kri BAB II -...
Transcript of kri BAB II -...
15
BAB II
UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME
GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR
A. Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar.
Guru merupakan komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar
yang sangat berperan dalam mengantarkan siswa pada tujuan pendidikan yang
telah ditentukan. Guru yang memikul tanggung jawab atas keberhasilan dan
kegagalannya program pengajaran. Oleh karena itu mengajar merupakan
pekerjaan profesional, karena menggunakan teknik dan prosedur yang berpijak
pada landasan intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana dan
kemudian dipergunakan demi kemaslahatan orang lain.
Ada beberapa kriteria pokok pekerjaan yang bersifat profesional
sehubungan dengan profesionalisme seseorang, Nana Sudjana memberikan
kriteria sebagai berikut. Bahwa pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses
pendidikan dan latihan, mendapat pengakuan dari masyarakat, adanya organisasi
profesi, mempunyai kode etik.1
Bahwa pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan
maksudnya bahwa untuk mencapai tenaga yang profesional haruslah menempuh
pendidikan khusus sesuai dengan bidangnya, hal ini dimaksudkan untuk
mengkaji dan mendalami berbagai disiplin ilmu yang harus dimiliki sebagai
perangkat dasar dalam melaksanakan tugasnya.
Mendapat pengakuan dari masyarakat, artinya pekerjaan yang dilakukan
itu benar-benar memperoleh dukungan masyarakat, mendapat pengesahan dan
perlindungan hukum dari pemerintah sehingga memiliki jaminan hidup yang
layak.
1 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Al Gensindo,
2002), hlm. 14.
16
Hal ini sejalan dengan Nana Sudjana yang mengatakan bahwa salah satu
lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar ialah
kualitas pengajaran yang dilakukan oleh guru.2
Dalam bab ini akan dibahas tentang upaya peningkatan profesionalisme
guru agama Islam di sekolah dasar, yang meliputi: 1. Pengertian Profesionalisme Guru.
Profesionalisme guru terdiri dari dua kata yaitu profesionalisme dan
guru. Secara etimologis profesionalisme aslinya adalah kata sifat dari kata
profession yang berarti pekerjaan, pencaharian.3 Dan sebagai kata benda
berarti orang yang mempunyai keahlian sebagai dokter, guru, hakim dan
sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan
untuk itu.4 Dalam hal ini profesionalisme berarti sangat mampu untuk
melakukan pekerjaan guru.
Secara terminologi terdapat beberapa definisi mengenai
profesionalisme. Profesionalisme yang berasal dari kata profesional berarti
juga a vocation an which profesional knowledge of other or in the practice of
an art found it, bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan
bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian di aplikasikan
bagi kepentingan umum, dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional
adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus
dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka
yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan itu.5
Sedangkan Javis (1983) menjelaskan profesional dapat diartikan
bahwa seorang yang melakukan suatu tugas profesi juga sebagai seorang ahli
2 Ibid., hlm. 40. 3 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 20. 4 Nana Sudjana, op.cit., hlm. 22. 5 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002),
hlm. 14.
17
(expert) apabila dia secara spesifik memperolehnya dari belajar.6 Menurut M.
Chabib Thoha profesionalisme adalah proses untuk menjadikan guru
memiliki profisiensi yang mewadahi untuk kepentingan mengantisipasi
dinamika kurikulum.7
Profesionalisme dapat juga diartikan sebagai komitmen para anggota
suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus
menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam
melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.8 Profesionalisme dalam
hal ini menunjuk pada derajat penampilan seorang guru sebagai tenaga
profesional atau penampilan suatu pekerjaan guru sebagai suatu profesi.
Menurut Rice & Bishoprick dalam bukunya Ibrahim Bafadal, guru
profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari. Profesionalisasi guru dipandang sebagai
suatu proses yang bergerak dari ketidaktahuan (ignorance) menjadi tahu, dari
ketidakmatangan (immaturity) menjadi matang, dari diarahkan orang lain
(other-directedness) menjadi mengarahkan diri sendiri.9
Ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah. Tinggi
rendahnya pengakuan profesionalisme sangat bergantung kepada keahlian
dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya. Serta mengacu kepada sikap,
komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan
kode etik profesinya.
Setelah diketahui pengertian profesionalisme, maka berikut ini akan
dibahas pengertian guru.
Secara etimologi guru berarti orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya, profesinya) mengajar.10 Secara terminologi terdapat
6 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2003),
hlm.198. 7 Chabib Thoha, “Profesionalisme Guru Agama Dalam Prespektif Dinamika Kurikulum”,
Media, Edisi 13 Th. III Januari , 1993, hlm. 15. 8 Sudarwan Danim, op.cit., hlm. 23. 9 Ibrahim Bafadhal, Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), hlm. 5. 10 Winarno Surakhmad, “Profesionalisme Dunia Pendidikan”,
http\\: www.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/200006/artikel2.html., hlm.2.
18
beberapa pendapat para ahli. Menurut pandangan tradisional, guru adalah
seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan.11 Guru juga seseorang yang menyebabkan orang lain
mengetahui atau mampu melaksanakan suatu atau yang memberikan
pengetahuan dan ketrampilan kepada orang lain. Sholeh Abdul Aziz memberi
pengertian guru sebagai berikut:
) التلميذ(المعلم اوالمربى هوالذى توصيل العلم والمعرفة اىلالمتعلم واما وظيفته أن تنمي عنداالطفال دكاءهم , كما يظن بعض الناس
هالم مهكسبتو مالقهن أخكوتال وحللم مقهذوقى ترتل ومة ىف العار12. وتصيرهم اجتماعيين فالمعلم ويرشد تالميذه
Guru atau pendidik adalah seorang yang menyampaikan ilmu atau pengetahuan kepada seorang pelajar (murid) seperti yang diketahui sebagai orang, adapun tugas seorang guru adalah menumbuhkan kecerdasan anak, mengembangkan akhlak, melatih dalam kemampuan dalam bekerja, menebarkan kasih saying kepada seluruh alam, serta mengenalkannya kepada masyarakat, untuk itu tugas guru adalah memberi penjelasan dan petunjuk bagi para muridnya.13
Chabib Thoha, memberi pengertian profesionalisme guru PAI
sebagai proses untuk menjadikan guru agama memiliki profisiensi untuk
mewadahi kepentingan mengantisipasi dinamika kurikulum pada proses
pengajaran Pendidikan Agama Islam.14
Dengan melihat dan mengkaji pengertian profesionalisme dan guru,
penulis dapat menyimpulkan pengertian profesionalisme guru.
