KP BAB I

2
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Limbah air terproduksi atau air yang diperoleh karena aktivitas produksi minyak dan gas merupakan salah satu masalah penting untuk diperhatikan bagi perusahaan migas seperti PT Pertamina EP. Berkaitan dengan Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No. 19 tahun 2010 mengenai baku mutu limbah air terproduksi pada industri migas dan komitmen “zero discharge”perusahaan untuk tidak membuang limbah ke lingkungan, maka Pertamina EP perlu melakukan pengolahan limbah tersebut untuk mematuhi peraturan dan komitmen tersebut. Oleh karena itu Pertamina EP membangun sistem WTIP yang berfungsi untuk mengolah limbah air terproduksi yang dihasilkan.WTIP atau Water Treatment and Injection Plant terdiri dari serangkaian alat operasi untuk mengolahair terproduksi menjadi air injeksi yangberkerja secara kontinyu dan terintergrasi dalam suatu sistem. Alat-alat operasi tersebut antara lain skim tank, DAF tank, media filter dan deaerator. Rangkaian alat operasi ini penting dioperasikan dalam sistem WTIP untuk memisahkan kandungan minyak ( oil content), padatan tersuspensi (TSS), padatan terlarut (TDS), dan oksigen terlarut (DO) yang terdapat di dalam air. Setelah sistem WTIP dioperasikan selama beberapa waktu, didapatkan data hasil laboratorium yang menunjukkan nilai parameter aktual dari air injeksi tidak sesuai dengan nilai parameter desain yang diharapkan. Nilai parameter aktual yang diperoleh antara lain turbidity sebesar 26,47 NTU, TSS 34 mg/l, TDS 26,195 mg/l, dan DO 5,8 mg/l. Nilai tersebut tidak sesuai dengan nilai parameter air injeksi yang didesain yaitu dengan turbidity<5 NTU, TSS<1 mg/l, TDS 4000 mg/l dan DO=0 mg/l. Hal yang demikian menunjukkan bahwa alat operasi dalam sistem WTIP tidak berkerja sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan pertimbangan diatas, kinerja sistem WTIP perlu dianalisis dan dievaluasi secara periodik untuk memperoleh langkah

Transcript of KP BAB I

Page 1: KP BAB I

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Limbah air terproduksi atau air yang diperoleh karena aktivitas

produksi minyak dan gas merupakan salah satu masalah penting untuk

diperhatikan bagi perusahaan migas seperti PT Pertamina EP. Berkaitan

dengan Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No. 19 tahun 2010 mengenai

baku mutu limbah air terproduksi pada industri migas dan komitmen “zero

discharge”perusahaan untuk tidak membuang limbah ke lingkungan,

maka Pertamina EP perlu melakukan pengolahan limbah tersebut untuk

mematuhi peraturan dan komitmen tersebut. Oleh karena itu Pertamina EP

membangun sistem WTIP yang berfungsi untuk mengolah limbah air

terproduksi yang dihasilkan.WTIP atau Water Treatment and Injection

Plant terdiri dari serangkaian alat operasi untuk mengolahair terproduksi

menjadi air injeksi yangberkerja secara kontinyu dan terintergrasi dalam

suatu sistem. Alat-alat operasi tersebut antara lain skim tank, DAF tank,

media filter dan deaerator. Rangkaian alat operasi ini penting dioperasikan

dalam sistem WTIP untuk memisahkan kandungan minyak (oil content),

padatan tersuspensi (TSS), padatan terlarut (TDS), dan oksigen terlarut

(DO) yang terdapat di dalam air.

Setelah sistem WTIP dioperasikan selama beberapa waktu,

didapatkan data hasil laboratorium yang menunjukkan nilai parameter

aktual dari air injeksi tidak sesuai dengan nilai parameter desain yang

diharapkan. Nilai parameter aktual yang diperoleh antara lain turbidity

sebesar 26,47 NTU, TSS 34 mg/l, TDS 26,195 mg/l, dan DO 5,8 mg/l.

Nilai tersebut tidak sesuai dengan nilai parameter air injeksi yang didesain

yaitu dengan turbidity<5 NTU, TSS<1 mg/l, TDS 4000 mg/l dan DO=0

mg/l. Hal yang demikian menunjukkan bahwa alat operasi dalam sistem

WTIP tidak berkerja sesuai dengan fungsinya.

Berdasarkan pertimbangan diatas, kinerja sistem WTIP perlu

dianalisis dan dievaluasi secara periodik untuk memperoleh langkah

Page 2: KP BAB I

2

perbaikan berdasarkan masalah-masalah yang ditemui di dalam sistem

WTIP supaya sistem berjalan sesuai dengan fungsinya.

1.2 Rumusan Masalah

Produced water merupakan salah satu limbah terbesar yang

dihasilkan oleh sektor hulu migas. Terlebih untuk lapangan marjinal, water

cut produksinya saja bisa mencapai 90% (bahkan bisa lebih). Hal tersebut

menjadi concern utama untuk pengelolaannya sering bermasalah karena

jumlahnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Minyak, suspensi

padatan, padatan terlarut, dan oksigen terlarut yang terdapat dalam air

dapat dipisahkan dalam serangkaian alat skim tank, DAF, media filter dan

deaerator dalam sistem WTIP. Keberhasilan proses pemisahan tersebut

dipengaruhi oleh waktu tinggal dalam skim tank; flowrate, penambahan

chemical, rasio recycle dan tekanan saturasi dalam tangki DAF; serta

flowrate, jenis, dan susunan filter dalam media filter.

1.3 Tujuan

1. Menganalisis parameter yang menentukan kualitas air (turbidity, TDS,

TSS, DO, dan oil content) di dalam sistem WTIP.

2. Mengevaluasi untuk memperoleh langkah perbaikan berdasarkan

masalah yang ditemukan untuk menghasilkan kualitas air injeksi sesuai

dengan parameter (turbidity, TDS, TSS, DO, dan oil content) di dalam

sistem WTIP

1.4 Manfaat

1. Hasil kerja praktek dapat menjadi masukan pada pihak perusahaan PT.

Pertamina EP Asset 4 Field Cepu dalam rangka memperbaiki kinerja

sistem WTIP.

2. Menambah ilmu pengetahuan tentang teknologi pengolahan air

terproduksimelalui sistem WTIP dibidang industri minyak dan gas.