KTI HARIANTI

download KTI HARIANTI

of 67

Transcript of KTI HARIANTI

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    1/67

    KARYA TULIS ILMIAH

    FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

    RETENSIO PLASENTA DI RUMAH SAKIT UMUM

    DAERAH BATARA GURU BELOPA

    TAHUN 2015

    OLEH :

    HARIANTI ZAINUDDIN

    B.14.06.092

    PROGRAM STUDI DIPLOMA IV (EMPAT) KEBIDANAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

    (STIKES) MEGA BUANA

    PALOPO

    2015

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    2/67

    HALAMAN PERSETUJUAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa hasil penelitian

    dengan judul Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Retensio Plasenta

    Di RSUD Batara Belopa Guru tahun 2015 telah kami setujui untuk disajikan

    dihadapan tim penguji pada seminar hasil Program Studi Diploma IV Kebidanan

    Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mega Buana Palopo.

    Palopo, Juli 2015

    Tim Pembimbing

    Pembimbing I Pembimbing II

    Wahyuni Arif S.ST.,M.Kes I Wayan Djuliarsa,SKM.,M.Kes

    NIDN : NIDN :

    Program Studi DIPLOMA IV Kebidanan

    Ketua,

    Wahyuni Arif.S.ST.,M.Kes

    NIDN :

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    3/67

    PENGESAHAN TIM PENGUJI

    Karya tulis imiah ini telah dipertahankan dihadapan TIM penguji seminar

    hasil Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo pada tanggal Juli

    2015.

    Ketua : Wahyuni Arif, S.St.,M.Kes. ( )

    Anggota : I Wayan Djuliarsa,SKM.,M.Kes. ( )

    Anggota : GitaNirmalasari S.ST.,M.Keb. ( )

    Ketua Stikes Mega Buana

    Dr. Nilawati Uly, S.Si.,Apt.,M.Kes

    NIDN. 092 2017 901

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    4/67

    ABSTRAK

    Harianti Zainuddin, Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Retensio

    Plasenta Di RSUD Batara Guru Tahun 2015 (dibimbing oleh Pembimbing I

    Wahyuni Arif dan Pembimbing II I Wayang Djuliarsa).

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor Apa Yang Berhubungan

    Dengan Kejadian Retensio Plasenta Di RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2015.

    Desaian penelitian ini termasuk dalam penelitian analitik. Metode penelitian

    ini adalah survey dengan pendekatan study cross sectional. Populasi dalam

    penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan yang dirawat di RSUD Batara

    Guru yang berjumlah 679 orang, Pengambilan sampel menggunakan teknikpurposive sampling, didapatkan sebanyak 85 responden dengan kriteria inklusi.

    Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Data diolah

    dan dianalisis dengan menggunakan Statistik Program for Sosial Science(SPSS)

    versi 18,0. Analisis secara univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis

    bivariat digunakan dengan uji statistik untuk mengetahui faktor yang berhubungan

    dengan kejadian retensio plasenta.

    Hasil analisis bivariat didapatkan ada hubungan kehamilan lewat waktu

    dengan kejadian retensio plasenta (=0.0020.05), ada hubungan paritas dengan

    kejadian retensio plasenta (=0.0010.05) dan ada hubungan umur dengan

    kejadian retensio plasenta (=0.0010.05). Kesimpulan dalam penelitian ini

    adalah ada hubungan antara kehamilan lewat waktu, paritas dan umur ibu

    terhadap kejadian retensio plasenta di RSUD Batara Guru Belopa tahun 2015.

    Diharapkan untuk ibu hamil agar dapat memeriksakan kehamilannya secara

    teratur, mengatur jarak kehamilan.

    Kata Kunci : Kehamilan lewat waktu, paritas, umur, retensio plasenta

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    5/67

    KATA PENGANTAR

    Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

    Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karna atas

    rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

    ini dengan judul Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Retensio Plasenta

    Di RSUD Batara Guru Belopa tahun 2015 sebagai salah satu syarat untuk

    menyelesaikan pendidikan program DIV Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu

    Kesehatan (STIKES) Mega Buana Palopo.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini sangat

    jauh dari kesempurnaan, namun berkat bantuan, dan kerjasama dari berbagai

    pihak, hambatan tersebut dapat diatasi, oleh karena itu dengan segala kerendahan

    hati penulis meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

    penyempurnaan skripsi ini.

    Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima

    kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada ibu Wahyuni Arif.S.ST.,M.Kes

    sebagai pembimbing I dalam karya tulis ilmiah ini Serta selaku Ketua Program

    Studi D.IV Kebidanan, Bapak I Wayan Djuliarsa, SKM.,M.Kes. selaku

    pembimbing II, Ibu Gita Nirmalasari S.ST.,M.Keb. selaku penguji, yang telah

    banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk serta

    saran dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Tidak lupa pula penulis

    mengucapkan banyak terima kasih kepada:

    1.

    Bapak Rahim Munir, S.P., M.M selaku Pembina Yayasan Pendidikan Mega

    Buana Palopo.

    2.

    Ibu Dr. Nilawati Uly,S.Si,Apt.,M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

    Kesehatan Mega Buana Palopo, yang telah memberikan kesempatan untuk

    mengikuti pendidikan di Program Diploma IV Kebidanan.

    3.

    Bapak I Wayan Djuliarsa,SKM.,M.Kes selaku Wakil Ketua Bidang Akademik

    Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    6/67

    4.

    Ibu Evawati Uly,S.Farm.,Apt selaku Pembantu Ketua Bidang Keuangan

    Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo.

    5.Bapak Imran Nur S.IP.,M.Si selaku Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan

    Stikes Mega Buana Palopo.

    6. Ibu Wahyuni Arif,S.ST.,M.Kes selaku Ketua Program Studi D.IV Kebidanan

    7.Bapak dan Ibu dosen serta staf Program Studi D IV Kebidanan STIKES Mega

    Buana Palopo

    8. Bapak dr. Suharkimin Sumar M.Kes. selaku Direktur RSUD Batara Guru

    Belopa yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan serta dukungan

    moril yang tak ternilai harganya.

    Melalui kata pengantar ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih

    yang tidak terhingga kepada suami dan keluarga saya yang tercinta. Juga kepada

    teman-teman mahasiswa, terima kasih untuk setiap kebersamaan dan semangat

    belajar yang selalu memotivasi.

    Penulis juga menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini tidak luput dari

    kekurangan dan kelemahan. Untuk itu kritik, saran, dan masukkan yang bersifat

    membangun sangat diharapkan demi kelengkapan karya tulis ilmiah ini.

    Akhir kata dengan penuh harapan semoga materi dalam penulisan ini dapat

    bermanfaat dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat di masa yang

    akan datang.

    Palopo, Agustus 2015

    Penulis

    HariantiI Zanuddin

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    7/67

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ..................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................... iii

    ABSTRAK ............................................................................................... iv

    KATA PENGANTAR ............................................................................. v

    DAFTAR ISI ............................................................................................ vii

    DAFTAR TABEL ................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

    A.Latar Belakang ..................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .............................................................. 4

    C.

    Tujuan Penelitian ............................................................... 4

    D. Manfaat Penelitian ............................................................. 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6

    A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 6

    B.Konsep Dasar Teori ............................................................. 9

    1. Tinjauan Umum Tentang Retensio Plasenta .................. 9

    2. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan Lewat Waktu ...... 20

    3.

    Tinjauan Umum Tentang Paritas ................................... 264.

    Tinjauan Umum Tentang Umur ..................................... 28

    5. Tinjauan Umum Faktor yang Berhubungan dengan

    Retensio Plasenta ........................................................... 29

    C.

    Kerangka Konsep .................................................................. 32

    D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .......................... 32

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 34

    A.

    Desain ................................................................................. 34

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    8/67

    B.

    Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 34

    C. Populasi dan Sampel ............................................................ 34

    D. Hipotesis Penelitian ............................................................. 36

    E.

