KPD.doc
-
Upload
yulius-andi-ruslim -
Category
Documents
-
view
19 -
download
3
description
Transcript of KPD.doc
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
ISTRI
Nama : Ny Triyatmi
Usia : 31 th
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Akademi
Pekerjaan : Karyawan swasta
Lama menikah : 7 tahun
Alamat : Jl Moh Khafi I Gg Swadaya Tn Baru, Depok.
Masuk RS : 10 Agustus 2005
Keluar RS : 15 Agustus 2005
SUAMI
Nama : Tn Sukadi
Usia : 31 th
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Bank
1
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis tanggal 11 Agustus 2005 di RSMC.
A. Anamnesis Umum
Keluhan Utama :
Keluar cairan melalui vagina banyak beberapa jam sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan Tambahan :
Tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien G2P1A0, hamil 30 minggu dengan HPHT 15 Januari 2005, datang
dengan keluhan keluar cairan bening, tidak berbau melalui vagina beberapa
jam SMRS . Gerakan janin positif, terutama di bagian bawah pusat. Sedangkan
kontraksi, nyeri mulas, demam, nyeri waktu BAK, gatal di genitalia, dan
keputihan disangkal pasien.
Dua minggu yang lalu pasien dirawat di RS Andhika dengan keluhan yang sama
dan dirawat selama seminggu sampai keadaan pasien membaik dan tidak keluar
cairan lagi. Selama seminggu pasien istirahat tirah baring di rumah, selama itu
tidak ada keluar cairan melalui vagina.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Preeklampsia, Eklampsia, penyakit jantung paru, diabetes mellitus, penyakit
hati, dan alergi disangkal pasien.
Pada tahun 1980an pasien pernah operasi amandel.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu pasien menderita hipertensi dan diabetes mellitus.
Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi :
Pasien sangat aktif. Tempat kerja pasien jauh dan sering bekerja sampai larut
malam. Di tempat kerja pasien sering berdiri dan berjalan.
Setiap hari pasien mengkonsumsi kopi pekat sebanyak 1 gelas.
Pasien mengaku tidak merokok dan tidak minum alcohol.
B. Anamnesis Ginekologi
2
Riwayat Haid :
Menarche : 15 tahun
Siklus Haid : 30 hari
Lamanya : 2 – 3 hari
Banyaknya : 1 – 3 pembalut per hari
HPHT : 15 Januari 2005
TP : 22 Oktober 2005
Riwayat Perkawinan :
Pasien menikah pertama kali dengan suami pertama pada tahun 1998 sampai
sekarang.
Riwayat Keluarga Berencana :
Pasien melaksanakan KB kalender sejak kehamilan pertama sampai haid
terakhir.
Riwayat Kehamilan :
Pasien melahirkan anak pertama perempuan tahun 1999, lahir cukup bulan, per
vaginam, berat bayi 2700 gram. Selama kehamilan yang lalu tidak ada keluhan.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan tanggal 11 Agustus 2005 di RSMC.
A. Status Generalisata
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital :
TD : 110 / 75 mmHg Suhu : 37 oC
Nadi : 80 x/menit Pernafasan : 26 x/menit
Kepala :
Mata : konjunctiva anemis - / -, sclera ikterus - / -
Mulut : tidak pucat
Leher :
KGB tidak teraba membesar
Thorax :
3
Cardio : S1 dan S2 normal, murmur (-) , gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Payudara : ASI (+)
Abdomen :
Membuncit sesuai masa kehamilan
Hati dan Limpa tidak teraba.
Lihat status obstetrikus.
Ekstremitas :
Akral hangat, sianosis (-), oedem (-), varises (-).
B. Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Abdomen (dinding perut) : Perut membuncit sesuai masa kehamilan
Palpasi
Leopold I : Tinggi fundus uteri 3 jari di atas pusat.
