KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab...

45
0 KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU AS-SA‘A>DAH KARYA MUSTHAFA LUTHFI AL-MANFALUTHI ANALISIS SINTAKSIS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Disusun oleh UMU ATI’AH C1011047 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

Transcript of KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab...

Page 1: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

0

KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN

MADI>NATU A’S-SA‘A>DAH

KARYA MUSTHAFA LUTHFI AL-MANFALUTHI

ANALISIS SINTAKSIS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Arab

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

UMU ATI’AH

C1011047

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

Page 2: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kalimat merupakan satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar,

yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan,

serta disertai dengan intonasi final (Chaer, 2007:240). Intonasi final yang

memberi ciri kalimat ada tiga, yaitu intonasi deklaratif, yang dalam bahasa

dilambangkan dengan tanda titik; intonasi interogatif, yang dalam bahasa tulis

dilambangkan dengan tanda tanya, dan intonasi seru, yang dalam bahasa tulis

ditandai dengan tanda seru (2007:241). Alwi (2003:240) mendefinisikan

kalimat sebagai satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang

mengungkapkan pikiran yang utuh. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa

kalimat adalah perkataan atau tulisan yang tersusun atas unsur-unsur yang lebih

kecil dalam satuan kebahasaan, diikuti dengan intonasi final, serta dapat

menyampaikan pikiran yang utuh.

Al-Khuli (1982:253) menyepadankan istilah kalimat dengan jumlatun.

Yaitu satuan unit yang paling sempurna susunannya. A‟d-Dahdah (2000:116)

menyebut jumlatun sebagai susunan predikatif yang tersusun atas subjek dan

predikat serta membentuk satu makna yang sempurna. Selain menyebutnya

sebagai jumlatun, A‟d-Dahdah juga menyebutnya sebagai al-kala>mul-

murakkabul-mufi>du (kalimat bersusun yang sempurna maknanya). Dari dua

pendapat tersebut dapat diambil pengertian kalimat dalam bahasa Arab adalah

susunan unsur-unsur sintaksis yang mempunyai makna yang sempurna.

Page 3: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

2

Berbeda dengan kalimat bahasa Indonesia yang menjadikan intonasi final

sebagai cirinya, bahasa Arab menjadikan “makna yang sempurna” sebagai ciri

kalimat yang membedakannya dengan klausa.

Sementara itu, susunan (tarki>b) dalam bahasa Arab terdiri dari enam

jenis, yakni isnadi>, idhafi>, baya>ni>, ‘athfi>, mazji>, dan ‘adadi>. Dari keenam jenis

susunan tersebut terdapat satu jenis yang berpotensi untuk menjadi klausa atau

kalimat, yaitu tarki>b isna>di>, atau biasa dikenal dengan al-jumlah, sedangkan

lima jenis yang lainnya hanya sebatas pada frasa (Ma‟ruf, 2002:64).

Selanjutnya, kalimat dalam bahasa Arab, sesuai dengan pola urutan yang

menyusunnya, dibagi menjadi dua: jumlah ismiyyah dan jumlah fi’liyyah (A‟d-

Dahdah, 2000:116). Jenis yang pertama merupakan jenis kalimat yang diawali

dengan ism, sedangkan jenis yang kedua adalah kalimat yang dimulai dengan

fi’l (2000:117).

Fi’l pembentuk al-jumlah, baik dalam jumlah ismiyah maupun fi’liyah,

dibagi ke dalam fi’l muta’adi (verba transitif) dan fi’l lazim (verba intransitif)

(Al-Khuli, 1982:371). Perbedaan diantara kedua verba tersebut adalah

dibutuhkan atau tidaknya kehadiran objek (Ghulayaini, 2005:27). Fi’l muta’adi

adalah fi’l yang membutuhkan kehadiran maf’ul bih (A‟d-Dahdah, 2000:233),

sedangkan fi’l lazim tidak memerlukan kehadiran maf’ul bih (2000:232).

Objek-objek tersebut tergambarkan dalam objek langsung (O) maupun objek

yang bertemu verba melaui perantara partikel (Op). Contoh objek langsung

terdapat dalam susunan berikut:

Page 4: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

3

(63, ادلنفلوطي). وجدتىن أحًن من دمعة وجٍد ىف مقلة عاشق .1(1) Wajadtu ni> achyara min dim’ati wajdin fi> miqlati ’a>syiqin

(Al Manfaluti:63) „Aku telah menemukan diriku lebih bimbang terhadap setetes air

mata kegembiraan yang terdapat pada mata orang yang mencintai.‟

Kalimat Wajadtu ni> akhira min dim’ati wajdin fi> miqlati ’a>syiqin

Bentuk wajada tu ni> achyar

a min

dam’ati

wajdin fi> muqlati a>syiqin

Kata Kate

gori

V N Pron Adv Konj N N Konj N N

Frasa FN Pron Adv FN FN

Fungsi P S O Pel

Arti Telah

mene

mukan aku

dirik

u lebih bimbang terhadap setetes air mata kegembiraanyang

terdapat pada mata orang yang mencintai

Susunan di atas tersusun atas tiga konstituen:

(1) Wajadtu

(2) ni>

(3) achyara min dam'ati wajdin fi muqlati 'a>syiqin

Konstituen (1) merupakan predikat yang dilekati dengan subjek berupa

pronomina pertama tunggal tersembunyi yang terwujud dalam huruf ta’

berharakat dhammah menjadi tu ( تُت) menunjuk kepada “aku” sebagai pelaku.

Predikat dalam kalimat tersebut diisi oleh verba perfek wajada “menemukan”,

suatu kegiatan yang dilakukan pada masa lampau. Verba tersebut berjenis

verba transitif (ekatransitif), sehingga objek diperlukan kehadirannya dalam

kalimat.

Konstituen (2) merupakan objek. Objek dalam kalimat tersebut diisi oleh

kategori pronomina pertama tunggal yang tersusun atas huruf nu>n dan ya>’

Page 5: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

4

membentuk kata ni> (aku). Objek tersebut mengiringi verba wajada yang

berfungsi sebagai predikat.

Konstituen (3) merupakan pelengkap yang tersusun atas frasa nominal.

Berkaitan dengan pola urutan kata dalam bahasa Arab, Objek dalam

kalimat tidak harus terletak setelah verba (A‟d-Dahdah, 2000: 311). Seperti

pada kalimat:

(64:ادلنفلوطي). رأيت ادلنازل و القصور .2

(2) Ra'aitul-mana>zila wal qushu>ra P-S O

„Aku melihat rumah-rumah dan istana-istana.‟

Susunan di atas terdiri dari dua konstituen

(1) Ra’aitu

(2) Al mana>zila wa al qushu>ra

Konstituen pertama merupakan fungsi subjek dan predikat, sedangkan

konstituen kedua merupakan fungsi objek.

Dari susunan tersebut dapat diketahui bahwa objek terletak setelah

predikat dan subjeknya, membentuk pola P-S-O. Susunan tersebut berbeda

dengan klausa (3) yang mendahulukan objek daripada subjek dalam susunan

berikut:

(2003:311الدىده، ). كتب الدرس سليم. 3

(3) Kataba’d-darsa Sali>m

„Salim telah menulis pelajaran.‟ (A‟d-Dahdah, 2000:311)

Page 6: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

5

Pada susunan (3) di atas, terlihat bahwa objek yang berupa nomina a’d

darsa (pelajaran) mendahului posisi fungsi subjek Sali>mun (Salim). Susunan

tersebut kemudian membentuk pola P-O-S. Pola yang demikian dapat diterima

atau diperbolehkan dalam bahasa Arab (A‟d-Dahdah, 2000:311). Dengan

demikian jelaslah bahwa objek dalam bahasa Arab tidak harus terletak

langsung setelah subjek atau predikat pembentuknya.

Penelitian tentang objek sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa

peneliti. Penelitian ini antara lain pernah dilakukan oleh Sukardi (TT) dalam

artikelnya yang berjudul “Perilaku Objek Kalimat Dalam Bahasa Indonesia”.

Dalam jurnalnya, Sukardi memberikan enam kesimpulan terkait posisi objek

saat disandingkan dengan predikat. Di antara enam kesimpulan tersebut adalah

(1) O dituntut kehadirannya dalam kalimat aktif transitif, (2) kalimat dengan

verba ekatransitif menuntut kehadiran satu objek, sedangkan verba dwitransitif

membutuhkan dua objek (O1 dan O2), (3) kalimat dengan verba dwitransitif,

jika dipasifkan O1 menjadi S dan O2 tetap dibelakang P, (4) P dan O

membentuk konstruksi yang sifatnya tegar, artinya O selalu terletak di

belakang P, (5) kategori sintaksis yang dapat menduduki fungsi O ialah nomina

atau frasa nomina dan pronomina atau frasa pronominal yang meliputi

pronominal persona, pronominal penunjuk, dan pronominal penanya, (6) peran

semantik yang dapat mengisi fungsi O adalah pasientif, benefaktif, sasaran,

lokatif, dan instrumental.

