KONTROVERSI PEM BERITA AN...

81
KONTROVERSI PEMBERITAAN PENGANGKATAN IDRUS MARHAM SEBAGAI KETUA PANITIA KHUSUS CENTURY (Analisis Framing Model Zondang Pan dan Gerald M. Kosicki Terhadap Harian Media Indonesia dan Rakyat Merdeka) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam ARSYIL TASLIM NIM : 105051001847 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011/1432 H

Transcript of KONTROVERSI PEM BERITA AN...

KONTROVERSI PEMBERITAAN PENGANGKATAN

IDRUS MARHAM SEBAGAI KETUA PANITIA KHUSUS CENTURY

(Analisis Framing Model Zondang Pan dan Gerald M. Kosicki Terhadap

Harian Media Indonesia dan Rakyat Merdeka)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam

ARSYIL TASLIM

NIM : 105051001847

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011/1432 H

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

KONTROVERSI PEMBERITAAN PENGANGKATAN

IDRUS MARHAM SEBAGAI KETUA PANITIA KHUSUS CENTURY

(Analisis Framing Model Zondang Pan dan Gerald M. Kosicki Terhadap

Harian Media Indonesia dan Rakyat Merdeka)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam

Oleh

ARSYIL TASLIM

NIM: 105051001847

Di bawah Bimbingan

Dr. Arief Subhan. MA NIP. 196601101993031004

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011/1432 H

ABSTRAK

Arsyil Taslim

105051001847

Kontroversi Pemberitaan Pengangkatan Idrus Marham Sebagai Ketua Panitia

Khusus Century (Analisis Framing Model Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Terhadap Harian Media Indonesia dan Rakyat Merdeka)

Pengucuran dana talangan oleh pemerintah sebagai bentuk bantuan terhadap

Bank Century menimbulkan reaksi beragam. Menurut pemerintah dan menteri

yang mengurusi masalah tersebut, Sri Mulyani dana talangan itu untuk mencegah

krisis eonomi khususnya dalam dunia perbankan Indonesia meluas. Namun tak

sedikit anggapan yang menganggap bahwa kucuran dana talangan tersebut

diselewengkan oleh pihak-pihak tertentu sehingga menjadi kerugian negara yang

sangat besar. Atas dasar kecurigaan itu pula kemudian dibentuk pansus di DPR

untuk mengusut kasus tersebut. Dalam perjalanannya, Pansus Angket Centruy ini

pun tak lepas dari dinamika. Salah satunya adalah perihal pengangkatan Idrus

Marham sebagai ketua Pansus tersebut yang menimbulkan pro dan kontra di

masyarakat dan juga media massa. Perbedaan pandangan dari media-media itu

juga yang kemudian menjadikan arah berita menjadi beragam pula.

Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah untuk mengetahui bagaimana

konstruksi berita seputar kontroversi pengangkatan Idrus Marham sebagai ketua

Pansus oleh harian Media Indonesia dan Rakyat Merdeka. Serta untuk mengetahui

kecenderungan atau mungkin adanya keberpihakan dari berita yang dimuat oleh

harian Media Indonesia dan Rakyat Merdeka.

Metodologi penelitian dalam skripsi ini penulis menggunakan paradigma

konstruksionis dengan pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teori konstruksi realitas sosial yang diperkenalkan oleh Peter

L. Berger dan Thomas Luckmann. Sedangkan untuk teori frame yang dipakai

dalam penelitian ini adalah teori framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

Hasil dari penelitian ini sendiri menunjukan adanya pembingkaian yang

berbeda antara satu media dengan media yang lainnya. Pembingkaian tersebut

dapat dilihat dari judul yang dimuat, pemlihan narasumber, pemilihan kutipan

pernyataan, pemilihan kata, penggunaan gambar, dan sebagainya. Sedangkan

dilihat dari bentuk penyajian dari berita itu sendiri dapat dilihat bahwa Media

Indonesia dalam menyajikan beritanya bersifat formal namun tidak meninggalkan

pembingkaiannya. Sementara itu Rakyat Merdeka justru sebaliknya. Mereka

cukup sering menggunakan bahasa non formalistik tanpa meninggalkan bingkai

dari berita itu sendiri.

Seperti terulis di atas bahwa adanya perbedaan bingkai yang dibuat oleh media

satu dengan yang lainnya, hal ini pun dibuktikan dalam penelitian ini yang

memperlihatkan bahwa peristiwa yang sama dapat memberikan kesan berbeda

dikarenakan adanya bingkai dari berita tersebut. Media Indonesia menunjukkan

rasa tidak percayanya terhadap Idrus Marham yang terpilih sebagai ketua Pansus

Century di sisi lain Rakyat Merdeka justru seakan memberikan dukungan

terhadap Idrus dengan berita-berita yang dimuatnya.

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan

nikmat-Nya. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kehadirat Nabi

Muhammad SAW. Dalam pengerjaan skripsi ini, banyak sekali pihak yang telah

berjasa terhadap penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Berkaitan dengan hal itu, melalui kata pengantar ini penulis mengahaturkan

banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

mewujudkan kebahagiaan tersebut. Penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus

sebagai Dosen Penasehat Akademik penulis, serta sebagai Dosen Pembimbing

penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

2. Drs. Jumroni, M.Si. selaku Kepala Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ummi Musyarofah, MA. selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Segenap dosen Komunikasi Penyiaran Islam yang telah mengajarkan banyak

hal selama penulis menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ayah dan Ibu (Azwirnas Aziz dan Yusneti) yang selalu mendoakan penulis

untuk menjadi anak yang sukses dalam menempuh pendidikan mulai dari

sekolah dasar hingga kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Juga untuk

iii

Ayah dan Ibu (Asikin Yunus dan Nusawati) yang telah banyak memperhatikan

penulis selama ini. Kepada Kakak-kakak Rini Rizki yang tak pernah lelah

memberikan dukungan dalam banyak hal, Nico Patriasyah, Arif Rahman,

Taufik Firdaus, Mega Apritriantina, Iman Rahmadi, dan Rossi Ratiningsih

yang juga telah banyak mendukung penulis dalam merampungkan skripsi ini.

6. Terima kasih pula tak akan lupa kepada kawan-kawan KPI-A 2005 yang telah

banyak membagi ilmu dan manfaat kepada penulis.

7. Para senior KPI 2001, 2002, 2003, dan 2004 yang telah banyak berbagi ilmu

kepada penulis sehingga penulis menjadi tahu beberapa hal sebagai ilmu dan

pengetahuan sebagai bekal hidup dan berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan yang menempati ”basement” Fakultas

Ushuluddin. Semoga semangat diskusi antar kita tidak melemah.

9. Rekan-rekan dari fakultas lain dan juga berbagai pihak yang rasanya tidak

mungkin disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam kelancaran

penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karuni-Nya

kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Dengan rampungnya skripsi

ini, penulis dengan senang hati untuk menerima kritik dan saran dari berbagai

pihak untuk menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat

digunakan dengan sebaik-baiknya dan membawa manfaat bagi yang membacanya,

khususnya bagi penulis.

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………………………....……………..………………………….. i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………………. 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………... 11

D. Metodologi Penelitian ……………………………………………. 12

E. Tinjauan Pustaka …………………………………………………. 13

F. Sistematika Penulisan …………………………………………….. 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Berita ……………………………………………………. 15

B. Teori Konstruksi Realitas Sosial …………………………………. 20

C . Konsep Framing ………………………………………………..... 23

D. Model Framing Pan dan Gerald M. Kosicki …………………...… 26

BAB III PROFIL MEDIA CETAK

A. Profil Harian Media Indonesia …………………………………… 28

a. Perkembangan ……………………………………………....…. 28

b. Segmentasi Pembaca ………………………………………....... 31

B. Profil Harian Rakyat Merdeka ……………………………………. 33

a. Perkembangan …………………………………………………. 33

b. Segmentasi Pembaca ………………………………………….. 36

BAB IV TEMUAN-TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN

A. Frame Berita 1: Idrus terpilih menjadi ketua Pansus ……………... 39

B. Frame Berita 2: Mahasiswa minta Pansus teken kontrak politik….. 54

C. Perbandingan Frame ……………………………………………… 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………. 66

B. Saran-saran ……………………………………………………….. 67

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 68

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di akhir tahun 2009 sekaligus mengawali masa pemerintahan dari Susilo

Bambang Yudhoyono yang terpilih untuk kedua kalinya, terjadi peristiwa yang

cukup menggemparkan dan menjadi berita besar di Negeri ini. Krisis ekonomi

yang terjadi di Amerika yang kemudian merembet ke wilayah Asia tak terkecuali

Indonesia mengakibatkan banyak sektor perekonomian mengalami guncangan

hebat, begitu pula dengan sektor perbankan di negeri ini. Hampir bangkrutnya

salah satu perusahaan perbankan di Indonesia akhirnya memaksa para pengambil

kebijakan untuk bertindak agar hal ini tidak berdampak luas dan menjalar

kemana-mana. Namun kebijakan yang menurut pemerintah dimaksudkan untuk

menanggulangi masalah ini justru menimbulkan kecurigaan banyak kalangan.

Banyak pihak mencurigai dana talangan untuk mencegah kebangkrutan bank

tersebut mengalir ke kantong para pejabat yang kemudian memaksa beberapa

pihak harus turun tangan untuk menyelesaikan dugaan skandal “bailout” Bank

Century ini.

Kolapsnya bank itu langsung direspon oleh pemerintah dengan

mengucurkan dana talangan kepada bank tersebut yang jumlahnya dikabarkan

mencapai 6,7 Trilyun Rupiah.1 Jumlah ini tentu sangat fantastis dan mengejutkan

1 Indonesiarecovery.org (2010) Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Pengambilan Keputusan

Terhadap Bank Century, diakses pada 17 Mei 2010, dari http://indonesiarecovery.org/respon-

2

banyak pihak. Menurut menteri keuangan Sri Mulyani, kebijakan ini diambil

sebagai langkah pencegahan krisis keuangan global yang bisa saja menimpa

Indonesia. Sri berpendapat bahwa, bila bank Century dibiarkan kolaps maka

nasabah bank-bank lain akan berpikir untuk sebaiknya menarik uang mereka

disaat kondisi ekonomi dunia yang sedang dilanda krisis. Bila hal tersebut terjadi

maka situasi dunia perbankankan dan juga ekonomi Indonesia akan terganggu dan

berkemungkinan juga akan mengakibatkan kekacauan dalam dunia ekonomi

Indonesia.2

Bila kita melihat alasan kebijakan pemerintah tersebut dari pendapat yang

dilontarkan Sri Mulyani, maka tepat rasanya kebijakan ini diambil oleh

pemerintah. Namun tidak semua pihak menganggap bahwa kebijakan yang

diambil pemerintah ini tepat.3 Kucuran dana yang begitu besar dianggap oleh

beberapa pihak sangatlah berlebihan jika melihat kondisi bank Century sendiri

yang hampir bangkrut dan tidak memiliki aset yang besar yang dapat menjadi

jaminan dari bantuan tersebut.

Sri Mulyani yang merupakan menteri keuangan di masa tersebut yang juga

masih menempati pos yang sama di awal masa pemerintahan SBY jilid kedua

kemudian menjadi sorotan dan dianggap sebagai pihak yang harus bertanggung

jawab atas keputusan kontroversial tersebut. Hal yang sama juga kemudian

pemerintah-indonesia-dan-kssk/penanganan-bank-gagal-berdampak-sistemik-bank-century/26-

prinsip-prinsip-dasar-pengambilan-keputusan-terhadap-bank-century.html 2 Metrotvnews.com (2010). Menkeu: Bailout Century Tak Merugikan Negara, diakses

pada 9 Mei 2010, dari

http://metrotvnews.com/index.php/metromain/news/2010/01/13/8815/Menkeu-Bailout Century-

Tak-Merugikan-Negara 3 Sumeks.co.id (2009). Proses Bailout Century Salah,

http://www.sumeks.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=838:proses-bailout-

century-salah&catid=72:berita-utama&Itemid=123

3

dialamatkan kepada wakil presiden Boediono yang pada saat itu menjabat sebagai

gubernur Bank Indonesia. Begitu pula dengan presiden SBY yang merupakan

penentu kebijakan tertinggi di negeri ini.4

Untuk menanggulangi dugaan skandal tersebut DPR lalu bergerak cepat

dengan membentuk Panitia Khusus Century. Pansus ini terdiri dari anggota-

anggota fraksi di DPR yang mengurusi masalah Hukum dan HAM. Namun belum

juga Pansus ini bekerja sudah terjadi hal-hal yang dianggap kontroversial oleh

banyak pihak. Pengangkatan Idrus Marham sebagai ketua Pansus dianggap

merupakan suatu langkah politis agar pihak-pihak yang dicurigai sebagai pelaku

skandal tersebut aman dan tak tersentuh hukum.

Idrus Marham berasal dari fraksi Golkar yang mana partai Golkar tersebut

merupakan partai koalisi pemerintahan SBY. Sehingga di saat Idrus terpilih

sebagai ketua Pansus banyak pihak langsung berkomentar negatif bahwa ini

adalah strategi politik dan Idrus diyakini tak akan bekerja secara objektif.

Media massa pun menanggapi beragam, ada media yang memuat berita yang

berpandangan negatif terhadap hal ini, namun ada pula media yang seakan

memberikan pembelaan terhadap Idrus Marham yang menduduki kursi ketua

Pansus Century.

Menurut Eriyanto dalam bukunya “Analisis Framing” (2002)

mengungkapkan bahwa perbedaan-perbedaan yang terjadi pada penyajian media

massa tersebut bukanlah sesuatu yang tidak disengaja dan tanpa maksud.

