Kpost ospek 2014

14
1 Keadilan Post Edisi Khusus Ospek Keadilan Post Informatif, Komunikatif, Aspiratif Edisi Khusus Ospek FOKUS UTAMA Sekelompok peserta Pesta berjalan melewati ceceran sampah di lapangan FPSB pada saat Pesta 2014 berlangsung (4/09). Yogyakarta-Keadilan. Identitas ma- hasiwa yang melekat pada pelajar di perguruan tinggi, sesungguhnya bu- kan hanya sebagai tanda yang tidak bermakna. Lebih dari sekedar siswa, mahasiswa merupakan kaum intelek- tual dalam masyarakat. Mahasiswa dituntut mampu mentransformasikan ilmu yang dia miliki dalam kehidupan bermasyarakat. Edward W. Said pernah me- nuliskan di buku yang berjudul “Peran Intelektual” (1998), “Seorang intelek- tual harus merupakan pencipta sebuah Menggairahkan Kembali Aktivis Mahasiswa Aktivis mahasiswa FH UII kurang bergairah, karena mereka terpisah dari masalah sosial di masyarakat. Peradilan yang notabene sebagai langkah awal bagi mahasiswa baru pun masih menuai berbagai permasalahan. Oleh: Yogi Wiranugraha bahasa yang mengatakan yang benar kepada yang berkuasa, entah sesuai atau tidak dengan pikiran-pikiran pi- hak yang berkuasa. Karena itu, ia cen- derung ke oposisi daripada ke akomo- dasi”. Eko Riyadi, dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) mengungkapkan bahwa hal tesebut yakni implikasi dari maha- siswa, dalam konteks sosial merupa- kan bagian kelompok intelektual yang mempunyai peran untuk mendorong perbaikan kondisi sosial yang ada. “Mahasiswa kan tidak hidup di ru- ang hampa, tidak hidup untuk dirinya sendirinya, tapi hidup di tengah te- ngah masyarakat,” ujarnya. Hal senada juga diungkap- kan Alfadri Yanda mahasiswa FH UII yang juga aktif di Himpunan Maha- siswa Islam, bahwa status mahasiswa tidak hanya untuk di habiskan dengan sibuk belajar dalam ruang kelas. Ma- hasiswa juga harus mengembangkan kemapuan soft skill dengan terjun ikut berdinamika dalam wadah organisasi yang ada dilingkup kampus, maupun Aussy/Keadilan

description

 

Transcript of Kpost ospek 2014

1Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

Keadilan PostInformatif, Komunikatif, Aspiratif

Edisi Khusus Ospek

FOKUS UTAMA

• Sekelompok peserta Pesta berjalan melewati ceceran sampah di lapangan FPSB pada saat Pesta 2014 berlangsung (4/09).

Yogyakarta-Keadilan. Identitas ma-hasiwa yang melekat pada pelajar di perguruan tinggi, sesungguhnya bu-kan hanya sebagai tanda yang tidak bermakna. Lebih dari sekedar siswa, mahasiswa merupakan kaum intelek-tual dalam masyarakat. Mahasiswa dituntut mampu mentransformasikan ilmu yang dia miliki dalam kehidupan bermasyarakat. Edward W. Said pernah me-nuliskan di buku yang berjudul “Peran Intelektual” (1998), “Seorang intelek-tual harus merupakan pencipta sebuah

Menggairahkan Kembali Aktivis MahasiswaAktivis mahasiswa FH UII kurang bergairah, karena mereka terpisah dari masalah sosial di masyarakat. Peradilan yang notabene sebagai langkah awal bagi mahasiswa baru pun masih menuai berbagai permasalahan.

Oleh: Yogi Wiranugraha

bahasa yang mengatakan yang benar kepada yang berkuasa, entah sesuai atau tidak dengan pikiran-pikiran pi-hak yang berkuasa. Karena itu, ia cen-derung ke oposisi daripada ke akomo-dasi”. Eko Riyadi, dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) mengungkapkan bahwa hal tesebut yakni implikasi dari maha-siswa, dalam konteks sosial merupa-kan bagian kelompok intelektual yang mempunyai peran untuk mendorong perbaikan kondisi sosial yang ada.

“Mahasiswa kan tidak hidup di ru-ang hampa, tidak hidup untuk dirinya sendirinya, tapi hidup di tengah te-ngah masyarakat,” ujarnya. Hal senada juga diungkap-kan Alfadri Yanda mahasiswa FH UII yang juga aktif di Himpunan Maha-siswa Islam, bahwa status mahasiswa tidak hanya untuk di habiskan dengan sibuk belajar dalam ruang kelas. Ma-hasiswa juga harus mengembangkan kemapuan soft skill dengan terjun ikut berdinamika dalam wadah organisasi yang ada dilingkup kampus, maupun

Aussy/Keadilan

2Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

luar kampus. Kondisi pergerakan kampus FH UII sendiri belakangan dirasa kurang bergairah. Terlihat dari kondisi kampus yang semakin sepi dari ke-giatan-kegiatan mahasiswa, seperti diskusi yang membahas kondisi kam-pus maupun masyarakat secara luas. Mahasiswa saat ini seakan terasing dari realita yang terjadi di sekeliling-nya. Apatisme dan individualisme dikalangan mahasiswa dinilai sebagai penyebab dari kondisi kampus yang kurang bergairah. Lebih banyak ma-hasiswa saat ini lebih mementingkan Indeks Prestasi Kumulatif yang tinggi. Justru hal tersebut membuat mereka menjadi acuh terhadap kondisi kam-pus, demikian diungkapkan Darma Tyas Utomo mahasiwa FH UII ang-katan 2012 yang juga aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia. “Jauh-kan sifat apatis individualistis seperti itu. Jadi kita harus bisa bergaul dengan teman-teman yang lain,” ujarnya. Sebagai contoh data dari Bi-dang Penelitian dan Pengembangan Lembaga Pers Mahasiswa Keadilan pada Keadilan Post edisi Juli menujuk-kan dalam Pemilihan Wakil Mahasiswa (Pemilwa) pada 2014 lalu, sebanyak 86 persen mahasiswa tidak menaruh minat ikut menjadi calon wakil ma-hasiswa. Padahal Pemilwa merupakan ajang pemilihan mahasiswa yang akan duduk dalam stuktur kelem-bagaan mahasiswa. Hal ini juga menjadi kritikan keras bagi lembaga ma-hasiswa yang seperti tidak memiliki posisi ta-war di mata mahasiswa FH UII. Menanggapi hal tersebut Harry Setya Nu-graha sebagai ketua Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) FH UII memaparkan bahwa kondisi pergerakan mahasiswa di lingkup kampus diakuinya tejadi penurunan. Dia membandingkan bagaimana mahasiswa pada masa lalu yang memiliki daya juang tinggi, se-hingga menjadi pendorong perubahan sosial pada zamannya. “Tidak munafik saya katakan mahasiswa sekarang pe-ngen enaknya saja hanya memikirkan

diri sendiri,” imbuhnya. Eko melihat fenomena keti-dakpedulian mahasiswa terhadap kondisi di sekitarnya, salah satunya disebabkan sistem pendidikan yang ti-dak berpihak pada aktivis mahasiswa. Dia mencontohkan pembatasan masa studi mahasiswa, lewat peraturan yang mewajibkan mahasiswa lulus dalam waktu tertentu. Hal ini mendorong mahasiswa hanya fokus pada kegiatan akademik saja. Eko menambahkan mahasiswa saat ini juga tidak memiliki kultur sebagai intelektual yang kuat. Terlihat dari tidak adanya perbincang-an politik, ekonomi bahkan yang bersifat ideologis dalam kehidupan mahasiswa di kampus. “Perdebatan-nya besok mau nongkrong dimana, makan apa, gadget baru apa,” sindirnya.