Penelitian lain berupa artikel pernah dilakukan juga oleh Wagiati (TT)

dengan judul “Objek dalam Bahasa Indonesia”. Penelitiannya tersebut

Page 7: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

6

menghasilkan kesimpulan: (1) konstruksi objek dapat berupa klitik, kata, frasa,

dan klausa, (2) peran semantik objek bahasa Indonesia adalah sebagai objektif

atau penderita, faktif atau hasil, goal atau sasaran benefaktif atau pemeroleh,

instrumental atau alat, lokatif atau tempat, dan temporal atau waktu.

Selain itu, Ma‟ruf pada tahun 2009 juga melakukan penelitian tentang

pola urutan yang terkait dengan objek. Penelitian tersebut berupa disertasi

berjudul “Pola Urutan Kata dalam Bahasa Arab: Studi Gramatika Kontrastif

dengan Bahasa Indonesia”. Dalam penelitiannya tersebut, dapat disimpulkan

terkait dengan verba transitif dan objek yang mengiringinya, secara klausal,

bahasa Arab mempunyai tipe pokok V-O tetapi dimungkinkan pula bertipe O-

V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang

tinggi.

Penelitian lain tentang pengisi fungsi objek juga pernah dilakukan oleh

Saptati dengan judul “Peran Pengisi Fungsi Objek Pada Kalimat Berpredikat

Verba Aktivitas Mata Dalam Bahasa Jawa”. Dalam penelitiannya, ia

memfokuskan penelitian pada peran objek dalam kalimat pada bahasa Jawa.

Penelitian tersebut merupakan skripsi yang diselesaikan pada tahun 1999. Dari

hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa peran objek yang terdapat pada

predikat aktivitas mata dengan berbagai tipe adalah sebagai peran penderita.

Berdasarkan pada tinjauan pustaka di atas serta pengamatan yang telah

dilakukan oleh penulis, sejauh ini penelitian tentang objek dalam cerpen

Madi>natu a’s-Sa’a>dah karya Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi belum pernah

dilakukan, khususnya oleh mahasiswa Jurusan Sastra Arab. Oleh karena itu,

Page 8: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

7

penelitian tersebut perlu dilakukan untuk menambah sumbangsih terhadap

keilmuan bahasa Arab khususnya mengenai kajian sintaksis dalam cerpen

(sastra).

Cerpen Madi>natu a’s-Sa’a>dah merupakan salah satu karya Musthafa

Luthfi Al-Manfaluthi yang tergabung dalam kumpulan tulisannya berjudul an

Nadza>rat. Cerpen tersebut menceritakan perjalanan penulis di sebuah kota

asing. Dalam perjalanan tersebut diceritakan indahnya sebuah kota yang

memiliki penduduk aneh, menurut pandangan penulis. Penduduk kota tersebut

memiliki hati mulia. Mereka tidak melakukan pekerjaan selain untuk

kemuliaan. Mata pencaharian mereka adalah bertani. Mereka tidak memiliki

sekolah karena bagi mereka kepercayaan pendidikan adalah di tangan mereka

sendiri. Penduduk kota tersebut menyembah Allah bukan karena

mengharapkan syurga ataupun takut pada neraka. Tidak ada perselisihan di

antara mereka, tidak ada peminta-minta di antara mereka, tidak ada hakim di

antara mereka lantaran tidak adanya kejahatan, yang ada dalam kota tersebut

hanyalah kedamaian dan kasih sayang satu sama lain. Namun sayang sekali

perjalanan penulis dalam satu epik yang indah itu harus berakhir karena

perjalanan itu pada kenyataannya hanyalah sebuah mimpi.

Salah satu keistimewaan cerpen Madi>natu a’s-Sa’a>dah dibandingkan

dengan cerpen lainya adalah cerita dalam cerpen tersebut merupakan khayalan

Al-Manfaluthi akan adanya sebuah kota dambaan manusia yang penduduknya

hidup dalam kedamaian. Ide dalam cerpen tersebut berbeda dengan cerpen-

cerpen lainnya, sehingga menjadikan peneliti tertarik memilih cerpen tersebut

Page 9: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

8

sebagai objek penelitian. Selain itu, penulis berasumsi bahwa objek dalam

cerpen tersebut tidak selalu terletak langsung setelah verba atau predikat

pembentuknya. Adakalanya antara verba dengan objek diselipi dengan klausa

panjang yang umumnya berfungsi sebagai keterangan. Kecermatan dan

ketelitian perlu dilakukan agar satu satuan kebahasaan yang berfungsi sebagai

objek tidak ditempatkan sebagai pengisi fungsi keterangan, atau subjek, atau

predikat. Konstruksi pengisis fungsi objek yang beraneka ragam dalam cerpen

tersebut juga menjadi salah satu daya tarik cerpen tersebut untuk diteliti.

Konstruksi yang mengisi fungsi objek tidak hanya diisi oleh kata saja, tetapi

juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu, bahasa penyusun cerpen tersebut

indah dan menggunakan bahasa fuscha sehingga memudahkan peneliti dalam

melakukan penelitian. Oleh karena itu, berdasarkan pada asumsi sebelumnya,

cerpen ini menarik untuk dikaji lebih mendalam.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang tersebut di atas, masalah dapat

dirumuskan ke dalam dua hal;

(1) Bagaimana pengisi fungsi dan kategori objek dalam cerpen Madi>natu

a’s-Sa’a>dah karya Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi?

(2) Bagaimana posisi objek pada pola susunan klausa dalam cerpen

Madi>natu a’s-Sa’a>dah karya Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak

dicapai melalui penelitian ini adalah;

Page 10: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

9

(1) Mendeskripsikan pengisi fungsi dan kategori objek dalam cerpen

Madi>natu a’s-Sa’a>dah karya Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi.

(2) Mendeskripsikan posisi objek pada pola susunan klausa dalam cerpen

Madi>natu a’s-Sa’a>dah karya Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi?

D. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah objek yang terdapat

dalam kalimat atau klausa tunggal. Kalimat tunggal yang dimaksudkan dibatasi

lagi dalam klausa atau kalimat aktif transitif deklaratif yang terdapat dalam

cerpen Madi>natu a’s-Sa’a>dah karya Musthafa Lutfhi Al-Manfaluthi, bukan

kalimat pasif dan bukan kalimat imperatif atau interogatif.

E. Landasan Teori

1. Sintaksis

1.1.Kalimat dan klausa

Kecuali dalam hal intonasi akhir atau tanda baca yang menjadi

ciri kalimat, kalimat dalam banyak hal tidak berbeda dengan klausa.

Keduanya merupakan konstruksi sintaksis yang mengandung unsur

predikasi (Alwi et.al 2003: 311).

1.1.1. Pengertian kalimat

Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen

dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi

bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Jika sebuah

klausa telah disertai dengan intonasi final, maka klausa tersebut

adalah kalimat ( Chaer, 2007: 240).

Page 11: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

10

Ramlan (2009:21) tidak mendasarkan penamaan “kalimat”

berdasarkan pada jumlah suku kata yang membentuk sebuah

kalimat, melainkan pada intonasi atau nada akhir dari sebuah

kalimat. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang

yang disertai nada akhir turun atau naik. Jadi baginya, kalimat

adalah susunan kata yang diakhiri dengan nada akhir naik atau

turun.

Ba‟albaki (1990:436) menyebut istilah kalimat dengan al-

jumlah. A‟d-Dahdah mengartikan al-jumlah sebagai:

ية تتضمن مسنداً ومسنًدا إليو يكوِّنان عمدة ىذه اجلملة وحيّققان دوحدة إسنا جيوزإحلاق العمدة بفضالت غايتها توضيح ادلعىن وحتسٌن, ادلعىن ادلفيد

فعلّية وامسية, تسّمى اجلملة أيضا الكالم ادلرّكب ادلفيد وىي نوعان. الكالم

Wachdatun isna>diyyatun tatadhammanu musnadan wa musnadan ilaihi yukawwinani ‘umdata hadzihil-jumlati wa yuchaqqiqa>nil-ma’na>l-mufi>da, yaju>zu ilcha>qul-‘umdati bifadhala>tin gha>yatuha> taudzi>chul-ma’na> wa tachsi>nul-kala>mi. Tusamma >al-jumlatu aidhan al-kala>mul-murakkabul-mufi>du wa hiya nau’a>ni, fi’liyyatun wa ismiyyatun.

Al-jumlah adalah sebuah satuan predikatif yang

mengandung musnad (predikat) dan musnad ilaih

(subjek), keduanya menyusun bagian kalimat ini serta

menegaskan makna yang sempurna. Unsur ini dapat diikat

dengan komplemen lain dengan tujuan untuk memperjelas

makna dan memperindah kata-kata. Al-Jumlah dalam

bahasa Arab juga disebut dengan “perkataan/kalam yang

tersusun yang membentuk makna sempurna, al-jumlah ada

dua macam yaitu fi’liyyah dan ismiyyah.‟ (A‟d-Dahdah,

2000: 116).

