Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya...

16
1 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik p. 03 Kendala Penerapan National Payment Gateway Dalam Sistem Pembayaran Nasional p. 08 Buletin APBN Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI www.puskajianggaran.dpr.go.id ISSN 2502-8685 Edisi 22 Vol. II. November 2017

Transcript of Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya...

Page 1: Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrikberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public... · 2018. 1. 9. · 2 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik oleh

1

Kontroversi PenyederhanaanGolongan Daya Listrikp. 03

Kendala Penerapan National Payment Gateway Dalam

Sistem Pembayaran Nasionalp. 08

Buletin APBNPusat Kajian AnggaranBadan Keahlian DPR RIwww.puskajianggaran.dpr.go.id ISSN 2502-8685

Edisi 22 Vol. II. November 2017

Page 2: Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrikberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public... · 2018. 1. 9. · 2 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik oleh

2

Penanggung JawabDr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E.,M.Si.

Pemimpin RedaksiRastri Paramita, S.E., M.M.

RedakturJesly Yuriaty Panjaitan, S.E., M.M. Ratna Christianingrum, S.Si., M.Si.Marihot Nasution, S.E., M.SiAdhi Prasetyo S. W., S.M.

EditorDwi Resti Pratiwi, S.T., MPM.Ade Nurul Aida, S.E.

Terbitan ini dapat diunduh di halaman website www.puskajianggaran.dpr.go.id

Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik p.3PEMERINTAH melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) berencana melakukan penyederhanaan golongan daya listrik untuk rumah tangga nonsubsidi. Rencana penyederhanaan ini akan dilakukan dengan menyeragamkan golongan daya listrik 1.300 VA, 2.200 VA, 3.300 VA, dan 4.400 VA untuk tergabung dalam golongan daya listrik 5.500 VA. Rencana ini sebaiknya ditinjau kembali karena masih banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Hal yang paling utama adalah terkait dengan keandalan listrik.

Kendala Penerapan National Payment Gateway dalam Sistem Pembayaran Nasional

p.8TRANSAKSI pembayaran non tunai semakin hari semakin meningkat penggunaannya. Hal ini sejalan dengan peningkatan transaksi e-commerce yang berkembang pesat. Pemerintah telah mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) untuk membentuk masyarakat tanpa uang tunai (Cashless Society). Kehadiran National Payment Gateway (NPG) dapat membantu upaya pemerintah dalam akses data transaksi non tunai yang terjadi di domestik. Namun penerapannya masih menghadapi kendala dari sisi regulasi, kesadaran masyarakat, infrastruktur serta akses terhadap perbankan.

Update APBN

[email protected]

p.2

Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia

Dewan Redaksi

Kritik/Saran

Page 3: Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrikberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public... · 2018. 1. 9. · 2 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik oleh

1

Update APBNPerkembangan Ekspor dan Impor Indonesia

Nilai ekspor Indonesia Oktober 2017 mencapai USD15,09 miliar atau meningkat 3,62 persen dibanding ekspor September 2017. Sementara dibanding Oktober 2016 meningkat 18,39 persen. Ekspor nonmigas Okto-ber 2017 mencapai USD13,67 miliar, naik 4,22 persen dibanding Septem-ber 2017, sementara dibanding ekspor nonmigas Oktober 2016 naik 17,00 persen. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Oktober 2017 men-capai USD138,46 miliar atau mening-kat 17,49 persen dibanding periode yang sama tahun 2016, sedangkan ekspor nonmigas mencapai USD125,58 miliar atau meningkat 17,26 persen.

Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Oktober 2017

Sumber : Infografis BPS, 2017

Nilai impor Indonesia Oktober 2017 mencapai USD14,19 miliar atau naik 11,04 persen dibanding September 2017, demikian pula jika dibandingkan Oktober 2016 meningkat 23,33 persen. Impor nonmigas Oktober 2017 men-capai USD11,99 miliar atau naik 10,52 persen dibanding September 2017, demikian pula jika dibanding Oktober 2016 meningkat 20,33 persen. Impor migas Oktober 2017 mencapai USD2,20 miliar atau naik 13,96 persen dibanding September 2017 dan juga meningkat 42,67 persen dibanding Oktober 2016.

Page 4: Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrikberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public... · 2018. 1. 9. · 2 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik oleh

2

Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik

oleh T. Ade Surya*)

*)Peneliti Muda Kebijakan Publik pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI. E-mail: [email protected].

