KONSTRUKSI REALITAS KHALAYAK TERHADAP PIDATO ...digilib.unila.ac.id/60855/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of KONSTRUKSI REALITAS KHALAYAK TERHADAP PIDATO ...digilib.unila.ac.id/60855/3/SKRIPSI TANPA BAB...
-
KONSTRUKSI REALITAS KHALAYAK TERHADAP PIDATO
PRABOWO SUBIANTO PADA REUNI AKBAR 212
TAHUN 2018 DI MONAS
(Skripsi)
Oleh
Hamid Abdilah
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
http://www.kvisoft.com/pdf-merger/
-
i
ABSTRAK
Konstruksi Realitas Khalayak Terhadap Pidato Prabowo Subianto pada
Reuni Akbar 212 Tahun 2018 di Monas
Oleh
Hamid Abdilah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi realitas khalayak terhadap
pidato Prabowo Subianto pada Reuni Akbar (RA) 212 di Monas yang
diselenggarakan tanggal 2 Desember 2018. Teori Konstruksi Sosial atas Realitas
yang dicetuskan oleh Peter L. Barger dan Thomas Lucmann digunakan oleh
peneliti sebagai pisau penelitian sehingga mampu membedah konstruksi realitas
dari khalayak pidato Prabowo. Pendekatan kualitatif yang diterapkan dalam
penelitian ini dapat menjawab fokus penelitian yang di ambil dari teori yaitu,
eksternalisasi, objektifasi dan internalisasi. Sumber data primer didapatkan dari
menentukan 10 informan dengan kriteriat tertentu yang kemudian peneliti bagi
menjadi dua kelompok yaitu, Khalayak Pidato (KP) sebanyak 5 informan dan
Khalayak Media Massa (KMM) sebanyak 5 informan, keduanya sama-sama
mengetahui pidato Prabowo pada RA 212. Penyajian data yang dilakukan telah
melalui tiga tahapan yaitu, reduksi data penelitian, penyajian data penelitian, dan
terakhir dilakukan pembahasan untuk menarik kesimpulan penelitian.
Hasil penelitian ini dapat peneliti temukan faktor internal informan berupa
pemahamanya terkait Aksi 212 dan citra diri Prabowo ketika melakukan pidato
pada RA 212, sehingga didapatkan dari pidato tersebut prabowo tidak hanya
memberikan pesan verbal saja namun ada pesan nonverbal yang dapat ditangkap
oleh informan dalam penelitian ini. Pembahasan yang dilakukan dapat peneliti
tarik kesimpulan yang pertama eksternalisasi, dapat dilihat nilai-nilai Islam dan
Pancasila sebagai landasan utama untuk memaknai pidato Prabowo. Kedua
objektifasi, setiap informan mengobjektifkan pidato Prabowo dengan apa yang di
yakininya hal tersebut merupakan bagian dari objektifasi linguistik. Yang ketiga
Internalisasi, pidato Prabowo merupakan bagian dari proses dialektis yang sedang
berlangsung untuk memberikan makna pada diri Prabowo dan umumnya untuk
RA 212. Penegasan makna tersebut yang nantinya akan memberikan konstruksi
realitas objektif pada diri Prabowo sebagaimana pidato yang terlihat tidak hanya
membawakan pesan verbal, namun pesan nonverbal lebih dapat dipahami oleh
setiap khalayak dalam penelitian ini.
Kata Kunci: Pidato Prabowo, Khalayak Pidato, KP, RA 212
-
ii
ABSTRACT
Reality Construction of Audience Against Prabowo Subianto's Speech at
Reuni Akbar 212 Years 2018 at Monas
By
Hamid Abdilah
This study to determine the construction of reality against Prabowo Subianto's
speech at Reuni Akbar (RA) 212 at Monas which showed on 2 December 2018.
The Social Construction Theory of Reality sparked by Peter L. Barger and
Thomas Lucmann is used by researchers as a research knife, it is able to dissect
construction of reality from Prabowo's speech audiences. The qualitative approach
applied in this study can answer the focus of research taken from the theory that
is, externalization, objectification and internalization. The primary data source
was obtained from determining 10 informants with certain criteria which the
researchers then divided into two groups namely, Speech Audience (KP=
Khalayak Pidato) of 5 informants and Mass Media Audience (KMM= Khalayak
Media Massa) of 5 informants, both of whom shared Prabowo's speech at RA 212.
Presentation of the data has been carried out through three stages that is, reduction
of research data, presentation of research data, and finally conducted discussions
to draw research conclusions.
The results of this study can be found by researchers from internal informants,
they of understanding related to Action 212 and Prabowo's self-image when his
speech at RA 212, so Prabowo not only gives verbal messages, but there are
nonverbal messages that can be learn by the informants in this study. The
discussion can be write from the researchers to conclude the first externalization,
can be seen the values of Islam and Pancasila as the main foundation to interpret
Prabowo's speech. Secondly objectification, each informant objectifies Prabowo's
speech with informants believes is part of linguistic objectification. Third,
internalization, Prabowo's speech is part of a dialectical process to give meaning
to Prabowo’s and generally to RA 212. Affirmation of the meaning will provide
an objective reality construction on Prabowo as the speech appears not only to
convey verbal messages, but Nonverbal messages can be better understood by
every audience in this study.
Key Word: Prabowo’s Speech, Audience Speech, KP, RA 212
-
KONSTRUKSI REALITAS KHALAYAK TERHADAP PIDATO
PRABOWO SUBIANTO PADA REUNI AKBAR 212
TAHUN 2018 DI MONAS
Oleh
Hamid Abdilah
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
-
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Hamid Abdilah. Dilahirkan di
Provinsi Lampung, Kabupaten Pringsewu tepatnya di
desa Ambarawa, pada 13 September 1994. Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, anak dari
Bapak Sahri (alm) dan Ibu Musaropah. Penulis
memulai jenjang pendidikan di TK Aisyiah Ambarawa
pada tahun 2000, SD Muhamadiah Ambarawa pada tahun 2006, SMPN 1
Ambarawa pada tahun 2009, MAN 1 Lampung Timur pada tahun 2012. Pada
tahun 2012, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui SNMPTN
jalur tertulis. Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam lembaga
kemahasiswaan dalam HMJ Ilmu Komunikasi pada divisi broad casting.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Karta Raharja,
Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat pada 2016.
Kemudian peneliti melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Lembaga
Penyiaran Publik KOMPAS TV biro Lampung pada 28 Mei s.d 29 Juni 2018.
-
viii
MOTTO
Sawang Sinawang, “kelegaan dalam hidup bukanlah pencapain yang orang lain dapat, selalu menyempatkan diri
untuk melihat orang lain lebih susah dari diri sendiri”.
-
ix
PERSEMBAHAN
Bismillahirohmannirohim…
Sembah sujud serta syukur kepada Alloh swt. Taburan cinta dan kasih sayang-
Mu telah memberikan ku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
Memper kenalkan ku dengan cinta. Dari semua yang telah engkau tetapkan baik itu
Rencana indah yang engkau siapkan untu kmasadepan ku sebagai harapan kesuksesan.Atas karunia serta kemu dahan yang Engkau berikan
akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Rasullah
Muhammad SAW.
Aku persembah kan karya kecil ini kepada Ibu, ayahku di surga, kakak dan adikku serta
seluruh keluargaku yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih
yang tiada terhingga, bahkan segala isi bumi tidaklah setimpal dengan segala pencurahan
yang diberikan kepadaku …
Bukan materi untuk ku perjuangkan,
Adalah senyum kecil, dari wanita tua yang satu-satunya di dunia.
Adalah kelegaan hati, bahwa perjuangan tidak sia-sia.
Adalah canda tawa, sebagai penghibur di tengah nikmat tuhan
yang selalu tercurah.
Adalah bukan materi yang dapat mewujudkanya,
Hanya sebuah karya ini, tidak lah sebanding dengan segala kesalahan
dan kekhilafan penluis baik sengaja ataupun tidak.
Hanya kata maaf saja yang dapat ku tuliskan dan semoga diridhoi Alloh swt, Skripsi ini kupersembahkan
-
x
SANWACANA
Alhamdulillahhirobbil’alamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah
SWT, karena bantuan, berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesai
kan skripsi ini yang berjudul“Konstruksi Realitas Khalayak terhadap Pidato
Prabowo Subianto pada Reuni Akbar 212 Tahun 2018 di Monas.” Sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Tanpa ada nya bantuan,
dukungan, motivasi, dan semangat dari berbagai pihak yang terlibat dalam
penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan waktu yang
tepat. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat
dan ucapan terimakasih kepada:
1. Allah SWT, atas segala berkat, rahmat, hidayah-Nya serta kesehatan
danpet unjuk yang selalu Engkau berikan kepada kami. Maafkan hamba-
Mu yang lemahini yang sering melakukan kesalahan dan dosa dihadapan-
Mu.
2. Kedua orang tuaku, Musaropah mamakku yang mencurahkan segala
hidupnya untuk memperjuangkan anak-anaknya agar lebih baik dan
mendapatkan ilmu yang barokah. Bapakku yang tetap tersenyum di
surga, meskipun belum seutuhnya dapat ku berikan hakikat kebahagiaan
untuk kekasihmu, semoga segala niat tulus ikhlasku yang mungkin Bapak
dengar dalam do’a ku, dapat diijabah Alloh swt. dan kekasihnya nabi
Muhammad saw.
3. Mamasku Ali Faiz dan Adekku Fuad Khilabi, yang tersayang dan terkuat.
Garis hidup bukanlah di dunia. Akhirat di surga kelak adalah tempat
terbaik untuk berkumpul menikmati kopi ditemani sebatang rokok serta
canda tawa antara lima ruh yang di pertemukan kembali pada tempat
termulya.
4. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
-
xi
5. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos.,MComn&MediaSt., selaku Ketua Jurusan
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
6. Ibu Wulan Suciska, S.I.Kom.,M.Si., selaku Seketaris Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
7. Ibu Dr. Tina Kartika, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik, sosok
sabar dan rasa sayangnya dapat menuntunku hingga akhir studi.
8. Bapak Dr. Abdul Firman Ashaf, M.Si. selaku Dosen Pembimbing
sekripsi. Terimakasih untuk segala bentuk bimbingan, memberi ilmu
yang bermanfaat, yang senantiasa meluangkan waktu, memberi masukan,
saran, arahan, nasihat, bertukar pikiran, serta memberikan motivasi
dengan segala kesabaran. Tanpa peran Bapak penulis takakan dapat
menyelesaikan skripsi ini secara maksimal.
