KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIperpus.univpancasila.ac.id/repository/EKIDUPT180055.pdf · 2018....

227

Transcript of KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIperpus.univpancasila.ac.id/repository/EKIDUPT180055.pdf · 2018....

  • ! ""!

    GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    ! ! !

    !!!!!!!!!!!!!

    !!

    ! KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSI

    !

    !

  • ! """!

    GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! ! !

    !!

    !!

    !!

    !!

    !!

    Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

    Pasal 2 (1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk

    mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasannya menurut perundang-undangan yang berlaku.

    Ketentuan Pidana

    Pasal 72 (1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

    (2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

    !!!!!!!!!!!!!!

  • ! "#!

    GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !!! ! !

    !!!!!!!

    !!!

    KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSI !!!!!!!!!!

    !"#$%#&'()*+*#$$,(#-#$!(.#*"#$/00"$$1('+ 23*40$%5$

    %(67#&$!'("#8+!!

    !

    !

    !

    !

    !

    !

    !

    !

  • ! #!

    !

    KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSI Editor: Wahyu Triono KS Cetakan 1. © Sri Widyastuti, dkk., 2017 Desain Sampul dan Layout : Wahyu Triono KS Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit ISBN: !978-602-70083-6-6!xiii + 215 halaman Penerbit: FEB-UP Press Jln. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640 Telp. (021) 7272606, Fax. (021) 7270133 www.univpancasila.ac.id Email: [email protected] !

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    ! ! !!!

    ! ! !"#!

    P

    KATA SAMBUTAN

    uji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena penyusunan buku ini telah diselesaikan dengan segala daya dan upaya. Tujuan dari penyusunan buku ini adalah sebagai sumbang-

    sumbangsih wawasan dan pengetahuan tentang Green Entrepreneurship bagi kalangan mahasiswa, akademisi dan masyarakat umum secara luas.

    Saat ini Entrepreneurship bukan lagi hanya membicarakan bagaimana menghasilkan keberhasilan ekonomi, namun harus mampu menjadi wirausahawan yang berkelanjutan (sustainable entrepreneurs) mampu mengelola triple bottom line (profita- bilitas perusahaan, potensi manfaat untuk lingkungan hidup, serta potensi manfaat untuk masyarakat) dengan menyeimbang- kan kesehatan ekonomi, keadilan sosial dan ketahanan lingku- ngan melalui perilaku kewirausahaan mereka. Entrepreneurship semacam ini, dikenal sebagai Green Entrepreneurship atau ke- wirausahaan yang berorientasi pada kelestarian lingkungan, ini diyakini akan menjadi tuntutan di masa mendatang. Ini terkait semakin meningkatnya kesadaran konsumen terhadap berbagai produk ramah lingkungan.

    Tahun 2013 sebuah program bertajuk International Green Enterpreneurship Program/ IGEP telah diselenggarakan di Indonesia bekerjasama dengan Bank Indonesia, Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta Serikat Pekerja dan Apindo dalam rangka memperkenalkan kreasi wirausaha berwawasan lingku- ngan, pekerjaan berwawasan lingkungan dan hidup layak, dan menentukan solusi praktis untuk menghadapi tantangan peruba- han iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya. Membuka lapangan pekerjaan dengan cara memulai sebuah usaha telah menjadi bagian penting dalam kebijakan negara Indonesia terkait bidang ketenagakerjaan. Indonesia telah mengambil langkah-langkah dan menetapkan kebijakan-kebijakan untuk menuju tren ekonomi dengan tingkat emisi karbon rendah dan karenanya perkembangan sejumlah industri berwawasan lingkungan seperti energi terbarukan, pertanian, pariwisata, dan kreativitas yang berwawasan lingkungan telah menarik perhatian para pengusaha. Sementara itu, berbagai kebijakan baru, hukum, dan peraturan mengharuskan perusahaan tradisional dengan tingkat konsumsi energi yang tinggi, yang menghasilkan banyak polusi dan emisi GHG, untuk melakukan efisiensi energi.

    Melalui berbagai program pelatihan wirausaha berwawasan lingkungan dengan dibekali booklet, termasuk buku pedoman pelatihan IGEP

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    ! ! !!

    ! "##!

    mengkampanyekan “Mulailah Bisnis Berwawasan Lingkungan Anda” (Start Your Green Business, SYGB). Kita telah sama-sama mengetahui bahwa peran kewira- usaahaan yang cukup penting dalam perekonomian telah mendo- rong tumbuhnya pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship education). Bukanlah berlebihan, bila Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila (FEB-UP) sebagai institusi pendidi- kan mempelopori kampanye “Mulailah Belajar Bisnis Berwawa- san Lingkungan” (Star Your Green Businness Education). Penerbitan buku Green Entrepreneurship diantaranya di- dedikasikan untuk mempelopori dimulainya program “Mulailah Belajar Bisnis Berwawasan Lingkungan”(Star Your Green Businness Education) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univer- sitas Pancasila (FEB UP) dari sekarang.

    Semoga penyusunan dan penerbitan buku ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan menjadi referensi penting bagi pendidikan kewirausahaan. Jakarta, 12 Desember 2017 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila Dr. Sri Widyastuti, S.E., M.M., M.Si.

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk ! ! !!!

    ! "###!

    K

    KATA PENGANTAR

    emajuan suatu negara dan bangsa ditentukan oleh jumlah wirausaha atau entrepreneurnya. Jika Indone- sia ingin menjadi negara dan bangsa yang maju harus memiliki banyak entrepre-

    neur. Data menunjukkan bahwa saat ini jumlah entrepreneurship di Indonesia tak sampai 0,5% dari populasi, kalah jauh dari Singapura, Jepang dan negara-negara maju lainnya yang mencapai di atas 10% dari populasi pendu- duknya.

    Perguruan Tinggi memiliki potensi besar dalam melahir- kan wirausaha handal yang sangat dibutuhkan bagi perekono- mian suatu negara dan bangsa di tengah persaingan global dewasa ini. Untuk mendukung tumbuhkembangnya green entre- preneur muda yang handal yang memiliki orientasi kepada kepedulian lingkungan dan secara berkelanjutan meneruskan aksi mereka untuk menciptakan ekonomi yang hijau di masa yang akan datang.

    Secara prinsip green entrepreneurship memilik kesamaan dengan wirausaha pada umumnya. Para green entrepreneurship muda yang handal adalah seseorang yang memanfaatkan kesem- patan bisnis yang ada (seek for business opportunity) dan men- dapatkan keuntungan dari bisnis tersebut (profitability), serta di dukung dengan kegiatan yang menanggulangi permasalahan pada lingkungan dan sosial (socio-environmental).

    Green entrepreneurship juga menciptakan lapangan peker- jaan dengan skala besar untuk banyak orang di sekitar mereka, dengan memberikan kesempatan kepada banyak orang untuk ikut melestarikan lingkungan dalam bisnis mereka. Lingkungan disini, tidak hanya alam saja,para pekerja (labour) dan masyara- kat (society) juga merupakan bagian dari lingkungan yang perlu kita perhatikan hak-hak nya.

    Penyusunan dan penerbitan buku ini didedikasikan untuk menumbuhkembangkan para green entrepreneurship muda terutama kalangan mahasiswa, akademisi, dan masyarakat umum secara luas. Sehingga memberi dampak secara langsung bagi perkembangan perekonomian negara dan bangsa.

    Buku Green Entrepreneurship ini diharapkan dapat dijadi- kan sebagai panduan dan referensi bagi kalangan mahasiswa dan para akademisi untuk menumbuhkembangkan kewirausahaan yaitu kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.

    Buku ini diperkaya dengan pengalaman lapangan secara langsung di

  • !

    ! #$!

    tengah-tengah masyarakat dalam menyelenggarakan pelatihan pembuatan keset untuk pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini merupakan salah satu contoh aplikatif dari Green Entrepreneurship yang merupakan program reuse, revolution recycling atau daur ulang sebagai alternatif untuk memanfaatkan limbah produk tidak dibuang begitu saja, melainkan mengguna- kannya kembali untuk sesuatu hal yang lebih berguna dan bermanfaat. Membuat barang-barang konsumen baru dari bahan daur ulangdapat membantu untuk mengurangi limbah, menjaga ruang di tempat pembuangan sampah tidak meluap dan mengu- rangi pemanasan global.

    Di dalam penyusunan dan penerbitan buku ini kami me- nyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, masukan dari para pembaca secara konstruktif tentu sangat kami harapkan untuk perbaikan pada edisi selanjutnya atau dalam penyusunan dan penerbitan buku berikutnya.

    Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan buku ini kami mengucapkan terima- kasih. Kepada semua para pembaca kami mengucapkan selamat membaca, semoga bermanfaat dalam pengembangan Green Etnrepreneurship khususnya di Perguruan Tinggi di Seluruh Indonesia. Jakarta, 12 Desember 2017 Penulis !

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk        

     x  

     

    DAFTAR ISI

    Halaman COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN 1 1.1 Kewirausahaan Berbasis Lingkungan 1

    1.2 Peran Kewirausahaan 10 1.3 Pengertian Kewirausahaan 15 1.4 Karakteristik Wirausaha 19 1.5 Tantangan Berwirausaha 26 1.6 Model Proses Kewirausahaan 30

    BAB II : KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN 36

    2.1 Mengapa Harus Berwirausaha 36 2.2 Sukses Membutuhkan Kerja Keras 47 2.3 Ciri dan Sikap Wirausahawan 53 2.4 Membangun Kewirausahaan di Indonesia 57 2.5 Mempersiapkan Diri untuk Menjadi Pengusaha Muda 60 BAB III : MOTIVASI DAN TANTANGAN BERWIRAUSAHA 73

    3.1 Motivasi Seorang untuk Menjadi Wirausahawan 73 3.2 Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausahawan 88 3.3 Tantangan Berkewirausahaan 97 BAB IV : MENANGKAP PELUANG USAHA 113

    4.1 Menilai Peluang Membuka Usaha/Bisnis Baru 113 4.2 Strategi Menangkap Peluang Usaha 117 4.3 Motivasi Berprestasi 123 4.4 Motivasi Menjadi Wirausahawan Sukses 130 BAB V : PENGEMBANGAN JARINGAN USAHA 140

    5.1 Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) di Indonesia

    140

    5.2 Strategi Pencapaian Daya Saing untuk UMKM 148 5.3 Pengembangan Jaringan Usaha, Negosiasi dan Bisnis

    UMKM 152

    BAB VI : PELATIHAN PEMBUATAN KESED DALAM UPAYA

    PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 163

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk        

     xi  

    6.1 Pendahuluan 163 6.2 Permasalahan Mitra 165 6.3 Metode Pelaksanaan 168 6.4 Profil Mitra Pengusaha “Wahid Home Industry” 173 6.5 Deskripsi Hasil Pelatihan Pembuatan Keset 180 LAMPIRAN 185 DAFTAR PUSTAKA 194 GLOSARIUM 198 INDEKS 209 BIO DATA PENULIS 211

