kontrol dengan termocontrol dan mikrokontroller

25
BAB IV PEMBAHASAN 1. Instalasi Alat Mikro-kontroler X merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengontrol suhu. Dalam mengontrol suhu, mikro-kontroler X membutuhkan komponen-komponen lain seperti termokopel, relay dan kontaktor. Semua komponen yang terhubung ke Mikro-kontroler X ada dua macam yaitu input dan output seperti terlihat pada Gambar 4- 1. Gambar 4-1 Input dan output mikro-kontroler X Dalam masalah ini input yang digunakan adalah termokopel. Termokopel ini digunakan untuk membaca suhu dari furnace atau tungku pemanas. Prinsip kerja dari termokopel adalah mengubah besaran fisis yang berupa suhu menjadi besaran elektris yang berupa tegangan. Tegangan inilah yang diolah oleh mikro-kontroler X sehingga dapat mengontrol output sesuai dengan fungsinya. Pada penggunaan termokopel, pengguna tidak perlu memperhitungkan tegangan input yang masuk ke mikro-kontroler X, tetapi cukup memasukkan jenis termokopel yang digunakan saja, maka mikro- kontroler X akan mengolah input dari termokopel secara otomatis. Pemasangan termokopel akan terlihat seperti pada Gambar 4-2.

description

semoga sedikit yang bisa di bagi ini bisa menambah wawasan kita tentang penggunaan termocontrol dan termocouple untuk mengoperasikan kontaktor. juga disini terdapat penjelasan tentang mikro controller

Transcript of kontrol dengan termocontrol dan mikrokontroller

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Instalasi Alat

Mikro-kontroler X merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengontrol suhu.

Dalam mengontrol suhu, mikro-kontroler X membutuhkan komponen-komponen lain seperti

termokopel, relay dan kontaktor. Semua komponen yang terhubung ke Mikro-kontroler X ada

dua macam yaitu input dan output seperti terlihat pada Gambar 4-1.

Gambar 4-1 Input dan output mikro-kontroler X

Dalam masalah ini input yang digunakan adalah termokopel. Termokopel ini digunakan

untuk membaca suhu dari furnace atau tungku pemanas. Prinsip kerja dari termokopel adalah

mengubah besaran fisis yang berupa suhu menjadi besaran elektris yang berupa tegangan.

Tegangan inilah yang diolah oleh mikro-kontroler X sehingga dapat mengontrol output sesuai

dengan fungsinya. Pada penggunaan termokopel, pengguna tidak perlu memperhitungkan

tegangan input yang masuk ke mikro-kontroler X, tetapi cukup memasukkan jenis termokopel

yang digunakan saja, maka mikro-kontroler X akan mengolah input dari termokopel secara

otomatis. Pemasangan termokopel akan terlihat seperti pada Gambar 4-2.

 

Gambar 4-2 Pemasangan termokopel

Sebenarnya selain menggunakan termokopel input mikro-kontroler X, juga dapat menggunakan

resistor bulb dan arus / tegangan. Kemudian output dari mikro-kontroler X ini adalah berupa

solid state relay (SSR). SSR ini berbeda dengan relay pada umumnya, jika relay biasanya ada

bagian mekanik yang bergerak maka pada SSR ini tidak ada bagian mekanik yang bergerak, oleh

karena itu dinamakan solid state relay. Cara kerja dari SSR yaitu mengaktifkan sebuah dioda

photo sensitive dengan menggunakan sinar dari sebuah LED. Ketika terjadi beda potensial antara

kaki 1 dan kai 2 maka LED akan menyala, dengan demikian maka dioda photo sensitive akan

aktif dan terjadi kontak antara kaki 4 dan kaki 6. Skema dari SSR ditunjukkan oleh Gambar 4-3.

Gambar 4-3 Skema SSR

Mikro-kontroler X menyediakan kaki output yang dapat di interface-kan dengan SSR yang

terletak pada kaki no 31 dan 32, seperti terlihat pada gambar 4-4 berikut.

