Kopling Yamaha Jupititer Mx Ku
Transcript of Kopling Yamaha Jupititer Mx Ku
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kendaraan membutuhkan kopling karena mesin dihidupkan, dapur picu ini
akan terus bekerja tanpa henti, tenaga yang dikeluarkan mesin berasal dari
perubahan energi mekanik, yaitu ledakan campuran bahan bakar udara diruang
bakar (combustion camber) dari pergerakan piston inilah dihasilkan tenaga,
kemudian kopling memiliki peranan sebagai pemutus dan penyambung tenaga
dari mesin ke transmisi, dan selanjutnya dialirkan ke roda.
Adanya kopling motor bisa berhenti dan bergerak bila pedal kopling
diinjak sesuai dengan keinginan pengemudi tanpa membuat mesin menjadi
mati,kondisi ini sering memang terjadi pada saat lampu merah. Adanya koping
memungkinkan penyaluran tenaga mesin sesuai kebutuhan, apakah itu cepat atau
lambat. Bila tak ada kopling bias dipastikan pengemudi akan susah
mengemudikan tenaga mesin yang kekuatannya bisa mencapai ratusan tenaga
kuda.
Bentuk dari kopling tidak terlalu besar terdiri dari beberapa komponen
yaitu: pressure plate (matahari), studs, throw-out, bearings, cluet hoursing,
realease fork, dan ben hoursing. Dan yang paling popular adalah plat gesek yang
sering rusak akibat prilaku panas pengemudi yang kurang baik.
Dari referensi diatas penulis memilki ketertarikan untuk merancang ulang
kopling Yamaha Jupiter MX. Berdasarkan lama pemakaian kopling efisiensi dan
1
umur plat gesek. Dalam perencanaan ini juga memperhatikan akan factor
ekonomis namun tidak terlepas dari kualitas kopling itu sendiri.
1.2 Tujuan
Perencanaan yang penulis lakukan bertujuan untuk merancang ulang
kopling Yamaha Jupiter MX juga untuk memahami fungsi dan kegunaanya dari
bagian-bagian komponennya.
1.3 Batasan Masalah
Dengan batasan masalah yang dihadapi yaitu bagaimana cara kerja kopling
dan komponennya:
1. Perhitungan poros
2. Perhitungan spline
3. Perhitungan plat gesek
4. Perencanaan pegas
Dengan daya maksimum N=12,14 dan Ps= 8500 rpm.
1.4 Metodologi Perencanaan
Untuk merancang ujung kopling ini penulis melakukan beberapa hal yaitu:
1.Mensurfei dari beberapa pengguna pengendara tentang fungsi dan
kegunaan.
2
2. Memahami kelemahan kopling Yamaha Jupiter MX.
3. Memahami kelebihan koping Yamaha Jupiter MX.
4. Membandingkan dengan jenis kopling yang lain.
5. Membongkar ulang pada komponen kopling untuk mengukur beberapa
koponen penting didalamnya, kemudian digambar sebagai spesimen.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang penulisan lakukan adalah:
BAB I : Pendahuluan; berisi uraian singkat tentang latar belakang, tujuan,
batasan masalah, metodologi perencanaan, dan sistematika
penulisan.
BAB II : Landasan teori; berisi uraian singkat tentang kopling dan
komponen utamanya serta persamaan-persamaan yang
langsung berkaitan dengan kopling.
BAB III : Cara kerja kopling; berisi uraian singkat tentang cara kerja
kopling lengkap dengan gambar dan keterangan gambar.
BAB IV : Analisa perhitungan; berisi uraian singkat tentang uraian dan
perhitungan dari komponen-komponen utama kopling.
BAB V : Kesimpulan; berisi uraian singkat tentang uraian pernyataan
singkat dan tepat yang dijabarkan dan analisa perhitungan.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Tentang Kopling
Kopling adalah suatu elemen yang merupakan suatu sambungan yang
berpungsi sebagai penerus putaran dan daya suatu poros penggerak keporos yang
digerakkan. Maksud dan tujuan dari system sambungan dengan menggunakan
kopling adalah:
1. Untuk memindahkan daya dan putaran dari suatu mesin.
2. Dapat menghentikan putaran dari poros yang digerakkan tanpa
menghentikan putaran dari poros utama
3. Dalam suatu konstruksi untuk memperoleh poros yang sesuai dan
system dalam pengunaanya.