Page 12: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

11

Hasan (2009:15) mendefinisikan al-jumlah sebagai sesuatu

yang tersusun dari dua kata atau lebih dan mempunyai makna yang

sempurna.

Ghulayaini (2005:11) menyebut al-jumlah dengan al-

murakkabul-isnadi. Dia mengartikannya sebagai ma> ta’allafa min

musnadin wa musnadin ilaihi (sesuatu yang tersusun atas musnad

(subjek) dan musnad ilaih (predikat).

1.1.2. Jenis kalimat

Berdasarkan ada tidaknya verba, kalimat dibedakan menjadi

kalimat verbal dan kalimat non-verbal (kalimat nominal). Kalimat

verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, atau

kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori

verba. Kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan

kata atau frase verbal; bias berupa nomina, adjektifa, adverbia, atau

juga numeralia (Chaer, 2007: 249).

Berkenaan dengan jenis verba yang menuntut ada atau

tidaknya kehadiran objek, kalimat verbal dibagi lagi ke dalam

kalimat transitif dan kalimat intransitif. Kalimat transitif adalah

kalimat yang predikatnya berupa verba transitif, yaitu verba

biasanya diikuti oleh sebuah objek jika verba tersebut bersifat

monotransitif, dan diikuti oleh dua buah objek kalau verbanya

berupa verba bitransitif. Kalimat intrasitif adalah kalimat yang

Page 13: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

12

predikatnya berupa verba intransitif, yaitu verba yang tidak

memiliki objek.

Dalam bahasa Arab, berdasarkan jenis kata yang mengawali

al-jumlah, al-jumlah dibagi ke dalam dua bagian yaitu al-jumlatul-

ismiyyah dan al-jumlahul-fi‘liyyah (Al-Khuli, 1987:348). Al-jumlah

ismiyyah adalah kalimat yang diawali dengan ism, terdiri dari

subjek yang disebut dengan mubtada’ dan ism lain berfungsi

sebagai predikat yang disebut khabar (A‟d-Dahdah, 2000:117).

Sementara itu, al-jumlatul-fi’liyyah adalah kalimat yang

mengandung fi’l sempurna. Al-jumlatul-fi’liyyah ini diawali dengan

fi’l (Al-Khuli, 1987:301) dan terdiri dari musnad yang berupa fi’l

serta musnad ilaih yang berupa fa‘il atau naibul-fa>‘il. Jika musnad

berupa fi’l ma’lum maka musnad ilaih berupa fa’il. Jika musnad

berupa fi’l majhul maka musnad ilaih nya berupa na’ibu- fa’il

(2000: 117).

Hasan (2009:16) membagi kalimat ke dalam tiga bagian yaitu

al-jumlatul-ashliyyah, al-jumlatul-kubra, dan al-jumlatu’sh-

shughra.

ر على ركين اإلسناد صوىي اليت تقت. اجلملة األصلية (ا): إن اجلملة ثالثة أنواع أو ما يقوم مقام اخلرب أو تقتصر على الفعل مع , على ادلبتدأ مع خربه: أى)

وىي ما ترتكب من ادلبتدأ , اجلملة الكربى( ب )(أو ما ينوب عن الفعل, فاعلو (ج). الزىر طابت رائحتو: أو, الزىر رائحتو طيبة: حنو, خربه مجلة امسية أو فعلية

. اجلملة االمسية أو الفعلية إذا وقعت إحدامها خربا دلبتدأ: وىي: اجلملة الصغرى

Page 14: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

13

Innal-jumlata tsala>tsata anwa>’in. (a) al-jumlahtul-ashliyyah. Wa hiya’l-lati taqtashiru ‘ala> raknail-isna>di (ay ‘ala>l-mubtada'i ma’a khabarihi, aw ma> yaqu>mu maqa>mal-khabari aw taqtashiru ‘ala>l-fi’li ma’a fa>’ilihi, au ma> yanu>bu ‘anil-fi’li) (b) al-jumlatul-kubra>, wa hiya ma> tatarakkabu minl-mubtada'i khabaruhu jumlatun ismiyyatun aw fi’liyyatun, nachwu: a’z-zuharu ra>'ichatuhu thayyibatun, aw :a’z-zuharu tha>bat ra>'ichatuhu. (c) al-jumlatu’sh-shughra>: wa hiya : al-jumlatul-ismiyyatu aw al-fi’liyyatu idza> waqa’at ichda>huma> khabaran limubtada'i. Al-jumlah ada tiga jenis: (a) al-jumlah al ashliyyah. Yaitu

yang terdiri atas minimal dua susunan predikatif (yaitu:

mubtada’ dengan khabarnya, atau sesuatu yang

menempati khabar atau paling tidak terdiri dari fi’l dan

fa>’ilnya, atau yang menggantikan fi’l) (b) al-jumlah al kubra> adalah susunan yang tersusun atas mubtada' yang

khabarnya berupa jumlah ismiyyah atau fi’liyyah, seperti

a’z-zuharu ra>'ichatuhu thayyibatun (bunga-bunga

memiliki bau yang wangi) atau a’z-zuharu tha>bat ra>'ichatuhu (bunga-bunga wangi baunya). (c) al-jumlah a’sh shughra> yaitu al-jumlatul-ismiyyah atau al-fi’liyyah

jika salah satunya jatuh sebagai khabar bagi mubtada'.

Chaer (2007:208) menyatakan bahwa keempat fungsi (S, P,

O, dan K) tidak harus selalu ada dalam setiap struktur sintaksis. Dia

menyebutkan bahwa para pakar linguistik mengatakan yang harus

ada dalam struktur sintaksis adalah subjek dan predikat. Dengan

demikian, terdapat kemungkinan bagi fungsi objek untuk

dilesapkan, sesuai dengan pendapat Chaer tersebut di atas. Hal

tersebut terjadi karena konstiruen “induk” dalam kalimat adalah

predikat yang biasanya berupa verba. Kehadiran konstituen lain

ditentukan oleh kehadiran dan jenis verba. Verba transitif tentu

akan memunculkan fungsi objek (Verhaar, 2010:165).

Page 15: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

14

Para ahli bahasa Arab (Al-Khuli (1982:291) dan Ba‟albaki

(1990:510) menyepadankan verba transitif dengan istilah fi‘l

muta‘addi.

1.2.Frasa

Unsur klausa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak

melampaui batas sebuah fungsi disebut dengan frasa (Ramlan,

2001:138). Berkaitan dengan hal tersebut, frasa dibagi lagi menjadi 5,

yaitu frasa verbal, frasa nominal, frasa bilangan, frasa keterangan, dan

frasa depan.

a. Frasa verbal

Merupakan frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan

kata verbal, misalnya sedang membaca, akan pergi, sudah datang

dan sebagainya (Ramlan, 2001:154).

b. Frasa nominal

Merupakan frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan

kata nominal. Misalnya mahasiswa lama, gedung sekolah, guru

yang bijaksana, kapal terbang itu, jalan raya ini, dan lain

sebagainya (Ramlan, 2001:154).

c. Frasa bilangan/ numeralia

Frasa bilangan ialah frasa yang mempunyai distribusi yang

sama dengan kata bilangan. Misalnya frase dua buah, tiga ekor,

lima botol, tiga puluh kilogram, dan sebagainya (Ramlan,

2001:162).

Page 16: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

15

d. Frasa keterangan

Frasa keterangan ialah frase yang mempunyai distribusi yang

sama dengan kata keterangan. Misalnya frasa tadi malam, kemarin

pagi, sekarang ini, dan sebagainya (Ramlan, 2001:162).

e. Frasa depan

Frase depan ialah frase yang terdiri dari kata depan sebagai

penanda, diikuti oleh kata atau frasa sebagai aksisnya. Misalnya di

sebuah rumah, dengan sangat tenang, sejak tadi pagi, dari desa, ke

jakarta, daripada bambu, kepada teman sejawatnya, dan lain

sebagainya (Ramlan, 2001:162).

Ba‟albaki (1990:378) menyebut frasa sebagai syibhu jumlah

atau syibjumlah. Dia juga menyebutnya sebagai murakkab. Murakkab

yaitu susunan yang tersusun lebih dari satu kata tetapi tidak mencapai

susunan subjek predikat (1990:379). Selain itu, menurut Ghulayaini,

frasa adalah perkataan yang terdiri dari dua kata atau lebih untuk

makna tertentu, baik itu makna yang sempurna seperti pada susunan

a’n-naja>tu fi>’sh-shidqi „kesuksesan pada kejujuran‟, maupun yang

tidak sempurna seperti pada susunan nu>ru'sy-syamsi „sinar matahari‟

(Ghulayaini, 2005:11).