Gambar 4-4 Pemasangan SSR

Output dari SSR masih berupa tegangan DC jadi belum bisa digunakan untuk mengontrol suhu

furnace . Untuk mengatasi hal tersebut maka ditambahkanlah sebuah kontaktor yang yang

menghubungkan antara furnace dan SSR.

Kontaktor dan relay pada prinsipnya sama saja, yaitu menghubungkan dan melepas kontak

dengan sarana koil. Relay sering dipakai untuk aplikasi kontrol dengan besaran beban yang dapat

di tampung kecil, biasanya kurang dari 12Ampere, tetapi ada juga relay yang berkapasitas besar

contohnya yang terdapat pada generator yaitu switch relay pada bagian dinamo starter yang

dapat menerima beban sampai 200A. Sedangkan kontaktor umumnya dipakai untuk aplikasi

berat bahkan sampai ratusan ampere, di kontaktor selain fungsi kontak utama juga terdapat

kontak bantu (auxiliary contact) dengan karakter kemampuan lebih kecil daripada kontak

utamanya, sedangkan pada relay tidak ada semua kontak memiliki kemampuan atau kapasitas

yang sama. Pada kontaktor juga tersedia yang jenis NO maupun NC, dalam pengontrolan furnace

jenis yang dipakai adalah jenis NC, untuk mengurangi kebisingan. Kaki kontaktor yang

digunakan hanya empat yaitu kaki A1 terhubung ke SSR, kaki A2 terhubung ke ground DC, kaki

11 terhubung ke tegangan AC dan kaki 12 terhubung ke furnace. Skema dari kontaktor

ditunjukkan oleh Gambar 4-5

 

Gambar 4-5 Skema kontaktor

Jika terjadi kontak maka tegangan AC yang mengalir menuju ke furnace akan terputus, sehingga

furnace dalam keadaan off maka suhu dalam furnace pun akan menurun. Jika penurunan suhu

pada furnace mencapai batas bawah, maka kontak disambungkan lagi, sehingga furnace akan

aktif dan suhu dalam furnace akan meningkat.

2. Pengaturan Fungsi-Fungsi Mikro-kontroler X

Untuk melakukan pengontrolan suhu dengan menggunakan mikro-kontroler X pertama-

tama pengguna harus mengerti fungsi-fungsi yang ada dalam mikro-kontroler X. Mikro-

kontroler X PXR 5/9 ini memiliki sepuluh macam fungsi yaitu:

1. Kontrol On/Off

2. Auto-tuning

3. Self-tuning

4. Fungsi alarm

5. Fungsi ramp/soak

6. Fungsi komunikasi

7. Fungsi input digital

8. Fungsi lain (mask/unmask)

9. Fungsi output re-transmisi

10. Fungsi remote SV

Masing-masing fungsi tersebut diatas memiliki parameter-parameter tersendiri yang harus diatur

supaya mikro-kontroler X dapat melakukan aplikasi sesuai fungsi yang telah dipilih. Untuk

pengaturan parameter pada masing-masing fungsi, maka prosedur adalah sebagai berikut:

1. Kontrol On/Off

Kontrol On/Off ini hanya memungkinkan mikro-kontroler X untuk melakukan kontak

On/Off saja. Pada operasi ini maka konfigurasi hardware output adalah sama dengan

pemasangan pada SSR yaitu pada kaki output seperti yang ditunjukkan pada gambar 4-4.

Dalam kerja prakter ini output kontrol dihubungkan pada SSR yang kemudian

disambungkan ke kontaktor yang melakukan kontak On/Off pada furnace.

Parameter-parameter yang diatur dalam fungsi ini yaitu ada tiga macam yaitu: “P”, “P-n1”

dan “HYS”. Untuk mengatur parameter “P” pengguna harus masuk ke blok parameter kedua

atau menekan tombol sel selama 3 detik. Parameter “P” dalam kontrol On/Off diberi nilai

“0”. Kemudian untuk mengatur parameter “P-n1” pengguna harus masuk ke blok parameter

ketiga atau menekan tombol sel selama 5 detik. Parameter “P-n1” dalam kontrol On/Off

diberi nilai “0” atau “1” untuk operasi membalik dan diberi nilai “2” atau “3” untuk operasi

searah. Untuk mengatur parameter “HYS” pengguna harus masuk ke blok parameter kedua

atau menekan tombol sel selama 3 detik. Pilih parameter “HYS” dalam kemudian diberi nilai

berapa saja. Parameter “HYS” adalah parameter yang mempengaruhi nilai tunda pada saat

On. Seperti terlihat pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 berikut.