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

(Kementerian ESDM) berencana melakukan penyederhanaan golongan daya listrik untuk rumah tangga nonsubsidi. Rencana penyederhanaan ini akan dilakukan dengan menyeragamkan golongan daya listrik 1.300 VA, 2.200 VA, 3.300 VA, dan 4.400 VA untuk tergabung dalam golongan daya listrik 5.500 VA. Awalnya, golongan daya listrik 900 VA nonsubsidi juga termasuk dalam skema penyederhanaan ini, namun akhirnya dibatalkan. Pemerintah menjamin migrasi golongan daya listrik 1.300 VA sampai dengan 4.400 VA ke golongan daya listrik 5.500 VA tidak akan dikenakan biaya sehingga tidak memberatkan. Alasan pemerintah melakukan penyederhanaan golongan daya listrik adalah sebagai bentuk efisiensi sekaligus untuk mendorong produktivitas masyarakat. Rencananya, penerapan penyederhanaan golongan daya listrik ini akan dilakukan mulai tahun 2018 yang diawali di Pulau Jawa.Namun rencana pemerintah untuk melakukan penyederhanaan golongan daya listrik ini masih menuai kontroversi. Sebagian kalangan beranggapan bahwa penyederhanaan golongan daya listrik tidak perlu dilakukan karena akan menyebabkan pemborosan dan tagihan listrik

melambung. Selain itu, masih ada daerah yang belum teraliri listrik sehingga sebaiknya pemerintah lebih fokus untuk mempercepat peningkatan rasio elektrifikasi ke seluruh pelosok daerah, terutama Indonesia bagian timur yang saat ini masih rendah. Kemudian, pemerintah juga masih memiliki pekerjaan rumah untuk memperbaiki keandalan listrik di daerah yang masih sering padam. Oleh karena itu, penyederhanaan golongan daya listrik bukanlah prioritas yang harus dilakukan, khususnya untuk saat ini. Rencana penyederhanaan golongan daya listrik dicurigai hanya sebagai upaya terselubung pemerintah untuk menaikkan tarif listrik.Alasan Penyederhanaan Golongan Daya ListrikRencana pemerintah menyederhanakan golongan daya listrik dikhususkan hanya untuk pelanggan golongan daya listrik 1.300 VA sampai dengan 4.400 VA di mana tarif pada golongan daya listrik tersebut sama dengan tarif golongan daya listrik 5.500 VA, yaitu Rp1.467,28 per kWh. Sementara untuk golongan daya listrik 900 VA nonsubsidi yang semula masuk dalam skema penyederhanaan ini akhirnya dibatalkan karena memiliki tarif yang berbeda yaitu Rp1.352 per kWh. Tarif golongan daya listrik untuk rumah tangga yang berlaku saat ini seperti terlihat pada Tabel 1.

Page 5: Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrikberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public... · 2018. 1. 9. · 2 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik oleh

3

Pemerintah mengungkapkan bahwa penyederhanaan golongan daya listrik perlu dilakukan untuk efisiensi pengkategorian golongan daya listrik. Selama ini sedikitnya terdapat sembilan jenis penggolongan daya listrik untuk rumah tangga, padahal banyak dari golongan daya listrik tersebut memiliki tarif yang sama. Selain itu, rencana penyederhanaan golongan daya listrik juga didasari atas pertimbangan banyaknya masyarakat yang menginginkan tambahan daya, sementara untuk menambah daya dibebani biaya yang tidak sedikit, mulai dari Rp700 ribu - Rp1,8 juta. Tambahan daya dibutuhkan oleh masyarakat karena kebutuhan listrik yang terus meningkat, baik bagi rumah tangga maupun untuk menjalankan usaha skala rumahan atau usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).Direktur PT PLN, Sofyan Basir, menjelaskan bahwa penyederhanaan

golongan daya listrik dapat dilakukan karena cadangan listrik yang semakin banyak yang memungkinkan adanya penambahan daya oleh masyarakat tanpa dikenakan biaya. Cadangan listrik yang semakin banyak yaitu sejumlah 7.000 MW yang telah masuk ke dalam sistem PLN merupakan hasil dari progres pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW. Sofyan Basir juga menjelaskan, pembayaran abonemen listrik setelah dayanya dinaikkan juga tidak akan mengalami perubahan. Pelanggan listrik yang ingin menambah dayanya menjadi 5.500 VA membayar abonemen listrik tetap seperti daya yang dipakai sebelumnya. Dengan adanya penyederhanaan golongan daya listrik ini diharapkan konsumsi listrik masyarakat tidak lagi terbatas.Kementerian ESDM menyebutkan sejumlah manfaat yang didapatkan dari penyederhanaan golongan daya listrik. Pertama, penyederhanaan golongan daya listrik tidak akan diberlakukan bagi pelanggan 450 VA dan 900 VA bersubsidi, termasuk juga pelanggan 900 VA non-subsidi karena memiliki tarif berbeda dengan golongan daya listrik di atasnya. Kedua, tarif subsidi golongan daya listrik 450 VA dan 900 VA akan tetap dipertahankan. Ketiga, penyederhanaan golongan daya listrik tidak akan mengubah/menaikkan tarif listrik yang berlaku selama ini, yang berubah hanyalah jumlah yang harus dibayar sesuai dengan besarnya listrik yang dikonsumsi. Keempat, tidak ada biaya yang akan dikenakan untuk penambahan daya alias gratis. Semua biaya penggantian miniature circuit breaker (MCB) ditanggung oleh PLN. Kelima, biaya abonemen listrik tidak naik. Keenam, penambahan daya

