KONSISTENSI PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN … · konsep fungsi-fungsi managemen POSDCORB (Planning,...

103
ISSSN 2337 - 3318 VOLUME IV | Edisi 1 | TAHUN 2016 Jurnal Pembangunan Daerah VOL 4 Edisi 1 JAKARTA 2016 ISSN 2337 - 3318 KONSISTENSI PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU KABUPATEN GUNUNG KIDUL Sukarni Hidayati dan Satino EKSPLORASI POTENSI DESA DALAM RANGKA PERSIAPAN MENJADI DESA WISATA DI DESA KRASAKAN KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Victoria Henuhili dan Tien Aminatun PEMANFAATAN PROBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KOTORAN IKAN TERHADAP KADAR LDL DARAH AYAM BROILER STRAIN LOHMANN Astuti PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) PENULAR PENYAKIT DEMAM BERDARAH (DB) DI KRAKITAN BAYAT KLATEN Tien Aminatun, Victoria Henuhili dan Tutiek Rahayu DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTRIAN DALAM NEGERI

Transcript of KONSISTENSI PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN … · konsep fungsi-fungsi managemen POSDCORB (Planning,...

  • ISSSN 2337 - 3318 VOLUME IV | Edisi 1 | TAHUN 2016

    Jurnal

    Pembangunan Daerah VOL 4 Edisi 1 JAKARTA 2016 ISSN 2337 - 3318

    KONSISTENSI PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

    MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN

    PENDAPATAN BELANJA DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA

    Elitrisiana Modesianne R.Y

    BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL

    Sukarni Hidayati dan Satino

    EKSPLORASI POTENSI DESA DALAM RANGKA PERSIAPAN MENJADI DESA

    WISATA DI DESA KRASAKAN KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN

    DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    Victoria Henuhili dan Tien Aminatun

    PEMANFAATAN PROBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH

    KOTORAN IKAN TERHADAP KADAR LDL DARAH AYAM BROILER STRAIN

    LOHMANN

    Astuti

    PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) PENULAR

    PENYAKIT DEMAM BERDARAH (DB) DI KRAKITAN BAYAT KLATEN

    Tien Aminatun, Victoria Henuhili dan Tutiek Rahayu

    DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH

    KEMENTRIAN DALAM NEGERI

  • II JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    Dewan Redaksi

    PELINDUNG : Menteri Dalam Negeri

    PENANGGUNGJAWAB : Dr. H. Muh. Marwan, M.Si

    KETUA DEWAN REDAKSI : Ir. Diah Indrajati, M.Sc

    ANGGOTA : Ir. Muhammad Hudori, M.Si,

    Drs. Sugiyono, M.Si,

    Drs. Eduard Sigalingging, M.Si,

    Drs. Binar Ginting, MM,

    Drs. Nyoto Suwignyo, MM

    REDAKTUR UTAMA : Iwan Kurniawan, ST, MM

    REDAKTUR PELAKSANA : Subhany, SE, M.Sc

    REDAKSI : Yoppie Herlian Juniaga, ST, MT

    Ali Irmanda, SE

    Mahfud Achyar

    Arif Rahman

    TATA LETAK : Abdul Jabar Hakim, S.Kom

    MITRA BESTARI : Dr. Moch. Fachrurrozi, M.Si

    Dr. Rulli Nasrullah, M.Si

    ALAMAT REDAKSI : Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah

    Kementerian Dalam Negeri

    Jl. Taman Makam Pahlawan No. 20 Kalibata

    Jakarta Selatan 12750.

    Telp.: 021-7942651, 7942653

    Email: [email protected]

  • 2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH III

    Pengantar Redaksi

    engutip dari laman berita seskab.go.id bahwa Visi pembangunan

    nasional 2015-2019 adalah terwujudnya Indonesia yang berdaulat,

    mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong. Untuk

    menunjang visi ini, 7 misi pembangunan dicanangkan yang

    diantaranya mencakup keamanan nasional dengan penekanan pada

    konsep kemaritiman dan bangsa yang berdaya saing. Selain 7 misi pembangunan,

    RPJMN juga memasukkan 9 agenda prioritas (Nawa Cita) yang dua diantaranya terkait

    langsung dengan tantangan ekonomi makro Indonesia: a) Meningkatkan produktivitas

    rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan

    bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya, dan; b) Mewujudkan kemandirian

    ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

    Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 8 Januari 2015 lalu, telah menandatangani

    Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Dalam Perpres ini disebutkan, RPJM Nasional

    merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Presiden hasil Pemilihan Umum tahun

    2014. RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum,

    program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan

    lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran

    perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja

    yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

    Jurnal "Pembangunan Daerah" edisi kali ini menyajikan lima tulisan mengenai

    berbagai topik yang mendukung terhadap rencana Presiden Joko Widodo dalam

    mewujudkan 9 agenda prioritas yang tercantum dalam RPJMN. Tulisan pertama ditulis

    oleh Elitrisiana Modesianne R.Y dengan judul "Konsistensi Program Rencana

    M

  • IV JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2013-2017 Dengan Anggaran

    Pendapatan Belanja Daerah Di Provinsi DKI Jakarta", tulisan tersebut mengulas tentang

    hasil temuan permasalahan inkonsistensi dokumen RPJMD Tahun 2013-2017 dengan

    APBD di Provinsi DKI Jakarta. Penulis mengamati kasus penyusunan program dan

    anggaran pada urusan wajib dasar bidang kesehatan dan sosial pada Dinas Kesehatan dan

    Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 agar terwujud program prioritas sesuai

    dengan RPJMN yang lebih efisien dan efektif untuk mengubah paradigma perencanaan

    Money Follow Function menjadi Money Follow Program. Ada tiga hal penting yang

    ditemukan oleh penulis, pertama; ) Tingkat konsistensi pada urusan bidang kesehatan dan

    sosial masih rendah dan tidak konsisten. Kedua; Kurangnya koordinasi, sinkronisasi dan

    harmonisasi diantara kalangan Eksekutif dan Legislatif. Ketiga; Upaya Pemerintah

    Provinsi DKI Jakarta untuk menjaga konsistensi perencanaan dan penganggaran antara

    lain dengan mengembangkan model konsistensi perencanaan dan penganggaran berbasis

    teknologi.

    Tulisan kedua berjudul "Biodiversitas Fauna Gua Jlamprong Karts Gunungsewu,

    Kabupaten Gunung Kidul" yang ditulis oleh Sukarni Hidayati dan Satino. Tulisan ini

    mengangkat tema Biodiversitas Fauna, dengan tujuan untuk mengetahui, pertama;

    Biodiversitas fauna khususnya Artropoda dalam ekosistem Gua Jlamprong. Kedua;

    perbedaan biodiversitas fauna antar zona dalam ekosistem Gua Jlamprong dan ketiga

    perbedaan struktur komunitas fauna antar zona dalam ekosistem gua Jlamprong. Penulis

    menemukan sebanyak 37 spesies dengan indeks biodiversitas di zona terang sebesar

    2.756094, zona remang 1.450909, dan zona gelap sebesar 2.354148. Didalam tulisan ini,

    penulis memberikan saran dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik

    beberapa species arthropoda yang belum ditemukan nama speciesnya.

    Tulisan ketiga berjudul "Eksplorasi Potensi Desa Dalam Rangka Persiapan Menjadi

    Desa Wisata di Desa Krasakan Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Daerah Istimewa

    Yogyakarta" yang ditulis oleh Victoria Henuhili dan Tien Aminatun. Kajian ini mencoba

  • 2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH V

    memaparkan upaya mendorong partisipasi aktif penduduk Desa Krasakan dan sekitarnya

    untuk jeli melihat potensi desa mereka, dan membantu memetakan potensi wisata lokal

    dalam rangka persiapan menjadi Desa Wisata. Kegiatan bersama menggali potensi lokal

    yang ada di desa Krasakan disiapkan menjadi objek dalam kegiatan Desa Wisata melalui

    observasi, wawancara dan Focus Group Discussion (FGD). Tulisan ini mengambarkan

    dengan fasilitas pendampingan dan pelatihan dapat membantu Desa Krasakan dan

    sekitarnya dapat berhasil melihat potensi desa yang ada sebagai pendukung desa wisata

    dan berhasil dipetakan 10 obyek menarik dalam rangka persiapan menjadi desa wisata.

    Tulisan keempat berjudul "Pemanfaatan Probiotik Bakteri Asam Laktat Dari

    Limbah Kotoran Ikan Terhadap Kadar LDL Darah Ayam Broiler Strain Lohmann" yang

    ditulis oleh Astuti yang mengkaji pemberian bakteri asam laktat dari limbah kotoran ikan

    secara force feeding dapat menurunkan kadar LDL darah ayam broiler. Materi

    penelitiannya sumber mikrobia adalah Isolat BAL diisolasi dari limbah kotoran ikan dan

    Ayam yang digunakan adalah ayam broiler jantan strain Lohmann produksi PT. Multi

    Breeder Adirama sebanyak 40 ekor umur 1 hari yang dibagi menjadi 4 perlakuan dengan

    setiap perlakuan terdiri dari 10 ekor sebagai ulangan, diambil secara acak dan dipelihara

    selama 42 hari.

    Terakhir, tulisan kelima berjudul " Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

    Penular Penyakit Demam Berdarah (DB) Di Krakitan Bayat Klaten" ditulis oleh Tien

    Aminatun, Victoria Henuhili dan Tutiek Rahayu. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui hubungan pelaksanaan dan kontinuitas pelaksanaan PSN dengan densitas

    larva Aedes spp di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Penulis

    menemukan bahwa perilaku masyarakat dalam melaksanakan PSN dan kontinuitasnya

    masih kurang baik. Menurut penulis penurunan pelaksanaan atau kontinuitas pelaksanaan

    PSN akan diikuti oleh peningkatan densitas larva Aedes spp yang merupakan penular

    penyakit DB dan sebaliknya.

  • VI JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    Kami dari redaksi penyusunan Jurnal berharap tulisan-tulisan pada Jurnal edisi kali

    ini dapat menambah pengetahuan para pembaca dan memancing pembaca untuk

    melakukan penelitian untuk melengkapi pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat

    luas. Selamat membaca!