9. Bapak Dr. Andy Corry W.,M.Si selaku dosen pembahas. Terimakasih
Bapak, untuk segala keiklasan nya mendidik, member ilmu yang
bermanfaat dan terimakasih atas masukan, saran, dan kritik, yang telah
memberikan banyak pembelajaran dalam waktu yang singkat baik dalam
bentuk arahan, kritik atau teguran yang bentuknya kecil namun
berdampak besar.
10. Kepada seluruh Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Lampung yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih
setulus-tulusnya atas segalai lmu bermanfaat yang telah diberikan kepada
penulis.
11. Retno Dian Palupi, Adek udah di tungguin mamak di rumah, pengen
punya temen ngobrol sama temen nonton tv.
12. Seluruh informan yang telah menyempatkan waktu dan ketersediannya
yaitu, Andika, Mustajab, Prasetyo, Khuldlori, Suhaidi, Ilham, Pambudi,
Khanan, Aliyudin, Hidayatulloh.
-
xii
13. Filsuf segala medan, rombongan koncho kit cilik yaitu Doni sebagai
‘Ekonom’, Arip dan Janu ‘Hakikate Urip’, Dani dan Sigit ‘sang
navigator’, Denny Bemo ‘Arsitek muda’, Bambang ‘Ahli Perkebunan’,
Edi tundan ‘sang pemenang’, Galang ‘Anake Bose’, Picak dan Teguh
‘sing lanang tenan’,
14. Para pengingat dan pendorong yaitu, kakak-kakak Kom 2011, A. Fajar
Adly, Ajo Gusti, Kak Metal Sudrajat, Bang Memeng, yang memberikan
motivasi dari pengalaman pahit mereka. Bu kader, Siti Makrifah
semangat jangan tunggu tua di kampus.
15. Saudara-saudara seperjuangan, Teman-teman senasib dan seperjuangan
para mahasisa yaitu jantan alot Daus, Boim, Purwok, Edo, Okta, Reza,
Eko dan Sakti (Kom 2011), Akbar Bejo (Sos 2012). Betina alot
Pranatalia, Flaga, Marsya, Andini.
Seluruh pihak-pihak lain yang telah banyak membantu dan mendoakan dalam
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Kepaeda
sebluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, saya hanya
memberi ucapan terimakasih sebesar-besarnya. Semoga dari yang telah di tulis
dapat memberikan ilmu yang bermanfaat dan barokah untuk semua.
Amin,
Bandar Lampung, 13 Januari 2020
Penulis,
Hamid Abdilah
-
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL....................................................................................... iii
PERSETUJUAN ............................................................................................. iv
PENGESAHAN .............................................................................................. v
SURAT PERNYATAAN SKRIPSI................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP......................................................................................... vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... ix
SAN WACANA .............................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
1.4. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 7
2.2. Landasan Konsep dan Teori ..................................................................... 14
2.2.1.Pidato Sebagai Pristiwa Komunikasi .............................................. 14
2.2.2.Pidato Politisi di Indonesia ............................................................. 16
2.2.3.Konstruksi Sosial atas Realitas ....................................................... 17
2.2.4.Retorika Pidato dengan Realitas Sosial .......................................... 21
2.3. Kerangka Pikir ......................................................................................... 24
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian ......................................................................................... 26
3.2. Fokus Pengamatan ................................................................................... 28
3.3. Jenis Data ................................................................................................. 28
3.4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 29
3.5. Penentuan Informan ................................................................................. 30
3.6. Teknik Analisis Data ................................................................................ 31
-
xiv
BAB IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN
4.1. Profil Prabowo Subianto .......................................................................... 34
4.2. Reuni Akbar 212 di Monas ...................................................................... 37
4.2.1.Sejarah Aksi 212 ............................................................................. 37
4.2.2.Kegiatan Aksi Reuni Akbar 212 ..................................................... 41
4.2.3.Tokoh-Tokoh yang Hadir ............................................................... 43
4.3. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 45
4.3.1.UKM Bapinda ................................................................................ 46
4.3.2.Subjek Penelitian ............................................................................ 52
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian ........................................................................................ 65
5.1.1.Pidato Prabowo ............................................................................... 65
5.1.2.Persepsi Khalayak .......................................................................... 69
5.2. Pembahasan Penelitian ............................................................................. 107
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan .................................................................................................. 121
6.2. Saran......................................................................................................... 122
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 124
LAMPIRAN
-
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.3. Kerangka Pikir ................................................................... 24
Gambar 4.1. Prabowo Subianto Djojohadikusumo ................................ 34
Gambar 4.3.1. Logo Bapinda ................................................................. 47
Gambar 4.3.2. Informan Dwi Andika .................................................... 52
Gambar 4.3.2. Informan Mustajab ......................................................... 53
Gambar 4.3.2. Informan Dwi Bangun Prasetyo ..................................... 54
Gambar 4.3.2. Informan Muhammad Suhaidi ....................................... 56
Gambar 4.3.2. Informan Ahmad Khuldlori ............................................ 57
Gambar 4.3.2. Informan Muhammad Ilham .......................................... 58
Gambar 4.3.2. Informan Muarif Pambudi .............................................. 59
Gambar 4.3.2. Informan Aliyudin .......................................................... 60
Gambar 4.3.2. Informan Miftakhul Khanan ........................................... 62
Gambar 4.3.2. Informan Syaifullah Hidayat .......................................... 63
Gambar 5.2. Pola Pemaknaan Khalayak ................................................ 119
Gambar 5.2. Model Pemaknaan Pidato Prabowo pada RA 212 ............ 120
-
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Penelitian terdahulu..................................................................... 12
Tabel 5.2.2. Hasil Penelitian Persepsi Khayalak ......................................... 103
Tabel 5.3. Objektifasi Lignguistik pada Informan ...................................... 109
Tabel 5.2. Makna Pidato Prabowo pada RA 212 ......................................... 115
-
xvii
DAFTAR SINGKATAN
ABRI = Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
AD = Aksi Damai
AMN = Akademi Militer Nasional
ABI = Aksi Bela Islam
ASD = Aksi Super Damai
Bapinda = Badan Pembinaan Dakwah
BPIP = Badan Pendidikan Ideologi Pancasila
Capres = Calon Presiden
CNN = Cable News Network
DKI = Daerah khusus Ibukota
DEO = Dana Ekonomi Organisasi
FPI = Front Pembela Islam
GNPF = Gerakan Nasional Pengawal Fatwa
Golkar = Golongan Karya
Grindra = Gerakan Indonesia Raya
GUIB = Gerakan Umat Islam Bersatu
HKTI = Himpunan Kerukunan Tani
HMI = Himpunan Mahasiswa Islam
IAIN = Institut Agama Islam Negri
IMM = Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
KKKI = Komunitas Kristen Katolik Indonesia
KMM = Khalayak Media Massa
Kakostrad = Kepala Komando Strategi Angkatan Darat
Kopasus = Komando Pasukan Khusus
Kostrad = Komando Strategi Angkatan Darat
KP = Khalayak Pidato
Monas = Monumen Nasional
MUI = Majlis Ulama Indonesia
Munas = Musyawarah Nasional
NKRI = Negara Kesatuan Republik Indonesia
ONKP = Orahua Niha Kristen Protestan
PA = Persaudaraan Alumni
PAN = Partai Amanat Nasional
PDIP = Partai Demokrasi indonesia Perjuangan
Pilgub = Pilihan Gubernur
Pemilu = Pemilihan Umum
Pilpres = Pilihan Presiden
PKS = Partai Keadilan Sejahtera
PMII = Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia
Polri = Polisi Republik Indonesia
-
xviii
RA = Reuni Akbar
RIL = Raden Intan Lampung
SARA = Suku, Ras, Agama dan Golongan
SD = Sekolah Dasar
TNI = Tentara Nasional Indonesia
UIN = Universitas Islam Negri
UINRIL = Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung
UKM = Unit Kegiatan Mahasiswa
UKMF = Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas
-
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pidato adalah salah satu bentuk dari komunikasi publik, Ruben dan
Stewart (2014: 389) memberi penjelasan tentang hal tersebut memiliki perbedaan
yang jauh dengan komunikasi intrapersonal maupun komunikasi interpersonal,
komunikasi publik lebih merujuk pada situasi dimana pesan yang di kemas secara
sistematis disebarkan kepada khalayak berjumlah besar hingga tak terbatas.
Sebagai contoh terjadinya komunikasi publik yaitu berbicara di depan umum
(berpidato), konser, teater, dan debat publik. Penelitian ini membahas pidato
Prabowo Subianto pada RA 212 di Monas, Prabowo merupakan salah satu tokoh
yang hadir pada RA 212 dan sempat memberikan sambutan dalam bentuk pidato
pada RA 212 yang dilaksanakan pada hari Minggu 2 Desember 2018.
Mengutip dari Ngalimun (2017: 29), pidato merupakan salah satu bentuk
komunikasi publik serta proses tindakannya berlangsung satu arah. Komunikasi
sebagai tindakan satu arah adalah suatu perspektif atau pemahaman mengenai
komunikasi yang terjadi pada manusia yang didalamnya mengisyaratkan
penyampaian pesan searah dari seseorang(komunikator) kepada seseorang
(komunikan) atau sekelompok orang (khalayak). Komunikasi dianggap suatu
proses linier yang di mulai dengan sumber atau pengirim pesan dan berakhir pada
penerimaan, sasaran atau tujuan pesan. Peran Prabowo sebagai komunikator yang
-
2
memberikan pesan-pesan dalam bentuk pidato yang dapat di saksikan oleh peserta
RA 212 dan orang yang tidak menyaksikan secara real time dengan
memanfaatkan media baru juga dapat mengetahui pidato tersebut. Salah satu bukti
yang dapat peneliti temukan, adanya penanyangan pidato lengkap Prabowo pada
channel youtube CNN Indonesia yang peneliti yakini konsumsi pesan dari pidato
Prabowo juga terjadi pada masyarakat luas sehingga efek dari komunikasi tersebut
semakin tidak terkontrol di masyarakat.
Cikal bakal RA 212, dapat dilihat dengan terjadinya ASD 212 yang
dilaksanakan pada tahun 2016. Salah satu yang membuat takjub adalah jumlah
peserta aksi yang mencapai jutaan. Peserta yang hadir dari berbagai usia; anak-
anak, remaja, dewasa, hingga orang tua, baik laki-laki maupun perempuan.
