Kontroversi hijab dalam al qur'an

26
KONTROVERSI HIJAB DALAM AL-QUR’AN Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah: TAFSIR I Dosen pengampu: Zaenatul hakamah Lc. MA.Hun Oleh : Dody Utomo (932113114) Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI 2015

Transcript of Kontroversi hijab dalam al qur'an

Page 1: Kontroversi hijab dalam al qur'an

KONTROVERSI HIJAB DALAM AL-QUR’ANMakalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir semester

Mata Kuliah: TAFSIR IDosen pengampu:

Zaenatul hakamah Lc. MA.Hun

Oleh :Dody Utomo (932113114)

Program Studi Pendidikan Agama IslamJurusan Tarbiyah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN) KEDIRI

2015

Judul makalah : Kontroversi Hijab dalam Al-Qur’an

Page 2: Kontroversi hijab dalam al qur'an

Penulis/Kelompok : M. Roziqin Dody Utomo Wildan Mahmudi Zain Faridah Elfa Nuri Mawaddah Isti Ariska Fauzi P.

No Ketentuan Ada Tidak Keterangan

1 Memakai font Times New Arabic

2 Memakai font size 12

3Margin atas, bawah, kiri 3cm, 3cm, 3cm, dan kanan 4cm

4 Menggunakan kertas size A4

5 Terdapat masalah yang jelas

6 Identifikasi masalah yang jelas

7 Ayat yang diangkat sesuai dengan pembahasan

8 Memunculkan debat pada penafsiran

9Mencantumakn pendapat ulama’ atau sarjana muslim

10 Kesimpulan jelas

11Referensi dari tiga literatur dengan tiga bahasa

Page 3: Kontroversi hijab dalam al qur'an

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an yang berada di tengah masayarakat pada saat ini di yakini tidak berbeda dengan al-Qur’an yang di sampaikan Nabi Muhammad SAW 15 abad yang silam lalu.Al-Qur’an adalah kalam Allah yang terakhir yang di bawa oleh ruh al-Amin kedalam hati Nabi Muhammad SAW sebagai pemberi peringatan bagi manusia.

Al-Qur’an merupakan kitab suci sekaligus merupakan kata lisator politik, sosial, spritual, dan penyebab terjadinya perubahan kehidupan kaum kabilah di semenanjung arab,pengaruhnya kemudian meleber ke kawasan yang lebih luas dengan waktu yang sangat singkat.Ekspansi ideologi yang di motori oleh Al- Qur’an dan berpengaruh di berbagai wilayah di mana ideologi yang di motori oleh Al-Qur’an telah tersebar, menunjukan bahwa Al-Qur’an merupakan kekuatan pengubah dunia yang harus di akui dan di pahami.

Al-Qur’an tidak begitu saja mengubah dunia tanpa adanya usaha untuk memplementasikannya dari manusia sebagai obyeknya. Dibutuhkan upaya untuk megali semua ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an. Usaha menggali semua ajaran yang ada di dalam al-Qur’an tersebut di kenal dengan istilah tafsir.

Page 4: Kontroversi hijab dalam al qur'an

Seiring dengan perkembangan zaman,pemahaman terhadap al-Qur’an semakin berkembang di antaranya pemahaman tentang masalah hijab yang mejadi pedebatan yang sangat kuat pada saat ini.Dan membuat kegalauan terhadap masyrakat khusus nya di Indonesia,berbagai macam penafsiran mengenai ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan hijab menimbulkan kontroversi.

B. Rumusan MasalahBerangkat dari latar belakang di atas, maka dapat

dirumuskan beberapa permasalahan pokok yang menjadi obyek kajian dalam penelitian ini, yakni:

1. Apa yang dimaksud dengan hijab ?2. Ayat apa saja yang berkaitan dengan hijab ?3. Bagaimana penafsiran ayat tersebut menurut

kalangan mufassir ?4. Bagaimana pendapat para ulama’ atau sarjana

muslim tentang permasalahan tersebut?

