kromium
-
Upload
anisyah-dasa-astarina -
Category
Documents
-
view
78 -
download
3
Transcript of kromium
KARTU IDENTITAS KONTAMINAN / POLUTAN
Nama Kontaminan / Polutan : Kromium
Alamat : Periode : 4
Golongan : VIB
1 Karakter (Sifat-Sifat Fisik)
Keterangan umum unsur:
- Nama unsur , lambang, no. atom: Kromium, Cr, 24
- Deret kimia: Logam transisi
- Golongan, periode, blok: VIB, 4, d
- Berat atom = 51.996 g/mol
- Konfigurasi elektronik: [18Ar] 3d5 4s1
- Jumlah elektron tiap kulit: 2, 8, 13, 1
- Logam kromium:
Ciri-ciri fisik:
- Fase: padat
- Logam kristalin putih keperakan.
- Keras tetapi rapuh
- Tidak korosif
- Keregangan tinggi
- Titik leleh = 1900oC
- Titik didih = 2690oC
- Densitas/g cm-3 = 7.15 g/cm3
- Kalor peleburan: 21.0 kJ/mol
- Kalor penguapan: 339.5 kJ/mol
- Kapasitas kalor: (25oC) 23.35 J/(mol.K)
- Kelimpahan/ppm = 122 ppm
Ciri-ciri atom:
- Struktur kristal: cubic body centered
1
- Bilangan oksidasi: 6, 5, 4, 3, 2, 1, -1, -2
Bilangan oksidasi yang stabil ialah 6, 3, 2
- Elektronegativitas = 1.66 (skala Pauling)
- Energi ionisasi: ke-1: 652.9 kJ/mol
ke-2: 1590.6 kJ/mol
ke-3: 2987 kJ/mol
- Jari-jari atom = 1.172Å
Daftar Pustaka
Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.
Sugiyarto, Kristian H. 2001. Kimia Anorganik II. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY.
www.wikipedia.com. Diakses tanggal 17 Oktober 2009
2. Sumber (Asal kontaminan / polutan)
- Limbah industri pelapisan logam.
- Limbah industri penyamakan kulit.
Industri penyamakan kulit yang menggunakan proses
Chrome Tanning menghasilkan limbah cair yang
mengandung krom.
- Industri pembakaran dan mobilisasi batu bara dan minyak
bumi.
Daftar Pustaka
Manahan, Stanley E. 1994. Environmental Chemistry Sixth Edition. London: Lewis Publisher CRC Pres. Inc.
3. Reaksi – reaksi yang relevan (Karakter kimia)
2
- Logam Cr murni tidak penah ditemukan di alam. Logam ini
ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau
mineral dengan unsur-unsur lain. Cr paling banyak
ditemukan dalam bentuk batuan besi krom atau kromit
FeCr2O4. Kromat dihasilkan dari reaksi antara kromit
dengan Na2CO3 di udara.
4FeCr2O4 + 8Na2CO3 + 7O2 → 8Na2CrO4 + 2Fe2O3 + 8CO2
Perubahan kromat menjadi dikromat dapat dilakukan
dengan menambahkan H2SO4.
Na2CrO4 + H2SO4 → Na2Cr2O7 + Na2SO4 + H2O
Dikromat direduksi menjadi Cr(III) dengan karbon, yang
kemudian direduksi dengan aluminium (proses
aluminotermit).
Na2Cr2O7 + 2C → Cr2O3 + Na2CO3 + CO
Cr2O3 + 2Al → Al2O3 + 2Cr
- Pada pH rendah (suasana asam), dikromat bersifat
pengoksidasi yang kuat.
Cr2O72- + 14H3O+ + 6e → 2Cr3+ + 21H2O Eo= 1.33V
Daftar Pustaka
Lee, J. D. 1991. Inorganic Chemistry Fourth Edition. Singapore: Fong & Sons Printers Pte. Ltd.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima Bagian I. Terjemahan oleh L. Setiono dan A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.
Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rinika Cipta.
3
4. Perubahan – perubahan Spesies (Karakter Kimia)
- Proses-proses kimiawi yang berlangsung dalam badan
perairan terjadi peristiwa reduksi dari senyawa-senyawa
Cr6+ yang sangat beracun menjadi Cr3+ yang kurang
beracun.