Keseluruhanya itu terdiri dari berbagai latar belakang dan profesi, mereka secara
sukarela ikut bergabung dengan berbagai elemen masyarakat dan komunitas, di
jalan dalam satu rasa dan untuk tujuan sama. semua itu seakan meluruhkan
setigma negatif yang beredar bahwa peserta yang mengikuti aksi adalah orang-
orang bayaran (Sulistyo, 2017: 28). Hal yang sama juga terlihat pada RA 212
yang di hadiri Prabowo.
Tokoh-tokoh yang hadir di atas panggung merupakan tokoh Istimewa RA
212. Mereka yang berada di mimbar utamadipersilahkan untuk memberikan
ceramah, pidato, ataupun sekedar memberikan sambutan. Sanjungan dan pujian
yang intinya menjaga persatuan dan kesatuan umat dilontarkan oleh tokoh-tokoh
tersebut. Sambutan baik diberikan oleh para peserta dengan adanya sahut-sahutan
takbir dan kata-kata pembakar semangat (Sumber: https://www.idntimes.com
-
3
/news/indonesia/teatrika/linimasa-reuni-akbar-212-di-monas di akses pada 8 juli
2019 pukul 10.15 WIB).
Kehadiranya Prabowo pada RA 212 mendapat perhatian besar ketika
dirinya menaiki panggung utama. Dapat dilihat dari alunan takbir ”Allahu Akbar”
dan ”hidup prabowo” terdengar pada saat Prabowo melakukan pidato singkatnya,
secara spontan beberapa orang dari masa yang hadir mengacungkan salam dua jari
yang identik dengan pendukung Prabowo Subianto. Fenomena tersebut bukan
tanpa alasan, pengakuan salah seorang peserta hal tersebut merupakan dukungan
atas paslon Prabowo-Sandi, alasan lain juga forum Ijtima Ulama yang menjadi
penggerak aksi bela umat memberikan dukungan kepada tokoh tersebut dalam
Pilpres 2019 (Sumber : https://m.kumparan.com/@kumparannews/prabowo-orasi-
beberapa-peserta-reuni-212-salam-2-jari-1543720991918679367 diakses pada 3
April pukul 20.00WIB).
Ngalimun (2017: 29), dalam bukunya menyebutkan komunikasi sebagai
“Internal Act” atau tindakan yang disengaja. Konsep komunikasi sebagai
tindakan satu arah mengutamakan dalam proses penyampaian pesan yang efektif
dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat instrumental dan
persuasif. Kemudian Aristoteles memberikan gambaran tentang kegiatan
komunikasi dengan cara menganalogikan kegiatan pidato sebagai contohnya,
seorang orator atau pembicara membangun argumen untuk disajikan dalam
sebuah pidato kepada para pendengar. Tujuan pembicara adalah untuk
menginspirasi dirinya sendiri dengan citra positif dengan harapan dapat
mendorong khalayaknya menerima pesan yang disampaikan pembicara. Bagi
https://m.kumparan.com/@kumparannews/prabowo-orasi-beberapa-peserta-reuni-212-salam-2-jari-1543720991918679367https://m.kumparan.com/@kumparannews/prabowo-orasi-beberapa-peserta-reuni-212-salam-2-jari-1543720991918679367
-
4
Aristoteles bahwasanya keutamaan komunikasi adalah kegiatan verbal yang
dilakukan pembicara dengan tujuan membujuk untuk mencapai tujuan yang
dimilikinya dengan seorang pendengar melalui penyusunan argumen secara
profesional dan melalui penyampaian pidato (Ruben dan Stewart, 2014: 40).
Berdasarkan penelitian milik Hermawatin dan Rini Rinawati dengan judul,
Retorika Pidato Denny Sumargo dalam Seminar Pengembangan Diri
keberhasilan Denny Sumargo dalam menyampaikan pesan telah diakui para
peserta seminarnya hingga akhirnya mereka terpersuasi. Retorika merupakan seni
berbicara atau kepandaian sesorang dalam berpidato di depan khalayak (Abidin,
2013: 16). Berdasarkan Hasil analisis data dari penyebaran angket kepada 119
peserta dan wawancara kepada Deny sumargo, memberikan fakta bahwa daya
tarik komunikator tidak haya pada fisik dan prestasinya, latar belakang pendidikan
dan pengalaman hidup mampu menarik banyak khalayak. Hermawati dan Rini
Rinawati juga menyebutkan akurasi pesan yang disampaikan dan gaya
komunikasi yang digunakan juga menjadi faktor penentu bagaimana khalayak
merespon pesan tersebut, hingga pada akhirnya akan menimbulkan efek kepada
penerima pesan.
Prabowo Subianto hadir pada RA 212 melakukan pidato sebagai sarana
komunikasi yang ditunjukan kepada keseluruhan massa aksi. Maka dari itu
peneliti tertarik mengangkat fenomena tersebut dengan tujuan mengetahui
konstruksi realitas khalayak terkait pidato Prabowo pada RA 212. Peran peneliti
dalam penelitian ini termasuk bagian dari instrumen penelitian sebagaimana
metode kualitatif diterapkan dalam penelitin ini. Pengumpulan data empirik dan
-
5
fakta sosoial yang bersumber dari informan purposif untuk selanjutnya
dikolaborasikan oleh peneliti dan mendapatkan hasil penelitian terkait makna
pidato Prabowo.
Makna pidato yang terbentuk dari pristiwa komunikasi pidato Prabowo
kepada khalayaknya baik Khalayak Pidato (KP) maupun Khalayak Media Massa
(KMM) diharapkan mampu bermanfaat untuk masyarakat yang ingin mengetahui
makna sebenarnya dari pidato Prabowo pada benak khalayaknya. Berdasarkan
fenomena diatas maka peneliti mengambil judul “Konstruksi Realitas Khalayak
Terhadap Pidato Prabowo Subianto pada Aksi Reuni Akbar 212 Tahun 2018 di
Monas”, dengan informan penelitian yaitu 5 peserta RA 212 sebagai KP yang
menyaksikan Prabowo berpidato secara langsung, dan 5 orang yang menyaksikan
pidato Prabowo melalui media seabagi KMM.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana Konstruksi Realitas khalayak pada pidato Prabowo Subianto
dalam Aksi Reuni Akbar 212 Tahun 2018 di Monas.
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui konstruksi realitas khalayak pada pidato Prabowo Subianto
dalam Aksi Reuni Akbar 212 Tahun 2018 di Monas.
-
6
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Scara Umum
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk masyarakat dan
khususnya untuk seluruh PA 212 ketika ingin mengetahui makna yang
terbentuk benak khalayak saat Prabowo berpidato pada RA 212 di monas
tahun 2018.
2. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
kounikasi serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian
selanjutnya, khususnya penelitian yang berkaitan dengan pengaruh retorika
pidato dalam konstruksi realitas khalayaknya.
3. Secara Praktis
Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi dan
memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana Ilmu
Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Lampung.
-
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu disertakan pada penelitian ini sebagai acuan dan
pertimbangan penelitan bagi peneliti. Sebagai bahan pertimbangan dan alat bantu
penelitian ini, peneliti telah mencantumkan beberapa penelitian terdahulu.
Penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtias, Diah Ikawati dan Sari Hartanto,
Erika Citra 2014 berjudul “Pidato Politik di Indonesia: Sebuah Kajian Wacana
Kritis”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini
menggunakan data yang diambil dari transkrip pidato politik tiga tokoh partai
besar di Indonesia. Penelitian ini menemukan data hasil dari analisis mikro
(analisis tekstual), meso (praktek wacana), dan makro (praktek sosial)
menunjukan teks pidato yang diproduksi oleh tokoh-tokoh partai politik di
Indonesia telah memanfaatkan kelebihan dari linguistik untuk memudahkan
sebuah proses sosial yaitu “pengekalan kuasa”.
Proses sosial tersebut direalisasikan dalam beberapa praktis sosial yaitu
pembentukan image positif partai dalam upaya memperjuangkan kepentingan
rakyat dan kerjasama semua pihak untuk mencapai kesejahteraan. Tokoh-tokoh
politik partai besar dalam pidatonya terdapat kaitan erat dalam isi pesan yang
dibuatnya selalu menghubungkan dengan latar belakang sosial, politik, dan nilai-
nilai budaya mereka secara khusus dan Indonesia secara umum.
-
8
Penelitian tersebut dapa menjadi referesi peneliti, karena nantiknya akan
dilakukan peneliian tentang persepsi khlayak terhadap pidato dari Praowo yang
juga sebagai politisi. Peneliti melihat adanya kemungkinan dalam pidato di RA
212 tersebut di maksudkan sebagai komunikasi politik. Ngalimun (2017: 28)
dalam bukunya menyebutkan, dalam suatu sistem politik yang demokratis,
terhadap subsistem suprastruktur politik (lembaga eksekutif, lembaga legislatif
dan yudikatif) dan subsistem infrastruktur politik (partai politik, organisasi
kemasyarakatan, kelompok kepentingan dll) – nya. Proses politik berkenaan
dengan proses input dan output sistem politik. Komunikasi politik memiliki model
dan dapat dijelaskan, bahwa kounikasi politik model input merupakan proses
opini berupa gagasan, tuntutan, kritikan, dukungan mengenai isu-isu aktual yang
datang dari insfrastruktur ditujukan kepada suprastruktur politiknya untuk
diproses menjadikan suatu keputusan politk. Sedangkan komunikasi politik model
output adalah proses penyampaian atau sosialisasi keputusan-keputusan politik
dari suprastruktur politik kepada insfastruktur politik dalam suatu sistem politik.
Penelitian Hermawatin dan Rini Rinawati yang berjudul “Retorika Pidato
Denny Sumargo dalam Seminar Pengembangan Diri”, Fokus pembahasan
penelitian menggunakan teori hasil pemikiran Aristoteles, dimana dalam sebuah
retorika harus memiliki tiga bukti: ethos, pathos, dan logos. Khalayak dalam
penelitian Hernawatin mengakui bahwasanya pesan yang disampaikan dalam
pidato Denny dapat diterima dan dapat memberikan motivasi kepada peserta
pengembangan diri. Komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi
dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan (Efendy, 301:2003).
Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh siapa anda (ethos-kepercayaan
-
9
anda), argumen anda (logos-logika dalam pendapat anda) dan dengan memainkan
emosi khalayak (phatos-emosi khalayak).
Berdasarkan penelitian tersebut mampu memberikan referensi kepada
peneliti karena memiliki fokus pembahasan yang sama yaitu tentang seorang
komunikator yang menyampaikan pidato sehingga isi pidato dapat diterima dan
bisa juga memberikan motivasi kepada khalayak. Persepsi didefinisikan sebagai
proses yang kita gunakan untuk menginterpretasikan data-data sensoris
(Lahlry,1991). Data sensoris sampai kepada individu melalui lima indra pada
manusia. Hasil penelitian telah mengidentifikasi dua jenis pengaruh dalam
persepsi, yaitu pengaruh struktural dan pengaruh fungsional. Pengaruh struktural
pada persepsi berasal dari aspek-aspek fisik yang terpapar pada diri individu,
misalnya, titik-titik yang disusun berdekatan secara berjajar akan terlihat seperti
sebuah garis pengaruh-pengaruh fungsional merupakan faktor-faktor psikologis
yang memengaruhi persepsi, karena itu subjektivitas mempengaruhi dalam
prosesnya (Rakhmat, 2012:83).
Jurnal publikasi milik Zami (2018), dengan judul Konstruksi Sosial Anggota
Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Wilayah Surabaya Terhadap Aksi Damai
212 di Jakarta, mampu memberikan kontribusi pada penelitian ini. Dapat
ditemukan dalam mengobjektifkan AD 212 para anggota GUIB menyebarluaskan
informasi terkait penistaan agama yang juga termasuk hal paling fundamental dari
terjadinya AD 212, melalui media sosial, aplikasi chating whatsapp maupun dari
mulut kemulut oleh para anggota kelompok GUIB Surabaya. Objektifitas makna
AD 212 yang dapat diulas dari jurnal milik Zami yaitu, Almaidah ayat 51 yang
-
10
termasuk bagian dari ayat suci Al-qur‟an di tafsirkan dengan semena-mena oleh
Basuki Tjahja Purnama alias Ahok. AD 212 merupakan gerakan dari reaksi umat
Islam yang tidak bisa menerima tafsiran Ahok sehingga dilaporkanlah kepada
pihak yang berwajib, namun penanganan tuntutan terkesan lamban oleh pihak
berwenang sehingga umat Islam yang tersakiti tersebut datang ke Jakarta,
sehingga dapat ditemui AD 212 memiliki makna ketidak adilan.
Berdasarkan jurnal milik Zami mampu memberikan referensi terkait
konstruksi yang terbentuk pada peserta AD 212 melalui para anggota kelompok
GUIB Surabaya. Peneliti melihat AD 212 merupakan cikal bakal dari RA 212
Desember 2018 yang juga di hadiri oleh Prabowo ketika itu di Monas. Peneliti
menduga bisa saja dalam pidato yang diberikan Prabowo memiliki makna
sebagaimana yang dapat ditemui bersumber dari nilai-nilai agama. AD 212 yang
memiliki nafas perjuagnan melawan ketidak adilan terhadap penistaan agama
mungkin juga dapat ditemui dalam konstruksi makna yang terjadi pada khalayak
pidato Prabowo. Pada kenyataannya, realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa
kehadiran individu, baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial
itu memiliki makna, manakala realitas sosial di konstruksi dan dimaknakan secara
subjektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara objektif.
Individu mengkonstruksi realitas sosial, dan merekonstruksikannya dalam dunia
realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu-individu lain
dalam lingkungan sosialnya (Bungin, 2013: 193).
Penelitian milik Riswandi (2017), berjudul „Gaya Komunikasi Capres Joko
Widodo dan Prabowo Subianto pada Pilpres 2014‟ dapat peneliti lihat
-
11
karakteristik dari gaya komunikasi Prabowo. Penelitian tersebut difokuskan pada
ucapan kedua capres yang salah satunya Prabowo dalam bentuk pernyataan
langsung dan atau pernyataan tidak langsung yang dimuat oleh enam surat kabar.
Gaya komunikasi Prabowo yang tertangkap lewat pemberitaan media yaitu,
dramatic, argumentative, impression leaving, dan the structuring style
mencerminkan karakter kepribadian Prabowo. Jurnal tersebut, secara teoritis
kepribadian orang mengacu pada semua aspek dari individu yang mencakup
kehidupan mental, pengalaman emosional, dan prilaku social, sedangkan gaya
komunikasi merupakan bagian dari prilaku komunikasi seseorang yang prosesnya
dipengaruhi oleh faktor kepribadian. Gaya komunikasi yang menonjol dari
Prabowo yaitu dramatic, dimana ungkapan-ungkapan yang dilontarkan terasa
berlebihan disisi lain karakter koleris Prabowo membuatnya mudah tersentuh
terhadap fenomena yang sedang terjadi.
Berdasarkan penelitian Riswandi, mampu memberikan referensi untuk
penelitian ini, dapat ditemukan cerminan karakter Prabowo terpancar juga dari
gaya komunikasi yang dilakukanya. Menurut Thomas M. Scheidel, manusia pada
umumnya berkomunikasi untuk saling menyatakan dan mendukung identitas diri
mereka dan untuk membangun interaksi sosial denganorang-oang yang
disekelilingnya serta untuk mempengaruhi orang lain agar berpikir, merasa,
ataupun beringkah seperti apa yang diharapkan komunikatornya (Naglimun, 2017:
31). Dapat peneliti simpulkan bahwa penelitian terdahulu yang dijadikan panutan
peneliti berbicara tentang keahlian berretorika dalam ruang lingkupnya masing-
masing dan mencari hasil dari efek yang ditimbulkan pada diri khalayaknya
-
12
dengan maksud dan tujuanya masing-masing pula. Berikut ini peneliti sajikan
dalam bentuk tabel beberapa penelitian terdahulu terkait penelitian ini :
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
1 Judul Pidato Politik di Indonesia: Sebuah Kajian Wacana Kritis
Peneliti Diah Ikawati Ayuningtias dan Erika Citra Sari Hartono(jurnal
Universitas Turnojoyo, Volume VII Nomor 1, januari 2014)
Kontribusi
bagi
penelitian
Penelitian ini memberikan referensi bagaimana tokoh-tokoh
politik tiga partai besar Demokrat, Golkar dan ARB
menggunakan elemen-elemen bahasa yang berkaitan dengan
Ideologi partainya. Kajian wacana kritis yang dilakukan
dihbungkan dengan kekuasaan yang dibentuk oleh tokoh
partai politik di Indonesia dalam pidatonya. Ternyata ketika
politisi berpidato menghubungkan antara faktor internal
politisi dengan khalayak pidato. Pesan pidato telah dilakukan
konstruksi makna melalui pidatonya dalam proses sosial
yaitu pristiwa pidato sebagai media transfer informasi.
Perbedaan
penelitian
Penelitian tersebut memfokuskan pada analisis teks artinya
mengupas isi teks pidato yang pernah dilakukan oleh tokoh
politik. Sedangkan dalam penelitian ini lebih mengulas pada
konstruksi makna pidato berdasarkan realitas yang di
dapatkan dari khalayak pidato.
Sember https://journal.turnojoyo.ac.id/prosadi/article/view/284
diakses pada 15 April 2019 pada pukul 20.00 Wib.
2. Judul Retorika Pidato Denny Sumargo dalam Seminar
Pengembangan Diri
Peneliti Hermawatin dan Rini Rinawati (Jurnal Universitas Islam
Bandung 2015).
Kontribusi
bagi peneliti
Memberikan referensi kepada peneliti, analisis khalayak yang
dilakukan memberikan informasi kepada peneliti.
Penggunaan teori retorika klasik yang dicetuskan oleh
aristoteles yang berorentasi pada ethos,pathos, dan logos.
Perolehan hasil dari tiga komponen itu dengan cara
wawancara yang dilakukan kepada komunikator dan
dilakukan konfirmasi kepada khalyaknya menggunakan
angket sekaligus dijadikan bukti efek dari retoris yang
dilakukan komunikator dalam memberikan motivasi
pengembangan diri. Dalam penelitian ini juga akan dilakukan
https://journal.turnojoyo.ac.id/prosadi/article/view/284
-
13
pengungkapan makna yang sudah terkonstruksi dari pidato
Prabowo menurut sudut pandang khalayak pidato Prabowo.
Perbedaan
penelitian
Seminar motivasi yang didalamnya menggunakan pidato
efektif sebagai perantara penyampai pesan-pesan motivasi
sudah dapat diketahui oleh komunikator dan komunikannya
sehingga memiliki homogenitas motif. Sedangkan dalam
penlitian ini, pidato yang disajikan pada RA 212 oleh
Prabowo, audiennya adalah peserta RA 212 di tambah lagi
perantara media massa yang menampilkan pidato tersebut
maka pesan pidato akan ditermia oleh khalayak yang
heterogen.
Sumber Respository.unisba.ac.id/hadle/123456789/4275 diakses pada
16 April 2019 pada pukul 20.30 Wib.
3. Judul Konstruksi Sosial Anggota Gerakan Umat Islam Bersatu
(GUIB) Wilayah Surabaya Terhadap Aksi Damai 212 di
Jakarta.
Peneliti Qomaruzzaman Azam Zami 2018, Jurnal Universitas
Airlangga
Kontribusi
bagi peneliti
Memberikan referensi terkait makna AD 212 juga sebgai
cikal bakal dari RA 212 yang di hadiri Prabowo di Monas.
Pemaknaan yang di tampilkan didalam penelitian tersebut
akan sangat berguna dalam memberikan stock of knowladge
bagi peneliti yang nantinya dalam pembahasan penelitian ini.
Selain itu, penggunaan teori Konstruksi Sosial atas Realitas
juga dapat dijadikan peneliti untuk lebih memahami
penelitian ini.
Perbedaan
Penelitian
Penelitian tersebut fokus kepada konstruksi dari AD 212,
sehingga ulasan-ulasanya mengacu pada poin penyebab
pergerakan yang mendasari terbentuknya aksi 212.
Sedangkan dalam penelitian ini, penulis mengambil salah
satu bagian dari kegiatan RA 212 yaitu pidato Prabowo.
Sumber http://responsitory.unair.ac.id/75126/, diakses pada 24
Desember 2019 pada pukul 21.00 Wib.
4 Judul Gaya Komunikasi Capres Joko Widodo dan Prabowo
Subianto pada Pilpres 2014.