4Heri Susanto, Peran Sri Mulyani dalam Bail-Out Century, dari

http://bisnis.vivanews.com/news/read/106685-peran_sri_mulyani_dalam_bail_out_century

4

Perbedaan penyajian yang juga dikenal dengan istilah framing media ini adalah

sesuatu yang telah disetujui oleh pihak-pihak di dalam media itu sendiri. Banyak

hal yang mempengaruhi penyajian berita dalam media massa ke masyarakat.

Wartawan sebagai orang pertama dalam produksi berita tentu cukup berperan

dalam mempengaruhi isi berita. Namun selain wartawan, ternyata ada juga pihak

yang lebih berhak dalam menentukan isi berita dan memilih-milih apa saja yang

harus, boleh, atau tidak boleh dimuat kedalam media tersebut. Mereka adalah

jajaran redaksi dan tentunya pemilik modal yang memilki kuasa penuh terhadap

media itu.

Selain itu, media juga kerap tidak bisa dilepaskan dengan berbagai macam

kepentingan. Kepentingan politik sepertinya saat ini menjadi kepentingan yang

cukup dominan dalam menentukan apa yang akan disajikan kepada masyarakat.

Hal ini bisa kita lihat dalam penyajian berita terutama menjelang pemilu atau hal-

hal menyangkut politik lainnya. Banyak media yang terkesan menjadi alat

kampanye kelompok-kelompok tertentu. Dan kepentingan lain yang tak bisa

dilepaskan dari suatu perusahaan media massa tentu adalah kepentingan bisnis.

Hal ini karena ongkos produksi untuk sebuah industri media massa terutama

media massa besar tidaklah sedikit dan bagi media-media yang sudah mapan,

berbisnis dengan media massa yang dimilkinya merupakan suatu hal yang

menjanjikan keuntungan yang cukup besar. Maka dari itu, kepentingan bisnis

tentulah tidak bisa terlepas dari suatu media termasuk dalam hal mempengaruhi isi

media tersebut.

5

Di luar itu semua faktor lain yang menjadikan isi media saat ini dapat tersaji

dengan beragam adalah sudah adanya kebebasan yang dimiliki oleh para pelaku

media dalam menentukan isi medianya tersebut. Kebebasan media dalam

menentukan isi medianya yang dikenal juga dengan sebutan kebebasan pers telah

berkembang dengan baik saat ini setelah sekian lama pers negeri ini dikekang oleh

aturan ketat yang dilakukan oleh pemerintahan orde baru.

Pemerintahan yang di masa tersebut dipimpin oleh Soeharto memang

menerapkan sistem pers yang otoriter5. Sistem otoritarian pada masa tersebut

memang tidak bisa ditolak karena kekuasaannya di kala itu sangatlah besar

terutama dalam militer. Hal ini menjadikan banyak orang termasuk para insan

pers yang kemudian enggan untuk mengusik perihal kinerja pemerintahan.

Walaupun ada, hal tersebut biasanya hanya merupakan berita mengenai

pencapaian pemerintah terhadap suatu hal yang positif.

Kebebasan pers yang saat ini sudah menunjukan hasil yang menggebirakan

ini bukanlah sesuatu yang bisa didapat dengan mudah karena ada kerja keras

untuk mewujudkan itu semua. Leo Batubara yang juga merupakan wakil ketua

dewan pers menyatakan bahwa kemerdekaan pers bukan merupakan hadiah,

melainkan hasil perjuangan insan pers dan segenap komponen masyarakat yang

mendambakan tegaknya hak asasi manusia di Indonesia. Kemerdekaan pers

merupakan keharusan dalam pemerintahan yang demokratis, terbuka dan bersih.

Karena itu, kemerdekaan pers mesti dirawat dan dikembangkan, karena

merupakan alat ampuh dalam memerangi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),

5 M. Ridlo „Eisy, Peranan Media dalam Masyarakat, Dewan Pers, Jakarta, 2007, hal.58.

6

yang selama ini menjadi penyakit kronis bangsa. Kemerdekaan pers harus

dipertahankan, karena ia adalah fondasi bagi tegaknya hak asasi manusia. Tanpa

kemerdekaan pers sulit dijamin penghormatan terhadap seluruh hak-hak asasi

manusia.6

Kemerdekaan pers yang kemudian menjadikan media massa mendapatkan

kebebasan dalam memberitakan sesuatu hal beserta juga dengan kebebasan bentuk

penyajiannya menjadikan pemberitaan yang ada disetiap media massa mempunyai

perbedaan dan ciri khas masing-masing. Dalam kasus Century sendiri yang

hampir semua media nasional memberitakan hal ini, terdapat banyak perbedaan

antara satu media dengan media lainnya.

Namun dari banyak media massa tersebut penulis memilih dua media yang

akan diteliti. Kedua media masa tersebut merupakan media surat kabar atau koran.

Surat kabar tersebut adalah harian Media Indonesia dan Rakyat Merdeka.

Pemilihan dua surat kabar tersebut sebagai objek penelitian penulis bukan lah

sesuatu yang tanpa alasan.

Dua surat kabar nasional yang lebih menitikberatkan pemberitaan mengenai

dunia politik ini memang memberikan porsi yang cukup besar dalam membahas

isu mengenai bank Century. Hal ini karena walaupun isu ini pada mulanya

merupakan isu yang menyangkut dengan dunia perbankan Indonesia, namun di

akhir tahun 2009 isu ini kemudian merambah wilayah politik. Sebagai media yang

menitikberatkan isinya pada dunia perpolitikan maka dua koran ini menjadi

sumber yang tak bisa dilupakan begitu saja.

6 M. Ridlo „Eisy, Peranan Media dalam Masyarakat , hal.v.

7

Selain dari porsi berita politik yang disajikan oleh kedua koran tersebut

termasuk cukup besar namun juga menurut penulis dalam pemberitaan

pengangkatan Idrus Marham sebagai ketua Pansus Century, kedua koran ini serasa

memiliki perbedaan yang signifikan dalam pembingkaian beritanya. Seperti

diketahui bersama bahwa dalam kasus Century ini pihak yang menjadi sorotan

utama dan dinilai harus bertanggung jawab adalah pihak penentu kebijakan yang

dalam kasus ini dituduhkan kepada Susilo Bambang Yudhoyono, Boediono, dan

Sri Mulyani.

Dari berita yang disajikan oleh kedua media tersebut dan kemudian juga

penulis telah membaca berita-berita pada dua media itu penulis memilki anggapan

bahwa berita yang disajikan oleh harian Media Indonesia sangat bersifat oposisi

terhadap pihak penentu kebijakan atau sering diistilahkan dengan sebutan “kubu

SBY” dan seringkali menguntungkan bagi pihak oposisi SBY. Sedangkan Rakyat

Merdeka yang juga rajin memberitakan kasus ini justru terasa sebaliknya atau

setidaknya tekanan yang diberikan harian Rakyat Merdeka kepada “kubu SBY”

terasa lemah malah pemberitaannya seringkali terlihat menguntungkan bagi kubu

SBY dan merugikan pada pihak oposisi pemerintah. Atas dasar itulah pemilihan

kedua media massa ini cukup menarik karena dapat dibandingkan satu sama lain.

Atas dasar uraian di atas, untuk mengetahui lebih jauh tentang cara pengemasan

berita ini serta bagaimana pandangan dari pelaku media tersebut, maka penulis

bermaksud mengadakan penelitian ilmiah yang kemudian dituangkan ke dalam

skripsi dengan judul “Kontroversi Pemberitaan Pengangkatan Idrus Marham

Sebagai Ketua Panitia Khusus Century. (Analisis Framing Model Zondang Pan

8

dan Gerald M. Kosicki Terhadap Harian Media Indonesia dan Rakyat

Merdeka)”.

B. Pembatasan dan perumusan Masalah

Dalam perkembangan kasus dugaan skandal Century terdapat beberapa

hal yang menjadi berita hangat di media massa. Salah satunya adalah

pengangkatan Idrus Marham sebagai ketua Panitia Khusus di DPR yang

dibuat sebagai upaya penanganan dugaan skandal keuangan tersebut.

Terpilihnya Idrus Marham pun kemudian menuai pro dan kontra di

masyarakat begitu pula pada berita-berita yang dimuat oleh media massa di

tanah air.

Dalam skripsi ini, dari sekian banyak topik dalam media massa yang

berkaitan dengan dugaan skandal Century penulis membatasi pembahasan

hanya pada pemberitaan mengenai kontroversi pengangkatan Idrus Marham

sebagai ketua Pansus Century di harian Media Indonesia dan Rakyat

Merdeka pada tanggal 7 dan 8 Desember 2009.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana pengemasan berita seputar kontrversi pengangkatan Idrus

Marham sebagai ketua pansus angket Century di harian Media Indonesia

dan Rakyat Merdeka?

2. Bagaimana bentuk keberpihakan harian Media Indonesia dan Rakyat

Merdeka terhadap hal-hal terkait dengan pengangkatan Idrus Marham

sebagai ketua pansus angket Century di harian Media Indonesia dan

Rakyat Merdeka dilihat dari pembingkaian berita yang ditampilkannya?

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian berupa analisis teks media terhadap pemberitaan

seputar pengangkatan Idrus Marham sebagai ketua pansus angket Century

dalam skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana konstruksi berita seputar pengangkatan

Idrus Marham sebagai ketua pansus angket Century oleh harian Media

Indonesia dan Rakyat Merdeka.

2. Untuk mengetahui kecenderungan pemberitaan seputar pengangkatan

Idrus Marham sebagai ketua pansus angket Century oleh harian Media

Indonesia dan Rakyat Merdeka.

Selain memiliki tujuan yang jelas, penelitian inipun diharapkan memilki

manfaat. Manfaat tersebut diantaranya:

1. Manfaat Akademis

Secara akademis, penelitan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para

peneliti lainnya yang akan melakukan penelitian dengan menggunakan

analisis framing terhadap media masa. Melalui penelitian ini diharapkan

mampu menambah pengetahuan dalam bidang pembingkaian isi media

masa bagi mahasiswa dan para akademisi lainnya.

2. Manfaat Praktis

Dengan dikakukannya penelitian ini diharapkan dapat menjadikan

masyarakat menyadari akan adanya pembingkaian yang dilakuakan oleh

media masa dalam mengemas isinya. Hal ini cukup penting agar

10

masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh pembentukan opini publik yang

sering dilakukan oleh media masa yang dapat berdampak buruk bagi

banyak hal.

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis yang

menganggap bahwa realitas itu bersifat subjektif. Paradigma ini

memahami bahwa realitas itu hadir, karena dihadirkan oleh konsep

subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang

tertentu dari wartawan. Paradigma konstruksionis menganggap bahwa

tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta lewat

konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung

pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang

mempunyai pandangan berbeda.7

2. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian yang dilakukan

dapat menyajikan hasil yang lebih mendalam.

Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis framing (framing analysis), yaitu analisis yang dipakai untuk

melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga

dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh

7 Herbert J. Gans dalam Eriyanto, Analisis Framing, LKiS, Yogyakarta, 2005, h.19

11

media. Perangkat yang dipakai dalam analisis framing ini adalah framing

model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang membagi analisis

framing melalui beberapa unsur, yakni analisis skrip, analisis sintaksis,

analisis tematik dan analisis retoris.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan

peneliti yaitu dengan cara observasi teks yang kemudian dibagi ke dalam

data primer dan sekunder.

Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis, sedangkan

data sekunder diperlukan guna mempertajam analisis data primer sekaligus

dapat dijadikan bahan pendukung ataupun pembanding.

a. Data primer (Primary-Sources), yaitu data tekstual yang diperoleh

dari pemberitaan di harian Media Indonesia dan Rakyat Merdeka

tanggal 7 Desember 2009 dan 8 Desember 2009.

b. Data sekunder (Secondary-Sources), yaitu dengan mencari referensi

berupa buku-buku dan tulisan lain yang berkaitan dengan penelitian

ini.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian Analisis Framing Berita Seputar Skandal Bank

Century di harian Media Indonesia dan Rakyat Merdeka, penulis juga

membaca karya ilmiah yang sudah ada di Perpustakaan Dakwah dan

Komunikasi juga yang terdapat di Perpustakaan Umum UIN Syarif

Hidayatullah, sebagai tinjauan dalam penelitin ini, karya-karya ilmiah

12

tersebut diantaranya: Konstruksi Media Cetak Atas Realitas Meninggalnya

Soeharto (Analisis Framing Pada Koran Republika) karya Eti Rusitah, 2008,

Analisis Framing Berita Sebelas Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam

Majalah Sabili dan Syir‟ah, karya Ade Saripullah, 2006, Konstruksi Realitas

Di Media Massa (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Baitul Muslimin

Indonesia PDI-P di Harian Kompas dan Republika), karya Donie

Kadewandana, 2008, Analisis Framing Berita Kriminal Mutilasi Koran

Harian Umum Republika, karya Fatimatuzzahro, 2009, dan Analisis Framing

Pemberitaan Kampanye Pilkada DKI Jakarta 2007 Pada Harian Kompas dan

Harian Republika, karya Ahmad Fauzi, 2008.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, agar dapat mempermudah dan menjadikan

penelitian ini tersusun secara sistematis maka penulis membagi penulisan

penelitian ini ke dalam lima bab dengan sitematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi

Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Landasan Teori yang terdiri dari Definisi Berita, Teori

Konstruksi Realitas Sosial, Konsep Framing, dan Model

Framing “Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki”.

BAB III : Profil Media Cetak

BAB IV : Analisis Data pemberitaan seputar skandal bank Century di

harian Media Indonesia dan Rakyat Merdeka.