Profesionalisme guru adalah suatu profesi atau jabatan yang ditekuninya
secara khusus di bidang pendidikan dan pengajaran. Dan selalu berusaha
untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan profesinya. Sehingga ia
menjadi guru yang berkualitas dan mampu mengaplikasikan keahlian ilmu
11 Roestiyah, NK., Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989), hlm. 176.
12 Sholeh Abdul Aziz, At- Tarbiyatul wa Turuquttadris, Juz I , (Kairo Mesir: Darul Maarif), hlm. 159.
13 Terjamahan oleh penulis. 14 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),
hlm. 11-12.
19
yang dimilikinya, terutama dalam mengantisipasi dinamika kurikulum agar
relevan dengan perkembangan zaman.
Dari pengertian di atas memberikan gambaran bahwa pekerjaan yang
bersifat profesional adalah pekerjaan hanya dilakukan oleh mereka yang
secara khusus telah disiapkan melalui suatu jabatan tertentu, bukan pekerjaan
yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain.
2. Guru Sebagai Tenaga Profesional.
Guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
pendidikan. Bagaimanapun bagusnya sebuah kurikulum (official), hasilnya
sangat bergantung pada apa yang dilakukan guru di luar maupun di dalam
kelas (actual). Berangkat dari permasalahan tersebut maka profesionalisme
ke-guru-an dalam mengajar sangat diperlukan.
Profesional sering diartikan sebagai suatu ketrampilan teknis yang
dimiliki seseorang misalnya seorang guru dikatakan profesional bila guru itu
memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Padahal profesional mengandung
makna yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis.
Profesional mempunyai makna ahli, tanggung jawab, baik tanggung jawab
intelektual maupun moral dan rasa kesejawatan.15
Robert dan Carol dalam bukunya “Teacher Development”
menyatakan;
In the belief that the quality of the services of the education profession directly influences the nation and its citizens, the educator shall exert every effort to raise professional standards, to promote a climate which attract persons worthy of the trust to careers in education, and to assist in preventing the practice of the profession by unqualified persons.16
Diyakini bahwa kualitas pelayanan dalam pendidikan secara langsung akan mempengaruhi suatu bangsa dan masyarakatnya, untuk itu seorang guru harus selalu berusaha untuk meningkatkan standar profesionalnya untuk menciptakan suatu iklim yang mengantarkan seseorang agar yakin untuk berkarir di dalam pendidikan, dan untuk
15 Piet A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hlm. 30. 16 Robert F. McNergney & Carol A. Carrier, Teacher Development, (Canada: Macmilan
Publishing, 1981), hlm. 31.
20
membantu orang-orang yang belum profesional untuk mempersiapkan proses pembelajaran yang benar.17
Petikan kalimat di atas mengandung makna, bahwa mutu pendidikan
tidak lepas dari profesionalisme seorang pendidik. Kaitannya dengan promosi
sebuah lembaga sekolah, laku atau tidaknya tergantung pada hasil kelulusan
(kualitas) siswa yang tentunya didukung sepenuhnya oleh kualitas guru-guru
di sekolah yang bersangkutan. Sebuah lembaga sekolah akan dipercaya oleh
masyarakat jika sudah mampu menghasilkan bibit (siswa) yang unggul. Maka
disini sangat diperlukan untuk melakukan sebuah usaha untuk meningkatkan
standar ke-profesional-an tersebut, dalam hal ini profesionalisme keguruan.
Seseorang akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut
mempunyai kemampuan (ability) dan motivasi (motivation).18 Maksudnya
adalah seorang guru akan bekerja secara profesional apabila ia mempunyai
kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan
sebaik-baiknya. Sebaliknya, seorang guru tidak akan bekerja secara
profesional bilamana hanya memenuhi salah satu diantara dua persyaratan
tersebut. Jadi betapapun tingginya kemampuan seorang guru tetapi ia tidak
akan bekerja secara profesional apabila tidak mempunyai motivasi kerja yang
tinggi. Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi seorang guru untuk bekerja
tetapi ia tidak akan sempurna dalam menyelesaikan tugas-tugasnya bilamana
tidak didukung oleh kemampuan.
Dalam Undang- undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005
tentang Guru & Dosen, pasal 7 bab 3 disebutkan:
Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme; b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas; d. memiliki kompetensi dalam bidang tugas; e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalannya;
17 Terjemahan dari penulis. 18 Ibrahim Bafadhal, op. cit., hlm. 5.
21
f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.19
3. Ciri-Ciri Guru Profesional
Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian
khusus.20 Dedi Supriadi mengatakan, untuk menjadi profesional seorang guru
dituntut memiliki 5 (lima) hal, yaitu:
1. Memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya. 2. Menguasai materi pelajaran. 3. Mengevaluasi hasil belajar siswa. 4. Mengadakan koreksi terhadap cara mengajarnya. 5. Bergabung dalam organisasi profesi.21
Ngalim Purwanto mensyaratkan untuk menjadi guru, seseorang
harus memiliki:
1. berijasah, 2. sehat jasmani dan rohani, 3. takwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik, 4. bertanggung jawab, 5. berjiwa nasional.22
Dalam literatur yang lain dijelaskan bahwa guru yang profesional
memiliki ciri-ciri antara lain :
1. Memiliki kemampuan sebagai ahli dalam bidang mendidik dan mengajar.
2. Memiliki rasa tanggung jawab, yaitu mempunyai komitmen dan kepedulian terhadap tugasnya.
19 Undang- undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru & Dosen,
(Bandung: Citra Umbara, 2005), hlm. 7. 20 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2002), Cet.1, hlm. 6. 21 Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Mitra Gama Widya,
1999), Cet. 2, hlm. 97. 22 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1994), Cet. VII, hlm. 127.
22
3. Memiliki rasa Kesejawatan dan menghayati tugasnya sebagai suatu karier hidup serta menjunjung tinggi kode etik jabatan guru.23
Berdasarkan ciri-ciri di atas yang profesional adalah guru yang
melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi (profisiensi)
sebagai sumber kehidupan.