- Peristiwa reduksi yang terjadi atas senyawa Cr6+ menjadi
Cr3+ dapat berlangsung bila badan perairan berada dan
atau mempunyai lingkungan yang bersifat asam.
+ 8H+ + 3e- → Cr3+ + 4 H2O
- Pada suasana basa, Cr3+ berubah menjadi krom
heksavalen.
Reaksinya:
Cr3+ + 3OH- → Cr(OH)3↓
Cr(OH)3 + OH- [Cr(OH)4]-
2[Cr(OH)4]- + 3H2O2 + 2OH- → + 8H2O
- CrO3 merupakan senyawa yang beracun dan korosif. CrO3
biasanya dibuat dengan penambahan H2SO4.
Na2Cr2O7 + H2SO4 → 2CrO3 + Na2SO4 + H2O
Dengan pemanasan dengan suhu di atas 250oC, CrO3
melepaskan oksigen dan membentuk Cr2O3 yang berwarna
hijau.
2CrO3 → 2CrO2 + O2
2CrO2 → Cr2O3 + ½ O2
- Ada sedikit senyawa Cr(+V), namun senyawa tersebut
tidak stabil dan diuraikan menjadi Cr(+III) dan Cr(+VI).
Contohnya, K3CrO8 yang terbentuk dari NaCrO4 dan H2O2
dalam larutan basa.
- Senyawa Cr3+ merupakan senyawa yang sangat penting
dan stabil dalam keadaan asam. Dan mudah teroksidasi
menjadi Cr(+VI) dalam keadaan basa.
Cr3+ + 3OH- → Cr(OH)3 → Cr2O3(H2O)n
- Ion kromium(II) (atau kromo, Cr2+) diturunkan dari
4
kromium(II) oksida, CrO. Ion Cr2+ agak tidak stabil, karena
merupakan zat pereduksi yang kuat.
Cr3+ + e → Cr2+ Eo = -0.41 V
Dalam larutan asam ion Cr2+ menguraikan air perlahan-
lahan dengan membentuk hidrogen. Oksigen dari atmosfer
dengan mudah mengoksidasikannya menjadi ion Cr3+.
Daftar Pustaka
Lee, J. D. 1991. Inorganic Chemistry Fourth Edition. Singapore: Fong & Sons Printers Pte. Ltd.
Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rinika Cipta.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima Bagian I. Terjemahan oleh L. Setiono dan A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.
www. wikipedia.com. Diakses tanggal 8 Oktober 2009.
5.Perpindahan (Jejak di Sistem dan Lingkungan air, udara
atau tanah)Kromium adalah unsur golongan transisi blok d yang banyak
digunakan dalam berbagai industri. Kromium dibuang ke
lingkungan sebagai limbah industri. Meskipun dapat terjadi dalam
beberapa keadaan oksidasi, hanya +3 dan +6 yang ditemukan
dalam sistem lingkungan. Senyawa Cr heksavalen(terutama
kromat dan dikromat) dianggap beracun baik di darat, perairan,
tanah ataupun organisme. Kromium heksavalen jauh lebih
beracun daripada senyawa kromium trivalen. Hal tersebut
dikarenakan keduanya memiliki sifat kimia yang berbeda.
Senyawa kromium heksavalen merupakan pengoksidasi yang
kuat dan sangat mudah larut, sedangkan senyawa kromium
trivalen cenderung membentuk endapan pada pH yang
5
mendekati netral. Pada keadaan trivalen memiliki bentuk yang
stabil dalam kesetimbangan dengan tanah ataupun sistem air.
Logam Cr dapat masuk ke dalam semua strata lingkungan,
yaitu pada perairan, tanah ataupun udara. Kromium masuk ke
lapisan udara yaitu salah satunya dari pembakaran dan mobilisasi
batu bara dan minyak bumi. Kromium di udara dalam bentuk
debu dan atau partikulat-partikulat. Debu dan partikel-partikel Cr
tersebut dapat turun ke tanah atau perairan karena di bawa oleh
air hujan, angin, ataupun gaya gravitasi.
