Korelasi Banjir Terhadap Drainase Perkotaan (Studi Kasus Banjir Di Kota Makassar)
-
Upload
fadly-civil -
Category
Documents
-
view
305 -
download
11
description
Transcript of Korelasi Banjir Terhadap Drainase Perkotaan (Studi Kasus Banjir Di Kota Makassar)
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010
KORELASI BANJIR TERHADAP DRAINASE PERKOTAAN
(Studi Kasus Banjir di Kota Makassar)
Ilham Syafey Dosen Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia, Makassar
Abstrak
Masalah banjir diperkotaan merupakan masalah yang tidak pernah terselesaikan
bahkan semakin tahun indikator yang ada semakin memperlihatkan bahwa kedepan
jika tidak dikaji lebih jauh sumber permasalahan yang ada, maka dapat dipastikan
bencana yang lebih besar akan melanda perkotaan. Berdasarkan fakta yang ada bahwa
timbulnya genangan air atau banjir diperkotaan akibat karena tidak berimbangnya
antara besarnya debit limpasan terhadap resapan air kedalam tanah dan tidak
dimbangi dengan pengembangan kapasitas drainase sebagai sarana penampungan dan
pengaliran air limpasan permukaan. Tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah
mengadakan review penutupan luas area limpasan air permukaan akibat pembangunan
terhadap debit limpasan air permukaan dimusim penghujan dengan insentitas curah
hujan rata-rata yang pernah terjadi secara maksimal, atau debit banjir maksimal.
Dengan adanya review antara luas penutupan area limpasan permukaan yang ada
terhadap debit banjir sebagai limpasan air permukaan pada chatsmen area kota.
Sebagai solusi dari korelasi tersebut jika jumlah penggunaan area lebih besar
dibanding dengan debit curah hujan, maka perlu dilakukan perimbangan terhadap
kapasitas drainase, dengan kata lain penutupan area permukaan harus berbanding
lurus terhadap kapasitas drainase. Masalah Banjir Kiriman dari wilayah sekitar tidak
dimasukkan dalam pembahasan permasalahan dan hanya masalah limpasan air
permukaan akibat curah hujan
Kata Kunci : Curah Hujan, Banjir, Drainase
1. Pendahuluan
Pada umumnya kota-kota besar yang
berada pada daerah pedataran hampir
setiap tahun mengalami genangan air
atau banjir, fenomena ini terjadi setiap
musim hujan dan sampai saat ini upaya
yang dilakukan oleh semua pihak
khususnya pihak pemerintah kota belum
memberikan hasil yang dianggap aman,
karena jika penanggulangan banjir
dilakukan pada suatu perkotaan hanya
berlangsung secara parsial dan tidak
dilakukan secara menyeluruh terhadap
wilayah kota. Kota Makassar sebagai
salah satu kota yang setiap tahun
mengalami genangan atau banjir dengan
indikator bahwa semakin kedepan
semakin memperlihatkan tingkat
permasalahan banjir yang cukup besar
khsusunya ketika pola curah hujan
berkesinambungan dan durasi yang
cukup tinggi.
Banyak faktor yang dapat dijadikan
indikator mengenai terjadinya genangan
air atau banjir diperkotaan, namun salah
satu faktor penyebab adalah tidak
dilakukannya perencanaan yang
berimbang dalam melakukan aktifitas
pembangunan dalam perkotaan.
Perimbangan yang dimaksud adalah
bahwa laju pembangunan yang dilakukan
baik oleh pihak pemerintah melalui
proyek yang didanai oleh pemerintah
maupun yang dilakukan oleh pihak
swasta, tidak dibarengi dengan analisis
dampak terhadap pembangunan yang
dilakukan kaitannya terhadap masalah
limpasan air permukaan melalui
intensitas dan durasi curah hujan yang
ada.
