Konsili Vatikan 2

388
7/23/2019 Konsili Vatikan 2 http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 1/388  DOKUMEN KONSILI VATIKAN II

Transcript of Konsili Vatikan 2

Page 1: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 1/388

 

DOKUMEN

KONSILI VATIKAN II

Page 2: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 2/388

KATA PENGANTAR

Ketua Presidium KWI

Ketika persediaan buku Tonggak Sejarah Pedoman Arah, dokumen Konsili Vatikan II

terbitan Departemen Dokumentasi dan Penerangan MAWI tahun 1983 mulai menipis jumlahnya, telah dipikirkan masak-masak oleh KaDokPen KWI, apakah akan mencetakulang ataukah justru mengusahakan sekaligus adanya suatu terjemahan baru. Mengingat

buku tersebut disana-sini dirasa perlu disempurnakan terjemahannya, baik yangmenyangkut judul, ungkapan maupun isi, maka dianggap mendesak adanya terjemahan

baru.

Semula dipikirkan oleh KaDokPen KWI, dokumen tersebut akan diterjemahkan oleh sebuahteam yang terdiri dari beberapa teolog dosen STFT dan STFKAT dari berbagai daerah

diseluruh Indonesia. Namun cita-cita tersebut ternyata sulit dilaksanakan, karena tidakmudah menemukan dikalangan mereka seseoarang yang mempunyai waktu dan bersediamenterjemahkan dokumen tersebut.

Presidium bersyukur bahwa Pater R. Hardawiryana SJ yang semula diharapkan menjadi

koordinator para penterjemah akhirnya bersedia menjadi penterjemah tunggal. Pada rapattanggal 18 s/d 20 April 1990, Presidium menyetujui usulan KaDokPen agar Pater R.Hardawiryana SJ, akan menterjemahkan seluruh dokumen Vatikan II, sedikit demi sedikit.Untuk tahap pertama, setiap kali satu dokumen selesai diterjemahkan, langsungditerbitkan oleh DOKPEN KWI sebagai Seri Dokumen Gerejani, kemudian disebar, sambil

mohon agar mereka yang telah membaca, dan memakai untuk sarana perkuliahan,seminar dls., berkenan menyampaikan koreksi dan usulan penyempurnaan. Setelah semuadokumen selesai diterjemahkan, sertakoreksi telah masuk pula, seluruh dokumen akandicetak ulang menjadi satu kesatuan, setelah diperiksa ulang oleh para ahli yang

berkompeten.

Kami bergembira bahwa akhirnya dapat diterbitkan seluruh dokumen Konsili Vatikan IIdalam satu buku. Semoga buku baru ini dapat melayani kebutuhan Gereja Indonesia,karena buku lama telah habis. Dengan semakin sempurna diterjemahkan, inspirasi

semangat dan ajaran Konsili Vatikan II yang kita hargai bersama itu dapat semakin baikdibaca, ditangkap, direnungkan, dan diresapkan.Dalam kesempatan ini, tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pater R. Hardawiryana SJ yang telah begitu banyak menyisihkan waktu

karena berkenan menjadi penerjemah tunggal. Demikian pula kepada DOKPEN KWI sertasemua pihak yang turut serta dalam usaha penerbitan buku baru ini, kami ucapkanbanyak terima kasih. Setiap saran, koreksi dan usulan perbaikan tidak hanya kami terimadengan senang hati, melainkan juga sangat kami harapkan.

 Jakarta, 2 Februari 1993

Mgr. J. Darmaatmadja. SJ

Ketua Presidium KWI

Page 3: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 3/388

KATA PENGANTAR DOKPEN KWI

Dokumen-dokumen Konsili Vatikan II telah diterjemahkan secara lengkap atasmandat dari MAWI (KWI) oleh Bapak Dr. J. Riberu yang pada waktu itu menjabat sebagai

Kepala Dokpen MAWI. Terjemahan ini terbit menjadi satu buku pada permulaan tahun1984 dan sampai dengan tahun 1992 telah mengalami cetak ulang beberapa kali. Dalamcetakan ulang judul buku diubah dengan judul yang lebih tepat : “DOKUMEN KONSILI

VATIKAN II. Tonggak Sejarah, Pedoman Arah”. Tak dapat disangkal bahwa buku ini dipakaisecara luas diseluruh Indonesia, tidak hanya dikalangan umat Katolik tetapi juga yang

bukan Katolik.Sementara itu, dirasakan oleh para pemakai bahwa dalam terjemahan ini terdapat

pelbagai kelemahan dan ketidaktepatan: judul buku, bahasa, kosakata dan sebagainya.Presidium KWI akhirnya dalam rapatnya tanggal 18 s/d 20 April 1990 memutuskan supaya

seluruh dokumen itu diterjemahkan sekali lagi dengan melibatkan sebanyak mungkin ahli,sehingga terjemahan baru tersebut dapat lebih sempurna dan diterima oleh seluasmungkin pemakai. Tugas ini diserahkan kepada Departemen Dokumentasi dan Penerangan(DOKPEN) KWI.

Setelah semua teolog dari STFT dan STF yang ada di Indonesia di Hubungi, ternyata

hampir tak ada yang sanggup untuk membantu menterjemahkannya. Syukur kepada Tuhan, bahwa Rama R. Hardawiryana, SJ menyanggupkan diri untuk melakukannyasedikit demi sedikit. Sekarang pekerjaan besar dan berat itu sudah selesai dan sementaraitu sudah diterbitkan secara periodik dalam Dokumen Gerejawi yang diterbitkan olehDOKPEN KWI. Dan sekarang buku yang ada di tangan Anda ini menjadi bukti kerja keras

tadi. Kita patut berterimakasih yang sebesar-besarnya kepadanya.Bahaya dari penerjemahan tunggal ini ialah bahwa kemungkinan untuk berbuat

salah menjadi cukup besar. Hal ini kami coba imbangi dengan mengundang para pemakai,khususnya para ahli, untuk menyampaikan penyempurnaannya kepada penerjemah atau

kepada kami selaku koordinator. Keuntungan dari penerjemahan tunggal ialah bahwamutu dan gaya bahasa serta kadar ketelitian dapat dipertanggungjawabkan dalam seluruhdokumen; sesuatu yang agak sulit dipertahankan bila dokumen yang sama diterjemahkanoleh banyak orang.

Akhirnya kami berharap bahwa para pemakai dapat merasakan bahwa terjemahanbaru ini sungguh lebih baik dari yang lama dan buku ini dapat lebih berguna bagikeberadaan Gereja Katolik di Indonesia dalam, bersama dengan umat lain, bergereja,bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tercinta ini.

 Jakarta, 17 Februari 1993

Alfons S. Suhardi, OFM

KADOKPEN KWI

Page 4: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 4/388

KONSILI VATIKAN II : 1962 – 1965 

Konsili Vatikan II merupakan Konsili Ekumenis ke-21 dalam sejarah Gereja. Antaratgl. 11 Oktober 1962 dan tgl. 8 Desember 1965 diadakan empat periode sidang. JumlahUskup yang hadir lebih banyak dan berasal dari lebih banyak negara daripada yangmenghadiri Konsili-Konsili sebelumnya(1). Jumlah dokumen yang dihasilkannyapun lebihbanyak, dan dampak-pengaruhnya atas kehidupan Gereja katolik lebih besar dari peristiwa

manapun sesudah jaman reformasi pada abad XVI.

PERSIAPAN

Baik Paus Pis XI (1922-1939) maupun Paus Pius XII (1939-1958) pernah berfikirtentang membuka kembali Konsili Vatikan I (1869-1870), yang karena pecahnya perangantara Perancis dan Prusia (Jerman) terpaksa dihentikan secara mendadak ( 2). Tetapi PausYohanes XXIII-lah yang mengejutkan umat katolik sedunia dengan maklumat beliau yang

penuh optimisme pada tgl. 25 Januari 1959, bahwa beliau bermaksud mengundang suatuKonsili (3). Yang beliau maksudkan bukan sekedar melanjutkan Konsili Vatikan I,melainkan menyelenggarakan Konsili yang baru sama sekali (4). Beliau mengharapkan

Konsili akan mengajak Gereja semesta mengevaluasi kehidupan serta pelaksanaan misinya.Ada tiga sasaran yang mau dicapai, yakni : pembaharuan rohani dalam terang injil,

penyesuaian dengan masa sekarang (“aggiornamento” ) untuk menanggapi tantangan-tantangan zaman modern(5), dan pemulihan persekutuan penuh antara segenap umatkristen (6).

Persiapan Konsili dimulai dengan undangan yang ditujukan kepada semua Uskup

diseluruh dunia, para pemimpin tarekat-tarekat imam religius, universitas-universitas sertafakultas-fakultas katolik, dan para anggota Kuria Romawi, untuk mengemukakan saran-saran mereka bagi permusyawarahan dan penyusuanan acar Konsili. Disepanjang sejarahGereja belumpernah diadakan konsultasi seluas itu (7). Hasilnya ialah lebih dari 9300saran. Seluruh bahan itu dipilah-pilah, didaftar, dan dibagi-bagikan kepada sepuluh komisi

persiapan, yang oleh Paus Yohanes diangkat pada tgl. 5 Juni 1960 untuk menyiapkankonsep-konsep naskah (“schemata ”) untuk dibahas dalam Konsili.

Komisi-komisi mengadakan rapat-rapat kerja antara bulan November 1960 danbulan Juni 1962, dan menghasilkan lebih dari 70 naskah yang kemudian dirangkum

menjadi sekitar 20 naskah. Setiap naskah diperiksa oleh Komisi Persiapan Pusat,

1 Pada Pembukaan Konsili hadirlah 2540 Bapa Konsili. Baiklah dikenangkan pula dampak relatif cukup besar

29 pengamat dari 17 Gereja lain dan undangan yang bukan katolik, para pendengar pria maupun wanita,perhatian besar media cetak, dan makin banyak tersedianya informasi tentang Konsili.

2 Tentang Konsili Vatikan I, lihat : H. Jedin, “Sejarah Konsili”, Yogyakarta: Kanisius 1973, hlm.111-138; T. Jacobs, “Latar Belakang dekat Konsili Vatikan II”, khususnya hlm.60-63

3

 Paus Yohanes XXIII, Konstitusi apostolik “Humanae Salutis”, tgl. 25 Desember 1961, memandang sebagaisuatu motivasi untuk mengundang Konsili; membuka kemungkinan bagi Gereja untuk memberi sumbanganefektif demi pemecahan soal-soal zaman modern.

4 Dalam konstitusi apostolik “Humanae Salutis”, tgl. 25 Desember 1961Paus Yohanes XXIII mencetuskan

harapan beliau: semoga Konsili Vatikan II merupakan ulangan Pentekosta bagi umat kristen. Juga dogma-dogma Tradisi Gereja ditempatkan dalam konteks baru dan ditafsirkan secara baru.

5  Paus Paulus VI pada sidang terakhir Konsili mengartikan “aggiornamento”  sebagai usaha untuk makin mendalami

semangat Konsili dan penerapan setia norma -norma yang digariskan.

6 Amanat Paus Yohanes XXIII pada pembukaan Konsili, tgl. 11 Oktober 1962, antara lain menekankan perlunyameningkatkan persatuan kristen, bahkan seluruh “keluarga manusia”. Maksud itu terungkap dengan jelas

misalnya ketika pada tgl.5 Januari 1964 Paus Paulus VI dalam kunjungan beliau ke Tanah Suci merangkulAtenagoras, Patriark Ortodoks utama dari Gereja Timur. Peristiwa lain: pernyataan bersama, yang

diumumkan di Istanbul dan di Vatikan pada tgl. 7 Desember 1965, tentang peristiwa-peristiwa pada tahun1054, yang menimbulkan perpecahan antara Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks di Istanbul.“Pernyataan Katolik-Ortodoks” itu mengungkapkan kerinduan akan persekutuan makin penuh antara Gerejadi Istanbul dan Gereja katolik.

7 Konstitusi apostolik Paus Yohanes XXIII “Humanae Salutis”, tgl. 25 Desember 1961, menampilkan pentingnya konsultasi

seluas itu dalam proses persiapan Konsili.

Page 5: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 5/388

diperbaiki dengan memperhatikan catatan-catatan yang dilampirkan, dan akhirnyadimohonkan persetujuan Paus. Pada musim panas tahun 1962 sejumlah naskah diedarkandiantara para Uskup sedunia sebagai bahan untuk periode Sidang yang akan dimulai padamusim gugur.

SIDANG PERTAMA 

Konsili Vatikan II menyelenggarakan empat periode sidang, yakni: 11 Oktober – 8

Desember 1962, 29 September – 4 Desember 1963, 14 September – 21 November 1964, dan14 September – 8 Desember 1965. Dalam uraian pengantar ini tidak mungkin memaparkanikhtisar sejarah Konsili(8). Tetapi baiklah disajikan catatan tentang periode Sidang Pertama,

 yang paling dramatis dan paling penting. Suasana dan keputusan-keputusan yang diambilketika itu menggariskan haluan dasar seluruh Konsili. Ada empat moment yang

mempunyai relevansi khas.Momen relevan yang pertama ialah Amanat Pembukaan yang disampaikan oleh Paus

Yohanes XXIII pada tgl.11 Oktober 1962. Beliau mendesak supaya Konsili menempuh arah

pastoral (9). Menghadapi dunia yang memerlukan uluran belaskasihan(10). Bukan maksudutamanya untuk mengulang-ulangi saja apa yang jelas sudah merupakan ajaran katolik,

atau melontarkan kecaman-kecaman (“anathema” ) terhadap kesesatan-kesesatan. Kendatimendesaknya tantangan-tantangan zaman, para Uskup diundang untuk menjauhkan sikapmurung terhadap dunia modern, dan untuk merenungkan : mungkinkah Allah justruhendak memulai suatu era baru dalam sejarah manusia? Mereka diharapkan membedakan

antara pokok-pokok iman disatu pihak, dan dipihak lain cara-cara mengungkapkannya yang tergantung juga dari situasi dan kondisi yang silih berganti, serta bagaimanapun jugaharus menanggapinya. Jadi soal utama ialah : bagaimana pusaka iman diungkapkandalam konteks situasi masa kini, untuk sungguh menyentuh hati manusia zaman sekarangdan memecahkan masalah-masalahnya yang aktual.

Momen kedua yang relevan ialah : ketika pada sidang kerja pertama para Uskupmenyatakan tidak bersedia untuk begitu saja menerima para anggota komisi-komisiKonsili, yang disodorkan dalam daftar yang sudah siap, melainkan memutuskan untukmemilih sendiripara anggota komisi-komisi. Ketika itu peristiwa itu dianggap

mengungkapkan, bahwa cukup banyak Uskup tidak setuju dengan nada dan isi pokokbanyak naskah yang telah disiapkan. Mereka menginginkan waktu secukupnya untuksaling mengenal, dan memilih para anggota komisi-komisi, sehingga tidak begitu sajadiulangi tekanan-tekanan naskah-naskah persiapan.

Momen ketiga yang sinyifikatif ialah perdebatan Konsili tentang Skema mengenai

Liturgi. Diskusi itu mencerminkan, bahwa mayoritas para Uskup mendukung ajakan Pausuntuk membaharui kehidupan Gereja. Maksud mereka makin jelas, ketika dimulaiperdebatan tentang Skema “Tentang Sumber-Sumber Pewahyuan”. Teks itu oleh banyak

Uskup dikritik dengan tajam sekali, dan pada pemungutan suara menjelang akhir diskusilebih dari 60% menghendaki agar Skema dibatalkan.

Meskipun jumlah suara itu tidak mencukupi untuk mengembalikan Skema, PausYohanes memerintahkan perombakannya sama sekali. Momen keempat yang dramatis itumenampilkan maksud mayoritas para Uskup untuk menempuh haluan, yang dalamberbagai aspek menyimpang dari sikap-sikap dan strategi-strategi, yang menandai

Katolisisme Romawi selama 150 tahun sebelumnya.Paus Yohanes XXIII meninggal pada bulan Juli 1963, dan digantikan oleh Paus

Paulus VI. Salah satu tindakan Paus baru yakni : mengumumnkan bahwa Konsili akandilanjutkan, dan harus tetap mengikuti haluan yang telah digariskan oleh Paus Yohanesdan dikukukhkan selama periode Sidang I. Selama tiga periode Sidang berikut yang

diketuai oleh Paus Paulus VI terlaksanalah karya pokok Konsili.

8 Lihat : Daftar “Beberapa Peristiwa Penting Selama Konsili Vatikan II”.

9 Menurut “Presbyterorum Ordinis”  12, tujuan pastoral Konsili ialah : 1) Pembaharuan Gereja, 2) pewartaan Injil

diseluruh dunia, dan 3) dialog dengan dunia modern.

10 Amanat Paus Paulus VI pada hari raya Natal 1965 menggarisbawahi, bahwa suasana dominan selama Konsilidiilhami oleh gambaran Injili tentang Gembala Baik, yang tidak berhenti mencari sebelum menemukan domba yang sesat.

Page 6: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 6/388

 DOKUMEN-DOKUMEN KONSILI

Konsili Vatikan II menghasilkan enam belas dokumen, yakni empat Konstitusi

(tentanag Liturgi, tenteng Gereja, tentang Wahyu Ilahi, dan tentang Gereja dalam DuniaModern), sembilan Dekrit (tentang Upaya-Upaya komunikasi sosial, tentang Gereja-Gereja

 Timur Katolik, tentang Ekumenisme, tentang Tugas Pastoral para Uskup dalam Gereja,tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius, tentang Pembinaan Imam, tentang

Kerasulan Awam, tentang Kegiatan Misioner Gereja, dan tentang Pelayanan dan Kehidupanpara Imam), dan tiga Pernyataan (tentang Pendidikan Kristen, tentang Hubungan Gerejadengan Agama-agama Bukan Kristen, dan tentang Kebebasan Beragama). Judul-judul itusudah menampakkan, betapa luaslah jangkauan Konsili.

Dokumen utama Konsili ialah Konstitusi dogmatis tentang Gereja ( “Lumen Gentium” )

(11). Titik tolaknya ialah Eklesiologi resmi yang dominan menjelang Konsili, dan ditandaidengan tekanan pada dimensi-dimensi kelembagaan Gereja (12). Konstitusi mulai denganpandangan tentang Gereja sebagai Misteri, sebagai persekutuan beriman, yang dipanggiluntuk ikut menghayati hidup Tritunggal maha kudus. Persekutuan dalam Allah itu

memperbuahkan persekutuan antara para anggota Gereja, yang menjadikan mereka umat

Allah, Tubuh Kristus dan Kenisah Roh Kudus. Dalam satu Gereja dimensi Ilahi danmanusiawi menciptakan suatu gejala sosial tersendiri, Gereja Kristus yang “berada dalam”Gereja Katolik Romawi, kendati banyak unsur-unsurnya yang baku terdapat juga diluarbatas-batasnya yang kelihatan (13).

Selanjutnya “Lumen Gentium”  menguraikan, bahwa dalam Gereja sebagai umat Allahterwujudlah Misteri dalam kurun sejarah antara Kenaikan Kristus ke Sorga danKedatangan-Nya pada akhir zaman (14). Ditekankan kesejahteraan fundamental martabatpara anggota, yang mendasari pembedaan-pembedaan antara hirarki, kaum awam danpara religius. Orang menjadi warga penuh dalam Gereja, bila ia memiliki Roh Kristus, dan

berada dalam persekutuan iman, Sakramen – Sakramen, dan tata-laksana serta strukturGerejawi. Gereja itu bersifat “ katolik”, artinya : menjangkau semua bangsa dankebudayaan, dipanggil untuk menghimpunnya dibawah Kristus Tuhan, dan untuk

memperkaya Gereja semesta melalui pertukaran timbal balik sumber-sumber budayapelbagai bangsa. Dalam Konstitusi ini dan dalam dokumen-dokumen Konsili kuat-kuatmenekankan teologi Gereja setempat; dengan kata lain : prinsip, bahwa misteri Gerejaselalu diwujudkan dalam jemaat-jemaat setempat, paroki-paroki, keuskupan-keuskupan,wilayah-wilayah geografis dan budaya yang lebih luas. Perspektif itu khususnya nampakdengan jelas dalam Dekrit tentang Kegiatan Misioner Gereja (“Ad Gentes” ).

Perspektif teologis dan rohani dua bab pertama “Lumen Gentium”  dijabarkan dalamKonstitusi dogmatis tentang Wahyu Ilahi (“Dei Verbum” ) dan Konstitusi tentang Liturgi(“Sacrosanctum Consilium” ) (15). “Dei Verbum ” memandang perwahyuan sebagai komunikasidiri Allah melalui sabda dan karya-Nya, yang mencapai kesempurnaannya dalam Yesus

Kristus. Perwahyuan pembawa penebusan itu disalurkan melalui Kitab Suci dan Tradisi.Dalam uraiannya tentang kedua pengantara perwahyuan itu Konsili menekankan peranansentral Kitab suci, dan mendukung sahnya penelitian modern secara kritis ilmiah.Digarisbawahi pula peranan Tradisi, yang dimengerti sebagai proses hidup menerima sertamenafsirkan Kitab suci dalam kenyataan hidup Gereja sehari-hari.

11  Lih. T. Jacobs, “Gagasan-gagasan pokok …”, hlm.25-38. Suatu “Skematisasi” dokumen-dokumen Konsili

Vatikan II dalam tiga bagian (pemahaman diri Gereja, pendalaman tentang hidup Gereja sendiri, danpendalaman tentang misi Gereja): lih. Martadiatmaja, “Gagasan-gagasan Dogmatik …”, hlm.10-11.

12 “Lumen Gentium”, dan karena itu seluruh Eklesiologi Vatikan II, dikembangkan berpangkal pada pandangan“Mystici Corporis”,  seperti dirumuskan dalam skema I tentang Gereja. “Vatikan II memang membukapandangan baru terhadap Gereja, tetapi tidak menolak yang lama”, bdk. T. Jacobs, “Gagasan-gagasan Pokok

…”, hlm.44.13 Lih. LG.8; bdk. UR.3.

14 Seperti terungkap dalam Bab I dan II, pandangan baru tentang Gereja berarti, Suatu sentralisasi vertikal padaKristus dan suatu desentralisasi horisontal pada umat Allah”, Y. Congar, “L’Eglise : De saint Augustin aI’epoque modernr:, Paris : Cerf 1970, hlm.473.

15  Tentang bagaimana “Sacrosanctum Concilium”   melengkapi “Lumen Gentium”,  lihat T. Jacobs, “Gagasan-gagasan Pokok …”, hlm. 28.

Page 7: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 7/388

  Sesudah pengantar teologis tentang peranan Liturgi dan khususnya Ekaristi suci yang bagi Gereja penting sekali, Konstitusi “Sacrosanctum Concilium”   menggariskanprinsip-prinsip pembaharuan hidup liturgis Gereja secara mendalam. Upacara-upacarperlu diperbaharui sedemikian rupa, sehingga lebih jelas melambangkan misteripenyelamatan dan memungkinkan partisipasi aktif yang lebih penuh oleh semua warga

Gereja.Seusai pembahasan Gereja sebagai Misteri dan Umat Allah, “Lumen Gentium”  

mengarahkan perhatian kepada penggolongan anggota Gereja. Bab III menguraikanperanan hirarki (16), khususnya episkopat, dengan maksud mengimbangi tekanan Konsili

Vatikan I pada wewenang dan “tidak dapat sesatnya” (“infallibilitas”)   Paus, denganmenempatkan pelayanan kesatuan dalam konteks lebih luas Dewan para Uskup. Diajarkansifat sakramental episkopat, begitu pula tanggung jawab Uskup atas Gereja setempat danatas kesejahteraan Gereja semesta. Ajaran Konsili Vatikan I tentang Wewenang Mengajar(“Magisterium”) diulangi, tetapi sekaligus ditafsirkan secara lebih penuh dari yang mungkin

tercapai pada tahun 1870. Dua artikel terakhir menguraikan imamat, dan mencantumkankeputusan untuki memulihkan diakonat sebagai pelayanan tetap. Bahan Bab III itudilengkapi dengan Dekrit-Dekrit tentang Tugas Pastoral para Uskup (“Christus Dominus” ),tentang Pelayanan dan Kehidupan para Imam (“Presbyterorum Ordinis” ), dan tentang

Pembinaan Imam (“Optatam Totius” ).

Bab IV “Lumen Gentium”   menguraikan peranan kaum awam (17). Disajikan“gambaran tipologis” awam sebagai orang kristen, yang berhak penuh untuk ikutmenghayati hidup dan menunaikan misi Gereja, dengan hidup secara kristen dalam duniasekular. Awam menghadirkan Gereja didunia, dan dipanggil untuk menghadapi masalah-

persoalan sehari-hari dengan sabda serta rahmat Kristus. Sekaligus ia menyumbangkanpandangan maupun pengalamannya tentang hidup sekular demi pembangunan Gereja.Prinsip-prinsip yang digariskan dalam Bab ini secara lebih penuh dijabarkan dalam Dekrittentang Kerasulan Awam (“Apostolicam Actuositatem” ).

Bab VI tentang para religius dalam Gereja menjelaskan makna tiga kaul, yangdiikrarkan oleh para religius untuk menerima tangtangan nasehat-nasehat Injili. Bab inimendorong mereka untuk menunaikan tanggung jawab mereka sendiri demi kehidupandan misi Gereja. Dekrit “Perfectae Caritatis”   menyajikan prinsip-prinsip tentang

Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius (18), yang sekaligus mencerminkan cita-cita“aggiornamento”  untuk seluruh Gereja. 1) kembali kepada Injil sebagai pedoman hidup

 yang utama; 2) kembali kepada sumber-sumber karisma dan spiritualitas masing-masingtarekat; 3) integrasi dalam Gereja seluruhnya; 4) menanggapi kebutuhan jaman dalamperihidup maupun kerasulan; 5) penghapusan deskriminasi antara para anggota (19).

Dalam Bab V dan VII “Lumen Gentium”  kembali memandang Gereja semesta, sambilmenekankan panggilan semua orang untuk kesucian dan persekutuan Gereja di duniadengan Gereja yang jaya dalam Kerajaan Allah. Bab terakhir Konstitusi dipersembahkankepada Santa Perawan Maria, dan menjadikan peranannya sebagai anggota maupunlambang Gereja kunci untuk menafsirkan teologi tentang Maria.

Eklesiologi “Lumen Gentium”   yang lebih mendalam dan lebih kaya besar sekalidampaknya atas hubungan-hubungan ekumenis antara Gereja katolik dengan Gereja-Gereja serta jemaat-jemaat kristen lainnya. Hubungan-hubungan itu oleh Konsili dijajagibaik dalam “Lumen Gentium”   maupun dalam Dekrit tentang Ekumenisme (“Unitaris

redintegratio” ), Dekrit tentang Gereja-Gereja Timur Katolik (“Orientalium Redintegratio” ), danDekrit tentang hubungan Gereja dengan Agama-agama bukan kristen (“Nostra Aetate” ).Dokumen-dokumen itu mencetuskan kesanggupan Gereja yang antusias untukmenggantikan sikap curiga dan bermusuhan antar Gereja dan antar Agama dengan sikapdialog dan kerjasama (20).

16 Lih. T. Jacobs, “Gagasan-gagasan Pokok …”, hlm.31-32.

17 Lih. T. Jacobs, “Gagasan-gagasan Pokok …”, hlm.33-35.

18  J. A. Komonchak membuat kesalahan dengan menukarkan bab V (tentang panggilan untuk kesempurnaan)

dengan bab VI (para religius), cf. hlm.1075.

19 Bdk. T. Jacobs, “Gagasan-gagasan Pokok …”, hlm.37.

20 Sebelas hari sesudah Konstitusi tentang Gereja resmi diumumkan pada tgl.21 November 1964, Paus Paulus

VI untuk pertama kalinya mengunjungi India, sesudah pada awal tahun itu juga beliau mengunjungiYordania dan Israel.

Page 8: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 8/388

  Konsili juga menyajikan dua dokumen untuk menanggapi situasi Gereja dalamdunia modern. “Gaudim Et Spes”, Konstitusi Pastoral tentang Gereja Dalam Dunia Modern,menyajikan citra Gereja yang berbagi kegembiraan dan harapan, penderitaan dankegelisahan dengan sesama sezaman (21).Konstitusi GS mengandaikan semua yang telahditetapkan oleh Konsili tentang Gereja, tetapi juga melengkapinya, sejauh menekankan

bahwa anggota Gereja ialah anggota masyarakat (bdk. GS 1). Dan bahwa Gereja wajibbekerja sama dengan masyarakat (bdk. GS 40) (22). Bersama mereka semua Gereja ikut

merasa bertanggung jawab untuk mengisi sejarah dunia. Bagian I dokumen menyajikanrefleksi teologis tentang hubungan Gereja dan Dunia, serta secara istimewa menekankan,

bahwa pihak yang satu mempunyai sumbangannyakepada pihak lain. Asas-asas ituditerapkan dalam bagian II pada masalah-masalah aktual tentang perkawinan dankeluarga, kebudayaan, kehidupan ekonomi, sosial dan politik, serta tentang damai danperang (23).

Deklarasi tentang Kebebasan Beragama (“Dignitatis Humanae” ) mencantumkan

pandangan Konsili tentang soal Gereja dan negara. Konsili membela hak pribadimanusiaatas kebebasan beragama, dan menentang camput tangan pemerintah dalampelaksanaan hak itu. Dalam dokumen itu dan dalam Konstitusi “Gaudium et Spes”   Konsilimenganjurkan sikap yang jauh lebih terbuka terhadap dunia modern daripada yang

terdapat dalam gereja katolik Roma selama 150 tahun sebelumnya.

Konsili ditutup pada tgl. 8 Desember 1965 dengan amanat Paus Paulus VI (24), danpembacaan “Pesan- Pesan Konsili”, yang atas nama para Bapa Konsili dibawakan olehbeberapa Kardinal, dan ditujukan kepada pelbagai kelompok: para pemimpin negara, kaumintelektual, para seniman, kaum wanita, kaum miskin, mereka yang sakit dan menderita,

kaum buruh dan generasi muda.

DAMPAK – PENGARUH KONSILI 

Sebagai peristiwa Konsili mempunyai pengaruh yang besar sekali. Dalam kenanganGereja Konsili merupakan pengalaman pertama pelaksanaan kolegial Kewibawaan tertinggi

gerejawi (25). Gereja, yamh samapai saat itu sering membanggakan sifatnya tetap takberubah, menjalani evaluasi diri yang mendalam dan bersikap kritis terhadap dirinya.Banyak sikap-sikap dan strategi-strateginya ditinjau kembali dan ditantang dalam terangInjil dan dalam Konfrontasi dengan kebutuhan-kebutuhan zaman sekarang.

Gejala itu berkelanjutan dimasa pasca Konsili. Perubahan-perubahan yang paling

menonjol terjadi dalam Liturgi. Sebab Paus Paulus VI tidak hanya menghendaki supayaseruan Konsili untuk membaharui diri dilaksanakan sepenuhnya, tetapi bahkan supayapembaharuan itu lebih jauh lagi dari apa yang diharapkan Konsili. Dipelbagai bidang

kehidupan Gereja disetujuai usaha-usaha pembaharuan : hubungan-hubungan antaraklerus dan awam, antara Uskup dan para imam, antara Roma dan Gereja-Gereja setempat,

21 Amanat Para Bapa Konsili pada awal Periode Sidang I, tgl.20 Oktober 1962, memandang sebagai isyu yangmendesak secara khas; disamping perdamaian, masalah keadilan sosial, mengacu kepada Ensiklik PausYohanes XXIII “Mater et Magistra”. Juga “Pesan-Pesan Akhir Konsili”, Yang disampaikan oleh Paus Paulus VIdan para Bapa Konsili pada tgl.8 Desmber 1965, menggarisbawahi makin perlunya umat kristen melibatkan

diri dalam kehidupan masyarakat modern. Tentang GS lihat T. Jacobs, “Gagasan-Gagasan Pokok …”, hlm.39-42.

22  Boleh dikatakan juga, bahwa “Lumen Gentium”   harus dibaca kearah “Gaudium et Spes”,  bdk. T. Jacobs,“Gagasan-Gagasan Pokok …”, hlm.23.

23

 Amanat para Bapa Konsili pada awal Periode Sidang I, tgl.20 Oktober 1962, mengacu kepada amanat radioPaus Yohanes XXIII , tgl. 11 September 1962, yang menekankan kerinduan umat manusia akan perdamaian.

24 Dibacakan “Breve” (amanat tertulis singkat) Paus pada hari itu juga, yang menyatakan Konsili ditutup secararesmi, dan bahwa semua Dekrit harus “dilaksanakan dengan seksama oleh segenap umat beriman”.

25  Dengan diselenggarakannya Konsili Vatikan II ternyata prinsip kolegial dan sinodal dalam kepemimpinan

Gereja bukan hanya tidak dihapus, melainkan bahkan dilaksanakan. Sementara Paus diakui primatnya(Vatikan I dan II), Paus tidak dapat diidentikkan begitu saja dengan Dewan para Uskup (Vatikan II).

Page 9: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 9/388

antara umat katolik dan umat beragama lain, dan sebagainya. Usaha-usaha pembahruan yang secara resmi di restui dan didukung sering pula diirngi dengan gerakan-gerakandikalangan umat yang penuh semangat. Diantara gerakan-gerakan itu ada yangmenanggapi serua Konsili dan serasi dengan usaha-usaha pembaruan yang resmi. Adapula yang bersifat lebih radikal dari apa yang digambarkan atau diperintahkan oleh Konsili.

Konsili disambut secara berlain-lainan dipelbagai kawasan dunia dan olehbermacam-macam lingkungan buday. Tetapi kiranya tidak berlebihan mengatakan, bahwa

tiada Gereja di dunia yang sama sekali tidak terkena dampak dari pembaharuan yangdiamanatkan oleh Konsili. Itu sendiri sudah membenarkan tekanan Konsili dalam Gereja

setempat dan pada peran serta dan tanggung jawab semua orang kristen dalam kehidupanGereja. Di beberapa bidang perubahan-perubahan itu begitu pesat dan cukup mendalam,sehingga boleh dipandang sebagai suatu “krisis” dalam Gereja.

Dua puluh tahun sesudah Konsili masih berlangsunglah suatu diskusi yang hangatbaik tentang makna Konsili maupun tentang nilai apa yang terjadi sejak saat itu. Pada

garis besarnya terdapat tiga tafsiran. Pandangan yang progresif menganggap Konsilimoment yang sudah sangat terlambat bagi Gereja yang terlanjur sudah tidak relevan lagi,

 yang akhirnya mau menatap tantangan-tantangan zaman modern. Pandangan yangtradisional menyepakati, bahwa Konsili mengakibatkan perubahan-perubahan yang cukupbesar, tetapi apa yang oleh kelompok yang progresif tadi disambut baik, oleh kelompok

tradisional dianggap sebagai suatu “kapitulasi” Gereja yang patut disayangkan terhadapprinsip-prinsip dan gerakan-gerakan yang sebelum itu dengan tepat ditentangnya sejakRevolusi Perancis. Kedua pandangan itu sepakat melihat makna Konsili yang cukupberbobot, sungguhpun keduanya sama sekali tidak setuju dalam cara mereka menilai

perkembangan itu.Diantara kedua posisi yang sama-sama ekstrim itu terdapat pandangan “jalan

tengah” yang masih penuh ketegangan juga. Ada yang menganggap Konsili “melulu”sebagai usaha pembahruan, sebenarnya tanpa memaksudkan banyak perkembangan yangde facto menyusulnya. Atas perkembangan-perkembangan itu yang mereka anggap

bertanggungjawab ialah kaum progresif, yang mengabaikan cara Konsili merumuskanamanatnya (“huruf” Konsili) untuk membela apa yang mereka anggap “semangat Konsili”.Menurut kelompok “jalan tengah” yang pertama itu, kekeruhan-kekeruhan pasca Vatikan II

hanya dapat dijernihkan dengan kembali baik kepada “huruf” maupun kepada semangatKonsili yang sejati.

Kelompok “jalan tengah” lainnya mempertahankan, bahwa - entah apa yangdimaksudkan oleh para Bapa Konsili sendiri- banyak usaha “pembaharuan” yang dulumereka dukung de facto mempunyai dampak cukup “revolusioner” bagi sikap-sikap,strategi-strategi dan adat kebiasaan umat katolik sehari-hari. Secara khas mereka

menunjuk kepada sikap Konsili yang lebih terbuka terhadap dunia modern, kepadaseruannya untuk “mawas diri”, dan kepada dukungannya terhadap perwujudan Gerejasecara konkrit ditingkat lokal. Menurut tafsiran mereka, Konsili sendirilah yangbertanggungjawab atas banyaknya perubahan-perubahan yang cukup besar dalam Gerejasejak Konsili. Dokumen-dokumen Konsili perlu ditekankan makna historis-sosiologisnya

dalam konteks dunia katolik modern. Sinode para Uskup di Roma pada tahun 1985, yangbersidang untuk merayakan ulang tahun ke-20 penutupan Vatikan II, membuka forumdiskusi tentang makna Konsili.

Perdebatan tidak menampakkan tanda-tanda mereda, Apakah sebenarnya Konsili

itu, betapa relevan dan berjasanya Konsili bagi Gereja, hanya dapat ditentukan dalamrangka penerimaannya oleh Gereja semesta. Agaknya dua dasawarsa masih terlampausingkat untuk mengadakan evaluasi final tentang Konsili Vatikan II. Banyak unsur ajaranKonsili telah dipraktekkan dan diterima penuh syukur dikalangan luas Gereja. Unsur-unsur lain sekarangpun masih perlu dilaksanakan. Tetapi sudah jelaslah, bahwa Konsili

Vatikan II merupakan titik balik dalam sejarah dunia modern Gereja katolik, suatu momendalam proses Gereja mewujudkan diri secara nyata, proses yang baru mulai menampilkankesungguhan dan kekuatannya.

Page 10: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 10/388

CATATAN : 

1. Uraian pengantar tentang konsili Vatikan II ini sebagian merupakan sadurankarangan Joseph A. Komonchak, “Vatikan Council II” dalam The New Dictionary ofTheology, diterbitkan oleh Joseph A. Komonchak, Mary Collins, Dermot A. Lane,Dublin: Gill and Mac-milland Ltd, edisi 1, 1987, hlm.1072-1077. Kecuali itudigunakan sebagai nara sumber antara lain :

2. Konstitusi Paus Yohanes XXIII, Humanae Salutis, tgal.25 Desember 1961 untukmengundang Konsili Vatikan II.

3. Amanat Paus Yohanes XXIII pada pembukaan Konsili, tgl.11 Oktober 1962.4. Amanat para Bapa Konsili kepada umat manusia pada awal periode Sidang I Konsili,

tgl. 20 Oktober 19625. Dr. B. S. Mardiatmaja SJ, “Gagasan – Gagasan Dogmatik Seputar Konsili Vatikan

Kedua”, Spektrum  XIV:1-2 (1986) hlm.1-22 (termasuk Daftar Kepustakaan).6. Tom Jacobs, “Gagasan-Gagasan Pokok Konsili Vatikan II”. Spektrum  XIV:1-2 (1986)

hlm. 23-53 (termasuk Daftar Kepustakaan).

7. Tom Jacobs, “Latar Belakang Dekat Konsili Vatikan II, Spektrum  XIV:1-2 (1986) hlm.54-71 (termasuk Daftar Kepustakaan).

8. Dr. C.Groenen OFM, “Gereja Yesus Kristus dari awal (th. ±30) samapai Konsili

Vatikan I (1870)”, Spektrum   XIV:1-2 (1986) hlm. 72-104 (termasuk DaftarKepustakaan).

9. Dr. P.Go O.Carm, “Beberapa Aspek Moral Hasil Konsili Vatikan II”, Spektrum  XIV:1-2(1986) hlm. 105-150.

10. Dr. P. Go O.Carm, “Beberapa Aspek Hukum Kanonik Hasil Konsili Vatikan II”,Spektrum  XIV:1-2 (1986) hlm. 151-165

11. Adolf heuken SJ, Katekismus Konsili Vatikan II , Jakarta: Cipta Loka Caraka 1987,224 hlm.

Robert Hardawiryana SJ.

Page 11: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 11/388

DAFTAR ISI

KONSILI VATIKAN II : 1662-1965

SIDANG III (4 Desember 1965)

KONSTITUSI “SACROSANCTUM CONCILIUM”TENTANG LITURGI SUCI

PENDAHULUAN

BAB I : ASAS-ASAS UMUM UNTUK MEMBAHARUI DANMENGEMBANGKAN LITURGI

I. Hakekat dan Makna Liturgi Suci Dalam Kehidupan Gereja5. Karya keselamatan dilaksanakan oleh Kristus6. Karya keselamatan, yang dilestarikan oleh Gereja, terlaksana dalam

liturgi

7. Kehadiran Kristus dalam Liturgi8. Liturgi di dunia ini dan Liturgi di sorga9. Liturgi bukan satu-satunya kegiatan Gereja10. Liturgi puncak dan sumber kehidupan Gereja11. Perlunya persiapan pribadi

12-13 Liturgi dan ulah kesalehanII. Pendidikan Liturgi dan Keikut-sertaan aktif14. Pendahuluan15. Pembinaan para dosen Liturgi

16-18 Pendidikan Liturgi kaum Rohaniwan19. Pembinaan Liturgis kaum beriman20. Sarana-sarana audio-visual dan perayaan LiturgiIII. Pembaharuan Liturgi21. Pendahuluan

A. Kaidah-kaidah umum22. Pengaturan Liturgi23. Tradisi dan perkembangan24. Kitab suci dan Liturgi25. Peninjauan kembali buku-buku Liturgi

B. Kaidah-kaidah berdasarkan hakekat Liturgi sebagai tindakan Hirarkidan jemaat

26. Liturgi sebagai perayaan Gereja27. Perayaan bersama

28-29 Martabat perayaan30-31 Keikut-sertaan aktif umat beriman32. Liturgi dan kelompok-kelompok sosialC. Kaidah-kaidah berdasarkan sifat pembinaan dan pastoral Liturgi33. Pendahuluan

34. Keserasian upacara-upacara35. Kitab suci, pewartaan dan katekese dalam Liturgi36. Bahasa LiturgiD. Kaidah-kaidah untuk menyesuaikan Liturgi dengan tabiat perangai dan

tradisi bangsa-bangsa

37. Gereja memelihara kekayaan bangsa-bangsa38. Penyesuaian dan tuntutan masa dan tempat39. Batas-batas penyesuaian40. Penyesuaian Liturgi, terutama di daerah misi

IV. Pembinaan kehidupan Liturgi dalam keuskupan dan paroki41. Kehidupan Liturgi dalam keuskupan

Page 12: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 12/388

42. Kehidupan Liturgi dalam paroki

V. Pengembangan pastoral Liturgi43. Pembaharuan Liturgi, rahmat Roh Kudus44. Komisi Liturgi nasional

45. Komisi Liturgi keuskupan

46. Komisi-komisi musik dan kesenian Liturgi

BAB II : MISTERI EKARISTI SUCI

47. Ekaristi suci dan misteri Paska48-49 Keikut-sertaan aktif kaum beriman50. Peninjauan kembali Tata Perayaan Ekaristi51. Supaya Ekaristi diperkaya dengan sabda Kitab suci

52. Homili53. Doa umat54. Bahasa Latin dan bahasa pribumi dalam perayaan Ekaristi55. Komuni suci, puncak keikut-sertaan dalam Misa suci, Komuni dua

rupa56. Kesatuan Misa57-58 Konselebrasi

BAB III : SAKRAMEN-SAKRAMEN LAINNYA DAN SAKRAMENTALI

59. Hakekat sakramen60. Sakramentali61. Nilai pastoral Liturgi, hubungannya dengan misteri Paska62. Perlunya meninjau kembali upacara Sakramen-Sakramen

63. Bahasa; rituale Romawi dan rituale khusus64. Katekumenat65. Inkulturasi inisiasi66. Peninjauan kembali upacara babtis67. Peninjauan kembali upacara pembabtisan kanak-kanak

68. Upacara pembabtisan yang singkat69. Upacara pelengkap70. Pemberkatan air babtis71. Peninjauan kembali Sakramen Krisma

72. Peninjauan kembali upacara tobat73. Peninjauan kembali upacara Pengurapan Orang Sakit74. Upacara berkesinambungan untuk orang sakit75. Upacara pengurapan Orang Sakit

76. Peninjauan kembali Sakramen Tahbisan77. Peninjauan kembali Sakramen Perkawinan78. Perayaan perkawinan79. Peninjauan kembali sakramentali80. Pengikraran kaul religius81. Peninjauan kembali upacara pemakaman

82. Upacara penguburan anak-anak

BAB IV : IBADAT HARIAN

83-85 Ibadat harian, karya Kristus dan Gereja86-87 Nilai pastoral Ibadat Harian

88-89 Peninjauan kembali pembagian waktu Ibadat menurut tradisi90. Ibadat harian, sumber kesalehan91. Pembagian mazmur-mazmur

92. Penyusunan bacaan-bacaan93. Peninjauan kembali madah-madah94. Saat mendoakan Ibadat Harian95-97 Kewajiban mendoakan Ibadat harian

Page 13: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 13/388

98. Pujian kepada Allah dalam tarekat-tarekat religius99. Ibadat Harian bersama100. Keikut-sertaan umat beriman101. Bahasa

BAB V : TAHUN LITURGI

102-105 Makna tahun Liturgi106. Makna hari Minggu ditekankan lagi107-108 Peninajauan kembali tahun Liturgi

109-110 Masa Prapaska111. Pesta para kudus

BAB VI : MUSIK LITURGI

112. Matabat musik Liturgi113. Liturgi meriah114. Umat beriman diharapkan berperan serta

115. Pendidikan musik116. Nyanyian Gregorian dan Polifoni117. Penerbitan buku-buku nyanyian Gregorian118. Nyanyian rohani umat119. Musik Liturgi di daerah-daerah Misi

120. Orgel dan alat-alat musik lainnya121. Panggilan para pengarang musik

BAB VII : KESENIAN RELIGIUS DAN PERLENGKAPAN IBADAT

122. Martabat kesenian religius123. Corak-corak artistik124. Karya-karya seni yang menyinggung cita rasa keagamaan125. Gambar-gambar dan patung-patung126. Panitia keuskupan untuk Kesenian Liturgi

127. Pembinaan para seniman128. Peninjauan kembali peraturan tentang kesenian ibadat129. Pembinaan kesenian bagi kaum rohaniwan130. Penggunaan lambang-lambang jabatan Uskup

LAMPIRAN :Pernyataan Konsili Ekumenis Vatikan II tentang Peninjauan KembaliPenanggalan Liturgi

DEKRIT “INTER MIRIFICA”TENTANG UPAYA-UPAYA KOMUNIKASI SOSIAL

PENDAHULUAN1. Makna suatu ungkapan2. Mengapa Konsili membahas masalah komunikasi sosial

BAB I: AJARAN GEREJA

3. Tugas-kewajiban Gereja4. Hukum moral5. Hak dan informasi

6. Kesenian dan moral7. Pemberitaan kejahatan moral8. Pendapat umum9. Kewajiban-kewajiban para pemakai media komunikasi sosial

Page 14: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 14/388

10. Kewajiban-kewajiban kaum muda dan para orang tua11. Kewajiban-kewajiban para penyelenggara12. Kewajiban-kewajiban pemerintah

BAB II: KEGIATAN PASTORAL GEREJA

13. Kegiatan para gembala dan umat beriman

14. Prakarsa-prakarsa umat katolik15. Pembinaan para produsen16. Pembinaan para pemakai jasa17. Upaya-upaya teknis dan ekonomis

18. Sekali setahun : hari komunikasi nasional19. Sekretariat pada Takhta suci20. Wewenang para Uskup21. Biro Nasional

22. Organisasi-organisasi internasional

PENUTUP23. Instruksi pastoral

24. Anjuran akhir

S I D A N G V (21 November 1964)

KONSTITUSI DOGMATIS “LUMEN GENTIUM” TENTANG GEREJA

BAB I: MISTERI GEREJA1. Pendahuluan2. Rencana Bapa yang bermaksud menyelamatkan semua orang3. Perutusan Putera3. Roh Kudus yang menguduskan Gereja

4. Kerajaan Allah5. Aneka gambaran Gereja6. Gereja, Tubuh mistik Kristus7. Gereja yang kelihatan dan sekaligus rohani

BAB II: UMAT ALLAH

9. Perjanjian Baru dan Umat Baru

10. Imamat umum11. Pelaksanaan imamat umum dalam Sakramen-Sakramen12. Perasaan iman dan karisma-karisma umat kristiani13. Sifat umum dan katolik Umat Allah yang Satu14. Umat beriman katolik15. Hubungan Gereja dengan orang kristen bukan katolik

16. Umat bukan kristen17. Sifat misioner Gereja

BAB III: SUSUNAN HIRARKIS GEREJA, KHUSUSNYA EPISKOPAT

18. Pendahuluan

19. Dewan para Rasul didirikan oleh Kristus20. Para Uskup pengganti para Rasul21. Sakramentalitas episkopat

22. Dewan para Uskup dan Ketuanya23. Uskup setempat dan Gereja universal24. Tugas para Uskup pada umumnya25. Tugas mengajar

Page 15: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 15/388

26. Tugas menguduskan27. Tugas menggembalakan28. Para imam biasa29. Para diakon

BAB IV: PARA AWAM

30. Prakata31. Apa yang dimaksud dengan istilah “awam”32. Martabat kaum awam sebagai anggota umat Allah

33. Hidup kaum awam berhubungan dengan keselamatan dan kerasulan34. Keikut-sertaan kaum awam dalam imamat umum dan ibadat35. Keikut-sertaan kaum awam dalam tugas kenabian Kristus36. Keikut-sertaan kaum awam dalam pengabdian rajawi Kristus

37. Hubungan kaum awam dengan Hirarki38. Penutup

BAB V : PANGGILAN UMUM UNTUK KESUCIAN DALAM GEREJA

39. Prakata40. Panggilan umum untuk kesucian41. Bentuk pelaksanaan kesucian42. Jalan dan upaya kesucian

BAB VI : PARA RELIGIUS

43. Pengikraran nasehat-nasehat Injil dalam Gereja44. Makna dan arti hidup religius

45. Hubungan para religius dengan Hirarki46. Penghargaan terhadap hidup religius47. Penutup

BAB VII : SIFAT ESKATOLOGIS GEREJA MUSAFIR DAN PERSATUANNYA

DENGAN GEREJA DI SORGA

48. Pendahuluan49. Persekutuan antara Gereja di sorga dan Gereja di dunia

50. Hubungan antara Gereja didunia dan Gereja di sorga51. Beberapa pedoman pastoral

BAB VIII : SANTA PERAWAN MARIA BUNDA ALLAH DALAM MISTERI KRISTUS

DAN GEREJA

I . Pendahu l u an

52. Santa Perawan dalam misteri Kristus53. Santa Perawan dan Gereja54. Maksud Konsili

I I . Per a n S an t a Per a w a n d a l am t a t a k es el am a t a n

55. Bunda Almasih dalam Perjanjian Lama56. Maria menerima warta gembira

57. Santa Perawan dan kanak-kanak Yesus58. Santa Perawan dan hidup Yesus dimuka umum

59. Santa Perawan sesudah Yesus naik ke sorga

I I I . San t a Per a wa n da n Ger e j a

60-62 Maria hamba Tuhan63-64 Maria pola Gereja65. Keutamaan-keutamaan Maria, pola bagi Gereja

Page 16: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 16/388

IV. K e ba k t i a n k ep a d a San t a Per aw an d a l a m Ger e ja

66. Makna dan dasar bakti kepada Santa Perawan67. Semangat mewartakan sabda dan kebaktian kepada Santa Perawan

V. Ma r i a , t a n d a h a r a p a n y a n g p a s t i d a n p en g h i b u r a n b a gi um a t

A l l a h

68-69 ……………………………………………………………………………………..

PENGUMUMAN OLEH SEKRETARIS JENDRAL KONSILI

1. Kadar teologis Konstitusi “De Ecclesia”2. Arti kolegialitas

CATATAN PENJELASAN PENDAHULUAN

DEKRIT “ORIENTALIUM ECCLESIARUM”TENTANG GEREJA-GEREJA KATOLIK

1. Pendahuluan

Ger e ja -g er e j a k hu sus a t a u r i t u s -r i t u s

2. Kemacam-ragaman dalam persekutuan Gereja katolik

3. Kesamaan martabat, hak-hak dan kewajiban-kewajiban4. Kelestarian Ritus-Ritus dalam suatu persekutuan

Mel e st a r i k an pu sak a r oh an i Ger e j a -Ger e ja T im u r

5. Hak serta kewajiban Gereja-Gereja untuk melestarikan tata-laksanamasing-masing

6. Melestarikan upacara-upacara Liturgis Ritus Timur

Pa r a Pa t r i a r k T i m u r

7. Siapa Patriark Timur itu?8. Semua Patriark sederajat martabatnya

9. Wewenang Patriark dan sinode10. Uskup Agung Utama11. Didirikan patriarkat-patriarkat baru sejauh perlu

Tata-laksana Sakramen-Sakramen

12. Konsili mengukuhkan tata-laksana Sakramen-Sakramen13. Pelayanan Sakramen Krisma14. Penerimaan Sakramen Krisma

15. Ekaristi suci16. Pelayanan Sakramen Tobat17. Diakonat dan tahbian-tahbisan tingkat rendah

18. Pernikahan campur

Liturgi

19. Hari-hari raya20. Hari raya Paska21. Penyesuaian diri dengan Ritus setempat

Page 17: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 17/388

22. Pujian Ilahi (ibadat harian)23. Penggunaan bahasa daerah

Pergaulan dengan para anggota Gereja-Gereja yang terpisah

24. Memelihara persekutuan menurut Dekrit tentang Ekumenisme

25. Syarat untuk kesatuan; kewenangan menjalankan kuasa Tahbisan26-28 “Communicatio in sacris”29. Bimbingan para Hirark setempat30. Penutup

DEKRIT “UNITATIS REDINTEGRATIO”TENTANG EKUMENISME

PENDAHULUAN

BAB I : PRINSIP-PRINSIP KATOLIK UNTUK EKUMENISME.

2. Gereja yang satu dan tunggal3. Hubungan antara saudara-saudari yang terpisah dan Gereja katolik

4. Ekumenisme

BAB II : PELAKSANAAN EKUMENISME

5. Ekumenisme : tanggung jawab segenap umat beriman

6. Pembaharuan Gereja7. Pertobatan hati8. Doa bersama9. Saling mengenal sebagai saudara10. Pembinaan ekumenis

11. Cara mengungkapkan dan menguraikan ajaran iman12. Kerja sama dengan saudara-saudari yang terpisah

BAB II : GEREJA-GEREJA DAN JEMAAT GEREJAWI YANG TERPISAHKAN

DARI TAKHTA APOSTOLIK DI ROMA

13. Pendahuluan

I . T i n j a u an k hu sus t en t a n g Ger e ja -Ger e ja T im u r14. Semangat dan sejarah Gereja-Gereja Timur15. Tradisi Liturgi dan hidup rohani dalam Gereja-Gereja Timur16. Ciri khas Gereja-Gereja Timur berkenaan dengan soal-soal ajaran17. Penutup

I I . Ger e ja -Ger e ja dan j ema a t -j em aa t ger e jaw i y an g t e r p i s ah d i du n i a

B a r a t

19. Situasi khusus Gereja-Gereja dan jemaat-jemaat20. Iman akan Kristus

21. Pendalaman Kitab suci22. Hidup sakramental

23. Kehidupan dalam Kristus24. Penutup

Page 18: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 18/388

 S I D A N G VII ( 28 Oktober 1965)

DEKRIT “CHRISTUS DOMINUS”TENTANG TUGAS PASTORAL PARA USKUP DALAM GEREJA

PENDAHULUAN

BAB I : PARA USKUP DAN GEREJA SEMESTA

I . Per a na n pa r a Usk up t e r ha da p Ger e ja semest a

4. Pelaksanaan kekuasaan oleh Dewan para Uskup5. Majelis atau sinode para Uskup6. Para Uskup ikut serta memperhatikan semua Gereja-Gereja

7. Cinta kasih yang nyata terhadap para Uskup yang dianiaya

I I . Pa r a U sk u p d a n T a k h t a su c i

8. Kuasa para Uskup dalam keuskupan mereka sendiri

9. Konggregasi-konggregasi dalam Kuria Romawi10. Para anggota dan para pejabat konggregasi-konggregasi

BAB II : PARA USKUP DAN GEREJA-GEREJA KHUSUS ATAU KEUSKUPAN-KEUSKUPAN

I . Pa r a Usk up d i o s esan

11. Faham “diosis” atau keuskupan, dan peranan para Uskup dalamkeuskupan mereka

12. Tugas mengajar

13. Cara menyajikan ajaran Kristen14. Pendidikan kateketis15. Tugas para Uskup untuk menguduskan16. Tugas penggembalaan Uskup17. Bentuk-bentuk khusus kerasulan

18. Keprihatinan khusus terhadap kelompok-kelompok umat tertentu19. Kebebasan para Uskup, hubungan mereka dengan Pemerintah20. Kebebasan dalam pengangkatan para Uskup21. Pengunduran diri Uskup dari jabatannya

I I . Penen t ua n ba t a s -ba t a s k eus k upa n

22. Perlunya meninjau kemabali batas-batas keuskupan

23. Peraturan-peraturan yang harus dipatuhi24. Diperlukan pendapat Konferensi Uskup

I I I . Pa r a r e k a n s ek er j a U sk u p d i o s esa n d a l am r e k s a p a s t o r a l

1. Para Uskup Koajutor dan Auksilier

25. Peraturan-peraturan untuk mengangkat Uskup koajutor dan Auksilier26. Wewenang Uskup Auksilier dan Koajutor

2. Kuria dan Panitia-Panitia Keuskupan

27. Organisasi Kuria Keuskupan dan pembentukan Panitia Pastoral

3. Klerus Diosesan

28. Para imam disesan29. Para imam yang menjalankan karya antar paroki30. Para pastor paroki

Page 19: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 19/388

31. Penunjukan, pemindahan, pemberhentian dan pengunduran diripastor paroki

32. Pembubaran dan pengubahan paroki

4. Para Religius

33. Para religius dan karya-karya kerasulan34. Para religius rekan sekerja Uskup dalam karya kerasulan35. Asas-asas kerasulan para religius dalam keuskupan

BAB III : KERJASAMA PARA USKUP DEMI KESEJAHTERAAN UMUM BERBAGAIGEREJA

I . S i n ode , Kons i l i , da n Kh ususnya Kon f e r en s i Usk up

36. Sinode dan Konsili khusus37. Pentingnya Konferensi Uskup38. Hakekat, wewenang dan kerjasama Konferensi-Konferensi

I I . Penen t ua n ba t as -ba t as Pr ov i ns i -Pr ovi n s i ger e j aw i da n pene t ap an

k aw a s a n -k aw a s a n g er e jaw i

39. Prinsip untuki meninjau kembali batas-batas yang telah ditetapkan

40. Beberapa pedoman yang harus yang harus dipatuhi41. Perlu dimintakan pandangan Konferensi-Konferensi Uskup

I I I . Pa r a Usk u p y a n g men j a l a n k a n t u g a s a n t a r k eu s k u p a n

42. Pembentukan biro-biro khusus dan kerjasama dengan para Uskup43. Vikariat Angkatan Bersenjata44. KETETAPAN UMUM

DEKRIT “PERFECTAE CARITATIS”

TENTANG PEMBAHARUAN DAN PENYESUAIAN HIDUP RELIGIUS

1. Pendahuluan2. Asas-asas umum untuk mengadakan pembaharuan yang sesuai

3. Norma-norma praktis pembaharuan yang disesuaikan4. Mereka yang harus melaksanakan pembaharuan5. Unsur-unsur yang umum pada pelbagai bentuk hidup religius6. Hidup rohani harus diutamakan7. Tarekat-tarekat yang seutuhnya terarah kepada kontemplasi8. Tarekat-tarekat yang bertujuan kerasulan

9. Kelestarian hidup monastik konventual10. Hidup religius kaum awam11. Serikat-serikat sekular12. Kemurnian

13. Kemiskinan14. Ketaatan

15. Hidup bersama16. Pingitan / klausura para rubiah17. Busana religius

18. Pembinaan para anggota19. Pendirian tarekat-tarekat baru20. Bagaimana melestarikan, menyesuaiakan atau meninggalkan karya

khusus tarekat

Page 20: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 20/388

21. Tarekat-tarekat dan biara-biara yang mengalami kemerosotan22. Perserikatan antara tarekat-tarekat religius23. Konferensi para Pemimpin tinggi24. Panggilan religius25. Penutup

DEKRIT “OPTATAM TOTIUS”TENTANG PEMBINAAN IMAN

PENDAHULUAN

1. I. Penyusunan metode pembinaan imam disetiap negara  

II. Pengembangan panggilan imam secara lebih intensif

III. Tata-laksana Seminari-seminari tinggi

4. Seluruh pembinaan harus berhubungan erat dengan tujuan pastoral5. Para pembimbing seminari hendaknya dipilih dengan saksama dan

dibina secara efektif6. Penyaringan dan pengujian para seminaris7. Seminari hendaknya diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan para

seminaris

IV. Pembinaan rohani yang lebih intensif

8. Belajar hidup dalam persekutuan dengan Allah Tritunggal

9. Belajar membaktikan diri dalam Gereja10. Belajar menghayati selibat imam11. Menuju kedewasaan kepribadian12. Waktu untuk pembinaan rohani yang lebih intensif; masa pembinaan

pastoral

V. Peninjauan kembali studi gerejawi

13. Studi persiapan untuk studi gerejawi

14. Studi gerejawi hendaknya lebih diserasikan15. Peninjauan kembali studi filsafat16. Peningkatan studi teologi17. Metode pendidikan yang cocok dalam pelbagai vak

18. Studi khusus bagi mereka yang berbakat tinggi

VI. Pembinaan pastoral

19. Pembinaan dalam pelbagai bentuk reksa pastoral20. Pembinaan untuk pengembangan kerasulan

21. Melatih diri melalui praktek pastoral

22. VII. Pembinaan seusai studi  

PENUTUP

Page 21: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 21/388

PERNYATAAN “GRAVISSIMUM EDUCATIONIS”TENTANG PENDIDIKAN KRISTEN

Pendahuluan

1. Hak semua orang atas pendidikan

2. Pendidikan kristen3. Mereka yang bertanggung jawab atas pendidikan4. Aneka upaya untuk melayani pendidikan kristen5. Pentingnya sekolah

6. Kewajiban dan hak-hak orang tua7. Pendidikan moral dan keagamaan disekolah8. Sekolah-sekolah katolik9. Berbagai macam sekolah katolik

10. Fakultas dan universitas katolik11. Fakultas teologi12. Koordinasi di bidang persekolahan

Penutup

PERNYATAAN “NOSTRA AETATE”

TENTANG HUBUNGAN GEREJA DENGAN AGAMA-AGAMA BUKAN KRISTEN

1. Pendahuluan2. Berbagai agama bukan kristen3. Agama Islam

4. Agama Yahudi5. Persaudaraan semesta tanpa diskriminasi

S I D A N G VIII (18 November 1965)

KONSTITUSI DOGMATIS “DEI VERBUM”

TENTANG WAHYU ILAHI

PENDAHULUAN

BAB I : TENTANG WAHYU SENDIRI

2. Hakekat wahyu3. Persiapan wahyu Injili4. Kristus kepenuhan wahyu5. Menerima wahyu dalam iman

6. Kebenaran-kebenaran yang diwahyukan

BAB II : MENERUSKAN WAHYU ILAHI

7. Para Rasul dan pengganti mereka sebagai pewarta Injil

8. Tradisi suci9. Hubungan antara Tradisi dan Kitab suci10. Hubungan keduanya dengan seluruh Gereja dan Magisterium

Page 22: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 22/388

BAB III : ILHAM ILAHI KITAB SUCI DAN PENAFSIRAN

11. Fakta ilham dan kebenaran Kitab suci12. Bagaimana Kitab suci harus ditafsirkan13. Turunnya Allah

BAB IV : PERJANJIAN LAMA

14. Sejarah keselamatan dalam kitab-kitab Perjanjian Lama15. Arti Perjanjian Lama untuk umat kristen

16. Kesatuan antara kedua perjanjian

BAB V : PERJANJIAN BARU

17. Keluhuran Perjanjian Baru18. Asal-usul Injil dari para Rasul19. Sifat historis Injil20. Kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya

BAB VI : KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN GEREJA

21. Gereja menghormati kitab-kitab suci22. Dianjurkan terjemahan-terjemahan yang tepat

23. Tugas kerasulan para ahli katolik24. Pentingnya Kitab suci bagi teologi25. Dianjurkan pembacaan Kitab suci26. Akhir kata

DEKRIT “APOSTOLICAM ACTUOSITATEM”TENTANG KERASULAN AWAM

PENDAHULUAN

BAB I : PANGGILAN KAUM AWAM UNTUK MERASUL

2. Keikut-sertaan awam dalam perutusan Gereja3. Asas-asas kerasulan awam4. Spiritualitas awam dalam tata kerasulan

BAB II : TUJUAN-TUJUAN YANG HARUS DICAPAI

5. Pendahuluan6. Kerasulan dimaksudkan untuk mewartakan Injil dan menyucikan

umat manusia

7. Pembaharuan tata dunia secara kristen8. Amal kasih, meterai kerasulan kristen

BAB III : PELBAGAI BIDANG KERASULAN

9. Pendahuluan

10. Jemaat-jemaat gerejawi11. Keluarga12. Kaum muda

13. Lingkungan sosial14. Bidang-bidang nasional dan internasional

BAB IV : BERBAGAI CARA MERASUL

Page 23: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 23/388

15. Pendahuluan16. Pentingnya aneka bentuk kerasulan perorangan17. Kerasulan awam dalam situasi-situasi tertentu18. Pentingnya kerasulan yang terpadu19. Aneka bentuk kerasulan terpadu

20. “Aksi Katolik”

21. Pengharapan terhadap organisasi-organisasi22. Kaum awam yang secara istimewa berbakti kepada gereja

BAB V : TATA-TERTIB YANG HARUS DIINDAHKAN

23. Pendahuluan24. Hubungan-hubungan dengan hirarki25. Bantuan para imam bagi kerasulan awam

26. Upaya-upaya yang berguna bagi kerja sama27. Kerja sama dengan umat kristen dan umat beragama lain

BAB VI : PEMBINAAN UNTUK MERASUL

28. Perlunya pembinaan untuk merasul29. Dasar-dasar pembinaan awam untuk kerasulan30. Mereka yang wajib membina sesama untuk kerasulan31. Upaya-upaya yang digunakan

AJAKAN

S I D A N G I X (7 Desember 1965)

PERNYATAAN “DIGNITATIS HUMANAE”TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA

PENDAHULUAN

I : AJARAN UMUM TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA

2. Objek dan dasar kebebasan beragama3. Kebebasan beragama dan hubungan manusia dengan Allah4. Kebebasan jemaat-jemaat keagamaan5. Kebebasan beragama dan keluarga6. Tanggung jawab atas kebebasan beragama7. Batas-batas kebebasan beragama

8. Pembinaan penggunaan kebebasan

II : KEBEBASAN BERAGAMA DALAM TERANG WAHYU

9. Ajaran tentang kebebasan beragama berakar dalam Wahyu10. Kebebasan dan Faal iman

11. Cara bertindak Kristus dan para Rasul12. Gereja menempuh jalan Kristus dan para rasul13. Kebebasan Gereja

14. Peranan Gereja15. Penutup

Page 24: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 24/388

DEKRIT “AD GENTES”TENTANG KEGIATAN MISIONER GERAJA

PENDAHULUAN

BAB I: ASAS-ASAS AJARAN

2. Rencana Bapa

3. Perutusan Putera4. Perutusan Roh Kudus5. Gereja diutus oleh Kristus6. Kegiatan misioner7. Alasan dan perlunya kegiatan misioner

8. Kegiatan misioner dalam hidup dan sejarah umat manusia9. Sifat eskatologis kegiatan misioner

BAB II : KARYA MISIONER SENDIRI

10. Pendahuluan

Art I. Kesaksian kristen

11. Kesaksian hidup dan dialog12. Kehadiran cinta kasih

Art II. Pewartaan Injil dan penghimpunan umat Allah

13. Pewartaan Injil dan pertobatan14. Katekumenat dan inisiasi kristen

Art III. Pembinaan jemaat kristen

15. Pembinaan jemaat kristen16. Pengadaan klerus setempat17. Pendidikan para katekis

18. Pengembangan hidup religius

BAB III : GEREJA-GEREJA KHUSUS

19. Kemajuan Gereja-Gereja muda20. Kegiatan misioner Gereja-Gereja khusus21. Pengembangan kerasulan awam

Kemacam-ragaman dalam kesatuan

BAB IV : PARA MISIONARIS

23. Panggilan misioner

24. Spiritualitas misioner25. Pembinaan rohani dan moral26. Pembinaan dalam ajaran dan kerasulan27. Lembaga-lembaga yang berkarya di daerah-daerah misi

BAB V : PENGATURAN KARYA MISIONER

28. Pendahuluan29. Organisasi umum

30. Organisasi setempat di daerah Misi31. Koordinasi pada tingkat Regio32. Organisasi kegiatan Lembaga-Lembaga33. Koordinasi antara Lembaga-Lembaga34. Koordinasi antara Lembaga-Lembaga ilmiah

Page 25: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 25/388

BAB VI : KERJA SAMA

35. Pendahuluan36. Kewajiban misioner segenap umat Allah37. Kewajiban misioner jemaat-jemaat kristen

38. Kewajiban misioner para imam

39. Kewajiban misioner tarekat-tarekat religius40. Kewajiban misioner kaum awam

PENUTUP

DEKRIT “PRESBYTERORUM ORDINIS”TENTANG PELAYANAN DAN KEHIDUPAN PARA IMAM

PENDAHULUAN

BAB I : IMAMAT DALAM PERUTUSAN GEREJA

2. Hakekat imam3. Situasi para imam di dunia

BAB II : PELAYANAN PARA IMAM

I. Fungsi para imam

4. Para imam, pelayan sabda Allah5. Para imam, pelayan Sakramen-Sakramen dan Ekaristi

6. Para imam, pemimpin umat Allah

II. Hubungan para imam dengan sesama

7. Hubungan para Uskup dengan para imam

8. Persatuan persaudaraan dan kerja sama antara para imam9. Hubungan para imam dengan kaum awam

III. Penyebaran para imam dan panggilan-panggilan imam

10. Penyebaran para imam11. Usaha para imam untuk mendapat panggilan-panggilan imam

BAB III : KEHIDUPAN PARA IMAMI. Panggilan para imam untuk kesempurnaan12. Panggilan para imam untuk kesucian13. Pelaksanaan ketiga fungsi imamat menuntut dan sekaligus

mendukung kesucian14. Keutuhan dan keselarasan kehidupan para imam

II. Tuntutan-tuntutan rohani yang khas dalam kehidupan imam15. Kerendahan hati dan ketaatan16. Selibat : diterima dan dihargai sebagai kurnia17. Sikap terhadap dunia dan harta duniawi. Kemiskinan sukarela

III. Upaya-upaya yang mendukung kehidupan para imam18. Upaya-upaya untuk mengembangkan hidup rohani

19. Studi dan ilmu pastoral21. Balas jasa yang wajar bagi para imam22. Pembentukan kas umu, dan pengadaan jaminan sosial bagi para imam

KATA PENUTUP DAN AJAKAN

Page 26: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 26/388

KONSTITUSI PASTORAL “GAUDIUM ET SPES”TENTANG GEREJA DALAM DUNIA MODERN

PENDAHULUAN

1. Hubungan erat antara Gereja dan segenap keluarga bangsa-bangsa

2. Kepada siapa amanat Konsili ditujukan?3. Pengabdian kepada manusia

PENJELASAN PENDAHULUAN : KENYATAAN MANUSIA DI DUNIA MASA KINI

4. Harapan dan kegelisahan5. Perubahan situasi yang mendalam6. Perubahan-perubahan dalam tata masyarakat

7. Perubahan-perubahan psikologis, moral dan keagamaan8. Berbagai ketidak-seimbangan dalam dunia sekarang9. Aspirasi-aspirasi umat manusia yang makin universal10. Pertanyaan-pertanyaan mendalam umat manusia

BAGIAN I : GEREJA DAN PANGGILAN MANUSIA

11. Menanggapi dorongan Roh Kudus

BAB I : MARTABAT PRIBADI MANUSIA

12. Manusia diciptakan menurut gambar Allah13. Dosa manusia14. Kodrat manusia

15. Martabat akalbudi, kebenaran dan kebijaksanaan16. Martabat hati nurani17. Keluhuran kebebasan18. Rahasia maut19. Bentuk-bentuk dan akar-akar ateisme

20. Ateisme sistematis21. Sikap Gereja menghadapi ateisme22. Kristus Manusia Baru

BAB II : MASYARAKAT MANUSIA

23. Maksud Konsili24. Sifat kebersamaan panggilan manusia dalam rencana Allah

25. Pribadi manusia dan masyarakat manusia saling tergantung26. Memajukan kesejahteraan umum27. Sikap hormat terhadap pribadi28. Sikap hormat dan cinta kasih terhadap lawan29. Kesamaan hakiki antara semua orang dan keadilan sosial30. Etika individualis harus diatasi

31. Tanggung jawab dan keikut-sertaan32. Sabda yang menjelma dan solidaritas manusia

BAB III : KEGIATAN MANUSIA DISELURUH DUNIA

33. Masalah-persoalannya

34. Nilai kegiatan manusiawi35. Norma kegiatan manusia36. Otonomi hal-hal duniawi yang sewajarnya

37. Kegiatan manusia dirusak karena dosa38. Dalam misteri Paska kegiatan manusia mencapai kesempurnaannya39. Bumi baru dan langit baru

Page 27: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 27/388

BAB IV: PERANAN GEREJA DALAM DUNIA JAMAN SEKARANG

40. Hubungan timbal balik antara Gereja dan dunia41. Bantuan yang oleh Gereja mau diberikan kepada setiap orang42. Bantuan yang diusahakan oleh Gereja untuk diberikan kepada

masyarakat manusia

43. Bantuan yang diusahakan oleh Gereja melalui umat Kristen bagikegiatan manusiawi

44. Bantuan yang diperoleh Gereja dari dunia jaman sekarang45. Kristus, Alfa dan Omega

BAGIAN II : BEBERAPA MASALAH YANG AMAT MENDESAK

PENDAHULUAN

BAB I : MARTABAT PERKAWINAN DALAM KELUARGA

47. Perkawinan dan keluarga dalam dunia jaman sekarang48. Kesucian perkawinan dalam keluarga49. Cinta kasih suami-istri50. Kesuburan perkawinan51. Penyelarasan cinta kasih suami-istri dengan sikap hormat terhadap

hidup manusiawi52. Pengembangan perkawinan dan keluarga merupakan tugas semua

orang

BAB II: PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN

Pendahuluan

Art I Situasi kebudayaan pada jaman sekarang54. Pola-pola hidup yang baru

55. Manusia pencipta kebudayaan56. Kesukaran-kesukaran dan tugas-tugasArt II Berbagai kaidah untuk dengan tepat mengembangkan kebudayaan57. Iman dan kebudayaan

58. Hubungan antara Warta Gembira tentang Kristus dan kebudayaanmanusia

59. Mewujudkan keserasian berbagai nilai dalam pola-pola kebudayaanArt III Beberapa tugas umat kristen yang cukup mendesak tentang  

kebudayaan60. Hak atas buah-hasil kebudayaan hendaknya diakui oleh semua dandiwujudkan secara nyata

61. Pendidikan untuk kebudayaan manusia seutuhnya62. Menyelaraskan kebudayaan manusia dan masyarakat dengan

pendidikan kristen

BAB III: KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI63. Beberapa segi kehidupan ekonomiArt I Perkembangan ekonomi

64. Perkembangan ekonomi melayani manusia65. Kemajuan ekonomi dikendalikan oleh manusia

66. Perbedaan-perbedaan besar dibidang sosial ekonomi perlu disingkirkanArt II Beberapa prinsip yang mengatur seluruh kehidupan sosial ekonomi67. Kerja, Persyaratan kerja, istirahat

68. Peran-serta dalam tanggung jawab atas perusahaan dan seluruhpengaturan perekonomian; konflik-konflik mengenai kerja

69. Harta-benda bumi diperuntukkan bagi semua orang70. Penanaman modal dan masalah moneter

Page 28: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 28/388

71. Soal memperoleh harta-milik dan milik perorangan; masalah tuantanah

72. Kegiatan sosial ekonomi dan Kerajaan Kristus

BAB IV: HIDUP BERNEGARA

73. Kehidupan umum jaman sekarang

74. Hakekat dan tujuan negara75. Kerja sama semua orang dalam kehidupan umum76. Negara dan gereja

BAB V: USAHA DEMI PERDAIAN DAN PEMBENTUKAN PERSEKUTUANBANGSA-BANGSAPendahuluan

78. Hakekat perdamaian

Art I Menghindari perang79. Keganasan perang harus dikendalikan80. Perang total81. Perlombaan senjata

82. Larangan mutlak terhadap perang, dan kegiatan internasional untukmencegah perang

Art II Pembangunan masyarakat internasional83. Sebab-musabab perpecahan dan cara mengatasinya84. Persekutuan bangsa-bangsa dan lembaga-lembaga internasional

85. Kerja sama internasional dibidang ekonomi86. Beberapa pedoman yang sesuai untuk jaman sekarang87. Kerja sama internasional sehubungan dengan pertambahan penduduk88. Peranan umat kristen dalam pemberian bantuan89. Kehadiran Gereja yang efektif dalam masyarakat internasional

90. Peranan orang-orang kristen dalam lembaga-lembaga internasional

PENUTUP91. Tugas setiap orang beriman dan Gereja-Gereja khusus92. Dialog antara semua orang

93. Membangun dunia dan mengarahkannya kepada tujuannya

INDEKS ANALITIS

LAMPIRAN1. BEBERAPA PERISTIWA PENTING SELAMA KONSILI VATIKAN II2. KONSILI-KONSILI EKUMENIS

Page 29: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 29/388

PAULUS USKUP

HAMBA PARA HAMBA ALLAHBERSAMA-BAPA-BAPA KONSILI SUCI

DEMI KENANGAN ABADI

KONSTITUSI TENTANG LITURGI SUCI

PENDAHULUAN

1. KONSILI SUCI bermaksud makin meningkatkan kehidupan kristiani diantaraUmat beriman; menyesuaikan lebih baik lagi lembaga-lembaga yang dapat berubah

dengan kebutuhan zaman kita; memajukan apa saja yang dapat membantupersatuan semua orang yang beriman akan Kristus; dan meneguhkan apa saja

 yang bermanfaat untuk mengundang semua orang dalam pangkuan Gereja. Olehkarena itu Konsili memandang sebagai kewajibannya untuk secara istimewamengusahakan juga pembaharuan dan pengembangan Liturgi.

2. Sebab melalui Liturgilah dalam Korban Ilahi Ekaristi, “terlaksanalah karya

penebusan kita”(1). Liturgi merupakan upaya yang sangat membantu kaumberiman untuk dengan penghayatan mengungkapkan Misteri Kristus serta hakekatasli Gereja yang sejati, serta memperlihatkan itu kepada orang-orang lain, yaknibahwa Gereja bersifat sekaligus manusiawi dan Ilahi, kelihatan namun penuh

kenyataan yang tak kelihatan, penuh semangat dalam kegiatan namun

meluangkan waktu juga untuk kontemplasi, hadir di dunia namun sebagaimusafir. Dan semua itu berpadu sedemikian rupa, sehingga dalam Gerja apa yanginsani diarahkan dan diabdikan kepada yang ilahi, apa yang kelihatan kepada

 yang tidak nampak, apa yang termasuk kegiatan kepada kontemplasi, dan apa

 yang ada sekarang kepada kota yang akan datang, yang sedang kita cari(2). Makadari itu Liturgi setiap hari membangun mereka yang berada didalam Gerejamenjadi kenisah suci dalam Tuhan, menjadi kediaman Allah dalam Roh(3), sampaimereka mencapai kedewasaan penuh sesuai dengan kepenuhan Kristus(4). MakaLiturgi sekaligus secara mengagumkan menguatkan tenaga mereka untuk

mewartakan Kristus, dan dengan demikian menunjukan Gereja kepada mereka yang diluarnya sebagai tanda yang menjulang diantara bangsa-bangsa(5). Dibawahtanda itu puter-putera Allah yang tercerai berai dihimpun menjadi satu(6), sampaiterwujudlah satu kawanan dan satu gembala(7).

3. Oleh karena itu pengembangan dan pembaharuan Liturgi Konsili suciberpendapat: perlu meningkatkan lagi azas-azas berikut dan menetapkan kaedah-kaedah praktis. Diantara azas-azas dan kaedah-kaedah itu ada beberapa yangdapat dan harus diterapkan pada ritus romawi maupun pada semua ritus lainnya.

Namun kaedah-kaedah praktis berikut harus dipandang hanya berlaku bagi ritusromawi, kecuali bila menyangkut hal-hal yang menurut hakekatnya jugamengenai ritus-ritus ini.

1 Doa persembahan pada hari Minggu IX sesudah Pentekosta.

2 Lih. Ibr 13:14.

3 Lih. Ef 2:21-22.

4 Lih. Ef 4:13.

5 Lih. Yes 11:12

6 Lih. Yoh 11:52.

7 Lih. Yoh 10:16

Page 30: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 30/388

4. Akhirnya, setia mengikuti tradisi, Konsili suci menyatakan pandangan BundaGereja yang kudus, bahwa semua ritus yang diakui secara sah mempunyai hakdan martabat yang sama. Gereja menhendaki agar ritus-ritus itu dimasamendatang dilestarikan dan dikembangkan dengan segala daya upaya.Konsilimenghimbau agar bilamana perlu ritus-ritus itu ditinjau kembali dengan seksama

dan secara menyeluruh, sesuai dengan jiwa tradisi yang sehat, lagi pula diberi

gairah baru, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan zaman sekarang.

BAB SATU

AZAS-AZAS UMUMUNTUK MEMBAHARUI DAN MENGEMBANGKAN LITURGI

I. HAKEKAT DAN MAKNA LITURGI SUCI DALAM KEHIDUPAN

5. (Karya keselamatan dilaksanakan oleh Kristus)Allah menghendaki supaya semua manusia selamat dan mengenal kebenaran (1

 Tim 2:4). Setelah Ia pada zaman dahulu berulang kali dan dengan pelbagai carabersabda kepada nenek-moyang kita dengan perantaraan para nabi (Ibr 1:1),ketika genaplah waktunya, Ia mengutus PuteraNya, sabda yang menjadi dagingdan diurapi Roh Kudus, untuk mewartakan Kabar Gembira kepada kaum miskin,untuk menyembuhkan mereka yang remuk redam hatinya(8), “sebagai tabib

 jasmani dan rohani” (9), Pengantara Allah dan manusia(10). Sebab dalam kesatuanpribadi sabda kodrat kemanusiaan-Nya menjadi upaya keselamatan kita. Olehkarena itu dalam Kristus “pendamaian kita mencapai puncak kesempurnaannya,dan kita dapat melaksanakan ibadat Ilahi secara penuh”(11).

Adapun karya penebusan umat manusia dan permuliaan Allah yang sempurna

itu telah diawali dengan karya agung Allah ditengah umat Perjanjian Lama. Karyaitu diselesaikan oleh Kristus Tuhan, terutama dengan misteri Paska: sengsara-Nya

 yang suci, kebangkitan-Nya dari alam maut, dan kenaikan-Nya dalam kemuliaan.Dengan misteri itu Kristus “menghancurkan maut kita dengan wafat-Nya, dan

membangun kembali hidup kita dengan kebangkitan-Nya”(12). Sebab dari lambungKristus yang beradu di salib muncullah Sakramen seluruh Gereja yangmengagumkan(13).

6. (Karya keselamatan yang dilestarikan oleh Gereja, terlaksana dalamLiturgi)

Oleh karena itu, seperti Kristus diutus oleh Bapa, begitu pula Ia mengutus pararasul yang dipenuhi Roh Kudus. Mereka itu diutus bukan hanya untukmewartakan Injil kepada makhluk(14), dan memberitakan bahwa Putera Allah

dengan wafat dan kebangkitan-Nya telah membebaskan kita dari kuasa setan(15)dan maut, dan telah memindahkan kita ke Kerajaan Bapa; melainkan juga untukmewujudkan karya keselamatan yang mereka wartakan itu melalui kurban dan

8 Lih. Yes 61:1; Luk 4:18

9 S. IGNASIUS Martir, Surat kepada Jemaat di Efesus, 7,2:FUNK I, 218.

10

 Lih. 1 Tim 2:5.11  Tata-upacara sakramen dari Verona (Sacramentarium Veronense/Leonianum): MOHLBERG, Roma

1956, n. 1265, hlm.162.12 Prefasi pada hari Raya Paska dalam Misal Romawi.

13 Lih. Doa sesudah bacaan kedua pada malam Paska menurut Misal Romawi, sebelum pembaharuanPekan Suci.

14 Lih. Mrk 16:15.

15 Lih. Kis 26:18.

Page 31: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 31/388

Page 32: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 32/388

segenap bala tentara sorgawi kita melambungkan kidung kemuliaan kepada Tuhan. Sementara menghormati dan mengenangkan para Kudus kita berharapakan ikut serta dalam persekutuan dengan mereka. Kita mendambakan Tuhankita Yesus Kristus penyelamat kita, sampai Ia sendiri, hidup kita, akan nampak,dan kita akan nampak bersama dengan-Nya dalam kemuliaan(23).

9. (Liturgi bukan satu-satunya kegiatan Gereja)Liturgi suci tidak mencakup seluruh kegiatan Gereja. Sebab sebelum manusiadapat mengikuti Liturgi, ia perlu dipanggil untuk beriman dan bertobat:

“bagaimana ia akan berseru kepada Dia yang tidak mereka imani? Atau bagaimanamereka akan mengimani-Nya bila mereka tidak mendengar tentang Dia? Danbagaimana mereka akan mendengar bila tidak ada pewarta? Lalu bagaimanamereka akan mewartakan kalau tidak diutus?” (Rom 10:14-15).

Oleh karena itu Gereja mewartakan berita keselamatan kepada kaum takberiman, supaya semua orang mengenal satu-satunya Allah yang sejati dan YesusKristus yang diutus-Nya lalu bertobat dari jalan hidup mereka seraya menjalankanulah tapa(24). Tetapi kepada Umat berimanpun Gereja selalu wajib mewartakan

iman dan pertobatan; selain itu harus menyiapkan mereka untuk menerimasakramen-sakramen, mengajar mereka mengamalkan segala sesuatu yang telahdiperintahkan oleh Kristus(25), dan mendorong mereka untuk menjalankan semuaamal cinta kasih, kesalehan dan kerasulan. Berkat karya-karya itu akan menjadi

 jelas bahwa kaum beriman kristiani memang bukan dari dunia ini, melainkan

menjadi terang dunia dan memuliakan Bapa dihadapan orang-orang.

10. (Liturgi puncak dan sumber kehidupan Gereja)Akan tetapi Liturgi itu puncak yang dituju kegiatan Gereja, dan serta merta

sumber segala daya-kekuatannya. Sebab usah-usaha kerasulan mempunyaitujuan ini: supaya semua orang melalui iman dan babtis menjadi putear-puteraAllah, berhimpun menjadi satu, meluhurkan Allah ditengah Gereja, ikut sertadalam Korban dan menyantap perjamuan Tuhan.

Dilain pihak Liturgi sendiri mendorong Umat beriman, supaya sesudah

dipuaskan “dengan Sakramen-sakramen Paska menjadi sehati-sejiwa dalamkasih”(26). Liturgi berdoa supaya “mereka mengamalkan dalam hidup sehari-hariapa yang mereka peroleh dalam iman”(27). Adapun pembaharuan perjanjian Tuhandengan manusia dalam Ekaristi menarik dan mengobarkan Umat beriman dalam

cinta kasih Kristus yang membara. Jadi dari Liturgi, terutama dari Ekaristi,bagaikan dari sumber, mengalirlah rahmat kepada kita, dan dengan hasil guna

 yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan permuliaan Allah dalamKristus, tujuan semua karya Gereja lainnya.

11. (Perlunya persiapan pribadi)Akan tetapi supaya hasil guna itu diperoleh sepenuhnya, Umat beriman perludatang menghadiri Liturgi suci dengan sikap-sikap batin yang serasi. Hendaklahmereka menyesuaikan hati dengan apa yang mereka ucapkan, serta bekerja sama

dengan rahmat sorgawi, supaya mereka jangan sia-sia saja menerimanya(28). Makadari itu hendaklah para gembala rohani memperhatikan dengan seksama, supayadalam kegiatan Liturgi jangan hanya dipatuhi hukum-hukumnya untukmerayakannya secara sah dan halal, melainkan supaya Umat beriman ikut

merayakannya dengan sadar, aktif dan penuh makna.

23 Lih. Flp 3:20; Kol 3:4.

24 Lih. Yoh 17:3; Luk 24:27; Kis 2:38.

25 Lih. Mat 28:20.

26 Doa Penutup pada malam pasaka dan hari Minggu Paska.

27 Doa Pembukaan pada hari Selasa dalam Pekan Paska.

28 Lih. 2Kor 6:1.

Page 33: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 33/388

12. (Liturgi dan ulah kesalehan)Akan tetapi hidup rohani tidak tercakup seluruhnya dengan hanya ikut sertadalam Liturgi. Sebab semua manusia kristiani; yang memang dipanggil untukberdoa bersama, toh harus memasuki biliknya juga untuk berdoa kepada Bapaditempat yang tersembunyi(29). Bahkan menurut amanat Rasul (Paulus) ia harus

bertanjang dalam doa(30). Dan Rasul itu juga mengajar, supaya kita selalu

membawa kematian Yesus dalam tubuh kita, supaya hidup Yesus pun menjadinyata dalam daging kita yang fana(31). Maka dari itu dalam korban Misa kitamemohon kepada Tuhan, supaya dengan menerima persembahan korban rohani,Ia menyempurnakan kita sendiri menjadi korban abadi bagi diri-Nya(32).

13. Ulah kesalehan Umat kristiani, asal saja sesuai dengan hukum-hukum dannorma-norma Gereja, sangat dianjurkan, terutama bila dijalankan atau penetapan

 Takhta Apostolik.Begitu pula ulah kesalehan yang khas bagi Gereja-gereja setempat memiliki

makna istimewa, bila dilakukan atas penetapan para Uskup, menurut adat-kebiasaan atau buku-buku yang telah disahkan.

Akan tetapi, sambil mengindahkan masa-masa Liturgi, ulah kesalehan ituperlu diatur sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan Liturgi suci; sedikit banyakharus bersumber pada Liturgi, dan menghantar Umat kepadaNya; sebab menuruthakekatnya hal besar Liturgi memang jauh unggul dari semua ulah kesalehan itu.

II. PENDIDIKAN LITURGI DAN KEIKUT-SERTAAN AKTIF

14. Bunda Gereja sangat menginginkan, supaya semua orang beriman dibimbing

kearah keikut-sertaan yang sepenuhnya, sadar dan aktif dalam perayaan-perayaanLiturgi. Keikut-sertaan seperti itu dituntut oleh Liturgi sendiri, dan berdasarkanBabtis merupakan hak serta kewajiban umat kristiani sebagai “bangsa terpilih,imamat rajawai, bangsa yang kudus, Umat kepunyaan Allah sendiri” (1Ptr 2:9; Lih.2:4-5).

Dalam pembaharuan dan pengembangan Liturgi suci keikut-sertaan segenapUmat secara penuh dan aktif itu perlu beroleh perhatian yang terbesar. Sebab bagikaum beriman merupakan sumber utama yang tidak tergantikan, untuk menimbasemangat kristiani yang sejati. Maka dari itu dalam seluruh kegiatan pastoral

mereka para gemabala jiwa harus mengusahakannya dengan rajin melaluipendidikan yang seperlunya.

Akan tetapi supaya itu tercapai tiada harapan lain kecuali bahwa lebih dahulupara gembala jiwa sendiri secara mendalam diresapi semangat dan daya Liturgi,

serta menjadi mahir untuk memberi pendidikan Liturgi. Oleh karena itu sangatperlulah bahwa pertama-tama pendidikan Liturgi klerus dimantapkan. MakaKonsili suci memutuskan ketetapan-ketetapan berikut.

15. (Pembinaan para dosen Liturgi)

Para dosen, yang ditugaskan untuk mengajarkan mata kuliah Liturgi di seminari-seminari, rumah-rumah pendidikan para religius dan fakultas-fakultas teologi,perlu dididik dengan sungguh-sungguh dilembaga-lembaga yang secara istimewadiperuntukkan bagi tujuan itu, untuk menunaikan tugas mereka.

29 Lih. Mat 6:6.30 Lih. 1Tes 5:17.31 Lih. 2Kor 4:10-11.32 Doa Persembahan pada hari Senin dalam Pekan Pentekosta.

Page 34: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 34/388

16. (Pendidikan Liturgi kaum rohaniwan)Di seminari-seminari dan dirumah-rumah pendidikan para religius mata kuliahLiturgi harus dipandang sebagai mata kuliah wajib dan penting, sedangkan difakultas-fakultas teologi sebagai salah satu mata kuliah utama. Mata kuliah Liturgihendaknya diajarkan dari segi teologi dan sejarah maupun dari segi hidup rohani,

pastoral dan hukum. Selain itu hendaklah para dosen mata kuliah lain-lainnya,

terutama teologi dogmatis, Kitab suci, teologi hidup rohani dan pastoral, - denganbertolak dari persyaratan instrinsik masing-masing pokok bahasan, - menguraikanmisteri Kristus dan sejarah keselamatan sedemikian rupa, sehingga jelas-jelasnampak hubungannya dengan Liturgi dan keterpaduan pembinaan iman.

17. Hendaklah para rohaniwan di seminari-seminari maupun di rumah-rumahreligius, mendapat pembinaan liturgis demi hidup rohani mereka, baik melalui

bimbingan yang memadai untuk memahami upacara-upacara suci sendiri, pun juga melalui ulah kesalehan lainnya yang diresapi oleh semangat Liturgi. Begitupula hendaklah mereka belajar mematuhi hukum-hukum Liturgi, sehinggakehidupan diseminari-seminari dan tarekat-tarekat religius dirasuki semangat

Liturgi secara mendalam.

18. Hendaklah para imam baik diosesan maupun religius, yang sudah berkaryadi kebun anggur Tuhan, dibantu dengan segala upaya yang memadai, supaya

mereka semakin mendalam memahami apa yang mereka laksanakan dalampelayanan-pelayanan suci, menghayati hidup liturgis, dan menyalurkannyakepada Umat beriman yang dipercayakan kepada mereka.

19. (Pembinaan kaum Liturgis beriman)

Hendaklah para gembala jiwa dengan tekun dan sabar mengusahakan pembinaanLiturgi kaum beriman serta secara aktif, baik lahir maupun batin, sesuai denganumur, situasi, corak hidup dan taraf perkembangan religius mereka. Dengandemikian mereka menunaikan salah satu tugas utama pembagi misteri-misteriAllah yang setia. Dalam hal ini hendaklah mereka membimbing kawanan mereka

bukan saja dengan kata-kata, melainkan juga dengan teladan.

20. (Sarana-sarana audio-visual dan perayaan Liturgi)

Siaran-siaran upacara suci melaui radio dan televisi, terutama bila meliputperayaan Ekaristi, hendaklah berlangsung dengan bijak dan penuh hormat,dibawah bimbingan dan tanggung jawab seorang ahli, yang ditunjuk oleh paraUskup untuk tugas itu.

III. PEMBAHARUAN LITURGI

21. Supaya lebih terjaminlah bahwa Umat kristiani memperoleh rahmat

berlimpah dalam Liturgi suci, Bunda Gereja yang penuh kasih inginmengusahakan dengan seksama pembaharuan umum Liturgi sendiri. Sebab dalamLiturgi terdapat unsur yang tidak dapat diubah karena ditetapkan oleh Allah,maupun unsur-unsur yang dapat berubah, yang disepanjang masa dapat atau

bahkan mengalami perubahan, sekiranya mungkin tel;ah disusupi hal-hal yangkurang serasi dengan inti kakekat Liturgi sendiri, atau sudah menjadi kurang

cocok.Adapun dalam pembaharuan itu naskah-naskah dan upacara-upacara harusdiatur sedemikian rupa, sehingga lebih jelas mengungkapkan hal-hal kudus yang

dilambangkan. Dengan demikian Umat kristiani sedapat mungkin menangkapnyadengan mudah, dan dapat ikut serta dalam perayaan secara penuh, aktif dandengan cara yang khas bagi jemaat.Maka Konsili suci menetapkan norma-norma berikut yang lebih bersifat umum.

Page 35: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 35/388

 

A. Kaidah-kaidah umum

22. (Pengaturan Liturgi)

(1) Wewenang untuk mengatur Liturgi semata-mata ada pada pimpinan Gereja,

 yakni Takhta Apostolik, dan menurut kaidah hukum pada uskup.(2) Berdasarkan kuasa yang diberikan hukum, wewenang untuk mengatur

perkara-perkara Liturgi dalam batas-batas tertentu juga ada pada pelbagaimacam Konferensi Uskup sedaerah yang didirikan secara sah.

(3) Maka dari itu tidak seorang lainnya pun, meskipun imam, bolehmenambahkan, meniadakan atau mengubah sesuatu dalam Liturgi atasprakarsa sendiri.

23. (Tradisi dan perkembangan)Supaya tradisi yang sehat dipertahankan, namun dibuka jalan juga bagiperkembangan yang wajar, hendaknya selalu diadakan lebih dulu penyeklidikan

teologis, historis, dan pastoral, yang cermat tentang setiap bagian Liturgi yangperlu ditinjau kembali. Kecuali itu hendaklah dipertimbangkan baik patokan-patokan umum tentang susunan dan makna Liturgi, maupun pengalaman yangdiperoleh dari pembaharuan Liturgi belakangan ini serta dari izin-izin yangdiberikan di sana-sini. Akhirnya janganlah kiranya diadakan hal-hal baru, kecuali

bila sungguh-sungguh dan pasti dituntut oleh kepentingan Gereja; dan dalam halini hendaknya diusahakan dengan cermat, agar bentuk-bentuk baru itubertumbuh secara kurang lebih organis dari bentuk-bentuk yang sudah ada.Sedapat mungkin hendaknya dicegah juga, jangan sampai ada perbedaan-perbedaan yang menyolok dalam upacar-upacara di daerah-daerah yang

berdekatan.

24. (Kitab suci dan Liturgi)

Dalam perayaan Liturgi Kitab suci sangat penting. Sebab dari Kitab sucilah dikutibbacaan-bacaan, yang dibacakan dan dijelaskan dalam homili, serta mazmur-mazmur yang dinyanyikan. Dan karena ilham serta jiwa Kitab sucilahdilambungkan permohonan, doa-doa dan madah-madah Liturgi; dari padanya pula

upacara serta lambang-lambang memperoleh maknanya. Maka untukmembaharui, mengembangkan dan menyesuaikan Liturgi suci perlu dipupuk cinta

 yang hangat dan hidup terhadap Kitab suci, seperti ditunjukkan oleh tradisi luhurritus Timur maupun ritus Barat.

25. (Peninjauan kembali buku-buku Liturgi)Hendaknya buku-buku Liturgi selekas mungkin ditinjau kembali, dengan memintabantuan para ahli dan berkonsultasi dengan para Uskup di pelbagai kawasandunia.

B. Kaidah-kaidah berdasarkan hakekat Liturgi sebagai tindakan Hirarki dan

 jemaat

26. Upacara-upacara Liturgi bukanlah tindakan perorangan, melainkan perayaanGereja sebagai sakramen kesatuan, yakni Umat kudus yang berhimpun dan diaturdibawah para Uskup(33).

33 S. SIPRIANUS, Tentang Kesatuan Gereja Katolik, 7: CSEL (HARTEL) III, 1, hlm.215-216. Lih. Surat 66,n. 8,3: CSEL III, 2, hlm. 732-733

Page 36: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 36/388

Maka upacara-upacara itu menyangkut seluruh Tubuh Gereja danmenampakkan serta mempengaruhinya; sedangkan masing-masing anggotadisentuhnya secara berlain-lainan, menurut keanekaan tingkatan, tugas sertakeikut-sertaan aktual mereka.

27. (Perayaan bersama)Setiap kali suatu upacara, menurut hakekatnya yang khas, diselenggarakansebagai perayaan bersama, dengan dihadiri banyak Umat yang ikut-serta secaraaktif, hendaknya ditandaskan, agar bentuk itu sedapat mungkin diutamakan

terhadap upacara perorangan yang seolah-olah bersifat pribadi. Terutama itu berlaku bagi perayaan Misa, tanpa mengurangi kenyataan, bahwa

setiap Misa pada hakekatnya sudah bersifat resmi dan umum, begitu pula bagipelayanan Sakramen-sakramen.

28. (Martabat perayaan)Pada perayaan-perayaan Liturgi setiap anggota, entah pelayan (pemimpin) entah

Umat, hendaknya dalam menunaikan tugas hanya menjalankan, dan melakukanseutuhnya, apa yang menjadi perannya menurut hakekat perayaan serta kaidah-kaidah Liturgi.

29. Juga para pelayan Misa (putera altar), para lektor, para komentator dan paraanggota paduan suara benar-benar menjalankan pelayanan liturgis. Makahendaknya mereka menunaikan tugas dengan saleh, tulus dan saksama,sebagaimana layak untuk pelayanan seluhur itu, dan sudah semestinya dituntutdari mereka oleh Umat Allah.

Maka perlulah mereka secara mendalam diresapi semangat Liturgi, masing-masing sekadar kemampuannya, dan dibina untuk membawakan peran merekadengan tepat dan rapih.

30. (Keikut-sertaan aktif Umat beriman)Untuk meningkatkan keikut-sertaan aktif, hendaknya aklamasi oleh Umat,

 jawaban-jawaban, pendarasan mazmur, antifon-antifon dan lagu-lagu, pun pulagerak-gerik, peragaan serta sikap badan dikembangkan. Pada saat yang tepat

hendaklah diadakan juga saat hening yang kidmat.

31. Dalam meninjau kembali buku-buku Liturgi hendaklah diperhatikan dengan

saksama, supaya rubrik-rubrik juga mengatur peran Umat beriman.

32. (Liturgi dan kelompok-kelompok sosial)Kecuali perbedaan berdasarkan tugas Liturgi dan Tahbisan suci, dan selainpenghormatan yang menurut kaidah-kaidah Liturgi harus diberikan kepada para

pemuka-pemuka masayarakat, janganlah diberikan kedudukan istimewa kepadapribadi-pribadi atau kelompok-kelompok tertentu, baik dalam upacara maupundengan penampilan lahiriah.

Page 37: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 37/388

C. Kaidah-kaidah berdasarkan sifat pembinaan dan pastoral Liturgi

33. Meskipun Liturgi suci terutama merupakan ibadat kepada Keagungan Ilahi,namun mencakup banyak pengajaran juga bagi Umat beriman(34). Sebab dalam

Liturgi Allah bersabda kepada Umat-Nya; Kristus masih mewartakan Injil.

Sedangkan Umat menanggapi Allah dengan nyanyian-nyanyian dan doa.Bahkan bila imam, yang selaku wakil Kristus memimpin jemaat, memanjatkan

doa-doa kepada Allah, doa-doa itu diucapkan atas nama segenap Umat suci dansemua orang yang hadir. Adapun lambang-lambang lahir, yang digunakan dalam

Liturgi suci untuk menandakan hal-hal ilahi yang tidak nampak, dipilih olehKristus atau Gereja. Oleh karena itu bukan hanya bila dibacakan “apa yang telahditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita” (Rom 15:4), melainkan juga sementaraGereja berdoa atau bernyanyi atau melakukan sesuatu, dipupuklah iman para

peserta, dan hati mereka diangkat kepada Allah, untuk mempersembahkanpenghormatan yang wajar kepada-Nya, dan menerima rahmat-Nya secara lebihmelimpah.

Maka dari iru dalam mengadakan pembaharuan kaidah-kaidah umum berikut

harus dipatuhi.

34. (Keserasian upacara-upacara)Hendaklah upacara-upacara bersifat sederhana namun luhur, singkat, jelas, tanpa

pengulangan-pengulangan yang tiada gunanya. Hendaknya disesuaikan dengandaya tangkap Umat beriman, dan pada umumnya jangan sampai memerlukanbanyak penjelasan.

35. (Kitab suci, pewartaan dan katekese dalam Liturgi)Supaya nampak dengan jelas bahwa dalam Liturgi upacara dan sabdaberhubungan erat, maka :(1) Dalam peryaan-perayaan suci hendaknya dimasukkan bacaan Kitab suci yang

lebih banyak, lebih bervariasi dan lebih sesuai.

(2) Dalam rubrik-rubrik hendaknya dicatat juga, sejauh tata upacara mengizinkan,saat yang lebih tepat untuk kotbah, sebagai bagian perayaan Liturgi. Danpelayanan pewartaan hendaknya dilaksanakan dengan amat tekun dansaksama. Bahannya terutama hendaklah bersumber pada Kitab suci dan

Liturgi, sebab kotbah merupakan pewartaan keajaiban-keajaiban Allah dalamsejarah keselamatan atau misteri Kristus, yang selalu hadir dan berkaryaditengah kita, teristimewa dalam perayaan-perayaan Liturgi.

(3) Dengan segala cara hendaknya diusahakan pula katekese yang secara lebih

langsung bersifat liturgis; dan dalam upacar-upacara sendiri bila perlu,hendaklah disampaikan ajakan-ajakan singkat oleh imam atau pelayan(petugas) yang berwenang. Tetapi ajakan-ajakan itu hendaknya hanyadisampaikan pada saat-saat yang cocok, menurut teks yang sudah ditentukanatau dengan kata-kata yang senada.

(4) Hendaknya dikembangkan peryaan Sabda Allah pada malam menjelang hari-

hari raya agung, pada beberapa hari biasa dalam masa Adven dan Prapaska,begitu pula pada hari-hari minggu dan hari-hari raya, terutama ditempat-tempat yang tiada imamnya. Dalam hal itu perayaan hendaknya dipimpin olehdiakon atau orang lain yang diberi wewenang oleh Uskup.

36. (Bahasa Liturgi)(1) Penggunaan bahasa latin hendaknya dipertahankan dalam ritus-ritus lain,meskipun ketentuan-ketentuan hukum khusus tetap berlaku.

34  Lih. KONSILI TRENTE, Sidang 22, 17 September 1562, Ajaran tentang Korban Misa, bab 8:CONCILIUM TRIDENTINUM, terbitan yang telah dikutib, VIII, 961.

Page 38: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 38/388

(2) Akan tetapi dalam Misa, dalam pelayanan Sakramen-sakramen maupunbagian-bagian Liturgi lainnya, tidak jarang penggunaan bahasa pribumi dapatsangat bermanfaat bagi Umat. Maka seyogyanyalah diberi kelonggaran yanglebih luas, terutama dalam bacaan-bacaan dan ajakan-ajakan, dan berbagaidoa dan nyanyian, menurut kaidah-kaidah yang mengenai hal itu ditetapkan

secara tersendiri dalam bab-bab berikut.

(3) Sambil mematuhi kaidah-kaidah itu, pimpinan gerejawi setempat yangberwenang, seperti disebut pada artikel 22: (2), menetapkan apakah danbagaimanakah bahasa pribumi digunakan, bila perlu hendaknya adakonsultasi dengan para Uskup tetangga dikawasan yang menggunakan bahasa

 yang sama. Ketetapan itu memerlukan persetujuan atau pengesahan dari Takhta Apostolik.

(4) Terjemahan teks latin kedalam bahasa pribumi, yang hendak digunakan dalamLiturgi, harus disetujui oleh pimpinan gerejawi setempat yang berwenang,

seperti tersebut diatas.

D. Kaidah-kaidah untuk menyesuaikan Liturgi dengan tabiat perangai dantradisi bangsa-bangsa

37. Dalam hal-hal yang tidak menyangkut iman atau kesejahteraan segenap jemaat, Gereja dalam Liturgi pun tidak ingin mengharuskan suatu keseragaman yang kaku. Sebaliknya Gereja memelihara dan memajukan kekayaan yangmenghiasi jiwa pelbagai suku dan bangsa. Apa saja dalam adat kebiasaan parabangsa, yang tidak secara mutlak terikat pada takhayul atau ajaran sesat, oleh

Gereja dipertimbangkan dengan murah hati, dan bila mungkin dipeliharanyadengan hakekat semangat Liturgi yang sejati dan asli.

38. Asal saja kesatuan hakiki ritus Romawi dipertahankan, hendaknya diberi

ruang kepada kemajemukan bentuk dan penyesuaian yang wajar dengan pelbagaikelompok, daerah, dan bangsa, terutama didaerah-daerah Misi, juga bila buku-buku Liturgi ditinjau kembali. Hal itu hendaklah diperhatikan dengan baik dalampenyusunan upacar-upacara dan penataan rubrik-rubrik.

39. Dalam batas-batas yang telah ditetapkan oleh terbitan otentik buku-bukuLiturgi, pimpinan Gereja setempat yang berwenang, seperti disebut dalam art. 22,

(2), berhak untuk memerinci penyesuaian-penyesuaian, terutama mengenaipelayanan Sakramen-sakramen, sakramentali, perarakan, bahasa Liturgi, musikGereja dan kesenian, asal saja sesuai dengan kaidah-kaidah dasar yang terdapatdalam konsultasi ini.

40. Tetapi di pelbagai tempat dan situasi, mendesaklah penyesuaian Liturgi

secara lebih mendalam; karena itu juga menjadi lebih sukar. Maka :

(1) Hendaknya pimpinan gerejawi setempat yang berwenang, seperti dalam art.22, (2), dengan tekun dan bijaksana mempertimbangkan, unsur-unsur

manakah dari tradisi-tradisi dan ciri khas masing-masing bangsa yangdalam hal itu sebaiknya ditampung dalam ibadat ilahi. Penyesuaian-

penyesuaian, yang dipandang berfaedah atau memang perlu, hendaklahdiajukan kepada Takhta Apostolik, supaya atas persetujuannya dimasukkandalam Liturgi.

(2) Tetapi supaya penyesuaian dijalankan dengan kewaspadaan seperlunya,maka Takhta Apostolik akan memberi wewenang kepada pimpinan gerejawisetempat, untuk – bila perlu – dalam beberapa kelompok yang cocok untuk

Page 39: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 39/388

itu dan selama waktu yang terbatas mengizinkan dan memimpineksperimen-eksperimen pendahuluan yang diperlukan.

(3) Ketetapan-ketetapan tentang Liturgi biasanya menimbulkan kesulitan-kesulitan khas mengenai penyesuaian, terutama di daerah-daerah Misi.Maka dalam menyusun ketetapan-ketetapan ini hendaknya tersedia ahli-

ahli untuk bidang yang bersangkutan.

IV. PEMBINAAN KEHIDUPAN LITURGI DALAM KEUSKUPAN DAN PAROKI.

41. (Kehidupan Liturgi dalam keuskupan)

Uskup harus dipandang sebagai imam agung kawanannya. Kehidupan Umatnya yang beriman dalam Kristus bersumber dan tergantung dengan cara tertentu daripadanya.

Maka dari itu semua orang harus menaruh penghargaan amat besar terhadap

kehidupan Liturgi keuskupan di sekitar Uskup, terutama di gereja katedral.Hendaknya mereka yakin, bahwa penampilan Gereja yang istimewa terdapat dalamkeikutsertaan penuh dan aktif seluruh Umat kudus Allah dalam perayaan Liturgi

 yang sama, terutama dalam satu Ekaristi, dalam satu doa, pada satu altar,dipimpin oleh Uskup yang dikelilingi oleh para imam serta para pelayan lainnya[35].

42. (Kehidupan Liturgi dalam Paroki)Dalam Gerejanya Uskup tidak dapat selalu atau dimana-mana memimpin sendirisegenap kawanannya. Maka haruslah ia membentuk kelompok-kelompok orang

beriman, diantaranya yang terpenting yakni paroki-paroki, yang di setiap tempatdikelola dibawah seorang pastor yang mewakili Uskup. Sebab dalam arti tertentuparoki menghadirkan Gereja semesta yang kelihatan.

Maka dari itu hendaknya kehidupan Liturgi paroki serta hubungannya denganUskup dipupuk dalam hati dan praktik jemaat beriman serta para rohaniwan.

Hendaknya diusahakan, supaya jiwa persekutuan dalam paroki berkembang,terutama dalam perayaan Misa Umat pada hari Minggu.

V. PENGEMBANGAN PASTORAL LITURGI

43. (Pembaharuan Liturgi, rahmat Roh Kudus)Usaha mengembangkan dan membaharui Liturgi suci memang tepat dipandangsebagai tanda penyelenggaraan Allah atas zaman kita, sebagai gerakan Roh Kudusdalam Gerejanya. Dan usaha itu menandai kehidupan Gereja-Nya. Dan usaha itumenandai kehidupan Gereja, bahkan seluruh cara berpandangan dan bertindak

relegius zaman kita ini dengan ciri yang khas.Maka untuk makin mengembangkan kegiatan pastoral liturgis dalam Gereja,

Konsili suci memutuskan:

44. (Komisi Liturgi nasional)Sebaiknya pemimpin gerejawi setempat yang berwenang, seperti disebut dalam art.

22, (2), mendirikan Komisi Liturgi, yang harus didampingi oleh orang-orang ahlidalam ilmu Liiturgi, Musik serta Kesenian Liturgi, dan di bidang pastoral. Komisiitu sedapat mungkin hendaknya dibantu oleh suatu Lembaga Liturgi Pastoral,

 yang terdiri dari anggota-anggota yang mahir di bidang itu, bila perlu juga awam.

35. Lih. S. IGNATIUS Martir, Surat kepada jemaat di Magnesia 7; kepada jemaat di Filipi 4; kepada jemaat di Smirna 8: FUNK 1, 236, 266, 281.

Page 40: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 40/388

Di bawah ini bimbingan pimpinan gerejawi setempat, seperti tersebut diatas,komisi itu bertugas membina kegiatan pastoral liturgis dalam kawasannya, danmemajukan studi serta eksperimen-eksperimen yang perlu, kapan saja adapenyesuaian-penyesuaian yang perlu diajukan kepada Takhta Apostolik.

45. (Komisi Liturgi Keuskupan)

Begitu pula di setiap keuskupan hendaknya ada Komisi Liturgi untuk memajukankegiatan liturgis di bawah bimbingan Uskup.

Ada kalanya dapat berguna, bila berbagai keuskupan mendirikan satu komisi,untuk mengembangkan Liturgi melalui musyawarah bersama.

46. (Komisi-komisi lain)Selain Komisi Liturgi, hendaknya di setiap keuskupan sedapat mungkin didirikanKomisi Musik Liturgi dan Komisi Kesenian Liturgi.

Penting sekali bahwa ketiga Komisi itu bekerja sama secara terpadu; bahkantidak jarang akan lebih cocok bahwa ketiganya berpadu menjadi satu komisi.

BAB DUA

MISTERI EKARISTI SUCI

47. (Ekaristi suci dan misteri Paska)Pada perjamuan terakhir, pada malam ia diserahkan, Penyelamat kita

mengadakan Korban Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya. Dengan demikian Iamengabdikan Kprban Salib untuk selamanya, dan mempercayakan kepada GerejaMempelai-Nya yang terkasih kenangan Wafat dan Kebangkitan-nya: sakramencintakasih, lambang kesatuan, ikatan cintakasih[36], perjamuan Paskah. Dalamperjamuan itu Kristus disambut, jiwa dipenuhi rahmat, dan kita dikurniai jaminan

kemuliaan yang akan datang[37].

48. (Keikut-sertaan aktif kaum beriman)Maka dari itu Gereja dengan susah payah berusaha, jangan sampai Umat beriman

menghadiri misteri iman itu sebagai orang luar atau penonton yang bisu,melainkan supaya melalui upacara dan doa-doa memahami misteri itu denganbaik, dan ikut-serta penuh khidmat dan secara aktif. Hendaknya mereka reladiajar oleh sabda Allah, disegarkan oleh santapan Tubuh Tuhan, bersyukur

kepada Allah. Hendaknya sambil mempersembahkan Hosti yang tak bernodabukan saja melalui tangan imam melainkan juga bersama dengannya, merekabelajar mempersembahkan diri, dari hari ke hari – berkat perantaraan Kristus[38] –makin penuh dipersatukan dengan Allah dan antar mereka sendiri, sehinggaakhirnya Allah menjadi segalanya dalam semua.

49. Maka dari itu, dengan memperhatikan perayaan Ekaristi yang dihadiri Umat,terutama pada hari Minggu dan hari-hari raya wajib, konsili suci menetapkan hal-hal berikut, supaya korban Misa, pun juga bentuk upacara-upacaranya, mencapaihasil guna pastoral yang sepenuhnya.

50. (Peninjauan kembali Tata perayaan Ekaristi)

 Tata perayaan Ekaristi hendaknya ditinjau kembali sedemikian rupa, sehinggalebih jelaslah makna masing-masing bagiannya serta hubungannnya satu dengan

36 Lih. S. AGUSTINUS, Tentang Injil Yohanes, Traktat XXVI, VI, 13: PL 35, 1613.37 Brevir Romawi, pada hari raya Tubuh Kristus yang mahakudus, Ibadat sore II antifon pada Magnificat.38 Lih. S. SIRILUS dari Iskandaria, Komentar pada Injil Yohanes, Jilid XI, bab XI-XII: PG 74, 557-564.

Page 41: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 41/388

 yang lain. Dengan demikian Umat beriman akan lebih mudah ikut-serta dengankhidmat dan aktif.

Maka dari itu hendaknya upacara-upacara disederhanakan, dengan tetapmempertahankan hal-hal yang pokok. Hendaknya dihilangkan saja semuapengulangan dan tambahan yang kurang berguna, yang muncul dalam perjalanan

sejarah. Sedangkan beberapa hal, yang telah memudar karena dikikis waktu,

hendaknya dihidupkan lagi selaras dengan kaidah-kaidah semasa para BapaGereja, bila itu nampaknya memang berguna atau perlu.

51. (Supaya Ekaristi diperkaya dengan sabda Kitab suci)Agar santapan sabda Allah dihidangkan secara lebih melimpah kepada umatberiman, hendaklah khazanah harta Alkitab dibuka lebih lebar, sehingga dalamkurun waktu beberapa tahun bagian-bagian penting Kitab suci dibacakan kepada

Umat.

52. (Homili)Homili sebagai bagian Liturgi sendiri sangat dianjurkan. Di situ hendaknya

sepanjang tahun Liturgi diuraikan mister-misteri iman dan kaidah-kaidah hidupkristiani berdasarkan teks Kitab suci. Oleh karena itu dalam Misa hari Minggu danhari raya wajib yang dihadiri Umat homili jangan ditiadakan, kecuali bila adaalasan yang berat.

53. (Doa Umat)Hendaknya sesudah Injil dan homili, terutama pada hari Minggu dan hari rayawajib, diadakan lagi Doa Umat atau Doa kaum beriman, supaya bersama denganUmat dipanjatkanlah doa-doa permohonan bagi Gereja kudus, bagi para pejabatpemerintah, bagi mereka yang sedang tertekan oleh pelbagai kebutuhan, dan bagi

semua orang serta keselamatan seluruh dunia[39].

54. (Bahasa latin dan bahasa pribumi dalam perayaan Ekaristi)Sesuai dengan artikel 36 konstitusi ini, dalam Misa suci yang dirayakan bersamaUmat bahasa pribumi dapat diberi tempat yang sewajarnya, terutama dalam

bacaan-bacaan dan doa Umat, dan – sesuai dengan situasi setempat – juga dalambagian-bagian yang menyangkut Umat.

 Tetapi hendaknya diusahakan, supaya kaum beriman dapat bersama-samamengucapkan atau menyayikan dalam bahasa latin juga bagian-bagian Misa yang

tetap yang menyangkut mereka.Namun bila pemakaian bahasa pribumi yang lebih luas dalam Misa nampaknya

cocok, hendaknya ditepati peraturan art. 40 Konstitusi ini.

55. (Komuni suci, puncak keikut-sertaan dalam Misa suci; Komuni dua rupa)Dianjurkan dengan sangat partisipasi Umat yang lebih sempurna dalam Misa,dengan menerima Tubuh Tuhan dari Korban itu juga sesudah imam menyambutKomuni.

Atas kebijaksanaan para Uskup, Komuni dua rupa dapat diizinkan baik bagikaum rohaniwan dan relegius, maupun bagi kaum awam, dalam hal-hal yang

perlu ditentukan oleh Takhta suci, misalnya bagi para tahbisan baru dalam Misapentahbisan mereka, bagi para prasetyawan dalm Misa pengikraran kaul-kaulrelegius, bagi para baptisan baru dalam Misa sesudah pembabtisan. Dalam hal ituprinsip-prinsip dokmatis Konsili Trente[40] hendaknya tetap dipertahankan.

56. (Kesatuan Misa)

Misa suci dapat dikatakan terdiri dari dua bagian, yakni Liturgi sabda dan LiturgiEkaristi. Keduanya begitu erat berhubungan, sehingga merupakan satu tindakanibadat. Maka Konsili suci dengan sangat mengajak para gembala jiwa, supaya

39 Lih. Tim 2:1-2.40 Lih. KONSILI TRENTE, Sidang XXI, 16 Juli 1562, Ajaran tentang Komuni dua rupa dan Komuni kanak-

kanak, bab I-3: CONCILIUM TRIDENTINUM, terbitan yang telah dikutip, VIII, 698-699.

Page 42: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 42/388

mereka dalam menyelenggarakan katekese dengan tekun mengajarkan agar Umatberiman menghadiri seluruh Misa, terutama pada hari Minggu dan hari raya wajib.

57. (Konselebrasi)1. Konselebrasi sungguh cocok untuk menampakkan kesatuan imamat. Hingga

sekarang konselebrasi tetap masih dijalankan dalam Gereja Timur maupun Barat.

