KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

52
KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP ITIZÂLIYYÂT DALAM TAFSIR AL-KASYSYÂF (Kajian Analisis Kitab al-Intishaf Karya Ibnu al-Munayyir) Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Oleh: Asep Saepulloh NIM 217410703 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR PASCASARJANA MAGISTER INSTITUTE ILMU ALQUR'AN (IIQ) JAKARTA 1441 H/2020 M

Transcript of KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

Page 1: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP

I‘TIZÂLIYYÂT DALAM TAFSIR AL-KASYSYÂF

(Kajian Analisis Kitab al-Intishaf Karya Ibnu al-Munayyir)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama

(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Oleh:

Asep Saepulloh

NIM 217410703

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

PASCASARJANA MAGISTER

INSTITUTE ILMU ALQUR'AN (IIQ) JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 2: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …
Page 3: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP

I‘TIZÂLIYYÂT DALAM TAFSIR AL-KASYSYÂF

(Kajian Analisis Kitab al-Intishaf Karya Ibnu al-Munayyir)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama

(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Oleh:

Asep Saepulloh

NIM 217410703

Pembimbing:

Dr. KH. Abdul Muhaimin Zen, MA

Dr. H. Ahmad Syukron, MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

PASCASARJANA MAGISTER

INSTITUTE ILMU ALQUR'AN (IIQ) JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 4: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …
Page 5: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

ii

Page 6: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

iii

Page 7: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

iv

Page 8: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

iv

MOTTO

Ya Allah jadikanlah Al-Qur‟an sebagai pelipur lara bagi kesedihanku, bintang

yang menghiasi kebahagiaanku dan petunjuk di dalam hidupku. Dan

jadikanlah ia setelah matiku sebagai lentera yang menerangi gelapnya

kuburku, teman sejati yang dapat menolongku dan kawan setia yang selalu

bersamaku. Jadikanlah ia di hari kebangkitan sebagai tungganganku, di

padang mahsyar sebagai awan yang menaungiku, pada mizan sebagai sesuatu

yang memberatkan amal shalehku, di atas shirat sebagai cahaya dan benteng

dari api Neraka serta jadikanlah ia sebagai syafaat bagiku untuk memasuki

Surgamu. Demi kemuliaanmu wahai sang maha pengasih dan maha

penyayang

Page 9: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

v

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan Rahmat dan Ridha Ilâhi Rabbî

Kupersembahkan tesis ini untuk:

(Alm.) Ayahanda terimakasih atas limpahan kasih sayang semasa hidupnya

dan memberikan rasa rindu yang berarti.

Ibunda terimakasih atas limpahan doa dan kasih sayangnya yang tak

terhingga dan selalu memberikan yang terbaik

Istri dan anak-anakku tercinta terima kasih atas kasih sayang, perhatian,

pengertian dan kesabaran yang telah memberikan semangat dan inspirasi

dalam menyelesaikan tesis ini.

Aku haturkan penghargaanku atas kalian, (Alm.) M. Athoya, Siti Fathimah,

Ida Farida, Haura Kamila al-Bathul dan Ruqayyah Amani Ruhi.

Page 10: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah subĥâhȗ wa ta‟âlâ yang telah memberikan segala

nikmat, terutama nikmat Iman, Islam dan sehat wal „Afiyat, sehingga penulis

dapat menyelesaikan upaya penelitian tesis dengan judul Kritik Ibnu al-

Munayyir Terhadap Konsep I„tizâliyyat Dalam Tafsir al-Kasysyâf (Kajian

Analisis Kitab al-Intishâf Karya Ibnu al-Munayyir).

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi yang

mulia, yaitu sayyidina Muhammad Ibn „Abdillah shallallâhu „alaihi wa

sallam. Semoga tetap tercurah kepada para sahabatnya, keluarganya dan

umumnya kaum Muslimin.

Selesainya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik

berupa bantuan materiil ataupun non materiil. Oleh karena itu, perlu kiranuya

penulis haturkan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA selaku Rektor Institu Ilmu Al-

Qur‟an (IIQ) Jakarta.

2. Dr. Muhammad Azizan Fitriana, MA selaku Direktur Program Pasca

Sarjana Institu Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.

3. Dr. KH. Abdul Muhaimin Zen, MA selaku pembimbing II dan Dr.

Ahmad Syukron, MA selaku pembimbing I yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan inspirasi sehingga dapat

sampai ke tahap penyelesaian tesis ini.

4. Seluruh dosen Program Pasca Sarjana Institu Ilmu Al-Qur‟an (IIQ)

Jakarta terutama dosen konsentrasi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (IAT)

yang telah memberikan banyak ilmu dan wawasan selama masa studi.

5. Seluruh keluarga, terutama Ibu yang selalu mendo‟akan di setiap waktu

dan kesempatan. Begitu pula istri tercinta Ida Farida, S.Si yang tak henti

Page 11: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

vii

memberi semangat dan motivasi, sehingga penulis bisa menyelesaikan

tesis tidak jauh dari waktunya, yaitu pada semester V. Andai sang istri

tak memberi motivasi dan semangat, penulis tidak tahu kapan dapat

menyelesaikan tesis ini, bukan karena malas tapi karena kesibukkan yang

tak dapat dihindari.

6. Bapak Haji Suntara bin al-Marhum bapak Haji Husein yang selalu

memberi semangat untuk terus bergelut di dunia akademik dan

melanjutkan pendidikan sampai tingkat akhir, sehingga diri ini merasa

terpacu untuk menyelesaikan segala sesuatu yang dapat menghantarkan

diri menuju tingkat akhir.

7. Seluruh teman-teman seangkatan dan seperjuangan pascasarjana IIQ

angkatan 2017, terutama akhina fillah al-Ustadz Dede Sulaiman, Lc yang

telah membantu penulis dalam menemukan judul yang tepat untuk karya

tulis ini.

8. Jama‟ah kajian Masjid Nurus Sa‟adah, Masjid Babul Huda, Masjid al-

Husna, Masjid Nurul Falah, Masjid Tropikana, Masjid Miftahuddin,

Mushola Bidayatul hidayah, Mushola al-Mubarak, Mushola Baitul

Mu‟min, Majelis Ta‟lim Babul Huda, Majelis ta‟lim Tarim al-Ghonna

dan para santriwan dan santri wati rumah Qur‟an Yaa Hannan Yaa

Mannan, saya ucapkan terima kasih dan mohon maaf yang sebesar-

besarnya karena sebagian waktunya telah diliburkan, digeser dan

dipindahkan. Saya ucapkan Jazakumullah Ahsanal Jaza.

Jakarta, 4 Januari 2020

Penulis

Page 12: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................ii

PERNYATAAN PENULIS ...........................................................................iii

MOTTO ..........................................................................................................iv

PERSEMBAHAN ...........................................................................................v

KATA PENGANTAR ....................................................................................vi

DARTAR ISI ................................................................................................viii

DAFTAR TRANSLITERASI ........................................................................xi

ABSTRAKSI ................................................................................................xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..............................................................1

B. Permasalahan ...............................................................................7

1. Identifikasi Masalah ........................................................7

2. Pembatasan Masalah .......................................................9

3. Perumusan Masalah .........................................................9

C. Tujuan Penelitian .........................................................................9

D. Kegunaan Penelitian ..................................................................10

E. Kajian Pustaka ...........................................................................10

F. Metodologi Penelitian ...............................................................16

G. Teknik dan Sistematika Penelitian ............................................18

Page 13: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

ix

BAB II : CORAK TAFSĪR TEOLOGIS DAN I‘TIZÂLIYYÂT

A. Corak Tafsir Teologis ...............................................................20

1. Definisi Corak ....................................................................20

2. Definisi Tafsir .....................................................................21

3. Pengertian Teologis ............................................................27

B. Wawasan Tentang I„tizâliyyât ..................................................27

1. I‟tizâliyyât dan Mu„tazilah .................................................27

2. Sejarah singkat munculnya aliran Mu„tazilah ....................35

3. Tokoh dan kitab tafsir Mu„tazilah ......................................38

BAB III : BIOGRAFI AZ-ZAMAKHSYARĪ DAN IBNU AL-

MUNAYYIR SERTA PROFIL KITAB AL-KASYSYÂF DAN AL-

INTISHÂF

A. Biografi az-Zamakhsyri dan profil kitab al-Kasysyâf ..............52

1. Biografi az-Zamakhsyarî ..............................................52

2. Profil kitab al-Kasysyâf ................................................67

B. Biografi Ibnu al-Munayyir dan profil kitab al-Intishâf ............76

1. Biografi Ibnu al-Munayyir ..........................................76

2. Profil kitab al-Intishâf ..................................................86

BAB IV : KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP

I‘TIZÂLIYYÂT DALAM TAFSIR AL-KASYSYÂF

A. Kritik terhadap I„tizâliyyât dalam konsep Iman .................97

B. Kritik terhadap I„tizâliyyât dalam konsep Kema„shuman

para Nabi ..........................................................................118

C. Kritik terhadap I„tizâliyyât dalam konsep Syafa„at ..........149

Page 14: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

x

D. Kritik terhadap I„tizâliyyât dalam konsep Taubat ............167

E. Kritik terhadap I„tizâliyyât dalam konsep Rezeki ............184

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpualan .........................................................................197

B. Saran ....................................................................................201

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................202

Page 15: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

xi

DAFTAR TRANSLITERASI

A. Konsonan

th : ط a : أ

zh : ظ b : ب

„ : ع t : ت

gh : غ ts : ث

f : ف j : ج

q : ق h : ح

k : ك kh : خ

l : ل d : د

m : م dz : ذ

n : ن r : ر

w : و z : ز

h : ه s : س

’ : ء sy : ش

y : ي sh : ص

dh : ض

Page 16: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

xii

B. Vokal

Vokal tunggal vokal panjang vokal rangkap

Fathah : a آ : â ي... : ai

Kasrah : i ي : î و... : au

Dhammah : u و : ȗ

C. Kata Sandang

1. Kata sandang yang diikuti al-Qamariyyah

Kata sandang yang diikuti al-Qamariyyah ditransliterasikan

sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf l (el) diganti dengan huruf yang

sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut

Contoh:

al-Baqarah : اجمغح

ضخ al-Madînah : ا2. Kata sandang yang diikuti asy-Syamsiyyah

Kata sandang yang diikuti asy-Syamsiyah ditransliterasikan

sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan

bunyinya.

Contoh:

ـا ar-Rajul : اغج حض : as-Sayyidah

ؾ اع ضا asy-Syams : ال : ad-Dârimî

Page 17: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

xiii

ABSTRAKSI

Asep Saepulloh: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP

I„TIZÂLIYYÂT DALAM TAFSIR AL-KASYSYÂF (Kajian Analisis Kitab

al-Intishâf Karya Ibnu al-Munayyir).

