Kontrol pemerintahan

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah kabupaten Kuantan Singingi belum memperlihatkan keterlibatannya dalam upaya penyelesaian konflik lahan yang terjadi antara perusahaan swasta dibidang perkebunan kelapa sawit dengan masyarakat kabupaten kuantan singing. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya Keberadaan perusahaan perkebunan di kabupaten Kuantan singing yang rawan memicu terjadinya konflik. 1 yang melibatkan masyarakat, perusahaan dan aparat keamanan. Perusahaan yang berpotensi terjadinya konflik, antara lain, PT Tri Bakti Sarimas (TBS) dengan masyarakat Cengar atau Kuantan Mudik sekitarnya, PT Citra Riau Sarana dengan masyarakat Pangean, PT Duta Palma Nusantara dengan masyarakat Benai, dan Kopah, PT Wana Jingga Timur dan PT Cerenti Subur dengan masyarakat Cerenti dan Inuman. PT Wana Sari Nusantara dan PT Surya Agrolika Reksa 1 Riau Pos, 6 febuari 2012 pro- Kuantan Singingi 1

Transcript of Kontrol pemerintahan

Page 1: Kontrol pemerintahan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah daerah kabupaten Kuantan Singingi belum memperlihatkan

keterlibatannya dalam upaya penyelesaian konflik lahan yang terjadi antara

perusahaan swasta dibidang perkebunan kelapa sawit dengan masyarakat

kabupaten kuantan singing. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya Keberadaan

perusahaan perkebunan di kabupaten Kuantan singing yang rawan memicu

terjadinya konflik.1 yang melibatkan masyarakat, perusahaan dan aparat

keamanan. Perusahaan yang berpotensi terjadinya konflik, antara lain, PT Tri

Bakti Sarimas (TBS) dengan masyarakat Cengar atau Kuantan Mudik sekitarnya,

PT Citra Riau Sarana dengan masyarakat Pangean, PT Duta Palma Nusantara

dengan masyarakat Benai, dan Kopah, PT Wana Jingga Timur dan PT Cerenti

Subur dengan masyarakat Cerenti dan Inuman. PT Wana Sari Nusantara dan PT

Surya Agrolika Reksa dengan masyarakat Singingi dan Singingi Hilir. Sejumlah

perusahaan ini, sudah sering terjadi konflik dengan masyarakat, bahkan di PT

TBS sudah ada warga yang meninggal akibat konflik tersebut.2

Mayoritas konflik yang terjadi antara sejumlah perusahaan dan masyarakat

lokal disebabkan karena perolehan HGU (Hak Guna Usaha) ole Perusahaan

swasta tidak sesuai dengan aturan. Selain itu konflik yang terjadi juga disebabkan

karena kurangnya komunikasi dan koordinasi yang baik antara Pemerintah dan 1 Riau Pos, 6 febuari 2012 pro- Kuantan Singingi2 http://www.riauterkini.com/hukum.php?arr=66449 Cegah Konflik, Perusahaan Perkebunan Diminta Peduli Warga Kuansing, Ahad, 10 Nopember 2013 16:11

1

Page 2: Kontrol pemerintahan

Masyarakat tentang pemberian izin usaha Perkebunan oleh Pemerintah Pusat

maupun daerah yang tanpa terlebih dahulu meminta persertujuan masyarakat.

Dan saat ini Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan singingi telah

mengeluarkan izin lokasi Untuk PT ASMJ untuk pembangunan kebun kelapa

sawit seluas 339 hektare, tertanggal 23 September 2011 yang berlokasi di Desa

Pulau Jambu Kecamatan Cerenti. Sedangkan PT SAR mendapatkan izin lokasi di

tiga tempat. Pertama, diberikan izin lokasi pembangunan perkebunan kelapa

sawit, terhitung 23 September tahun ini, di Desa Muara Lembu, Kebun Lado

Kecamatan Singingi dan Desa Petai Kecamatan Singingi Hilir seluas 1.117,4

hektare. Pada tanggal yang sama juga dikeluarkan izin lokasi pembangunan

perkebunan kelapa sawit seluas 362,7 hektar di Desa Koto Baru Kecamatan

Singingi Hilir. Selanjutnya kembali dikeluarkan izin kepada PT SAR di Desa

Sungai Paku Kecamatan Singingi Hilir seluas 172,74 hektare pada 26 September

tahun 20113. Mereka yang diberikan izin, dikenakan retribusi izin peruntukkan

penggunaan tanah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 23/2001. Dari lima

perizinan itu, terserap dana retribusi sekitar Rp298 juta. Masing-masing dengan

rincian PT TAL sebesar Rp7 juta. PT ASMJ sebesar Rp121 juta lebih dan PT

SAR sebesar Rp169 juta lebih kata Syoffaizal kepada Riau Pos.4 disisi lain

Perusahaan swasta cendrung tidak memperhatikan lingkungan sekitar,tidak

membangun kepercayaan masyarakatsehingga menimbulkan konflik perkebunan

antara pihak perusahan dengan masyarakat.5

3 http://www.riaupos.co/berita.php?act=full&id=7183&kat=3konflik usaha perkebunan

4 http://kuansingterkini.com/berita/detail/592/2012/12/10/sektor-pertanian-penyumbang-konstribusi-terbesar-bagi-ekonomi-kuansing#.UotqLvszbG4

5 Riau Pos, 20 febuari 2012 pro-Kuantan Singingi

2

Page 3: Kontrol pemerintahan

Kenyataannya Perusahaan perkebunan kelapa sawit di kabupaten Kuantan

Singingi selama ini terkesan memelihara konflik dengan masyarakat dan jika

tidak disikapi dengan adil, tepat dan benar, suatu waktu bisa terjadi konflik besar.