Ditinjau dari system kerjanya kopling dapat dibedakan menjadi:
1. Kopling tetap
2. Kopling tidak tetap
2.2 Kopling Tetap
Kopling tetap adalah suatu system penggabungan antar dan poros yang
sifatnya tetap, dimana kopling ini dapat diputuskan dan disambung apabila poros
penggeraknya dihentikan.
4
2.2.1 Kopling Kaku
Kopling kaku ini dipergunakan untuk kedua poros harus dihubungkan
dengan dengan sumbu yang segaris, kopling ini dipakai poros mesin dan transmisi
dalam suatu pabrik-pabrik.
2.2.2 Kopling Flens Kaku
Kopling ini prinsipnya sama dengan kopling bus yang mana yang satu
masuk kerumah pengikat, gunanya sewaktu kopling ini berputar antara rumah
pengikat, gunanya sewaktu kopling ini berputar antara rumah yang satu dengan
yang lain dapat berputar dengan serentak dan baut pengikatnya tidak begitu besar
menerima beban geser.
Gambar 2.1 Kopling flens kaku, (Sularso, 1997)
5
2.2.3 Kopling Flens Tempa
Kopling ini prinsipnya sama dengan kopling flens kaku hanya saja antara
poros dengan pengikat ditempa menjadi satu.
Gambar 2.2 Kopling Flens Tempa, (Sularso, 1997)
2.2.4 Kopling Bus
Kontruksi dari kopling ini dimana poros penggerak dengan poros yang
digerakan diikat dengan satu tabung pengikatnya tidak mengalami gesekan atau
poros dapat berputar dengan baik tanpa menjadi kejutan sewaktu awal berputar
antara poros penggerak dengan poros yang digerakkan, pada kopling ini perlu
diberi baut pengikat pasak.
6
Gambar 2.3 Kopling Bus (Sularso, 1997)
2.2.5 Kopling Flens Luwes
Bentuk rumahnya sama dengan kopling kaku pada rumah kopling yang
satu dengan pengikat yaitu dengan baut dan dipasang bus karet atau kulit, sebagai
penghubung antara baut dengan dinding Flens yang lain. Fungsi dipasang bus
karet atau kulit pada penghubung adalah agar sewaktu berputar baut pengikat
tidak terjadi kejutan yang besar dengan kata dapat mengurangi sedikit kejutan.
Gambar 2.4 Kopling Flens Luwes (Sularso, 1997)
7
2.2.6 Kopling Karet Ban
Kopling ini sebagai penghubung antara poros penggerak dengan poros
yang digerakkan dipasang karet dan pada saat berputar kejutan sangat kecil sekali.
Gambar 2.5 Kopling Karet Ban (Sularso, 1997)
2.2.7 Kopling Karet Bintang
Kopling ini sebagai untuk masing-masing poros, dipasang karet ban dan
pada kopling karet ban ini kejutan sewaktu berputar tetap kecil.
Gambar 2.6 Kopling Karet Bintang (Sularso, 1997)
8
2.2.8 Kopling Universal Hook
Kopling ini dipasang kepala silang untuk menghubungkan masing-masing
poros.
Gambar 2.7 Kopling Universal Hook (Sularso, 1997)
2.3 Kopling Tidak Tetap
Kopling tidak tetap adalah suatu system penyambungan antara sua poros
yang sifatnya tidak tetap, dimana kopling dapat diputuskan dan disambung tanpa
menghentikan poros penggerak.Sifat-sifat kopling tidak tetap antara lain adalah:
1. Poros kedua relatif bergerak terhadap poros utama
2. Pemutusan dapat dilakukan pada saat poros berputar maupun pada saat
poros tidak berputar.