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010
Disisi lain faktor penyebab timbulnya
genangan air atau banjir lebih cendrung
dianggap sebagai hal yang sepele,
misalkan bahwa drainase tidak berfungsi
dengan baik, drainase ditempati buangan
sampah dan sedimentasi, drainase tidak
mengalami pemeliharaan dan bahkan
drainase banyak yang tidak terhubung
secara hirarki dari saluran pembuang
tersier menuju kesaluran pembuang
sekunder dan saluran pembuang
sekunder tidak terhubung ke saluran
pembuang primer bahkan dikota banyak
ditemukan pelaksanaan drainase tidak
memenuhi syarat teknis baik kemiringan
saluran guna melancarkan pengaliran
dan sebagainya. Beberapa kondisi
tertentu ditemukan banyak perencanaan
drainase yang semestinya merupakan
drainase tertutup akan tetapi dilakukan
drainase terbuka, sehingga drainase
mengalami permasalahan dalam
fungsinya sebagai saluran pembuang
baik air buangan rumah tangga maupun
buangan limpasan air permukaan air
hujan. Dari aspek sosial drainase belum
dijadikan sebagai salah satu hal yang
cukup penting untuk dipahami
keberadaannya oleh masyarakat,
sehingga masyarakat sering menjadikan
drainase sebagai tempat membuang
sampah sebagai upaya menyelesaikan
masalah sampah buangannya namun
disatu sisi akan memberikan dampak
terhadap drainase pada saat musim
hujan. Kondisi ini menjadi lebih
komplit ketika laju pembangunan yang
dilakukan oleh berbagai pihak dalam
perkotaan yang senantiasa menutup
ruang terbuka untuk terjadinya infiltrasi
limpasan air hujan permukaan masuk
kedalam porositas tanah sebagai air
kapiler. Kondisi yang sangat perlu untuk
diperhatikan dalam hal mengkaji
kembali masalah banjir atau air
genangan diperkotaan adalah perlunya
sinkronisasi antara penutupan area
terbuka akibat pembangunan terhadap
pengembangan kapasitas drainase yang
harus dilakukan sehingga penampungan
dan pengaliran air limpasan permukaan
air hujan dapat berlangsung sesuai
jumlah debit limpasan maksimum yang
terjadi setiap tahunnya.
2. Permasalahan
Kota Makassar sebagai objek kajian
dalam studi terkait dengan air genangan
atau banjir, yang sampai saat ini tetap
terjadi sepanjang musim penghujan.
Permasalahan air genangan atau banjir
yang terjadi setiap tahun diakibatkan
beberapa faktor, baik dilihat dari aspek
teknis, sosial dan ekonomi serta aspek
lainnya, namun dalam kajian ini
permasalahan difokuskan pada kondisi
dari fakta yang ada bahwa ada ketidak
seimbangan dalam melakukan aktifitas
yang melihat permasalahan ini dalam
bentuk parsial dan tidak melihat secara
komprehensip sumber permasalahan
yang ada. Dalam setiap tahun
pelaksanaan pembangunan yang
dilakukan baik oleh pihak pemerintah
maupun pihak swasta atau non
pemerintah cukup variatif. Setiap
aktifitas pembangunan fisik yang
dilakukan terkait dengan proyek fisik,
dipastikan memanfaatkan lahan terbuka
untuk ditutupi dengan bangunan, secara
faktual data berapa luas lahan kosong
yang ditutupi dapat dilihat melalui data
inventarisasi pada pengurusan Isin
mendirikan Bangunan (IMB) yang ada
pada kantor Dinas Pengawasan
Pembangunan. Jika data ini diketahui
dimana luas yang tergunakan dalam
pembangunan pada setiap tahunnya,
maka idealnya ditindak lanjuti dengan
memperhitungkan kapasitas drainase
baik dari aspek dimensi maupun
penambahan jaringan saluran pembuang
sehingga debit limpasan permukaan
dalam bentuk air hujan dapat
terakomodir pada kapasitas drainase
yang direncanakan dan direalisasikan.
Terkait dengan kapasitas drainase yang
ada saat ini perlu diaktualkan sebelum
melakukan tindak lanjut dengan
mengadakan review kondisi yang ada
dilapangan. Yang perlu dilakukan
terhadap aktualisasi kapasitas drainase
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010
adalah mengadakan pendataan dengan
mengidentifikasi seluruh jaringan
drainase perkotaan sesuai kelayakan
kondisi saat ini, selanjutnya
mengklasfikasi drainase berdasarkan
jenis saluran baik saluran tersier,
sekunder maupun saluran primer.
