KRIOPRESERVASI

19
KRIOPRESERVASI OLEH : RIZQI AMALIA INTAN RACHMAWATI RETNO IKA SARI MELISA DWI PURWANDARI AULIA NUANZA ALAM

description

kriopreservasi

Transcript of KRIOPRESERVASI

KRIOPRESERVASI

KRIOPRESERVASIOleh :Rizqi AmaliaIntan RachmawatiRetno Ika SariMelisa Dwi PurwandariAulia Nuanza Alam

Latar Belakang

Negara MajuPenyimpanan plasma nutfah secara kriopreservasi Teknik lama dehidrasi sel (pada suhu rendah 00)Teknik baru (pembekuan cepat/vitrifikasi)(Kartha 1985; Ashmore 1997)

Jaringan Toleransi tinggi terhadap krioprotektan PVS2Pertumbuhan kulturnya setelah berumur > 4 minggu

Mendapatkan teknik vitrifikasi PROBLEMBahanKultur in vitro ubi kayu varietas ApuyMSBA 0,02 mg/lNAA 0,01 mg/lGA 0,1 mg/lSukrosa 0,3 Mgliserol 2 M dengan taraf sukrosa 0,4MGliserol 30%Etilen glikol 15%PVS2Nitrogen cair MS yang mengandung 1,2 M sukrosa

Media regenerasi MS + BA 0,02 mg/l + NAA 0,01 mg/l + GA 0,1 mg/lMedia prakultur MS dengan sukrosa 0,3 MLoading solution media MS + gliserol 2 M dengan taraf sukrosa 0,4MPVS2 (Krioprotektan) gliserol 30% + etilen glikol 15% + DMSO 15% dalam media MS dengan taraf sukrosa 0,4 M

Prosedur Kriopreservasi

Hasil dan PembahasanHasil Penelitian menunjukkan bahwa durasi perendaman dalam LS hingga 30 menit tidak menurunkan persentase hidup (80-100%) dan persentase bertunas (80-100%), tetapi cenderung menurunkan tinggi kultur dan persentase perakaran.

Hasil

Hal ini karena molaritas larutan LS dan PVS2 relative tinggi sehingga menyebabkan terjadinya plasmolysis terutama pada durasi rendam yang lebih lama.Durasi rendam yang lama dalam kedua larutan menyebabkan sel atau jaringan mengalami plasmolysis tidak balik sehingga sel atau jaringan tersebut tidak dapat dipulihkan dan kultur tidak dapat bertahan hidup atau menurun daya regenerasinya.

Tingkat persentase hidup merupakan variable yang sangat menetukan keberhasilan penyimpanan secara kriopreservasi, sedangkan persentase bertunas, persentase berkalus, tinggi kultur dan banyaknya daun merupakan variable yang menentukan keberhasilan regenerasi kultur setelah kreopreservasi.Kombinasi antara durasi perendaman dalam LS selama 10 dan 20 menit dan dalam PVS2 selama 30 dan 45 menit dipakai pada perlakun nitrogen cair.

Hasil percobaan menunjukkan terjadinya penurunan yang drastic dalam daya hidup dan daya regenerasi kultur setelah perlakuan tersebut.Karena pada saat pelelehan, terjadi kontraksi osmotic sehingga terjadi endositotik vesikulasi tidak balik yang mengakibatkan sel lisis karena bahan membrane yang baru tidak mampu memvasilitasi deplasmolisis.

Kombinasi antara durasi perendaman dalam LS selama 10 menit dan dalam PVS2 30 menit mempunyai tingkat persentase hidup dan persentase bertunas yang paling tinggi (50%), namun tidak ada kultur yang mampu tumbuh setelah 10 hari.Kultur yang tumbuh lebih lanjut diperoleh dari perlakuan kombinasi antara durasi perendaman dalam LS selama 20 menit dan dalam PVS2 30 menit.

KesimpulanKombinasi antara durasi perendaman dalam larutan LS selama 10 menit dan dalam PVS2 30 menit memberikan tingkat persentase hidup dan bertunas paling tinggi (50%). Namun demikian, kultur yang mampu tumbuh lebih lamjut diperoleh dari perlakuan kombinasi antara durasi perendaman dalam LS selama 20 menit dan dalam PVS2 30 menit.TERIMAKASIHSiskafungsi perendaman PVS2 dan LSFungsi dari LS adalah menghindari terjadinya stress osmotic saat direndam dalam PVS2 dengan meningkatkan osmotoleransi, Sedangkan PVS2 berfungsi untuk menurunkan kandungan air dalam jaringan atau menambah tingkat dehidrasi jaringan agar pembentukan es yang berlebih dapat dihindari ketika jaringan dimasukkan dalam nitrogen cair.SilviPerbedaan teknik baru dan teknik lama?Teknik lama di bawah 0 C, terjadi kristalisasi esTeknik baru di atas 0 C, menghambat terjadinya kristalisasi esDeplasmolisis?Tidak dapat menyatunya kembali membrane plasma yang telah lepas dari dinding sel.

Ikhsana?Hubungan pada PVS dan pertumbuhan tunas?Molaritas larutan LS dan PVS2 yang relative tinggi menyebabkan terjadinya plasmolysis terutama pada durasi rendam yang lebih lama.Durasi rendam yang lama dalam kedua larutan menyebabkan sel atau jaringan mengalami plasmolysis tidak balik sehingga sel atau jaringan tersebut tidak dapat dipulihkan dan kultur tidak dapat bertahan hidup atau menurun daya regenerasinya.