    Metode Pengumpulan Data .................................................. 36

    F. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data .................................. 36

    BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................. 39

    BAB V PEMBAHASAN ......................................................................... 45

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 52

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    9/67

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Retensio Plasenta .................... 38

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kehamilan Lewat Waktu........................ 39

    Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Paritas Ibu............................................... 40

    Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Umur Ibu .............................................. 40

    Tabel 4.5 Hubungan Kehamilan Lewat Waktu Dengan Retensio

    Plasenta Di RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2014 .............. 41

    Tabel 4.6 Hubungan Paritas Dengan Retensio Plasenta Di

    RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2014 ................................. 42

    Tabel 4.7 Hubungan Umur Dengan Retensio Plasenta Di

    RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2014 ................................. 43

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    10/67

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    Gambar 2.1 Struktur Organisasi RSUD Batara Guru Belopa .......... 8

    Gambat 2.1 Bagan Kerangka Konsep ...... 32

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    11/67

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar Ceklis

    Lampiran 2 Master Tabel Penelitian

    Lampiran 3 Hasil Olah Data Statisticdengan SPSS

    Lampiran 4 Surat Pengantar Penelitian

    Lampiran 5 Surat Rekomendasi Penelitian dari Kesbang

    Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

    Lampiran 7 Riwayat Hidup

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    12/67

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang

    Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml

    melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III.

    Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-

    kadang hanya setengah dari yang sebenarnya. Darah tersebut tercampur dengan

    cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan

    kain, di dalam ember dan di lantai. Volume darah yang hilang juga bervariasi

    akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar

    hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah

    yang akan berakibat fatal pada yang anemia (Wiknjosastro, 2010).

    Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH)

    adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta,

    trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.

    Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya

    paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal.

    Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan

    (Mochtar, 2012).

    Retensio plasenta merupakan penyebab sebagian besar kasus perdarahan

    post partum, sedangkan perdarahan post partum merupakan penyebab

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    13/67

    kematian maternal terbanyak di Indonesia. Retensio plasenta adalah

    tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit

    setelah bayi lahir. Biasanya setelah janin lahir, beberapa menit kemudian

    mulailah proses pelepasan plasenta disertai sedikit perdarahan. Bila plasenta

    sudah lepas dan turun ke bagian bawah rahim, maka uterus akan berkontraksi

    untuk mengeluarkan plasenta. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

    retensio plasenta pada ibu bersalin adalah umur, multiparitas, dan riwayat

    kehamilan dan persalinan terdahulu (Mochtar, 2012).

    Data WHO menunjukkan sebanyak 99 persen kematian ibu akibat

    masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio

    kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan

    450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan

    rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran

    (WHO, 2010).

    Berdasakan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012

    angka kematian ibu (AKI) adalah 359/100.000. Penyebab tingginya AKI di

    Indonesia pada umumnya disebabkan faktor penyebab langsung dan tidak

    langsung. Faktor penyebab langsung adalah perdarahan (28%), eklampsia

    (24%), infeksi (11%), komplikasi aborsi (5%), partus lama (5%), komplikasi

    masa nifas (8%), emboli obstetri (3%) dan lain-lain 16 %. (Depkes RI, 2010).

    Di sulsel Aki tahun 2009 sebanyak 118 per 100.000 kelahiran hidup, tahun

    2010 125 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2012 109 per 100.000 kelahiran

    hidup (Profil Sulsel 2013). AKI di Kabupaten Luwu Tahun 2013 sebesar 12

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    14/67

    orang, tahun 2014 sebesar 9 orang (Profil Kabupaten Luwu, 2014). Di RSUD

    batara guru AKI tahun 2013 sebesar 12 orang, tahun 2014 sebesar 4 orang.

    Angka kejadian retensio plasenta di RSUD batara guru pada tahun 2013

    persalinan 550 orang, retensio plasenta sebanyak 31 0rang, tahun 2014

    persalinan 679 orang, retensio plasenta 44 orang, (Profil RSUD Batara Guru).

    Perdarahan pada ibu setelah persalinan dapat disebabkan oleh retensio

    plasenta. Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir

    setengah jam setelah janin lahir. Penyebab terjadinya retensio plasenta antara

    lain plasenta belum lepas dari dinding uterus dan plasenta sudah lepas, akan

    tetapi belum dilahirkan. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta,

    disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus. Retensio plasenta pada ibu bersalin

    juga dapat dipengaruhi oleh umur kehamilan, paritas dan umur ibu.

    Dengan masih tingginya AKI di Indonesia terutama di kabupaten Luwu

    maka peran bidan dalam penurunan Aki tersebut sangat diharapkan dapat

    memberikan pelayanan yang optimal mulai dari pelayanan ANC, persalinan,

    nifas dan KB sesuai dengan standar pelayann dan senantiasa menambah

    pengetahuan dan skil dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

    Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik melakukan penelitian

    tentang Faktor yang berhubungan dengan kejadian retensio plasenta di Rumah

    Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa Tahun 2015.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    15/67

    B.Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor Apakah Yang

    Berhubungan Dengan Kejadian Retensio Plasenta Di Rumah Sakit Umum

    Daerah Batara Guru Belopa Tahun 2015.

    C.Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Mengetahuinya Faktor yang berhubungan dengan kejadian retensio plasenta

    di Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa Tahun 2015.

    2.

    Tujuan Khusus

    a. Untuk mengatahui kejadian retensio plasenta di Rumah Sakit Umum

    Daerah Batara Guru Belopa Tahun 2015

    b.

    Untuk mengetahui hubungan kehamilan lewat waktu dengan kejadian

    retensio plasenta di Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa

    Tahun 2015.

    c. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian retensio plasenta di

    Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa Tahun 2015.

    d.

    Untuk mengetahui hubungan umur ibu dengan kejadian retensio plasenta

    di Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa Tahun 2015.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    16/67

    D.Manfaat Penelitian

    1.

    Manfaat ilmiah

    Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi pengembangan ilmu

    pengetahuan dan penelitian lebih lanjut yang berguna di bidang ilmu

    kesehatan, khususnya tentang retensio plasenta

    2. Manfaat praktis

    Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan informasi

    mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian retensio plasenta

    dalam peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah

    Batara Guru Belopa sebagai upaya untuk menurunkan morbiditas dan

    mortalitas neonatal.

    3. Manfaat bagi institusi

    Sebagai suatu pengalaman yang dapat meningkatkan pengetahuan dan

    wawasan bagi mahasiswa STIKES Mega Buana Palopo, khususnya

    pengetahuan tentang kejadian retensio plasenta

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    17/67

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    1.Keadaan Geografis

    Kabupaten Luwu memiliki 21 kecamatan, 227 desa dan kelurahan

    dengan luas wilayah 3.000,25 kilometer persegi. Jumlah penduduk

    kabupaten luwu tahun 2014 mencapai 385.327 jiwa.

    Batas Wilayah :

    a.

    Sebelah utara berbatasan dengan kota Palopo

    b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Sidenreng

    Rappang.

    c.

    Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone

    d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Enrekang, Tanah Toraja.

    2.Keadaan Demografis

    Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru adalah salah satu rumah sakit

    yang berada di kota belopa Kabupaten Luwu.

    Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru mempunyai luas tanah

    keseluruhan adalah 6,6 hektar (66.000 M) dan luas bangunan 3500 M.

    3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

    Pelaksanaan pelayanan kesehatan di RSUD Batara Guru dapat dibedakan

    menjadi empat bagian antara lain :

    a. Pelayanan Medik yang terdiri dari rawat jalan dan rawat inap

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    18/67

    b.

    Pelayanan penunjang yang terdiri dari instalasi farmasi, laboratorium,

    radiologi, kamar operasi, fisioterafi dan instalasi gizi.

    c. Pelayanan terintegrasi yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Batara

    Guru yakni pelayanan bank darah dan pelyanan TB paru.

    d.Kegiatan administrasi dan keuangan yang terdiri bagian tata usaha yang

    berkaiatan dengan surat menyurat kedinasan dan kepegawaian, bagian

    keuangan berkaitan dengan pendapatan dan belanja rumah sakit untuk

    tujuan pelayanan dan kegiatan lain.