Salah satu kitab tafsir populer yang ditulis di era keemasan Islam adalah

kitab al-Kasysyâf karya az-Zamakhsyari (w. 538 H). Nama lengkap kitab ini

adalah Al-Kasysyâf „an Haqâ‟iq Ghawâmidh at-Tanzîl wa „Uyῡn al-Aqâwîl

fî Wujȗh al-Ta‟wîl. Tafsir ini , dilihat dari sisi kebahasaan, keindahan

susunan sastra dan balaghahnya, merupakan kitab tafsir yang tiada tanding.

Dari kitab ini banyak didapat penjelasan-penjelasan ilmiah, khususnya yang

terkait dengan kebahasaan. Yang paling menonjol dari kitab tafsir ini adalah

balaghah, „irâb dan sastra arab.

Namun sebagaimana mufassir pada umumnya, pembahasan dan

kandungan penafsiran Al-Qur‟an senantiasa dipengaruhi oleh aliran

keagamaan dan keahlian sang mufassir, demikian pula dengan az-

Zamakhsyarî di dalam kitab al-Kasysyâf. Kitab karangannya ini dipengaruhi

oleh rasionalitas paham Mu„tazilah, sehingga penafsirannya diwarnai dengan

I„tizâliyyât (unsur-unsur pemikiran Mu„tazilah), bahkan sering menyerang

ideologi ulama-ulama Ahlus Sunnah.

Tesis ini meneliti tentang kritik Ibnu al-Munayyir di dalam kitab al-

Intishâf terhadap I„tizâliyyât yang terkandung di dalam tafsir al-Kasysyâf

pada lima konsep, yaitu: Iman, Kema‘shuman para Nabi, Syafa„at, Taubat

dan Rezeki.

Metode penelitian ini bersifat kualitatif yang bersifat deskriptif-analisis,

yaitu dengan cara memaparkan I„tizâliyyât yang terdapat di dalam tafsir al-

Kasysyâf dan menganalisanya dengan pemikiran Ibnu al-Munayyir di dalam

kitab al-Intishâf, lalu memberi kesimpulan.

Adapun kesimpulannya adalah menurut Ibnu al-Munayyir bahwa

I„tizâliyyât yang terdapat di dalam al-Kasyaf merupakan sebuah pemahaman

yang rancu dan jauh dari kebenaran.

Page 18: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …
Page 19: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu kitab tafsir yang tidak disukai oleh kalangan Ahlus Sunnah

tapi menjadi rujukan utama bagi mereka adalah kitab al-Kasysyâf karya az-

Zamakhsyarî (w. 538 H).

Al-Kasysyâf memiliki corak Lughâwî, sehingga dilihat dari sisi

kebahasaan, keindahan susunan sastra dan balaghahnya, al-Kasyaf

merupakan kitab tafsir yang tiada tanding. Dari kitab ini banyak didapat

penjelasan-penjelasan ilmiah, khususnya yang terkait dengan kebahasaan.

Yang paling menonjol dari kitab tafsir ini adalah Balaghah, „Irâb dan Sastra

Arab.1

Kitab ini mendapat banyak pujian dari para ulama diantaranya adalah

Ibnu Khaldȗn (w. 808 H). Ia mengatakan bahwa diantara tafsir yang paling

baik dan mampu mengungkap makna Al-Qur‟ân dengan pendekatan bahasa

dan balaghah adalah tafsir al-Kasyâf karangan az-Zamakhsyari.2

Begitu pula dengan Ibnu Khalikân (w. 681 H), ia mengatakan bahwa

pengarang kitab ini, yaitu Abȗ al-Qâsim Az-Zamakhsyarî adalah guru besar

tafsir, hadits, nahwu, bahasa dan ilmu bayan. Ia adalah imam besar pada

zamannya tanpa ada yang meragukan. Banyak orang yang berdatangan

kepadanya untuk belajar berbagai macam disiplin ilmu. Ia memiliki beberapa

karangan yang sangat bagus, diantaranya adalah tafsir al-kasysyâf, ini adalah

1 A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir, (Depok: LSIQ, 2013) Cet. II,

h. 59 2 Lihat „Abdurrahmân Ibn Khaldȗn, Muqaddimah Ibn Khaldȗn, (Beirut: Dâr Ya„rub,

2004), cet. III, jilid II, h. 176. Lihat juga Muhammad Husein adz-Dzahabî, at-Tafsîr wa al-

Mufassirȗn, (Kairo: Maktabah Wahbah, t.t) jilid I, h. 311

Page 20: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

2

kitab tafsir yang belum pernah dikarang oleh orang sebelum dan

sesudahnya.3

Bahkan al-Baidhâwî (w. 685 H) menjadikan al-Kasysyâf sebagai rujukan

utama dalam tafsirnya yang bernama Anwâr at-Tanzîl wa Asrâr at-Ta‟wîl. Ia

mengambil dari al-Kasysyâf segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu

Bayân, Ma„âni dan I„râb, sehingga dari segi kebahasaan, tafsir al-Baidhâwî

merupakan ringkasan dari al-Kasysyâf.4

Namun sebagaimana mufassir pada umumnya, pembahasan dan

kandungan penafsiran Al-Qur‟an senantiasa dipengaruhi oleh aliran

keagamaan dan keahlian sang mufassir, demikian pula dengan az-

Zamakhsyarî di dalam kitab al-Kasysyâf. Kitab karangannya ini dipengaruhi

oleh rasionalitas paham Mu„tazilah, sehingga penafsirannya diwarnai dengan

I„tizâliyyât atau unsur-unsur pemikiran Mu„tazilah. ini lah sisi yang membuat

kalangan Ahlus Sunnah tidak menyukai tafsir tersebut.

Abu Hayyân (w. 745 H) mengatakan bahwa az-Zamakhsyarî sekalipun ia

dianugerahi ilmu Al-Qur‟an yang sangat banyak, ahli dalam mengupas

makna dan pandai menggali lafazhnya, namun di dalam tafsirnya banyak

sekali keterangan-keterangan yang harus dikritik,5 bahkan At-Tâj as-Subkî

(w. 771 H) mengatakan bahwa az-Zamakhsyari adalah seorang ahli bid‟ah

yang jahat dengan bid‟ahnya karena di dalam tafsirnya ia sangat

merendahkan kedudukan para Nabi dan tak jarang menyerang ideologi Ahlus

Sunnah wal Jama‟ah.6

3 Ahmad Ibn Muhammad Khalikân, Wafayât al-A„yân Wa Abnâ‟ Abnâ‟ az-Zamân,

(Beirut: Dâr ash-Shâdir, 1978), Jilid V h. 168 4 A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir, h. 108

5 Muhammad Ibn Yȗsuf Abu Hayyân al-Andalusî, Al-Bahr al-Muhîth (Beirut: Dâr al-

Kutub al-„Ilmiyyah, 1993), cet. III, jilid VII, h. 81. Lihat Khalîl Ibn Aybak ash-Shafadî, Al-

wâfî bi al-Wafayât, (Beirut: Dâr Ihyâ‟ At-Turâts al-„Arabî, 2000), cet. III, jilid XXV, h. 139.

Lihat juga Muhammad Husein adz-Dzahabî, at-Tafsîr wa al-Mufassirȗn, jilid I, h. 309 6 „Abdul Wahhâb as-Subkî, Mu‟îd an-Ni„am wa Mubîd an-Niqam, (Beirut: Muassasah

al-Kutub ast-Tsaqafiyyah, 1987), cet. I, h. 66. Lihat juga Muhammad Husein adz-Dzahabî,

at-Tafsîr Wa al-Mufassirȗn , h. 311

Page 21: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

3

Ada banyak sekali I„tizâliyyât yang terdapat di dalam kitab al-Kasysyâf

diantaranya adalah:

1. Saat az-Zamakhsyari berbicara tentang definisi Iman. Ia mengatakan

bahwa Iman adalah sebuah keyakinan di dalam hati, diucapkan oleh lisan

dan diwujudkan oleh perbuatan. Itu adalah satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan, sehingga orang yang melakukan dosa besar tidak lagi

dianggap sebagai orang beriman, karena ia tidak memenuhi bagian iman

yang kedua yaitu mewujudkan iman dalam perbuatan. Lalu di akherat

nanti ia akan kekal di dalam Neraka, karena dianggap fasik, dan orang

fasik menurut az-Zamakhsyari bukanlah orang yang beriman.7

2. Saat az-Zamakhsyari berbicara tentang kema„shuman para Nabi. Ia

mengatakan bahwa sebab Nabi Adam diusir dari Surga adalah karena

dosa yang dilakukannya, yaitu saat ia memakan buah yang dilarang oleh

Allah swt. Dan ia mengatakan bahwa peristiwa yang menimpa Adam

sama dengan peristiwa yang dialami oleh Iblis.8 artinya ia menyamakan

Nabi Adam yang mulia dengan Iblis yang telah dilaknat. Begitu pula saat az-Zamakhsyari berbicara tentang Nabi Muhammad. Ia

mengatakan bahwa Nabi Muhammad telah berbuat salah, karena sudah

berani mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah swt.

yaitu saat Nabi mengharamkan dirinya untuk menggauli budaknya yang

bernama Maria.9

7 Lihat Mahmȗd Ibn „Umar az-Zamakhsyarî, al-Kasyâf„ An Haqâ‟iqi Ghawâmidh at-

Tanzîl Wa „Uyȗn al-Aqâwîl Fî Wujȗh at-Ta‟wîl, h. 38 8 Lihat Mahmud Ibn „Umar az-Zamakhsyarî, al-Kasysyâf „An Haqâ‟iqi Ghawâmidh at-

Tanzîl Wa „Uyȗn al-Aqâwîl Fî Wujȗh al-Ta‟wîl, h. 73 9 Mahmȗd Ibn „Umar az-Zamakhsyarî, al-Kasysyâf „An Haqâ‟iq Ghawâmidh at-Tanzîl

Wa „Uyȗn al-Aqâwîl Fî Wujȗh al-Ta‟wîl, h. 118.

Page 22: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

4

3. Saat az-Zamakhsyari berbicara tentang Syafa‟at. Ia mengatakan bahwa

yang akan mendapatkan syafa‟at di akherat nanti hanyalah orang-orang

soleh. Adapun para pelaku dosa besar, maka tidak ada Syafa‟at dan

penolong bagi mereka.10

4. Saat az-Zamakhsyari berbicara tentang Taubat. Ia mengatakan bahwa

tidak wajib bertaubat dari dosa-dosa kecil, karena dengan menjauhi dosa

besar maka dosa-dosa kecil akan terhapus. Dan ia meyakini bahwa Allah

swt wajib menghapus dosa-dosa kecil bagi orang yang menjauhi dosa-

dosa besar.11

5. Saat Az-Zamakhsyarî berbicara tentang rezeki, ia mengatakan

bahwasanya rezeki adalah sesuatu yang halal, bukan yang haram.

