Korelasi Banjir Terhadap Drainase Perkotaan (Studi Kasus Banjir Di Kota Makassar)

8
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010 KORELASI BANJIR TERHADAP DRAINASE PERKOTAAN (Studi Kasus Banjir di Kota Makassar) Ilham Syafey Dosen Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia, Makassar Abstrak Masalah banjir diperkotaan merupakan masalah yang tidak pernah terselesaikan bahkan semakin tahun indikator yang ada semakin memperlihatkan bahwa kedepan jika tidak dikaji lebih jauh sumber permasalahan yang ada, maka dapat dipastikan bencana yang lebih besar akan melanda perkotaan. Berdasarkan fakta yang ada bahwa timbulnya genangan air atau banjir diperkotaan akibat karena tidak berimbangnya antara besarnya debit limpasan terhadap resapan air kedalam tanah dan tidak dimbangi dengan pengembangan kapasitas drainase sebagai sarana penampungan dan pengaliran air limpasan permukaan. Tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah mengadakan review penutupan luas area limpasan air permukaan akibat pembangunan terhadap debit limpasan air permukaan dimusim penghujan dengan insentitas curah hujan rata-rata yang pernah terjadi secara maksimal, atau debit banjir maksimal. Dengan adanya review antara luas penutupan area limpasan permukaan yang ada terhadap debit banjir sebagai limpasan air permukaan pada chatsmen area kota. Sebagai solusi dari korelasi tersebut jika jumlah penggunaan area lebih besar dibanding dengan debit curah hujan, maka perlu dilakukan perimbangan terhadap kapasitas drainase, dengan kata lain penutupan area permukaan harus berbanding lurus terhadap kapasitas drainase. Masalah Banjir Kiriman dari wilayah sekitar tidak dimasukkan dalam pembahasan permasalahan dan hanya masalah limpasan air permukaan akibat curah hujan Kata Kunci : Curah Hujan, Banjir, Drainase 1. Pendahuluan Pada umumnya kota-kota besar yang berada pada daerah pedataran hampir setiap tahun mengalami genangan air atau banjir, fenomena ini terjadi setiap musim hujan dan sampai saat ini upaya yang dilakukan oleh semua pihak khususnya pihak pemerintah kota belum memberikan hasil yang dianggap aman, karena jika penanggulangan banjir dilakukan pada suatu perkotaan hanya berlangsung secara parsial dan tidak dilakukan secara menyeluruh terhadap wilayah kota. Kota Makassar sebagai salah satu kota yang setiap tahun mengalami genangan atau banjir dengan indikator bahwa semakin kedepan semakin memperlihatkan tingkat permasalahan banjir yang cukup besar khsusunya ketika pola curah hujan berkesinambungan dan durasi yang cukup tinggi. Banyak faktor yang dapat dijadikan indikator mengenai terjadinya genangan air atau banjir diperkotaan, namun salah satu faktor penyebab adalah tidak dilakukannya perencanaan yang berimbang dalam melakukan aktifitas pembangunan dalam perkotaan. Perimbangan yang dimaksud adalah bahwa laju pembangunan yang dilakukan baik oleh pihak pemerintah melalui proyek yang didanai oleh pemerintah maupun yang dilakukan oleh pihak swasta, tidak dibarengi dengan analisis dampak terhadap pembangunan yang dilakukan kaitannya terhadap masalah limpasan air permukaan melalui intensitas dan durasi curah hujan yang ada.

description

ss

Transcript of Korelasi Banjir Terhadap Drainase Perkotaan (Studi Kasus Banjir Di Kota Makassar)

Page 1: Korelasi Banjir Terhadap Drainase Perkotaan (Studi Kasus Banjir Di Kota Makassar)

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010

KORELASI BANJIR TERHADAP DRAINASE PERKOTAAN

(Studi Kasus Banjir di Kota Makassar)

Ilham Syafey Dosen Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia, Makassar

Abstrak

Masalah banjir diperkotaan merupakan masalah yang tidak pernah terselesaikan

bahkan semakin tahun indikator yang ada semakin memperlihatkan bahwa kedepan

jika tidak dikaji lebih jauh sumber permasalahan yang ada, maka dapat dipastikan

bencana yang lebih besar akan melanda perkotaan. Berdasarkan fakta yang ada bahwa

timbulnya genangan air atau banjir diperkotaan akibat karena tidak berimbangnya

antara besarnya debit limpasan terhadap resapan air kedalam tanah dan tidak

dimbangi dengan pengembangan kapasitas drainase sebagai sarana penampungan dan

pengaliran air limpasan permukaan. Tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah

mengadakan review penutupan luas area limpasan air permukaan akibat pembangunan

terhadap debit limpasan air permukaan dimusim penghujan dengan insentitas curah

hujan rata-rata yang pernah terjadi secara maksimal, atau debit banjir maksimal.

