KONTRIBUSI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM …
Embed Size (px)
Transcript of KONTRIBUSI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM …

KONTRIBUSI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
MEMBINA DISIPLIN BELAJAR SISWA PADA SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN NEGERI 59 JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
SEFTI AMINAH
NIM: 1110018200038
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Kontribusi Layanan Bimbinngan dan Konseling daramMembina Disiptin Berajar siswa di sMIo{ 59 Jakarta, Jurusan ManajemenPendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, universitas Islam NegeriSyarif Hidayatulah Jakarta telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagaikarya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuanyang ditetapkan oleh fakultas.
Jakart4 5 Januari 2015
Yang mengesahkan,
Pembimbing,

I- II ]VIBAR PENGESI\ I IAN
Skripsi ber-lLrtlul Ir.orrtribusi Lavanan Birnl;ingan dan I{onsglipg l)rrlarl)lentbirta Disiplin Bela.irtr Sisn'a Pada Sekolah N'lcnengaS Ke1uruap Negq.i 59'lakartr ciisusttt-t oleh SEIrI I AN{INAH Non'rol lnclr-rk Mahasisrva l]100181000ig,tlriilukan kepacla Fakultas Ilnru Tarbiyah clan Keguruan UIN Sl,aril' Iliclar,ltLrllalr'lilkat1a ciatr telah clittvatakart lLrlus clalam Lljian N,lunaclasah pacla tanggal l-i.jrrpuar.il()I i cli haclaltatt tlervan pcngLrii. Karene ittr. pcnrrlis berhak n'rcprpcr.6lclr gclar.Sriljrna S I (S.Pd.) ditlanr birlans N,lana-jenren pendrclikan.
.lakiiria. 27 .lanr-rar r l0l5
Panitia LI.iian N,Iunat;asah
KctLrn Panitia (KetLra .lLrr-Lr.sltn,, pr.ogrant Srudi) f arrggal -lancla 'l-irnglrn
Dr. I-las-r,irn As),'ar-i. Nl. Pcl.
N IP. I 9(r(r 1009 199-l0l I 00.1
Sckretatris (Sekertaris .lur-usnni pr-odi)
Dr. ZahrLrdin. Lc..Vl.PclN IP 1 97i0302 2(X)_i0l I 002
f'en-uLrjr I
DLiltaudhahN l_S- 1VI. Pd.NIl) I9,sI0408 I98I0.1 2 00I
Pcnuu-ji ll
Di'. N,lalzuki N,lahntucl. N,lA.NIP. 19560-504 le8 l0i I 003
)?lIt
JOtb
*/, *'
2B _ (_Q[K
Vlengetalrui
Dekatr FakLrltas Ilntu Tarbiyah clarr Kegurtau
NIP i 9591 020 | 98(r0l 2 001

Yang bertanda
Nama
NIM
Jurusan
Alamat
Nama Pembimbing I
NIP
Jurusan/Program Studi
Demikian surat pernyataan ini
menerima segala konsekuensi
karya sendiri.
Dr. Salman Tumanggor, M.Pd.
r9550601 198103 I 005
Manajemen Pendidikan
saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
tangan dibawah ini:
SeftiAminah
1 1 1001 8200038
Manajemen Pendidikan
jl. Kutilang 1 No.70 RT.001 RW.05, Jurang Mangu Timur,
Pondok Aren, Tangerang Selatan.
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Kontribusi Layanan Bimbingan dan KonselingDalam Membina Disiplin Belajar Siswa di SMKN 59 Jakarta adalah benarhasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Jakarta,5 Januari 2015
Yang Menyatakan

i
ABSTRAK
Sefti Aminah, NIM (1110018200038), Kontribusi Layanan Bimbingan dan
Konseling Dalam Membina Disiplin Belajar Siswa di SMKN 59 Jakarta,
Skripsi Program Strata Satu (S-1), Program Studi Manajemen Pendidikan,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kontribusi layanan
bimbingan dan konseling yang meliputi empat aspek yaitu aspek layanan dasar,
layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem yang ada
di SMKN 59 Jakarta. Aspek-aspek layanan tersebut diharapkan dapat membentuk
sikap disiplin siswa saat belajar dengan mematuhi aturan dan tata tertib yang
berlaku di sekolah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
yaitu suatu metode yang bertujuan menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari
fenomena objek yang diteliti, dan juga menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan menggunakan presentasi. Untuk pengumpulan data menggunakan metode
wawancara dan angket dengan mewawancarai kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, guru BP/BK, guru piket, wali kelas, serta penyebaran angket kepada
siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi layanan bimbingan dan
konseling dalam membina disiplin belajar di SMKN 59 Jakarta berada pada taraf
baik 75,2% yang meliputi aspek kontribusi layanan bimbingan dan konseling
sebesar 69,4% dengan taraf kategori baik, dan aspek disiplin belajar siswa sebesar
78,8% dengan taraf kategori baik.
Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti memberi masukan agar SMKN
59 Jakarta lebih meningkatkan kerjasama dengan seluruh pihak sekolah agar
layanan bimbingan dan konseling itu sendiri lebih bermanfaat dan dapat
meningkatkan disiplin siswa ketika belajar di sekolah. Koordinasi dengan
orangtua perlu lebih ditingkatkan agar penanganan masalah siswa dapat lebih
mudah terselesaikan dan pelanggaran-pelanggaran dapat dicegah dan
diminimalisir. Jumlah guru BK harus lebih ditingkatkan sesuai jumlah siswa yang
ada di sekolah agar layanan bimbingan dan konseling untuk siswa bisa dapat
dirasakan oleh seluruh siswa dan dapat menciptakan situasi belajar yang lebih
kondusif.
Kata kunci: Layanan Bimbingan dan Konseling, Disiplin Belajar

ii
ABSTRACT
Sefti Aminah, NIM (1110018200038), the Contributions of Guidance and
Counselling Services in Developing Student Learning Discipline at
Vocational High School 59 Jakarta, Thesis Program Degree of Strata I (S1),
Program Study of Management Education, Faculty of Tarbiyah and
Teacher’s Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta,
2015.
This research aims to describe the contribution of guidance and
counselling service which are include four aspects; aspects of basic services,
responsive service, individual planning service and support existing systems in
Vocational High School 59 Jakarta. Those service aspects are expected to form
the attitude of discipline when students learn by obey the rules and code at the
school.
The methods that used in this research is descriptive qualitative, which is a
method that aims to describe the actual conditions of the researched object
phenomenon, and also use a quantitative approach by using the presentation. For
the collection of data, the writer use the method of interview and questionnaire
with the interviewees are the principal, vice principal, guidance and counselling
teacher, teachers on duty, homeroom teacher, and also questionnaire distribution
to the students.
The results showed that the contribution of guidance and counselling
services in developing the discipline of learning in Vocational High School 59
Jakarta are at a good level 75,2% which includes the aspects contribution of
guidance and counselling services amounted to 69.4% is at a good level, and
aspects of the discipline of student learning amounted to 78,8% is at a good level.
By doing this research, the writer give the advices to the Vocational High
School 59 Jakarta to more enhance the cooperation with the stakeholders in order
to services of the counseling and guidance itself is more useful and also can
improve students discipline at learning activities at school. Coordination with the
parent needs to be further improved so that in handling students problem can be
more easily resolved and violations can be prevented and minimized. The number
of guidance and counselling teachers should be further enhanced in according
with the number of students in schools in order to the services of guidance and
counselling for students can be felt by all students and can create a more
conducive learning situation.
Keywords: Services of Guidance and Counselling, Learning Discipline

iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin-
Nya akhirnya penyusunan skripsi yang berjudul “KONTRIBUSI LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBINA DISIPLIN BELAJAR
SISWA DI SMKN 59 JAKARTA” ini dapat penulis selesaikan.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menemukan kesulitan,
namun dengan bantuan berbagai pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan walaupun masih jauh dari kesempurnaan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
setulus-tulusnya pada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd., Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Salman Tumanggor, M. Pd., Dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan waktu, arahan, bimbingan, nasehat, motivasi, ilmu dan
kritik yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan
dengan baik.
4. Seluruh dosen jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan segenap
ilmu dan keahlian kepada penulis selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
membantu penulis dalam menyediakan buku-buku yang penulis butuhkan.
6. Drs. H. Ramli, M.Pd., Kepala SMKN 59 Jakarta yang telah mengizinkan
mahasiswa untuk melakukan penelitian.

iv
7. Sudik Prayitno, S.Pd., Guru BP/BK serta semua guru dan staf SMKN 59
Jakarta yang telah menyediakan kesempatan dan waktunya sehingga
penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
8. Kedua orangtua ku (Sugito dan Mahayu), terima kasih banyak atas segala
dukungan baik moral maupun materil, doa, nasehat, kesabaran, kasih sayang
serta pengorbanan yang tak pernah putus, serta kakak dan adik ku
(Abdurrahman, Yanuar, Dewi, Siti), terima kasih untuk dukungan moral dan
materil yang selalu diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
9. Khrisna Andhika Putra, yang senantiasa memberikan dukungannya baik
dalam bentuk tenaga mencari referensi, transportasi, motivasi serta doa.
10. Teman-teman Manajemen Pendidikan angkatan 2010 yang telah mendukung,
penulis ucapkan terima kasih, terutama untuk Siti, Fay dan Mecca. Juga
sahabat-sahabat lainnya yang memberikan motivasi, arahan, serta
dukungannya yaitu ade irma, windhy, dan yeti semoga persahabatan kita akan
terus terjalin.
Penulis tak lupa dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya jika dalam
penulisan skripsi ini terdapat hal yang kurang berkenan. Penulis hanya dapat
mendoakan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dengan tulus dalam
penyusunan skripsi ini dan semoga menjadi amal shaleh yang akan dibalas oleh
Allah SWT. Karya tulis ini sangat sederhana ini tentunya masih belum sempurna
oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan. Dan penulis berharap semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi diri pribadi khususnya dan para pembaca pada
umumnya. Akhirnya kepada Allah SWT juga segala sesuatunya penulis
kembalikan.
Jakarta, 5 Januari 2015
Penulis

v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 6
D. Perumusan Masalah .................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Disiplin Belajar Siswa ................................................................ 8
1. Pengertian Disiplin ............................................................. 8
2. Macam-macam Disiplin ...................................................... 9
3. Fungsi Disiplin .................................................................... 10
4. Ciri-ciri Disiplin .................................................................. 11
5. Pengertian Belajar ............................................................... 12
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar .......................... 14
7. Pengembangan displin dalam belajar mengajar .................. 15
B. Bimbingan dan Konseling di Sekolah ...................................... 17
1. Pengertian bimbingan dan konseling .................................. 17
2. Tujuan bimbingan dan konseling ........................................ 21
3. Fungsi bimbingan dan konseling ........................................ 22
4. Asas-asas bimbingan dan konseling ................................... 25

vi
5. Prinsip bimbingan dan konseling ........................................ 30
C. Kontribusi layanan dan kegiatan pendukung BK ..................... 33
1. Layanan bimbingan dan konseling ..................................... 33
2. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling .................. 36
D. Penelitian yang Relevan ........................................................... 38
E. Kerangka Berpikir .................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 41
B. Metode Penelitian ....................................................................... 42
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 42
D. Instrumen Penelitian ................................................................... 43
E. Teknik Pengolahan Data ............................................................. 51
F. Teknik Analisis Data .................................................................. 52
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 54
1. Sejarah Singkat SMK Negeri 59 Jakarta ............................. 54
2. Identitas Sekolah .................................................................. 54
3. Visi dan Misi SMK Negeri 59 Jakarta ................................. 54
4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa
SMK Negeri 59 Jakarta ....................................................... 55
5. Struktur dan mekanisme kerja bimbingan dan konseling .... 57
B. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................... 62
1. Data hasil wawancara .......................................................... 62
2. Data Hasil Angket ................................................................ 76
C. Analisis dan Interpretasi Data ................................................... 98
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 104
B. Saran ........................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ................................................................. 43
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Penelitian Siswa ..................................... 45
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Kepala SMKN 59 Jakarta................ 47
Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Wakasekbid. kesiswaan................... 47
Tabel 3.5 Pedoman Wawancara Guru BP/BK .................................... 48
Tabel 3.6 Pedoman Wawancara Guru Piket ....................................... 50
Tabel 3.7 Pedoman Wawancara Wali Kelas ....................................... 51
Tabel 3.8 Pedoman Wawancara Staf Kesiswaan ................................ 51
Tabel 4.1 Data Guru SMK Negeri 59 Jakarta ..................................... 55
Tabel 4.2 Data Karyawan SMK Negeri 59 Jakarta ............................. 56
Tabel 4.3 Data Siswa SMK Negeri 59 Jakarta.................................... 57
Tabel 4.4 Guru BK mengadakan kegiatan bimbingan dan konseling
Di sekolah ........................................................................... 76
Tabel 4.5 Guru BK mengadakan layanan orientasi di sekolah ........... 77
Tabel 4.6 Guru BK menjelaskan tata tertib dan peraturan sekolah .... 78
Tabel 4.7 Guru BK menyampaikan materi BK di Sekolah................. 78
Tabel 4.8 Guru BK memberikan pelayanan di sekolah ...................... 79
Tabel 4.9 Warga sekolah terlibat dalam pelayanan BK ...................... 79
Tabel 4.10 Rutinitas guru BK memberikan layanan bimbingan ........... 80
Tabel 4.11 Banyaknya jumlah guru BK ............................................... 81
Tabel 4.12 Guru BK memberikan layanan BK kepada seluruh warga
sekolah ................................................................................ 81
Tabel 4.13 Guru BK membantu permasalahan siswa ........................... 82
Tabel 4.14 Guru BK membantu kemajuan belajar ............................... 83
Tabel 4.15 Guru BK mengembangkan kelompok belajar..................... 83
Tabel 4.16 Guru BK mengadakan konseling kelompok ....................... 84
Tabel 4.17 Guru BK mengadakan konferensi kasus ............................. 84

viii
Tabel 4.18 Guru BK mengadakan kegiatan layanan penempatan dan
penyaluran ........................................................................... 85
Tabel 4.19 Guru BK memberikan informasi yang bermanfaat saat
belajar ................................................................................. 85
Tabel 4.20 Guru BK memberikan penjelasan cara memanfaatkan
waktu belajar yang baik ...................................................... 86
Tabel 4.21 Guru BK mengadakan tes IQ .............................................. 86
Tabel 4.22 Guru BK memfasilitasi kerjasama dalam PKL ................... 87
Tabel 4.23 Berpakaian rapi sesuai tata tertib ........................................ 87
Tabel 4.24 Memberikan surat keterangan ketika berhalangan hadir .... 88
Tabel 4.25 Membawa sesuatu yang tidak diperbolehkan sekolah ........ 88
Tabel 4.26 Makan di saat jam pelajaran berlangsung ........................... 89
Tabel 4.27 Keluar Sekolah tanpa ijin petugas piket.............................. 89
Tabel 4.28 Melaksanakan peraturan yang diberikan guru di kelas ....... 90
Tabel 4.29 Tidak keluar kelas saat jam pelajaran berlangsung............. 90
Tabel 4.30 Selalu datang tepat waktu ke sekolah ................................. 91
Tabel 4.31 Hadir di kelas sebelum kegiatan belajar dimulai ................ 91
Tabel 4.32 Memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran .... 92
Tabel 4.33 Aktif bertanya apabila ada materi yang tidak dimengerti ... 92
Tabel 4.34 Mengunjungi perpustakaan sekolah untuk membaca buku 93
Tabel 4.35 Tetap belajar meski guru berhalangan hadir ....................... 93
Tabel 4.36 Memanfaatkan waktu kosong untuk membaca buku .......... 94
Tabel 4.37 Memanfaatkan waktu luang dengan belajar bersama ........ 94
Tabel 4.38 Mengerjakan tugas yang diberikan guru di kelas ............... 95
Tabel 4.39 Mengikuti remedial mata pelajaran yang nilainya kurang
Memenuhi standar .............................................................. 95
Tabel 4.40 Mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru .......... 96
Tabel 4.41 Berbuat usil dalam kelas ..................................................... 96
Tabel 4.42 Memainkan hp saat jam pelajaran berlangsung .................. 97
Tabel 4.43 Mengobrol ketika guru menjelaskan ................................... 97
Tabel 4.44 Hasil analisis Data............................................................... 98

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMK Negeri 59 Jakarta ....................... 58
Gambar 4.2 Mekanisme kerja Bimbingan dan konseling ....................... 59
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling ................... 60

x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Skor Angket Penelitian
Lampiran 2 Hasil Wawancara
Lampiran 3 Angket Penelitian
Lampiran 4 Kerangka Program Bimbingan dan Konseling
Lampiran 5 Fungsi BK dalam Peminatan Peserta Didik
Lampiran 6 Rekapan Daftar Penertiban Siswa (Razia) 2013/2014
Lampiran 7 Daftar Hadir Pemanggilan Orang Tua
Lampiran 8 Laporan Kunjungan Rumah
Lampiran 9 Angka Kredit Pelanggaran dan Poin Penghargaan
Lampiran 10 Buku Catatan Kasus
Lampiran 11 Hubungan Kolaboratif Guru BK dan Guru Mata Pelajaran
Lampiran 12 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 13 Surat Izin Penelitian
Lampiran 14 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 15 Lembar Uji Referensi

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perubahan dan tantangan yang terjadi di masyarakat saat ini
memberikan gambaran mengenai tuntutan terhadap perikehidupan manusia
dan potensi yang ada pada diri manusia. Individu dituntut untuk mampu
mengembangkan dan menyesuaikan diri terhadap masyarakat, dan untuk itu
memang manusia telah diperlengkapi dengan berbagai potensi, baik potensi
yang berkenaan dengan keindahan dan ketinggian derajat kemanusiaannya.1
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat berperan penting
dalam meningkatkan berbagai potensi yang dimiliki individu dengan
mendidik individu untuk menghargai perbedaan dan persamaan antar sesama
manusia, memenuhi kebutuhan sosial, mematuhi aturan yang mengikat, dan
menghormati kehidupan beragama seseorang yang memungkinkannya untuk
memenuhi tuntutan masyarakat tersebut. Pemenuhan terhadap tuntutan
perkembangan masyarakat tentunya memerlukan pengembangan individu
warga masyarakat agar individu tersebut mampu menyesuaikan diri baik itu
di lingkungan pendidikan maupun di lingkungan masyarakat.
Pemenuhan terhadap tuntutan di masyarakat terhadap seorang individu
seringkali terjadi ketidaksesuaian dengan apa yang diharapkan dunia
pendidikan saat ini. Para siswa dituntut untuk mampu menyesuaikan diri
dengan nilai dan norma yang ada, membuat suatu rancangan di masa depan
agar bisa mencapai kesuksesan dalam keseluruhan proses belajar di sekolah
dan mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan yang mereka miliki
semaksimal mungkin. Akan tetapi fenomena yang terjadi berbeda dengan
kenyataan, banyak di antara para siswa yang tidak dapat menyesuaikan diri
dan memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut.
1Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2008), h. 25.

2
Berbagai fenomena perilaku peserta didik dewasa ini seperti tawuran,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan psikotropika, perilaku seksual
menyimpang, degradasi moral, pencapaian hasil belajar yang tidak
memuaskan, tidak lulus ujian, gagal UAN dan lain sebagainya, menunjukkan
bahwa tujuan pendidikan yang salah satu upaya pencapaiannya melalui proses
pembelajaran, belum sepenuhnya mampu menjawab atau memecahkan
berbagai persoalan tersebut di atas.2
Saat ini, Fenomena perilaku peserta didik yang menyimpang dan marak
terjadi yaitu tawuran, kasus tawuran yang belum lama ini terjadi yaitu
tawuran antar pelajar yang terjadi di kawasan Warung Jambu, Kota Bogor,
Jawa Barat. Polisi mengeluarkan tembakan peringatan untuk membubarkan
massa, Gerombolan pelajar yang naik truk diserang dari belakang saat
mobilnya terjebak lampu merah. Lalu mereka turun dan saling menyerang
balik, terjadilah bentrokan, beberapa dari mereka membawa senjata tajam.3
Kasus lainnya pun ada 36 siswa yang sampai dikeluarkan dari sekolah
wilayah Jakarta Selatan karena ikut tawuran dan membajak sebuah Kopaja
untuk merencanakan tawuran. Pelajar seharusnya lebih disiplin setelah pulang
sekolah langsung pulang kerumah tidak ikut andil dalam aksi tawuran yang
berbahaya. Tugas seorang pelajar seharusnya belajar dan mengerjakan tugas-
tugas yang telah diberikan di sekolah bukan ikut dalam aksi tawuran yang
tentunya merugikan diri mereka sendiri.
Kasus diatas merupakan berbagai masalah dalam dunia pendidikan
yang terjadi di luar sekolah sedangkan kasus yang terjadi di dalam sekolah
saat ini banyak siswa kurang disiplin dalam belajar seperti keluar kelas pada
saat jam pelajaran, keluar tanpa ijin, memainkan handphone saat belajar
merupakan salah satu contoh kurangnya kesadaran siswa dalam
menyesuaikan diri dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam kondisi
seperti itu, harusnya pihak sekolah memberikan bantuan dengan penerapan
2Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), h.2 3http://news.detik.com/read/2014/02/28/134858/2511330/10/tawuran-pelajar-di-bogor-
polisi-keluarkan-tembakan-peringatan

3
disiplin kepada para siswanya agar setiap siswa tersebut dapat menyesuaikan
diri secara baik agar terhindar dari perilaku-perilaku menyimpang.
Disiplin adalah adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan
yang berlaku. Kepatuhan bukan karena paksaan, tetapi kepatuhan atas dasar
kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-peraturan itu.4
Kesediaan mematuhi aturan-aturan tersebut sudah seharusnya dilakukan para
siswa agar tidak terlibat perilaku menyimpang baik yang terjadi di luar
sekolah maupun di dalam sekolah. Para siswa seharusnya memiliki kesadaran
akan pentingnya mematuhi nilai dan norma baik yang berlaku di sekolah dan
di masyarakat.
Upaya memberikan bantuan kepada siswa agar mampu menyesuaikan
diri secara baik dapat diwujudkan dengan kontribusi layanan bimbingan dan
konseling. Pada dasarnya tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling
itu sendiri sejalan dengan tujuan pendidikan karena bimbingan dan konseling
merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Adapun tujuan pendidikan
nasional sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II
pasal 3 dijelaskan bahwa :
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.5
Pengembangan potensi peserta didik sudah menjadi tujuan dari
pendidikan nasional itu sendiri, karena pendidikan memegang prinsip terbuka
kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi setiap individu tanpa
memandang status sosial, ekonomi, budaya dan agama dalam
mengembangkan segala potensinya. Pada umumnya sekolah memberikan
bantuan kepada siswa dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan
perbedaan individu dengan pola pemikiran, sikap dan perilaku yang berbeda-
4H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.54.
5Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah, Undang-undang RI No 20 Tahun 2003,
Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: tnp, 2003).

4
beda secara individual dengan kontribusi layanan bimbingan dan konseling
yang ada di sekolah. Berbagai masalah individu yang berbeda terutama dalam
hal tingkah laku harus ditangani melalui layanan bimbingan dan konseling
dalam rangka pemenuhan kebutuhan dalam belajar. Kegiatan belajar itu
sendiri merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan di sekolah,
bimbingan dan konseling di sekolah seringkali dihadapkan pada persoalan-
persoalan mengenai kurangnya disiplin siswa terutama dalam hal belajar.
Untuk itu diperlukan tenaga pendidik yang kompeten di bidang bimbingan
dan konseling untuk membina siswa agar lebih disiplin baik itu di sekolah
maupun di luar sekolah.
Peran bimbingan dan konseling itu sendiri sangat penting terutama
dalam meningkatkan mutu pendidikan, bagaimana bimbingan dan konseling
itu sendiri dapat membangun manusia seutuhnya dari berbagai aspek potensi
yang ada pada dalam diri peserta didik. Dengan adanya bimbingan dan
konseling maka seluruh aspek potensi yang ada pada dalam diri peserta didik
dapat dikembangkan, baik itu aspek akademik, pribadi, sosial, kematangan
intelektual dan sistem nilai. Tenaga pendidik bimbingan dan konseling sendiri
bertugas membimbing, mengajar dan/atau melatih pekerjaan bimbingan di
sekolah yang merupakan salah satu tugas dari tenaga pendidik. Dengan kata
lain, tugas pendidik salah satu di antaranya adalah membimbing agar peserta
didik dapat mengembangkan segala potensinya.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194 dijelaskan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
Hal tersebut menyatakan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang harus diemban oleh
guru BK sebagai tenaga pendidik di sekolah. Dengan pelayanan bimbingan
dan konseling pula peserta didik dapat dibantu untuk mengembangkan

5
seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, sehingga
ia dapat mengatasi kesulitannya dalam permasalahan belajar dan senantiasa
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang positif. Hal tersebut dapat
dijadikan acuan dalam meningkatkan kesadaran siswa dalam menerapkan
disiplin belajar agar lebih mudah terwujud.
Dengan demikian disiplin dapat dijadikan tolok ukur untuk
meningkatkan kemampuan siswa dengan penerapan aturan moral dan prinsip
dalam mematuhi segala aturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak
tertulis dalam tata kehidupan.Disiplin juga dapat membantu siswa untuk
membentuk kemampuan dan pola pikir dalam hidupnya.
Berkaitan dengan disiplin belajar siswa tersebut, berdasarkan
pengamatan yang penulis sudah lakukan, secara umum disiplin belajar di
SMKN 59 Jakarta sudah cukup baik, hanya saja ada beberapa siswa di
sekolah tersebut yang kurang memiliki kesadaran dalam disiplin belajar
seperti, siswa sering ke kantin saat jam pelajaran berlangsung, keluar sekolah
saat ada jam belajar, merokok di area sekolah, memainkan handphone saat
guru sedang mengajar, bermain laptop dan tidak menyimak guru mengajar,
mengumpulkan tugas tidak tepat waktu bahkan tidak mengumpulkan.
Untuk mengatasi permasalahan disiplin belajar siswa di SMKN 59
Jakarta, bentuk kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam
meningkatkan disiplin belajar siswa yang ada di sekolah tersebut yaitu
dengan menggunakanempat aspek layanan berupa layanan dasar, layanan
responsif, layanan perencanaan individual serta dukungan sistem yang di
dalamnya terdapat pelayanan bimbingan pribadi dan konseling kepada siswa
yang bermasalah, melakukan kunjungan rumah, serta penerapan buku poin
penghargaan dan pelanggaran siswa. Dalam hal ini BK bekerjasama dengan
seluruh stakeholder sekolah dan orang tua siswa.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik
untuk meneliti lebih lanjut bimbingan dan konseling sebagai karya ilmiah
dengan judul “KONTRIBUSI LAYANAN BIMBINGAN DAN

6
KONSELING DALAM MEMBINA DISIPLIN BELAJAR SISWA DI
SMKN 59 JAKARTA”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:
1. Kurang seimbangnya guru BK dengan banyaknya siswa.
2. Kurangnya koordinasi antara pihak sekolah dengan orangtua dalam
membina disiplin siswa.
3. Rendahnya kesadaran siswa ikut serta dalam proses pembelajaran ketika
guru menjelaskan.
4. Rendahnya tingkat disiplin belajar siswa untuk tetap belajar ketika guru
berhalangan hadir.
5. Banyaknya siswa yang telat mengumpulkan tugas.
6. Siswa ke kantin dan keluar sekolah saat jam pelajaran berlangsung
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, penulis membatasi masalah
penelitian pada “Kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam
membina disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta”
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka masalah yang dapat penulis rumuskan yaitu: “Bagaimana kontribusi
layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di
SMKN 59 Jakarta?”
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa di SMKN 59 Jakarta Tahun
Ajaran 2014/2015.

7
2. Untuk mengetahui kontribusi bimbingan dan konseling dalam
meningkatkan disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan mengenai kontribusi layanan bimbingan dan konseling
dalam membina disiplin belajar siswa.
2. Bagi SMKN 59 Jakarta, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan informasi dan perbaikan bagi sekolah dalam menerapkan
disiplin belajar siswa berupa pengambilan keputusan yang tepat berkaitan
dengan layanan bimbingan dan konseling yang tepat dalam membina
disiplin siswa di sekolah. Penerapan kedisiplinan siswa dapat dijadikan
acuan bagi kepala sekolah untuk meningkatkan mutu dan prestasi
sekolah.
3. Bagi guru bimbingan dan konseling, hasil penelitian ini dapat
memudahkan guru BK untuk mengembangkan kontribusi layanan
bimbingan konseling dalam rangka meningkatkan disiplin siswa.