Terdapat enam murakkaba>t dalam bahasa Arab (Ghulayaini,

2005:11). Keenam jenis itu adalah Al-murakkab al isna>di>, Al-

murakkab al-idlafi>,Al-murakkab al baya>ni>, Al-murakkab al ’athfi>, al

murakkab al mazji>, dan Al-murakkab al ’adadi>.

Page 17: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

16

a. Al-murakkab al-isna>di>

Al-murakkab al-isna>di> adalah susunan yang tersusun dari

subjek dan predikat (Ghulayaini, 2005:11).

b. Al-murakkab al -dlafi>

Al-murakkab al-idlafi> adalah susunan yang terdiri dari

mudla>f dan mudla>f ilaih. Seperti pada frasa kita>bu’t-tilmi>dzi ‘buku

milik murid itu‟, kha>timu fidhatin ‘cincin dari perak‟, shaumu’n-

naha>ri „puasa pada siang hari‟. Harakat atau hukum bagian ke dua

adalah selalu kashrah (Ghulayaini, 2005:13).

c. Al-murakkab al-baya>ni>

Al-murakkab al-baya>ni> adalah setiap susunan dua kata yang

mana bagian yang kedua menjadi penjelas bagi bagian pertama. Ini

terbagi lagi ke dalam tiga jenis:

1) Murakkabun washfiyyun :susunan yang terdiri dari shifah dan

maushuf. Misalnya pada susunan fa>za’t-tilmi>dzul-mujtahidu

„murid yang bersungguh-sungguh itu berhasil‟.

2) Murakkabun taukidiyyun :susunan yang terdiri dari al

mu’akkidu dan al mu’akkadu. Misalnya pada susunan ja>'al-

qaumu kulluhum „kaum itu datang keseluruhannya‟.

3) Murakkabun badaliyyun :susunan yang terdiri dari badal dan

mubdal minhu. Misalnya pada susunan ra'aitu khali>lun akha>ka

„aku telah melihat Khalil saudara laki-lakimu‟.

Page 18: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

17

Hukum kata bagian ke dua dari Al-murakkab al-bayani>

adalah sesuai dengan kata yang mendahuluinya (Ghulayaini,

2005:13).

d. Al-murakkab al-’athfi

Al-murakkab al-’athfi adalah susunan yang terdiri dari al-

ma‘thuf dan al-ma‘thuf alaihi, di antara kedua kata tersebut diselipi

dengan charful-athfi. Misalnya pada susunan yana>lu’t-tilmi>dzu

wa’t-tilmi>dzatul-chamda wa’ts-tsana>’a „murid laki-laki dan

perempuan mendapatkan pujian dan sanjungan‟. Hukum kata

setelah charfu athfi adalah mengikuti kata yang sebelumnya

(Ghulayaini, 2005:13).

e. Al -murakkab al-mazji>

Al-murakkab al-mazji> adalah setiap dua kata yang tersusun

kemudian menjadi satu kata. Misalnya frasa ba‘labakka,

baitalchama, chadlramauta, dan si>bawaichi. Frasa-frasa dalam al -

murakkab al-mazji> ini tidak memiliki sifat la> yunsharifu (tidak

dapat ditashrif atau tidak dapat diubah-ubah susunan katanya)

(Ghulayaini, 2005:13).

f. Al-murakkab al-’adadi>

Al-murakkab al-’adadi> adalah susunan yang terdiri dari dua

bilangan angka yang ditengah-tengahnya diselipi dengan charful-

athfi yang tersembunyi. Bilangan ini meliputi angka dari 11 sampai

19, dan 21 sampai 29, sedangkan angka 20 dan sampai 99 tidak

Page 19: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

18

termasuk dalam frasa ini karena charful-athfi nya tampak atau

terlihat. Hukum dari ini adalah selamanya fatchah. Misalya pada

susunan ja>'a achada asyara rajulan „telah datang sebelas laki-laki‟,

ra'aitu achada asyara kaukaban „aku melihat sebelas bintang‟,

achsantu ila> achada asyara faqi>ran „aku berbuat baik pada sebelas

orang fakir‟ (Ghulayaini, 2005:14).

1.3.Kata

Kata adalah bagian dari kalimat yang merupakan kesatuan yang

terkecil, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung suatu pengertian

(Hidayatullah, 2012:91). Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata

dapat menempati fungsi-fungsi sintaksis atau menjadi bagian dari

frasa yang mengisi fungsi-fungsi sintaksis.

Ba‟albaki (1990:537) menyebutkan kata dalam bahasa Arab

sebagai kalimah. Kalimah adalah unsur terkecil dalam hierarki

gramatika, sedangkan Al-Khuli menyebutnya sebagai satuan bahasa

terkecil yang telah memiliki makna (Al-Khuli, 1982:310).

2. Kategori dan Fungsi Sintaksis

2.1.Kategori Sintaksis

Dalam ilmu bahasa, kata dikelompokkan berdasarkan bentuk

serta perilakunya. Kata yang mempunyai bentuk serta perilaku yang

sama, atau mirip, dimasukkan ke dalam satu kelompok, sedangkan

kata lain yang bentuk dan perilakunya sama atau mirip dengan

sesamanya, tetapi berbeda dengan kelompok yang pertama,

Page 20: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

19

dimasukkan ke dalam kelompok yang lain. Dengan kata lain, kata

dapat dibedakan berdasarkan kategori sintaksisnya. Kategori sintaksis

sering pula disebut kategori atau kelas kata (Alwi, et.al 2003:36).

Dalam bahasa Indonesia, terdapat empat kategori sintaksis

utama: (1) verba atau kata kerja, (2) nomina atau kata benda, (3)

adjektiva atau kata sifat, dan (4) adverbia atau kata keterangan. Di

samping itu, terdapat satu kelompok lain yang disebut dengan kata

tugas yang terdiri atas beberapa subkategori yang lebih kecil,

misalnya preposisi atau kata depan, konjungtor atau kata sambung,

dan partikel (Alwi, et.al 2003:36).

Nomina, verba, dan adjektiva sering dikembangkan dengan

tambahan pembatas tertentu. Nomina, misalnya, dapat dikembangkan

dengan nomina lain, adjektifa, atau dengan kategori lain, kemudian

membentuk frasa nominal. Verba dapat diperluas, antara lain dengan

adverbia, kemudian menjadi frasa verbal, dan adjektiva dapat

diperluas dengan adverbia, kemudian menjadi frasa adverbial.

Preposisi yang diikuti kata atau frasa lain menghasilkan frasa

preposisional (Alwi, et.al 2003:36).

Al-Khuli (1982:311) membagi kelas kata bahasa Arab dalam

empat kategori: (1) al-asma>’ (noun), (2) al-af ‘a>l (verb), (3) a’n-nu‘u>t

(adjective), dan (4) a’zh-zhuru>f (adverb).

Page 21: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

20

2.2. Fungsi Sintaksis

Tiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang

mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat

tersebut. Fungsi itu bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan

kata atau frasa dalam kalimat (Alwi, et.al 2003:36).

Al-Khuli (1982:100) menyepadankan istilah fungsi sintaksis

(functional categories) dengan anma>thun wazhifiyyatun. Yaitu

sebuah pola yang menunjuk pada fungsi atau tugas kata dalam

kalimat, seperti mubtada’, khabar, dan maf‘u>lun bihi.

Fungsi sintaksis utama dalam bahasa adalah predikat, subjek,

objek, pelengkap, dan keterangan. Di samping itu, ada fungsi lain

seperti atributif (yang menerangkan), koordinatif (yang

menggabungkan secara setara), dan subordinatif (yang

menggabungkan secara bertingkat).

2.2.1. Fungsi Predikat

Ba‟albaki (1990:391) menyepadakan predikat dengan

musnadun, khabar, machku>m bih, dan machmu>l. Predikat dalam

bahasa Indonesia dapat berwujud frasa verbal, adjektival, nominal,

numeral, dan preposisional. Dengan demikian musnad dalam

bahasa Arab dapat berupa fi’l, ism fi’l, khabar mubtada’, khabar

fi’l naqis, dan khabar huruf yang setara dengan laisa dan inna wa

akhawatuha> (Ghulayaini, 2005:12).

Page 22: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

21

2.2.2. Fungsi Subjek

Ba‟albaki (1990:479) menyepadankan istilah subjek dengan

musnad ilaihi, atau berupa fa>’il, mubtada', machku>mu ‘alaihi, dan

maudhu>’. Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai

subjek pula. Dalam bahasa Indonesia subjek biasanya terletak di

muka predikat. Subjek dapat berupa nomina, tetapi pada keadaan

tertentu kategori kata lain juga dapat menduduki fungsi subjek.

Ghulayaini menjelaskan musnad ilaih merupakan fa>‘il,

na>’ibul fa>‘il, mubtada’, ism fi’l naqis, ism huruf yang setara dengan

laisa dan ism inna wa akhawatua serta la> nafiyah li> jins.

2.2.3. Fungsi Objek

Ba‟albaki (1990:343) menyebut objek dengan maf’u>l bih.