2.3.1 Kopling Cakar Persegi
Kopling ini dapat meneruskan dalam dua arah putaran tetapi tidak dapat
dihubungkan dalam keadaan berputar. Dengan demikian tidak dapat sepenuhnya
berfungsi sebagai kopling tidak tetap yang sebenarnya
9
Gambar 2.8 Kopling Cakar Persegi (Sularso, 1997)
2.3.2 Kopling Cakar Spiral
Kopling cakar spiral ini dapat dihubungkan dalam keadaan berputar, tetapi
hanya dapat untuk datu arah putaran tertentu daja, namun jika demikian karena
timbulnya tumbukan yang besar jika dihunungkan dalam keadaan berputar, maka
cara menghubungkan semacam ini hanya boleh dilakukan jika poros penggerak
mempunyai putaran kurang dari 50 rpm.
Gambar 2.9 Kopling Cakar Spiral (Sularso, 1997)
10
2.3.3 Kopling Pelat
Pada kopling ini dalam kerjanya untuk memutuskan daya (momen) dengan
perantaraan gesekan, adanya hal demikian bila terjadi pembebanan yang
berlebihan pada poros penggerak pada saat dihubungkan dapat dihindari selain itu
juga dapat dihindari terjadi skip dan juga kopling ini sekaligus berfungsi sebagai
pembatas.
Menurut kondisinya kering, apabila saat bekerja kopling tersebut plat-plat
gesek bekerja dalam keadaan kering. Kondisi basah tersebut apabila plat gesek
bekerja dalam keadaan berendam atau dilunasi dengan minyak.
Gambar 2.10 Kopling Pelat (Sularso, 1997)
2.3.4 Kopling Kerucut
Kopling ini menggunakan bidang gesek berbentuk kerucut, kopling
kerucut adalah suatu kopling gesek dengan kontruksi sederhana dan mempunyai
11
keuntungan, dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat ditransmisikan momen
yang besar.
Gambar 2.11 Kopling kerucut (Sularso, 1997)
2.3.5 Kopling Freewhell
Kopling ini hanya dapat digunakan untuk meneruskan momen (putaran)
dalam satu arah putaran, sehingga putaran yang berlawanan arahnya akan dicegah
atau tak dapat diteruskan. Cara kerjanya dapat berdasarkan atas efek dari bola
voul.
Gambar 2.12 Kopling Freewhell (Sularso, 1997)
12
2.4 Pemilihan Jenis Kopling
Dalam perencanaan kopling yang dipilih adalah kopling pelat (kopling
gesek). Dimana kopling ini meneruskan momen (putaran) dengan perantara
gesekan. konstruksi cukup sederhana dan dapat melepaskan hubungan dengan
poros baik dalam keadaan diam (tidak berputar) maupun dalam keadaan berputar.
13
BAB III
CARA KERJA KOPLING
3.1 Asembling Kopling dan Keterangannya
Gambar 3.1 Asembling Kopling
14
Keterangan Gambar 3.1:
1. Plat penekan
2. Washer of spline
3. Washer of latter
4. Poros
5. Pusat kopling
6. Rumah kopling
7. Plat geset baja
8. Plat geset asbes
9. Ring
10. Baut pengikat pegas
11. Pin penekan
12. Pegas
13. Penutup kopling
14. Baut pengikat pusat koping
3.2 Cara Kerja Kopling
Langkah awal dari kerja kopling ini adalah berasal dari poros engkol dan
akan diteruskan kerumah kopling melalui sistem roda gigi. Rumah kopling
merupakan dudukan plat gesek asbes. Plat penekan tidak berhubungan langsung
dengan rumah kopling, plat penekan merupakan dudukan plat gesek baja.
15
Rumah kopling dan plat penekan akan berhubungan apabila plat gesek
baja dan plat gesek asbes dipasang berselang-seling, dan merapat karena ditarik
pegas yang ditutup oleh rumah bantalan.
Apabila pin penekan ditekan kedalam maka pegas akan meregang
sehingga akibat tekanan ini, maka pusat kopling dan pusat penekan akan bergerak
sesuai dengan tekanan pin penekan maka terjadi sentuhan yang rapat antara plat
gesek baja dengan plat gesek asbes sehingga putaran terputus antara poros engkol
dan sumbu roda gigi.Apabila plat penekan dilepas maka rumah kopling dan plat
penekan akan merapat kembali dan putaran poros engkol dan poros roda gigi akan
berhubungan kembali.