Selanjutnya perlu data tabulasi mengenai
penutupan lahan terbuka yang digunkan
setiap tahunnya sebagai dasar untuk
menetapkan berapa besar limpasan air
permukaan yang tidak dapat
mengadakan infiltrasi kedalam pori
tanah dan berapa besar nilai debit akibat
penutupan lahan yang tidak dapat
disalurkan akibat sarana pembuangan air
limpasan atau drainase tidak terpenuhi
kapasitasnya karena tidak pernah
diadakan pemeliharaan dan
pengembangan kapasitas. Sebelum
dilakukan perumusan masalah terlebih
dahulu diuraikan faktor-faktor yang
Mempengaruhi terjadinya banjir atau
genangan air di perkotaan akibat tidak
diimbangi adanya kapasitas drainase
yang cukup, sebagai berikut :
1. Faktor Jumlah curah hujan rata-rata
pertahun (Debit Limpasan
Permukaaan)
2. Faktor jumlah penutupan lahan
terbuka pertahun
3. Faktor Luas wilayah kota sebagai
chatsmen Area
4. Faktor Jumlah Panjang dan
Kapasitas jaringan drainase tersier,
sekunder dan primer yang ada saat
ini
5. Faktor Jumlah panjang dan kapasitas
kondisi jaringan drainase tersier,
sekunder dan primer yang masih
layak pada saat ini
6. Faktor Teknis Perencanaan dan
supervisi pelaksanaan
7. Faktor Sosial masyarakat
8. Faktor Manual maintenance
(Pemeliharaan)
9. Faktor aktualisasi pendataan lainnya
10. Faktor kondisi elevasi permukaan
laut terhadap Permukaan tanah
daratan
Khusus Kota Makassar uraian
Timbulnya Banjir atau air genangan
diperkotaan, sebagai berikut :
1. Dari Aspek Teknis Perencanaan,
Bahwa dengan ditemukannya kondisi
drainase yang tidak berfungsi secara
teknis akibat karena faktor
kemiringan yang tidak memenuhi,
meskipun perencanaan memenuhi
namun padasaat pelaksanaan baik
supervisor maupun pelaksana tidak
melakukan pelaksanaan secara benar.
2. Dari Aspek Sosial masyarakat,
bahwa ada kecendrungan masyarakat
perkotaan dalam melihat keberadaan
sampah dengan jumlah yang kecil
untuk didroping masuk kedalam
drainase, anggapan ini kelihatannya
sepele namun pada saat masyarakat
pada umumnya menganut pola pikir
yang sama maka dapat dipastikan
bahwa drainase dalam waktu
tertentu akan dipenuhi sampah
sebelum musim hujan berlangsung,
hal ini diperparah dengan banyaknya
drainase yang tidak memiliki lining
atau penahan sisi tepi drainase
terhadap agregat halus dan kasar,
sehingga dengan demikian endapan
sedimen berupa pasir dan batuan
megisi sebagian kapasitas saluran.
3. Dari Aspek jumlah Panjang dan
kapasitas drainase tidak jelas baik
dari jenis saluran tersier, sekunder
maupun primer. Panjang drainase
dengan mengetahui dimensi yang ada
dipastikan kapasitas drainase dapat
diketahui, baik tersier, sekunder
maupun primer dengan mengetahui
kapasitas drainase maka dipastikan
korelasi terhadap curah hujan
maksimum rata-rata dapat
disinkronkan, sehingga masalah
banjir dan genangan air dapat
disolusi. Dari Data aktual ini
selanjutnya masih perlu dilakukan
aktualisasin terhadap panjang dan
kapasitas drainase yang masih layak
difungsikan, hal ini karena
kurangnya maintenance terhadap
drainase menyebabkan beberapa
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010
segmen drainase tidak dapat
difungsikan sebagaimana mestinya,
hal ini cukup bedrkorelasi terhadap
limpasan air permukaan yang harus
ditampung oleh drainase
4. Dari Aspek Chatsment Area, Bahwa
luas wilayah kota yang ada pada
hakekatnya merupakan luas
chatsmen area atau louas tangkapan
permukaan air hujan, yang dapat
mendistribusi besarnya nilai
infiltrasi, presifitasi dan perkolasi
yang berlangsung secara siklus
hidrologi, namun jika dikaitkan
dengan pengurangan luas tangkapan
air permukaan dari setiap tahun
dengan durasi dan frekwensi curah
hujan setiap tahun, maka dipastikan
akan menimbulkan masalah banjir.
Adapun Permasalahan yang
dikemukakan terkait dengan korelasi
antara luas tangkapan air permuaan yang
tertutupi terhadap kapasitas drainase
yang masih masuk kategori layak fungsi
saat ini, sebagai berikut :
1. Seberapa besar Curah hujan
maksimum rata-rata 5 tahun
sebelumnya
2. Seberapa besar jumlah luas chatsmen
area atau pemanfaatan lahan
perkotaan untuk pembanguan yang
ada 5 tahun sebelumnya
3. Seberapa besar jumlah kapasitas
drainase saat ini dan 5 tahun
sebelumnya
4. Seberapa besar deviasi kapasitas
drainase terhadap kebutuhan yang
normal atau ideal terkait dengan data
curah hujan terhadap kapasitas
drainase layak fungsi.