Selanjutnya, sifat-sifat guru yang baik menurut Ngalim Purwanto
adalah, guru harus adil, percaya dan suka kepada murid-muridnya, sabar dan
rela berkorban, memiliki perbawa (gezag) terhadap anak-anak, penggembira,
bersikap baik terhadap guru lainnya, bersikap baik terhadap masyarakat,
benar-benar menguasai mata pelajarannya, suka kepada mata pelajaran yang
diberikannya, dan berpengetahuan luas.24
Seorang guru profesional dituntut memiliki seperangkat kemampuan
(Competency) yang beraneka ragam. Kemampuan-kemampuan yang
dimaksud adalah seperti kemampuan dalam menguasai teknik mengajar,
penguasaan bahan ajar, dan lain-lain.
Oemar Hamalik menegaskan, bahwa kemampuan profesional
ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Kognitif, yaitu penguasaan pengetahuan dan intelektual, yang dalam hal ini berupa materi, prinsip dan strategi mengajar.
2. Performance, yaitu berkenaan dengan kemampuan untuk bekerja (perbuatan).
3. Afektif, yaitu berkenaan dengan aspek kepribadian atau sikap dan nilai.
4. Produk, yaitu berkenaan dengan hasil belajar siswa. 5. Eksploratoris, yaitu berkenaan dengan pengalaman- pengalaman
khusus yang dalam hal ini misalnya pengalaman tentang masyarakat sekitar sekolah, tentang sekolah lain, dan lain-lain.25
Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat
dalam dunia pendidikan.26 Dengan demikian selain ciri-ciri diatas, guru
23 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 2. 24 Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 136. 25 Oemar Hamalik, Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum, (Bandung: CV.
Mandar Maju, 1992), Cet. 1, hlm. 160. 26 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm. 26.
23
profesional juga mempunyai ciri-ciri adanya peningkatan usaha dalam rangka
pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat.
4. Kompetensi Profesional Guru PAI di Sekolah Dasar.
Kompetensi guru berasal dari dua kata, yaitu kompetensi dan guru.
Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan, sedangkan guru adalah
jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Kompetensi guru
merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-
kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.27
Uzer Usman menyatakan bahwa kompetensi merupakan suatu hal
yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang
kualitatif maupun yang kuantitatif.28 kompetensi juga dapat diartikan sebagai
suatu tugas yang memadai atau pemilikan pengetahuan, ketrampilan dan
kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.29
Profesionalisme guru juga dapat dikatakan sebagai tugas guru
sebagai profesi, yang mampu menguasai landasan pendidikan, menguasai
bahan pengajaran, menyusun program pengajaran, dan menilai hasil proses
belajar mengajar. Indikatornya adalah merencanakan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, menilai kemajuan proses belajar mengajar, dan
memanfaatkan hasil penilaian kemajuan belajar dalam penyempurnaan
proses belajar mengajar.
Dalam literatur lain dijelaskan bahwa guru yang profesional
(kompeten) adalah guru yang memiliki kualifikasi kemampuan yang
dipersyaratkan bagi jabatan profesionalnya, mereka dituntut memiliki
sejumlah kemampuan secara teoritis dan praktis sebagaimana yang
dinyatakan dalam 10 kompetensi profesional guru.30 Sejalan dengan itu,
menurut Sahertian, 10 kompetensi profesional guru tersebut yaitu:
27 http\\: www.pages-yourfavorite.com/ppsupi/abstrakadpen2004.html. 28 Moh. Uzer Usman., op.cit., hlm.1. 29 Roestiyah, NK., op.cit., hlm. 4. 30 Anik Ghufron., Antisipasi Problem Penyiapan dan Peningkatan Guru Memecahkan
Masalah Pembelajaran dalam Konteks Era Global, (Yogyakarta: LPKM IKIP, 1997), hlm. 167.
24
1. Kemampuan menguasai bahan pelajaran yang disajikan 2. Kemampuan mengelola program belajar mengajar 3. Kemampuan mengelola kelas 4. Kemampuan menggunakan media/sumber belajar 5. Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan 6. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar 7. Kemampuan mengenal fungsi dan program layanan bimbingan
dan penyuluhan 8. Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan
dan penyuluhan 9. Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah 10. Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-
hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.31
Untuk mendapatkan suatu predikat sebagai guru yang kompeten
harus memiliki sejumlah kemampuan-kemampuan. Kemampuan dasar itu
tidak lain adalah kompetensi guru. Cooper mengemukakan empat kompetensi
guru yakni mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku
manusia, mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang
dibinanya, mempunyai sikap yang tepat tentang diri sekolah, teman sejawat,
dan mempunyai ketrampilan dalam teknik mengajar.32 Ryan & Cooper dalam
bukunya Those who can, teach :
The four areas of competence that we consider essential for teacher are : 1. Display of attitudes that foster learning and genuine human
relationship. 2. Sureness and adequacy of knowledge in the subject matter to
be taught. 3. Command of theoretical knowledge about learning and human
behavior. 4. Control of skills of teaching that facilitate student learning.33
Berikut ini adalah beberapa bidang kompetensi yang sebaiknya diperhatikan oleh guru antara lain: 1. Menampilkan sikap yang membantu proses belajar mengajar
dan hubungan antara sesama manusia yang harmonis.
31 Piet. A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional, ...op.cit., hlm. 30., lihat juga Sardiman
A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo, 2001), hlm. 162. 32 Nana Sudjana, op.cit., hlm. 17. 33 Kevin Ryan & James M. Cooper, Those We Can, Teach, (Boston: Houghton Mifflin
Company, 1984), cet. 4, hlm. 305.
25
2. Kualifikasi dan kompetensi terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
3. Menguasai pengetahuan teoritis tentang pembelajaran dan perilaku manusia.
4. Mampu menjadi fasilitator siswa dalam belajar.34
Bertolak dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya kompetensi guru itu meliputi tiga bidang, yaitu:
a. Kemampuan dalam bidang kognitif, artinya kemampuan Intelektual, seperti
penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar,
pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan
tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas,
pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang
kemasyarakatan serta pengetahuan umum.
b. Kemampuan dalam bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru
terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya.
Misalnya sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan
senang terhadap mata pelajarannya yang dibinanya, sikap toleransi terhadap
sesama teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk
meningkatkan hasil pekerjaannya.
c. Kemampuan perilaku (performance), artinya kemampuan guru dalam
berbagai ketrampilan dan perilaku, yaitu ketrampilan mengajar,
membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau
berkomunikasi dengan siswa, ketrampilan menyusun persiapan
perencanaan mengajar, ketrampilan melaksanakan administrasi kelas dan
lain-lain.35
Dari masing-masing kompetensi tersebut tidak mungkin berdiri
sendiri akan tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara yang
satu dengan yang lainnya. Dengan kompetensi itulah para guru diharapkan
dapat mengajar secara tepat dan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan belajar
yang dihadapi oleh siswanya.