Golongan Tarif

Ket. Jumlah Pelanggan

Tarif (per kwh)

R-1/450 VA Subsidi 23 juta Rp415

R-1/900 VA Subsidi 6 juta Rp586

R-1/900 VA Non Subsidi

16,7 juta

Rp1.352

R-1/1.300 VA

Non Subsidi

N/A Rp1.467,28

R-1/2.200 VA

Non Subsidi

N/A Rp1.467,28

R-1/3.300 VA

Non Subsidi

N/A Rp1.467,28

R-1/4.400 VA

Non Subsidi

N/A Rp1.467,28

R-1/5.500 VA

Non Subsidi

N/A Rp1.467,28

R-1/6.600 ke atas

Non Subsidi

N/A Rp1.467,28

Total Pelanggan 65,9 juta

Tabel 1. Tarif Listrik Golongan Rumah Tangga

Sumber: Bisnis Indonesia, 14 November 2017.

Page 6: Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrikberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public... · 2018. 1. 9. · 2 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik oleh

4

akan mendorong UMKM semakin berkembang karena bisa memperoleh daya listrik lebih besar tanpa harus dikenakan biaya tambahan. Dan Ketujuh, dengan bertambahnya daya, masyarakat bisa memanfaatkan kompor listrik yang biayanya lebih murah daripada gas LPG 3 kg hingga 50-60 persen. Secara makro, shifting ini bakal menekan impor gas LPG yang mencapai 4,5 juta ton/tahun.Pemerintah memastikan kebijakan penyederhanaan golongan daya listrik yang rencananya mulai diterapkan tahun depan tidak akan merugikan masyarakat, bahkan masyarakat boleh memilih untuk tidak menaikkan dayanya jika dirasa tidak perlu. Masyarakat akan sangat diuntungkan dengan penyederhanaan golongan daya listrik ini karena dapat meningkatkan konsumsi listriknya tanpa dikenakan biaya. Tetapi pemerintah juga mengingatkan jika nanti penyederhanaan golongan daya listrik ini sudah benar-benar diterapkan, masyarakat diharapkan bijak dalam mengonsumsi listriknya untuk hal-hal yang produktif. Selain masyarakat, PLN juga diuntungkan dari penyederhanaan golongan daya listrik ini. Keagresifan PLN dalam membangun pembangkit listrik dalam upayanya menyukseskan program 35.000 MW pemerintah telah menyebabkan terjadinya kelebihan pasokan listrik, terutama di Pulau Jawa. Namun kelebihan pasokan listrik ini tidak diimbangi dengan perluasan jaringan distribusi sehingga tidak termanfaatkan. Dengan adanya penyederhanaan golongan daya listrik ini maka diharapkan pendapatan PLN dapat meningkat dan memiliki modal untuk memperluas jaringan distribusinya.

Kekhawatiran Penerapan Penyederhanaan Golongan Daya ListrikWalaupun penyederhanaan golongan daya listrik yang akan diterapkan oleh pemerintah masih dalam tahapan perencanaan dan masih memerlukan pembahasan lebih lanjut, namun telah menimbulkan reaksi di sebagian kalangan masyarakat. Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, menyatakan bahwa rencana penyederhanaan golongan daya listrik untuk kategori rumah tangga nonsubsidi akan membebani masyarakat sebagai konsumen. Perubahan daya yang signifikan akan mengakibatkan konsumen harus mengganti instalasi di dalam rumah yang berarti ada biaya yang harus ditanggung. Bila konsumen tidak mengganti instalasi listrik di rumah, akan ada risiko berbahaya yang harus ditanggung. Kemudian konsumen juga harus membayar sertifikat laik operasi (SLO) untuk golongan daya 5.500 VA yang jauh lebih mahal. Oleh karena itu, wajar jika masyarakat merasa kebingungan dan marah dengan rencana pemerintah menerapkan penyederhanaan golongan daya listrik, sebab dikhawatirkan dengan sistem baru tersebut akan membuat tagihan listrik melambung.Selain hal-hal yang dikemukakan oleh Ketua Pengurus harian YLKI, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah sebelum benar-benar menerapkan penyederhanaan golongan daya listrik. Pertama, terkait dengan kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi listrik. Selama ini masyarakat kita sudah bertahun-tahun terbiasa mengkonsumsi listrik secara tidak

Page 7: Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrikberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public... · 2018. 1. 9. · 2 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik oleh

