KRISIS HIPERTENSI

download KRISIS HIPERTENSI

of 53

description

R

Transcript of KRISIS HIPERTENSI

KRISIS HIPERTENSI BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Sebagaimana diketahui jumlah penduduk di Indonesia adalah yang kelima terbesar di dunia. Ini merupakan suatu potensi nasional yang besar bila dapat di bina insaninya.Pada dasarnya kualitas manusia di tentukan oleh derjad kesehatanya. Yang ingin dicapai pada tahun 2000 seperti yang di canamkan oleh WHO adalah Health For All By The Year. Untuk itu harus dimengerti masalah kesehatan di Negara berkembang pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Hal ini sangat terkait dengan pola kependudukan serat lingkungan yang mempengaruhinya. Sebagai mana dilihat, piramida kependudukan di Indonesia pada saat ini menunjukkan besrnya jumlah anak-anak 0 15 tahun yaitu 38,6% dari jumlah seluruh penduduk.Dengan kemajuan ekonomi dan derajat kesehatan, hal ini akan bergeser, karena semakin banyak penduduk usia dewasa muda dan orang orang yang menjadi tua.Dalam tahun 2010 diperkirakan bahwa umur harapan hidup akan meningkat menjadi 66 tahun dari sebelumnya yaitu 60-62 tahun pada 2000.Dangan pergeseran pola pendudukan ini bergeser pula pola penyakit dimasyarakat, yaitu dari penyakit infeksi,baik infeksi saluran napas maupun gastrointestinal yang pada saat ini masih menduduki sebab kematian yang utama,kepada penyakit-penyakit yang generative seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit kanker dan lain sebagainya.Penyakit jantung dan pembuluh darah,dengan perkataan lain penyakit kardiovaskuler,dalam kurung waktu 10 terakhir menunjukkan kenaikan yang jelas.Selain factor kependudukan, yang mempengaruhi meningkatnya penyakit Jantung dan pembuluh darah juga adalah factor berubahnya masyarakat agraris menjadi masyarakat industry .Hal ini terutama terlihat dikota kota besar di mana terdapat ketegangan jiwa berubahnya kebiasaan hidup seperti kurang gerak,berubahnya pola makan kearah konsumsi tinggi lemak, kebiasaan merokok, dll.Dalam bidang keperawatan khususnya keperawatan kritis (critical care)saat ini telah terjadi pula pengembangan tugas perawat dari tingkat basic nursing yang paling dasar menuju keperawatan modern yang kompleks.Dan peran perawat meliputi 3bidang yakni : caring role,coordinating role,dan therpeutic role. Dengan demikian luasnya peran perawat tersebut maka perawat dituntut untuk selalu siap mental,siap pengetahuan dan keterampilan serta siap alat dan obat,untuk mengatasi menit-menit kritis klien,dalam hal ini di perlukan kerjasama team untuk memberikan terapi supportif demi menyelamatkan jiwa klien khususnya bagi perawat yang bertugas di ruang perawatan.Selama melakukan praktik di ruang Intensif Care Unit (ICU), perwatan ICU adalah klien infark miokard.Atas dasar tersebut maka penulis merasa tertarik untuk mengambil kasus ini sebagai bahan belajar demi meningkatkan pengetahuan penulis tantang penanganan krisis hipertensi di Ruang perwatan ICU.

B. Tujuan1.Tujuan Umum Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan krisis hipertensi diruang ICU.2.Tujuan Khususa. Diperolehnya pengalaman nyata dalam pengkajian,analisa dan penetapan diagnose keperawatan pada klien krisis hipertensi di ruang ICU. b. Diperolehnya pengalaman nyata dalam penyusunan rencana keperawatan pada klien dengan krisis hipertensi di ruang ICU.c. Diperolehnya pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien krisis hipertensi di ruang ICU.d. Diperolehnya pengalaman nyata dalam mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan krisis hipertensi.e. Diperolehnya pengalaman nyata dalam pendokumentasian asuhan asuhan keperawatan pada klien dengan krisis hipertensi di ruang ICU.

C. Metode Penulisan Dalam penyusunan makalah ini memerlukan data objekti yang relevan dengan teori teori yang akan dijadikan dasar analisa dalam pemecahan masalah. Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan berbagai data antara lain :1. Studi kepustakaan Mempelajari literatur literature yang berkaitan atau relevan dengan isi makalah ini.

2. Studi Kasus Studi kasus asuhan keperawatan yang komperhensif, meliputi pengkajian data, analisa data, penetapan diagnose keperawatan. Untuk menghimpun data atau informasi dalam pengkajian, maka penulis menggunakan tekhnik :a. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap klien.b. Wawancara yaitu dengan mengadakan Tanya jawab secara langsung pada keluarga, serta perawat dan dokter yang menangani klien tersebut.3. Diskusi dengan pembimbing, perawat dan sesame mahasiswa.

D. Manfaat Penulisan

1. Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan keperawatan khususnya bagi program peminatan di ruang ICU.2. Menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa S1 keperawatan, yang mengikuti praktik peminatan di ruang ICU dalam merawat klien, khususnya yang mengalami krisis hipertensi

E. Sistimatika Penulisan

Sistimatika penulisan makalah ini dibagi atas 5 Bab, dimana setiap Bab akan diuraikan kedalam sub- sub Bab dengan susunan sebagai berikut :BAB I : PENDAHULUAN Meliputi :Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, Manfaat Penulisan dan Sistematika Penulisan.BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Merupakan laporan hasil studi yang meliputi : Definisi, etiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang serta diagnosa kepera- watan yang muncul.BAB III : TINJAUAN KASUS Merupakan Laporan hasil studi kasus yang meliputi : pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan.

BAB IV : PEMBAHASAN Merupakan ulasan kesenjangan antara teori- teori yang telah dikemukakan dengan kasus nyata yang diperoleh selama perawatan pasien.BAB V : PENUTUP Berisi kesimpulan hasil studi kasus dan juga berisi saran- saran penulis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

KRISIS HIPERTENSI

1. DEFENISISecara praktis krisis hipetensi dapat diklasifikasikan berdasarkan prioriras pengobatan sebagai berikut:a. Hipertensi Emergency ( darurat ) ditandai dengan tekanan darah diastolic > 120 mmHg, disertai kerusakan berat dari organ sasaran yang disebabkan oleh satu atau lebih penyakit kondisi akut b. Hipertensi urgency ( mendesak ) ditandai tekanan darah diastolic > 120 mmHg dan dengan tanpa kerusakan komplikasi minimum dari organ. Tekanan darah harus diturunkan dalam 24 jam sampai batas yang aman memerlukan terapi aurenteral.Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain :a. Hipertensi refrakter : respon pengobatan tidak memuaskan dan tekanan darah > 200/110 mmHg. Walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif ( triple drug ) pada penderita dan keputusan pasien.b. Hepertansi akselerasi ; tekanan darah meningkat (diastolic ) > 120 mmHg disertai dengan kelainan funduskopi Kw 111, Bila tidak diobati dapat berlanjut fase malikna.c. Hipertensi maligna : Penderita hipertensi akselerasi dengan tekanan darah diastolic > 120 130 mmhg dan kelainan fonduskopi kw 1V disertai papioledema. Peniggian tekanan intracranial kerusakan yang cepat dari peskuler, ginjal akut, ataupun kematian bila penderita dengan riwayat hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai tekanan darah normal d. Hipertensi ensepalopati: kenaikan tekanan darah dengan tiba tiba disertai dengan keluhan sakit kepala yang sangat, perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversible bila tekanan darah diturunkan.tingghinya tekanan darah yang dapat menyebabkan kerusakan organ secara tidak hanya dari tingkatan tekanan darah actual, tetapi juga dari tingginya tekaekan nan darah sebelumnya, cepat kenaikan tekanan darah, bangsa,seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir kenaikan tekanan darah yang lebih tinggi disbanding dengan normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan penhentian obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi ensepalopati dmikian juga pada eklelonsi,hertensi ensepalopati dapat timbul walaupun tekanan darah 160/10.