Maka Konsili berkenan memperluas izin untuk berkonselebrasi sehingga meliputikesempata-kesempatan berikut:1). a). pada hari Kamis Putih, baik dalam Misa Krisma maupun dalam Misa sore

Perjamuan Tuhan;

b). pada Misa suci selama Konsili, sidang Konferensi Uskup dan sidang Sinode;c). pada Misa suci pelantikan seorang Abas.

2). Selain itu, seizin Uskup setempat, yang berwenang menilai baik tidaknyamengadakan konselebrasi:

a). pada Misa komunitas biara dan pada Misa utama dalam gereja-gereja, bila demikepentingan Umat beriman tidak diinginkan, bahwa semua imam yang hadirmempersembahkan Misa sendiri-sendiri;

b). pada Misa dalam pertemuan manapun juga, yang dihadiri para imam diosesan

maupun religius;2. 1). Adalah wewenang Uskup untuk mengatur tata cara konselebrasi di

keuskupannya.2). Namun hendaknya setiap imam tetap diperbolehkan mengorbankan Misa

sendiri, asal jangan pada saat yang bersamaan dalam gereja yang sama;

 juga asal jangan pada hari Kamis Putih Perjamuan Tuhan.

58. Hendaknya disusun upacara konselebrasi yang baru, dan disisipkan dalam bukuPontificale dan dalam buku Missale Romanum.  

BAB TIGA

SAKRAMEN-SAKRAMEN LAINNYA DAN SAKRAMENTALI 

59. (Hakekat Sakramen) Sakramen-sakramen dimaksudkan untuk menguduskan manusia, membangun

 Tubuh Kristus, dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah. Tetapi

sebagai tanda sakramen juga dimaksudkan untuk mendidik. Sakramen tidakhanya mengandaikan iman, melainkan juga memupuk, meneguhkan danmengungkapkannya dengan kata-kata dan benda. Maka juga disebut sakrameniman. Memang sakramen memperolehkan rahmat, tetapi perayaan sakramen itusendiri juga dengan amat baik menyiapkan kaum beriman untuk menerimarahmat itu yang membuahkan hasil nyata, untuk menyembah Allah secara benar,

dan untuk mengamalkan cinta kasih.Maka dari itu sangat pentinglah bahwa Umat beriman dengan mudah

memahami lambang-lambang Sakramen, dan dengan sepenuh hati seringmenerima Sakramen-sakramen, yang diadakan untuk memupuk hidup kristiani.

60. (Sakramentali)

Selain itu Bunda Gereja kudus telah mengadakan sakramentali, yakni tanda-tandasuci, yang memiliki kemiripan dengan Sakramen-sakramen. Sakramentali itumenandakan kurnia-kurnia, terutama yang bersifat rohani, dan yang diperoleh

berkat doa permohonan Gereja. Melalui sakramentali itu hati manusia disiapkanuntuk menerima buah utama Sakramen-sakramen dan pelbagai situasi hidupdisucikan.

Page 43: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 43/388

61. (Nilai pastoral Liturgi; hubungannya dengan misteri Paska)Dengan demikian berkat Liturgi Sakramen-sakramen dan sakramentali bagi kaumberiman yang hatinya sungguh siap hampir setiap peristiwa hidup dikuduskandengan rahmat ilahi yang mengalir dari misteri Paska Sengsara, Wafat danKebangkitan Kristus. Dari misteri itulah semua Sakramen dan sakramentali

menerima daya kekuatannya. Dan bila manusia menggunakan benda-benda

dengan pantas, boleh dikatakan tidak ada satupun yang tak dapat dimanfaatkanuntuk menguduskan manusia dan memuliakan Allah.

62. (Perlunya meninjau kembali upacara Sakramen-sakramen)

Akan tetapi dalam perjalanan sejarah ada beberapa hal yang menyusupi upacaraSakramen-sakramen dan sakramentali, sehingga hakekat serta tujuannya menjadikurang jelas bagi kita sekarang. Oleh karena itu perlulah beberapa hal dalamupacara itu disesuaikan dengan kebutuhan zaman kita. Maka Konsili suci

menetapkan pokok-pokok pembaharuan berikut.

63. (Bahasa; Rituale Romawi dan rituale khusus)Dalam pelayanan Sakramen-sakramen dan sakramentali tidak jarang pemakaian

bahasa pribumi dapat sangat berguna bagi Umat. Maka hendaknya bahasapribumi digunakan secara lebih luas menurut kaidah-kaidah berikut:1. Dalam pelayanan Sakramen-sakramen dan sakramentali dapat digunakan

bahasa pribumi menurut kaidah art. 36. menurut terbitan baru Rituale Romawihendaknya oleh pimpinan Gereja setempat yang berwenang menurut art. 22 (2)

Konstitusi ini selekas mungkin disiapkan rituale-rituale khusus yang sesuaidengan kebutuhan masing-masing daerah juga mengenai bahasanya. Danhendaknya rituale-rituale itu digunakan didaerah-daerah yang bersangkutan,setelah mendapat persetujuan Takhta Apostolik. Tetapi dalam menyusunrituale atau kumpulan khas upacara-upacara itu janganlah diabaikan

petunjuk-petunjuk yang tercantum dalam Rituale Romawi untuk setiapupacara, entah yang bersifat pastoral dan berupa rubrik, entah yangmempunyai makna sosial istimewa.

64. (Katekumenat)

Katekumenat bertahap untuk orang dewasa hendaklah dihidupkan lagi dandilaksanakan menurut kebijaksanaan Uskup setempat. Dengan demikian masakatekumenat, yang dimaksudkan untuk pembinaan yang memadai, dapat disucikandengan merayakan upacara-upacara suci secara berturut-turut.

65. Selain apa yang terdapat dalam tradisi kristiani, didaerah-daerah Misi bolehdimasukkan juga unsur-unsur inisiasi yang terdapat sebagai kebiasaan masing-masing bangsa, sejauh itu dapat disesuaikan dengan upacara kristiani, menurut

kaidah art. 37 – 40 Konstitusi ini.

66. (Peninjauan kembali upacara babtis)Kedua bentuk upacara pembabtisan orang dewasa, maupun – dengan memperhatikankatekumenat yang diperbaharui – yang meriah, hendaknya ditinjau kembali. Selainitu kedalam Misal Romawi hendaknya dimasukkan Misa khusus: Pada upacara

pembabtisan.

67. Upacara pembabtisan kanak-kanak hendaknya ditinjau kembali dan disesuaikandengan kenyataan bahwa yang dibabt is itu masih bayi. Dalam upacara itu hendaknya

menjadi lebih jelas peran orang tua dan orangtua babtis beserta tugas-tugas mereka.

68. Hendaknya dalam upacara Baptis diadakan penyesuaian-penyesuaian menurutkebijaksanaan Uskup setempat, bila banyak orang meminta dibabtis. Begitu pulahendaknya disusun Tata upacara yang lebih ringkas, yang terutama di daerah-daerah

Misi dapat dipakai oleh para katekis, dan pada umumnya juga dalam bahaya mautoleh kaum beriman, bila tiada imam atau diakon.

Page 44: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 44/388

69. Untuk menggantikan apa yang disebut Tata laksana untuk melengkapi apa yangdilewati dalam pembabtisan kanak-kanak hendaknya disusun upacara baru, supayasecara lebih jelas dan memadai dinyatakan bahwa kanak-kanak yang telah dibabtisdengan rumus singkat sudah diterima kedalam Gereja.

Begitu pula hendaknya disusun upacara baru untuk mereka yang sudah

dibabtis secara sah, lalu hendak berpindah masuk Gereja katolik yang kudus, untuk

menyatakan, bahwa mereka diterima kedalam persekutuan Gereja.

70. Diluar masa Paska air baptis dapat diberkati dalam upacara Baptis sendiridengan rumus lebih singkat yang sudah disahkan.

71. (Peninjauan kembali upacara sakramen Krisma)Upacara Krisma hendaknya ditinjau kembali juga supaya lebih nampak jelashubungan erat Sakramen itu dengan seluruh inisiasi kristiani. Maka dari itu

pembaharuan janji-janji Baptis seyogyanya mendahului penerimaan SakramenKrisma.

Bila ada kesempatan baik, penerimaan Krisma dapat diselenggarakan dalamMisa suci. Sedangkan mengenai upacara di luar Misa, hendaknya disediakan upacara

pendahuluan.

72. (Penijauan kembali upacara Tobat)Upacara dan rumus untuk Sakramen Tobat hendaknya ditinjau kembali sedemikianrupa, sehingga hakekat dan buah Sakramen terungkap secara lebih jelas.

73. (Peninjauan kembali upacara Pengurapan Orang Sakit)“Pengurapan terakhir”, atau lebih tepat lagi disebut “Pengurapan Orang Sakit”,bukanlah Sakramen bagi mereka yang berada diambang kematian saja. Maka saat

 yang baik untuk menerimanya pasti sudah tiba, bila orang beriman mulai ada dalambahaya maut karena menderita sakit atau sudah lanjut usia.

74. Selain upacara Pengurapan Orang Sakit dan upacara Komuni bekal suci secaraterpisah, hendaknya disusun Tata upacara berkesinambungan, yang mencantumkan

penerimaan Pengurapan Orang Sakit sesudah Sakramen Tobat dan sebelum Komunibekal suci.

75. Jumlah pengurapan hendaknya disesuaikan dengan keadaan si penderita, dan

doa-doa yang termasuk upacara Pengurapan Orang Sakit hendaknya ditinjau kembalisedemikian rupa, sehingga cocok dengan pe lbagai keadaan para penderita yangmenerima Sakramen.

76. (Peninjauan kembali Sakramen Tahbisan)Upacara Tahbisan hendaknya ditinjau kembali baik tata-laksananya maupunnaskahnya. Amanat Uskup, pada awal Tahbisan imam atau Tahbisan Uskup, dapatdisampaikan dalam bahasa pribumiDalam Tahbisan Uskup penumpangan tangan boleh dilakukan oleh semua Uskup

 yang hadir.

77. (Peninjauan kembali Sakramen Perkawinan)Upacara perayaan Perkawinan, yang terdapat dalam Rituale Romawi, hendaknyaditinjau kembali dan diperkaya, sehingga lebih jelas dilambangkan rahmat Sakramen

serta tugas-tugas suami – istri.“Konsil suci sangat mengharapkan, supaya – sekiranya ada wilayah-wilayah

 yang dalam merayakan Sakramen Perkawinan mempunyai adat-kebiasaan atauupacara-upacara lain yang layak dipuji, - itu dipertahankan sepenuhnya”[41].

41  KONSILI TRENTE, Sidang XXIV, 11 November 1563, Tentang Pembaharuan, bab I: CONCILIUM TRIDENTINUM, terbitan yang telah dikutip IX, Acta bagian VI, Freibureg im Breisgau 1924, hlm. 969.Lih Rituale Romanum, judul VIII, bab II n. 6.

Page 45: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 45/388

  Kecuali itu pimpinan gerejawi setempat, seperti disebut dalam art. 22, (2)Konstitusi ini, berwenang menyusun upacara khusus yang sesuai dengan adatkebiasaan daerah-daerah serta bangsa-bangsa, menurut kaidah art. 63, dengan tetapmempertahankan hukum, bahwa iman yang menjadi saksi menanyakan danmenerima persetujuan mereka yang menikah.

78. Pada umumnya upacara perkawinan hendaknya dilangsungkan dalam Misa suci,sesudah pembacaan Injil dan Homili, sebelum Doa Umat. Doa atas mempelai wanitahendaknya, dipugar dengan baik, sehingga mencantumkan dengan jelas bahwa keduamempelai sama-sama mempunyai kewajiban untuk saling setia. Doa itu dapat

diucapkan dalam bahasa pribumi. Tetapi bila Sakramen Perkawinan dirayakan tanpa Misa, hendaknya pada awal

upacara dibacakan Epistola dan Injil Misa untuk mempelai, dan berkat mempelaihendaknya selalu diberikan.

79. (Peninjauan kembali sakramentali)Hendaknya sakramentali ditinjau kembali mengan mengindahkan kaidah-kaidahdasar tentang keikut-sertaan kaum beriman secara sadar dan aktif dan dengan

mudah, dan dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan zaman kita. Dalammeninjau kembali buku-buku Kumpulan Upacara (rituale) menurut kaidah art. 63,dapat ditambahkan juga sakramentali baru sejauh diperlukan.

Pemberkatan-pemberkatan dengan kuasa khusus hendaknya sedikit mungkin,dan hanya diperuntukan bagi para Uskup dan pimpinan gerejawi.

Hendaknya diusahakan agar beberapa sakramentali dapat dilayani oleh paraawam yang pantas untuk tugas itu, sekurang-kurangnya dalam keadaan-keadaanistimewa dan sesuai dengan kebijakan Uskup.

80. (Pengikraran kaul relegius)

Upacara Prasetya para Perawan, yang terdapat dalam Pontifikale Romawi, hendaknyaditinjau kembali.

Selain itu hendaknya disusun upacara pengikraran kaul relegius danpembaharuan kaul-kaul, meningkatkan keutuhan, kesederhanaan dan keluhuranupacara. Upacara itu hendaknya dilaksanakan oleh mereka, yang mengikrarkan atau

membaharui kaul-kaul dalam Misa. Hukum khas tetap dipertahankan.Sangat dianjurkan supaya pengikraran kaul relegius dilaksanakan dalam Misa.

81. (Peninjauan kembali upacara pemakaman)

Upacara pemakaman hendaknya mengungkapkan dengan lebih jelas ciri Paskakematian kristiani, dan hendaknya lebih disesuiakan dengan situasi dan adat-istiadatmasing-masing daerah, termasuk mengenai warna liturginya.

82. Hendaknya upacara penguburan anak-anak ditinjau kembali, dan disusun rumusMisa yang khusus.

BAB EMPAT

IBADAT HARIAN

83. (Ibadat harian, karya Kristus dan Gereja)Dengan mengenakan kodrat manusiawi, Kristus Yesus, Imam Agung Perjanjian Barudan kekal, telah memasukkan ke dalam pengasingan di dunia ini madah, yang di

sepanjang segala abad dinyayikan di bangsal sorgawi. Ia menghimpun seluruh umatmanusia di sekeliling-Nya, dan mengikutsertakannya melambungkan kidung pujianilahi-Nya.

Page 46: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 46/388

  Sebab Ia melestarikan tugas imamat-Nya itu melalui Gereja-nya. Gereja tiadaputusnya memuji Tuhan dan memohonkan keselamatan seluruh dunia bukan hanyadengan merayakan Ekaristi, melainkan dengan cara-cara lain juga, terutama denganmendoakan Ibadat Harian.

84. Berdasarkan Tradisi kristiani yang kuno Ibadat Harian disusun sedemikian rupa,

sehingga seluruh kurun hari dan malam disucikan dengan pujian kepada Allah.Adapun bila nyayian pujian yang mengagumkan itu dilaksanakan dengan baik olehpara imam dan orang-orang lain, yang atas ketetapan Gereja ditugaskan untukmaksud itu, atau oleh Umat beriman, sambil berdoa bersama dengan Imam memakai

bentuk yang telah disahkan, pada saat itu sungguh merupakan suara Sang Mempelaisendiri, yang berwawancara dengan Mempelai Pria, bahkan juga doa Kristus beserta

 Tubuh-Nya kepada Bapa.

85. Maka dari itu semua orang yang mendoakan Ibadat Harian, menunaikan tugasGereja, maupun ikut serta dalam kehormatan tertinggi Mempelai Kristus. Sebabseraya melambungkan pujian kepada Allah mereka berdiri di hadapan takhta atasnama Bunda Gereja.

86.  (Nilai pastoral Ibadat Harian)Para imam yang mengemban pelayanan pastoral yang suci, akan mendoakan IbadatHarian dengan makin bersemangat, semakin mereka sadari secara mendalam bahwamereka harus mematuhi nasehat Paulus: “Berdoalah tiada hentinya” (1Tes 5:17).

Sebab hanya Tuhanlah yang dapat mengurniakan hasil guna dan pertumbuhankepada karya yang mereka laksanakan, menurut sabda-Nya: “Tanpa Aku kamu tidakberbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Maka ketika mengangkat para diakon, para Rasulberkata: “Kamu sendiri akan memusatkan pikiran pada pelayanan sabda” (Kis 6:4).

87.  Tetapi supaya dalam kenyataan sekarang ini Ibadat Harian didoakan denganlebih baik dan lebih sempurna oleh para imam maupun para anggota Gereja lainnya,konsili suci – seraya melanjutkan pembaharuan yang telah dirintis dengan baik oleh

 Takhta suci – berkenan menetapkan hal-hal berikut tentang Ibadat Harian menurutRitus Romawi.

88. (Peninjauan kembali pembagian waktu Ibadat menurut Tradisi)  Tujuan Ibadat Harian yakni pengudusan seluruh hati. Maka pembagian waktu ibadat yang kita waris hendaknya ditata kembali sedemikian rupa, sehingga ibadat-ibadat

sedapat mungkin dilaksanakan pada saat yang tepat, sekaligus juga diperhitungkansituasi hidup zaman sekarang, terutama bagi mereka yang bertekun menjalankankarya-karya kerasulan.

89. Maka penataan kembali Ibadat harian hendaknya dilaksanakan menurut kaidah-kaidah berikut:a) menurut tradisi mulia Gereja semesta, Laudes  atau Ibadat Pagi dan Vesper  atauIbadat Sore harus dipandang dan dirayakan sebagai poros rangkap Ibadat Harian,sebagai dua Ibadat yang utama;b) Ibadat penutup (Kompletorium ) hendaknya disusun sedemikian rupa, sehingga

sungguh cocok dengan akhir hari;c) Yang disebut Matutinium, meskipun bila didaras dalam koor tetap memiliki ciripujian malam, hendaklah disesuaikan sedemikian rupa,sehingga dapat didoakansetiap saat pada siang hari; dan jumlah mazmurnya hendaknya jangan terlalu

banyak, sedangkan bacaan-bacaannya hendaknya lebih panjang;d) Ibadat Prima hendaklah ditiadakan;

e) Dalam koor ibadat-ibadat singkat, yakni Tertia, Sexta dan Nona, hendaklahdipertahankan. Dalam pendarasan diluar koor boleh dipilih salah satu dari ketiganya, yakni yang cocok dengan saat hari yang bersangkutan.

90. (Ibadat Harian sumber kesalehan) Kecuali itu sebagai doa resmi Gereja Ibadat Harian menjadi sumber kesalehan danmembekali doa pribadi. Oleh karena itu para imam dan semua orang lain yang ikut

Page 47: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 47/388

mendaras Ibadat Harian diminta dalam Tuhan supaya dalam melaksanakannya hatimereka berpadu dengan apa uang mereka ucapkan. Supaya itu tercapai dengan lebihbaik , hendaknya mereka mengusahakan pembinaan yang lebih mendalam tentangLiturgi dan Kitab suci, terutama mazmur-mazmur.

Adapun dalam melaksanakan pembaharuan hendaknya perbendaharaan Ibadat

Romawi yang terpuji dan abadi itu disesuaikan sedemikian rupa, sehingga siapa saja

 yang mewarisinya dapat menikmatinya secara lebih leluasa dan lebih mudah.

91. (Pembagian mazmur-mazmur)Supaya pembagian waktu Ibadat Harian, seperti telah diutarakan dalam art. 89,

sungguh dapat ditepati, hendaknya mazmur-mazmur jangan lagi dibagi-bagikandalam lingkaran satu pekan, melainkan dalam kurun waktu yang lebih lama.

Karya peninjauan kembali lingkaran mazmur, yang sudah dirintis denganbegitu baik, hendaknya disesuaikan selekas mungkin. Hendaklah diperhatikan gaya

bahasa Latin kristiani, pemakiannya dalam Liturgi, juga dalam nyayian, dan seluruhtradisi Gereja Latin.

92. (Penyusunan bacaan-bacaan) 

Mengenai bacaan-bacaan hendaklah dijalankan hal-hal berikut:a) Bacaan-bacaan Kitab suci hendaknya disusun sedemikian rupa, sehingga hartakekayaan sabda ilahi dengan mudah tersedia dalam kelimpahannya yang lebih penuh;b) Bacaan-bacaan dari karya para Bapa dan para Pujangga Gereja serta dariPengarang gerejawi hendaknya dipilih dengan lebih baik;

c) Kisah para Martir atau riwayat para Kudus hendaknya disesuaikan dengankebenaran sejarah.

93. (Peninjauan kembali madah-madah)Bila dirasa berguna, hendaknya madah-madah dikembalikan kepada bentuknya yang

asli, dengan meniadakan atau mengubah apa yang berbau mitologi atau kurangselaras dengan kesalehan kristiani. Bila dipandang sesuai, hendaknya ditampung jugamadah-madah yang terdapat dalam perbendaharaan madah.

94. (Saat mendoakan Ibadat Harian)

Supaya seluruh hari sungguh disucikan, dan Ibadat Harian didaras dengan penuhbuah rohani, lebih baiklah bahwa untuk menunaikan ibadat-ibadat diambil saat, yangpaling dekat dengan yang sesungguhnya bagi setiap ibadat kanonik.

95. (Kewajiban mendoakan Ibadat Harian) Komunitas-komunitas yang terikat kewajiban doa koor, disamping mengadakan Misakomunitas, setiap hari wajib merayakan Ibadat Harian dalam koor. Khususnya:a) Dewan Pembantu Uskup, para rahib dan rubiah, serta para imam biarawan lainya,

 yang terikat pada Ibadat Harian bersama menurut hukum atau konstitusi tarekat,wajib mendoakan seluruh Ibadat Harian;b) Dewan para imam katedral atau para penasehat Uskup wajib mendoakan bagian-bagian Ibadat Harian, yang diwajibkan berdasarkan hukum umum atau hukumkhusus;c) Semua anggota komunitas-komunitas itu, yang telah menerima Tahbisan tinggi,

atau sudah mengikrarkan kaul-kaul meriah, kecuali para bruder, wajib mendarassendiri bagian-bagian Ibadat Harian yang tidak mereka doakan dalam koor.

96. Para rohaniwan (klerus), yang tidak terikat kewajiban doa koor, bila sudah

menerima Tahbisan tinggi, setiap hari wajib mendoakan seluruh Ibadat Harian, entahsecara bersama, entah sendiri-sendiri, menurut kaidah art. 89.

97. Hendaknya ada rubrik yang menetapkan, kapan ibadat harian seyogyanya digantidengan kegiatan liturgis lain. Bila ada hal-hal khusus dan ada alasan yang memadai,

Uskup dapat membebaskan bawahannya dari kewajiban mendoakan Ibadat Harianseluruhnya atau sebagian, atau menggantinya dengan kewajiban lain.

Page 48: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 48/388

98. (Pujian kepada Allah dalam tarekat-tarekat relegius) Para anggota setiap Tarekat status kesempurnaan, yang berdasarkan Konstitusimendoakan beberapa bagian Ibadat Harian, melaksanakan doa resmi Gereja.

Begitu pula mereka melakukan doa resmi Gereja, bila berdasarkan Konstitusimendaras suatu Ofisi singkat, asal Ofisi itu disusun menurut pola Ibadat Harian dan

disahkan menurut hukum.

99. (Ibadat Harian bersama)

Ibadat harian merupakan suara Gereja atau segenap Tubuh mistik yang memuji Allahsecara resmi. Maka dianjurkan supaya para rohaniwan yang tidak terikat kewajibandoa koor, pun terutama para imam yang hidup bersama atau sedang bersidang,sekurang-kurangnya mendoakan bersama suatu bagian Ibadat Harian.

Semua saja yang mendoakan Ibadat Harian dalam koor atau hanya bersama,hendaklah menunaikan tugas yang dipercayakan kepada mereka itu sesempurnamungkin, baik dengan sikap batin yang saleh, maupun dengan penampilan yangkhidmat.

Selain itu lebih baiklah, bahwa – bila keadaan mengizinkan – Ibadat Hariandinyayikan dalam koor maupun secara bersama.

100. (Keikut-sertaan Umat beriman) Para gembala jiwa hendaknya berusaha, supaya ibadat-ibadat pokok, terutama Ibadat

Sore, pada hari Minggu dan hari-hari raya yang lebih meriah dirayakan bersam digereja. Dianjurkan agar para awam pun mendaras Ibadat Harian, entah bersama paraimam, entah antar mereka sendiri, atau bahkan secara perorangan.

101. (Bahasa)

(1) Sesuai dengan tradisi Ritus Latin yang sudah berabad-abad, hendaknya dalamIbadat Harian dipertahankan bahasa Latin bagi kaum rohaniwan. Namun dalam hal-hal tertentu Uskup berwenag mengizinkan penggunaan terjemahan dalam bahasapribumimenurut kaidah art.36, bagi para rohaniwan, yang dengan memakai bahasa Latin mengalami hambatan

berat untuk mendoakan Ibadat Harian sebagaimana mestinya.(2) Para rubiah, begitu pula para anggota Tarekat-tarekat hidup membiara, baik priabukan rohaniwan maupun wanita, dapat diizinkan oleh Pembesar yang berwenanguntuk mendoakan Ibadat Harian, juga dalam koor, dalam bahasa pribumi, asal

terjemahan itu sudah disahkan.(3) Setiap rohaniwan yang wajib mendoakan Ibadat Harian, bila bersama dengan

 jemaat beriman, atau bersama dengan mereka yang disebutkan pada (2), merayakanIbadat itu dalam bahasa pribumi, sudah memenuhi kewajibannya, asal naskah

terjemahannya sudah disahkan.

BAB LIMA

TAHUN LITURGI

102. (Makna tahun Liturgi)

Bunda Gereja yang penuh kasih memandang sebagai tugasnya: pada hari-haritertentu disepanjang tahun merayakan karya penyelamatan Mempelai ilahinya dengankenangan suci. Sekali seminggu, pada hari yang disebut Hari Tuhan, Gereja

mengenangkan Kebangkitan Tuhan, yang sekali setahun, pada hari raya agung Paska, juga dirayakannya bersama dengan Sengsara-Nya yang suci.

Namun selama kurun waktu setahun Gereja memaparkan seluruh misteriKristus, dari Penjelmaan serta Kelahiran-Nya hingga Kenaikan-Nya, sampai hari

Page 49: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 49/388

Pentekosta dan sampai penantian kedatangan Tuhan yang bahagia dan penuhharapan.

Dengan mengenangkan misteri-misteri Penebusan itu Gereja membuka bagikaum beriman kekayaan keutamaan serta pahala Tuhan-nya sedemikian rupa,sehingga rahasia-rahasia itu senantiasa hadir dengan cara tertentu. Umat mencapai

misteri-misteri itu dan dipenuhi dengan rahmat keselamatan.

103. Dalam merayakan lingkaran tahunan misteri-misteri Kristus itu Gereja sucimenghormati Santa Maria Bunda Allah dangan cintakasih yang istimewa, karenasecara tak terceraikan terlibat dalam karya penyelamatan Puteranya. Dalam diri Maria

Gereja mengagumi dan memuliakan buah Penebusan yang serba unggul, dan dengangembira merenungkan apa yang sepenuhnya dicita-citakan dan didambakan sendiribagaikan dalam citra yang paling jernih.

104. Selain itu Gereja menyisipkan kenangan para Martir dan para Kudus lainnya kedalam lingkaran tahun Liturgi. Berkat rahmat Allah yang bermacam-macam merekatelah mencapai kesempurnaan dan memperoleh keselamatan kekal, dan sekarangmelambungkan pujian sempurna kepada Allah di sorga, serta menjadi pengantara

kita. Sebab dengan mengenangkan hari kelahiran para Kudus (di sorga) Gerejamewartakan misteri Paska dalam diri para Kudus yang telah menderita dandimuliakan bersama Kristus. Gereja menyajikan kepada kaum beriman teladanmereka, yang menarik semua orang kepada Bapa melalui Kristus, dan karena pahala-pahala mereka, yang menarik semua orang kepada Bapa melalui Kristus, dan karena

pahala-pahala mereka Gereja memohonkan karunia-karunia Allah.

105. Akhirnya dalam berbagai masa sepanjang tahun, menganut adat-istiadat yangdiwariskan, Gereja menyempurnakan pembinaan Umat beriman, melalui kegiatan-kegiatan kesalehan yang bersifat rohani maupun jasmani, pengajaran, doa

permohonan, ulah tobat dan amal belas kasihan.Oleh karena itu Konsili suci berkenan menetapkan pokok-pokok berikut.

106. (Makna hari Minggu ditekankan lagi)Berdasarkan Tradisi para Rasul yang berasal mula pada hari Kebangkitan Kristus

senditi, Gereja merayakan misteri Paskah sekali seminggu, pada hari yang tepat sekalidisebut Hari Tuhan atau hari Minggu. Pada hari itu Umat beriman wajib berkumpuluntuk mendengarkan sabda Allah dan ikut-serta dalam perayaan Ekaristi, dandengan demikian mengenagkan Sengsara, Kebangkitan dan kemuliaan Tuhan Yesus,

serta mengucap syukur kepada Allah, yang melahirkan mereka kembali ke dalampengharapan yang hidup berkat Kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati(1Ptr 1:3). Demikianlah hari Minggu itu pangkal segala hari pesta. Hari itu hendaknyadianjurkan dan ditandaskan bagi kesalehan kaum beriman, sehingga juga menjadi

hari kegembiraan dan bebas dari kerja. Kecuali bila memang sungguh sangat penting,perayaan-perayaan lain jangan diutamakan terhadap Minggu, sebab perayaan Minggumemang merupakan dasar dan inti segenap tahun Liturgi.

107. (Peninjauan kembali tahun Liturgi) Tahun Liturgi hendaknya ditinjau kembali sedemikian rupa, sehingga kebiasaan-

kebiasaan dan tata-tertib masa-masa suci yang sudah turun-temurun tetapdipelihara, atau dikembalikan sesuai dengan keadaan zaman sekarang, namun cirinya

 yang asli tetap dipertahankan, untuk sungguh-sungguh memupuk kesalehan kaumberiman dalam merayakan misteri-misteri Penebusan kristiani, terutama misteri

Paska. Sekiranya diperlukan penyesuaian-penyesuaian menurut situasi setempathendaknya itu dijalankan menurut kaidah art. 39 dan 40.

108. Perhatian kaum beriman hendaknya pertama-tama diarahkan kepada hari-hariraya Tuhan, sebab pada hari-hari itulah dirayakan mister-misteri keselamatan

sepanjang tahun. Maka dari itu Masa Liturgi sepanjang tahun hendaklah diberitempat yang serasi, dan didahulukan terhadap pesta-pesta para Kudus, supayaseluruh lingkaran misteri-misteri keselamatan dikenagkan sebagaimana mestinya.

Page 50: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 50/388

109. (Masa Prapaska) Hendaklah baik dalam Liturgi maupun dalam katekese liturgis ditampilkan lebih jelasdua ciri khas mas “empat puluh hari”[42], yakni terutama mengenagkan ataumenyiapkan Baptis dan membina pertobatan. Masa itu secara lebih intensif mengajakUmat beriman untuk mendengarkan sabda Allah dan berdoa, dan dengan demikian

menyiapkan mereka untuk merayakan misteri Paska. Maka dari itu:

a) Unsur-unsur Liturgi empat puluh hari yang berkenaan dengan Baptis hendaknyadimanfaatkan secara lebih luas; bila dipandang bermanfaat, hendaknya beberapaunsur dari Tradisi zaman dahulu dikembalikan;b) Hal itu berlaku juga bagi unsur-unsur yang menyangkut pertobatan Mengenai

katekese hendaknya ditamankan dalam hati kaum beriman baik dampak sosial dosa,maupun hakekat khas pertobatan, takni menolak dosa sebagai penghinaan terhadapAllah; jangan pula diabaikan peran Gereja dalam tindak pertobatan, dan hendaknyadoa-doa untuk para pendosa sangat dianjurkan.

110. Pertobatan selama masa empat puluh hari hendaknya jangan hanya bersifatbatin dan perorangan, melainkan hendaknya bersifat lahir dan sosial-kemasyarakatan. Adapun praktek pertobatan, sesuai dengan kemungkinan-

kemungkinan zaman kita sekarang dal pelbagai daerah pun juga dengan situasi Umatberiman, hendaknya makin digairahkan, dan dianjurkan oleh pimpinan gerejawiseperti disebut dalam artikel 22.

Namun puasa Paska hendaknya dipandang keramat, dan dilaksanakan dimana-mana pada hari Jumat kengan Sengsara dan Wafat Tuhan, dan bila dipandang

berfaedah, diteruskan sampai Sabtu suci, supaya dengan demikian hati kita terangkatdan terbuka, untuk menyambut kegembiraan hari Kebangkitan Tuhan.

111. (Pesta para Kudus) Menurut Tradisi para Kudus dihormati dalam Gereja, dan relikwi asli serta gambar

dan arca mereka mendapat penghormatan. Pesta para Kudus mewartakan karya-karya agung Kristus dalam diri para hamba-Nya dan menyajikan kepada Umatberiman teladan-teladan yang patut ditiru. Agas pesta para Kudus jangan diutamakanterhadap hari-hari raya uang merupakan kenangan misteri-misteri keselamatansendiri, hendaknya banyak di antaranya diserahkan perayaannya kepada masing-

masing Gereja khusus atau bangsa atau Tarekat relegius. Hendaknya yang dirayakanoleh seluruh Gereja hanyalah pesta-pesta, yang mengenangkan para Kudus yangsungguh-sungguh penting bagi Gereja semesta.

BAB ENAM

MUSIK LITURGI

112. (Martabat musik Liturgi)   Tradisi musik Gereja semesta merupakan kekayaan yang tak terperikan nilainya, lebihgemilang dari ungkapan-ungkapan seni lainnya, terutama karena nyayian suci yang

terikat pada kata-kata merupakan bagian Liturgi meriah yang penting atau integral. Ternyata lagu-lagu ibadat sangat dipuji baik oleh Kitab suci[43], maupun oleh

para Bapa Gereja; begitu pula oleh para Paus, yang – dipelopori oleh Santo Pius X, -akhir-akhir ini semakin cermat menguraikan peran serta Musik Liturgi mendukungibadat Tuhan.

42 Istilah latin: tempus quadragesimale  secara harafiah berarti “masa empat puluh hari”; dulu diartikansebagai “masa Puasa”; sekarang diistilahkan “masa Prapaska”.

43 Lih. Ef 5:19; Kol 3:16.

Page 51: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 51/388

  Maka Musik Liturgi semakin suci, bila semakin eret hubungannya denganupacara ibadat, entah dengan mengungkapkan doa-doa secara lebih mengena, entahdengan memupuk kesatuan hati, entah dengan memperkaya upacara suci dengankemeriahan yang lebig semarak. Gereja menyetujui segala bentuk kesenian yangsejati, yang memiliki sifat-sifat menurut persyaratan Liturgi, dan mengizinkan

penggunaannya dalam ibadat kepada Allah.

Maka dengan mengindahkan kaidah-kaidah serta peraturan-peraturanmenurut Tradisi dan tertib gerejawi, pun dengan memperhatikan tujuan MusikLiturgi, yakni kemuliaan Allah dan pengudusan Umat beriman, Konsili sucimenetapkan gal-hal berikut.

113. (Liturgi meriah) Upacara Liturgi menjadi lebih agung, bila ibadat kepada Allah dirayakan dengannyayian meriah, bila dilayani oleh petugas-petugas Liturgi, dan bila Umat ikut serta

secara aktif,Mengenai bahasa yang harus dipakai hendaknya dipatuhi ketentuan-ketentuan

menurut art. 36; mengenai Misa suci lihat art. 54; mengenai Sakramen0sakramenlihat art. 63; mengenai Ibadat Harian lihat art. 101.

114. Khazanah Musik Liturgi hendaknya dilestarikan dan dikembangkan secermatmungkin. Paduan suara hendaknya dibina dengan sungguh-sungguh, terutama digereja-gereja katedral. Para Uskup dan para gembala jiwa lainnya hendaknyaberusaha dengan tekun, supaya pada setiap upacara Liturgi yang dinyayikan segenap

 jemaat beriman dapat ikut serta secara aktif dengan membawakan bagian yangdiperuntukkan bagi mereka, menurut kaidah art. 28 dan 30.

115. (Pendidikan musik) Pendidikan dan pelaksanaan musik hendaknya mendapat perhatian besar di

Seminari-seminari, di novisiat-novisiat serta rumah-rumah pendidikan para relegiuswanita maupun pria, pun juga di lembaga-lembaga lainnya dan disekolah-sekolahkatolik. Untuk melaksanakan pendidikan seperti itu hendaknya para pengajar MusikLiturgi disiapkan dengan saksama.

Kecuali itu dianjurkan, supaya – bila keadaan mengizinkan – didirikan

Lembaga-lembaga Musik Liturgi tingkat lebih lanjut.Para pengarang lagu dan para penyayi, khususnya anak-anak, hendaknya

mendapat kesempatan kesempatan untuk pembinaan Liturgi yang memadai.

116. (Nyayian Gregorian dan Polifoni) Gereja memandang nyayian Gregorian sebagai nyayian khas bagi Liturgi Romawi.Maka dari itu – bila tiada pertimbangan-pertimbangan yang lebih penting – nyayianGregorian hendaknya diutamakan dalam upacara-upacara Liturgi.

 Jenis-jenis lain Musik Liturgi, terutama polifoni, sama sekali tidak dilarangdalam perayaan ibadat suci, asal saja selaras dengan jiwa upacara Liturgi, menurutketentuan pada art. 30.

117. (Penerbitan buku-buku nyayian Gregorian) Hendaknya terbitan, otentik buku-buku nyayian Gregorian diselesaikan. Di samping

itu hendaknya disiapkan terbitan lebih kritis buku-buku yang telah diterbitkansesudah pembaharuan oleh Santo Pius X.

Berfaedah pula bila disiapkan terbitan yang mencantumkan lagu-lagu yanglebih sederhana, untuk dipakai dalam gereja-gereja kecil.

118. (Nyayian rohani umat) 

Nyayian rohani Umat hendaknya dikembangkan secara ahli, sehingga kaum berimandapat bernyayi dalam kegiatan-kegiatan devosional dan perayaan-perayaan ibadat,menurut kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan rubrik.

Page 52: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 52/388

119. (Musik Liturgi di daerah-daerah Misi) Di wilayah-wilayah tertentu, terutama di daerah Misi, terdapat bangsa-bangsa yangmempunyai tradisi musik sendiri, yang memanikan peran penting dalam kehidupanberagama dan bermasyarakat. Hendaknya musik itu mendapat penghargaanselayaknya dan tempat yang sewajarnya , baik dalam membentuk sikap religius

mereka, maupun dalam menyelesaikan ibadat dengan sifat-perangai mereka, menurut

maksud art. 39 dan 40.Maka dari itu dalam pendidikan musik bagi para misionaris hendaknya

sungguh diusahakan, supaya mereka sedapat mungkin mampu mengembangkanmusik tradisional bangsa-bangsa itu disekolah-sekolah maupun dalam ibadat.

120. (Orgel dan alat-alat musik lainnya) Dalam Gereja Latin orgel pipa hendaknya dijunjung tinggi sebagai alat musiktradisional, yang suaranya mampu memeriahkan upacara-upacara Gereja secara

mengagumkan, dan mengangkat hati Umat kepada Allah dan ke sorga.Akan tetapi, menurut kebijaksanaan dan dengan persetujuan pimpinan

gerejawi setempat yang berwenang, sesuai dengan kaidah art. 22 (2), 37 dan 40, alat-alat musik lain dapat juga dipakai dalam ibadat suci, sejauh memang cocok atau

dapat disesuaikan dengan penggunaan dalam Liturgi, sesuai pula dengan keanggunangedung gereja, dan sungguh membantu memantapkan penghayatan Umat beriman.

121. (Panggilan para pengarang musik) Dipenuhi semangat kristiani, hendaknya para seniman musik menyadari, bahwa

mereka dipanggil untuk mengembangkan Musik Liturgi dan memperkayakhazanahnya.

Hendaklah mereka mengarang lagu-lagu, yang mempunyai sifat-sifat musikLiturgi yang sesungguhnya, dan tidak hanya dapat dinyayikan oleh paduan-paduansuara yang besar, melainkan cocok juga bagi paduan-paduan suara yang kecil, dan

mengembangkan keikut-sertaan aktif segenap jemaat beriman.Syair-syair bagi nyayian Liturgi hendaknya selaras dengan ajaran katolik,

bahkan terutama hendaklah ditimba dari Kitab suci dan sumber-sumber Liturgi.

BAB TUJUH

KESENIAN RELEGIUS DAN PERLENGKAPAN IBADAT

122. (Martabat kesenian relegius) Pada budidaya rohani manusia yang paling luhur sangat wajarlah digolongkan seniindah, terutama kesenian relegius beserta puncaknya, yakni kesenian Liturgi. Padahakekatnya lkesenian Liturgi itu dimaksudkan untuk dengan cara yang tak terperikan

dalam karya manusia. Lagi pula semakin dikhususkan bagi Allah dan untukmemajukan puji-syukur serta kemuliaan-Nya, karena tiada tujuannya yang lainkecuali untuk dengan buah-hasilnya membantu manusia sedapat mungkinmengangkat hatinya kepada Allah.

Maka dari itu Bunda Gereja yang mulia senantiasa bersikap terbuka terhadapseni indah. Gereja selalu berusaha menemukan pelayanannya yang luhur, terutama

supaya perlengkapan ibadat suci sungguh menjadi layak, indah dan permai,merupakan tanda dan lambang kenyataan sorgawi; dan untuk itu Gereja selalumembina para seniman. Bahkan tepatlah Gereja selalu memandang diri berhak

menilai seni indah, dan menetapkan manakah di antara karya para seniman yangselaras dengan iman, ketaqwaan dan hukum-hukum keagamaan yang tradisional,serta yang cocok untuk digunakan dalam ibadat.

Page 53: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 53/388

  Secara istimewa Gereja mengusahakan, supaya perlengkapan ibadat secaralayak dan indah menyemarakkan ibadat, dengan mengizinkan dalam bahan, bentukatau motif hiasan perubahan-perubahan, yang berkat kemajuan tehnik muncul disepanjang sejarah.

Maka mengenai hal-hal itu para Bapa Konsili berkenan menetapkan pokok-

pokok berikut.

123. (Corak-corak artistik)Gereja tidak menganggap satu corak kesenian pun sebagai khas bagi dirinya.Melainkan seraya memperhatikan sifat-perangai dan situasi para bangsa dan

kebutuhan-kebutuhan pelbagai Ritus Gereja menyambut baik bentuk-bentukkesenian setiap zaman, serta mengusahakan agar di sepanjang zaman khazanahkesenian dikelola dengan cermat. Juga kesenian zaman kita sekarang, pun keseniansemua bangsa dan daerah, hendaknya diberi keleluasaan dalam Gereja, asal dengan

khidmat dan hormat sebagaimana harusnya mengabdi kepada kesucian gereja-gerejadan hormat sebagaimana harusnya mengabdi kepada kesucian gereja-gereja danritus-ritus. Dengan demikian kesenian diharapkan dapat menggabungkan suaranyapada kidung pujian yang mengagumkan, yang di masa lampau oleh para seniman

 yang ulang telah dianjungkan kepada imam katolik.

124. Dalam memajukan dan mendukung kesenian ibadat para pemimpin Gerejahendaknya berusaha memperhatikan pertama-tama keindahan yang luhur dan bukankemewahan. Itu hendaknya berlaku juga bagi busana dan hiasan-hiasan untuk

ibadat.Hendaknya para Uskup sungguh berusaha untuk mencegah, jangan sampai

rumah-rumah Allah dan tempat-tempat ibadat lainnya kemasukan karya-karya paraseniman, yang bertentangan dengan iman serta kesusilaan dan dengan kesalehankristiani, ataupun menyinggung cita-rasa keagamaan yang sejati entah karena

bentuknya serba jelek, entah karena kurangnya mutu seni, entah karena hanyasetengah-setengah atau tiruan belaka.Dalam mendirikan gereja-gereja hendaknya diusahakan dengan saksama, supayagedung-gedung itu memadai untuk menyelenggarakan upacara-upacara Liturgi danmemungkinkan Umat beriman ikut-serta secara aktif.

125. (Gambar-gambar dan patung-patung) Kebiasaan menempatkan gambar-gambar atau patung-patung kudus dalam gerejauntuk dihormati oleh kaum beriman hendaknya dilestarikan. Tetapi jumlahnya

 jangan berlebih-lebihan, dan hendaknya disusun dengan laras, supaya jangan terasa janggal oleh Umat kristiani, dan jangan memungkinkan timbulnya devosi yang kurangkuat.

126. Untuk menilai karya-karya seni hendaknya para Uskup mendengarkan Panitiakeuskupan untuk Kesenian Liturgi, dan – bila perlu – juga pakar-pakar lain, sertaPanitia-panitia yang disebut dalam art. 44, 45, 46.

Hendaknya para Pimpinan Gereja menjaga dengan saksama, jangan sampaiperlengkapan ibadat atau karya-karya seni, yang merupakan hiasan rumah Allah,dipindah-tangankan atau rusak.

127. (Pembinaan para seniman)Hendaknya para Uskup – entah mereka sendiri, atau melalui imam yang cocok untuktugas itu, mahir dan mempunyai minat besar terhadap kesenian, - memberi perhatian

kepada para seniman, supaya mereka diresapi semangat kesenian ibadat dan Liturgisuci.

Selain itu dianjurkan, supaya didaerah-daerah yang kiranya memerlukannyadidirikan sekolah-sekolah atau akademi-akademi kesenian ibadat untuk membinapara seniman.

Semua seniman, yang terdorong oleh bakat mereka bermaksud mengabdikandiri kepada kemuliaan Allah dalam Gereja suci hendaknya selalu ingat, bahwa merekadipanggil untuk dengan cara tertentu meneladan Allah Pencipta, dan menghadapi

Page 54: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 54/388

karya-karya yang dikhususkan bagi ibadat katolik, bagi pembinaan serta ketaqwaanUmat beriman, dan bagi pendidikan keagamaan mereka.

128. (Peninjauan kembali peraturan tentang kesenian ibadat)Bersama dengan peninjauan kembali buku-buku liturgi menurut kaidah art. 25,

hendaknya Hukum serta ketetapan-ketetapan Gereja mengenai benda-benda

perlengkapan ibadat pun selekas mungkin ditinjau kembali. Adapun peraturan-peraturan itu terutama menyangkut pembangunan rumah-rumah ibadat yang pantasdan cocok, mengenai bentuk dan pembuatan altar, mengenai keanggunan,penempatan serta keamanan tabernakel untuk Ekaristi suci, mengenai letak panti

Baptis yang baik dan kelayakannya, begitu pula mengenai cara memperlakukandengan tepat gambar-gambar atau patung-patung kudus, hiasan maupun pajangan.Apa saja yang kiranya kurang cocok dengan Liturgi baru hendaknya diperbaiki atauditiadakan. Sedangkan apapun yang memajukannya dilestarikan atau ditambahkan.

Dalam hal itu, terutama berkenaan dengan bahan dan bentuk perlengkapanserta pakaian ibadat, diberikan wewenang kepada Konferensi Uskup sewilayah, untukmenyesuaikannya dengan kebutuhan serta adat-istiadat setempat, menurut kaidarart. 22 Konferensi ini.

129. (Pembinaan kesenian bagi kaum rohaniwan)Selama menekuni studi filsafah dan teologi, para rohaniwan hendaknya mendapatpelajaran tentang sejarah kesenian gerejawi serta perkembangannya, pun jugatentang azaz-azaz yang sehat, yang harus mendasari karya-karya kesenian itu.

Dengan demikian mereka akan menghargai dan menjaga lestarinya peninggalan-peninggalan Gereja yang terhormat, dan akan mampu memberi nasehat-nasehat yangcocok kepada para seniman untuk mengerjakan karya mereka.

130. (Penggunaan lambang-lambang jabatan Uskup) 

Sudah sepantasnyalah lambang-lambang jabatan Uskup hanya boleh dikenakan olehpara rohaniwan yang ditandai oleh materai episkopal, atau mempunyai suatu

 yurisdiksi istimewa.

LAMPIRAN

PERNYATAAN KONSILI EKUMENIS VATIKAN IITENTANG PENINJAUAN KEMBALI PENANGGALAN LITURGI

Banyaklah jumlah mereka yang berhasrat, agar hari raya Paska ditetapkan pada hariMinggu tertentu, dan disusun penanggalan Liturgi yang tetap. Konsili EkumenisVatikan II menilai hasrat itu sangat penting, dan telah mempertimbangkan dengancermat semua akibat yang mungkin timbul bila penanggalan baru itu mulai

digunakan. Maka Konsili menyampaikan pernyataan sebagai berikut:1. Konsili suci tidak berkeberatan, bahwa hari raya Paska ditetapkan pada hariMinggu tertentu dalam Penaggalan Gregorian, asal mereka yang berkepentinganmenyetujuinya, terutama para saudara yang berada diluar persekutuan dengan

 Takhta Apostolik.2. Begitu pula Konsili suci menyatakan dirinya tidak berkeberatan terhadap usaha-

usaha yang telah dirintis, untuk mengadakan penaggalan tetap dalam masyarakatsipil.Akan tetapi diantara pelbagai sistem, yang dipikirkan untuk menciptakan

penanggalan yang tetap dan memberlakukannya bagi masyarakat sipil, yang tidakditentang oleh Gereja hanyalah sistem-sistem, yang melestarikan sertamempertahankan pekan dengan tujuh hari termasuk hari Minggu, tanpa menyisipkanhari-hari lain diluar pekan itu, sehingga rangkaian pekan-pekan tetap terpelihara

Page 55: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 55/388

seutuhnya kecuali bila ada alasan-alasan yang sungguh berat. Mengenai hal itu Takhta Apostoliklah yang akan mengambil keputusan.

Semua itu dan setiap hal yang dinyatakan dalam Konstitusi ini telah berkenan kepada para Bapa Konsili suci. Adapun Kami, dengan kuasa kerasulan yang diserahkan

Kristus kepada Kami, bersama dengan para Bapa yang terhormat, mengesahkan,

menetapkan serta mengundangkannya dalam Roh Kusus. Dan Kami memerintahkan,agar apa yang telah ditetapkan bersama dalam Konsili ini diumumkan demi kemuliaanAllah.

Roma, di Gereja Santo Petrus, tanggal 4 Desember tahun 1963

Saya PAULUSUskup Gereja Katolik

(Menyusul tanda tangan para Bapa Konsili)

Page 56: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 56/388

PAULUS USKUP

HAMBA PARA HAMBA ALLAHBERSAMA-BAPA-BAPA KONSILI SUCI

DEMI KENANGAN ABADI

DEKRIT TENTANGUPAYA-UPAYA KOMUNIKASI SOSIAL

PENDAHULUAN

1. (Makna suatu ungkapan)DI ANTARA penemuan-penemuan teknologi yang MENGAGUMKAN, yang terutama

pada zaman sekarang, berkat perkenaan Allah, telah digali oleh kecerdasanmanusia dari alam tercipta, yang oleh Bunda Gereja disambut dan diikuti denganperhatian istimewa ialah penemuan-penemuan, yang pertama-tama menyangkut

 jiwa manusia, dan membuka peluang-peluang baru untuk menyalurkan dengan

lancar sekali segala macam berita, gagasan-gagasan, pedoman-pedoman. Diantarapenemuan-penemuan itu yang paling menonjol ialah upaya-upaya, yang padahakekatnya mampu mencapai dan menggerakkan gukan hanya orang-orangperorangan, melainkan juga massa, bahkan seluruh umat manusia; misalnya:media cetak, sinema, radio, televisi dan sebagainya, yang karena itu memang

tepatlah disebut media komunikasi sosial.

2. (Mengapa Konsili membahas masalah komunikasi sosial)

Bunda Gereja menyadari, bahwa upaya-upaya itu, kalau digunakan dengan tepat,dapat berjasa besar bagi umat manusia, sebab sangat membantu untukmenyegarkan hati dan mengembangkan budi, dan untuk menyiarkan sertamemantapkan Kerajaan Allah. Gereja menyadari pula bahwa manusia dapatmenyalahgunakan media itu melawan maksud Sang Pencipta ilahi dan memutar-balikannya sehingga mengakibatkan kebinasaan. Bahkan hatinya yang penuh

keibuan merasa cemas dan sedih, menyaksikan betapa besarlah kerugian yangsering sekali ditimbulkan bagi masyarakat karena penyalahgunaannya.

Maka Konsili mendukung sepenuhnya perhatian dan kewaspadaan para Pausdan Uskup dalam perkara sepenting itu, dan memandang sebagai kewajibannyamembahas masalah-masalah utama berkenaan dengan upaya-upaya komunikasi

sosial. Selain itu Konsili percaya, bahwa ajarannya maupun tata-laksana yang

disajikannya, akan bermanfaat bukan saja bagi keselamatan umat berimankristen, melainkan juga bagi kemajuan seluruh masyarakat.

BAB SATU

AJARAN GEREJA

3. (Tugas-kewajiban Gereja)

Gereja katolik didirikan oleh Kristus Tuhan demi keselamatan semua orang; makamerasa terdorong oleh kewajiban untuk mewartakan Injil. Karena itulah Gerejamemandang sebagai kewajibannya, untuk juga dengan memanfaatkan mediakomunikasi sosial menyiarkan Warta Keselamatan, dan mengajarkannya,bagaimana manusia dapat memakai media itu dengan tepat.

Page 57: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 57/388

  Maka pada hakikatnya Gereja berhak menggunakan dan memiliki semua jenismedia itu, sejauh diperlukannya atau berguna bagi pendidikan kristen dan bagiseluruh karyanya demi keselamatan manusia. Adapun cara Gembala bertugasmemberi pengajaran dan bimbingan kepada umat beriman, supaya denganbantuan upaya-upaya itu mereka mengejar keselamatan dan kesempurnaan

mereka sendiri dan segenap keluarga manusia.

 Terutama termasuk panggilan kaum awam, untuk menjiwai media komukasiitu dengan semangat manusiawi dan kristen, supaya menanggapi sepenuhnyaharapan besar masyarakat dan maksud Allah.

4. (Hukum moral)Untuk menggunakan upaya-upaya itu dengan tepat, sungguh perlulah bahwa sipasaja yang memakainya mengetahui norma-norma moral, dan dibidang itumempraktekkannya dengan setia. Maka hendaknya mereka menelaah bahan, yang

dikomunikasikan sesuai dengan sifat khas masing-masing medium. Sekaligushendaklah mereka pertimbangkan juga situasi maupun kondisi-kondisi, yakni :tujuan, orang-orang, tempat, waktu, dan hal-hal lain yang menyangkutkomunikasinya sendiri. Sebab konteks itu dapat mengubah kadar moralnya,

bahkan mengubahnya sama sekali. Antara lain perlu diperhatikan cara berfungsi yang khas bagi masing-masing medium; begitu pula daya pengaruhnya, yangdapat sedemikian besar, sehingga orang-orang, terutama kalau tidak siap, cukupsulit menyadarinya, mengendalikannya, dan bila perlu menolaknya.

Pertama-tama sungguh perlulah, bahwa siapa saja yang berkepentingan

dengan cermat membina suara hatinya sendiri tentang pemakaian media itu,terutama berkenaan dengan berbagai masalah, yang sekarang ini sedangdiperdebatkan dengan sengit.

5. (Hak atas informasi)

Masalah pertama menyangkut apa yang disebut informasi, atau pengumpulan danpenyiaran berita-berita. Tentu sudah jelaslah, bahwa, karena kemajuanmasyarakat zaman sekarang dan ikatan-ikatan yang makin erat antara parawarganya, informasi itu berfaedah sekali dan kebanyakan amat dibutuhkan. Sebabkomunikasi peristiwa-peristiwa maupun hal-hal yang berlangsung secara umum

dan tepat pada waktunya menyajikan pengertian yang cukup lengkap danberkesinambungan kepada siapa saja, sehingga khalayak ramai dapat secaraefektif bekerja sama demi kesejahteraan umum, dan serentak serta lebih mudahmendukung usaha meningkatkan kemajuan seluruh masyarakat. Jadi masyarakat

berhak atas informasi tentang apa saja yang menyangkut kepentingan baikperorangan maupun masyarakat itu secara keseluruhan, sesuai dengan situasimasing-masing. Tetapi cermatnya pelaksanaan hak itu meminta, supaya mengenaiobjeknya komunikasi itu selalu benar dan – dengan mengindahkan keadilan serta

cinta kasih – bersifat lengkap. Selain itu mengenai caranya, hendaklahberlangsung dengan jujur dan memenuhi syarat; maksudnya: hendaknyakomunikasi itu mengindahkan sepenuhnya hukum-hukum moral, hak-hakmanusia yang semestinya serta martabat pribadinya, dalam mengumpulkanmaupun menyiarkan berita-berita. Sebab tidak setiap pengetahuan itu berguna,“tetapi cinta kasih membangun” (1Kor 8:1).

6. (Kesenian dan moral)Soal kedua menyangkut hubungan timbal-balik antara apa yang sekarang lazimdisebut hak-hak kesenian dan kaedah-kaedah hukum moral. Perdebatan yang

makin gencar tentang masalah itu tidak jarang bersumber pada ajaran-ajaransesat tentang etika dan estetika. Maka Konsili menyatakan, bahwa semua orang

secara mutlak wajib berpegang teguh pada prioritas tata moral yang objektif.Karena tata moral itulah satu-satunya yang mengatasi dan memperpadukansecara serasi tata nilai-nilai manusiawi lainnya, tidak terkecualikan kesenian,

betapa pun luhur nilai-nilai itu. Sebab hanya tata moral itulah yang melibatkanmanusia, makhluk Allah yang berbudi dan dipanggil untuk tujuan adikodrati,menurut hakekatnya seutuhnya. Tata moral itu jugalah, yang bila dipatuhi

Page 58: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 58/388

sepenuhnya dan dengan setia, mengatur manusia untuk mencapai kepenuhan,kesempurnaan serta kebahagiannya.

7. (Pemberitaan kejahatan moral)Akhirnya pemberitaan, penguraian atau penggambaran kejahatan moral, juga

melalui media komunikasi sosial, memang dapata membantu secara lebih

mendalam memahami dan menjajagi manusia, untuk menampilkan danmengagungkan keluruhan, kebenaran dan kebaikan, dan dengan pemberitaan itudapat diperoleh dampak-dampak dramatis yang lebih berfaedah juga. Akan tetapi,supaya jangan lebih merugikan daripada menguntungkan khalayak ramai,

hendaknya penuturan dan penampilannya sepenuhnya mematuhi hukum-hukummoral, terutama bila menyangkut hal-hal yang meminta dihormati semestinya,atau yang lebih mudah merangsang nafsu-nafsu jahat manusia, yang terlukaakibat dosa asal.

8. (Pendapat umum)Sekarang ini pendapat-pendapat umum mempunyai dampak dan daya pengaruh

 yang besar sekali atas perihidup disegala lapisan, baik masyarakat secara

keseluruhan maupun warganya secara perorangan. Maka perlulah semua anggotamasyarakat memenuhi tugas-kewajiban keadilan dan cinta kasih, juga dibidangkomunikasi sosial. Oleh karena itu hendaklah mereka, juga melalui mediakomunikasi itu, berusaha membentuk dan menyebarluaskan pandangan-pandangan umum yang sesuai dengan kebenaran.

9. (Kewajiban-kewajiban para pemakai media komunikasi sosial)Kewajiban-kewajiban khusus mengikat semua penerima, yakni para pembaca,pemirsa dan pendengar, yang atas pilihan pribadi dan bebas menampunginformasi-informasi yang disiarkan oleh media itu. Sebab cara memilih yang tepat

meminta, supaya mereka mendukung sepenuhnya segala sesuatu yangmenampilkan nilai keutamaan, ilmu-pengetahuan dan pengetahuan. Sebaliknyahendaklah mereka menghindari apa saja, yang bagi diri mereka sendirimenyebabkan atau memungkinkan timbulnya kerugian rohani, atau yang dapatmembahayakan sesama karena contoh yang bururk, atau menghalang-halangi

tersebarnya informasi yang baik dan mendukung tersiarnya informasi yang buruk.Hal itu kebanyakan terjadi dengan membayar iuran kepada para penyelenggara,

 yang memanfaatkan media itu karena alasan-alasan ekonomi semata-mata.Maka supaya para penerima itu mematuhi hukum moral, hendaknya mereka

 jangan melalaikan kewajiban, untuk pada waktunya mencari informasi tentangpenilaian-penilaian yang mengenai semuanya itu diberikan oleh instansi-instansi

 yang berwenang, dan untuk mengikutinya sebagai pedoman menurut suara hati yang cermat. Untuk lebih mudah melawan dampak-dampak yang merugikan, dan

mengikuti sepenuhnya pengaruh-pengaruh yang baik, hendaknya merekaberusaha mengarahkan dan membina suara hati mereka dengan upaya-upaya yang cocok.

10. (Kewajiban-kewajiban kaum muda dan para orang tua)Hendaknya para penerima, terutama dikalangan kaum muda berusaha, supaya

dalam memakai upaya-upaya komunikasi sosial mereka belajar mengendalikandiri dan menjaga ketertiban. Kecuali itu hendaklah mereka berusaha memahamisecara lebih mendalam apa yang mereka lihat, dengar dan baca. Hendaklah itumereka percakapkan dengan para pendidik dan para ahli, dan dengan demikian

mereka belajar memberi penilaian yang saksama. Sedangkan para orang-tuahendaknya menyadari sebagai kewajiban mereka: menjaga dengan sungguh-

sungguh, supaya tayangan-tayangan, terbitan-terbitan tercetak dan lainsebagainya, yang bertentangan dengan iman serta tata susila, jangan sampaimemasuki ambang pintu rumah tangga, dan jangan sampai anak-anak

menjumpainya diluar lingkup keluarga.

Page 59: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 59/388

11. (Kewajiban-kewajiban para penyelenggara)Kewajiban moral utama untuk dengan tepat menggunakan upaya-upayakomunikasi sosial ada pada para wartawan, pengarang, aktor, penulis skenario,pelaksana, penyusun acara, distributor, produsen, pemasar, resensor, dan orang-orang lain, yang dengan cara manapun juga berperan serta dalam pelaksanaan

dan penyaluran komunikasi. Sebab sudah jelas sekali manakah dan betapa berat

kewajiban-kewajiban yang menjadi tanggungan mereka semua dalam situasizaman sekarang, karena mereka itulah yang dengan memberi informasi danmenggerakkkan sesama dapat menempatkan umat manusia pada jalan yang benaratau yang salah.

Maka termasuk tugas merekalah menyelaraskan faktor-faktor ekonomi, politikdan kesenian sedemikian rupa, sehingga tidak pernah akan ada yang berlawanandengan kesejahteraan umum. Supaya maksud itu tercapai dengan lebih lancar,seyogyanyalah mereka menggabungkan diri dengan organisasi-organisasi profesi

mereka, yang mampu mewajibkan para anggotanya menghormati hukum-hukummoral dalam menghadpi masalah-masalah maupun kegiatan profesi mereka, jugabila perlu dengan mengadakan perjanjian untuk mematuhi kode moral.

Hendaklah mereka senantiasa menyadari bahwa sebagian besar para pembaca

dan pirsawan terdiri dari angkatan muda, yang membutuhkan media cetakmaupun tayangan-tayangan, yang menyajikan hiburan-hiburan sehat danmengarahkan hati kepada perkara-perkara yang lebih luhur selain itu hendaknyamereka mengusahakan, supaya komunikasi tentang soal-soal keagamaandipercayakan kepada pribadi-pribadi yang layak dan ahli, dan pelaksanaanya

disertai sikap hormat sebagaimana mestinya.

12. (Kewajiban-kewajiban pemerintah)Dalam hal komunikasi sosial pemerintah terikat kewajiban-kewajiban khas demikesejahteraan umum, yang merupakan tujuan media itu. Sebab termasuk tugas

pemerintah, sesuai dengan fungsinya, untuk membela dan melindungi kebebasan yang sejati dan sewajarnya perihal informasi, terutama kebebasan media cetak.Sebab kebebasan itulah yang sungguh diperlukan bagi masyarakat zamansekarang demi perkembangannya. Pemerintah wajib pula ikut mengembangkannilai-nilai keagamaan, budaya dan kesenian; begitu pula melindungi para pemakai

 jasa komunikasi sosial, supaya dapat dengan bebas menggunakan hak-hakmereka yang sewajarnya. Selain itu pemerintah wajib membantu usaha-usaha,

 yang sungguhpun terutama bagi generasi muda berfaedah sekali, tidak dapatdijalankan tanpa bantuan itu.

Akhirnya pemerintah, yang sudah sewajarnya memelihara kesehatan parawarga negara, terikat kewajiban, melalui perundang-undangan yangpelaksanaannya ditegakkan dengan sungguh, untuk menjamin dengan adil dansaksama, jangan sampai dari penyalahgunaan media komunikasi sosial timbul

bahaya-bahaya yang gawat bagi kesusilaan umum serta kemajuan masyarakat.Dengan adanya perhatian penuh kewaspadaan itu kebebasan perorangan maupunkelompok-kelompok sedikitpun tidak terancam, terutama bila dari pihak mereka,

 yang menggunakan media itu berdasarkan profesi mereka, tidak ada langkah-langkah pengamanan efektif.

Secara istimewa hendaklah ada usaha-usaha pengamanan untuk melindungi

angkatan muda terhadap media cetak dan tayangan-tayangan, yang mengingatumur mereka merugikan.

Page 60: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 60/388

 

BAB DUA

KEGIATAN PASTORAL GEREJA

13. (Kegiatan para Gembala dan umat beriman)Hendaklah semua putera-puteri Gereja serentak dan secara sekarelamengusahakan, agar upaya-upaya komunikasi sosial dengan cekatan dan

seintensif mungkin dimanfaatkan secara efektif dalam aneka macam karyakerasulan, menganggapi tuntutan situasi setempat dan semasa. Hendaknyamereka mencegah usaha-usaha yang merugikan, terutama didaerah-daerah, yangperkembangan moril serta keagamaannya mengundang kegiatan-kegiatan yang

lebih mendesak.Hendaklah para Gembala dibidang itu pun dengan tangkas menunaikan tugas

mereka, karena tugas itu berhubungan erat dengan kebajiban harian merekamewartakan Injil. Para awam pun yang berperan dalam penggunaan media itu,hendaknya berusaha memberi kesaksian tentang Kristus, terutama dengan

menunaikan tugas mereka masing-masing penuh keahlian dan berjiwa kerasulan;bahkan juga dengan secara langsung menyumbangkan jasa-jasa mereka dibidangtehnik, ekonomi, kebudayaan dan kesenian bagi kegiatan pastoral Gereja, sesuaidengan posisi mereka.

14. (Prakarsa-prakarsa umat katolik) Terutama hendaklah didukung pengembangan pers yang sehat. Untuksepenuhnya meresapkan semangat kristen di kalangan pembaca, hendaklah

dibangun dan dikembangkan pers katolik yang sejati, yakni: - entah itu secaralangsung di dukung oleh dan tergantung dari Pimpinan Gereja sendiri, entah dariorang-orang katolik perorangan, - media cetak itu hendaknya jelas-jelasditerbitkan dengan maksud untuk membina, meneguhkan dan menumbuhkanpandangan-pandangan umum selaras dengan hak-hak asasi dan dengan ajaran

serta prinsip-prinsip katolik, begitu pula untuk menyebarluaskan serta mebahasdengan cermat peristiwa-peristiwa yang menyangkut kehidupan Gereja. Hendaklahumat beriman diingatkan akan perlunya membaca dan menyebarkan pers katolik,untuk membuat penilaian kristen tentang segala kejadian.

Produksi dan penayangan film-film sebagai upaya untuk menyajikan hiburan yang sehat, untuk mengembangkan kebudayaan dan meningkatkan mutukesenian, khususnya yang dipruntukkan bagi kaum muda, hendaklah didorong

dan dijamin mutunya dengan segala upaya yang efektif. Itu terutama dapatdilaksanakan dengan membantu serta bekerja sama dengan kegiatan-kegiatan

serta prakarsa-prakarsa para produsen maupun distributor yang beritikad baik,dengan mempromosikan film-film yang layak dipuji melalui kritik yang positifmaupun hadiah-hadiah, dengan mendukung serta menggabungkan gedung-gedung bioskop milik usahawan-usahawan katolik yang terpandang.

Begitu pula hendaklah disediakan bantuan yang efektif bagi siaran-siaran radio

dan televisi yang bermutu, terutama yang cocok bagi keluarga. Hendaknyadikembangkan secara intensif siaran-siaran katolik, yang dapat mengundang parapendengar dan pemirsa untuk ikut menghayati kehidupan Gereja, danmeresapkan kebenaran-kebenaran keagamaan dihati mereka. Bila perlu hendaklah

diusahakan dengan sungguh pembangunan pemancar-pemancar katolik. Tetapi

hendaknya diusahakan pula, agar siaran-siarannya unggul karena mutu maupunefisiensinya.

Kecuali itu hendaklah diupayakan juga, supaya seni sandiwara yang sudah adasejak dulu dan sungguh bermutu, pun sudah luas tersebar berkat media

komunikasi sosial, mendukung pembinaan kemanusiaan dan kesusilaan parapenonton.

Page 61: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 61/388

15. (Pembinaan para produsen)Supaya kebutuhan-kebutuhan itu tadi benar-benar ditanggapi, hendaklah paraimam, para religius dan kaum awam dibenahi pada waktunya, supaya merekamempunyai kemahiran secukupnya untuk mengarahkan media komunikasi itukepada tujuan kerasulan.

Pertama-tama kaum awam perlu dibekali dengan persiapan ketrampilan,

pengetahuan ajaran dan moral. Untuk maksud itu perlu ditingkaykan jumlahsekolah-sekolah, fakultas-fakultas dan lembaga-lembaga, yang membuka peluangbagi para wartawan, para pencipta film serta pengarang siaran radio maupuntelevisi, begitu pula pihak-pihak lain yang berkepentingan, untuk menerima

pendidikan yang lengkap dan diresapi semangat kristen, terutama berkenaandengan ajaran sosial Gereja. Juga para aktor memerlukan pendidikan danpertolongan, supaya melalui kesenianmereka dapat memberi sumbangan kepadamasyarakat. Akhirnya perlu disiapkan secara intensif pula para kritikus di bidang

sastra, sinema, radio, televisi dan sebagainya, yang sungguh mahir di bidangkejuruan masing-masing, dan dilatih serta didorong untuk menyampaikanpenilaian mereka, yang selalu dengan jelas menggaribawahi segi moralnya.

16. (Pembinaan para pemakai jasa) Tepatnya penggunaan media komunikasi sosial yang tersedia bagi para pemakai jasa dalam usia dan dengan tingkatan budaya yang begitu beraneka, memerlukanpendidikan maupun latihan yang khas dan sesuai bagi mereka. Maka disekolah-sekolah katolik pada segala tingkat, diseminari-seminari maupun dalam kelompok-

kelompok kerasulan awam, usaha-usaha yang menolong untuk mencapai tujuanitu – terutama bila diperlukan bagi kaum muda – hendaklah dikembangkan,dilipatgandakan dan diarahkan menurut asas-asas moral kristen. Supayapelaksanaannya lebih lancar, hendaklah ajaran dan tata-laksana katolik dibidangitu disampaikan dan dijelaskan dalam katekese.

17. (Upaya-upaya teknis dan ekonomis)Sama sekali tidak pantaslah bagi putera-puteri Gereja untuk secara apatismembiarkan saja sabda tentang keselamatan terikat dan terhalang akibatkesulitan-kesulitan teknis atau tersendatnya pembiayaan yang memang berat

sekali, dan khusus terkait pada pemakaian media komunikasi sosial. Maka Konsilisuci ini mengingatkan, bahwa mereka wajib menopang kelestarian sertamembantu harian-harian atau majalah-majalah katolik, kegiatan-kegiatanperfilman katolik, dan pemancar-pemancar serta siaran-siaran radio maupun

televisi katolik, yang tujuan utamanya ialah : serentak mewartakan dan membelakebenaran, dan menyelenggarakan pendidikan kristen bagi masyarakat luas.Skalihus Konsili menganjurkan dengan sangat kepada organisasi-organisasi sertatokoh-tokoh perorangan, yang berpengaruh besar dibidang ekonomi maupun

teknologi, supaya mereka yang sukarela dan murah hati membantu dengansumber dana serta keahlian mereka kelangsungan media komunikasi sosial,sejauh mendukung kebudayaan sejati dan kerasulan.

18. (Sekali setahun: hari komunikasi sosial)

Supaya kerasulan Gereja yang bermacam-macam dibidang upaya-upayakomunikasi sosial makin dimantapkan secara efektif, hendaknya disemuakeuskupan, atas kebijaksanaan para Uskup, setiap tahun dirayakan harikomunikasi sosial. Pada hari itu umat beriman diajak menyadari kewajiban-

kewajiban mereka dibidang itu, memanjatkan doa-doa baginya, danmengumpulkan dana untuk maksud itu. Dana itu hendaknya digunakan dengan

cermat untuk menghidupi dan menyokong lembaga-lembaga serta usaha-usaha yang dianjurkan oleh Gereja, menanggapi kebutuhan-kebutuhan seluruh duniakatolik.

Page 62: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 62/388

19. (Sekretariat pada Takhta suci)Dalam menunaikan reksa pastoral tertinggi sekitar media komunikasi sosialtersedialah untuk mendampingi Sri Paus Sekretariat khusus pada Takhta suci(1).

20. (Wewenang para Uskup)

 Termasuk wewenang para Uskup menyimak dan memajukan kegiatan-kegiatan

serta usaha-usaha dibidang itu dalam keuskupan mereka, dan mengarahkannyasejauh menyangkut kerasulan umum, tidak terkecualikan usaha-usaha yangdikelola oleh para religius eksem.

21. (Biro nasional)Supaya kerasulan menjadi efektif untuk seluruh negara, diperlukan kesatuanperencanaan dan usaha-usaha. Maka Konsili menetapkan dan memerintahkan,agar dimana-mana didirikan Biro Nasional untuk media cetak, film, radio dan

televisi, dan Biro itu dibantu sedapat mungkin. Tugasnya terutama ialahmengusahakan, agar suara hati umat beriman dibina dengan tepat untukmemanfaatkan upaya-upaya komunikasi sosial sebagaimana mestinya, dan untukmendorong serta mengarahkan usaha mana pun yang dibidang ini dijalankan oleh

umat katolik.Hendaklah disetiap Negara kepengurusan Biro dipercayakan kepada kelompok

khusus Uskup-Uskup, atau seorang Uskup sebagai wakil. Dalam Biro ituhendaknya berperan-serta juga sejumlah awam, yang mahir dalam ajaran katolikdan berkualifikasi di bidang teknologi yang bersangkutan.

22. (Organisasi-organisasi internasional)Selain itu dampak-pengaruh media komunikasi sosial melampaui batas-batasnegara, dan setiap orang bagaikan menjadi warga segenap persekutuan manusia.Maka hendaklah dibidang itu usaha-usaha ditingkat nasional menggalang kerja

sama juga dalam lingkup internasional. Hendaknya Biro-Biro, yang disebutkandalam artikel 21, bekerja sama secara aktif dengan Organisasi KatolikInternasional yang berkaitan. Organisasi-organisasi Katolik Internasional itu hanyadapat disetujui secara sah oleh Takhta suci, dan tergantung daripadanya.

PENUTUP

23. (Instruksi pastoral)Supaya semua prinsip-prinsip maupun pedoman-pedoman Konsili suci tentangmedia komunikasi sosial sungguh dilaksanakan, atas perintah eksplisit Konsilihendaklah diterbitakan Instruksi pastoral yang disusun oleh Sekretariat pada

 Takhta suci, yang disebut dalam artikel 19, dengan bantuan pakar-pakar daripelbagai negara.

24. (Anjuran akhir)Konsili percaya, bahwa prinsip-prinsip dan pedoman-pedoman dalam Dekrit iniakan diterima dengan senang hati dan dipatuhi dengan tertib oleh semua putera-

puteri Gereja. Dengan menggunakan upaya bantuan itu mereka tidak akanmengalami kerugian, melainkan justru bagaikan garam dan terang akan

mengasinkan bumi dan menyinari dunia. Selain itu Konsili mengundang semuaorang yang beritikad baik, terutama mereka yang mengatur penggunaan media itu,

1  Para Bapa Konsili dengan senang hati mendukung himbauan “Sekretariat untuk Pers dan Teater”, yang

memohon penuh hormat kepada Paus, supaya tugas-tugas serta kewenangan Sekretariat diperluasmeliputi semua media komunikasi sosial, tidak terkecuali media cetak, dengan mengikutsertakan parapakar, juga para awam, dari pelbagai bangsa.

Page 63: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 63/388

supaya mereka berusaha mengarahkan upaya-upaya itu kepada kesejahteraanmasyarakat semata-mata, yang untung-malangnya semakin tergantung daritepatnya penggunaan media. Maka dari itu hendaklah Nama Tuhan diluhurkanoleh penemuan-penemuan baru itu, seperti sejak semula telah dimuliakan olehmonumen-monumen kesenian yang agung, seturut sabda Rasul : “Yesus Kristus

tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibr 13:8).

Semua dan masing-masing pokok, yang telah diuraikan dalam Dekrit ini, berkenankepada para Bapa Konsili suci. Dan kami, atas kuasa Rasuli yang oleh Kristusdiserahkan kepada kami, dalam Roh Kudus menyetujui, memutuskan danmenetapkan itu semua bersama dengan para Bapa yang terhormat, lagi pula

memerintahkan, agar segala sesuatu yang dengan demikian telah ditetapkan dalamKonsili, dimaklumkan secara resmi demi kemuliaan Allah.

Roma, di gereja Santo Petrus, tanggal 4 bulan Desember tahun 1963

Saya PAULUSUskup Gereja Katolik

(Menyusul tanda tangan para Bapa Konsili)

Page 64: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 64/388

PAULUS USKUP

HAMBA PARA HAMBA ALLAHBERSAMA-BAPA-BAPA KONSILI SUCI

DEMI KENANGAN ABADI

KONSTITUSI DOGMATIS TENTANG GEREJA

BAB SATU

MISTERI GEREJA

1. (Pendahuluan) TERANG PARA BANGSALAH Kristus itu. Maka Konsili suci ini, yang terhimpundalam Roh Kudus, ingin sekali menerangi semua orang dalam cahaya Kristus,

 yang bersinar pada wajah Gereja, dengan mewartakan Injil kepada semuamakhluk (Lih. Mrk 16:15). Namun Gereja itu dalam Kristus bagaikan sakramen,

 yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruhumat manusia. Maka dari itu menganut ajaran Konsili-konsili sebelum ini, Gerejabermaksud menyatakan dengan lebih cermat kepada umatnya yang beriman dan

kepada seluruh dunia, manakah hakekat dan perutusannya bagi semua orang.Keadaan zaman sekarang lebih mendesak Gereja untuk menunaikan tugas secaralebih erat berkat pelbagai hubungan sosial, teknis dan budaya, memperolehkesatuan sepenuhnya dalam Kristus.

2. (Rencana Bapa yang bermaksud menyelamatkan semua orang)Atas keputusan kebijaksanaan serta kebaikan-Nya yang sama sekali bebas danrahasia, Bapa yang kekal menciptakan dunia semesta. Ia menetapkan, bahwa Iaakan mengangkat manusia untuk ikut serta menghayati hidup Ilahi. Ketika dalam

diri Adam umat manusia jatuh, Ia tidak meninggalkan mereka, melainkan selalumembantu mereka supaya selamat, demi Kristus Penenbus, “citra Allah yang takkelihatan, yang sulung dari segala makluk” (Kol 1:15). Adapun semua orang, yangsebelum segala zaman telah dipilih oleh Bapa, telah dikenal-Nya dan ditentukan-

Nya sejak semula, untuk menyerupai citra putera-Nya, supaya Dialah yangmenjadi sulung diantara banyak saudara (Rom 8:29). Bapa menetapkan untukmenghimpun mereka yang beriman akan Kristus dalam Gereja kudus. Gereja itu

sejak awal dunia telah dipr alambangkan, serta disiapkan dalam sejarah bangsaIsrael dan dalam perjanjian lama(1). Gereja didirikan pada zaman terakhir,

ditampilkan berkat pencurahan Roh, dan akan disempurnakan pada akhir zaman.Dan pada saat itu seperti tercantum dalam karya tulis para Bapa yang suci, semuaorang yang benar sejar Adam, “dari Abil yang saleh hingga orang terpilih yangterakhir”(2), akan dipersatukan dalam Gereja semesta dihadirat Bapa.

3. (Perutusan Putera)Maka datanglah Putera. Ia diutus oleh Bapa, yang sebelum dunia terjadi telahmemilih kita dalam Dia, dan menentukan, bahwa kita akan diangkat-Nya menjadiputera-putera-Nya. Sebab Bapa berkenan membaharui segala sesuatu dalam

Kristus (lih Ef 1:4-5 dan 10). Demikianlah untuk memenuhi kehendak BapaKristus memulai Kerajaan sorga didunia, dan mewahyukan rahasia-Nya kepada

1 Lih S. SIPRIANUS, Surat 64, 4: PL. 3,1017; CSEL (Hartel), III B, hlm.720. – S. SIPRIANUS dari Poiteirs,Komentar pada Mat 23:6: PL. 9,1047. – S.AGUSTINUS, di pelbagai karyanya. – S. SIRILUS dariIskandaria, Tentang Kej, 2:10: PG. 69,110A.

2 Lih S. GREGORIUS AGUNG, Homili tentang Injil, 19,1: PL 76,1154B. – S. AGUSTINUS, Kotbah 341,9,11:PL 39,1499 dsl. – S. YOHANES dari Damsyik, Melawan para pengrusak Ikon  11: PG 96, 1357.

Page 65: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 65/388

kita, serta dengan ketaatan-Nya Ia melaksanakan penebusan kita. Gereja, ataukerajaan Kristus yang sudah hadir dalam misteri, atas kekuatan Allah berkembangsecara nampak didunia. Permulaan dan pertumbuhan itulah yang ditandakandengan darah dan air, yang mengalir dari lambung Yesus yang terluka dikayu salib(lih Yoh 19:34). Itulah pula yang diwartakan sebelumnya ketika Tuhan bersabda

tentang wafat-Nya disalib: “Dan apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan

menarik semua orang kepada-Ku” (Yoh 12:32 yun). Setiap kali dialtar dirayakankorban salib, tempat “Anak Domba Paska kita, yakni Kristus, telah dikorbankan”(1Kor 5:7), dilaksanakanlah karya penebusan kita. Dengan sakramen roti Ekaristiitu sekaligus dilambangkan dan dilaksanakan kesatuan umat beriman, yang

merupakan satu tubuh dalam Kristus (lih 1Kor 10:17). Semua orang dipanggilkearah persatuan dengan Kristus itu. Dialah terang dunia. Kita berasal daripada-Nya, hidup karena-Nya, menuju kepada-Nya.

4. (Roh Kudus yang menguduskan Gereja)Ketika sudah selesailah karya, yang oleh Bapa dipercayakan kepada Putera untukdilaksanakan didunia (lih Yoh 17:4), diutuslah Roh Kudus pada hari Pentekosta,

untuk tiada hentinya menguduskan Gereja. Dengan demikian umat beriman akandapat mendekati Bapa melalui Kristus dalam satu Roh (lih Ef 2:18). Dialah Rohkehidupan atau sumber air yang memancar untuk hidup kekal (lih Yoh 4:14; 7:38-39). Melalui Dia Bapa menghidupkan orang-orang yang mati karena dosa, sampaiIa membangkitakan tubuh mereka yang fana dalam Kristus (lih Rom 8:10-11). Roh

itu tinggal dalam Gereja dan dalam hati umat beriman bagaikan dalam kenisah (lih1Kor 3:16; 6:19). Dalam diri mereka Ia berdoa dan memberi kesaksian tentangpengangkatan mereka menjadi putera (lih Gal 4:6; Rom 8:15-16 dan 26). Oleh RohGereja diantar kepada segala kebenaran (lih Yoh 16:13), dipersatukan dalampersekutuan serta pelayanan, diperlengkapi dan dibimbing dengan aneka kurnia

hirarkis dan karismatis, serta disemarakkan dengan buah-buah-Nya (lih Ef 4:11-12; 1Kor 12:4; Gal 5:22). Dengan kekuatan Injil Roh meremajakan Gereja dantiada hentinya membaharuinya, serta mengantarkannya kepada persatuansempurna dengan Mempelainya(3). Sebab Roh dan Mepelai berkata kepada TuhanYesus: “Datanglah!” (lihat Why 22:17).

Demikianlah seluruh Gereja nampak sebagai “umat yang disatukanberdasarkan kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus”(4).

5. (Kerajaan Allah)Misteri Gereja Kudus itu diperlihatkan ketika didirikan. Sebab Tuhan Yesusmengawali Gereja-Nya dengan mewartakan kabar bahagia, yakni kedatanganKerajaan Allah yang sudah berabad-abad lamanya dijanjikan dalam Alkitab:

“Waktunya telah genap, dan Kerajaan Allah sudah dekat” (Mrk 1:15; lih Mat 4:17).Kerajaan itu menampakkan diri kepada orang-orang dalam sabda, karya dankehadiran Kristus. Memang, sabda Tuhan diibaratkan benih, yang ditaburkandiladang (lih Mrk 4:14), mereka yang mendengarkan sabda itu dengan iman dantermasuk kawanan kecil Kristus (lih Luk 12:32), telah menerima kerajaan itusendiri. Kemudian benih itu bertunas dan bertumbuh atas kekuatannya sendiri

hingga waktu panen (lih Mrk 4:26-29). Mukjizat-mukjizat Yesus pun menguatkan,bahwa Kerajaan itu sudah tiba di dunia: “Jika Aku mengusir setan dengan kuasaAllah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Luk 11:20;lih Mat 12:28). Tetapi terutama Kerajaan itu tampil dalam Pribadi Kristus sendiri,

Putera Allah dan Putera manusia, yang datang “untuk melayani dan memberikannyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mrk 10:45).

Adapaun sesudah menanggung maut dikayu salib demi umat manusia,kemudian bangkit, Yesus nampak ditetapkan sebagai Tuhan dan Kristus serta

3  Lih S. IRENEUS, Melawan bidaah-bidaah   III,24,1: PG 7,966B; HARVEY 2,131; SAGNARD, SourceChr.,hlm. 398.

4 Lih S. SIPRIANUS, Tentang doa Bapa Kami, 23: PL 4,553; HARTEL,, IIIA, HLM. 285, - S. AGUSTINUS,

Kotbah  71, 20, 33: PL 38, 463 dsl. – S. YOHANES dari Damsyik, Melawan para Pengrusak Ikon  12 : PG96,1358D

Page 66: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 66/388

Iman untuk selamanya (lih Kis 2:36; Ibr 5:6; 7:17-21). Ia mencurahkan Roh yangdijanjikan oleh Bapa ke dalam hati para murid-Nya (lih Kis 2:33). Oleh karena ituGereja, yang diperlengkapi dengan kurnia-kurnia Pendirinya, dan yang dengansetia mematuhi perintah-perintah-Nya tentang cinta kasih, kerendahan hati daningkar diri, menerima perutusan untuk mewartakan Kerajaan Kristus dan

Kerajaan Allah, dan mendirikannya ditengah semua Bangsa. Gereja merupakan

benih dan awal mula Kerajaan itu didunia. Sementara itu Gereja lambat-launberkembang, mendambakan Kerajaan yang sempurna, dan dengan sekuat tenagaberharap dan menginginkan, agar kelak dipersatukan dengan Rajanya dalamkemuliaan.

6. (Aneka Gambaran Gereja)Seperti dalam Perjanjian Lama wahyu tentang Kerajaan sering disampaikan dalam

lambang-lambang, begitu pula sekarang makna Gereja yang mendalam, kitatangkap melalui pelbagai gambaran. Gambaran-gambaran itu diambil entah darialam gembala atau petani, entah dari pembangunan ataupun dari hidup keluargadan perkawinan. Semua itu telah disiapkan dalam kitab-kitab para nabi.

Adapun Gereja itu kandang , dan satu-satunya pintu yang harus dilalui ialahKristus (lih Yoh 10:1-10). Gereja juga kawanan, yang seperti dulu telahdifirmankan akan digembalakan oleh Allah sendiri (lih Yes 40:11; Yeh 34:11 dst).Domba-dombanya, meskipun dipimpin oleh gembala-gembala manusiawi, namuntiada hentinya dibimbing dan dipelihara oleh Kristus sendiri, Sang Gembala Baik

dan Pemimpin para gembala (bdk Yoh 10:11; 1Ptr 5:4), yang telah merelakanhidup-Nya demi domba-domba (lih Yoh 10:11-15).

Gereja itu tanaman  atau ladang Allah (lih 1Kor 3:9). Diladang itu tumbuhlahpohon zaitun bahari, yang akar Kudusnya ialah para Bapa bangsa. Disitu telahterlaksana dan akan terlaksanalah perdamaian antara bangsa Yahudi dan kaum

kafir (lih Rom 11:13-26). Gereja ditanam oleh Petani Sorgawi sebagai kebun anggurterpilih (lih Mat 21:33-43 par.; Yes 5:1 dst.). Kristuslah pokok anggur yang sejati.Dialah yang memberi hidup dan kesuburan kepada cabang-cabang, yakni kita,

 yang karena Gereja tinggal dalam Dia, dan yang tidak mampu berbuat apa puntanpa Dia (lih Yoh 15:1-15).

Sering pula Gereja disebut bangunan Allah (lih 1Kor 3:9). Tuhan sendirimengibaratkan diri-Nya sebagai batu, yang dibuang oleh para pembangun, tetapimalahan menjadi batu sendi (lih Mat 21:42 par.; Kis 4:11; 1Ptr 2:7; Mzm 117:22).Diatas dasar itulah Gereja dibangun oleh para Rasul (lih 1Kor 3:11), dan

memperoleh kekuatan dan kekompakan dari pada-Nya. Bangunan itu diberipelbagai nama; rumah Allah (lih 1Tim 3:15), tempat tinggal keluarga-Nya ;kediaman Allah dalam Roh (lih Ef 2:19-22), kemah Allah ditengah manusia (Why21:3), dan terutama Kenisah Kudus . Kenisah itu diperagakan sebagai gedung-

gedung ibadat dan dipuji-puji oleh para Bapa suci, Yerusalem baru(5

). Sebabdisitulah kita bagaikan batu-batu yang hidup dibangun didunia ini (lih 1Ptr 2:5).Yohanes memandang kota suci itu, ketika pembaharuan bumi turun dari Allah disorga, siap sedia ibarat mempelai yang berhias bagi suaminya (Why 21:1 dsl.).

Gereja juga digelari “Yerusalem yang turun dari atas” dan “bunda kita” (Gal

4:26; lih Why 12:17), dan dilukiskan sebagai mempelai  nirmala bagi Anak Domba yang tak bernoda (lih Why 19:7; 21:2 dan 9:22:17). Kristus “mengasihinya dantelah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya” (Ef 5:29). Iamemurnikan dan menghendakinya bersatu dengan diri-Nya serta patuh kepada-Nya dalam cinta kasih dan kesetiaan (lih Ef 5:24). Akhirnya Kristus melimpahinya

dengan kurnia-kurnia sorgawi untuk selamanya, supaya kita memahami cintaAllah dan Kristus terhadap kita, yang melampaui segala pengetahuan (lih Ef 3:19).

Adapun selama mengembara didunia ini jauh dari tuhan (lih 2Kor 5:6), Gereja

5 Lih ORIGENES, Komentar pada Mat 16:21: PG 13,1443C. – TERTULIANUS, Melawan Marcion  3,7: PL

2,357C; CSEL 47,3 hlm. 386. – Untuk dokumen-dokumen liturgi, lih Sacramentarium Gregorianum : PL78,160B; atas C. MOHLBERG, Liber Sacramentorum Roma nae Ecclesiae , Roma 1960, hlm. 111, XC:“Allah, yang dari segala perpaduan para kudus membangun kediaman kekal bagi-Mu …” Madah UrbsJerusalem beata (Kota Yerusalem yang bahagia) dalam brevir monastik, dan Coelestis Urbs   (KotaSorgawi) dalam brevir Romawi.

Page 67: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 67/388

merasa diri sebagai buangan, sehingga ia mencari dan memikirkan perkara-perkara yang diatas, tempat Kristus duduk disisi kanan Allah. Disitulah hidupGereja tersembunyi bersama Kristus dalam Allah, sehingga saatnya tampil dalamkemuliaan bersama dengan Mempelainya (lih Kol 3:1-4).

7. (Gereja, Tubuh mistik Kristus)Dalam kodrat manusiawi yang disatukan dengan diri-Nya Putera Allah telahmengalahkan maut dengan wafat dan kebangkitan-Nya. Demikianlah Ia telahmenebus manusia dan mengubahnya menjadi ciptaan baru (lih Gal 6:15; 2Kor

5:17). Sebab Ia telah mengumpulkan saudara-saudara-Nya dari sagala bangsa,dan dengan mengaruniakan Roh-Nya Ia secara gaib membentuk mereka menjadi

 Tubuh-Nya.Dalam Tubuh itu hidup Kristus dicurahkan kedalam umat beriman. Melalui

sakramen-sakramen mereka itu secara rahasia namun nyata dipersatukan denganKristus yang telah menderita dan dimuliakan[6]. Sebab berkat Babtis kita menjadiserupa dengan Kristus : “karena dalam satu Roh kita semua telah dibabtis menjadisatu Tubuh” (1Kor 12:13). Dengan upacara suci itu dilambangkan dan diwujudkan

persekutuan dengan wafat dan Kebangkitan Kristus : “Sebab oleh babtis kita telahdikuburkan bersama dengan Dia ke dalam kematian”; tetapi bila “kita telahdijadikan satu dengan apa yang serupa dengan wafat-Nya, kita juga akandisatukan dengan apa yang serupa dengan kebangkitan-Nya” (Rom 6:4-5). Dalampemecahan roti ekaristis kita secara nyata ikut serta dalam Tubuh Tuhan; maka

kita diangkat untuk bersatu dengan Dia dan bersatu antara kita. “Karena rotiadalah satu, maka kita yang banyak ini merupakan satu Tubuh; sebab kita semuamendapat bagian dalam roti yang satu itu” (1Kor 10:17). Demikianlah kita semuadijadikan anggota Tubuh itu (lih 1Kor 12:27), “sedangkan masing-masing menjadianggota yang seorang terhadap yang lain” (Rom 12:5).

Adapun semua anggota tubuh manusia, biarpun banyak jumlahnya,membentuk hanya satu Tubuh, begitu pula para beriman dalam Kristus (lih 1Kor12:12). Juga dalam pembangunan Tubuh Kristus terhadap aneka ragam anggotadan jabatan. Satulah Roh, yang membagikan aneka anugrah-Nya sekedarkekayaan-Nya dan menurut kebutuhan pelayanan, supaya bermanfaat bagi Gereja

(lih 1Kor 12:1-11). Diantara karunia-karunia itu rahmat para Rasul mendapattempat istimewa. Sebab Roh sendiri menaruh juga para pengemban karismadibawah kewibawaan mereka (lih 1Kor 14). Roh itu juga secara langsungmenyatukan Tubuh dengan daya-kekuatan-Nya dan melalui hubungan batin

antara para anggota. Ia menumbuhkan cinta kasih diantara umat beriman danmendorong mereka untuk mencintai. Maka, bila ada satu anggota yang menderita,semua anggota ikut menderita; atau bila satu anggota dihormati, semua anggotaikut bergembira (lih 1Kor 12:26).

Kepala Tubuh itu Kristus. Ia citra Allah yang tak kelihatan, dan dalam Diasegala-sesuatu telah diciptakan. Ia mendahului semua orang, dan segala-galanyaberada dalam Dia. Ialah Kepala Tubuh yakni Gereja. Ia pula pokok pangkal, yangsulung dari orang mati, supaya dalam segala-sesuatu Dialah yang utama (lih Kor1:15-18). Dengan kekuatan-Nya yang agung Ia berdaulat atas langit dan bumi; dandengan kesempurnaan serta karya-Nya yang amat luhur Ia memenuhi seluruh

 Tubuh dengan kekayaan kemuliaan-Nya (lih Ef 1:18-23).[7]Semua anggota harus menyerupai Kristus, sampai Ia terbentuk dalam mereka

(lih Gal 4:19). Maka dari itu kita diperkenankan memasuki misteri-misteri hidup-Nya, disamakan dengan-Nya, ikut mati dan bangkit bersama dengan-Nya, hingga

kita ikut memerintah bersama dengan-Nya (lih Flp 3:21; 2Tim 2:11; Ef 2:6; Kol2:12; dan lain-lain). Selama masih mengembara didunia, dan mengikut-jejak-Nya

dalam kesusahan dan penganiyaan, kita digabungkan dengan kesengsaraan-Nyasebagai Tubuh dan Kepala; kita menderita bersama dengan-Nya, supaya kelak ikutdimuliakan bersama dengan-Nya pula (lih Rom 8:17).

6 Lih. S. TOMAS, Summa Theol. III, Soal 62, art. 5,ad 1.

7 Lih. PIUS XII, Ensiklik MyStici Corporis, 29 Juni 1943: AAS 35 (1943) hlm. 208.

Page 68: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 68/388

  Dari Kristus “seluruh Tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya” (Kol 2:19). Senantiasa Iamembagi-bagikan karunia-karunia pelayanan dalam Tubuh-Nya, yakni Gereja.Berkat kekuatan-Nya, kita saling melayani dengan karunia-karunia itu agarselamat. Demikianlah, sementara mengamalkan kebenaran dalam cinta kasih, kita

bertumbuh melalui segalanya menjadi Dia, yang menjadi Kepala kita (lih Ef 4:11-

16 yun).Supaya kita tiada hentinya diperbaharui dalam Kristus (lih Ef 4:23), Ia

mengaruniakan Roh-Nya kepada kita. Roh itu satu dan sama dalam Kepalamaupun dalam para anggota-Nya dan menghidupkan, menyatukan serta

menggerakkan seluruh Tubuh sedemikian rupa, sehingga peran-Nya oleh paraBapa suci dapat dibandingkan dengan fungsi, yang dijalankan oleh azaskehidupan atau jiwa dalam tubuh manusia[8].

Adapun Kristus mencintai Gereja sebagai Mempelai-Nya. Ia menjdi teladan bagi

suami yang mengasihi isterinya sebagai TubuhNya sendiri (lih Ef 5:25-28).Sedangkan Gereja patuh kepada Kepalanya (Ay. 23-24). “Sebab dalam Diatinggallah seluruh kepenuhan Allah secara badaniah” (Kol 2:9). Ia memenuhiGereja, yang merupakan Tubuh dan kepenuhan-Nya, dengan karunia-karunia

ilahi-Nya (lih Ef 1:22-23), supaya Gereja menuju dan mencapai segenapkepenuhan Allah (lih Ef 3:19).

8. (Gereja yang kelihatan dan sekaligus rohani)Kristus, satu-satunya Pengantara, didunia ini telah membentuk Gereja-Nya yang

kudus, persekutuan iman, harapan dan cinta kasih, sebagai himpunan yangkelihatan. Ia tiada hentinya memelihara Gereja[9]. Melalui Gereja Ia melimpahkankebenaran dan rahmat kepada semua orang. Adapun serikat yang dilengkapidengan jabatan hirarkis dan Tubuh mistik Kristus, kelompok yang nampak danpersekutuan rohani, Gereja didunia dan Gereja yang diperkaya dengan karunia-

karunia sorgawi janganlah dipandang sebagai dua hal; melainkan semua itumerupakan satu kenyataan yang kompleks, dan terwujudkan karena perpaduanunsur manusiawi dan ilahi[10]. Maka berdasarkan analogi yang cukup tepat Gerejadibandingkan dengan misteri Sabda yang menjelma. Sebab seperti kodrat yangdikenakan oleh Sabda ilahi melayani-Nya sebagai upaya keselamatan yang hidup,

satu dengan-Nya dan tak terceraikan daripada-Nya, begitu pula himpunan sosialGereja melayani Roh Kristus, yang menghimpunkannya demi pertumbuhan

 Tubuh-Nya (lih Ef 4:16)[11].Itulah satu-satunya Gereja Kristus yang dalam Syahadat iman kita akui

sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik[12]. Sesudah kebangkitan-Nya Penebus kita menyerahkan Gereja kepada Petrus untuk digembalakan (lih.Yoh 21:17). Ia mempercayakannya kepada Petrus dan para rasul lainnya untukdiperluaskan dan dibimbing (lih. Mat 28:18 dsl), dan mendirikannya untuk

selama-lamanya sebagai “tiang penopang dan dasar kebenaran” (lih. 1Tim 3:15).Gereja itu, yang didunia ini disusun dan diatur sebagai serikat, berada dalamGereja katolik, yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalampersekutuan dengannya[13], walaupun diluar persekutuan itupun terdapat banyakunsur pengudusan dan kebenaran, yang merupakan karunia-karunia khas bagiGereja Kristus dan mendorong ke arah kesatuan katolik.

8 Lih. LEO XIII, Ensiklik Illud, 9 Mmey 1897: AAS 29 (1896-1897) hllm.650. PIUS XII, Ensiklik MyStici Corporis : AAS 35 (1943) hlm. 219-220, DENZ. 2288 (3808). S. AGUSTINUS, Kotbah 268, 2 PL 38, 1232 dan lain-lain. S. Yoh. CRISOSTOMUS, Tentang Ef, Homili 9,3: 2 PG

62,, 72. DIDIMUS dari Iskandaria, Tentang Tritunggal 2,1:: PG 39,449 dsl.D. TOMAS, Tentang Kol 1:18, pelaj.5.2 terb. MARIETTI IIno.46:”Seperti satu Tubuh terwujudkan dari kesatuan jiwa, begitu pula Gereja dari kesatuan Roh…”.

9  Lih. LEO XIII Ensiklik Sapientiae christianae, 10 Januari 1890: AAS 22 (1889-90)hlm. 392; Ensiklik Satis

coknitum, 29 Juni 1896: AAS 28 (1895-96))hlm. 710 dan 724 dsl. PIUS XII, Ensiklik Mystici Corporis: AAS 35(1943)hlm.199-200.

10 Lih. PIUS XII, Ensiklik Mystici Corporis, hlm.22 dsl.; ensiklik Humani generis, 12 Agustus 1950: AAS 42 (1950) hlm.571.

11 Lih. LEO XIII, Ensiklik Satis coknitum, AAS 28 (1895-96) hlm. 713. 

12  Lih. Syahadat para Rasul, DENZ. 6-9 (10-30); Syahadat Nicea-Konstantinopel, DENZ. 86 (150); bandingkan denganPengakuan iman konsili Trente, DENZ. 994 dan 999 (1862 dan 1868).

13  Disebut “Gereja kudus (katolik apostolik) Romawi “dalam Pengakuan iman konsili Trente dan oleh Konsili Vatikan I,Konstitusi dogmatis Dei Filius tentang iman katolik, DENZ. 1782 (3001).

Page 69: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 69/388

  Seperti Kristus melaksanakan karya penebusan dalam kemiskinan danpenganiayaan, begitu pula Gere dipanggil untuk menempuh jalan yang sama,supaya menyalurkan buah-buah keselamatan kepada manusia. Kristus Yesus“walaupun dalam rupa Allah, … telah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupaseorang hamba” (Flp 2:6-7). Dan demi kita Ia “menjadi miskin, meskipun Ia kaya”

(2Kor 8:9). Demikianlah Gereja, kendati memerlukan upaya-upaya manusiawi

untuk menunaikan perutusan-Nya, didirikan bukan untuk mengejar kemuliaanduniawi, melainkan untuk menyebarluaskan kerendahan hati dan pengikraran diri

 juga melalui tedanNya. Kristus diutus oleh Bapa untuk “menyampaikan kabar baikkepada orang-orang miskin, … untuk menyembuhkan mereka yang putus asa”

(Luk 4:18), untuk “mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk 19:10). Begitupula Gereja melimpahkan cinta kasihnya kepada semua orang yang terkena olehkelemahan manusiawi. Bahkan dalam mereka yang miskin dan menderita Gerejamengenali citra Pendirinya yang miskin dan menderita, berusaha meringankan

kemelaratan mereka dan bermaksud melayani Kristus dalam diri mereka. Namunsedangkan Kristus, yang “suci, tanpa kesalahan, tanpa noda” (Ibr 7:26), tidakmengenal dosa (lih Ibr 2:17), Gereja merangkum pendosa-pendosa dalampengakuannya sendiri. Gereja itu suci, dan sekaligus harus selalu dibersihkan,

serta terus menerus menjalankan pertobatan dan pembaharuan.“Dengan mengembara diantara penganiayaan dunia dan hiburan yang

diterimanya dari Allah Gereja maju”[14]. Gereja mewartakan salib dan wafat Tuhan,hingga Ia datang (lih 1Kor 11:26). Sementara itu Gereja diteguhkan oleh daya

 Tuhan yang telah bangkit, untuk dapat mengatasi sengsara dan kesulitannya, baik

dari dalam maupun dari luar, dengan kesabaran dan cinta kasih, dan untukdengan setia mewahyukan misteri Tuhan di dunia, kendati dalam kegelapan,sampai ditampakkan pada akhir Zaman dalam cahaya yang penuh.

BAB DUA

UMAT ALLAH

9. (Perjanjian Baru dan Umat Baru)

Disegala zaman dan pada semua bangsa Allah berkenan akan siapa saja yangmenyegani-Nya dan mengamalkan kebenaran (lih. Kis 10:35). Namun Allahbermaksud menguduskan dan menyelatkan orang-orang bukannya satu per satu,tanpa hubungan satu dengan yang lainnya. Tetapi Ia hendak membentuk mereka

menjadi umat, yang mengakui-Nya dalam kebenaran dan mengabdi kepada-Nyadengan suci. Maka Ia memilih bangsa Israel sebagai umat-Nya, mengadakanperjanjian dengan mereka, dan mendidik mereka langkah demi langkah, denganmenampakkan diri-Nya serta rencana kehendak-Nya dalam sejarah, dan denganmenguduskan mereka bagi diri-Nya. Tetapi itu semua telah terjadi untukmenyiapkan dan melambangkan perjanjian baru dan sempurna, yang akan

diadakan dalam Kristus, dan demi perwahyuan lebih penuh yang akandisampaikan melalui sabda Allah sendiri yang menjadi daging. “Sesungguhnyaakan tiba saatnya – demikianlah firman Tuhan, - Aku akan mengikat perjanjianbaru dengan keluarga Israel dan keluarga Yuda … Aku menaruh Taurat-Ku dalam

batin mereka, dan akan menulisnya dalam hati mereka, dan Aku akan menjadiAllah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku … Sebab semua akan mengenal

aku, mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar – itulah firman Tuhan” (Yer31:31-34). Perjanjian baru itu diadakan oleh Kristus, yakni wasiat baru dalamdarah-Nya (lih. 1Kor 11:25). Dari bangsa Yahudi maupun kaum kafir Ia memanggil

suatu bangsa, yang akan bersatu padu bukan menurut daging, melainkan dalamRoh, dan akan menjadi umat Allah yang baru. Sebab mereka yang beriman akan

14 S. AGUSTINUS, Tentang Kota Allah, XVIII, 51, 2.2 PL 41,614.

Page 70: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 70/388

Kristus, yang dilahirkan kembali bukan dari benih yang punah, melainkan dari yang tak dapat punah karena sabda Allah yang hidup (lih. 1Ptr 1:23), bukan daridaging, melainkan dari air dan Roh kudus (lih. Yoh 3:5-6), akhirnya dihimpunmenjadi “keturunan terpilih, imamat rajawi, bangsa suci, umat pusaka … yangdulu bukan umat, tetapi sekarang umat Allah” (1Ptr 2:9-10).

Kepala umat masehi itu Kristus, “yang telah diserahkan karena pelanggaran

kita dan dibangkitkan demi pembenaran kita” (Rom 4:25), dan sekarang setelahmemperoleh nama – berdaulat dengan mulia di sorga. Kedudukan umat itu ialahmartabat dan kebebasan anak-anak Allah. Roh kudus diam di hati merekabagaikan dalam kenisah. Hukumnya perintah baru itu mencintai, seperti Kristus

sendiri telah mencintai kita (lih. Yoh 13:34). Tujuannya Kerajaan Allah, yang olehAllah sendiri telah dimulai di dunia, untuk selanjutnya disebarluaskan, hinggapada akhir zaman diselesaikan oleh-Nya juga, bila Kristus, hidup kita,menampakkan diri (lih. Kol 3:4), dan bila “makhluk sendiri akan di merdekakan

dari perbudakan kebinasaan dan memasuki kemerdekaan kemuliaan anak-anakAllah” (Rom 8:21). Oleh karena itu umat masehi, meskipun kenyataannya tidakmerangkum semua orang, dan tak jarang nampak sebagai kawanan kecil, namunbagi seluruh bangsa manusia merupakan benih kesatuan, harapan dan

keselamatan yang kuat. Terbentuk oleh Kristus sebagai persekutuan hidup, cintakasih dan kebenaran, umat itu oleh-Nya diangkat juga menjadi upaya penebusanbagi semua orang, dan diutus keseluruh bumi sebagai cahaya dan garam dunia(lih. Mat 5:13-16).

Adapun seperti Israel menurut daging, yang mengembara di padang gurun,

sudah di sebut Gereja (jemaat) Allah (lih. Neh 13:1; Bil 20:4; Ul 23:1 dst), begitupula Israel baru, yang berjalan dalam masa sekarang dan mencari kota yang tetapdimasa mendatang (lih. Ibr 13:14), juga disebut Gereja Kristus (lih. Mat 16:18).Sebab Ia sendiri telah memperolehnya dengan darah-Nya (lih. Kis 20:28),memenuhinya dengan Roh-Nya, dan melengkapinya dengan sarana-sarana yang

tepat untuk mewujudkan persatuan yang nampak dan bersifat sosial. Allahmemanggil untuk berhimpum mereka, yang penuh iman mengarahkan pandangankepada Yesus, pencipta keselamatan serta dasar kesatuan dan perdamaian. Iamembentuk mereka menjadi Gereja, supaya bagi semua dan setiap orang menjadisakramen kelihatan, yang menandakan kesatuan yang menyelamatkan itu( 15).

Gereja, yang harus diperluas ke segala daerah, memasuki sejarah umat manusia,tetapi sekaligus melampaui masa dan batas-batas para bangsa. Dalam perjalannyamenghadapi cobaan-cobaan dan kesulitan-kesulitan Gereja diteguhkan oleh dayarahmat Allah, yang dijanjikan oleh Tuhan kepadanya. Maksudnya supaya jangan

menyimpang dari kesetiaan sempurna akibat kelemahan daging, melainkan tetapmenjadi mempelai yang pantas bai Tuhannya, dan tiada hentinya membaharui diridibawah gerakan Roh Kudus, sehingga kelak melalui salib mencapai cahaya yangtak kunjung terbenam.

10. (Imamat umum)Kristus Tuhan, Imam Agung yang dipilih dari antara manusia (lih. Ibr 5:1-5),menjadikan umat baru “kerajaan dan imam-imam bagi Allah dan Bapa-Nya” (Why1:6; lih. 5:9-10). Sebab mereka yang di babtis karena kelahiran kembali danpengurapan Roh Kudus disucikan menjadi kediaman rohani dan imamat suci,

untuk sebagai orang kristiani, dengan segala perbuatan mereka,mempersembahkan korban rohani, dan untuk mewartakan daya-kekuatan Dia,

 yang telah memanggil mereka dari kegelapan kedalam cahaya-Nya yangmengagumkan(lih. 1Ptr 2:4-10). Maka hendaknya seluruh murid Kristus, yang

bertekun dalam doa dan memuji Allah (lih. Kis 2:42-47), mempersembahkan dirisebagai korban yang hidup, suci, berkenan kepada Allah (lih. Rom 11:1).

Hendaknya mereka diseluruh bumi memberi kesaksian tentang Kristus, dankepada mereka yang memintanya memberi pertanggung-jawaban tentang harapanakan hidup kekal, yang ada pada mereka (lih. 1Ptr 3:15).

Adapun imamat umum kaum beriman dan imamat jabatan atau hirarkis,kendati berbeda hakekatnya dan bukan hanya tingkatnya, saling terarahkan.

15 Lih. S. SIPRIANUS, Surat 69,6: PL 3,1142; HARTEL 3B, hlm. 754; “Sakramen kesatuan yang tak terceraikan”.

Page 71: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 71/388

Sebab keduanya dengan cara khasnyamasing-masing mengambil bagian dalamsatu imamat Kristus16). Dengan kekuasaan kudus yang ada padanya imam pejabatmembentuk dan memimpin umat keimaman. Ia menyelenggarakan korban Ekaristiatas nama Kristus, dan mempersembahkannya kepada Allah atas nama segenapumat. Sedangkan umat beriman berkat imamat rajawi mereka ikut serta dalam

persembahan Ekaristi17). Imamat itu mereka laksanakan dalam menyambut

sakramen-sakramen, dalam berdoa dan bersyukur, dengan memberi kesaksianhidup suci, dengan pengingkaran diri serta cinta kasih yang aktif.

11. (Pelaksanaan imamat umum dalam sakramen-sakramen)

Sifat suci persekutuan keimanan yang tersusun secara organis itu diwujudkanbaik dengan menerima sakramen-sakramen maupun dengan mengamalkankeutamaan-keutamaan. Dengan babtis kaum beriman dimasukkan ke dalamtubuh Gereja; dengan menerima meterai mereka ditugaskan untuk

menyelenggarakan ibadat agama kristiani; karena sudah dilahirkan kembalimenjadi anak-anak Allah, mereka wajib mengakui dimuka orang-orang iman, yangtelah mereka terima dari Allah melalui Gereja (18). Berkat sakramen penguatanmereka terikat pada Gereja secara lebih sempurna, dan diperkaya dengan daya

kekuatan Roh Kudus yang istimewa; dengan demikian mereka semakin diwajibkanuntuk menyebarluaskan dan membela iman sebagai saksi Kristus yang sejati,dengan perkataan maupun perbuatan(19). Dengan ikut serta dalam korban Ekaristi,sumber dan puncak seluruh hidup kristiani, mereka mempersembahkan AnakDomba ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah(20); demikianlah

semua menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalampersembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur,melainkan masing-masing dengan caranya sendiri. Kemudian, sesudahmemperoleh kekuatan dari Tubuh Kristus dalam perjamuan suci, mereka secarakonkrit menampilkan kesatuan Umat Allah, yang oleh sakramen mahaluhur itu

dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara mengagumkan.Mereka yang menerima sakramen tobat memperoleh pengampunan dari belas-

kasihan Allah atas penghinaan mereka terhadap-Nya; sekaligus merekadidamaikan oleh gereja, yang telah mereka lukai dengan berdosa, dan yangmembantu pertobatan mereka dengan cinta kasih, teladan serta doa-doanya.

Melalui perminyakan suci orang sakit dan doa para imam seluruh Gerejamenyerahkan mereka yang sakit kepada Tuhan yang bersengsara dan telahdimuliakan, supa Ia menyembuhkan dan menyelamatkan mereka (lih. Yak 5:14-16); bahkan Gereja mendorong mereka untuk secara bebas menggabungkan diri

dengan sengsara dan wafat Kristus (lih. Rom 8:17; Kol 1:24; 2Tim 2:11-12; 1Ptr4:13), dan dengan demikian mereka memberi sumbangan bagi kesejahteraan UmatAllah. Lagi pula, mereka diantara umat beriman yang ditandai dengan tahbisansuci, diangkat untuk atas nama Kristus menggembalakan Gereja dengan sabda

dan rahmat Allah. Akhirnya para suami-isteri Kristiani dengan sakramenperkawinan menandakan misteri kesatuan dan cinta kasih yang subur antaraKristus dan gereja, dan ikut serta menghayati misteri itu (lih. Ef 5:32); ataskekuatan sakramen mereka itu dalam hidup berkeluarga maupun dalammenerima serta mendidik anak saling membantu untuk menjadi suci; dengandemikian dalam status hidup dan kedudukannya mereka mempunyai kurnia yang

khas ditengah Umat Allah (lih. 1Kor 7:7)(21). Sebab dari persatuan suami-isteri itu

16  Lih. PIUS VII, Amanat  Magnificate Dominum, 2 November 1954; AAS 46 (1954) hlm 669; Ensiklik  Mediator

 Dei, 20 November 1947: AAS 39 (1947) hlm. 55517  Lih. PIUS XI, Ensiklik  Miserentissimus Redemptor , 8 Mei 1928: AAS 20 (1928) hlm. 17 dsl. PIUS XII, Amanat

nous avez , 22 September 1956: AAS 48 (1956) hlm. 714.18

 Lih. S. TOMAS, Summa Theol . III. Soal 63, art. 2.19

  Lih. S. SIRILUS dari Yerusalem, katekese 17 tentang Roh Kudus, II, 35-37: PG 33, 1009-1012. NIK.KABASILAS, Tentang hidup dalam kristus, buku III, tentang manfaat krisma: PG 150,569-580. S. TOMAS,

Summa Theol. III, soal 65 art. 3, dan soal 72 art. 1 dan 5.20

 Lih. PIUS XII, Ensiklik Mediator Dei, 20 November 1947; AAS 39 (1947) khususnya hlm. 552 dsl.21

 1Kor 7:7: “Setiap orang menerima dari Allah kurnianya yang khas, yang seorang kurnia ini, yang lain kurnia itu.”

Lih. S. AGUSTINUS, Tentang kurnia ketabahan 14, 37: PL 45,1015 dsl.: “Bukan pengendalian diri saja kurnia

Allah, melainkan juga kemurnian suami-isteri.”

Page 72: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 72/388

tumbuhlah keluarga, tempat lahirnya warga-warga baru masyarakat manusia, yang berkat rahmat Roh Kudus karena babtis diangkat menjadi anak-anak Allahdari abda ke abad. Dalam Gereja-keluarga itu hendaknya orang tua denganperkataan maupun teladan menjadi pewarta iman pertama bagi anak-anakmereka; orang tua wajib memelihara panggilan mereka masing-masing, secara

istimewa panggilan rohani.

Diteguhkan dengan upaya-upaya keselamatan sebanyak dan sebesar itu,semua orang beriman, dalam keadaan dan status manapun juga, dipanggil oleh

 Tuhan untuk menuju kesucian yang sempurna seperti Bapa sendiri sempurna,masing-masing melalui jalannya sendiri.

12. (Perasaan iman dan karisma-karisma umat kristiani)Umat Allah yang kudus mengambil bagian juga dalam tugas kenabian Kristus,

dengan menyebarluaskan kesaksian hidup tentang-Nya terutama melalui hidup

iman dan cinta kasih, pun pula dengan mempersembahkan kepada Allah korbanpujian, buah hasil bibir yang mengakui nama-Nya(lih. Ibr 13:15). Keseluruhankaum beriman, yang telah diurapi oleh Yang Kudus (lih 1Yoh 2:20 dan 27), tidakdapat sesat dalam beriman; dan sifat mereka yang istimewa itu mereka tampilkan

melalui perasaan iman adikodrati segenap umat, bila dari Uskup hingga paraawam beriman yang terkecil”(22). Mereka secara keseluruhan menyatakankesepakatan mereka tentang perkara-perkara iman dan kesusilaan. Sebabdibawah bimbingan wewenang mengajar yang suci, yang dipatuhi dengan setia,Umat Allah sudah tidak menerima perkataan manusia lagi, melainkan

sesungguhnya menerima sabda Allah (lih 1Tes 2:13). Dengan perasaan iman yangdibangkitkan dan dipelihara oleh Roh Kebenaran, umat tanpa menyimpangberpegang teguh pada iman, yang sekali telah diserahkan kepada para kudus (Yud3); dengan pengertian yang tepat semakin mendalam menyelaminya, dan semakinpenuh menerapkannya dalam hidup mereka.

Selain itu Roh Kudus juga tidak hanya menyucikan dan membimbing UmatAllah melalui sakramen-sakramen sarta pelayanan-pelayanan, dan menghiasnyadengan keutamaan-keutamaan saja. Melainkan Ia juga “membagi -bagikan” kurnia-kurnia-Nya “kepada masing-masing menurut kehendak-Nya” (1Kor 12:11).Dikalangan umat dari segala lapisan Ia membagi-bagikan rahmat istimewa pula,

 yang menjadikan mereka cakap dan bersedia untuk menerima pelbagai karya atautugas, yang berguna untuk membaharui Gereja serta meneruskanpembangunannya, menurut ayat berikut : “Kepada setiap orang dianugerahkanpernyataan Roh demi kepentingan bersama” (1Kor 12:7). Karisma-karisma itu,

entah yang amat menyolok, entah yang lebih sederhana dan tersebar lebih luas,sangat sesuai dan berguna untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan Gereja;maka hendaknya diterima dengan rasa syukur dan gembira. Namun kurnia-kurnia

 yang luar biasa janganlah dikejar-kejar begitu saja; jangan pula terlalu banyak

hasil yang pasti diharapkan daripadanya untuk karya kerasulan. Adapunkeputusan tentang tulennya karisma-karisma itu, begitu pula tentangpengalamannya secara teratur, termasuk wewenang mereka yang bertugasmemimpin dalam Gereja. Terutama mereka itulah yang berfungsi, bukan untukmemadamkan Roh, melainkan untuk menguji segalanya dan mempertahankan apa

 yang baik (lih. 1Tes 5:12 dan 19-21).

13. (Sifat umum dan katolik Umat Allah yang satu)Semua orang dipanggil kepada Umat Allah yang baru. Maka umat itu, yang

tetap satu dan tunggal, harus disebarluaskan keseluruh dunia dan melalui segalaabad, supaya terpenuhilah rencana kehendak Allah, yang pada awal mula

menciptakan satu kodrat manusia, dan menetapkan untuk akhirnya menghimpundan mempersatukan lagi anak-anak-Nya yang tersebar (lih. Yoh 11:52). Sebabdemi tujuan itulah Allah mengutus Putera-Nya, yang dijadikan-Nya ahli waris alam

semesta (lih. Ibr 1:2), agar Ia menjadi Guru, Raja dan Imam bagi semua orang,Kepala umat anak-anak Allah yang baru dan universal. Demi tujuan itu pulalah

22 S. AGUSTINUS, Tentang predestinasi para kudus, 14,27:PL 44, 980.

Page 73: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 73/388

Allah mengutus Roh Putera-Nya, Tuhan yang menghidupkan, yang bagi seluruhGereja dan masing-masing serta segenap orang beriman menjadi azas penghimpundan pemersatu dalam ajaran para rasul dan persekutuan, dalam pemecahan roti,dan doa-doa (lih. Kis 1:42 yun.).

