kontaminasi penghantar

81
PENGARUH KONTAMINASI AIR TERHADAP KEMAMPUAN MENGHANTAR KABEL DISTRIBUSI TELEPON SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Stata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nama : Arie Setyawan Susanto NIM : 5314990037 Program Studi : S1 Pendidikan Teknik Elektro Jurusan : Teknik Elektro FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

Transcript of kontaminasi penghantar

Page 1: kontaminasi penghantar

PENGARUH KONTAMINASI AIR TERHADAP KEMAMPUAN

MENGHANTAR KABEL DISTRIBUSI TELEPON

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Stata I

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nama : Arie Setyawan Susanto

NIM : 5314990037

Program Studi : S1 Pendidikan Teknik Elektro

Jurusan : Teknik Elektro

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007

i

Page 2: kontaminasi penghantar

ABSTRAK

Arie Setyawan Susanto, 2007, Pengaruh Kontaminasi Air Terhadap Kemampuan Menghantar Kabel Distribusi Telepon, Skripsi, Teknik Elektro, S1 Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.Penelitian dilakukan untuk mengetahui kualitas menghantar kabel distribusi telepon, pengaruh air terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon dan apakah ada perbedaan kemampuan menghantar antara Kabel Duct dengan Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) yang telah mengalami proses kontaminasi air.Objek penelitian adalah kabel distribusi telepon yang berupa tanah berpenghantar tembaga yang terdiri dari dua jenis, yaitu Kabel Tanah Tanam Langsung dan Kabel Duct yang berpetrolyjelly. Eksperimen yang dilakukan adalah pra-eksperimental dengan desain eksperimen pre-posttest design kemudian menggunakan paired-samples t test.Penelitian menunjukkan bahwa proses perendaman dalam air tidak menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon. Peningkatan harga tahanan urat, loop dan isolasi kabel yang terjadi tidak menimbulkan perubahan yang berarti. Harga tahanan screen baik kabel Duct maupun KTTL tidak mengalami perubahan. Penelitian juga tidak menunjukkan perbedaan kemampuan menghantar antara kabel Duct dengan Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL). Kualitas menghantar kabel distribusi telepon dapat diketahui dengan melakukan pengukuran terhadap tahanan urat, loop, isolasi dan screen kabel. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa tidak terjadi kontaminasi terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon pada proses perendaman dalam air. Kualitas menghantar kabel distribusi telepon diketahui dengan melakukan pengukuran terhadap tahanan urat, loop, isolasi dan screen kabel. Tidak terdapat perbedaan kemampuan menghantar antara kabel Duct dengan Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL). Hasil pengukuran awal maupun akhir terhadap kabel distribusi yang telah mengalami proses perendaman air tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

ii

Page 3: kontaminasi penghantar

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “ Pengaruh Kontaminasi Air Terhadap Kemampuan

Menghantar Kabel Distribusi Telepon ” telah dipertahankan dihadapan sidang

panitia ujian skripsi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Selasa, 27 Februari 2007

Panitia Ujian

Ketua Jurusan Sekretaris

Drs. Djoko Adi Widodo, M. T. Drs. R. Kartono, M. PdNIP. 131 570 064 NIP. 131 474 229

Pembimbing I Penguji I

Drs. Samiyono, M. T Drs. Samiyono, M. TNIP. 130 515 758 NIP. 130 515 758

Pembimbing II Penguji II

Drs. I Made Sudana, M. Pd Drs. I Made Sudana, M. PdNIP. 131 404 314 NIP. 131 404 314

Penguji III

Drs.Sugeng Purbawanto, M. TNIP. 131 404 315

MengetahuiDekan Fakultas Teknik

Prof. Dr. SoesantoNIP. 130 875 753

iii

Page 4: kontaminasi penghantar

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

1. Ilmu dengan segala kerendahan hati adalah yang terbaik untuk

menjadi cermin diri, menuntut ilmu dengan sepenuh hati adalah

baik dalam meniti mimpi. Jika kamu ingin memperoleh dunia,

raihlah dengan ilmu. Jika kamu ingin memperoleh akhirat,

raihlah juga dengan ilmu. Jika kamu ingin keduanya maka

capailah dengan ilmu (Nabi Muhammad SAW)

2. Hari ini adalah hari esok yang kemarin kita tunggu sebagai

pelajaran untuk hari esok

3. Untuk melakukan hal yang benar, terkadang kita karus tabah

dan rela untuk melepaskan hal yang paling kita inginkan,

termasuk impian ( Peter Parker “ The Spiderman 2 ”)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahankan kepada :

1. Bapak dan Ibu yang telah memberikan

kesabaran,pengertian dan dukungan.

2. Bagus suporter PSS, Mama Titi dan Fia

atas segala doa, kesabaran, bantuan,

dorongan dan kesediaannya.

3. Batalion 212 dan Crew JAP SMKTEL

Purwokerto.

4. 5435 dan 5000 yang setia mendampingi.

5. Conan, Dani, semua sahabat serta

Almamaterku tercinta.

iv

Page 5: kontaminasi penghantar

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan

segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “ Pengaruh Kontaminasi Air Terhadap Kemampuan Menghantar Kabel

Distribusi Telepon ”.

Skripsi ini disusun sebagai persyaratan kelengkapan untuk menyelesaikan

Studi Strats Satu ( S1 ) untuk mencapai gelar Sarjana Program Studi Pendidikan

Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Penyusunan skripsi

ini banyak menghadapi kendala-kendala karena berbagai keterbatasan, penulis

menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Prof. Dr. Soesanto, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.

2. Drs. Djoko Adi Widodo, M.T, Ketua Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin pada penyusunan

skripsi ini.

3. Drs. Samiyono, M. T , Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,

arahan dan dorongan demi terselesaikannya skipsi ini.

4. Drs. I Made Sudana, M. Pd, Dosen Pembimbing II yang dengan penuh perhatian

memberikan bimbingan, arahan dan dorongan demi terselesaikannya penyusunan

skripsi ini.

v

Page 6: kontaminasi penghantar

5. Drs. Sugeng Purbawanto, M. T , Selaku Dosen Penguji.

6. Dosen dan Karyawan Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang.

7. Drs. N. D. Budi Santoso , Kepala Sekolah SMK Telkom Purwokerto yang telah

memberikan izin penelitian.

8. Segenap guru dan karyawan SMK Telkom Purwokerto.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

Semoga Alloh SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya atas segala

kebaikan semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral spiritual maupun

material kepada penulis. Tidak ada sesuatu yang dapat penulis berikan selain ucapan

terima kasih semoga amal baiknya mendapatkan balasan dari Alloh SWT.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat

bagi semua pihak.

Semarang, Februari 2007

Penulis

vi

Page 7: kontaminasi penghantar

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

ABSTRAK .......................................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

DAFTAR ISI........................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Alasan Pemilihan Judul ................................................................. 1

B. Permasalahan ................................................................................. 5

C. Penegasan Istilah ........................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8

F. Sistematika Skripsi ........................................................................ 8

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 10

A. Air................................................................................................... 10

1. Sifat Air .................................................................................... 10

2. Siklus Air................................................................................... 14

3. Sumber Air ............................................................................... 18

4. Kedalaman Air ......................................................................... 21

vii

Page 8: kontaminasi penghantar

B. Kabel .............................................................................................. 23

1. Kabel Tembaga ......................................................................... 23

2. Kabel Optik............................................................................... 34

C. Resistansi ........................................................................................ 36

D. Kerangka Berfikir ........................................................................... 39

E. Hipotesis ......................................................................................... 43

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 44

A. Metode Penentuan Objek Penelitian .............................................. 44

1. Populasi Penelitian.................................................................... 44

2. Deskripsi Objek Penelitian........................................................ 44

3. Variabel Penelitian.................................................................... 45

4. Instrumen Penelitian.................................................................. 46

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 47

C. Desain Eksperimen ......................................................................... 47

D. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 49

1. Metode Observasi..................................................................... 49

2. Metode Dokumentasi................................................................ 50

3. Metode Eksperimen.................................................................. 50

4. Validitas Eksperimen................................................................ 50

E. Langkah Eksperimen ...................................................................... 51

1. Persiapan................................................................................... 51

2. Proses Kerja.............................................................................. 51

F. Metode Analisis Data ..................................................................... 55

viii

Page 9: kontaminasi penghantar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 57

A. Hasil Penelitian .............................................................................. 57

B. Analisis Data .................................................................................. 57

C. Pembahasan..................................................................................... 61

D. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 64

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 65

A. Simpulan ........................................................................................ 65

B. Saran .............................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 67

LAMPIRAN ........................................................................................................ 69

ix

Page 10: kontaminasi penghantar

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ikatan kimiawi air........................................................................... 10

Gambar 2. Siklus air......................................................................................... 16

Gambar 3. Infiltrasi dan perkolasi.................................................................... 17

Gambar 4. Proses terbentuknya sumber-sumber air di alam............................ 18

Gambar 5. Air permukaan................................................................................ 19

Gambar 6. Prosentase intensitas cahaya pada air............................................. 22

Gambar 7. Stratifikasi kolom air berdasarkan perbedaan suhu........................ 22

Gambar 8. Penampang kabel satuan dasar 10 pair........................................... 25

Gambar 9. Penampang kabel satuan dasar 50 pair........................................... 26

Gambar 10. Penampang kabel satuan dasar 100 pair......................................... 27

Gambar 11. Konstruksi kabel udara................................................................... 29

Gambar 12. Konstruksi kabel tanah tanam langsung (KTTL)............................ 30

Gambar 13. Deksteen.......................................................................................... 31

Gambar 14. Konstruksi kabel duct..................................................................... 32

Gambar 15. Konstruksi kabel optik.................................................................... 34

Gambar 16. Jaringan kabel komunikasi PT. TELKOM..................................... 35

Gambar 17. Karakteristik i-v resistor.................................................................. 38

Gambar 18. Skema kerangka berfikir................................................................. 42

Gambar 19. Skema langkah-langkah eksperimen............................................... 54

x

Page 11: kontaminasi penghantar

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Perbedaan Kualitas Air Tanah Dan Air Permukaan............. 21

Tabel 2. Tabel Tahanan Dan Kapasitansi Maksimum Urat Kabel............... 23

Tabel 3. Tabel urat kabel............................................................................... 24

Tabel 4. Pre-Postest design.......................................................................... 48

Tabel 5. Hasil Pengukuran Tahanan Screen Dan Tahanan Isolasi

Antar Penghantar Kabel.................................................................. 53

Tabel 6. Tabel Hasil Pengukuran Tahanan Urat Kabel................................ 54

Tabel 7. Tabel Persiapan Analisis Varians................................................... 55

Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji T Hasil Pengukuran Tahanan Urat................ 58

Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji T Hasil Pengukuran Tahanan Loop............... 59

Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji T Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi............. 60

Tabel 11. Ringkasan Hasil Uji T Hasil Pengukuran

Tahanan Screen Kabel Duct Dan KTTL......................................... 60

Tabel 12. Perbandingan Hasil Pengukuran Kabel Duct Dan KTTL.............. 61

xi

Page 12: kontaminasi penghantar

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Tugas Dosen Pembimbing.................................................. 69

Lampiran 2. Usulan Judul Skripsi.................................................................... 70

Lampiran 3. Surat Izin Perpanjangan Kuliah................................................... 71

Lampiran 4. Laporan Berkala Proses Bimbingan Skripsi Pembimbing I........ 72

Lampiran 5. Laporan Berkala Proses Bimbingan Skripsi Pembimbing II....... 73

Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Penelitian................................................ 74

Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Penelitian............................................ 75

Lampiran 8. Surat Keterangan Selesai Bimbingan Skripsi.............................. 76

Lampiran 9. Surat Keterangan Selesai Revisi Skripsi...................................... 77

Lampiran 10. Tabel Hasil Pengukuran Tahanan Urat Kabel Duct..................... 78

Lampiran 11. Tabel Hasil Pengukuran Tahanan Urat KTTL............................. 80

Lampiran 12. Tabel Hasil Pengukuran Tahanan Loop Kabel Duct................... 82

Lampiran 13. Tabel Hasil Pengukuran Tahanan Loop KTTL........................... 83

Lampiran 14. Tabel Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi Kabel Duct................. 84

Lampiran 15. Tabel Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi KTTL......................... 85

Lampiran 16. Tabel Hasil Pengukuran Tahanan Screen................................... 86

Lampiran 17. Data Hasil Uji T Pengukuran Tahanan Urat Kabel Duct............. 87

Lampiran 18. Data Hasil Uji T Pengukuran Tahanan Urat KTTL..................... 92

Lampiran 19. Data Hasil Uji T Pengukuran Tahanan Loop Kabel Duct........... 97

Lampiran 21. Data Hasil Uji T Pengukuran Tahanan Loop KTTL................... 102

Lampiran 22. Data Hasil Uji T Pengukuran Tahanan Isolasi Kabel Duct......... 107

xii

Page 13: kontaminasi penghantar

Lampiran 23. Data Hasil Uji T Pengukuran Tahanan Isolasi KTTL................. 112

Lampiran 24. Dokumentasi Penelitian............................................................... 117

xiii

Page 14: kontaminasi penghantar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem komunikasi berawal dari penggunaan media fisik yang

kemudian berkembang menjadi kabel tembaga dan kabel optik, bahkan telah

merambah pada dunia tanpa kabel, yaitu teknologi selular. Perkembangan

teknologi telekomunikasi yang sangat pesat tersebut ditujukan untuk

memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada pengguna sarana

komunikasi.