2. PATOFISIOLOGIAda dua teori yang dianggap dapat menerangkan timbulnya hipertensi yaitu;1.teori over autorregulation Dengan kenaikan tekanan darah menyebabkan spasme yang berat pada arteriole mengurangi aliran darah keotak (CBF) dan iskemi.meningginya permeabilitas kapiler akan menyebabkan pecahnya dinding kapiler , udema di otak patikhie pendarahan dan micro infark.3. teori breakthrough of cerebral autoregulationBila tekanan darah mencapai stressor tertentu dapat mengakibatkan transudasi , mikro infark dan edema otak patikhie, hemorrhages, fibrinoid dari arteriole.

over autorregulation spasme arteriole oedema otak

TD naik mendadak CBF petekhie Hipertensi hemorhage Ensefalopati CBF mikro infark breakthrough nekrosis vaskuler autoregulation Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan bila mean arterial pressure (MAP) 120-160 mmHg. Sedangkan pada penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60-120 mmHg. Pada keadaan hipertensi kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 120 mmHg. Pada keadaan sehingga perubahan yang sedikit saja dari TD menyebabkan asidosis otak akan mempercepat timbulnya edema otak.PEMERIKSAAN FISIK Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran TD (baring dan berdiri) mencari kerusakan organ sasaran (retinophaty, gangguan neurologi, payah jantung kongestif, altadiselasi). Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun payah jantung kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.

Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan dua cara yaitu:1. Pemeriksaan yang segera seperti;a. Darah; rutin, BUN, creatinine, elektrolik KGDb. Urine; Urenelisa dan kultur urinec. EKG; 12 lead, melihat tanda iskemikd. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana)2. Pemeriksaan lanjut (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama)a. Sangkaan kelainan renal: IVP Renald Angiograph , biopsy renal (kasus tertentu)b. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: spinal tab, CT Scanc. Bila disangkikan feokhromositoma; urine 24 jam untuk ketekholamine, metamefrin, venumandelic Acid (VMA).FAKTOR PRESIPITASI PADA KRISIS HIPERTENSI Dari anamneses dan pemerisaan fisik, pemeriksaan penunjang dapat dibedakan hipertensi emergensi, urgensi dan factor-faktor yang mempresipitasikan timbulnya krisis hipertensi antara lain;a. Kenaikan TD tiba-tiba pda penderita hipertensi kronis esensial (tersering)b. Hipertensi renovaskuler.c. Glomerulonefritis akut.d. Sindroma withdrawal anti hipertensi.e. Cedera kepala dan ruda paksa susunan saraf pusatf. Rennin-Secrotin tumor.

PENGOBATAN KRISIS HIPERTENSIA. Dasar-dasar penanggulangan krisis hipertensi TD yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena penundaan akan memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun lambat. Tetapi pihak lain penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan perpusi dan aliran darah di turunkan. Untuk menurunkan TD sampai ke tingkat yang diharapkan perlu diperhatikan berbagai factor antara lain keadaan hipertensi sendiri TD segera diturunkan atau bertahap, pengamatan problema yang menyertai krisis hipertensi perubahan aliran darah dan autoregulasi TD pada organ vital dan pemilihan obat anti hipertensi yang efektif untuk krisis hipertensi dan monitoring efek samping obat.B. Stasus volume cairan Oleh karena itu juga diberi terapi diuretika, kecuali bila secara klinis dibuktikan adanya volume overload seperti payah jantung kongestif atau oedema paru. Perlu diketahui bahwa pembatasan cairan dan garam (Na) serta diretika hipertensi manigna akan menyebabkan bertambahnya volume deplation. Pemberian diuretika dapat dilakukan bila setelah diberikan obat anti hipertensi nondiuretikal beberapa hari dan telah terjadi reflex volume retention.

PENANGGULANGAN HIPERTENSI EMERGENSI a. Bila diagnose hipertensi emergensi telah dikatakan maka TD perlu segera diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil- Rawat di ICU, pasang pulmoral intraarterial line dan pulmonary kordiopulmonaris dan status volume intra vaskuler- Anamneses singkat dan pemeriksaasn fisik - Tentukan penyebab krisis hipertensi- Sinkirkan penyakit lain yang menyurpai krisis hipertensi- Tentukan adanya kerusakan organg sasaran - Tentukan tekanan darah yang di inginkan didasari lamahnya, tingginya tekanan darah sebelumnya cepatnya kenaikan dan keeparahan hipertensi, masalah kliniks yang menyertai usia pasien - Penurunan tekanan darah diastilik tidak kurang dari 100 mmhg .tekanan darah sistolok tidak kurang dari 160 MmHg ataupun MAP tidak kurang dari 120 MmHg selama 48 jam pertama kecuali krisis hipertensi ( missal ; di setting AORTIK aneurysm) penurunan tekanan darah tidak lebih dari 25 % dari MAP ataupun tekanan darah yang di dapat PEMAKAIAN OBAT-OBATAN UNTUK KRISIS HIPERTENSI Obat anti hiertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi tegantung dari apakah pasien emergensi atau urgensi jika emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita di rungan intensive care unit ( ICU ) dan diberi salah satu obat anti hipertensi intavena ( IV )

MANIFESTASI KLINIK Tanda umum adalah : sakit kepalah hebat nyeri dada pingsang tackikardi > 100 / menit tackikardi >20 / menit muka pucat tanda ancaman kehidupan Gejala khas : sakit kepala hebat nyeri dada peningkatan tekanan vena shock / pingsang Dengan ABCD Airway yakni kepatenan jalan napas berikan alat bantu napas jika perlu ( guedel atau nasopharyngeal ) jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anastesis dan bawah segera ICU