  • 2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH VII

    Daftar Isi

    PENGANTAR REDAKSI

    DAFTAR ISI

    KONSISTENSI PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

    MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN

    PENDAPATAN BELANJA DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA

    Oleh : Elitrisiana Modesianne R.Y

    BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL

    Oleh : Sukarni Hidayati dan Satino

    EKSPLORASI POTENSI DESA DALAM RANGKA PERSIAPAN MENJADI

    DESA WISATA DI DESA KRASAKAN KECAMATAN BERBAH

    KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    Oleh : Victoria Henuhili dan Tien Aminatun

    PEMANFAATAN PROBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH

    KOTORAN IKAN TERHADAP KADAR LDL DARAH AYAM BROILER

    STRAIN LOHMANN

    Oleh : Astuti

    PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) PENULAR

    PENYAKIT DEMAM BERDARAH (DB) DI KRAKITAN BAYAT KLATEN

    Oleh : Tien Aminatun, Victoria Henuhili dan Tutiek Rahayu

    II

    1

    29

    45

    60

    74

    VII

  • 2016 | EDISI 4 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH VIII

  • KONSISTENSI PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN

    JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN

    ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH

    DI PROVINSI DKI JAKARTA

    (Studi Kasus Perencanaan Program dan Anggaran pada Urusan Wajib

    Dasar Bidang Kesehatan dan Sosial Tahun 2015)

    Oleh :

    ELITRISIANA MODESIANNE R.Y

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan inkonsistensi dokumen

    RPJMD Tahun 2013-2017 dengan APBD Tahun 2015 di Provinsi DKI Jakarta secara

    umum dan secara khusus mengamati kasus penyusunan program dan anggaran pada

    urusan wajib dasar bidang kesehatan dan sosial pada Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial

    dengan 3 pertanyaan : 1) Bagaimana bentuk-bentuk inkonsistensi dalam pelaksanaan

    teori-teori model perencanaan?, 2) Mengapa inkonsistensi program terjadi dan

    dampaknya? dan 3) Apakah upaya untuk meminimalkan inkonsistensi?.

    Pembelajaran ini demnggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan

    konsep fungsi-fungsi managemen POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing,

    Directing, Co-ordinating, Reporting and Budgeting) menurut Luther M. Gulick. Informan

    yang diwawancarai sebanyak 8 orang, meliputi 2 orang dari Anggota DPRD, Kepala

    Bappeda, Sekretaris Dinas Sosial, Bidang Program dan Anggaran pada Dinas Sosial dan

    Dinas Kesehatan serta Pengamat Ekonomi dari Akademisi.

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    2 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    Penelitian ini menyimpulkan bahwa (i) Bentuk-bentuk inkonsistensi dalam model

    perencanaan Rational Comprehensive tercermin dari adanya pelanggaran terhadap

    Peraturan Daerah tentang RTRW sedangkan inkonsistensi dalam model perencanaan

    Incremental tercermin dari adanya overlapping program dan budget yang diikuti revisi

    anggaran APBD Tahun 2015, adanya inkonsistensi pada urusan wajib dasar bidang

    kesehatan dan sosial terlihat hanya program unggulan saja yang termuat dalam RPJMD

    2013-2017 akibat mutasi jabatan yang terlalu cepat, serta rendahnya koordinasi dan

    sosialisasi program. (ii) Selain itu faktor-faktor penyebab inkonsistensi adalah kualitas

    perencanaan yang buruk/rendah; kurangnya koordinasi dan sosialisasi penyusunan

    program; perbedaan persepsi antara eksekutif dan legislatif; penyempitan wewenang,

    tugas pokok dan fungsi dinas sosial; tumpang tindih tupoksi dan nomenklatur program

    dengan SKPD lainnya yang berdampak pada kecilnya serapan anggaran; buruknya

    capaian kinerja pemerintah; dan sanksi administrative terhadap pelanggaran; (iii) Upaya-

    upaya Pemerintah Provinsi DKI jakarta untuk menjaga sinkronisasi, konsistensi, efisiensi

    dan efektifitas dalam penyusunan dokumen perencanaan dan anggaran melalui

    optimalisasi penggunaan managemen sistem berbasis tekhnologi e-Government berupa

    sistem e-Planning, e-Budgeting, e-Catalog (e-Harga), e-Musrenbang dan e-Monev dan

    Jakarta Smart City.

    Kata kunci: konsistensi/inkonsistensi program dan anggaran, fungsi-fungsi

    managemen, teori model perencanaan, sistem e-Government.

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 3

    CONSISTENCY PROGRAMME OF MEDIUM-TERM REGIONAL

    DEVELOPMENT PLAN YEAR 2013-2017 AND LOCAL REVENUE

    EXPENDITURE BUDGET IN THE PROVINCE OF DKI JAKARTA

    (Case Study of Planning and Budget Programme on Obligatory Basic

    of Health and Social Affairs 2015)

    BY

    ELITRISIANA MODESIANNE R.Y

    Abstract

    This study is aimed to solve of inconsistency documents RPJMD Year 2013-2017 with

    APBD Year 2015 in the Province of DKI Jakarta in general and specifically at the case

    of programming and budgeting at the obligatory basic health and social affairs at the

    Agency of Health and Agency of Social Service Province of DKI Jakarta Year 2015 with

    3 questions: 1) How forms inconsistencies in the implementation of the theories of

    planning model?, 2) Why the inconsistencies occured and what is the impact? And 3)

    What is the effort to minimalize inconsistency?

    The study applied descriptive method with qualitative approach to the concept of

    management functions POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, co-

    ordinating, Reporting and Budgeting) by Luther M. Gulick. Informants were interviewed

    as many as 8 peoples, including 2 peoples from the Member of Parliament, Head of

    Bappeda, Secretary of Social Services Agency, Division of Program and Budget at the

    Agency of Social and Agency of Health as well as the Economic Observer of academics.

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    4 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    The research concluded that (i) Forms of inconsistencies in the planning model Rational

    Comprehensive reflected in violation of the Provincial Regulation on RTRW whereas

    inconsistencies in the planning model Incremental reflected overlapping programs and

    budget followed a revised budget APBD 2015, an inconsistency in affairs compulsory

    basic health and social care is visible only featured program are contained in RPJMD

    2013-2017 due to mutations positions too quickly, as well as the lack of coordination and

    dissemination program. (ii) In addition, the factors that cause inconsistency is bad/low

    qualityof planning; lack of coordination and dissemination of programming; differences

    in perception between the executive and the legislative; narrowing the authority, duties

    and functions of social services; overlapping duties and nomenclature program with

    other officials which affects the size of the budget absorption; poor government

    performance achievements; and administrative sanctions for violations; (iii) The efforts

    Provincial Government of DKI Jakarta to maintain synchronization, consistency,

    efficiency and effectiveness in the preparation of planning and budget documents through

    the optimization of the use of management system based on the technology of e-

    Government in the form of e-Planning, e-Budgeting, e-Catalog (e-Price), e-Musrenbang

    and e-Monev and Jakarta Smart City.

    Keywords: the consistency/inconsistency program and budget, the functions of

    management, theory planning model, e-government system.

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 5

    PENDAHULUAN

    Dalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi, fungsi-fungsi-prinsip dasar

    managemen yang sering digunakan oleh suatu organisasi besar maupun kecil adalah

    POAC. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional membagi perencanaan

    pembangunan daerah di Indonesia dibagi dalam 3 periode waktu yaitu periode jangka

    panjang, periode jangka menengah dan periode jangka pendek.

    Permasalahan program dan anggaran, dari hasil evaluasi ditemui indikasi adanya

    inkonsistensi program dan kegiatan pada urusan wajib dasar dan urusan pilihan yang

    terdapat pada dokumen RPJMD DKI Jakarta Tahun 2013-2017 dengan APBD Tahun

    2015. Fakta lain adanya inkonsistensi jadwal penyusunan APBD Tahun 2015 di Provinsi

    DKI Jakarta mengalami keterlambatan dari batas akhir pengesahan Raperda APBD

    adalah 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran selesai atau pada 30 November disebabkan

    tidak adanya kesepakatan antara Gubernur dengan pimpinan DPRD, akibatnya serapan

    anggaran menjadi sangat rendah dan terlambatnya pelaksanaan program kegiatan

    pembangunan.

    Selain itu sebagian kalangan menilai pelayanan kesehatan di Provinsi DKI Jakarta

    saat ini masih rendah dan jauh dari harapan. Kondisi ketimpangan, ketidakmerataan dan

    adanya kesenjangan seringkali menjadi faktor penyebab mengapa DKI Jakarta memiliki

    tingkat kriminalitas yang tinggi. Keadaan rawan penyakit, rawan dan rawan bencana

    banjir selalu menjadi topik bidang kesehatan dan sosial yang paling menarik untuk

    dibahas. Berdasarkan data BPS pada tahun 2011, jumlah penduduk DKI Jakarta mencapai

    10.187.595 jiwa.Sedangkan jumlah penduduk miskin pada bulan September 2015

    mencapai angka 368,67 ribu orang atau 3,61 % dengan Garis Kemiskinan (GK) sebesar

    Rp 503.038 per kapita per bulan. Jumlah pengangguran 463,90 ribu orang pada Februari

    2015 dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 8,36%.

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    6 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    Penulis mengamati bahwa masih banyaknya program kegiatan yang tumpang

    tindih, selain evaluasi terhadap RPJMD, evaluasi atas RAPBD memunculkan temuan-

    temuan ketidakwajaran yang nilainya sangat besar dalam APBD DKI Jakarta. Dilihat

    dari partisipasi aktif masyarakat tampaknya juga masih belum optimal. Walau informasi

    publik sudah terbuka, tetapi informasinya belum memadai serta informasi tidak update.

    Penyusunan dokumen perencanaan dan anggaran yang masih belum dipahami secara

    optimal oleh aparat penyusun perencanaan dan anggaran adalah masalah yang paling

    sering terjadi di lapangan. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan dalam penempatan

    nomenklatur anggaran, serta banyaknya alokasi anggaran yang bersifat duplikasi dengan

    anggaran yang dialokasikan di SKPD lain.

    Provinsi DKI Jakarta memiliki penyerapan anggaran yang buruk disebabkan

    mutasi pejabat yang sering terjadi di Provinsi DKI Jakarta. Konsistensi terhadap urusan

    wajib dasar bidang Kesehatan harus diklarifikasikan kembali karena hanya ada 2 program

    yang tercantum pada RPJMD Tahun 2013-2017 dengan jumlah pagu

    Rp.1.671.728.000.000,- kemudian meng-alami perubahan pada APBD Tahun 2015

    menjadi 332 program dengan penambahan pagu sebesar Rp.5.197.538.680.000,-.