5. Banjir kiriman dalam hal ini belum
diperhitungkan sebagai input
terhadap adanya air genangan atau
banjir.
3. Kajian Teori
Mengacu pada definisi Drainase secara
umum yang merupakan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari usaha
untuk mengalirkan air yang berlebihan
dalam kondisi pemanfaatan tertentu.
Sedangkan definisi Drainase Perkotaan
yaitu ilmu Drainase yang
menghkususkan pengkajian pada
kawasan perkotaan yang terkait dengan
kondisi lingkungan sosial budaya yang
ada dalam kawasan Kota (Literatur
Drainase Perkotaan). Ruang lingkup
Drainase perkotaan sebagai suatu sistem
pengeringan dan pengaliran air dari
wilayah perkotaan yang meliputi :
1. Permukiman
2. Kawasan Industri dan erdagangan
3. Kampus dan Kawasan pendidikan
umumnya
4. Rumah Sakit dan Fasilitas umum
5. Lapangan Olah Raga dan Lapangan
Parkir
6. Instalasi Listrik. Militer dan
komunikasi serta
7. Kawasan Bandar udara
Dalam hal desai maka drainase
perkotaan memiliki kekhususan karena
adanya beberapa variabel tambahan,
antara lain :
1. Keterkaitan dengan Tata Guna
Lahan
2. Keterkaitan engan Masterplan
drainase kota
3. Keterkaitan dengan masalah sosial
budaya
Jika dilihat dari jenis drainase yang ada,
sangat terkait dengan kondisi keberadaan
dan manfaatnya, antara lain :
1. Menurut sejarah terbentuknya, ada 2
jenis yaitu :
a. Drainase Alamiah atau Natural
Drainage, terbentuk secara alami
tanpa campur tangan manusia
b. Drainase Buatan atau Artificial
Drainage, terbentuk berdasarkan
analisis ilmu drainase guna
menentukan nilai Debit akibat
hujan dan dimensi saluran
2. Menurut Letak Saluran, ada 2 jenis
yaitu :
a. Drainase Muka Tanah atau
Surface Drainage
b. Drainase Bawah Muka Tanah
atau Sub Surface Drainage
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010
3. Menurut Fungsi Drainase, ada 2 jenis
yaitu :
a. Single Purpose, saluran yang
berfungsi mengalirkan satu jenis
air buangan saja
b. Multy Purpose, saluran yang
mengalirkan beberapa jenis
buangan, baik secara bercampur
maupun bergantian
4. Menurut Jenis Konstruksinya, ada 2
jenis yaitu :
a. Drainase Terbuka sebagai
saluran untuk air hujan yang
terletak diarea yang cukup luas
dan juga untuk air non hujan
yang tidak mengganggu
kesehatan lingkungan
b. Drainase Tertutup sebagai
saluran untuk air kotor yang
mengganggu kesehatan
lingkungan juga sebagai saluran
dalam kota.
Hujan yang terjadi menyebabkan adanya
air hujan yang kemungkinan sebagian
besar menggenang dan mengalir
dipermukaan tanah atau run off dan
sebagian kecil meresap atau terinfiltrasi
kedalam lapisan tanah. Jika dipermukaan
tanah terjadi genangan lebih besar dari
infiltrasi, maka untuk pengaliran air
digunakan drainase muka tanah.
Kapasitas atau debit aliran maksimum
dianalisis berdasarkan metode rasional,
sebagai berikut :
Q = ..it.A
Dimana :
Q = debit aliran (m3/det)
= koefisien run off
= koefisien penyebaran hujan
It = intensitas curah hujan
A = Luas area aliran
Koefisien pengaliran () atau run off
merupakan nilai banding antara bagian
hujan yang run off dimuka bumi dengan
hujan total yang terjadi.