Artinya Allah swt hanya memberi rezeki yang halal saja, sementara yang

haram bukanlah dari Allah swt.12

Tentu pemahaman seperti ini membuat

siapa pun bertanya-tanya, lalu siapakah yang dapat memberi rezeki

selain Allah swt?. itulah sebagian I„tizâliyyât yang terdapat di dalam

tafsir al-Kasysyâf.

Kemudian I„tizâliyyât yang terdapat di dalam al-Kasysyâf banyak

menerima tanggapan dan kritikan dari para Mufassir setelahnya, seperti ar-

Râzî (w. 606 H)13

. Ia adalah salah satu Mufassir yang paling sering

membantah ideologi Mu‟tazilah. Di dalam tafsirnya yang dikenal dengan at-

Tafsîr al-Kabîr ia banyak mencantumkan pendapat para tokoh Mu„tazilah,

seperti Abȗ Muslim al-Ishfihânî, al-Qâdhî „Abdul Jabbâr, dan termasuk az-

Zamakhsyarî, kemudian ia membantah satu persatu hujjah mereka.

10

Mahmȗd Ibn „Umar az-Zamakhsyarî, al-Kasysyâf „An Haqâ‟iq Ghawâmidh at-Tanzîl

Wa „Uyȗn al-Aqâwîl Fî Wujȗh at-Ta‟wîl, h. 75 11

Mahmud az-Zamakhsyarî, al-Kasysyâf „An Haqâ‟iq Ghawâmidh at-Tanzîl Wa „Uyȗn

al-Aqâwîl Fî Wujȗh al-Ta‟wîl, h. 37 12

Mahmud az-Zamakhsyarî, al-Kasysyâf „An Haqâ‟iq Ghawâmidh at-Tanzîl Wa „Uyȗn

al-Aqâwîl Fî Wujȗh al-Ta‟wîl, h. 39 13

Muhammad Ibn „Ali Ibn Ahmad Ad-Dâwȗdî, Thabaqât al-Mufassirîn, (Beirut: Dâr

kutub al-„Ilmiah, t.t), jilid II, h. 217

Page 23: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

5

Al-Baidhâwî (w. 685 H) adalah salah satu mufassir yang tidak sepaham

dengan az-Zamakhsyarî. Walaupun di dalam tafsirnya ia banyak merujuk

kepada az-Zamakhsyarî, namun tidak sedikitpun ia mengambil ideologi

Mu„tazilahnya, bahkan terkadang ia menyinggung pendapat az-Zamakhsyarî

dan membantahnya.14

Bagi para Muhaddits, al-Kasysyâf merupakan objek yang cukup menarik

untuk dijadikan kajian takhrij hadits. Az-Zaila„î (w. 762 H) merupakan

sarjana hadits yang paling mendetail saat mentakhrij hadits-hadits yang

disebutkan oleh az-Zamakhsyari di dalam al-Kasysyâf, ia menyebutkan

sumber-sumbernya dan tak jarang ia mengkritik hadits-hadits yang

disebutkan oleh al-Zamakhsyarî, bahkan terkadang ia mengkritik unsur-unsur

„Itizâl yang terdapat di dalamnya, dengan mencantumkan hadits-hadits yang

kontra dengan ideologi Mu„tazilah. Sebagai contoh adalah takhrij hadits

tentang melihat Alloh swt di Surga. Az-Zamakhsyarî menukil pendapat para

ulama tentang tafsir “azziyâdah” pada QS. Yȗnus [10] : 26. Ia

mengemukakan lima pendapat tentang tafsir “azziyâdah”, pertama : „Ali bin

Abi Thalib mengatakan bahwa maknanya adalah sebuah kamar yang terbuat

dari intan berlian, kedua : Ibnu „Abbas mengatakan bahwa maknanya sepuluh

kali lipat pahala, ketiga : al-Hasan mengatakan bahwa maknanya adalah

sepuluh sampai tujuh puluh kali lipat, keempat : Mujâhid mengatakan bahwa

maknanya adalah ampunan dan ridha Allah, kelima : Yazîd Ibn Syajarah

mengatakan bahwa maknanya adalah awan di alam surga yang menurunkan

hujan. Semua pendapat yang ia cantumkan tidak satupun yang mengatakan

bahwa makna “azziyâdah” adalah melihat Allah di Surga, bahkan ia

mengatakan bahwa pendapat tersebut adalah pendapat yang lemah dan

haditsnya adalah palsu.15

Kemudian al-Zaila„î membantah pendapat tersebut

14

A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir, h. 107 15

Lihat Mahmȗd Ibn „Umar az-Zamakhsyarî, al-Kasysyâf „An Haqâ‟iq Ghawâmidh at-

Tanzîl Wa „Uyȗn al-Aqâwîl Fî Wujȗh al-Ta‟wîl, h. 462

Page 24: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

6

dengan mentakhrij hadits yang diklaim az-Zamakhsyarî sebagai hadits palsu

dan mencantumkan hadits-hadits lain yang mengatakan bahwa makna

“azziyâdah” adalah melihat Allah swt di dalam Surga.16

Namun meskipun

demikian, al-Zaila„î sangat jarang sekali membantah unsur-unsur i„tizal yang

ada di dalamnya, karena ia lebih fokus untuk mentakhrij hadits-haditsnya

daripada mengungkap unsur-unsur „Itizâl yang ada di dalamnya.

Setelah az-Zaila„î, Ibnu Hajar al-„Asqalânî (w. 852 H) kembali

mentakhrij hadits-hadits al-Kasysyâf, karena ia mengklaim bahwa az-Zaila„î

tidak sepenuhnya mentakhrij hadits dan atsar yang berada di dalam al-

Kasysyâf, terutama hadits-hadits Mauqȗf. Ibnu Hajar mengatakan bahwa

takhrij nya tersebut merupakan ringkasan dari takhrij az-Zaila„î, namun ia

mentakhrij riwayat-riwayat yang terlewatkan dan mencantumkannya di

dalam takhrijnya.17

Bertolak dari problem di atas, penulis merasa penting melakukan kajian

tentang I„tizâliyyât dalam tafsir al-Kasysyâf : KRITIK IBNU AL-

MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I„TIZÂLIYYÂT DALAM TAFSIR

AL-KASYSYÂF (Kajian Analisis Kitab al-Intishâf Karya Ibnu al-Munayyir)

untuk mengetahui pandangan Ibnu al-Munayyir terhadap ideologi az-

Zamakhsyari. Penulis memilih Ibnu al-Munayyir karena tiga sebab:

Pertama: Ibnu al-Munayyir merupakan ulama Ahlus Sunnah yang

memiliki otoritas keilmuan yang sangat mumpuni, karena ia merupakan

seorang Mufassir, Teolog, Faqih, Ahli sastra Arab dan cabang-cabang

ilmu lainnya, bahkan ia diberi gelar dengan sebutan Nâshiruddîn atau

sang penolong agama. Para ulama besar di zamannya seperti Ibnu al-

16

Lihat „Abdullah Ibn Yȗsuf al-Zaila„î, Takhrîj al-Ahâdîts wa al-Atsar al-Wâqi„ah fîi

Tafsîr al-Kasysyâf li al-Zamakhsyarî, (Saudi: Wizârah asy-Syu‟ȗn al-Islâmiyyah wa al-

Awqâf wa al-da„wah wa al-Irsyâd, 2003), Cet. I, jilid II, h. 124-127 17

Lihat Abȗ al-Fadhl Ahmad Ibn „Ali Ibn Hajar al-„Asqalânî, al-Kâfî asy-Syâfî Takhrîj

Ahâdîts al-Kasysyâf, (t.tp: t.t), h . 2

Page 25: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

7

Hâjib, telah mengizinkannya utuk memberi fatwa, bahkan beberapa kali

ia sempat menjabat sebagai Qadhi di Iskandariyah, Mesir. „Izzuddin bin

„Abdus Salam mengatakan: “Mesir harus bangga dengan adanya dua

orang, yaitu Ibnu ad-Daqîq al-„îd dan Ibnu al-Munayyir”.18

Kedua: Mengingat bahwa Ibnu al-Munayyir adalah seorang ulama yang

serius dan cukup mendetail dalam menanggapi tulisan-tulisan az-

Zamakhsyari di dalam tafsirnya yang berjudul Al-Kasysyâf „an Haqâ‟iq

Ghawâmidh at-Tanzîl wa „Uyȗn al-Aqâwîl fî Wujȗh al-Ta‟wîl, terutama

tentang masalah teologi.

Ketiga: Ibnu al-Munayyir adalah seorang ulama yang moderat. Itu

terbukti dari perkataan-perkataannya yang berada di dalam Al-Intishâf

Metode yang penulis gunakan dalam mengkaji permasalahan ini adalah

deskriptif-analisis, yaitu dengan memaparkan data-data yang berkenaan

dengan kitab tafsir al-Kasysyâf kemudian menganalisa dan mengkritisinya

dengan perspektif Ibnu al-Munayyir.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi

Fenomena tafsir al-Kasysyâf yang banyak dibumbui oleh ideologi

Mu„tazilah, menyerap perhatian kalangan ulama dari disiplin ilmu

berbeda. Sejumlah Mufassir berusaha untuk membantah penafsiran az-

Zamakhsyarî, diantaranya adalah Muhammad Ar-Râzî di dalam tafsirnya

Mafâtih al-Ghaib atau yang dikenal dengan at-Tafsîr al-Kabîr. Begitu

pula sebagian Muhaddits tertarik untuk mengkaji kitab tersebut,

diantaranya adalah Azzaila„î di dalam kitabnya Takhrîj al-Ahadîts wa al-

Atsar al-Wâqi„ah fî at-Tafsîr al-Kasysyâf.

18

Ad-Dâwȗdî, Thabaqât al-Mufassirîn, h. 89. Lihat juga Muhammad Ibn Ahmad Adz-

Dzahabî, Siyar A„lâm an-Nubalâ‟, h. 1004

Page 26: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

8

penelitian yang berjudul “Kritik Ibnu al-Munayyir Terhadap Konsep

I„tizâliyyât Dalam Tafsir al-Kasysyâf (Kajian Analisis Kitab al-Intishaf

Karya Ibnu al-Munayyir) bermula dari keinginan penulis untuk

memperoleh jawaban secara konseptual mengenai pemahaman yang

lebih kompleks dari para ulama Ahlus Sunnah terhadap fenomena

I„tizâliyyât dalam tafsir al-Kasysyâf. Dalam tesis ini penulis berusaha

mengkaji dan merumuskan pandangan Ibnu al-Munayyir terkait

I„tizâliyyât dalam tafsir al-Kasysyâf.