Walaupun teknologi selular telah menjadi sebuah kemudahan yang

memanjakan para penggunanya, penggunaan frekuensi sebagai media dalam

komunikasi selular sangat terbatas karena berhubungan dengan bidang

komunikasi lain seperti radio dan televisi. Komunikasi masih bertumpu pada

penggunaan kabel fisik sebagai medianya, termasuk didalam kabel fisik

adalah kabel optik dan kabel tembaga.

PT. Telkom adalah perusahaan yang bergerak pada bidang

telekomunikasi dengan media fisik maupun non fisik. PT. Telkom merupakan

suatu organisasi yang bertujuan untuk mengubah input yang berupa kebutuhan

masyarakat atas tersedianya sarana komunikasi menjadi output produk jasa

telekomunikasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, pemerintah,

perusahaan, hankam dan lainnya sebagai sebuah aktivitas, manfaat dan

kepuasan yang ditawarkan untuk dapat dinikmati oleh seluruh lapisan

masyarakat.

Page 15: kontaminasi penghantar

2

Media komunikasi fisik pada awal sejarahnya menggunakan sepasang

pasang kabel terbuka (open wired cable) berupa kawat besi. Kabel jenis ini

sudah tidak digunakan lagi. Kabel terpasang pada tiang disamping kanan-kiri

jalan dan rel kereta api. Kabel ini banyak memiliki kekurangan, antara lain

faktor keamanan dan kualitas hubungan komunikasi. Kabel dengan

penghantar kawat tembaga berisolasi (kabel tembaga) kemudian digunakan

untuk mengatasi kekurangan kawat besi. Satu urat kabel tembaga hanya dapat

digunakan untuk satu pelanggan, sehingga apabila seribu pelanggan ingin

berkomunikasi diperlukan seribu pasang urat kabel tembaga. Kabel tembaga

juga mudah terkena gangguan berupa elektris berupa interferensi, baik antar

saluran maupun interferensi dari luar. Kebutuhan akan sarana komunikasi

terus berkembang, sehingga diperlukan media komunikasi yang lebih baik,

dari segi kualitas maupun kuantitas. Alcatel (NKF) pada Tahun 1986 mulai

memperkenalkan penggunaan kabel optik sebagai jaringan pembangun untuk

wilayah DKI Jakarta dan jaringan transmisi backbone Jakarta – Surabaya.

Kabel optik merupakan media transmisi fisik yang menyalurkan informasi

menggunakan gelombang cahaya. Kabel optik bebas dari gangguan elektris.

Sekarang kabel optik digunakan untuk jaringan antar kota maupun jaringan

dalam kota sebagai kabel primer.

Penggunaan kabel tembaga dibagi menjadi dua jenis, kabel udara dan

kabel tanah. Kabel udara adalah kabel yang terpasang pada tiang telepon.

Kabel ini banyak digunakan karena tidak memerlukan biaya yang besar pada

saat perencanaan, pemasangan dan pemeliharaannya. Jaringan kabel udara

Page 16: kontaminasi penghantar

3

direncanakan untuk jangka waktu 10 sampai 15 tahun. Gangguan mekanis

sering terjadi pada kabel udara. Kapasitas maksimal kabel udara adalah 120

pair. Kabel tanah digunakan pada daerah yang tidak memungkinkan

penggunaan kabel udara. Kabel tanah memiliki tingkat keamanan mekanis

yang lebih tinggi dari kabel udara, namun memerlukan biaya yang besar pada

saat perencanaan, pemasangan maupun pemeliharaannya. Kabel tanah juga

digunakan karena kapasitas maksimalnya jauh lebih besar dari kabel udara,

yaitu 3600 pair. Jaringan kabel tanah direncanakan untuk jangka waktu 25

tahun.

Kabel tanah terdiri dari dua jenis, yaitu Kabel Tanah Tanam Langsung

(KTTL) dan kabel Duct. Penggunaan dua jenis kabel tersebut

dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat keamanannya. KTTL

merupakan kabel tanah yang ditanam langsung kedalam tanah tanpa proses

pengamanan dengan membuat tempat perlindungan terlebih dahulu. Deksteen

ataupun pita kuning diletakkan sepanjang galian kabel sebagai tanda

keberadaan kabel. Setelah ditanam tidak perlu dilakukan pemeliharaan yang

terlalu rutin terhadap KTTL, hanya pemeliharaan elektris yang dilakukan

setiap 6 bulan. Proses pemasangan kabel Duct lebih lama dan mahal

dibandingkan dengan KTTL. Sebelum menarik kabel, terlebih dahulu dibuat

saluran kabel kurang lebih sedalam 3 meter. Setiap jarak 200 meter dibuat

tempat penyambungan kabel yang disebut manhole. Manhole juga digunakan

sebagai tempat pemeliharaan kabel. Setiap tiga bulan dilakukan pemeliharaan

terhadap ruangan di dalam manhole (chamber) untuk mengeluarkan lumpur

Page 17: kontaminasi penghantar

4

dan air yang menggenangi chamber agar tidak menyebabkan kerusakan

terhadap kabel. Setiap 6 bulan sekali dilakukan pemeliharaan elektris dan

pemeliharaan terhadap sambungan kabel.

Kerusakan pada kabel telepon, baik kabel duct maupun KTTL pada

umumnya disebabkan oleh air. Air merupakan satu-satunya unsur alami yang

ditemukan dalam semua zat yang ada dibumi, baik cair, padat maupun gas.

Air dikenal sebagai bahan pelarut yang universal karena mampu memecahkan

lebih banyak unsur dibanding cairan yang lain. Kerusakan pada urat kabel

Duct sering terjadi pada saat pemeliharaan elektris, beberapa urat kabel

mengalami kerusakan. Kerusakan diakibatkan oleh genangan air dan lumpur

yang terlalu tinggi hingga merendam kabel beserta sambungannya. Pada

beberapa kasus kerusakan terjadi pada satu unit bahkan seluruh urat kabel.

Kerusakan tersebut akan menyebabkan gangguan terhadap hubungan

komunikasi pelanggan karena berkurangnya jalur komunikasi sehingga para

pelanggan akan merasa tidak nyaman. Perbaikan perlu dilakukan untuk

menanggulangi gangguan akibat kerusakan tersebut, tentunya dengan biaya

yang cukup besar. Proses perbaikan biasanya memakan waktu yang cukup

lama, antara satu hari sampai dengan satu minggu. Lamanya waktu perbaikan

gangguan tersebut akan menyebabkan terjadinya laporan keluhan atau

complain para pelanggan yang akan menurunkan tingkat kepercayaan

pelanggan kepada PT. Telkom. Guna mencegah terjadinya kerusakan terhadap

kabel Duct, perlu dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan di luar waktu yang

telah ditentukan.

Page 18: kontaminasi penghantar

5

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka perlu dilakukan

eksperimen mengenai pengaruh kontaminasi air terhadap kemampuan

menghantar kabel distribusi telepon, yaitu Kabel Tanah Tanam Langsung

(KTTL) dan kabel Duct. Hal tersebut sesuai dengan judul skripsi “Pengaruh

Kontaminasi Air Terhadap Kemampuan Menghantar Kabel Distribusi

Telepon”.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kualitas menghantar kabel distribusi telepon.

2. Bagaimana pengaruh air terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi

telepon.

3. Apakah ada perbedaan kemampuan menghantar antara kabel Duct dengan

Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) yang telah mengalami proses

perendaman air.

C. Penegasan Istilah

Peneliti perlu menegaskan istilah-istilah yang ada dalam judul ini, agar

terdapat batasan dan penjelasan sehingga terdapat suatu pengertian terhadap

istilah yang dimaksud guna memperjelas judul dan menghindari kesalah

pahaman penafsiran terhadap judul penelitian ini.

Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu orang, benda

dan sebagainya yang memiliki kekuatan membentuk watak, kepercayaan atau

Page 19: kontaminasi penghantar

6

perbuatan seseorang (W. J. S Purwodarminto, 2002 : 731). Kekuatan tersebut

dapat menghasilkan perubahan yang tidak disadari atau disengaja dalam sikap,

pendirian-pendirian, keyakinan-keyakinan, pandangan-pandangan, perilaku,

kebiasaaan-kebiasaan seseorang.

Pengaruh dalam penelitian ini adalah ada tidaknya pengaruh air

terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon.

Kontaminasi Air

Kontaminasi berarti pencemaran atau pengotoran karena masuknya zat

maupun unsur-unsur dari luar (W. J. S Purwodarminto, 2002 : 467). Air

merupakan cairan jernih yang tidak memiliki warna, rasa dan bau yang

terdapat dan diperlukan dalam kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan yang

secara kimiawi mengandung oksigen dan mendidih pada suhu 100°C luar (W.

J. S Purwodarminto, 2002 : 2).

Kontaminasi air dalam penelitian ini adalah pencemaran air terhadap

kemampuan elektris kabel distribusi telepon sehingga nilainya berubah.

Kemampuan Menghantar

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan dan kekuatan untuk

melakukan sesuatu luar (W. J. S Purwodarminto, 2002 : 445). Menghantar

berarti membawa, meneruskan, menyalurkan (W. J. S Purwodarminto, 2002 :

527).

Kemampuan menghantar dalam penelitian ini adalah parameter

elektris kabel distribusi telepon yang dipengaruhi oleh tahanan isolasi antar

penghantar, tahanan pelindung elektris (screen) kabel dan tahanan urat kabel.

Page 20: kontaminasi penghantar

7

Kabel Distribusi Telepon

Kabel merupakan kawat penghantar arus listrik terbungkus karet, plastik

dan sebagainya (W. J. S Purwodarminto, 2002 : 431). Distribusi berarti

penyaluran, pembagian, pengiriman kepada beberapa orang atau beberapa

tempat (W. J. S Purwodarminto, 2002 : 113). Telepon merupakan pesawat

dengan listrik dan kawat, untuk bercakap-cakap antara dua orang yang

berjauhan tempatnya (W. J. S Purwodarminto, 2002 : 1037).

Kabel distribusi telepon dalam penelitian ini adalah kabel telepon milik

PT.Telkom yang terpasang antara sentral telepon, rumah kabel (RK) dan kotak

pembagi (DP).

Pengaruh kontaminasi air terhadap kemampuan menghantar kabel

distribusi telepon adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

apakah air dapat menyebabkan perubahan terhadap kemampuan elektris kabel

distribusi telepon guna meningkatkan kualitas kabel telepon sebagai sarana

komunikasi.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk :

1. Mengetahui kualitas kabel distribusi telepon.

2. Mengetahui apakah ada pengaruh kontaminasi air terhadap kemampuan

menghantar kabel distribusi telepon.

3. Mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan menghantar antara kabel

Duct dengan Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) yang telah

mengalami proses perendaman air.

Page 21: kontaminasi penghantar

8

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang di dapat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi pembaca pada umumnya dan peneliti pada khususnya dapat

menambah pengetahuan dan wawasan tentang kabel distribusi telepon.

2. Bagi PT. Telkom khususnya bagian operasional dan pemeliharaan, hasil

penelitian ini bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan dan informasi

terutama mengenai perencanaan jangka waktu pemeliharaan kabel Duct.

3. Bagi pendidikan formal, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah

ilmu pengetahuan dan wawasan sehingga dapat dilakukan penelitian –

penelitian yang lebih lanjut dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada

saat ini.

F. Sistematika Skripsi

1. Bagian awal

Bagian ini terdiri dari judul skripsi, halaman pengesahan, halaman

motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar

lampiran.

2. Bagian isi

Bagian ini terdiri atas lima bab, yaitu :

BAB I. Pendahuluan

Bab Pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika skripsi.

BAB II. Landasan Teori

Page 22: kontaminasi penghantar

9

Bab ini berisi tentang sifat dan siklus air, resistansi, spesifikasi

kabel telepon, jenis kabel telepon, konstruksi kabel telepon, jaringan

komunikasi kabel telepon dan kerangka berfikir serta hipotesis.

BAB III. Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang populasi, sampel, variabel penelitian, metode

pengumpulan data, validitas, reliabilitas dan metode analisis data.

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang data yang diperoleh dari penelitian yang

dilakukan disertai dengan penjelasannya.

BAB V. Kesimpulan dan Saran

Bagian ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat diambil

dari penelitian ini.

3. Bagian akhir skripsi

Bagian ini memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 23: kontaminasi penghantar

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Air

1. Sifat Air

Air merupakan zat unik yang sangat dibutuhkan oleh setiap

makhluk hidup. Air yang murni hampir tidak memiliki warna, rasa, bau

dan mempunyai pH yang netral yaitu 7, sehingga tidak termasuk dalam zat

beracun maupun zat dasar (PPPGT / VEDC Malang, 1999 : 10).

Air adalah pelarut yang baik. Berbagai jenis senyawa kimia dapat

larut di dalam air. Unsur-unsur yang terlarut dibawa kemanapun air

mengalir hingga mengalami suatu proses yang dapat memisahkan unsur-

unsur tersebut dari air. Sifat ini memungkinkan air untuk digunakan

sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar yang masuk ke

dalam air.

