, fisioterapi tidak dapat

bekerja sendiri dan diperlukan kerjasama antara dokter dan tim medis lainnya

demi keberhasian penyembuhan pasien.

1. Kepada Pasien

Dalam melakukan latihan dan menjalankan home program yang

diberikan oleh terapis harus dilakukan secara rutin dengan kesungguhan

dan semangat sehingga keberhasilan akan dicapai.

2. Kepada Fisioterapi

Dalam melakukan pelayanan hendaknya sesuai prosedur yang ada

sebelum melakukan tindakan terapi. Fisioterapi mengadakan pemeriksaan

yang teliti dan sistematis sehingga dapat memecahkan permasalahan

pasien secara rinci dan untuk itu perluasan dan penambahan ilmu

pengetahuan yang sesuai degan kondisi pasien atau suatu masalah

diperlukan dengan memanfaatkan kemajuan IPTEK. Fisioterapis dapat

memilih teknologi intervensi yang paling sesuai dengan hasil yang

memuaskan bagi pasien dan terapis sendiri dan hal ini juga tidak lepas dari

tim medis lain agar dapat tercapai tujuan yang diharapkan.

Page 117: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

99

3. Kepada Masyarakat

Apabila mengalami ataupun menjumpai kasus akibat poliomielitis

kronis berupa kmplikasi ortopedik karena deformitas skeletal dan

kelemahan otot supaya lebih memanfaatkan adanya institusi kesehatan

yang ada dengan memeriksakan diri ke Rumah Sakit terdekat untuk

mendapatkan pertolongan / tindakan yang benar yang sesuai dengan

permasalahan yang ada secara dini. Dalam untuk menolong sebaiknya

jangan gegabah, karena mungkin saja kondisi korban akan lebih fatal, jadi

mungkin kita bisa mencari orang yang lebih berpengalaman.

4. Kepada Tim Medis

Bagi tim medis, baik dokter, perawat dan petugas medis lain supaya

memberikan kenyamanan dan pelayanan yang lebih baik agar dapat teracai

keberhasilan dalam kesehatan masyarakat.

Page 118: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

100

DAFTAR PUSTAKA

Adams, C. J, 1992; Outline of Fracture Including Joint Injuries; Tenth Edition,

Churchill Livingstone, New York, Hal 3, 41.

Salim, A 2006. Kebutuhan dan Hambatan Anak Tunadaksa, Makalah disampaikan

pada Kegiatan Pelatihan Teknis Dosen PLB Bidang Kekhususan Tunadaksa

Ditnaga Dirjenden Dikti Depdiknas

Appley, G.A & Solomon, Louis, 1995; Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley ;

Terjemahan Widya Medika, Jakarta, Hal 238 – 284.

Awori, Nelson et all, 1995; Bedah Primer : Trauma ; Terjemahan Buku

Kedokteran EGC, Jakarta, Hal 355.

Basmajian, John, 1978; Therapeutic Exercise ; Third Edition, The William and

Wilkins, Sidney.

Bloch, Bernard, 1986; Fraktur dan Dislokasi ; Yayasan Essentia Medica,

Yogyakarta.

Depkes RI, 1992; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23 tahun 1992

Tentang Kesehatan; Jakarta; Hal 1.

Depkes RI, 1992; Kesehatan Lingkungan; Oktober, 31, 2006, dari http :

//www.pdpersi.co.id/ ; Jakarta.

Dorland, 1994; Kamus Kedokteran ; Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Garrison, S. J, 1996; Dasar – Dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik ; Terjemahan

Hipokrates, Jakarta, Hal 152 – 157.

Graham JM. 2004. Post-polio deterioration. Pract Neurol. 4:58-9.

Priatna, H, 2001; Fisioterapi Millenium III. Heri Priatna, dkk; Fisioterapi : Jurnal

Ikatan Fisioterapi Indonesia; Ikatan Fisioterapi Indonesia; Jakarta; Hal.5.

Page 119: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

101

Howard RS. 2005. Poliomyelitis and the postpolio syndrome. BMJ. 330: 1314-

1318.

Kapandji, I. A, 1987; The Physiology of The Joint, Volume 2 Lower Limb; Fifth

Edition, Churchill Livingstone, Melbourne and New York.

Kisner Carolyn and Lynn Colby, 1996; Therapeutic Exercise Foundations and

Tecniques; Third Edition, F A Davis Company, Philadelphia, Hal 25 – 57.

Mardiman, S. (1994) Dokumentasi Persiapan Praktek Professional Fisioterapi;

Akademi Fisioterapi Surakarta, Depkes RI, Surakarta

MENKES RI. (2004) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

tentangRegestrasi dan Ijin Praktek Fisioterapi, Nomor 1059/ MENKES/ SK

IX/2004

Melzack and Will: diedit oleh Slamet Parjoto. (1996) Pelatihan

PenatalaksanaanKomprehensif Pada Nyeri. Surakarta

Mc. Roe, Ronald. (1994) Practical Fracture Treatment. Third Edition. ELBS,

United Kingdom

Prianta H,1985,Exercise Therapy,Akademi Fisioterapi Surakarta hal 3.

Pearce, Evelyn C. (2002) Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia,

Jakarta

Putz and Pabst, (2000) ,Atlas Anatomi Manusia ,Edisi 2, penerbit buku

kedokteran EGC, Jakarta.hal 276,310,320.

Syaifuddin (1995) Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat,Penerbit Buku

Kedokteran ,EGC ,Jakarta.

Magee, J. D, 1987; Orthopedic Physical Assesment ; Philadelphia, Hal 267 – 277.

Page 120: KTI Keseluruhan Rigi Ramdani '10

102

Sri Mardiman, dkk, 1994; Dokumentasi Persiapan Praktek Professional

Fisioterapi; Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi dan Okupasi

Terapi; Hal 26-28.

Parjoto; 2000; Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri, Semarang ; hal 18-20.