Ghulayaini (2005:434) menjelaskan, maf’u>l bih dibagi menjadi

dua: shari>ch dan ghairu shari>ch . Jenis yang pertama dibagi ke

dalam dua jenis, zha>hir dan dhami>r muttashil. Sementara itu,

maf’u>l bih ghairu shari>ch dibagi menjadi tiga jenis: mu'awwalun

bimashdarin ba’da charfin mashdariyyin, jumlatun mu'awwalatun

bimufrodi, dan ja>run wa majru>run.

3. Verba Transitif

Verba merupakan unsur yang sangat penting dalam kalimat

karena dalam kebanyakan hal verba berpengaruh besar terhadap

unsur-unsur lain yang harus atau boleh ada dalam kalimat tersebut

(Alwi et.al, 2003:90).

Page 23: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

22

Dari segi sintaktisnya, ketransitifan verba ditentukan oleh dua

faktor: (1) adanya nomina yang berdiri di belakang verba yang

berfungsi sebagai objek dalam kalimat aktif dan (2) kemungkinan

objek itu berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif (2003:90).

Verba transitif merupakan verba yang memerlukan nomina

sebagai objek dalam kalimat aktif, dan objek itu dapat berfungsi

sebagai subjek dalam kalimat pasif (2003:91).

Contoh kalimat dengan menggunakan verba transitif misalnya:

(4) Ibu sedang membersihkan kamar itu.

(5) Rakyat pasti mencintai pemimpin yang jujur.

Bentuk pasif dari kalimat tersebut adalah

(4a) Kamar itu sedang dibersihkan oleh ibu

(5a) Pemimpin yang jujur pasti dicintai oleh rakyat.

Menurut Alwi (2003:92) verba transitif dibagi ke dalam tiga

jenis yaitu verba ekatransitif, verba dwitransitif, dan verba

semitransitif.

a. Verba Ekatransitif

Verba ekatransitif adalah verba transitif yang diikuti oleh satu

objek. Seperti dalam kalimat:

(6) Saya sedang mencari pekerjaan.

S P O

b. Verba Dwitransitif

Verba dwitransitif adalah verba yang dalam kalimat aktif

dapat diikuti oleh dua nomina, satu sebagi objek dan satunya lagi

Page 24: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

23

sebagai pelengkap. Objek dalam kalimat dwitransitif dapat tidak

dinyatakan secara eksplisit (Alwi et.al, 2003:92). Contoh kalimat

yang menggunakan verba dengan dua objek misalnya:

(7) Saya sedang mencarikan adik saya pekerjaan.

S P O2 O1

c. Verba semitransitif

Verba semitransitif ialah verba yang objeknya boleh ada dan

boleh juga tidak. Misalnya pada kalimat (8) yang dapat berupa

kalimat (8a) berikut ini:

(8) Ayah sedang membaca koran.

(8a) Ayah sedang membaca.

Ba‟albaki (1990:509) menyepadankan istilah verba transitif

(transitive verb) dengan fi‘lun muta‘adiyyun, yaitu fi‘l atau verba

yang membutuhkan hadirnya maf‘u>lun bihi.

Terkait dengan jumlah objek yang mengiringinya, Ghulayaini

(2005:28) membagi verba dalam bahasa Arab menjadi tiga, yaitu

muta‘addi ila> maf ‘u>l bih wa>chid, muta‘addi ila> maf‘u>llaini, dan

muta‘addi ila> tsala>tsata mafa>‘i>l \.

a. Muta‘addi ila> maf ‘u>l bih wa>chid

Muta‘addi ila> maf‘u>l bih wa>chid adalah verba bahasa Arab

yang membutuhkan satu objek saja. Misalnya verba-verba kataba,

akhadza, akrama (Ghulayaini,2005:28).

Page 25: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

24

b. Muta‘addi ila> maf‘u>llaini

Muta‘addi ila> maf‘u>llaini adalah verba yang membutuhkan

dua objek. Verba ini dibagi lagi kedalam dua bagian:

1) Verba yang menashabkan dua objek yang pada dasarnya bukan

mubtada’ dan khabar, seperti verba-verba 'a‘tha>, sa'ala,

manacha, mana‘a, kasa>, albasa, dan ‘allama.

2) Verba yang menashabkan dua objek yang pada dasarnya

keduanya merupakan mubtada’ dan khabar. Verba ini dibagi

lagi menjadi dua: (1) af‘a>lul-qulu>b , seperti ra'a>, ‘alima, wajada,

ta‘allama, dan (2) af‘a>lu’t-tachwi>l yang termasuk dalam verba

ini ada tujuh, yaitu shayyara, waradda, taraka, takhidza,

ittakhadza, ja‘ala, dan wahaba (Ghulayaini, 2005:28).

c. Muta‘addi ila> tsala>tsata mafa>‘i>l \

Muta‘addi ila> tsala>tsata mafa>‘i>l \ adalah verba yang

membutuhkan tiga objek. Misalnya verba-verba ara>, a’lama,

anba’a, nabba’a, akhbara, dan khabbara (Ghulayaini, 2005:28)

Berkaitan dengan bertemunya verba dengan objeknya, A‟d-

Dahdah (2000:232) membagi verba transitif ke dalam verba transitif

yang langsung bertemu dengan objeknya dan verba transitif yang

bertemu dengan objeknya melalui perantara. Ghulayaini (2005:28)

menyebutnya dengan fi‘l muta‘addi binafsihi dan fi‘l muta‘addi

bighairihi.

Page 26: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

25

a. Fi’l muta‘addi binafsihi

Fi’l muta‘addi binafsihi adalah fi‘l yang langsung

bertemu dengan maf‘u>lun bihinya. Misalnya pada kalimat:

(9) Kataba a’t-tilmi>dzu risa>latan (A‟d-Dahdah, 2000:280) P S O

„Murid itu menulis surat‟

b. Fi’l muta‘addi bighairihi

Fi’l muta‘addi bighairihi adalah fi‘l yang bertemu

dengan maf‘u>lun bihinya terlebih dahulu melalui partikel lain.

Contoh fi’l muta‘addi bighairihi :

(10) Raghiba’l-waladu fi> ‘ilmi (A‟d-Dahdah, 2000:281).

„Anak itu mencintai ilmu‟.

(11) Jalasa’r-rajulu tachta’sy-syajarati

(A‟d-Dahdah, 2000:281)

„Lelaki itu duduk di bawah pohon‟.

Sementara itu, berkenaan dengan pembentukan verba transitif,

dalam buku morfologi bahasa Arab (Jami>’u’d-duru>s, a’sh-sharful-ka>fi>,

Mu’jamul-af’a>lul-mutta’addyyati bicharfin) pembahasan mengenai

wazan pembentuk fi’l mutta’addi tidak dibahasa secara khusus.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wazan fi’l mutta’addi

mengikuti atau sama dengan wazan-wazan pembentuk fi’l secara

umum. Yaitu yang terbagi ke dalam tsulasi, ruba’i, khumasi, dan

sudasi.

Page 27: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

26

Namun terdapat beberapa wazan yang dapat memuta’adikan fi’l

la>zim menjadi fi’l muta’addi (Ghulayaini, 2005:39). Fi’l lazim akan

menjadi fi’l muta’addi apabila:

a. Mengubah fi’l la >zim ke dalam bab af’ala

Misalnya dalam contoh akramtul-mujtahida „aku

memuliakan orang yang bersungguh-sungguh‟. Mujarrad dari

fi’l akrama „memuliakan‟ adalah karuma „dermawan‟ yang

merupakan fi’l la>zim.

b. Mengubah fi’l la >zim ke dalam bab fa’ala

Misalnya fi’l azhzhumtu „memuliakan‟ dalam contoh

‘azhzhumtul-‘ulama>a „aku memuliakan ulama‟. Mujarrad dari

fi’l azhzhumtu adalah „azhuma (besar).

c. Memberi charfu al jarri pada fi’l la>zim

Misalnya dalam contoh tamassak bil-fadhi>lati

„berpeganglah pada keutamaan‟. Maf’u>l bih dalam contoh

tersebut adalah dari jenis ghairu shari>ch yang majru>r secara

lafadz tapi dalam keadaan manshu>b .

4. Objek

4.1. Pengertian

Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut

oleh predikat berupa verba transitif pada kalimat aktif. Dalam bahasa

Indonesia, objek selalu terletak langsung setelah predikatnya (Alwi

Page 28: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

27

et.al, 2003:328). Objek dapat dikenali dengan memperhatikan (1) jenis

predikat yang dilengkapinya dan (2) ciri khas objek itu sendiri.

Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Jika objek

tergolong nomina, frasa nominal tak bernyawa, atau persona ketiga

tunggal, nomina objek itu dapat diganti dengan pronomina –nya; dan

jika berupa pronomina aku atau kamu (tunggal), bentuk –ku dan –mu

dapat digunakan. Selain satuan berupa nomina atau frasa nominal,

konstituen objek dapat pula berupa klausa (2003:328).