5

efisien atau boros. Jika batasan daya dilonggarkan seperti yang tadinya menggunakan daya 1.300 VA dan kemudian berubah menjadi 5.500 VA, maka kebiasaan pemakaian listrik yang tidak efisien tersebut akan semakin keterusan. Masyarakat akan terbebani dengan tagihan listrik yang semakin tinggi. Hal ini tentunya kontraproduktif dengan budaya hemat energi.Kedua, terkait dengan kemampuan PLN dalam menyediakan pasokan listrik jika terjadi perubahan pola konsumsi listrik di masyarakat. Saat ini memang PLN memiliki cadangan listrik atau kelebihan pasokan listrik. Tetapi, kelebihan pasokan listrik itu hanya tersedia di Pulau Jawa, sementara di pulau-pulau lainnya tidak. Seperti yang kita ketahui, kapasitas dan keandalan listrik di luar Pulau Jawa masih sangat mengkhawatirkan. Banyak daerah yang listriknya masih sering menyala dan padam secara berulang atau biarpet. Jika penyederhanaan golongan daya listrik ini diterapkan,

mungkin PLN mampu mengatasi lonjakan konsumsi listrik di Pulau Jawa, tapi bagaimana dengan daerah lainnya di luar Pulau Jawa.Ketiga, terkait dengan keseriusan pemerintah meningkatkan rasio elektrifikasi. Rencana penyederhanaan golongan daya listrik yang diprediksi menyebabkan terjadinya lonjakan konsumsi listrik menjadi pertanyaan. Permasalahannya, pemerintah saat ini sedang menggalakkan program pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW dalam upayanya meningkatkan rasio elektrifikasi, karena sampai dengan Juni 2017, rasio elektrifikasi nasional baru mencapai 92,80 persen, masih banyak yang harus dikejar. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah fokus terlebih dahulu dalam meningkatkan rasio elektrifikasi yang di sebagian wilayah timur Indonesia rasio elektrifikasinya masih cukup rendah. Jika nanti rasio elektrifikasi nasional sudah cukup tinggi, baru pemerintah mulai memikirkan untuk menerapkan penyederhanaan golongan daya listrik.

SimpulanRencana pemerintah menerapkan penyederhanaan golongan daya listrik rumah tangga nonsubsidi sebaiknya ditinjau kembali. Walaupun sebenarnya pemerintah berniat baik memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan konsumsi listrik tanpa dikenakan biaya penambahan daya, tetapi masih banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Hal yang paling utama adalah terkait dengan keandalan listrik karena tidak semua daerah memiliki keandalan listrik yang baik. Jangan sampai kebijakan penyederhanaan golongan daya listrik ini nantinya hanya dapat dinikmati oleh sebagian masyarakat saja. DPR RI melalui Komisi VII, sebagai lembaga negara yang salah satu fungsinya melakukan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah, juga harus terus mengevaluasi rencana kebijakan penyederhanaan golongan daya listrik ini. Apakah kebijakan ini benar-benar bermanfaat bagi masyarakat, apakah kebijakan ini adalah prioritas yang dibutuhkan masyarakat saat ini, dan apakah dengan infrastruktur kelistrikan yang tersedia saat ini mampu mendukung secara penuh kebijakan ini jika diterapkan?

Page 8: Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrikberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public... · 2018. 1. 9. · 2 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik oleh

6

Daftar PustakaBisnis Indonesia. 14 November 2017. Sama-Sama Untung.______________. 14 November 2017. Solusi Saling Menguntungkan Dari PLN.______________. 17 November 2017. 12,5 Juta Pelanggan Tambah Daya Gratis. Chandra, Ardan A. 2017. Penyederhanaan Golongan Listrik Dilakukan di Jawa Duluan. Diakses dari, https://finance.detik.com/energi/3730404/penyederhanaan-golongan-listrik-dilakukan-di-jawa-duluan, diakses pada 17 November 2017.Kompas. 17 November 2017. Penyederhanaan Dimatangkan.Kusuma, Hendra. 2017. Jika Disetujui ESDM, Penyederhanaan Golongan Listrik Start Tahun Depan. Diakses dari https://finance.detik.com/energi/3730413/jika-disetujui-esdm-penyederhanaan-golongan-listrik-start-tahun-depan, diakses pada 17 November 2017.MIftakhul. 2017. Penyederhanaan Tarif Dan Pemborosan energi.

Diakses dari https://www.jawapos.com/read/2017/11/15/168530/penyederhanaan-tarif-dan-pemborosan-energi, diakses pada 17 November 2017.Muliana, Vina. 2017. Dirut PLN Ungkap Alasan Penyederhanaan Golongan Listrik. Diakses dari http://bisnis.liputan6.com/read/3165870/dirut-pln-ungkap-alasan-penyederhanaan-golongan-listrik, diakses pada 18 November 2017.Mulyadi, Edy. 2017. Penyederhanaan Golongan Listrik, Salahnya di Mana?, Diakses dari https://www.kompasiana.com/edymulyadilagi/5a0d3cd29f91ce57502d6aa3/penyederhanaan-golongan-listrik-salahnya-di-mana, diakses pada 17 November 2017.Republika. 17 November 2017. YLKI: Penyatuan TDL Beratkan Konsumen. Tim Komunikasi ESDM. 2017. “Rasio Elektrifikasi Melampaui Target di Semester Awal 2017”. Diakses dari https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/rasio-elektrifikasi-melampaui-target-di-semester-awal-2017, diakses pada 20 November 2017.