Peneliti Riswandi (2017), Jurnal Online Universitas Jendral
Soedirman.
Kontribusi
bagi peneliti
Mampu memberikan kontribusi dalam memberikan referensi
kepada peneliti. gaya komunikasi dari pdiato Pidato yang di
http://responsitory.unair.ac.id/75126/
-
14
lakukan Prabowo tidak lepas dari gaya komunikasi yang
sering tampak dari Prabowo. Meskipun secara nonverbal
Prabowo terlihat arogan, namun masih banyak pesan tersirat
lainya berdasarkan penelitian tersebut. Peneliti menduga
karakteristik dari gaya komunikasi Prabowo yang tertulis
pada jurnal tersebut bisa saja terlihat pada informan yang
nantinya akan disuruh peneliti untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan. Dari gaya komunikasi Prabowo akan berguna
ketika melakukan pembahasan penelitian.
Perbedaan
penelitian
Sumber data penelitian yang didapat dari 63 judul berita pada
enam surat kabar yang dijadikan sampel. Sedangkan dalam
penelitian ini data utama bersumber pada informan baik
sebagai peserta RA 212 maupun pengamat pidato.
Sumber http://jos.unsoed.ac.id/index.php/acta_diurna/article/view/622
diakses pada 24 Desember 2019 pukul 22.00 Wib.
2.2 Landasan Konsep dan Teori
2.2.1. Pidato Sebagai Pristiwa Komunikasi
Robert dan Stewart (2014: 43) mengutip pengertian komunikasi
menurut Harold Lasswell, sebuah proses satu arah di mana seorang
individu mempengaruhi orang lain melalui pesan. Lasswell mengatakan
bahwa proses komunikasi dapat dijelaskan dengan pernyataan sederhana,
“Siapa mengatakan apa kepada siapa di dalam saluran apa dengan
dampak apa”. Didalam komunikasi terdapat berbagai efek seperti
menginformasikan, menghibur , serta memperburuk.
Deddy Mulyana (2017) menulis sebuah buku “Ilmu Komunikasi
Sebagai Penghantar”, berusaha menjelaskan fungsi-fungsi komunikasi.
Bukunya membahas empat fungsi komunikasi berdasarkan kerangka yang
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/acta_diurna/article/view/622
-
15
dikemukakan William I. Gorden, fungsi tersebut yaitu, komunikasi sosial,
komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi Instrumental,
yang mana satu sama lain dari fungsi tersebut saling berkaitan. Fungsi
suatu pristiwa komunikasi (communication event) tampaknya tidak sama
sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainya,
meskipun terdapat suatu fungsi yang dominan (Mulyana, 2017: 5)
Mulyana (2017: 38) berpendapat sebuah pristiwa komunikasi
sesungguhnya seringkali memiliki fungsi-fungsi yang tumpang tindih,
meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi.
Sebagai contohnya Mulyana menyebutkan perayaan Idul Fitri oleh kaum
Muslim atau perayaan Natal oleh kaum Nasrani di Indonesia mempunyai
keempat fungsi tersebut. Sebagaimana fungsi suatu acara acara televisi
dapat berlapis-lapis: yang mendidik pun bisa menghibur, sedangkan yang
menghibur pun bisa mendidik, sekaligus menerangkan, dan secara halus
membujuk khalayaknya. Setiap individu mempu mengonseptualisasikan
dan mengembangkan pandanganya mengenai suatau masalah berdasarkan
apa yang dibaca ataupun pengamatan individu atas peristiwa-pristiwa
komunikasi yang terjadi disekitarnya.
Pristiwa komunikasi dapat disaksikan dengan mudah ditemukan
pada masa-masa pemilihan umum, sebagai contohnya sebuah kampanye
politik ataupun khotbah-khotbah di acara keagamaan. Arifin berpandangan
mengenai hubungan antara politik dan komunikasi, dua hal tersebut
mengalami kedekatan yang intim dan istimewa yang bersifat tradisional
-
16
sejak lama melalui aktivitas politik seperti retorika, propaganda, agitasi,
kampanye, dan lobi, serta opini publik, bahkan proses komunikasi
menempati fungsi yang sangat penting dalam sistem politik. Komunikasi
politik sebagai bidang kajian ilmiah yang melintasi berbagai disiplin ilmu
dan dibesarkan secara transdisiplin terutama studi tentang opini publik,
agitasi, propaganda, perang urat syaraf, dan retorika atau orasi politik
(Arifin, 2014: 24).
2.2.2. Pidato Politisi di Indonesia
Berdasarkan jurnal miliki Diah Ikawati Ayuningtias dan Erika
Citra Sari Hartono berjudul “Pidato Politik di Indonesia: Sebuah Kajian
Wacana Kritis”, yang digunakan peneliti sebagai salah satu tinjauan
pustaka. Menurut analisis penelitian tersebut, pada umumnya para politisi
dari partai yang berbeda-beda, keseluruhanya bersama-sama ingin
membangun Indonesia dan menciptakan kesejahteraan bagi semua.
Penelitian tersebut ditemukan dalam proses sosial pidato para politisi
dierealisasikan dalam beberapa bentuk kegiatan di masyarakat diantara
pembentukan image positif suatu partai dalam memperjuangkan
kepentingan rakyat dan perlunya perjuangan bersama-sama untuk
indonesia, perlunya dukungan dan kerjasama semua pihak untuk mencapai
kesejahteraan. Tokoh-tokoh partai politik tersebut melalui pidatonya juga
berkaitan erat dengan latar belakang sosial, politik, dan memperlihatkan
bahwa bahasa dalam pidato dan struktur sosialnya memiliki hubungan
dialektikal yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.
-
17
Onong Uchjana Effendy (2017) dalam karanganya yang berjudul,
“Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” menyebutkan, sebuah pidato akan
berhasil apabila pesan antau materi yang disampaikan sesuai dengan
kepentingan khalayak serta bahasa yang digunakan secara keseluruhanya
dapat dimengerti oleh khalayak. Bahasa menjadi faktor penting dalam
menyebarkan pesan, tanpa penguasaan bahasa hasil pemikiran yang
bagaimanapun baiknya tidak akan dapat dikomunikasikan kepada orang
lain secara tepat.
Peranan Seorang komunikator terletak pada dua faktor penting
yaitu daya tarik komunikator itu sendiri dan faktor kredibilitas
komunikator. Kedua faktor tersebut mengharuskan seorang komunikator
bersikap empatik (Empathy), yaitu kemampuan seseorang untuk
memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain, dengan kata lain
perkataan, dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Seorang
komunikator harus bersikap empatik ketika dirinya sedang berkomunikasi
dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, sakit,
kecewa, dan sebagainya (Effendy, 2017: 38-39).
2.2.3. Konstruksi Sosial atas Realitas
Konstruksi sosial merupakan sebuah teori sosiologi kontemporer
yang dicetuskan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Bungin
(2013: 193), asal mula konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme, yang
dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut von-
-
18
Glasersfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ini. Tulisan
Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean
Piaget. Namun apabila ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagasan pokok
konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatussta Vico,
seorang epistimolog Italia. Menurut pandangan realism hipotesis,
pengetahuan adalah setaubuah hipotesis dari struktur realitas yang
mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki.
Sedangkan konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi
konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari
realitas itu. Kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai suatu
gambaran yang dibentuk dari realitas objek dalam dirinya sendiri.
Konstruktivisme memiliki tiga jenis, terdapat kesamaan, dimana
konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk
menafsirkan dunia realitas yang ada, karena terjadi relasi sosial antara
individu dengan lingkungan atau orang di sekitarnya. Kemudian individu
membangun sendiri pengetahuan yang telah ada sebelumnya, yang oleh
Piaget disebut dengan skema/schemata. Konstruktivisme macam ini yang
oleh Berger dan Luckmann disebut dengan konstruksi sosial. (Bungin,
2013: 194-195)
Istilah konstruksi atas realitas sosial (social construction of reality)
menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann21 melalui bukunya yang berjudul The Sosial Construction of
Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge (1966). Ia
menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana
-
19
individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki
dan dialami secara subyektif (Bungin, 2013:193).
Berger dan Luckman (1990:61), mengatakan institusi masyarkaat
tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui melalui timdakan dan
interaksi manusia. Meskipun masyarkat dan institusi sosial terlihat nyata
secara objektif, namun pada kenyataan semuanya dibangun dalam definisi
subjektif melalui proses interaksi. Objektifitas baru terjadi melalui
penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki
definisi subjektif yang sama. Pada tingkatan generalitas yang paling tinggi,
manusia menciptakan dunia dalam makna simbolis yang universal, yaitu
pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang memberi legitimasi dan
mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai bidang
kehidupan. Pendek kata, Berger dan Luckmann, terjadi dialektika antara
individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu.
Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektifasi, dan
internalisasi (Bungin, 2013: 195).
Bungin (2013: 189-202) menjelaskan tentang ketiga dialektika
tersebut. Pertama, eksternalisasi, yaitu bagian penting dalam kehidupan
setiap orang dan menjadi bagian dari budaya sosial yang ada di
sekelilingnya, dengan kata lain, eksternalisasi terjadi pada tahap yang
sangat mendasar, dalam satu pola prilaku interaksi antar orang dengan
produk-produk sosial (norma, hukum, dan simbol-simbol tersepakati),
masyarakatnya. Maksud dari proses ini adalah ketika sebuah produk sosial
-
20
menjadi sebuah bagian penting bagi masyarakat yang setiap saat
dibutuhkan oleh setiap orang, maka produk sosial itu menjadi bagian
penting dalam kehidupan seseorang untuk melihat dunia luar. Tahap
eksternalisasi berlangsung ketika produk sosial tercipta di dalam
masyarakat, kemudian setiap orang mengeksternalisasikan (penyesuaian
diri) ke dalam dunia sosio kulturalnya sebagai bagian dari produk
masyarakat.