Dia menilai pihak kampus juga harus mendorong se-

cara aktif mahasiswa, dengan membuka dis-kusi-diskusi di luar to-pik hukum. Dengan demikian mahasiswa akan lebih mempunyai pandangan yang luas.

Sehingga membentuk kesadaran untuk tidak

terpisah dari realitas sosial-nya. “Kita kan selama ini dis-kusi-diskusinya hukum saja,” ujarnya.

Peradilan Menjadi Langkah Awal Momentum penerimaan ma-hasiswa baru tahun ajaran 2014/2015 coba dimanfaatkan oleh LEM FH UII untuk membangkitkan gairah akti-vis mahasiswa. Adi Kurnia Setyawan selaku Ketua Steering Comitee Pekan

Raya Silaturrahmi dan Perkenalan (Peradilan) 2014 mengungkapkan tu-juan dari acara ini untuk mengenal-kan mahasiswa baru, agar tidak hanya berorientasi pada kegiatan akademik kampus. Menurutnya mahasiswa akan terdorong untuk aktif dalam dinamika organisasi agar tumbuh jiwa pejuang dalam diri setiap mahasiswa. “Pejuang yang membela rakyat,” tukasnya. Alfadri ketika diminta ko-mentarnya sejauh mana Peradilan akan membentuk orientasi maha-siswa baru. Dia berpandangan bahwa Peradilan tidak akan secara langsung menghasilkan mahasiswa yang dipan-dang ideal. “Membutuhkan proses yang panjang,” ucapnya. Tetapi menu-rutnya, acara ini setidaknya membuka kesadaran mahasiswa bagi mereka agar tidak acuh terhadap kondisi sosial yang terjadi. Sementara Hari Muhammad Jasuri Ketua Dewan Perwakilan Maha-siswa (DPM) FH UII optimis maha-siswa baru tahun ini akan memberikan peningkatan jumlah mahasiswa yang ikut beroragnisasi. Dia memandang konsep Peradilan 2014 sangat men-dukung dalam memberikan semangat untuk menjadi pejuang-pejuang baru pada para mahasiswa baru. Adi juga menuturkan bahwa dalam konsep acara Peradilan 2014 untuk membentuk orientasi maha-siswa. Dimulai dengan memberikan pemahaman orientasi mahasiswa dalam tiga sesi studium general yang meliputi aspek keislaman, peran ma-hasiswa, dan nasionalisme. Kemudian dilanjutkan dengan manajemen aksi, materi kelas, dan Forum Grup Discussion dengan hal tersebut dia berharap rasa

• Adi Kurnia Setyawan

• Eko Riyadi, Dosen FH UII saat ditemui di kantornya menjelaskan tentang tugas

dan fungsi mahasiswa

dalam kehidupan

bermasyarakat (9/09).

Irkham/Keadilan

3Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

kepedulian mahasiswa akan tumbuh. Sementara Harry Setya menyatakan, Peradilan merupakan langkah awal dari agenda yang ada dibawahi LEM FH UII. Ke depan tin-dak lanjut agenda dalam mendorong agar aktivisme mahasiswa menemu-kan lagi gairah perjuangannya. Menu-rutnya LEM FH UII ke depan akan meminimalisir kegiatan yang bersifat seremonial dan hiburan. Tetapi lebih memaksimalkan dalam memberikan pembekalan pada mahasiswa. Menanggapi pe-ngaruh Peradilan dengan minat mahasiswa untuk berorganisasi, Eko me-mandang Peradilan ha-rus menjadi ruang bagi organisasi dalam menun-jukkan identitas organisa-si mahasiswanya. Sehingga mahasiswa baru mempunyai gambaran organisasi mana yang pantas untuk diikuti. “Mahasiswa mempunyai menu untuk memilih,” ujarnya. Sayangnya dalam rangkaian acara selama Peradilan 2014 berlang-sung masih ada terjadi permasalahan mendasar. Siti Honifah berpendapat secara keseluruhan acara Peradilan meninggalkan kesan buatnya, tetapi dia mengeluhkan acara yang sering kali molor dan konsumsi yang di berikan panitia dinilai kurang layak sehingga membuat teman-temannya

Reportase bersama : Kaukab Rahmaputra, Irkham Zamzuri, Gandar Mahojwala Paripurna, Aditya Pratama Putra, Rendu Saadan Thandi.

kurang semangat dalam mengikuti Peradilan. “Minimal konsumsi itu jadi penyemangat kita, kalau konsumsi-nya enak jadi kan kita semangat,” ujar miba yang dinobatkan sebagai maha-siswi terbaik pada Peradilan 2014. Ketidaklancaran jalannya aca-ra juga dirasakan oleh Rohmat Esa Hasan, mahasiswa baru dari jamaah 28. Pada saat Peradilan, di bagian be-lakang merasa kurang dapat menang-kap apa yang disampaikan oleh pe-

materi. Serta kondisi peserta di belakang kurang kondusif,

ditambah sound system yang kadang bermasalah. Terkait hal itu, Ketua Organizing Comitee (OC) Peradilan 2014 Mario

Evantio berpendapat bahwa permasalahan yang

terjadi di Peradilan, jika dite-lusuri terdapat pada sumber-daya manusia dari panitia,

sekaligus dibarengi dengan minat ma-hasiswa untuk menjadi panitia masih rendah. “Jadi malah kami dari OC yang mencari mahasiswa untuk dijadi-kan panitia,” ujarnya. Untuk Peradilan tahun ini, menurutnya panitia menargetkan 170 orang panitia dengan komposisi yang seimbang. Namun yang terjadi kom-posisi panitia perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Dia berpendapat Peradilan tahun ini ada kemajuan, na-mun kedepannya masih perlu adanya

perbaikan. Mohammad Natsir maha-siswa terbaik Peradilan 2014 juga mengungkapkan harapannya agar kedepan Peradilan dapat dilaksanakan lebih baik. Menurutnya sangat penting bagi mahasiswa memahami esensi per-juangan sebagai landasan untuk terus berjuang. “Kita harus benar-benar bisa menjadi mahasiswa yang terus berjuang, agar UII kedepannya tidak hanya menjadi sebuah mitos belaka,’’ imbuhnya. Mahasiswa memang tidak dapat terlepas dari keadaan sosial di sekitarnya. Eko kembali menegaskan perihal esensi mahasiswa. Fungsi so-sial mahasiswa sebagai kontrol, trans-formasi, dan pendorong perubahan sosial. Hal tersebut harus dibangun dari dinamika kampus yang bergairah dengan aktivitas intelektual maha-siswa. Dengan membuka ruang dis-kusi yang tidak terbatas pada ilmu hu-kum saja, tetapi juga ilmu sosial lainya. “Kritik terbesar buat mahasiswa adalah mereka terputus dari fenomena sosial,” tegasnya.