Page 9: Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrikberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public... · 2018. 1. 9. · 2 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik oleh

7

Kendala Penerapan National Payment Gateway

dalam Sistem Pembayaran Nasionaloleh

Rendy Alvaro*)Abstrak

Transaksi pembayaran non tunai semakin hari semakin meningkat penggunaannya. Hal ini sejalan dengan peningkatan transaksi e-commerce yang berkembang pesat. Pemerintah telah mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) untuk membentuk masyarakat tanpa uang tunai (Cashless Society). Kehadiran National Payment Gateway (NPG) dapat membantu upaya pemerintah dalam akses data transaksi non tunai yang terjadi di domestik. Namun penerapannya masih menghadapi kendala dari sisi regulasi, kesadaran masyarakat, infrastruktur serta akses terhadap perbankan. Selain itu, pemerintah perlu mendorong penerapan NPG dengan regulasi yang ketat demi melindungi dan meningkatkan keamanan masyarakat dalam melakukan transaksi non tunai.yang rendah cenderung mempunyai kinerja logistik yang rendah dan masih memerlukan perbaikan pada aspek pembentuk kinerja logistik dalam LPI.

Sektor industri digital Indonesia saat ini berkembang pesat, salah

satunya e-commerce, yang mencuat sebagai primadona dan ditambah lagi memiliki perputaran uang yang paling besar dibanding industri digital lainnya. Kementerian Komunikasi dan Informatika memproyeksikan nilai transaksi e-commerce pada tahun 2017 akan tumbuh 30-40 persen dari estimasi transaksi pada 2016 senilai USD25 miliar. Nilai transaksi e-commerce tersebut akan terus melejit dan diperkirakan akan mencapai USD130 miliar pada tahun 2020. Meski tumbuh cukup pesat, masih ada persoalan yang dapat menjadi kendala dalam e-commerce di Indonesia salah satunya instrumen transaksi pembayaran. Melakukan pembayaran konvensional dengan instrumen tunai dirasa sudah tidak efisien. Masyarakat ingin adanya kemudahan dalam melakukan

pembayaran terutama melalui instrumen non tunai. Saat ini instrumen pembayaran non tunai didunia, didominasi oleh penggunaan kartu debit/ATM, kartu kredit dan internet banking. Di Indonesia, Penggunaan transaksi tersebut, nyatanya masih berada dibawah 10 persen, tertinggal dibanding negara Asia Pasifik dan beberapa Negara OECD (gambar 1).

*)Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

Gambar 1. Masyarakat (usia 15 tahun keatas) yang Melakukan Pembayaran Menggunakan Kartu Debit, Kredit dan

Internet Banking Tahun 2014

Sumber: KPMG Retail Payments In Indonesia,20 17

Page 10: Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrikberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public... · 2018. 1. 9. · 2 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik oleh

8

Sementara, dalam survei yang dikeluarkan Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2016, metode pembayaran untuk aktivitas e-commerce menggunakan transfer ATM sebesar 77,5 persen, dengan tunai bayar di tempat sebesar 22,5 persen, mobile/internet banking 20,7 persen, kartu debit 11,3 persen, kartu kredit 11 persen, pembayaran online 8,6 persen dan wesel 4,8 persen (gambar 2) .Transaksi pembayaran tunai dengan bayar ditempat masih menjadi pilihan kedua dalam transaksi pembayaran hal ini menunjukkan masih adanya tingkat kepercayaan dan kenyamanan menggunakan transaksi non tunai.Pemerintah sudah lama mendorong penggunaan transaksi non tunai dengan mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). GNNT ini bertujuan untuk lebih meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan instrumen non tunai. Hingga saat ini GNNT diperkirakan dapat menghemat biaya untuk mencetak uang sekitar 10-20 persen dari total biaya cetak dan distribusi uang pertahun yang sekitar Rp16 triliun. (www.indonesiasatu.co)Penggunaan instrumen non tunai melalui alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK) dan uang elektonik sebenarnya sudah sejak

lama muncul akan tetapi masyarakat masih lebih percaya melakukan transaksi tunai menggunakan uang kartal. Transaksi tunai memiliki kelemahan yaitu mahal dalam hal menyimpan, memindahkan, mengamankan, memproduksi dan juga sulit untuk dibawa kemana-mana dalam jumlah yang banyak. Diluar pulau Jawa, pemanfaatan GNNT masih mengalami kendala dalam implementasi dikarenakan minimnya sarana dan prasarana penunjangnya. Di negara maju, transaksi tunai makin lama makin sedikit dan masyarakat lebih memilih mengakses uangnya melalui bank dan lembaga keuangan non bank.Dengan pertimbangan ekonomi berbasis elektronik yang memiliki potensi besar menjadi tulang punggung kemajuan bangsa, pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi jilid XIV tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (SPNBE) yang disebut juga Road Map E-commerce seperti yang tertuang di Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2017. Ada 7 isu penting di dalam Road Map e-Commerce yaitu mengenai aspek pendanaan, perpajakan, perlidungan konsumen, pendidikan dan sumber daya manusia, infrastruktur komunikasi, logistik, dan

