kontribusi industri kecil kerajinan gitar dalam upaya penyerapan ...
Transcript of kontribusi industri kecil kerajinan gitar dalam upaya penyerapan ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KONTRIBUSI INDUSTRI KECIL KERAJINAN GITAR
DALAM UPAYA PENYERAPAN TENAGA KERJA(Studi kasus pada masyarakat Desa Ngrombo, Kecamatan Baki,
Kabupaten Sukoharjo)
Skripsi
Oleh:
Titin Lestari
K8406045
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
KONTRIBUSI INDUSTRI KECIL KERAJINAN GITAR
DALAM UPAYA PENYERAPAN TENAGA KERJA(Studi kasus pada masyarakat Desa Ngrombo, Kecamatan Baki,
Kabupaten Sukoharjo)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Oleh:
Titin Lestari
K8406045
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PERSETUJUAN
Skripsi ini Telah Disetujui untuk Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Surakarta, September 2010
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Basuki Haryono, M.Pd NIP. 19500 215 197501 1 002
Pembimbing II
Siany Indria L.,S.Ant.,M.Hum NIP. 19800 905 200501 2 002
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda tangan
Ketua : Drs. H. MH. Sukarno, M.Pd ........................
Sekretaris : Dra. Hj. Siti Rochani CH, M.Pd .......................
Anggota I : Drs. H. Basuki Haryono, M.Pd. ………………
Anggota II : Siany Indria Liestyasari S.Ant, M.Hum ………………
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Titin Lestari, K8406045. KONTRIBUSI INDUSTRI KECIL KERAJINAN GITAR DALAM UPAYA PENYERAPAN TENAGA KERJA (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.
Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui alasan masyarakat Desa Ngrombo mengembangkan industri kecil kerajinan gitar. (2) untuk mengetahui kontribusi industri kecil kerajinan gitar dalam menyerap tenaga kerja. (3) untuk mengetahui cara mengatasi masalah yang menghambat jalannya industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif eksploratif dengan studi kasus terpancang tunggal. Teknik cuplikan menggunakan purposive sampling dengan cara snowball. Sedangkan dalam pengumpulan data menggunakan observasi langsung, wawancara dan dokumentasi. Trianggulasi sumber dan trianggulasi metode digunakan dalam teknik validitas data. Untuk teknik analisis data mengggunakan model analisis interaktif yang meliputi empat komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data (reduction), sajian data (display) dan penarikan kesimpulan serta verifikasinya.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) alasan masyarakat Desa Ngrombo mengembangkan industri kecil kerajinan gitar yaitu untuk memanfaatkan waktu luang yang di miliki petani selain bekerja disektor pertanian. Industri kecil kerajinan gitar yang berada di Desa Ngrombo merupakan akternatif mata pencaharian penduduk. Tindakan masyarakat pedesaan melakukan kegiatan industri yaitu untuk mecari jalan keluar dalam menghadapi terbatasnya lapangan kerja di sektor pertanian. (2) Keberadaan industri kecil kerajinan gitar yang ada di Desa Ngrombo, merupakan bagian dari sektor informal. industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja dengan membuka lapangan kerja baru di sektor tersebut. Dari monografi Desa pada tahun 2009 tercatat 1180 orang atau 46 % dari total jumlah penduduk Desa Ngrombo bisa masuk ke dalam sektor industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo. (3) Usaha yang dilakukan para pengrajin dalam mengatasi harga bahan baku yang bergejolak yaitu dengan menekan jumlah produksi gitar. Sedangkan untuk pemasarannya yaitu dengan melakukan pemasaran secara langsung yaitu dimana pembeli datang secara lansung ke lokasi industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo. Strategi pemasaran yang lain yaitu dengan menjalin hubungan kerjasama dengan distributor. Untuk menambah wawasan kewirausahaan para pengrajin maka Pemerintah Desa setempat memberikan pembinaan-pembinaan tentang kewirausahaan bagi mereka.
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAC
Titin Lestari, K8406045. Contribution Of Small Industry of Guitar Craft To Absorb Of Manpower (A Case Study of Society in Ngrombo Village, District of Baki, Regency of Sukoharjo ). Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, 2010.
The objective of research is: (1) to know the reason of Ngrombo Village society to development small industry of guitar craft. (2) to know contribution of small industri of guitar craft to absorb of man power. (3) to know method of problem solving which hamper way of small industry of guitar craft in Ngrombo Village, District of Baki, Regency of Sukoharjo.
This research used a descriptive qualitative explorative method. technique of display use sampling purposive with use snowball. Techniques of collecting data nature use direct observation, documentation and interview. Triangulation data is used of data validity in this research. For technique analyze data which used in this research model analyze interactive covering four component that is data collecting, data discount ( reduction), presentation data (display) and withdrawal of conclusion and also its verification.
Based on the result of research, can be concluded that: (1) the reason of Ngrombo Village society to development small industry of guitar craft are to use of farmer society leisure in agriculture sector. Small industri of guitar craft in Ngrombo Village is a alternatif labour. The Action of Village society in industry activity is to get way out side in to stand of limited field work in agriculture sector. (2) small industry of guitar craft in Ngrombo Village are part of informal sector. Small industry of guitar craft in Ngrombo Village give a contribution towards absorption man power with to open a new field work in this sector. From the Ngrombo Village monographic 2009 notes 1180 man power or 46 % from totally Ngrombo Village society can enter in small industry of guitar craft in Ngrombo Village. (3) the effort was doing the guitar craftman to brave cost of raw material whic violently are with press the total guitar production. Even though for the marketing the guitar production are by direct wich buyer coming on industry of guitar craft location in Ngrombo Village. The other of marketing strategy marketing by connected with distributor. To add of knowledge about bussines for Guitar craftmans so the goverment give a direction about bussines to him.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
( Q.S. Ar Rad :11 )
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
(Q.S. Alam Nasyrah : 6)
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Bapak dan Ibu tercinta atas doa restu
dan pengorbanannya selama ini.
Keluargaku untuk semangatnya
dalam memahami hidup
Teman teman Sos-Ant’06 ( Pamrih,
Lia, Maria, dan Retno)
Almamaterku
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya dan kemudahan dalam penyelesain
skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana
pendidikan.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidaklah berjalan
dengan mudah, akan tetapi banyak hambatan yang menyertainya. Oleh karena itu
sudah sepantasnya peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
peneliti hormati:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;
2. Drs. H. Saiful Bachri, M. Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta;
3. Drs. H. MH Sukarno, M. Pd selaku Ketua Program Studi Sosiologi-
Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas
Sebelas Maret Surakarta;
4. Drs. H. Basuki Haryono, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan berbagai masukan demi kelancaran skripsi ini.
5. Siany Indria Liestyasari, S.Ant M.hum, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulisan
skripsi ini hingga selesai.
6. Atik Catur Budiati, S. Sos, M. A selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan masukan yang berhubungan dengan kegiatan
studi selama peneliti menempuh studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;
7. Segenap Bapak / Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi
Antropologi yang telah memberikan ilmu kepada peneliti selama di
bangku kuliah ;
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8. Bapak Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Sukoharjo, beserta
9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Peneliti menyadari akan adanya kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan pembaca semuanya.
Peneliti
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................... i
PENGAJUAN ....................................................................................... ii
PERSETUJUAN ................................................................................... iii
PENGESAHAN..................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................. v
ABSTRACT.......................................................................................... vi
MOTTO.................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN.................................................................................. viii
KATA PENGANTAR........................................................................... ix
DAFTAR ISI.......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Perumusan Masalah............................................................... 6
C. Tujuan Penelitian................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI................................................................ 8
A. Tinjauan Pustaka................................................................... 8
a. Konsep Industri................................................................
8
b. Klasifikasi Industri...............................………………….
10
c. Manfaat Industri...……………………………………….
13
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Konsep Industri Kecil......……………………………….
14
e. Industri Kecil Pedesaan Sebagai Sektor Informal…….…
19
f. Industri Kecil Pedesaan Sebagai Subtitusi Sektor Pertanian
26
g. Tenaga Kerja.....................................................................
30
h. Tenaga Kerja Di Pedesaan................................................
34
i. Kaitan Sektor Industri Kecil dan Sektor Informal Rumah
Tangga dalam Penyerapan Tenaga Kerja......................... 36
B. Penelitian Yang Relevan....................................................... 40
B. Kerangka Berfikir.................................................................. 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................ 44
A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................... 44
B. Bentuk dan Strategi Penelitian.............................................. 46
C. Sumber Data.......................................................................... 48
D. Teknik Cuplikan.................................................................... 50
E. Teknik Pengumpulan Data.................................................... 51
F. Validitas Data........................................................................ 53
G. Analisis Data......................................................................... 55
H. Prosedur Penelitian................................................................ 58
BAB IV SAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA PENELITIAN .. 59
A. Deskripsi Lokasi Penelitian................................................... 59
B. Sajian Data............................................................................ 64
C. Analisis Data......................................................................... 85
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN....................... 99
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
A. Simpulan................................................................................ 99
B. Implikasi................................................................................ 101
C. Saran...................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 103
LAMPIRAN...... ..................................................................................... 105
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1: Waktu dan kegiatan
penelitian…………………………………. 45
2. Tabel 2 : Jumlah Penduduk Pelaku Industri Kecil Kerajinan Gitar......... 77
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 . Rumah Sebagai Lokasi Industri Kecil Kerajinan Gitar............ 69
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
1. Interview Guide 105
2. Field Note 109
3. Surat Rekomendasi Research dari Bappeda Sukoharjo...................... 153
4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 154..............
5. Surat Permohonan Ijin Menyusun Research Kepada Rektor UNS..... 155
6. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada PD I..................... 156
7. Curriculum Vitae 157..............
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Populasi penduduk Indonesia saat ini cukup besar. Pada tahun 2009
tercatat jumlah penduduk Indonesia mencapai angka 230 juta jiwa dengan tingkat
pertumbuhan 1,33 % per tahunnya. Perlu untuk diketahui bahwa penduduk
merupakan sumber angkatan kerja. Setiap tahunnya pertumbuhan penduduk
Indonesia yang selalu meningkat tentunya juga akan diikuti peningkatan pada
jumlah angkatan kerja. Dari total jumlah penduduk Indonesia tersebut, yang
merupakan angkatan kerja jumlahnya cukup besar yaitu sejumlah 113,74 juta jiwa
atau 49, 45 % dari jumlah penduduk Indonesia. Oleh karena itu negara Indonesia
mempunyai sumber daya manusia yang begitu melimpah.
(http://www.antaranews.com/view/?i=1244043378&c=EKB&s=MAK)
Salah satu wilayah di kepulauan Indonesia yang mempunyai kepadatan
penduduk tinggi berada di pulau Jawa. Jawa Tengah merupakan salah satu
provinsi yang mempunyai penduduk cukup besar. Jumlah penduduk Provinsi
Jawa Tengah adalah 32,63 juta jiwa atau 14% dari total jumlah penduduk
Indonesia. Dari jumlah penduduk tersebut 16,69 juta jiwa atau 51,14% di
antaranya merupakan angkatan kerja (BPS : Jawa Tengah Dalam Angka 2009).
Tentunya jumlah angkatan kerja yang cukup besar tersebar ke dalam berbagai
wilayah Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah.
Kabupaten Sukoharjo sebagai salah satu wilayah Kabupaten di Jawa
Tengah nampaknya tidak luput pula perhatiannya dalam masalah angkatan kerja.
Penduduk Sukoharjo yang berjumlah 826 ribu jiwa, 569 ribu jiwa atau 68% di
antaranya berada pada usia kerja dan sebagian besar terkonsentrasi di wilayah
pedesaan (Sukoharjo dalam Angka 2009). Desa Ngrombo, Kecamatan Baki,
Kabupaten Sukoharjo yang berpenduduk 2545 jiwa dengan jumlah angkatan kerja
sebesar 1657 jiwa atau 65,1% dari total jumlah penduduk (Monografi Desa
Ngrombo, Data Ketenagakerjaan 2009), termasuk dalam salah satu wilayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pedesaan di Kabupaten Sukoharjo dapat dikatakan mempunyai potensi sumber
daya manusia yang melimpah.
Desa Ngrombo yang merupakan wilayah pedesaan tidak lepas dari
karakteristik desa pada umumnya. Kehidupan di pedesaan erat hubungannya
dengan alam, mata pencaharian tergantung pada alam serta terikat pada alam.
Umumnya sebagian besar angkatan kerja di pedesaan mengambil bagian dalam
kegiatan bertani. Dari jumlah total angkatan kerja tersebut yang bekerja di sektor
pertanian tercatat ada 460 jiwa atau 27,7%. Pegawai sektor formal (PNS, TNI,
POLRI, Guru, Dokter) sebesar 73 jiwa atau 4,4%. Tercatat yang paling tinggi
adalah angka pada pekerja tidak tetap (pekerja yang menggunakan sebagian jam
kerja pada sektor pertanian dan sektor non pertanian) mencapai 746 jiwa atau
45,2% dan sedang mencari pekerjaan 75 jiwa atau 4,5%. Sedangkan untuk yang
lain bekerja pada sektor informal (Pengusaha, Karyawan perusahaan swasta,
usaha mandiri, penata laksana rumah tangga (PRT)) sebesar 303 jiwa atau 18,28%
(Monografi Desa Ngrombo, Data Ketenagakerjaan 2009).
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa sebagian masyarakat yang
termasuk angkatan kerja cukup besar tingkatnya pada pekerja tidak tetapnya.
Melihat karakteristik Desa Ngrombo, diasumsikan bahwa pekerja tidak tetap
merupakan pekerja yang menggunakan sebagian jam kerjanya pada waktu-waktu
tertentu pada sektor pertanian dan di waktu lain mereka bekerja diluar sektor
tersebut.
Berbicara tentang angkatan kerja di pedesaan, tentunya juga tidak bisa
terlepas dari karakter umum angkatan kerja di daerah pedesaan. Pada umumnya
angkatan kerja di daerah pedesaan mempunyai kualitas kerja yang rendah. Hal ini
senada dengan yang diungkapkan oleh Bambang Tri Cahyono(1986:8), “angkatan
kerja yang sebagian besar berada di pedesaan pada umumnya mempunyai ciri-ciri
tingkat pendidikan rendah, ketrampilan rendah dan mobilitas antar sektor dan
regional juga rendah”. Adanya ciri-ciri angkatan kerja di pedesaan demikian ini
maka kesempatan kerja yang terbuka di luar sektor pertanian akan sangat terbatas.
Sektor pertanian merupakan daya serap tenaga kerja yang cukup tinggi.
Namun secara relatif sektor ini semakin menurun daya serapnya di Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ngrombo. Ada beberapa hal yang menjadi faktor berkurangnya daya serap sektor
pertanian terhadap angkatan kerja di pedesaan, antara lain sebagai berikut:
1. adanya sistem mekanisasi dalam pertanian, yaitu penggunaan dari setiap
bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian yang
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas
hasil, dan mengurangi beban kerja petani, sehingga mengurangi jumlah tenaga
manusia yang digunakan dalam pengolahan di bidang pertanian.
2. menyempitnya lahan pertanian di pedesaan, dikarenakan lahan pertanian
sudah banyak yang beralih fungsi menjadi lahan bangunan dan rumah
penduduk.
3. banyak generasi muda yang mulai tidak tertarik untuk meneruskan usaha
orang tuanya pada sektor pertanian.
4. kurangnya pembangunan ekonomi yang dilakukan di wilayah pedesaan,
sehingga penduduk desa lebih memilih mencari peruntungan di kota daripada
melakukan usaha di pedesaan.
Dari beberapa faktor di atas menyebabkan banyak angkatan kerja yang
tidak terserap pada sektor pertanian. Lapangan kerja dalam sektor pertanian di
pedesaan menjadi terbatas. Di sisi lain, secara absolut pertumbuhan penduduk dan
angkatan kerja semakin meningkat dengan pesat dan kenaikan ini tidak sebanding
dengan meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada sektor lain, sehingga
terjadilah kelebihan tenaga kerja di Desa Ngrombo.
Kelebihan tenaga kerja yang tidak segera ditanggulangi dengan
pembukaan lapangan kerja baru akan menyebabkan adanya pengangguran. Untuk
desa Ngrombo yang memiliki jumlah penduduk 2545 jiwa, 1657 jiwa atau
48,36% diantaranya merupakan angkatan kerja, namun angkatan kerja yang cukup
besar tersebut, seperti terlihat dari data monografi penduduk desa Ngrombo tahun
2009 bahwa hanya 460 jiwa atau 27,5% yang dapat terserap secara maksimal
dalam sektor pertanian (Monografi Desa Ngrombo, Data Ketenagakerjaan 2009).
Sedangkan yang merupakan tenaga kerja tidak tetap dalam sektor pertanian
mencapai 746 jiwa atau 45,2% dari jumlah total angkatan kerja. Dari data tersebut
dapat dipastikan banyak tenaga kerja yang menganggur di waktu waktu - tertentu
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
jika tidak ada pembukaan lapangan kerja baru di luar sektor pertanian yang bisa
memberikan kesempatan untuk bekerja lebih maksimal. Mereka yang tidak
bekerja dan tidak terserap dalam lapangan kerja ini dimungkinkan tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya secara manusiawi.
Untuk mempertahankan kehidupan, manusia senantiasa melakukan
berbagai usaha dan upaya. Kembali pada permasalahan terbatasnya lapangan
pekerjaan di Desa Ngrombo, penduduk Desa Ngrombo mulai berusaha
mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi baru di luar sektor pertanian.
Pengembangan kesempatan kerja yang dipandang mampu menyerap banyak
tenaga kerja dan memberi tambahan pendapatan keluarga sehingga dapat
mencukupi kebutuhan hidup menjadi suatu prioritas yang utama. Salah satu upaya
masyarakat Desa Ngrombo dalam pengembangan kesempatan kerja yaitu
membuka usaha pada sektor industri.
Bentuk industri yang paling sesuai untuk daerah pedesaan adalah bentuk
industri kecil ataupun industri rumah tangga dan kerajinan. Hal yang mendasari
hal tersebut yaitu industri kecil ataupun industri rumah tangga dan kerajinan di
pedesaan merupakan sutau kegiatan “marjinal” yang berpangkal tolak dari “kultur
tani” (Irsan Azhary Saleh,1986:55). Artinya pola subsistem ini hampir dipastikan
merupakan tautologi dari sifat sambilan atau musiman yang umumnnya melekat
pada masyarakat petani, mengingat masih terdapat pula masyarakat yang
melakukan kegiatan dalam sektor pertanian di Desa Ngrombo. Seperti yang telah
diketahui bahwa kegiatan dalam sektor pertanian tidak dilakukan secara intens.
Saat musim panen mungkin akan banyak tenaga kerja yang terserap dalam sektor
ini. Namun di waktu lain saat kegiatannya tidak begitu produktif hampir bisa
dipastikan bahwa sektor ini tidak begitu maksimal dalam menyerap tenaga kerja
di Desa Ngrombo. Sifat musiman dalam sektor pertanian kadang memaksa
masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi di luar itu, dan salah satunya yaitu
bekerja pada sektor industri.
Pengembangan kesempatan kerja pada sektor industri di pedesaan ini
juga harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi serta daya dukung wilayah yang
ada. Sebagaimana disadari, tenaga kerja di pedesaan pada umumnya tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memiliki keterampilan teknis dan manajerial yang tinggi di luar sektor pertanian.
Selain keterampilan yang masih rendah, tingkat investasi di pedesaan tergolong
masih rendah pula. Mengingat karakteristik di pedesaan tersebut tidak
memungkinkan pengembangan industri berskala besar maka alternatif terbaik dari
pengembangan industri di pedesaan adalah pengembangan industri kecil.
Masyarakat Desa Ngrombo mulai mencoba mengembangkan Industri
kecil kerajinan gitar. Industri kecil kerajinan gitar tersebut selanjutnya mulai
dikembangkan oleh masyarakat Desa Ngrombo dan menjadi alternatif pekerjaan
utama. Saat ini di Desa Ngrombo merata pada setiap rukun tetangganya terdapat
usaha industri kecil kerajinan gitar. Melihat potensi tenaga kerja yang begitu besar
di desa itu yaitu 746 jiwa atau 45,2% dari total angkatan kerja di desa itu yang
tidak bisa terserap secara maksimal dalam sektor pertanian, maka diharapkan
keberadaan industri kecil kerajinan gitar dapat memberikan kontribusinya dalam
mengatasi permasalahan tenaga kerja yang berlebih di desa tersebut. Bekerja pada
sektor industri kecil kerajinan gitar, masyarakat Desa Ngrombo berharap untuk
bisa mencukupi kebutuhan hidup serta industri tersebut mampu menjadi lapangan
kerja baru.
Industri kecil kerajinan gitar di desa ngrombo pada mulanya berproduksi
dalam skala kecil atas permintaan dari masyarakat lokal saja. Namun lama-
kelamaan, industri ini mulai meningkatkan produksinya karena banyak
permintaan dari masyarkat lokal maupun pada masyarakat di luar daerah bahkan
sampai pada luar negeri. Pada saat industri ini mulai berkembang dan memperluas
pasar distribusinya, kebutuhan akan tenaga kerja dalam proses produksinyapun
akan meningkat. Maka secara tidak langsung industri ini telah membuka lapangan
kerja baru bagi masyarakat di wilayah tersebut. Melihat kesempatan yang begitu
bagus, maka masyarakat mulai serius menekuni kerajinan gitar tersebut. Dalam
pertumbuhannya usaha ini mengalami berbagai masalah, mulai dari masalah
faktor produksi sampai pada masalah pemasaran. Namun sejak adanya usaha
pembinaan dari pemerintah usaha ini secara perlahan–lahan mampu menjadi
alternatif pekerjaan yang cukup menjanjikan.
Berpijak pada latar belakang tersebut timbul pemikiran untuk mengkaji
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lebih dalam dengan melakukan penelitian dengan judul Kontribusi Industri kecil
Kerajinan Gitar dalam Upaya Penyerapan Tenaga Kerja (studi kasus pada
masyarakat Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo).
B. Rumusan Masalah
Setelah mempelajari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Mengapa Masyarakat Desa Ngrombo mengembangkan Industri kecil
kerajinan gitar?
2. Bagaimana Kontribusi Industri kecil kerajinan gitar dalam menyerap tenaga
kerja yang ada di Desa Ngrombo Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo ?
3. Bagaimana cara mengatasi masalah yang menghambat jalannya Industri kecil
kerajinan gitar di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui alasan Masyarakat Desa Ngrombo mengembangkan
Industri kecil kerajinan gitar.
2. Untuk mengetahui kontribusi Industri kecil kerajinan gitar dalam menyerap
tenaga kerja yang ada di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten
Sukoharjo.
3. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah yang menghambat jalannya
Industri kecil di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan menambah
wawasan, pengalaman, referensi dan pengetahuan bagi pengembangan ilmu
ilmu sosial, khususnya dalam bidang kewirausahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Mampu mendorong adanya penelitian sejenis serta bisa digunakan sebagai
acuan dalam pelaksanaan pengabdian masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan bisa memberi acuan kepada pemerintah dalam
mengadakan pelatihan kerja kepada industri kecil kerajinan gitar Desa
Ngrombo sebagai upaya mengatasi permasalahan yang terjadi dalam
pengembangan industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo Kecamatanm
Baki, Kabupaten Sukoharjo.
b. Dapat memberikan gambaran tentang pengembangan industri kecil kerajinan
gitar sehingga dapat digunakan sebagi acuan perencanaan sosial yang
mencakup manfaat usaha dan pengembangan sumber daya manusia terkait
dengan industri kecil kerajinan gitar .
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Industri
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang mempunyai
penduduk dengan jumlah yang cukup besar. Sebagian masyarakatnya bekerja
pada sektor pertanian. Seiring perkembangan zaman kegiatan utama penduduk
pada sektor pertanian mengalami kemajuan yang pesat karena terjadinya
mekanisasi pertanian, akan tetapi dari mekanisasi pertanian tersebut membawa
dampak yang kurang menguntungkan terhadap lapangan kerja di sektor pertanian
yaitu makin menyempitnya lapangan kerja ,di samping itu juga dipicu dengan
penyempitan lahan pertanian yang disebabkan oleh alih fungsi lahan pertanian ke
industri maupun perumahan penduduk. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Soediono (1998:301) :
”..pertambahan luas untuk tanaman pangan tidak dapat diharapkan secara terus menerus, lebih-lebih di Jawa kejenuhan/ambang batas untuk pertanian pangan sudah sangat didekati. Bahkan ada perkiraan bahwa luasan itu berkurang dengan 10.000 ha pertahun, karena tanah berubah penggunaanya untuk pemukiman/ perluasan kota, aneka prasarana, rekreasi dan sebagainya...”
Kondisi ini mendorong masyarakat melakukan kegiatan di luar sektor
pertanian, dan salah satunya yaitu mengembangkan usaha dalam sektor industri.
Bentuk industri yang berkembang di masyarakat mulai dari home industri dan
atau industri kecil sampai pada industri raksasa yang bermodalkan besar.
Soerjono Soekanto (1987:2) mengungkapkan bahwa “manusia secara
hakiki bersifat industrial” lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa manusia senantiasa
menggunakan alat-alat untuk mendapatkan makanan dan memenuhi
kebutuhannya. Industri yang maju mempergunakan alat-alat dan mesin-mesin
yang lebih rumit dan canggih daripada cangkul, panah dan busur yang
dipergunakan warga masyarakat terdahulu untuk memenuhi kebutuhannya.
Manusia tidak hanya merupakan makhluk yang mempergunakan alat-alat, tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
juga membuatnya (homo faber). Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai
taraf kecerdasan tertentu dan dapat menyerasikan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhannya. Dengan demikian, manusia sebenarnya adalah makhluk yang
cerdas (homo sapiens) dan juga makhluk industrial (homo industrialis).
Sebenarnya kata industri berasal dari bahasa latin industria yang berarti
ketrampilan dan penuh sumber daya; dengan demikian manusia industrial
merupakan makhluk yang terampil dan penuh sumber daya. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa secara etimologis industri senantiasa dilakukan manusia untuk
mempertahankan hidupnya dengan bantuan alat-alat tertentu. Dalam
perkembangannya industri diartikan sebagai kegiatan produksi untuk
menghasilkan barang atau jasa.
Istilah industri itu sendiri memiliki beberapa pengertian. Industri menurut
Soerjono Soekanto (1987:1) adalah “penerapan cara-cara yang kompleks dan
canggih terhadap produksi itu, yang secara emplisit berarti penggunaan mesin-
mesin, dipergunakan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi”.
Pengertian yang lain tentang industri dikemukakan oleh Dumairy (1996:227)
“industri mempunyai dua arti, pertama industri dapat berarti himpunan perusahaan
sejenis”. Dalam konteks ini bisa diartikan misalnya industri kosmetika, berarti
himpunan perusahaan penghasil produk-produk kosmetik, industri tekstil
mempunyai maksud himpunan pabrik atau perusahaan tekstil. Lebih lanjut lagi
Dumairy mengartikan industri sebagai “sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat
kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang
setengah jadi” dalam hal ini industri bertujuan menambah nilai guna suatu barang
menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.
Direktorat Jendral Industri Kecil (1984:4) memberikan pengertian
tersendiri tentang industri, “industri merupakan usaha untuk memproduksi barang
jadi dari bahan baku atau bahan mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah
besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga satuan serendah
mungkin dengan mutu setinggi mungkin”. Sedangkan menurut UU RI No 5 tahun
1984 tentang perindustrian menyebutkan bahwa “industri merupakan kegiatan
eknomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
barang yang lebih tinggi penggunaannya termasuk kegiatan usaha rancang bangun
dan rekayasa industri”. Kedua pengertian tersebut menunjukkan bahwa industri
merupakan unit usaha produksi dengan tujuan untuk mengubah nilai guna suatu
barang dan meningkatkan manfaat barang tersebut. Dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan industri adalah suatu unit usaha yang melakukan kegiatan
produktif atau kegiatan untuk menghasilkan barang yang lebih tinggi nilainya.
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan
keuntungan.
Untuk mengetahui secara lebih jelas tentang konsep industri, maka
diperlukan juga penjelasan mengenai klasifikasi industri terutama yang berada di
Indonesia.
2. Klasifikasi Industri
Berbagai macam industri terdapat dalam kehidupan masyarakat, untuk
itulah diperlukan penggolongan dan pengklasifikasian industri tersebut, yaitu
sebagai berikut.