• Mario Evantio

EDITORIAL

Mahasiswa merupakan garda depan bagi masyarakat dalam perubahan bangsa. Mereka kaum intelektual yang se-harusnya berorientasi melakukan transformasi untuk pembangunan bangsa. Kontrol mereka terhadap realita sosial dalam masyarakat sangat diperlukan. Tak ayal mahasiswa mendapat julukan agen perubahan. Akan tetapi, melihat realita saat ini yang terjadi pada mahasiswa berlaku sebaliknya. Mereka sibuk dengan dirinya sendiri dan akademik. Maka yang terjadi hanyalah sifat apatis dan individualis yang dimiliki. Mereka tak peduli akan po-lemik yang terjadi dalam masyarakat. Masalah tersebut ditengarai bukan hanya dari paradigma mahasiswa sendiri, akan tetapi juga datang dari pihak kampus. Mulai dari persoalan sistem akademik yang membelenggu sampai pihak kampus yang kurang mendorong maha-siswanya untuk berorganisasi. Ditambah pula adanya Permendikbud Nomor 49 Tahun 2014 yang melakukan pembatasan masa studi untuk program sarjana hanya lima tahun saja. Mereka—pemerintah—sengaja membuat agar mahasiswa hanya berorientasi pada studi akademik saja, tak memikirkan masalah-masalah sosial yang ada. Mahasiswa yang seharusnya dapat mengeluarkan seluruh ekspresinya dalam melakukan perubahan menjadi ter-batasi. Gerak laju kaum intelektual menjadi tertatih-tatih, tak ada daya guna membela kaum proletar di hadapan kaum borjuis. Mahasiswa harus tahu akan tugas dan fungsinya. Tugas mereka sangat berat, yakni memperjuangkan hak-hak dari masyarakat yang belum terpenuhi oleh pemerintah. Fungsi mereka sebagai jembatan antara kaum proletar dan kaum bor-juis haruslah tertanam dalam paradigma mereka. Sebagaimana mahasiswa yang tahu akan tugas dan fungsinya, perlulah mereka mengasah kepekaan sosial. Hal

4Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

tersebut berguna nantinya dalam memperjuangkan hak masyarakat. Bagaimana mahasiswa akan tergerak untuk berjuang apabila tidak paham akan tugas dan fungsinya? Untuk saat ini yang mereka butuhkan adalah wadah untuk menampung gerak perjuangannya. Wadah itu bernama organisasi. Organisasilah yang mereka butuhkan, dan tentunya yang berlandaskan pergerakan. Banyak macam yang dapat mereka ikuti. Tak dapat dipungkiri di kampus FH UII ini terdapat banyak organisasi pergerakan yang bertaburan dalam menyajikan ideologinya masing-masing. Tinggal pilih satu mana yang dapat sesuai dengan ideologi mahasiswa. Peradilan 2014 yang diadakan LEM FH UII merupakan langkah awal bagi mahasiswa baru untuk membuka cakrawala berpikir, guna menjadi mahasiswa yang ideal—tahu akan tugas dan fungsinya. Bolehlah hal itu jadi fokus utama LEM FH UII dalam melaksanakan progam kerjanya ke depan. Ospek yang dilaksanakan harus maksimal, tak boleh setengah hati. Penguatan dalam setiap konsepnya harus diperhatikan, tak boleh asal sekenanya. Teknis dalam lapangan pun harus dikerjakan dengan hati-hati, agar tujuan yang ingin dicapai dapat terpenuhi. Ditambah lagi dengan adanya evaluasi yang berkesinambungan untuk nantinya menjadi pertimbangan progam-progam LEM FH UII selanjutnya. Memang pada dasarnya dibutuhkan follow up bagi mahasiswa, agar dapat memenuhi tugas dan fungsinya. Sehinga mahasiswa Islam berkarakter mujahid, dalam mewujudkan masyarakat berkeadilan bukanlah mimpi belaka. Dengan demikian, LEM FH UII harus dapat mendorong mahasiswanya untuk melakukan pergerakan yang pro-gresif. Memang Peradilan merupakan gerbang awal untuk membuka paradigma mahasiswa baru. Tetapi jangan lengah, jalan yang dilalui masih panjang. Tak bisa membentuk mahasiswa yang berkarakter dalam dua hari saja. Perlulah arahan selanjutnya bagi mahasiswa agar tak tersesat di jalan. Mahasiswa juga perlu sadar akan tugas dan fungsinya. Perjuangan mahasiswa sangat dibutuhkan saat ini oleh bangsa. Mereka adalah motor penggerak masyarakat dalam melakukan perubahan. Tak boleh ada sikap egois di dalamnya. Masuklah pada wadah-wadah yang ada sesuai minat dan lakukanlah perjuangan dengan sepenuh hati. Kalau bukan maha-siswa siapa lagi?

DIALOG

Pergerakan mahasiswa merupakan bentuk kegiatan guna memperjuangkan kebaikan dalam kehidupan sosial. Gerakan ini bukanlah hal yang unhistories, kare-

na sejarahnya memang sudah ada sejak dulu. Namun setiap waktunya, pergerakan mahasiswa mengalami metamorfosis. Dulu intensitas pertemuan akti-vis mahasiswa menjadi ujung tombak pergerakan. Kini hal tersebut kian redup, salah satunya disebabkan oleh revolu-si teknologi yang makin tinggi. Oleh sebab itu, kesadaran sosial mahasiswa serta cara mengekspresikannya berbeda, karena sarana untuk melakukan pergerakan juga mengalami perubahan. Apalagi sebagai mahasiswa hukum, menurut If-dhal Kasim, pria kelahiran tahun 1962 yang pernah menja-bat sebagai Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ini, menuturkan bahwa mahasiswa hukum harus peka terhadap ketidakadilan, agar dapat melakukan praktik pergerakan ma-hasiswa dengan baik. Ifdhal tidak hanya aktif di perkuliahan, namun juga terlibat di berbagai macam kegiatan. Dulu, kegiatannya ba-nyak dihabiskan di bidang pers dan organ ekstra. Hal itulah yang membuatnya menjadi seorang aktivis sejak bergabung di Universitas Islam Indonesia tahun 1982.

Seperti apa pandangan Bapak mengenai pergerakan mahasiswa saat ini? Sekarang agak berbeda dengan kami dulu, kalau

Sinergi Mahasiswa Hukum dalam BermasyarakatOleh: Dian Rachmmaningsih

dulu intensitas pertemuannya sangat tinggi, karena tidak ada sarana lain selain berkumpul. Nah, sekarang karena ada perubahan masyarakat dan revolusi teknologi yang sangat tinggi, cara mahasiswa mengorganisir organisasi berbeda dengan yang dulu. Ada perubahan kesadaran sosial maha-siswa. Cara pengekspresiannya berbeda, karena sarananya sudah berbeda. Banyak sekali sekarang media sosial, karena lalu lintas informasi itu begitu tinggi. Ini tantangan bagi ma-hasiswa sekarang. Karena itu, menurut saya yang penting bagaimana menggunakan sarana yang ada dan mengaktua-lisasi pikiran lewat media-media sosial dan organisasi maha-siswa sekarang. Baik ekstra dan intra kampus harus sudah memanfaatkan ini dalam memobilisasi, mengekspresikan pikiran-pikirannya.