Eksposure selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lainnya jangan lupa memeriksa untuk tanda-tanda gagal jantung kronik Factor resiko terjadinya KPa. meminum obat tidak teratur b. stress terhadap tindakan pembedahanc. terjadinya trauma d. keganasane. pasien mengkomsumsi kontrasepsi oralf. pasien mendapatkan terapi hormoneg. obesitash. neprotik syndrome Perawatan KPSejak diagnose KP maka pasien harus mendapat obat vasodilator secara rutin. Breathing Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter. Untuk mempertahankan > 92 % Berikan oksigen dengan aliran melalui non re-breath mask Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-valve-mask ventilation Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji Pa O2 dan Pa CO2 Kaji jumlah pernapasan / auskultasi pernapasan Circulation Kaji heart rate dan ritme kemungkinan terdengar suara gollap Kaji peningkatan jup Monitoring tekanan darah Pemeriksaan ekg mungkin menunjukkan sinus tacikardi Disability kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AUPU penurunan kesadaran menunjukkan tanda awal pasien masuk kondisi yang membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Intolerans akktivitas b / d curah jantung meningkat Intervensi;Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas perawatan diri terhadap jika dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai dengan kebtuhan.R / kemajuan aktivitas terhadap mencegah peningkatan kerja jantung tiba tiba memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.2. Nyeri kepala b / d peningatan tekanan intrakanial Intevensi ;Mempertahankan tira baring selama pase akut.R / Meriwatkan stimulasi / meningkatkan relaksasi3. Kurangnya pengetahuan b / d kurangnya imformasi Intervensi ;Hindari mengatakan TD normal dan gunakan istilah terkontrol dengan baik saat menggambarkan TD klien dalam batas yang diingkan R / karena peningkatan ntuk hipertensi sepanjang kehidupan , maka menyampaikan ide terkontrol akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/ medikasi4. Udem b / d peningkatan permebelitas vaskuler.5. Cemas b / d ancaman perubahan status kesehatan Kemungkinan dibuktikan oleh : menolak ketakutan marah peningkatan nyeri, rangsangan simpatis. Ekspresi menyangkal, syok,bersalah, insomniaHasil yang diharapkan : mengakui dan mendiskusikan takut/ masalah menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks/istirahat. Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi.

TINDAKAN INTERVENSI- Evaluasi tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang diagnose.Rasional : pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini melibatkan susunan tekanan perawatan individu dan memberikan informasi yang perlu untuk memili intervensi yang tepat.

- Akui rasa takut/masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan.Rasional : dukungan memampukan pasien mulai membuka/menerima kenyataan kanker dan pengobatannya. Pasien mungkin perlu waktu untuk mengidentifikasi perasaan dan meskipun lebih bamnyak waktu untuk mengekspresikannya.

- Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien damn pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.Rasional : membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi/salah interpretasi terhadap informasi.

- Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan.Rasional : bila penyangkalan ekstrim atau ansietas mempengaruhi kemajuan penyembuhan, menghaddapi isu pasien perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaiannya.

- Catat komentar/perilaku yang menunjukkan menerima dan/atau menggunakan strategi efektif menerima situasi.Rasional : takut ansietas menurun, pasien mulai menerima/secara positif dengan kenyataan. Indicator kesiapan pasien untuk menerina tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam penyembuhan dan untuk mulai hidup lagi.

- Libatkan pasien/orang terdekat dalam perencanaan perawatan. Berikan waktu untuk menyiapkan peristiwa/pengobatan.Rasional : dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan terkontrol/kemandirian pada pasien yang merasa tak berdaya dalam menerima diagnose dan pengobatan.

- Berikan kenyamanan fisik pasien.Rasional : ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman eksrim/ketidak nyamana fisik menetap.

PENYIMPANGAN KDM

Penurunan suplai darah keginjal

Respon rennin

Pelepasan hormon aldesteron

Pelepasan angiotensi

Angiontensinogen I dan II

Respon saraf simpatik Peningkatan kontraktilitas jantung

Peningkatan volume curah jantung

Penekanan TD intra cranial peningkatan permebelitas vaskuler

Perpindahan cairan ekstra vaskuler Edema Gangguan keseimbangan neurologi Tekanan saraf perifer perubahan stts kes. Intoleran aktivitasSirkulasi cerebral terganggu kurang informasi koping in efktif

TIK meningkat kurang pengetahuan kecemasan

Nyeri kepala

LAPORAN PENDAHULUANKEBUTUHAN DASAR MANUSIAKONSEP KECEMASAN

Pengertian Cemas adalah suatu keadaan dimana individu atau kelompok mengalami perasaan yang sulit dan aktifasi saraf otonom yang berespon terhadap penjelasan lain tentang cemas:

1. Dalam pandangan pisikoanalitik, kecemasan adalah komplik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian superego IQ mewakili dorongan instin dan implus premitif seseorang,sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan di kendalikan oleh norma-norma budayah seseorang.Ego berfungsi menangani tuntunan dari dua elemen yag bertentangan dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan Ego bahwa ada bahaya.2. Menurut pandangan enterpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan enter personal.Cemas juga berhubungan dengan perkembangan trauma,seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan pisik seseorang dengan harga diri renda terutama mudah mengalami cemas yang berat3. Menurut pandangan perilaku,cemas merupakan produk prestasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang di ingankan,pakar perilaku lain menganggap cemas sebagai sesuatu dorongan untuk belajar menghindari kepedihan.4. Kajian keluarga menganggap bahwa kecemasan merupakan hal biasa yang ditemui dalam suatu keluarga.5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor usus bensodia zepines.Reseptor ini membantu mengatur cemas.Penghambat asam amino butirik gama neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan cemas,sebagaimana hanya dengan endorfin .selain itu sebagaimana telah terbukti bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap cemas. Cemas mungkin di sertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurungkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor. Tingkatan kecemasan 1. Cemas ringanBerhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Cemas dapat memotovasi belajar dan menghabiskan pertumbuhan dan kreatifitas. 2. Cemas sedangMemungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengensampinkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah 3. Camas berat Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang cenderung untuk memusatkan pada yang terinci dan speripik dan tidak dapat berpikir tentang hal yang lain. Semua perilaku di tujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. 4. Panic Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali orang yang mengalaminya .Tanda dan gejala kecemacan 1. Cemas ringan

Respon fisiologis Sekali napas pendek Nadi dan tekanan darah naik Gejala ringan pada lambung Muka berkerut dan bibir bergerak Respon kongitif Lapang persepsi luas Mampu menerima rangsangan yang kompleks Konsentrasi pada masalah Menyelesaikan masalah secara efektif Respon prilaku dan emosi Tidak dapat duduk tenang Tremor halus pada tangan Suara kadang-kadang meninggi2. Cemas sedang Respon fisiologis Suara nafas pendek Nadi dan tekanan darah naik Mulut kering Anoreksia Diare/konstipasi Gelisa Respon kongnitif Lapangan persepsi yang menyempit Rangsangan luar tidak mampu di terima Berfokus pada apa yang menjadi perhatian Respon prilaku dan emosi Gerakan tersentak-sentak Bicara banyak dan lebih cepat Susa tidur Perasaan tidak aman3. Cemas berat Respon fisiologis Nafas pendek Nadi dan tekanan darah naik Berkeringat dan sakit kepalah Penglihatan kabur Ketengangan Respon kongnitif Lapangan persepsi sangat sempit Tidak mampu menyelesaikan masalah Respon prilaku dan emosi Perasaan ancaman meningkat Verbalisasi cepat Blocking4. Panic Respon fisiologis Nafas pendek Nadi dan tekanan darah naik Rasa tercekik dan palpitasi Sakit dada Pucat Hipotensi Respon kognitif Lapangan persepsi sanagat sempit Tidak berfikir logis Respon prilaku dan emosi Mengamuk dan marah Ketakutan Kehilangan kendali Persepsi kacau Factor yang mempengaruhi tingkat kecemasan 1. Usia2. Pendidikan3. Tempat tinggal 4. Herediter

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH KECEMASAN

1. Pengkajiana.Pengkajian psikologis :- status emosional - konsep diri - cara komunikasi - pola interaksib. pengkajian social : - pendidikan dan pekerjaan - hubungan sosial - factor kultur social - pola hidup dan keluarga