Gambar 1. Ikatan kimiawi air Sumber : PPPGT / VEDC Malang, 1999

Rumus kimia air adalah H2O. Gambar diatas menunjukkan bahwa

dalam satu atom oksigen ada dua atom hidrogen. Hubungan terjadi antara

Page 24: kontaminasi penghantar

11

elektron-elektron yang membentuk bagian luar atom dan merupakan mata

rantai kuat berupa ikatan kovalen. Atom hidrogen terhubung pada satu sisi

atom oksigen, menghasilkan suatu air molekul dengan muatan positif pada

satu sisi dan muatan negatif pada sisi yang lain. Perbedaan muatan tersebut

menyebabkan gaya tarik menarik secara elektris sehingga air cenderung

untuk saling menarik satu sama lain dan membuat air menjadi semacam

molekul lengket yang saling menarik satu sama lain sehingga mereka

cenderung menjadi sebuah kumpulan. Gaya terik menarik tersebut

menyebabkan terjadinya tekanan yang tinggi antara molekul-molekul air

sehingga masing masing molekul elastis dan lengket satu sama lain

sehingga air mempunyai tegangan permukaan yang tinggi. Tegangan

permukaan yang tinggi menyebabkan air mampu membasahi suatu bahan

secara baik dan memungkinkan terjadinya sistem kapiler sehingga air

mampu bergerak melalui akar tumbuhan dan melalui pembuluh darah

kecil dalam tubuh dengan mengangkut unsur-unsur hara yang terlarut

keseluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan

toksik yang masuk kedalam tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk

dikeluarkan kembali (Hefni Effendi, 2003 : 23).

Molekul air dapat diuraikan kepada unsur dasar dengan

mengalirkan arus listrik melaluinya. Proses ini yang dikenali sebagai

elektrolisis menguraikan dua atom hidrogen menerima elektron dan

membentuk gas H2 pada katoda sementara empat ion OH- bergabung dan

membentuk gas O2 (oksigen) pada anoda. Gas-gas ini membentuk buih

dan bisa dikumpulkan.

Page 25: kontaminasi penghantar

12

Air mempunyai tiga wujud, yaitu padat (es dan salju), cair (air

tawar dan air laut) dan gas (uap air). Pada kisaran suhu yang sesuai bagi

kehidupan yaitu 0º C (32ºF) – 100ºC (212ºF) air berwujud cair. Suhu 0ºC

merupakan titik beku dan suhu 100º C merupakan titik didih air. Pada

kedalaman 14.000 kaki dibawah permukaan laut air mendidih pada suhu

186,4° F. Air pada suhu 0° C memiliki berat 62,416 pounds per kubik

sedangkan pada suhu 100° C memiliki berat 61,998 pounds per kubik dan

kepadatan 0,95865 gram/cm3. Air mempunyai kepadatan 1 gram/cm3 pada

suhu 3,95° C. Pada suhu lebih besar dan lebih kecil dari 3,95° C kepadatan

air lebih dari 1 gram/cm3. Berat jenis air 8,33 pounds/galon dan 0,036 inci

pounds/inci kubik (PPPGT / VEDC Malang: 11).

Suhu air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian

dari permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, siklus udara, penutupan

awan dan aliran serta kedalaman air. Perubahan suhu sangat berpengaruh

terhadap proses fisika, kimia dan biologi air. Peningkatan suhu air akan

mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi,

volatilisasi dan menyebabkan perubahan berat jenis air yang selanjutnya

menyebabkan terjadinya percampuran massa air dengan zat-zat yang

terlarut. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas

dalam air (Hefni Effendi, 2003 : 57).

Bahan-bahan yang terdapat dalam air dapat dikelompokkan

sebagai berikut.

a. Gas, terdiri atas karbondioksida, nitrogen, amonia, hidrogen sulfida

dan metana.

Page 26: kontaminasi penghantar

13

b. Elemen atau unsur, terdiri atas aluminium, seng, tembaga,

molibdenum, kobalt, karbon, fosfor, nitrogen, sulfur, klor, fluor, iodin,

borron dan silikon. elemen-elemen tersebut terdapat sebagai ion atau

senyawa organik dan anorganik kompleks.

c. Bahan organik terlarut, berupa gula, asam lemak, asam humus, tanin,

vitamin, asam amino, peptida, protein, pigmen tumbuhan, urea dan

sebagainya.

d. Bahan organik tersuspensi, berupa fitoplankton, zooplankton, jamur,

bakteri dan sisa-sisa tumbuhan serta hewan yang telah mati.

e. Bahan anorganik tersuspensi, berupa koloid lumpur dan partikel tanah.

Air merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika

membeku. Ketika membeku air meregang sehingga es memiliki nilai

kepadatan massa atau volume (densitas) yang lebih rendah daripada air

sehingga es mengapung. Perubahan suhu air berlangsung secara lambat

karena air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang baik. Air tidak

dapat berubah menjadi panas atau dingin dalam seketika. Dalam proses

perubahan air menjadi uap air (penguapan atau evaporasi) diperlukan

panas yang tinggi. Penguapan memerlukan energi panas dalam jumlah

yang besar. Sebaliknya dalam proses perubahan uap air menjadi air

melepaskan energi panas yang besar.

Air memiliki kemampuan untuk menghantarkan arus listrik.

Reaktansi, bilangan valensi dan konsentrasi ion-ion yang terlarut sangat

berpengaruh terhadap konduktifitas air. Nilai konduktifitas berhubungan

erat dengan nilai padatan terlarut total yang ditunjukkan pada persamaan

berikut.

Page 27: kontaminasi penghantar

14

TDSDHLK = ( 1 )

K = konstanta untuk jenis air tertentu

DHL = konduktifitas air ....................................... ms

TDS = nilai padatan terlarut total ......................... Lmg

Nilai TDS sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan

dari tanah dan pengaruh antropogenik yang berupa limbah domestik dan

industri.

2. Siklus Air

Siklus air atau daur hidrologi adalah pola sirkulasi air dalam

ekosistem. Kandungan air di bumi sangat berlimpah, volume seluruhnya

mencapai 1.400.000.000 km3. Lebih kurang 97% merupakan air laut (air

asin) yang tidak dapat digunakan oleh manusia secara langsung. Dari 3%

air tawar yang ada, 2% berupa gunung-gunung es di kedua kutub bumi

tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Air yang benar-benar tersedia

bagi keperluan manusia hanya 0,62% yang meliputi air tawar yang

terdapat di danau, sungai dan di dalam tanah yang berupa air tanah. Bila

ditinjau dari segi kualitas, air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya

0,003% dari keseluruhan air yang ada. Air tawar tersebut berasal dari

siklus air secara alami. Pergantian air sungai berlangsung selama 18 – 20

tahun sedangkan uap air yang terdapat di atmosfer berlangsung selama 12

tahun. Air tanah mengalami pergantian dalam waktu ratusan tahun

(PPGT/VEDC Malang, 1999 : 7).

Page 28: kontaminasi penghantar

15

Proses-proses dalam siklus air, adalah sebagai berikut:

a. Penguapan atau evaporasi, yaitu proses perubahan air menjadi uap air

dengan bantuan energi panas dari sinar matahari.

b. Evaportranspirasi, yaitu proses penguapan air yang terjadi melalui

tumbuhan.

c. Kondensasi, yaitu proses perubahan uap air menjadi tetes-tetes air

yang sangat kecil (pengembunan).

d. Transportasi, yaitu proses pengangkutan awan/uap air oleh angin

menuju ke daerah tertentu yang akan mengalami hujan.

e. Hujan, yaitu proses jatuhnya tetes-tetes air besar yang berupa

kumpulan tetes-tetes air kecil hasil kondensasi sampai ke permukaan

bumi.

f. Infiltrasi, yaitu gerakan air hujan menembus permukaan tanah

kemudian masuk ke dalam tanah (peresapan).

g. Perkolasi, yaitu proses penyaringan air melalui pori-pori halus tanah

sehingga air dapat meresap dalam tanah (peresapan).

h. Aliran air dalam tanah, yaitu air hujan yang meresap ke dalam tanah

dan mengalir di atas lapisan kedap air sampai muncul kembali di

permukaan tanah sebagai mata air atau mengalir hingga ke laut.

i. Aliran Air Permukaan, yaitu air hujan yang tidak meresap ke dalam

tanah melainkan menggenang atau mengalir di permukaan tanah.

Page 29: kontaminasi penghantar

16

Gambar 2. Siklus air Sumber : PPGT/VEDC Malang, 1999

Siklus hidrologi air tergantung pada proses evaporasi (penguapan)

dan presipitasi (peresapan). Air yang terdapat pada permukaan bumi

berubah menjadi uap air di lapisan atmosfer. Uap air bergerak keatas

hingga membentuk gumpalan awan yang dapat berpindah dengan tiupan

angin. Ruang udara yang mendapat akumulasi uap air secara terus

Page 30: kontaminasi penghantar

17

menerus akan menjadi jenuh. Pengaruh udara dingin pada atmosfer akan

menyebabkan sublimasi pada uap air sehingga butiran-butiran uap air

membesar dan akhirnya jatuh sebagai hujan. Air hujan yang jatuh ke tanah

tidak seluruhnya langsung mengalir sebagai air permukaan, tetapi ada

yang terserap oleh tanah.

Peresapan air ke dalam tanah pada umumnya terjadi melalui dua

tahapan, yaitu infiltrasi dan perkolasi. Infiltrasi adalah gerakan air

menembus permukaan tanah masuk ke dalam tanah. Perkolasi adalah

proses penyaringan air melalui pori-pori halus tanah sehingga air bisa

meresap ke dalam tanah.

Gambar 3. Infiltrasi dan PerkolasiSumber : PPGT/VEDC Malang, 1999

Kuantitas air yang mampu diserap tanah sangat tergantung

beberapa faktor, yaitu: jumlah air hujan, kondisi fisik tanah seperti bobot

isi, infiltrasi, porositas dan struktur tanah, jumlah tumbuh-tumbuhan serta

lapisan yang tidak dapat ditembus oleh air. Terbentuknya sumber-sumber

Page 31: kontaminasi penghantar

18

air di alam mengalami serangkaian proses. Air hujan jatuh ke tanah

kemudian meresap ke dalam tanah. Sebelum mencapai jenuh, air masih

dapat diserap oleh tanah. Sampai di kedalaman tertentu, air tersebut

tertahan oleh lapisan batu-batuan (lapisan kedap air), yang membendung

air sehingga tidak terus meresap ke bawah sehingga membentuk air tanah.

Jika telah mengalami jenuh, air yang jatuh ke permukaan tanah akan

dialirkan sebagai air permukaan.

Gambar 4. Proses Terbentuknya Sumber-sumber Air di AlamSumber : PPGT/VEDC Malang, 1999

3. Sumber air

Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan dan air tanah.

a. Air permukaan

Air permukaan adalah air yang menggenang atau mengalir di

permukaan tanah, misalnya danau, rawa-rawa dan sungai yang tidak

mengalami infiltrasi kedalam tanah. Air yang mengalir di daratan

disebut limpasan permukaan. Sungai merupakan pengumpulan dari

tiga jenis limpasan, yaitu: limpasan permukaan, limpasan di bawah

permukaan dan limpasan air tanah yang akhirnya akan kembali ke laut.

Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki

Page 32: kontaminasi penghantar

19

kadar bahan-bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit dan

bersifat asan dengan nilai pH sekitar 4,2. hal ini disebabkan karena air

hujan melarutkan gas-gas yang terdapat di atmosfer seperti

karbondioksida, sulfur dan nitrogen oksida yang dapat membentuk

asam lemah. Setelah jatuh ke permukaan bumi air hujan mengalami

kontak dengan tanah dan melarutkan bahan-bahan yang terkandung

dalam tanah. Air permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok

utama, yaitu air tergenang dan air mengalir. Air tergenang meliputi

danau, kolam, waduk, rawa dan sebagainya dimana air hanya berada

pada suatu tempat tenpa bergerak menuju tempat lain. Sungai

merupakan salah satu contoh air mengalir dimana dipengaruhi oleh

waktu, iklim dan pola drainase.

Gambar 5. Air PermukaanSumber : PPGT/VEDC Malang, 1999

b. Air tanah

Air tanah merupakan air yang ditemukan pada akifer yang

berada dibawah permukaan tanah. Daerah dibawah tanah yang terisi

air disebut daerah saturasi dimana pori tanah dan batuan terisi oleh air

yang merupakan air tanah. Kemampuan tanah dan batuan dalam

Page 33: kontaminasi penghantar

20

menahan air tergantung pada sifat porositas dan permeabilitas tanah.

Akifer merupakan lapisan tanah yang bersifat porous (mampu

menahan air) dan permeable (mampu melewatkan air). Air tanah

memiliki pergerakan yang sangat lambat dengan kecepatan arus

berkisar antara 10-10 – 10-3 m/detik. Waktu tinggal air tanah sangat

lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Pergerakan yang

sangat lambat dan waktu tinggal yang lama menyebabkan air tanah

sulit untuk pulih kembali apabila mengalami pencemaran. Apabila laju

pengambilan air tanah melebihi laju pengisiannya maka akan terjadi

penurunan volume air tanah dan memungkinkan terjadinya penurunan

muka tanah.

Pada saat infiltrasi kedalam tanah, air permukaan mengalami

kontak dengan mineral-mineral yang terdapat didalam tanah dan

melarutkannya sehingga kualitas air mengalami perubahan karena

terjadi reaksi kimia. Air tanah biasanya memiliki kandungan besi

relatif tinggi. Jika air tanah mengalami kontak dengan udara dan

mengalami oksigenasi, ion ferri pada ferri hidroksida [FE(OH)3] yang

banyak terdapat pada air tanah akan teroksidasi menjadi ion ferro yang

akan segera mengalami pengendapan (presipitasi) dan membentuk

warna kemerahan pada air. Apabila hendak digunakan terlebih dahulu

didiamkan selama beberapa saat untuk mengendapkan besi,

menurunkan kadar karbondioksida dan menaikkan kadar oksigen

terlarut.

