KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta....

28
Edisi November 2011 Bersahabat dengan Sampah Menuju Zero Waste, and Waste to Energy Mekanisme KPS Sektor Pengelolaan Sampah

Transcript of KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta....

Page 1: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Edisi November 2011

Bersahabatdengan Sampah

Menuju Zero Waste, andWaste to Energy

Mekanisme KPSSektor Pengelolaan Sampah

Page 2: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi November 20112

EDITORIAL & REDAKSI

PENASEHAT / PELINDUNGDeputi Bidang Sarana & Prasarana,Bappenas

PENANGGUNG JAWABDirektur Pengembangan KerjasamaPemerintah & Swasta Bappenas

PEMIMPIN REDAKSIJusuf Arbi

DEWAN REDAKSIDelthy Sugriady Simatupang,Gunsairi,Rachmat Mardiana,Novie Andriani,Mohammad Taufiq Rinaldi,Ade Hendraputra

REDAKTUR PELAKSANAB. Guntarto

REPORTER/RISETSandra Kaunang,Agus Supriyadi Hidayat

FOTOGRAFERArief Bakri

DESAIN GRAFISIndrie Soeharyo

SUSUNAN REDAKSI

Infrastructure Reform SectorDevelopment Program (IRSDP)BAPPENASJl. Tanjung No.47 Jakarta 10310websites: www.irsdp.orgTel. (62-21) 3925392Fax. (62-21) 3925390

ALAMAT REDAKSI

Dari berbagai sektor/bidang infrastruktur, sektor persampahan barangkali merupakanbidang yang tidak terlalu banyak dilirik investor seperti halnya sektor air minum, jalantol, pelabuhan, telekomunikasi, bandara dan yang lainnya.

Meski investasi untuk pengadaan peralatan dengan teknologi tinggi menyerap dana yangcukup besar, namun sektor ini harus dipandang sebagai kegiatan yang banyak memberikanmanfaat bagi kehidupan kita.

Pertama, karena dengan mengolah sampah baik organik maupun non-organik akanmembuat lingkungan menjadi terjaga kebersihannya dan akan membuat hidup kita lebihnyaman. Kedua, hasil dari pengolahan tersebut dapat memberikan nilai lebih sepertimisalnya kompos dan pupuk cair, dan biogas yang dapat dikonversi menjadi energi listrik.Sementara untuk limbah non-organik dapat dibuat menjadi aneka kerajinan tangan yangbermanfaat.

Konsep 3R yang terdiri atas reduce, reuse, dan recycle agaknya masih tetap perlu disosialisasikandi masyarakat kita. Karena dengan partisipasi aktif dari masyarakat, misalnya dalammensortir jenis sampah, maka pengolahan sampah tentu akan menjadi lebih mudah.

Majalah Sustaining PARTNERSHIP edisi kali ini membahas tentang Pengolahan Sampahyang ditinjau dari manajemen pengelolaan sampah berbasis mandiri; bagaimana kita bisabersahabat dengan sampah; bagaimana mengurangi sampah dan mengkonversinya menjadisumber energi ; se r ta be la jar dar i pengo lahan l imbah ca ir d i Denpasa r.

Artikel lain yang melengkapi edisi ini adalah tentang Proyek KPS Putri Cempo di Surakartayang sudah siap ditawarkan; Proyek KPS Legok Nangka yang menggantikan TPA Sarimuktidi Kabupaten Bandung; kemudian Proyek KPS Air dingin di Padang dengan statusPotensial.

Selanjutnya, dalam rubrik profil lembaga penunjang KPS, dipaparkan peran DirektoratPengembangan Kerjasama Pemerintah Swasta di Bappenas, yang sangat besar peranannyadalam mensosialisasikan, mengawal proses penyiapan, dan proses sesudahnya dalamrangkaian skema proyek KPS di Indonesia.

Rubrik yang lain adalah tentang bagaimana berinvestasi dalam proyek KPS SektorPersampahan; Rubrik Sosok yang menampilkan Direktur Bina Program, DirektoratJenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum; dan Sodiq Suhardianto yang telahberhasil mengubah sampah dari masalah menjadi sumber dana.

Terakhir adalah berita tentang diskusi “Skema Proyek KPS Sektor Persampahan” yangdiadakan oleh Direktorat Pengembangan KPS Bappenas di Jakarta bulan Oktober 2011.

Selamat membaca.

Redaksi

KPS Sektor Persampahan

Page 3: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

SEKILAS BERITADiskusi Skema Proyek KPS SektorPersampahan

SOSOK> Sodiq Suhardianto> Antonius Budiono

EDUKASI PROGRAM KPSMekanisme KPS SektorPengelolaan Sampah

PROFIL LEMBAGA KPSDirektorat PKPS Bappenas

PROYEK KPS - SIAP DITAWARKANPutri Cempo Menanti “Dipinang” Swasta

PROYEK KPS - POTENSIALPemkot Padang Ajak Swasta Bangun TPA

PROYEK KPS - PRIORITASLegok Nangka Siap Gantikan TPA

Edisi November 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP 3

DAFTAR ISI

MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAHBERBASIS MANDIRI 4

7

10

13

BERSAHABAT DENGAN SAMPAH

MENUJU ZERO WASTE,AND WASTE TO ENERGY

BELAJAR DARI DENPASARSEWARAGE DEVELOPMENT SYSTEM

BERITA UTAMA

Page 4: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Akibatnya, sampah berserakan dimana-mana. Di selokan,di sungai, di pasar, di dalam bus, di terminal atau dimanasaja. Padahal sudah disediakan tempat sampah, namun tetapsaja masih sembarangan membuang sampah. Pemandanganini banyak dijumpai di daerah perkotaan.

Data di Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) tahun 2010menyebutkan, volume rata-rata sampah di Indonesiamencapai 200 ribu ton per hari. Daerah perkotaanmenyumbang sampah paling banyak. Hal ini disebabkanbanyak faktor, diantaranya pertambahan penduduk dan arusurbanisasi. Jika persoalan sampah tidak segera ditanganimaka pada tahun 2020 volume sampah di Indonesiameningkat lima kali lipat. Berarti, 1 juta ton tumpukansampah dalam sehari.

Sungguh fantastik. Peningkatan sampah dipicu olehpertumbuhan jumlah penduduk. Hampir semua negaramengalami problema sampah. Tapi di negara-negara majuyang masyarakatnya telah sadar lingkungan serta didukungteknologi modern, telah berhasil mengatasi sampah. Termasukpula ekspor limbah ke negara lain sebagai salah satu langkahmengatasi sampah.

Pengelolaan sampah sebenarnya telah diatur pemerintahmelalui UU Nomor 18/2008. Di dalamnya termaktub bahwapengelolaan sampah tidak hanya menjadi kewajibanpemerintah saja. Masyarakat dan pelaku usaha sebagaipenghasil sampah juga bertanggung jawab menciptakanlingkungan yang bersih dan sehat. Pemerintah melalui UUtersebut memberi ruang yang cukup banyak bagi pemerintahprovinsi, kotamadya/kabupaten untuk merencanakan danmengelola sampah dalam kawasannya.

Kendati kewenangan itu telah terdistribusikan, namun tidakserta merta penanganan sampah menjadi simpel. Kondisipengelolaan sampah di Indonesia masih tampak semrawut.Adanya kendala seperti kesulitan lahan TPA, terbatasnyaarmada pengangkut, kurangnya kesadaran masyarakat untukmengelola sampah sejak dari sumbernya, teknologipengolahan sampah yang masih tradisional (membakar danopen dumping), hingga kendala minimnya pengetahuanSumber Daya Manusia (SDM) soal penanganan sampah.

MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAHBERBASIS MANDIRI

Tidak bisa dipungkiri jika saat ini masih banyakmasyarakat yang berperilaku buruk tentang sampah.

Mereka membuang sampah sembarangan. Perilaku initidak mengenal tingkat pendidikan maupun status sosial.Di lingkungan kantor pemerintahan, bank, sekolah atau

kampus, masih banyak dijumpai orang-orangberpendidikan tinggi membuang sampah sembarang.

Kerap pula dijumpai pengendara mobil mewahmembuang tissue, puntung rokok, atau bungkus

makanan dari jendela mobilnya ke jalan raya.

BERITA UTAMA

SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi November 20114

Page 5: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Di samping itu, anggaran biaya tidak ketinggalan jadi kendalakarena membangun sarana dan fasilitas pengelolaan sampahmembutuhkan biaya tidak sedikit. Seperti dialami Pemda KotaPadang, Tangerang, Solo dan Bandung yang kesulitan membangunfasilitas TPA karena terbentur masalah anggaran, sementaraPemkot Batam kesulitan masalah lahan.

Asisten Deputi Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup(KLH), Sudirman menegaskan, selama ini program pengelolaan sampahhanya terfokus di bagian hilir, yakni bagaimana cara mengolah sampah.Sedangkan bagian hulu yang merupakan aspek paling penting, yaknimanusia atau pihak yang menghasilkan sampah seolah-olah dibiarkanoleh pemerintah tanpa law enforcement dan sanksi tegas.

“Kepedulian masyarakat kita untuk menjaga kebersihan masihsangat rendah. Kondisi ini yang mestinya dibenahi lebih duluagar timbul kepedulian masyarakat terhadap lingkungan,” jelasnya.

Menurutnya, penanganan sampah itu harus dimulai darimanusianya. Sampah timbul karena manusia. Kalau manusianyabisa dibenahi, maka persoalan sampah tidak sampai krusial. “Olehsebab itu, pemerintah harus tegas memberi sanksi terhadapmasyarakat yang melanggar Perda Kebersihan dalam rangkapembelajaran,” ujar Sudirman.

BERBASIS MANDIRI

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakanaspek terpenting dalam manajemen pengelolaan sampah terpadu.Mengatasi masalah sampah harus dimulai dari rumah tangga dilingkup RT/RW, Kelurahan dan Kecamatan kemudian dilanjutkanpada skala yang lebih luas. Ini dikenal dengan program pengelolaansampah mandiri berbasis masyarakat.

Esensi dari program tersebut adalah peran aktif dari warga masyarakatuntuk melakukan pemilahan dan pengelolaan sampah. Seperti

diketahui, jenis sampah ada yang organik dan non organik. Masyarakatharus memilah terlebih dulu sebelum membuang sampah ke TempatPembuangan Akhir (TPA). Pemilahan bertujuan untuk memudahkanjika akan diterapkan teknologi lanjutan di TPA.

Sampah organik sebaiknya diolah sendiri oleh masyarakat menjadipupuk kompos. Jika hal itu memberatkan, maka sebaiknya adasuatu unit pengelolaan khusus yang menampung sampah organikuntuk diubah menjadi kompos atau bahkan menjadi energi listrik.Sementara sampah non-organik, seperti sampah plastik, kertas,bungkus kemasan atau logam disalurkan ke tempat penampungankhusus untuk di daur ulang.

“Volume sampah ke TPA akan sangat berkurang bila rumahtanggamemanfaatkan sampah organik untuk dibuat pupuk karena 70%sampah dari rumahtangga adalah organik dan 30% non organik,”ujar Syukrul Amien, Direktur Pengembangan PenyehatanLingkungan dan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya,Kementerian Pekerjaan Umum.

Manajemen pengelolaan mandiri ini sudah diterapkan padaberbagai wilayah di Indonesia seperti di Malang, Depok, Bogoratau Pasuruan. Sejumlah wilayah lain akan siap menerapkanprogram tersebut.

Meski sudah tersedia TPA, namun lokasinya sangat jauh sehinggauntuk mengambil sampah dari Tempat Pembuangan Sementara(TPS) butuh biaya transportasi yang mahal. Belum lagi kendala diperjalanan seperti sampah berterbangan ke jalan atau terjebak macet.

Untuk mengatasinya, pada umumnya dibangun tempat penampunganperantara atau Intermediate Treatment Facility (ITF) yang lokasinyatentu tidak jauh dari sumber produksi sampah. Dengan begitu,kendala jarak dan waktu dapat diatasi. “Pemda Kotamadya/Kabupatenbisa saja membangun ITF supaya pengelolaan sampah lebih efektif.Biaya pembangunannya dari APBD,” tuturnya.

Edisi November 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP 5

Page 6: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Dengan adanya ITF, volume sampah yang akan diangkut ke TPAakan menjadi berkurang karena proses pengelolaan dari TPS bisadilakukan di ITF. Sampah yang dibuang ke TPA adalah sampahyang benar-benar tidak bisa diolah di ITF.