Page 5: Kontroversi hijab dalam al qur'an

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Hijab

Secara harfiah Hijab diartikan sebagai “pemisah”, maksudnya pemisah  pergaulan antara laki-laki dan wanita. Sehingga pergaulan antara laki-laki dan perempuan bisa dikendalikan dari luapan nafsu syahwat dan naluri kemanusiaannya. Lantas mengapa Hijab hanya untuk Wanita? Jawabnya karena wanita adalah simbol keindahan. Sehingga sudah sepatutnya suatu keindahan itu harus dijaga dari kekotoran nafsu yang dalam hal ini diperankan oleh mayoritas laki-laki. Mengingat Kecenderungan laki-laki yang gemar melihat tubuh dan bagian keindahan paras wanita. Oleh karennya  ajaran Islam terkait  Hijab bagi Wanita bertujuan tak lain menanamkan suatu tradisi yang universal dan fundamental untuk mencabut akar-akar kemerosotan moral, dengan menutup pintu pergaulan bebas.

Menjaga Keindahan Wanita memang begitu kompleks, Seperti bagaimana menjaga mahkota keindahan wanita dari fitnah-fitnah seksual. Seperti Fitnah Mulut,

Page 6: Kontroversi hijab dalam al qur'an

fitnah Suara, Fitnah Wewangian, Fitnah Berhias, Fitnah Pandangan, dan Fitnah Pakaian.

Salah satu yang begitu krusial di masyarakat mengenai menutup aurat (hijab) wanita  yakni dicerminkan berdasarkan gaya atau tindak laku berpakaiannya. Batas-batas wanita berpakaian yang harus ditutupi adalah mengikuti ajaran-ajaran yang sesuai dengan syariat agama. Tentunya dalam hal ini wanita ada batas-batas aurat wanita lebih luas dari laki-laki yakni seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.1

Jilbab yang dipakai oleh para wanita muslim dengan berbagai macam model dan bentuknya adalah upaya mereka untuk membentuk identitas individu mereka. Tubuh kita memiliki peran penting dalam merepresentasikan identitas kita. Pengertian tentang siapa kita, dan hubungan kita dengan individu, personal, dan masyarakat di mana kita hidup selalu berada dalam perwujudan tubuh. Jilbab yang dipakai oleh para wanita muslim adalah representasi identitas diri mereka yang bisa dilihat melalui perwujudan tubuh. Mereka memilih menunjukkan identitas diri melalui perwujudan tubuh karena cara inilah yang paling mudah, karena setiap orang yang melihat wanita berjilbab pasti akan tahu bahwa ia adalah wanita muslim.

Dalam usaha untuk membentuk identitas diri, ada proses yang dinamakan identifikasi diri. Identifikasi diri adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi

1 Husein Shahab. Hijab Menurut Al-Quran dan Al-Sunnah.(Jakarta:Mizania, 2013)hlm 14-18

Page 7: Kontroversi hijab dalam al qur'an

sama dengan orang lain. Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola. Setiap orang pada saat berinteraksi dengan orang lain melalui pakaiannya, dapat memilih ia ingin menjadi seperti siapa . Jilbab yang dipakai oleh para wanita muslim bisa menunjukkan kecenderungan merujuk kepada siapa identifikasi diri mereka.

Dalam proses pembentukan identitas diri dan identifikasi diri, lingkungan merupakan faktor yang memiliki pengaruh besar. Lingkungan tersebut bisa berupa lingkungan tempat tinggal, lingkungan pergaulan, ataupun lingkungan kerja. Para wanita muslim ini menyatakan lingkungan di sekitar mereka memiliki andil yang cukup besar dalam proses pembentukan identitas diri sebagai wanita muslimah, dalam hal ini dengan cara memakai jilbab. Lingkungan yang memberi pengaruh besar umumnya adalah lingkungan teman sepergaulan dan teman sebaya, disusul lingkungan keluarga.