Page 34: kontaminasi penghantar

21

Tabel 1. Tabel Perbedaan KualitasAir Tanah Dan Air Permukaan

Parameter Kualitas Air Air tanah Air permukaan1. pH2. Karbondioksida3. Alkalinitas (CaCO3)4. Kesadahan total (CaCO3)5. kesadahan kalsium (CaCO3)6. Ortofosfat (P)7. Amonia total (N – NH3)8. Nitrat (N – NO3)9. Nitrit (N – NO2)10. Besi total (Fe)11. Sulfat (S)12. Konduktifitas

7,73,7 mg/L89,5 mg/L75,2 mg/L62,2 mg/L0,004 mg/L0,145 mg/L0,047 mg/L0,003 mg/L0,01 mg/L12,0 mg/L

220 µmhos/cm

6,53,05 mg/L16,1 mg/L15,7 mg/L5,5 mg/L

0,006 mg/L0,376 mg/L0,21 mg/L0,032 mg/L0,26 mg/L

55 µmhos/cm

Sumber : Hefni Effendi , 2003

4. Kedalaman air

Tingkat kedalaman air mempengaruhi penetrasi cahaya kedalam

air. Intensitas cahaya yang masuk kedalam air mengalami pengurangan

dan penghilangan dengan bertambahnya kedalaman air.

Pengurangan dan penghilangan cahaya yang masuk kedalam air

berupa penyerapan dan perubahan menjadi energi panas. Proses tersebut

berlangsung lebih intensif pada lapisan atas sehingga lapisan atas air

memiliki suhu yang lebih tinggi dan densitas yang lebih kecil daripada

lapisan bawah.

Page 35: kontaminasi penghantar

22

Gambar 6. Prosentase intensitas cahaya pada airSumber : Hefni Effendi , 2003

Lapisan air bagian atas disebut epilimion yang merupakan lapisan

yang paling hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (32° C menjadi

28° C). Lapisan dibawahnya disebut lapisan termoklin yang

memilikipenurunan suhu cukup tajam (28° C menjadi 21° C). Lapisan

yang paling bawah adalah lapisan hipolimnion dengan perbedaan suhu

yang hampir konstan.

Gambar 7. Stratifikasi kolom air berdasarkan perbedaan suhuSumber : Hefni Effendi , 2003

0 20 40 60 80 100

5101520253035404550

Prosentase intensitas cahaya

Kedalaman (m)

20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 0

0,

5

1

1,

Suhu

Kedalaman

Epilimi

Termok

Hipolimn

Page 36: kontaminasi penghantar

23

B. Kabel

Media fisik yang digunakan dalam jaringan komunikasi PT.Telkom

adalah kabel tembaga dan kabel optik (PT. TELKOM, 1998 : 3).

1. Kabel Tembaga

Bahan penyusun kabel tembaga harus memenuhi ketentuan sebagai

berikut :

a. Urat kabel merupakan kawat penghantar berisolasi polyethylene.

Kawat penghantar berupa kawat tembaga padat, bulat, mengkilat,

bersih dan bebas dari segala cacat. Kualitas tembaga harus merata pada

setiap titik. Nilai tahanan urat harus sesuai dengan diameter urat yang

telah ditentukan.

Tabel 2. Tabel Tahanan Dan Kapasitansi Maksimum Urat Kabel

Diameter Urat (mm)

Tahanan (Ω / km)

Kapasitansi pada frekuensi 800Hz (nF/km)

0,40 150,0

0,60 65,0

0,80 36,5

35

0,90 29,0

1,00 23,062

b. Sepasang urat penghantar yang disebut pair. Inti kabel disusun

menggunakan sistem quad, yaitu dua pasang urat penghantar (dua pair)

yang dipilin bersama-sama. Ukuran kabel telepon dinyatakan dalam

ukuran quad. Setiap lima quad dihimpun membentuk satu sub unit

yang diikat dengan sebuah pita pelilit kode warna. Beberapa sub unit

akan membentuk unit. Satu unit dapat terdiri 50 pair dan 100 pair.

Page 37: kontaminasi penghantar

24

Berikut merupakan tabel perhitungan urat kabel disertai dengan warna

urat, susunan pair dan quadnya.

Tabel 3. Tabel Urat Kabel

Urat Warna Pair Quad1 BIRU2 PUTIH

1ab

3 MERAH 4 HITAM

2ab

1

5 ORANGE6 PUTIH

3ab

7 MERAH 8 HITAM

4ab

2

9 HIJAU10 PUTIH

5ab

11 MERAH 12 HITAM

6ab

3

13 COKELAT14 PUTIH

7ab

15 MERAH 16 HITAM

8ab

4

17 ABU-ABU18 PUTIH

9ab

19 MERAH 20 HITAM

10ab

5

Dari tabel dapat dilihat bahwa urat pair ganjil b selalu berwarna putih

dan pair genap selalu berwarna merah-hitam. Kesamaan warna ini

mempermudah proses terminasi kabel pada sentral, RK dan DP.

c. Pita pelilit kode warna terbuat dari bahan polyprophylene dan ada pada

setiap sub unit dengan satuan dasar 10 pair. Pita pelilit kode warna

berfungsi untuk menentukan urutan perhitungan setiap sub unit dan

unit dari kabel tersebut. Warna pita pelilit kode warna ditentukan

Page 38: kontaminasi penghantar

25

berdasarkan arah putaran jarum jam, dimulai dari warna merah,

kuning, putih, kuning dan seterusnya dalam setiap unit dasar 10 pair.

d. Kabel 10 pair tidak memiliki pita pelilit kode warna karena hanya

terdir dari satu sub unit saja. Kabel 20, 30, 40 dan 50 pair tidak

memiliki pita pelilit kode warna utama. Kabel kapasitas 10 sampai

dengan 120 pair dibentuk dengan memilin sejumlah sub unit 10 pair

sebagai satuan dasar yang dililit oleh pita pelilit kode warna menjadi

inti kabel yang simetris dan kompak.

10 pair 20 pair 30 pair 40 pair

50 pair 60 pair 80 pair

100 pair 120 pair

Gambar 8. Gambar penampang kabel dengan satuan dasar 10 pairSumber : PT.Telkom, 1998

Kabel 150, 200, 250 dan 300 pair dibentuk dari unit sebagai

satuan dasar yang terdiri dari lima unit atau 50 pair dimana akan

terdapat pita pelilit kode warna unit dan pita pelilit kode warna sub

1 1 2 1 2

3

214 3

1 2

435 1

2

3

6

5

4

1 2

348

576

1 23

4

5

6

10

9

87

21

4 3

56

7

12

11

109 8

Page 39: kontaminasi penghantar

26

unit (10 pair). Gambar penampang kabel sama dengan kabel unit dasar

10 pair (30, 40, 50 dan 60 pair).

150 pair 200 pair

250 pair 300 pair

Gambar 9. Gambar penampang kabel dengan satuan dasar 50 pairSumber : PT.Telkom, 1998

Kabel kapasitas 400 sampai dengan 1200 pair dihimpun dari

unit yang terdiri dari 100 pair atau 10 sub unit yang masing-masing

unit dan sub unit dililit oleh pita pelilit kode warna. Selanjutnya

konstruksi kabel ukuran diatas 1200 pair menggunakan unit dengan

satuan dasar 100 pair. Khusus untuk konstruksi kabel bertingkat seperti

kabel 60, 80, 100, 120, 300, 500, 600, 800, 1000 dan 1200 pair,

terdapat pita pelilit kode warna inti dalam berwarna putih untuk

menghindari kesalahan penentuan dengan unit yang pertama. Perlu

diperhatikan konstruksi kabel agar tidak terjadi kesalahan pada saat

memisahkan pita pelilit kode warna inti dalam dan inti luar kabel.

1 2

3

1 2

4 3

1 2

435

2

3

6

5

4

1

Page 40: kontaminasi penghantar

27

400 pair 500 pair

600 pair 800 pair

1000 pair 1200 pair

Gambar 10. Gambar penampang kabel dengan satuan dasar 100 pairSumber : PT.Telkom, 1998

e. Plastik pembungkus urat yang terbuat dari bahan polyprophylene

sebagai pembungkus inti kabel agar bulat padat dan tidak bergesekan

dengan lapisan alumunium.

f. Kawat talanjang tembaga yang dilapisi timah sebagai penghubung

screen kabel.

g. Pelindung elektris terbuat dari bahan lapisan alumunium sebagai

perlindungan dari tegangan induksi dan kelembaban. Pelindung

elektris kabel harus mampu menahan tegangan tembus sebesar 500 V-

DC dengan frekuensi 50 Hz minimal selama 1 menit.

1 2

4 3

1 2

435

2

3

6

5

4

1

3

65

41 2

8

7

1 2

3

4

5

6

10

9

87

12 5

11 1 2 6

10 4 3 79 8

Page 41: kontaminasi penghantar

28

h. Bearer atau kawat penguat untuk kabel udara merupakan kawat baja

yang dipilin menjadi satu ikatan yang bulat dan padat sebagai

penggantung dan pengikat kabel udara pada tiang. Ketentuan bearer

adalah sebagai berikut :

1) Bearer kabel udara 10 pair sampai dengan 50 pair terbuat dari 7

buah baja stainless diameter 1,2 mm yang dipilin dengan daya

tahan maksimal 11.000 N.

2) Bearer kabel udara 60 pair sampai dengan 120 pair ada dua jenis.

a) Baja stainless diameter 2 mm sebanyak 7 buah dipilin dengan

daya tahan maksimal 29.000 N.

b) Baja stainless diameter 1,2 mm sebanyak 19 buah dipilin

dengan daya tahan maksimal 29.000 N.

i. Pita baja (steel armouring) terbuat dari baja stainless yang berfungsi

sebagai pelindung mekanis pada Kabel Tanah Tanam Langsung

(KTTL) yang melindungi kabel dari gesekan dan benturan benda keras

sekaligus sebagai pelindung elektris kabel yang melindungi dari

tegangan asing luar.

j. Isolasi penghantar terbuat dari bahan compound polyethylene (PE)

dengan tahanan isolasi antar penghantar minimal 10.000 MΩ/km pada

suhu 20° Celcius dengan tegangan sebesar 500 V-DC. PE berfungsi

untuk mencegah kemungkinan masuknya air dan sebagai bantalan

pada saat penarikan kabel.

Page 42: kontaminasi penghantar

29

k. Kabel yang telah selesai dibuat kemudian dikemas dengan cara

digulung erat pada haspel dengan ketentuan kabel ukuran dibawah 60

pair panjang gulungan 1000 m dan untuk kabel 60 sampai 120 pair

panjang gulungan 500 m. Ujung kabel ditutup dengan endcap. Haspel

merupakan tempat digulungnya kabel sebelum digunakan. Data-data

yang harus terdapat pada haspel adalah :

1) Tanda pengenal produsen.

2) Jenis, kapasitas dan diameter kabel.

3) Panjang kabel dalam ukuran meter.

4) Nomor dan nomor spesifikasi haspel

5) Berat kotor dalam kilogram.

6) Tanda panah penunjuk arah putaran haspel.

7) Tanda akhir gulungan kabel.

Kabel tambaga dapat berupa kabel udara dan kabel tanah.

a. Kabel Udara

Gambar 11. Konstruksi kabel udaraSumber : PT.Telkom, 1998

Bearer penguat

Urat kabel

Pita pelilit kode warna

Plastik pembungkus urat

Lapisan Alumunium

Isolasi Polyethylene

Page 43: kontaminasi penghantar

30

Kabel udara merupakan kabel yang dipasang pada tiang telepon.

Kabel ini digunakan karena tidak memerlukan biaya yang besar pada

proses pemasangan dan pemeliharaannya, namun rawan terhadap

gangguan mekanis. Kapasitas maksimal kabel udara adalah 120 pair.

Hal ini disebabkan karena beban kerja yang harus ditanggung tiang

penyangga dan bearer.

b. Kabel Tanah

Kabel tanah digunakan pada wilayah yang tidak memungkinkan

penggunaan kabel udara. Kapasitas maksimal kabel tanah adalah 3600

pair. Ada dua jenis kabel tanah, yaitu Kabel Tanah Tanam Langsung

(KTTL) dan kabel Duct.

1) Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL)

Gambar 12. Konstruksi KTTLSumber : PT.Telkom, 1998

Urat kabel

Pita pelilit kode warna

Plastik pembungkus uratLapisan Alumunium

Isolasi Polyethylene dalam

Armouring baja

Isolasi PE luar

Page 44: kontaminasi penghantar

31

KTTL merupakan kabel tanah yang ditanam langsung kedalam

tanah tanpa membuat tempat perlindungan. Setelah kabel ditanam,

diletakkan deksteen pada sepanjang galian kabel sebagai tanda

keberadaan kabel.

KTTL memiliki kapasitas maksimal 1200 pair, karena KTTL

memiliki pelindung mekanis yang menambah berat kabel,

sedangkan kemampuan haspel dan alat tarik kabel terbatas. KTTL

banyak digunakan sebagai kabel sekunder yang menghubungkan

RK dengan DP. Setelah ditanam tidak perlu dilakukan

pemeliharaan yang terlalu rutin terhadap KTTL, hanya

pemeliharaan elektris yang dilakukan setiap 6 bulan. KTTL dapat

digunakan selama 15 tahun, lebih dari itu kabel harus diganti

karena telah melebihi umur penggunaannya.