Bagian teratas teraba bagian lunak janin (bokong)
Leopold II : Punggung janin kanan
Leopold III : Presentasi janin letak kepala
Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk ke PAP
Lain-lain : gerakan janin positif teraba
Auskultasi Doppler
DJJ 145 x dalam 1 menit secara teratur
Pemeriksaan Dalam
Tidak dilakukan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin tanggal 11 Agustus 2005
Hemoglobin : 10,4 g%
Hematokrit : 30%
4
Leukosit : 16,4 ribu / dl (High)
Trombosit : 329 ribu / dl
Masa perdarahan : 3 menit
Masa pembekuan : 12 menit
Gula darah sewaktu : 117 mg%
V. DAFTAR MASALAH
Ibu : G 2 P1 A0, hamil 30 minggu dengan Ketuban Pecah Dini.
Bayi : janin tunggal hidup, intrauterine, preterm, letak kepala, punggung kanan,
VI. RENCANA PENATALAKSANAAN
Rencana Diagnosis :
pemeriksaan in spekulo steril.
Tes laksmus dan tes pakis
USG
Rencana Terapi :
Amoxicillin 3 x 500 mg
Dexamethason 12mg selama 2 hari
Sectio Caesarea
Rencana Edukasi :
Menerangkan kepada pasien bahwa bayi yang akan dilahirkan adalah
premature sehingga perlu perawatan lebih lanjut.
Menerangkan kepada pasien bahwa tindakan section caesarea yang diambil
atas indikasi ketuban pecah dini dan untuk meminimalkan resiko infeksi
pada ibu.
VII. LAPORAN PELAKSANAAN OPERASI
Persiapan Operasi
Diagnosis : KPD Macam operasi : SC
BB / TB : 156 / 65 TD, N : 110 / 70 , 80
Makan / minum terakhir : 0000 Cukur daerah operasi : (+)
5
Hasil laboratorium : (+) Rontgen : (-)
Inform concent : (+) Alergi obat : (-)
Laporan Operasi
- Operasi dilakukan dimulai pukul 08.00.
- Pasien terlentang di meja operasi dengan anestesi spinal dan diberi Bioxon.
- Dilakukan tindakan asepsi dan antisepsis pada lapangan operasi.
- Insisi Pfanenstell kurang lebih 12 cm, dibuka lapis demi lapis sampai
peritoneum terbuka.
- Terlihat uterus gravida dengan cairan intraperitoneum, dan cairan disuction.
- Dibuat irisan semilunar segmen bawah uterus secara tajam, keluar cairan
ketuban jernih.
- Bayi dilahirkan dengan bantuan ekstraksi vacuum, lahir bayi pada pukul
08.30, BB 1800 gram dan PB 40 cm, As 6/8, anus (+), cacat (-).
- Plasenta dilahirkan, cavum uteri dibersihkan.
- Segmen bawah uterus dengan jahitan sudut dan jelujur.
- Evaluasi : tidak perdarahan, kontraksi uterus baik, tuba dan ovarium kanan
kiri normal.
- Kavum uteri dibersihkan
- Dinding abdomen dibersihkan ditutup lapis demi lapis.
- Operasi selesai pada pukul 09.10.