34 Terjemahan oleh penulis. 35 Cece Wijaya. dan A. Tabrani Rusyan., Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar
Mengajar, (Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 24.
26
Untuk itu di lingkungan tugas keguruan atau kependidikan sekolah
diperlukan profesionalisme keguruan yang lebih berkualitas agar sekolah
lebih maju dan berkualitas dalam mendidik anak didik dan menghasilkan
lulusan yang bermutu bagi nusa, bangsa dan juga agama.
5. Bentuk Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Mengajar di Sekolah.
Dalam undang-undang guru dan dosen, disebutkan seorang guru
harus memiliki 4 (empat) kompetensi guru dalam menjalankan tugas dan
fungsinya, yaitu (1) kompetensi profesional, (2) kompetensi pedagogik, (3)
kompetensi sosial dan (4) kompetensi kepribadian.36 Dalam penjelasan
undang-undang tersebut dijelaskan lebih rinci yang dimaksud dengan
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi secara luas,
kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik, kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar, dan kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia,
arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, hal tersebut
dilakukan dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.37
Sedangkan dalam peraturan pemerintah tentang Standar Nasional
Pendidikan dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik
adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta
36 Undang- undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru..., op.cit., hlm. 9. 37 Ibid.
27
didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan. Dan yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.38
Kompetensi guru adalah kemampuan dasar atau kecakapan yang
harus dimiliki oleh seorang guru yang berkaitan dengan tugas dan tanggung
jawab sebagai pendidik untuk menentukan suatu hal. Kualitas pembelajaran
yang sesuai dengan rambu-rambu PAI dipengaruhi pula oleh sikap guru yang
kreatif untuk memilih dan melaksanakan berbagai pendekatan dan model
pembelajaran. Karena profesi guru menuntut sifat kreatif dan kemauan
mengadakan improvisasi. Karena itu guru harus menumbuhkan dan
mengembangkan sikap kreatifnya dalam mengelola pembelajaran dengan
memilih dan menetapkan berbagai pendekatan, metode, media pembelajaran
yang relevan dengan kondisi siswa dan pencapaian kompetensi, karena guru
harus menyadari secara pasti belumlah ditemukan suatu pendekatan tunggal
yang berhasil menangani semua siswa untuk mencapai berbagai tujuan.
Menurut Glasser ada empat hal yang harus dikuasai oleh guru yaitu:
a) Menguasai bahan pelajaran, b) Kemampuan mendiagnosa tingkah laku
siswa, c) Kemampuan melaksanakan proses pengajaran, dan d) Kemampuan
mengukur hasil belajar siswa.39
Syah (1995) memperinci kompetensi profesional guru kedalam tiga
aspek, yaitu; (1)Kompetensi Kognitif; yang meliputi penguasaan terhadap
pengetahuan kependidikan, pengetahuan materi bidang studi yang diajarkan,
dan kemampuan mentransfer pengetahuan kepada anak didik agar mampu
belajar secara efektif dan efisien, (2) kompetensi afektif, yaitu sikap dan
perasaan diri yang berkaitan dengan profesi keguruan, yang meliputi self
concept self efficacy attitude of self- acceptance dan pandangan seorang
38 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, (Jakarta: Sekretariat Negara, 2005), hlm. 16. 39 Nana Sudjana, op.cit., hlm. 18.
28
guru terhadap dirinya, (3) kompetensi psikomotorik, meliputi kecakapan fisik
umum dan khusus seperti ekspresio verbal dan non verbal.40
Berdasarkan uraian tersebut diatas, bahwa profesionalisme guru
pendidikan agama Islam perlu dikembangkan berdasarkan kepada analisa
tugas-tugas yang harus dilakukan oleh guru mata pelajaran PAI yaitu;
1. Menguasai landasan kependidikan agama Islam
2. Menguasai bahan pengajaran agama Islam
3. Menyusun program pengajaran agama Islam
4. Melaksanakan program pengajaran agama Islam
5. Penilaian hasil proses belajar mengajar agama islam
6. Pelaksanaan program bimbingan agama Islam
Disamping tugas-tugas diatas seorang pengajar juga mempunyai
tugas-tugas seperti dibawah ini:
a. Dalam mengisi bagian pendahuluan menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut: memberikan kegunaan bahan pelajaran pada saat
mengajar, menempatkan pokok masalah pelajaran saat mengajar pada
ruang lingkup yang lebih luas, menjelaskan hubungan antara pelajaran
atau kuliah saat mengajar dengan pelajaran yang sudah lewat,
menghubungkan bahan pelajaran dengan pengetahuan yang telah ada
dalam benak siswa, menunjukkan bahan pelajaran saat itu terdiri dari
pokok masalah apa saja.
b. Dalam proses belajar-mengajar memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
membagi bahan pengajaran menjadi beberapa pokok masalah, melakukan
evaluasi singkat untuk mengetahui apakah bahan yang telah diajarkan
dimengerti oleh siswa, mencatat secara teratur sampai dimana suatu
pembahasan telah berlangsung, membedakan secara jelas antara hal pokok
dengan tambahan, memberi tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh pihak siswa.
40 Moch. Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan Teori,
Konsep dan Isu, (Bandung: CV. Alfabeta, 2004), Cet. II, hlm. 63.
29
c. Sebelum menutup suatu pelajaran hendaknya seorang guru menjalin
hubungan (menjalin komunikasi) dengan siswa sehingga memperoleh
umpan balik atau feedback. Sejumlah cara berikut dapat ditempuh untuk
memperoleh umpan balik seperti dimaksud; mengamati sikap dan wajah
murid, mengusahakan agar selalu ada kontak pandangan antara guru dan
murid, mengamati apakah murid telah mencatat banyak atau sedikit,
mengajukan pertanyaan secara teratur, memberi dan kesempatan bertanya.