BAB V : Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

13

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Berita

Berita adalah kata yang berasal dari bahasa sansakerta yaitu vrit yang

berarti ada atau terjadi. Ada juga yang menyebut dengan vritta yang artinya

kejadian atau yang telah terjadi. Menurut kamus besar, berita berarti laporan

mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Sedangkan menurut Willard C.

Bleyer definisi berita adalah sesuatu yang baru yang dipilih oleh wartawan

untuk dimuat dalam surat kabar. Karena itu ia dapat menarik atau mempunyai

makna bagi pembaca surat kabar. Pengertian berita yang menyebutkan bahwa

berita adalah sesuatu yang terkait dengan hal-hal yang baru1 merupakan definisi

yang terkait dengan kata berita yang dalam bahasa Inggris disebut dengan news

yang berasal dari kata new yang berarti baru. Sedangkan berdasarkan perspektif

konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti yang riil.

Disini realitas bukan hanya dioper begitu saja sebagai berita. Ia adalah produk

interaksi antara wartawan dengan fakta.2

Berita dalam kaitannya dengan isi dari media massa adalah sebuah sajian

utama di samping opini. Mencari berita dan kemudian menyusunnya menjadi

sebuah sajian informasi merupakan tugas utama wartawan.3 Sedangkan

1 Bataviase.co.id (2008). Pers eksploitasi berita buruk, di akses pada 5 Desember

2010. dari http://bataviase.co.id/node/176912 2 Sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/20/analisis-bingkai-framing-analisis/.

Diakses pada 10 Desember 2011. 3 Abu Hassan Mubarok, Menulis Berita, Artikel Kursus Jurnalistik, Jakarta, Kamis, 19

April 2007.

14

pemberitaan adalah proses, cara, perbuatan memberitakan, perkabaran atau

maklumat.4

Dalam berita terdapat beberapa jenis yang membedakannya diantaranya

adalah straight news, depth news, investigation news, interpretative news, dan

opinion news.5

Straight news adalah berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat,

dan lugas. Sebagian besar berita surat kabar bagian depan berisi berita jenis ini.

Jenis berita ini pun dibedakan menjadi dua macam yaitu hard news dan soft

news.

Hard News adalah berita yang memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan

kepentingan atau sangat penting untuk segera diketahui pembaca. Berita jenis

ini berisi informasi peristiwa khusus yang terjadi secara tiba-tiba. Sedangkan

soft news nilai beritanya di bawah hard News dan lebih merupakan berita

pendukung.

Selain itu jenis berita yang lain adalah depth news.. Berita jenis ini

mengembangkan beritanya dari berita yang biasanya hanya memberitakan hal

yang terlihat di permukaan saja menjadi lebih mendalam.

Investigation news adalah jenis berita yang dikembangkan berdasarkan

penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber. Dua jenis yang terakhir

adalah interpretative news dan opinion news. Interpretative News adalah berita

yang dikembangkan dengan pendapat atau penelitian penulis atau reporternya.

Sedangkan opinion news berita yang berupa pendapat seseorang, biasanya

4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Pendidikan Nasional,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 140-141. 5 Menuliskreatif.com (2009). Berita dan Nilai Berita diakses pada 5 Desember 2010

dari http://menuliskreatif.com/2009/04/berita-dan-nilai-berita/

15

pendapat cendikiawan, ahli, atau pejabat mengenai suatu peristiwa, kondisi

poleksosbudhankam, dan sebagainya.

Struktur Berita

Secara garis besar, struktur berita terdiri dari heading (judul), lead

(pengantar), bridge (penghubung), body (tubuh), dan accessory (tambahan). 6

1. Judul berita harus merupakan daya tarik berita. Gunakan kata aktif dan

pendek, empat sampai lima kata. Penggunaan kata yang menarik, aktif, dan

pendek dianggap cukup penting dalam membuat judul berita. Hal ini

karena Judul yang terlalu panjang dan menggunakan kata pasif seringkali

menjadikan konsumen berita merasa kurang mengerti judul berita tersebut..

Penggunaan kata yang menarik juga penting sebagai awal untuk membuat

konsumen berita ingin mengetahui berita tersebut secara keseluruhan.

2. Lead adalah intisari berita. Lead harus memikat dan membangkitkan minat

orang untuk membaca. Lead pada berita juga sangat berguna bagi orang

yang cukup sibuk untuk membaca berita secara keseluruhan. Maka dengan

membaca lead-nya saja, orang sudah dapat mengetahui isi berita.

3. Penghubung adalah bagian untuk meletakkan esensi substantif berita

sehingga terbayang situasi beritanya. Walaupun penghubung berita

bukanlah sesuatu hal yang dianggp wajib dalam membuat suatu berita

namun dengan mengunakan penghubung, berita yang disajikan menjadi

lebih baik karena dapat menggambarkan situasi yang terjadi secara lebih

terperinci.

6 Abu Hasan Mubarok, Menulis Berita Artikel Kursus Jurnalistik, kamis 19 April

2007.

16

4. Tubuh berita adalah bagian utama, yang merinci substansi berita, sehingga

pembaca mendapatkan pemahaman yang benar dan utuh. Tubuh berita

isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa yang singkat,

padat, dan jelas.

Nilai Berita

Nilai berita merupakan istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Walter

Lipman dalam bukunya “Public Opinion” pada tahun 1922. Ia menyebutkan

bahwa suatu berita memiliki nilai layak berita jika di dalamnya ada unsur

kejelasan (clarity) tentang kejadiannya, ada unsur kejutan (surprise), ada unsur

kedekatan (proximity) secara geografis, serta ada dampak (impact) dan konflik

personalnya.7

Lebih luas dari pendapat Lippman, menurut Julian Haris, Kelly Leiter dan

Stanley Johnson,8 nilai berita mengandung delapan unsur, yaitu: konflik,

kemajuan, penting, dekat, aktual, unik, manusiawi, dan berpengaruh (Harriss,

Leiter dan Johnson 1981:29-33).

1. Konflik

Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa dan

negara perlu dilaporkan kepada khalayak. Dengan begitu khalayak mudah

untuk mengambil sikap.

2. Kemajuan

Informasi tentang kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi senantiasa

7 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik (Teori dan

Praktik), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, h. 60. 8 Bukanberita.com (2008). Dasar Berita diakses pada 5 Desember 2010 dari

http://www.bukanberita.com/dasar-berita.html

17

perlu dilaporkan kepada khalayak. Dengan demikian, khalayak mengetahui

kemajuan peradapan menusia. Penting Informasi yang penting bagi

khalayak dalam rangka menjalani kehidupan mereka sehari-hari perlu

segera dilaporkan kepada khalayak.

3. Dekat

Informasi yang memiliki kedekatan emosi dan atau jarak geografis dengan

khalayak perlu segera dilaporkan. Makin dekat satu lokasi atau hubungan

emosi peristiwa dengan khalayak, informasinya akan makin diminati

khalayak.

4. Aktual

Informasi tentang peristiwa yang unik, yang jarang terjadi perlu segera

dilaporkan kepada khalayak. Banyak sekali peristiwa yang unik, misalnya

mobil bermain sepak bola, perkawanan manusia dengan gorila, dan

sebagainya.

5. Manusiawi

Informasi yang bisa menyentuh emosi khalayak, seperti yang bisa membuat

menangis, terharu, tertawa, dan sebagainya, perlu dilaporkan kepada

khalayak. Dengan begitu, khalayak akan bisa meningkatkan taraf

kemanusiaannya.

6. Berpengaruh

Informasi mengenai peristiwa yang berpengaruh terhadap kehidupan orang

banyak perlu dilaporkan kepada khalayak. Misalnya informasi tentang

operasi pasar Bulog, informasi tentang banjir, dan sebagainya. Jumlah

18

unsur nilai berita yang harus dipenuhi setiap peristiwa sebelum dijadikan

berita berbeda pada setiap penerbitan pers. Ada surat kabar yang

menetapkan hanya lima unsur nilai berita. Tetapi, ada juga yang enam

unsur. Yang jelas, makin banyak sebuah peritiwa memiliki unsur nilai

berita, makin besar kemungkinan beritanya disiarkan oleh penerbitan pers.

B. Teori Konstruksi Realitas Sosial

Istilah konstruksi atas realitas sosial menjadi terkenal sejak

diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Ia

menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana

individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan

dialami bersama secara subyektif.9 Dengan pernyataan diatas, Berger dan

Luckmann secara tidak langsung menyatakan bahwa sebenarnya realitas

adalah merupakan hasil karya manusia dan itu berarti realitas bukan

merupakan sesuatu yang obyektif melainkan subyektif karena marupakan

hasil konstruksi manusia.

Sedangkan konstruksi realitas dalam bidang media lebih pada penyusunan

realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau

wacana yang bermakna. Pembuatan berita di media pada dasarnya adalah

penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita atau wacana

yang bermakna. Dengan demikian seluruh isi media tiada lain adalah

9 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, Kencana Prenada Media Group,

Jakarta, 2008, h.13.

19

realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk

wacana yang bermakna.10

Media seringkali mengatakan bahwa hal yang mereka sajikan

merupakan realitas dan hal tersebut memang benar. Tetapi seperti juga yang

telah tertera di atas bahwa realitas juga tidak terlepas dari konstruksi karena

tidak semua realitas merupakan suatu hal yang hadir apa adanya. Burger

dan Luckman berpendapat bahwa realitas bukanlah sesuatu yang natural

tapi didalamnya juga terdapat konstruksi yang kemudian mempengaruhi

realitas tersebut. Mereka kemudian merumuskan bahwa terdapat tiga

macam realitas yang berbeda satu dengan lainnya. Realitas-realitas itu

diantaranya adalah realitas objektif, subjektif, dan simbolik.11

1. Realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman dari

dunia objektif yang berada di luar individu dan realitas ini dianggap

sebagai kenyataan.

2. Realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk dari proses penyerapan

kembali realitas objektif dan simbolik dalam individu melalui proses

internalisasi.

3. Realitas simbolik adalah proses pemaknaan terhadap suatu objek.

Manusia merupakan instrumen terpenting dalam menciptakan realitas

yang objektif melalui eksternalisasi, bagaimana mempengaruhi melalui

10

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Sebuah Studi Critical

Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik), Jakarta: Granit, 2004. 11

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, PT. LKiS

Pelangi Aksara, Yogyakarta, 2005. cet. Ketiga. h.14-21.

20

proses internalisasi yang mencerminkan realitas yang subjektif dengan

menggunakan bahasa sehingga menghasilkan realitas simbolik.

Selain wartawan, pengaruh dari perusahaan media dan dari hal-hal lain

pun sangatlah besar dalam menentukan isi berita dan bentuk-bentuk

penyajiannya. Hal inilah yang kemudian menjadikan isi berita seringkali

terlihat berbeda dan terasa memilki keberpihakan ataupun antipati terhadap

suatu hal. Dari perbedaan tersebut kemudian semakin menguatkan bahwa

pendapat yang terlontar dari para kaum konstruksionis adalah suatu

pandangan yang benar. Hal ini sesuai dengan teori hierarki pengaruh dari

Shoemaker. Teori tersebut membagi pengaruh isi media dari yang terkecil

hingga yang terbesar dalam lima level yaitu pengauh dari tingkat individual,

rutinitas media, organisasi, ekstramedia, dan ideologis. 12

Teori Hierarki Pengaruh Shoemaker:

Tingkat Ideologis

Tingkat Ekstramedia

Tingkat Organisasi

Tingkat Rutinitas Media

Tingkat Individual

12

Shoemaker, dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media, PT Remaja Rosdakarya

Bandung, 2009, h. 138-139.

21

1. Pengaruh individu-individu pekerja media. Di antaranya adalah

karakteristik pekerja komunikasi, latar belakang personal dan profesional.

2. Pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan oleh media massa

dipengaruhi oleh kegiatan seleksi-seleksi yang dilakukan oleh komunikator,

termasuk tenggat (deadline) dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan

tempat (space), struktur piramida terbalik dalam penulisan berita dan

kepercayaan reporter pada sumber-sumber resmi dalam berita yang

dihasilkan.

3. Pengaruh organisasional. Salah satu tujuan yang penting dari media adalah

mencari keuntungan materil. Tujuan-tujuan dari media akan berpengaruh

pada isi yang dihasilkan.

4. Pengaruh dari luar organisasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dari

kelompok kepentingan terhadap isi media, pseudovent dari praktisi publik

relation dan pemerintah yang membuat peraturan-peraturan di bidang pers.

5. Pengaruh ideologi. Ideologi merupakan sebuah pengaruh yang paling

menyeluruh dari semua pengaruh. Ideologi disini diartikan sebagai

mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif yang

mempersatukan di dalam masyarakat.

C. Konsep Framing

Secara bahasa, framing dapat diartikan sebagai pembingkaian. Sementara

gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955.

Pada mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat

kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana

serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas.

22

Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang

mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku yang membimbing

individu dalam membaca realitas.13

Ada dua esensi utama dari framing tersebut. Pertama, bagaimana

peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan

mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis. Aspek ini

berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk mendukung

gagasan.14

Sedangkan analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat

bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk

melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media.15

Dalam analisis framing, yang kita lihat adalah bagaimana cara media

memaknai, memahami, dan membingkai kasus atau peristiwa yang diberitakan.

Metode semacam ini tentu saja berusaha mengerti (verstehen), dan menafsirkan

makna dari suatu teks dangan jalan menguraikan bagaimana media membingkai

isu.16

Bila dilihat dari perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk

membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis

ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita

agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk

menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain,

13

Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet.ke-4,

h.161-162. 14

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, PT. LKiS

Pelangi Aksara, Yogyakarta, 2005. cet. Ketiga. h.10. 15

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, vi. 16

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,. h.9.