BANK SAMPAH

Langkah penanganan yang lain adalah pendirian bank sampah yangsekarang marak bermunculan di sejumlah tempat. Di wilayah KotaBogor misalnya, berdiri bank sampah dan menjadi proyek percontohandari KLH. Bank sampah merupakan sistem pengolahan sampahberbasis rumah tangga dengan memberikan ganjaran berupa uangkepada mereka yang berhasil memilah dan menyetor sampah. Besarnyauang tergantung dari jenis sampah. Di masyarakat, bank sampahdikenal dengan sebutan lapak pemulung.

Dengan adanya bank sampah, maka alur kebiasaan masyarakatmembuang sampah menjadi lebih baik. Proses pengumpulansampah dimulai dari sumber rumah tangga sampai masyarakatluas. Setelah dipilah, sampah tersebut disetor ke bank sampahuntuk diolah sesuai jenis sampah. Hasil olahan (daur ulang) dijualkembali ke masyarakat.

“Kami akan terus mensosialisasikannya agar masyarakat dapatmemahami fungsi bank sampah. Kalau ini sudah jalan, volumesampah di Bogor bisa berkurang,” jelas Kepala Bidang TataLingkungan dan Dampak Lingkungan pada Badan PengelolaanLingkungan Hidup (BPLH) Kota Bogor, Shahlan Rasyidi.

Terkait dengan pengelolaan sampah adalah aspek teknologi. Kebiasaanmasyarakat membakar sampah akan berdampak pada pencemaranlingkungan dan membahayakan kesehatan, sementara dengan sistemopen dumping (menumpuk sampah) tentu membutuhkan lahan luas.Karena itu, perlu perencanaan matang dalam menerapkan teknologipengolahan sampah yang ramah lingkungan.

KONSEP 3R ++

Selain itu, konsep 3R (reduce, reuse, recycle) harus benar-benarditerapkan dalam manajemen pengelolaan sampah. Pengertian3R adalah mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkansampah (reduce), menggunakan kembali sampah yang masih dapatdipakai untuk fungsi yang sama atau fungsi yang lain (reuse) danmengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atauproduk baru yang bermanfaat (recycle). Konsep 3R bertujuanuntuk menekan volume sampah.

Menurut Syukrul, masyarakat sudah sejak lama menerapkankonsep 3R. Konsep ini kemudian berkembang dan sekarang

muncul inovasi baru yang disebut 3R++, yakni pengelolaan sampahyang bisa memberikan nilai tambah (benefit) baru bagi masyarakat.Selain manfaat kompos dan produk daur ulang, masyarakat bisamenikmati keuntungan lebih berupa energi listrik dari sampahyang bisa menggerakkan mesin pengolah. Bahkan, bisadikembangkan untuk penerangan jalan atau rumah-rumah warga.

“Ini yang akan dikembangkan dalam manajemen pengelolaansampah ke depan. Masyarakat bisa menikmati banyak manfaatdari sampah. Sistem ini sudah banyak dipakai di negara maju,”jelasnya. Pada sampah jenis limbah berbahaya yang dihasilkandari industri dan rumah sakit, maka pengelolaannya menjaditanggungjawab sepenuhnya dari perusahaan bersangkutan.

Dalam kondisi keterbatasan kapasitas pelayanan pemerintah, makadunia usaha dan swasta juga dapat dijadikan sebagai mitra untukmewujudkan pelayanan pengelolaan sampah yang baik melaluiprogram Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS). Pemerintah membukapeluang pada swasta untuk turut serta dalam pengelolaan sampah.

Menurut data KLH, cakupan pelayanan sampah saat ini tidaklebih 20%. Mengacu pada Millennium Development Goals (MDGs)tahun 2015 yang menargetkan akses layanan persampahan kepadamasyarakat kota sebesar 80% atau 104,6 juta, dan 50% atau 57,5juta jiwa di pedesaan dengan total seluruh Indonesia mencapai66% atau 162,1 juta jiwa, maka sudah waktunya PemdaKotamadya/Kabupaten berupaya keras untuk mewujudkan targettersebut. Terlebih lagi tahun 2015 tidak lama lagi.

Alhasil, penanganan dan pengelolaan sampah butuh komitmenkuat dari seluruh pemangku kepentingan (stake holder) mulai darihulu sampai hilir. Tanpa adanya komitmen yang kuat, mustahilmasalah sampah dapat diatasi. “Sampah ibarat bola salju yangkalau tidak segera ditangani secara baik, maka bola salju itu akanmembesar dan siap menimbun kita,” tandas Syukrul Amien.Tentunya tidak ingin itu menimpa kita.(*)

Pabrik Pupuk Organik dan Hasil Pupuk Granule.Sumber: Bappeda Kota Bekasi

SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi November 20116

BERITA UTAMA

Page 7: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Pasal 3 UU Nomor 18/2008 tentang Pengelolaan Sampahmenyebutkan, pengelolaan sampah dilandasi azas nilaiekonomi masyarakat. Dalam bab penjelasan diterangkanyang dimaksud dengan asas nilai ekonomi adalah bahwasampah merupakan sumber daya yang mempunyai nilaiekonomi yang dapat dimanfaatkan sehingga memberinilai tambah.

Nilai tambah ini bukan hanya untuk memperlambatlaju eksploitasi sumber daya alam, seperti lewat konsep3R (Reduce, Reuse, Recycle) tapi juga pemanfaatan sampahdari hasil proses pengolahan sampah itu sendiri. Sampahapa pun jenis dan sifatnya, mengandung senyawa kimiayang bermanfaat bagi manusia, baik manfaat secaralangsung maupun tidak langsung. Namun yangterpenting, bagaimana kita dapat menggunakan danmemanfaatkan sampah tersebut.

Berdasarkan sifatnya, sampah dibagi menjadi dua yaitusampah organik dan sampah non-organik. Sampahorganik adalah sampah yang mudah membusuk dandapat diurai (degradable) seperti sisa makanan, daunkering, sayuran, dan lain-lain.

Sedangkan sampah non-organik adalah sampah yangtidak dapat membusuk dan tidak dapat diurai(undegradable) seperti plastik, wadah pembungkusmakanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelasminuman, kaleng, kayu, styrofoam, pecahan kaca, karet,dan sebagainya. Kedua jenis sampah itu bisa dimanfaatkanmenjadi barang bernilai jual.

Pemanfaatan sampah organik antara lain sebagai sumberpupuk organik, misalnya kompos yang sangat dibutuhkan

petani untuk menyuburkan tanaman. Kompos darisampah ini dapat menjadi barang bernilai ekonomi yangbisa meningkatkan pendapatan masyarakat. PemerintahKota Solo, Jawa Tengah misalnya, membangunkemandirian masyarakat melalui usaha produksi kompos.

Masyarakat yang tinggal di RT 07 RW 15 KelurahanMojosongo diberi penyuluhan tentang cara pembuatankompos oleh petugas pemberdayaan masyarakat di kantorkelurahan. Banyak ibu-ibu yang tertarik untuk menjadiperajin kompos. Akhirnya dibentuk KelompokPengolahan Sampah (KPS) “Mama”. Disebut “Mama”karena anggotanya adalah ibu-ibu yang berjumlah 50orang. Pihak pemerintahan setempat kemudianmemberikan bantuan rumah kompos dan mesinpenghancur sampah kepada KPS.

Para anggota kelompok KPS setiap hari bertugasmengumpulkan sampah dari rumahtangga maupunsampah sekitar sebelum dibuang ke TPA Putri Cempo.Sampah itu kemudian diolah menjadi kompos. Pupukkompos yang sudah jadi itu kemudian dikemas dalamkantong plastik dan siap dijual. Saat ini KPS dilengkapidengan puluhan kompresor untuk meningkatkan volumeproduksi kompos.

Mendengar kata sampah, barangkalidi benak langsung terbayang pada

sesuatu yang kotor, menjijikkan danbau tidak sedap. Padahal, sampah

justru bisa mendatangkan nilaiekonomi bagi masyarakat jika diolahmenjadi produk-produk bermanfaat.

Edisi November 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP 7

BERITA UTAMA

Page 8: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Berbekal ketekunan dan keuletan, usahanya terusberkembang. Dari semula hanya memproduksi 1-2kwintal kompos sebulan, kini telah meningkat menjadi7 kwintal. Mereka juga tidak perlu khawatir komposbuatannya tidak laku terjual karena sejak dua tahunlalu pemerintah Kota Solo memborong seluruhkomposnya untuk dipakai memupuk pohon dantanaman yang ada di taman-taman kota.

Dari hasil penjualan kompos, setiap anggota kelompokmendapat penghasilan cukup lumayan. Kini pendapatanwarga meningkat dan taraf hidup mereka jadi lebihbaik. Berkat sampah, mereka mendapatkan penghasilantambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

“Sampah bisa membuka lapangan pekerjaan. Sayangnya,hanya sedikit orang yang mau jadi perajin kompos,” kataanggota Komisi IV DPR RI, Siswono Yudo Husodo.Volume sampah yang bisa dibuat kompos sangat banyakkarena sebagian besar (sekitar 70%) sampah yang adadi masyarakat tergolong sampah organik.

Langkah Pemerintah Kota Solo membeli kompos hasilproduksi kelompok usaha masyarakat patut diacungijempol. Selain dapat mempertahankan kelangsunganusahanya sehingga ekonomi masyarakat terdongkrak,tindakan tersebut dapat memicu pertumbuhan danperkembangan kelompok usaha masyarakat yangberbasis peduli pada lingkungan.

“Bisa saja pemerintah kota/kabupaten daerah lainmelakukan tindakan serupa, membeli seluruh produksikompos masyarakat untuk pupuk taman kota. Initentu sangat efektif. Selain meningkatkan ekonomiwarga, timbunan sampah akan berkurang karenadimanfaatkan untuk kompos,” usul Siswono.

Di negara-negara maju, perusahaan swasta berperansebagai operator dalam pengelolaan sampah. Swastabersedia menanamkan investasi yang besar karenasistem pendukungnya sudah baik. Penegakkan hukumterhadap pelanggaran pengelolaan sampah sangat tegassehingga operator akan sungguh-sungguh melakukanpengolahan sampah sebab jika lalai, sanksinya akanberat. Nilai ekonomi sampah di negara maju cukuptinggi karena ada sistem pendukung pengelolaansampah yang baik.

PRODUK KERAJINAN

Manfaat yang bisa diambil dari limbah dan sampahjenis non-organik misalnya adalah produk kerajinan(handycraft) dari hasil daur ulang. Saat ini banyakdijumpai produk rumah tangga atau aksesoris yangdihasilkan dari proses daur ulang limbah dan sampahplastik. Misalnya, tas dari sampah plastik bekaskemasan, ember dari sampah plastik bekas perabotrumah tangga, barang hiasan yang terbuat dari pecahankaca, limbah kayu usaha furniture dibuat menjadiguntingan kunci, dan beragam lagi produk bernilaiekonomi bisa dihasilkan dari sampah non-organik.Bahkan, majalah atau koran yang dibaca setiap pagi,bahan baku kertasnya terbuat dari daur ulang sampahkertas.

Menjamurnya usaha kerajinan berbahan baku sampahbisa dijumpai di sejumlah tempat. Di kawasan Ciledug,Tangerang misalnya, terdapat sentra kerajinan yangmembuat berbagai produk cantik dari alumuniumbekas pasta gigi seperti topi, dompet, tikar, keranjang,hingga robot mainan. Peminat terhadap hasil kerajinanitu datang dari Kalimantan, Bali, dan Sulawesi. Merekamembeli untuk diekspor ke Jepang, Singapura,Australia, bahkan ke Amerika Serikat.

Sentra kerajinan daur ulang juga dijumpai di kawasanMampang Prapatan, Jakarta Selatan dimana ibu-iburumah tangga memanfaatkan waktu luang untukmembuat kerajinan dari limbah dan sampah plastik.Begitu pun sentra kerajinan lain yang kini tersebarluas di pelosok daerah. Kebanyakan usahanya berskalarumahan (home industry). Jumlahnya mencapaipuluhan ribu unit usaha dan menciptakan lapanganpekerjaan bagi jutaan warga.

Produk olahan yang dihasilkan dari sampah non-organik jauh lebih banyak dan beragam ketimbang

Contoh barang dari limbah an organik

SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi November 20118

BERITA UTAMA

Page 9: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

produk dari sampah organik. Seberapa banyak yang bisa dihasilkantergantung dari kreativitas dan daya cipta para perajin. Untungnyalagi, perajin tidak perlu khawatir kesulitan bahan baku karenasampah non-organik tidak pernah habis.