Gambar 13. Gambar deksteenSumber : PT.Telkom, 1998

2) Kabel Duct

Kabel Duct merupakan kabel tanah dengan konstruksi yang sama

dengan kabel udara hanya tanpa bearer. Proses pemasangan kabel

duct sangat lama dan mahal. Sebelum menarik kabel, terlebih

dahulu dibuat saluran kabel kurang lebih sedalam 3 meter dimana

setiap jarak 200 meter dibuat tempat penyambungan kabel yang

Page 45: kontaminasi penghantar

32

disebut manhole. Manhole juga digunakan sebagai tempat

pemeliharaan kabel. Setiap satu bulan dilakukan pemeliharaan

terhadap ruangan di dalam manhole (chamber)untuk mengeluarkan

lumpur dan air yang menggenang agar tidak mengebabkan

kerusakan terhadap kabel. Setiap 6 bulan sekali dilakukan

pemeliharaan elektris dan pemeliharaan terhadap sambungan

kabel.

Gambar 14. Konstruksi kabel DuctSumber : PT.Telkom, 1998

Paralatan teknis yang digunakan PT. Telkom memiliki kode

pengenal dan spesifikasi tertentu. Kode pengenal diawali dengan tulisan

STEL yang berarti peralatan standar pada sistem telekomunikasi PT.

Telkom yang memenuhi syarat teknis baik elektris maupun mekanis. Kode

selanjutnya menyatakan jenis peralatan digunakan, dalam hal ini K berarti

kabel. Berikut beberapa kode pengenal kabel tanah, baik KTTL maupun

kabel duct.

Urat kabel

Pita pelilit kode warna

Plastik pembungkus urat

Lapisan Alumunium

Isolasi Polyethylene

Page 46: kontaminasi penghantar

33

STEL K 007T EJ ( Pem ) E 200 × 2 × 0,6

007 : kode KTTL

T : Kabel tanah berpenghantar tembaga.

E : Isolasi polyethylene (PE).

J : Lapisan petrojelly.

E : Isolasi polyethylene (PE).

( Pem ) : Pelindung elektris dan mekanis.

200 × 2 × 0,6 : kapasitas 200 pair dengan diameter urat 0,6 mm.

Kode diatas berarti Kabel Tanah Tanam Langsung kapasitas 200 pair

dengan urat penghantar tembaga berdiameter 0,6 mm, lapisan petrojelly,

pelindung elektris dan mekanis.

STEL K 008T EJ ( Pe ) E 2400 × 2 × 0,6

008 : kode Kabel Duct berpetrojelly.

T : Kabel tanah berpenghantar tembaga.

E : Isolasi polyethylene (PE).

J : Lapisan petrojelly.

( Pem ) : Pelindung elektris.

E : Isolasi polyethylene (PE).

2400 × 2 × 0,6 : kapasitas 2400 pair dengan diameter urat 0,6 mm.

Kode diatas berarti Kabel Duct kapasitas 2400 pair dengan urat penghantar

tembaga berdiameter 0,6 mm, lapisan petrojelly dan pelindung elektris.

Page 47: kontaminasi penghantar

34

STEL K 009T E ( Pem ) E 2400 × 2 × 0,6

009 : kode Kabel Duct dengan pelindung mekanis.

T : Kabel tanah berpenghantar tembaga.

E : Isolasi polyethylene (PE).

( Pem ) : Pelindung elektris dan mekanis.

E : Isolasi polyethylene (PE).

2400 × 2 × 0,6 : kapasitas 200 pair dengan diameter urat 0,6 mm.

Kode diatas berarti Kabel Duct kapasitas 2400 pair dengan urat penghantar

tembaga berdiameter 0,6 mm, pelindung elektris dan mekanis.

2. Kabel Optik

Gambar 15. Konstruksi kabel optikSumber : Technology Maintenance Center, 2001

Kabel optik merupakan media transmisi fisik yang menyalurkan

informasi menggunakan gelombang cahaya sehingga gangguan elektris

akan tidak mempengaruhi sistem transmisi. Suatu besaran yang penting

dalam serat optik adalah perbedaan indek bias relatif antara bahan inti

CLADDING CORE COATING

∅ 5 − 200 µm ∅ 125 µm

CORE CLADDING COATING

Page 48: kontaminasi penghantar

35

(core) dan bahan selimut (cladding). Besaran tersebut akan menentukan

kopling dan lintasan cahaya yang merambat dalan serat optik tersebut.

Cahaya yang digunakan memiliki panjang gelombang antara 850 nM

sampai 1600 nM yang berada pada daerah inframerah.

Berikut merupakan gambar jaringan komunikasi kabel yang digunakan oleh

PT.Telkom.

Gambar 16. Jaringan kabel komunikasi PT.TelkomSumber : PT.Telkom, 1998

Keterangan gambar:

1. Sentral. Merupakan pusat dari jaringan yang mengatur setiap kegiatan

komunikasi baik berupa suara maupun data. Terminasi awal kabel dimulai

dari sebuah rak utama yang disebut MDF (Main Distribution Frame).

MDF terdiri atas dua bagian, vertikal dan horizontal. Bagian horizontal

berhubungan dengan catu daya dan sentral data, sedangkan bagian vertikal

berhubungan dengan rumah kabel sebagai tempat terminasi awal kabel

primer.

2. Rumah Kabel (RK). Merupakan tempat terminasi akhir kabel primer dari

sentral dan terminasi awal kabel sekunder yang menuju ke Kotak Pembagi

(DP). Kabel primer yang menghubungkan RK dan sentral berupa kabel

Duct dan kabel optik.

1 2 3 4 5

Page 49: kontaminasi penghantar

36

3. Kotak Pembagi atau Distribution Point (DP). Merupakan tempat terminasi

akhir kabel sekunder dari RK dan terminasi awal kabel pembagi (Drop

Wire) yang menuju ke Kotak Terminal Batas (KTB). Kabel sekunder yang

menghubungkan RK dan DP berupa Kabel Tanah Tanam Langsung

(KTTL) dan kabel udara. Kotak pembagi juga merupakan batas tanggung

jawab PT. Telkom terhadap jaringan komunikasi pelanggan.

4. Kotak Terminal Batas (KTB). Merupakan tempat terminasi akhir kabel

pembagi dan terminasi awal saluran instalasi rumah yang menggunakan

kabel indoor. Pelanggan mempunyai hak penuh atas instalasi rumah, mulai

dari KTB sampai dengan pesawat komunikasi. Kerusakan yang terjadi atas

jaringan menjadi tanggung jawab pelanggan dan akan diselesaikan oleh

rekanan yang ditunjuk oleh PT. Telkom.

5. Pelanggan. Pelanggan dapat berupa pesawat telepon, pesawat fax,

komputer maupun media komunikasi lain.

C. Resistansi dan Konduktansi

Pada dasarnya semua bahan apabila dialiri arus listrik memiliki

resistansi, yaitu kemampuan untuk menghambat. Beberapa bahan konduktor

seperti tembaga, perak, emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi

yang sangat kecil, sehingga mampu menghantar arus listrik dengan baik.

sebaliknya bahan isolator seperti karet, gelas dan karbon memiliki resistansi

yang lebih besar menahan aliran elektron. Hambatan atau resistansi berguna

untuk mengatur besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu

rangkaian listrik (Sudaryatno Sudirham, 2002 : 46).

Page 50: kontaminasi penghantar

37

Hubungan antara hambatan, tegangan dan arus dapat disimpulkan

melalui hukum Ohm yang dikemukakan oleh George Simon Ohm. Hukum

Ohm merupakan hasil analisis matematis dari rangkaian galvanik yang

didasarkan pada analogi antara aliran listrik dan aliran panas. Formulasi

Fourier untuk aliran panas adalah :

dldTkA

dtdQ −= ( 2 )

Q adalah kuantitas panas, t adalah temperatur, k adalah konduktivitas panas, A

adalah luas penampang sedangkan T adalah suhu bahan. Dengan mengikuti

formulasi Fourier untuk persamaan konduksi panas dan menganalogikan

intensitas medan listrik dengan gradien temperatur, Ohm menunjukkan bahwa

arus listrik yang mengalir pada konduktor dapat dinyatakan bahwa :

dldvAI

ρ= ( 3 )

Dalam hal konduktor mempunyai luas penampang A yang merata, maka

persamaan 2 menjadi :

RV

lVAI ==

ρ dengan A

lR ρ= ( 4 )

V adalah beda potensial pada konduktor dengan luas penampang A sepanjang

l meter, ρ adalah karakteristik material yang disebut resistivitas atau tahanan

jenis, sedangkan R adalah resistansi konduktor. Persamaan 3 dapat juga ditulis

sebagai :

IRV = ( 5 )

Page 51: kontaminasi penghantar

38

Dan untuk tegangan yang berubah terhadap waktu, persamaan 5 berubah

menjadi :

iRV = ( 6 )

Suatu bahan dikatakan memiliki hambatan 1 Ohm apabila bahan

tersebut menjembatani beda tegangan sebesar 1 Volt dan arus listrik yang

timbul akibat tegangan tersebut adalah sebesar 1 ampere, atau sama dengan

sebanyak 6.241506 × 1018 elektron per detik mengalir menghadap arah yang

berlawanan dari arus.

Komponen yang menentukan nilai resitansi adalah resistor. Resistor

berguna untuk menjaga kuat arus dan tegangan pada nilai tertentu dengan

tujuan agar komponen-komponen listrik lainnya dapat berfungsi dengan baik.

Gambar 17. Karekteristik i-v resistor

Dalam peralatan elektronika, resistor hanya berukuran beberapa

milimeter bahkan ukuran mikron yang tergabung dalam sebuah chip. Resistor

dengan kontak geser atau yang lebih dikenal dengan potensiometer digunakan

untuk keperluan variasi tegangan. Pada rangkaian pemroses energi seperti

pada lokomotif kereta listrik model lama digunakan resistor dengan ukuran

yang lebih besar. Resistor adalah piranti yang sesungguhnya tidak mempunyai

Batas operasi linear

inyata

model

v

Page 52: kontaminasi penghantar

39

karakteristik i-v yang linear. Ada bagian tertentu yang dapat didekati dengan

hubungan linear yaitu bagian yang berada pada daerah operasi. Dengan

mengikuti konversi pasif, hukum ohm dapat juga dituliskan sebagai berikut :

RR iRV = atau RR vGi = dengan R

G 1= ( 7 )

R dan G adalah konstanta positif. Parameter R disebut resistansi

dengan satuan ohm (Ω) dan G disebut konduktansi dengan satuan siemens (S)

atau mho (ω). Karakteristik i-v dalam hukum ohm adalah linear dan bilateral.

Linear berarti karakteristiknya berbentuk garis lurus sehingga tegangan selalu

sebanding dengan arus. Bilateral kurva karateristiknya simetis terhadap titik O

(0,0) sehingga pembalikan tegangan akan menyebabkan pembalikan arah

tanpa mengubah besar arusnya. Dengan demikian resistor dapat dihubungan

dalan rangkaian tanpa memperhatikan polaritas kaki-kakinya. Daya pada

resistor dapat ditentukan dengan rumus :

RvGvRiivP R

RRRRR

222 ==== ( 8 )

Dari rumus diatas, R bernilai positif sehingga daya selalu positif. Berdasarkan

konversi pasif, hal ini berarti resistor selalu menyerap daya.

D. Kerangka Berfikir

Penyusunan kerangka berfikir sebagai landasan penelitian dilakukan

dengan kajian teoritis yang meliputi suatu tinjauan mengenai air, hambatan

atau resistansi dan kabel distribusi telepon yang digunakan dalam jaringan

komunikasi PT.Telkom.

Page 53: kontaminasi penghantar

40

Kerusakan pada kabel telepon, baik kabel duct maupun KTTL pada

umumnya disebabkan oleh air. Air merupakan satu-satunya unsur alami yang

ditemukan dalam semua zat yang ada dibumi, baik cair, padat maupun gas.

Air adalah pelarut yang baik. Berbagai jenis senyawa kimia dapat larut di

dalam air. Air mempunyai tegangan permukaan yang sangat tinggi. Suatu zat

dikatakan mempunyai tegangan permukaan yang tinggi apabila tekanan antar

molekul cairan tersebut tinggi sehingga masing masing molekul elastis dan

lengket satu sama lain. Tegangan permukaan yang tinggi memungkinkan

terjadinya sistem kapiler. Sifat air sebagai pelarut dengan sistem kapiler

menyebabkan air mampu bergerak melalui pori-pori yang kecil seperti akar

tumbuhan dan melalui pembuluh darah dengan mengangkut unsur-unsur yang

terlarut.

Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan dan air tanah.

