KTI HARIANTI
-
Upload
hehisjoongie -
Category
Documents
-
view
247 -
download
0
Transcript of KTI HARIANTI
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
1/67
KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
RETENSIO PLASENTA DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BATARA GURU BELOPA
TAHUN 2015
OLEH :
HARIANTI ZAINUDDIN
B.14.06.092
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV (EMPAT) KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) MEGA BUANA
PALOPO
2015
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
2/67
HALAMAN PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa hasil penelitian
dengan judul Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Retensio Plasenta
Di RSUD Batara Belopa Guru tahun 2015 telah kami setujui untuk disajikan
dihadapan tim penguji pada seminar hasil Program Studi Diploma IV Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mega Buana Palopo.
Palopo, Juli 2015
Tim Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Wahyuni Arif S.ST.,M.Kes I Wayan Djuliarsa,SKM.,M.Kes
NIDN : NIDN :
Program Studi DIPLOMA IV Kebidanan
Ketua,
Wahyuni Arif.S.ST.,M.Kes
NIDN :
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
3/67
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Karya tulis imiah ini telah dipertahankan dihadapan TIM penguji seminar
hasil Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo pada tanggal Juli
2015.
Ketua : Wahyuni Arif, S.St.,M.Kes. ( )
Anggota : I Wayan Djuliarsa,SKM.,M.Kes. ( )
Anggota : GitaNirmalasari S.ST.,M.Keb. ( )
Ketua Stikes Mega Buana
Dr. Nilawati Uly, S.Si.,Apt.,M.Kes
NIDN. 092 2017 901
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
4/67
ABSTRAK
Harianti Zainuddin, Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Retensio
Plasenta Di RSUD Batara Guru Tahun 2015 (dibimbing oleh Pembimbing I
Wahyuni Arif dan Pembimbing II I Wayang Djuliarsa).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor Apa Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Retensio Plasenta Di RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2015.
Desaian penelitian ini termasuk dalam penelitian analitik. Metode penelitian
ini adalah survey dengan pendekatan study cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan yang dirawat di RSUD Batara
Guru yang berjumlah 679 orang, Pengambilan sampel menggunakan teknikpurposive sampling, didapatkan sebanyak 85 responden dengan kriteria inklusi.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Data diolah
dan dianalisis dengan menggunakan Statistik Program for Sosial Science(SPSS)
versi 18,0. Analisis secara univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis
bivariat digunakan dengan uji statistik untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan kejadian retensio plasenta.
Hasil analisis bivariat didapatkan ada hubungan kehamilan lewat waktu
dengan kejadian retensio plasenta (=0.0020.05), ada hubungan paritas dengan
kejadian retensio plasenta (=0.0010.05) dan ada hubungan umur dengan
kejadian retensio plasenta (=0.0010.05). Kesimpulan dalam penelitian ini
adalah ada hubungan antara kehamilan lewat waktu, paritas dan umur ibu
terhadap kejadian retensio plasenta di RSUD Batara Guru Belopa tahun 2015.
Diharapkan untuk ibu hamil agar dapat memeriksakan kehamilannya secara
teratur, mengatur jarak kehamilan.
Kata Kunci : Kehamilan lewat waktu, paritas, umur, retensio plasenta
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
5/67
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karna atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini dengan judul Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Retensio Plasenta
Di RSUD Batara Guru Belopa tahun 2015 sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program DIV Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) Mega Buana Palopo.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini sangat
jauh dari kesempurnaan, namun berkat bantuan, dan kerjasama dari berbagai
pihak, hambatan tersebut dapat diatasi, oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati penulis meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada ibu Wahyuni Arif.S.ST.,M.Kes
sebagai pembimbing I dalam karya tulis ilmiah ini Serta selaku Ketua Program
Studi D.IV Kebidanan, Bapak I Wayan Djuliarsa, SKM.,M.Kes. selaku
pembimbing II, Ibu Gita Nirmalasari S.ST.,M.Keb. selaku penguji, yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk serta
saran dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Tidak lupa pula penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Bapak Rahim Munir, S.P., M.M selaku Pembina Yayasan Pendidikan Mega
Buana Palopo.
2.
Ibu Dr. Nilawati Uly,S.Si,Apt.,M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Mega Buana Palopo, yang telah memberikan kesempatan untuk
mengikuti pendidikan di Program Diploma IV Kebidanan.
3.
Bapak I Wayan Djuliarsa,SKM.,M.Kes selaku Wakil Ketua Bidang Akademik
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
6/67
4.
Ibu Evawati Uly,S.Farm.,Apt selaku Pembantu Ketua Bidang Keuangan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo.
5.Bapak Imran Nur S.IP.,M.Si selaku Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan
Stikes Mega Buana Palopo.
6. Ibu Wahyuni Arif,S.ST.,M.Kes selaku Ketua Program Studi D.IV Kebidanan
7.Bapak dan Ibu dosen serta staf Program Studi D IV Kebidanan STIKES Mega
Buana Palopo
8. Bapak dr. Suharkimin Sumar M.Kes. selaku Direktur RSUD Batara Guru
Belopa yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan serta dukungan
moril yang tak ternilai harganya.
Melalui kata pengantar ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang tidak terhingga kepada suami dan keluarga saya yang tercinta. Juga kepada
teman-teman mahasiswa, terima kasih untuk setiap kebersamaan dan semangat
belajar yang selalu memotivasi.
Penulis juga menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini tidak luput dari
kekurangan dan kelemahan. Untuk itu kritik, saran, dan masukkan yang bersifat
membangun sangat diharapkan demi kelengkapan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata dengan penuh harapan semoga materi dalam penulisan ini dapat
bermanfaat dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat di masa yang
akan datang.
Palopo, Agustus 2015
Penulis
HariantiI Zanuddin
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
7/67
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ..................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A.Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 4
C.
Tujuan Penelitian ............................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6
A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 6
B.Konsep Dasar Teori ............................................................. 9
1. Tinjauan Umum Tentang Retensio Plasenta .................. 9
2. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan Lewat Waktu ...... 20
3.
Tinjauan Umum Tentang Paritas ................................... 264.
Tinjauan Umum Tentang Umur ..................................... 28
5. Tinjauan Umum Faktor yang Berhubungan dengan
Retensio Plasenta ........................................................... 29
C.
Kerangka Konsep .................................................................. 32
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .......................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 34
A.
Desain ................................................................................. 34
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
8/67
B.
Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 34
C. Populasi dan Sampel ............................................................ 34
D. Hipotesis Penelitian ............................................................. 36
E.
Metode Pengumpulan Data .................................................. 36
F. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data .................................. 36
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................. 39
BAB V PEMBAHASAN ......................................................................... 45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
9/67
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Retensio Plasenta .................... 38
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kehamilan Lewat Waktu........................ 39
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Paritas Ibu............................................... 40
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Umur Ibu .............................................. 40
Tabel 4.5 Hubungan Kehamilan Lewat Waktu Dengan Retensio
Plasenta Di RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2014 .............. 41
Tabel 4.6 Hubungan Paritas Dengan Retensio Plasenta Di
RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2014 ................................. 42
Tabel 4.7 Hubungan Umur Dengan Retensio Plasenta Di
RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2014 ................................. 43
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
10/67
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Struktur Organisasi RSUD Batara Guru Belopa .......... 8
Gambat 2.1 Bagan Kerangka Konsep ...... 32
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
11/67
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Ceklis
Lampiran 2 Master Tabel Penelitian
Lampiran 3 Hasil Olah Data Statisticdengan SPSS
Lampiran 4 Surat Pengantar Penelitian
Lampiran 5 Surat Rekomendasi Penelitian dari Kesbang
Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 7 Riwayat Hidup
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
12/67
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml
melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III.
Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-
kadang hanya setengah dari yang sebenarnya. Darah tersebut tercampur dengan
cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan
kain, di dalam ember dan di lantai. Volume darah yang hilang juga bervariasi
akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar
hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah
yang akan berakibat fatal pada yang anemia (Wiknjosastro, 2010).
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH)
adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta,
trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya
paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal.
Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan
(Mochtar, 2012).
Retensio plasenta merupakan penyebab sebagian besar kasus perdarahan
post partum, sedangkan perdarahan post partum merupakan penyebab
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
13/67
kematian maternal terbanyak di Indonesia. Retensio plasenta adalah
tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit
setelah bayi lahir. Biasanya setelah janin lahir, beberapa menit kemudian
mulailah proses pelepasan plasenta disertai sedikit perdarahan. Bila plasenta
sudah lepas dan turun ke bagian bawah rahim, maka uterus akan berkontraksi
untuk mengeluarkan plasenta. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
retensio plasenta pada ibu bersalin adalah umur, multiparitas, dan riwayat
kehamilan dan persalinan terdahulu (Mochtar, 2012).
Data WHO menunjukkan sebanyak 99 persen kematian ibu akibat
masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio
kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan
450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan
rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran
(WHO, 2010).
Berdasakan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
angka kematian ibu (AKI) adalah 359/100.000. Penyebab tingginya AKI di
Indonesia pada umumnya disebabkan faktor penyebab langsung dan tidak
langsung. Faktor penyebab langsung adalah perdarahan (28%), eklampsia
(24%), infeksi (11%), komplikasi aborsi (5%), partus lama (5%), komplikasi
masa nifas (8%), emboli obstetri (3%) dan lain-lain 16 %. (Depkes RI, 2010).
Di sulsel Aki tahun 2009 sebanyak 118 per 100.000 kelahiran hidup, tahun
2010 125 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2012 109 per 100.000 kelahiran
hidup (Profil Sulsel 2013). AKI di Kabupaten Luwu Tahun 2013 sebesar 12
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
14/67
orang, tahun 2014 sebesar 9 orang (Profil Kabupaten Luwu, 2014). Di RSUD
batara guru AKI tahun 2013 sebesar 12 orang, tahun 2014 sebesar 4 orang.
Angka kejadian retensio plasenta di RSUD batara guru pada tahun 2013
persalinan 550 orang, retensio plasenta sebanyak 31 0rang, tahun 2014
persalinan 679 orang, retensio plasenta 44 orang, (Profil RSUD Batara Guru).
Perdarahan pada ibu setelah persalinan dapat disebabkan oleh retensio
plasenta. Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir
setengah jam setelah janin lahir. Penyebab terjadinya retensio plasenta antara
lain plasenta belum lepas dari dinding uterus dan plasenta sudah lepas, akan
tetapi belum dilahirkan. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta,
disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus. Retensio plasenta pada ibu bersalin
juga dapat dipengaruhi oleh umur kehamilan, paritas dan umur ibu.
Dengan masih tingginya AKI di Indonesia terutama di kabupaten Luwu
maka peran bidan dalam penurunan Aki tersebut sangat diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang optimal mulai dari pelayanan ANC, persalinan,
nifas dan KB sesuai dengan standar pelayann dan senantiasa menambah
pengetahuan dan skil dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik melakukan penelitian
tentang Faktor yang berhubungan dengan kejadian retensio plasenta di Rumah
Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa Tahun 2015.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
15/67
B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor Apakah Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Retensio Plasenta Di Rumah Sakit Umum
Daerah Batara Guru Belopa Tahun 2015.
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahuinya Faktor yang berhubungan dengan kejadian retensio plasenta
di Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa Tahun 2015.
2.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengatahui kejadian retensio plasenta di Rumah Sakit Umum
Daerah Batara Guru Belopa Tahun 2015
b.
Untuk mengetahui hubungan kehamilan lewat waktu dengan kejadian
retensio plasenta di Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa
Tahun 2015.
c. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian retensio plasenta di
Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa Tahun 2015.
d.
Untuk mengetahui hubungan umur ibu dengan kejadian retensio plasenta
di Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa Tahun 2015.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
16/67
D.Manfaat Penelitian
1.
Manfaat ilmiah
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian lebih lanjut yang berguna di bidang ilmu
kesehatan, khususnya tentang retensio plasenta
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan informasi
mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian retensio plasenta
dalam peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah
Batara Guru Belopa sebagai upaya untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas neonatal.
3. Manfaat bagi institusi
Sebagai suatu pengalaman yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
wawasan bagi mahasiswa STIKES Mega Buana Palopo, khususnya
pengetahuan tentang kejadian retensio plasenta
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
17/67
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1.Keadaan Geografis
Kabupaten Luwu memiliki 21 kecamatan, 227 desa dan kelurahan
dengan luas wilayah 3.000,25 kilometer persegi. Jumlah penduduk
kabupaten luwu tahun 2014 mencapai 385.327 jiwa.
Batas Wilayah :
a.
Sebelah utara berbatasan dengan kota Palopo
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Sidenreng
Rappang.
c.
Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Enrekang, Tanah Toraja.
2.Keadaan Demografis
Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru adalah salah satu rumah sakit
yang berada di kota belopa Kabupaten Luwu.
Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru mempunyai luas tanah
keseluruhan adalah 6,6 hektar (66.000 M) dan luas bangunan 3500 M.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pelaksanaan pelayanan kesehatan di RSUD Batara Guru dapat dibedakan
menjadi empat bagian antara lain :
a. Pelayanan Medik yang terdiri dari rawat jalan dan rawat inap
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
18/67
b.
Pelayanan penunjang yang terdiri dari instalasi farmasi, laboratorium,
radiologi, kamar operasi, fisioterafi dan instalasi gizi.
c. Pelayanan terintegrasi yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Batara
Guru yakni pelayanan bank darah dan pelyanan TB paru.
d.Kegiatan administrasi dan keuangan yang terdiri bagian tata usaha yang
berkaiatan dengan surat menyurat kedinasan dan kepegawaian, bagian
keuangan berkaitan dengan pendapatan dan belanja rumah sakit untuk
tujuan pelayanan dan kegiatan lain.
4.
Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa
a.
Visi
Terwujudnya rumah sakit yang maju, mandiri dan berdaya saing
melalui pelayanan kesehatan bermutu
b.
Misi
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terkangkau
untuk masyarakat.