Peluang pasar produk daur ulang sampah cukup menjanjikan.Marketnya terbuka lebar untuk pasar nasional, regional maupunglobal. Sejumlah produk kerajinan kini telah merambah geraimodern seperti Grand Indonesia, Pasaraya, dan modern tradelainnya di seluruh Indonesia. Kondisi ini memicu para perajinuntuk terus berkreasi menghasilkan produk kerajinan berkualitassehingga bisa bersaing di pasar global.

Deputi IV Kementerian Lingkungan Hidup Bidang PengelolaanLimbah B3 dan Sampah, Masnellyarti Hilman menilai sektorindustri skala kecil dan menengah yang memanfaatkan daur ulangsampah sebagai bahan baku produk dari tahun ke tahun meningkat.“Cukup menggembirakan. Kami terus mendorong pemanfaatandaur ulang sampah, baik skala individu, komunal, kawasanmaupun skala industri sehingga target pengurangan sampahnasional sebesar 7% per tahun dapat tercapai,” katanya.

SUMBER ENERGI

Sampah tidak sekadar memberikan manfaat finansial. Sampahjuga menyuguhkan manfaat energi listrik. Inilah yang sedangdisiapkan pemerintah kotamadya/kabupaten untuk membangunPembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).

Bila tumpukan sampah di perkotaan jumlahnya mencapai sekitar752,9 ton/hari, akan dapat dihasilkan energi panas/thermal 9,29x 10 kilo Joule/jam. Jika energi thermal ini dikonversikan menjadienergi listrik, maka diperoleh pasokan daya listrik sebesar 6 Mega

Watt (MW). Berarti, manfaat sampah dapat langsungdirasakan oleh banyak orang. Daya listrik 6 MW inidapat menerangi masyarakat se-kotamadya/kabupaten.

Dalam skala kecil, sampah rumahtangga jika diolahdengan sistem fermentasi akan menghasilkan energi gas(biogas) untuk dipakai memasak. “Potensi biogas diIndonesia sangat besar. Kalau ini dimanfaatkan, krisislistrik tidak akan terjadi karena masyarakat secara mandiribisa memenuhi listrik dari sampah,” ujar Dirjen EnergiBaru Terbarukan dan Konservasi Kementerian EnergiSumber Daya Manusia (ESDM), Kardaya Warmika.

Dituturkan, potensi biogas di Indonesia, sesuai hasilstudi ESDM, mencapai 1 juta unit. Apabila hal itu bisadirealisasikan maka akan dapat menghemat penggunaangas elpiji sebanyak 700 ribu ton/tahun. Energi yangdihasilkan dari PLTSa merupakan energi terbarukan(renewable energ y) dan tidak akan pernah habis.

Secara na sional pada tahun 2009 pemerintahmeluncurkan program Biru (Biogas Rumah) yangmerupakan program kerjasama dengan Belanda untukmembuka sektor pasar biogas di dalam negeri. Targetnyamembangun 8.000 unit biogas hingga 2013. “Programini akan terus dikembangkan. Nantinya, pemanfaatannyauntuk listrik,” tandas Kardaya.

Sejatinya kita bersahabat dengan sampah karena banyaknilai tambah yang bisa diambil dari sampah.(*)

Penutupan sampah dengan Geomembrane HDPE(dalam rangka program LFG Flaring System).Sumber: Bappeda Kota Bekasi

Edisi November 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP 9

Page 10: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Teknologi dry anaerobic digestion and composting adalahsistem pengelolaan sampah dengan dukungan tempatpenampungan sementara atau Intermediate TreatmentFacility (ITF). Kalau selama ini sampah dari TempatPenampungan Sementara (TPS) langsung diangkutmenuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA), maka denganteknologi ini sampah dari TPS ditampung dulu di ITF.

Di sini sampah mengalami proses lanjutan, untuk diolahmenjadi kompos, biogas, listrik, batu bata dari sampahorganik, briket arang pengganti minyak tanah, hinggabarang-barang bernilai ekonomis lain. Sampah yangtidak bisa diolah lagi di ITF, kemudian diangkut keTPA. Sampah di TPA diolah dengan menggunakansistem sanitary landfill.

Dengan mekanisme tersebut, sudah tentu volumesampah di TPA akan jauh berkurang karena sudahdiolah dulu di TPS maupun ITF. Peran ITF akanmengcover beberapa TPS yang ada di sejumlah wilayah.ITF mampu menampung sampah sekitar 1.500 tonatau bahkan lebih, tergantung dari luas lahannya.

Direktur Pengembangan Penyehatan LingkunganPermukiman (PLP) Ditjen Cipta Karya, Syukrul Amien,mengaku belum tahu pasti seberapa besar tingkatpengurangan volume sampah dengan teknologi dryanaerobic karena baru akan dicoba di Indonesia. “Tapidi Denmark, teknologi ini mampu menekan volumesampah sampai 30%. Di Indonesia mungkin lebih dari30% karena sampah terbesar adalah jenis sampah organikyang mudah diurai,” katanya.

Dari sisi geografis, keberadaan TPA kebanyakan berlokasidi pelosok yang jauh dari lokasi TPS. Perjalanan sampahmenuju TPA membutuhkan biaya transportasi mahaldan waktu yang cukup lama. Kehadiran ITF dapatmemotong ja rak dar i TPS ke TPA seh inggaperjalanannya menjadi lebih dekat dan waktu lebihsingkat. Biaya transportasi pun menjadi lebih murahkarena bahan bakar yang dibutuhkan truk armadapengangkut akan berkurang.

Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono dalam sambutan diacara seminar berharap teknologi ini bisa diterapkanoleh para pemimpin daerah, baik walikota maupunbupati di skala perkotaan sebagai alternatif pengolahansampah. Menurutnya, dengan teknologi ini, biaya angkutsampah akan lebih kecil karena volume sampah yangsemakin berkurang. Selain itu, sistem ini juga akanmembuat sanitary landfill di TPA akan lebih awet.

MENUJU ZERO WASTE,AND WASTE TO ENERGY

Seminar “Penanganan Daur Ulang Sampah Skala Kota” yang diselenggarakanDirektorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU di Hotel Sahid, Jakarta bulan Oktober 2011

mencuatkan teknologi baru dalam penanganan sampah di Indonesia.Teknologi itu bernama dry anaerobic digestion and composting. Denmark sudah

menerapkan teknologi ini dan berhasil dalam menangani permasalahan sampah.

Ilustrasi pemilahan sampah.Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Batam

SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi November 201110

BERITA UTAMA

Page 11: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

ini rata-rata 310 ton per hari atau meningkat 10 ton dibandingkantahun lalu. Penanganan melalui program composting, daur ulang danbank sampah hanya mampu mengurangi volume sampah 30 ton perbulan.

“Melihat kondisi yang ada, sudah waktunya pemerintah melakukanuji coba teknologi dry anaerobic di Balikpapan supaya volume sampahbisa reduksi,” tandas Tatang Sudirdja. Pemkot Balikpapan sudahmengajukan sejak Oktober lalu. Melalui sistem pengolahan dryanaerobic, dicapai tingkat reduksi 70-80% sampah yang kemudianhasil reduksi ini akan dimanfaatkan masyarakat berupa biogas, kompos,dan produk daur ulang.

Tidak hanya Balikpapan. Pemkot maupun Kabupaten di sejumlahwilayah juga menyatakan siap menerapkannya. Pemkot Depok salahsatunya yang akan membangun ITF di atas lahan seluas 10 hektardekat TPA Cipayung. Pemkot akan bekerjasama dengan KementerianPU dan pihak swasta untuk pembangunannya yang direncanakandimulai tahun 2012.

Menurut Syukrul Amien, biaya pembangunan untuk teknologi inirelatif mahal. Butuh lahan luas dan infrastruktur permanen. Karenaitu, mesti dilakukan studi kelayakan (feasibility study) dulu sebelumdibangun supaya dapat mengantisipasi kebutuhan selama 15-25 tahunke depan. Biaya pembangunan akan menjadi tangung jawabpemerintahan setempat yang diambil dari Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah (APBD).

Pemerintah melalui Ditjen Cipta Karya siap memberikanfasilitas dalam bentuk stimulan maupun arahan kepadapara pemimpin daerah. Namun diiingatkan juga bahwadaerah harus sudah memiliki perencanaan dalam bentukprogram yang tertuang dalam Percepatan PembangunanSanitasi Permukiman (PPSP) maupun Strategi SanitasiKota (SSK).

“Saya harap ada langkah-langkah konkret di tiap daerahdalam bentuk uji coba. Saya juga mengajak kepadaseluruh stakeholder agar meningkatkan kepedulian,komitmen dan saling bersinergi terkait dengan masalahsanitasi. Paradigma kita tentang sampah perlu diubah.Dimana sampah merupakan sesuatu hal yang produktifdan mempunya nilai ekonomis tidak hanya untukdibuang begitu saja,” kata Budi Yuwono.

Untuk teknologi di TPA masih dipertahankan sistemsanitary landfill karena cocok dengan tipikal sampahmasyarakat Indonesia yang sebagian besar merupakansampah organik. Air limbah sampah (leachate) yangkeluar dapat diolah terlebih dahulu agar tidak berbahaya.Sayangnya, teknologi ini baru 3% diterapkan di seluruhTPA yang kebanyakan masih menggunakan sistempenampungan terbuka (open dumping).

PROGRAM UJI COBA

Meski baru dikenalkan, minat Pemerintah Daerah(Pemda), Kota/Kabupaten terhadap teknologi ini sangattinggi. Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan misalnya,meminta kepada pemerintah supaya diterapkan teknologidry anaerobic digestion untuk menangani dan mengelolasampah di wilayahnya.

Tim Ditjen Cipta Karya siap meluncur ke lokasi untukmeninjau persiapannya. Pihak Pemkot sangat seriusmelakukan persiapan, termasuk menyiapkan lahan seluas3 hektar untuk pengoperasian alat karena jika lolosverifikasi pihaknya akan memperoleh bantuan teknologiitu dari Kementerian PU melalui Ditjen Cipta Karya.

Menurut Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan, danPemakaman (DKPP) Kota Balikpapan, Tatang Sudirdja,persoalan sampah mendesak untuk segera diatasi melaluiteknologi maju. Volume sampah di Balikpapan tahun

Sumber: Bappeda kota Bandung

Edisi November 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP 11

Page 12: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

“Apakah Pemkot akan membiayai seluruh pembangunandan pengoperasiannya, ataukah hanya investasi sedangkanpengoperasiannya diserahkan kepada swasta, tergantungPemkot yang bersangkutan. Namun, rencana tersebutharus dilakukan studi kelayakan dulu,” paparnya. Diakui,beberapa wilayah sudah ada yang siap untuk menerapkan,tapi ada juga wilayah yang belum siap karena belum adalahan dan anggaran.

BANGUN ITF

Pemda DKI Jakarta sepertinya yang paling siap. DalamRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD) periode 2007-2012, telah ditetapkan bahwapengurangan volume sampah dilakukan melalui program3R (Reduce, Reuse, Recycle) dengan cara membangunlokasi 3R di pemukiman warga. Saat ini terdapat 94titik 3R untuk mereduksi 35 ton sampah per hari. Totalvolume sampah di Jakarta adalah 7.000 ton per hari.

Proyek percontohan program 3R berada di lokasi fasilitassosial (fasos) dan fasilitas umum (fasum) Pantai IndahKapuk (PIK) Jakarta Utara. Di sini akan dibangunfasilitas pengolahan sampah dengan teknologi integrateddry anaerobic digestion and composting yang dapatmenampung 200 ton sampah per hari. Sampah akandiolah menjadi kompos dan listrik. Pengembang PIKdan Yayasan Buddha Tsu Zi sudah berkomitmen untukmembangunnya.

Sentra 3R juga akan dibangun di Asrama DinasKebersihan Pesanggrahan Jakarta Selatan bekerja samadengan Direktorat PLP Cipta Karya. “Dalam Raperdatentang pengelolaan persampahan di DKI Jakarta, semua

pengembang kawasan diwa jibkan membangunpengolahan sampahnya sendiri,” ujar Kepala DinasKebersihan DKI Jakarta, Eko Bharuna.

Selain itu, untuk mempercepat pengolahan sampah danmengurangi volume sampah di TPA Bantargebang,akan dibangun 3 unit ITF di wilayah Jakarta Utara,yaitu ITF Cakung Cilincing, ITF Marunda, dan ITFSunter.