8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Disiplin Belajar Siswa
1. Pengertian Disiplin
Istilah disiplin berasal dari bahasa Latin “Disciplina” yang
menunjuk kepada kegiatan belajar dan mengajar. Istilah tersebut sangat
dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris “Disciple” yang berarti
mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin.
Dalam kegiatan belajar tersebut, bawahan dilatih untuk patuh dan taat pada
peraturan-peraturan, yang dibuat oleh pemimpin.1
Menurut H.M. Alisuf Sabri, disiplin yaitu adanya kesediaan untuk
mematuhi ketentuan atau peraturan-peraturan yang berlaku. Kepatuhan
disini bukanlah karena paksaan, tetapi kepatuhan atas kesadaran tentang
nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-peraturan itu.2
Menurut Chester Harris disiplin didefinisikan sebagai berikut :
“Dicipline refers fundamentally to the principle that each organism
learns in some degree to control it self so as to conform to the forces
around it with which it has experiences”.
Definisi tersebut mengandung makna tertentu yang berisi ide. Ada
beberapa unsur pengertian di dalam definisi di atas :
1. Berisi moral yang mengatur tata kehidupan.
2. Pengembangan ego dengan segala masalah intrinsik yang
mengharuskan orang untuk menentukan pilihan.
3. Pertumbuhan kekuatan untuk memberi jawaban terhadap setiap aturan
yang disampaikan
1 Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: PT.Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2004). h. 30-31. 2 H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005).h.
54.

9
4. Penerimaan autoritas eksternal yang membantu seseorang untuk
membentuk kemampuan dan keterbatasan hidup.3
Dari keseluruhan pemaparan mengenai disiplin dapat disimpulkan
bahwa disiplin yaitu berupa aturan moral dan prinsip untuk mematuhi
segala aturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis dalam tata
kehidupan demi menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.
2. Macam-Macam Disiplin
Menurut Conny R. Semiawan, disiplin dapat terbagi dalam tiga
macam, diantaranya, meliputi disiplin dalam waktu, belajar, dan bertata
krama.4
a. Disiplin dalam waktu
Kedisiplinan dalam hal ini berarti siswa harus belajar untuk
terbiasa dalam mengatur waktu dalam kehidupan sehari-hari. Peraturan
waktu ini bisa bermula dari perbuatan kecil seperti, datang tepat waktu ke
sekolah, tidak membolos, dan lain-lain.
b. Disiplin dalam belajar
Siswa yang mempunyai kedisiplinan dalam belajar adalah siswa
yang mempunyai jadwal serta motivasi belajar di sekolah dan rumah.
Seperti dalam mengerjakan tugas dari guru dan membaca pelajaran.
c. Disiplin dalam bertata krama
Adapun maksud dari disiplin dalam bertata krama adalah disiplin
yang berkaitan dengan sopan santun, akhlak atau etika siswa, baik kepada
guru, teman, dan lingkungan.
Berdasarkan beberapa macam disiplin diatas, dapat disimpulkan
bahwa disiplin bermula dari hal-hal kecil seperti memanfaatkan waktu
dengan baik, kemudian disiplin dengan memiliki jadwal untuk
mengerjakan segala tugas belajar baik itu di sekolah maupun dirumah,
3 Piet Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994). h. 123-124. 4 Conny R. Semiawan, Penerapan Pembelajaran Pada Anak, (Jakarta: PT. Index, 2008).
h. 93.

10
serta disiplin dalam bertata krama dengan seluruh warga sekolah. Disiplin
membantu anak untuk menyadari apa yang diharapkan oleh lingkungannya
dan bagaimana mencapai apa yang diharapkan orang lain dari dirinya.
3. Fungsi Disiplin
Berikut ini merupakan fungsi disiplin menurut Tulus Tu’u yaitu:
a. Menata kehidupan bersama, disiplin berguna untuk menyadarkan
seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara
menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku. Ketaatan dan
kepatuhan itu membatasi dirinya merugikan pihak lain, tetapi
hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar.
b. Membangun kepribadian, pertumbuhan kepribadian seseorang
biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan
pergaulan, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah. Disiplin yang
diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak
bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan
disiplin, seseorang dibiasakan mengikuti, mematuhi, menaati aturan-
aturan yang berlaku. Kebiasaan itu, lama-kelamaan masuk ke dalam
dirinya sehingga akhirnya menjadi milik kepribadiannya.
c. Melatih kepribadian, sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik
dan berdisiplin tidak terbentuk serta-merta dalam waktu singkat.
Namun, terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu
panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut
dilakukan melalui latihan.
d. Pemaksaan, faktor yang mendorong terbentuknya kedisiplinan yaitu
dorongan dari dalam (terdiri dari pengalaman, kesadaran, dan
kemauan untuk berbuat disiplin) dan dorongan dari luar (perintah,
larangan, pengawasan, pujian, ancaman, ganjaran). Disiplin dapat pula
terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Dikatakan
terpaksa, karena melakukannya bukan berdasarkan kesadaran diri,
melainkan karena rasa takut dan ancaman sanksi disiplin.

11
e. Hukuman, ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena dapat
memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan
mematuhinya, tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan dan
kepatuhan dapat diperlemah. Sanksi itu diharapkan mempunyai nilai
pendidikan. Artinya, siswa menyadari bahwa perbuatan yang salah
akan membawa akibat yang tidak menyenangkan dan harus
ditanggung olehnya.
f. Menciptakan lingkungan kondusif, disiplin sekolah berfungsi
mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar
berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah,
yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturan-
peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian di implementasikan
secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian sekolah menjadi
lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tenteram, tertib dan
teratur.5
4. Ciri-Ciri Disiplin
Menurut Oteng Sutisna, “suatu syarat mutlak bagi disiplin positif
ialah mengkomunikasikan syarat-syarat pekerjaan dan peraturan-peraturan
kepada seluruh anggota. Setiap orang harus mengetahui apa yang
diharapkan oleh manajemen dan atasan langsungnya dari dirinya. Standar
perbuatan yang diharapkan itu biasanya meliputi hal-hal seperti kehadiran
yang baik, pemberitahuan bila tak hadir yang bisa dibenarkan, ketepatan
dalam waktu, kerja sama dengan atasan dan kawan sekerja, standar-standar
sopan santun dan kesusilaan.”6
Adapun ciri-ciri kedisiplinan yang ada di sekolah, sebagai berikut:
a. Patuh pada peraturan sekolah.
b. Teratur dalam kelas
c. Harus tiba pada waktu yang telah ditetapkan
5 Tulus Tu’u, Op. Cit, h. 38-43.
6 Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan (dasar teoritis untuk praktik profesional),
(Bandung: Angkasa, 1993), h.111.

12
d. Melaksanakan tugas yaitu belajar
e. Mengerjakan pekerjaan rumah
f. Tidak membuat onar dikelas7
Disiplin di sekolah apabila dikembangkan dan diterapkan dengan
baik akan berdampak baik bagi sikap dan perilaku siswa. Dengan adanya
disiplin di sekolah diharapkan dapat menciptakan suasana sekolah yang
aman, tertib dan kondusif. Apabila disiplin diri pada siswa telah melekat
maka dengan kesadaran dirinya siswa akan berhasil dalam belajar.
5. Pengertian Belajar
Secara umum, belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi
seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dalam
perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan sebagai suatu
perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai
hasil dari sebuah pengalaman. Bahkan, Gagne pun mendefinisikan belajar
sebagai suatu proses dimana organisma berubah perilakunya yang
diakibatkan oleh pengalaman.
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat
dari pengalaman dan latihan. Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses
perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan di dalam laboratorium
maupun lingkungan alamiah.8
Thorndike, salah seorang pendiri aliran teori belajar tingkah laku,
mengemukakan teorinya bahwa belajar adalah proses interaksi antara
stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan
respons (yang juga bisa berupa pikiran, perasaan atau gerakan). Jelasnya,
menurut Thorndike, perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang
konkret (dapat diamati), atau yang nonkonkret (tidak bisa diamati).9
7 Emile Durkheim, Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi
Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h.106. 8 Zurinal & Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan: Pengantar & Dasar-Dasar Pelaksanaan
Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 117. 9 Hamzah B. Uno, Teori motivasi & Pengukurannya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), h. 11.

13
Belajar sebagai suatu kegiatan dapat didefinisikan ciri-ciri
kegiatannya sebagai berikut:
a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri
individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik actual
maupun potensial.
b. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru
yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).10
Menurut Sumadi Suryabrata, belajar itu di definisikan dengan hal-
hal pokok sebagai berikut:
a. Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral
changes, aktual maupun potensial)
b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan
baru.
c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).11
Secara singkat dari berbagai pandangan mengenai definisi belajar
yang ada, dapat dirangkumkan bahwa yang dimaksud dengan perubahan
dalam konteks belajar itu dapat bersifat fungsional atau struktural,
material dan behavioral, serta keseluruhan pribadi. Secara serba singkat
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Belajar merupakan perubahan fungsional. Pendapat ini dikemukakan
oleh penganut paham teori daya yang lebih luas lagi termasuk ke
dalam paham Nativisme. Dalam konteks ini, belajar berarti melatih
daya (mengasah otak) agar ia tajam sehingga ia berguna, untuk
menyayat atau memecah persoalan-persoalan ataupun dalam hidup ini.
2. Belajar merupakan perkayaan materi pengetahuan (material dan atau
perkayaan pola-pola sambutan (response) perilaku baru (behavior).
Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut paham Ilmu Jiwa
10
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h.56. 11
Sumadi Suryabrata, Psikologi pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010).
h. 232.

14
Asosiasi yang lebih jauh lagi paham empirisme. Oleh karena itu,
dalam konteks ini belajar dapat diartikan sebagai suatu proses
pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalaman yang sebanyak-
banyaknya dengan melalui hafalam (memorizing).
3. Belajar merupakan perubahan perilaku dan pribadi secara
keseluruhan. Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut Ilmu Jiwa
Gestalt, yang lebih jauh lagi bersumber pada paham organismic
psychology. Dalam konteks teori ini, belajar bukan hanya bersifat
mekanis dalam kaitan stimulus response (S-R bond), melainkan
perilaku organism sebagai totalitas yang bertujuan.12
Berdasarkan pengertian belajar di atas, penulis menyimpulkan
belajar merupakan perubahan tingkah laku, sikap, kemampuan, dan
keterampilan individu secara keseluruhan yang diakibatkan oleh
pengalaman dan latihan.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa;
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa;
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.13
Sedangkan menurut Alisuf Sabri, faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat
dibagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
12
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran
Modul, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 159-160 13
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h.
129.

15
internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis, sedangkan
faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental.
a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan siswa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
faktor lingkungan alam (non sosial) dan faktor lingkungan sosial.
Yang termasuk faktor lingkungan alam (non sosial) ialah
seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu, letak gedung
sekolah, dsb. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan sosial baik
berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
b. Faktor instrumental
Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas,
sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi
pengajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
c. Faktor internal siswa
Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor
psikologis.Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi
kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama
penglihatan dan pendengaran.
Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa adalah faktor: minat, bakat, intelegensi,
motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti: kemampuan
persepsi, ingatan, berpikir, dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan
appersepsi) yang dimiliki siswa.14
7. Pengembangan Disiplin dalam Belajar Mengajar
Secara etimologis disiplin berarti to learn (belajar).Jadi
pengembangan konsep disiplin melalui belajar mengajar dimaksudkan
14
M. Alisuf Sabri, Op. Cit, h. 59-60

16
bahwa melalui belajar mengajar anak dapat mengembangkan disiplin diri
sendiri.
Dalam bukunya Pedagogy of apprised, Paule Preire mengungkapkan
sikap pendidik dalam menciptakan komunikasi semu dan komunikasi
kreatif.
Komunikasi semu akan timbul atas dasar paksaan. Hal itu nampak
dalam situasi mengajar sebagai berikut:
a. Guru mengajar siswa belajar
b. Guru mengetahui segala-galanya dan siswa tidak mengetahui apa-apa
c. Guru berpikir siswa yang dipikirkan
d. Guru berbicara dan siswa mendengarkan dengan setia.
e. Guru memilih dan memaksakan pilihannya siswa menurut serta
menyesuaikan dirinya dengan pilihan guru
f. Guru mendisiplinkan dan siswa didisiplinkan
g. Guru berinteraksi dan murid menyangka telah berinteraksi bila dia
meniru aksi guru
h. Guru memilih isi program dan siswa yang tidak diminta pertimbangan
menyesuaikan dirinya
i. Guru mencampuradukkan otoritas ilmu pengetahuan dengan
kebebasan siswa
j. Guru merupakan subyek dan si terdidik merupakan obyek
Sebaliknya dijelaskan pula bahwa komunikasi yang kreatif dan
disiplin yang timbul dari komunikasi dialogis.
Wujud komunikasi dialogis itu sebagai berikut:
a. Guru belajar dari siswa dan siswa belajar dari guru
b. Guru menjadi partner atau rekan bagi siswa yang melibatkan diri serta
merangsang daya kritis; kreatif serta selektivitas siswa. Ini yang
disebut proses saling memanusiawikan.
c. Manusia dapat mengembangkan dirinya dan kemampuannya untuk
mengerti secara kritis mengenai dirinya sendiri dan dunianya.

17
Cara ini selalu menyimakkan rahasia realitas yang menentang
manusia dan kemudian menuntut sesuatu terhadap tantangan tersebut.
Respon tersebut membawa manusia dedikasi yang seutuhnya.
Jadi dari uraian di atas dapat terlihat bahwa disiplin tidaklah
sekedar tata aturan belaka, tetapi maknanya menyentuh hakekat
kemanusiaan. Oleh karena itu konsep dasar bagi disiplin adalah
mengungkap penyedaran diri sebagai pribadi yang utuh yang sadar akan
hidup bersama itu harus ada normanya.
Implikasi dari dasar penilaian ini maka semua tata tertib sebaiknya
tidak diterima saja tetapi harus mengerti mengapa harus demikian.15
Pengembangan disiplin dalam belajar mengajar lebih menekankan
pada kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh anak sehingga mereka
dapat mengembangkan disiplin diri sendiri.
B. Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya
terkandung beberapa makna. Sertzer dan Stone (1966:3) mengemukakan
bahwa guidance berasal dari kata guide yang meempunyai arti to direct,
pilot, manager, or steer, artinya: menunjukkan mengarahkan, menentukan,
mengatur, atau mengemudikan. (Victoria Neufeldt, Ed., 1988:599).16
Rochman Natawidjaja (1987:37) mengartikan bimbingan sebagai
suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,
masyarakat, dan kehidupan umumnya.17
15
Piet A. Sahertian, Op. Cit, h. 128-129. 16
Anas Salahudin, Bimbingan & Konseling, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h. 13. 17
Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.6.

18
Bimbingan adalah memberikan informasi dengan cara menyajikan
pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan,
atau memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat, atau
mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan.18
Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus-
menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar
tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam
mencapai tingkat perkembangan, yang optimal dan penyesuaian diri
dengan lingkungannya. (Moh.Surya, 1988:12).19
Bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada individu-
individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-
pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan
untuk menyesuaikan diri yang baik. (Smith, dalam McDaniel, 1959)20
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu atau sekumpulan individu untuk menghindari atau mengatasi
kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya sehingga individu itu dapat
mencapai kesejahteraan hidupnya.21
Bertolak dari definisi bimbingan di atas, penulis menyimpulkan
bimbingan adalah suatu bantuan yang diberikan konselor kepada klien
dalam rangka membantu menyelesaikan masalah, membantu dalam
memperoleh pengetahuan agar lebih terampil demi tercapainya
kesejahteraan hidup.
Sedangkan kata “counseling” berasal dari kata “to counsel” yang
artinya memberikan anjuran atau nasihat kepada seseorang secara bertatap
muka (face to face).Jadi counseling berarti pemberian nasihat kepada
seseorang (yang dibimbing tersebut) secara individual dengan secara face
18
Abu Bakar Baraja, Psikologi Konseling, (Jakarta: Studia Press, 2007), h. 11. 19
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008). h.37. 20
Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT.Rineka
Cipta, 2008), h. 94. 21
Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 7.

19
to face.Counseling/Konseling ini dikenal sebagai suatu cara dalam
memberikan bimbingan.
Sedangkan istilah konseling yang diadopsi dari bahasa Inggris
“counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel”
memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give
counsel), dan pembicaraan ( to take counsel), berdasarkan arti di atas,
konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan
pembicaraan dengan bertukar pikiran.22
Konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu
untuk memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan
cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai
kesejahteraan hidupnya.23
Robinson (M. Surya dan Rochman N., 1986:25) mengartikan
konseling adalah “semua bentuk hubungan antara dua orang, di mana yang
seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara
efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.”24
Selanjutnya Rochman Natawidjaja mendefinisikan bahwa:
Konseling merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu
dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik
antara dua individu, di mana yang seorang (yaitu konselor) berusaha
membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang
dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang
dihadapinya pada waktu yang akan datang. (Rochman Natawidjaja,
1987:32).25
Berdasarkan pengertian konseling tersebut, dapat dipahami, bahwa
konseling adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan
tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap
22
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2007), h. 21-22. 23
Bimo Walgito, Op. Cit, h. 8. 24
Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, Op. Cit, h.7. 25
Dewa Ketut Sukardi, Op.Cit. h.38.

20
berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain teratasinya
masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.
Dari keseluruhan pemaparan pengertian konseling, penulis
menyimpulkan, konseling adalah usaha membantu pemecahan masalah
klien secara bertatap muka agar masalah yang dihadapi dapat
terselesaikan.
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber
pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia sering
menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti dalam
kehidupannya.Persoalan yang satu dapat diatasi, timbul persoalan lain.
Persoalan lain dapat diatasi timbul pula persoalan lain; demikian
seterusnya.26
Bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai seperangkat
program pelayanan bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan
dan kelompok untuk membantu peserta didik melaksanakan kehidupan
sehari-hari secara mandiri dan berkembang secara optimal, serta
membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.27
Dari pengertian bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh
para ahli di atas, dapat dinyatakan bahwa bimbingan dan konseling adalah
suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan
sistematis, yang dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat latihan
khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya,
lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal
untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.
Dari keseluruhan pengertian bimbingan dan konseling, penulis
menyimpulkan bimbingan konseling adalah suatu pemberian bantuan
kepada individu secara terus menerus dan sisstematis dengan suatu
penyelesaian masalah sesuai keadaan klien demi mencapai kesejahteraan.
26
Anas Salahudin, Op. Cit, h. 18. 27
Aip Badrujaman, Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling, (Jakarta:
PT.Indeks, 2011). h. 28.

21
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya
sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri karena bimbingan dan
konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Adapun
tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 dijelaskan bahwa :
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.28
Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan
penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan
permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai
dengan kompleksitas permasalahannya itu. Masalah-masalah inidividu
bermacam ragam jenis, intensitas, dan sangkut-pautnya, serta masing-
masing bersifat unik. Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan
konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula. Tujuan
bimbingan dan konseling untuk seorang individu berbeda dari (dan tidak
boleh disamakan dengan) tujuan bimbingan dan konseling untuk individu
lainnya.29
Tujuan khusus bimbingan dan konseling di sekolah, diuraikan
H.M. Umar, dkk., (1998:20-21) sebagai berikut:
a. Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan pemahaman diri
sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar, serta
kesempatan yang ada.
b. Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam
belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti.
28
Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah ,Undang-undang RI No 20 Tahun 2003,
Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: tnp, 2003). 29
Prayitno & Erman Amti, Op. Cit, h. 114.

22
c. Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses
pendidikan.
d. Membantu siswa-siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam
penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat.
e. Membantu siswa-siswa untuk hidup di dalam kehidupan yang
seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental, dan sosial.30
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan
kesempatan untuk:
a. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugasnya,
b. Mengenal dan memahami potensi-potensi yang ada di lingkungannya,
c. Mengenal dan memahami tujuan dan rencana hidupnya serta rencana
pencapaian tujuan tersebut,
d. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri,
e. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya,
kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat.31
Berdasarkan keseluruhan tujuan bimbingan dan konseling tersebut,
penulis menyimpulkan tujuan bimbingan konseling adalah untuk
membantu individu dalam membuat pilihan secara komprehensif di
situasi-situasi tertentu demi perkembangan pribadi siswa.
3. Fungsi Bimbingan dan konseling
Uman Suherman (2008) menyatakan bahwa dasar pemikiran
penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah, bukan
semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum
(perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting
adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik, yang selanjutnya
disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau
30
Anas Salahudin, Op. Cit, h. 22-23. 31
Anak Agung Ngurah Adhiputra, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013). h.13-14.

23
mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi,
intelektual, sosial, dan moral-spiritual).32
Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau
manfaat atau manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh
melalui pelayanan dapat dikelompokkan menjadi lima fungsi pokok, yaitu:
a. Fungsi pemahaman
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan
kepentingan pengembangan peserta didik, pemahaman itu meliputi:
1. Pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik
sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan Guru Pembimbing.
2. Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk di
dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah), terutama oleh
peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan Guru
Pembimbing.
3. Pemahaman tentang lingkungan “yang lebih luas” (termasuk di
dalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan
informasi sosial dan budaya/nilai-nilai), terutama oleh peserta
didik.33
b. Fungsi Pencegahan
Bagi konselor profesional yang misi tugasnya dipenuhi dengan
perjuangan untuk menyingkirkan berbagai hambatan yang dapat
menghalangi perkembangan individu, upaya pencegahan tidak sekadar
merupakan ide yang bagus, tetapi adalah suatu keharusan yang
bersifat etis (Horner & McElhaney, 1993). Oleh karena itu,
pelaksanaan fungsi pencegahan bagi konselor merupakan bagian dari
tugas kewajibannya yang amat penting.
32
Anas Salahudin, Op. Cit, h. 24. 33
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi,
2000), h. 25.

24
c. Fungsi Pengentasan
Fungsi pengentasan melalui layanan bimbingan dan konseling
berdimensi luas. Pelaksanaannya tidak hanya melalui bentuk layanan
konseling perorangan saja, tetapi dapat pula dengan menggunakan
bentuk-bentuk layanan lainnya, seperti konseling kelompok, program-
program orientasi dan informasi serta program-program lainnya yang
disusun secara khusus bagi klien. Untuk semuanya itu konselor
dituntut menguasai dengan sebaik-baiknya teori dan praktek
bimbingan dan konseling.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan
mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan
berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dijaga
agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian, siswa dapat
memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang
positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui
penyelenggaraan berbagai jenis layanan bimbingan dan pendukung
bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana
terkandung di dalam masing-masing fungsi bimbingan dan
konseling.34
e. Fungsi advokasi
Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik
dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.
Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya
berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk
mencapai hasil sebagaimana yang terkandung di dalam masing-
masing fungsi tersebut. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan
34
Dewa Ketut Sukardi, Op. Cit, h.43.

25
konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada
satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak
dicapainya jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.35
Berdasarkan keseluruhan fungsi bimbingan dan konseling
penulis menyimpulkan fungsi bimbingan dan konseling adalah
pemahaman tentang diri seorang klien, menyingkirkan segala
hambatan yang dialami klien dalam mencapai kesejahteraan,
mengentaskan permasalahan yang dialami klien dan mengembangkan
minat dan bakat yang dimliki klien.
4. Asas-asas bimbingan dan konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan professional.
Sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan, dan
penyikapan (yang meliputi unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan)
konselor terhadap kasus, pekerjaan professional itu harus dilaksanakan
dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas
proses dan lain-lainnya. Dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling
kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling,
yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan
pelayanan itu.
Asas-asas yang dimaksudkan adalah asas kerahasiaan,
kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, keahlian, ahli tangan
dan tut wuri handayani (Prayitno, 1987).
a. Asas Kerahasiaan
Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan
dan konseling, kadang-kadang klien harus menyampaikan hal-hal
yang sangat pribadi/ rahasia kepada konselor. Oleh karena itu konselor
harus menjaga kerahasiaan data yang diperolehnya dari kliennya.
35
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005). h.57-58.

26
Sebagaimana firman Allah swt. Bahwa memelihara amanah dan
menepati janji nerupakan salah satu karakteristik orang beruntung.
Sebagaimana firman Allah dalam surat al Mu’minun/23:8);
Artinya; … Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat
(yang dipikulnya) dan janjinya.36
b. Asas Kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar
kesukarelaan, baik dari pihak si terbimbing atau klien, maupun dari
pihak konselor. Klien diharapkan secara suka dan rela tanpa ragu-ragu
ataupun merasa terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya,
serta mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk beluk berkenaan
dengan masalahnya itu kepada konselor, dan konselor juga hendaknya
dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata
lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.37
c. Asas keterbukaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan
tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi
dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam
hal ini Guru Pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan
peserta didik (klien). Keterbukaan ini amat terkait pada
terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri
peserta didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Agar peserta
didik dapat terbuka, Guru Pembimbing terlebih dahulu harus bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura.
36
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005). h. 63 37
Prayitno & Erman Amti, Op. Cit, h. 114-120.

27
d. Asas Kekinian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan
peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang
berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampaupun” dilihat
dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang
dapat diperbuat sekarang.38
e. Asas kemandirian
Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah
agar konselor berusaha menghidupkan kemandirian di dalam klien.
Pada tahap awal proses konseling, biasanya klien menampakkan sikap
yang lebih tergantung dibandingkan pada tahap akhir proses
konseling. Sebenarnya sikap ketergantungan klien terhadap konselor
ditentukan respon-respon yang diberikan oleh konselor terhadap
kliennya. Oleh karena itu konselor dan klien harus berusaha untuk
menumbuhkan sikap kemadirian itu di dalam diri klien dengan cara
memberikan respon yang cermat. Sebagaimana firman Allah swt.
Artinya :
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya….” (QS.Al Baqarah/2 :286).39
f. Asas kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah
yang tidak berarti, bila individu yang dibimbing tidak melakukan
kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Hasil-hasil usaha
38
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.Mandiriabadi, 2000), h.
31-32. 39
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005). h.64-65

28
bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh
individu yang bersangkutan. Para pemberi layanan bimbingan dan
konseling hendaknya menimbulkan suasana individu yang dibimbing
itu mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud.
g. Asas kedinamisan
Upaya layanan bimbingan dan konseling menghendaki
terjadinya perubahan pada diri individu yang dibimbing yaitu
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan tidaklah
sekadar mengulang-ulang hal-hal lama yang bersifat monoton,
melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu
yang lebih maju.40
h. Asas keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin
keterpaduan berbagai aspek dari individu yang dibimbing. Untuk itu
konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan
dapat membantu penanggulangan masalah yang dihadapi klien. Dalam
hal ini peranan guru, orang tua dan siswa-siswa yang lain sering kali
sangat menentukan. Konselor harus pandai menjalin kerja sama yang
saling mengerti dan saling membantu demi terbantunya klien yang
mengalami masalah.41
i. Asas kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama,
norma adat, norma hukum/ negara, norma ilmu, maupun kebiasaan
sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun
proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan
harus sesuai dengan norma-norma yang ada. Demikian pula prosedur,
40
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008). h.49. 41
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005). h.66.

29
teknik, dan peralatan yang dipakai tidak menyimpang dari norma-
norma yang dimaksudkan.42
j. Asas keahlian
Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.
Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling lainnya hendaknya merupakan tenaga yang benar-benar ahli
dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing
(konselor) harus terwujud, baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam
penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
k. Asas alih tangan
Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan
tuntas atas suatu permasalahan siswa (klien) dapat mengalihtangankan
kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor) dapat
menerima alih tangan kasus dari orangtua, guru-guru lain, atau ahli
lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat
mengalihtangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik
yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.43
l. Asas tutwuri handayani
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta
dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan klien.Lebih-
lebih di lingkungan di sekolah, asas ini makin dirasakan keperluannya
dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sung tulodo, ing
madya mangun karso”.
Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling
tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan
menghadap konselor saja, namun di luar hubungan proses bantuan
42
Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2008), h. 114-120. 43
Anas Salahudin, bimbingan dan konseling, (Bandung: Pustaka setia, 2010). h. 42.