Dengan adanya review antara luas penutupan area limpasan permukaan yang ada

terhadap debit banjir sebagai limpasan air permukaan pada chatsmen area kota.

Sebagai solusi dari korelasi tersebut jika jumlah penggunaan area lebih besar

dibanding dengan debit curah hujan, maka perlu dilakukan perimbangan terhadap

kapasitas drainase, dengan kata lain penutupan area permukaan harus berbanding

lurus terhadap kapasitas drainase. Masalah Banjir Kiriman dari wilayah sekitar tidak

dimasukkan dalam pembahasan permasalahan dan hanya masalah limpasan air

permukaan akibat curah hujan

Kata Kunci : Curah Hujan, Banjir, Drainase

1. Pendahuluan

Pada umumnya kota-kota besar yang

berada pada daerah pedataran hampir

setiap tahun mengalami genangan air

atau banjir, fenomena ini terjadi setiap

musim hujan dan sampai saat ini upaya

yang dilakukan oleh semua pihak

khususnya pihak pemerintah kota belum

memberikan hasil yang dianggap aman,

karena jika penanggulangan banjir

dilakukan pada suatu perkotaan hanya

berlangsung secara parsial dan tidak

dilakukan secara menyeluruh terhadap

wilayah kota. Kota Makassar sebagai

salah satu kota yang setiap tahun

mengalami genangan atau banjir dengan

indikator bahwa semakin kedepan

semakin memperlihatkan tingkat

permasalahan banjir yang cukup besar

khsusunya ketika pola curah hujan

berkesinambungan dan durasi yang

cukup tinggi.

Banyak faktor yang dapat dijadikan

indikator mengenai terjadinya genangan

air atau banjir diperkotaan, namun salah

satu faktor penyebab adalah tidak

dilakukannya perencanaan yang

berimbang dalam melakukan aktifitas

pembangunan dalam perkotaan.

Perimbangan yang dimaksud adalah

bahwa laju pembangunan yang dilakukan

baik oleh pihak pemerintah melalui

proyek yang didanai oleh pemerintah

maupun yang dilakukan oleh pihak

swasta, tidak dibarengi dengan analisis

dampak terhadap pembangunan yang

dilakukan kaitannya terhadap masalah

limpasan air permukaan melalui

intensitas dan durasi curah hujan yang

ada.

Page 2: Korelasi Banjir Terhadap Drainase Perkotaan (Studi Kasus Banjir Di Kota Makassar)