Dumairy (1996:232) mengelompokkan jenis industri berdasarkan sebagai
berikut :
1) pengelompokkan berdasarkan keperluan perencanaan anggaran negara dan analisis pembangunan pemerintah membagi sektor industri pengolahan menjadi tiga sub sektor yaitu :
a) Sub sektor industri pengolahan non migas, b) Sub sektor pengilangan minyak bumi, c) Sub sektor pengolahan gas alam cair
2) untuk keperluan pengembangan sektor industri sendiri serta berkaitan dengan administrasi Departemen Perindustrian dan Perdagangan , Industri Indonesia digolongkan berdasarkan arus produknya menjadi :
a) industri hulu, 1) Industri kimia dasar, 2) Industri mesin logam dasar dan elektronika,
b) Industri Hilir , 1) Aneka industri , 2) Industri Kecil .
Penjelasan mengenai penggolongan industri di atas dapat diuraikan sebagai
berikut, sub sektor industri pengolahan non migas yaitu kegiatan industri yang
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
merubah bentuk baik secara mekanis maupun kimiawi dari bahan organik atau
anorganik menjadi produk baru yang lebih tinggi mutunya. Proses tersebut dapat
dilakukan dengan mesin atau dengan tangan, baik dibuat di pabrik atau pada
rumah tangga, termasuk perakitan bagian-bagian suku cadang barang-barang
industri di pabrik seperti perakitan mobil dan alat elektronik. Sedangkan untuk
sub sektor pengilangan minyak bumi yaitu dimana komoditi minyak bumi yang
dicakup di sini adalah semua hasil pengilangan minyak yang dihasilkan oleh
perusahaan pengilangan.
Untuk keperluan pengembangan sektor industri sendiri serta berkaitan
dengan administrasi, Departemen Perindustrian dan Perdagangan membagi
industri menjadi industri hulu dan industri hilir. Industri hulu, yaitu industri yang
hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya
hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya:
industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.
Industri hulu terbagi menjadi dua yaitu; 1) Industri Kimia Dasar merupakan
industri yang memerlukan: modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan
menerapkan teknologi maju, 2) Industri mesin logam dasar dan elektronika,
Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi
mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Untuk Industri hilir, yaitu
industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang
yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya:
industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri
meubeler. Industri ini dapat dibedakan menjadi : 1) Aneka industri dimana
Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-macam
barang kebutuhan hidup sehari-hari, 2) Industri Kecil Industri, industri ini
merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan teknologi
sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya: industri
kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).
Selain itu Burger dalam Dawam Raharjo (1986 : 169) membedakan tiga
jenis industri :
1) Industri rumah tangga pedesaan yang umumnya hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pekerjaan sambilan2) Industri kecil yang sudah memakai sistem kerja upahan
tetapi umumnya belum memakai mesin dengan tenaga kerja kurang dari 50 orang
3) Industri pabrik yang sudah memakai mesin dengan tenaga kerja lebih dari 50 orang.
Ketiga jenis industri di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: Industri rumah
tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang.
Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari
anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah
tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri
kerajinan, industri tempe/ tahu, dan industri makanan ringan. Untuk industri kecil
dapat dijelaskan sebagai industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil,
teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari kalangan
keluarga, produknya masih sederhana, dan lokasi pemasarannya masih terbatas
(berskala lokal). Misalnya: industri kerajinan dan industri makanan ringan.
Sedangkan Industri pabrik yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari
100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara
kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan
khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit
and profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan
industri pesawat terbang.
Pengelompokan tentang jenis industri yang ada di Indonesia yaitu
pembagian jenis industri yang biasa dipergunakan dalam sensus industri adalah
pembagian berdasar jumlah tenaga kerjanya. Klasifikasi industri menurut BPS
(2005:228) berdasarkan skala penggunaan tenaga kerjanya dan tanpa melihat
modal usahanya dibagi menjadi 4 yaitu :
1) Industri besar : pekerja 100 orang lebih
2) Industri sedang : pekerja 20 – 90 orang
3) Industri kecil : pekerja 5 – 19 orang
4) Industri Rumah tangga : pekerja kurang dari 5 orang
Source : BPS (2005:228)
Dari beberapa pengklasifikasian jenis industri di atas, penulis
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menggunakan pengelompokkan tentang jenis industri yang di dasarkan pada skala
penggunaan tenaga kerja sebagai acuannya. Sehingga terdapat empat jenis industri
yang terdiri dari industri besar, industri sedang, industri kecil, dan industri rumah
tangga.
Berbagai jenis dan pengelompokan industri di atas tentunya akan
membawa pengaruh pada sendi-sendi kehidupan penduduk. Tidak kalah
pentingnya perlu dijelaskan juga mengenai menfaat yang didapat dari adanya
pengembangan sektor industri dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat.
3. Manfaat Industri Pedesaan
Kehadiran industri di tengah-tengah kehidupan masyarakat pedesaan telah
membawa perubahan–perubahan sosial yang cukup berarti. Pola mata pencaharian
penduduk pun mengalami perubahan yang cukup signifikan. Berkurangnya
kegiatan penduduk dalam sektor pertanian menunjukkan bahwa golongan generasi
muda cenderung meninggalkan kegiatan dalam bidang pertanian. Selain hilangnya
kesempatan untuk bekerja sebagai petani karena tanah garapan sudah berkurang
juga adanya kesempatan bekerja di luar sektor pertanian. Ini berarti peluang kerja
pada ekonomi bebas meningkat sejalan dengan adanya industri. Jadi dapat
dikatakan bahwa kawasan industri telah membuka lapangan kerja baru bagi
penduduk setempat meskipun usaha tergolong kecil. Peluang-peluang ekonomi
yang terbuka bersamaan dengan perkembangan industri tentu menjadi keuntungan
tersendiri bagi masyarakat sekitar industri pedesaan.
Dengan adanya pengembangan industri banyak manfaat yang didapatkan.
Menurut Irsan Azhary (1986:5) manfaat industri adalah sebagai berikut :
a) terpenuhinya kebutuhan masyarakat, baik itu sandang, pangan dan papan, b) terciptanya lapangan kerja baru, semakin banyak jumlah industri yang
dibangun maka banyak pula tenaga kerja yang diserap terutama pada industri padat karya.
c) meningkatkan devisa negara, d) dapat meningkatkan pendapatan perkapita, e) dapat ikut serta mendukung pembangunan nasional di bidang ekonomi
terutama sektor industri . Dari berbagai manfaat dari industri dapat dijelaskan kembali bahwa, walaupun
relatif kecil namun keberadaan industri cukup memberikan andil dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peningkatan devisa negara. Dengan berkembangnnya industri, masyarakat
semakin meningkat pendapatan perkapitanya, hal ini dapat terjadi karena
masyarakat yang tadinya tidak bekerja terserap dalam sektor industri tersebut. Ini
menunjukkan bahwa dengan adanya industri masyarakat mempunyai peluang
yang besar untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Pada akhirnya
penciptaan lapangan kerja merupakan jawaban dari masalah keterbatasan
lapangan pekerjaan yang ada dewasa ini khusunya di daerah pedesaan yang
berkurang kegiatannya di sektor pertanian.
Cukup jelas nampaknya uraian mengenai konsep industri yang berkaitan
mengenai pengertian, dan manfaat serta berbagai macam klasifikasi industri yang
tumbuh dan berkembang di Indonesia. Salah satu bentuk industri yang
berkembang di Indonesia adalah industri kecil pedesaan. Berkaitan dengan hal itu
dalam penelitian ini akan lebih difokuskan pada sektor industri kecil yang tumbuh
di wilayah pedesaan.
4. Konsep Industri Kecil
Industri kecil merupakan bagian dari struktur perekonomian Indonesia.
Selain industri besar dan sedang, eksistensi industri kecil juga mempunyai
pengaruh yang berarti dalam struktur perekonomian. Keberadaan industri kecil
dalam perekonomian Indonesia terutama dalam kaitan penyerapan tenaga kerja
atau pengangguran bisa dikatakan mempunyai pengaruh yang cukup berarti.
Sebelum lebih jauh membahas mengenai industri kecil terlebih dahulu
dapat dikemukakan beberapa pengertian dari industri kecil itu sendiri. Industri
kecil didefinisikan sebagai unit usaha yang mempekerjakan antara 5 sampai
dengan 19 orang tenaga kerja (Irsan Azhary ,1986:4). Definisi tersebut didasarkan
pada banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam melakukan kegiatan usaha.
Menurut Undang-Undang No 9 tahun 1995 tentang usaha kecil adalah “kegiatan
ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp. 1 Milyar
dan memiliki kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
paling banyak Rp.200 juta”(Mudrajad Kuncoro,2007:365). Pengertian itu
didasarkan pada nilai ekonomis dari kegiatan industri kecil tersebut. Selanjutnya
Dawam Rahardjo (1986:144) mengemukakan pengertian industri kecil sebagai
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“satuan-satuan industri kecil dengan tenaga kerja 5-19 orang atau kegiatan rumah
tangga yang telah memiliki arti ekonomis”. Dari pengertian-pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa industri kecil merupakan unit usaha yang merupakan
kegiatan ekonomi dengan jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang.
Karakteristik industri kecil adalah bahwa industri kecil membutuhkan
modal yang relatif kecil juga, tenaga kerja yang mengerjakan cukup anggota
keluarga sendiri, dilakukan di rumah sendiri, peralatan yang digunakan masih
sederhana. Haryadi dalam Cristiana Winarsih (2001:30) mengatakan”karakteristik dari usaha kecil yaitu usaha yang berbasis dirumah dengan kegiatan produksi menyatu dengan rumah tempat tinggal, disamping itu usaha kecil dalam sistemnya juga
masih sangat sederhana”. Karakteristik industri kecil tersebut karena sesuai
dengan fungsinya yaitu sebagai pengganti kegiatan di sektor pertanian dan hanya
untuk mengisi waktu luang atau kosong sebagai upaya untuk menambah
penghasilan. Maka pada umumnya persebaran industri kecil ini biasanya terdapat
di daerah pedesaan.
”..ada gejala bahwa kegiatan industri-lokal ini pada galibnya lebih merupakan aktivitas sambilan atau musiman dengan berpangkal tolak dari kultur tani yang secara tradisional memang berpengaruh terhadap berbagai faset kegiatan perekonomian Indonesia pada umumnya. Di beberapa tempat kegiatan industri lokal ini bahkan kurang memiliki arti ekonomis, dalam arti lebih merupakan manifestasi dari tradisi setempat dalam bentuk usaha kerajinan tangan yang semata-mata membantu kegiatan utama yaitu kegiatan pertanian. Namun sebaliknya dapat dikemukakan pula kenyataan empiris yang justru menampakkan prospek tumbuh dari industri lokal ini, yaitu dengan mengambil contoh petani-petani Klaten, Jawa Tengah. Dewasa ini mereka memperoleh pendapatan dari dua sumber utama, yakni pertanian dan usaha kerajinan. Petani-petani Klaten itu sejak beberapa tahun belakangan ini kian menempatkan usaha pertanian dan kerajinan rumah tangga sebagai dua sumber pendapatan yang sama pentingnya. Padahal, pada mulanya, usaha kerajinan para petani Klaten itu hanyalah kegiatan sampingan yang dihidupi dengan menginvestasikan surplus produksi dari bidang-bidang kegiatan pertanian mereka, dan kemudia , secara gradual usaha kerajinan itu semakin mampu menciptakan retainability (kekuatan bertahan secara permanen) dalam proses perkembangan selanjutnya” (Irsan Azhary,, 1986:52)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lebih lanjut lagi identitas dan ciri-ciri industri kecil dan rumah tangga
dijelaskan oleh Irsan Azhary (1986:21) sebagai berikut :
a) dilakukan dirumahb) umumnya merupakan tambahan mata pencaharian disamping usaha
agrariac) memerlukan banyak tenaga tangand) menggunakan alat-alat dan tenaga sederahanae) pengetahuan yang sangat terbatasf) upah sedikitg) membuat barang untuk keperluan sehari-hari.
Namun saat ini telah berkembang industri kecil pedesaan yang menjadi
matapencaharian pokok. Seiring dengan menurunnya penyerapan tenaga kerja
pada sektor pertanian karena menyempitnya lahan pertanian, industri kecil mulai
melebarkan usaha untuk mengembangkan usahanya.
Kemunculan industri kecil tidak terlepas dari sejarah perindustrian di
negara Indonesia. Pada awalnya industrialisasi di Indonesia sudah dimulai pada
masa penjajahan Belanda, tepatnya setelah pemerintah kolonial Belanda
mengintrodusir sistem tanam paksa (cultivation system) pada 1830-an. Pada
periode ini sejumlah industri seperti industri makanan dan minuman, tekstil dan
rokok kretek telah ditemukan. Pada masa Orde Baru arah pembangunan politik
menuju pada industrialisasi. Jadi secara sengaja pemerintah bermaksud merombak
struktur ekonomi Indonesia, dari yang berbasis pertanian ke yang berbasis
industri. Menurut Dawam Rahardjo (1986:228)
“industrialisasi sendiri dalam implementasinya didasarkan pada 4 argumentasi yaitu, argumentasi keunggulan komparatif, argumentasi keterkaitan industrial, argumentasi penciptaan lapangan kerja dan argumentasi loncatan teknologi. Negara yang industrialisasinya didasarkan pada penciptaan kesempatan (emploiment creation) niscaya akan lebih memprioritaskan pengembangan industri-industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Jenis industri yang dimajukannnya bertumpu pada industri-industri yang padat karya dan industri-industri kecil”.
Indonesia sendiri bentuk industri yang berkembang kebanyakan adalah kelompok
industri kecil.
Sebagian besar kelompok-kelompok itu muncul secara spontan, yang
dirangsang oleh banyaknya bahan baku dan tenaga kerja terampil. Melihat
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
banyaknya industri-industri yang berkembang terutama industri-industri kecil
dengan sistem kluster atau kelompok dalam satu lokasi yang sama, pemerintah
Indonesia berusaha melakukan pembinaan. Melalui lokasi yang sama ini,
perusahaan-perusahaan yang ada di dalam kluster secara mudah bisa memperoleh
tenaga kerja yang dibutuhkan. Lokasi yang sama juga akan memudahkan
perusahaan-perusahaan itu berhubungan dengan para suppliers dan buyers. Relasi
antar perusahaan yang ada di dalam kluster akan bersifat dinamis manakala
perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya mengadakan aksi bersama (joint
action). Di dalam aksi bersama itu bukan berarti bahwa semua perusahaan yang
ada di dalam kluster serentak melakukan hal yang sama. Aksi bersama itu bisa
dilakukan oleh sekelompok kecil perusahaan. Di dalam proses produksi, misalnya,
ada perusahaan yang melakukan penggarapan sampai setengah jadi, sedangkan
proses penyelesaiannya (finishing) bisa dilakukan oleh perusahaan yang lain.
Dengan demikian, antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain
terdapat relasi yang saling menguntungkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
( http://www.ekonomirakyat.org/edisi_10/artikel_3.htmhttp://www.ekonomirakyat
.org/edisi_10/artikel_3.htm ).
Dasar pemikiran yang lebih luas di balik ketetapan politik pemerintah
untuk memberi kesempatan, melindungi, mendorong, bahkan membina dengan
penyediaan berbagai fasilitas khusus atau tersendiri kepada sektor industri kecil,
bahwa industri kecil tidak membutuhkan modal yang begitu banyak, bisa
memanfaatkan sumber-sumber yang dapat diperoleh dengan mudah, hanya
menggunakan teknologi yang dapat dikuasai dengan ketrampilan tangan serta
dapat dikelola dengan management yang sederhana, maka faktor-faktor ini semua
lebih mudah penciptaan dan pengembangan lapangan kerja. Di sini kemampuan
sektor industri untuk menyerap tenaga kerja antara lain tidak diukur dengan besar
kecilnya modal yang dibutuhkan orang atau perusahaan.
“pembinaan pengusaha kecil jelas merupakan usaha yang perlu terus-menerus dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya golongan ekonomi lemah. Pembinaan itu semestinya dimulai dari apa yang dimiliki pengrajin itu sendiri untuk mengembangkan potensi yang ada. kunci pembinaan usaha kecil dewasa ini terletak di bidang pemasaran yang bertujuan agar hasil produksi industri kecil dapat terjual. (Hadi Prayitno,1987:70) ”
Tidak kurang pentingnya bahwa industri kecil juga memberi manfaat
sosial (social benefits) yang sangat berarti bagi struktur perekenomian Indonesia.
Selanjutnya oleh Mubyarto (1985:216), industri kecil yang sebagian berada di
pedesaan memegang peranan penting yaitu:
i) industri kecil dan rumah tangga mampu mendirikan lapangan pekerjaan yang pada umumnya tidak bekerja secara utuh,
ii) industri kecil dan rumah tangga memberi tambahan pendapatan bagi pekerja/ kepala keluarga dan juga anggota keluarga lainnya,
iii) industri kecil dan industri rumah tangga mampu memproduksi barang-barang keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara efisien dan murah.
Dari peranan industri kecil yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan
sementara bahwa keberadaan industri kecil begitu penting dalam menjawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masalah pengangguran yang merupakan kerawanan sosial secara struktural yang
akhir-akhir ini terjadi di Indonesia.
Seperti diketahui bahwa setiap usaha tidak akan lepas dari kendala-
kendala. dalam perkembangannya usaha kecil pun juga mengahadapi berbagai
kendala. Kendala yang sering dihadapi oleh pengusaha kecil menurut Irsan
Azhary (1986:32):
a) pemasaran yang kurang lancar diakibatkan karena persaingan dari barang atau bahan pengganti sejenis yang harganya lebih murah
b)model barang yang dihasilkan relatif kurang bervariasic) bahan baku untuk jenis-jenis barang tertentu sangat sulit untuk diperoleh
karena masih tergantung dengan negara lain.
Lebih lanjut lagi (Maryatmo dan Sri Susilo (1996:3) menjelaskan bahwa
kendala dalam industri kecil yaitu kendala yang bersifat baik internal maupun
secara eksternal.
”Kendala internal terutama berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia. Karena keterbatasan sumber daya tersebut maka mereka kurang mampu memanfaatkan peluang yang ada, baik akses pasar, akses terhadap sumber pembiayaan dan akses terhadap teknologi. Lebih lanjut lagi kendala eksternal adalah berkaitan dengan iklim usaha yang kurang kondusif terhadap perkembangan usaha kecil. Selama ini terkesan bahwa berbagai kebijaksanaan lebih banyak berpihak kepada sektor usaha besar, sehingga berbagai fasilitas yang disediakan pemerintah lebih banyak dinikmati oleh usaha besar ”
Di Indonesia yang termasuk sebagai negara berkembang, begitu
mengedepankan pertumbuhan industri dalam negeri. Hal ini dikarenakan bahwa
sebagai tolak ukur kemajuan suatu bangsa, banyak penilaian yang mendasarkan
pada perkembangan industri di negara tersebut. Menyadari begitu pentingnya
perkembangan industri dalam negeri pemerintahpun mulai melakukan
kebijaksanaan dan langkah pembinaan terhadap kegiatan usaha industri kecil.
Sesungguhnya alasan untuk tetap mengembangkan keberadaan industri kecil tidak
semata- mata untuk menunjukan kemajuan suatu bangsa, namun lebih jauh dari
hal itu perlu dipahami bahwa industri kecil memberi akses untuk bergerak pada
dimensi pengembangan usaha yang ditopang sumber-sumber bahan pertanian dan
bahan lokal lainnya, dengan target pemasaran yang umumnya berada di
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lingkungan domestik yang terbatas. Atas dasar ini modal yang diperlukan tidak
seberapa, sehingga akan memberikan peluang kepada pengusaha kecil. Selain
karena beberapa alasan tersebut industri kecil merupakan sektor baru di luar
sektor formal yaitu sektor informal yang mempunyai andil berarti dalam
menjawab masalah kesempatan kerja yang terjadi akhir-akhir ini.
5. Industri Kecil Pedesaan Sebagai Sektor Informal
Keberadaan sektor informal tidak dapat dilepaskan dari proses
pembangunan. Kehadiran sektor informal dipandang sebagai gejala transisi dalam
proses pembangunan di negara berkembang. Sektor informal dinilai harus dilalui
dalam menuju tahapan modern. Selain itu juga adanya sektor informal merupakan
gejala adanya ketidakseimbangan kebijaksanaan pembangunan. Kehadiran sektor
informal dipandang sebagai akibat kebijaksanaan pembangunan yang dalam
banyak hal lebih berat pada sektor modern (perkotaan) atau industri besar
daripada sektor tradisional atau pertanian. Sektor informal akan terus hadir dalam
proses pembangunan selama sektor tradisional tidak mengalami perkembangan
atau dalam hal ini justru mengalami kemunduran. Perkembangan sektor informal
tergantung pada sifat kebijaksanaan pembangunan. Selama kebijaksanaan
pembangunan cenderung menguntungkan sektor modern dan sektor tradisional
hanya dipandang sebagai penyedia bahan baku bagi sektor modern maka sektor
informal akan ada dan cenderung bertambah (Tajdudin Noer Effendi,1995:73).
Konsep sektor informal muncul dalam konsep keterlibatan pakar-pakar
internasional dalam perencanaan pembangunan dunia ke-3. gejala ini muncul
setelah kelahiran negara maju dan setelah berakhirnya perang dunia ke- II. Pada
waktu itu muncullah gagasan di tingkat internasional maupun nasional untuk
mendapatkan laju pertumbuhan ekonomi pada negara-negara yang dimaksud.
Jean Breman (1979) dalam Manning dan Effendi (1996:138) menyatakan
istilah sektor informal pertama kali dikemukakan oleh Hart pada tahun 1971
dengan menggambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan kerja yang tidak
terorganisir. Keith Hart seorang Antropolog Inggris adalah orang pertama kali
yang melontarkan gagasan sektor informal.
Kendati telah berlangsung selama lebih dari 50 tahun sejak dilontarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
konsep sektor informal pada dasawarsa 1970-an hingga saat ini, perdebatan sektor
informal masih juga belum mencapai kesepakatan sektor informal sebagai berikut
“cara bekerja yang mempunyai ciri-ciri tertentu”. Ciri–ciri yang dimaksud adalah :
i) mudah dimasuki, ii) pemakaian sumber-sumber daya lokal, iii) pemilikan oleh
keluarga, iv) berskala lecil, v) padat karya dan pemakaian teknologi sederhana, vi)
ketrampilan yang dimiliki di luar sistem pendidikan formal, vii) bergerak di pasar
kompetitif dan tidak berada di badan pengaturan resmi. Kegiatan- kegiatan yang
bercirikan tersebut yang kemudian dinobatkan sebagai sebuah sektor informal.
Sthurman dalam Manning dan Effendi (1996:90) mengemukakan istilah sektor
informal biasanya digunakan untuk mengajukan sejumlah kegiatan ekonomi yang
berskala kecil karena ,
a. umumnya mereka berasal dari kalangan miskin,b. sebagai suatu manifestasi dari suatu pertumbuhan kesempatan kerja di
negara berkembang,c. bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan untuk
memperoleh keuntungan,d. umumnya mereka berpendidikan sangat rendah,e. mempunyai ketrampilan rendah,f. umumnya dilakukan oleh para migran
dari ciri-ciri tersebut dapat digambarkan bahwa usaha itu berupaya menciptakan
kesempatan kerja dan memperoleh pendapatan untuk dirinya sendiri. Menurut
Setrhurman sendiri bahwa konseptualisasi sektor informal yang tersebut di atas
walaupan bermanfaat tapi belum dapat memecahkan masalah definisi. Hal itu
karena masih diperlukannya beberapa definisi untuk menentukan batasan sektor
ini dari sudut pandang operasional maupun penelitian.
Jean Breman dalam Manning dan Effendi (1996:139), tanpa memberikan
batasan istilah yang jelas tetapi membedakan sektor formal dan informal yang
menunjuk pada suatu sektor ekonomi masing-masing dengan konsistensi dan
dinamika strukturnya sendiri. Sektor formal digunakan dalam pengertian
pekerjaan yang permanen meliputi :
a. sejumlah pekerjaan yang saling berhubungan yang merupakan bagian dari suatu struktur pekerjaan yang terjalin dan amat terorganisir,
b. pekerjaan secara resmi terdaftar dalam statistik perekonomian,c. syarat-syarat bekerja dilindungi oleh hukum,
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kegiatan- kegiatan perekonomian yang memenuhi kriteria itu kemudian
dimasukkan dalam istilah sektor informal yaitu suatu istilah yang mencakup
pengertian berbagai kegiatan yang seringkali tercakup dalam istilah umum “usaha
mandiri”.
Tajdudin Noer Effendi (1995:74) memberikan pengertian tentang sektor
informal yaitu sektor informal diartikan sebagai “pekerja yang berusaha sendiri
tanpa buruh, berusaha sendiri dengan buruh tak tetap, atau dibantu tenaga kerja
keluarga yang tidak dibayar”. Ini menekankan bahwa keberadaan sektor informal
tampak dalam perannya sebagai penyerap tenaga kerja. Adapun ciri-ciri yang
dikemukakan mengenai sektor informal adalah sebagai berikut :
a. kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik , karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal.
b. pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha .c. pola kegiatan berusaha tidak beraturan baik dalam arti lokasi maupun jam
kerja.d. pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan
ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini.e. unit usaha mudah keluar masuk dari subsektor ke lain subsektor.f. teknologi yang digunakan bersifat tradisional.g. modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif
kecil.h. untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal karena
pendidikan yang diperlukan diperoleh dari pengalaman sambil bekerja .i. pada umumnya unit usaha termasuk golongan yang mengerjakan sendiri
usahanya dan kalau mengerjakan, buruh berasal dari keluarga.j. sumber dana modal usaha pada umumnya dari tabungan sendiri atau dari
lembaga keungan yang tidak resmi.k. hasil produski atau jasa terutama dikonsumsikan oleh golongan kota atau desa
yang berpenghasilan rendah tetapi kadang-kadang juga yang berpenghasilkan menengah.
Berdasarkan berbagai pendapat dapat disampaikan bahwa sektor informal
lebih difokuskan pada aspek-aspek ekonomi, aspek sosial, dan budaya. Aspek
ekonomi diantaranya mengenai penggunaan modal yang rendah, pendapatan yang
rendah, dan skala usaha relatif kecil. Aspek sosial diantaranya meliputi tingkat
pendidikan ekonomi rendah berasal dari kalangan ekonomi lemah. Sedangkan dari
aspek budaya diantaranya kecenderungan untuk beroperasi di luar sistem regulasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penggunaan tekhnologi sederhana, tidak terikat waktu kerja. Dengan demikian
cara pandang tersebut tentunya sektor informal lebih menitikberatkan kepada
suatu proses memperoleh penghasilan yang dinamis dan bersifat kompleks. Di
samping aspek-aspek di atas, sektor informal dapat dilihat dari dampak dari
berkembangnya sektor tersebut yaitu diantaranya mampu menciptakan lapangan
kerja sendiri, kemampuan menyerap angkatan kerja yang sekaligus menjadi katup
pengaman terhadap pengangguran dan kerawanan sosial, membantu menambah
penghasilan keluarga sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Berdasarkan berbagai pendapat seperti telah diuraikan di atas maka ciri-
ciri kegiatan sektor informal dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. manajemennya sederhana,
b. tidak memerlukan ijin usaha,
c. padat karya,
d. tingkat produktifitas rendah,
e. tingkat pendidikan formal relatif rendah,
f. penggunaan teknologi sederhana,
g. sebagian besar pekerja adalah keluarga dan pemilik usaha oleh keluarga,
h. mudahnya keluar masuk usaha,
i. sedikitnya dukungan dari pemerintah.
Sektor formal yang menjadi harapan masyarakat pada umumnya bisa
menyerap angkatan kerja nampaknya tidak dapat melaksanakan hal itu. Ini dapat
disebabkan karena bekerja pada sektor formal membutuhkan keahlian khusus dan
hal ini tidak banyak dimiliki oleh tenaga kerja di pedesaan. Keterbatasan sektor
industri besar dalam menyerap tenaga kerja bisa dikarenakan pengembangan
industri tersebut lebih bersifat padat modal, teknologi tinggi, dan hemat tenaga
kerja. Pekerjaan tersebut menuntut keahlian dan ketrampilan khusus atau tinggi,
sedangkan pendidikan para tenaga pedesaan kerja lebih banyak berpendidikan
rendah. Berbeda pada sektor informal yang tidak banyak membutuhkan keahlian
dan ketrampilan, sehingga peluang untuk bekerja pada sektor informal akan
semakin besar. Selain itu juga dikarenakan, jika pendidikan tenaga kerja tersebut
tinggi, namun belum dapat memenuhi sepenuhnya tuntutan dan permintaan pasar
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kerja. Sehingga melahirkan pengangguran terdidik. Tidak menutup kemungkinan
karena alasan tersebut memaksa mereka untuk masuk dalam sektor informal
Dari berbagai uraian konsep sektor informal tersebut di atas maka
keberadaan industri kecil di pedesaan dapat digolongkan sebagai sektor informal.