30
bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan
manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.44
Dari keseluruhan asas bimbingan konseling yang berjumlah 12
tersebut, penulis menyimpulkan pentingnya keseluruhan asas demi tercipta
kemanan dan kenyamanan saat melakukan bimbingan dan konseling saat
bersama konselor. Sehingga ada keterbukaan masalah dan adanya interaksi
yang cukup baik antara klien dan konselor sehingga pemecahan masalah
dapat lebih terselesaikan karena adanya hubungan yang lebih mendalam
antara klien dan konselor.
5. Prinsip bimbingan dan konseling
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan prinsip-prinsip adalah hal-
hal yang menjadi pegangan dalam proses bimbingan dan konseling.
Seperti halnya dalam memberikan definisi mengenai bimbingan dan
konseling, di dalamnya mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling pun masing-masing ahli mempunyai sudut pandang sendiri-
sendiri terhadap titik berat permasalahannya. Sekedar sebagai bukti, akan
dikemukakan pula beberapa pendapat dari para ahli mengenai masalah ini
Adapun prinsip-prinsip yang menurut Bimo Walgito ajukan adalah
sebagai berikut:
1. Dasar bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari
dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di sekolah pada
khususnya. Dasar dari pendidikan tidak dapat terlepas dari dasar
negara tempat pendidikan itu dilaksanakan.
2. Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari
tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional di Indonesia
tercantum dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1989 Bab II Pasal 4
yang berbunyi: “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
44
Prayitno & Erman Amti, Op. Cit, h. 114-120.

31
Maha Esa dan berbudi pekerti Luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”. Dengan demikian, tujuan bimbingan dan konseling di
sekolah adalah membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional dan
membantu individu untuk mencapai kesejahteraan.
3. Fungsi bimbingan dan konseling dalam proses pendidikan dan
pengajaran ialah membantu pendidikan dan pengajaran. Oleh karena
itu, segala langkah bimbingan dan konseling harus sejalan dengan
langkah-langkah yang diambil, serta harus sesuai dengan tujuan
pendidikan. Dengan adanya bimbingan dan konseling itu, pendidikan
akan berlangsung lebih lancar karena mendapatkan dukungan dari
bimbingan dan konseling.
4. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua individu, baik
anak-anak maupun orang dewasa. Jadi, bimbingan dan konseling tidak
terbatas pada umur tertentu.
5. Bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan dengan bermacam-
macam sifat, yaitu secara:
a. Preventif, yaitu bimbingan dan konseling diberikan dengan tujuan
untuk mencegah jangan sampai timbul kesulitan-kesulitan yang
menimpa diri anak atau individu.
b. Korektif, yaitu memecahkan atau mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh anak atau individu
c. Preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan yang telah
baik, jangan sampai mejadi keadaan-keadaan yang tidak baik.
6. Bimbingan dan konseling merupakan proses yang kontinu. Bimbingan
dan konseling harus diberikan secara kontinu dan diberikan oleh
orang-orang yang mempunyai kewenangan dalam hal tersebut.
Dengan demikian, tidak semua orang boleh memberikan bimbingan
dan konseling.

32
7. Sehubungan dengan hal itu, para guru perlu mempunyai pengetahuan
mengenai bimbingan dan konseling karena mereka selalu berhadapan
langsung dengan murid yang mungkin perlu mendapatkan bimbingan
dan konseling. Kalau keadaan memungkinkan, ada baiknya persoalan
yang dihadapi murid di selesaikan oleh guru sendiri, tetapi kalau tidak
mungkin maka dapat diserahkan kepada pembimbing.
8. Individu yang dihadapi tidak hanya mempunyai kesamaan-kesamaan,
tapi juga mempunyai perbedaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan
yang terdapat pada masing-masing individu harus diperhatikan dalam
memberikan bimbingan dan konseling.
9. Tiap-tiap aspek dari individu merupakan faktor penting yang
menentukan sikap ataupun tingkah laku. Oleh karena itu, pelaksanaan
bimbingan dan konseling harus benar-benar memerhatikan segala
aspek dari individu yang dihadapi.
10. Anak atau individu yang dihadapi adalah individu yang hidup dalam
masyarakat. Oleh karena itu, tidak boleh memandang individu terlepas
dari masyarakatnya, tetapi harus melihat individu beserta latar
belakang sosial, budaya, dan sebagainya.
11. Anak atau individu yang dihadapi merupakan makhluk yang hidup
berkembang dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, harus diperhatikan
segi dinamikanya. Segi dinamika inilah yang memungkinkan
pemberian bimbingan dan konseling.
12. Dalam memberikan bimbingan dan konseling, haruslah selalu
diadakan evaluasi. Dengan evaluasi, akan dapat diketahui tepat-
tidaknya bimbingan dan konseling yang tekah diberikan.
13. Sehubungan dengan butir 10, pembimbing harus selalu mengikuti
perkembangan situasi masyarakat dalam arti yang luas, yaitu
perkembangan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.
14. Dalam memberikan bimbingan dan konseling, pembimbing harus
selalu ingat untuk menuju kepada kesanggupan individu agar dapat
membimbing diri sendiri.

33
15. Karena pembimbing berhubungan secara langsung dengan masalah-
masalah pribadi seseorang maka pembimbing harus dapat memegang
teguh kode etik bimbingan dan konseling.45
Dari keseluruhan prinsip yang telah dipaparkan, penulis dapat
mengambil kesimpulan prinsip dalam bimbingan konseling adalah aspek-
aspek yang harus dipegang teguh oleh konselor demi perkembangan anak
atau individu agar segala langkah-langkah bimbingan dan konseling
sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.
C. Kontribusi Layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
1. Layanan Bimbingan dan Konseling
Suatu kegiatan bimbingan dan konseling disebut layanan apabila
kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran
layanan (klien), dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan
ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh sasaran layanan itu.
Kegiatan yang merupakan layanan itu mengemban fungsi tertentu dan
pemenuhan fungsi tersebut serta dampak positif layanan yang
dimaksudkan diharapkan dapat secara langsung dirasakan oleh sasaran
(klien) yang mendapatkan layanan tersebut.46
a. Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat
memberikan pengaruh yang besar terhadap peserta didik (terutama
orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru
dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar
berperannya peserta didik di lingkungan yang baru ini.47
45
Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 30-36. 46
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi,
2000), h.35. 47
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008). h.60.

34
b. Layanan informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami
berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi
jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan
pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien)
c. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh
penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya
penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra-
kurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi
pribadinya.
d. Layanan bimbingan belajar (pembelajaran), yaitu layanan bimbingan
dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar
yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan
belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya,
sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.48
e. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapatkan
layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan Guru
Pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan
permasalahan pribadi yang dideritanya.
f. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara
bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai
bahan dari narasumber tertentu (terutama Guru Pembimbing) dan/atau
membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang
berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-haru
dan/atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun
48
Ibid, h.62.

35
sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan dan/atau tindakan tertentu.
g. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling
peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika
kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi
yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.
Berdasarkan pada fungsi dan prinsip bimbingan, maka kerangka
kerja layanan bimbingan dan konseling itu dikembangkan dalam suatu
program bimbingan dan konseling yang dijabarkan dalam empat kegiatan
utama yaitu: pertama, layanan dasar bimbingan, kedua, layanan responsif,
ketiga, layanan perencanaan individual, dan keempat, dukungan sistem.
a. Layanan dasar bimbingan, untuk membantu seluruh peserta didik
mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan
hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan peserta
didik.
b. Layanan responsif, untuk membantu memenuhi kebutuhan yang
dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini
lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif.
c. Layanan perencanaan individual, bertujuan untuk membantu seluruh
peserta didik membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana
pendidikan, karir, dan sosial pribadinya. Tujuan utama dari layanan
ini untuk membantu peserta didik memantau dan memahami
pertumbuhan dan perkembangannya sendiri, kemudian
merencanakan dan mengimplementasikan rencana-rencananya itu
atas dasar hasil pemantauan dan pemahamannya itu.
d. Dukungan sistem, yaitu kegiatan-kegiatan manajemen yang
bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan
program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan
profesional, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru,

36
staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen
program, penelitian, dan pengembangan.49
Dalam konteks pelayanan BK, manajemen pelayanan BK dapat
berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
aktivitas-aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling dan penggunaan
sumber daya-sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Manajemen pelayanan BK juga bisa berarti bekerja dengan orang-
orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan
pelayanan bimbingan dan konseling dengan pelaksanaan fungsi-fungsi
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan
personalia (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading),dan
pengawasan (controlling).Pelayanan bimbingan dan konseling
meniscayakan manajemen agar tercapai efesiensi dan efektivitas serta
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.50
2. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
Selain kegiatan layanan tersebut di atas, dalam bimbingan dan
konseling dapat dilakukan sejumlah kegiatan lain, yang disebut kegiatan
pendukung. Kegiatan pendukung pada umumnya tidak ditujukan secara
langsung untuk memecahkan atau mengentaskan masalah klien, melainkan
untuk memungkinkan diperolehnya data dan keterangan lain serta
kemudahan-kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran
dan keberhasilan kegiatan layanan terhadap peserta didik (klien). Kegiatan
pendukung ini pada umumnya dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan
sasaran layanan. Di sekolah sejumlah kegiatan pendukung yang pokok
adalah sebagai berikut.
49
Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling
di SMP, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005). h. 18-19. 50
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2007), h.272-273.

37
a. Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik (klien),
keterangan tentang lingkungan peserta didik dan “lingkungan yang
lebih luas”. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai
instrumentasi, baik tes maupun non-tes.
b. Penyelenggaraan himpunan data
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan
keperluan pengembangan peserta didik (klien). Himpunan data perlu
diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif,
terpadu, dam sifatnya tertutup.
c. Konferensi kasus
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien)
dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang
diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan
komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut.
d. Kunjungan rumah
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan peserta didik (klien) melalui kunjungan
ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh dari
orang tua dan anggota keluarga lainnya.
e. Alih tangan kasus
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah
yang dialami peserta didik (klien) dengan memindahkan penanganan
kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. 51
51
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Menengah Kejuruan,
(Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2000), h. 35-39.

38
D. Penelitian yang relevan
Di bawah ini akan disajikan hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian ini antara lain:
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafrina Dariza dalam skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2011), dengan judul
“Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Meningkatkan Disiplin Siswa di
SMP AL-Ghazali Bogor” yang bertujuan untuk meneliti peran guru
bimbingan dan konseling sebagai pembimbing, teladan, pengendali, dan
pengawas menunjukkan bahwa kategori guru bimbingan dan konseling di
sekolah tersebut cukup baik dalam meningkatkan disiplin siswa dengan hasil
11% siswa yang melakukan pelanggaran dan 89% siswa tidak melakukan
pelanggaran. Hal tersebut menunjukan peran guru BK di sekolah sudah cukup
baik meskipun kurangnya pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas guru
BK itu sendiri.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Rusmah Rusnawati dalam skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2014), dengan judul
“Peran Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Disiplin siswa
di Mts Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan” yang bertujuan untuk meneliti
peran guru bimbingan dan konseling dalam aspek pembimbing, teladan,
pengendali, dan pengawas menunjukkan secara keseluruhan berada pada taraf
“cukup baik” meskipun belum optimalnya kegiatan disiplin yang dilakukan
oleh guru dikarenakan minimnya jumlah guru BK di sekolah.
Penelitian ini memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan
penelitian diatas. Persamaannya yakni sama-sama meneliti bimbingan dan
konseling dan disiplin siswa. Namun ada beberapa perbedaan diantaranya:
1. Penelitian terdahulu meneliti semua aspek peran guru sebagai
pembimbing, teladan, pengendali dan pengawas, sedangkan penelitian ini
berfokus pada aspek layanan dasar, layanan responsif, layanan
perencanaan individual dan dukungan sistem di SMKN 59 Jakarta.
2. Penelitian terdahulu melakukan penelitian peran guru bimbingan dan
konseling dan disiplin siswa, berbeda dengan penelitian ini meneliti dari

39
segi kontribusi layanan bimbingan dan konseling terutama dalam membina
disiplin belajar siswanya.
E. Kerangka Berpikir
Tugas guru BK yaitu membantu proses pengenalan diri oleh
peserta didik beserta peluang dan tantangan yang ditemukannya dalam
lingkungan, sehingga peserta didik mandiri dalam mengambil keputusan
penting perjalanan hidupnya dalam rangka mewujudkan kehidupan yang
produktif, sejahtera, dan bahagia, serta peduli kepada kemaslahatan umum,
melalui pendidikan.
Untuk mewujudkan peserta didik yang dapat mandiri dan dapat
mencapai tugas perkembangan belajarnya dengan baik maka layanan
bimbingan dan konseling diperlukan di sekolah. Siswa itu sendiri
merupakan individu yang harus dibimbing menuju arah kedewasaan agar
dapat berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lingkungannya.
Namun dalam realitanya siswa banyak berperilaku melanggar aturan dan
tata tertib, sehingga perkembangannya tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan, seperti kurang disiplin siswa pada saat belajar, sering keluar
kelas tanpa ijin, mengobrol saat jam pelajaran, dll.
Layanan BK dalam hal ini mengambil peran penting untung
membuat siswa lebih disiplin dengan layanan orientasi guru BK bisa
menjelaskan peraturan sekolah dan tata tertib yang berlaku di sekolah,
dengan layanan responsif yaitu dengan membantu memenuhi kebutuhan
peserta didik berupa kegiatan bimbingan dan konseling dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar, kemudian
layanan perencanaan individual yang membantu seluruh peserta didik untuk
membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana belajarnya, serta
dukungan sistem untuk meningkatkan layanan bimbingan dan konseling
dalam meningkatkan disiplin siswa terutama dalam hal belajar.

40
Dalam melakukan layanan bimbingan dan konseling dibutuhkan
koordinasi dan kerjasama seluruh pihak. Dalam menyelesaikan masalah
siswa, seringkali orangtua bersikap kurang peduli terhadap masalah
anaknya, padahal untuk penyelesaian masalah tersebut perlu bantuan dari
pihak orangtua terlebih orangtua lebih mengetahui sikap dan perilaku
anaknya dirumah. Sekolah telah mengupayakan pertemuan dengan orangtua
murid untuk penyelesaian masalah dan dengan mengadakan pertemuan rutin
kepada seluruh orangtua untuk menyelesaikan masalah-masalah siswa di
sekolah. Jumlah guru BK yang hanya terdiri dari satu orang melayani 392
siswa di sekolah dirasa sangat kurang efektif, seharusnya satu guru BK
melayani 150 siswa.
Ketidaksesuaian jumlah guru BK dengan jumlah siswa dan
kurangnya koordinasi dengan orangtua merupakan faktor penentu proses
pendidikan di sekolah. Oleh karena itu guru pembimbing di dalam
menjalankan tugasnya harus bisa berperan sebagai fasilitator yang dapat
membangun semangat belajar siswa, mengidentifikasi kesulitan belajar
siswa, memberikan layanan konseling akademik, bekerjasama dengan
seluruh pihak sekolah dan orang yang berkompeten dalam menyelesaikan
masalah anak didik.
Oleh karena itu, untuk meminimalisir permasalahan dan mencapai
tujuan yang diharapkan oleh sekolah, maka SMKN 59 Jakarta
merencanakan beberapa strategi berupa strategi bimbingan individual,
kelompok, klasikal dengan menggunakan instrument dan media yang
relevan serta menggunakan empat jenis layanan yaitu layanan dasar, layanan
responsif, layanan perencanaan individual, dan dukungan sistem.

41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di SMKN 59 Jakarta, yang terletak di JL.
Peninggaran Barat I, Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. Adapun waktu
pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Agustus s/d November 2014.
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
No Tanggal Kegiatan Sumber Data
1. 5 Agustus 2014 Izin Penelitian Kepala Sekolah, Kepala
Tata Usaha.
2. 1 September 2014 pengumpulan
dokumen
Guru BK
3. 8 – 22 Oktober 2014 Persiapan
instrumen dan
revisi instrumen
4. 12 November 2014 Penyebaran angket Siswa
5. 24 - 28 November
2014
Wawancara Kepala Sekolah, Guru BK,
Wakil Kepala Sekolah
bidang Kesiswaan, Guru
Piket dan Wali kelas
6. 1 Desember 2014 Analisis data dan
penulisan laporan

42
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang
menggambarkan objek penelitian secara verbal melalui data yang telah
terkumpul dan juga penyebaran angket kepada responden. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu peneliti terjun langsung ke
lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan.
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah:
1. Teknik Wawancara
Teknik ini digunakan untuk mewawancarai kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, guru BK, guru piket, dan wali kelas untuk menanyakan
perihal kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin
belajar siswa di SMKN 59 Jakarta.
2. Teknik Angket
Teknik ini diberlakukan dengan tujuan untuk memperoleh data
perwakilan dari seluruh jumlah murid di SMKN 59 Jakarta yang diambil
sebagai sample yaitu 32 orang siswakelas XI jurusan multimedia dan
pemasaran tentang kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam
membina disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang
merupakan perhatian peneliti. Obyek penelitian dapat berupa makhluk hidup,
benda-benda, sistem dan prosedur, fenomena, dan lain-lain.
Adapun populasi yang dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
XI SMKN 59 Jakarta yang berjumlah 129 siswa. Siswa kelas XI sudah
mengalami kestabilan dalam belajar, kelas XII sedang menghadapi persiapan

43
Ujian Nasional, sedangkan kelas X belum memiliki catatan kasus yang terlalu
banyak.
2. Sampel
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang
diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.
Dalam pengambilan sampel ini penulis menggunakan pengambilan
sampel dengan cara random sampling yaitu dengan pengambilan sampel
secara acak siswa kelas XI SMKN 59 Jakarta untuk mengambil kesimpulan
terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Dari keseluruhan siswa kelas XI
yang berjumlah 129 siswa/i, yang dijadikan responden hanya 25%.
Jadi, besar anggota sampel yang peneliti ambil yaitu:
25 x 129 = 32 orang
100
D. Instrumen Penelitian
Tabel. 3.2
Kisi-Kisi Angket Penelitian Siswa
Variabel Dimensi Indikator Butir
Soal Jumlah
1. Bimbingan
dan
Konseling
a. Pelayanan
Dasar
b. Pelayanan
responsif
bimbingan kelas
Layanan orientasi
Layanan Informasi
Layanan konseling
perorangan
Layanan bimbingan
kelompok
1
2, 3
4, 5, 6,
7
8, 9,
10, 11
12
7
7

44
c. Layanan
perencanaan
individual
d. Dukungan
sistem
Layanan konseling
kelompok
Layanan
penempatan/penyalur
an
Layanan penguasaan
konten
Aplikasi
instrumentasi
kerjasama/kolaborasi
13, 14
15
16, 17
18
19
3
2
2. Disiplin
Belajar
Siswa
a. Peraturan
sekolah
b. Proses
pembelajaran
Patuh pada peraturan
sekolah.
Teratur dalam kelas
Harus tiba pada waktu
yang telah ditetapkan
Melaksanakan tugas
yaitu belajar
Mengerjakan
pekerjaan rumah
Tidak membuat onar
dikelas
20, 21,
22, 23,
24
25, 26
27, 28
29, 30,
31, 32,
33, 34
35, 36,
37
38, 39,
40
5
2
2
6
3
3

45
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara
Kepala SMK Negeri 59 Jakarta
Fokus Sub Fokus
Kontribusi Layanan
Bimbingan dan Konseling
dalam Membina Disiplin
Belajar Siswa di SMKN 59
Jakarta
1. Kriteria guru BK di sekolah
2. Fasilitas program layanan bimbingan
dan konseling untuk siswa
3. Fasilitas pendukung program
bimbingan dan konseling
4. Pihak yang terlibat dalam membina
disiplin
5. Anggaran operasional dalam
mengembangkan program bimbingan
dan konseling
6. Hubungan kerjasama BK dengan pihak
luar sekolah
7. Pengawasan terhadap kegiatan BK
8. Evaluasi terhadap program kerja
bimbingan dan konseling
Tabel 3.4
Pedoman Wawancara
Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan
Fokus Sub Fokus
Kontribusi Layanan
Bimbingan dan Konseling
dalam Membina Disiplin
Belajar Siswa di SMKN 59
1. Kendala tidak disiplin siswa selama
belajar
2. Penanganan kasus siswa yang kurang
disiplin

46
Jakarta
3. Keterlibatan orangtua dalam kasus
pelanggaran disiplin
4. Kendala dalam membina siswa agar
lebih disiplin dalam belajar
5. Upaya preventif yang dilakukan agar
siswa lebih disiplin dalam belajar
6. Penanganan siswa yang melakukan
pelanggaran
7. Latar belakang pelanggaran oleh siswa
8. Pihak yang bekerjasama dalam
membina disiplin
9. Evaluasi dan pengawasan yang
dilakukan dalam membina disiplin
Tabel 3.5
Pedoman Wawancara
Guru BP/BK
Fokus Sub Fokus
Kontribusi Layanan
Bimbingan dan Konseling
dalam Membina Disiplin
Belajar Siswa di SMKN 59
Jakarta
1. Pemanfaatan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah
2. Konsultasi dengan kunjungan siswa ke
ruang BK
3. Kendala dalam melaksanakan
pelayanan
4. Pendataan masalah siswa dengan buku
penghubung
5. Upaya kerjasama dalam
mengembangkan kualitas layanan

47
6. Pelayanan bimbingan dan konseling di
SMKN 59
7. Kriteria guru BK dengan latar belakang
pendidikannya
8. Peran BK dalam membentuk disiplin
9. Kesesuaian guru BK dengan banyaknya
siswa di sekolah
10. Pihak yang bekerjasama dalam
mengembangkan kualitas layanan
11. Kendala dalam membina disiplin siswa
12. Peran warga sekolah dalam
meningkatkan disiplin
13. Kerjasama guru mata pelajaran dengan
guru BK terkait masalah disiplin
belajar
14. Fasilitas pendukung dalam
meningkatkan disiplin
15. Standar pelaksanaan layanan BK
16. Sarana dan Prasarana pendukung dalam
melayani kebutuhan siswa
17. Evaluasi guru BK dalam melayani
kebutuhan siswa
18. Kunjungan rumah dalam penyelesaian
kasus pelanggaran
19. Masalah belajar yang dialami siswa
20. Faktor yang melatarbelakangi kurang
disiplin siswa
21. Upaya preventif sekolah terhadap

48
pelanggaran
22. Upaya mengatasi pelanggaran disiplin
23. Tindak lanjut terhadap pelanggaran
disiplin
24. Konseling kelompok di sekolah
Tabel 3.6
Pedoman Wawancara
Guru Piket
Fokus Sub Fokus
Kontribusi Layanan
Bimbingan dan Konseling
dalam Membina Disiplin
Belajar Siswa di SMKN 59
1. Bentuk ketidakdisiplinan siswa saat
jam belajar
2. Poin pelanggaran yang ada di sekolah
3. Kerjasama guru piket dengan guru BK
di sekolah
4. Kendala dalam melaksanakan piket di
sekolah
5. Mengatasi siswa yang tidak disiplin
selama belajar
6. Upaya antisipasi selama jam pelajaran
berlangsung
7. Tindak lanjut bagi siswa yang
melanggar

49
Tabel 3.7
Pedoman Wawancara
Wali Kelas
Fokus Sub Fokus
Kontribusi Layanan
Bimbingan dan Konseling
dalam Membina Disiplin
Belajar Siswa di SMKN 59
1. Pelanggaran siswa saat jam belajar
2. Hal yang melatarbelakangi
ketidakdisiplinan siswa
3. Upaya mengatasi siswa yang kurang
disiplin
4. Kegiatan yang dilakukan agar siswa
lebih disiplin
5. Kerjasama wali kelas dengan guru BK
dalam mengatasi permasalahan siswa
6. Kendala wali kelas dan guru BK dalam
mengatasi permasalahan siswa
7. Tindak lanjut apabila pelanggaran telah
terjadi
Tabel. 3.8
Pedoman Wawancara
Staf Kesiswaan
Variabel Dimensi Indikator Butir
Soal
3. Pendidikan
Karakter
dalam
membentuk
disiplin
e. Religius
f. Jujur
Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama
Upaya agar selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan dan
pekerjaan.
1
2

50
g. Toleransi
h. Disiplin
i. Kerja keras
j. Kreatif
k. Mandiri
l. Demokratis
m. Rasa ingin
tahu
n. Semangat
kebangsaan
o. Cinta tanah
air
p. Menghargai
prestasi
q. Bersahabat
/komunikatif
r. Cinta damai
s. Gemar
membaca
Sikap dan tindakan dalam menghargai
perbedaan
Perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
Upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar
dan tugas.
Menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki
Tidak bergantung pada orang lain
Menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dengan orang lain
Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam
Cara berpikir, bertindak, dan
berwawasan kebangsaan
Sikap kepedulian terhadap bangsa
Mendorong diri untuk menghasilkan
hal yang berguna
Upaya bekerja sama dengan orang lain
Sikap agar orang lain merasa senang
dengan dirinya
Menyediakan waktu untuk membaca
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

51
t. Peduli
lingkungan
u. Peduli sosial
v. Tanggung
jawab
w. Berani
x. Kritis
Upaya mencegah dan memperbaiki
kerusakan alam
Memberi bantuan kepada orang lain
yang membutuhkan
Melaksanakan tugas dan kewajiban
yang seharusnya dia lakukan
Menghadapi masalah yang ada
Menyikapi hal sebagai bentuk
perbaikan
16
17
18
19
20
E. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka selanjutnya data tersebut akan diolah dengan
menggunakan teknik pengolahan data sebagai berikut:
1. Editing, yaitu memeriksa data yang telah diisi oleh responden dengan tujuan
untuk validitas jawaban responden.
2. Skoring, yaitu memberikan skor terhadap butir-butir pertanyaan untuk
mempermudah pengolahan data dalam menentukan scoring hasil penelitian.
Pada kuesioner, peneliti menggunakan skala Likert dimana responden sudah
diberikan alternative jawaban yaitu:
SL : Selalu = 4
SR : Sering = 3
KD : Kadang-kadang = 2
TP : TidakPernah = 1
3. Tabulating, membuat tabel-tabel untuk memasukan jawaban responden
kemudian dicari prosentase untuk dianalisa dan melakukan interpretasi data.

52
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan agar data yang telah terkumpul
dapat dianalisa dan ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan analisis deskriptif untuk memaparkan hasil yang diperoleh.
Langkah pertama adalah membuat table frekuensi dan kemudian dilengkapi
dengan prosentase. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
P = F X 100%
N
Keterangan:
P : Angka prosentase
F : Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya
N : Number of case (responden)1
Setelah didapat hasil prosentase dari kuesioner yang disebarkan kepada
siswa, maka yang perlu dibahas selanjutnya adalah nilai mean atau nilai rata-rata.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran (kondisi) masing-masing
aspek yang diteliti berdasarkan jawaban responden. Untuk menentukan
prosentase, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
P = NS X 100%
NH
Keterangan :
P : Prosentase
NS : Nilai Skor, dapat diketahui dengan membagi skor dengan jumlah
responden.
NH : Nilai Harapan, dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item
pertanyaan dengan skor tertinggi.
1 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2003), h. 43

53
Untuk memberikan penilaian terhadap hasil nilai rata-rata dilakukan
dengan memberikan angka yang kemudian dikonversikan nilai huruf yang
diberi nilai bobot sesuai dengan pedoman interpretasi yang dilakukan
Suharsimi Arikunto dengan kategori sebagai berikut:
1. Sangat Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 81%-100%
2. Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 61%-80%
3. Cukup, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 41-60%
4. Kurang, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 21-40%
5. Kurang sekali, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 0-20%.2
2 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), h.44.

54
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat SMK Negeri 59 Jakarta
SMK Negeri 59 Jakarta didirikan tahun 2005, sebelumnya gedung
SMK Negeri 59 ditempatkan di SMK Negeri 18. Kemudian setelah 2
tahun gedung SMK Negeri 59 dibangun di Jl. Peninggaran Barat no.1
Tanah Kusir Kebayoran Lama. Pada tanggal 29 Januari telah menempati
gedung baru 4 lantai yang diresmikan Gubernur DKI Jakarta dengan SK
Gubernur No. 1328 Tahun 2007 tanggal 10 September.
2. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMK Negeri 59 Jakarta
Status : Negeri
Akreditasi : B
Alamat : Jl. Peninggaran Barat I Kebayoran Lama Utara
Jakarta Selatan
Kode pos : 12240
Telepon : 021 – 7292899
Fax : 021 – 7292889
Email : [email protected]
Tanggal NSS : 18 Juli 2005
3. Visi dan Misi SMKNegeri 59 Jakarta
a. Visi
Menjadi SMK unggul pembentuk SDM berkualitas, berteknologi,
dan berakhlak mulia.