Bagaimana seharusnya peran dan fungsi mahasiswa hukum? Saya kira mahasiswa hukum ini berbeda dengan mahasiswa yang lain. Dia punya peran strategis, peran yang bisa secara langsung dia ekspresikan, karena ini berkaitan dengan keadilan. Harusnya mahasiswa hukum bisa meng-ekspresikan ketidakadilan melalui sarana-sarana yang terse-dia. Bisa saja membuat analisa tentang fenomena-fenomena hukum, karena concern terhadap isu-isu ini akan berpengaruh terhadap orientasi mahasiswa itu kedepannya. Penting sekali di masa mahasiswa itu mulai ditumbuhkan kepekaan terha-dap ketidakadilan. Dan secara lebih praktis, mahasiswa hu-

5Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

kum itu harus bisa membuat apresi-apresi (tindakan) konkret dari pandangan-pandangannya tentang ketidakadilan tadi. Misalnya, membuat bantuan hukum terhadap masyarakat kurang mampu tanpa harus melalui lembaga yang resmi, seperti LKBH (Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum) dan lain-lain. Jadi kita tidak hanya mendengarkan kuliah dari dosen dan membaca buku saja, organisasi di fakultas hukum itu harus mengarahkan ke sana.

Jadi organisasi bisa menjadi wadah bagi mahasiswa? Iya, kemudian itu (organisasi) menjadi sarana. Ka-lau hanya mengandalkan wadah formal seperti seminar ma-hasiswa, LKBH, itu kan terbatas daya serapnya dan tidak mungkin dapat lebih luas. Maka dari itu, harus ada inisiatif dari mahasiswa untuk melakukannya.

Sekarang banyak tantangan bagi mahasiswa hukum. Selain menguasai teori hukum, dia juga harus bisa membenturkan dengan realita sosial. Bagaimana pan-dangan Bapak? Menurut saya itu masalah yang besar, mahasiswa hukum itu emang harus peka terhadap keadilan. Nah, semen-tara di fakultas hukum sendiri itu tidak diajarkan tentang keadilan. Yang kita pelajari kan sebetulnya undang-undang. Dia mengenal Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Ad-ministrasi dan Tata Negara. Kalau Hukum Pidana yang di-ajarkan ke kita ada di KUHP, kalau Acara Pidana ada di KU-HAP. Itu memang bagian penting dalam fakultas hukum, karena itulah teknologi dari hukum, sebagai pengetahuan teknis. Tapi keterampilan teknis ini harus dimiliki, tapi juga harus dilandasi oleh pengetahuan abstraknya, filsafatnya. Cara berpikir hukum, cara menalar hukum. Menurut saya, itu memang harus tidak ada pemisahan antara teori dengan realitas. Itu yang harus diajarkan di fakultas hukum.

Sistem akademik yang menuntut agar cepat lulus, ban-yak mengubah orientasi mahasiswa saat ini. Bagaima-na menurut Bapak? Sistem pengajaran sekarang yang sudah berubah karena kemajuan teknologi. Karena itu membuat masa ku-liah menjadi sangat pendek dan uang kuliah juga mahal. Oleh karena itu mahasiswa lebih berorientasi untuk mem-percepat masa kuliahnya. Dalam situasi seperti itu memang ada tantangan lain yang dihadapi mahasiswa sekarang, yaitu harus berlomba dengan kecepatan itu (waktu) dengan ke-mampuan dia untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas, tidak sekadar teori tadi.

Apakah itu bisa menjadi ancaman mahasiswa? Pada-hal hukum itu erat kaitannya dengan teori sosial? Jadi memang ada masalah lain dari sistem pengaja-ran sekarang. Nah, mestinya ini dijembatani oleh institusi, fakultas hukum. Kalau mahasiswa hanya dibekali oleh ke-mampuan teoritik tanpa ada pendalaman-pendalaman yang lebih luas terhadap materi undang-undang, itu akan meng-hasilkan sarjana hukum yang tidak begitu baik ketika terjun ke masyarakat. Oleh karena itu, ini bisa dijembatani dengan mengkritisi lagi materi kuliah sehingga pengajarannya tidak

terlalu positivis (penganut paham positivisme).

Bagaimana cara membangun sinergisme antara ma-hasiswa dan masyarakat? Ya itu tadi, harus ada kegiatan sosial yang dibuat. Sistem pendidikan saat ini kan memang mengorientasikan orang agar cepat selesai, dan itu juga akan mengarahkan orang semakin individualistis karena dengan teknologi yang sangat cepat sekarang. Ibarat pisau bermata dua. Itu semua harus ada rangsangannya, kalau tidak dirangsang dari kam-pus ya susah. (Dulu) Kampus itu memberikan insentif bagi mahasiswa yang memiliki kepedulian sosial. Insentif eng-gak harus honor berupa duit, tapi dia bisa diberi kemuda-han dalam perkuliahan, kalo enggak ada ya susah. Selain itu juga bisa membuat kegiatan sosial supaya melatih kepekaan untuk memberi bantuan hukum. Itu adalah bagian untuk melatih kepekaan sosial kita.

Harapan Bapak untuk mahasiswa fakultas hukum seperti apa? Saya kira mahasiswa fakultas hukum adalah tem-pat untuk menempa para penegak hukum di masa depan. Apakah itu jaksa, apakah itu nanti hakim, pengacara, dan sebagainya. Karena menempa orang seperti ini, pewarisan nilai-nilai untuk peka terhadap keadilan itu harus terus dita-namkan. Sehingga mahasiswa yang akan mewarisi nilai-nilai itu, fakultas harus bisa memastikan itu terwujud. Maka kita tidak pernah kehilangan harapan pada mahasiswa ini un-tuk mempertahankan nilai-nilai itu ke depan. Kan kita ingin fakultas hukum ini tetap melahirkan orang seperti Artidjo Alkostar, dan itu tidak pernah berhenti untuk melahirkan sarjana hukum yang memiliki karakter, integrity moral dan berkarakter sebagai penegak hukum, sehingga dapat meng-gantikan generasi yang sudah ada.

Reportase bersama: Danar Masykur S.

• Ifdhal Kasim saat ditemu di ruang dosen memberikan pendapatnya

mengenai pergerakan

mahasiswa saat ini (7/09).