 Jadi satu Umat Allah itu hidup ditengah segala bangsa dunia, warga Kerajaan

 yang tidak bersifat duniawi melainkan sorgawi. Sebab semua orang beriman, yang

tersebar diseluruh dunia, dalam Roh Kudus berhubungan dengan anggota-anggotalain. Demikianlah “dia yang tinggal di Roma mengakui orang-orang India sebagaisaudaranya” (23). Namun karena Kerajaan Kristus bukan dari dunia ini (lih. Yoh18:36), maka Gereja dan Umat Allah, dengan membawa masuk Kerajaan itu, tidak

mengurangi sedikitpun kesejahteraan materiil bangsa manapun juga. Malahansebaliknya, Gereja memajukan dan menampung segala kemampuan, kekayaandan adat-istiadat bangsa-bangsa sejauh itu baik; tetapi dengan menampungnya

 juga memurnikan, menguatkan serta mengangkatnya. Sebab Gereja tetap ingat,

bahwa harus ikut mengumpulkan bersama dengan Sang Raja, yang diserahi segalabangsa sebagai warisan (lih. Mzm 2:8), untuk mengantarkan persembahan danupeti kedalam kota-Nya (lih. Mzm 71/72:10; Yes 60:4-7; Why 21:24). Sifatuniversal, yang menyemarakkan Umat Allah itu, merupakan kurnia Tuhan sendiri.

Karenanya Gereja yang katolik secara tepat-guna dan tiada hentinya berusahamerangkum segenap umat manusia beserta segala harta kekayaannya dibawahkristus Kepala, dalam kesatuan Roh-Nya(24).

Berkat ciri katolik itu setiap bagian Gereja menyumbangkan kepunyaannyasendiri kepada bagian-bagian lainnya dan kepada seluruh Gereja. Dengan

demikian Gereja semesta dan masing-masing bagiannya berkembang, karenasemuanya saling berbagi dan serentak menuju kepenuhannya dalam kesatuan.Maka dari itu umat Allah bukan hanya dihimpun dari pelbagai bangsa, melainkandalam dirinya sendiri pun tersusun dari aneka golongan. Sebab diantara paraanggotanya terdapat kemacam-ragaman, entah karena jabatan, sebab ada

beberapa yang menjalankan pelayanan suci demi kesejahteraan saudara-saudaramereka, entah karena corak dan tata-tertib kehidupan, sebab cukup banyaklah

 yang dalam status hidup bakti (religius) menuju kesucian melalui jalan yang lebihsempit, yang mendorong saudara-saudara dengan teladan mereka. Maka dalampersekutuan Gereja selayaknya pula terdapat Gereja-Gereja khusus, yang memiliki

tradisi mereka sendiri, sedangkan tetap utuhlah primat takhta Petrus, yangmengetuai segenap persekutuan cinta kasih(25), melindungi keanekaragam yangwajar, dan sekaligus menjaga, agar hal-hal yang khusus jangan merugikankesatuan, melainkan justru menguntungkannya. Maka antara pelbagai bagian

Gereja perlu ada ikatan persekutuan yang mesra mengenai kekayaan rohani, parapekerja dalam kerasulan dan bantuan materiil. Sebab para anggota umat Allahdipanggil untuk saling berbagi harta-benda, dan bagi masing-masing Gereja punberlaku amnat Rasul: “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan kurnia

 yang telah diperoleh setiap orang, sebabgia pengurus aneka rahmat Allah yang bai”(1Ptr 4:10). Jadi kepada kesatuan katolik Umat Allah itulah, yang melambangkan dan

memajukan perdamaian semesta, semua orang dipanggil. Mereka termasukkesatuan itu atau terarahkan kepadanya dengan aneka cara, baik kaum berimankatolik, umat lainnya yang beriman akan Kristus, maupun semua orang tanpa

kecuali, yang karena rahmat Allah dipanggil kepada keselamatan.

14. (Umat beriman katolik)

Maka terutama kepada umat beriman katoliklah Konsili suci mengarahkanperhatiannya. Berdasarkan Kitab suci dan Tradisi konsili mengajarkan, bahwa

Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanyasatulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam

23 S. YOH. KRISOSTOMUS, Tentang Yoh., Homili 65,1:PG 59,361.

24  Lih. S. IRENEUS, Melawan bidaah-bidaah, III, 16,6; III, 22,-3: PG 7,925C-926A dan 955C-958A; HARVEY 2,87

dsl. Dan 120-123; SAGNARD, terb. Sources Chrtiennes, hlm. 290-292 dan 372 dsl.25

 Lih. S. IGNASIUS martir, Surat kepada umat di Roma, Pendahuluan: terb. FUNK, 1,252.

Page 74: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 74/388

tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan babtis(lih. Mrk 16:16; Yoh 3:5). Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yangdimasuki orang-orang melalui babtis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikataada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja katolik itu didirikan oleh Allahmelalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke

dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.

Dimasukkan sepenuhnya kedalam sertifikat Gereja mereka, yang mempunyaiRoh Kristus, menerima baik seluruh tata-susunan Gereja serta semua upayakese lamatan yang diadakan didalamnya, dan dalam himpunannya yang kelihatandigabunggkan dengan Kristus yang membimbingnya melalui Imam Agung dan para

uskup, dengan ikatan-ikatan ini, yakni: pengakuan iman, sakramen-sakramen dankepemimpinan gerejani serta persekutuan. Tetapi tidak diselamatkan orang, yangmeskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalm cinta-kasih;

 jadi yang “dengan badan” memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan

tidak “dengan hatinya”(26). Pun hendaklah semua Putera Gereja menyadari, bahwamereka menikmati keadaan yang istimewa itu bukan karena jasa-jasa merekasendiri, melainkan berkat rahmat Kristus yang istimewa pula. Dan bila merekatidak menanggapi rahmat itu dengan pikiran, perkataan dan perbuatan, mereka

bukan saja tidak diselamatkan, malahan akan diadili lebih keras(27).Para calon babtis, yang karena dorongan Roh Kudus dengan jelas meminta

supaya dimasukkan kedalam Gereja, karena kemauan itu sendiri sudah tergabungpadanya. Bunda Gereja sudah memeluk mereka sebagai putera-puteranya dengancinta kasih dan perhatiannya.

15. (Hubungan gereja dengan orang kristen bukan katolik)Gereja tahu, bahwa karena banyak alasan ia berhubungan dengan mereka, yangkarena dibabtis mengemban nama kristen, tetapi tidak mengakui ajaran iman

seutuhnya atau tidak memelihara kesatuan persekutuan dibawah PenggantiPetrus(28). Sebab memang banyaklah yang menghormati Kitab suci sebagai tolakukur iman dan kehidupan, menunjukkan semangat keagamaan yang sejati, penuhkasih beriman akan Allah Bapa yang mahakuasa dan akan Kristus, Putera Allahdan Penyelamat(29), ditandai oleh babtis yang menghubungkan mereka dengan

Kristus, bahkan mengakui dan menerima sakramen-sakramen lainnya juga diGereja-Gereja atau jemaat-jemaat gerejani mereka sendiri. Banyak pula diantaramereka yang mempunyai Uskup-uskup, merayakan Ekaristi suci, dan memeliharahormat bakti kepada Santa Perawan Bunda Allah (30). Selain itu ada persekutuan

doa-doa dan kurnia-kurnia rohani lainnya; bahkan ada suatu hubungan sejatidalam Roh Kudus, yang memang dengan daya pengudusan-Nya juga berkaryadiantara mereka dengan melimpahkan anugerah-anugerah serta rahmat-rahmat-Nya, dan menguatkan beberapa dikalangan mereka hingga menumpahkan

darahnya. Demikianlah Roh membangkitkan pada semua murid Kristus keinginandan kegiatan, supaya semua saja dengan cara yang ditetapkan oleh Kristus secaradamai dipersatukan dalam satu kawanan dibawah satu Gembala (31).. Untukmencapai tujuan itu Bunda Gereja tiada hentinya berdoa, berharap dan berusaha,serta mendorong para puteranya untuk memurnikan dan membaharui diri, supayatanda Kristus dengan lebih cemerlang bersinar pada wajah Gereja.

26  Lih. S. AGUSTINUS, Tentang babtis melawan Donatus, V,28,39: PL 43,197: “Pasti sudah jelas, bahwa bila

dikatakan: di dalam dan di luar Gereja, itu harus diartikan : dengan hatinya, dan bukan dengan badannya.” Lihat

dalam karya tulis yang sama, III, 19, 26: kolom 152; V, 18,24: kolom 189; Tentang Yoh, uraian 61,2:PL 35, 1800;

 pun sering dilain tempat.27

 Luk 12:48: “Barang siapa menerima banyak, dari padanya akan dituntut banyak pula.” Lih. Mat 5:19-20; 7:2-22;

25:4-46; Yak 2:14.28

 Lih. LEO XIII, Surat apostolik Praeclara gratulationis , 20 Juni 1894: ASS 26 (1893-94) hlm. 707.29 Lih. LEO XIII,  Ensikl ik Satis cognitum, 29 juni 1896: ASS 28 (1895-96)hlm. 738.  Ensiklik Caritatis studium, 25

Juli 1898: ASS 3 (1898-99) hlm. 11. PIUS XII, Amanat radio  Nell’alba, 24 Desember 1941: AAS 34 (1942) hlm.

41.30

  Lih. PIUS XI,  Ensiklik Rerum Orientalium, 8 September 1928: AAS 20 (1928) hlm. 287. PIUS XII,  Ensik lik

Orientalis Ecclesiae, 9 April 1944: AAS 36 (1944) hlm. 137.31

 Lih. Instruksi Kongregasi S. OFFICII, 20 Desember 1949: AAS 42 (1950) hlm. 142.

Page 75: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 75/388

 16. (Umat bukan-kristiani)Akhirnya mereka yang belum menerima Injil dengan berbagai alasan diarahkankepada Umat Allah(32). Terutama bangsa yang telah dianugerahi perjanjian dan

 janji-janji, serta merupakan asal kelahiran Kristus menurut daging (lih. Rom 9:4-

5), bangsa terpilih yang amat disayangi karena para leluhur; sebab Allah tidak

menyesali kurnia-kurnia serta panggilan-Nya (lih. Rom 11:28-29). Namun rencanakeselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta; diantaramereka terdapat terutama kaum muslimin, yang menyatakan bahwa merekaberpegang pada iman Abraham, dan bersama kita bersujud menyembah Allah yang

tunggal dan maharahim, yang akan menghakimi manusia pada hari kiamat. Pundari umat lain, yang mencari Allah yang tak mereka kenal dalam bayangan dangambaran, tidak jauhlah Allah, karena Ia memberi semua kehidupan dan nafasdan segalanya (lih. Kis 17:25-28), dan sebagai Penyelamat menhendaki

keselamatan semua orang (lih. 1Tim 2:4). Sebab mereka yang tanpa bersalah tidakmengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah,dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang merekakenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan

kekal(33). Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yangdiperlukan untuk keselamatan kepada mereka, yang tanpa bersalah belum sampaikepada pengetahuan yang jelas tentang Allah, namun berkat rahmat ilahiberusaha menempuh hidup yang benar. Sebab apapun yang baik dan benar, yangterdapat pada mereka, Gereja dipandang sebagai persiapan Injil(34), dan sebagai

kurnia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperolehkehidupan. Tetapi sering orang-orang, karena ditipu oleh si Jahat, jatuh ke dalampikiran-pikiran yang sesat, yang mengubah kebenaran Allah menjadi dusta,dengan lebih mengabdi kepada ciptaan daripada Sang Pencipta (lih. Rom 1:21 dan25). Atau mereka hidup dan mati tanpa Allah di dunia ini dan menghadapi bahaya

putus asa yang amat berat. Maka dari itu, dengan mengingat perintah Tuhan:“Wartakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk 16:15), Gereja dengan sungguh-sungguh berusaha mendukung misi-misi, untuk memajukan kemuliaan Allah dankeselamatan semua orang itu.

17. (Sifat misioner Gereja)Sebab seperti Putera diutus oleh Bapa, begitu pula Ia sendiri mengutus para Rasul(lih. Yoh 20:21), sabda-Nya: “Pergilah, ajarilah semua bangsa, dan babtislah

mereka atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka menaatisegala-sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Akumenyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 28:19-20). Perintah resmiKristus itu mewartakan kebenaran yang menyelamatkan itu oleh Gereja diterima

dari para Rasul, dan harus dilaksanakan sampai ujung bumi (lih. Kis 1:8). MakaGereja mengambil alih sabda Rasul: “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakanInjil!” (1Kor 9:16). Maka dari itu gereja terus-menerus mengutus para pewarta,sampai Gereja-Gereja baru terbentuk sepenuhnya, dan mereka sendiripunmelanjutkan karya pewartaan Injil. Sebab Gereja didorong oleh Roh Kudus untukikut mengusahakan, agar rencana Allah, yang menetapkan Kristus sebagai azas

keselamatan bagi seluruh dunia, terlaksana secara efektif. Dengan mewartakanInjil Gereja mengundang mereka yang mendengarnya kepada iman dan pengakuaniman, menyiapkan mereka untuk menerima babtis, membebaskan mereka dariperbudakan kesesatan, dan menyaturagakan mereka kedalam Kristus, supaya

karena cinta kasih mereka bertumbuh ke arah Dia hingga kepenuhannya. Denganusaha-usahanya Gereja menyebabkan, bahwa segala kebaikan yang tertaburkan

dalam hati serta budi orang-orang, atau dalam upacara-upacara dan kebudayaanpara bangsa sendiri, bukan saja tidak hilang, melainkan disehatkan, diangkat dandisempurnakan demi kemuliaan Allah, demi tersipu-sipunya setan dan

32 Bdk. S. THOMAS, Summa Theol . III, soal 8, art. 3 ad 1.

33 Lih. Surat Kongegrasi S.OFFICII kepada Uskup Agung Boston, DENZ, 3869-72

34 Lih. EUSEBIUS dari Sesarea, Persiapan Inji l , 1,1: PG 21, 28AB.

Page 76: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 76/388

kebahagiaan manusia. Setiap murid Kristus mengemban beban untuk menyiarkaniman sekadar kemampuannya(35). Setiap orang dapat membabtis orang beriman.

 Tetapi tugas imamlah melaksanakan pembangunan Tubuh Kristus denganmempersembahkan korban Ekaristi. Dengan demikian terpenuhilah sabda Allahmelalui nabi: “Dari terbitnya matahari sampai terbenamnya besarlah nama-Ku

diantara para bangsa, dan disetiap tempat dikorbankan dan dipersembahkanlah

persembahan murni kepada nama-Ku” (Mal 1:11) (36). Begitulah Gereja sekaligusberdoa dan berkarya, agar kepenuhan dunia seluruhnya beralih menjadi UmatAllah, Tubuh Tuhan dan Kenisah Roh Kudus, dan supaya dalam Kristus, Kepalasemua orang, di persembahkan kepada Sang Pencipta dan Bapa semesta alam

segala hormat dan kemuliaan.

BAB TIGA

SUSUNAN HIRARKIS GEREJA, KHUSUSNYA EPISKOPAT

18. (Pendahuluan)Untuk menggembalakan dan senantiasa mengembangkan umat Allah, Kristus

 Tuhan mengadakan dalam Gereja-Nya aneka pelayanan, yang tujuannyakesejahteraan seluruh Tubuh. Sebab para pelayan, yang mempunyai kekuasaankudus, melayani saudara-saudara mereka, supaya semua yang termasuk UmatAllah, dan karena itu mempunyai martabat kristiani sejati, dengan bebas danteratur bekerja sama untuk mencapai tujuan tadi, dan dengan demikian mencapai

keselamatan.Mengikuti jejak Konsili Vatikan I, Konsili suci ini mengajarkan dan

menyatakan, bahwa Yesus Kristus Gembala kekal telah mendirikan Gereja Kudus,dengan mengutus para Rasul seperti Ia sendiri di utus oleh bapa (lih. Yoh 20:21).Para pengganti mereka yakni para Uskup, dikehendaki-Nya untuk menjadi

gembala dalam gereja-Nya hingga akhir zaman. Namun supaya episkopat itusendiri tetap satu dan tak terbagi, Ia mengankat santo Petrus menjadi ketua paraRasul lainnya. Dan dalam diri Petrus itu Ia menetapkan adanya azas dan dasarkesatuan iman serta persekutuan yang tetap dan kelihatan (37). Ajaran tentang

penetapan, kelestarian, kuasa dan arti Primat Kudus Imam Agung di Romamaupun tentang Wewenag Mengajarnya yang tak dapat sesat, oleh Konsili sucisekali lagi dikemukakan kepada semua orang beriman untuk diimani denganteguh. Dan melanjutkan apa yang sudah dimulai itu Konsili memutuskan, untuk

menyatakan dan memaklumkan dihadapan mereka semua ajaran tentangparauskup, pengganti para Rasul, yang beserta pengganti petrus, Wakil Kristus(38) danKepala gereja semesta yang kelihatan, memimpin rumah Allah yang hidup.

19. (Dewan para Rasul didirikan oleh Kristus)

Setelah berdoa kepada Bapa, Tuhan Yesus memanggil kepada-Nya mereka yangdikendaki-Nya sendiri. Diangkat-Nya duabelas orang, untuk ikut serta dengan-Nya, dan untuk diutus mewartakan Kerajaan Allah (lih. Mark 3:13-19; Mat 10:1-

 35  Lih. BENEDIKTUS XV, Surat apostolik  Maximum illud : AAS 1 (1919)hlm. 440, terutama hlm. Dsl. PIUS XI,

Ensiklik  Rerum Ecclesiae: AAS 18 (1926) hlm. 68-69. PIUS XII, Ensiklik  Fidei Donum, 2 April 1957: AAS 49

(1957) hlm. 236-237).36

  Lih  Didache  (Pengajaran) 14: terb. FUNK, 1, 32. S. YUSTINUS, Dialog 41: PG 6,564. S. IRENEUS, Melawan bidaah-bidaah, IV, 17,5: PG 7,1023; HARVEY 2, hlm. 199 dsl. KONSILI TRENTE, Sidang 22, bab 1: DENZ.

939 (1742).37

  Lih. KONSILI VATIKAN I, Konstitusi dogmatis tentang Gereja Kristus Pastor Aeternus: DENZ. 1821 (3050

DSL.).38

  Lih. KONSILI FLORENSIA, Dekrit untuk umat Yunani: DENZ. 694 (1307) dan KONSILI VATIKAN I, di

tempat yang sama: DENZ. 1826 (3059).

Page 77: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 77/388

42). Para Rasul itu (lih. Luk 6:13) di bentuk-Nya menjadi semacam dewan ataubadan yang tetap. Sebagai ketua dewan diangkat-Nya Petrus, yang dipilih dariantara mereka (lih. Yoh 21:15-17). Ia mengutus mereka pertama-tama kepadaumat Israel, kemudian kepada semua bangsa (lih. Rom 1:16), supaya mereka,dengan mengambil bagian dalam kekuasaan-Nya, menjadikan semua bangsa

murid-murid-Nya, serta menguduskan dan memimpin mereka (lih. Mat 28:16-20;

Mrk 16:15; Luk 24:45-48; Yoh 20:21-23). Demikianlah mereka akanmenyebarluaskan Gereja, dan di bawah bimbingan Tuhan menggembalakannyadalam pelayanan, di sepanjang masa hingga akhir jaman (lih. Mat 28:20). Padahari Pentekosta mereka diteguhkan sepenuhnya dalam perutusan itu (lih. Kis 2:1-

36) sesuai dengan janji Tuhan: Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudusturun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis 1:8). Adapun paraRasul dimana-mana mewartakan Injil (lih. Mrk 16:20), yang berkat karya Roh

kudus diterima baik oleh mereka dan diatas Santo petrus, ketua mereka,sedangkan Yesus Kristus sendiri menjadi batu sendinya (lih. Why 21:14; Mat16:18; Ef 2:20) (39).

20. (Para Uskup pengganti para Rasul)Perutusan ilahi, yang dipercayakan kristus kepada para rasul itu, akanberlangsung sampai akhir zaman (lih. Mat 28:20). Sebab Injil, yang harus mereka

wartakan, bagi Gereja merupakan azas seluruh kehidupan untuk selamanya.Maka dari itu dalam himpunan yang tersusun secara hirarkis iotu para Rasul telahberusha mengangkat para pengganti mereka.

Mereka tidak hanya mempunyai berbagai macam pembantu dalampelayanan(40). Melainkan supaya perutusan yang dipercayakan kepada para Rasul

dapat dilanjutkan sesudah mereka meninggal, mereka menyerahkan kepada parapembantu mereka yang terdekat – seakan-akan sebagai wasiat – tugas untukmenyempurnakan dan meneguhkan karya yang telah mereka mulai (41). Kepadamereka itu pra Rasul berpesan, agar mereka menjaga seluruh kawanan, tempatRoh Kudus mengangkat mereka untuk menggembalakan jemaat Allah (lih. Kis

20:28). Jadi para Rasul mengangkat orang-orang seperti itu; dan kemudianmemberi perintah, supaya bila mereka sendiri meninggal, orang-orang lain yangterbukti baik mengambil alih pelayanan mereka(42). Diantara pelbagai pelayanan,

 yang sejak awal mula dijalankan dalam Gereja itu, menurut tradisi yang mendapat

tempat utama ialah tugas mereka yang diangkat menjadi Uskup, dan yang karenapergantian yang berlangsung sejak permulaan(43) membawa ranting benih rasuli(44).Demikianlah menurut kesaksian S. Ireneus, melalui mereka yang oleh para Rasuldiangkat menjadi uskup serta para pengganti mereka sampai akhir zaman kita,

tradisi rasuli dinyatakan(45)

 dan dipelihara(46)

 diseluruh dunia. Jadi para Uskup menerima tugas melayani jemaat bersama dengan parapembantu mereka, yakni para imam dan diakon(47). Sebagai wakil Allah mereka

39 Lih. S. Gregorius,  Kitab sakramen-sakramen , Prefasi pada hari raya S. Matias dan S. Tomas: PL 78,51 dan 152;

lih. Kodeks Vatikan latin 3548, hlm. 18. S. HILARIUS, Tentang Mzm  67:10: PL 9,450; CSEL 22, hlm. 286. S.

HIRONIMUS,  Melawan Yovin. 1, 26: PL 23,247A. S. AGUSTINUS, Tentang Mzm  86:4: PL 37,1103. S.

GREGORIUS AGUNG, Mor. Tentang Ayub, XXVIII, V:PL 76,455-456. PRIMASIUS,  Komentar pada Why  V:

PL 68,924BC. PASKASIUS RADBERTUS, Tentang Mat , jil. VIII, bab 16: PL 120,561C. Lih. Leo XIII, Surat  Et

 sane , 17 Desember 1888: AAS 21(1888) hlm. 321.40

 Lih. Kis 6:2-6; 11:30; 13:1; 14:23; 20:17; 1Tes 5:12-13; Flp 1:1; Kol 4:11 dan di berbagai tempat.41  Lih. Kis 20:25-27; 2Tim 4:6 dsl. Bdk. 1Tim 5:22; 2Tim 2:2; Tit 1:5; S. KLEMENS dari roma, Surat kepada umat

di Korintus 44,2: terb. FUNK, I, hlm. 156.42

 Lih. S. KLEMENS dari Roma, Surat kepada umat di Korintus 44,3: terb. FUNK, I, hlm. 154 dsl.43

 Lih. TERTULIANUS, Melawan kaun bidaah  32: PL 2,52 dsl. S. IGNASIUS Martir, di pelbagai tempat.44 Lih. TERTULIANUS, Melawan kaun bidaah  32: PL 2,53.45  Lih. S. IRENEUS,  Melawan bidaah-bidaah III ,3,1: PG 7,848A; HARVEY 2,8; SAGNARD, hlm. 100 dsl.:

dinyatakan.46

 Lih. S. IRENEUS,  Melawan bidaah-bidaah III ,2,2: PG 7,847; HARVEY 2,7; SAGNARD, hlm. 100: dipelihara,

 juga IV,26,2: kolom 1053; HARVEY 2,236, juga IV,33,8: kolom 1077; HARVEY 2,262.47

 Lih. S. IGNASIUS Martir, Surat kepada umat di Filadelfia, Pendahuluan: terb. FUNK, I, hlm. 264.

Page 78: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 78/388

memimpin kawanan(48)  yang mereka gembalakan, sebagai guru dalam ajaran,imam dalam ibadat suci, pelayanan dalam bimbingan(49). Seperti tugas, yang oleh

 Tuhan secara khasdiserahkan kepada Petrus ketua para rasul, dan harusditeruskan kepada para penggantinya, tetaplah adanya, begitu pula tetaplah tugaspara rasul menggembalakan Gereja, yang tiada hentinya harus dilaksanakan oleh

pangkat suci para Uskup(50). Maka dari itu Konsili suci mengajarakan, bahwa atas

penetapan ilahi para Uskup menggantikan para Rasul (51) sebagai gembala Gereja.Barang siapa mendengarkan mereka, mendengarkan Kristus; tetapi barang siapamenolak mereka, menolak Kristus dan Dia yang mengutus Kristus (lih. Luk10:16)(52).

21. (Sakramen imamat) Jadi dalam diri para Uskup, yang dibantu oleh para imam, hadirlah ditengah umat

beriman Tuhan Yesus kristus, Imam Agung tertinggi. Sebab meskipun Ia duduk disisi kanan Allah Bapa, Ia tidak terpisahklan dari himpunan para imam agung-Nya(53). Melainkan terutama melalui pengabdian mereka yang mulia Ia mewartakansabda Allah kepada semua bangsa, dan tiada hentinya Ia menerima sakramen-

sakramen iman kepada umat beriman. Melalui tugas kebapaan mereka (lih. 1Kor4:15) Yesus menyaturagakan anggota-anggota baru ke dalam tubuh-Nya karenakelahiran kembali dari atas. Akhirnya melalui kebijaksanaan dan kearifan merekaia membimbing dan mengarahkan Umat Perjanjian baru dalam perjalanannyamenuju kebahagiaan kekal. Para gembala yang dipilih untuk menggembalakan

kawanan Tuhan itu pelayan-pelayan Kristus dan pembagi rahasia-rahasia Allah(lih. 1Kor 4:1). Kepada mereka dipercayakan kesaksian akan Injil tentang rahmatAllah (lih. Rom 15:16; Kis 20:24) serta pelayanan Roh dan kebenaran dalamkemuliaan (lih. 2Kor 3:8-9).

Untuk menunaikan tugas-tugas yang semulia itu para rasul diperkaya dengan

pencurahan istimewa Roh Kudus, yang turun dari Kristus atas diri mereka (lih. Kis1:8; 2:4; Yoh 20:22-23). Dengan penumpangan tangan mereka sendiri meneruskankurnia rohani itu kepada para pembantu mereka (lih. 1Tim 4:14; 2Tim 1:6-7).Kurnia itu sampai sekarang disampaikan melalui tahbisan Uskup(54). AdapunKonsili suci mengajarkan bahwa dengan tahbisan Uskup diterimakan kepenuhan

sakramen Imamat, yakni yang dalam kebiasaan liturgi Gereja maupun melaluisuara para Bapa suci disebubt imamat tertinggi, keseluruhan pelayan suci(55).Adapun dengan tahbisan (konsekrasi) Uskup diberikan tugas menyucikan, selainitu juga tugas mengajar dan membimbing. Namun menurut hakekatnya tugas-

tugas itu hanya dapat dilaksanakan dalam persekutuan hirarkis dengan Kepalaserta para anggota Dewan. Sebab menurut tradisi, yang dinyatakan terutamadalam upacara-upacara liturgis dan kebiasaan Gereja Timur maupun barat, cukup

 jelaslah, bahwa dengan penumpangan tangan dan kata-kata tahbisan diberikan

48 Lih. S. IGNASIUS Martir, Surat kepada umat di Filadelfia 1,1; kepada umat di Magnesia 6,1: terb. FUNK, I, hlm.

264 dan 234.49

 S. KLEMENS dari roma, Surat kepada umat di Korintus, 42, 3-4; 44,3-4; 57,1-2; terb. FUNK, I, 152, 156, 171 dsl.S. IGNASIUS Martir, Surat kepada umat di Filadelfia 2; kepada umat di Smirna 8; kepad umat di Magnesia 3;

kepada umat di Tralles 7; terb. FUNK, I, hlm. 265 dsl.; 282; 232; 256 dsl. Dll.; S. YUSTINUS, Apologia 1,65: PG

6,428; S. SIPRIANUS, seringkali disurat-suratnya.50

 Lihat LEO XIII, Ensiklik Satis cognitum, 29 Juni 1896: ASS 28 (1895-96) hlm. 732.51

  Lih. KONSILI TRENTE, Tentang sakramen tahbisan, bab 4: DENZ. 960 (1768); KONSILI VATIKAN I,

 Konstitusi tentang Gereja Kristus Pastor Aeternus, bab 3: DENZ. 1828 (3061). PIUS XII, Ensiklik  Mystici

Corporis, 29 Juni 1943: AAS 35 (1943) hlm. 209 dan 212. Kitab Hukum Kanonik (lama), kanon 329 par. 1.52 Lih. LEO XIII, Surat Et sane, 17 Desember 1888, ASS 21 (1888) hlm. 321 dsl.53

 Lih. S. LEO AGUNG, Kotbah 5,3: PL 54,154.54

  KONSILI TRENTE, Sidang 23, bab 3, mengutip 2Tim 1:6-7, untuk membuktikan, bahwa tahbisan itu sakramenyang sesungguhnya: DENZ. 959 (1766(.

55  Menurut tradisi para Rasul, 3: terb. BOTTE, Sources chrtiennes, hlm. 27-30, kepada Uskup diserahkan  primatimamat . Lih. Buku upacara Leonian tentang Sakramen-Sakramen; terb. C. MOHLBERG, Sacramentarium

Veronense, Roma 1955, hlm. 119: “Kepada pelayanan imamat yang tertinggi … Laksanakanlah dalam diri para

imammu keutuhan rahasia-Mu” … IDEM, Kitab Sakramen-Sakramen Gereja di Roma, Roma 1960, hlm. 121-122:

Kurniakanlah kepada mereka, ya Tuhan, takhta keuskupan untuk membimbing Gerejamu serta segenap rakyat.

Lih. PL 78,224.

Page 79: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 79/388

rahmat Roh Kudus(56) serta meterai suci(57) sedemikian rupa, sehingga para Uskupsecara mulia dqan kelihatan mengemban peran Kristus sebagai Guru, Gembala,dan Imam Agung, dan bertindak atas nama-Nya(58). Adalah wewenang para Uskupuntuk dengan sakramen tahbisan mengangkat para terpilih baru ke dalam Dewanpara Uskup.

22. (Kolegialitas Dewan para Uskup)Seperti Santo Petrus dan para Rasul lainnya atas penetapan Tuhan merupakan

satu Dewan para Rasul, begitu pula Imam Agung di Roma, pengganti Petrus,bersama para Rasul, merupakan himpunan yang serupa. Adanya kebiasaan amatkuno, bahwa para Uskup di seluruh dunia berhubungan satu dengan lainnya sertadengan Uskup di Roma dalam ikatan kesatuan, cinta kasih dan damai(59), begitu

pula adanya Konsili-konsili yang dihimpun(60)  untuk mengambil keputusan-keputusan bersama yang amat penting(61), sesudah ketetapan dipertimbangkandalam musyawarah banyak orang(62), semua itu memperlihatkan sifat dan hakekatkolegial pangkat Uskup. Sifat itu dengan jelas sekali terbukti dari Konsili-konsili

Ekumenis, yang diselenggarakan disepanjang abad-abad yang lampau. Sifat itutercermin pula pada kebiasaan yang berlaku sejak zaman kuno, yaknimengundang Uskup-Uskup untuk ikut berperan dalam mengangkat orang terpilihbaru bagi pelayanan imamat agung. Seseorang menjadi anggota Dewan paraUskup dengan menerima tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan

hirarkis dengan Kepala maupun para anggota Dewan.Adapun Dewan atau Badan para Uskup hanyalah berwibawa bila bersatu

dengan Imam Agung di Roma, pengganti Petrus, sebagai Kepalanya, dan selamakekuasaan Primatnya terhadap semua, baik para Gembala maupun para beriman,tetap berlaku seutuhnya. Seba b Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya,

 yakni sebagai Wakil Kristus dan Gembala Gereja semesta, mempunyai kuasapenuh, tertinggi dan universal terhadap Gereja; dan kuasa itu selalu dapatdijalankannya dengan bebas. Sedangkan Badan para Uskup, yang menggantikanDewan para Rasul dan tugas mengajar dan bimbingan pastoral, bahkan yangmelestarikan Badan para Rasul, bersama dengan Imam Agung di Roma selaku

Kepalanya, dan tidak pernah tanpa Kepala itu, merupakan subjek kuasa tertinggidan penuh juga terhadap Gereja (63); tetapi kuasa itu hanyalah dapat dijalankandengan persetujuan Imam Agung di Roma. Hanya Simonlah yang oleh Tuhanditempatkan sebagai batu karang dan juru kunci Gereja (lih. Mat 16:18-19), dan

diangkat menjadi Gembala seluruh kawanan-Nya (lih. Yoh 21:15 dsl.). Tetapi tugasmengikat dan melepaskan, yang diserahkan kepada Petrus (lih. Mat 16:19),ternyata diberikan juga kepada Dewan para Rasul dalam persekutuan denganKepalanya (lih. Mat 18:18; 28:16-20)(64). Sejauh terdiri dari banyak orang, Dewan

56 Lih. Tradisi para rasul, 2: terb. BOTTE, hlm. 27.

57  KONSILI TRENTE, Sidang 23, bab 4, mengajarkan bahwa sakramen tahbisan memberikan meterai yang tidak

terhapus: DENZ. 960 (1767). Lih. YOHANES XXIII, Amanat lubilate Deo, o8 Mei 1960: AAS 52 (1960) hlm.446. PAULUS VI, Homili di basilika Vatikan, 20 Oktober 1963: AAS 55 (1963) hlm. 1014.

58  S. SIPRIANUS, Surat 63,14: PL 4,386; HARTEL, iii b, HLM. 713: “Imam benar-benar mewakili Kristus”. S.

YOH. KRISOSTOMUS, Tentang 2Tim, Homili 2,4: PG 62,612: Imam itu  symbolon   (lambang) Kristus. S.

AMBROSIUS, Tentang Mzm 38:25-26: PL 14,1051-52; CSEL 64,203-204. AMBROSIASTER, Tentang 1Tim

5:19: PL 17,479 C dan Tentang Ef 4:11-12: kolom 387 C. TEODORUS dari Mopsuesta, Homili-Katek. XV,21 dan

24: terb. TONNEAU, hlm. 497 dan 503. HESIKIUS dari Yerusalem, Tentang kitab Imamat, buku 2,9,23: PG

93,894B.59  Lih. EUSEBIUS, Sejarah Gereja, V, 24,10: GCS II, 1, hlm. 495; terb. BARDY, Sourses Chrtiennes II , hlm. 69.

DIONISIUS, pada EUSEBIUS, Sej. Gereja VII,5,2: GCS II,2, hlm. 638 dsl.; BARDY, II, hlm. 168 dsl.  60

  Lih. Tentang konsili-konsili di zaman kuno, EUSEBIUS, Sej. Ger. V,23-24, GCS II, 1, hlm. 488 dsl.;BARDY,II,hlm. 66 dsl, dan di pelbagai tempat. KONSILI NISEA, kanon 5: conc. Oec. Decr., hlm. 7.

61 Lih. TERTULIANUS, Tentang Puasa, 13:PL 2, 972B; CSEL 20, hlm. 292 baris 13-16.62 Lih. S. SIPRIANUS, Surat 56,3: HARTEL, III B, hlm. 650; BA-YARI, hlm. 154.63

 Lih. Risalah resmi ZINELLI, dalam KONSILI VATIKAN I: MANSI 52,11092C.64

  Lih. KONSILI VATIKAN I, Skema Konstitusi dogmatis II tentang Gereja Kristus, bab 4: MANSI 53,310. Lih.

Risalah KLEUTGEN tentang skema yang ditinjau kembali: MANSI 53,321B-322B dan penjelasan ZINELLI:

MANSI 52,110A. Lih. Juga S. LEO AGUNG, Kotbah 4,3: PL 54,151A.

Page 80: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 80/388

itu mengungkapkan kemacam-ragaman dan sifat universal Umat Allah; tetapisejauh terhimpun dibawah satu kepala, mengungkapkan kesatuan kawananKristus. Dalam Dewan itu para Uskup, sementara mengakui dengan setiakedudukan utama dan tertinggi Kepalanya, melaksanakan kuasanya sendiri demikesejahteraan umat beriman mereka, bahkan demi kesejahteraan Gereja semesta;

dan Roh Kudus tiada hentinya meneguhkan tata-susunan organis serta

kerukunannya. Kuasa tertinggi terhadap Gereja seluruhnya, yang ada pada dewanitu, secara meriah dijalankan dalam Konsili Ekumenis. Tidak pernah ada KonsiliEkumenis, yang tidak disahkan atau sekurang-kurangnya diterima baik olehpengganti Petrus. Adalah hak khusus Imam Agung di Roma untuk mengundang

Konsili itu, dan memimpin serta mengesahkannya(65). Kuasa kolegial itu dapat jugadijalankan oleh para Uskup bersama Paus, kalau mereka tersebar diseluruh dunia,asal saja Kepala Dewan mengundang mereka untuk melaksanakan tindakankolegial, atau setidak-tidaknya menyetujui atau dengan bebas menerima kegiatan

bersama para Uskup yang terpencar, sehingga sungguh-sungguh terjadi tindakankolegial.

23. (Uskup setempat dan Gereja universal)Persatuan kolegial nampak juga dalam hubungan timbal-balik antara masing-masing Uskup dan Gereja-Gereja khusus serta Gereja semesta. Imam Agung diRoma, sebagai pengganti Petrus, menjadi azas dan dasar yang kekal dan kelihatanbagi kesatuan para Uskup maupun segenap kaum beriman(66). Sedangkan masing-

masing Uskup menjadi azas dan dasar kelihatan bagi kesatuan dalam Gerejakhususnya(67), yang terbentuk menurut citra Gereja semesta. Gereja katolik yangsatu dan tunggal berada dalam Gereja-Gereja khusus dan terhimpundaripadanya(68). Maka dari itu masing-masing Uskup mewakili Gerejanya sendiri,sedangkan semua Uskup bersama Paus mewakili seluruh Gereja dalam ikatan

damai, cinta kasih dan kesatuan.Masing-masing Uskup, yang mengetuai Gereja khusus, menjalankan

kepemimpinan pastoralnya terhadap bagian Umat Allah yang dipercayakankepadanya, bukan terhadap Gereja-Gereja lain atau Gereja semesta. Tetapi sebagaianggota Dewan para Uskup dan pengganti para Rasul yang sah mereka masing-

masing – atas penetapan dan perintah Kristus – wajib menaruh perhatian terhadapseluruh Gereja(69). Meskipun perhatian itu tidak diwujudkan melalui tindakanmenurut wewenang hukumnya, namun sangat bermanfaat bagi seluruh Gereja.Sebab semua Uskup wajib memajukan dan melindungi kesatuan iman dan tata-

tertib yang berlaku umum bagi segenap Gereja, mendidik umat beriman untukmencintai seluruh Tubuh Kristus yang mistik, terutama para anggotanya yangmiskin serta bersedih hati, dan mereka yang menanggung penganiayaan demikebenaran (lih. Mat 5:10); akhirnya memajukan segala kegiatan, yang umum bagi

seluruh Gereja, terutama agar supaya iman berkembang dan cahaya kebenaran yang penuh terbit bagi semua orang. Memang sudah pastilah bahwa, bila merekamembimbing dengan baik Gereja mereka sendiri sebagai bagian Gereja semesta,mereka memberi sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan seluruh Tubuh mistik,

 yang merupakan badan Gereja-Gereja itu(70).Penyelenggaraan pewartaan Injil di seluruh dunia merupakan kewajiban badan

para Gembala, yang kesemuanya bersama-sama menerima perintah Kristus, dandengan demikian juga mendapat tugas bersama, seperti telah ditegaskan oleh Paus

65

 Lih. Kitab Hukum Kanonik (lama), kanon 222 dan 227.66

 Lih. KONSILI VATIKAN I, Konstitusi dogmatis Pastor Aeternus: DENZ. 1821 (3050 dsl.).67 Lih. S. SIPRIANUS, Surat 66,8: HARTEL III, 2, hlm. 733: “Uskup dalam Gereja dan Gereja dalam Uskup”.68  Lih. S. SIPRIANUS, Surat 55, 24: HARTEL , hlm. 624, baris 13: “Satu Gereja, tersebar diseluruh dunia, dan

terbagi menjadi banyak anggota”. Surat 36,4: HARTEL, hlm. 575, baris 20-21.69

 Lih. PIUS XII, Ensiklik Fidei Donum, 21 April 1957: AAS 49 (1957) hlm. 237.70

  Lih. S. HILARIUS dari Poitiers, Tentang Mzm 14:3: PL 9,206; CSEL 22, hlm. 86. S. GREGORIUS AGUNG,

Moral. IV,7,12: PL 75,643C. Pseudo BASILIUS, Tentang Yes 15,296: PG 30,637C.

Page 81: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 81/388

Coelestinus kepada para bapa Konsili di Efesus(71). Maka masing-masing Uskup,sejauh pelaksanaan tugas mereka sendirimengizinkannya, wajib ikut serta dalamkerja sama antara mereka sendiri dan dengan pengganti Petrus, yang secaraistimewa diserahi tugas menyiarkan iman kristiani(72). Maka untuk daerah-daerahmisi mereka wajib sedapat mungkin menyediakan pekerja-pekerja panenan,

maupun bantuan-bantuan rohani dan jasmani, bukan hanya langsung dari

mereka sendiri, melainkan juga dengan membangkitkan semangat kerjasama yangberkobar diantara umat beriman. Akhirnya hendaklah para Uskup, dalampersekutuan semesta cinta kasih, dengan sukarela memberi bantuanpersaudaraan kepada Gereja-Gereja lain, terutama yang lebih dekat dan miskin,

menurut teladan mulia Gereja kuno.Berkat penyelenggaraan ilahi terjadilah, bahwa pelbagai Gereja, yang didirikan

di pelbagai tempat oleh para Rasul serta para pengganti mereka, sesudah waktutertentu bergabung menjadi berbagai kelompok yang tersusun secara organis.

Dengan tetap mempertahankan kesatuan iman serta susunan satu-satunya yangberasal dari Allah bagi seluruh Gereja, kelompok-kelompok itu mempunyai tata-tertib mereka sendiri, tata-cara liturgi mereka sendiri, dan warisan teologis sertarohani mereka sendiri(73). Diantaranya ada beberapa, khususnya Gereja-Gereja

patriarkal kuno, yang ibarat ibu dalam iman, melahirkan Gereja-Gereja lainsebagai anak-anaknya. Gereja-Gereja kuno itu sampai sekarang tetapberhubungan dengan Gereja-gereja cabang mereka karena ikatan cinta kasih yanglebih erat dalam hidup sakramental dan dengan saling menghormati hak-hak sertakewajiban mereka (74). Keanekaragaman Gereja-Gereja setempat yang menuju

kesatuan itu dengan cemerlang memperlihatkan sifat katolik Gereja yang takterbagi. Begitu pula konferensi-konferensi Uskup sekarang ini dapat memberisumbangan bermacam-macam yang berfaedah, supaya semangat kolegialmencapai penerapannya yang kongkret.

24. (Tugas para Uskup pada umumnya)Dari Tuhan, yang diserahi segala kuasa di langit dan di bumui, para Uskup selakupengganti para Rasul menerima perutusan untuk mengajar semua suku bangsadan mewartakan Injil kepada segenap makhluk, supaya semua orang, karena

iman, babtis dan pelaksanaan perintah-perintah memperoleh keselamatan (lih.Mat 28:18-20; Mrk 16:15-16; Kis 26:17 dsl.). Untuk menunaikan perutusan itu,Kristus Tuhan menjanjikan Roh Kudus kepada para Rasul, dan pada hariPantekosta mengutus-Nya dari sorga, supaya mereka karena kekuatan Roh

menjadi saksi-saksi-Nya hingga ke ujung bumi, dihadapan kaum kafir, parabangsa dan raja-raja (lih. Kis 1:8; 2:1; dsl; 9:15). Adapun tugas yang oleh Tuhandiserahkan kepada para gembala umat-Nya itu, sungguh-sungguh merupakanpengabdian, yang dalam Kitab suci dengan tepat di sebut diakonia  atau pelayanan

(lih. Kis 1:17 dan 25; 21:19; Rom 11:13; 1Tim 1:12).Para Uskup dapat menerima misi kanonik  menurut adat-kebiasaan yang sah, yang tidak di cabut oleh kuasa tertinggi dan universal Gereja, atau sesuai denganhukum yang oleh kewibawaan itu juga ditetapkan atau diakui, atau secaralangsung oleh pengganti Petrus sendiri. Bila beliau tidak setuju atau tidak

71  Lih. S. COLESTINUS, Surat 18,1-2, kepada Konsili di Efese: PL 50,505 AB; SCHWARTZ, Acta Conc. Oec.

1,1,1, hlm. 22. Lih. BENEDIKTUS XV, Surat apostolik  Maximum illud : AAS 11 (1919) hlm. 440. PIUS XI,

Ensiklik Fidei Donum, di tempat yang sama.72

  LEO XIII, Ensiklik Grande munus, 30 September 1880: ASS 13 (1880) hlm. 145. Lih. Kitab Hukum Kanonik(lama), kanon 1327; kanon 1350 par. 2.

73 Lih. LEO XIII, Ensiklik Grande munus, 30 September 1880: ASS 13 (1880) hlm. 145. Lih. Kitab Hukum Kanonik

(lama), kanon 1350 par. 2.74

  Tentang hak-hak Takhta-takhta patriarkal, lih. KONSILI NISEA, kanon 6 tentang Iskandaria dan Antiokia, dan

kanon 7 tentang Yerusalem: Conc. Oec. Decr. Hlm. 8. KONSILI LATERAN IV, tahun 1215, Konstitusi V:

Tentang martabat para Baterik: hlm. 212. KONSILI FERRARA-FLORENSIA, hlm. 504.

Page 82: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 82/388

menerima mereka ke dalam persekutuan apostolis, para Uskup tidak dapatditerima dalam jabatan itu(75).

25. (Tugas mengajar) 

Diantara tugas-tugas para Uskup pewartaan Injillah yang terpenting (76). Sebab paraUskup itu pewarta iman, yang mengantarkan murid-murid baru kepadaKristus.Mereka mengajar yang otentik, atau mengemban kewibawaan Kristus,artinya: mewartakan kepada Umat yang diserahkan kepada mereka iman yang

harus dipercayai dan diterapkan pada perilaku manusia. Dibawah cahaya RohKudus mereka menjelaskan iman dengan mengeluarkan harta yang baru dan yanglama dari perbendaharaan Perwahyuan (lih. Mat 13:52). Mereka membuat iman ituberubah, dan dengan waspada menanggulangi kesesatan-kesesatan yang

mengancam kawanan mereka (lih. 2Tim 4:1-4). Bila para Uskup mengajar dalampersekutuan dengan Imam Agung di Roma, mereka harus dihormati oleh semuasebagai saksi kebenaran ilahi dan katolik. Kaum beriman wajib menyambutdengan baik ajaran Uskup mereka tentang iman dan kesusilaan, yang

disampaikan atas nama Kristus, dan mematuhinya dengan ketaatan hati yangsuci. Kepatuhan kehendak dan akalbudi yang suci itu secara istimewa harusditunjukkan terhadap wewenang mengajar otentik Imam Agung di Roma, juga bilabeliau tidak beramanat ex cathedra ; yakni sedemikian rupa, sehingga wewenangbeliau yang tertinggi untuk mengajar diakui penuh hormat, dan ajaran yang beliau

kemukakan diterima setulus hati, sesuai dengan maksud dan kehendak beliau yang nyata, yang dapat diketahui terutama atau dari sifat dokumen-dokumen,atau karena ajaran tertentu sering beliau kemukakan, atau juga dari cara beliauberbicara.

Biarpun Uskup masing-masing tidak mempunyai kurnia istimewa tidak dapat

sesat , namun kalau mereka – juga bila tersebar diseluruh dunia, tetapi tetapberada dalam persekutuan antar mereka dan dengan pengganti Petrus – dalamajaran otentik tentang perkara iman dan kesusialaan sepakat bahwa suatu ajarantertentu harus diterima secara definitif, merekapun memaklumkan ajaran Kristustanpa dapat sesat(77). Dan itu terjadi dengan lebih jelas lagi, bila mereka bersidang

dalam Konsili Ekumenis, serta bertindak sebagai guru dan hakim iman sertakesusilaan terhadap Gereja semesta; keputusan-keputusan mereka harus diterimadengan kepatuhan iman(78).

Adapaun ciri tidak dapat sesat itu, yang atas kehendak Penebus ilahi dimiliki

Gereja-Nya dalam menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan, meliputiseluruh perbendaharaan Wahyu ilahi, yang harus dijagai dengan cermat dandiuraikan dengan setia. Ciri tidak dapat sesat  itu ada pada Imam Agung di Roma,Kepala Dewan para Uskup, berdasarkan tugas beliau, bila selaku gembala dan

guru tertinggi segenap Umat beriman, yang meneguhkan saudara-saudara beliaudalam iman (lih. Luk 22:32), menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaandengan tindakan definitif (79). Oleh karena itu sepantasnyalah dikatakan, bahwaketetapan-ketetapan ajaran beliau tidak mungkin diubah dari dirinya sendiri, danbukan karena persetujuan Gereja. Sebab ketetapan-ketetapan itu dikemukakan

dengan bantuan Roh Kudus, yang dijanjikan kepada Gereja dalam diri SantoPetrus. Oleh karena itu tidak membutuhkan persetujuan orang-orang lain, lagipula tidak ada kemungkinan naik banding kepada keputusan yang lain. Sebab

75  Lih. Kitab Hukum Kanonik untuk Gereja-Gereja Timur, kanon 216-314: tentang para Batrik; kanon 324-339:

Tentang para Uskup Agung yang lebih tinggi derajdnya; kanon 362-391: tentang para pejabat lainnya; khususnya

kanon 238 par.3; 216; 240; 251; 255: tentang pengangkatan para Uskup oleh baterik.76

  Lih. KONSILI TRENTE, Ketetapan tentang Pembaharuan, sidang V, bab 2 no. 9, dan sidang XXIV, kanon 4;Conc. Oec. Decr., hlm. 645 dan 739

77 Lih. KONSILI VATIKAN I, Konstitusi dogmatis  Dei Filius, 3: DENZ, 1792 (3001). Lih. Catatan yang dibutuhkan

 pada Skema I “tentang Gereja” (dikutib dari S. ROBERTUS BELLARMINUS): MANSI 51, 579C; Juga Skema

Konstitusi II “tentang Gereja kristus yang telah di revisi, beserta komentar KLEUTGEN: MANSI 53, 313AB.

PIUS IX, Surat Tuas Libenter : DENZ. 1683 (2879).78

 Lih. Kitab Hukum Kanonik (lama), kanon 1322-1323).79

 Lih. KONSILI VATIKAN I, Konstitusi dogmatis Pastor Aeternus: DENZ 1839 (3074).

Page 83: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 83/388

disitulah Imam Agung di Roma mengemukakan ajaran beliau bukan sebagaiperorangan prive; melainkan selaku guru tertinggi Gereja semesta, yang secaraistimewa mengemban kurnia tidak dapat sesat  Gereja sendiri, beliau menjelaskanatau menjaga ajaran iman katolik(80). Sifat tidak dapat sesat   yang dijanjikankepada Gereja, ada pula pada badan para Uskup, bila melaksanakan wewenang

tertinggi untuk mengajar bersama dengan pengganti Petrus. Ketetapan-ketetapan

ajaran itu tidak akan pernah tidak disetujui oleh Gereja berkat karya Roh Kudusitu juga, yang memelihara dan memajukan seluruh kawanan Kristus dalamkesatuan iman(81).

 Tetapi bila Imam Agung di Roma atau badan para Uskup bersama denganbeliau menetapkan ajaran, itu mereka kemukakan sesuai dengan Wahyu sendiri,

 yang harus dipegang teguh oleh semua orang yang menjadi pedoman hidupmereka. Wahyu itu secara tertulis atau melalui tradisi secara utuh diteruskanmelalui pergantian para Uskup yang sah, dan terutama berkat usaha Imam Agung

di Roma sendiri. Berkat cahaya Roh kebenaran wahyu itu dalam Gereja dijagadengan cermat dan diuraikan dengan setia(82). Untuk mendalaminya denganseksama dan menyatakannya dengan tepat, Imam Agung di Roma dan paraUskup, sesuai dengan jabatan mereka dan pentingnya perkaranya, harus memberi

perhatian sepenuhnya dan menggunakan upaya-upaya yang serasi(83). Tetapimereka tidak menerima adanya wahyu umum yang baru, yang termasukperbendaharaan ilahi iman(84).

26. (Tugas menguduskan)

Uskup mempunyai kepenuhan sakramen Tahbisan, maka ia menjadi “pengurusrahmat imamat tertinggi”(85), terutama dalam Ekaristi, yang dipersembahkannyasendiri atau yang dipersembahkan atas kehendaknya(86), dan yang tiada hentinyamenjadi sumber kehidupan dan pertumbuhan Gereja. Gereja Kristus itu sungguh

hadir dalam semua jemaat beriman setempat yang sah, yang mematuhi paragembala mereka, dan dalam Perjanjian Baru disebut Gereja ( 87) . Gereja-Gereja ituditempatnya masing-masing merupakan umat baru yang dipanggil oleh Allah,dalam Roh Kudus dan dengan sepenuh-penuhnya (lih 1Tes 1:5). Disitu umatberiman berhimpun karena pewartaan Injil Kristus, dan dirayakan misteri

Perjamuan Tuhan, “supaya karena Tubuh dan Darah Tuhan semua saudaraperhimpunan dihubungkan erta-erat”(88). Disetiap himpunan disekitar altar,dengan pelayanan suci Uskup(89), tampillah lambang cinta kasih dan “kesatuantubuh mistik itu, syarat mutlak untuk keselamatan”(90). Di jemaat-jemaat itu,

meskipun sering hanya kecil dan miskin, atau tinggal tersebar, hiduplah Kristus;dan berkat kekuatan-Nya terhimpunlah Gereja yang satu, kudus, katolik danapostolik(91). Sebab “keikut-sertaan dalam tubuh dan darah Kristus tidak lainberarti berubah menjadi apa yang kita sambut”(92).

Adapun semua perayaan Ekaristi yang sah dipimpin oleh Uskup. Ia diserahi

tugas mempersembahkan ibadat agama kristiani kepada Allah yang maha agung,dan mengaturnya menurut perintah Tuhan dan hukum Gereja, yang untukkeuskupan masih perlu diperinci menurut pandangan Uskup sendiri.

80 Lih. Penjelasan GASSER dalam KONSILI VATIKAN I: MANSI 52, 1213 AC.

81 Lih. GASSER, di tempat itu juga: MANSI 1214A.

82 Lih. GASSER, di tempat itu juga: MANSI 1215CD, 1216-1217A.

83 Lih. GASSER, di tempat itu juga: MANSI 1213.84

 Lih. KONSILI VATIKAN I, Konstitusi dogmatis Pastor Aeternus, 4: DENZ. 1836 (3070).85

 Doa tahbisan Uskup menurut tata-upacara (ritus) bizantin: Euchologion to mega, Roma 1873, hlm. 139.86

 Lih. S. IGNASIUS Martir, Surat kepada umat di Smirna, 8,1: terb. FUNK, I, hlm. 282.87 Lih. Kis 8:1; 14:22-23; 20:17, dan di berbagai tempat lainnya.88 Doa mozarabis: PL 96,759B.89

 Lih. S. IGNASIUS Martir, Surat kepada umat di Smirna 8,1: terb. FUNK, I, hlm. 282.90

 S. TOMAS, Summa Theol . III, soal 73, art. 3.91

 Lih. S. AGUSTINUS, Melawan faustus, 12, 20: PL 42, 265; Kotbah 57,7: PL 38, 389, dan lain-lain.92

 S. LEO AGUNG, Kotbah 63,7: PL 54, 357C.

Page 84: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 84/388

  Demikianlah para Uskup, dengan berdoa dan bekerja bagi Umat, membagikankepenuhan kesucian Kristus dengan pelbagai cara dan secara melimpah. Denganpelayanan sabda mereka menyampaikan kekuatan Allah kepada Umat berimandemi keselamatannya (lih. Rom 1:16). Dengan sakramen-sakramen, yangpembagiannya mereka urus dengan kewibawaan mereka supaya teratur dan

bermanfaat(93), mereka menguduskan umat beriman. Mereka mengatur penerimaan

babtis, yang memperoleh keikut-sertaan dalam imamat rajawi Kristus. Merekalahpelayan sesungguhnya sakramen penguatan, mereka pula yang menerimatahbisan-tahbisan suci dan mengatur dan mengurus tata-tertib pertobatan.Dengan saksama mereka mendorong dan mendidik Umat, supaya dengan iman

dan hormat menunaikan perannya dalam liturgi, dan terutama dalam korbankudus misa. Akhirnya mereka wajib membantu umat yang mereka pimpin denganteladan hidup mereka, yakni dengan mengendalikan perilaku mereka danmenjauhkan dari segala cela, dan – sedapat mungkin, dengan pertolongan Tuhan –

mengubahnya menjadi baik. Dengan demikian mereka akan mencapai hidupkekal, bersama dengan kawanan yang dipercayakan kepada mereka (94).

27. (Tugas menggembalakan)

Para Uskup membimbing Gereja-Gereja khusus yang dipercayakan kepada mereka

sebagai wakil dan utusan Kristus(95), dengan petunjuk-petunjuk, nasehat-nasehatdan teladan mereka, tetapi juga dengan kewibawaan dan kuasa suci. Kuasa ituhanyalah mereka gunakan untuk membangun kawanan mereka dalam kebenarandan kesucian, dengan mengingat bahwa yang terbesar hendaklah menjadi sebagai

 yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan (lih. Luk 22:26-27). Kuasa, yangmereka jalankan sendiri atas nama Kristus itu, bersifat pribadi, biasa danlangsung, walaupun penggunaannya akhirnya diatur oleh kewibawaan tertinggiGereja, dan dapat diketahui batasan-batasan tertentu, demi faedahnya bagi Gereja

atau Umat beriman. Berkat kuasa itu para Uskup mempunyai hak suci dankewajiban dihadapan Tuhan untuk menyusun undang-undang bagi bawahanmereka, untuk bertindak sebagai hakim, dan untuk mengatur segala-sesuatu,

 yang termasuk ibadat dan kerasulan.

Secara penuh mereka diserahi tugas kegembalaan, atau pemeliharaan biasadan sehari-hari terhadap kawanan mereka. Mereka itu jangan dianggap sebagai

wakil Imam Agung di Roma, sebab mereka mengemban kuasa mereka sendiri, dandalam arti yang sesungguhnya disebut pembesar umat yang mereka bimbing (96).Maka kuasa mereka tidak dihapus oleh kuasa tertinggi dan universal, melainkan

 justru ditegaskan, diteguhkan dan dipertahankan(97). Sebab Roh Kudus

memelihara secara utuh bentuk pemerintahan yang ditetapkan oleh Kristus Tuhandalam Gereja-Nya.

Uskup diutus oleh Bapa-keluarga untuk memimp[in keluarga-Nya. Makahendaknya ia mengingat teladan Gembala Baik, yang datang tidak untuk dilayanimelainkan untuk melayani (lih. Mat 20:28; Mrk 10:45), dan menyerahkan nyawa-

Nya untuk domba-domba-Nya (lih. Yoh 10:11). Ia diambil dari manusia dan merasalemah sendiri. Maka ia dapat memahami mereka yang tidak tahu dan sesat (lih. Ibr

93 Lih. Tradisi para rasul menurut Hipolitus, 2,3: terb. BOTTE, hlm. 26-30.

94 Lih. “teks penyelidikan” pada awal tahbisan Uskup, dan Doa pada akhir Misa tahbisan itu, sesudah Te Deum.95

  BENEDIKTUS XIV,  Breve Romana Ecclesia, 5 Oktober 1752, par. 1:  Bullarium Benedicti XIV,  jilid IV, Roma

1758, 21: “Uskup membawa citra Kristus, dan melaksanakan tugas-Nya”. PIUS XII, Ensiklik  Mystici Corporis,AAS 35 (1943) hlm. 211: “Mereka menggembalakan dan membimbing kawanan yang diserahkan kepada merekamasing-masing atas nama Kristus”.

96  Lih. LEO XIII, Ensiklik Satis Cognitum, 29 Juni 1896: ASS 28 (1895-96) hlm. 732. IDEM, Surat Officio

 sanctissimo , 22 Desember 1887: ASS 20 (1887) hlm. 264. PIUS IX, Surat apostolik kepada para Uskup di Jerman,

12 Maret 1875, dan amanat Konsistori, 15 Maret 1875: DENZ 3112-3117, hanya dalam terbitan baru.97

  Lih. KONSILI VATIKAN I, Konstitusi Dogmatis  Pastor Aeternus, 3: DENZ. 1828 (3061). Lih. Risalah ZINELLI:

MANSI 52, 1114D.

Page 85: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 85/388

5:1-2). Hendaklah ia selalu bersedia mendengarkan bawahannya, yang dikasihinyasebagai anak-anaknya sendiri dan diajaknya untuk dengan gembira bekerja samadengannya. Ia kelak akan memberikan pertanggunjawaban atas jiwa-jiwa merekadihadapan Allah (lih. Ibr 13:17). Maka hendaklah ia dalam doa, pewartaan dansegala macam amal cinta kasih memperhatikan mereka maupun orang-orang,

 yang telah dipercayakan kepadanya dalam Tuhan. Seperti Rasul Paulus ia

berhutang kepada semua. Maka hendaklah ia bersedia mewartakan Injil kepadasemua orang (lih. Rom 1:14-15), dan mendorong Umatnya yang beriman untukikut serta dalam kegiatan kerasulan dan misi. Adapun kaum beriman wajib patuhterhadap uskup, seperti Gereja terhadap Yesus Kristus, dan seperti Yesus Kristus

terhadap Bapa. Demikianlah semua akan sehati karena bersatu(98), dan melimpahrasa syukurnya demi kemuliaan Allah (lih. 2Kor 4:15).

28. (Para imam biasa)

Kristus, yang dikuduskan oleh Bapa dan diutus ke dunia (lih. Yoh 10:36), melalui

para Rasul-Nya mengikut-sertakan para pengganti mereka, yakni Uskup-Uskup,dalam kekudusan dan perutusan-Nya(99). Para Uskup yang sah menyerahkan tugas

pelayanan mereka kepada pelbagai orang dalam Gereja dalam tingkat yangberbeda-beda. Demikianlah pelayanan gerejani yang di tetapkan oleh Allahdijalankan dalam berbagai pangkat oleh mereka, yang sejak kuno di sebut Uskup,

Iman dan Diakon(100). Para imam tidak menerima puncak imamat, dan dalammelaksanakan kuasa mereka tergantung dari para Uskup. Namun mereka sama-sama imam seperti para Uskup(101), dan berdasarkan sakramen Tahbisan(102) mereka ditahbiskan menurut citra Kristus, Imam Agung yang abadi (lih. Ibr 5:1-10;

7:24; 9:11-28), untuk mewartakan Injil serta menggembalakan Umat beriman, danuntuk merayakan ibadat ilahi, sebagai imam sejati Perjanjian Baru(103). Mereka ikutserta dalam tugas Kristus Pengantara tunggal (lih 1Tim 2:5) pada tingkatpelayanan mereka, dan mewartakan sabda ilahi pada semua orang. Tetapi tugassuci mereka terutama mereka laksanakan dalam ibadat Ekaristi atau synaxys . Di

situ mereka bertindak atas nama Kristus(104), dan dengan memaklumkan misteri-Nya mereka menggabungkan doa-doa Umat beriman dengan korban Kepalamereka. Dalam korban Misa mereka menghadirkan serta menerapkan (105) satu-satunya korban Perjanjian Baru, yakni korban Kristus, yang satu kalimempersembahkan diri kepada Bapa sebagai korban tak bernoda (lih. Ibr 9:11-28),

hingga kedatangan Tuhan (lih. 1Kor 11:26). Bagi kaum beriman yang bertobat atausedang sakit mereka menjalankan pelayanan amat penting, yakni pelayananpendamaian dan peringatan, serta mereka mengantarkan kebutuhan-kebutuhandan doa kaum beriman kepada Allah Bapa (lih. Ibr 5:1-3). Dengan menunaikan

tugas Kristus selaku Gembala dan Kepala menurut tingkat kewibawaanmereka (106), mereka menghimpun keluarga Allah sebagai rukun persaudaraan yangberjiwa kesatuan(107), dan dalam Roh menghantarkannya kepada Allah Bapamelalui Kristus. Ditengah kawanan mereka bersujud kepada-Nya dalam Roh dankebenaran (lih. Yoh 4:24). Akhirnya, mereka berjerih-payah dalam pewartaan

98 Lih. S. IGNASIUS Martir, Surat kepada umat di Efesus 5,1: terb. FUNK, I, hlm. 216.99

 Lih. S. IGNASIUS Martir, Surat kepada umat di Efesus 5,1: terb. FUNK, I, hlm. 218.100

  Lih. KONSILI TRENTE, Tentang sakramen Tahbisan, bab 2: DENZ. 958 (1765), dan kanon 6: DENZ. 966

(1776)101

  Lih. INOSENSIUS I, Surat kepada Desensius: PL 20,554A; MANSI 3,1029; DENZ. 98 (215): “Meskipun para

imam itu imam  tingkat dua, namun tidak menerima  puncak imamat”. S. SIPRIANUS, Surat 61,3: terb.

HARTEL, HLM. 696.102   Lih. KONSILI TRENTE, Tentang sakramen Tahbisan, DENZ. 956a-968 (1763-1778), dan khususnya kanon 7:

DENZ. 967 (1777). PIUS XII, Konstitusi apostolik Sacramentum Ordinis: DENZ. 2301 (3857-61).103

  Lih. INOSENSIUS I, Surat kepada Desensius. S. GREGORIUS dari Nazianze, Apologia II,22: PG 35,432B.Pseudo-DIONISIUS,Gereja Hie, 1,2: PG 3,372D.

104   Lih. KONSILI TRENTE, Sidang 22: DENZ. 940 (1743). PIUS XII, Ensiklik  Mediator Dei, 20 November 1947:

AAS 39 (1947) hlm. 553: DENZ. 2300 (3850).105

  Lih. KONSILI TRENTE, Sidang 22: DENZ. 940 (1739-40). KONSILI VATI8KAN II, Konstitusi tentang Liturgi

suci, Sacrosanctum Concilium, n. 7 dan no. 47, AAS 56 (1964) hlm. 100 dan 113.106

 Lih. PIUS XII, Ensiklik Mediator Dei, no. 67.107

 Lih. S. SIPRIANUS, Surat 11,3: PL 4,242B; HARTEL, II,2, hlm. 497.

Page 86: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 86/388

sabda dan pengajaran (lih. 1Tim 5:17), sambil mengimani apa yang dalamrenungan mereka baca dalam hukum Tuhan; sambil mengajarkan apa yangmereka imani, dan menghayati apa yang mereka ajarkan(108).

Sebagai pembantu yang arif badan para Uskup(109), sebagai penolong dan organmereka, para imam dipanggil untuk melayani Umat Allah. Bersama uskup mereka

imam-imam merupakan satu  presbiterium   (dewan imam) (110), NAMUN DIBEBANIPELBAGAI TUGAS. Dimasing-masing jemaat setempat, mereka dalam arti tertentumenghadirkan Uskup, yang mereka dukung dengan semangat percaya dankebesaran hati. Sesuai dengan bagian mereka, mereka ikut mengemban tugasserta keprihatinan Uskup dan ikut menunaikannya dengan ketekunan setiap hari.

Dibawah kewibawaan Uskup para imam menguduskan dan membimbing bagiankawanan Tuhan yang di serahkan kepada mereka. Mereka menampilkan Gerejasemesta di tempat mereka, dan mereka memberi sumbangan sungguh berartidalam membangun seluruh tubuh Kristus (lih. Ef 4:12). Sambil selalu

memperhatikan kesejahteraan anak-anak Allah, mereka hendaknya mendukungkarya pastoral seluruh keuskupan, bahkan seluruh Gereja. Karena keterlibatanmereka dalam imamat dan perutusan itu hendaklah para imam memandang

Uskup sebagai bapa mereka, dan mematuhinya penuh hormat. Sedangkan Uskuphendaknya memandang para imam, rekan-rekan sekerjanya, sebagai putera dan

sahabat, seperti Kristus sudah tidak menyebut para murid-Nya hamba lagi,melainkan sahabat (lih. Yoh 15:15). Jadi berdasarkan Tahbisan dan pelayanan,semua imam, baik diosesan maupun religius, digabungkan dengan badan paraUskup, dan sesuai dengan panggilan serta rahmat yang mereka terima mengabdi

kepada kesejahteraan segenap Gereja.

Oleh karena tahbisan suci dan perutusan bersama, semua imam salingberhubungan dalam persaudaraan yang akrab. Persaudaraan itu dengan iklas danrela hati akan tampil dalam saling memberi bantuan, baik rohani maupun

 jasmani, di bidang pastoral maupun pribadi, dalam pertemuan-pertemuan

maupun dalam persekutuan hidup, karya dan cinta kasih.

Hendaklah mereka sebagai bapa dalam Kristus memelihara kaum beriman, yang mereka lahirkan secara rohani dengan Babtis dan pengajaran (lih. 1Kor 4:15;1Ptr 1:23). Hendaklah mereka penuh semangat menjadi teladan bagi kawananmereka (lih. 1Ptr 5:3), dan mengetuai serta melayani jemaat setempat mereka

sedemikian rupa, sehingga jemaat itu layak dapat di sebut dengan nama, yangmenjadi lambang kehormatan bagi satu Umat Allah seluruhnya, yakni Gereja Allah(lih. 1Kor 1:2; 2Kor 1:1; dan di tempat-tempat lain). Hendaklah mereka menyadari,bahwa dengan perilaku serta kesibukan-kesibukan mereka sehari-hari mereka

harus memperlihatkan citra pelayanan imam dan pastoral yang sejati, kepadakaum beriman maupun tak beriman, kepada Umat katolik maupun bukan katolik,dan wjib memberikan kesaksian kebenaran dan hidup kepada semua orang.Hendaklah mereka sebagai gembala baik juga mencari mereka (lih. Luk 15:4-7),

 yang memang di babtis dalam Gereja katolik, tetapi tidak lagi menerima sakramen-

sakramen, bahkan telah meninggalkan iman.

Karena sekarang ini umat manusia semakin merupakan kesatuan dibidangkenegaraan, ekonomi dan sosial, maka semakin perlu pulalah para imam bersatupadu dalam segala usaha dan karya dibawah bimbingan para Uskup dan ImamAgung Tertinggi. Hendaklah mereka menyingkirkan apa saja yang menimbulkan

perpecahan, supaya segenap umat manusia dibawa ke dalam kesatuan keluargaAllah.

108 Lih. Pontificale Romanum, tentang Tahbisan imam, pada pengenaan pakaian Misa.

109 Lih. Pontificale Romanum, tentang Tahbisan imam, pendahuluan

110  Lih. S. INNASIUS Martir, Surat kepada umat di Filadelfia, 4: terb. FUNK, I, hlm. 266. S. KORNELIUS I, S.

SIPRIANUS, Surat 48,2: HARTEL, III, 2, HLM. 610.

Page 87: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 87/388

29. (Para diakon)

Pada tingkat hirarki yang lebih rendah terdapat para Diakon, yang ditumpangitangan “bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan” (111). Sebab denganditeguhkan rahmat sakramental mereka mengabdikan diri kepada Umat Allahdalam perayaan liturgi, sabda dan amal kasih, dalam persekutuan dengan Uskup

dan para imamnya. Adapun tugas diakon, sejauh dipercayakan kepadanya olehkewibawaan yang berwenang, yakni: menerimakan Babtis secara meriah,menyimpan dan membagikan Ekaristi, atas nama Gereja menjadi saksiperkawinan dan memberkatinya, mengantarkan Komuni suci terakhir kepadaorang yang mendekati ajalnya, membacakan Kitab suci kepada kaum beriman,

mengajar dan menasehati Umat, memimpin ibadat dan doa kaum beriman,menerimakan sakramen-sakramentali, memimpin upacara jenazah danpemakaman. Sambil membaktikan diri kepada tugas-tugas cinta kasih danadministrasi, hendaklah para diakon mengingat nasehat Santo Polikarpus:

“Hendaknya mereka selalu bertindak penuh belaskasihan dan rajin, sesuai dengankebenaran Tuhan, yang telah menjadi hamba semua orang”(112).

Namun karena tugas-tugas yang bagi kehidupan Gereja sangat penting itumenurut tata-tertib yang sekarang berlaku di Gereja latin di pelbagai daerah sulitdapat dijalankan, maka dimasa mendatang Diakonat dapat diadakan lagi sebagai

tingkat hirarki tersendiri dan tetap. Adalah tugas berbagai macam konferensiUskup setempat yang berwewenang, untuk menetapkan dengan persetujuan ImamAgung Tertinggi sendiri, apakah dan dimanakah sebaiknya diangkat diakon-diakonseperti itu demi pemeliharaan jiwa.jiwa. Dengan ijin Imam Agung di Roma diakonat

itu dapat diterimakan kepada pria yang sudah lebih masak usianya, juga yangberkeluarga; pun juga kepada pemuda yang cakap tetapi bagi mereka ini hukumselibat harus dipertahankan.

BAB EMPAT

PARA AWAM

30. (Prakata)

Seusai menguraikan tugas hirarki, Konsili suci dengan rela mengarahkan

perhatiannyakepada status kaum beriman kristiani yang disebut awam. Segalasesuatu, yang telah dikatakan tentang Umat Allah, sama-sama dimaksudkan bagikaum awam, pria maupun wanita, mengingat kedudukan dan perutusan mereka.Karena situasi khas seperti zaman kita sekarang hal-hal itu perlu diselidiki azas-

azasnya secara lebih mendalam. Sebab para Gembala Gereja betul-betulmemahami, betapa besar sumbangan kaum awam bagi kesejahteraan seluruhGereja. Para Gembala mengetahui bahwa mereka diangkat oleh Kristus bukanuntuk mengemban sendiri seluruh misi penyelamatan Gereja di dunia. Melainkantugas mereka yang mulia yakni: menggembalakan Umat beriman dan mengakui

pelayanan-pelayanan serta kurnia-kurnia (karisma) mereka sedemikian rupasehingga semua saja dengan cara mereka sendiri sehati-sejiwa bekerja sama untukmendukung karya bersama. Sebab mereka semua wajib “menjalankan kebenaran

111   “Ketetapan-ketetapan Gereja di Mesir”, III, 2: terb. FUNK,  Didascalia  (pengajaran), II, hlm. 103. Statuta Eccl .

Ant. 37-41: MANSI 3,954.112

  S. POLIKARPUS, Surat kepada Fil. 5,2: terb. FUNK, I, hlm. 300: Dikatakan bahwa Kristus “telah menjadi

 pelayan semua orang”. Lih.  Didache  (pengajaran), 15,1: FUNK, I, hlm. 32. S. IGNASIUS Martir, Surat kepada

umat di Tralles, 2, 3: FUNK, I, hlm. 242. “Ketetapan-ketetapan para Rasul”, 8, 28, 4: terb. FUNK,  Didascalia, I,

hlm. 530.

Page 88: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 88/388

dalam cinta kasih, dan dalam segalanya bertumbuh dalam Kristus, yakni Kepalakita: dari pada-Nya bertumbuhlah seluruh tubuh, guna membangun diri dalamcinta kasih, dipersatukan dan di hubungkan dengan segala macam sendi-sendi,

 yang harus melayani keseluruhannya sekedar pekerjaan yang sesuai dengantenaga masing-masing anggota” (Ef 4:15-16).

31. (Apa yang dimaksud dengan istilah “awam”)

Yang dimaksud dengan istilah awam disini ialah semua orang beriman kristianikecuali mereka yang termasuk golongan imam atau status religius yang diakuidalam Gereja. Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat Babtis telah menjadianggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi Umat Allah, dengan cara mereka

sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus, dan dengandemikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan perutusan segenapUmat kristiani dalam Gereja dan di dunia.

Ciri khas dan istimewa kaum awam yakni sifat keduniaannya.Sebab mereka

 yang termasuk golongan imam, meskipun kadang-kadang memang dapat

berkecimpung dalam urusan-urusan keduniaan, juga dengan mengamalakanprofesi keduniaan, berdasarkan panggilan khusus dan tugas mereka terutamadiperuntukkan bagi pelayanan suci. Sedangkan para religius dengan status hidupmereka memberi kesaksian yang cemerlang dan luhur, bahwa dunia tidak dapat

diubah dan dipersembahkan kepada Allah, tanpa semangat Sabda bahagia.Berdasarkan panggilan mereka yang khas, kaum awam wajib mencari kerajaanAllah, dengan mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendakAllah. Mereka hidup dalam dunia, artinya: menjalankan segala macam tugas dan

pekerjaan duniawi, dan berada ditengah kenyataan biasa hidup berkeluarga dansosial. Hidup mereka kurang lebih terjalin dengan itu semua. Di situlah merekadipanggil oleh Allah, untuk menunaikan tugas mereka sendiri dengan dijiwaisemangat Injil, dan dengan demikian ibarat ragi membawa sumbangan mereka

demi pengudusan dunia bagaikan dari dalam. Begitulah mereka memancarkaniman, harapan dan cinta kasih terutama dengan kesaksian hidup mereka, sertamenampakkan Kristus kepada sesama. Jadi tugas mereka yang istimewa yakni:menyinari dan mengatur semua hal-hal fana, yang erat-erat melibatkan mereka,sedemikian rupa, sehingga itu semua selalu terlaksana dan berkembang menurutkehendak Kristus, demi kemiliaan Sang Pencipta dan Penebus.

32. (Martabat kaum awam sebagai anggota Umat Allah)

Atas penetapan ilahi Gereja kudus diatur dan dipimpin dengan keanekaragaman

 yang mengagumkan. “Sebab seperti kita dalam satu tubuh mempunyai banyakanggota, tetapi tidak semua anggota mempunyai tugas yang sama: begitu pula kita

 yang banyak ini merupakan satu tubuh dalam Kristus, sedangkan kita masing-masing merupakan anggota yang seorang terhadap yang lain” (Rom 12:4-5).

 Jadi satulah Umat Allah yang terpilih: satu Tuhan, “satu iman, satu Babtis” (Ef4:5). Samalah martabat para anggota karena kelahiran mereka kembali dalam

Kristus; sama rahmat para putera; sama pula panggilan kepada kesempurnaan;satu keselamatan, satu harapan dan tak terbagilah cinta kasih. Jadi dalam kristusdan dalam Gereja tidak ada perbedaan karena suku atau bangsa, karena kondisisosial atau jenis kelamin. Sebab “tidak ada Yahudi atau Yunani: tidak ada budakatau orang merdeka: tidak ada pria atau wanita. Sebab kamu semua itu ‘satu’

dalam Kristus Yesus” (Gal 3:28 yun; lih. Kol 3:11).

Maka kendati dalam Gereja tidak semua menempuh jalan yang semua jalan yang sama, namun semua dipanggil dalam kesucian, dan menerima iman yangsama dalam kebenaran Allah (lih 2Ptr 1:1). Meskipuan ada yang atas kehendak

Kristus diangkat menjadi guru, pembagi misteri-misteri dan gembala bagi sesam,

Page 89: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 89/388

namun semua toh sungguh-sungguh sederajat martabatnya, sederajat pulakegiatan yang umum bagi semua orang beriman dalam membangun TubuhKristus. Sebab pembedaan yang diadakan Tuhan antara lain para pelayan yangditahbiskan dan para anggota Umat Allah yang lain, membawa serta suatuhubungan, sebab para gembala dan orang-orang beriman lainnya saling terikat

karena kebutuhan mereka bersama. Dengan menganut teladan Tuhan, para

Gembala Gereja saling mengabdi dan melayani Umat beriman lainnya. Sedangkankaum beriman dengan suka hati bekerja sama dengan para Gembala dan gurumereka. Begitulah dengan aneka cara semua memberi kesaksian tentang kesatuan

 yang mengagumkan dalam Tubuh Kristus: sebab keanekaan rahmat, pelayanan

dan kegiatan manghimpun para anak Allah menjadi satu, sebab “semua itudikerjakan oleh Roh yang satu dan sama” (1Kor 12:11).

Berkat kerahiman Allah para awam bersaudarakan Kristus, yang sungguhpunIa Tuhan segala sesuatu – telah datang tidak untuk dilayani melainkan untuk

melayani (lih Mat 20:28). Begitu pula kaum awam bersaudarakan mereka, yangdiangkat kedalam pelayanan suci, dan dengan mengajar, menguduskan sertamembimbing dengan kewibawaan Kristus menggembalakan keluarga Allah

sedemikian rupa, sehingga perintah baru tentang cinta kasih dilaksanakan olehsemua.Perihal itu bagus sekali dikatakan oleh S. Agustinus : “Bila saya merasa

takut karena saya ini untuk kamu, saya merasa terhibur karena saya bersamakamu. Sebab bagi kamu saya ini uskup, bersama kamu saya orang krisstiani.Uskup itu nama jabatan, kristiani nama rahmat; yang pertama merupakan resiko,

 yang lain keselamatan” (113).

33. (Hidup kaum awam berhubung dengan keselamatan dan kerasulan)

Semua para awam, yang terhimpun dalam Umat Allah dan berada dalam satu

 Tubuh Kristus di bawah satu kepala, tanpa kecuali dipanggil untuk sebagaianggota yang hidup menyumbangkan segenap tenaga, yang mereka terima berkat

kebaikan Sang Pencipta dan rahmat Sang Penebus demi perkembangan Gerejaserta pengudusannya terus menerus.

Adapun kerasulan kaum awam itu keikut-sertaan dalam perutusankeselamatan Gereja sendiri. Dengan babtis dan penguatan semua ditugaskan oleh

 Tuhan sendiri untuk kerasulan itu. Dengan sakramen-sakramen, terutama

Ekaristi suci, diberikan dan dipelihara cinta kasih terhadap Allah dan manusia, yang menjiwai seluruh kerasulan. Tetapi kaum awam khususnya dipanggil untukmenghadirkan dan mengaktifkan Gereja di daerah-daerah dan keadaan-keadaan,tempat Gereja tidak dapat menggarami dunia selain berkat jasa mereka (114).

Demikianlah setiap orang awam, karena kurnia-kurnia yang diterimanya, menjadisaksi dan sarana hidup perutusan Gereja sendiri “menurut ukuran anugerahKristus” (Ef 4:7).

Selain kerasulan yang merupakan kewajiban semua orang beriman kristianitanpa kecuali itu, kaum awam juga dapat dipanggil dengan aneka cara untuk

bekerja sama secara lebih langsung dengan kerasulan Hirarki (115), menyerupaipria-pria dan wanita-wanita, yang membantu Rasul paulus dalam pewartaan Injildengan banyak berjerih-payah dalam Tuhan (lih. Flp 4:3; Rom 16:3 dsl.).Disamping itu mereka cakap juga untuk diangkat oleh Hirarki, guna menunaikanberbagai tugas gerejani demi tujuan rohani.

 Jadi semua orang awam mengemban kewajiban mulia untuk berusaha, supayarencana keselamatan ilahi semakin mencapai semua orang di segala zaman dan

113 S. AGUSTINUS, Kotbah 340,1: PL 38, 1483.

114  Lih. PIUS XI, Ensiklik Quadragesimo anno, 15 Mei 1931: AAS 23 (1931) hlm. 221 dsl. PIUS XII, Amanat  De

quelle consolation, 14 Oktober 1951: AAS 43 (1951) hlm. 790 dsl.115

 Lih. PIUS XII, Amanat Six ans se sont coules, 5 Oktober 1957: AAS 49 (1957) hlm. 927.

Page 90: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 90/388

dimana-mana. Oleh karena itu hendaklah dengan cara manapun juga terbuka jalan bagi mereka, supaya mereka sendiri sekadar kemampuan mereka dan sesuaidengan kebutuhan zaman – dengan giat ikut serta melaksanakan karyakeselamatan Gereja.

34. (Keikut-sertaan kaum awam dalam imamat umum dan ibadat)

Imam Tertinggi dan Abadi Kristus Yesus bermaksud melangsungkan kesaksiandan palayanan-Nya melalui kaum awam juga. Maka oleh Roh-Nya Ia tiada hentinyamenghidupkan dan mendorong mereka untuk menjalankan segala karya yang baikdan sempurna.

Sebab mereka, yang erat-erat disatukan-Nya dengan hidup dan perutusan-Nya, juga diikutsertakan-Nya dalam tugas imamat-Nya untuk melaksanakan ibadatrohani, supaya Allah dimuliakan dan umat manusia diselamatkan. Oleh karena itupara awam, sebagai orang yang menyerahkan diri kepada Kristus dan diurapi

dengan Roh Kudus, secara ajaib dipanggil dan disiapkan, supaya secara makinmelimpah menghasilkan buah-buah Roh dalam diri mereka. Sebab semua karya,doa-doa dan usaha kerasulan mereka, hidup mereka selaku suami-isteri dandalam keluarga, jerih-payah mereka sehari-hari, istirahat bagi jiwa dan badanmereka, bila dijalankan dalam Roh, bahkan beban-beban hidup bila ditanggung

dengan sabar, menjadi korban rohani, yang dengan perantaraan Yesus Kristusberkenan kepada Allah (lih. 1Ptr 2:5). Korban itu dalam perayaan Ekaristi,bersama dengan persembahan Tubuh Tuhan, penuh khidmat dipersembahkankepada Bapa. Demikianlah para awam pun juga sebagai penyembah Allah, yang

dimana-mana hidup dengan uci, membaktikan dunia kepada Allah.

35. (Keikut-sertaan kaum awam dalam tugas kenabian Kristus)

Kristus Nabi Agung telah memaklumkan Kerajaan Bapa dengan kesaksian hidupmaupun kekuatan sabda-Nya. Ia menunaikan tugas kenabian-Nya hingga

penampakan kemuliaan sepenuhnya bukan saja melalui Hirarki yang mengajaratas nama dan dengan kewibawaan-Nya, malainkan juga melalui para awam.Karena itulah awam diangkat-Nya menjadi saksi dan dibekali-Nya denganperasaan iman dan rahmat sabda (lih. Kis 2:17-18; Why 19:10), supaya kekuatanInjil bersinar dalam hidup sehari-hari, dalam keluarga maupun masyarakat.

Mereka membawakan diri sebagai pengemban janji-janji, bila dengan keteguhaniman dan harapan menggunakan waktu sekarang dengan tepat (lih. Ef 5:16; Kol

4:5), dan mendambakan dengan dengan sabar kemuliaan yang akan datang (lih.Rom 8:25). Namun harapan itu janganlah mereka sembunyikan dilubuk hati.

Hendaklah itu mereka ungkapkan dengan pertobatan tiada hentinya dan denganperjuangan “melawan para penguasa dunia kegelapan, menentang roh-roh jahat”(Ef 6:12), juga melalui struktur-struktur hidup duniawi.

Sakramen-sakramen Hukum Baru, yang memelihara hidup dan kerasulankaum beriman, melambangkan sorga baru dan dunia baru (lih. Why 21:1). Begitu

pula para awam menjadi bentara yang tangguh, pewarta iman akan hal-hal yangdiharapkan (lih. Ibr 11:1), bila mereka tanpa ragu-ragu memadukan pengakuaniman dengan penghayatan iman. Penyiaran Injil itu, yakni pewartaan Kristus, yangdisampaikan dengan kesaksian hidup dan kata-kata, memperoleh ciri yang khas

dan daya-guna yang istimewa justru karena dijalankan dalam keadaan-keadaanbiasa dunia ini.

Dalam tugas itu nampak sangat berharga status kehidupan yangdikuduskan dengan sakramen khusus, yakni hidup perkawinan dan berkeluarga.Di sini terdapat latihan dan pendidikan yang sangat baik bagi kerasulan awam,

bila agama kristiani merasuki dan makin mengubah seluruh tata-susunan

Page 91: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 91/388

kehidupan. Di situ suami-isteri mempunyai panggilan mereka sendiri, yakni:memberi kesaksian iman dan cinta akan Kristus seorang terhadap yang lain, dankepada anak-anak mereka. Keluarga kristiani dengan lantang mewartakan baikkekuatan Kerajaan Allah sekarang maupun harapan akan hidup bahagia.Demikianlah keluarga dengan teladan maupun kesaksiannya menunjukkan dosa

dunia, dan menerangi mereka yang mencari kebenaran.

Maka dari itu para awam, juga kalau mereka sibuk dengan urusan keduniaan,dapat dan harus menjalankan kegiatan yang berharga untuk mewartakan Injilkepada dunia. Memang, karena tidak ada imam-imam atau mereka dihang-halangidalam penganiayaan, beberapa awam sekedar kemampuan mereka mengambil

alih beberapa tugas suci. Banyaklah sudah yang membaktikan segenap tenagamereka dalam karya kerasulan. Akan tetapi semua wajib bekerja sama demipenyebarluasan dan perkembangan Kerajaan Kristus di dunia. Oleh karena ituhendaklah para awam dengan tekun berusaha makin mendalami arti kebenaran

 yang di wahyukan, dan sepenuh hati memohon kurnia kebijaksanaan dari Allah.

36. (Keikut-sertaan kaum awam dalam pengabdian rajawi Kristus)

Kristus, yang taat sampai mati dan karena itu dimuliakan oleh Bapa (lih. Flp 2:8-9), telah memasuki kemuliaan kerajaan-Nya. Segala-sesuatu ditaklukkan kepada-

Nya, sampai Ia menaklukkan diri dan segenap alam tercipta kepada Bapa, supayaAllah menjadi semua dalam segalanya (lih. 1Kor 15:27-28). Kuasa itu disalurkan-Nya kepada para murid, supaya merekapun diangkatke dalam kebebasan rajawi,dan dengan mengingkari diri serta hidup suci mengalahkan kerajaan dosa dalam

diri mereka sendiri (lih. Rom 6:12); bahkan supaya mereka melayani Kristus jugadalam sesama, dan dengan demikian dengan rendah hati dan kesabaranmengantarkan saudara-saudaranya kepada Sang Raja: mengabdi kepada-Nya

berarti memerintah. Sebab Tuhan ingin memperluas kerajaan-Nya juga melaluikaum beriman awam, yakni kerajaan kebenaran dan kehidupan, kerajaan

kesucian dan rahmat, kerajaan keadilan, cinta kasih dan damai(116). Dalamkerajaan itu makhluk akan dibebaskan dari perbudakan kebinasaan, danmemasuki kebebasan kemuliaan anak-anak Allah (lih. Rom 8:21). Sungguhagunglah janiji, agung pula perintah yang di berikan kepada para murid : “Sebabsegala-sesuatu itu milikmu, tetapi kamu milik Kristus, dan Kristus milik Allah”

(1Kor 3:23).

 Jadi kaum beriman wajib mengakui makna sedalam-dalamnya, nilai sertatujuan segenap alam tercipta, yakni : demi kemuliaan Allah. Lagi pula merekawajib saling membantu juga melalui kegiatan duniawi untuk hidup dengan lebih

suci, supaya dunia diresapi semangat Kristus, dan dengan lebih tepat mencapaitujuannya dalam keadilan, cinta kasih dan damai. Dalam menunaikan tugasumum itu para awam memainkan peran utama. Maka dengan kompetisinya dibidang profan serta dengan kegiatannya, yang dari dalam diangkat oleh rahmatKristus, hendaklah mereka memberi sumbangan yang andal, supaya hal-hal

tercipta dikelola dengan kerja manusia, keahlian teknis, serta kebudayaan yangbermutu, menurut penetapan Sang Pencipta dan dalam cahaya Sabda-Nya,sehingga bermanfaat bagi semua orang tanpa kecuali, dan dengan caranya sendirimengantar kepada kemajuan umum dalam kebebasan manusiawi dan kristiani.Demikianlah Kristus melalui para anggota Gereja akan semakin menyinari segenap

masyarakat manusia dengan cahaya-Nya yang menyelamatkan.

Selain itu hendaklah kaum awam dengan kerja sama yang erta menyehatkanlembaga-lembaga dan kondisi-kondisi masyarakat, bila ada yang merangsanguntuk berdosa. Maksudnya yakni supaya itu semua disesuaikan dengan norma-

norma keadilan, dan menunjang pengamalan keutamaan-keutamaan, bukan

116  Dari Prefasi hari raya Kristus Raja.

Page 92: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 92/388

malahan merintanginya. Dengan demikian mereka meresapi kebudayaan dankegiatan manusia dengan nilai moral. Begitu pula ladang dunia disiapkan lebihbaik untuk menampung benih sabda ilahi; pun pintu gerbang Gereja terbuka lebihlebar, supaya pewartaan perdamaian dapat memasuki dunia.

Demi terlaksananya tata-keselamatan hendaklah kaum beriman belajar

membedakan dengan cermat antara hak-hak dan kewajiban-kewajiban merekaselaku anggota Gereja, dan hak-hak serta kewajiban-kewajiban mereka sebagaianggota masyarakat manusia. Hendaklah mereka berusaha memperpadukankeduanya secara selaras, dengan mengingat bahwa dalam perkara duniawimanapun mereka wajib menganut suara hati kristiani. Sebab tindakan manusia

satu pun, juga dalam urusan-urusan duniawi, yang dapat dilepaskan darikedaulatan Allah. Tetapi pada zaman kita sekarang sangat perlu bahwa dalam carabertindak kaum beriman pembedaan dan sekaligus keselarasanitu menjadi sejelasmungkin, supaya perutusan Gereja dapat lebih penuh menanggapi situasi-situasi

khas dunia masa kini. Sebab memang harus diakui bahwa masyarakat duniawi, yang dengan tepat menyelenggarakan urusan-urusan duniawi, mempunyai azas-azasnya sendiri. Begitu pula sudah sepantasnya ditolak ajaran sesat, yang

memperjuangkan pembangunan masyarakat tanpa mengindahkan agamasedikitpun, dan bermaksud memerangi serta menghapus kebebasan beragama

para warga negara.117) 

37. (Hubungan kaum awam dengan Hirarki)

Dari harta-kekayaan rohani Gereja kaum awam, seperti semua orang berimankristiani, berhak menerima secara melimpah melalui pelayanan para Gembala

hirarkis, terutama bantuan sabda Allah dan sakramen-sakramen(118). Hendaklahpara awam mengemukakan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginanmereka kepada para imam, dengan kebebasan dan kepercayaan, seperti layaknyabagi anak-anak Allah dan saudara-saudara dalam Kristus. Sekadar ilmu-

pengetahuan, kompetensi dan kecakapan mereka para awam mempunyaikesempatan, bahkan kadang-kadang juga kewajiban, untuk menyatakanpandangan mereka tentang hal-hal yang menyangkut kesejahteraan Gereja(*119).Bila itu terjadi, hendaklah itu dijalankan melalui lembaga-lembaga yang didirikangereja untuk itu, dan selalu dengan jujur, tegas dan bijaksana, dengan hormat dancinta kasih terhadap mereka, yang karena tugas suci bertindak atas nama Kristus.

Hendaklah para awam, seperti semua orang beriman kristiani, mengikutiteladan Kristus, yang dengan ketaatan-Nya sampai mati, membuka jalan yangmembahagiakan bagi semua orang, jalan kebebasan anak-anak Allah. Hendaklahmereka dengan ketaatan kristiani bersedia menerima apa yang ditetapkan oleh

para Gembala hirarkis sejauh menghadirkan Kristus, sebagai guru dan pemimpindalam Gereja. Dan janganlah mereka lupa mendoakan di hadirat Allah paraPemimpin mereka, - sebab para Pemimpin itu berjaga karena akan memberipertanggungjawaban atas jiwa-jiwa kita, - supaya itu mereka jalankan dengangembira tanpa keluh-kesah (lih. Ibr 13:1).

Sebaliknya hendaklah para Gembala hirarkis mengakui dan memajukanmartabat serta tanggung jawab kaum awam dalam gereja. Dan hendaklah merekadiberi kebebasan dan keleluasaan untuk bertindak; bahkan mereka pantas diberihati, supaya secara spontan memulai kegiatan-kegiatan juga. Hendaklah paraGembala dengan kasih kebapaan, penuh perhatian dalam Kristus,

mempertimbangkan prakarsa-prakarsa , usul-usul serta keinginan-keinginan yang

117  Lih. LEO XIII, Ensiklik  Immortale Dei, 1 November 1885: AAS 18 (1885) hlm. 166 dsl. IDEM, Ensiklik

Sapientiae Christiance, 10 Januari 1890: AAS 22 (1889-90) hlm. 397 dsl. PIUS XII, Amanat  Alla vostra filiale,

23 Maret 1958: AAS 50 (1958) hlm. 220: “sifat keawaman yang sah dan sehat pada negara”.118

 Kitab Hukum Kanonik (lama), kanon 682.119

  Lih. PIUS XII, Amanat  De quelleconsolation, 14 oktober 1951: AAS 43 (1951) hlm. 789: “Dalam pertempuran-

 pertempuran yang menentukan ada kalanya dari baris depanlah muncul prakarsa-prakarsa yang paling mengena

…” IDEM, Amanat L’importance de la presse catholique, 17 Februari 1950: AAS 42 (1950) hlm. 256.

Page 93: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 93/388

diajukan oleh kaum awam(120). Hendaklah para Gembala dengan saksamamengakui kebebasan sewajarnya, yang ada pada semua warga masyarakatduniawi.

Dari pergaulan persaudaraan antara kaum awam dan para Gembala itu bolehdiharapkan banyak manfaat bagi Gereja. Sebab dengan demikian dalam para

awam diteguhkan kesadaran bertanggungjawab dan ditingkatkan semangat. Lagipula tenaga kaum awam lebih mudah digabungkan dengan karya para Gembala.Sebaliknya, dibantu oleh pengalaman para awam, para Gembala dapatmengadakan penegasan yang lebih jelas dan tepat dalam perkara-perkara rohanimaupun jasmani. Dengan demikian seluruh Gereja, dikukuhkan oleh semua

anggotanya akan menunaikan secara lebih tepat guna perutusannya demikehidupan dunia.

38. (Penutup)

Setiap orang awam wajib menjadi saksi kebangkitan dan kehidupan Tuhan Yesusserta menjadi tanda Allah yang hidup dihadapan dunia. Semua serentak danmasing-masing untuk bagiannya sendiri wajib memperkaya dunia dengan buah-buah rohani (lih. Gal 5:22), dan menyebarkan di dalamnya semangat, yangmenjiwai mereka yang miskin, lemah lembut dan cinta damai, yang dalam Injil

dinyatakan bahagia oleh Tuhan (lih. Mat 5:3-9). Pendek kata: “Seperti jiwa dalamtubuh, begitulah umat kristiani dalam dunia” (121).

BAB LIMA

PANGGILAN UMUM UNTUK KESUCIAN DALAM GEREJA

39. (prakata)

Kita mengimani bahwa gereja, yang misterinya diuraikan oleh Konsili suci, tidakdapat kehilangan kesuciannya. Sebab Kristus, Putera Allah, yang bersama bapa

dan Roh dipuji bahwa “hanya Dialah Kudus”(122)

, mengasihi Gereja sebagaimempelai-Nya. Kristus menyerahkan diri baginya, untuk menguduskannya (lih. Ef5:25-26), dan menyatukannya dengan diri-Nya sebagai tubuh-Nya. Ia

melimpahinya dengan kurnia Roh Kudus, demi kemuliaan Allah. Maka dalamGereja semua anggota, entah termasuk Hirarki entah digembalakan olehnya,dipanggil untuk kesucian, menurut amanat rasul: “Sebab inilah kehendak Allah:pengudusanmu” (1Tes 4:3; lih. Ef 1:4). Adapun kesucian gereja itu tiada hentinya

tampil dan harus nampak pada buah-buah rahmat, yang dihasilkan oleh Rohdalam kaum beriman. Kekudusan itu dengan aneka cara terungkapkan padamasing-masing orang, yang dalam corak hidupnya menuju kesempurnaan cintakasih dengan memberi teladan baik kepada sesama. Secara khas pula nampakdalam penghayatan nasehat-nasehat, yang lazim disebut “nasehat Inji8l”.

Penghayatan nasehat-nasehat itu atas dorongan Roh Kudus ditempuh oleh orang

120  Lih. 1Tes 5:19 dan 1Yoh 4:1121

  Surat kepada Diognetus, 6: terb. FUNK, I, hlm. 400. Lihat S. YOH. KRISOSTOMUS, Tentang Mat, Homili 46

(47) 2: PG 58,478, Tentang ragi dalam adonan.122

  Misal Romawi, “Kemuliaan kepada Allah di sorga”. Lih. Luk 1:35; Mrk 1:24; Luk 4:34; Yoh 6:69: “Yang Kudus

dari Allah”; Kis 3:14; 4:27 dan 30; Ibr 7:26; 1Yoh 2:20; Why 3:7.

Page 94: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 94/388

banyak kristiani, entah secara perorangan, eantah dalam corak atau status hidup yang disahkan oleh Gereja, serta menyajikan dan harus menyajikan di dunia inikesaksian dan teladan yang ulung tentang kesucian itu.

40. (Panggilan umum kepada kesucian)

 Tuhan Yesuslah Guru dan Teladan ilahi segala kesempurnaan. Dengan kesucianhidup, yang dikerjakan dan dipenuhi-Nya sendiri, Ia mewartakan kepada semuadan masing-masing murid-Nya, bagaimanapun juga corak hidup mereka: “Kamuharus sempurna, seperti Bapamu yang di sorga sempurna adanya” (Mat 5:48)(123).Sebab kepada semua diutus-Nya Roh Kudus, untuk menggerakkan mereka dari

dalam, supaya mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengansegenap akal budi dan dengan segenap tenaga mereka (lih. Mrk 12:30), dan salingmencintai seperti Kristus telah mencintai mereka (lih. Yoh 13:34; 15:12). Parapengikut Kristus dipanggil oleh Allah bukan berdasarkan perbuatan mereka,

melainkan berdasarkan rencana dan rahmat-Nya. Mereka dibenarkan dalam tuhan

Yesus, dan dalam babtis iman sungguh-sungguh dijadikan anak-anak Allah danikut serta dalam kodrat ilahi, maka sungguh menjadi suci. Maka dengan bantuanAllah mereka wajib mempertahankan dan mengembangkan dalam hidup merekakesucian yang telah mereka terima. Oleh rasul mereka dinasehati, supaya hidup

“sebagaimana layak bagi orang-orang kudus” (Ef 5:3); supaya “sebagai kaumpilihan Allah, sebagai orang-orang Kudus yang tercinta, mengenakan sikap belaskasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran” (Kol3:12); dan supaya menghasilakn buah-buah Roh yang membawa kepada kesucian

(lih. Gal 5:22; Rom 6:22). Akan tetapi karena dalam banyak hal kita semuabersalah (lih. Yak 3:2), kita terus-menerus mebutuhkan belaskasihan Allah danwajib berdoa setiap hari: “Dan ampunilah kesalahan kami” (Mat 6:12) (124).

 Jadi bagi semua jelaslah, bahwa semua orang kristiani, bagaimanapun statusatau corak hidup mereka, dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidupkristiani

dan kesempurnaan cinta kasih(125). Dengan kesian itu juga dalam masyarakat didunia in cara hidup menjadi lebih manusiawi. Untuk memperoleh kesempurnaanitu hendaklah kaum beriman mengerahkan tenaga yang mereka terima menurutukuran yang dikurniakan oleh Kristus, supaya dengan mengikuti jejak-Nya danmerupai citra-Nya, dengan melaksanakan kehendak Bpa dalam segalanya, mereka

dengan segenap jiwa membaktikan diri kepada kemuliaan Allah dan pengabdianterhadap sesama. Begitulah kesucian Umat Allah akan bertumbuh danmenghasilkan buah berlimpah, seperti dalam sejarah Gereja telah terbukti dengancemerlang melalui hidup sekian banyak orang kudus.

41. (Bentuk pelaksanaan kesucian)

Dalam aneka bentuk kehidupan serta tugas satu kesucian yang sama diamalkanoleh semua, yang digerakkan oleh Roh Allah, dan yang dengan mematuhi suaraBapa serta bersujud kepada Allah Bapa dalam roh dan kebenaran, mengikuti

Kristus yang miskin, rendah hati dan memanggul salib-Nya, agar mereka pantasikut menikmati kemuliaany-Nya. Adapun masing-masing menurut kurnia dan

123

 Lih. ORIGENES, Komentar pada Rom 7:7 PG 14,1122B. Pseudo MAKARIUS, Tentang Doa 11 : PG 34,861AB.S. TOMAS, Summa Theol . II-II, soal 184, art. 3.

124   Lih. S. AGUSTINUS, Penarikan Kembali, II, 18: PL 32,637 dsl. PIUS XII, Ensiklik  Mystici Corporis, 29 Juni

1943: AAS 35 (1943) hlm. 225.125

  Lih. PIUS XI, Ensiklik  Rerum omnium, 26 januari 1923: AAS 15 (1923) hlm. 50 dan 59-60. Ensiklik Casti

Connubii, 31 Desember 1930: AAS 22 (1930) hlm. 548. PIUS XII, Konstitusi apostolis  Provida Mater , 2

Februari 1947: AAS 39 (1947) hlm. 117. Amanat  Annus sacer , 8 Desember 1950: AAS 43 (1951) hlm. 27-28.

Amanat Nel darvi, Juli 1956: AAS 48 (1956) hlm. 574 dsl.

Page 95: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 95/388

tugasnya sendiri wajib melangkah tanpa ragu-ragu menempuh jalan iman yanghidup, yang membangkitkan harapan dan mewujudkan diri melalui cinta kasih.

 Terutama para Gembala kawanan Kristuslah yang wajib menjalankanpelayanan mereka dengan suci dan gembira, dengan rendah hati dan tegas,menurut citra Imam Agung dan Abadi, Gembala dan Pengawas jiwa kita. Dengan

demikian pelayanan yang mereka lakukan juga bagi mereka sendiri akan menjadiupaya penyucian yang ulung. Mereka dipilih untuk mengemban kepenuhanimamat, dan dikurniai rahmat sakramental, supaya dengan berdoa,mempersembahkan korban dan mewartakan sabda, melalui segala macamperhatian dan pengabdian Uskup, melaksanakan tugas sempurna cinta kasih

kegembalaan(126), dan supaya jangan takut menyerahkan jiwa demi domba-domba,dan dengan menjadi teladan bagi kawanan (lih. 1Ptr 5:3), lagi pula dengancontohnya memajukan Gereja menuju tingkat kesucian yang kian hari makintinggi.

Hendaklah para imam, serupa dengan para Uskup yang mempunyai merekasebagai mahkota rohani(127), dan dengan ikut-serta mengemban rahmat tugas para

Uskup, melalui Kristus satu-satunya Pengantara abadi, dengan menunaikan tugasharian mereka, berkembang dalam cinta kasih akan Allah dan sesama. Hendaklahmereka melayani ikatan persekutuan para imam, melimpah dalam segala kebaikan

rohani, dan memberi kesaksian hidup tentang Allah kepada semua orang(128).Semoga mereka meneladan para imam, yang dalam peredaran masa meninggalkancontoh kesucian yang gemilang, dengan pengabdian mereka yang sering amatsederhana dan tersembunyi. Pujian terhadap mereka menggema dalam gereja

Allah. Hendaklah mereka berdasarkan jabatan berdoa dan mempersembahkankorban bagi jemaat mereka dan segenap Umat Allah, menyadari apa yang mereka

 jalankan dan berusaha menghayati apa yang mereka lakukan(129). Janganhendaknya mereka dihambat oleh kesibukan-kesibukan, bahaya-bahaya dankesukaran-kesukaran dalam kerasulan, melainkan hendaklah justru karena itu

semua mereka mencapai taraf kesucian yang lebih tinggi; sebab merekamenguatkan serta memupuk kegiatan mereka dengan kelimpahan hasilkontemplasi, sehingga menggembirakan seluruh Gereja Allah. Hendaklah semuaimam, dan terutama mereka yang karena alasan khas tahbisan mereka disebutimam diosesan (projo), mengingat betapa pentingnya bagi kesucian mereka

hubungan yang setia dan kerjasama yang ikhlas dengan Uskup mereka.

Dalam perutusan dan rahmat Imam tertinggi secara khusus ikut serta pulapara pelayan tingkat lebih rendah, terutama para Diakon, yang melayani misteri-misteri Kristus dan Gereja(130), dan karena itu wajib mempertahankan

kemurniannya dari segala cacat dan berkenan kepada Allah, serta menyediakansegala macam kebaikan dihadapan orang-orang (lih. 1Tim 3:8-10 dan 12-13). Pararohaniwan, yang dipanggil oleh Tuhan dan di khususkan bagi-Nya, menyiapkandiri untuk tugas-tugas pelayanan dibawah pengawasan para Gembala. Merekawajib menyesuaikan budi dan hati mereka dengan pilihan seluhur itu, bertekun

dalam doa, berkobar cinta kasihnya, mencita-citakan apa saja yang benar, adil danpantas dipuji, dan menjalankan semuanya demi kemuliaan dan keluhuran Allah.Menyusul para awam yang terpilih oleh Allah, dan – untuk membaktikan dirisepenuhnya kepada karya kerasulan – dipanggil oleh Uskup, serta bekerjadiladang Tuhan dengan menghasilkan banyak buah(131).

126

  Lih. S. TOMAS, Summa Theol , II-II, soal 184, art. 5 dan 6. Tentang kesempurnaan hidup rohani, bab 18.ORIGENES, Tentang Yesaya, Homili 6,1: PG 13,239.

127  Lih. S. IGNASIUS Martir, Surat kepada umat di Magnesia, 13,1: terb. FUNK, I, hlm. 241.128   Lih. S. PIUS X, Amanat  Haerent animo , 4 Agustus 1908: ASS 41 (1908) hlm. 560 dsl. Kitab Hukum Kanonik

(lama) kanon 124. PIUS XI, Ensiklik Ad catholic sacerdotii , 20 Desember 1935: AAS 28 (1936) hlm. 22 dsl.129

 Tata-laksana Tahbisan Imam, dalam kotbah pada awal upacara.130

 Lih. S. IGNASIUS Martir, Surat kepada umat di Tralles 2,3: terb. FUNK, I, hlm. 244.131

 PIUS XII, Amanat Sous la maternelle protection, 9 Desember 1957: AAS 50 (1958) hlm. 36.

Page 96: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 96/388

  Para suami-isteri dan orang tua kristiani wajib, menurut cara hidup mereka,dengan cinta yang setia seumur hidup saling mendukung dalam rahmat, danmeresapkan ajarn kristiani maupun keutamaan-keutamaan Injil dihati keturunan,

 yang penuh kasih mereka terima dari Allah. Sebab dengan demikian merekamemberi teladan cinta kasih yang tak kenal lelah dan penuh kerelaan kepada

semua orang, memberi contoh kepada persaudaraan kasih, dan menjadi saksi

serta pendukung kesuburan Buda Gereja. Mereka menjadi tanda pun sekaligusikut serta dalam cinta kasih Kristus terhadap Mempelai-Nya, sehingga Iamenyerahkan diri untuknya(132). Teladan serupa disajikan dengan cara lain olehpara janda dan mereka yang tidak menikah, yang juga dapat menyumbang banyak

sekali bagi kesucian dan kegiatan Gereja. Adapun mereka yang sering menanggungbeban kerja berat hendaknya menyempurnakan diri melalui pekerjaan manusia,membantu sesama warga, dan mengangkat segenap masyarakat serta alamtercipta kepada keadaan yang lebih baik. Selain itu hendaklah mereka dengan

cinta kasih yang aktif meneladan Kristus, yang dulu menjalankan pekerjaantangan, dan selalu berkarya bersama Bapa demi keselamatan semua orang.Hendaklah mereka berharap dan gembira, saling menanggung beban, dan melaluipekerjaan mereka sehari-hari mencapai kesucian yang lebih tinggi dan bersifat

apostolis.

Khususnya hendaklah mereka yang ditimpa oleh kemiskinan, kelemahan,penyakit dan pelbagai kesukaran, atau menanggung penganiayaan demikebenaran – merekalah, yang dalam Injil dinyatakan bahagia oleh Tuhan, dan yang“Allah, sumber segala rahmat, yang dalam Kristus Yesus telah memanggil kita ke

dalam kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan danmengokohkan, sesudah mereka menderita seketika lamanya” (1Ptr 5:10), -hendaklah mereka semua mengetahui, bahwa mereka dipersatukan denganKristus yang menderita sengsara demi keselamatan dunia.

 Jadi semua orang beriman kristiani dalam kondisi-kondisi hidup mereka,

dalam tugas-tugas serta keadaan mereka, dan melalui itu semua, dari hari ke hariakan makin dikuduskan, bila mereka dalam iman menerima segala-sesuatu daritangan Bpa di sorga, dan bekerja sama dengan kehendak ilahi, denganmenampakkan dalam tugas sehari-hari kepada semua orang cinta kasih Allahterhadap dunia.

42. (Jalan dan upaya kesucian)

“Allah itu kasih, dan barang siapa tetap berada dalam kasih, ia tinggal dalam Allahdan Allah dalam dia” (1Yoh 4:16). Adapun Allah mencurahkan cinta kasih-Nya ke

dalam hati kita melalui Roh Kudus yang dikurniakan kepada kita (lih. Rom 5:5).Maka dari itu kurnia yang pertama dan paling perlu yakni cinta kasih, yangmembuat kita mencintai Allah melampaui segalanya dan mengasihi sesama demiDia. Akan tetapi, Supaya cinta kasih bagaikan benih yang baik bertunas dalam

 jiwa dan menghasilkan buah, setiap orang beriman wajib mendengarkan sabda

Allah dengan suka hati, dan dengan bantuan rahmat-Nya, dengan tindakan nyatamelaksanakan kehendak-Nya. Ia wajib sering menerima sakramen-sakramen,terutama Ekaristi, dan ikut serta dalam perayaan liturgi, pun juga dengan tabahberdoa, mengingkari diri, melayani sesama secara aktif, dan mengamalakan segalakeutamaan. Sebab cinta kasih, sebagai pengikat kesempurnaan dan kepenuhan

hukum (lih. Kol 3:14); Rom 13:10), mengarahkan dan menjiwai semua upayakesucian, dan membawanya sampai ke tujuannya(133). Maka cinta kasih akan Allahmaupun akan sesama merupakan ciri murid Kristus yang sejati.

132  PIUS XI, Ensiklik Casti Connubii, 31 Desember 1930: AAS 22 (1930)hlm. 548 dsl. Lih. S. YOH.

KRISOSTOMUS, Tentang Ef, Homili 20,2: PG 62,136 dsl.133

 Lih. S. AGUSTINUS,  Enchriridion (kamus) 121,32: PL 40,288. S. TOMAS, Summa Theol , II-II, soal 184, art. 1.

PIUS XII, Amanat apostolik Mentinostrae, 23 September 1950: AAS 42 (1950) hlm. 660.

Page 97: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 97/388

  Yesus, Putera Allah, telah menyatakan cinta kasih-Nya dengan menyerahkannyawa-Nya bagi kita. Maka tidak seoarng pun mempunyai cinta kasih yang lebihbesar dari pada dia yang merelakan nyawanya untuk Dia dan saudara-saudaranya(lih. 1Yoh 3:16; Yoh 15:13). Sudah sejak masa permulaan ada orang-orangkristiani yang telah dipanggil, dan selalu masih ada yang akan dipanggil, untuk

memberi kesaksian cinta kasih yang tertinggi itu dihadapan semua orang,

khususnya di muka penganiaya. Maka Gereja memandang sebagai kurnia luarbiasa dan bukti cinta kasih tertinggi kematian sebagai martir, yang menjadikanmurid serupa dengan Guru yang dengan rela menerima wafat-Nya demikeselamatn dunia, serupa dengan Dia dalam menumpahkan darah. Meskipun

hanya sedikit yang diberi, namun semua harus siap-sedia mengakui Kritus dimuka orang-orang, dan mengikuti-Nya menempuh jalan salib di tengahpenganiayaan, yang selalu saja menimpa Gereja.

Kesucian Gereja secara istimewa dipupuk pula dengan aneka macam nasehat,

 yang oleh Tuhan dalam Injil disampaikan kepada para murid-Nya untukdilaksanakan[134]. Di antaranya sangat menonjol kurnia luhur rahmat ilahi, yangoleh Bapa dianugerahkan kepada beberapa orang (Lih. Mat 19:11; 1Kor 7:7), yakni

supaya dalam keperawanan atau selibat mereka lebih mudah membaktikan diriseutuhnya kepada Allah, dengan hati tak terbagi (lih. 1Kor 7:32-34)[135]. Tarak

sempurna demi Kerajaan sorga itu dalam gereja selalu dihargai secara istimewa,sebagai tanda dan dorongan cinta kasih, dan sebagai suatu sumber kesuburanrohani yang luar biasa di dunia.

Gereja juga tetap mengingatkan anjuran Rasul, yang mengundang kaum

beriman untuk mengamalkan cinta kasih, dan mendorong mereka supayamenaruh perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, “yang telahmengosongkan Diri-Nya dan mengenakan rupa seorang hamba, … dan menjaditaat sampai mati” (Flp 2:7-8), lagi pula demi kita “menjadi miskin, meskipun Iakaya” (2Kor 8:9). Perlulah bahwa cinta kasih dan kerendahan hati Kristus itu

senantiasa ditealadan dan diberi kesaksian oleh para murid. Maka Bunda Gerejabergembira, bahwa dalam pangkuannya terdapat banyak pria dan wanita, yangmengikuti dari dekat dan memperlihatkan lebih jelas pengosongan Diri SangPneyelamat, dengan menerima kemiskinan dalam kebebasan anak-anak Allahserta mengingkari keinginan-keinginan mereka senri. Mereka itulah yang demi

Allah tunduk kepada seorang manusia dalam mengejar kesempurnaan melampauiapa yang diwajibkan, untuk lebih menyerupai Kristus yang taat[136].

Maka semua orang beriman kristiani diajak dan memang wajib mengejarkesucian dan kesempurnaan status hidup mereka. Oleh karena itu hendaklah

semua memperhatikan, agar mereka mengarahkan keinginan-keinginan hatidengan tepat, supaya mereka dalam mengejar cinta kasih yang sempurna jangandirintangi karena menggunakan hal-hal duniawi dan melekat pada kekayaanmelawan semangat kemiskinan menurut Injil. Itulah maksud nasehat Rasul: orang

 yang menggunakan barang dunia ini jangan samapi berhenti di situ: sebab

berlalulah dunia seperti yang kita kenal sekarang (lih. 1Kor 7:31 yun.)[137].

134  Tentang nasehat-nasehat itu pada umumnya, Lih. ORIGENES, Komentar Rom X, 14: PG 14,1275B. S.

AGUSTINUS, Tentang keperawanan suci, 15,15: PL 40,403. S. TOMAS, Summa Theol , I-II, soal 100, art. 2 C

(pada akhir); II-II, soal 44, art. 4, ad 3.135

  Tentang keunggulan keperawanan suci, lih. TERTULIANUS, Anjuran tentang kemurnian, 10: PL 2,225C. S.

SIPRIANUS, tentang para perawan 3 dan 22: PL 4,443B dan 461A dsl. S. ATANASIUS (?), Tentang para perawan: PG 28,252 dsl. S. YOH KRISOSTOMUS, Tentang para perawan: PG 48,533 dsl.

136   Tentang kemiskinan rohani, lih. Mat 5:3 dan 19:21; Mrk 10:21; Luk 18:22; tentang ketaatan  terdapat contoh

Kristus dalam Yoh 4:34 dan 6:38; Flp 2:8-10; Ibr 10:5-7. Banyak sekali teladan dikemukakan oleh para Bapa

Gereja dan para pendiri tarekat.137

  Tentang pelaksanaan nyata nasehat-nasehat, yang tidak di haruskan kepada semua orang, lih. S. YOH

KRISOSTOMUS, Tentang Mat, Homili 7,7: PG 57,81 dsl. S. AMBROSIUS, Tentang para janda, 3,23: PL

16,241 dsl.

Page 98: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 98/388

BAB ENAM

PARA RELIGIUS

43. (Pengikraran nasehat-nasehat Injil dalam Gereja)

Nasehat-nasehat Injil tentang kemurnian yang dibaktikan kepada Allah, kemiskinandan ketaatan, didasarkan pada sabda dan teladan Tuhan, dan dianjurkan oleh paraRasul, para Bapa, para guru serta para gembala Gereja. Maka nasehat-nasehat itumerupakan kurnia ilahi, yang oleh Gereja diterima dari Tuhannya dan selaludipelihara dengan bantuan rahmat-Nya. Adapun pimpinan Gereja sendiri, di bawahbimbingan Roh Kudus, telah memperhatikan penafsirannya, pengaturanpelaksanaannya, pun juga penetapan bentuk-bentuk penghayatan yang tetap.Dengan demikian berkembanglah pelbagai bentuk kehidupan menyendiri maupun

bersama, dan pelbagai keluarga, bagaikan pada pohon yang tumbuh di ladangTuhan dari benih ilahi, dan yang secara ajaib telag banyak bercabang-cabang. Itusemua menambah jasa sumbangan baik bagi kemajuan para anggotanya maupunbagi kesejahteraan seluruh Tubuh Kristus[138]. Sebab keluarga-keluarga itumenyediakan upaya-upaya bagi para anggotanya berupa cara hidup yang lebihtetap dan teguh, ajaran yang tanggunh untuk mengejar kesempurnaan, persekutuanantar saudara dalam perjuangan untuk Kristus, kebebasan yang diteguhkan olehketaatan. Dengan demikian para anggota mampu menepati ikrar religius merekadengan aman dan mengamalkannya dengan setia, dan melangkah maju di jalancinta kasih dengan hati gembira[139].