Sebagai solusinya perusahaan harus memperbanyak melaksanakan program CSR

(Coorporate Social Responsibility) di tengah masyarakat disamping melakukan

penyelesaian masalah secara persuasif," Kalau pendekatan aparat yang

dilakukan, akan menambah emosi masyarakat. Dan ujung-ujungnya nanti

masyarakat yang bentrok dengan aparat ," ujar Mardianto Manan selaku Pemuka

adat masyarakat Kuansing.6 Tidak hanya dari perusahaan yang melakukan upaya

penyelesaian konflik, tetapi keterlibatan Pemerintah Daerah sangat penting dalam

melakukan upaya dan strategi mediasi dalam penyelesaian konflik yang terjadi.

Adanaya bentuk-bentuk penyelesaian konflik serta lembaga mediasi konflik antar

perusahaan dan masyarakat akan meredam akar konflik terutama merubah

konflik menjadi kemitraan yang sejajar.

Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi dalam hal ini melalui dinas

perkebunan memiliki kewajiban dan melakukan pengawasan terhadap usaha

perkebunan. Sebagaimana yang telah diatur dalam perda no 9 tahun 2009 tentang

usaha pertanian pada pasal 74 yang menyatakan : 1 Pembinaan dan pengawasan

usaha perkebunan dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten melalui dinas yang

membidangi perkebunan 2.dalam rangka pembinaan dan pengawasan

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan evaluasi secara berkala

berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan.7 Pembinaan dan

6 http://www.riauterkini.com/hukum.php?arr=664497 UU no 9 tahun 2009 tentang izin usaha perkebunan

3

Page 4: Kontrol pemerintahan

pengawasan serta evaluasi secara berkala yang dilakukan tidaklah cukup untuk

menghindari terjadinya konflik dan dibutuhkan adanya strategi yang benar-benar

bisa menghindari terjadinya konflik dan menyelesaikan konflik yang terjadi.

Seperti yang dikatakan bintaro dan mustopadidjaja serta siagian (2003)yang

menyatakan strategi adalah keseluruhan langka “ kebijakan-kebijakan dengan

langkah perhitungan yang pasti guna mencapai suatu tujuan untuk mengatasi

suatu persoalan tertentu. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah

Kabupaten Kuantan Singingi hendaknya membuat suatu strategi-strategi yang

teratur dan terarah dalam upaya penyelesaian konflik yang terjadi.

Konflik lahan yang terjadi di Kabupaten Kuantan singing perlu mendapat

perhatian yang serius dari semua pihak, baik antara masyarakat, Perusahaan

Swasta maupun Pemerintah selaku actor yang memberikan izin usaha

perkebunan kepada pihak swasta sebagai asal muasal konflik yang terjadi. Untuk

menjawab persoalan diatas Dibutuhkan adanya upaya dan Strategi Pemerintah

terhadap konflik yang terjadi dengan tujuan memperbaiki keadaan. Karena

konflik lahan perkebunan di kabupaten Kuantan Singingi akan berdampak buruk

terhadap perkembangan investasi di kabupaten Kuantan singingi. konflik secara

otomatis akan membuat aktifitas Perusahaan dan masyarakat menjadi terhenti,

dan tidak ada pemasukan ke daerah. kabupaten Kuantan Sngingi memiliki

potensi dengan penghasilan utamanya adalah di sektor pertanian. Sector

pertanian tidak hanya mampu memberikan kontribusi besar terhadap

perekonomian namun pertanian juga mampu menyiapkan tenaga kerja yang

relative besar. sub sector pertanian merupakan sector yang paling dominan

terutama komoditi sawit 8.

8 Adlin editor,2010, Membangun landasan pembentukan kabupaten kuantan singingi: alaf riau, hal. 77

4

Page 5: Kontrol pemerintahan

Dalam upaya penyelesaian konflik strategi dari Pemerintah Daerah

Kabupaten Kuantan singing sangat dibutuhkan dalam upaya pencegahan pan

penyelesaian konflik yang terjadi, konflik pertanahan yang terjadi di tengah

masyarakat merupakan persoalan serius dan bisa berakibat fatal terhadap

masyarakat, sehingga harus menjadi perhatian semua pihak agar persoalani ni

dapat diselesaikan9. Karena jika konflik terjadi konsekuensinya masyarakat

selalu saja menjadi korban dan dirugikan akibat konflik tersebut.10

Melihat fenomena yang terjadi, pemerintah harus turun tangan dalam

mencegah terjadinya konflik agraria di tengah masyarakat. Pemerintah memiliki

perananan yang sangat penting terhadap penyelesaian konflik lahan usaha

perkebunan. Pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab (responsibility)

harus mampu menjawab atau memenuhi janji sesuai dengan comitmen untuk

menciptakan kesejahteraan masyarakat.11

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas lebih dalam lagi

tentang Bagaimana Peran Pemerintah Daerah kabupaten kuantan singing dalam

menyelesaikan konflik lahan perkebunan kelapa sawit dengan masyarakat yang

dipicu oleh keberadaan perusahaan swasta. Dalam hal ini penulis mengangkat

judul penelitian tentang “ STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM

PENYELESAIAN KONFLIK LAHAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA

SAWIT DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI TAHUN 2013”

9 http://m.riaupos.co/3197-daerah--konflik-agraria-masalah-serius.html#.Uo82svszbG4 Konflik Agraria Masalah Serius

10 http://serikatpetanikelapasawit.blogspot.com/2011/01/konflik-perkebunan-kelapa-sawit.html

11 Taliziduhu, Ndraha, 2001 Kybernologi Ilmu Pemerintahan Baru,Jakarta:Rineka Cipta, hal. 111

5

Page 6: Kontrol pemerintahan

1.2 Identifikasi Masalah

Peneliti menemukan beberapa masalah dalam konflik lahan usaha

Perkebunan antara Perusahaan dengan masyarakat yaitu sebagai berikut:

a. Kurangnya Kontrol dan keterlibatan Pemerintah Daerah dalam usaha

penyelesaian konflik.

b. Pemerintah Daerah belum memiliki upaya dan strategi dalam penyelesaian

konflik

1.3 Rumusan permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan pertanyaan

pokok penelitian. Pertanyaan tersebut dapat dirumuskan lagi lebih spesifik sebagai

berikut : Bagaimana strategi pemerintah daerah dalam menyelesaikan konflik

lahan usaha perkebunan kelapa sawit di kabupaten Kuantan Singingi tahun 2013?

1.4 Tujuan dan Manfaat penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa bagaimana Pemerintah

daerah Kabupaten Kuantan singingi melakukan pengawasan terhadap Konflik

yang terjadi antara Pihak perusahaan swasta dengan masyarakat. Hasil penelitian

ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. Pemerintah : sebagai bahan masukan bagi Pemerintah untuk

menyelesaikan konflik

b. Peneliti : memahami Stratgei yang dilakukan oleh Pemerintah dalam

menyelesaikan konflik antara Perusahaan Swasta dengan Masyarakat.

c. Umum : menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang system kerja

Pemerintah dalam menyelesaikan konflik lahan antara perusahaan swasta

dengan masyarakat.

6

Page 7: Kontrol pemerintahan

BAB II

KERANGKA TEORITIK

2.1 Tinjauan Studi Terdahulu

Pembangunan kelapa sawit sebagai bagian dari pembangunan daerah

sangat berkaitan langsung dengan asfek ekonomi, sosial, ekologi dan politik.

Dalam asfek ekonomi perkebunan kelapa sawit telah memberikan peranan penting

dalam penerimaan devisa Negara. Dalam asfek sosial telah mampu menyerap

tenaga kerja baik sebagai petani mauoun sebagai tenaga kerja. Dalam asfek

ekologi usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam, sedangkan

dalam asfek politik usaha perkebunan kelapa sawit dapat mendorong demkratsasi

ditingkat local melalui kebijakan pertanian yang meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran masyarakat daerah.12

Hasil Penelitian Khairul Anwar mengatakan usaha perkebunan kelapa

sawit ini sangat potensial dan berperan penting dalam menciptakan daerah-daerah

pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia. Namun disisi lain potensi tesebut

dihadapkan pada kendala dualism “enclove” pengusahanya yaitu melalui

perkebunan besar swasta dan BUMN dengan perkebunan rakyat skala kecil.

Hubungan dualism antara perkebunan swasta dengan BUMN dengan usaha

perkebunan rakyat termasuk perkebunan inti rakyat (PIR) yaitu antar plasma dan

initi, gejala kesenjangan baik kelembagaan, produktivitas maupun akeses kepasar

domestic maupun internasioanal terjadi di Riau.13 Dalam penelitian lain pada

jurnal JIANA (Jurnal Ilmu Administrasi Negara) dengan judul Formulasi

Kebijakan K2I di Bidang Perkebunan kelapa Sawit oleh Khairul Anwar 12 Khairul Anwal, 2010 Politik Perkebunan Tinjauan dalam Konteks Sejarah dan Bisnis , jurnal Ilmu Pemerintahan Nakhoda, hal vol 9 no 1413 Ibid,.hal 81

7

Page 8: Kontrol pemerintahan

menyatakan bahwa kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah semakin

maraknya konflik yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam (SDA)

terutama perkebunan kelapa sawit.14 Konflik itu berkaitan dengan formulasi

kebijakan publik mengenai perkebunan kelapa sawit. Studi dilakukan berdasarkan

asumsi bahwa kebijakan publik adalah akibat dari pergulatan pihak-pihak yang

berkepentingan atau actor-aktor yang terlibat dalam proses perumusan kebijakan.

Studi kasus yang dgunakan adalah formulasi kebijakan di bidang perkebunan

kelapa sawit di K2I di Riau.