Selain tubuh kita sendiri, identitas diri seseorang juga dipengaruhi beberapa faktor eksternal, antara lain ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Dalam proses pembentukan identitas diri dan identifikasi diri yang dilakukan oleh para informan, ada faktor eksternal yang mempengaruhi mereka. Ada dua faktor eksternal yang membentuk identitas diri para informan sebagai wanita muslim, dua faktor tersebut yaitu faktor sosial dan budaya.

Pengaruh faktor sosial bisa bisa dilihat dari mereka yang tertarik memakai jilbab setelah melihat lingkungan sekitar mereka, yaitu teman sepergaulan dan keluarga

Page 8: Kontroversi hijab dalam al qur'an

yang memakai jilbab. Dari faktor sosial inilah akhirnya muncul keinginan dari mereka untuk menunjukkan identitas diri mereka sebagai seorang wanita muslim dengan cara memakai jilbab. Sedangkan pengaruh faktor budaya bisa dilihat dari salah satu informan yang memakai jilbab sejak kecil, karena ia selalu bersekolah di sekolah Islam. Kebiasaannya memakai jilbab sejak kecil dan budaya di sekolahnya yang mengharuskan setiap siswi untuk memakai jilbab adalah hal yang membentuk identitas dirinya sebagai wanita muslim.

Sebagai bagian dari fashion, jilbab selain berfungsi sebagai penanda identitas diri sebagai seorang muslim, juga menjadi bagian dari ekspresi diri dalam berbusana. Ekspresi tersebut terlihat dari pilihan jenis jilbab yang dipakai oleh setiap wanita muslim. Jilbab modifikasi yang sedang menjadi tren saat ini, sejatinya juga menggambarkan ekspresi diri para pemakainya. Warna, corak dan bentuk dari jilbab modifikasi yang dipakai oleh para wanita muslim tersebut, bisa menunjukkan perasaan atau isi hati si pemakai.2

B. Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Hijab

Pada kali ini pemakalah akan mengambil salah satu contoh ayat al-qur’an yang berkaitan dengan hijab,yaitu pada surat Al-Ahzab ayat 59:

2 Kath Woodward.Understanding Identity.(London: Arnold,2002)hlm 1-3

Page 9: Kontroversi hijab dalam al qur'an

Artinya: Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka",yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

C. Penafsiran para Mufassir Mengenai ayat diatas

Dalam tafsir al-Misbah mengatakan bahwa,sebelum turunnya ayat ini, cara berpakaian wanita merdeka atau budak, yang baik-baik atau yang kurang sopan hampir dapat dikatakan sama. Karena itu lelaki usil seringkali mengganggu wanita-wanita khususnya yang mereka ketahui atau duga sebagai hamba sahaya. Untuk menghindarkan gangguan tersebut, serta menampakkan keterhormatan wanita muslimah ayat diatas turun menyatakan : Hai Nabi Muhammad katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita keluarga orang-orang mukmin agar mereka mengulurkan atas diri mereka yakni ke seluruh tubuh mereka jilbab mereka. Yang demikian itu menjadi kan mereka lebih mudah dikenal sebagai wanita wanita terhormat atau sebagai wanita-wanita muslimah, atau wanita-wanita merdeka sehingga dengan demikian mereka tidak diganggu. Dan Allah senantiasa Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Kalimat “ Nisa’ al Mu’minin” diterjemahkan oleh tim DepartemenAgama dengan Isteri-isteri orang mukmin.

Page 10: Kontroversi hijab dalam al qur'an

Penulis lebih cenderung menerjemahkannya dengan wanita-wanita orang mukmin sehingga ayat ini mencakup juga gadis-gadis semua orang mukmin bahkan keluarga mereka semuanya.