    4.

    Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa

    a.

    Visi

    Terwujudnya rumah sakit yang maju, mandiri dan berdaya saing

    melalui pelayanan kesehatan bermutu

    b.

    Misi

    1) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terkangkau

    untuk masyarakat.

    2) Melaksanakan prinsipprinsip pelayanan prima dengan

    menggunakan kepuasan pelanggang

    3)

    Meningkatkan profesionalisme Sunber Daya Manusia.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    19/67

    STRUKTUR ORGANISASI RSUD BATARA GURU BELOPA

    KABUPATEN LUWU

    Gambar 2.1. Struktur Organisasi Puskesmas Kamanre

    Direktur

    Dr. Suharkimin Sumar, S.KM

    Seksi Pembinaan dan

    pengendalian medic

    Seksi Pely. & penunjang

    Medik

    H . Rahmanianti SKM.

    Bid. Pengembangan SDM

    & Rekam Medik

    Shanti Marzuki,

    SKM.,M.Kes

    Seksi Pengembangan SDM

    Seharly, ST.Mars

    Kabag tata usaha

    Sahrun, SKM

    Bid. Pely. Medik & Kep

    Dr. H. Moch Hasrun, MM.

    Kes

    Sub.Bag.Umum

    dan Keuangan

    Nany Herawati

    R. SE

    Kelopok Jafung

    Sub. Bag.

    Hukum dan

    Kepegawaian

    Bardin, BSc.

    Sub. Bag.

    Perecanaan dan

    Pelaporan

    Dasmar,S.Kep,NS

    ,M.Kes.

    Seksi rekam Medik

    Andriani, SKM., M.Kes

    Bid. Pengawasan &

    Pemeliharaan Sarana

    dan Prasarana

    Uparuddin, SH

    Seksi Pengawas &

    Pengendalian Prasarana

    Dirham, Bsc

    Seksi Pemeliharaan

    Sarana & Prasarana

    Watiharni, S.Sos

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    20/67

    B. Konsep Dasar Teori

    1.

    Tinjauan Umum Tentang Retensio Plasenta

    a. Pengertian Retensio Plasenta

    1) Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta

    hingga atau melebih waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir

    sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh

    gangguan kontraksi uterus (Rukiah, 2009).

    2)

    Istilah retensio plasenta dipergunakan jika plasenta belum lahir

    jam sesudah anak lahir. (Sastrawinata, 2008)

    3)

    Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi

    waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang

    banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga

    memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Bila retensio

    plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan ada

    kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta

    inkreta, plasenta perkreta. (Manuaba (2012).

    Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

    retensio plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam

    setelah janin lahir, keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak,

    artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga

    memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera.

    b.Klasifikasi Retensio Plasenta

    Retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis, antara lain :

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    21/67

    1)

    Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion

    plasentsehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi

    fisiologis.

    2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

    mencapai sebagian lapisan miometrium

    3) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

    mencapai/melewati lapisan miometrium

    4)

    Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang

    menembus lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa

    dinding uterus

    5) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum

    uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri (Cuningham,

    2011).

    c. Penyebab Retensio placenta

    Retensio plasenta disebabkan oleh :

    1)Faktor maternal

    a) Gravida berusia lanjut

    b)

    Multiparitas, placenta acreta jarang dijumai pada

    primigravida

    2)Faktor uterus

    a) Bekas secsio cesaria, placena tertanam di cicatrix uterus

    b) Bekas curettage

    c) Bekas pengeluaran placenta secara manual

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    22/67

    d) Bekas endometritis

    e)

    Faktor factor placenta

    3)Placenta previa

    4)Implantasi corneal

    a) Placenta suka lepas

    b) Mempunyai inersi di sudut tuba

    c) Berukuran sangat kecil atau placenta anularis (Obstetric

    patologi 2002).

    Penyebab Retentio Plasentamenurut Sastrawinata (2006) adalah:

    1)

    Fungsional:

    a) His kurang kuat (penyebab terpenting)

    b) Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di

    sudut tuba); bentuknya (plasenta membranasea, plasenta

    anularis); dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil).

    Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas

    disebut plasenta adhesive.

    2)

    Patologianatomi:

    a)

    Plasenta akreta

    b) Plasenta inkreta

    c) Plasenta perkreta

    Menurut Manuaba (2006) kejadian retensio plasenta berkaitan

    dengan:

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    23/67

    1)

    Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk

    plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, dan plasenta

    perkreta

    2)Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan

    d. Klasifikasi

    Jenis dari retensio plasenta adalah tertahannya atau belum

    lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah

    bayi lahir (Prawirohardjo, 2002)

    Jenis retensio plasenta :

    1)

    Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot

    korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme

    separasi fisiologis.

    2)

    Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

    memasuki sebagian lapisan miomentrium.

    3) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta

    hingga mencapai/memasuki miomentrium.

    4)

    Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang

    menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa

    dinding uterus.

    5) Plasenta inkaserata adalah tertahannya plasenta didalam kavum

    uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    24/67

    e.

    Patogenesis

    Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi.

    Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini

    pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium

    tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal.

    Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium

    menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga

    ukuran juga mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai

    mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta.

    Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka

    plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding

    uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan

    desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan

    plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di

    uterus berada di antara serat-serat otot miometrium yang saling

    bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh

    darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit

    serta perdarahan berhenti.

    Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan

    menggunakan pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah

    membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan.

    Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    25/67

    1)

    Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang

    bebas tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta

    melekat masih tipis.

    2) Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus

    tempat plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm

    menjadi > 2 cm).

    3) Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta

    menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan

    lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding

    uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh

    kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang

    aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi

    permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di

    lapisan spongiosa.

    4) Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat

    plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak

    berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga

    rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan

    plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala

    tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase

    kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala

    tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat

    implantasinya. Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    26/67

    ada semburan darah yang mendadak, uterus menjadi globuler

    dan konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah

    abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke

    vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah

    plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang

    diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta

    meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina.

    Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh

    adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang

    berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat

    mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya,

    dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan

    persalinan kala IV. Metode yang biasa dikerjakan adalah

    dengan menekan secara bersamaan dengan tarikan ringan

    pada tali pusat.

    f. Gejala Klinis

    1)

    Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal,

    meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum

    sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan

    polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana

    plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan

    aktif setelah bayi dilahirkan.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    27/67

    2)

    Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di

    dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap

    menempel di dalam uterus.

    H. Tanda Dan Gejala Retensio Plasenta

    1) Plasenta Akreta Parsial / Separasi

    a) Konsistensi uterus kenyal

    b) TFU setinggi pusat

    c)

    Bentuk uterus discoid

    d)

    Perdarahan sedangbanyak

    e)

    Tali pusat terjulur sebagian

    f) Ostium uteri terbuka

    g) Separasi plasenta lepas sebagian

    h)

    Syok sering

    2) Plasenta Inkarserata

    a) Konsistensi uterus keras

    b) TFU 2 jari bawah pusat

    c)

    Bentuk uterus globular

    d)

    Perdarahan sedang

    e) Tali pusat terjulur

    f) Ostium uteri terbuka

    g) Separasi plasenta sudah lepas

    h) Syok jarang

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    28/67

    3)

    Plasenta Akreta

    a)

    Konsistensi uterus cukup

    b) TFU setinggi pusat

    c) Bentuk uterus discoid

    d) Perdarahan sedikit / tidak ada

    e) Tali pusat tidak terjulur

    f) Ostium uteri terbuka

    g)

    Separasi plasenta melekat seluruhnya

    h)

    Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan

    kuat pada tali pusat. (Prawirohardjo, 2010)

    J. Penatalaksanaan

    Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:

    1)

    Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line

    dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan

    kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat

    yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi,

    tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila

    diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.