2) Melaksanakan prinsipprinsip pelayanan prima dengan
menggunakan kepuasan pelanggang
3)
Meningkatkan profesionalisme Sunber Daya Manusia.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
19/67
STRUKTUR ORGANISASI RSUD BATARA GURU BELOPA
KABUPATEN LUWU
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Puskesmas Kamanre
Direktur
Dr. Suharkimin Sumar, S.KM
Seksi Pembinaan dan
pengendalian medic
Seksi Pely. & penunjang
Medik
H . Rahmanianti SKM.
Bid. Pengembangan SDM
& Rekam Medik
Shanti Marzuki,
SKM.,M.Kes
Seksi Pengembangan SDM
Seharly, ST.Mars
Kabag tata usaha
Sahrun, SKM
Bid. Pely. Medik & Kep
Dr. H. Moch Hasrun, MM.
Kes
Sub.Bag.Umum
dan Keuangan
Nany Herawati
R. SE
Kelopok Jafung
Sub. Bag.
Hukum dan
Kepegawaian
Bardin, BSc.
Sub. Bag.
Perecanaan dan
Pelaporan
Dasmar,S.Kep,NS
,M.Kes.
Seksi rekam Medik
Andriani, SKM., M.Kes
Bid. Pengawasan &
Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana
Uparuddin, SH
Seksi Pengawas &
Pengendalian Prasarana
Dirham, Bsc
Seksi Pemeliharaan
Sarana & Prasarana
Watiharni, S.Sos
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
20/67
B. Konsep Dasar Teori
1.
Tinjauan Umum Tentang Retensio Plasenta
a. Pengertian Retensio Plasenta
1) Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebih waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir
sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh
gangguan kontraksi uterus (Rukiah, 2009).
2)
Istilah retensio plasenta dipergunakan jika plasenta belum lahir
jam sesudah anak lahir. (Sastrawinata, 2008)
3)
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi
waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang
banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga
memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Bila retensio
plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan ada
kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta
inkreta, plasenta perkreta. (Manuaba (2012).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
retensio plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam
setelah janin lahir, keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak,
artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga
memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera.
b.Klasifikasi Retensio Plasenta
Retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis, antara lain :
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
21/67
1)
Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasentsehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis.
2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai sebagian lapisan miometrium
3) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/melewati lapisan miometrium
4)
Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa
dinding uterus
5) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum
uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri (Cuningham,
2011).
c. Penyebab Retensio placenta
Retensio plasenta disebabkan oleh :
1)Faktor maternal
a) Gravida berusia lanjut
b)
Multiparitas, placenta acreta jarang dijumai pada
primigravida
2)Faktor uterus
a) Bekas secsio cesaria, placena tertanam di cicatrix uterus
b) Bekas curettage
c) Bekas pengeluaran placenta secara manual
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
22/67
d) Bekas endometritis
e)
Faktor factor placenta
3)Placenta previa
4)Implantasi corneal
a) Placenta suka lepas
b) Mempunyai inersi di sudut tuba
c) Berukuran sangat kecil atau placenta anularis (Obstetric
patologi 2002).
Penyebab Retentio Plasentamenurut Sastrawinata (2006) adalah:
1)
Fungsional:
a) His kurang kuat (penyebab terpenting)
b) Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di
sudut tuba); bentuknya (plasenta membranasea, plasenta
anularis); dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil).
Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas
disebut plasenta adhesive.
2)
Patologianatomi:
a)
Plasenta akreta
b) Plasenta inkreta
c) Plasenta perkreta
Menurut Manuaba (2006) kejadian retensio plasenta berkaitan
dengan:
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
23/67
1)
Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk
plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, dan plasenta
perkreta
2)Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan
d. Klasifikasi
Jenis dari retensio plasenta adalah tertahannya atau belum
lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah
bayi lahir (Prawirohardjo, 2002)
Jenis retensio plasenta :
1)
Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot
korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme
separasi fisiologis.
2)
Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan miomentrium.
3) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta
hingga mencapai/memasuki miomentrium.
4)
Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa
dinding uterus.
5) Plasenta inkaserata adalah tertahannya plasenta didalam kavum
uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
24/67
e.
Patogenesis
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi.
Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini
pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium
tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal.
Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium
menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga
ukuran juga mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai
mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta.
Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka
plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding
uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan
desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan
plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di
uterus berada di antara serat-serat otot miometrium yang saling
bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh
darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit
serta perdarahan berhenti.
Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan
menggunakan pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah
membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan.
Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
25/67
1)
Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang
bebas tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta
melekat masih tipis.
2) Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus
tempat plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm
menjadi > 2 cm).
3) Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta
menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan
lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding
uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh
kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang
aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi
permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di
lapisan spongiosa.
4) Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat
plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak
berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga
rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan
plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala
tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase
kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala
tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat
implantasinya. Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
26/67
ada semburan darah yang mendadak, uterus menjadi globuler
dan konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah
abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke
vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah
plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang
diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta
meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina.
Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh
adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang
berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat
mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya,
dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan
persalinan kala IV. Metode yang biasa dikerjakan adalah
dengan menekan secara bersamaan dengan tarikan ringan
pada tali pusat.
f. Gejala Klinis
1)
Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal,
meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum
sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan
polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana
plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan
aktif setelah bayi dilahirkan.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
27/67
2)
Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di
dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap
menempel di dalam uterus.
H. Tanda Dan Gejala Retensio Plasenta
1) Plasenta Akreta Parsial / Separasi
a) Konsistensi uterus kenyal
b) TFU setinggi pusat
c)
Bentuk uterus discoid
d)
Perdarahan sedangbanyak
e)
Tali pusat terjulur sebagian
f) Ostium uteri terbuka
g) Separasi plasenta lepas sebagian
h)
Syok sering
2) Plasenta Inkarserata
a) Konsistensi uterus keras
b) TFU 2 jari bawah pusat
c)
Bentuk uterus globular
d)
Perdarahan sedang
e) Tali pusat terjulur
f) Ostium uteri terbuka
g) Separasi plasenta sudah lepas
h) Syok jarang
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
28/67
3)
Plasenta Akreta
a)
Konsistensi uterus cukup
b) TFU setinggi pusat
c) Bentuk uterus discoid
d) Perdarahan sedikit / tidak ada
e) Tali pusat tidak terjulur
f) Ostium uteri terbuka
g)
Separasi plasenta melekat seluruhnya
h)
Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan
kuat pada tali pusat. (Prawirohardjo, 2010)
J. Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:
1)
Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line
dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan
kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat
yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi,
tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila
diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2)Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan
Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus
berkontraksi.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
29/67
3)
Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil
lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan
uterus.
4)Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual
plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada
kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta
setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit
seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan
untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
5)
Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan
dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan
kuretage sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa
plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan
di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif
tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
6) Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan
dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per
oral.
7) Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan
untuk pencegahan infeksi sekunder.
k.Komplikasi
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya:
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
30/67
1)
Perdarahan terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang
terdapat sedikit perlepasan hingga kontraksi memompa darah
tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup.
2) Infeksi,karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam
rahim meningkatkan pertumbuhan bakteri dibantu dengan port
dentre dari tempat perlekatan plasenta.
3) Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat
terus sedangkan kontraksi pada ostium baik hingga yang
terjadi.