ITF Cakung Cilincing (Cacing) telah memperluaslahannya dari semula 4,5 hektar menjadi 7,5 hektar.Saat beroperasi tahun depan, ITF Cacing akan mampumengolah sampah sebanyak 1.300 ton per hari. Sampahitu diolah menjadi kompos, bahan bakar pembangkitlistrik dengan kapasitas 4,95 Mega Watt (MW) ataumenghasilkan Bahan Bakar Gas (BBG) sebesar 445.699Million Metric British Thermal Units (MMBTU). Saatini ITF Cacing sudah beroperasi tahap awal, sedangkanberoperasi penuh pada Juli 2012.

ITF Sunter berdiri di atas lahan 3,5 hektare dan mampumengolah sampah 1.200 ton per hari dengan teknologipengolahan sampah menjadi energi (waste to energy).Saat ini, ITF Sunter beroperasi sebagai fasilitas pemadatansampah Stasiun Peralihan Antara Sunter (SPA Sunter).Sementara ITF Marunda direncanakan mampu mengolahsampah hingga 1.500 ton per hari di atas lahan 12 hektar.

Saat ini ITF Sunter akan dilaksanakan tender yangkurang lebih memakan waktu 3 bulan dengan skemaKPS dalam pengadaan infrastruktur. Pola kerjasamanyaadalah Build-Operate-Transfer ( BOT). Penandatanganankontrak direncanakan pada awal Januari 2012.(*)

SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi November 201112

BERITA UTAMA

Page 13: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Ada dugaan, isu-isu “soal perut” itu sengaja ditiupkan agen-agen perjalanan wisata di daerah tujuan wisata di luarIndonesia yang merasa kalah popularitas dibandingkan Bali.Belum lagi gangguan perut akibat salah makan ini justruketahuan setelah turis-turis itu kembali ke negaranya.

Kekisruhan pun terjadi. Terlebih setelah salah satu televisidi Jepang, langsung menyiarkan dugaan kolera di Bali dilayar-layar televisi di ruang-ruang keluarga di Jepang.Pemerintah Bali bahkan mengancam menggugat televisitersebut, karena kasus itu belum dibuktikan kebenarannya.

Turbulensi pun sempat melanda Bali, meski akhirnya dapatdibuktikan kasus itu tidak disebabkan oleh wabah kolera.Walau demikian, hotel kehilangan pelanggan. Pemanduwisata kehilangan pendapatan. Dan, perekonomian Bali taktumbuh sebaik yang diharapkan.

Bila mengamati pemberitaan media nasional, menurunnyakedatangan wisatawan ke Bali karena isu kolera ini ternyata

bukan hal baru. Tahun 1984, muncul tayangan di televisiAustralia yang mengkaitkan kematian seorang gadis kecilwarga negara Australia dengan kolera.

Dikenang dengan tajuk “A Hell of Holiday”, akhirnyaperistiwa itu mendorong anjloknya jumlah wisatawanAustralia yang berkunjung ke Bali. Di masa itu, dan bahkandi masa mana pun, berpalingnya turis dari Australia jelassebuah pukulan. Karena kita tahu pasti, ada banyak orangAustralia yang mengunjungi Bali jauh lebih sering daripadaorang Jakarta.

Konyolnya, penyakit perut kembali diderita serombonganwisatawan Taiwan seusai berkunjung ke Bali pada bulanNovember 2003. Pelaku pariwisata, instansi pemerintah,kembali direpotkan. Ada dugaan apakah mereka terkenape ny ak i t ko l e r a ? In ve s t i g a s i k em ba l i d i g e l a r.

Dari beberapa kejadian, ada kesan pemerintah tergopoh-gopoh memerangi isu. Sebab, memang ada dampak ekonomibesar dari tiap kejadian itu. Terkait turis Taiwan misalnya,

Belajar dari Denpasar SewarageDevelopment SystemAwal tahun 1995, Bali sedang “masuk angin”. Datang tudingan dari Jepang, salah satu negarapenyumbang turis terbesar, terkait dugaan penyakit kolera di Pulau Dewata. Seketika, angkakunjungan wisatawan mancanegara dari Jepang melorot. Sektor pariwisata di Bali menjerit.

Edisi November 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP 13

BERITA UTAMA

Page 14: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

pada tahun 2003, ketika kasus ini mengemuka, jumlahnyamencapai 165.415 orang atau 18,4% dari total wisatawanke Bali yang sebanyak 898.835 orang (sampai bulanNovember 2003).

SANITASI BURUK

Mengingat ketersediaan infrastruktur sanitasi dapat mudahdiakses dari seluruh dunia melalui jaringan internet, makatidak cukup sekedar langkah defensif. Akan tetapi harusada langkah-langkah preventif, diantaranya denganmembangun instalasi pengolahan limbah yang moderen.Citra baik perlu ditanamkan, justru dengan membanguninfrastruktur yang baik.

Sungguh, laporan bertajuk Economic Impact of Sanitationin Indonesia yang diluncurkan oleh Water SanitationProgram East Asia & the Pacific (WSP-EAP) Bank Duniapada bulan Agustus 2008, benar-benar luar biasamenakutkan. Kematian akibat penyakit yang dipicukurangnya sanitasi, ternyata lebih tinggi dari kematianakibat kecelakaan di jalan raya yang lebih dari 30.000jiwa per tahun (2010).

Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian PekerjaanUmum, Budi Yuwono pun menambahkan, “Bappenasmelaporkan proporsi rumah tangga dengan aksesberkelanjutan terhadap sanitasi yang layak di tahun 2009baru mencapai 51,19 persen. Maka dapat kita perkirakanhampir 50 persen anak-anak Indonesia tumbuh dalamrumah tangga yang belum memiliki akses terhadap sanitasilayak,” kata dia.

Ditambahkan Budi Yuwono, “berarti hampir separuh anakIndonesia terancam perkembangannya akibat buruknyasanitasi”. Sungguh mengagetkan, mengetahui betaparapuhnya angkatan muda kita, anak-anak kita yangdiharapkan membuat negeri ini menjadi kuat dan jaya.

Lebih mengherankan lagi, selama ini kita gaduh soalinfrastruktur jalan tol yang lamban dibangun, ributtentang infrastruktur rel kereta yang lambat bertambah,selalu protes keras tentang infrastruktur listrik yang takmemuaskan; tapi lupa membangun infrastruktur sanitasi.

Mirisnya, dari laporan Economic Impact of Sanitation inIndonesia kembali kita dapat mengutip data, bahwasanyabiaya pemulihan pencemaran air mencapai Rp 13,3 triliunper tahun. Biaya sebesar itu, hampir sama dengan alokasiAPBN bidang sanitasi yang dialokasikan untuk limatahun. Sungguh, kita harus serius untuk membangunsanitasi supaya kerugian tak membengkak.

Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto punmengatakan, untuk mencapai target akses terhadap sanitasiuntuk 62,41 persen rumah tangga pada tahun 2015; akandibangun beberapa proyek infrastruktur. Alokasi danayang disiapkan pemerintah cukup besar, yaitu mencapaiRp 14,2 triliun hingga tahun 2014.

Beberapa proyek itu diantaranya, penambahan jaringanair limbah terpusat di 11-16 kota; pembangunan prasaranadan sarana air limbah sistem on site dengan prioritas di210 kota terpilih; pembangunan prasarana persampahanuntuk mengurangi timbunan sampah sebesar 20 persen;perbaikan manajemen pelayanan persampahan kota di210 kota prioritas; dan pembangunan drainase perkotaanuntuk pengurangan genangan seluas 4.600 hektar di 50kawasan strategis.

Pembangunan infrastruktur-infrastruktur itu, merupakanpengejawantahan dari komitmen kuat pemerintah ataspembangunan sistem sanitasi. Pada Sidang Umum PBB diakhir Juli 2010, Indonesia menjadi salah satu dari 122negara yang menetapkan sanitasi sebagai hak asasi manusia.Indonesia juga termasuk ke dalam 189 negara pendukungDeklarasi Milenium yang menetapkan sanitasi sebagaisasaran Millenium Development Goals 2015.

DENPASAR SEWARAGE

Salah satu proyek infrastruktur sanitasi yang sudahterbangun dan layak diimplementasikan di kota-kota lainadalah Denpasar Sewerage Development Project (DSDP)di Bali. Pembiayaan DSDP Tahap I berasal dari pinjamanJapan Bank International Coorporation (JBIC) IPA431senilai 5.400 juta yen, pemerintah pusat Rp 66,4 miliar,

Sudah menjadi rahasia umum, betapaIndonesia mengalami sedikitnya 120 jutakasus penyakit diare, dan 50.000 kematian

dini setiap tahun. Dengan statistiksemacam itu, sudah barang tentu akan

membuat turis ekstra waspada.

SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi November 201114

BERITA UTAMA

Page 15: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Pemerintah Provinsi Bali berupa tanah seluas 10 hektar(senilai Rp 100 miliar), Pemerintah Kota Denpasar Rp15,3 miliar, dan Pemerintah Kabupaten Badung Rp 6,6miliar.

Dalam rencana induk DSDP diketahui, sistem perpipaanair limbah terpusat akan melayani area seluas 4.040hektar. Dan untuk DSDP Tahap I telah melayani 1.200hektar, atau 30 persen dari wilayah wisata utamaDenpasar. Dengan kapasitas pengolahan 51.000 meterkubik per hari, proyek ini difasilitasi oleh 130 kilometerJaringan Pipa Air Limbah.

Mungkin ada pertanyaan, mengapa pinjaman danbantuan teknis diberikan oleh pemerintah Jepang? Sebab,Tokyo Sewerage System merupakan salah satu pengolahanlimbah terpusat yang terbesar di dunia. Pemerintah KotaMetropolitan Tokyo pun, mengoperasikan 13 pusatpengelolaan air buangan yang tersebar di 10 distriktempat muara pipa-pipa saluran limbah cair dari 23kawasan kota Tokyo.

Tokyo memang punya sejarah panjang mengenai modernsewerage system. Tahun 1884, di kawasan Kanda diTokyo, telah dibangun sistem pengolahan limbah ini.Bahkan pusat pemulihan air pertama yakni MikawashimaTreatment Plant telah dibangun pada tahun 1922.

Perusahaan Jepang, Pacific Consultants International,yang memberikan konsultasi terhadap proyek ini jugasudah berperan lebih dari 50 tahun. Mereka telahmengawasi lebih dari 94.000 proyek, yang tersebar di130 negara.

Tahun 2004, dimulailah pembangunanmulai dari instalasi pengolahan air

limbah (IPAL), rumah pompa, jaringanperpipaan dengan bangunan

pelengkap, hingga sambungan kerumah-rumah. Dengan sistem

perpipaan ini, tak perlu lagi mengurastangki septik, tak lagi ada rembesan

tangki septik sehingga masyarakatterbebaskan dari diare, disentri,

muntaber, dan sebagainya.

Secara detail, pekerjaan DSDP meliputi jaringan pipaair limbah (diameter 200-1.200 milimeter) denganpanjang total 130 kilometer, rumah pompa di Sanurdan Kuta, serta sambungan rumah sebanyak 10.000unit.

Bulan Juni 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyonopun meresmikan proyek itu. Namun, bahkan sebelumproyek itu diresmikan, sudah dicanangkan keberlanjutanDSDP Tahap II. Direncanakan selesai tahun 2014,proyek itu akan didanai pinjaman dari Japan Bank forInternational Cooperation (JBIC) senilai Rp 595,3 miliar,yang ditandatangani 29 Maret 2008.

Berdasarkan studi dari Direktorat Jenderal Cipta Karya,bila tiap harinya digelontorkan 128 ton sampah ke pantaidan laut, maka dengan DSDP diturunkan menjadi 106ton sampah. Pendapatan sektor pariwisata di Bali padatahun 2009, juga diperhitungkan naik sebesar Rp 500miliar.

Berapa besar biaya penyambungan jaringan ke DSDP?Untuk hotel dan restoran cukup mengeluarkan uang Rp1,5 juta, sementara untuk rumah tangga, karena disubsidi,cukup menyediakan Rp 600.000. Tiap bulan, tiap rumahpun cukup membayar retribusi Rp 5.000, jumlah yangterbilang kecil dibanding manfaat yang didapatkan.