Kromium masuk ke tanah ataupun perairan dapat berasal
dari partikulat Cr yang jatuh dari udara ataupun dari limbah
industri yang dibuang ke tanah dan perairan. Berdasarkan
Gambar 1, kromium masuk ke tanah dan perairan dimulai dari
senyawa Cr heksavalen yang dilepaskan ke lingkungan, dimana
dimungkinkan Cr tetap stabil dalam keadaan heksavalen.
Sehingga akan diambil oleh tanaman dan hewan, diadsorpsi oleh
koloid-koloid tanah yang melibatkan senyawa organik. Senyawa
kromium heksavalen yang masuk ke lingkungan ini akan diubah
dalam bentuk trivalen oleh donor elektron anorganik seperti Fe2+
dan S2- ataupun dengan bioproses bahan organik. Setelah diubah
menjadi trivalen diharapkan dapat membentuk oksida dan
hidroksida ataupun membentuk komplek dengan berbagai ligan.
Kompleks Cr3+ larut seperti yang dibentuk dengan sitrat,
kemudian mengalami oksidasi ketika kontak dengan mangan
dioksida, dan kembali menjadi Cr heksavalen.
6
Gambar 1. Siklus Kromium
Daftar Pustaka
Barlett, Richmond J. 1991. Chromium Cycling in Soils and Water: Links,Gaps, and Methods. Environmental Health Perspectives, (Online), Vol.92, pp. 17-24 (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8029492). Diakses tanggal 22 Oktober 2009.
Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rinika Cipta.
Manik, Karden Eddy Sontang. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan.
6. Efek Toksikologi
- Bila Cr terabsorpsi melalui lambung, kulit, atau alveoli
paru-paru akan timbul iritasi dan korosif.
- Apabila terhirup (inhalasi) dan menyerap kromium valensi
6 akan menimbulkan iritasi saluran pernapasan bagian
atas, bersin, gangguan hidung, terjadi penyempitan
pembuluh darah, spasme bronchus, asmatik attart dan
dapat mengakibatkan penderita meninggal dunia.
7
- Keracunan kromium valensi 6 yang kronis mengakibatkan
gangguan lokal yang menonjol daripada gangguan secara
umum.
- Kromium valensi 6 diduga merupakan bronkhogenik
(penyebab kanker bronkhus).
- Logam atau persenyawaan Cr yang masuk ke dalam
tubuh akan ikut dalam proses fisiologis atau metabolisme
tubuh.
Senyawa-senyawa ligan (piropospat, metionin, serin,
glisin, leusin, lisin, dan prolin) yang terdapat dalam
tubuh dapat mengubah Cr menjadi bentuk yang
mudah terdifusi sehingga dapat masuk ke dalam
jaringan.
Cr dapat mengkatalisis suksinat dalam enzim sitokrom
reduktase sehingga dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan beberapa reaksi biokimia lainnya
dalam tubuh.
Ion-ion Cr6+ dalam proses metabolisme tubuh akan
menghalangi atau mampu menghambat kerja enzim
benzopiren hidroksilase. Akibatnya terjadi perubahan
dalam kemampuan pertumbuhan sel, sehingga sel-sel
menjadi tumbuh secara liar dan tidak terkontrol, yang
disebut dengan kanker.
Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa Cr3+
dapat mengendapkan RNA dan DNA pada pH 7.
Cr6+ dan Cr3+ dapat menyebabkan denaturasi pada
albumin.
Daftar Pustaka
Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.
Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rinika Cipta.
8
7.
Identifikasi (Kualitatif)
- Identifikasi Cr(VI) dalam ion kromat (CrO42-) berwarna
kuning.
a. Penambahan asam. Kromat yang berwarna kuning akan
menjadi dikromat, berwarna jingga.
2CrO42- + 2H+ → Cr2O7
2- + H2O
b. Penambahan barium klorida/larutan nitrat. Terbentuk
endapan kuning barium kromat.
Ba2+ + CrO42- → BaCrO4
c. Penambahan larutan timbal(II) nitrat. Terbentuk PbCrO4
yang berwarna kuning.