23

framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara

pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis

berita.17

Dalam analisis framing terdapat beberapa tokoh penting yang

merupakan ahli di bidang tersebut. Masing-masing tokoh tersebut juga memilki

definisi mengenai framing.18

Robert N. Entman mendefinisikan framing

sebagai proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari

penelitian itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan

penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi

tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain.

Sementara Amy Binder mendefinisikan framing sebagai skema

interpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan,

mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung.

Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang

mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa.

William A. Gamson menyatakan bahwa framing merupakan cara

bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan

menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan

objek suatu wacana. Cara bercerita itu dibentuk dalam sebuah kemasan

(package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang

digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang

disampaikan, serta untuk manafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.

17

Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h.162. 18

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.67-68.

24

Hampir sama dengan defininisi framing yang diungkapkan oleh Robert

N. Entman, Tood Gitlin berpendapat bahwa framing merupakan strategi

bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhakan sedemikian rupa untuk

ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam

pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca.

Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek

tertentu dari realitas.

Definisi dari dua perumus David E. Snow dan Robert Benford lebih

mengartikan framing sebagai pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa

dari kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan

diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber

informasi, dan kalimat tertentu.

Sedangkan Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang cara

analisisnya dianggap paling populer menyatakan bahwa framing merupakan

strategi komunikasi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan

dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan

rutinitas konvensi pembentukan berita.

D. Model Framing Pan dan Gerald M. Kosicki

Dalam skripsi ini penulis menggunakan cara analisis dari Zhongdang

Pan dan Gerald M. Kosicki. Mereka menjabarkan framing dari empat aspek

struktur dalam berita. Empat aspek tersebut diantaranya adalah struktur

sintaksis, skrip, tematik, dan struktur retoris.19

19

Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki, Framing Analysis: An Approach to News

Discourse, (Politicial Communication. Vol.10 No.1) dalam Eriyanto, h.55.

25

1. Struktur Sintaksis

Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam

kalimat. Sedangkan dalam wacana berita, struktur sintaksis terdiri atas

susunan atau kerangka dari sebuah penyusunan artikel atau wacana berita.

Analisis sintaksis terdiri dari : struktur piramida terbalik, yang didalamnya

memuat tentang head line, lead, back ground, source, conclusion.

2. Struktur Skrip

Skrip adalah cara wartawan mengisahkan fakta. Struktur skrip dapat

dilihat dari kelengkapan unsur 5W+1H : Siapa (Who), Apa (what), Kapan

(When), Dimana (Where), Mengapa (Where), dan Bagaimana (How).

Dengan menghilangkan salah satu dari enam kelengkapan berita tersebut,

wartawan mampu menekankan atau menghilangkan bagian terpenting

dalam mengisahkan sebuah fakta.

3. Struktur Tematik

Struktur tematik digunakan untuk melihat bagaimana fakta ditulis,

kalimat (proposisi) yang dipakai, serta menempatkan dan menulis

pernyataan dari sumber kedalam teks berita secara keseluruhan, pertalian

atau jalinan kata yang digunakan, serta koherensi yang digunakan. Dalam

menulis berita, seorang wartawan mempunyai tema tertentu untuk peristiwa

dan tema inilah yang akan dibuktikan dengan susunan atau bentuk tertentu.

4. Struktur Retoris

Struktur ini menggambarkan pilihan-pilihan gaya bahasa yang disusun

oleh para jurnalis dalam hubungannya dengan akibat yang diharapkan.

26

Perangkat framing yang termasuk kedalam struktur ini adalah leksikon,

grafis, bold, underline, kapital, caption, raster, grafik, picture, and table.

Dari unsur inilah kita bisa mengetahui idiologi yang digunakan oleh

wartawan.

Dalam kaitannya dengan level pengaruh yang menentukan isi berita,

framing model Pan dan Kosicki ini lebih cenderung menekankan bahasannya

pada level pengaruh di tingkat individual atau pada wartawan. Pan dan Kosicki

dalam buku analisis framing karya Eriyanto berpendapat ”framing dimaknai

sebagai suatu strategi atau cara wartawan dalam mengkonstruksi dan

memproses peristiwa untuk disajikan kepada khalayak”.

27

BAB III

PROFIL MEDIA CETAK

A. PROFIL MEDIA INDONESIA1

a. Perkembangan

Media Indonesia pertama kali diterbitkan pada tanggal 19 January

1970. Sebagai surat kabar umum pada masa itu, Media Indonesia baru bisa

terbit 4 halaman dengan tiras yang amat terbatas. Berkantor di Jl. MT.

Haryono, Jakarta, disitulah sejarah panjang Media Indonesia berawal.

Lembaga yang menerbitkan Media Indonesia adalah Yayasan Warta

Indonesia.

Tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi 8 halaman.

Sementara itu perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan

terjadi. Salah satunya adalah perubahan SIT (Surat Izin Terbit) menjadi

SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Karena perubahan ini

penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak semata menanggung

beban idealnya tapi juga harus tumbuh sebagai badan usaha.

Dengan kesadaran untuk terus maju, pada tahun 1988 Teuku Yousli

Syah selaku pendiri Media Indonesia bergandeng tangan dengan Surya

Paloh, mantan pimpinan surat kabar Prioritas. Dengan kerjasama ini, dua

kekuatan bersatu: kekuatan pengalaman bergandeng dengan kekuatan

1 Profil harian Media Indonesia diperoleh dari situs resmi harian Media Indonesia

www.mediaindonesia.com.

28

modal dan semangat. Maka pada tahun tersebut lahirlah Media Indonesia

dengan manajemen baru dibawah PT. Citra Media Nusa Purnama.

Surya Paloh sebagai Direktur Utama sedangkan Teuku Yousli Syah

sebagai Pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan dipegang oleh

Lestary Luhur. Sementara itu, markas usaha dan redaksi dipindahkan ke Jl.

Gondangdia Lama No. 46 Jakarta.

Awal tahun 1995, bertepatan dengan usianya ke-25 Media Indonesia

menempati kantor barunya di Komplek Delta Kedoya, Jl. Pilar Mas Raya

Kav. A-D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Di gedung baru ini semua

kegiatan di bawah satu atap, Redaksi, Usaha, Percetakan, Pusat

Dokumentasi, Perpustakaan, Iklan, Sirkulasi dan Distribusi serta fasilitas

penunjang karyawan.

Sejarah panjang serta motto “Pembawa Suara Rakyat” yang dimiliki

oleh Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-sia, tetapi

menjadi spirit pegangan sampai kapan pun.

Sejak Media Indonesia ditangani oleh tim manajemen baru di bawah

payung PT Citra Media Nusa Purnama, banyak pertanyaan tentang apa

yang menjadi visi harian ini dalam industri pers nasional. Terjun pertama

kali dalam industri pers tahun 1986 dengan menerbitkan harian Prioritas.

Namun Prioritas memang kurang bernasib baik, karena belum cukup lama

menjadi koran alternatif bangsa, SIUPP-nya dibatalkan Departemen

Penerangan. Antara Prioritas dengan Media Indonesia memang ada

29

“benang merah” yaitu dalam karakter kebangsaannya.

Surya Paloh sebagai penerbit Harian Umum Media Indonesia, tetap

gigih berjuang mempertahankan kebebasan pers. Wujud kegigihan ini

ditunjukkan dengan mengajukan kasus penutupan Harian Prioritas ke

pengadilan, bahkan menuntut Menteri Penerangan untuk mencabut

Peraturan Menteri No.01/84 yang dirasakan membelenggu kebebasan pers

di tanah air.

Tahun 1997, Djafar H. Assegaff yang baru menyelesaikan tugasnya

sebagai Duta Besar di Vietnam dan sebagai wartawan yang pernah

memimpin beberapa harian dan majalah, serta menjabat sebagai Wakil

Pemimpin Umum LKBN Antara, oleh Surya Paloh dipercayai untuk

memimpin harian Media Indonesia sebagai Pemimpin Redaksi. Saat ini

Djafar H. Assegaff dipercaya sebagai Corporate Advisor. Para pimpinan

Media Indonesia saat ini adalah : Direktur Utama dijabat oleh Rahni

Lowhur Schad, Direktur Pemberitaan dijabat oleh Saur Hutabarat dan

dibidang usaha dipimpin oleh Alexander Stefanus selaku Direktur

Pengembangan Bisnis.

30

b. Segmentasi Pembaca Harian Media Indonesia

31

32

B. PROFIL RAKYAT MERDEKA2

Rakyat Merdeka adalah sebuah surat kabar yang merupakan

pembentukan kembali dari surat kabar Merdeka. Surat kabar ini diterbitkan

oleh para mantan dan karyawan Harian Merdeka, yang sudah cukup

memiliki banyak pengalaman dalam dunia persuratkabaran. Rakyat

Merdeka adalah sebuah surat kabar yang di dalamnya dihuni oleh para

wartawan profesional dan juga memiliki kemampuan yang memadai. Hal ini

karena para wartawan yang juga merupakan para pendiri Rakyat Merdeka

merupakan wartawan yang telah lama dididik oleh Jawa Pos Group yang

juga merupakan induk perusahaan surat kabar terebut.

Walaupun koran ini masih bisa dikatakan koran baru di Indonesia namun

ternyata telah memilki cukup banyak peminat. Hal ini bisa dibuktikan dari

hasil penjualan harian Rakyat Merdeka yang berhasil menembus penjualan

172 ribu eksemplar pada tahun 2007 yang lalu. Harian yang terbit 20

halaman setiap harinya ini, bila dilihat dari isinya adalah koran yang cukup

lengkap memuat beita-berita yang dibutuhkan dan memiliki segmen-segmen

pembaca yang jelas. Harian ini membahas tuntas berita politik dan bisnis

serta hal-hal lain yang menyangkut banyak urusan di dalam negeri.

Menurut data yang penulis dapatkan, Rakyat Merdeka merupakan koran

yang banyak dibaca oleh anggota DPR dan pengambil keputusan di negeri

ini. Sehingga harian ini seakan menjadi bacaan wajib dan referensi penting

para politikus nasional dan para pejabat di Indonesia. Berita politik yang

2 Profil Rakyat Merdeka diperoleh dari kantor redaksi harian Rakyat Merdeka, Graha

Pena Lantai 9, Kebayoran Lama, Jakarta.

33

memiliki porsi cukup besar di harian ini ternyata tidak menjadikan redaktur

meninggalkan berita-berita lain yang juga cukup penting untuk dibahas.

Berita-berita bisnis yang ada dalam halaman Probisnis juga kerap menjadi

sebuah acuan bagi para pebisnis karena dinilai memilki analisis yang tajam

dalam urusan tersebut dengan berbagai informasi ekonomi baik makro dan

mikro, luar dan dalam negeri.

Edisi pertama Rakyat Merdeka diterbitkan PT. Wahana Ekonomi

Semesta (WES) ini langsung menyita perhatian khalayak. Pada mulanya

banyak yang beranggapan bahwa surat kabar Rakyat Merdeka adalah surat

kabar yang benar-benar baru dalam dunia pemberitaan nasional. Hal ini

terjadi karena surat kabar Rakyat Merdeka memilki pebedaan logo dengan

surat kabar Merdeka yang merupakan asal muasal koran tersebut. Merdeka

nyaris tak berubah, hanya di depannya ada tulisan “Rakyat” yang di cetak

miring.

Rakyat Merdeka memang merupakan koran yang cukup memilki ciri

khas dibandingkan dengan koran-koran lainnya. Hal ini terjadi karena,

dalam pemberitaan yang dilaukan oleh surat kabar tersebut sering

menggunakan judul yang sangat menarik perhatian dan dianggap

“sensasional”, sehingga pada awal penerbitannya, surat kabar ini sering kali

mendapat kritikan tajam bahkan terror dari pihak-pihak yang tidak menyukai

pemberitaan yang dilakukan oleh harian ini. Dalam hal yang terjadi ini

kebanyakan dari pihak yang tidak menyukai pemberitaan Rakyat Merdeka

menganggap bahwa pemberitaan yang dilakukan oleh harian ini sangat

34

provokatif dan bisa menimbulkan opini publik yang buruk terhadap pihak-

pihak tertentu.

Dalam Rakyat Merdeka sangat dibutuhkan kemampuan tiap-tiap

individu di bagian redaksi, pracetak, percetakan, pemasaran maupun lainnya

yang saling terkait terhadap penerbitan Rakyat Merdeka. Tanpa semua itu

apalah artinya sebuah penerbitan koran seperti Rakyat Merdeka agar tetap

eksis dibaca masyarakat luas.

Lebih dikenal sebagai surat kabar politik (tanpa meninggalkan berita

hiburannya), Rakyat Merdeka selalu tampil dengan berita-beritanya yang

keras tak salah jika kemudian Rakyat Merdeka menempatkan dirinya

sebagai surat kabar oposisi, yang siap mengkritik siapapun yang berkuasa

bilamana kebijakan-kebijakannya yang diambil sangat merugikan banyak

rakyat.

a. Perkembangan

Kini dalam usianya yang sudah lebih dari sepuluh tahun, Rakyat

Merdeka tetap konsisten sebagai surat kabar yang intens menyoroti

situasi politik tanah air. Peredaran Rakyat Merdeka sementara ini lebih

terfokus di wilayah Jakarta, Bogor, Tanggerang, Bekasi, Bandung dan

Lampung. Walaupun juga terdapat peredaran di luar wilayah itu, namun

jumlah Koran yang beredar masih terbatas. Saat ini oplah Rakyat

Merdeka mencapai lebih dari 150.000 eksemplar dalam satu harinya dan

bahkan pernah mencapai 210.000 eksemplar pada saat menjelang

kemunduran Habibie sebagai Presiden.