Operasi membalik

PV

Ketika nilai PV naik

PV

Ketika nilai PV turun

Gambar 4.6 Tunda on pada operasi membalik

Operasi maju

PV

Ketika nilai PV naik

PV

Ketika nilai PV turun

Gambar 4.7 Tunda on pada operasi maju

2. Auto-tuning

Fungsi auto-tuning ini akan melakukan perhitungan otomatis dan memasukkan parameter

control ( P, I dan D). Untuk menggunakan fungsi auto-tuning ini maka parameter yang diatur

adalah parameter AT. Parameter AT terletak pada blok parameter pertama, untuk menuju ke

blok parameter pertama dapat dilakukan dengan cara menenekan tombol sel selama 1 detik.

Parameter AT memiliki tiga macam nilai setting yaitu ”0”, ”1” dan ”2”. Nilai ”0” untuk

menonaktifkan fungsi auto tuning. Nilai ”1” untuk melakukan auto-tuning tipe standar pada

SV atau melakukan operasi output seperti Gambar 4-8 berikut.

Gambar 4-8 Grafik PV pada operasi AT tipe standart

Nilai ”2” untuk melakukan auto-tuning tipe low PV, atau melakukan operasi output seperti

Gambar 4-9 berikut.

Gambar 4-9 Grafik PV pada operasi AT tipe low PV

3. Self-tuning

Fungsi self-tuning sangat berguna dimana perubahan parameter PID sangat diperlukan

perubahan yang berkali-kali ketika dalam proses kondisi. Parameter yang diatur pada fungsi

ini adalah parameter ”SELF”. Parameter ini terdapat pada blok parameter kedua atau tekan

tombol sel selama 2 detik. Setelah masuk ke blok parameter kedua kemudian pilih parameter

”SELF”, atur parameter ”SELF” dari keadaan default yaitu ”PID” menjadi ”SELF”. Seperti

ditunjukkan pada Gambar 4-10 berikut.

Gambar 4-10 Pengaturan parameter CTrL

Setelah parameter ”CTrL” diatur pada ”SELF”, matikan mikro-kontroler X dan hidupkan lagi

maka secara otomatis mikro-kontroler X akan menjalankan fungsi self-tuning. Operasi output

pada fungsi self-tuning akan terlihat pada Gambar 4-11 berikut.

Gambar 4-11 Grafik operasi output pada fungsi self-tuning

4. Fungsi alarm

Mikro-kontroler X PXR 5/9 memiliki tiga buah output alarm yaitu AL1, AL2 dan AL3.

Masing-masing dari setiap alarm tersebut berada pada kaki 8 untuk AL1, kaki 9 untuk AL2

dan kaki 10 untuk AL3 sedangkan COM atau common berada pada kaki 7. Kaki common

harus dihubungkan ke kutub positif jika alarm yang digunakan aktif high dan sebaliknya jika

alarm yang digunakan adalah aktif low maka kaki common terhubung pada kutub negatif.

Konfigurasi output alarm tersebut ditunjukan pada Gambar 4-12 berikut.

Gambar 4-12 Pemasangan output alarm

Fungsi alarm ini memiliki banyak variasi fungsi, dan masing-masing variasi mempunyai

parameter tersendiri yang harus diatur. Berbagai macam variasi fungsi alarm ditampilkan

pada Tabel 4-1 berikut .