Faluthi/Keadilan

FRAGMEN

Pintu gerbang bagi mahasiswa baru tahun ajaran 2014/2015 telah dibuka dengan diadakannya Peradilan 2014. Acara yang sejatinya sebagai ajang perkenalan kampus dan orientasi studi ini menjadi titik awal bagi mahasiswa baru untuk menapakkan kaki dan berdinamika di kampus perjuangan. Selama dua hari para mahasiswa baru ‘digodok’ agar bisa menjadi seorang intelektual yang berkarakter mujahid. Dalam berbagai rangkaian acara, tergambarkan dengan jelas ekspresi dan raut muka para peserta. Penatnya acara yang diikuti tak heran membuat jenuh dan kantuk tak tertahankan oleh sebagian peserta. Stamina yang semakin menurun juga melanda para peserta yang

Semangat Mujahid Baru dalam Bingkai Ekspresi

harus senantiasa mengikuti berbagai agenda, mulai dari awal sampai akhir rangkaian acara. Namun, itu semua tak menjadi persoalan bagi peserta lainnya untuk terus berpartisipasi dalam berbagai agenda dengan semangat. Semua itu tampak ketika para peserta melancarkan aksi mengeluarkan pemikirannya dengan lantang. Bahkan ada yang mengekspresikan ketidakpuasannya terhadap panitia. Walaupun berbagai ketidak-puasan muncul dari para peserta, namun mereka tetap mengikuti kegiatan pementasan seni dengan

sukacita. Di tengah kegiatan itu, tidak lupa para peserta untuk tetap menyempatkan waktu untuk ber-selfie-ria bersama wali jamaah. Kebersamaan yang dilalui peserta selama dua hari menjadi kenangan yang berharga. Peradilan 2014 diharapkan menjadi awal transformasi para intelektual baru untuk menjadi agent of change. Transformasi yang diharapkan membawa perubahan yang positif bagi kampus, bangsa, dan negara.

Ismail/Keadilan

Sri Devi/Keadilan

Tak Tertahankan

Mendongak Diantara yang Tertunduk

Narasi oleh: Ismail Sani Ali M.Reportase bersama: Sri Devi Annisa F., Ina Rachma N.

Ismail/Keadilan

Sri Devi/Keadilan

Ina/Keadilan

Ismail/Keadilan

Ina/Keadilan

Asyik Sendiri

Selfie, Yuk!

Tak Ada Kasur, Kursi pun Jadi

Berembuk Untuk Aksi

Termenung Membelakangi Panggung

8Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

LIPUTAN

Pesta ‘Membludak’, Konsep BerubahPenambahan sebanyak 2000 peserta Pesta—dari jumlah awal yang dikoordinasikan kepada pihak panitia sekitar 4000 peserta—mengakibatkan munculnya perubahan-perubahan konsep dan rencana awal Pesta.

Oleh: Faluthi Fathurahman

• Edi Subagio

• Hangga Fathana,

Kepala Humas UII membahas tentang daya

tampung mahasiswa

baru UII 2014 di kantor

Humas UII (9/09).

Faluthi/Keadilan

Yogyakarta–Keadilan. Kegiatan tahunan Orientasi dan Pengenalan Kampus (Ospek) guna menyambut masa tahun ajaran baru kembali dise-lenggarakan oleh Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Indone-sia (LEM UII). Acara dengan tajuk Pesona Taaruf (Pesta) tersebut digelar pada hari Selasa (2/09) hingga Kamis (4/09) ini diikuti oleh sekitar 6400 mahasiswa baru dari seluruh fakultas yang ada di Universitas Islam Indone-sia (UII). Jumlah tersebut tidaklah se-suai dengan konsep awal acara Pesta. Pada awal koordinasi, jumlah peserta yang diterima panitia dengan pihak kampus yaitu sekitar 4000 mahasiswa. Namun sebelum acara Pesta berlang-sung, terdapat penambahan peserta yang jumlahnya cukup signifikan untuk mengikuti acara tahunan ini. Penam-bahan peserta baru terlihat pada saat registrasi akhir. “Selama seminggu, pelonjakan registrasi itu sangat besar bahkan tanggal 25 sebelum tanggal 26 itu sudah ada sekitar 6200,” ujar Ketua LEM UII, Edi Subagio.

Waktu pendaftaran masuk UII sudah dimulai sejak tanggal 18 November 2013 dan ditutup pada 23 Agustus 2014. Jumlah pendaf-tar UII tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya, terutama fakultas eko-nomi yang meningkat dari 1300 menjadi 1600 mahasiswa baru. Untuk kuota—atau disebut proyeksi daya tampung—tahun ini mencapai angka sekitar 5000. Di samping itu, angka proyeksi daya tampung tidak selalu pas, selalu ada angka yang kurang atau lebih. Untuk angka lebih, biasanya hanya ada penambahan 10 persen. Penentuan proyeksi daya tampung didasarkan dari pertimbang-an finansial, infrastuktur dosen mau-pun gedung, dan juga jadwal kuliah yang akomodatif. Ketika jumlah yang didapati melebihi jumlah yang seha-rusnya, pihak kampus tetap meng-

upayakan agar tidak ada perubahan yang berdam-pak pada mahasiswa yang sudah ada. “Dari jumlah pro-yeksi mahasiswa yang su-dah ditetapkan itu (jumlah mahasiswa) melebihi ha-rapan dan target kita. Jadi di satu sisi juga bentuk kepercayaan masyarakat meningkat,” tutur Hangga Fathana selaku Kepala Humas UII. Menurutnya, penambahan mahasiswa sangat wajar, karena batas akhir registrasi terakhir adalah tanggal 26 Agustus. Jadwal penanggalan terse-but sudah tertera dalam

buku panduan tahun ini. Registrasi tetap dilakukan karena tidak mungkin UII menghalangi calon mahasiswa-nya yang sudah diterima kehilangan haknya, kecuali mereka terlambat dari tanggal 26 Agustus. Hangga juga menyatakan bahwa pihak kampus mempunyai risiko yang sama dengan panitia. Pi-hak kampus harus menyiapkan fasili-

tas untuk studium generale dalam waktu satu minggu sebe-

lum acara. Kampus ha-rus menyiasati agar se-luruh mahasiswa baru dapat mengikuti acara tersebut. Karena tidak seluruh mahasiswa

dapat masuk dalam Auditorium KH. Abdul

Kahar Muzakir, maka ada mahasiswa yang ditempatkan

di luar masjid. Sehingga dari pihak rektorat memberikan fasili-

tas berupa televisi plasma, agar materi studium generale tersampaikan dengan baik kepada seluruh peserta. Awalnya, panitia Steering Com-mittee (SC) sendiri sudah berkoordinasi dengan pihak kampus dan menunggu perkembangan pendaftar mahasiswa baru. Pada tanggal 18 Agustus, panitia SC berpatokan pada jumlah pendaf-tar yang ada di akademik, yaitu sekitar 2900 mahasiswa. Lima hari kemudian, pendaftar sudah mencapai angka 5100 mahasiswa. Pada tanggal 26 Agus-tus, jumlah mahasiswa yang sudah fix yaitu sekitar 6400 mahasiswa, dengan penambahan jumlah mahasiswa D3 sejumlah 300 orang. “Sampai hari-hari terakhir, jadi 6441 kalau enggak salah,” papar Edi. Penambahan peserta yang cukup signifikan tersebut mengakibat-kan berubahnya beberapa konsep aca-ra yang sudah direncanakan, seperti penempatan mahasiswa saat mengiku-ti beberapa acara yang ada dalam run-down, penempatan panggung utama, jumlah buku, kekurangan air ketika waktu solat dan kekurangan makanan saat prapesta. Shadevi Puteri, salah

9Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

Reportase bersama: Lutfani Husna Novrida, Ausy Nurbani Dihar, Putri Ayu Prayogo, Jefrei Kurniadi, Lalu Subandari.