Kata “alaihinna” diatas mereka mengesankan bahwa seluruh badan mereka tertutupi oleh pakaian. Nabi saw. Mengecualikan wajah dan telapak tangan atau dan beberapa bagian lain dari tubuh wanita ( Q.S Al-Nur: 31 ), dan penjelasan nabi itulah yang menjadi penafsiran ayat ini.Kata “Jilbab” diperselisihkan maknanya oleh ulama. Al-Biqa’i menyebut beberapa pendapat.Antara lain baju yang longgar atau kerudung penutup kepala wanita, atau pakaian yang menutupi baju dan kerudung yang dipakainya, atau semua pakaian yang menutupi wanita. Semua pendapat ini menurut al-Biqa’i dapat merupakan makna kata tersebut. Kalau yang dimaksud dengannya adalah baju, maka ia adalah menutupi tangan dan kakinya, kalau kerudung, maka perintah mengulurkannya adalah menutup wajah dan lehernya. Kalau maknanya pakaian yang menutupi baju, maka perintah mengulurkannya adalah membuatnya longgar sehingga menutupi semua badan dan pekaian.

Thabathaba’i memahami kata jilbab dalam arti pakaian yang menutupi seluruh badan atau kerudung yang menutupi kepala dan wajah wanita.

Ibnu Asyur memahami kata Jilbab dalam arti pakaian yang lebih kecil dari jubah tetapi lebih besar dari kerudung atau penutup wajah. Ini diletakkan wanita diatas kepala

Page 11: Kontroversi hijab dalam al qur'an

dan terulur kedua sisi kerudung itu melalui pipi hingga ke seluruh bahu dan belakangnya. Ibn ‘Asyur menambahkan bahwa model jilbab bisa bermacam-macam sesuai perbedaan keadaan (selera) wanita dan yang diarahkan oleh adat kebiasaaan. Tetapi tujuan yang dikehendaki ayat ini adalah “....menjadikan mereka lebih mudah dikenal sehingga mereka tidak diganggu.

Kata (تدنى) tudni terambil dari kata (دن) dana yang berarti dekat dan menurut Ibn ‘Asyir yang dimaksud di sini adalah memakai atau meletakkan.Ayat di atas tidak memerintahkan wanita muslimah memakai jilbab,karena agaknya ketika itu sebagian mereka telah memakainya,hanya saja cara memakainya belum mendukung apa yang dikehendaki ayat ini.Kesan ini diperoleh dari redaksi ayat di atas yang menyatakan jilbab mereka dan yang diperintahkan adalah’’Hendaklah mereka mengulurkannya’’.Ini berarti mereka telah memakai jilbab tetapi belum lagi mengulurkannya.Nah,terhadap mereka yang telah memakai jilbab,tentu lebih-lebih lagi yang belum memakainya,Allah berfirman:’’Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya’’.Firmannya:

Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,dipahami oleh Ibn ‘Asyir sebagai isyarat tentang pengampunan allah atas kesalahan mereka yang mengganggu sebelum turunnya petunjuk ini.Sedang al-biqa’i memahaminya sebagai isyarat tentang pengampunan allah kepada wanita-wanita mukminah yang pada masa itu belum memakai jilbab-sebelum turunnya ayat ini.Dapat juga dikatakan bahwa kalimat itu sebagai

Page 12: Kontroversi hijab dalam al qur'an

isyarat bahwa mengampuni wanita-wanita masa kini yang pernah terbuka auratnya,apabila mereka segera menutupnya atau memakai jilbab,atau allah mengampuni mereka yang tidak sepenuhnya melaksanakan tuntutan allah dan nabi,selama mereka sadar akan kesalahannya dan berusaha sekuat tenaga untuk menyesuaikan diri dengan petunjuk-petunjuknya.3