Tabel 4-1 Macam variasi fungsi alarm

No Fungsi keterangan Parameter

1 Hysteresis Mengatur hysteresis untuk mencegah kebisingan.

2 Tunda ON Alarm akan aktif dengan waktu tunda beberapa detik.

3 Kunci alarm (alarm latch)

Menjaga status alarm tetap dalam kondisi ON. Untuk membatalkan opersi alarm latch dengan menggunakan prosedur dibawah ini:

i) Hidupkan kontroler lagi.

ii) Diubah kondisi alarm latch setting pada kondisi off.

iii) Gunakan parameter alarm latch cancel.

iv) Batalkan dengan digital input.

v) Batalkan dengan fungsi komunikasi.

4 Alarm status error

Alarm akan hidup ketika indikator error ditampilkan.

5 De-energizing

Output alat menjadi de-energizing

Pada fungsi hysteresis, parameter yang diatur berada pada blok parameter ketiga, untuk

mengakses blok parameter ketiga cukup menekan tombol sel selama 5 detik. Parameter

”A1hY”, ”A2hY” dan ”A3hY” dapat diberi nilai mulai dari 1 sampai 50 % FS.

Kemudian pada fungsi tunda On/Off, parameter yang diatur berada pada blok parameter

ketiga, untuk mengakses blok parameter ketiga cukup menekan tombol sel selama 5 detik.

Parameter ”dLY1”, ” dLY2” dan ” dLY3”. Rentang pengaturan parameter delay ini mulai

dari 0 sampai 9999 detik.

Fungsi latch (kunci alarm) sebenarnya adalah fungsi tambahan dari fungsi alarm ini.

Fungsi alarm latch pada masing-masing alarm dapat diatur dengan parameter ”A1oP”, ”

A2oP” dan ” A3oP”. Rentang pengaturan dari paremeter tersebut adalah dari nilai 000

sampai nilai 111, dengan format pengaturan seperti pada Gambar 4-13 berikut.

Gambar 4-13 Format pengaturan alarm

Prosedur diatas juga untuk mengaktifkan fungsi Alarm status error dan De-energizing.

5. Fungsi ramp/soak

Ramp/soak adalah operasi pemanasan, dimana proses pemanasan yang terjadi akan terlihat

seperti Gambar 3-17 berikut.

Gambar 3-17 Grafik operasi ramp/soak

Mikro-kontroler X PXR 5/9 menyediakan fungsi ramp/soak yang memungkinkan pengguna

untuk melakukan operasi seperti pada grafik diatas. Fungsi ramp/soak pada mikro-kontroler

X dapat diatur menggunakan dua parameter yaitu ”PTn” dan ”CTrL”. Pertama-tama memilih

pola dari operasi ramp/soak ini dengan memasukkan nilai pada parameter ”PTn” sebagai

berikut.

1 = untuk mengeksekusi segmen pertama sampai keempat

2 = untuk mengeksekusi segmen kelima sampai kedelapan

3 = untuk mengeksekusi segmen pertama sampai kedelapan

Parameter ”PTn” tersebut berada pada blok parameter kedua, untuk mengaksesnya cukup

menekan tombol sel selama 3 detik, kemudian cari parameter tersebut dengan menggunakan

tombol up dan tombol down. Untuk memulai operasi ramp/soak maka parameter ”ProG”

yang terletak pada blok parameter pertama diatur dalam keadaan ”rUn”.

6. Fungsi komunikasi

Fungsi ini memungkinkan data internal dapat dibaca atau ditulus via komunikasi

MODBUS atau ASCII. Untuk menggunakan fungsi ini parameter yang diatur ada tiga

macam yaitu Stno, CoM dan PcoL. Ketiga parameter tersebut berada pada blok parameter

ketiga atau dapat diakses dengan menekan tombol sel selama 5 detik. Parameter Stno

digunakan untuk mengatur nomor stasiun komunikasi. Parameter ini dapat diatur mulai dari

nilai 0 sampai 255. Contoh, jika menggunakan stasiun no 18 maka maka tampilan pada

mikro-kontroler X adalah seperti Gambar 4-15 berikut.