4)
Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis Dengan masuknya
mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah
menjadi patologik (displastik-diskariotik) dan akhirnya menjadi
karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasive atau
invasive, proses keganasan akan berjalan terus.
Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin
bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini
merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang
berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa
menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal
merupakan keadaan prekanker, yang bisa berubah menjadi
kanker.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
31/67
5)
Syok haemoragik
2)
Tinjauan Umum Tentang Kehamilan Lewat Waktu
a. Pengertian
1) Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari
atau lebih dari 42 minggu, keadaan ini sering juga isebut sebagai
postterm atau kehamilan lewat waktu. (Wiknjosastro, 2010).
2) kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah haid terakhir, atau
230 hari setelah ovulasi / fertilisasi
3)
Kehamilan post date atau kehamilan lewat waktu ialah kehamilan
yang umurnya lebih dari 42 minggu (Varney,H.2006).
b. Etiologi Kehamilan Lewat Waktu
Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang
dikemukaan adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat
turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan
uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter,
karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu
(Mochtar, 2013).
Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan
oksitosin tubuh dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim
semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu
terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan,
karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim (Manuaba,
2013).
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
32/67
Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar
esterogen pada kehamilan normal umumnya tinggi. Faktor hormonal
yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah
cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
Faktor lain adalah hereditas, karena post matur sering dijumpai pada
suatu keluarga tertentu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,
kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar
estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis
plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi
untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi
uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga
berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini
merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian
perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi, yaitu 30% prepartum,
55% intrapartum, dan 15% postpartum.
Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai
berikut :
1) Kesalahan dalam penganalan, merupakan penyebab yang paling
sering.
2) Tidak diketahui.
3) Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
33/67
4) Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan
penyebab yang jarang terjadi.
5) Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi.
6) Faktor genetik juga dapat memainkan peran.
c. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mochtar (2012), pemeriksaan penunjang sangat penting
dilakukan, seperti pemeriksaan berat badan ibu, diikuti kapan
berkurangnya berat badan, lingkaran perut dan jumlah air ketuban.
Pemeriksaan yang dilakukan seperti :
1)
Bila wanita hamil tidak tahu atau lupa dengan haid terakhir
setelah persalinan yang lalu, dan ibu menjadi hamil maka ibu
harus memeriksakan kehamilannya dengan teratur, dapat diikuti
dengan tinggi fundus uteri, mulainya gerakan janin dan besarnya
janin dapat membantu diagnosis.
2) Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa ukuran
diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban. Bila
telah dilakukan pemeriksaan USG serial terutama sejak trimester
pertama, maka hampir dapat dipastikan usia kehamilan.
Sebaliknya pemeriksaan yang sesaat setelah trimester III sukar
untuk memastikan usia kehamilan. Pemeriksaan Ultrasonografi
pada kehamilan postterm tidak akurat untuk menentukan umur
kehamilan. Tetapi untuk menentukan volume cairan amnion
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
34/67
(AFI), ukuran janin, malformasi janin dan tingkat kematangan
plasenta.
3) Pemeriksaan berat badan ibu, dengan memantau kenaikan berat
badan setiap kali periksa, terjadi penurunan atau kenaikan berat
badan ibu.
4) Pemeriksaan Amnioskopi dilakukan untuk melihat derajat
kekeruhan air ketuban menurut warnanya yaitu bila keruh dan
kehitaman berarti air ketuban bercampur mekonium dan bisa
mengakibatkan gawat janin (Wiknjosastro, 2008).
d.
Manifestasi klinis
Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi
menjadi:
1)
Stadium I
Kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga
kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
2) Stadium II
Seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) dikulit.
3)
Stadium III
Seperti stadium II disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit,
dan tali pusat. (Sujiyatini).
e. Komplikasi
Menurut Prawirohardjo (2010), komplikasi yang terjadi pada
kehamilan serotinus yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
35/67
terjadi pada bayi seperti gawat janin, gerakan janin berkurang,
kematian janin, asfiksia neonaturum dan kelainan letak.
Menurut Mochtar (2012), komplikasi yang terjadi pada kehamilan
serotinus yaitu :
1) Plasenta
(a) Kalsifikasi
(b) Selaput vaskulosinsisial menebal dan jumlahnya berkurang
(c) Degenerasi jaringan plasenta
(d) Perubahan biokimia
2)
Komplikasi pada Ibu
Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus
lama, inersia uteri, atonia uteri dan perdarahan postpartum.
3)
Komplikasi pada Janin
Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin
bertambah besar, tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian
janin dalam kandungan.
f.
Penanganan Persalinan Kehamilan Lewat Waktu
Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya
bagi janin postterm sehingga setiap persalinan kehamilan posterm
harus dilakukan pengamatan ketat dan sebaiknya dilaksanakan di
rumah sakit dengan pelayanan operatif dan perawatan neonatal yang
memadai.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
36/67
Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu ialah
merencanakan pengakhiran kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan
tergantung dari hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dan penilaian
skor pelvik (pelvic score). Ada beberapa cara untuk pengakhiran
kehamilan, antara lain :
1) Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.
2) Induksi dengan oksitosin.
3)
Bedah seksio sesaria.
The American College of Obstetricians and Gynecologist
mempertimbangkan bahwa kehamilan postterm (42 minggu) adalah
indikasi induksi persalinan. Penelitian menyarankan induksi
persalinan antara umur kehamilan 41-42 minggu menurunkan angka
kematian janin dan biaya monitoring janin lebih rendah.
Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien
harus memenuhi beberapa syarat, antara lain kehamilan aterm, ada
kemunduran his, ukuran panggul normal, tidak ada disproporsi
sefalopelvik, janin presentasi kepala, serviks sudah matang (porsio
teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai membuka). Selain itu,
pengukuran pelvik juga harus dilakukan sebelumnya. Induksi
persalinan dilakukan dengan Oksitosin 5 IU dalam infus Dextrose 5%.
Tetesan infus dimulai dengan 8 tetes/menit, lalu dinaikkan tiap 30
menit sebanyak 4 tetes/menit hingga timbul his yang adekuat. Selama
pemberian infus, kesejahteraan janin tetap diperhatikan karena
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
37/67
dikhawatirkan dapat timbul gawat janin. Setelah timbul his adekuat,
tetesan infus dipertahankan hingga persalinan. Namun, jika infus
pertama habis dan his adekuat belum muncul, dapat diberikan infus
drip Oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat yang diharapkan tidak
muncul, dapat dipertimbangkan terminasi dengan seksio sesaria
3.Tinjauan Umum Tentang Paritas
1). Pengertian Paritas:
a) Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh
seorang wanita (BKKBN, 2006).
b) Menurut Prawirohardjo (2010), paritas dapat dibedakan menjadi
primipara, multipara dan grandemultipara.
c) Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang
mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008).
d) Menurut Manuaba (2012), paritas adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi aterm.