Sedangkan di dalam tafsir al-Aisar,adapun ayat 59 adalah ketika orang-orang perempuan yang mukmin keluar pada malam hari untuk buang hajat,karena pada waktu itu belum adatempat untuk buang air besar di dalam rumah,sebagian orang –orang jelek munafik mencegat mereka dengan ejekan dn kata-kata kotor,yang itu biasanya ditujukan kepada hamba-hamba sahaya bukan kepada perempuan-perempuan merdeka.Disebabkan itu perempuan-perempuan mukminah merasa terganggu,dan mereka pun mengeluhkan hal itu pada suami-suami mereka apa yang mereka dapatkan dari kaum munafik,maka allah menurunkan ayat ini ‘’hai nabi,katakanlah kepada istri-istrimu,anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin,hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya’’.Jilbab adalah selendang yang digunakan untuk menutupi kepala dan wajah-wajah sehingga tidak ada yang terlihat dari wanita tersebut kecuali salah satu matanya yang digunakan untuk melihat jalan.Dengan begitu diketahui bahwa mereka adalah orang-orang merdeka yang terjaga,sehingga mereka tidak diganggu dengan dihadang oleh orang-orang munafik.Allah ta’ala berfirman,’’dan allah maha pengampun lagi maha

3 M. Quraish Shihab.Tafsir al-Misbah(Pesan,Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.(.Jakarta: Lentera Hati,2010)hlm 318-319

Page 13: Kontroversi hijab dalam al qur'an

penyayang’’.Allah memberitahukan pada hamba-hambanya bahwa dia dari dulu dan tetap maha pengampun bagi orang-orang yang mau bertaubat diantara haba-hambanya.4

Dalam tafsirnya Sayyid Qutb menjelaskan,berkenaan dengan makna ayat ini, as suddi berkata, “ Beberapa orang dari kelompok orang-orang yang fasik di Madinah keluar dimalam hari ketika gelap menyelimuti malam. Mereka keluar kejalan yang ada di Madinah dengan sasaran mengganggu wanita. Tempat-tempat tinggal di Madinah memang sempit-sempit. Sehingga, pada malam harilah biasanya wanita buang hajat ditempat yang ditentukan. Kemudian orang-orang yang fasik itu mencari-cari kesempatan dan cela untuk menggoda dan mengganggu mereka. Bila mereka melihat wanita yang mengenakan jilbab, mereka berkata: Wanita ini adalah wanita yang merdeka. Dan mereka tidak berani mengganggunya. Namun, bila mereka melihat wanita tidak mengenakan jilbab, mereka berkata, “mereka ini adalah budak’ Dan mereka pun mengganggu dan melecehkannya.”

4 Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi.Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar (jilid 5).(Jakarta: Darus Sunnah Press,2006)hlm 860

Page 14: Kontroversi hijab dalam al qur'an

Mujahid berkata, “Mereka mengenakan jilbab agar dikenal sebagai wanita yang merdeka. Sehingga, tidak seorangpun dari orang-orang fasik yang berani menjadikan mereka sebagai sasaran gangguan pelecehan.”Firman Allah, “ Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”, yaitu atas dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang telah lalu di zaman jahiliah, dimana orang-orang belum mengetahui tentang kewajiban mengenai jilbab ini.

Dari situ dapat kita lihat, betapa usaha yang terus menerus diupayakan dalam rangka membersihkan lingkungan Arab dan arahan yang permanen untuk menghilangkan segala penyebab fitnah dan kekacauan serta membatasinya hanya pada tempat yang terbatas. Sehingga, adat-adat Islami lebih dominan dalam masyarakat dan dapat mengendalikan mereka.5

Ibnu jarir berkata dalam tafsirnya, “Allah berfirman kepada Nabi-Nya Muhammad, ‘Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri kaum muslimin, janganlah kalian menyerupai para budak dalam berpakaian. Jika mereka keluar rumah untuk kepentingan mereka, maka mereka menyingkap rambut-rambut mereka dan wajah-wajah mereka. Hendaknya mereka mengulurkan jilbab, agar tidak ada orang-orang fasik yang mengganggu mereka dengan ucapan usil dan ancaman jika mereka diketahui bahwa mereka adalah wanita-wanita mereka.