Usaha kecil merupakan bagian integral dunia usaha nasional yang mempunyai
kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dan penting dalam
mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya. Mengingat bahwa
industri kecil pedesaan modal usahanya dari tabungan sendiri, tidak membutuhkan
tenaga kerja yang berpendidikan tinggi, namun lebih pada belajar dari pengalaman
atau ketrampilan, teknologi yang digunakan lebih banyak menggunakan tenaga
manusia dan alat-alat yang tradisional serta tenaga kerja yang digunakan
merupakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga sendiri atau kerabat dekat.
Maka ciri dari industri kecil tersebut nampaknya mempunyai persamaan dengan
ciri dari kegiatan dalam sektor informal. Sektor informal lebih fleksibel,
kelenturan ini dapat dilihat pula pada produk yang dihasilkan oleh kelompok
sektor informal ini.
Terpenuhinya syarat–syarat industri kecil sebagai sebuah bagian sektor
informal dikarenakan bahwa industri kecil mempunyai ciri- ciri sebagai berikut :
a. dilakukan di rumah sendiri,
b. tidak memerlukan ijin usaha,
c. umumnya merupakan tambahan mata pencaharian disamping usaha pada
sektor pertanian,
d. teknologi yang digunakan relatif sederhana,
e. tenaga kerja berasal dari lingkungan keluarga dan kerabat,
f. pendidikan formal tenaga kerja yang relatif rendah,
dari berbagai karakteristik dari industri kecil yang memenuhi syarat sebagai
sebuah usaha sektor informal, maka keterkaitan industri kecil dan sektor informal
begitu kental. Sehingga dari hal itu dapat dikatakan bahwa keberadaan industri
kecil kerajinan gitar yang ada di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten
Sukoharjo merupakan bagian dari usaha sektor informal.
Timbulnya sektor informal sebagai sumber baru dalam penciptaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lapangan kerja dan peluang berusaha merupakan manifestasi dari tidak
sebandingnya pertumbuhan angkatan kerja dengan kesempatan kerja yang ada,
serta keterbatasan sektor formal untuk menampung kelebihan tenaga kerja.
perpindahan ke sektor informal merupakan solusi di tengah sempitnya kesempatan
kerja di sektor formal. Untuk itu diperlukan penanganan yang intensif mengenai
perkembangan sektor informal dewasa ini. Dengan demikian sektor ini dapat lebih
berfungsi sebagai peluang untuk berusaha dan menciptakan kesempatan kerja bagi
penganggur.
Bukan hal baru bila dikatakan sektor informal memegang peran penting
dalam menyerap tenaga kerja, bahkan lebih penting dibanding sektor formal.
Karena itu, keberhasilan penyerapan tenaga kerja yang kerap kali digembor-
gemborkan pemerintah sebetulnya lebih banyak disumbang sektor informal.
Ironisnya, pemerintah sering kali lalai perhatiannya terhadap sektor tersebut
karena dianggap kurang penting peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi.
Bekerja di sektor informal relatif lebih mudah. Pendirian usaha di sektor
tersebut tidak memerlukan banyak persyaratan administrasi, relatif sedikit modal,
serta keuntungan yang menjanjikan. Di sisi lain, pemerintah tidak boleh berdiam
diri. Kiranya perlu memberikan insentif atau bantuan pada pekerja sektor
informal, terutama mengenai akses ke permodalan, pemasaran, bimbingan
manajerial, dan peningkatan keterampilan, sehingga pekerjaan di sektor informal
bisa menjanjikan bagi golongan masyarakat yang tidak terserap di sektor formal,
serta pekerja yang terdepak di sektor formal.
Meski kurang diperhatikan pemerintah, kenyataannya sektor informal
berperan besar dalam menyerap tenaga kerja, khususnya yang tidak terserap
ataupun yang terdepak dari sektor formal. Memang sedikit bermasalah bila terjadi
perpindahan tenaga kerja dari sektor formal ke informal secara besar-besaran
karena makin banyak tenaga kerja yang menghadapi ketidakpastian pendapatan.
Namun bukan berarti kesempatan kerja di sektor informal itu berperan negatif
bagi perekonomian bangsa. Justru dapat menjadi penyelamat di tengah kondisi
perekonomian yang memburuk. Lagi pula, tidak mungkin angkatan kerja di negeri
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bisa diserap semua di sektor formal. Hanya saja, bila tenaga kerja yang diserap di
sektor formal lebih sedikit dibanding sektor informal, maka pemerintah perlu
waspada dan mengambil langkah-langkah untuk mengeremnya.
Keberadaan industri kecil pedesaan yang merupakan bagian dari sektor
informal tidak bisa terlepaskan dari tindakan mayarakat pedesaan. Masyarakat
pedesaan yang pekerjaan utamanya dalam sektor pertanian mempunyai inisiatif
untuk mengisi waktu luang atau senggang antara musim tanam sampai musim
panen dengan melakukan kegiatan di luar sektor pertanian, dan salah satunya
yaitu bekerja pada sektor industri kecil. Industri kecil di sini dapat dilihat sebagai
pengganti (subtituen) mata pencaharian pokok penduduk dalam waktu senggang
di sektor pertanian. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan
penghasilan tambahan guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Selain hal
tersebut juga dikarenakan untuk mengatasi kondisi kelebihan tenaga kerja dalam
waktu-waktu tertentu.
6. Industri Kecil Pedesaan Sebagai Subtitusi Sektor Pertanian
Di daerah pedesaan Indonesia, sektor pertanian masih memegang peranan
penting dalam penyerapan tenaga kerja terutama di daerah luar pulau Jawa. Tetapi
proses pembangunan telah mengakibatkan terjadinya pergeseran tenaga kerja
yang cukup berarti dari sektor pertanian ke sektor lainnya. Pergeseran kesempatan
kerja ini akibat pengaruh tekanan penduduk (terutama di Jawa) dan pola
penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang begitu bervariasi, baik menurut
jenis komoditi maupun menurut waktu (musim). Ini menandakan bahwa
pergeseran tenaga kerja ke luar sektor pertanian terutama disebabkan faktor push
(dorongan) dari sektor tersebut.
Salvatore dalam Zaenab Bakir dan Chris manning (1984:189)
mengungkapkan bahwa “mengingat salah satu ciri umum negara berkembang
adalah populasi penduduk sebagian besar berada di pedesaan”. Penduduk
pedesaan mempunyai kaitan yang erat dengan sektor pertanian. Namun tidak
semua penduduk mempunyai lahan pertanian sendiri. Umumnya petani
mempunyai lahan yang sempit dan kadang–kadang bukan miliknya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Teknik produksi mereka masih dualistis, yaitu adanya teknologi baru pada skala
terbatas di samping adanya proses produksi tradisional yang tidak tersentuh oleh
perubahan. Sebelum mengenal teknologi modern dalam mengolah lahan
pertanian, masih banyak digunakan tenaga manusia dalam pengolahan lahan
pertanian. Sehingga sistem produksinya bersifat padat karya pada waktu itu.
Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan
ekonomi Indonesia. Terutama pada perannya dalam penyerapan tenaga kerja.
Sektor pertanian juga memiliki surplus tenaga kerja yang penting bagi
pengembangan industrialisasi. Salah satu cara yang dimungkinkan dapat berjalan
tanpa menganggu produktivitas dalam sektor pertanian, yaitu dengan
memanfaatkan waktu luang tenaga kerja dalam sektor pertanian tersebut melalui
pengembangan usaha dalam bidang industri.
Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi di luar sektor
pertanian. Pada umumnya kegiatan ekonomi ditujukan untuk mendapatkan
penghasilan. Begitu juga dengan industri kecil yang berkembang di masyarakat
pedesaan dilakukan untuk memperoleh tambahan penghasilan masyarakat petani
karena kegiatannya dalam sektor pertanian tidak memberikan penghasilan yang
tetap dan kurang bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini dikarenakan petani
tidak mempunyai kegiatan di luar sektor pertanian pada waktu-waktu senggang
mereka dalam kelangsungan kegiatan produksi di sektor pertanian. Hal ini
memaksa petani pedesaan untuk melakukan kegiatan ekonomi di luar sektor
pertanian untuk menambah penghasilan mereka. Salah satunya yaitu bekerja pada
sektor industri.
Industri yang berkembang di masyarakat pedesaan pada umumnya
merupakan bentuk industri kerajinan rumah tangga maupun industri kecil.
Awalnya kegiatan industri kecil ini merupakan pekerjaan sambilan atau musiman
yang kurang memiliki arti ekonomis. Pada umumnya kegiatan ini hanya berupa
tradisi pedesaan untuk menggunkan waktu senggang mereka dengan tujuan untuk
menambah penghasilan mereka di luar sektor pertanian. Barang produksi yang
dihasilkan umumnya tidak dimaksudkan sebagai pekerjaan pokok namun hanya
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai penghasilan tambahan semata. Masyarakat pada mulanya juga
menganggap bahwa bekerja pada sektor industri kecil dan kerajinan hanya sebagai
pekerjaan sampingan yang mungkin terpaksa mereka lakukan karena adanya
beberapa faktor penyebab misalnya, gagal panen, selain itu juga karena faktor
banyaknya waktu luang yang tersisa dalam proses pengolahan dalam pertanian.
Karena hal tersebut maka masyarakat petani pedesaan mempunyai alternatif untuk
melakukan kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian yaitu di sektor industri kecil.
Dari berbagai uraian di atas dapat di simpulakan sementara bahwa keberadaan
industri kecil pedesaan juga dapat dikatakan sebagai kegiatan subtituen
(pengganti) kegiatan sektor pertanian
Tindakan dalam mengembangkan industri kecil kerajinan gitar merupakan
keputusan yang diambil dari hasil pemikiran sendiri dengan cara dan jalan yang
mereka pilih. Ini menekankan bahwa apa yang mereka lakukan mempunyai tujuan
yang jelas sesuai dengan interpretasi mereka masing-masing. Sejalan dengan
pernyataan tersebut Pip Jones menjelaskan bahwa :
“hampir semua tindakan manusia adalah produk dari suatu keputusan untuk bertindak, sebagai hasil dari pikiran. Hampir semua yang kita lakukan adalah hasil dari memilih tindakan dengan suatu cara tertentu bukan cara lain. Ini adalah pilhan purposif atau berorientasi pada tujuan. Kita memilih diantara banyak pilihan karena kita manusia, kita mampu mengarah pada tujuan atau hasil dan mengambil tindakan untuk mencapainya. Oleh karena itu hampir semua tindakan manusia adalah tindakan yang di sengaja: kita mengambil tindakan tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki” (Pip Jones, 2009:25)
Dilihat dari segi sasarannya dimana yang menjadi sasaran tindakan sosial
si aktor dapat berupa individu atau sekumpulan orang, hal ini dikarenakan
tindakan mereka dilakukan untuk menambah penghasilan sehingga dapat
berpengaruh kepada kesejahteraan individu yang kemudian secara tidak langsung
akan berpengaruh juga kepada orang lain yaitu anggota keluarga khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
Tindakan masyarakat pedesaan untuk melakukan kegiatan ekonomi sektor
industri bisa dilihat sebagai sebuah tindakan sosial. Tindakan sosial merupakan
sebuah paradigma sosial yang dikemukakan oleh Weber. Ritzer (2004:38)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengungkapkan “secara definitif Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang
berusaha menafsirkan dan memahami (interpretatif understanding) tindakan
sosial serta hubungan sosial untuk sampai kepada penjelasan kausal”. Dalam
definisi ini terkandung dua konsep dasarnya. Pertama konsep tindakan sosial.
Kedua konsep tentang penafsiran dan pemahaman. Konsep yang terakhir ini
menyangkut metode untuk menerangkan yang pertama”. Tindakan sosial yang
dimaksud Weber dapat berupa tindakan yang nyata-nyata di arahkan kepada orang
lain, juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin” atau bersifat
“subyektif” yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu,
atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh
situasi yang serupa, ataupun berupa persetujuan secara pasif dari situasi tertentu.
Selanjutnya oleh Weber, Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai
cara yang baik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan
itu sendiri. Sejalan dengan hal tersebut Weber menyatakan sebagai berikut :
“tindakan-tindakan yang tercakup dalam sifat kelaziman rasional ia nilai secara khas sebagai tipe yang paling bisa dipahami, dan perbuatan manusia ekonomis adalah contoh utamanya. Tindakan-tindakan yang kurang rasional oleh Weber digolonglan, kaitannya dengan pencarian “tujuan-tujuan absolut sebagai berasal dari sentimen berpengaruh (affectuall sentiment), atau sebagai tradisional. Karena tujuan absolut dipandang oleh sosiologi sebagai data yang terberi (given), maka sebuah tindakan bisa menjadi rasional dengan mengacu pada sarana yang digunakan” (Max Weber , 2009:66)
Tindakan sosial dapat pula dibedakan dari sudut pandang waktu sehingga
ada tindakan yang diarahkan pada waktu sekarang, waktu lalu atau waktu yang
akan datang. Dilihat dari segi sasarannya maka yang menjadi sasaran tindakan
sosial si aktor dapat berupa individu atau sekumpulan orang. Berkaitan dengan
ciri tindakan sosial tersebut maka tindakan masyarakat untuk melakukan kegiatan
industri kecil dan kerajinan termasuk dalam ciri tindakan sosial yang dilihat dari
segi sasarannya dimana yang menjadi sasaran tindakan sosial si aktor dapat
berupa individu atau sekumpulan orang, hal ini dikarenakan tindakan mereka
dilakukan untuk menambah penghasilan sehingga dapat berpengaruh kepada
kesejahteraan individu yang kemudian secara tidak langsung akan berpengaruh
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
juga kepada orang lain yaitu anggota keluarga khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
Dalam memahami motif dari tindakan sosial yang dilakukan oleh si aktor
terdapat dua cara yang disarankan oleh Weber yaitu 1) dengan melalui
kesungguhan, 2) dengan coba mengenangkan dan menyelami pengalaman si
aktor. Pemahaman ini menempatkan Weber terpisah dari penganut paradigma
lainnya. Metode pemahaman yang diajukan Weber ini bukan hanya bersifat
pemberian penjelasan kausal belaka terhadap tindakan sosial manusia seperti
penjelasan dalam ilmu alam. Atas dasar rasionalitas tindakan sosial, Weber
membedakannya dalam empat tipe. Semakin rasional tindakan itu semakin mudah
dipahami, ke empat tipe tersebut yaitu :
a) Zwerk Rational. Yakni tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar
menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri.
b) Werkrational Action Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang
dipilihnya ini merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan lain.
c) Affectual Action Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-
puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami. Kurang atau tidak rasional.d) Traditional Action
Tindakan yang didasarkan pada atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu di masa lalu saja (Ritzer, 2004: 40-41).
Dari ke empat tipe tindakan sosial di atas, maka dapat diambil kesimpulan
sementara bahwa tindakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat pelaku kegiatan
industri kecil di pedesaan termasuk dalam tindakan Zwerk Rational di mana dalam
tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai
tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Tindakan masyarakat
pedesaan dalam melakukan kegiatan industri didasarkan pada keadaan untuk
mecari jalan keluar dalam menghadapi terbatasnya lapangan kerja di sektor
pertanian, selain itu juga motivasi dari mereka untuk mendapatkan tambahan
penghasilan guna mencukupi kebutuhan keluarga serta meningkatkan
kesejahteraan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7. Tenaga Kerja
Indonesia mempunyai potensi sumber daya manusia yang begitu
melimpah. Oleh karena itu faktor penduduk sebagai pencerminan manusia
Indonesia merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional yang dimiliki
oleh Rakyat dan bangsa Indonesia.
Sebagian besar angkatan kerja di Indonesia , seperti halnya dengan negara
berkembang lainnya masih berat pada sektor sektor pertanian dan umumnya
struktur ekonomi ditandai oleh adanya dualisme antara sektor modern dan
tradisional. Namun di sini terjadi perubahan, penyerapan angkatan kerja pada
sektor pertanian menjadi menurun. Sebaliknya presentase angkatan kerja di
sektor-sektor non pertanian meningkat terutama di sektor industri, jasa dan
perdagangan, (Wirosuhardjo,1986:307). Karena proses yang lambat dalam
pertumbuhannya, mengakibatkan berkembang pesatnya sektor non pertanian,
salah satunya sektor Industri. Untuk daerah pedesaan sendiri yang kental pada
sektor pertanian inipun mulai mengembangkan sektor industri. Sektor indusri
pedesaan ini umumnya adalah industri kecil dan rumah tangga. Dan sektor
industri kecil dan rumah tangga disini mampu menjadi penyedia dalam
menampung angkatan kerja yang sudah tidak bisa lagi tertampung pada sektor
pertanian.
Membahas masalah ketenagakerjaan tidak dapat melepaskan diri dari
pendekatan atau konsep yang dipergunakan dalam perumusan dan pengukuran
mengenai apa yang disebut bekerja. Menurut SAKERNAS , mereka yang disebut
bekerja ialah mereka yang melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh
penghasilan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam sehari
(termasuk pekerja keluarga tanpa upah, yang membantu suatu usaha),
(Wirosuhardjo, 1986 : 203).
Bekerja diartikan sebagai melakukan kegiatan untuk menghasilkan atau
membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh
penghasilan berupa uang atau barang, dalam kurun waktu (time reference) tertentu
(Bagoes Mantra, 2000:299). Jadi dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa
bekerja merupakan suatu kegiatan yang secara sengaja dilakukan untuk
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan.
Selanjutnya dari sini muncul definisi tenaga kerja. Secara umum orang
yang melakukan kegiatan bekerja dapatlah dikatakan sebagai tenaga kerja. Namun
pengertian tenaga kerja lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut. Undang-
Undang Nomor. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok mengenai
Tenaga Kerja menjelaskan bahwa “Tenaga kerja adalah tiap orang mampu
melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna
menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.”
Dari definisi tersebut dapat dijelaskan kembali bahwa tenaga kerja di sini
diartikan sebagai tenaga kerja yang bekerja di luar maupun didalam hubungan
kerja dengan alat produksi adalah tenaganya sendiri, baik fisik maupun pikiran.
Ciri khas dari hubungan kerja diatas adalah ia bekerja atas perintah orang lain
dengan menerima imbalan atau upah .
Wirosuhardjo (1986:193) mengartikan tenaga kerja sebagai berikut,
“tenaga kerja merupakan jumlah seluruh penduduk yang dapat memproduksi
barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka , dan jika mereka
mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Sedangkan definisi tenaga kerja
menurut BPS adalah Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam
usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang
dan jasa”. Dari definisi itu dapat dijelaskan bahwa tenaga kerja itu terdiri dari
orang yang akan melakukan pekerjaan atau orang yang masih atau akan mencari
pekerjaan.
Lebih jauh lagi, tenaga kerja menurut BPS dapat dibedakan menjadi dua
yaitu sebagai berikut :
1) Skilled Labour
Yaitu tenaga kerja yang melalui proses pendidikan yang dibuktikan
dengan adanya sertifikat .
2) Unskilled Labour
Yaitu tenaga kerja yag tidak melalui proses pendidikan tetapi dari
pengalaman- pengalaman termasuk di dalam Unskilled Labour yang
bekerja tidak pada bidangnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tenaga kerja yang dipakai dalam industri rumah tangga kerajinan gitar
adalah tenaga kerja yang merupakan Unskilled Labour yaitu tenaga kerja yang
bermodalkan ketrampilan dan pengalaman. Hal ini merupakan pemenuhan dari
syarat sektor informal. Dimana untuk masuk kedalam sektor informal tenaga kerja
tidak di tuntut untuk mempunyai pendidikan formal yang tinggi, namun keahlian
ketrampilan dari hasil pengalaman-pengalaman cukup untuk memenuhi
persyaratan masuk dalam sektor informal di mana di sini sektor informal yang
dimaksud adalah industri kecil kerajian gitar di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki,
Kabupaten Sukoharjo.
Berkaitan dengan karakteristik tenaga kerja pada sektor indstri kecil
pedesaan dapat dijelaskan bahwa industri kecil pedesaan merekrut tenaga kerja
yang merupakan anggota keluarganya sendiri atau kerabat dekat. Hal ini
merupakan syarat terpenuhinya industri kecil pedesaan sebagai sektor informal.
Seperi yang telah diuraikan sebelumnya dalam sektor informal tenaga kerja
berasal dari lingkungan anggota keluarga dan kerabat. Untuk industri kecil
pedesaan keluarga petani merupakan unit produksi dari kegiatan di sektor industri
kecil tersebut.
Berbicara mengenai tenaga kerja maka tidak akan terlepas dari konsep
angkatan kerja. Karena tenaga kerja merupakan bagian penting untuk membentuk
suatu angkatan kerja. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang
sesungguhnya terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan
jasa (Wirosuhardjo,1986:194). Sedangkan bukan angkatan kerja adalah bagian
dari tenaga kerja (manpower) yang tidak bekerja maupun mencari pekerjaan. Jadi
mereka ini adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat, atau
tidak berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan prosuktif, yaitu memproduksi barang
dan jasa. Mereka yang termasuk dalam angkatan kerja bisa dikatakan sebagai
seorang yang menganggur atau pengangguran. Konsep ini sering dikatakan
sebagai keadaan pengangguran terbuka. Masalah yang lebih sering kita hadapi
adalah masalah setengah menganggur atau pengangguran tidak kentara yaitu
pengertiannya sebagai berikut :
a) Setengah menganggur (Underemployment)
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terletak antara ‘full employment’ dan sama sekali menganggur.Pengertian yang dipakai ILO adalah :Underemployment adalah perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan yang secara normal mampu dan ingin dikerjakan.Konsep ini bisa dibagi dalam :- setengah menganggur yang kentara (visible Underemployment) :
adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time ) diluar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam kurun waktu yang lebih pendek daripada biasanya.
- setengah menganggur yang tidak kentara (invisible Underemployment) adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi
pekerjaannya itu dianggap tidak mencukupi, karena pendaptan yang terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh kemampuannya.
b). Pengangguran tidak kentara (disguised unemployment)dalam angkatan kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja , tetapi sebetulnya mereka adalah penganggur jika dilihat dari segi produktivitasnya. Jadi di sini mereka sebenarnya tidak memiliki produktivitas dalam pekerjaannya.
c). Pengangguran friksional :Adalah pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari suatu pekerjaan ke pekerjaan yang lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain tersebut. (Wirosuhardjo,1986:209).
Dari uraian tentang jenis pengangguran di atas, maka jika dikaitkan dengan
kondisi angkatan kerja di pedesaan dapat dijelaskan bahwa angkatan kerja
pedesaan yang sebagian besar bekerja di dalam sektor pertanian termasuk dalam
keadaan pengangguran friksional dimana dalam angkatan kerja mereka
dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya mereka adalah penganggur
jika dilihat dari segi produktivitasnya. Hal ini didasarkan pada waktu kerja yang
mereka gunakan dalam kegiatan produksi tersebut. Dimungkinkan akan banyak
waktu yang tersisa atau waktu yang senggang yang di mana mereka tidak
menggunakan waktu mereka untuk bekerja secara optimal yaitu waktu diantara
musim tanam dan musim panen. Pada waktu musim panen dan musim tanam
mereka menggunakan waktu mereka secara optimal di sektor pertanian, namun
waktu di musim lain mereka dipastikan tidak melakukan kegiatan ekonomi. Jadi
di sini mereka sebenarnya tidak memiliki produktivitas dalam pekerjaannya.
8. Tenaga Kerja di Pedesaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Angkatan kerja Indonesia sebagian besar berada di daerah pedesaan.
Lapangan kerja di pedesaan yang dapat menampung tenaga kerja sebagian besar
bergantung pada sektor pertanian. Namun sektor pertanian semakin hari semakin
menunjukan keterbatasannya dalam penyerapan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan
lahan yang dapat dioleh untuk pertanian semakin terbatas. Para petani kaya yang
selama ini bisa memperkerjakan banyak buruh tani mulai bersikap komersial,
mereka berusaha memperoleh keuntungan maksimal dengan cara mengurangi
biaya panen atau biaya lainnya.
Pelaksanakan berbagai program pemerintah dalam upaya memajukan
daerah pedesaan dengan menggalakkan penggunaan teknologi baru, baik sistem
produksi maupun organisasi, lambat laun cenderung menggeser kedudukan
teknologi dan pranata sosial tradisional yang selama ini menjadi tonggak
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat pedesaan (Tadjudin Noer effendi
1995 : 175). Hal ini lebih banyak menguntungkan para petani kaya dan lebih
banyak sisi buruknya bagi petani kecil dan buruh tani. Hal ini pun menyebabkan
adanya hubungan yang mulai renggang antara petani kaya dan petani kecil.
Menurut Coller dkk, 1974 dalam Tadjudin Noer Effendi,(1995:9175) perubahan
itu dimungkinkan karena berubahnya dari sistem bawon ke tebasan. Berubahnya
penggilingan padi dari tumbuk ke huller. Berubahnya sistem garapan yang
dulunya menerapkan sistem maro beralih ke sistem kedokan (ceblokan)1.
Perubahan–perubahan itu telah memperkecil kemungkinan buruh tani untuk
melibatkan diri dalam kegiatan pertanian.
Penanggulangan masalah di atas rasionalnya adalah membuka kesempatan
kerja yang bersifat padat karya. Pengembangan industri kecil pedesaan dan
industri rumah tangga nampaknya perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal ini
juga harus diimbangi dengan antusiasme warga masyarakat dalam berusaha
menciptakan kesempatan kerja sendiri dengan jalam menjual jasa ataupun mereka
bekerja untuk menjadi buruh di kota. Gejala ini begitu nampak dengan besarnya
arus urbanisasi dari desa ke kota. Mengkaji permasalahan tersebut maka terjadi
suatu pergeseran pekerja dari sektor pertanian menuju sektor yang lain di 1 Suatu bentuk hubungan kerja dimana buruh panen mengerjakan pekerjaan tambahan di sawah pemilik lahan tanpa mendapat upah, dengan harapan bila panen tiba ia berhak menuai padi.
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pedesaan.
Di daerah pedesaan sektor primer atau pertanian yang memegang peranan
penting mulai berkurang perannya dalam menampung tenaga kerja namun
dibarengi dengan kenaikan proporsi pada pekerja di sektor tersier dan sekunder.
Keadaan ini lebih disebabkan karena adanya tekanan-tekanan di sektor primer
sendiri. Dengan adanya penggunaan teknologi baru dan mekanisasi di bidang
pertanian memaksa sektor ini lebih menekan penggunaan tenaga kerja. Dan
sebaliknya sektor tersier dan sekunder mulai berkembang dan salah satunya yaitu
sektor informal.
Industri yang mulai berkembang sebagai salah satu sektor di luar sektor
pertanian, pada awalnya masih merupakan bentuk industri yang padat modal
sehingga masih belum dapat diandalkan untuk menampung kelebihan tenaga kerja
akibat menurunnya penyerapan tenaga kerja pada sektor primer sebelumnya.
Begitu juga dengan bentuk industri yang berkembang di perkotaan juga masih
merupakan jenis industri padat modal. Hal ini tidak membawa keberuntungan bagi
warga migran dari desa ke kota. Industri jenis industri ini kebanyakan
membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan dan berkeahlian tinggi. Selain itu
juga menggunakan teknologi yang maju dan menuntut ketrampilan khusus untuk
mengoperasikannya. Tetapi kenyataan berbicara bahwa pekerja migran dari desa
ke kota kebanyakan merupakan pekerja yang mempunai tingkat pendidikan
rendah dan kualias kerja yang rendah. Karena kondisi ini membawa masalah baru
bagi kehidupan di kota maupun bagi kehidupan migran tersebut.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap menurunnya proporsi pekerja di
sektor primer atau pertanian adalah berkaitan dengan perubahan aspirasi generasi
muda pedesaan, terutama yang berpendidikan. Kecenderungan enggan bagi
mereka untuk bekerja di sektor pertanian, karena menganggap bahwa bekerja di
sektor pertanian mempunyai status yang rendah, dan lebih memilih untuk bekerja
pada sektor sekunder ataupun tersier.