Ditinjau dari sudut susunan ilahi dan hirarkis Gereja, status religius itu bukan jalan tengah antara perihidup para imam dan kaum awam. Tetapi dari keduagolongan itu ada sejumlah orang beriman kristiani, yang dipanggil oleh Allah untukmenerima kurnia istimewa dalam kehidupan Gereja, dan untuk dengan caramasing-masing menyumbangkan jasa mereka bagi misi keselamatan Gereja [140].

44. (Makna dan arti hidup religius)

Dengan kaul-kaul atau ikatan suci lainnya yang dengan caranya yang khasmenyerupai kaul, orang beriman kristiani mewajibkan diri untuk hidup menuruttiga nasehat Injil tersebut. Ia mengabdikan diri seutuhnya kepada Allah yangdicintainya mengatasi segala sesuatu. Dengan demikian ia terikat untuk mengabdi

Allah serta meluhurkan-Nya karena alasan yang baru dan istimewa. Karena babtis iatelah mati bagi dosa dan dikuduskan kepada Allah. Tetapi supaya dapatmemperoleh buah-buah rahmat babtis yang lebih melimpah, ia menghendaki untukdengan mengikrarkan nasehat-nasehat Injil dalam Gereja dibebaskan dari rintangan-rintangan, yang mungkin menjauhkannya dari cinta kasih yang berkobar dan darikesempurnaan bakti kepada Allah, dan secara lebih erat ia disucikan untukmengabdi Allah [141]. Adapun pentakdisan akan makin sempurna, bila dengan ikatan

138 Lih. ROSWEYDUS, Vitae Patrium (riwayat hidup para Bapa), Antwerpen 1628.  Apophtegmata Patrum : PG 65.

PALLADIUS,  Historia Lausiaca: PG 34,995 dsl.: terb. C. BUTLER, Cambridge 1898 (1904). PIUS XI,Konstitusi apostolik Umbratilem, 8 Juli 1924: AAS 16 (1924) hlm. 386-387. PIUS XII, Amanat  Nous sommes

heureux, 11 April 1958: AAS 50 (1958) hlm. 283.139  PAULUS VI, Amanat Magno Gaudio, 23 Mei 1964: AAS 56 (1964) hlm. 566.140

  Lih. Kitab Hukum Kanonik (Lama), kanon 487 dan 488,4. PIUS XII, Amanat  Annus sacer, 8 Desember 1950:

AAS 43 (1951) hlm. 27 dsl. PIUS XII, Konstitusi apostolik  Provida Mater , 2 Februari 1947: AAS 39 (1947)

hlm. 120 dsl.141

 PAULUS VI, Amanat Magno Gaudio: AAS 56 (1964) hlm. 567.

Page 99: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 99/388

yang lebih kuat dan tetap makin jelas dilambangkan Kristus, yang dengan ikatan takterputuskan bersatu dengan Gereja mempelai-Nya.

Nasehat-nasehat Injil, karena mendorong mereka yang mengikrarkannya kepadacinta kasih [142], secara istimewa menghubungkan mereka itu dengan Gereja danmisterinya. Maka dari itu hidup rohani mereka juga harus dibaktikan kepada

kesejahteraan seluruh Gereja. Dari situ muncullah tugas, untuk – sekadar tenaga danmenurut bentuk khas panggilannya- entah dengan doa atau dengan karya-kegiatan,berjerih-payah guna mengakarkan dan mengukugkan Kerajaan kristus di hati orang-orang, dan untuk memperluasnya ke segala penjuru dunia. Oleh karena itu Gerejamelindungi dan memajukan corak khas pelbagai tarekat religius.

Maka pengikraran nasehat-nasehat Injil merupakan tanda, yang dapat dan harusmenarik secara efektif semua anggota Gereja, untuk menunaikan tugas-tugaspanggilan kristiani dengan tekun. Sebab umat Allah tidak mempunyai kediamantetap disini, melainkan mencari kediaman yang akan datang. Maka status religius,yang lebih membebaskan para anggotanya dari keprihatinan-keprihatinan duniawi,

 juga lebih jelas memperlihatkan kepada semua orang beriman harta sorgawi yangsudah hadir di dunia ini, memberi kesaksian akan hidup baru dan kekal yangdiperoleh berkat penebusan Kristus, dan mewartakan kebangkitan yang akandatang serta kemuliaan Kerajaan sorgawi. Corak hidup, yang dikenakan oleh PuteraAllah ketika Ia memasuki dunia ini untuk melaksanakan kehendak Bapa, dan yangdikemukakan-Nya kepada para murid yang mengikuti-Nya, yang diteladan darilebih dekat oleh status religius, dan senantiasa dihadirkan dalam Gereja. Akhirnyastatus itu juga secara istimewa menampilkan keunggulan Kerajaan Allah melampauisegalanya yang serba duniawi, dan menampakkan betapa pentingnya Kerajaan itu.Selain itu juga memperlihatkan kepada semua orang keagungan mahabesarkekuatan Kristus yang meraja dan daya Roh Kudus yang tak terbatas, yang berkaryasecara mengagumkan dalam Gereja.

 Jadi meskipun status yang terwujudkan dengan pengikraran nasehat-nasehatInjil itu tidak termasuk susunan hirarkis Gereja, namun tidak dapat diceraikan darikehidupan dan kesucian Gereja.

45. (Hubungan para religius dengan Hirarki)

Tugas Hirarki Gereja yakni menggembalakan umat Allah dan membimbingnya keladang yang berumput lebat (Lih. Ye 34:14). Maka Hirarki juga harus secarabijaksana mengatur dengan undang-undangnya pelaksanaan nasehat-nasehat Injil,yang secara istimewa mendukung penyempurnaan cinta kasih akan Allah dan

terhadap sesama [143]. Dengan penuh perhatian mengikuti doronganh Roh Kudus,Hirarki menerima pedoman-pedoman hidup, yang diajukan oleh tokoh-tokohreligius pria maupun wanita, dan setelah dibubuhi ketentuan-ketentuan lebih rinci,mengesahkannya dengan resmi. Tarekat-tarekat yang telah didirikan di mana-manauntuk membangun Tubuh Kristus, didampingi dengan pengawasan danperlindungan kewibawaannya, supaya berkembang dan subur berbuah menurutsemangat pera pendirinya.

Namun supaya kebutuhan-kebutuhan seluruh kawanan Tuhan ditanggapi secaralebuh baik, Imam Agung, berdasarkan kedudukannya sebagai kepala seluruhGereja, demi kepentingan bersama dapat menarik setiap lembaga kesempurnaan

untuk masing-masing anggotanya dari lingkup kuasa para Uskup setempat, dan

142   Lih. S. TOMAS, Summa Theol . I-II, soal 184 art. 3 dan soal 188 art. 2. S. BONAVENTURA, karya-tulis XI,

Pembelaan kaum miskin, bab 3,3: terb. Quaracci, jilid 8, 1898, hlm. 245 a.143

  Lih. KONSILI VATIKAN I, Skema tentang Gereja kristus, bab XV dan catatan 48: MANSI 51,549 dsl. Dan 619

dsl. LEO XIII, Surat  Au milieu des consolations, 23 Desember 1900: AAS 33 (1900-01) hlm. 361. PIUS XII,

Konstitusi apostolik Provida Mater : AAS 39 (1947) hlm. 114 dsl.

Page 100: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 100/388

membawahkan mereka hanya kepada dirinya [144]. Begitu juga mereka dapatdibiarkan atau diserahkan dibawah kewenangan patriarkat mereka sendiri. Dalammenunaikan tugas terhadap Gereja menurut corak khas hidup mereka, para anggotatarekat wajib menunjukkan sikap hormat dan taat menurut hukum Gereja kepadapara Uskup, demi kewibawaan pastoral mereka di Gereja-Gereja khusus, serta demi

kesatuan dan kerukunan yang diperlukan dalam karya kerasulan [145].Adapun dengan pengesahannya Gereja tidak hanya mengangkat ikrar religius

kepada martabat status kanonik, melainkan juga menampilkannya sebagai statusyang ditakdiskan kepada Allah dalam upacara Liturgi. Sebab dengan kewibawaanyang oleh Allah diserahkan kepadanya Gereja menerima kaul-kaul yang diikrarkan,dengan doanya yang resmi memohonkan bantuan dan rahmat Allah bagi merekayang mengikrarkannya, mempercayakan mereka kepada Allah, dan memberimereka berkat rohani, sambil menyatukan persembahan diri mereka dengan korbanEkaristi.

46. (Penghargaan terhadap hidup religius)Hemdaklah para religius sungguh-sungguh berusaha, supaya melalui mereka Gerejabenar-benar makin hari makin jelas menampilkan Kristus kepada kaum berimanmaupun tidak beriman, entah bila ia sedang berdoa diatas bukit, entah bila sedangmewartaakan Kerajaan Allah kepada rakyat, entah bila Ia sedang menyembuhkanmereka yang sakit dan terluka, serta mempertobatkan kaum pendosa kepada hidupyang baik, atau sedang memberkati kanak-kanak dan berbuat baik terhadap semuaorang, senantiasa dalam kepatuhan kepada kehendak bapa yang mengutus-Nya [146].

Akhirnya hendaklah semua orang menginsyafi, bahwa mengikrarkan nasehat-nasehat Injil memang berarti mengorbankan hal-hal yang pantas dinilai tinggi,namun tidak merintangi kemajuan pribadi manusia yang sejati, melainkan padahakekatnya sangan mendukungnya. Sebab seperti nampak jelas pada teladansekianbanyak pendiri yang kudus – nasehat-nasehat itu, bila diterima secara sukarelamenurut panggilan pribadi masing-masing, sangat mendukung pemurnian hati dankebebasan rohani, tiada hentinya membangkitkan semangat cinta kasih, danterutama mampu menjadikan hidup orang kristenlebih serupa dengan corak hidupdalam keperawanan dan kemiskinan, yang telah dipilih oleh Kristus Tuhan sendiri,dan yang telah dihayati penuh semangat oleh Bunda-Nya yang tetap perawan. Jangan pula orang mengira, bahwa para religius karena serah diri mereka atauterasingkan dari orang-orang, atau tidak berguna lagi bagi masyarakat duniawi.Sebab meskipun ada kalanya mereka itu tidak langsung berhubungan dengan

sesama, namun secara lebih mendalam mereka mengenangkan sesama dalam kasihmesra Kristus, dan secara rohani bekerja sama dengan sesama, supayapembangunan masyarakat duniawi selalu bertumpu pada Tuhan dan diarahkankepada-Nya, sehingga para pembangunnya jangan bekerja dengan sia-sia [147].

Oleh sebab itu Konsili suci akhirnya meneguhkan dan memuji semua pria danwanita, para Bruder dan Suster, yang dalam biara-biara, atau disekolah-sekolah danrumahsakit, atau di daerah-daerah misi, dengan kesetiaan yang andal dankerendahan hati, ikut merias Mempelai Kristus dalam serah diri kepada Allah

144  Lih. LEO XIII, Konstitusi  Romanos Pontifices, 8 Mei 1881: AAS 48 (1880-81) hlm. 483. PIUS XII, Amanat

 Annus sacer , 8 Desember 1950: AAS 48 (1951) hlm. 28 dsl.145  Lih. PIUS XII, Amanat  Annus sacer : AAS 43 (1951) hlm. 28. PIUS XII, Konstitusi apostolik Sedes Sapientiae,

31 Mei 1959: AAS 48 (1956) hlm. 355. PAULUS VI, Amanat Mgno gaudio: AAS 56 (1964) hlm. 570-571.146

 Lih. PIUS XII, Ensiklik Mystici Corporis, 29 Juni 1943: AAS 35 (1943) hlm. 214 dsl.147

 Lih. PIUS XII, Amanat  Annus sacer : AAS 43 (1951) hlm.30. Amanat Sous la meternelle protection, 9 Desember

1957: AAS 50 (1958) hlm. 39 dsl.

Page 101: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 101/388

seperti telah diuraikan, dan berbakti kepada semua orang dengan kebesaran hati,dalam pengabdian yang bermacam ragam.

47. (Penutup)Maka dari itu hendaklah setiap orang yang dipanggil untuk mengikrarkan nasehat-

nasehat Injil sungguh-sungguh berusaha, supaya ia bertahan dan semakin majudalam panggilan yang diterimanya dari Allah, demi makin suburnya kesudianGereja, supaya makin dimuliakanlah Tritunggal yang satu tak terbagi, yang dalamKristus dan dengan perantaraan Kristus menjadi sumber dan asal segala kesucian.

BAB TUJUH

SIFAT ESKATOLOGIS GEREJA MUSAFIRDAN PERSATUANNYA DENGAN GEREJA DI SORGA

48. (Pendahuluan)Dalam Yesus Kristus kita semua dipanggil kepada Gereja, dan disitu kitamemperoleh kesucian berkat rahmat Allah. Gereja itu baru mencapaikepenuhannya dalam kemuliaan di sorga, bila akan tiba saatnya segala-sesuatudiperbaharui (Kis 3:21), dan bila bersama dengan umat manusia dunia semesta

pun, yang berhubungan erat secara dengan manusia dan bergerak ke arahtujuannya melalui manusia, akan diperbaharui secara sempurna dalam Kristus(lih. Ef 1:10; Kol 1:20; 2Ptr 3:10-13).

Adapun Kristus, yang ditinggikan dari bumi, menarik semua orang kepada diri-

Nya (lih. Yoh. 12:32 yun). Sesudah bangkit dari kematian (lih. Rom 6:9) Ia mengutusRoh-Nya yang menghidupkan ke dalam hati para murid-Nya, dan melalui Roh itu Iamenjadikan Tubuh-Nya, yakni Gereja, sakramen keselamatan bagi semua orang. Iaduduk di sisi kanan Bapa, namun tiada hentinya berkarya di dunia, untukmengantar orang-orang kepada Gereja, dan melalui Gereja menyatukan merekalebih erat dengan diri-Nya; lagipula untuk memberi mereka santapan Tubuh danDarah-Nya sendiri, serta dengan demikian mengikut-sertakan mereka dalamkehidupan-Nya yang mulia. Jadi pembaharuan, janji yang kita dambakan, telahmulai dalam kristus, digerakkan dengan perutusan Roh Kudus, dan karena Roh ituberlangsung terus dalam Gereja. Berkat iman kita disitu menerima pengertiantentang makna hidup kita yang fana, sementara karya yang oleh Bapa dipercayakankepada kita di dunia kita selesaikan dengan baik dalam harapan akan kebahagiaandi masa mendatang, dan kita mengerjakan keselamatan kita (lih. Flp 2:12).

 Jadi sudah tibalah bagi kita akhir zaman (lih. 1Kor 10:11). Pembaharuan duniatelah ditetapkan, tak dapat dibatalkan, dan secara nyata mulai terlaksana di duniaini. Sebab sejak di dunia ini Gereja ditandai kesucian yang sesungguhnya meskipuntidak sempurna. Tetapi sampai nanti terwujudkan langit baru dan bumi baru, yangdiwarnai keadilan (lih. 2Ptr 3:13), Gereja yang tengah mengembara, dalamsakramen-sakramen serta lembaga-lembaganya yang termasuk zaman ini,mengemban citra zaman sekarang yang akan lalu. Gereja berada di tengah alamtercipta, yang hingga kini berkeluh-kesah dan menanggung sakit bersalin, serta

merindukan saat anak-anak Allah dinyatakan (lih. Rom 8:19-22). Jadi kita, yang bersatu dengan kristus dalam Gereja, dan ditandai dengan Roh

Kudus yakni “jaminan warisan kita” (Ef 1:14), disebut anak-anak Allah dan memangdemikian adanya (lih. 1Yoh 3:2). Namun kita belum tampil bersama Kristus dalamkemulian (lih. Kol 3:4), saatnya kita akan menyerupai Allah, karena kita akanmemandang Dia sebagaimana adanya (lih. 1Yoh 3:2). Maka “selama mediami tubuh

Page 102: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 102/388

ini, kita masih jauh dari Tuhan” (2Kor 5:6); dan kita, yang membawa kurnia-sulungRoh, berkeluh-kesah dalam hati (lih. Rom 8:23) serta ingin bersama dengan kristus(lih. Flp 1:23). Namun oleh cinta itu juga kita di desak, untuk lebih penuh hidup bagiDia, yang telah wafat dan bangkit bagi kita (lih. 2Kor 5:15). Maka kita berusahauntuk dalam segalanya berkenan kepada Tuhan (lih. 2Kor 5:9). Dan kita kenakan

perlengkapan senjata Allah, supaya kita mampu bertahan menentang tipu muslihatiblis serta mengadakan perlawanan pada hari yang jahat (lih. Ef 6:11-13). Tetapikarena kita tidak mengetahui hari maupun jamnya, atas anjuran Tuhan kita wajibberjaga terus-menerus, agar setelah mengakhiri perjalanan hidup kita di duniahanya satu kali saja (lih. Ibr 9:27), kita bersama dengan-Nya memasuki pestapernikahan, dan pantas digolongkan pada mereka yang diberkati (lih. Mat 25: 31-46), dan supaya janganlah kita seperti hamba yang jahat dan malas (lih. Mat 25:26)diperintahkan enyah ke dalam api yang kekal (lih. Mat 25:41), ke dalam kegelapan diluar, di temapat “ratapan dan kertakan gigi” (Mat 22:13 dan 25:30). Sebab, sebelummemerintah bersama Kristus dalam kemuliaan-Nya, kita semua akan menghadapi

“takhta pengadilan Kristus, supaya masing-masing menerima ganjaran bagi apayang dijalankannya dalam hidup ini, entah itu baik atau jahat” (2Kor 5:10). Dan padaakhir zaman “mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untukkehidupan kekal, sedangkan mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untukdihukum” (Yoh 5:29); lih. Mat 25:46). Maka dari itu, mengingat bahwa “penderitaanzaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan kemuliaan yang akan dinyatakankepada kita kelak” (Rom 8:18; lih. 2Tim 2:11-12), dalam keteguhan iman kitamendambakan “pengharapan yang membahagiakan serta pernyataan kemuliaanAllah dan Penyelamat kita yang mahaagung, Yesus Kristus” (Tit 2:13), “yang akanmengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga menyerupai Tubuh-Nya yang mulia”(Flp 3:21), dan yang akan datang “untuk dimuliakan di antara para kudus-Nya, danuntuk dikagumi oleh semua orang yang beriman” (2Tes 1:10).

49. (Persekutuan antara Gereja di sorga dan Gereja di dunia)

 Jadi hingga saat ini Tuhan datang dalam keagungan-Nya beserta semua malaikat(lih Mat 25:31), dan saatnya segala sesuatu takhluk kepada-Nya sesudah mautdihancurkan (lih. 1Kor 15:26-27), ada diantara para murid-Nya yang masihmengembara di dunia, dan ada yang telah meninggal dan mengalami penyucian,ada pula yang menikmati kemuliaan sambil memandang “dengan jelas AllahTritunggal sendiri sebagaimana ada-Nya” [148]. Tetapi kita semua, kendati pada tarafdan dengan cara yang berbeda, saling berhubungan dalam cinta kasih yang sama

terhadap Allah dan sesama, dan melambungkan madah pujian yang sama kehadiratAllah kita. Sebab semua orang, yang menjadi milik Kristus dan didiami oleh Roh-Nya, berpadu menjadi satu Gereja, dan saling erat berhubungan dalam Dia (lih. Ef4:16). Jadi persatuan mereka yang sedang dalam perjalanan dengan para saudarayang sudah beristirahat dalam damai kristus, sama sekali tidak terputus. Bahkanmenurut iman Gereja yang abadi diteguhkan karena saling berbagi harta rohani [149].Sebab karena para penghuni sorga bersatu lebih erat dengan kristus, mereka lebihmeneguhkan seluruh Gereja dalam kesuciannya; mereka menambah keagunganibadat kepada Allah, yang dilaksanakan oleh Gereja di dunia; dan dengan pelabagicara mereka membawa sumbangan bagi penyempurnaan pembangunannya (lih.

148  KONSILI FLORENSIA, Dekrit untuk umat Yunani: DENZ. 693 (1305).149

 Selain dokumen-dokumen yang lebih kuno melawan setiap bentuk memanggil roh-roh, sejak ALEKSANDER IV,

27 September 1258, lih. Surat edaran Kongregasi S. OFFICII, Tentang penyalahgunaan magnetisme: 4 Agustus

1856: AAS (1865 hlm. 177-178, DENZ. 1653-1654 (2823-2825); jawaban Kongregasi S. OFFICII, 24 April

1917: AAS 9 (1917) hlm. 268, DENZ. 2182 (3642).

Page 103: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 103/388

1Kor 12:12-27) [150]. Sebab mereka, yang telah ditampung di tanah air dan menetappada Tuhan (lih. 2Kor 5:8), karena Dia, bersama Dia dan dalam Dia tidak pernahberhenti menjadi pengantara kita di hadirat Bapa [151], sambil mempersembahkanpahala-pahala, yang telah mereka peroleh di dunia, melalui pengantara tunggalantara Allah dan manusia, yakni kristus Yesus (lih. 1Tim 2:5), sambil melayani

Tuhan dalam segalanya, dan melengkapi Tubuh-Nya, yakni Gereja (lih. Kol 1:24)[152]. Demikianlah kelemahan kita amat banyak dibantu oleh perhatian merekasebagai saudara.

50. (Hubungan antara Gereja di dunia dan gereja di sorga)

Gereja kaum musafir menyadari sepenuhnya persekutuan dalam Tubuh mistikKristus itu. Sejak masa pertama agama kristiani Gereja dengan sangat khidmatmerayakan kenangan mereka yang telah meninggal [153]. Dan karena “inilah suatupikiran yang murshid dan saleh: mendoakan mereka yang meninggal supayadilepaskan dari dosa-dosa mereka” (2Mak 12:46), maka Gereja juga

mempersembahkan korban-korban silih bagi mereka. Adapun Gereja selalu percaya,bahwa Rasul-Rasul dan para martir kristus, yang dengan menumpahkan darahmemberi kesaksian iman dan cinta kasih yang amat luhur, dalam Kristusberhubungan lebih erat dengan kita. Dengan bakti yang istimewa Gerejamenghormati mereka bersama dengan Santa Perawan Maria dan para Malaikatkudus [154], serta dengan khidmat memohon bantuan perantaraan mereka. Padagolongan mereka segera bergabunglah orang-orang lain, yang lebih dari dekatmeneladan keperawanan dan kemiskinan Kristus [155]; lalu akhirnya kelompok lainlagi, yang – karena mereka dengan cemerlang mengamalkan keutuamaan-keutamaan kristiani [156] serta menampilkan kurnia-kurnia ilahi – mengundang kaumberiman untuk berbakti dengan takzim dan meneladan mereka [157].

Sebab sementara merenungkan hidup mereka yang dengan setia mengikutiKristus, kita mendapat dorongan baru untuk mencari kota yang akan datang (lih. Ibr13:14 dan 11:10). Sekaligus kita ditunjukkan jalan yang sangat aman, untuk ditengahsituasi dunia yang silih berganti, sesuai dengan kedudukan dan kondisi masing-masing, dan dapat mencapai persatuan yang sempurna dengan Kristus ataukesucian [158]. Dalam hidup mereka yang sama-sama manusia seperti kita, tetapisecara lebih sempurna diubah menjadi serupa dengan citra Kristus (lih. 2Kor 3:18),Allah secara hidup-hidup menampakkan kehadiran serta wajah-Nya. Dalam dirimereka Ia menyapa kita, dan menyampaikan kepada kita tanda Kerajaan-Nya [159].Kita yang mempunyai banyak saksi ibarat awan yang meliputi kita (lih. Ibr 12:1),

dan yang menghadapi kesaksian sejelas itu tentang kebenaran Injil, kuat-kuattertarik kepadanya.

150 Lih. Penjelasan sintetis ajaran paulus ini dalam: PIUS XII, Ensiklik  Mystici Corporis: AAS 35 (1943) hlm. 200

dan di pelbagai temapt lainnya.151

  Lih., antara lain, S. AGUSTINUS, Uraian tentang Mzm 85,24: PL 37,1099. S. HIRONIMUS, Kitab melawan

Vigilansius, 6: PL 23,344. S. TOMAS, pada kitab IV Sententiae, dist. 45, soal 3, art. 2. S. BONAVENTURA,

 pada kitab IV Sententiae, dist. 45, soal 3, art. 2, dan lain -lain.152

 Lih. PIUS XII, Ensiklik Mystici Corporis: AAS 35 (1943) hlm. 245.153  Lih. banyak tulisan dalam katakombe-katakombe di roma.154

 Lih. GELASIUS I, Surat ketetapan tentang kitab-kitab yang harus diterima, 3: PL 59,160, DENZ. 165 (353).155

 Lih. S. METODIUS, Symposium, VII,3: GCS (Bonwetsch), hlm. 74.156

  Lih. BENEDIKTUS XV, Dekrit pengakuan Keutamaan-keutamaan dalam proses beatifikasi dan kanonisasihamba Allah Yohanes Nepomusesnus Neumann: AAS 14 (1922) hlm. 23. Berbagai amanat PIUS XI tentang

 para Kudus: “Inviti all eroismo: Dis corsi …” jilid I-III, Roma 1941-1942, di pelbagai temapat, PIUS XII,

 Discorsi e Radiomessaggi (amanat-amanat dan pidato-pidato radio), jilid X, 1949, hlm. 37-43.157

 Lih. PIUS XII, Ensiklik Mediator Dei: AAS 39 (1947) hlm. 581.158

 Lih. Ibr 13:7; Pkh 44-50; Ibr 11:3-40; Lih. juga PIUS XII, Ensiklik Mediator Dei : AAS 39 (1947), hlm. 582-583.159

 Lih. KONSILI VATIKAN I, Konstitusi tentang Iman Katolik, bab 3: DENZ. 1794 (3013).

Page 104: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 104/388

  Namun kita merayakan kenangan para penghuni sorga bukan hanya karenateladan mereka. Melainkan lebih supaya persatuan segenap Gereja dalam Rohditeguhkan dengan mengamalkan cinta kasih persaudaraan (lih. Ef 4:1-6). Sebabseperti persekutuan kristiani antara para musafir mengantarkan kita untukmendekati Kristus, begitu pula untuk keikutsertaan dengan para Kudus

menghubungkan kita dengan kristus, yang bagaikan Sumber dan Kepalamengalirkan segala rahmat dan kehidupan Umat Allah sendiri [160]. Jadi memangsungguh sepantasnya, bahwa kita mengasihi para sahabat serta sesama ahli warisYesus Kristus itu, serta-merta saudara-saudara dan penderma-penderma kita yangulung. Sudah selayaknya pula kita bersyukur kepada Allah atas mereka [161].Sepantasnya juga “kita dengan rendah hati berseru kepada mereka, danmempercayakan diri kepada doa-doa, bantuan serta pertolongan mereka, untukmemperoleh kurnia-kurnia Allah dengan perantaraan Putera-Nya Yesus KristusTuhan kita, satu-satunya Penebus dan Penyelamat kita” [162]. Sebab segala kesaksiancinta kasih kita yang sejati terhadap para penghuni sorga pada hakekatnya

tertujukan kepda Kristus dan bermuara pada Dia, “mahkota semua para Kudus”[163], serta dengan perantaraan-Nya mencapai Allah, yang mengagumkan dalam paraKudus-Nya, dan diagungkan dalam diri mereka [164].

Akan tetapi terutama dalam Liturgi suci secara paling luhur persatuan kitadengan Gereja di sorga diwujudkan dengan nyata. Di situlah kekuatan Roh Kudusmelalui perlambangan sakramen berkarya pada diri kita. Dalam Liturgi kita bersamabergembira merayakan dan memuji keagungan Allah [165]. Kita semua, yang dalamdarah Kristus di tebus dari setiap suku dan bahasa dan kaum bangsa (lih. Why 5:9),serta dihimpun ke dalam satu Gereja, dengan satu madah pujian meluhurkan AllahTritunggal. Jadi sambil merayakan korban Ekaristi kita seerat mungkin digabungkandengan ibadat Gereja di sorga, sementara kita berada dalam satu persekutuan, danmerayakan kenangan terutama S. Maria yang mulia dan tetap Perawan, pun pula S. Josef, para Rasul serta para martir yang suci, dan semua para Kudus [166].

51. (Beberapa pedoman pastoral)

Itulah iman yang layak kita hormati, pusaka para leluhur kita: iman akanpersekutuan hidup dengan para saudara yang sudah mulai di sorga, atau sesudahmeninggal masih mengalami pentahiran. Konsili suci ini penuh khidmat menerimaiman itu, dan menyajikan lagi ketetapan-ketetapan Konsili-konsili suci Nisea II [167],Florensia [168]  dan Trente [169]. Namun sekaligus Konsili dalam keprihatinanpastoralnya mendorong semua pihak yang bersangkutan, supaya di sana-sini bila

terjadi penyalahgunaan, penyelewengan atau penyimpangan, mereka berusahamenyangkal atau membetulkannya, dan membaharui segalanya demi pujian yanglebih penuh kepada Kristus dan Allah. Maka hendaklah mereka mengajarkankepada Umat beriman, bahwa ibadat yang sejati kepada para kudus bukan pertama-

 160

 Lih. PIUS XII, Ensiklik Mystici Corporis: AAS 35 (1943) hlm. 216.161

 Tentang rasa terima kasih terhadap para Kudus sendiri, lih. E. DIEHL,  Inscriptiones latinae christianae veteres

(tulisan-tulisan latin kristiani kuno) I, 1925, no. 2008, 2382, dan ditempat-tempat lain.162

 KONSILI TRENTE, Sidang 25: Tentang doa kepada para Kudus: DENZ. 984 (1821).163  Brevir Romawi, antifon pembukaan pada hari raya Semua Orang Kudus.164

 Lih. misalnya 2Tes 1:10.165

 KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Liturgi, bab 5, art. 104.166

 Doa Syukur Agung Misa Romawi.167  KONSILI NISEA II, Actio VII: DENZ. 302 (600).168  KONSILI FLORENSIA, Dekrit untuk umat Yunani: DENZ. 693 (1304).169

  KONSILI TRENTE, Sidang 25, tentang seruan dan penghormatan terhadap para Kudus, relikwi-relikwi

(peninggalan) mereka, dan tentang patung-patung suci: DENZ. 984-988 (1821-1824); Sidang 25, Dekrit tantang

Api Penyucian: DENZ. 983 (1820); Sidang 6, Dekrit tentang Pembenaran pendosa, kanon 30: DENZ. 840

(1580).

Page 105: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 105/388

tama diwujudkan dalam banyaknya perbuatan lahiriah, melainkan terutama dalambesarnya cinta kasih kita yang disertai tindakan nyata. Demikianlah, supaya kita dangereja bertambah sejahtera, kita mencari “teladan melalui pergaulan dengan paraKudus, kebahagiaan yang sama melalui persekutuan dengan mereka, dan bantuanmelalui pengantaraan mereka” [170]. Di lain pihak hendaklah mereka ajarkan kepada

kaum beriman, bahwa hubungan kita dengan penghuni sorga itu – asal ditinjaudalam terang iman yang lebih penuh – sama sekali tidak melemahkan ibadat sujud,yang dalam Roh kita persembahkan kepada Allah Bapa melalui Kristus, melainkan justru memperkaya secara limpah [171].

Sebab kita semua anak-anak Allah, dan merupakan satu keluarga dalam Kristus(lih. Ibr 3:6). Sementara kita saling mencintai dan serentak memuji TritunggalMahakudus, dan dengan demikian berhubungan seoarng dengan yang lain, kitamemenuhi panggilan Gereja yang terdalam, dan sekarang pun sudah mulaimenikmati Liturgi dalam kemuliaan yang sempurna [172]. Bila Kristus kelakmenampakkan Diri, dan mereka yang mati akan bangkit mulia, kemuliaan Allah

akan menyinari Kota Surgawi, dan Anak Dombalah lampunya (lih. Why 21:24). Padasaat itulah seluruh gereja para Kudus dalam kebahagiaan cinta kasih yang terluhurakan bersujud menyembah Allah dan “Anak Domba yang telah di sembelih” (Why5:12). Mereka akan serentak berseru: “Bagi Dia yang duduk di takhta dan bagi AnakDomba: puji-pujian, dan hormat, dan kemuliaan, dan kuasa sampai selama-lamanya” (Why 5:13-14).

BAB DELAPAN

SANTA PERAWAN MARIA BUNDA ALLAH

DALAM MISTERI KRISTUS DAN GEREJA

I. PENDAHULUAN

52. (Santa Perawan dalam misteri kristus)

Ketika Allah yang mahabaik dan mahabijkasana hendak melaksanakan penebusandunia, “setelah genap waktunya, Ia mengutus Putera-Nya, yang lahir dari seorangwanita … supaya kita diterima menjadi anak” (Gal 4:4-5). “Untuk kita manusia danuntuk keselamatan kita Ia turun dari sorga, dan Ia menjadi Daging oleh Roh Kudusdari perawan Maria [173]. Misteri ilahi keselamatan itu diwahyukan kepada kita dantetap berlangsung dalam Gereja, yang oleh Tuhan dijadikan Tubuh-Nya. Di situkaum beriman, dalam persatuan dengan Kristus Kepala, dan dalam persekutuandalam semua para Kudus-Nya, wajib pula merayakan kenangan “pertama-tama

170

 Misal Romawi, dari Prefasi para Kudus yang diizinkan untuk keuskupan-keuskupan di Perancis.171

  Lih. S. PETRUS KANISIUS, Catechismus Maior seu Summa Doctrinae christianae (Katekismus Besar atauRangkuman Ajaran Kristiani), bab III (terb. Kristis F. Streicher), bagian I, hlm. 15-16, no. 44, dan hlm. 100-101,

no. 49.172

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Liturgi, bab 1, art. 8.173

  Syahadat iman dalam Misa Romawi: Syahadat Konstantinopel: MANSI 3,566. Lih. KONSILI EFESUS, dalam

MANSI 4,1130 (juga 2,665 dan 4,1071). KONSILI KALSEDON, dalam MANSI 7,111-116. KONSILI

KONSTANTINOPEL II, dalam MANSI 9,375-396.

Page 106: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 106/388

Maria yang mulia dan tetap Perawan, Bunda Allah serta Tuhan kita Yesus Kristus”[174].

53. (Santa Perawan dan Gereja)

Sebab perawan Maria, yang sesudah warta Malaikat menerima Sabda Allah dalam

hati maupun tubuhnya, serta memberikan Hidup kepada dunia, diakui dandihormati sebagai Bunda Allah dan penebus yang sesungguhnya. Karena pahalaputera-Nya ia ditebus secara lebih unggul, serta dipersatukan dengan-Nya dalamikatan yang erat dan tidak terputuskan. Ia dianugerahi kernia serta martabat yangamat luhur, yakni menjadi Bunda Putera Allah, maka juga menjadi Puteri Bapa yangterkasih dan kenisah Roh Kudus. Karena anugerah rahmat yang sangat istimewa ituia jauh lebih unggul dari semua makhluk lainnya, baik di sorga maupun di bumi.Namun sebagai keturunan Adam Ia termasuk golongan semua orang yang harusdiselamatkan. Bahkan “ia memang Bunda para anggota (Kristus), …. Karena dengancinta kasih ia menyumbangkan kerjasamanya, supaya dalam gereja lahirlah kaum

beriman, yang menjadi anggota Kepala itu”[175]

. Oleh karena itu ia menerima salamsebagai anggota Gereja yang serba unggul dan sangat istimewa, pun juga sebagaipola-teladannya yang mengagumkan dalam iman dan cinta kasih. Menganutbimbingan Roh Kudus Gereja katolik menghadapinya penuh rasa kasih-sayangsebagai bundanya yang tercinta.

54. (Maksud Konsili)

Maka sementara meguraikan ajaran tentang Gereja, tempat Penebus ilahimelaksanakan penyelamatan, Konsili suci hendak menjelaskan dengan cermat baikperan Santa Perawan dalam misteri Sabda yang menjelma serta Tubuh mistik_Nya,maupun tugas kewajiban mereka yang sudah ditebus terhadap Bunda Allah, Bundakristus dan Bunda orang-orang, terutama yang beriman. Namun Konsili tidakbermaksud menyajikan ajaran yang lengkap tentang Maria, atau memutuskan soal-soalyang kendati jerih payah para teolog belum sepenuhnya menjadi jelas. Olehkarena itu tetap berlakulah pandangan-pandangan, yang dalam aliran-aliran katolikdikemukakan secara bebas tentang Maria, yang dalam Gereja kudus mendudukitempat paling luhur sesudah Kristus dan paling dekat dengan kita [176].

II. PERAN SERTA PERAWAN DALAM TATA KESELAMATAN

55. (Bunda Almasih dalam Perjanjian Lama)Kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Baru, begitu pula Tradisi yang terhormat,memperlihatkan peran Bunda Penyelamat dalam tata keselamatan dengan cara

 yang semakin jelas, dan seperti menyajikannya untuk kita renungkan. Ada punKitab-kitab Perjanjian Lama melukiskan sejarah keselamatan, yang lambat-launmenyiapkan kedatangan Kristus di dunia. Naskah-naskah kuno itu, sebagaimanadibaca dalam Gereja dan dimengerti dalam terang perwahyuan lebih lanjut yangpenuh, langkah-demi langkah makin jelas mengutarakan citra seorang wanita,

Bunda Penebus. Dalam terang itu ia sudah dibayangkan secara profetis dalam

 janji yang diberikan kepada leluhur pertama yang jatuh berdosa, yang akan diberinama Imanuel (lih. Yes 7:14; bdk. Mi 5:2-3; Mat 1:22-23). Dialah yang unggul ditengah umat Tuhan yang rendah dan miskin, yang penuh kepercayaan

174 Doa Syukur Agung Misa Romawi.

175 S. AGUSTINUS, Tentang Keperawanan suci, 6: PL 40,399.

176 Lih. PAULUS VI, Amanat dalam konsili, tanggal 4 Desember 1963: AAS 56 (1964) hlm. 37.

Page 107: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 107/388

mendambakan serta menerima keselamatan dari pada-Nya. Akhirnya ketikamuncullah ia, Puteri Sion yang amat mulia, sesudah pemenuhan janji lamadinanti-nantikan, genaplah masanya. Mulailah tata keselamatan yang baru, ketikaPutera Allah mengenakan kodrat manusia dari padanya, untuk membebaskanmanusia dari dosa melalui rahasia-rahasia hidup-Nya dalam daging.

56. (Maria menerima warta gembira)Adapun Bapa yang penuh belaskasihan menghendaki, supaya penjelmaan Sabda didahului oleh persetujuan dari pihak dia, yang telah ditetapkan menjadi Bunda-Nya.Dengan demikian, seperti dulu wanita mendatangkan maut, sekarang punwanitalah yang mendatangkan kehidupan. Itu secara amat istimewa berlaku tentangBunda Yesus, yang telah melimpahkan kepada dunia Hidu sendiri yangmembaharui segalanya, dan yang oleh Allah danugerahkan kurnia-kurnia yanglayak bagi tugas seluhur itu. Maka mengherankan juga, bahwa di antara para Bapasuci menjadi lazim untuk menyebut Bunda Allah suci seutuhnya dan tidak terkenaoleh cemar dosa manapun juga, bagaikan makhluk yang diciptakan dan dibentuk

baru oleh roh Kudus [177]. Perawan dari Nazaret itu sejak saat pertama dalam rahimdikurniai dengan semarak kesucian yang istimewa. Atas titah Allah ia diberi salamoleh Malaikat pembawa Warta dan disebut “penuh rahmat” (Luk 1:38). DemikianlahMaria Puteri Adam menyetujui sabda ilahi, dan menjadi Bunda Yesus. Dengansepenuh hati yang tak terhambat oleh dosa mana pun ia memeluk kehendak Allahyang menyelamatkan, dan membaktikan diri seutuhnya sebagai hamba Tuhankepada pribadi serta karya Putera-Nya, untuk di bawah Dia dan beserta Dia, berkatrahmat Allah yang mahakuasa, mengabdikan diri kepada misteri penebusan. Makamemang tepatlah pandangan para Bapa suci, bahwa Maria tidak secara pasif belakadigunakan oleh Allah, melainkan bekerja sama dengan penyelamatan umat manusia

dengan iman serta kepatuhannya yang bebas. Sebab, seperti dikatakan oleh S.Ireneus, “dengan taat Maria menyebabkan keselamatan bagi dirinya maupun bagisegenap umat manusia” [178]. Maka tidak sedikitlah para Bapa zaman kuno, yangdalam pewartaan mereka dengan rela hati meyatakan bersama Ireneus: “Ikatan yangdisebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaan Maria; apa yangdiikat oleh perawan Hawa karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawanMaria karena imannya” [179]. Sambil membandingkannya dengan Hawa, merekamenyebut Maria “bunda mereka yang hidup” [180]. Sering pula mereka menyatakan:“maut melalui Hawa, hidup melalui Maria” [181].

57. (Santa Perawan dan masa kanak-kanak Yesus)

Adapun persatuan Bunda dengan Puteranya dalam karya penyelamatan ituterungkapkan sejak saat kristus dikandung oleh Santa perawan hingga wafat-Nya.Pertama-tama, ketika Maria berangkat dan bergegas-gegas mengunjungi Elisabet,dan diberi ucapan salam bahagia olehnya karena Maria beiman akan keselamatanyang dijanjikan, dan ketika pendahulu melonjak gembira dalam rahim ibunya (lih.Luk 1:41-45). Kemudian pada hari kelahiran yesus, ketika Bunda Allah penuh

177  Lih. S. GERMANUS dari Konstantinopel, homili pada hari raya Warta gembira kepada Bunda Allah: PG

98,328A; Homili pada hari Meninggalnya S. Maria 2: kolom 357. ANASTASIUS dari Antiokia, Kotbah 2

tentang Warta gembira, 2: PG 89,1377AB; Kotbah 3,2: kolom 1388C. S. ANDREAS dari Kreta, Madah pada

hari kelahiran S. Perawan 1: kolom 812A; Homili pada hari raya Meninggalnya S. Maria 1: kol. 1068C. S.SOFRONIUS, Amanat 2 pada hari raya Warta gembira, 18: PG 87 (3),3237BD.

178  Lih. S. IRENEUS, Melawan bidaah-bidaah III, 22,4: PG 7,959A; HARVEY 2,123.179  S. IRENEUS, di tempat yang sama: HARVEY 2,124.180

 S. EPIFANIUS, Melawan bidaah, 78,18: PG 42,728CD-729AB.181

  S. HIRONIMUS, Surat 22,21: PL 22,408. Lih. S. AGUSTINUS, Kotbah 51,2,3: PL 38,335; Kotbah 232,2: kolom

1108. S. SIRILUS dari yerusalem, Katekese 12,15: PG 33,741 AB. S. YOHANES dari Damsyik, Homili 2 pada

hari raya Meninggalnya S. P. Maria, 3: PG 96,728.

Page 108: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 108/388

kegembiraan menunjukkan kepada para Gembala dan para Majus Puteranya yangsulung, yang tidak mengurangi keutuhan keperawanannya, melainkan justrumenyucikannya [182]. Ketika ia dikenisah, sesudah menyerahkan persembahan kaummiskin, menghadapkan-Nya kepada Tuhan, ia mendengarkan Simeon sekaligusmenyatakan, bahwa Puteranya akan menjadi tanda yang akan menimbulkan

perbantahan dan bahwa suatu pedang akan menembus jiwa Bunda-Nya, supayapikiran hati banyak orang menjadi nyata (lih. Luk 2:34-35). Ketika orang tua Yesusdengan sedih Hati mencari Putera mereka yang hilang, mereka menemukan-Nya dikenisah sedang berada dalam perkara-perkara Bapa-Nya, dan mereka tidakmemahami apa yang dikatakan oleh Putera mereka. Tetapi Bundanya menyimpanitu semua dalam hatinya dan merenungkannya (lih. Luk 2:41-51).

58. (Santa Perawan dan hidup Yesus di muka umum)

Dalam hidup Yesus di muka umum tampillah Bunda-Nya dengan penuh makna,pada permulaan, ketika pada pesta pernikahan di Kana yang di Galilea ia tergerak

oleh belaskasihan, dan dengan perantaraannya mendorong Yesus Almasih untukmengerjakan tanda-Nya yang pertama (lih. Yoh 2:1-11). Dalam pewartaan Yesus iamenerima sabda-Nya, ketika Puteranya mengagungkan Kerajaan diatas pemikirandan ikatan daging serta darah, dan meyatakan bahagia mereka yang mendengar danmelakukan sabda Allah (lih. Mrk 3:35 dan pararel; Luk 11:27-28), sepertidijalankannya sendiri dengan setia (lih. Luk 2:19 dan 51). Demikianlah SantaPerawan juga melangkah maju dalam peziarahan iman. Dengan setia iamempertahankan persatuannya dengan Puteranya hingga di salib, ketika ia sesuaidengan rencana Allah berdiri di dekatnya (lih. Yoh 19:25). Disitulah ia menanggungpenderitaan yang dasyat bersama dengan puteranya yang tunggal. Dengan hatikeibuannya ia menggabungkandiri dengan korban-Nya, yang penuh kasihmenyetujui persembahan korban yang dilahirkannya. Dan akhirnya Yesus Kristus juga, menjelang wafat-Nya di kayu salib, ia dikurniakan kepada murid menjadiBundanya dengan kata-kata ini: “Wanita, inilah anakmu” (lih. Yoh 19:26-27) [183].

59. (Santa Perawan sesudah Yesus naik ke sorga)

Allah tidak berkenan mewahyukan misteri keselamatan umat manusia secara resmi,sebelum mencurahkan Roh yang dijanjikan oleh kristus. Maka kita saksikan paraRasul sebelum hari pentekosta “bertekun sehati sejiwa dalam doa bersama beberapawanita, dan Maria Bunda Yesus serat saudara-saudari-Nya” (Kis 1:14). Kita lihatMaria juga dengan doa-doanya memohon kurnia Roh, yang pada saat Warta

Gembira dulu sudah menaunginya. Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidakpernah terkena oleh segala cemar dosa asal [184], sesudah menyelesaikan perjalananhidupnya di dunia, telah diangkat melalui kemuliaan di sorga beserta badan dan jiwanya [185]. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supayasecara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan (lih. Why 19:16),yang telah mengalahkan dosa dan maut [186].

182   Lih. KONSILI LATERAN tahun 649, kanon 3: MANSI 10,1151. S. LEO AGUNG, surat kepada Flavianus: PL

54,759. KONSILI KALSEDON: MANSI 7,462. S. AMBROSIUS, tentang pendidikan para perawan: PL 16,320.183

 Lih. PIUS XII, Ensiklik Mystici Corporis, 29 Juni 1943: AAS 35 (1943) 247-248.184

 Lih. PIUS IX, Bulla Ineffabilis, 8 Desember 1854: Acta Pii IX, I, I, 616: DENZ. 1641 (2803).185   Lih. PIUS XII, Konstitusi apostolik  Munificentissimus, 1 November 1950: AAS 42 (1950); DENZ. 2333 (3903).

Lih. S. YOHANES dari Damsyik, Pada hari raya Meninggalnya Bunda Allah, Homili 2 dan 3: PG 96,721-761,

khususnya kolom 728B. S. GERMANUS dari Konstantinopel, pada hari raya meninggalnya Santa Bunda Allah,

Kotbah 1: PG 98 (6),340-348; Kotbah 3: kolom 361. S. MODESTUS dari Yerusalem, Pada hari raya

meninggalnya Santa Bunda Allah: PG 86 (2), 3277-3312.186

 Lih. PIUS XII, Ensiklik Ad coeli Reginam, 11 Oktober 1954: AAS 46 (1954) hlm. 633-636: DENZ. 3913 dsl.

Page 109: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 109/388

III. SANTA PERAWAN DAN GEREJA

60. (Maria hamba Tuhan)Pengantara kita hanya ada satu, menurut sabda Rasul: “Sebab Allah itu esa, danesa pula pengantara antara Allah dan manusia, yakni manusia Kristus Yesus, yangtelah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua orang” (1Tim 2:5-6).Adapun peran keibuan Maria terhadap umat manusia sedikit pun tidakmenyuramkan atau mengurangi pengantaraan Kritus yang tunggal itu, melainkan

 justru menunjukkan kekuatannya. Sebab segala pengaruh Santa Perawan yangmenyelamatkan manusia tidak berasal dari suatu keharusan objektif, melainkandari kebaikan ilahi, pun dari kelimpahan pahala Kristus. Pengaruh itu bertumpupada pengantaraan-Nya, sama sekali tergantung dari padanya, dan menimba

segala kekuatannya dari padanya. Pengaruh itu sama sekali tidak merintangipersatuan langsung kaum beriman dengan Kristus, melainkan justrumendukungnya.

61. Sehubungan dengan penjelmaan Sabda ilahi Santa Perawan sejak kekal telah

ditetapkan untuk menjadi Bunda Allah. Berdasarkan rencana penyelenggaraan ilahiia di dunia ini menjadi Bunda Penebus ilahi yang mulia, secara sangat istimewamendampingi-Nya dengan murah hati, dan menjadi Hamba Tuhan yang rendahhati. Dengan mengandung Kristus, melahirkan-Nya, membesarkan-Nya,menghadapkan-Nya kepada Bapa di kenisah, serta dengan ikut menderita benganPuteranya yang wafat di kayu salib, ia secara sungguh istimewa bekerja samadengan karya juru selamat, dengan ketaatannya, iman, pengharapan serta cintakasihnya yang berkobar, untuk membaharui hidup adikodrtai jiwa-jiwa. Olehkarena itu dalam tata rahmat ia menjadi Bunda kita.

62. Ada pun dalam tata rahmat itu peran Maria sebagai Bunda tiada hentinya terusberlangsung, sejak persetujuan yang dengan setia diberikannya pada saat WartaGembira, dan yang tanpa ragu-ragu dipertahankan di bawah salib, hinggapenyempurnaan kekal semua para terpilih. Sebab sesudah diangkat ke sorga ia tidakmeninggalkan peran yang membawa keselamatan itu, melainkan dengan anekaperantaraannya ia terus-menerus memperolehkan bagi kita kurnia-kurnia yangmenghantar kepada keselamatan kekal [187]. Dengan cinta kasih keibuannya iameperhatikan saudara-saudara Puteranya, yang masih dalam peziarahan danmenghadapi bahaya-bahaya serta kesukaran-kesukaran, sampai mereka mencapaitanah air yang penuh kebahagiaan. Oleh karena itu dalam gereja Santa Perawan

disapa dengan gelar Pembela, Pmebantu, Penolong, Perantara[188]

. Akan tetapi itudiartikan sedemikian rupa, sehingga tidak mengurangi pun tidak menambahmartabat serta dayaguna Kristus satu-satunya Pengantara [189].

Sebab tiada makhluk satu pun yang pernah dapat disejajarkan dengan Sabdayang menjelma dan Penebus kita. Namun seperti imamat Kristus secara berbeda-beda ikut dihayati oleh para pelayan (imam) maupun oleh Umat beriman, dan untuksatu kebaikan Allah dengan cara yang berbeda-beda pula terpancarkan secara nyatadalam makhluk-makhluk, begitu pula satu-satunya pengantaraan Penebus tidak

187

  Lih. KLUTGEN, Naskah yang diperbaharui tentang Misteri Sabda ilahi, bab IV, MANSI 53,290. Lih juga S.ANDREAS dari Kreta, Pda hari kelahiran Maria, Kotbah 4: PG 97,865A. S. GERMANIUS dari Konstantinopel,Pada Warta gembira Bunda Allah: PG 98, 321BC; Pada meninggalnya Bunda Allah, III: kolom 361D. S.

YOHANES dari Damsyik, Pada hari meninggalnya Santa Perawan Maria, Homili 1,8: PG 96,712BC-713A.188

  Lih. LEO XIII, Ensiklik  Adiutricem populi, 5 September 1895: AAS 15 (1895-96) hlm. 303. S. PIUS X, Ensiklik

 Ed diem illum, 2 Februari 1904: Acta, I, hlm. 154: DENZ. 1978A (3370). PIUS XI, Ensiklik  Miserentissimus, 8

Mei 1928: AAS 20 (1928) hlm. 178. PIUS XII, Amanat radio, 13 Mei 1946: AAS 38 (1946) hlm. 266.189

 S. AMBROSIUS, Surat 63: PL 16,1218.

Page 110: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 110/388

meniadakan, melainkan membangkitkan pada makhluk-makhluk aneka bentukkerja sama yang berasal dari satu-satunya sumber.

Adapun Gereja tanpa ragu-ragu mengakui, bahwa Maria memainkan peran yangterbawah kepada Kristus seperti itu. Gereja tiada hentinya mengalaminya, danmenganjurkan kepada kaum beriman, supaya mereka ditopang oleh perlindungan

Bunda itu lebih erat menyatukan diri dengan Sang pengantara dan penyelamat.

63. (Maria pola Gereja)

Karena kurnia serta peran keibuannya yang ilahi, yang menyatukannya denganPuternya Sang penenbus, pun pula karena segala rahmat serta tugas-tugasnya, SantaPerawan juga erat berhubungan dengan gereja. Seperti telah diajarkan oleh S.Ambrosius, Bunda Allah itu pola Gereja, yakni dalam hal iman, cinta kasih danpersatuan sempurna dengan Kristus [190]. Sebab dalam misteri Gereja, yang tepat juga disebut Bunda dan perawan, Santa Perawan Maria mempunyai tempat utama,serta secara ulung dan istimewa memberi teladan perawan maupun ibu [191]. Sebab

dalam iman dan ketaatan ia melahirkan Putera Bapa sendiri di dunia, dan itu tanpamengenal pria, dalam naungan Roh Kudus, sebagai Hawa yang baru, bukan karenamempercayai ular yang kuno itu, melainkan karena percaya akan utusan Allah,dengan iman yang tak tercemar oleh kebimbangan. Ia telah melahirkan Putera, yangoleh Allah dijadikan ynag sulung di antara banyak saudara (Rom 8:29), yakni Umatberiman. Maria bekerja sama dengan cinta kasih keibuannya untuk melahirkan danmendidik mereka.

64. Adapun Gereja sendiri – dengan merenungkan kesucian Santa Perawan yangpenuh rahasia serta meneladan cinta kasihnya, dengan melaksanakan kehendakBapa dengan patuh, dengan menerima sabda Allah dengan setia pula – menjadi ibu juga. Sebab melalui pewartaan dan babtis, Gereja melahirkan bagi hidup baru yangkekal-abadi putera-puteri yang dikandungnya dari Roh Kudus dan lahir dari Allah.Gereja pun perawan, yang dengan utuh murni menjaga kesetiaan yangdijanjikannya kepada Sang Mmepelai. Dan sambil mencontoh Bunda Tuhannya,Gereja dengan kekuatan Roh Kudus secara perawan mempertahankan keutuhanimannya, keteguhan harapannya, dan ketulusan cinta kasihnya [192].

65. (Keutamaan-keutamaan Maria, pola bagi Gereja)Namun sementara dalam diri Santa perawan Gereja telah mencapai kesempurnaannya yang

tanpa cacat atau kerut (lih. Ef 5:27), kaum beriman kristisni sedang berusaha mengalahkan

dosa dan mengembangkan kesuciannya. Maka mereka mengangkat pandangannya ke arahMaria, yang bercahaya sebagai pola kutamaan, menyinari segenap jemaat para terpilih.Penuh khidmat Gereja mengenangkan Maria, serta merenungkannya dalam terang Sabdayang menjadi manusia, dan dengan demikian ia penuh hormat makin mendalam memasuki

sejarah keselamatan, dan dengan cara tertentu merangkum serta memantulakn pokok-pokok iman yang terluhur dalam dirinya. Sementara ia diwartakan dan dihormati, iamengundang Umat beriman untuk mendekati Puteranya serta korban-Nya, pun cinta kasihBapa. Sedangkan Gereja sambil mencari kemuliaan kristus makin menyerupai Polanya

yang amat mulia. Gereja terus menerus maju dalam iman, harapan dan cinta kasih, sertadalam segalanya mencari dan melaksanakan kehendak Allah. Maka tepatlah, bahwa jugadalam karya kerasulannya Gereja memandang Maria yang melahirkan Kristus; Dia yang

190 S. AMBROSIUS, Penjelasan tantng Lukas II, 7: PL 15,1555.

191   Lih. Pseudo-PETRUS DAMIANUS, Kotbah 63: PL 144,861AB. GODEFRIDUS dari S. VIKTOR, pada hari

kelahiran Santa Maria, manuskrip Paris, Mazarine, 1002, lembar 109 r. GERHOHUS REICH,  De gloria et

honore filii hominis (tentang kemuliaan dan kehormatan Putera manusia), 10: PL 194,1105AB.192

  S. AMBROSIUS, di tempat yang sama, dan dalam penjelasan Luk X, 24-25: PL 15,1810. S. AGUSTINUS,

tentang Yoh. Traktat 13,12: PL 35,1499. Lih. Kotbah 191,2,3: PL 38, 1010, dan lain-lain. Lih. juga BEDA

terhormat, Tentang Luk Penjelasan I, bab 2: PL 92,330. ISAAK DE STELLA, Kotbah 51: PL 194,1863A.

Page 111: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 111/388

dikandung dari Roh Kudus serta lahir dari Perawan, supaya melalui Gereja lahir danberkembang juga dalam hati kaum beriman. Dalam hidupnya Santa Perawan menjaditeladan cinta kasih keibuan, yang juga harus menjiwai siapa saja yang tergabung dalam misikerasulan Gereja demi kelahiran baru sesama mereka.

IV. KEBAKTIAN KEPADA SANTA PERAWAN DALAM GEREJA

66. (Makna dan dasar bakti kepada Santa Perawan)

Berkat rahmat Allah Maria diangkat di bawah Puteranya, diatas semua malaikat danmanusia, sebagai Bunda Allah yang tersuci, yang hadir pada misteri-misteri Kristus;dan tepatlah bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan kebaktian yang istimewa.Memang sejak zaman kuno Santa Perawan dihormati dengan gelar “Bunda Allah”;dan dalam segala bahaya serta kebutuhan mereka Umat beriman sambil berdoamencari perlindungannya [193]. Terutama sejak Konsili di Efesus kebaktian UmatAllah terhadap Maria meningkat secara mengagumkan, dalam penghormatan sertacinta kasih, dengan menyerukan namanya dan mencontoh teladannya, menurutungkapan profetisnya sendiri: “Segala keturunan akan menyebutku berbahagia,karena Yang Mahakuasa telah melakukan karya-karya besar padaku” (Luk 1:48).Meskipun kebaktian itu, seperti selalu dijalankan dalam Gereja, memang bersifatistimewa, namun secara hakiki berbeda dengan bakti sembah sujud, yangdipersembahkan kepada Sabda yang menjelma seperti juga kepada Bapa dan RohKudus, lagi pula sangat mendukungnya. Sebab ada pelbagai ungkapan sikap bakti

terhadap Bunda Allah, yang dalam batas-batas ajaran yang sehat serta benar,menurut situasi semasa dan setempat serta sesuai dengan tabiat dan watak-perangaikaum beriman, telah disetujui oleh Gereja. Dengan ungkapan-ungkapan itu, bilaBunda dihormati, Puteranya pun – segala sesuatu diciptakan untuk Dia (lih. Kol1:15-16), dan Bapa yang kekal menghendaki agar seluruh kepenuhan-Nya diamdalam Dia (Kol :19), - dikenal, dicintai dan dimuliakan sebagaimana harusnya, sertaperintah-perintah-Nya dilaksanakan.

67. (Semangat mewartakan sabda dan kebangkitan kepada S. Perawan)

Ajaran Katolik itu oleh Konsili suci disampaikan sungguh-sungguh. Serta-merta

Konsili suci mendorong semua putera Gereja, supaya mereka dengan rela hatimendukung kebaktian kepada Anta perawan, terutama yang bersifat liturgis. Jugasupaya mereka sungguh menghargai praktik-praktik dan pengamalan baktikepadanya, yang disepanjang zaman oleh dianjurkan oleh wewenang mengajarGereja; pun juga supaya mereka dengan khidmat mempertahankan apa yang dimasa lampau telah ditetapkan mengenai penghormatan patung-patung Kristus,Santa Perawan dan para Kudus [194]. Kepada para teolog serta pewarta sabda AllahGereja menganjurkan dengan sangat, supaya dalam memandang martabat BundaAllah yang istimewa mereka pun, dengan sungguh-sungguh mencegah segalaungkapan berlebihan yang palsu seperti juga kepicikan sikap batin [195]. Hendaklah

mereka mempelajari Kitab suci, ajaran para Bapa dan Pujangga suci serta liturgi-

 193  Doa Di bawah perlindunganmu.194

  KONSILI NISEA II, tahun 787: MANSI 13,378-379; DENZ. 302 (600-601). KONSILI TRENTE, Sidang 25:

MANSI 33,171-172.195

  Lih. PIUS XII, Amanat radio, 24 Oktober 1954: AAS 46 (1954), hlm. 679. Ensiklik  Ad coeli Reginam, 11

Oktober 1954: AAS 46 (1954) hlm. 637.

Page 112: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 112/388

Page 113: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 113/388

 

Saya PAULUSUskup Gereja Katolik

( Menyusul tanda tangan para Bapa Konsili)

DARI RISALAH KONSILI EKUMENIS VATIKAN II

PENGUMUMAN

Oleh Sekretaris Jendral KonsiliPada Sidang Umum ke-125, tanggal 16 November 1964.[1] 

(1. Kadar teologis Konstitusi “De Ecclesia”)

Ditanyakan manakah seharusnya kualifikasi teologis ajaran, yang dipaparkandalam Skema “de Ecclesia” dan yang diajukan untuk pemungutan suara.

Komisi untuk Ajaran menjawab pertanyaan itu dalam membahas “ Modi”(amandemen-amandemen) mengenai bab III Skema “De Ecclesia”, sebagai berikut:

“Dengan sendirinya sudah jelaslah, bahwa teks Konsili selalu harus ditafsirkanmenurut peraturan-peraturan umum, yang diketahui oleh siapa pun”.

Pada kesempatan itu Konstitusi untuk Ajaran mengacu kepada Pernyataan padatgl. 6 maret 1964, yang teksnya kami kutib di sini:

“Mengingat kebiasaan Konsili-Konsili serta tujuan pastoral Konsili sekarang ini,Konsili ini hanyalah mendefinisikan perkara-perkara iman dan kesusilaan yang

harus dipegang teguh oleh Gereja, dan yang oleh Konsili sendiri secara eksplisitdinyatakan sebagai perkara iman dan kesusilaan”.

“Sedangkan hal-hal lain, yang dikemukakan oleh Konsili sebagai ajaranMagisterium Tertinggi Gereja, harus diterima dan dimengerti oleh semua dan stiaporang beriman, menurut maksud Konsili sendiri, yang menjadi nyata baik daribahan yang diuraikan, maupun dari cara merumuskannya, menurut norma-normapenafsiran teologis”.

1

 Dua catatan yang di kutib dari Risalah Konsili ini disampaikan kepada para Bapa Konsili untuk menjelaskan suarayang mereka berikan. Keduanya penting untuk menafsirkan Konstitusi ini. Paus Paulus VI menggarisbawahinyadalam amanat beliau kepada para Bapa Konsili menjelang penutupan Sidang III Konsili, pada tanggal 21

 November 1964, pada saat beliau secara resmi mengumumkan Konstitusi tentang Gereja, mengenai ajaran tentang

martabat Uskup: “… sambil mengindahkan penjelasan-penjelasan yang diberikan baik untuk penafsiran yang

harus diberikan kepada istilah-istilah yang digunakan, maupun untuk kualifikasi teologis yang oleh Konsili mau

diberikan kepada ajaran yang diuraikan, kami tidak ragu-ragu, berkat pertolongan Allah, untuk secara resmi

mengumumkan Konstitusi tentang Gereja” ( Doct. Cath. LXI, tgl. 6 Desember 1964, kolom 1589).

Page 114: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 114/388

 

(2. Arti kolegialitas).[2] 

Oleh kewibawaan tertinggi kemudian telah disampaikan kepada para BapaKonsili Catatan penjelasan Pnedahuluan pada “Modi” [3] tenatng bab III Skema “de

Ecclesia”. Ajaran, yang diuraikan dalam bab III itu harus dijelaskan dan dimengertimenurut maksud catatan itu.

CATATAN PENJELASAN PENDAHULUAN

“Komisi memutuskan untuk mengawali pembahasan amandemen-amandemendengan catatan-catatan umum berikut:

1. “Collegium” (“Dewan”) tidak diartikan secara yuridis melulu, yakni dalam artikelompok yang terdiri dari anggota-anggota yang sederajat, seolah-olah merekamendelegasikan kekuasaan mereka kepada ketua, melainkan dalam arti kelompokyang tetap, yang struktur maupun kewibawaannya harus dijabarkan dariPerwahyuan. Oleh karena itu dari Jawaban terhadap Modus 12 secara eksplisitdikatakan tentang “Dua belas”, bahwa Tuhan menetapkan mereka “bagaikanDewan atau kelompok yang tetap” (ad modum collegii seu coetus stabilis [4] ). Bdk. JugaModus 53, c.  – berdasarkan itu pula, tentang Dewan para Uskup acap kali dipakai juga istilah “Ordo” (Tingkat) atau “Corpus” (Badan). Kesejajaran antara Petrus sertapara Rasul lainnya di satu pihak, dan Imam Agung Tertinggi serta para Uskup dilain pihak, tidak berarti penerusan kekuasaan luar biasa para Rasul kepada parapengganti mereka; jadi juga tidak berarti – seperti sudah jelas – kesetaraan(“aequalitas”) antara Kepala dan anggota Dewan, melainkan melulu keserupaan,kemiripan (“ proportionalitas”) antara relasi pertama (Petrus – para Rasul) dan relasikedua (Paus – para Uskup). Maka Komisi memutuskan untuk menulis dalam artikel22: bukan “eadem” melainkan “ pari ratione”. Bdk. Modus 57.

2. Seseorang menjadi anggota Dewan berdasarkan pentakdisan menjadi Uskupdan persekutuan hirarkis dengan Kepala maupun para anggota Dewan. Bdk. Art 22,pada akhir § 1.

Dalam  pentakdisan diberikan partisipasi antologis dalam tugas-tugas (“munera”)kudus, seperti jelas sekali ternyata dari Tradisi, juga Tradisi Liturgi. Dengan sengajadigunakan istilah “munerum” (tugas-tugas), bukan “potestatu” (kekuasaan), karenaistilah terakhir itu dapat dimengerti sebagai kekuasaan yang langsung siap untukbertindak. Tetapi supaya ada kekuasaan yang sia langsung bertindak itu, masih jugadiperlukan  penentuan kanonik atau yuridis  oleh kewibawaan hirarkis. Penentuankekuasaan itu dapat berupa penyerahan fungsi khusus atau pengangkatan bawahanuntuk suatu fungsi, dan diberikan menurut norma-norma  yang disetujui olehKewibawaan tertinggi. Norma lebih lanjut seperti itu  pada hakekatnya  diperlukan,karena yang dimaksudkan ialah fungsi-fungsi yang harus dijalankan oleh  pelbagai

subjek, yang atas kehendak Kristus bekerja sama dengan hirarkis. Sudah jelaslah,

2  Kewibawaan tertinggi, yang telah meminta, supaya pembahasan amandemen-amandemen naskah “de Ecclesia”

didahului dengan penjelasan pendahuluan, jelas ialah paus Pulus VI sendiri.3 “Modi” ialah amandemen-amandemen yang diajukan oleh para Bapa Konsili kepada Komisi untuk Ajaran.

4 Lih. Konsili dogmatis tentang gereja, art. 19.

Page 115: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 115/388

bahwa “persekutuan” itu berlangsung dalam kehidupan Gereja menurut situasizaman, sebelum bagaikan “dibikukan” dalam hukum.

Oleh karena itu dikatakan secara eksplisit, bahwa diperlukan persekutuanHirarkis

 dengan Kepala serta anggota Gereja. Persekutuan ialah pengertian, yangdalam Gereja kuno (seperti sekarang pula, terutama di Timur) dianggap sangat

penting. Yang dimaksudkan bukanlah suatu  perasaan yang kabur, melainkan suatukenyataan organis, yang memerlukan bentuk yuridis pun sekaligus dijiwai oleh cintakasih. Maka Komisi, praktis dengan kesepakatan bulat, memutuskan: harus ditulis“dalam persekutuan hirarkis”. Bdk. Modus 40, pun juga apa yang dikatakan tentang“misi kanonik”, dalam art. 24.

Dokumen-dokumen para paus pada masa akhir ini tentang yurisdiksi paraUskup harus ditafsirkan dalam arti penentuan kekuasaan yang masih perlu itu.

3. Tentang Dewan (“Collegium”), yang tidak dapat tanpa Kepala, dikatakan:“merupakan subyek kuasa tertinggi dan penuh terhadap seluruh Gereja”. Hal itu perlu

disetujui, supaya kepenuhan kekuasaan paus jangan dipertanyakan. Sebab Dewanharus selalu mencakup Kepalanya, yang di dalam Dewan itu tetap menjalankan tugasnyaseutuhnya selaku Wakil Kristus dan Gembala Gereja semesta. Dengan kata lainpembedaan bukan antara Paus (di satu pihak) dan para Uskup secara kolektif (dipihak lainnya), melainkan antara Paus dipandang tersendiri dan paus bersama paraUskup. Karena Paus ialah Kepala Dewan, maka dia seorang diri dapat menjalankanberbagai tindakan, yang sama sekali tidak dapat dijalankan oleh para Uskup;misalnya: mengundang Dewan untuk berkumpul dan memimpinnya, menyetujuinorma-norma untuk bertindak, dan lain-lain. Bdk. Modus 81. Terserah kepadakebijakan Paus, yang diserahi reksa pastoral terhadap seluruh kawanan kristus,untuk – sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan gereja yang silih silih-berganti disepanjang sejarah, - menentukan cara reksa pastoral itu seyogyanya dijalankan,entah secara pribadi, entah secara kolegial. Paus mengambil langkah untukmengatur, mendorong, menyetutujui pelaksanaan kolegial, demi kesejahteraanGereja, menurut kebijaksanaannya.

4. Sebagai Gembala Tertinggi Gereja paus setiap saat dapat menjalankankekuasaannya, kapan saja berkenan kepadanya, bila itu diperlukan oleh tugasnya.Sedangkan Dewan para Uskup, walaupun senantiasa ada, tidak dengan sendirinyaterus menerus bertindak secara kolegial dalam arti yang sempit, sebagaimana ternyata juga dari Tradisi Gereja. Dengan kata lain, Dewan tidak selalu “dalam keadaan

bertindak sepenuhnya”, bahkan hanya saat-saat tertentu saja menjalankan tindakankolegial dalam arti yang sempit, itu pun hanya atas persetujuan Kepala. Di katakan“atas persetujuan Kepala”, supaya jangan ada yang berfikir tentang sifat tergantung bagaikan dari seseorang yang berada di luar   Dewan. Istilah “persetujuan” justrumenunjukkan adanya  persekutuan antara Kepada dan para anggota, dan mencakupperlunya tindakan  yang termasuk kompetensi kepala. Hal itu secara eksplisitditegaskan dalam artikel 22 § 2, dan di sana dijelaskan juga, menjelang akhir artikel.Rumus negatif “hanya” mencakup semua kasus. Maka jelaslah, bahwa norma-norma yang telah disetujui oleh Kewibawaan tertinggi selalu harus diindahkan. Bdk.Modus 84.

Semuanya itu menyatakan, bahwa yang menjadi pokok yakni: hubungan paraUskup dengan Kepala mereka, dan tidak pernah dimaksudkan: kegiatan para Uskuptanpa tergantung  dari Paus. Dalam kasus terakhir ini, karena Kepala tidakmengadakan tindakan, para Uskup juga tidak dapat bertindak sebagai Dewan,seperti jelas pula dari pengertian “Dewan” (“Collegium”). Persekutuan hirarkissemua para Uskup dengan Paus dalam Tradisi jelas sudah lazim.

Page 116: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 116/388

 

NB. Tanpa persekutuan hirarkis itu mustahil dijalankan tugas sakramental-ontologis, yang harus dibedakan dari aspek kanonik-yuridis. Akan tetapi Komisiuntuk Ajaran berpandangan: bahwa soal-soal sekitar “liseitas” (halalnya) atau“validitas” (sahnya) tindakan disini tidak usah di bahas, melainkan diserahkan

kepada perdebatan para teolog, khususnya melalui kekuasaan, yang di factodijalankan dalam Gereja-Gereja Timur yang terpisah; mengenai penjelasan halterakhir itu terdapat pelbagai pendapat.

+ PERICLES FELICIUskup Agung tituler Samosata,

Sekretaris Jendaral,Konsili Ekumenis Vatikan II.

Page 117: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 117/388

PAUS PAULUS USKUP

HAMBA PARA HAMBA ALLAH

BERSAMA BAPA-BAPA KONSILI SUCIDEMI KENANGAN ABADI

DEKRIT TENTANGGEREJA-GEREJA TIMUR KATOLIK

PENDAHULUAN

1. Gereja Katolik sangat menghargai lembaga-lembaga, upacara-upacara liturgi, tradisi-tradisi gerejawi dan tata-laksana hidup kristen dalam GEREJA-GEREJA TIMUR. Sebabsemuanya itu mempunyai keunggulan sebagai warisan zaman kuno yang terhormat,menampilkan tradisi yang melalui para Bapa Gereja berasal dari para Rasul(1), danmerupakan sebagian dalam pusaka perwahyuan ilahi, yang utuh-utuh diserahkan kepadaGereja semesta. Maka penuh perhatian terhadap Gereja-Gereja Timur, saksi-saksi hidupTradisi itu, Konsili Ekumenis ini menyatakan keinginannya, supaya Gereja-gereja itutetap subur, dan dengan kekuatan rasuli yang diperbaharui menunaikan tugas perutusanyang dipercayakan kepadanya. Selain apa yang berlaku bagi Gereja semesta, Konsilimemutuskan untuk menetapkan beberapa pokok, sementara hal-hal lain diserahkan

kepada penyelenggaraan Sinode-Sinode Timur dan Takhta Apostolik.

GEREJA-GEREJA KHUSUS ATAU RITUS-RITUS

2. (Kemacam-ragaman dalam persekutuan Gereja katolik)

Gereja katolik yang kudus, Tubuh Mistik Kristus, ialah umat beriman yang dipersatukansecara laras-serasi karena iman yang sama, Sakramen-sakramen yang sama, dankepemimpinan yang sama dalam Roh Kudus. Umat itu merupakan perpaduan pelbagaigolongan yang tergabung di bawah bimbingan hirarki, yang terhimpun sebagai Gereja-Geraja khusus atau Ritus-Ritus. Antara Gereja-gereja itu ada persekutuan yangmengagumkan, sehingga kemacam-ragaman dalam Gereja bukannya merugikankesatuannya, melainkan justru mengungkapkannya. Gereja katolik memangmenghendaki, agar tradisi-tradisi masing-masing Gereja khusus atau Ritus tetap utuh danlestari. Lagi pula Gereja hendak menyesuaikan perihidupnya dengan bermacam-macamkebutuhan setempat dan semasa(2).

1  LEO XIII, Surat apostolik Orientalium dignitas, tgl. 30 November 1984: Acta Leonis XIII”, jilid XIV (1894) hlm. 201-

202.2  S. LEO IX, Surat  In terra pax, tahun 1053 : “Ut enim”. – INOSENSUS III, Konsili Lateran IV, Tahun 1215, bab IV :

 Licet Graecos; Surat  Inter Quattuor, tagl 2 Agustus 1206 :  Postulasi Postmodum.  – INOSENSUS IV, Surat Cum de

cetero, tgl. 27 Agustus 1247; Surat Sub catholicae, tgl. 6 Maret 1254, pendahuluan . – NIKOLAUS III, Instruksi  Istut est  memoriale, tgl. 9 Oktober 1278. – LEO X, Surat apostolik  Accepimus nuper, tgl. 18 Mei 1521. – PAULUS III, Surat

apostolik  Dudum, tgl. 23 Desember 1534. – PIUS IV, Konstitusi  Romanus Pontifex, tgl. 16 Februari 1564, 5. –KLEMENS VIII, Konstitusi  Magnus Dominus, tgl. 23 Desember 1595, 10. – PAULUS V, Konsti tusi Solet circumspecta,

tgl. 10 Dsember 1615, 3. – BENEDICTUS XIV, Ensiklik  Demandatam, tgl. 24 Desember 1743, 3; Ensiklik “Allatae

sunt”, tgl. 26 Juni 1755, 3, 6-19, 32. – PIUS VI, Ensiklik Catholicae communionis, tgl. 24 Mei 1787. – PIUS IX, Surat  In

Suprema, tgl. 6 Januari 1848, 3; Surat apostolik  Ecclesiam Christi, tgl. 26 November 1853; Konstitusi  Romani Pontificis,

tgl. 6 Januari 1862. – LEO XIII, Surat apostolik  Praeclara , tgl. 20 Juni 1894, no. 7; Surat apostolik Orientalium dignitas,

tgl. 30 November 1894, pendahuluan; dan lain -lain.

Page 118: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 118/388

Page 119: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 119/388

kewajiban, masing-masing untuk mengatur diri menurut tata-laksana yang khas. Sebabtata-laksana itu dianjurkan karena riwayatnya yang kuno dan terhormat, karena lebihsesuai dengan sifat dan perilaku umat beriman, dan nampak lebih sesuai untukmengembangkan kesejahteraan umat.

6. (Melestarikan upacara-upacara Liturgi Ritus Timur)Hendaklah segenap umat Gereja-Gereja Timur menyadari dan merasa yakin, bahwamereka selalu dapat dan wajib melestarikan upacara-upacara Liturgi mereka yang sahserta tata-laksana mereka, dan bahwa perubahan-perubahan hanya hanya boleh diadakanberdasarkan motivasi kemajuan mereka yang laras-serasi. Maka hendaklah itu semua olehumat gereja-Gereja Timur dipatuhi dengan kesetiaan sepenuhnya. Mengenai semuanyaitu mereka harus memperoleh pengertian yang makin mendalam dan mencapai tingkatpelaksanaan yang makin sempurna. Dan bila tanpa alasan yang wajar, karena situasi jaman atau pribadi-pribadi tertentu, mereka telah menyimpang dari padanya, hendaklahmereka berusaha kembali kepada tradisi-tradisi para leluhur. Adapun mereka, yang

karena tugas atau pelayan kerasulan seringkali berhubungan dengan Gereja-Gereja Timuratau dengan umatnya, hendaknya – sesuai dengan beratnya kewajiban mereka – dibenahidengan pengertian yang cermat tentang upacara-upacara, tata-laksana, ajaran, sejarahserta sifat-sifat umat, dengan penghargaan terhadapnya[6]. Kepada tarekat-tarekat religiusserta perserikatan-perserikatan Ritus Latin, yang berkarya didaerah-daerah timur atauditengah umat Gereja-Gereja Timur, dianjurkan dengan sangat, supaya demi efektifnyakerasulan mereka, mereka sedapat mungkin mendirikan rumah-rumah atau jugaprovinsi-provinsi Ritus Timur[7].

PARA PATRIARK TIMUR

7. (Siapa Patriark Timur itu?)

Sejak jaman kuno terdapatlah dalam Gereja lembaga patriarkal, yang sudah diakui olehKonsili-Konsili Ekumenis pertama[8].

Yang disebut Patriark Timur ialah Uskup, yang mempunyai yurisdiksi atas semuaUskup, tidak terkecuali uskup Metropolit, atas klerus dan umat wilayah atau Ritusnyasendiri, menurut norma hukum dan tanpa mengurangi primat Paus di Roma[9].

Dimanapun diangkat seorang Hirark dari suatu Ritus diluar batas-batas wilayahpatriarkal, ia tetap termasuk hirarki patriarkat Ritus itu juga menurut norma hukum.

8. (Semua Patriark sederajat martabatnya)

Meskipun patriarkat-patriarkat muncul pada waktu yang berlainan, semua PatraiarkGereja-Gereja Timur sederajat berdasarkan martabat patriarkal, tanpa mengurangi adanyaurutan kehormatan antara mereka, yang telah ditetapkan secara sah[10].

6 Lih. BENEDIKTUS XV, Motu Proprio Orientis cattholici, tgl. 15 Oktober 1917. – PIUS XI, Ensiklik Rerum orientalium,

tgl. 8 September 1928, dan lain-lain.7 Praktek Gereja katolik pada zaman Pius XI, Pius XII, dan Yohanes XXIII secara melimpah menunjukkan adanya gerakan

itu.8  Lih. KONSILI NIKAIA I, kanon 6. – KONSILI KONSTANTINOPEL I, kanon 2 dan 3. – KONSILI CHALKEDON,

kanon 28; kanon 9. – KONSILI KONSTANTINOPEL IV, kanon 17; kanon 21. – KONSILI LATERAN IV, kanon 5;kanon 30. – KONSILI FIRENZE, Dekrit untuk umat Yunani, dan lain-lain.

9  Lih. KONSILI NIKAIA, kanon 6. – KONSILI KONSTANTINOPEL IV, kanon 17. – PIUS XII, , Motu proprio Cleri

 sanctitati, kanon 216, 2, 1.10

  Dalam Konsili-Konsili Ekumenis: NIKAIA I, kanon 6. – KONSTANTINOPEL I, kanon 21. – LATERAN IV, kanon 5. –

FIRENZE, Dekrit untuk umat Yunani, tgl. 6 Juli 1439, 9. – Lih. PIUS XII, , Motu proprio Cleri sanctitati, tgl. 2 Juni

1957, kanon 219, dan lain-lain.

Page 120: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 120/388

Page 121: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 121/388

14. (Penerimaan Sakramen Krisma)

Semua imam Gereja-Gereja Timur dapat secara sah menerimakan Sakramen Krisma,entah bersama dengan Babtis atau terpisah dari padanya, kepada sekalian umat berimandari Ritus manapun juga, tak terkecualikan Ritus Latin, dengan mematuhi demi halalnyaperaturan-peraturan hukum yang bersifat umum maupun khusus[15]. Juga para imamRitus Latin, menurut kewenangan yang mereka terima untuk menerimakan Sakramen itu,

dapat menerimakannya secara sah juga kepada umat beriman Gereja-Gereja timur, entahmereka termasuk Ritus mana, dengan mematuhi demi halalnya peraturan-peraturanhukum yang bersifat umum maupun khusus[16].

15. (Ekaristi suci)

Umat beriman wajib ikut merayakan Liturgi ilahi pada hari Minggu dan hari Raya, atau –menurut peraturan-peraturan atau adat kebiasaan Ritusnya – ikut mendoakan Pujian ilahi(ibadat harian)[17]. Untuk mempermudah umat beriman menunaikan kewajiban itu,ditetapkan, bahwa waktu yang cocok untuk menaati perintah itu berlangsung dari soresebelumnya hingga akhir Minggu atau hari raya[18]. Dianjurkan dengan sangat, supaya

umat beriman pada hari-hari itu, atau lebih sering, bahkan setiap hari, menerima Ekaristisuci[19].

16. (Pelayan Sakramen Tobat)

Karena umat beriman pelbagai Gereja khusus sehari-harian bercampur-baur di wilayahatau daerah Gereja Timur yang sama, kewenangan para imam dari Ritus mana pun jugauntuk menerima pengakuan dosa, yang mereka peroleh secara sah dan tanpa syarat dariHirarki mereka, diperluas hingga meliputi seluruh wilayah Hirarki yang memberinya,pun juga meliputi tempat-tempat serta umat beriman yang termasuk Ritus mana pun jugadiwilayah itu, kecuali bila Hirark setempat jelas-jelas menolaknya untuk daerahRitusnya[20].

17. (Diakonat dan tahbisan-tahbisan tingkat rendah)

Supaya tata-laksana Sakramen Tahbisan dari zaman dahulu berlaku lagi di Gereja-gerejaTimur, Konsili suci ini menganjurkan, agar lembaga diakonat yang tetap, bila kebiasaanitu telah hilang, dipulihkan[21]. Mengenai sub diakonat dan tingkat-tingkat Tahbisan yanglebih rendah beserta hak-hak maupun kewajiban-kewajibannya, hendaklah itu diurusoleh wewenang legislatif setiap Gereja khusus[22].

15  Lih. KONGREGASI OFISI SUCI, Instruksi (kepada Uskup di Zips), tahun 1783. – KONGEGRASI PENYIARAN

IMAN (untuk umat Koptis), tgl. 15 Maret 1790, n.XIII; Dekrit tgl. 6 Oktober 1863, C, a; KONGREGASI UNTUK

GEREJA-GEREJA TIMUR, tgl. 1 Mei 1948. – KONGREGASI OFISI SUCI, Jawaban tgl. 22 April 1896 dengan surat

tgl. 19 Mei 1896.16

  Kitab Hukum Kanonik, kanon 782, 4. – KONGREGASI UNTUK GEREJA-GEREJA TIMUR, Dekrit “tentang

 pelayanan Sakramen Krisma juga kepada umat Gereja-Gereja Timur, oleh imam-imam Ritus Latin, yang mempunyai

wewenang itu terhadap umat dari Ritusnya:, tgl. 1 Mei 1948.17

  Lih. SINODE LAODIKAIA, tahun 347/381, kanon 29. – S. NIKEFOROS dari Konstantinopel, bab 14. – SINODEGEREJA ARMENIA di DWIN, tahun 719, kanon 31. – S. TEODOROS STUDITA, kotbah 21. – S. NIKOLAUS I, Surat

 Ad consulta vestra, tgl. 13 November 866:  In quorum Aposlotorum; Nos cupit is; quod interrogatis; Praterea consulitis;

Si die Dominico; dan sinode-sinode khusus.18

 I tu sesuatu yang baru, sekurang-kurangnya dimana berlaku kewajiban untuk ikut merayakan Liturgi suci; tetapi itu cocok

dengan “hari liturgi” menurut Gereja-Gereja Timur.19

  Lih. Canones Apostolorum, 8 dan 9. – SINODE ANTIOKIA, tahun 341, kanon 2. – TIMOTEOS dari Iskandaria,

 Interrogat io  (pertanyaan) 3. – INOSENSIUS III, Konstitusi Quia divinae, tgl. 4 Januari 1215; dan amat banyak Sinode

khusus Gereja-Gereja Timur yang lebih resen.20  Tanpa mengurangi sifat teritorial yurisdiksi, kanon itu demi kesejahteraan umat beriman bermaksud menanggapi situasi

yang timbul dari kemajemukan yurisdiksi di satu tempat yang sama.21

  Lih. KONSILI NIKAIA I, kanon 18. – SINODE NEOKAISAREA, tahun 314/325, kanon 12. – SINODE SARDIKA,tahun 343, kanon 8. – S. LEO AGUNG, Surat Omnium quidem, tgl 13 Januari 444. – KONSILI CHALKEDON, kanon 6.

 – KONSILI KONSTANTINOPEL IV, kanon 23, 26, dan lain-lain.22

 Di berbagai Gereja Timur subdiakonat dipandang sebagai Tahbisan tingkat rendah. Tetapi Motu Proprio PIUS XII Cleri

 sanctitati mengenakan padanya kewajiban-kewajiban yang berlaku bagi tingkat-tingkat Tahbisan yang lebih tinggi.

Kanon menganjurkan, supaya diikuti lagi tata-laksana tata-laksana zaman dahulu, yang ada pada masing-masing Gereja,

mengenai kewajiban-kewajiban para subdiakon, menyimpang dari hukum umum menurut Cleri sanctitati.

Page 122: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 122/388

 18. (Pernikahan campur)

Untuk mencegah perkawinan-perkawinan yang tidak sah, bila anggota Gereja Timurkatolik menikah dengan orang yang dibabtis dalam gereja Timur bukan katolik, danuntuk memeliharakelestarian serta kekudusan perkawinan dan kedamaian rumah tangga,Konsili menetapkan, bahwa bentuk kanonik perayaan untuk perkawinan itu hanya

diwajibkan supaya perkawinan itu halal, dan bahwa untuk sahnya perkawinan cukuplahkehadiran pejabat gerejawi, dengan mengindahkan ketetapan-ketetapan hukumlainnya[23].

LITURGI

19. (Hari-hari raya)

Selanjutnya hanya Konsili Ekumenis atau Takhta apostoliklah, yang berwenangmenetapkan, memindahkan atau meniadakan hari-hari raya yang berlaku umum bagisemua Gereja Timur. Sedangkan yang berwenang menetapkan, memindahkan atau

meniadakan hari-hari raya untuk masing-masing Gereja khusus, ialah: kecuali Takhtaapostolik, Sinode-Sinode patriarkal atau arkiepiskopal; tetapi perlu dipertimbangkankepentingan seluruh daerah serta Gereja-Gereja khusus lainnya[24].

20. (Hari raya Paska)

Sampai tercapainya persetujuan yang diinginkan oleh segenap umat kristen tentang haritunggal bagi semua untuk merayakan hari raya Paska, dan untuk meningkatkan kesatuanumat kristen di satu daerah atau negara, untuk sementara diserahkan kepada paraPatriark atau para penguasa gerejawi setempat yang tertinggi, untuk berdasarkanmufakat bulat dan musyawarah antara pihak-pihak yang berkepentingan, menetapkansatu hari Minggu guna merayakan hari raya Paska[25].

21. (Penyesuaian diri dengan Ritus setempat)

Setiap orang beriman, yang tinggal diluar wilayah atau daerah Ritusnya sendiri,berkenaan dengan hukum tentang masa-masa kudus, dapat menyesuaikan dirisepenuhnya dengan tata-laksana gerejawi yang berlaku ditempat kediamannya. Dalamkeluarga-keluarga, yang para anggotanya menganut Ritus yang berbeda-beda, hukum ituboleh diakui menurut satu Ritus saja[26].

22. (Pujian ilahi [ibadat harian])

Hendaknya para anggota klerus dan religius Gereja-Gereja Timur mematuhi peraturan-

peraturan tata-laksana serta tradisi-tradisi mereka sendiri dalam merayakan Pujian ilahi(ibadat harian), yang sejak dulu kala dijunjung tinggi di semua Gereja-Gereja Timur[27].

23  Lih. PIUS XII, Motu Proprio Cleri sanctitati, tgl. 2 Juni 1957, kanon 267 (kewenangan para Patriark untuk memberi penyembuhan pada akarnya). – KONGREGASI OFISI SUCI dan KONGREGASI UNTUK GEREJA-GEREJA TIMUR

 pada tahun 1957 memberi kewenangan mendispensasikan dari bentuk kanonik dan menyembuhkan, bila perkawinan

dilangsungkan tanpa bentuk kanonik (untuk lima tahun): “diluar patriarkat, kepada para Metropolit dan para Ordinaris

wilayah lainnya … yang tidak mempunyai Atasan di bawah Takhta suci”.24

 Lih. S. LEO AGUNG, Surat Quod sapissime , tgl 15 April 454:  Petitionem autem. – S. NIKEFOROS dari Konstantinopel,

 bab 13. – SINODE PATRIARK SERGIUS, tgl 18 September 1956, kanon 17. – PIUS VI, Surat apostolik  Assueto

 paterne, tgl. 8 April 1775, dan lain-lain.25 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Liturgi26 Lih. KLEMENS VIII, Instruksi Sanctissimus, tgl. 31 Agustus 1595, 6: Si ipsi graeci. – KONGREGASI OFISI SUCI, tgl.

7 Juni 1673, ad 1 dan 3; tgl. 13 Maret 1916, art. 14.- KONGREGASI UNTUK PENYIARAN IMAN, Dekrit tgl. 18

Agustus 1913, art. 33; Dekrit tgl. 14 Agustus 1914, art. 27; Dekrit tgl. 27 Maret 1916, art. 14. – KONGREGASI UNTUKGEREJA-GEREJA TIMUR, Dekrit tgl. 1 Maret 1929, art. 36; Dekrit tgl. 4 Mei 1930, art. 41.

27  Lih. SINODE LAODIKAIA, tahun 347/381, kanon 18. – SINODE MARISSAC, GEREJA CHALDEA, tahun 410, kanon

15. – SINODE NERSESHROMKLAY, GEREJA ARMENIA, tahun 1166. – INOSESNSIUS IV, Surat Sub catholicae,

tgl. 6 Maret 1254, 8. – BENEDIKTUS XIV, Konstitusi  Etsi pastoralis, tgl. 26 Mei 1742, 7, n.5; Instruksi  Eo quamvis

tempore, tgl. 4 Mei1745, 42 dan selanjutnya. – Sinode-sinode khusus: Gereja Armenia (1911), Koptik (1898), Maronit

(1736), Rumania (1872), Ruthenia (1891), Syria (1888).

Page 123: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 123/388

 23. (Penggunaan bahasa daerah)

Patriark beserta sinode, atau Pemimpin Tertinggi setiap Gereja beserta Dewan para Hiark,mempunyai hak untuk mengatur penggunaan bahasa-bahasa dalam upacara-upacaraLiturgi, pun juga – sesudah melaporkannya kepada Takhta Apostolik – menyetujuiterjemahan-terjemahan teks-teks dalam bahasa daerah[28].

PERGAULAN DENGAN PARA ANGGOTAGEREJA-GEREJA YANG TERPISAH

24. (Memelihara persekutuan menurut Dekrit tentang Ekumenisme)

Termasuk tuga khusus Gereja-Gereja Timur yang berada dalam persekutuan denganTakhta Apostolik di Roma, memelihara kesatuan segenap umat kristen, terutama umat

Gereja-Gereja Timur, menurut prinsip-prinsip dekrit Konsili ini tentang Ekumenisme,pertama-tama melalui doa-doa, teladan hidup, kesetiaan keagamaan terhadap tradisi-tradisi Timur yang kuno, saling pengertian yang makin mendalam, kerja sama danpenghargaan persaudaraan terhadap orang-orang maupun berbagai hal[29].

25. (Syarat untuk kesatuan; kewenangan menjalankan kuasa Tahbisan)

Dari umat Gereja-Gereja Timur terpisah, yang berkat dorongan rahmat Roh Kudusmemasuki kesatuan katolik, hendaklah jangan dituntut lebih dari ikrar iman katolik yangsederhana. Dan bila diantara mereka masih tetap dipertahankan imamat yang sah, paraanggota klerus Gereja-Gereja Timur, yang bergabung dengan kesatuan katolik,mempunyai kewenangan menjalankan kuasa Tahbisannya, menurut norma-norma yangditetapkan oleh Pimpinan yang berwenang[30].

26. (“Communicatio in sacris”)

Perayaan bersama Sakramen-Sakramen (“communicatio in sacris”), yang melanggarkesatuan Gereja, atau mencakup persetujuan formal terhadap kesesatan atau bahayamenyimpang dari iman, batu sandungan, atau indeferentisme, dilarang berdasarkanhukum ilahi [31]. Akan tetapi berkenaan dengan para anggota Gereja-Gereja Timur praktekpastoral menunjukkan, bahwa dapat dan harus dipertimbangkan pelbagai situasi masing-masing pribadi, yang tidak menimbulkan pelanggaran terhadap kesatuan Gereja ataubahaya-bahaya yang perlu dielakkan, melainkan mengisyaratkan mendesaknya

kebutuhan akan keselamatan dan kesejahteraan rohani umat. Oleh karena itu Gerejakatolik sesuai dengan situasi waktu, tempat serta pribadi-pribadi, seringkali telah danmasih tetap menempuh cara bertindak yang lebih lunak, dengan menyajikan kepadasemua upaya-upaya keselamatan serta kesaksian cinta kasih antar umat kristen, melaluikeikut-sertaan dalam perayaan Sakramen-Sakramen, partisipasi dalam perayaan-perayaan serta kegiatan-kegiatan lain. Memperhatikan itu semua, dan “untuk tidakmenjadi halangan bagi mereka yang diselamatkan karena kerasnya penilaian”[32], pun juga untuk mempererat persatuan dengan Gereja-Gereja Timur yang tercerai dari kita,menetapkan cara bertindak berikut.

28 Menurut tradisi Timur.29 Menurut isi Piagam-Piagam persatuan masing-masing Gereja Timur katolik.30

 Kewajiban berdasarkan ketetapan Konsili, menyangkut para anggota Gereja-Gereja Timur yang terpisah, serta mengenai

semua Tahbisan mana pun, atas ketetapan ilahi maupun gerejawi.31

 Ajaran itu berlaku juga di Gereja-Gereja yang terpisah.32

 S. BASILIUS AGUNG, “Surat kanonik kepada Amfilokios”: PG 32, 669 B.

Page 124: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 124/388

27. Berdasrkan prinsip-prinsip yang telah disebutkan, kepada para anggota Gereja-GerejaTimur, yang tanpa kesalahan apapun terpisah dari Gereja katolik, dapat diterimakanSakramen Tobat, Ekaristi dan Pengurapan Orang Sakit, bila mereka sendiri memintanyadan berada dalam disposisi baik. Bahkan orang-orang katolik pun boleh memintaSakramen-Sakramen itu kepada pelayan-pelayan yang tidak katolik, bila Gereja-Gerejamereka mempunyai Sakramen-Sakramen yang sah, setiap kali iti dibutuhkan, atau

sungguh ada manfaat rohaninya, dan bila secara fisik atau moril tidak dapat ditemuiseorang imam katolik[33].

28. Begitu pula, berdasarkan prinsip-prinsip yang sama, serta dengan alasan yang wajar,umat katolik dan para anggota Gereja-gereja Timur yang terpisah diperbolehkanbersama-sama merayakan ibadat dan menggunakan hal-hal serta tempat-tempatkudus[34].

29. (Bimbingan para Hirark setempat)

Pelaksanaan peraturan yang diperlunak tentang perayaan bersama Sakramen-Sakramen

dengan saudara-saudari Gereja-Gereja Timur yang terpisah itu dipercayakan kepadapengawasan dan bimbingan para Hiraki setempat, supaya mereka – berdasarkanmusyawarah antara mereka, dan bila perlu juga dengan menampung pendapat HirarkGereja-Gereja yang terpisah – dengan peraturan-peraturan serta norma-norma yangmenunjang dan efektif, mengatur hubungan antar umat kristen.

PENUTUP

30. Konsili suci sangat bergembira atas kerja sama aktif yang berhasil antara Gereja-Gerejakatolik Timur dan Barat, pun sekaligus menyatakan : bahwa semua peraturan hukum ituditetapkan untuk situasi sekarang ini, sampai Gereja katolik dan Gereja-Gereja Timuryang terpisah menyatu dalam persekutuan sepenuhnya.

Sementara itu seluruh umat kristen yang termasuk Gereja-Gereja Timur maupun baratdiminta dengan sangat, supaya penuh semangat dan dengan tekun, bahkan setiap harimemanjatkan doa-doa kepada Allah, supaya berkat bantuan Santa Bunda Allah, merekasemua menjadi satu. Hendaklah mereka berdoa pula, supaya sekian banyak orang kristendalam Gereja mana pun juga, yang dengan berani menyerukan nama Kristus dan karenaitu menanggung penderitaan dan penindasan, dilimpahi peneguhan dan penghiburansepenuhnya oleh Roh Kudus Sang Penghibur.

Marilah kita semua saling mengasihi sebagai saudara, dan saling mendahului dalammemberi hormat (Rom 12:10).

Semua dan masing-masing pokok, yang telah diuraikan dalam Dekrit ini, berkenan kepada paraBapa Konsili suci. Dan kami, atas kuasa Rasuli yang oleh Kristus diserahkan kepada kami, dalamRoh Kudus menyetujui, memutuskan dan menetapkan itu semua bersama dengan para Bapa yangterhormat, lagi pula memerintahkan, agar segala sesuatu yang dengan demikian telah ditetapkandalam Konsili, dimaklumkan secara resmi demi kemuliaan Allah.

Roma, di gereja Santo Petrus, tanggal 21 bulan November tahun 1964.

33 Sebagai motivasi untuk sikap yang lebih lunak itu dikemukakan pokok-pokok berikut : 1 sahnya Sakramen-Sakramen; 2

tiada kesalahan, dan disposisi baik; 3 kebutuhan akan keselamatan kekal; 4 tidak adanya imam dari Gereja sendiri; 5

tidak adanya bahaya yang perlu dielakkan, pun tidak adanya persetujuan formal terhadap kesesatan.34

  Yang dimaksudkan ialah apa yang disebut communicatio extrasacramentalis in sacris (kegiatan suci bersama diluar

 perayaan Sakramen). Konsililah yang di sini memperlunak peraturan, dengan syarat, bahwa tetap diindahkan apa yang

harus ditaati.

Page 125: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 125/388

Saya PAULUSUskup Gereja Katolik

( Menyusul tanda tangan para Bapa Konsili)

Page 126: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 126/388

PAULUS USKUP

HAMBA PARA HAMBA ALLAHBERSAMA BAPA-BAPA KONSILI SUCI

DEMI KENANGAN ABADI

DEKRIT TENTANG EKUMENISME

PENDAHULUAN

1. Mendukung PEMULIHAN KESATUAN antara segenap umat kristen merupakansalah satu maksud utama Konsili Ekumenis Vatikan II. Sebab yang didirikan oleh Kristus

Tuhan ialah Gereja yang satu dan tunggal. Sedangkan banyak persekutuan kristenmembawakan diri sebagai pusaka warisan Yesus Kristus yang sejati bagi umat manusia.Mereka semua mengaku sebagai murid-murid Tuhan, tetapi berbeda-beda pandangandan menempuh jalan yang berlain-lainan pula, seolah-olah Kristus sendiri terbagi-bagi [1]. Jelaslah perpecahan itu terang-terangan berlawanan dengan kehendak Kristus, danmenjadi batu sandungan bagi dunia, serta merugikan perutusan suci, yakni mewartakanInjil kepada semua makhluk.

Adapun Tuhan segala zaman, yang penuh kebijaksanaan serta kesabaranmelaksanakan rencana rahmat-Nya terhadap kita para pendosa, masa terakhir ini telahmulai makin melimpah mencurahkan semangat pertobatan dan kerinduan akan

persatuan ke dalam hati umat kristen yang tercerai-berai. Dimana-mana banyak sekaliorang yang terdorong oleh rahmat itu, dan di antara saudara-saudari kita yang terpisahpun berkat rahmat Roh Kudus telah timbul gerakan yang makin meluas untukmemulihkan kesatuan segenap umat kristen. Dalam gerakan penyatuan yang disebut“ekumenis” itu berperansertalah mereka, yang menyerukan Allah Tritunggal danmengakui Yesus sebagai Tuhan dan Penyelamat, itu pun bukan hanya masing-masingsecara perorangan, melainkan juga sebagai jemaat. Disitulah mereka mendengarkan Injil. Jemaat-jemaat itulah yang oleh masing-masing di akui sebagai Gereja mereka dan gerejaAllah. Tetapi hampir semua, kendati melalui aneka cara, mencita-citakan satu gereja Allahyang kelihatan, yang sungguh-sungguh bersifat universal, dan diutus ke seluruh dunia,supaya dunia bertobat kepada Injil, dan dengan demikian diselamatkan demi kemuliaanAllah.

Maka, sambil mempertimbangkan itu semua dengan hati gembira, konsili suci ini,karena sudah mengurakan ajaran tentang Gereja, terdorong oleh keinginan untukmemulihkan kesatuan antara semua murid Kristus, bermaksud menyajikan kepadasegenap umat katolik bantuan-bantuan, upaya-upaya dan cara-cara, untuk menolongmereka menanggapi panggilan serta rahmat ilahi itu.

1 Lih. 1Kor 1:13.

Page 127: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 127/388

BAB SATU

PRINSIP-PRINSIP KATOLIK UNTUK EKUMENISME

2. (Gereja yang satu dan tunggal)

Di sini nyatalah cinta kasih Allah terhadap kita, bahwa Putera Tunggal Allah telah diutus

oleh Bapa ke dunia, untuk menjadi manusia, dengan karya penebusan-Nya melahirkankembali seluruh umat manusia, serta menyatukannya[2]. Sebelum mempersembahkan dirisebagai korban tak bernoda di altar salib, Ia berdoa kepada bapa bagi umat beriman:“Semoga semua bersatu, seperti Engkau, ya Bapa, dalam Aku, dan Aku dalam Dikau,supaya mereka pun bersatu dalam kita : supaya percayalah dunia, bahwa Engkau telahmengutus aku” (Yoh 17:21). Dalam Gereja-Nya Ia mengadakan Sakramen Ekaristi yangmengagumkan dan melambangkan serta memperbuahkan kesatuan Gereja. Kepada paramurid-Nya Ia telah memberi perintah baru untuk saling mengasihi[3], serta menjanjikanRoh Penghibur[4], untuk menyertai mereka selamanya sebagai Tuhan sumber kehidupan.

Ketika Tuhan yesus telah ditinggikan di salib dan di muliakan, Ia mencurahkan Roh

yang di janjikan-Nya. Melalui Roh itulah Ia memanggil dan menghimpun umat PerjanjianBaru, yakni Gereja, dalam kesatuan iman, harapan dan cinta kasih, menurut ajaran Rasul:“Satu Tubuh dan satu Roh, seperti kalian telah dipanggil dalam satu harapan panggilankalian. Satu Tuhan, satu iman, satu babtis” (Ef 4:4-5). Sebab “barang siapa telah dibabtisdalam Kristus, telah menganakan Kristus …. Sebab kalian semua ialah satu dalam KristusYesus” (Gal 3:27-28). Ro Kudus, yang tinggal dihati umat beriman, dan memenuhi sertamembimbing seluruh Gereja, menciptakan persekutuan umat beriman yangmengagumkan itu, dan sedemikian erat menghimpun mereka sekalian dalam Kristus,sehingga menjdi Prinsip kesatuan Gereja. Dialah yang membagi-bagikan aneka rahmatdan pelayanan[5], serta memperkaya Gereja Yesus Kristus dengan pelbagai anugrah,untuk memperlengkapi para kudus bagi pekerjaan pelayanan, demi pembangunan TubuhKristus” (Ef 4:12).

Untuk mendirikan Gereja-Nya yang kudus itu di mana-mana hingga kepenuhanzaman, Kristus mempercayakan tugas mengajar, membimbing dan menguduskan kepadaKeduabelas Rasul[6]. Di antara mereka Ia memilih Petrus. Ia memutuskan untukmembangun Gereja-Nya di atas petrus sesudah pengakuan imannya. Kepadanyadijanjikan-Nya kunci Kerajaan Sorga[7]. Kepadanya pula, sesudah pernyataan cintakasihnya, Kristus mempercayakan semua domba-domba-Nya, supaya mereka diteguhkandalam iman[8] dan digembalakan dalam kesatuan yang sempurna[9], sedangkan Kristusyesus sendiri untuk selamanya menjadi batu penjuru [10] dan Gembala jiwa-jiwa kita[11].

Melalui pewartaan Injil yang setia oleh para Rasul serta pengganti-pengganti mereka,

yakni para Uskup, diketuai oleh pengganti petrus, melalui pelayanan Sakramen-Sakramen , dan melalui pembimbingan dalam cinta kasih, Yesus Kristus menghendakiumat-Nya berkembang berkat karya Roh Kudus, serta menyempurnakan persekutuannyadalam kesatuan: dalam pengakuan satu iman, dalam perayaan bersama ibadat ilahi, dandalam kerukunan persaudaraan keluarga Allah.

2 Lih. 1Yoh 4:9; Kol 1:18-20; Yoh 11:52.3 Lih. Yoh 13:34.4 Lih. Yoh 16:7.

5 Lih 1Kor 12:4-11

6 Lih. Mat 28:18-20, bdk. Yoh 20:21-23.7 Lih. Mat 16:19, bdk. Mat 18:18.8 Lih. Luk 22:32.

9 Lih. Yoh 21:15-17.

10 Lih Ef 2:20.

11 Lih 1Ptr 2:25. – KONSILI VATIKAN I, Sidang 4 (1870), Konstitusi  Pastor Aeternus: Coll.Lac. 7, 482 a.

Page 128: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 128/388

Page 129: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 129/388

dikurniakan kepada mereka semua, yang telah dilahirkan-Nya kembali dan dihidupkan-Nya untuk menjadi satu tubuh, bagi kehidupan yang serba baru, menurut kesaksian Kitabsuci dan tradisi Gereja yang terhormat. Sebab hanya melalui Gereja Kristus yangkatoliklah, yakni upaya umum untuk keselamatan, dapat dicapai seluruh kepenuhanupaya-upaya penyelamatan. Sebab kita percaya, bahwa hanya kepada Dewan Para Rasulyang diketuai oleh Petruslah Tuhan telah mempercayakan segala harta Perjanjian Baru,

untuk membentuk satu Tubuh kristus di dunia. Dalam tubuh itu harus disaturagakansepenuhnya siapa saja, yang dengan suatu cara telah termasuk umat Allah, Selamaberziarah di dunia, umat itu, meskipun dalam para anggotanya tetap tidak terluputkandari dosa, berkembang dalam Kristus, dan secara halus dibimbing oleh Allah, menurutrencana-Nya yang penuh rahasia, sampai akhirnya penuh kegembiraan meraih seluruhkepenuhan kemuliaan kekal di kota Yerusalem sorgawi.

4. (Ekumenisme)

Sekarang ini, atas dorongan rahmat Roh Kudus, di cukup banyak daerah berlangsunglahbanyak usaha berupa doa, pewrtaan dan kegiatan, untuk menuju ke arah kepenuhan

kesatuan yang dikehendaki oleh Yesus Kristus. Maka Konsili suci mengundang segenapumat katolik, untuk mengenali tanda-tanda zaman, dan secara aktif berperanserta dalamkegiatan ekumenis.

Yang dimaksudkan dengan “Gerakan Ekumenis” ialah: kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha, yang – menanggapi bermacam-macam kebutuhan Gereja dan berbagai situasi –diadakan dan ditujukan untuk mendukung kesatuan umat kristen; misalnya: pertama,semua daya-upaya untuk menghindari kata-kata, penilaian-penilaian serta tindakan-tindakan, yang ditinjau dari sudut keadilan dan kebenaran tidak cocok dengan situasisaudara-saudari yang terpisah, dan karena itu mempersukar hubungan-hubungandengan mereka; kemudian, dalam pertemuan-pertemuan umat kristen dari berbagaiGereja atau Jemaat, yang diselenggarakan dalam suasana religius, “dialog” antara parapakar yang kayainformasi, yang memberi ruang kepada masing-masing peserta untuksecara lebih mendalam menguraikan ajaran persekutuannya, dan dengan jelasmenyajikan corak-cirinya. Sebab melalui dialog itu semua peserta memperoleh pengertianyang lebih cermat tentang ajaran dan perihidup kedua persekutuan, serta penghargaanyang lebih sesuai dengan kenyataan. Begitu pula persekutuan-persekutuan itumenggalang kerja sama yang lebih luas lingkupnya dalam aneka usaha demikesejahteraan umum menurut tuntutan setiap suara hati kristen; dan bila mungkinmereka bertemu dalam doa sehati sejiwa. Akhirnya mereka semua mengadakanpemeriksaan batin tentang kesetiaan mereka terhadap kehendak Kristus mengenai Gereja,dan sebagaimana harusnya menjalankan dengan tekun usaha pembaharuan dan

perombakan.Bila itu semua oleh umat katolik dilaksanakan dengan bijaksana dan sabar dibawah

pengawasan para gembala, akan membantu terwujudnya nilai-nilai keadilan dankebenaran, kerukunan dan kerja sama, semangat persaudaraan dan persatuan. Semogadengan demikian lambat-laun teratasilah hambatan-hambatan, yang menghalang-halangipersekutuan gerejawi yang sempurna, dan semua orang kristen dalam satu perayaanEkaristi dihimpun membentuk kesatuan Gereja yang satu dan tunggal. Kesatuan itulahyang sejak semula dianugerahkan oleh kristus kepada Gereja-Nya. Kita percaya, bahwakesatuan itu tetap lestari terdapat dalam Gereja katolik, dan berharap, agar kesatuan itudari hari ke hari bertambah erat sampai kepenuhan zaman.

 Jelaslah bahwa karya menyiapkan dan mendamaikan para anggota perorangan, yangingin memasuki persekutuan sepenuhnya dengan Gereja katolik, menurut hakekatnyaterbedakan dari usaha ekumenis. Tetapi juga tidak bertentangan; sebab keduanya berasaldari penyelenggaraan Allah yang mengagumkan.

Dalam kegiatan Ekumenis hendaknya umat katolik tanpa ragu-raga menunjukkanperhatian sepenuhnya terhadap saudara-saudari yang terpisah, dengan mendoakanmereka, dengan bertukar pandangan tentang hal-ihwal Gereja dengan mereka, dengan

Page 130: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 130/388

Page 131: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 131/388

BAB DUA

PELAKSANAAN EKUMENISME

5. (Ekumenisme : tanggung jawab segenap umat beriman)Keprihatinan untuk memulihkan kesatuan melibatkan segenap Gereja, baik umatBeriman, maupun para Gembala dan siapa pun juga seturut kemampuannya, dalamhidup kristen sehari-hari, pun dalam penelitian-penelitian teologis dan historis. Secaratertentu usaha-usaha itu sudah menampakkan hubungan yang sudah terjalin antarasemua orang kristen, dan mengantar menuju kesatuan yang penuh-purna, menurutkemurahan hati benevolentia Allah.

6. (Pembaharuan Gereja)

Semua pembaharuan Gereja[23] pada hakekatnya terletak pada berkembangnya kesetiaan

terhadap panggilannya. Maka jelaslah sudah, bahwa pembaharuan itulah sebabnya,mengapa gerakan ekumenis menuju kesatuan. Selama ziarahnya Gereja dipanggil olehKristus untuk terus-menerus merombak dirinya, seperti memang selamanya dibutuhkanolehnya sebagai suatu lembaga manusiawi dan duniawi. Oleh karena itu bila, meniliksituasi zaman, baik di bidang moral, dalam tata-tertib gerejawi, maupun dalam caramerumuskan ajaran, - dan itu harus dibedakan dengan cermat dari perbendaharaan imansendiri, - ada hal-hal yang telah dilestarikan secara kurang seksama, hendaknya itu padasuatu saat yang baik dipulihkan secara tepat sebagaimana harusnya.

Maka pembaharuan itu mendapat makna ekumenis yang istimewa. Aneka bentukkehidupan Gereja, yang sudah mengalami pembaharuan – misalnya : gerakan Kitab sucidan Liturgi, pewrtaan sabda Allah dan katekese, kerasulan awam, bentuk-bentuk baruhidup religius, spiritualitas perkawinan, ajaran serta kegiatan gereja di bidang sosial, -dapat dipandang sebagai jaminan dan pertanda, yang meramalakan, bahwa di masamendatang ekumenisme akan berkembang dengan baik.

7. (Pertobatan hati)

Tidak ada ekumenisme sejati tanpa pertobatan batin. Sebab dari pembaharuan hati [24],dari ingkar diri dan dari kelimpahan cinta kasih yang sungguh ikhlaslah kerinduan akankesatuan timbul dan makin menjadi masak. Maka hendaklah dari Roh ilahi kita mohonrahmat penyangkalan diri yang tulus, kerendahan hati dan sikap lemah lembut dalammemberi pelayanan, begitu pula kemurahan hati dalam persaudaraan terhadap sesama.

“Kunasehatkan kepada kalian”, demikianlah Rasul para bangsa berpesan, “aku yangdipenjarakan dalam Tuhan, supaya menempuh cara hidup yang pantas meurut panggilankalian. Hendaklah selalu bersikap rendah hati dan lemah-lembut. Hendaklah kaliandengan sabar saling membantu dalam cinta kasih., dan sungguh berusaha memeliharakesatuan Roh dalam ikatan damai” (Ef 4:1-3). Dorongan itu terutama ditujukan kepadamereka, yang telah ditahbiskan dengan maksud, agar tetap berlangsunglah perutusanKristus, “yang datang tidak untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Mat 20:28).

Pada kesalahan-kesalahan melawan kesatuan dapat diterapkan pula kesaksian- S.Yohanes: “Sekiranya kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, kita menjadikan Diapendusta, dan sabda-Nya tidak tinggal dihati kita” (1Yoh 1:10). Maka dalam doa penuh

kerendahan hati kita memohon pengampunan dari Allah dan saudara-saudari yangterpisah, seperti kita pun mengampuni mereka yang bersalah terhadap kita.

Hendaklah segenap kaum beriman menyadari, bahwa mereka makin pesatmemajukan persatuan umat kristen, bahkan makin baik melaksanakannya, semakin

23 Lih. KONSILI LATERAN V, Sidang 12 (1517), Konstitusi Constituti: MANSI 32, 988 B-C.

24 Lih. Ef 4:23.

Page 132: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 132/388

Page 133: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 133/388

  Sebab dari pembinaan para imam tergantunglah terutama pendidikan dan pembinaanrohani yang amat dibutuhkan oleh umat beriman dan para para religius.

 Juga para misionaris katolik yang berkarya di daerah-daerah yang sama seperti orang-orang kristen lainnya sekarang ini terutama harus mengetahui masalah-persoalan sertahasil-hasil, yang diperbuahkan oleh ekumenisme dalam kerasulan mereka.

11. (Cara mengungkapkan dan menguraikan ajaran iman)Metode serta cara mengungkapkan iman katolik jangan sampai menghambat dialogdengan saudara-saudari kita. Memang seharusnyalah ajaran seutuhnya diuraikan dengan jelas. Tiada sesuatupun yang begitu asing bagi ekumenisme seperti irenisme (sikap “sukadamai”) palsu, yang merugikan bagi kemurnian ajaran katolik, serta mengaburkanartinya yang otentik dan pasti.

Iman katolik hendaknya diuraikan secara lebih mendalam sekaligus lebih cermat,dengan cara dan bahasa yang sungguh dapat difahami juga oleh saudara-sudari yangterpisah.

Kecuali itu dalam dialog ekumenis para teolog katolik harus stia sepenuhnya terhadap

ajaran Gereja, dan dalam usaha mereka bersama dengan saudara-saudari yang terpisahuntuk semakin menyelami misteri-misteri ilahi, harus melangkah maju dengan cinta akankebenaran, kasih-sayang dan kerendahan hati. Dalam membandingkan ajaran-ajaranhendaknya mereka sadari adanya tata-urutan atau “hirarki” kebenaran-kebenaran ajarankatolik, karena berbeda-bedalah hubungannya dengan dasar iman kristen. Dengandemikian akan terbukalah jalan, yang mendorong semua mitra dialog untuk berlomba-lomba secar persaudaraan, menuju pengertian yang makin mendalam tentang kekayaanKristus yang tidak terduga dalamnya[25], serta penampilannya yang makin gemilang.

12. (Kerja sama dengan saudara-saudari yang terpisah)

Hendaklah segenap umat kristen dihadapan segala bangsa menyatakan iman merekaakan Allah Tritunggal, akan Putera Allah yang menjelma, Penebus dan Tuhan kita.Hendaknya mereka melalui usaha-usaha bersama yang ditandai sikap saling menghargaimemberi kesaksian tentang harapan kita, yang tidak akan sia-sia. Zaman sekarang inisangat meluaslah kerja sama di bidang sosial. Memanglah semua orang tanpa terkecualidipanggil utuk menggalang kerja sama itu, terutama mereka yang beriman akan Allah,pertama-tama semua orang kristen karena ditandai oleh nama Kristus. Kerja sama antarasemua orang kristen secara cemerlang mengungkapkan persatuan yang sudah ada antaramereka, dan lebih jelas menampilkan wajah Kristus Sang Hamba. Kerja sama itu, yangsudah dimulai dibanyak negara, hendaknya makin dipererat, terutama di daerah-daerah,yang tengah mengalami perkembangan sosial dan teknologi, dalam usaha menghargai

sepantasnya martabat pribadi manusia, dalam memajukan perdamaian, dalammenerapkan Injil pada situasi kemasyarakatan, dalam mengembangkan ilmu-pengetahuan maupun kesenian dalam suasana kristen, dalam menggunakan segalamacam usaha untuk menanggulangi penderitaan-penderitaan zaman sekarang, misalnya :kelaparan dan bencana-bencana, buta aksara dan kemelaratan, kekurangan akanperumahan, dan pembagian harta benda yang tidak adil. Berkat kerja sama itu semuaorang yang beriman akan Kristus dengan mudah dapat belajar, sebagaimana orang0orangdapat lebih saling mengenal dan saling menghargai, dan bagaimana dibukalah jalanmenuju kesatuan umat kristen.

25 Lih. Ef 3:8

Page 134: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 134/388

BAB TIGA

GEREJA-GEREJA DAN JEMAAT-JEMAAT GEREJAWI

YANG TERPISAH DARI TAKHTA APOSTOLIK DI ROMA

13. Perhatian kita arahkan kepada dua golongan perpecahan utama, yang menimpa jubahKristus yang tidak berjahit, hanya satu tenunan saja.

Perpecahan pertama terjadi di Timur, akibat perdebatan tentang perumusan-perumusan dogmatis Konsili Efesus dan Khalkedon, dan kemudian akibat perpecahanpersekutuan gerejawi antara Patriarkat-Patriarkat Timur dan Takhta Roma.

Perpecahan lainnya, sesudah lebih dari empat abad, timbul di Barat akibat peristiwa-peristiwa, yang secara keseluruhan disebut “Reformasi”. Sejak itu banyak persekutuan,yang bersifat nasional maupun konfesional (menyangkut ikrar iman), terceraikan dariTakhta di Roma. Diantara persekutuan-persekutuan, yang tetap melestarikan sebagian

tradisi-tradisi maupun struktur-struktur katolik, yang mempunyai posisi istimewa ialahPersekutuan aglikan.Adapun pelbagai kelompok yang terpisah itu banyak berbeda satu dengan lainnya,

bukan hanya berdasarkan asal-usul, tempat ataupun zamannya, melainkan pertama-tamakarena hakekat maupun bobot masalah-persoalan, yang menyangkut iman dan strukturgerejawi.

Oleh karena itu Konsili ini tidak menganggap remeh situasi pelbagai golongan kristenyang serba aneka itu. Kendati adanya perpecahan itu, Konsili tidak pula mengabaikanhubungan-hubungan antar golongan yang masih ada. Konsili menetapkan untukmenyajikan pertimbangan-pertimbangan berikut, untuk dengan bijaksana menjalankankegiatan-kegiatan ekumenis.