Gambar 4-15 Pengaturan parameter STno

Parameter Com digunakan untuk mengatur parity pada komunikasi serial. Pada mikro-

kontroler X secara default baudrate-nya adalah 9600 bps. Rentang pengaturan dari parameter

ini adalah dari nilai 0 sampai 2 seperti ditunjukan pada Tabel 4-2 dibawah ini.

Tabel 4-2 Rentang pengaturan parameter CoM

Gambar 4-16 berikut merupakan tampilan dari pengaturan parameter CoM pada mikro-

kontroler X.

Gambar 4-16 Pengaturan parameter CoM

Parameter PCoL digunakan untuk mengatur protokol komunikasi mikro-kontroler X.

Pengaturan dari paraneter PcoL ada dua macam yaitu nilai 1 untuk memilih protokol modbus

dan nilai 2 untuk memilih protokol ASCII.

Gambar 4-17 berikut merupakan tampilan dari pengaturan parameter PcoL pada mikro-

kontroler X.

Gambar 4-17 Pengaturan perameter PCoL

7. Fungsi Input Digital (Pilihan)

Fungsi digital input jika diaktifkan maka akan menyediakan fungsi-fungsi dibawah ini:

o SV switching

o Memilih mode kontrol : Run/Standby

o Memilih Run/Reset pada fungsi ramp/soak

o Start/ stop pada auto-tuning

o Membatalkan Alarm Latch

o Start/reset pada timer

Parameter yang harus diatur untuk menggunakan fungsi input digital ini adalah ”di-1” dan

”di-2” seperti ditunjukan oleh Gambar 4-18 berikut.

Gambar 4-18 Pengaturan parameter ”di-1” dan ”di-2”

Rentang pengaturan pada fungsi input digital adalah dari nilai 1 sampai 12 dengan Tabel 4-3

dibawah ini:

Tabel 4-3 Rentang pengaturan fungsi input digital

Kode

Fungsi Keterangan

1 Saklar Set Value (SV) Menyaklar antara lokal SV dan

2 Mode kontrol, Run/StandbyPada mode standby kontrol tidak disediakan dan SV berkedip.

3Memulai auto-tuning

(standart)Start/stop dapat diatur pada saat DI bangkit atau turun.

4 Memulai auto-tuning (low PV)

5 Semua kunci alarm dicancel Ketika fungsi ini tidak digunakan fungsi DI tidak efektif

6 Kunci alarm 1 dicancel

7 Kunci alarm 2 dicancel

8 Kunci alarm 3 dicancel

9 Timer ALM 1 Operasi tunda timer On/Off. Waktu yang tersisa pada timer dapat diperiks dengan timer 1 dan 2 tampilan parameter (block pertama).

10 Timer ALM 1

11 Timer ALM 1

12 Run/Reset Ramp/SoakOperasi Run/Reset pada Ramp/Soak dapat ditampilkan pada waktu DI naik atau turun.

Pada Gambar 4-19 berikut merupakan konfigurasi hardware dari fungsi input digital.

Gambar 4-19 Konfigurasi hardware dari fungsi input digital.

8. Fungsi-fungsi lain

Fungsi ini digunakan untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu parameter.

Parameter ”bAL” dan ”Ar” tidak dapat diakses pada pengaturan default. Jika dibutuhkan

untuk mendisable beberapa parameter maka prosedurnya sebagai berikut.

1. Fungsi bAL dan Ar digunakan untuk menekan overshoot (biasanya tidak dibutuhkan

untuk mengunbah settingan).

2. Jika fungsi bAL dan Ar tidak bernilai maksimal, terkadang akan didapatkan kontrol yang

kurang bagus.

3. ”Ar” (Anti-reset wind-up) akan otomatis aktif dengan proses auto-tuning.

o bAL

MV dihitung dengan menambahkan offset bAL ke MV, hasil perhitungan PID, dari

PV dan SV. Proses perhitungan MV diperlihatkan pada Gambar 4-20 berikut.

Gambar 4-20 Proses perhitungan MV

o Ar

Rentang integral adalah   Aksi integral tidak bekerja jika PV berada diluar

rentang seperti pada Gambar 3-20 dibawah ini .