2. Diagnosa keperawatana) Cemas b/d : - ancaman perubahan status kesehatan dan status ekonomi. -situasi krisis - ancaman kematian - kurang pengetahuanTujuan yang diharapkan : Pasien dapat menurunkan kecemasan Pasien dapat mendemonstrasikan cara penurunan kecemasan. Intervensi/ rasional1. lakukan pengkajian tentang riwayat pasien masuk RS. R/ : identifikasi factor penyebab cemas2. monitor hubungan perilaku cemas, aktivitas dan kejadian setiap 2 jam. R/ : ketika cemas meningkat, pasien kurang kooperatif dan ada kemungkinan terjadi perubahan repra. 3. Berikan ketenangan/ keamanan pada lingkungan pasien R/ : lingkungan yang nyaman membantu memfokuskan pikiran dan aktivitas. 4. Jelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas. R/: pasien yang kooperatif 5.Monitor tanda vital setiap 4 jam. R/: membantu menentukan efek cemas

b.) Takut b/d Hospitalisasi Ancaman kehilangan bagian tubuh dan fungsi tubuh Antisipasi nyeri Tujuan yang diharapkan : Pasien dapat merancang penurunan rasa takut Pasien dapat mengidentifikasi penyebab ketakutan Secara verbal pasien mengatakan tidak takut

Intervensi/ rasional1. lakukan pengkajian penyebab rasa takutR/: mengidentifikasi penyebab rasa takut2. Pertahankan keadaan lingkungan RS dan kenyamanan pasienR/: menurunkan rasa takut3. Intervensi bahwa rasa takut dapat diatasiR/: pasien merasa termotivasi4. Gunakan sentuhan tangan jika diterimaR/: jalan untuk mendekatkan diri5. Berikan obat anti cemas dan monitor fek sampingnyaR/: mengurangi kecemasan6. Monitor setiap 4 jam; vital sigh,tingkat kesadaran dan perubahan perilaku.R/: menentukan perubahan fisiologi tubuh7. Lakukan latihan relaksasiR/: Menurunkan ketakutan

LAPORAN PENDAHULUANKEBUTUHAN DASAR MANUSIAKONSEP KEHILANGAN DAN KEMATIAN

A. Konsep dasar kehilangan Kehilangan adalah situasi actual dan potensial ketika sesuatu seperti orang atau objek yang di hargai telah berubah,tidak lagi ada,atau menghilang.seseorang dapat menghilang citr tubuh,orang terdekat,perasaan sejahtera,barang milik pribadi,keyakinan,sense of self baik sebagian maupun keseluruhan Perasaan kehilangan dapat terjadi secara tiba-tiba ataupun bertahap sebagai sebuah pengalaman traumatic.kehilangan dianggap sebagai kondisi krisis situasional ataupun krisis perkembangan. Dalam hal ini persepsi individu,tahap perkembangan ,mekanisme koping dan system pendukungnya sangat berpengaru terhadap respon individu dalam menghadapi proses kehilangan tersebut.apabila prases kehilangan tidak dibarengi koping yang positif atau penanganan yang baik pada akhirnya akan berpengaruh pada perkembangan individu.

B. Sumber kehilangana. Aspek diriKehilangan pada aspek diri dapat meliputi kehilangan anggota tubuh,misalnya:ektremitas atas akibat kecelakaan,kehilangan fungsi fisiologi organ,kehilangan aspek pisikologis atau hambatan pada tumbuh kembangb. Objek eksternal Kehilangan objek eksternal dapat meliputi kehilangan objek hidup,misalnya:hewan kesayangan atau objek tak hidup misalnya:harta.c. Lingkungan yang di kenalKehilangan ini meliputi kehilangan lingkungan yang biasa dikenal oleh klien misalnya:lingkungan pisik yang di tempati oleh klien atau lingkungan yang pernah di tempati oleh klien dan telah menjadi bagian dari kehidupanny.respon ini biasanya muncul apabila terjadi musibah banjir,tanah lonsor,yang menyebabkan hilangnya suatu tempat atau daerah yang di cintai.d. Orang yang di cintaiKehilangan orang yang sangat di cintai dapat menetap atau sementara.kehilangan menetap contohnya adalah kematian orang tua,anak,suami/istri,sanak saudara.sedangkan kehilangan yang sifatnya sementara contohnya adalah ketidak mampuan menjalangkan peran karena sakit.dalam proses tumbuh kembang normal dapat di antisipasi melalui pengalaman sebelumnya.C. Jenis kehilangan1. Fisik atau actualJenis kehilangan ini sifatnya nyata dan dapat di kenali oleh orang lain.dengan kata lain dapat juga merasakan apa yang terjadi pada orang tersebut2. FisikologisJenis kehilangan ini sifatnya abstrak dan tidak dapat di lihat oleh orang lain hanya yang mengalaminya yang bisa merasakan.besarnya beban yang di rasakan bergantung pada beratnya kehilangan atau begitu beratnya objek yang hilang.3. Antisipasi Jenis kehilangan ini sebenarnya dapat di antisipasi meski demikian kebanyakan orang yang mengalami kondisi tersebut kerap menunjukkan perilaku yang sama seperti orang yang kehilangan dan berduka walaupun hal tersebut belum terjadi pada mereka,misalnya: ketika orang yang mereka cintai sedang berada dalam kondisi sakit.D. Konsep dasar berduka Berduka adalah reaksi emosional individu terhadap peristiwa kehilangan,biasanya akibat perpisahan yang di manifestasikan dalam bentuk perilaku,perasaan dan pikiran.respon klien selama berduka meliputi:1. Perilaku bersedi yaitu respon subjektif dalam masa berduka yang biasanya dapat menimbulkan berbagai masalah-masalah kesehatan2. Berkabung yaitu periode penerimaan terhadap peristiwa penerimaan dan berduka sertadapat di pengaruhi oleh paktor social,budaya,dan kebiasaan.E. Respon berduka1. Fase menyangkalRespon individu terhadap fase ini adalah menunjukkan sikap tidak percaya dan tidak siap dalam menghadapi peristiwa.kehilangan,syok,menangis,gelisa,tidak bergairah,dan menunjukkan kegembiraan yang di buat-buat.tugas perawat yaitu member dukungan secara perbal2. Fase marahRespon individu terhadap pase ini adalah marah terhadap orang lainyang sifatnya variable. Tugas perwat pada pase ini adalah memahami bahwa rasa marah pada pase ini adalah normal. Mencegah klien mengalami depresi akibat ke marahan yang tidak terkontrol, mencari alternative kebutuhan yang lebih berarti di saat marah3. Fase tawar menawarRespon individu terhadap fase ini adalah mulai mengungkapkan rasa marah terhadap pristiwa kehilangan yang terjadi, melakukan tawar menawar mengespresikan rasa bersalah dan rasa takut terhadap hukuman untuk dosa-dosanya di masa lalu, baik nyata ataupun imaginasi. Tugas perawat adalah mendengarkan dengan penuh perhatian4. Fase depresiRespon individu selama fase ini adalah berduka atas apa yang terjadi,manarik diri,tidak mau bicara,putus asa,dan terkadang bicara bebas.tugas perawat adalah membantu klien mengekspresikan kesedihannya dan memberikan dukungan verbal kepada mereka.5. Fase penerimaan Respon individu pada fase ini adalah mulai kehilangan minat terhadap lingkungan sekitar dan individu pendukung.sejalan dengan itu,individu juga mulai berbuat berbagai rencana guna menghadapi kehilangan.