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk        

     xii  

    DAFTAR TABEL

    Halaman Tabel 1.1 Perbedaan antara Pengusaha Biasa dengan Wirausaha Bisnis 20 Tabel 2.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tinggi 38 Tabel 2.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut

    Status Pekerjaan Utama dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2017 (Ribuan)

    40

    Tabel 2.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan

    41

    Tabel 2.4 Jumlah Unit. Tenaga Kerja. Nilai Produksi. dan Nilai Investasi Berdasarkan Unit Usaha di Indonesia Tahun 2013

    45

    Tabel 2.5 Jumlah Perusahaan Industri Mikro dan Kecil Menurut 2-digit KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia), 2010-2015

    58

    Tabel 3.1 Perbedaan Wirausahawan dengan Karyawan 88 Tabel 4.1 Kekurangan Versus Seharusnya bagi Wirausahawan 134 Tabel 5.1 Kriteria UMKM Menurut UU no. 20 Tahun 2008 141 Tabel 5.2 Karakteristik UMKM di Indonesia 142 Tabel 6.1 Materi Pelatihan 169 Tabel 6.2 Check List Proses Pembuatan Keset Kain 170 Tabel 6.3 Pedoman Hasil Evaluasi 170 Tabel 6.4 Kegiatan Pengabdian Masyarakat FEB-UP 172 Tabel 6.5 Kualifikasi Tim Pelaksana 173 Tabel 6.6 Bahan Baku Keset 177 Tabel 6.7 Rekapitulasi Hasil Produk Keset Kain Peserta 181 Tabel 6.8

    Rekapiltulasi Hasil Kegiatan Pembuatan Keset 182

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk        

     xiii  

    DAFTAR GAMBAR Halaman

    Gambar 1.1 Imbalan Wirausaha 28 Gambar 1.2 Model Proses Kewirausahaan 30 Gambar 1.3 Proses Kewirausahaan 31 Gambar 2.1 Perbedaan Wirausahaan Dengan Karyawan/Orang Gajian 44 Gambar 3.1 Imbalan Berwirausaha 87 Gambar 3.2 Konsep Cash Flow Quadrant oleh Robert T. Kiyosaki 90 Gambar 5.1 Daya Saing dan Faktor-faktor Pendukung Utama 149 Gambar 6.1 Check List Proses Pembuatan Keset Kain 134 Gambar 6.2 Pedoman Hasil Evaluasi 134

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Kewirausahaan Berbasis Lingkungan

    Era globalisasi adalah era dimana berbagai aktivitas entitas tidak mengenal

    batas negara. Dengan adanya aktivitas entitas yang tidak mengenal batas

    wilayah ini menyebabkan dunia pekerjaan/bisnis juga tidak mengenal batas

    wilayah, sehingga begitu banyak pesaing akan dihadapi. Dengan persaingan

    yang semakin ketat ini, para pengusaha harus memiliki ide-ide kreatif agar

    tetap mampu bersaing dengan pengusaha dari berbagai negara agar tetap

    tejaga keberlanjutan usaha di masa yang akan datang. Keberlanjutan bisnis

    merupakan suatu peluang ekonomi (economic opportunity). Dimana

    peningkatan kinerja dan keberlanjutan bisnis telah diwarnai isu-isu

    permasalahan sosial dan lingkungan. Bowers (2010) menyampaikan bahwa

    dengan membingkai keberlanjutan dalam kegiatan bisnis, terdapat nilai

    ekonomi (economic value) yang memberi dampak terhadap pemahaman

    publik mengenai seberapa baik kegiatan bisnis tersebut memiliki perhatian

    pada permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan.

    Partisipasi perusahaan untuk memperoleh keunggulan kinerja mengenai

    kepedulian terhadap lingkungan dan komunitas merupakan bagian tak

    terpisahkan dari strategi perusahaan dan menjadi bagian integral dari

    kerangka pengukuran kinerja perusahaan secara menyeluruh, Dutta et al

    (2010). Merespon peningkatan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan,

    perusahaan berpikir keras untuk dapat memanfaatkan peluang isu ini demi

    kepentingan bisnis mereka. Mulai tumbuhnya kesadaran ini berdampak pada

    kecenderungan perusahaan untuk lebih peduli terhadap perlindungan

    lingkungan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan (Dwyer, 2009; Lee,

    2009). Dalam era terbentuknya kesadaran masyarakat pada kelestarian

    lingkungan, perusahaan mulai lebih memperhatikan pemasaran hijau (green

    marketing) di beberapa industry, seperti industri informasi dan elektronik

    (Chen, 2010). Hal tersebut dimunculkan dengan harapan citra perusahaan

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 2

    dapat dibentuk bahwa perusahaan hijau adalah perusahaan yang peduli

    lingkungan.

    Saat salah satu anggota tim peneliti dari University of New

    York, Oceanographer David Holland memulai penelitiannya terkait perubahan

    iklim secara global. Perubahan iklim, memang dianggap sebagai masalah

    yang masih lama terjadi, namun harus segera disadari bahwa hal itu sudah

    ada di depan mata kita saat ini. Isu perubahan iklim ini, telah menjadi

    permasalahan global yang harus diselesaikan oleh seluruh pihak, baik dari

    pemerintah, swasta dan juga seluruh masyarakat dunia. Pada tahun 2013

    menemukan bahwa penyebab perubahan iklim ini adalah karena adanya

    penumpukan karbon dan emisi gas metana yang dimulai sejak 1854, yang

    ditimbulkan dari berbagai aktivitas bisnis perusahaan di dunia. Namun,

    ternyata tidak sedikit juga perusahaan yang sebenarnya sudah perduli

    dengan keberlangsungan lingkungan hidup di planet bumi ini. Perusahaan-

    perusahaan yang mendapat julukan paling hijau membuat strategi dalam

    aktivitas bisnisnya untuk mengurangi dampak perubahan iklim seperti

    mengurangi penggunaan energi, menghemat air, mengurangi produksi

    karbon, dan lain sebagainya. Perusahaan paling hijau di dunia, Newsweek,

    (2014) adalah sebagai berikut dengan:

    ! Vivendi (85,3%). Negara Prancis ternyata menjadi negara dengan jumlah perusahaan paling hijau terbanyak versi Newsweek. Selain Schneider

    Electric dan Kering, juara perusahaan paling hijau versi Newsweek ini

    kembali di tempati oleh perusahaan asal Prancis, Vivendi. Vivendi adalah

    raksasa perusahaan media dan telekomunikasi. Perusahaan ini telah

    melakukan upaya yang signifikan untuk menurunkan emisi karbon dan

    bertanggung jawab terhadap lingkungan di seluruh anak perusahaannya,

    seperti Maroc Telecom dan Universal Music di California Selatan. Vivendi

    membuat startegi yang bersahabat dengan lingkungan ini

    melalui kerjasamanya dengan para pemasok. Perusahaan membuat

    kontrak dengan pemasok untuk berperlilaku dengan cara bertanggung

    jawab secara lingkungan dan juga sosial. ! Allergan merupakan sebuah perusahaan farmasi global yang dikenal

    sebagai produsen Botox, injeksi neurotoxin yang digunakan untuk

    menghaluskan sementara kerutan di kulit wajah. Allergan telah memulai

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 3

    upaya sustainable strategy nya sejak 20 tahun lalu. Upaya perusahan

    beberapa tahun terkahir ini berfokus pada pengelolaan sampah dan

    proyek efisiensi energi. Upaya perusahaan dengan memasang panel

    pembangkit listrik berbasis tata surya, telah berhasil mengurangi

    konsumsi energi sebesar 11% pada 2011-2012. Baru-baru ini, Allergan

    juga berpartisipasi dalam program CEO Water Mandate yang membantu

    perusahaan menerapkan kebijakan dan program penggunaan air yang

    berkelanjutan. ! Adobe Systems merupakan salah satu perusahaan perangkat lunak

    terbesar, Adobe Systems. Adobe adalah pelopor yang membangun

    konsep hijau ke dalam strategi perusahaan secara keseluruhan. Sama

    halnya dengan Atlas Copco, perusahaan yang masuk dalam Fortune 500

    ini juga memiliki tujuan ambisius untuk mencapai netralitas karbon global

    pada 2015. Berdasarkan data terbaru, 70% dari luas bangunan global

    perusahaan (termasuk di San Jose, California, dan juga kantor pusatnya)

    telah mendapat sertifikasi dari LEED, sebuah sertifikasi untuk standard

    bangunan ‘hijau’. ! Kering (83,6%) adalah perusahaan yang berhasil menjadi pemimpin

    untuk industri fashion dan aksesoris pakaian olahraga ini merupakan

    sebuah perusahaan multinasional asal Prancis. Berbagai merek, seperti

    Gucci, Alexander McQueen dan Puma di produksi, di desain dan di

    pasarkan oleh mereka. Perusahaan ini menempati posisi ke-4 karena

    perusahaan telah berkomitmen untuk menghilangkan semua bahan kimia

    berbahaya dari produk-produknya. Selain itu, perusahaan ini juga aktif

    dalam mengendalikan limbah produksinya. Untuk mengurangi jumlah

    kemasan yang dikirim ke toko, mereka menggunakan tas daur ulang yang

    bisa menghemat 298 ton karton. ! NTT Docomo ( 83,1%) adalah perusahaan yang berkantor pusat di

    Tokyo, Jepang. Perusahaan mobile service provider terbesar di Jepang

    ini merupakan perusahaan hijau tingkat dunia. Docomo menggunakan

    alternatif sumber energi yang rendah karbon, seperti penggunaan panel

    surya atau tenaga angin untuk menghemat jumlah listrik yang dibeli dari

    grid komersial listrik. Perusahaan yang dipisahkan dari Nippon Telegraph

    and Telephone pada 1991 ini juga menciptakan banyak produk ramah

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 4

    lingkungan, termasuk charger bertenaga surya yang mampu mengisi

    handset dalam waktu 4,5 jam dan Touch Wood, ponsel berbahan dasar

    kayu.

    ! Ecolab adalah sebuah perusahaan mitra yang didirikan oleh perusahaan

    Water Stewardship, yang memiliki kerangka kerja global untuk

    mempromosikan penggunaan air tawar. Perusahaan ini menempati

    urutan ke-6 perusahaan paling ‘hijau’ dengan menjalankan program yang

    disebut Create and Maintain Value (CMV), yang bertujuan untuk

    mengidentifikasi penggunaan air dan air limbah agar lebih efisien. Contoh

    dari keberhasilan program CMV ini, yaitu mampu menghemat

    penggunaan air sekitar 1,5 juta kilowatt jam listrik, 33,5 juta gas alam

    BTU, dan 59,3 juta gallon air per tahun. ! Atlas Copco adalah perusahaan yang terletak di pusat kota Swedia.

    Perusahaan yang memiliki motto: “Commited to sustainable productivity”

    ini memiliki kegiatan usaha dengan menyediakan jasa dan membuat

    berbagai macam peralatan demi peningkatan produktivitas, seperti

    efisiensi energi, keamanan dan ergonomi di lingkungan perusahaan.