Dari hasil penelitian tersebut proses formulasi kebijakan perkebunan

kelapa sawit K2I di Riau ditemukan bahwa proses pembuatan kebijakan K21

tidak kedap pengaruh dari luar birokrasi, yaitu pengaruh dari para actor non-

negara. Karena kebijakan K2I dibuat dalam situasi masing-masing kelompok yang

bersaing memperjuangkan kepentingan yang berbenturan. Dengan basis dukungan

yang beragam, dan perbedaan sumber daya lokal yang dimiliki.15Dalam hasil

penelitian ditemukan bahwa aktor yang efektif dalam perbutan kendali atas

formulasi kebijakan perkebunan adalah para tokoh yang efektif menanamkan

pengaruh sosial dalam membuat keputusan perkebunan kelapa sawit. Para aktor

yang memegang kendali atas kebijakan perkebunan inilah yang mempengaruhi

proses formulasi kebijakan perkebunan di Riau sejak 2005-2010. Para birokrat

daerah bersaing dengan tokoh partai dan swasta memperebutkan kendali formulasi

kebijakan perkebunan kelapa sawit. Kelompok-kelompok yang merespon

kebijakan perkebunan ini dapat dikelompokkan pada yang pro, menolak dan

menerima dengan syarat kebijakan. Hal ini terjadi karena para aktor mengalami

14 Khairul anwar, 2011, Formulasi kebijakan K2I di Bidang perkebunan kelapa Sawit, Jurnal Ilmu Administrasi Negara, vol 11, nomor 2, issn 1411-948 x, hal. 12515 Ibid’

8

Page 9: Kontrol pemerintahan

banyak kesulitan dalam bekerjasama, batas antara kepentingan individual dan

organisasi sangat tipis. Para aktor seolah-olah bergerak sendiri-sendiri tetapi pada

waktu bersamaan para pemain ini mengusung institusi dalam merebut peluang-

peluang ekonomi-politik perkebunan. Sehingga inisiatif lokal yang muncul lebih

banyak dalam kepentingan individual. Keterbatasan dalam bekerjasama inilah

yang menjadi penjelas mengapa konflik pengorganisasian actor mewarnai

penyelenggara pemerintah lokal di riau kasus kebijakan perkebunan kelapa sawit

K2I.16

Disisi lain penelitian yang dilakukan oleh Lukman Djafar dan elita di

kabupaten siantang jurnal penelitian universitas tanjung pura dengan judul

penyebab terjadinya konflik antara perusahaan dengan petani hadirnya

perusahaan perkebunan kelapa sawit ini juga berdampak konflik antara

perusahaan dengan masyarakat sekitar yang disebabkan oleh: 1. Penilaian

negative dari penduduk terhadap perusahaan kelapa sawit karena dianggap

melanggar janji yang sudah diucapkan pada saat sosialisasi. 2 penyerapan tenaga

kerja tdak sesuai dengan bayangan semula. 3. Tidak ada keterbukaan dari

perusahaan sejak awal mengelolakredit KKPA4. Ada petani yang tidak dapat

kapling sawit(perlakuan tidak adil dari petani kepada masyarakat)5. Ketidak

puasan masyarakat terhadap kebijakan yang telah dijalankan oleh pihak

perusahaan.17

2.2 Tinjauan Teoritik

16 Ibid,. Khairul Anwar, hal 13617 Lukman Djafar dan elita, 2009 penyebab terjadinya konflik antara perusahaan dengan petani, jurnalpenelitian universitas tanjung pura edisi ekonomi dan sosial vol XV no.3009 dalam skripsi alfendri albrar,2012 pengawasan pemerintah daerah Kabupaten Kuantan singingi terhadap usaha perkebunan,Ilmu pemerintahan, Universitas Riau.

9

Page 10: Kontrol pemerintahan

Focus penelitian ini adalah pada Strategi Pemerintah Daerah dalam

menyelesaikan konflik lahan usaha perkebunan Kelapa sawit antara perusahaan

Swasta dengan masyarakat. Dalam menyelesaikan konflik lahan anatara

masyarakat dan Perusahaan Swasta dibutuhkan adanya peran Pemerintah untuk

mengontrol terjadinya Konflik yang berkepanjangan, maka Penulis menggunakan

teori –teori sebagai berikut:

Konsep Strategi

Menurut Teori bintaro dan mustopadidjaja serta siagian yang menyatakan

strategi adalah keseluruhan langka “ kebijakan-kebijakan dengan langkah

perhitungan yang pasti guna mencapai suatu tujuan untuk mengatasi suatu

persoalan. (riyaldi dan dedi s bratakusumah 2003:68 sementara itu dalam

literaturnya tentang management strategi siagia (1995) mengemukan bahwa

strategi adalah cara menentukan misi pokok suatu organisasi yang dinyatakan

secara garis besar. Namun, untuk menunjang dengan menunjang dengan

fenomena yang terjad di kab kuansing pendapat dari Lawton dan Rose (1994)

mengemukan secara implicit makna dari sebuah strategi dimana ia mengatakan

bahwa “in order for strategis planning dan decision making to be affective, e

different set of values needs to be held by senior officials, vision, leadership, the

ability to be proactive, flexible and forward thingking are the the essential

qualities that need to be present yang berarti supaya perencanaan strategis dan

pengambilan keputusan keputusan menjadi efektif serangkaian nilai-nilai yang

berbeda perlu dmliki oleh pemimpin senior. Visi kepemimpinan, kemampuan

untuk bertindak proaktif, fleksibel dan berfikiran kedepan adalah prasyarat yang

perlu ada (Riyadi dan Deddy S. bratakusumah 2003:69) namun untuk mencapai

10

Page 11: Kontrol pemerintahan

semua target ataupun tujuan yang ingin dicapai maka suatu strategi yang efektif

harus memenuhi criteria sebagai berikut dinyatakan Bryson(1990)