55
b. Misi
1. Meningkatkan dan membudayakan pembelajaran akhlak mulia
pada warga sekolah.
2. Meningkatkan penyelenggaraan diklat berkualitas.
3. Melaksanakan pembelajaran berbasis teknologi informasi.
4. Bekerja sama dengan DU/DI untuk meningkatkan kualitas
kompetensi siswa dan keterserapan tamatan.
4. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa SMKNegeri 59 Jakarta
a. Data Guru dan Karyawan
Tabel 4.1
Data Guru SMK Negeri 59 Jakarta
Tahun 2014
No. Nama L/P Status
Kepeg. Tugas Mengajar
Jabatan
Tambahan
Sebagai 1 Drs. H. Ramli, M.Pd. L PNS Matematika Kepala Sekolah
2 Drs. Sukarno, M.M. L PNS Bahasa Indonesia Waka. Kesiswaan
3 Dr. H. Sumiyar, M.Pd. L PNS Matematika Waka. Kurikulum
4 Unwanah, S.Pd. P PNS Bahasa Indonesia Kepala Perpustakaan
5 Supriyono, S.Pd., M.M. L PNS IPS Terpadu Waka. Humas/DUDI
6 Wiwik Wijayanti, S.Pd. P PNS Bahasa Inggris
Pembina OSIS (Staf
Kesiswaan) & Wali
Kelas
7 Widya Milza, S.Pd. L PNS Matematika Ka. Prog.
Multimedia
8 Megayarni Mukhtar, S.Pd. P PNS Produktif Pemasaran Ka. Prog. Pemasaran
9 Elizar Kamal, S.Pd. P PNS Bahasa Inggris Waka. Sarpras
10 Winardi, S.Pd. L PNS Penjaskes Staf Kesiswaan &
Wali Kelas
11 Sudik Prayitno, S.Pd. L PNS BP / BK
12 Mulyakin, S.Kom. L Honorer K K P I
13 Drs. Mukhsin L Honorer Penjaskes
14 Sri Giyanti, S.Pd. P Honorer Fisika Wali Kelas
15 Pambudi Nugroho, S.Kom L Honorer Produktif Multimedia Staf Kurikulum /
Kepala IT
16 Idha Nurhayati, S.Pd. P Honorer Matematika Pembina 9K & Wali
Kelas
17 Agustina D. Obadiri,
S.PAK. P Honorer Pend. Agama Kristen
18 Abdul Hadi, S.Ag. L Honorer Pend. Agama Islam Wali Kelas

56
19 Tomi Sukito, S.E. L Honorer Produktif Pemasaran
Kepala Laboratorium
Pemasaran & Wali
Kelas
20 Nisban Prayoga, S.Kom. L Honorer Produktif Multimedia
Kepala Laboratorium
Multimedia & Wali
Kelas
21 Nugroho, A.Md.Par., S.Pd. L Honorer Bahasa Inggris
22 Tien Martina, S.Pd. P Honorer Bahasa Inggris
Kepala Laboratorium
Bahasa Inggris &
Wali Kelas
23 Firman Firdaus, S.Sos.I. L Honorer Pend. Agama Islam Staf Kesiswaan &
Wali Kelas
24 Marwati, S.Pd. P Honorer PKn S. Wali Kelas
25 Romlah Muslimah, S.Pd. P Honorer Produktif Pemasaran Wali Kelas
26 Wawang Wangsih, S.Pd. P Honorer Seni Budaya
27 Rusdy Khalid, S.Kom. L Honorer KKPI Staf Sarpras & Wali
Kelas
Tabel 4.2
Data Karyawan SMK Negeri 59 Jakarta
Tahun 2014
No. Nama L/P Status
Kepeg
Ijazah
Tingkat Jurusan Jabatan
1 H. Daryatno, S.E. L PNS S1 Manajemen Kasubag TU
2 Achmad L PNS SMA I P S Bendaharawan
3 Shinta Ellisa, S.Sos. P Honorer S1 Jurnalistik Kepegawaian
4 Tantri Rasmayanti, S.E. P Honorer S1 Ekonomi Mnj. Persuratan
5 Fijiati Ningsih P Honorer SMK Sekretaris Inventaris
6 Dwi Kurnia Rizki P Honorer SMK Akuntansi Kesiswaan
7 Alina Usniyansyah P Honorer SMK Administrasi
Perkantoran Perpustakaan
8 Widodo L Honorer SLTP - Caraka
9 Pepen L Honorer MTs - Caraka
10 Hanafi L Honorer SLTP - Satpam
11 Kusnan L Honorer STM Bangunan Satpam

57
b. Data Siswa
Dari data yang diperoleh, jumlah siswa di SMKN 59 Jakarta
tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 392 orang. Hal ini dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Data Siswa SMK Negeri 59 Jakarta
Tahun Ajaran 2014/2015
5. Stuktur dan Mekanisme Kerja Bimbingan dan Konseling
Berikut ini merupakan struktur dan mekanisme kerja bimbingan dan
konseling yang ada di SMKN 59 Jakarta, yaitu sebagai berikut:
KELAS JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
L P JML L P JML L P JML L P JML
X MM 1 20 12 32 20 12 32 20 12 32 20 12 32
X MM 2 21 11 32 21 11 32 21 11 32 21 11 32
X PM 1 17 18 35 17 18 35 17 18 35 17 18 35
X PM 2 18 17 35 18 17 35 18 17 35 18 17 35
JML 76 58 134 76 58 134 76 58 134 76 58 134
XI MM 1 21 10 31 21 10 31 21 10 31 21 10 31
XI MM 2 21 11 32 21 11 32 21 11 32 21 11 32
XI PM 1 15 16 31 15 16 31 15 16 31 15 16 31
XI PM 2 19 16 35 19 16 35 19 16 35 19 16 35
JML 76 53 129 76 53 129 76 53 129 76 53 129
XII MM 1 26 10 36 26 10 35 26 10 36 26 10 36
XII MM 2 23 7 30 23 7 30 23 7 30 23 7 30
XII PM 1 11 21 32 11 21 32 11 21 32 11 21 32
XII PM 2 12 9 31 12 9 31 12 9 31 12 9 31
JML 82 47 129 82 47 129 82 47 129 82 47 129
JML
SELURUH 234 158 392 234 158 392 234 158 392 234 158 392

58
1. Struktur Organisasi SMK Negeri 59 Jakarta
STRUKTUR ORGANISASI
SMK NEGERI 59 JAKARTA
KEPALA SEKOLAH
Drs.H. Ramli, M. Pd.
KASUBAG TU
H. Daryatno, S.E.
HANAPI/KUSNAN Juru Bayar
Achmad
Kepeg.
Shinta Ellisa,
S.Sos
Inventaris
Fijiati Ningsih
Kesiswaan
Dwi
Kurnia
Rizki
Persuratan Tantri
Rasmayanti,
S.E
Perpustakaan
Alina
Usniyansyah
Satpam Hanapi &
Kusnan
Caraka
Widodo
& Pepen
Waka Sarpras Elizar Kamal ,
S.Pd.
Waka
Humas/Dudi Drs. Supriyono, MM
Waka Kesiswaan
Drs. Sukarno,
MM.
Waka Kurikulum
Dr. H. Sumiyar,
M. Pd.
Pembina 9K
&UP
Idha
Nurhayati,
S.Pd.
Kaprog
Pemasaran
Megayarni,
S. Pd.
Kaprog
Multimedia
Widya Milza,
S. Pd.
Pembina
Kesiswaan
Wiwik
Wijayanti, S. Pd.
Wali Kelas X Wali Kelas XI Wali Kelas XII
Guru Normatif, Guru Adaptif, Guru Produktif
Osis / Siswa
Gambar 4.1

59
2. Mekanisme Kerja Bimbingan dan Konseling
MEKANISME KERJA BIMBINGAN DAN KONSELING
TAHUN PELAJARAN : 2014/2015
GURU MATA
PELAJARAN
WALI KELAS GURU
PEMBIMBING
KEPALA
SEKOLAH
DAFTAR NILAI
SISWA
DAFTAR NILAI KARTU
AKADEMIS
ANGKET SISWA
LAPORAN
KEGIATAN
BULANAN BK
DIPERIKSA LAPORAN
KEGIATAN
PELAYANAN
CATATAN
HOME VISIT
CATATAN
KONFERENSI
KASUS
DIPERIKSA
CATATAN
WAWANCARA
NOTULA RAPAT DIPERIKSA
CATATAN
KEJADIAN
(ANEKDOT)
DIKETAHUI BUKU
KEPRIBADIAN DAN
MAP PRIBADI
ANGKET ORANG
TUA
CATATAN
KONSELING
CATATAN
OBSERVASI
SISWA
DIKETAHUI
DIKETAHUI DATA PSIKOTES CATATAN
ANEKDOT
LAPORAN
OBSERVASI SISWA
Gambar 4.2

60
3. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling
STRUKTUR ORGANISASI BIMBINGAN KONSELING
SEKOLAH : SMKN 59 JAKARTA TAHUN PELAJARAN : 2014/2015
SISWA
Keterangan:
: GARIS KOORDINASI
: GARIS KOMANDO
Dalam pembuatan program disiplin siswa dimulai dengan perencanaan dan
penyusunan tata tertib dan peraturan di sekolah. Kepala sekolah bekerjasama
dengan komite sekolah membuat dan menerapkan tata tertib dan peraturan
sekolah. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara
menyeluruh, khususnya pelayanan bimbingan dan konseling bertugas untuk
mengkoordinir segenap kegiatan yang direncanakan, diprogramkan dan
KOMITE SEKOLAH
ABDUL AZIS SYAM, S. Ag. M.Pd
KEPALA SEKOLAH
Drs. H. Ramli, M.Pd
KOORDINATOR BK
WAKIL KEPALA SEKOLAH
Drs. Sukarno, MM.
KEPALA TU
H. DARYATNO, SE
GURU MATA PELAJARAN
WALI KELAS
GURU PEMBIMBING
Sudik Prayitno, S.Pd
Gambar 4.3

61
berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan
dan konseling menjadi suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis.
Kepala sekolah bersama dengan wakil kepala sekolah juga bertugas untuk
menyediakan sarana dan prasarana, tenaga dan berbagai fasilitas untuk
kemudahan terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan
efisien. Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah melakukan pengawasan dan
pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program sebagai bentuk
penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling.
Guru BK sebagai pelaksana utama layanan bimbingan dan konseling,
bertugas untuk merencanakan program bimbingan dan konseling terutama
program-program layanan dan kegiatan pendukung kemudian melaksanakan
segenap program yang telah direncanakan tersebut dengan pertanggungjawaban
tugas dan kegiatan dalam pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh
kepada Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah.
Kepala Tata Usaha bertugas untuk membantu mempersiapkan seluruh
kegiatan BK di sekolah dengan membantu mengadministrasikan seluruh kegiatan
BK, membantu para konselor dalam memelihara data dan serta sarana dan fasilitas
bimbingan dan konseling yang ada.
Guru Mata pelajaran sendiri bertugas untuk membantu guru pembimbing
mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan
konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut. Guru mata
pelajaran juga berpartisipasi dalam penanganan siswa seperti membantu
pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan
bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Wali kelas sebagai penanggung jawab kelas bertugas untuk membantu
memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang
menjadi tanggung jawabnya untuk mengikuti dan menjalani layanan bimbingan
dan konseling.
Dalam penerapan peraturan sekolah atau tata tertib, adapun penerapan
reward dan punishment dan sanksi poin pelanggaran dan poin penghargaan untuk
para siswa yang berprestasi dan siswa yang mempunyai kasus pelanggaran.Guru

62
BK bekerjasama dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru mata
pelajaran dan wali kelas. Dalam penanganan kasus pertama kali yang menangani
siswa yang melanggar tata tertib diperingatkan oleh guru mata pelajaran, apabila
belum bisa tertangani maka wali kelas yang akan menyelesaikan masalah tersebut.
Apabila wali kelas tidak mampu juga menangani masalah maka guru BK yang
akan mengatasi. Jika pelanggaran sudah dirasakan cukup berat maka wakil kepala
sekolah bidang kesiswaan yang akan menangani masalah tersebut. Masalah yang
sudah terlalu berat maka akan dikenakan sanksi dirumahkan ataupun dikeluarkan.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Data Hasil Wawancara
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik wawancara
dan angket. Sebagaimana teori yang telah dijelaskan dalam bab II,
kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin
belajar siswa di SMKN 59 Jakarta secara umum terbagi menjadi empat
jenis yaitu layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan
individual, serta dukungan sistem.
a. Layanan Dasar Bimbingan
Pelayanan dasar di SMKN 59 Jakarta terdiri dari layanan
bimbingan klasikal, layanan orientasi, dan layanan pengumpulan data.
1. Layanan bimbingan klasikal
Pada layanan bimbingan klasikal guru BK melakukan kontak
langsung dengan para peserta didik di kelas, secara terjadwal guru BK
memberikan layanan bimbingan di kelas. Di SMKN 59 tidak ada jam
pelajaran bimbingan dan konseling karena secara pengajaran di kurikulum
2013 tidak ada jadwal pelajarannya. Berdasarkan hasil wawancara terkait
dengan layanan dasar, menurut Bapak Sudik Prayitno selaku guru
bimbingan dan konseling mengatakan bahwa: “Kalau secara umum sih
untuk tahun ajaran ini ya hampir 50% layanan BK sudah dimanfaatkan,
karena jumlah 390an siswa yang melayani BK nya cuma satu, saya sendiri

63
kewalahan. Tapi dari keseluruhan sejumlah 200 orang sudah
memanfaatkan konseling individu. Untuk layanan bimbingan karir hampir
semua kelas sudah diberikan. Secara pengajaran di kurikulum 2013 tidak
masuk, pemanfaatannya sih sudah.”1
Pada layanan bimbingan klasikal, fasilitas yang diberikan oleh
kepala sekolah untuk mendukung program kerja BK berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Ramli selaku Kepala Sekolah, mengatakan
bahwa: “Jelas fasilitas itu sendiri misalnya fasilitas konsultasi, jadi
silahkan jam berapapun dia bisa konsultasi, kemudian BK juga
mendampingi untuk mengatasi berbagai masalah.”2
Dari hasil data terkait bimbingan klasikal, penulis menyimpulkan
bahwa sebagian besar layanan di sekolah berupa bimbingan klasikal hanya
terpenuhi hampir 50% hal ini dikarenakan sudah tidak adanya jadwal mata
pelajaran Bimbingan dan Konseling di dalam kurikulum 2013, guru BK
hanya memanfaatkan jam-jam kosong apabila ada guru yang tidak masuk
maka beliau yang menggantikan dengan jadwal bimbingan ke kelas-kelas.
Untuk mendukung berjalannya layanan, Kepala Sekolah memfasilitasi jam
konsultasi untuk para siswa datang ke ruang BK untuk berdiskusi ataupun
mencurahkan pendapat dan masalah-masalahnya terutama masalah yang
berkaitan dengan belajar. Seharusnya secara terjadwal bimbingan klasikal
sendiri harus memfasilitasi seluruh siswa, apabila hanya memanfaatkan
konsultasi ke ruang BK maka tidak semua siswa dapat memanfaatkan
layanan bimbingan itu sendiri.
2. Layanan Orientasi
Pada layanan orientasi bertujuan untuk memungkinkan peserta
didik dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah,
berupa kerjasama pihak sekolah dalam pengenalan tata tertib yang ada di
sekolah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara terkait layanan orientasi
1 Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK), SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014. 2 Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (Kepala Sekolah), SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014.

64
terutama dalam hal sosialisasi dan penerapan tata tertib, menurut Bapak
Ramli selaku Kepala Sekolah mengatakan bahwa: “Ya, saya kerjasamanya
saya katakan bahwa kepada guru BK tolong diterapkan tata tertibnya
kemudian juga reward dan punishment. Ada reward (penghargaan) kepada
anak-anak yang berprestasi dan juga untuk anak-anak yang baik.”3
Pada layanan orientasi ada sosialisasi preventif agar siswa lebih
disiplin dalam belajar, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak
Sukarno selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, mengatakan
bahwa: “Kalau upaya pencegahan banyak ya, artinya setiap siswa diberi
jadwal untuk diberikan pengarahan. Ada jadwal setiap siswa itu mungkin
kalau jumlah siswanya sampai 400 itu mungkin jadwal pengarahannya
secara pribadi itu satu bulan satu kali.”4
Dari hasil data terkait layanan orientasi, penulis menyimpulkan
bahwa dalam melaksanakan layanan orientasi kerjasama antara kepala
sekolah dengan guru BK dalam menerapkan tata tertib di sekolah sudah
cukup baik sehingga siswa lebih mengenal dan memahami tata tertib yang
ada di sekolah berupa sistem poin. Di SMKN 59 Jakarta itu sendiri
diterapkan sistem poin penghargaan dan poin pelanggaran. Poin
penghargaan diberikan kepada siswa yang berprestasi dan mampu
melaksanakan tugas belajar mereka sebaik mungkin, kriteria poin
ditentukan oleh sekolah. Sedangkan poin pelanggaran diberikan untuk
siswa yang sering melanggar aturan sekolah, semakin banyak poin
pelanggaran maka semakin banyak sanksi yang akan mereka dapat. Di
SMKN 59 Jakarta sudah ada jadwal pengarahan dalam layanan orientasi
dan sudah terjadwal pengarahan tersebut secara pribadi hingga satu bulan
sekali.
3 Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (Kepala Sekolah), SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014. 4 Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (Wakil Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 28
November 2014.

65
3. Layanan Pengumpulan Data
Pada layanan pengumpulan data yaitu berupa kegiatan untuk
mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi peserta didik, dan
lingkungan peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan
layanan pengumpulan data apabila terjadi pelanggaran disiplin, menurut
Bapak Sudik Prayitno selaku guru BK mengatakan bahwa: “Mengatasi
pelanggaran disiplin dengan orangtua, dengan wakasek kesiswaan sebagai
pelaporan, semua diberi tahu ini poin-poinnya bagaimana menurut
pendapat mereka apakah perlu pembinaan atau diperlakukan sanksi.
Dengan memantau surat perjanjian yang dilakukan wakasek kesiswaan.
Apabila kasus sudah terkumpul dan orangtua sudah diberi tahu semua
hukumannya diputuskan oleh wakasek kesiswaan. Guru BK memantau
sejauh mana siswa melakukan perintah dari surat perjanjian. Koordinasi
dengan orangtua yang paling utama.”5
Apabila ada siswa yang tidak disiplin terutama mengalami
keterlambatan, maka data akan dikumpulkan dan hasilnya dilaporkan ke
wali kelas seperti hasil wawancara dengan Ibu Wiwik, beliau mengatakan
bahwa: “Misalnya masalah keterlambatan, saya kumpulkan di pos dan
saya suruh jalan jongkok sekalian berolahraga biasanya dari 50 jadi 30
orang yang terlambat, berkurang lah istilahnya itu yang keterlambatan 15
menit. Biasanya yang datang lebih lama lagi saya suruh membantu
membersihkan musholla apalagi di hari Jumat. Tapi kalau terlambat sudah
berkali-kali dipanggil orangtua dan hasilnya dilaporkan ke wali kelas, dan
ditindak lanjuti oleh wali kelasnya.”6
Dari hasil data terkait layanan pengumpulan data, penulis
menyimpulkan bahwa layanan ini digunakan sebagai bentuk pelaporan
siswa yang bermasalah serta sebagai wadah pengumpulan informasi yang
diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling.
5 Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BK) SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014. 6 Hasil wawancara dengan Ibu Wiwik Wijayanti (Guru Piket) SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014.

66
Penanganan masalah siswa yang dirasa sudah terlalu berat dan memiliki
catatan kasus yang sudah cukup banyak dalam pengumpulan data siswa
bermasalah tersebut akandiupayakan tindak lanjutnya.
b. Layanan Responsif
Layanan responsif digunakan untuk membantu memenuhi
kebutuhan yang bersifat preventif dan kuratif. Tugas guru BK di SMKN
59 Jakarta yaitu membantu proses pengenalan diri oleh peserta didik
beserta peluang dan tantangan yang ditemukannya dalam lingkungan,
sehingga peserta didik mandiri mengambil keputusan penting perjalanan
hidupnya (belajar, pribadi, sosial, dan karir) dalam rangka mewujudkan
kehidupan yang produktif, sejahtera, dan bahagia serta peduli kepada
kemaslahatan umum, melalui pendidikan.
Layanan responsif di SMKN 59 Jakarta terdiri dari konseling
individual dan kelompok, referal (rujukan/alih tangan), kolaborasi guru
mata pelajaran/wali kelas, kolaborasi dengan orang tua, kolaborasi dengan
pihak-pihak terkait di luar sekolah/madrasah, konsultasi, konferensi kasus,
kunjungan rumah.
1. Konseling Individual dan Kelompok
Konseling individual dan kelompok merupakan layanan responsif
yang ditujukan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan
dan hambatan dalam mencapai tugas perkembangannya. Melalui
konseling, peserta didik (konseli) dibantu untuk menyelesaikan masalah
dengan tepat. Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan konseling
individual dan kelompok, menurut Bapak Ramli untuk mendukung
program kerja BK, beliau mengatakan bahwa: “Jelas fasilitas itu sendiri
misalnya fasilitas konsultasi, jadi silahkan jam berapapun siswa bisa
konsultasi, kemudian BK juga mendampingi untuk mengatasi berbagai
masalah.”7 Sedangkan menurut Bapak Sudik Prayitno mengatakan bahwa:
7 Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014.

67
“kalau secara umum sih untuk tahun ajaran ini ya hampir 50% layanan
sudah dimanfaatkan, karena jumlah 390an siswa yang melayani BK-nya
cuma satu, saya sendiri kewalahan. Tapi dari keseluruhan sejumlah 200
orang sudah memanfaatkan konseling individu.”8
Berdasarkan hasil data diatas, penulis menyimpulkan konseling
individu dilakukan dengan fasilitas konsultasi yang telah disediakan
sekolah untuk siswa, jadi jam berapapun siswa bisa konsultasi dengan guru
BK mengenai permasalahan individu siswa kemudian diselesaikan dengan
konseling individu. Untuk konseling kelompok guru BK masuk ke kelas-
kelas untuk membantu siswa-siswa yang mengalami hambatan dalam
mencapai tugas-tugas perkembangannya.
2. Layanan Referal (Rujukan/Alih Tangan)
Layanan referal (rujukan/alih tangan) merupakan salah satu
layanan yang dilakukan apabila konselor merasa kurang memiliki
kemampuan untuk menangani masalah konseli maka dia
mereferal/mengalihtangankan konseli kepada pihak lain yang berwenang.
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan layanan referal/alih
tangan, menurut Bapak Sukarno selaku wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan apabila menghadapi kasus penanganan siswa yang kurang
disiplin, beliau mengatakan bahwa: “Tergantung kasusnya, misalkan
pelanggaran berat langsung dikeluarkan misalnya minum-minuman keras,
narkoba itu ya saya langsung keluarkan, tawuran langsung dikeluarkan.
Siswa yang keluar kelas itu diperingatkan, kan pertama kali guru yang
bersangkutan dulu menangani kalau tidak bisa diserahkan ke wali kelas,
kalau wali kelas tidak bisa yang menangani BP. Kalau BP gagal
menangani baru saya sebagai kesiswaan yang menangani kasusnya.”9
Berdasarkan data hasil wawancara, penulis menyimpulkan bahwa
apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani
8 Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BK) SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014. 9 Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (Wakil Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014.

68
masalah yang cukup berat maka konselor mengalihtangankan kasus
tersebut ke Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan untuk diselesaikan
masalahnya lebih lanjut apakah siswa tersebut harus tetap dipertahankan
dengan syarat menandatangani surat perjanjian dan tidak akan mengulangi
pelanggaran, atau akan mendapatkan sanksi dirumahkan atau dikeluarkan
apabila tidak ada perubahan pada diri siswa yang melanggar aturan
sekolah tersebut.
3. Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran/ Wali Kelas
Kolaborasi dengan guru mata pelajaran/wali kelas merupakan
layanan responsif yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang
peserta didik baik itu prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya.
Kolaborasi guru BK di SMKN 59 Jakarta dalam penanganan siswa yaitu
sebagaimana yang diungkapkan Ibu wiwik yang mengatakan bahwa:
“bentuk kerjasama ya ada, penanganan siswa. Tindak lanjut 3x berturut-
turut melakukan pelanggaran dilakukan penanganan berupa pemanggilan
orang tua.10
”
Sedangkan menurut Bapak Sudik Prayitno selaku guru BK yang
bekerjasama dengan guru mata pelajaran, beliau mengatakan bahwa: “Ada,
kerjasama bentuknya misalkan pelajaran produktif pemasaran ada siswa
yang masuk tapi tidak masuk jam pelajaran tersebut. Di selesaikan dengan
home visit oleh guru BK atas rekomendasi wali kelas dan guru mata
pelajaran, orangtua dipanggil ke sekolah.”11
Hal senadapun diungkapkan Bapak Tomi Sukito selaku guru
produktif pemasaran dan wali kelas, beliau mengatakan bahwa: “Dalam
mengatasi permasalah siswa kita panggil siswa yang bermasalah alasannya
apa, kita mencari solusinya dengan BK mau diapakan. Kan dia mau kesini
tujuannya juga mau belajar tidak mungkin kita marahi. Anaknya kita
10
Hasil wawancara dengan IbuWiwik Wijayanti (Guru Piket) SMKN 59 Jakarta, 28
November 2014. 11
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Gur`u BP/BK) SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014

69
bicarakan terlebih dahulu baru kita bawa ke guru BK, lalu kita diskusikan
sama-sama.”12
Berdasarkan hasil data diatas, penulis menyimpulkan, kerjasama
dalam mengatasi permasalahan siswa antara guru piket, wali kelas, guru
mata pelajaran dan guru BK sudah cukup baik. Dengan mengumpulkan
data catatan kasus siswa yang ada di sekolah kemudian apabila dirasa
sudah cukup berat maka guru BK bersama dengan wali kelas
membicarakan masalah yang ada pada siswa tersebut kemudian sama-
sama mencari solusi terbaik untuk siswa agar mau berubah. Apabila belum
ada perubahan maka dilakukan konferensi kasus dengan pemanggilan
orangtua sebagai upaya penyelesaian masalah secara bersama-sama.
4. Kolaborasi dengan Orangtua
Kolaborasi dengan orangtua merupakan layanan responsif yang
penting agar proses bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya
berlangsung di sekolah/madrasah, tetapi juga oleh orang tua dirumah.
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan kolaborasi dengan orang tua
dalam hal kasus penanganan siswa yang tidak disiplin belajar, menurut
Bapak Sukarno, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan mengatakan
bahwa: “kasusnya itu misalnya terlambat sampai 3x berturut-turut itu
dipanggil orang tua. Di sini maksimal tidak masuk itu 12x, kalau tidak
masuk 12x sudah dikeluarkan oleh sekolah. Setiap 3x tidak masuk
dipanggil orangtua, kalau sampai 12x dikeluarkan”.13
Menurut Bapak Sudik Prayitno pelayanan di sekolah belum cukup
maksimal karena kurang koordinatifnya orangtua, beliau mengatakan
bahwa: “Sepertinya belum maksimal, karena jumlah guru tidak memadai.
Kadang-kadang waktu yang terbatas harus melayani sekian orang, kendala
teknis. Orangtua tidak koordinatif juga, sekolah hanya dianggap seperti
12
Hasil wawancara dengan Bapak Tomi Sukito (Ketua Lab.Pemasaran & Wali kelas), 28
November 2014. 13
Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (Wakil Kepala Sekolah), SMKN 59 Jakarta,
28 November 2014.