    Sedangkan konsistensi pada program dan kegiatan urusan wajib dasar bidang sosial juga

    harus diklarifikasikan kembali karena tidak ada satupun program dan kegiatan yang

    dicantumkan pada RPJMD Tahun 2013-2017, padahal masalah sosial sangat rentan

    dengan membutuhkan keseriusan Pemerintah untuk menanggulanginya. Kemudian pada

    APBD Tahun 2015 ada penambahan 105 Program dengan penambahan pagu sebesar

    Rp.403.411,370.000,-.

    Mengacu pada banyaknya identifikasi permasalahan tersebut, maka penulis tertarik

    untuk melakukan penelitian tesis dengan judul: KONSISTENSI PROGRAM

    RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

    2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH DI

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 7

    PROVINSI DKI JAKARTA (Studi Kasus Perencanaan Program dan Anggaran pada

    Urusan Wajib Dasar Bidang Kesehatan dan Sosial Tahun 2015).

    PERMASALAHAN

    Dari latar belakang yang berupa fenomena permasalahan yang terjadi di lapangan, maka

    dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

    a. Terdapat Inkonsistensi Program dan Kegiatan pada Urusan Wajib Dasar dan Urusan

    Pilihan yang terdapat pada Dokumen Tahun 2013-2017 dengan PPAS dan APBD

    Tahun 2015.

    b. Terdapat Inkonsistensi Program dan Kegiatan pada Urusan Wajib Dasar Bidang

    Kesehatan.

    c. Terdapat Inkonsistensi Program dan Kegiatan pada Urusan Wajib Dasar Bidang

    Sosial.

    d. Dokumen RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017, ternyata hanya

    mencantumkan Program Prioritas tanpa ada rincian lebih lanjut.

    e. Penyusunan beberapa dokumen perencanaan seperti APBD di Provinsi DKI Jakarta

    Tahun 2015 mengalami keterlambatan.

    f. Banyaknya Program yang tumpang tindih.

    g. Banyaknya Program yang tidak berpihak pada kepentingan masyarakat.

    h. Partisipasi aktif masyarakat dalam penyusunan RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun

    2013-2017 masih rendah.

    i. Penyusunan dokumen perencanaan masih belum dipahami secara optimal oleh

    aparat.

    j. Mutasi pejabat sering terjadi di Provinsi DKI Jakarta.

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    8 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif dengan Pendekatan Kualitatif.. Defenisi

    konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Fungsi-fungsi managemen menurut Luther M. Gulick di kenal dengan istilah

    POSDCORB terdiri dari inisial (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Co-

    ordinating, Reporting and Budgeting). Dari konsep tersebut, dari hasil pengamatan

    penulis fungsi-fungsi managemen tersebut telah diterapkan di Pemerintah Provinsi DKI

    Jakarta dan SKPD penanggung jawab program dan kegiatan pada Dinas Kesehatan

    Provinsi DKI Jakarta dan Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.

    2. Perubahan paradigma dalam menentukan model perencanaan untuk menentukan

    langkah strategis perencanaan pembangunan yang umumnya menerapkan Model

    Perencanaan sebagai berikut:

    a. Model Perencanaan Rational Comprehensive mengedepankan pemikiran

    rasional dan pertimbangan yang logis, obyektif dan sistematis. Tahapan-tahapannya

    terdiri dari pengumpulan dan pengolahan data analisis perencanaan; perumusan

    tujuan dan sasaran; perencanaan; pengembangan alternatif rencana; evaluasi dan

    seleksi alternatif rencana; penyusunan dokumen rencana; penyusunan program

    dan rencana; monitoring dan tindakan/kegiatan; evaluasi; dan feed beck.

    b. Model Perencanaan Incremental digunakan menentukan budgeting/plafon

    belanja daerah dengan mengestimasi bahwa kenaikan anggaran belanja berkisar 10%

    pada tahun perhitungan.

    3. Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-

    tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya,

    guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada, dalam rangka meningkatkan

    kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 9

    4. Konsistensi dan Inkonsistensi Data Perencanaan disini dimaksudkan sebagai

    kesesuaian dan ketidakkonsisten antara program, kegiatan dan penganggaran dalam

    dokumen perencanaan.

    Kerangka Pemikiran Konseptual

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    10 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    BENTUK-BENTUK INKONSISTENSI PROGRAM PEMBANGUNAN

    DI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA

    Inkonsistensi dalam Perencanaan Rational Comprehensive Theory

    dan Incremental Theory.

    Perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

    sistem perencanaan pembangunan nasional, oleh sebab itu pasca terpilihnya Gubernur

    Provinsi DKI Jakarta pada Tahun 2012 lalu, segera disusun RPJMD Provinsi DKI Jakarta

    Tahun 2013-2017 yang dilakukan melalui 5 (lima) pendekatan, yaitu teknokratik,

    partisipatif, politik, atas-bawah (top-down) dan bawah-atas (bottom-up).

    Sebelum perumusan rancangan awal RPJMD, dilakukan pengolahan data dan

    penelaahan yang bertujuan untuk mengintegrasikan rencana tata ruang wilayah dengan

    rencana pembangunan daerah, oleh karena itu harus berpedoman pada RTRW untuk

    menjamin arah kebijakan yang selaras dan tidak menyimpang dari arah kebijakan RTRW.

    Penelaahan rencana tata ruang dan wilayah bertujuan untuk melihat kerangka

    pemanfaatan ruang daerah dalam 5 (lima) tahun mendatang yang umumnya penyusunan

    kebijakannya menggunakan model perencanaan Rational Comprehensive Theory.

    Adanya kesenjangan yang merupakan bagian dari inkonsistensi program dan

    anggaran ini semakin terlihat ketika muncul permasalahan terkait pembebasan lahan di

    wilayah Jakarta Utara untuk kepentingan Reklamasi Teluk Jakarta sebagai Kawasan

    Strategis Nasional ini dipenuhi dengan pelanggaran terhadap konstitusi dan peraturan

    perundang-undangan yang ada, berjalan tanpa adanya Keputusan Kelayakan Lingkungan

    Hidup yang didasarkan pada dokumen AMDAL dan melanggar Pasal 53 Undang-Undang

    Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Pasal

    31 dan Pasal 36 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Presiden Nomor 122 tahun 2012 tentang

    Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang, Peraturan Menteri Pekerjaan

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 11

    Umum Nomor 40/PRT/M/2007 tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan

    Reklamasi Pantai, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2013 tentang

    Jenis Rencana Usaha dan Kegiatan yang Wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak

    Lingkungan, Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 1984 tentang

    Rencana Umum Tata Ruang Jakarta Tahun 1985-2005 serta Peraturan Daerah Provinsi

    DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang RTRW 2013 dan melanggar hak atas pekerjaan

    dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan yang telah dijamin UUD 1945 Pasal 27

    ayat (2), dan Pasal 28 H ayat (10).

    Program yang menurut kacamata penulis tidak berpihak pada kepentingan

    masyarakat bahkan tidak konsisten dengan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta

    tentang RTRW. Apakah kebijakan tersebut tertuang dalam program-program prioritas

    maupun unggulan yang ada pada RPJMD Tahun 2013-2017 dan memperhatikan Undang-

    Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

    Bentuk kesenjangan yang lain adalah penerapan model perencanaan Incremental

    Theory. Penyusunan kebijakan dalam menentukan plafon APBD pada umumnya

    mempertimbangkan kenaikan inflasi tiap tahunnya sehingga memungkinkan terjadinya

    revisi anggaran. Seperti kita ketahui bahwa kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang

    berorientasi pada kepentingan publik disusun berdasarkan anggaran kinerja, dan

    mengembangkan standart analisa belanja, tolok ukur kinerja dan standar biaya. Penentuan

    besaran alokasi dana menggunakan pendekatan model perencanaan incrementalism

    memiliki konsekuensi terjadinya overlapping program dan budget pada satuan kerja

    sehingga pemborosan dan tumpang tindih program tidak dapat dihindari.

    Rendahnya daya serap pada APBD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

    mencerminkan perencanaan dalam proses anggaran yang lemah dan akibat kurangnya

    koordinasi dan sosialisasi sehingga menjadi pemicu terjadinya revisi anggaran yang

    berakhir deadlock dimana pada saat itu DPRD Provinsi DKI Jakarta berusaha

    menyampaikan pokok-pokok pikirannya dan revisi anggaran terkesan dipaksakan.

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    12 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    Penyerapan anggaran Provinsi DKI Jakarta berada pada urutan ke-5 terburuk

    dengan 19,39 %. Dapat disimpulkan bahwa ukuran keberhasilan suatu pemerintahan

    adalah dengan serapan anggaran/realisasi anggaran maksimal sesuai dengan perencanaan,

    karena salah satu bentuk inkonsistensi dalam model perencanaan Incremental.

    Inkonsistensi Dalam Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen Sesuai Konsep

    POSDCORB

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

    Dilihat dari berbagai tahapan dalam penerapan fungsi-fungsi managemen dalam

    perencanaan, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanakan fungsi-fungsi managemen

    POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Co-ordinating, Reporting and

    Budgeting), ternyata sudah diterapkan di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, namun dalam

    pelaksanaannya masih terjadi inkonsistensi dokumen akibat mutasi pegawai dan jabatan

    yang sering terjadi, sistem e-government yang diterapkan belum tersosialisasi dengan

    baik, koordinasi antara eksekutif dan legislatif tidak terjalin dengan harmonis, program-

    program urusan wajib dasar bidang kesehatan dan sosial yang seyogyanya menjadi

    program unggulan Gubernur dalam mengentaskan kemiskinan tidak dimuat dalam

    RPJMD Tahun 2013-2017.

    Pada tahapan perencanaan diawali dengan perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran

    dari Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih. Penjabaran program-program pada dari

    RPJMD ada pada dokumen Renstra. Sejalan dengan keterbukaan informasi publik dan

    mendukung penerapan e-government, pada tahun 2014 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

    sudah membangun sistem e-planning, e-catalog, e-musrenbang dan e-monev, dan

    membuka portal data yang dikembangkan menjadi Jakarta Smart City. Namun

    sayangnya, dalam tahapan ini program tersebut belum disosialisasi dengan baik sehingga

    inkonsistensi dalam tahap penyusunan program dan anggaran terutama pada saat

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 13

    pembahasan APBD tahun 2015 lalu menjadi terkendala oleh sistem yang belum kuat

    legalitasnya dan kurangnya sosialisasi, baik inkonsistensi terhadap waktu pengesahannya

    maupun inkonsistensi pada penyusunan TAPD yang tidak melibatkan masing-masing

    SKPD penanggung jawab kegiatan.