Air hujan yang jatuh ke bumi dan tidak mengalami infiltrasi kedalam tanah

menjadi air permukaan Air permukaan adalah air yang menggenang atau

mengalir di permukaan tanah, misalnya danau, rawa-rawa dan sungai. Setelah

jatuh ke permukaan bumi air hujan mengalami kontak dengan tanah dan

melarutkan bahan-bahan yang terkandung di permukaan tanah. Air tanah

merupakan air yang ditemukan pada akifer yang berada dibawah permukaan

tanah. Akifer merupakan lapisan tanah yang bersifat porous (mampu menahan

air) dan permeable (mampu melewatkan air). Pada saat infiltrasi kedalam

tanah, air permukaan mengalami kontak dengan mineral-mineral yang

terdapat didalam tanah dan melarutkannya sehingga kualitas air mengalami

Page 54: kontaminasi penghantar

41

perubahan karena terjadi reaksi kimia. Air tanah biasanya memiliki kandungan

besi relatif tinggi. Air tanah memiliki pergerakan yang sangat lambat dan

waktu tinggal yang lama sehingga sulit untuk pulih kembali apabila

mengalami pencemaran. Apabila laju pengambilan air tanah melebihi laju

pengisiannya maka akan terjadi penurunan volume air tanah dan

memungkinkan terjadinya penurunan muka tanah.

Perubahan suhu sangat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan

biologi air. Peningkatan suhu air akan mengakibatkan peningkatan viskositas,

reaksi kimia, evaporasi, volatilisasi dan menyebabkan perubahan berat jenis

air yang selanjutnya menyebabkan terjadinya percampuran massa air dengan

zat-zat yang terlarut. zat-zat yang terlarut dalam air tersebut akan menembus

bahan Isolasi polyethylene (PE) yang membungkus luar kabel dan bahan

polyproephylene yang membungkus urat kabel distribusi telepon yang

mengalami perendaman air sehingga mengurangi daya hantar dan

mempengaruhi kualitas tembaga sebagai bahan penghantar.

Kerusakan tersebut diketahui pada saat melakukan pemeliharaan

elektris, dimana beberapa urat kabel mengalami kerusakan yang ditunjukkan

dengan perubahan nilai tahanan dan kapasitansi urat kabel. Pada beberapa

kasus kerusakan terjadi pada satu unit bahkan seluruh urat kabel. Untuk

menanggulangi gangguan akibat kerusakan tersebut perlu dilakukan perbaikan

dengan biaya yang cukup besar. Proses perbaikan biasanya memakan waktu

yang cukup lama, antar satu hari sampai dengan satu minggu. Lamanya waktu

perbaikan gangguan tersebut akan menyebabkan terjadinya laporan keluhan

Page 55: kontaminasi penghantar

42

atau complain para pelanggan yang akan menurunkan tingkat kepercayaan

pelanggan kepada PT. Telkom. Guna mencegah terjadinya kerusakan terhadap

kabel Duct, perlu dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan di luar waktu yang

telah ditentukan.

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui besarnya pengaruh

kontaminasi air terhadap kemampuan menghantar kabel distribusi telepon baik

kabel Duct maupun Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) hingga

mempengaruhi kualitas kabel distribusi telepon sehingga dapat diketahui

jangka waktu pemeliharaan kabel distribusi telepon terutama kabel duct.

Gambar 18. Skema Kerangka Berfikir

Variabel Bebas

Lamanya waktu perendaman kabel

didalam air. Proses perendaman

dilakukan bervariasi selama 1 hari, 5

hari, 10 hari, 30 hari dan 60 hari.

Variabel Kontrol

Kondisi air : Lingkungan perendaman :

Jenis air. 1. Tempat

volume air. 2. Suhu ruangan

Suhu air.

Variabel Terikat

Kemampuan elektris kabel distribusi telepon

yaitu KTTL dan kabel Duct yang berupa

tahanan isolasi antar penghantar, tahanan urat

kabel dan tahanan screen kabel.

Page 56: kontaminasi penghantar

43

E. Hipotesis

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yang merupakan gabungan dari

dua kata yaitu hupo dan thesis. Hupo artinya sementara dan thesis berarti

pernyataan atau teori. Hipotesis adalah pernyataan sementara yang masih

lemah kebenarannya sehingga memerlukan pengujian yang akan membawa

kepada kesimpulan untuk menerima atau menolak hipotesis tersebut.

Pengujian dihadapkan kepada dua pilihan yaitu hipotesis alternatif yang

selanjutnya disingkat Ha dan hipotesisi nol (null) yang selanjutnya disingkat

Ho. Ha adalah lawan atau tandingan dari Ho. Ha disebut juga hipotesis kerja

atau hipotesis penelitian yang cenderung dinyatakan dalam kalimat positif.

Sedangkan Ho dinyatakan dalam kalimat negatif (Husaini dan Purnomo , 2003

: 119).

1. Hipotesis Kerja (Ha)

Ada pengaruh kontaminasi air terhadap kemampuan menghantar

kabel distribusi telepon.

2. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada pengaruh kontaminasi air terhadap kemampuan

menghantar kabel distribusi telepon.

Page 57: kontaminasi penghantar

44

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara atau strategi yang digunakan dalam

kegiatan penelitian sehingga pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah. Hal-hal yang diuraikan dalam metode penelitian adalah : Metode

Penentuan Objek Penelitian, Tempat Dan Waktu Penelitian, Desain Eksperimen,

Metode Pengumpulan Data, Langkah Eksperimen dan Analisis.

A. Metode Penentuan Objek Penelitian

Beberapa hal yang akan diuraikan dalam penentuan objek penelitian

meliputi populasi penelitian, deskripsi objek penelitian, variabel penelitian

dan instrumen penelitian.

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah totalitas semua nilai yang dijadikan objek penelitian

(Sudjana, 2002 : 6). Populasi dalam penelitian ini adalah kabel distribusi

telepon yang digunakan oleh PT. Telkom. Kabel distribusi telepon

menurut bahan penghantar terdiri atas kabel berpenghantar tembaga dan

kabel optik. Kabel distribusi telepon menurut tempat pemasangan terbagi

menjadi dua yaitu kabel udara dan kabel tanah.

2. Deskripsi Objek Penelitian

Objek penelitian adalah kabel tanah berpenghantar tembaga yang

terdiri dari dua jenis, yaitu Kabel Tanah Tanam Langsung dan Kabel Duct

yang berpetrolyjelly dengan panjang 100 meter. Kedua jenis kabel tanah

Page 58: kontaminasi penghantar

45

tersebut akan dilakukan perendaman menggunakan air pada suhu normal

dengan waktu yang bervariasi.

3. Variabel Penelitian

Variabel merupakan karakteristik atau keadaan atau kondisi pada

suatu objek yang mempunyai variasi nilai. Secara umum dapat dinyatakan

bahwa variabel adalah operasionalisasi dari konsep. Variabel harus dapat

diukur namun bukan merupakan ukuran. Variabel merupakan konsep atau

faktor yang dapat menunjukkan variasi nilai (Gempur Santoso, 2005 : 22).

Penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel terikat dan variabel

kontrol.

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi hasil

penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah air dimana jenis,

volume dan suhu air serta. Air yang digunakan adalah air tanah dengan

suhu normal 20º C – 30º C.

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran

kemampuan elektris kabel distribusi telepon yang berupa tahanan

screen kabel, tahanan isolasi antar penghantar dan tahanan urat kabel.

c. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dapat dikendalikan.

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah lamanya waktu

perendaman dan kondisi lingkungan yang berupa tempat melakukan

Page 59: kontaminasi penghantar

46

perendaman dan suhu ruangan perendaman. Proses perendaman

dilakukan bervarisi selama 1 hari, 5 hari, 10 hari, 30 hari dan 60 hari.

Perendaman dilakukan di dalam manhole dengan kondisi tertutup rapat

sehingga suhu ruangan ralatif tetap.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengontrol

maupun mengukur variabel harus memiliki akurasi (accuracy), presisi

(precision) dan kepekaan (sensitivity). Akurasi berkaitan dengan validitas

instrumen untuk dapat melakukan pengukuran pada unit eksperimen tanpa

dipengaruhi oleh unsur-unsur lain. Presisi berkaitan dengan kehandalan

(reliability) instrumen untuk memberikan kestabilan hasil pengukuran

pada saat dilakukan pengulangan. Kepekaan instrumen berkaitan dengan

besarnya perubahan nilai pada variabel tertentu (Gempur Santoso, 2005 :

63).

Akurasi dalam penelitian ini diatur dengan menjaga agar kedua

ujung kabel tidak ikut terendam dalam air dan menjaga agar manhole

selalu dalam keadaan tertutup agar suhu ruangan tidak berubah serta

mencegah masuknya bahan-bahan yang dapat mempengaruhi hasil

penelitian kedalam manhole. Presisi instrumen dalam penelitian ini dijaga

dengan melakukan kalibrasi pada awal pengukuran dan pada setiap

pergantian pengukuran terhadap unit dasar kabel. Kepekaan instrumen

diperoleh dengan menggunakan alat ukur yang mempunyai tingkat

ketelitian tinggi.

Alat ukur yang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini

adalah Multimeter analog, Multimeter digital dan Megger Earth Tester.

Page 60: kontaminasi penghantar

47

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Jaringan Kabel SMK

Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto dan diperkirakan selama dua bulan.

C. Desain Eksperimen

Desain eksperimen adalah suatu rancangan percobaan dengan tiap

langkah tindakan yang benar-benar terdefinisikan sedemikian sehingga

informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan yang

diteliti dapat dikumpulkan (Sudjana, 1995 : 1).

Penelitian yang dilakukan berupa penelitian eksperimental dimana

kejadian yang terjadi disebabkan adanya intervensi alam yang dilakukan oleh

peneliti untuk menguji hubungan antara sebab dan akibat yang dilakukan pada

suatu sistem yang tertutup dan terkontrol (Gempur Santoso, 2005 : 31).

Penelitian ekeperimental memiliki tiga prinsip yang harus dipenuhi, yaitu

replikasi, randomisasi dan kontrol. Replikasi adalah banyaknya unit

eksperimen yang mendapatkan perlakuan sama pada kondisi tertentu.

Replikasi bertujuan untuk memperkirakan kesalahan penelitian, meningkatkan

ketelitian hasil penelitian dan memperluas jangkauan generalisasi hasil

penelitan. Randomisasi merupakan proses untuk mewujudkan keadaan

random atau acak tanpa memilih suatu unit tertentu sehingga setiap unit

penelitian mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan perlakuan.

Randomisasi dilakukan sebagai usaha menjaga validitas generalisasi hasil

eksperimen kepada populasinya. Kontrol merupakan dasar penelitian

eksperimental karena harus memiliki paling sedikit dua unit eksperimen yaitu

Page 61: kontaminasi penghantar

48

unit yang diberi perlakukan dan unit yang tidak diberikan perlakuan sebagai

unit kontrol sebagai pembanding.

Penelitian eksperimental memiliki tiga jenis desain, yaitu eksperimental

sungguhan (true-experimental), pra-eksperimental (pre-experimental) dan

eksperimental semu (quasi-experimental). Eksperimental sungguhan

merupakan penelitian yang mampu memenuhi seluruh prinsip eksperimental.

Pra-eksperimental hanya mampu memenuhi sebagai dari prinsip

eksperimental. Sedangkan eksperimental semu mampu memenuhi ketiga

prinsip eksperimental, namun belum mencapai sempurna (Gempur Santoso,

2005 : 36).

Penelitian yang dilakukan adalah pra-eksperimental karena tidak

dilakukan randomisasi. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pre-posttest design, yang dapat digambarkan pada tabel berikut.

TABEL 4. Pre-Posttest Design

X O YX11 − Y11

X12 O Y12

X21 − Y21

X22 O Y22

Keterangan :

X : unit eksperimen.

X11 : hasil pengukuran awal terhadap KTTL yang tidak mendapat perlakuan.

X12 : hasil pengukuran awal terhadap KTTL yang akan mendapat perlakuan.

X21 : hasil pengukuran awal terhadap Kabel duct yang tidak mendapat

perlakuan.

Page 62: kontaminasi penghantar

49

X22 : hasil pengukuran awal terhadap Kabel duct yang mendapat perlakuan.

O : Perlakuan.

− : Tidak mendapatkan perlakuan.

Y : hasil eksperimen.

Y11 : hasil pengukuran terhadap KTTL yang tidak mendapat perlakuan.

Y12 : hasil pengukuran terhadap KTTL yang mendapat perlakuan.

Y21 : hasil pengukuran terhadap Kabel duct yang tidak mendapat perlakuan.

Y22 : hasil pengukuran terhadap Kabel duct yang mendapat perlakuan.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara untuk memperoleh data untuk

dianalisis yang kebenarannya harus dapat dipercaya (Suharsimi Arikunto,

1998 : 225). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

1. Metode Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan terhadap sesuatu objek

dengan menggunakan seluruh indera manusia (Suharsimi Arikunto, 1998 :

146). Kegiatan observasi dalam penelitian dilakukan untuk melihat

kondisi Kabel Tanah Tanam Langsung dan Kabel Duct yang

berpetrolyjelly apakah terdapat kerusakan terhadap bentuk fisik kabel,

melihat hasil penunjukkan alat ukur pada pengukuran awal maupun akhir

dan membandingkannya dengan nilai kabel yang tidak diberikan

perlakukan sebagai kontrol.

Page 63: kontaminasi penghantar

50

2. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang

tertulis (Suharsimi Arikunto, 1998 : 149). Dokumentasi yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah kertas bergambar atau foto. Gambar atau foto

tentang tempat penelitian, bahan dan alat yang digunakan dan kegiatan

yang dilakukan pada saat penelitian yang berupa mengupas kedua ujung

kabel, melakukan pengukuran awal, melakukan perendaman terhadap

kabel serta pada saat melakukan pengukuran terhadap kemampuan elektris

kabel yang telah mengalami proses perendaman.