70
penitipan anak, anak tidak dipantau perkembangan belajarnya oleh
orangtua.”14
Menjelaskan lebih lanjut mengenai hambatan dalam membina
siswa agar lebih disiplin, Bapak Sukarno selaku wakil kepala sekolah
mengatakan bahwa: “Hambatannya dari pihak orangtua, orangtua selama
sekolah gratis tidak memperhatikan anak sama sekali. Jadi orangtua tidak
pernah kontrol, dipanggil juga susah kadang-kadang. Karena sekolah
gratis, orangtua kurang perhatian kepada anak dan kepada sekolah. Jadi
seolah-olah semua persoalan ditangani sekolah, padahal itu persoalan
anaknya sendiri, pihak orangtua lepas tangan”.15
Kolaborasi dengan orangtua dalam hal penanganan keterlambatan,
menurut Ibu Wiwik selaku guru piket, mengatakan bahwa: “Ya, kalau
terlambat lagi penanganannya maka kita datangkan orangtua kami mohon
bantuan kepada orangtua untuk keberangkatan pagi tolong diingatkan oleh
orangtua, anak ini dibangunkan pagi dengan sholat shubuh supaya datang
ke sekolahan, apabila masih terlambat orangtua akan diberikan
pengarahan.”16
Berdasarkan hasil data diatas, penulis menyimpulkan bahwa
kolaborasi antara pihak sekolah dengan orangtua masih dirasa kurang. Hal
ini dikarenakan sikap orangtua yang kurang peduli terhadap aktivitas
belajar anaknya di sekolah. Orangtua menganggap anak mereka sudah
menjadi tanggung jawab sekolah sepenuhnya apabila di sekolah, padahal
peran orangtua dirumah juga menentukan kemajuan belajar siswa di
sekolah. Seharusnya orangtua perlu bekerjasama dengan konselor agar
proses bimbingan itu sendiri tidak hanya berlangsung di sekolah saja,
tetapi harus dilakukan oleh orangtuanya dirumah. Orangtua diharapkan
dapat memberitahu kemajuan anaknya dirumah ke sekolah terutama
14
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik (Guru BP/BK) SMKN 59 Jakarta, 24 November
2014. 15
Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan)
SMKN 59 Jakarta, 28 November 2014. 16
Hasil wawancara dengan Ibu Wiwik Wijayanti (Guru Piket) SMKN 59 Jakarta, 28
November 2014.

71
menyangkut kegiatan belajar dan perilakunya sehari-hari saat berada di
rumah.
5. Kolaborasi dengan Pihak-Pihak Terkait Diluar Sekolah
Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait diluar sekolah
merupakanlayanan responsif yang berkaitan dengan upaya
sekolah/madrasah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur
masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan
bimbingan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ramli selaku
Kepala Sekolah terkait dengan kerjasama BK dengan lembaga di luar
sekolah, beliau mengatakan bahwa: “BK secara formal mempunyai
hubungan dengan pihak luar berupa tes IQ setiap tahun ada, BK juga
membantu anak-anak untuk magang. Jadi BK ini membantu anak-anak
agar proses magang disana mempunyai psikologis yang baik, kejiwaan
yang baik.”17
Berdasarkan hasil data diatas, penulis menyimpulkan bahwa
kolaborasi dengan pihak terkait diluar sekolah yaitu BK secara formal
telah menjalin hubungan dengan pihak luar baik itu dalam mengadakan tes
IQ untuk mengukur sejauh mana minat dan bakat siswa, melakukan tes
toefl dan toafl untuk mengukur sejauh mana kemampuan bahasa para
siswa, kemudian menjalin kerjasama dengan perusahaan magang. SMKN
59 Jakarta siswanya melaksanakan magang di kelas 2 di semester genap,
dalam hal ini BK turut membantu proses magang siswa agar mempunyai
psikologis yang baik dan kejiwaan yang baik. BK di sekolah menjalin
kerjasama dengan pihak luar sebagai upaya peningkatan kualitas sekolah
dan peningkatan mutu layanan bimbingan.
6. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah merupakan layanan responsif berupa kegiatan
untuk memperoleh data atau keterangan tentang peserta didik tertentu yang
sedang ditangani, dalam upaya mengentaskan masalahnya, melalui
17
Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014.

72
kunjungan kerumahnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak
Sudik terkait dengan kunjungan rumah, beliau mengatakan bahwa: “Tidak
harus semua masalah dilakukan kunjungan rumah, kalau BK hanya
memantau, untuk menyelesaikan bagian kesiswaan dan wali kelas. BK
mengetahui, disitu ada unsur BK, kaitannya dengan pelanggaran, bagian
kesiswaan yang terutama mengetahui.”18
Lebih lanjut Bapak Sudik menyelesaikan masalah disiplin belajar
dengan home visit, beliau mengatakan bahwa: “Bentuknya misalkan
pelajaran produktif pemasaran ada siswa yang masuk tapi tidak masuk jam
pelajaran tersebut. Di selesaikan dengan home visit oleh guru BK atas
rekomendasi wali kelas dan guru mata pelajaran, orangtua dipanggil ke
sekolah.”19
Mengenai biaya operasional dalam kunjungan rumah berdasarkan
hasil wawancara dengan Bapak Ramli selaku Kepala Sekolah, mengatakan
bahwa: “Ada ya untuk guru BK, jadi misalnya untuk kunjungan ke rumah
siswa memang dari sekolah mengadakan, BK berapa kali kemana-mana
sudah kita biayai.”20
Berdasarkan hasil data diatas, penulis menyimpulkan bahwa
sebagai upaya memperoleh data atau keterangan tentang siswa maka guru
BK mengadakan home visit (kunjungan rumah) dalam penyelesaian
masalah. Umumnya masalah yang dihadapi siswa bisa dikarenakan
masalah yang bersifat pribadi berupa masalah pada keluarganya sehingga
memungkinkan guru BK untuk mengadakan kunjungan rumah sebagai
langkah untuk mengentaskan masalah siswa tersebut. Kunjungan rumah
juga dilakukan agar kerjasama dengan pihak orangtua dalam
menyelesaikan masalah belajar siswa menjadi lebih mudah dan dapat
teratasi.
18
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK) SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014. 19
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK) SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014. 20
Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014.

73
Layanan responsif dilakukan dengan konseling individu, setiap
harinya 5-10 siswa konsultasi biasa dan datang langsung ke ruang BK.
Dalam mengembangkan kualitas pelayanan guru BK bekerjasama dengan
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru teman sejawat dan dari
pihak orangtua yang memberi masukan-masukan. Dalam hal membentuk
disiplin, guru BK memberikan penyadaran kepada siswa dengan
pembinaan melalui pendidikan. Semuanya harus dilakukan secara tepat
dan transparan artinya pendidikan itu dari belajar tentang disiplin berupa
mengelola waktu21
c. Layanan Perencanaan individual
Layanan perencanaan individual itu sendiri bertujuan untuk
membantu seluruh peserta didik memahami pertumbuhan dan
perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan
mengimplementasikan rencana-rencananya itu atas dasar hasil pemantauan
dan pemahamannya.
Dalam perencanaan individual konselor membantu peserta didik
menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau
informasi yang diperoleh. Pelayanan perencanaan individual ini dapat
dilakukan juga melalui pelayanan penempatan (penjurusan dan
penyaluran), untuk membentuk peserta didik menempati posisi yang
sesuai dengan minat dan bakatnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Bapak Sudik Prayitno terkait perencanaan individual dengan suatu
evaluasi dalam melayani kebutuhan siswa, beliau mengatakan bahwa:
“evaluasinya yaitu kita pakai layanan segera, dengan menanyakan bahwa
konseling ini bermanfaat atau tidak untuk siswa. Untuk jangka panjangnya
kita mempunyai ukuran-ukuran maksudnya adakah pemanfaatan dan
21
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK) SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014.

74
apakah ada perubahan bermanfaat saat kelulusan. Harus terukur, kita ada
laporan kegiatannya juga dengan pemanggilan dan tanda tangan.”22
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ramli selaku Kepala
sekolah terkait dengan layanan perencanaan individual dan penyaluran,
beliau mengatakan bahwa: “BK secara formal mempunyai hubungan
dengan pihak luar berupa tes IQ setiap tahun ada, BK juga membantu
anak-anak untuk magang. Jadi BK ini membantu anak-anak agar proses
magang disana mempunyai psikologis yang baik, kejiwaan yang baik.”23
Fungsi BK di SMKN 59 Jakarta dalam perencanaan individual terutama
dalam peminatan peserta didik yaitu:
a. Memahami diri tentang potensi diri, peminatan belajar yang
diselenggarakan di satuan pendidikan dan peluang pengembangannya.
b. Pengembangan potensinya dan mencapai perkembangan optimal
c. Penyaluran potensi yang dimiliki sesuai dengan program peminatan
yang diselenggarakan di satuan pendidikan dan kesempatan lain yang
ada.
d. Menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi satuan pendidikan.
e. Menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif sesuai peminatannya
dan kondisi lingkungan pembelajarannya.
f. Mencegah agar tidak mengalami kekeliruan pikiran, perasaan, dan
perilaku yang menghambat kelancaran belajar.
g. Mengentaskan masalahnya secara bertanggungjawab
h. Memperbaiki kekeliruan berfikir, berperasaan dan bertindak atau
berkehendak.
i. Menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta
dalam dirinya
22
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK) SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014. 23
Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014.

75
j. Mengembangkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan kesempatan
yang ada dan masa depannya.24
Berdasarkan hasil data diatas, penulis menyimpulkan bahwa
layanan perencanaan individual dilakukan sebagai langkah penyaluran
dan penempatan siswa sesuai dengan minat, bakat, dan
kemampuannya. Dalam hal ini guru BK mengadakan evaluasi saat
kelulusan, apakah siswa tersebut sudah masuk ke jenjang yang sudah
diinginkan atau sudah bekerja sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Kepala sekolah bekerjasama dengan BK juga
memfasilitasi pengadaan tes IQ, tes TOEFL dan TOAFL serta
penempatan magang saat berada di kelas XI. Layanan perencanaan
individual di SMKN 59 Jakarta sudah cukup baik, karena telah
melaksanakan layanan penempatan (penjurusan dan penyaluran), untuk
membentuk peserta didik menempati posisi yang sesuai dengan bakat
dan minatnya.
d. Dukungan Sistem
Dukungan sistem merupakan cara pengembangan profesi dengan
memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya dengan melakukan
penelitian, mengikuti kegiatan profesi, dan mengikuti aktivitas
peningkatan profesi serta kegiatan pada organisasi profesi. Berdasarkan
hasil wawancara dengan bapak Sudik Prayitno terkait dukungan sistem
dalam mengembangkan kualitas layanannya, beliau mengatakan bahwa:
“Ya dengan mengikuti kegiatan MGMP, mengikuti kegiatan pelatihan
melalui divisi MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling).
Ikatan Petugas Guru Bimbingan Sekolah, melalui Asosiasi Bimbingan
Konseling Indonesia.25
24
Hasil Dokumentasi Layanan BK dalam implementasi kurikulum 2013 di SMKN 59
Jakarta. 25
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK) SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014.

76
Dukungan sistem yaitu adanya buku penghubung yang bersifat
pendataan diri siswa dan pemanggilan orangtua.26
Kemudian dukungan
sistem juga berupa kerjasama dengan semua pihak terutama guru BP,
Pembina OSIS, guru piket dan juga ketua kelas kemudian satpam,
semuanya berkaitan satu sama lain.27
Berdasarkan hasil data diatas, penulis menyimpulkan bahwa
dukungan sistem sudah memadai guru BK untuk memperbaharui
pengetahuan dan keterampilannya. Guru BK di SMKN 59 Jakarta telah
mengembangkan kualitas layanannya dengan mengikuti kegiatan pelatihan
melalui berbagai divisi dalam organisasi profesi dan aktif dalam kegiatan-
kegiatan ilmiah seperti lokakarya, pelatihan, seminar, workshop. Saat ini
guru BK di SMKN 59 Jakarta sedang melanjutkan studi ke program yang
lebih tinggi (Pascasarjana) sebagai bentuk proses pengembangan
profesinya.
e. Pendidikan Karakter dalam Membentuk Disiplin
Mulai tahun 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus
menyisipkan pendidikan berkarakter. Nilai karakter yang terkandung
dalam pendidikan karakter bangsa yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung
jawab, berani, dan kritis.
Agar siswa lebih disiplin dalam belajar, siswa harus mempunyai
motivasi dan kerja keras dalam belajar baik itu di sekolah maupun di
rumah. Kerja keras sendiri merupakan salah satu nilai karakter yang
menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar. Menurut Firman Firdaus selaku guru mata pelajaran
26
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK) SMKN 59 Jakarta, 24
November 2014. 27
Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan),
SMKN 59 Jakarta, 28 November 2014.

77
mengatakan bahwa: “Motivasi itu biasanya datang dalam diri sendiri ya,
biasanya saya berusaha untuk memotivasi siswa dengan memberikan video
dan games-games edukatif dalam belajar terutama video yang memotivasi
sehingga siswa lebih tertarik untuk belajar.”
Dalam membentuk disiplin sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain
merupakan nilai karakter yang paling utama dalam membentuk pribadi
individu. Di sekolah nilai religius sebagaimana dijelaskan oleh Firman
Firdaus yang mengatakan bahwa: “Ya misalkan untuk membentuk sikap
dan perilaku religius, setiap hari jumat anak perempuan selalu mengikuti
keputrian saat siswa laki-laki shalat jumat, setiap pagi sebelum KBM juga
ada kegiatan baca Al-Quran bersama.”
Kemudian nilai karakter yang selalu ditekankan sebagai perilaku
yang didasarkan pada menjadikan diri sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan yaitu nilai kejujuran.
Dalam nilai kejujuran, Firman Firdaus selaku guru mata pelajaran
mengatakan bahwa: “Saat saya memberikan tugas mata pelajaran
kewirausahaan yaitu tugas product selling dalam pembuatan proposal dan
pengajuan proposal harus ada rincian anggaran yang sesuai, siswa dituntut
untuk jujur dalam hal tersebut.”
Ya biar siswa jujur biasanya saat mata pelajaran saya terkait
dengan tugas product selling siswa secara berkelompok saling berdiskusi
membicarakan product yang akan mereka jual di sekolah. Dalam diskusi
itu kan siswa saling mengutarakan pendapat mereka dan mereka harus
menghargai pendapat satu sama lain.
Untuk membentuk disiplin siswa yaitu berupa tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan, Firman Firdaus selaku guru mata pelajaran mengatakan bahwa:
“Biasanya biar siswa lebih disiplin itu saya mengadakan razia saat jam
belajar. Saya menerapkan sanksi poin kepada siswa yang melanggar

78
seperti makan saat jam belajar atau pulang sebelum bel sekolah berbunyi
ya maka siswa tersebut akan saya kenakan sanksi poin pelanggaran”
Banyaknya kasus-kasus yang terjadi di sekolah seperti kurang
disiplin disebabkan karena runtuhnya karakter diri yang dimiliki oleh para
siswa. Hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut
adalah dengan memperbaiki karakter dari masing-masing individu, melalui
pendidikan karakter. Pendidikan karakter seharusnya dimulai sejak dini,
mulai dari Play Group hingga perguruan tingi. Di sekolah pendidikan
karakter dapat diimplementasikan melalui pembelajaran di kelas dan
melalui kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu pihak sekolah harus dapat
bekerja sama dengan orang tua agar penanaman pendidikan karakter dapat
terlaksana dengan optimal.
Untuk membentuk disiplin belajar di sekolah harus ada
pembentukan karakter melalui sikap mandiri dan tanggung jawab siswa
dalam belajar sehingga terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan.
Menurut Firman Firdaus selaku guru mata pelajaran mengatakan bahwa:
“Ya, menanamkan sikap mandiri yaitu dengan saat kerja kelompok dan
mengerjakan tugas, pasti di dalam kelompok itu tiap-tiap individu
mempunyai tanggung jawab masing-masing. Tanggung jawab setiap
individu dalam kerja kelompok akan menimbulkan sikap mandiri dalam
diri siswa tersebut untuk mengerjakan tugas yang memang sudah di bagi-
bagi per individu dalam kelompok tersebut.”
Untuk membentuk karakter yang baik dalam diri siswa, sekolah
harus menanamkan sikap peduli lingkungan dan sikap peduli sosial.
Menurut Firman Firdaus selaku guru mata pelajaran, mengatakan bahwa:
“Sikap peduli lingkungan ya dengan mengadakan piket kelas setiap
harinya, kemudian setiap hari jumat selalu mengadakan “jumat bersih”
sehingga siswa lebih peduli terhadap kebersihan lingkungannya. Sekolah
mengembangkan sikap peduli sosial kepada siswa misalkan setiap

79
memperingati hari anak yatim, sekolah biasanya memberikan santunan
kepada siswa yang yatim/piatu.”28
Diharapkan melalui pembelajaran di kelas dan melalui kegiatan
ekstrakurikuler sikap serta perilaku positif peserta didik dapat terwujud.
Tentunya dengan bantuan dari orang tua masing-masing peserta didik.
Dengan begitu akan dihasilkan generasi penerus bangsa yang bertanggung
jawab, memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
2. Data Hasil Angket
Tabel. 4.4
Guru BK mengadakan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
1
a. Selalu 4 5 15,6%
b. Sering 3 15 46,9%
c. Kadang-kadang 2 12 37,5%
d. Tidak Pernah 1 0 0%
Jumlah 10 32 100%
Tabel di atas menunjukan bahwa sebesar 15,6% responden menyatakan
kegiatan bimbingan dan konseling ada dalam mata pelajaran bimbingan dan
konseling, 46,9% responden menyatakan ada di luar jam pelajaran, 37,5%
responden menyatakan kegiatan bimbingan dan konseling ada hanya di waktu
tertentu saja, 0% menyatakan tidak ada kegiatan layanan bimbingan dan
konseling. Data tersebut menunjukan bahwa guru BK sebagian besar melakukan
kegiatan bimbingan dan konseling di luar jam pelajaran. Jam pelajaran BK sedang
terdapat penyesuaian mulai dari adanya jam khusus untuk pelajaran BK hingga
ditiadakannya jam pelajaran tersebut.
28
Hasil wawancara dengan Bapak Firman Firdaus (Staf Kesiswaan) SMKN 59 Jakarta, 19
Januari 2015.

80
Tabel. 4.5
Guru BK mengadakan layanan orientasi sekolah
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
2
a. Selalu 4 13 40,6%
b. Sering 3 3 9,4%
c. Kadang-kadang 2 7 21,9%
d. Tidak Pernah 1 9 28,1%
Jumlah 10 32 100%
Tabel di atas menunjukan bahwa sebesar 40,6% responden menyatakan
selalu, 9,4% responden menyatakan sering, 21,9% responden menyatakan
kadang-kadang, 28,1% menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar layanan orientasi sudah dilakukan oleh guru BK dengan
memberikan pemahaman dan menjelaskan situasi dan kondisi berupa tata tertib
dan peraturan sekolah yang harus dipatuhi agar siswa lebih mudah menyesuaikan
diri. Pengenalan sanksi poin pelanggaran dan poin penghargaan pada saat
orientasi dilakukan sebagai langkah membentuk siswa untuk lebih disiplin.
Layanan orientasi tidak hanya dilakukan oleh guru BK saja, tetapi juga dilakukan
oleh pihak kesiswaan danterutama oleh pihak OSIS.
Tabel. 4.6
Guru BK menjelaskan tata tertib dan peraturan sekolah
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
3
a. Selalu 4 16 50%
b. Sering 3 9 28,1%
c. Kadang-kadang 2 7 21,9%
d. Tidak Pernah 1 0 0%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 16 responden (50%)
menyatakan selalu, 9 responden (28,1%) menyatakan sering, 7 responden (21,9%)
responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah.
Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK telah menjelaskan segala tata tertib

81
dan peraturan sekolah yang harus dipatuhi oleh para siswa saat berada di sekolah
dan terutama pada saat jam belajar. Tata tertib di sekolah terdapat poin
penghargaan untuk siswa yang berprestasi dan poin pelanggaran untuk siswa yang
melanggar tata tertib sekolah.
Tabel. 4.7
Guru BK menyampaikan materi BK di sekolah
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
4
a. Selalu 4 11 34,4%
b. Sering 3 1 3,1%
c. Kadang-kadang 2 19 59,4%
d. Tidak Pernah 1 1 3,1%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 11 responden (34,4%)
menyatakan guru BK menyampaikan materi lengkap secara sistematis dan runtut,
1 responden (3,1%) menyatakan guru BK menyampaikan materi lengkap secara
acak, 19 responden (59,4%) menyatakan guru BK menyampaikan materi sesuai
kebutuhan, 1% responden menyatakan guru BK menyampaikan materi secara
insidental. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK menyampaikan materi BK
hanya sesuai dengan kebutuhan di waktu tertentu saja apabila ada jam kosong. Hal
tersebut dikarenakan sudah tidak adanya jam pelajaran khusus untuk BK sehingga
guru BK tidak dapat menyampaikan materi BK di sekolah.

82
Tabel. 4.8
Guru BK memberikan pelayanan di sekolah
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
5
a. Selalu 4 10 31,3%
b. Sering 3 17 53,1%
c. Kadang-kadang 2 4 12,5%
d. Tidak Pernah 1 1 3,1%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 10 responden (31,3%)
menyatakan pelayanan BK sangat memuaskan, sebanyak 17 responden (53,1%)
menyatakan pelayanan BK cukup memuaskan, 4 responden (12,5%) menyatakan
pelayanan BK kurang memuaskan, 1 responden (3,1%) responden menyatakan
tidak memuaskan. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK sering memberikan
pelayanan di sekolahdan pelayanannya sudah cukup memuaskan, hal tersebut
dikarenakan pemecahan masalah yang ada sudah cukup terselesaikan dengan
layanan BK. Pelayanan BK di sekolah sudah memfasilitasi konseling individu
untuk para siswa di sekolah.
Tabel. 4.9
Warga sekolah terlibat dalam pelayanan BK
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
6
a. Selalu 4 17 53,1%
b. Sering 3 5 15,7%
c. Kadang-kadang 2 0 0%
d. Tidak Pernah 1 10 31,2%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 17 responden (53,1%)
menyatakan seluruh warga sekolah terlibat dalam pelayanan BK, sebanyak 5
responden (15,7%) menyatakan wali kelas, guru BK dan guru mata pelajaran
terlibat dalam pelayanan BK, 0 responden (0%) menyatakan wali kelas dan guru
BK tidak terlibat dalam pelayanan BK, 10 responden (31,2%) menyatakan hanya

83
guru BK yang terlibat dalam pelayanan BK di sekolah. Data tersebut
menunjukkan bahwa seluruh warga sekolah terlibat dalam pelayanan BK,
terutama dalam penyelesaian masalah siswa. Guru BK bekerjasama dengan guru
mata pelajaran, wali kelas, kesiswaan dan petugas piket dalam mencegah dan
mengatasi pelanggaran siswa di sekolah.
Tabel. 4.10
Rutinitas guru BK memberikan layanan bimbingan
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
7
a. Selalu 4 30 93,8%
b. Sering 3 1 3,1%
c. Kadang-kadang 2 0 0%
d. Tidak Pernah 1 1 3,1%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 30 responden (93,3%)
menyatakan guru BK memberikan layanan bimbingan setiap ada masalah,
sebanyak 1 responden (3,1%) dilakukan seminggu sekali, 0 responden (0%)
menyatakan pelayanan BK dilakukan 2 minggu sekali, 1 responden (3,1%)
responden menyatakan pelayanan BK dilakukan sebulan sekali. Data tersebut
menunjukkan bahwa guru BK sering memberikan pelayanan di sekolah setiap ada
masalah, terutama masalah yang berkaitan dengan disiplin siswa dan pelanggaran
tata tertib, memberikan layanan penempatan, layanan kunjungan rumah
danlayanan penyelesaian masalah lainnya.

84
Tabel. 4.11
Banyaknya jumlah guru BK
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
8
a. Selalu 4 5 15,6%
b. Sering 3 7 21,9%
c. Kadang-kadang 2 15 46,9%
d. Tidak Pernah 1 5 15,6%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 5 responden (15,6%)
menyatakan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak guru pembimbing
sejumlah 3-4 orang lagi, sebanyak 7 responden (21,9%) menyatakan bahwa
mereka membutuhkan lebih banyak guru pembimbing sejumlah 2-3 orang lagi, 15
responden (46,9%) menyatakan bahwa mereka membutuhkan guru pembimbing
sejumlah 1-2 orang lagi, 5 responden (15,6%) responden menyatakan bahwa
mereka puas dengan guru BK saat ini saja. Data tersebut menunjukkan bahwa
dibutuhkan lebih banyak guru BK lagi untuk melakukan pelayanan. Idealnya satu
guru pembimbing menangani 150 siswa dalam melakukan pelayanannya,
sedangkan di SMKN 59 hanya terdapat satu guru BK yang menangani 390an
siswa.
Tabel. 4.12
Guru BK memberikan layanan BK kepada seluruh warga sekolah
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
9
a. Selalu 4 18 56,2%
b. Sering 3 1 3,1%
c. Kadang-kadang 2 7 21,9%
d. Tidak Pernah 1 6 18,8%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 18 responden (56,2%)
menyatakan layanan BK berlaku untuk seluruh warga sekolah, sebanyak 1
responden (3,1%) menyatakan layanan BK berlaku untuk guru dan siswa, 7

85
responden (21,9%) menyatakan layanan BK berlaku untuk siswa saja, 6
responden (18,8%) responden layanan BK berlaku hanya untuk siswa yang
bermasalah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK sebagian besar telah
memberikan layanan BK kepada seluruh warga sekolah terutama dalam konsultasi
penyelesaian masalah siswa dan pelanggaran tata tertib.
Tabel. 4.13
Guru BK membantu permasalahan siswa
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
10
a. Selalu 4 15 46,9%
b. Sering 3 12 37,5%
c. Kadang-kadang 2 2 6,2%
d. Tidak Pernah 1 3 9,4%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 15 responden (46,9%)
menyatakan pelayanan BK sangat membantu, sebanyak 12 responden (37,5%)
menyatakan pelayanan BK cukup membantu, 2 responden (6,2%) menyatakan
kurang membantu, 3 responden (9,4%) responden menyatakan tidak membantu.
Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK sudah cukup membantu, hal tersebut
dikarenakan pemecahan masalah yang ada sudah cukup terselesaikan dengan
layanan BK, ada beberapa siswa yang merasa belum terbantu dengan guru BK, itu
di sebabkan kurangnya tenaga pembimbing di sekolah yang hanya terdiri dari satu
guru BK yang menangani 390an siswa.

86
Tabel. 4.14
Guru BK membantu kemajuan belajar
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
11
a. Selalu 4 7 21,9%
b. Sering 3 20 62,5%
c. Kadang-kadang 2 1 3,1%
d. Tidak Pernah 1 4 12,5%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 7 responden (21,9%)
menyatakan layanan BK sangat membantu, sebanyak 20 responden (62,5%)
menyatakan pelayanan BK cukup membantu, 1 responden (3,1%) menyatakan
layanan BK kurang membantu, 4 responden (12,5%) responden menyatakan tidak
membantu. Data tersebut menunjukan guru BK sudah cukup membantu kemajuan
belajar siswa dengan mengadakan konseling individu apabila siswa mengalami
masalah-masalah dalam belajar.
Tabel. 4.15
Guru BK mengembangkan kelompok belajar
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
12
a. Selalu 4 3 9,4%
b. Sering 3 5 15,6%
c. Kadang-kadang 2 11 34,4%
d. Tidak Pernah 1 13 40,6%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden (9,4%) menyatakan
selalu, 5 responden (15,6%) menyatakan sering, 11 responden (34,4%) responden
menyatakan kadang-kadang, 13% responden menyatakan tidak pernah. Data
tersebut menunjukkan bahwa guru BK kurang mengembangkan kelompok belajar,
hal tersebut dikarenakan guru BK hanya bersifat membantu guru yang lain dalam
mengembangkan kelompok belajar.