    2)Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan

    Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus

    berkontraksi.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    29/67

    3)

    Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil

    lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan

    uterus.

    4)Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual

    plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada

    kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta

    setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit

    seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan

    untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.

    5)

    Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan

    dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan

    kuretage sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa

    plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan

    di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif

    tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.

    6) Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan

    dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per

    oral.

    7) Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan

    untuk pencegahan infeksi sekunder.

    k.Komplikasi

    Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya:

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    30/67

    1)

    Perdarahan terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang

    terdapat sedikit perlepasan hingga kontraksi memompa darah

    tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup.

    2) Infeksi,karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam

    rahim meningkatkan pertumbuhan bakteri dibantu dengan port

    dentre dari tempat perlekatan plasenta.

    3) Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat

    terus sedangkan kontraksi pada ostium baik hingga yang

    terjadi.

    4)

    Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang

    mengalami infeksi sekunder dan nekrosis Dengan masuknya

    mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah

    menjadi patologik (displastik-diskariotik) dan akhirnya menjadi

    karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasive atau

    invasive, proses keganasan akan berjalan terus.

    Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin

    bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini

    merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang

    berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa

    menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal

    merupakan keadaan prekanker, yang bisa berubah menjadi

    kanker.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    31/67

    5)

    Syok haemoragik

    2)

    Tinjauan Umum Tentang Kehamilan Lewat Waktu

    a. Pengertian

    1) Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari

    atau lebih dari 42 minggu, keadaan ini sering juga isebut sebagai

    postterm atau kehamilan lewat waktu. (Wiknjosastro, 2010).

    2) kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah haid terakhir, atau

    230 hari setelah ovulasi / fertilisasi

    3)

    Kehamilan post date atau kehamilan lewat waktu ialah kehamilan

    yang umurnya lebih dari 42 minggu (Varney,H.2006).

    b. Etiologi Kehamilan Lewat Waktu

    Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang

    dikemukaan adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat

    turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan

    uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter,

    karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu

    (Mochtar, 2013).

    Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan

    oksitosin tubuh dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim

    semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu

    terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan,

    karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim (Manuaba,

    2013).

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    32/67

    Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar

    esterogen pada kehamilan normal umumnya tinggi. Faktor hormonal

    yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah

    cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.

    Faktor lain adalah hereditas, karena post matur sering dijumpai pada

    suatu keluarga tertentu.

    Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,

    kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar

    estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis

    plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi

    untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi

    uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga

    berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini

    merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian

    perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi, yaitu 30% prepartum,

    55% intrapartum, dan 15% postpartum.

    Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai

    berikut :

    1) Kesalahan dalam penganalan, merupakan penyebab yang paling

    sering.

    2) Tidak diketahui.

    3) Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    33/67

    4) Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan

    penyebab yang jarang terjadi.

    5) Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi.

    6) Faktor genetik juga dapat memainkan peran.

    c. Pemeriksaan Penunjang

    Menurut Mochtar (2012), pemeriksaan penunjang sangat penting

    dilakukan, seperti pemeriksaan berat badan ibu, diikuti kapan

    berkurangnya berat badan, lingkaran perut dan jumlah air ketuban.

    Pemeriksaan yang dilakukan seperti :

    1)

    Bila wanita hamil tidak tahu atau lupa dengan haid terakhir

    setelah persalinan yang lalu, dan ibu menjadi hamil maka ibu

    harus memeriksakan kehamilannya dengan teratur, dapat diikuti

    dengan tinggi fundus uteri, mulainya gerakan janin dan besarnya

    janin dapat membantu diagnosis.

    2) Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa ukuran

    diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban. Bila

    telah dilakukan pemeriksaan USG serial terutama sejak trimester

    pertama, maka hampir dapat dipastikan usia kehamilan.

    Sebaliknya pemeriksaan yang sesaat setelah trimester III sukar

    untuk memastikan usia kehamilan. Pemeriksaan Ultrasonografi

    pada kehamilan postterm tidak akurat untuk menentukan umur

    kehamilan. Tetapi untuk menentukan volume cairan amnion

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    34/67

    (AFI), ukuran janin, malformasi janin dan tingkat kematangan

    plasenta.

    3) Pemeriksaan berat badan ibu, dengan memantau kenaikan berat

    badan setiap kali periksa, terjadi penurunan atau kenaikan berat

    badan ibu.

    4) Pemeriksaan Amnioskopi dilakukan untuk melihat derajat

    kekeruhan air ketuban menurut warnanya yaitu bila keruh dan

    kehitaman berarti air ketuban bercampur mekonium dan bisa

    mengakibatkan gawat janin (Wiknjosastro, 2008).

    d.

    Manifestasi klinis

    Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi

    menjadi:

    1)

    Stadium I

    Kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga

    kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.

    2) Stadium II

    Seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) dikulit.

    3)

    Stadium III

    Seperti stadium II disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit,

    dan tali pusat. (Sujiyatini).

    e. Komplikasi

    Menurut Prawirohardjo (2010), komplikasi yang terjadi pada

    kehamilan serotinus yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    35/67

    terjadi pada bayi seperti gawat janin, gerakan janin berkurang,

    kematian janin, asfiksia neonaturum dan kelainan letak.

    Menurut Mochtar (2012), komplikasi yang terjadi pada kehamilan

    serotinus yaitu :

    1) Plasenta

    (a) Kalsifikasi

    (b) Selaput vaskulosinsisial menebal dan jumlahnya berkurang

    (c) Degenerasi jaringan plasenta

    (d) Perubahan biokimia

    2)

    Komplikasi pada Ibu

    Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus

    lama, inersia uteri, atonia uteri dan perdarahan postpartum.

    3)

    Komplikasi pada Janin

    Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin

    bertambah besar, tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian

    janin dalam kandungan.

    f.

    Penanganan Persalinan Kehamilan Lewat Waktu

    Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya

    bagi janin postterm sehingga setiap persalinan kehamilan posterm

    harus dilakukan pengamatan ketat dan sebaiknya dilaksanakan di

    rumah sakit dengan pelayanan operatif dan perawatan neonatal yang

    memadai.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    36/67

    Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu ialah

    merencanakan pengakhiran kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan

    tergantung dari hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dan penilaian

    skor pelvik (pelvic score). Ada beberapa cara untuk pengakhiran

    kehamilan, antara lain :

    1) Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.

    2) Induksi dengan oksitosin.

    3)

    Bedah seksio sesaria.

    The American College of Obstetricians and Gynecologist

    mempertimbangkan bahwa kehamilan postterm (42 minggu) adalah

    indikasi induksi persalinan. Penelitian menyarankan induksi

    persalinan antara umur kehamilan 41-42 minggu menurunkan angka

    kematian janin dan biaya monitoring janin lebih rendah.

    Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien

    harus memenuhi beberapa syarat, antara lain kehamilan aterm, ada

    kemunduran his, ukuran panggul normal, tidak ada disproporsi

    sefalopelvik, janin presentasi kepala, serviks sudah matang (porsio

    teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai membuka). Selain itu,

    pengukuran pelvik juga harus dilakukan sebelumnya. Induksi

    persalinan dilakukan dengan Oksitosin 5 IU dalam infus Dextrose 5%.

    Tetesan infus dimulai dengan 8 tetes/menit, lalu dinaikkan tiap 30

    menit sebanyak 4 tetes/menit hingga timbul his yang adekuat. Selama

    pemberian infus, kesejahteraan janin tetap diperhatikan karena

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    37/67

    dikhawatirkan dapat timbul gawat janin. Setelah timbul his adekuat,

    tetesan infus dipertahankan hingga persalinan. Namun, jika infus

    pertama habis dan his adekuat belum muncul, dapat diberikan infus

    drip Oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat yang diharapkan tidak

    muncul, dapat dipertimbangkan terminasi dengan seksio sesaria

    3.Tinjauan Umum Tentang Paritas

    1). Pengertian Paritas:

    a) Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh

    seorang wanita (BKKBN, 2006).

    b) Menurut Prawirohardjo (2010), paritas dapat dibedakan menjadi

    primipara, multipara dan grandemultipara.

    c) Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang

    mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008).

    d) Menurut Manuaba (2012), paritas adalah wanita yang pernah

    melahirkan bayi aterm.