Gambar 1. Metode Pembayaran Aktivitas E-commerce Tahun 2016

Sumber: Data dan Statistik Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, diolah

Page 11: Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrikberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public... · 2018. 1. 9. · 2 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik oleh

9

keamanan siber. Aspek perlindungan konsumen ditujukan untuk melindungi konsumen yang akan melakukan transaksi di e-commerce. Salah satu programnya yaitu melalui pengembangan gerbang pembayaran nasional yang secara bertahap dapat meningkatkan layanan pembayaran ritel elektronik di e-commerce. Ketentuan pengaturan sarana pemrosesan transaksi pembayaran melalui gerbang pembayaran nasional menjadi tanggung jawab BI sebagai penanggung jawab sistem pembayaran yang melibatkan instansi terkait yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Sistem Pembayaran NasionalBank Indonesia sebagai policy maker merupakan pihak yang menyelenggarakan sistem pembayaran di Indonesia selain pihak dari luar BI (dari luar negeri) atau institusi penyelenggara sistem pembayaran. BI menyelenggarakan sistem Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS), dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), sedangkan sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh pihak luar Bank Indonesia

(industri) adalah Penyelenggaraan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) seperti kartu kredit, kartu ATM/Debit dan kartu prabayar atau prepaid, Kegiatan Usaha Pengiriman Uang (KUPU) dan Uang Elektronik. Aktitivitas keuangan melalui sistem pembayaran di Industri selama semester II tahun 2015 dan semester II tahun 2016 mengalami peningkatan baik dari sisi nominal maupun volume transaksi (tabel 1).Transaksi sistem pembayaran yang diselenggarakan industri menunjukkan pertumbuhan yang positif dibanding tahun sebelumnya. Porsi terbesar nominal transaksi melalui sistem pembayaran APMK, masih berasal dari pengunaan kartu ATM dan ATM/debet yang tercatat bertumbuh mencapai 13,35 persen (yoy) menjadi Rp2.866,86 triliun dan dari sisi volume tumbuh 12,66 persen (yoy) menjadi 2.663,50 juta transaksi sepanjang semester II tahun 2016. Sementara disisi sistem pembayaran transaksi menggunakan uang elektronik, juga menunjukkan pertumbuhan yang relatif tinggi. Nominal transaksi uang elektronik tercatat bertumbuh mencapai 29,31 persen (yoy) menjadi Rp3,89 triliun pada semester II tahun 2016. Sedangkan dari volume transaksi bertumbuh 20,12 persen (yoy), atau

Tabel 1. Perkembangan Sistem Pembayaran Transaksi menggunakan APMK dan Uang Elektronik

Sumber: Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia 2017, diolah

Page 12: Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrikberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public... · 2018. 1. 9. · 2 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik oleh

10

meningkat dari 312,22 juta transaksi pada semester II tahun 2015 menjadi 375,04 juta transaksi pada semester II tahun 2016. Penggunaan APMK dan uang elektronik menunjukkan pertumbuhan positif, yang didukung oleh GNNT.Sistem pembayaran non tunai saat ini masih tersegmentasi sehingga tidak efisien baik bagi pihak perbankan, lembaga keuangan maupun konsumen. Perusahaan switching belum terkoneksi satu sama lain yang akibatnya bank anggota switching yang satu tidak dapat melakukan transaksi ke bank di lembaga switching transaksi lainnya. Adapun data pembayaran non tunai di dalam negeri akan diproses telebih dahulu di luar negeri dan akan kembali ke dalam negeri pada saat terjadi penagihan melalui bantuan pihak prinsipal asing seperti Visa dan Mastercard. Routing transaksi yang berulang dianggap tidak efisien karena transaksi pembayaran sekitar 80 persen terjadi di dalam negeri dan sisanya 20 persen di luar negeri. Hal ini akan membuat biaya yang ditanggung perbankan menjadi mahal dan akibatnya memengaruhi penetapan biaya transaksi pada nasabah.Dari permasalahan dan inefisiensi dalam sistem pembayaran, BI telah mengeluarkan Peraturan No19/8/PBI/2017 tentang National Payment Gateway (NPG). Peraturan ini yang akan digunakan untuk menciptakan ekosistem interkoneksi (saling terhubung), interoperabel (saling dapat beroperasi) dan mampu melaksanakan pemrosesan transaksi ritel domestik yang aman, efisien, andal dan lancar. Penyelenggaraan NPG dibagi menjadi tiga lembaga yaitu lembaga standar untuk menyusun