Pb2+ + CrO42- → PbCrO4
- Identifikasi kromium(III)
a. Penambahan larutan amonia. Terbentuk endapan
seperti gelatin yang berwarna abu-abu hijau sampai
abu-abu biru, yaitu kromium (III) hidroksida.
Cr3+ + 3NH3 + H2O → Cr(OH)3 + 3NH4+
b. Penambahan larutan natrium hidroksida. Terbentuk
endapan kromium(III) hidroksida.
Cr3+ + 3OH- → Cr(OH)3
c. Penambahan larutan natrium karbonat. Terbentuk
endapan kromium(III) hidroksida.
2Cr3+ + 3CO32- + 3H2O → 2Cr(OH)3 + 3CO2
d. Penambahan larutan natrium fosfat. Terbentuk endapan
hijau kromium(III) fosfat.
Cr3+ + HPO42- CrPO4 + H+
e. Penambahan larutan amonium sulfida. Terbentuk
endapan kromium(III) hidroksida.
2Cr3+ + 3S2- + 6H2O → 2Cr(OH)3 + 3H2S
Daftar Pustaka
9
Lee, J. D. 1991. Inorganic Chemistry Fourth Edition. Singapore:
Fong & Sons Printers Pte. Ltd.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima Bagian I. Terjemahan oleh L. Setiono dan A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.
8.Identifikasi (Kuantitatif, termasuk prinsip dasar reaksi dan
kerja instrumen / alat)- Metode analisis untuk penentuan konsentrasi logam diantaranya ialah
menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
- Prinsip kerja SSA pada dasarnya adalah absorbsi cahaya oleh atom.
Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu,
tergantung pada sifat unsurnya.
Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom
tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit
terluar naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau tereksitasi. Jika suatu
atom diberi energi, maka energi tersebut akan mempercepat gerakan
elektron sehingga elektron tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang
lebih tinggi dan dapat kembali ke keadaan semula. Atom-atom dari
sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber
cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang
tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut.
- Cara untuk menguji krom ialah ion kromium disuntikkan ke
dalam tungku karbon, lalu diatomisasikan dengan energi
elektrotermal, dengan melalui tahap pengeringan,
pengabuan dan pengatoman. Kromium dalam bentuk atom
akan menyerap energi radiasi elektromagnetik yang
berasal dari lampu katoda berongga dan besarnya serapan
berbanding lurus dengan konsentrasi.
- Penelitian yang berjudul Profil Kandungan Logam Berat
Cadmium (Cd) dan Krom (Cr) dalam Daging Kupang Beras
(Tellina versicolor) ini dalam mengukur kadar logam berat
krom (Cr) dalam daging kupang dimulai dengan
10
pengukuran absorban larutan standart krom (Cr) dengan
spektrofotometri serapan atom (SSA). Selanjutnya
membuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan
absorban. Gambar kurva kalibrasi ditunjukkan pada
gambar 2.
Kurva Standar Logam Berat Cr
y = 0,1x + 0,02
R2 = 0,9804
00,10,20,30,4
0,50,60,70,80,9
0 5 10
Kadar (ppm)
Ab
sorb
an
Series1
Linear (Series1)
Gambar 2. Kurva Larutan Standar Krom
- Cara menghitung kadar krom ialah sebagai berikut:
Pada pengukuran kadar logam berat krom (Cr) dalam
daging kupang dimulai dengan pengukuran absorban
larutan standart krom (Cr) dengan spektrofotometri
serapan atom (SSA). Selanjutnya berdasarkan data
dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan
absorban.
Berdasarkan kurva larutan standar Cr diatas selanjutnya
diperoleh formula persamaan garis regresi linier
hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan
absorban sebagai berikut : Y = 0,11 X + 0,0012 dimana Y
= absorban dan X = konsentrasi dengan R2 = 0,984.
Harga R2 sebesar 0,984 berarti kurva kalibrasi tersebut
mempunyai keakuratan dalam penentuan konsentrrasi
sebesar 98,4 % dan kesalahan 0,6 %. Selanjutnya untuk
menentukan kadar logam krom (Cr) dalam sampel
11
kupang, dilakukan pengukuran absorban dari larutan
sampel. Dari absorban sampel yang diperoleh maka
kadar Cr dapat diketahui dengan mensubstitusikan nilai
absorban larutan sampel ke persamaan regresi linier Y =
0,11 X + 0,0012. Selanjutnya kadar krom (Cr) dalam
daging kupang dihitung dengan memperhatikan faktor
penambahan akuades sampai volume 50 ml dan berat
sampel kering 8 gram.