- Strategi secara teknis harus dapat dijalankan

- Strategi secara politis harus dapat diterima oleh para key stake holder

- Strategi harus sesuai dengan filosofi dan nilai-nilai organisasi

- Strategi harus bersifat etis. Moral, legal, dan merupakan keinginan

organisasi untuk menjadi lebih baik

- Strategi harus sesuai dengan isu yang hendak dipecahkan

selain kinerja strategi yang telah diuraikan, namun strategi tersebut juga harus

memiliki manfaat Bryson :1997 yaitu:

- Mengembangkan car berfikir dan bertindak strategis

- Memperbaiki pengambilan keputusan

- Menigkatkan daya tanggap organisasi dan meperbaikin kinerja

- Menigkatkan daya tanggap organisasi dan memperbaiki kinerja

Dapat secara langsung bermanfaat bagi anggota organisasi

Sementara itu perencanaan strategi merumuskan pada pernecanaan ,

bagaimana cara tersebut dapat memberikan efek melalui:

- Analisis strategi (strategic analisis)

- Pemilihan strategi( strategic choice)

- Implementasi strategi (strategc implementation ) greenlay g dalam

robinson:1994:6 Dalam menjalankan strategiyang telah dicanangkan

tersebut suatu daerah juga ahrus memiliki perencanaan atau yang lebih

sering disebut dengan perencanaan strategis

11

Page 12: Kontrol pemerintahan

Menurut Chander (1962:13) menyebutkan bahwa strategi adalah tujuan

jangka panjang dari suatu perusahaan/organisasi, serta pendayagunaan alokasi

semua sumber daya yang penting untuk mencapa tujuan pemahaman yang baik

mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat

menentukan suksesnya strategi yang dususun. Sebagaimana yang dikemukan oleh

Salusu (1996:101) ada empat tingkat-tingkat strategi. Keseluruhannya disebut

master strategi yaitu:

- Enterprise strategy

Strategi ini berkaitan dengan respon masyarakat. Setiap organisasi

mempunyai hubungan dengan masyarakat. Masyarakat adalah kelompok

yang berada diluar organiasasi yang tidak dapat di control

- Corporate strategy

Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut grand

strategy yan meliputi bidang yang digeluti oleh organisasi

- Bussines strategy

Strategi pada tingkat ni menjabarkan bagaimana merebut pasaran ditengah

masyarakat. Bagaimana menempatkan organiasasi di hati para penguasa,

para pengusaha, para anggota legislative para politis dan sebagaunya

- Fungsional strategy

Strategi fungsional managemen yaitu mencakup fungsi-fungsi management

yaitu planning, organizing, implementing,controlling, staffing, motivating,

decision making, representing dan integrating.

12

Page 13: Kontrol pemerintahan

Teori Kontrol Pemerintahan

Menurut Muther Gulick dan L. Urwick,eds dalam pepers on the science of

administration (1937) berbicara entang control sebagai proses. Proses tersebut

berlangsung dibawah empat prinsip control yang juga prinsip organisasi. Keempat

prinsip itu adalah 1. Koordinasi sebagai hubungan timbale baik semua faktor

didalam suatu institusi 2. Koordinasi dengan kontak langsung antarmanusia yang

berkepentngan 3. Koordinasi pada tahap awal kegiatan 4. Koordinasi sebagai

sebuah proses yang berjalan terus menerus jadi antara kotrol dengan koordinasi

terdapat kaitan yang erat sekali.18

Harold Koontz dan Cyrill O’Donnel dalam management(1976)

berpendapat bahwa control merupakan system sibernetik (cybernetic system) dan

system masukan balik (feedback system). Setiap system mempunyai nalur untuk

hidup, dan mengontrol dirinya sendiri melalui system komunikasi yang

mentrafnsfer informasi masukan-balik agar bahaya dapat diketahui dan langkah

perlidungan atau perbaikan dapat segera diambil. Control dapat dilakukan oleh

siapa saja yang berkepentingan terhadap suatu organisasi atau kelompok

masyarakat.Kontrol dapat dlakukan sebelum, sepanjang, dan sesudah suatuu

kegiatan dilaksanakan. James.A.F.Stoner dan Sharles Wankle dalam

management(1986) control dapat dilakukan dengan berbagai bentuk atau teknik.