    Jumlah paritas merupakan salah satu komponen dari status paritas

    yang sering dituliskan dengan notasi G-P-A, dimana G menyatakan

    jumlah kehamilan (gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan A

    menyatakan jumlah abortus. Sebagai contoh, seorang perempuan

    dengan status paritas G3P1A1, berarti perempuan tersebut telah pernah

    mengandung sebanyak dua kali, dengan satu kali paritas dan satu kali

    abortus, dan saat ini tengah mengandung untuk yang ketiga kalinya.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    38/67

    2). Klasifikasi Jumlah Paritas

    Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang perempuan dapat

    dibedakan menjadi:

    a) Nullipara

    Nullipara adalah perempuan yang belum pernah melahirkan anak

    sama sekali (Manuaba, 2013).

    b)Primipara

    Primipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak,

    yang cukup besar untuk hidup didunia luar (Verney, 2006)

    Primipara adalah perempuan yang telah pernah melahirkan

    sebanyak satu kali (Manuaba, 2013).

    c) Multipara

    Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak

    lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2008)

    Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan dua hingga

    empat kali (Manuaba, 2013)

    d)

    Grande multipara

    Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan 5 orang

    anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan

    dan persalinan (Manuaba, 2009)

    Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan lebih

    dari lima kali (Verney, 2006).

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    39/67

    Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan bayi 6

    kali atau lebih, hidup atau mati (Rustam, 2013)

    4. Tinjauan Umum Tentang Umur Ibu

    Umur (usia) adalah masa individu terhitung mulai saat dilahirkan

    sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan

    dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja

    (Notoatmojo 2011).

    Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam

    berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan

    kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya melahirkan disarana

    kesehatan. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang

    pentingnya melahirkan. Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu,

    ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu melahirkan berusia dibawah 20

    tahun dan di atas 35 tahun. Usia berguna untuk mengantisipasi diagnosa

    masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. Seorang wanita sebagai

    insan biologis sudah memasuki usia produksi beberapa tahun sebelum

    mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung

    aman, yaitu 20-35 tahun, setelah itu resiko ibu akan meningkat setiap

    tahun.

    Wiknjosastro (2010), juga menyatakan bahwa dalam kurun

    reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan

    persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan

    melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    40/67

    pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian

    maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.

    5. Tinjauan Umum Faktor yang Berhubungan dengan Retensio Plasenta

    a. Kehamilan Lewat Waktu dengan Retensio Plasenta

    Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari

    atau lebih dari 42 minggu, keadaan ini sering juga isebut sebagai post

    term.

    Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,

    kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar

    estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis

    plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi

    untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi

    uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga

    berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini

    merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian

    perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi, yaitu 30% prepartum, 55%

    intrapartum, dan 15% postpartum.

    Menurut Mochtar (2012), komplikasi yang terjadi pada kehamilan

    serotinus yaitu kalsifikasi plasenta, selaput vaskulosinsisial menebal

    dan jumlahnya berkurang, degenerasi jaringan plasenta, perubahan

    biokimia. Salah satu factor penyebab retensio plasenta adalah factor

    uterus yaitu factor plasenta.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    41/67

    b.

    Paritas Dengan Retensio Plasenta

    Pada multipara akan terjadi kemunduran dan cacat pada

    endometrium yang mengakibatkan terjadinya fibrosis pada bekas

    implantasi plasenta pada persalinan sebelumnya, sehingga

    vaskularisasi menjadi berkurang. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

    dan janin, plasenta akan mengadakan perluasan implantasi dan vili

    khorialis akan menembus dinding uterus lebih dalam lagi sehingga

    akan terjadi plasenta adhesiva sampai perkreta. Ashar Kimen

    mendapatkan angka kejadian tertinggi retensio plasenta pada

    multipara, sedangkan Puji Ichtiarti mendapatkan kejadian retensio

    plasenta tertinggi pada paritas 4-5 (Cahyono, 2010).

    Salah satu faktor predisposisi terjadinya retensio adalah

    grandemultipara (Mochtar, 2012). Teori lain mengatakan bahwa

    kejadian retensio lebih sering dijumpai pada ibu grandemultipara,

    karena semakin tinggi paritas ibu maka semakin kurang baik fungsi

    reproduksinya (Manuaba, 2012). Hal ini dikarenakan otot rahim

    yang sudah melemah karena ibu sudah melahirkan > 4 kali sehingga

    tidak baik untuk inplantasi plasenta.

    c. Tinjauan Umum Tentang Umur Ibu

    Salah satu faktor yang menentukan tingkat risiko kehamilan dan

    persalinan adalah umur ibu. Umur yang di anggap berisiko adalah

    20 tahun dan >35 tahun. Semakin muda atau tuanya umur ibu

    menyebabkan penurunan fungsi fisiologis tubuh di antara termasuk

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    42/67

    pertumbuhan endometrium yang kurang subur (Manuaba, 2010).

    Umur < 20 tahun dan > 35 tahun. Ibu hamil yang berusia kurang dari

    20 tahun, organ reproduksi belum tumbuh optimal sehingga

    kontraksi uterus menjadi kurang kuat, sedangkan pada usia lebih dari

    35 tahun sudah terjadi penurunan fungsi organ reproduksi seperti

    menipisnya dinding sehingga kontraksi uterus menjadi lemah. Faktor

    umur berpengaruh terhadap faktor Power dan passage dalam

    kaitannya dengan fungsi dan morfologi sistem reproduksi, berbagai

    kesulitan dalam kehamilan maupun persalinan lebih sering terjadi

    pada usia dini atau remaja (kurang dari 20 tahun). Hal ini disebabkan

    karena pertumbuhan dan perkembangan berbagai organ tubuh,

    terutama organ reproduksi belum tercapai secara optimal. Retensio

    plasenta disebabkan karena kontraksi uterus kurang kuat untuk

    melepaskan plasenta (Mochtar, 2005).

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    43/67

    C. Kerangka Konsep

    Keterangan :

    : Variabel Independent

    : Variabel Dependent

    D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

    1. Retensio Plasenta

    Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga

    atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Dalam penelitian ini

    pasien didiagnosa mengalami retensio plasenta

    Kriteria Objektif:

    Ya : Jika pasien didiagnosa mengalami retensio plasenta

    Tidak : Jika pasien didiagnosa tidak mengalami retensio

    plasenta.

    2. Kehamilan Lewat Waktu

    Kehamilan post date atau kehamilan lewat waktu ialah kehamilan yang

    umurnya lebih dari 42 minggu

    Kehamilan Lewat Waktu

    Retensio

    PlasentaParitas

    Umur

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    44/67

    Kriteria objektif :

    a.

    Ya : Bila kehamilan ibu lebih dari 42 minggu, sesuai dengan

    hasil diagnosis yang tercatat dalam rekam medik.

    b. Tidak : Bila ibu tidak terdiagnosis mengalami kehamilan yang

    lebih dari 42 minggu.

    3. Paritas

    Paritas dalam penelitian ini adalah jumlah persalinan yang pernah

    dialami seorang ibu baik lahir mati atau hidup dan tercatat dalam status

    penderita dan rekam medik.

    Kriteria Objektif :

    a. Resiko Tinggi : Bila ibu bersalin 3 kali

    b. Resiko Rendah : Bila ibu bersalin 1-3 kali.

    4.

    Umur Ibu

    Umur dalam penelitian ini adalah Perhitungan Usia yang di mulai

    dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu perhitungan usia.

    kriteria objektifnya :

    a.

    Resiko Tinggi : Bila umur ibu 20 tahun atau 35 tahun

    b.