5 Sayyid Quthb.Fi Zhilalil Qur’an.(Jakarta : Gema Insani,2010)hlm 289

Page 15: Kontroversi hijab dalam al qur'an

Pada ayat ini secara khusus diperintahkan kepada kaum mukminat, bermula dari istri Rasulullah saw untuk menghindari sebab-sebab yang dapat menimbulkan penghinaan dan pelecehan. Sebelum turun ayat ini, cara berpakaian merdeka atau budak, yang baik-baik atau yang kurang sopan hampir dapat dikatakan sama. Karena itu laki-laki usil sering kali mengganggu wanita-wanita khususnya yang mereka duga sebagai hamba sahaya. Untuk menghindarkan gangguan tersebut, serta menampakkan keterhormatan wanita muslimah ayat ini turun menyatakan : Hai Nabi Muhammad Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita keluarga orang mukmin agar mereka mengulurkan atas diri mereka yakni keseluruh tubuh mereka jilbab mereka.

Banyak ulama yang mengatakan bahwa firman Allah “....Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.....” berarti hendaklah mereka menutupi seluruh wajahnya dan janganlah mereka menampakkan anggota tubuh mereka, kecuali satu mata yang digunakan untuk melihat. Diantara ulama yang berpendapat begitu adalah Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, dan Ubaidah as-Salmani.

Namun ada sebagian mufassir yang mengatakan bahwa secara etimologi, firman Allah, “....Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.....” tidak mesti berarti bermakna menutup wajah.

Page 16: Kontroversi hijab dalam al qur'an

Yang demikian itu menjadikan mereka lebih mudah untuk dikenal sebagai wanita-wanita merdeka,sehingga dengan demikian itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah senantiasa Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Kalimat ومنين) ملنساءا ) diterjemahkan oleh tim Departemen Agama dengan istri-istri orang mukmin. Namun M. Quraish Shihab lebih cenderung menerjemahkannya dengan wanita-wanita orang mukmin sehingga ayat ini mencakup juga gadis-gadis semua orang mukmin bahkan keluarga mereka semuanya.6

Dalam tafsir Ibnu katsir dijelaskan bahwa allah ta’ala berfirman memerintahkan Rasulnya untuk memerintahkan wanita khususnya istri-istri dan anak-anak perempuan

6 Imad Zaki Al-Barudi.Tafsir Al-Qur’an Wanita. Jilid 2(Jakarta : Pena Pundi Aksara,2006) hlm 338-348

Page 17: Kontroversi hijab dalam al qur'an

beliau karena kemuliaan mereka untuk mengulurkan jilbab mereka,agar mereka berbeda dengan ciri-ciri wanita jahiliyah dan ciri-ciri wanita budak.Jilbab adalah ar-rida’ (kain penutup) diatas kerudung.Al-Jauhari berkata,jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh.

Ibnu Kasīr dalam kitab tafsirnya juga mengatakan bahwa Hijab adalah kewajiban bagi kaum wanita muslimah sebagai penghormatan baginya dan pembeda dirinya dengan kaum wanita jahiliyah.Pendapat Ibnu Kasīr ini banyak diikuti oleh ulama ahlus sunnah wal jama’ah di antaranya adalah Dr. Sālih bin Fauzān bin Abdullāh al-Fauzān, Syaikh Abdul 'Azīz bin Abdullāh bin Bāz, dan lain sebagainya.7

7 Ibnu Katsir.Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2001) Jilid III,hlm 288

Page 18: Kontroversi hijab dalam al qur'an

D. Pendapat Ulama’ Mengenai Hijab

Muhammad Sa’id Al-Asmawi berpendapat bahwa jibab itu tak wajib. Menurutnya jilbab adalah produk budaya Arab. Bahkan beliau mengatakan bahwa ayat tentang hijab itu tidak mengandung ketetapan hokum qat’iy dan hadis-hadis yang menjadi rujukan tentang pewajiban jilbab atau hijab itu adalah Hadis Ahad yang tak bisa dijadikan landasan hukum tetap. Bila jilbab itu wajib dipakai perempuan, dampaknya akan besar. Seperti kutipannya: “Ungkapan bahwa rambut perempuan adalah aurat karena merupakan mahkota mereka. Setelah itu, nantinya akan diikuti dengan pernyataan bahwa mukanya, yang merupakan singgasana, juga aurat. Suara yang merupakan kekuasaannya, juga aurat; tubuh yang merupakan kerajaannya, juga aurat. Akhirnya, perempuan serba-aurat.” Implikasinya, perempuan tak bisa melakukan aktivitas apa-apa sebagai manusia yang diciptakan Allah karena serba aurat.