Jumlah paritas merupakan salah satu komponen dari status paritas
yang sering dituliskan dengan notasi G-P-A, dimana G menyatakan
jumlah kehamilan (gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan A
menyatakan jumlah abortus. Sebagai contoh, seorang perempuan
dengan status paritas G3P1A1, berarti perempuan tersebut telah pernah
mengandung sebanyak dua kali, dengan satu kali paritas dan satu kali
abortus, dan saat ini tengah mengandung untuk yang ketiga kalinya.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
38/67
2). Klasifikasi Jumlah Paritas
Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang perempuan dapat
dibedakan menjadi:
a) Nullipara
Nullipara adalah perempuan yang belum pernah melahirkan anak
sama sekali (Manuaba, 2013).
b)Primipara
Primipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak,
yang cukup besar untuk hidup didunia luar (Verney, 2006)
Primipara adalah perempuan yang telah pernah melahirkan
sebanyak satu kali (Manuaba, 2013).
c) Multipara
Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak
lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2008)
Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan dua hingga
empat kali (Manuaba, 2013)
d)
Grande multipara
Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan 5 orang
anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan
dan persalinan (Manuaba, 2009)
Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan lebih
dari lima kali (Verney, 2006).
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
39/67
Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan bayi 6
kali atau lebih, hidup atau mati (Rustam, 2013)
4. Tinjauan Umum Tentang Umur Ibu
Umur (usia) adalah masa individu terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja
(Notoatmojo 2011).
Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam
berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan
kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya melahirkan disarana
kesehatan. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang
pentingnya melahirkan. Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu,
ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu melahirkan berusia dibawah 20
tahun dan di atas 35 tahun. Usia berguna untuk mengantisipasi diagnosa
masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. Seorang wanita sebagai
insan biologis sudah memasuki usia produksi beberapa tahun sebelum
mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung
aman, yaitu 20-35 tahun, setelah itu resiko ibu akan meningkat setiap
tahun.
Wiknjosastro (2010), juga menyatakan bahwa dalam kurun
reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
40/67
pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian
maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.
5. Tinjauan Umum Faktor yang Berhubungan dengan Retensio Plasenta
a. Kehamilan Lewat Waktu dengan Retensio Plasenta
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari
atau lebih dari 42 minggu, keadaan ini sering juga isebut sebagai post
term.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,
kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar
estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis
plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi
untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi
uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga
berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini
merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian
perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi, yaitu 30% prepartum, 55%
intrapartum, dan 15% postpartum.
Menurut Mochtar (2012), komplikasi yang terjadi pada kehamilan
serotinus yaitu kalsifikasi plasenta, selaput vaskulosinsisial menebal
dan jumlahnya berkurang, degenerasi jaringan plasenta, perubahan
biokimia. Salah satu factor penyebab retensio plasenta adalah factor
uterus yaitu factor plasenta.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
41/67
b.
Paritas Dengan Retensio Plasenta
Pada multipara akan terjadi kemunduran dan cacat pada
endometrium yang mengakibatkan terjadinya fibrosis pada bekas
implantasi plasenta pada persalinan sebelumnya, sehingga
vaskularisasi menjadi berkurang. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dan janin, plasenta akan mengadakan perluasan implantasi dan vili
khorialis akan menembus dinding uterus lebih dalam lagi sehingga
akan terjadi plasenta adhesiva sampai perkreta. Ashar Kimen
mendapatkan angka kejadian tertinggi retensio plasenta pada
multipara, sedangkan Puji Ichtiarti mendapatkan kejadian retensio
plasenta tertinggi pada paritas 4-5 (Cahyono, 2010).
Salah satu faktor predisposisi terjadinya retensio adalah
grandemultipara (Mochtar, 2012). Teori lain mengatakan bahwa
kejadian retensio lebih sering dijumpai pada ibu grandemultipara,
karena semakin tinggi paritas ibu maka semakin kurang baik fungsi
reproduksinya (Manuaba, 2012). Hal ini dikarenakan otot rahim
yang sudah melemah karena ibu sudah melahirkan > 4 kali sehingga
tidak baik untuk inplantasi plasenta.
c. Tinjauan Umum Tentang Umur Ibu
Salah satu faktor yang menentukan tingkat risiko kehamilan dan
persalinan adalah umur ibu. Umur yang di anggap berisiko adalah
20 tahun dan >35 tahun. Semakin muda atau tuanya umur ibu
menyebabkan penurunan fungsi fisiologis tubuh di antara termasuk
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
42/67
pertumbuhan endometrium yang kurang subur (Manuaba, 2010).
Umur < 20 tahun dan > 35 tahun. Ibu hamil yang berusia kurang dari
20 tahun, organ reproduksi belum tumbuh optimal sehingga
kontraksi uterus menjadi kurang kuat, sedangkan pada usia lebih dari
35 tahun sudah terjadi penurunan fungsi organ reproduksi seperti
menipisnya dinding sehingga kontraksi uterus menjadi lemah. Faktor
umur berpengaruh terhadap faktor Power dan passage dalam
kaitannya dengan fungsi dan morfologi sistem reproduksi, berbagai
kesulitan dalam kehamilan maupun persalinan lebih sering terjadi
pada usia dini atau remaja (kurang dari 20 tahun). Hal ini disebabkan
karena pertumbuhan dan perkembangan berbagai organ tubuh,
terutama organ reproduksi belum tercapai secara optimal. Retensio
plasenta disebabkan karena kontraksi uterus kurang kuat untuk
melepaskan plasenta (Mochtar, 2005).
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
43/67
C. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel Independent
: Variabel Dependent
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga
atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Dalam penelitian ini
pasien didiagnosa mengalami retensio plasenta
Kriteria Objektif:
Ya : Jika pasien didiagnosa mengalami retensio plasenta
Tidak : Jika pasien didiagnosa tidak mengalami retensio
plasenta.
2. Kehamilan Lewat Waktu
Kehamilan post date atau kehamilan lewat waktu ialah kehamilan yang
umurnya lebih dari 42 minggu
Kehamilan Lewat Waktu
Retensio
PlasentaParitas
Umur
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
44/67
Kriteria objektif :
a.
Ya : Bila kehamilan ibu lebih dari 42 minggu, sesuai dengan
hasil diagnosis yang tercatat dalam rekam medik.
b. Tidak : Bila ibu tidak terdiagnosis mengalami kehamilan yang
lebih dari 42 minggu.
3. Paritas
Paritas dalam penelitian ini adalah jumlah persalinan yang pernah
dialami seorang ibu baik lahir mati atau hidup dan tercatat dalam status
penderita dan rekam medik.
Kriteria Objektif :
a. Resiko Tinggi : Bila ibu bersalin 3 kali
b. Resiko Rendah : Bila ibu bersalin 1-3 kali.
4.
Umur Ibu
Umur dalam penelitian ini adalah Perhitungan Usia yang di mulai
dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu perhitungan usia.
kriteria objektifnya :
a.
Resiko Tinggi : Bila umur ibu 20 tahun atau 35 tahun
b.
Resiko Rendah : Bila umur ibu >20 tahun atau 35 tahun
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
45/67
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik
dengan pendekatan Cross Sectional Study, untuk mengetahui faktor yang
berhubungan dengan kejadian retensio plasenta di mana Variabel independen
dan variable dependen dikumpulkan pada periode waktu yang bersamaan
(Azrul Azwar 2011).
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru
Belopa.