• Hafiedz selaku ketua

SC Pesta 2014 menerangkan

tentang koordinasi

jumlah peserta Pesta saat di wawancarai di

FH (8.09)

Aussy/Keadilan

KUNJUNGI KAMI DI

website: www.lpmkeadilan.comtwitter: @keadilanpressfacebook: LPM Keadilan FH UII

satu peserta Pesta, merasakan jum-lah peserta cukup membeludak. “Ada yang di dalam, ada yang di luar. Ada yang kepanasan di lapangan,” sahut-nya. Jumlah panitia Pesta secara keseluruhan yaitu sejumlah 400 orang. Jumlah tersebut ditambahkan dari jumlah panitia Pesta tahun lalu yang berjumlah 360 orang. Penambahan tersebut diharapkan agar panitia dapat saling membantu. Perekrutan pani-tia sendiri sudah dimulai sejak Ujian Akhir Semester (UAS) lalu. Sementara itu batas penutupan Open Recruitment (Oprec) panitia sudah cukup molor dari batas waktu yang sudah ditentukan, karena ada beberapa departemen yang kurang dan ada beberapa panitia yang mengundurkan diri. Hal ini menyebabkan per-siapan menjadi cukup mengganggu transformasi panitia dari SC ke Or-ganizing Committee. Untuk menyiasati hal tersebut, Ketua SC Pesta, Hafiezd memberi tanggapan, “Sampai H-10 kita banyak masih rombak-rombakan. Jadi jika ada yang mengundurkan diri,

kita sudah mempunyai cadangan.” Untuk wali jamaah (Waljam) sudah disiapkan 80 pasangan pada setiap jamaah. Dengan melihat dari jumlah Waljam tahun lalu yang jumlahnya 80 pasang juga. Namun, estimasi jumlah peserta dalam ja-maah tahun ini dan tahun sebe-lumnya bertambah sekitar 20 orang pada tiap jamaah. Jumlah peserta pada jamaah tahun ini mencapai 70 sampai 80 orang pada masing-ma-sing jamaah. Untuk pengefektifan acara, panitia memilih untuk me-madatkan jumlah jamaah daripada menambah jumlah Waljam.

Perubahan penempatan pang-gung yang pada awalnya akan ditem-patkan di depan gedung Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, akhirnya dipindahkan sedikit ke utara agar seluruh peserta dapat melihat ke arah panggung. “Konsep kita berubah yang awalnya panggung di depan menjadi di sebelah selatan mengha-dap utara, jadi panggung di utara dan peserta di selatan,” sahut Edi. Tak hanya tata panggung yang bermasalah, namun pada saat pra Ospek, ada jamaah yang tidak mendapat makan. “Kita tidak diberi makanan apa pun. Panitia memberi penjelasan yang tidak diterima oleh akal, karena perkiraan estimasinya melenceng,” ungkap Indar Aris Dhar-mawan, peserta Pesta yang jamaahnya tidak mendapat makanan. Hal serupa juga ditambah-kan oleh Ady Agsa, mahasiswa baru yang jamaahnya juga tidak menda-pat makanan pada saat pra-Ospek. “Untuk kelompok saya jamaah 45 yang terletak di belakang, di lapa-

ngan psikologi, kita enggak kebagian makan. Akhirnya teman-teman iuran. Kemudian kita mendapat ganti roti dari Waljam,” ujarnya. Hal ini juga diakui oleh koor-dinator acara Pesta, Daeng Ganda Rahmatullah. Pada saat pra Pesta, tidak ada anggaran untuk mereka yang kekurangan makanan. Akhirnya peserta yang tidak mendapat makanan dimintai uang oleh Waljam masing-masing, yang kemudian uang tersebut dibelikan makanan untuk para peser-ta. Karena dari pihak katering sendiri hanya bisa memenuhi 80 persen per-mintaan panitia pada hari pertama. Walaupun satu minggu sebe-lum acara dimulai ada penambahan 2000 peserta, panitia merasa tidak ada kesulitan yang memberatkan sehingga jalan acara tetap lancar. “Kalau da-dakan tidak apa kita menyesuaikan, panitia tidak usah kaku. Ketika harus diubah, H-3 ya harus diubah,” ungkap Edi. Apabila waktu persiapan Os-pek yang diberikan kampus terlalu mepet, panitia dapat melaporkannya ke pihak kampus untuk bahan pertim-bangan ke depan. Edi mengusulkan bahwa lebih baik dipersiapkan satu bulan atau dua bulan sebelum acara Pesta dimulai. “H minus sebulan bah-kan untuk persiapan Pesta itu dua bu-lan,” tambahnya.

10Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

SEKITAR KITA

Yogyakarta-Keadilan. Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hu-kum Universitas Islam Indonesia (LEM FH UII) kembali mengadakan acara Orientasi Studi dan Pengenal-an Kampus (Ospek) pada tahun ini. Acara yang dikhususkan untuk para mahasiswa baru angkatan 2014 kali ini bertempat di area kampus FH UII pada Hari Minggu (7/09) dan Senin (8/09). Pada acara Ospek fakultas kali ini, panitia banyak memasukkan acara-acara penunjang untuk para ma-hasiswa. Diantaranya adalah kuliah umum (Stadium General), Forum Grup Discussion (FGD), serta pengenalan lembaga internal kampus ataupun unit kegiatan mahasiswa dan lain-lain. Kuliah umum (Stadium Ge-neral) yang menjadi acara pertama Os-pek pada tahun ini dimulai pada pukul 09.00, tepat setelah acara pembukaan Pekan Raya Silaturahmi dan Perkena-lan (Peradilan) yang dibuka langsung oleh Moh. Hasyim, S.H., M.Hum., se-laku Dosen FH UII dan didampingi oleh Hari Muhammad Jasuri selaku Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dan Harry Setya Nugraha, Ketua LEM FH UII. Mengambil tempat di area pelataran parkir kampus FH UII, acara ini di-ikuti oleh para peserta Peradilan 2014 dan beberapa panitia yang duduk bersila beratapkan tenda di depan panggung. Dengan tema “Ber-amal Ilmiah, Berilmu Amaliah”, kuliah umum terbagi ke dalam tiga sesi materi dengan pemateri dan topik yang berbeda untuk tiap sesinya. Materi awal diisi oleh Dr. Masyhudi Muqorobin. S.E, Akt, M.Ec., Ph.D., seorang tokoh agama sekaligus dosen tetap di Fakultas Ekonomi Uni-versitas Muhammadiyah Yogya-karta. Selanjutnya diisi oleh Dr.

Mujahid-Mujahid Baru Harapan BangsaEtos perjuangan dan pergerakan mahasiswa masa kini harus tetap berlandaskan pada ajaran Islam, sehingga dapat menghasilkan pejuang Islam selanjutnya.