35

b. Segmentasi Pembaca Harian Rakyat Merdeka

Dalam menentukan segmentasi, harian ini lantas melakukan survey

yang ingin mengetahui tentang siapa yang sebenarnya lebih dan paling

banyak membaca surat kabar Rakyat Merdeka. Setelah dilakukan suatu

survey maka didapatkan hasil sebagai berikut.

PROFIL PEMBACA

Berdasarkan Jenis Kelamin

65%

35%

Pria Wanita

35%

25%22%

18%

0%

10%

20%

30%

40%

PROFIL PEMBACA

Berdasarkan Usia

18-29 Th 30-39 Th 40-49 Th >50 Th

36

5% 7%

56%

32%

10%-

10%

30%

50%

70%

PROFIL PEMBACA

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Lulus SD

Lulus SLTP

Lulus SLTA

Lulus Akademi-Pascasarjana

37

55%

19% 23%

3%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

PROFIL PEMBACA

Berdasarkan Tingkat Ekonomi

Atas Menengah Atas

Menengah Bawah Bawah

38

BAB IV

ANALISA DATA PEMBERITAAN

Pemberitaan mengenai kasus skandal Century sebenarnya sudah dimulai dari

pertengahan tahun 2009. Namun dari pemberitaan yang cukup banyak dan

berbulan-bulan tersebut, ada momentum yang cukup besar yang terjadi berkaitan

dengan kasus ini. Salah satunya adalah disaat momen pemilihan ketua pansus

angket Centruy. Terpilhnya Idrus Marham dari fraksi Partai Golkar sebagai ketua

pansus ternyata menuai reaksi yang beragam.

Dari kebergaman reaksi tersebut, bagaimanakah media massa memaknai hal

tersebut? Apakah ada kecenderungan dari media massa tersebut untuk mendukung

atau menyudutkan pihak-pihak tertentu dalam memberitakan peristiwa ini? Atau

mungkin media bersikap netral dalam kasus ini?

Harian Media Indonesia dan Rakyat Merdeka sama-sama memberitakan

mengenai hal ini. Kedua media tersebut tentunya memiliki cara penulisan dan

juga sudut pandang yang mungkin berbeda. Berikut kita akan melihat bagaimana

peristiwa yang sama ditulis oleh kedua media tersebut sesuai dengan cara pandang

dan bingkai dari masing-masing media.

A. Frame Berita 1: Idrus terpilih menjadi ketua Pansus

1. Analisis berita Media Indonesia: Pansus Century tidak Kredibel

Rakyat Turun ke Jalan.

Satu hari setelah penetapan ketua Pansus Hak Angket Century

dilakukan,yaitu tanggal 6 Desember terjadi demonstrasi yang cukup besar

39

di Jakarta. Kemudian satu hari berikutnya Media Indonesia menurunkan

berita berjudul “Pansus Century tidak Kredibel Rakyat Turun ke Jalan.”

Elemen sintaksis dalam sebuah berita dapat diamati dari beberapa hal

yaitu headline, lead, latar, dan kutipan.

Dilihat dari headline pada berita tersebut sudah dapat mewakili isi

berita tersebut. Headline yang ditulis di Media Indonesia adalah “Pansus

Century tidak Kredibel Rakyat Turun ke Jalan.” Dan secara umum berita

ini pun memang menerangkan mengenai hal tersebut.

Lead yang dibuat oleh Media Indonesia dalam berita ini adalah “DPR

tidak mampu menyelesaikan perkara besar. Selalu saja gembos di tengah

jalan dengan berbagai pertimbangan politik pragmatis”.

Jenis lead di atas termasuk ke dalam jenis statement lead. Hal ini

karena lead tersebut merupakan pernyataan yang kemudian dijadikan teras

berita. Lead ini juga secara jelas menunjukan ke mana berita tersebut

diarahkan. Dari lead ini dapat dilihat secara jelas bahwa dalam berita ini,

Media Indonesia memberikan sudut pandang terhadap pembaca bahwa

masyarakat layak pesimis terhadap pansus Century.

Dalam berita ini latar yang diangkat adalah peristiwa demonstrasi

rakyat sebagai bentuk ungkapan kekecewaan terhadap Pansus Angket

Century yang menetapkan Idrus Marham sebagai ketuanya. Hal ini

tergambar dari paragraph pertama berita ini, yaitu:

“Ternyata keberadaan Pansus Angket Bank Century bukanlah

solusi. Rakyat justru berbondong-bondong turun ke jalan setelah

40

pimpinan pansus ditetapkan. Perilaku politik dalam pansus telah

mengecewakan publik.”

Sementara itu kutipan-kutipan dalam berita ini, Media Indonesia

mengutip pendapat dari empat orang yaitu pakar politik Iberamsjah, Ketua

Umum PBNU Hasyim Muzadi, wakil ketua Pansus Angket Bank Century

Yahya Sahcawirya, dan Emerson Yuntho dari ICW. Dilihat dari pendapat

siapa saja yang dimuat dalam berita ini, Media Indonesia ingin

memperlihatkan bahwa berita yang disusun oleh mereka itu bukanlah

berita yang tak berdasar karena didukung oleh pendapat dari orang-orang

yang memiliki kapasitas di dalam menyikapi hal ini.

Namun bila kita melihat masing-masing pendapat tersebut, lalu juga

memperhatikan bagaimana porsi penyajiannya, berita ini tidak

menguntungkan bagi pansus Century terutama Idrus Marham yang

dikesankan kurang baik dalam berita ini. Dari pemilihan empat

narasumber berita tersebut, tiga diantaranya memberikan penilaian negatif

terhadap kerja pansus Century dan juga menyangkut terpilihnya Idrus

Marham sebagai ketua Pansus Century. Sedangkan pendapat Yahya tidak

berhubungan dengan penilaian yang timbul di masyarakat.

Struktur skrip dalam penyajian berita ini terlihat sudah cukup

lengkap dengan dibuatnya berita ini sesuai dengan kaidah 5W+1H. Dalam

berita ini unsur who: Massa Hizbut Tahrir Indonesia, what: Melakukan

demonstrasi, where: Bundaran Hotel Indonesia, when: Kemarin (6/12),

why: Menuntut pemerintah agar bekerja serius dalam memberantas

41

korupsi dan menuntaskan kasus Bank Century, how: Ribuan pengunjuk

rasa dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melakukan long march sambil

membawa spanduk dan poster di kawasan Thamrin dan berhenti di

bundaran Hotel Indonesia. Mereka menuntut pemerintah untuk bekerja

serius memberantas korupsi dan menuntaskan kasus bank Century.

Dari kelengkapan unsur 5W+1H dalam berita ini memperlihatkan

bahwa Media Indonesia tidak coba membuat pembingkaian untuk

menghasilkan kesan tertentu kepada pembaca dengan cara menghilangkan

satu atau lebih unsur penting dalam berita demonstrasi ini. Walaupun

berita ini pada awalnya memberitakan tentang peristiwa demonstrasi HTI

di Jakarta, namun sebenarnya dalam berita ini sorotan utamanya bukanlah

pada aksi demonstrasi tersebut tetapi lebih kepada unsur “why” dalam

pemberitaan itu yaitu mengenai rasa ketidakpercayaan publik terhadap

pemerintah juga pansus Century dan juga mengenai apa penyebab rasa

tidak percaya tersebut. Sedangkan aksi demonstrasi ini hanyalah sebagai

contoh ketidakpercayaan publik saja.

Struktur tematik dalam berita ini dapat kita lihat dari tema apa saja

yang dibuat oleh wartawan. Pertama tema tentang demonstrasi akibat

kekecewaan terhadap pansus, kedua tema tentang kegiatan anti korupsi

yang sudah merambah perkampungan, dan ketiga rasa tidak percaya para

tokoh terhadap kerja pansus. Walaupun ada bahasan mengenai langkah-

langkah kerja Pansus Century namun hal tersebut dibuat di antara bahasan

mengenai rasa ketidakpercayaan berbagai pihak terhadap Pansus. Hal ini

42

menjadikan bahasan ini terkesan di luar konteks dari berita tersebut

ditambah lagi dengan bahasan yang hanya sedikit sehingga menjadikan

tema ini terlihat tidak menarik dan tidak mencolok. Dari tema-tema yang

dibuat tersebut hampir kesemuanya merujuk pada berita mengenai rasa

tidak percaya terhadap pansus Century juga pemerintah.

Sikap yang diambil oleh Media Indonesia dalam berita ini juga dapat

kita lihat dari penggunaan beberapa kata yaitu kata “ternyata” dan

“bukanlah” dalam kalimat “Ternyata keberadaan Pansus Angket Bank

Century bukanlah solusi”. Untuk lebih memudahkan, kalimat tersebut

dapat diubah dulu menjadi “Keberadaan Pansus Angket Bank Century

ternyata bukanlah solusi”

Kata “ternyata” dalam kalimat ini menggambarkan bahwa

sebelumnya ada ketidaktahuan (dari masyarakat) tentang apa yang akan

terjadi di pansus Century. Sementara kata “bukanlah” menggambarkan

bahwa fakta terbaru apa yang ditemukan adalah kebalikan dari anggapan

dan harapan masyarakat sebelumnya.

Lalu kata “justru” dalam kalimat “rakyat justru berbondong-bondong

turun ke jalan setelah pimpinan pansus ditetapkan” juga menggambarkan

bahwa apa yang terjadi adalah kebalikan dari yang semula diperkirakan.

Dari paragraf pertama berita ini dapat terlihat bahwa Media Indonesia

menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat yang menaruh harapan

terhadap pansus namun kemudian merasa kecewa karena apa yang

diharpakan ternyata tidak sesuai dengan apa yang terjadi kemudian atau

43

bisa dikatakan bahwa apa yang terjadi adalah kebalikan dari harapan

terhadap pansus Century.

Dari beberapa kata atau kalimat yang dibuat oleh Media Indonesia

sebenarnya ada penggalan kalimat yang sangat mengindikasikan ke arah

mana arah pembingkaian Media Indonesia pada berita ini dan pihak mana

yang dipojokan. Dalam paragraf kedua terdapat penggalan kalimat

“kepercayaan publik justru terjun bebas setelah pansus dipimpin Idrus

Marham dari partai koalisi pendukung pemerintah”. Dengan menuliskan

penggalan kalimat bahwa Idrus berasal “dari partai koalisi pendukung

pemerintah” memperlihatkan bahwa sasaran pembingkaian dalam berita

ini adalah untuk memberikan kesan negatif terhadap Idrus Marham, partai

Golkar yang merupakan partai koalisi pemerintah, dan pemerintah itu

sendiri.

Hal ini terjadi karena dengan menerangkan hal tersebut yaitu “dari

partai koalisi pendukung pemerintah” akan menjadikan Idrus Marham

terkesan tidak akan bersikap objektif terhadap penanganan kasus yang

diisukan melibatkan para pejabat negara ini. Kesan negatif juga akan

melekat dengan partai Golkar yang secara tidak langsung disebutkan

dalam kalimat ini sebagai “partai koalisi pendukung pemerintah”.

Sedangkan bagi para pejabat pemerintah yang diisukan terkait dengan

kasus ini, penggalan kalimat tersebut dapat memperkuat pandangan

pembaca mengenai keterlibatan para pejabat tersebut.

44

Dilihat dari struktur retoris, dalam pemberitaan ini dapat diteliti dari

beberapa hal. Media Indonesia menggunakan label otoritas untuk

mendukung pendapat yang dilontarkan seperti “pakar politik” dan “Wakil

Koordinator Badan Pekerja ICW”.

Sedangkan penekanan kata-kata dalam berita tersebut dapat dilihat

dari beberapa hal. Judul berita ini yaitu “Pansus Century tidak Kredibel

Rakyat Turun ke Jalan” dapat kita lihat bahwa Media Indonesia

menggunakan kata “rakyat”. Hal ini dapat memberikan kesan bahwa yang

melakukan demonstrasi adalah orang-orang yang sangat banyak dan

bergerak secara serentak, padahal dalam berita ini yang melakukan

demonstrasi sebenarnya hanyalah massa HTI di beberapa daerah.

Pemilihan kata “rakyat” ini sebagai bentuk pembingkaian yang ingin

mencitrakan jumlah pendemo yang begitu banyak.

Masih dalam judul berita, kita dapat melihat penggalan kalimat yaitu

“turun ke jalan”. Makna dari “turun ke jalan” ini sebenarnya adalah

demonstrasi. Namun penggunaan bahasa “turun ke jalan” dapat

memberikan kesan bahwa gerakan ini adalah spontanitas dan dilakukan

secara serentak oleh masyarakat. Bila dilihat dari besarnya demonstrasi

dan apa yang terjadi di hari tersebut sepertinya kata-kata di atas sedikit

berlebihan. Penggalan kalimat “rakyat turun ke jalan” sepertinya terlalu

melebih-lebihkan demonstrasi semacam itu. Namun bilamana kalimat

tersebut digunakan dalam menggambarkan situasi menjelang turunnya

Soeharto dari kursi kepresidenan pada Mei 1998, kalimat ini rasanya

cukup pantas.

45

Selain itu pada lead juga ditemui kata “gembos” dalam kalimat

“DPR tidak mampu menyelesaikan perkara besar. Selalu saja gembos di

tengah jalan...”. Penggunaan kata gembos dapat memberikan kesan bahwa

DPR tidak memiliki kapasitas dan tidak serius dalam menangani kasus-

kasus besar. Kata “gembos” sebenarnya bisa saja diganti dengan kata

“terhenti” yang menjadikan kalimatnya berubah menjadi “DPR tidak

mampu menyelesaikan perkara besar. Selalu saja terhenti di tengah

jalan…”. Namun melihat dari kesan yang ditimbulkan, pemilihan kata

“gembos” ini rasanya lebih memberikan kesan negatif.