I. TINJAUAN KHUSUSTENTANG GEREJA-GEREJA TIMUR

14. (Semangat dan sejarah Gereja-Gereja Timur)

Sudah berabad-abad lamanya Gereja-Gereja Timur dan Barat menempuh perjalanan

masing-masing, namun tetap berhubungan karena persekutuan persaudaraan dalamiman dan kehidupan sakramental. Sementara itu berdasarkan persetujuan Takhta diRoma ikut memainkan peranan, bila antara Gereja-Gereja itu timbul sengketa tentangiman dan tata-tertib. Konsili suci – diantara hal-hal lain yang penting sekali – berkenanmengingatkan kepada segenap umat beriman, bahwa di Timur banyaklah Gereja-Gerejakhusus atau setempat yang berkembang dengan subur. Diantaranya yang terpenting ialahGereja-Gereja patriarkal. Cukup banyak diantaranya membanggakan para Rasul sendirisebagai asal-usulnya. Maka dari itu di kalangan Gereja-Gereja Timur telah dan masihtetap diutamakan usaha yang istimewa untuk melestarikan hubungan –hubungankekerabatan dalam persekutuan iman dan cinta kasih, yang harus tetap terjalin antara

Gereja-Gereja setempat, bagaikan antra saudari. Jangan pula dilupakan, bahwa Gereja-Gereja Timur sejak awal mula mengemban

harta-kekayaan, yang cukup banyak unsur-unsurnya di bidang Liturgi, dalam tradisirohani maupun perihal tata-hukum tersalurkan ke dalam gereja Barat. Janganlah kurangdihargai pula, bahwa dogma-dogma fundamental iman kristiani tentang Tritunggal danSabda Allah yang menjelma dari Perawan Maria telah resmi ditetapkan dalam Konsili-

Page 135: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 135/388

Konsili ekumenis yang diselenggarakan di Timur. Untuk mempertahankan iman ituGereja-Gereja Timur telah dan tetap masih masih menanggung banyak penderitaan.

Pusaka iman yang diwariskan oleh para rasul telah diterima dalam aneka bentuk dandengan berbagai cara. Kemudian sejak awal mula Gereja warisan itu di pelbagai tempattelah diuraikan dengan aneka cara sesuai pula dengan majemuknya keunggulan akal budidan kenyataan-kenyataan hidup. Itu semua, disamping faktor-faktor lahiriah, juga karena

kurangnya saling pengertian dan saling cinta kasih, telah membuka pintu bagiperpecahan-perpecahan.

Oleh karena itu Konsili suci mendorong siapa saja, tetapi terutama mereka, yangbermaksud memperjuangkan pemulihan persekutuan sepenuhnya yang diinginkanantara Gereja-Gereja Timur dan Gereja katolik, supaya mereka memberi perhatian yangsewajarnya kepada situasi istimewa Gereja-Gereja Timur yang telah muncul danberkembang, begitu pula pada corak dan hubungan-hubungan, yang semula, sebelumperpecahan, ada antara Gereja-Gereja itu dan Takhta di Roma, pun juga supaya merekadengan seksama membentuk penilaian mereka tentang itu semua. Bila semuanya itudipatuhi dengan cermat, akan sangat membantu untuk menjalin dialog yang

dimaksudkan.

15. (Tradisi Liturgi dan hidup rohani dalam Gereja-Gereja Timur)

Semua orang mengetahui juga, betapa umat kristen Gereja-Gereja Timur sepenuh hatimelaksanakan Liturgi suci, terutama peryaan Ekaristi, sumber kehidupan Gereja dan jaminan kemuliaan di masa yang akan datang. Perayaan itu bagi umat beriman dalampersatuan dengan Uskup membuka jalan untuk menghadap Allah Bapa denganperantaraan Putera, Sabda yang menjelma, menderita sengsara dan dimuliakan, dalampencurahan Roh Kudus, dan memasuki persekutuan dengan Tritunggal Mahakudus,“ikutserta menghayati kodrat ilahi” (2Ptr 1:4). Maka melalui perayaan Ekaristi Tuhan dimasing-masing Gereja itu, Gereja Allah di bangun dan berkembang [26], dan persekutuanGereja-Gereja itu ditampakkan melalui konselebrasi.

Dalam ibadat Liturgi itu umat Gereja-Gereja Timur dengan kidung-kidung yang amatindah mengagungkan Santa Maria selalu Perawan, yang oleh Konsili ekumenis Efesussecara resmi dimaklumkan sebagai Bunda Allah yang suci, supaya Kristus sungguh-sungguh dan dalam arti yang sejati diakui sebagai Putera Allahdan Putera manusiamenurut Kitab suci. Umat Gereja-Gereja Timur juga menghormati dan memuji banyakorang kudus, diantara mereka para Bapa Gereja semesta.

Sungguhpun terpisah, Gereja-Gereja Timur mempunyai Sakramen-Sakramen yangsejati, terutama berdasarkan pergantian apostolik, Imamat dan Ekaristi. MelaluiSakramen-Sakramen itu mereka masih berhubungan erat sekali dengan kita. Maka dari

itu suatu kebersamaan dalam perayaan Sakramen-Sakramen, bila situasi memangmenguntungkan dan dengan persetujuan Pimpinan gerejawi, bukan hanya mungkin,melainkan juga dianjurkan.

Di Timur terdapat kekayaan tradisi-tradisi rohani, yang terutama terungkap dalamperihidup para rahib. Sebab disitu sejak zaman kekayaan para Bapa kudusberkembanglah spiritualitas monastik, yang kemudian menjalar ke kawasan Gereja barat.Spiritualitas itulah yang menjadi sumber bagi lembaga hidup religius dalam Gereja Latin,dan kemudian memberinya daya-kekuatan baru. Maka dari itu sangat dianjurkan, supayaumat katolik lebih sering menikmati kekayaan rohani para Bapa Gereja Timur, yangmengangkat manusia seutuhnya untuk merenungkan misteri ilahi.

Hendaknya semua menyadari betapa sangat pentinglah mengenal, menghormati,melestarikan dan mendukung pusaka-warisan Liturgi dan hidup rohani Gereja-GerejaTimur yang kaya sekali, untuk dengan setia melindungi kepenuhan tradisi kristen, danuntuk mewujudkan pendamaian umat kristen gereja-Gereja Timur dan Barat.

26 Lih. S. YOHANES KRISOSTOMUS, Homili tentang Yoh. : PG 59, 260-262.

Page 136: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 136/388

Page 137: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 137/388

pada akhirnya terwujudlah kediaman satu-satunya, dibangun atas Batu Penjuru, yakniKristus Yesus, yang akan menyatukan kedua pihak[27].

II. GEREJA-GEREJA DAN JEMAAT-JEMAAT GEREJAWI YANGTEPISAH DI DUNIA BARAT

19. (Situasi khusus Gereja-Gereja dan Jemaat-Jemaat)

Gereja-Gereja dan Jemaat-jemaat gerejawi, yang pada masa krisis parah sekali, - krisis itudi Barat sudah mulai menjelang akhir Abad pertengahan, - atau sesudah itu, telahterpisahkan dari Takhta Apostolik di Roma, masih tetap mempunyai ikatan denganGereja katolik karena kekerabatan yang istimewa serta hubungan-hubungan berkatkehidupan umat kristen dalam satu persekutuan gerejawi selama abad-abad sebelumnya.

Akan tetapi Gereja-Gereja serta Jemaat-Jemaat gerejawi itukarena beragamnya asal-usul, ajaran dan hidup rohani tidak sedikit pula berbeda bukan hanya dari kita,melainkan juga antara mereka sendiri. Maka sukar sekali memberi gambaran semestinyatentang mereka. Dan itu memang tidak kami maksudkan di sini.

Sungguhpun gerakan ekumenis dan kerinduan untuk berdamai dengan Gereja katolikbelum dimana-mana merupakan arus yang kuat, kami berharap, supaya dalam hatisegenap umat kristen semangat ekumenis dan sikap saling menghargai lambat-launmakin berkembang.

Akan tetapi harus diakui, bahwa antara Gereja-Gereja serta Jemaat-Jemaat itu danGereja katolik masih terdapat perbedaan-perbedaan cukup penting, bukan hanya yangbersifat historis, sosiologis, psikologis dan budaya, melainkan terutama menyangkut caramenafsirkan kebenaran yang diwahyukan. Supaya kendati perbedaan-perbedaan itudialog ekumenis dapat lebih mudah diadakan, dalam artikel-artikel berikut kamibermaksud mengutarakan apa yang dapat dan harus merupakan dasar maupundorongan bagi dialog itu.

20. (Iman akan Kristus)

Yang kami maksudkan pertama-tama ialah umat kristen, yang secara terbukamengikrarkan iman akan Yesus Kristus sebagai Allah dan Tuhan serta Pengantaratunggal antara Allah dan manusia, demi kemuliaan Allah yang Esa, Bapa, Putera dan RohKudus. Memang kami menyadari adanya perbedaan-perbedaan yang cukup berarti

dengan ajaran Gereja katolik juga tentang Kristus Sabda Allah yang menjelma serta karyapenebusan-Nya, kemudian tentang misteri serta pelayanan Gereja, begitu pula tentangperanan Mariadalam karya penyelamatan. Tetapi kami bergembira menyaksikan saudara-saudari yang terpisah mengarahkan pandangan kepada Kristus selaku sumber dan pusatpersekutuan gerejawi. Tersentuh oleh kerinduan akan persatuan dengan Kristus, merekaterdorong untuk semakin mengusahakan kesatuan, pun juga untuk memberi kesaksianiman mereka ditengah bangsa-bangsa dimanapun juga.

21. (Pendalaman Kitab Suci)

Cinta serta sikap hormat – hampir-hampir ibadat bakti – terhadap Kitab suci

menggerakkan saudara-saudari kita untuk terus menerus dan dengan tekun mendalamiKitab suci : sebab Injil “merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan siapapun yangberiman, pertama orang yahudi, kemudian orang Yunani” (Rom 1:16).

Sambil menyerukan Roh Kudus, mereka mencari dalam Kitab suci Allah sendiri, yangbagaikan menyapa mereka dalam Kristus, yang dinubuatkan oleh para Nabi, Sabda Allah

27 Lih. KONSILI FIRENZE, Sidang 6 (1439), Definisi Laetentur Coeli: MANSI 31, 1026 E.

Page 138: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 138/388

Page 139: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 139/388

sabda Kristus sebagai sumber keutamaan kristen, serta mematuhi perintah Rasul: “Apapun yang kalian lakukan dengan kata-kata maupun perbuatan, itu semua hendaknyadilakukan demi nama Tuhan Yesus Kristus, seraya bersyukur kepada Allah Bapa denganperantaraan-Nya” (Kol 3:17). Maka dialog ekumenis dapat diawali dengan penerapan Injildi bidang moral.

24. (Penutup)Demikianlah, sesudah dengan singkat menjelaskan syarat-syarat untuk melaksanakankegiatan ekumenis, begitu pula prinsip-prinsip untuk mengaturnya, kami penuh percayamengarahkan pendangan ke masa depan. Konsili suci ini mengajak umat beriman, untukmenjauhkan diri dari setiap sikap acak-acakan atau dari semangat yang tidak bijaksana,yang justru dapat merugikan kemajuan kesatuan yang sesungguhnya. Kegiatan ekumenismereka tidak dapat lain kecuali bersifat katolik sepenuhnya dan setulus-tulusnya, artinya:setia terhadap kebenaran, yang telah kita waris dari para Rasul dan para Bapa Gereja;begitu pula sesuai dengan iman, yang senantiasa di ikrarkan oleh Gereja katolik, sekaliguspula menuju kepenuhan, yang seturut kehendak Tuhan harus semakin terwujudkan pada

Tubuh-Nya di sepanjang masa.Konsili suci ini sungguh menginginkan, supaya usaha-usaha putera-puteri Gerejakatolik makin mengalami kemajuan terpadu dengan usaha-usaha saudara-saudai yangterpisah, dan supaya jangan sampai ada hambatan terhadap jalan Penyelenggaraan ilahi, jangan pula ada prasangka-prasangka terhadap dorongan-dorongan Roh Kudus di masamendatang. Kecuali itu Konsili menyatakan keyakinannya, banyak maksud yang suciuntuk mendamaikan segenap umat kristen menjadi satu dalam Gereja Kristus yang satudan tunggal melampaui daya-kekuatan serta bakat-kemampuan manusiawi. Oleh karenaitu konsili menaruh harapan sepenuhnya pada doa Kristus bagi Gereja, pada cinta kasihBapa terhadap kita, dan pada kekuatan Roh Kudus. “Harapan tidak mengecewakan:sebab cinta kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita berkat Roh Kudus, yangdianugerahkan kepada kita” (Rom 5:5).

Semua dan masing-masing pokok, yang telah diuraikan dalam Dekrit ini, berkenan kepada paraBapa Konsili suci. Dan kami, atas kuasa Rasul yang oleh Kristus diserahkan kepada kami, dalamRoh Kudus menyetujui, memutuskan dan menetapkan itu semua bersama dengan para Bapa yangterhormat, lagipula memerintahkan, agar segala sesuatu yang dengan demikian telah ditetapkandalam Konsili, dimaklumkan secara resmi demi kemuliaan Allah. 

Roma, di gereja Santo Petrus, tanggal 21 bulan November tahun 1964.

Saya PAULUSUskup Gereja katolik

( Menyusul tanda tangan para Bapa Konsili)

Page 140: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 140/388

PAULUS USKUP

HAMBA PARA HAMBA ALLAHBERSAMA BAPA-BAPA KONSILI

DEMI KENANGAN ABADI

DEKRIT TENTANG TUGAS PASTORALPARA USKUP DALAM GEREJA

PENDAHULUAN

1. KRISTUS TUHAN, Putera Allah yang hidup, telah datang untuk menyelamatkanumat-Nya dari dosa-dosa[1], dan supaya semua orang dikuduskan. Seperti Ia sendiri di

utus oleh bapa, begitu pula Ia mengutus para rasul-Nya[2]. Ia menyucikan mereka denganmenyerahkan Roh Kudus kepada mereka, supaya merekapun memuliakan Bapa diatasbumi dan menyelamatkan orang-orang, “demi pembangunan Tubuh Kristus” (Ef 4:12),yakni Gereja.

2. Dalam Gereja Kristus itu, Imam agung di Roma sebagai pengganti Petrus, yang olehKristus telah dipercaya untuk menggembalakan domba-domba dan anak-anak domba-Nya, atas penetapan ilahi mempunyai kuasa tertinggi, sepenuhnya, langsung danuniversal atas reksa jiwa-jiwa. Maka dari itu, karena selaku gembala semua orangberiman ia utus, untuk mengusahakan kesejahteraan bersama Gereja semesta maupun

kesejahteraan Gereja masing-masing, ia memperoleh primat kuasa biasa atas semuaGereja.

Adapun para Uskup sendiri, yang diangkat oleh Roh Kudus menggantikan para Rasulsebagai gembala jiwa-jiwa[3], dan bersama dengan Imam Agung Tertinggi serta dibawahkewibawaannya, telah diutus untuk melestarikan karya Kristus, Gembala yang kekal [4].Sebab kepada Rasul-Rasul dan para pengganti mereka Kristus telah memerintahkan danmemberikan kuasa untuk mengajar semua bangsa, dan menguduskan orang-orang dalamkebenaran, serta menggembalakan mereka, Maka para Uskup, Berkat Roh Kudus yangkurniakan kepada mereka, menjadi guru iman, Imam Agung dan Gembala yang sejatidan otentik[5].

3. Tugas mereka sebagai Uskup, yang telah mereka terima melalui tahbisan Uskup itu [6],mereka laksanakan sambil ikut memperhatikan semua Gereja-Gereja, dalam persekutuandan dibawah kewibawaan Imam Agung Tertinggi sehubungan dengan kuasa mengajardan kepemimpinan kegembalaan, sementara mereka semua bersatu dalam suatu Dewanatau badan menghadapi Gereja Allah yang semesta.

Masing-masing Uskup menunaikan tugas itu terhadap bagian kawanan Tuhan yangdiserahkan kepadanya. Masing-masing mengasuh gereja khusus yang dipercayakankepadanya, atau adakalanya beberapa Uskup bersama-sama berusaha memenuhikebutuhan-kebutuhan bersama berbagai gereja.

1 Lih. Mat 1:21.2 Lih. Yoh 20:21.3 Lih. KONSILI VATIKAN I, Sidang 4, Konstitusi dogmatis tentang Gereja Kristus, bab 3: DENZINGER 1828 (3061).

4 Lih. KONSILI VATIKAN I, , Sidang 4, Konstitusi dogmatis tentang Gereja Kristus, Pendahuluan: DENZ. 1821 (3050)

5 KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 21, 24, 25.

6 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 21

Page 141: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 141/388

Maka dari itu Konsili suci, sambil mengindahkan pula kondisi-kondisi umat manusia,yang pada zaman sekarang ini berkembang menuju tata masyarakat yang baru [7], dandengan maksud menguraikan tugas pastoral para Uskup secara lebih cermat, menetapkanhal-hal berikut ini.

BAB SATU

PARA USKUP DAN GEREJA SEMESTA

I. PERAN PARA USKUP TERHADAP GEREJA SEMESTA

4. (Pelaksanaan kekuasaan oleh Dewan para Uskup)

Berdasarkan tahbisan sakramental dan persekutuan hirarkis dengan Ketua Dewan serta

para anggotanya, para uskup diangkat menjadi anggota Badan para uskup[8]

. Adapun“Badan para Uskup, yang menggantikan Dewan para rasul dalam tugas mengajar danbimbingan pastoral, bahkan yang melestarikan Badan para Rasul, bersama dengan ImamAgung di Roma selaku Kepalanya, dan tidak pernah tanpa Kepala itu, merupakan subjekkuasa tertinggi yang penuh juga terhadap seluruh Gereja; tetapi kuasa itu hanyalah dapatdijalankan dengan persetujuan Imam Agung di Roma”[9]. Kuasa itu “secara meriahdijalankan dalam Konsili Ekumenis”[10]. Maka Konsili suci menetapkan, bahwa semuaUskup, yang menjadi anggota Dewan para Uskup, berhak menghadiri Konsili Ekumenis.

“Kuasa kolegial itu dapat juga dijalankan oleh para Uskup bersama Paus, kalaumereka tersebar diseluruh dunia, asal saja kepala Dewan mengundang mereka untukmelaksanakan tindakan kolegial, atau setidak-tidaknya menyetujui atau dengan bebasmenerima kegiatan bersama para Uskup yang terpencar, sehingga sungguh-sungguhterjadi tindakan kolegial”[11].

5. (Majelis atau Sinode para Uskup)

para Uskup yang terpilih dari pelbagai wilayah dunia, menurut cara-cara dan kaidah-kaidah yang telah atau masih harus ditetapkan oleh Imam Agung di Roma, memberibantuan yang lebih berbobot kepada Gembala tertinggi Gereja, dalam musyawarah yangsecara khas di sebut Sinode para Uskup[ 12]. Karena sinode membawakan peran seluruhEpiskopat katolik, maka sekaligus melambangkan, bahwa semua Uskup dalampersekutuan hirarkis ikut serta menanggung keprihatinan Gereja semesta[13].

6. (para Uskup ikut serta memperhatikan semua Gereja-Gereja)

Hendaknya para Uskup, sebagai pengganti para Rasul yang sah dan anggota Dewan paraUskup, selalu menyadari bahwa mereka berhubungan satu dengan yang lain. Hendaknyamereka juga memperhatikan semua Gereja-Gereja, karena atas ketetapan Allah dankewajiban tugas rasuli mereka masing-masing bersama para Uskup lainnya bertanggung jawab atas Gereja[14]. Terutama hendaknya mereka penuh perhatian terhadap kawasan-kawasan dunia ini, yang belum menerima pewartaan sabda Allah, atau di mana, terutama

7 Lih. YOHANES XXIII, Konstitusi apostolik Humanae salutis, 25 Desember 1961: AAS 54 (1962) hlm. 6.8 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 22.9 Ibidem

10 Ibidem

11 Ibidem12 Lih. PAULUS VI, motu proprio Apostolica Sollicitudo, tgl. 15 September 1965.13

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 23.14

  Lih. PIUS XII, Ensiklik  Fidei donum, tgl. 21 April 1957: AAS 49 (1957) hlm. 237 dsl. – Lih. Juga BENEDIKTUS XV,

Surat apostolik  Maximum illud , tgl. 30 November 1919: AAS 11 (1919) hlm. 440. – PIUS XI, Ensiklik  Rerum Ecclesiae,

tgl. 28 Februari 1926: AAS 18 (1926)hlm. 68.

Page 142: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 142/388

karena sedikitnya jumlah imam, Umat beriman kristiani terancam bahaya menjauh dariperintah-perintah hidup kristiani, bahkan kehilangan iman sendiri.

Maka hendaknya mereka berusaha sekuat tenaga supaya karya-karya pewartaan Injildan kerasulan dengan gembira ditanggung dan di dukung oleh kaum beriman. Selain ituhendaknya mereka mengusahakan, supaya disiapkan imam-imam yang cakap, begitupula tenaga-tenaga bantuan baik religius maupun awam untuk tanah-tanah Misi maupun

daerah-daerah yang kekurangan klerus. Hendaknya mereka usahakan juga, supayasedapat mungkin beberapa diantara imam-imam mereka mengunjungi tanah-tanah Misiatau keuskupan-keuskupan tersebut di atas, untuk disitu menjalankan pelayanan suciuntuk selamanya atau sekurang-kurangnya untuk waktu tertentu.

Kecuali itu hendaklah para Uskup selalu ingat, bahwa dalam penggunaan harta milikgerejawi perlu diindahkan bukan hanya kebutuhan-kebutuhan keuskupan mereka saja,melainkan juga keperluan-keperluan Gereja-gereja khusus lainnya, sebab itu semuamerupakan bagian Gereja Kristus yang satu. Akhirnya hendaklah mereka berusaha,untuk sedapat mungkin meringankan malapetaka, yang sedang diderita oleh keuskupan-keuskupan atau daerah-daerah lain.

7. (Cinta kasih yang nyata terhadap para Uskup yang dianiaya)

Terutama hendaklah para Uskup dengan semangat persaudaraan merangkul paraPemimpin Gereja, yang demi nama Kristus menanggung fitnahan dan kegelisahan,dipenjarakan, atau dirintangi dalam menjalankan pelayanan mereka. Hendaklah paraUskup menunjukkan cinta kasih yang tulus sejati dan nyata terhadap mereka, supayaberkat doa dan tindakan Rekan-Rekan sejawat penderitaan mereka diringankan dandiredakan.

II. PARA USKUP DAN TAKHTA SUCI

8. (Kuasa para Uskup dalam keuskupan mereka sendiri)

a) Dalam keuskupan, yang dipercayakan kepada mereka, para Uskup sebagaipengganti para Rasul dengan sendirinya mempunyai segala kuasa biasa, khusus danlangsung, yang diperlukan untuk menjalankan tugas pastoral mereka. Tetapi selalu dandalam segala hal tetap utuhlah kuasa, yang berdasarkan jabatannya ada pada ImamAgung di Roma, untuk mengkhususkan hal-hal tertentu bagi wewenangnya sendiri ataubagi kuasa gerejawi lainnya.

b) Masing-masing Uskup diosesan dikuasakan untuk dalam perkara khususmemberi dispensasi dari hukum umum. Gereja kepada umat beriman, yang menurut

kaedah hukum berada di bawah wewenangnya, setiap kali menurut pertimbangannya halitu berguna bagi kesejahteraan rohani mereka; kecuali bila oleh Kewibawaan TertinggiGereja hal itu telah dikecualikan secara khusus.

9. (Kongregasi-Kongregasi dalam Kuria Roma)

Untuk menjalankan kuasanya tertinggi, penuh dan langsung atas Gereja semesta, Imamagung di Roma menggunakan jasa Kongregasi-Kongregasi itu, yang memang telah amatbanyak berjasa kepada Imam Agung di Roma maupun para Gembala Gereja, ditata secarabaru dan lebih sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan zaman, daerah-daerah dan Ritus-Ritus, terutama mengenai jumlah dan namanya, mengenai wewenang dan cara

bertindaknya masing-masing, serta mengenai koordinasi karya antar Kongreagasi[15]. ParaBapa Konsili menghendaki juga, supaya, - dengan mempertimbangkan tugaskegembalaan yang khas bagi para Uskup – tugas para Duta Imam Agung di Romaditetapkan dengan lebih jelas.

15 Lih. PAULUS VI, Amanat kepada para Bapa Kardinal, para Uskup, para Prelat dan pejabat-pejabat Kuria Roma lainnya,

tgl. 21 September 1963: AAS 55 (1963) hlm. 793 dsl.

Page 143: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 143/388

 10. (Para anggota dan para pejabat Kongregasi-Kongregasi)

Selain itu, - karena Kongregasi-Kongregasi itu didirikan demi kesejahteraan Gerejasemesta, - dihimbau, supaya para anggota, para pejabat serta penasehat-penasehatmereka, begitu pula para Duta Imam Agung di Roma, sedapat mungkin lebih di pilih daripelbagai kawasan Gereja, sehingga jabatan-jabatan atau organ-organ pusat Gereja Katolik

sungguh menampilkan sifatnya yang sungguh universal.Diusulkan pula, supaya untuk menjabat anggota Kongregasi-Kongregasi diangkat

pula beberapa Uskup, terutama dari keuskupan-keuskupan, yang mampu menyampaikansecara lebuh lengkap maksud-maksud, keinginan-keinginan serta kebutuhan-kebutuhansemua Gereja kepada Imam Agung Tertinggi.

Akhirnya para Bapa Konsili memandang sangat berguna, sekiranya Kongregasi-Kongregasi itu lebih mendengarkan para awam yang unggul karena keutamaan, ilmupengetahuan serta pengalaman mereka, sehingga para awam itu pun menjalankan peranserta yang cocok bagi mereka dalam perkara-perkara Gereja.

BAB DUA

PARA USKUP DAN GEREJA-GEREJA KHUSUS ATAUKEUSKUPAN-KEUSKUPAN

I. PARA USKUP DIOSESAN

11. (Faham “diosis” atau keuskupan, dan peran serta para Uskup dalam keuskupanmereka)

“Diosis” (keuskupan) merupakan sebagian Umat allah, yang dipercayakan kepada Uskupdalam kerja sama dengan “Dewan Imam”-nya (presbiterium) untuk digembalakan.Dengan demikian bagian Umat yang patuh pada gembalanya, dan yang dihimpunolehnya dalam roh Kudus melalui Injil dan Ekaristi itu, merupakan Gereja khusus. Disitusungguh hadir dan berkaryalah Gereja Kristus yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik.

Masing-masing Uskup, yang diserahi reksa pastoral atas gereja khusus, di bawahkewibawaan Imam Agung Tertinggi menggembalakan kawanannya atas nama Tuhan,sebagai gembalanya sendiri yang biasa dan langsung, dengan menunaikan tugas

mengajar, menguduskan dan memimpin terhadapnya. Adapun Jemaat itu hendaknyamengakui hak-hak, yang secara sah ada pada baterik (Patriarka0 atau pemimpin Hirarkislainnya[16].

Hendaklah para uskup melaksanakan tugas rasuli mereka sebagai saksi-saksi Kristusdiantara semua orang, bukan hanya dengan mengasuh mereka yang sudah mengikutiSang Pemimpin para Gembala, melainkan juga dengan sepenuh hati membaktikan dirikepada mereka , yang entah bagaimana telah menyimpang dari jalan kebenaran, atautidak mengenal Injil kristus serta belaskasihan-Nya yang membawa keselamatan, hinggaakhirnya semua orang berjalan “dalam segala kebaikan dan keadilan serta kebenaran” (Ef5:9).

16 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 7-11.

Page 144: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 144/388

12. (Tugas mengajar)

Dalam menjalankan tugas mereka mengajar, hendaklah para Uskup mewartakan InjilKristus kepada orang-orang, - diantara tugas mereka yang utama memang itulah yangpaling luhur[17], - sambil memanggil mereka untuk beriman atau meneguhkan merekadalam iman yang hidup, dalam kekuatan Roh. Hendaknya para Uskup menyajikanmisteri Kristus seutuhnya kepada mereka; yakni : kebenaran-kebenaran, yang kalau tidak

dikenal, Kristus juga tidak dikenal. Begitu pula hendaklah para Uskup mengajarkan jalanyang diwahyukan oleh Allah, untuk meluhurkan-Nya, dan dengan demikian untukmemperoleh kebahagiaan kekal[18].

Selain itu hendaklah mereka tunjukkan juga, bahwa hal-hal duniawi dan pranata-pranata manusiawi menurut rencana Allah Pencipta dapat diarahkan juga kepadakeselamatan manusia, dan oleh karena itu tidak sedikit faedahnya bagi pembangunanTubuh Kristus.Oleh karena itu hendaknya mereka ajarkan, betapa – menurut ajaran Gereja – pribadimanusia harus dijunjung tinggi, beserta kebebasannya dan kehidupan tubuhnya; begitupula, betapa harus dihormati keluarga beserta kesatuan dan sifat tetapnya, munculnya

keturunan serta pendidikannya; betapa harus dihargai masyarakat beserta hukum-hukumdan profesi-profesinya; kerja dan waktu libur, kesenian dan penemuan-penemuan teknis;kemiskinan dan kekayaan. Akhirnya hendaknya para Uskup menjelaskan, bagaimanmemecahkan masalah-masalah yang amat berat tentang cara-cara memiliki,mengembangkan serta membagi-bagikan harta duniawi dengan tepat, tentangperdamaian dan perang, tentang hubungan persaudaraan antara semua bangsa[19].

13. (Cara menyajikan ajaran Kristiani)

Hendaknya para Uskup menyajikan ajaran kristiani dengan cara yang menanggapikebutuhan-kebutuhan zaman; artinya: menjawab kesulitan-kesulitan dan masalah-masalah yang sangat menekan dan menggelisahkan orang-orang. Hendaklah mereka jugamenjaga ajaran itu, sambil mengajar Umat beriman untuk membela dan menyiarkannya.Dalam menyalurkan ajaran itu hendaklah para Uskup menampakkan keprihatinan Bundagereja terhadap semua orang, entah termasuk Umat beriman entah tidak. Hendaklahmereka secara istimewa memperhatikan kaum miskin dan orang-orang tak berdaya,karena untuk mewartakan injil kepada kaum miskin itulah Tuhan mengutus mereka.

Termasuk panggilan Gereja untuk berdialog dengan masyarakat manusia dilingkungannya[20]. Maka para Uskup pertama-tama bertugas untuk mengunjungi orang-orang dan mengusahakan serta mengembangkan dialog dengan mereka. Supayakebenaran berpadu dengan cinta kasih, dan pengetahuan dengan kasih sayang, dialogkeselamatn itu harus menonjol karena jelasnya bahasa, karena kerendahan hati dan

kelemah-lembutan; begitu pula karena kebijaksanaan sebagaimana layaknya, tetapitergabung dengan kepercayaan, sehingga mampu menyatukan hati orang-orang, sebabmemupuk persaudaraan[21].

Hendaklah mereka berusaha menyebar-luaskan ajaran kristiani dengan mengerahkanpelbagai upaya, yang tersedia pada zaman sekarang ini, yakni terutama kotbah danpendidikan kateketis, yang memang selalu harus diutamakan; tetapi juga pelajaran agamadisekolah-sekolah, di akademi-akademi, dalam konferensi-konferensi dan segala mcampertemuan; begitu pula penyiaran ajaran melalui pernyataan umum pada kesempatanperistiwa-peristiwa tertentu, melalui media cetak dan pelbagai upaya komunikasi sosial,yang sungguh-sungguh harus dimanfaatkan untuk mewartakan Injil Kristus[22].

17  Lih. KONSILI TRENTE, Sidang V, Dekrit tentang Pembaharuan, bab 2: MANSI 33,30; Sidang XXIV, Dekrit tentangPembaharuan, bab 4, MANSI 33,159 (Lih. .KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 25).

18 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 25.19

 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Pacem in terris, tgl. 11 April 1963, di berbagai tempat: AAS 55 (1963) hlm. 257-304.20

 Lih. PAULUS VI, Ensiklik Ecclesiam suam, tgl. 6 Agustus 1964: AAS 56 (1964)hlm. 639.21

 Ibid., hlm. 644-645.22

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Komunikasi Sosial.

Page 145: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 145/388

 14. (Pendidikan kateketis)

Hendaknya para Uskup menjaga, supaya pendidikan kateketis, yang tujuannya ialah:supaya iman Umat diterangi melalui ajaran, dan menjadi hidup dan eksplisit serta aktif,diberikan dengan rajin dan seksama kepada anak-anak dan para remaja, kepada kaummuda maupun orang-orang dewasa; supaya dalam memberikan pendidikan itu tetap

diindahkan tata-susunan yang baik dan metode yang cocok bukan hanya mengenai bahanyang diolah, melainkan juga berjkenaan dengan sifat perangai, bakat-kemampuan danumur serta situasi hidup para pendengar; supaya pendidikan itu mengacu kepada KitabSuci, Tradisi, Liturgi, Ajaran resmi dan kehidupan Gereja.

Selain itu hendaklah para Uskup mengusahakan, supaya para katekis disiapkandengan baik untuk tugas mereka, sehingga mereka mengenal ajaran gereja dengan jelas,begitu pula secara teoritis maupun praktis mempelajari kaidah-kaidah psikologis danmata-pelajaran pedagogi. Hendaklah mereka mengusahakan juga, supaya pendidikanpara katekumen dewasa diadakan lagi atau disesuaikan dengan lebih baik.

15. (Tugas para Uskup untuk menguduskan)Dalam menunaikan tugas pengudusan mereka hendaklah para Uskup mengingat, bahwamereka diambil dari antara orang-orang dan diangkat demi mereka, untuk melayani hal-hal yang menyangkut bakti kepada Allah, untuk menyajikan persembahan dan korban-korban bagi dosa-dosa. Sebab para Uskup dikurniai kepenuhan sakramen tahbisan; dandari para Uskup tergantunglah baik para imam maupun para diakon dalammelaksanakan kuasa mereka. Para imam pun ditahbiskan menjadi imam-imam PerjanjianBaru yang sejati, untuk menjadi rekan sekerja yang bijaksana bagi Tingkatan para Uskup;para diakon, yang ditahbiskan untuk pelayanan, dalam persekutuan dengan Uskup sertapara imamnya membaktikan diri kepada Umat Allah. Maka dari itu para Uskup sendiriberperan sebagai pengurus utama rahasia-rahasia Allah, sebagai pengatur, pendukungdan penjaga seluruh kehidupan liturgis dalam Gereja yang dipercayakan kepadamereka[23].

Oleh karena itu hendaklah para Uskup tiada hentinya mengusahakan, supaya umatberiman semakin menyelami dan menghayati misteri paska melalui Ekaristi suci,sehingga berpadu seerat mungkin menjadi satu Tubuh, dalam kesatuan cinta kasihKristus[24]. Hendaknya para Uskup “bertekun dalam doa dan pelayanan sabda” (Kis 6:4),dan mencurahkan tenaga, supaya segenap Umat beriman, yang dipercayakan kepadareksa perhatian mereka, sehati sejiwa dalam doa[25], dan supaya dengan menerimaSakramen-Sakramen mereka bertumbuh dalam rahmat dan menjadi saksi-saksi yang setiakepada Tuhan.

Sebagai pembimbing pada jalan menuju kesempurnaan, hendaknya para uskupberusaha memajukan kekudusan para imamnya, para religius maupun kaum awam,masing-masing menurut panggilannya yang khas[26], seraya menyadari bahwa merekawajib memberi teladan kesucian, dalam cinta kasih, kerendahan hati dan hidup ugahari.Hendaklah mereka menguduskan gereja-Gereja yang diserahkan kepada merekasedemikian rupa, sehingga disitu bersinarlah sepenuhnya citarasa Gereja Kristus yangsemesta. Dengan semangat itu hendaknya mereka sedapat mungkin mengembangkanpanggilan imam maupun religius, sambil secara istimewa memperhatikan panggilanmisioner.

23  Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Liturgi Suci. – PAULUS VI, Motu proprio Sacram Liturgiam, tgl. 25

Januari 1964: AAS 56 (1964) hlm. 139 dsl. 24

  Lih. PIUS XII, Ensiklik  Mediator Dei, tgl. 20 November 1947: AAS 39 (1947)). Hlm. 251 dsl. – PAULUS VI, Ensiklik

 Mysterium Fidei, tgl. 3 September 1965.25

 Lih. Kis 1:14 dan 2:4626

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 44-45.

Page 146: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 146/388

Page 147: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 147/388

usaha dan yayasan, dibidang katekese, misioner, amal kasih, sosial, kehidupan keluarga,persekolahan dan kegiatan lain manapun juga yang bertujuan pastoral, akan menjadikegiatan yang laras terpadu, sehingga sekaligus kesatuan keuskupan nampak lebih jelas.

Hendaknya Umat beriman sungguh-sungguh didesak, supaya menjalankan tugaskewajiban mereka merasul menurut kondisi dan kecakapan masing-masing. Hendaknyamereka dianjurkan ikut serta atau membantu pelbagai karya kerasulan awam, dan

terutama “ Aksi Katolik”. Hendaknya dimajukan atau didukung pula perserikatan-perserikatan, yang secara langsung atau tidak langsung bertujuan adikodrati, yakni:untuk mencapai peri-hidup yang lebih sempurna atau untuk mewartakan Injil Kristuskepada semua orang, atau juga untuk makin menyebar-luaskan ajaran kristiani ataumeningkatkan perkembangan ibadat umum, atau untuk mencapai tujuan-tujuan sosial,atau untuk menjalankan karya-karya ibadat-bakti atau cinta kasih.

Hendaknya bentuk-bentuk kerasulan dengan cermat disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan zaman sekarang, sementara diperhatikan juga kondisi-kondisi rakyat, bukansaja dibidang rohani dan moral, melainkan juga dibidang sosial, kependudukan danekonomi. Untuk mencapai sasaran itu dengan tepat guna dan hasil baik, sangat

bermanfaatlah penelitian-penelitian sosial dan keagamaan, yang diselenggarakan olehlembaga-lembaga sosial pastoral, yang karena itu sangat dianjurkan.

18. (Keprihatinan khusus terhadap kelompok-kelompok Umat tertentu)

Hendaklah secara istimewa diperhatikan Umat beriman, yang karena kondisi hidupnyatidak dapat dilayani secara memadai melalui reksa pastoral umum dan biasa, sepertidijalankan oleh pastor paroki, atau sama sekali tidak menerima pelayanan, misalnya paratransmigran, para perantau di negeri asing dan para pengungsi, para pelaut danpenerbang, para nomad dan kelompok-kelompok lain sebagainya. Hendaknyadikembangkan metode-metode pastoral yang cocok untuk memupuk hidup rohanimereka yang dalam rangka liburan untuk sementara waktu mengunjungi daerah-daerahlain.

Konferensi-konferensi para Uskup, terutama pada tingkat nasional, hendaknyadengan tekun mempelajari masalah-masalah yang lebih mendesak berkenaan dengankelompok-kelompok tersebut, serta dengan upaya-upaya maupun lembaga-lembaga yangcocok menyelenggarakan dan menunjang reksa rohani bagi mereka, dengan kesepakatankehendak serta daya-usaha yang terpadu, sementara mengindahkan terutama kaidah-kaidah yang telah ditetapkan atau masih perlu ditetapkan oleh Takhta suci[30], dan yangdengan baik disesuaikan dengan kondisi-kondisi waktu, daerah serta pribadi-pribadiorang.

19. (Kebebasan para Uskup; hubungan mereka dengan Pemerintah)Dalam menunaikan tugas rasuli mereka, yang bertujuan keselamatan jiwa-jiwa, padaprinsipnya para Uskup mempunyai kebebasan sepenuhnya dan sempurna, dan tidaktergantung pemerintah mana pun juga. Maka tidak bolehlah pelaksanaan tugas gerejawimereka secara langsung dihalang-halangi, atau mereka dilarang berkomunikasi secarabebas dengan Takhta suci dan dengan para penguasa gerejawi lainnya serta dengan parabawahan mereka.

Tentu saja, sementara menjalankan reksa rohani terhadap kawanan mereka, paraGembala secara nyata ikut mengusahakan kemajuan serta kesejahteraan sosialmasyarakat juga. Demi tujuan itu mereka secara aktif menyumbangkan usaha mereka

bersama pemerintah, sesuai dengan tugas mereka, para Gembala secara nyata ikutmengusahakan kemajuan serta kesejahteraan masyarakat juga. Demi tujuan itu merekasecara aktif menyumbangkan usaha mereka bersama pemerintah, sesuai dengan tugas

30  Lih. S. PIUS X, Motu proprio lampridem, tgl. 19 maret 1914: AAS 6 (1914) hlm. 174 dsl. – PIUS XII, Konstitusi

apostolik  Exsul familia, tgl. 1 Agustus 1952: AAS 44 (1952) hlm. 652 dsl.  Leges Operis Apostolatus Maris (Hukum-

hukum Karya Kerasulan Bahari), disusun atas kewibawaan Pius XII, tgl. 21 November 1957: AAS 50 (1958) hlm. 375

dsl.

Page 148: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 148/388

mereka dan sebagaimana layaknya bagi para uskup. Mereka menganjurkan sikap patuhkepada hukum-hukum yang adil dan sikap hormat terhadap para penguasa yangdiangkat secara sah.

20. (kebebasan dalam pengangkatan para uskup)

Tugas rasuli para Uskup diadakan oleh Kristus Tuhan dan mengarah kepada tugas rasuli

dan adikodrati. Maka Konsili suci Ekumenis menyatakan, bahwa hak untuk menunjukdan mengangkat para Uskup merupakan hak Pimpinan gerejawi yang berwenang sendiri,yang bersifat istimewa dan pada hakekatnya eksklusif.

Maka dari itu untuk melindungi kebebasan Gereja sebagaimana harusnya, dan untukmemajukan kesejahteraan Umat beriman secara lebih sesuai dan lebih lancar, Konsili sucimenghendaki, supaya selanjutnya pemerintah-pemerintah tidak lagi diberi hak-hak atauprivilegi-privilegi untuk memilih, menunjuk, mengusulkan atau menetapkan seseorangbagi jabatan Uskup. Adapun pemerintah-pemerintah, yang sikap kesediaannya terhadapGereja oleh Konsili suci diakui dengan rasa syukur dan sangat dihargai, dengan sangathormat diminta, supaya – sesudah mengadakan perundingan dengan Takhta suci –

dengan sukarela bersedia melepaskan hak-hak atau privilegi-privilegi tersebut, yangsekarang ini masih ada padanya berdasarkan perjanjian atau kebiasaan.

21. (Pengunduran diri Uskup dari jabatannya)

Tugas pastoral Uskup amat penting dan sanagt berbobot. Oleh karena itu, bila paraUskup diosesan dan para pejabat Gereja lainnya yang menurut hukum sederajat denganmereka, karena beban usia yang makin lanjut atau karena alasan berat lainnya tidakbegitu mampu lagi menunaikan tugas mereka, mereka dimohon dengan sangat, supaya –entah dengan sukarela entah atas anjuran Pimpinan yang berwenang – menyampaikanpenyampaian permohonan pengunduran diri dari jabatan mereka. Adapun Pimpinanyang berwenang, bila mengabulkan permohonan itu, akan menjamin rejeki yangselayaknya bagi mereka yang mengundurkan diri, pun juga menjamin, agar hak-hakmereka yang khas tetap diakui.

II. PENENTUAN BATAS-BATAS KEUSKUPAN

22. (Perlunya meninjau kembali batas-batas keuskupan)

Supaya tercapailah tujuan khas keuskupan, perlulah : bahwa hakekat Gereja nampakdengan jelas pada bagian Umat Allah yang termasuk keuskupan itu; bahwa Uskup

mampu menjalankan tugas-tugas pastoralnya secara tepat guna dalam keuskupan; bahwaakhirnya keselamatan Umat Allah dilayani sesempurna mungkin.

Tetapi hal itu menuntut atau penentuan batas-batas wilayah keuskupan-keuskupanyang cocok, atau pembagian para imam serta karya-karya yang sewajarnya dan sesuaidengan tuntutan-tuntutan kerasulan. Itu semua bermanfaat bukan saja bagi klerusmaupun Umat beriman, yang memang berkepentingan secara langsung, melainkan jugabagi seluruh Gereja katolik.

Maka dari itu mengenai batas-batas keuskupan-keuskupan Konsili suci menetapkan,supaya – sejauh kesejahteraan jiwa-jiwa menuntunya – selekas mungkin dan denganbijaksana batas-batas itu mulai ditinjau kembali, dengan membagi keuskupan-keuskupan

menjadi berbagai keuskupan baru atau dengan menyatukannya, atau juga denganmenggeser batas-batasnya, atau dengan menentukan tempat yang lebih sesuai menjadiibukota keuskupan, atau akhirnya – terutama bila menyangkut keuskupan-keuskupanyang meliputi kota-kota yang agak besar, - dengan menatanya kembali menurut susunanintern yang baru.

Page 149: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 149/388

Page 150: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 150/388

Page 151: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 151/388

Page 152: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 152/388

Page 153: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 153/388

Page 154: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 154/388

Page 155: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 155/388

Page 156: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 156/388

Page 157: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 157/388

tujuannya, misalnya Dewan tetap para Uskup, Komisi-Komisi Konferensi, Sekretariat Jendral.

4. Keputusan-keputusan Konferensi uskup, - asal ditetapkan dengan sah, danberdasarkan sekurang-kurangnya dua per tiga jumlah suara Uskup yang termasukanggota Konferensi dengan hak suara deliberatif, lagi pula disahkan oleh Takhta suci, -berkekuatan yuridis untuk mengikat, yakni hanya dalam hal-hal yang atau diwajibkan

oleh hukum kanonik umum, atau telah ditetapkan atas perintah khusus Takhta suci, yangdiberikan atas prakarsanya sendiri atau karena permohonan Konferensi yangbersangkutan.

5. Bila keadaan istimewa menuntutnya, Uskup-Uskup dari berbagai bangsa ataspersetujuan Takhta suci dapat membentuk satu Konferensi. Kecuali itu hendaklahdipelihara hubungan-hubungan antara Konferensi-Konferensi Uskup pelbagai bangsauntuk memajukan kesejahteraan dan menjamin peningkatannya.

6. Sangat dianjurkan, supaya para pemimpin Gereja-Gereja Timur, dalam memajukantata-tertib Gereja mereka melalui Sinode-Sinode, dan untuk lebih berhasil mendukungkarya-kegiatan demi kesejahteraan agama, mengindahkan juga kesejahteraan umum

seluruh wilayah yang menampung berbagai Gereja dari bermacam-macam Ritus, seturutkaidah-kaidah yang perlu ditetapkan oleh Pimpinan yang berwenang.

II. PENENTUAN BATAS PROVINSI-PROVINSI GEREJAWI DAN PENETAPANKAWASAN-KAWASAN GEREJAWI

39. (Prinsip untuk meninjau kembali batas-batas yang telah ditetapkan)

Kesejahteraan jiwa menuntut penetapan batas-batas yang memadai, bukan hanya bagikeuskupan-keuskupan, melainkan juga bagi provinsi-provinsi gerejawi; bahkan jugamenyarankan supaya ditetapkan kawasan-kawasan gerejawi. Dengan demikiankebutuhan-kebutuhan kerasulan dapat dilayani dengan lebih baik menurut situasi sosialsetempat. Selain itu akan menjadi lebih lancar dan lebih efektif hubungan-hubungan paraUskup antara mereka sendiri, dengan para uskup Metropolit dan Uskup-Uskup lainnyasebangsa, maupun dengan para pejabat sipil.

40. (Beberapa pedoman yang harus dipatuhi)

Oleh karena itu untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut Konsili suci memutuskan untukmenetapkan pedoman-pedoman berikut:

1. Hendaknya batas-batas provinsi-provinsi gerejawi ditinjau kembali sehingga lebih

cocok, dan hak-wewenang istimewa para Uskup Metropolit ditetapkan menurut kaidah-kaidah baru yang sesuai.

2. Hendaklah dianggap lazim, bahwa semua keuskupan dan wilayah-wilayahteritorial lainnya, yang atas ketetapan hukum disamakan dengan keuskupan, termasukkawasan suatu Provinsi gerejawi. Maka dari itu hendaklah keuskupan-keuskupan yangsekarang langsung terbawahkan kepada Takhta suci, dan yang tidak disatukan dengankeuskupan lainnya, atau bila mungkin dihimpun menjadi provinsi gerejawi baru, ataudigabungkan dengan provinsi yang lebih dekat atau lebih cocok, dan dibawahkan kepadahukum metropolit Uskup Agung menurut kaidah hukum umum.

3. Bila dipandang berguna, hendaknya Provinsi-Provinsi gerejawi dipadukan

menjadi Regio gerejawi, yang penataannya harus ditetapkan berdasarkan hukum.

41. (Perlu dimintakan pandangan Konferensi-Konferensi Uskup)

Baiklah bahwa Konferensi-Konferensi Uskup yang berwenang menyelidiki soalpenentuan batas-batas Provinsi-Provinsi atau pembentukan regio-Regio semacam itu,menurut kaidah-kaidah yang telah ditetapkan dalam artikel 23 dan 24 tentang penentuan

Page 158: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 158/388

Page 159: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 159/388

Page 160: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 160/388

Page 161: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 161/388

Page 162: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 162/388

Page 163: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 163/388

7. (Tarekat-tarekat yang seutuhnya terarah kepada kontemplasi)

Tarekat-tarekat yang seutuhnya terarah kepada kontemplasi, sehingga para anggotanya –betapapun mendesaknya kebutuhan akan kerasulan yang aktif – dalam kesunyian dandengan berdiam diri, dalam doa yang tekun dan ulah tapa penuh semangatmempersembahkan segenap waktu mereka kepada Allah, selalu memainkan peran yangmulia dalam Tubuh Mistik Kristus, yang “anggotanya tidak semua mempunyai tugas

yang sama” (Rom 12:4). Sebab mereka mempersembahkan korban pujian yang istimewakepada Allah, menerangi Umat Allah dengan buah-buah kesucian yang melimpah sertamenggerakkannya dengan teladan mereka, lagi pula mengembangkannya dengankesuburan kerasulan yang rahasia. Begitulah mereka menjadi seri-semarak Gereja danpancaran rahmat sorgawi. Tetapi cara hidup mereka hendaklah ditinjau kembali menurutazas-azas serta kaidah-kaidah pembaharuan yang sesuai seperti telah disebutkan, namundengan tetap mempertahankan penuh hormat penyendirian mereka dari dunia danlatihan-latihan khas hidup kontemplatif.

8. (Tarekat-tarekat yang bertujuan kerasulan)

Dalam Gereja terdapat banyak sekali tarekat, yang beranggotakan imam-imam atauawam melulu, dan membaktikan diri dalam pelbagai karya kerasulan. Menurut rahmatyang diberikan kepada mereka, tarekat-tarekat itu dianugerahi kurnia yang bermacam-ragam: jika itu kurnia pengabdian, mereka melayani; bila kurnia ajaran, mereka mengajar; jika kurnia untuk menasehati, mereka memberi nasehat; siapa yang memberi,melakukannya dengan iklas; barang siapa mengamalkan belas kasihan, menjalankannyadengan gembira (lih. Rom 12:5-8). Memang “ada beraneka-macam kurnia, tetapi hanyasatu Roh” (1Kor 12:4).

Dalam terakat-tarekat itu hendaknya dengan hidup religius sendiri mencakupkegiatan merasul dan beramal kasih, sebagai pelayan suci dan karya cinta-kasih khusus,yang oleh Gereja di percayakan kepada mereka, dan harus dilaksanakan atas namaGereja. Oleh karena itu seluruh hidup religius para anggota diresapi semangat merasul,sedangkan segenap kegiatan merasul dijiwai oleh semangat religius. Maka supaya paraanggota terutama menanggapi panggilan mereka untuk mengikuti Kristus, dan melayaniKristus sendiri dalam para anggota-Nya, kegiatan mereka merasul harus memancar dariharus memancar dari persatuan mesra dengan-Nya, kegiatan mereka merasul harusmemancar dari persatuan mesra dengan-Nya. Demikianlah didukung perkembangancinta kasih sendiri akan Allah dan akan sesama.

Maka tarekat-tarekat itu hendaknya dengan tepat menyesuaikan tata-laksana sertaadat-kebiasaan mereka dengan tuntutan kerasulan, yang menjadi medan bakti mereka.Tetapi karena hidup religius yang dibaktikan kepada karya kerasulan mengenakan

bentuk bermacam-ragam, maka perlulah bahwa pembaharuannya yang sesuaimemperhitungkan keanekaan itu, dan bahwa pelbagai tarekat hidup para anggota demipengabdian kepada kristus ditopang dengan upaya-upaya yang khas dan sesuai.

9. ((Kelestarian hidup monastik konventual)

Lembaga hidup monastik yang patut dihormati disepanjang sejarah telah banyak sekaliberjasa dalam gereja maupun masyarakat manusia. Maka hendaknya tetap dilestarikandengan setia dan semakin cemerlang menampilkan semangatnya yang asli baik di Timurmaupun di Barat. Tugas utama para Rahib ialah dalam kerendahan hati mengamalkanbakti yang mulia kepada Allah yang Maha Agung dalam lingkungan biara, entah mereka

membaktikan diri sepenuhnya dalam ibadat dalam ibadat kepada Allah dalam suasanahidup menyendiri yang teduh, entah mereka dengan sah menerima beberapa karyakerasulan atau cinta-kasih kristiani. Maka dengan mempertahankan corak khas tata hidupnya hendaknya lembaga-lembaga itu membaharui tradisi-tradisi yang bermanfaat danmenyesuaikannya dengan kebutuhan jiwa-jiwa zaman sekarang, sehingga biara-biaramerupakan bagaikan tempat persemaian bagi kemajuan rohani Umat kristiani.

Page 164: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 164/388

  Begitu pula tarekat-tarekat religius, yang berdasarkan pedoman hidup ataukelembagaannya erat-erat menggabungkan hidup merasul dengan tugas doa koor sertatata-laksana hidup monastik, hendaknya memadukan corak hidup mereka dengantuntutan kerasulan yang cocok bagi mereka, yang memang termasuk kesejahteraan Gerejayang istimewa.

10. (Hidup religius kaum awam)Hidup religius yang beranggotakan awam, untuk pria maupun wanita, merupakan statuspengalaman nasehat-nasehat Injil yang sudah lengkap. Maka Konsili suci sangatmenghargainya, karena begitu berjasa bagi tugas pastoral Gereja melalui pendidikankaum muda, perawatan orang-orang sakit dan pelayanan-pelayanan lainnya. Konsilimeneguhkan para anggotanya dalam panggilan mereka, serta mendorong mereka untukmenyesuaikan hidup mereka dengan tuntutan-tuntutan zaman sekarang.

Konsili suci menyatakan tidak keberatan, bila dalam tarekat-tarekat para bruder,dengan lestarinya corak keawamannya, atas penetapan kapitel umum, ada beberapaanggota yang menerima Tahbisan suci, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

pelayanan imamat dalam rumah-rumahnya.

11. (Serikat-serikat selular0

Meskipun bukan tarekat religius, namun serikat-serikat sekuler mencakup pengalamannasehat-nasehat Injil yang sesungguhnya, lengkap dan diakui resmi oleh Gereja, ditengahmasyarakat. Maka hendaknya mereka berusaha menghayati bakti mereka seutuhnyakepada Allah terutama dalam cinta-kasih yang sempurna. Serikat-serikat itu hendaknyamempertahankan coraknya yang khas dan istimewa, yakni corak sekuler, supaya dapatmenunaikan kerasulannya dengan tepat guna daqn dimana-mana ditengah masyarakatdan bagaikan dari dalam masyarakat, karena memang didirikan untuk kerasulan itu.

Tetapi para anggota hendaklah sungguh menyadari, bahwa tugas semulia itu hanyadapat mereka tunaikan, bila mereka mendapat pembinaan yang saksama dalam perkara-perkara ilahi maupun manusiawi, sehingga benar-benar menjadi ragi masyarakat demipeneguhan dan pengembangan Tubuh Kristus. Maka para pemimpin hendaknyasungguh-sungguh mengusahakan pembinaan para anggota terutama dalam hidup rohani,pun juga pengembangan pembinaan mereka selanjutnya.

12. (Kemurnian)

Kemurnian “demi kerajaan sorga” (Mat 19:12), yang diikrarkan oleh para religius, harusdihargai sebagai kurnia rahmat yang sangat luhur. Sebab secara istimewa membebaskanhati manusia (lih. 1Kor 7:32-35), supaya ia lebih berkobar cinta-kasihnya terhadap Allah

dan semua orang. Maka merupakan tanda yang amat khas harta sorgawi, dan upaya yangsangat cocok bagi para religius untuk dengan gembira hati membaktikan diri bagipengabdian kepada Allah serta karya-karya kerasulan. Begitulah mereka mengingatkansemua orang beriman kristiani akan pernikahan mengagumkan, yang diadakan olehAllahdan di zaman mendatang akan ditampilkan sepenuhnya, antara Gereja dan kristusMempelainya yang tunggal.

Maka para religius wajib berusaha menghayati kaul kekal mereka dengan setia.Hendaknya mereka percaya akan amanat Tuhan, bertumpu pada bantuan Allah, tidakmengandalkan kekuatan mereka sendiri, bermatiraga dan mengandalkanpancainderanya. Janganlah mereka mengabaikan pula upaya-upaya kodrati, yang

mendukung kesehatan jiwa dan badan. Dengan demikian mereka takkan goyahterpengaruh ajaran-ajaran sesat, yang membayang-bayangkan seolah-olah pengendaliandiri yang sempurna itu tidak mungkin atau merugikan bagi perkembangan manusia.Berdasarkan suatu naluri rohani mereka akan menolak segala sesuatu yangmembahayakan kemurnian. Selain itu hendaknya semua, terutama para pemimpin, ingat,bahwa kemurnian dihayati dengan lebih aman, bila hidup bersama diliputi kasihpersaudaraan antara para anggota.

Page 165: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 165/388

  Penghayatan pengendalian diri yang sempurna menyentuh kecondongan-kecondongan kodrat manusia secara mendalam. Maka para calon hendaknya jangan majuatau diijinkan untuk mengikrarkan kemurnian, kecuali sesudah percobaan yang sungguhmemadai dan mereka ternyata memiliki kemasakan psikologis dan afektif yangselayaknya. Hendaknya mereka jangan hanya diperingatkan akan bahaya-bahaya yangmengancam kemurnian, melainkan dibina sedemikian rupa, sehingga menerima pula

selibat yang dibaktikan kepada Allah sebagai keuntungan bagi pribadinya secaramenyeluruh.

13. (Kemiskinan)

kemiskinan sukarela untuk mengikuti Kristus merupakan tandanya, yang terutamasekarang ini sangat dihargai. Hendaknya kemiskinan itu dihayati dengan tekun oleh parareligius, dan bila perlu diungkapkan juga dalam bentuk-bentuk yang baru. Dengandemikian para religius ikut serta menghayati kemiskinan Kristus, yang demi kita telahmenjadi miskin sedangakan Ia kaya, supaya karena kemiskinan-Nya itu kita menjadi kaya(lih. 2Kor 8:9; Mat 8:20).

Adapun mengenai kemiskinan religius, tidak cukuplah bahwa dalam menggunakanharta-benda para anggota mematuhi para pemimpin. Melainkan mereka wajib menjadimiskin harta dan miskin dalam roh, karena menaruh harta-kekayaan mereka di sorga (lih.Mat 6:20).

Hendaknya dalam tugas mereka masing-masing para anggota merasa diri terikat padakeharusan umum untuk bekerja. Sambil memperoleh rejeki yang diperlukan bagikehidupan dan karya-karya mereka, hendaknya mereka mengesampingkan segalakeprihatinan yang tidak wajar, dan mempercayakan diri kepada Penyelenggaraan Bapa disorga (lih. Mat 6:25).

Berdasarkan konstitusi mereka tarekat-tarekat religius dapat mengijinkan paraanggota untuk melepaskan diri melepaskan harta warisan yang telah atau masih akanmereka peroleh.

Dengan mengindahkan kenanekaan situasi setempat, tarekat-tarekat sendirihendaknya berusaha memberi kesaksian bersama tentang kemiskinan. Hendaknyamereka dengan sukarela menyumbangkan sesuatu dari harta milik mereka untuk ikutmemenuhi kebutuhan-kebutuhan Gereja lainnya dan ikut menanggung keperluan hidupkaum miskin, yang layak dicintai oleh semua religius dalam hati Kristus (lih. Mat 19:21);25:34-46; Yak 2:15-16; 1Yoh 3:17). Hendaknya provinsi-provinsi dan rumah-rumah tarekat-tarekat saling berbagi harta duniawi, sehingga mereka yang lebih mampu membantumereka yang berkekurangan.

Dengan tetap mematuhi pedoman-pedoman dan konstitusi-konstitusi, tarekat-tarekat

berhak memiliki segala sesuatu yang diperlukan untuk kebutuhan hidup di dunia dankarya-karya. Tetapi hendaklah mereka berusaha jangan sampai memberi kesankemewahan, keuntungan yang berlebihan dan penumpukan harta-kekayaan.

14. (ketaatan)

Dengan mengikrarkan ketaatan para religius mempersembahkan bakti kehendak merekayang sepenuhnya bagaikan korban diri kepada Allah. Maka seturut teladan yesus Kristus,yang datang untuk melaksanakan kehendak bapa (lih. Yoh 4:34; 5:30; Ibr 10:7; Mzm 39:9),“Mengenakan rupa seorang hamba” (Flp 2:7), dan melalui sengsara-Nya belajar taat (lih.Ibr 5:8), hendaknya para religius, atas dorongan Roh Kudus, dalam iman mematuhi para

pemimpin yang mewakili Allah. Hendaknya melalui mereka itu para religius dituntununtuk melayani semua saudara dalam Kristus, seperti kristus sendiri demi kepatuhan-Nya terhadap bapa telah melayani para saudaran-Nya dan menyerahkan nyawa-Nyasebagai tebusan bagi banyak orang (lih. Mat 20:28; Yoh 10:14-18). Begitulah merekasemakin erat terikat untuk melayani Gereja, dan berusaha mencapai “tingkatpertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (lih. Ef 4:13).

Page 166: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 166/388

  Oleh karena itu hendaknya para anggota, dalam semangat iman dan cinta-kasihterhadap kehendak Allah, dengan rendah hati mematuhi para pemimpin mereka menurutkaidah pedoman serta konstitusi mereka. Hendaknya mereka mengerahkan dayakemampuan akal-budi dan kehendak maupun bakat-bakat alamiah serta kurnia-kurniarahmat dalam menjalankan perintah-perintah dan menyelesaikan tugas-tugas yangdiserahkan kepada mereka. Hendaknya mereka sadari, bahwa mereka sedang berkarya

demi pembangunan Tubuh Kristus menurut rencana Allah. Demikianlah ketaatan religiussama sekali tidak mengurangi martabat pribadi manusia, melainkan justru membawanyakepada kematangan, karena dikembangkannya kebebasan putera-putera Allah.

Adapun para pemimpin, yang akan memberi pertanggungjawaban atas jiwa-jiwa yangdiserahkan kepada mereka (lih. Ibr 13:17), hendaknya dalam menunaikan tugas merekamembiarkan diri dibimbing oleh kehendak Allah. Hendaknya mereka mengamalkankewibawaan dalam semangat pengabdian kepada para saudara, sehingga mengunkapkancinta-kasih Allah terhadap mereka. Hendaknya mereka memimpin para bawahan sebagaiputera-putera Allah, dengan menghormati pribadi manusia, seraya mengembangkankepatuhan mereka yang sukarela. Maka khususnya hendaklah mereka memberi

kebebasan sewajarnya kepada para anggota berkenaan dengan sakramen Tobat danbimbingan suara hati. Hendaknya mereka membimbing para anggota sedemikian rupa,sehingga dalam melaksanakan tugas-tugas serta mengambil prakarsa-prakarsa mereka itubekerja sama dalam ketaatan aktif dan penuh tanggung jawab. Maka para pemimpinhendaknya dengan suka hati mendengarkan para anggota, dan mengembangkan kerjasama mereka demi kesejahteraan tarekat dan gereja, sementara mereka tetap berwenanguntuk mengambil keputusan dan memerintahkan apa yang harus dijalankan.

Hendaknya kapitel-kapitel dan dewan-dewan dengan setia menunaikan tugaskepemimpinan yang diserahkan kepada mereka, serta masing-masing dengan caranyasendiri mengungkapkan keikutsertaan dan usaha semua anggota demi kesejahteraan

segenap persekutuan hidup.

15. (Hidup bersama)

menurut teladan Gereja perdana, ketika golongan kaum beriman hidup sehati dansehjiwa (lih. Kis 4:32), hendaknya kehidupan bersama bertekun dalam ajaran Injil, dalamLiturgi suci dan terutama dalam perayaan Ekaristi, dalam doa sera persekutuan semangatyang sama (lih. Kis 2:42). Sebagai sesama anggota Kristus para religius hendaknya dalampergaulan bersaing dalam saling menghormati *lih. Rom 12:10), sambil salingmenanggung beban mereka (lih. Gal 6:2). Sebab berkat cinta-kasih Allah, yang karena RohKudus telah dicurahkan ke dalam hati mereka (lih. Rom 5:5), komunitas sebagai keluargayang sejati, dihimpun dalam nama Tuhan, menikmati kehadiran-Nya (lih. Mat 18:20).

Adapun cinta kasih itu kepenuhan hukum (lih. Rom 13:10), serta ikatan kesempurnaan(lih. Kol 3:14). Berkat cinta itulah kita tahu, bahwa kita telah dipindahkan dari mautkepada kehidupan (lih. 1Yoh 3:14). Bahkan persekutuan para saudara menunjukkankedatangan Kristus (lih. Yoh 13:35; 17:21), dan panyalah bersumber daya kekuatanmerasul yang besar.

Akan tetapi, supaya ikatan persaudaraan antar anggota menjadi lebih erta, hendaknyamereka yang disebut para bruder, para rekan sekerja, atau dengan nama lain, melibatkandiri secara lebih erat dengan perihidup serta karya-karya komunitas. Kecuali bila situasisungguh menginginkan sesuatu yang lain, hendaknya diusahakan, supaya dalam tarekat-tarekat wanita tercapai satu macam suster saja. Kemudian hendaknya hanya

dipertahankan kemacam-ragaman pribadi-pribadi, sejauh pembedaan pelbagai karyamenuntunya. Hendaknya para suster diperuntukkan bagi karya-karya itu entah berkatpanggilan khas Allah, entah karena kecakapan mereka yang istimewa.

Adapun biara-biara serta tarekat-tarekat pria yang tidak melulu beranggotakan awam,sesuai dengan corak mereka dan menurut kaidah konstitusi, dapat menerima rohaniwanmaupun awam, pada tingkatan yang sama dan dengan hak-hak serta kewajiban-kewajiban yang sama pula, kecuali mengenai implikasi Tahbisan suci.

Page 167: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 167/388

 16. (Pingitan/klausura para rubiah)

Hendaknya pingitan kepausan bagi para rubiah yang menghayati hidup kontemplatifmelulu tetap dilestarikan, tetapi disesuaikan juga dengan situasi semasa dan setempat,dengan meniadakan adat kebiasaan yang sudah usang. Dalam melaksanakanpenyesuaian itu hendaknya didengarkan usul-usul biara-biara yang bersangkutan.

Tetapi para rubiah lainnya, yang berdasarkan anggaran tarekat berbakti melalui karya-karya kerasulan di luar, hendaknya di bebaskan dari pingitan kepausan, supaya merekamampu menunaikan dengan lebih baik tugas-tugas kerasulan yang dipercayakan kepadamereka, namun dengan tetap mempertahankan pingitan menurut kaidah konstitusi.

17. (Busana religius)

Hendaknya busana religius, sebagai tanda penakdisan kepada Allah, bersifat sederhanadan ugahari, miskin dan sekaligus pantas, selain itu memenuhi persyaratan kesehatan,dan selaras dengan situasi semasa dan setempat maupun dengan kebutuhan-kebutuhanakan pelayanan. Busana baik pria maupun wanita, yang tidak cocok dengan kaidah-

kaidah itu, hendaknya diganti.

18. (Pembinaan para anggota)

Pembaharuan tarekat-tarekat yang sesuai sangat tergantung dari pembinaan paraanggota. Maka dari itu para anggota bukan rohaniwan dan para suster jangan ditugaskandalam karya-karya kerasulan langsung sesudah novisiat. Melainkan pembinaan merekadibidang religius maupun kerasulan, begitu pula pendidikan pengetahuan maupunkejujuran, termasuk pula untuk mendapat ijazah yang diperlukan, hendaknya dilanjutkansebagaimana mestinya dirumah-rumah yang diperlengkapi secukupnya.

Tetapi penyesuaian hidup religius dengan tuntunan-tuntunan zaman kita sekaranghendaknya jangan melulu bersifat lahiriah. Jangan sampai pula mereka yang berdasarkananggaran tarekat bertugas merasul diluar ternyata tidak mampu menunaikan tugasmereka. Untuk maksud itu hendaknya mereka – sesuai dengan bakat kecerdasan danwatak-perangai pribadi masing-masing – diberi pendidikan secukupnya tentang cara-carahidup dan cara-cara berpandangan serat berfikir dalam masyarakat sekarang. Hendaknyadiselenggarakan pembinaan melalui perpaduan unsur-unsurnya yang serasi sedemikianrupa, sehingga membantu para anggota mencapai keutuhan hidup.

Hendaknya para anggota seumur hidup dengan tekun berusaha menyempurnakankebudayaan rohani, pengetahuan serta kejuruan mereka itu. Untuk itu para pemimpinhendaknya sedapat mungkin menciptakan kemungkinan serta mengusahakan bantuandan waktu bagi mereka.

Termasuk tugas para pemimpin juga: mengusahakan supaya para moderator, parapembimbing rohani dan para dosen dipilih dengan sangat cermat dan disiapkan dengansungguh baik.

19. (Pendirian tarekat-tarekat baru)

Dalam mendirikan tarekat-tarekat baru hendaknya sungguh-sungguh dipertimbangkanbetapa perlunya, atau setidak-tidaknya besarnya faedahnya, begitu pula kemungkinanperkembangannya. Dengan demikian dijaga, jangan sampai tanpa pertimbangan masakmuncul tarekat-tarekat yang tidak berguna, atau yang tidak mempunyai daya-kekuatanyang seperlunya. Dalam Gereja-Gereja muda hendaknya secara khusus dikembangkan

dan dikelola bentuk-bentuk hidup membiara, dengan mempertimbangkan perangai sertaadat-istiadat penduduk maupun kebiasaan-kebiasaan dan situasi setempat.

20. (Bagaimana melestarikan, menyesuaikan atau meninggalkan karya-karya khusus

tarekat)

Hendaknya tarekat-tarekat melestarikan dan menyelenggarakan karya-karyanya yangkhas dengan setia. Hendaknya karya-karya itu disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan

Page 168: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 168/388

semasa setempat, dengan mempertimbangkan faedahnya bagi Gereja semesta sertakeuskupan-keuskupan, dengan menggunakan upaya-upaya yang cocok dan baru.Hendaknya ditinggalkan saja karya-karya, yang sekarang ini sudah kurang selarasdengan semangat tarekat atau coraknya yang asli.

Dalam tarekat-tarekat religius semangat misioner harus tetap dipertahankan, danmenurut coraknya masing-masing disesuaikan dengan zaman sekarang, sehingga

pewartaan Injil kepada semua bangsa dapat lebih berhasi guna.

21. (Terakat-tarekat dan biara-biara yang mengalami kemerosotan)

Tetapi tarekat-tarekat dan biara-biara, yang menurut para Uskup setempat yangberkepentingan, atas penilaian Takhta suci tidak memberi harapan yang wajar, bahwaselanjutnya masih akan berkembang, hendaknya dilarang untuk masih menerima novis-novis, dan sedapat mungkin digabungkan dengan tarekat lain atau biara lain yang lebihvital, dan yang tujuan maupun semangatnya tidak banyak berbeda.

22. (Perserikatan antara tarekat-tarekat religius)

Bila keadaan mendukung dan atas persetujuan Takhta suci, hendaknya tarekat-tarekatdan biara-biara yang otonom mengembangkan federasi-federasi antar mereka, bilakurang lebih termasuk keluarga religius yang sama, atau perserikatan-perserikatan, bilamempunyai konstitusi maupun adat-kebiasaan yang hampir sama dan dijiwai olehsemangat yang sama, terutama bila mereka terlalu kecil, atau gabung-gabungan, bilamenyelenggarakan karya-karya lahiriah atau yang serupa.

23. (Konferensi para Pemimpin tinggi)

Perlu didukung konferensi-konferensi atau dewan-dewan para Pemimpin tinggi yangdidirikan oleh Takhta suci, dan dapat banyak membantu supaya tujuan masing-masingtarekat tercapai secara lebih penuh, supaya ditingkatkan kerja sama yang lebih tepat gunademi kesejahteraan Gereja, supaya para pekerja Injil dikawasan tertentu dapat disebarkansecara lebih merata, dan untuk menyelenggarakan urusan-urusan bersama para religius.Mengenai pelaksanaan kerasulan hendaknya diciptakan koordinasi dan kerja sama yangbaik dengan Konferensi-Konferensi para Uskup.

Konferensi-konferensi semacam itu dapat didirikan juga bagi tarekat-tarekat sekular.

24. (Panggilan religius)

para imam dan pendidik kristiani hendaknya s ungguh-sungguh berusaha, supaya denganadanya panggilan-panggilan religius yang dipilih dengan tepat dan saksama Gerejamengalami pertumbuhan baru yang benar-benar menjawab kebutuhan-kebutuhan. Juga

dalam pewartaan yang biasa hendaknya seringkali diuraikan nasehat-nasehat Injil danpenghayatan hidup religius. Dengan mendidik anak-anak mereka dalam adat kebiasaankristiani hendaklah para orang tua memupuk dan melindungi panggilan religius dalamhati mereka.

Tarekat-tarekat diperbolehkan menyebarluaskan informasi tentang dirinya untukmemupuk panggilan-panggilan, serta mencari calon-calon, asal itu mereka jalankandengan bijaksana sebagaimana seharusnya, dan dengan mematuhi kaidah-kaidah yangditerima dari Takhta suci dan dari Uskup setempat.

Tetapi para anggota hendaknya menyadari, bahwa teladan hidup mereka sendirimerupakan rekomendasi terbaik bagi tarekat mereka dan undangan paling tepat guna

untuk memeluk hidup religius.

25. (Penutup)

Tarekat-tarekat, yang mau dibantu dengan penetapan kaidah-kaidah pembaharuan yangdisesuaikan ini, hendaknya dengan semangat siap sedia menanggapi panggilan ilahinyadan tugasnya dalam Gereja dewasa ini. Sebab Konsili suci sangat menghargai coraklhidup mereka ditandai keperawanan, kemiskinan dan ketaatan, menurut teladan kristus

Page 169: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 169/388

Page 170: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 170/388

PAULUS USKUP

HAMBA PARA HAMBA ALLAH

BERSAMA BAPA-BAPA KONSILI SUCI

DEMI KENANGAN ABADI

DEKRIT TENTANG PEMBINAAN IMAM

PENDAHULUAN

Konsili suci menyadari sepenuhnya, bahwa pembaharuan yang DIINGINKAN bagiSELURUH Gereja sebagian besar tergantung dari pelayanan para imam, yang dijiwaioleh Roh Kristus[1]. Maka Konsili secara resmi menyatakan, bahwa pembinaan imammemang penting sekali. Konsili menguraikan berbagai prinsip dasarnya, yangmeneguhkan ketetapan-ketetapan yang telah diuji melalui praktek berabad-abadlamanya, dan mengintegrasikan ke dalam unsur-unsur baru, yang selaras denganKonstitusi-Konstitusi maupun Dekrit-Dekrit Konsili ini serta dengan perubahan-perubahan zaman yang aktual. Demi kesatuan imamat katolik pembinaan imam itusungguh perlu bagi semua imam dari kedua klerus dan dari semua ritus. Oleh karenaitu peraturan-peraturan berikut, yang secara langsung menyangkut klerus diosesan,dengan mempertimbangkan perlunya penyesuain-penyesuaian, berlaku bagi semuagolongan imam.

I. PENYUSUNAN METODE PEMBINAAN IMAM DI SETIAP NEGARA

1. Mengingat begitu bermacam-ragamnya bangsa maupun daerah, disini hanyadapat disusun ketetapan-ketetapan yang serba umum bagi semua. Maka disetiapnegara dan untyuk setiap ritus hendaknya disusun “Pedoman pembinaan Iman”yang khusus. Pedoman itu harus dikukuhkan oleh Konferensi-Konferensi Uskup[2],

pada saat-saat tertentu ditinjau kembali, dan disetujui oleh Takhta suci. Hendaknyamenurut pedoman itu ketetapan-ketetapan umum disesuaikan dengan situasi khassetempat dan semasa, supaya pembinaan imam selalu menanggapi kebutuhan-kebutuhan pastoral daerah-daerah yang dilayani.

1 Atas kehendak Kristus sendiri perkembangan segenap Umat Allah banyak sekali tergantung dari pelayanan para

imam. Itu jelas dari sabda tuhan, yang menjadikan Rasul-rasul serta para pengganti mereka beserta rekan-rekan

kerja pewarta Injil, pemimpin umat baru yang terpilih, dan pelayan misteri-misteri Allah. Kenyataan itu masih

dikukuhkan juga oleh ungkapan-ungkapan para Bapa Gereja dan para Kudus, begitu pula dari pelbagai ajaran para

 paus. Lih terutama : S> PIUS X, hlm. 236-264. – PIUS XI, Ensiklik  Ad catholici Sacerdotii, tgl. 20 Desember

1935: AAS 28(1936) terutama hlm. 37-52. – PIUS XII, Anjuran apostolik  Menti Nostrae, tgl. 23 September 1950:

AAS 42 (1950) hlm. 657-702. – YOHANES XXIII, Ensiklik Sacerdotii Nostri primordia, tgl. 1 Agustus 1959:AAS 51 (1959) hlm. 545-579. – PAULUS VI, Surat apostolik, Summi Dei Verbum, tgl. 4 November 1963: AAS55 (1963) hlm. 979-995.

2  Seluruh pembinaan imam, yakni tata-laksana Seminari, pembinaan rohani, peraturan studi, hidup bersama para

seminaris dan tata-tertib, latihan-latihan pastoral, harus disesuaikan dengan pelbagai situasi setempat. Penyesuaian

itu mengenai asas-asasnya yang utama harus dijalankan menurut norma-norma umum, bagi klerus diosesan oleh

Konferensi-Konferensi Uskup, dan dengan cara yang serupa bagi para imam religius oleh para Pemimpin yang

 berwenang. Lih. Ketetapan-ketetapan umum yang dilampirkan pada Konstitusi apostolik Sedes Sapientae, art. 19.

Page 171: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 171/388

 II. PENGEMBANGAN PANGGILAN IMAM SECARA LEBIH INTENSIF

2. Pengembangan panggilan[3]  termasuk kewajiban seluruh jemaat kristen, yang

harus menumbuhkannya terutama dengan perihidup kristen yang sepenuhnya.Dalam hal itu sangat besarlah sumbangan keluarga-keluarga, yang dijiwai semangatiman dan cinta kasih serta ditandai sikap bakti, menjadi bagaikan seminari pertama;begitu pula paroki-paroki, yang memungkinkan kaum remaja ikut mengalamikehidupan jemaat yang subur. Para guru, dan semua saja yang dengan suatu caralain ikut bertanggungjawab atas pendidikan anak-anak dan kaum muda, terutamahimpunan-himpunan katolik, hendaknya berusaha mendidik kaum remaja yangdiserahkan kepada mereka sedemikian rupa, sehingga dapat menerima panggilanilahi serta mengikutinya dengan sukarela. Hendaknya semua imam sedapatmungkin menunjukkan semangat kerasulan mereka dalam menumbuhkan

panggilan. Hendaknya mereka menarik minat kaum remaja terhadap imamat,dengan cara hidup mereka yang memancarkan kerendahan hati, ketekunan bekerja,kegembiraan hati, dan sikap saling mengasihi serta kerja sama persaudaraan antaramereka sendiri.

Termasuk tugas para Uskup mendorong kawanan mereka untuk memajukanpanggilan, dan mengusahakan perpaduan erta segala tenaga maupun daya-upaya.Hendaknya mereka, sebagai bapa sejati, tanpa menghemat pengorbanan, membantupara calon, yang menurut penilaian mereka dipanggil oleh Tuhan untuk ikutmelaksanakan perutusan-Nya.

Kerja sama aktif segenap Umat Allah untuk mengembangkan panggilan itumenanggapi karya penyelenggaraan ilahi, yang kepada mereka yang oleh Allahdipilih untuk ikut mengemban imamat hirarkis Kristus, menganugerahkan bakat-bakat yang menunjang, serta dengan rahmat-Nya menolong mereka.Penyelenggaraan Allah itu jugalah, yang mempercayakan kepada para pelayanGereja yang sah, supaya sesudah mengetahui kecakapan para calon, memanggilmereka yang sudah teruji, dan dengan maksud yang tulus serta kebebasansepenuhnya memohon diperkenankan mengemban tugas seluhur itu, kemudianmentakdirkan mereka dengan meterai Roh Kudus bagi ibadat kepada Allah sertapengabdian kepada Gereja[4].

Konsili terutama menganjurkan upaya-upaya bantuan kerja sama umum yangtradisional, misalnya doa yang tekun, ulah pertobatan kristen, serta pembinaan umat

beriman yang makin mendalam melalui pewartaan dan katekese, pun denganmemanfaatkan pelbagai upaya komunikasi sosial, semuanya untuk menjelaskanbetapa perlu panggilan imam itu, dan hakekat maupun keluhurannya. Selain ituKonsili memerintahkan, supaya karya-karya untuk panggilan, yang menurutdokumen-dokumen kepausan yang bersangkutan telah atau masih harus didirikandisetiap keuskupan, daerah atau negara, mengatur secara metodis dan serasi seluruhkegiatan pastoral untuk menumbuhkan panggilan, dan selanjutnya dengan

3  Diantara kesukaran-kesukaran pokok yang menimpa Gereja zaman sekarang, hampir di mana-mana yang paling

 penting ialah sedikitnya panggilan imam. – Lih. PIUS XII, Anjuran apostolik  Menti Nostrae: “… jumlah imam baik di daerah-daerah katolik, maupun di daerah-daerah misi, kebanyakan tidak mencukupi untuk menanggapikebutuhan-kebutuhan yang bertubi-tubi”: AAS 42 (1950) hlm. 682. – YOHANES XXIII: “Masalah panggilan

gerejawi dan religius merupakan keprihatihatinan sehari-hari bagi Paus …; itulah jeritan doanya, itu pula aspirasi

 jiwanya yang membara” (dari Amanat kepada Kongres Internasional I tentang panggilan hidup religius, tgl. 16

Desember 1961: L’Osservatore Romano, tgl. 17 Desember 1961).4 PIUS XII, Konstitusi apostolik Sedes sapientiae, tgl. 31 mei 1956: AAS 48 (1956) hlm. 357. – PAULUS VI, Surat

apostolik Summi Dei Verbum, tgl. 4 November 1963: AAS 55 (1963) hlm. 984 dan selanjutnya.

Page 172: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 172/388

Page 173: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 173/388

pengudusan: supaya seraya berdoa dan melalui perayaan Liturgi suci merekamelaksanakan karya keselamatan melalui korban Ekaristi dan Sakramen-sakramen.Hendaknya mereka disiapkan pula untuk pelayanan kegembalaan: supaya merekatahu menghadirkan Kristus bagi sesama, Dia yang tidak “datang untuk dilayani,melainkan untuk melayani dan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi

banyak orang” (Mrk 10:45; bdk. Yoh 13:12-17), dan dengan mengabdikan diri kepadasiapa saja, memperoleh banyak orang (bdk. 1Kor 9:19).

Oleh karena itu semua aspek pembinaan, rohani, intelektual dan disipliner,hendaknya secara terpadu diarahkan kepada tujuan pastoral itu. Untuk mencapaitujuan itu hendaklah semua pembimbing dan dosen bekerja sama dengan tekun,sambil dengan setia mematuhi kewibawaan Uskup.

5. (Para pembimbing Seminari hendaknya dipilih dengan seksama dan dibinasecara efektif)

Pendidikan para seminaris tergantung dari peraturan-peraturan yang bijaksana, dan

terutama dari para pembina yang cakap. Maka dari itu hendaknya para pembimbingdan dosen Seminari dipilih dari antara pribadi-pribadi yang sungguh baik[8].Hendaklah mereka sungguh disiapkan melalui studi yang terjamin mutunya,pengalaman pastoral yang secukupnya, dan pembinaan yang khas dibidang rohaniserta pendidikan. Maka perlulah dikembangkan lembaga-lembaga untuk menacapaitujuan itu, atau sekurang-kurangnya kursus-kursus yang diprogramkan dengancermat, begitu pula pertemuan-pertemuan para pembina Seminari, yangdiselenggarakan secara berkala.

Hendaknya para pembimbing dan dosen sengguh menyadari, betapa hasilpembinaan para seminaris tergantung dari cara mereka berpikir dan bertindak. Dibawah pimpinan Rektor hendaknya mereka memelihara persatuan semangatmaupun perpaduan kegiatan yang erat sekali, begitu pula antara mereka sendiri danpara seminaris mewujudkan rukun kekeluargaan sesuai dengan doa Tuhan:“Hendaklah mereka bersatu” (bdk. Yoh 17:11). Hendaknya dalam hati paraseminaris mereka makin menemukan kegembiraan panggilan mereka sendiri.Hendaknya Uskup tiada hentinya, dengan kasih yang istimewa, menyemangatimereka yang berkarya di Seminari, dan bagi para seminaris membawakan dirisebagai bapa yang sejati dalam kristus. Akhirnya hendaknya semua imammemandang Seminari sebagai jantung keuskupan, dan dengan sukarelamenyumbangkan bantuan mereka[9].

6. (Penyaringan dan pengujian para seminaris)Hendaknya – dengan mempertimbangkan umur maupun kemajuan masing-masing– diadakan penyelidikan yang cermat sekali tentang ketulusan maksud sertakehendak bebas para calon, tentang kesesuaian mereka untuk imamat dibidangrohani, moral dan intelektuan, tentang cukupnya kesehatan badan maupun jiwa,sementara mempertimbangkan juga disposisi-disposisi yang barangkali merekawaris dari keluarga. Begitu pula hendaknya dinilai dengan saksama kecakapan para

8

  Lih. PIUS XI, Ensiklik  Ad Catholici Sacerdotii, tgl. 20 Desember 1935: AAS 28 (1936) hlm. 37: “Pertama-tamahendaklah para pembimbing serta dosen-dosen dipilih dengan saksama … Berilah kepada Seminari-Seminari andaimam-imam yang terbaik. Janganlah berkeberatan membebaskan mereka dari tugas-tugas, yang nampaknya saja

memang lebih penting, tetapi sungguh tiada dapat dibandingkan dengan karya mahapenting, yang tak dapat

digantikan itu”. Surat apostolik kepada Ordinaris di Brasilia, tgl. 23 April 1947,  Discorsi e Radiomessagi IX , hlm.

579-580.9 Tentang kewajiban umum membantu Seminari-seminari lih. PAULUS VI, Surat apostolik Summi Dei Verbum, tgl.

4 November 1963: AAS 55 (1963)hlm. 984.

Page 174: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 174/388

calon untuk menaggung beban hidup sebagai imam serta menunaikan tugas-tugaspastoral[10].

Dalam seluruh penyaringan dan pengujian para seminaris hendaknya selaludipertahankan ketegasan sikap, juga kendati adanya keluh-kesah tentangkekurangan imam[11]. Sebab Allah tidak akan membiarkan Gereja-Nya tanpa

pelayan-pelayan, bila mereka yang memang pantas diangkat, sedangkan merekayang tidak cocok sebelum terlambat mendapat pengarahan penuh kebapaan untukberganti haluan, serta dibantu, untuk menyadari panggilan kristen mereka, dandengan gembira mulai menjalankan kerasulan awam.

7. (Seminari hendaknya diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan para

seminaris)

Bila berbagai keuskupan tidak mampu mengelola dengan baik sebuah Seminariuntuk dirinya masing-masing, hendaknya didirikan dan dikembangkan Seminaribersama untuk pelbagai keuskupan atau untuk seluruh kawasan atau negeri, supaya

secara lebih efektif diselenggarakan pembinaan para seminaris yang terjaminmutunya, dan yang dalam situasi itu pun harus dipandang sebagai norma yangtertinggi. Bila seminari itu bersifat bersifat regional atau nasional, hendaknyadikelola menurut peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh para Uskup yangberkepentingan[12] dan disetujui oleh Takhta Apostolik.

Diseminari yang jumlah seminarisnya cukup besar, hendaknya sambil tetapmempertahankan kesatuan kepemimpinan serta pengajaran mereka itu secara tepatdibagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil, supaya pembinaan pribadimasing-masing lebih terjamin.

IV. PEMBINAAN ROHANI YANG LEBIH INTENSIF

8. (Belajar hidup dalam persekutuan dengan Allah Tritunggal)

Pembinaan rohani erat berhubungan dengan pendidikan intelektual dan pastoral.Terutama dengan bantuan pembimbing rohani [13]  hendaknya pembinaan rohanidiselenggarakan sedemikian rupa, sehingga para seminaris belajar hidup dalampersekutan mesar dan terus menerus dengan Bapa, melalui Puter-Nya Yesus Kristus,dalam Roh Kudus. Karena dengan ditahbiskan mereka harus menjadi secitra denganKristus Sang Imam, maka hendaknya juga dengan hidup dalam persekutuan akrabyang meliputi seluruh hidup mereka membiasakan diri untuk sebagai sahabat

berpaut pada-Nya[14]. Hendaklah mereka menghayati misteri Paska-Nya sedemikianrupa, sehingga tahu juga mengantar umat yang akan mereka bimbing memasukimisteri itu. Hendaknya mereka diajak mencari kristus dengan setia merenungkan

10  Lih. PIUS XII, Anjuran apostolik  Menti Nostrae, tgl. 23 September 1950: AAS 42 (1950) hlm. 684. – Bdk.

Kongregasi untuk Sakramen-Sakramen, Surat edaran  Magna equidem kepada para Ordinaris, tgl. 27 Desember

1935, no. 10. – Untuk para Religius: lih. Statula Generalia (ketetapan-ketetapan umum) yang dilampirkan pada

Konstitusi apostolik Sedes Sapientiae, tgl. 31 Mei 1956, art. 33. – PAULUS VI, Surat apostolik Summi Dei

Verbum, tgl. 4 November 1963: AAS 55 (1963) hlm. 987 dan selanjutnya.11

 Lih. PIUS XI, Ensiklik Ad Catolici Sacerdotii , tgl. 20 Desember 1935: AAS 28 (1936) hlm. 41.12 Ditetapkan, supaya dalam menentukan Anggaran Dsar Seminari-Seminari regional maupun nasional semua Uskup

yang berkepentingan berperan serta; dengan demikian ketentuan Kitab Hukum Kanonik kanon 1357, butir 4,

ditiadakan.13

  Lih. PIUS XII, Anjuran apostolik  Menti Nostrae, tgl. 23 September 1950: AAS 42 (1950) hlm. 674. –KONGREGASI UNTUK SEMINARI DAN UNIVERSITAS,  LA Formazione spirituale del candidato al sacerdotio (Pembinaan rohani calon imam), Citta del Vaticano 1965.

14 Lih. S. PIUS X, Amanat kepada klerus katolik  Haerent animo, tgl. 4 Agustus 1908: S. Pii X Acta, IV, hlm. 242-

244. – PIUS XII, Anjuran apostolik  Menti Nostrae, tgl. 23 September 1950: AAS 42 (1950) hlm. 659-661. –

YOHANES XXIII, Ensiklik Sacerdotii nostri Primordia, tgl. 1 Agustus 1959: AAS 51 (1959) hlm. 550 dan

selanjutnya.

Page 175: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 175/388

sabda Allah, dalam keakraban yang aktif dengan Misteri-misteri suci Gereja,terutama dalam Ekaristi dan ibadat harian[15]. Hendaknya Kristus itu mereka caridalam diri Uskup yang mengutus mereka, pun juga pada sesama yang merekahadapi, terutama kaum miskin, anak-anak, mereka yang sakit, para pendosa danmereka yang belum beriman. Hendaknya mereka penuh kasih mesra dan

kepercayaan berbakti kepada Santa Perawan Maria, yang oleh Kristus Yesusmenjelang Wafat-Nya di salib diserahkan kepada murid-Nya sebagai ibu.

Hendaknya latihan-latihan rohani, yang dianjurkan berdasarkan kebiasaanGereja yang terhormat, dihayati dengan sungguh-sungguh. Tetapi hendaklahdiusahakan juga, supaya pembinaan rohani jangan hanya ditaruh pada latihan-latihan itu atau melulu mengembangkan perasaan-perasaan religius. Lebihpentinglah, makin bertambah teguh dalam iman, harapan dan cinta kasih, supayadalam mengamalkannya mereka memperoleh semangat doa[16], peneguhan sertaperlindungan bagi panggilan mereka, kekuatan bagi keutamaan-keutamaanlain, dansupaya makin bertumbuhlah semangat mereka untuk memperoleh semua orang

bagi Kristus.

9. (Belajar membaktikan diri dalam Gereja)

Hendaknya para seminaris diresapi oleh misteri Gereja seperti diuraikan terutamaoleh Konsili suci ini sedemikian rupa, sehingga mereka merasa terikat oleh cintakasih penuh kerendahan hati terhadap Wakil Kristus yang mereka anggap bapa,sekali ditahbiskan imam berpaut kepada Uskup mereka sebagai rekan-rekan kerjayang setia, bekerja sama dengan teman-teman seimamat, dan dengan demikianmemberi kesaksian akan kesatuan, yang menarik semua orang kepada Kristus[17].Hendaknya mereka dengan hati yang lapang belajar berperanserta dalam kehidupanGereja semesta, menurut pesan S. Agustinus: “sejauh orang mencintai GerejaKristus, sejauh itu pulalah roh Kudus diam dihatinya”[18]. Hendaklah para seminaris jelas-jelas menyadaribahwa mereka tidak dimaksudkan untuk dikemudian hariberkuasa dan dihormati, melainkan untuk membaktikan diri sepenuhnya dalampengabdian kepada Allah dan dalam pelayanan pastoral. Secara istimewahendaknya mereka dibina dalam ketaatan sebagai imam, dalam semangat hidupmiskin, dan dalam semangat ingkar diri sedemikian rupa[19], sehingga merekalangsung bersedia melepaskan apa saja yang sebenarnya dibolehkan, tetapi tidakada faedahnya, dan membiasakan diri menyerupai kristus yang disalibkan.

Hendaknya para seminaris diberitahu tentang beban tugas-tugas yang akanmereka terima, tanpa ada kesulitan hidup imamat yang didiamkan saja. Tetapi

hendaklah mereka jangan mengkhawatirkan adanya bahaya melulu dalam jerihpayah mereka dikemudian hari, melainkan lebih baik mereka dibina untuk sedapatmungkin meneguhkan hidup rohani mereka justru melalui kegiatan pastoralmereka.

15 Lih. PIUS Xii, Ensiklik  Mediator Dei, tgl. 20 November 1947: AAS 39 (1947) hlm. 547 dan selanjutnya, dan 572

dan selanjutnya. – YOHANES XXIII, Anjuran apostolik Sacrae Laudis, tgl. 6 Januari 1962: AAS 54 (1962) hlm.

69. – KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Liturgi, art. 16 dan 17. – KONGREGASI IBADAT,  Instructio

ad axecutionem Constitutionis de Sacra Liturgia recte ordinandam (Instruksi untuk mengatur pelaksanaan

Konstitusi tentang Liturgi), tgl. 26 September 1964, no. 14-17: AAS 56 (1964) hlm. 880 dan selanjutnya.16

 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Sacerdotii Nostri primordia: AAS (1959) hlm. 550 dan selanjutnya.17 KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 28.18 S. AGUSTINUS, Komentar pada Injil Yohanes 32,8: PL 35, 1646.19

  Lih. PIUS XII, Anjuran apostolik  Menti Nostrae, AAS 42 (1950) hlm. 662 dan selanjutnya, 685, 690. –

YOHANES XXIII, Ensiklik Sacerdotii Nostri primordia: AAS 51 (1959) hlm. 551-553; 556 dan selanjutnya. –

PAULUS VI, Ensiklik  Ecclesiam suam, Tgl 6 Agustus 1964: AAS 56 (1964) hlm. 634 dan selanjutnya. –

KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Gereja, terutama art. 8.

Page 176: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 176/388

Page 177: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 177/388

Page 178: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 178/388

Kristus. Misteri itu menyangkut seluruh sejarah umat manusia, tiada hentinyameresapi Gereja, dan terutama berkarya melalui pelayanan imam[28].

Supaya pandangan itu sejak awal pembinaan tersalurkan kepada para seminaris,hendaknya studi gerejawi dimulai dengan kursus pengantar dalam jangka waktusecukupnya. Pada awal studi itu Misteri Keselamatan hendaknya diuraikan

sedemikian rupa, sehingga para seminaris memahami makna, tata-susunan maupuntujuan pastoral studi gerejawi, pun sekaligus dibantu untuk mendasari danmerasuki seluruh hidup mereka dengan iman, serta diteguhkan dalam menghayatipanggilan mereka dengan penyerahan diri dan hati gembira.

15. (Peninjauan kembali studi filsafat)

Vak-vak filsafat hendaknya diajarkan sedemikian rupa, sehingga para seminarispertama-tama diantar untuk mendapat pengertian yang mantap dan koherententang manusia, dunia dan Allah, bertumpu pada pusaka filsafat yang tetapberlaku[29]. Sementara itu perlu diindahkan pula penyelidikan-penyelidikan filsafat

yang aktual, terutama yang berpengaruh cukup besar dikalangan bangsa merekasendiri begitu juga kemajuan mutakhir ilmu-pengetahuan. Demikianlah paraseminaris akan menangkap dengan cermat mentalitas zaman sekarang, danmenjalani persiapan yang bermanfaat untuk menjalin dialog dengan orang-orangsemasa[30].

Sejarah filsafat hendaknyadiajarkan sedemikian rupa, sehingga para seminarismenyelami asas-asas terdalam pelbagai sistem, mempertahan apa yang disituterbukti benar, mampu menyingkapkan akar-akar anggapan-anggapan yang sesatserta menyanggahnya.

Cara mengajar sendiri hendaklah membangkitkan pada diri murid cinta akankebenaran, yang harus dicari, dikaji dan dibuktikan melulu menurut kenyataan,sementara bats-batas pengetahuan manusiawi diakui dengan jujur. Hendaknyadiperhatikan dengan saksama kaitan yang erat antara filsafat dan masalah-masalahkehidupan yang nyata, begitu pula soal-soal yang sedang menangasyikkanpemikiran para seminaris. Mereka sendiri pun hendaknya ditolong untukmemahami hubungan-hubungan antara penalaran-penalaran filsafat dan misteri-misteri keselamatan, yang dalam teologi ditelaah dalam terang iman yang lebihluhur.

16. (peningkatan studi teologi)

Hendaknya vak-vak teologi diajarkan dalam cahaya iman, di bawah bimbingan

Magisterium Gereja[31] sedemikian rupa, sehingga para seminaris dengan saksamamenimba ajaran katolik dari perwahyuan ilahi, menyelaminya secara mendalam,menjadikannya bahan renungan untuk meningkatkan hidup mereka[32], sertamampu mewartakan, menguaraikan dan mempertahankannya dalam pelayanandikemudian hari sebagai imam.

28 KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 7 dan 28.

29 Lih. PIUS XII, Ensiklik Humani generis, tgl. 12 Agustus 1950: AAS 42 (1950) hlm. 571-575.

30 Lih. PAULUS VI, Ensiklik Ecclesiam suam, tgl. 6 Agustus 1964: AAS 56 (1964) hlm. 637 dan selanjutnya.31

 Lih. PIUS XII, Ensiklik  Humani generis, tgl. 12 Agustus 1950: AAS 42 (1950) hlm. 567-569. – Amanat Si diligis,

tgl. 31 Mei 1954: AAS 46 (1954) hlm. 314 dan selanjutnya. – PAULUS VI, Amanat di Universitas KepausanGregoriana, tgl. 12 maret 1964: AAS 56 (1964) hlm. 364 dan selanjutnya. – KONSUILI VATIKAN II, Konstitusidogmatis tentang Gereja, art. 25.

32  Lih. S. BONAVENTURA,  Itinerarium mentis in Deum  (perjalanan jiwa menuju Allah), pembukaan, no. 4:

“Janganlah seorangpun percaya, seakan-akan baginya sudah cukuplah bacaan tanpa pengurapan, permenungan

tanpa sikap bakti, penyelidikan tanpa rasa kagum, sikap hati-hati tanpa kegembiraan, ketekunan tanpa kesalehan,

 pengetahuan tanpa cinta kasih, pemahaman tanpa kerendahan hati, usaha tanpa rahmat ilahi, terang tanpa

kebijaksanaan yang diilhami oleh Allah”, Opera Omnia, V, Quaracchi 1891, hlm. 296.

Page 179: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 179/388

  Hendaklah para seminaris diajak dengan sungguh tekun mempelajari Kitab suci,yang bagaikan harus menjiwai seluruh teolog[33]. Sesudah mendapat pengantarsecukupnya, hendaknya mereka dengan cermat diperkenalkan dengan metodemenafsirkan Kitab suci. Hendaklah mereka mendalami tema-tema perwahyuan ilahiyang paling mendasar, dan dalam membaca serta merenungkan Kitab suci setiap

hari mengalami, betapa hidup rohani mereka didorong dan diperkaya [34].Hendaknya teologi dogmatik diuraikan secara terencana, dimulai dengan

penyajian tema-tema kitabiah. Hendaklah dipaparkan kepada para seminaris apasaja yang disumbangkan oleh para Bapa Gereja Timur maupun Barat, untuk dengansetia menyalurkan dan mengulas kebenaran-kebenaran Wahyu secara rinci; begitupula sejarah dogma selanjutnya, seraya diperhatikan hubungannya dengan sejarahumum Gereja[35]. Kemudian, untuk seutuhnya mungkin membahas misteri-misterikeselamatan, hendaklah para seminaris belajar menyelaminya secara makinmendalam melalui refleksi teologis berpaduan S. Tomas, serta memahami antarhubungannya[36]. Hendaknya mereka diajar menyadari, bahwa misteri-misteri itu

senantiasa hadir dan berkarya dalam upacara-upacara Liturgi[37]

 dan dalam seluruhhidup Gereja. Begitu pula hendaklah mereka belajar memecahkan soal-soalmanusiawi dalam terang Wahyu, menerapkan kebenaran-kebenarannya yang kekalpada situasi manusiawi yang silih-berganti, dan mewartakannya kepada sesamasemasa dengan cara yang sesuai[38].

Demikian pula hendaklah vak-vak teologi lainnya diperbaharui melalui kontakyang lebih hidup dengan Misteri Kristus dan sejarah keselamatan. Secara khashendaklah diusahakan penyempurnaan teologi moral. Hendaknya itu diuraikansecara ilmiah, lebih mengacu kepada ajaran Kitab suci, sehingga sungguhmenjelaskan keluhuran panggilan umat beriman dalam Kristus serta kewajibanmereka untuk demi kehidupan dunia menghasilkan buah dalam cinta kasih. Begitupula dalam penjelasan tentang Hukum Kanonik dan penyampaian sejarah gerejahendaknya diperhatikan hubungan dengan Misteri gereja, menurut Konstitusidogmatis tentang Gereja, yang telah dimaklumkan oleh Konsili ini. Liturgi suciharus dipandang sebagai sumber utama yang sungguh perlu bagi semangat kristenyang sejati, dan diajarkan seturut maksud Konstitusi tentang Liturgi, artikel 15 dan16[39].

Sementara dipertimbangkan situasi perlbagai daerah yang serba aneka,hendaknya para seminaris diajak makin mengenal Gereja-Gereja dan Jemaat-jemaatgerejawi yang terpisah dari Takhta Apostolik di Roma, supaya mereka mampu

33 Lih. LEO XIII, Ensiklik Providentissimus Deus, tgl. 18 November 1893: AAS 26 (1893-94) hlm. 283.34

 Lih. KOMISI KITAB SUCI,  Instructio de Sacra Scriptura recte docenda, tgl. 13 Mei 1950: AAS 42 (1950) hlm.

502.35

  Lih. PIUS XII, Ensiklik  Humani generis, tgl. 12 Agustus 1950: AAS 42 (1950) hlm. 568 dan selanjutnya: “…karena sumber-sumber kudus dipelajari, ilmu-ilmu selalu mengalami peremajaan. Sebaliknya penalaran, yang

mengabaikan penyelidikan perbendaharaan iman yang lebih mendalam menurut pengalaman menjadi mandul”.36

  Lih. PIUS XII, Amanat kepada para Seminaris, tgl. 24 Juni 1939: AAS 31 (1939) hlm. 247: “Dengan

menganjurkan ajaran S. Tomas gairah … untuk mencari dan menyiarkan kebenaran tidak dikekang, melainkan

 justru dibangkitkan dan dituntun dengan aman”. – PAULUS VI, Amanat di Universitas Gregoriana, tgl. 12 Maret

1964: AAS 56 (1964) hlm. 365: “Hendaknya (para dosen) … penuh hormat mendengarkan suara para Pujangga

Gereja, antara lain Tomas Akuino yang menduduki tempat utama. Sebab Pujangga bagaikan malaikat itu begitu

unggul kecerdasannya, begitu tulus cintanya akan kebenaran, begitu menonjol kearifannya dalam menelusuri

kebenaran-kebenaran yang terdalam, dalam menguraikannya dan memadukannya menjadi satu keutuhan yang

serasi, sehingga ajarannya merupakan upaya yang efektif sekali, bukan hanya untuk melindungi dasar-dasar iman,melainkan juga untuk dengan banyak manfaat dan aman memetik buah-hasil kemajuan yang sehat”. – Lih. JugaAmanat pada Kongres Internasional tentang Tomisme ke VI, tgl. 10 September 1965.

37 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Liturgi, art. 7 dan 16.38

 Lih. PAULUS VI, Ensiklik Ecclesian suam, tgl. 6 Agustus 1964: AAS 56 (1964) hlm. 640 dan selanjutnya.39

  KONSILI VATIKAN II, konstitusi tentang Liturgi, art. 10, 14, 15, 16. – KONGREGASI IBADAT,  Instructio ad

excecutionem Constitutionis de Sacra Liturgi recte ordinandam, tgl. 26 September 1964, no. 11 dan 12: aas 56

(1964) hlm. 879 dan selanjutnya.

Page 180: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 180/388

menyumbangkan jasa mereka demi semakin tercapainya pemulihan kesatuan antarasemua orang kristen menurut ketetapan-ketetapan Konsili ini [40].Begitu pula hendaknya para seminaris diajak makin memahami agama-agama lain,yang cukup tersebar dimasing-masing daerah, supaya mereka lebih mengenalikebaikan serta kebenaran, yang berkat penyelenggaraan Allah terdapat pada agama-

agama itu, belajar menyanggah kesesatan-kesesatan, dan dapat menyalurkankepenuhan cahaya kebenaran kepada mereka yang belum menikmatinya.

17. (Metode pendidikan yang cocok dalam pelbagai vak)

Pendidikan intelektual janganlah melulu bertujuan menyampaikan pengetahuan-pengetahuan saja, melainkan hendaknya diarahkan kepada pembinaan padaseminaris yang sejati dan mendalam. Oleh karena itu hendaknya metode-metodependidikan ditinjau kembali, baik mengenai kuliah-kuliah, wawancara dan latihan-latihan, maupun mengenai cara menggairahkan studi para seminaris, baik pribadimaupun dalam kelompok-kelompok kecil. Hendaknya sungguh-sungguh

diusahakan kesatuan dan mutu seluruh pendidikan, dengan menghindari jumlahterlampau besar vak-vak maupun kuliah-kuliah, dan mengesampingkan masalah-masalah, yang praktis tidak relevan lagi, atau yang termasuk studi akademis lebihtinggi.

18. (Studi khusus bagi mereka yang berbakat tinggi)

Termasuk tugas para Uskup mengusahakan, supaya orang-orang muda, yangmenilik sifat-perangai, keutamaan serta tingkat kecerdasan mereka memang cocok,diutus ke lembaga-lembaga, fakultas-fakultas atau universitas-universitas, agardiberbagai bidang teologi dan dalam ilmu pengetahuan lainnya yang dipandangsungguh berguna, disiapkan imam-imam yang dengan menempuh pendidikanilmiah yang lebih mendalam mampu memenuhi pelbagai kebutuhan kerasulan.Tetapi hendaklah pembinaan rohani dan pastoral mereka, terutama sebelumtahbisan imam, jangan diabaikan.

IV. PEMBINAAN PASTORAL

19. (pembinaan dalam pelbagai bentuk reksa pastoral)

Keprihatinan pastoral mendalam, yang harus merasuki seluruh pendidikan para

seminaris[41], meminta juga supaya mereka dibina dengan tekun dalam segalasesuatu, yang secara khs menyangkut pelayanan imam, terutama katekese danpewartaan, ibadat Liturgi dan pelayanan Sakramen-Sakramen, karya cinta kasih,tugas menhadapi mereka yang sesat dan tidak percaya, dan tugas-tugas pastorallainnya. Hendaknya mereka dididik dengan saksama untuk memberi bimbinganrohani, supaya mereka mampu membina semua putera-puteri Gereja terutama

40 Lih. KONSILI VATIKAN II, Dekrit tentang Ekumenisme, art. 1, 9, 10.

41 Citra gembala yang sempurna dapat dijabarkan dalam dokumen-dokumen para apus terakhir, yang secara eksplisit

membahas kehidupan, sifat-perangai, pembinaan imam; terutama : S. PIUS X, Anjuran kepada klerus  Haerent

animo: S.  pii X Acta   IV, hlm. 327 dan selanjutnya. – PIUS XI, Ensiklik  Ad catholici Sacerdotii: AAS 28 (1936)hlm. 5 dan selanjutnya. – PIUS XII, Anjuran apostolik  Menti Nostrae: AAS 42 (1950) hlm. 657 dan selanjutnya. –YOHANES XXIII, Ensiklik Sacerdotti Nostri primordia: AAS 51 (1959) hlm. 545 dan selanjutnya. – PAULUS

VI, Surat apostolik Summi Dei Verbum: AAS 55 (1963) hlm. 979 dan selanjutnya. – Tentang pembinaan pastoral

 banyak pula ditemukan dalam Ensiklik  Mystici Corporis  (1943),  Mediator Dei (1947),  Evangelii Praecones 

(1951), Sacra Virginitas (1954),  Musicae Sacrae Disciplina (1955),  Princeps Pastorum (1959), dan Konstitusi

apostolik Sedes Sapientiae (1956) untuk para religius. – PIUS XII, YOHANES XXIII dan PAULUS VI dalam

amanat-amanat mereka kepada para seminaris dan imam-imam sering pula melukiskan citra gembala yang baik.

Page 181: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 181/388

untuk penuh kesadaran menghayati hidup kristen berjiwakan kerasulan, dan untukmenunaikan kewajiban-kewajiban status hidup mereka. Hendaknya para seminarisbelajar dengan perhatian sebesar itu juga membantu para religius pria maupunwanita, supaya mereka tetap hidup dalam rahmat panggilan mereka, danberkembang menurut spiritualitas pelbagai Tarekat mereka[42].

Pada umumnya hendaknya dalam diri seminaris dikembangkan kecakapan-kecakapan yang diperlukan untuk berdialog dengan sesama, misalnya: kemampuanuntuk mendengarkan orang lain, dan untuk dalam semangat cinta kasih membukahati bagi bermacam-macam segi kebutuhan manusia[43].

20. (Pembinaan untuk mengembangkan kerasulan)

Hendaknya para seminaris juga diajar memanfaatkan sumbangan yang dapatdiberikan oleh ilmu-ilmu pedagogi, psikologi dan sosiologi[44], menganut metode-metode yang tepat dan norma-norma Pimpinan Gereja. Begitu pula hendaklahmereka disiapkan dengan cermat untuk membangkitakan dan menggairahkan

kerasulan awam[45]

, begitu pula untuk mengembangkan aneka bentuk kerasulanyang lebih efektif. Hendaknya mereka diresapi semangat katolik yang sejati,sehingga mereka membiasakan diri untuk melampaui batas-batas keuskupan,bangsa maupun ritus, dan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan seluruhGereja, dengan hati yang siap-sedia untuk dimana-mana mewartakan Injil[46].

21. (Melatih diri melalui praktek pastoral)

Memang perlulah para seminaris tidak hanya secara teoritis mempelajari caramerasul, melainkan melatihnya juga secar praktis, dan mampu bertindak atastanggung jawab sendiri serta bekerja sama. Oleh karena itu sejak mereka menempuhstudi, juga pada waktu liburan, hendaknya mereka diajak menjalani praktek pastoralmelalui latihan-latihan yang tepat guna. Latihan-latihan itu harus dijalankan denganmengindahkan umur para seminaris dan situasi setempat, menurut kebijakan paraUskup, secara metodis, dan dibawah bimbingan mereka yang mahir dibidangpastoral. Sementara itu hendaknya tetap disadari, bahwa upaya-upaya adikodratimasih lebih diperlukan lagi[47].

VII. PEMBINAAN SEUSAI MASA STUDI

22. Terutama mengingat situasi masyarakat akhir-akhir ini, pembinaan imam jugaseusai kurikulum studi di Seminari masih perlu dilanjutkan dan disempurnakan [48].

42  Tentang pentingnya status hidup, yang didasarkan pada pengikraran nasehat-nasehat Injil: Lih. KONSILI

VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, bab VI; Dkerit tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup

Religius.43

  Lih. PAULUS VI, Ensiklik  Ecclesiam Suam, tagl. 6 Agustus 1964: AAS 56 (1964) seringkali, terutama hlm. 635

dan selanjutnya, dan 640 dan selanjutnya.44

  Lih. terutama YOHANES XXIII, Ensiklik  Mater et Magistra , tgl. 15 Mei 1961: AAS 53 (1961) hlm. 401 dan

selanjutnya.45

 Lih. terutama KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 33.46

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 17.47

  Banyak sekali dokumen para Paus, yang mengingatkan akan bahaya mengabaikan tujuan adikodrati dalamkegiatan pastoral, serta setidak-tidaknya secara praktis meremehkan bantuan-bantuan adikodrati. Lih. terutama

dokumen-dokumen yang tercantum dalam catatan kaki 41.48

  Dokumen-dokumen Takhta suci akhir-akhir ini mendesak, supaya para imam-imam baru diperhatikan secara

istimewa. Terutama baiklah disebut: PIUS XII, Motu Proprio Quandoquidem, tgl. 2 April 1949: AAS 41 (1949)

hlm. 165-167; Anjuran apostolik  Menti Nostrae, tgl. 23 September 1950: AAS 42 (1950); Konstitusi apostolik

(untuk para religius) Sedes Sapientiae, tgl 31 Mei 1956, dan Ktetapan-ketetapan umum yang dilampirkan; Amanat

Page 182: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 182/388

Maka termasuk wewenang Konferensi uskup, untuk disetiap negara mengerahkanupaya-upaya yang cukup berfaedah, misalnya lembaga-lembaga pastoral yangbekerja sama dengan paroki-paroki tertentu yang dipilih dengan saksama,pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan secara berkala, dan latihan-latihanyang sesuai. Hendaknya dengan upaya-upaya itu klerus angkatan muda lambat-

laun diajak menghayati imamat serta kegiatan merasul dalam dimensinya rohani,intelektul serta pastoral, dan dengan demikian makin mampu membaharui danmengembangkannya.

PENUTUP

Untuk meneruskan karya yang telah dimulai oleh Konsili Trento, para Bapa Konsili ini,- sambil penuh kepercayaan menyerahkan kepada para pembina dan para dosen di

Seminari-seminari tugas untuk mendidik para calon imam Kristus dalam semangatpembaharuan yang didukung oleh Konsili ini, - dengan sangat mendorong mereka,yang menyiapkan diri untuk pelayanan imam, supaya mereka sungguh menyadari,bahwa merekalah yang menjadi tumpuan harapan gereja serta keselamatan sesama.Semoga mereka dengan rela hati menyambut pedoman-pedoman yang tercantumdalam Dekrit ini, dan memperbuahkan hasil yang lestari dan berlimpah-limpah.

Semua dan masing-masing pokok, yang telah diuraikan dalam Dekrit ini, berkenan kepada paraBapa Konsili suci. Dan kami, atas kuasa Rasuli yang oleh Kristus diserahkan kepada Kami,dalam Roh Kudus menyetujui, memutuskan dan menetapkan itu semua bersama dengan paraBapa yang terhormat, lagi pula memerintahkan, agar segala sesuatu yang dengan demikian telahditetapkan dalam Konsili, dimaklumkan secara resmi demi kemuliaan Allah.

Roma, di gereja Santo Petrus, tanggal 28 bulan Oktober tahun 1965.

Saya PAULUS

Uskup Gereja katolik

( Menyusul tanda tangan para Bapa Konsili)

kepada para imam pada Pertemuan di Barcelona, tgl. 14 Juni 1957:  Discorsi e Radiomesagi, XIX, hlm. 271-273. –

PAULUS VI, Amanat kepada para imam tarekat Gian Matteo Giberti di keuskupan Verona, tgl. 13 Maret 1964.

Page 183: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 183/388

PAULUS USKUP

HAMBA PARA HAMBA ALLAH

BERSAMA BAPA-BAPA KONSILI SUCIDEMI KENANGAN ABADI

PERNYATAAN TENTANG PENDIDIKAN KRISTEN

PENDAHULUAN

Konsili Ekumenis ini penuh perhatian mempertimbangkan SANGAT PENTINGNYA

PENDIDIKAN dalam hidup manusia, serta dampak pengaruhnya yang makin besar atas perkembangan masyrakat zaman sekarang[1]. Memang benarlah, pendidikan kaum muda, bahkan

 juga semacam pembinaan terus-menerus kaum dewasa, dalam situasi zaman sekarang menjadi lebihmudah, tetapi sekaligus juga lebih mendesak. Sebab orang-orang makin menyadari martabatmaupun kewajiban mereka sendiri, dan ingin berperan serta makin aktif dalam kehidupan sosial,

terutama dibidang ekonomi dan politik [2]. Kemajuan-kemajuan yang mengagumkan di bidangteknologi dan penelitian ilmiah, begitu pula upaya-upaya komunikasi sosial yang baru, membuka

 peluang bagi khalayak ramai, yang acap kali mempunyai lebih banyak waktu bebas dari kesibukan-kesibukan, untuk dengan lebih mudah memanfaatkan harta warisan rohani dan budaya, dan untuksaling memperkaya melalui jaringan hubungan antar kelompok maupun antar bangsa yang lebih

erat.Oleh karena itu dimana-mana berlangsunglah usaha-usaha untuk makin meningkatkan mutu

karya pendidikan. Hak-hak asasi manusia, khususnya anak-anak serta orang tua, atas pendidikandinyatakan dan dikukuhkan dengan dokumen-dokumen resmi[3]. Menanggapi pesatnya laju pertambahan jumlah para siswa, dimana-mana sekolah-sekolah berlipatganda dan meningkat mutu,

serta diciptakan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Metode-metode pendidikan dan pengajarandikembangkan melalui eksperimen-eksperimen baru. Usaha-usaha yang sangat berarti dijalankan

untuk menyediakan segalanya bagi semua orang, sungguhpun anak-anak dan kaum muda masih banyak sekali, dan bahkan belum mendapat pendidikan dasar pun, dan masih sekian banyak oranglainnya belum menikmati pendidikan yang memadai, dan sekaligus memungkinkan usaha mencari

kebenaran serta mengembangkan cinta kasih.Adapun untuk melaksanakan perintah Pendirinya yang ilahi, yakni mewartakan misteri

keselamatan kepada semua orang yang membaharui segalanya dalam Kristus, Bunda Gereja yangkudus, wajib memelihara perihidup manusia seutuhnya, juga didunia ini, sejauh berhubungan

1  Di antara sekian banyak dokumen yang menguraikan pentingnya pendidikan, lihat terutama: BENEDIKTUS XV, Surat

apostolik Communes litteras, tgl. 10 April 1919: AAS 11 (1919) hlm. 172. – PIUS XI, Ensiklik Divini illius Magistri, tgl.

31 Desember 1929: AAS 22 (1930) hlm. 49-86. – PIUS XII, Amanat kepada kaum muda ACI (Aksi Katolik Italia), tgl.

20 April 1946:  Discorsi e Radiomessagi 8, hlm. 53-57. – IDEM, Amanat kepada para bapak keluarga dari perancis, tgl.

18 September 1951:  Discorsi e Radiomessagi   13hlm. 241-245. – YOHANES XXIII, Amanat pada Ulang Tahun ke-30

Ensiklik  Divini illius Magistri , tgl. 30 Desember 1959: AAS 52 (1960) hlm. 57-59. – Paulus VI, Amanat kepada para

anggota Federasi Lembaga-lembaga yang Tergantung pada Pimpinan Gereja ( Federazione Institut i Dipendenti

dall’Autorita Ecclesiastica), tgl. 30 Desember 1963:  Encicliche e Discorsi di S. S. paolo VI, I, Roma 1964, hlm. 601-603.

 – Lihat juga  Acta et Documenta Concilio Oecumenico Vaticano II apparando, seri I,  Antepraeparatoria,  jilid III, hlm.