Oleh: Meila Nurul Fajriah

Ni’matul Huda, S.H., M.Hum selaku dosen tetap sekaligus alumni FH UII. Materi yang terakhir diisi oleh seorang tokoh nasional yaitu Ifdhal Kasim, S.H., L.L.M, mantan ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Kom-nas HAM) dua periode (2007-2012). Juga bertindak selaku moderator pada acara kuliah umum, Rezky Dika Kur-niaputri, S.H., alumni FH UII angka-tan 2009. Masyhudi Muqorobin sebagai pemateri pertama mengambil topik tentang konsep mujahid yang dikore-lasikan dengan konsep pejuang Islam dan cara merefleksikannya terhadap kehidupan sehari-hari para maha-siswa. Dia mengatakan bahwa maha-siswa harusnya bersungguh-sungguh dalam memahami ajaran agama dan juga pelajaran di bangku kuliah me-reka dengan tetap berlandaskan pada ajaran agama Islam. Konsep seperti itulah yang disebut dengan mujahid atau pejuang Islam. Seorang mujahid dalam ajaran Islam adalah seorang ulil albab, yaitu orang-orang yang mendengarkan per-kataan dan mengikuti perbuatan yang baik. “Alladziena yastami’uuna-l-qoula wa yattabi’una-l-hasanah,” tambahnya de-

ngan sedikit mengutip ayat Alquran. Konsep mujahid dalam diri mahasiswa haruslah diikuti oleh kon-sistensi keimanan dan metodologi keilmuan yang benar. Masyhudi me-nambahkan pula, bahwa mengikuti konsep mujahid artinya tidak mening-galkan sesuatu yang sunah. Hal ini diikuti dengan contoh keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi-organisa-si intra ataupun ekstra kampus. “Ma-hasiswa yang hanya mementingkan IP (Indeks Prestasi) tidak akan menjadi pemimpin,” ungkapnya dengan suara yang lantang. Senada dengan Masyhudi, Ni’matul Huda selaku pemateri kedua sekaligus dosen tetap FH UII ikut mendorong mahasiswa untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan or-ganisasi ataupun kegiatan mahasiswa yang lain. Pada kesempatan kali ini, Ni’matul banyak memberikan be-berapa contoh pergerakan mahasiswa pada masa Artidjo Alkostar—Hakim Agung Republik Indonesia—dan be-berapa aktivis era 1980-an. Dengan mengambil judul “Refleksi Gelombang Mahasiswa pada Masa Lampau”, Ni’matul ba-nyak memberikan cerita-cerita yang diketahuinya dari kehidupan aktivis pada masa itu. Perjuangan para aktivis dalam memperjuangkan independensi sebagai mahasiswa anggota lembaga, dengan tetap tidak melupakan keha-

• Ifdhal Kasim,S.H

(kanan) sebagai

pemateri dan Rezky Dika Kurniaputri, S.H., (kiri) sebagai

moderator di acara

kuliah umum Peradilan

2014 (7/09).

Uni/Keadilan

11Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

rusan mengikuti perkuliahan. Tidak ketinggalan juga de-ngan cerita para mahasiswi saat itu, saat para demonstran aktif adalah para perempuan yang sangat bersemangat dalam me-nyampaikan orasi. Contoh ini harus dapat diikuti oleh para mahasiswi za-man sekarang. “Jadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah-pulang) itu eman,” tam-bahnya sambil menunjuk ke arah para mahasiswa. Sesi terakhir kuliah umum diisi oleh seorang tokoh na-sional, Ifdhal Kasim yang memberi-kan materi dengan tema “Tantangan dan Peluang Mahasiswa Masa Kini”. Di dalam materinya, dia banyak meng-ambil contoh kasus korupsi yang su-dah banyak terjadi pada para pejabat, elit politik, maupun para dosen-dosen perguruan tinggi yang ada di Indone-sia. Para mahasiswa saat ini harus memerhatikan kondisi sosial di sekitar mereka, karena itulah tantangan terbe-sar yang dihadapi pada mahasiswa saat ini. Di era teknologi seperti sekarang, mahasiswa lebih banyak menghabis-kan waktu mereka untuk hal-hal yang praktis tanpa mementingkan kondisi sekitar. “Sebagai mahasiswa, kalian harus peka terhadap sosial,” ungkap-nya. Selain penyampaian materi oleh beberapa pemateri, acara kuliah umum kali ini juga memberikan ke-sempatan bagi para mahasiswa untuk bertanya setelah acara penyampaian materi berlangsung. Pertanyaan diaju-kan oleh tiga atau empat mahasiswa untuk setiap materinya. Selain itu, di setiap akhir penyampaian materi, pa-

nitia juga memberikan plakat sebagai kenang-kenangan untuk para pema-teri. Acara yang mengambil waktu

kurang lebih tiga jam dari se-luruh rangkaian Peradilan

2014 ini diharapkan mam-pu meningkatkan ghirah mahasiswa untuk mem-punyai niat yang lurus, dan meletakkan keislam-an sebagai dasar dalam

upaya melakukan peruba-han. Sehingga nantinya men-

jadi cendekiawan yang dapat memperjuangkan hak-hak ma-

syarakat dengan cara-cara yang tepat. Perpaduan nilai-nilai keislaman dalam perjuangan serta bagaimana memak-nai ‘agent of change’ dengan benar, juga adalah harapan setelah mengikuti aca-ra kuliah umum ini. Sebagaimana yang tertulis dalam buku panduan Peradilan 2014. Beberapa materi mendapat-kan respon positif dari mahasiswa, Helianto Putro salah satu maha-siswa baru asal Salatiga me-ngaku bahwa dia tertarik dengan materi pertama. “Harus bisa mengore-lasikan hukum dengan agama. Maksudnya, ya imbanglah antara hukum dengan agamanya. Jadi nanti itu enggak timpang gitu loh,” ujar mahasiswa baru bertu-buh tambun ini dengan mimik muka serius. Berbeda dengan Helianto, Ratna Kumala Sari mahasiswa asal Lampung dari jamaah II, lebih banyak mengkritisi teknis di lapangan. Suara dari sound system yang tidak terlalu jelas menyebabkan mahasiswa lebih ba-nyak berbicara dengan teman sendiri

sehingga menghasilkan kegaduhan. Selain itu, rasa bosan dan lapar juga mengganggu konsentrasi mahasiswa baru. Wali Jamaah (Waljam) pun tidak luput dari kritiknya, dia menambah-kan bahwa Waljam seharusnya bisa mengkondisikan mahasiswa dan tidak ikut mengobrol dengan mereka. “Ka-lau Waljamnya mengondisikan untuk memerhatikan mungkin bisa kon-dusif,” tambahnya. Terlepas dari beberapa ma-salah yang terjadi di lapangan, Mia Permata Sari selaku Koordinator Aca-ra dari Organizing Committee tetap mem-punyai harapan yang sangat besar dari para pemateri untuk mahasiswa baru. “Jadi harapannya, ya apa yang beliau sampaikan itu bisa tersampaikan. Bisa jadi motivasi buat adik-adik semuanya, bisa menjadi acuan buat kita semua mahasiswa,” harapnya. Nurul Qomariah Adijaya selaku Sekretaris Steering Committee menjelaskan bahwa mahasiswa FH UII mempunyai hubungan yang erat

dengan pergerakan dan etos per-juangan. “Kita butuh pembi-

cara yang bisa memotivasi temen-temen sendiri untuk bisa melakukan perger-akan khususnya melalui jalur Islam sesuai dengan

kampus kita sendiri yang berciri khas agama Islam,”

tambah mahasiswa angkatan tahun 2012 ini dengan optimis.