    Belum puas dengan prestasinya sebagai perusahaan penghasil emisi

    karbon terendah, Atlas Copco masih berusaha merealisasikan tujuan

    ambisiusnya untuk terus mengurangi emisi karbon dioksida paling tidak

    hingga 20% pada tahun 2020. ! Biogen, perusahaan berdiri pada tahun 1978, perusahaan bioteknologi

    tertua menyatakan sebagai perusahaan paling ‘hijau’ di dunia. Setelah

    merger dengan IDEC Pharmaceuticals di tahun 2003, Biogen fokus

    menghilangkan aktivitas yang menyebabkan pemborosan energi dengan

    cara mengubah pembakaran sampah menjadi energi dengan melakukan

    pembakaran material organik. ! Compass Group, perusahaan yang berbasis di Surrey, Inggris ini

    menjalankan bisnisnya di lebih dari 50 negara ini adalah perusahaan

    penyedia makanan dan jasa layanan terbesar. Melalui projek inovatif nya

    untuk mengurangi energi, Compass Group telah berhasil mengubah lebih

    dari 248.000 galon minyak jelantah menjadi biodiesel sejak tahun 2004. ! Schneider Electric adalah perusahaan multinasional asal Prancis. Dengan

    kegiatan utama bisnisnya adalah membuat produk dan menyediakan jasa

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 5

    untuk membantu pelanggannya meningkatkan efisiensi energi di rumah

    dan untuk bisnis mereka sendiri. Mereka menjual produk yang di

    sebut Green Premium Offers yang dibuat tanpa bahan kimia berbahaya.

    Beberapa perusahaan kelas dunia telah menyatakan keberhasilan

    bisnisnya dengan cara memasukkan dan memberikan perhatian terhadap

    permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan menjadi bagian integral

    dari kegiatan bisnisnya (dalam Bowers, 2010), sebagaimana berikut ini.

    " Unilever: by addressing social and sustainability issues, our brands can

    make areal difference and create growth opportunities for our business.

    " Ford: in the auto-industry, the company that can take the lead in

    addressing environment concerns will have a real competitive edge. That

    is why Ford isinvesting so heavily in this area. We want to transform

    ourselves into a leadingedge provider of sustainable personal

    transportation.

    " Nike: corporate responsibility must evolve from being seen as an

    unwanted cost to being recognized as an intrinsic part of a healthy

    business model, an investment that creates competitive advantage and

    helps a company achieve profitable sustainable growth.

    " Philips: initially people thought of it as a cost factor, which indeed it is

    when you treat as an add-on. However, if it is designed into the way you

    do things from beginning as it is here at Philips, it saves you money

    because you’re operating more effectively. So today we recognize that

    sustainability offers significant business opportunities.

    " General Electric: ecomagination also refers GE’s commitment to invest in

    a future that creates innovative solutions to environmental challenges and

    delivers valuable products and services to customers while generating

    profitable growth for the company.

    Selain perusahaan kelas dunia tersebut di atas terdapat produk asli

    buatan Indonesia asli hasil karya anak bangsa. Produk Indonesia layak untuk

    didukung dengan menggunakan produk buatan dalam negeri, agar

    perusahaan terus dapat eksis dan berkarya lebih baik lagi. Di sinilah

    semangat kebangsaan dan nasionalisme ditumbuhkan, karena telah

    memberikan peluang lapangan kerja yang luas. Kesadaran menggunakan

    produk asli dalam negeri perlu ditingkatkan karena produk tersebut menyerap

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 6

    banyak tenaga kerja dan yang pasti lapangan kerja akan bertambah, bila

    perusahaan tersebut bisa bersaing dengan produk internasional dengan

    demikian kemakmuran bangsa akan tercapai, Tempo (2016).

    Pada kesempatan Tropical Landscape Summit yang diadakan di Jakarta

    pada 27-28 April 2015, Badan Koordinasi Penanaman Modal menawarkan

    program pemberian insentif bagi bidang usaha ramah lingkungan atau

    investasi hijau (green investment). Ada 10 bidang usaha yang mendapatkan

    insentif tersebut yaitu pengusahaan tenaga panas bumi, industri pemurnian

    dan pengolahan gas alam, industri kimia dasar organik yang bersumber dari

    hasil pertanian, industri lampu tabung gas, dan pembangkit tenaga listrik.

    Selain itu 5 bidang industri lainnya adalah pengadaan gas alam dan buatan,

    penampungan penjernihan dan penampungan air bersih, angkutan perkotaan

    yang ramah lingkungan, kawasan pariwisata, dan terakhir adalah pengelolaan

    dan pembuangan sampah yang tidak berbahaya, Kompas (2015).

    Indonesia telah mengembangkan program produk hijau atau ekolabel.

    Sampai dengan awal tahun 2015 pencapaian program ekolabel Indonesia

    salah satunya adalah telah menyusun standar kriteria ekolabel dalam bentuk

    Standar Nasional Indonesia (SNI). Terdapat lebih dari 100 merek lokal dalam

    berbagai kategori produk manufaktur dari elektronik (TV Kusrin, Politron, Axio,

    Evercoss, Nexian, Maspion, Miyako dll); kategori garmen dan fashoin (Jeans

    Lea, Cressida, The Executive dll), kategori makanan dan minuman (Hoka Hoka Bento, Kacang Dua Kelinci, Indomie, PT Wings Food, Kino dll), kategori cat tembok (PT Avia Avian, Dulux/ICI, Jotun, Propan), kategori

    toiletris (Wing, Kao, Unilever, dll), Kompas (2016). Namun produk hijau atau

    berekolabel masih terbatas ditemukan di pasaran Indonesia.

    Keberadaan konsumen dan produsen mempengaruhi keberasaan

    produk hijau dipasaran karena produk hijau dipengaruhi oleh pasar (market

    driven). Dari sisi produsen masih banyak yang belum menyadari dampak

    positif dari memproduksi produk hijau baik dari aspek lingkungan, sosial dan

    ekonomi. Selain itu belum tumbuhnya permintaan konsumen terhadap produk

    hijau. Sehingga produsen berpendapat selama produk yang diproduksi masih

    laku di pasaran maka tidak perlu melakukan perubahan pada produk yang

    dihasilkan. Konsumen perlu terus diedukasi dengan menambah pengetahuan

    tentang lingkungan. Untuk mengetahui produk hijau tersebut setidaknya ada

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 7

    dua cara yang bisa dilakukan. Pertama adalah dengan melihat label yang

    berupa logo atau pernyataan pada produk atau kemasan yang

    mengidentifikasin produk hijau. Label tersebut biasanya disebut dengan

    ekolabel/ecolabel. Label lingkungan atau ekolabel diartikan sebagai

    pernyataan yang menunjukan aspek lingkungan dalam suatu produk atau

    jasa (ISO 14020 : 1998). Sehingga produk yang telah mendapatkan ekolabel

    dapat menjadi indikator bahwa produk tersebut ramah terhadap lingkungan

    dibanding produk lain yang sejenis yang tidak berekolabel karena produk

    tersebut telah mempertimbangkan aspek lingkungan. Cara kedua adalah

    dengan melihat pernyataan yang ada pada produk atau kemasan yang

    berupa informasi diantaranya mengenai komposisi produk, cara penggunaan

    atau penanganan ketika sudah tidak digunakan lagi.

    Selama ini permasalahan lingkungan akibat dari proses produksi,

    penggunaan produk dan setelah produk tidak lagi digunakan menjadi

    pekerjaan rumah dalam menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungan. Oleh

    sebab itu sudah saatnya industri di Indonesia mulai mempertimbangkan untuk

    memproduksi produk hijau untuk mengurangi permasalahan tersebut. Produk

    hijau merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan bagi upaya

    perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Produk hijau dapat diartikan

    sebagai produk yang telah mempertimbangkan aspek lingkungan sepanjang

    daur hidupnya (life cycle) mulai dari ektraksi bahan baku, proses produksi,

    transportasi, penggunaan dan setelah produk tersebut tidak lagi digunakan,

    sehingga memberikan dampak sedikit bagi lingkungan. Oleh karena itu

    dipandang perlu untuk juga memberikan insentif tersebut kepada bidang

    usaha yang memproduksi produk hijau. Sehingga dapat menjadi pendorong

    usaha untuk menghasilkan produk hijau.

    Selain di industri manufaktur, masalah lingkungan menjadi kebutuhan di

    industri jasa perbankan dengan menerapkan green banking. Konsep green

    banking atau perbankan hijau adalah sebuah konsep yang mendorong bisnis

    perbankan membantu pengurangan pencemaran lingkungan. Untuk

    membantu pengurangan pencemaran lingkungan, bank dalam proses

    pembiayaan sebuah pembangunan harus melihat dampak terhadap

    kelestarian lingkungan, Bhardwaj & Malhotra, (2013). Penerapan green

    banking di berbagai negara (Radyati, 2014) sebagai berikut: (1) Internal Bank:

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 8

    menerapkan program efisiensi dan R3 (Reduce, Reused, Recycle) antara lain

    dengan mengoptimalkan daya inovasi dan kreativitas pegawai serta dengan

    memanfaatkan piranti teknologi; (2) Eksternal Bank: mengedukasi stake

    holders melalui program ramah lingkungan dan menawarkan eco-product

    pada pelanggan, seperti: (a) Corporate Social Responsibility (CSR): yaitu

    dengan melakukan kegiatan dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan

    dan pemberdayaan masyarakat atau terlibat dalam sosialisasi green

    business; (b) Kredit: yaitu dengan melakukan penyaluran kredit pada sektor

    atau industri ramah lingkungan seperti energi terbarukan (renewable energy),

    produk organik, industri kreatif yang memanfaatkan limbah, produk efisien

    (high end product), pengolah limbah, serta pertanian dan kehutanan,

    memberikan insentif bunga kepada debitur yang memiliki bisnis model yang

    ramah lingkungan, menerapkan prinsip sustainability dalam analisa kelayakan

    kredit debitur secara bertahap sebagai bagian klausul kredit serta dipercaya

    menjadi bank penyalur kredit dari lembaga-lembaga dunia untuk proyek

    lingkungan; (c) Pendanaan: yaitu menyediakan produk giro, tabungan atau

    deposito yang berafiliasi dengan rekening komunitas lingkungan. Otoritas

    Jasa Keuangan Indonesia menyatakan bahwa komitmen menerapkan

    keuangan berkelanjutan di Indonesia. Komitmen tersebut dituangkan

    dalam penandatanganan green banking pilot project oleh delapan bank

    yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank Muamalat, BRI syariah, BJB

    dan Bank Artha Graha Internasional, Himawan (2015), Delapan bank

    yang mewakili 46 persen aset perbankan nasional ini diharapkan

    mendorong bank dan lembaga jasa keuangan lainnya mengikuti jejak

    mereka untuk mulai menerapkan aspek lingkungan, sosial dan tata

    kelola berwawasan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan.

    Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ TPB atau Suistanable

    Development Goals/ SDGs adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang

    terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa/

    PBB sebagai agenda pembangunan dunia untuk kemaslahatan manusia dan

    menjamin masa depan dunia dan umat manusia yang lebih baik.