Kedua tahap objektifasi produk sosial, terjadi dalam dunia
intersubjektif masyarkaat yang dilembagakan. Pada tahap ini sebuah
produk sosial berada pada proses intitusionalisasi, sedangkan individu oleh
Berger dan Luckmann (1990:49), dikatakan memanifestasikan diri dalam
produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi pencipta produk
sosial maupun orang lain yang menyakini produk sosial yang menjadi
unsur penting dalam mejalankan aktifiatas sebagai manusia di dalam dunia
bersama. Objektifasi bertahan lama sampai melampaui batas tatap muka di
mana mereka dapat dipahami bersama, hal terpenting dalam objektifasi
adalah pembuatan signifikasi yakni pembuatan tanda-tanda ciptaan
manusia. Bahasa merupakan alat simbolis untuk melakukan signifikasi
yang mana logika ditambahkan secara mendasar kepada dunia sosial yang
di objektifasi. Peranan penting dari Bahasa sebagai tempat penyimpanan
konstruksi realitas, disubtkan oleh Bungin objektifasi linguitik terjadi
dalam dua hal, yaitu dimulai dari pemberian tanda verbal yang sederhana
sampai pada pemasukkanya ke dalam simbol-simbol yang kompleks, yang
mana selalu hadir dalam pengalaman, sampai kepada sebuah representasi
-
21
yang oleh Berger dan Luckmann(1990:107) dikatakan sebagai par
excellence, yaitu kepadanya semua representasi tergantung.
Ketiga, internalisasi, merupakan suatu proses sosialisasi dari proses
objektifasi. Proses internalisasi lebih merupakan penerapan kembali dunia
objektif ke dalam kesadaran sedemikian sehingga subjektif individu
dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Macam-macam unsur dari dunia
diobjektifasikan akan ditangkap sebagai gejala realitas di luar
kesadarannya sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui
internalisasi, manusia menjadi hasil masyarakat.
2.2.4. Retorika Pidato dengan Realitas Sosial
Peran Ilmu Komunikasi dalam kajian Konstruksi sosial atas realitas
terletak pada bagaimana muatan-muatan konstruksi menyebar dan
berkembang sebagaimana yang kita ketahui, interaksi tidak akan terjadi
tanpa adanya komunikasi. Disebutkan dalam Bungin (2013: 193), pada
kenyataanya, realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran individu,
baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial itu memiliki
makna, manakala realitas sosial di konstruksikan dan dimaknakan secara
subjektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara
objektif. Individu mengkonstruksi realitas sosial, kemudaian individu
meroknstruksikannya dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu
berdasarkan subjektivitas individu-individu lain dalam institusi sosialnya.
-
22
Penelitian ini yang akan membahas tentang bagaimana realitas
sosial pidato, dalam proses penilaian oleh khalayaknya di jelaskan
Rakhmat (2010: 6-8) sebagaimana pikiran, perasaan, dan individu bersedia
menerima dan mengartikan sebuah pencitraan politik kemudian, individu
melihat politik memiliki manfaat, dan dapat memuaskan dirinya sendiri.
Setidaknya politik memiliki tiga kegunaan, diantaranya: Pertama,
betapapun benar atau tidaknya, lengkap atau tidak lengkapnya
pengetahuan pengetahuan sesorang tentang politik, hal tersebut mampu
mengilhami individu dalam memahami pristiwa politk. Kedua, kesukaan
dan ketidak sukaan masyarakat kepada penilian seseorang tentang politik
dapat dijadikan sebuah dasar untuk menilai objek politik. Ketiga, citra diri
seseorang memberikan cara menghubungkan dirinya dengan orang lain.
Subiakto (1977: 93) menjelaskan realitas sosial yang dimaksud
oleh Berger dan Luckmann terdiri dari realitas objektif, realitas simbolis,
dan realitas subjektif. Realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari
pengalaman di dunia objektif yang berada di luar diri individu, dan realitas
ini dianggap sebuah kenyataan. Realitas simbolis merupakan ekspresi
simbolis dari realitas objektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas
subjektif adalah kenyataan yang terbentuk sebagai proses memahami
kembali realitas objektif dan simbolis ke dalam individu melalui proses
Internalisasi (Bungin, 2013: 196).
Peneliti mengangkat sebuah fenomena yang telah terjadi, yaitu
salah satu kandidat capres terkuat hadir dalam kerumunan massa dan
-
23
melakukan pidato. Prabowo sebagaimana yang peneliti tahu adalah salah
seorang politisi, dirinya melakukan pidato di hadapan kerumunan masa
RA 212. Mengacu pada pendapat effendy (2017: 39), yang menyatakan
seorang komunikator harus bersikap empatik ketika dirinya sedang
berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung,
sedih, sakit, kecewa, dan sebagainya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Aristoteles dalam Servin dan
Tankard, Jr (2014: 40), komunikasi sebagai sarana melalui mana warga
negara berpartisipasi dalam demokrasi. Dirinya menggambarkan
komunikasi dengan cara seorang orator/pembicara membangun argumen
untuk disajikan dalam pidato kepada para pendengar(khalayak). Tujuan
komunikator adalah untuk menginspirasi dirinya sendiri dengan citra
positif dan untuk mendorong khalayaknya menerima pesan yang
disampaikan. Keutamaan komunikasi adalah kegiatan verbal melalui
sebuah cara bagaimana pembicara berusaha membujuk, dengan kata lain
untuk mencapai tujuannya seorang komunikator berusaha menyusun
argumen secara profesional lalu disebarkan melalui pidato hingga setiap
pendengarnya dapat menerima argumen dalam bentuk pesan yang telah
dikemas.
Melalui teori konstruksi sosial atas realitas, penelitian ini
diharapkan mampu membedah dari rumusan masalah dan mendapatkan
dari tujuan penelitian. Teori konstruksi sosial atas realitas, dapat di ketahui
bahwa setiap individu memiliki stok pengetahuan yang di dalamnya
-
24
terdapat relaitas-realitas baik secara simbolis, sujektif dan objektif. Dari
kehadiran Prabowo pada gelaran aksi RA 212 di monas, peneliti meyakini
bahwasanya ada makna-makna unik yang terdapat pada pidato Prabowo
sehingga peneliti sangat ingin mengetahuinya langsung melalui penelaran
informan sebgai objek pidato Prabowo.
2.3. Kerangka Pikir
Pidato Prabowo pada Reuni Akbar 212
Media masa menampilkan pidatoInforman
Informan Objektif Informan
(Pengetahuan, faktor (Pidato Prabowo) (Pengalaman)
Internal)
Bapinda, Masyarakat
Gambar 1. Kerangka Pikir oleh peneliti
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui konstruksi realitas dari
khalyak pidato Prabowo. Menurut peneliti setiap orang yang menyaksikan pidato
Prabowo akan menyebabkan bertambahnya pengetahuan kepada setiap orang.
Dalam wawancara yang akan di lakukan kepada informan maka secara sadar
-
25
maupun tidak sadar informan akan mengungkapkan makna-makna subjektif yang
dianggapnya objektif karna subjektifitas itu juga tercipta dari simbolisasi yang
tertifikasi dari intersubjektif yang ada di dalam UKM Bapinda dan umumnya di
masyarakat. Peranan penting dari bahasa Indonesia yang di gunakan Prabowo
pada RA 212 dan informan juga bisa digunakan sebagai sarana utama objektifasi,
bahasa Indonesia adalah bahasa yang disepakati oleh masyarakat Indonesia juga
sering digunakan dalam kegiatan akademis maupun perantara penyampaian pesan
di dalam perbedaan dialek secara kebehasaan di dalam masyarakat umumnya,
karna banyaknya suku yang ada di indonesia.
Faktor Internal, pada kerangka pikir tersebut merupakan faktor penentu
dari cara pandang informan kepada Prabowo terkit pidatonya, karna di dalamnya
terdapat ide dan pemikiran yang sudah terekam di dalam pikiran informan.
Pengorganisiran pemikiran informan dicurahkan ke dalam dunia sosialnya dalam
bentuk komunikasi baik secara antar pribadi, kelompok maupun bermedia
sehingga fenomena dalam penelitian ini pidato dari Prabowo dapat tertifikasi
berdasarkan nampaknya verbal dan nonverbal yang dapat ditangkap melalui
panca indra informan. Penilaian informan terkait Prabowo yang berpidato di RA
212, merupakan pendapat yang dihasilkan dari proses berpikir. Peneliti berasumsi
bahwasanya manusia sebagai mahluk sosial yang tidak terlepas dari dunia
sosiokulturalnya sehingga faktor internal berupa ide dan gagasan dapat
dipengaruhinya. Sejalan dengan pendapat Berger dan Luckmann yang menyebut
setiap individu di dalam masyarakat tidak hidup di dalam interioritas. Dengan
demikian teori konstruksi sosial atas realitas cocok digunakan untuk membedah
konstruksi realitas khalayak pada penelitian ini.
-
1. 2
2. 2.
3. 3
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Paradigma dari penelitian ini dapat disebut dengan konstruktivisme, dalam
bungin (2015:242) disebutkan memiliki sifat reflektif dan dialektikal. Menurut
paradigma ini, abtara peneliti dan subjek peneliti yang diteliti, perlu tercipta
empati dan interaksi dialektis agar mampu merekonstruksi realitas yang diteliti
melalui metode kualitatif seperti obeservasi partisivasi (participant abservation).
Pendekatan kualitatif, dalam komunikasi menekankan pada bagaimana
sebuah pendekatan dapat mengungkapkan makna-makna dari konten komunikasi
yang ada sehingga hasil-hasil penelitian yang diperoleh berhubungan dari sebuah
proses komunikasi yang terjadi. Pendekatan secara kualitatif, yaitu memusatkan
perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna
dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Objek analisis dalam pendekatan
kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan
kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai
katgorisasi tertentu. Sasaran kajian dari pendekatan kualitatif adalah pola-pola
yang berlaku sebagai prinsip-prinsip umum yang hidup dalam masyarkat. Gejala-
gejala tersebut dilihat dari satuan yang berdiri sendiri dalam kesatuan yang bulat
dan menyeluruh. Sehingga pendekatan kualitatif sering disebut sebagai
pendekatan holistik terhadap suatu gejala sosial.
-
27
Pendekatan kualitatif mencakup berbagai metogologi yang fokusnya
menggunakan pendekatan interpretatif dan naturalistic terhadap pokok kajiannya
(subject of matter). Oleh karena itu, dalam penggunaan pendekatan kualitatif,
peneliti berusaha melakukan studi pada gejala dalam keadaan alamiahnya dan
berusaha membentuk pengertian terhadap fenomena sesuai dengan makna yang
lazim digunakan oleh subjek penelitian. Bungin yang mengutip dari buku Budi
Irwanto (2011:1), yang mengambil pendapat Crasswell terkait beberapa asumsi
dalam pendekatan kualitatif yaitu:
1. penelitian kualitatif lebih memerhatikan proses daripada hasil.