Dalam kitabnya beliau menyatakan bahwa jilbab itu bukan suatu kewajiban. Bahkan tradisi berjilbab di kalangan sahabat dan tabi’in, menurut Al-Asymawi, lebih merupakan keharusan budaya daripada keharusan agama.8

8 Muhammad Said Al-Ashmawy,Haqiqat al-Hijab wa Hujjiyat al-Hadith,(Mesir:Madbuli al-Shagir,1995)hlm 16-19

Page 19: Kontroversi hijab dalam al qur'an

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan Secara harfiah Hijab diartikan sebagai “pemisah”,

maksudnya pemisah  pergaulan antara laki-laki dan wanita. Sehingga pergaulan antara laki-laki dan perempuan bisa dikendalikan dari luapan nafsu syahwat dan naluri kemanusiaannya.

Adanya perbedaan diantara para mufassir dalam menyikapi jilbab. Agaknya yang menjadi sebab adalah tidak adanya dalil yang menyatakan mana batasan aurat, ada sebagian lagi ulama yang menyatakan bahwa berjilbab bagi kaum hawa tidaklah wajib, dan sebagaian lagi yang kita kenal dengan ulama mufasirin dan ulama madhab yang biasa kita kenal dengan ulama salaf, berpendapat bahwa jilbab adalah wajib hukumnya bagi kaum muslimah.

Penulis dalam hal ini lebih condong untuk mengikuti pendapat ulama’ salaf dan pengikutnya dengan alasan bahwa mereka secara ilmiah telah mendapatkan pengakuan keilmuan lebih besar dari para ulama ulama’ sejak dulu hingga sekarang. Dan sesungguhnya, praktik para shahabiyyat yang tidak disanggah oleh Rasulullah dan pemahaman para shahabiyyin, serta penerimaan ummat dari generasi ke generasi, secara keseluruhan, menjadi

Page 20: Kontroversi hijab dalam al qur'an

bukti dan qarinah (petunjuk) bahwa yang dimaksud dalam ayat jilbab adalah para wanita harus menutup seluruh anggota badan, tanpa kecuali, atau dengan pengecualian wajah dan kedua telapak tangan.

Secara garis besar, Hijab bukan hanya sekedar budaya atau tradisi, namun justru sebuah dogma/ ajaran Islam yang diwajibkan. Hal ini bukan tanpa alasan, karena menutup aurat lebih mensucikan hati dan agama

DAFTAR PUSTAKA

Al-Burudi,Imad Zaki.2006.Tafsir Al-Qur’an Wanita.( Jakarta : Pena Pundi Aksara )Jilid IIAl-Jazairi,Syaikh Abu Bakar Jabir.2006.Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar .( Jakarta: Darus Sunnah Press )Jilid VAl-Ashmawy,Muhammad Said.1995.Haqiqat al-Hijab wa Hujjiyat al-Hadith. (Mesir: Madbuli al-Shagir)Katsir,Ibnu.2001.Tafsir al-Qur’an al-‘Azim ( Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah ) Jilid IIIQuthb,Sayyid.2010.Fi Zhilalil Qur’an.( Jakarta : Gema Insani )Shahab,Husein Shahab.2013.Hijab Menurut Al-Quran dan Al-Sunnah.(Bandung: Mizania )Shihab,Quraish.2010.Tafsir al-Misbah(Pesan,Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.( Jakarta: Lentera Hati )Woodward,Kath.2002.Understanding Identity.( London: Arnold )

Page 21: Kontroversi hijab dalam al qur'an