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010

Disisi lain faktor penyebab timbulnya

genangan air atau banjir lebih cendrung

dianggap sebagai hal yang sepele,

misalkan bahwa drainase tidak berfungsi

dengan baik, drainase ditempati buangan

sampah dan sedimentasi, drainase tidak

mengalami pemeliharaan dan bahkan

drainase banyak yang tidak terhubung

secara hirarki dari saluran pembuang

tersier menuju kesaluran pembuang

sekunder dan saluran pembuang

sekunder tidak terhubung ke saluran

pembuang primer bahkan dikota banyak

ditemukan pelaksanaan drainase tidak

memenuhi syarat teknis baik kemiringan

saluran guna melancarkan pengaliran

dan sebagainya. Beberapa kondisi

tertentu ditemukan banyak perencanaan

drainase yang semestinya merupakan

drainase tertutup akan tetapi dilakukan

drainase terbuka, sehingga drainase

mengalami permasalahan dalam

fungsinya sebagai saluran pembuang

baik air buangan rumah tangga maupun

buangan limpasan air permukaan air

hujan. Dari aspek sosial drainase belum

dijadikan sebagai salah satu hal yang

cukup penting untuk dipahami

keberadaannya oleh masyarakat,

sehingga masyarakat sering menjadikan

drainase sebagai tempat membuang

sampah sebagai upaya menyelesaikan

masalah sampah buangannya namun

disatu sisi akan memberikan dampak

terhadap drainase pada saat musim

hujan. Kondisi ini menjadi lebih

komplit ketika laju pembangunan yang

dilakukan oleh berbagai pihak dalam

perkotaan yang senantiasa menutup

ruang terbuka untuk terjadinya infiltrasi

limpasan air hujan permukaan masuk

kedalam porositas tanah sebagai air

kapiler. Kondisi yang sangat perlu untuk

diperhatikan dalam hal mengkaji

kembali masalah banjir atau air

genangan diperkotaan adalah perlunya

sinkronisasi antara penutupan area

terbuka akibat pembangunan terhadap

pengembangan kapasitas drainase yang

harus dilakukan sehingga penampungan

dan pengaliran air limpasan permukaan

air hujan dapat berlangsung sesuai

jumlah debit limpasan maksimum yang

terjadi setiap tahunnya.

2. Permasalahan

Kota Makassar sebagai objek kajian

dalam studi terkait dengan air genangan

atau banjir, yang sampai saat ini tetap

terjadi sepanjang musim penghujan.

Permasalahan air genangan atau banjir

yang terjadi setiap tahun diakibatkan

beberapa faktor, baik dilihat dari aspek

teknis, sosial dan ekonomi serta aspek

lainnya, namun dalam kajian ini

permasalahan difokuskan pada kondisi

dari fakta yang ada bahwa ada ketidak

seimbangan dalam melakukan aktifitas

yang melihat permasalahan ini dalam

bentuk parsial dan tidak melihat secara

komprehensip sumber permasalahan

yang ada. Dalam setiap tahun

pelaksanaan pembangunan yang

dilakukan baik oleh pihak pemerintah

maupun pihak swasta atau non

pemerintah cukup variatif. Setiap

aktifitas pembangunan fisik yang

dilakukan terkait dengan proyek fisik,

dipastikan memanfaatkan lahan terbuka

untuk ditutupi dengan bangunan, secara

faktual data berapa luas lahan kosong

yang ditutupi dapat dilihat melalui data

inventarisasi pada pengurusan Isin

mendirikan Bangunan (IMB) yang ada

pada kantor Dinas Pengawasan

Pembangunan. Jika data ini diketahui

dimana luas yang tergunakan dalam

pembangunan pada setiap tahunnya,

maka idealnya ditindak lanjuti dengan

memperhitungkan kapasitas drainase

baik dari aspek dimensi maupun

penambahan jaringan saluran pembuang

sehingga debit limpasan permukaan

dalam bentuk air hujan dapat

terakomodir pada kapasitas drainase

yang direncanakan dan direalisasikan.

Terkait dengan kapasitas drainase yang

ada saat ini perlu diaktualkan sebelum

melakukan tindak lanjut dengan

mengadakan review kondisi yang ada

dilapangan. Yang perlu dilakukan

terhadap aktualisasi kapasitas drainase

Page 3: Korelasi Banjir Terhadap Drainase Perkotaan (Studi Kasus Banjir Di Kota Makassar)

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010

adalah mengadakan pendataan dengan

mengidentifikasi seluruh jaringan

drainase perkotaan sesuai kelayakan

kondisi saat ini, selanjutnya

mengklasfikasi drainase berdasarkan

jenis saluran baik saluran tersier,

sekunder maupun saluran primer.

Selanjutnya perlu data tabulasi mengenai

penutupan lahan terbuka yang digunkan

setiap tahunnya sebagai dasar untuk

menetapkan berapa besar limpasan air

permukaan yang tidak dapat

mengadakan infiltrasi kedalam pori

tanah dan berapa besar nilai debit akibat

penutupan lahan yang tidak dapat

disalurkan akibat sarana pembuangan air

limpasan atau drainase tidak terpenuhi

kapasitasnya karena tidak pernah

diadakan pemeliharaan dan

pengembangan kapasitas. Sebelum

dilakukan perumusan masalah terlebih

dahulu diuraikan faktor-faktor yang

Mempengaruhi terjadinya banjir atau

genangan air di perkotaan akibat tidak

diimbangi adanya kapasitas drainase

yang cukup, sebagai berikut :

1. Faktor Jumlah curah hujan rata-rata

pertahun (Debit Limpasan

Permukaaan)