    Resiko Rendah : Bila umur ibu >20 tahun atau 35 tahun

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    45/67

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik

    dengan pendekatan Cross Sectional Study, untuk mengetahui faktor yang

    berhubungan dengan kejadian retensio plasenta di mana Variabel independen

    dan variable dependen dikumpulkan pada periode waktu yang bersamaan

    (Azrul Azwar 2011).

    B. Tempat Dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru

    Belopa.

    2.

    Waktu Penelitian

    Waktu penelitian akan dilaksanakan pada Bulan April sampai dengan Juli

    2015.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    46/67

    C. Populasi , Sampel dan Sampling

    1.

    Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah Semua ibu yang melahirkan di

    Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa tahun 2014 sebanyak 679

    orang.

    2. Sampel

    Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan dengan

    kriteria :

    a.

    Kriteria inklusi:

    1)

    Ibu yang melahirkan normal

    2) Ibu yang melahirkan di Rumah sakit Batara Guru

    3) Ibu yang bersalin yang lengkap datanya direkam medik

    b.

    Kriteria Eksklusi:

    1) Ibu yang melahirkan dengan SC.

    2) Ibu yang datanya tidak lengkap direkam medic

    Sehingga didapat sempel sebanyak 85 orang. Dengan menggunakan

    metode purposive sampling suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

    peneliti

    3. Teknik Pengambilan Sampel

    Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive

    sampling suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti. Dan

    rumus menentukan besarnya sampel: (A.Aziz, 2007)

    n =2)(1 dN

    N

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    47/67

    n = 679

    1 + 679 (0,1)2

    n = 679

    8

    n = 84,87 sampel (dibulatkan 85)

    Keterangan:

    n = Jumlah sampel

    N = Jumlah populasi

    d = Tingkat kesalahan (0,01)

    D. Hipotesis Penelitian

    1. Hipotesis nol ( H0)

    a. Tidak ada hubungan kehamilan lewat waktu dengan kejadian retensio

    plasenta

    b.

    Tidak ada hubungan paritas dengan kejadian retensio plasenta

    c. Tidak ada hubungan umur dengan kejadian retensio plasenta

    2. Hipotesis Alternatif ( Ha)

    a.

    Ada hubungan kehamilan lewat waktu dengan kejadian retensio

    plasenta.

    b. Ada hubungan paritas dengan kejadian retensio plasenta

    c. Ada hubungan umur dengan kejadian retensio plasenta

    E.

    Metode Pengumpulan Data

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    48/67

    Pengumpulan data dilakukan posrspektive, data diambil Mulai dari

    Bulan Januari sampai Desember 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan

    menggunakan data sekunder yang diambil dari register dan status pasien.

    F. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data

    1. Pengolahan Data

    Adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka

    ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu.

    Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer program

    SPSS.

    Setelah semua data dikumpulkan, dilakukan tahaptahap pengolahan

    meliputi:

    a.

    Editing , merupakan langkah untuk meneliti kelengkapan data yang

    diperoleh melalui wawancara

    b. Koding, merupakan kode pada masingmasing jawaban untuk

    memudahkan pengolahan data

    c.

    Tabulasi, merupakan pengelompokan data berdasarkan variabel yang

    diteliti dan disajikan dalam tabel frekuensi

    2. Analisis Data

    Data yang terkumpul dan dianggap bebas dari kesalahan akan dimasukkan

    ke dalam komputer dengan menggunakan program statistik selanjutnya

    dianalisisis secara bertahap sebagai berikut :

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    49/67

    a.

    Analisis Univariat

    Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.analisa ini

    menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel yang diteliti.

    b. Analisis Bivariat

    Analisis bivariat dilakukan untuk melihat signifikansi hubungan antara

    variabel dependent dan variabel independent dengan mengguakan uji

    chi- square.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    50/67

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A.Hasil Penelitian

    Hasil penelitian yang telah diolah, disajikan dalam beberapa tabel serta

    penjelasan sebagai berikut :

    1.

    Analisis Univariat

    a.

    Distribusi Frekuensi Kejadian Retensio Plasenta

    Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti, Distribusi Frekuensi

    kejadian retensio plasenta tergambar dalam tabel 4.1 sebagai berikut:

    Tabel 4.1.

    Distribusi Frekuensi Kejadian Retensio Plasenta Di Wilayah

    RSU Batara Guru Belopa Tahun 2014

    Retensio Plasenta Frekuensi (f) Presentase (%)

    Ya 44 51.8

    Tidak 41 48.2

    Total 85 100

    Sumber : Data Sekunder, 2014

    Tabel 4.1. di atas Menunjukkan dari 85 responden yang

    mengalami kejadian retensio plasenta sebanyak 44 orang (51.8 %),

    sedangkan yang tidak mengalami retensio plasenta sebanyak 41 orang

    (48.2 %).

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    51/67

    b.

    Distribusi Frekuensi Kehamilan Lewat Waktu

    Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan

    distribusi retensio plasenta menurut kehamilan lewat waktu seperti

    yang tergambar dalam tabel 4.2 dibawah ini ;

    Tabel 4.2.

    Distribusi Retensio Plasenta Menurut Kehamilan Lewat

    Waktu Di RSU Batara Guru Belopa Tahun 2014

    Kehamilan Lewat

    Waktu

    Frekuensi (f) Presentase (%)

    Ya 42 49.4

    Tidak 43 50.6

    Total 85 100

    Sumber : Data Sekunder, 2014

    Tabel 4.2. Menunjukkan dari 85 responden yang mengalami

    kehamilan lewat waktu sebanyak 42 orang (49.4 %) dan yang tidak

    mengalami kehamilan lewat waktu sebanyak 43 (50.6 %).

    c. Distribusi Frekuensi Paritas Ibu

    Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan distribusi

    retensio plasenta menurut paritas ibu di dapatkan seperti yang tergambar

    dalam tabel 4.3 dibawah ini :

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    52/67

    Tabel 4.3

    Distribusi Retensio Plasenta Menurut Paritas

    Di RSU Batara Guru Belopa Tahun 2014Paritas Frekuensi (f) Presentase (%)

    Resiko Tinggi 39 45.9

    Resiko Rendah 46 54.1

    Total 85 100

    Sumber : Data Sekunder, 2014

    Tabel 4.3. Menunjukkan dari 85 responden dengan paritas yang

    resiko tinggi sebanyak 39 orang (45.9 %) dan yang memiliki paritas

    resiko rendah sebanyak 46 orang (54.1 %).

    d. Distribusi Frekuensi Umur Ibu

    Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan distribusi

    retensio plasenta menurut umur ibu di dapatkan seperti yang tergambar

    dalam tabel 4.4 dibawah ini :

    Tabel 4.4

    Distribusi Retensio Plasenta Menurut Umur

    Di RSU Batara Guru Belopa Tahun 2014

    Umur Frekuensi (f) Presentase (%)

    Resiko Tinggi 35 41.2

    Resiko Rendah 50 58.8

    Total 85 100

    Sumber : Data Sekunder, 2014

    Tabel 4.4 Menunjukkan dari 85 responden dengan umur ibu yang

    resiko tinggi sebanyak 35 orang (41.2%) dan yang memiliki umur yang

    resiko rendah sebanyak 50 orang (58.8 %).

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    53/67

    2. Analisis Bivariat

    a.