Objek pada kalimat aktif transitif akan menjadi subjek jika

kalimat itu dipasifkan (Alwi et.al, 2003: 328).

Ba‟albaki (1990:343) menyebut objek (object) dengan istilah

maf‘u >l bih.

Maf’ul adalah efek sintaksis yang muncul akibat adanya fi’l

mutaadi atau “yang dijadikan” dalam sebuah kalimat lengkap (A‟d-

Dahdah, 2000: 314). Maf‘u >l bih adalah ism mansub yang ada setelah fi’l

(kata kerja) dan fa’il (pelaku) (Ad Dahdah, 2000: 311). Muhyidin

(2010:235) menyatakan maf‘u>l bih ialah: ism mansub yang menjadi

objek (sasaran) dari perbuatan (fa>’il), seperti pada perkataan:

(12) Dharabtu Zaidan

„Saya telah memukul Zaid‟ atau

(13) Rakibtul-fara>sa

„Saya telah menunggang kuda‟.

Page 29: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

28

Diantara sifat-sifat yang memenuhi maf‘u>l bih menurut para ahli

nahwu adalah harus ism, harus manshub, dan sebagai sasaran (objek)

dari perbuatan fa’il (subjek). Maksud kata-kata sasaran dari perbuatan

fa’il adalah keterkaitan dengannya, baik bentuknya kalimat positif

seperti fahimtu’d-darsa „saya memahami pelajaran‟, ataupun kalimat

negatif seperti lam afham a’d darsa „saya tidak memahami pelajaran‟

(Muhyidin, 2010:236).

Hukum maf‘u>l bih ada empat; (1) wajib nashab, (2) boleh

dilesapkan dengan syarat, (3) boleh dilesapkan fi’lnya, (4) diletakkan

sebelum fi’l dan fa’ilnya dalam keadaan tertentu (Ghulayaini, 2005:

436).

Maf‘u >l bih ada lima macam (Muhyidin, 2010:237):

a. Ism zhahi>r.

Ism zhahi>r adalah ism yang menunjukkan pada maknanya

tanpa memerlukan adanya pertalian dengan kata ganti orang

pertama, orang kedua, atau orang ketiga, sedangkan ism mudhmar

adalah ism yang hanya menunjuk pada maknanya dengan adanya

pertalian dengan salah satu dari tiga qorinah.

b. Ism mudhmar

Ism mudhmar terbagi lagi menjadi dua:

1) Ism mudhmar yang manshub

Ism mudhmar yang manshub terbagi lagi ke dalam

dua jenis, dhami>r muttasil dan dhami>r munfashil. Masing-

Page 30: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

29

masing dari kedua jenis ism mudhmar ini memiliki 12

kata.

2) Ism mudhmar dhami>r muttasil

Kata-kata dalam ism mudhmar dhami>r muttashil

tidak bisa diletakkan di permulaan kalimat dan tidak bisa

diletakkan setelah illa jika tidak darurat. Adapun dhami>r

munfasil bisa diletakkan di permulaan kalimat dan bisa

pula diletakkan setelah illa kapan saja (Muhyidin,

2010:237).

c. Dza>hir shari>ch mu‘rab

Seperti kata al-ma’rifata „pengetahuan‟ pada susunan:

(14) Nathlubul-ma‘rifata

„Kami minta pengetahuan‟ (Muhyidin, 2010:238).

d. Dza>hir shari>ch mabni

Misalnya kata al-qashi>dah (nada) pada susunan:

(15) Darasa’t-tilmi>dzu hadzihil-qashi>data.

„Murid belajar nada ini‟ (Muhyidin, 2010:238).

e. Mu’awwal bish shari>ch

Seperti kata qa>dimun ‘datang’ yang berarti qudu>maka

„kedatanganmu‟ pada kalimat berikut:

(16) ‘Araftu annaka qa>dimun

„aku tahu bahwa kamu datang = aku mengetahui

kehadiranmu‟ (A‟d-Dahdah, 2000:311)

Page 31: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

30

Sementara itu, Baraka>t (2007:31) menyatakan bahwa maf’u>l bih

dapat pula berupa kalimat. Beliau mengambil contoh „qul huwa

Allahu ahadun’. ‘Huwa Allahu ahadun’ Merupakan jumlatun

ismiyyatun maqu>lul-qaulu yang menempati fungsi maf’u>l bih.

Maqu>lul-qaulu selalu berupa kalimat.

4.2. Posisi Objek dalam Kalimat

Objek dalam kalimat bersifat manasuka (Ramlan, 2001:23).

Dengan ringkas, ia menyebutkan satuan gramatikal dalam sebuah

klausa terdiri dari S P (O) (KET) (PEL) dan tanda kurung dalam setiap

unsur mempunyai makna manasuka. Maksudnya, boleh ada boleh

tidak.

Asal posisi maf’u>l bih adalah berada setelah subjek. Namun

terdapat beberapa keadaan yang mewajibkan mendahulukan maf’u>l

bih daripada subjeknya (A‟d-Dahdah, 2003:311). Misalnya pada

kalimat:

(17) Kataba’d-darsa Sali>mun

„Salim telah menulis pelajaran‟.

Pola jumlah fi’liyyah adalah fi’l - fa>’il - maf’u>l bih (Baraka>t,

2007:185). Urutan tersebut akan berubah dengan adanya keadaan-

keadaan tertentu. Perubahan-perubahan urutan tersebut antara lain

adalah:

Page 32: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

31

a. Wajib mendahulukan maf’u>l bih daripada fa>’il

Posisi asal maf’u>l bih adalah berada setelah fa>’il (Baraka>t,

2007:189). Maf’u>l bih wajib didahulukan sebelum fa>’il dan

menengahi antaranya dan fi’l apabila :

a.1. Jika fa>’il berupa machshu>r alaih maka maf’u>l bih harus

diakhirkan. Misalnya pada perkataan innama> yakhsya’l-La>ha

min ‘iba>dihi’l-‘ulama>'u „sesungguhnya yang takut kepada

Allah diantara hamba-hambaNya hanyalah ulama-ulama‟. Sifat

„takut‟ dikhususkan kepada „’ulama>’ (Baraka>t, 2007:189).

a.2. Jika fa>’il mengandung dhami>r yang menunjuk pada maf’u>l bih.

Beberapa ulama (Ibn Jinni, al-Akhfasy, Ibn Thawal, dan Ibn

Malik) mewajibkan mendahulukan maf’u>l bih daripada

fa>ilnya. Misalnya pada kalimat dza>kara’d-darsa qa>ri'uhu

„pembacanya mempelajari pelajaran‟ (Baraka>t, 2007:190).

a.3. Jika maf’u>l bih berupa dhami>r muttashi>l dan fa>’il berupa ism

zha>hir. Misalnya pada kalimat lam yu’jibkum hadzal-‘amalu

„pekerjaan ini belum mengejutkan kalian‟ (Baraka>t, 2007:191).

a.4. Jika ma’mul berupa mashdar muqaddar dengan an + fi’l atau

dengan anna + ‘a>mil sebagai adjungtif bagi maf’u>l bih, maka

wajib mengakhirkan fa>’ilnya. Misalnya pada kalimat

yu’jibuniy ikra>mu’dh-dhaifi machmu>dun yang berarti an

yukrima machmu>dun a’dh dhaifi „mengejutkanku

memuliakanya tamu Machmud‟. A’dh dhaifi sebagai adjungtif

Page 33: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

32

bagi ikra>mu yang majru>r dengan tanda kasrah sedangkan ia

berada pada keadaan nashab (Baraka>t, 2007:192).

a.5. Jika a>mil sifah musytaq yang bergabung pada maf’u>l bih maka

wajib mengakhirkan fa>’ilnya. Misalnya pada kalimat hadza

mukarrimu sami>rin abu>hu yang berarti mukarramun abu>hu

sami>ran „ayahnya memuliakan Samir‟ (Baraka>t, 2007:192).

b. Wajib mendahulukan maf’u>l bih daripada fi’l

Urutan asal dalam jumlah fi’liyyah adalah fi’l kemudian maf’u>l

bih (Baraka>t, 2007:195). Namun dalam beberapa hal, maf’u>l bih

wajib didahulukan atas fi’l apabila:

b.1. Maf’u>l bih merupakan dhami>r munfashil (iyya>ka beserta

cabang-cabangnya yang 12). Misalnya pada kalimat iyya>ka

na’budu wa iyya>ka nasta’i>nu „hanya kepadaMu kami

menyembah dan hanya kepadaMu kami mohon pertolongan‟

(Baraka>t, 2007:195).