2. Faktor jumlah penutupan lahan

terbuka pertahun

3. Faktor Luas wilayah kota sebagai

chatsmen Area

4. Faktor Jumlah Panjang dan

Kapasitas jaringan drainase tersier,

sekunder dan primer yang ada saat

ini

5. Faktor Jumlah panjang dan kapasitas

kondisi jaringan drainase tersier,

sekunder dan primer yang masih

layak pada saat ini

6. Faktor Teknis Perencanaan dan

supervisi pelaksanaan

7. Faktor Sosial masyarakat

8. Faktor Manual maintenance

(Pemeliharaan)

9. Faktor aktualisasi pendataan lainnya

10. Faktor kondisi elevasi permukaan

laut terhadap Permukaan tanah

daratan

Khusus Kota Makassar uraian

Timbulnya Banjir atau air genangan

diperkotaan, sebagai berikut :

1. Dari Aspek Teknis Perencanaan,

Bahwa dengan ditemukannya kondisi

drainase yang tidak berfungsi secara

teknis akibat karena faktor

kemiringan yang tidak memenuhi,

meskipun perencanaan memenuhi

namun padasaat pelaksanaan baik

supervisor maupun pelaksana tidak

melakukan pelaksanaan secara benar.

2. Dari Aspek Sosial masyarakat,

bahwa ada kecendrungan masyarakat

perkotaan dalam melihat keberadaan

sampah dengan jumlah yang kecil

untuk didroping masuk kedalam

drainase, anggapan ini kelihatannya

sepele namun pada saat masyarakat

pada umumnya menganut pola pikir

yang sama maka dapat dipastikan

bahwa drainase dalam waktu

tertentu akan dipenuhi sampah

sebelum musim hujan berlangsung,

hal ini diperparah dengan banyaknya

drainase yang tidak memiliki lining

atau penahan sisi tepi drainase

terhadap agregat halus dan kasar,

sehingga dengan demikian endapan

sedimen berupa pasir dan batuan

megisi sebagian kapasitas saluran.

3. Dari Aspek jumlah Panjang dan

kapasitas drainase tidak jelas baik

dari jenis saluran tersier, sekunder

maupun primer. Panjang drainase

dengan mengetahui dimensi yang ada

dipastikan kapasitas drainase dapat

diketahui, baik tersier, sekunder

maupun primer dengan mengetahui

kapasitas drainase maka dipastikan

korelasi terhadap curah hujan

maksimum rata-rata dapat

disinkronkan, sehingga masalah

banjir dan genangan air dapat

disolusi. Dari Data aktual ini

selanjutnya masih perlu dilakukan

aktualisasin terhadap panjang dan

kapasitas drainase yang masih layak

difungsikan, hal ini karena

kurangnya maintenance terhadap

drainase menyebabkan beberapa

Page 4: Korelasi Banjir Terhadap Drainase Perkotaan (Studi Kasus Banjir Di Kota Makassar)

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010

segmen drainase tidak dapat

difungsikan sebagaimana mestinya,

hal ini cukup bedrkorelasi terhadap

limpasan air permukaan yang harus

ditampung oleh drainase

4. Dari Aspek Chatsment Area, Bahwa

luas wilayah kota yang ada pada

hakekatnya merupakan luas

chatsmen area atau louas tangkapan

permukaan air hujan, yang dapat

mendistribusi besarnya nilai

infiltrasi, presifitasi dan perkolasi

yang berlangsung secara siklus

hidrologi, namun jika dikaitkan

dengan pengurangan luas tangkapan

air permukaan dari setiap tahun

dengan durasi dan frekwensi curah

hujan setiap tahun, maka dipastikan

akan menimbulkan masalah banjir.

Adapun Permasalahan yang

dikemukakan terkait dengan korelasi

antara luas tangkapan air permuaan yang

tertutupi terhadap kapasitas drainase

yang masih masuk kategori layak fungsi

saat ini, sebagai berikut :

1. Seberapa besar Curah hujan

maksimum rata-rata 5 tahun

sebelumnya

2. Seberapa besar jumlah luas chatsmen

area atau pemanfaatan lahan

perkotaan untuk pembanguan yang

ada 5 tahun sebelumnya

3. Seberapa besar jumlah kapasitas

drainase saat ini dan 5 tahun

sebelumnya

4. Seberapa besar deviasi kapasitas

drainase terhadap kebutuhan yang

normal atau ideal terkait dengan data

curah hujan terhadap kapasitas

drainase layak fungsi.

5. Banjir kiriman dalam hal ini belum

diperhitungkan sebagai input

terhadap adanya air genangan atau

banjir.