363-364, 370-371, 373-374.2  Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik  Mater et Magistra, tgl. 15 Mei 1961: AAS 53 (1961) hlm. 413, 415-417, 424. – IDEM,

Ensiklik Pacem in terris, tgl. 11 April 1963: AAS 55 (1963) hlm. 278 dan selanjutnya.3 Lih. “Deklarasi tentang Hak-Hak Manusia”, yang disahkan oleh Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tgl. 10

Desember 1948. – Bdk. “Deklarasi tentang Hak-Hak Anak”, tgl. 20 November 1959. –  protocole additionel a la

convention de sauvegarde des droits de I’homme et des libertes fondamentale (Pratokol tambahan pada persetujuan untuk

menjamin hak-hak manusia serta kebebasan-kebebasan dasar), Paris, tgl. 20 Maret 1952. – Mengenai “Deklarasi tentang

Hak-Hak Manusia”, lih. YOHANES XXIII, Ensiklik  Pacem in terris, tgl. 11 April 1963: AAS 55 (1963) hlm. 295 dan

selanjutnya.

Page 184: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 184/388

Page 185: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 185/388

mendukung perubahan dunia menurut tata-nilai kristen. Demikianlah nilai-nilai kodrati akanditampung dalam perspektif menyeluruh manusia yang telah ditebus oleh kristus, dan merupakansumbangan bagi kesejahteraan segenap masyarakat[9]. Oleh karena itu Konsili ini mengingatkan

kepada para Gembala jiwa-jiwa akan kewajiban mereka yang amat berat untuk mengusahakansegala sesuatu, supaya seluruh umat beriman menerima pendidikan kristen, terutama amgkatan

muda yang merupakan harapan Gereja[10].

3. (Mereka yang bertanggung jawab atas pendidikan)

Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, terikat kewajiban amat beratuntuk mendidik anak mereka. Maka orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang

 pertama dan utama[11]. Begitu pentinglah tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan, sangat sukar pula dapat dilengkapi. Sebab merupakan kewajiban orang tua: menciptakan lingkungan keluarga,yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa,

sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Maka keluargaitulah lingkungan pendidikan pertama keutamaan-keutamaan sosial, yang dibutuhkan oleh setiap

masyarakat. Adapun terutama dalam keluaraga kristen, yang diperkaya dengan rahmat sertakewajiban Sakramen Perkawinan, anak-anak sudah sejak dini harus diajar mengenal Allah serta berbakti kepada-Nya dan mengasihi sesama, seturut iman yang telah mereka terima dalam Baptis.

Disitulah anak-anak menemukan pengalaman pertama masyarakat manusia yang sehat serta Gereja.Melalui keluargalah akhirnya mereka lambat-laun diajak berintegrasi dalam masyarakat manusia

dan umat Allah. Maka hendaklah para orang tua menyadari, betapa pentinglah keluarga yangsungguh kristen untuk kehidupan dan kemajuan umat Allah sendiri[12].

Tugas menyelenggarakan pendidikan, yang pertama-tama menjadi tanggung jawab keluarga,

memerlukan bantuan seluruh masyarakat. Oleh sebab itu, disamping hak-hak orang tua sertamereka, yang oleh orangtua diserahi peranserta tugas dalam mendidik, masyarakatpun mempunyai

kewajiban-kewajiban dan hak-hak tertentu, sejauh merupakan tugas wewenangnya untuk mengatursegala-sesuatu yang diperlukan bagi kesejahteraan umum di dunia ini. Termasuk tugasnya: dengan pelbagai cara memajukan pendidikan generasi muda; misalnya: melindungi kewajiban maupun hak-

hak para orangtua serta pihak-pihak lain, yang memainkan peranan dalam pendidikan, dan

membantu mereka: sesuai dengan prinsip subsidiaritas melengkapi karya pendidikan, bila usaha-

usaha para orangtua dan kelompok-kelompok lain tidak memadai, tetapi dengan mengindahkankeinginan-keinginan para orangtua; kecuali itu, sejauh dibutuhkan bagi kesejahteraan umum,mendirikan sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan[13].

Akhirnya secara istimewa pendidikan termasuk tugas Gereja, bukan hanya masyarakat punharus diakui kemampuannya menyelenggarakan pendidikan, melainkan terutama karena Gereja

 bertugas mewartakan jalan keselamatan pada semua orang, menyalurkan kehidupan kristus kepadaumat beriman, serta tiada hendtinya penuh perhatian membantu mereka, supaya mampu meraihkepenuhan kehidupan itu[14]. Jadi bagi para putera-puteri Gereja selaku Bunda wajib

menyelenggarakan pendidikan, supaya seluruh hidup mereka diresapi oleh semangat Kristus. Lagi pula Gereja menyumbangkan bantuannya kepada semua bangsa, untuk mendukung penyempurnaan

 pribadi manusia seutuhnya, juga demi kesejahteraan masyarakat dunia, dan demi pembangunandunia sehingga menjadi makin manusiawi[15].

9 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 36.

10 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Tugas pastoral para Uskup dalam Gereja, art. 12-14.

11 Lih. PIUS XI, Ensiklik  Divini illius Magistri : AAS 22 (1930) hlm. 59 dan selanjutnya. – IDEM, Ensiklik  Mit brennender

Sorge, tgl. 14 Maret 1937: AAS 29 (1937)hlm. 164 dan selanjutnya. PIUS XII, Amanat kepada Kongres Nasional I

Perserikatan Guru-Guru Katolik di Italia (AIMC), tgl. 8 September 1946: Discorsi e Radiomessagi 8, hlm. 218.12

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 11 dan 35.13 Lih. PIS XI, Esniklik  Divini illius Magistri : AAS 22 (1930) hlm. 63 dan selanjutnya. – PIUS XII, Amanat radio tgl. 1 Juni

1941: AAS 33 (1941) hlm. 200. – IDEM, Amanat kepada Kongres Nasional I Perserikatan Guru-Guru Katolik di Italia,tgl. 8 September 1946:  Discorsi e Radiomessaggi, 8, hlm. 218. – Tentang prinsip subsidiaritas, lih. YOHANES XXIII,

Ensiklik Pacem in terris, tgl. 11 April 1963: AAS 55 (1963)hlm. 294.14 Lih. PIUS XI, Ensiklik  Divini illius Magistri: AAS 22 (1930) hlm. 53 dan selanjutnya. – IDEM, Ensiklik  Non abbiamo

bisogno, tgl. 29 Juni 1931: AAS 23 (1931)hlm. 311 dan selanjutnya. – PIUS XII, Surat Sekretariat Negara kepada pekan

Soaial Italia XXVIII, tgl. 20 September 1955: L’Osservatore Roman, tgl. 29 September 1955.15

  Gereja memuji para penguasa masyarakat, setempat, nasional maupun internasioanal, yang menyadari kebutuhan-

kebutuhan lebih mendesak zaman sekarang , dan mengusahakan sedapat mungkin, supaya semua bangsa dapat ikut

memanfaatkan pendidikan yang lebih penuh dan ikut menghayati kebudayaan.

Page 186: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 186/388

4. (Aneka upaya untuk melayani pendidikan kristen)Dalam menunaikan tugasnya dibidang pendidikan, Gereja memang memperhatikan segala upayayang mendukung, tetapi terutama mengusahakan upaya-upaya yang khas baginya. Diantaranya

yang utama ialah pendidikan kateketis[16], yang menyinari dan meneguhkan iman, menyediakansantapan bagi hidup menurut semangat kristus, mengantar kepada partisipasi yang sadar dan aktif

dalam Misteri Liturgi[17], dan menggairahkan kegiatan merasul. Gereja sangat menghargai dan berusaha meresapi dengan semangatnya serta mengangkat upaya-upaya lainnya juga, yangtermasuk harta warisan bersama umat manusia, dan yang cukup besar maknanya untuk

mengembangkan jiwa dan membina manusia, dan yang cukup besar maknanya untukmengembangkan jiwa dan membina manusia, misalnya upaya komunikasi-komunikasi sosial[18],

 banyak kelompok-kelompok yang bertujuan mengembangkan badan dan jiwa, himpunan-himpunankaum muda, dan terutama sekolah-sekolah.

5. (Pentingnya sekolah)Diantara segala upaya pendidikan sekolah mempunyai makna yang istimewa[19]. Sementara terus-

menerus mengembangkan daya kemampuan akalbudi, berdasarkan misinya sekolah menumbuhkankemampuan memberi penilaian yang cermat, memperkenalkan harta warisan budaya yang telahdihimpun oleh generasi-gerasi masa silam, meningkatkan kesadaran akan tata nilai, menyiapkan

siswa untuk mengelola kejuruan tertentu, memeupuk rukun persahabatan antara para siswa yang beraneka watak-perangai maupun kondisi hidupnya, dan mengembangkan sikap saling memahami.

Kecuali itu sekolah merupakan bagaikan suatu pusat kegiatan kemajuan, yang serentak harusmelibatkan keluarga-keluarga, para guru, bermacam-macam perserikatan yang memajukan hidup berbudaya, kemasyarakatan dan keagamaan, masyarakat sipil dan segenap keluarga manusia.

Maka sungguh indah tetapi berat jugalah panggilan mereka semua, yang untuk membantu paraorang tua menunaikan kewajiban mereka sebagai wakil-wakil masyarakat, sanggup menjalankan

tugas kependidikan disekolah-sekolah. Panggilan itu memerlukan bakat-bakat khas budi maupunhati, persiapan yang amat saksama, kesediaan tiada hentinya untuk membaharui dan menyesuaikandiri.

6. (Kewajiban dan hak-hak orang tua)

Orangtualah yang pertama-tama mempunyai kewajiban dan hak yang pantang diganggu gugatuntuk mendidik anak-anak mereka. Maka sudah seharusnyalah mereka sungguh-sungguh bebasdalam memilih sekolah-sekolah. Maka pemerintah, beserta kewajibannya melindungi dan membela

kebebasan para warga negara, sambil mengindahkan keadilan dan pemerataan, wajibmengusahakan, supaya subsidi-subsidi negara dibagikan sedemikian rupa, sehingga para orang tua

mampu dengan kebebasan sepenuhnya memilihkan bagi anak-anak mereka sekolah-sekolahmenurut suara hati mereka[20].

Pada umumnya termasuk fungsi negara mengusahakan, supaya semua warganya berpeluang

melibatkan diri dalam hidup berbudaya sebagaimana mestinya, dan menjalani persiapan selayaknyauntuk menunaikan tugas-kewajiban serta menggunakan hak-hak mereka selaku warga negara.

Maka negara sendiri wajib menjamin hak anak-anak atas pendidikan sekolah yang memadai,mengawasi kemampuan para guru serta menjaga mutu studi, memperhatikan kesehatan para murid,dan pada umumnya meningkatkan seluruh sitem persekolahan, sambil menerapkan prinsip

subsidiaritas, dan karena itu dengan menghindari segala macam monopoli persekolahan. Sebabmonopoli itu bertentangan dengan hak-hak asasi pribadi manusia, kemajuan serta pemerataan

kebudayaan sendiri juga, kehidupan bersama para warganegara dalam damai, serta kemacam-ragaman yang sekarang ini berlaku di banyak masyarakat[21].

16  Lih. PIUS XI, Motu Proprio Orbem catholicum, tgl. 29 Juni 1923: AAS 15 (1923) hlm. 327-329. – Dekrit  Provide sane ,

tgl. 12 Januari 1935: AAS 27 (1935) hlm. 145-152. – KONSILI VATIKAN II, Dekrit tentang Tugas Pastoral para Uskup

dalam gereja, art. 13 dan 14.17

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Liturgi, art. 14.18

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Dekrit tentang Upaya-Upaya Komunikasi Sosial, art. 13 dan 14.19  Lih. PIUS XI, Ensiklik  Divini illius Magistri: AAS 22 (1930) hlm. 76. – PIUS XII, Amanat kepada Serikat Guru-Guru

Katolik di Bayem, Jerman, tgl. 31 Desember 1956: Discorsi e Radiomessaggi 18, hlm. 746.20

  Lih. KONSILI PROVINSI CINCINNATI III, tahun 1861: Collatio Lacensis III kolom 1240, c/d. – PIUS XI, Ensiklik

 Divini ill ius Magistri: AAS 22 (1930) hlm. 60, 63 dan selanjutnya.21

 Lih. PIUS XI, Ensiklik  Divini illius Magistri : AAS 22 (1930) hlm. 63. – IDEM, Ensiklik  Non abbiamo bisogno, tgl. 29

Juni 1931: AAS 23 (1931) hlm. 305. – PIUS XII, Surat Sekretariat Negara kepada Pekan Sosial Italia XXVIII, tgl. 20

Page 187: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 187/388

  Konsili suci mendorong umat beriman, supaya rela memberi bantuan untuk menemukanmetode-metode pendidikan serta sitem pengajaran yang cocok, dan untuk pembinaan guru-guruyang mampu mendidik kaum muda seperti semestinya, begitu pula untuk dengan bantuan mereka –

terutama melalui perserikatan orangtua – ikut menopang seluruh peranan sekolah dan terutama penyelenggaraan pendidikan moral[22].

7. (Pendidikan moral dan kegamaan di sekolah)Selain itu Gereja menyadari sangat beratnya kewajibannya untuk dengan tekun mengusahakan

 pendidikan moral dan keagamaan semua putera-puterinya. Maka Gereja harus hadir dengan kasih-keprihatinan serta bantuannya yang istimewa bagi sekian banyak siswa, yang menempuh studi di

sekolah-sekolah bukan katolik. Kehadirannya itu hendaklah dinyatakan baik melalui kesaksianhidup mereka yang mengajar dan membimbing siswa-siswi itu, melalui kegiatan kerasulan sesamasiswa[23], maupun terutama melalui pelayanan para imam dan kaum awam, yang menyampaikan

ajaran keselamatan kepada mereka, dan yang memberi pertolongan rohani kepada mereka melalui berbagai usaha yang tepat guna dengan situasi setempat dan semasa..

Oleh Konsili para orangtua diingatkan akan kewajiban mereka yang berat, untukmenyelenggarakan atau juga menuntut apa saja yang diperlukan, supaya anak-anak merekamendapat kemudahan-kemudahan itu, dan mengalami kemajuan dalam pembinaan kristen, yang

serasi dengan pendidikan profan mereka. Kecuali itu Gereja memuji para penguasa dan masyarakatsipil, yang dengan mengindahkan kemajemukan masyarakat zaman sekarang serta menjamin

kebebasan beragama sebagaimana wajarnya, menolong keluarga-keluarga, supaya pendidikan anak-anak disemua sekolah dapat diselenggarakan seturut prinsip-prinsip moral dan religius yang dianutoleh keluarga-keluarga itu sendiri[24].

8. (Sekolah-sekolah katolik)

Kehadiran Gereja di dunia persekolahan secara khas nampak melalui sekolah katolik. Tidak kurangdari sekolah-sekolah lainnya, sekolah katolik pun mengejar tujuan-tujuan budaya danmenyelenggarakan pendidikan manusiawi kaum muda. Tetapi ciri khasnya ialah menciptakan

lingkungan hidup bersama di sekolah, yang dijiwai oleh semangat Injil kebebasan dan cinta kasih,

dan membantu kaum muda, supaya dalam mengembangkan kepribadian mereka sekaligus

 berkembang sebagai ciptaan baru, sebab itulah mereka, karena menerima Baptis. Termasuk cirisekolah katolik pula, mengarahkan seluruh kebudayaan manusia akhirnya kepada pewartaankeselamatan, sehingga pengetahuan yang secara berangsur-angsur diperoleh para siswa tentang

dunia, kehidupan dan manusia disinari oleh terang iman[25]. Demikianlah sekolah katolik, sementarasebagaimana harusnya membuka diri bagi kemajuan dunia modern, mendidik para siswanya untuk

dengan tepat-guna mengembangkan kesejahteraan masyarakat di dunia, serta menyiapkan merekauntuk pengabdian demi meluasnya Kerajaan Allah, sehingga dengan memberi teladan hidupmerasul mereka menjadi bagaikan ragi keselamatan bagi masyarakat luas.

Karena sekolah katolik dapat memberi sumbangan begitu besar kepada umat Allah untukmenunaikan misinya dan menunjang dialog antara Gereja dan masyarakat yang menguntungkan

kedua pihak, maka juga bagi situasi kita sekarang ini tetap penting sekali. Oleh karena itu Konsiliini sekali lagi mengulangi pernyataan, bahwa – seperti berkali-kali telah ditetapkan dalamdokumen-dokumen Magisterium[26]  – Gereja berhak secara bebas mendirikan dan mengurus segala

macam sekolah pada semua tingkat. Sementara itu Konsili mengingatkan juga, bahwa pelaksanaan

September 1955:  L’Osservatore Romano, tgl 29 September 1955. – PAULUS VI, Amanat kepada Serikat Kristen para

Buruh Italia (ACLI), tgl. 6 Oktober 1963: Encicliche e Discorsi di Paolo VI , I, Roma 1964, hlm. 230.22

 Lih. YOHANES XXIII, Amanat pada Ulang Tahun ke-30 Ensiklik  Divini illius Magistri , tgl. 30 Desember 1959: AAS 52

(1960) hlm. 57.23

  Gereja menjunjung tinggi kegiatan kerasulan, yang juga disekolah-sekolah itu dapat dilaksanakan oleh para murid dan

sesama siswa yang beragama katolik.24  Lih. PIUS XII, Amanat kepada perserikatan Guru-Guru Katolik di Bayem, tgl. 31 Desember 1956:  Discorsi e

 Radiomessagi 18, hlm. 745 dan selanjutnya.25

  Lih. KONSILI PROVINSI WESTMINSTER I, tahun 1852: Collatio Lacensis III, kolom 1334 a/b. – PIUS XI, Ensiklik

 Divini illius Magistri: AAS 22 (1930) hlm. 77 dan selanjutnya. – PIUS XII, Amanat kepada Serikat Guru-Guru Katolik di

Bayem, tgl. 31 Desember 1956:  Discorsi e Radiomessagi   18, hlm. 746. – PAULUS VI, Amanat kepada para anggota

Federasi Lembaga-lembaga yang Tergantung pada Pimpinan Gereja (FIDAE), tgl. 30 Desember 1963:  Encicliche e

 Discorsi di Paolo VI , I, Roma 1964, hlm. 602 dan selanjutnya.26

  Lihat terutama dokumen-dokumen yang telah disebutkan pada catatan kaki 1. Selain itu hak Gereja itu ditegaskan juga

oleh banyak Konsili Provinsi, dan oleh Pernyataan-pernyataan banyak Konferensi Uskup akhir-akhir ini.

Page 188: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 188/388

hak itu merupakan dukungan kuat sekali untuk melindungi kebebasan suarahati serta hak-hak paraorangtua, lagi pula banyak menunjang kemajuan kebudayaan sendiri.

Hendaknya para guru menyadri, bahwa terutama peranan merekalah yang menentukan bagi

sekolah katolik, untuk dapat melaksanakan rencana-rencana dan usaha-usahanya [27]. Maka dari ituhendaklah mereka sungguh-sungguh disiapkan, supaya membawa bekal ilmu-pengetahuan profan

maupun keagamaan yang dikukuhkan oleh ijazah-ijazah semestinya, dan mempunyai kemahiranmendidik sesuai dengan penemuan-penemuan zaman modern. Hendaklah cinta kasih menjadiikatan mereka timbal balik dengan para siswa, dan mereka dijiwai oleh semangat merasul. Dengan

demikian hendaknya mereka memberi kesaksian tentang Kristus Sang Guru satu-satunya melalui perihidup dan tugas mereka mengajar. Hendaknya mereka tahu bekerja sama, terutama dengan para

orangtua. Bersama orangtua hendaklah para guru dalam seluruh pendidikan memperhatikan perbedaan jenis serta panggilan khas pria maupun wanita dalam keluarga dan masyarakat, sepertitelah ditetapkan pleh Penyelenggaraan ilahi. Hendaknya mereka berusaha membangkitan pada para

siswa kemampuan bertindak secara pribadi, dan juga sesudah para siswa tamat sekolah hendaklah para guru tetap mendampingi mereka dengan nasehat-nasehat, sikap bersahabat, pun melalui

himpunan-himpunan yang bertujuan khusus dan bernafaskan semangat gerejawi yang sejati.Konsili menyatakan, bahwa pelayanan para guru itu sungguh-sungguh merupakan kerasulan, yangmemang perlu dan benar-benar menanggapi kebutuhan zaman sekarang, sekaligus juga pengabdian

yang sejati kepada masyarakat. Konsili mengingatkan para orang tua katolik akan keajiban mereka,untuk bilamana dan dimana pun mungkin menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah

katolik, sekedar kemampuan mereka menanggung kelangsungannya, dan bekerja sama dengannyademi kepentingan anak-anak [28].

9. (Berbagai macam sekolah katolik)Hendaknya semua sekolah, yang bagaimana pun bernaung pada gereja, sedapat mungkin

membentuk diri menurut citra sekolah katolik itu, sungguhpun sesuai dengan berbagai situasisetempat sekolah katolik dapat mengenakan aneka bentuk pula[29]. Jelas jugalah Gereja memandangsangat berharga sekolah-sekolah katolik, terutama didaerah Gereja-Gereja yang masih muda, yang

menampung siswa-siswa bukan katolik juga.

Pada umumnya dalam mendirikan dan mengurus sekolah-sekolah katolik hendaknya

kebutuhan-kebutuhan zaman yang makin maju sungguh ditanggapi. Oleh sebab itu memang tetapharus dikembangkan sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah, yang meletakkan dasar-dasar pendidikan; tetapi patut dihargai juga sekolah-sekolah, yang secara khas dibutuhkan dalam situasi

sekarang, misalnya apa yang disebut sekolah-sekolah kejuruan[30]  dan teknik, lembaga-lembaga bagi pembinaan kaum dewasa, pengembangan bantuan-bantuan sosial, serta penampungan para

 penyandang cacat yang memerlukan pelayanan istimewa, begitu pula sekolah-sekolah untukmempersiapkan guru-guru pendidikan agama dan untuk bentuk-bentuk pendidikan lainnya.

Konsili suci dengan sangat menganjurkan kepada para Gembala Gereja dan segenap umat

 beriman, supaya tanpa melewatkan pengorbanan manapun membantu sekolah-sekolah katolik,untuk semakin sempurna menjalankan tugasnya, dan terutama untuk menanggapi kebutuhan-

kebutuhan mereka, yang miskin harta duniawi, atau hidup tanpa bantuan atau kasih sayangkeluarga, atau masih jauh dari kurnia iman.

10. (Fakultas dan universitas katolik)Begitu pula sekolah-sekolah tingkat lebih tinggi, terutama universitas-universitas dan fakultas-

fakultas, dari pihak Gereja mendapat perhatian yang istimewa. Bahkan Gereja menghendaki,supaya diperguruan-perguruan yang bernaung padanya secara laras terpadu masing-masing bidangilmu dikembangkan menurut asas-asasnya sendiri, dengan metodenya sendiri, dan dengan

kebebasan penelitian ilmiah sedemikian rupa, sehingga ilmu-pengetahuan di bidang-bidang itu kian

27  Lih. PIUS XI, Ensiklik  Divini illius Magistri: AAS 22 (1930) hlm. 80 dan selanjutnya. – PIUS XII, Amanat kepada

Perserikatan Katolik Italia untuk Guru-Guru Sekolah Menengah (UCIIM), tgl. 5 Januari 1954:  Discorsi e Radiomessagi15, hlm. 551-556. – YOHANES XXIII, Amanat kepada Kongres Vi Perserikatan Guru-Guru Katolik di Italia (AIMC),

tgl. 5 September 1959: Dicorsi, Messagii, Colloqui, I, Roma 1960, hlm. 427-431.28 Lih. PIUS XII, Amanat kepada Perserikatan Katolik Italia untuk Guru-Guru Sekolah menengah (UICIIM), tgl. 5 Januari

1954 : Discorsi e Radiomessaggi 15, hlm. 555.29

  Lih. PAULUS VI, Amanat kepada Biro Internasional pendidikan Katolik (OIEC), tgl. 25 februari 1964:  Encicliche e

 Discorsi di Paolo VI , II, Roma 1964, hlm. 232.30

  Lih. PAULUS VI, Amanat kepada Perserikatan Kristen Kaum Buruh di Italia (ACLI), tgl. 6 Oktober 1963:  Encicliche e

 Discorsi di Paolo VI , I, Roma 1964, hlm. 229.

Page 189: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 189/388

Page 190: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 190/388

  Maka hendaklah fakultas-fakultas gerejawi pada saatnya meninjau kembali Anggaran Dasarnya,secara intensif mengembangkan teologi serta ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya, dan denganmemanfaatkan metode-metode serta upaya-upaya yang mutakhir pula, membina para

mahasiswanya untuk tetap melanjutkan penelitian-penelitian.

12. (Koordinasi di bidang persekolahan)Kerja sama, yang pada tingkat keuskupan, nasional maupun internasional dari hari ke hari makinmendesak dan makin tepat guna, sangat perlu juga di dunia persekolahan. Oleh sebab itu hendaklah

diusahakan sedapat mungkin, supaya antara sekolah-sekolah katolik koordinasi makin dipererat, begitu pula dikembangkan kerja sama antara sekolah-sekolah katolik dan sekolah-sekolah lainnya.

Kerja sama itu dibutuhkan demi kesejahteraan segenap masyarakat[36].Berkat koordinasi dan kerja sama yang lebih erat itu, terutama dikalangan lembaga-lembaga

akademis, akan diperbuahkan hasil-hasil yang lebih melimpah. Maka hendaklah disetiap universitas

 berbagai fakultas saling membantu, sejauh kekhususan masing-masing mengijinkannya.Universitas-universitas sendiri hendaknya berpadu maksud dan menjalin kerja sama, dengan

 bersama-sama menyelenggarakan kongres-kongres internasional, saling berbagi tugas dibidang penelitian ilmiah, mengadakan pertukaran hasil-hasil penelitian, mengusahakan pertukaran dosen-dosen untuk sementara waktu, dan mendukung usaha-usaha lain, yang dapat meningkatkan kerja

sama.

PENUTUP

Konsili dengan sangat mendorong angkatan muda, supaya menyadari keluhuran tugas mendidik,dan menyediakan diri untuk dengan kebesaran jiwa menerima tugas itu, terutama didaerah-daerah,yang kekurangan guru, sehingga pendidikan kaum muda menghadapi krisis.

Konsili menyatakan syukur terima kasih sebesar-besarnya kepada imam-imam, para religius

 pria maupun wanita, dan kaum awam, yang dengan dedikasi injili membaktikan diri dalam karya

luhur pendidikan dan persekolahan di pelbagai jenis dan pada berbagai tingkat. Konsili mengajakmereka, supaya tetap bertahan dengan kebesaran jiwa dalam tugas yang mereka jalankan, lagi pulasupaya dalam meresapkan semangat kristus di hati para siswa, dalam keahlian mendidik, dan dalam

menekuni ilmu-pengetahuan berusaha menjadi unggul sedemikian rupa, sehingga mereka bukanmelulu mendukung pembaharuan intern Gereja, melainkan mempertahankan serta meningkatkan

kehadiran Gereja yang dermawan terutama didunia ilmu pengetahuan zaman sekarang.

Semua dan masing-masing pokok, yang telah diuraikan dalam Pernyataan ini, berkenan kepada paraBapa Konsili suci. Dan kami, atas kuasa Rasuli yang oleh Kristus diserahkan kepada Kami, dalam RohKudus menyetujui, memutuskan dan menetapkan itu semua bersama dengan para Bapa yangterhormat, lagi pula memerintahkan, agar segala sesuatu yang dengan demikian telah ditetapkan dalamKonsili, dimaklumkan secara resmi demi kemuliaan Allah.

Roma, di gereja Santo Petrus, tanggal 28 bulan Oktober tahun 1965.

Saya PAULUSUskup Gereja katolik

( Menyusul tanda tangan para Bapa Konsili)

36  Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik  Pacem in terris , tgl. 11 April 1963: AAS 55 (1963) hlm. 284 dan di berbagai temapt

lainnya.

Page 191: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 191/388

Page 192: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 192/388

Page 193: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 193/388

Page 194: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 194/388

Page 195: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 195/388

Page 196: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 196/388

PAULUS USKUP

HAMBA PARA HAMBA ALLAHBERSAMA BAPA-BAPA KONSILI SUCI

DEMI KENANGAN ABADI

KONSTITUSI DOGMATISTENTANG WAHYU ILAHI

PENDAHULUAN

Sambil mendengarkan SABDA ALLAH dengan khidmat dan mewartakannya penuhkepercayaan, Konsili suci mematuhi amanat S. YOHANES: “Kami mewartkan kepadamuhidup kekal, yang ada pada Bapa dan telah nampak kepada kami: Yang kami lihat dan kamidengar, itulah yang kami wartakan kepadamu, supaya kamupun beroleh persekutuan kitabersama Bapa dan Putera-Nya Yesus kristus” (1Yoh 1:2-3). Maka dari itu, sambil mengikuti jejak Konsili Trente dan Konsili Vatikan I, Konsili ini bermaksud menyajikan ajaran yang aslitentang wahyu ilahi dan bagaiman itu diteruskan, supaya dengan mendengarkan pewartaankeselamatan seluruh dunia mengimaninya, dengan beriman berharap, dan dengan berharapmencintainya[1].

BAB SATU

TENTANG WAHYU SENDIRI

2. (Hakekat wahyu)

Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya Allah berkenan mewahyukan diri-Nya danmemaklumkan rahasia kehendak-Nya (lih. Ef 1:9); berkat rahasia itu manusia dapatmenghadap Bapa melalui Kristus Sabda yang menjadi daging, dalam Roh Kudus, danikut serta dalam kodrat ilahi (lih. Ef 2:18; 2Ptr 1:4). Maka dengan wahyu itu Allah yangtidak kelihatan (lih. Kol 1:15; 1Tim 1:17) dari kelimpahan cinta kasih-Nya menyapamanusia sebagai sahabat-sahabat-Nya (lih. Kel 33:11; Yoh 15:14-15), dan bergaul denganmereka (lih. Bar 3:38), untuk mengundang mereka ke dalam persekutuan dengan diri-Nyadan menyambut mereka didalamnya. Tata perwahyuan itu terlaksana melalui perbuatan

dan perkataan yang amat erat terjalin, sehingga karya, yang dilaksanakan oleh Allahdalam sejarah keselamatan, memperlihatkan dan meneguhkan ajaran serta kenyataan-kenyataan yang diungkapkan dengan kata-kata, sedangkan kata-kata menyirkan karya-karya dan menerangkan rahasia yang tercantum di dalamnya. Tetapi melalui wahyu itu

1 Lih. S. AGUSTINUS, Tentang mengajar agama kepada mereka yang serba tidak tahu, bab IV, 8: PL 40:316.

Page 197: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 197/388

Page 198: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 198/388

Page 199: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 199/388

Page 200: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 200/388

Page 201: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 201/388

BAB EMPAT

PERJANJIAN LAMA

14. (Sejarah keselamatan dalam kitab-kitab Perjanjian Lama)

Allah yang mahakasih dengan penuh perhatian merencanakan dan menyiapkankeselamatan segenap umat manusia. Dalam pada itu Ia dengan penyelenggaraan yangistimewa memilih bagi diri-Nya suatu bangsa, untuk diserahi janji-janji-Nya. Sebabsetelah mengadakan perjanjian dengan Abraham (lih. Kej 15:18) dan dengan bangsa Israelmelalui Musa (lih. Kel 24:8), dengan sabda maupun karya-Nya Ia mewahyukan Dirikepada umat yang diperoleh-Nya sebegai satu-satunya Allah yang benar dan hidupsedemikian rupa, sehingga Israel mengalami bagaimanakah Allah bergaul denganmanusia. Dan ketika Allah bersabda melalui para Nabi, Israel semakin mendalam danterang memahami itu, dan semakin meluas menunjukkannya diantara para bangsa (lih.Mzm 21:28-29; 95:1-3; Yes 2:1-4; Yer 3:17). Adapun tata keselamatan, yang diramalkan,

diceritakan dan diterangkan oleh para pengarang suci, sebagai sabda Allah yang benarterdapat dalam Kitab-kitab Perjanjian Lama. Maka dari itu kitab-kitab itu, yang diilhamioleh Allah, tetap mempunyai nilai abadi: “Sebab apapun yang tertulis, ditulis untukmenjadi pelajaran bagi kita, supaya kita karena kesabaran dan penghiburan Kitab sucimempunyai pengharapan” (Rom 15:4).

15. (Arti Perjanjian Lama untuk Umat kristiani)

Tata keselamatan Perjanjian Lama terutama dimaksudkan untuk meyiapkan kedatanganKristus Penebus seluruh dunia serta Kerjaan al Masih, mewartakannya dengan nubuat-nubuat (lih. Luk 24:44; Yoh 5:39; 1Ptr 1:10), dan menandakannya dengan pelbagailambang (lih. 1Kor 10:11). Kitab-kitab perjanjian Lama, sesuai dengan keadaan umatmanusia sebelum zaman pemulihankeselamatan oleh Kristus, mengungkapkan kepadasemua orang pengertian tentang Allah dan manusiaserta cara-cara Allah yang adil danrahim bergaul dengan manusia. Meskipun juga mencantumkan hal-hal yang tidaksempurna dan bersifat sementara, kitab-kitab itu memaparkan cara pendidikan ilahi yangsejati[28]. Maka kitab-kitab itu, yang mengungkapkan kesadaran hidup akan Allah, yangmencantumkan ajaran-ajaran yang luhur tentang Allah serta kebijaksanaan yangmenyelamtakan tentang perihidup manusia, pun juga perbendaharaan doa-doa yangmenakjubkian, akhirnya secara terselubung mengemban keselamatan kita, kitab-kitab ituharus diterima dengan khidmat oleh Umat beriman kristiani.

16. ((Kesatuan antara kedua Perjanjian)Allah, pengilham dan pengarang kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Baru, dalamkebijaksanaan-Nya mengatur (Kitab suci) sedemikian rupa, sehingga Perjanjian Barutersembunyi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Lama terbuka dalam PerjanjianBaru[29]. Sebab meskipun Kristus mengadakan Perjanjian yang Baru dalam darah-Nya (lih.Luk 22:20; 1Kor 11:25), namun Kitab-kitab Perjanjian Lama seutuhnya ditampung dalampewartaan Injil[30], dan dalam Perjanjian Baru memperoleh dan memperlihatkanmaknanya yang penuh (lih. Mat 5:17; Luk 24:27; Rom 16:25-26; 2Kor 3:14-16) dansebaliknya juga menyinari dan menjelaskan Perjanjian Baru.

28 PIUS XI, Ensiklik Mit brenneder Sorge, 14 Maret 1937: AAS 29 (1937) hlm. 151.

29 S. AGUSTINUS, Quaest. In Hept. 2,73: PL 34,623.

30  S. IRENIUS, melawan bidaah-bidaah, III,21,3: PG 7,950; (=25,1: HARVEY 2, hlm. 115). S. SIRILUS dari Yerusalem,

Katekese 4,35: PG 33,497. TEODORUS dari Mopsuesta, Tentang Zef 1:4-6: PG 66,425D-435A.

Page 202: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 202/388

BAB LIMA

PERJANJIAN BARU

17. (Keluhuran Perjanjian Baru)

Sabda Allah, yang merupakan kekuatan Allah demi keselamatan semua orang yangberiman (lih. Rom 1:16), dalam Kitab-kitab Perjanjian Baru disajikan secara istimewa danmemperlihatkan daya kekuatannya. Sebab setelah genap waktunya (lih. Gal 4:4), Sabdayang menjadi daging dan diam di antara kita penuh rahmat dan kebenaran (lih. Yoh 1:14).Kristus mendirikan Kerajaan Allah di dunia, dengan karya dan sabda-Nya menampakkanBapa-Nya dan Diri-Nya sendiri, dengan wafat, kebangkitan serta kenaikan-Nya penuhkemuliaan, pun dengan mengutus Roh Kudus menyelesaikan karya-Nya. Setelahditinggikan dari bumi Ia menarik semua orang kepada diri-Nya (lih. Yoh 12:32, yun).Dialah satu-satunya, yang mempunyai sabda kehidupan kekal (lih. Yoh 6:68). Adapunrahasia itu tidak dinyatakan kepada angkatan-angkatan lain, seperti sekarang telah

diwahyukan dalam Roh Kudus kepada para Rasul-Nya yang suci serta para Nabi (lih. Ef3:4-6, yun), supaya mereka mewartakan Injil, membangkitkan iman akan Yesus Kristusdan Tuhan, dan menghimpun Gereja. Tentang peristiwa-peristiwa itu dalam kitab-kitabPerjanjian Baru terdapat kesaksian kekal dan ilahi.

18. (Asal-usul Injil dari para Rasul)

Semua orang tahu, bahwa diantara semua kitab, juga yang termasuk Perjanjian Baru,Injillah yang sewajarnya menduduki tempat istimewa. Sebab Injil merupakan kesaksianutama tentang hidup dan ajaran Sabda yang menjadi daging, Penyelamat kita.

Selalu dan di mana-mana Gereja mempertahankan dan tetap berpandangan, bahwakeempat Injil berasal dari para rasul. Sebab apa yang atas perintah Kristus diwartakanoleh para rasul, kemudian dengan ilham Roh ilahi diteruskan secara tertulis kepada kitaoleh mereka dan orang-orang kerasulan, sebagai dasar iman, yakni Injil dalam keempatbentuknya menurut Mateus, Markus, Lukas dan Yohanes[31].

19. (Sifat historis Injil)

Bunda Gereja yang kudus dimasa lampau mempertahankan dan tetap setia berpegangtaguh pada pandangan, bahwa keempat Injil tersebut, yang sifat historisnya diakui tanparagu-ragu, dengan setia meneruskan apa yang oleh Yesus Putera Allah selama hidupnyadiantara manusia sungguh telah dikerjakan dan diajarkan demi keselamatan kekalmereka, samapai hari Ia diangkat (lih. Kis 1:1-2). Sesudah kenaikan Tuhan para Rasul

meneruskan kepada para pendengar mereka apa yang dikatakan dan dijalankan olehYesus sendiri, dengan pengertian yang lebih penuh, yang mereka peroleh [32] karena dididik oleh peristiwa-peristiwa mulia Kristus dan oleh terang Roh kebenaran[33]. Adapuncara penilulis suci mengarang keempat Injil dan memilih berbagai dari sekian banyak halyang telah diturunkan secara lisan atau tertulis; beberapa hal mereka susun secara agaksintetis, atau mereka uraikan dengan memperhatikan keadaan Gereja-gereja; akhirnyadengan tetap mempertahankan bentuk pewartaan, namun sedemikian rupa, sehinggamereka selalu menyampaikan kepada kita kebenaran yang murni tentang Yesus [34]. Sebabmereka menulis, entah berdasarkan ingatan dan kenangan mereka sendiri, entahberdasarkan kesaksian mereka “yang dari semula menjadi saksi mata dan pelayan sabda”,

dengan maksud supaya kita mengenal “kebenaran” kata-kata yang diajarkan kepada kita(lih. Luk 1:2-4).

31 Lih. S. IRENIUS, Melawan bidaah-bidaah, III,11,8: PG 7:885; terb. SAGNARD, hlm. 194.32

 Yoh 2:22; 12:16; lih. 14:26; 16:12-13; 7:39.33

 Lih. Yoh 14:26; 16:13.34

 Lih. Instruksi Sancta Mater Ecclesia, yang dikeluarkan oleh panitia Kepausan untuk memajukan studi Kitab suci: AAS

56 (1964) hlm. 715.

Page 203: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 203/388

 20. (Kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya)

Kecuali memuat keempat Injil kanon Perjanjian Baru juga mencantumkan surat-surat S.Paulus serta tulisan para Rasul lainnya yang dikarang dengan ilham Roh Kudus. Menurutrencana Allah yang bijaksana dalam tulisan-tulisan itu diteguhkan mengenai segalasesuatu mengenai Kristus Tuhan, ajaran-Nya yang sejati semakin jelas, diwartakan daya

kekuatan karya ilahi Kristus yang menyelamatkan, dikisahkan awal mula Gereja danpenyebarannya yang mengagumkan, dan dinubuatkan penyelesaiannya dalamkemuliaan.

Sebab Tuhan Yesus menyertai para Rasul-Nya seperti telah dijanjikan-Nya(lih. Mat28:20), dan Ia mengutus Roh Pembantu kepada mereka, untuk membimbing merekamemasuki kepenuhan kebenaran (lih. Yoh 16:13).

BAB ENAM

KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN GEREJA

21. (Gereja menghormati kitab-kitab suci)

Kitab-kitab ilahi seperti juga Tubuh Tuhan sendiri selalu dihormati oleh Gereja, yang –terutama dalam Liturgi suci – tiada hentinya menyambut roti kehidupan dari meja sabdaAllah maupun Tubuh Kristus, dan menyajikannya kepada Umat beriman. Kitab-kitab itubersama dengan Tradisi suci selalu dipandang dan tetap dipandang sebagai normaimannya yang tinggi. Sebab kitab-kitab itu diilhami oleh Allah dan sekali untukselamanya telah dituliskan, serta tanpa perubahan manapun menyampaikan sabda Allahsendiri, lagi pula mendengarkan suara Roh Kudus dalam sabda para Nabi dan paraRasul. Jadi semua pewartaan dalam Gereja seperti juga agama kristiani sendiri harusdipupuk dan diatur oleh Kitab suci. Sebab dalam kitab-kitab suci Bapa yang ada di sorgapenuh cinta kasih menjumpai para putera-Nya dan berwawancara dengan mereka.Adapun demikian besarlah daya dan kekuatan sabda Allah, sehingga bagi Gerejamerupakan tumpuan serta kekuatan, dan bagi putera-puteri Gereja menjadi kekuataniman, santapan jiwa, sumber jernih dan kekal hidup rohani. Oleh karena itu bagi Kitabsuci berlakulah secara istimewa kata-kata: “Memang sabda Allah penuh kehidupan dankekuatan” (Ibr 4:12), “yang berkuasa membangun dan mengurniakan warisan diantara

semua para kudus” (Kis 20:32; lih. 1Tes 2:13).

22. (Dianjurkan terjemahan-terjemahan yang tepat)

Bagi kaum beriman kristisni jalan menuju Kitab suci harus terbuka lebar-lebar. Olehkarena itu sejak semula Gereja mengambil alih terjemahan Yunani Perjanjian Lama yangamat kuno, yang disebut “septuaginta”. Gereja selalu menghormati juga terjemahan-terjemahan lain ke dalam bahasa Timur dan Latin, terutama yang disebut “Vulgata”.Tetapi karena sabda Allah harus tersedia pada segala zaman, Gereja dengan perhatiankeibuannya mengusahakan, supaya dibuat terjemahan-terjemahan yang sesuai dancermat ke dalam pelbagai bahasa, terutama berdasarkan teks asli Kitab suci. Bila

terjemahan-terjemahan itu – sekiranya ada kesempatan baik dan Pimpinan Gerejamenyetujuinya – diselenggarakan atas usaha bersama dengan saudara-saudari terpisah,maka terjemahan-terjemahan itu dapat digunakan oleh semua orang kristiani.

Page 204: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 204/388

23. (Tugas kerasulan para ahli katolik)

Mempelai Sabda yang menjadi daging, yakni Gereja, dengan bimbingan Roh Kudusberusaha memperoleh pengertian yang semakin mendalam tentang Kitab suci, supayatiada hentinya menyediakan santapan sabda-sabda ilahi bagi para puteranya. Oleh karenaitu Gereja dengan tepat pula memajukan usaha mempelajari para Bapa Gereja yang sucidari Timur maupun Barat serta liturgi-liturgi suci. Para ahli Kitab suci katolik dan ahli

teologi lainnya dalam kerja sama yang erat harus berusaha, supaya mereka dibawahpengawasan Wewenang Mengajar yang suci dan dengan upaya-upaya yang tepatmenyelidiki dan menguraikan Kitab suci sedemikan rupa, sehingga sebanyak mungkinpelayan sabda ilahi dengan hasil yang baik dapat menyajikan santapan Kitab suci kepadaUmat Allah, untuk menerangi budi, meneguhkan kehendak, dan mengobarkan hatisesama untuk mengasihi Allah[35]. Konsili suci mendorong para putera Gereja, para ahliKitab suci, supaya mereka dengan tenaga yang selalu segar dan dengan sanagt tekunmeneruskan karya yang telah dimulai dengan baik, menurut kehendak gereja[36].

24. (Pentingnya Kitab suci bagi teologi)

Teologi suci bertumpu pada sabda Allah yang tertulis, bersama dengan Tradisi suci,sebagai landasan yang tetap. Disitulah teologi amat sangat diteguhkan dan selaludiremajakan, dengan menyelidiki dalam terang iman segala kebenaran yang tersimpandalam rahasia Kristus. Adapun Kitab suci mengemban sabda Allah, dan karena diilhamimemang sungguh-sungguh sabda Allah. Maka dari itu pelajaran Kitab suci hendaklahbagaikan jiwa Teologi suci[37]. Namun dengan sabda Alkitab juga pelayanan sabda, yaknipewartaan pastoral, ketekese dan semua pelajaran kristiani – diantaranya homili liturgisharus sungguh diistimewakan – mendapat bahan yang sehat dan berkembang dengansuci.

25. (Dianjurkan pembacaan Kitab suci)

Oleh sebab itu semua rohaniwan, terutama para imam Kristus serta lain-lainnya, yangsebagai diakon atau katekis secara sah menunaikan pelayanan sabda, perlu berpegangteguh pada Alkitab dengan membacanya dengan asyik dan mempelajarinya dengansaksama. Maksudnya jangan samapai ada seorang pun diantara mereka yang menjadi“pewarta lahiriah dan hampa sabda Allah, tetapi tidak mendengarkannya sendiri dalambatin”[38]. Padahal ia wajib menyampaikan kepada kaum beriman yang dipercayakankepadanya kekayaan sabda Allah yang melimpah, khususnya dalam Liturgi suci. Begitupula Konsili suci mendesak dengan sangat dan istimewa semua orang beriman, terutamapara religius, supaya dengan sering kali membaca kitab-kitab ilahi memperoleh“pengertian yang mulia akan Yesus Kristus” (Flp 3:8). “Sebab tidak mengenal Alkitab

berarti tidak mengenal Kristus”[39]. Maka hendaklah mereka dengan suka hatimenghadapi nas yang suci sendiri, entah melalui liturgi suci yang sarat dengan sabda-sabda ilahi, entah melalui bacaan yang saleh, entah melalui lembaga-lembaga yang cocokuntuk itu serta bantuan-bantuan lain, yang berkat persetujuan dan usaha para GembalaGereja dewasa ini tersebar dimana-mana dengan amat baik. Namun hendaklah merekaingat, bahwa doa harus menyertai pembacaan Kitab suci, supaya terwujudlah wawancaraantara Allah dan manusia. Sebab “kita berbicara dengan-Nya bila berdoa; kitamendengarkan-Nya bila membaca amanat-amanat ilahi”[40].

35  Lih. PIUS XII, Ensiklik  Divino afflante: Ench. Bibl. 551, 552, 567. KOMISI KEPAUSAN UNTUK KITAB SUCI,

Instruksi tentang cara yang tepat untuk mengajarkan Kitab suci di seminari-seminari bagi calon imam dan di kolese-kolese para religius, 13 Mei 1950: AAS 42 (1950) hlm. 495-505.

36 Lih. PIUS XII, kutipan yang sama: Ench. Bibl. 569.

37  Lih. LEO XIII, Ensiklik  Providentissimus: Ench. Bibl. 114; BENEDIKTUS XV, Ensiklik Spiritus Paraclitus: Ench. Bibl.

483.38

 S. AGUSTINUS, Kotbah 179,1: PL 38,966.39

  S. HIRONIMUS, Komentar pada Yesaya, Pendahuluan: PL 24,17. – Lih. BENEDIKTUS XV, Ensiklik Spiritus

 Paraclitus: Ench. Bibl. 475-480. PIUS XII, Ensiklik Divino afflante: Ench. Bibl. 544.40

 S. AMBROSIUS, Tentang tugas-tugas para pelayan I, 20,88: PL 1650.

Page 205: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 205/388

Page 206: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 206/388

Page 207: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 207/388

BAB SATU

PANGGILAN KAUM AWAM UNTUK MERASUL

2. (Keikut-sertaan awam dalam perutusan Gereja)Gereja diciptakan untuk menyebarluaskan kerajaan kristus di mana-mana demikemuliaan Allah Bapa, dan dengan demikian mengikut-sertakan semua orang dalampenebusan yang membawa keselamatan[4], dan supaya melalui mereka sluruh duniasungguh-sungguh diarahkan kepada Kristus. Semua kegiatan Tubuh Mistik, yangmengarah kepada tujuan itu, disebut kerasulan. Kerasulan itu dilaksanakan oleh Gerejamelalui semua anggotanya, dengan pelbagai cara.

Sebab panggilan kristiani menurut hakikatnya merupakan panggilan untuk merasul juga. Sperti dalam tata-susunan tubuh yang hidup tidak satu pun anggota berifat pasifmelulu, melainkan juga beserta kehidupan tubuh juga ikut menjalankan kegiatannya,

begitu pula dalam Tubuh Kristus, yakni Gereja, seluruh tubuh “menurut kadar pekerjaanmasing-masing anggotanya mengembangkan tubuh” (Ef 4:16). Bahkan sedemikanrupalah dalam tubuh itu susunan serta penggabungan anggota-anggotanya (lih. Ef 4:16),sehingga anggota, yang tidak berperan menurut kadarnya demi pertumbuhan tubuh, jugaharus dipandang tidak berguna bagi Gereja atau bagi dirinya sendiri.

Dalam Gereja terdapat keanekaan pelayanan, tetapi kesatuan perutusan. Para Rasulserta para pengganti mereka oleh Kristus diserahi tugas mengajar, menyucikan danmemimpin atas nama dan kuasa-Nya. Sedangkan kaum awam ikut serta mengembantugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus, menunaikan bagian mereka dalam perutusansegenap Umat Allah dalam gereja dan di dunia [5]. Sesungguhnya mereka menjalankankerasulan awam dengan kegiatan mereka untuk mewartakan Injil dan demi penyuciansesama, pun untuk meresapi dan menyempurnakan tata-dunia dengan semangat Injil,sehingga dalam tata-hidup itu kegiatan mereka merupakan kesaksian akan Kristus yang jelas, dan mengabdi kepada keselamatan umat manusia. Karena ciri khas status hidupawam yakni: hidup ditengah masyarakat dan urusan-urusan duniawi, maka merekadipanggil oleh Allah, untuk dijiwai semangat kristiani, ibarat ragi, menunaikan kerasulanmereka di dunia.

3. (Azas-azas kerasulan awam)

Kaum awam menerima tugas serta haknya untuk merasul berdasarkan persatuan merekadengan Kristus Kepala. Sebab melalui Baptis mereka disaturagakan dalam tubuh mistik

Kristus, melalui Penguatan mereka diteguhkan oleh kekuatan Roh Kudus, dan demikianoleh Tuhan sendiri ditetapkan untuk merasul. Mereka ditakdiskan menjadi imamat rajawidan bangsa yang kudus (lih. 1Ptr 2:4-10), untuk melalui segala kegiatan merekamempersembahkan korban rohani, dan dimana pun juga memberi kesaksian akanKristus. Melalui sakramen-sakramen, terutama Ekaristi suci, disalurkan dan dipupuklahcinta kasih, yakni bagaikan jiwa seluruh kerasulan[6].

Kerasulan dijalankan dalam iman, harapan dan cinta kasih, yang dicurahkan oleh RohKudus dalam hati semua anggota Gereja. Bahkan karena perintah cinta kasih, perintahTuhan yang utama, segenap umat beriman kristiani didesak untuk mengusahakankemuliaan Allah melalui kedatangan kerajaan-Nya dan mengikhtiarkan kehidupan kekal

bagi semua orang, supaya mereka mengenal satu-satunya Allah yang sejati dan YesusKristus yang diutus-Nya (lih. Yoh 17:3).

Maka semua orang beriman kristiani mengemban beban mulia, yakni berjerih-payah,supaya Warta keselamatan ilahi dikenal dan diterima oleh semua orang di mana-mana.

4 Lih. PIUS XI, Ensiklik Rerum Ecclesiae: AAS 18 (1926) hlm. 65.

5 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 31.

6 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 33; lih. juga art. 10.

Page 208: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 208/388

Page 209: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 209/388

dibandingkan dengan kemuliaan di masa mendatang yang akan dinyatakan dalam dirikita” (Rom 8:18).

Di dorong oleh cinta kasih yang berasal dari Allah, mereka mengamalkan kebaikanterhadap semua orang, terutama terhadap rekan-rekan seiman (lih. Gal 6:10), sementaramereka menanggalkan “segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macamkemunafikan, kedengkian dan fitnah” (1Ptr 2:1), dan dengan demikian menarik sesama

kepada Kristus. Sebab cinta kasih Allah, yang “dicurahkan ke dalam hati kita melalui RohKudus yang dikurniakan kepada kita” (Rom 5:5), menjadikan kaum awam mampu untuksungguh-sungguh mewujudkan semangat Sabda Bahagia dalam hidup mereka.Sementara mengikuti Yesus yang miskin, mereka tidak merasa hancur karena kekuranganharta duniawi, tetapi juga tidak menjadi sombong karena kelimpahan. Sambilo mengikutiKristus yang rendah hati, mereka tidak gila hormat (lih. Gal 5:26), melainkan berusahaberkenan kepada Allah lebih daripada kepada manusia, serta selalu siap sedia untukmeninggalkan segalanya demi Kristus (lih. Luk 14:26) dan menanggung penganiayaandemi keadilan (lih. Mat 5:10), sementara mengenangkan sabda Tuhan: “Barang siapa maumengikuti Aku, hendaklah ia mengingkari dirinya dan memikul salbnya dan mengikuti

Aku” (Mat 16:24). Mereka saling bersahabat secara kristiani dan saling membantu dalamkebutuhan manapun juga.

Corak hidup rohani kaum awam itu harus memperoleh ciri khusus berdasarkan statuspernikahan dan hidup berkeluarga, selibat atau hidup menjanda, dari keadaan sakit,kegiatan profesi dan sosial. Oleh karena itu janganlah mereka berhenti memupuk dengantekun sifat-sifat dan keutamaan-keutamaan sesuai dengan keadaan-keadaan itu yangtelah mereka terima, dan mengamalkan kurnia-kurnia yang telah mereka terima dari RohKudus.

Selain itu para awam, yang mengikuti panggilan mereka telah masuk anggota salahsatu perserikatan atau lembaga yang telah disahkan oleh Gereja, begitu pula berusaha

mengenakan dengan setia corak hidup rohaninya yang istimewa.Hendaknya mereka menjunjung tinggi juga kemahiran kejuruan, citarasakekeluargaan dan kewarganegaraan, maupun keutamaan-keutamaan yang termasukhidup kemasyarakatan sehari-hari, yakni: kejujuran, semangat keadilan, ketulusan hati,peri-kemanusiaan, keteguhan jiwa, yang memang amat perlu juga bagi hidup kritianiyang sejati.

Suri teladan yang sempurna bagi hidup rohani dan hidup merasul itu ialah SantaPerawan Maria, Ratu para Rasul. Selama di dunia ia menjalani hidup kebanyakn orang,penuh kesibukan keluarga, dan jerih payah, tetapi selalu mesar bersatu dengan Putera-Nya dan dengan cara yang sangat istimewa ia bekerja sama dengan karya SangPenyelamat. Tetapi sekarang ia telah diangkat ke sorga, dan “dengan cinta kasih

keibuannya ia memperhatikan saudara-saudara Puteranya, yang masih dalam peziarahandan menghadapi bahaya-bahaya serta kesukaran-kesukaran, sampai mereka mencapaitanah air yang penuh kebahagiaan”[10]. Hendaknya semua saja penuh khidmat berbaktikepadanya, dan menyerahkan hidup serta kerasulan mereka kepada perhatiannya yangpenuh rasa keibuan.

10 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 62; lihat juga art. 65.

Page 210: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 210/388

Page 211: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 211/388

Page 212: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 212/388

Nya sebagai pribadi yang harus dicintai, dan bersabda: “Segala sesuatu yang kamulakukan untuk salah seorang diantara saudara-Ku yang paling hina ini, kamu lakukanuntuk Aku” (Mat 25:40). Sebab dengan mengenakan kodrat manusia Ia telahmenghimpun segenap umat manusia dalam suatu kesetiakawanan adikodrati menjadikeluarga-Nya. Dan Ia menetapkan cinta kasih menjadi tanda para murid-Nya dengansabda-Nya: “Semua orang akan tahu, bahwa kamu murid-muridKu, bila kamu saling

mengasihi” (Yoh 13:35).Adapun Gereja suci pada awal mula menggabungkan “agape”[13]  pada Perjamuan

Ekaristi, dan dengan demikian menampilkan, bahwa dirinya seluruhnya dipersatukanoleh ikatan cinta kasih di sekitar Kristus. Begitu pula disepanjang masa Gereja di kenaldengan tanda cinta kasih itu, dan – sambil bergembira tentang usaha pihak-pihak lain –Gereja memandang amal cinta kasih sebagai tugas serta haknya, yang tidak dapat direbutdari padanya. Oleh karena itu belas kasihan terhadap mereka yang miskin dan lemah,maupun apa yang disebut kegiatan karitatif dan kegiatan saling membantu untukmeringankan segala macam kebutuhan manusia, amat dijunjung tinggi oleh Gereja[14].

Karena – berkat lebih lancarnya upaya-upaya komunikasi – jarak antara orang-orang

dalam arti tertentu sudah diatasi dan penduduk seluruh dunia seperti sudah menjadianggota satu keluarga, maka kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha itu sekarang ini menjadi jauh lebih mendesak dan lebih universal. Dewasa ini amal cinta kasih dapat dan harusmerangkum semua orang dan menanggapi semua kebutuhan. Orang-orang yang tidakmempunyai makanan dan minuman, pakaian, rumah, obat-obatan, pekerjaan,pendidikan, sarana-sarana yang sungguh perlu untuk hidup secara layak manusiawi,mereka yang tersiksa karena kemalangan dan kondisi badan yang lemah, mereka yangmenderita dalam pembuangan atau penjara, di manapun mereka berada, cinta kasihkristiani harus mencari dan menemukan mereka, dengan menerahkan usaha-usahameringankan penderitaan mereka, dan dengan bantuan yang diberikan mengangkat

mereka. Kewajiban itu pertama-tama dibebankan atas orang-orang perorangan danbangsa-bangsa yang hidupnya sejahtera[15].Supaya pengalaman cinta kasih itu selalu terluputkan dari segala kecaman dan

menjadi nyata sebagai amal kasih, hendaklah pada diri sesama dilihat citra Allah yangmenjadi pola penciptaannya, dan Kristus Tuhan – sungguh dipersembahkan kepada-Nya,apa pun yang diberikan kepada orang miskin. Hendaknya diindahkan dengan penuhperikemanusiaan kebebasan dan martabat pribadi yang menerima bantuan. Jangansamapai kejernihan maksud dicemarkan oleh nafsu mencari keuntungan pribadi ataukeinginan untuk berkuasa[16]. Pertama-tama hendaknya tuntutan-tuntutan keadilandipenuhi, supaya apa yang sudah harus diserahkan berdasarkan keadilan jangandiberikan sebagai hadiah cinta kasih. Hendaknya yang ditiadakan jangan hanya akibat-

akibat kemalangan, melainkan juga sabab-musababnya. Hendaklah bantuan diatursedemikian rupa, sehingga mereka yang menerimanya lambat-laun makin bebas dariketergantungan lahiriah dan mampu mencukupi kebutuhan mereka sendiri.

Maka dari itu hendaknya kaum awam sungguh menghargai dan sekadar kemampuanmenunjang amal cinta kasih serta usaha-usaha bantuan sosial yang bersifat swastamaupun umum, juga yang bersifat internasional. Sebab dengan kegiatan-kegiatan itudiberikan pertolongan yang tepat guna kepada orang-orang perorangan dan bangsa-bangsa yang menanggung penderitaan. Dalam hal itu hendaknya mereka bekerja samadengan semua orang yang berkehendak baik[17].

13 “Agape” ialah perjamuan kasih.14

 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Mater et Magistra : AAS 53 (1961) hlm. 402.15

 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Mater et Magistra : AAS 53 (1961) hlm. 440-441.16

 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Mater et Magistra : AAS 53 (1961) hlm. 442-443.17

 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Mater et Magistra : AAS 53 (1961) hlm. 442-443.

Page 213: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 213/388

Page 214: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 214/388

kemudahan komunikasi sudah tidak lagi membiarkan sebagian masyarakat pun tetapterkungkung dalam dirinya. Begitulah hendaknya mereka penuh perhatian terhadapkebutuhan-kebutuhan Umat Allah yang tersebar diseluruh dunia. Terutama hendaknyamereka sendiri ikut serta dalam kegiatan-kegiatan misionesr dengan menyumbangkanbantuan-bantuan materiil ataupun tenaga. Sebab merupakan tugas dan kehormatan bagiUmat kristiani untuk mengembalikan kepada Allah bagian harta kekayaan, yang mereka

terima dari pada-Nya.

11. (Keluarga)

Pencipta alam semesta telah menetapkan persekutuan suami-isteri menjadi asal-mula dandasar masyarakat manusia, dan berkat rahmat-Nya menjadikannya sakramen agungdalam Kristus dan dalam Gereja (lih. Ef 5:32). Maka kerasulan antara para suami-isteridan keluarga-keluarga mempunyai makna yang istimewa bagi Gereja maupun bagimasyarakat.

Para suami-isteri kristiani bekerja sama dengan rahmat dan menjadi saksi iman satubagi yang lain. Bagi anak-anak mereka dan kaum kerabat lainnya. Bagi anak-anak

mereka, mereka itulah pewarta iman dan pendidik yang pertama. Dengan kata-katamaupun teladan suami-isteri membina anak-anak untuk menghayati hidup kristiani dankerasulan. Dengan bijaksana suami-isteri membantu mereka dalam memilih panggilanmereka, dan – sekiranya barangkali terdapat panggilan suci pada mereka, - memupuk itudengan perhatian sepenuhnya.

Selalu merupakan tugas suami-isteri, tetapi sekarang ini merupakan segi amat pentingkerasulan mereka: dengan peri-kehidupan mereka menunjukkan dan membuktikanbahwa ikatan pernikahan tidak terceraikan dan suci. Adalah tugas mereka dengan tegasmenyatakan bahwa hak dan tugas mendidik anak secara kristiani diserahkan kepadaorang tua dan para pendidik. Tugas mereka pula membela martabat dan otonomikeluarga yang sewajarnya. Maka dari itu hendaknya mereka dan Umat beriman kristianilainnya bekerja sama dengan mereka yang berkehendak baik, supaya dalam perundangansipil hak-hak itu diprtahankan utuh-utuh; supaya dalam pemerintahan masyarakatdiindahkan kebutuhan-kebutuhan keluarga-keluarga mengenai perumahan, pendidikananak-anak, persyaratan kerja, keamanan sosial dan perpajakan; supaya dalam mengaturperpindahan-perpindahan hidup bersama dalam keluarga sungguh-sungguh dijamin[21].

Keluarga sendiri menerima perutusan dari Allah, untuk menjadi sel pertama dansangat penting bagi masyarakat. Perutusan itu akan dilaksanakannya, bila melalui cintakasih timbal balik para anggotanya dan doa mereka bersama kepada Allah, keluargamembawakan diri bagaikan ruang ibadat liturgis Gereja; akhirnya, bila keluarga secaranyata menunjukkan kerelaannya untuk menjamu, dan memajukan keadilan dan amal-

perbuatan baik lainnya untuk melayani semua saudara yang sedang menderitakekurangan. Diantara pelbagai karya kerasulan keluarga baiklah disebutkan yang brikutini: memungut kanak-kanak terlantar menjadi anaknya, dengan murah hati menerimapara pendatang, membantu menyelenggarakan sekolah-sekolah, mendampingi kaummuda dengan nasehat dan bantuan lainnya, membantu para calon mempelai untukmenyiapkan diri lebih baik bagi pernikahan mereka, ikut berkatekese, membantu parasuami-isteri dan keluarga-keluarga yang sedang mengalami kesukaran material maupunmoral, bukan saja mencukupi kebutuhan orang-orang tua, melainkan juga secara wajarmenyediakan buah-buah ekonomi bagi mereka.

Slalu dan di mana-mana, tetapi secara istimewa di daerah-daerah, yang baru saja

menerima taburan benih Injil yang pertama, atau bila Gereja baru mengalami tahap-tahap

21 Lih. PIUS XI, Ensiklik Casti Connubii: AAS 22 (1930) hlm. 554. – PIUS XII, Amanat radio, tgl. 1 Januari 1941: AAS 33

(1941) hlm. 203. – IDEM, Amanat kepada para utusan pada Sidang Persatuan Internasional serikat-serikat untuk

membela hak-hak keluarga, tgl. 20 September 1949: AAS 41 (1949) hlm. 552. – IDEM, Amanat kepada bapak-napak

keluarga di Perancis yang berziarah ke Roma, tgl. 18 September 1951: AAS 43 (1951)hlm. 731. – IDEM, Amanat radio

 pada hari Natal 1952: AAS 45 (1953) hlm. 41. – YOHANES XXIII, Ensiklik  Mater et Magistra , tgl. 15 Mei 1961: AAS

53 (1961) hlm. 429, 439.

Page 215: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 215/388

Page 216: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 216/388

dan akhirnya kepada Kristus dan Gereja; dengan kasih persaudaraan mereka, sehinggamereka ikut menanggung kondisi-kondisi kehidupan, jerih-payah, duka-derita sertaaspirasi-aspirasi sesama saudara, dan dengan demikian lambat laun menyiapkan hatisemua orang bagi karya rahmat yang menyelamatkan; dengan penuhnya kesadaran akanperan-serta mereka dalam membangun masyarakat, sehingga mereka berusahamenjalankan kewajiban-kewajiban mereka dalam hidup berkeluarga, dalam masyarakat

dan dibidang kejuruan mereka dengan kebesaran jiwa kristiani. Demikianlah carabertindak mereka lambat-laun merasuki lingkungan hidup dan kerja.

Kerasulan itu harus ditujukan kepada semua orang, siapa pun yang berada dilingkungan itu, dan tidak boleh mengecualikan jasa rohani maupun jasmani mana pun juga, yang dapat diberikan kepada mereka. Tetapi rasul-rasul yang sejati tidak puasdengan kegiatan itu saja. Mereka sungguh bermaksud juga untuk mewartakan kristussecara lisan kepada sesama. Sebab banyak orang hanya dapat mendengarkan Injil danmengenal Kristus melalui para awam tetangga mereka.

14. (Bidang-bidang nasional dan internasional)

Terbukalah gelanggang kerasulan yang tak terduga luasnya ditingkat nasional maupuninternasional, terutama bagi kaum awam, untuk mengabdikan diri kepada kebijaksanaankristiani. Dalam berbakti kepada bangsa dan dalam menunaikan tugas-tugaskewarganegaraan dengan setia, Umat katolik hendaknya menyadari kewajibannya untukmemajukan kesejahteraan umum yang sejati. Hendaknya mereka berusaha berpengaruhdengan bobot pandangan mereka, sehingga pemerintahan dijalankan dengan adil, danhukum-hukum selaras dengan tuntutan-tuntutan moral serta menunjang kesejahteraanumum. Hendaknya orang-orang katolik, yang mahir dibidang politik, dan sebagaimanawajarnya berdiri teguh dalam iman serta ajaran kristiani, jangan menolak untukmenjalankan urusan-urusan umum. Sebab dengan jasa-jasa mereka yang pantas dihargaiitu mereka dapat mendukung kesejahteraan umum, dan sekaligus merintis jalan bagi Injil.

Hendaknya Umat katolik berusaha bekerja sama dengan semua orang yang beritikadbaik, untuk memajukan apa pun yang benar, apa pun yang adil, apa pun yang suci, apapun yang manis (Flp 4:8). Hendaklah Umat katolik berdialog dengan mereka, sertamendekati mereka dengan bijaksana dan penuh pengertian, lagi pula menyelidiki,bagaimana menyempurnakan lembaga-lembaga sosial dan umum menurut semangatInjil.

Di antara tanda-tanda zaman kita yang layak mendapat perhatian istimewa yakni:semangat setia kawan antara semua bangsa, yang makin meluas dan tak terelakkan.Tugas kerasulan awamlah penuh kesungguhan memajukan solidaritas itu, danmengubahnya menjadi kasih persaudaraan yang tulus dan sejati. Selain itu kaum awam

perlu mnyadari kenyataan bidang internsional serta masalah-masalah dan pemecahan-pemecahannya yang bersifat ajaran maupun langkah-langkah praktis pada taraf itu,trutama yang menyangkut bangsa-bangsa yang sedang berkembang[27].

Hendaknya mereka semua, yang bekerja ditengah bangsa-bangsa lain ataumenyelenggarakan bantuan kepada mereka, mengingat bahwa hubungan-hubunganantar bangsa harus merupakan pertukaran jasa yang sungguh bersifat persaudaraan,sehingga kedua pihak sekaligus memberi dan menerima. Adapun mereka yangmenempuh perjalanan untuk karya-kegiatan internasional, untuk menyelesaikan urusanatau untuk berlibur, hendaklah mengingat, bahwa dimanapun juga mereka serta-mertamenjadi pewarta-pewarta Kristus yang sedang berkeliling, dan sungguh bertingkah laku

menurut kenyataan itu.

27 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Mater et Magistra, 15 Mei 1961: AAS 53 (1961) hlm. 448-450.

Page 217: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 217/388

BAB EMPAT

BERBAGAI CARA MERASUL

15. (Pendahuluan)Kaum awam dapat menjalankan kerasulan mereka secara perorangan atau tergabungdalam berbagai paguyuban atau perserikatan.

16. (Pentingnya aneka bentuk kerasulan perorangan)

Kerasulan, yang harus dijalankan oleh setiap orang secara pribadi dan secara melimpahmengalir dari sumber hidup kristiani yang sejati (lih. Yoh. 4:14), merupakan landasan dansyarat bagi semua kerasulan awam, juga yang bersifat kolektif, dan tidak dapatdigantikan oleh apa pun juga.

Meskipun mereka tidak ada kesempatan atau kemungkinan untuk bekerja sama dalam

perserikatan, namun semua awam dalam keadaan mana pun juga dipanggil dan wajibmenjalankan kerasulan. Kerasulan itu selalu dan di mana-mana memang berharga, tetapidalam situasi-situasi tertentu merupakan satu-satunya yang sesuai dan mungkin.

Terdapat banyak bentuk kerasulan, yang bagi kaum awam merupakan jalan untukmembangun Gereja, dan menguduskan mereka dunia serta menjiwainya dalam Kristus.

Bentuk khusus kerasulan perorangan lagi pula tanda paling sesuai bagi zaman kita,yang menampilkan bahwa Kristus hidup dalam Umatnya yang beriman, ialah kesaksianseluruh hidup sebagai awam, yang bersumber pada iman, harapan dan cinta kasih.Namun melalui kerasulan secara lisan, yang dalam situasi-situasi tertentu memangsungguh perlu, para awam mewartakan Kristus, menguraikan jaran-Nya,menyebarluaskannya menurut kondisi serta kemampuan masing-masing, danmengakuinya dengan setia.

Kecuali itu, dengan menyumbangkan tenaga sebagai warga dunia ini dalam upaya-upaya untuk membangun dan mengurus tata dunia sekarang, haruslah kaum awamdalam hidup berkeluarga, dibidang kejuruan, kebudayaan dan kemasyarakatan, dalamterang iman mencari motivasi-motivasi yang lebih luhur, dan bila ada kesempatanmengungkapkannya kepada sesama, karena menyadari bahwa dengan demikian merekabekerja sama dengan Allah pencipta, Penebus dan Pengudus, serta memuliakan-Nya.

Akhirnya hendaklah para awam menjiwai hidup mereka dengan cinta kasih, dansejauh mampu mengungkapkannya dengan tindakan nyata.

Hendaklah segenap umat mengingat, bahwa dengan ibadat resmi dan doa, dengan

bertobat dan secara suka rela menerima jerih-payah serta kesukaran-kesukaran hidup,yang menjadikan mereka serupa dengan Kristus yang menderita sengsara (lih. 2Kor 4:10;Kol 1:24), mereka dapat menjangkau semua orang, dan membawa sumbangan bagikeselamatan seluruh dunia.

17. (Kerasulan awam dalam situasi-situasi tertentu)

Kerasulan perorangan itu sangat perlu dan mendesak di daerah-daerah, tempatkebebasan Gereja menghadapi rintangan-rintangan yang berat. Dalam situasi yang amatsulit itu kaum awam sejauh mereka mampu menggantikan para imam, denganmenanggung resiko bagi kebebasan mereka sendiri dan acap kali juga bagi hidup mereka.

Kepada orang-orang disekitar mereka menyampaikan ajaran kristiani; mereka membinasesama dalam hidup keagamaan dan semangat katolik; mereka mengajak sesama untuksering menerima sakramen-sakramen, dan terutama untuk berbakti kepada Ekaristisuci[28]. Konsili suci dengan setulus hati bersyukur kepada Allah, yang juga pada zaman

28  Lih. PIUS XII, Amanat kepada Kongres I untuk mengembangkan Kerasulan Awam di segala bangsa, tgl. 15 Oktober

1951: AAS 43 (1951) hlm. 788.

Page 218: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 218/388

Page 219: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 219/388

Page 220: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 220/388

bertindak dibawah kepemimpinan lebih tinggi Hirarki, yang dapat mengesahkan kerjasama itu juga dengan suatu ketetapan eksplisit.

Organisasi-organisasi, yang menurut penilaian Hirarki memang ditandai olehkeseluruhan ciri-ciri itu, harus dipandang sebagai “Aksi Katolik”, meskipun karenatuntutan berbagai temapat maupun suku bangsa bentuk-bentuk serta namanya berbeda-beda.

Konsili suci sangat menganjurkan lembaga-lembaga itu, yang dibanyak negerisungguh menanggapi kebutuhan-kebutuhan kerasulan Gereja. Konsili mengajak paraimam maupun awam, yang terlibat di dalamnya, untuk semakin mewujudkan ciri-ciritersebut di atas, dan untuk selalu bekerja sama dengan semua bentuk kerasulan lainnyadalam Gereja dalam suasana persaudaraan.

21. (Penghargaan terhadap organisasi-organisasi)

Semua perserikatan kerasulan hendaknya dihargai sebagaimana layaknya. Tetapipersekutuan-persekutuan, yang oleh Hirarki, menurut kebutuhan-kebutuhan masa dandaerah-daerah, dipuji atau dianjurkan, atau ditetapkan untuk didirikan karena lebih

mendesak, harus paling diutamakan oleh para imam, para religius dan kaum awam, sertadikembangkan menurut cara mereka masing-masing. Tetapi yang sekarang ini termasukdiantaranya terutama organisasi-organisasi atau himpunan-himpunan internasional Umatkatolik.

22. (Kaum awam secara istimewa berbakti kepada Gereja)

Yang dalam Gereja layak mendapat pujian dan penghargaan istimewa yakni para awam,entah berkeluarga entah tidak, yang untuk selamanya atau untuk sementaramembaktikan diri beserta kemahiran profesionalnya guna melayani lembaga-lembagakarya-karyanya . Bagi Gereja sangat menggembirakan, bahwa semakin bertambhalah jumlah para awam, yang menyumbangkan pelayanan mereka kepada perserikatan-perserikatan dan karya-karya kerasulan, entah di negeri sendiri entah pada tingkatinternasional, entah terutama di jemaat-jemaat katolik di daerah misi dan dalam Gereja-Gereja muda.

Hendaknya para gembala Gereja dengan senang hati dan rasa syukur menyambutpara awam itu, dan berusaha supaya kondisi-kondisi hidup mereka sedapat mungkinmemenuhi tuntutan-tuntutan keadilan, kelayakan dan cinta kasih, terutama mengenainafkah yang sepantasnya bagi mereka beserta keluarga mereka, pun juga supaya merekamenerima pembinaan, dukungan rohani serta dorongan.

BAB LIMA

TATA-TERTIB YANG HARUS DIINDAHKAN

23. (Pendahuluan)

Kerasulan awam, yang dijalankan oleh Umat beriman baik secara perorangan maupunsecara kolektif, harus disaturagakan dengan tepat dalam kerasulan seluruh Gereja.

Bahkan hubungan dengan mereka , yang oleh Roh Kudus ditetapkan untuk membimbingGereja Allah (lih. Kis 20:28), merupakan unsur hakiki kerasulan kristiani. Tidak kurangperlulah kerja sama antara pelbagai usaha kerasulan, yang harus diatur oleh Hirarkisecara selaras.

Sebab semangat persatuan perlu ditingkatkan, supaya diseluruh kerasulan Gerejabersinarlah cinta kasih persaudaraan, agar tujuan-tujuan umum tercapai, dan persaingan-persaingan yang berbahaya dihindarkan. Untuk maksud itu antara semua bentuk

Page 221: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 221/388

Page 222: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 222/388

Page 223: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 223/388

Page 224: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 224/388

Page 225: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 225/388

  Pembinaan semacam itu harus di atur sedemikian rupa, sehingga seluruhkerasulan awam ikut dipertimbangkan. Kerasulan itu harus dijalankan bukan sajadiantara kelompok-kelompok dalam persekutuan-persekutuan sendiri, tetapi juga dalamsegala situasi selama hidup, terutama dalam hidup profesional dan sosial. Bahkan setiapanggota harus dengan tekun menyiapkan diri untuk kerasulan, dan itu lebih mendesakpada usia dewasa. Sebab sementara umur bertambah, jiwa manusia menjadi lebih

terbuka, dan dengan demikian setiap orang dapat lebih cermat mengenali bakat-bakat,yang oleh Allah dilimpahkan atas jiwanya; ia dapat dengan lebih subur mengamalkankarisma-karisma, yang oleh Roh Kudus dikurniakan kepadanya demi kesejahteraansaudara-saudaranya.

31. (Penyesuaian pembinaan dengan pelbagai bentuk kerasulan)

Pelbagai bentuk kerasulan secara khusus pula menuntut pembinaan yang sesuai.a) Mengenai kerasulan untuk mewartakan Injil kepada sesama dan menguduskanmereka, para awam perlu menerima pembinaan khusus untuk mengadakan wawancaradengan orang-orang lain, entah beriman atau tidak, untuk mengungkapkan amanat

kristus kepada semua orang[50]

.Adapun zaman sekarang ini materialisme dalam aneka coraknya tersebar luasdimana-mana, juga dikalangan katolik, khususnya pokok-pokok yang sedangdiperdebatkan . Selain itu, menghadapi bentuk materialisme mana pun juga hendaknyamereka menampilkan kesaksian hidup menurut Injil.b) Mengenai pembaharuan tata-dunia sekarang ini secara kristiani, hendaknya kaumawam diberi penyuluhan tentang makna yang sesungguhnya dan nilai-nilai duniawi, baikdalam dirinya sendiri, maupun sehubungan dengan semua tujuan pribadi manusia.Hendaklah mereka dilatih dalam menggunakan hal-hal itu dengan tepat, dan dalammengatur lembaga-lembaga, sambil selalu mengindahkan kesejahteraan umum menurutprinsip-prinsip ajaran moral dan sosial Gereja. Terutama azas-azas ajaran sosial sertakesimpulan-kesimpulannya hendaknya oleh awam dipelajari sedemikian rupa, sehinggamereka menjadi cakap, baik untuk memberikan sumbangan mereka sendiri demipengembangan ajaran itu, maupun untuk dengan cermat menerapkannya pada masing-masing kejadian[51].c) Karena amal cinta kasih dan belaskasihan menampilkan kesaksian hidup kristianiyang cemerlang, pembinaan kerasulan juga harus mendorong untuk menjalankan amalkasih itu. Dengan demikian Umat beriman kristiani sejak kecil belajar berbagi duka deritadengan sesama, dan dengan kebesaran jiwa meringankan beban mereka yang menderitakekurangan[52].

32. (Upaya-upaya yang digunakan)Bagi para awam yang membaktikan diri dalam kerasulan sudah tersedia banyak upaya-upaya, yakni: sidang-sidang, kongres-kongres, rekoleksi, latihan rohani, pertemuan yangsering diadakan , konferensi-konferensi, buku-buku, komentar-komentar, untukmemperdalam pengetahuan Kitab suci dan ajaran katolik, untuk memupuk hidup rohanidan memahami situasi dunia, begitu pula untuk menemukan dan mengembangkanmetode-metode yang sesuai[53].

Upaya-upaya pembinaan itu memperhitungkan pelbagai bentuk kerasulan dilingkungan-lingkungan, tempat kerasulan itu dijalankan.

50 Lih. PIUS XII, Ensiklik Sertum laetitiae, tgl. 1 November 1939: AAS 31 (1939) hlm. 635-644. – IDEM, Amanat kepada

“laureati” Aksi Katolik Italia, tgl. 24 Mei 1953: AAS 45 (1953) hlm. 413-414.51  Lih. PIUS XII, Amanat kepada Kongrea Paripurna Federasi para pemudi Katolik Sedunia, tgl. 18 April 1952: AAS 44

(1952) hlm. 414-419. – IDEM, Amanat kepada perserikatan Kristiani para Pekerja di Italia (ACLI), tgl. 1 Mei 1955: AAS

47 (1955) hlm. 403-403.52

 Lih. PIUS XII, Amanat kepada para Utusan Sidang Persekutuan-Persekutuan Cinta kasih, tgl. 27 April 1952, Hlm. 470-

471.53

 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Mater et Magistra , tgl. 15 Mei 1961: AAS 53 (1961) hlm. 454.

Page 226: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 226/388

Page 227: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 227/388

Page 228: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 228/388

Page 229: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 229/388

Page 230: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 230/388

Page 231: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 231/388

Page 232: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 232/388

Page 233: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 233/388

Page 234: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 234/388

Page 235: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 235/388

Page 236: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 236/388

Page 237: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 237/388

Page 238: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 238/388

Page 239: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 239/388

Page 240: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 240/388

Page 241: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 241/388

upaya-upaya keselamatan, namun tidak selalu atau segera bertindak atau dapat bertindakmemakai semua upaya itu, melainkan dalam kegiatannya mencobamelaksanakan rencanaAllah mengalami tahap-tahap awal dan langkah-langkah. Bahkan ada kalanya, sesudahkemajuan awal yang menggembirakan, Gereja terpaksa menyesalkan adanyakemunduran lagi, atau setidak-tidaknya tinggal dalam suatu keadaan tanggung dan tidakmencukupi. Adapun mengenai orang-orang, golongan-golongan dan bangsa-bangsa,

Gereja hanya menyentuh serta merasuki mereka secara berangsur-angsur, dan begitulahGereja menampung mereka dalam kepenuhan katolik. Tindakan-tindakan yang khas atausarana-sarana yang baik harus sesuai dengan setiap situasi atau keadaan.

Prakarsa-prakarsa khusus, yang ditempuh oleh para pewarta Injil utusan Gerejadengan pergi keseluruh dunia untuk menunaikan tugas menyiarkan Injil danmenanamkan Gereja diantara para bangsa atau golongan-golongan yang belum berimanakan Kristus, lazimnya disebut “misi”. Misi itu dilaksanakan melalui kegiatan misioner,dan kebanyakan diselenggarakan di kawasan-kawasan tertentu yang diakui oleh Takhtasuci. Tujuan khas kegiatan misioner itu mewartakan Injil dan menanamkan Gerejaditengah bangsa-bangsa atau golongan-golongan, tempat Gereja belum berakar[16].

Demikianlah dari benih sabda Allah tumbuhlah di mana-mana Gereja-gereja khususpribumi yang cukup mantap, mempunyai daya-kekuatan mereka sendiri serta dewasa,dilengkapi secukupnya dengan Hirarki mereka sendiri dalam persatuan dengan Umatberiman, pun dengan upaya-upaya yang sesuai dengan watak-perangai mereka, untuksepenuhnya menghayati hidup kristiani, dan untuk menyumbangkan bagian merekademi manfaat seluruh Gereja. Upaya utama penanaman Gereja itu pewartaan Injil YesusKristus; untuk menyiarkannya itulah Tuhan mengutus para murid-Nya ke seluruh dunia,supaya orang-orang lahir kembali berkat sabda Allah (lih. 1Ptr 1:23), dan melalui babtisdigabungkan pada Gereja, yang sebagai Tubuh Sabda yang menjelma dikembangkan danhidup dari sabda Allah dan roti Ekaristi (lih Kis 2:42).

Dalam kegiatan misioner Gereja itu ada kalanya berbagai situasi bercampur-baur:pertama situasi permulaan atau penanaman, kemudian situasi kebaharuan ataukeremajaan. Tetapi sesudah itu kegiatan misioner Gereja tidak berhenti, melainkanGereja-Gereja khusus yang sudah terbentuk bertugas melanjutkannya, dan mewartakanInjil kepada semua dan setiap orang, yang masih berada di luar.

Selain itu tidak jarang golongan-golongan masyarakat, yang dihadapi Gereja, karenapelbagai sebab mengalami perubahan yang mendalam, sehingga dapat muncullahkeadaan-keadaan yang sama sekali baru. Lalu Gereja wajib mempertimbangkan,benarkah situasi-situasi itu memerlukan kegiatan misioner lagi. Kecuali itu kadang-kadang keadaannya sedemikian rupa, sehingga untuk sementara tidak ada kemungkinanuntuk secara langsung dan segera menyiarkan Injil: dalam situasi itu para misionaris

dapat dan harus dengan sabar dan bijaksana, sekaligus dengan kepercayaan besar,sekurang-kurangnya memberi kesaksian akan cinta kasih dan kemurahan hati Kristus,dan dengan demikian menyiapkan jalan bagi Tuhan serta dengan cara tertentumenghadirkan-Nya.

Begitu menjadi jelaslah, bahwa kegiatan misioner bersumber pada hakekat Gerejasendiri. Kegiatan itu menyiarkan iman Gereja yang membawa keselamatan,menyempurnakan kesatuan katoliknya dengan memperluasnya, serta didukung oleh sifat

16 S. TOMAS AQUINO SUDAH BERBICARA TENTANG TUGAS KERASULAN MENANAM Gereja: lih.

Sententiae, kitab 1, dist. 16, soal 1, art. 2 ad 2 dan ad 4; art. 3 pemecahan. – IDEM, Summa Theol . I, soal 43, art. 7 ad 6;I-

II, soal 106, art. 4 ad 4. – Lih. BENEDIKTUS XV,  Maximum illud , 30 November 1919: AAS 11 (1919) hlm. 445 dan

453. – PIUS XI, rerum Ecclesiae, 28 Februari 1926: AAS 18 (1926) hlm. 74. – PIUS XII, 30 April 1939, kepada paradirektur Karya-karya Kepausan untuk Misi; IDEM, 24 Juni 1944, kepada para direktur Karya-karya Kepausan untuk

Misi: AAS 38 (1944) hlm. 210, lagi dalam AAS 42 (1950) hlm. 727, dan 43 (1951) hlm. 508. – IDEM, 29 Juni 1948kepada klerus pribumi: AAS 40 (1948) hlm. 374. – IDEM,  Evangelii Praecones, 2 Juni 1951: AAS 43 (1951) hlm. 507. –

IDEM<  Fidei donum, 15 Januari 1957: AAS 49 (1957) hlm. 236. – YHANES XXIII,  Princeps Pastorium, 28 November

1959: AAS 51 (1959) hlm. 835. – PAULUS VI, Homili 18 Oktober 1964: AAS 56 (1964) hlm. 911. – Baik para Paus

maupun para Bapa dan Skolastik sering berbicara tentang “perluasan” Gereja: S. TOMAS, Komentar pada Mat 16:28, -

LEO XII, Ensiklik Sancta Dei Civitas: AAS (1880) hlm. 241. –BENEDIKTUS XV, Ensiklik  Maximum illud : AAS 11

(1919) hlm. 442. – PIUS XI, Ensiklik Rerum Ecclesiae: AAS 18 (1926) hlm. 65.

Page 242: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 242/388

kerasulannya. Kegiatan misioner memberi wujud nyata kepada semangat kolegialHirarki, memberi kesaksian akan kekudusan Gereja, menyebarkan dan memajukan.Demikianlah kegiatan misioner di antara bangsa-bangsa berlainan dengan kegiatanpastoral terhadap Umat beriman, maupun dengan usaha-usaha yang ditempuh untukmeningkatkan kesatuan umat kristen. Tetapi dua hal terakhir itu berhubungan erat sekalidengan kegiatan misioner Gereja[17]: sebab perpecahan Umat kristen merugikan

kepentingan amat suci, yakni pewartaan Injil kepada segala makhluk[18], dan bagi banyakorang menutup pintu untuk memasuki iman. Demikianlah karena misi itu sangat perlu,maka semua orang yang telah di babtis dipanggil, untuk berhimpun dalam satu kawanan,dan dengan demikian mampu serentak memberi kesaksian akan kristus Tuhan merekadihadapan para bangsa. Bila mereka belum mampu memberi kesaksian sepenuhnyatentang satu iman, sekurang-kurangnya mereka harus dijiwai oleh sikap salingmenghargai dan saling mencintai.

7. (Alasan dan perlunya kegiatan misioner)

Alasan bagi kegiatan misioner itu terletak pada kehendak Allah, yang “menghendaki

supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan tentang kebenaran.Sebab Allah itu esa, dan esa pula Pengantara antara Allah dan manusia, yakni manusiaKristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusn bagi semua orang” (1Tim2:4-5); “dan keselamatan tidak ada dalam siapa pun juga selain dalam Dia” (Kis 4:12).Maka perlulah semua orang bertobat kepada Kristus, yang dikenal melalui pewartaangereja, dan melalui Babtis disaturagakan ke dalam Dia dan Gereja, yakni Tubuh-Nya.Sebab Kristus sendiri “dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan babtis (lih. Mrk16:16; Yoh 3:5), sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang-orangmelalui Babtis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benartahu, bahwa Gereja katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upayayang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan”[19]. Olehkarena itu, meskipun Allah melalui jalan yang diketahui-Nya dapat menghantar manusia,yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil, kepada iman yang merupakan syarat mutlakuntuk berkenan kepada-Nya (Ibr 11:6), namun Gereja mempunyai keharusan (lih. 1Kor9:16) sekaligus juga hak yang suci, untuk mewartakan Injil. Maka dari itu kegiatanmisioner sekarang ini seperti selalu tetap sepenuhnya mempunyai daya-kekuatan dansifat keharusannya.

Melalui kegiatan itu Tubuh mistik Kristus tiada hentinya menghimpun danmenyusun tenaga-tenaganya demi pertumbuhannya sendiri (lih. Ef 4:11-16). Untukmelaksanakan kegiatan itulah para anggota Gereja didorong oleh cinta kasih. Dengancinta itu mereka mengasihinya Allah, dan ingin berbagi kekayaan rohani hidup sekarang

maupun di masa mendatang dengan semua orang.Akhirnya melalui kegiatan misioner itu Allah dimuliakan sepenuhnya, sementara

orang-orang dengan sadar dan seutuhnya menerima karya penyelamatan-Nya, yangdisempurnakan-Nya dalam kristus. Demikian melalui kegiatan misioner terpenuhilahrenacana Allah, yang dilayani oleh Kristus dengan taat-patuh dan penuh kasih demikemuliaan bapa yang mengutus-Nya[20], supaya segenap umat manusia mewujudkan satuUmat Allah, bersatu-padu menjadi satu Tubuh Kristus, serta dibangun menjadi satukenisah Roh Kudus. Pastilah itu menjawab kerinduan yang terdalam pada semua orang,karena mencerminkan kerukunan antar saudara. Begitulah akhirnya rencana Sang

17 Sudah jelaslah, bahwa dalam faham “kegiatan misioner” itu menurut kenyataan terangkan terangkum juga bagian-bagianAmerika Latin, yang belum memiliki Hirarkinya sendiri maupun mencapai kedewasaan hidup kristiani, serta belum

menerima perwartaan Injil yang memadai. Apakah wilayah-wilayah itu de facto oleh Takhta suci diakui sebagai daerahmisi, tidak tergantung dari Konsili. Maka dari itu mengenai hubungan antara faham “kegiatan misioner” dan wilayah-

wilayah tertentu dikatakan: kegiatan itu ‘kebanyakan” dilaksanakan di daerah-daerah tertentu yang diakui oleh Takhta

suci.18

 KONSILI VATIKAN II, Dekrit tentang Ekumenisme, art. 1.19

 KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 14.20

 Lih. Yoh 7:18; 8:30 dan 44; 8:50; 17:1.

Page 243: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 243/388

Page 244: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 244/388

Page 245: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 245/388

Page 246: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 246/388

Page 247: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 247/388

Page 248: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 248/388

Page 249: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 249/388

Page 250: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 250/388

keagamaan bangsa mereka dan agama kristiani [48]. Begitu pula hendaknya pembinaanimam mengindahkan kebutuhan-kebutuhan pastoral daerah itu: para siswa hendaknyamempelajari sejarah, tujuan dan metode kegiatan misioner Gereja, begitu pula kondisi-kondisi sosial, ekonomi, budaya, yang khas bagi rakyat di situ. Hendaklah mereka dididikdalam semangat ekumenisme, dan disiapkan semestinya untuk menjalin dialogpersaudaraan dengan umat bukan-kristiani[49]. Itu semua menuntut, supaya studi imamat

sedapat mungkin diselenggarakan dalam hubungan dan hidup bersama yang terus-menerus dengan bangsa yang bersangkutan[50]. Akhirnya hendaknya diperhatikan jugadalam pendidikan administrasi kegerejaan yang teratur, bahkan juga dalam administrasiekonomi.

Selain itu hendaknya di pilih imam-imam yang cakap, yang – sesudah sekedar praktikpastoral – dapat menyelesaikan studi tingkat perguruan tinggi dengan baik, jugadiuniversitas-universitas di luar negeri, terutama di Roma, dan di lembaga-lembagailmiah lainnya. Dengan demikian bagi Gereja-Gereja muda tersedialah dari klerussetempat imam-imam, yang berbekalkan ilmu serta kemahiran yang sesuai untukmenunaikan tugas-tugas gerejawi yang lebih berat.

Bila konferensi-konferensi Uskup memandangnya baik, hendaknya diadakan lagitingkat diakonat sebagai status hidup yang tetap, menurut kaidah Konstitusi “tentangGereja”[51]. Sebab memang berguna bahwa ada orang-orang, yang sungguh-sungguhmenjalankan pelayanan diakon, entah dengan mewartakan sabda Allah sebagai katekis,entah dengan memimpin jemaat-jemaat kristiani yang terpencil atas nama pastor parokidan Uskup, atau dengan mengamalkan cinta kasih dalam karya-kegiatan sosial atauamal-kasih. Hendaklah mereka itu diteguhkan dengan penumpangan tangan yangdiwaris dari para Rasul, dan dihubungkan lebih erat dengan altar, sehingga merekasecara lebih tepat-guna menunaikan pelayanan mereka berkat rahmat sakramentaldiakonat.

17. (Pendidikan para katekis)

Demikian pula pantas dipujilah barisan, yang berjasa begitu besar dalam karya misionerdiantara para bangsa, yakni barisan para katekis baik pria maupun wanita, yang dijiwaisemangat merasul, dengan banyak jerih payah memberi bantuan yang istimewa dansungguh-sungguh perlu demi penyebarluasan iman dan Gereja.

Pada zaman kita ini hanya sedikitlah jumlah klerus untuk mewartakan Injil kepadamasa yang begitu besar, dan untuk menjalankan pelayanan pastoral. Maka tugas parakatekis sangat penting. Oleh karena itu pendidikan mereka harus dilaksanakan dandisesuaikan dengan kemajuan kebudayaan sedemikian rupa, sehingga mereka menjadirekan sekerja yang tangguh bagi para imam, dan mampu menunaikan sebaik mungkin

tugas mereka, yang makin bertambah sulit karena beban-beban baru yang lebih berat.Maka dari itu hendaknya jumlah sekolah-sekolah tingkat keuskupan maupun regio

diperbanyak, untuk menampung para calon katekis, yang mendalami ajaran katolik,terutama perihal kKtab suci dan liturgi, maupun mengembangkan metode katekese danpraktik pastoral; selain itu membina diri menurut adat-perilaku kristiani[52], dan tiadahentinya berusaha mengembangkan keutamaan serta kesucian hidup. Kecuali ituhendaklah diselenggarakan pertemuan-pertemuan atau kursus-kursus, untuk pada masa-masa tertentu membantu para katekis menyegarkan diri dalam ilmu-ilmu danketrampilan-ketrampilan yang berguna bagi pelayanan mereka, serta memupuk danmeneguhkan hidup rohani mereka. Selain itu, hendaknya mereka, yang membaktikan diri

48 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Princeps Pastorum: AAS 51 (1959) hlm. 834-844.49

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Ekumenisme, art. 4.50

 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Princeps Pastorum: AAS 51 (1959) hlm. 842.51

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 29.52

 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Princeps Pastorum: AAS 51 (1959) hlm. 855.

Page 251: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 251/388

Page 252: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 252/388

Page 253: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 253/388

Page 254: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 254/388

Page 255: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 255/388

Page 256: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 256/388

Page 257: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 257/388

Page 258: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 258/388

  Juga mereka, yang hanya untuk sementara berperan dalam kegiatan misioner,perlulah mendapat pembinaan yang memadai bagi situasi mereka.

Tetapi berbagai macam pembinaan itu hendaklah di daerah-daerah perutusan merekadilengkapi sedemikian rupa, sehingga para misionaris mendapat pengertian lebih luastentang sejarah, tata-susunan masyarakat serta adat istiadat para bangsa, dan memahamitata-kesusilaan serta perintah-perintah keagamaan maupun gagasan-gagasan mendalam,

yang telah mereka bentuk menurut tradisi-tradisi suci mereka tentang Allah, tentangdunia dan tentang manusia[72]. Hendaknya mereka mempelajari bahasa-bahasasedemikian baik, sehingga mampu menggunakannya dengan lancar dan halus, dandengan demikian lebih mudah menyapa budi maupun hati orang-orang[73]. Selain ituhendaklah mereka diperkenalkan dengan kebutuhan-kebutuhan pastoral yang khusussebagaimana mestinya.

Hendaknya ada beberapa pula yang secara lebih mendalam di siapkan pada Lembaga-Lembaga Misiologi atau di fakultas-fakultas atau universitas-universitas lain, supay lebihtepat guna menunaikan tugas-tugas yang khusus[74], dan dengan kemahiran merekamampu yang terutama pada zaman kita sekarang menimbulkan sekian banyak kesulitan

dan membuka kesempatan-kesempatan baru. Kecuali itu sangat diharapkan, agar bagiKonferensi-Konferensi Regional para Uskup tersedialah sejumlah pakar-pakar semacamitu. Hendaklah konferensi secara efektif memanfaatkan ilmu-pengetahuan sertapengalaman mereka untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan tugas mereka. Hendaklahada pula, yang betul-betul mampu menggunakan upaya-upaya tehnis serta komunikasisosial, yang hendaknya sangat dihargai perlunya oleh semua.

27. (Lembaga-Lembaga yang berkarya di daerah-daerah misi)

Meskipun bagi setiap orang yang diutus kepada bangsa-bangsa itu semua sungguh perlu,menurut kenyataannya hampir tidak tercapai oleh orang perorangan. Lagi pula, karenamenurut pengalaman karya misioner sendiri tidak dapat dilaksanakan oleh pribadimasing-masing, maka panggilan bersama menghimpun mereka semua ke dalamLembaga-Lembaga, supaya di situ, berkat kerja sama, mereka menerima pembinaan yangmemadai, dan melaksanakan karya itu atas nama Gereja dan atas isyarat Hirarki yangberwibawa. Lembaga-Lembaga itu sudah berabad-abad lamanya menanggung bebansehari-harian dan panas terik, entah mereka itu membaktikan diri sepenuhnya kepadakarya misioner, entah hanya sebagian saja. Sering kali oleh Takhta suci mereka diserahipewartaan Injil di daerah-daerah yang luas. Disitulah mereka menghimpun Umat yangbaru bagi Allah, yakni Gereja setempat yang mematuhi para gembalanya sendiri. Gereja-Gereja yang telah didirikan berkat cucuran keringat, bahkan dengan tumpahan darahakan mereka layani dengan semangat maupun pengalaman, dengan kerja sama

persaudaraan, entah dengan menjalankan reksa jiwa-jiwa, ataupun dengan menunaikantugas-tugas khusu demi kesejahteraan umum.

Ada kalanya untuk seluruh lingkup daerah tertentu mereka sanggup menanggung jerih payah karya yang lebih mendesak; misalnya: pewartaan Injil kepada golongan-golongan atau bangsa-bangsa, yang barangkali karena sebab-sebab yang istimewa belummenerima pewartaan Injil atau samapi sekarang menolaknya[75].

Bila perlu, mereka yang sementara membaktikan diri kepada kegiatan misioner,hendaknya siap sedia untuk memberi pembinaan dan bantuan berdasarkan pengalamanmereka.

Oleh karena itu, pun juga mengingat masih banyaknya bangsa-bangsa yang perlu

dihantar menuju Kristus, Lembaga-Lembaga tetap masih sangat perlu.

72 Lih. PIUS XII, Ensiklik Evangeli i praecones: AAS 43 (1951) hlm. 523-524.73 Lih. BENEDIKTUS XV, Ensiklik  Maximum illud : AAS 11 (1919) hlm. 448. - PIUS XII Ensiklik  Evangelii praecones:

AAS 43 (1951) hlm. 507.74

 Lih. PIUS XII, Ensiklik Fidei donum: AAS 49 (1957) hlm. 234.75

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Dekrit tentang pelayanan dan kehidupan para Imam, n. 10; di situ dibicarakan diosis-diosis

dan prelatur-prelatur dan sebagainya.

Page 259: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 259/388

BAB LIMA

PENGATURAN KEGIATAN MISIONER

28. (Pendahuluan)Karena Umat beriman kristiani mempunyai kurnia-kurnia yang berbeda-beda (lih. Rom12:6), mereka wajib menyumbangkan tenaga bagi Injil, masing-masing menurutkesempatannya, upaya yang tersedia, karisma dan pelayanannya (lih. 1Kor 3:10). Makamereka semua harus bersatu (lih. 1Kor 3:8), yang menabur dan yang menuai (lih. Yoh4:37), yang menanam dan yang mengairi, supaya, “sambil dengan bebas dan teraturbekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama”[76], mereka sejiwa sehati mencurahkantenaga demi pembangunan Gereja.

Maka dari itu jerih payah para pewarta Injil dan bantuan Umat kristiani lainnyahendaklah diarahkan dan dipadukan sedemikaian rupa, sehingga di segala bidang

kegiatan dan kerja sama misioner “segala sesuatu berlangsung secara teratur” (1Kor14:40).

28. (Organisasi umum)

Karena keprihatinan untuk mewartakan Injil di mana-mana terutama termasuk tugasDewan para Uskup[77], maka hendaknya Sinode para Uskup atau “Musyawarah tetappara Uskup untuk Gereja semesta”[78], diantara urusan-urusan demi kepentinganumum[79], secara istimewa memperhatikan kegiatan misioner, tugas Gereja yang palingagung dan suci[80].

Untuk semua (daerah) Misi dan untuk seluruh kegiatan misioner hanya boleh ada satuKongregasi yang berwewenang, yakni Kongregasi untuk “Penyebaran Iman”, yang

memimpin dan menyelaraskan di mana-mana baik karya misioner sendiri maupun kerjasama misioner, sedangkan Gereja-Gereja Timur tetap menganut hukum mereka[81].

Dengan pelbagai cara Roh Kudus membangkitkan semangat misioner dalam GerejaAllah, dan tidak jarang mendahului tindakan mereka yang wajib membimbingkehidupan Gereja. Namun dari pihaknya hendaklah Kongregasi untuk “PenyebaranIman” mengembangkan panggilan serta spiritualitas (corak hidup rohani) misioner,memajukan semangat merasul dan doa untuk Misi, dan mengenai itu semua menerbitkanberita-berita yang asli dan memadai. Hendaknya oleh Kongregasi itu disediakanmisionaris-misionaris dan di bagi-bagikan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan daerah-daerah yang lebih mendesak. Oleh Kongregasi itulah hendaknya disusun rencana kerja

yang teratur, ditetapkan kaidah-kaidah sebagai pedoman serta azas-azas ynag sesuaiuntuk mewartakan Injil, dan dilancarkan dorongan-dorongan. Olehnya hendaknyadisemangati dan dikoordinasikan pengumpulan bantuan-bantuan yang tepat guna, yangdibagikan dengan mempertimbangkan kebutuhan atau kegunaannya maupun luasdaerah-daerah, jumlah kaum beriman dan tak beriman, karya-karya dan lembaga-lembaga, para pelayan dan misionaris.

Hendaknya Kongregasi untuk “Penyebaran Iman” bersama Sekretariat untuk“Pengembangan Persatuan Umat Kristiani” mencari jalan serta upaya-upaya untukmengusahakan dan mengatur kerja sama serta paguyuban persaudaraan dengan usaha-

 76 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 18.77

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 23.78

 Lih. Motu proprio Apostolica Sollicitudo, 15 September 1965.79 Lih. PAULUS VI, Amanat dalam Sidang Konsili pada tgl. 21 November 1964: AAS 56 (1964).80 Lih. BENEDIKTUS XV, Ensiklik Maximum illud : AAS 11 (1919) hlm. 39-40.81

 Sekiranya ada daerah-daerah Misi yang karena alasan-alasan khusus untuk sementara masih berada di abwah pimpinan

Kongregasi-Kongregasi lain, seyogyanyalah kongregasi-Kongregasi itu menjalin hubungan dengan Kongregasi untuk

Penyebaran Iman, supaya pengaturan dan pembimbingan semua daerah misi dapat di dasarkan pada pemikiran dan

kaidah-kaidah yang sungguh tetap dan seragam.

Page 260: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 260/388

usaha misioner jemaat-jemaat kristiani lainnya, supaya sedapat mungkin dihilangkansandungan akibat perpecahan.

Maka dari itu perlulah bahwa Kongregasi itu menjadi sarana administratif maupunbadan pengarah yang dinamis, yang menggunakan metode-metode ilmiah dan upaya-upaya yang sesuai dengan keadaan dewasa ini, yakni dengan mengindahkanpenyelidikan teologis, metodologis dan pastoral misioner zaman sekarang.

Dalam kepengurusan Kongregasi itu hendaknya para wakil terpilih dari merekasemua yang bekerja sama dalam karya misioner ikut serta secara aktif dan mempunyaihak suara yang ikut menentukan : Uskup-Uskup dari seluruh dunia, atas pertimbanganKonfersni-Konferensi Uskup, begitu pula para pemimpin Lembaga-Lembaga serta Karya-Karya Kepausan, menurut cara-cara serta pedoman-pedoman yang perlu ditetapkan olehPaus. Hendaknya mereka semua pada waktu-waktu tertentu bersidang, dan sebagaiinstansi tertinggi di bawah kewibawaan Paus mengatur seluruh karya misioner.

Hendaknya Kongregasi itu didampingi oleh Dewan Penasehat tetap, terdiri daripakar-pakar yang sudah teruji ilmu-pengetahuan maupun pengalamannya. Antara lainmereka akan bertugas mengumpulkan informasi-informasi yang berguna tentang situasi

setempat pelbagai golongan manusia, maupun tentang metode-metode pewartaan Injilyang harus digunakan, begitu pula mengajukan kesimpulan-kesimpulan yangdipertanggung jawabkan secara ilmiah bagi karya dan kerja sama misioner.

Hendaklah Tarekat-tarekat para Suster, karya-karya regional untuk Misi danoraganisasi-organisasi awam, terutama yang bersifat internasional, diwakili sebagaimanalayaknya.

29. (Oraganisasi setempat di daerah Misi)

Supaya dalam pelaksanaan karya misioner sandiri tujuan-tujuan serta hasil-hasil dapatdicapai, hendaknya semua tenaga misioner “sehati dan sejiwa” (Kis 4:32).

Uskup selaku pemimpin dan pusat kesatuan dalam kerasulan keuskupan, bertugasmemajukan, memimpin dan mengkoordinasi kegiatan misioner, tetapi sedemikian rupa,sehingga kegiatan spontan mereka yang ikut berkarya tetap dipertahankan dan didukung. Semua misionaris, juga para religius yang eksem, wajib mematuhi kuasa yangsama di pelbagai karya, yang menyangkut pelaksanaan kerasulan suci[82]. Supayakoordinasi lebih baik, hendaklah Uskup sedapat mungkin mendirikan Dewan pastoral.Dalam Dewan itu hendaknya para imam, religius dan awam berperan serta melaluiwakil-wakil yang terpilih. Kecuali itu hendaknya Uskup mengusahakan, janganlahkegiatan merasul terbatas pada mereka yang termasuk anggota Gereja melulu, melainkanhendaknya sebagaimana layaknya sebagian para tenaga dan bantuan-bantuandiperuntukkan bagi pewartaan Injil di antara umat bukan-kristiani.

30. (Koordinasi pada tingkat Regio)

Hendaknya Konferensi-Konferensi Uskup dalam musyawarah bersama mebahasa soal-soal yang cukup berat dan masalah-masalah yang mendesak, tetapi tanpa mengabaikanperbedaan-perbedaan setempat[83]. Supaya jumlah tenaga maupun bantuan-bantuan yangsudah tidak mencukupi jangan dihamburkan, dan prakarsa-prakarsa jangan diperbanyaktanpa perlu, di anjurkan agar karya-karya yang mengabdi kesejahteraan semuanyadiselenggarakan dengan berpadu tenaga, misalnya: seminari-seminari, sekolah-sekolahtinggi dan sekolah-sekolah teknik, pusat-pusat pastoral, katekese, liturgi serta mediakomunikasi sosial.

Bila ada kesempatan, hendaknya kerja sama semacam itu diadakan juga antraberbagai Konferensi Uskup.

82 Lih. KONSILI VATIKAN II, Dekrit tentang tugas kegembalaan Uskup dalam Gereja, art. 35, 4.

83 Lih. Dekrit yang sama, art. 36-38.

Page 261: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 261/388

31. (Organisasi kegiatan Lembaga-Lembaga)

Berguna pula mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh lembaga-Lembaga atau Serikat-Serikat Gerejawi. Itu semua, entah macam apa, dalam segalanyayang menyangkut kegiatan misioner sendiri, hendaknya mematuhi Ordinaruis setempat.Maka akan banyak berguna mengadakan perjanjian-perjanjian khusus untuk mengaturhubungan-hubungan antara Ordinaris setempat dan Pemimpin Lembaga.

Bila Lembaga tertentu diserahi suatu daerah, Pemimpin Gerejawi maupun Lembagaitu akan memperhatikan untuk mengarahkan segalanya kepada tujuan ini: supaya jemaatkristiani yang baru bertumbuh menjadi Gereja setempat, yang pada waktunya akandibimbing oleh Gembalanya sendiri beserta para imamnya.

Bila penyerahan daerah itu berakhir, muncullah situasi baru. Pada waktu ituhendaknya Konferensi-Konferensi Uskup dan Lembaga-Lembaga melalui musyawarahbersama menetapkan kaidah-kaidah, untuk mengatur hubungan-hubungan antar paraOrdinaris setempat dan Lembaga-Lembaga[84]. Tetapi Takhta sucilah yang akanberwenang menggariskan azas-azas umum, untuk menentukan cara-cara mengadakanperjanjian-perjanjian regional atau pun yang bersifat khusus.

Meskipun Lembaga-Lembagaakan siap sedia melanjutkan karya yang telah dimulai,dengan menyumbangkan tenaga dalam pelayanan biasa berupa reksa jiwa-jiwa, namundengan bertambahknya klerus setempat, akan perlu diusahakan agar Lembaga-Lembaga,sejauh cocok dengan tujuannya, tetap setia kepada keuskupan yang bersangkutan,dengan bermurah hati menangani karya-karya istimewa atau melayani suatu daerah dikeuskupan itu.

32. (Koordinasi antara Lembaga-Lembaga)

Adapun Lembaga-Lembaga, yang menjalankan kegiatan misioner di daerah yang sama,harus menemukan cara-cara mengkoordinasi karya-karya mereka. Maka sangat besarlahmanfaat Konferensi-Konferensi para Religius pria dan Perserikatan-Perserikatan paraSuster, yang beranggotakan semua Lembaga di negeri atau kawasan yang sama.Konferensi-Konferensi itu hendaknya menyelidiki, manakh usaha-usaha yang dapatdijalankan bersama, dan menjalin hubungan yang erat dengan Konferensi-KonferensiUskup.

Adalah semestinya, bahwa berdasarkan pertimbangan yang sama itu semua dapatdiperluas ke arah kerja sama Lembaga-Lembaga misionaris di tanah-tanah asal mereka,sehingga masalah-persolan dan prakarsa-prakarsa bersama dapat diselesaikan lebihmudah dan dengan biaya yang lebih ringan.; misalnya: pendidikan para calon misionaris,hubungan-hubungan dengan pemerintah-pemerintah atau dengan badan-badaninternasional maupun supranasional.

33. (Koordinasi antara lembaga-lembaga ilmiah)

Pelaksanaan kegiatan misioner yang tepat dan teratur mununtut, supaya para pewartaInjil disiapkan secara ilmiah untuk tugas-tugas mereka, terutama untuk berdialog denganagama-agama serta kebudayaan-kebudayaan bukan kristiani, dan supaya mereka dibantusecara tepat guna dalam pelaksanaannya sendiri. Maka diharapkan, supaya demikepentingan daerah-daerah Misi dijalin kerja sama secara persaudaraan dan leluasaantara Lembaga-Lembaga ilmiah manapun juga. Yang mengembangkan misiologi danbidang-bidang ilmu lain atau ketrampilan-ketrampilan yang bermanfaat bagi daerah-daerah Misi, misalnya: etnologi dan linguistik (ilmu bahasa), sejarah dan ilmu agama-

agama, sosiologi, ketrampilan-ketrampilan pastoral dan sebagainya.

84 Lih. Dekrit yang sama, art. 35, 5-6.

Page 262: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 262/388

BAB ENAM

KERJA SAMA

35. (Pendahuluan)

Seluruh gereja bersifat misioner , dan karya mewartakan Injil merupakan tugas UmatAllah yang mendasar. Maka Konsili suci mengundang semua anggota umat untukmengadakan pembaharuan batin yang mendalam, supaya mereka mempunyai kesadaranyang hidup tentang tanggung jawab mereka dalam penyebaran Injil, dan menjalankanperan mereka dalam karya misioner di antara bangsa-bangsa.

36. (Kewajiban misioner segenap Umat Allah)

Sebagai anggota Kristus yang hidup, semua orang beriman, yang melalui Baptis,Penguatan serta Ekaristi disaturagakan dan diserupakan dengan Dia, terikat kewajibanuntuk menyumbangkan tenaga demi perluasan dan pengembangan Tubuh-Nya, untuk

menghantarkan selekas mungkin kepada kepenuhan-Nya (Ef 4:13).Maka hendaknya semua putera Gereja mempunyai kesadaran yang hidup akantanggung jawab mereka terhadap dunia, memupuk semangat katolik sejati dalam dirimereka, dan mencurahkan tenaga mereka demi karya mewartakan Injil. Akan tetapihendaknya semua memahami, bahwa kewajiban mereka yang pertama dan utama untukmenyiarkan iman yakni: menghayati hidup kristiani secara mendalam. Sebab semangatmereka dalam pengabdian kepada Allah dan cinta kasih mereka terhadap sesama akanmendatangkan ilham dorongan rohani yang baru bagi selurug Gereja, yang akan tampilsebagai tanda yang menjulang di antara bangsa-bangsa (lih. Yes 11:12), “terang dunia”(Mat 5:14) dan “garam dunia” (Mat 5:13). Kesaksian perihidup itu akan lebih mudahberhasil, bila dibawakan bersama dengan kelompok-kelompok kristiani lainnya, menurut

kaidah-kaidah Dekrit tentang Ekumenisme[85].Dalam semangat yang dibaharui itu doa-doa dan ulah pertobatan akan dengan

sukarela dipersembahkan kepada allah, supaya Ia menyuburkan karya para misionarisdengan rahmat-Nya; panggilan-panggilan misioner akan tumbuh, dan bantuan-bantuanyang diperlukan di daerah-daerah Misi akan mengalir.

Tetapi supaya semua dan masing-masing orang beriman kristiani sungguh smengenalsituasi Gereja di dunia sekarang, dan mendengarkan suara rakyat banyak yang berseru:“Tolonglah kami” (lih. Kis 16:9), hendaknya juga dengan menggunakan sarana-saranakomunikasi sosial yang modern disajikan berita-berita tentang Misi sedemikian rupa,sehingga mereka menyadari bahwa kegiatan misioner itu kegiatan mereka, membuka hati

bagi kebutuhan-kebutuhansesama yang begitu besar dan mendalam, dan mampumembantu mereka.

Perlulah juga koordinasi pemberitaan dan kerja sama dengan badan-badan nasionaldan internasional.

37. (Kewajiban misioner jemaat-jemaat kristiani)

Adapun Umat Allah hidup dalam jemaat-jemaat, terutama dalam keuskupan-keuskupandan paroki-paroki, serta dengan cara tertentu kelihatan disitu. Maka jemaat-jemaat itupun wajib memberi kesaksian akan Kristus di hadapan para bangsa.

Di jemaat-jemaat rahmat pembaharuan tidak dapat berkembang, bila jemaat masing-

masing tidak memperluas tidak memperluas gelanggang cinta kasihnya sampai ke ujung-ujung bumi, dan menyatakan perhatian yang sama terhadap mereka yang jauh danmereka yang termasuk anggotanya sendiri.

85 Lih. KONSILI VATIKAN II, Dekrit tentang Ekumenisme, art. 12.

Page 263: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 263/388

  Begitulah seluruh jemaat berdoa, menyumbangkan tenaga dan melaksanakan kegiatandi antara bangsa-bangsa melalui para puteranya, yang dipilih oleh Allah untuk tugasyang amat luhur itu.

Asal saja karya misioner di selluruh dunia tidak diabaikan, akan sangat bergunamelestarikan hubungan dengan para misionaris yang berasal dari jemaat sendiri, ataudengan suatu paroki atau keuskupan di daerah Misi, supaya persekutuan antar jemaat

menjadi nyata, dan dengan demikian jemaat-jemaat saling membangun.

38. (Kewajiban misioner para Uskup)

Semua Uskup, sebagai anggota badan para Uskup yang menggantikan Dewan para Rasul,ditahbiskan bukan hanya bagi satu keuskupan, melainkan demi keselamatan seluruhdunia. Perintah Kristus untuk mewartakan Injil kepada segenap makluk (Mrk 16:15)pertama-tama dan secara langsung menyangkut mereka, bersama Petrus dan di bawahPetrus. Dari situlah muncul persekutuan dan kerhja sama antar Gereja, yang sekarang inibegitu perlu untuk melaksanakan karya mewartakan Injil. Berdasarkan persekutuan itumasing-masing Gereja mengemban keprihatinan akan semua Gereja-Gereja lain. Mereka

saling menyatakan kebutuhan-kebutuhan mereka, dan saling memberitahukan hal-ikhwalmereka, sebab perluasan Tubuh Kristus merupakan tugas seluruh Dewan para Uskup [86].Dalam keuskupannya, yang menyatu dengannya, Uskup membangkitkan, memajukan

dan membimbing karya misioner. Demikianlah Ia menghadirkan dan bagaikanmenampilkan semangat misioner Umat Allah yang berkobar-kobar, sehingga seluruhkeuskupan menjadi misioner.

Adalah tugas Uskup membangkitkan di tengah Umatnya, terutama diantara merekayang lemah dan tertimpa kemalangan, jiwa-jiwa yang mempersembahkan doa-doa danamal pertobatan kepada Allah dengan hati yang terbuka bagi pewartaan Injil di dunia.Uskuplah yang semestinya dengan suka hati mengembangkan panggilan-panggilan kaummuda dan klerus untuk Lembaga-Lembaga misioner, dan menerimanya dengan arsasyukur, bila Allah memilih beberapa di antara mereka, untuk menggabungkan diri padakegiatan misioner Gereja. Uskuplah yang hendaknya mendorong Kongregasi-Kongregasidiosesan dan membantu mereka, untuk ikut memainkan perannya di daerah-daerah Misi.Uskup pula, yang seyogyanya memajukan karya-karya Lembaga-Lembaga misioner dianatara Umat berimannya, terutama Karya-Karya Misioner Kepausan. Sebab sudahseharunyalah Karya-Karya itu di beri tempat utama, karena merupakan upaya-upaya,baik untuk menanam pada Umat katolik sejak masih kecil semangat yang sungguhuniversal dan misioner, maupun untuk menggairahkan pengumpulan bantuan-bantuanyang tepat-guna demi kesejahteraan semua Misi menurut kebutuhan masing-masing[87].

Akan tetapi karena semakin besarlah kebutuhan akan pekerja di kebuan anggur

Tuhan, dan para imam diosesan pun ingin berperan serta semakin intensif dalamevangelisasi dunia, Konsili suci menghimabu supaya para Uskup mempertimbangkankekurangan yang amat parah akan imam-imam, yang merintangi pewartaan Injil dibanyak daerah. Mereka dihimbau supaya mengutus kepada keuskupan-keuskupan, yangmiskin imambeberapa imam mereka yang tergolong lebih baik, dan telah menawarkandiri untuk karya misioner, sudah mempersiapkan diri sebagaimana mestinya. Dikeuskupan-keuskupan itu sekurang-kurangnya untuk sementara para imam itu akanmelaksanakan pelayanan misioner dengan semangat pengabdian[88].

Supaya kegiatan misioner para Uskup dapat dilaksanakan secara lebih tepat-gunademi kesejahteraan seluruh Gereja, seyogyanya Konferensi-Konferensi Uskup memimpin

urusan-urusan, yang menyangkut teraturnya kerja sama dikwasannya.

86 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 23-24.87

 Lih. BENEDIKTUS XV, Ensiklik  Maximum illud : AAS 11 (1919) hlm. 543-544. – PIUS XII, Ensiklik  Rerum Ecclesiae: 

AAS 18 (1926) hlm. 71-73. – PIUS XII, Ensiklik  Evangeli i Praecones: AAS 43 (1951) hlm. 525-526. – IDEM, Ensiklik

 Fidei donum: AAS 49 (1957) hlm. 241.88

  Lih. PIUS XII, Ensiklik Fidei donum: AAS 49 (1957) hlm. 245-246.