Koefisien penyebaran hujan ()
digunakan untuk analisis debit yang
ankanya terletak antara 0,500 sampai
dengan 1,00
Untuk nilai : (it) = (R/24)(24/tc)2/3
Dimana :
it = Intensitas curah hujan
R = durasi,curah hujan
tc = waktu konsentrasi
Curah hujan (R) yang dimaksudkan
adalah durasi atau lama terjadinya curah
hujan (menit, jam, etmal) diperoleh dari
hasil pencatatan alat ukur hujan otomatis
Waktu konsentrasi (tc) = to + td
to = inlet time atau waktu yang
diperlukan oleh air untuk mengalir
dimuka tanah menuju saluran atau
drainase
td = conduit time atau waktu yang
diperlukan air mengalr disepanjang
saluran sampai titik kontrol dihilir dapat
dirumuskan sebagai panjang saluran
dibagi dengan kecepatan aliran (L/V)
Dalam hal dimensi saluran dimana
kapasitas aliran akibat hujan harus
dialirkan melalui saluran drainase sampai
ketitik rencana hilir, dimana debit aliran
untuk mendimensi saluran dirumuskan :
Q hujan = Q saluran = Fs . V
Dimana :
Fs = Luas tampang basah desain saluran
(m2)
V = Kecepatan aliran air disaluran
(m/det)
Sehingga Fs = Q/V
4. Pembahasan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebelum mengadakan pembahasan
terkait dengan permasalahan banjir dan
genangan air perkotaan yang terjadi
setiap tahun dimusim peghujan, antara
lain :
1. Jumlah luas chtsmen area perkotaan,
yaitu luas wilayah kota yang
merupakan area tangkapan air
permukaan
2. Jumlah Luas wilayah kota yang
sudah tertutup dengan adanya
pembangunan sampai saat ini
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010
3. Jumlah selisih antara luas wiayah
chatsmen area terhadap luas wilayah
yang telah tertutupi oleh
pembagunan yang ada saat ini.
4. Jumlah Debit limpasan curah hujan
berdasar pada perhitungan hidrologi
dengan data dari beberapa stasiun
curah hujan yang ada
5. Tentukan Jumlah Kapasitas drainase
baik dalam konteks drainase
pembuang tersier, sekunder dan
primer berdasar pendataan aktual
yang diadakan
6. Tentukan jumlah kapasitas
kelayakan drainase hasil pendataan
yang telah diaktualkan
7. Adakan korelasi perimbangan antara
debit limpasan terhadap kapasitas
drainase yang layak fungsi
8. Pastikan nilai layak atau tidak
korelasi tersbut diatas guna dapat
ditindak lanjuti dengan menyusun
perencanaan secara komprehensip
guna memenuhi kapasitas drainase
yang dibutuhkan terhadap besar debit
limpasan yang ada.
9. Hasil perencanaan agar ditindak
lanjuti dengan sistim pemeliharaan
terhdap drainase yang ada dari hasil
perencanaan serta adakan sosialisasi
kepada masyarakat dengan
menyusun deregulasi terkait masalah
kebijakan terhadap fungsi dan
pentingnya drainase dalam kaitannya
terhadap banjir diperkotaan
10. Perhitungan nilai Deviasi selisih
antara jumlah debit limpasan
permukaan air hujan terhadap
kapasitas keberadaan drainase layak
fungsi dalam kota pada setiap tahun.
Fokus Pembahasan adalah pada point 10
diatas yaitu Menetapkan jumlah besar
angka nilai deviasi debit limpasan curah
hujan maksimum rata-rata terhadap
kapasitas drainase layak fungsi
diperkotaan. Kota Makassar dalam
geografi terletak dipesisir Barat Sulawesi
Selatan memposisikan diri sebagai
ibukota yang memiliki daerah pesisir
atau pantai yang tentunya berbatasan
dengan perairan laut dan dilintasi oleh
dua sungai yaitu Sungai Jeneberang
disebelah Timur kota dan Sungai Tallo
disebelah Barat Kota. Namun dalam
pembahasan penulisan ini suplay
limpaan air (banjir kiriman) dari wilayah
sekitar tidak dimasukkan dalam
pembahasan dan murni tinjauan hanya
pada limpasan curah hujan chatsmen
area kota.
Pelaksanaan pembahasan dapat
dilakukan sebagai berikut :
1. Tentukan besar debit (Q) cm3/det.
curah hujan berdasarkan jumlah
stasiun curah hujan dikota makassar,
dengan menggunakan data 10 tahun
kebelakang.