    Pembangunan berkelanjutan secara efektif haruslah mengaitkan isu-isu

    permasalahan sosial, lingkungan, dan ekonomi. Memadukan pemberian

    perhatian pada permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan ke dalam

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 9

    tindakan-tindakan ekonomi adalah terkait dengan tanggung jawab terhadap

    pembangunan keberlanjutan termasuk untuk keberlanjutan kegiatan bisnis di

    masa yang akan datang, (Anderson, 1998; Choi dan Gray, 2008). Dalam

    upaya mencapai keberhasilan secara berkelanjutan, para wirausahawan

    haruslah mampu memenuhi dengan apa yang disebut sebagai triple bottom-

    line, yaitu mencapai kemakmuran ekonomi (economic prosperity),

    memperhatikan kualitas lingkungan (environmental quality), dan

    memperhatikan keadilan sosial (social equity), Marshall &Harry (2005).

    Mereka tidak hanya mencetak keuntungan, namun mereka juga bertanggung

    jawab terhadap kepentingan-kepentingan sosial dan lingkungan secara

    simultan. Lebih lanjut para wirausahawan dapat menyediakan kegiatan dan

    memberikan kontribusi secara langsung untuk mengatasi permasalahan

    sosial dan lingkungan tersebut. Mereka mengintegrasikan gerakan

    berorientasi nilai (value-oriented driven) dalam upaya mencapai pertumbuhan

    bisnisnya secara berkelanjutan.!

    Kewirausahaan merupakan bentuk aktivitas usaha yang secara

    langsung memadukan nilai-nilai dan persepsi dari masing-masing individu

    wirausahawan. Para wirausahawan diakui sebagai pencipta pertumbuhan

    ekonomi. Implementasi gagasan mengenai pembangunan berkelanjutan

    haruslah berjalan sejajar beriring dengan upaya pencapaian pertumbuhan

    ekonomi, dan dengan cara demikian akan menjamin adanya perlindungan

    efektif terhadap lingkungan secara global. Perlindungan terhadap lingkungan

    dan memberikan kontribusi secara langsung untuk mengatasi permasalahan-

    permasalahan sosial dan lingkungan tersebut. Mereka mengintegrasikan

    gerakan berorientasi nilai (value-oriented driven) dalam upaya mencapai

    pertumbuhan bisnisnya secara berkelanjutan, Djatmika, (2012).

    Di Indonesia target SGDs yang paling sulit tercapai ada dua, yaitu

    pengentasan kemiskinan (ekonomi) dan konservasi lingkungan. Bisakah ini

    diatasi melalui kewirausahaan hijau? Ketika seorang calon pengusaha ingin

    memulai perjalanannya, salah satu keraguannya pasti adalah jaminan

    keberlangsungan usaha, yang mana diuji melalui efektivitas dan efisiensi dari

    proses bisnis. Green Entrepreneurship Model menawarkan efisiensi kinerja

    pada sepuluh rantai nilai, dan di saat yang sama mengefektifkan peluang

    keuntungan, karena awareness dari calon customer terhadap produk ramah

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 10

    lingkungan, termasuk di Indonesia, semakin meningkat. Wirausaha adalah

    semua, kemudian menjadikannya peluang untuk kembali melipatgandakan

    nilai tersebut untuk mengambil peran dalam perkembangan ekonomi dan

    kesejahteraan sosial.

    Pengembangan karakter kewirausahaan di Indonesia, tidak hanya

    diperlukan dari segi kuantitas, tapi juga dari segi kualitas, yang awalnya

    orientasi hanya pada keuntungan, dan juga terhadap pelestarian lingkungan,

    agar keberlanjutan pembangunan dapat tercapai. Awalnya tujuan wirausaha

    ada dua, yakni kesejahteraan ekonomi dan kemakmuran sosial, namun

    sekarang, juga ada lingkungan hidup (sustainable development). Dengan

    demikian, pendekatan perilKku terhadap kewirausahaan yang hijau (Green

    Entrerepneurial Behavior/GEB) dilakukan melalui penyampaian nilai-nilainya

    di jenjang pendidikan tinggi, Anisah & Wandary, (2015).

    Harapan yang ingin dicapai adalah bahwa hal tersebut dapat menjadi

    jembatan bagi kesenjangan yang terjadi antara yang mana pembentukan

    sikap green economy dapat mendorong pengembangan aktivitas

    kewirausahaan yang memperhatikan keseimbangan antara aspek

    manajemen keorganisasian, lingkungan, dan masyarakat. GEB lebih

    menekankan pada upaya mengeliminasi orientasi jangka pendek dari aktivitas

    kewirausahaan, terutama yang konvensional. Perlu menjadi perhatian juga

    bahwa pengembangan karakter kewirausahaan di Indonesia perlu dibangun,

    dibina, dan dipelihara, karena GEB adalah perilaku yang bersifat

    intentional/diniatkan, sehingga memerlukan inisiatif, proaktivitas, konsistensi

    maupun komitmen untuk berpikir dan bertindak dengan menambahkan

    wawasan lingkungan yang hijau.

    1.2 Peran Kewirausahaan

    Salah satunya indikator semakin majunya suatu negara adalah ditandai

    dengan semakin banyaknya orang yang terdidik/ berpendidikan tinggi.

    Namun karena kemampuan pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja

    bagi tenaga kerja terdididk sangat terbatas dan tidak sebanding dengan

    pertambahan penduduk, maka akan semakin banyak orang

    terididk/berpendididkan tinggi yang menganggur. Keterbatasan terserapnya

    lulusan perguruan tinggi di sektor pemerintah menyebabkan perhatian orang

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 11

    terididk/berpendididkan tinggi beralih pada peluang bekerja pada sektor

    swasta, namun beratnya persyaratan yang ditetapkan terkadang membuat

    peluang untuk bekerja di sektor swasta juga semakin terbatas. Satu-satunya

    peluang yang masih sangat besar adalah bekerja dengan memulai usaha

    mandiri. Hanya saja, jarang ditemukan seseorang sarjana yang ingin

    mengawali kehidupannya setelah lulus dari perguruan tinggi dengan memulai

    mendirikan usaha. Kecenderungan yang demikian berakibat pada tingginya

    residu angkatan kerja berupa pengangguran terdidik. Jumlah lulusan

    perguruan tinggi dalam setiap tahun semakin meningkat. Kondisi ini tidak

    sebanding dengan peningkatan ketersediaan kesempatan kerja yang akan

    menampung mereka. Berkenaan dengan hal tersebut, maka dunia

    kewirausahaan menjadi semakin penting untuk diketahui lebih jauh lagi,

    karena mampu menciptakan lapangan kerja dan mendorong kemajuan

    ekonomi.

    Bangsa yang sejahtera dan dihargai bangsa lain bisa dilihat dari

    kemajuan ekonomi. Kemajuan ekonomi akan dapat dicapai, jika ada spirit

    kewirausahaan yang kuat dari warga negaranya. Menurut PBB suatu negara

    akan memiliki ekonomi yang kuat apabila sedikitnya 20 % kegiatan

    ekonominya digerakkan oleh usaha kecil hingga menengah. Indonesia belum

    termasuk kategori negara ekonomi yang maju, jika dilihat dari porsi

    kewirausahaan. Kategori negara makmur yang maju perekonomiannya

    adalah negara yang memiliki sekurang-kurangnya 2% dari jumlah penduduk

    suatu negara. Menurut McClelland (2008), salah satu faktor yang

    menyebabkan sebuah negara menjadi maju adalah ketika jumlah

    wirausahawan yang terdapat di negara tersebut berjumlah 2% dari populasi

    penduduknya. Saat ini, jumlah wirausaha yang terdapat di Indonesia

    mencapai 400 ribu jiwa atau lebih kurang 1.65% dari total penduduk yang

    berperan sebagai wirausaha. Keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh

    negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang tidaklah lepas dari

    peran dunia kewirausahaan. Amerika Serikat misalnya yang memiliki jumlah

    wirausaha sebesar 11,5% dari populasi penduduknya atau negara tetangga

    yaitu Singapura dengan 7,2% warganya bekerja sebagari wirausaha. Efeknya

    tidak mengherankan bila kedua negara tersebut menjadi negara dengan

    perkembangan ekonomi termaju di dunia.

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 12

    Kewirausahaan memiliki peran penting dalam memajukan ekonomi dan

    kemajuan ekonomi merupakan salah satu faktor utama yang dapat

    meningkatkan martabat bangsa di kancah Internasional. Sekarang ini

    Indonesia termasuk anggota G-20—negara-negara yang memiliki ekonomi

    terbesar di dunia ini. Indonesia adalah satu-satunya negara Asia Tenggara

    yang menjadi anggota G-20 tersebut, karena ekonomi Indonesia memang

    terbesar di kawasan ini. Tetapi banyak hal yang masih harus lakukan untuk

    lebih memajukan ekonomi. Sudah banyak wirausahawan Indonesia yang

    mampu menembus pasar mancanegara. Hal ini merupakan modal yang baik,

    karena selain mengharumkan nama Indonesia, juga sebagai penghasil devisa

    yang akan memperkuat cadangan devisa. Pemerintah dapat membuka akses

    seluas-luasnya dan juga mempermudah perizinan agar produk bisa dijual di

    pasar Internasional. Banyak pangsa pasar yang bisa dikembangkan seperti

    pasar ASEAN, Asia Pasifik dan dunia. Saat ini Indonesia diuntungkan sebagai

    negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tengah lesunya

    perekonomian negara lain terutama di Eropa dan Amerika.

    Kajian Bank Indonesia (2016) dilaksanakan dalam rangka mengetahui

    posisi daya saing UMKM Indonesia dibandingkan dengan negara ASEAN

    lainnya dan menyusun strategi peningkatan daya saing UMKM Indonesia

    dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kajian dilaksanakan untuk

    dapat memberikan indikasi mengenai posisi daya saing UKMK sebagai

    berikut:

    1. UMKM merupakan pelaku ekonomi yang penting dalam hal penyerapan

    tenaga kerja di negara-negara ASEAN.

    2. Meskipun UMKM termasuk di dalamnya usaha skala mikro mencakup 96

    persen dari keseluruhan usaha di negara-negara ASEAN, kontribusinya

    dalam pembentukan nilai tambah masih terbatas, UMKM berkontribusi

    sebesar 42 persen dari total PDB negara-negara ASEAN.

    3. Kontribusi UMKM ASEAN terhadap nilai ekspor dan jaringan produksi

    global dan regional (Global Value Chain) lebih rendah daripada

    perusahaan besar ASEAN.

    4. Kinerja UMKM Indonesia masih relatif rendah dibandingkan negara-

    negara ASEAN dengan tingkat pembangungan yang relatif sama,

    terutama dari segi produktivitas, kontribusi terhadap ekspor, partisipasi

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 13

    dalam jaringan produksi global dan regional serta kontribusi terhadap nilai

    tambah.