d. Mengadakan variasi atau selingan dalam suatu jam pelajaran.41
Sementara itu diera otonomi pendidikan sekarang ini, kita kenal
dengan yang namanya kurikulum berbasis kompetensi (KBK), dalam rangka
upaya meningkatkan pengembangan mata pelajaran pendidikan agama Islam
(PAI) berdasarkan KBK tersebut seorang guru dituntut untuk; a). mempelajari
dan memahami kurikulum, b). menyusun silabus sesuai dengan kebutuhan,
situasi dan kondisi sekolah, c). melaksanakan kegiatan belajar-mengajar,
menghadiri pertemuan-pertemuan ditingkat sekolah, KKG, tingkat
kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi, d). menyelesaikan tugas-tugas
administrasi yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan belajar-
mengajar, e). menyelesaikan tugas-tugas administrasi yang berhubungan
dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan evaluasi.42
B. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Dasar
Strategisnya peranan guru dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan
dapat dipahami dari hakikat guru yang selama ini dijadikan sebagai asumsi
programatik pendidikan guru. Yang dimaksud asumsi programatik pendidikan
guru adalah asumsi-asumsi yang dijadikan pedoman dalam mengembangkan
program pendidikan guru.43 Asumsi-asumsi tersebut adalah, bahwa guru adalah:
1. Agen pembaharuan.
41 Ad. Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta: PT. Grasindo, 1991), hlm. 45. 42 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 70. 43 Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995), hlm. 3.
30
2. Berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi subjek didik untuk belajar.
3. Bertanggung jawab atas terciptanya hasil belajar subjek didik. 4. Dituntut menjadi contoh subjek didik. 5. Bertanggung jawab secara profesional meningkatkan kemampuannya. 6. Menjunjung tinggi kode etik profesionalnya.44
Sebagai orang yang mengajar dan mendidik, guru akan melakukan
beberapa kegiatan demi tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. Untuk
mencapai tujuan tersebut, guru harus berperan sebagai pembimbing, pembaharu,
model atau contoh, penyelidik, konselor, pencipta, yang mengetahui sesuatu,
pembangkit pandangan, pembawa cerita dan seorang aktor.
Hal tersebut mendasari pentingnya peningkatan kemampuan guru,
Pentingnya peningkatan profesionalisme guru juga dapat ditinjau dari;
perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi pendidikan, kepuasan dan
moral kerja, keselamatan kerja, kemandirian stakeholder dalam rangka
implementasi manajemen berbasis sekolah.45
1. Pengertian Peningkatan Kemampuan Guru.
Secara sederhana peningkatan kemampuan profesionalisme guru dapat
diartikan sebagai upaya membantu guru yang belum matang menjadi matang,
yang tidak mampu mengelola diri menjadi mampu mengelola diri, yang belum
memenuhi kualifikasi menjadi memenuhi kualifikasi, yang belum terakreditasi
menjadi terakreditasi. Kematangan, kemampuan mengelola diri sendiri,
pemenuhan kualifikasi, merupakan ciri-ciri profesionalisme.46 Oleh karena itu,
peningkatan kemampuan profesional guru dapat juga diartikan sebagai upaya
membantu guru yang belum profesional menjadi profesional.
2. Tujuan Peningkatan Kemampuan Guru
Tujuan Peningkatan Kemampuan guru adalah untuk meningkatkan
kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar
melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional
44 Ibid., hlm. 4. 45 Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm. 42. 46 Ibid., hlm. 43.
31
kepada guru.47 Jika proses belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan
juga meningkat. Dengan demikian rangkaian usaha pembinaan profesional
guru akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar.48
Secara umum, pembinaan guru bertujuan untuk memberikan bantuan
dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik, melalui
usaha peningkatan profesional mengajar, menilai kemampuan guru sebagai
pendidik dan mengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka
melakukan perbaikan dan bilamana diperlukan dengan menunjukkan
kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki sendiri
3. Prinsip-Prinsip Peningkatan Profesionalisme Guru.
Agar pembinaan guru dapat dilakukan dengan baik, perlu adanya
pedoman berupa prinsip-prinsip pembinaan guru. Yang dimaksud prinsip
adalah sesuatu yang harus di pedomani dalam suatu aktivitas.
Depdikbud (1986) dalam bukunya Ali Imron, mengemukakan
prinsip-prinsip pembinaan guru sebagai berikut:
1. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru. 2. Hubungan antara guru dengan pembina didasarkan atas kerabat
kerja. 3. Pembina ditunjang sifat keteladanan dan terbuka. 4. Dilakukan secara terus menerus. 5. Dilakukan melalui wadah yang ada. 6. Diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan sinkronisasi
horisontal dan vertikal baik ditingkat pusat maupun daerah.49
Ibrahim Bafadal mengatakan ada dua prinsip mendasar berkenaan
dengan aktivitas peningkatan kemampuan profesionalisme guru di sekolah
dasar.
1. Peningkatan kemampuan profesional guru itu merupakan upaya
membantu guru yang belum profesional menjadi profesional.
Jadi peningkatan kemampuan profesional guru itu merupakan
bantuan profesional. Di satu sisi bantuan profesional hanya sekadar
bantuan, sehingga yang seharusnya berperan lebih aktif dalam upaya
47 Ali Imron, op.cit., hlm. 12. 48 Moch. Idochi Anwar, op.cit., hlm. 62. 49 Ali Imron, loc.cit., hlm. 14.
32
pembinaan adalah guru itu sendiri. Artinya guru itu sendiri yang meminta
bantuan kepada yang berwenang untuk mendapatkan bantuan. Demikian
pula dalam hal bantuan yang diperlukan tergantung pada permintaan
pegawai itu sendiri. Walaupun sekedar bantuan, yang berwenang harus
melaksanakan bantuan atau pembinaan tersebut secara profesional. Itulah
yang disebut dengan bantuan profesional, yang tujuan akhirnya adalah
bertumbuh kembangnya profesionalisme guru.
2. Peningkatan kemampuan profesional guru tidak benar bilamana
diarahkan kepada pembinaan kemampuan pegawai.50
Prinsip dasar kedua tersebut didasarkan pada prinsip pertama
yang mempunyai tujuan akhir pembinaan guru adalah bertumbuh
kembangnya profesionalisme guru. Karena guru profesional mempunyai
dua ciri; yaitu tingkat abstraksi (kemampuan) yang tinggi dan komitmen
yang tinggi. Oleh karena itu pembinaan guru sekolah dasar seharusnya
diarahkan pada pembinaan kemampuan dan sekaligus pembinaan
komitmennya.