F. Dampak berduka1. Masa kanak-kanakDampak berduka pada masa kini dapat mencapai kemampuan tumbuh kembang anak,menyababkan anak jadi regresi,serta membuatnya rasa takut,merasa di tinggalkan atau tidak lagi di pedulikan.2. Remaja dan dewasa mudaPeristiwa kehilangan yang terjadi dapat menyebabkan deintegrasi dalam keluarga.Akan tetapi pada periode ini individu sudah mulai menerima peristiwa kehilangan sebagai suatu kehilangan yang wajar.3. Lansia Kematian pasangan(suami/istri) merupakan pukulan yang sangat kuat bagi,sehingga dapat mengganggu kesehatan.G. Respon individu terhadap proses kehilangan dan berduka1) Fisiologis Peningkatan tekanan darah Frekuensi jantung dan nafas Diafonesis Insomnia Leyih dan lemah Pucat Nyeri tubuh Pusing/mau pingsang Parasetra Anoreksia Gelisa Mulut kering Dilatasi pupil Suara tremor/perubahan nada Gamatar Sering BAK2) Emosional Takut Tak berdaya Tegang Kehilangan control Gugup Kurang percaya diri Tidak rileks Antisipasi kegagalan

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH KEBUTUHAN KEHILANGAN DAN KEMATIAN

1. Pengkajiana. Fisik Pengkajian fisik meliputi pengkajian menjelang kematian: Perubahan TTV, nadi melemah dan lambat, penurunan TD, pernapasan ireguler, dan tersengal-sengal melalui mulut. Sirkulasi melemah; sensasi berkurang, kulit teraba dingin pada akral, ujung hidung dan telinga sianosis. gangguan menelan dan berlahan-lahan muntah menghilang, penurunan sisten pencernaan, penurunan reflex motorik. Kegagalan sensorik; pandangan kabur, kegagalan fungsi indra perasa dan penciuman. Tingkat kesadaran; tingkat kesadaran klien biasanya berfariasi, dari sadar, ngantuk, stupport, hingga koma.

Pengkajian fisik mendekati kematian: Pupil berdilatasi Reflex menghilang Frekuensi nadi meningkat dan menurun Pernapasan cheyne stokes Tidak bisa bergerak Klien mengorok atau bunyi napas terdengar kasar TD menurun

Pengajian fisik saat kematian: Perdnapasan, nadi, dan TD terhenti Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal Pergerakan otot sudah tidak ada

b. PsikologisRespon psikologis yang muncul pada klien menjelang ajal adalah ansietas (kematian). Respon tersebut antara lain: Kekhawatiran tentang dampak kematian pada diri orang terdekat. Ketidakberdayaan terhadap isu yang berhubungan dengan kematian Perasaan takut kehilangan, kemampuan fisik/ mental apabila meninggal Kepedihan yang diantisipasi yang berhubungan dengan kematian Kesedihan yang mendalam Perasaan takut dalam menjalani proses dalam menjelang ajal Kekhawatiran tentang beban kerja pemberi asuhan akibat sakit terminal dan ketidakmampuan diri Kekhawatiran tentang pertemuan dengan sang pencipta atau perasaan ragu tentang keberadaan Tuhan Kehilangan control total terhadap aspek kematian seseorang atau dirinya

c. Penetapan diagnosisSerangkaian diagnosis untuk memenuhi kebutuhan psikologis maupun psikososial dapat diterapkan pada klien yang mendekati kematian, bergantung pada hasil pengkajiannya. Beberapa diagnosis yang mungkin sesuai untuk klien tersebut adalah ketakutan, keputusasaan, dan ketidakberdayaan. Diagnosis lain, juga seperti gangguan proses keluarga dan ketegangan peran pemberi asuhan.

d. Diagnosa keperawatan1. Ketakutan berhubungan dengan : Pengaruh dini atau jangka panjang yang dirasakan akibat (kehilngan fungsi tubuh atau anggota tubuh, penyakit terminal, disabilitas jangka panjang dan gangguan kongnitif) Perpisahan dari orang tua dan teman sebaya Ketakutan terkait usia (gelap, orang asing, hantu, monster, dan binatang) Ketidakpastian tentang (penampilan, dukungan teman, pernikahan, dll)

Kritera hasil : Individu akan mengungkapkan kenyamanan fisik dan psikologis yang akan meningkat.

Indicator : - Memperlihatkan penurunan respon visceral (nadi dan pernapasan)- Membedakan antara kenyamanan dan khayal- Menjelakan pola koping efektif dan tidak efektif- Mengidentifikasi respon kopingnya sendiri

Intervensi / rasional : Kaji factor penyebab (lingkungan yang asing, perubahan gaya hidup, perubahan biologis dan psikologis, ancaman pada harga diri dll)R/ : perasaan aman akan meningkat ketika individu bercermin dari individu lain, yang telah berhasil mengatasi situasi menakutkan yang serupa. Kurangi atau hilangkan factor penyebab ( berbeda untuk masing-masingfaktor .R/ : Individu pendukung dan mekanisme koping merupakan sarana yang penting untuk mengurangi kecemasan. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya (tidak berdaya ,marah)R/ : Meminimaliskan stimulus lingkungan dapat mengurangi ketakutan. Beri gkapan atau masukan yang diungkapkan pasien.R/ : Dialog yang jujur danterbuka dapat membantu upaya pemecahan masalah yang konstruktif, dan dapat memberikan harapan. Dorong klien untuk menggunakan mekanisme koping yang pasif.R/ : Aktifitas fisik membantu mengarahkan dan meredahkan kemarahan. 2. Keputus asaan yang berhubungan dengan : Kondisi fisik yang kian menurun. Gangguan kemampuan fungsional ( berjalan,eliminasi, makan ) Pengobatan yang berlangsung dengan lama ( mis:kemoterpi, radiasa ) yang dapat menyebabkan nyeri, mualdan ketidak nyamanan. Pengobatan yang lama namun tampa hasil. Ketidak mampuan mencapai tujuan dalam hidup ( pernikahan, pendidikan dll ) Gangguan fungsi tubuh atau kehilangan anggota tubuh ) Kehilangan sesuatu atau orang yang sangat dicintai ( pasangan dll). Hambatan dalam hubungan ( perpisahan, dan perceraian ) Kehilangan pekerjaan.Indikator :- Menyampaikanpenderitaan yang dialami secara terbuka dan konstruktif kepada orang lain.- Mengenang dan mengulas kehidupannya secara fositif.- Mempertimbangkan nilai-nilai makna hidupnya.- Mengungkap perasaan optimis tentang kehidupan saat ini.- Membina, meningkatkan dan mempertahankan hubungan yang positif dengan orang lain.- Berpartisipasi dalam perang yang bermakna.- Mengekspresikan keyakinan spiritual.Kreterial hasil :Individu dapat mengungkapkan kenyamanan fisik dan spikologis yang kian meningkat.a. Memperlihatkan peningkatan energi, yang di tandai dengan aktifitas.( mis perawatan diri, olah raga, dan hobi ): b. Mengungkapkan harapan positif yang atau masa depan yang positif, mengungkapkan atau makna hidup.c. Memperlihatkan dan inisiatif dalam pengambilan keputusan dan memecahkan masalah.d. Mendefinisikan ulang masa depan dan menetapkan tujuan realistis.e. Memperlihatkan kedamaian dan kenyamanan denga situasi yang ada.Intervensi umum : Bantu klien mengindifikasi dan mengungkap perasaannya. Dengarkan klien dengan seksama dan perlakukan dia sebagai seorang individu. Tunjukkan sikap empati agar lien bersedia mengutarakan keraguan, ketakutan, dan kekhawatirannya. Dorong klienuntukmenceritakan bagai mana harapan menjadi ketidak pastian dalamhidupnya dan saat-saat ketika harapan telah mengecewakannya. Bantu klien mengidentifikasi yang menyenangkandan hal-hal yang mereka anggap humor. Bantu klien memahami bahwa ia pribadi mampu mengatasi aspek keputus asaan dalam hidupnya dalam memisahkan aspektersebut dari aspek penuh harapan. Tekankan keberhasilan pencapaian di masalalu dan gunakan informasi ini untuk merancangtujuan baru bersama klien. Bantu klien mengindifikasikan sumber-sumber harapan ( mis: hubungan, keyakinan, tugas yang harus di tuntaskan ) Bantu lien dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