Ada beberapa masalah yang perlu diungkapkan dalam identifikasi

masalah, antara lain sebagai berikut:

a. I„tizâliyyât dan Kontroversi Kitab Tafsir al-Kasysyâf

b. Pengaruh konsep I„tizâliyyât dalam Tafsir al-Kasysyâf tentang

pemikiran teologis

c. Ideologi Ibnu al-Munayyir dan model epistemologis yang

digunakan untuk mengatasi faham Mu„tazilah

d. Pandangan Ibnu al-Munayyir terhadap konsep I„tizâliyyât

tentang pemikiran teologis

e. Metode analisis Ibnu al-Munaŷir dalam kitab al-Intishâf

terhadap I„tizâliyyât dalam al-Kasysyâf

f. Eksistensi Pemikiran Mu‟tazilah di zaman Kontemporer

g. Pengaruh kitab al-Intishâf di zaman Kontemporer

Page 27: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

9

2. Pembatasan

Penelitian ini tidak mengkaji semua permasalahan di atas,

mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan penelitian. Oleh karena

itu penulis akan membatasi penelitian ini hanya pada dua tema, yaitu;

a. Pengaruh konsep I„tizâliyyât dalam Tafsir al-Kasysyaf tentang

pemikiran teologis

b. Pandangan Ibnu al-Munayyir terhadap pengaruh konsep tersebut

3. Perumusan

Dari pembatasan tersebut dapat dirumuskan permasalahan penelitian

ini yaitu:

a. Bagaimana pengaruh konsep I„tizâliyyât dalam tafsir al-Kasysyâf

tentang pemikiran teologis?

b. Bagaimana pandangan Ibnu al-Munayyir terhadap pengaruh konsep

tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian di bidang tafsir Al-Qur‟an ini bertumpu pada

beberapa tujuan, antara lain:

1. Mengungkap dan mendeskripsikan pengaruh konsep I„tizâliyyât

dalam tafsir al-Kasysyâf terhadap pemikiran teologis

2. Mengetahui tanggapan Ibnu al-Munayyir terhadap pengaruh konsep

tersebut

Page 28: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

10

D. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sumber diskusi para mahasiswa khususnya di bidang tafsir dan

akidah

2. Khazanah dunia pustaka, khususnya pada kajian ilmu Al-Qur‟an dan

tafsir

3. Penelitian ini menjadi prasarat bagi penulis untuk menyelesaikan

studi pasca sarjana.

E. Kajian Kepustakaan

Penelitian yang berkaitan dengan tafsir al-Kasysyâf sudah banyak

dilakukan. Diantaranya:

1. Riza Wahyuni dalam tesis yang berjudul “Al-Ushȗl al-Khamsah

perspektif Zamakhsyari (studi kritis penafsiran ayat-ayat terkait al-

Ushȗl al-Khamsah dalam tafsir al-Kasysyâf). Tesis ini berusaha

mengungkap penafsiran az-Zamakhsyari pada ayat-ayat Al-Qur‟an

yang berkaitan dengan al-Ushȗl al-Khamsah. Usaha ini dilakukan

dengan mengkaji sumber utama dari karya az-Zamakhsyarî yaitu

kitab tafsir al-Kasysyâf „an Haqâ‟iq Ghawâmidh at-Tanzîl wa „Uyȗn

al-Aqâwîl fî wujȗh at-Ta‟wîl. Kesimpulannya sebagai berikut:

a. Dalam menafsirkan ayat-ayat terkait al-Ushȗl al-Khamsah

Zamakhsyari menggunakan dalil-dalil Naqli, baik yang

bersumber dari Al-Qur‟an, hadits Nabi, perkataan para sahabat,

pendapat para Ulama dan riwayat-riwayat lain. Selain itu, ia

juga menggunakan ijtihadnya dalam menafsirkan ayat-ayat

terkait al-Ushȗl al-Khamsah, baik perihal konten ayat atau pun

analisis bahasa.

Page 29: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

11

b. Dalam penafsiran terhadap ayat-ayat terkait al-Ushȗl al-

Khamsah, Zamakhsyari memperlihatkan unsur I„tizâlî di

dalamnya. Misalnya dalam penafsiran terhadap ayat-ayat

Ru„yatullah, keadilan, syafa‟at. Zamakhsyari tidak sepenuhnya

menuangkan ide-ide Mu‟tazilah di dalam penafsirannya

terhadap ayat-ayat terkait al-Ushȗl al-Khamsah, sebab ada

beberapa bagian dimana al-Kasysyâf dan Mu‟tazilah berbeda

pendapat mengenai beberapa hal tertentu, misalnya dalam

masalah tatacara melakukan Amar Ma„ruf Nahi Munkar. Dalam

persoalan ini, Zamakhsyari nampak bersikap lembut

sebagaiman sikap Ahlus Sunnah, sementara Mu‟tazilah sendiri

meskipun ingin berusaha besikap sama, namun sejarah

Mu‟tazilah pernah mencatat tragedi buruk dalam praktik Amar

Ma„ruf Nahi Munkar dengan terjadinya peristiwa al-Mihnah

pada masa kekhalifahan al-Ma‟mun.19

2. Deki Ridho Adi Anggara dalam jurnal yang berjudul “Ru‟yatu Allah

Perspektif Mu‟tazilah dan Ahl al-Sunnah wa al-Jama‟ah (Studi

Komparatif Tafsir al-Kasysyâf karya az-Zamakhsyari dan Mafâtîh

al-Ghayb Karya al-Râzî)”. Jurnal ini berusaha memaparkan

pandangan az-Zamakhsyari di dalam al-Kasysyâf dan pandangan ar-

Râzî di dalam Mafâtîh al-Ghaib tentang Ru‟yatullah.

Kesimpulannya adalah metode penafsiran yang dilakukan oleh az-

Zamakhsyari ketika menafsirkna Ru‟yatullah menggunakan metode

ta‟wil, menitik beratkan pada segi bahasa, balaghah dan gramatikal

19

Riza Wahyuni dalam tesis yang berjudul “Al-Ushȗl al-Khamsah perspektif

Zamakhsyari (studi kritis penafsiran ayat-ayat terkait al-Ushȗl al-Khamsah dalam tafsir al-

Kasyaf). sebuah tesis sekolah pasca sarjana INSTITUT ILMU AL-QUR‟AN (IIQ) Jakarta

2019

Page 30: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

12

bahasa Arab. Hal ini sebagaimana ketika az-Zamakhsyari

memberikan dua sifat terhadap tafsirnya. Sifat pertama: tafsir yang

beraliran madzhab Mu‟tazilah, bahkan ia mengatakan: “apabila

kamu ingin meminta izin dengan pengarang al-Kasysyâf ini, maka

sebutlah namanya Abȗ al-Qâim al-Mu„tazilî”. Sifat kedua: yang

dimiliki tafsir al-Kasysyâf adalah keutamaan nilai bahasa Arab, baik

dari segi I„jâz al-Qur‟an, balâghah dan fashâhah, sebagai bukti

bahwa Al-Qur‟an diturunkan dari Allah swt.

Adapun ar-Râzî, melemahkan pendapat Mu‟tazilah dengan

mengajukan dalil „Aqliyah maupun Naqliyah. Banyak memaparkan

berbagai pendapat, seperti ulama tafsir, Mu‟tazilah, bahasa, Ahlus

Sunnah, Cenderung pada corak falsafî dan I„tiqâdî dalam

penafsirannya, sehingga dalam penafsiran antara az-Zamakhsyari

dan ar-Râzî mengenai Ru‟yatullah, jika dilihat dari aspek

penafsirannya, az-Zamakhsyari berpendapat bahwa ia meniadakan

Ru‟yatullah kapan pun, dimana pun dan oleh siapapun. Sementara

ar-Râzî dalam menafsirkan ayat-ayat Ru‟yatullah meyakini bahwa

kelak di Surga / Akherat orang mu‟min dapat melihat Tuhannya.

Adapun melihat Allah swt di dunia bisa saja terjadi, akan tetapi

karena kelemahan potensi penglihatan manusia maka Allah swt

belum dapat dilihat.20

3. Ma‟mun Mu‟min dalam jurnal yang berjudul “Model Pemikiran

Tafsir al-Kasyaf Karya Imam Az-Zmakhsyarî”. Jurnal ini berusaha

menyuguhkan model pemikiran tafsir Imam az-Zamakhsyari dalam

tafsir al-Kasysyâf. Kesimpulannya adalah menurut Imam Az-

20

Deki Ridho Adi Anggara dalam jurnal yang berjudul “Ru‟yatu Allah Perspektif

Mu‟tazilah dan Ahl al-Sunnah wa al-Jama‟ah (Studi Komparatif Tafsir al-Kasysyâf karya

az-Zamakhsyari dan Mafâtîh al-Ghayb Karya al-Râzî)”. Sebuah jurnal Universitas

Darussalam Gontor 2019

Page 31: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

13

Zamakhsyari bahwa dari Q.S al-Baqarah [2] : 1-2, semuanya terdiri

dari empat jumlah, yaitu (1) Alif Lâm Mîm jumlah ke satu. (2)

Dzâlika al-Kitâb jumlah kedua. (3) Lâ Raiba fîh jumlah ketiga. (4)

Hudan Lil Muttaqîn jumlah keempat. Dan bagi jumlah yang

keempat merupakan ta‟kîd (penguat) bagi jumlah yang ketiga.