Dalam berita ini juga terdapat istilah “terjun bebas” dalam penggalan

kalimat “kepercayaan publik justru terjun bebas setelah pansus dipimpin

Idrus Marham dari partai koalisi pendukung pemerintah”. Kata “terjun

bebas” dapat memberikan kesan bahwa kepercayaan publik benar-benar

hilang atau habis tak tersisa. Padahal wartawan bisa saja menggunakan

bahasa atau mengutip penggalan pernyataan lain yang sama maksudnya

seperti “kepercayaan publik menurun drastis” tapi kata “terjun bebas” ini

rasanya memilki kesan yang lebih kuat dalam menyatakan maksud dari

media tersebut.

Sementara itu bila dilihat dari foto yang dipakai dalam berita utama

ini dan juga dari sudut pengambilan fotonya, Media Indonesia ingin

memperlihatkan jumlah massa HTI yang melakukan long march adalah

cukup banyak. Dari penjelasan di atas kemudian dirangkum dala tabel di

bawah ini:

46

Frame MI: Ketidakpercayaan terhadap Pansus setelah dipimpin Idrus

Elemen

Strategi Penulisan

Skematis

Wawancara terhadap pakar politik Iberamsjah yang

memberikan penilaian negatif terhadap pansus diletakan di

awal berita. Sedangkan pernyataan dari Yahya yang tidak

mengkritisi kerja pansus diletakan pada posisi yang tidak

mencolok. Begitu pula dengan porsi penyajian pernyataan-

pernyataan tersebut. Pernyataan yang mengkritisi kerja

pansus diperoleh dari tiga tokoh yang masing-masing

dituliskan dalam satu paragraf. Sedangakan Pendapat yang

tidak mengkritisi pansus didapat hanya dari seorang tokoh

saja yang juga ditulis dalam satu paragraf.

Skrip

Unsur 5W+1H dituliskan secara lengkap, namun penekanan

yang utama dalam berita ini adalah pada unsur “why” dalam

5W+1H tersebut. Bahasan mengenai mengapa HTI

melakukan demonstrasi yang dalam berita ini dituliskan

karena rasa kecewa juga tidak percaya terhadap pansus dan

pemerintah dibahas panjang lebar dengan mengutip

pernyataan tiga orang yang berkompeten dalam menanggapi

hal ini.

47

Tematik

(1)Peristiwa demonstrasi yang dilakukan oleh massa HTI

karena kecewa terhadap Pansus; (2) Kegiatan anti korupsi

sudah merambah perkampungan; (3) Rasa tidak percaya

terhadap kerja pansus.

Retoris

Pemakaian label otoritas sebagai pendukung gagasan atau

pendapat, pemilihan kata untuk menguatkan kesan tertentu,

dan juga berita ini dilengkapi dengan foto.

2. Analisis berita Rakyat Merdeka: Jangan Dulu Curigai Idrus. Kalau

Berkhianat, Baru Ditelanjangi.

Hampir sama dengan berita yang diterbitkan oleh Media Indonesia

pada tanggal 7 Desember 2009, Rakyat Merdeka pun menerbitkan berita

yang salah satunya adalah mengenai Idrus Marham yang terpilih sebagai

ketua Pansus Angket Century yang kemudian mengundang reaksi beragam

dari masyarakat.

Struktur sintaksis yang terdapat dalam berita ini dapat kita lihat dari

beberapa hal. Dari judul berita ini yaitu “Jangan Dulu Curigai Idrus. Kalau

Berkhianat, Baru Ditelanjangi”, judul ini sudah menggambarkan secara

jelas maksud dari judul berita tersebut yaitu berupa himbauan kepada

pembaca agar tak berburuk sangka terhadap Idrus Marham sebagai ketua

Pansus. Berita ini sendiri tidak dijadikan berita utama dalam harian Rakyat

48

Merdeka pada hari itu, sehingga menjadikan berita ini terlihat kurang

menonjol.

Lead yang dibuat oleh Rakyat Merdeka dalam berita ini adalah “Untuk

sementara, kita jangan berprasangka buruk ke Idrus Marham. Kita berikan

waktu bagi Sekjen Golkar itu memimpin Pansus Century. Tapi, jika dia

khianat, baru kita telanjangi.”

Lead dari berita ini termasuk ke dalam jenis statement lead karena lead

ini merupakan perrnyataan yang kemudian dijadikan pembuka dari berita

ini. Kalimat-kalimat dalam lead ini cukup jelas menunjukan di mana

media mengambil sudut pandang dan ke arah mana media tersebut ingin

mengarahkan persepsi khalayak.

Latar yang dibangun dalam berita ini adalah mengenai Idrus Marham

dan posisinya sebagai ketua pansus yang tak perlu dicurigai dengan

dilengkapi argumen-argumen dari para narasumber. Hal ini sekaligus

menjawab prasangka-prasangka buruk dari beberapa pihak terkait Idrus

Marham.

Dilihat dari kutipan-kutipan yang terdapat dalam berita ini, Rakyat

Merdeka mengutip beberapa pendapat dari para narasumber. Pendapat-

pendapat yang dimuat adalah dari Agung Laksono, Ferry Mursyidan

Baldan, Gayus Lumbuun, dan Bambang Soesatyo. Pernyataan mengenai

kecurigaan terhadap Idrus dilontarkan oleh Agung Laksono saja.

Sementara itu Ferry Mursyidan Baldan, Gayus Lumbuun, dan Bambang

Soesatyo bukan mengomentari perihal kecurigaan terhadap Idrus Marham.

49

Dari kutipan-kutipan ini dapat kita lihat juga bahwa pendapat yang

mengomentari perihal Idrus Marham adalah pendapat yang berasal dari

anggota Partai Golkar. Partai ini adalah partai yang juga sama dengan

partai dari Idrus Marham. Sehingga secara tidak langsung narasumber

yang ditanyai mengenai hal ini adalah rekan dari Idrus itu sendiri.

Sedangkan Ferry Mursyidan dan Bambang Soesatyo yang keduanya

juga bersal dari Partai Golkar Tidak mengomentari perihal adanya

kecurigaan terhadap Idrus. Begitu pula dengan Gayus Lumbuun dari PDI-

Perjuangan yang juga merupakan partai oposisi pemerintah, dalam berita

ini hanya terdapat pernyataan mengenai langkah-langkah yang musti

dilakukan Pansus.

Dari beberapa pernyataan di atas hanya Gayus Lumbuun sajalah yang

bukan berasal dari Partai Golkar. Namun ternyata pernyataannya pun

bukan sebagai komentar atas terpilihnya Idrus Marham sebagai ketua

Pansus Century. Sehingga praktis dalam kutipan-kutipan yang dimuat oleh

berita ini tidak ada pernyataan negatif terhadap Idrus.

Struktur skrip dalam berita ini sudah cukup lengkap dengan adannya

kelengkapan dari unsur 5W+1H. Unsur who: Agung Laksono, what:

memberikan pernyatan agar kita jangan berprasangka buruk terhadap Idrus

Marham, why: Agung yakin, Idrus mengetahui posisi dan tugasnya dalam

menyelesaikan skandal bank Century, where: Nganjuk, when: Kemarin

(6/12), how: Agung Laksono memberikan pernyataan berupa harapan agar

kita tidak berpransangka buruk terhadap Idrus Marham karena Agung

50

yakin Idrus mengerti posisi dan tugasnya tersebut. Pernyataan tersebut

diungkapkan oleh Agung seusai menghadiri peringatan ulang tahun

Padepokan Seni dan Budaya Trah Asmodipuro di Desa Lestari,

Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk, kemarin.

Walaupun unsur 5W+1H dalam berita ini cukup lengkap namun

penekanan dari berita ini adalah dari unsur “what” yang berupa himbauan

untuk tidak mencurigai Idrus Marham. Selain itu, penekanan juga terlihat

dari unsur “why” dalam berita ini, yang menerangkan alasan-alasan

mengapa kita jangan berprasangka buruk terhadap Idrus Marham sebagai

ketua Pansus Century.

Dari sisi tematik, dalam berita ini terdapat dua tema yaitu mengenai

Idrus Marham sebagai ketua Pansus Angket Century dan langkah-langkah

penyelesaian kasus Century yang akan dilakukan oleh Pansus. Tema yang

pertama memberikan argumentasi yang berupa dukungan secara tidak

langsung terhadap posisi Idrus sebagai ketua Pansus Century. Sedangkan

tema kedua terlihat tidak berhubungan dengan judul dari berita tersebut,

yaitu membahas mengenai langkah-langkah kerja Pansus.

Kemudian ada beberapa kata yang menarik untuk dibahas dalam berita

ini. Kata “jangan” dalam kalimat “Jangan dulu curigai Idrus” merupakan

pilihan kata yang pas dalam kalimat tersebut. Hal ini karena ada beberapa

pihak dan juga sebagian masyarakat yang sudah terlanjur mencurigai Idrus

Marham, sehingga penggunaan kata ini menjadi sebuah pembelaan dan

mampu membalikan persepsi masyarakat terhadap Ketua Pansus tersebut.

51

Begitu pula dengan penggunaan kata “kalau” dalam kalimat “Kalau

berkhianat, baru telanjangi” memberi suatu kesan bahwa sampai dengan

saat itu kecurigaan terhadap Idrus belumlah terbukti. Kata “kalau” adalah

kata perumpamaan, atau pengandaian, sehingga kalimat yang terdapat kata

“kalau” di dalamnya akan mengartikan bahwa sesuatu hal belum atau

bahkan tidak terjadi.

Sedangkan dari struktur retoris Rakyat Merdeka tidak menjadikan

label dari para narasumber tersebut sebagai penguat dari gagasan atau

pendapat yang dilontarkan. Pertama, Menko Kesra Agung Laksono.

Penggunaan label Menko Kesra tidak menjadikan pendapatnya terhadap

hal mengenai Idrus menjadi lebih kuat karena label yang dipakai tidak

berhubungan dengan otoritas keilmuan atau hal lainnya yang menguatkan

posisinya dalam menanggapi hal ini.

Dalam cara penulisan, dilihat dari sudut pandang struktur retoris

terdapat kutipan yang menyebutkan bahwa “saya sangat yakin Pak Idrus

sudah mengerti dimana kedudukan dan apa yang menjadi tugasnya…”.

Potongan kalimat “saya sangat yakin” tersebut lebih dapat menumbuhkan

kepercayaan khalayak pembaca terhadap Idrus Marham. Hal ini

disebabkan karena dari tekanan yang diberikan dari kata-kata “saya sangat

yakin” tersebut dapat memberikan pengaruh yang lebih besar daripada

“saya rasa” atau “saya fikir”.

Lalu juga terdapat istilah “pesan moral” dalam kalimat “Pesan moral

agar tak berburuk sangka ke Idrus ini disampaikan Menko Kesra Agung

52

Laksono….” Penggunaan istilah “pesan moral” ini akan menimbulkan

kesan bahwa himbauan ini merupakan suatu hal yang tulus ikhlas tanpa

ada motif apapun. Adapun pilihan kata lain seperti “ditelanjangi”,

“berkhianat” dan lainnya, menurut penulis adalah merupakan ciri khas

bahasa dari harian Rakyat Merdeka yang memang sering membuat berita

dengan gaya bahasa semacam itu. Dalam berita ini sendiri tidak terdapat

foto yang menggambarkan hal tersebut.

Frame RM: Jangan dulu curigai Idrus

Elemen

Strategi Penulisan

Skematis

Wawancara terhadap Menko Kesra Agung Laksono

ditempatkan di awal paragraf. Pernyataan dari Agung

Laksono tersebut merupakan himbauan agar “kita” tidak

mencurigai Idrus Marham dalam posisinya sebagai Ketua

Pansus Angket Century. Sementara kutipan pernyataan dari

narasumber lainnya tidak berkaitan dengan kecurigaan dari

beberapa pihak dan juga sebagaian masyarakat terhadap

Idrus Marham.

Skrip

Unsur 5W+1H dituliskan secara lengkap. Namun penekanan

dalam berita ini lebih cenderung kepada unsur “what” yang

berupa himbauan untuk tidak mencurigai Idrus Marham.

Selain itu, penekanan juga terlihat dari unsur “why” dalam

berita ini, yang menerangkan alasan-alasan mengapa kita

53

jangan berprasangka buruk terhadap Idrus Marham sebagai

ketua Pansus Century.

Tematik

(1) Jangan berprasangka buruk terhadap Idrus; (2) Untuk

sementara Idrus sebaiknya nonaktif dari Sekjen Golkar; (3)

Langkah-langkah yang akan diambil pansus dalam

menyelesaikan kasus Century.

Retoris

Adanya pilihan-pilihan kata yang dapat menguatkan kesan

tertentu.

B. Frame Berita 2: Mahasiswa minta Pansus tanda tangani kontrak politik.

1. Analisis berita Media Indonesia: Mahasiswa Paksa Idrus Teken

Kontrak Politik.

Setelah pada tanggal 7 Desember Media Indonesia memberitakan

mengenai demonstrasi yang dilakukan oleh HTI sebagai bentuk

ketidakpercayaan terhadap Pansus, pada keesokan harinya Media

Indonesia juga memberitakan aksi yang behubungan dengan Pansus yaitu

aksi Mahasiswa yang mengajukan kontrak politik terhadap Pansus

Century.