BAB IIITINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN NY. Y DENGAN MASALAH KEBUTUHAN KECEMASAN PAD KASUS KRISIS HIPERTENSI DI RUANG ICU RSU LASINRANG PINRANG

I. DATA BIOGRAFIA. Identitas Klien :Nama : Ny. YUmur : 58 thnJenis kelamin : Perempuan Alamat : UrungSuku bangsa : Bugis / Indonesia Agama : IslamPekerjaan : IRTTanggal masuk : 14 Juli 2010Tanggal pengkajian : 19 Jul1 2010No. Rekam Medik : 08 12 71Diagnosa medis : Krisis HipertensiInformasi diperoleh dari : Klien B. Identitas penanggung jawab :Nama : Ny. SUmur : 30 thn.Jenis kelamin : PerempuanAlamat : UrungPekerjaan : IRTHubungan dengan klien : Anak klien

II. RIWAYAT KESEHATANA. Keluhan utama : nyeri kepalaRiwayat keluhan utama: Nyeri kepala yang sangat hebat dirasakan oleh klien sejak 1 minggu sebelumklien masuk rumah sakit. Sakit kepala dirasakan terus menerus dan lokasi penyebarannya di semua daerah kepala. Klien nampak gelisah dan sering terbangun disaat klien merasa sakit. Sakit kepala diakibatkan karena TD klien yang meningkat. Klien mengatakan bahwa nyeri kambuh pada saat klien beraktivitas dan nyeri hilang pada saat klien beristirahat. Nyeri yang dirasakan klien berada pada skala 4.

B. Riwayat kesehatan masa laluKlien tidak pernah mengalami penyakit yang sama ataupun yang lain sebelumnya bahkan anak klien mengatakan tidak ada diantara keluarganya yang pernah menderita penyakit seperti yang dialami klien. Klien tidak pernah masuk RS sebelumnya dan tidak pernah mengalami kecelakaan atau operasi sebelumnya.

C. Informasi kesehatan sekarangKlien tidak alergi terhadap makanan atau minuman apapun, lingkungan, dan obat-obatan. Kebiasaan klien yaitu mengkonsumsi minuman kopi.

D. Riwayat kesehatan keluarga

GIGII

35

GIII

24

Keterangan:: Laki-laki: Perempuan : Garis perkawinan : Garis keturunan-------- : Garis tinggal rumah : KlienX : Meninggal? : usia tdk diketahui

Kesimpulan

G1 : meninggal karena factor usia G2 : meninggal tidak diketahui penyebabnya

III. KEADAAN KESEHATAN UMUM1. K U : klien Nampak lemah2. Kesadaran : komposmetis.3. GCS : 15 (E4, V6, M5)

4. TTV = Tekanan darah : 210/110 mmHg Suhu : 36,5 C Nadi : 76 kali/ i Respirasi : 17 kali/ i

IV. KEADAAN KULIT Inspeksi :- Nampak adanya bintik-bintik hitam pada kulit klien.- Tidak Nampak adanya lesi.- Kulit klien nampak kering.- Tidak nampak adanya jaringan parut. Palpasi :- Kulit klien teraba hangat.- Turgor kulit tidak elastic.- Tidak teraba adanya udema.- Tekstur kulit kasar (keriput).V. KEPALA DAN LEHERA. Kepala dan wajah Inspeksi :- Distribusi pertumbuhan rambut merata.- Tidak nampak adanya lesi.- Tidak nampak adanya benjolan dan massa.- Warna rambut klien yaitu hitam bercampur uban.- Wajah klien nampak cemas Palpasi :- Teraba adanya nyeri tekan.- Tidak teraba adanya benjolan/ massa.- Tidak teraba adanya lesi.

B. Mata Inspeksi :- Mata simetris kiri dan kanan.- Kelopak mata tidak udema- Konjungtiva nampak pucat- Sclera tidak ikterus - Kornea tidak nampak strabismus konvergen dan divergen- Kornea nampak refleks- Pupil ishorkor kanan dan kiri- Reflex cahaya +/+- Diameter 4/4- Gerakan bola mata lambat- Lensa nampak keruh- Uji penglihatanKlien tidak bisa melihat dengan jarak lebih dari 1 meter Palpasi- Tidak teraba adanya nyeri tekan.- Tidak teraba adanya peningkatan tekanan intraokuler (TIO)

C. Telinga Inspeksi :- Bentuk telinga simetris kiri dan kanan- Warna kulit dan sekitarnya sama- Tidak nampak adanya push, secret, dan serumen.- Klien tidak memakai alat bantu pendengaran- Tidak nampak adanya perdarahanPemeriksaan pendengaran : Klien tidak bisa mendengar bisikan dengan jarak lebih dari 1 meter Pemeriksaan rinei dan weber tidak di lakukan Palpasi :- Tidak teraba adanya nyeri tekan- Tidak teraba adanya benjolan

D. Hidung dan sinus Inspeksi :- Hidung simetris kiri dan kanan- Warna kulit dan sekitarnya sama- Nampak adanya komedo di hidung klien- Mukosa hidung nampak lembab- Nampak terpasang O2 kanul nasal- Tidak nampak adanya deviasi septum nasi- Tidak nampak adanya secret dan perdarahan- Klien dapat membedakan bau-bauan yang ada disekitarnya

Palpasi :- Tidak teraba adanya massa- Tidak teraba adanya nyeri tekan pada sinus frontalis, sinus etmoidalis, sinus speinoidalis, dan sinus maksilaris.E. Mulut dan Tenggorokan Inspeksi :- Mukosa bibir nampak kering- Tidak nampak adanya lesi dan ulkus- Jumlah gigi tidak lengkap- Nampak adanya karies- Lidah nampak kotor- Ovula berada ditengah-tengah- Tidak adanya radangan pada tonsil (T1)- Klien mengalami masalah saat menelan

Palpasi :- Tidak teraba adanya nyeri tekan

F. Leher Inspeksi :- Tidak nampak adanya benjolan- Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar tiroid- Tidak nampak adanya distensi vena jugularis- Warna dan sekitarnya sama- Nampak adanya kaku duduk Palpasi :- Tidak teraba adanya massa- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid- Mobilitas leher klien terbatas

VI. PAYUDARA Inspeksi :- Payudara simetris kiri dan kanan- Tidak nampak adanya massa- Aerola nampak kecoklatan- Tidak nampak adanya bendungan ASI- Warna kulit sama dengan disekitarnya