dan mengelola standar-standar, lembaga switching untuk memproses data transaksi pembayaran secara domestik, dan lembaga services untuk mengelola fungsi services dalam NPG.NPG diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap jasa sistem pembayaran asing, mencegah aliran dana keluar dan pengamanan data transaksi yang terjadi di domestik. Dengan sistem NPG juga nantinya akan mempermudah pemerintah untuk mendapatkan akses data dan informasi transaksi, khususnya transaksi online di e-commerce yang bisa digunakan juga untuk kepentingan basis data perpajakan ataupun dalam dukungan penerapan Automatic Exchange of Information (AEoI) mengenai keterbukaan informasi data transaksi keuangan di perbankan. Program penting pemerintah dalam hal penyaluran bantuan sosial non tunai, penerimaan negara berbasis elektronik (Person to Goverment/P2G), elektronifikasi jalan tol, moda transportasi lainya dapat difasilitasi oleh sistem NPG, dimana biaya-biaya program non-tunai tersebut diharapkan bisa dihemat.Network for Electronic Transfers (NETS) SingapuraSejak tahun 1985, Singapura sudah memulai rencana ambisius untuk mendorong pembayaran elektronik di negara tersebut menjadi masyarakat tanpa uang tunai (Cashless Society). NETS merupakan sistem pembayaran nasional yang dimiliki oleh bank-bank terbesar di Singapura yaitu DBS Bank, Oversea-Chinese Banking Corporation Bank (OCBC) dan United Overseas Bank (UOB). Layanan debit NETS merupakan langkah pertama Singapura dalam sistem pembayaran non tunai yang bisa membayar hanya

Page 13: Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrikberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public... · 2018. 1. 9. · 2 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik oleh

11

dengan menggunakan kartu dan PIN. Dalam mengatasi perubahan kebutuhan masyarakat, NETS membangun infrastruktur yang memungkinkan 10 juta pemegang kartu debit dari bank seperti DBS, POSB, OCB, UOB, Maybank, Standard Chartered dan HSBC dapat menggunakan kartunya di mesin-mesin EDC manapun untuk transaksi pembayaran. Dengan layanan NETS, pemegang kartu dari bank-bank yang berada di Singapura dapat menarik uang tunai dan melakukan transaksi lain dengan menggunakan ATM manapun dalam jaringan NETS. Sistem debit NETS nasional adalah salah satu yang paling sukses di seluruh dunia. NETS juga dipakai sebagai cara pembayaran untuk sistem pembayaran tol seperti yang sedang diterapkan di Indonesia untuk pembayaran tol menggunakan e-money. Sampai sekarang konsumen dan pedagang di Singapura telah mengadopsi NETS untuk transaksi sehari-hari dalam melakukan transfer dana, membayar tagihan, pembayaran di toko ritel, membayar makanan di pusat jajanan sampai penggunaan untuk transportasi umum. Masyarakat Singapura menganggap sistem NETS sebagi metode yang aman dan cepat untuk melakukan transaksi. Kendala dan tantangan NPG di IndonesiaKehadiran National Payment Gateway (NPG) kiranya dapat membantu upaya pemerintah dalam akses data transaksi non tunai yang terjadi di domestik. Namun dalam penerapan tersebut, nyatanya masih terdapat beberapa kendala dan tantangan yang dihadapi, diantaranya yaitu:Pertama, paket kebijakan ekonomi

jilid XIV yang dikeluarkan pemerintah, yang salah satu isunya yaitu perlindungan konsumen melalui pengembangan gerbang pembayaran nasional secara bertahap, telah diakomodir BI dengan mengeluarkan peraturan BI Nomor 19/8/PBI/2017. Namun dari sisi regulasi dalam hal perlindungan data, belum sepenuhnya terdapat upaya untuk menghindari kejahatan pada data pribadi. Kedepan perlu adanya standardisasi perlindungan terhadap data pribadi, karena selama ini payung hukum Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi Transaksi Elektronik (UU ITE) belum secara khusus mengatur tentang perlindungan data pribadi.Kedua, masyarakat masih menganggap instrumen tunai merupakan alat pembayaran yang bebas biaya dan praktis dibandingkan menggunakan instrumen non tunai yang dibebani biaya administrasi. Sebagai contoh adanya anggapan di masyarakat bahwa BI bersama perbankan serta pemerintah dirasa “memaksa” masyarakat untuk mulai beralih menggunakan uang elektronik untuk transaksi non tunai. Seperti penggunaan e-money di gerbang tol yang menuai pro kontra hingga digugat ke Mahkamah Agung karena dianggap bertentangan dengan Undang-Undang tentang Mata Uang. Peraturan BI yang dikeluarkan baru-baru ini mengenai tarif isi ulang (top up) untuk kartu e-money juga kontraproduktif terhadap GNNT. BI menetapkan biaya maksimal Rp750 untuk pengisian ulang saldo diatas Rp200ribu, melalui bank/lembaga penerbit kartu (on us) dan dikenakan tarif maksimum Rp1.500 bila dilakukan di luar bank penerbit

Page 14: Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrikberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public... · 2018. 1. 9. · 2 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik oleh