Tentu saja, Denpasar dan bahkan Jakarta, bukantandingan Tokyo yang telah membangun sewarage systemsejak 100 tahun lalu. Dengan demikian, dibutuhkanniat kuat untuk membangun sistem itu, mengingatmanfaatnya jelas jauh lebih besar, dibanding investasiyang dikeluarkan. (*)

Konstruksi Denpasar Sewerage Development Project.

foto: www.slipiconstruction.com

Edisi November 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP 15

Page 16: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Terkait dengan rencana pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo Mojosongo,Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta menggelar sayembara lelang perencanaan untuk memperoleh pra-FS(feasibility study) atau studi kelayakan. Kegiatan sayembara sudah dimulai sejak September dan diharapkanselesai pada Desember 2011. Bagi peserta yang mengajukan dokumen pra-FS terbaik, akan mendapat hadiahRp 50 juta.

Setelah proses lelang sayembara pra-FS selesai, pemenang lelang baru membuat FS pengelolaan sampah diTPA Putri Cempo. Swasta yang mengikuti lelang diantaranya PT Selaras Daya Utama (Sedayu), PT SrikandiJava Solo, dan PT Narita Semarang. Selanjutnya, dokumen pra-FS hasil lelang ini akan menjadi milikpemerintah untuk kemudian diproses lelang investasinya.

“Kami butuh pendampingan dari Bappenas dan PT PII (Penjaminan Infrastruktur Indonesia) untukmendampingi penyusunan pra-FS yang akan dibuat oleh pemenang tender konsultan,” ujar Anggota TimKelompok Kerja (Pokja) Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) Tim Koordinasi Kerjasama Daerah (TKKSD)Zubaidi HS dalam diskusi skema proyek KPS sektor persampahan di Hotel Acacia Jakarta.

Bagi Kota Surakarta, sampah menjadi masalah yang cukup pelik. Timbunansampah di TPA Putri Cempo Mojosongo sudah melebihi ambang batas. Sebagaisolusi, Pemkot Surakarta menawarkan pengelolaan sampah kepada investormelalui proyek KPS (Kerjasama Pemerintah Swasta).

PUTRI CEMPOMENANTI “DIPINANG” SWASTA

Metode Open Dumping terpaksa banyak diterapkan di berbabagiTPA karena metode ini paling murah dari segi biaya. Seharusnya

metode yang diterapkan adalah Sanitary Landfill.

SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi November 201116

PROYEK KPS - SIAP DITAWARKAN

Page 17: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Jika sampah dikelola oleh Pemkot, diakui Zubaidi cukupberat. Oleh sebab itu, ditawarkan kepada investor yangberminat mengelola melalui skema KPS. Konsekuensinya,pihak Pemkot Surakarta nantinya harus membayar biayapengelolaan sampah kepada investor pemenang lelang.

Pihaknya akan memperhitungkan biaya tersebut denganlebih cermat dengan mengacu pada prinsip efektivitas dansaling menguntungkan (win-win solutions). ‘’Kami akanlakukan perhitungan lebih dulu, bagaimana nanti sistemkerjasamanya dengan investor. Misalnya sampah tersebutakan dikelola menjadi bahan bakar penghasil listrik, makananti kami mendapatkan berapa persen keuntungan. Karenaitu, kami butuh pendamping dari Bappenas untukmenghitungnya,’’ lanjut Zubaidi.

Sesuai dengan Perpres Nomor 13/2010 tentang KerjasamaPemerintah Daerah dan Badan Usaha, ada dua skenariodalam melakukan penilaian pembuatan pra-FS, yaitu dengansistem solicited dan unsolicited. “Kami menerapkan sistemsolicited, yakni pengelolaan TPA Putri Cempo inisiatif datangdari Pemkot,” ujarnya. Dalam hal ini, sebelum kerja samadengan swasta itu dilakukan, Pemkot harus menyiapkandokumen pra-FS.

TPA OVERLOAD

Kondisi pengelolaan sampah di Kota Surakarta cukupmemprihatinkan. Satu-satunya TPA Putri Cempo yangberlokasi di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres sudahkelebihan beban (overload) untuk menampung seluruh sampahmasyarakat. Volume sampah Kota Surakarta mencapai 265ton per hari. Terdiri dari sampah rumah tangga (158,5 ton),perdagangan dan jasa (38,25 ton), pasar (24,25 ton), dansampah jalan dan taman (5,5 ton).

TPA Putri Cempo dibangun tahun 1985. Lokasinya dilewatikabel jaringan listrik tegangan tinggi. Awalnya, sampahtidak bermasalah karena jarak timbunan sampah dengankabel jaringan cukup jauh. Jauh beda dengan sekarang.Tumpukan sampah mencapai ketinggian 15 meter sehinggahampir menyentuh jaringan. Jika terus ditimbuni sampah,tidak mustahil kabel jaringan akan tertutup sampah.

Luas lahan TPA mencapai 17 hektar. Yang betul-betul digunakanuntuk lahan pembuangan sampah luasnya 13 hektar dan sisanya4 hektar untuk pembangunan fasilitas pendukung pembuangansampah, yakni kantor pengelola pos jaga, jembatan timbangdan jalan. Selain itu, di lokasi TPA terdapat Instalasi PengolahLumpur Tinja (IPLT) yang dikelola oleh PDAM.

“Lahannya milik Pemkot sehingga tidak diperlukan lagipengadaan lahan oleh swasta,” tukas Zubaidi. “Seandainyadalam proyek KPS nantinya dibutuhkan tambahan lahan,Pemkot siap untuk menyediakan,” imbuhnya.

Pada awal beroperasi, TPA Putri Cempo menggunakan metodesanitary landfill. Namun dalam perkembangannya bergantidengan metode open dumping karena keterbatasan anggaranoperasional dan kekurangan tanah untuk menutup sampah.Metode open dumping ini yang akhirnya membuat timbunansampah menjadi overload sehingga tampak seperti gunung.

Kondisi ini makin diperparah oleh sarana dan fasilitas TPAseperti instalasi pembuangan/ventilasi gas, penyemprotanlalat, tanaman pelindung, dan saluran drainase yang belummemadai sehingga pada musim kemarau rawan terjadikebakaran, sedangkan pada musim penghujan kawasandipenuhi lalat.

Buruknya kondisi jalan menyebabkan truk pengangkutsampah tidak dapat menjangkau ke tengah area penimbunan.Truk hanya sampai di pinggiran kemudian sampah didorongke area penimbunan menggunakan eskavator. TPA inidilengkapi dua unit eskavator yang kerap rusak karenakurangnya perawatan.

Program proyek KPS pengelolaan sampah di TPA PutriCempo Mojosongo terus bergulir. Lelang proyek diperkirakanbaru bisa digelar pertengahan tahun 2012. Meskipun nantinyamasih ada sejumlah tahapan yang harus dilalui terkait kesiapanpengelolaannya, Pemkot Surakarta berkomitmen untukmelaksanakan secara paralel antara persiapan pengelolaanTPA tersebut dengan teknis pengelolaan di lapangan saat ini.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Surakarta, Budi Suhartomengakui untuk merealisasikan KPS memang melaluisejumlah tahapan yang membawa konsekuensi molornyapenanganan sampah. Karena itu, sebelum KPS itu terjalinmelalui proses lelang, pihaknya harus tetap menjamin adanyakeberlangsungan penanganan sampah di Putri Cempo.

“Kami rancang prasarana pendukung dengan menambahtruk sampah atau alat berat lainnya, karena penanganansampah harus tetap jalan sampai kerja sama terlaksana agartidak terjadi kevakuman,” tegasnya belum lama ini. Artinya,Pemkot Surakarta tetap akan melaksanakan tugasnyamenangani sampah sambil menunggu Putri Cempo“dipinang“ (dilamar) oleh swasta.(*)

Edisi November 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP 17

Page 18: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

LEGOK NANGKASIAP GANTIKAN TPA SARIMUKTI

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat siap membangun TPA Legok Nangkamelalui skema KPS (Kerjasama Pemerintah Swasta) untuk menggantikan TPA Sarimuktiyang izin pakai lahannya habis pada tahun 2018.

Permasalahan sampah di Kota Bandung muncul sejakTempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah dilandamusibah tanah longsor pada Februari 2005 lalu. Akibatperistiwa tersebut, sampah praktis tidak bisa diangkutke TPA Leuwigajah. Sampah hasil buangan rumahtangga, pasar maupun dari sumber lain hanya ditimbundi Tempat Pembuangan Sementara (TPS).

Sampah yang tidak bisa ditampung di TPS, terpaksaditumpuk di pinggir jalan atau dibuang sembaranganke sungai atau ke lahan-lahan kosong. Kondisi inimembuat lingkungan menjadi kotor, menimbulkanbau menyengat apalagi kalau sesudah turun hujan,dan menjadi sumber penyakit.

TPA Sarimukti yang berada di Desa Sarimukti,Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, tak ayalmenjadi sasaran penampungan sampah. Sampah yangmestinya dibuang ke Leuwigajah, terpaksa dialihkan ke

Sarimukti sehingga Pemprov Jabar yang semulamenetapkan izin operasional TPS Sarimukti habis padatahun 2012, diperpanjang sampai tahun 2018.

TPA Sarimukti sendiri saat ini sudah kelebihan beban(overload) untuk menampung sampah buangan warga.Gundukan sampah menyerupai gunung menjadipemandangan lumrah pasca musibah longsor. Terlebihlagi, sejumlah warga merasa keberatan jika keberadaanTPA Sarimukti dipertahankan. Pasalnya, sampah diTPA Sarimukti tidak dikelola dengan baik (opendumping) sehingga menimbulkan pencemaran danmenjadi sumber penyakit.

“Setelah TPA Leuwigajah ditutup, kendala utamapenanganan sampah yang dihadapi Kota Bandungadalah makin menumpuknya sampah yang belumterangkut dan sulitnya mencari TPA pengganti. Halini akan berdampak buruk bagi lingkungan dan

Bekas TPA Leuwigajah yang sekarang sudah tidak dipergunakan lagi akibat longsornya timbunan sampah.

SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi November 201118

PROYEK KPS - PRIORITAS

Page 19: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

kesehatan warga,” ujar pengamat persampahan EnriDamanhuri. Seperti diketahui, TPA Leuwigajah telahberoperasi selama lebih 30 tahun. Terletak diantara Bandungdan Cimahi yang merupakan muara akhir pembuangansampah dari Kabupaten Bandung, Kota Bandung, dan KotaCimahi.

Saat ini volume timbunan sampah di Kota Bandungmencapai 1.800 ton per hari dimana 60%-nya adalah berasaldari sampah rumahtangga. Dari total volume sampah ituyang bisa dikelola hanya 65%. Sesuai Perda Nomor 8/2008tentang RPJPD Kota Bandung Tahun 2005-2025, PemkotBandung menargetkan sampah yang bisa dikelola mencapai90%, meliputi 20% dengan metode 3R (Reduce, Reuse,Recycle), 30% dibuang ke TPA melalui teknologi ramahlingkungan serta 40% ke landfill.

Pembangunan TPA Legok Nangka menjadi salah satu solusidan upaya Pemprov Jabar untuk mengatasi sampah. Menurutrencana, Legok Nangka sebagai TPA yang mampu mengelolasampah dengan teknologi berwawasan lingkungan sertadapat memberikan nilai tambah (benefit) dari hasil olahandan daur ulangnya.

“TPA Legok Nangka itu nantinya akan menjadi tempatpembuangan sampah dari Bandung Raya, termasuk KotaCimahi , Kabupaten Bandung Barat dan KabupatenSumedang. Proyeknya akan menggunakan skema KPS karenaketerbatasan Pemprov menyediakan teknologi daninfrastrukturnya,” jelas Kasubid Non-Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah Bappeda Jawa Barat, Tubagus Nugraha.

Legok Nangka berada di Desa Ciherang, Kecamatan Nagreg,Kabupaten Bandung. Lahan yang bakal dijadikan arealpengolahan sampah luasnya sekitar 68 hektare. Seluruhlahan sudah dibebaskan. Studi kelayakan (feasibility study)juga sudah rampung dengan dibantu JICA ( JapanInternational Cooperation Agency).

“Kendati TPA Sarimukti masih beroperasi hingga 2018,namun melihat kondisi Kota Bandung yang ada saat ini,bagaimanapun TPA Legok Nangka harus bisa segeradirealisasikan pengoperasiannya,” kata Kepala BappedaJabar, Deny Juanda Puradimaja. Ditambahkan, sejumlahinvestor menyatakan berminat untuk kerjasama denganPemprov sehingga dalam waktu dekat akan dilakukan prosestender. Pemerintah pusat sebelumnya mengucurkan anggaranRp 26 miliar untuk pembangunan infrastruktur akses jalanmenuju ke Legok Nangka.