Dilihat dari asfek ini ada beberapa macam metode dan teknik kontol misalnya,

1. Pengendalian (directing)

Menurut Luther Gulick directing adalah (the contimous task of making decision

and embodying them in specific and general order and instruction and the leader

18 Taliziduhu Ndraha, 2011,managemen kinerja kontro pemerintahan, kybernology ilmu Pemerintahan baru, Jakarta: Rieneka Cipta, hal.197

13

Page 14: Kontrol pemerintahan

of the enterprise” setiap keputusan yang dibuat berisi kendala sebagai alat untuk

mengarahkan organisasi pada tujuan, dalam ketepatan dan cara tertentu. Tetapi

lebih dari pada itu setiap keputusan berisi prediksi tentang suatu yang dapat

dikehendaki, diharapkan atau akan terjadi di masa depan. Supaya sesuatu yang

terjadia dimasa depan, diperlukan prasyarat atau kondisi tertentu yang

dibuat(diciptakan,direkayasa) jika kondisi itu tidak dibuat, ramalan yang

terkandung didalam keputusan yang bersangkutan.

2. Pengawasan

Menurut harold koontz dan cyril o’donnel dalam lubis (1985) menyatakan

bahwa pengawasan adalah :“penilaian dan koreksi atas pelaksanaan kerja yang

dilakukan oleh bawahan dengan maksud untuk mendapatkan keyakinan atau

menjamin bahwa tujuan-tujuan perusahaan dan rencana-rencana yang digunalkan

untuk mencapai tujuan”.19 Deefinisi lain Dharma S.Salan ( 2004:21) pengawasan

adalah suatu usaha untuk mengatasi, membimbing, dan membina gerak pegawai

dan unit kerja untuk bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dengan

berpedoman pada petunjuk baku dan pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

Pengawasan meliputi kegiatan penilaian atau hasil kerja yang telah dilakukan, bila

ditemukan tindakan yang menyimpang dari standar atau petunjuk baku yang telah

ditetapkan, maka diperlukan suatu tindakan korektif sesuai dengan prosedur-

prosedur yang tekah ditetapkan. selanjutnya pengawasan akan bermakna dan

dapat memainkan perannya dengan baik apabila telah mencapai tujuan

pengawasan, yakni : pertama, pihak yang diawasi merasa terbantu sehingga dapat

mencapai visi dan misinya secara efisien dan efektif;  kedua, menciptakan suasana

keterbukaan, kejujuran, partisipasi dan akuntabilitas ; ketiga, menimbulkan

19 Ibid,. Taliziduhu Ndraha 199

14

Page 15: Kontrol pemerintahan

suasana saling percaya didalam dan diluar lingkungan operasi organisasi.

keempat, meningkatkan akuntabilitas organisasi ; kelima, meningkatkan

kelancaran operasi organisasi; keenam, mendorong terwujudnya good

govgernance dan good corporate governance.20

Seperti yang dikemukakan oleh swastha (2003:122) pengawasan memiliki

fungsi Fungsi pengawasan terdiri dari dua jenis yaitu pengawasan preventive dan

pengawasan korektif.:

1. pengawasan preventive adalah pengawasan yang diterapkan dejak suatu

pekerjaan belum dilaksanakan. Pengawasan ini bertujuan agar pelaksanaan

pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

2. Pengawasan korektif adalah pengawasan yang dilaksanakan untuk

perbaiakan pelaksanaan pekerjaan yang telah dilaksanakan.21

Teori Managemen Konflik

Disisi lain, dalam penyelesaian konflik yang terjadi Pemerintah

memerlukan adanya management konflik untuk menyelesaiakan Konflik yang

semakin marak terjadi. Menurut Ritzer (2010), Dalam Management konflik ada

dua pendekatan utama yang digunakan adalah corperatif dan competitive strategy

terlepas dari siapa yang harus menang dalam penyelesaian konflik (strategy

competitif) yang dapat dilakukan untuk mengatas persoalan konflik didaerah

adalah dengan management konflik dan resolusi konflik salah satu fungsi konflik

adalah komunikasi artinya konflik membuat pihak-pihak yang bertikai mencoba

mencari cara yang lebih baik untuk memperkuat mereka dan mengakomodasi

20 Dharma S. Salam, 2004,Managemen Pemerintahan Indonesia, Jakarta: PT.Jamatan.hal 82

21 Swastha,Basu,2003, Dasar-Dasar Managemen, Yogyakarta ;BPFE UGM hal.122

15

Page 16: Kontrol pemerintahan

pendekatan baru dan mencari upaya damai.22 metode yang sering digunakan

adalah joint-problem solving, negosisasi, mediasi dan arbitrae. Solusi penanganan

konflik juga harus mampu menampung kebutuhan semua kelompok masyarakat

yaitu:

1. Bentuk penyelesaian konflik

Ada lima bentuk penyelesain konflik mulai dari pengguna kekerasan,

dibiarkan saja, musyawarah, diselesaikan dengan kepolisian, dan pengadilan.

Kelima bentuk penyelesaian tersebut menunjukkan bahwa musyawarah

merupakan cara penyelesaian yang paling banyak untuk menyelesaikan sengketa

tanah antara pemda dan masyarakat maupun antara sengketa swasta

2. Lembaga mediasi konflik

Informasi mengenai lembaga mediasi konflik sangat penting daam upaya

mengembangkan system management konflik di Indonesia. Semakin banyak

kasus konflik terbuka dibanyak daerah menjadikan system managemen konflik

yang efektif sebagai suatu keniscayaan. Pengembangan system semacam ini

memerlukan informasi mengenai keberadaan lembaga mediasi konflik, mengingat

keberadaan lembaga in di derah adalah sangat penting. Kecendrungan pemerintah

selama ini mengenalkan system dan lembaga baru dalam yang belum jelas

keterandalannya dengan menggusur keberadaan lembaga yang ada di daerah.