b.2. Jika berupa ism-ism yang memiliki hak untuk didahulukan

dalam jumlah. Ism yang memiliki hak untuk didahulukan

dalam jumlah hanya tertentu saja, yaitu al istifha>mu misalnya

pada man tushaddiqu? „siapa yang kamu percayai?‟. Man

adalah maf’u>l bih; a’sy syartu misalnya pada perkataan ma>

taf>’alu> ya’lamhulla>hu „apa yang kamu kerjakan maka Allah

mengetahuinya‟. Ma> merupakan maf’u>l bih; kam al

khabariyyah misalnya pada perkataan kam qalamin isytaraita

Page 34: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

33

„betapa banyak pena yang telah kamu beli”. Kam merupakan

maf’u>l bih, kata yang bergabung dengan kata sebelumnya dan

kata itu berada pada posisi objek misalnya pada perkataan Ibna

man qa>balta fi>’l-matha>r? „anak siapa yang kamu temui di

bandara?‟. Ibna merupakan maf’u>l bih (Baraka>t, 2007:196).

b.3. Jika maf’u>l bih merupakan penengah antara ama> dan fa’ul jaza>'

atau fa’ jawa>b. Misalnya pada kalimat fa'ammal-yati>ma fala>

taqhar, wa amma>’s-sa>'ila fala> tanhar „adapun terhadap anak

yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang, dan

terhadap orang yang meminta-minta maka janganlah kamu

menghardiknya‟. Al-yati>ma dan a’s-sa>'ila merupakan maf’u>l

bih (Baraka>t, 2007:197)

4.3. Bertemunya Verba dengan Objek

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ghulayaini mengenai fi’l

mutta’addi, bahwa terdapat verba yang langsung bertemu dengan

objeknya dan ada pula verba yang bertemu dengan objeknya melalui

perantara partikel yang menjadikan harakat maf’u>l bih tersebut majru>r.

Mengutip perkataan Hasan (2010:151) yang diambil dari

penjelasan buku Al Mufashal bagian 7 halaman 65, bahwa objek yang

didahului oleh partikel (charfu jar) pada hakikatnya secara dhahir

adalah majru>r tetapi secara makna adalah nashab, karena berfungsi

sebagai objek. Misalnya pada susunan

(18) Marartu bi zaidin (Hasan, 2010:151)

Page 35: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

34

„Aku melewati Zaid‟.

Dengan demikian, terdapat objek yang langsung (langsung

bertemu verbanya) dan terdapat pula objek yang bertemu verba

dengan perantara partikel.

5. Pola Urutan Kata Pada Kalimat

Alwi (2003:322) menjelaskan terdapat enam pola kalimat dasar

dalam bahasa Indonesia, yaitu (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-

Ket, (5) S-P-O-Pel, dan (6) S-P-O-Ket.

a. S-P

Pola kalimat S-P seperti terdapat dalam contoh kalimat:

(19) Orang itu sedang tidur.

S P

(20) Saya mahasiswa.

S P

b. S-P-O

Pola kalimat S-P-O seperti terdapat dalam contoh kalimat:

(21) Ayahnya membeli mobil baru.

S P O

(22) Rani mendapat hadiah.

S P O

c. S-P-Pel

Pola kalimat S-P-Pel seperti terdapat dalam contoh kalimat:

(23) Beliau menjadi ketua koperasi.

S P Pel

(24) Pancasila merupakan dasar negara kita.

S P Pel

Page 36: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

35

d. S-P-Ket

Pola kalimat S-P-Ket seperti terdapat dalam contoh kalimat:

(25) Kami tinggal di Jakarta.

S P Ket

(26) Kecelakaan itu terjadi minggu lalu.

S P Ket

e. S-P-O-Pel

Pola kalimat S-P-O-Pel seperti terdapat dalam contoh kalimat:

(27) Dia mengirimi ibunya uang.

S P O Pel

(28) Dian mengambilkan adiknya minum.

S P O Pel

f. S-P-O-Ket

Pola kalimat S-P-O-Ket seperti terdapat dalam contoh kalimat:

(29) Pak Raden memasukkan uang ke bank.

S P O Ket

(30) Beliau memperlakukan kami dengan baik.

S P O Ket

Bahasa Arab membagi pola urutan kata dalam klausa menjadi

delapan macam (Asrori, 2004:83). Kedelapan pola klausa tersebut

adalah:

a. S-P

Pola kalimat S-P seperti terdapat dalam contoh klausa:

(31) Huwa yamsyi

S P

„Dia berjalan‟ (Asrori, 2004:86).

Page 37: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

36

b. S-P-O

Pola kalimat S-P-O seperti terdapat dalam contoh klausa:

(32) Irtada Achmadu mala>bisal-ichra>m S P O

„Ahmad mengenakan pakaian ikhram‟ (Asrori, 2004:86).

c. S-P-K

Pola kalimat S-P-K seperti terdapat dalam contoh klausa:

(33) Ana adzhabu ila>’n-na>di> S P K

„aku pergi ke lapangan‟ (Asrori, 2004:86).

d. S-P-O-K

Pola kalimat S-P-O-K seperti terdapat dalam contoh klausa:

(34) Ana ushalli>l-jum’ata ma’a wa>lidi> (Asrori, 2004:86).

„Aku shalat Jum‟at bersama ayahku‟.

e. P1

Pola klausa P saja seperti terdapat dalam contoh klausa:

(35) Ka>nat qaryatan kha>liyatan P

„Dahulu (merupakan) desa sepi‟ (Asrori, 2004:86).

f. P-O2

Pola kalimat P-O seperti terdapat dalam contoh klausa:

1 Susunan tersebut menurut Asrori merupakan susunan predikat. Hal tersebut dapat diasumsikan

dengan kalimat sebelum predikat tersebut. Sebelum predikat tersebut terdapat kalimat Solo

madinatun shaghi>ratun. Ka>nat qaryatan kha>liyatan ‘Solo adalah kota kecil. dulunya merupakan

kota yang sepi. 2 A’malu al wa>jiba „aku mengerjakan tugasku‟ menurut Asrori, klausa tersebut berpola P-O.

Menurut penulis klausa tersebut berpola P-S-O karena dalam predikat a’malu terdapat subjek yang

tersembunyi (zhamir mustatir).

Page 38: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

37

(36) A’malu al-wa>jiba P O

„Aku mengerjakan tugas‟ (Asrori, 2004:86).

g. P-K3

Pola kalimat P-K seperti terdapat dalam contoh klausa:

(37) La> adzkuru jayyidan P K

„Aku tidak mengingat dengan baik‟ (Asrori, 2004:86).

h. P-O-K4

Pola kalimat P-O-K seperti terdapat dalam contoh klausa:

(38) Yattadzakkaru wa>lidahu katsi>ran P O K

‘Dia sering mengingat ayahnya’5 (Asrori, 2004:86).

Terkait dengan verba transitif dan objek yang mengiringinya,

secara klausal, bahasa Arab mempunyai tipe pokok V-O tetapi

dimungkinkan pula bertipe O-V karena urutan kata dalam kalimat

bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi (Ma‟ruf, 2009:206).

Bahasa Arab memiliki tiga jenis verba transitif, yaitu verba

transitif yang membutuhkan satu objek, dua objek, dan tiga objek

(Ghulayaini, 2005:28). Terkait dengan hal tersebut, bahasa Arab

3 Asrori berpendapat bahwa klausa tersebut berpola P-K. Menurut penulis, klausa tersebut berpola

P-S-K dengan mempertimbangkan adanya subjek yang melekat pada predikat yang terwujud

dalam partikel hamzah, menunjukkan bahwa verba yang menjadi predikat klausa tersebut

bersubjek ana „aku‟. 4 Klausa yattadzakkaru wa>lidahu katsi>ran menurut Asrori berpola P-O-K. Menurut penulis klausa

tersebut berpola P-S-O-K dengan melihat adanya subjek tersembunyi dalam verba yattadzakkaru

yang menunjuk pada „dia laki-laki satu‟. 5 Dengan demikian, Asrori memiliki 8 pola klausa dalam bahasa Arab, tapi dari kedelapan pola

tersebut yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab hanya ada lima, yaitu S-P, S-P-O, P, S-P-K, dan

S-P-O-K, sedangkan pola P-O masuk ke dalam pola S-P-O, pola P-K masuk ke dalam pola S-P-K,

dan pola P-O-K masuk ke dalam pola S-P-O-K.

Page 39: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

38

memiliki urutan tersendiri mengenai posisi verba dengan objek. Verba

ekatransitif membentuk tiga pola, sedangkan verba dwitransitif

membentuk satu pola dengan empat variasi, dan verba tritransitif

membentuk satu pola dengan satu variasi.

Berdasarkan pada verba transitif yang membutuhkan satu objek

(ekatransitif), Ma‟ruf menyimpulkan terdapat tiga pola urutan kata

pada kalimat (2004:55). Ketiga pola tersebut adalah:

a. Pola urutan Vtran-N1-N2

(39) Fa ragiba al ami>ru fi> saidihi (Bara>niq dalam Ma’ruf, t.t.:3)

Vtran S O

„Sang pangeran menyukai buruannya‟(Ma‟ruf, 2004:58).

b. Pola urutan Vtran-N2-N1

(40) Kataba a’d-darsa Zuhairun.