Adapun Djajadisastra, mengemukakan ada prinsip-prinsip positif
yang harus dilakukan dalam kerangka pembinaan kemampuan guru:
1. Ilmiah, yaitu dilaksanakan secara sistematis, objektif dan menggunakan instrumen. Sistematis maksudnya berurut dari masalah satu ke masalah berikutnya secara runtut. Objektif maksudnya apa adanya, tidak mencari-cari atau mengarang-ngarang. Menggunakan instrumen, maksudnya dalam melaksanakan pembinaan guru harus ada instrumen pengamatan yang dijadikan sebagai panduan.
2. Kooperatif, artinya terdapat kerjasama yang baik antara pembina dan guru.
3. Konstruktif, artinya dalam melaksanakan pembinaan hendaknya mengarah kepada perbaikan, apapun perbaikannya dan seberapapun perbaikannya.
4. Realistik, sesuai dengan keadaan; tidak terlalu idealistik. 5. Progresif, artinya dilaksanakan maju selangkah demi selangkah
namun tetap mantap. 6. Inovatif, yang berarti mengikhtiarkan pembaharuan dan
berusaha menemukan hal-hal baru dalam pembinaan.
50 Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm. 44.
33
7. Menimbulkan perasaan aman terhadap guru. 8. Memberikan kesempatan kepada pembina dan guru untuk
mengevaluasi diri mereka sendiri, dan menemukan jala pemecahan atas kekurangannya.51
5. Beberapa Metode Peningkatan Profesionalisme Guru PAI di SD.
a. Peningkatan Kemampuan Guru Melalui Supervisi Pendidikan
1. Pengertian dan Ciri Supervisi Pendidikan.
Upaya yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dasar dalam
rangka meningkatkan kemampuan profesional guru yang
dipimpinnya, khususnya guru PAI adalah supervisi pendidikan yang
dilakukan secara terus- menerus. Secara sederhana supervisi
pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses pemberian layanan
bantuan profesional kepada guru untuk meningkatkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan
proses pembelajaran secara efektif dan efisien.52
Dari pengertian tersebut, terdapat tiga ciri dari supervisi
pendidikan:
a. Supervisi pendidikan merupakan sebuah proses. Karena
merupakan proses, maka ada langkah-langkah yang harus
ditempuh oleh kepala sekolah dasar atau pengawas SD dan
pembina lainnya dalam melaksanakan supervisi pendidikan di
sekolah dasar.
b. Supervisi merupakan aktifitas membantu guru dalam
meningkatkan kemampuan melaksanakan tugas-tugasnya,
khususnya tugas dalam mengelola proses belajar mengajar.
c. Tujuan akhir supervisi pendidikan adalah guru semakin mampu
mengelola proses pembelajaran secara efektif dan efisien.53
Pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila mencapai tujuan
51 Ali Imron, op.cit., hlm. 15. 52 Ibrahim Bafadal, loc.cit., hlm. 46. 53 Ibid.
34
instruksional khusus, dan dikatakan efisien apabila
menggunakan sarana prasarana atau sumberdaya yang efisien.
2. Teknik-teknik Supervisi Pendidikan.
Menurut Gwynn (1961), teknik supervisi itu dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok; yaitu teknik perorangan
(individual devices) dan teknik kelompok (group devices).54
Teknik supervisi individual adalah semua teknik yang
digunakan dalam memberikan supervisi terhadap guru secara
perorangan. Teknik individual tersebut meliputi:
a. Kunjungan Kelas (classroom visitation).55
Kunjungan kelas dapat dilakukan oleh kepala sekolah
dasar, pengawas SD, atau pembina lainnya dengan cara masuk
atau mengunjungi kelas-kelas tertentu untuk melihat guru yang
sedang mengelola proses pembelajaran. Begitu melihat adanya
guru yang mengalami kesulitan, para supervisor bisa
membantunya.
b. Percakapan pribadi.
Di sekolah dasar percakapan pribadi itu bisa berupa
percakapan antara kepala sekolah dengan guru mata pelajaran
PAI. Percakapan pribadi dapat dilakukan dengan dua cara,
pertama percakapan pribadi setelah kunjungan kelas, supervisor
mengadakan percakapan tentang apa yang telah diobservasi di
kelas. kedua percakapan sehari-hari, atau yang disebut dengan
percakapan informal.
c. Kunjungan Antar Kelas.
Kunjungan antar kelas adalah kegiatan saling
mengunjungi antara guru satu dengan yang lainnya. Dalam hal
ini kepala sekolah mendorong guru mata pelajaran PAI yang
satu mengunjungi guru PAI yang lain ketika sedang mengajar.
54 Ibid. hlm. 49. 55 E. Mulyasa, “Teknik dan Pendekatan Supervisi (Menciptakan Guru Profesional)”, http:
www1.depdiknas/ditjenlembga.453odr8.ver9.html., hlm. 5.
35
d. Penilaian Sendiri (self evaluation).
Kepala sekolah dan pengawas menyiapkan instrumen
penilaian diri sendiri yang dapat digunakan guru, dengan teknik
ini guru melihat keterbatasan dirinya sendiri dan berusaha
mengatasinya.
Teknik supervisi kelompok adalah teknik supervisi yang
diberikan kepada guru secara kelompok, teknik supervisi kelompok
dapat berupa: Kepanitiaan, Kursus, Laboratorium, Bacaan
Terpimpin, Demonstrasi pembelajaran, Perjalanan staf, Diskusi
panel, perpustakaan profesional, Organisasi profesional, Bulletin
supervisi, Sertifikasi guru, Tugas belajar, dan Pertemuan guru. 56
3. Pendekatan dalam Supervisi Pendidikan.
Ada tiga macam pendekatan dalam supervisi pendidikan
dalam kerangka pengembangan kemampuan profesionalisme guru
sekolah dasar,57 yaitu;
a. Pendekatan Langsung (directive approach); yaitu sebuah
pendekatan supervisi yang mempunyai peran lebih banyak
adalah kepala sekolah, pengawas SD, dan pembina lainnya, dari
pada guru PAI itu sendiri.
b. Pendekatan Tidak Langsung (non-direct approach); yaitu
sebuah pendekatan supervisi dimana peran dari kepala sekolah,
pengawas dan pembina lainnya dalam peningkatan kemampuan
profesionalisme guru lebih kecil daripada peran guru PAI yang
bersangkutan.
c. Pendekatan Kolaboratif (collaborative approach); dalam
pendekatan supervisi ini peran kepala sekolah, pengawas SD,
dan pembina lainnya sama besar dengan guru tersebut.