Gambar 3-20 Aksi integral

Menutup / membuka parameter bAL dan Ar

o Untuk membuka (enable)

Tampilkan “dSP3” pada parameterblok ketiga dan kemudian mengurangi

128 dari nilai pada saat tersebut.

Tampilkan “dSP4” pada parameter blok ketiga dan kemudian mengurangi

1 dari nilai pada saat tersebut.

o Untuk menutup (disable)

Tampilkan “dSP3” pada parameterblok ketiga dan kemudian

menambahkan 128 dari nilai pada saat tersebut.

Tampilkan “dSP4” pada parameterblok ketiga dan kemudian

menambahkan 1 dari nilai pada saat tersebut.

9. Fungsi output re-transmisi

Fungsi ini digunakan untuk membuat output dari PV, SV, MV dan DV mebgehasilkan

arus 4 sampai 20mA. Untuk menggunakan fungsi output retransmisi adalah dengan mengatur

parameter  ,  dan   Kedua parameter tersebut berada pada blok parameter

ketiga atau untuk mengaksesnya menekan tombol sel selama 5 detik. Parameter 

digunakan untuk memilih tipe output yang akan diatur. Rentang nilai output dari parameter

Ao-T akan seperti pada Tabel 4-4 dibawah ini.

Tabel 4-4 Rentang nilai parameter Ao-T

Parameter   dan   digunakan untuk mengatur batas ats dan batas bawah dari output

retransmisi dengan rentang pengukuran antara -100 sampai 100 %.

10. Fungsi remote SV

Fungsi ini digunakan untuk mengontrol SV dengan input mulai dari 1 sampai 5 Volt dari

peralatan luar. Konfigurasi hardware pada mikro-kontroler X untuk fungsi remote SV adalah

ditunjukkan pada Gambar 4-21 berikut.

Gambar 4-21 Konfigurasi fungsi remote SV

Untuk menampilkan operasi remote SV adalah sebagai berikut.

Hubungkan sinyal tegangan remote SV dengan terminal input remote SV.

Mengatur titik nol dan titik rentang pada operasi remote SV. Parameter   digunakan

untuk mengatur titik nol input remote SV. Sedangkan parameter  digunakan untuk

mengatur titik rentang dari input remote SV. Kedua parameter tersebut berada pada blok

parameter ketiga dengan rentang pengaturan dari -50 sampai 50 % FS.

Mengubah parameter   Menjadi parameter   untuk operasi remote SV.

 adalah parameter untuk setting untuk filter input remote SV.

3. Aplikasi

Pada kerja praktek ini aplikasi mikro-kontroler X yang digunakan adalah untuk

mengontrol suhu pada tungku furnace dengan control On/Off. Komponen-komponen yang

digunakan dalam aplikasi ini adalah mikro-kontroler X, solid state relay (SSR), kontaktor,

termokopel dan furnace. Dari semua komponen yang dipakai, digolongkan menjadi tiga bagian

yaitu input, kontroler dan output.

Pada bagian input, menggunakan termokopel. Termokopel adalah sebuah transduser elektronik

yang tersusun oleh dua buah batang logam yang ujungnya disatukan seperti pada Gambar 4-22,

jika ujung yang disatukan tadi dipanaskan, maka akan menghasilkan tegangan. Tegangan yang

dihasilkan akan berbanding lurus dengan kenaikan suhu.

Gambar 4-22 Termokopel

Termokopel dibagi 8 tipe yaitu:

Tipe K ( rentang suhu -200 °C sampai 1200 °C )

Tipe E ( rentang suhu

Tipe J ( rentang suhu -40 °C sampai 750 °C )

Tipe N ( rentang suhu 1200 °C ke atas )

Tipe B (rentang suhu 1800 °C ke atas )

Tipe R ( rentang suhu 1600 °C ke atas )

Tipe S ( rentang suhu 1600 °C ke atas )

Tipe T ( rentang suhu -200 °C sampai 350 °C )