Vtran O S

„Zuhair menulis pelajaran‟ (Ma‟ruf, 2004:72).

c. Pola urutan N2-V-N1

(41) Al ha>diri>na akramtu O Vtran(S)

„Para hadirin itu saya hormati‟ (Ma‟ruf, 2004:76)

Untuk verba yang membutuhkan dua kehadiran objek dalam

kalimat,dia merumuskan pola kalimat:

d. Pola urutan Vtran- N1-N2(O1)-N3(O2)

(42) Ra’at zaujaha sha>diqan Vtran(S) O1 O2

Page 40: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

39

„Ia mengetahui (yakin) bahwa suaminya tulus‟ (Ma‟ruf,

2004:86).

Urutan tersebut dimungkinkan untuk berubah susunannya

menjadi:

1) Vtran-N1-N3-N2

2) N1-Vbit- N2-N3

3) N1-Vbit-N3-N2

4) Vbit-N2-N1-N3

Selanjutnya, urutan kata dalam klimat berverba transitif tiga objek

(verba tritransitif) adalah:

e. Pola urutan Vtran-N1-N2-N3-N4

Misalnya pada susunan:

(43) Ara> al ‘a>limu a’n na>sa a’s safara sahlan P S O1 O2 O3

„Orang yang berilmu itu memberi tahu pada manusia bahwa

pada orang bepergian ada kemudahan‟ (A’d-Dahdah, 2000:233).

Pola tersebut dapat di modifikasi dengan urutan Vtran-N1-N3-N4-

N2 (Ma‟ruf, 2004:102), menjadi kalimat (49a) berikut:

(43a) Ara> al ‘a>limu a’s safara sahlan a’n na>sa P S O2 O3 O1

Page 41: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

40

F. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah semua kalimat aktif deklaratif yang

terdapat dalam kalimat tunggal yang mengandung fungsi objek. Data tersebut

diambil dari sumber data yang berupa cerpen dengan judul Madi>natu a’s-

Sa’a>dah karya Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi.

G. Metode Penelitian

Sudaryanto (1993:5) membagi tahapan dalam penelitian ke dalam tiga

bagian. Tahap pertama adalah tahap penyediaan data, tahap kedua adalah

tahap analisis data, dan tahap terakhir adalah tahap penyajian hasil analisis

data.

a. Tahap penyediaan data

Pada tahap penyediaan data digunakan metode simak. Metode

simak dilakukan dengan menyimak penggunaan objek dalam cerpen

Madi>natu a’s-Sa’a>dah karya Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi. Teknik

dasar yang digunakan dalam metode ini adalah teknik sadap dan

teknik catat sebagai teknik lanjutannya. Teknik sadap dilakukan

dengan menyadap penggunaan kalimat tunggal aktif transitif

deklaratif yang mengandung objek pada cerpen Madi>natu a’s-Sa’a>dah

karya Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi, kemudian dilanjutkan dengan

mencatat data-data pada kartu data dan dilanjutkan dengan klasifikasi

data. Data yang diambil berupa satuan kebahasaan yang membentuk

sebuah klausa. Adapun objek sasaran yang diteliti adalah pengisi

Page 42: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

41

fungsi dan kategori objek dalam klausa dan kalimat pada cerpen

Madi>natu a’s-Sa’a>dah karya Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi.

b. Tahap analisis data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode agih dengan teknik Bagi Unsur Langsung (BUL)

sebagai teknik dasarnya. Penelitian ini menggunakan teknik lanjutan

teknik balik untuk menguji ketegaran posisi objek dalam kalimat.

Teknik lesap juga digunakan untuk menguji kadar keintian objek

dalam kalimat. Misalnya dalam kalimat berikut.

(67:ادلنفلوطي). ال نرى ألنفسنا يف ذلك فضال. 44

(44) La> nara> lianfusina> fi> dza>lika fadhlan (Al-Manfaluthi, tt:67) P(S) Op2 K O1

„Kami tidak melihat pada diri kami dalam hal itu sebuah

keutamaan.‟

Kalimat tersebut terdiri atas empat konstituen: (1) la> nara> (2)

lianfusina> (3) fi> dza>lika, dan (4) fadhlan . Konstituen (1) dalam

kalimat tersebut berfungsi sebagai predikat yang dilekati dengan

subjek pronomina persona pertama plural tersembunyi „kami‟ (dhami>r

mustati>r taqdiruhu nachnu). Konstituen yang berkategori sebagai

verba tersebut terdiri dari verba ra'a> „melihat‟ dan partikel nu>n

(nachnu) „kami‟, sedangkan la> merupakan partikel negasi yang

menyatakan kalimat tersebut adalah kalimat negatif, bukan positif.

Page 43: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

42

Predikat kalimat di atas merupakan verba imperfek (mudha>ri‘)

(nara>) „melihat‟. Verba tersebut berasal dari verba perfek ra'a> .

Partikel nu>n yang menyertai di depannya menunjukkan bahwa yang

melakukan pekerjaan „melihat‟ adalah „kami‟. Selain itu, verba

tersebut merupakan verba transitif, dapat diidentifikasi dengan

munculnya objek setelah verba tersebut.

Konstituen (2) li anfusina> berfungsi sebagai objek kedua. Objek

tersebut muncul dengan adanya perantara partikel la>m, berkategori

sebagai frasa nominal. Objek tersebut terdiri dari nomina anfusu

dilekati dengan partikel nu>n yang menyatakan kepemilikan.

Konstruksi tersebut dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan tarki>b

idla>fi>.

Konstituen (3) fi> dza>lika, berkategori frasa, berfungsi sebagai

keterangan tempat. Frasa tersebut menunjukkan tempat yang merujuk

pada keadaan sebelumnya.

Sementara itu, konstituen (4) sebagai pengisi fungsi objek

pertama dalam kalimat tersebut diisi oleh kata berkategori nomina

yaitu fadhlan „keutamaan‟. Nomina dalam kalimat di atas dapat

digolongkan sebagai objek pertama karena kata tersebut manshu>b dan

menjadi subjek saat kalimat tersebut diubah wujudnya menjadi

kalimat pasif:

(44a) Fadhlun la> yura> lianfusina>. S P Pel

Page 44: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

43

Objek dalam kalimat tersebut bersifat inti. Hal ini dapat

diketahui dengan menggunakan teknik lesap. Jika objek tersebut

dihilangkan, maka kalimat tersebut menjadi :

(44b) la> nara> lianfusina> fi>dza>lika P(S) Op2 K

„kami tidak melihat pada diri kami dalam hal itu‟.

Kalimat (44b) predikatif, tetapi tidak senyap dan tidak dapat

diketahui maknanya secara sempurna. Hal ini juga menjadi bukti

bahwa verba ra'a> merupakan verba transitif, karena tanpa kehadiran

objek verba tersebut tidak dapat dimaknai secara sempurna.

Urutan atau susunan kalimat (44) adalah P(S)-Op2-K-O1. Objek

pertama dalam kalimat tersebut terletak setelah keterangan, tidak

langsung berada setelah verba. Jika kalimat tersebut dibalik urutannya

misalnya menjadi seperti berikut,

(44c) La> nara> fadhlan lianfusina> fi> dza>lika. (1) P(S) (2)O1 (3) Op2 (4) K

„Kami tidak melihat keutamaan pada diri kami dalam hal

itu‟.

Terlihat bahwa objek pertama menempati urutan kedua, setelah

predikat dan objek dengan perantara partikel kedua, sedangkan

sebelumnya, pada kalimat (44), fungsi objek menempati urutan

keempat atau terakhir, yaitu setelah objek kedua dan keterangan.

Page 45: KONSTRUKSI OBJEK DALAM CERPEN MADI>NATU A S … · V karena urutan kata dalam kalimat bahasa Arab mempunyai mobilitas yang tinggi. ... juga frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu,

44

Susunan tersebut kemudian dapat diubah lagi dengan

menempatkan posisi O1 dan Op2 dalam posisi berbeda seperti berikut

ini:

(44d) La> nara> fadlan fi> dzalika lianfusina> P(S) O1 K Op2

‘Kami tidak melihat keutamaan dalam hal itu pada diri kami‟.

Kalimat (44d) secara gramatikal dapat diterima dan tidak

mengubah makna. Dengan demikian dapat diketahui bahwa urutan

posisi objek dalam kalimat tersebut tidak tegar atau dapat dikatakan

objek dalam kalimat tersebut bersifat fleksibel.

c. Tahap penyajian hasil analisis data

Langkah selanjutnya setelah tahap analisis data adalah tahap

penyajian data. Penyajian hasil analisis ini disajikan dalam bentuk

laporan informal. Laporan informal yaitu penyajian laporan yang

berwujud perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto,

1993:145).

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bab I: Pendahuluan

Bab II: Pengisi fungsi dan kategori objek dalam cerpen Madi>natu a’s-

Sa’a>dah karya Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi.

Bab III: Posisi objek pada pola klausa dalam cerpen Madi>natu a’s-

Sa’a>dah karya Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi.

Bab IV: Penutup.