2. Peneliti kualitatif lebih memperhatikan interpretasi.
3. Peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data
dan analisis data serta penelitian kualitatif harus terjun langsung ke
lapangan.
4. Penelitian kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam
proses penelitian, interpretasi data, dan pencapaian pemahaman
melalui kata atau gambar.
5. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif di mana peneliti membuat
konsep, hiptesa dan teori berdasarkan data lapangan yang diperoleh
serta terus mengembangkannya di lapangan dalam proses “jatuh-
bangun’.
(Bungin, 2013: 306-307)
-
28
3.2. Fokus Pengamatan
Fokus pengamatan pada penelitian ini adalah khalayak yang mengetahui
dan menyimak pidato Prabowo Subianto saat menghadiri RA 212 di Monas.
Berdasarkan teori dari Peter L. Barger dan Thomas Luckmann ada tiga proses
dialektika. Sehingga peneliti memfokuskan pada tiga unsur dialektika tersebut
untuk mendapatkan konstruksi realitas khalayak terhadap pidato Prabowo pada
reuni akbar 212 di monas, yaitu:
1. Eksternalisasi
2. Objektifasi
3. Internalisasi
3.3. Jenis Data
Data pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu primer dan data skunder :
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah hasil dari wawancara yang
dilakukan oleh peneliti kepada 10 informan yang sudah ditentukan
sebelumnya.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang di dapat dari
selain wawancara, diantaranya melalui internet terkit pemberitaan media
-
29
yang memuat informasi terkait pidato Prabowo dan RA 212, literatur yang
juga membahas penelitian serupa.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat serta dapat
dipertanggung jawabkan kebenaran ilmiahnya, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara merupakan proses memperoleh penjelasan untuk
mengumpulkan informasi dengan menggunakan cara tanya jawab bisa
sambil bertatap muka ataupun tanpa tatap muka yaitu melalui media
telekomunikasi antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman. Pada hakikatnya wawancara
merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam
tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau,
merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya (Sujarweni, 2014: 31).
2. Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data kualitatif.
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagaian besar data berbentuk surat, catatan harian, arsip
foto, hasil rapat, cendera mata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Bahan
-
30
dokumenter terbagi beebrapa macam, yaitu otobiaografi, surat-surat pribadi,
buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau
swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.
Data jenis ini mempunyai sifat utama tak terbatas pada suang dan waktu
sehingga bisa dipakai untuk menggali informasi yang terjadi di massa silam
(Sujarweni, 2014:33).
3.5 Penentuan Informan
Informan dalam penelitian ini adalah orang yang menyaksikan pidato
Prabowo Subianto pada saat berlangsungnya Aksi Reuni Akbar 212 di Monas.
Peneliti melakukan dua kategorisasi kepada informan yang akan diwawancarai
yaitu: pertama, informan yang mengikuti langsung Aksi Reuni Akbar 212 di
Monas sebanyak 5 orang, berdasarkan investigasi secara pribadi peneliti
menentukan anggota aktif dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Badan
Pembinaan Dakwah (Bapinda) UIN Raden Intan Lampung (RIL) kedapatan
mengikuti RA 212 yang dihadiri Prabowo.
Kedua, peneliti menentukan 5 informan yang tidak langsung hadir di
Monas, dengan kata lain informan yang mendapatkan informasi berdasarkan
asupan individu melalui media. Berdasarkan video unggahan dari channel youtube
official CNN Indonesia menampilkan video utuh pada saat Prabowo Subianto
melakukan pidato pada Aksi Reuni Akbar 212 di Jakarta. Video yang berjudul
“Prabowo: Saya Harus Patuh, Saya tidak Boleh Kampanye / Reuni 212” sudah
ditonton sebanyak 567.000 kali, sedangkann video yang berjudul “Sambutan Anis
Baswedan & Prabowo di Reuni 212” sudah ditonton sebanyak 981.000 kali.
-
31
Teknik penenentuan informan dalam penelitian ini, sebagaimana yang di
katakan Sujarweni (2014:72) disebut dengan purposive, merupakan metode
penentuan informan dengan pertimbangan kriteria-kriteria tertentu, sebagaimana
peneliti tentukan sebagai berikut,
1. Ketentuan khusus
a. Informan sebagai perserta RA 212 yang menyaksikan pidato dari
Prabowo secara langsung sebanyak 5 (lima) orang.
b. Informan menyaksikan video unggahan pidato Prabowo pada RA
212 di Channel Youtube Official CNN Indonesia, maupun sumber
informasi lain yang memuat pidato Prabowo pada RA 212 sebanyak 5
(lima) orang.
2. Ketentuan umum
a. Setiap informan menyimak isi pidato Prabowo Subianto secara utuh.
b. Informan mampu mengulas isi pidato Prabowo Subianto pada Aksi
Reuni Akbar 212.
3.6 Teknik Analisis Data
Menurut Mudijarahardjo, analisis data adalah sebuah kegiatan untuk
mengatur mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan
mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau
masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif
-
32
yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk
akhirnya bisa dipahami dengan mudah. Setelah data terkumpul selanjutnya
dianalisis, analisis data merupakan bagian sangat penting dalam penelitian,
analisis data kualitaitf sangat sulit karena tidak ada pedoman baku, tidak berproses
secara linier, dan tidak atda aturan-aturan sistematis (Sujarweni, 2014: 34).
Teknik analisis data dilakukan dengan pengolahan data kualitatif yang
dapat dilakukan melalui wawancara mendalam yang diajukan kepada sumber
informan dan beberapa sumber lain yang berkaitan dengan skripsi ini. Adapun
teknik analisis data yang digunakan memiliki tiga tahapan, sebagaimana ditulis
Bungin (2011; 297) yang mengutip dari Miles dan Huberman( 1992; 20), yaitu
reduksi data, penyajian data dan verifikasi.
1. Reduksi Data
Pada tahap ini difokuskan pada data lapangan yang terkumpulkan.
Data lapangan tersebut selanjutnya dipilih, dalam arti menentukan drajat
relevansinya dengan tujuan penelitian. Selanjutnya data yang dipilih
disederhanakan, dalam arti mengklarifikasi data atas dasar tema-temanya.
Memadukan data yang tersebar menelusuri tema untuk merekomendasikan
data tambahan. Kemudian dilakukan abstraksi data kasar tersebut menjadi
uraian singkat atas ringkasan. Tahap reduksi dalam penelitian ini adalah
menyaring serta memilih hasil wawancara, data video, audio dari informan
dan tentunya sesuai dengan fokus penelitian ini yaitu konstruksi realitas
khalayak terhadap pidato Prabowo pada Aksi reuni Akbar 212 di Monas.
-
33
2. Penyajian Data
Tahapan ini peneliti melakukan penyajian informasi diawali melalui
bentuk teks narasi. Selanjutnya hasil teks naratif diringkas menjadi uraian
yang interpretative dalam bentuk bagan.
3. kesimpulan
Pada tahap ini peneliti melakukan uji coba kebenarannya secara
berulang kali pada setiap makna yang muncul dari data. Disamping
menyandarkan pada klarifikasi data, peneliti juga mempokuskan pada
abstraksi data yang tertuang dalam bagan.
-
1. M 2. K 3. k
BAB IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN
4.
4.1 Profil Prabowo Subianto
Gambar 4.1. Prabowo Subianto Djojohadikusumo sumber: http://partaigrindra.or.id/profil-
prabowo-subianto-ketua-dewan-pembina-partai-grindra pada 30 Juni 2019 pukul 16.00 WIB.
Prabowo yang memiliki nama lengkap Prabowo Subianto
Djojohadikusumo lahir di Jakarta pada tahun 17 Oktober 1951. Prabowo adalah
anak ketiga dari pasangan Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Siregar.
Dirinya memiliki dua kakak perempuan yaitu; Biantiningsih Miderawati dan
Maryani Ekowati, serta satu adik laki-laki yaitu; Hashim Djojohadikusumo.
http://partaigrindra.or.id/profil-prabowo-subianto-ketua-dewan-pembina-partai-grindrahttp://partaigrindra.or.id/profil-prabowo-subianto-ketua-dewan-pembina-partai-grindra
-
35
Prabowo juga salah satu menantu dari presiden Soeharto setelah
menikahi Siti Hadiyati Hardiyati dan dikarunia seorang anak bernama Ragowo
Didiet Hediprasetyo. Ayah dari Prabowo merupakan salah satu orang besar di
Indonesia pada saat dirinya berusia 16 tahun ayahnya dikenal sebagai seorang
begawan ekonomi dan akativis sosialis.
Prabowo yang semula tinggal secara berpindah-pindah terlihat dari
rekam jejak pendidikanya mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga menngahnya
selaly berganti-ganti. Dirinya mengenyam pendidikan SD di Hongkong, pindah ke
Malaysia, Swiss, dan dirinya menamatkan pendidikan sekolah menengah atasnya
di America School di Inggris. Berkat ayahnya yang memiliki nama besar diriya
mampu mengenal masyarakat Indonesia. Masa muda yang dilalui Prabowo tidak
hanya bersifat pasif, melainkan dirinya terlibat aktif dalam pertemuan-pertemuan
yang digelar orang tuanya. Hingga akhirnya Prabowo turut mendirikan lembaga
swadaya masyarakat pertama di Indonesia bernama Lembaga Pembangunan.
Pada usin 19 tahun tepatnya pada tahun 1970, Prabowo memutuskan
untuk kembali melanjutkan pendidikanya kemudian dirinya menjadi salah satu
pelajar di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang, Jawa Tengah. Prabowo
lulus dari AMN pada tahun 1974 setelah dua tahun disana, dirinya bergabung
dengan Komandu Pasukan Khusu (Kopasus) Angkatan Darat. Prabowo memulai
jabatanya menjadi komandan Pleton Para Komando Group-1. Hingga puncaknya
ia menjadi orang nomor satu disana pada tahun 1996-1998.
Menantu Presiden Soehatro tersebut karir militernya terus meningkat
menjadi panglima kostrad pada tahun 1998. Namun karna maraknya demostrasi
-
36
yang berdampak pada lengsernya jabatan Presiden pada saat itu, sehingga jabatan
baru yang didapatnya tidak lama. Setelah itu Prabowo beralih jabatan menjadi
Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI, jabatan ini pun hanya berlangsung
singkat sehingga menjadi penutup karirnya pada dunia kemiliteran di Indonesia
kemudian selama beberapa tahun Prabowo Subianto menetap di Yordania.