9. Kaitan Industri Kecil dan Sektor informal Rumah Tangga dalam
Penyerapan Tenaga Kerja.
Timbulnya sektor informal di desa tidak terlepas dari latar belakang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sejarah perekonomian tradisional yaitu perekonomian pedesaan yang sebagian
besar didasarkan pada struktur pertanian dan pola bercocok tanam sederhana.
Karena rendahnya upah tenaga kerja di sektor pertanian dan semakin
menyempitnya lahan pertanian di pedesaan maka banyak tenaga kerja yang
memiliki alternatif untuk urbanisasi dan bekerja di sektor non pertanian.
Sepertinya dari tahun ke tahun penyediaan kesempatan kerja pada sektor pertanian
mengalami kemunduran, sedangkan pada sektor non pertanian menunjukkan
kenaikan. Dalam hubungan ini ternyata sebagian besar angkatan kerja terserap
pada sektor informal.
Angkatan kerja yang merupakan bagian dari tenaga kerja dimana tenaga
kerja itu sendiri mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang
sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah
dan mengurus rumah tangga Simanjutak (1985:2). Dengan demikian tidak semua
penduduk digolongkan sebagai tenaga kerja, sebab diantara penduduk tersebut ada
yang kurang mampu memproduksi barang atau jasa misalnya anak-anak di bawah
usia kerja, orang yang lanjut usia atau jompo.
Secara praktis pengertian tenaga kerja hanya dilihat dari segi umur dan
melihat batas umur. Maka secara praktis pula dapat ditentukan golongan tenaga
kerja dan bukan golongan tenaga kerja. Di setiap negara batas umur tenaga kerja
ini tidak sama. Di Indonesia dipilih batas umur 15 tahun tanpa batas umur
maksimum. Dengan memperhatikan hal tersebut maka kesekuruhan penduduk bila
dilihat dari struktur ketenagakerjaan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
yaitu : penduduk usia kerja (working age population) dan penduduk di luar usia
kerja (non working age population). Namun dari pengertian itu tidak semua
tenaga kerja berpartisipasi aktif dalam pekerjaan atau kegiatan produktif. Hanya
sebagian dari mereka yang sesungguhnya terlibat. Mereka yang tidak terlibat
dalam kegiatan produktif disebut bukan angkatan kerja (non in the labour force).
Sedangkan mereka yang terlibat dalam pekerjaan atau usaha produktif disebut
angkatan kerja (labour force)
Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang
sedang mencari pekerjaan atau menganggur. Golongan yang bekerja yaitu orang-
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
orang yang sudah aktif dalam kegiatannya dalam proses produksi guna
menghasilkan barang atau jasa. Jumlah orang yang terserap dalam suatu pekerjaan
tergantung dari besarnya permintaan (demand) dalam masyarakat. Sedangkan
besar kecilnya permintaan tenaga kerja dipengaruhi antara lain oleh aktvitas
ekonomi maupun tingkat upah. Permintaan tenaga kerja ini dapat datang dari
sektor formal maupun informal.
Sektor informal yang umumnya dipandang sebagai pekerjaan yang
inferior, ternyata mempunyai banyak bidang usaha satu diantaranya adalah bidang
usaha industri dan salah satunya pelaku di bidang usaha industri adalah industri
kecil kerajinan. Industri kecil kerajinan dalam usahanya mempunyai beberapa
karakteristik dasar diantaranya yaitu : tidak memiliki izin usaha, modal dari
keluarga sendiri, tenaga kerja kebanyakan dari keluarga sendiri, waktu yang
digunakan tidak pernah teratur. Beberapa karakteristik ini dapat mempengaruhi
permintaan maupun penawaran angkatan kerja untuk memasuki kerja yang
terserap oleh sektor informal. Oleh karenanya kaitan antara sektor informal dan
penyerapan angkatan kerja dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. persyaratan masuk. Angkatan kerja mudah terserap pada sektor informal,
alasan ini karena sektor informal memberi kebebasan masuk maupun
keluar kerja kepada angkatan kerja tanpa adanya persyaratan. Persyaratan
seperti yang diberlakukan pada sektor informal. Akibatnya bagi angkatan
kerja yang berminat atau tertarik untuk memasuki kerja di sektor informal
langsung dapat terserap sesuai dengan jenis yang diminati.
b. Waktu kerja. Dari segi waktu kerja sektor ini memberikan kebebasan
waktu kepada angkatan kerja. Dengan adanya kebebasan waktu kerja ini
angkatan kerja akan lebih fleksibel untuk menjalankan usahanya sehingga
bagi siapapun yang memasuki sektor ini dapat memilih waktu yang
diinginkan.
c. Umur kerja. Secara relatif bekerja pada sektor informal tidak ada batas
umur yang mengikat seperti yang diberlakukan pada sektor formal.
Siapapun yang berminat memasuki sektor ini dalam usia berapapun dapat
membuka dan menjalankan usahanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Jenjang pendidikan. Bagi angkatan kerja yang mempunyai pendidikan
formal terbatas (rendah), tentunya akan sulit memasuki kerja di sektor
formal. Oleh karena itu sektor informal menawarkan kesempatan kerja
kepada angkatan kerja yang berminat memasukinya.
Dari berbagai kelebihan-kelebihan sektor informal di atas maka
keberadaan sektor informal mempunyai pengaruh yaitu :
1) mempunyai kemampuan untuk menyerap tenaga kerja atau
angkatan kerja. Hal ini mengingat bahwa sektor formal sangat
terbatas dalam penyerapan tenaga kerja.
2) Mampu menciptakan lapangan kerja baru.
Dari berbagai uraian tentang sektor informal maka dapat disimpulkan
bahwa sektor ini memberi andil dan ikut berperan dalam menjawab pertanyaan –
pertanyaan dasar mengenai proses pembangunan ekonomi dan perubahan sosial.
Dalam rangka mengemban misi pemerataan pembangunan di era otonomi daerah,
maka sudah selayaknya bila kebijakan ekonomi mengarah pada pemerataan
kesempatan berusaha di sektor industri kecil pedesaan dan sektor informal.
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Penelitian yang Relevan
Menurut Luciana Intan S.N, (2003). Penelitian tentang Industri Kecil dan
Peranannya dalam Memberikan kesempatan kerja bagi Masyarakat (Studi kasus di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dikemukakan bahwa
terdapat sebanyak 86 industri kecil yang ada di kecamatan Jebres. Industri kecil
ini bergerak dalam berbagai bidang, seperti makanan, konveksi, kayu, dan
kerajinan tangan. Perkembangan industri kecil yang dapat dilihat dari tahun 1997
hingga tahun 2003 dari aspek permodalan menunjukan bahwa sebagian industri
kecil yaitusebanyak 48 industri kecil (55,81%) mengalami peningkatan modal.
Dilihat dari jenis teknologi yang digunakan dalam proses produksi sebagian besar
industri kecil masih menggunakan teknologi manual yaitu sebanyak 45 industri
kecil (52,32%). Dilihat dari orientasi pasar, sebagian besar industri kecil memiliki
pasar lokal (Solo dan Sekitarnya) yaitu sebanyak 43 industri kecil (50%). Dilihat
dari produksinya sebagian besar industri kecil mengalami peningkatan yaitu
sebanyak 57 industri kecil (66,28%). Dilihat dari jumlah tenaga kerja sebagian
besar industri kecil mengalami peningkatan yaitu sebanyak 44 industri kecil
(51,16%) dengan demikian secara keseluruhan, sebagian besar industri kecil di
Kecamatan Jebres mengalami perkembangan dalam usaha. Dari 86 industri kecil
yang ada di kecamatan Jebres tersebut selama ini telah mampu menyerap jumlah
tenaga kerja sebanyak 1.107 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 1.010
merupakan tenaga kerja yang berasal dari kecamatan Jebres sendiri, sementara itu
sisanya 97 orang karyawan berasal dari luar kecamatan Jebres. Berarti sebanyak
1,03% dari total 98.451 angkatan kerja telah tertampung pada sektor industri kecil
ini.
Penelitian Ika Setyowati (2009). Penelitian tentang industri kecil dalam
menyerap tenaga kerja (studi kasus industri kecil genteng pres Di Desa Grogol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo) hasil penelitian menunjukan bahwa
industri kecil Genteng Pres memiliki kemampuan dalam menyerap tenaga kerja
bagi mereka yang memiliki ketrampilan dan ketekunan. Keberadaan industri ini
mampu meningkatkan kehidupan ekonomi desa Grogol dan tercukupinya
kebutuhan hidup.
Penelitian Ester Jawanti (2003). Penelitian tentang industri kecil
penyulingan minyak cengkeh terhadap penyerapan tenaga kerja di Kecamatan
Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Hasil penelitian menunjukkan industri
kecil penyulingan minyak cengkeh memiliki peranan terhadap penyerapan tenaga
kerja khususnya tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan memiliki
ketrampilan terbatas. Keberadaan industri penyulingan minyak cengkeh telah
menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat sehingga menjadi salah
satu solusi dalam mengatasi masalah kesempatan kerja di pedesaan.
Fitriah, Idatul. (2008). Peranan industri rumah tangga bordir dalam menyerap
tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan di Desa Pacul kecamatan Talang
kabupaten Tegal. Simpulan yang diperoleh industri rumah tangga bordir yang
berada di Desa Pacul Kecamatan Talang Kabupaten Tegal turut berperan dalam
yang menyerap tenaga kerja dengan persentase 70,00%. Industri rumah tangga
bordir yang berada di Desa Pacul Kecamatan Talang turut berperan dalam
meningkatkan pendapatan pengrajin border.
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. KERANGKA BERPIKIR
Jumlah penduduk Indonesia seperti yang telah diketahui begitu besar.
Penduduk merupakan sumber angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan
penduduk yang terlibat dalam kegiatan produksi barang. Dari besarnya jumlah
penduduk dipastikan akan melahirkan besaran angkatan kerja yang cukup tinggi
jumlahnya.
Pada umumnya penduduk pedesaan bermatapencaharian sebagai petani.
Hal serupa juga terjadi di Desa Ngrombo. Pada mulanya mata pencaharian
penduduk Desa Ngrombo adalah di sektor pertanian. Namun seiring berjalannya
waktu kegiatan penduduk dalam sektor pertanian semakin berkurang karena
berbagai hal. Penyempitan lahan pertanian karena digunakan untuk pemukiman
penduduk serta mekanisasi pertanian menjadikan banyak angkatan kerja di Desa
Ngrombo tidak tertampung dalam sektor pertanian. Banyak waktu luang yang
dimiliki oleh masyarakat Desa Ngrombo. Oleh karena itu keadaan tersebut
menimbulkan pengangguran jika tidak ada pembukaan lapangan kerja baru di
Desa Ngrombo.
Untuk mempertahankan hidup manusia senantiasa melakukan usaha.
Selanjutnya penduduk Desa Ngrombo mulai mengembangkan kegiatan ekonomi
di luar sektor pertanian, salah satunya yaitu di sektor industri kecil kerajinan gitar.
Langkah masyarakat untuk bekerja di sektor industri kecil kerajinan gitar
merupakan sebuah tindakan sosial rasional yang didasarkan untuk memanfaatkan
waktu luang dan menambah penghasilan mereka disamping bekerja disektor
pertanian. Sektor industri diharapkan dapat menjadi kesempatan baru untuk
mengembangkan usaha dan membuka lapangan kerja baru dalam menyerap
tenaga kerja atau pengangguran.
Secara lebih rinci demikian bagan kerangka berpikir :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Se k to r pe rta n ia n se m a k in m e n urun d a ya se ra p te n a g a k e rjaOv e r pro d uc tiv e po pula tio nTe rb a ta sn ya la pa n g a n pe k e rja a nPe n g a n g g ura n
Tin d a k a n so sia l m a sya ra k a t De sa Ng ro m b oPe n g e m b a n g a n se k to r in d ustri in d ustri k e c il k e ra jin a n g ita r
Me n ye ra p te n a g a k e rja d a n m e n g ura n g i pe n g a n g g ura n
La pa n g a n k e rja b a ru33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam setiap penelitian diperlukan adanya metodologi penelitian yang
digunakan dalam rangka pengumpulan data sebagai dasar untuk menjawab
persoalan penelitian yang diajukan. Penelitian merupakan sebuah aktifitas yang
seksama dalam mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data
yang tersistematis dan tentunya bersifat obyektif yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam memecahkan suatu permasalahan. Robert Bogdan
dan Steven J.Tailor (1993:25) mengungkapkan bahwa “ metodologi berarti
proses, prinsip dan prosedur yang kita pakai dalam mendekati persoalan-persoalan
dan usaha mencari jawabannya”. pengertian metodologi penelitian menurut
Ulber Silalahi (2009: 14), “Metodologi secara epitimologis berasal dari kata
methodos= metode dan logos= ilmu, metodologi penelitian merupakan ilmu yang
mempelajari cara yang digunakan untuk menyelidiki masalah yang memerlukan
jawaban”. Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2003:42) mengartikan
“metodologi penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-
peraturan yang terdapat dalam penelitian”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa metodologi penelitian merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang
mempelajari bagaimana prosedur kerja mencari kebenaran. Metodologi penelitian
merupakan cara dan upaya yang ditempuh oleh seorang peneliti untuk mencapai
tujuan penelitiannya.
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian yang mengambil judul “Kontribusi Industri Kecil Kerajinan
Gitar Dalam Upaya Penyerapan Tenaga Kerja” dilakukan di Desa Ngrombo,
Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo. Lokasi tersebut dipilih karena Desa
Ngrombo merupakan daerah sentra industri kecil kerajinan gitar di Kabupaten
Sukoharjo. Berdasarkan data dari monografi Desa Ngrombo tahun 2009
tercatat terdapat 56 unit industri kecil kerajinan gitar. Berkembangnya industri
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo pada nantinya akan berpebengaruh
terhadap penyerapan tenaga kerja di desa tersebut. Oleh karena itu Desa
Ngrombo termasuk dalam kriteria desa yang tepat untuk dapat ditemukan
informan yang akan dijadikan sebagai sumber penelitian. Informan dalam
penelitian ini yaitu perangkat desa, pengrajin gitar dan tenaga kerja industri
kerajinan gitar di Desa Ngrombo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah konsultasi pengajuan judul disetujui oleh
Dosen Pembimbing skripsi dan telah mendapatkan ijin dari berbagai pihak
yang berwenang baik dari dalam kampus maupun lembaga/instansi-instansi
yang terkait. Penelitian ini akan dilaksanakan terhitung sejak penyusunan
proposal sampai penyusunan laporan yakni dari bulan Januari 2010 sampai
bulan Juli 2010. Namun tidak menutup kemungkinan adanya perubahan waktu
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang diperlukan dalam penelitian.
Tabel 2. Waktu Dan Kegiatan Penelitian
NO KEGIATAN
TAHUN 2010Jan’10 Feb’10 Mar’10 Apr’10 Mei’10 Jun’10 Juli’10
1 Penyusunan
proposal 2 Perijinan 3 Pengumpulan
data 4 Analisis data 5. Penyusunan
laporan
B. Bentuk Dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian maka peneliti
memilih penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1993:30),
“metodologi kualitatif menunjuk kepada prosedur-prosedur riset yang
menghasilkan data deskriptif berupa ungkapan atau catatan orang itu sendiri
atau tingkah laku mereka yang terobservasi”. Pendekatan ini, mengarah
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kepada keadaan-keadaan individu secara holistik (utuh)”. Lexy Moleong
(2007:3) mengutip pendapat Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa
“penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
jalan melakukan berbagai metode yang ada”. H.B Sutopo, (2002:49)
mengatakan “penelitian kualitatif menekankan pada makna, lebih
memfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya”. Dapat diambil
kesimpulan, metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan
makna dari obyek yang menjadi pengamatan dan lebih memusatkan pada
kualitas data tersebut.
Dari penjelasan tersebut, maka dalam penelitian ini dipilih jenis
penelitian kualitatif karena dalam penelitian kualitatif proses untuk
memperoleh makna digali lebih luas, sehingga diperoleh makna yang dalam.
Sesuai dengan sifatnya, penelitian kualitatif ini bersifat holistic, jadi
memandang suatu masalah sebagai sebuah kesatuan dari proses sosial. Dalam
masalah alasan masyarakat Desa Ngrombo bekerja di sektor industri kecil
kerajinan gitar dan kontribusi sektor industri kecil kerajinan gitar dalam
penyerapan tenaga kerja, serta strategi masyarakat desa Ngrombo dalam
mengatasi masalah yang menghambat jalannya industri kecil kerajinan gitar
tersebut, teknik kualitatif akan lebih mudah digunakan. Di dalam teknik
kualitatif terdapat berbagai proses interpretative secara lebih dalam, yang
berusaha untuk menjawab hakekat dari realitas yang terbentuk secara sosial
(Cassirer, 1985 ; Berger & Luckmann, 1991: 21). Dari berbagai proses
tersebut, maka dapat diungkap informasi kualitatif dengan mendeskripsikan
secara cermat dan penuh makna berharga. Dari hasil penelitian ini dianalisis
secara diskriptif dan diinterpretasikan, sehingga akan terjaring jawaban sesuai
dengan pertanyaan dan tujuan penelitian.
2. Strategi Penelitian
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Strategi merupakan bagian dari desain penelitian yang dapat
menjelaskan bagaimana tujuan penelitian akan dicapai dan bagaimana
masalah yang dihadapi di dalam penelitian akan dikaji dan dipecahkan untuk
dipahami. Menurut H.B Sutopo (2002:123) “strategi adalah metode yang
digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data”
Strategi penelitian ini adalah studi kasus terpancang tunggal. Studi kasus
menurut Schramm dalam Yin (1981:56) adalah “suatu pendekatan untuk
mempelajari, menerangkan atau menginterpretasikan suatu kasus (case) dalam
konteksnya secara natural, tanpa adanya intervensi dari pihak luar”. Mulyana
(2003:201), studi kasus adalah “uraian dan penjelasan komprehensif mengenai
berbagi aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi
(komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial”. Terpancang artinya
terfokus, maksudnya dalam penelitian ini memfokuskan pada suatu masalah
yang sudah ditetapkan sebelum peneliti terjun ke tempat penelitian. Dalam
penelitian ini fokus penelitian yaitu tentang penyerapan tenaga kerja oleh
sektor industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo. Disebut tunggal karena
penelitian ini merupakan penataan secara rinci aspek-aspek tunggal.
H.B Sutopo ( 2002:112-113) mengungkapkan “aspek tunggal bisa dilakukan
pada sasaran satu orang atau lebih, satu desa, kecamatan, kabupaten, propinsi,
negara, bangsa atau lebih, tergantung adanya kesamaan karakteristiknya atau
adanya keseragaman”. Jadi dalam studi kasus yang terpenting adalah
bagaimana menyajikan pandangan subjektif dari peneliti. Hal ini dapat
dilakukan atau dapat dicapai dengan menggunakan metode wawancara,
pengamatan, telaah dokumen atau arsip.
Studi kasus digunakan karena untuk memperoleh kebenaran dalam
penelitian yaitu tentang kasus penyerapan tenaga kerja oleh industri kecil
kerajinan gitar di Desa Ngrombo. Informan dipilih mulai dari perangkat Desa ,
perajin dan tenaga kerja industri kecil kerajinan gitar untuk mewakili dan
mengungkapkan jawaban tentang alasan masyarakat Desa Ngrombo
mengembangkan industri kecil kerajinan gitar dalam mengatasi kelebihan
tenaga kerja, kontribusi industri tersebut dalam mengatasi kelebihan tenaga
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kerja dan upaya masyarakat dalam mengatasi masalah yang menghambat
jalannya industri tersebut. Dengan studi kasus ini dapat mempelajari
semaksimal mungkin seorang individu yang menjadi informan, yang dapat
memberikan pandangan yang lengkap mengenai masalah yang diteliti, yang
dalam hal ini adalah masalah penyerapan tenaga kerja. Ini akan membawa
dampak pada data yang diperoleh lebih nyata dan dalam, sehingga dari data
tersebut dapat dimaknai secara lebih luas, dan menghasilkan gambaran
permasalahan yang tampak lebih jelas.
C. Sumber Data
Dalam penelitian, sumber data memiliki peranan penting bagi peneliti
untuk menentukan ketepatan dan kebenaran tujuan penelitian dari informasi
yang diperoleh. Menurut Lofland dan Lofland yang dikutip Moleong
(2007:112) mengatakan “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain”. Sumber data dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
1. Informan (narasumber)
Menurut H.B. Sutopo (2002:50) “dalam penelitian kualitatif posisi
sumber data manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu
yang memiliki informasinya”. Informan dalam penelitian ini adalah para
perajin dan tenaga kerja serta perangkat Desa Ngrombo Kecamatan Baki,
Kabupaten Sukoharjo. Dasar pemilihan informan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Pengrajin .
Pengrajin yaitu orang yang mempunyai ketrampilan khusus dan sudah
ahli serta menguasai teknik produksi dalam sektor industri kecil kerajinan
gitar. Pengrajin biasanya adalah orang yang juga menjadi pemilik industri
kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo.
b. Perangkat Desa Ngrombo.
Perangkat Desa yaitu orang-orang yang bertugas dalam lingkup
pemerintahan desa dan kegiatan administrasi desa. Perangkat Desa
meliputi Kepala Desa dan Petugas kelurahan. Ini dikarenakan perangkat
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
desa mengetahui karakteristik masyarakat Desa Ngrombo sebagai desa
industri kecil kerajinan gitar dan untuk mengetahui usaha-usaha apa saja
yang telah dilakukan dalam mengembangkan industri kerajinan gitar di
Desa Ngrombo yang nantinya akan berpengaruh terhadap penyerapan
tenaga kerja di desa tersebut.
c. Tenaga kerja industri kerajinan gitar.
Tenaga kerja merupakan orang yang bekerja di sektor industri kecil
kerajinan gitar. pemilihan tenaga kerja sebagai informan karena
disesuaikan dengan fokus penelitian yaitu tentang penyerapan tenaga kerja
oleh sektor industri kecil kerajinan gitar.
2. Peristiwa dan Aktivitas
Dalam hal penelitian bukan hanya melalui informasi yang diberikan
seseorang atau dari catatan yang tertulis saja, namun juga dilakukan kajian
terhadap aktivitas yang dilakukan meskipun tidak harus secara langsung
diamati. Peristiwa atau aktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kegiatan dalam kehidupan sehari–hari penduduk desa yang meliputi pekerjaan
yang mereka lakukan. Hal ini dapat dilihat melalui aktivitas yang mereka
lakukan di sektor industri di samping aktivitas pada sektor pertanian sebagai
upaya mereka menggunakan waktu senggang.
3. Dokumen dan Arsip
Dokumen dan arsip merupakan sumber data yang tidak kalah pentingnya
dalam penelitian kualitatif. Data yang diperoleh selain berasal dari informan,
juga diperoleh dari dokumen atau arsip. Menurut Sugiyono (2005:82)
“dokumen merupakan cacatan peristiwa yang sudah berlalu”. Lebih lanjut HB
Sutopo (2002 : 54) menjelaskan bahwa “dokumen dan arsip merupakan bahan
tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu”.
Dokumen ini bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah arsip
serta data mengenai besarnya jumlah tenaga kerja yang dapat terserap oleh
industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo saat ini. Dokumen dan arsip ini
dapat diperoleh dari monografi Desa Ngrombo, data ketenagakerjaan 2009.
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengumpulan data melalui monografi Desa Ngrombo ini dipilih untuk
memudahkan dan mengetahui data penduduk yang meliputi jumlah penduduk,
tingkat pendidikan, dan data ketenagakerjaan Desa Ngrombo. Pada data
monografi dan data ketenagakerjaan telah disediakan data yang tertulis secara
jelas, angka dan jumlah penduduk, tingkat pendidikan, angkatan kerja di Desa
Ngrombo. Jadi dengan demikian diperoleh data yang yang riil untuk nanti
digali dan ditangkap makna yang tersirat dari dokumen tersebut.
D. Teknik Cuplikan
Di dalam penelitian kualitatif yang digunakan untuk menarik sampel
sangat selektif. Sampel yang dimaksud mempunyai fungsi yang sangat
bermakna sebagai sumber informasi. Kualitatif tidak memandang dari segi
kuantitasnya melainkan segi kualitas dari penelitian sehingga jumlah sampel
tidak begitu diperhitungkan dan bukan mewakili populasi namun untuk
menggali informasi sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive dengan
snowball. Menurut Patton yang dikutip H.B. Sutopo (2002:185), ”purposive
adalah peneliti akan memilih informan yang dipandang paling tahu, sehingga
kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan
dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data”. Dalam teknik purposive,
peneliti tidak menjadikan semua orang sebagai informan dimana teknik
pengambilan informan dengan cara tidak memberikan kesempatan kepada
informan, tetapi peneliti memilih informan yang dipandang tahu dan cukup
memahami tentang keadaan industri kecil kerajinan gitar dan gambaran
masyarakat Desa Ngrombo.
Snowball sampling menurut Yin ”digunakan bilamana peneliti ingin
mengumpulkan data, yang berupa informasi dari informan dalam salah satu
lokasi, tetapi peneliti tidak tahu siapa yang paling tepat untuk dipilih, karena
tidak mengetahui kondisi dan struktur warga masyarakat dalam lokasi
tersebut” (HB. Sutopo,2002:57). Dalam penelitian ini cara peneliti melakukan
snowball yaitu menemukan informan dengan cara bertanya pada orang
pertama misalnya kepala Desa Ngrombo untuk selanjutnya bergulir ke orang
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kedua misalnya perajin gitar, kemudian orang ketiga misalnya perajin gitar
yang lain dan seterusnya sehingga diperoleh data yang lengkap, akurat dan
mendalam. Dalam metode ini beberapa obyek penelitian dipilih misalnya
alasan penduduk bekerja dalam sektor industri, kemudian dari yang dipilih
tersebut dijadikan sebagai sumber data yang akan membantu dalam
mengungkap permasalahan yang telah dirumuskan. Snowball digunakan
peneliti untuk mencari informan kunci (key informan) yaitu peneliti
mengambil orang-orang kunci untuk dijadikan sebagai sumber data yang
dapat dipercaya sehingga menghasilkan informasi yang jelas. Informan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pengrajin gitar, tenaga kerja dan juga
perangkat Desa Ngrombo.
E. Teknik Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data merupakan bagian yang penting dalam
setiap penelitian. (HB Sutopo,2002: 47) “dalam penelitian kualitatif, data
penelitian bukan sebagai alat dasar pembuktian tetapi sebagai modal dasar
bagi pemahaman, sehingga proses pengumpulan data akan lebih lentur dan
dinamis”. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara, observasi langsung dan dokumentasi:
1) Wawancara ,
Wawancara yaitu cara yang dipakai untuk memperoleh informasi melalui
kegiatan interaksi sosial antara peneliti dan yang diteliti, melalui kegiatan
tanya jawab (Slamet, 2006:101). Sedangkan Mulyana (2003:180) menjelaskan
bahwa wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan perangkat Desa
Ngrombo, pengrajin gitar dan tenaga kerja dalam industri kecil kerajinan gitar.
Wawancara dipilih karena untuk memperoleh informasi sesuai fokus
penelitian yaitu alasan penduduk bekerja di sektor industri di samping bekerja
di sektor pertanian dan upaya-upaya yang mereka lakukan dalam
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengembangkan industri kecil kerajinan gitar. Wawancara dilakukan
langsung kepada informan, melalui proses komunikasi lewat tanya jawab.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara tidak
terstruktur atau wawancara mendalam. Di sini peneliti tidak tahu apa yang
belum diketahuinya. Wawancara dilakukan dengan bebas dengan suasana
informal dan pertanyaan tidak terstruktur namun tetap mengarah pada fokus
masalah penelitian. Informan yang dipilih adalah informan yang dianggap
tahu tentang topik permasalahan yang bersangkutan. Peneliti mencatat
informasi yang diberikan oleh informan dan mendiskusikan yang belum jelas
tanpa memberikan pengaruh terhadap informan mengenai jawaban yang
diberikan. Peneliti menggunakan instrumen penelitian dengan panduan.
2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat non verbal,
biasanya berupa studi lapangan di mana peneliti berperan sebagai pengamat.
(Sutopo HB, 2002 : 64) “teknik observasi digunakan untuk menggali data dari
suatu sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta
rekaman gambar”. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
observasi berperan pasif dimana peneliti terlibat secara langsung dalam
kegiatan yang dilakukan oleh obyek penelitian namun peneliti hanya sebagai
pengamat saja.