Page 264: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 264/388

  Hendaknya dalam Konferensi-Konferensi mereka para Uskup berunding tangtangimam diosesan yang seyogyanya diperuntukkan bagi evangelisasi para bangsa; tentangiuran tertentu, yang setiap keuskupan setiap tahun wajib menyumbang untuk karya Misiserasi dengan pendapatannya[89]; tentang tugas memimpin dan mengatur cara-cara sertaupaya-upaya untuk secara langsung membantu dan – bila perlu – mendirikan Lembaga-Lembaga misoner dan seminari-seminari klerus diosesan untuk daerah-daerah Misi;

tentang cara mempererat hubungan-hubungan antara Lembaga-Lembaga itu dankeuskupan-keuskupan. Begitu pula termasuk tugas Konferensi-Konferensi Uskup untukmenyelenggarakn dan mamjukan karya-karya, yang maksudnya supaya mereka yangkarena pekerjaan dan studi berpindah masuk dari daerah-daerah Misi ditampung secarapersaudaraan dan dibantu dengan reksa pastoral yang memadai. Sebab melalui merekabangsa-bangsa yang jauh dengan cara tertentumenjadi dekat, dan jemaat-jemaat kristianiyang sudah tua memperoleh kesempatan amat baik, untuk berwawancara denganbangsa-bangsa yang belum menerima pewartaan Injil, dan menunjukkan kepada merekawajah Kristus yang sejati melalui pelayanan cinta kasih dan bantuan yang diberikan [90].

39. (Kewajiban misioner para imam)Para imam membawakan pribadi Kristus dan menjadi rekan-rekan sekerja bagi Dewanpara Uskup dalam tugas suci rangkap tiga, yang menurut hakekatnya menyangkutperutusan Gereja[91]. Maka dari itu hendaklah mereka menyadari sedalam-dalamnya,bahwa hidup mereka telah ditakdiskan demi pelayanan Misa juga. Melalui pelayananmereka sendiri – yang terutama terletak pada Ekaristi yang membentuk Gereja – merekaberada dalam persekutuan dengan Kristus Kepala, dan menghantar sesama kepadapersekutuan itu. Maka tidak mungkin mereka tidak menyadari, masih betapa jauhkepenuhan Tubuh belum tercapai, dan karena itu betapa banyak masih harus dilakukan,supaya Tubuh itu semakin berkembang. Oleh sebab itu hendaknya mereka mengaturreksa pastoral sedemikian rupa, sehingga bermanfaat bagi penyebaran Injil di antara umatbukan kristiani.

Dalam reksa pastoral para imam akan membangkitkan dan melestarikan semangatuntuk evangelisasi dunia di antara Umat beriman, dengan memperkenalkan kepadamereka – melalui katekese dan pewartaan – tugas Gereja menyiarkan Kristus kepadabangsa-bangsa; dengan mengajarkan kepada keluarga-keluarga kristiani, betapa perludan mulianya memupuk panggilan-panggilan misioner pada putera-puteri mereka;dengan mengembangkan semangat misioner pada kaum muda yang masih bersekolahdan termasuk perserikatan-perserikatan katolik sedemikian rupa, sehingga dari antramereka muncul calon-calon pewarta Injil. Hendaknya para imam mengajak Umatberiman untuk mendoakan Misi, dan janganlah mereka malu meminta derma dari

mereka, bagaikan pengemis bagi Kristus demi keselamatan jiwa-jiwa [92].Para diosesan Seminari dan Universitas akan memperkenalkan kepada kaum muda

situasi dunia dan Gereja yang sesungguhnya, supaya perlunya pewartaan Injil yang lebihintensif kepada umat bukan kristiani menjadi jelas bagi mereka dan menghidupkansemangat misioner mereka. Dalam menyampaikan vak-vak dogma, Kitab suci, moral dansejarah hendaknya mereka jelaskan segi-segi misioner yang tercantum dalamnyasedemikian rupa, sehingga dengan demikian kesadaran misioner dibina pada para calonimam.

40. (Kewajiban misioner tarekat-tarekat religius)

Tarekat-tarekat religius hidup kontemplatif maupun aktif hingga sekarang telah dan tetapmasih memainkan peran amat penting dalam evangelisasi dunia. Dengan suka hatiKonsili suci mengakui jasa-jasa mereka dan bersyukur kepada Allah atas sekian banyak

89 Lih. KONSILI VATIKAN II, Dekrit tentang tugas kegembalaan para Uskup, art. 6.

90 Lih. PIUS XII, Ensiklik Fidei donum: AAS 49 (1957) hlm. 245.

91 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 28.

92 Lih. PIUS XII, Ensiklik Rerum Ecclesiae: AAS 18 (1926) hlm. 72.

Page 265: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 265/388

pengorbanan yang ditanggung demi kemuliaan Allah dan pengabdian kepada jiwa-jiwa.Konsili mengajak tarekat-tarekat, supaya tanpa kenal lelah melanjutkan karya yang telahdimulai, atas kesadaran bahwa keutamaan cinta kasih, yang berdasarkan panggilanmereka wajib mereka amalkan secara lebih sempurna, mendorong serta mengikat merekauntuk mewujudkan semangat dan menangani karya yang sungguh bersifat katolik[93].

Tarekat-tarekat hidup kontemplatif melalui doa-doa, ulah-pertobatan dan duka-derita

mereka, amat penting maknanya bagi pertobatan jiwa-jiwa, karena Allah-lah, yang biladimohon mengutus pekerja-pekerja ke dalam panenan-Nya (lih. Mat 9:38), membuka hatiumat bukan kristiani untuk mendengarkan Injil (lih. Kis 14:16), dan menyuburkan sabdakeselamatan dalam hati mereka (lih. 1Kor 3:7). Bahkan tarekat-tarekat itu dimintamendirikan biara-biara di daerah-daerah Misi, seperti memang cukup banyak yang telahmenjalankannya. Maksudnya supaya di situ tarekat-tarekat itu – dengan cara yang sesuaidengan tradisi-tradisi keagamaan asli para bangsa – dengan menghayati hidup, memberikesaksian sungguh mulia ditengah umat bukan kristiani tentang kedaulatan dan cintakasih Allah, dan tentang persatuan dalam Kristus.

Adapun tarekat-tarekat hidup aktif, entah bertujuan melalui misioner entah tidak,

hendaknya dengan jujur bertanya diri dihadapan Allah, dapatkah mereka memperluaskegiatan mereka demi perluasan Kerajaan Allah di antara bangsa-bangsa; dapatkahmereka menyerahkan beberapa pelayanan kepada tarekat-tarekat lain, sehingga mampumencurahkan daya-tenaga mereka untuk daerah-daerah Misi; dapatkah mereka memulaikegiatan di daerah-daerah Misi, bila perlu dengan menyesuaikan Konstitusi mereka,tetapi menurut maksud Pendiri; benarkah para anggota mereka menurut kemampuanikut serta dalam kegiatan misioner; benarkah kebiasaan hidup mereka merupakankesaksian akan Injil yang disesuaikan dengan sifat perangai dan situasi bangsa.

Tetapi karena atas dorongan Roh Kudus dalam Gereja Institut-Institut sekular makinberkembang, karya-kegiatan mereka di daerah-daerah Misi, dibawah kewibawaan Uskup,

dengan pelbagai cara dapat menajdi subur, sebagai tanda penyerahan diri sepenuhnyademi evangelisasi dunia.

41. (Kewajiban misioner kaum awam)

Para awam menyumbangkan tenaga demi karya Gereja mewartakan Injil, dan sebagaisaksi-saksi pun sekaligus sarana-sarana hidup ikut serta dalam perutusannya yangmembawa keselamatan[94], terutama bila mereka dipanggil oleh Allah dan oleh paraUskup diperuntukkan bagi karya itu.

Di daerah-daerah yang sudah kristiani para awam menyumbangkan tenaga untukkarya mewartakan Injil, dengan mengembangkan pengertian dan cinta kasih terhadapMisi pada dirinya maupun pada sesama, dengan membangkitkan panggilan-panggilan

dalam keluarga mereka sendir, dalam perserikatan-perserikatan katolik dan di sekolah-sekolah, dengan menyumbangkan segala macam bantuan, supaya kurnia iman, yangtelah mereka terima dengan Cuma-Cuma, dapat disalurkan kepada sesama.

Sedangkan di daerah-daerah Misi kaum awam, entah pendatang entah pribumi,hendaknya mengajar di sekolah-sekolah, menangani urusan-urusan duniawi, ikutberperan dalam kegiatan kegiatan paroki dan keuskupan, menyelenggarakan danmengembangkan pelbagai bentuk kerasulan awam, supaya umat beriman dalam Gereja-Gereja muda selekas mungkin mampu memainkan peran mereka dalam kehidupanGereja[95].

Akhirnya hendaklah kaum awam dengan suka rela mengadakan kerja sama sosial

ekonomi dengan bangsa-bangsa yang sedang berkembang. Kerja sama itu semakin layakdi puji, semakin menyangkut usaha mendirikan lembaga-lembaga, yang menyentuh tata

93 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 44.

94 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 33, 35.

95  Lih. PIUS XII, Ensiklik  Evangelii Praecones: AAS 43 (1951) hlm. 510-514. – YOHANES XXIII, Ensiklik  Princeps

 Pastorium: AAS 51 (1959) hlm. 851-852.

Page 266: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 266/388

susunan hidup kemasyarakatan yang mendasar, atau tertujukan kepada pendidikanmereka, yang mengemban tanggung jawab atas masyarakat.

Yang layak mendapat pujian istimewa yakni para awam, yang di Universitas-Universitas atau Lembaga-Lembaga ilmiah mengembangkan pengetahuan tentangbangsa-bangsa dan agama-agama melalui penelitian-penelitian mereka dibidang sejarahatau ilmu-pengetahuan agam, sambil membantu para pewarta Injil dan menyiapkan

dialog dengan umat bukan kristiani.Hendaklah para awam dalam semangat persaudaraan bekerja sama dengan umat

kristiani lainnya, dengan umat bukan kristiani, khususnya dengan para anggotaperserikatan-perserikatan internasional, sementara selalu mengarah kepada tujuan,supaya “pembangunan masyrakat duniawi selalu bertumpu pada Tuhan dan diarahkankepada-Nya”[96].

Untuk menunaikan semua tugas itu, para awam membutuhkan persiapan tehnis danrohani seperlunya, yang harus diberikan pada Lembaga-Lembaga yang dimaksudkanuntuk itu, supaya hidup mereka merupakan kesaksian tentang Kristus di tengah umatbukan-kristiani, manurut amanat Rasul : “Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati

orang-orang Yahudi dan Yunani, maupun jemaat Allah. Sama seperti aku juga berusahamenyenangkan semua orang dalam segalanya, bukan untuk kepentingan diriku,melainkan untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka diselamatkan” (1Kor 10:32-33).

PENUTUP

42. Para Bapa Konsili bersama dengan Imam Agung di Roma, yang menyadari bahwatugas menyebarluaskan Kerajaan Allah di mana-mana itu mahaberat, menyampaikansalam penuh kasih, kepada semua pewarta Injil, terutama kepada mereka yang deminama Kristus menanggung penganiayaan, dan menggabungkan diri sebagai rekan dalamduka-derita mereka[97].

 Juga mereka berkobar karena cinta yang sama, seperti Kristus bernyala kasih-Nyaterhadap umat manusia. Sementara menyadari, bahwa Allahlah yang berkarya supayaKerajaan-Nya datang di dunia, mereka memanjatkan doa-doa bersama segenap Umatberiman kristiani, supaya berkat perantaraan Perawan Maria Ratu para Rasul, parabangsa selekas mungkin dihantar untuk mengenali kebenaran (1Tim 2:4), dan cahayaAllah, yang bersinar pada wajah Kristus Yesus, melalui Roh Kudus menerangi semuaorang (2Kor 4:6).

Semua dan masing-masing pokok, yang telah diuraikan dalam Dekrit ini, berkenan kepada paraBapa Konsili suci. Dan Kami, atas kuasa Rasuli yang oleh kristus diserahkan kepada Kami, dalamRoh Kudus menyetujui, memutuskan dan menetapkan itu semua bersama dengan para Bapa yangterhormat, lagi pula memerintahkan, agar segala sesuatu yang dengan demikian telah ditetapkandalam Konsili, dimaklumkan secara resmi demi kemuliaan Allah.

Roma, di gereja Santo Petrus, tanggal 7 bulan Desember tahun 1965.

Saya PAULUS

Uskup Gereja katolik

(Menyusul tanda tangan para Bapa Konsili)

96 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 46.

97 Lih. PIUS XII, Ensiklik  Evangeli i praecones: AAS 43 (1951) hlm. 527. – YOHANES XIII, Ensiklik  Princeps Pastorium:

AAS 51 (1959) hlm. 864.

Page 267: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 267/388

PAULUS USKUP

HAMBA PARA HAMBA ALLAHBERSAMA BAPA-BAPA KONSILI SUCI

DEMI KENANGAN ABADI

DEKRIT TENTANGPELAYANAN DAN KEHIDUPAN PARA IMAM

PENDAHULUAN

1. Keluhuran TINGKAT PARA IMAM dalam Gereja sudah sering kali oleh Konsili suciini diingatkan kepada segenap umat beriman[1]. Akan tetapi karena dalam pembaharuanGereja Kristus kepada Tingkat itu diserahkan peranan yang penting sekali dan semakinsulit, maka pada hemat kami berguna sekali untuk secara lebih luas dan lebih mendalamberbicara tentang para imam. Apa yang dikemukakan disini berlaku bagi semua imam,khususnya mereka yang melayani reksa pastoral, tetapi – dengan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan – juga bagi para imam religius. Sebab para imam, berkattahbisan dan perutusan yang mereka terima dari para Uskup, diangkat untuk melayaniKristus Guru, Imam dan Raja. Mereka ikut menunaikan pelayanan-Nya, yang bagi Gerejamerupakan upaya untuk tiada hentinya dibangun dunia ini menjadi umat Allah, TubuhKristus dan Kenisah Roh Kudus. Oleh karena itu, supaya dalam situasi pastoral danmanusiawi sering sekali mengalami perubahan begitu mendalam, pelayanan merekatetap berlangsung secara lebih efektif, dan kehidupan mereka lebih terpelihara, Konsilisuci menyatakan dan memutuskan hal-hal berikut.

BAB SATU

IMAMAT DALAM PERUTUSAN GEREJA

2. (Hakekat imamat)

Tuhan Yesus, “yang oleh Bapa dikuduskan dan diutus ke dunia” (Yoh 10:36), mengikutsertakan seluruh Tubuh mistik-Nya dalam pengurapan Roh yang telah diterimanyasendiri[2]. Sebab dalam Dia semua orang berimanmenjadi Imamat kudus dan rajawi,mempersembahkan korban-korban rohani kepada Allah melalui Yesus Kristus, danmewartakan kekuatan Dia, yang memanggil mereka dari kegelapan ke dalam cahaya-Nyayang mengagumkan[3]. Maka tidak ada anggota, yang tidak berperan serta dalamperutusan seluruh Tubuh. Melainkan setiap anggota wajib menguduskan Yesus dalam

hatinya[4]

, dan dengan semangat kenabian memberi kesaksian tentang Yesus[5]

.

1 KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Liturgi. – Konstitusi dogmatis tentang Gereja. – Dekrit tentang Tugas Pastoral

 para Uskup dalam gereja. – Dekrit tentang Pendidikan Imam.2 Lih. Mat 3:16; Luk 4:18; Kis 4:27; 10:38.

3 Lih. 1ptr 2:5 dan 9.

4 Lih. 1Ptr 3:15.

5 Lih. Why 19:10. – KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 35.

Page 268: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 268/388

  Tetapi, supaya umat beriman makin berpadu menjadi satu Tubuh, - “di dalamnyatidak semua anggota mempunyai tugas yang sama” (Rom 12:4), - Tuhan itu jugamengankat ditengah mereka beberapa anggota menjadi pelayan, yang dalam persekutuanumat beriman mempunyai Kuasa Tahbisan suci untuk mempersembahkan Korban danmengampuni dosa-dosa[6], dan demi nama Kristus secara resmi menunaikan tugasimamat bagi orang-orang. Maka dari itu, sesudah mengutus para Rasul seperti Ia sendiri

telah diutus oleh Bapa[7], Kristus, melalui para Rasul itu, mengikutsertakan parapengganti mereka, yakni para Uskup, dalam pentakdisan serta perutusan-Nya [8]. Tugaspelayanan Uskup, pada tingkat yang terbawah kepadanya, diserahkan kepada paraimam[9], supaya mereka, sesudah ditahbiskan imam, menjadi rekan-rekan kerja bagiTingkat para Uskup, untuk sebagaimana mestinya melaksanakan misi kerasulan yangmereka terima dari Kristus[10].

Karena fungsi para imam tergabungkan pada Tingkat para Uskup, fungsi itu ikutmenyandang kewibawaan Kristus sendiri, untuk membangun, menguduskan danmembimbing Tubuh-Nya. Oleh karena itu, imamat para imam biasa memangmengandaikan Sakramen-sakramen inisiasi kristiani, tetapi secara khas diterimakan

melalui Sakramen, yang melambangkan, bahwa para imam, berkat pengurapan RohKudus, ditandai dengan meterai istimewa, dan dengan demikian dijadikan serupa denganKristus Sang Imam, sehingga mereka mampu bertindak dalam pribadi Kristus Kepala [11].

Karena para imam dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas para Rasul,mereka dikurniai rahmat oleh Allah, untuk menjadi pelayan Kristus Yesus di tengah parabangsa, dengan menunaikan tugas Injil yang suci, supaya persembahan para bangsa, yangdisucikan dalam Roh Kudus, berkenan kepada Allah[12]. Sebab melalui Warta Rasulitentang Injil Umat Allah dipanggil dan dihimpun, sehingga semua orang yang termasukumat itukarena dikuduskan dalam Roh, mempersembahkan diri sebagai “persembahanyang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah” (Rom 12:1). Melalui pelayanan para

imam korban rohani kaum beriman mencapai kepenuhannya dalam persatuan dengankoraban Kristus Pengantara tunggal, yang melalui tangan para imam, atas nama seluruhGereja, dipersembahkan secara tak berdarah dan sakramental dalam Ekaristi, sampaikedatangan Tuhan sendiri [13]. Itulah arah-tujuan pelayanan para imam; disitulahpelayanan itu mencapai kepenuhannya. Sebab pelayanan mereka, yang berawalmula dariWarta Injil, menerima daya-kekuatannya dari Korban Kristus, dan tujuannya ialah,supaya “seluruh kota yang telah ditebus, yakni persekutuan dan himpunan para kudus,dipersembahkan sebagai korban universal kepada Allah melalui Sang Imam Agung, yangdalam Kesengsaraan-Nya telah mempersembahkan Diri-Nya juga bagi kita, supaya kitamenjadi Tubuh Kepala yang seagung itu”[14].

Maka tujuan yang mau dicapai oleh para imam melalui pelayanan maupun hidup

mereka yakni kemuliaan Allah Bapa dalam Kristus. Kemuliaan itu tercapai, bila orang-orang secara sadar, bebas dan penuh syukur menerima karya Allah yang terlaksanadalam Kristus, dan menampakkan itu melalui seluruh hidup mereka. Maka bila paraimam meluangkan waktu bagi doa dan sembah sujud, atau mewartakan sabda ataumempersembahkan Korban Ekaristi dan menerimakan Sakramen-sakramen lainnya, ataumenjalankan pelayanan-pelayanan lain bagi sesam, mereka ikut menambah kemuliaanAllah dan membantu sesama berkembang dalam kehidupan ilahi. Itu semua bersumber

6 KONSILI TRENTO, Sidang 23, bab 1 dan kanon 1: DENZ. 957 dan 961 (1764 dan 1771).

7 Lih. Yoh 20:21. – KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 18.

8 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 28.9 Lih. Dalam artikel yang sama.10

 Lih.  Pontificale Romanum, De Ordinatione Presbytery (tentang tahbisan Imam), Prefasi. Kata-kata itu sudah terdapat

dalam Sacramentarium Veronense  (MOHLBERG, Roma 1956, hlm. 122); begitu juga dalam  Missale Francorum (MOHLBERG, Roma 1957, hlm. 9); juga dalam  Liber Sacramentum Romanae Ecclesiae  (MOHLBERG, Roma 1960,

hlm. 25); begitu pula dalam  Pontificale Romanum-Germanicum (VOGEL-ELZE, Citta del vaticano 1963, jilid I hlm. 34).11

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 10.12

 Bdk. Rom 15:16 Yunani.13

 Lih. 1Kor 11:26.14

 S. AGUSTINUS, Tentang Kota Allah, 10, 6: PL 41, 284.

Page 269: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 269/388

pada Paska Kristus, dan akan mencapai kepenuhannya pada kedatangan Tuhan penuhkemuliaan-Nya, bila Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah dan Bapa[15].

3. (Situasi para imam di sunia)

Para imam, yang dipilih dari antara manusia dan ditetapkan bagi manusia dalamhubungan mereka dengan Allah, untuk mempersembahkan persembahan dan korban

bagi dosa-dosa[16], bergaul dengan orang-orang lain bagaikan dengan saudara-saudarimereka. Begitu pulalah Tuhan Yesus, Putera Allah, manusia yang oleh Bapa diutuskepada sesama manusia, tinggal di antara kita, dan dalam segalanya hendak menyerupaisaudara-saudari-Nya, kecuali dalam hal dosa[17]. Para Rasul kudus sudah mengikutiteladan-Nya; dan bersaksilah Santo Paulus, Guru para bangsa, yang “disendirikan untukInjil Allah” (Rom 1:1), bahwa ia telah menjadi segalanya bagi semua orang, untukmenyelamtakan semua orang[18]. Karena panggilan dan tahbisan mereka para imamPerjanjian Baru dalam arti tertentu disendirikan dalam pengakuan umat Allah, tetapibukan untuk dipisahkan dari umat atau dari sesama manapun juga, melainkan supayasepenuhnya ditakdiskan bagi karya, yakni tujuan, mengapa Tuhan memanggil mereka[19].

Mereka tidak akan mampu menjadi pelayan Kristus, seandainya mereka tidak menjadisaksi dan pembagi kehidupan lain dari pada hidup di dunia ini. Tetapi mereka juga tidakakan mampu melayani sesama, seandainya mereka tetap asing terhadap kehidupan sertasituasi sesama[20]. Pelayanan mereka sendiri karena alasan khas meminta, supaya mereka jangan menyesuaikan diri dengan dunia ini [21]; tetapi sekaligus meminta juga, supaya didunia ini mereka hidup di tengah masyarakat, dan sebagai gembala-gembala yang baikmengenal domba-domba mereka, dan berusaha mengajak domba-domba juga, yang tidaktermasuk kawanan, supaya merekapun mendengarkan suara Kristus, dan terjadilah satukawanan dan satu Gembala[22]. Untuk dapat mencapai tujuan itu pentinglah peranankeutamaan-keutamaan, yang dalam perseklutuan antar manusia memang sudahselayaknya dihargai; misalnya kebaikan hati, kejujuran, keteguhan hati dan ketabahan,semangat mengusahakan keadilan, sopan santun dan lain-lain, yang dianjurkan olehRasul Paulus dengan pesannya : “… Semua yang benar, semua yang mulia, semua yangadil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap di dengar, semua yangdisebut kebajikan dan patut di puji, pikirkanlah semuanya itu” (Flp 4:8)[23].

15 Lih. 1Kor 15:24.

16 Lih. Ibr 5:1

17 Lih. Ibr 2:17; 4:15.

18 Lih. 1Kor 9:19-23 Vulgat.

19 Lih. Kis 13:2.

20  “Usaha menuju kesempurnaan religius dan moril itu semakin di rangsang juga karena situasi lahiriah kehidupan Gereja.

Sebab Gereja tidak dapat tetap tak berubah dan tidak acuh terhadap pergolakan masyarakat disekitarnya, yang

mempunyai bermacam-macam situasi. Pasti sudah jelas pula, bahwa Gereja tisak terceraikan dari masyarakat manusia,

melainkan hidup ditengahnya; maka dari itu putera-puteri Gereja digerakkan dan diarahkan oleh masyarakat itu, diresapi

oleh kebudayaannya, mematuhi hukum-hukumnya, mengenakan adat-istiadatnya. Tetapi kontak Gereja dengan

masyarakat manusia itu tiada hentinya menimbulkan masalah-persoalan yang rumit juga, yang terutama sekarang inimemang berat sekali … (…). Beginilah Rasul para bangsa mengingatkan umat kristen pada zamannya: ‘Janganlah kalian

merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan mereka yang tidak beriman. Sebab persamaan manakah terdapat antara

kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? … Apakah bagian bersama mereka

yang beriman dengan mereka yang tidak beriman?’ (2Kor 6:14-15). Oleh karena itu sungguh perlulah mereka, yang

sekarang ini menjadi pembina dan guru dalam Gereja, mengingatkan angkatan muda katolik akan situasinya yang

istimewa, serta akan kewajiban yang timbul dari padanya, yakni: hidup di dunia ini, tetapi bukan menurut semangat dunia

ini, sesuai dengan doa permohonan yang oleh Kristus Yesus dipanjatkan bagi para murid-Nya: ‘Aku tidak meminta,

supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka terhadap yang jahat. Mereka

 bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia’ (Yoh 17:15-16). Dan Gereja menjadikan doa itu permohonannyasendiri. Akan tetapi pembedaan dari dubia itu tidak berarti perceraian; bukan pula sikap tak acuh, rasa takut, atau sikap

menghina. Sebab bila Gereja membedakan diri dari umat manusia, Gereja tidak mempertentangkan diri terhadapnya,sebaliknya malahan menyatukan diri dengannya” (PAULUS VI, Ensiklik  Ecclesiam suam, tgl. 6 Agustus 1964: AAS 56

(1964) hlm. 627 dan 638).21

 Lih. Rom 12:2.22

 Lih. Yoh. 10:14-16.23

  Lih. S. POLIKARPUS, Surat kepada umat di Filipi, VI, 1: “Hendaknya para imam cenderung untuk ikut merasakan

 penderitaan, berbelaskasihan terhadap semua orang, mengembalikan siapa saja yang sesat , mengunjungi semua orang

Page 270: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 270/388

BAB DUA

PELAYANAN PARA IMAM

I. FUNGSI PARA IMAM

4. (Para imam, pelayan Sabda Allah)

Umat Allah pertama-tama dihimpun oleh sabda Allah yang hidup [24], yang karena itu juga sudah selayaknya diharapkan dari mulut para imam[25]. Sebab karena tidak seorangpun dapat di selamatkan, kalau ia tidak beriman[26], para imam sebagai rekan-rekan kerjapara Uskup, pertama-tama wajib mewartakan Injil Allah kepada semua orang [27].Demikianlah, dengan melaksanakan perintah Tuhan: “Pergilah ke seluruh dunia,wartakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk 16:15)[28], mereka membentuk danmengembangkan Umat Allah. Sebab oleh Sabda penyelamat iman dibangkitkan dalam

hati mereka yang tidak percaya, dan dipupuk dalam hati mereka yang percaya. Dengandemikian mulai serta tumbuhlah persekutuan kaum beriman, menurut amanat rausl:“Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh sabda Kristus” (Rom 10:17). Jadipara imam mempunyai kewajiban terhadap semua orang, untuk menyampaikankebenaran Injil kepada mereka[29], sehingga mereka bergembira dalam Tuhan. Entah paraimam mempunyai cara hidup yang baik di tengah bangsa-bangsa, dan mengajak merekamemuliakan Allah[30], atau dengan pewartaan yang terbuka menyiarkan misteri Kristuskepada kaum beriman, atau memberikan katekese kristiani atau menguraikan ajaranGereja, atau mereka berusaha mengkaji masalah-masalah aktual dalam terang Kristus,selalu merupakan tugas mereka: mengajar bukan kebijaksanaan mereka sendiri,melainkan Sabda Allah, dan tiada jemunya mengundang semua orang untuk bertobat danmenuju kesucian[31]. Supaya pewartaan iman, yang dalam situasi dunia zaman sekarangtidak jarang memang sukar sekali, secara lebih mengena menggerakkan hati parapendengar, hendaknya jangan menguraikan sabda Allah secara umum dan abstrak saja,melainkan dengan menerapkan kebenaran Injil yang kekal pada situasi hidup yangkonkrit.

sakit, jangan mengabaikan janda, atau yatim-piatu atau si miskin; hendaknya mereka senantiasa memikirkan bagaimana

 berbuat baik dihadapan Allah dan sesama; jangan pernah marah-marah, melulu mau menjaga gengsi, menjatuhkan

 penilaian yang tidak adil; hendaklah mereka menjauhkan diri dari segala keserakahan; jangan dengan gegabah

mempercayai sesuatu melawan orang lain; jangan terlalu keras dalam menilai; dan selalu menyadari, bahwa kita ini

semua ikut tersangkut dalam dosa”, FUNK I, hlm 303.24  Lih. 1Ptr 1:23; Kiss 6:7; 12:24. “(Para Rasul) mewartakan Sabda kebenaran dan melahirkan Gereja-Gereja” (S.

AGUSTINUS, tentang Mzm 44:23: PL 36, 508.25

 Lih. Mal 2:7; 1Tim 4:11-13; 2Tim 4:5; Tit 1:9.26

 Lih. Mrk 16:16.27

 Lih. 2Kor 11:7. Tentang para Imam sebagai rekan-rekan kerja para Uskup berl aku pula apa yang dikatakan tentang paraUskup. – Lih. Statuta Ecclessia Antiqua (Peraturan-peraturan Gereja kuno), bab 3 (CH. MUNIER, Paris 1960, hlm. 79). –

 Decretum Gratiani (Dekrit Gratianum), C.6, D.88 (FRIEDBERG, I,307). – KONSILI TRENTO, Dekrit tentang

Pembaharuan, Sidang 5, bab 2, no. 9 (Conciliorum Oecumenicorum Decreta, ed. Herder, Roma 1963, hlm. 645); Sidang

24, bab 4 (hlm. 739). – KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja art. 25.28

  Lih. Constitutiones Apostolorum (Ketetapan-ketetapan para Rasul), II, 26,7: “Hendaknya (para Imam) menjadi guru

 pengetahuan ilahi, karena Tuhan sendiri pun memerintahkan kepada kami: pergilah, ajarlah, dan seterusnya” (FUNK,

 Didascalia et Constitutiones Apostolorum, I, Paderborn 1905). – Sacramentarium Leonianum dan buku-buku Upacara

Sakramen lainnya hingga  Pontificale Romanum, Prefasi pada Tahbisan Imam: “Karena penyelenggaraan-Mu, ya Tuhan,

Engkau telah menggabungkan pada para Rasul Putera-Mu pengajar-pengajar iman sebagai rekan; dengan para pewartatingkat kedua itu mereka telah memenuhi seluruh dunia”. –  Liber Ordinum Liturgiae Mozarabicae (Kitab Tahbisan

menurut Mozarabia), Prefasi pada tahbisan Imam: “sebagai pengajar rakyat danh pemimpin para bawahan, hendaknya iadengan tertib berpegang teguh pada iman katolik, serta mewartakan keselamatan sejati kepada semua orang”: (M.

FEROTIN, Paris 1904, kolom 55).29

 Lih. Gal 2:5.30

 Lih. 1Ptr 2:12.31

  Bdk. Upacara Tahbisan Imam di Gereja Iskandaria umat Yakobit: “… Kumpulkanlah umatmu untuk sabda pengajaran,

seperti inang yang mengasuh anak-anaknya” (H. DENZINGER, Ritus Orientalium II, Wurzburg 1863 hlm. 14).

Page 271: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 271/388

  Demikianlah pewartaan sabda dilaksanakan dengan aneka cara, menanggapi pelbagaikebutuhan para pendengar dan menurut karisma para pewarta. Di daerah-daerah ataudalam kelompok-kelompok bukan kristen hendaknya orang-orang dengan pewartaanInjil diantar kepada iman dan Sakramen-Sakramen keselamatan[32]. Sedangkan dalam jemaat kristen sendiri, terutama bagi mereka yang agaknya kurang mengimani apa yangsering mereka terima, diperlukan pewartaan sabda untuk pelayanan Sakramen-Sakramen,

sebab itu merupakan Sakramen-Sakramen iman, yang timbul dari sabda dan dipupukdengannya[33]. Terutama bila berlaku Liturgi Sabda dalam perayaan Ekaristi, sebab disituberpadulah secara tak terpisah pewartaan wafat dan kebangkitan Tuhan, jawaban umatyang mendengarkannya, dan persembahan sendiri, saat Kristus mengukuhkan PerjanjianBaru dalam Darah-Nya, serta keikut-sertaan umat beriman dalam persembahan itu,melalui kerinduan mereka dan penerimaan Sakramen[34].

5. (Para imam, pelayan Sakramen-sakramen dan Ekaristi)

Allah, satu-satunya yang Kudus dan menguduskan, berkenan mengikut-sertakanmanusia sebagai rekan serta pembantu-Nya, untuk dengan rendah hati melayani karya

pengudusan. Maka para imam, dengan pelayanan Uskup, ditakdiskan oleh Allah, supayamereka secara istimewa ikut menghayati Imamat Kristus, dan dalam merayakan Ekaristibertindak sebagai pelayan Dia, yang dalam Liturgi tiada hentinya melaksanakan tugasImamat-Nya melalui Roh-Nya demi keselamatan kita[35]. Dengan Baptis para imammengantar orang-orang masuk menjadi anggota umat Allah. Dengan Sakramen Tobatmereka mendamaikan para pendosa dengan Allah dan dengan Gereja. Dengan Minyakorang sakit mereka meringankan para penderita penyakit. Terutama dengan merayakanMisa mereka mempersembahkan Korban Kristus secara sakramental. Dalammelaksanakan semua Sakramen, - seperti pada zaman Gereja purba telah dicanangkanoleh S. Ignatius Martir[36], - para imam dengan pelbagai cara tergabunglah secara hirarkisdengan Uskup, dan dengan demikian menghadirkannya secara tertentu dalam masing-masing jemaat umat beriman[37].

Sakramen-sakramen lainnya, begitu pula semua pelayanan gerejawi serta karyakerasulan, berhubungan erat dengan Ekaristi suci dan terarahkan kepadanya[38]. Sebabdalam Ekaristi suci tercakuplah seluruh kekayaan rohani Gereja [39], yakni Kristus sendiri,Paska kita dan Roti hidup, yang karena Daging-Nya yang dihidupkan oleh Roh Kudusdan menjadi sumber kehidupan mengurniakan kehidupan kepada manusia. Begitulahmanusia diundang dan diantar untuk mempersembahkan diri, jerih-payahnya dansegenap ciptaan bersama dengan-Nya. Oleh karena Injil, sementara pada ktekuminlangkah demi langkah diantar untuk menyambut Ekaristi, dan umat beriman, yang sudahditandai dengan Baptis suci dan Penguatan, melalui penyambutan sepenuhnya

disaturagakan dalam Tubuh Kristus.

32 Lih. Mat 28:19; Mrk 16:16. – TERTULIANUS,  De babtismo (tentang baptis), 14,2 (Corpus Christionarum, seri latin I,hlm. 289, 11-13). – S. ATANASIUS,  Adv. Arianos (melawan kaum Arian), 2, 42 (PG 26,237). – S. HIERONIMUS,

Komentar pada Mat 28:19 (PL 26,218 BC): “Pertama-tama mereka mengajar semua bangsa, kemudia membaptis mereka

yang menerima ajaran itu. Sebab tidak mungkin badan menerima Sakramen Baptis, kalau jiwa tidak sebelumnya

menerima kebenaran iman”. – S. TOMAS,  Expositio primae Decetalis,  par. 1: “Ketika Penyelamat kita mengutus para

murid untuk mewartakan Injil, Ia memerintahkan tiga hal kepada mereka. Pertama supaya mereka mengajarkan iman;

kedua supaya mereka terimakan Sakramen-Sakramen kepada barang siapa beriman” (ed. Marietti, Opuscula Theologica,

Taurani, Roma 1954, 1138).33 Lih. KONSIL VATIKAN II, Konstitusi tentang Liturgi, art. 35,2.34 Lih. KONSIL VATIKAN II, Konstitusi tentang Liturgi, art. 33, 35, 48, 52.35

 Lih. KONSIL VATIKAN II, Konstitusi tentang Liturgi, art. 7. – PIUS XII, Ensiklik Mystici Corporis, tgl. 29 Juni 1943:

AAS 35 (1943) hlm. 230.36 S. IGNASIUS Martir, Surat kepada umat di Smirna, 8,1-2 (FUNK, hlm. 282, 6-15). – Constitutiones Apostolorum

(Ketetapan-ketetapan para Rasul), VIII,12,3 (FUNK, hlm. 496); VIII,29,2 (hlm. 532).37

 Lih. KONSIL VATIKAN II, Konstitusi tentang Gereja, art. 28.38

 “Ekaristi bagaikan pemenuhan hidup rohani, dan tujuan semua Sakramen” (S. TOMAS, Summa Theol . III, soal 73, art. 3

c); bdk. III, soal 6 art. 3.39

 Lih. S. TOMAS, Summa Theol . III, soal 65 art. 3, ad 1; soal 79, art.1, c, dan ad 1.

Page 272: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 272/388

  Jadi perjamuan Ekaristi merupakan pusat jemaat beriman, yang dipimpin oleh imam.Maka para imam mengajar umat untuk dalam Korban Ekaristi mempersembahkanKorban ilahi kepada Allah Bapa, dan bersama dengan-Nya mengorbankan hidup merekasendiri. Dengan semangat Sang Gembala para imam mengajar mereka untuk dengan hatiremuk-redam, dalam Sakramen Tobat, menghadapakan dosa-dosa mereka kepada Gereja,sehingga dari hari ke hari mereka semakin berbalik kepada Tuhan, sambil mengingat

amanat-Nya: “Bertobatlah, sebab sudah dekatlah Kerajaan Sorga” (Mat 4:17(. Para imammengajar umat untuk berperanserta dalam perayaan Liturgi suci sedemikian rupa,sehingga di situ pun umat mencapai doa yang tulus. Para imam menutun mereka, untukseumur hidup menghayati semangat doa secara makin sempurna, sesuai dengan rahmatserta kebutuhan mereka masing-masing, lagi pula mengajak semua untuk melaksanakantugas-kewajiban status hidup mereka, serta mengundang mereka yang sudah lebih maju,untuk menghayati nasehat-nasehat Injil, masing-masing menurut caranya sendiri.Selanjutnya para imam mengajar umat beriman, untuk sepenuh hati bernyanyi bagiTuhan dengan kidung-kidung serta lagu-lagu rohani, sambil senantiasa mengucapkansyukur kepada Allah Bapa atas segala sesuatu demi nama Tuhan kita Yesus Kristus[40].

Para imam sendiri meluas-ratakan puji-pujian serta ucapan syukur yang merekalambungkan dalam perayaan Ekaristi dengan mendoakan Ibadat Harian pada jam-jamtertentu. Dengan ibadat itu mereka memanjatkan doa-doa kepada Allah atas nama Gereja,bagi segenap jemaat yang dipercayakan kepada mereka, bahkan bagi seluruh dunia.

Rumah ibadat, tempat Ekaristi suci di rayakan dan di semayamkan, umat berimanberkumpul, serta kehadiran Putera Allah Penyelamat kita, yang dikorbankan di atas altarbagi kita, dihormati dengan sembah-sujud demi bantuan serta penghiburan umatberiman, harus rapi teratur dan sungguh cocok untuk upacar-upacara ibadat[41]. Disitupara Gembala dan umat beriman diundang, untuk dengan hati penuh syukurmenanggapi anugerah Dia, yang melalui kemanusiaan-Nya tiada hentinya mencurahkan

kehidupan ilahi ke dalam anggota-anggota Tubuh-Nya[42]

. Hendaknya para imamberusaha mengembangkan dengan tepat pengetahuan dan kesenian Liturgi, supayaberkat pelayanan liturgis mereka, oleh jemaat-jemaat kristiani yang dipercayakan kepadamereka, dipersembahkan pujian yang semakin sempurna kepada Allah, Bapa dan Puteradan Roh Kudus.

6. (para imam, pemimpin umat Allah)

Sementara para imam, sesuai dengan tingkat partisipasi mereka dalam kewibawaan,menunaikan tugas Kristus sebagai Kepala dan Gembala, mereka atas nama uskupmenghimpun keluarga Allah sebagai rukun persaudaraan yang sehati sejiwa, dan melaluiKristus mengantarnya dalam Roh menghadap Allah Bapa[43]. Untuk menjalankan

pelayanan itu, seperti juga untuk tugas-tugas imam lainnya, dikurniakan kuasa rohani,yang diberikan untuk membangun umat[44]. Seturut teladan Tuhan, dalam membangunGereja para imam harus bergaul dengan semua orang penuh perikemanusiaan. Janganlahmereka bertindak terhadap mereka mengikuti selera orang-orang[45], melainkan menuruttuntutan-tuntutan ajarn dan hidup kristen, dengan mengajar serta memperingatkan

40 Lih. Ef 5:19-20.

41 Lih. S. HIERONIMUS, Surat, 114,2: “… piala-piala suci, dan kain-kain suci, dan semua lainnya yang digunakan untuk

mengenangkan sengsara Tuhan … karena bersentuhan dengan Tubuh dan Darah Tuhan, harus dihormati dengan

 penghormatan yang sama seperti Tubuh dan Drah-Nya” (PL 22,934). – Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang

Liturgi, art. 122-127.42

  “Selain itu hendaknya umat beriman jangan lupa pada waktu siang hari mengunjungi Sakramen Mahakudus, yang

menurut peraturan-peraturan Liturgi harus di semayamkan di gereja-gereja, di temapt yang paling layak dan sehormatmungkin. Sebab kunjungan itu merupakan bukti hati yang penuh syukur, tanda cinta kasih, dan kewajiban sembah-sujud

yang seharusnya terhadap Kristus Tuhan, yang hadir di situ” (PAULUS VI, Ensiklik  Mysterium Fidei, tgl. 3 September

1965: AAS 57 (1965) hlm. 771.43

 Lih. KONSIL VATIKAN II, Konstitusi tentang Gereja, art. 28.44

 Lih. 2Kor 10:8; 13:10.45

 Lih. Gal 1:10.

Page 273: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 273/388

mereka juga sebagai peutera-puteri yang terkasih[46], menurut pesan Rasul: Siap-sedialah,entah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegurlah dannasehatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” (2Tim 4:2)[47].

Maka termasuk tugas para imam sebagai pembina imanlah, mengusahakan entahsecara langsung atau melalui orang-orang lain, supaya mereka yang beriman masing-masing dibimbing dalam Roh Kudus untuk menghayati panggilannya sendiri menurut

Injil, untuk secara aktif mengamalkan cinta kasih yang jujur, dan untuk hidup dalamkebebasan yang dikurniakan oleh Kristus kepada kita[48]. Hanya sedikit sajalah manfaatupacara-upacara betapa pun indahnya, atau himpunan-himpunan betapa pun suburnyabila itu semua tidak diarahkan untuk membina orang-orang menuju kedewasaankristiani[49]. Untuk memupuk kedewasaan itu mereka dibantu oleh para imam, supayadalam peristiwa-peristiwa besar maupun kecil mampu menangkap apakah yang dituntutoleh situasi, dimanakah letak kehendak Allah. Hendaknya umat kristen dibina juga,supaya jangan hanya hidup untuk diri sendiri, melainkan – menanggapi tuntutanperintah baru tentang cinta kasih – supaya mereka saling berbagi rahmat, sesuai dengankasih kurnia yang diterima oleh masing-masing[50], dan dengan demikian semua

melaksanakan tugas-tugas mereka secara kristiani dalam masyarakat.Sungguh pun para imam mempunyai kewajiban terhadap semua orang, hendaknya

mereka secara istimewa bertanggung jawab atas kaum miskin dan lemah. Sebab Tuhansendiri menunjukkan, betapa Ia menyatu dengan mereka[51], dan pewartaan Injil kepadamereka merupakan tanda karya Almasih[52]. Hendaknya secara khas pula merekaperhatikan generasi muda, begitu juga para suami-isteri dan orangtua; dihimbau agarmereka berkumpul dalam rukun-rukun persaudaraan, untuk saling membantu, supayadalam hidup yang sering penuh kesukaran mereka lebih mudah lebih penuh bertindaksecara kristiani. Hendaknya para imam menyadari, bahwa semua religius pria maupunwanita merupakan bagian yang istimewa di rumah Tuhan, dan karena itu layak

mendapat pelayanan yang khas demi kemajuan rohani mereka, demi kesejahteraanseluruh Gereja. Akhirnya hendaknya mereka penuh keprihatinan terhadap mereka yangsakit dan menjelang ajalnya, mengunjungi mereka, dan meneguhkan mereka dalamTuhan[53].

Tugas Gembala tidak terbatas pada reksa pastoral terhadap kaum beriman secaraperorangan, melainkan sudah sewajarnya diperluas pula untuk membina jemaat kristenyang sejati. Adapun untuk sebagaimana mestinya memupuk semangat menjemaat,semangat itu jangan hanya mencakup Gereja setempat, melainkan harus pula ,eliputiGereja semesta. Jemaat setempat hanya mengembangkan reksa pastoral umat berimannyasendiri, melainkan digerakkan oleh semangat misioner wajib pula merintis jalan menujuKristus bagi semua orang. Tetapi jemaat hendaknya secara khas merasa bertanggung

 jawab atas para katekumen dan baptisan baru, yang langkah demi langkah harus dibinauntuk makin mengenal dan menghayati hidup kristen.

Tiada jemaat kristen dibangun tanpa berakar dan berporos pada perayaan Eakaristisuci. Maka disitulah harus dimulai segala pembinaan semangat menjemaat [54]. Supaya

46 Lih. 1Kor 4:14.

47 Lih. Didascalia, II,34,3; II,46,6; II,47,1; Constitutiones Apostolorum, II,47,1: FUNK, Didascalia et Consti tutiones, I, 116,

142 dan 143.48

 Lih. Gal 4:3; 5:1 dan 13.49

 Lih. S. HIERONIMUS, Surat 58,7: “Apakah gunanya dinding gemerlapan dengan butir-butir mutiara, kalau Kritus mati

dalam diri orang miskin?” (PL 22,584).50 Lih. 1Ptr 4:10 dan selanjutnya.51

 Lih. Mat 25:34-45.52

 Lih. Luk 4:18.53 Dapat pula di sebutkan kelompok-kelompok lain, misalnya para emigran, kaum nomad, dan sebagainya. Tentang mereka

itu lihat Dekrit tentang Tugas Pastoral para Uskup dalam Gereja, art. 18.54

 Lih.  Didascalia II,59, 1-3: “Bila mengajar, perintahkan dan anjurkanlah, supaya umat sering kali menghadiri pertemuan,

dan jangan pernah membolos; tetapi umat harus setiap kali berkumpul dan tidak boleh membatasi pertemuan, dengan

meloloskan diri, dan mengurangi anggota Tubuh Kristus … Jadi, karena kalian itu anggota-anggota Kristus, janganlah

menceraikan diri dri pertemuan, dengan tidak ikut berkumpul. Sebab kalian mempunyai Kristus sebagai Kepala, dan

Page 274: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 274/388

perayaan itu sungguh tulus dan mencapai kepenuhannya, harus mendorong umat kearah pelbagai karya cinta kasih, usaha saling membantu, kebiatan misioner, dan anekabentuk kesaksian kristiani. Selain itu, melalui cinta kasih, doa, teladan dan ulahpertobatan, jemaat gerejawi menunjukkan keibuannya yang sejati dengan mengantar jiwa-jiwa kepada Kristus. Sebab jemaat merupakan upaya yang efektif, untukmemperlihatkan kepada mereka yang belum beriman atau merintiskan bagi mereka jalan

menuju Kristus serta Gereja-Nya, dan untuk membangkitan semangat kaum beriman,memelihara kehidupan mereka, dan meneguhkan mereka bagi perjuangan rohani.

Dalam membangun jemaat kristen para imam tidak pernah bekerja demi suatuideologi atau bagi suatu partai; melainkan mereka berkarya sebagai pewarta Injil dangembala Gereja, untuk mendukung pertumbuhan rohani Tubuh Kristus.

II. HUBUNGAN PARA IMAM DENGAN SESAMA

7. (Hubungan para Uskup dan para imam)

Semua imam bersama para Uskup berperanserta menghayati satu imamat dan satupelayanan Kristus sedemikian rupa, sehingga kesatuan pentakdisan dan perutusan itusendiri menuntut persekutuan hirarkis mereka dengan Dewan para Uskup[55].Persekutuan itu kadang-kadang dengan jelas sekali mereka tampilkan dalamkonselebrasi Liturgi; di situ sekaligus mereka ungkapkan, bahwa mereka merayakanPerjamuan Ekaristi dalam persatuan dengan para Uskup[56]. Maka para Uskup,berdasarkan kurnia Roh Kudus yang dalam Tahbisan suci dianugerhakan kepada paraimam, memandang mereka sebagai pembangtu dan penasehat yang sungguh dibutuhkandalam pelayanan dan tugas mengajar, menguduskan dan menggembalakan umatAllah[57]. Sudah sejak zaman kuno itu di makulmkan oleh dokumen-dokumen liturgiGereja, yakni bila secara resmi Allah dimohon untuk mencurahkan atas diri imam yangditahbiskan “roh rahmat dan nasehat, supaya ia membantu dan membimbing umatdengan hati yang bersih”[58], seperti dulu di padang gurun roh Musa telah disalurkan kedalam hati tujuh puluh pria yang bijaksana[59], “yang dipekerjakan oleh Musa sebagaipembantunya, sehingga ia dengan mudah memimpin umat yang tak terbilang jumlahnya”[60]. Maka karena persekutuan dalam satu imamat dan satu pelayanan itu,

menepati janji-Nya, Ia hadir dan bergaul dengan kalian. Maka janganlah kalian melalaikan diri atau menjauhkan Sang

Penyelamat dari anggota-anggota-Nya, atau memecah-belah atau mencerai-beraikan Tubuh-Nya …”: FUNK I, 170. –

PAULUS VI, Amanat kepada para Klerus Italia, yang menghadiri Sidang Sepekan XIII di Orvieto tentang “pembaharuan

 pastoral”. Tgl. 6 September 1963 AAS 55 (1963) hlm. 750 dan selanjutnya.55

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Gereja, art. 28.56

  Lihat apa yang disebut Constitutio Ecclesiatica Apostolorum  (Ketetapan gerejawi para Rasul), XVIII: para imam itusama-sama dilibatkan dalam misteri ( symmystai) dan dalam perjuangan ( synepimachoi) dengan para Uskup (TH.

SCHERMANN,  Die allgemeine kirchenordnung, I, Paderborn 1914, hlm. 26; A. HARNACK, T. u. U., II,4, hlm. 13, no.

18 dan 19). – PSEUDO-HIERONIMUS,  De septem Ordinibus Ecclesiae tentang tujuh tingkat tahbisan Gereja): “…

dalam pemberkatan (para imam) bersama para Uskup itu menghayati misteri-misteri” (A. W. KALFF, Wurzburg 1937,

hlm. 45). – S. ISIDORUS dari Sevilla,  De Ecclesiasticis Officiis (tentang jabatan-jabatan gerejawi), bab VII: “Sebab (para

imam) memimpin Gereja Kristus dan dalam konsekrasi Tubuh dan Darah bertindak bersama para Uskup, begitu pula

dalam mengajar para bangsa dan dalam tugas pewartaan” (PL 83,787).57 Lih. Didascalia, II, 28,4: FUNK, 108. – Constitutiones Apostolorum, II,28,4; II,34,3: ibidem, hlm. 109 dan 117.58  Const.Apost., VIII,16,4 (FUNK I, 522, 13). – Bdk.  Epitome Const. Apost. (ikhtisar Ketetapan-ketetapan para Rasul), VI,

(FUNK II, hlm. 80,3-4). – Testamentum Domini  (Pusaka Tuhan): “… berilah ia Roh rahmat, nasehat dan kebesaran jiwa,

semangat imam … untuk ikut membantu dan membimbing umat-Mu dalam karya, dalam rasa takut kepada Allah, dalamhati yang bersih” (terj. I. E. RAHMANI, Mainz 1899, hlm. 69). – Begitu pula dalam Trad. Apost . (B. BOTTE,  LaTradition Apostolique, Munster i.W. 1963, hlm. 20).

59 Lih. Bil 11:16-25.

60 “Pontificale Romanum”  De Ordinatione Presbyteri (tentang tahbisan imam), prefasi. Rumus itu sudah Sacramentarium

 Leonianum, Sacramentarium Gelasianum dan  Sacramentarium Gregorianum. Rumus yang serupa terdapat dalam Liturgi-

Liturgi Timur; bdk. Trad. Apost.: “… pandanglah hamba-Mu ini, dan kurniailah ia roh rahmat dan nasehat, untuk

Page 275: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 275/388

hendaknya para Uskup memandang para imam sebagai saudara dan sahabat mereka [61],serta sedapat mungkin memperhatikan kesejahteraan mereka baik jasmani maupunterutama rohani. Sebab terutama merekalah yang menanggung beban tanggung jawabyang cukup berat atas kesucian para imam mereka[62]. Maka hendaknya mereka usahakansedapat mungkin pembinaan terus-menerus para imam[63]. Hendaknya para Uskupdengan senang hati mendengarkan para imam, bahkan meminta nasehat mereka, dan

merundingkan dengan mereka hal-hal, yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan karyapastoral dan kesejahteraan keuskupan. Agar supaya itu sungguh dilaksanakan,hendaknya dengan cara yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan-kebutuhan zamansekarang[64], menutut bentuk dan norma-norma yang ditetapkan oleh hukum, dibentukdewan atau senat para imam[65], yang mewakili semua imam, untuk dengan nasehat-nasehatnya membantu Uskup secara efektif dalam memimpin keuskupannya.

Adapun para imam hendaknya memandang kepenuhan Sakramen Imamat yang adapada para Uskup, dan dalam diri mereka menghormati kewibawaan Kristus GembalaTertinggi. Hendaknya mereka berpaut pada Uskup mereka dengan cinta kasih yang tulusdan sikap patuh-taat[66]. Kepatuhan para imam itu, yang diresapi semangat kerja sama,

berdasarkan partisipasi mereka dalam pelayanan Uskup, yang diberikan kepada paraimam melalui Sakramen Tahbisan dan perutusan kanonik[67].

Zaman kita sekarang persatuan para imam dengan para Uskup semakin dibutuhkan.Sebab sekarang ini, karena pelbagai faktor, usaha-usaha kerasulan tidak hanya perlumengenakan bermacam-macam bentuk, tetapi juga melampaui batas-batas satu parokiatau keuskupan. Maka tidak seorang imam pun mampu menunaikan tugas perutusannyasecara memadai, bila ia bertindak secara tersendiri dan sebagai perorangan. Imam hanyamampu melaksanakan misinya, bila ia berpadu tenaga dengan para imam lainnya, dibawah bimbingan mereka, yang memimpin Gereja.

membantu para imam, dan memimpin umat-Mu dengan hati yang bersih, seperti dulu Engkau telah memandang umat pilhan-Mu, dan memerintahkan Musa untu memilih para penatua, yang Kau penuhi dari Roh-Mu, yang Kau anugerahkan

kepada hamba-Mu” (dari terjemahan latin kuno di Verona, edisi B. BOTTE,  La Tradition apostolique de S. Hippolyte.

 Essai de reconstruction, Munster i.W. 1963, hlm. 20. – Const.Apost.,  VIII,16,4: FUNK I,522,16-17. –  Epitome

Const.Apost. 6:  FUNK II,20,5-7. – Testamentum Domini: terj. I. E. RAHMANI, Mainz 1899, hlm. 69. –  Euchologion

Serapionis, XXVII: FUNK, Didascalia et Constitut iones, II, hlm. 190, baris 1-7. – Ritus Ordiationis in ritu Maronitarum

(upacara tahbisan dalam rite Maronit): trj. H. DENZINGER,  Ritus Orientalium, II, Wurzburg 1863, hkm. 161. Diantara para Bapa Gereja dapat di kutip: TEODORETUS MOPS., komentar pada 1Tim 3:8: SWETE, II, 119-121. –

TEODOROTUS, Quaest. In Numeros (soal-soal tentang kitab Bilangan), XVIII: PG 80,372b.61

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Gereja, art. 28.62

  Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Sacerdotii Nostri primordia, tgl. 1 Agustus 1959: AAS 51 (1959) hlm. 576. – S. PIUS

X, Anjuran kepada klerus Haerent animo , tgl. 4 Agustus 1908: S.PII X Acta,  jilid iv (1908) hlm. 237 dan selanjutnya.63

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Tugas Penggembalaan para Uskup dalam Gereja, art. 15 dan 16.64

  Dlam Kitab Hukum Kanonik (lama) sudah ada Kapitel Katedral (Capitulum Cathedrale), sebagai “senat dan dewan

 penasehat” ( senatus et consilium) Uskup (CIC, kanon 391), atau, kalau tidak ada, Dewan para konsultor keuskupan (bdk.

CIC, kanon 423-428). Tetapi dihimbau, supaya lembaga-lembaga semacam itu ditinjau kembali sedemikian rupa,

sehingga lebih menanggapi situasi dan kebutuhan-kebutuhan zaman sekarang. Jelas pula, bahwa Dewan para Imam

seperti itu berbeda dengan Dewan Pastoral menurut Dekrit tentang Tugas Patoral para Uskup dalam gereja, art. 27. Sebab

dalam Dewan pastoral itu juga ada saudara-saudara awam, dan tugas Dewan hanyalah menyelidiki hal-ikhwal yangmenyangkut reksa pastoral. Tentang para imam sebagai penasehat para Uskup dapat dibaca juga: “Didascalia”, II,28,4:

FUNK I, 108. – Const. Apost , II, 28,4: FUNK I,109. – S. IGNASIUS Martir, Surat kepada jemaat di Magnesia, 6,1:

FUNK 234,10-16; kepada jemaat di Tralles, 3,1: FUNK 244,10-12. – ORIGENES, “Melawan Celsus”, 3:30: para imam

merupakan penasehat-penasehat atau “bouleutai”: PG 11,957 d – 960 a.65

 S. IGNASIUS Martir, Surat kepada jemaat di Magnesia 6,1: “Kuanjurkan, supaya kalian berusaha menjalankan segalanya

dalam kerukunan Allah, dibawah Uskup yang memimpin sebagai wakil Allah serta para imam sebagai ganti dewan rasuli,

dan para diakon yang amat ku kasihi dan dipercayai pelayanan Yesus Kristus, yang sebelum segala abad berada di hadirat

Bapa, dan pada zaman akhir telah menampakkan Diri” (FUNK 234, 10-13). – S. IGNASIUS Martir, Surat kepada jemaat

di tralles 3,1: “Begitu pula hendaknya semua menghormati para diakon sebagai Yesus kristus, seperti juga Uskup yangmenjadi citra Bapa, serta para imam sebagai senat Allah dan dewan para Rasul. Tanpa mereka orang tak dapat berbicara

tentang Gereja” (FUNK, hlm. 244, 10-12). – S. HIERONIMUS, komentar pada Yesaya, II,3 (PL 24,61A): “Kita punmempunyai dalam gereja dewan kita, yakni kelompok para imam”.

66 Lih. PULUS VI, Amanat kepada para imam dan para pengkotbah untuk masa Prapaska di Roma, di kapel “Sixtina”, tgl.

1Maret 1965: AAS 57 (1965) hlm. 326.67

 Lih. Const.Apost., VIII,47,39: “Para imam … hendaknya jangan berbuat sesuatu tanpa persetujuan Uskup. Sebab

Uskuplah yang diserahi umat Tuhan, dan daripadanya akan diminta pertanggungjawaban atas jiwa -jiwa umat” (FUNK,

577).

Page 276: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 276/388

 8. (Persatuan persaudaraan dan kerja sama antara para imam)

Berkat Tahbisan, yang menempatkan mereka pada Tingkat imamat biasa, semua imambersatu dalam persaudaraan sakramental yang erat sekali. Khususnya dalam keuskupan,yang mereka layani di bawah uskupnya sendiri, mereka merupakan satu  presbiterium.Sebab walaupun para imam menjalankan bermacam-macam tugas, mereka hanya

mengamban satu imamat demi pengabdian kepada sesama. Sebab semua imam diutusuntuk bekrja sama demi hanya satu karya, entah mereka melayani atau menjalankanpelayanan yang melampaui batas-batas paroki, atau mencurahkan tenaga untukpenelitian ilmiah atau untuk menyalurkan ilmu, atau juga menjalankan pekerjaan tangansambil ikut mengalami nasib para pekerja, bila atas persetujuan Kuasa gerejawi yangberwenang itu dipandang berguna, atau akhirnya menjalankan karya-karya kerasulanlainnya atau kegiatan-kegiatan yang mendukung kerasulan. Semua imam bekerja samahanya demi satu tujuan, yakni pembangunan Tubuh Kristus, yang khususnya padazaman sekarang meliputi bermacam-macam tugas serta meminta penyesuaian-penyesuaian baru. Oleh karena itu pentinglah bahwa semua imam, baik diosesan

maupun religius, saling membantu, supaya mereka selalu mengerjakan karya bersamademi kebenaran[68]. Jadi setiap imam berhubungan dengan para anggota  presbiterium lainnya karena ikatan-ikatan khas cinta kasih rasuli, pelayanan dan persaudaraan. Sudahsejak kuno itu dilambangkan dalam Liturgi, bila imam-imam yang hadir diundang untukbersama dengan skup pentahbis menumpangkan tangan atas calon tahbisan, dan bilamereka bersma, sehati sejiwa, mempersembahkan Ekaristi suci. Maka masing-masingimam dipersatukan dengan rekan-rekannya seimamat karena ikatan cinta kasih, doa dananeka macam kerja sama; dan demikian tampillah kesatuan, yang seturut kehendakKristus dengan sempurna menghimpun para murid-Nya, supaya dunia mengetahuiPutera diutus oleh Bapa[69].

Maka dari itu hendaknya para imam yang sudah lebih lanjut usia sungguh menerimamereka yang lebih muda sebagai saudara, serta memberi bantuan dalam karya-kegiatandan kesulitan-kesulitan di masa awal pelayanan mereka, begitu pula mencoba memahamicara berfikir mereka meskipun itu berlainan dengan visi mereka sendiri, serta penuhsimpati mengikuti kegiatan-kegiatan yang mereka prakarsai. Begitu pula imam-imammuda hendaknya menghormati usia serta pengalaman para imam yang lebih tua,meminta nasehat mereka tentang hal-hal yang menyangkut reksa pastoral, dan dengansenang hati bekerja sama dengan mereka.

Hendaknya para imam, dijiwai semangat persaudaraan, jangan melalaikan keramahanmenjamu[70], memupuk kemurahan hati dan berbagi harta-milik mereka[71], pun terutamamenunjukkan sikap prihatin terhadap mereka yang sakit, tertimpa kesedihan, tertekan

oleh beban kerja yang terlampau berat, merasa kesepian, merantau jauh dari tanah air,dan mengalami penganiayaan[72]. Hendaknya mereka dengan senang hati dan gembiraberkumpul juga untuk menyegarkan jiwa, seraya mengenangkan sabda undangan Tuhansendiri kepada Rasul yang sudah lelah: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kitasendirian, dan beristirahatlah sejenak!” (Mrk 6:31). Kecuali itu, supaya para imam dapatsaling membantu mengembangkan hidup rohani dan intelektual, supaya mereka mampubekerja sama semakin baik dalam pelayanan, serta terhindarkan dari bahaya-bahayakesepian yang barangkali muncul, hendaknya dikembangkan kehidupan bersama ataurukun hidup antara mereka. Kebersamaan hidup itu dapat mempunyai berbagai bentuk,menurut beranekanya kebutuhan-kebutuhan pribadi maupun pastoral; misalnya:

bersama-sama tinggal serumah bila itu mungkin, atau makan bersama, atau setidak-tidaknya seringkali atau secara berkala mengadakan pertemuan. Hendaknya sungguh

68 Lih. 3Yoh 8.69

 Lih. Yoh 17:23.70

 Lih. Ibr 13:1-2.71

 Lih. Ibr 13:16.72

 Lih. Mat 5:10.

Page 277: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 277/388

dihargai dan dikembangkan dengan tekun pula perserikatan-perserikatan, dikukuhkandengan anggaran dasar atas persetujuan Kuasa gerejawi yang berwenang, denganmaksud mendorong para imam menuju kesucian melalui praktek pelayanan mereka, dandengan demikian melayani seluruh jajaran para imam, melalui tata hidup yang sesuai dandisetujui bersama maupun bantuan timbal balik secara persaudaraan.

Akhirnya, berdasarkan persekutuan dalam imamat, hendaknya para imam menyadari,

bahwa mereka mempunyai kewajiban-kewajiban istimewa terhadap mereka yang sedangmengalami kesukaran-kesukaran. Hendaknya mereka itu di tolong pada waktunya, bilaperlu juga melalui peringatan yang bijaksana. Mereka yang jatuh dalam kesalahan-kesalahan tertentu hendaknya selalu ditampung dengan cinta kasih persaudaraan dankebesaran jiwa. Para imam hendaknya secara intensif memanjatkan doa kepada Allahbagi mereka itu, serta selalu menghadapi mereka sebagai saudara dan sahabat.

9. (Hubungan para imam dengan kaum awam)

Karena Sakramen Tahbisa para imam Perjanjian Baru menunaikan tugas sebagai bapa danguru, yang amat luhur dan penting sekali dalam dan bagi umat Allah. Akan tetapi

bersama sekalian orang beriman mereka sekaligus menjadi murid-murid Tuhan, yangberkat rahmat panggilan Allah diikutsertakan dalam kerajaan-Nya[73]. Sebab bersamasiapa saja yang telah lahir kembali karena Baptis, para imam menjadi sesama saudar [74],sebagai anggota satu Tubuh Kristus yang sama, yang pembangunannya diserahkankepada semua anggota[75].

Oleh karena itu para imam harus memimpin umat sedemikian rupa, sehingga merekatidak mencari kepentingan sendiri, melainkan kepentingan Yesus Kristus[76], bekerja samadengan umat beriman awam, dan ditengah mereka membawakan diri menurut teladanSang Guru, yang diantara sesama “tidak datang untuk dilayani, melainkan untukmelayani, dan menyerahkan nyawa-Nya demi penebusan banyak orang” (Mat 20:28).Hendaknya para imam dengan tulus mengakui dan mendukung martabat kaum awambeserta bagian perutusan Gereja yang diperuntukkan bagi mereka. Hendaknya paraimam sungguh-sungguh menghormati pula kebebasan sewajarnya, yang menjadi haksemua orang di dunia ini. Hendakanya mereka dengan senang hati mendengarkan kaumawam, secara persaudaraan mempertimbangkan keinginan-keinginan mereka, danmengakui nilai pengalaman maupun kecakapan mereka di pelbagai bidang kegiatanmanusia, supaya mereka mampu mengenali tanda-tanda zaman. Sementara menguji roh-roh apakah memang berasal dari Allah[77], hendaknya imam-imam dalam cita-rasa imanmenemukan sekian banyak karisma kaum awam, yang bersifat lebih sederhana maupunyang lebih tinggi, mengakuinya dengan gembira, serta dengan seksama mendukungpengembangannya. Diantara anugerah-anugerah Allah alinnya, yang terdapat melimpah

dikalangan umat beriman, layak dipelihara secara khas kurnia-kurnia, yangmenyebabkan tidak sedikit diantara mereka merasa tertarik ke arah hidup rohani yanglebih mendalam. Begitu pula hendaknya para imam penuh kepercayaan menyerahkankepada kaum awam tugas-tugas pengabdian kepada Gereja, sambil memberi merekakebebasan serta ruang gerak, bahkan mengundang mereka juga, untuk atas kerelaansendiri memanfaatkan peluang yang baik dengan memulai kegiatan-kegiatan[78].

Selanjutnya para imam ditempatkan di tengah kaum awam, untuk mengantarkansemua kepada kesatuan cinta kasih, “sambil saling mengasihi sebagai saudara, dan salingmendahului dalam memberi hormat” (Rom 12:10). Jadi termasuk tugas merekalah

73 Lih. 1Tes 2:12; Kol 1:13.74

  Lih. Mat 23:8. – “Perlulah, supaya karena kami ingin menjadi gembala, bapa dan guru bagi semua orang, kami justru

 bertindak selaku saudara mereka” (PAULUS VI, Ensiklik  Ecclesiam suam, tgl. 6 Agustus 1964: AAS 58 (1964) hlm.657).

75 Lih. Ef 4:7 dan 16. – Const.Apost. VIII,1,20: “Bahkan Uskup pun janganlah meninggikan diri terhadap para diakon atau

imam-imam, atau para imam terhadap umat; sebab tata susunan jemaat mencakup keduanya” (FUNK I, 467).76

 Lih. Flp 2:21.77

 Lih. 1Yoh 4:1.78

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Gereja, art. 37.

Page 278: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 278/388

memperpadukan berbagai mentalitas sedemikian rupa, sehingga dalam jemaat berimantidak seoarng pun merasa diri terasing. Para imam menjadi pembela kesejahteraan umum,yang atas nama Uskup harus mereka usahakan, pun serta merta pendukung kebenaranyang gigih, supaya umat beriman jangan diombang-ambingkan oleh bermacam-macamangin pengajar[79]. Kepada keprihatinan mereka yang istimewa dipercayakan pulamereka, yang telah meninggalkan penerimaan Sakramen-sakramen, bahkan barangkali

iman mereka juga. Hendaknya selaku gembala yang baik para imam jangan lupamengunjungi mereka. Seraya mengindahkan peraturan-peraturan tentangekumenisme[80], hendaknya para imam jangan melupakan saudara-saudari, yang belumberada dalam persekutuan gerejawi sepenuhnya dengan kita.

Akhirnya, hendaknya para imam menyadari tanggung jawab mereka pula atas merekasemua, yang tidak mengenal Kristus sebagai Penyelamat mereka.

Adapun umat beriman hendaknya menyadari, bahwa mereka mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap para imam mereka, dan karena itu penuh kasih menghadapi merekasebagai gembala-gembala serta bapa-bapanya. Begitu pula, sementara ikut merasakankeprihatinan para imam, hendaknya umat sedapat mungkin membantu mereka dengan

doa maupun kegiatan, supay mereka mampu mengatasi kesukaran-kesukaran merekadengan lebih lancar, dan lebih berhasi juga dalam menjalankan tugas-tugas mereka[81].

III. PENYEBARAN PARA IMAM DAN PANGGILAN-PANGGILAN IMAM

10. (Penyebaran para imam)

Kurnia rohani, yang oleh para imam telah diterima pada pentahbisan mereka, tidakmenyiapkan mereka untuk suatu perutusan yang terbatas dan dipersempit, melainkanuntuk misi keselamatan yang luas sekali dan universal “sampai ke ujung bumi” (Kis 1:8).Sebab pelayanan imam manapun juga ikut memiliki jangkauan luas dan universalperutusan, yang oleh Kristus dipercayakan kepada para Rasul. Sebab Imamat Kristus,yang sungguh-sungguh ikut dihayati oleh para imam, tidak dapat lain kecuali ditujukankepada semua bangsa di segala xzaman, dan tak mungkin dipersempit oleh batas-batassuku, bangsa atau kurun waktu, seperti secara gaib dipralambangkan dalam pribadiMelkisedekh[82]. Maka hendaknya para imam menyadari, bahwa mereka wajibmengindahkan keprihatinan semua jemaat. Oleh karena itu para imam keuskupan-keuskupan, yang lebih kaya panggilan, hendaknya dengan sukarela menyediakan diri,seijin atau atas anjuran Ordinaris mereka, untuk melaksanakan pelayanan mereka di

kawasan-kawasan, daerah-daerah misi, atau dalam karya-karya, yang serba kekuranganimam.

Selain itu hendaknya norma-norma tentang inkardinasi dan ekskardinasi ditinjaukembali sedemikan rupa, sehingga unsur kelembagaan yang sudah kuno itu, kendatitetap lestari, toh lebih kena menanggapi kebutuhan-kebutuhan pastoral zaman sekarang.Tetapi di mana pun kondisi kerasulan membutuhkannya, hendaknya dipermudah sajabukan hanya penyebaran para imam untuk sungguh menanggapi situasi, melainkan jugakarya-karya pastoral yang khas untuk bermacam-macam kelompok sosial, yang perludilaksanakan di kawasan atau negara tertentu, atau di daerah manapun juga. Dapatberguna pula mendirikan beberapa seminari internasional, diosis-diosis atau prelatura-

prelatura personal yang khusus, atau lembaga-lembaga semacam itu. Dengan cara-carayang perlu ditetapkan bagi masing-masing usaha, dan tanpa pernah mengurangi hak-hak

79 Lih. Ef 4:14.

80 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Ekumenisme.

81 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang Gereja, art. 37.

82 Lih. Ibr 7:3.

Page 279: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 279/388

para ordinaris setempat, imam-imam dapat bergabung atau diinkardinasi pada lembaga-lembaga itu demi kesejahteraan Gereja semesta.

Akan tetapi, ke daerah baru, terutama bila bahasa maupun adat istiadatnya belumdikenal dengan baik, hendaknya para imam sedapat mungkin dapat di utus seorang demiseorang, melainkan seturut teladan para murid Kristus[83], sekurang-kurangnya berduaatau bertiga, supaya dengan demikian mereka saling membantu. Begitu pula cukup

pentinglah bahwa hidup rohani mereka sungguh-sungguh dipelihara, pun juga kesehatan jiwa raga mereka. Selain itu, sejauh mungkin hendaknya bagi mereka masing-masing.Penting sekali jugalah, bahwa mereka yang melawat ke bangsa yang baru, berusahamengenal dengan baik bukan saja bahasa daerah itu, melainkan juga sifat perangaipsikologis maupun sosial yang khas bagi bangsa itu. Kalau memang mereka bermaksudmelayaninya dengan kerendahan hati, mereka harus dapat berkomunikasi sesempurnamungkin dengannya, menganut teladan rasul Paulus yang menyatakan tentang dirinya:“Sungguh pun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba bagisemua orang, supaya aku boleh memperoleh mereka sebanyak mungkin. Demikianlahbagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memperoleh orang-

orang Yahudi …” (1Kor 9:19-20).

11. (Usaha para imam untuk mendapat penggilan-panggilan imam)

Sang Gembala dan Pemelihara jiwa-jiwa[84]  sedemikian rupa mendirikan Gereja-Nya,sehingga umat yang telah di pilih dan diperoleh-Nya dengan Darah-Nya[85] senantiasadan hingga akhir zaman harus memiliki imam-imamnya, supaya jangan pernahlah umatkristen bagaikan domba tanpa gembala[86]. Memahami kehendak Kristus itu, para Rasul,atas dorongan Roh Kudus, emamndang sebagai kewajiban mereka memilih pelayan-pelayan, “yang akan cakap juga untuk mengajar orang-orang lain” (2Tim 2:2). Kewajibanitu pasti termasuk perutusan imamat juga. Karena misi itu lah pula imam ikut sertamerasakan keprihatinan Gereja semesta, supaya jangan pernah umat Allah di duniakekurangan pekerja-pekerja. Akan tetapi, karena “pengemudi kapal dan parapenumpangnya … mempunyai kepentingan bersama”[87], maka hendaknya segenap umatkristen diajak memahami kewajibannya untuk dengan aneka cara menyumbangkanusahanya, dengan berdoa-terus-menerus, begitu pula melalui upaya-upaya lain yangtersedia bagi mereka[88], supaya Gereja selalu mempunyai imam-imam, yang sungguhdiperlukan untuk menjalankan misinya yang ilahi. Pertama-tama hendaknya para imammemperhatikan sepenuhnya, supaya melalui pelayanan sabda maupun kesaksian hidupmereka sendiri, yang jelas menampilkan semangat pengabdian dan kegembiraan Paskayang sejati, mereka mengajak umat beriman menyadari keluhuran serta mutlak perlunyaimamat. Dan bila ada pemuda-pemuda atau mereka yang sudah lebih dewasa, yang –

menurut penilaian para imam yang cermat-bijaksana – memang cakap untuk pelayananseagung itu, hendaknya mereka, - tanpa menghemat usaha atau memperhitungkan jerih-payah – membantu para pemuda itu, supaya menyiapkan diri dengan baik, dankemudian suatu ketika , tanpa mengurangi kebebasan mereka sepenuhnya lahir maupunbatin, dapat dipanggil oleh para Uskup. Guna mencapai tujuan itu bermanfaat sekalilahbimbingan rohani yang tekun dan bijaksana. Para orangtua dan guru-guru, serta siapasaja yang dengan suatu cara atai lain berkecimpung dalam pendidikan anak-anak dankaum muda, hendaknya mendidik mereka sedemikian rupa, sehingga mereka memahamikeprihatinan Tuhan terhadap kawanan-Nya, memikirkan kebutuhan-kebutuhan Gereja,dan siap sedia untuk dengan kebesaran jiwa menjawab Tuhan yang memanggil mereka,

bersama nabi: “Lihatlah aku, utuslah aku” (Yes 6:8). Akan tetapi jangan sekali-kali

83 Lih. Luk 10:1.84 Lih. 1Ptr 2:25.85

 Lih. Kis 20:28.86

 Lih. Mat 9:36.87

  Pontificale Romanum, De Ordinatione Presbyteri(tentang pentahbisan imam).88

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Dekrit tanteng Pendidikan Imam, art. 2.

Page 280: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 280/388

diharapkan, seolah-olah sabda panggilan Tuhan itu menyapa hati si calon imam dengancara yang luar biasa. Sebab sabda itu harus ditangkap serta dipertimbangkan berdasarkanisyarat-isyarat, yang setiap hari memperkenalkan kehendak Allah kepada orang-orangkristen bijaksana. Dan tanda-tanda itu hendaknya dipertimbangkan dengan saksama olehpara imam[89].

Oleh karena itu kepada mereka sangat dianjurkan Karya-karya panggilan, pada

tingkat keuskupan maupun pada tingkat nasional[90]. Dalam kotbah-kotbah, dalamkatekese, melalui majalah-majalah, perlu diuraikan dengan jelas kebutuhan-kebutuhanGereja setempat maupun Gereja semesta. Arti maupun keluhuran pelayanan imamhendaknya dipaparkan sejelas-jelasnya. Sebab dalam pelayanan itulah beban-beban yangamat berat berpadu dengan kegembiraan yang meluap; dan dalam pelayanan itu –menurut ajaran Bapa Gereja – terutama dapat diberikan kepada Kristus kesaksian cintakasih yang sungguh agung[91].

BAB TIGA

KEHIDUPAN PARA IMAM

I. PANGGILAN PARA IMAM UNTUK KESEMPURNAAN

12. (Panggilan para imam untuk kesucian)

Karena Sakramen Tahbisan para imam dijadikan secitra dengan Kristus Sang Imam,sebagai pelayan Sang Kepala, untuk membentuk dan membangun seluruh Tubuh-Nya,yakni Gereja, sebagai rekan-rekan kerja Tingkat para Uskup.Sudah pada pentakdisanBabtis mereka, seperti semua orang beriman, menerima tanda serta kurnia panggilan danrahmat seagung itu, sehingga ditengah kelemahan manusiawi pun[92], mereka mampudan harus menuju kesempurnaan, menurut amanat Tuhan: “Hendaknya kalian menjadisempurna, seperti Bapamu di sorga adalah sempurna” (Mat 5:48). Para imam wajibmencapai kesempurnaan itu berdasarkan alasan yang khas, yakni: karena denganmenerima Tahbisan mereka secara baru ditakdiskan kepada Allah. Mereka menjadisarana yang hidup bagi kristus Sang Imam Abadi, untuk dapat melangsungkan disepanjang masa karya-Nya yang mengagumkan, yang dengan kekuatan adikodrati telah

mengembalikan keutuhan segenap umat manusia[93]. Maka karena setiap imam dengancaranya sendiri membawakan pribadi Kristus sendiri, maka ia diperkaya juga denganrahmat istimewa, agar supaya dengan melayani jemaat yang diserahkan kepadanya sertasegenap umat Allah, ia lebih mampu menuju kesempurnaan Dia, yang peranan-Nya

89 “Suara Allah yang memanggil mengungkapkan diri dengan dua cara yang berbeda, mengagumkan dan sehaluan; cara

 pertama bersifat batiniah melampaui kata-kata, yang berasal dari “suara” Tuhan “tanpa kta-kata” tetapi penuh kekuatan,

dan menyapa lubuk hati manusia yang tak terduga; dan kedua: cara lahiriah, manusiawi, indrawi, sosial, yuridis, konkrit,

cara pelayan yang ditandai oleh Sabda Allah, cara Rasul, cara hirarki, sarana yang mutlak perlu, diadakan dan

dikehendaki oleh kristus, ibarat kendaraan, yang ditugaskan untuk menterjemahkan dalam bahasa pengalaman amanat

Sabda dan perintah ilahi. Demikianlah ajaran katolik mengajar bersama S. Paulus: ‘bagaimanakah mereka mendengarkan

tanpa ada pewarta … Iman berasal dari pendengaran’ (Rom 10:14 dan 17) (PAULUS VI, Amanat tgl. 5 Mei 1965,diterjemahkan dari L’Osservatore Romano, 6-V-65, hlm. 1).

90 Lih. KONSILI VATIKAN II, Dekrit tentang Pendidikan Imam, art. 2.

91  Itulah yang diajarkan oleh para Bapa Gereja, bila mereka menjelaskan sabda kristus kepada Petrus: “Benarkah engkau

mencintai Aku? … Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yoh21:17). Misalnya: S. YOHANES KRISOSTOMUS, Tentang

Imamat, II,1-2: PG 47-48, 644. – S. GREGORIUS AGUNG,  Reg. Past. Liber (Kitab Pedoman Pastoral), Bagian I bb 5:

PL 77,19a.92

 Lih. 2Kor 12:9.93

 Lih. PIUS XI, Ensiklik Ad catholoci sacerdotii, tgl. 20 Desember 1935 1935: AAS 28 (1936) hlm. 10.

Page 281: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 281/388

dihadirkan olehnya, dan supaya kelemahan manusia daging disembuhkan oleh kesucianDia, yang bagi kita telah menjadi Imam Agung, “kudus, tidak mengenal dosa, tanpa noda,terpisahkan dari kaum pendosa” (Ibr 7:26).

Kristus, yang oleh Bapa telah disucikan atau ditakdiskan dan diutus ke dunia [94],“telah menyerahkan Diri bagi kita, untuk menebus kita dari segala kejahatan, dan untukmenguduskan badi Dirinya suatu umat milik-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik” Itit

2:14); demikianlah melalui kesengsaraan-Nya Kristus telah memasuki kemuliaan-Nya[95].Begitu pula para imam, yang ditakdiskan dengan pengurapan Roh Kudus dan diutus olehKristus, mematikan dalam diri mereka perbuatan daging, dan membaktikan diriseutuhnya dalam pengabdian kepada sesama, dan dengan demikian mampu melangkahmaju dalam kesucian, yang telah mereka terima dalam Kristus, menuju kedewasaanpenuh[96].

Oleh karena itu, sambil menunaikan pelayanan Roh dan keadilan, para imam, asalmembiarkan diri dibimbing oleh Roh Kristus yang menghidupkan dan menuntunmereka, makin diteguhkan dalam kehidupan roh. Sebab melalui kegiatan Liturgi setiaphari, begitu pula melalui seluruh pelayanan mereka, yang mereka jalankan dalam

persekutuan dengan Uskup maupun rekan-rekan imam, mereka sendiri menujukesempurnaan hidup.kekudusan para imam besar sekali artinya untuk dengan suburmenjalankan pelayanan mereka. Sebab, sungguh pun rahmat Allah juga melalui pelayan-pelayan yang tak pantas mampu melaksanakan karya keselamatan, tetapi lazimnya Allahmemilih menampilkan karya-karya agung-Nya melalui mereka, yang lebih terbuka bagidorongan dan bimbingan Roh Kudus, dan karena persatuan mereka yang mesra dengankristus serta kekudusan perihidup, bersama Rasul dapat menyatakan: “Aku hidup, bukanlagi aku, melainkan Kristuslah yang hidup dalam diriku” (Gal 2:20).

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan-tujuan pastoralnya, yakni pembaharuanGereja ke dalam, penyebaran Injil ke seluruh dunia, lagi pula dialog dengan dunia zaman

sekarang, Konsili ini sungguh-sungguh mengajak semua imam: hendaknya merekadengan memanfaatkan upaya-upaya yang cocok seperti telah dianjurkan oleh gereja[97],selalu berusaha menuju kekudusan yang semakin luhur, sehingga dari hari ke harimereka menjadi sarana yang makin sesuai dalam pengabdian kepada segenap umatAllah.

13. (Pelaksanaan ketiga fungsi imamat menuntut dan sekaligus mendukung kesucian)

Pada hakekatnya para imam akan mencapai kesucian dan menunaikan tugas-tugasmereka dalam Roh Kristus, secara tulus dan tanpa mengenal lelah.

Sebab karena mereka itu pelayan sabda Allah, maka setiap hari mereka membaca danmendengarkan sabda Allah, yang wajib mereka sampaikan pada sesama. Bila mereka

sekaligus berusaha meresapkannya dalam hati, mereka akan menjadi murid-murid Tuhanyang kian sempurna, seturut pesan Rasul paulus kepada Timoteus: “Renungkanlahsemuanya itu, hiduplah di dalamnya, supaya kemajuanmu nyata bagi semua orang.Awasilah dirimu sendiri dan ajaranmu; bertekunlah dalam semuanya itu. Sebab denganbernuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan mereka yang mendengarengkau” (1Tim 4:15-16). Karena seraya mencari bagaimana dapat menyalurkan lebih baikkepada sesama apa yang telah mereka renungkan[98], maka akan secara lebih mendalammenikmati “kekayaan kristus yang tidak terselami” (Ef 3:8) dan pelbagai ragam hikmat

94 Lih. Yoh 10:36.95

 Lih. Luk 24:26.96

 Lih. Ef 4:13.97 Lih. Antara lain: S. PIUS X, Pesan kepada klerus  Haerent animo , tgl. 4 Agustus 1908: S. Pii X Acta,  jilid IV (1908) hlm.

237 dan selanjutnya. – PIUS XI, Ensiklik  Ad catholici sacerdotii, tgl. 20 Desember 1935: AAS 28 (1936) hlm. 5 dan

selanjutnya. – PIUS XII, Anjuran apostolik  Menti Nostrae, tgl. 23 September 1950: AAS 42 (1950) hlm. 657 dan

selanjutnya. – YOHANES XXIII, Ensiklik Sacerdotii nostri primordia, tgl. 1 Agustus 1959: AAS 51 (1959) hlm. 545 dan

selanjutnya.98

 Lih. S. TOMAS, Summa Theol , II-II, soal 188, art. 7.

Page 282: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 282/388

Allah[99]. Sementara tetap menyadari, bahwa Tuhanlah yang membuka hati orang-orang[100], dan keluhuran sabda tidak berasal dari mereka sendiri, melainkan darikekuatan Allah[101], dalam kegiatan menyalurkan sabda sendiri mereka akan lebih eratbersatu dengan Kristus Sang Guru dan dibimbing oleh Roh-Nya. Bila demikian merekabergaul dengan Kristus, mereka ikut serta mengalami cinta kasih Allah, yang misteri-Nyayang tersembunyi sejak kekal[102] telah diwahyukan dalam Kristus.

Sebagai pelayan Liturgi, terutama dalam korban Ekaristi, para imam secara khasmembawakan Pribadi Kristus, yang telah menyerahkan diri sebagai korban demipengudusan manusia. Itulah sebabnya, mengapa mereka di undang, untuk ikut ikutmenghayati apa yang mereka laksanakan: sementara merayakan misteri wafat Tuhan,hendaknya mereka berusaha mematikan anggota-anggota tubuh mereka dari cacat-celadan nafsu-nafsu[103]. Dalam misteri korban Ekaristi, saat para imam melaksanakan tugasutama mereka, karya penebusan kita terus-menerus diwujudkan[104]. Maka dari itu sangatdianjurkan, supaya Ekaristi dirayakan setiap hari, yang meskipun tidak dihadiri olehumat beriman, tetapi tetap merupakan tindakan Kristus dan Gereja[105]. Begitulah,sementara para imam menggabungkan diri dengan tindakan Kristus Sang Imam, mereka

setiap hari mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, dan seraya menyambutTubuh Kristus, mereka dengan ketulusan hati ikut mengalami cinta kasih Dia, yangmengurniakan Diri sebagai santapan kepada umat beriman. Begitu pula dalam melayaniSakramen-sakramen mereka menyatukan diri dengan maksud dan cinta kasih Kristus.Secara khusus itu mereka jalankan, bila mereka nampak bersedia sepenuhnya dan selaluuntuk melayani Sakramen Tobat, setiap kali itu secara wajar diminta oleh umat beriman.Dalam mendoakan ibadat harian mereka menyuarakan maksud Gereja, yang atas namaseluruh umat manusia bertabah dalam doa, dalam persatuan dengan Kristus, yang“senantiasa hidup untuk menjadi pengantara kita” (Ibr 7:25).

Sambil membimbing dan menggembalakan umat Allah, para imam didororng oleh

Sang Gembala Baik, untuk menyerahkan nyawa mereka demi domba-domba mereka[106]

,pun siap sedia juga untuk pengorbanan yang paling luhur, mengikuti teladan para imam,yang pada zaman sekarang pun tidak menolak untuk mengorbankan hidupnya. Sebagaipembina imam mereka sendiri “penuh keberanian untuk memasuki tempat yang kudusdalam Darah Kristus” (Ibr 10:19), dan menghadap Allah “dengan hati yang tulus ikhlasdalam kepenuhan iman” (Ibr 10:22). Mereka mempunyai harapan yang teguh bagi jemaatberiman mereka[107], untuk dapat menghibur siapa saja yang mengalami bermacam-macam tekanan, dengan hiburan-hiburan, seperti mereka sendiri juga dihibur olehAllah[108]. Selaku pemimpin jemaat mereka menjalankan askese yang khas bagi gembala jiwa-jiwa, dengan mengesampingkan keuntungan-keuntungan pribadi, tanpa mencariapa yang berfaedah bagi diri mereka, melainkan dengan mengusahakan apa yang

bermanfaat untuk banyak orang, supaya mereka diselamatkan[109]. Mereka tetap

99 Lih. Ef 3:9-10.

100 Lih. Kis 16:14.

101  Lih. 2Kor 4:7.102

 Lih. Ef 3:9.103

 Lih. Pontificale Romanum, De Ordinatione Presbyteri (tentang Pentahbisan imam).104

 Lih. Missale Romanum, Doa atas persembahan pada hari minggu IX sesudah Pentekosta.105

  “Sebab setiap Misa, meskipun dirayakan oleh imam seoarang diri, tidak bersifat privat, melainkan merupakan tindakan

Kristus dan Gereja. Dalam korban yang dipersembahkan Gereja belajar mempersembahkan diri sebagai korban untuk

semua orang, dan mengenakan kekuatan korban Salib yang menyelamatkan, bersifat tunggal dan bernilai tiada

harganya, pada duni semesta demi keselamatannya. Sebab setiap Misa yang dirayakan tidak hanya dipersembhakan

untuk keselamatan beberapa orang saja, melainkan demi keselamatan seluruh dunia juga (…) Maka secara kebapaankami sangat menganjurkan kepada para imam, yang dalam Tuhan merupakan kegembiraan yang terbesar dan mahkota

 bagi kami, agar … setiap hari merayakan Misa secara pantas dan penuh khidmat” (PAULUS VI, Ensiklik  Mysterium

 Fidei, tgl. 13 September 1965: AAS 57 (1965) hlm. 761-762). – Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi tentang

Liturgi, art. 26 dan 27.106

 Lih. Yoh 10:11.107

 Lih. 2Kor 1:7.108

 Lih. 2Kor 1:4.109

 Lih. 1Kor 10:33.

Page 283: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 283/388

melangkah maju untuk menunaikan reksa pastoral secara lebih sempurna, dan biladiperlukan, bersedia menempuh cara-cara berpastoral yang baru, dibawah bimbinganRoh cinta kasih, yang “bertiup ke mana Ia berkenan”[110].

14. (Keutuhan dan keselarasan kehidupan para imam)

Di dunia zaman sekarang banyak sekali tugas yang harus dijalankan, dan sangat

beranekalah masalah-persoalan yang mencemaskan orang-orang serta sering kali perlusegera mereka pecahkan, sehingga tidak jarang mereka terancam bahaya terombang-ambingkan kian-kemari. Para imam sendiri, yang terlibat dalam tugas-kewajiban yangbertubi-tubi dan terbagi-bagi perhatiannya, dengan cemas dapat bertanya-tanya,bagaimana mereka mampu memperpadukan kehidupan batin dengan kegiatan lahiriahmereka. Keutuhan hidup itu tidak tercapai melulu dengan mengatur secara lahiriahkarya-karya pelayanan, pun tidak melalui praktek latihan-latihan rohani semata-mata,betapa pun itu semua ikut mendukung keselarasan hidup. Tetapi para imam mampumewujudkan keutuhan itu, bila dalam menjalankan pelayanan mereka mengikuti teladanKristus Tuhan, yang makanan-Nya ialah: menjalankan kehendak Bapa, yang mengutus-

Nya untuk menyelesaikan karya-Nya[111]

.Memang benarlah, untuk tiada hentinya menjalankan kehendak Bapa itu di duniamelalui Gereja, Kristus berkarya dengan pengantara para pelayan-Nya. Oleh karena itu Iatetep menjadi dasar dan sumber keutuhan hidup mereka, bila mereka menyatukan diridengan kristus dalam mengenal kehendak Bapa, maupun dalam penyerahan diri merekabagi kawanan yang menjadi tanggung jawab mereka[112]. Demikianlah, denganmenjalankan peranan Sang Gembala Baik, mereka akan menemukan dalam pengalamancinta kasih kegembalaan itu sendiri ikatan kesempurnaan imamat, yang akan menyatukankehidupan serta kegiatan mereka. Cinta kasih kegembalaan itu [113] terutama bersumberpada korban Ekaristi, yang karena itu menjadi pusat dan dasar akar seluruh kehidupanimam, sehingga semangat imamat berusaha meresapkan dalam dirinya apa yangberlangsung di atas altar pengorbanan. Dan itu hanyalah tercapai, bila para imam sendirimelalui doa kian mendalam menyelami misteri kristus.

Untuk dapat mewujudkan keutuhan hidup mereka secara konkrit juga, hendaknyapara imam mempertimbangkan segala usaha mereka dengan menilai, di manakah letakkehendak Allah[114], artinya: manakah kesesuaian antara kegiatan-kegiatan itu dengankaidah-kaidah perutusan Gereja menurut Injil. Sebab kesetiaan terhadap Kristus tidakterceraikan dari kesetiaan terhadap Gerejan-Nya. Maka cinta kasih kegembalaanmeminta, supaya para imam selalu berkarya dalam ikatan persekutuan dengan paraUskup serta saudara-saudara seimamat lainnya, supaya mereka jangan percuma sajamenjalankan kegiatan mereka[115]. Dengan bertindak begitu para imam akan menemukan

keutuhan hidup mereka sendiri justru dalam kesatuan perutusan Gereja. Begitulahmereka akan dipersatukan dengan Tuhan mereka, dan melalui Dia dengan Bapa, dalamRoh Kudus, sehingga dapat menikmati hiburan rohani serta kegembiraan yangmeluap[116].

110 Lih. Yoh 3:8.

111 Lih. Yoh 4:34.

112  Lih. 1Yoh 3:16.113  “Hendaklah menjadi tugas cinta kasih menggembalakan kawanan Tuhan” (S. AGUSTINUS, Tract. In Lo. (ulasan

tentang Injil Yohanes), 123,5: PL 35,1967).114

 Lih. Rom 12:2.115

 Lih. Gal 2:2.116

 Lih. 2Kor 7:4.

Page 284: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 284/388

II. TUNTUTAN-TUNTUTAN ROHANI YANG KHAS DALAM KEHIDUPAN IMAM

15. (Kerendahan hati dan ketaatan)

Diantara keutamaan-keutamaan yang perlu sekali bagi pelayanan para imam layaklahdisebutkan sikap hati yang selalu bersedia bukan untuk mencari kehendak sendiri,

melainkan kehendak Dia yang mengutus mereka[117]. Sebab karya ilahi – untukmelaksanakan itu mereka telah dikhususkan oleh Roh Kudus[118] – melampaui semuakekuatan manusiawi. “Apa yang lemah bagi dunia, dipilih oleh Allah, untuk memalukanyang kuta” (1Kor 1:27). Maka menyadari kelemahannya sendiri, pelayan Kristus yangsejati bekerja dengan rendah hati, mempertimbangkan apa yang berkenan kepadaAllah[119], dan, bagaikan tawanan Roh[120]dalam segalanya dibimbing oleh kehendak Dia,yang menghendaki keselamatan semua orang. Kehendak itu dapat ditemukan dandilaksanakannya dalam situasi sehari-hari, dengan melayani dalam kerendahan hatimereka semua, yang oleh Allah dipercayakan kepadanya, dalam tugas yang menjaditanggungannya dan dalam bermacam-macam peristiwa hidupnya.

Karena pelayanan imamat itu pelayanan Gereja sendiri, maka hanya dapatdilaksanakan dalam persekutuan hirarkis seluruh Tubuh. Maka cinta kasih kegembalaanmendesak para imam, untuk dalam rangka persekutuan itu melalui ketaatanmembaktikan kehendak mereka sendiri dalam pengabdian kepada Allah dan sesama,sambil menerima dan menjalankan dalam semangat iman apa yang diperintahkan ataudianjurkan oleh Paus dan oleh Uskup mereka sendiri serta oleh para pemimpin lainnya;sambil dengan sukarela mengorbankan kemampuan dan bahkan diri mereka sendiri [121],dalam tugas manapun yang dipercayakan kepada mereka, juga dalam tugas yang agakrendah dan tidak terpandang. Sebab dengan demikian mereka melestarikan danmemantapkan kesatuan yang diperlukan dengan rekan-rekan mereka sepelayanan,terutama dengan mereka, yang oleh Tuhan ditetapkan sebagai pemimpin-pemimpinGereja-Nya yang kelihatan; dan mereka berkarya demi pembangunan TubuhKristus, yang bertumbuh “melalui segala sendi-sendi pelayanan”[122]. Ketaatan itu, yangmengantar kepada kebebasan yang lebih dewasa putera-putera Allah, pada hakekatnyasupaya para imam – sementara dalam menunaikan tugas mereka, terdorong oleh cintakasih, mereka dengan bijaksana merintis jalan-jalan baru untuk meningkatkankesejahteraan Gereja, - penuh kepercayaan mengemukakan prakarsa-prakarsa mereka,serta menekankan kebutuhan-kebutuhan jemaat yang diserahkan kepada mereka, tetapiselalu bersedia pula mematuhi keputusan mereka, yang menjalankan fungsi utama dalamkepemimpinan Gereja Allah.

Melalui kerendahan hati serta ketaatan yang sukarela dan penuh tanggung jawab itu

para imam menjadi secitra dengan kristus, penuh citarasa seperti terdapat pada KristusYesus, yang “mengosongkan Diri dengan menganakan penampilan seorang hamba …menjadi taat sampai mati” (Flp 2:7-9); Dia, yang dengan ketaatan-Nya itu telahmengalahkan dan menebus ketidak-taatan Adam, menurut sabda paulus: “Karenaketidak-taatan satu orang banyak orang telah menjadi pendosa; begitu pula karenaketaatan satu orang banyak orang menjadi benar” (Rom 5:19).

16. (Selibat: diterima dan dihargai sebagai kurnia)

Pantang sempurna dan seumur hidup demi Kerajaan Sorga telah dianjurkan oleh kristusTuhan[123], dan di sepanjang masa, juga zaman sekarang ini, oleh banyak orang kriten

117 Lih. Yoh 4:34; 5:30; 6:38.

118  Lih. Kis 13:2.119  Lih. Ef 5:10.120

 Lih. Kis 20:22.121

 Lih. 2Kor 12:15.122

 Lih. Ef 4:11-16.123

 Lih. Mat 19:12.

Page 285: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 285/388

telah diterimakan dengan sukarela dan dihayati secara terpuji. Pantang itu oleh Gerejaselalu sangat dijunjung tinggi bagi kehidupan imam. Sebab merupakan lambang dansekaligus dorongan cinta kasih kegembalaan, serta sumber istimewa kesuburan rohani didunia[124]. Memang pantang itu tidak dituntut oleh imamat berdasarkan hakekatnya,seperti ternyata juga dari praktek Gereja Purba[125] dan dari tradisi Gereja-Gereja Timur.Di situ, kecuali mereka, yang bersama semua Uskup berkat kurnia rahmat memilih

menghayati selibat, terdapat juga imam-imam beristeri yang besar sekali jasanya.Sememntara menganjurkan selibat gerejawi, Konsili ini sama sekali tidak bermaksudmerubah tata tertib yang berbeda, yang berlaku secara sah di Gereja-Gereja Timur. Konsilipenuh kasih mendorong mereka semua, yang telah menerima imamat dalam perkawinan,supaya mereka tabah dalam panggilan suci, dan tetap harus membaktikan hidup merekasepenuhnya serta dengan tulus ikhlas kepada kawanan yang diserahkan kepadamereka[126].

Tetapi ditinjau dari pelbagai sudut selibat mempunyai kesesuaian dengan imamat.Sebab perutusan imam seutuhnya dibaktikan dalam pengabdian kepada kemanusiaanbaru, yang oleh Kristus yang jaya atas maut melalui Roh-Nya dibangkitkan di dunia, dan

berasal “bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginanseorang laki-laki, melainkan dari Allah” (Yoh 1:13). Dengan menghayati keperawananatau selibat demi Kerajaan Sorga[127], para imam secara baru dan luhur dikuduskan bagikristus. Mereka lebih mudah berpaut pada-Nya dengan hati tak terbagi [128], lebih bebasdalam kristus dan melalui Dia membaktikan diri dalam pengabdian kepada Allah dansesama, lebih lancar melayani kerajaan-Nya serta karya kelahiran kembali adikodrtai, dandengan demikian menjadi lebih cakap untuk menerima secara lebih luas kebapaan dalamkristus. Jadi dengan demikian mereka menyatakan dihadapan umum, bahwa merekabermaksud seutuhnya membaktikan diri kepada tugas yang dipercayakan kepadamereka, yakni mempertunangkan umat beriman dengan satu Pria, dan menghadapkan

mereka sebagai perawan murni kepada Kristus[129]

. Demikianlah mereka membangkitkankesadaran akan perkawinan penuh rahasia, yang telah diciptakan oleh Allah dan di masadepan akan ditampilkan sepenuhnya, yakni bahwa Gereja hanya mempunyai Kristussebagai Mempelai satu-satunya[130]. Kecuali itu mereka menjadi lambang hidup duniayang akan datang, tetapi sekarang sudah hadir melalui iman dan cinta kasih: di situputeri-puteri kebangkitan tidak akan menikah dan dinikahkan[131].

Karena alasan-alasan yang di dasarkan pada misteri Kristus serta perutusannya itulah,maka selibat, yang semula dianjurkan kepada para imam, kemudian dalam Gereja Latindi wajibkan berdasarkan hukum bagi siapa saja, yang akan menerima Tahbisan suci.Mengenai mereka yang dipruntukkan bagi iamamt, ketetapan hukum itu oleh Konsili suciini sekali lagi disetujui dan dikukuhkan. Konsili percaya, bahwa kurnia selibat, yang

begitu cocok bagi imamat Perjanjian Baru, dalam Roh akan dikurniakan penuhkemurahan oleh Bapa, dan yang begitu jelas dipuji oleh Tuhan[132], serta tetap menyadarimisteri-misteri agung, yang dilambangkan dan diwujudkan olehnya. Semakin pantang didunia masa kini oleh banyak orang dianggap mustahil, semakin para imam dengan tabahdan rendah hati akan memohon bersama dengan Gereja rahmat kesetiaan, yang selaluakan dikurniakan kepada mereka yang memohonnya.Sementara itu hendaknya merekamemanfaatkan segala bantuan adikodrati maupun kodrati, yang tersedia bagi semua

124 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitus Dogmatis tentang Gereja, art. 42.

125  Lih. 1Tim 3:2-5; Tit 1:6.126  Lih. PIUS XI, Ensiklik Ad catholici sacerdotii, tgl. 20 Desember 1935: AAS 28 (1936) hlm. 28.127

 Lih. Mat 19:12.128

 Lih. 1Kor 7:32-34.129  Lih. 2Kor 11:2.130  Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 42 dan 44. – Dekrit tentang Pembaharuan Hidup

Religius yang Disesuaikan, art. 12.131

  Lih. Luk 20:35-36. – PIUS XI, Ensiklik  Ad catholici sacerdotii , tgl. 20 Desember 1935: AAS 28 (1936) hlm. 24-28. –

PIUS XII, Ensiklik Sacra Virginitas, tgl. 25 Maret 1954: AAS 46 (1954) hlm. 169-172.132

 Lih. Mat 19:11.

Page 286: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 286/388

orang. Terutama pedoman-pedoman askese, yang sudah teruji berkat pengalaman Gereja,dan yang di dunia sekarang tetap dibutuhkan, hendaknya tetap mereka laksanakan. OlehKarena itu Konsili suci ini meminta bukan saja kepada para imam, melainkan kepadasegenap umat beriman, supaya mereka tetap menjunjung tinggi anugerah selibat imamyang begitu berharga, dan supaya mereka semua memohon kepada Allah, supaya Iaselalu menganugerhakan kurnia itu secara melimpah kepada gereja-Nya.

17. (Sikap terhadap dunia dan harta duniawi. – Kemiskinan sukarela)

Melalui pergaulan persahabatan dan persaudaraan antar mereka sendiri dan denganorang-orang lain, para imam dapat belajar mengembangkan nilai-nilai manusiawi danmenghargai ciptaan-ciptaan sebagai kurnia Allah. Tetapi selama hidup di duniahendaknya mereka selalu menyadari bahwa seturut sabda Tuhan Guru kita merekabukanlah dari dunia[133]. Maka sambil menggunakan hal-hal duniawi seolah-olah tidakmenggunakannya[134], mereka akan mencapai kebebasan dari segala kesibukan yang takteratur, dan akan lebih terbuka untuk mendengarkan sabda ilahi dalam hidup sehari-hari.Dari kebebasan dan sikap terbuka itu tumbuhlah sikap penegasan rohani, yang

membantu mereka menemukan sikap yang tepat terhadap dunia dan harta duniawi. Bagipara imam sikap itu penting sekali, sebab perutusan Gereja memang berlangsung ditengah dunia, lagi pula hal-hal tercipta memang sungguh dibutuhkan bagi perkembanganpribadi manusia. Maka hendaknya mereka penuh rasa syukur atas segala sesuatu, yangmereka terima dari Bapa di Sorga untuk hidup secara layak. Akan tetapi mereka perlumempertimbangkan dalam cahaya iman segala sesuatu yang mereka alami, supayamereka menemukan cara yang tepat untuk menggunakan hal-hal duniawi sesuai dengankehendak Allah, dan menolak segala sesuatu yang merugikan perutusan mereka.

Sebaba para imam Tuhan sendirilah “bagian dan milik pusaka” (Bil 18:20). Makamereka harus menggunakan hal-hal duniawi hanya demi tujuan-tujuan yang sungguhhalal menurut ajaran Kristus Tuhan dan peraturan Gereja.

Mengenai harta milik yang sungguh bersifat gerejawi: hendaklah para imamsebagamana mestinya mengurusi harta itu menurut katentuan hukum kanonik, sedapatmungkin dengan bantuan para awam yang ahli. Hendaknya milik itu selalu merekaperuntukkan bagi tujuan-tujuan, yang memang boleh diusahakan oleh Gereja, danmenghalalkan harta-milik itu baginya, yakni: untuk mengatur pelaksanaan ibadat kepadaAllah, untuk menyediakan rezeki hidup secukupnya bagi klerus, begitu pula untukmelaksanakan karya-karya kerasulan dan cinta kasih, terutama terhadap kaum miskin[135].Sedangkan harta, yang mereka peroleh selama menunaikan suatu jabatan gerejawi,hendaknya – dengan tetap mengindahkan hukum khusus[136] – digunakan oleh para imammaupun para Uskup pertama-tama untuk dapat hidup secara layak, dan untuk

menjalankan kewajiban-kewajiban status hidup mereka. Apa yang masih tersisakan,hendaknya mereka peruntukkan bagi kesejahteraan Gereja atau karya-karya cinta kasih.Maka dari itu hendaknya jabatan gerejawi jangan dijadikan kesempatan untukmemperkaya diri; jangan pula penghasilan yang di peroleh daripadanya digunakanuntuk memperluas milik kaum kerabat sendiri [137]. Oleh karena itu janganlah para imammenaruh hati pada harta-kekayaan[138]. Hendaknya mereka selalu menghindari segalakeserakahan, dan sungguh-sungguh menghindari segala kesan mau berdagang.

Bahkan para imam di undang untuk hidup dalam kemiskinan sukarela. Dengan begitumereka secara lebih nyata menyerupai Kristus, dan lebih siap-sedia untuk pelayanan suci.Sebab demi kita Kristus telah menjadi miskin, padahal Ia kaya, supaya karena

133 Lih. Yoh 17:14-16.

134 Lih. 1Kor 7:31.

135  Lih. KONSILI ANTIOKIA, kanon 25: MANSI 2,1328. – Decretum Gratiani, bab 23, C. 12, soal 1: FRIEDBERG, I,

684-685.136

 Ketentuan ini terutama dimaksudkan bagi hukum-hukum serta adat-kebiasaan yang berlaku di Gereja-Gereja Timur.137

 KONSILI di PARIS, tahun 829, kanon 15: MGH, Sectio III, Concilia,  jilid 2, bag. 6,622. – KONSILI TRENTO, Sidang

25 tentang Pembaharuan, bab 1.138

 Lih. Mzm 62:11 (Vulg. 61).

Page 287: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 287/388

kemiskinan-Nya kitalah yang menjadi kaya[139]. Melalui teladan para Rasul telah memberikesaksian, bahwa kurnia Allah yang Cuma-Cuma harus disalurkan dengan Cuma-Cumapula[140], dan bahwa mereka tahu menderita kekurangan dan mengalami kelimpahan[141].Tetapi juga semacam penggunaan bersama barang-barang, seperti persekutuan harta-milik yang sanagt dihargai dalam sejarah Gereja Purba[142], dapat membuka jalan lapangsekali bagi cinta kasih kegembalaan. Dengan corak hidup itu para imam secara terpuji

dapat mempraktekkan semangat kemiskinan, yang dianjurkan oleh Kristus.Maka dibimbing oleh Roh tuhan, yang mengurapi Sang penyelamat dan mengutus-

Nya mewartakan Injil kepada kaum miskin[143], hendaknya para imam maupun paraUskup menghindari segala sesuatu, yang entah bagaimana dapat menjauhakan kaummiskin. Hendaknya mereka, lebih lagi dari para murid Kristus lainnya, menyingkirkansegala kesan kesia-kesiaan pada milik kepunyaan mereka. Rumah kediaman hendaknyamereka atur sedemikian rupa, sehingga nampak terbuka bagi siapa saja, dan tidakseorang pun, juga yang paling hina, merasa takut mengunjunginya.

III. UPAYA-UPAYAYANG MENDUKUNG KEHIDUPAN PARA IMAM

18. (Upaya-upaya untuk mengembangkan hidup rohani)

Supaya dapat menghayati persatuan dengan Kristus dalam segala situsi hidup mereka,selain melalui pelaksanaan pelayanan mereka penuh kesadaran, bagi para imam tersedia juga berbagai upaya bersama maupun khusus, baru maupun mlam, yang tiada hendtinyadisiapkan oleh Roh Kudus dan umat Allah, dan yang dianjurkan, bahkan ada kalanya juga diwajibkan oleh Gereja demi pengudusan para anggotanya[144]. Yang lebih luhur darisegala bantuan rohani ialah tindakan-tindakan, yang bagi umat beriman menyediakansantapan Sabda Allah pada kedua meja, yakni Kitab suci dan Ekaristi [145]. Bagi siapa pun jelaslah, betapa penting bagi pengudusan para imam untuk terus menerusmemanfaatkannya.

Para pelayan rahmat sakramental dipersatukan mesra dengan Kristus SangPenyelamat dan gembala melalui penerimaan Sakramen-Sakramen yang memperbuahkanrahmat, khususnya dengan sering menerima Sakramen Tobat, yang bila disipakan melaluipemeriksaan batin harian, sungguh merupakan dukungan kuat bagi pertobatan hati yangmemang perlu kepada cinta kasih Bapa yang penuh belas kasihan. Dalam terang imanyang dikembangkan melalui bacaan Kitab suci, para imam dapat dengan tekun

menyelidiki isyarat-isyarat kehendak Allah maupun dorongan-dorongan rahmat-Nyadalam pelbagai peristiwa hidup. Demikianlah mereka dapat makin bertambah pekaterhadap perutusan yang mereka terima dalam Roh Kudus. Bagi sikap peka-terbuka itupara imam senantiasa menemukan contoh yang mengagumkan pada diri Santa PerawanMaria, yang dibimbing oleg Roh Kudus membaktikan diri sepenuhnya kepada misteripenenbusan umat manusia[146]. Hendaknya para imam dengan sikap bakti dan ibadatpenuh kasih menghormati serta mencintai Maria sebagai Bunda Sang Imam Agung yangkekal dan Ratu para Rasul, serta sebagai pelindung pelayanan mereka.

139  Lih. 2Kor 8:9.140

 Lih. Kis 8:18-25.141

 Lih. Flp 4:12.142  Lih. Kis 2:42-47.143  Lih. luk 4:18.144

 Lih. Kitab Hukum Kanonik (lama), kanon 125 dan selanjutnya.145

  Lih. KONSILI VATIKAN II, Dekrit tentang Pembaharuan Hidup Religius yang Disesuaikan, art. 6. – Konstitusi

dogmatis tentang Wahyu Ilahi, art. 21.146

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 65.

Page 288: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 288/388

  Untuk menjalankan pelayanan mereka dengan setia, hendaknya merekamemperhatikan wawancara harian dengan kristus Tuhan, dalam kunjungan serta ibadatpribadi terhadap Ekaristi suci. Hendaknya mereka dengan senang hati meluangkanwaktu bagi retret rohani, yang sungguh menghargai bimbingan rohani. Dengan pelbagaicara, khususnya melalui doa batin yang teruji serta berbagai bentuk doa lainnya, yangsecara bebas dapat mereka pilih sendiri, para imam mencari dan bersungguh-sungguh

memohon kepada Allah semangat sembah-sujud yang sejati, upaya mereka untukbersama dengan jemaat yang mereka bimbing bersatu mesara dengan Kristus PengantaraPerjanjian Baru, dan dengan demikian sebagai putera-puteri angkat dapat berseru: “Abba,Pater” (Rom 8:15).

19. (Studi dan ilmu pastoral)

Dalam upacara Tahbisan para imam diperingatkan oleh Uskup: “hendaknya merekamasak dalam pengetahuan”, dan ajaran mereka menjadi “usada rohani bagi umatAllah”[147]. Ilmu pengetahuan pelayan kudus harus kudus juga, karena digali dari sumberyang kudus dan mengarahkan kepada tujuan yang kudus pula. Oleh karena itu pertama-

tama ditimba dari pembacaan dan renungan Kitab suci[148]

, tetapi dikembangkan jugadengan mempelajari para Bapa dan Pujangga Gereja serta pusaka-pusaka Tradisi lainnya.Selain itu, untuk dengan tepatmengena menjawab masalah-persoalan, yang ramaidibicarakan oleh orang-orang zaman sekarang, para imam harus mengenal dengan baikdokumen-dokumen Magisterium dan terutama Konsili-Konsili serta para Paus; begitupula hendaknya mereka menimba ilmu dari karya tulis para pengarang ilmu teologi yangterbaik dan dapat diandalkan.

Tetapi karena sekarang ini kebudayaan dan ilmu-ilmu kudus menempuh langakah-langkah perkembangan yang baru, para imam diundang, untuk secara tepat dan terusmenerus menyempurnakan ilmu-pengetahuan mereka tentang hal-hal ilahi maupunmanusiawi, dan dengan demikian menyiapkan diri untuk menjalin dialog yang lebihaktual dengan sesama yang semasa.

Supaya para imam lebih mudah belajar dengan tekun, dan lebih efektif mempelajariberbagai cara mewartakan Injil dan merasul, hendaknya dikerahkan segala usaha untukmenyediakan bagi mereka upaya-upaya yang sungguh membantu, misalnya – menurutsituasi masing-masing wilayah – diselenggarakan kursus-kursus atau pertemuan-pertemuan, didirikan pusat-pusat untuk studi pastoral, disediakan perpustakaan, dandimungkinkan bimbingan studi oleh pribadi-pribadi yang cakap. Kecuali itu hendaknyapara Uskup masing-masing atau bersama-sama mempertimbangkan cara yang lebih baikuntuk mengusahakan, supaya semua para imam mereka, pada masa-masa tertentu, tetapiterutema selang beberapa tahun sesudah pentahbisan mereka[149], dapat mengikuti

kursus, yang membuka kesempatan bagi mereka memperoleh pengetahuan lebih luastentang metode-metode pastoral dan ilmu teologi, untuk memantapkan hidup rohani, danuntuk betukar pengalaman kerasulan dengan rekan-rekan imam[150]. Dengan upaya-upaya itu dan bantuan-bantuan lainnya yang sesuai hendaknya secara khas ditolong jugapara pastor kepala paroki yang baru dan mereka yang diserahi karya pastoral yang baru,pun juga mereka yang di utus ke keuskupan atau bangsa lain.

Akhirnya hendaknya para Uskup sungguh berusaha, supaya ada beberapa yangmenekuni studi ilmiah lebih mendalam dibidang teologi, supaya selalu tersedia dosen-dosen yang cakap untuk pendidikan imam, supaya para imam lainnya dan umat berimandibantu untuk dapat pengajaran yang mereka butuhkan, dan supaya perkembangan sehat

dibidang-bidang teologi, yang memang sungguh perlu bagi gereja, mendapatkandukungan.

147  “Pontificale Romanum”, De Ordinatione Presbyteri. 148

 Lih. KONAILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Wahyu Ilahi, art. 25.149

 Usaha pembinaan itu berlainan dengan pendidikan pastoral langsung sesudah pentahbisan, yang disebutkan oleh Dekrit

tentang Pendidikan Imam, art. 22.150

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Dekrit tentang Tugas Pastoral para Uskup dalam Gereja, art. 16.

Page 289: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 289/388

 20. (balas jasa yang wajar bagi para imam)

Sedah selayaknyalah para imam, yang menghambakan diri kepada Allah denganmenunaikan fungsi yang diserahkan kepada mereka, menerima balas jasa yangsewajarnya, sebab “pantaslah pekerja mendapat upahnya” (Luk 10:7)[151]. Lagi pula“Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari

pemberitaan Injil itu” (1Kor 9:14). Maka dari itu, sejauh dari pihak lain tidak disediakanbalas jasa yang wajar bagi para imam, umat beriman sendiri, yang kesejahteraannyadilayani oleh para imam, terikat kewajiban yang sesungguhnya untuk mengusahakan,supaya bagi mereka disediakan sumbang-bantuan seperlunya untuk hidup secara layakdan sebagaimana mestinya. Para Uskup harus mengingatkan umat beriman akankewajiban mereka itu serta mengusahakan, - entah masing-masing untuk keuskupannyasendiri, atau lebih baik beberapa Uskup sekaligus untuk wilayah mereka bersama, -supaya ditetapkan peraturan-peraturan, yang seperti harusnya menjamin rezeki hidupyang sepatutnya bagi mereka, yang menjalankan atau pernah menjalankan suatu tugaspengabdian kepada umat Allah. Adapun balas jasa, yang harus diterima masing-masing,

dengan memperhitungkan sifat tugasnya dan mempertimbangkan kondisi-kondisisetempat maupun semasa, pada dasarnya hendaklah sama bagi semua imam yang beradadalam situasi yang sama. Hendaknya balas jasa itu sesuai dengan kondisi mereka, punsekaligus memungkinkan mereka, untuk tidak hanya memberi upah selayaknya kepadamereka yang melayani para imam, melainkan juga memberi sekedar bantuan kepadakaum miskin. Kecuali itu balas jasa hendaklah sedemikian rupa, sehingga memungkinkanpara imam untuk setiap tahun menikmati liburan yang sewajarnya dan mencukupi. ParaUskup harus mengusahakan, supaya imam-imam sempat berliber.

Akan tetapi fungsi yang dijalankan oleh para imamlah, yang harus harus diutamakan.Maka dari itu apa yang disebut sistim “beneficium” hendaknya ditinggalkan, atausetidak-tidaknya dirombak sedemikian rupa, sehingga unsur “beneficium”, atau hak ataspenghasilan berdasarkan harta bawaan yang terkait dengan jabatan, dipandang sekunder.Sedangkan yang menurut hukum diutamakan hendaknya jabatan gerejawi sendiri, yangselanjutnya harus diartikan: tugas mana pun juga yang diberikan secara tetap, dandilaksanakan untuk tujuan rohani.

21. (Pembentukan kas umum, dan pengadaan jaminan sosial bagi para imam)

Hendaknya selalu dikenangkan teladan umat beriman dalam Gereja purba di Yerusalem:disitu “segala sesuatu merupakan milik mereka bersama” (Kis 4:32); “dibagi-bagikankepada setiap orang sesuai dengan keperluannya” (Kis 4:35). Maka sangat padatempatnyalah, bahwa sekurang-kurangnya di wilayah-wilayah, temapt rezeki hidup

klerus sepenuhnya atau sebagian besar tergantung dari persembahan-persembahan umatberiman, - harta milik yang dipersembahkan untuk maksud itu dengan Uskup,didampingi oleh imam-imam utusan dan – bila dianggap berguna – oleh saudara-saudaraawam juga yang mempunyai keahlian di bidang ekonomi. Dianjurkan pula, supaya selainitu sedapat mungkin disetiap keuskupan atau daerah dibentuk suatu kas umum, yangmemungkinkan para Uskup untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lainnya terhadappribadi-pribadi yang berjasa bagi Gereja, dan mencukupi pelbagai hal kebutuhankeuskupan; pun juga yang memungkinkan keuskupan-keuskupan yang lebih kayamembantu yang lebih miskin, supaya kelimpahan pihak pertama melengkapi kekuranganpihak kedua[152]. Kas umum itu terutama harus dibentuk dari harta hasil persembahan

umat beriman, tetapi juga dari sumber-sumber lain, yang perlu ditetapkan menuruthukum.