• Ratna Kumala Sari

• Nurul Qomariah Adijaya

Reportase bersama: Yuniar Dwi Astuti, Zein Rahmatullah

REDAKSI LPM KEADILAN

• Menerima tulisan berbentuk opini, artikel, dan surat pembaca bertemakan bebas

• Tulisan dapat dikirim langsung ke sekretariat LPM Keadilan atau via email di [email protected]

• Tulisan yang dikirim akan dimuat setelah melalui proses editing

12Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

DARI KAMI

Assalamualaikum Wr. WbSalam sejahtera bagi kita semua. Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW kita haturkan atas terbitnya Keadilan Post edisi khusus Ospek. Kami menyajikan informasi yang berimbang dan teraktual bagi segenap pembaca. Kami haturkan terimakasih kepada narasumber serta tak lupa kepada seluruh pengurus yang turut andil dalam penulisan dan penyusunan Keadilan Post edisi khusus Ospek. Atas nama LPM Keadilan kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penerbitan ini. Pembaca pun dapat mengirimkan tulisan kepada kami melalui surat pembaca, baik mengenai permasalahan di lingkup UII dan sekitar Yogyakarta. Kami juga menerima kritik dan saran sebagai koreksi untuk terbitan selanjutnya. Selain itu kami membuka peluang untuk mahasiswa, dosen, ataupun publik untuk menulis di Keadilan Post dalam rubrik Opini dan Artikel.Wassalamualaikum Wr. Wb

DIALEK Acara Pesta, mabanya enggak kondusif.

Ya iyalah, satu jamaah aja walinya cuma dua.

Saat Pesta kok mabanya tutupan pake koran bekas, ya?

Lah, tempatnya panas gitu.

Sampah bekas Pesta dimana-mana.

Yoi... masalah klasik enggak selese-selese.

Mabanya 6000-an, kok waljam cuma 160.

Ya gitu deh jadinya, kalau koordinasi gagal.

Banyak maba yang tidur ketika studium generale.

Ngebosenin, kali...

Mahasiswa kok ngertinya cuma sinetron aja.

Iyalah, wong habis kuliah langsung pulang.

Peradilan kok sampe tengah malem?

Dapet jatahnya cuma dua hari dari dekanat.

Lek DI

Bang ALEK

13Keadilan Post Edisi Khusus Ospek Bang ALEK

Keadilan PostInformatif, Komunikatif, Aspiratif

KEADILAN POST DITERBITKAN OLEH LPM

KEADILAN

PEMIMPIN UMUM: JEFREI KURNIADI

SEKRETARIS UMUM: RINI WINARSIH

BENDAHARA UMUM: SISKA NOVISTA

PIMPINAN REDAKSI: ADITYA PRATAMA P.

REDAKTUR PELAKSANA: DANAR MASYKUR S.

SEKRETARIS REDAKSI: DEVI TRIANA

KOOR. KEADILAN POST:KAUSAR WILDANTIO A.KOOR. KEADILAN ONLINE:IDA ELSHA N.DESAIN: BENNY T., SEKAR S. N., R. SAADAN T., YUNIAR D. A.EDITOR BAHASA : TEGAR D. P., FAJRUL U. A. R., LALU S., SRI DEVI A.F.FOTOGRAFI: AUSSY N. D., LUTFANI H. N., FALUTHI F., INA RACHMA N.

KARIKATUR

@tegardwipr

PIMPINAN LITBANG: KAUKAB RAHMAPUTRA

STAF LITBANG: M. ADHIKA R., ISMAIL S. A.M., M. ZEIN R., YOGI W., PUTRI A. P., DIAN R.,

PIMPINAN PENGKADERAN:MUDZAKIR

STAF PENGKADERAN: RANU R. A., MADA P., MEILA N. F., NURANISYAH, IRKHAM Z., GANDAR M. P., HENDRA Y.

REPORTER: SELURUH PENGURUS KEADILAN

[email protected]. TAMAN SISWA 158 YOGYAKARTA 55515TELP (0274) 377043 - 379171 / HP 082120986712

14Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

Nama: Fitri WulandariKesan Ospek: Ga’ enak kurang berkesanPesan Ospek: Lebih jelas lagi.

Nama: Safira N.F.Kesan Ospek: Ketika Ospek ada tulisan yang positif, yang mendidik tapi terlalu membosankan.Pesan Ospek: Acaranya jangan bertele-tele.

Nama: Fijannatin AliyahKesan Ospek: Seru, kirain bakalan disiksa gitu pas kena hukuman, malah cuma duduk-duduk santai doang.Pesan Ospek: Kasih makan maba/miba barunya jangan telat lagi ya kak tahun depan.

Nama: PadlyKesan Ospek: Sangat bangga akan acara ini men-dapatkan semangat perjuangan dan banyak belajar tentang apa itu perjuangan.Pesan Ospek: Terus lakukan ini, hindari kegiatan yang tidak mendidik, perbaiki mekanisme dan jadikan yang sekarang sebagai referensi untuk kedepannya.

Nama: Riza Mahendra Kesan Ospek: PERADILAN 2014 memberikan ban-yak pengalaman dan pembelajaran bagi saya. banyak ilmu yang dapat saya ambil dari PERADILAN.Pesan Ospek: Untuk kedepannya mohon lebih dis-iapkan secara matang. Jangan telantarkan kami!!

Nama: Rian PutrantoKesan Ospek: MelelahkanPesan Ospek: Peradilan tidak perlu ada acara penginapan di kampus.

Nama: Faghlaifi NaimKesan Ospek: Rangkaian kegiatan yang memuat narasumber membuat maba/miba jenuh karena tata suara tidak berjalan seperti seharusnya.Pesan Ospek: Masalah teknis harus lebih diantisi-pasi sejak awal.

Nama: Septian Dwi RiadiKesan Ospek: Kesannya mendidik tapi banyak acara yang terlalu dipaksakan.Pesan Ospek: Cari waljam yang lebih terlatih me-manajemen maba, supaya acara jadi teratur.

Nama: Mega Mustika SitompulKesan Ospek: Saya sangat berkesan dengan ospek fakultas di UII ini karena ospek ini sangat memberi banyak manfaat dan wawasanbukan sekedar ingin main saja, dan saya rasa ini adalah awal yang baik.Pesan Ospek: Saya harap ospek tahun depan lebih di koordinasi lebih baik lagi, meskipun ospek saat ini cukup baik, namun saya ingin lebih ditingkatkan.

PERADILAN 2014

Nama: Rahmat HasanKesan Ospek: Peradilan menarik, seru, tapi banyak yang molor buat waktu. Konsumsi juga kurang.Pesan Ospek: Untuk kedepan, peradilan harus memperhatikan waktu, konsumsi dan fasilitas.

SURAT PEMBACA