    Sebelum program-program dimuat dalam RPJMD, terlebih dahulu bagian terkecil

    dari masyarakat di tingkat RW harus melaksanakan kegiatan rembug RW, Musrenbang

    Kelurahan dan Kecamatan, Musrenbang Kota/Kabupaten untuk diselaraskan dalam

    Musrenbang Provinsi DKI Jakarta. Dapat disimpulkan bahwa sinkronisasi, harmonisasi

    kebijakan tidak berjalan dengan baik antara eksekutif dan legislatif.

    Pada tahap pengorganisasian dan penyusunan pegawai, Gubernur melaksanakan

    tugasnya dibantu oleh Deputi Gubernur, Inspektorat, Bappeda, 20 Dinas, Lembaga

    Teknis Daerah (7 Badan, 1 RSUD, 1 RSKD, 2 Kantor Pengelola), Kota Administrasi,

    Kabupaten Administrasi, Kecamatan, Kelurahan, Satpol PP, Lembaga Lain (Sekretariat

    Dewan Pengurus KORPRI, BPBD, BPTSP, BPPB, UPT) untuk menjalankan fungsi

    pengarahan dan koordinasi, pelaporan, penyusunan anggaran dengan ditunjukkan dengan

    garis komando administrasi dan operasional. Garis pembinaan administrasi hanya antara

    Sekretariat Daerah dan Inspektorat, seharusnya fungsi pembinaan dapat dilakukan oleh

    Sekretariat Daerah melalui Bappeda kepada seluruh SKPD dalam pelaksanaan program

    dan anggaran. Karena tanggung jawab SKPD tidak hanya pada fungsi koordinasi dan

    tanggung jawab administrasi. Sedangkan antara eksekutif dan legislatif (DPRD) ada garis

    kemitraan dimana hal tersebut meletakkan kedudukan yang sejajar antara Gubernur dan

    Dewan sehingga rawan terjadi ketidaksepakatan karena Gubernur tidak memiliki

    wewenang untuk memberikan perintah kepada legislatif.

    Dalam menjalankan fungsi pengarahan dan koordinasi, Pemerintah Provinsi DKI

    Jakarta dibantu oleh Bappeda. Inkonsistensi dalam fungsi ini terjadi karena sering terjadi

    mutasi jabatan sehingga koordinasi dengan penanggung jawab kegiatan di SKPD menjadi

    terhambat.

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    14 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    Dalam menjalankan fungsi pelaporan, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

    menyusun RPJMD. Dokumen tersebut sebagai acuan dalam menyusun Laporan

    Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur (LKPJ) sebagai laporan tahunan yang

    disusun berdasarkan tolok ukur kinerja Gubernur. DPRD Provinsi DKI jakarta

    memberikan rapor merah untuk rendahnya kinerja Gubernur DKI Jakarta karena dinilai

    penyerapan dana belanja yang hanya 50 % pada tahun 2014-2015 tidak maksimal, apalagi

    menggunakan Peraturan Gubernur, pencapaian pendapatan tidak mencapai target.

    Salah satu tahapan penting dalam penyusunan anggaran adalah penyusunan KUA

    dan PPAS. Setelah disetujui bersama oleh DPRD, mulai disusun APBD. Pemerintah DKI

    Jakarta membentuk Tim TAPD dalam penyusunan dan pelaksanaan APBD Provinsi DKI

    Jakarta Tahun Anggaran 2015. Dalam rangka memperbaiki struktur penyerapan

    anggaran, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai menerapkan sistem anggaran

    elektronik (e-budgeting) yang sudah mulai digunakan sejak pembahasan Rancangan

    APBD Tahun 2014 untuk menghindari sisa lebih penghasilan anggaran (Silpa) di akhir

    tahun.

    Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

    Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta telah melaksanakan fungsi-fungsi

    managemen sesuai konsep POSDCORB dan telah menyusun dokumen RENSTRA yang

    berisi hasil pemikiran dan komitmen bersama melalui Lokakarya Jajaran kesehatan yaitu

    Dinas kesehatan, RSUD/RSKD, Sudinkes, UPT dan Puskesmas dengan berbasis pada

    data yang akurat berupa evaluasi kinerja, keuangan, SDM dan analisis-analisis.

    Hasil analisis terhadap konsistensi program dan anggaran pada dokumen RPJMD

    Tahun 2013-2017 dengan APBD Tahun 2015 terhadap urusan wajib dasar kesehatan

    memperlihatkan tingkat konsistensi yang cukup beragam. Terlihat jelas adanya

    inkonsitensi data dari 2 (dua) program yang didapat dari pengolah data Direktorat

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 15

    PEIPD Ditjen Bina Bangda adalah Program Peningkatan Sarana Prasarana Kesehatan dan

    Program Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Daerah, tapi menurut informan

    bahwa program yang masuk tersebut indikatornya Umur Harapan Hidup (UHH) dan

    Presentase Keluarga Siaga Aktif adalah pada Program Pembinaan Upaya Kesehatan

    yang jika dilihat pada Tabel 4.1 tidak ada alokasi anggarannya kecuali pada APBD

    2015 mendapat alokasi dana sebesar Rp. 1.951,78 (dalam juta). Pada Tabel 4.1 Program

    Urusan Kesehatan pada RPJMD Tahun 2013-2017 dan APBD Tahun 2015,

    memperlihatkan tidak semua kegiatan tercantum dalam RPJMD memperoleh alokasi

    anggaran dalam dokumen APBD 2015.

    Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat inkonsistensi antara perencanaan

    dan penganggaran. Misalnya Program pada RPJMD hanya ditulis 2 program unggulan

    Gubernur yaitu Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan dengan anggaran

    Rp. 171.728,00 (dalam juta) dan Program Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

    Daerah dengan pagu Rp. 1.500.000,00 (dalam juta), sehingga alokasi total anggaran

    sebesar Rp. 1.671.728,00 (dalam juta). Sedangkan pada tabel APBD terdapat 332

    Program Kegiatan yang artinya ada selisih 300 Program kegiatan yang tersebar di pada

    BLUD dan Suku Dinas Kesehatan, sehingga alokasi total anggaran menjadi sebesar

    menjadi 5.197.538,68 (dalam juta).

    Dapat disimpulkan ada banyak program-program yang penulis temukan

    diantaranya 8 Program Wajib Urusan Kesehatan, 3 Program Bersama Penunjang

    Organisasi dan 9 Program Teknis Bersama. Program tersebut ada di Renstra dan APBD

    Tahun 2015 dan mendapat alokasi anggaran namun tidak dianggap sebagai program

    unggulan. Penyusunan anggaran pada level SKPD pada saat itu telah berjalan dengan

    baik sesuai tahapan dan dateline yang telah ditentukan, namun pada saat pembahasan

    APBD 2015 oleh Tim TAPD dengan DPRD mengalami deadlock sehingga muncul

    ketidaksesuaian program beserta rincian kegiatan yang terdapat dalam APBD 2015 salah

    satu point-point pokok pikiran hasil reses dewan adalah Program BPJS.

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    16 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta

    Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta telah melaksanakan fungsi-fungsi managemen

    sesuai konsep POSDCORB telah menyusun dokumen RENSTRA visi, misi, tujuan dan

    sasaran dan strategi serta kebijakan yang selanjutnya diuraikan dalam program-program

    pembangunan kesejahteraan sosial yang bersifat indikatif dan merupakan penjabaran dari

    RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 dan RPJM Bidang Sosial.

    Dengan mencermati isi dokumen RPJMD dengan APBD 2015 nampaknya bahwa

    ada beberapa banyak kegiatan tidak konsisten dengan dokumen APBD 2015. Hasil

    analisis terhadap konsistensi program dan anggaran pada dokumen RPJMD Tahun 2013-

    2017 dengan APBD Tahun 2015 terhadap urusan wajib dasar sosial pada Dinas Sosial

    Provinsi DKI Jakarta dengan mencocokkan program dan kegiatan, ditemukan tidak ada

    program pada Dinas Sosial atau 0 program.

    Hasil konfirmasi dengan Program Perencanaan dan Anggaran bahwa 0 tersebut

    artinya karena tidak masuk dalam program unggulan Gubernur, dan bukan berarti tidak

    ada program dan penganggaran namun penjabarannya terdapat pada Rencana Strategis

    (Renstra). Program tersebut terfokus pada 22 Panti Sosial yang merupakan Unit

    Pelaksana Tugas (UPT) Dinas Sosial. Sedangkan Dinas Sosial hanya fokus menangani

    fakir miskin yang tidak mempunyai potensi apa-apa seperti tuna wisma, gelandangan

    anak terlantar, sedangkan untuk fakir miskin yang berdaya dan masih memiliki

    kemampuan untuk diberdayakan, maka program dan kegiatan dalam pembinaannya

    terdapat pada SKPD yang lain seperti Dinas Koperasi dan UKM, Badan Pemberdayaan

    Masyarakat, Perempuan dan KB (BPMPKB), Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi,

    Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata dan Dinas Perdagangan. Kendala lain yang dihadapi

    adalah nomenklatur program dan kegiatan yang terkait urusan sosial sama/mirip dengan

    program dan kegiatan pada SKPD lain, walau peruntukannya memang sudah jelas

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 17

    berbeda. Misalnya Program Pemberdayaan Usaha menjadi tanggung jawab SKPD Dinas

    Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

    Dapat disimpulkan 105 program tersebut hanya ada di APBD Tahun 2015 dan

    mendapat alokasi anggaran sejumlah Rp. 403.411,37 (dalam juta) namun tidak dianggap

    sebagai program unggulan. Ada banyak program-program yang penulis temukan

    diantaranya 6 (enam) Program Wajib Urusan Sosial dan 3 (tiga) Program Tambahan

    tersebut ada di Renstra dan APBD Tahun 2015 dan mendapat alokasi anggaran namun

    tidak dianggap sebagai program unggulan. Penyusunan anggaran pada level SKPD pada

    saat itu telah berjalan dengan baik sesuai tahapan dan dateline yang telah ditentukan,

    namun pada saat pembahasan APBD 2015 oleh Tim Anggaran Penmerintah Daerah

    (TAPD) dengan DPRD mengalami deadlock sehingga muncul ketidaksesuaian program.

    Inkonsistensi RPJMD Tahun 2013-2017 dengan APBD Tahun 2015.