Palpasi :- Tidak ada cairan ASI saat ditekan- Tidak teraba adanya nyeri tekan

VII. DADA dan PARU-PARU Inspeksi :- Dada simetris kiri da kanan dimana diameter anterior-posterior dan transversum 1:2- Tidak nampak adanya massa dan lesi- Nampak adanya tarikan intercosta- Tidak nampak adanya fraktur pada clavicula, scapula, dan sternum- Irama pernapasan tidak teratur

Palpasi :- Tidak teraba adanya nyeri tekan- Tidak teraba adanya massa- Batas paru teraba di ICS 2-6- Ekspansi dada seimbang kiri dan kanan- Taktil fremitus dada seimbang kiri dan kanan Perkusi :- Bunyi resonan terdengar di semua lapang paru (ICS 2-6)- Bunyi pekak terdengar di ICS 7-8 Auskultasi :- Tidak terdengar adanya bunyi tambahan- Bunyi vesikuler didapatkan di semua lapang paru (inspirasi > ekspirasi)- Bunyi bronkovesikuler di dapatkan di percabangan bronkus dan trakea (inspirasi = ekspirasi)- Bunyi brongheal didapatkan di manibrium sterni (inspirasi < ekspirasi)

VIII. JANTUNG Inspeksi :- PMI nampak pada ICS 5 midclavicularis kiri Palpasi :- Denyut apeks teraba pada ICS 5 midclavicularis kiri Perkusi :- Bunyi redup terdengar di ICS 3-5 - Bunyi pekak terdengar di ICS 7-8 Auskultasi :- Bunyi jantung 2 pulmonal di dapatkan pada ICS 2 linea parsternal kanan- Bunyi jantung 2 aorta didapatkan pada ICS 2 linea parsternal kiri- Bunyi jantung 1 mitral didapatkan pada ICS 4 linea parsternal kiri- Bunyi apeks jantung didapatkan pada ICS 5 midclavicularis kiriIX. ABDOMEN Inspeksi :- Tidak nampak adanya massa, tumor dan lesi- Tidak nampak adanya pembesaran hepar pada kuadran kanan atas- Tidak nampak adanya pembesaran limfe pada kuadran kiri atas- Tidak nampak adanya distensi vesica urinaria- Umbilicus nampak kotor Auskultasi :- Gerak peristaltic usus 11 kali/ menit Palpasi :- Hepar tdak teraba di kuadran kanan atas- Limfe tidak teraba di kuadran kiri atas- Vesika urinaria tidak teraba- Tidak teraba adanya nyeri tekan Mc. Bourney Perkusi :- Terdengar bunyi tympani- Bunyi pekak pada kuadran kanan atas (hepar)- Bunyi pekak pada kuadran kiri atas (limfe)X. GENETALIA DAN ANUS Inspeksi :- Nampak terpasang kateter pada genitalia- Anus nampak bersih- Pubis nampak kotor Palpasi :- Tidak dilakukan (klien menolak)XI. EKSTREMITASA. Ekstremitas Atas Inspeksi- Ekstremitas atas simetris kiri dan kanan- Tidak tampak odema pada lengan- Tampak terpasang infuse pada lengan kanan Palpasi :- Tidak ada nyeri tekan pada lengan bawah- Tidak ada fitting oedema OtotInspeksi- Nampak adanya artropi - Kekuatan otot 3/3Palpasi - Tidak teraba adanya nyeri tekan PersendianInspeksi- tidak nampak adanya depormitas- Tidak nampak adanya pembengkakanPalpasi- Tidak teraba adanya nyeri tekan

B. Ekstremitas Bawah : Inspeksi- Ekstremitas bawah simetris kiri dan kanan- Tidak tampak odema pada kaki Palpasi :- Tidak ada nyeri tekan pada ekstremitas bawah- Tidak ada fitting oedema OtotInspeksi- Nampak adanya artropi - Kekuatan otot 2/2Palpasi - Tidak teraba adanya nyeri tekan PersendianInspeksi- Tidak namapk adanya depormitas- Tidak nampak adanya pembengkakanPalpasi- Tidak teraba adanya nyeri tekan Refleks fisiologi- Refleks tendon ( + ) / ( + )- Reflex biseps ( + )/(+)- Reflex triseps (+ ) / (+ ) - Reflex patella ( + ) /( + )- Reflex achiler ( + ) / ( + )

Reflex Patologi- Reflex babynski ( - )/( - )XII . STATUS NEUROLOGI- Klien sadar penuh ( komposmetis )- Memori atau ingatan klien bagus- Orientasi klien dengan lingkungan dan petugas cuek - Klien mengalami gangguan motorik

XIII . PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1.LABORATORIUM TSL NORMAL WBC + 12,6X 10/NL 4,00 RBC 4,38X10/NL 4,00 HGB 11,7 g/Dl laki-laki 13-16,perempuan 12-14 HCT - 37,2 % 39,0 MCV 84,9 g Fl MCH -26,7 Pg MCHC -31,5 g/Dl PLT 162 X 10/ML >100.000 CREATININ 0,7mg/Dl 1,2 mg/dL BTA Negatif ( - )

Riwayat Kebutuhan Psikososial Dan SpritualA. Status EmosiKlien dapat mengespresikan perasaannya , klien selalu beristifar ketika dia ingat tentang keadaannya. Klien selalu diam dan hanya mau bercerita ketika di tanya. Klien hanya biasa menangis ketika klien merasa putus asa dan menepuk dadanya.B. Konsep DiriKlien merasa dirinya tidak berguna lagi yang hanya biasa terbaring di tempat tidur dan merepotkan orang lain. Klien selalu ingin melepas oksigen dengan wajah yang sedih. Keluarga klien ikut sedih dan selalu menghibur klien dan memberi senyuman di depan klien.Klien selalu berusaha untuk bangun, tetapi tidak memiliki kekuatan. Klien mengatakan tidak sanggup dengan keadaanya sekarang.C. Pola InteraksiKlien mengekspresikan keadaannya pada keluarga dan petugas kesehatan yang ada di sekitarnya. Klien selalu meminta anaknya dan suaminya selalu ada di dekatnya.D. Meknisme KopingKlien mampu menangani stress dengan beristifar dan dorongan orang lain untuk sembuh. Biasanya klien selalu memendam fikiran yang di rasakan sehingga klien sering merasakan sakit kepala dan tekanan darah meningkat.E. Pengkajian SprituaKlien selalu taat beribada kepada Allah SWT. Klien selalu bangun pada jam-jam Shalat. Klien mengalami hambatandalam beribadah ketika klien sakit.

CP. 1Pengumpulan Data

No.Data

1.2.3.4.5.6.7.8.9.