    Di Indonesia memiliki Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang

    merupakan model usaha yang sangat penting untuk menjaga stabilitas

    perekonomian. UMKM menawarkan peluang bisnis yang besar dan

    memberikan dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, berkontribusi

    terhadap PDB dan distribusi hasil pembangunan. Menurut data Kementerian

    Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, pada tahun 2014 terdapat sebanyak

    57, 8 juta pelaku UMKM di Indonesia. Sedangkan menurut data Bank

    Indonesia tahun 2015, UMKM berkontribusi pada Produk Domestik Bruto

    (PDB) sebesar 60% dan tingkat penyerapan tenaga kerja sebesar 97% dari

    seluruh tenaga kerja nasional. Dengan demikian wirausaha perperan dalam

    menggerakkan roda perekonomian, (Mutmainah, 2016).

    Seorang wirausahawan akan berusaha menciptakan produk atau jasa

    yang bisa diterima konsumen. Wirausahawan bisa menggaji karyawan yang

    membantunya. Karyawan tersebut kemudian mempunyai pendapatan untuk

    keluarganya, sehingga keluarganya bisa memiliki daya beli untuk memenuhi

    kebutuhannya. Wirausahawan dapat berperan dalam menyediakan lapangan

    kerja untuk masyarakat. Lapangan kerja di Indonesia tidak sebanding dengan

    pencari kerja. Penduduk yang memperoleh pendidikan yang lebih tinggi tidak

    berorientasi menjadi karyawan, bisa menjadi solusi dengan menyediakan

    lapangan pekerjaan minimal untuk dirinya sendiri. Para sarjana harus

    mencoba untuk merubah mindset dimana masih menjadi stereotip di

    masyarakat semakin tinggi pendidikan, semakin berpeluang untuk bekerja di

    perusahaan besar dan dibayar tinggi.

    Peran lain dari wirausaha adalah sebagai salah satu sumber pemasukan

    pemerintah baik pusat maupun daerah dari sisi pajak. Wirausahawan

    membayar berbagai macam pajak seperti pajak penjualan dll. Dukungan

    pemerintah kepada masyarakat sangat penting karena perannya dalam

    pembayaran pajak. Para wirausahawan Indonesia telah memajukan bangsa

    melalui sumbangan-sumbangannya di berbagai bidang seperti pendidikan,

    budaya, kesehatan dan lain-lain. Saat ini sudah banyak dikenal istilah social

    entreprenuer. Social entreprenuer atau wirausahawan sosial merupakan

    seseorang yang mampu mengidentifikasi problem sosial di sekitarnya seperti

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 14

    pendidikan, kesehatan, pengangguran dan lain-lain untuk kemudian melalui

    kemampuan kewirausahaannya berhasil membantu menyelesaikan

    permasalahan tersebut. Negara Indonesia membutuhkan banyak

    wirausahawan sosial, sehingga bisa mengatasi masalah yang masih banyak

    terjadi di masyarakat. Seorang social entreprenuer dari Bangladesh yang

    cukup mendunia adalah Muhammad Yunus. Melalui Grammen Bank yang

    dibukanya berhasil memberdayakan banyak orang dan membantu banyak

    orang keluar dari jerat kemiskinan terutama kalangan kaum ibu, (Nurhayati,

    2016).

    Menurut Azwar (2013), menumbuhkan jiwa kewirausahaan para

    mahasiswa perguruan tinggi merupakan alternatif untuk mengurangi tingkat

    pengangguran, karena para sarjana diharapkan dapat menjadi wirausahawan

    muda terdidik yang mampu merintis usahanya sendiri karena dunia bisnis

    masa kini dan masa depan lebih mengandalkan knowledge dan intelectual

    capital. Untuk itu agar dapat meningkatkan daya saing bangsa,

    pengembangan wirausaha muda perlu diarahkan pada kelompok muda

    terdidik (intelektual).

    Niat dibutuhkan sebagai langkah awal dalam memulai menjadi

    wirausaha. Menurut Ramayah & Harun (2005), niat berwirausaha

    didefinisikan sebagai keinginan individu untuk melakukan tindakan wirausaha

    dengan menciptakan produk baru atau jasa melalui peluang bisnis dan

    pengambilan risiko. Kegiatan kewirausahaan sangat ditentukan oleh niat

    individu itu sendiri. Orang- orang tidak akan menjadi pengusaha secara tiba-

    tiba tanpa adanya pendorong tertentu. Pendidikan kewirausahaan menjadi

    faktor penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan keinginan, jiwa

    dan perilaku berwirausaha di kalangan generasi muda. Pendidikan menjadi

    sangat penting karena merupakan sumber sikap dan niat keseluruhan untuk

    menjadi wirausahawan sukses di masa depan (Fatoki, 2014).

    Besarnya niat seseorang menjadi wirausaha menarik peneliti untuk

    meneliti faktor-faktor yang dianggap bisa mempengaruhi niat dalam

    berwirausaha yaitu pengaruh pendidikan kewirausahaan, self efficacy dan

    locus of control. Self efficacy adalah kepercayaan seseorang atas

    kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, atau dengan kata

    lain, kondisi motivasi seseorang yang lebih didasarkan pada apa yang

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 15

    mereka percaya daripada apa yang secara objektif benar. Persepsi pribadi

    seperti ini memegang peranan penting dalam pengembangan niat seseorang

    (Indarti dan Rostiani, 2008). Locus of control menurut Kreitner dan Kinicki

    dalam (Wiriani at al, 2013), terdiri dari dua konstruk yaitu internal dan

    eksternal, dimana internal locus of control apabila seseorang meyakini bahwa

    apa yang terjadi selalu berada dalam kontrolnya dan dia selalu mengambil

    peran serta bertanggung jawab dalam setiap pengambilan keputusan,

    sedangkan external locus of control apabila seseorang meyakini bahwa

    kejadian dalam hidupnya berada di luar kontrolnya.

    1.3 Pengertian Kewirausahaan

    Untuk mengetahui pengertian kewirausahaan, berikut ini adalah beberapa

    definisi mengenai wirausahawan:

    a. Wirausahawan adalah seseorang yang menemukan gagasan baru dan

    selalu berusaha menggunakan sumber daya yang dimiliki secara optimal

    untuk mencapai tingkat keuntungan tertinggi.

    b. Wirausahawan adalah orang yang memiliki pandangan yang tidak lazim,

    yaitu orang yang dapat mengenali potensi atas barang dan jasa.

    Wirausahawan akan bereaksi terhadap perubahan ekonomi dan

    kemudian menjadi pelaku dalam mengubah permintaan menjadi produksi.

    c. Wirausahawan adalah orang yang memiliki seni dan keterampilan tertentu

    dalam menciptakan usaha yang baru. Wirausahawan memiliki

    pemahaman sendiri akan kebutuhan masyarakat dan dapat memenuhi

    kebutuhan tersebut. Wirausahawan akan memengaruhi masyarakat

    dengan membuka usaha baru, tetapi pada saat yang sama dipengaruhi

    oleh masyarakat untuk mengenali kebutuhan dan memenuhinya melalui

    ketajaman manajemen sumber daya

    d. Wirausahawan adalah orang yang dapat melihat cara-cara yang ekstrem

    dan mau mengubah sesuatu yang tak bernilai atau bernilai rendah

    menjadi sesuatu yang bernilai tinggi (misalnya, dari terigu menjadi roti

    bakar yang lezat), dengan cara memberikan nilai baru ke barang tersebut

    untuk memenuhi kebutuhan manusia. Apabila suatu nilai ditambahkan ke

    dalam suatu produk/barang, maka akan didapatkan keuntungan.

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 16

    Berdasarkan definisi di atas, terdapat ciri umum yang selalu terdapat

    dalam diri wirausahawan, yaitu kemampuan mengubah sesuatu menjadi lebih

    baik atau menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, atau berjiwa kreatif

    dan inovatif, Ciri "kreatif' dan "inovatif" ini sebagai sifat yang terdapat pada diri

    wirausahawan, Jadi, pengusaha atau wirausahawan (entrepreneur) adalah

    seseorang yang menciptakan sebuah usaha atau bisnis yang dihadapkan

    dengan risiko dan ketidakpastian untuk memperoleh keuntungan dan

    mengembangkan bisnis dengan cara mengenali kesempatan dan

    memanfaatkan sumber daya yang diperlukan.

    Adapaun istilah wirausaha (entrepreneur) sering kali tumpang tindih

    dengan istilah wiraswasta. Secara etimologi wiraswasta terdiri dari tiga kata

    yaitu wira yang berarti manusia unggul, teladan, berani berbudi luhur; swa

    artinya sendiri atau mandiri; sedangkan sta artinya berdiri. Menurut etimologi bahasa sanksekerta tersebut wiraswasta diartikan sebagai manusia yang

    memiliki keberanian, keteladanan dan keperkasaan dalam memenuhi

    kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang

    ada pada diri sendiri, Alma, (2000). Wirausaha diartikan sebagai orang yang

    mempunyai kemampuan menemukan dan menilai kesempatan-kesempatan

    usaha, mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan dan segera bertindak

    untuk memperoleh keuntungan dan peluang tersebut. Jadi kewirausahaan

    adalah kegiatan yang memadukan watak pribadi, keuangan dan sumberdaya

    dari lingkungan.

    Sedangkan Entrepreneur artinya orang yang mampu mengkombinasikan

    sumberdaya, tenaga kerja, material dan peralatan dalam rangka

    meningkatkan nilai yang lebih baik daripada sebelumnya atau orang yang

    mamu memperkenalkan perubahan-perubahan, memiliki kreativitas dan

    inovasi, serta perbaikan produksi. Entrepreneurship adalah proses pola pikir

    dengan menciptakan sesuatu yang lain yang menggunakan waktu untuk

    aktivitas yang disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa untuk

    memperoleh kepuasan serta kebebasan pribadi. Istilah Entrepreneurship

    diapdosi dari Bahasa Perancis, entreprendre yang berarti melakukan (to

    under take), memulai atau berusaha melakukan tindakan mengorganisir dan

    mengatur. Istilah Entrepreneurship mulai diperkenalkan dalam tulisan Richard

    Cantillon yang berjudul Essai Sur la Nature du Commerce en General tahun

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 17

    1755, Bula (2012). Seorang wirausaha atau entrepreneur adalah seorang

    pemimpin artinya seorang wirausaha harus percaya pada diri sendiri, memiliki

    kemampuan mengambil resiko, fleksibilitas tinggi, dan memiliki keinginan kuat

    untuk mencapai sesuatu serta tidak memiliki berkeinginan untuk tergantung

    pada orang lain.

    Pengertian kewirausahaan berasal dari kata enterpreneur yang berarti

    orang yang membeli barang dengan harga yang pasti meskipun orang itu

    belum mengetahui berapa harga barang yang akan dijual. Wirausaha sering

    juga disebut wiraswasta yang artinya sifat-sifat keberanian, keutamaan,

    keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan

    sendiri. Pengertian lainnya menyebutkan kewirausahaan adalah proses

    menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan

    disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta

    kebebasan pribadi. Raymond & Russel (1987) memberikan definisi tentang

    wirausaha dengan menekankan pada aspek kebebasan berusaha yang

    dinyatakannya sebagai berikut: An entrepreneur is an independent growth

    oriented owner operator.