Dari kajian tersebut, menurut hemat penulis ada dua masalah yang

sangat menarik dan dapat digulirkan oleh Imam az-Zmakhsyari:

a. Yang dimaksud al-Kitab disini adalah Al-Qur‟an al-Karim yang

kita kenal yang disusun serta ditulis oleh huruf-huruf hijaiyyah

dan dicetak dengan percetakan yang demikian modern seta

disebar ke seluruh penjuru dunia Islam. Adapaun

penunjukkannya dengan isim Isyarah Li al-Ba„îd (untuk sesuatu

yang jauh), untuk menunjukkan bahwa Al-Qur‟an itu sangat

agung, sehingga dihukumi jauh.

b. Yang dimaksud Hudan Li al-Muttaqîn bahwa Allah swt

memberikan hidayah langsung kepada tiap-tiap kalbu Umatnya

yang bertakwa kepada Allah swt. bagi Imam Az-Zamakhsyari

hidayah berfungsi bagi mereka yang belum mendapat

petunjuk.21

4. Saifullah Rusmin, M, Galib, M, Ahmad Abu Bakar dan Musafir

Pabbabari dalam jurnal yang berjudul “Penafsiran-penafsiran az-

Zamakhsyarî Tentang Teologi Dalam Tafsir al-Kasysyâf”. Jurnal ini

berusaha mengungkap penafsiran az-Zamakhsyari pada ayat-ayat

Al-Qur‟an yang membahas tentang teologi. Jenis penelitian ini

adalah penelitian kepustakaan (library research). Data diolah dengan

menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu mengolah data

21

Ma‟mun Mu‟min dalam jurnal yang berjudul “Model Pemikiran Tafsir al-Kasyaf

Karya Imam Az-Zmakhsyarî”. Sebuah Jurnal STAIN kudus, Jawa Tengah 2017

Page 32: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

14

berdasarkan nilai yang terkandung dalam setiap data. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pandangan-pandangan az-

Zamakhsyari lewat tafsir al-Kasysyâf sangat dipengaruhi oleh

konteks yang melatarbelakangi lahirnya tafsir ini. Ketika ia

berbicara mengenai masalah teologi dalam tafsirnya, maka akan

terlihat dengan jelas ia membela prinsip aliran Mu‟tazilah, kecuali

pada masalah sihir, siksa kubur dan sebuah ayat tentang prinsip

posisi pelaku dosa besar di akherat. Adanya perbedaan pada

beberapa prinsip Mu‟tazilah, dapat mengindikasi satu diantara dua

hal, pertama: sesungguhnya az-Zamakhsyari tidak lah menguasai

detil prinsip Mu‟tazilah. kedua: az-Zamakhsyari adalah orang yang

sangat idealis sehingga kemampuannya dalam menilai sebuah lafazh

yang mengarahkan kepada sebuah makna tidak dibatasi oleh pola

ideologi madzhab.22

5. Dara Humaira dan Khairun Nisa dalam jurnal yang berjudul “Unsur

I„tizâlî dalam Tafsir al-Kasysyâf (Kajian Kritis Metodologi Al-

Zamakhsyari)”. Jurnal ini menjelaskan pemikiran az-Zamakhsyari

dalam kitab al-Kasysyâf dan memberikan gambaran dimana letak

unsur I„tizâlî yang digunakan az-Zamakhsyari serta bagaimana

bentuk penafsirannya yang menggunakan corak ini. Kesimpulannya

adalah bahwa corak teologis – dalam hal ini corak I„tizâlî –

merupakan salah satu dari sekian corak yang mewarnai kitab tafsir

al-Kasysyâf yang dikarang atas perminataan kaum minoritas

Mu‟tazilah ketika az-Zamakhsyari berada di Mekkah. Berangkat

dari keinginan agar keeksistensian mereka diakui inilah akhirnya

22

Saifullah Rusmin, M, Galib, M, Ahmad Abu Bakar dan Musafir Pabbabari dalam

jurnal yang berjudul “Penafsiran-penafsiran az-Zamakhsyarî Tentang Teologi Dalam Tafsir

al-Kasysyâf”. Sebuah jurnal diskursus islam Penyuluh Agama Madya Kementrian Agama

Kota Makassar 2017

Page 33: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

15

muncul kitab tafsir yang bercorak I„tizâlî. Letak unsur I„tizâlî in

dapat ditemukan dalam beberapa ayat yang berkaitan dengan

persoalan al-Ushȗl al-Khamsah. Secara garis besar, bentuk

penafsiran yang mengandung unsur ini dapat dilihat dari:

a. pertama: penakwilan yang dilakukan oleh az-Zamakhsyari

terhadapa ayat-ayat yang makna zhahirnya bertentangan dengan

paham yang ia yakini. Ketika berhadapan dengan ayat semacam

ini, az-Zamakhsyari akan membawa makna ayat ke makna lain

yang tidak bersebrangan dengan prinsip al-Ushȗl al-Khamsah.

Bisa dilihat dalam penafsirannya terhadap surat al-Qiyâmah

ayat 22-23 yang notabene ulama memaknai kata Nazhirah

dengan melihat Allah swt pada hari kiamat, namun az-

Zamakhsyari memaparkan di dalam kitabnya bahwa melihat

Allah swt adalah sesuatu yang mustahil sesuai dengan konsep

at-Tauhid dalam mazdhabnya, sehingga ayat ini harus

dita‟wilkan. Alhasil, az-Zamakhsyari memberi makna terhadap

Nazhirah dengan “Ar-Rajâ‟ wa at-Tawaqqu„”.

b. Kedua: peletakan hukum terhadap ayat Muhkam dan

Mutasyâbbih. Ia akan menganggap ayat-ayat yang sesuai

dengan mazdhabnya sebagai ayat Muhkam. Sebaliknya, ayat-

ayat yang bersebrangan dengan prinsip di atas dianggap sebagai

ayat Mutasyabbih dan pemaknaannya tergantung ayat yang

dianggap Muhkam. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa segi

linguistik yang disajikan dalam kitab ini sangat indah dan dapat

mewakili kemu‟jizatan Al-Qur‟an dari segi sastra.23

23

Dara Humaira dan Khairun Nisa dalam jurnal yang berjudul “Unsur I„tizâlî dalam

Tafsir al-Kasysyâf (Kajian Kritis Metodologi Al-Zamakhsyari)”. Jurnal UIN Sunan KaliJaga

2016

Page 34: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

16

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan dengan subjek

kitab tafsir dan tauhid. Artinya, bahan yang menjadi objek penelitian

merupakan bahan kepustakaan berupa buku-buku, tesis, disertasi dan

jurnal penelitian yang berkaitan dengan tema penelitian penulis.

2. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian ini bersifat deskriptif-analisis, yaitu dengan cara

memaparkan I‟tizâliyyât dalam tafsir al-Kasyaf dan menganalisanya

dengan pandangan Ibnu al-Munayyir dalam kitab al-Intishâf.

3. Sumber Data Penelitian

Sumber penelitian ini terdiri atas data primer dan sekunder, yaitu:

a. Sumber primer, yaitu kitab tafsir al-Kasysyâf karya az-Zamakhsyarî

dan al-Intishâf karya Ibnu al-Munayyir

b. Sumber sekunder, yaitu berupa literatur kitab tauhid dan kitab tafsir

lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini, diantaranya adalah

Tuĥfah al-Murîd karya Ibrahim Ibn Muhammad Ibn Ahmad al-

Baijȗrî, Hadiyyah al-Murîd Syarh Jauharah at-Tauhîd karya

Burhanuddin Ibrâhîm Ibn Ibrâhîm Ibn Hasan al-Laqqânî, Syarh

Ushȗl al-Khamsah dan Tanzîh Al-Qur‟ân „an al-Mathâin karya

„Abdul Jabbâr Ibn Ahmad al-Hamdânî, At-Tafsîr al-Kabîr dan

„Ishmah al-Anbiyâ‟ karya Muhammad Ibn „Umar Ibn al-Hasan

Fakhruddîn ar-Râzî dan lain-lain.

Page 35: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

17

4. Metode Pengumpulan Data

Penelusuran terhadap kritik Ibnu al-Munaŷir terhadap konsep

I„tizâliyyât dalam tafsir al-Kasysyaf, menggunakan beberapa langkah,

yaitu:

a. Membaca dan mencari unsur I„tizâliyyât dalam kitab Tafsir al-

Kasysyâf

b. Mereduksi data yang relevan untuk dianalisis

c. Mengumpulkan beberapa I„tizâliyyât dalam tafsir al-Kasysyâf

5. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis secara kualitatif,

model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis isi.

Maka yang penulis lakukan dalam menganalisa data adalah sebagai

berikut:

a. Membaca dan mencari unsur I„tizâliyyât dalam kitab Tafsir al-

Kasysyâf

b. Mereduksi data yang relevan untuk dianalisis

c. Memaparkan unsur-unsur I„tizâliyyât dalam tafsir al-Kasysyâf

d. Melakukan analisis terhadap data yang telah dipaparkan

e. Mengkritisinya dengan pandangan Ibnu al-Munayyir dalam kitab

al-Intishâf

Page 36: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

18

6. Langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:

a. Menentukan beberapa I„tizâliyyât yang terdapat di dalam al-

Kasyaf. Dalam hal ini penulis memilih lima tema:

1) I„tizâliyyât Dalam Konsep Iman

2) I„tizâliyyât Dalam Konsep Kema„shuman Para Nabi

3) I„tizâliyyât Dalam Konsep Syafa„at

4) I„tizâliyyât Dalam Konsep Taubat

5) I„tizâliyyât Dalam Konsep Rezeki

b. Memaparkan pemikiran az-Zamakhsyarî tentang empat unsur

tersebut

c. Mengungkap kritik Ibnu al-Munayyir terhadap I„tizâliyyât yang

terdapat di dalam kitab al-Kasysyâf

d. Menarik kesimpulan

G. Teknik dan Sistematika Penulisan

1. Teknik Penulisan

Teknik penulisan tesis ini merujuk kepada buku pedoman

penulisan skripsi, tesis dan disertasi, yang diterbitkan oleh Institute

Ilmu Al-qur‟an (IIQ) jakarta tahun 2017

2. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah,

identifikasi, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, kajian kepustakaan, metode

penelitian dan teknik penulisan dan yang terakhir

adalah sistematika penulisan

Page 37: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

19

BAB II Membahas corak tafsir teologi dan I„tizâliyyât. Dalam

bab ini akan dibahas definisi corak, definisi tafsir dan

pengertian teologi, lalu dilanjutkan dengan penjelasan

tentang I„tizâliyyât dan Mu‟tazilah

BAB III Membahas biografi az-Zamakhsyarî, profil kitab al-

Kasysyâf, biografi Ibnu al-Munayyir dan profil kitab

al-Intishâf.

BAB IV Membahas tentang beberapa kritik I„tizâliyyât di dalam

tafsir al-Kasysyâf. Dalam bab ini akan ditampilkan

lima tema, yaitu; I„tizâliyyât dalam konsep Iman,

kema„shuman para Nabi, Syafa„at, Taubat dan

Rezeki, Lalu dilanjutkan dengan kritik Ibnu al-

Munayyir terhadap kelima teori tersebut dalam kitab

al-Intishâf dan menganalisanya.

BAB V Bab penutup yang menampilkan kesimpulan dari

hasil penelitian dan saran-saran

Page 38: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

198

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian terhadap kritik Ibnu al-Munayyit

terhadap konsep I„tizâliyyât dalam tafsir al-Kasysyâf, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan. Adapun Kesimpulannya adalah menurut Ibnu al-

Munayyir bahwa I„tizâliyyât yang terdapat di dalam al-Kasysyâf

merupakan sebuah pemahaman yang rancu dan jauh dari kebenaran.