2. Tentukan dalam peta kota sebagai
chatsmen area dengan perletakan titik
stasiun curah hujan dan pakai metode
yang memungkinkan dan lebih akurat
dari beberapa metode yang ada,
misalkan metode Isohyet, Metode
geometrik dan metode Gumbell
Tabel 1. Data Perhitungan Curah Hujan Dengan Methode
No Metoda Debit
(M3/det)
Luas
(KM2)
Panjang
(M)
Lebar
(M)
1 Isohiet Qx Ax Lx bx
2 Aritmetic Qy Ay Ly By
3 PoligonThiessen Qz Az Lz Bz Sumber : Pengolahan data
3. Perhitungan debit limpasan
permukaan dengan Rumus (Q) Run
Off =....................cm3/det
4. Penentuan deviasi luas chatsment
area terhadap penutupan lahan
chatsment akibat pembangunan,
dapat dilihat dengan format tabel
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010
dengan mengambil data 5 tahun terakhir, sebagai berikut :
Tabel 2. Data Penutupan Lahan akibat pembangunan 5 tahun terakhir
No
Luas
Chatsmen
Area
Luas Penutupan Lahan per Tahun
(KM2) Deviasi
luas 1 2 3 4 5
1 X Y1 Z1
2 X Y2 Z2
3 X Y3 Z3
4 X Y4 Z4
5 X Y5 Z5 Sumber : Pengolahan Data
Tabel 3. Data Penutupan Lahan akibat pembangunan 5 tahun terakhir
No Klasifikasi
Saluran
Panjang dan Kapasitas Saluran
Total Tahun
1
Tahun
2
Tahun
3
Tahun
4
Tahun
5
1 Tersier Y1/x1 Y2/x2 Y3/x3 Y4/x4 Y5/x5 Z1
2 Sekunder Y1/x1 Y2/x2 Y3/x3 Y4/x4 Y5/x5 Z2
3 Primer Y1/x1 Y2/x2 Y3/x3 Y4/x4 Y5/x5 Z3 Sumber : Pengolahan Data
5. Pendataan Klasifikasi Saluran Baik
Saluran Tersier, Sekunder maupun
Primer.
6. Tinjauan terhadap korelasi Debit
limpasan air permukaan terhadap
kapasitas drainase, merupakan total
debit air limpasan permukaan
kaitannya terhadap kapasitas
drainase secara keseluruhan, dalam
hal ini akan muncul tiga
kemungkinan, antara lain :
a. Kapasitas drainase lebih kecil
dari nilai debit limpasan
pemukaan ( K < Q )
b. Kapasitas drainase sama dengan
nilai debit limpasan permukaan (
K = Q )
c. Kapasitas drainase lebih besar
dari nilai debit limpasan
permukaan ( K > Q )
5. Kesimpulan
Adapun sebagai kesimpulan yang dapat
dikemukakan dalam penulisan ini,
sebagai berikut :
Dalam rangka perencanaan
pengelolaan sampah perkotaan, maka
salah satu faktor yang perlu
dilibatkan adalah besarnya arus urban
dan migrasi masuk dan keluar
perkotaan yang akan memunculkan
nilai selisih atas kedatangan dan
keberangkatan dalam waktu harian,
mingguan dan bulanan serta tahunan.
Nilai dapat ditentukan dengan
mengidentifikasi pintu pelintasan
masuk dan berangkat secara formal
baik pelintasan darat, laut dan sungai
serta udara. Besaran ini akan dihitung
nilai rata-rata deviasi sebagai selisih
kedatangan dan keberangkatan untuk
masing-masing pintu pelintasan.
Dengan demikian total hasil deviasi
rata-rata ini jika dikaitkan dengan
produktivitas sampah perorang
perhari tentunya akan memberikan
kontribusi jumlah timbulan sampah
perkotaan, yang selama ini
kemungkinan merupakan sampah
yang tidak terlayani setiap hari.
Penelitian ini diharapkan sebagai
masukan bagi pihak yang terkait baik
pihak pemerintah kota maupun
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.34. April 2010
pemerhati lingkungan dan kenyamanan
perkotaan pada umumnya
Daftar Pustaka
1. The City Reader, Eddited by Richard
T.LeGates and Fredric Stout, 1996
New York
2. Urban Policy, Eddited by Richard
T.LeGates and Fredric Stout, 1996
New York
3. Cities and Town, Eddited by Richard
T.LeGates and Fredric Stout, 1996
New York
4. Pengelolaan Sampah Perkotaan,
Banoglous 2004
5. Standar Nasional Indonesi (SNI),
2000