Hal yang diobservasi dalam penelitian ini yaitu meliputi aktivitas sehari-
hari penduduk yang bekerja di sektor industri di samping bekerja di sektor
pertanian. Observasi ini dilakukan guna mendapatkan gambaran aktivitas
kehidupan sehari-hari penduduk untuk menjawab persoalan alasan penduduk
melakukan kegiatan di sektor industri kecil kerajinan gitar.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data memalui dokumentasi yang dilakukan yaitu menelaah
dokumen, arsip yang berhubungan dengan peristiwa atau masalah. Umumnya
berupa catatan yang berharga bagi pemahaman suatu peristiwa. Mencatat
dokumen menurut Yin bukan hanya sekedar mencatat isi penting yang tersurat
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat
( Sutopo, 2002 : 69-70).
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data arsip yang
diperoleh dari data monografi Desa Ngrombo dan data ketenagakerjaan desa
Ngrombo yang relevan dan mendukung penelitian. Hal ini dilakukan untuk
mendukung pengumpulan data mengenai kontribusi Industri kecil kerajinan
gitar dalam penyerapan tenaga kerja di Desa Ngrombo. Dokumentasi juga
dilakukan dengan rekaman wawancara dan hasil foto dari aktivitas perajin dan
tenaga kerja pada industri rumah tangga kerajinan gitar.
F. Validitas Data
Setelah dilakukan penelitian, data dan informasi yang berhasil
dikumpulkan perlu diuji kebenarannya. Oleh karena itu setelah data terkumpul
dilakukan pemeriksaan keabsahannya atau validitas data. Validitas data
merupakan pengujian data dalam penelitian agar dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya atau tidak. Untuk meningkatkan
kesahihan data, peneliti menggunakan teknik trianggulasi .
Trianggulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. Moleong (2007:178) menyatakan,“trianggulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan/sebagai pembanding terhadap data itu”.
Maksudnya adalah, data yang diperoleh akan diuji keabsahannya dengan cara
mengecek kepada sumber lain sehingga dihasilkan suatu kebenaran.
Menurut Sutopo, H.B (2002:78-83) dengan mengutip Patton, teknik
trianggulasi ada empat macam, yaitu:
1. Trianggulasi data (trianggulasi sumber)
Yaitu peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan
data yang sama.
2. Trianggulasi metode
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan teknik atau metode
pengumpulan data yang berbeda.
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Trianggulasi peneliti
Yaitu hasil penelitian baik data maupun simpulan mengenai bagian
tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.
4. Trianggulasi teori
Yaitu trianggulasi yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Dari uraian tentang trianggulasi di atas, penulis menggunakan
pendekatan trianggulasi data (sumber) yaitu pengumpulan data dengan
menggunakan berbagai sumber untuk mengumpulkan data yang sama. Artinya
data yang sama atau sejenis akan lebih mantab kebenarannya bila digali dari
beberapa sumber informan yang berbeda. Informasi yang diperoleh dari satu
informan selalu dibandingkan dan diuji dengan data/informasi yang diperoleh
dari informan lain untuk mengecek kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Dengan demikian apa yang
diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya bilamana
dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang
berbeda baik kelompok sumber sejenis maupun sumber yang berbeda
jenisnya. Selain itu, penulis juga menggunakan trianggulasi metode yaitu
pengumpulan data dengan teknik pengumpulan data yang berbeda. Cara-cara
yang ditempuh dalam melaksanakan trianggulasi pada penelitian ini yaitu
sebagai berikut :
1. Membandingkan apa yang dikatakan informan satu dengan informan yang
lain tentang alasan mereka bekerja di sektor industri kecil kerajinan gitar
di samping bekerja di sektor pertanian.
2. Membandingkan data hasil observasi terhadap aktivitas sehari-hari
penduduk desa dengan data hasil wawancara.
3. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen-dokumen yang
diperoleh dari monografi desa dan data ketenagakerjaan Desa Ngrombo
yang relevan atau berkaitan.
Dengan prosedur ini diharapkan data benar-benar valid dan kesimpulan
yang diperoleh memiliki validitas yang tinggi.
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan bersamaan saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan dalam
periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis
terhadap jawaban dari informan. Bila jawaban dari informan setelah dianalisis
terasa belum lengkap dan mendalam, maka peneliti akan melanjutkan
interview lagi, sampai data benar-benar lengkap dan mendalam. Miles dan
Huberman (1992:20) mengemukakan “aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Penelitian ini menggunakan analisa model interaktif, dimulai dari
pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.
Keterkaitan empat komponen dilakukan secara interaktif dengan proses
pengumpulan data yang dilakukan secara kontinyu sehingga proses analisis
merupakan rangkaian interaktif yang bersifat siklus.
Gambar 2. Analisis Data Kualitatif Menurut Milles Dan Huberman (1992:20)
1. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari berbagai
sumber antara lain buku-buku yang relevan, informasi, dan peristiwa di
55
Pengumpulan data Sajian
data
Penarikan kesimpulan
Reduksi data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lapangan. Sedangkan pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara
dan dokumentasi.
2. Reduksi Data
Tahap ini merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan
abstraksi data yang telah terkumpul. Dengan reduksi data, data kualitatif dapat
disederhanakan dan ditransformasikan dalam berbagai cara, seperti melalui
seleksi yang ketat, melalui ringkasan/uraian singkat, menggolongkan dalam
klasifikasi yang telah ditentukan. Proses ini berlangsung terus sepanjang
pelaksanaan penelitian baik sebelum atau sesudah pengumpulan data.
Reduksi data berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang
kerangka kerja konseptual, pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian
sampai pada proses verifikasi data. Pada saat reduksi data, peneliti
menentukan beberapa informan untuk mendiskripsikan alasan masyarakat
desa Ngrombo bekerja di sektor industri kecil kerajinan gitar,mendiskripsikan
kontribusi industri kecil kerajinan gitar dalam penyerapannya pada tenaga
kerja di Desa Ngrombo. Di dalamnya dibahas tentang kendala-kendala yang
dihadapi para pengusaha kecil dan rumah tangga serta para tenaga kerja, cara
yang dilakukan untuk keluar dari kendala tersebut, usaha para pengrajin dalam
meningkatkan dan mengembangkan usaha hingga akhirnya dapat menyerap
tenaga kerja. Selain itu peneliti juga mendapat data dari buku-buku yang
relevan dengan masalah penelitian.
3. Sajian Data
Sajian data dilakukan merangkai data atau informasi yang telah
direduksi dalam bentuk narasi kalimat, gambar/ skema, maupun tabel yang
memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini
merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis
sehingga bila dibaca akan mudah dipahami mengenai berbagai hal yang terjadi
dalam penelitian, yang memungkinkan peneliti untuk melakukan sesuatu pada
analisis/ tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut.
Pada awal pengumpulan data hingga penyajian data, peneliti melakukan
pencatatan dan membuat pertanyaan untuk membuat kesimpulan. Penyajian
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara
mendalam. Adapun penyajian data untuk mendiskripsikan alasan masyarakat
Desa Ngrombo bekerja pada sektor industri kecil kerajinan gitar,
mendeskripsikan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri kecil kerajinan
gitar di Desa Ngrombo, mengidentifikasikan jalannya industri kecil kerajinan
gitar di Desa Ngrombo. Di dalamnya dibahas tentang kendala-kendala yang
dihadapi para pengusaha kecil dan rumah tangga serta para tenaga kerja, cara
yang dilakukan untuk keluar dari kendala tersebut, dan usaha para pengrajin
dalam meningkatkan dan mengembangkan usaha hingga akhirnya dapat
menyerap tenaga kerja.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan rangkaian pengolahan data yang
berupa gejala kasus yang terdapat di lapangan. Kesimpulan akhir tidak akan
terjadi sampai waktu proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan harus
diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.
Untuk itu peneliti melakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan,
penelusuran data kembali, melihat lagi field note sehingga kesimpulan
penelitian menjadi kokoh dan lebih bisa dipercaya.
H. Prosedur Penelitian
Menurut Sutopo, H.B (2002:187-190) prosedur penelitian adalah
rangkaian tahap demi tahap kegiatan dari awal sampai akhir penelitian. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan prosedur atau langkah-langkah dari
persiapan, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan
penelitian.
1. Persiapan
a. Mengajukan judul penelitian kepada pembimbing.
b. Mengumpulkan bahan/ sumber materi penelitian.
c. Menyusun proposal penelitian.
d. Mengurus perijinan penelitian.
e. Menyiapkan instrument penelitian/ alat observasi.
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Pengumpulan data
a. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
b. Membuat field note.
c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan.
3. Analisis data
a. Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai proposal penelitian.
b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian
direcheckkan dengan temuan lapangan.
c. Melakukan verifikasi dan pengayakan dengan pembimbing.
d. Membuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
4. Penyusunan laporan penelitian
a. Penyusunan laporan awal.
b. Review laporan yaitu mendiskusikan laporan yang telah disusun
dengan orang yang cukup memahami penelitian.
c. Melakukan perbaikan laporan sesuai hasil diskusi.
d. Penyusunan laporan akhir.
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
SAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Deskripsi daerah penelitian ini meliputi : keadaan geografis, keadaan
demografi, dan kondisi sosial budaya masyarakat Desa Ngrombo. Data-data
tersebut berdasarkan dari Data Monografi Desa Ngrombo pada tahun 2009.
1. Keadaan Geografis
Desa Ngrombo merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Baki, Kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berjarak 10 km
dari kota Surakarta. Kabupaten Sukoharjo diapit oleh 6 Kabupaten yaitu sebelah
utara berbatasan dengan Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar, sebelah
timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Gunung Kidul (Provinsi DIY) dan Kabupaten Wonogiri, serta
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten. Hal
inilah yang menjadikan Kabupaten Sukoharjo mempunyai posisi yang cukup
strategis sebagai jalur perhubungan antar wilayah kabupaten.
Kabupaten Sukoharjo terdiri dari beberapa kota Kecamatan. Salah satu
Kecamatan yang berada di Kabupaten Sukoharjo adalah Kecamatan Baki yaitu
sebuah kecamatan yang terkenal dengan hasil kerajinan gitarnya. Salah satu Desa
di Kecamatan Baki yang terkenal dengan kerajinan gitarnya adalah Desa
Ngrombo. Berdasarkan data dari monografi Desa Ngrombo tahun 2009, Desa
Ngrombo terdiri dari 12 Dukuh, dengan dengan 4 RW dan 15 RT. Jarak Desa
Ngrombo dengan Kecamatan Baki 4,5 km. Jarak Desa Ngrombo dengan
Kabupaten Sukoharjo 15 km. Adapun batas-batas Desa Ngrombo adalah sebagai
berikut : Sebelah utara dan timur berbatasan dengan Desa Mancasan. Desa
Mancasan adalah desa yang sebagian besar penduduknya juga merupakan
pengrajin gitar. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bener yaitu sebuah desa
yang telah masuk sebagai wilayah Kabupaten Klaten dan sebelah barat berbatasan
dengan Desa Parangjoro yaitu Desa yang masuk dalam wilayah Kecamatan
Grogol, Kabupaten Sukoharjo.
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Letak Desa berada jauh dari jalur utama Kecamatan Baki dan Kabupaten
Sukoharjo. Untuk menemukan lokasi Desa Ngrombo maka harus menyusuri jalan
penghubung antara jalan raya Sukoharjo-Baki dengan Desa Ngrombo. Jalan
penghubung yang beraspal dan telah sedikit rusak itu menjadi satu-satunya jalan
yang sangat diandalkan oleh warga setempat. Transportasi utama berupa sepeda
motor dan jenis kendaraan pribadi yang lainnya. Hampir tidak ada sarana
transportasi umum yang melewati Desa Ngrombo. Sarana komunikasi sebagian
besar mengandalkan telepon genggam dan beberapa Wartel yang terletak di
wilayah Desa. Sarana hiburan didominasi oleh televisi milik pribadi.
Desa Ngrombo terletak pada ketinggian 110 m di atas permukaan laut
dengan suhu rata-rata 32 ̊ C. Dengan ketinggian tersebut maka sebagian besar
wilayah Desa Ngrombo berupa dataran rendah dengan bentang wilayah yang
datar. Luas wilayah Desa Ngrombo adalah 126 Ha yang terbagi menjadi beberapa
bagian. Berikut ini pemanfaatan tanah yang ada di Desa Ngrombo yaitu : 71 Ha
atau 56,3 % dari luas wilayah Desa Ngrombo untuk sawah, 39 Ha atau 30,9%
untuk pemukiman dan tanah kering, dan 16 Ha atau 12,8% dari luas wilayah Desa
Ngrombo digunakan untuk fasilitas umum misalnya kantor pemerintahan,
lapangan dan lain-lain. Terdapat 789 Jumlah kepala keluarga yang menghuni
Desa Ngrombo dan tingkat kepadatan penduduk mencapai 4, 95/ km.
Dukuh yang digunakan dalam penelitian ini meliputi semua Dukuh yang
terdapat di Desa Ngrombo. Hal ini dikarenakan keberadaan industri kecil
kerajinan gitar di Desa Ngrombo dapat ditemukan dengan mudah di setiap Dukuh
yang tersebar di Desa Ngrombo.
2. Keadaan Demografi
a. Penduduk Menurut Umur
Berdasarkan data monografi Desa Ngrombo tahun 2009 tercatat jumlah
penduduk Desa Ngrombo berjumlah 2.545 jiwa, yang terdiri dari 1.311 atau
51,5% dari total jumlah penduduk adalah berjenis kelamin perempuan dan 1.234
atau 48,5% adalah berjenis kelamin laki-laki. Jika ditinjau dari jenis kelaminnya
jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki.
Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur digambarkan sebagai berikut :
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
usia 0-14 tahun berjumlah 674 jiwa atau 26,48% dari total jumlah penduduk, usia
15-58 tahun berjumlah 1657 jiwa atau 65,1% dan usia 58 ke atas berjumlah 214
jiwa atau 9.02% dari total jumlah penduduk.
Di Desa Ngrombo terdapat 789 jumlah kepala keluarga. Dari gambaran
jumlah penduduk di Desa Ngrombo yang telah disebutkan maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas penduduk berada pada usia produktif yaitu antara
umur 15-48 tahun sehingga angkatan kerja di Desa Ngrombo cukup tinggi
jumlahnya.
b. Penduduk Menurut Pekerjaan
Sebagian besar penduduk Desa Ngrombo bekerja sebagai buruh tani.
Selain itu terdapat penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani, pedagang,
pengrajin, pegawai swasta, pegawai negeri, dan lain-lain. Jumlah penduduk Desa
Ngrombo berdasarkan mata pencahariannya adalah sebagai berikut : yang bekerja
di sektor pertanian tercatat ada 460 jiwa atau 27,7%. Pegawai sektor formal (PNS,
TNI, POLRI, Guru, Dokter) sebesar 73 jiwa atau 4,4%. Tercatat yang paling
tinggi adalah angka pada pekerja tidak tetap (pekerja yang menggunakan sebagian
jam kerja pada sektor pertanian dan sektor non pertanian) mencapai 746 jiwa atau
45,2% dan sedang mencari pekerjaan 75 jiwa atau 4,5%. Sedangkan untuk yang
lain bekerja pada sektor informal (Pengusaha, Karyawan perusahaan swasta,
usaha mandiri, penata laksana rumah tangga (PRT)) sebesar 303 jiwa atau 18,28%
(Monografi Desa Ngrombo, Data Ketenagakerjaan 2009).
Dari data di atas maka dapat diketahui bahwa angka tertinggi diduduki
oleh pekerja tidak tetap (pekerja yang menggunakan sebagian jam kerja pada
sektor pertanian dan sektor non pertanian) dan kemudian angka tertinggi kedua
ditempati oleh penduduk yang mempunyai mata pencaharian penduduk pada
sektor pertanian yaitu sebagai buruh tani dan petani. Untuk penduduk yang tidak
terserap ke dalam sektor pertanian mereka pada umumnya bekerja sebagai buruh
industri dan berusaha di sektor yang lainnya. keterbatasan lahan pertanian
menjadikan petani tidak maksimal dalam menggunakan jam kerja mereka karena
tenaga kerja yang dibutuhkanpun semakin berkurang. Oleh karena itu penduduk
yang bekerja di sektor pertanian relatif mempunyai waktu luang di waktu-waktu
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tertentu misalnya antara musim tanam dan musim panen atau masa paceklik. Dari
hal tersebut maka mereka mulai mencari alternatif pekerjaan lain untuk mengisi
waktu luang mereka dan menambah penghasilan sehingga dapat mencukupi
kebutuhan hidup keluarganya. Salah satu alternatif yang dikembangkan oleh
masyarakat Desa Ngrombo adalah bekerja di sektor industri kecil kerajinan gitar.
Dengan adanya industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo maka penduduk
dapat bekerja menjadi buruh industri untuk mencukupi kebutuhan mereka.
Terlebih lagi ada yang menjadikan pekerjaan membuat gitar sebagai pekerjaan
utama mereka dan merekalah yang disebut sebagai pengrajin. Membuat kerajinan
gitar pada umumnya dilakukan di rumah-rumah penduduk. Dari bekerjanya di
sektor industri kecil kerajinan gitar maka pendapatan mereka bertambah dan bisa
untuk mencukupi kebutuhan hidup.
3. Keadaan Sosial Budaya
a. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Dalam indeks pembangunan manusia, pendidikan menjadi salah satu
indikator yang menentukan taraf kesejahteraan masyarakat. Dengan pendidikan
masyarakat dapat mecapai kesejahteraan yang lebih baik. Untuk masyarakat
pedesaan kesadaran untuk menyekolahkan anaknya terkadang relatif rendah,
tetapi seiring dengan kemajuan zaman dan mudahnya sarana komunikasi
transportasi dan fasilitas pendidikan mempengaruhi kesadaran orangtua untuk
meningkatkan pendidikan anak mereka. Berikut ini data mengenai tingkat
pendidikan masyarakat Desa Ngrombo yang diambil dari Monografi Desa
Ngrombo Tahun 2009: usia < 1 tahun -6 tahun belum sekolah sebanyak 252 jiwa,
penduduk buta huruf 19 orang atau 0,74%, tidak tamat SD 37 orang atau 1,45%,
tamatan SD terdapat 39 atau 1,53%, usia 7-15 masih sekolah berjumlah 147
orang atau 5,77%, usia 15- 58 tahun yang tidak sekolah sebanyak 1628 jiwa, usia
7-15 tidak sekolah 3 orang atau 0,11%, tamat SLTP/sederajat terdapat 153 orang
atau 6,01%, SLTA/sederajat ada 158 orang atau 6,2%, tamat Akademi/Diploma
berjumlah 21 orang atau 0,82%, sedangkan Sarjana ke atas berjumlah 38 jiwa atau
1,49%.
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dapat diambil kesimpulan bahwa penduduk Desa Ngrombo sudah banyak
yang mengenyam pendidikan. Selain itu juga, untuk lebih meningkatkan mutu
pendidikan masyarakat Desa Ngrombo maka di Desa Ngrombo dibangun sarana
pendukung pendidikan berupa sekolah. Sarana pendukung pendidikan tersebut
antara lain adalah 2 Sekolah SDN 1 Ngrombo dan SDN 2 Ngrombo, 2
TK/Playgroup serta 3 TPA (Taman Pendidikan Al-Quran).
b. Penduduk Menurut Agama Yang Dianut
Keyakinan beragama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang dapat menumbuhkembangkan ketaatan merupakan modal yang penting bagi
pembangunan terutama pembangunan yang bersifat moral bagi masyarakat.
Sebagian besar masyarakat Desa Ngrombo adalah pemeluk agama Islam.
Komposisi penduduk menurut agama yang dianut di Desa Ngrombo meliputi :
agama Islam berjumlah 2.497 orang atau 98,11%, agama katholik 12 orang atau
0,39%. Agama kristen 36 orang atau 1,29%, agama Hindu dan Budha tidak ada
yang memeluk di Desa Ngrombo. Jumlah penduduk yang meyoritas beraga islam
maka di Desa Ngrombo banyak didirikan sarana peribadatan yang berupa masjid.
Terjadap 8 masjid yang menjadi sarana peribadatan masyarakat di Desa Ngrombo.
Untuk pemeluk agama lain biasanya mereka beribadah di tempat peribadatan
mereka masing-masing yang letaknya agak jauh dari Desa Ngrombo.
B. Sajian Data
Pembahasan dari hasil penelitian ini merupakan gambaran yang
didasarkan pada temuan data yang dikaitkan dengan pertanyaan penelitian yakni
latar belakang masyarakat Desa Ngrombo bekerja di sektor industri kecil
kerajinan gitar, kontribusi industri kecil kerajinan gitar dalam menyerap tenaga
kerja di Desa Ngrombo, dan cara mengatasi masalah yang menghambat jalannya
Industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo. Terdapat 12 informan yang
bersedia diwawancarai untuk memberikan gambaran yaitu perangkat desa
meliputi Bp.Setiyadi dan Bp.Mulyana, pengrajin yang meliputi Bp.Marno,
Bp.Sadiman, Bp.Ipang, Bp.Antono, dan Bp.Marmo selain itu juga tenaga kerja
yang melipui Mas Sarwedi, Mas Andi, Mas Eko, Mas Ari, dan Mas Sudadi. Dari
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
jawaban para informan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
persoalan yang diajukan dalam penelitian ini.
Saat ini daya serap tenaga kerja sektor pertanian secara relatif ini semakin
menurun di pedesaan. Hal ini dipengaruhi dengan adanya sistem mekanisasi
pertanian dan menyempitnya lahan pertanian di pedesaan karena banyak yang
beralih fungsi menjadi lahan bangunan dan rumah penduduk. Di sisi lain, secara
absolut pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja semakin meningkat. Lapangan
kerja dalam sektor pertanian di pedesaan menjadi terbatas. Banyak angkatan kerja
yang tidak terserap pada sektor pertanian. Kelebihan tenaga kerja yang tidak
segera direspon dengan pembukaan lapangan kerja baru akan menyebabkan
adanya pengangguran. Mereka yang tidak bekerja dan tidak terserap dalam
lapangan kerja dimungkinkan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara
manusiawi.
Untuk mempertahankan kehidupan, manusia senantiasa melakukan
berbagai usaha dan upaya. Kembali pada permasalahan terbatasnya lapangan
pekerjaan di Desa Ngrombo, penduduk Desa Ngrombo mulai berusaha
mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi baru di luar sektor pertanian. Salah
satu upaya masyarakat Desa Ngrombo dalam pengembangan kesempatan kerja
yaitu membuka usaha pada sektor industri tepatnya industri skala kecil.
Masyarakat Desa Ngrombo mulai mencoba mengembangkan Industri kecil
kerajinan gitar. Industri kecil kerajinan gitar tersebut selanjutnya mulai
dikembangkan oleh masyarakat Desa Ngrombo dan menjadi alternatif pekerjaan
lain di luar sektor pertanian.
Industri kecil kerajinan gitar di desa ngrombo pada mulanya berproduksi
dalam skala kecil atas permintaan dari masyarakat lokal sekitar seperti Surakarta,
Klaten, dan Yogyakarta. Namun lambat laun industri ini mulai meningkatkan
produksinya karena banyak permintaan dari masyarkat lokal maupun luar daerah
seperti Jakarta, kalimantan, Sumatera hingga Papua. Melihat kesempatan yang
begitu bagus masyarakat mulai serius menekuni kerajinan gitar tersebut. Dalam
pertumbuhannya usaha ini mengalami berbagai masalah, mulai dari masalah
faktor produksi sampai pada masalah pemasaran. Namun sejak adanya upaya
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembinaan dari pemerintah usaha ini secara perlahan–lahan mampu menjadi
alternatif pekerjaan yang cukup menjanjikan bagi masyarakat setempat.
1. Latar Belakang Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Gitar
a. Gambaran Umum Industri Kecil Kerajinan Gitar di Desa Ngrombo
Industri kerajinan gitar merupakan bentuk industri kecil yang terdapat di
Desa Ngrombo. Kegiatan industri ini adalah memproduksi gitar yang berbahan
dasar kayu. Pada mulanya kegiatan industri membuat kerajinan gitar ini hanyalah
sebagai usaha sampingan masyarakat Desa Ngrombo. Waktu luang yang mereka
miliki di sektor pertanian karena kegiatan di sektor pertanian tidak banyak
menyita waktu dimanfaatkan oleh masyarakat dengan membuat kerajinan gitar
untuk mencari tambahan penghasilan.
Pada awalnya mayoritas masyarakat Desa Ngrombo bekerja sebagai
petani. Sektor pertanian telah dianggap menjadi mata pencaharian pokok selama
bertahun-tahun. Namun seiring dengan perkembangan zaman kegiatan masyarakat
di sektor pertanian mulai berkurang karena banyaknya lahan sawah yang mulai
beralih fungsi dari lahan pertanian menjadi lahan pemukiman penduduk. Seperti
yang diungkapkan oleh Bp.Setiyadi sebagai berikut, “waktu dulu orang belum
sebanyak ini mbak, masih banyak sawah di Desa Ngrombo ini tapi semakin lama
sawah-sawah itu mulai berubah menjadi rumah penduduk, jadi kegiatan pertanian
berkurang..” (W/Setiyadi/2/07/2010)
Lambat laun lahan pertanian mulai beralih fungsi. Penduduk pemilik lahan
mulai menjual tanahnya. Oleh karena itu masyarakat mulai mencari alternatif
untuk bekerja di luar sektor pertanian. Ketrampilan membuat kerajinan gitar yang
telah lama dimiliki oleh masyarakat Desa Ngrombo mulai dimanfaatkan untuk
memulai usaha kerajinan gitar. Bermula dari hal tersebut usaha kerajinan gitar di
Desa Ngrombo dimulai dan terus menerus di kembangkan. Usaha kerajinan gitar
itu menjadi alternatif pekerjaan di samping bekerja di sektor pertanian. Kebutuhan
sehari-hari yang semakin meningkat memaksa masyarakat Desa Ngrombo untuk
mencari penghasilan lain di luar sektor pertanian. Hal ini senada dengan apa yang
diungkapkan Bp.Setiyadi ,“kerajinan gitar ini dapat dikatakan sebagai sebuah
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
alternatif bagi masyarakat untuk bekerja selain bekerja di sektor pertanian...” (W/
Setiyadi/2/07/2010)
Jawaban yang sama juga diperoleh dari Bp.Mulyana yang saat ini berumur
47 tahun mengungkapkan bahwa keberadaan industri kerajinan gitar telah ada
sejak beliau lahir. Sampai saat ini belum diketahui entah darimana ketrampilan
membuat gitar itu diperoleh oleh masyarakat Desa Ngrombo. Diakui oleh Bapak
Mulyana bahwa ketrampilan membuat kerajinan gitar itu diperoleh secara turun
temurun dari generasi ke generasi. Berikut pernyataan dari Bp.Mulyana :
“.... kerajinan gitar di Desa Ngrombo ini ada ya karena warisan dari generasi ke generasi, ketrampilan diperoleh dari bapaknya ke anaknya, kemudian ke anaknya lagi atau cucunya terus ke buyutnya dan seterusnya terus lama-lama jadi berkembang industri kerajinan gitar ini di Desa Ngrombo mbak...” (W/Mulyana/7/07/2010).
Untuk meresmikan keberadaan industri kecil kerajinan gitar di Desa
Ngrombo maka pada tahun 1960 Desa Ngrombo Kecamatan Baki Kabupaten
Sukoharjo diresmikan sebagai kawasan sentra industri kecil kerajinan gitar
(Monografi Desa Ngrombo, 2009, Sejarah Singkat Industri Kecil Kerajinan
Gitar). Dari sinilah usaha industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo mulai
berkembang dan menjadi alternatif pekerjaan baru untuk menambah pendapatan
bagi masyarakat Desa Ngrombo. Seiring dengan berjalannya waktu lambat laun
perkembangan industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo mengalami peningkatan.
Jumlah pemilik industri dan pengrajin mulai bertambah. Dikatakan oleh
Bp.Mulyana bahwa “pengrajin yang mulanya hanya berkisar satu dua orang
hingga sekarang telah berkembang menjadi kurang lebih 100 pengrajin yang
terdiri dari beberapa kriteria” (W/Mulyana/7/07/2010). Kriteria yang dimaksud
dalam hal ini adalah pengrajin besar dan pengrajin kecil-kecilan. Diakui oleh
Bp.Mulyana kerajinan gitar di Desa Ngrombo membawa kemajuan bagi para
pengrajin, beberapa dari mereka telah ada yang berhasil dan sukses sampai saat
ini.