Dalam diskusi KPS sektor persampahan dengan Bappenasdi Jakarta belum lama ini, terungkap bahwa KPS yang akandilakukan dalam proyek TPA Legok Nangka ini hanyamenyangkut aspek pengolahan sampah, sedangkan investasipengadaan lahannya ditanggung Pemprov Jabar.

Saat ini sistem teknologi yang akan dipakai serta biayatipping fee masih dalam tahap pembahasan. “Tipping feediusulkan dalam studi kelayakan sekitar 18-19 dolar AS.Ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan tipping fee diSarimukti yang hanya Rp 33.000/ton untuk prosespengolahan dan pemrosesannya. Masalah ini yang akankami bahas lebih lanjut sehingga mencapai harga yangaffordable dan realistis,” tutur Tubagus. Belum lama inisudah dilakukan pembahasan draft laporan final, tapiPemprov masih keberatan terutama tipping fee, imbuhnya.

Persoalan lain menyangkut aspek teknologi. Pemprov Jabarminta teknologi pengelolaan sampah di TPA Legok Nangkamenggunakan alternatif teknologi lain yang lebih baik.Pasalnya, kata Tubagus, penerapan teknologi berkait denganbe s a r a n b i a y a . S e m a k in m a j u t e kn o l o g in y a ,kecenderungannya akan semakin besar biayanya.

“Pembahasan juga difokuskan soal teknologi pengolahandan pemrosesannya. Mengenai biayanya, bisa dianggarkanmelalui APBD atau dianggarkan dari investor melalui skemaKPS,” ulasnya.

Menurut hasil feasibility study, TPA Legok Nangka akandikembangkan menuju teknologi dry anaerobic digestion andcomposting mengingat banyak keuntungan yang bisa diperolehseperti kompos, energi listrik, produk daur ulang serta tingkatreduksi sampahnya sekitar 5%. Sebagaimana komitmenPemprov Jabar bahwa pengelolaan sampah Kota Bandungmelalui fasilitas pengolahan sampah waste to energy.

Tentu saja, dibutuhkan anggaran biaya yang tidak sedikitdalam rangka menuju waste to energy. Data yang adamenyebutkan, TPA Legok Nangka menyerap biaya Rp 1triliun lebih untuk pembangunan infrastruktur danteknologinya. Untuk mengatasinya, Pemprov Jabarmelakukan tender kepada swas ta yang berminatmenggarapnya melalui KPS.

“Tahun depan diharapkan sudah memasuki tahap tendersehingga pembangunannya dapat segera terealisasi. TPALegok Nangka termasuk proyek prioritas,” tandas TubagusNugraha. (*)

Edisi November 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP 19

PROYEK KPS - PROSPEK

Page 20: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Pemerintah Kota (Pemkot) Padang, Sumatera Barat, mengalami kendala dalam pengelolaansampah. Keterbatasan anggaran dan minimnya fasilitas membuat penanganan sampah terfokusdi pusat kota. Pemkot Padang mengharapkan ada investor untuk proyek Kerjasama Pemerintah

Swasta (KPS) di sektor persampahan.

Tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Dingintampak menggunung. Pemandangan serupa juga ditemui di sejumlahlokasi Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Kota Padang.Sementara di beberapa tanah kosong di kawasan pinggiran kota,terlihat pula tumpukan sampah karena tidak terangkut ke TPS.

Melihat kondisi itu, Wakil Walikota Padang Mahyeldi Ansharullahmenyatakan sampah menjadi persoalan serius di wilayahnya. ‘’Kitaharus merubah ke mindset bahwa sampah yang dikelola denganbaik dapat menghasilkan sesuatu bernilai ekonomi. Ke depannyaagar dicarikan solusi penanganan sampah sehingga tidakmenumpuk di TPS,’’ ujarnya.

Salah satunya adalah rencana Pemkot Padang membangun pabrikpengolahan sampah menjadi kompos dan sumber energi pada tahun2012. Pabrik akan dibangun berdekatan dengan lokasi TPA didaerah Air Dingin. Pemkot sendiri mencanangkan pembangunanpabrik sampah merupakan proyek potensial yang segera dilakukanuntuk mengatasi persoalan sampah lewat skema KPS.

“Anggaran Pemkot tidak mungkin karena butuh dana besar untukmembangunnya. Makanya, melalui KPS dengan investor yangberminat membangunnya. Kami tengah menjajaki peluang kearah itu,” lanjut Mahyeldi.

TPA Air Dingin dirancang menggunakan sistem sanitary landfill,namun belum berfungsi sepenuhnya yang disebabkan olehterbatasnya peralatan penunjang seperti eskavator dan buldoseryang tersedia, sehingga operasional TPA dengan menggunakanopen dumping yang sangat berpotensi mencemari lingkungan.

Pengelolaan sampah melalui kerjasama swasta sebenarnya sudahdiwacanakan sejak tahun lalu. Bahkan pernah ada rencanamemproses sampah menjadi bio-energi, namun rencana tersebuttidak pernah terwujud sampai sekarang. Pemkot Padang terusberupaya mendekati swasta agar mau diajak bekerjasama. “Bilaada pihak ketiga yang berminat, tentu sangat diharapkan sekaliada pengolahan sampah menjadi produk jadi lainnya,” ujar Azwin,Kepala Kantor Penanaman Modal Daerah Kota Padang.

Lebih jauh, pihaknya mengklaim siap memberikan berbagaikemudahan bagi investor yang bersedia menanamkan modalnya.Kemudahan tersebut antara lain berupa keringanan segala bentukpengurusan perizinan, menyiapkan tim pembantu pelaksana penelitianke obyek yang diminati serta pemberian insentif di sektor pajak sertakeringanan retribusi. Terlebih lagi jika investasi itu dapat merekrutbanyak tenaga kerja, maka konsekuensinya pajak serta retribusi lahaninvestasi mereka akan dikurangi 20% hingga 100%.

Potensi sampah dari rumah tangga di Kota Padang mencapai volume800 ton per hari, dan baru sebagian kecil yang diproses menjadipupuk kompos dengan kisaran produksi 4,5 ton/bulan atau sekitar150 kg/hari. Seluruh sampah dikelola di TPA yang berlokasi diKelurahahan Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah dengan arealseluas 30 hektar. Kompos hasil olahan sampah ini selanjutnyadigunakan sebagai pupuk tanaman di taman-taman kota.

Terkait dengan TPA Air Dingin, Kepala Dinas Kebersihan danPertamanan (DKP) Kota Padang, Medistar, dalam forum diskusidengan Bappenas di Jakarta belum lama ini menegaskan, ada duacalon investor yang mengajukan FS (Feasibility Study) usulan proyekpengelolaan sampah berskema KPS. Kedua investor tersebut adalahPT Universal Indocommerce, dan PT Bionersis Indonesia.(*)

PEMKOT PADANGAJAK SWASTA BANGUN TPA

Mesin sortir sampah sederhana yang memisahkan sampah organik dan sampah non organik.

PROYEK KPS - POTENSIAL

SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi November 201120

Page 21: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Infrastruktur juga merupakan prasyarat mutlakmasuknya investasi ke suatu wilayah. Dengandukungan infrastruktur yang memadai makaakan semakin mudah bagi wilayah itu menggaet

investor. Adanya investasi berarti memicu roda perekonomian daerahsehingga kehidupan masyarakatnya menjadi lebih baik. Oleh sebabitu, sangat beralasan jika pemerintah memberikan perhatian utamapada sektor infrastruktur.

Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2011 disebutkan,sasaran pembangunan infrastruktur diarahkan untuk mendukungketahanan pangan nasional, meningkatkan keterhubungan antarwilayah (domestic connectivity), memperkuat virtual domesticinterconnectivity, mengurangi backlog penyediaan perumahan danprasarana dasar permukiman, meningkatkan ketahanan energinasional, ketersediaan air baku serta pengendalian banjir.

Untuk mendukung Masterplan Percepatan dan PerluasanPembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2014 pemerintahmembutuhkan anggaran infrastruktur sebesar Rp 755 triliun. Namun,pemerintah memiliki keterbatasan untuk memenuhi kebutuhananggaran tersebut. Pemerintah hanya mampu menyediakan Rp 544triliun dari total kebutuhan anggaran.

Untuk menutup kekurangannya, dibutuhkan paradigma barudalam kebijakan pembangunan infrastruktur di Indonesia, yaituyang menyangkut hubungan Pemerintah, dan Pemerintah Daerahdengan swasta. Hubungan tersebut rumuskan dalam skema proyekKerjasama Pemerintah Swasta (KPS), sebagaimana tertuang dalamPeraturan Presiden Nomor 56/2011 dan Perpres Nomor 13/2010tentang Perubahan Peraturan Presiden Nomor 67/2005 tentangKerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam PenyediaanInfrastruktur.

Peraturan ini mengatur KPS untuk proyek-proyek infrastrukturtertentu. Dalam hal ini termasuk mengenai bandara, pelabuhan,jalur kereta api, jalan, penyediaan air bersih/sistem pengairan, airminum, air limbah, limbah padat, informasi dan komunikasiteknologi, ketenagalistrikan serta minyak dan gas.

Dalam kaitan proyek KPS, Direktorat Pengembangan KerjasamaPemerintah dan Swasta (PKPS), Bappenas memegang peran yangsangat penting. Sebagai unit kerja di bawah Deputi Bidang Saranadan Prasarana, Direktorat PKPS mengemban tugas menyiapkanperumusan kebijakan, koordinasi, sinkronisasi sekaligus evaluasiterhadap program KPS di bidang infrastruktur. Unit kerja inijuga bertugas menyusun rencana pembangunan nasional untukpengembangan KPS dalam jangka pendek, menengah, dan jangkapanjang.

Dalam menjalankan tugasnya, Direktorat PKPS memiliki tigasub direktorat yaitu Sub Direktorat Regulasi Kelembagaan danInformasi; Sub Direktorat Analisa Tarif dan Resiko; serta SubDirektorat Pembiayaan dan Kerjasama Investasi.

Masing-masing sub direktorat mempunyai tugas tertentu yang salingmendukung dan melengkapi. Tugas Sub Direktorat RegulasiKelembagaan dan Informasi, melaksanakan pengkajian kebijakandan penyiapan penyusunan rencana pembangunan nasional bidangregulasi kelembagaan, dan informasi infrastruktur, serta melaksanakanpemantauan, evaluasi, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaannya.

Kemudian, Sub Direktorat Analisa Tarif dan Resiko mempunyaitugas melaksanakan pengkajian kebijakan dan penyiapan penyusunanrencana pembangunan nasional mengenai pentarifan layananinfrastruktur dan pengalokasian resiko, serta melaksanakanpemantauan, evaluasi, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaannya.

Infrastruktur yang memadai, secara kualitas maupun kuantitas, merupakan prasyaratmutlak bagi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pembangunan infrastruktur jugadibutuhkan untuk mewujudkan pemerataan, menurunkan tingkat kemiskinan sertameningkatkan kualitas hidup.

UJUNG TOMBAKPROYEK KPSINFRASTRUKTUR

Direktur PengembanganKerjasama Pemerintah danSwasta, Bappenas, Dr. Ir.Bastary Pandji Indra, MSP.

Direktorat Pengembangan Kerjasama Pemerintah dan Swasta, Bappenas.

21Edisi November 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP

PROFIL LEMBAGA KPS

Page 22: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Sedangkan Sub Direktorat Pembiayaan dan Kerjasama Investasimelaksanakan pengkajian kebijakan dan penyiapan penyusunanrencana pembangunan nasional di bidang pembiayaan dankerjasama investasi, serta melaksanakan pemantauan, evaluasi,penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaannya.

Peran Direktorat PKPS tak luput dalam menyusun, merumuskan,mengkoordinasi, mensinkronisasi, sekaligus mengevaluasi terhadaprencana proyek KPS di sektor persampahan. Bahkan, tim direktorattidak segan-segan mendampingi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota meninjau langsung ke lapangan dalam rangka pengembanganKPS sekaligus memberikan advice terhadap proyek yang akandikerjasamakan dengan swasta. Pihak Direktorat PKPS sangatterbuka untuk membantu Pemerintah Kabupaten/Kota untukmengidentifikasi peluang-peluang ke arah terwujudnya KPS disektor persampahan.