    Konsistensi program dan anggaran dapat dianalisis melalui pemetaan dan

    penyandingan setiap dokumen perencanaan dan penganggaran seperti RPJMD, RKPD,

    KUA PPAS dan APBD. Oleh karena itu, penjabaran kebijakan menjadi program-program

    pemerintah daerah harus dirumuskan dengan memperhatikan tingkat konsistensi pada

    rumusan program prioritas unggulan dan kegiatan-kegiatan indikatif. Selain itu untuk

    menjaga tingkat efektifitas dalam penyusunan dokumen perencanaan adalah harus adanya

    koordinasi dan sinkronisasi program dan anggaran untuk tiap urusan dari SKPD

    penanggung jawab kegiatannya.

    Penyusunan APBD tahun 2015 yang pada akhirnya ditetapkan dengan Peratursan

    Gubernur tanpa kesepakatan Dewan, adalah salah satu bentuk inkonsistensi terhadap

    waktu pengesahan. Dampak yang ditimbulkan terlalu banyak dan membuat kinerja

    Gubernur menjadi buruk.

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    18 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    Dapat disimpulkan resiko yang diambil Pemerintah Provinsi DKI Jakarta jika

    enggan memuat pokok pikiran DPRD maka harus disahkan melalui Peraturan Gubernur

    yang berakibat banyak keterbatasan, belanja dan serapan anggaran menjadi rendah.

    Bentuk inkonsistensi program dan anggaran pada dokumen perencanaan, inkonsistensi

    terhadap waktu pengesahan APBD, inkonsistensi terhadap kebijakan/peraturan

    perundang-undangan, inkonsistensi terhadap kewenangan mendominasi Pemerintahan

    Provinsi DKI Jakarta di masa kepemimpinan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama.

    FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK INKONSISTENSI PROGRAM

    RPJMD TAHUN 2013-2017 DENGAN APBD TAHUN 2015

    Faktor-faktor penyebab inkonsistensi program RPJMD tahun 2013-2017 dengan

    APBD tahun 2015 dapat disimpulkan adalah:

    1. Kualitas perencanaan yang rendah;

    2. Lemahnya koordinasi dan sosialisasi penyusunan program;

    3. Perbedaan persepsi antara eksekutif dan legislatif.

    4. Mutasi jabatan terlalu cepat;

    5. Penyempitan wewenang, tugas pokok dan fungsi dinas sosial..

    6. Tumpang tindih tupoksi dan nomenklatur program dengan SKPD lainnya.

    7. Berbagai dampak sebagai akibat dari adanya inkonsistensi program RPJMD tahun

    2013-2017 dengan APBD Tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut:

    8. Kecilnya serapan anggaran;

    9. Capaian kinerja pemerintah buruk;

    10. Sanksi administratif terhadap bentuk pelanggaran.

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 19

    UPAYA-UPAYA SINKRONISASI DAN KONSISTENSI PENYUSUNAN

    PROGRAM DAN ANGGARAN MELALUI PENERAPAN E-GOVERNMENT

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan upaya-upaya untuk menjaga dan

    meningkatkan sinkronisasi, konsistensi, efisiensi dan efektifitas penyusunan dokumen

    perencanaan dan anggaran melalui optimalisasi penggunaan managemen sistem yang

    berbasis tekhnologi yang disebut e-goverrnment. Untuk mendukung keterbukaan

    informasi public, melalui kebijakan sistem Government to Government (G2G) dan

    Government to Employee (G2E) pada setiap unit kerja mendorong efisiensi di segala

    bidang, kenyamanan, peningkatan kinerja pegawai dan aksesibilitas yang lebih baik bagi

    pelayanan publik terhadap kebutuhan data dan informasi bagi warga yang berkaitan

    dengan jalannya penyelenggaraan pemerintahan.

    Pada tahun 2014 sudah terbangun sistem e-planning, e-budgeting, e-catalog, e-

    musrenbang dan e-monev namun sempat ditolak, pada pelaksanaan masih manual, karena

    belum memiliki dasar hukum yang kuat sehingga belum disosialisasikan dengan baik di

    Dewan dan beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah tidak mau mengisi sistem

    yang telah disiapkan. Akibatnya konsistensi yang diharapkan belum berjalan maksimal

    hingga terjadi deadlock pada penyusunan APBD tahun 2015.

    Pelaksanaan e-Planning, e-Budgeting dan e-Catalog (e-Harga).

    Pada awal penyusunan dokumen perencanaan dan anggaran, Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta membentuk Tim TAPD dan menunjuk pihak-pihak yang dapat berperan

    dalam pelaksanaan sistem e-planning dan e-budgeting adalah SKDP, Tim Peneliti, Tim

    Data, Badan Perencanaan Kota (Bappeko), Legislatif, Administrator.

    Melalui website yang terkoneksi ke seluruh SKPD penanggung jawab kegiatan,

    maka pihak-pihak yang ditunjuk dapat langsung mengakses dengan menjalanan aplikasi,

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    20 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    digunakan web browser seperti Mozilla Firefox, Opera atau Internet Explorer, dengan

    alamat website: http://managedki.net/ .

    Pelaksanaan e-Musrenbang

    Pada awal sebelum e-Musrenbang ini diterapkan secara online, Musrenbang

    menjadi agenda tahunan di mana warga Jakarta saling bertemu dalam forum pada tingkat

    RW, Kelurahan, Kecamatan, Kota dan Provinsi.

    Di awal Tahun 2016 ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya untuk

    menerapkan Aplikasi sistem e-Musrenbang yang merupakan suatu sistem dimana seluruh

    anggaran dan program yang diajukan dari suatu wilayah dapat ditampilkan dalam laman

    situs Jakarta Smart City.

    Penerapan sistem elektronik ini dalam rangka transparansi pelaksanaan kegiatan

    pembangunan agar dipublikasikan dan terpantau masyarakat maupun stakeholder.

    Aspirasi masyarakat yang dijaring melalui proses rembug RW, Musrenbang tingkat

    Kelurahan, Kecamatan, Kota/ Kabupaten dan Provinsi yang berupa usulan kegiatan tidak

    lagi disampaikan secara manual tatap muka namun dapat disampaikan secara online

    melalui situs http://musrenbang.bappeda-jakarta.go.id, masyarakat dapat memilih

    informasi yang tersedia pada Dasbord e-Musrenbang.

    Pelaksanaan e-Monev

    Penerapan Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi. Pemerintah Provinsi DKI

    Jakarta (system Aplikasi Monev) merupakan upaya untuk meningkatkan efisiensi,

    efektifitas dan konsistensi terhadap waktu dalam melaporkan output kinerja yang dicapai

    serta serapan anggaran dengan memperhatikan mekanisme pelaporan monitoring dan

    evaluasi kinerja pembangunan daerah. Aplikasi e-Monev ini dapat diakses secara

    http://managedki.net/http://musrenbang.bappeda-jakarta.go.id/

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 21

    langsung oleh penanggungjawab kegiatan dan juga para SKPD selaku pelaksana program

    dan kegiatan. Melalui sistem e-Monev ini diharapkan dapat menampung laporan dari

    Bappeda dan SKPD pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota terkait dengan

    pelaksanaan program dan kegiatan melalui https://monev.bapedadki.net/ atau http://

    monev . jakarta.go.id.

    Sedangkan sistem e-Monev untuk kinerja pegawai di lingkungan Pemerintah

    Provinsi DKI Jakarta masih perlu disosialisasikan kepada pegawai, mengingat tidak

    semua pegawai dapat mengoperasikan komputer dan tidak semua meja terkoneksi dengan

    computer yang telah memuat informasi kinerja yang dibutuhkan pegawai sebagai bahan

    masukan dari unit kerja. Format aplikasi harus dibuat sederhana sehingga mudah

    dipahami oleh aparatur.

    Pelaksanaan Jakarta Smart City

    Penerapan konsep kota cerdas dengan program Jakarta Smart City yang

    mengoptimalkan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk

    membangun kota Jakarta agar pemerintah dan masyarakat dapat bersama-sama

    memantau kondisi Jakarta dengan mengetahui, memahami, dan mengendalikan berbagai

    sumber daya di dalam kota dengan lebih efektif, efisien demi memaksimalkan pelayanan

    publik, memberikan solusi. Misi diterapkannya Jakarta Smart City adalah mewujudkan

    Jakarta Baru yang informatif dan transparan serta mendukung kolaborasi untuk pelayanan

    masyarakat yang lebih baik

    Melalui website, semua data publik yang dimiliki Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

    tersebut dapat langsung diakses dengan menjalanan aplikasi dan penggunaan web

    browser seperti Mozilla Firefox, Opera atau Internet Explorer, dengan alamat website:

    http://smartcity.jakarta.go.id .

    https://monev.bapedadki.net/http://smartcity.jakarta.go.id/

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    22 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    Jakarta Smart City Portal mengintegrasikan seluruh data dan informasi dari SKPD

    terkait dengan menggunakan algoritma dan visualisasi pemetaan. Selain itu untuk

    melaporkan kinerja pemerintah DKI Jakarta dapat dilakukan dengan mendownload

    aplikasi "Qlue" melalui Google Play dan App Store yang ada di Smartphones. Aplikasi

    ini dibuat bukan hanya untuk melapor, tapi masyarakat juga dapat memantau

    perkembangan laporan tersebut apakah sudah ditindaklanjuti atau belum. Semua data

    yang masuk di Qlue, diverifikasi oleh admin Qlue, dan diteruskan ke Kelurahan terdekat

    dari lokasi laporan. Tim Jakarta Smart City yang juga melakukan pengecekan dan

    menindaklanjuti laporan tersebut. Hingga saat ini aplikasi Qlue telah dimanfaatkan oleh

    268 kelurahan di DKI Jakarta dan Kepulauan Seribu. Dengan demikian tingkat partisipasi

    warga DKI Jakarta dan tingkat kepercayaan publik dalam memberikan respon balik

    terhadap kinerja pemerintah menjadi meningkat.

    Tujuan pelaksanaan e-planning, e-budgeting, e-musrenbang dan e-monev ini selain

    untuk memantau pelaksanaan rencana pembangunan tiap bulan, triwulanan dan tahunan,

    juga untuk mengukur capaian kinerja program dan kegiatan pembangunan, dan

    melakukan pemantuan terhadap pecapaian target sesuai Prioritas Nasional, untuk

    kemudahan interaksi dalam menyampaikan permasalahan pelaksanaan program/kegiatan

    secara online, serta untuk mendukung pelaksanaan monitoring dan evaluasi berbasis e-

    Government.