Kerajinan gitar di Desa Ngrombo yang semakin meningkat
perkembangannya memaksa pengrajin gitar lebih banyak memproduksi gitar
mereka untuk dipasarkan. Bahan baku yang mulanya berasal dari kayu Sengon
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
waru) sejenis kayu jati dan mahoni untuk saat ini mulai sulit mendapatkannya
sehingga sekarang ini lebih banyak diganti dengan kayu lapis (triplek) dan hanya
sedikit menggunakan bahan dari kayu biasa. Hal ini dikarenakan pesanan gitar
dari berbagai daerah mulai meningkat. Kayu lapis (triplek) dapat diperoleh
dengan mudah karena banyak toko bahan baku yang menjualnya. Berbicara
mengenai kualitas gitar yang dihasilkan maka sudah pasti gitar yang bahan
bakunya berasal dari kayu biasa mempunyai kualitas yang lebih bagus jika
dibandingkan dengan gitar yang bahan bakunya berasal dari kayu lapis atau
triplek. Namun saat ini demi pengembangan usaha kerajinan gitar dan semakin
banyaknya order pesanan dari luar daerah, banyak pengrajin yang mulai memilih
bahan kayu lapis untuk memproduksi gitar-gitar tersebut. Harga yang dipatok
untuk gitar kayu dan gitar kayu lapis pun mempunyai perbedaan. Gitar kayu
mempunyai nilai harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan gitar kayu lapis
(W/Setiyadi/2/07/2010).
Berpijak dari pernyataan di atas maka hal serupa juga dialami oleh industri
kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo. Alat yang digunakan untuk memproduksi
gitar-gitar di Desa Ngrombo masih tergolong tradisional misalnya gergaji, pasah
dan tatah serta alat mengecat yang masih tradisional yang semuanya
mengandalkan lebih banyak tangan dan tenaga manusia. Hal ini dikarenakan alat
yang canggih atau modern mempunyai harga yang pastinya lebih mahal juga.
Selain itu peralatan modern pun (gergaji modern dan alat serut modern serta alat
pengecat yang lebih canggih) membutuhkan pengetahuan yang cukup untuk dapat
mengoperasikannya. Menurut Bp.Setiyadi yang saat ini menjabat menjadi Kepala
Desa Ngrombo mengungkapkan bahwa untuk dapat mengoperasikan alat-alat
modern nampaknya masyarakat Desa Ngrombo belum mampu atau siap untuk itu.
Dilihat dari latar belakang sosial pendidikan masyarakat desa yang tergolong
masih rendah. Seperti yang diungkapkannya sebagai berikut “pengrajin saat ini
memang masih menggunakan alat tradisional, untuk membeli alat modern itu
mahal dan belum tentu bisa untuk mengoperasikannya karena perlu pengetahuan
juga untuk itu…”(W/Setiyadi/2/07/2010). Hal senada juga dikatakan oleh
Bp.Mulyana mengenai peralatan yang digunakan dalam pembuatan gitar di Desa
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ngrombo memang diakui jika “masyarakat Desa Ngrombo kebanyakan masih
menggunakan peralatan yang masih bersifat tradisional. Mesin mesin yang mulai
ada saat ini pun masih sangat bergantung pada tenaga listrik..”
(W/Mulyana/7/07/2010).
Pada umumnya masyarakat desa Ngrombo menggunakan rumah mereka
masing-masing sebagai lokasi untuk memproduksi kerajinan gitar. Seperti
Bp.Sadiman, lokasi industri kerajinan gitar yang dimiliki oleh Bp.Sadiman saat ini
adalah rumahnya sendiri. Lokasi ini memang dari dulu telah digunakan olehnya
pada saat baru memulai usaha kerajinan gitarnya.
Gambar 1. Rumah sebagai lokasi kegiatan produksi kerajinan gitar
Lahan di rumah sudah cukup untuk dijadikan tempat usaha kerajinan
gitar, selain karena alasan praktis namun juga ekonomis dan menghemat modal
lahan mengingat juga karena banyaknya lahan yang mulai berkurang di wilayah
Desa Ngrombo yang mulai beralih fungsi menjadi pemukiman penduduk.
Begitupun dengan Bp.Marno dan Bp.Ipang yang menggunakan rumah mereka
sebagai lokasi industri kerajinan gitar. Dari pernyataan di atas maka keberadaan
industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo terpenuhi sebagai bentuk industri kecil
pedesaan.
Gitar produksi pengrajin Desa Ngrombo mempunyai klasifikasi harga
yang bervariatif. Hal ini ditentukan oleh kualitas gitar itu sendiri. Sudah pasti gitar
yang kualitasnya bagus mempunyai harga yang lebih tinggi dari gitar yang biasa
saja. “Pada umumnya gitar buatan Desa Ngrombo mempunyai klasifikasi harga
antara Rp. 35.000- Rp.150.000 / unit” (W/Mulyana/7/07/2010).
b. Alasan Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Gitar
Industri kecil kerajinan gitar merupakan sebuah alternatif pekerjaan baru
bagi masyarakat di Desa Ngrombo. Bukan tanpa alasan masyarakat Desa
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ngrombo terjun ke sektor industri kerajinan gitar. Berikut ini beberapa pernyataan
dari pengrajin gitar yang berada di Desa Ngrombo meliputi Bp.Marno,
Bp.Sadiman, Bp.Ipang dan Bp.Antono yang mengemukakan alasan mereka
bekerja membuat kerajinan gitar. Berikut ini beberapa alasan mereka menekuni
usaha industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo.
Bp.Marno mengaku kalau usaha kerajinan gitarnya ini berdiri berkat
ketrampilan membuat kerajinan gitar yang diperoleh dari orangtuanya. Beruntung
mendapat ketrampilan membuat kerajinan gitar menjadikannya tidak kesulitan
menjalani usaha kerajinan gitar. Untuk lebih memanfaatkan ketrampilan yang
dimilikinya mulailah Bp.Marno menekuni usaha kerajinan gitar. Menurutnya
bekerja di industri kerajinan gitar ini lebih menjanjikan daripada bekerja di sektor
pertanian. Sektor pertanian yang semakin menurun daya serap tenaga kerjanya
dapat dipastikan penghasilan yang diperoleh juga semakin berkurang. Hal tersebut
semakin mendorong keinginan Bp.Marno untuk mengembangkan usaha kerajinan
gitarnya. Selain bekerja di sektor pertanian dalam kesehariannya Bp.Marno juga
bekerja membuat kerajinan gitar. Jadi industri kerajinan gitar merupakan usaha
sampingan baginya untuk memanfaatkan waktu luangnya. Lebih lanjut dia
menjelaskan :
“Kalau untuk saat ini bekerja di sektor pertanian saja belum tentu bisa mencukupi kebutuhan keluarga mbak. Sudah harga sembako semakin mahal, padahal tidak setiap hari bekerja di sektor pertanian memberikan penghasilan. Belum lagi nanti jika gagal panen karena serangan hama dan mahalnya harga pupuk, bisa-bisa bangkrut mbak …” (W/Marno/1/06/2010)
Bp.Sadiman mempunyai sejarah yang lain dari Bp.Marno Diakuinya
bahwa sejak kecil Bp.Sadiman berprofesi sebagai pengrajin gitar. Setelah pulang
sekolah Bp.Sadiman bermain ke rumah tetangga untuk melihat-lihat cara
membuat gitar. Hal itu dilakukan karena orang tua Bp.Sadiman tidak bisa
membuat kerajinan gitar. Orang tua Bp.Sadiman yang merupakan buruh tani lebih
banyak menggunakan waktunya di sektor pertanian. Lama melihat cara membuat
gitar di rumah tetangganya itu, akhirnya tetangganya melatih cara-cara dan
langkah membuat gitar. Lama belajar dari tetangganya itu membuat ketrampilan
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membuat gitar yang dimiliki Bp.Sadiman semakin bertambah. Merasa sudah bisa
membuat gitar Bp.Sadiman pada awalnya ikut membuat gitar di rumah
tetangganya dengan diberikan imbalan upah kerja. Hal itu dilakukan setelah
pulang dari sekolah di SD N 1 Ngrombo. Setelah lulus SD Bp.Sadiman mulai
berani untuk membuat gitar di rumahnya sendiri dengan membawa bahan baku
yang diperoleh dari tetangganya tadi. Semakin lama menekuni usaha kerajinan
gitar membuat Bp.Sadiman bertekad untuk membuat gitar dengan modal sendiri
walaupun modal terbilang masih minim. Hal ini seperti yang pernah diungkapkan
sebagai berikut :
“..dulu belajar buat gitar dari tetanggaku, setelah pulang sekolah belajar lama-lama terus bisa buat gitar. Lulus SD mencoba membuat gitar dirumah sendiri mbak, modalnya ya sedikit tapi saya bertekad saja mbak” (W/Sadiman/1/06/2010)
Mengenai alasan Bp.Sadiman terjun ke usaha kerajinan gitar diakuinya
bahwa dirasa sudah cukup mempunyai keterampilan yang menjadi modal dasar
menjalani usaha gitarnya itu. Alasan lain yang mendorongnya untuk bekerja
sebagai pengrajin gitar yaitu bahwa jika hanya bekerja di sektor pertanian saja
nantinya akan sulit mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Kadang kala
Bp.Sadiman bekerja di sektor pertanian dan untuk memanfaatkan waktu luang
saat tidak bekerja di sektor pertanian serta memanfaatkan ketrampilan membuat
gitar maka Bp.Sadiman bekerja membuat kerajinan gitar. Jadi Bp.Sadiman
mendapatkan penghasilan yang lebih untuk dapat mencukupi kebutuhannya
sehari-hari.
Bekerja sebagai seorang pengrajin merupakan pekerjaan yang digeluti oleh
Bp.Ipang setiap harinya. Menjadi seorang pengrajin telah dijalaninya sejak
Bp.Ipang belum menikah. Ketrampilannya membuat gitar diperoleh dari orang
tuanya. Setelah lulus SMP tahun 1983 Bp.Ipang menekuni usaha kerajinan gitar di
rumah orangtuanya. Hingga saat ini Bp.Ipang masih bertahan dan menekuni usaha
kerajinan gitar di rumahnya sendiri. Dengan dibantu oleh tenaga kerjanya
Bp.Ipang melangsungkan kegiatan di sektor industri kecil kerajinan gitar sehari-
hari. Alasan yang mendasari beliau tetap menekuni industri kerajinan gitar adalah
untuk memanfaatkan keterampilan dan waktu luang yang dimilikinya selain
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bekerja di sektor pertanian. Dengan usaha sampingan tersebut dapat menambah
penghasilan Bp.Ipang sehari-harinya. Kondisi pangsa pasar yang potensinya
semakin bagus juga mendorong kemajuan usaha industri kecil kerajinan gitar
milik Bp.Ipang.
Berkaitan dengan alasan Bp. Antono bekerja di sektor kerajinan gitar
Bp.Antono mengungkapkan bahwa beliau tidak begitu tertarik untuk bekerja di
sektor pertanian. Menurutnya jika hanya bekerja di sektor pertanian tidak efektif
untuk mendapatkan uang. Memang diakui oleh Bp.Antono bahwa orangtuanya
mempunyai sawah garapan di Desa Ngrombo. Namun bekerja di sawah tidak
dilakukannya setiap hari. Untuk memanfaatkan waktu luang Bp. Antono mencoba
memanfaatkan ketrampilan yang dimilikinya dengan bekerja membuat kerajinan
gitar. Menurutnya bekerja di industri kerajinan gitar bisa menjadi alternatif
pekerjaan selain bekerja di sektor pertanian. Sehingga masyarakat punya
kesibukan lain saat tidak menjalankan kegiatan di sektor pertaian. Hal ini secara
tidak langsung bisa mengurangi tingkat pengangguran di Desa Ngrombo. Dari
industri kerajinan gitar inilah Bp.Antono mendapatkan tambahan penghasilan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa industri kecil kerajinan gitar
yang berada di Desa Ngrombo merupakan bentuk alternative mata pencaharian
penduduk Desa Ngrombo di samping bekerja di sektor pertanian. Ketrampilan
membuat kerajinan gitar yang dimiliki beberapa orang di Desa Ngrombo mulai
dimanfaatkan oleh penduduk setempat. Perkembangan kerajinan gitar di Desa
Ngrombo semakin hari semakin meningkat maka tak urung masyarakat mulai
serius menjalani usaha industri kerajinan gitar tersebut. Secara turun temurun dari
generasi ke generasi ketrampilan membuat kerajinan gitar di tularkan dari orang
tua kepada anak-anak mereka sehingga menjadikan usaha kerajinan gitar di Desa
Ngrombo berkembang sampai saat ini.
Berkaitan dengan alasan pengrajin yang bertahan sampai saat ini di usaha
industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo mereka mempunyai berbagai
argumentasi tersendiri yang melatarbelakanginya. Sebagian pengrajin menjadikan
usaha industri kerajinan gitar sebagai pekerjaan sampingan mereka disamping
bekerja di sektor pertanian untuk memperoleh penghasilan yang lebih dan
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memanfaatkan waktu luang yang dimiliki. Selain beberapa alasan tersebut,
besarnya potensi lapangan kerja di sektor industri kerajinan gitar menjadikan
pengrajin lebih serius menekuni usaha kerajinannya.
2. Kontribusi Industri Kecil Kerajinan Gitar Dalam Upaya Menyerap
Tenaga Kerja
Keberadaan industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo memberikan
pengaruh yang cukup berarti bagi kehidupan masyarakat setempat, khususnya
dalam bidang sosial ketenagakerjaan yaitu terbukanya lapangan kerja baru dalam
sektor industri kecil kerajinan gitar dan sehingga dapat memberikan kesempatan
kerja bagi masyarakat untuk bekerja di sektor tersebut. Sektor pertanian yang
sudah tidak mampu lagi menyerap banyak tenaga kerja di pedesaan menjadikan
banyak penduduk yang mulai mencari alternatif pekerjaan lain. Salah satu sektor
yang mulai digeluti oleh penduduk Desa Ngrombo adalah bekerja di sektor
industri kerajinan gitar. Industri ini memiliki kontribusi yang cukup penting bagi
masyarakat sekitar, kontribusi tersebut berupa :
a. Tersedianya Lapangan Kerja di Sektor Non Pertanian
Lapangan kerja menurut Sensus Penduduk 2000, adalah bidang kegiatan
dari usaha atau perusahaan atau instansi di mana seseorang bekerja atau pernah
bekerja. Keberadaan industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo saat ini dianggap
oleh masyarakat setempat telah mampu memberikan lapangan kerja baru.
Kesempatan kerja dalam industri kerajinan gitar ini berupa menjadi tenaga kerja
dalam industri kerajinan gitar, selain itu menjadi pengusaha maupun pengrajin
gitar. Tidak dapat dipungkiri keberadan industri ini mampu memberikan
kesempatan bekerja baik sebagai pekerjaan pokok maupun sebagai pekerjaan
sampingan di samping bekerja di sektor pertanian. Dengan adanya industri
kerajinan gitar di Desa Ngrombo ini diharapkan dapat menyerap tenaga kerja
yang ada di Desa tersebut.
Keberadaan industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo sejak dulu hingga
saat ini mempunyai pengaruh yang tidak kecil bagi masyarakat Desa Ngrombo.
Dikatakan oleh Bp.Setiyadi pengaruh yang berarti yang dirasakan sampai saat
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ini adalah besarnya jumlah tenaga kerja yang dapat terserap di sektor industri
kerajinan gitar di Desa Ngrombo. Seperti yang diungkapkannya sebagai berikut:
“hampir sebagian masyarakat Desa Ngrombo saat ini menekuni kerajinan gitar, memang sekarang ada 1 atau beberapa orang yang sudah mempunyai pendidikan tinggi, namun kebanyakan anak-anak yang lulus SMP dan SMA itu mulai belajar untuk membuat kerajinan gitar ini, asal mau bekerja bisa dipastikan tidak ada pengangguran di Ngrombo ini karena peluang bekerja begitu luas…” (W/Setiyadi/2/07/2010)
Demikian pernyataan Bp.Setiyadi berkaitan dengan kontribusi industri
kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo terhadap penyerapan tenaga kerja.
Masyarakat desa Ngrombo hampir 65,1%atau 1.657 dari 2.545 jiwa merupakan
angkatan kerja (Monografi Desa Ngrombo, 2009). Dengan adanya industri
kerajinan gitar di Desa ngrombo, menjadikan banyak angkatan kerja yang masih
dalam usia sangat produktif bisa masuk ke sektor tersebut. Jadi, dapat dikatakan
bahwa tingkat pengangguran bisa lebih ditekan.
Pernyataaan serupa juga diungkapkan oleh Bp.Mulyana saat disinggung
mengenai tenaga kerja yang digunakan dalam usaha industri kerajinan gitar di
Desa Ngrombo, Bp.Mulyana memberikan pernyataan bahwa “90% tenaga kerja
melibatkan warga masyarakat Desa Ngrombo dan sisanya pendatang…”
(W/Mulyana/7/07/2010). Peran anggota keluarga menjadi sangat penting di sini
bagi kelangsungan usaha kerajinan gitar ini. Ketrampilan membuat kerajinan
gitar itu diturunkan dari orangtua kepada anak-anak mereka. Jadi 90 % tenaga
kerja yang dimaksud di sini adalah tenaga kerja yang terdiri dari anggota
keluarga dari rumah tangga keluarga di Desa Ngrombo
Pernyataan di atas semakin didukung dengan pendapat Bp.Sadiman.
Bp.Sadiman mempunyai pemikiran bahwa dengan adanya industri kerajinan
gitar di Desa Ngrombo tingkat pengangguran di desa Ngrombo menjadi sedikit.
Bp.Sadiman percaya bahwa jika mau bekerja sebenarnya di Desa Ngrombo ini
terbuka kesempatan luas terutama menjadi tenaga kerja industri kerajinan gitar.
Seperti yang diungkapkan sebagai berikut : “.. di Desa Ngrombo ini sebagian
besar pada bekerja di kerajinan gitar, asal mau bekerja pasti tidak mungkin
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menganggur mbak, lawong yang luar daerah sini saja pada datang kesini untuk
bisa bekerja di kerajinan gitar ini kok mbak.”(W/Sadiman/1/06/2010)
Banyak anak-anak muda di Desa Ngrombo sekarang yang memanfaatkan
keberadaan indusri kerajinan gitar sebagai lapangan kerja bahkan industri
kerajinan gitar itu sudah dianggap sebagai alternatif pekerjaan utama mereka.
Jadi dapat dikatakan juga bahwa adanya kerajinan gitar ini telah membantu
masyarakat untuk menekan antusias warga masyarakat Desa untuk pergi ke luar
daerah atau merantau ke kota besar untuk mencari pekerjaan. Hal ini
dikarenakan di Desa Ngrombo telah ada lapangan kerja yang terbuka sangat
lebar.
Hal senada juga diungkapkan oleh seorang pengrajin di Desa Ngrombo
yaitu Bp.Ipang yang merasa dengan adanya industri kerajinan gitar di Desa
Ngrombo bisa menekan tingkat pengangguran yang ada. Bp.Ip merasa senang
bisa membantu tetangganya dengan memberikan lapangan pekerjaan baru bagi
mereka. Seperti yang dijelaskan sebagai berikut :
“..ya lumayan mbak, walaupun kecil-kecilan tapi sudah cukup seneng bisa ngasih pekerjaan pada mereka, sekarang kan cari kerja juga susah, dan hampir kerajinan gitar di sini itu yang mengerjakan juga orang sini kok mbak… bahkan ada juga yang datang dari luar daerah, misalnya wonogiri…” (W/Ipang/30/06/2010)
Pandangan pengrajin tentang keberadaan industri kecil kerajinan gitar di
Desa Ngrombo dalam memberikan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga
kerja juga mendapat persetujuan dari beberapa informan yang berstatus sebagai
tenaga kerja di sektor industri kerajinan gitar di Desa tersebut. Mas Sarwedi,
Mas Sudadi, Mas Andi, Mas Eko, dan Mas Ari memberikan pandangan yang
hampir serupa sebagai berikut :
Saat ditanya mengapa tetap bertahan menekuni kerajinan gitar, mas Ari
mengungkapkan bahwa “kesempatan bekerja sudah di depan mata, jadi ya
pinter-pinter kita memanfaatkan kesempatan itu mbak…”(W/Ari/04/07/2010)
Menurutnya industri kerajinan gitar yang ada di Desa Ngrombo telah menjadi
pekerjaan alternatif /pilihan. Dengan adanya industri ini dapat memberikan
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pekerjaan bagi masyarakat desa Ngrombo. Mas Ari sudah merasa senang bisa
bekerja walaupun uang yang diperoleh masih pas-pasan.
Perasaan Mas Ari sedikit banyak dirasakan juga oleh Mas Sudadi yang
merasa cukup senang dengan adanya industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo
menjadikan kesempatan kerja semakin luas. Menurutnya asal mau bekerja di
Desa Ngrombo itu banyak membuka peluang kerja sebagai tenaga kerja di
industri kerajinan gitar. Harapannya kedepan adalah jika mampu dan
mempunyai modal yang cukup maka Mas Sudadi ingin menirikan usaha
kerajinan gitar sendiri di rumahnya. Beliau ingin agar kerajinan gitar di Desa
Ngrombo semakin maju dan rame dengan pesanan dari luar kota maupun luar
negeri.
Alasannya bekerja di sektor kerajinan gitar baginya adalah, bekerja di
indutsri kerajinan gitar itu menjadi alternatif pekerjaan baru selain bekerja di
sektor pertanian, saat ini sektor pertanian dinilai sudah menurun dalam
memberikan masukan terhadap pendapatannya. Menurutnya ladang sawah
baginya adalah industri kerajinan gitar itu sendiri. Jadi keluarganya bisa makan
juga hasil darinya membuat kerajinan gitar tersebut. Selain itu juga untuk
memanfaatkan ketrampilan yanng dimilikinya Mas Sudadi semakin serius
menekuni pembuatan kerajinan gitar.
Hal serupa juga menjadi argumentasi Mas Eko dalam menyikapi
keberadaan industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo. Mas Eko ingin
memanfaatkan keberadaan industri kerajinan gitar yang ada di Desa Ngrombo
ini karena merasa sudah cukup mempunyai ketrampilan membuat gitar serta
peluang kerja yang lebih luas di Desa Ngrombo menjadikannya termotivasi
untuk menekuni kerajinan gitar milik orangtuanya. Bekerja membuat kerajinan
gitar, membuatnya merasa lebih baik dan bersyukur dengan pendapatannya saat
ini. harapannya kedepan yaitu jika beliau sudah mempunyai rumah sendiri dan
mempunyai modal yang cukup nantinya akan mendirikan usaha sendiri lebih-
lebih bisa menciptakan peluang kerja bagi masyarakat sekitar.
Bekerja merupakan sebuah keberuntungan. Keberuntungan itu dirasakan
juga oleh Mas Andi yang bekerja di usaha industri kerajinan gitar milik
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pamannya itu. Dari jam setengah 8 pagi sampai jam 5 sore Mas Andi bekerja
membuat kerajinan gitar di rumah Bp.Marno. kadangkala juga dia lembur jika
ada pesanan gitar yanng banyak. Mas Andi merasa beruntung bisa bekerja di
usaha kerajinan gitar milik pamannya tersebut. Baginya dengan adanya industri
kerajinan gitar ini bisa menarik anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah
untuk bekerja di situ. Diakuinya dia yang hanya lulusan SMP sempat merasa
minder. Namun setelah jauh menekuni kerajinan gitar dia semakin cinta dengan
pekerjaannya tersebut.
Cerita yang lebih menarik di dapatkan dari Mas Sarwedi. Setelah lulus dari
sekolah tingkat SMA tahun 2005, mulailah Mas Sarwedi lebih serius menekuni
kerajinan gitar. Lokasi yang dijadikan tempatnya bekerja merupakan lokasi
yang juga digunakan oleh orangtuanya membuka usaha kerajinan gitar. Jadi
sampai saat ini Mas Sarwedi masih ikut membantu usaha kerajinan gitar milik
orangtuanya. Selayaknya pekerja lainnya, Mas Sarwedi bekerja dari jam
setengah 8 pagi hingga jam 5 sore, kecuali jika ada order yang lebih jam kerja
bisa bertambah lebih lama. Menurutnya adanya industri kerajinan gitar di Desa
Ngrombo ini bisa memberikan pengaruh positif bagi teman-teman sebayanya.
Peluang kerja terbuka lebar di Desa Ngrombo sehingga bisa menekan motivasi
generasi muda untuk bekerja di daerah lain serta motivasi urbanisasi dari desa
ke kota.
Data Monografi Desa Ngrombo yang dapat memberikan gambaran tentang
jumlah tenaga kerja Industri kerajinan gitar di Desa tersebut bisa terlihat
sebagai berikut :
Tabel 2 : Jumlah Penduduk Pelaku Industri Kecil Kerajinan Gitar
Keterangan JumlahJumlah rumah tangga industri 55 rumah tanggaJumlah total anggota rumah tangga industri 135 orangJumlah rumah tangga buruh industri 325 rumah tanggaJumlah anggota rumah tangga buruh industri 675 orangSource : Daftar Isian Potensi Desa , Monografi Desa Ngrombo 2009
Data di atas memberikan gambaran bahwa jumlah penduduk yang terlibat
dalam kegiatan industri kecil kerajinan gitar tahun 2009 terdapat 810 orang.
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Data terdahulu yang dapat dijadikan sebagai pembanding jumlah penduduk
yang terlibat dalam kegiatan di sektor industri kecil kerajinan gitar yaitu data
tahun 2008 dan 2007. Pada tahun 2007 sektor industri kerajinan gitar di Desa
Ngrombo telah melibatkan 765 orang dan di tahun 2008 sebanyak 684
orang(Monografi Desa Ngrombo tahun 2007-2009). Dilihat dari perbandingan
tiga tahun ke belakang tersebut disimpulkan bahwa jumlah terbanyak terdapat di
tahun 2009. menurut Bp. Setiyadi, penurunan jumlah penduduk yang bekerja di
sektor industri kecil kerajinan gitar pada tahun 2008 dipengaruhi keadaan pasar
yang lesu pada saat itu.
Dari berbagai uraian data di atas maka dapat disimpulkan bahwa
keberadaan industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo memberikan
kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja dengan membuka lapangan kerja
baru di sektor tersebut. Dari monografi Desa pada tahun 2009 tercatat 1180
orang atau 46 % dari total jumlah penduduk Desa Ngrombo bisa masuk ke
dalam sektor industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo. Dari situ maka bisa
dipastikan tingkat pengangguran dapat ditekan di Desa Ngrombo.
b. Memberikan Pendapatan
Keberadaan industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo telah membantu
pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dan memberikan
tambahan pendapatan bagi masyarakat baik sebagai pendapatan pokok maupun
pendapatan tambahan. Pendapatan itu dapat diperoleh dari hasil sebagai buruh
industri mupun sebagai pengusaha industri atau yang lebih dikenal sebagai
seorang pengrajin. Besarnya pendapatan yang diperoleh oleh setiap tenaga kerja
maupun pengrajin berbeda-beda tergantung dari banyak pesanan order gitar dan
kualitas gitar yang dihasilkan mereka. Mereka yang menghasilkan kualitas gitar
baik maka akan memperoleh penghasilan yang lebih besar pula. Namun bagi
mereka yang kualitas gitar yang dihasilkannya hanya sedang-sedang saja maka
penghasilannya pun juga sedang-sedang saja. Maka dari sinilah pendapatan tiap
individu berbeda-beda.
Untuk Bp. Marno setiap minggunya memperoleh penghasilan rata-rata
mencapai 300-450 ribu. Dari penghasilan tersebut digunakan oleh Bp.Mr untuk
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mencukupi kebutuhan dapur dan kebutuhan yang lainnya. Seperti yang
diungkapkanya yaitu sebagai berikut : “… Alhamdulillah mbak walaupun pas-
pasan tapi uang yang di dapat dari membuat gitar bisa membuat asap dapur
mengepul dan bisa untuk mencukupi kebutuhan walaupun masih sederhana..”
(W/Marno/1/06/2010). Industri kerajinan gitar yang ada di desanya saat ini
mempunyai pengaruh yang begitu besar bagi kelangsungan hidup masyarakat
desa Ngrombo. Hal ini dikarenakan bahwa kerajinan gitar saat ini telah
memberikan tambahan pendapatan yang berarti bagi masyarakat pengrajin gitar
di Desa Ngrombo. Menurutnya kalau hanya mengandalkan dari sektor pertanian
saja, bisa dipastikan kebutuhan sehari-harinya sulit untuk terpenuhi secara
layak. Bahkan untuk makan saja diakuinya susah kalau hanya mengandalkan
dari hasil pertanian.