12

RekomendasiKebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah dalam mendukung GNNT perlu diapresiasi, termasuk Peraturan BI mengenai Gerbang Pembayaran Nasional. Kehadiran dan Penerapan NPG pun diharapkan mampu meningkatkan penggunaan transaksi pembayaran berbasis elektronik dalam mendukung program-program penting pemerintah, dan tentunya dengan didukung adanya upaya pemerintah untuk merumuskan regulasi hukum yang ketat dan koordinasi dari instansi terkait (Kementerian Keuangan, Kementerian Komunikasi dan Informasi, BI dan OJK) demi melindungi dan meningkatkan keamanan masyarakat. Selain itu, meningkatkan literasi dan inklusi keuangan pada berbagai kalangan masyarakat, serta diadakannya program edukasi keuangan misalnya melalui edukasi komunitas, outreach program, yang dapat menjangkau seluruh kalangan masyarat amat diperlukan dalam menjamin keberlangsungan penerapan NPG tersebut. Disisi lain, Bi juga perlu mengkaji ulang biaya isi ulang uang elektronik yang dianggap memberatkan masyarakat mengingat negara lain tidak membebankan biaya isi ulang elektronik. Indonesia pun perlu belajar dari dari negara seperti Singapura yang telah berhasil menerapkan transaksi non tunai yang lancar, aman, efisien dan andal.

kartu (off us).Ketiga, infrastruktur telekomunikasi dan informasi (TI) juga belum sepenuhnya merata diberbagai wilayah, baik di Indonesia bagian barat, tengah maupun timur. Hal ini dapat menimbulkan hambatan bagi masyarakat untuk beralih ke transaksi non tunai. Padahal, salah satu syarat penerapan NPG untuk interkoneksi transaksi pembayaran membutuhkan ketersediaan infrastruktur TI di daerah-daerah. Investasi pemerintah di sektor ini membutuhkan dana yang besar, terlebih lagi untuk membangun infrastruktur TI di daerah terpencil dan terluar Indonesia.Keempat, masyarakat di kota-kota besar memiliki akses lebih untuk menggunakan layanan perbankan dibandingkan masyarakat yang

berada di wilayah desa. Akibatnya, masih banyak unbanked people di wilayah yang belum terjaring secara menyeluruh. Data Bank Dunia pada 2014, hanya 36 persen penduduk dewasa di Indonesia yang memiliki rekening di bank, sisanya sebesar 64 persen belum memiliki rekening atau unbanked people. Padahal sistem pembayaran non tunai sekarang ini, sebagian besar dilakukan oleh perbankan. Jika akses perbankan di wilayah-wilayah tidak ditingkatkan, maka dapat menghambat kebijakan yang digalakkan pemerintah saat ini. Peran bank-bank BUMN yang sudah memiliki cabang di wilayah pedesaan perlu dioptimalkan. Sehingga diharapkan dapat menjaring nasabah dan memberikan sosialisasi GNNT dalam meningkatkan animo masyarakat pada perbankan nasional.

Page 15: Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrikberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public... · 2018. 1. 9. · 2 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik oleh

13

Daftar PustakaBalitbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. 2016. Survei Indikator TIK pada Rumah Tangga dan Individu. Diakses dari https://statistik.kominfo.go.id, diakses pada 9 November 2017Bank Indonesia. 2017. Kajian Stabilitas Keuangan. Mitigasi Risiko Sistematik Melalui Penguatan Koordinasi Antar Institusi di Tengah Konsolidasi Perekonomian Domestik. Jakarta: Departemen Kebijakan MakroprudensialChandra Ardhan A. 2017. Ada Gerbang Pembayaran Nasional, Tarik Tunai dan Transfer Bisa Lebih Murah, Diakses dari https://finance.detik.com/moneter, diakses pada 10 November 2017Kamaludin, Arif. 2017. 188 Juta Penduduk Ditergetkan Punya Rekening Bank Pada 2019. Diakses dari http://katadata.co.id, diakses

pada 10 November 2017KPMG. 2017. Retail Payments in Indonesia: Who Will Drive Cashless Revolution. KPMG Sidharta AdvisoryMaulia, Erwida., dan Suzuki Waturu. Indonesia moving to domestic switching for debit, credit cards. Diakses dari https://asia.nikkei.com, diakses pada 9 November 2017NETS, Milestone. Diakses dari https://www.nets.com.sg , diakses pada 13 November 2017Rachman, Vicky. 2017. Meteri Rudiantara: Nilai Transaksi E-Commerce 2017 Akan Tumbuh 30%-40%. Diakses dari https://swa.co.id/swa/trends, diakses pada 9 November 2017Romualdus, Sandy. 2017. Gerakan Nasional Non Tunai Pangkas Biaya Cetak Uang HIngga 20 Persen. Diakses dari http://www.indonesiasatu.co, diakses pada 10 November 2017

Page 16: Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrikberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public... · 2018. 1. 9. · 2 Kontroversi Penyederhanaan Golongan Daya Listrik oleh

14

Buletin APBNPusat Kajian AnggaranBadan Keahlian DPR RI

www.puskajianggaran.dpr.go.idTelp. 021-5715635, Fax. 021-5715635

e-mail [email protected]

“Siap Memberikan

Dukungan Fungsi Anggaran Secara Profesional”