Dalam banyak lembaga yang ada diadaerah, sering lembaga tersebut justru dapat

fungsional dalam merespon dinamika masyarakat. Dalam konteks ini informasi

mengenai keberadaan lembaga mediasi konflik menjadi sangat penting.23

22 agus dwiyanto dkk,2003, reformasi tata pemerintahan dan otonomi daerah,Yogyakarta: pusat studi kependudukan dan kebijakan universitas gajah mada, hal.7023 Ibid,.Agus dwiyanto hal 73

16

Page 17: Kontrol pemerintahan

Teori Upaya Mengubah Konflik menjadi Kemitraan Sejajar

Konflik dalam tinjauan pakar dimaksanai dengan beragam, ada yang

berpendapata bahwa konflik adalah cara untuk mencapai tujuan dengan

melemahkan pihak lain, tanpa menghiraukan norma dan nilai yang berlaku

(Hartini dan Kartasapoetra, 1992).

Pada tahun 2007 ada upaya Sustainable Social Development Partnership

(Scale Up) Adapun upaya yang dapat dilakukan dalam mediasi konflik dalam pola

scale up adalah sebagai berikut:

- Menciptakan saling percaya antar kedua belah pihak yang berkonflik

(trustbuilding).Ini merupakan kegiatan pra kondisi menuju negosiasi yang

sangat menentukan prosesselanjutnya, Perusahaan ada baiknya memulai

dengan melakukan proyek-proyek kecil yang menyentuh kepentingan publik

seperti pembangunan infrsuktur publik yang saat ini sangat dibutuhak,ini akan

membatu mengembalikan keperecayaan masyarakat ke perusahaan.

- Menumbuh kebangkan kelembagaan komunitas/desa. Ini perlu sebagai wadah

untuk membicarakan segala tuntutan dan mengevaluasi pencapaian serta

sebaai represif dan perwakilan dalam forum negosiasi.

- Menyiapkan tim ahli yang independen sebagai mediator

- Pertemuan Silang (awal) menjajaki kebutuhan. Memulai pertemuan dengan

kedua belah yang berkonflik secara silang dilakukan mediator. Untuk

mendapatkan gambaran sejauh mana perbedaan kepentingan kedua belah

pihak dan unsur-unsur yang menjadi dasar bertahan masing-masing pihak..

- Mediator sebaiknya menawarkan tahapan-tahapan kepada kedua belah pihak

berdasarkan hasil penjajakan kebutuhan awal yang sudah dilakukan

17

Page 18: Kontrol pemerintahan

- Negosiasi mencari titik temu (kesepakatan).Untuk memasuki proses ini

hubungankeduabelahpihak sudah harus kondusif, sudah memilikipemahaman

yang baik tentang proses negosiasi,sudah mengenali persoalan dan tuntutan

masing-masing dengan baik dan sudah memiliki data tentang objek koflik

serta gambaran tentang peluang-peluang kerja sama yang bisa dibangun sesuai

potensi yang dimiliki, pada tahap ini peran mediator harus selalu menyiapkan

tawaran jalan tengah yang tetap membuat kedua belah pihka nyaman dalam

forum negosiasi, dan setiap negosisasi harus didokumentasikan dan

ditandatangani oleh kedua belah pihak dan mediator serta para saksi dari

Pemerintah 24.

24 LembagaIndepenen yang focus aktif bekerjamengembangkan inisiatif-inisiatif baru model resolusi konflik antarakomunitas dengan perkebunan besar melalui study/riset, pendampingan dan mediasi (www.scaleup.or.id).

18

Page 19: Kontrol pemerintahan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan dan jenis penelitian kualitatif.

Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data

tersebut berasal dari naskah wawancara, dokumen pribadi, catatan memo, dan

dokumen resmi lainnya.

3.2 Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari seluruh Perusahaan Swasta

perkebunan Kelapa Sawit, seluruh Masyarakat yang terlibat konflik dengan

Perusahaan dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi.

Sedangkan sampelnya adalah sebagian objek yang mewakili populasi yang

meliputi Bupati Kuantan Singigi H. Sukarmis Ketua DPRD Kuantan Sngingi

Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Kuantan Singing H. wariman . Dw. SP,

Pengamat Tata Ruang dan Wilayah Ir Mardianto Manan MT Kepala Bidang

pembinaan dan pengawasan Usaha Dinas Perkebunan Kabupaten Kuantan

Singingi Pramudio nandar, SP. Kasi Perizinan dan Pengawasan Dinas Perkebunan

Kabupaten Kuantan Singingi Desi Supendi, SP, Pimpinan Perusahaan Swasta PT

Tri Bakti Sarimas (TBS), perwakilan masyarakat Cengar atau Kuantan Mudik

sekitarnya.