VIII. PERAWATAN MASA INFAS
Pukul 10.20 Pukul 11.10 Pukul 11.40
Keluhan Utama - - Nyeri dan mulas
Keadaan Umum Baik Baik Baik
Tekanan Darah 120 / 80 110 / 70 110 / 70
Nadi 72 80 80
Suhu 36,7 oC 37, 3 oC 37, 3 oC
Perdarahan + + +
6
Payudara ASI sudah keluar
bila dipencet,
tidak nyeri
ASI sudah keluar
bila dipencet,
tidak nyeri
ASI sudah keluar
bila dipencet,
tidak nyeri
Laktasi - - -
Fundus uteri 3 j bwh pusat 3 j bwh pusat 3 j bwh pusat
Kontraksi uterus + + +
Lokia Rubra Rubra Rubra
Miksi 150 cc dgn kateter 150 cc dgn kateter 150 cc dgn kateter
Defekasi - - -
IX. OBSERVASI
Tanggal Subjektif Objektif Assessment Perencanaan
11.08.05 Jam 03.30
keluar air
ketuban banyak
TD:110 / 75
N: 80 x/mnt
Mata : anemis (-),
iketrus (–)
Torax : S1S2 N, m (-)
, g (–)
Sn vesikuler, Rh (-) ,
Wh (–)
Abdo :
L1 TFU 3 j a pst,
bokong
L2 puka
L3 kepala
L4 0 / 5
Akral hangat,odem(-)
G2 P1 A0
Hamil 34
mgg
Dgn
Ketuban
Pecah Dini
(KPD)
Amoxicillin 3 x
500 mg]
Dexamethason
1x3 ampul
selama 2 hari]
SC
12.08.05 Sectio Caesarea Bioxon 2x1
13.08.05 Mulas (+),
Nyeri (+),
TD:120 / 70
N: 80 x/mnt
PSC hr I Mobilisasi
bertahap
7
perdarahan
sedikit,
mobilitas
miring
KU baik
Mata : anemis (-),
iketrus (–)
Torax : S1S2 N, m (-)
, g (–)
Sn vesikuler, Rh (-) ,
Wh (–)
ASI (+) Laktasi (-)
Abdo : TFU 3jbp,
nyeri tekan (+)
Coamoxilav 3x1
Mefinal 3x1
Hemobion 2x1
14.08.05 Baik, Nyeri (-),
coba jalan
lemas
pingsan, sesak
nafas, dikerok
membaik,
perdarahan
masih sedikit
TD:110 / 70
N: 80 x/mnt
KU baik
Mata : anemis (-),
iketrus (–)
Torax : S1S2 N, m (-)
, g (–)
Sn vesikuler, Rh (-) ,
Wh (–)
ASI (+) Laktasi (-)
Abdo : TFU 3jbp,
nyeri tekan (+),
kontraksi baik
PSC hr II Mobilisasi
bertahap
Mefinal 3x1
Hemobion 2x1
15.08.05 (-).
Mobilisasi baik
TD:100 / 70
N: 80 x/mnt
KU baik
Mata : anemis (-),
iketrus (–)
Torax : S1S2 N, m (-)
, g (–)
Sn vesikuler, Rh (-) ,
PSC hr III GV
Mefinal 3x1
Hemobion 2x1
8
Wh (–)
ASI (+) Laktasi (+)
Abdo : TFU 4jbp
X. RESUME
Pasien 31 tahun, G2 P1 A0, hamil 30 minggu dengan ketuban pecah dini dengan
pelaksanaan diagnosis dengan section caesarea. Sebelumnya pasien diberikan
amoxicillin 3x500 mg dan dexamethason 12mg selama 2 hari untuk mematangkan
paru janin. Tanggal 12 Agustus 2005 pukul 09.10 lahir bayi laki-laki dengan BB
1800 gram dan PB 40cm. Dilakukan pemantauan nifas terhadap ibu dan hasilnya
baik.
9
ANALISA KASUS
Pasien 31 tahun, G2 P1 A0, hamil 30 minggu didiagnosis sebagai ketuban pecah dini,
berdasarkan :
I. ANAMNESIS
Pasien G2P1A0, hamil 30 minggu dengan HPHT 15 Januari 2005, datang
dengan keluhan keluar cairan bening, tidak berbau melalui vagina beberapa jam
SMRS . Gerakan janin positif, terutama di bagian bawah pusat. Sedangkan kontraksi,
nyeri mulas, demam, nyeri waktu BAK, gatal di genitalia, dan keputihan disangkal
pasien.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital :
TD : 110 / 75 mmHg Suhu : 37 oC
Nadi : 80 x/menit Pernafasan : 26 x/menit
Mata : konjunctiva anemis - / -, sclera ikterus - / -
Thorax : Cardio : S1 dan S2 normal, murmur (-) , gallop (-)
Pulmo: Suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
ASI (+)
Abdomen : Membuncit sesuai masa kehamilan
Hati dan Limpa tidak teraba
Lihat status obstetrikus.
Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), oedem (-), varises (-)
10
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
a. Inspeksi
Abdomen (dinding perut) : Perut membuncit sesuai masa kehamilan
b. Palpasi
Leopold I : Tinggi fundus uteri 3 jari di atas pusat dan bokong.
Leopold II : Punggung janin kanan
Leopold III : Presentasi janin letak kepala
Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk ke PAP
Lain-lain : gerakan janin positif teraba
c. Auskultasi Doppler
DJJ 145 x dalam 1 menit secara teratur
III. TERAPI YANG DIBERIKAN
Amoxicillin 3 x 500 mg sebagai antibiotic profilaksis section caesarea
Dexamethason 12 mg selama 2 hari untuk mematangkan paru janin
Bioxon 2 x 1 Ceftriaxone disodium untuk peri-op surgical profilaxysis
Coamoxiclav 3x1 amoxicillin 500 mg dan clavulanic acid 125 mg untuk
anitibiotik pasca operasi
Mefinal 3x1 Mefenamic acid utnuk post – op pain
Hemobion 2x1 Fe fumarate 360 mg, folic acid 1.5 mg, vit B12 15mcg, vit C
75mg, Ca carbonate 200 mg, cholecalciferol 400 iu untuk anemia selama hamil
dan menyusui dan anemia karena kehilangan banyak darah.
11
TINJAUAN PUSTAKA
CAIRAN AMNION
Pada awal kehamilan, cairan amnion berasal dari cairan plasma ibu. Setelah awal
trimester kedua, cairan amnion terdiri dari cairan ekstraseluler yang berdifusi dari kulit
janin, sehingga cairan ini mencerminkan keadaan cairan plasma janin. Setelah usia 20
minggu, pembentukan cairan amnion digantikan oleh urine janin karena terjadi
pembentukan stratum korneum pada kulit janin. Ginjal janin mulai menghasilkan urine
pada usia kehamilan 12 minggu dan pada usia kehamilan 18 minggu memproduksi 7 – 14
ml per hari. Urine janin terdiri dari urea, creatinin, dan asam urat, serta partikel – partikel
padat, antara lain lanugo, verniks, sel epitel, dan sebasea kulit janin. Cairan paru janin
juga ambil bagian dalam produksi cairan amnion, maka perbandingan kadar lesitin dan
sfingomielin dari cairan amnion penting untuk mengetahui tingkat kematangan paru –
paru janin.
Jumlah cairan amnion setiap masa kehamilan berubah – ubah. Pada umumnya
cairan tersebut bertambah 10 ml per minggu pada usia kehamilan 8 minggu dan
bertambah 60 ml atau lebih per minggu setelah usia kehamilan 21 minggu, kemudian
menurun secara gradual setelah usia kehamilan 33 minggu. Jumlah cairan berkisar antara
50 ml pada usia 12 minggu, meningkat menjadi 400 ml pada usia 20 minggu, dan 1000
ml pada kehamilan aterm.
Cairan amnion memiliki fungsi yaitu :
- melindungi janin terhadap trauma dari luar
- memungkinkan janin bergerak dengan bebas
- melindungi suhu tubuh janin
- meratakan tekanan dalam uterus pada partus, sehingga serviks membuka
- membersihkan jalan lahir dengan cairan steril dan mempengaruhi keadaan dalam
vagina, sehingga bayi kurang mengalami infeksi
12
KETUBAN PECAH DINI ( PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANE )
Pecahnya selaput ketuban dan keluarnya cairan berupa air dari vagina dapat
disebut ketuban pecah minggu (KPD). KPD dapat terjadi setiap saat pada masa
kehamilan, dan menjadi masalah bila janin tersebut masih premature (premature rupture
of membrane) atau bila janin sudah mature, jarak waktu antara pecahnya ketuban dan
kala II lama (prelabor rupture of membrane).