Pada mikro-kontroler X setting input termokopelnya dapat dilakukan dengan melakukan

pengaturan pada parameter P-SL, P-SU dan P-dP. Parameter P-SL digunakan untuk mengisi nilai

batas bawah dari termokopel yang digunakan. Parameter P-SU digunakan untuk mengisi nilai

batas atas dari termokopel yang digunakan. Parameter P-dP digunakan untuk mengatur posisi

koma pada tampilan bilangan desimal. Selain parameter diatas masih ada parameter yang harus

diatur yaitu parameter P-n2. Parameter ini berfungsi untuk memasukkan jenis termokopel yang

digunakan. Kemudian parameter tersebut dimasukkan jenis-jenis termokopel sesuai Tabel 4-5

dibawah ini.

Tabel 4-5 Kode input termokopel

Keempat parameter P-SL, P-SU, P-n2 dan P-dP terdapat pada blok parameter kedua atau dengan

menekan tombol sel selama 3 detik.

Selanjutnya pemrograman kontroler agar bisa digunakan untuk operasi On/Off adalah mengatur

parameter P-n1, SV-L dan SV-H. Misalkan diinginkan pengaturan yang memungkinkan

kontroler untuk melakukan operasi pemanasan suatu zat pada suhu 400 atau dengan kata lain set

point (SV)-nya adalah 400, maka parameter SV-L diatur dengan nilai 0 dan SV-H diatur dengan

nilai 400. Kemudian parameter Pn-1 diatur sesuai konfigurasi hardware outputnya, seperti

terlihat pada Tabel 4-6 dibawah ini.

Tabel 4-6 Pengaturan parameter Pn-1

Kode Output Aksi kontrol output1 Batas pembakaran output 1

0

Single (kontrol output 1)

Aksi majuBatas bawah

1 Batas atas

2Aksi mundur

Batas bawah

3 Batas atas

Jika konfigurasi hardware menggunakan output 1 dengan operasi maju dan SV diatur pada batas

atas maka parameter P-n1 diatur pada nilai 1. Gambar 4-23 berikut merupakan konfigurasi

hardware output mikrokontroler X.

Gambar 4-23 Pemasangan SSR

Output dari mikrokontroler X ini hanya memiliki arus sebesar kurang lebih 20mA jadi

tidak mungkin output mikrokontroler X dapat langsung mengendalikan tungku furnace, oleh

karena itu dibutuhkan dua komponen tambahan yaitu SSR dan kontaktor. SSR berfungsi untuk

mengubah output dari mikrokontroler X yang hanya 20 mA menjadi teganganyang mampu

mengaktifkan kontaktor. Kontaktor berfungsi untuk mengubah output dari SSR yang berupa

tegangan DC menjadi output tegangan AC yang dapat digunakan untuk mengontrol furnace.

SSR yang digunakan memiliki empat buah kaki, dua kaki digunakan untuk menyalakan

LED dihubungkan ke output mikrokontroler X. Output mikrokontroler X yang disambungkan ke

SSR yaitu pada kontrol output 1 atau pada kaki nomor 31 dan 32. Sedangkan dua kaki lainnya

dihubungkan ke kontaktor. Gambar 4-24 berikut merupakan pengkabelan dari SSR

Gambar 4-24 Pengkabelan SSR

Kontaktor adalah saklar elektronik yang bisa menyaklar tegangan AC dengan kontrol tegangan

DC. Tegangan DC dari SSR dihubungkan kekaki A1, kaki A2 terhubung ke ground DC, kaki 11

terhubung ke tegangan AC dan kaki 12 terhubung ke furnace. Gambar 4-25 berikut merupakan

konfigurasi hardware dari kontaktor.

 

Gambar 4-25 Konfigurasi hardware kontaktor

Jika terjadi kontak maka tegangan AC yang mengalir menuju ke furnace akan terputus, sehingga

furnace dalam keadaan off maka suhu dalam furnace pun akan menurun. Jika penurunan suhu

pada furnace mencapai batas bawah, maka kontak diputus, sehingga furnace akan aktif dan suhu

dalam furnace akan meningkat, dengan demikian maka suhu dapat dipertahankan pada posisi

SV.