3. Kajian Teori

Mengacu pada definisi Drainase secara

umum yang merupakan sebagai ilmu

pengetahuan yang mempelajari usaha

untuk mengalirkan air yang berlebihan

dalam kondisi pemanfaatan tertentu.

Sedangkan definisi Drainase Perkotaan

yaitu ilmu Drainase yang

menghkususkan pengkajian pada

kawasan perkotaan yang terkait dengan

kondisi lingkungan sosial budaya yang

ada dalam kawasan Kota (Literatur

Drainase Perkotaan). Ruang lingkup

Drainase perkotaan sebagai suatu sistem

pengeringan dan pengaliran air dari

wilayah perkotaan yang meliputi :

1. Permukiman

2. Kawasan Industri dan erdagangan

3. Kampus dan Kawasan pendidikan

umumnya

4. Rumah Sakit dan Fasilitas umum

5. Lapangan Olah Raga dan Lapangan

Parkir

6. Instalasi Listrik. Militer dan

komunikasi serta

7. Kawasan Bandar udara

Dalam hal desai maka drainase

perkotaan memiliki kekhususan karena

adanya beberapa variabel tambahan,

antara lain :

1. Keterkaitan dengan Tata Guna

Lahan

2. Keterkaitan engan Masterplan

drainase kota

3. Keterkaitan dengan masalah sosial

budaya

Jika dilihat dari jenis drainase yang ada,

sangat terkait dengan kondisi keberadaan

dan manfaatnya, antara lain :

1. Menurut sejarah terbentuknya, ada 2

jenis yaitu :

a. Drainase Alamiah atau Natural

Drainage, terbentuk secara alami

tanpa campur tangan manusia

b. Drainase Buatan atau Artificial

Drainage, terbentuk berdasarkan

analisis ilmu drainase guna

menentukan nilai Debit akibat

hujan dan dimensi saluran

2. Menurut Letak Saluran, ada 2 jenis

yaitu :

a. Drainase Muka Tanah atau

Surface Drainage

b. Drainase Bawah Muka Tanah

atau Sub Surface Drainage

Page 5: Korelasi Banjir Terhadap Drainase Perkotaan (Studi Kasus Banjir Di Kota Makassar)

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010

3. Menurut Fungsi Drainase, ada 2 jenis

yaitu :

a. Single Purpose, saluran yang

berfungsi mengalirkan satu jenis

air buangan saja

b. Multy Purpose, saluran yang

mengalirkan beberapa jenis

buangan, baik secara bercampur

maupun bergantian

4. Menurut Jenis Konstruksinya, ada 2

jenis yaitu :

a. Drainase Terbuka sebagai

saluran untuk air hujan yang

terletak diarea yang cukup luas

dan juga untuk air non hujan

yang tidak mengganggu

kesehatan lingkungan

b. Drainase Tertutup sebagai

saluran untuk air kotor yang

mengganggu kesehatan

lingkungan juga sebagai saluran

dalam kota.

Hujan yang terjadi menyebabkan adanya

air hujan yang kemungkinan sebagian

besar menggenang dan mengalir

dipermukaan tanah atau run off dan

sebagian kecil meresap atau terinfiltrasi

kedalam lapisan tanah. Jika dipermukaan

tanah terjadi genangan lebih besar dari

infiltrasi, maka untuk pengaliran air

digunakan drainase muka tanah.

Kapasitas atau debit aliran maksimum

dianalisis berdasarkan metode rasional,

sebagai berikut :

Q = ..it.A

Dimana :

Q = debit aliran (m3/det)

= koefisien run off

= koefisien penyebaran hujan

It = intensitas curah hujan

A = Luas area aliran

Koefisien pengaliran () atau run off

merupakan nilai banding antara bagian

hujan yang run off dimuka bumi dengan

hujan total yang terjadi.

Koefisien penyebaran hujan ()

digunakan untuk analisis debit yang

ankanya terletak antara 0,500 sampai

dengan 1,00

Untuk nilai : (it) = (R/24)(24/tc)2/3

Dimana :

it = Intensitas curah hujan

R = durasi,curah hujan

tc = waktu konsentrasi

Curah hujan (R) yang dimaksudkan

adalah durasi atau lama terjadinya curah

hujan (menit, jam, etmal) diperoleh dari

hasil pencatatan alat ukur hujan otomatis

Waktu konsentrasi (tc) = to + td

to = inlet time atau waktu yang

diperlukan oleh air untuk mengalir

dimuka tanah menuju saluran atau

drainase

td = conduit time atau waktu yang

diperlukan air mengalr disepanjang

saluran sampai titik kontrol dihilir dapat

dirumuskan sebagai panjang saluran

dibagi dengan kecepatan aliran (L/V)