16
BAB IV
ANALISA PERHITUNGAN
4.1 Perhitungan Poros
Poros sebagai komponen pemindah daya dan putaran harus diperhatikan
jenis bahan yang digunakan, besarnya bahan poros dibual dari baja yang
mempunyai sifat tahan terhadap beban lentur mempunyai elastisitas yang baik dan
tidak mudah patah.
Pada perencanaan ini daya yang ditransmisikan P(kW) dan putaran n(rpm)
dengan :
Daya (N) = 12,14 Ps
Putaran (n) = 8500 rpm
1PS = 0,736 kW
Daya yang ditransmisikan:
= 8,93504 kW
Faktor koreksi daya yang ditransmisikan fc = 1,0
Daya rencana :
17
Pd = fc x P
Pd = 1,0 x 8,93504 kW = 8,93504 kW
Momen puntir :
T = 9,74 x 105 …………………………………..(Sularso, 1997)
rpm8500
kW93504,8109,74T 5
T =1023,850 kg.mm
Bahan poros : S35C
Maka kekuatan tarik dari bahan poros S35C yang diperlakukan panas
adalah = 52 kg/mm2 (terlihat di tabel 4.1)
Tabel 4.1 Baja Karbon Kontruksi Mesin (Sularso, 1997)
Jenis Baja Lambang Perlakuan panas Kekuatan tarik
18
( kg/mm2 )
Baja karbon
Kontruksi
Mesin
JISG 4501
S30C
S35C
S40C
S45C
S50C
S55C
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
48
52
55
58
62
64
Faktor Keamanan :
1.Untuk bahan S-C --- =6,0
2.Akibat adanya alur pasak = 1,3 s/d 3,0 maka diambil 2,0
Tegangan geser yang diijinkan ( ) :
19
= 4,33 kg/mm2
Faktor koreksi yang disarankan ASME dipilih Kt = 1,0 s/d 1,5 dipilih Kt
1,5
Faktor koreksi akibat kelenturan Cb = 1,2 s/d 2,3 maka diambil 2,0 karena
adanya pembebenan lentur.
Diameter poros :
ds = 15,35 mm
Jadi standard diameter poros dapat diambil = 16 mm sesuai dengan tabel
diameter poros.
Tabel 4.2 Diameter poros (Sularso, 1997)
4 10
11
*22,4
24
25
40
42
100
(105)
110
*224
240
250
260
400
420
440
20
4,5
5
*5,6
6
*6,3
7
*7,1
8
9
*11,2
12
12,5
14
(15)
16
(17)
18
19
20
22
28
30
*31,5
32
35
*35,5
38
45
48
50
55
56
60
63
65
70
71
75
80
85
90
95
*112
120
125
130
140
150
160
170
180
190
200
220
280
300
*315
320
340
*355
360
380
450
560
480
500
530
560
600
630
Keterangan : 1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih
dari bilangan standar.
2. Bilangan didalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana
akan
dipasang bantalan gelinding.
21
Jika diameter poros adalah 16 mm maka tegangan geser yang terjadi pada
poros adalah :
= 1,274kg/mm2
Dalam hal ini diperoleh > ( 4,33 kg/mm2>1,274 kg/mm2 ). Berarti poros
dalam keadaan aman maka bahan S35C yang dapat dipakai.
4.2 Perhitungan Spline
Spline berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran tanpa terjadi slip dari
poros ke transmisi. Adapun perhitungan spline yang dirancang adalah sebagai
berikut:
Lebar spline :
b = 0,25 x ds
= 0,25 x 16
22
= 4 mm
Panjang spline :
L = 0,75 x ds
= 0,75 x 16
= 12 mm
Tinggi spline :
h = 5 mm
Diameter spline :
D = 0,8
D =
D = 20 mm
Gaya tangensial ( Ft ) :
23
Ft =
=127,981 kg
Bahan spline direncanakan S35C dengan = 52 kg/mm2. Dengan faktor
keamanan Sf = 6,0 (diambil), pengaruh masa baja paduan faktor keamanan Sf =
2,0 (diambil)
Maka tegangan geser izin ( ) :
= 4,33 kg/mm2
Tegangan geser yang terjadi :
24
=2,66 kg/mm2
Jadi a > atau ( 4,33 kg/mm2 > 2.66 kg/mm2 ).Berdasarkan perhitungan
yang telah dibuat maka dapat disimpulkan bahwa spline aman terhadap beban
geser.