Untuk Bp.Sadiman yang berstatus sebagai pengrajin dari usaha kerajinan
gitarnya saat ini, lelaki yang telah memiliki 3 cucu ini bisa mencukupi
kebutuhan sehari-harinya. Penghasilan yang diperolehnya setiap minggu
berkisar 250-350 ribu rupiah. Penghasilan itu sudah bersih dikurangi dengan
biaya pembelian bahan untuk membuat gitar. Begitu bersyukur Bp.Sadiman
mendapatkan penghasilan yang bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan
dapur sehari-hari. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkannya yaitu :
“..seminggu dapat duit 200-350ribu ya di syukuri sudah bisa untuk mengisi
perut keluarga. Kalau berbicara sudah cukup atau belum pasti manusia selalu
merasa kurang , jadi saya sudah merasa senang dengan penghasilan itu dan bisa
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari…”(W/Sadiman /1/06/2010).Apabila
order ramai maka penghasilan yang diperoleh bisa lebih tinggi dari rata-rata
yang diperoleh per minggunya.
Besarnya penghasilan yang diperoleh Bp.Sadiman juga hampir sama
Penghasilan yang diperoleh Bp.Ipang. Dalam seminggu rata-rata 4 lusin gitar
dihasilkan oleh perusahaanya. Dengan kisaran harga Rp.75.000-85.000 per unit
gitarnya. Pendapatan yang diperoleh oleh Bp.Ipang selama seminggu bisa
mencapai Rp 6.000.000,-. tetapi dari penghasilannya tersebut masih harus
dikurangi dengan biaya bahan baku dan perlengkapan yang digunakan selama
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
produksi gitar dan juga upah tenaga kerja. Jika dihitung-hitung menurut
perhitungan Bp.Ipang dalam seminggu bisa menghasilkan bersih Rp. 350.000-
400.000/ minggunya. Dengan penghasilan sebesar itu Bp. Ipang dapat membeli
kebutuhan hidup sehari-hari untuk dia serta anak dan istrinya, dikarenakan
jumlah anggota keluarga yang masih kecil maka dengan perolehan penghasilan
tersebut Bp.Ipang dapat menyisihkan sedikut uangnya tersebut untuk keperluan
yang tak terduga. Seperti yang dikemukakan sebagai berikut : ”lumayan tiap
minggu walau ga pasti tapi hampir 350-400 ribu di dapatkan, duitnya bisa buat
mencukupi kebutuhan sehari-hari dan jaga-jaga kalau ada keperluan nantinya
kan juga anak mau sekolah.. jadi uangnya disihkan dikit-dikit mbak..” (W/
Ipang /30/06/2010)
Penghasilan yang diperoleh tenaga kerja yang digunakan dalam industri
kerajinan gitar di Desa Ngrombo disesuaikan dengan ketrampilan yang mereka
miliki. Rata-rata tenaga kerja itu dibayar dengan sistem mingguan di mana
setiap minggunya mereka memperoleh penghasilan berkisar 130-150 ribu /
minggunya.
Data yang dikemukakan di atas memberikan suatu pengertian bahwa
dengan berdirinya industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo dapat
memberikan dan meningkatkan pendapatan masyarakat yang bekerja di sektor
tersebut. Dari data di atas dapat disimpulkan besarnya pendapatan khususnya
bagi tenaga kerja di Industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo tidak ditentukan
oleh UMR yang berlaku di Kabupaten Sukoharjo, tetapi ditentukan oleh pemilik
industri. Penghasilan tersebut bisa merupakan penghasilan tambahan bagi
mereka selain dari penghasilan yang diperoleh dari sektor pertanian. Namun ada
juga yang menjadikan industri kerajinan gitar itu sebagai pekerjaan pokok
mereka. Diharapkan dari hal terebut dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Desa.
3. Persoalan dan Upaya yang Dilakukan Dalam Industri Kerajinan Gitar
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selayaknya usaha pada umumnya, usaha industri kerajinan gitar yang
berdiri di Desa Ngrombo juga mengalami beberapa kendala yang menghambat
jalannya industri kerajinan gitar. Masalah yang biasanya menjadi kendala
pengrajin dalam mengembangkan industri kerajinan gitarnya meliputi masalah
semakin tingginya atau tidak stabilnya harga bahan baku dan sulitnya
pemasaran sendiri gitar-gitar mereka selain itu juga kurangnya wawasan para
pengrajin di Desa Ngrombo. Untuk tetap menjadikan industri kerajinan gitar itu
berlangsung maka pengrajin dan pemerintah setempat melakukan beberapa
upaya untuk mengatasinya.
a. Permasalahan Bahan Baku
Dari berbagai kendala dalam berusaha yang dihadapinya selama menjalani
usaha kerajinan gitar itu oleh Bp.Marno selalu berusaha diatasi secara
maksimal. Berhubungan dengan semakin naiknya harga bahan baku pembuatan
gitar, Bp.Marno mempunyai trik untuk menyiasati kendala tersebut. Agar tidak
merugi terlalu besar maka Bp.Marno berusaha untuk menekan jumlah produski
gitarnya. Bp.Marno tetap melakukan produksi gitar dengan bahan baku yang
berkualitas namun hanya saja jumlah gitar yang diproduksinya diturunkan.
Sehingga kualitas gitar yang dihasilkan oleh Bp.Marno tetap bagus dan kerugian
yang ditanggung oleh Bp.Marno bisa dihindari. berikut penjelasan yang
diberikan oleh Bp.Marno tentang kendala apa yang dirasakannya selama
menekuni usaha gitarnya tersebut :
“..kalau waktu dulu bahan masih murah bikin gitar ya enak mbak, sekarang bahan sudah banyak yang harganya naik semakin membuat bingung saja mbak, kalau memakai bahan yang kualitas rendah nantinya hasilnya juga pasti jelek, sudah harga bahan mahal ditambah peluang pasar yang tidak stabil. Jadi ya memang harus hati-hati mengambil keputusan dalam memproduksi gitar ini mbak…”(W/Marno/1/06/2010)
Hal senada juga dilakukan oleh Bp.Sadiman. Usaha-usaha selalu
dilakukan oleh Bp. Sadiman untuk mengatasi kendala yang menghambat
jalannya industri kerajinan gitarnya. Untuk permasalahan harga bahan baku
yang bergejolak Bp. Sadiman mengatasinya dengan menekan jumlah produksi
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
gitar dan juga dengan menghutang dahulu bahan baku dari penjual baru nanti
saat gitarnya terjual dibayarnya utang tersebut.
Perilaku yang sama juga dilakukan pula oleh pengrajin yang bernama
Bp.Ipang. Untuk mengatasi permasalahan bergejolaknya harga bahan baku
pembuatan kerajinan gitar usaha yang dilakukannya yaitu dengan menekan
jumlah produksi gitarnya, selain itu juga mencoba mencari pinjaman modal
untuk menutupi kekurangan yang ada. Setelah gitarnya terjual maka menjadi
kewajibannya untuk mengembalikan pinjaman uang yang telah digunakan
sebelumnya. Hal ini dilakukan semata-mata untuk tetap bisa mempertahankan
usaha kerajinan gitarnya tersebut. Selama menjalani usaha kerajinan gitar
Bp.Ipang mengaku sudah bisa mencukupi kebutuhan pokok keluarga saat ini.
Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam mengatasi harga bahan baku yang
tidak stabil para pengrajin mengatasinya dengan cara menekan jumlah produksi
mereka. Hal ini dilakukan agar pengrajin tidak mengalami kerugian yang terlalu
besar.
b. Pemasaran
Kegiatan pemasaran merupakan usaha yang sangat penting untuk
mendorong proses produksi. Semakin lancar pemasaran suatu barang maka akan
semakin meningkatkan produksi barang tersebut, sebab jumlah permintaan akan
terus meningkat. Salah satu penghambat perkembangan industri kerajinan gitar
ini adalah sistem pemasarannya. Daerah yang dijadikan sasaran pemasaran
produksi kerajinan gitar Ngrombo antara lain, Sumatra, kalimantan, Sulawesi,
Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Gitar-gitar produksi Desa Ngrombo ternyata
juga sudah masuk pasar export namun masih melalui Agen distributor secara
grosir, itupun harga ditentukan oleh distributor serta label atau merk yang
menentukan pihak dari Agennya. Hal ini dijelaskan oleh Bp.Mulyana
dikarenakan terbatasnya modal para Pengrajin untuk bisa memasarkan sendiri
hasil kerajinan gitarnya ke daerah luar kota atau luar negeri. Hal ini juga
didukung oleh pernyataan Bp.Marno (W/Marno/1/06/2010) untuk mengatasi
masalah pemasaran gitar yang diproduksinya selama ini Bp.Marno berusaha
mencari rekan kerja yang bisa diajak kerja untuk mempromosikan gitar yang
81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diproduksinya. Rekan kerja yang dimaksud di sini adalah distributor yang
berasal dari dalam daerah maupun luar kota. Selain mencari rekan kerja
Bp.Marno juga berusaha sendiri untuk menjual gitar buatannya itu ke toko-toko
alat musik di wilayah terdekat.Pada umumnya untuk mengatasi masalah
pemasaran hasil gitar, para pengrajin bekerja sama dengan distributor untuk
memasarkan hasil kerajinan gitarnya. Diakui memang masyarakat Desa
Ngrombo merupakan pengrajin-pengrajin yang hebat dalam membuat gitar,
namun pengrajin itu hanya mampu membuat dan sulit untuk mencari jaringan
pasar untuk mempromosikannya. Lebih lanjut Bp.Setiyadi menjelaskan :“diakui
memang pengrajin Desa Ngrombo bisa membuat gitar dengan kualitas yang
bagus namun mereka hanya bisa membuat dan terkadang masih kesulitan untuk
memasarkan…”(W/Setiyadi/1/07/2010)
Lebih lanjut lagi Bp.Ipang juga mengungkapkan bahwa masih merasa
kesulitan dalam memasarkan hasil kerajinan gitarnya. Sulitnya memasarkan
produksi gitarnya tersebut juga menjadi permasalahan yang serius. Saat ini
Bp.Ipang sangat bergantung kepada distributor dan belum bisa memasarkan
sendiri gitar-gitar produksinya. Sehingga Bp.Ipang pun harus mengikuti harga
yang dipatok oleh distributor tersebut. Dimungkinkan jika bisa memasarkan
sendiri maka Bp.Ipang akan memperoleh harga yang lebih tinggi dari harga
yang dipatok oleh distributor.
Permasalahan tersebut juga dialami oleh Bp.Marno. Bp.Sadiman dan
Bp.Marmo sulitnya memasarkan gitar-gitar produksi mereka menjadi kendala
yang cukup berarti bagi mereka. Tengkulak kadang juga mengalami kesulitan
untuk mendistribusikan gitar-gitar itu. Hal ini dikarenakan gitar bukanlah
barang kebutuhan pokok yang setiap hari diperlukan oleh setiap orang.
Untuk mengatasi kendala dalam hal sulitnya memasarkan hasil kerajinan
gitar di Desa Ngrombo, berbagai strategi selalu diupayakan oleh para pengrajin
dan dibantu oleh pemerintah setempat. Beberapa strategi itu antara lain yaitu :
1) strategi pemasaran secara langsung, dimana pembeli atau konsumen
datang sendiri ke lokasi industri kerajinan gitar dan pembeli dapat memilih
sendiri gitar-gitar sesuai keinginan mereka. Pembelian dapat dilakukan
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam jumlah partai besar maupun kecil. Pembeli juga dapat memesan
gitar sesuai keinginan mereka kepada pengrajin dengan ketentuan harga
yang sudah disepakati. Pemasaran secara langsung dapat juga dilakukan
dengan jalan menyetorkan hasil kerajinan gitar mereka ke toko-toko
musik, toko-toko besar maupun kecil yang mau menerima dan
menjualnya.
2) Strategi pemasaran secara tindak langsung ialah melalui program
kemitraan atau rekan kerja dari masing-masing pengrajin. Rakan kerja
yang dimaksud di sini ialah distributor dan agen yang mampu memasarkan
hasil kerajinan gitar mereka ke berbagai daerah di Indonesia. Bentuk dari
program kemitraan dengan rekan kerja tersebut yaitu dengan memberikan
kepercayaan kepada distributor membawa gitar-gitar pengrajin di Desa
Ngrombo untuk dipasarkan ke berbagai daerah. Sebagai jaminan atas
kepercayaan tersebut pengrajin diberikan separuh modal awal dari
pembuatan gitar untuk digunakan sebagai modal produksi selanjutnya.
Harga yang dipatok untuk gitar-gitar mereka tergantung oleh pihak
distributor. Ketentuan ini dapat berjalan dengan kesepakatan bahwa tidak
ada pihak yang merasa dirugikan dengan harga yang telah ditetapkan oleh
distributor. Dengan jalan seperti itu diharapkan hasil kerajinan gitar
mereka lebih di kenal secara luas bahkan hingga menembus pasar luar
negeri seperti beberapa negara di Benua Eropa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa usaha yang dilakukan para
pengrajin dalam mengatasi kendala sistem pemasaran yaitu dengan melakukan
pemasaran secara langsung yaitu dimana pembeli datang secara langsung ke
lokasi industri kerajinan gitar milik pengrajin di Desa Ngrombo. Selain
pemasaran secara langsung strategi lain yaitu dengan menjalin hubungan
kerjasama dengan distributor agar gitar mereka lebih dikenal ke berbagai daerah
di Indonesia.
c. Wawasan Pengrajin Tentang Kewirausahaan
Untuk menambah wawasan kewirausahaan para pengrajin gitar di Desa
Ngrombo Pemerintah Desa setempat senantiasa melakukan upaya. Upaya yang
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
selama ini dilakukan yaitu dengan memberikan pembinaan-pembinaan tentang
kewirausahaan bagi mereka. Pembinaan yang selama ini diberikan yaitu
pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi. Selain itu juga dari pihak pengrajin sendiri saat ini mulai sadar untuk
berkelompok. Kelompok pengrajin beserta perangkat Desa setempat melakukan
pertemuan setiap malam Jum’at Kliwon untuk membahas masalah dalam
pengembangan industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo. Waktu pertemuan pun
tidak ditentukan setiap malam Jum’at Kliwon, hal ini disesuaikan dengan
kondisi dan situasi dari setiap anggota sehingga pertemuan ini bisa berubah
waktunya dan fleksibel. Diharapkan dengan adanya pembinaan serta kesadaran
berkelompok dari pengrajin maka industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo
semakin berkembang dan lebih maju.
C. Analisis Data
Dari sajian data yang dipaparkan di atas maka dapat dijelaskan bahwa :
1. Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Gitar Sebagai Tindakan Sosial
Industri kerajinan gitar merupakan bentuk industri kecil yang terdapat di
Desa Ngrombo. Kegiatan industri ini ialah memproduksi kerajinan gitar yang
berbahan dasar kayu. Industri kecil kerajinan gitar yang berada di Desa
Ngrombo merupakan bentuk alternatif mata pencaharian penduduk. Pada
mulanya penduduk Desa Ngrombo mempunyai mata pencaharian sebagai petani
dan buruh tani penggarap sawah yang lokasinya berada tidak jauh dari Desa
tersebut. Bekerja di sektor pertanian tidak banyak menyita waktu mereka secara
optimal. Ada waktu senggang di antara waktu tanam dan waktu panen yang
biasa disebut sebagai masa paceklik. Waktu senggang yang mereka miliki di
sektor pertanian dimanfaatkan oleh masyarakat dengan membuat kerajinan gitar
untuk mencari tambahan penghasilan. Untuk memanfaatkan waktu luang
tersebut masyarakat berinisiatif untuk mengembangkan usaha industri kerajinan
gitar. Sejalan dengan pernyataan tersebut Irsan Azhary memberikan pernyataan
bahwa :
84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“Karakteristik industri kecil adalah bahwa industri kecil membutuhkan modal yang relatif kecil juga, tenaga kerja yang mengerjakan cukup anggota keluarga sendiri, dilakukan di rumah sendiri, peralatan yang digunakan masih sederhana. Karakteristik industri kecil tersebut karena sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai pengganti kegiatan di sektor pertanian dan hanya untuk mengisi waktu luang atau kosong sebagai upaya untuk menambah penghasilan Oleh karena itu Maka dapat dipastikan bahwa pada umumnya persebaran industri kecil ini biasanya terdapat di daerah pedesaan.” (Irsan Azhary,1986:20).
Pada mulanya kegiatan industri membuat kerajinan gitar ini hanyalah
sebagai usaha sampingan masyarakat Desa Ngrombo, namun kegiatan industri
ini mengalami perkembangan dan mampu bertahan hingga saat ini. Ketrampilan
membuat kerajinan gitar itu diperoleh secara turun temurun dari generasi ke
generasi. Hal menarik yang dapat dikemukakan dari industri kecil ini adalah
bahwa sebagian besar diantaranya merupakan usaha kerajinan yang dikerjakan
oleh anggota keluarga. Telaah dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
menyatakan bahwa :
”..ada gejala bahwa kegiatan industri-lokal ini pada galibnya lebih merupakan aktivitas sambilan atau musiman dengan berpangkal tolak dari kultur tani yang secara tradisional memang berpengaruh terhadap berbagai faset kegiatan perekonomian Indonesia pada umumnya. Di beberapa tempat kegiatan industri lokal ini bahkan kurang memiliki arti ekonomis, dalam arti lebih merupakan manifestasi dari tradisi setempat dalam bentuk usaha kerajinan tangan yang semata-mata membantu kegiatan utama yaitu kegiatan pertanian. Namun sebaliknya dapat dikemukakan pula kenyataan empiris yang justru menampakkan prospek tumbuh dari industri lokal ini, yaitu dengan mengambil contoh petani-petani Klaten, Jawa Tengah. Dewasa ini mereka memperoleh pendapatan dari dua sumber utama, yakni pertanian dan usaha kerajinan. Petani-petani Klaten itu sejak beberapa tahun belakangan ini kian menempatkan usaha pertanian dan kerajinan rumah tangga sebagai dua sumber pendapatan yang sama pentingnya. Padahal, pada mulanya, usaha kerajinan para petani Klaten itu hanyalah kegiatan sampingan yang dihidupi dengan menginvestasikan surplus produksi dari bidang-bidang kegiatan pertanian mereka, dan kemudia , secara gradual usaha kerajinan itu semakin mampu menciptakan retainability (kekuatan bertahan secara permanen) dalam proses perkembangan selanjutnya” (Irsan Azhary,, 1986:52)
Keadaan yang demikian terjadi di Desa Ngrombo yang merupakan sentra
industri kecil kerajinan gitar. Kegiatan sampingan masyarakat Desa Ngrombo
85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
merupakan sebuah fenomena perubahan yang muncul. Tindakan masyarakat
Desa Ngrombo bukan tanpa alasan dan tujuan. Kesadaran pada diri mereka
sendiri untuk mencari jalan keluar terhadap keterbatasan lapangan kerja di Desa
Ngrombo direalisasikan dengan aksi yang mereka lakukan yaitu membuka
lapangan kerja baru di sektor industri kecil kerajinan gitar. Masyarakat Desa
Ngrombo mempunyai inisiatif untuk memanfaatkan waktu luang mereka dengan
bekerja di sektor industri tersebut. Inisiatif yang mereka lakukan merupakan
sebuah bentuk kreatifitas dari pikiran mereka sendiri. Pada dasarnya setiap
manusia adalah aktor yang bersifat aktif dan kreatif dari sebuah realitas
sosialnya dimana keputusan berada diri mereka. Manusia bebas menentukan
tindakan yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan
hal itu Hinkle dalam Ritzer menjelaskan bahwa :
”manusia adalah aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Manusia adalah aktif dan kreatif. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. Manusia memilih, menilai dan megevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang dan yang telah dilakukannya .” (Ritzer, 2004 : 43-46)
Tindakan masyarakat petani di Desa Ngrombo untuk memanfaatkan waktu
luang dengan bekerja di sektor industri kerajinan gitar mempunyai tujuan untuk
mencari alternatif pekerjaan sampingan sehingga mampu memberikan
pendapatan bagi mereka dan mencukupi kebutuhan hidup bagi keluarganya.
Adapun nilai dari tujuan tersebut pada dasarnya adalah untuk memperoleh suatu
kualitas hidup yang lebih layak bagi keluarganya. Nampaknya cukup beralasan
tentang apa yang mereka lakukan dalam kelangsungan hidup mereka. Alasan
yang cukup rasional bagi setiap manusia untuk melakukan sebuah tindakan
demi mencapai tujuan tertentu. Berubahnya petani di Desa Ngrombo dengan
bekerja sampingan merupakan sebuah tindakan sosial. Alasan mereka bekerja di
sektor industri kecil kerajinan gitar yaitu untuk memanfaatkan waktu luang
sehingga mereka memperoleh pendapatan. Pendapatan yang mereka peroleh
86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarga.
Tindakan tersebut merupakan keputusan yang diambil dari hasil pemikiran
mereka sendiri dengan cara dan jalan yang mereka pilih. Ini menekankan bahwa
apa yang mereka lakukan mempunyai tujuan yang jelas sesuai dengan
interpretasi mereka masing-masing. Sejalan dengan pernyataan tersebut Pip
Jones menjelaskan bahwa :
“hampir semua tindakan manusia adalah produk dari suatu keputusan untuk bertindak, sebagai hasil dari pikiran. Hampir semua yang kita lakukan adalah hasil dari memilih tindakan dengan suatu cara tertentu bukan cara lain. Ini adalah pilhan purposif atau berorientasi pada tujuan. Kita memilih diantara banyak pilihan karena kita manusia, kita mampu mengarah pada tujuan atau hasil dan mengambil tindakan untuk mencapainya. Oleh karena itu hampir semua tindakan manusia adalah tindakan yang di sengaja: kita mengambil tindakan tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki” (Pip Jones, 2009:25)
Dilihat dari segi sasarannya dimana yang menjadi sasaran tindakan sosial
si aktor dapat berupa individu atau sekumpulan orang, hal ini dikarenakan
tindakan mereka dilakukan untuk menambah penghasilan sehingga dapat
berpengaruh kepada kesejahteraan individu yang kemudian secara tidak
langsung akan berpengaruh juga kepada orang lain yaitu anggota keluarga
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Konsep lain yang terkandung dalam tindakan sosial adalah adanya hubungan
sosial (social relationship). Dalam hubungan sosial tersebut terdapat saling
penyesuaian (mutual orientation) antara orang satu dengan orang yang lain.
Penyesuaian ini disesuaikan dengan kemampuan mereka dalam melakukan
tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang
tersedia dalam rangka mencapai tujuannya. Di dalam tindakan sosial aktor
mengejar tujuan dalam situasi di mana norma – norma mengarahkannya dalam
memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan tersebut.
Tindakan masyarakat pedesaan dalam melakukan kegiatan industri
didasarkan pada keadaan untuk mecari jalan keluar dalam menghadapi
terbatasnya lapangan kerja di sektor pertanian. dapat diambil kesimpulan
sementara bahwa tindakan yang dilakukan oleh masyarakat pelaku kegiatan
87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
industri kecil di pedesaan termasuk dalam tindakan yang didasarkan pada
rasionalitas. Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang
baik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu
sendiri. Sejalan dengan hal tersebut Weber menyatakan sebagai berikut :
“tindakan-tindakan yang tercakup dalam sifat kelaziman rasional ia nilai secara khas sebagai tipe yang paling bisa dipahami, dan perbuatan manusia ekonomis adalah contoh utamanya. Tindakan-tindakan yang kurang rasional oleh Weber digolonglan, kaitannya dengan pencarian “tujuan-tujuan absolut sebagai berasal dari sentimen berpengaruh (affectuall sentiment), atau sebagai tradisional. Karena tujuan absolut dipandang oleh sosiologi sebagai data yang terberi (given), maka sebuah tindakan bisa menjadi rasional dengan mengacu pada sarana yang digunakan” (Max Weber , 2009:66)
Rasionalitas yang mendorong petani mengembangkan alternatif pekerjaan
di sektor industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo yaitu: Pertama , Lahan
pertanian yang semakin menyempit. Peduduk desa yang dulunya masih relatif
sedikit menjadikan sektor pertanian begitu penting dalam menjamin kehidupan
ekonomi masyarakat desa. Seiring dengan berjalannya waktu kepadatan
penduduk di Desa Ngrombo mengalami peningkatan. Lahan pertanian di Desa
Ngrombo banyak yang beralih fungsi menjadi pemukiman penduduk.
Berkurangnya lahan pertanian mengakibatkan berkurangnya kegiatan penduduk
dalam sektor pertanian. Di sisi lain penduduk yang jumlahnya besar merupakan
sumber dari angkatan kerja yang besar pula. padahal lapangan kerja di sektor
pertanian yang menjadi andalan masyarakat Desa Ngrombo semakin terbatas.
Dari faktor ini, dapat disimpulkan bahwa petani di Desa Ngrombo mengalami
pengurangan jumlah yaitu dengan jumlah lahan sawah yang berkurang juga. Hal
ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Soediono (1998:301)
”pertambahan luas untuk tanaman pangan tidak dapat diharapkan secara terus menerus, lebih-lebih di Jawa kejenuhan/ambang batas untuk pertanian pangan sudah sangat didekati. Bahkan ada perkiraan bahwa luasan itu berkurang dengan 10.000 ha pertahun, karena tanah berubah penggunaanya untuk pemukiman/perluasan kota, aneka prasarana, rekreasi dan sebagainya...”
Selain itu juga dikarenakan semakin pesatnya perkembangan sektor
non pertanian dalam hal ini industri kerajinan gitar yang hampir di setiap rumah
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penduduk memilikinya, sehingga banyak rumah tangga baru bahkan yang lama
terserap di sektor ini. Kegiatan industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo pada
umumnya berlokasi di rumah-rumah penduduk. Terkait dengan dengan
kenyataan bahwa semakin menyempitnya lahan maka cukup berlogika jika
kegiatan industri kerajinan gitar dilakukan di rumah masing-masing pengrajin.
Nampaknya faktor ekonomis pun juga ikut berpengaruh terhadap pemilihan
lokasi industri kerajinan gitar yaitu selain fleksibel namun juga dapat
menghemat modal lahan produksi. Sejalan dengan hal tersebut Haryadi dalam
Cristiana Winarsih (2001:30) mengatakan”karakteristik dari usaha kecil yaitu
usaha yang berbasis dirumah dengan kegiatan produksi menyatu dengan rumah
tempat tinggal, disamping itu usaha kecil dalam sistemnya juga masih sangat
sederhana”. Kedua, desakan kekuatan pemilik modal terhadap petani kecil.
Terjadinya monopoli perusahaan multinasional dalam teknologi bibit yang
menyebabkan petani miskin tidak lagi dapat melakukan pengadaan sendiri.
Berbeda dengan petani kaya yang dapat bertahan dengan hal tersebut. Lebih
lanjut harga bibit akan menjadi mahal, petani miskin tergantung terhadap bibit
tersebut, dan kemungkinan besar akan menyebabkan tergusurnya petani miskin
pergi ke perkotaan (urbanisasi) atau pindah pekerjaan lain, karena pekerjaan
sebagai petani telah berubah menjadi mahal biaya produksinya. Hal ini sejalan
dengan Thesis yang ditulis oleh R.W. Franke (1972) berjudul ”the green
Revolution in a Javanese Village” bahwa :
“…ialah bahwa petani kaya lebih mampu memperbaiki nasibnya berdasarkan asset tanah dan modal yang dimilikinya, dibandingkan dengan petani kecil. Selain daripada itu resiko kegagalan panen karena faktor-faktor yang tidak disukai oleh petani, juga lebih dapat ditanggung okeh petani kaya dari pada oleh petani miskin atau sedang… lapisan bawah , apabila sudah tidak dapat bercocok tanam sebagai buruh tani di desanya, senderung keluar dari masyarakat pedesaan untuk mencari pekerjaan di sektor informal a.l. jasa dan perdagangan kecil”
Di Desa Ngrombo, petani banyak yang pindah pekerjaan yaitu sebagai
pengrajin Gitar. Tetapi tidak semua petani di Desa Ngrombo pindah sebagai
pengrajin gitar, masih ada yang bermata pencaharian murni sebagai petani dan
ada pula yang kedua-duanya dijalaninya. Biasanya petani ini adalah petani yang
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kaya yang mampu bersaing. Ketiga, meningkatnya jumlah penduduk di Desa
Ngrombo. Makin berkurangnya lahan pertanian akan menghasilkan penurunan
luas tanah pertanian milik setiap keluarga. Pada gilirannya hal tersebut akan
mengakibatkan kemiskinan di kalangan petani dikarenakan lahan olahan mereka
menjadi semakin sempit. Lapangan kerja menjadi terbatas pula dengan jumlah
penduduk yang semakin meningkat. Nampaknya kondisi ini sejalan dengan
pernyataan dari Jhingan M.L (2007:407) sebagai berikut :
”...di negara berkembang kebanyakan rakyat tinggal di wilayah pedesaan. Pertanian merupakan mata pencaharian utama. Maka dari itu pertambahan penduduk akan mempengaruhi rasio lahan manusia. Tekanan penduduk lahan tidak elastis. Hal ini semakin memperlambat pembangunan pertanian. Penduduk yang meningkat akan menjerumuskan perekonomian ke pengangguran dan kekurangan lapangan kerja karena penduduk meningkat proporsi pekerja menjadi naik.”