    Keuntungan dari penerapan e-government ini adalah peningkatan efisiensi,

    kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dan menjamin konsistensi dokumen

    perencanaan dan penganggaran, serta terlaksanaya fungsi pengendalian dan pengawasan

    dari pemerintah dan masyarakat. Paling tidak inkonsistensi dapat diminimalisir. Jadi

    walaupun e-planning, e-budgeting, e-musrenbang dan e-monev bukan merupakan produk

    hukum, apabila sistem tersebut dapat menjamin program-program pembangunan terjaga

    secara konsisten, maka perlu didukung dan disosialisasikan ke semua unit pelaksana

    kegiatan.

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 23

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    1. Ada beberapa bentuk inkonsistensi program pembangunan di Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta yang terdiri dari inkonsistensi dalam penerapan pelaksanaan model

    perencanaan Rational Comprehensive tercermin dari adanya pelanggaran terhadap

    Peraturan Daerah tentang RTRW dan perundang-undangan lainnya terkait pelaksanaan

    Program Reklamasi Teluk Jakarta yang kenyataannya tidak konsisten dalam

    melaksanakan Misi Ke-1 yaitu Mewujudkan Jakarta sebagai kota modern yang tertata

    rapi serta konsisten dengan rencana Tata Ruang Wilayah; sedangkan inkonsistensi

    dalam pelaksanaan model perencanaan Incremental tercermin dari adanya overlapping

    program dan overlapping budget pada satuan kerja sehingga terjadi pemborosan dan

    tumpang tindih program yang diikuti revisi anggaran APBD Tahun 2015 yang berakhir

    deadlock dan akhirnya menggunakan Peraturan Gubernur. Pelaksanakan fungsi-fungsi

    managemen POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Co-ordinating,

    Reporting and Budgeting), sudah diterapkan, namun dalam pelaksanaannya masih

    terjadi inkonsistensi program-program urusan wajib dasar bidang kesehatan dan sosial

    dimana yang dicantumkan dalam RPJMD 2013-2017 hanya program-program yang

    menjadi unggulan Gubernur, temuan di lapangan inkonsistensi terjadi sebagai akibat

    adanya mutasi jabatan yang terlalu cepat sehingga mengakibatkan penanggung jawab

    kegiatan mengalami kesulitan dalam mempertanggungjawabkan program dan

    kegiatannya, serta rendahnya koordinasi dan sosialisasi program.

    2. Lebih mendalam dijelaskan faktor-faktor penyebab inkonsistensi program RPJMD

    Tahun 2013-2017 dengan APBD Tahun 2015 adalah perencanaan yang buruk/rendah;

    mutasi jabatan yang terlalu cepat; lemahnya koordinasi dan sosialisasi program;

    perbedaan persepsi antara eksekutif dan legislatif; penyempitan wewenang, tugas pokok

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    24 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    dan fungsi dinas sosial; tumpang tindih tupoksi dan nomenklatur program dengan SKPD

    lainnya. Selain itu berbagai dampak sebagai akibat dari adanya inkonsistensi program

    tersebut adalah kecilnya serapan anggaran; capaian kinerja pemerintah buruk; dan sanksi

    administratif terhadap bentuk pelanggaran.

    3. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan upaya-upaya untuk menjaga dan

    meningkatkan sinkronisasi, konsistensi, efisiensi dan efektifitas penyusunan dokumen

    perencanaan dan anggaran melalui optimalisasi penggunaan managemen sistem yang

    berbasis tekhnologi yang disebut e-Goverrnment berupa sistem e-Planning, e-

    Budgeting, e-Catalog (e-Harga), e-Musrenbang dan e-Monev dan Jakarta Smart City.

    Program ini sudah ada sejak tahun 2014 namun belum terintegrasi dan tersosialisasi

    dengan baik sehingga tahun 2016 ini diharapkan dapat berjalan sesuai rencana.

    Saran

    1. Untuk menghindari inkonsistensi dokumen, disarankan agar Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta mencantumkan seluruh program prioritas (wajib) dalam RPJMD sehingga

    konsisten dengan program prioritas (wajib) pada APBD. Pemerintah harus

    memprioritaskan permasalahan sosial dan kesehatan yang terkait pengangguran,

    kesenjangan ekonomi serta penyediaan pelayanan kesehatan sesuai dengan RPJMN.

    2. Untuk menghindari inkonsistensi terhadap fungsi-fungsi managemen maka

    Provinsi DKI Jakarta harus menyusun dokumen perencanaan dan anggaran dengan lebih

    matang, tidak terlalu sering melakukan mutasi jabatan, menempatkan pegawai sesuai

    kompetensinya, menjalin koordinasi dan sinkronisasi antara pihak eksekutif dan

    legislatif, serta meningkatkan penyusunan administrasi menjadi lebih baik dan tepat

    waktu.

    Penerapan e-Government berbasis tekhnologi berupa sistem e-Planning, e-Budgeting, e-

    Catalog, e-Musrenbang, e-Monev dan Jakarta Smart City yang bukan merupakan produk

    hukum perlu segera diatur dalam Peraturan Daerah atau Peraturan Gubernur berupa

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 25

    Petunjuk Teknis Pelaksanaan E-Government sehingga dapat tersosialisasi dan

    terintegrasi ke seluruh SKPD dan DPRD.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonimus. 2004. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional. Jakarta.

    Anonimus. 2009. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.

    Anonimus. 2014. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.Jakarta.

    Anonimus. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

    Daerah. Jakarta.

    Anonimus.2010. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

    Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,

    Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Ditjen Bina

    Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri Jakarta.

    Anonimus. 2015. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi Dan

    Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri. Kemendagri.

    Anonimus. 2013. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2 Tahun

    2013 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun

    2013-2017. Bappeda Provinsi DKI Jakarta.

    Anonimus. 2014. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 233 Tahun 2014 tentang

    Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan. Jakarta.

    Anonimus. 2014. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 240 Tahun 2014 tentang

    Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial.Jakarta.

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    26 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    Anonimus. 2015. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 206 Tahun 2015 tentang

    Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 84 Tahun 2014 Tentang Rencana Kerja Pemerintah

    Daerah Tahun 2015. Jakarta

    Anonimus. 2012. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka

    Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005-2025. Bappeda Provinsi DKI Jakarta.

    Anonimus. 2012. Surat Edaran Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 48/SE/2012 Tanggal 7

    November 2012 tentang Pedoman Rembuk RW Tahun 2013, Bappeda Provinsi DKI Jakarta .

    Anessi-Pessina, Eugenio, Mariafrancesca Sicilia, and Ileana Steccolini. 2012. Budgeting and

    Rebudgeting in Local Governments: Siamese Twins?" Public Administration Review. 72(6): 875-

    884 (November/December).

    Boyne, George, Rachel Ashworth, dan Martin Powell. 2001. Testing the Limits of Icrementalism:

    An Empirical Analysis of Expenditure Decisions by English Local Authoroties, 1981-1996,

    Public Administration 78(1): 1271-95.

    Beni Ahmad Saebani, Drs. 2009. Filsafat Ilmu (Kontemplasi Filosofis Tentang Seluk Beluk, Sumber

    Dan Tujuan Ilmu Pengetauan, Cet. I, Pustaka Setia: Bandung.

    Biro Organisasi dan Reformasi Birokrasi Provinsi DKI Jakarta. 2014. Peraturan Daerah Provinsi

    DKI Jakarat Nomor 12 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta.

    DIN-Media Jaya. Edisi 04-2015. Transparansi Melalui E-Musrenbang. Pemerintah Provinsi DKI

    Jakarta. Jakarta.

    DIN-Media Jaya. Edisi 03-2015. Pemprov DKI Dukung Keterbukaan Data. SmartCorner Pemerintah

    Provinsi DKI Jakarta. Jakarta.

    George R. Terry, Leslie W Rue, 1992. Dasar-Dasar Managemen, G.A Ticoalu. (2014) (alih Bahasa),

    Jakarta : Bumi Aksara.

    Gulick, Luther. "Notes on the Theory of Organization." Classics Of Organization Theory 3 (1937):

    87-95.Columbia University

    http://archive.org/stream/papersonscienceo00guli#page/n11/mode/2up

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 27

    Lindblom, Charles E. 1959. The Science of Muddling Through, Public Administration Review 19(1):

    79-88.

    Michael P Todaro. 1971. Development Planning-Models and Methods. Oxford University Press:

    East and Central Africa

    Nathaniel Lichfield, Peter Kettle, and Michael Whitbread. 1975. Evaluation In The Planning Process.

    Pergamon Press: Oxford New York.

    Nota Dinas Sesditjen Bina Pembangunan Daerah, Nomor 903-33/PPD/Bangda Tanggal2 April 2015,

    Permohonan Masukan Terkait Dengan Sinkronisasi Antara RKPD, KUA PPAS dan Rancangan

    Peraturan Gubernur DKI Jakarta tentang APBD Tahun 2015.

    Rae, Leslie, 2005, The Art of Training And Development: Effective Planning, terjemahan Fiyanti

    Osman, PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

    Todaro, Michael, P, 2000, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

    Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 050/1886/II/Bangda tanggal 1 Maret 2013 hal Konsultasi

    Rancangan Akhir RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012-2017.

    WEBSITE:

    Abel Lopez Dodero.An Analysis of the Rational Comprehensive Model in Selected Cities in

    Developing Countries, website http://core. ac.uk/ download/files/.diakses pada tanggal 28 Januari

    2016 pukul 14:08.

    Aldi Geri Lumban Tobing. 14 Juli 2015. http://beritajakarta.com.PengawasanTitik Rawan PMKS

    dan PKL Diintensifkan,diakses pada tanggal 27 Januari 2016, pukul 14:47.

    Alsadad Rudi, 28 November 2015. Kata Ahok, PNS DKI Puluhan Tahun Terbiasa Susun Anggaran

    yang "Beres, http://http:// megapolitan.kompas.com/, diakses pada tanggal 26 Januari 2016 pukul

    16:48.

    http://beritajakarta.com/http://http/%20megapolitan.kompas.com/

  • PROGRAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

    TAHUN 2013-2017 DENGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

    DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Elitrisiana Modesianne R.Y

    28 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    Annisa Sulistyo Rini. 2014.Pemprov DKI Diminta Libatkan Masyarakat Dalam Perencanaan

    Program, http://jakarta. bisnis.com/, diakses pada tanggal 26 Januari 2016 pukul 15:19.