Dalam hal dimensi saluran dimana

kapasitas aliran akibat hujan harus

dialirkan melalui saluran drainase sampai

ketitik rencana hilir, dimana debit aliran

untuk mendimensi saluran dirumuskan :

Q hujan = Q saluran = Fs . V

Dimana :

Fs = Luas tampang basah desain saluran

(m2)

V = Kecepatan aliran air disaluran

(m/det)

Sehingga Fs = Q/V

4. Pembahasan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan

sebelum mengadakan pembahasan

terkait dengan permasalahan banjir dan

genangan air perkotaan yang terjadi

setiap tahun dimusim peghujan, antara

lain :

1. Jumlah luas chtsmen area perkotaan,

yaitu luas wilayah kota yang

merupakan area tangkapan air

permukaan

2. Jumlah Luas wilayah kota yang

sudah tertutup dengan adanya

pembangunan sampai saat ini

Page 6: Korelasi Banjir Terhadap Drainase Perkotaan (Studi Kasus Banjir Di Kota Makassar)

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010

3. Jumlah selisih antara luas wiayah

chatsmen area terhadap luas wilayah

yang telah tertutupi oleh

pembagunan yang ada saat ini.

4. Jumlah Debit limpasan curah hujan

berdasar pada perhitungan hidrologi

dengan data dari beberapa stasiun

curah hujan yang ada

5. Tentukan Jumlah Kapasitas drainase

baik dalam konteks drainase

pembuang tersier, sekunder dan

primer berdasar pendataan aktual

yang diadakan

6. Tentukan jumlah kapasitas

kelayakan drainase hasil pendataan

yang telah diaktualkan

7. Adakan korelasi perimbangan antara

debit limpasan terhadap kapasitas

drainase yang layak fungsi

8. Pastikan nilai layak atau tidak

korelasi tersbut diatas guna dapat

ditindak lanjuti dengan menyusun

perencanaan secara komprehensip

guna memenuhi kapasitas drainase

yang dibutuhkan terhadap besar debit

limpasan yang ada.

9. Hasil perencanaan agar ditindak

lanjuti dengan sistim pemeliharaan

terhdap drainase yang ada dari hasil

perencanaan serta adakan sosialisasi

kepada masyarakat dengan

menyusun deregulasi terkait masalah

kebijakan terhadap fungsi dan

pentingnya drainase dalam kaitannya

terhadap banjir diperkotaan

10. Perhitungan nilai Deviasi selisih

antara jumlah debit limpasan

permukaan air hujan terhadap

kapasitas keberadaan drainase layak

fungsi dalam kota pada setiap tahun.

Fokus Pembahasan adalah pada point 10

diatas yaitu Menetapkan jumlah besar

angka nilai deviasi debit limpasan curah

hujan maksimum rata-rata terhadap

kapasitas drainase layak fungsi

diperkotaan. Kota Makassar dalam

geografi terletak dipesisir Barat Sulawesi

Selatan memposisikan diri sebagai

ibukota yang memiliki daerah pesisir

atau pantai yang tentunya berbatasan

dengan perairan laut dan dilintasi oleh

dua sungai yaitu Sungai Jeneberang

disebelah Timur kota dan Sungai Tallo

disebelah Barat Kota. Namun dalam

pembahasan penulisan ini suplay

limpaan air (banjir kiriman) dari wilayah

sekitar tidak dimasukkan dalam

pembahasan dan murni tinjauan hanya

pada limpasan curah hujan chatsmen

area kota.

Pelaksanaan pembahasan dapat

dilakukan sebagai berikut :

1. Tentukan besar debit (Q) cm3/det.

curah hujan berdasarkan jumlah

stasiun curah hujan dikota makassar,

dengan menggunakan data 10 tahun

kebelakang.