87
Tabel. 4.16
Guru BK mengadakan konseling kelompok
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
13
a. Selalu 4 3 9,4%
b. Sering 3 4 12,5%
c. Kadang-kadang 2 11 34,4%
d. Tidak Pernah 1 14 43,7%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden (9,4%) menyatakan
selalu, 4 responden (12,5%) menyatakan sering, 11 responden (34,4%) responden
menyatakan kadang-kadang, 14 (43,7%) responden menyatakan tidak pernah.
Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK kurang mengadakan konseling
kelompok kepada siswa. Hal tersebut dikarenakan adanya penyesuaian masalah
dengan bentuk konseling yang dilakukan, konseling yang lebih banyak diterapkan
yaitu konseling individu agar penyelesaian masalah siswa yang bersifat pribadi
dapat lebih mudah untuk diselesaikan.
Tabel. 4.17
Guru BK mengadakan konferensi kasus
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
14
a. Selalu 4 19 59,4%
b. Sering 3 10 31,2%
c. Kadang-kadang 2 3 9,4%
d. Tidak Pernah 1 0 0%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 19 responden (59,4%)
menyatakan selalu, 10 responden (31,2%) menyatakan sering, 3 responden (9,4%)
responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah.
Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK selalu mengadakan konferensi kasus
terhadap siswa yang melanggar tata tertib. Konferensi kasus dilakukan apabila
pelanggaran tata tertib sudah melewati batas poin dan siswa harus diberi sanksi

88
dirumahkan atau di keluarkan, biasanya konferensi kasus dihadiri oleh wakil
kepala sekolah bidang kesiswaan.
Tabel. 4.18
Guru BK melaksanakan kegiatan layanan penempatan dan penyaluran
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
15
a. Selalu 4 8 25%
b. Sering 3 8 25%
c. Kadang-kadang 2 8 25%
d. Tidak Pernah 1 8 25%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 8 responden (25%) menyatakan
selalu, 8 responden (25%) menyatakan sering, 8 responden (25%) responden
menyatakan kadang-kadang, 8 responden (25%) menyatakan tidak pernah. Data
tersebut menunjukkan bahwa guru BK melaksanakan kegiatan layanan
penempatan dan penyaluran kepada siswa-siswa tertentu saja yang memiliki nilai
cukup untuk dilakukan layanan penempatan dan penyaluran..
Tabel. 4.19
Guru BK memberikan informasi yang bermanfaat saat belajar
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
16
a. Selalu 4 11 34,4%
b. Sering 3 8 25%
c. Kadang-kadang 2 11 34,4%
d. Tidak Pernah 1 2 6,2%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 11 responden (34,4%)
menyatakan selalu, 8 responden (25%) menyatakan sering, 11 responden (34,4%)
responden menyatakan kadang-kadang, 2 responden (6,2%) responden
menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK sudah

89
cukup memberikan informasi yang bermanfaat selama belajar, terutama mengenai
jenjang yang ditempuh setelah tamat sekolah.
Tabel. 4.20
Guru BK memberikan penjelasan cara memanfaatkan waktu belajar dengan
baik
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
17
a. Selalu 4 12 37,5%
b. Sering 3 9 28,1%
c. Kadang-kadang 2 11 34,4%
d. Tidak Pernah 1 0 0%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 12 responden (37,5%)
menyatakan selalu, 9 responden (28,1%) menyatakan sering, 11 responden
(34,4%) responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak
pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK selalu memberikan
penjelasan mengenai cara memanfaatkan waktu belajar dengan baik
Tabel. 4.21
Guru BK mengadakan tes IQ
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
18
a. Selalu 4 3 9,4%
b. Sering 3 2 6,2%
c. Kadang-kadang 2 19 59,4%
d. Tidak Pernah 1 8 25%
Jumlah 10 32 100%
` Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden (9,4%) menyatakan
selalu, 2 responden (6,2%) menyatakan sering, 19 responden (59,4%) responden
menyatakan kadang-kadang, 8 responden (25%) menyatakan tidak pernah. Data
tersebut menunjukkan bahwa guru BK telah mengadakan tes IQ, tes IQ hanya
diadakan 3 tahun sekali.

90
Tabel. 4.22
Guru BK memfasilitasi kerjasama dalam praktek kerja lapangan
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
19
a. Selalu 4 8 25%
b. Sering 3 4 12,5%
c. Kadang-kadang 2 10 31,25%
d. Tidak Pernah 1 10 31,25%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 8 responden (25%) menyatakan
selalu, 4 responden (12,5%) menyatakan sering, 10 responden (31,25%)
responden menyatakan kadang-kadang, 10 responden (31,25%) menyatakan tidak
pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK kurang memfasilitasi
kerjasama dalam praktek kerja lapangan, hal ini dikarenakan praktek kerja
lapangan lebih difasilitasi oleh kepala prodi pemasaran dan kepala prodi
multimedia.
Tabel. 4.23
Berpakaian rapi sesuai tata tertib
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
20
a. Selalu 4 28 87,5%
b. Sering 3 3 9,4%
c. Kadang-kadang 2 1 3,1%
d. Tidak Pernah 1 0 0%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 28 responden (87,5%)
menyatakan selalu, 3 responden (9,4%) menyatakan sering, 1 responden (3,1%)
responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah.
Data tersebut menunjukkan sebagian besar siswa sudah berpakaian rapi sesuai
dengan tata tertib yang berlaku di sekolah.

91
Tabel. 4.24
Memberikan surat keterangan ketika berhalangan hadir di sekolah
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
21
a. Selalu 4 22 68,8%
b. Sering 3 3 9,4%
c. Kadang-kadang 2 7 21,8%
d. Tidak Pernah 1 0 0%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 22 responden (68,8%)
menyatakan selalu, 3 responden (9,4%) menyatakan sering, 7 responden (21,9%)
responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah.
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memberikan surat
keterangan ketika berhalangan hadir walaupun ada beberapa siswa yang terkadang
tidak memberikan surat keterangan kepada sekolah.
Tabel. 4.25
Membawa sesuatu yang tidak diperbolehkan sekolah
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
22
a. Selalu 1 0 0%
b. Sering 2 1 3,1%
c. Kadang-kadang 3 9 28,1%
d. Tidak Pernah 4 22 68,8%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 0 responden (0%) menyatakan
selalu, 1 responden (3,1%) menyatakan sering, 9 responden (28,1%) menyatakan
kadang-kadang, 22 responden (68,8%) menyatakan tidak pernah. Data tersebut
menunjukkan bahwa guru BK telah menjelaskan bahwa sebagian besar siswa
tidak diperkenankan membawa sesuatu yang tidak diperbolehkan oleh sekolah.

92
Tabel. 4.26
Makan di saat jam pelajaran berlangsung
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
1
a. Selalu 1 0 0%
b. Sering 2 6 18,8%
c. Kadang-kadang 3 8 25%
d. Tidak Pernah 4 18 56,2%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 0% responden menyatakan
selalu, 6 responden (18,8%) menyatakan sering, 8 responden (25%) responden
menyatakan kadang-kadang, 18 responden (56,2%) menyatakan tidak pernah.
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak makan saat jam
pelajaraan berlangsung dan ada beberapa siswa yang kadang-kadang makan di
saat jam pelajaran berlangsung.
Tabel. 4.27
Keluar sekolah tanpa ijin petugas piket
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
24
a. Selalu 1 0 0%
b. Sering 2 8 25%
c. Kadang-kadang 3 7 21,9%
d. Tidak Pernah 4 17 53,1%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 0% responden menyatakan
selalu, 8 responden (25%) menyatakan sering, 7 responden (21,9%) responden
menyatakan kadang-kadang, 17 responden (53,1%) menyatakan tidak pernah.
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa keluar sekolah dengan
ijin petugas piket, dan sebagian siswa lain kadang-kadang keluar sekolah tanpa
ijin petugas piket.

93
Tabel. 4.28
Melaksanakan segala peraturan yang diberikan guru di kelas
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
25
a. Selalu 4 25 78,1%
b. Sering 3 7 21,9%
c. Kadang-kadang 2 0 0%
d. Tidak Pernah 1 0 0%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 25 responden (78,1%)
menyatakan selalu, 7 responden (21,9%) menyatakan sering, 0% responden
menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah. Data
tersebut menunjukkan bahwa siswa selalu melaksanakan segala peraturan yang
diberikan oleh guru di kelas berupa aturan-aturan yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan oleh guru mata pelajaran tersebut ketika jam pelajarannya
berlangsung.
Tabel. 4.29
Tidak pernah keluar kelas saat jam pelajaran sekolah berlangsung
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
26
a. Selalu 4 4 12,5%
b. Sering 3 9 28,1%
c. Kadang-kadang 2 11 34,4%
d. Tidak Pernah 1 8 25%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 4 responden (12,5%)
menyatakan selalu, 9 responden (28,1%) menyatakan sering, 11 responden
(34,4%) responden menyatakan kadang-kadang, 8 responden (25%) menyatakan
tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa keluar kelas
saat jam pelajaran berlangsung karena banyaknya jam pelajaran yang kosong dan
banyak guru yang tidak masuk.

94
Tabel. 4.30
Selalu datang tepat waktu ke sekolah
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
27
a. Selalu 4 20 62,5%
b. Sering 3 7 21,9%
c. Kadang-kadang 2 5 15,6%
d. Tidak Pernah 1 0 0%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 20 responden (62,5%)
menyatakan selalu, 7 responden (21,9%) menyatakan sering, 5 responden (15,6%)
responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah.
Data tersebut menunjukkan bahwa siswa selalu datang tepat waktu ke sekolah,
tetapi ada beberapa siswa yang tidak datang tepat waktu di sekolah.
Tabel. 4.31
Hadir di kelas sebelum kegiatan belajar dimulai
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
28
a. Selalu 4 22 68,8%
b. Sering 3 5 15,6%
c. Kadang-kadang 2 5 15,6%
d. Tidak Pernah 1 0 0%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 22 responden (68,8%)
menyatakan selalu, 5 responden (15,6%) menyatakan sering, 5 responden (15,6%)
responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah.
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa hadir di kelas sebelum
kegiatan belajar dimulai.

95
Tabel. 4.32
Memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
29
a. Selalu 4 19 59,4%
b. Sering 3 8 25%
c. Kadang-kadang 2 5 15,6%
d. Tidak Pernah 1 0 0%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 19 responden (59,4%)
menyatakan selalu, 8 responden (25%) menyatakan sering, 5 responden (15,6%)
responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah.
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memperhatikan guru saat
menjelaskan, tetapi masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan dan
menyimak saat guru menjelaskan.
Tabel. 4.33
Aktif bertanya apabila ada materi yang tidak dimengerti
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
30
a. Selalu 4 5 15,6%
b. Sering 3 6 18,8%
c. Kadang-kadang 2 21 65,6%
d. Tidak Pernah 1 0 0%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 5 responden (15,6%)
menyatakan selalu, 6 responden (18,8%) menyatakan sering, 21 responden
(65,6%) responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak
pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang aktif selama kegiatan
belajar mengajar terutama kurang aktif apabila ada materi yang tidak dimengerti.
Kurangnya kesadaran siswa untuk lebih mengerti pelajaran dengan bertanya
kepada guru mata pelajaran saat belajar sangat rendah.

96
Tabel. 4.34
Mengunjungi perpustakaan sekolah untuk membaca buku
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
31
a. Selalu 4 8 25%
b. Sering 3 6 18,8%
c. Kadang-kadang 2 15 46,9%
d. Tidak Pernah 1 3 9,3%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 8 responden (25%) menyatakan
selalu, 6 responden (18,8%) menyatakan sering, 15 responden (46,9%) responden
menyatakan kadang-kadang, 3 responden (9,3%) responden menyatakan tidak
pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa rendahnya minat siswa untuk belajar
terutama dalam membaca buku di perpustakaan sekolah. Hal ini dikarenakan
kurangnya tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk mencari referensi
di perpustakaan sekolah.
Tabel. 4.35
Tetap belajar meski guru berhalangan hadir
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
32
a. Selalu 4 3 9,4%
b. Sering 3 5 15,6%
c. Kadang-kadang 2 23 71,9%
d. Tidak Pernah 1 1 3,1%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden (9,4%) menyatakan
selalu, 5 responden (15,6%) menyatakan sering, 23 responden (71,9%) responden
menyatakan kadang-kadang, 1 responden (3,1%) menyatakan tidak pernah. Data
tersebut menunjukkan bahwa rendahnya kesadaran siswa untuk tetap belajar
meski guru berhalangan hadir. Siswa lebih memilih untuk mengobrol dan bermain
dengan teman-temannya di kelas dibanding belajar dan meneruskan materi mata
pelajaran yang sedang berlangsung tersebut.

97
Tabel. 4.36
Memanfaatkan waktu kosong untuk membaca buku
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
33
a. Selalu 4 4 12,5%
b. Sering 3 5 15,6%
c. Kadang-kadang 2 22 68,8%
d. Tidak Pernah 1 1 3,1%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 4 responden (12,5%)
menyatakan selalu, 5 responden (15,6%) menyatakan sering, 22 responden
(68,8%) responden menyatakan kadang-kadang, 1 responden (3,1%) menyatakan
tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kadang-
kadang kurang memanfaatkan waktu kosong untuk membaca buku.
Tabel. 4.37
Memanfaatkan waktu luang dengan belajar bersama teman
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
34
a. Selalu 4 7 21,9%
b. Sering 3 7 21,9%
c. Kadang-kadang 2 17 53,1%
d. Tidak Pernah 1 1 3,1%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 7 responden (21,9%)
menyatakan selalu, 7 responden (21,9%) menyatakan sering, 17 responden
(53,1%) responden menyatakan kadang-kadang, 1 responden (3,1%) menyatakan
tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang dapat
memanfaatkan waktu luang yang ada dengan belajar bersama teman. Siswa lebih
memilih untuk tidak belajar dan membuang-buang waktu kosong tersebut dengan
bermain bersama teman-temannya.

98
Tabel. 4.38
Mengerjakan tugas yang diberikan guru di kelas
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
35
a. Selalu 4 17 53,1%
b. Sering 3 9 28,1%
c. Kadang-kadang 2 6 18,8%
d. Tidak Pernah 1 0 0%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 17 responden (53,1%)
menyatakan selalu, 9 responden (28,1%) menyatakan sering, 6 responden (18,8%)
responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah.
Data tersebut menunjukkan bahwa siswa selalu mengerjakan tugas yang diberikan
guru di kelas. Siswa lebih disiplin dalam belajar dan mengerjakan tugas ketika ada
guru di kelas.
Tabel. 4.39
Mengikuti remedial mata pelajaran yang nilainya kurang memenuhi standar
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
36
a. Selalu 4 18 56,2%
b. Sering 3 7 21,9%
c. Kadang-kadang 2 5 15,6%
d. Tidak Pernah 1 2 6,3%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 18 responden (56,2%)
menyatakan selalu, 7 responden (21,9%) menyatakan sering, 5 responden (15,6%)
responden menyatakan kadang-kadang, 2 responden (6,3%) menyatakan tidak
pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengikuti
remedial mata pelajaran yang nilainya kurang memenuhi standar, sedangkan
beberapa siswa lainnya lebih memilih tidak mengikuti remedial.

99
Tabel. 4.40
Mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
37
a. Selalu 4 16 50%
b. Sering 3 9 28,1%
c. Kadang-kadang 2 7 21,9%
d. Tidak Pernah 1 0 0%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 16 responden (50%)
menyatakan selalu, 9 responden (28,1%) menyatakan sering, 7 responden (21,9%)
responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah.
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengerjakan pekerjaan
rumah yang diberikan guru dan beberapa siswa ada yang kadang-kadang
mengerjakan pekerjaan rumah tersebut.
Tabel. 4.41
Berbuat usil dalam kelas
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
38
a. Selalu 1 1 3,1%
b. Sering 2 1 3,1%
c. Kadang-kadang 3 17 53,1%
d. Tidak Pernah 4 13 40,7%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 1 responden (3,1%) menyatakan
selalu, 1 responden (3,1%) menyatakan sering, 17 responden (53,1%) responden
menyatakan kadang-kadang, 13 responden (40,7%) menyatakan tidak pernah.
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar terkadang siswa di saat belajar
sering berbuat usil kepada teman lainnya, sehingga mengganggu efektivitas
pembelajaran.

100
Tabel. 4.42
Memainkan hp saat jam pelajaran berlangsung
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
39
a. Selalu 1 1 3,1%
b. Sering 2 3 9,3%
c. Kadang-kadang 3 14 46,8%
d. Tidak Pernah 4 14 46,8%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 1 responden (3,1%) menyatakan
selalu, 3 responden (9,3%) menyatakan sering, 14 responden (46,8%) responden
menyatakan kadang-kadang, 14 responden (46,8%) menyatakan tidak pernah.
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa terkadang memainkan hp
saat jam pelajaran berlangsung.
Tabel. 4.43
Mengobrol ketika guru menjelaskan
No Alternatif Jawaban Skor Frekuensi Presentase
40
a. Selalu 1 2 6,2%
b. Sering 2 2 6,2%
c. Kadang-kadang 3 15 46,9%
d. Tidak Pernah 4 13 40,7%
Jumlah 10 32 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 2 responden (6,2%) menyatakan
selalu, 2 responden (6,2%) menyatakan sering, 15 responden (46,9%) responden
menyatakan kadang-kadang, 13 responden (40,7%) menyatakan tidak pernah.
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa terkadang mengobrol dan
mendiskusikan hal-hal diluar pelajaran dengan teman-temannya ketika guru
menjelaskan materi pada saat jam pelajaran berlangsug.

101
C. Analisis dan Interpretasi Data
Berikut ini data hasil dari penyebaran angket terhadap 32
responden. Dari hasil penyebaran angket tersebut diperoleh data kontribusi
bimbingan dan konseling yang terdiri dari 19 item dengan skor 1690, dan
data disiplin belajar siswa yang terdiri dari 21 item dengan skor 2170.
Selanjutnya data tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.44
Hasil Analisis Data
Aspek
Penelitian Skor
Nilai
Harap
an
Nilai Skor
(NS)
NS x100%
NH
Kategori
Nilai
1. Kontribusi
Layanan
Bimbingan
dan
konseling
1690 19 x 4
=
76
1690:32=
52,8
52,8 x100%= 69,4%
76
BAIK
2. Disiplin
belajar
siswa
2120 21 x 4
=
84
2120:32=
66,25
66,25x100%= 78,8%
84
BAIK
Rata-rata 148,2% = 74,1%
2
BAIK`
Secara keseluruhan pelaksanaan program bimbingan dan konseling
dalam meningkatkan disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta dapat
dikatakan baik, sesuai dengan rata-rata perhitungan berdasarkan rumus
kategori tersebut di atas, yaitu :
74,3% + 76,1% = 75,2% (Baik)
2

102
Dengan ketentuan diatas maka dengan demikian dihasilkan data
hasil angket kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina
disiplin belajar siswa sebagai berikut:
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa aspek kontribusi layanan
bimbingan dan konseling melalui nilai rentang rata-rata interval kontribusi
bimbingan dan konseling sebesar 69,4% yang berada dalam kategori baik,
dan nilai rentang rata-rata disiplin belajar siswa sebesar 78,8% yang
berada dalam kategori baik. Sehingga secara keseluruhan rata-rata aspek
penilaian mencapai 75,2% dan dapat disimpulkan bahwa kotribusi layanan
bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN
59 Jakarta berada pada taraf kategori baik karena besaran rata-rata
aspeknya yaitu sebesar 75,2% berada pada taraf rentang interval 60-80%
dengan kategori baik.
Berdasarkan hasil wawancara, layanan bimbingan dan konseling di
SMKN 59 Jakarta sudah cukup baik dan dari segi fasilitas sudah
mencukupi untuk melakukan segala layanan yang dibutuhkan siswa. Dari
keempat aspek layanan bimbingan dan konseling yaitu aspek layanan
dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual telah
terlaksana. Dalam layanan responsif,koordinasi dengan orangtua perlu
lebih ditingkatkan agar penanganan masalah siswa dapat lebih mudah
terselesaikan dan pelanggaran-pelanggaran dapat dicegah dan
diminimalisir.
Berdasarkan hasil wawancara, jumlah guru BK di sekolah
seharusnya 1:150, di SMKN 59 Jakarta hanya ada satu guru BK yang
harus melayani siswa yang jumlahnya 392. Hal ini menunjukan kurangnya
pemaksimalan layanan yang harus BK berikan, jumlah guru BK harus
lebih ditingkatkan sesuai jumlah siswa yang ada di sekolah agar layanan
bimbingan dan konseling untuk siswa bisa dapat dirasakan oleh seluruh
siswa dan dapat menciptakan situasi belajar yang lebih kondusif.
Dengan adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah,
diharapkan disiplin siswa lebih dapat terbentuk terutama disiplin dalam

103
belajar. Dengan adanya layanan bimbingan juga memungkinkan siswa
untuk bertatap muka secara langsung dengan guru pembimbing dalam
rangka penyelesaian masalah terutama dalam hal masalah belajar

104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kontribusi
bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN 59
Jakarta, yaitu meliputi pelaksanaan layanan dasar, layanan responsif, layanan
perencanaan individual serta dukungan sistem secara umum telah dilaksanakan
secara baik dan telah menyesuaikan dengan standar program yang telah
ditentukan sekolah.
Berdasarkan hasil angket menunjukkan bahwa kontribusi bimbingan dan
konseling yang ada di SMKN 59 telah berjalan dengan baik. Hal ini dapat
diketahui melalui nilai rentang rata-rata interval kontribusi layanan bimbingan dan
konseling sebesar 69,4% yang berada dalam kategori baik, dan nilai rentang rata-
rata disiplin belajar siswa sebesar 78,8% yang berada dalam kategori baik. Jadi,
kontribusi bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di
SMKN 59 Jakarta rata-rata sebesar 75,2% berada dalam rentang interval kategori
nilai baik.
Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa kontribusi layanan
bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN 59
Jakarta sudah cukup baik hanya saja masih ada beberapa kendala berupa
kerjasama antar pihak sekolah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang perlu penulis
sampaikan sebagai bahan pertimbangan sekolah terkait dengan kontribusi
bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN 59
Jakarta, yaitu:

105
1. Bagi Kepala Sekolah,
a. Diharapkan dapat menambah jumlah guru BK agar pelayanan yang
dilakukan dapat lebih maksimal dan penyelesaian masalah dapat
dilakukan lebih efektif.
b. Hendaknya pihak sekolah lebih meningkatkan kerjasama dengan
guru BK agar kegiatan sekolah dan aktivitas BK dapat berjalan
sesuai dengan program yang telah ditetapkan sekolah.
c. Diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai karakter dalam setiap
kegiatan belajar mengajar di sekolah agar perilaku disiplin di sekolah
akan terbentuk dalam diri masing-masing peserta didik.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling,
a. Diharapkan dapat melaksanakan semua jenis kegiatan layanan dan
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling agar siswa dapat lebih
disiplin dalam belajar.
b. Agar lebih meningkatkan kerjasama terutama kerjasama dengan
kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, guru piket, wakil
kepala sekolah bidang kesiswaan dan seluruh stakeholder sekolah
agar masalah siswa lebih cepat tertangani dan suasana di sekolah
lebih kondusif.
3. Bagi Siswa
a. Diharapkan dapat memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling
yang ada di sekolah berupa layanan konsultasi agar permasalahan
yang ada pada siswa terutama masalah belajar dapat diatasi dan
siswa memperoleh hasil belajar yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Agung, Anak Ngurah Adhiputra. Bimbingan dan Konseling, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.
Badrujaman, Aip. Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling,
Jakarta: PT.Indeks, 2011.
Bakar, Abu Baraja. Psikologi Konseling, Jakarta: Studia Press, 2007.
Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah , Undang-undang RI No 20 Tahun 2003,
Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: tnp, 2003).
Durkheim, Emile. Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi
Pendidikan. Jakarta: Erlangga, 1990.
Hallen. Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.
Juntika, Nurihsan & Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di
SMP, Jakarta: PT. Grasindo, 2005.
Ketut, Dewa Sukardi. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008.
Prayitno. Pelayanan Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi,
2000.
Prayitno & Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 2008.
Sabri, Alisuf H.M. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.
Sabri, H.M. Alisuf. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional,
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007.
Sahertian, Piet. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Surabaya:
Usaha Nasional, 1994.
Salahudin, Anas. Bimbingan & Konseling. Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.
Sayuti, Wahdi & Zurinal. Ilmu Pendidikan: Pengantar & Dasar-Dasar
Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Semiawan, Conny.R. Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta: PT. Index,
2008.
Sudjono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2010.
Sutisna, Oteng. Administrasi Pendidikan (dasar teoritis untuk praktik
profesional). Bandung: Angkasa, 1993.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
Syamsuddin, Abin Makmun. Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran
Modul, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2007.
Tu’u, Tulus. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:
PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004.
Uno, B. Hamzah. Teori motivasi & Pengukurannya, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Walgito, Bimo. Bimbingan & Konseling, Yogyakarta: Andi Offset, 2010.
Yusuf, Syamsu & Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Konseling,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
.

No Responden
Nomor Item Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 3 3 4 3 1 4 4 4 4 3 2 1 4 4 2 3 2 1 4 54
2 3 1 2 2 2 1 4 4 4 3 1 1 1 4 3 2 2 2 2 4 44
3 2 2 3 4 3 1 1 2 4 4 3 1 1 3 4 2 3 1 2 3 46
4 2 2 2 3 3 4 4 3 4 3 3 2 1 4 4 2 2 1 2 4 51
5 3 2 2 4 3 4 4 2 4 3 3 3 1 4 4 4 4 2 2 4 58
6 3 1 2 2 3 1 4 4 4 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 4 40
7 3 1 2 2 2 1 4 4 4 1 1 1 2 3 2 1 2 1 1 4 38
8 2 1 2 2 2 1 4 2 4 1 3 1 1 3 2 2 2 2 1 4 38
9 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 3 3 4 3 4 3 2 4 4 65
10 3 4 3 4 4 4 4 1 1 4 4 2 2 3 1 3 3 3 4 4 57
11 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 2 3 4 1 4 4 2 4 4 63
12 3 4 4 4 4 4 4 3 1 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 67
13 3 4 4 2 3 4 4 2 1 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 2 63
14 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3 3 4 1 4 4 2 4 4 66
15 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 3 3 3 4 2 3 3 2 3 4 62
16 3 4 3 2 4 4 3 3 2 3 4 2 2 3 4 2 3 2 4 4 57
17 3 1 4 2 3 1 4 3 4 3 3 1 1 4 2 1 2 2 1 4 45
18 3 1 4 2 3 1 4 3 3 3 3 1 1 4 2 2 2 2 1 4 45
19 2 2 2 2 3 1 4 1 4 3 3 1 2 3 3 3 3 2 1 4 45
20 4 3 4 2 1 4 4 1 2 1 1 2 1 3 3 2 2 1 2 4 43
21 2 4 4 2 4 3 4 2 2 4 4 2 2 3 4 4 4 2 1 4 57
22 2 2 4 2 3 1 4 1 4 3 2 2 2 4 2 3 3 2 2 4 48
23 2 1 3 2 3 3 4 2 4 3 3 1 1 2 3 2 2 1 3 4 45
24 2 1 3 1 3 3 4 1 2 3 3 1 1 3 1 3 3 1 3 4 42
25 3 4 3 2 3 4 4 2 1 4 3 3 2 4 3 4 2 2 2 3 55
26 4 2 4 2 3 4 4 2 4 4 3 2 1 4 4 4 4 3 2 4 60
27 2 4 4 2 3 4 4 2 1 4 3 4 2 4 1 4 4 1 4 4 57
28 2 4 3 2 3 4 4 2 4 4 3 2 4 3 1 3 4 2 2 4 56
29 2 1 4 2 2 3 4 4 2 2 3 1 1 2 1 2 2 2 1 4 41
30 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 2 2 4 3 4 4 2 2 3 62
31 3 2 4 4 4 4 4 2 1 4 4 1 2 4 2 3 4 4 1 4 57
32 3 4 4 2 4 3 4 2 4 4 4 1 1 4 3 4 4 4 4 4 63
JUMLAH 1690
Lampiran 1

No Responden
Nomor Item Soal
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 74
2 3 4 4 4 4 1 3 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 69
3 3 4 4 4 4 1 4 4 3 2 1 2 2 4 3 3 3 3 4 3 61
4 4 4 4 3 3 1 4 3 3 3 2 2 2 2 4 4 2 3 4 4 61
5 4 4 3 3 4 2 4 4 4 2 2 2 2 2 4 1 3 1 3 3 57
6 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78
7 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 73
8 2 4 2 4 3 2 4 4 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 56
9 4 3 4 2 4 2 4 4 4 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 61
10 4 4 4 2 4 1 4 4 2 2 2 2 2 3 4 3 4 4 4 4 63
11 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 3 3 2 3 4 4 3 4 4 71
12 4 2 4 3 3 2 4 4 4 3 2 3 2 2 4 4 4 3 2 2 61
13 2 4 2 2 4 3 4 4 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 55
14 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 2 4 3 3 3 68
15 4 3 4 2 4 2 2 4 3 2 4 2 2 3 4 3 4 4 3 4 63
16 4 4 2 4 4 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 54
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 4 64
18 4 3 4 4 4 1 2 4 3 2 3 2 2 3 4 4 2 4 4 3 62
19 2 4 2 3 3 2 3 3 2 2 1 2 1 2 3 4 3 3 3 1 49
20 4 4 3 2 4 1 4 4 2 2 4 4 4 4 4 1 4 2 1 1 59
21 2 4 3 4 4 2 2 2 4 2 2 1 2 2 3 3 2 3 3 3 53
22 3 3 3 4 4 3 4 4 3 2 3 2 2 2 3 4 4 4 3 3 63
23 2 4 4 2 4 4 3 2 4 2 2 2 2 2 4 2 4 4 4 4 61
24 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 74
25 2 4 3 4 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 56
26 2 3 4 4 4 1 4 2 4 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 54
27 4 3 2 3 4 2 2 2 4 2 1 2 2 4 4 4 2 3 3 3 56
28 4 3 3 3 3 2 4 4 4 2 2 2 2 2 2 4 4 3 3 3 59
29 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 74
30 4 4 3 4 4 3 3 3 4 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 3 61
31 4 3 2 2 4 3 2 4 4 2 2 2 2 4 2 4 2 3 3 3 57
32 4 4 3 4 4 1 4 4 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 70
JUMLAH 1997