    Intan Fauzi. 19 Januari 2016 http://news.metrotvnews.com/read/. Bakti Sosial Menunjukkan

    Buruknya Kinerja Dinas Kesehatan DKI, diakses pada tanggal 27 Januari 2016 pukul 13:25

    Johansyah Zairoh. 29 April 2015. Kuliah Publik: Teori Inkremental. diakses tanggal. diakses tanggal

    28 Januari 2016 pukul. 14:43.

    Lenny Tristia Tambun/FERa. 25 November 2015. Djarot: Pembahasan Anggaran 2016 Berjalan

    Lebih Baik. http://www. beritasatu.com/ megapolitan, diakses tanggal 26 Januari 2016 pukul

    15:00 WIB

    LBH Jakarta. 1 April 2016. Reklamasi Teluk Jakarta, proyek Ambisius Penuh Pelanggaran.

    http://www.bantuan hukum.or.id/, diakses pada tanggal 26 Mei 2016 pukul 08:30 WIB.

    MDN. 5 Februari 2014.http://megapolitan. kompas.com/. Warga Jakarta Kecewa Layanan Jaminan.

    diakses tanggal 12 Januari 2016 Pukul 15:24

    Mulyanto,2016.http://www.solopos.com/2014/04/01/gagasan-era-demokrasi-tanpa-gbhn diakses

    tanggal 12 Januari 2016 Pukul 15:24

    PebriansyahAriefana, Dwi Bowo Raharjo. 23 November 2015, Ahok Kasihan PNS Dinkes DKI

    Nggak Bisa Susun Anggaran, http://www.suara.com/news/2015, diakses pada tanggal 26 Januari

    2016 pukul 15:59.

    Triwisaksana Sani.17 Jun 2015.Mengintip Evaluasi Mendagri Atas APBD DKI 2015 Usulan

    Gubernur Ahok: Menyeimbangkan Informasi. http://www.kompasiana.com/, diakses

    padatanggal 26 Januari 2016 pukul 09:33 WIB.

    Website Resmi Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta (BPS-Statistics of DKI Jakarta

    Province)http://jakarta.bps.go.id/Jakarta.diakses pada tanggal 1 Februari 2016 pukul 13:30 WIB

    http://news.metrotvnews.com/read/http://kuliahpublik..co.id/2015/04/teori-inkremental-incremental-theory.htmlhttp://www.solopos.com/2014/04/01/gagasan-era-demokrasi-tanpa-gbhnhttp://www.suara.com/news/2015http://www.kompasiana.com/

  • BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL

    Oleh :

    Sukarni Hidayati dan Satino

    Email: [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Biodiversitas fauna khususnya Artropoda

    dalam ekosistem Gua Jlamprong, (2) perbedaaan biodiversitas fauna antar zona dalam

    ekosistem Gua Jlamprong dan (3) perbedaan struktur komunitas fauna antar zona dalam

    ekosistem gua Jlamprong.

    Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Desember 2014 di Gua

    Jlamprong, desa Ngeposari, kecamatan Semanu, Gunungkidul. Pengambilan sampel

    dilakukan di tiga zona gua yaitu zona gelap, zona remang, dan zona terang. Koleksi

    dilakukan dengan tehnik pengambilan langsung dengan menggunakan tangan, kuas, dan

    pinset agar tidak terjadi kerusakan. Hewan yang didapat selanjutnya diawetkan dengan

    alkohol 70% dan gliserin. Untuk koleksi hewan permukaan tanah menggunakan teknik

    pitfall trap selama 48 jam. Organisme yang ditemukan selanjutnya diidentifikasikan

    dengan menggunakan Soil Biology Guide oleh Daniel L Dindal (1990).

    Jenis arthropoda yang ditemukan di Gua Jlamprong sebanyak 37 spesies dengan

    indeks biodiversitas di zona terang sebesar 2.756094, zona remang 1.450909, dan zona

    gelap sebesar 2.354148. Biodiversitas arthropoda di Gua Jlamprong kategori sedang dan

    secara struktural di dalam ekosistem Gua Jlamprong zona terang memiliki kekayaan jenis

    lebih tinggi dibanding zona remang dan gelap.

    Kata kunci: Gua Jlamprong, Arthropoda,zonasi, Karts

    mailto:[email protected]

  • BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL Sukarni Hidayati dan Satino

    30 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    ABSTRACT

    This study aims to determine (1) Biodiversity especially arthropod fauna in the ecosystem

    Cave Jlamprong, (2) the differences between the zones fauna biodiversity in ecosystems

    Cave Jlamprong and (3) the difference between the faunal community structure in the

    zone of the cave ecosystem Jlamprong.

    The experiment was conducted in the month from September to December 2014.

    The Cave Jlamprong, Village Ngeposari, Semanu, Gunung. Sampling was carried out in

    three zones namely Zone dark cave, lit zone, and the zone light. Collection is done by

    direct retrieval techniques using hands, brush, and tweezers in order to avoid damage.

    Animals were obtained subsequently preserved with 70% alcohol and glycerin. For

    animal collection soil surface using techniques pitfall trap for 48 hours. Organisms found

    subsequently identified by using Soil Biology Guide by Daniel L Dindal (1990).

    Types of arthropods found in Cave Jlamprong as many as 37 spesies with a biodiversity

    index in the light zone of 2.756094, 1.450909 lit zone, and the dark zone of 2.354148.

    Arthropod biodiversity in Cave Jlamprong medium category and is structurally in the

    cave ecosystem Jlamprong light zone has higher spesies richness than the lit zone and

    dark zones.

    Keywords: Cave Jlamprong, Arthropods, zoning, Karts

  • BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL Sukarni Hidayati dan Satino

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 31

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki biodiversitas sangat tinggi. Hal ini

    didukung oleh wilayah yang memiliki bentang alam variatif. Salah satu variasi bentang

    alam ini berupa kawasan karts. Indonesia memiliki banyak kawasan karts yang

    membentang dan tersebar dari ujung barat hingga ujung timur. Namun, bentang alam

    karts sering digambarkan sebagai daerah miskin oleh kebanyakan masyarakat dan

    pengambil kebijakan. Bentang alam ini sering dianggap sebagai bentang alam yang sulit

    dikembangkan karena wilayahnya dianggap tidak mampu menghasilkan sesuatu untuk

    mencukupi kebutuhan hidup masyarakat yang menghuni kecuali hanya sebagai penghasil

    tambang golongan C (Maryanto dkk: 2006). Anggapan yang demikian tentu sangat

    menyesatkan karena bentang alam ini memegang peranan penting bagi manusia dan

    ekosistem setempat. Kawasan karts memiliki berbagai potensi, baik yang ada di

    permukaan (eksokarts) maupun di bawah permukaan (endokarts). Potensi tersebut

    meliputi potensi biologi, geologi, arkeologi, hidrologi, ekonomi, dan budaya. Dari kajian

    biologi, ekosistem karts menyimpan biodiversitas yang tinggi baik flora maupun

    faunanya dan sering kali ditemukan spesies endemis. IUCN menyatakan bahwa bentang

    karts memiliki sisi penting dari keanekaragaman bumi, Menurut Deharveng dan Bedos

    (2000), beberapa penelitian di kawasan karts menunjukkan temuan yang cukup menarik

    dan informasi baru dengan banyak ditemukannya spesies baru.

    Kabupaten Gunungkidul memiliki wilayah yang sebagian besar berupa kawasan

    karts yang secara geologi tatanannya berbeda dengan kawasan karts lainnya di Pulau

    Jawa. Kondisi yang demikian disebabkan kawasan ini memiliki variasi geomorfologi

    sehingga memunculkan kondisi mikroklimat yang variatif termasuk gua-gua yang ada.

    Ada dua tipe gua ditemukan di kawasan ini yaitu gua bawah tanah dan gua permukaan.

  • BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL Sukarni Hidayati dan Satino

    32 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    Gua di permukaan (eksokarst) juga memilili dua tipe yaitu gua aktif (berair) dan gua mati

    (kering).

    Berdasarkan intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalamnya, beberapa gua

    memiliki tiga zona, yaitu zona terang, zona remang, dan zona gelap. Menurut Howarth

    (1991), gua terang merupakan daerah sekitar mulut gua yang masih terkena cahaya

    matahari langsung. Zona remang dicirikan dengan kondisi gua yang sudah gelap namun

    masih terlihat berkas cahaya yang memantul melalui dinding atau atap gua. Sedangkan

    zona gelap merupakan daerah yang gelap total sepanjang masa. Intensitas cahaya

    matahari yang berbeda akan memengaruhi oragnisme yang hidup di dalamnya karena

    cahaya metahari merupakan faktor fisik yang sangat penting untuk menunjang sejumlah

    besar kehidupan. Arthropoda sebagai fauna gua keberadaannya menjadi sangat penting

    karena kelompok organisme ini memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik pada

    perubahan lingkungan yang relatif ekstrim.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian yang dlilakukan di Gua Jlamprong

    Kabupaten Gunungkidul dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

    1. Bagaimana biodiversitas fauna teruatam arthropoda dalam ekosistem Gua

    Jlamprong?

    2. Apakah perbedaan biodiversitas fauna (arthropoda) antar zona dalam ekosistem Gua

    Jlamprong?

    3. Bagaimana struktur komunitas arthropoda Gua Jlamprong?

  • BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL Sukarni Hidayati dan Satino

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 33

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

    1. Biodiversitas fauna khususnya arthropoda dalam ekosistem Gua Jlamprong;

    2. Perbedaan biodiversitas fauna antar zona dalam ekosistem Gua Jlamprong;

    3. Perbedaan struktur komunitas fauna antar zona dalam ekosistem Gua Jlamprong.

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berupaya mengungkap dan

    menganalisis suatu gejala secara alamiah, yaitu biodiversitas fauna khususnya di lantai

    gua.

    B. Sampel Penelitian

    Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan keamanan

    peneliti. Sampel diambil dari tiga loasi yaitu zona terang, zona remang, dan zona gelap.

    Tiap zona ditentukan tiga titik pengamatan dengan tiga kali ulangan

    C. Variabel Penelitian

    Variabel penelitian meliputi zona gua yaitu zona terang, zona remang, dan zona gelap,

    serta biodiversitas fauna lantai meliputi fauna permukaan lantai gua. Fauna seresah, dan

    fauna guano.

    D. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian dan bahan yang digunakan antara lain : kuas, pinset, pitfall trap,

    corong,lux meter, pH meter tanah, higrometer, mikroskop, alkohol 70%, dan gliserin.

  • BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL Sukarni Hidayati dan Satino

    34 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    E. Prosedur Penelitian

    1. Menentukan stasiun pengamatan di tiga zona yang berbeda;

    2. Melakukan pengukuran klimatik meliputi intensitas cahaya, kelembaban udara,

    temperatur udara, dan pH tanah;

    3. Melakukan koleksi/pengamatan hewan secara langsung. Koleksi langusng dengan

    menggunakan tangan, kuas, dan pinset agar tidak terjadi kerusakan. Hewan yang

    didapat kemudian diawtkan dengan alkohol 70% dan gliserin;

    4. Melakukan koleksi hewan permukaan tanah dengan pitfall trap pada stasiun

    pengamatan yang ditentukan;

    5. Mengambil sampel tanah, seresah, dan guano pada setiap zona. Sampel selanjutnya

    diekstrak dengan menggunakan corong tulgren selama 48 jam.

    Hewan yang ditemukan selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan Soil

    Biology Guide oleh Daniel L Dindal (1990).

    F. Teknik Pengumpilan dan Analisis Data

    Data yang diperoleh kemudian dianalisi menggunakan parameter:

    1. Indeks Richness (kekayaan jenis)

    Dm : (S-1)/ Ln N

    Keterangan:

    Dm : Indeks Richness

    S : Jumlah Spesies

    N : Jumlah total individu dalam sampel

    Indeks Richness (kekayaan jenis) menggambarkan kekayaan jenis suatu habitat.

    Semakin besar indeks richness semakin besar kekayaan jenis di habitat tersebut.

  • BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL Sukarni Hidayati dan Satino

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 35

    2. Indeks Diversitas (Shannon Wiener Indeks)

    Diversitas : - Pi Ln Pi

    Keterangan :

    Pi =

    Jumlah Individu spesien ke-i

    Jumlah total individu dalam sampel

    Indeks diversitas (keanekaragaman Shannon-Winner) digunakan untuk

    menggambarkan keanekaragaman spesies, produktivitas ekosistem, tekanan pada

    ekosistem, dan stabilitas ekosistem. Nilai tolak ukurnya adalah:

    H 1,0 : keanekaragaman rendah, produktivitas rendah, ekosistem tidak stabil

    1,0 H 3 : Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, stabilitas ekosistem

    cukup, tekanan ekologis sedang

    H 3 : Keanekaragaman tinggi, produktivitas tinggi, tekanan ekologi rendah

    3. Indeks Evennes (Kemerataan Populasi)

    E : H / Ln S

    Keterangan:

    H : Indeks Diversitas Shannon-W

    S : Jumlah spesieeptifs

    Indeks Eveness digunakan untuk menilai tingkat kemerataan individu dalam

    setiap spesies di suatu habitat. Nilainya berkisar antara 0-1. Semakin mendekati 1, berarti

    jumlah individu dalam setiap jenis seragam. Jika mendekati 0 berarti jenisnya beraneka

    ragam.

  • BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL Sukarni Hidayati dan Satino

    36 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    4. Indeks Dominansi

    Ni (n-1)

    D = -----------------

    N (N-1)

    Keterangan:

    D : Indeks Dominansi

    ni : Jumlah Individu spesies ke 1

    N : Jumlah seluruh individu dalam satu habitat

    Nilai indeks dominansi 0-1. Jika mendekati 1 berarti terdapat jenis biota yang

    mendominasi habitat. Semakin mendekati 0 berarti semakin tidak ada spesies yang

    mendominasi. Semakin tinggi indeks dominansi maka semakin rendah keanekaragaman

    suatu habitat.

    Hasil penghitungan dengan formula di atas selanjutnya dianalisis dengan

    menggunakan statistik deskriptif.

  • BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL Sukarni Hidayati dan Satino

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 37

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Parameter Abiotik Gula Jlamprong

    Tabel 1. Hasil Pengukuran Beberapa Parameter Lingkungan Abiotik Ekosistem

    Gua Jlamprong

    No Komponen Faktor Klimatik Zona Terang Zona Remang Zona Gelap

    1 Intensitas Cahaya (Lux) 1809.2 14.35 0

    2 Kelembaban Udara (%) 92 92 92

    3 Suhu Udara (C) 26.005 24.875 26

    Komponen Faktor Edafik

    1 Suhu Tanah (C) 24.125 23.75 25.5

    2 Kelembaban Tanah (%) 79.625 87.625 83.75

    3 pH Tanah 6.67 5.52 5.71

  • BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL Sukarni Hidayati dan Satino

    38 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    B. Komponen Jenis dan Struktur Komuniras Arthropoda Gua Jlamprong

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di perairan guan ditemukan sebanyak 37

    spesies Arthropoda, namun sebagian besar belum dapat diidentifikasi sampai tingkat

    spesies (tabel 2).

    Tabel 2. Hasil Penghitungan Indeks Richness, Diversitas, Eveness, dan Dominansi

    dari Hewan pada Lantai Gua

    No Jenis Zona Terang Zona Remang Zona Gelap

    1 Kelabang (Ordo

    Lithobiomorpna) 3 0 0

    2

    Kelabang (Ordo

    Scolopendromorp

    ha)

    11 0 0

    3

    Kelabang (Ordo

    Scolopendromorp

    ha)

    20 0 1

    4 Kelabang (Ordo

    Geophilomorpha) 1 0 0

    5

    Kaki seribu

    besar/Diplopoda 2

    (Ordo Glomerida)

    0 1 0

    6

    Kaki seribu kaki

    kuning /

    Diplopoda

    3 2 0

    7 Diplopoda Albino

    (Galliobates) 0 46 47

  • BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL Sukarni Hidayati dan Satino

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 39

    No Jenis Zona Terang Zona Remang Zona Gelap

    8 Kelabang (Ordo

    Scutigeromorpha) 0 0 1

    9 Jangkrik (Famili

    Gryllidae) 3 0 0

    10 Cocopet (Ordo

    Dermaptera) 29 0 0

    11 Serangga kecil

    (Ordo Coleoptera) 40 0 0

    12 Belalang sembah

    (Ordo Mantodea) 1 0 0

    13

    Semut merah

    (Ordo

    Hymenoptera)

    10 0 0

    14

    Semut hitam

    (Ordo

    Hymenptera)

    17 0 4

    15 Rayap (Ordo

    Isoptera) 34 64 0

    16 Serangga hitam

    tanpa sayap 8 0 1

    17

    Serangga hitam

    (Ordo Coleoptera)

    1

    0 0 6

  • BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL Sukarni Hidayati dan Satino

    40 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    No Jenis Zona Terang Zona Remang Zona Gelap

    18

    Serangga hitam

    (Ordo Coleoptera)

    2

    2 0 1

    19

    Jangkrik Gua

    (Rhaphidophora

    sp.)

    1 28 55

    20

    Belalang keciil

    hitam (Ordo

    Orthoptera)

    4 0 0

    21

    Belalang keciil

    coklat (Ordo

    Orthoptera)

    1 0 0

    22

    Semut hitam

    besar

    (Hymenoptera)

    0 4 22

    23 Laba-laba 1

    (Ordo Aranea) 1 0 0

    24 Laba-laba 2

    (Ordo Aranea) 1 0 0

    25 Laba-laba 3

    (Ordo Aranea) 3 0 0

    26 Laba-laba 4

    (Ordo Aranea) 1 0 0

  • BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL Sukarni Hidayati dan Satino

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 41

    No Jenis Zona Terang Zona Remang Zona Gelap

    27 Laba-laba 5

    (Ordo Aranea) 1 1 0

    28 Laba-laba 6

    (Ordo Aranea) 0 1 0

    29

    Laba-laba 7

    (Famili

    Pholcidae)

    0 5 27

    30 Laba-laba 8

    (Ordo Aranea) 0 1 0

    31 Kalajengking

    (Ordo Uropygi) 8 0 0

    32 Kala

    cemeti/Amblypygi 0 13 10

    33 Larva 1 0 0

    34 Ulat bulu (Larva

    Lepidoptera) 1 0 0

    35 Isopoda 1 9 0 0

    36 Isopoda 2 3 0 0

    Jumlah individu 217 166 175

    Jumlah jenis 27 11 11

  • BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL Sukarni Hidayati dan Satino

    42 JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH | EDISI 1 |2016

    No Jenis Zona Terang Zona Remang Zona Gelap

    Indeks diversitas

    Shannon 2.756094 1.450909 2.354148

    Indeks Eveness 0.818488 0.549783 0.830911

    Indeks Doninasi 0.095806 0.376143 0.11667

    Indeks Richness 5.369193 2.213852 2.764867

    Berdasarkan hasil penelitian, hanya satu spesies arthropoda yang ditemukan

    disemua zona la gua yaitu Rhaphidophora sp (jangkrik gua). Hal itu dikarenakan jangkrik

    gua memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik dan mampu tinggal baik di lantai

    dinding maupun langit-langit gua.

    Berdasarkan perhitungan indeksnya, keanekaragaman jenis athropoda di gua

    Jlamprong berada pada tingkat sedang yang berarti gua Jlamprong berada pada tingkatan

    sedang yang berarti gua Jlamprong memiliki daya dukung dan kestabilan ekologis yang

    cukup baik. Berdasarkan indeks eveneesnya zona terang dan zona gelap cenderung dalam

    katagori seragam. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karakteristik gua Jlamprong

    yang memiliki dua mulut gua sehingga zona terang dan gelap berulang jika dilihat dari

    dua sisi tersebut. Berdasarkan indeks dominasinya menggambarkan bahwa di ketiga zona

    gua Jlamprong tidak ada spesies yang dominan. Hal ini menunjukkan bahwa secara

    ekologis gua Jlamprong masih memiliki tingkat keseimbangan yang baik. Berdasarkan

    indeks richnessnya maka zona terang memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi

    dibandingkan zona remang dan zona gelap. Hal ini menunjukkan bahwa cahaya masih

    menjadi faktor yang sangat penting bagi kehidupan, tidak terkecuali pada kelompok

    arthropoda.

  • BIODIVERSITAS FAUNA GUA JLAMPRONG KARTS GUNUNGSEWU

    KABUPATEN GUNUNG KIDUL Sukarni Hidayati dan Satino

    2016 | EDISI 1 | JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH 43

    SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan

    1. Jenis anthropoda yang ditemukan di gua Jlamprong sebanyak 37 spesies dengan

    indeks biodiversitas di zona terang sebesar 2.756094, zona remang 1.450909, dan

    zona gelap sebesar 2.354148.

    2. Biodiversitas di ketiga zona gua tidak terdapat perbedaan karena ketiganya pada

    kategori sedang.

    3. Secara struktural di dalam ekosistem gua Jlamprong zona terang memiliki kekayaan

    jenis lebih tinggi dibandingkan zona remang dan gelap.

    B. Saran

    1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik beberapa spesies

    arthropoda yang belum ditemukan nama spesiesnya

    2. Hasil penelitian dini dapat digunakan sebagai acua awal