2.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada Bulan April sampai dengan Juli
2015.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
46/67
C. Populasi , Sampel dan Sampling
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Semua ibu yang melahirkan di
Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa tahun 2014 sebanyak 679
orang.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan dengan
kriteria :
a.
Kriteria inklusi:
1)
Ibu yang melahirkan normal
2) Ibu yang melahirkan di Rumah sakit Batara Guru
3) Ibu yang bersalin yang lengkap datanya direkam medik
b.
Kriteria Eksklusi:
1) Ibu yang melahirkan dengan SC.
2) Ibu yang datanya tidak lengkap direkam medic
Sehingga didapat sempel sebanyak 85 orang. Dengan menggunakan
metode purposive sampling suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive
sampling suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti. Dan
rumus menentukan besarnya sampel: (A.Aziz, 2007)
n =2)(1 dN
N
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
47/67
n = 679
1 + 679 (0,1)2
n = 679
8
n = 84,87 sampel (dibulatkan 85)
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kesalahan (0,01)
D. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis nol ( H0)
a. Tidak ada hubungan kehamilan lewat waktu dengan kejadian retensio
plasenta
b.
Tidak ada hubungan paritas dengan kejadian retensio plasenta
c. Tidak ada hubungan umur dengan kejadian retensio plasenta
2. Hipotesis Alternatif ( Ha)
a.
Ada hubungan kehamilan lewat waktu dengan kejadian retensio
plasenta.
b. Ada hubungan paritas dengan kejadian retensio plasenta
c. Ada hubungan umur dengan kejadian retensio plasenta
E.
Metode Pengumpulan Data
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
48/67
Pengumpulan data dilakukan posrspektive, data diambil Mulai dari
Bulan Januari sampai Desember 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan data sekunder yang diambil dari register dan status pasien.
F. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka
ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer program
SPSS.
Setelah semua data dikumpulkan, dilakukan tahaptahap pengolahan
meliputi:
a.
Editing , merupakan langkah untuk meneliti kelengkapan data yang
diperoleh melalui wawancara
b. Koding, merupakan kode pada masingmasing jawaban untuk
memudahkan pengolahan data
c.
Tabulasi, merupakan pengelompokan data berdasarkan variabel yang
diteliti dan disajikan dalam tabel frekuensi
2. Analisis Data
Data yang terkumpul dan dianggap bebas dari kesalahan akan dimasukkan
ke dalam komputer dengan menggunakan program statistik selanjutnya
dianalisisis secara bertahap sebagai berikut :
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
49/67
a.
Analisis Univariat
Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.analisa ini
menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel yang diteliti.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat signifikansi hubungan antara
variabel dependent dan variabel independent dengan mengguakan uji
chi- square.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
50/67
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah diolah, disajikan dalam beberapa tabel serta
penjelasan sebagai berikut :
1.
Analisis Univariat
a.
Distribusi Frekuensi Kejadian Retensio Plasenta
Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti, Distribusi Frekuensi
kejadian retensio plasenta tergambar dalam tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Kejadian Retensio Plasenta Di Wilayah
RSU Batara Guru Belopa Tahun 2014
Retensio Plasenta Frekuensi (f) Presentase (%)
Ya 44 51.8
Tidak 41 48.2
Total 85 100
Sumber : Data Sekunder, 2014
Tabel 4.1. di atas Menunjukkan dari 85 responden yang
mengalami kejadian retensio plasenta sebanyak 44 orang (51.8 %),
sedangkan yang tidak mengalami retensio plasenta sebanyak 41 orang
(48.2 %).
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
51/67
b.
Distribusi Frekuensi Kehamilan Lewat Waktu
Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan
distribusi retensio plasenta menurut kehamilan lewat waktu seperti
yang tergambar dalam tabel 4.2 dibawah ini ;
Tabel 4.2.
Distribusi Retensio Plasenta Menurut Kehamilan Lewat
Waktu Di RSU Batara Guru Belopa Tahun 2014
Kehamilan Lewat
Waktu
Frekuensi (f) Presentase (%)
Ya 42 49.4
Tidak 43 50.6
Total 85 100
Sumber : Data Sekunder, 2014
Tabel 4.2. Menunjukkan dari 85 responden yang mengalami
kehamilan lewat waktu sebanyak 42 orang (49.4 %) dan yang tidak
mengalami kehamilan lewat waktu sebanyak 43 (50.6 %).
c. Distribusi Frekuensi Paritas Ibu
Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan distribusi
retensio plasenta menurut paritas ibu di dapatkan seperti yang tergambar
dalam tabel 4.3 dibawah ini :
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
52/67
Tabel 4.3
Distribusi Retensio Plasenta Menurut Paritas
Di RSU Batara Guru Belopa Tahun 2014Paritas Frekuensi (f) Presentase (%)
Resiko Tinggi 39 45.9
Resiko Rendah 46 54.1
Total 85 100
Sumber : Data Sekunder, 2014
Tabel 4.3. Menunjukkan dari 85 responden dengan paritas yang
resiko tinggi sebanyak 39 orang (45.9 %) dan yang memiliki paritas
resiko rendah sebanyak 46 orang (54.1 %).
d. Distribusi Frekuensi Umur Ibu
Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan distribusi
retensio plasenta menurut umur ibu di dapatkan seperti yang tergambar
dalam tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.4
Distribusi Retensio Plasenta Menurut Umur
Di RSU Batara Guru Belopa Tahun 2014
Umur Frekuensi (f) Presentase (%)
Resiko Tinggi 35 41.2
Resiko Rendah 50 58.8
Total 85 100
Sumber : Data Sekunder, 2014
Tabel 4.4 Menunjukkan dari 85 responden dengan umur ibu yang
resiko tinggi sebanyak 35 orang (41.2%) dan yang memiliki umur yang
resiko rendah sebanyak 50 orang (58.8 %).
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
53/67
2. Analisis Bivariat
a.
Kehamilan Lewat Waktu
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka analisis faktor
yang berhubungan dengan kejadian retensio plasenta dapat dilihat pada
tabel 4.5 di bawah ini :
Tabel 4.5
Hubungan Kehamilan Lewat Waktu Dengan
Retensio Plasenta Di RSU Batara Guru
Belopa Tahun 2014
Kehamilan
Lewat Waktu
Retensio Plasenta
JumlahNilai
Ya Tidak
n % n % N %
Ya 29 34.1 13 15.3 42 49.4
0,002Tidak 15 17.6 28 32.9 43 50.6
Total 44 51.8 41 48.2 85 100
Data Sekunder, 2014
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menggunakan uji Chi-square,
dengan nilai sebesar 0,002 0,05, sehingga hipotesis nol ditolak
maka Ha diterima artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kehamilan lewat waktu dengan kejadian retensio plasenta.
b.Paritas
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka analisis faktor
yang berhubungan dengan retensio plasenta dapat dilihat pada tabel 4.6
di bawah ini :
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
54/67
Tabel 4.6
Hubungan Paritas Dengan Retensio Plasenta
Di RSU Batara Guru Belopa Tahun 2014
Paritas
Retensio Plasenta
Jumlah Nilai Ya Tidak
n % n % N %
Resiko Tinggi 28 32.9 11 12.9 39 45.9
0,001Resiko
Rendah16 18.8 30 35.3 46
54.1
Total 44 51.8 41 48.2 85 100
Data Sekunder, 2014
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menggunakan uji Chi-square,
dengan nilai sebesar 0,001 0,05, sehingga hipotesis nol ditolak
maka Ha diterima artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara
paritas dengan kejadian retensio plasenta.
c.