56 Ibid. hlm. 6. 57 Ibid.
36
Penggunaan pendekatan tersebut disesuaikan dengan dua
karakteristik guru yang akan di supervisi, yaitu tingkat abstraksi
guru (level of teacher abstraction), dan tingkat komitmen guru
(level of teacher commitment).58 Untuk guru yang tingkat abstraksi
dan komitmennya rendah, maka pendekatan yang dilakukan adalah
pendekatan langsung, sedangkan apabila tingkat abstraksi dan
komitmennya sudah tinggi, maka pendekatan tidak langsung yang
digunakan. Dan apabila tingkat abstraksi tinggi dan tingkat
komitmennya rendah, dan begitupun sebaliknya, maka pendekatan
kolaboratif yang digunakan.
Ibrahim Bafadal menganjurkan tentang langkah-langkah yang
sebaiknya dilakukan oleh supervisor, yaitu;
a. Analisis kebutuhan supervisi (analisis kemampuan guru), b. Analisis karakteristik (daya abstraksi dan tingkat komitmen) c. Identifikasi teknik dan media supervisi yang akan digunakan, d. Persiapan pelaksanaan supervisi, e. Pelaksanaan supervisi, f. Evaluasi hasil supervisi.59
b. Peningkatan Kemampuan Guru Melalui program tugas belajar
Lahirnya Undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen yang didalam bab IV pasal 9 mensyaratkan seorang guru harus
mempunyai kualifikasi akademik yang diperoleh melalui pendidikan
tinggi program sarjana atau program diploma empat.60 Maka beberapa
sekolah dasar menyekolahkan beberapa gurunya, hal ini dimaksudkan
untuk meningkat profesionalisme guru tersebut dan meningkatkan
kualifikasi guru-guru tersebut.
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan pemberian
tugas belajar guru di sekolah dasar:
58 Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm. 52. 59 Ibid. 60 Undang- undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
(Bandung: Citra Umbara, 2005), hlm. 8.
37
1. Meningkatkan kualifikasi formal guru sehingga sesuai dengan
peraturan kepegawaian yang diberlakukan secara nasional maupun
yayasan yang menaunginya.
2. Meningkatkan kemampuan profesional para guru sekolah dasar
dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di
sekolah dasar.
3. Menumbuhkembangkan motivasi para pegawai sekolah dasar dalam
rangka meningkatkan kinerjanya.61
c. Peningkatan Kemampuan Guru Melalui Gugus Sekolah Dasar
Pembinaan profesionalisme guru juga dapat diupayakan
dengan sistem yang disebut dengan sistem pembinaan profesionalisme
guru (SPP-Guru), sistem pembinaan profesional (SPP) adalah suatu
sistem pembinaan yang diberikan kepada guru dengan menekankan
bantuan pelayanan profesi berdasarkan kebutuhan guru di lapangan
melalui wadah profesional dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan.
Sistem pembinaan profesional pada dasarnya menerapkan
prinsip pembinaan antara teman sejawat dalam peningkatan
kemampuan profesional guru yang dilakukan terus menerus yang
dilandasi oleh tujuan dan semangat untuk maju bersama. Sistem
pembinaan di sekolah dasar bertujuan untuk meningkat kemampuan
profesional guru di sekolah dasar dalam rangka meningkatkan mutu
proses dan hasil belajar siswa dengan mendayagunakan segala sumber
daya dan potensi yang dimiliki oleh sekolah, tenaga kependidikan dan
masyarakat sekitar.
1. Arti, Tujuan dan Manfaat Gugus Sekolah Dasar.
Dalam arti statis, gugus sekolah dasar merupakan
sekelompok atau gabungan dari 3-8 sekolah dasar yang memiliki
tujuan dan semangat untuk maju bersama dalam rangka meningkat
61 Mungin, “Peran LPMP bagi Penjamin Mutu Guru Jateng”, http\\:
www.suaramerdekacyber.or.id. tanggal 27 Desember 2005.
38
mutu pendidikan melalui persiapan sistem pembinaan profesional.
Dalam arti dinamis, gugus sekolah dasar dapat didefinisikan
sebagai satu pendekatan pengembangan dan pembinaan sekolah
dasar yang dimulai dengan pembentukan gugus sekolah yang
terdiri dari sekolah inti sebagai pusat pengembangan sekolah dasar
disekitarnya, yang disebut dengan sekolah dasar imbas (SD
imbas).62
Pembentukan gugus sekolah di sekolah dasar bertujuan
untuk memperlancar upaya peningkatan profesionalisme para guru
sekolah dasar dan tenaga kependidikan lainnya dalam satu gugus.
Secara rinci, gugus sekolah tersebut dapat difungsikan
atau dimanfaatkan sebagai berikut; (1) gugus sekolah dasar dapat
difungsikan sebagai prasarana pembinaan kemampuan guru,
sehingga mereka menjadi betul-betul mampu melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik. (2) gugus sekolah dasar dapat
difungsikan sebagai wahana penyebaran informasi dan inovasi
dalam bidang pendidikan bagi tenaga kependidikan, sehingga
mereka selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi pendidikan. (3) gugus sekolah dasar dapat difungsikan
sebagai wahana menumbuhkembangkan semangat kerjasama dan
kompetisi di kalangan anggota gugus sekolah dasar dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan. (4) gugus sekolah dasar dapat
difungsikan sebagai wadah penyemaian jiwa persatuan dan
kesatuan serta menumbuhkembangkan rasa percaya diri guru
dalam menyelesaikan tugasnya. (5) gugus sekolah dasar dijadikan
wadah koordinasi peningkatan partisipasi masyarakat.63
2. Komponen Gugus Sekolah Dasar
62 Ibrahim Bafadal. Ibid., hlm. 59. 63 Mungin, op.cit.
39
Gugus sekolah dasar sebagai salah satu wadah pembinaan
dan pengembangan sekolah dasar seharusnya memiliki beberapa
komponen, yaitu :
a. SD inti yang dilengkapi dengan tiga ruang tambahan berupa ruang perpustakaan, ruang serba guna, dan ruang pusat kegiatan guru (PKG).
b. SD imbas c. Dua orang tutor. d. Kelompok Kerja Guru (KKG). e. Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS). f. Guru sebagai komponen utama, sebab guru merupakan
subjek sistem pembinaan profesional melalui sistem gugus sekolah dasar.64
Pelaksanaan gugus sekolah dasar, meliputi;
a. Pada setiap gugus sekolah dipilih 1 (satu) sekolah dasar sebagai
sekolah dasar inti (SD Inti) dari 3-8 sekolah atau sesuai dengan
kondisi setempat.