Judul berita yang dibuat oleh Media Indonesia adalah “Mahasiswa

Paksa Idrus Teken Kontrak Politik.” Judul berita ini mampu mengarahkan

pandangan pembaca bahwa mahasiswa menjadikan Idrus Marham sebagai

target dalam aksi ini. Dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi dari judul

berita, menjadikan persepsi khalayak dapat terbentuk langsung dari judul

54

berita tersebut mengenai apa yang terjadi antara mahasiswa dan Idrus

Marham sebagai Ketua Pansus.

Lead yang dibuat oleh Media Indonesia dalam berita ini adalah “Jika

Pansus Angket Century melanggar kontrak politik, Pansus siap mundur

dari DPR”. Lead ini merupakan jenis “statement lead” karena lead ini

merupakan kutipan pendapat dari narasumber. Dalam fungsinya, teras

berita ini juga berperan dalam memberikan sudut pandang dan juga

mampu mengarahkan pembaca kepada persepsi tertentu, yang dalam berita

ini yaitu dapat memberi persepsi mengenai banyaknya pihak yang tidak

percaya terhadap Pansus setelah dipimpin Idrus, sehingga mahasiswa

musti menyodorkan surat kontrak politik semacam itu.

Latar yang dibuat oleh Media Indonesia dalam berita ini adalah

mengenai aksi mahasiswa yang masuk ke dalam gedung DPR untuk

bertemu dengan anggota Pansus Century untuk mengajukan kontrak politk

sebagai bentuk perjanjian penyelesaian kasus Century dengan baik.

Dalam berita ini hanya terdapat satu buah kutipan dari Koordinator

JKN Adien Jauharudin yang memberikan pernyataan bahwa “Jika pansus

melanggar kontrak politik, pansus siap mundur dari keanggotaan DPR

sebagai bentuk pertanggungjawaban moral terhadap rakyat.” Sementara

itu, tidak ditemukan kutipan-kutipan lain dalam berita ini.

Dilihat dari kelengkapan unsur 5W+1H dalam berita ini terlihat sudah

lengkap. Who: Mahasiswa dari JKN, what: Mengajukan kontrak politik

terhadap Pansus Century, why: Menginginkan Pansus untuk bekerja

55

transparan dan tidak menjadikan Pansus menjadi alat transaksi politik,

where: Gedung DPR-RI, when: Kemarin (7/12), how: Mahasiswa

mendatangi gedung DPRI-RI dan menemui para anggota Pansus kemudian

meminta tanda tangan dari masing-masing anggota yang hadir saat itu.

Namun dalam berita ini unsur yang dikuatkan adalah unsur “what” yang

dalam berita ini adalah ajuan kontrak politik oleh mahasiswa dan

ketegangan yang sempat terjadi antara Idrus Marham dan Maruarar Sirait.

Berita ini sendiri terdiri dari dua tema yaitu tema mengenai aksi

mahasiswa yang mengajukan kontrak politik dan tema kedua adalah

mengenai desakan Fraksi PDI-P yang menginginkan pansus bekerja secara

terbuka. Lalu elemen tematik dalam pembingkaian berita ini dapat dilihat

dari penggunaan beberapa koherensi dalam menggambarkan peristiwa

tersebut. Kata “dan” dalam kalimat “Mereka menuntut pansus bekerja

transparan dan tidak menjadikan pansus angket sebagai alat transaksi

politik” merupakan bentuk koherensi penjelas yang berfungsi untuk

memperjelas suatu hal. Dalam hal ini yang diperjelas adalah tuntutan para

mahasiswa yang menginginkan pansus bekerja dengan baik lalu dijelaskan

kembali bahwa yang dimaksud dengan baik tersebut adalah tuntutan agar

pansus tak menjadikan angket ini sebagai alat transaksi politik.

Penggunaan kata “dan” tersebut memperlihatkan adanya upaya dari media

tersebut untuk menonjolkan mengenai tuntutan mahasiswa.

Koherensi lainnya adalah kata “namun” dalam kalimat “Maruarar,

Gayus, dan Mahfudz Siddiq pun menandatangani kontrak itu. Namun

56

Idrus Marham dan Yahya enggan tanda tangan.” Kata “namun” dalam

kalimat tersebut memberikan penekanan bahwa apa yang dilakukan oleh

Idrus dan juga Yahya berbeda dengan yang dilakukan oleh Maruarar,

Gayus, dan Mahfudz. Karena tuntutan para mahasiswa ini digambarkan

sebagai tindakan yang prorakyat, maka kalimat tersebut memberi kesan

bahwa Idrus dan Yahya tidaklah pro terhadap rakyat.

Sedangkan dari aspek retoris, berita ini memiliki beberapa hal yang

musti di teliti yaitu potongan kalimat “Paksa Idrus” dalam kalimat judul

yaitu “Mahasiswa Paksa Idrus Teken Kontrak Politik”. Dalam kalimat ini

kata yang dipakai adalah kata paksa, kata ini akan memberikan kesan yang

lebih keras dibandingkan dengan “meminta”. Sedangkan dalam potongan

kalimat itu pula objek yang disorot hanyalah Idrus Marham, padahal

mahasiswa mendatangi gedung DPR untuk meminta tanda tangan dari para

anggota pansus yang hadir pada saat itu dan bukan hanya ditujukan pada

Idrus Marham semata.

Frame MI: Mahasiswa Paksa Idrus Teken Kontrak Politik

Elemen

Strategi Penulisan

Skematis

Kutipan pernyataan dari wawancara narasumber hanya

dari Koordinator JKN Adien Jauharudin yang juga

merupakan pimpinan dari aksi ini.

Skrip

Unsur 5W+1H ditulis secara lengkap. Namun

57

penekanan yang terdapat dalam berita ini adalah

unsure “what” yang membahas tuntutan mahasiswa

untuk penandatanganan kontrak politik dan ketegangan

antara Idrus Marham dan Maruarar Sirait.

Tematik

(1) Mahasiswa meminta anggota Pansus Angket

Century untuk menandatangani kontrak politik, (2)

Fraksi PDI-P meminta agar pemeriksaan pansus

bersifat terbuka.

Retoris

Adanya pemilihan kata untuk menguatkan kesan

tertentu dalam berita.

2. Analisis Berita Rakyat Merdeka: Idrus Cs Dibikin Jantungan.

Dipaksa Mahasiswa Teken Kontrak Politik Century.

Sama seperti berita yang diterbitkan oleh Media Indonesia, pada

tanggal 8 Desember 2009 Rakyat Merdeka juga menerbitkan berita

mengenai aksi mahasiswa yang mengajukan kontrak politik terhadap

anggota Pansus Angket Century.

Dari struktur sintaksis kita dapat melihat unsur-unsur pembingkaian

dari beberapa hal. Judul yang ditulis oleh Rakyat Merdeka dalam berita

tersebut adalah “Idrus cs dibikin jantungan. Dipaksa mahasiswa teken

kontrak politik Century.” Dari judul yang ditulis tersebut memang sudah

dapat menggambarkan secara umum isi dari berita tersebut. Sedangkan

bila dilihat dari penempatannya, berita ini tidaklah ditempatkan sebagai

58

berita utama sehingga tingkat kemenonjolannya terasa kurang. Sedangkan

dari penempatan berita mengenai tindakan para mahasiswa yang memaksa

Idrus untuk menandatanagani kontrak politik tersebut ditempatkan di

paragraf akhir dengan tingkat kemenonjolan yang sangat rendah karena

selain ditempatkan di paragraf akhir juga disajikan dengan porsi yang

sedikit serta yang membuat bagian berita ini terlihat tidak menonjol adalah

karena berita ini ditempatkan di halaman sambungan yaitu halaman

sembilan.

Latar yang dibuat dari berita ini juga menggambarkan aksi mahasiswa

yang meminta tanda tangan dari para anggota Pansus Century sebagai

bentuk kontrak politik dalam penyelesaian dugaan skandal Bank Century.

Dalam berita ini kutipan pernyataan yang dimuat panjang lebar

hanyalah pernyataan dari Idrus Marham saja. Sedangkan pihak-pihak lain

yang juga terlibat dalam kejadian ini tidak terdapat pernyataannya.

Walaupun ada itu hanyalah dari Mahfud Siddik yang pernyataannya tidak

terlalu penting dan hanya beberapa kata saja. Pernyataan Idrus dalam

berita tersebut adalah:

Menanggapi hal ini, Ketua Pansus Idrus Marham menyatakan,

untuk yang pertama pihaknya akan memanggil Ketua Badan Pemeriksa

Keuangan BPK Hadi Purnomo untuk dimintai keterangan. Alasannya,

karena hasil auit BPK telah diserahkan kepada DPR. Audit inilah yang

akan digunakan sebagai data awal. Setelah Ketua BPK, Pansus akan

meminta keterangan Ketua KSSK merangkap Menkeu Sri Mulyani

untuk pendalaman. “Jadi urutannya begitu. Sehingga kita tidak lompat

59

sana, lompat sini. Tidak tertutup kemungkinan Pansus juga akan

memanggil ahli ekonomi dari luar maupun dari BPK”

Dari struktur skrip sendiri berita ini terlihat cukup lengkap dengan

unsur 5W+1H. Dalam berita ini tertulis unsur who: Para mahasiswa yang

tergabung dalam Jaringan Kampus Nasional atau JKN, what: Melakukan

aksi pengajuan kontrak politik, why: Para anggota JKN menginginkan

pansus berkomitmen untuk tidak terlibat money politics dalam

menyelesaikan kasus Century, where: Gedung DPR RI Jakarta, when:

Kemarin (7/12), how: Para mahasiswa yang tergabung dalam JKN

meminta anggota Pansus Angket Century untuk menandatangani kontrak

politik sebagai bentuk komitmen terhadap masyarakat agar pansus tidak

terlibat money politics dalam menyelesaikan kasus Century di Gedung

DPR, kemarin (7/12). Namun unsur utama dalam berita ini adalah unsur

“what” yaitu bahasan mengenai apa yang dilakukan oleh mahasiswa dalam

aksi ini.

Struktur tematik dalam pembingkaian berita ini dapat kita lihat dari

beberapa hal. Tema yang dibuat dalam berita ini yaitu pertama mengenai

kontrak politik yang diajukan oleh mahasiswa yang tergabung dalam JKN,

kedua tema tentang langkah-langkah kerja yang akan dilakukan oleh

Pansus Century.

Selain itu dalam berita ini juga terdapat kata “bukan” dalam kalimat

“Pansus yang dipimpinnya, ujar Idrus, akan menggunakan hasil

pemerikasaan BPK sebagai dasar pengusutan kasus Century. Bukan hasil

dari Tim 9. Mengapa? Karena hasil investigasi dari Tim 9 belum

60

lengkap”. Kata “bukan” dalam kalimat ini menggambarkan bahwa langkah

apa yang dilakukan Idrus berlainan dengan langkah yang awalnya akan

diambil. Kata “bukan” ini pun dapat memberikan kesan baik terhadap

Idrus karena dengan penjelasan tentang langkah apa yang akan diambil

beserta penjelasannya mampu memperlihatkan keseriusan Idrus dalam

memimpin pansus.

Dilihat dari struktur retoris maka dalam berita ini dapat kita lihat ada

sebuah kata yang digunakan yang kemudian memberikan kesan tertentu

terhadap pembaca. Kata tersebut adalah kata Idrus Cs. Kata ini dapat

memberi kesan bahwa objek dalam berita ini adalah anggota Pansus

Angket Century secara keseluruhan. Hal ini karena Idrus adalah ketua

Pansus tersebut. Dengan menyebut Idrus Cs dengan otomatis maka kesan

yang muncul tidaklah membuat Idrus Marham sebagai target tunggal

dalam peristiwa ini.

Frame RM: Idrus Cs Dipaksa Teken Kontrak Politik

Elemen

Strategi Penulisan

Skematis

Kutipan yang diberikan porsi yang cukup besar

hanyalah pendapat dari Idrus Marham.

Sedangkan kutipan pernyataan dari aktifis JKN

dimuat sedikit saja dengan tingkat kemenonjolan

yang rendah dan ditempatkan di halaman

sambungan.

61

Skrip

Berita ini sudah memenuhi kelengkapan unsur

5W+1H, namun bagian yang paling ditekankan

dalam berita ini adalah unsur “what” yaitu

bahasan mengenai apa yang dilakukan oleh

mahasiswa dalam aksi ini.

Tematik

(1) Kontrak politik yang diajukan oleh

mahasiswa yang tergabung dalam JKN; (2)

Langkah-langkah kerja yang akan dilakukan oleh

Pansus Century.

Retoris

Adanya pemilihan kata untuk memberikan kesan

tertentu dalam berita tersebut.

C. Perbandingan Frame

Kasus dugaan skandal bailout Century ini merupakan kasus yang

kontroversial. Ada pihak yang membenarkan hal itu namun tidak sedikit pula

yang tidak sepakat dengan sikap yang diambil oleh pemerintah tersebut.

Kemudian dalam perjalanan kasus ini terjadi pula beberapa hal. Hal yang

cukup penting salah satunya adalah dibentuknya Pansus Angket Century yang

dimaksudkan untuk menyelidiki dugaan skandal tersebut. Namun baru saja

Pansus Angket tersebut terbentuk dan menetapkan Idrus Marham sebagai

62

ketuanya pro dan kontra sudah bermunculan menyangkut terpilihnya Idrus

yang dikhawatirkan tidak akan bertindak objektif dalam menangani hal ini.

Media massa pun memberitakan hal ini dengan sudut pandang yang berlainan

yang didukung juga dengan argumentasi dan pandangan dari beberapa pihak

sehingga mampu menguatkan pandangan dari media tersebut. Hal ini pula

yang kemudian menimbulkan pandangan yang berlainan dikalangan

masyarakat.