Patologi dan Patofisiologi
Penyebab terjadinya KPD tidak diketahui secara pasti. Beberapa faktor yang
dapat memicu terjadinya KPD antara lain adalah merokok, kehamilan ganda, infeksi
saluran kemih, infeksi intrauterine, incompetency serviks, hydramnions, aktivitas berat,
dan kekurangan gizi. Amniocentesis dan penjahitan uterus untuk menghindari kelahiran
premature (cervical cerclage) dapat memicu terjadinya KPD.
KPD adalah penyebab terpenting dari kelahiran premature, prolaps tali pusat, dan
infeksi intrauterine. Dan Amnionitis merupakan penyebab utama endomyometritis dan
infeksi puerperal.
Pada KPD berkepanjangan, jarak antara pecahnya ketuban dan kala II sangat
lama, janin dapat menunjukkan gejala yang serupa dengan Potter’s syndrome yaitu
berupa posisi janin extraordinary fleksion dan keriput di kulit. Hal ini disebabkan oleh
penurunan jumlah cairan amnion secara kronik.
Gejala Klinis
a. Gejala dan Tanda
Diagnosis harus ditegakkan dengan efisien dan sedapat mungkin meminimalkan
pemeriksaan melalui vagina sehingga meningkatkan resiko chorioamnionitis.
Gejala yang sering dirasakan pasien berupa keluarnya cairan dari vagina secara
tiba – tiba atau keluar cairan terus menerus. Cairan amnion yang keluar terus
menerus memiliki prognosis yang lebih buruk. Umumnya pasien merasakan
13
adanya cairan yang mengalir keluar, hal ini dapat karena sobekan kecil atau
perforasi dari membran amnion.
Gejala tambahan yang dapat berguna untuk diagnosis adalah warna dan bau
cairan yang keluar yang khas, adanya flek yang berasal dari verniks,
berkurangnya ukuran uterus, dan peningkatan gerakan janin pada palpasi.
b. Pemeriksaan dengan Spekulum Steril
Pemeriksaan ini merupakan diagnosis paling akurat dan hanya bisa dilakukan bila
setelah dilakukan pemeriksaan abdomen tidak ada kontraindikasi untuk
pemeriksaan vagina. Fornix posterior vagina dibuka dengan spekulum dan pH
cairan yang terkumpul disana dinilai dengan tes nitrazine ( pH cairan amnion
antara 7.0 – 7.25 ). Hal tambahan yang dapat dilakukan adalah : sekret serviks
dikumpulkan dan dilakukan kultur; observasi pengeluaran cairan dengan
melakukan manuver valsava, batuk, atau penekanan pada fundus; mengumpulkan
cairan untuk dilakukan pemeriksaan nitrazine, rasio L:S, surfactant, dan tes pakis;
memeriksa derajat pelebaran dan dilatasi serviks; dan memeriksa apakah ada
kolaps tali pusat.
c. Pemeriksaan Fisik
Perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengantisipasi terjadinya tanda – tanda
infeksi.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang biasanya dilakukan adalah pemeriksaan darah
rutin, urinalisis, kultur dan tes sensitivitas. Pemeriksaan ultrasonographi penting
untuk melihat ukuran janin.
e. Amnionitis
Pada kasus amnionitis, janin lebih baik segera dilahirkan daripada tetap bertahan
dalam uterus. Organisme yang paling sering menyebabkan amnionitis berasal dari
vagina, yaitu streptococcus B dan D dan bakteri anaerob.
Tanda – tanda yang sering terjadi adalah :
- Demam, dilakukan pemeriksaan per 4 jam
- Leukositosis maternal, bila jumlah leukosit lebih dari 16.000/μL perlu dicurigai
- Konsistensi uterus , dilakukan pemeriksaan tiap 4 jam
14
- Takikardia
- Penting untuk melakukan pemeriksaan C-reactive protein dari cairan amnion
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari KPD antara lain hydrorrhea gravidarum, vaginitis,
peningkatan cairan vagina, dan inkontinensia urin.