Umur
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka faktor yang
berhubungan dengan kejadian retensio plasenta dapat dilihat pada tabel
4.7 berikut ini :
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
55/67
Tabel 4.7
Hubungan Umur Dengan Retensio Plasenta
Di RSU Batara Guru Belopa Tahun 2014
Umur
Retensio Plasenta
Jumlah Nilai Ya Tidak
n % n % N %
Resiko Tinggi 26 30.6 9 10.6 35 41.2
0,001Resiko
Rendah
18 21.2 32 37.6 50
58.8
Total 44 51.8 41 48.2 85 100
Data Sekunder, 2014
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menggunakan uji Chi-square,
dengan nilai sebesar 0,001 0,05, sehingga hipotesis nol ditolak
maka Ha di terima artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara
umur dengan kejadian retensio plasenta.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
56/67
BAB V
PEMBAHASAN
A. Hubungan kehamilan Lewat Waktu Dengan Retensio Plasenta
Berdasarkan table 4.5. Hubungan antara Kehamilan lewat waktu dengan
kejadian retensio plasenta di Rumah Sakit Umum Batara Guru Belopa,
menunjukan bawah ibu dengan Kehamilan lewat waktu yang mengalami
retensio plasenta yaitu 29 orang (69.9%), yang tidak mengalami retensio
plasenta 13 (31.0%), dan ibu yg tidak mengalami kehamilan lewat waktu
yang mengalami retensio plasenta yaitu 15 orang (34.9%), tidak mengalami
retensio plasenta yaitu 28 (65.1%).
Maka secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara kehamilan lewat waktu dengan kejadian retensio plasenta (ada
hubungan signifikan antara kehamilan lewat waktu dengan kejadian retensio
plasenta) dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Karena berdasarkan
hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Batara Guru Belopa.
Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar esterogen
pada kehamilan normal umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu kadar
progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain adalah
hereditas, karena post matur sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian
menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
57/67
laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Dalam
kelahiran plasenta itu sendiri dikenal Manajemen aktif kala III dimana bidan
dituntut untuk lebih aktif dalam menangani kelahiran plasenta, karena pada
saat itu pemberian uterotonika untuk percepatan kelahiran plasenta sangat
penting karena uterotonika membantu kontraksi uterus agar uterus dapat
berkontraksi dengan baik setelah kelahiran bayi plasenta dapat dengan segera
dikeluarkan , itulah pentingnya Manajemen aktif kala III karena ketika salah
melakukan, itulah sebabnya retensio plasenta terjadi. Dalam teori dijelaskan
bahwa ketika plasenta yang lepas dari dinding uterus tapi belum keluar,
disebabkan oleh adanya usaha untuk melahirkan dan atau karena salah dalam
penanganan Kala III sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta.
Menurut asumsi peneliti bahwa kehamilan lewat waktu merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi terjadinya retensio plasenta karena menjelang
proses persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin
tubuh dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif
terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot
rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau
kelainan pada rahim sehingga plaseta tidak dapat terlepas dengan sempurna
dari dinding rahim.
Hal ini sejalan dengan penelitian Nita kadir S. (2010) RSU Kebumen
dengan meperoleh nilai statistik = 0.0030.05 yang menyatakan bahwa
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
58/67
kehamilan lewat bulan memilki hubungan bermakna dengan kejadian retensio
plasenta.
B.Hubungan Paritas Dengan Kejadian Retensio Plasenta
Berdasarkan table 4.6. Hubungan antara paritas dengan kejadian retensio
plasenta di Rumah Sakit Umum Batara Guru Belopa, menunjukan bawah ibu
dengan paritas resiko tinggi memiliki angka kejadian lebih banyak yaitu 28
orang (71.8%), dibandikan dengan ibu yg paritas resiko rendah angka
kejadiannya lebih sedikit yaitu 16 orang (34.8%).
Maka secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
paritas dengan kejadian retensio plasenta (ada hubungan signifikan antara
paritas dengan kejadian retensio plasenta) dengan demikian Ho ditolak dan Ha
diterima.
Berdasarkan teori pada multipara, keadaan endometrium pada daerah
corpus uteri telah mengalami degenerasi dan nekrosis, menurunnya
kemampuan dan fungsi tubuh disebabkan kematian sejumlah besar sel pada
jaringan endometrium sebagai tempat implantasi. plasenta endometrium corpus
uteri pada multipara menyebabkan daerah endometrium menjadi tidak subur
lagi sehingga pemberian oksigenisasi kehasil konsepsi akan terganggu dan
memungkinkan plasenta untuk menanamkan diri lebih dalam untuk memenuhi
kebutuhan janin yang dilahirkan mengakibatkan tertahannya zigot korion
plasenta di miometrium atau disebut juga retensio plasenta (Rukiah, 2009). Hal
ini sama dengan yang dikemukakan oleh Cunningham (2006) korpus uteri
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
59/67
merupakan bagian atas rahim yang mempunyai otot yang paling tebal,
sehingga dalam keadaan normal, plasenta berinflantasi pada daerah korpus
uteri. Pada multipara, keadaan endometrium dibawah korpus uteri sudah
mengalami kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi, hal ini terjadi
karena degenerasi di dinding endometrium.
Salah satu faktor predisposisi hemoragi postpartum yaitu kelemahan
kelelahan otot rahim salah satunya terdapat pada multipara (Manuaba,2010).
Berdasarkan asumsi peneliti sebelumnya menyatakan bahwa paritas
merupakan faktor yang dapat menyebabkan retensio plasenta karena dalam
penanganan persalinan bukan hanya sekedar melahirkan bayi tapi juga
kelahiran plasenta dan observasi setelah melahirkan juga sangat penting,
paritas bisa menyebabkan retensio plasenta karena dimana dinding
endometrium telah degenari dan nekrosis sehingga korion menanamkan diri
jauh kedalam dinding endometrium.
Dalam kenyataannya tingginya kejadian retensio plasenta karena kesalahan
dalam manajemen aktif kala III. Belum lagi manipulasi dukun dengan uterus
dimana dukun mengelus bahkan sampai mengurut uterus sebelum Plasenta
lahir padahal sebenarnya hal tersebut tidak boleh dilakukan karena ketika
plasenta belum lahir dan uterus mulai dimanipulasi maka terjadi inkoordinasi
kontraksi uterus segmen atas uterus dan segmen bawah uterus yang mulanya
kontraksi diharapkan untuk melahirkan plasenta karena adanya gangguan
kontraksi uterus justru malah tidak mampu melahirkan plasenta. Banyaknya
jumlah paritas pada ibu melahirkan yang merupakan rujukan dari berbagai
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
60/67
daerah diwilayah luwu raya juga semakin meningkatkan angka kejadian
retensio plasenta.