Dukungan lain juga diberikan direktorat ini terkait dengan proyekKPS. Sebut saja rencana pembangunan TPA Putri Cempo dimanaPemerintah Kota Surakarta membutuhkan pendampingan dariDirektorat PKPS untuk penyusunan pra-FS (Feasibility Study) proyek.Permintaan serupa juga disampaikan Dinas Kebersihan danPertamanan Kota Padang agar Direktorat PKPS membantu mengkaji

FS usulan proyek pembangunan TPA Air Dingin di Kota Padang.Proyek KPS saat ini menjadi primadona dalam menggiatkanpembangunan infrastruktur di Indonesia, di samping bertujuanuntuk mengatasi kendala keterbatasan anggaran pemerintah. Halini disikapi Direktorat PKPS dengan mengedukasi kepada seluruhstakeholder melalui forum diskusi dan seminar. Sehingga, forumbertajuk edukasi KPS gencar digelar Bappenas.

Pada bulan Oktober 2011 misalnya, bertempat di Hotel AcaciaJakarta diselenggarakan forum Diskusi Skema Proyek KPS SektorPersampahan yang diikuti berbagai Pemerintah Kota di Indonesia.Tujuan diskusi adalah untuk mendapatkan masukan mengenaitantangan dan hambatan dalam implementasi proyek persampahandan alternatif penyelesainnya; mempercepat pelaksanaan penyiapandan pelaksanaan proyek KPS; serta memfasilitasi perencanaanpengembangan proyek KPS dan pengelolaan anggaran setiap tahunnyadalam APBN dan Rencana Ker ja Pemerintah (RKP).

Kemudian di Medan, pada bulan yang sama, diselenggarakanseminar nasional bertajuk “Optimalisasi Skema KPS dalamPembangunan Infrastruktur di Daerah” yang tujuannya untukmemicu proyek pembangunan berskema KPS di tanah air.Termasuk pula menerbitkan buku panduan bagi investor dalaminvestasi di bidang infrastruktur.

Direktur PKPS, Bastary Pandji Indra dalam berbagai kesempatanselalu menekankan bahwa pemerintah membutuhkan investasibersama swasta untuk pembangunan infrastruktur. “Oleh sebabitu, peningkatan peran swasta dalam penyediaan infrastrukturharus dilakukan melalui kerjasama yang terukur,” katanya.

Menurutnya, pembangunan infrastruktur berdampak positif terhadapberbagai sektor seperti pengurangan pengangguran, penguranganangka kemiskinan dan peningkatan pendapatan masyarakat.Infrastruktur merupakan cara efektif dalam meningkatkanperekonomian nasional. “Tanpa adanya investasi di bidanginfrastruktur, jangan berharap target Product Domestic Regional Brutotahun 2025 akan mencapai USD 13.000,” tegasnya.

Pemerintah menargetkan Indonesia menjadi negara maju padatahun 2025 sebagai kekuatan 12 besar dunia, dan 8 besar duniapada tahun 2045 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yanginklusif dan berkelanjutan. Target itu dapat tercapai jika investasidi bidang infrastruktur berkembang pesat. “Tentu ini menjaditugas Bappenas bersama seluruh eleman bangsa untukmengembangkan infrastruktur dengan memberikan iklim kondusifbagi investor untuk berinvestasi melalui proyek KPS,” tandasBastary Pandji Indra. (*)

Di sektor persampahan, proyek KPSmeliputi pembangunan infrastruktur

Tempat Pembuangan Akhir (TPA)berikut dengan teknologi pengolahannya

maupun KPS pengelolaan dari hulu hingga hilir(pengumpulan, pengangkutan sampai padaproses pengolahan di TPA). Aturan maupun

ketentuan sektor persampahan termaktubdalam Undang-Undang Nomor 18/2008

tentang Pengelolaan Sampah.

PROFIL LEMBAGA KPS

SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi November 201122

Page 23: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Di Indonesia, pengelolaan sampah secara jelas dinyatakandalam UU Nomor 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah.Salah satu tugas pemerintah dan pemerintah daerah (Pemda)dalam pengelolaan sampah sebagaimana disebutkan padaPasal 6 adalah melaksanakan pengelolaan sampah danmemfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengolahansampah.

Tugas tersebut bukan hanya pada proses pengolahannyasaja dengan menyediakan fasilitas armada truk pengangkutsampah, menyediakan bak sampah, Tempat PembuanganSementara (TPS) hingga Tempat Pembuangan Akhir(TPA), melainkan juga proses pengelolaan mulai daripengumpulan, pengangkutan sampai pada prosespengolahan.

Sampah dari rumah tangga, pasar, perkantoran, arealkomersial hingga sejumlah tempat lain yang menjadisumber sampah itu dikumpulkan, lalu dibawa ke TPS.Selanjutnya, dari TPS sampah diangkut ke TPA untuk

diolah. Pengumpulan di TPS tentunya sudah melaluitahap pemilahan (menyortir sampah yang masih bisadidaur ulang) sehingga volume sampah di TPA jadiberkurang. Pada umumnya, tugas mengumpulkan,mengangkut dan mengolah sampah dilaksanakan olehpetugas Dinas Kebersihan Kabupaten/Kota.

Pada Pasal 24 disebutkan bahwa Pemerintah danPemerintah Daerah wajib membiayai penyelenggaraanpengelolaan sampah yang bersumber dari APBN danAPBD. Usulan anggaran untuk alokasi pengelolaan sampah(bagian dari program sanitasi) itu ditetapkan pada tahaprancangan APBN atau APBD setiap tahun.

Sampah dan penduduk adalah dua hal yang saling berkait.Pertambahan penduduk menyebabkan volume sampahmeningkat. Berlaku hukum kasualitas dimana pertambahanpenduduk berbanding lurus dangan timbulan sampah.Sehingga, Pemerintah Kabupaten/Kota menghadapipermasalahan pengelolaan sampah.

Di satu sisi, volume sampah terus membengkak karenapenduduk bertambah, sementara di lain sisi ketersediaanlahan untuk TPA semakin terbatas. Terlebih lagi, anggaranAPBD tidak mampu menyediakan biaya pengelolaansampah di wilayahnya.

Oleh karenanya, Pasal 6 UU 18/2008 mengisyaratkantentang perlunya Pemerintah Kabupaten/Kota melakukankoordinasi antarlembaga pemerintah, masyarakat dandunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaansampah.

Ditegaskan lagi dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor56/2011 dan Perpres 13/2010 tentang perubahan PerpresNomor 67/2005 bahwa Pemerintah Daerah dapatbekerjasama dengan pihak swasta dalam penyediaan saranapersampahan.Mesin pemilah sampah di cakung dengan kapasitas 800 ton per-hari.

Untuk mengatasi permasalahan sampah, ternyata pemerintah tidak mampumenanganinya sendiri. Perlu peran serta pihak swasta untuk mengelola danmengolah sampah melalui program Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS).

Edisi November 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP 23

EDUKASI PROGRAM KPS

Page 24: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Kemitraan dengan swasta merupakan langkah yang dapatditempuh dalam rangka menutupi keterbatasan yang dimilikioleh Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikanpelayanan publik di sektor penanganan sampah. Keterbatasanitu tidak hanya dalam pengertian keterbatasan dana, tapijuga keterbatasan jumlah tenaga, kemampuan (skill),pengalaman, hingga keterbatasan di bidang teknologipengolahan sampah.

Seluruh kegiatan KPS terlebih dulu harus diawali pra-FS (pra-Feasibility Study). Tujuannya untuk menilai kelayakanproyek yang akan dijalankan, baik kelayakan investasi,teknologi maupun aspek-aspek terkait ke depannya. Pra-FS bisa dilakukan oleh pemerintah setempat maupunswasta. Hasil pra studi kelayakan ini selanjutnya dipelajarioleh tim terkait yang memiliki kompetensi. Setelah selesai,selanjutnya proyek ditenderkan.

Terdapat dua biaya yang mesti disiapkan dalam halpengelolaan sampah, yakni biaya investasi (lahan,infrastruktur) dan biaya operasional pemeliharaan(pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan). Setelahdianalisa dari pra-FS, maka bisa ditetapkan apakah swastaakan menggarap kedua proyek (inves ta s i danpemeliharaan), atau sebagian proyek ditangani pemerintahsetempat. Hal ini kemudian dimatangkan dalam analisisproyek KPS yang akan digarap.

Sejauh ini, sudah banyak proyek pengelolaan sampah ditanah air yang dilakukan dengan skema KPS. Sebut sajaPemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menggandeng swastauntuk pengolahan sampah di TPA Bantargebang, maupunrencana pengelolaan sampah ke depan dengan skema KPS.

Skema KPS juga akan diterapkan pada proyek pengolahansampah di sejumlah kota seperti Bandung, Malang, Lampung,Padang, Bogor, Depok dan kota-kota lain. Pertimbanganmendasar kerjasama tersebut adalah karena pemerintahsetempat tidak memiliki anggaran dandana yang memadai mengingat biayayang dibutuhkan untuk pengelolaansampah yang memenuhi standar danketentuan.

Di lain pihak, minat swasta sejauh inicuk up be sa r t e r ha dap p r oyekpengolahan sampah karena adanyajaminan investasi dan kepastianh u k u m . P r o y e k - p r o y e k y a n gdi lak sanakan dalam skema KPSmendapat jaminan pemerintah dengan

menggunakan skema penjaminan bersama antaraPemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dan PT PenjaminanInfrastruktur Indonesia (Persero) sebagaimana dimandatkandalam Perpres Nomor 78/2010 tentang PenjaminanInfrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah danBadan Usaha yang dilakukan melalui Badan UsahaPenjaminan Infrastruktur.

Sedangkan di sisi bisnis, proyek pengelolaan sampahternyata merupakan peluang bisnis yang cukupmenggiurkan. Kendati dengan modal awal yang cukupbesar, namun modal tersebut dapat dipastikan akan kembali– bahkan menuai untung – sekalipun dalam rentang waktuyang relatif lama.

Sukses proyek pengelolaan KPS sampah salah satunyadialami Kota Batam. Sejak April 2009 pengelolaan sampahditangani PT Surya Sejahtera. Pada awalnya, pengelolaansampah di Kota Batam dikendalikan Otorita Batam melaluiBadan Pengelolaan Kebersihan. Pada tahun 2000,penyelenggaraan pengelolaan sampah diambilalih olehPemkot Batam.

Dengan adanya Perpres No. 56/2011 dan Perpres 13/2010tentang Perubahan Perpres 67/2005 yang memungkinkanpengelolaan kebersihan dari hulu sampai hilir diberikankepada swasta, Pemkot Batam melakukan kajian. Hasilnya,pengelolaan sampah layak diserahkan ke swasta. Secaraekonomis, Pemkot dan pihak swasta akan sama-samauntung.

Setiap tahun anggaran pengelolaan sampah makinmeningkat, sementara penerimaan retribusi kebersihantak mencukupi. Pemkot memberi waktu 25 tahun kepadaPT Surya Sejahtera untuk mengelola sampah di Batam.Adapun, investasi yang ditanamkan swasta tersebutmencapai Rp 500 miliar.

Manfaat KPS kini dirasakan masyarakat dan PemkotBatam. Lingkungan di KotaBatam menjadi bersih. Selainitu Pemkot memperoleh profitsharing 5% dar i retribusitertagih dari pelanggan sertapemasukan kas daerah sebesarRp 5.000 per 1 ton sampahserta profit 5% dari keuntunganhasil pemanfaatan sampah yangdikelola. (*)

Membiasakan untuk memisahkan sampah kering dansampah basah adalah langkah awal yang baik untuk mendidik

masyarakat dalam memahami permasalahan sampah.

SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi November 201124

EDUKASI PROGRAM KPS

Page 25: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

SODIQ SUHARDIANTOPengusaha Pengelola Sampah

Sosok Sodiq Suhardianto cukup familiar di bidangpersampahan. Maklumlah, pria kelahiran Jember, JawaTimur, 53 tahun lalu itu dikenal sebagai pengamat masalahpersampahan. Kritik dan pemikirannya soal manajemenpersampahan di Indonesia kerap menghiasi halaman suratkabar nasional. Ketenaran namanya juga berlaku dilingkungan Kementerian Pekerjaan Umum karena dirinyasering terlibat proyek pengelolaan sampah skema kerjasamapemerintah swasta (KPS).

Di bawah bendera PT Panca Bhakti Utama yang jointventure dengan PT Gikoko Kogyo Indonesia, perusahaanPMA asal Jepang, dia mengarap pengelolaan sampah diTempat Pembuangan Akhir (TPA) Cakung Cilincing(Cacing).

Perusahannya mengelola sekitar 450 ton sampah yangdikumpulkan dari Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan JakartaUtara. Bentuk kerjasama dengan Pemda DKI Jakarta,adalah pihaknya hanya mengelola sampah yang ada di TPACacing, sedangkan pengangkutan sampah dari rumahtangga dan TPS dilakukan oleh Dinas Kebersihan PemdaDKI Jakarta.