3. Metode Eksperimen

Eksperimen adalah suatu rangkaian kegiatan yang dirancang secara

sistematis untuk mendapatkan suatu penemuan atau pengembangan

produk. Eksperimen yang dilakukan adalah perendaman terhadap kabel

duct dan KTTL.

4. Validitas Eksperimen

Validitas eksperimen adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat kevalidan atau kesahihan suatu eksperimen. Validitas yang diukur

dalam penelitian ini meliputi validitas internal dan eksternal.

a. Validitas Internal

Validitas internal adalah suatu rancangan eksperimen yang

merupakan tujuan pertama eksperimen. Validitas internal akan

memberikan jawaban atas pertanyaan apakah penelitian benar-benar

menimbulkan perbedaan. Beberapa hal yang dilakukan untuk

mendapatkan kemurnian hasil penelitian adalah mengkalibrasikan alat

Page 64: kontaminasi penghantar

51

ukur sebelum digunakan sebagai instrumen dalam penelitian dan

mengatur penempatan ujung kabel agar tidak terkena air atau masuk

ke dalam air.

b. Validitas Eksternal

Validitas eksternal akan memberikan jawaban atas pertanyaan

seberapa besar dan seberapa jauh derajat representatifitas hasil

penelitian dapat digeneralisasikan untuk populasinya. Validitas

eksternal dalam penelitian ini adalah jenis air yang digunakan adalah

air tanah dengan suhu normal 20º C – 30º C dan menjaga agar

manhole selalu dalam keadaan tertutup agar suhu ruangan tidak

berubah dan mencegah masuknya bahan-bahan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian kedalam manhole.

E. Langkah Eksperimen

1. Persiapan

a. Menentukan tempat penelitian, lokasi pemeriksaan chamber manhole

untuk memastikan tidak terjadi kelembaban akibat pengaruh air.

b. Bahan Penelitian, berupa pemeriksaaan kondisi fisik KTTL dan Kabel

duct yang akan digunakan sebagai bahan penelitian.

c. Alat penelitian yaitu Megger Unilab Iso dan termometer. Alat

penelitian harus diperiksa tingkat ketelitiannya sehingga tidak terjadi

kesalahan pada saat melakukan pengukuran.

2. Proses kerja

a. Membersihkan ujung kabel yang akan dikupas.

Page 65: kontaminasi penghantar

52

b. Mengupas mantel kabel. Kabel duct dikupas pada lapisan polyethylene

sepanjang 20 cm. Pada KTTL pengupasan dilakukan dari lapisan

polyethylene, armouring baja sepanjang 25 cm dan lapisan

polyethylene dalam sepanjang 20 cm.

c. Membuat belahan pada mantel kabel duct dan lapisan polyethylene

dalam KTTL hingga lapisan alumunium pada masing-masing ujung

dengan panjang 2,5 cm lebar 1 cm. Belahan ini digunakan sebagai

tempat melakukan pengukuran tahanan screen kabel.

d. Mengupas lapisan plastik pembungkus urat dan memisahkan pita pelilit

kode warna dari urat kabel. Pada kabel duct lapisan jelly yang

menyelubungi urat kabel dapat dibersihkan namun tidak perlu

dihilangkan karena akan mempengaruhi hasil pengukuran yang akan

dilakukan.

e. Mengupas urat-urat kabel sepanjang 2 cm sebagai tempat melakukan

pengukuran tahanan screen kabel, tahanan isolasi antar penghantar dan

tahanan urat kabel.

f. Mengukur tahanan screen kabel, tahanan isolasi antar penghantar dan

tahanan urat kabel untuk mengetahui kemampuan mengantar kabel

sebelum dilakukan penelitian dengan mengacu kepada nilai spesifikasi

standar kabel distribusi telepon. Apabila terjadi perbedaan nilai yang

cukup menonjol pada beberapa urat maka perlu dilakukan penggantian

kabel sehingga diperoleh nilai yang sama atau mendekati nilai

standarnya. Bila pada salah satu urat kabel terdapat kerusakan

diberikan tanda sehingga tidak terjadi kesalahan.

Page 66: kontaminasi penghantar

53

g. Memasukkan gulungan kabel pada chamber manhole. Ujung-ujung

kabel diposisikan sedemikian rupa sehingga tidak terkena air.

Memasang kembali tutup manhole.

h. Pada waktu yang telah ditentukan manhole dibuka dan dilakukan

pengukuran terhadap tahanan isolasi antar penghantar, tahanan urat

kabel dan tahanan screen kabel.

a. Pengukuran tahanan screen kabel dan tahanan isolasi kabel

dilakukan dengan menggunakan megger earth tester. Kutub-kutub

mengger dihubungkan dengan lapisan alumunium dan salah satu

urat kabel pada ujung dekat dan pada ujung jauh semua urat kabel

disatukan dan dihubungkan dengan lapisan alumunium sebagai

screen kabel. Mencatat hasil pengukuran pada tabel berikut.

TABEL 5. Hasil Pengukuran Tahanan Screen Dan Tahanan Isolasi Antar Penghantar Kabel

Kabel : ......................

NomorUrat

NilaiAwal

Waktu Perendaman1 hari 3 hari 10 hari 30 hari 60 hari

R

(Ω)

V

(Volt)

R

(Ω)

V

(Volt)

R

(Ω)

V

(Volt)

R

(Ω)

V

(Volt)

R

(Ω)

V

(Volt)

R

(Ω)

V

(Volt)

1a

b

2a

b... ...

Keterangan :

R : tahanan isolasi megger earth tester.

V : tegangan output megger earth tester.

Page 67: kontaminasi penghantar

54

b. Pengukuran tahanan urat kabel dilakukan dengan menggunakan

AVO meter digital. Terminal AVO meter digital dihubungkan

dengan urat-urat kabel pada ujung jauh dan ujung dekat kabel.

Mencatat hasil pengukuran pada tabel berikut.

TABEL 6. Hasil Pengukuran Tahanan Urat Kabel ............................

Nomor Urat

Nilai RAwal (Ω)

Waktu Perendaman1 hari

(Ω)3 hari (Ω)

10 hari (Ω)

30 hari (Ω)

60 hari (Ω)

1

2

.......

Persiapan Tempat

Persiapan Bahan

Persiapan Alat Penelitian

Proses Pengupasan Kabel

Pengukuran awal

Pengukuran Akhir

Analisis Data

Kesimpulan

Selesai

Mulai

Proses Perendaman

Gambar 19. Skema Langkah-Langkah Eksperimen

Page 68: kontaminasi penghantar

55

F. Analisis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kesamaan

dua rata-rata atau uji t untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil

pengukuran terhadap kabel Duct dan KTTL dilihat dari variasi waktu

perendaman yang telah dilakukan.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum melakukan uji t,

yaitu :

1. Data dipih secara acak.

2. Data masing-masing berdistribusi normal, dengan uji normalitas.

3. Data masing-masing homogen, dengan uji homogenitas.

Hasil penelitian ( thitung ) kemudian dikonsultasikan dengan tabel (ttabel).

Ketentuan analisis jika thitung < ttabel pada taraf signifikansi 2 % atau probabilitas

kurang dari 0,02 maka hipotesis kerja (Ha) diterima karena pengujian sampel

signifikan. Dalam analisis varian ini hipotesis statistik yang diuji adalah :

Ho = µ1 = µ2 = µ3 = ..... = µk

Ha = paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

Rumus yang digunakan adalah rumus uji t Fisher’s yaitu :

( )

( )111

22

12

21

−+

−=∑ ∑

nnxx

xxt

Karena n1 = n2 maka rumus uji t Fisher’s dapat disederhanakan menjadi :

( )111

22

12

21

−+

−=∑ ∑

nnxx

xxt

Page 69: kontaminasi penghantar

56

keterangan :

t : Hasil perhitungan nilai t ( thitung )

1x : Rata-rata nilai kelompok I

2x : Rata-rata nilai kelompok II

Σx21 : Jumlah kuadrat rata-rata kelompok I

Σx22 : Jumlah kuadrat rata-rata kelompok II

n1 : Jumlah subjek kelompok I

(Husaini dan Purnomo, 2003 : 141)

Karena penelitian yang dilakukan adalah pra-eksperimental dimana

tidak dilakukan randomisasi maka data yang diperoleh dari penunjukkan

megger unilab iso pada pengukuran Kabel Duct dan KTTL dianggap

sebagai data yang acak, berdistribusi normal dan homogen sehingga hasil

pengukuran dapat langsung dimasukkan ke dalam tabel dan dianalisa

dengan paired-samples t test. Dari hasil analisa diperoleh harga thitung yang

kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan taraf signifikansi 2 %

atau probabilitas kurang dari 0,02. Hasil perbandingan tersebut menentukan

apakah Ha diterima dan Ho ditolak atau sebaliknya Ho diterima dan Ha

yang ditolak.

Page 70: kontaminasi penghantar

57

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini diuraikan tentang hasil penelitan, analisis data,

pembahasan dan keterbatasan penelitian.

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian meliputi hasil pengukuran kemampuan elektris kabel

pada proses perendaman di dalam air yang meliputi tahanan urat, tahanan

loop, tahanan isolasi dan tahanan sceen kabel. Data hasil penelitian dapat

dilihat pada bagian lampiran

B. Analisis Data

Hasil penelitian dianalisis dengan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji

T) dengan tingkat kepercayaan 98% ( α= 2% ). Analisis uji hipotesis ini

digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh waktu perendaman

terhadap kemampuan menghatar kabel distribusi telepon serta perbedaan

kualitas menghantar kabel Duct dan KTTL yang telah mengalami proses

perendaman.

Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji T Hasil Pengukuran Tahanan Urat

Kelompok NX1 X2

Duct KTTL Duct KTTLdk

thitung

Duct KTTLttabel Kriteria

0 hari – 1 hari 60 13,1375 13,1375 13,1365 13,1367 59 0,299 0,299 1,2960 hari – 3 hari 60 13,1375 13,1375 13,1368 13,1567 59 0,468 0,468 1,2960 hari – 10 hari 60 13,1375 13,1375 13,1392 13,1705 59 -2,199 -2,199 1,2960 hari – 30 hari 60 13,1375 13,1375 13,1418 13,1418 59 -4,375 -4,375 1,2960 hari – 60 hari 60 13,1375 13,1375 13,1517 13,2227 59 -8,124 -8,124 1,296

Tidak

berbeda

signifikan

Page 71: kontaminasi penghantar

58

Tabel ringkasan hasil pengukuran tahanan urat di atas menunjukkan

bahwa harga thitung terbesar diperoleh senilai 0,468. Hasil perhitungan tersebut

masih lebih kecil dari ttabel sebesar 1,296 sehingga tidak ada perbedaan hasil

pengukuran dengan variasi waktu perendaman pada tahanan urat kabel Duct

maupun KTTL.

Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji THasil Pengukuran Tahanan Loop

Kelompok NX1 X2

Duct KTTL Duct KTTLdk

thitung

Duct KTTLttabel Kriteria

0 hari – 1 hari 30 26,3750 26,3750 26,3730 26,2733 29 0,010 -0,990 1,3100 hari – 3 hari 30 26,3750 26,3750 26,2727 26,3073 29 0,016 -0,979 1,3100 hari – 10 hari 30 26,3750 26,3750 26,3780 26,3410 29 -0,021 -0,995 1,3100 hari – 30 hari 30 26,3750 26,3750 26,2837 26,3747 29 0,910 -1,000 1,3100 hari – 60 hari 30 26,3750 26,3750 26,3013 26,4120 29 0,740 -1,028 1,310

Tidak

berbeda

signifikan

Pada tabel ringkasan hasil pengukuran tahanan loop dapat dilihat

bahwa harga thitung terbesar diperoleh senilai 0,910. Hasil pengukuran yang

diperoleh masih lebih kecil dari ttabel sebesar 1,310. Hal tersebut menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan hasil pengukuran dengan variasi waktu

perendaman pada tahanan loop kabel Duct maupun KTTL.

Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji T Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi

Kelompok NX1 X2

Duct KTTL Duct KTTLdk

thitung

Duct KTTLttabel Kriteria

0 hari – 1 hari 30 26,8417 28,7053 26,9453 28,7437 29 -1,187 -0,691 1,3100 hari – 3 hari 30 26,8417 28,7053 26,8733 28,7550 29 -0,324 -0,865 1,3100 hari – 10 hari 30 26,8417 28,7053 26,8367 28,7323 29 0,064 -0,460 1,3100 hari – 30 hari 30 26,8417 28,7053 26,7367 28,6790 29 0,357 0,428 1,310

Tidak

berbeda

signifikan

0 hari – 60 hari 30 26,8417 28,7053 26,7333 28,6690 29 0,690 0,588 1,310

Tabel ringkasan hasil pengukuran tahanan isolasi di atas menunjukkan

bahwa harga thitung terbesar diperoleh senilai 0,690. Harga tersebut masih lebih

Page 72: kontaminasi penghantar

59

kecil jika dibandingkan dengan harga ttabel sebesar 1,310, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hasil pengukuran dengan variasi

waktu perendaman pada tahanan isolasi urat kabel Duct dan KTTL.