Berikut penjelasannya:

1. Kritik Terhadap I„tizâliyyât Dalam Konsep Iman

a. Definisi Iman

Az-Zamakhsyarî mengatakan bahwa Iman adalah sebuah

pembenaran di dalam hati, diucapkan oleh lisan dan diwujudkan

oleh perbuatan.

Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa pengertian yang demikian

adalah salah, karena pengertian seperti itu membuat seseorang

mengatakan bahwa orang yang tidak beramal shaleh, maka ia tidak

dianggap sebagai orang yang beriman, karena menurut definisi

tersebut iman adalah sebuah kesatuan dari keyakinan, ucapan dan

perbuatan. Maka, definisi Iman yang benar menurut Ibnu al-

Munayyir adalah sebuah pembenaran yang letaknya di dalam hati

dan tidak ada kaitannya dengan ucapan dan perbuatan.

Page 39: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

199

b. Pengertian Fasik

Az-Zamakhsyarî mengatakan bahwa orang yang tidak beramal

shaleh maka dia Fasik. Menurutnya fasik adalah bukan Mu‟min dan

bukan pula Kafir, akan tetapi posisi di tengah-tengah Mu‟min dan

Kafir.

Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa pengertian tersebut

membuat az-Zamakhsyari mengatakan bahwa orang fasik akan

kekal di dalam Neraka bersama orang-orang kafir, namun azabnya

lebih ringan daripada azab orang-orang Kafir. Dan menurut Ibnu al-

Munayyir itu adalah salah. Maka, Ibnu al-Munayyir pun

mengatakan bahwa orang yang fasik karena dosa-dosanya masih

dianggap sebagai Mu‟min, karena banyak dalil-dalil Al-Qur`an dan

Hadits yang menunjukkan tentang hal tersebut.

2. Kritik Terhadap I„tizâliyyât Dalam Konsep Kema„shuman Para Nabi

a. Kema„shuman Nabi Adam

1) az-Zamakhsyarî mengatakan bahwa Nabi Adam telah

melakukan dosa kecil.

Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa itu salah. Yang

benar adalah bahwa para Nabi terjaga dari segala perbuatan

dosa, baik dosa kecil atau pun dosa besar.

2) Az-Zamakhsyarî mengatakan bahwa apa yang terjadi

kepada Nabi Adam sama dengan apa yang terjadi kepada

Iblis, yaitu keduanya berbuat dosa dan diusir dari Surga.

Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa az-Zamakhsyarî

telah membuat sebuah pernyataan yang keji dan tidak

pantas terhadap Nabi Adam as. Bagi Ibnu al-Munayyir

sebab dikeluarkannya Adam adalah karena ia memang

Page 40: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

200

diciptakan sebagai khalifah di muka bumi, berbeda dengan

Iblis, ia dikeluarkan karena berbuat dosa dan dikeluarkan

dalam keadaan hina dan terlaknat.

b. Kema„shuman Nabi Muhammad

Az-Zamakhsyarî mencela dan merendahkan Rasulullah SAW

dengan mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah berbuat salah

karena mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah

swt. sehingga ditegur oleh Allah swt dengan turunnya QS. At-

Tahrîm [66] : 1.

Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa az-Zamakhsyari salah

menafsirkan ayat tersebut, karena yang dimaksud tahrîm di dalam

ayat tersebut adalah al-Imtinâ„, yaitu mencegah diri untuk

melakukan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah, bukan

mengharamkannya secara hukum.

3. Kritik Terhadap I„tizâliyyât Dalam Konsep Syafa„at

Az-Zamakhsyarî mengatakan bahwa di akherat nanti tidak ada

syafa„at bagi para pelaku dosa besar.

Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa az-Zamakhsyari keliru dalam

menafsirkan ayat. Yang benar adalah di akherat nanti ada syafa„at bagi

para pelaku dosa besar.

4. Kritik Terhadap I„tizâliyyât Dalam Konsep Taubat

c. Tidak wajib bertaubat dari dosa-dosa kecil

Az-Zamakhsyarî mengatakan bahwa pelaku dosa kecil tidak

harus bertaubat, karena dosa-dosa kecil pasti terhapus dengan

menjauhi dosa-dosa besar.

Page 41: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

201

Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa pendapat yang benar dan

sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadits-hadits Rasulullah SAW adalah

wajibnya bertaubat dari segala dosa, baik dosa besar atau pun dosa

kecil.

d. Keyakinan az-Zamakhsyarî bahwa Allah wajib menghapus

dosa-dosa kecil bagi orang yang meniggalkan dosa besar.

Az-Zamakhsyarî berkeyakinan bahwa Allah swt terkena

sebuah kewajiban, yaitu wajib bagi Allah SWT untuk menghapus

dosa-dosa kecil bagi orang-orang yang meninggalkan dosa besar.

Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa pendapat yang benar

adalah bahwa tidak ada kewajiban apapun bagi Allah swt kepada

hambanya, baik itu berupa pemberian pahala terhadap orang yang

taat atau pun pemberian siksa terhadap orang yang bermaksiat,

akan tetapi Allah swt memberikan pahala kepada hambanya

semata-mata karena karunia dan kebaikannya, dan Allah swt

memberikan siksa semata-mata karena keadilannya.

5. Kritik Terhadap I„tizâliyyât Dalam Konsep Rezeki

Az-Zamakhsyarî mengatakan bahwasanya yang dinamakan rezeki

hanyalah sesuatu yang halal, sementara yang haram tidak dinamakan

rezeki.

Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa itu adalah keyakinan yang

menyimpang, karena keyakinan tersebut memiliki sebuah konsekuensi

yang sangat besar dan fatal, yaitu dapat membawa kepada kesyirikan.

Maka yang benar adalah baik yang halal atau haram, itu semua

Page 42: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

202

merupakan rezeki dari Allah swt. karena ia lah satu-satu nya sang

pemberi rezeki.

B. Saran-Saran

Setelah menyimpulkan hasil penelitian ini, maka perlu kiranya

untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih luas dan mendalam

tentang perbedaan akidah Mu‟tazilah dan akidah Ahlus Sunnah

Wal Jama‟ah, hendaknya penelitian terhadap permasalahan ini

ditingkatkan, baik itu pada kitab-kitab tafsir klasik maupun

kontemporer, untuk menambah khazanah pengetahuan

2. Untuk mengetahui lebih banyak I‟tizâliyyât yang terdapat di dalam

kitab tafsir al-Kasyaf karya az-Zamakhsyari, hendaknya penelitian

terhadap kitab al-Intishâf karya Ibnu al-Munayyir untuk dilanjutkan

3. Hendaknya Program Pasca Sarjana memberikan mata kuliah tafsir

yang berkaitan dengan Akidah dan Tauhid kepada mahasiswa

konsentrasi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, karena ini sangat berguna

sekali dalam menggali keyakinan yang dianut oleh sang mufassir di

dalam tafsirnya

Demikian beberapa saran yang dapat penulis sampaikan. Tentunya

hasil penelitian ini masih banyak kekurangan dan perlu kiranya untuk

ditindaklanjuti. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat dan dapat

dijadikan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya, dan semoga

dengan penelitian ini akan menambah kecintaan kita terhadap Al-

Qur‟an dan kita semua dapat mengamalkannya dalam kehidupan nyata

sehingga misi Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup tercapai dengan

sempurna. Wallahu a‟lam.

Page 43: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

203

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟ân

Âbâdî, Abȗ „Abdurrahmân Muhammad Asyrâf Ibn Amîr al-„Azhîm, „Aȗn al-

Ma„bȗd Syarh Matn Abî Dâwȗd, Oman: Bait al-Afkâr ad-Daulîyyah, t.t

„Abdul Wâhid, Tafsir Isyari Dalam Pandangan Imam Ghazali, Jurnal

Ushuluddin vol. XVI No. 2, Juli 2010 M

Abȗ Ghuddah, „Abdul Fattâh, al-„Ulamâ‟ al-„Uzzâb al-Ladzîna Âtsarȗ al-

„Ilm „Alâ az-Zuwâj, Beirut: Dâr al-Basysyâr al-Islâmiyyah, cet. VIII,

2008 M

al-Ahdal, Muhammad Ibn Ahmad, al-Kawâkib ad-Durriyyah, Beirut:

Muassasah al-Kutub ats-Tsaqafiyyah, t.t

al-„Ainî, Badruddîn Abȗ Muhammad Mahmȗd Ibn Ahmad,‟Umdah al-Qârî,

Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, cet. I, 2001 M

al-„Ak, Khâlid „Abdurrahmân, Ushȗl at-Tafsîr wa Qowâ„iduh, Beirut: Dar

an-Nafa‟is, cet. II, 1986 M

al-Alȗsî, Mahmud Ibn „Abdullâh, Rȗh al-Ma„ânî, Beirut: Dâr Ihyâ at-Turâts

al-„Arabî, t.t

Alî, Atâbikî, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta: Multi Karya

Grafika, t.t

Amin, Ahmad, Fajr al-Islâm, Kairo: Hindawî, 2012 M

al-Anbârî, „Abdurrahmân Ibn Abî Sa„îd, Al-Inshâf , Kairo: Maktabah Al-

Khanîjî, cet. I, t.t

al-Andalusî, Muhammad Ibn Yȗsuf Abȗ Hayyân, Al-Bahr al-Muhîth, Beirut:

Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, cet. III, 1993 M

al-Ashfahânî, Abî Syujâ„ Ahmad Ibn al-Husain, Matn at-Taqrîb ma„a Syarh

Fath al-Qarîb, Beirut: Dâr Ibn Ĥazm, cet. I, 2005 M

Page 44: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

204

al-„Asqalânî, Ahmad Ibn Hajar, Fath al-Bârî, Mesir: Maktabah Mishr, cet. I,

2001 M

__________, Ahmad Ibn Hajar, al-Kâfî asy-Syâfî Takhrîj Ahâdîts al-

Kasysyâf, t.tp, t.t

__________, Ahmad Ibn Hajar, an-Nukat „Ala Ibnish Shalâh, Madinah: al-

Majlis al-„Ilmî, Cet. I, 1984 M

al-Asy„arî, Abȗ al-Hasan, al-Ibânah „An Ushȗl ad-Diyânah, Riyâdh: Madâr

al-Muslim, cet. I, 2011 M

________, Abȗ al-Hasan, Maqâlât al-Islâmiyyîn Beirut: al-Maktabah al-

„Ashriyyah, 1990

al-Atâbikî, Yȗsuf Ibn Tagzibardî, An-Nujȗm az-Zâhirah fî Mulȗk Misr wa al-

Qâhirah, Dâr al-Kutub, t.t

al-Baghdâdî, „Abdul Qâdir, al-Farq baina al-Firâq, Kairo: Maktabah Ibnu

Sina, t.t

al-Baghdâdî, Isma‟il Bâsyâ, Īdhâh al-Maknȗn, Beirut: Dâr Ihyâ` Turâts al-

„Arabî, t.t

al-Baidhâwî, Abu al-Khair „Abdullâh Ibn Muhammad Ibn „Umar, Anwâr at-

Tanzîl wa Asrâr at-ta‟wîl, Beirut: Dâr Ihyâ` at-Turâts, t.t

al-Baijȗrî, Ibrâhîm Ibn Muhammad Ibn Ahmad, Tuhfah al-Murîd, Beirut:

DKI, Cet. III, 2007 M

al-Bukhârî, Abȗ „Abdillâh Muhammad Ibn Ismâ„îl, Shahîh al-Bukhârî,

Beirut: Dâr Ibn Katsîr, cet., I, 2002 M

Ad-Dâwȗdî, Muhammad Ibn „Alî Ibn Ahmad, Thabaqât al-Mufassirîn,

Beirut: Dâr kutub al-„Ilmiah, t.t

Dahlân, Ahmad Zainî, Asnâ al-Mathâlib fî Najâh Abî Thâlib, Oman: Dâr al-

Imâm an-Nawawî, cet. II, 2007 M

ad-Damanhuri, Ahmad, Īdhâh al-Mubham, Beirut: Maktabah al-Ma„ârif, cet.