Klien Nampak gelisahKlien selalu bertanya tentang tekanan darahnyaKlien mengatakan tidak sanggup lagi dengan keadaannya sekarangKlien mengatakan ingin sekali cepat pulangTTV ; TD : 210/110 mmHgKlien Nampak lemah dan tegangTatapan mata klien sayu dan lambatWajah klien Nampak cemasKlien selalu menanyakan masalah kesehatannya saat ini

CP. 2KLASIFIKASI DATA

Data SubjektifData Objektif

1. Klien mengatakan tidak sanggup lagi dengan keadaannya sekarang2. Klien mengatakan ingin sekali cepat pulang3. Klien selalu bertanya tentang tekanan darahnya4. Klien selalu menanyakan masalah kesehatannya saat ini

1. Klien nampak gelisah2. TD: 120/110 mmHg3. Klien Nampak lemah dan tegang4. Tatapan mata klien sayu dan lambat5. Wajah klien nampak cemas

CP. 3ANALISA DATANo.DATAETIOLOGIMASALAH

1

Ds :- Klien mengatakan ingin sekali cepat pulang- Klien selalu bertanya tentang tekanan darahnya- Klien selalu meanyakan masalah kesehatannya saat ini- Klien mengatakan tidak sanggup lagi dengan keadaannya sekarang

Do :- Klien Nampak gelisah- TD : 120/110 mmHg- Klien Nampak lemah dan tegang- Tatapan mata klien sayu dan lambat- Wajah klien nampak cemas

Penyakit yang dialami( krisis hipertensi )

Perubahan status kesehatan

Kurang pengetahuan

Kurang informasi tentang penyakitnya

Stressor meningkat

Koping in efektif

Kecemasan

Cemas

CP. 4DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Ny. YUmur : 58 tahunJenis kelamin : PerempuanNo.DIAGNOSATANGGAL DITEMUKANTANGGAL TERATASI

1

Kecemasan b/d perubahan status kesehatan

19 - 07 201021 - 07 2010

CP. 5RENCANA KEPERAWATANNama : Ny. YUmur : 58 tahunJenis kelamin : PerempuanHari/TglDiagnosa KeperawatanTujuanIntervensiRasional

Senin 19-07-10

Kecemasan b/d perubahan status kesehatan ditandai dgn :Ds :- Klien mengatakan tidak sanggup lagi dengan keadaannya sekarang- Klien mengatakan ingin sekali cepat pulang- Klien selalu bertanya tentang tekanan darahnya- Klien selalu menanyakan masalah kesehatannya saat iniDo :- Klien nampak gelisah- TD: 210/110 mmHg- Wajah klien tampak cemas- Klien nampak lemah dan tegang- Tatapan mata klien sayu dan lambat.Kecemasan dapat berkurang dgn kriteria: Wajah klien rileks Klien mengerti kondisinya Klien tdk cemas lagi1. Kaji tingkat ansietas dengan mengamati tingkah laku

2. Observasi isi pembicaraan seperti cepat atau lambat

3. Temani atau atur supaya ada orang yang selalu menemani pasien4. Dorong/ instruksikan metode relaksasi5. Gunakan sentuhan terapeutik, messase, dan terapi lainnya sesuai indikasi1. Respon individu dapat bervariasi, tergantung pada cultural yang dipelajari.persepsi yang menyimpang dari situasi mungkin dapat memperbesar perasaan.2. Menyediakan petunjuk bagi factor seperti tingkat ansietas.3. Dukungan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan4. Mampu mengurangi ansietas5. Membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia

CP 6IMPLEMENTASI

NoTgl/HariNo.DXJamIMPLEMENTASI

1.20/07/10selasa 1.09.001. Mengkaji tingkat ansietas dg mengamati tingkah lakuDengan hasil : klien mau merapat dengan perawat/ staf yang ada.

2. Mengobservasi isi pembicaraanDengan hasil:klien berbicara lambat dan kurang jelas

3. Menemani supaya ada orang di dekat klienDengan hasil: klien merasa senang karena ada orang yang menemaninya

4. menginstruksikan metode relaksasi seperti menarik napas panjang dan menghembuskn secara perlahan melalui mulut.Dengan hasil: klien mau melakukannya

5. menggunakan sentuhan terapeutik seperti mengelus- elus bagian kepalanyadengan hasil : klien merasalebih tenang.

CP 7EVALUASI

Nama Klien : Ny. Y Diagnosa : K. HipertensiUmur : 58 thn Ruangan : ICUJenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 21/07/2010

NoTgl/HariNo.DXJamEVALUASI

1.20/07/10Rabu1.21.00S : Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi

O: Ekspresi wajah klien nampak rileks

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

BAB IVPEMBAHASANA. PENGKAJIAN Data pada hasil pengkajian diperoleh dari hasil obsevasi langsung pada klien,hasil pencatatan medic serta melalui wawncara langsung dngan klien dan keluarga klien.Dan hasil pengkajian tersebut di dapat bahwa semua data-data yang ada pada klien NyY sesuai dengan teori yang di uraikan sebelumnya.Tetapi tidak semua data yang ditemukan secara teoritis pada kasus krisis hipertensi dimanifestasikan oleh klien Ny Y.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan diangkat berdasarkan data-data yang menunjang baik data subjektif maupun data objektif dari klien serta dat rekam medic.Dari lima diagnose keperawatan yang secara teoritis dapat muncul pada klien dengan krisis hipertensi.Hanya satu diagnose keperawatan yang kita angkat sesuai dengan kebutuhan yang kita ambil.C. IMPLEMENTASI Implementasi yang di berikan pada Ny Y berdasarkan intervensi yang sudah di rencanakan.Dari diagnose keperwatan yang di angkat semua intervensi di implementasikan .

BAB VPENUTUP

A. KESIMPULAN Dalam pelaksanaan asuhan keperwatan pada klien Ny Y dengan krisis hipertensi selama tiga hari kami dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :1. Dalam asuhan keperwatan secara sistematis dari pengkajian sampai evaluasi pada Ny Y dengan krisis hipertensi di angkat satu diagnose keperawatan, diagnose keperawatan teratasi.2. Sesuai dengan teori, pada kasus krisis hipertensi terdapat lima diagnose keperawatan tetapi pada praktek hanya di angkat satu diagnose sesuai dengan respon klien 3. Kesuksesan praktek keperawatan dewasa I di ruang ICU RSU Lasinrang pinrang khususnya dalam penerapan asuhan keperawatan pada NyY tidak lepas dari bimbingan CI Institusi dan CI ruang perawatan (Lahan).

B. SARAN1. Pelaksanaan Asuhan keperawatan akan berhasil karena ada kerjasama yang baik antara semua perawat,tim medis dan tenaga kesehatan lainnya,karena itu hendaknya kerja sama yang baik ini perlu ditingkatkan.2. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan sebaiknya interaksi perawat dengan klien lebih di tingkatkan dan implementasi yang di berikan tidak hanya berfokus pada instruksi medis,tetapi perawat harus berinisiatif untuk melaksanakan tindakan mandiri perawat dan satu hal yang tidak kalah penting adalah perawat harus menanamkan perilaku Caring Behavior dan tetap menjujung tinggi falsafah keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.Guyton dan Hall. 1996. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC.Marlyn E Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.Brunner & Suddarth, 2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa : WaluyoAgung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.Made Karyasa, EGC,Jakarta.NANDA, 2001-2002,Nursing Diagnosis: Definitions and Classification. Philadelphia,USAJudith M Wilkinson, 2007,Buku Saku Daignosis Keperawatan: dengan intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, EGC., Jakarta.Arif Mansjoer, dkk, 2000,Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius.,Jakarta.Marilynn E. Doengoes,1993,Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa : I Made Kariasa, S.Kep., Ni Made Sumarwati, S.Kep: EGC, Jakarta.Mubarak.w.i (2005) keperawatan dasar aplikasi dalam praktik. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EKGSantosa Budi (2005-2006) pendahuluan diagnosakeperawatan NANDA2005-2006 jakarta:di terbitkan oleh prima medikaMubarak. W.I (2006) kebutuhan dasar manusia :tEori dan aplikasi dalam praktik.jakarta:EKG