b. Pembinaan profesional guru dilaksanakan berdasarkan pada
prinsip-prinsip pembinaan yang objektif dan manusiawi.
c. Pembinaan secara struktural dan fungsional komponen gugus
sekolah dasar dilakukan oleh Kantor Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Tingkat Kecamatan dan Kantor Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat Kabupaten, dan pembina
lainnya yang terkait.
d. Kegiatan dalam kelompok kerja guru dilakukan secara
terprogram dan berkesinambungan serta tidak mengganggu jam
belajar mengajar efektif.65
3. Kegiatan Gugus Sekolah Dasar
Ada banyak ragam kegiatan yang dapat dilakukan bagi
pengembangan dan pembinaan sekolah dasar melalui pendekatan
gugus sekolah dasar. Ketua gugus sekolah dasar dapat
64 Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Pedoman Pelaksanaan Tata Laksana
Gugus Sekolah, (Jakarta: Depdiknas, 2004), hlm. 14. 65 Ibid., hlm. 17.
40
memprogramkan penataran mini bagi guru dalam setiap liburan
semesteran, sebagai fasilitatornya bisa kepala sekolah, tutor,
pemandu, atau pengawas SD. Selain itu, di gugus sekolah dasar
melalui KKG dan KKKS-nya dapat menyelenggarakan
pertemuan-pertemuan rutin, bisa satu kali dalam seminggu, satu
kali dalam dua minggu, atau satu kali dalam sati bulan. Pertemuan
yang dimaksud adalah pertemuan guru dalam KKG, dan
pertemuan kepala sekolah dalam KKKS. Melalui pertemuan-
pertemuan tersebut diharapkan:
a. Menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kekurangan diantara sekolah dasar anggota gugus dalam mencapai tujuan, dan mengusahakan berbagai upaya peningkatan pendidikan di sekolah dasar yang menjadi tanggungjawabnya.
b. Membudayakan kegiatan positif yang dapat menambah dan meningkatkan mutu profesionalisme guru yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan dan wawasan yang akan memberikan dampak peningkatan mutu pendidikan dan hasil kegiatan belajar mengajar.
c. Membantu memecahkan masalah dan saling meringankan beban antar sekolah anggota gugus.
d. Mencari informasi dan bahan dari berbagai sumber yang dapat dikembangkan bersama sebagai kreativitas dalam menciptakan inovasi pendidikan di dalam gugus sekolah dasar.
e. Memelihara komunikasi secara teratur antara sesama anggota gugus guna saling menyerap kiat-kiat keberhasilan pada setiap sekolah dasar anggota gugus atau sekolah dasar gugus lain.
f. Mengembangkan pola mekanisme pembinaan profesionalisme guru yang lebih efektif dan efisien.
g. Memacu guru dan kepala sekolah dasar untuk terus belajar meningkatkan mutu dan tanggap terhadap tugas profesi sebagai guru.
h. Mengembangkan hasil penataran pelatihan sesama teman sejawat dalam meningkatkan mutu profesi guru.66
d. Peningkatan Kemampuan Guru Melalui Organisasi Profesi
66 Ibrahim Bafadal, Upaya Peningkatan...,op.cit., hlm. 61
41
Profesionalisasi berhubungan dengan profil guru, walaupun
potret guru yang ideal memang sulit di dapat, guru idaman merupakan
produk dari keseimbangan antara penguasaan aspek keguruan dan
disiplin ilmu. Keduanya tidak perlu dipertentangkan melainkan
bagaimana guru tertempa kepribadiannya dan terarah aspek
penguasaan materi. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya
peningkatan profesi guru di indonesia sekurang-kurangnya
menghadapi dan memperhitungkan empat faktor, yaitu: (1)
ketersediaan dan mutu calon guru (2) pendidikan pra jabatan (3)
mekanisme pembinaan dalam jabatan dan (4) peranan organisasi
profesi.67
Yang dimaksud dengan organisasi profesi adalah organisasi
atau perkumpulan yang memiliki ikatan-ikatan tertentu dari satu jenis
keahlian atau jabatan. Organisasi profesi guru di indonesia yang
terkenal adalah PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia).68
Organisasi profesi ini bermanfaat untuk :
1. Tempat pertemuan antara guru yang mempunyai keahlian yang
hampir sama untuk saling mengenal.
2. Tempat memecahkan berbagai problema yang menyangkut
profesinya.
3. Tempat peningkatan mutu profesi masing-masing.
Dalam organisasi profesi keguruan masalah-masalah yang
dihadapi antara lain:
1. Bagaimana sikap dan peranan dalam masa pembangunan.
2. Bagaimana cara mendidik dalam kelas tepat.
3. Bagaimana cara menghadapi anak yang mengalami hambatan
belajar.
67 Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 30. 68 Warsidi, “Pengaruh Kompensasi dan Kepuasaan Kerja Terhadap Kinerja Guru”,
http\\: www.pages-yourfavorite.com/ppsupi/abstrakadpen2005.html.
42
4. Bagaimana membina kerja sama yang baik antara komponen yang
bertanggung jawab dalam pendidikan.
Peningkatan profesionalisme guru dalam organisasi profesi
dilakukan dengan komitmen terhadap kode etik profesi tersebut. Kode
etik biasanya berisi tentang rumusan pernyataan yang memuat nilai-
nilai yang dapat dijadikan pedoman dan ikatan dalam melaksanakan
tugas profesional.69 Rumusan kode etik ini sebagai guide line bagi
kalangan profesional dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
PGRI sebagai salah satu organisasi profesi yang menampung
guru-guru profesional, sekarang telah menjadi serikat pekerja juga
mempunyai kode etik guru Indonesia, dan telah disempurnakan dalam
kongres PGRI tahun 1989 di Jakarta. Isi kode etik tersebut adalah:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia, seutuhnya yang berjiwa pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional. 3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik
sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. 4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. 5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggungjawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan profesional, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.70
Kode etik tersebut itu mengatur hubungan antara teman sekerja
menuntut perilaku yang kooperatif, mempersamakan dan mendukung
misi dari profesi tersebut. Hal itu sesuai dengan pembuatan dan
penetapan kode etik profesi bertujuan untuk melahirkan seperangkat
69 Muhammad Surya, “Bila Guru Menjadi Porfesi”,
http\\: www.geocities.com/guruvalah/artikel_pendidikan9.html. 70 Syaiful Sagala, Administrasi..., op.cit., hlm. 213.