PEDOMAN WAWANCARA
Guru Bimbingan dan Konseling SMKN 59 Jakarta
INDIKATOR RESPONDEN
Nama : Sudik Prayitno, S.Pd
Jabatan : Guru BP/BK
Pendidikan Terakhir : S1
Hari/Tanggal : Senin, 24 November 2014
Tempat : Meja Piket
1. Apakah para siswa telah memanfaatkan layanan BK?
Kalau secara umum sih untuk tahun ajaran ini ya hampir 50% sudah
dimanfaatkan, karena jumlah 390an siswa yang melayani BK nya cuma
satu, saya sendiri kewalahan. Tapi dari keseluruhan sejumlah 200 orang
sudah memanfaatkan konseling individu. Untuk layanan bimbingan karir
hampir semua kelas sudah diberikan. Secara pengajaran di kurikulum 2013
BK tidak masuk, pemafaatannya sih sudah.
2. Apakah ruangan BK dikunjungi oleh para siswa setiap harinya?
Iya, setiap harinya rata-rata 5-10 orang, mayoritas konsultasi biasa saja.
3. Apakah dalam pelaksanaan pelayanan, BK mengalami hambatan?
Ya kalau hambatan pasti ada, pertama kurang koordinasi baik itu dengan
orangtua dalam penyelesaian dengan wali kelas. Wali kelas juga tidak
semua guru tetap itu juga jadi kendala itu yang menjadi masalah ya
komunikasi. Ada aspek tertentu masalah peminatan ada yang
mengundurkan diri itu dari faktor luar, dari lingkungan, tidak cocok
dengan yang dia minati.
4. Apakah setiap siswa memiliki buku pribadi atau buku penghubung?
Lampiran 2

Ada buku penghubung, tapi sifatnya itu hanya pendataan saja, untuk data
diri.
5. Dengan siapa saja pihak BK bekerjasama dalam mengembangkan kualitas
layanannya?
Ya semua, dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru teman
sejawat, terus juga dengan pihak orangtua ada masukan-masukan.
6. Menurut Bapak, apakah pelayanan di SMKN 59 ini sudah dilakukan
dengan maksimal?
Sepertinya belum, karena jumlah guru tidak memadai. Kadang-kadang
waktu yang terbatas harus melayani sekian orang, kendala tekhnis.
Orangtua tidak koordinatif juga sekolah hanya dianggap seperti penitipan
anak, anak tidak dipantau perkembangan belajarnya oleh orangtua.
7. Berapa banyak guru BK di sekolah ini? Apa saja latar belakang
pendidikannya?
Guru BK disini hanya saya saja, melayani 390an orang. Padahal yang
ideal guru BK melayani 1:150 siswa.
8. Apa bentuk peran BK dalam membentuk disiplin belajar pada siswa?
Misalkan salah satunya ya memberikan penyadaran, kalau BK
memberikan penyadaran pada dasarnya dengan pembinaan melalui
pendidikan. Itu harus dilaksanakan secara tepat dan transparan artinya
pendidikan itu dari belajar tentang disiplin berupa mengelola waktu.
9. Apakah jumlah guru BK sudah sesuai dengan banyaknya siswa di
sekolah?
Belum sesuai, karena komposisi yang ideal 150, sedangkan disini
jumlahnya 1:390.
10. Dengan siapa saja pihak BK bekerjasama dalam mengembangkan kualitas
layanannya?
Ya dengan mengikuti kegiatan MGMP, mengikuti kegiatan pelatihan
melalui divisi MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling),
Ikatan Petugas Guru Bimbingan sekolah, melalui Asosiasi Bimbingan
Konseling Indonesia.

11. Apa masalah yang sering muncul terkait dengan disiplin belajar siswa?
Masih adanya siswa yang terlambat, jarang masuk, tidak mengerjakan
tugas.
12. Apa sajakah peran warga sekolah dalam meningkatkan disiplin siswa?
Ya warga sekolah ikut menegur siswa yang tidak sesuai seragam, di luar
kelas saat jam pelajaran, rambut yang tidak rapih, knalpot yang berisik.
13. Apakah ada kerjasama dari guru mata pelajaran dan guru BK terkait
masalah disiplin belajar?
Ada, bentuknya misalkan pelajaran produktif pemasaran ada siswa yang
masuk tapi tidak masuk jam pelajaran tersebut. Di selesaikan dengan home
visit oleh guru BK atas rekomendasi wali kelas dan guru mata pelajaran,
orangtua dipanggil ke sekolah.
14. Bagaimana dengan fasilitas pendukung yang disediakan sekolah guna
meningkatkan disiplin belajar siswa?
Ada fasilitas dengan selalu koordinasi agar selalu guru-guru peduli
terhadap anak melalui piket.
15. Apakah pelaksanaan BK di sekolah telah memenuhi standar?
Harus memenuhi standar, kalau sasaran harus tercapai standar tetapi kita
kadang-kadang juga ada kelemahan.
16. Apakah sarana dan prasarana di sekolah mendukung terjadinya kegiatan
bimbingan dan konseling?
Sudah memenuhi, sudah lengkap. Kalau di sekolah negeri rata-rata sudah
lengkap.
17. Bagaimana bentuk evaluasi yang dilakukan guru bk dalam melayani
kebutuhan siswa?
Evaluasinya yaitu kita pakai layanan segera, dengan menanyakan bahwa
konseling ini bermanfaat atau tidak untuk siswa. Untuk jangka panjangnya
kita mempunyai ukuran-ukuran maksudnya adakah pemanfaatan dan
apakah ada perubahan bermanfaat saat kelulusan. Harus terukur, kita ada
laporan kegiatannya juga dengan pemanggilan dan tanda tangan.
18. Apakah dalam kasus pelanggaran disiplin dilakukan kunjungan rumah?

Tidak harus semua masalah dilakukan kunjungan rumah, kalau BK hanya
memantau, untuk yang menyelesaikan bagian kesiswaan dan wali kelas.
BK mengetahui, disitu ada unsur BK, kaitannya dengan pelanggaran,
bagian kesiswaan yang terutama mengetahui.
19. Masalah belajar seperti apa yang sering dialami oleh siswa?
Kalau masalah belajar sebetulnya siswa tidur di kelas, sampah berserakan
karena tidak piket karena guru juga jarang hadir di kelas. Sering tidak
masuk sekolah, tidak hadir ke sekolah, keterlambatan dan sering tidak
mengerjakan tugas.
20. Faktor apa saja yang melatarbelakangi kurangnya disiplin belajar siswa
tersebut?
Karena kita inputnya sudah terbentuk, anak itu sudah terbentuk
karakternya dari SMP, jadi sudah bawaan dari SMP, sistem pembelajaran
di kami belum sangat efektif dari segi pengelolaan guru, banyak guru yang
tidak hadir.
21. Apakah ada upaya preventif dari pihak sekolah terhadap pelanggaran
disiplin yang dilakukan oleh siswa?
Preventifnya sosialisasi peraturan poin walupun banyak yang dilanggar.
Panggilan orangtua, penerapan hukuman. Kalau sudah melebihi poin ada
itu bisa di skors bisa dirumahkan. Preventifnya dengan ancaman, tetapi
satu ada dua orang tidak jera juga.
22. Apa saja upaya mengatasi apabila pelanggaran disiplin telah terjadi?
Mengatasinya ya koordinasi dengan wali kelas, itu penting banget. Dengan
orangtua, dengan wakasek kesiswaan sebagai pelaporan. Semua diberi
tahu ini poin-poinnya bagaimana menurut pendapat mereka apakah perlu
pembinaan atau diperlakukan sanksi.
23. Apa bentuk tindak lanjut guru BK terhadap siswa yang melakukan
pelanggaran disiplin?
Ya memantau surat perjanjian yang dilakukan oleh wakasek kesiswaan.
Apabila kasus sudah terkumpul dan orangtua sudah diberi tahu semua
hukumannya diputuskan oleh wakasek kesiswaan. Guru BK memantau

siswa sejauh mana siswa melakukan perintah dari surat perjanjian.
Koordinasi dengan orangtua yang lebih utama.
24. Apakah ada konseling kelompok di sekolah?
Konseling kelompok ada, laporan-laporannya ada bentuknya ada
bimbingan kelompok, kalau konseling kelompok itu masalah keluarga ibu
bapaknya sering bertengkar. Itu ada rekamannya berupa file ya.
Jakarta, 24 November 2014
Interviewer Interviewee,
Sefti Aminah Sudik Prayitno, S.

PEDOMAN WAWANCARA
Wali kelas XI SMKN 59 Jakarta
INDIKATOR RESPONDEN
Nama : Tomi Sukito, S.E
Jabatan : Kepala Lab. Pemasaran & Wali Kelas
Pendidikan Terakhir : S1
Hari/Tanggal : Jumat, 28 November 2014
Tempat : Ruang Guru
1. Apa saja bentuk pelanggaran siswa ketika belajar di dalam kelas?
Pelanggaran sih jarang, tapi yang biasanya suka ngobrol kalau guru lagi
menerangkan, kadang ada sesuatu yang tidak perlu di bikin-bikin misalnya
bercanda, ngobrol, berisik, itu aja sih.
2. Apa saja hal yang melatarbelakangi ketidakdisiplinan siswa?
Kalau siang itu biasanya siang kan sudah capek, ngantuk, laper jam
terakhir jadi berisik, jadi pengen pulang deh anak-anak. Kalau pagi relatif
aman, kalau siang berisik.
3. Bagaimana upaya mengatasi siswa yang kurang disiplin dalam belajar?
Biasanya kalau saya lagi ngajar terus anak saat siang itu kita kasih opsi
ajak belajar yang menarik biar tidak bosan, caranya ya misalkan kita kasih
berupa materi-materi yang tidak membosankan. Kan kalau materi ada RPP
kita buat semenarik mungkin artinya bagian materinya tidak menyimpang
dari RPP, misalkan topiknya negosiasi ya kita belajar komunikasi yang
baik siswa kita ajak dialog saja.
4. Kegiatan seperti apa yang anda lakukan agar siswa lebih disiplin dalam
belajar?

Biasanya yang paling sering saya suka bilang, kalau kamu mau belajar
berarti kita harus mulai dari sekarang, kalau kamu tidak mau belajar ya
sudah. Jadi kalau belajar dengan kondisi seperti ini tidak memungkinkan,
motivasi belajar berupa nasehat.
5. Adakah kerjasama dengan guru BK dalam mengatasi permasalahan siswa
dalam belajar?
Kita panggil siswa yang bermasalah alasannya apa, kita mencari solusinya
dengan BK mau diapakan. Kan dia mau kesini tujuannya juga mau belajar
tidak mungkin kita marahi. Anaknya kita biacarakan terlebih dahulu baru
kita bawa ke guru BK, lalu kita diskusikan sama-sama.
6. Adakah hambatan yang dialami oleh Anda dan guru BK dalam mengatasi
permasalahan siswa?
Tidak ada hambatan, lancar-lancar aja selama ini dengan Bpk. Sudik.
7. Apa bentuk tindak lanjut yang anda lakukan apabila pelanggaran tersebut
sudah terjadi?
Kita beri tugas yang bersifat mendidik, artinya tugas itu yang
memungkinkan dia menambah motivasinya contohnya ketika saat
pelajaran yang lain diberi soal latihan 5, siswa tersebut diberi soal 7/8.
Kalau yang lain ada yang tidak presentasi, yang melanggar itu kita suruh
merangkum powerpoint kemudian kita suruh presentasikan apa yang
sudah dia rangkum. Sanksi itu tetap ada, kita kasih sanksi yang bisa
membuat dia berubah lebih baik. Tetap ada monitoring untuk siswa yang
melanggar.
Jakarta, 28 November 2014
Interviewer Interviewee,
Sefti Aminah Tomi Sukito, S.E

PEDOMAN WAWANCARA
Kepala Sekolah SMKN 59 Jakarta
INDIKATOR RESPONDEN
Nama : Drs. H. Ramli, M.Pd
Jabatan : Kepala Sekolah
Pendidikan Terakhir : S2
Hari/Tanggal : Senin, 24 November 2014
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
1. Ada berapa guru bk yang ada di sekolah ini?
BK disini hanya satu, jadi kan harusnya normal itu 150 siswa per satu guru
BK, sementara kita menangani 390an siswa per satu guru BK.
2. Menurut Bapak, apakah jumlah guru BK di sekolah ini cukup untuk
memfasilitasi program bimbingan dan konseling untuk siswa?
Saya kira kalau sempurna belum ya, namun sudah cukup lah
memfasilitasi. Kalau kesempurnaan saya kira masih ada kekurangan
karena kurangnya guru BK, untuk fasilitasi kami sudah memfasilitasi.
3. Fasilitas apa saja yang anda berikan guna mendukung program kerja BK?
Jelas fasilitas itu sendiri misalnya fasilitas konsultasi, jadi silahkan jam
berapapun dia bisa konsultasi, kemudian BK juga mendampingi untuk
mengatasi berbagai masalah.
4. Apa bentuk kerjasama anda dengan guru BK, terutama dalam hal
membina disiplin belajar siswa?
Ya, saya kerjasamanya saya katakan bahwa kepada guru BK tolong
diterapkan tata tertibnya kemudian juga reward dan punishment. Ada
reward (penghargaan) kepada anak-anak yang berprestasi dan juga untuk
anak-anak yang baik.

5. Adakah biaya operasional yang diberikan sekolah dalam mengembangkan
program BK?
Ada ya untuk guru BK, jadi misalnya untuk kunjungan ke rumah siswa
memang dari sekolah mengadakan, BK berapa kali kemana-mana sudah
kita biayai.
6. Hubungan kerjasama apa saja yang BK di sekolah ini dengan lembaga di
luar sekolah?
Bk secara formal mempunyai hubungan dengan pihak luar berupa tes IQ
setiap tahun ada, Bk juga membantu anak-anak untuk magang. Jadi BK ini
membantu anak-anak agar proses magang disana mempunyai psikologis
yang baik, kejiwaan yang baik.
7. Bagaimana bentuk pengawasan anda terhadap kegiatan BK?
Schedule ya, kita pengawasannya biasanya hampir satu bulan sekali. Guru
Bknya apakah ada masalah-masalah yang krusial atau anaknya harus
dikembalikan ke orangtuanya, karena masalah tidak boleh sampai
berbulan-bulan dalam menangani masalah anak.
8. Adakah evaluasi yang anda lakukan terhadap program BK?
Ya, misalnya evaluasinya itu kalau nanti guru Bknya sejauh mana guru
BK melaksanakan program itu, biasanya evaluasi itu selama 3 bulan dari
program itu. Jadi satu semester 2 kali evaluasi.
Jakarta, 24 November 2014
Interviewer Interviewee,
PEDOMAN WAWANCARA

Guru Piket SMKN 59 Jakarta
INDIKATOR RESPONDEN
Nama : Wiwik Wijayanti, S.Pd
Jabatan : Pembina OSIS
Pendidikan Terakhir : S1
Hari/Tanggal : Jumat, 28 November 2014
Tempat : Meja Piket
1. Apa saja bentuk ketidakdisiplinan siswa selama jam pelajaran
berlangsung?
Sering ijin, karena mereka mencari tempat-tempat PKL, akhirnya mereka
ijin pada saat KBM, karena dari pihak perusahaan juga meminta jam
sekian datang. Paling sering yang saya alami kalau PKL bisa pergi 5-6
orang paling sering saat KBM.
2. Apa saja poin pelanggaran yang kebanyakan siswa lakukan di sekolah?
Merokok, merokok itu saya pernah mengeluarkan siswa selain itu ya
berantem resikonya keluar. Kalau keluar sudah pelanggaran paling berat.
Kalau terlambat disuruh jalan jongkok.
3. Apa bentuk kerjasama guru piket dengan guru BK di sekolah?
Ada, penanganan siswa. Tindak lanjut 3x berturut-turut melakukan
pelanggaran dilakukan penanganan berupa pemanggilan orangtua
4. Adakah hambatan selama melakukan piket di sekolah?
Hambatannya banyak sekali, kurang SDM. Contohnya begini ya saya
piket, saya kan harus keliling ke kelas-kelas, kalau saya keliling anak tidak
tertangani. Saya tidak mungkin berada di dua tempat sedangkan sekolah
ada 4 lantai. Anak tertangani tetapi kelas-kelas tidak tertangani begitu
sebaliknya.

5. Bagaimana cara mengatasi siswa yang tidak disiplin selama belajar?
Misalnya masalah keterlambatan, saya kumpulkan di pos dan saya suruh
jalan jongkok sekalian berolahraga biasanya 50 jadi 30 orang yang
terlambat, berkurang lah istilahnya itu yang keterlambatan 15 menit.
Biasanya yang datang lebih lama lagi saya suruh membantu
membersihkan musholla apalagi di hari jumat. Tapi kalau terlambat sudah
berkali-kali dipanggil orang tua dan hasilnya dilaporkan ke wali kelas, dan
ditindak lanjuti oleh wali kelasnya.
6. Upaya antisipasi seperti apa yang guru piket lakukan selama jam pelajaran
berlangsung agar tidak terjadi pelanggaran?
Ya, kalau terlambat lagi penanganannya maka kita datangkan orangtua
kami mohon bantuan kepada orang tua untuk keberangkatan pagi tolong di
ingatkan oleh orang tua anak ini dibangunkan pagi dengan sholat shubuh
supaya tepat datang ke sekolahan, apabila masih terlambat orangtua akan
diberi pengarahan.
7. Bentuk tindak lanjut seperti apakah yang anda lakukan terhadap siswa
yang telah melanggar?
Kalau tidak ada perubahan yang dikeluarkan, tapi kalau ada perubahan kita
pertahankan. Seperti yang merokok, 3x peringatan tidak ada perubahan
dan orangtua sudah datang dan masih tidak ada perubahan, maka
dikeluarkan. Kita ada pantauan, siswa yang melanggar sekarang berubah
baik menjadi rajin sekarang sudah bagus. Ada komunikasi dengan
orangtua dengan pantauan dari pihak kita jadi anak berubah menjadi lebih
baik.
Jakarta, 28 November 2014
Interviewer Interviewee,

PEDOMAN WAWANCARA
Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan SMKN 59 Jakarta

INDIKATOR RESPONDEN
Nama : Drs. Sukarno, M.M
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah
Pendidikan Terakhir : S2
Hari/Tanggal : Jumat, 28 November 2014
Tempat : Ruang Wakil Kepala Sekolah
1. Apa saja bentuk tidak disiplinnya siswa selama belajar?
Ya siswa keluar-keluar kelas, siswa tidak memperhatikan guru selama
belajar dan sikapnya tidak memperdulikan.
2. Apa saja penanganan kasus siswa yang kurang disiplin?
Tergantung kasusnya, misalkan pelanggaran berat langsung
dikeluarkan misalnya minum-minuman keras, narkoba itu ya saya
langsung keluarkan, tawuran langsung dikeluarkan. Siswa yang keluar
kelas itu diperingatkan, kan pertama kali guru yang bersangkutan dulu
menangani kalau tidak bisa diserahkan ke wali kelas, kalau wali kelas
tidak bisa yang menangani BP. Kalau BP gagal menangani baru saya
sebagai kesiswaan yang menangani kasusnya.
3. Adakah kasus tidak disiplin siswa selama belajar sampai ke
pemanggilan orangtua? Kasus seperti apakah itu?
Kasusnya itu misalnya terlambat sampai 3x beruturut-turut, kemudian
tidak masuk 3x berturut-turut itu dipanggil orang tua. Di sini maksimal
tidak masuk itu 12x, kalau tidak masuk 12x sudah dikeluarkan oleh
sekolah. Setiap 3x tidak masuk dipanggil orang tua, kalau sampai 12x
dikeluarkan.
4. Apa saja hambatan yang dialami dalam membina siswa agar lebih
disiplin dalam belajar?

Hambatannya dari pihak orang tua, orangtua selama sekolah gratis,
tidak memperhatikan anak sama sekali. Jadi orangtua tidak pernah
kontrol, dipanggil juga susah kadang-kadang. Karena sekolah gratis,
orangtua kurang perhatian kepada anak dan kepada sekolah. Jadi
seolah-olah semua persoalan ditangani sekolah, padahal itu persoalan
anaknya sendiri, pihak orang tua lepas tangan.
5. Apa upaya preventif yang bapak lakukan agar siswa lebih disiplin
dalam belajar?
Kalau upaya pencegahannya banyak ya, artinya setiap siswa itu diberi
jadwal untuk diberikan pengarahan. Ada jadwal setiap siswa itu
mungkin kalau jumlah siswanya sampai 400 itu mungkin jadwal
pengarahannya secara pribadi itu satu bulan satu kali.
6. Apa saja hukuman yang diberikan kepada siswa yang melanggar?
Mungkin hukumannya dikeluarkan dari sekolah kalau pelanggaran
yang berat, skorsing ada.
7. Apa hal yang melatarbelakangi siswa melakukan pelanggaran
tersebut?
Semuanya tergantung dari pikiran masing-masing, dia ini mau maju
atau tidak, mau jadi orang baik atau tidak, tergantung individu masing-
masing. Jadi, bapak dan ibu guru tidak bisa menentukan kamu harus
pandai, kamu harus pintarnya sekian, semuanya bergantung pada
siswanya sendiri kalau siswanya mau berhasil dengan baik otomatis
disiplin diri dengan kesadaran yang tinggi akan terbentuk.
8. Bentuk kerjasama seperti apa yang anda lakukan dengan pihak lain?
Ya, saya kerjasama dengan semua pihak terutama guru BP, Pembina
Osis, guru piket dan juga ketua kelas kemudian satpam, ya itu
semuanya berkaitan. Jadi saya bagian kesiswaan tidak bisa
mengerjakan sendiri.
9. Apa bentuk evaluasi dan pengawasan yang bapak lakukan agar siswa
lebih disiplin dalam belajar?

Ya sebenarnya ada evaluasi. Misalnya begini, ada siswa yang
melanggar tata tertib, apabila hukumannya masih dianggap masih
kurang dapat menjerakan siswa ya tentunya kami evaluasi bagaimana
supaya siswa itu jera tidak melakukan pelanggaran lagi. Sebenarnya
kalau pengawasan itu relatif, pengawasan yang efektif itu pengawasan
terhadap diri sendiri. Dengan kesadaran yang tinggi itu, kalau kita
kerja dan belajar selalu diawasi kapan kita mandiri. Kalau dulu ada
WASKAT (Pengawasan Melekat), kalau orang yang tidak diawasi
tidak akan bekerja itu orang yang tidak mandiri.
` Jakarta, 28 November 2014
Interviewer Interviewee,
Sefti Aminah Drs. Sukarno, M.
PEDOMAN WAWANCARA
Guru SMKN 59 Jakarta

INDIKATOR RESPONDEN
Nama : Firman Firdaus, S.Sos.I.
Jabatan : Guru mata pelajaran kewirausahaan
Pendidikan Terakhir : S1
Hari/Tanggal : Jumat, 23 Januari 2015
Tempat : Ruang perpustakaan
1. Bagaimana upaya anda dalam menumbuhkan sikap dan perilaku religius
peserta didik di sekolah?
Ya misalkan untuk membentuk sikap dan perilaku religius, setiap hari
jumat anak perempuan selalu mengikuti keputrian saat siswa laki-laki
shalat jumat, setiap pagi sebelum KBM juga ada kegiatan baca Al-Quran
bersama.
2. Bagaimana cara menanamkan sikap jujur dalam bertindak dan berucap di
sekolah?
Saat saya memberikan tugas mata pelajaran kewirausahaan yaitu tugas
product selling dalam pembuatan proposal dan pengajuan proposal harus
ada rincian anggaran yang sesuai, siswa dituntut untuk jujur dalam hal
tersebut.
3. Apa upaya yang anda lakukan agar siswa dapat saling menghargai satu
sama lain?
Ya biar siswa jujur biasanya saat mata pelajaran saya terkait dengan tugas
product selling siswa secara berkelompok saling berdiskusi membicarakan
product yang akan mereka jual di sekolah. Dalam diskusi itu kan siswa
saling mengutarakan pendapat mereka dan mereka harus menghargai
pendapat satu sama lain.
4. Apa saja kontribusi anda agar siswa lebih disiplin mematuhi tata tertib dan
peraturan di sekolah?
Biasanya biar siswa lebih disiplin itu saya mengadakan razia saat jam
belajar. Saya menerapkan sanksi poin kepada siswa yang melanggar

seperti makan saat jam belajar atau pulang sebelum bel sekolah berbunyi
ya maka siswa tersebut akan saya kenakan sanksi poin pelanggaran.
5. Bagaimana cara untuk memotivasi siswa agar lebih bekerja keras terutama
dalam hal belajar?
Motivasi itu biasanya datang dalam diri sendiri ya, biasanya saya berusaha
untuk memotivasi siswa dengan memberikan video dan games-games
edukatif dalam belajar terutama video yang memotivasi sehingga siswa
lebih tertarik untuk belajar.
6. Apa saja hal-hal kreatif terbaru yang siswa hasilkan di sekolah?
Di sekolah siswa biasanya secara mandiri membuat tugas berupa membuat
pin, gelas, miniatur rumah betawi, miniatur ondel-ondel bahkan membuat
web design hingga menjadi perwakilan juara antar sekolah.
7. Bagaimana cara menanamkan sikap mandiri kepada siswa di sekolah?
Ya, menanamkan sikap mandiri yaitu dengan saat kerja kelompok dan
mengerjakan tugas, pasti di dalam kelompok itu tiap-tiap individu
mempunyai tanggung jawab masing-masing. Tanggung jawab setiap
individu dalam kerja kelompok akan menimbulkan sikap mandiri dalam
diri siswa tersebut untuk mengerjakan tugas yang memang sudah di bagi-
bagi per individu dalam kelompok tersebut.
8. Apa upaya agar siswa lebih demokratis pada saat belajar?
Agar siswa lebih demokratis, biasanya saat belajar setiap ada presentasi
setiap siswa bebas untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai hal yang
berhubungan dengan materi pelajaran.
9. Bagaimana cara anda menanamkan sikap rasa ingin tahu kepada siswa
terutama pada saat belajar?
Ya dalam belajar setiap siswa saya bebaskan mencari sumber belajar
melalui media mana saja, jadi siswa tidak berfokus pada guru saja. Ya
sekarang kita memakai kurikulum 2013 jadi siswa dituntut lebih mandiri
dalam mencari sumber belajar jadi sikap rasa ingin tahu siswa terutama
saat belajar juga muncul.

10. Apa saja upaya dalam mengembangkan wawasan kebangsaan pada diri
siswa?
Pengembangan wawasan kebangsaan ya sudah ada dalam mata pelajaran
kewarganegaraan. Siswa jadi tau apa saja yang berhubungan dengan
pengetahuan kenegaraan.
11. Bagaimana upaya anda untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air kepada
siswa?
Ya menumbuhkannya dengan pelaksanaan upacara setiap hari senin dan
setiap hari-hari nasional. Saat ini terdapat kegiatan pramuka juga agar
siswa lebih mengetahui secara mendalam kegiatan terkait dengan rasa
cinta tanah air tersebut.
12. Apa saja hal yang dilakukan agar siswa lebih berprestasi?
Agar siswa lebih berprestasi tentunya harus ada motivasi dari dalam
dirinya, apabila motivasi hanya dari guru maka akan percuma. Harus ada
keinginan untuk maju terutama dalam hal belajar.
13. Apa saja kerjasama dan komunikasi siswa dengan siswa lain dalam hal
belajar?
Kerjasama antar siswa lebih kepada diskusi kelompok, terutama dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Kerjasama juga bisa
terlihat saat upacara sekolah yaitu setiap siswa saling membagi tugas
untuk menjadi petugas upacara.
14. Bagaimana cara Anda menanamkan cinta damai kepada para siswa?
Mengajarkan cinta damai yaitu dengan mengadakan lomba baik itu dalam
hal akademik maupun non akademik
15. Apa saja upaya sosialisasi kepada siswa agar lebih menyediakan waktunya
untuk membaca?
Ya misalkan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mencari
referensi di perpustakaan agar dia mau membaca.
16. Bagaimana cara mengembangkan sikap peduli lingkungan kepada siswa?