    Proses kewirausahaan diawali dengan adanya proses kewirausahaan

    diawali dengan adanya inovasi menurut Carol Noore yang dikutip oleh

    Bygrave (1996). Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang

    berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi,

    organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk

    locus of control, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan

    kemudian berkembangan menjadi wirausahawan yang besar. Secara internal,

    keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu, seperti locus

    of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor

    yang berasal dari lingkungan yang memengaruhi diantaranya model peran,

    aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi

    kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan

    keluarga.

    Dalam literatur-literatur, kewirausahaan diartikan berbeda-beda oleh

    para ahli. Berikut beberapa pengertian entrepreneurship (kewirausahaan),

    Suryana (2013) menyatakan bahwa entrepreneurship merupakan sebuah

    proses penciptaan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 18

    mencari peluang dari masalah yang dihadapi oleh setiap orang dalam

    kehidupan sehari-hari. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat ide

    baru dengan melakukan kombinasi, mengubah, atau merekonstruksi ide-ide

    lama. Sedangkan inovasi merupakan kemampuan dalam penemuan suatu

    proses produksi atau pengenalan akan suatu produk yang baru. Sunyoto &

    Wahyuningsih. (2003) memiliki pandangan tentang entrepreneurship yang

    berbeda yaitu suatu sikap untuk menciptakan sesuatu yang baru serta bernilai

    bagi diri sendiri dan orang lain. Entrepreneurship dipandang tidak hanya

    mencari keuntungan pribadi, namun juga harus mempunyai nilai sosial.

    Kartajaya (2008) menyampaikan pengertian entrepreneurship yaitu

    suatu usaha yang dapat menciptakan sesuatu yang menghasilkan dengan

    menciptakan nilai melalui pengamatan atas suatu kesempatan bisnis, dengan

    melakukan manajemen terhadap risiko yang mungkin timbul serta

    keterampilan untuk berkomunikasi serta memobilisasi sumber daya yang ada

    terutama sumber daya manusia. Marlo (2013) menjelaskan bahwa

    entrepreneurship adalah kemampuan seseorang dalam kepekaan

    terhadap peluang dan memanfaatkan peluang tersebut untuk melakukan

    perubahan pada sistem yang ada. Dalam dunia entrepreneurship, peluang

    adalah kesempatan untuk mewujudkan atau melaksanakan suatu usaha

    dengan tetap memperhitungkan resiko yang akan dihadapi. Robbin & Coulter

    (2012) menjelaskan kewirausahaan adalah suatu proses dimana seseorang

    atau suatu kelompok individu menggunakan upaya & sarana yang terorganisir

    untuk mencari sebuah peluang dan menciptakan suatu nilai yang tumbuh

    dengan memenuhi kebutuhan serta keinginan melalui sebuah inovasi dan

    keunikan, mereka biasanya tidak mempedulikan apapun sumber daya yang

    digunakan pada saat ini. Berdasarkan definisi dari beberapa pendapat di atas,

    maka dapat diperoleh secara rinci unsur-unsur utama yang ada

    dalam entrepreneurship, yaitu: mereka yang mampu menerapkan kreativitas

    dan inovasi, memanfaatkan peluang, membuat perubahan, dan memberikan

    nilai tambah bagi dirinya sendiri maupun orang lain orang lain.

    Pilihan menjadi seorang wirausaha hendaknya dipertimbangkan sisi

    positif negatifnya. Wirausaha mengalami berbagai tekanan pribadi yang tidak

    menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan waktu, tenaga dan

    fikiran lebih banyak. Kemungkinan gagal dalam bisnis dan tidak adanya

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 19

    jaminan untuk berhasil. Tidak seorangpun menginginkan kegagalan, akan

    tetapi seorang wirausaha harus siap menerima berbagai resiko yang

    berhubungan dengan kegagalan bisnis. Wirausaha memerlukan komitmen

    dan pengorbanan tinggi, karena akan mendapatkan tantangan yang berupa

    kerja keras, tekanan emosional dan resiko ketidakpastian. Wirausaha tentu

    mengharapkan dapat mengambil imbalan dari usaha/bisnis yang dilakukan.

    Imbalan wirausaha dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, dari sisi

    pembentukan karakter seorang wirausaha/ entrepreneur. Hal ini dapat dicapai

    melalui: 1) Mengembangkan dan membiasakan unjuk kerja yang

    mengedepankan ide kreatif dalam berpikir dan sikap mandiri bagi mahasiswa

    dalam proses pembelajaran. Untuk lebih menekankan model latihan, tugas

    mandiri, problem solving, cara mengambil keputusan, menemukan peluang.

    2) Menanamkan sikap dan perilaku jujur dalam komunikasi dan bertindak

    dalam setiap kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pembelajaran

    sebagai modal dasar dalam membangun mental entrepreneur. 3) Para

    praktisi pendidikan juga perlu sharing dan memberi support atas komitmen

    pendidikan tentang mental entrepreneurship ini kepada lembaga-lembaga

    terkait dengan pelayanan bidang usaha yang muncul di masyarakat agar

    benar-benar berfungsi dan benar-benar menyiapkan kebijakan untuk

    mempermudah dalam melayani masyarakat.

    1.4 Karakteristik Wirausaha

    Inti perbedaan antara pengusaha biasa dan wirausahawan bisnis adalah

    bahwa penguasa biasa menjalankan bisnis di bidang yang sudah lazim

    dengan produk yang lazim pula. Wirausahawan bisnis membangun bisnisnya

    dari ide inovatifnya sendiri, serta lebih fokus pada kualitas produk dan

    kepuasan pelanggan ketimbang terlalu fokus pada laba. Tipe paling

    mendasar dalam wirausaha adalah wirausaha bisnis/Business Entrepreneur,

    yaitu wirausaha yang bergerak dalam bidang produksi barang dan jasa serta

    pemasarannya. Banyak orang yang bertanya apa bedanya pengusaha biasa

    dengan wirausahawan bisnis? padahal mereka melakukan hal yang sama,

    yaitu menghasilkan barang dan jasa serta memasarkannya. Adapun

    perbedaannya yaitu sebagai berikut:

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 20

    Tabel 1.1 Perbedaan antara Pengusaha Biasa dengan Wirausaha Bisnis

    Pengusaha Biasa Wirausahawan Bisnis

    Memiliki sebuah usaha Memiliki banyak usaha Biasanya bermain aman Tegas dan ambisius Biasanya berorientasi laba Berorientasi pelanggan Mendapatkan usaha dari membeli, donasi, atau warisan

    Mencipta idenya sendiri dan mengubahnya menjadi bisnis

    Umumnya mengikuti pola yang sudah umum

    Seorang inovator

    Bekerja untuk perusahaan Perusahaan bekerja untuknya Biasanya merekrut orang untuk turut andil dalam menghasilkan laba

    Merekrut orang untuk membuat hidup mereka lebih baik

    Sumber: Andriani (2016)

    Creative entrepreneur adalah orang yang bergerak di bidang usaha

    menciptakan atau memanfaatkan pengetahuan dan informasi. Contohnya

    adalah orang yang bergerak di bidang pembuatan film, iklan, video game,

    penerbitan buku, musik, dan sebagainya. Dalam semua bidang tersebut, yang

    menjadi modal utamanya adalah kreativitas dalam mencipta suuatu produk.

    Setiap produk yang dihasilkan oleh creative entrepreneur merupakan produk

    yang unik dan karena itu memiliki perjalanan hidupnya masing-masing. Difinisi

    lain tentang creative entrepreneur yaitu dari seorang konsultan kebijakan,

    Howkins (2010) sebagai orang yang menggunakan kreativitas untuk

    memunculkan kekayaan di dalam diri mereka sendiri dibandingkan dengan

    menggunakan modal eksternal.

    Technopreneur adalah seorang wirausahawan yang menghasilkan

    kekayaan dengan cara memanfaatkan teknologi informasi yang pesat

    berkembang. Membicarakan technopreneurship ini sangat menarik karena

    banyak begitu banyak inovasi teknologi informasi, seperti Google maupun

    Apple yang tumbuh menjadi sangat besar. Seorang technopreneur adalah

    seorang yang berusaha memberikan layanan yang memberikan nilai tambah,

    rasa gembira, atau ketagihan kepada mereka yang menikmati produknya.

    Jika business entrepreneurs mengukur keberhasilan dari kinerja

    keuangannya (keuntungan ataupun pendapatan) maka social

    entrepreneur keberhasilannya diukur dari manfaat yang dirasakan oleh

    masyarakat. Social entrepreneur adalah seorang wirausahawan yang

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 21

    bergerak di bidang usaha perbaikan kondisi-sosial, lingkungan, pendidikan,

    dan ekonomi masyarakatnya. Social entrepreneur adalah seorang yang

    menjalankan usahanya menciptakan perbaikan social melalui pasar.

    Pengertian sederhana dari social entrepreneur adalah seseorang yang

    mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan

    entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial (social change),

    terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan

    (healthcare).

    Kewirausahaan sosial diawali dengan keprihatinan terhadap keadaan

    sosial yang berujung menjadi sebuah model bisnis baru. Kewirausahaan

    sosial merupakan kombinasi dari semangat besar dalam misi sosial dengan

    disiplin, inovasi dan keteguhan seperti yang lazim ditemukan di dunia bisnis.

    Dapat dikatakan kewirausahaan sosial menggunakan sikap mental wirausaha

    demi tujuan-tujuan sosial. Kewirausahaan sosial merupakan solusi alternatif

    yang kreatif karena tidak hanya berorientasi pada keuntungan belaka akan

    tetapi juga kesejahteraan masyarakat. Melalui kewirausahaan sosial, masalah

    ekonomi Indonesia dapat sedikit teratasi. Karena dengan ini, masyarakat

    akan terlibat langsung dalam menjadi pelaku bisnis dan keuntungannya akan

    dikembalikan lagi ke masyarakat untuk dikembangkan. Tujuan jangka

    panjangnya, kewirausahaan sosial dapat membantu masyarakat menjadi

    lebih mandiri dalam hal finansial dan tidak selalu menggantungkan pada

    kebijakan pemerintah yang cenderung hanya sebagai pemanis buatan

    (sementara), seperti subsidi dan bantuan langsung tunai, Sakwati (2011).