II, 2006 M

Page 45: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

205

adz-Dzahabî, dr. Muhammad Husein, at-Tafsîr wa al-Mufassirȗn, Kairo:

Maktabah Wahbah, t.t

adz-Dzahabî, Muhammad Ibn Ahmad, Siyar A„lâm an-Nubalâ‟, Lebanon:

Bait al-Afkâr al-Dauliyyah, 2004 M

al-Ghâmidî, Shâlih, al-Masâ‟il al-I„tizâliyyah, Saudi: Dâr al-Andalus, cet. I,

1998 M

al-Ghazâlî, Muhammad Ibn Muhammad, Ihyâ‟ „Ulȗm ad-Dîn, Saudi: Dâr al-

Minhâj, cet. I, 2011 M

Ghulâyînî, Musthafâ, Jâmi„ ad-Durȗs al-„Arabiyyah, Beirut: Al-Maktabah al-

„Ashriyyah, cet. XXX, 1994 M

al-Habsyî, Abȗ Bakr al-„Aththâs Ibn „Abdullah, Tadzkîr an-Nâs, Bogor:

Ma‟had Huraidhah, tt

al-Hâkim, Muhammad Ibn „Abdullâh, Ma„rifah „Ulȗm al-Hadîts, Beirut: Dâr

Ibn Hazm, Cet. I, 2003 M

al-Haitamî, Shihâbuddîn Ahmad Ibn Muhammad Ibn „Alî Ibn Hajar, al-Fath

al-Mubîn, Jeddah: Dâr al-Minhâj, cet. I, 2008 M

al-Haitsamî, Nȗruddin „Alî Ibn Abî Bakr, Majma‟ az-Zawâ‟id wa Manba„ al-

Fawâ‟id, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Arabî, t.t

al-Hamawî, Yâqȗt Ibn „Abdullâh, Mu„jam al-Udabâ‟, Beirut: Dâr al-Gharbî

al-Islâmî, cet. I, 1993 M

al-Hamdânî, „Abdul Jabbâr Ibn Ahmad, Syarh Ushȗl al-Khamsah, Kairo:

Maktabah Wahbah, cet. III, 1996 M

_________, „Abdul Jabbâr Ibn Ahmad, Tanzîh Al-Qur‟ân „an al-Mathâin,

Mesir: al-Mathba„ah al-Jamaliyyah, 1329 H

al-Hanbalî, „Izzuddîn „Abdurrazzâq, Rumȗz al-Kunȗz fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-

„Azîz, Makkah: Maktabah al-Asadî, cet. I, 2008 M

Haqqî, Ismâ„îl, Rȗh al-Bayân, Beirut: Dâr Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabî, t.t

Page 46: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

206

al-Hȗfî, Ahmad Muhammad, az-Zamakhsyari, Beirut: Dâr al-Fikr, cet. I,

1966 M

Ibn Abî Syaibah, Abȗ Bakr „Abdullâh Ibn Muhammad Ibn Ibrâhîm, al-

Mushannaf, Riyâdh: Maktabah ar-Rusyd, cet. I, 2004 M

Ibn al-Atsîr, Al-Mubârak Ibn Muhammad al-Jazarî, An-Nihâyah fî Gharîb al-

Hadîts wa al-Atsar, Dammâm: Dâr Ibn al-Jauzî, cet. I, 1421 H

Ibn „Abdullah, Hâjî Khalîfah Mustafâ, Kasyf azh-Zhunȗn, Beirut: Dâr Ihyâ‟

at-Turâts al-„Arabî, t.t

Ibnu „Aqîl, „Abdullâh, Syarh Alfiyyah Ibn Mâlik, Kairo: Dâr at-Thalâ‟i„, cet.

II, 2009 M

Ibn „Arabî, Muhammad Ibn „Alî, Al-futȗhât al-Makkiyyah, Beirut: Dar al-

Kutub al-„Ilmiyyah, cet. I, 1999 M

Ibn Hajî Din Muhammad, Shadrul Warâ Ibn Hâjî „Abdul Hamîd, Jam‟ al-

Farâid bi Inârah Syarh al-„Aqâ‟id, Karaci: Maktabah al-Madînah, cet.

II, 2012 M

Ibnu Katsîr, Abȗ al-Fidâ‟ Ismâ„îl Ibn „Umar , Tafsîr Al-Qur‟ân al-„Azhîm,

Beirut: Maktabah at-Turâts al-„Arabî, 2010 M

_________, Abȗ al-Fidâ‟ Ismâ„îl Ibn „Alî, al-Mukhtashar fî Târîkh al-

Basyar, Mesir: al-Husainiyyah, cet. I, t.t

_________, Abȗ al-Fidâ‟ Ismâ„îl, al-Bidâyah wa an-Nihâyah, Beirut:

Maktabah al-Ma„ârif, 1990 M

Ibnu Khaldȗn, „Abdurrahmân, Muqaddimah Ibn Khaldȗn, Beirut: Dâr

Ya„rub, cet. III, 2004 M

Ibnu Khalikân, Ahmad Ibn Muhammad, Wafayât al-A„yân Wa Abnâ‟ Abnâ‟

az-Zamân, Beirut: Dâr ash-Shâdir, 1978 M

Ibnu Mâlik, Muhammad Ibn „Abdullâh, Matn al-Alfiyyah Ma„a Syarh Ibn

„Aqîl, Kairo: Dâr at-Thalâ‟i„, cet. II, 2009 M

Page 47: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

207

Ibnu Manzhȗr, Muhammad Ibn Mukrim, Lisân al-„Arab, Beirut: Dâr ash-

Shâdir, cet. I, t.t

Ibnu al-Munayyir, Ahmad Ibn Muhammad, al-Intishâf min al-Kasysyâf,

Beirut: Dâr al-Ma„rifah, Cet. III, 2009 M

Ibnu al-Murtadhâ, Ahmad Ibn Yahyâ, Thabaqât al-Mu„tazilah, Beirut:

Muassasah Diwald-Wiltzer, 1961 M

_____________, Ahmad Ibn Yahyâ, al-Maniyyah wa al-Amal, Haidar Abad:

Dâ‟irah al-Ma„ârif, 1316 H

Ibnu at-Tilmisânî, „Abdullâh Ibn Muhammad. Syarh Ma„âlim al-Ushȗl.

Urdun: Dâr al-Fath diedit oleh Nizar Ibn „Alî Hamadî, cet. I, 2010

Imzi, A. Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir, Depok: LSIQ, Cet.

II, 2013 M

al-Isfirâyînî, Abȗ al-Muzaffar Syâhfȗr Ibn Thâhir Ibn Muhammad, at-

Tabshîr, Beirut: „Âlam al-Kutub, cet. I, 1983 M

al-„Imâd, Abȗ as-Su„ȗd Muhammad Ibn Muhammad, Irsyâd al-„Aql as-Salîm

Ilâ mazâyâ Al-Qur‟ân al-Karîm, Beirut: Dâr Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabî, t.t

al-„Imrânî, Yahyâ Ibn Abî al-Khair, al-Intishâr fî ar-Radd „Alâ al-Mu„tazilah

al-Qadariyyah al-Asyrâr, Saudi: Adhwâ`u as-Salaf, 1419 H

Ibnu Mâjah, Abȗ „Abdillâh Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Matn Sunan

Ibn Mâjah, kairo: Dâr Ihyâ‟ al-Kutub al-„Arabiyyah, t.t

Kahhâlah, Umar Ridhâ, Mu„jam al-Muallifîn Tarâjim Mushannif al-Kutub al-

„Arabiyyah, Beirut: Dâr Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabî, t.t

Kristeva, Nur Sayyid Santoso, Sejarah Teologi Islam dan Akar Pemikiran

Ahlussunnah Wal Jama„ah, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, cet. I, 2014 M

al-Kutubi, Muhammad Ibn Syâkir, Fawât al-Wafayât, Beirut : Dâr ash-

Shâdir, t.t

al-Labdî, Muhammad Samîr Najîb, Mu„jam al-Mushthalahât an-Nahwiyyah

wa ash-Sharfiyyah, Beirut: Muassasah ar-Risâlah, cet. I, 1985 M

Page 48: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

208

al-Laqqânî, Burhânuddîn Ibrâhîm Ibn Ibrâhîm Ibn Hasan, Hidâyah al-Murîd

Syarh Jauharah at-Tauhîd, Kairo: Dâr al-Bashâ‟ir, Cet. II, 2009 M

_________, Burhanuddin Ibrâhîm Ibn Ibrâhîm Ibn Hasan, „Umdah al-Murîd

Syarh Jauharah at-Tauhîd, Oman: an-Nur, cet. I, 2016 M

Louis Ma‟luf, Al-Munjid, Beirut: al-Mathba‟ah al-Kâtsȗlîkiyyah, cet. XIX, t.t

al-Makkî, Muhammad Ibn Ahmad al-Hasanî al-Fâsî, al-„Iqd ast-Tsamîn

Beirut: Muassasah ar-Risâlah, cet. II, 1986 M

al-Mâlikî, Ibrâhîm Ibn „Alî Ibn Muhammad Ibn Farhȗn, Ad-Dîbâj al-

Mudzhab, Kairo: Dâr at-Turâts, t.t

Mahmȗd, Sa„ad, Hurȗf al-Ma„ânî Baina Daqâ‟iq an-Nahw wa Lathâ‟if al-

Fiqh, t.tp: t.t

al-Mu„tiq, Awwâd Ibn „Abdullâh, Al-Mu„tazilah wa Ushȗlihim al-Khamsah

wa Mauqif Ahl as-Sunnah minhum, , cet. II, 1995 M

al-Mubârakfȗrî, Abȗ al-„Ulâ Muhammad „Abdurrahmân Ibn „Abdurrahîm,

Tuhfah al-Ahwadzî, Beirut: Dâr al-Fikr, t.t

Munawwir, Ahmad Warson, al-Munawwir,

al-Murtadhâ, Abȗ al-Qâsim „Alî Ibn Husein, Amâlî Asy-Syarîf al-Murtadhâ,

Mesir: Dâr Ihyâ‟ al-Kutub al-„Arabiyyah, cet. I, 1954 M

Mustaqim, „Abdul, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur‟an: Studi Aliran-Aliran