Adapun penelitian sekaitan dengan kejadian retensio adalah penelitian
yang dilakukan oleh Yono (2010), penelitian gambaran paritas dengan
terjadinya retensio plasenta di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.M.Yunus
Bengkulu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit
Umum daerah Dr.M.Yunus Bengkulu terhadap 107 orang responden yang
dapat disimpulkan bahwa 76,7% responden mempunyai paritas multipara.
66,4% responden mengalami retensio plasenta dan 33,6% responden tidak
mengalami retensio plasenta. Terdapat hubungan yang signifikan.
Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan, grande multipara dengan
implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesiva, plasenta akreta, plasenta
inkreta dan perkreta (Manuaba,2010). Dan dengan hasil penelitian yang
dilakukan dan berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan bermakna secara teori dan statistik jumlah paritas dengan kejadian
retensio plasenta. Pada penelitian ini pula didapatkan bahwa ibu dengan paritas
multipara memilki resiko yang lebih besar untuk mengalami retensio plasenta
dibanding paritas primipara. Namun demikian masih ada juga ditemukan
kejadian retensio plasenta pada primipara dan hal ini menunjukkan bahwa
faktor resiko terjadinya retensio plasenta adalah multifaktoral.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
61/67
C.Hubungan Umur dengan Kejadian Retensio Plasenta
Berdasrkan table 4.7. Hubungan umur dengan kejadian retensio plasenta di
Rumah Sakit Umum Daerah batara Guru Belopa menunjukan bahwa ibu
dengan umur resiko tinggi memiliki angka kejadian lebih banyak yaitu 26
(30.6%) orang dari 44 kasus retensio plasenta dibandingkan dengan umur yang
resiko rendah memiliki angka kejadian lebih sedikit yaitu 18 (21.2%).
Berdasarkan hasil analisis statis pada tabel 4.7, umur ibu 20 dan 35
tahun atau merupakan kelompok umur ibu resiko tinggi yang berjumlah 26
orang dari 44 angka kejadian retensio plasenta, lebih besar untuk mengalami
retensio plasenta dibandingkan dengan kelompok umur risiko rendah. Maka
secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara umur
dengan kejadian retensio plasenta (ada hubungan signifikan antara umur
dengan kejadian retensio plasenta) dengan demikian Ho ditolak dan Ha
diterima.
Menurut Cunningham dkk, (2006), kejadian retensio plasenta meningkat
pada kelompok umur ibu > 35 tahun. Menurut manuaba (2010), bahwa umur
ibu yang muda juga dapat meningkatkan kejadian retensio plasenta, hal ini
disebabkan karena endometrium masih belum siap sempurna. Hal ini juga
dimungkinkan karena terdapat berbagai faktor predisposisis lain yang dapat
mempengaruhi kejadian retensio plasenta sehingga terdapat ibu yang memiliki
umur 20-35 tahun yang mengalami kejadian retensio plasenta.
Asumsi peneliti sebelumnya mengatakan bahwa umur ibu merupakan
salah satu faktor yang menentukan resiko kehamilan dan persalinan. Semakin
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
62/67
tuanya umur ibu menyebabkan terjadi penurunan fungsi fisiologis tubuh
termasuk diantaranya endometrium, hal ini diperkirakan karena adanya
peningkatan usia ibu kearah yang lebih tua menyebabkan sklerosis pembuluh
darah arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke
endometrium tidak merata mengakibatkan plasenta tumbuh lebih besar dengan
luas permukaan yang lebih besar untuk mendapatkan aliran darah yang
adekuat, untuk pertumbuhan janin dalam kandungan sehingga plasenta dapat
tertanam lebih dalam ke dinding endometrium.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian di RSU A. Yani Metro
menunjukkan ibu-ibu yang bersalin dengan retensio plasenta berdasarkan usia
reproduksi tidak sehat (< 20 tahun atau lebih > 35 tahun) sebanyak 27,14%.
Kesimpulan dalam penelitian tersebut terdapat hubungan yang bermakna antara
usia ibu dengan Retensio plasenta (Metro Yani AR. diakses tanggal 22 Juni
2015).
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
63/67
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN
1.
Ada hubungan antara Kehamilan lewat waktu dengan kejadian retensio
plasenta di Rumah Sakit Umum Batara Guru Belopa tahun 2015. Hal ini
disebabkan karena penurunan kadar esterogen pada kehamilan normal
umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat
turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus
terhadap oksitosin berkurang sehingga uterus tidak berkontraksi maksimal
untuk dapat melepaskan plasenta dari endometrium
2. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian retensio plasenta di Rumah
Sakit Umum Batara Guru Belopa tahun 2015. Hal ini disebabkan karena
endometrium corpus uteri pada multipara menjadi tidak subur lagi
sehingga pemberian oksigenisasi kehasil konsepsi akan terganggu dan
memungkinkan plasenta untuk menanamkan diri lebih dalam untuk
memenuhi kebutuhan janin yang dilahirkan.
3.
Ada hubungan antara umur dengan kejadian retensio plasenta di Rumah
Sakit Umum Batara Guru Belopa tahun 2015. Hal ini disebabkan karena
endometrium masih belum siap sempurna dan sklerosis pembuluh darah
arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke
endometrium tidak merata mengakibatkan plasenta tumbuh lebih besar
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
64/67
dengan luas permukaan yang lebih besar untuk mendapatkan aliran darah
yang adekuat.
B. SARAN
1. Meningkatakan kualitas pelayanan pertolongan persalinan dengan cara
meningkatkan kompetensi bidan baik di desa maupun di rumah sakit.
2. Meningkatkan pendidikan kesehatan dengan memberikan penyuluhan
kepada masyarakat sehingga mereka dapat mengerti tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan disarana kesehatan dan
melakukan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya Keluarga berencan
dalam upaya pengaturan kehamilan, sehingga kejadian retensio plasenta
dapat berkurang apabila jumlah kelahiran dapat terkendali atau berencana.
3.
Untuk peneliti selanjutnya agar dapat meneliti variabelvariabel yang lain
yang dapat mempengaruhi kejadian retensio plasenta.
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
65/67
Istrumen Penelitian
1. Identitas
Nama :
Umur :
Alamat :
2. Kehamilan Lewat Waktu
Ya :
Tidak :
3.
Paritas
Resiko Tinggi :
Resiko Rendah :
4. Umur
Resiko Tinggi :
Resiko Rendah :
5. Retensio Plasenta
Ya :
Tidak :
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
66/67
Riwayat Hidup Peneliti
A.
Biodata
Nama : Harianti Zainuddin
Nim : B. 14.06.092
Tempat Tgl Lahir : Belopa, 17 September 1974
Suku / Bangsa : Luwu / Indonesia
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Opu DG. Risaju Belopa
B.
Riwayat Pendidikan
1. SDN 22 Belopa Pada Tahun 1987
2. SMP Negeri Belopa Pada Tahun 1990
3. SPK Pemda TK. II Luwu Pada Tahun 1993
4. PPB A Pemda TK. II Luwu Pada Tahun 1994
5. D. III Kebidanan Muhammadiyah Makassar Tahun 2008
-
7/25/2019 KTI HARIANTI
67/67