4.3 Perhitungan Naaf
Lebar gigi dalam naf (Wn ) :
Wn =
Wn =
Wn = 20,93 mm
Tegangan puntir ( ):
=
25
= 1,104 kg/
Jadi perbandingan tegangan geser dengan tegangan puntir ( a = 4,33
kg/mm2 > p = 1,104 kg/mm2, maka naf dalam keadaan aman terhadap dudukan
baut.
4.4 Perhitungan Plat Gesek
Plat gesek adalah alat yang berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran
dalam bentuk gesekan antara beberapa plat gesek.
Karena laju kehausan plat gesek tegangan pada jenis bahan tekanan kontak,
kecepatan keliling, temperatur dan lain-lain.
T = 2.π.F.p.z.b.rm3 (kg.mm)
Dimana :
F = koefisien gesek ( 0,1-0,02 ) diambil 0,2
p = Tekanan pada bidang gesek ( 3,5-7 ) kg/mm2 diambil 3,5 kg/mm2
rm = Jari-jari
b = ( 0,2-0,5 ) diambil 0,4
26
z = Jumlah pasangan permukaan bidang gesek direncanakan 6 buah
b = Lebar plat gesek diambil 1,5
Jadi :
T = 2 x 3,14 x 0,2 x 3,5 x 6 x 0,4 x rm3
1023,850 = 10,55. rm3
=4,5 mm
Maka lebar bidang gesek ( b ) :
b = 0,4 x rm
b = 0,4 x 4,5
=1,8 mm
27
Jari-jari dalam plat gesek ( r1 ) :
r1 = rm -
Maka D1 = ( Diameter dalam plat gesek ) :
D1 = 2 x
= 2 x 3,6
= 7,2 mm
Jari-jari luar bidang gesek ( r2 ) :
r2 = rm +
= 4,5 +
= 5,4 mm
Maka : D2 = 2 x r2
= 2 x 5,4
28
=10,8 mm
Besarnya gaya yang ditimbulkan tekanan ( f ) :
F = ( D22 – D1
2 ) p
= 0,785 ( 116,64 – 51,84 ) 3,5
= 0,785 ( 64,8) 3,5
=178,03
Panjang bidang gesek ( L ) :
L =
= 3,6 mm
29
4.5 Perhitungan Pegas
Pegas berfungsi ntuk menghubungkan dan memutuskan hubungan antara
plat gesek dengan plat baja dengan tekanan. Daya tidak dapat diteruskan bila
pegas ditiadakan karena antara plat baja dan plat gesek akan terjadi dan daya tidak
dapat diteruskan.
Dalam perhitungan ini dimana daya tekanan yang diberikan pada pegas
sama dengan gaya bidang gesek yaitu :
Pr = p . A
Dimana :
p = Tekanan pada bidang gesek ( 3,5 – 7 ) kg.mm2 maka diambil
p = 3,5 kg/mm2
= 0,785 ( 116,64-51,84 )
= 50,868 mm
30
Maka : f = p . A
= 3,5 x50,868
=178,038 kg
Dalam periyungan ini jumlah pegas ada 4 buah, maka gaya yang tekan pada
masing-masing adalah :
P =
= 44,509 kg
Tegangan yang terjadi pada pegas adalah :
Karena :
Dimana tg adalah tegangan geser izin = 4,33 kg/mm
31
d = 36,94
=3,33 mm
Diameter gulungan rata-rata pegas
D = 4 x d
= 4 x 3,33
= 13,32 mm
Perhitungan lendutan atau pendesakan dalam keadaan bekerja adalah :
dan
Dimana :
G = Modulus gelincir
32
i = 6 buah direncanakan
d = diameter pegas
f = lendutan pegas
maka :
=
= 0,0151 mm
Jarak lilitan (H) :
H =
= 0,00755 mm
Panjang pegaspada keadaan ditekan dengan daya maksimum :
I = ( h + 2 )
= ( 0,00755 + 2 ) x 3,33
33
= 6,68
Panjang pegas bila tekanan dengan gaya tekan ( p )
I = I - f
= 6,68 – 0,0151
= 6,66 mm.
34