(Sumber:Https://www.viva.co.id/siapa/read/102-prabowo-subianto-djojohadi
kusumo diakses pada 30 Juni 2019 pukul 16.00 WIB).
Sepensiunya Prabowo Subianto beralih menjadi pengusaha, dirinya
mengabdi pada dua dunia. Nama mantan Pangkostrad dan Danjen Kopasus ini
kembali bergema saar Prabowo kut serta dalam konvensi calon presiden Partai
Golkar. Kemudian dalam Musyawarah Nasional (Munas) VI Himpunan
Kerukunan Tani (HKTI) dan Kongres V Petani 5 Desember 2004 di Jakarta,
dirinya terpilih menjadi Ketua Umum HKTI periode 2004-2009 menggantikan
Siswono Yudo Husodo dengan perolehan suara 309, mengalahkan Sekjen HKTI
Agusdin Pulyngan yang hanya meraih 15 suara dan satu abstein dari total 325
suara.
Diakui Prabowo Subianto, keikutsertaannya dalam konverensi Partai
Golkar bukan dilatar belakangi oleh hasrat, apalagi ambisi untuk berkuasa. Seperti
yang sering diucapkan, bahkan sejak masih aktif dalam dinas militer, Prabowo
telah bersumpah hendak mengisi hidupnya untuk mengabdi kepada bangsa dan
rakyat Indonesia. Bagi sebagian orang, akan merasa aneh menyaksikan sosok
Prabowo Subianto tanpa seragam militer. Setiap orasi selama mengikuti tahap
konvensi calon presiden Partai Golkar, Prabowo Subianto sangat fasih bertutur
https://www.viva.co.id/siapa/read/102-prabowo-subianto-djojohadi%20kusumohttps://www.viva.co.id/siapa/read/102-prabowo-subianto-djojohadi%20kusumo
-
37
tentang kesatuan yang mengimpit para petani dan nelayan, serta beraneka
problema rill di masyarakat yang kian mengenaskan. (Sumber
Http://partaigerindra.or.id/profil-prabowo-subianto-ketua-dewan-pembina-partai-
gerindra diakses pada 7 Juli 2019 pukul 20.00 WIB)
Karir barunya membawa Prabowo Subianto untuk tampil pada Pemilu
meskipun dirinya tidak terpilih pada putaran Pemilu 2004. Prabowo semakin
serius menggeluti profesi politiknya dengan mendirikan Partai Grindra pada tahun
2008. Prabowo pada partainya sendiri menjabat sebagai Ketua Dewan pembina
dan mencalonkan dirinya kembali pada Pemilu mendatang. Pada Pilpres 2014,
Prabowo maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Hatta Rajasa. Jargon
Prabowo pada kala itu yaitu menginginkan Indonesia menjadi tuan di negerinya
sendiri dan disegani dunia. Sayangnya, pasangan ini belum berhasil menang,
namun partai bentukan Prabowo dapat meraih kenaikan suara yang signifikan
pada Pemilu 2014 dengan peringkat ketiga suara terbanyak setelah partai PDIP
dan Golkar. Berikut ini Ringkasan Profil Prabowo Subianto. (Sumber
Https://www.viva.co.id/siapa/read/102-prabowo-subianto-Djojohadikusumo
diakses pada 7 Juli 2019 pukul 19.38 WIB).
4.2 Reuni Akbar 212 di Monas
4.2.1 Sejarah Aksi 212
Sulistyo Danil (2017) menulis buku berjudul “Mengetuk Pintu
Langit”. Dalam bukunya membahas tentang Aksi 212. Aksi 212 disebut
juga dengan AD saat dilakukan pada 4 November 2016 kemudian pada
http://partaigerindra.or.id/%20profil-prabowo-subianto-ketua-dewan-pembina-partai-gerindrahttp://partaigerindra.or.id/%20profil-prabowo-subianto-ketua-dewan-pembina-partai-gerindrahttps://www.viva.co.id/siapa/%20read/102-prabowo-subianto-Djojohadikusumo
-
38
tanggal 2 Desember 2016, Danil menyebut aksi tersebut dengan ASD.
Pemicu terjadinya Aksi tersebut karena adanya rasa tidak terima dengan
penindakan sesorang yang disangkakan telah menistakan agama Islam
yaitu Gubernur menjabat pada tahun tersebut Basuki Tjahja Purnama
alias Ahok.
Seorang pejabat publik yang sedang menjalankan tugas sebagai
pejabat, tidak boleh memasuki ruang akidah agama lain yang tidak
didalaminya. Ahok telah dikritik oleh warganya sendiri agar selalu
menjaga lisan untuk tetap menjaga keharnonisan agama. Umat Islam
sangat menghargai minoritas, umat Islam sangat menghormati
keharmonisan. Kritikan yang diberikan ke Ahok hingga bergulir pada jalur
hukum dari sinilah awal mula AD terjadi.
Simpang siur mengenai penanganan kasus tersebut seakan tidak
mengindahkan aspirasi umat Islam di seluruh penjuru tanah air. Maka,
umat Islam pun bergerak untuk melakukan aksi hingga berulang kali.
Tuntutan umat Islam yang tidak terima atas perbuatan ahok ditujukan agar
toleransi dan keadilan dapat ditegakan, supaya benar-benar terwujud
kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab.
Umat Islam merasa tidak puas dengan putusan peradilan hingga
akhirnya memutuskan datang ke Ibu Kota Jakarta, yang terjadi dalam
jangka waktu satu bulan terjadi aksi pada 4 November dan 2 Desember
2016. Hal yang menarik demonstrasi yang dilakukan tidak identik dengan
kerusuhan dan kekacauan, melainkan berjalan damai. AD juga dikenal
-
39
dengan Aksi Bela Islam (ABI) mengedepankan toleransi dan nilai-nilai
kemanusiaan. Kegiatan tersebut dilakukan diiringi dengan amalan-amalan
ibadah seperti dzikir dan berbagai bentuk ibadah yang dilakukan di jalan.
Hal tersebut dilakukan, dengan harapan aksi yang menyita banyak
perhatian berbagai kalangan itu dapat mempersatukan umat Islam untuk
bersama-sama menegakan keadilan dan menjunjung tinggi nilai toleransi
bagi seluruh masyarakat di Indonesia.
AD 411 dan ASD 212 terlihat cukup berbeda, AD 411 merupakan
aksi turun ke jalan, peserta berjalan dari Masjid Istiqlal menuju Istana
Kemerdekaan. Kegiatin AD 411 yang dilakukan sebenarnya sudah
menemukan titik capai kesepakatan damai. Namun, keberadaan
sekelompok oknum yang ingin merusak aksi tersebut mengakibatkan
terjadinya bentrok antara aparat pengamanan dan peserta aksi. Peserta aksi
diperingatkan oleh aparat dengan ditembakan gas air mata, kericuhan
tersebut yang menyebabkan ada aksi lanjutan yaitu ASD 212.
Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) dan Majlis Ulama
Indonesia (MUI), merancang Aksi Super Damai tersebut dalam konsep
dzikir bersama. Peserta aksi dihimbau untuk duduk berdzikir dan ber do‟a
bersama yang memiliki maksud untuk menghindari kericuhan yang
sebelumnya pernah terjadi. Perancangan bentuk aksi ini sukses tidak
terlihat adanya anarkisme sehingga menjadi salah satu aksi super damai.
Dari total peserta yang diperkirakan mencapai tujuh juta umat, tidak ada
bentrokan, semua aman terkendali. Jumlah peserta yang dua kali lebih
-
40
banyak dari AD 411, keluruhnya dihimbau untuk menjaga kebersihan
hingga pada himbauan untuk tidak menginjak rumput-rumput di sekitar
Monas.
Keharmonisan aksi yang terjadi menimbulkan decak kagum
Presiden Joko Widodo hingga beliau yang saat itu hadir mengapresiasikan
dan berterimakasi kepada penyelenggara aksi yang berjalan secara damai,
meski pun ada yang disesalkan karena kerusuhan dan bentrokan yang
terjadi pada AD 411. Demikian pula dengan Panglima TNI, Jendral Gatot
Nurmantyo yang menyatakan kebanggaanya sebagai bangsa Indonesia dan
sebagai seorang muslim karena aksi umat Islam yang dipimpin oleh para
Ulama pada tanggal 4 November 2016 berlangsung tertib. Jendral tersebut
memandang aksi yang berlangsung begitu besar dan tertib itu
menunjukkan umat Islam sebagi peserta aksi sangat patuh kepada Kiainya,
Ulamanya, maupun Habibnya, dalam satu komando.
Salah satu hal yang membuat takjub adalah jumlah peserta aksi
yang mencapai jutaan. Peserta yang hadir dari berbagai usia; anak-anak,
remaja, dewasa, hingga orang tua, baik laki-laki maupun perempuan.
Keseluruhanya itu terdiri dari berbagai latar belakang dan profesi, mereka
secara sukarela ikut bergabung dengan berbagai elemen masyarakat dan
komunitas, di jalan dalam satu rasa dan untuk tujuan sama. semua itu
seakan meluruhkan setigma negatif yang beredar bahwa peserta yang
mengikuti aksi adalah orang-orang bayaran (Sulistyo, 2017: 17-28).
-
41
4.2.2 Kegiatan Aksi Reuni Akbar 212
Sama halnya dengan kegiatan aksi yang sudah dilakukan, RA 212
kental dengan ritual keagamaan. Aksi 212 yang bertajuk reuni sebenarnya
sudah pernah dilakukan pada 2 Desember silam, kemudian kegiatan
tersebut dilakukan kembali pada 2 Desember 2018 sekaligus sebagai aksi
yang memperingati semangat perjuangan umat Islam. Peserta berkumpul
memulai kegiatanya dengan shalat tahajud berjama‟ah pada pukul 03.00
WIB.
Seusai sholat subuh sejumlah peserta mulai berdatangan ke
sekitaran Monas dan merapat ke mimbar utama. sembari menunggu rekan-
rekan dari PA 212 mereka membaca sholawat dan melakukan do‟a
bersama. Aksi kali ini pun menyita banyak perhatian publik, sehingga
yang hadir pun dari berbagai kalangan dan penjuru di Indonesia.
Seremonial secara resmi dimulai tepat pa