Penanganan
a. Intervention
- Usia kehamilan lebih dari 36 minggu dan berat janin diatas 2500 gram
Meskipun ada kemungkinan 90% akan terjadi partus spontan dalam 24 jam,
namun bila fase laten melebihi 8 – 12 jam langsung dilakukan induksi dengan
infus oksitosin untuk meminimalkan resiko infeksi.
- Usia kehamilan 34 – 36 minggu dan berat janin 2000 – 3000 gram
Induksi dengan oksitosin diperbolehkan, namun beberapa pusat kesehatan
menyarankan untuk menunggu 24 – 48 jam untuk mematangkan surfactant paru.
- Usia kehamilan 26 – 34 minggu dan berat janin 500 – 2000 gram
Penanganan sebaiknya diambil berdasarkan hasil pemeriksaan amniocntesis. Bila
terdapat kematangan paru janin (rasio L:S) atau amnionitis maka partus segera
dilakukan. Bila rasio L:S menunjukkan paru janin belum matang dan tidak ada
amnionitis, maka disarankan tirah baring dan pemeriksaan tanda vital tiap 4 jam
dan obat adrenocorticosteroid boleh diberikan.
Bila cairan tidak keluar lagi dan keadaan pasien baik, maka pasien boleh
dipulangkan namun perlu pengawasan ketat. Pasien tidak diperkenankan
melakukan aktivitas berat dan hubungan badan.
- Usia kehamilan dibawah 26 minggu dan berat janin dibawah 500 gram
Setelah diagnosis dapat ditegakkan, maka segera hubungi keluarga pasien karena
kecil kemungkinan untuk mempertahankan keberadaan janin dan
mempertimbangkan tingginya resiko yang dapat diderita ibu.
b. Nonintervention
15
Hal – hal penting yang harus dilakukan adalah : tirah baring, tidak boleh
berhubungan badan, tidak diperkenankan menggunakan pembalut atau tampon,
melakukan pemeriksaan suhu tubuh 3 – 6 kali sehari, dan pemeriksaan hitung sel
leukosit tiap hari. Ibu harus segera melaporkan kepada petugas medis bila ia
merasa demam, menggigil, gejala mirip flu, pengeluaran cairan melalui vagina,
perdarahan vagina, atau nyeri pada perut dan punggung.
Obat – obatan yang umumnya dapat diberikan :
- Oxytocin untuk induksi
- Tocolysis untuk mencegah atau menunda terjadinya partus. Obat ini hanya dapat
digunakan bila tidak ada infeksi. Penundaan partus dapat memungkin pematangan
paru
- Steroid digunakan untuk mematangkan paru janin. Namun untuk pemberian obat ini
perlu dipastikan tidak ada infeksi.
- Antibiotik untuk mengatasi infeksi yang dapat terjadi.
Prognosis
Prognosis dari KPD tergantung dari usia kehamilan, kematangan organ janin, dan infeksi
yang terjadi.
SARAN – SARAN
Melakukan pemeriksaan inspekulo steril untuk menilai pengeluaran cairan
Melakukan tes laksmus (nitrazine) untuk menilai pH dan tes pakis terhadap cairan
yang keluar dari vagina, untuk memastikan apakah benar – benar cairan amnion
Melakukan USG untuk menilai jumlah cairan amnion yang tersis, memastikan
usia kehamilan dan berat janin.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F Gary, MD et al. Williams Obstetrics 21st edition. McGraw-Hill.
2001.
2. DeCherney, Alan H, Martin L Pernoll. Current Obstetric and Gynecologic
Diagnosis and Treatment 8th edition. Lange. 1994.
3. Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rakhmi, dkk. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran edisi ketiga. Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
4. Mochtar, Rustam. Prof. Dr., MPH. Sinopsis Obstetri jilid I edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 1998.
5. Saifuddin, Abdul Bari. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal edisi I cetakan VII. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta. 2004.
6. Wiknjosastro G.Hanifa, Saifuddin Abdul Bari, Trijatmo R. Ilmu Bedah Kebidanan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2000.
7. http://www.healthatoz.com/healthatoz/Atoz/ency/premature_rupture_of_membranes.jsp
17