Keempat, dapat meningkatkan kenaikan sosial dalam masyarakat.
Dengan berkembang pesatnya kerajinan gitar di Desa Ngrombo, masyarakat
dapat meningkatkan kehidupan sosial dan ekonominya dengan cepat bila
dibandingkan ketika kerajinan gitar belum berkembang pesat. Sistem lapisan
masyarakat yang lebih terbuka layaknya masyarakat Desa Ngrombo
memungkinkan adanya perpindahan status sosial di Masyarakat. Masyarakat
Desa Ngrombo dulu hanya mengandalkan hasil pertanian untuk memenuhi
semua kebutuhan hidupnya, tetapi dengan berkembangnya kerajinan gitar
mereka mempunyai dua pekerjaan sekaligus yaitu sebagai petani dan sebagai
pengrajin gitar, seperti keluarga Bapak Antono. Dengan dua pekerjaan sekaligus
beliau dapat meningkatkan kehidupan ekonomi dan sosial keluarganya. Dengan
penghasilan yang lumayan besar mereka bisa menyekolahkan anak-anaknya
hingga jenjang perguruan tinggi yang akan merubah kehidupan keluarganya
menuju ke arah yang lebih baik. Hal ini sependapat dengan pemikiran yang
dikemukakan oleh Retno Widi (2008:38) sebagai berikut :
”sistem lapisan sosial yang terbuka memungkinkan adanya perpindahan status sosial secara lebih leluasa berdasarkan kemampuan masing-masing individu. Pada setiap masyarakat pasti ada sesuatu yang dihargai. Di sini masyarakat akan berusaha mencapaii status sosial yang tertinggi dalam
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masyarakat tersebut. Stratifikasi yang terbuka memberikan peluang bagi masyarakat setempat untuk berpindah status”
kelima, sedikit atau banyaknya terpaan informasi. Sedikit atau banyaknya
terpaan informasi, baik melalui media massa, kontak pribadi dengan para
pemuka pendapat dan atau penyuluh dalam komunikasi tentang industrialisasi
pedesaan (khususnya tentang industri kecil) akan ikut mempengaruhi perubahan
perilaku masyarakat di pedesaan tentang industri kecil pedesaan tersebut
khususnya di sini industri gitar dan menyumbangkan pengaruh pada terjadinya
transformasi pekerjaan mereka di bidang pertanian ke industri tali tambang.
Menurut masyarakat Desa Ngrombo, industri gitar sering diliput oleh wartawan
dari media massa dan kadangkala ditinjau oleh Dinas Perindustrian dari
Kabupaten Sukoharjo.
Keenam, pertanian tergantung sekali pada musim, sedangkan industri
kerajinan gitar tidak. Pertanian di Desa Ngrombo sangat tergantung sekali pada
musim hujan. Pada musim kemarau biasanya sawah tidak ditanami. Hal ini
dikarenakan jika tidak hujan 3 bulan saja, air sungai tidak mengalir dan petani
tidak dapat mengairi sawahnya. Sedangkan sawah di Desa Ngrombo tidak
difasilitasi dengan sumur bor (sumur artetis). Jadi dapat disimpulkan bahwa
sawah hanya bisa ditanami pada musim penghujan saja. Sedangkan untuk
pembuatan kerajinan gitar tidak bergantung sekali pada musim. Kegiatan
membuat kerajinan gitar tetap berjalan jika hujan deras, hanya saja pengeringan
pada gitar yang telah di cat tidak dilakukan sedangkan jika hujan dirasa tidak
terlalu deras (gerimis kecil) mereka akan tetap bekerja.
Ketujuh, meneruskan usaha orang tua Mereka yang termasuk klasifikasi
ini pada umumnya bukan berlatar belakang sebagai petani. Orang tua mereka
sudah terlebih dahulu bekerja sebagai pengrajin gitar, kemudian ada tuntutan
untuk meneruskan usaha orang tua atau bahkan mengembangkannya. Sebagai
contoh yaitu Bapak Ipang. Beliau mewarisi kerajinan gitar dari orang tuanya.
Menurut masyarakat sekitar, keluarga Bapak Ipang sudah turun temurun
berkecimpung dalam usaha industri kecil kerajinan gitar. Sebagian yang lain di
antara mereka ada yang berlatar belakang petani, tetapi sekaligus bekerja
91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sambilan sebagai pengrajin atau buruh pengrajin gitar. Umumnya orang tua
mereka sebelumnya juga bekerja sebagai pengrajin sekaligus sebagai petani,
seperti yang dialami oleh Mas Eko. Dengan adanya faktor-faktor pendorong
yang telah dijelaskan di atas, masyarakat Desa Ngrombo banyak yang mencari
alternatif pekerjaan lain salah satunya dari petani dan menjadi pengrajin gitar.
Mereka tidak berpindah sepenuhnya karena mereka juga masih bekerja di
bidang pertanian.
2. Penyerapan Tenaga Kerja Dalam Industri Kecil Kerajinan Gitar
a. Terbukanya Lapangan Kerja
Berdasarkan data yang dikemukakan di atas industri kerajinan gitar di
Desa Ngrombo telah memberi lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar.
Masyarakat dapat bekerja sebagai pengrajin dan menjadi tenaga kerja. Industri
kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo mempunyai karakteristik yaitu alat
yang digunakan untuk memproduksi gitar-gitar di Desa Ngrombo masih
tergolong tradisional. Pada umumnya masyarakat desa Ngrombo
menggunakan rumah mereka masing-masing sebagai lokasi untuk
memproduksi kerajinan gitar. Tenaga kerja yang digunakan dalam proses
produksi gitar kebanyakan adalah tenaga kerja yang merupakan anggota dari
keluarga sendiri. Jadi peran anggota keluarga sangat penting dalam
kelangsungan industri kerajinan gitar ini. Lapangan kerja yang tercipta dapat
terisi oleh anggota rumah tangga pelaku industri sendiri.
Melihat karakterisitik industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo
maka keberadaan industri tersebut dapat digolongkan sebagai bagian dari
sektor informal. Tajdudin Noer Effendi (1995:74) memberikan pengertian
tentang sektor informal yaitu sektor informal diartikan sebagai “pekerja yang
berusaha sendiri tanpa buruh, berusaha sendiri dengan buruh tak tetap, atau
dibantu tenaga kerja keluarga yang tidak dibayar”. Ini menekankan bahwa
keberadaan sektor informal tampak dalam perannya sebagai penyerap tenaga
kerja. Adapun ciri-ciri yang dikemukakan mengenai sektor informal adalah
sebagai berikut:
a. pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha .
92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. pola kegiatan berusaha tidak beraturan baik dalam arti lokasi maupun jam kerja
c. teknologi yang digunakan bersifat tradisional.d. modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga
relatif kecil.e. untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal karena
pendidikan yang diperlukan diperoleh dari pengalaman sambil bekerja .f. pada umumnya unit usaha termasuk golongan yang mengerjakan sendiri
usahanya dan kalau mengerjakan, buruh berasal dari keluarga.g. sumber dana modal usaha pada umumnya dari tabungan sendiri atau dari
lembaga keungan yang tidak resmi.
Terpenuhinya syarat–syarat industri kecil sebagai bagian sektor informal
dikarenakan bahwa industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo
mempunyai ciri- ciri sebagai berikut :
a. dilakukan di rumah sendiri,
b. umumnya merupakan tambahan mata pencaharian disamping usaha pada
sektor pertanian,
c. teknologi yang digunakan relatif sederhana, dan tradisional
d. tenaga kerja berasal dari lingkungan keluarga dan kerabat,
e. pendidikan formal tenaga kerja yang relatif rendah,
dari berbagai karakteristik industri kecil kerajinan gitar yang memenuhi
syarat sebagai sebuah usaha sektor informal, maka keterkaitan industri kecil
dan sektor informal begitu kental. Sehingga dari hal itu dapat dikatakan bahwa
keberadaan industri kecil kerajinan gitar yang ada di Desa Ngrombo,
Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo merupakan bagian dari usaha sektor
informal.
Industri kecil sebagai sektor informal terlihat manfaatnya sebagai
penyerap tenaga kerja karena terbukanya lapangan kerja baru. Industri
kerajinan gitar di Desa Ngrombo telah mampu membuka lapangan pekerjaan
baru untuk masyarakat setempat. Pembukaan lapangan kerja baru tersebut
berdampak pada penekanan pengangguran di Desa Ngrombo.. Untuk itu
cukup jelas bahwa dengan berdirinya industri kerajinan gitar ini telah mampu
memberikan lapangan kerja baru dan sehingga menyerap tenaga kerja dapat
mengurangi motivasi masyarakat desa untuk pergi mencari pekerjaan ke kota.
93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sejalan dengan hal tersebut Irsan Azhary mengemukakan : ”dengan adanya
pengembangan industri ada beberapa manfaat yang didapatkan antara lain
yaitu terciptanya lapangan kerja baru , semakin banyak jumlah industri yang
dibangun maka banyak pula tenaga kerja yang diserap terutama pada industru
padar karya ”.(Irsan Azhary, 1986:5)
Timbulnya sektor informal sebagai sumber baru dalam penciptaan
lapangan kerja dan peluang berusaha merupakan manifestasi dari tidak
sebandingnya pertumbuhan angkatan kerja dengan kesempatan kerja yang
ada, serta keterbatasan sektor formal untuk menampung kelebihan tenaga
kerja. perpindahan ke sektor informal merupakan solusi di tengah sempitnya
kesempatan kerja di sektor formal. Untuk itu diperlukan penanganan yang
intensif mengenai perkembangan sektor informal dewasa ini. Dengan
demikian sektor ini dapat lebih berfungsi sebagai peluang untuk berusaha dan
menciptakan kesempatan kerja bagi penganggur.
b. Memberikan Pendapatan
Adanya industri kerajinan gitar yang berada di Desa Ngrombo telah
memberi peningkatan pendapatan bagi masyarakat pelaku industri. pendapatan
diperoleh ketika masyarakat masuk dalam sektor ini menjadi pengrajin maupun
sebagai tenaga kerja Ingin mencari bayaran atau tambahan pendapatan. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mubyarto (1985:216),
“industri kecil dan rumah tangga memberi tambahan pendapatan bagi pekerja/
kepala keluarga dan juga anggota keluarga lainnya”.
Masyarakat Desa Ngrombo lebih menyukai bekerja sebagai pengrajin
gitar daripada sebagai petani. Hal ini dikarenakan upah yang diperoleh sebagai
pengrajin gitar lebih besar dari pada bekerja sebagai petani ataupun buruh tani.
Selain itu, buruh industri kerajinan gitar maupun sebagai pengrajin gitar sifatnya
tetap dan tidak musiman seperti dalam pertanian. Jadi tidak ada musim paceklik
karena setiap hari memperoleh uang terus. Selain itu tenaga kerja dalam bidang
industri bersifat tetap, artinya menetap pada satu majikan. Untuk tenaga kerja
rata-rata setiap minggunya mendapatkan upah rata-rata mencapai Rp.130-
150ribu. Bahkan jika lembur upah itu dapat lebih besar dari nilai itu. Pendapatan
94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang lebih besar tentunya diperoleh oleh pemilik industri kerajinan gitar.
Pendapatan pemilik industri setiap minggunya rata-rata Rp.300-400ribu. Selain
itu peningkatan pendapatan juga diperoleh oleh penduduk yang memiliki
pekerjaan sampingan sebagai pengrajin tanpa meninggalkan profesi mereka
sebelumnya yaitu sebagai petani atau buruh tani. Dari pendapatan yang
diperoleh mereka di sektor industri kecil kerajinan gitar dapat mencukupi
kebutuhan hidup sehari-hari keluarga mereka.
3. Persoalan dan upaya yang dilakukan dalam industri kerajinan kecil gitar
Permasalahan yang dihadapi oleh pengrajin gitar di Desa Ngrombo yaitu
tidak stabilnya harga bahan baku, sulitnya memasarkan hasil produksi gitar
mereka dan kurangnya wawasan kewirausahaan dari para pengrajin sendiri. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Irsan Azhary
(1986:32):
a) pemasaran yang kurang lancar diakibatkan karena persaingan dari barang atau bahan pengganti sejenis yang harganya lebih murah
b)model barang yang dihasilkan relatif kurang bervariasic) bahan baku untuk jenis-jenis barang tertentu sangat sulit untuk diperoleh
karena masih tergantung dengan negara lain.
Dalam mengatasi harga bahan baku yang tidak stabil para pengrajin
mengatasinya dengan cara menekan jumlah produksi mereka. Hal ini dilakukan
agar pengrajin tidak mengalami kerugian yang terlalu besar. Permasalahan
harga bahan baku terkait erat dengan iklim usaha dan kondisi ekonomi suatu
negara. Pangusaha kecil pada umumnya sangat rentan terhadap iklim usaha
yang kadang tidak menguntungkan bagi mereka. Pihak swasta yang mampu
memberikan pinjaman modal nampaknya membebankan bunga pinjaman yang
begitu memberatkan para pelaku industri kecil kerajinan gitar. Hal ini
nampaknya sesuai dengan pernyataan Irsan Azhary bahwa :
”...beberapa studi memberikan gambaran bahwa pemberi pinjaman non-institusional pada umumnya membebankan tingkat bunga di atas 2,5% perbulan, sehingga memberatkan pengusaha kecil. Belum lagi jika diperhitungkan beban implisit yang harus ditanggung oleh pengusaha yakni, harga bahan baku produksi yang diterima dari pedagang perantara relatif sangat tinggi , sedangkan di pihak lain harga hasil produksi yang
95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dijual kepada pedagang perantara relatif sangat rendah jika dibandingkan dengan harga yang berlaku di pasar ”(Irsan Azhary, 1986:7)
Selain usaha dalam mengatasi bergejolaknya harga bahan baku, usaha
juga dilakukan para pengrajin dalam mengatasi kendala sistem pemasaran yaitu
dengan melakukan pemasaran secara langsung yaitu dimana pembeli datang
secara lansung ke lokasi industri kerajinan gitar milik pengrajin di Desa
Ngrombo. Selain pemasaran secara langsung strategi yang lain yaitu dengan
menjalin hubungan kerjasama dengan distributor supaya gitar mereka lebih
dikenal di berbagai daerah di Indonesia. Hubungan kerjasama dilakukan dengan
distributor atau tengkulak dengan ketentuan harga barang ditentukan oleh
Distributor. Jadi, pengrajin sangat bergantung oleh pihak distributor atau
tengkulak dalam hubungan kerjasama ini, hal ini sejalan dengan Hadi Prayitno
yang mengungkapkan bahwa:
“rantai terlemah dari industri kecil pada umumnya terletak dibidang pemasaran. Kebanyakan dari para pengrajin kia misalnya pengrajin kulit dan penenun kecil, lebih tepat disebut “buruh”” borongan dari tengkulak yang bertindak sebagai suplpier bahan baku, pemberi modal, dan penyalur hasil-hasilnya. Dalam masalah harga para pengusaha kecil atau pengrajin tersebut adalah “price taker” atau hanya menerima upah.kontinuitas usaha mereka tergantung pada hubungan baik mereka dengan para tengkulak tersebut. Keadaan yang sudah berlangsung turun-temurun seperti ini menimbulkan ketergantungan dari pengusaha kecil kita kepada para tengkulak. (Hadi Prayitno, 1987:67)
Sistem kerja yang digunakan dalam pembuatan kerajinan gitar di Desa
Ngrombo yaitu menggunakan sistem kerja yang terpola-pola menjadi beberapa
unsur bagian, namun dalam sistem kelompok tersebut antara satu pengrajin
dengan pengrajin lainnya saling ketergantungan dan saling membutuhkan. Ada
kelompok pengrajin yang saat ini hanya membuat bagian stang gitar, ada
pengrajin yang menggarap bodi gitar saja dan beberapa kelompok pengrajin
mengerjakan bagian penyelesaian atau pengecatan. Kerjasama menjadi unsur
penting dalam kelangsungan industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo.
Kesadaran untuk berkelompok mulai tumbuh di masyarakat tersebut. Kerjasama
yang terbangun dalam kegiatan industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo
terbina mulai dari lingkungan keluarga hingga sampai pada lingkungan
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masyarakat. Peran anggota keluarga menjadi sangat pening bagi kelangsungan
industri kecil kerajinan gitar. Anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak memberikan kontribusi yang cukup berarti. Pada umumnya kegiatan di
industri kecil kerajinan gitar sebagian besar di dominasi oleh kalangan laki-laki.
Namun peran perempuan dalam kegiatan industri tersebut juga tidak kalah
pentingnya. Biasanya perempuan- perempuan membangtu para suami mereka
dalam proses penyelesaian. Proses penyelesaian tersebut meliputi pengecatan
serta pengeringan. Begitu juga dengan anak perempuan di Desa tersebut. Dari
sini dapat di katakan bahwa solidaritas kelompok mulai terbangun dari
lingkungan keluarga hingga akhirnya solidaritas yang telah ada tersebut
terbangun dalam lingkungan yang lebih luas yaitu pada masyarakat Desa
Ngrombo. Kesadaran berkelompok tersebut di lihat sebagai kemauan untuk
bekerja sama dalam mengambangkan industri kerajinan gitar. Hal tersebut
sejalan dengan pernyataan sebagai berikut :
”Relasi antar perusahaan yang ada di dalam kluster akan bersifat dinamis manakala perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya mengadakan aksi bersama (joint action). Di dalam aksi bersama itu bukan berarti bahwa semua perusahaan yang ada di dalam kluster serentak melakukan hal yang sama. Aksi bersama itu bisa dilakukan oleh sekelompok kecil perusahaan. Di dalam proses produksi, misalnya, ada perusahaan yang melakukan penggarapan sampai setengah jadi, sedangkan proses penyelesaiannya (finishing) bisa dilakukan oleh perusahaan yang lain. (http:://www.ekonomirakyat.org/edisi_10/artikel_3.htm )
Sulitnya pemasaran hasil kerajinan gitar mereka karena para pengrajin
masih mempunyai wawasan wirausaha yang sedikit. Untuk menambah wawasan
kewirausahaan para pengrajin maka Pemerintah setempat senantiasa melakukan
upaya. Upaya yang selama ini dilakukan yaitu dengan memberikan pembinaan-
pembinaan tentang kewirausahaan bagi mereka. Pembinaan yang selama ini
diberikan yaitu pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian,
perdagangan dan Koperasi. Sejalan dengan hal tersebut di atas Hadi Prayitno
menyatakan :
“pembinaan pengusaha kecil jelas merupakan usaha yang perlu terus-menerus dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya golongan ekonomi lemah.
97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembinaan itu semestinya dimulai dari apa yang dimiliki pengrajin itu sendiri untuk mengembangkan potensi yang ada. kunci pembinaan usaha kecil dewasa ini terletak di bidang pemasaran yang bertujuan agar hasil produksi industri kecil dapat terjual. (Hadi Prayitno,1987:70) ”
Berbagai strategi yang dilakukan oleh pengrajin dan pihak-pihak yang
berkepentingan dalam industri kecil kerajinan gitar tidak lain merupakan upaya
dalam rangka menjaga agar keberadaan industri kecil kerajinan gitar di Desa
Ngrombo tetap bisa berlangsung dan mampu bertahan. Dari hal tersebut
diharapkan keberadaan industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo mampu
memberikan kontribusi yang bernilai positif bagi masyarakat Desa Ngrombo
khususnya dan masyarakat luas
98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan sajian data dan analisis data yang diperoleh mengenai
Kontribusi Industri Kecil Kerajinan Gitar Dalam Upaya Penyerapan Tenaga Kerja
(Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten
Sukoharjo) maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Alasan masyarakat Desa Ngrombo mengembangkan industri kerajinan gitar
yaitu mereka mempunyai ingin menjadikan industri kerajinan gitar sebagai
pekerjaan sampingan disamping pekerjaan utama mereka di sektor pertanian,
selain itu mereka mempunyai alasan untuk menambah penghasilan dan
memanfaatkan waktu luang. Industri kecil kerajinan gitar yang berada di Desa
Ngrombo merupakan subtitusi mata pencaharian penduduk Desa Ngrombo.
Penyempitan lahan, adanya mekanisasi pertanian dan biaya pengolahan lahan
pertanian yang semakin mahal menjadikan bekerja di sektor pertanian tidak
bisa lagi diandalkan guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Berkurangnya lahan pertanian mengakibatkan berkurangnya kegiatan
penduduk dalam sektor pertanian. banyak waktu luang yang dimiliki oleh
masyarakat yang bermatapencaharian sebagai petani. Di sisi lain penduduk
yang jumlahnya besar merupakan sumber dari angkatan kerja yang besar pula.
Lapangan kerja di sektor pertanian yang menjadi andalan masyarakat Desa
Ngrombo semakin terbatas. Hal tersebut menyebabkan tingkat pengangguran
di Desa Ngrombo semakin meningkat. Masyarakat Desa Ngrombo mulai
mencari alternatif pekerjaan lain di luar sektor pertanian. Salah satunya yaitu
bekerja di sektor industri Kerajinan gitar. Besarnya potensi lapangan kerja di
sektor industri kerajinan gitar menjadikan pengrajin lebih serius menekuni
usahanya. Tindakan masyarakat pedesaan untuk melakukan kegiatan ekonomi
di bidang sektor industri kerajinan gitar bisa dilihat sebagai sebuah tindakan
sosial. Tindakan masyarakat pedesaan dalam melakukan kegiatan industri
didasarkan pada keadaan untuk mecari jalan keluar dalam menghadapi
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terbatasnya lapangan kerja di sektor pertanian. Hal ini dilakukan guna
menekan tingkat pengangguran dari keadaan angkatan kerja yang berlebih di
Desa Ngrombo. Selain itu juga motivasi dari mereka untuk mendapatkan
tambahan penghasilan guna mencukupi kebutuhan keluarga serta
meningkatkan kesejahteraan hidup.
2. Kontribusi Industri Kecil Kerajinan Gitar dalam mengatasi pengangguran Di
Desa Ngrombo.
Berdasarkan data yang dikemukakan bahwa industri kerajinan gitar di Desa
Ngrombo memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar.
Keberadaan industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo memberikan
kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja dengan membuka lapangan kerja
baru di sektor tersebut. Dari monografi Desa pada tahun 2009 tercatat 810
orang (31,87%) dari total jumlah penduduk Desa Ngrombo bisa masuk ke
dalam sektor industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo. Data terdahulu yang
dapat dijadikan sebagai pembanding jumlah penduduk yang terlibat dalam
kegiatan di sektor industri kecil kerajinan gitar yaitu data tahun 2008 dan
2007. Pada tahun 2007 sektor industri kerajinan gitar di Desa Ngrombo telah
melibatkan 765 orang dan di tahun 2008 sebanyak 684 orang (Monografi Desa
Ngrombo tahun 2007-2009). Dilihat dari perbandingan tiga tahun ke belakang
tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah terbanyak terdapat berada pada
tahun 2009. Jadi keberadaan industri kecil kerajinan gitar mengurangi tingkat
pengangguran di Desa Ngrombo.
Keberadaan industri kecil kerajinan gitar yang ada di Desa Ngrombo,
Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo termasuk sektor informal yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: dilakukan di rumah sendiri, pekerjaan
sampingan, teknologi yang digunakan relatif sederhana, dan tradisional,
tenaga kerja berasal dari lingkungan keluarga dan kerabat, pendidikan formal
tenaga kerja yang relatif rendah.
Kontribusi yang lain terkait dengan berdirinya industri kerajinan gitar
yaitu memberikan pendapatan masyarakat yang bekerja di sektor tersebut.
100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penghasilan tersebut bisa merupakan penghasilan tambahan bagi mereka
selain dari penghasilan yang diperoleh dari sektor pertanian.
3. Persoalan dan Upaya Dalam Industri Kecil Kerajinan Gitar
Kendala yang menghambat jalannya industri kecil kerajinan gitar yaitu
semakin bergejolaknya harga bahan baku dan sulitnya sistem pemasaran hasil
gitar. Usaha yang dilakukan para pengrajin dalam mengatasi kendala yang
menghambat jalannya industri kecil kerajinan gitar yaitu dengan menekan
jumlah produksi gitar sehingga pengrajin tidak menderita kerugian yang
terlalu besar. Sedangkan untuk pemasarannya yaitu dengan melakukan
pemasaran secara langsung yaitu dimana pembeli datang secara lansung ke
lokasi industri kerajinan gitar milik pengrajin di Desa Ngrombo. Selain
pemasaran secara langsung strategi yang lain yaitu dengan menjalin hubungan
kerjasama dengan distributor supaya gitar mereka lebih dikenal di berbagai
daerah di Indonesia. Untuk menambah wawasan kewirausahaan para
pengrajin maka Pemerintah Desa setempat senantiasa melakukan upaya
dengan memberikan pembinaan-pembinaan tentang kewirausahaan yang
dilakukan oleh Dinas Perindustrian, perdagangan dan Koperasi. Selain itu juga
dari pihak pengrajin sendiri saat ini mulai sadar untuk berkelompok.
B. Implikasi
1. Implikasi Secara Teoritis
a. Menambah pengetahuan yang lebih mendalam tentang kewirausahaan.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa industri kecil kerajinan gitar
merupakan kegiatan ekonomi masyarakat pengrajin di Desa Ngrombo.
Industri kecil kerajinan gitar dalam pengembangannya mengalami berbagai
kendala. Dari kendala tersebut terdapat upaya-upaya yang dilakukan guna
mempertahankan kelangsungan industri kecil kerajinan gitar di Desa
Ngrombo.
b. Dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain tentang berbagai hal yang
terkait dengan kemasyarakatan, ketenagakerjaan serta perkembangan sektor
industri desawa ini.
101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Implikasi Secara Praktis
a. Menambah referensi bagi pemerintah setempat dalam pengembangan
industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo. Seperti yang sudah
dijelaskan dari uraian di atas bahwa keberadaan indusri kecil kerajinan gitar
di Desa Ngrombo mempunyai kontribusi yang positif bagi masyarakat
setempat khususnya dan masyarakat luas pada umunya. Kontribusi yang
berarti yaitu terbukanya lapangan kerja baru sehingga turut membantu
pemerintah dalam mengatasi tingkat pengangguran di Desa Ngrombo.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pengembangan
industri kecil kerajinan gitar sehingga dapat digunakan sebagi acuan
perencanaan sosial yang mencakup manfaat usaha dan pengembangan
sumber daya manusia terkait dengan industri kecil kerajinan gitar .
C. Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian ini maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut :
1. Pemerintah hendaknya memberikan dukungan kepada keberadaan industri
kecil kerajinan gitar dalam wujud memberikan pelatihan, pembinaan dan
bantuan modal serta peralatan.
2. Pemerintah setempat hendaknya mendirikan koperasi yang dapat
menyediakan bahan baku harganya terjangkau serta mampu menampung
dan memasarkan hasil kerajinan gitar sehingga pengrajin tidak lagi
tergantung kepada tengkulak.
3. Pemerintah setempat hendaknya memberikan pelatihan wawasan
kewirausahaan kepada pengrajin.
4. Masyarakat pengrajin hendaknya berusaha untuk dapat meningkatkan
wawasan kewirausahaan serta wawasan jaringan pasar dan pengetahuan
tentang potensi pasar.
5. Masyarakat setempat hendaknya meningkatkan rasa kebersamaan dalam
mendukung proses perkembangan industri kecil kerajinan gitar di Desa
Ngrombo.
102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Pemilik industri hendaknya mengusahakan hak paten atas gitar produksi
mereka dikarenakan gitar-gitar tersebut mempunyai kualitas yang tidak
kalah dibanding dengan kualitas ekspor.
103