Penentuan kadar logam berat krom (Cr) dalam daging
kupang beras berdasar berat kering, tertinggi 0,29 ppm
dan terendah 0,18 ppm dengan rata-rata 0,23 ppm. Nilai
KV tertinggi 19,44 % dan terendah 8,28 %.
Presisi/ketelitian dinyatakan dengan koefisien variasi
(KV).
KV = (s/x) x 100%
Keterangan :
KV = koefisien variasi, s adalah simpangan baku, dan x
adalah rata-rata kadar zat yang dianalisis.
Daftar Pustaka
Haryanto, Bayu. Spektrofotometer Serapan Atom (AAS). www. google.com. Diakses 14 Oktober 2009.
Kurnianta, Moh. Jimmy. 2002. Profil Kandungan Logam Berat Cadmium (Cd) dan Krom (Cr) dalam Daging Kupang Beras (Tellina versicolor)(studi kasus pada kupang beras yang dipasarkan di pantai kraton,Pasuruan).(Online). www.google.com. Diakses tanggal 22 Oktober 2009.
9.Perundang-undangan yang terkait dan
tuntutan yang diberlakukan
12
1)Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
907/MENKES/SK/VII/2002 ialah nilai ambang batas ion Cr3+
dalam air adalah 0,05 ppm.
Daftar Pustaka
Suardana, I Nyoman. 2008. Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit Terhadap Ion Kromium(III). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora, (Online),http://www.freewebs.com/santyasa/Lemlit/PDF_Files/SAINS/APRIL_2008/I_Nyoman_Suardana.pdf. Diakses tanggal 14 Oktober 2009.
10. Ide-ide Penanganan (perventif dan kuratif)
Perventif:
- Membangun instalasi pengolahan limbah cair (IPLC)
sehingga kualitas limbah cair yang dibuang ke perairan
umum tidak melampaui baku mutu yang berlaku.
- Mengolah limbah cair industri sehingga dapat digunakan
kembali (sistem daur ulang).
Kuratif:
- Menggunakan proses biosorpsi dengan memanfaatkan
jamur merang sebagai penyerap logam krom dalam limbah
cair industri pelapisan logam.
- Menggunakan zeolit untuk mengadsorpsi ion Cr(III). Zeolit
merupakan mineral berpori yang penggunaannya
didasarkan atas kemampuannya melakukan pertukaran ion
(ion excangher), adsorpsi (adsorption) dan katalisator
(catalyst). Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur
dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah
yang menyebabkan luas permukaan zeolit sangat besar
sehingga sangat baik digunakan sebagai adsorben.
- Pengendalian dapat dilakukan dengan menciptakan kondisi
tanah, yang menyebabkan logam berat tidak mobil (imobil)
13
atau tidak mudah larut, diantaranya adalah:
Penambahan kapur dan bahan organik ke dalam tanah
karena akan meningkatkan reaksi (pH) tanah dan koloid-
koloid tanah. Reaksi tanah yang alkalis dapat
menurunkan kelarutan logam berat, sedangkan koloid-
koloid tanah akan menjerap logam berat sehingga
mobilitasnya berkurang.
Daftar Pustaka
Helmi. 2005. Pemanfaatan Jamur Merang Untuk Menurunkan Kadar Logam Krom Dalam Limbah Cair Industri Pelapisan Logam Dengan Proses Biosorpsi. (Online),http://digilib.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=com_journal_review&id=8848&task=view. Diakses tanggal 14 Oktober 2009.
Manik, Karden Eddy Sontang. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan.
Suardana, I Nyoman. 2008. Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit Terhadap Ion Kromium(III). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora, (Online),http://www.freewebs.com/santyasa/Lemlit/PDF_Files/SAINS/APRIL_2008/I_Nyoman_Suardana.pdf. Diakses tanggal 14 Oktober 2009.
14