Media Indonesia dengan pengemasan beritanya yang formal cukup jelas

memperlihatkan sikap ketidaksetujuan terhadap perkembangan penangnan

kasus dugaan skandal Century. Pandangan media yang tertulis dalam berita-

berita tersebut juga didukung dengan pernyataan dari pihak-pihak yang cukup

memiliki kapasitas dalam menganggapi kasus ini. Namun dalam menentukan

siapa saja narasumber yang dipilih untuk dimuat pernyataannya dalam berita

ini juga Media Indonesia mengatur hal tersebut sehingga pendapat yang

menganggap penanganan kasus Century tidak memuaskan dengan bahasan

utama yaitu terpilihnya Idrus Marham sebagai ketua Pansus Angket Century

menjadi tidak seimbang.

Sedangkan Rakyat Merdeka dengan berita yang memiliki ciri khas bahasa

yang seringkali menggunakan kata-kata non-formalistik justru memberitakan

hal ini dengan sudut pandang sebaliknya. Berita yang diturunkan Rakyat

Merdeka dalam kaitannya dengan terbentuknya Pansus Angket Century seakan

memberikan pembelaan terhadap Idrus Marham yang terpilih sebagai

ketuanya. Begitu pula dengan narasumber yang dimintai pendapatnya

63

mengenai hal ini, Rakyat Merdeka memberikan porsi lebih banyak terhadap

pihak-pihak yang mendukung Idrus sehingga dua berita yang diturunkan oleh

Rakyat Merdeka ini juga dirasa tidak berimbang dalam penyajiannya.

Elemen

Media Indonesia

Rakyat Merdeka

Frame

Pansus Century Tidak

Kredibel

Jangan Dulu Curigai Idrus

Skematis

Pernyataan-pernyataan yang

dimuat dalam kedua berita

mengenai hal ini didominasi

oleh pandangan yang tidak

menyetujui terpilihnya Idrus

sebagai ketua Pansus.

Pernyataan-pernyataan serta

narasumber yang dipilih oleh

Harian Rakyat Merdeka

didominasi oleh narasumber yang

tidak memojokan Idrus Marham

justru sebaliknya memberikan

dukungan dan pembelaan

terhadapnya.

Skrip

Pendapat pro dan kontra tidak

ditempatkan saling melengkapi

dan saling menanggapi.

Pendapat yang memojokan

posisi Idrus Marham sebagai

ketua pansus diberikan porsi

lebih besar.

Pendapat pro dan kontra dalam

Harian Rakyat Merdeka juga tidak

ditempatkan saling menanggapi.

Kalimat-kalimat pernyataan dari

para narasumber yang

memberikan pembelaan terhadap

Idrus diberikan porsi yang

64

dominan.

Tematik

(1)Peristiwa demonstrasi yang

dilakukan oleh massa HTI

karena kecewa terhadap

Pansus; (2) Kegiatan anti

korupsi sudah merambah

perkampungan; (3) Rasa tidak

percaya terhadap kerja pansus;

(4) Mahasiswa meminta

anggota Pansus Angket

Century untuk menandatangani

kontrak politik, (5) Fraksi

PDI-P meminta agar

pemeriksaan pansus bersifat

terbuka.

(1) Jangan berprasangka buruk

terhadap Idrus; (2) Untuk

sementara Idrus sebaiknya

nonaktif dari Sekjen Golkar; (3)

Langkah-langkah yang akan

diambil pansus dalam

menyelesaikan kasus Century; (4)

Kontrak politik yang diajukan

oleh mahasiswa yang tergabung

dalam JKN; (5) Langkah-langkah

kerja yang akan dilakukan oleh

Pansus Century.

Retoris

Pemberian label otoritas

keilmuan untuk mendukung

pendapat. Terdapat juga

pemilihan kata-kata untuk

menguatkan kesan tertentu.

Pemilihan kata-kata untuk

menguatkan kesan-kesan tertentu

dalam berita.

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sasaran akhir dari sebuah penelitian adalah berusaha menjawab

permasalahan penelitian dan membuktikan tujuan penelitian. Berdasarkan hasil

analisa dari data-data yang didapat oleh penulis, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

Pengemasan berita yang dilakukan oleh Media Indonesia dibuat dengan

menggunakan bahasa yang formal dan untuk pembingkaiannya terasa lebih halus

bila dibandingkan dengan pengemasan berita yang dibuat oleh Harian Rakyat

Merdeka yang seringkali menggunakan bahasa informal dan pembingkaiannya

terasa agak mencolok.

Untuk keberpihakan dua media ini dalam berita terkait pembentukan Pansus

Century, Media Indonesia terlihat menjadi oposisi dari pihak-pihak yang dianggap

sebagai pihak pro pemerintah SBY. Salah satu sasaran dalam berita ini adalah

Idrus Marham yang secara tidak langsung dijelaskan dalam berita tersebut sebagai

pihak pro pemerintah, yang mana dalam hal ini banyak angapan bahwa

pemerintah juga terlibat dalam kasus Century. Sehingga Idrus disorot dan dalam

berita-berita tersebut secara tidak langsung Media Indonesia mengungkapkan

ketidakpercayaannya terhadap kepemimpinan Idrus dalam pengungkapan dugaan

skandal Century ini.

66

Sedangkan untuk Rakyat Merdeka setidaknya dari dua berita yang diteliti

memperlihatkan keberpihakan sebaliknya. Dalam dua berita yang menjadi data

penelitian ini terlihat bahwa Idrus Marham yang terpilih sebagai ketua Pansus

Century tidak dikesankan sebagai pihak yang musti dicurigai. Dilihat dari judul

berita dan pernyataan-pernyataan narasumber yang dikutip oleh Rakyat Merdeka

sudah dapat memperlihatkan keberpihakan tersebut. Sehingga berita-berita yang

diturunkan oleh dua media ini terlihat bertolak belakang. Hal ini juga sekaligus

membuktikan bahwa “framing” atau pembingkaian dalam media massa itu

memang ada dan sangat berpotensi untuk mengkonstruksi pandangan masyarakat

dalam melihat serta menanggapi suatu hal.

B. Saran-saran

Media massa sebagai penyebar informasi yang mampu mempengaruhi

khalayak pembacanya sebaiknya membuat berita selalu sesuai dengan fakta dan

juga berimbang dalam penyajiannya, tidak memiliki kecenderungan untuk

berpihak pada orang atau kelompok tertentu.

Begitu pula dengan “frame” atau bingkai yang dibuat oleh media massa

yang semestinya dibuat secukupnya saja tidak melebih-lebihkan dan tidak juga

mengaburkan masalah sehingga tidak berpotensi membelokan persepsi khalayak

dari persepsi yang benar menjadi persepsi yang keliru. Selain daripada itu yang

terpenting adalah media massa menjauhkan diri dari berbagai macam kepentingan

yang senantiasa berusaha masuk dan mempengaruhi isi berita sehingga berita

yang dimuat menjadi tidak benar.

67

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Armada, Wina Sukardi. Rapor Wartawan Indonesia: Himpunan Pernyataan

Penilaian dan Rekomendasi Dewan Pers, Dewan Pers, Jakarta, 2007.

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa, Kencana Prenada Media Group,

Jakarta, 2008

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2002).

Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, PT. LKiS

Pelangi Aksara, Yogyakarta, 2005. cet. ketiga.

Eriyanto. Analisis Wacana (Pengantar Analisis Teks Media, PT. LKiS Pelangi

Aksara, Yogyakarta, 2001.

Hassan, Abu Mubarok. Menulis Berita, Artikel Kursus Jurnalistik, Jakarta, 2007.

Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Sebuah Studi

Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik), Granit, Jakarta,

2004.

Junus, George Aditjondro. Membongkar Gurita Cikeas, Galang Press Group,

Jogjakarta, 2009.

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik (Teori dan

Praktik), PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006.

Leo, Sabam Batubara. Menegakkan Kemerdekaan Pers, Dewan Pers, Jakarta,

2007.

Luwarso, Lukas dan Gati Gayatri. Kompetensi Wartawan: Pedoman Peningkatan

Profesionalisme Wartawan dan Kinerja Pers, Dewan Pers, Jakarta, 2007, cet.

kelima.

Moechtar, Ali Hoeta Soehoet. Dasar-Dasar Jurnalistik, Yayasan Kampus

Tercinta – IISIP, Jakarta, 2003.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung, 2007.

68

Muis, Abdul. Komunikasi Islam, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001,

cetakan ke-1

Nasir, Muhammad. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988.

Ridlo, Muhammad „Eisy. Peranan Media dalam Masyarakat, Dewan Pers,

Jakarta, 2007.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media (Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing), PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung, 2006.

Tri, Iin Rahayu. Observasi dan Wawancara, Bayumedia, Jawa Timur, 2004.

Uchjana, Onong Effendi. Dinamika Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya,

Bandung, 2002.

Uchjana, Onong Effendi. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2003.

Wikan, Asmono. Menggarap Pasar Media Lokal, Dewan Pers dan SPS, Jakarta,

2008.

Surat Kabar

Koran Tempo 1 Desember 2009

Media Indonesia 7-10 Desember 2009

Rakyat Merdeka 7-10 Desember 2009

Media Online

Amrozy dan Defiana Chuo. Kasus Century Berawal Dari Antaboga, Bapepam-LK

Harus Bertanggung Jawab, diakses pada 8 Mei 2010 dari http://www.investorindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=69094&Itemid=

Bataviase.co.id (2008). Pers eksploitasi berita buruk, di akses pada 5 Desember

2010. dari http://bataviase.co.id/node/176912

Bukanberita.com (2008). Dasar Berita diakses pada 5 Desember 2010 dari

http://www.bukanberita.com/dasar-berita.html

69

Detikfinance.com (2009). BI-Anwar Nasution Bidani Kelahiran bank Century,

diakses pada 9 Mei 2010, dari

http://www.detikfinance.com/read/2009/10/02/101313/1213517/5/bi-anwar-

nasution-bidani-kelahiran-bank-century

Fernandes, Arya. Pertaruhan Citra Politik SBY dan Masa Depan Partai

Demokrat, diakses pada 12 Juni 2010, dari

http://chartapolitika.com/index.php?option=com_content&view=article&id=

171:2010-pertaruhan-citra-politik-sby-dan-masa-depan-partai-

demokrat&catid=40:arya-fernandes

Fikri, Ahmad. Bendera Tuding Demokrat, diakses 15 Mei 2010 dari

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2010/02/08/brk,20100208-

224427,id.html.

Indonesiarecovery.org (2010) Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Pengambilan

Keputusan Terhadap Bank Century, diakses pada 17 Mei 2010, dari http://indonesiarecovery.org/respon-pemerintah-indonesia-dan-

kssk/penanganan-bank-gagal-berdampak-sistemik-bank-century/26-prinsip-

prinsip-dasar-pengambilan-keputusan-terhadap-bank-century.html

Infokorupsi.com (2009) Mayoritas Penarik Dana di Century Nasabah Individu.

diakes pada 2 Mei 2010 dari

http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=3281&l=mayoritas-penarik-dana-

di-century-nasabah-individu

Kalsum, Umi. Century Bidik Nasabah Etnis Tionghoa, diakses pada 2 Mei 2010

dari http://kosmo.vivanews.com/news/read/23989-

century_bidik_nasabah_etnis_tionghoa

Mediaindonesia.com (2009). Profil Pembaca, diakses pada 5 Januari 2010 dari

http://www.mediaindonesia.com/read/2009/02/23/23987/11/11/Profile_Pem

baca

Menuliskreatif.com (2009). Berita dan Nilai Berita diakses pada 5 Desember

2010 dari http://menuliskreatif.com/2009/04/berita-dan-nilai-berita/

Metrotvnews.com (2010). Menkeu: Bailout Century Tak Merugikan Negara,

diakses pada 9 Mei 2010, dari

http://metrotvnews.com/index.php/metromain/news/2010/01/13/8815/Menk

eu-Bailout-Century-Tak-Merugikan-Negara

Palopopos.co.id (2009). Aktivis Makassar-Palopo Pastikan Turun ke Jalan,

diakses pada 19 Mei 2010, dari

http://www.palopopos.co.id/?vi=detail&nid=30541

70

Purnomo, Herdaru. Incar Nasabah, Century Patok Bunga Deposito Tinggi,

diakses pada 2 Mei 2010 dari

http://www.detikfinance.com/read/2009/09/25/164651/1209140/5/incar-

nasabah-century-patok-bunga-deposito-tinggi

Sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/20/analisis-bingkai-framing-analisis/.

Diakses pada 10 Desember 2011.

Sonowijiyo.Wordpress.com (2010) Kronologi Kasus Bank Century, diakses pada

9 Mei 2010, dari http://sonowijoyo.wordpress.com/2010/01/28/kronologi-

kasus-bank-century/

Sumeks.co.id (2009). Proses Bailout Century Salah,

http://www.sumeks.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id

=838:proses-bailout-century-salah&catid=72:berita-utama&Itemid=123

Susanto, Heri. Peran Sri Mulyani dalam Bail-Out Century, diakses pada 16 Mei

2010, dari http://bisnis.vivanews.com/news/read/106685-

peran_sri_mulyani_dalam_bail_out_century

Tempointeraktif.com (2009), Sejak Berdiri Bermasalah, Bank Century Dipelihara untuk

Kepentingan Politik, diakses pada 15 Mei 2010, dari

http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2009/12/08/brk,20091208-

212549,id.html

MEDIA INDONESIA 7 DESEMBER 2009

RAKYAT MERDEKA, SENIN 7 DESEMBER 2009

MEDIA INDONESIA, 8 DESEMBER 2009

RAKYAT MERDEKA 8 DESEMBER 2009