    Kehamilan Lewat Waktu

    Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka analisis faktor

    yang berhubungan dengan kejadian retensio plasenta dapat dilihat pada

    tabel 4.5 di bawah ini :

    Tabel 4.5

    Hubungan Kehamilan Lewat Waktu Dengan

    Retensio Plasenta Di RSU Batara Guru

    Belopa Tahun 2014

    Kehamilan

    Lewat Waktu

    Retensio Plasenta

    JumlahNilai

    Ya Tidak

    n % n % N %

    Ya 29 34.1 13 15.3 42 49.4

    0,002Tidak 15 17.6 28 32.9 43 50.6

    Total 44 51.8 41 48.2 85 100

    Data Sekunder, 2014

    Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menggunakan uji Chi-square,

    dengan nilai sebesar 0,002 0,05, sehingga hipotesis nol ditolak

    maka Ha diterima artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara

    kehamilan lewat waktu dengan kejadian retensio plasenta.

    b.Paritas

    Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka analisis faktor

    yang berhubungan dengan retensio plasenta dapat dilihat pada tabel 4.6

    di bawah ini :

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    54/67

    Tabel 4.6

    Hubungan Paritas Dengan Retensio Plasenta

    Di RSU Batara Guru Belopa Tahun 2014

    Paritas

    Retensio Plasenta

    Jumlah Nilai Ya Tidak

    n % n % N %

    Resiko Tinggi 28 32.9 11 12.9 39 45.9

    0,001Resiko

    Rendah16 18.8 30 35.3 46

    54.1

    Total 44 51.8 41 48.2 85 100

    Data Sekunder, 2014

    Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menggunakan uji Chi-square,

    dengan nilai sebesar 0,001 0,05, sehingga hipotesis nol ditolak

    maka Ha diterima artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara

    paritas dengan kejadian retensio plasenta.

    c.

    Umur

    Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka faktor yang

    berhubungan dengan kejadian retensio plasenta dapat dilihat pada tabel

    4.7 berikut ini :

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    55/67

    Tabel 4.7

    Hubungan Umur Dengan Retensio Plasenta

    Di RSU Batara Guru Belopa Tahun 2014

    Umur

    Retensio Plasenta

    Jumlah Nilai Ya Tidak

    n % n % N %

    Resiko Tinggi 26 30.6 9 10.6 35 41.2

    0,001Resiko

    Rendah

    18 21.2 32 37.6 50

    58.8

    Total 44 51.8 41 48.2 85 100

    Data Sekunder, 2014

    Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menggunakan uji Chi-square,

    dengan nilai sebesar 0,001 0,05, sehingga hipotesis nol ditolak

    maka Ha di terima artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara

    umur dengan kejadian retensio plasenta.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    56/67

    BAB V

    PEMBAHASAN

    A. Hubungan kehamilan Lewat Waktu Dengan Retensio Plasenta

    Berdasarkan table 4.5. Hubungan antara Kehamilan lewat waktu dengan

    kejadian retensio plasenta di Rumah Sakit Umum Batara Guru Belopa,

    menunjukan bawah ibu dengan Kehamilan lewat waktu yang mengalami

    retensio plasenta yaitu 29 orang (69.9%), yang tidak mengalami retensio

    plasenta 13 (31.0%), dan ibu yg tidak mengalami kehamilan lewat waktu

    yang mengalami retensio plasenta yaitu 15 orang (34.9%), tidak mengalami

    retensio plasenta yaitu 28 (65.1%).

    Maka secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

    antara kehamilan lewat waktu dengan kejadian retensio plasenta (ada

    hubungan signifikan antara kehamilan lewat waktu dengan kejadian retensio

    plasenta) dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Karena berdasarkan

    hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Batara Guru Belopa.

    Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar esterogen

    pada kehamilan normal umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu kadar

    progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,

    sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain adalah

    hereditas, karena post matur sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.

    Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian

    menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    57/67

    laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Dalam

    kelahiran plasenta itu sendiri dikenal Manajemen aktif kala III dimana bidan

    dituntut untuk lebih aktif dalam menangani kelahiran plasenta, karena pada

    saat itu pemberian uterotonika untuk percepatan kelahiran plasenta sangat

    penting karena uterotonika membantu kontraksi uterus agar uterus dapat

    berkontraksi dengan baik setelah kelahiran bayi plasenta dapat dengan segera

    dikeluarkan , itulah pentingnya Manajemen aktif kala III karena ketika salah

    melakukan, itulah sebabnya retensio plasenta terjadi. Dalam teori dijelaskan

    bahwa ketika plasenta yang lepas dari dinding uterus tapi belum keluar,

    disebabkan oleh adanya usaha untuk melahirkan dan atau karena salah dalam

    penanganan Kala III sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah

    uterus yang menghalangi keluarnya plasenta.

    Menurut asumsi peneliti bahwa kehamilan lewat waktu merupakan faktor

    yang dapat mempengaruhi terjadinya retensio plasenta karena menjelang

    proses persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin

    tubuh dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif

    terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot

    rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau

    kelainan pada rahim sehingga plaseta tidak dapat terlepas dengan sempurna

    dari dinding rahim.

    Hal ini sejalan dengan penelitian Nita kadir S. (2010) RSU Kebumen

    dengan meperoleh nilai statistik = 0.0030.05 yang menyatakan bahwa

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    58/67

    kehamilan lewat bulan memilki hubungan bermakna dengan kejadian retensio

    plasenta.

    B.Hubungan Paritas Dengan Kejadian Retensio Plasenta

    Berdasarkan table 4.6. Hubungan antara paritas dengan kejadian retensio

    plasenta di Rumah Sakit Umum Batara Guru Belopa, menunjukan bawah ibu

    dengan paritas resiko tinggi memiliki angka kejadian lebih banyak yaitu 28

    orang (71.8%), dibandikan dengan ibu yg paritas resiko rendah angka

    kejadiannya lebih sedikit yaitu 16 orang (34.8%).

    Maka secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara

    paritas dengan kejadian retensio plasenta (ada hubungan signifikan antara

    paritas dengan kejadian retensio plasenta) dengan demikian Ho ditolak dan Ha

    diterima.

    Berdasarkan teori pada multipara, keadaan endometrium pada daerah

    corpus uteri telah mengalami degenerasi dan nekrosis, menurunnya

    kemampuan dan fungsi tubuh disebabkan kematian sejumlah besar sel pada

    jaringan endometrium sebagai tempat implantasi. plasenta endometrium corpus

    uteri pada multipara menyebabkan daerah endometrium menjadi tidak subur

    lagi sehingga pemberian oksigenisasi kehasil konsepsi akan terganggu dan

    memungkinkan plasenta untuk menanamkan diri lebih dalam untuk memenuhi

    kebutuhan janin yang dilahirkan mengakibatkan tertahannya zigot korion

    plasenta di miometrium atau disebut juga retensio plasenta (Rukiah, 2009). Hal

    ini sama dengan yang dikemukakan oleh Cunningham (2006) korpus uteri

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    59/67

    merupakan bagian atas rahim yang mempunyai otot yang paling tebal,

    sehingga dalam keadaan normal, plasenta berinflantasi pada daerah korpus

    uteri. Pada multipara, keadaan endometrium dibawah korpus uteri sudah

    mengalami kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi, hal ini terjadi

    karena degenerasi di dinding endometrium.

    Salah satu faktor predisposisi hemoragi postpartum yaitu kelemahan

    kelelahan otot rahim salah satunya terdapat pada multipara (Manuaba,2010).

    Berdasarkan asumsi peneliti sebelumnya menyatakan bahwa paritas

    merupakan faktor yang dapat menyebabkan retensio plasenta karena dalam

    penanganan persalinan bukan hanya sekedar melahirkan bayi tapi juga

    kelahiran plasenta dan observasi setelah melahirkan juga sangat penting,

    paritas bisa menyebabkan retensio plasenta karena dimana dinding

    endometrium telah degenari dan nekrosis sehingga korion menanamkan diri

    jauh kedalam dinding endometrium.

    Dalam kenyataannya tingginya kejadian retensio plasenta karena kesalahan

    dalam manajemen aktif kala III. Belum lagi manipulasi dukun dengan uterus

    dimana dukun mengelus bahkan sampai mengurut uterus sebelum Plasenta

    lahir padahal sebenarnya hal tersebut tidak boleh dilakukan karena ketika

    plasenta belum lahir dan uterus mulai dimanipulasi maka terjadi inkoordinasi

    kontraksi uterus segmen atas uterus dan segmen bawah uterus yang mulanya

    kontraksi diharapkan untuk melahirkan plasenta karena adanya gangguan

    kontraksi uterus justru malah tidak mampu melahirkan plasenta. Banyaknya

    jumlah paritas pada ibu melahirkan yang merupakan rujukan dari berbagai

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    60/67

    daerah diwilayah luwu raya juga semakin meningkatkan angka kejadian

    retensio plasenta.