    Selanjutnya wirausaha dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori:

    ! Berdasarkan profilnya dalam masyarakat, Zimmers & Scarborough (2008):

    a. Women Entrepreneur ialah perempuan pengusaha, perempuan yang

    terjun di dunia wirausaha dalam skala kecil maupun skala besar. Banyak

    wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis. Alasannya mereka menekuni

    bidang bisnis ini didorong oleh faktor-faktor antara lain ingin

    memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah

    tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.

    b. Monority Entrepreneur ialah pengusaha minoritas, penghubung dengan

    pemilik minoritas sesama pengusaha kecil, sering

    mendiskusikan tantangan dan sarana pertukaran bisnis. Kaum minoritas

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 22

    terutama di negeri kita Indonesia kurang memiliki kesempatan kerja di

    lapangan pemerintah sebagaimana layaknya warga negara pada

    umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis

    dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula para perantau dari daerah

    tertentu yang menjadi minoritas pada suatu daerah, mereka juga bergiat

    mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis mereka ini makin lama makin

    maju, dan mereka membentuk organisasi minoritas di kota-kota tertentu.

    c. Migrant Entrepreneur ialah pengusaha imigran, orang yang pindah dari

    negaranya ke negara lain untuk mengembangkan usahanya.

    d. Part Time Entrepreneur ialah pengusaha paruh waktu, orang yang

    menjalankan usahanya secara separuh waktu dikarenakan adanya jadwal

    kegiatan yang padat. Kaum pendatang yang memasuki suatu daerah

    biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu,

    mereka lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersifat non formal

    yang dimulai dari berdagang kecil-kecilan sampai berkembang menjadi

    perdagangan tingkat menengah.

    e. Home Based Entrepreneur. Pengusaha berbasis rumah sebagai tempat

    untuk menjalankan suatu usaha. Ibu-ibu rumah tangga memulai kegiatan

    bisnisnya dari rumah tangga misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue

    dan aneka masakan, mengirim kue-kue ke toko eceran di sekitar

    tempatnya. Akhirnya usaha makin lama makin maju.

    Usaha catering banyak dimulai dari rumah tangga yang bisa masak.

    Kemudian usaha catering ini berkembang melayani pesanan untuk pesta.

    f. Family Owned Business ialah dimana satu atau lebih anggota dari satu

    atau lebih keluarga memiliki kepemilikan komitmen yang signifikan

    terhadap keseluruhan bisnis. Sebuah keluarga dapat membuka berbagai

    jenis dan cabang usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih

    dulu oleh bapak setelah usaha bapak maju dibuka cabang baru dan

    dikelola oleh ibu. Kedua perusahan ini maju dan membuka beberapa

    cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda.

    Masing-masing usahanya ini bisa dikembangkan atau dipimpin oleh anak

    mereka. Dalam keadaan sulitnya lapangan kerja pada saat ini maka

    kegiatan semacam ini perlu dikembangkan.

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 23

    g. Copreneurs ialah pasangan yang terjun ke dalam bisnis dan memiliki

    hubungan pribadi. Copreneur dibuat dengan cara menciptakan

    pembagian pekerjaan berdasarkan keahlian masing-masing orang.

    Orang- orang yang ahli diangkat menjadi penanggung jawab divisi-divisi

    tertentu dalam bisnis yang sudah ada. Copreneurs antrepreneurial

    complecs who work together as co-owners their businesses, Zimmerer &

    Scarborough, (1996). Copreneurs ini berbeda dengan usaha famili yang

    disebut sebagai usaha Mom & Pop (“Pop as “boss” and Mom as

    “subordinate”)

    Berdasarkan tingkat kebebasan, Raymond Kao-Russel Knight (1987)

    memberikan definisi tentang wirausaha dengan menekankan pada aspek

    keberhasilan berusaha yang dinyatakannya sebagai berikut: An entrepreneur

    is an independent growth oriented owner-operator. Berdasarkan hal tersebut

    istilah entrepreneur mempunyai arti yang berbeda pada setiap orang karena

    mereka melihat konsep ini dari berbagai sudut pandang. Aspek umum yang

    terkandung dalam pengertian entrepreneur yaitu adanya unsur resiko,

    kreatifitas, efisiensi, kebebasan dan imbalan. Kebebasan dalam bekerja

    adalah nilai lebih bagi seorang entrepreneur. Pada dasarnya, orang yang

    mempunyai jiwa kepemimpinan ataupun orang yang memiliki inisiatif, akan

    lebih tertantang untuk melakukan suatu pekerjaan yang membebaskan

    segala inovasi dan kreativitasnya. Kebebasan dalam bekerja merupakan

    sebuah model kerja dimana seseorang melakukan pekerjaan untuk dirinya

    sendiri dan tidak berkomitmen untuk majikan pada jangka panjang tertentu.

    Berangkat kerja tanpa terikat pada aturan atau jam kerja formal, atau

    berbisnis jarang-jarang tetapi sekali mendapat untung, untungnya cukup

    untuk dinikmati berbulan-bulan atau cukup untuk sekian minggu ke depan

    (Raymond Kao & Russell Knight, 1987).

    Berbagai bentuk kebebasan banyak muncul dari definisi tersebut.

    Raymond melihat adanya suatu rentang spektrum dari aspek kebebasan

    yang bergerak dari pengusaha perseorangan yang bebas murni sampai

    kepada seorang manajer dalam perusahaan milik orang lain. Wirausaha

    tidak membentuk suatu stereotipe sendiri tetapi ada banyak bentuk dan

    tipe wirausaha. Salah satu bentuknya adalah wirausaha waralaba (franchise

    entrepreneur) yang terletak pada titik tengah spektrum di atas. Seorang

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 24

    pewaralaba adalah memiliki usaha yang independent akan ia tergantung

    pada ikatan kontrak kerjasama resmi dan tunduk pada pengusaha pemberi

    hak waralaba (franchisor). Demikian halnya seorang distributor yang harus

    tunduk pada peraturan yang ditetapkan oleh produsen pembuat produk

    tertentu. Juga pengusaha yang melakukan perkongsian bagi hasil mereka

    juga sedikit mengorbankan independensinya. Sebuah perusahaan yang dibeli

    oleh pihak lain tetapi pemiliknya masih tetap tinggal dalam perusahaan

    tersebut sebagai general manajer dia juga tidak bebas. Manager sebuah

    divisi pada suatu perusahaan bebas lakukan kegiatan dalam lingkup divisinya

    akan tetapi harus tunduk pada aturan-aturan umum perusahaan.

    Selanjutnya diungkapkan pula 3 tipe utama dari wirausaha yaitu:

    1. Wirausaha Ahli (Craftman) atau seorang penemu memiliki suatu ide yang

    ingin mengembangkan proses produksi system produksi, dan

    sebagainya. Dia cendrung bergerak dalam bidang penelitian membuat

    model percobaan laboratorium dan sebagainya. Dia juga menjual lisensi

    idenya untuk dijadikan produk komersial. Pengetahuannya lebih banyak

    pada bidang teknis produksi dibandingkan pengetahuan di bidang

    pengawasan, finance dan sebagainya. Misalnya seorang tukang

    mendirikan sebuah perusahaan kontruksi seorang sopir truk membuka

    perusahaan pengangkutan, seorang dokter membuka sebuah

    perusahaan klinik kesehatan. Sebagian besar wirausaha berasal dari tipe-

    tipe individu seperti ini.

    2. The Promoter adalah seorang individu yang tadinya mempunyai latar

    belakang pekerjaan sebagain seles atau bidang marketing yang

    kemudian mengembangkan perusahaan sendiri. Keterampialan yang

    sudah ia miliki biasanya merupakan faktor pendorong untuk

    mengembangkan perusahaan yang baru ia rintis.

    3. General Manager adalah seorang individu yang ideal yang secara sukses

    bekerja pada sebuah perusahaan dia banyak menguasai keahlian bidang

    produksi, permasalahan, permodalan dan pengawasan). Manager sebuah

    divisi pada suatu perusahaan bebas melakukan kegiatan dalam

    melakukan definisinya akan tetapi dia harus tunduk kepada aturan-aturan

    umum perusahaan. Sebagai kesimpulan Raymond Kao menyatakan

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 25

    bahwa adalah sulit untuk menggambarkan secara pasti pengertian

    wirausaha untuk tujuan akademis.

    ! Berdasarkan jenis dan fungsi tanggung jawabnya (Justin, Carlos dan

    William)

    1. Founders (Pendiri Perusahaan)

    Umumnya founders dipertimbangkan sebagai wirausaha murni. Pendiri

    perusahaan mungkin seorang investor yang memulai bisnis berdasarkan

    barang atau jasa yang baru atau yang sudah diimprovisasi. Mereka

    mungkin juga seorang pekerja tangan yang mengembangkan

    keahliannya dan kemudian memulai perusahannya sendiri. Ketika

    bertindak sendiri atau bagian dari suatu group pendiri perusahaan

    membawa perusahaan menjadi nyata dengan melakukan survei pasar,

    mencari dana dan memberikan fasilitas yang diperlukan.

    2. General Manajer

    Dalam kondisi tertentu setelah pendirian suatu perusahaan baru mungkin

    perusahaan tersebut dibeli atau didanai oleh pihak kedua atau wirausaha

    lain yang bertindak sebagai administrator bisnis. Jadi kita mengakui

    wirausaha lain yang disebut general manajer sebagai seorang yang

    mengepalai operasi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.

    3. Franchise

    Franchise berfungsi sebagai wirausaha yang terbatas. Kekuasaan

    seorang wirausaha waralaba dibatasi dengan hubungan kontrak kerja

    dengan franchisor.

    ! Berdasarkan latar belakang dan gaya manajemen, Norman R Smith

    (2012).

    1. Wirausaha Artisan

    Seseorang yang memulai bisnisnya hanya berdasarkan keahlian teknis

    yang dimilikinya digolongkan sebagai wirausaha artisan. Seorang ahli

    mekanik yang memulai usaha bengkel di garasi rumahnya adalah contoh

    wirausaha artisan. Pendekatan manajemen wirausaha artisan

    biasanya lebih bersifat kekeluargaan dan paternalistik sehingga

    cenderung enggan mendelegasikan kewenangannya, mereka membatasi

    strategi pemasaran pada komponen harga secara tradisional, kualitas

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 26

    dan reputasi perusahaan, orientasi waktu mereka singkat, dengan

    sedikit perencanaan atau pertumbuhan di masa mendatang.

    2. Wirausaha Oportunitis

    Selain berbekal keahlian/pendidikan teknis wirausaha oportunitis juga

    membekali diri dengan pengetahuan- pengetahuan non teknis seperti

    ekonomi, hukum, bahasa dan lain sebagainya. Berbeda dengan

    wirausaha artisan, wirausaha oportunitis menghindari sistem paternalistik

    dengan lebih banyak mendelegasikan kewenangan yang diperlukan bagi

    pertumbuhan perusahaan, menggunakan berbagai strategi pendekatan

    dalam pemasaran, mendapatkan permodalan lebih dari dua sumber

    dan merencanakan pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.

    1.5 Tantangan Berwirausaha

    Keberhasilan wirausaha dicapai apabila wirausaha menggunakan produk,

    proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali

    perubahan. Mengubah tantangan menjadi peluang. Menciptakan permintaan

    melalui penemuan baru (market driven). Menurut Zimmerer, ide-ide yang

    berasal dari wirausaha dapat menciptakan peluang untuk memenuhi

    kebutuhan pasar. Dalam mengevaluasi ide, wirausaha perlu mengidentifikasi

    dan mengevaluasi semua resiko yang mungkin terjadi dengan cara:

    1) Pengurangan resiko melalui strategi yang proaktif

    2) Penyebaran resiko pada aspek yang paling mungkin

    3) Pengelolaan resiko yang mendatangkan nilai atau manfaat

    Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha adalah sebagai berikut :

    1. Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan

    usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan

    melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru,

    melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih jenis

    usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri /

    manufaktur / produksi atau jasa.