Tabel 11. Ringkasan Hasil Uji T Hasil PengukuranTahanan Screen Kabel Duct Dan KTTL

Kelompok N X1 X2 dk thitung ttabel Kriteria0 – 1 hari 2 0,3000 0,3000 − − 1,8860 – 3 hari 2 0,3000 0,3000 − − 1,8860 – 10 hari 2 0,3000 0,3000 − − 1,8860 – 30 hari 2 0,3000 0,3000 − − 1,8860 – 60 hari 2 0,3000 0,3000 − − 1,886

Sama

Pada tabel ringkasan hasil pengukuran tahanan screen dapat dilihat

bahwa X1 dan X2 bernilai sama sehingga tidak diperoleh harga dk dan thitung

pada semua kelompok Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

hasil pengukuran dengan variasi waktu perendaman pada tahanan loop kabel

Duct maupun KTTL.

Tabel 12. Perbandingan Hasil Pengukuran Kabel Duct Dan KTTL

Kelompok TahananHarga thitung

Kabel Duct KTTLttabel

Urat 0 – 1 hari 0,299 -0,275 1,296Urat 0 – 3 hari 0,468 -0,990 1,296Urat 0 – 10 hari -2,199 -0,995 1,296Urat 0 – 30 hari -4,375 -1,075 1,296Urat 0 – 60 hari -8,124 -1,248 1,296

Kelompok TahananHarga thitung

Kabel Duct KTTLttabel

Loop 0 – 1 hari 0,010 -0,990 1,310Loop 0 – 3 hari 0,016 -0,979 1,310Loop 0 – 10 hari -0,021 -0,995 1,310Loop 0 – 30 hari 0,910 -1,000 1,310

Page 73: kontaminasi penghantar

60

Loop 0 – 60 hari 0,740 -1,028 1,310Isolasi 0 – 1 hari -1,187 -0,691 1,310Isolasi 0 – 3 hari -0,324 -0,865 1,310Isolasi 0 – 10 hari 0,064 -0,460 1,310Isolasi 0 – 30 hari 0,357 0,428 1,310Isolasi 0 – 60 hari 0,690 0,588 1,310Screen 0 – 1 hari − − 1,886Screen 0 – 3 hari − − 1,886Screen 0 – 10 hari − − 1,886Screen 0 – 30 hari − − 1,886Screen 0 – 60 hari − − 1,886

Pada tabel perbandingan hasil pengukuran Kabel Duct dan KTTL

dapat dilihat bahwa Harga thitung tahanan urat terbesar Kabel Duct diperoleh

senilai 0,468 dan KTTL senilai -0,275. Kedua nilai tersebut masih lebih kecil

dari ttabel sebesar 1,296. Harga thitung tahanan loop terbesar Kabel Duct senilai

0,910 dan KTTL senilai -0,979. Nilai ttabel sebesar 1,310 masih lebih besar dari

kedua harga thitung tersebut. Sedangkan harga thitung tahanan isolasi terbesar

Kabel Duct senilai 0,690 dan KTTL senilai 0,558 dimana keduanya lebih

kecil dari ttabel sebesar 1,310. Harga thitung kabel Duct relatif lebih besar dari

KTTL namun tidak lebih besar dari harga ttabel maka Ha diterima sehingga

tidak ada perbedaan kemampuan menghantar kabel Duct dan KTTL yang

telah mengalami proses perendaman didalam air.

Hasil analisis data menggunakan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji T)

dapat dilihat pada bagian lampiran.

Page 74: kontaminasi penghantar

61

C. Pembahasan

Sudaryatno Sudirham (2002 : 46) menyatakan bahwa pada dasarnya

semua bahan apabila dialiri arus listrik memiliki resistansi, yaitu kemampuan

untuk menghambat. Hambatan atau resistansi berguna untuk mengatur

besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu rangkaian listrik. PT.

TELKOM (1993 : 3) menyatakan bahwa bahan penyusun urat pada kabel

tembaga merupakan kawat penghantar berupa kawat tembaga yang padat,

bulat, mengkilat, bersih dan bebas dari segala cacat. Kualitas tembaga harus

merata pada setiap titik. Nilai tahanan urat harus sesuai dengan diameter urat

yang telah ditentukan. Pernyataan tersebut sesuai dengan kenyataan yang

terjadi pada penelitian. Tembaga sebagai bahan konduktor yang baik ternyata

memiliki hambatan yang mempengaruhi besarnya arus yang mengalirinya.

Pengukuran dengan Megger Unilab Iso terhadap kemampuan elektris

tembaga pada kabel distribusi telepon yang berupa tahanan urat dan tahanan

loop menunjukkan bahwa urat kabel yang berupa mempunyai kawat tembaga

memiliki nilai hambatan dibawah batas maksimum tahanan urat kabel. Hasil

pengukuran menggunakan Megger Unilab Iso pada tahanan urat maupun

tahanan loop tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa proses perendaman selama 2 bulan tidak menyebabkan

perubahan yang signifikan terhadap tahanan urat dan tahanan loop, baik pada

kabel Duct maupun KTTL. Pengukuran menunjukkan bahwa proses

perendaman di dalam air terhadap kabel kabel distribusi telepon tidak

menyebabkan perubahan sama sekali terhadap tahanan screen yang

Page 75: kontaminasi penghantar

62

merupakan pelindung elektris kabel. Alat ukur menunjukkan bahwa selama

proses perendaman, nilai tahanan screen tidak berubah yaitu sebesar 0,3 Ω.

Pengukuran dilakukan pada tegangan 508 Volt selama 1 menit. Hal tersebut

sesuai dengan peraturan PT. TELKOM (1993 : 4) yang menyatakan bahwa

pelindung elektris kabel terbuat dari bahan lapisan alumunium sebagai

perlindungan dari tegangan induksi dan kelembaban. Pelindung elektris kabel

harus mampu menahan tegangan tembus sebesar 500 V-DC dengan frekuensi

50 Hz minimal selama 1 menit.

Megger Unilab Iso juga digunakan dalan pengukuran tahanan isolasi.

Menurut peraturan PT. TELKOM (1993 : 4) isolasi penghantar terbuat dari

bahan compound polyethylene (PE) dengan tahanan isolasi antar penghantar

minimal 10.000 MΩ/km pada suhu 20° Celcius dengan tegangan sebesar 500

V-DC. PE berfungsi untuk mencegah kemungkinan masuknya air dan sebagai

bantalan pada saat penarikan kabel. Pernyataan tersebut telah dibuktikan pada

penelitian bahwa proses perendaman di dalam air tidak menyebabkan

perubahan yang signifikan terhadap harga tahanan isolasi kabel, baik kabel

Duct maupun KTTL. karena lapisan PE berfungsi dengan baik.

Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat diambil kesimpulan

bahwa kualitas menghantar kabel distribusi telepon dapat diketahui dengan

melakukan pengukuran terhadap tahanan urat, loop, isolasi dan screen kabel.

Hasil pengukuran menunjukkan nilai yang masih dibawah batas maksimal

spesifikasi teknis kabel distribusi telepon. Proses perendaman dalam air tidak

menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap kemampuan menghantar

Page 76: kontaminasi penghantar

63

kabel distribusi telepon. Peningkatan harga tahanan urat, loop dan isolasi

kabel yang terjadi tidak menimbulkan perubahan yang berarti. Harga tahanan

screen baik kabel Duct maupun KTTL tidak mengalami perubahan.

Penelitian juga tidak menunjukkan perbedaan kemampuan menghantar

antara kabel Duct dengan Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL). Hasil

analisis terhadap kabel distribusi telepon yang telah mengalami proses

perendaman air menunjukkan bahwa harga tahanan urat, loop, dan isolasi

kabel Duct menghasilkan nilai yang lebih besar dari KTTL namun tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan.

D. Keterbatasan Penelitian

Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain :

1. Peneliti hanya menggunakan air tanah pada suhu 25°C sehingga tidak

dapat diketahui hasil dari penggunaan air tanah pada suhu yang lain dan

penggunaan jenis air yang lain seperti air permukaan.

2. Eksperimen dilakukan pada kabel yang telah terpasang dan digunakan

selama 1 tahun sehingga tidak dapat diketahui spesifikasi elektris kabel

distribusi telepon yang baru dan belum terpasang.

3. Eksperimen dilakukan pada kabel distribusi yang tidak aktif digunakan

sehingga hanya dilakukan pengukuran terhadap tahanan urat, loop,

isolasi dan tahanan screen kabel. Pada kabel yang aktif digunakan,

selain parameter tersebut, dapat dilakukan pengukuran terhadap

redaman saluran, redaman cakap silang (crosstalk attenuation),

pengukuran impedansi dan redaman terhadap frekuensi, pengukuran Bit

Page 77: kontaminasi penghantar

64

Error Rate (BER), pengukuran kapasitansi bersama serta

ketidakseimbangan kapasitansi.

4. Eksperimen hanya dilakukan dalam waktu 2 bulan sehingga tidak dapat

diketahui pengaruh proses perendaman air terhadap kemampuan

menghantar kabel distrbusi telepon dalam jangka waktu yang lebih

lama.

Page 78: kontaminasi penghantar

65

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil

simpulan sebagai berikut :

1. Tidak terjadi kontaminasi terhadap kemampuan menghantar kabel

distribusi telepon pada proses perendaman dalam air. Pengukuran yang

dilakukan terhadap kabel Duct dan KTTL yang mengalami proses

perendaman menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang tidak

signifikan terhadap harga tahanan urat, loop dan isolasi kabel. Harga

tahanan screen kabel Duct dan KTTL tidak mengalami perubahan.

2. Kualitas menghantar kabel distribusi telepon diketahui dengan melakukan

pengukuran terhadap tahanan urat, loop, isolasi dan screen kabel. Hasil

pengukuran menunjukkan harga yang telah melebihi nilai spesifikasi

standart kabel distribusi telepon namun masih jauh dibawah batas

maksimal spesifikasi teknis kabel distribusi telepon.

3. Tidak terdapat perbedaan kemampuan menghantar antara kabel Duct

dengan Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL). Hasil pengukuran awal

maupun akhir terhadap kabel distribusi yang telah mengalami proses

perendaman air tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Page 79: kontaminasi penghantar

66

B. Saran

Saran – saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian

sebagai berikut :

1. Eksperimen selanjutnya dapat dilakukan pada kabel distribusi telepon

baru yang belum terpasang sehingga dapat dilakukan pengukuran

terhadap semua parameter elektris kabel distribusi telepon yaitu tahanan

urat, tahanan loop, tahanan isolasi, tahanan screen, redaman saluran,

redaman cakap silang (crosstalk attenuation), pengukuran impedansi

dan redaman terhadap frekuensi, pengukuran Bit Error Rate (BER),

pengukuran kapasitansi bersama serta ketidakseimbangan kapasitansi.

2. Eksperimen dilakukan dalam waktu yang lebih lama sehingga dapat

diketahui pengaruh waktu proses perendaman air terhadap kemampuan

menghantar kabel distrbusi telepon dalam jangka waktu yang lebih

lama.

3. Eksperimen dilakukan pada suhu yang berbeda-beda untuk jenis air

yang lain seperti air sungai, air laut (air asin) dan air dengan tingkat

kesadahan yang tinggi sehingga dapat diketahui ketahanan berbagai

jenis kabel terhadap berbagai jenis air.

Page 80: kontaminasi penghantar

67

DAFTAR PUSTAKA

Gempur Santoso, 2005, Metodologi Penelitian, Jakarta : Prestasi Pustaka.

Hefni Effendi, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan Perairan, Jogjakarta : Kanisius.

Husaini Usman dan R. Purnomo Setiady Akbar, 2003, Pengantar Statistika, Jakarta : PT. Bhumi Aksara.

Jonathan Sarwono, 2006, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13, Jogjakarta : C.V ANDI OFFSET.

Lexy J. Moleong, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

PPPGT / VEDC Malang, 1999, Siklus Air, Malang : Indah Offset.

PT. Telkom , 1995, Pedoman Pemasangan Jaringan Kabel Telekomunikasi KD : SF NO. 8223 / Tk. 380 / OPSAR – 23 / 95 Tanggal 12 Desember 1995, Bandung : PT. Telekomunikasi Indonesia ( Persero ).

__________ , 1999, Dasar Perencanaan Jaringan Akses Pendidikan Setingkat D – 2 Jurusan Teknik Akses ( 1 tahun ), Bandung : Divlat PT. Telkom.

__________ , 1999, Konstruksi dan Instalasi Kabel Tembaga Pendidikan Setingkat D – 2 Jurusan Teknik Akses ( 1 tahun ), Bandung : Divlat PT. Telkom.

__________ , 1999, Materi Pelatihan Pembenahan Jaringan Kabel Lokal, Bandung : Divlat PT. Telkom.

__________ , 2001, Teori Dasar Serat Optik, Yogyakarta : Technology Maintenance Center (TMC).

PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk , 2004, Cable Access Network (CAN) PL 1 – Basic Knowledge, Bandung : TELKOMRisTI (R & D Center) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

PT. Telkom, 2006, Modul Mengoperasikan dan Memelihara jaringan Akses Tembaga Bawah Tanah Bidang Keahlian Teknologi Komunikasi Program Keahlian Teknik Jaringan Akses Pelanggan, Bandung : Yayasan Sandhykara Putra Telkom.

Page 81: kontaminasi penghantar

68

Singgih Santoso, 2005, Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12, Jakarta : PT. Gramedia.

Sudaryatno Sudirham, 2002, Analisis Rangkaian Listrik, Bandung : Penerbit ITB.

Sudjana, 1995, Desain dan Analisis Eksperimen, Bandung : Tarsito.

Sudjana, 2002, Metode Statistika, Bandung : Tarsito.

Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Bisnis, Bandung : ALFABETA.

Suharsimi Arikunto, 1998, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.

WJS. Poerwodarminto, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.