Tafsir Dari Periode Klasik, Pertengahan, Hingga Modern-Kontemporer,

Yogyakarta: Idea Press, Cet. II, 2016 M

an-Naisâbȗrî, Abȗ al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî, Matn Shahîh

Muslim, Riyâdh: Dâr ath-Thaibah, cet. I, 2006 M

an-Nasfî, Maimȗn Ibn Muhammad, Bahr al-Kalâm, Damaskus: Dâr al-

Farfȗr, cet. II, 2000

Nasution, Harun, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 2018 M

an-Nasysyâr, „Alî Sâmî, Nasy‟ah al-Fikr al-Falsafî fî al-Islâm, Kairo: Dâr al-

Ma„ârif, cet. IX, t.t

Page 49: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

209

an-Nawawî, Yahyâ Ibn Syaraf, al-Minhâj Syarh Shahih Muslim Ibn al-

Hajjâj, Beirut: al-Maktabah al-„Ashriyyah, 2011 M

al-Qaththân, Mannâ„ Khalîl, Mabâhits fi „Ulȗm Al-Qur‟ân, Kairo: Maktabah

Wahbah, cet. VII, t.t

al-Qifthî, „Alî Ibn Yȗsuf, Inbâ‟ ar-Ruwât „alâ Anbâh an-Nuhât, Beirut:

Muassasah al-Kutub ats-Tsaqafiyyah, cet. I, 1986 M

al-Qudhât, Nȗh „Alî Salmân, al-Mukhtashar al-Mufîd Syarh Jauharah at-

Tauhîd, Oman: Dâr ar-Râzî, cet. I, 1999 M

al-Qurthubî, Muhammad Ibn Ahmad Ibn Abȗ Bakr, al-Jâmi„ li Ahkâm Al-

Qur‟ân, Beirut: Muassasah ar-Risâlah, cet. I, 2006 M

ar-Râzî, Muhammad Ibn Abî Bakr Ibn „Abdul Qâdir, Mukhtâr ash-Shihâh,

Beirut: Maktabah Libnân, t.t

ar-Râzî, Muhammad Ibn „Umar Ibn al-Hasan Fakhruddîn, At-Tafsîr al-Kabîr,

Beirut: Dar al-Fikr, cet. I, 1981 M

______, Muhammad Fakhr, „Ishmah al-Anbiyâ‟, Kairo: Maktabah ats-

Tsaqâfah ad-Dîniyyah, cet. I, 1986 M

ar-Ramlî, Ahmad Ibn Ahmad Ibn Hamzah, Fath ar-Rahmân Syarh Zubad Ibn

Ruslân, Jeddah: Dâr al-Minhâj, cet. I, 2009 M

as-Sakhâwî, Syamsuddîn Muhammad Ibn „Abdurrahmân, ad-Dhau al-Lâmi„,

Beirut: Dâr al-Jail, t.t

as-Saqqâf, Hasan Ibn „Alî, at-Ta„lîq „Alâ Asnâ al-Mathâlib fî Najâh Abî

Thâlib, Oman: Dâr Imam an-Nawawî, cet. II, 2007 M

as-Sahrastânî, Muhammad Ibn „Abdil Karîm, al-Milal wa an-Nihal, Beirut:

Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, cet. II, 1992 M

ash-Shâbȗnî, Muhammad „Alî, Rawâ‟i„ al-Bayân Beirut: Maktabah al-

Ghazâlî, cet. III, 1980

asy-Sya„rânî, „Abdul Wahhâb Ibn Ahmad Ibn „Alî, Ath-Thabaqât al-Kubrâ,

t.tp : t.t

Page 50: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

210

ash-Shafadî, Khalîl Ibn Aybak, Al-wâfî bi al-Wafayât, Beirut: Dâr Ihyâ‟ At-

Turâts al-„Arabî, cet. III, 2000 M

Shâlih, dr. Subhi, Mabâhits fî „Ulȗm Al-Qur‟ân, Beirut: Dâr al-„Ilm lil

malâyin, cet. X, 1977 M

ash-Shabbân, Muhammad Ibn „Alî, Hasyiyah ash-shabb n, Beirut: al-

Maktabah at-Taufîqiyyah, t.t

as-Sijistânî, Abȗ Dâwȗd Sulaimân Ibn al-Asy„ats, Matn Sunan Abî Dâwȗd,

Beirut: Dâr ar-Risâlah al-„Âlamiyyah, cet. I, 2009 M

as-Subki, „Abdul Wahhab, Mu„îd an-Ni„am wa Mubîd an-Niqam, Beirut:

Muassasah al-Kutub ast-Tsaqafiyyah, cet. I, 1987 M

_______, „Abdul Wahhâb Ibn „Alî, Thabaqât asy-Syâfî„iyyah al-Kubrâ,

Kairo: Dâr Ihyâ‟ al-Kutub al-„Arabiyyah, t.t

as-Suyȗthî, „Abdurahmân Ibn Abî Bakr, al-Itqân Fî „Ulȗm Al-Qur‟ân,

Beirut: Dâr al-Kitâb al-„Arabî, 2011 M

________, Abdurrahmân Ibn Abî Bakr, Tafsîr al-Jalâlain Ma‟a Hâsyiah al-

Futȗhat al-Ilâhiŷah, Beirut: DKI, cet. III, 2011 M

________, Abdurrahmân Ibn Abî Bakr, Târîkh al-Khulafâ‟, Beirut: Dar al-

Ma‟rifah al-Islâmiyah, t.t

________, „Abdurrahmân Ibn Abȗ Bakr, Mu‟jam Thabaqât al-Huffâzh wa

al-Mufassirîn Kairo: Âlam al-Kutub, cet. I, 1984 M

________, „Abdurrahmân Ibn Abî Bakr, Bughyah al-Wu‟ât, Kairo: „Īsâ al-

Bâbî al-Halabî, cet. I, t.t

________, „Abdurahmân Ibn Abî Bakr, Lubâb an-Nuqȗl fî asbâb an-Nuzȗl,

Beirut: Muassasah ar-Risâlah, cet. I, 2002 M

asy-Syaukânî, Muhammad Ibn „Alî, Fath al-Qadîr, Dâr al-Wafâ`, t.t

asy-Syirbînî, Muhammad al-Khatîb, as-Sirâj al-Munîr, Beirut: DKI, cet. I,

2001 M

Page 51: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

211

at-Taftazânî, Mas„ȗd Ibn „Umar Sa„duddîn, Syarh al-„Aqîdah an-Nasafiyyah,

Pakistan: Maktabah Al-Madinah, Cet. II, 2012 M

ath-Thabarî, Muhammad Ibn Jarir, Jâmi„ al-Bayân „an Ta‟wîl Ây Al-Qur‟ân,

Beirut: Muassasah ar-Risalah, cet. I, 1994 M

ath-Thabrânî, Abȗ al-Qâsim Sulaimân Ibn Ahmad, al-Mu„jam al-Kabîr,

Kairo: Maktabah Ibnu Taimiyyah, 2008 M

at-Tirmidzî, Abȗ „Īsâ Muhammad Ibn „Īsâ Ibn Saurah, Matn Sunan at-

Tirmidzî, Beirut: Dâr al-Gharb al-Islâmî, cet. I, 1996 M

al-„Ukbarî, „Abdullah Ibn al-Husain, Masâ‟il al-Khilâf fî an-Nahw, Beirut:

Dar asy-Syaraf al-„Arabi, cet. I, 1992 M

al-Yahsubi, „Iyâdh Ibn Mȗsâ, Asy-Syifâ‟ bi Ta„rîf al-Mushtafâ, Beirut: Dâr

al-Fikr, 2010

al-Zaila„î, „Abdullâh Ibn Yȗsuf, Takhrîj al-Ahâdîts wa al-Atsar al-Wâqi„ah

fîi Tafsîr al-Kasysyâf li al-Zamakhsyarî, Saudi: Wizarah asy-Syu-un al-

Islamiyah wa al-Awqaf wa al-da‟wah wa al-Irsyad, Cet. I, 2003 M

az-Zamakhsyarî, Mahmȗd Ibn „Umar, al-Kasysyâf „An Haqâ‟iq Ghawâmidh

at-Tanzîl Wa „Uyȗn al-Aqâwîl Fî Wujȗh at-Ta‟wîl, Beirut: Dar al-

Ma„rifah, Cet. III, 2009 M

az-Zarkasyî, Badruddin Muhammad ibn „Abdullâh, Al-Burhân fi Ulȗm Al-

Qur‟ân, Kairo: Dar at-Turats, t.t

az-Zarqânî, Muhammad „Abdul „Azhim, Manahil al-„Irfan fi Ulȗm Al-

Qur‟ân, Kairo: „Isa al-Bâb al-Halabî, cet. III, t.t

az-Ziriklâ, Khairuddîn, al-A„lâm, Beirut: Dâr al-„Ilm li al-Malâyîn, cet. XV,

2002 M

Page 52: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I TIZÂLIYYÂT …

CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap : Asep Saepulloh

Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 02-02-1990

Jurusan Fakultas : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

No. HandPhone : 087804180173

e-mail : [email protected]

Motto : Ya Allah, Jadikanlah Al-Qur‟an sebagai Penyejuk

Hatiku

Alamat : Jl. Industri Cikarang Kp Tegal Gede Rt: 11/04 Ds

Pasir Sari Kec. Cikarang Selatan Bekasi

Orang Tua : Ayah - H M Athoya (Rahimahullah)

Ibu – Siti Fatimah

Riwayat Pendidikan:

1. SDN Pasir Sari, Cikarang, Bekasi. TA. 1997 – 2003

2. SMPIT al-Ma‟shum Mardhiyah, Cugenang, Cianjur. TA. 2003 – 2005

3. MA at-Taqwa Pusat Putera, Bekasi. TA. 2005 – 2008

4. STAI Indo, Klender, Jakarta. TA. 2012 – 2016

5. Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Konsentrasi Ulumul

Qur‟an dan Tafsir. TA. 2017 - 2020