“Mulai tahun 2012, kami targetkan 1.500 ton sampah perhari yang dikelola, sesuai kapasitas terpasang mesin pengolahsampah TPA. Ini berarti, sekitar 25% dari total volumesampah Jakarta yang mencapai 5.400 ton per hari bisadikelola di TPA Cacing,” ujar Sodiq yang menjabat DirekturPT Panca Bhakti Utama.

Di TPA ini, dia mengenalkan inovasi sistem barupengolahan sampah yang dikenal dengan istilah MBT(Mechanical Biological Treatment) yang diadopsi dariDenmark. Melalui teknologi dry anaerobic digestion andcomposting pada sistem ini, sampah dikelola menjadi energilistr ik, kompos, dan RDF (Refuse Derived Fuel) .

Selain itu, sampah non organik seperti plastik akan diprosesdaur ulang menjadi produk bermanfaat yang bisa dipakailagi. Teknologi ini ramah lingkungan dan mampu mereduksisampah hingga maksimal 5%.

Dari sampah di TPA Cacing ini nantinya akan dihasilkanenergi listrik sebesar 4 MW. Listrik akan dijual ke PLN.Sedangkan RDF dari sampah ban, plastik, kayu, kertas,dan kayu akan dikirim ke sebuah pabrik semen untukbahan bakar.

“Infrastruktur sudah disiapkan dan tinggal bangun. Kamirencanakan tahun 2012 TPA Cacing sudah menggunakansistem MBT berteknologi dry anaerobic digestion,” tegasSodiq, lulusan Fakultas Geografi Lingkungan, UniversitasGadjah Mada Yogyakarta tahun 1986 dan menjadi KetuaPusat Pengkajian Persampahan Indonesia. Adapun, biayapenyediaan mesin MBT dan pembangunan infrastrukturnyaditaksir mencapai US$ 30 juta.

Usahanya kini semakin maju. Bahkan menjadi salah satupemain handal di industri pengelolaan sampah nasional.Sudah tentu kesuksesan yang diraih ini melalui usaha kerasdan perjuangan tanpa kenal lelah. Untuk menerapkanteknologi MBT ini, dia harus berkelana ke negara-negaramaju di Eropa, melakukan studi literatur, hingga bertemulangsung dengan pakar sampah dari Denmark, HendrikMortensen dan membawa ke Indonesia untuk edukasi carapengelolaan sampah.

Dengan dukungan teknologi yang modern, perusahaannyasiap menggarap berbagai proyek pengelolaan sampah.Target tahun depan adalah menggarap proyek pengelolaansampah di 20 kota. “Beberapa walikota seperti Depok,Bekasi, Cimahi, dan Batam sudah menghubungi saya danminta kerjasama mengelola sampah,” tandas SodiqSuhardianto. Ia memiliki prinsip: “Sampah, ubah masalahmenjadi sumber dana”. (*)

Sampah, Ubah MasalahMenjadi Sumber Dana

25Edisi November 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP

S O S O K

Page 26: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

ANTONIUS BUDIONODir, Bina Program, Dirjen Cipta Karya

Sibuk kunjungan kerja ke daerah dalam rangka sosialisasisanitasi, begitulah yang diilakoni Direktur Bina Program padaDitjen Cipta Karya Kementerian PU, Antonius Budiono,belakangan ini. Padatnya jadwal kunjungan ini berkait dengandana hibah dari pemerintah Australia melalui AusAID untukproyek sanitasi di Indonesia. Daerah yang berminat dalamprogram Percepatan Hibah Pembangunan Sanitasi akanmendapat bantuan sebesar Rp 10 miliar.

“Sudah 34 Kabupaten/Kota yang berminat mengikuti programini. Makanya, sibuk ke daerah untuk meninjau proyek sekaligussosialisasi program sanitasi,” ujarnya. Total dana hibah yangdiberikan sebesar AUD 40 juta yang dapat digunakan sampaidengan tahun anggaran 2014.

Saat ini akses masyarakat terhadap sanitasi yang sehat baru51%, sedangkan anggaran sanitasi per tahun sebesar Rp 65triliun. Dari anggaran tersebut, yang bisa dipenuhi dari APBNhanya Rp 15 triliun. Sisanya, dari APBD dan alternatif sumberpembiayaan lain seperti loan, hibah maupun dari swastamelalui proyek KPS (Kerjasama Pemerintah Swasta).

“Bina Program terus mendorong agar akses pendanaan untukproyek sanitasi di daerah terpenuhi,” ucap Antonius yanglahir di Tuban, Jawa Timur. Arsitek lulusan ITS Surabaya inimenerangkan bahwa mulai tahun 2013, pengelolaan sampahtidak boleh lagi menggunakan open dumping, melainkandengan teknologi sanitary landfill atau controlled lanfill.

Membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan sistemsanitary landfill, tidaklah mudah. Selain butuh lahan minimal10 hektar, biaya teknologinya juga mahal. Sehingga, pemerintahmelalui Direktorat Jenderal Cipta Karya dituntut untuk turutterlibat dalam mengatasi keterbatasan yang dialami daerah.

“Sampai tahun 2014, ada 220 Kabupaten/Kota yang akan dibantuuntuk TPA sanitary landfill melalui hibah, pinjaman maupunprogram KPS guna mengatasi keterbatasan anggaran daerah,”jelas ayah dua anak yang bergabung di PU sejak tahun 1980.

Menurut Antonius yang suka musik dan membaca ini, daerahbisa memperoleh dana hibah untuk proyek sanitasinya,asalkan daerah tersebut memenuhi syarat, seperti memilikidokumen SSK (Strategi Sanitasi Kota) atau dokumenperencanaan dan RPIJM (Rencana Program Investasi JangkaMenengah) Bidang PU Cipta Karya yang masih berlakuhingga tahun anggaran 2014.

Syarat yang lain, daerah harus mempunyai DPA (DokumenPelaksanaan Anggaran) untuk proyek air bersih danpersampahan tahun anggaran 2012-2014. “Komitmen daerahterhadap program sanitasi sejauh ini masih rendah. Tercermindari alokasi anggaran sanitasinya relatif kecil,” jelas penyandangS2 jurusan Konstruksi Manajemen dari Washington University.

Selain dana, pihaknya juga aktif melakukan edukasi dansosialisasi, seperti memasyarakatkan kebiasaan 3R (Reduce,Reuse, Recycle), seminar sanitasi sampai dengan kegiatantahunan berupa Jambore Sanitasi Tingkat Nasional. Dijambore itu, dilakukan seleksi untuk memilih Duta Sanitasiyang nant inya bertugas menyampaikan pesan-pesanlingkungan dan kebiasan hidup sehat kepada masyakat.

Terhadap proyek sanitasi di daerah, pihaknya berharap daerahbisa memanfaatkan dan menjaga semua fasilitas sanitasi yangtelah dibangunnya tersebut. Hal ini dalam upaya mewujudkanSasaran Pembangunan Milenium atau Millenium DevelopmentGoals (MDGs) dimana pada tahun 2015 mendatang, sebesar68,87% penduduk Indonesia harus memiliki akses terhadapsumber air minum layak dan sebesar 62,41% pendudukmemiliki akses terhadap fasilitas sanitasi dasar yang layak.

“Jangan jadi MCK (Monumen Cipta Karya). Artinya, proyekhanya menjadi monumen. Awalnya diperhatikan tapi akhirnyadibiarkan tak diurus. Saya harap, jangan ada lagi kasus sepertiini,” tandas Antonius Budiono. (*)

Hibah untuk ProyekSanitasi Daerah

SUSTAINING PARTNERSHIP - Edisi November 201126

SOSOK

Page 27: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

Forum diskusi ini diikuti oleh berbagai unsur baik di tingkatdaerah maupun pusat, terutama yang terkait dengan pengelolaansampah, pengusaha yang bergerak di bidang pengelolaan sampah,dan tentu saja dari Kementerian Pekerjaan Umum, utamanyaDirektorat Cipta Karya. Diskusi dihadiri juga oleh DirekturPengembangan KPS Bappenas, Dr. Ir. Bastary Pandji Indra, MSP.

Diskusi bertujuan untuk mendapatkan masukan mengenai peluangdan hambatan dalam melaksanakan proyek persampahan besertaalternatif pemecahannya. Berikutnya, untuk mendorong danmempercepat penyiapan dan pelaksanaan Proyek-proyek KPSkhususnya di sektor Persampahan; dan untuk memfasilitasiperencanaan pengembangan proyek KPS dan pengalokasiananggar an s e t iap tah unny a da lam AP B N da n RKP.

Bappenas telah mengidentifikasi beberapa permasalahan umumdalam KPS sektor persampahan di perkotaan. Di antaranya adalahkurangnya aturan yang pasti dan lengkap dalam mengelola sanitasidan persampahan. Kemudian, masih kurangnya masterplanpenanganan sampah di perkotaan; kurangnya partisipasi pihakswasta dan masyarakat luas; kurangnya implementasi 3R (reduce,reuse; dan recycle). Terakhir adalah masalah kurangnya kemampuanmana jer ial dar i pengelola T PA d i t iap -t iap wi layah.

Dalam berbagai forum koordinasi penyiapan proyek KPS, misalnyadalam PPP Forum , dibahas berbagai proyek KPS denganmengidentifikasi dan menyeleksi proyek KPS mana saja yangdiprioritaskan oleh Kementerian dan Lembaga untuk dicantumkandalam PPP Book.

Dalam forum Bilateral Meeting, Kementerian dan Lembagamenyampaikan usulan kegiatan prioritas dan usulan inisiatif baru,beserta sasaran kaluaran dan kebutuhan pendanaannya, sesuaidengan Permen PPN No. 4/2010. Selanjutnya dalam forumRateknis/Ratek Kementerian dan Lembaga, dilakukan konsolidasidan penajaman usulan program/kegiatan terkait dengan proyek

KPS di tiap-tiap Kementerian dan Lembaga dalam RancanganKerja Kementerian/Lembaga.

Sesudah itu, dilakukan Trilateral Meeting yang membahas rencanapenyiapan proyek KPS yang dilakukan secara mendalam mengenaiprogram dan kegiatan terkait dengan penyiapan proyek KPS yangakan didanai pada tahun anggaran yang diusulkan. Langkahberikutnya adalah menyempurnakan rancangan RKP dan RencanaKerja Kementerian/Lembaga, terutama program dan kegiatanterkait dalam proyek KPS dalam Musrenbangnas.

Beberapa proyek pengelolaan sampah yang dibahas dalam diskusidi antaranya adalah:1. Solid Waste Management Improvement, Bandung Municipal.

Proyek ini ditangani oleh Pemkot Bandung dan termasukdalam kategori Siap Ditawarkan.

2. Solid Waste Final Disposal and Treatment Facility - Putri Cempo,Surakarta. Proyek ini ditangani oleh Pemkot Surakarta dantermasuk dalam kategori Siap Ditawarkan.

3. Solid Waste Final Disposal and Treatment Facility – GreaterBandung Area, yang diusulkan oleh Pemprov Jawa Barat dantermasuk dalam kategori Prioritas.

4. Solid Waste Final Disposal and Treatment Facility – Bogor andDepok Area, yang juga diusulkan oleh Pemprov Jawa Baratdengan kategori Prioritas.

5. Padang Solid Waste, diusulkan oleh Pemkot Padang dengankategori Potensial.

6. Cimahi Waste Water Management, diusulkan oleh PemkotCimah i dan te rm asuk da lam ka t egor i Poten s ia l .

7. Solid Waste Project for Urban Climate Change; dan Solid WasteProjec t for CDM Program . Proyek ini diusulkan olehKementerian Pekerjaan Umum dan termasuk dalam kategoriPotensial. Namun karena belum ada perkembangan dalam duatahun terakhir, ada kemungkinan harus ditinjau ulangstatusnya.(*)

Direktorat Pengembangan Kerjasama Pemerintah danSwasta pada Kementerian Perencananaan

Pembangunan Nasional/Bappenas kembalimenyelenggarakan Forum KPS. Kali ini mengambil

tema “Skema Proyek KPS Sektor Persampahan” diHotel Acacia Jakarta, 27 Oktober 2011.

DISKUSISKEMA PROYEK KPS

SEKTOR PERSAMPAHAN

27Edisi November 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP

SEKILAS BERITA

Page 28: KPS Sektor Persampahan.Sustaining Partnership. Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. November 2011

*ilustrasi