2. Tentukan dalam peta kota sebagai

chatsmen area dengan perletakan titik

stasiun curah hujan dan pakai metode

yang memungkinkan dan lebih akurat

dari beberapa metode yang ada,

misalkan metode Isohyet, Metode

geometrik dan metode Gumbell

Tabel 1. Data Perhitungan Curah Hujan Dengan Methode

No Metoda Debit

(M3/det)

Luas

(KM2)

Panjang

(M)

Lebar

(M)

1 Isohiet Qx Ax Lx bx

2 Aritmetic Qy Ay Ly By

3 PoligonThiessen Qz Az Lz Bz Sumber : Pengolahan data

3. Perhitungan debit limpasan

permukaan dengan Rumus (Q) Run

Off =....................cm3/det

4. Penentuan deviasi luas chatsment

area terhadap penutupan lahan

chatsment akibat pembangunan,

dapat dilihat dengan format tabel

Page 7: Korelasi Banjir Terhadap Drainase Perkotaan (Studi Kasus Banjir Di Kota Makassar)

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010

dengan mengambil data 5 tahun terakhir, sebagai berikut :

Tabel 2. Data Penutupan Lahan akibat pembangunan 5 tahun terakhir

No

Luas

Chatsmen

Area

Luas Penutupan Lahan per Tahun

(KM2) Deviasi

luas 1 2 3 4 5

1 X Y1 Z1

2 X Y2 Z2

3 X Y3 Z3

4 X Y4 Z4

5 X Y5 Z5 Sumber : Pengolahan Data

Tabel 3. Data Penutupan Lahan akibat pembangunan 5 tahun terakhir

No Klasifikasi

Saluran

Panjang dan Kapasitas Saluran

Total Tahun

1

Tahun

2

Tahun

3

Tahun

4

Tahun

5

1 Tersier Y1/x1 Y2/x2 Y3/x3 Y4/x4 Y5/x5 Z1

2 Sekunder Y1/x1 Y2/x2 Y3/x3 Y4/x4 Y5/x5 Z2

3 Primer Y1/x1 Y2/x2 Y3/x3 Y4/x4 Y5/x5 Z3 Sumber : Pengolahan Data

5. Pendataan Klasifikasi Saluran Baik

Saluran Tersier, Sekunder maupun

Primer.

6. Tinjauan terhadap korelasi Debit

limpasan air permukaan terhadap

kapasitas drainase, merupakan total

debit air limpasan permukaan

kaitannya terhadap kapasitas

drainase secara keseluruhan, dalam

hal ini akan muncul tiga

kemungkinan, antara lain :

a. Kapasitas drainase lebih kecil

dari nilai debit limpasan

pemukaan ( K < Q )

b. Kapasitas drainase sama dengan

nilai debit limpasan permukaan (

K = Q )

c. Kapasitas drainase lebih besar

dari nilai debit limpasan

permukaan ( K > Q )

5. Kesimpulan

Adapun sebagai kesimpulan yang dapat

dikemukakan dalam penulisan ini,

sebagai berikut :

Dalam rangka perencanaan

pengelolaan sampah perkotaan, maka

salah satu faktor yang perlu

dilibatkan adalah besarnya arus urban

dan migrasi masuk dan keluar

perkotaan yang akan memunculkan

nilai selisih atas kedatangan dan

keberangkatan dalam waktu harian,

mingguan dan bulanan serta tahunan.

Nilai dapat ditentukan dengan

mengidentifikasi pintu pelintasan

masuk dan berangkat secara formal

baik pelintasan darat, laut dan sungai

serta udara. Besaran ini akan dihitung

nilai rata-rata deviasi sebagai selisih

kedatangan dan keberangkatan untuk

masing-masing pintu pelintasan.

Dengan demikian total hasil deviasi

rata-rata ini jika dikaitkan dengan

produktivitas sampah perorang

perhari tentunya akan memberikan

kontribusi jumlah timbulan sampah

perkotaan, yang selama ini

kemungkinan merupakan sampah

yang tidak terlayani setiap hari.

Penelitian ini diharapkan sebagai

masukan bagi pihak yang terkait baik

pihak pemerintah kota maupun

Page 8: Korelasi Banjir Terhadap Drainase Perkotaan (Studi Kasus Banjir Di Kota Makassar)

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010

pemerhati lingkungan dan kenyamanan

perkotaan pada umumnya

Daftar Pustaka

1. The City Reader, Eddited by Richard

T.LeGates and Fredric Stout, 1996

New York

2. Urban Policy, Eddited by Richard

T.LeGates and Fredric Stout, 1996

New York

3. Cities and Town, Eddited by Richard

T.LeGates and Fredric Stout, 1996

New York

4. Pengelolaan Sampah Perkotaan,

Banoglous 2004

5. Standar Nasional Indonesi (SNI),

2000