    2. Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap “jalan”, tahap

    ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan

    usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan,

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 27

    organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko

    dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.

    3. Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil

    yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk

    ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi

    4. Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh

    tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan

    maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.

    Seseorang yang berminat untuk berwirausaha karena adanya imbalan

    yang kuat. Beberapa orang mungkin lebih tertarik pada satu jenis imbalan

    tertentu daripada sebagian yang lain yang lebih tertarik pada kepuasan yang

    mungkin didapat dengan berusaha. Imbalan berusaha diperoleh sebagai

    balasan dan berbagai tantangan yang dihadapi orang yang memulai dan

    mengoprasikan bisnisnya merupakan imbalan kerja keras menyita banyak

    waktu dan membutuhkan tenaga serta pikiran. Setiap orang yang tertarik

    untuk berwirausaha, karena adanya imbalan yang kuat. Beberapa orang

    mungkin lebih tertarik pada satu jenis imbalan tertentu daripada sebagian

    yang lain yang lebih tertarik pada kepuasan yang mungkin didapat

    dengan berusaha. Imbalan berusaha diperoleh sebagai balasan dan

    berbagai tantangan yang dihadapi orang yang memulai dan mengoprasikan

    bisnisnya merupakan imbalan kerja keras menyita banyak waktu dan

    membutuhkan tenaga serta pikiran.

    Wirausaha mengalami berbagai tekanan pribadi yang mungkin

    tidak menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan waktu,

    tenaga dan fikiran lebih banyak. Kemungkinan gagal dalam bisnis dan tidak

    adanya jaminan untuk berhasil selalu ada yang mengakibatkan tidak

    seorangpun menginginkan kegagalan akan tetapi seorang wirausaha harus

    siap menerima berbagai resiko yang berhubungan dengan kegagalan

    bisnis.

    Ketika memutuskan untuk memilih menjadi seorang wirausaha akan

    dipertimbangkan sisi positif negatifnya. Tantangan berupa kerja keras,

    tekanan emosional dan resiko ketidakpastian memerlukan komitmen dan

    pengorbanan tinggi jika kita mengharapkan dapat mengambil imbalan dari

    usaha/bisnis yang dilakukan.

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 28

    Imbalan Kewirausahaan

    Kebebasan Bebas dari

    pengawasan dan aturan birokrasi

    !

    Laba Bebas dari

    batasan gaji standar

    !

    Kepuasan Kepuasan

    menjalani hidup dari kebebasan!

    Gambar 1.1 Imbalan Wirausaha (Gunadhi, 2006)

    Imbalan wirausaha dapat dikelompokkan dalam tiga kategori (gambar 1.1):

    1. Imbalan berupa laba merupakan hasil finansial dari kegiatan bisnis

    apapun yang harus dapat menggantikan kerugian curahan waktu dan

    tenaga (ekuivalen dengan upah) dan dana yang

    dikeluarkan/diinvestasikan (ekuivalen dengan tingkat bunga) sebelum

    laba yang sebenarnya dapat direalisasikan. Dengan kata lain laba

    juga diperoleh sebagai imbalanbagi resiko dan inisiatif yang

    diambil dalam mengoperasionalkan bisnis, imbalan berupa laba bisa

    jadi menjadi motivasi paling kuat bagi sebagian wirausaha. Orang yang

    memiliki misi “memaksimalkan keuntungan dan memenuhi semua

    kebutuhan hidup adalah wirausahan yang memiliki orientasi sangat besar

    pada imbalan berupa laba. Walau demikian bagi sebagian wirausaha

    lainnya laba dipandang sebagai salah satu cara untuk mempertahankan

    nilai perusahaan. Beberapa wirausaha mungkin mengambil keuntungan

    yang pantas bagi dirinya sendiri atau sebagian lainnya lebih suka

    membagi-bagikan keuntungan/ laba tersebut akan tetapi kebanyakan

    wirausaha puas dengan laba yang pantas karena memang laba

    diperlukan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

    Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik

    berupa uang maupun barang. Berwiraswasta dapat memberikan

    pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

    Keinginan untuk memperoleh pendapatan itulah yang dapat menimbulkan

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 29

    minatnya untuk berwirausaha (Suhartini, 2011). Dalam bisnis,

    pendapatan adalah jumlah uang yang diterima perusaha-an dari

    aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada

    pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding

    keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah

    dikurangi pengeluaran. Ekspektasi akan pengha-silan yang lebih baik

    merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk

    menjadi wirausaha-wan atau tidak. Jika seseorang berharap

    mendapatkan pendapatan lebih tinggi dengan menjadi wirausahawan, ia

    akan semakin terdorong menjadi wirausahawan. pendapatan berpe-

    ngaruh terhadap minat berwirausaha. Seseorang akan tertarik untuk men-

    jadi wirausaha karena pendapatan yang diperolehnya jika sukses mele-

    bihi karyawan. Seseorang dengan harapan pendapatan yang lebih tinggi

    daripada bekerja menjadi karyawan menjadi daya tarik untuk menjadi

    wirausaha.

    2. Kebebasan untuk menjalankan perusahaan sesuai keinginan adalah

    imbalan lain yang dapat diperoleh sebagai imbalan jasa. bagi seorang

    wirausaha umumnya punya keinginan kuatuntuk menjadi “bos”

    atas dirinya sendiri dan perusahaannya, bebas membuat keputusan,

    bebas mengambil resiko dan memungut imbalan/laba. Seorang

    wirausaha umumnya menghargai kebebasan yang ada dalam karier

    kewirausahaan. Mereka dapat mengerjakan urusannya dengan

    caranya sendiri, memungut labanya sendiri dan mengatur jadwalnya

    sendiri. Tentunya kebebasan tersebut tidak menjamin kehidupan yang

    mudah karena kebanyakan wirausaha mencurahkan waktu dan

    tenaganya untuk bekerja keras demi kelangsungan usahanya.

    3. Imbalan kepuasan menjalani hidup adalah kenikmatan yang diperoleh

    demi kebebasan mereka dalam menjalankan bisnisnya. Kenikmatan

    tersebut juga merefleksikan pemenuhan kerja pribadi pemilik pada

    barang dan jasa perusahaanya. Bisnis-bisnis yang memenuhi gaya hidup

    dan memberikan ketertarikan pada pola hidup tertentu pada pemiliknya

    (lifestyle businesses) adalah contoh bisnis yang memberikan kepuasan

    bagi pemiliknya. Misalnya orang yang sangat tertarik pada ikan hias

    kemudian mendirikan usaha toko ikan hias. Sambil menjual pelaku

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 30

    Innovation (Inovasi)

    Triggering Event (Pemicu)

    !

    Implementation (Pelaksanaan)

    !

    Growth (Pertumbuhan)

    !

    wirausaha tersebut dapat ngobrol, berdiskusi atau bertukar pengalaman

    dengan pelanggan tokonya sehingga iapun memperoleh kepuasan dari

    usahanya tersebut. Kepuasan menjalani hidup juga dapat diperoleh

    dari kenikmatannya karena berhasil membantu orang-orang

    disekelilingnya dengan membuka lapangan pekerjaan dan memberikan

    upah yang layak bagi pegawai-pegawainya sehingga pelaku wirausaha

    merasa menjadi orang yang lebih berguna dalam kehidupannya.

    1.5 Model Proses Kewirausahaan

    Terdapat empat langkah dalam model proses kewirausahaan yang

    dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari dalam maupun luar diri

    pribadi pelaku wirausaha. Apabila seseorang mempunyai keinginan untuk

    membuka usaha baru maka ia akan mencari faktor-faktor apa saja yang

    sekiranya dapat menguntungkan. Menurut Bygrave proses inovasi menjadi

    langkah awal kegiatan wirausaha. Inovasi dapat dipicu oleh faktor personal

    seperti dorongan berprestasi, rasa penasaran, faktor pendidikan dan

    pengalaman, kesiapan mental untuk menanggung resiko dan lain

    sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mendorong inovasi

    antara lain adalah adanya peluang usaha yang muncul.

    Gambar 1.2 Model Proses Kewirausahaan (Bygrave, 2010)

    Model proses perintis dan pengembangan kewirausahaan digambarkan

    oleh Bygrave dalam langkah-langkah pada Gambar 1.2. Di mana proses

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 31

    P

    Proses Imitasi dan Duplikasi

    !

    Proses Inovasi

    pemicu yang dapat memaksa seseorang terjun ke dunia usaha antara lain

    faktor internal seperti ketidakpuasan pada pekerjaan yang ditekuni

    sekarang. Adanya PHK dan tidak adanya pekerjaan lainnya, faktor usia dan

    tanggung jawab keluarga. Faktor eksternal yang dapat mendorong antara lain

    persaingan dalam kehidupan, adanya sumber-sumber yang dapat

    dimanfaatkan, kebijakan pemerintah yang membuat kemudahan dan

    dukungan usaha misalnya fasilitas kredit dan bimbingan usaha dari

    pemerintah.

    Dalam proses pelaksanaan, faktor personal pelaku wirausaha sangat

    memegang peranan penting. Kesiapan mental secara total untuk melakukan

    usaha, komitmen yang tinggi terhadap visi dan misi guna mencapai

    keberhasilan usaha serta adanya pembantu utama dalam menjalankan usaha

    adalah faktor yang mendorong pelaksanaan usaha. Proses pertumbuhan

    usaha sangat dipengaruhi oleh faktor organisasi/team work yang dibentuk

    untuk menjalankan sebuah usaha. Adanya tim yang kompak dalam

    menjalankan usaha memungkinkan semua rencana dan pelaksanaan

    operasional usaha berjalan dengan lancar. Tim yang kompak juga akan

    melahirkan strategi yang handal. Adanya struktur dan budaya organisasi

    yang mantap mendorong terciptanya tanggung jawab seluruh karyawan

    perusahaan untuk mendukung perkembangan usaha. Kualitas produk

    yang dapat dibanggakan, lokasi usaha yang strategis menjadi faktor

    pendukung. Menurut Suryana proses kewirausahaan dapat terjadi seperti

    pada berikut ini:

    Gambar 1.3 Proses Kewirausahaan (Suryana)

    Suryana (2003) menguraikan model proses kewirausahaan dengan

    tahapan yang sedikit berbeda dengan apa yang diuraikan oleh Bygrave. Di

    samping faktor manajerial dalam perusahaan perkembangan usaha juga

    dipengaruhi faktor eksternal seperti adanya konsumen dan pemasok bahan

    baku yang kontinu, adanya investor yang memperbesar modal dan adanya

  • GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

    !

    ! 32

    kebijakan di bidang ekonomi yang menguntungkan dunia usaha. Proses

    inovasi yang menjadi inti kegiatan kewirausahaan dapat diawali dan sebuah

    proses imitasi dan duplikasi. Ketika ada suatu produk baru yang sangat

    digemari oleh konsumen biasanya tak lama kemudian akan bermunculan

    produk- produk sejenis dari