19

Page 20: Kontrol pemerintahan

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi pada penelitian ini kantor Pemerintah Daerah yang berlokasi di

Perusahaan Swasta PT Tri Bakti Sarimas (TBS), masyarakat Cengar atau Kuantan

Mudik sekitarnya dan Masyarakat setempat. Di Kabupaten Kuantan Singingi.

3.4 Teknik pengumpulan Data

a. Wawancara terpimpin

wawancara merupakan tekhnik data dengan melakukan dialog langsung

dengan sumber data, dan dilakukan secara tak berstruktur, dimana responden

mendapatkan kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan pikiran, pandangan

dan perasaan secara natural. Susan stainback dalam Sugiyono (2006)

mengemukakan bahwa interviewing provide the researcher a means again a

deeper understanding of how the participant interpret a situation of phenomenon

tah can be gained though observation. Jadi dengan wawancara, maka peneliti

mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam

menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi. Adapun rencana

informan pada penelitian ini Bupati Kuantan Singigi H. Sukarmis Ketua DPRD

Kuantan Sngingi Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Kuantan Singing H.

wariman . Dw. SP, Pengamat Tata Ruang dan Wilayah Ir Mardianto Manan MT

Kepala Bidang pembinaan dan pengawasan Usaha Dinas Perkebunan Kabupaten

Kuantan Singingi Pramudio nandar, SP. Kasi Perizinan dan Pengawasan Dinas

Perkebunan Kabupaten Kuantan Singingi Desi Supendi, SP, Pimpinan Perusahaan

Swasta PT Tri Bakti Sarimas (TBS), perwakilan masyarakat Cengar atau Kuantan

Mudik sekitarnya.

20

Page 21: Kontrol pemerintahan

b. Triangulasi

Dalam pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik yang

bersifat menggabungkan berbagai teknik yang ada. Stainback dalam sugiyono

(2006) menyatakan bahwa “the aim is not to determine the truth about some social

phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one’s

understanding of what ever s being investigated. Tujuan dari tringulasi bukan

untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tapi lebih pada peningkatan

pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Oleh karena itu

denganmenggunakan tekhnik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data

yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.

Hasil penelitian alfendri abrar

Pelaksanaan pengawasan, pembinaan dan pengendalian terhadapperkebunan kelapa sawit oleh pemda kuansing dilakukan dalam bentuk pemberian izin usaha perkebunan. Yang bertujuan untuk mengatur, membina dan mengawasi engendalian pemafaatan sumber daya alam dalam rangka mewujudkan usaha perkebuan yang efisien. Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh deinas perekebunan adalah membidangi perkebunan terhadap perkebunan kelapa sawit ini adalah oengawasan yang bersifat teknis. Pengawasan ini dikelompokkan menjadi tahap pengawasan sebelum mendapatkan izin berupa sosialisasi oleh pemda kepada perusahaan agar mengathui syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi. Jadi pemda melalui instans terkait akan melakukan sosialisasi walaupun sudah diakukan sosialaisasai tetapi dalam praktekna dilapangan masih saja sering terjadi permasalahan untuk mendapatkan izin usaha aperkbunan maka harus mendapatka rekomendasi dar BLPH badan pengendalian lingkungan hidup, bappeda, dinas kehutanan kuansing, dinas perkebunan kuansing. Dalam hal ni dinas perkebunan memberikan surat pemeritahuan ataupun teguran yang diajukan pemerintah kepada phak yang melakukan pelanggaran.

Faktor yang menjadi kendala pemerintah daerah kab kuansing dalam melakukan pengawasan terhadap perkebunan kelapa sawit adalah

21

Page 22: Kontrol pemerintahan

1, perusahaan yang tdak koorperatif

Ddalam melakukan pengawasan pemda melalui dinas erkebunan harus turun langsung kelapangan untuk mengcek dan melihat perkembangan langsung perkembangan perusahaan tersebut. Apalagi kalau sudah ada pelanggaran-pelanggaran yang masuk ke pemda, namun kedala yang ditemui adalah pihaka perusahaan tidak koirperatif terhadap kedatangan pemda. Mereka selalu berkila dengan brbagai macam alas an untuk tidak menerima kedatangan dari tim pemerintah.

3. Kurangnya koordinasi dari instansi yang melakukanpengawasan, 4. Dalam melakukan oengawasan terhadap perusahaan perkebunan ini pemda

sudah membentuk beberapa tim koordinasi yang anggotanya terdiri dari beberapa banda dan dinas-dinas terkait, tim in bertugas melakukan koordinasi dalam meyelesaikan –masing permasalah-permasalahn perkebunan yang ada. Akan etapi dinas terkait masih mementingkan ego dari dinasnya masing seperti yang dilakukan

Koordnasi yang dilakukan pemda masih dirasa sangat kuran karena terlalu mementingkan ego masing-masing misalnya permasalahn kawasan hutan seolah-olah itu hanya tugas dari dinas perkebunan dan tugas dari bpn dalam rapat seringkali utusan dari dinas-dinas tidak hadir karena merasa permasalahan itu bukan dari bidang mereka. Bpn kuansing

Akses jalan yang dilalui sulit

Kegiatan perkebunan yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan di kab kuansing tentu jauh dari pemukiman masyarakat dan terpencar dilokasi yang cukup jauh

22