Sikap peduli lingkungan ya dengan mengadakan piket kelas setiap harinya,
kemudian setiap hari jumat selalu mengadakan “jumat bersih” sehingga
siswa lebih peduli terhadap kebersihan lingkungannya.
17. Apakah sekolah telah mengembangkan sikap peduli sosial dengan
pemberian bantuan kepada orang yang membutuhkan?
Sekolah mengembangkan sikap peduli sosial kepada siswa misalkan setiap
memperingati hari anak yatim, sekolah biasanya memberikan santunan
kepada siswa yang yatim/piatu.
18. Apakah setiap siswa telah melaksanakan tugas dan kewajiban terutama
dalam hal belajar?
Belum sepenuhnya, karena masih ada sebagian siswa yang telat dan
bahkan tidak menyerahkan tugas.
19. Bagaimana upaya mengembangkan sikap menghadapi masalah dalam diri
siswa?
Misalkan ada perselisihan baik antara siswa dengan siswa ataupun guru
dengan siswa maka menghadapi masalahnya dengan penyelesaian oleh
pihak BK. Dari hal tersebut siswa juga harus bisa menghadapi masalah
yang sedang dihadapi.
20. Apa saja hal yang anda lakukan agar siswa lebih kritis dalam hal belajar?
Ya, agar lebih kritis siswa pada saat diskusi di kelas saya tuntut untuk
harus lebih mengeluarkan pendapat apabila ada hal yang ingin
disampaikan.
Jakarta, 23 Januari 2015
Interviewer Interviewee,
Sefti Aminah Firman Firdaus, S.

ANGKET PENELITIAN UNTUK SISWA
“Kontribusi Bimbingan dan Konseling dalam Membina Disiplin Belajar
Siswa di SMKN 59 Jakarta”
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
1. Sebelum Anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan, terlebih
dahulu isi daftar identitas yang telah disediakan.
2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda silang (X)
dengan cara memilih salah satu jawaban yang paling sesuai menurut Anda.
3. Pengisian angket ini tidak akan mempengaruhi nilai Anda dan dijamin
kerahasiaannya.
4. Terimakasih atas bantuan dan kesediaan Anda dalam mengisi angket
penelitian ini.
A. Kontribusi Bimbingan dan Konseling
1. Adakah kegiatan bimbingan dan konseling di sekolahmu?
a. Ada, dalam mata pelajaran bimbingan dan konseling
b. Ada, di luar jam pelajaran.
c. Ada, hanya waktu tertentu saja
d. Tidak ada
2. Apakah pada tahun ajaran baru terdapat layanan orientasi sekolah dari
guru BK?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Lampiran 3

3. Apakah guru BK menjelaskan pentingnya tata tertib dan peraturan di
sekolah?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
4. Bagaimana sistem penyampaian materi BK di sekolahmu?
a. Guru BK menyampaikan materi lengkap secara sistematis dan
runtut
b. Guru BK menyampaikan materi lengkap secara acak
c. Guru BK menyampaikan materi sesuai kebutuhan
d. Guru BK menyampaikan materi secara insidental
5. Bagaimana pelayanan BK di sekolahmu?
a. Sangat memuaskan
b. Cukup memuaskan
c. Kurang memuaskan
d. Tidak memuaskan
6. Siapa saja yang terlibat dalam pelayanan BK di sekolahmu?
a. Seluruh warga sekolah
b. Wali kelas, Guru BK dan Guru Mapel
c. Wali kelas dan Guru BK
d. Hanya guru BK
7. Berapa kali guru BK memberikan layanan bimbingan kepada Anda?
a. Setiap ada masalah
b. Seminggu sekali
c. Dua minggu sekali
d. Sebulan sekali
8. Apakah Anda memerlukan lebih banyak guru pembimbing?
a. Ya, (3-4 orang)
b. Ya, (2-3 orang)
c. Ya, (1-2 orang)

d. Cukup guru BK saat ini saja
9. Layanan BK berlaku untuk siapa saja
a. Seluruh warga sekolah
b. Guru dan siswa
c. Siswa saja
d. Siswa yang bermasalah
10. Apakah dengan layanan BK membantu permasalahan Anda?
a. Sangat membantu
b. Cukup membantu
c. Kurang membantu
d. Tidak membantu
11. Apakah dengan adanya layanan BK membantu Anda dalam kemajuan
belajar?
a. Sangat membantu
b. Cukup membantu
c. Kurang membantu
d. Tidak membantu
12. Apakah guru BK mengembangkan kelompok belajar kepada siswa?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
13. Apakah guru BK mengadakan konseling kelompok kepada siswa?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
14. Apakah guru BK mengadakan konferensi kasus terhadap siswa yang
melanggar tata tertib?
a. Selalu
b. Sering

c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
15. Bagaimana pelaksanaan kegiatan layanan penempatan dan penyaluran
yang ada di sekolahmu?
a. Setiap ada penyampaian materi BK dalam kelas
b. Sesuai kebutuhan dilaksanakan pada saat jam pelajaran BK dalam
kelas
c. Sesuai kebutuhan dilaksanakan diluar jam pelajaran BK
d. Layanan penempatan dan penyaluran hanya dilakukan di ruang BK
saja.
16. Apakah guru BK memberikan informasi yang bermanfaat saat belajar?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
17. Apakah guru BK memberikan penjelasan bagaimana cara
memanfaatkan waktu dalam belajar dengan baik?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
18. Apakah guru BK mengadakan tes IQ kepada Anda?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
19. Apakah guru BK memfasilitasi Anda terutama kerjasama dengan pihak
lain dalam praktek kerja lapangan?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah
B. Disiplin Belajar
20. Saya selalu berpakaian rapi sesuai tata tertib sekolah
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
21. Saya memberikan surat keterangan ketika berhalangan hadir di sekolah
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
22. Saya membawa sesuatu yang tidak diperbolehkan oleh sekolah (rokok,
minuman keras, majalah, dll)
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
23. Saya makan di saat jam pelajaran berlangsung
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
24. Saya sering keluar sekolah tanpa ijin petugas piket
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
25. Saya melaksanakan segala peraturan yang diberikan oleh guru di kelas.
a. Selalu

b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
26. Saya tidak pernah keluar kelas saat jam pelajaran sekolah berlangsung
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
27. Saya selalu datang tepat waktu ke sekolah
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
28. Saya selalu hadir di kelas sebelum kegiatan belajar dimulai
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
29. Saya memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
30. Saya aktif bertanya kepada guru apabila ada materi yang tidak
dimengerti
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
31. Saya mengunjungi perpustakaan sekolah untuk membaca buku
a. Selalu

b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
32. Saya tetap belajar meski guru berhalangan hadir
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
33. Saya memanfaatkan waktu kosong untuk membaca buku
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
34. Saya memanfaatkan waktu luang dengan belajar bersama dengan
teman
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
35. Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru di kelas
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
36. Saya mengikuti remedial mata pelajaran yang nilainya kurang
memenuhi standar
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah

37. Saya mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
38. Saya berbuat usil dalam kelas
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
39. Saya memainkan hp saat jam pelajaran berlangsung
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
40. Saya mengobrol ketika guru menjelaskan
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah

Lampiran 4
Kerangka Program Bimbingan dan Konseling daiarnI m plementasi Ku rlkr,ri u m ZAL3
Tugas GuruBK
Membantu proses pengenalan diri oleh peserta didik beserta peluing dantantangan yang ditemukannya dalam !:::gkungan, iehingga peserta didikmandiri mengambil keputusan pentin6 *erjaranan hidupnya (betajar,pribadi, sosial dan karir) dalam rangka n:ewujudkan kehidupan yangproduktif, sejahtera, dan bahagia serta peduli kepada kemaslahatanumum, melalui pedidikan
Fokus
tayapan,BK
Programlayanan BK
Jenis LayananBK
,i]:i:ii.].]:;:i:::jil:1.iii;il::l.li,i,]i:].::.:].:::...''.-
:*ianu o.umtlemoan[rin,komnetensi,ygmr;aiti:an pEi.iii,did-ilGb-TE-t-T. ,'' ... , ,,,.:,:,.:1,.:',.:'t'i.-. :. .',
*?
Disusun berdasarkan hasit anatisis need.s ,r;;;;n kebutuhan danperkembangan peserta didik serta potensi iingkungan yang mendukungpelaksanaan program bimbingan dan konseling.Kontribusi program bimbingan dan konseling dalam satuan pendidikantidak diukur dengan rasio guru bimbingan dan konseling, namun diukurmelalui kadar proporsi layanan bimbingan Can konseling belajar, pribadi,sosial, dan karir
, individual, kelompok, dan klasikal clengan menggunakaninstrument dan media yang releva
layanan dasaq layanan responsif, layanan perencanaan individual,dukungan sistem dan kolaboratif
72

Lampiran 5
Fungsi BK dalam Peminatan peserta Didik
*:

Lampiran 6
REKAPAN DAFTAR PENERTIBAN SISW A5,1/1KN 59 JAKARTA
TAHUN AJARAN ?013/2OT4
(RAZTA)
Mengetohui,Bimbingon dqn konseling SMKN 59 Jokqrto
LANJUT
seluruA €t
- Fai't a tlAOWl.{uU; tL)(
kdti Xt rr4\

Lampiran 7
DATTiIR HJIDIR PEMAIIIGqILft"N OBANG TUA
Nur llttlaraN A{aurtrah
'*L t 1l126r
I q,7,t1 ,1 .)u Sif r"r'--v*--7--'-vrrr of / 2
3-Jci!
ta:s/ tG lv/htst 2J/t/ rA3
r**s,o y:'t41scv47-
'Mengetahui,
Kepala SMKN 59 Jakarta llK SMKN 59 Jakqrta
--v*fu*Drs. H. A. Svamsiar Evi Fitriyanti, S.Pd

:
LAPORAN KUNJUNGAN RUMAHSMK Negeri 59 JAKARTA
TAHUN 2013lt2014
'' 6 uN TutZ B ,+C>
Saht +q,qa dt
ah4h
MengetahuiKepala Sekolah
Dra. Ani Kristiani. M.pdNip. 1 96905 231994122001
Jakarta, 14 Februari 20,Guru Bimbingan dan Konsr
Sudik Pravitno. S.'pdN lP.1 9701 2202010081001
..*b

Lampiran 9
ANGI$.ffiEDI.pErANccARAN DAN pOrNT PENGHARGMN STSWASMK NEGERI 59 JAKARTA
' TAHUN PEIA.IARAN 2O13/2A14
Nama : ALF)(/.NDER GOSAT
NIS :7708
terlunbaec.mbat
tert..mtq t
JUMLAH

i{-+/"au
t 1o, f eo$
)a
xtr
ovtf,,f {
MMI Getsi Kqtitcr Hof+Yo
B{ itrcr.i", Sw*lr,
f<rj
tlvet.icl l
,,r ;;.1" mlo-^l
s/orneJ F
bt,zn A'4*
K6L
2ey
B{-A (FLL/\Q, Lr]t-D tV L DV
(:t,,"1 ldly* _C )*r)391._"lte!l \9::! !_.B
( dqn tango3o )
r$*.t*t' fil*rcrr l,'r,it;qrtciuir- F;iJti;;,.' --,vAlen
Ntns'u'1i-'.ti SrvlPTM
iv\Larhi"u?
r,),Le-i-?o 6.a-L4-:. # Zr>Z< ,\f,q *-a-a/a4
il.,t<-z<-<-4-z-<z-z f-r-A-4*-t-na 1*V?
^*9r-",4
,------:'
r5t
C)

' Lampiran ll
Hubungan Kolaboratif Guru BK dan Guru Mata pelajaran
4T

Lampiran 12
NomorLampiranPsihal
: Istimewa Jakarta, 3Januari 2014: SatuberkasProposal: Bimbingan Skripsi
Kepda Yth.Ka. Subbag Akademft &KemahasiswaanFakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruandiTempt
Asssl omu' al a ikum w r. w b.
Yanghnanda tangan di bawah ini
Hryna : Sefti AminahNIM :IIIU0I82UUU38Jurusan/Prodi : Manajemen PendidikanSemester : VII (Tujuh) A
krgarr ini mergajukan permohonan surat bimbiugan stripsu sebagai salahsatu syaiat meRyelesaihan pro$am S- t (Strata 1 ) UII\[ Syarif FfidayatullahJakarta. Adapun judul skripsi yang diajukan adalah:Kontribusi Bimbingan Konseling dalam membina disiplin belajar siswa diSMKN J9 Jakarta
*usen Peffibimbing Skipsi yang rliusulkan:Pembimbing I : Salman Tumanggor, M.Pd.
Sfbapl bahan pertimbangan saya lampirkan propoeal,D€n*kicn p€scncherrsn ini seya wmpeiken, e&s per{mtiarar5n dirreapkanterirna kasih.
*Vsssslswu' als ikttm wn *s b.
Mengetahui,Ketua Jurusan
h3'.Dr. Has,l\\ As,,,'ori, ['1 PdNIP. 19661009 199303 I 004
Tembusan:1. Eoscn Peirasehat Akademik
KEMENTERIAN AGAMA
\ UIN JAKARTAI FITKj a. r. Ft a.aaaailogs6ifrrritririthaedlr
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD085Tgl. Terbit : 1 Maret 2010No. Revisi: : 01
l.lal _.-/_-
PERI'OHONAN SURAT BftIBIHGAH SKRIPSI
l l 10018200038

Lampiran 13
Nomor : Un.0'l/F.1 /KM.O1 3.ln?1201 4
Lamp. :-Hat : Permohonan lzin Penelitian
Tembusan:1. Dekan FITK2. Pembantu Dekan Bidang Akademik
3. Mahasiswa Yang bersangkutan
Jakarta, 5 Agustus 2014
Kepada Yth.
Kepala SMKN 59 JakartadiTempat
Assal amu' al aikum wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama : SeftiAminah
NIM : 1110018200038
Jurusan : Manajemen Pendidikan
Semester : lX (Sembilan)
Judul Skripsi :"Kontribusi Bimbingan dan Konseling Terhadap Disiplin Belajar
Siswa di SMKN 59 Jakarta'
adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang
sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di
instanii/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut
melaksanakan penelitian dimaksud'
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassal am u' al ai ku m wr.wb.
Pendidikan
Asy'ari, M.Pd
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082
FORM (FR)KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesh
Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
SUNNT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
9661009 199303 I 004

"5JAt!.*
Larnpkan 14
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)NEGERI 59 JAKARTABIDANG KEAHLIAN : BISNIS DAN MANAJEMAN & TEKNIK INFORMA DAN
KOMUNIKASIJl. Ciputat Raya- Pd. Pinang - Keb. Lama- Jakarta Selatan - Telp. 7513729
SURAT KETERANGANNomor : 486./1.85L.72
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 59 Jakarta :
Nama
NIP/NRK
Pangkat/Gol./Ruang
Jabatan
Menerangkan bahwa )
Nama
Tempat, tgl. Lahir
NIM
Fakultas/lurusanSemester
Drs. H. Ramli, M.Pd
19650503 199703 1002
Pembina, IV/a
Kepala Sekolah
Sefti Aminah
Jakarta, 19 Maret 1993
i 1 10018200038
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Manajemen Pendidikan
IX (Sembilan)
Nama tersebut di atas telah mengadakan penelitian pada Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri 59 Jakarta, sejak bukan Oktober s.d. Desember 2014.
Dalam rangka pembuatan Skripsi yang berjudul:
KONTRIBUSI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBINA DISIPLIN BEIA]AR
SISWA DI SMKN 59 JAKARTA.
Demikian surat keterangan ini diberikan, agar dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.Jakarta, 16 Desember 20L4

UJI REFERENSI
Seluruh ref,erensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul
"Kontribusi Layanan Bimtringan dan Konseling dalam Membina Disiplin
Belajar Siswa di SMKN 59 Jakarta'yang dilakukan oleh Sefti Aminah,l[[M
1110018200038, Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jaliarta, telah diuji
kebenarannya oleh Dosen Pembimbing Skripsi I pada tanggal 5 Januari 2015.
Jakart4 5 Januari 2015
Dosen Pembimbing,
Dr. Salman Tumanggor. M.Pd
MP. 195707L0 197903 I 002

Lampiran 15
LEMBAR fUI REFEREi\SI
No.No.
FootnoteBu ku Referensi/Ruj u kan
IlalamanSkrinsi
HalamanReferensi
ParafPembimbins
BAB II 1
Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan danKonselins- (lakarta: PT. Rineka Ciota- 2008)- h.25. 1 25 1
2. 2.Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah danMadrasah. ( Iakarta: Raiawali Pers. 2009)^ h.2
2 2 l--
3.
http://news. detik. com/r ead/20 I 4 102/28 I 13 4858125 I 13
3 0 I I 0 I tawuran-pelaj ar-di-bo gor-po li s i -keluarkan-tembakan-peringatan
2 1
4. 4.H.M. Alisuf Sabri, Pengantar llmu Pendidikan,(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 54. 3 54
5. 5.
Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah , Undang-undang RI No 20 Tahun 200i, Tentang SistemPendidikan Nasional (Jakarta: tno. 2003).
3 1
BAB II
1 1
Tulus Tu'u, Peran Disiplin Pada Perilaku danPrestasi Siswa, (Jakarta: PT.Gramedia WidiasaranaIndonesia, 2004), h.30-3 1.
8 30-31
2. 2.
H.M. Alisuf Sabri, Pengantar llmu Pendidikan,(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005).h. 54. 8 54
). J.Piet Sahertian, Dimensi-Dirnensi AdministrasiPendidikan di Sekolah" (Surabava: Usaha Nasional"
9 123-r24 J

1994). h. 123-124.
4. 4.
Conny R. Semiawan, Penerapan Pembelaiaran PadaAnak,(Jakarta: PT. Index, 2008), h.93. I 93 1
5. 5.
Tulus Tu'u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan
Prestasi Siswa, (Jakarta: PT.Gramedia WidiasaranaIndonesia, 2004). h.38-43
11 38-43 (
6. 6.
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan (dasar
teoritis untuk praktik profesional), (Bandung:
Anskasa. 1993). h.111.l1 111 -illlry
7. 7.
Emile Durkheim, Pendidikan Moral: Suatu StudiTeori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:
Erlangga, 1990), h. 106.
1,2 106\
8. 8.
Zurinal & Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan: Pengantar& Dasar-Dasar Pelal$onaan Pendidikan, (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2006), h. 117.t2 t17
9. 9.Hamzah B. Uno, Teori motivasi & Pengukurannya,(Jakarta: PT. Bumi Aksara), h. 11.
t2 11
10. 10.
M, Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan BerdasarkanKurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
2007)" h. 56.
l3 56
11 11
Sumadi Suryabrata, Psikologi pendidikan, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2010). h.232. l3 232
12. t2.Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi PendidikanPerangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung:
Remaia Rosdakarva. 2009), h. 159-160
t4 159-160

t3. 13.Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT.Remaia Rosdakarya, 2011), h, 1,29.
14 t29 \
14, 14.H.M. Alisuf Sabri, Pengantar llmu Pendidikan,(Jakarta: UIN Jakarta Press. 2005). h. 59-60
l5 s9-60 II
15 15.
Piet Sahertian, Dimensi-Dimensi AdministrasiPendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional,t994).h. 128-129.
t7 128-t29\
16. 16.Anas Salahudin, Bimbingan & Konseling, (Bandung:CV Pustaka Setia.2010), h. 13.
t7 13
17. t7.Syamsu Yugyf & Juntika Nurihsan, LandasanBimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. RemajaRosdakary a, 2006\, h.6.
L7 6
18. 18.
Abu Bakar Baraja, Psikologi Konseling, (Jakarta:
Studia Press, 2007), h. 11. i 18 1l w:t9. 19.
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar PelaksanaanProgram Bimbingan dan K.onseling di Sekolah,(Jakarta: PT.Rineka Cipta. 2008). h.37.
18 37\
20. 20.Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan danKonselins. Jakarta: PT.Rineka Cipta" 2008)" h.94. 18 94
2t. 2t. Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling, (Yogyakarta:Andi Offset.2010). h. 7.
18 7
22. 22.Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah danMadr as ah, (I akarta: Raj aGrafindo Persada, 2007 ), h.
2t-22.19 21,-22
23.Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling, (Yogyakarta:Andi Offset.2010). h. 8.
t9 8 I.A 24. Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, , Landasan t9 7

tsimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. RemajaRosdakarva.2006). h,7,
25. 25.Dewa Ketut Sukardi, Pengantar PelalrsanaanProgram Birnbingan dan Konseling di Sekolah,(Jakarta: PT.Rineka Cipta. 2008). h.38.
20 38
26. 26.Anas Salahudin, Bimbingan & Konseling, (Bandung:
CV Pustaka Setia.2010). h. 18.20 18 \
27. 27.
Aip Badrujaman, Teori dan Aplikasi EvaluasiProgram Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT.Indeks,
2011).h.28.20 28
\V%*,28. 28.
Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah , Undang-undang N No 20 Tahun 2003, Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Jakarta: tnp, 2003).2l 1
_c-qf(/
<+
29. 29.Prayitno & Erman Amti, (Dasar-dasar Bimbingandan Konseling), Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008, h.
rt4.2l 114
30. 30.Anas Salahtdin, Bimbingan & Konseling, (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2010), h.22-23.22 22-23
31. 31.
Anak Agung Ngurah Adhiputra, Bimbingan dan
Konseling, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013). h.13'14' )) t3-14
32.Anas Salahudrn, Bimbingan & Konseling, (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2010), h.24. '
23 24
33. JJ.Prayitno, Pelayanart Bimbingan dan Konseling,(Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2000), h. 25. z) 25
34. 34. Dewa Ketut Sukardi. Penpantar Pelaksanaan 24 43

Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,(Jakarta: PT.Rineka Ciota. 200B). h.43. 1
35. 35.Hallen, Bimbingan dun Konseling, (Jakarta: PT.
Rineka Ciota. 2005). h.57-58.25 57-58
36. 36.Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta" 2005). h, 63.26 63
37. 37.
Prayitno & Ennan Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan
Konseling, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008), h. 114-
t20.26 rt4-120
38. 38.Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling,0 akarta'. PT. Mandiriabadi" 2000). h. 3 1 -32.
27 3t-32
39. 39.Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jaftarta: PT.
Rineka Ciota. 2005). h.64-6527 64-65 tl
40 44.Dewa Ketut Sukardi, Pengantar PelaksanaanProgram Bimbingan dan Konseling di Sekolah,(Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008). h.49.
28 49 ru41. 4t. Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta. 2005). h.66.28 66
42. 42.
Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan danKonseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 114-r20.
28 tt4-120
43. 43.Anas Salahudin, bimbingan dan konsellng, (Bandung:Pustaka setia, 2010). h. 42. 29 42
44. 44.Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan danKonseling, (Jakar&a: PT.Rineka Cipta, 2008),, h. 114-
120.
29 tL4-120
4s. 45. WKonseling, 33 30-36

Andi Offset,2010), h. 30-36. \
46. 46.Prayitno, Peloyanan Bimbingan dan Konseling,(Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2000), h.35. JJ 35 1
47. 47.Dewa Ketut Sukardi, Pengantar PelalrsanaanProgram Bimbingan dan Konseling di Sekolah,(Jakarta: PT.Rineka Cipta. 2008). h.60.
33 60
I
48. 48.Dewa Ketut Sukardi, Pengantar PelalaanaanProgram Bimbingan dan K.onseling di Sekolah,(Jakarta: PT,Rineka Cipta. 2008). h.62.
34 62
49. 49.Achmad Juntika Nurihsan dan Akur , Sudianto,Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP,Oakarta: PT. Grasindo.2005). h. l8-19.
36 t8-19
50. 50.Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah danMadras ah, (Jakarta: PT. Raj aGrafindo Persa da, 2A07),h.272-273
36 272-273
51. 51
Prayitno, Pelayanbn Bimbtngan dan Konseling padaSekolah Menengah Kejuruan, (Jakarta: PT. IkrarMandiriabadi. 2000). h. 35-39.
39 3s-39
Yzrt^BAB III /'4V
1 1Anas Sudjono, Pengantar Statisttk Pendidikan,(Jakarta: Raia Grafindo Persada,2003), h. 43
52 43
2. 2.Suharsimi Arikunto, Manaj emen P e.nel it ian, (J akarla'.PT. Rineka Ciota.2005). h.44.
53 44
BAB TV
1 IHasil rvawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (GuruBP/BK), SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014. 63

) 2.Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (I(epalaSekolah), SMKN 59 Jakarta,24 November2014. 63 1
J. J.Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (KepalaSekolah), SMKN 59 Jakarta, 24 November 2A14. 64
4. 4.
Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (WakilKepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 28 November2014. 64
5, 5.Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (GuruBK) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014. 65
6. 6.
Hasil wawarLcara dengan Ibu Wiwik Wijayanti (GuruPiket) SMKN 59 Jakarta,24 November 2014. 65
7, 7.
Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (KepalaSekolah) SMKN 59 Jakarta,24 November2014. 66
8. 8.
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (GuruBK) SMKN 59 Jakarta, 24 lrlovember 2014. 67
9. 9.
Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (WakilKepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 24 November2014. 67
10. t0.Hasil wawancara dengan Ibu Wiwik Wijayanti (GuruPiket) SMKN 59 Jakarta,2S November 2014. 68

11 11
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru
BPiBK) StrrffN 59 Jakarta,24 November2014 68 at2, 12.
Hasil wawanoara dengan Bapak Tomi Sukito (KetuaLab.Pemasarar. & Wali kelas), 28 November 20t4. 69
13. 13.
Hasil wawancara dengan Bapak Slrkarno (WakilKepala Sekolah), SMKN 59 Jakarta, 28 November2014.
69
\
14. 14.Hasil wawancara dengan Bapak Sudik (Guru BP/BK)SMKN 59 Iakrta,24 Novernber2014. 70
15. 15.
Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (WakilKepala Sekolah bidang Kesiswaan) SMKN 59 lakarta,28 November 2014.
7o
t6. 16.Hasil wawancara dengan Ibu Wiwik Wijayanti (GuruPike| SMKN 59 Jakarta, 28 November 2014. 70
17. t7.Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (KepalaSekolah) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014. 7t
18. 18.
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (GuruBP/BK) SMKN 59 Jakarta,24 November2}l{. 72
19. 19.Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (GuruBPIBK) SMKN 59 Jakarta, 24 Novernber 20t4.
72

24. 20.Hasil wawanoara dengan Bapak Ramli (Kepala
Sekolah) SMKN 59 Jakarta,24 November2014. 72
2t. 2t.Hasil wawarrcara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru
BP/BK) SMKN 59 Jakarta,24 November2}l4. 73
22. 22.Hasil wawarrcara dengan Bapak Sudik Prayitno (GuruBP/BK) SMKN 59 lakarta,24 Novemb er 2014. 74
23.Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (Kepala
Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014. 74
24. 24.Hasil Dokumentasi Layanan BK dalam implementasikurikulum 2013 di SMKN 59 Jakarta. 75
25. 25.Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Pralritno (GuruBPIBK) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014. 75
\,
26 26Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru
BPIBK) SMKN 59 Jakarfa,24 Novernber2014. 76
27 27
Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (WakilKepala Sekolah bidang Kesiswaan) SMKN 59 lakarta,28 November 2014.
76
28 28HasKes
I wawancara dengan Bapak Firman Firdaus (Stafswaan) SMKN 59 Jakarta, 19 Januari 2015

Untuk memenuhi validasi skripsi yang berjudul Kontribusi Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Membina Disiplin
Belajar Siswa di SMKN 59 Jakarta, maka perlu pengujian daftar referensi untuk mengetahui sumber data yang diperoleh.
Jakarta,6 Januari 2015
Dosen Pembimbing
-{'zz2*
Dr. Salman Tumanggor, M.Pd. /
(
NrP. 19s70710 197903 1 002