    Adapun penelitian sekaitan dengan kejadian retensio adalah penelitian

    yang dilakukan oleh Yono (2010), penelitian gambaran paritas dengan

    terjadinya retensio plasenta di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.M.Yunus

    Bengkulu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit

    Umum daerah Dr.M.Yunus Bengkulu terhadap 107 orang responden yang

    dapat disimpulkan bahwa 76,7% responden mempunyai paritas multipara.

    66,4% responden mengalami retensio plasenta dan 33,6% responden tidak

    mengalami retensio plasenta. Terdapat hubungan yang signifikan.

    Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan, grande multipara dengan

    implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesiva, plasenta akreta, plasenta

    inkreta dan perkreta (Manuaba,2010). Dan dengan hasil penelitian yang

    dilakukan dan berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada

    hubungan bermakna secara teori dan statistik jumlah paritas dengan kejadian

    retensio plasenta. Pada penelitian ini pula didapatkan bahwa ibu dengan paritas

    multipara memilki resiko yang lebih besar untuk mengalami retensio plasenta

    dibanding paritas primipara. Namun demikian masih ada juga ditemukan

    kejadian retensio plasenta pada primipara dan hal ini menunjukkan bahwa

    faktor resiko terjadinya retensio plasenta adalah multifaktoral.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    61/67

    C.Hubungan Umur dengan Kejadian Retensio Plasenta

    Berdasrkan table 4.7. Hubungan umur dengan kejadian retensio plasenta di

    Rumah Sakit Umum Daerah batara Guru Belopa menunjukan bahwa ibu

    dengan umur resiko tinggi memiliki angka kejadian lebih banyak yaitu 26

    (30.6%) orang dari 44 kasus retensio plasenta dibandingkan dengan umur yang

    resiko rendah memiliki angka kejadian lebih sedikit yaitu 18 (21.2%).

    Berdasarkan hasil analisis statis pada tabel 4.7, umur ibu 20 dan 35

    tahun atau merupakan kelompok umur ibu resiko tinggi yang berjumlah 26

    orang dari 44 angka kejadian retensio plasenta, lebih besar untuk mengalami

    retensio plasenta dibandingkan dengan kelompok umur risiko rendah. Maka

    secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara umur

    dengan kejadian retensio plasenta (ada hubungan signifikan antara umur

    dengan kejadian retensio plasenta) dengan demikian Ho ditolak dan Ha

    diterima.

    Menurut Cunningham dkk, (2006), kejadian retensio plasenta meningkat

    pada kelompok umur ibu > 35 tahun. Menurut manuaba (2010), bahwa umur

    ibu yang muda juga dapat meningkatkan kejadian retensio plasenta, hal ini

    disebabkan karena endometrium masih belum siap sempurna. Hal ini juga

    dimungkinkan karena terdapat berbagai faktor predisposisis lain yang dapat

    mempengaruhi kejadian retensio plasenta sehingga terdapat ibu yang memiliki

    umur 20-35 tahun yang mengalami kejadian retensio plasenta.

    Asumsi peneliti sebelumnya mengatakan bahwa umur ibu merupakan

    salah satu faktor yang menentukan resiko kehamilan dan persalinan. Semakin

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    62/67

    tuanya umur ibu menyebabkan terjadi penurunan fungsi fisiologis tubuh

    termasuk diantaranya endometrium, hal ini diperkirakan karena adanya

    peningkatan usia ibu kearah yang lebih tua menyebabkan sklerosis pembuluh

    darah arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke

    endometrium tidak merata mengakibatkan plasenta tumbuh lebih besar dengan

    luas permukaan yang lebih besar untuk mendapatkan aliran darah yang

    adekuat, untuk pertumbuhan janin dalam kandungan sehingga plasenta dapat

    tertanam lebih dalam ke dinding endometrium.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian di RSU A. Yani Metro

    menunjukkan ibu-ibu yang bersalin dengan retensio plasenta berdasarkan usia

    reproduksi tidak sehat (< 20 tahun atau lebih > 35 tahun) sebanyak 27,14%.

    Kesimpulan dalam penelitian tersebut terdapat hubungan yang bermakna antara

    usia ibu dengan Retensio plasenta (Metro Yani AR. diakses tanggal 22 Juni

    2015).

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    63/67

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A.KESIMPULAN

    1.

    Ada hubungan antara Kehamilan lewat waktu dengan kejadian retensio

    plasenta di Rumah Sakit Umum Batara Guru Belopa tahun 2015. Hal ini

    disebabkan karena penurunan kadar esterogen pada kehamilan normal

    umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat

    turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus

    terhadap oksitosin berkurang sehingga uterus tidak berkontraksi maksimal

    untuk dapat melepaskan plasenta dari endometrium

    2. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian retensio plasenta di Rumah

    Sakit Umum Batara Guru Belopa tahun 2015. Hal ini disebabkan karena

    endometrium corpus uteri pada multipara menjadi tidak subur lagi

    sehingga pemberian oksigenisasi kehasil konsepsi akan terganggu dan

    memungkinkan plasenta untuk menanamkan diri lebih dalam untuk

    memenuhi kebutuhan janin yang dilahirkan.

    3.

    Ada hubungan antara umur dengan kejadian retensio plasenta di Rumah

    Sakit Umum Batara Guru Belopa tahun 2015. Hal ini disebabkan karena

    endometrium masih belum siap sempurna dan sklerosis pembuluh darah

    arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke

    endometrium tidak merata mengakibatkan plasenta tumbuh lebih besar

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    64/67

    dengan luas permukaan yang lebih besar untuk mendapatkan aliran darah

    yang adekuat.

    B. SARAN

    1. Meningkatakan kualitas pelayanan pertolongan persalinan dengan cara

    meningkatkan kompetensi bidan baik di desa maupun di rumah sakit.

    2. Meningkatkan pendidikan kesehatan dengan memberikan penyuluhan

    kepada masyarakat sehingga mereka dapat mengerti tentang pentingnya

    pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan disarana kesehatan dan

    melakukan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya Keluarga berencan

    dalam upaya pengaturan kehamilan, sehingga kejadian retensio plasenta

    dapat berkurang apabila jumlah kelahiran dapat terkendali atau berencana.

    3.

    Untuk peneliti selanjutnya agar dapat meneliti variabelvariabel yang lain

    yang dapat mempengaruhi kejadian retensio plasenta.

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    65/67

    Istrumen Penelitian

    1. Identitas

    Nama :

    Umur :

    Alamat :

    2. Kehamilan Lewat Waktu

    Ya :

    Tidak :

    3.

    Paritas

    Resiko Tinggi :

    Resiko Rendah :

    4. Umur

    Resiko Tinggi :

    Resiko Rendah :

    5. Retensio Plasenta

    Ya :

    Tidak :

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    66/67

    Riwayat Hidup Peneliti

    A.

    Biodata

    Nama : Harianti Zainuddin

    Nim : B. 14.06.092

    Tempat Tgl Lahir : Belopa, 17 September 1974

    Suku / Bangsa : Luwu / Indonesia

    Agama : Islam

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat : Jl. Opu DG. Risaju Belopa

    B.

    Riwayat Pendidikan

    1. SDN 22 Belopa Pada Tahun 1987

    2. SMP Negeri Belopa Pada Tahun 1990

    3. SPK Pemda TK. II Luwu Pada Tahun 1993

    4. PPB A Pemda TK. II Luwu Pada Tahun 1994

    5. D. III Kebidanan Muhammadiyah Makassar Tahun 2008

  • 7/25/2019 KTI HARIANTI

    67/67