Selain itu di negeri-negeri, tempat jaminan sosial bagi klerus belum diatur denganbaik, hendaknya Konferensi-Konferensi Uskup mengusahakan, supaya – selalu sambil

151 Lih. Mat 10:10; 1Kor 9:7; 1 Tim 5:18.

152 Lih. 2Kor 8:14.

Page 290: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 290/388

mengindahkan hukum-hukum gerejawi maupun sipil – didirikan yayasan-yayasankeuskupan, juga yang bergabung menjadi federasi, atau yayasan-yayasan bersama untukberbagai keuskupan, atau suatu perserikatan untuk seluruh kawasan, yang dibawahpengawasan hirarki dilengakapi secukupnya baik dengan apa yang disebut upaya-upayapemeliharaan kesehatan dan bantuan medis yang memadai, maupun dengan upaya-upaya yang memadai untuk mencukupi kebutuhan hidup para imam yang menderita

sakit, sudah invalid atau lanjut usia. Para imam hendaknya membantu yayasan yang telahdidirikan itu, terdorong oleh semangat solidaritas terhadap rekan-rekan imam, ikutmerasakan penderitaan mereka[153]. Sementara itu hendaknya mereka renungkan, bahwadengan demikian mereka sendiri, tanapa rasa cemas menghadapi masa depan, dapatmenghayati kemiskinan menurut Injil dengan gembira, serta membaktikan dirisepenuhnya bagi keselamatan jiwa-jiwa. Hendaknya mereka yang bertanggung jawabmengusahakan, supaya yayasan-yayasan pada tingkat nasional saling berhubungan,sehingga bersama-sama menjadi lebih kuat dan berkembang meluas.

KATA PENUTUP DAN AJAKAN

22. Sambil menyadari kegembiraan hidup imamat, Konsili suci ini juga tidak dapatmenanggapi sepi kesukaran-kesukaran, yang dalam kenyataan hidup zaman sekarangdihadapi oleh para imam. Konsili memahami juga, betapa situasi sosial ekonomi, bahkanadat kebiasaan orang, telah berubah, dan betapa tata nilai-nilai dalam pandangan merekatelah berbeda dari semula. Maka para pelayan Gereja, bahkan sejumlah umat beriman juga, didunia ini merasa bagaikan sudah terasing dari padanya. Dengan cemas merekabertanya-tanya: upaya-upaya dan bahasa manakah yang cocok untuk berkomunikasidengan masyarakat. Sebab halangan-halangan baru yang menghambat iman, jerih-payahmereka yang nampak sia-sia, begitu pula rasa kesepian yang mencekam mereka, dapatmenjerumuskan mereka ke dalam bahaya kemurungan.

Akan tetapi dunia, seperti sekarang ini dipercayakan kepada cinta kasih danpelayanan para Gembala Gereja, begitu dikasihi oleh Allah, sehingga Ia menyerahkanPuetra Tunggal-Nya demi keselamatannya[154]. Dan memang benarlah dunia ituterbelenggu karena banyaknya dosa; tetapi juga dilimpahi banyak kemungkinan-kemungkinan. Dunia itulah yang menyediakan bagi Gereja batu-batu hidup [155], untukdibangun menjadi kediaman Allah dalam Roh[156]. Roh Kudus itu jugalah, yangmendorong Gereja untuk membuka jalan-jalan baru memasuki dunia zaman sekarang,dan menyerahkan serta mendukung penyesuaian-penyesuaian pelayanan imam yang

relevan baginya.Hendaknya para imam menyadari, bahwa dalam berkarya mereka tidak pernah

seorang diri, melainkan bertumpu pada kekuatan Allah yang mahakuasa. Hendaklahmereka penuh iman akan Kristus, yang telah memanggil mereka untuk ikut menghayatiImamat-Nya, dengan segala kepercayaan membaktikan diri melalui pelayanan mereka,dalam keyakinan bahwa Allah berkuasa untuk makin menumbuhkan cinta kasihmereka[157]. Hendaknya mereka sadari pula, bahwa saudara-saudara seimamat, bahkanumat beriman di seluruh dunia, menjadi rekan-rekan mereka. Sebab semua imam bekerjasama dalam melaksanakan rencana keselamatan Allah, yakni misteri kristus atau rahasiayang sejak kekal tersembunyi dalam Allah[158], yang hanya lambat-laun diwujudkansecara

nyata, berkat berpadunya pelbagai pelayanan demi pembangunan Tubuh Kristus, hingga

153  Lih. Flp 4:14.154  Lih. Yoh 3:16.155

 Lih. 1Ptr 2:5.156

 Lih. Ef 2:22.157

 Lih. Pontificale Romanum, De Ordinatione Presbyteri.158

 Lih. Ef 3:9.

Page 291: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 291/388

terpenuhilah kurun waktunya. Karena itu semua bersama Kristus tersembunyi dalamAllah[159], maka hanya dapat diterima dalam iman. Sebab dalam imanlah para pemimpinumat Allah harus menempuh perjalanan, mengikuti teladan Abraham yang setia, yangpenuh iman “taat untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milikpusakanya, lalu ia berangkat tanpa mengetahui tempat yang ditujunya” (Ibr 11:8).Memanglah pengurus misteri-misteri Allah dapat diibaratkan orang yang menabur benih

di ladang. Tentang dia Tuhan bersabda: “Pada malam hari ia tidur dan pada siang hari iabangun, dan benih itu mengeluarkan tunas, dan tunas itu makin tinggi. Bagaimana ituterjadi? Tidak diketahui oleh orang itu” (Mrk 4:27). Selanjutnya Tuhan Yesus, yangbersabda: “Percayalah, Aku telah mengalahkan dunia” (Yoh 16:33), dengan kata-kata itutidak menjanjikan kepada Gereja kejayaan sempurna di dunia ini. Tetapi Konsili sucibergembira, bahwa tanah, yang ditaburi benih Injil, sekarang di banyak tempatmenghasilakn buah dibawah bimbingan Roh Tuhan, yang memenuhi dunia, dan yangdalam hati banyak imam serta umat beriman telah membangkitkan semangat misioneryang sejati. Atas semuanya itu Konsili suci penuh cinta menyampaikan terima kasihkepada para imam di seluruh dunia: “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih

banyak dari apa yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yangbekerja dalam diri kita, bagi Dialah kemuliaan dalam jemaat dan dalam Kristus Yesusturun temurun sampai selama-lamanya. Amin” (Ef 3:20-21).

Semua dan masing-masing pokok, yang telah diuraikan dalam Dekrit ini, berkenan kepada paraBapa Konsili suci. Dan Kami, atas kuasa Rasuli yang oleh Kristus diserahkan kepada kami, dalamRoh Kudus menyetujui, memutuskan dan menetapkan itu semua bersama dengan para Bapa yangterhormat, lagipula memerintahkan, agar segala sesuatu yang dengan demikian telah ditetapkandalam Konsili, dimaklumkan secara resmi demi kemuliaan Allah.

Roma, di gereja Santo Petrus, tanggal 7 bulan Desember tahun 1965.

Saya PAULUSUskup Gereja Katolik

( Menyusul tanda tangan para Bapa Konsili)

159 Lih. Kol 3:3.

Page 292: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 292/388

PAULUS USKUP

HAMBA PARA HAMBA ALLAHBERSAMA BAPA-BAPA KONSILI SUCI

DEMI KENANGAN ABADI

KONSTITUSI PASTORALTENTANG GEREJA DI DUNIA DEWASA INI[1] 

PENDAHULUAN

1. (Hubungan erat antara Gereja dan segenap keluarga bangsa-bangsa)KEGEMBIRAAN DAN HARAPAN, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang,terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan danharapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga. Tiada sesuatu pun yang sungguhmanusiawi, yang tak bergema di hati mereka. Sebab persekutuan mereka terdiri dariorang-orang, yang dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalampeziarahan mereka menuju Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan untukdisampaikan kepada semua orang. Maka persekutuan mereka itu mengalami dirinyasungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya.

2. (Kepada siapa amanat Konsili ditujukan?)

Maka, sesudah menjajagi misteri Gereja secara lebih mendalam, Konsili Vatikan Keduatanpa ragu-ragu mengarahkan amantanya bukan lagi hanya kepada putera-putera Gerejadan sekalian orang yang menyerukan nama Kristus, melainkan kepada semua orang.Kepada mereka semua Konsili bermaksud menguraikan, bagaimana memandangkehadiran serta kegiatan Gereja di masa kini.

 Jadi Konsili mau menghadapi dunia manusia, dengan kata lain segenap keluargamanusia beserta kenyataan semesta yang menajdi lingkungan hidupnya.; dunia yangmementaskan sejarah umat manusia, dan duitandai oleh jerih-payahnya, kekalahan sertakejayaannya; dunia, yang menurut iman Umat kristiani diciptakan dan dilestarikan olehcinta kasih Sang Pencipta; dunia, yang memang berada dalam perbudakan dosa, tetapi

telah dibebaskan oleh Kristus yang disalibkan dan bangkit, sesudah kuasa si Jahatdihancurkan, supaya menurut rencana Allah mengalami perombakan dan mencapaikepenuhannya.

3. (Pengabdian kepada manusia)

Adapun zaman sekarang umat manusia terpukau oleh rasa kagum akan penemuan-penemuan serta kekuasaannya sendiri. Tetapi sering pula manusia dengan gelisah

1  Konstitusi Pastoral tentang “Gereja di dunia dewasa ini” terdiri dari dua bagian, yang merupakan suatu kesatuan.

Konstitusi disebut “pastoral”, karena bermaksud menguraikan hubungan Gereja dengan dunia dan umat manusia zaman

sekarang berdasarkan azas-azas ajaran. Maka bagian pertama tidak terlepas dari maksud pastoral, seperti bagian kedua

 pun tidak terlepas dari maksud mengajar. Dalam bagian pertama Gereja memaparkan ajarannya tentang manusia, tentangdunia yang didiaminya, dan tentang hubungannya dengan keduanya. Dalam bagian kedua ditelaah secara lebih cermat

 pelbagai segi kehidupan serta masyarakat manusia zaman sekarang; khususnya disoroti soal-soal dan masalah-masalah,yang dewasa ini nampak lebih mendesak. Oleh karena itu dalam bagian kedua ini bahan ulasan, berpedoman pada kaidah-

kaidah ajaran, bukan hanya mencantumkan unsur-unsur yang serba tetap, melainkan juga menyajikan hal-hal yang silih

 berganti.

Maka hendaknya Konstitusi ini ditafsirkan menurut kaidah-kaidah umum penafsiran teologis; khususnya dalam bagian

kedua hendaknya diperhitungkan keadaan-keadaan yang dapat berubah, dan pada hakekatnya tidak terpisahkan dari

 pokok-pokok yang diuraikan.

Page 293: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 293/388

bertanya-tanya tentang perkembangan dunia dewasa ini, tentang tempat dan tugasnya dialam semesta, tentang makna jerih-payahnya perorangan maupun usahanya bersama,akhirnya tentang tujuan terakhir segala sesuatu dan manusia sendiri. Oleh karena ituKonsili menyampaikan kesaksian dan penjelasan tentang iman segenap Umat Allah yangdihimpun oleh Kristus. Konsili tidak dapat menunjukkan secara lebih jelas-menganakesetiakawanan, penghargaan serta cinta kasih Umat itu terhadap seluruh keluarga

manusia yang mencakupnya, dari pada dengan menjalin temuwicara dengannya tentangpelbagai masalah itu. Konsili menerangi soal-soal itu dengan cahaya Injil, sertamenyediakan bagi bangsa manusia daya-kekuatan pembawa keselamatan, yang olehgereja, dibawah bimbingan Roh Kudus, diterima dari pendirinya. Sebab memang pribadimanusia harus diselamatkan, dan masyarakatnay diperbaharui. Maka mnusia, ditinjaudalam kesatuan dan keutuhannya, beserta jiwa maupun raganya, dengan hati sertanuraninya, dengan budi dan kehendaknya, akan merupakan poros seluruh uraian kami.

Maka Konsili suci mengakui, bahwa amat luhurlah panggilan manusia, danmenyatakan bahwa suatu benih ilahi telah ditanam dalam dirinya. Konsili menwarkankepada umat manusiakerja sama Gereja yang tulus, untuk membangun persaudaraan

semua orang, yang menanggapi panggilan itu. Gereja tidak sedikit pun tergerak olehambisi duniawi; melainkan hanya satulah maksudnya: yakni, dengan bimbingan RohPenghibur melangsungkan karya Kristus sendiri, yang datang ke dunia untuk memberikesaksian akan kebenaran; untuk menyelamatkan, bukan untuk mengadili; untukmelayani, bukan untuk dilayani [2].

PENJELASAN PENDAHULUAN

KENYATAAN MANUSIA DI DUNIA MASA KINI

4. (Harapan dan kegelisahan)

Untuk menunaikan tugas seperti itu, Gereja selalu wajib menyelidiki tanda-tanda zamandan menafsirkannya dalam cahaya Injil. Demikianlah Gereja – dengan cara yang sesuaidengan setiap angkatan – akan dapat menanggapi pertanyaan-pertanyaan, yang disegalazaman diajukan oleh orang-orang tentang makna hidup sekarang dan di masamendatang, serta hubungan timbal balik antara keduanya. Maka perlulah di kenal dandifahami dunia kediaman kita beserta harapan-harapan, aspirasi-aspirasi dan sifat-sifatnya yang sering dramatis. Adapun beberapa ciri utama dunia sekarang dapat

digariskan sebagai berikut.Dewasa ini umat manusia berada dalam periode baru sejarahnya, masa perubahan-

perubahan yang mendalam dan pesat berangsur-angsur meluas ke seluruh dunia.Perubahan-perubahan itu timbul dari kecerdasan dan usaha kreatif manusia, dan kembalimempengaruhi manusia sendiri, cara-cara menilai serta keinginan-keinginannya yangberifat perorangan maupun kolektif, cara berfikir dan bertindak terhadap benda-bendamaupun sesama manusia. Demikianlah kita sudah dapat berbicara tentang perombakansosial dan budaya yang sesungguhnya, serta berdampak juga atas hidup keagamaan.

Seperti terjadi pada krisis pertumbuhan manapun juga, perombakan itu membawaserta kesukaran-kesukaran yang tak ringan. Demikianlah, sementara manusia begitu

memperluas kekuasaannya, ia toh tidak selalu mampu mengabdikannya kepada dirinya.Ia berusaha menyelami secara makin mendalam rahasia batin jiwanya sendiri, namunacap kali nampak kurang pasti tentang dirinya. Lambat laun ia makin jelas menemukanhukum-hukum hidup kemasyarakatan, tetapi sering ragu-ragu tentang bagaimanamengarahkannya.

2 Lih. Yoh 3:17; Mat 20:28; Mrk 10:45.

Page 294: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 294/388

  Tidak pernah bangsa manusia begitu berlimpah harta-kekayaan, kemungkinan-kemungkinan serta kekuatan ekonominya; akan tetapi sebagian masih sangat besarpenghuni dunia tersiksa karena kelaparan dan kekurangan, dan tak terhitunglah jumlahmereka yang sama sekali buta huruf. Tidak pernah manusia mempunyai rasa kebebasansetajam sekarang ini; namun sementara itu muncullah jenis-jenis baru perbudakan sosialdan psikis. Dunia begitu mendalam merasakan kesatuannya serta saling tergantungnya

semua orang dalam solidaritas yang memang mesti ada; tetapi sementara itu tertimpaoleh perpecahan yang amat gawat akibat kekuatan-kekuatan yang saling bermusuhan;sebab masih tetap berlangsunglah pertentangan-pertentangan yang sengit di bidangpolitik, sosial, ekonomi, “kesukusan” dan ideologi; dan tetap berkecamuk bahaya perangyang akan menggempur habis-habisan segala sesuatu. Sementara bertambah intensiflahpertukaran pandangan-pandangan, istilah-istilah sendiri, yang mengungkapkan faham-faham sangat penting, dalam keanekaan ideologi menyandang arti cukup berlain-lainan.Akhirnya dengan tekun juga diusahakan terwujudnya tata-dunia sekarang yang lebihsempurna, tetapi perkembangan rohani tidak mengalami kemajuan yang serasi.

Karena terkena oleh sekian banyak situasi yang serba komplkes, banyak sekali sesama

kita sekarang ini, yang terhalang untuk sungguh mengenali nilai-nilai yang lestari, pununtuk memadukannya dengan penemuan-penemuan baru sebagaimana mestinya. Makadari itu mereka terombang-ambingkan antara harapan dan kecemasan, bertanya-tanyasaja tentang perkembangan dunia sekarang, dan tertekan oleh kegelisahan.Perkembangan itu menantang, bahkan memaksa manusia untuk menanggapinya.

5. (Perubahan situasi yang mendalam)

Kegoncangan rohani dewasa ini dan peubahan kondisi-kondisi hidup berhubungandengan pergantian keadaan yang lebih luas. Karena peralihan itu maka dalam pembinaanakal-budi ilmu matematika serta pengetahuan alam , pun ilmu tentang manusia sendirisemakin diutamakan, begitu pula dibidang kegiatan ketrampilan-ketrampilan tehnikyang bersumber pada ilmu-ilmu itu. Mentalis ilmiah itu dengan cara yang berlainandengan di masa lampau membentuk peri -budaya dengan cara-cara berpikir. Ketrampilan-ketrampilan tehnik sedemikian maju, sehingga mengubah muka bumi dan kini sudahberusaha menaklukkan ruang angkasa.

Dengan cara tertentu akal budi manusia juga memperluas kedaulatannya atas kurunwaktu: atas masa silam melalui pengetahuan sejarah, atas masa depan melalui prognosekemudian hari dan pelbagai perencanaan. Ilmu-ilmu biologi, psikologi dan sosial, yangserentak maju pula, bukan hanya membantu manusia untuk makin mengenal diri,melainkan untuk menolongnya juga untuk memakai tehnik-tehnik yang tepat secaralangsung mempengaruhi kehidupan masyarakat. Sekaligus juga umat manusia makin

banyak memikirkan cara-cara memprakirakan dan mengatur perkembangan demografis-(kependudukan)-nya.

Sejarah sendiri makin melaju cepat sedemikian rupa, sehingga setiap orang hanyadengan susah-payah mampu mengikutinya. Nasib persekutuan manusia telah menyatu,dan tidak lagi bagaikan menempuh jalur-jalur sejarah yang berbeda-beda. Begitulahbangsa manusia beralih dari pengertian tata-dunia yang lebih statis kepada visi yang lebihdinamis dan bercorak evolusi. Maka muncullah problematik baru yang amat besar, danmengundang analisa-analisa serta sintesa-sintesa baru pula.

6. (Perubahan-perubahan dalam tata-masyarakat)

Dengan sendirinya komunitas-komunitas setempat, misalnya keluarga-keluargapatriarkal, kelompok-kelompok kekerabatan, suku-suku, desa-desa, pelbagai kelompokdan rukun hidup sosial lainnya, dari hari ke hari mengalami perubahan-perubahan makinmenyeluruh.

Pola masyarakat industri lambat laun makin menyebar, mengantar berbagai bangsakepada kekayaan ekonomi, serta secara mendalam mengubah pengertian-pengertian dankondisi-kondisi hidup kemasyarakatan yang dulu bertahan berabad-abad lamanya.

Page 295: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 295/388

Begitu pula berkembanglah praktek hidup di kota dan proses urbanisasi, entah karenabertambahnya kota-kota beserta penduduknya, atau karena gerak pertumbuhan, yangmemperluas kehidupan kota di daerah pedesaan.

Alat-alat komunikasi sosial yang baru dan lebih canggih menunjang pemberitaanperistiwa-peristiwa maupun penyebaran cara-cara berpikir dan berperasaan secepat danseluas mungkin, sambil menimbulkan pelbagai reaksi beruntun.

Lagipula janganlah diabaikan: betapa banyak orang karena pelbagai alasan terdoronguntuk berpindah kediaman, dan mengubah cara hidup mereka.

Begitulah hubungan-hubungan manusia dengan sesamanya tiada hentinyaberlipatganda; dan serta-merta proses “sosialisasi” sendiri menimbulkan relasi-relasibaru, tanpa selalu mendukung pendewasaan pribadi yang serasi dan mempererathubungan-hubungan pribadi yang sesungguhnya (“personalisasi”).

Perkembangan seperti itu memang lebih jelas nampak pada bangsa-bangsa yangsudah menikmati keuntungan-keuntungan kemajuan ekonomi dan tehnik. Tetapi jugamenggerakkan bangsa-bangsa yang sedang mengusahakan perkembangannya, dan untukdaerahnya masing-masing ingin mengenyam manfaat-manfaat industrialisasi dan

urbanusasi. Bangsa-bangsa itu, terutama yang menjunjung tinggi tradisi-tradisi lebihkuno, sekaligus merasa di dorong untuk menggunakan kebebasan mereka secara lebihmasak dan lebih pribadi.

7. (Perubahan-perubahan psikologis, moral dan keagamaan)

Perubahan mentalitas dan struktur-stuktur sering menimbulkan perbedaan pandangantentang nilai-nilai yang diwariskan, terutama pada kaum muda, yang acap kalikehilangan kesabaran, bahkan memberontak karena gelisah. Mereka menyadaripentingnya jasa mereka dalam kehidupan masyarakat, dan ingin lebih didni berperanserta di dalamnya. Oleh karena itu dalam menunaikan tugas mereka para orang tua dankaum pendidik tidak jarang mengalami kesulitan yang semakin besar.

Adapun lembaga-lembaga, hukum-hukum serta cara berpikir dan berperasaan yangdiwariskan oleh para leluhur agaknya memang tidak selalu betul-betul cocok dengansituasi masa kini. Maka terasalah kekacauan yang besar menganai cara-cara maupunkaidah-kaidah bertindak.

Akhirnya hidup keagamaan sendiri terpengaruh oleh keadaan-keadaan baru. Di satupihak kemampuan mempertimbangkan secara lebih kritis menjernihkannya daripandangan dunia yang bercorak magis dan dari takhayul-takhayul yang masih cukupluas tersebar, serta semakin menuntut kepatuhan pribadi dan aktif terhadap iman.Dengan demikian tidak sedikitlah orang yang lebih hidup kesadarannya akan kehadiranAllah. Tetapi dipihak lain banyaklah kelompok cukup besar, yang menjauhkan diri dari

pengalaman agama. Berbeda dengan masa lampau, ingkar terhadap Allah serta agama,atau tidak lagi mempedulikannya, bukan lagi merupakan kekecualian atau soalperoarangan saja. Sebab dewasa ini tidak jaranglah sikap-sikap itu diperlihatkan sebagaituntutan kemajuan ilmiah atau suatu humanisme baru. Itu semua di pelbagai daerahbukan hanya diungkapkan dalam kaidah-kaidah para filsuf, melainkan secara sangat luasmenyangkut duni sastra dan alam kesenian, pun juga penfsiran arti ilmu-ilmu manusia dasejarah, serta hukum-hukum sipil sendiri, sehingga banyak orang karena itu mengalamikekacauan batin.

8. (Berbagai ketidak-seimbangan dalam dunia sekarang)

Perubahan sepesat itu, yang sering berlangsung secara tidak teratur, bahkan jugakesadaran semakin tajam akan perbedaan-perbedaan yang terdapat di dunia,menimbulkan atau malahan menambah pertentanga-pertentangan dan ketidak-seimbangan.

Dalam pribadi manusia sendiri cukup sering timbul ketidak-seimbangan antara akalbudi modern yang bersifat praktis dan cara berpikir teoritis, yang tidak mampumenguasai keseluruhan ilmu pengetahuannya atau menyusunnya dalam sintesa-sintesa

Page 296: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 296/388

yang serasi. Begitu pula muncullah ketidak-seimbangan antara pemusatan perhatian padakedayagunaan praktis dan tuntutan-tuntutan moral suara hati, lagi pula sering kali antarasyarat-syarat kehidupan bersama dan tuntutan pemikiran pribadi, bahkan jugakontemplasi. Akhirnya muncullah ketidak-seimbangan antara specialisasi kegiatanmanusia dan visi menyeluruh tentang kenyataan.

Adapun dalam kenyataan keluarga muncullah berbagai ketidak-serasian, baik karena

kondisi-kondisi kependudukan, ekonomim dan sosial, yang serba mendesak, amupunkarena kesulitan-kesulitan yang timbul antra angkatan-angkatan yang beruntun, ataupun juga karena hubungan-hubungan sosial yang baru antara pria dan wanita.

Muncullah pula peetentangan-pertentangan yang sengit antara suku-suku, bahkanantara pelbagai lapisan masyarakat; antara bangsa-bangsa yang kaya dan yang kurangmampu serta serba kekurangan; akhirnya, antara lembaga-lembaga internasional yangterbentuk atas keinginan para bangsa akan perdamaian, dan ambisi mempropagandakanideologinya sendiri serta aspirasi-aspirasi kolektif yang terdapat pada bangsa-bangsa dankelompok-kelompok lain.

Itu semua membangkitkan sikap saling tidak percaya dalam bermusuhan, konflik-

konflik dan kesengsaraan, yang sebabnya dan sekaligus korbannya ialah manusia sendiri.

9. (Aspirasi-aspirasi umat manusia yang makin universal)

Sementara itu bertumbuhlah keyakinan, bahwa umat manusia bukan hanya mampu danharus semakin mengukuhkan kedaulatannya atas alam tercipta, melainkan juga bertugasuntuk membentuk tata kenegaraan, kemasyarakatan dan ekonomi, yang semakin baikmengabdi manusia, dan membantu masing-masing perorangan maupun setiap kelompok,untuk menegaskan serta mengembangkan martabatnya sendiri.

Maka amat banyaklah dengan sangat mendesak menuntut harta, yang mereka nilaidan mereka sadari sepenuhnya tidak tersedia bagi mereka akibat ketiad-adilan ataupembagian yang tidak sewajarnya. Bangsa-bangsa yang sedang berkembang, seperti yangakhir-akhir ini meraih kemerdekaan, ingin ikut memiliki harta peradaban zamansekarang bukan hanya dibidang politik melainkan juga dibidang ekonomi, dan inginsecara bebas memainkan peran mereka di dunia. Padahal makin lama mereka makinketinggalan, sering sekali juga ekonomi mereka makin tergantung dari bangsa-bangsalebih kaya, yang lebih pesat pula kemajuannya. Bangsa-bangsa yang tertekan karenakelaparan meminta bantuan kepada bangsa-bangsa yang lebih kaya. Kaum wanitamenuntut kesamaan dengan kaum pria berdasarkan hukum maupun dalam kenyataan,bila kesamaan itu belum mereka peroleh. Kaum buruh dan petani bukan saja hendakmendapat nafkah yang mereka perlukan, melainkan dengan bekerja hendakmengembangkan bakat-bakat pribadi mereka juga, bahkan berperan serta dalam menata

kehidupan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Sekarang ini untuk pertama kalinyadalam sejarah manusia semua bangsa sudah yakin, bahwa harta kekayaan budaya dapatdan harus secara sungguh merata dinikmati oleh semua.

Adapun di balik semua tuntutan itu tersembunyi suatu dambaan yang lebihmendalam dan lebih umum, yakni: pribadi-pribadi maupun kelompok-kelompok hausakan kehidupan yang sepenuhnya, bersifat bebas, dan layak bagi manusia, dengan dapatmemanfaatkan segala sesuatu yang secara begitu berlimpah dapat disajikan oleh duniazaman sekarang. Selain itu bangsa-bangsa berusaha semakin keras untuk mencapai suatumasyarakat semesta.

Dengan demikian dunia masa kini nampak sekaligus penuh kekuatan dan kelemahan,

mampu menjalankan yang paling baik maupun yang paling buruk. Baginya terbuka jalanmenuju kebebasan atau perbudakan, kemajuan atau kemunduran, persaudaraan ataukebencian. Kecuali itu manusia menyadari kewajibannya mengemudikan dengan cermatkekuatan-kekuatan yang dibangkitakannya sendiri, dan yang dapat menindas ataumelayaninya. Maka ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada dirinya.

Page 297: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 297/388

10. (Pertanyaan-pertanyaan mendalam umat manusia)

Memang benarlah ketidak-seimbangan yang melanda dunia dewasa ini berhubungandengan ketidak-seimbangan lebih mendasar, yang bearkar dalam hati manusia. Sebabdalam diri manusia sendiri pelbagai unsur sering berlawanan. Sebab di satu pihak,sebagai makhluk, ia mengalami keterbatasan dalam banyak hal; tetapi dilain pihak iamerasa diri tidak terbatas dalam keinginan-keinginannya, dan dipanggil untuk

kehidupan yang lebih luhur. Menghadapi banyak hal yang serba menarik, ia terusmenerus terpaksa memilih diantaranya dan melepaskan beberapa hal lainnya. Bahkansebagai manusia lemah dan pendosa, ia tidak jarang melakukan apa yang tidak dikehendakinya, dan tidak menjalankan apa yang sebenarnya ingin dilakukannya[3]. Makaia menderita perpecahan dalam dirinya, dan itulah yang juga menimbulkan sekianbanyak pertentangan yang cukup berat dalam masyarakat. Memang banyak sekali juga,yang hidupnya diwarnai materialisme praktis, dan terhalang untuk menyadari dengan jelas keadaan mereka yang dramatis itu; atau sekurang-kurangnya tertindas oleh duka-derita, sehingga terhalang untuk masih memperhatikan keadaan itu. Banyak pula yangmerasa dapat tengan-tenang saja menghadapi bermacam-macam tafsiran terhadap

kenyataan-kenyataan. Ada pula, yang mengharapkan pembebasan umat manusia yangsejati dan sepenuhnya melulu dari usaha manusia, serta merasa yakin bahwa kedaulatanmanusia atas dunia dimasa mendatang akan memenuhi semua keinginan hatinya. Punada juga, yang sudah putus asa memikirkan makna hidup, serta memuji keberanianmereka, yang menganggap hidup manusia sudah kehilangan semua artinya sendiri, tetapitoh berusaha memberinya seluruh arti berdasarkan akal budinya semata-mata. Namunmenghadapi perkembangan dunia dewasa ini, semakin banyaklah mereka, yangmengajukan pertanyaan-pertanyaan sangat mendasar, atau merasakannya lagi dengantajam: apakah manusia itu? Manakah arti penderitaan, kejahatan, maut, yang toh tetapmasih ada, kendati tercapai kemajuan sebesar itu? Untuk apakah kemenangan-kemenangan, yang dibayar semahal itu? Apakah yang dapat disumbangkan manusiakepada masyarakat? Apakah yang dapat diharapkan manusia dari padanya? Apakahyang akan menyusul kehidupan di dunia ini?

Adapun Gereja mengimani, bahwa Kristus telah wafat dan bangkit bagi semuaorang[4]. Ia mengurniakan kepada manusia terang dan kekuatan melalui Roh-Nya, supayamanusia mampu menanggapi panggilannya yang amat luhur. Dan dibawah langit tidakdiberikan kepada manusia nama lain, yang bagi mereka harus menjadi pokokkeselamatan[5]. Begitu pula Gereja percaya, bahwa kunci, pusat dan tujuan seluruh sejarahmanusia terdapat pada Tuhan dan Gurunya. Selain itu Gereja menyatakan, bahwa dibaliksegala perubahan ada banyak hal yang tidak berubah, dan yang mempunyai dasarnyayang terdalam pada diri Kristus, Dia yang tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan

sampai selama-lamanya[6]. Jadi di bawah cahaya Kristus, Gambar Allah yang tidakkelihatan, Yang Sulung diantara segala ciptaan[7]  itulah, Konsili bermaksud menyapasemua orang, untuk menyinari misteri manusia, dan untuk bekerja sama dalammenemukan pemecahan soal-soal yang paling penting pada zaman sekarang.

3 Lih. Rom 7:14 dsl.4 Lih. 2Kor 5:15.

5 Lih. Kis 4:12.

6 Lih. Ibr 13:8.

7 Lih. Kol 1:15.

Page 298: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 298/388

BAGIAN PERTAMA

GEREJA DAN PANGGILAN MANUSIA

11. (Menanggapi dorongan Roh Kudus)Umat Allah, terodorng oleh iman, bahwa mereka dibimbing oleh Roh Tuhan yangmemenuhi seluruh bumi, berusaha mengenali dalam peristiwa-peristiwa, tuntutan-tuntutan serta aspirasi-aspirasi yang mereka rasakan bersama dengan sesama lainnyapada zaman sekarang ini, mana sajakah dalam itu semua isyarat-isyarat sejati kehadiranatau rencana Allah. Sebab iman menyinari segala sesuatu dengan cahaya baru, danmemaparkan rencana ilahi tentang keseluruhan panggilan manusia; oleh karena itumembimbing akal budi manusia kearah cara-cara memecahkan soal yang sangatmanusiawi.

Konsili terutama bermaksud mempertimbangkan dalam cahaya itu nilai-nilai, yang

dewasa ini sangat dijunjung tinggi, serta menghubungkannya dengan Sumbernya yangilahi. Sebab nilai-nilai itu, sejauh berasal dari kodrat manusia yang dikurniakan olehAllah, memang amat baik. Tetapi akibat kemerosotan hati manusia nilai-nilai itu tidak jarang dibelokkan dari arah yang seharusnya, sehingga perlu dijernihkan.

Bagaimanakah pandangan Gereja tentang manusia? Apa sajakah yang agaknya perludianjurkan untuk membangun masyrakat zaman sekarang? Manakah arti terdalamkegiatan manusia di seluruh dunia? Pertanyaan-pertanyaan itu menantikan jawaban. Darisitu akan nampak lebih jelas, bahwa Umat Allah dan bangsa manusia yang mencakupnyasaling melayani, sehingga nyatalah perutusan Gereja sebagai misi yang bersifat religiusdan justru karena itu juga sangat manusiawi.

BAB SATU

MARTABAT PRIBADI MANUSIA

12. (Manusia diciptakan menurut gambar Allah)

Kaum beriman maupun tak beriman hampir sependapat, bahwa segala sesuatu di dunia

ini harus diarahkan kepada manusia sebagai pusat dan puncaknya.Apakah manusia itu? Di masa silam dan sekarang pun ia mengemukakan banyak

pandangan tentang dirinya, pendapat-pendapat yang beraneka pun juga bertentangan:seringkali ia menyanjung-nyanjung dirinya sebagai tolok ukur yang mutlak, ataumerendahkan diri hingga putus asa; maka ia seraba bimbang dan gelisah. Gereja ikutmerasakan kesulitan-kesulitan itu secara mendalam. Diterangi oleh Allah yangmewahyukan Diri, Gereja mampu menjawab kesukaran-kesukaran itu, untuk melukiskankeadaan manusia yang sesungguhnya, menjelaskan kelemahan-kelemahannya, sehinggaserta merta martabat dan panggilannya dapat dikenali dengan cermat.

Adapun kitab suci mengajarkan bahwa manusia diciptakan “menurut gambar Allah”;

ia mampu mengenal dan mengasihi Penciptanya; oleh Allah manusia ditetapkan sebagaituan atas semua makhluk di dunia ini [8], untuk menguasainya dan menggunkannyasambil meluhurkan Allah[9]. “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakahanak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya

8 Lih. Kej 1:26; Keb 2:23.

9 Lih. Sir 17:3-10.

Page 299: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 299/388

hampir sama seperti Allah, dan memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkaumenjadikannya berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan dibawah kakinya” (Mzm 8:5-7).

Tetapi Allah tidak menciptakan manusia seoarng diri: sebab sejak awal mula “Iamenciptakan mereka pria dan wanita” (Kej 1;27). Rukun hidup mereka merupakanbentuk pertama persekutuan antar pribadi. Sebab dari kodratnya yang terdalam manusia

bersifat sosial; dan tanpa berhubungan dengan sesama ia tidak dapat hidup ataumengembangkan bakat-pembawaannnya.

Maka, seperti kita baca pula dalam Kitab suci, Aalah melihat “segala sesuatu yangtelah dibuat-Nya, dan itu semua amat baiklah adanya” (Kej 1:31).

13. (Doa manusia)

Akan tetapi manusia, yang diciptakan oleh Allah dalam kebenaran, sejak awal mulasejarah, atas bujukan si Jahat, telah menyalahgunakan kebebasannya. Ia memberontakmelawan Allah, dan ingin mencapai tujuannya di luar Allah. Meskipun orang-orangmengenal Allah, mereka tidak memuliakan-Nya sebagai Allah; melainkan hati mereka

yang bodoh diliputi kegelapan, dan mereka memilih mengabdi makhluk dari pada SangPencipta[10]. Apa yang kita ketahui berkat Perwahyuan itu memang cocok denganpengalaman sendiri. Sebab bila memeriksa batinnya sendiri manusia memangmenemukan juga, bahwa ia cenderung untuk berbuat jahat, dan tenggelam dalam banyakhal-hal buruk, yang tidak mungkin berasal dari Penciptanya yang baik. Sering ia menolakmengakui Allah sebagai dasar hidupnya. Dengan demikian ia merusak keterarahannyayang sejati kepada tujuan yang terakhir, begitu pula seluruh hubungannya yangsesungguhnya dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan dengan segenapciptaan.

Oleh karena itu dalam batinnya manusia mengalami perpecahan. Itulah sebabnya,mengapa seluruh hidup manusia, ditinjau secara perorangan maupun secara kolektif,nampak sebagai perjuangan, itu pun perjuangan yang dramatis, antara kebaikan dankejahatan, antara terang dan kegelapan. Bahkan manusia mendapatkan dirinya tidakmampu untuk atas kuasanya sendiri memerangi serangan-serangan kejahatan secaraefektif, sehingga setiap orang merasa diri ibarat terbelenggu dengan rantai. Akan tetapidatanglah Tuhan sendiri untuk membebaskan dan meneguhkan manusia, denganmembaharuinya dari dalam, dan dengan melemparkan keluar penguasa dunia ini (lih.Yoh 12:31), yang menahan manusia dalam perbudakan dosa[11]. Adapun dosa yangmerongrong manusia sendiri dengan menghalang-halanginya untuk mencapaikepenuhannya.

Dalam terang Perwahyuan itulah baik panggilan luhur maupun kemalangan

mendalam, yang dialami oleh manusia, menemukan penjelasannya yang terdalam.

14. (Kodrat manusia)

Manusia, yang satu jiwa raganya, melalui kondisi badaniahnnya sendiri menghimpununsur-unsur dunia jasmani dalam dirinya, sehingga melalui unsur-unsur itu mencapaitarafnya tertinggi, dan melambungkan suaranya untuk dengan bebas memuliakan SangPencipta[12]. Oleh karena itu manusia tidak boleh meremehkan hidup jasmaninya;melainkan sebaliknya, ia wajib memandang baik serta layak dihormati badannya sendiri,yang diciptakan oleh Allah dan harus dibangkitkan pada hari terakhir. Tetapi karenamanusia terlukai oleh dosa, ia mengalami pemberontakan pada badannya. Maka dari itu

martabat manusia sendiri menuntut, supaya ia meluhurkan Allah dalam badannya[13],dan jangan membiarkan badan itu melayani kecondongan-kecondongan hatinya yangbaik.

10 Lih. Rom 1:21-25.

11 Lih. Yoh 8:34.

12 Lih. Dan 3:57-90.

13 Lih. 1Kor 6:13-20.

Page 300: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 300/388

  Akan tetapi manusia tidak salah, bila ia menyadari keunggulannya terhadap hal-hal jasmani, dan tidak sekedar memandang dirinya sebagai sebagian kecil saja dalam alamtercipta, atau sebagai unsur tak bernama dalam masyarakat manusia. Sebab dengan hidupbatinnya ia melampaui semesta alam. Ia kembali kepada hidup batinnya yang mendalamitu, bila ia berbalik kepada hatinya; disitulah Allah yang menyelami lubuk hati [14] menantikannya; di situ pula ia mengambil keputusan tentang nasibnya sendiri di bawah

pandangan Allah. Maka dari itu, dengan menyadari bahwa jiwa dalam dirinya bersifatrohani dan kekal abadi, ia tidak tertipu oleh khayalan yang menyesatkan dan timbul darikondisi-kondis fisik atau sosial semata-mata, melainkan sebaliknya ia justru menjangkaukebenaran yang terdalam.

15. (Martabat akalbudi, kebenaran dan kebijaksanaan)

Sungguh tepatlah pandangan manusia yang ikut menerima pandangan Budi ilahi, bahwadengan akalbudinya ia melampaui seluruh alam. Memang, dengan mengerahkan tanpakenal lelah kecerdasan nalarnya di sepanjang zaman, ia telah mencapai kemajuan dalamilmu pengetahuan empiris, dalam ketrampilan teknis dan dalam ilmu-ilmu kerohanian.

Tetapi pada zaman sekarang ini ia telah mencapai hasil-hasil yang gemilang terutamadengan menyelidiki alam bendawi serta menakhlukkannya kepada dirinya. Tetapi iaterus mencari dan menemukan kebenaran yang semakin mendalam. Sebabpemahamannya tidak terbatas pada gejala-gejala melulu, melainkan mampu menangkapdengan sungguh pasti kenyataan yang terbuka bagi budi manusia, meskipun akibat dosaakal budi itu sebagian telah menjadi kabur dan lemah.

Akhirnya kodrat nalariah pribadi manusia disempurnakan melalui kebijaksanaan,yang dengan cara yang menyenangkan menarik budi manusia untuk mencari danmencintai apa yang serba benar dan baik. Dengan kebijaksanaan itu manusia diantarmelalui alam yang kelihatan kepada kenyataan yang tidak kelihatan.

Adapun zaman kita sekarang, lebih dari abad-abad sebelum ini, membutuhkankebijaksanaan itu, supaya apa saja yang ditemukan baru oleh manusia menjadi lebihmanusiawi. Sebab bila tidak bangkit orang-orang yang lebih bijaksana, nasib dunia dikemudian hari terancam bahaya. Kecuali itu perlu diperhatikan, bahwa pelbagai bangsa,yang memang lebih miskin harta ekonominya, tetapi lebih kaya kebijaksanaan, dapatmenyumbangkan jasanya yang sungguh besar kepada bangsa-bangsa lain.

Berkat kurnia Roh Kudus, manusia dalam iman makin mendekat untukberkontemplasi tentang misteri Rencana ilahi serta menikmatinya[15].

16. (Martabat hati nurani)

Di lubuk hatinya manusia menemukan hukum, yang tidak di terimanya dari dirinya

sendiri, melainkan harus ditaatinya. Suara hati itu selalu menyerukan kepadanya untukmencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan untuk menghindari apa yang jahat.Bilamana perlu, suara itu menggema dalam lubuk hatinya: jalankanlah ini, elakkanlah itu.Sebab dalam hatinya manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnyaialah mematuhi hukum itu, dan menurut hukum itu pula ia akan diadili[16]. Hati nuraniialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya; di situ ia seorang diri bersamaAllah, yang sapaan-Nya menggema dalam batinnya[17]. Berkat hati nurani dikenallahsecara ajaib hukum, yang dilaksanakan dalam cinta kasih terhadap Allah dan terhadapsesama[18]. Atas kesetiaan terhadap hati nurani Umat kristiani bergabung dengan sesamalainnya untuk mencari kebenaran, dan untuk dalam kebenaran itu memecahkan sekian

banyak persoalan moral, yang timbul baik dalam hidup perorangan maupun dalam

14 Lih. 1Raj 16:7; Yer 17:10.15 Lih. Sir 17:7-8.16

 Lih. Rom 2:14-16.17

 Lih. PIUS XII, amanat radio “tentang cara yang tepat untuk membina hati nurani pada kaum muda”, tgl. 23 Maret 1952:

AAS 44 (1952), hlm. 271.18

 Lih. Mat 22:37-40; Gal 5:14.

Page 301: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 301/388

hidup kemasyarakatan. Oleh karena itu semakin besar pengaruh hati nurani yang cermat,semakin jauh pula pribadi-pribadi maupun kelompok-kelompok menghindar darikemauan yang membabi-buta, dan semakin mereka berusaha untuk mematuhi norma-norma kesusilaan yang objektif. Akan tetapi tidak jaranglah terjadi bahwa hati nuranitersesat karena ketidaktahuan yang tak teratasi, tanpa kehilangan martabatnya. Tetapi itutidak dapat dikatakan tentang orang, yang tidak peduli untuk mencari apa yang benar

serta baik, dan karena kebiasaan berdosa hati nuraninya lambat laun hampir menjadibuta.

17. (Keluhuran kebebasan)

Adapun manusia hanya dapat berpaling kepada kebaikan bila ia bebas. Kebebasan ituoleh orang-orang zaman sekarang sangat dihargai serta dicari penuh semangat, danmemang tepatlah begitu. Tetapi sering pula orang-orang mendukung kebebasan dengancara yang salah, dan mengartikannya sebagai kesewenang-wenanganuntuk berbuat apapun sesuka hatinya, juga kejahatan. Sedangkan kebebasan yang sejati merupakan tandayang mulia gambar Allah dalam diri manusia. Sebab Allah bermaksud menyerahkan

manusia kepada keputusannya sendiri[19]

, supaya ia dengan sekarela mencariPenciptanya, dan dengan mengabdi kepada-Nya secara bebas mencapai kesempurnaansepenuhnya yang membahagiakan. Maka martabat manusia menuntut, supaya iabertindak menurut pilihannya yang sadar dan bebas, artinya: digerakkan dan di dorongsecara pribadi dari dalam, dan bukan karena rangsangan hati yang buta, atau semata-mata paksaan dari luar. Adapun manusia mencapai martabat itu, bila ia membebaskandiri dari segala penawanan nafsu-nafsu, mengejar tujuannya dengan secara bebasmemilih apa yang baik, serta dengan tepat-guna dan jerih-payah yang tekunmengusahakan sarana-sarananya yang memadai. Kebebasan manusia terluka oleh dosa;maka hanya berkat bantuan rahmat Allah mampu mewujudkan secara konkrit nyataarah-gerak hatinya kepada Allah. Adapun setiap orang harus mempertanggungjawabkanperihidupnya sendiri di hadapan takhta pengadilan Allah, sesuai dengan perbuatannyayang baik maupun yang jahat[20].

18. (Rahasia maut)

Di hadapan mautlah teka-teki kenyataan manusia mencapai puncaknya. Manusiasungguh menderita bukan hanya karena rasa sakit dan semakin rusaknya badan,melainkan juga, bahkan lebih lagi, karena rasa takut akan kehancuran yang definitif.Memang wajarlah perasaan berdasarkan naluri hatinya, bila ia mengelakkan dan menolakkehancuran total dan tamatnya riwayat pridadinya untuk selamanya. Tetapi benihkeabadian yang dibawanya serta tidak dapat dikembalikan kepada kejasmanian belaka,

maka memberontak melawan maut. Segala upaya keahlian tehnis, kendati sangatberguna, tidak mampu meredakan kegelisahan manusia. Sebab lanjutnya usia yangdiperpanjang secara biologis pun tidak dapat memuaskan kerinduannya akan hidup diakhirat, yang berurat akar dalam hatinya dan pantang hancur.

Sementara kenyataan maut sama sekali tidak terbayangkan, Gereja yang diterangi olehperwahyuan ilahi menyatakan, bahwa manusia diciptakan oleh Allah untuk tujuan penuhkebahagiaan, melampaui batas-batas kemalangan di dunia. Kecuali itu kematian badan,yang dapat di hindari seandainya manusia tidak berdosa[21], menurut iman kristiani akandikalahkan, karena manusia akan dipulihkan oleh Sang Penyelamat yang mahakuasa danpenuh belas kasihan kepada keselamatan, yang telah hilang karena kesalannya. Sebab

Allah telah dan tetap memanggil manusia, untuk dengan seutuh kodratnya bersatudengan Allah dalam persekutuan kekal-abadi kehidupan ilahi yang tak kenal binasa.Kejayaannya itu di rebut oleh Kristus, yang dengan wafat-Nya membebaskan manusia

19 Lih. Sir 15:14.

20 Lih. 2Kor 5:10.

21 Lih. Keb 1:13; 2:23-24; Rom 5:21; 6:23; Yak 1:15.

Page 302: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 302/388

dari maut, dan telah bangkit untuk kehidupan[22]. Maka kepada setiap orang, yang dalamkecemasannya tentang nasibnya dikemudian hari merenungkan semua itu, iman yang disajikan dengan dasar-dasar pemikiran yang tangguh menyampaikan jawaban. Sekaligusiman membuka kemungkinan baginya untuk dalam Kristus berkomunikasi dengansaudara-saudaranya terkasih yang sudah direnggut oleh maut, seraya menumbuhkanharapan, bahwa mereka telah menerima kehidupan sejati di hadirat Allah.

19. (Bentuk-bentuk dan akar-akar ateisme)

Makna paling luhur martabat manusia terletak pada panggilannya untuk memasukipersekutuan dengan Allah. Sudah sejak asal mulanya manusia diundang untukberwawancara dengan Allah. Sebab manusia hanyalah hidup, karena ia diciptakan olehAllah dalam cinta kasih-Nya, dan lestari hidup berkat cinta kasih-Nya. Dan manusia tidaksepenuhnya hidup menurut kebenaran, bila ia tidak dengan sukarela mengakui cintakasih itu, serta menyerahkan diri kepada Penciptanya. Akan tetapi banyak diantaraorang-orang zaman sekarang sama sekali tidak menyadari hubungan kehidupan yangmesra dengan Allah itu atau tegas-tandas menolaknya, sehingga sekarang ini ateisme

memang termasuk kenyataan yang paling gawat, dan perlu di selidiki dengan lebihcermat.Istilah “ateisme” menunjuk kepada gejala-gejala yang sangat berbeda satu dengan

lainnya. Sebab ada sekelompok orang yang jelas-jelas mengingkari Allah; ada juga yangberanggapan bahwa manusia sama sekali tidak dapat mengatakan apa-apa tentang Dia;ada pila yang menyelidiki persoalan tentang Allah dengan metode sedemikian rupa,sehingga masalah itu nampak kehilangan makna. Banyak orang secara tidak wajarmelampaui batas-batas ilmu positif, lalu atau berusaha keras untuk menjelaskan segalasesuatu dengan cara yang melulu ilmiah itu, atau sebaliknya sudah sama sekali tidakmenerima adanya kebenaran yang mutlak lagi. Ada yang menjunjung tinggi manusiasedemikian rupa, sehingga iman akan Allah seolah-olah lemah tak berdaya; Agaknyamereka lebih cenderung untuk mengukuhkan kedudukan manusia dari pada untukmengingkari Allah. Ada juga yang menggambarkan Allah sedemikian rupa, sehinggahasil khayalan yang mereka tolak itu memang sama sekali bukan Allah menurut Injil.Orang-orang lain bahkan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang Allah pun tidak,sebab rupa-rupanya mereka tidak mengalami kegoncangan keagamaan, atau juga tidakmenangkap mengapa masih perlu mempedulikan agama. Selain itu ateisme tidak jarangtimbul atau dari sikap memprotes keras kejahatan yang berkecamuk di dunia, atau karenasecara tidak masuk akalklaim sifat mutlak dikenakan pada nilai manusiawi tertentu,sehingga nilai-nilai itu sudah dianggap menggantikan Allah. Peradaban zaman sekarangpun, bukannya dari diri sendiri, melainkan karena terlalu erat terjalin dengan hal-hal

duniawi, acap kali dapat lebih mempersulit orang untuk mendekati Allah.Memang, mereka yang dengan sengaja berusaha menjauhkan Allah dari hatinya serta

menghindari soal-soal keagamaan, tidak mengikuti suara hati nurani mereka, makabukannya tanpa kesalahan. Akan tetapi kaum beriman sendiripun sering memikultanggung jawab atas kenyataan itu. Sebab ateisme, dipandang secara keseluruhan,bukanlah sesuatu yang asli, melainkan lebih tepat dikatakan timbul karena pelbagaisebab, antara lain juga karena reaksi kritis terhadap agama-agama, itu pun di berbagaidaerah terhadap agama kristiani. Oleh karena itu dalam timbulnya ateisme itu Umatberiman dapat juga tidak kecil peran sertanya, yakni: sejauh mereka – dengan melalaikanpembinaan iman, atau dengan cara memaparkan ajaran yang sesat, atau juga karena

cacat-cela mereka dalam kehidupan keagamaan, moral dan kemasyarakatan – harusdikatakan lebih menyelebungi dari pada menyingkapkan wajah Allah yang sejati maupunagama yang sesungguhnya.

22 Lih. 1Kor 15:56-57.

Page 303: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 303/388

20. (Ateisme sistematis)

Sering pula ateisme modern mengenakan bentuk sistematis. Terlepas dari sebab musabablainnya, ateisme sistematis itu mendorong hasrat manusia akan otonomi sedemikian jauh,sehingga menimbulkan kesulitan terhadap sikap tergantung dari Allah yang manapun juga. Mereka yang menyatakan diri penganut ateisme semacam itu mempertahankan,bahwa kebebasan berarti: manusia menjadi tujuan bagi dirinya sendiri; ialah satu-satunya

perancang dan pelaksana riwayatnya sendiri. Menurut anggapan mereka itu tidak dapatdiselaraskan dengan pengakuan Tuhan sebagai Pencipta dan tujuan segala sesuatu; atausetidak-tidaknya pernyataan semacam itu percuma saja. Ajaran itu di dukung olehperasaan berkuasa, yang ditanam pada manusia oleh kemajuan teknologi zamansekarang.

Di antara bentuk-bentuk ateisme zaman sekarang janganlah dilewatkan bentuk, yangmendambakan pembebasan manusia terutama dari pembebasannya di bidang ekonomidan sosial. Bentuk ateisme itu mempertahankan, bahwa agama dan hakekatnyamerintangi kebebasan itu, sejauh menimbulkan pada manusia harapan akan kehidupan dimasa mendatang yang semu saja, dan mengalkkannya dari pembangunan masyarakat

dunia. Maka dari itu para pendukung ajaran semacam itu, bila memegang pemerintahannegara, dengan sengitnya menentang agama; mereka menyebarluaskan ateisme, jugadengan menggunakan upaya-upaya untuk menekan, yang ada ditangan pemerintah,terutama dalam pendidikan kaum muda.

21. (Sikap Gereja menghadapi ateisme)

Dalam kesetiaannya terhadap Allah dan terhadap manusia Gereja tidak dapat lain kecualitiada hentinya, dengan sedih tetapi juga dengan amat tegas, mengecam ajaran-ajaranmaupun tindakan-tindakan yang berbahaya itu, yang bertentangan dengan akal budi danpengalaman umum manusiawi, dan meruntuhkan manusia dari keluhurannya menurutasalnya, sebagaimana sebelum ini Gereja telah mengecamnya[23].

Tetapi Gereja berusaha menggali sebab musababnya yang terselubung, mengapadalam pemikiran kaum ateis Allah diingkari. Karena menyadari menyadari beratnyamasalah-persoalan yang ditimbulakan oleh ateisme, dan karena terdorong oleh cintakasih terhadap semua orang, Gereja berpandangan, bahwa soal-soal itu perlu di selidikisecara serius dan lebih mendalam.

Gereja berpendirian, bahwa pengakuan terhadap Allah sama sekali tidak beralawanandengan martabat manusia, sebab martabat itu di dasarkan pada Allah sendiri dan disempurnakan di dalam-Nya. Sebab oleh Allah Pencipta manusia ditempatakan dalammasyarakat sebagai ciptaan yang berakalbudi dan berkehendak bebas. Tetapi terutamamanusia dipanggilsebagai putera untuk hidup dalam persekutuan dengan Allah dan

ikutserta menikmati kebahagiaan-Nya. Selain itu Gereja mengajarkan, bahwa karenaharapan akan zaman terakhir tugas-tugas duniawi bukannya berkurang pentingnya;melainkan penunaiannya justru diteguhkan dengan motivasi-motivasi yang baru.Sebaliknya, bila tidak ada dasar ilahi dan harapan akan hidup kekal, martabat manusiamenanggung luka-luka amat berat, seperti sekarang ini ternyata; lagi pula teka-tekikehidupan dan kematian, kesalahan maupun penderitaan, tetap tidak terpecahkan,sehingga tidak jarang orang-orang terjerumus ke dalam rasa putus asa.

Sementara itu setiap orang bagi dirinya sendri tetap menjadi masalah yang tidakterselesaikan, ditangkap samar-samar. Sebab pada saat-saat tertentu, terutama padaperistiwa-peristiwa hidup yang agak penting, tidak seoarang pun mampu menghindari

sama sekali pernyataan tersebut di atas. Persoalan itu hanya Allah-lah yang dapatmenjawab sepenuhnya dan dengan sepasti-pastinya, Dia yang memanggil manusia kearah pemikiran yang lebih mendalam dan penyelidikan yang lebih rendah hati.

23  Lih. PIUS XI, Ensiklik  Divini Redemptori , tgl. 19 Maret 1937: AAS 29 (1937) hlm. 65-106. – PIUS XII, Ensiklik  Ad

 Apostolorum Principis, tgl. 29 Juni 1958: AAS 50 (1958) hlm. 601-614. – YOHANES XXIII, Ensiklik  Mater et

 Magistra , tgl. 15 Mei 1961: AAS 53 (1961) hlm. 451-452. – PAULUS VI, Ensiklik  Ecclesiam suam, tgl. 6 Agustus 1964:

AAS 56 (1964) hlm. 651-653.

Page 304: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 304/388

  Adapun penawar bagi ateisme harus diharapkan dari ajaran yang di paparkan denganbaik, maupun dari perihidup Gereja serta para anggotanya secara menyeluruh. Sebabpanggilan Gerejalah menghadirkan dan seperti mengejawantahkan Allah Bapa besertaPutera-Nya yang menjelma, dengan terus menerus membaharui dan membersihkan diridi bawah bimbingan Roh Kudus[24]. Itu terutama terlaksana melalui kesaksian iman yanghidup dan dewasa, artinya telah dibina untuk mampu menangkap dengan jelas kesulitan-

kesulitan yang muncul dan mengatasinya. Kesaksian iman yang gemilang itu di masasilam dan sekarang ini disampaikan oleh amat banyak saksi iman. Iman itu harusmenampakkan kesuburannya dengan merasuki seluruh hidup kaum beriman, juga hidupmereka yang profan, dan dengan menggerakkan mereka untuk menegakkan keadilan danmengamalkan cinta kasih, terutama terhadap kaum miskin. Akhirnya untukmenampilkan kehadiran Allah sangat mendukunglah kasih persaudaraan Umat beriman,yang sehati sejiwa berjuang demi iman yang bersumber pada Injil [25], serta membawakandiri sebagai tanda kesatuan.

Akan tetapi Gereja, sungguh pun sama sekali menolak ateisme, dengan tulus hatimenyatakan, bahwa semua orang, beriman maupun tidak, harus menyumbangkan jasa

untuk membangun dengan baik dunia ini, yang merupakan temapt kediaman merekabersama. Tentu saja itu tidak dapat terlaksana tanpa perundingan yang tulus danbijaksana. Maka Gereja juga menyesalkan diskrimanasi antara kaum beriman dan kaumtak beriman, yang secara tidak adil diberlakukan oleh beberapa pemimpin negara, yangtidak mengakui hak-hak asasi pribadi manusia. Adapun bagi Umat beriman Gerejasungguh-sungguh menghendaki kebebasan yang efektif, supaya mereka diizinkan jugauntuk mendirikan kenisah Allah di dunia ini. Dengan tulus hati Gereja mengundangkaum ateis, untuk mempertimbangkan Injil Kristus dengan hati terbuka.

Sebab bila Gereja mengembalikan harapan kepada mereka, yang karena putus asasudah tidak berpikir lagi tentang perbaikan mutu hidup mereka, dan dengan demikian

membela martabat panggilan manusia, Gereja sungguh yakin, bahwa amanatnyamenaggapi dambaan-dambaan hati manusia yang paling rahasia. Pesan itu bukannyamengurangi harkat manusia, melainkan melimpahkan terang, kehidupan dan kebebasandemi kemajuannya; dan selain itu tiada sesuatu pun yang dapat memuaskan hatimanusia: “Engkau telah menciptakan kami untuk Dikau”, ya Tuhan, “dan gelisahlah hatikami, sebelum beristirahat dalam Dikau[26].

22. (Kristus Manusia Baru)

Sesungguhnya hanya dalam misteri Sabda yang menjelamalah misteri manusia benar-benar menjadi jelas. Sebab Adam, manusia pertama, menggambarkan Dia yang akandatang[27], yakni Kristus Tuhan. Kristus, Adam yang Baru, dalam perwahyuan misteri

Bapa serta cinta kasih-Nya sendiri, sepenuhnya menampilkan manusia bagi manusia, danmembeberkan kepadanya penggilannya yang amat luhur. Maka tidak mengherankanpula, bahwa dalam Dia kebenaran-kebenaran yang diuraikan diatas mendapatkansumbernya dan mencapai puncaknya.

Dialah “gambar Allah yang tidak kelihatan” (Kol 1:15)[28]. Dia pulalah manusiasempurna, yang menggembalikan kepada anak-anak Adam citra ilahi, yang telah ternodaisejak dosa pertama. Dan karena dalam Dia kodrat manusia disambut, bukannyadienyahkan[29], maka dalam diri kita pun kodrat itu diangkat mencapai martabat yang

24 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 8.25

 Lih. Flp 1:27.26

 Lih. S. AGUSTINUS, Pengakuan, I, 1: PL 32,661.27 Lih. Rom 5:14. – Bdk. TERTULIANUS, Tentang kebangkitan daging, 6: “Sebab apa yang diungkapkan oleh tanah liat,

melambangkan manusia yang akan datang, yakni Kristus”: PL 2,802(848); CSEL, 47, hlm. 33, 12-13.28

 Lih. 2Kor 4:4.29

 KONSILI KONSTANTINOPEL II, kanon 7: “Allah Sabda tidak diubah menjadi kodrat daging, begitu pula daging tidak

 beralih menjadi kodrat Sabda”: DENZ. 219 (428). – Bdk. Juga KONSILI KONSTANTINOPEL III: “Sebab seperti

daging-Nya yang manat suci, tidak bercela dan berjiwa, tidak dienyahkan karena diilahikan, melainkan tetap bertahan

Page 305: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 305/388

amat luhur. Sebab Dia, Putera Allah, dalam penjelmaan-Nya dengan cara tertentu telahmenyatukan diri dengan setiap orang. Ia telah bekerja memakai tangan manusiawi, Iaberpikir memakai akalbudi manusiawi, Ia bertindak atas kehendak manusiawi [30], Iamengasihi dengan hati manusiawi. Ia telah lahir dari Perawan Maria, sungguh menjadisalah seorang diantara kita, dalam segalanya sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa [31].

Dengan menumpahkan darah-Nya secara sukarela Anakdomba yang tak bersalah

telah berpahala, memperoleh kehidupan bagi kita; dan dalam Dia Allah telahmendamaikan kita dengan Dirinya dan antara kita sendiri [32]; dan Ia telah merebut kitadari perbudakan setan dan dosa, sehingga kita masing-masing dapat berkata bersamaRasul: Putera Allah “telah mengasihi aku, dan menyerahkan Diri bagiku” (Gal 2:20).Dengan menanggung penderitaan bagi kita Ia bukan hanya memberi teladan supaya kitamengikuti jejak-Nya[33]; melainkan Ia juga memulihkan jalan; sementara jalan itu kitatempuh, hidup dan maut disucikan dan menerima makna yang baru.

Adapun orang kristiani yang telah menyerupai citra Putera, yakni yang Sulungdiantara banyak saudara[34]; ia telah menerima “kurnia sulung Roh” (Rom 8:23), dankarena itu menjadi mampu melaksanakan hukum baru cinta kasih[35]. Melalui Roh itu,

“jaminan warisan kita” (Ef 1:14), manusia seutuhnya diperbaharui batinnya, hingga“penebusan badannya” (Rom 8:23): “Bila Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dariantara orang mati, tinggal dalam kamu, maka Dia yang telah membangkitkan YesusKristus dari antara orang mati, maka membangkitkan badanmu yang fana itu juga, demiRoh-Nya yang diam dalam kamu” (Rom 8:11)[36]. Pastilah kebutuhan dan tugas mendesakorang kristiani untuk melalui banyak duka derita berjuang melawan kejahatan danmenanggung maut; akan tetapi ia tergabung dengan misteri Paska, menyerupai wafatKristus, dan diteguhkan oleh harapan akan melaju menuju kebangkitan[37].

Itu bukan hanya berlaku bagi kaum beriman kristiani, melainkan bagi semua orangyang berkehendak baik, yang hatinya menjadi kancah kegiatan rahmat yang tidak

kelihatan[38]

. Sebab karena Kristus telah wafat bagi semua orang[39]

, dan panggilanterakhir manusia benar-benar hanya satu, yakni bersifat ilahi, kita harus berpegangteguh, bahwa Roh Kudus membuka kemungkinan bagi semua orang, untuk dengan carayang diketahui oleh Allah digabungkan dengan misteri Paska itu.

Seperti itu dan seagung itulah misteri manusia, yang berkat perwahyuan kritiani dandalam Kristus disinarilah teka-teki penderitaan maut, yang diluar Injil-Nya melanda kita.Kristus telah bangkit; dengan wafat-Nya Ia menghancrukan maut. Dan Ia telahmengurniakan kehidupan kepada kita[40], supaya sebagai putera-puteri dalam SangPutera, kita berseru dalam Roh: “Abba, ya Bapa!”[41].

dalam keadaan serta caranya berbeda …”: DENZ. 291 (556). – Bdk. KONSILI KALSEDON: “… harus diakui dalam dua

kodrat secara tidak berbaur, tidak berubah, tidak terbagi, tidak terceraikan”: DENZ. 148 (302).30

 Lih. KONSILI KONSTANTINOPEL III: “Begitulah kehendak manusiawinya yang diilahikan pun tidak dienyahkan”:

Denz. 291 (556).31

 Lih. Ibr 4:15.32 Lih. 2Kor 5:18-19; Kol 1:20-22.33 Lih. 1Ptr 2:21; Mat 16:24; Luk 14:27.34

 Lih. Rom 8:29; Kol 1:18.35

 Lih. Rom 8:1-11.36 Lih. 2Kor 4:14.37 Lih. Flp 3:10; Rom 8:17.38

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 16.39

 Lih. Rom 8:32.40

 Bdk. Liturgi Paska menurut ritus Bizatin.41

 Lih. Rom 8:15 dan Gal 4:6; lih. juga Yoh 1:12 dan 1Yoh 3:1-2.

Page 306: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 306/388

BAB DUA

MASYARAKAT MANUSIA

23. (Maksud Konsili)Di antara segi-segi dunia zaman sekarang termasuk berlipatgandanya hubungan-hubungan timbal-balik antra manusia. Kemajuan tehnik dewasa ini amat banyak berjasabagi perkembangan itu. Akan tetapi dialog persaudaraan antar manusia tidak mencapaikesempurnaannya dalam kemajuan itu, melainkan secara lebih mendalam kesempurnaanitu tercapai dalam kebersamaan pribadi-pribadi, yang menuntut sikap salingmenghormati terhadap martabat rohani mereka yang sepenuhnya. Ada pun untukmemajukan persekutuan antar pribadi itu Perwahyuan kristiani sangat membantu,sekaligus mengantar kita kepada pengertian hukum-hukum kehidupan sosial, yang olehSang Pencipta telah ditulis dalam kodrat rohani dan susila manusia.

Karena akhir-akhir ini dokumen-dokumen Magisterium Gereja telah menyampaikanuraian yang lebih luas mengenai ajaran kristiani tentang masyarakat manusia[42], makaKonsili hanya mengingatkan beberapa kebenaran yang lebih penting saja, danmenjelaskan dasar-dasarnya dalam terang Perwahyuan. Kemudian akanmenggarisbawahi beberapa konsekwensi, yang pada zaman kita sekarang cukup penting.

24. (Sifat kebersamaan panggilan manusia dalam rencana Allah)

Allah, yang sebagai Bapa memelihara semua orang, menhendaki agar mereka semuamerupakan satu keluarga, dan saling menghadapi dengan sikap persaudaraan. Sebabmereka semua diciptakan menurut gambar Allah, yang “menghendaki segenap bangsamanusia dari satu asal mendiami seluruh muka bumi” (Kis 17:26). Mereka semua

dipanggil untuk satu tujuan yang sama, yakni Allah sendiri.Oleh karena itu cinta kasih terhadap Allah dan sesama merupakan perintah yang

pertama dan terbesar. Kita belajar dari Kitab suci, bahwa kasih terhadap Allah tidakterpisahkan dari kasih terhadap sesama: “… sekiranya ada perintah lain, itu tercakupdalam amanat ini: Hendaknya engkau mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri … jadikepenuhan hukum ialah cinta kasih” (Rom 13:9-10; lih. 1Yoh 4:20). Menjadi makin jelaslah, bahwa itu sangat penting bagi orang-orang yang semakin saling tergantung danbagi dunia yang semakin bersatu.

Bahakan ketika Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa, supaya “semua orang menjadi satu…, seperti kita pun satu” (Yoh 17:21-22), dan membuka cakrawala yang tidak terjangkau

oleh akalbudi manusiawi, ia mengisyaratkan kemiripan antara persatuan Pribadi-Pribadiilahi dan persatuan putera-puteri Allah dalam kebenaran dan cinta kasih. Keserupaan itumenampakkan, bahwa manusia, yang di dunia ini merupakan satu-satunya makhlukyang oleh Allah dikehendaki demi dirinya sendiri, tidak dapat menemukan dirisepenuhnya tanpa dengan tulus hati memberikandirinya[43].

25. (Pribadi manusia dan masyarakat manusia saling tergantung)

Dari sifat sosial manusia nampaklah, bahwa pertumbuhan pribadi manusia danperkembangan masyarakat sendiri saling tergantung. Sebab asas, subjek dan tujuansemua lembaga sosial ialah dan memang seharusnyalah pribadi manusia; berdasarkan

kodratnya ia sungguh-sungguh memerlukan hidup kemasyarakatan[44]

. Maka karena bagimanusia hidup kemasyrakatan itu bukanlah suatu tambahan melulu, oleh karena itumelalui pergaulan dengan sesama, dengan saling berjasa, melalui dialog dengan sesama

42 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Mater et magistra , tgl. 15 Mei 1961: AAS 53 (1961) hlm. 257-307. – PAULUS VI,

Ensiklik Ecclesiam suam, tgl. 6 Agustus 1964: AAS 56 (1964) hlm. 609-659.43

 Lih. Luk 17:33.44

 Lih. S. TOMAS, Etika I, pelajaran 1.

Page 307: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 307/388

Page 308: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 308/388

menemukan keseimbangannya yang semakin manusiawi dalam kebebasan[48]. Supaya itusemua terwujudkan perlulah diadakan pembaharuan mentalitas dan peubahan-perubahan sosial secara besar-besaran.

Roh Allah, yang dengan penyelenggaraan-Nya yang mengagumkan mengarahkanperedaran zaman dan membaharui muka bumi, hadir ditengah perkembangan itu.Adapun ragi Injil telah dan masih membangkitkan dalam hati manusia tuntutan tak

terkendali akan martabatnya.

27. (Sikap hormat terhadap pribadi manusia)

Beranjak kepada konsekuensi-konsekuensi praktis yang cukup mendesak, Konsilimenekankan sikap hormat terhadap manusia, sehingga setiap orang wajib memandangsesamanya, tak seorang pun terkecualikan, sebagai “dirinya yang lain”, terutamamengindahkan perihidup mereka beserta upaya-upaya yang mereka butuhkan untukhidup secara layak[49], supaya jangan meniru orang kaya, yang sama sekali tidakmempedulikan Lazarus yang miskin itu[50].Terutama pada zaman kita sekarang ini mendesak kewajiban menjadikan diri kita sendiri

sesama bagi setiap orang, siapa pun dia itu, dan bila ia datang melayaninya secara aktif,entah ia itu orang lanjut usia yang sebatang kara, entah tenaga kerja asing yang dihinatanpa alasan, entah seorang perantau, atau anak yang lahir dari hubungan haram dantidak sepatutnya menderita karena dosa yang tidak dilakukannya,atau orang lapar yangmenyapa hatinurani kita seraya mengingatkan sabda Tuhan: “Apa pun yang kamu jalankan terhadap salah seorang saudara-Ku yang hina ini, kamu perbuat terhadap Aku”(Mat 25:40).

Selain itu apa saja yang berlawanan dengan kehidupan sendiri, misalnya bentukpembunuhan yang mana pun juga, penumpasan suku, pengguguran, eutanasia ataubunuh diri yang disengaja; apa pun yang melanggar keutuahn pribadi manusia, sepertipemenggalan anggota badan, siksaan yang ditimpakan pada jiwa maupun raga, usaha-usaha paksaan psikologis; apa pun yang melukai martabat manusia, seperti kondisi-kondisi hidup yang tidak layak manusiawi, pemenjaraan yang sewenang-wenang,pembuangan orang-orang, perbudakan, pelacuran, perdagangan wanita dan anak-anakmuda; begitu pula kondisi-kondisi kerja yang memalukan, sehingga kaum buruhdiperalat semata-mata untuk menarik keuntungan, dan tidak diperlakukan sebagaipribadi-pribadi yang bebas dan bertanggung jawab: itu semua dan hal-hal lainyangseruapa memang perbuatan yang keji. Dan sementara mencoreng peradaban manusiawi,perbuatan-perbuatan itu lebih mencemarkan mereka yang melakukannya, dari padamereka yang menanggung ketidak-adilan, lagi pula sangat berlawanan dengan kemuliaanSang Pencipta.

28. (Sikap hormat dan cinta kasih terhadap lawan)

Sikap hormat dan cinta kasih harus diperluas untuk manampung mereka pula, yangdibidang sosial, politik atau pun keagamaan berpandangan atau bertindak berbedadengan kita. Sebab semakin mendalam kita dengan sikap ramah dan cinta kasihmenyelami cara-cara mereka berpandangan, semakin mudah pula kita akan dapatmenjalin dialogdengan mereka.

Tentu saja cinta kasih dan kebaikan hati itu janglah sekali-kali menjadikan kita acuhtak acuh terhadap kebenaran dan kebaikan. Bahkan cinta kasih sendiri mendesak paramurid Kristus untuk menyiarkan kebenaran yang membawa keselamatan kepada semua

orang. Tetapi perlu dibedakan antara kesesatan yang selalu harus ditolak, dan orangnyayang sesat, yang tetap harus memiliki martabat pribadi, juga bila ia ternodai olehpandangan-pandangan keagamaan yang salah atau kurang cermat[51]. Allah sendirilah

48 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Pacem in terris, tgl. 15 Mei 1961: AAS 55 (1963) hlm. 266.

49 Lih. Yak 2:15-16.

50 Lih. Luk 16:19-31.

51 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Pacem in terris, tgl. 15 Mei 1961: AAS 55 (1963) hlm.299 dan 300.

Page 309: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 309/388

satu-satunya yang mengadili dan menyelami hati; maka Ia melarang kita supaya janganmenjatuhkan pengadilan atas kesalahan batin siapa pun[52].

Ajaran Kristus meminta supaya kita mengampuni perlakuan-perlakuan yang takadil[53], dan memperluas perintah cinta kasih kepada semua musuh-musuh; itulahperintah Perjanjian Baru: “Kamu mendengar bahwa dikatakan: Kasihilah sesamamu, danbencilah musuhmu. Akan tetapi Aku berpesan kepada kamu: Cintailah musuh-musuhmy,

dan berbuatlah baik kepada mereka yang membenci kamu; serta berdoalah bagi merekayang menganiaya dan memfitnah kamu” (Mat 5:43-44).

29. (Kesamaan hakiki antara semua orang dan keadilan sosial)

Semua orang mempunyai jiwa yang berbudi dan diciptakan menurut gambar Allah,dengan demikian mempunyai kodrat serta asalmula yang sama. Mereka semua ditebusoleh Kristus, dan mengamban panggilan serta tujuan ilahi yang sama pula. Maka harussemakin diakuilah kesamaan dasariah antara semua orang.

Memang karena pelbagai kemampuan fisik maupun kemacam-ragaman dayakekuatan intelektual dan moral tidak dapat semua orang disamakan. Tetapi setiap cara

diskriminasi dalam hak-hak asasi pribadi , entah bersifat sosial entah budaya,berdasarkan jenis kelamin, suku, warna kulit, kondisi sosial, bahasa atau agama, harusdiatasi dan disingkirkan, karena bertentangan dengan maksud Allah. Sebab sungguhlayak disesalkan, bahwa hak-hak asasi pribadi itu belum dimana-mana dipertahankansecar utuh dan aman. Seperti bila seorang wanita tidak diakui wewenangnya untukdengan bebas memilih suaminya dan menempuh status hidupnya, atau untuk menempuhpendidikan dan meraih kebudayaan yang sama seperti dipandang wajar bagi pria.

Kecuali itu, sungguhpun antara orang-orang terdapat perbedaan-perbedaan yangwajar, tetapi kesamaan martabat pribadi menuntut, agar dicapailah kondisi hidup yanglebuh manusiawi dan adil. Sebab perbedaan-perbedaan yang keterlaluan antara sesamaanggota dan bangsa dalam satu keluarga manusia dibidang ekonomi maupun sosialmenimbulkan batu sandungan, lagi pula berlawanan dengan keadilan sosial,kesamarataan, mertabat pribadi manusia, pun juga merintangi kedamaian sosial daninternational.

Adapun lembaga-lembaga manusiawi, baik swasta maupun umum, hendaknyaberusaha melayani martabat serta tujuan manusia, seraya sekaligus berjuang dengangigih melawan setiap perbudakan sosial maupun politik, serta mengabdi kepada hak-hakasasi manusia di bawah setiap pemerintahan. Bahkan lembaga-lembaga semacam itulambat-laun harus menanggapi kenyataan-kenyataan rohani, yang melampaui segala-galanya, juga kalau ada kalanya diperlukan waktu cukup lama untuk mencapai tujuanyang dimaksudkan.

30. (Etika individualis harus diatasi)

Mendalam serta pesatnya perubahan lebih mendesak lagi, supaya janganlah seorang pun,karena mengabaikan perkembangan zaman atau lamban tak berdaya, mengikuti etikayang individualis semata-mata. Tugas keadilan dan cinta kasih semakin dipenuhi, bilasetiap orang menurut kemampuannya sendiri dan menanggapi kebutuhan-kebutuhansesama memberikan sumbangannya kepada kesejahteraan umum, serta memajukan danmembantu lembaga-lembaga umum maupun swasta, yang melayani peningkatankondisi-kondisi hidup orang-orang. Ada saja yang kendati menyarakan pandangan-pandangan yang luas dan bernada kebesaran jiwa, tetapi menurut kenyataannya selalu

hidup sedemikian rupa, seolah-olah sama sekali tidak mempedulikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Malahan di pelbagai daerah tidak sedikit pula, yang meremehkanhukum-hukum dan peraturan-peraturan sosial. Tidak sedikit juga, yang denganbermacam-macam tipu muslihat berani mengelakkan pajak-pajak yang wajar maupun

52 Lih. Luk 6:37-38; Mat 7:1-2; Rom 2:1-11; 14:10-12.

53 Lih. Mat 5:43-47.

Page 310: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 310/388

hal-hal lain yang termasuk hak masyarakat. Orang-orang lain menganggap sepelebeberapa peraturan hidup sosial, misalnya, untuk menjaga kesehatan, atau untukmengatur lalu lintas, tanpa mempedulikan, bahwa dengan kelalaian semacam itu merekamembahayakan hidup mereka sendiri dan sesama.

Hendaknya bagi semua merupakan kewajiban suci: memandang hubungan-hubungansosial sebagai tugas utama manusia zaman sekarang, serta mematuhinya. Sebab semakin

dunia bersatu, semakin jelas pulalah tugas-tugas orang-orang melampaui kepentingankelompok-kelompok khusus, dan lama-kelamaan meluas ke dunia semesta. Itu hanyalahmungkin bila masing-masing perorangan dan kelompok mengembangkan keutamaan-keutamaan moral dan sosial dalam diri mereka sendiri, dan menyebarkannya dalammasyarakat. Dengan demikian memang sesungguhnya – berkat bantuan rahmat ilahiyang memang diperlukan – akan bangkitlah manusia-manusia baru, yang memabngunkemanusiaan yang baru pula.

31. (Tanggung jawab dan keikut-sertaan)

Supaya setiap orang lebih saksama menunaikan tugas hatinuraninya baik terhadap

dirinya maupun terhadap pelbagai kelompok yang diikutinya, ia harus dengan tekunmenjalani pembinaan menuju kebudayaan rohani yang lebih luas, dengan memanfaatkanbantuan-bantuan besar, yang sekarang ini tersedia bagi bangsa manusia. Terutamapendidikan kaum muda dari lapisan sosial mana pun juga hendaknya di selenggarakansedemikian rupa, sehingga bangkitalah kaum pria maupun wanita, yang bukan sajaberpendidikan tinggi, melainkan juga berjiwa besar, karena memang mereka itulah yangsangat diperlukan untuk zaman sekarang.

Akan tetapi praktis orang hanya mencapai kesadaran bertanggung jawab itu, bilakondisi-kondisi hidup memungkinkannya, untuk menyadari martabatnya, dan untukmenanggapi panggilannya dengan membaktikan diri kepada Allah dan sesama. Adapunkebebasan manusia seringkali melemah, bila ia jatuh ke dalam kemelaratan yang amatparah; begitu pula kebebasan itu merosot, bila orang menuruti saja kemudahan-kemudahan hidup yang berlebihan, dan mengurung diri bagaikan dalam menara gading.Sebaliknya kebebasan itu diteguhkan, bila orang menrima kebutuhan-kebutuhan hidupsosial yang tak terelakkan, menyanggupi bermacam-macam tuntutan solidaritas antarmanusia, dan mengikat diri untuk mengabdi masyarakat.

Oleh karena itu semua orang perlu di dorong kemauan untuk melibatkan diri dalamusaha-usaha bersama. Memang layak dipujilah pola bertindak bangsa, bila sebanyakmungkin warganya dalam kebebasan sejati melibatkan diri dalam urusan-urusankenegaraan umum. Tetapi perlu diperhitungkan juga keadaan nyata setiap bangsa,begitu pula perlunya pemerintahan yang cukup kuat. Adapun supaya semua

warganegara bergairah untuk melibatkan diri dalam kehidupan pelbagai kelompok, yangseluruhnya membentuk tubuh masyarakat, perlulah bahwa dalam kelompok-kelompokitu mereka temukan nilai-nilai, yang menarik bagi mereka, dan membangkitkankesediaan mereka untuk melayani sesama. Memang wajarlah pandangan lita, bahwanasib bangsa di kemudian hari terletak di tangan mereka, yang mampu mewariskankepada generasi-generasi mendatang dasar-dasar untuk hidup dan berharap.

32. (Sabda yang menjelama dan solidaritas manusia)

Allah menciptakan orang-orang bukan untuk hidup sendiri-sendiri, melainkan untukmembentuk persatuan sosial. Begitu pula Ia “bermaksud menguduskan dan

menyelamatkan orang-orang bukannya satu per satu, tanpa hubungan satu denganlainnya. Tetapi Ia hendak membentuk mereka menjadi umat, yang mengakui-Nya dalamkebenaranh dan mengabdi kepada-Nya dengan suci[54]. Sejak awalmula sejarahkeselamatan Ia memilih orang-orang bukan melulu sebagai perorangan, melainkansebagai anggota suatu masyarakat. Sebab seraya mewahyukan Rencana-Nya Allah

54 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 9.

Page 311: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 311/388

menyebut mereka yang terpilih itu “Umat-Nya” (Kel 3:7-12); kemudian di Sinai Iamengikat perjanjian dengan Umat itu[55].

Sifat kebersamaan itu berkat karya Yesus Kristus disempurnakan dan dipenuhkan.Sebab Sabda yang menjelma sendiri telah menghendaki menjadi anggota rukun hidupmanusiawi. Ia menghadiri pesta perkawinan di Kana, berkenan berkunjung ke rumahZakeus, dan makan bersama dengan pemungut cukai dan orang-orang pendosa. Ia

mewahyukan cinta kasih Bapa serta panggilan manusia yang luhur, dengan menunjukkankepada kenyataan-kenyataan sosial yang sangat lazim dan menggunakan peribahasa sertalambang-lambang hidup sehari-hari saja. Ia menguduskan hubungan-hubungan antarmanusia, terutama hubungan keluarga, sumber kehidupan sosial. Dengan sukarela Iamematuhi hukum-hukum tanah air-Nya. Ia menghendaki hidup sebagai buruh padazaman-Nya dan di daerah-Nya sendiri.

Dalam pewartaan-Nya Ia memerintahkan dengan jelas kepada putera-puteri Allah,supaya mereka bertingkah laku sebagai saudara satu terhadap lainnya. Dalam doa-Nya Iameminta, supaya semua murid-Nya menjadi “satu”. Malahan Ia sendiri hingga wafat-Nyamengorbankan Diri bagi semua orang, menjadi Penebus mereka semua. “Tidak ada kasih

yang lebih besar dari pada kasih seseorang yang memberikan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Adapaun para Rasul di perintahkan-Nya untuk mewartakankepada semua bangsa warta Injil, supaya bangsa manusia menjadi keluarga Allah, yangkepenuhan hukumnya ialah cinta kasih.

Sesudah wafat dan kebangkitan-Nya, sebagai Putera Sulung diantara banyak saudara,Ia membentuk dengan kurnia Roh Kudus-Nya suatu persekutuan persaudaraan di antaramereka semua yang menerima-Nya dengan iman dan cinta kasih, yakni dalam Tubuh-Nya, ialah Gereja. Di situ semua orang saling menjadi anggota, dan sesuai denganpelbagai kurnia yang mereka terima, saling melayani.Solidaritas itu harus selalu dikembangkan, hingga harinya akan mencapai kepenuhannya,

bila mereka diselamatkan berkat rahmat, sebagai keluarga yan dicintai oleh Allah danoleh Kristus Saudaranya, akan melambungkan kemuliaan sempurna kepada Allah.

BAB TIGA

KEGIATAN MANUSIA DI SELURUH DUNIA

33. (Masalah-persoalannya)

Manusia selalu telah berusaha mengembangkan hidupnya dengan jerih-payah danberkat-pembawaannnya. Tetapi zaman sekarang ini, terutama berkat ilmu pengetahuandan teknologi, ia telah dan tetap masih memperluas kedaulatannya hampir atas alamsemesta. Pertama-tama berkat bantuan upaya-upaya aneka macam pertukaran(komunikasi) antar bangsa yang meningkat, keluarga manusia lambat-laun makinmengakui dan membentuk diri sebagai satu masyarakat di seluruh dunia. Dengandemikian banyak harta-nilai, yang dulu oleh manusia terutama diharapkan darikekuatan-kekuatan atas-duniawi, sekarang sudah diusahakannya melalui kegiatannya

sendiri.Menghadapi usaha besar-besaran, yang sudah merasuki seluruh bangsa manusia itu,

banyak muncul pertanyaan-pertanyaan dalam masyarakat. Manakah arti dan nilai jerih-payah itu? Bagamana semua itu harus dimanfaatkan? Tujuan manakah yang mau dicapaimelalui usaha-usaha baik perorangan maupuk kelompok-kelompok? Adapun Gereja,

55 Lih. Kel 24:1-8.

Page 312: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 312/388

yang menjaga khazanah sabda Allah, yakni sumber kaidah-kaidah di bidang religius dankesusilaan, memang tidak selalu siap menjawab pertanyaan-pertanyaan itu masing-masing. Tetapi ingin memperpadukan cahaya perwahyuan dengan keahlian semua orang,supaya menjadi teranglah jalan yang belum lama ini mulai ditempuh oleh masyarakatmanusia.

34. (Nilai kegiatan manusia)Bagi kaum beriman ini merupakan keyakinan: kegiatan manusia baik peroranganmaupun kolektif, atau usaha besar-besaran itu sendiri, yang dari zaman ke zaman dikerahkan oleh banyak orang untuk memperbaiki kondisi-kondisi hidup mereka, memangsesuai dengan rencana Allah. Sebab manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah,menerima titah-Nya, supaya menakhulkkan bumi beserta segala sesuatu yang terdapatpadanya, serta menguasai dunia dalam keadilan dan kesucian[56]; ia mengemban perintahuntuk mengakui Allah sebagai Pencipta segala-galanya, dan mengarahkan diri besertaseluruh alam kepada-Nya, sehingga dengan terbawahnya segala sesuatu kepada manusianama Allah sendiri di kagumi di seluruh bumi[57].

Itu berlaku juga bagi pekerjaan sehari-hari yang biasa sekali. Sebab pria maupunwanita, yang – sementara mencari nafkah bagi diri maupun keluarga mereka – melakukanpekerjaan mereka sedemikian rupa sehingga sekaligus berjasa bakti bagi masyarakat,memang dengan tepat dapat berpandangan, bahwa dengan jerh-payah itu merekamengembangkan karya Sang Pencipta, ikut memenuhi kepentingan sesama saudara, danmenyumbangkan kegiatan mereka pribadi demi terlaksananya rencana ilahi dalamsejarah[58].

Oleh karena itu umat kristiani tidak beranggapan seolah-olah karya-kegiatan, yangdihasilakan oleh bakat-pembawaan serta daya-kekuatan manusia, berlawanan dengankuasa Allah, seakan-akan ciptaan yang berakalbudi menyaingi Penciptanya. Merekamalahan yakin bahwa kemenangan-kemenangan bangsa manusia justru menandakankeagungan Allah dan merupakan buah rencana-Nya yang tidak terperikan. Adapunsemakin kekuasaan manusia bertambah, semakin luas pula jangkauan tanggung jawabnya, baik itu tanggung jawab perorangan maupun tanggung jawab bersama. Maka jelaslah pewartaan kristiani tidak menjauhkan orang-orang dari usaha membangundunia, pun tidak mendorong mereka untuk mengabaikan kesejahteraan sesama;melainkan justru semakin terikat tugas untuk melaksanakan itu [59].

35. (Norma kegiatan manusia)

Adapun seperti kegaitan insani berasal dari manusia, begitu pula kegiatan itu terarahkankepada manusia. Sebab bila manusia bekerja, ia bukan hanya mengubah hal-hal tertentu

dalam masyarakat, melainkan menyempurnakan dirinya sendiri juga. Ia belaja banyak,mengembangkan bakat-kemampuannya, beranjak keluar dari dirinya danmelampauidirinya. Pengembangan diri itu, bila diartikan dengan tepat, lebih bernilai dariharta kekayaan lahiriah yang dapat dikumpulkan. Manusia lebih bernilai karenakenyataan dirinya sendiri dari pada karena apa yang dimilikinya [60]. Begitu pula segalasesuatu, yang diperbuat untuk orang memperoleh keadilan yang penuh, persaudaraanyang lebih luas. Tata-cara yang manusiawi dalam hubungan-hubungan sosial, lebihberharga dari pada kemajuan-kemajuan di bidang teknologi. Sebab kemajuan-kemajuanitu memang dapat menyediakan semacam bahan bagi pengembangan manusiawi, tetapidipandang begitu saja sama sekali tidak mewujudkan pengembangan itu sendiri.

56 Lih. Kej 1:26-27; 9:2-3; Keb 9:2-3.57 Lih. Mzm 8:7, 10.58

 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Pacem in terris, tgl. 15 Mei 1961: AAS 55 (1963) hlm.297.59

 Lih. “Amanat para Bapa Konsili kepada semua orang pada awal Konsili Vatikan II”, Oktober 1962: AAS 54 (1962) hlm.

823.60

 Lih. PAULUS VI, Amanat kepada Corps Diplomatik, tgl. 7 Januari 1965: AAS 57 (1965) hlm. 232.

Page 313: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 313/388

  Oleh karena inilah tolok ukur kegiatan manusiawi: supaya kegiatan itu menurutrencana dan kehendak Allah selaras dengan kesejahteraan sejati umat manusia, lagi pulamemungkinkan manusia sebagai perorangan maupun warga masyarakat untukmengembangkan dan mewujudkan sepenuhnya panggilannya seutuhnya.

36. (Otonomi hal-hal duniawi yang sewajarnya)

Akan tetapi agaknya banyak orang zaman sekarang mengkhawatirkan, bahwa makhluk-makhluk dan masyarakat sendiri mempunyai hukum-hukum serta nilai-nilainya sendiri,yang demi sedikit harus dikenal, dimanfaatkan dan makiin diatur oleh manusia, makamemang sangat pantaslah menuntut otonomi itu. Dan bukan hanya dituntut oleh orang-orang zaman sekarang, melainkan selaras juga dengan kehendak Sang Pencipta. Sebabberdasarkan kenyataannya sebagai ciptaan segala sesuatu dikurniai kemandirian,kebenaran dan kebaikannya sendiri, lagi pula menganut hukum-hukum dan mempunyaitata-susunannya sendiri. Dan manusia wajib menghormati itu semua, dengan mengakuimetode-metode yang khas bagi setiap ilmu pengetahuan dan bidang tehnik. Maka dari itupenyelidikan metodis di semua bidang ilmu, bila dijalankan secara sungguh ilmiah dan

menurut kaidah-kaidah kesusilaan, tidak pernah akan sungguh bertentangan denganiman, karena hal-hal profan dan pokok-pokok iman berasal dari Allah yang sama [61].Bahkan barang siapa dengan rendah hati dan dengan tabah berusaha menyelidiki rahasia-rahasia alam, kendati tanpa di sadari pun ia bagaikan di tuntun oleh tangan Allah, yangmelestarikan segala sesuatu dan menjadikannya sebagaimana adanya. Oleh karena itubolehlah kiranya disesalkan sikap-sikap tertentu, yang kadang-kadang terdapat jugadikalangan Umat kristiani sendiri, sebab mereka kurang memahami otonomi ilmu-pengetahuan yang sewajarnya. Karena dari situ timbul pertengkaran dan perdebatan,sikap-sikap itu mendorong cukup banyak orang, untuk beranggapan seolah-olah imandan ilmu-penetahuan itu saling bertentangan[62].

Akan tetapi bila “otonomi hal-hal duniawi” diartikan: seolah-olah ciptaan tidaktergantung dari Allah, dan manusia dapat menggunakannya sedemikian rupa, sehinggatidak lagi menghubungkannya dengan Sang Pencipta, maka siapa pun yang mengakuiAllah pasti merasa juga, betapa sesatnya anggapan-anggapan semacam itu. Sebab tanpaSang Pencipta makhluk lenyap hilang. Selain itu semua orang beriman, termasuk agamamanapun juga, selalu mendengarkan suara serta perwahyuan-Nya dalam bahasamakhluk-makhluk. Malahan kalau Allah di lupakan, ciptaan sendiri diliputi kegelapan.

37. (Kegiatan manusia di rusak karena dosa)

Adapun Kitab suci, senada dengan pengalaman dari zaman ke zaman, mengajarkankepada keluarga manusia, bahwa kemajuan, yang bagi manusia memang besar nilainya,

dilain pihak membawa godaan yang gawat juga. Sebab bila tata-nilai dikacaukan dankejahatan di campur-adukkan dengan kebaikan, masing-masing orang dan kelompokhanyalah memperhatikan kepentingannya sendiri, bukan kepentingan sesama.Demikianlah dunia bukan wahana persaudaraan yang sejati lagi, sedangkan kemampuanmanusia yang meningkat mengancam manusia sendiri dengan kepunahannya.

Sebab seluruh sejarah manusia sarat dengan perjuangan sengit melawan kekuasaankegelapan. Pergulatan iyu mulai sejak awal dunia, dan menurut amanat Tuhan[63] akantetap berlangsung hingga hari kiamat. Terjebak dalam pergumulan itu, manusia tiadahentinya harus berjuang untuk tetap berpegang pada yang baik. Dan hanya melaluibanyak jerih-payah, berkat bantuan rahmat Allah, ia mampu mencapai kesatuan dalam

dirinya.Oleh sebab itu, seraya mengakui bahwa kemajuan manusiawi memang dapat

menunjang kebahagiaan manusia yang sejati, Gereja Kristus percaya akan rencana SangPencipta, toh tidak dapat lain kecuali menggemakan pesan Rasul: “Janganlah kamu

61 Lih. KONSILI VATIKAN I, Konstitusi dogmatis tentang Iman Katolik, bab III: DENZ. 1785-1786 (3004-3005).

62 Lih. PIUS PASCHINI, Vita e opera di Galileo Galilei (hidup dan karya Galileo Galilei), dua jilid, Vatikan 1964.

63 Lih. Mat 24:13; 13:24-30, 36-43.

Page 314: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 314/388

menjadi serupa dengan dunia ini” (Rom 12:2), artinya: dengan semangat kesia-siaan dankejahatan, yang mengubah kegiatan insani – sebenarnya dimaksudkan untuk mengabdikepada Allah dan manusia – menjadi alat dosa.

 Jadi kalau ada yang bertanya bagaimana malapetaka itu dapat diatasi, Umat kristianimenyatakan, bahwa semua kegiatan manusia, yang karena kesombongan dan cinta diriyang tidak teratur setiap hari terancam bahaya, harus dimurnikan dan disempurnakan

berkat Salip dan kebangkitan Kristus. Sebab manusia, yang ditebus oleh Kristus dandalam Roh Kudus dijadikan ciptaan baru, dapat dan wajib juga mencintai semua ciptaanAllah. Ia menerima segalanya itu dari Allah, dan memandangnya serta menghormatinyabagaikan mengalir dari tangan Allah. Atas semua itu manusia mengucap syukur kepadaSang Pemberi kurnia; dalam kemiskinan dan kebebasan rohani ia menggunakan alamciptaan dan memetik hasilnya; dan demikianlah ia diantar untuk memiliki dunia secarasejati, seakan-akan tidak mempunyai apa-apa, tetapi Roh memiliki segalanya [64]. “Sebabsemua itu milikmu; adapun kamu milik Kristus, dan Kristus milik Allah” (1Kor 3:22-23).

38. (Dalam misteri Paska kegiatan manusia mencapai kesempurnaannya)

Sebab Sabda Allah sendiri, Pengantara dalam penciptaan segala sesuatu, telah menjadidaging dan tinggal di bumi manusia[65]; sebagai manusia sempurna ia memasuki sejarahdunia, seraya menampung dan merangkumnya dalam Dirinya[66]. Sang Sabdamewahyukan kepada kita, “bahwa Allah itu cinta kasih” (1Yoh 4:8), sekaligusmengajarkan kepada kita, bahwa hukum asasi kesempurnaan manusiawi dan karena itu juga perombakan dunia ialah perintah baru cinta kasih. Maka ia meyakinkan semua, yangpercaya akan kasih-sayang ilahi, bahwa jalan cinta ksih terbuka bagi semua orang, danbahwa usaha untuk membangun persaudaraan universal tidak akan percuma. SekaligusIa mengingatkan, bahwa cinta ksih itu jangan hanya dikejar dalam hal-hal besar,melainkan pertama-tama dalam situasi hidup yang serba biasa. Bagi kita semua yangpendosa ini Ia menanggung maut[67]; dengan teladan-Nya Ia mengajarkan kepada kitapula, bahwa kita pun harus mengangkat salib, yang oleh daging dan dunia dibebankanatas bahu mereka yang mengejar perdamaian dan keadilan. Kristus, yang karenakebangkitan-Nya ditetapkan menjadi Tuhan, dan yang diserahi segala kuasa di langit dandi bumi[68], sudah berkarya dihati manusia karena kekuatan Roh-Nya, bukan saja denganmembangkitkan kerinduan akan zaman yang akan datang, melainkan demikian puladengan menjiwai, memurnikan serta meneguhkan aspirasi-aspirasi yang bersumber padakebesaran jiwa, dan menggerakkan usaha-usaha keluarga manusia untuk menjadikanhidupnya lebih manusiawi, dan untuk membawahkan seluruh bumi kepada tujuan itu.Adapun bermacam-ragamlah kurnia Roh: ada yang di panggil-Nya untuk memberikesaksian jelas tentang kerinduan akan kediaman sorgawi, dan untuk tetap

menghidupkan dambaan itu dalam keluarga manusia; ada pula yang dipanggil-Nyauntuk membaktikan diri kepada pelayanan sesama di dunia, dan untuk denganpengabdian itu menyiapkan landasan bagi kerajaan sorgawi. Tetapi semua orangdibebaskan-Nya untuk mengingkari cinta diri, dan menampung segala kekuatan dunia inike dalam hidup manusiawi, dan dengan demikian melajuke masa depoan, saatnya bangsamanusia sendiri menjadi persembahan yang berkenan kepada Allah[69].

 Jaminan harapan itu dan bekal untuk perjalanan oleh Tuhan ditinggalkan kepada paramurid-Nya dalam Sakramen iman, saatnya unsur-unsur alamiah, yang dikelola olehmanusia, di ubah menjadi Tubuh dan Darah mulia, yakni perjamuan persekutuanpersaudaraan, antipasi perjamuan sorgawi.

64 Lih. 2Kor 6:10.65 Lih. Yoh 1:3, 14.66

 Lih. Ef 1:10.67

 Lih. Yoh 3:16; Rom 5:8-10.68

 Lih. Kis 2:36; Mat 28:18.69

 Lih. Rom 15:16.

Page 315: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 315/388

39. (Bumi baru dan langit baru)

Kau tidak mengetahui, bilamana dunia dan umat manusia akan mencapaikesudahannya[70]; tidak tahu pula, bagaimana alam semesta akan diubah. Dunia sepertiyang kita kenal sekarang, dan telah rusak akibat dosa, akan berlalu [71]. Tetapi kita terimaajaran, bahwa Allah menyiapkan tempat tinggal baru, kediaman keadilan[72], yangkebahagiaannnya akan memenuhi dan melampaui segala kerinduan akan kedamaian,

yang timbul dalam hati manusia[73]. Dan pada saat itu maut akan dikalahkan, putera-puteri Allah akan dibangkitkan dalam Kristus, dan benih yang telah ditaburkan dalamkelemahan dan kebinasaan, akan mengenakan yang tidak dapat binasa[74]. Cinta kasihbeserta karya-Nya akan lestari [75], dan segenap alam tercipta, yang oleh Allah telahdiciptakan demi manusia, akan dibebaskan dari perbudakan kepada kesia-siaan [76].

Kita memang diperingatkan, bahwa bagi manusia tiada gunanya, kalau iamemperoleh seluruh dunia, tetapi membinasakan dirinya[77]. Akan tetapi janganlahkarena mendambakan dunia baru orang lalu menjadi lemah perhatiannya untukmengolah dunia ini. Justru harus tumbuhlah perhatian itu, sehingga berkembanglahTubuh keluarga manusia yang baru, yang sudah mampu memberi suatu bayangan

tentang zaman baru. Maka dari itu, sungguh pun kemajuan duniawi harus dengan cermatdibedakan dari pertumbuhan kerajaan Kristus, tetapi kemajuan itu sangat penting bagiKerajaan Allah, sejauh dapat membantu untuk mengatur masyarakat manusia secaralebih baik[78].Sebab nilai-nilai martabat manusia, persekutuan persaudaraan dan kebebasan, dengankata lain: semua buah hasil yang baik, yang bersumber pada kodrat maupun usaha kita,sesudah kita sebarluaskan di dunia dalam Roh Tuhan dan menurut perintah-Nyakemudian akan kita temukan kembali, tetapi dalam keadaan dibersihkan dari segalacacat-cela, diterang dan diubah, bila Kristus mengembalikan kepada Bapa kerajaan abadidan universal: “kerajaan kebenaran dan kehidupan, kerajaan kesucian dan rahmat,kerajaan keadilan, cinta kasih dan kedamaian”[79]. Di dunia ini kerajaan itu sudah hadirdalam mister; tetapi akan mencapai kepenuhannya bila Tuhan datang.

BAB EMPAT

PERANAN GEREJA DALAM DUNIA ZAMAN SEKARANG

40. (Hubungan timbal-balik antara Gereja dan Dunia)Segala sesuatu yang telah kami uraikan tentang martabat pribadi manusia, tentangmasyarakat manusia, dan tentang art mendalam kegiatan manusia, merupakan dasar bagihubungan Gereja dan dunia, dan landasan bagi dialog timbal-balik antara keduanya[80].Maka sekarang dalam bab ini, dengan mengandaikan semuanya yang oleh Konsiliinitelah dipaparkan tentang misteri Gereja, yang merupakan bahan refleksi yakni Gerejasejauh hadir di dunia, hidup bersamanya dan bertindak di dalamnya.

70 Lih. Kis 1:7.

71 Lih. 1Kor 7:31. – S. IRENEUS, Melawan bidaah-bidaah, V, 36, 1: PG 7, 1222.72 Lih. 2Kor 5:2; 2Ptr 3:13.73

 Lih. 1Kor 2:9; Why 21:4-5.74

 Lih. 1Kor 15:42, 53.75 Lih. 1Kor 13:8; 13:14.76 Lih. Rom 8:19-21.77

 Lih. Luk 9:25.78

 Lih. PIUS XI, Ensiklik Quadragesimo anno: AAS 23 (1931) hlm. 207.79

 Prefasi Hari Raya Kristus Raja.80

 Lih. PAULUS VI, Ensiklik Ecclesiam suam, III: AAS 56 (1964) hlm. 637-659.

Page 316: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 316/388

  Gereja berasal dari cinta kasih Bapa yang kekal[81], didirikan oleh Kristus Penebusdalam kurun waktu, dan di himpun dalam Roh Kudus[82]. Gereja itu mempunyai tujuanpenyelamatan dan eskatologis, yang hanya dapat tercapai sepenuhnya di zaman yangakan datang. Ada pun Gereja yang sudah hadir di dunia ini, terhimpun dari orang-orangyang termasuk warga masyarakat dunia. Mereka itu di panggil, supaya sudah sejakdalam sejarah umat manusia ini sudah membentuk keluarga putera-puteri Allah, yang

terus menerus harus berkembang hingga kedatangan Tuhan. Keluaraga itu terhimpundemi harta-harta sorgawi, dan diperkaya dengannya. Keluarga itu oleh Kristus “disusundan di atur di dunia ini sebagai serikat”[83], dan “dilengkapi dengan sarana-sarana yangtepat untuk mewujudkan persatuan yang nampak dan bersifat sosial[84]. Begitulah Gereja,sekaligus kelompok yang nampak dan persekutuan rohani”[85], menempuh perjalananbersama dengan seluruh umat manusia, dan bersama dengan dunia mengalami nasibkeduniaan yang sama. Gereja hadir ibarat ragi dan bagaikan penjiwa masyarakatmanusia[86], yang harus diperbaharui dalam Kristus dan diubah menjadi keluarga Allah.

Adapun bahwa masyarakat duniawi dan sorgawi itu saling merasuki, hanyalah dapatdi tangkap dalam iman, bahkan tetap merupakan misteri sejarah manusia, yang hingga

perwahyuan sepenuhnya kemuliaan putera-puteri Allah dikeruhkan oleh dosa. Serayamengejar keselamatan sebagai tujuannya sendiri, Gereja bukan hanya menyalurkankehidupan ilahi kepada manusia, melainkan dengan cara tertentu juga memancarkanpantulan cahaya-Nya ke seluruh dunia, terutama dengan menyembuhkan danmengangkat martabat pribadi manusia, dengan meneguhkan keseluruhan masyarakatmanusia. Dan dengan memberi makna serta arti yang lebih mendalam kepada kegiatanmanusia. Segenap persekyuannya, merasa mampu berjasa banyak, untuk lebihmemanusiawikan keluarga manusia beserta sejarahnya.

Kecuali itu Gereja katolik dengan senang hati menyatakan penghargaannya yangtertinggi terhadap apa saja yang untuk menunaikan tugas yang sama telah dan tetap

masih dijalankan serentak oleh Gereja-Gereja kristen atau jemaat-jemaat gerejawi lainnya.Sekaligus Gereja merasa sungguh yakin, bahwa dalam banyak hal dan dengan pelbagacara ia dapat membantu dunia, baik setiap orang perorangan maupun oleh masyarakatmanusia, berkat bakat-kemampuan maupun kegiatan mereka, untuk merintis jalan bagiInjil. Di sini diuraikan beberapa asas umum untuk secara tepat mengintensifkanpertukaran serta bantuan timbal-balik di bidang-bidang, yang dengan cara tertentudihadapi bersama oleh Gereja dan dunia.

41. (Bantuan yang oleh Gerejamau diberikan kepada setiap orang)

Manusia zaman sekarang sedang berusaha mengembangkan kepribadiannya secara lebih

penuh dan semakin mengenal serta mau menegakkan hak-haknya. Adapun kepadaGereja dipercayakan untuk menyiarkan misteri Allah, yang merupakan tujuan terakhirmanusia. Maka Gereja sekaligus menyingkapkan kepada manusia makna keberadaannyasendiri, dengan kata lain, kebenaran yang paling mendalam tentang manusia.Sesungguhnya Gereja menyadari, bahwa hanya Allah yang diabdinyalah, yang dapatmemenuhi keinginan-keinginan hati manusia yang terdalam, dan tidak akan pernahmencapai kepuasan sepenuhnya dengan apa saja yang disajikan oleh dunia. Selain ituGereja menyadari, bahwa manusia tiada hentinya di dorong oleh Roh Allah, dan karenaitu tidak akan pernah acuh tak acuh belaka terhadap masalah keagamaan. Itu memangterbukti juga bukan saja oleh pengalaman abad-abad yang silam, melainkan juga oleh

aneka macam kesaksian zaman sekarang. Sebab manusia selalu akan ingin mengetahui,

81 Lih. Tit 3:4: Filantropia = kasih (Allah) terhadap manusia.82 Lih. Ef 1:3, 5-6, 13-14, 23.83

 KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 8.84

 KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 9; bdk. Art. 8.85

 KONSILI VATIKAN II, art. 8.86

 KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 38 beserta catatan 120.

Page 317: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 317/388

setidak-tidaknya secara samar-samar, manakah arti hidupnya, kegiatannya dankematiannya. Kehadiran Gereja sendiri mengingatkan akan masalah-masalah itu. Akantetapi hanya Allah, yang menciptakan manusia menurut gambar-Nya, dan menebusnyadari dosalah, yang memberi jawaban paripurna kepada soal-soal itu, yakni melaluiperwahyuan dalam Kristus Putera-Nya yang telah menjadi manusia. Barang siapamengikuti Kristus Manusia sempurna, juga akan menjadi manusia yang lebih utuh.

Bertumpu pada iman itu Gereja dapat mengamankan martabat kodrat manusiaterhadap semua kegoncangan pendapat-pendapat, misalnya yang terlalu meremehkantubuh manusia atau menyanjung-nyanjungnya secara berlebihan. Oleh hukummanusiawi mana pun juga martabat pribadi dan kebebasan manusia tidak dapat dijaminkeutuhannya sedemikian baik seperti oleh Injil Kristus, yang dipercayakan kepada gereja.Sebab Injil itu memakhlumkan dan mewartakan kebebasan putera-puteri Allah, menolaksetiap perbudakan yang pada dasarnya bersumber pada dosa [87], menghormati dengansungguh-sungguh martabat suara hati beserta keputusannya yang bebas, tiada hentinyamengingatkan, bahwa semua bakat manusia harus disuburkan demi pengabdian kepadaAllah dan sesama, dan akhirnya mempercayakan siapa saja kepada cinta kasih semua

orang[88]

. Itu memang sesuai dengan hukum dasar tata-kristiani. Sebab memang Allahyang sama itu sekaligus Penyelamat dan Pencipta, lagi pula hanya ada satu Tuhan bagisejarah manusia dan sejarah keselamatan. Tetapi dalam tata-ilahiitu juga otonomi yangsewajarnya bagi makhluk, dan terutama bagi manusia tidak dihapus, justru malahandikembalikan kepada martabatnya, dan dikukuhkan dalamnya.

Oleh karena itu, berdasarkan Injil yang dipercayakan kepadanya, Gereja mewartakanhak-hak manusia, dan mengakui serta menjunjung tinggi dinamisme zaman sekarang,yang di mana-mana mendukung hak-hak itu. Tetapi gerakan itu perlu dijiwai olehsemangat Injil dan dilindungi terhadap setiap bentuk otonomi yang palsu. Sebab kitadapat tergoda untuk beranggapan, seolah-olah hak-hak pribadi kita hanya terjamin

sepenuhnya, bila kita dibebaskan dari setiap norma Hukum ilahi. Tetapi dengan cara itumartabat pribadi manusia takkan diselamatkan, justru malahan akan runtuh.

42. (Bantuan yang diusahakan oleh Gerejauntuk diberikan kepada masyarakat manusia)

Persatuan keluarga manusia amat diteguhkan dan dilengkapi oleh kesatuan keluargaputera-puteri Allah yang didasarkan pada Kristus[89].

Adapun misi khusus, yang oleh kristus telah dipercayakan kepada Gereja-Nya, tidakterletak di bidang politik, ekonomi atau sosial; sebab tujuan yang telah di tetapkan-Nyauntuk Gereja bersifat keagamaan[90]. Tentu saja dari misi keagamaan itu sendirimuncullah tugas, terang dan daya-kekuatan, yang dapat melayani pembentukan dan

peneguhan masayarakat manusia menurut Hukum ilahi. Begitu pula bilamanadiperlukan menurut situasi semasa dan setempat, misis itu dapat, bahkan wajib jugamembangkitkan kegiatan untuk melayani semua orang, terutama karya-karya bagimereka yang sangat mebutuhkannya, misalnya amal belas kasihan, dan sebagainya.

Selain itu Gereja mengakui apa pun yang serba baik dalam gerak pembangunanmasyarakat zaman sekarang: terutama perkembangan menuju kesatuan, kemajuansosialisasi yang sehat dan solidaritas kewarganegaraan dan ekonomi. Sebabpengembangan kesatuan selaras dengan misi Gereja yang paling dalam, karena Gereja itu“dalam Kristus bagaikan Sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan

87 Lih. Rom 8:14-17.88

 Lih. Mat 22:39.89

 KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 9.90 Lih. PIUS XII, amanat kepada para ahli sejarah dan seniman, tgl. 9 Maret 1956: AAS 48 (1956) hlm. 212 (“Sang Pendiri

ilahi, yakni Yesus Kristus, tidak memberi kepada Gereja perintah atau menetapkan tujuan mana pun juga di bidang

kebudayaan. Tujuan yang di tetapkan oleh Kristus baginya bersifat keagamaan semata-mata (…). Gereja wajib mengantar

manusia kepada Allah, supaya ia menyerahkan diri kepada-Nya tanpa syarat (…). Gereja tidak pernah dapat mengabaikan

tujuan yang melulu keagamaan, adkodrati itu. Makna semua kegiatannya, samapai pasal terakhir Hukum Kanoniknya

 pun, hanya dapat menunjangnya secara langsung atau t idak langsung”).

Page 318: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 318/388

Allah dan kesatuan seluruh umat manusia[91]. Begitulah Gereja mnunjukkan kepadadunia, bahwa kesatuan sosial lahiriah yang sejati bersumber pada persatuan budi danhati, artinya pada iman dan cinta kasih, yang dalam Roh Kudus secara tak terceraikanmendasari kesatuan Gereja. Sebab kekuatan yang Gereja mampu resapkan ke dalammasyarakat manusia zaman sekarang, berupa iman dan cinta kasih, yang dihayati secaraefektif, bukan berdasarkan suatu kekuasaan lahiriah yang dijalankan melalui upaya-

upaya manusiawi melulu.Kecuali itu berdasarkan misi dan hekekatnya Gereja tidak terikat pada bentuk Khas

kebudayaan manusiawi atau sistem politik, ekonomi atau sosial manapun juga. Makaberdasarkan sifat universalnya itu Gereja dapat menjadi tali pengikat yang erat sekaliantara pelbagai masyarakat dan bangsa manusia, asal mereka mempercayai Gereja, dansungguh-sungguh mengakui kebebasannya yang sejati untuk menunaikan misinya itu.Oleh karena itu Gereja mengingatkan putera-puterinya, tetapi juga semua orang, supayamereka dalam semangat kekeluargaan putera-puteri Allah mengatasi segala perselisihanantar bangsa maupun antar suku, dan meneguhkan dari dalam persekutuan-persekutuanmanusiawi.

 Jadi apa pun yang serba benar, baik dan adil dalam bermacam ragam lembaga, yangtelah dan tiada hentinya dibentuk oleh bangsa manusia, itu semua sangat dihormati olehKonsili. Selain itu dinyatakannya juga, bahwa Gereja hendak membantu dan memajukansemua lembaga semacam itu, sejauh itu tergantung padanya dan dapat digabungkandengan misinya. Yang paling diinginkan oleh Gereja yakni untuk mengabdi kepadakesejahteraan semua orang, dan dapat mengembangkan diri dengan bebas di bawahpemerintahan mana pun, yang mengakui hak-hak asasi pribadi dan keluarga sertakebutuhan-kebutuhan akan kesejahteraan umum.

43. (Bantuan yang diusahakan oleh Gerejamelalui umat kristen bagi kegiatan manusiawi)

Konsili mendorong umat kristiani, warga negara kedua pemukiman, supaya dijiwai olehsemangat Injil mereka berusaha menunaikan dengan setia tugas-kewajiban mereka didunia. Menyimpanglah dari kebenaran mereka, yang tahu bahwa di sini kita tidakmempunyai tempat tinggal yang tetap, melainkan mencari pemukiman yang akandatang[92], dan karena itu mengira dapat melalaikan tugas-kewajiban mereka di dunia,tanpa mengindahkan, bahwa justru karena iman sendiri mereka lebih terikat kewajibanuntuk menjalankan tugas-tugas itu, menurut panggilan mereka masing-masing[93]. Akantetapi tidak kalah sesatlah mereka, yang sebaliknya beranggapan, bahwa mereka dapatsejauh itu membenamkan diri ke dalam urusan-urusan duniawi, seolah-olah itu semuaterceraikan sama sekali dari hidup keagamaan, berdasarkan anggapan seakan-akan

agama itu melulu berarti melakukan kegiatan peribadatan serta sejumlah kewajibanmoral semata-mata. Perceraian antara iman yang diikrarkan dan hidup sehari-hari banyakorang harus dipandang sebagai sesuatu yang cukup gawat pada zaman sekarang ini. Batusandungan itu dalam Perjanjian Lama sudah ditentang dengan sengitnya oleh paraNabi[94]; apalagi dalam Perjanjian Baru Yesus Kristus sendiri mengancamnya dengansiksaan-siksaan yang berat[95]. Oleh karena itu janganlah secara salah kegiatan kejuruandan sosial di satu pihak dipertentangkan terhadap hidup keagamaan di pihak lain.Dengan mengabaikan tugas-kewajibannya di dunia ini orang kristiani melalaikan tugas-kewajibannya terhadap sesama, bahkan mengabaikan Allah sendiri, dan membahayakankeselamatan kekalnya. Lebih tepat hendaklah umat kristiani bergembira, bahwa mereka

mengikuti teladan Kristus yang hidup bertukang, dan dapat menjalankan segala kegiatanduniawi, sambil memperpadukan semua usaha manusiawi, kerumah-tanggaan,

91 KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 1.92

 Lih. Ibr 13:14.93

 Lih. 2Tes 3:6-13; Ef 4:28.94

 Bdk. Yes 58:1-12.95

 Bdk. Mat 23:3-33; Mrk 7:10-13.

Page 319: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 319/388

kejuruan, usaha dibidang ilmu pengetahuan maupun tehnik dalam suatu sintesa yanghidup-hidup dengan nilai-nilai keagamaan, yang menjadi norma tertinggi untukmengarahkan segala sesuatu kepada kemuliaan Allah.

Secara khas – meskipun tidak eksklusif – tugas kewajiban maupun kegiatan keduniaan(sekular) termasuk kewenangan kaum awam. Maka bila mereka secara peroranganmaupun kolektif, bertindak sebagai warga dunia ini, hendaknya mereka jangan hanya

mematuhi hukum-hukum yang khas bagi masing-masing bidang kerja, melainkanhendaknya berusaha juga meraih kemahiran yang sungguh bermutu dibidang itu.Hendaklah mereka dengan sukarela bekerja sama dengan sesama yang mengejar tujuan-tujuan yang sama. Hendaknya mereka mengakui tuntutan-tuntutan iman serta dikuatkanolehnya, dan tanpa ragu-ragu – bila diperlukan – merekayasa usaha-usaha baru danmewujudkannya. Termasuk kewajiban bagi suarahati mereka yang sudah terbentukdengan baik, untuk mengusahakan supaya hukum ilahi tertanamkan dalam kehidupankota duniawi ini. Adapun dari para imam kaum awam hendaknya mengharapkanpenyuluhan dan kekuatan rohani. Tetapi janganlah mereka menyangka, seolah-olah paragembala mereka selalu sedemikian ahli, sehingga – bila muncul soal manapun, juga yang

cukup berat sekalipun, - para gembala itu mampu langsung memberikan pemecahannyayang konkrit, atau seakan-akan para imam diutus untuk itu. Lebih tepat hendaklah kaumawam dalam terang kebijaksanaan kristiani dan seraya mengindahkan dengan cermatajaran Magisterium[96], sanggup memainkan peranan mereka sendiri.

Acap kali dalam situasi tertentu pandangan kristiani sendiri akan menjuruskanmereka ke arah pemecahan tertentu pula. Tetapi orang-orang beriman lainnya, denganhati yang tak kalah tulus, seperti cukup sering terjadi dan memang sewajarnya juga, akanmempunyai pandangan yang berbeda tentang hal yang sama. Bila pemecahan-pemecahanyang diajukan oleh pihak satu dan lainnya, juga tanpa disengaja oleh pihak-pihak itu,oleh banyak orang dengan mudah dikaitkan dengan warta Injil, mereka harus ingat

bahwa dalam hal-hal itu tak seorang pun boleh secara eksklusif meng-claim kewibawaanGereja bagi pandangannya sendiri. Melainkan hendaknya mereka selalu berusaha salingmemberi penjelasan melalui musyawarah yang tulus, sambil tetap saling mengasihi danterutama mengindahkan kesejahteraan umum.

Ada pun kaum awam, yang dalam seluruh kehidupan Gereja harua memainkanperanan aktif, tidak hanya wajib meresapi dunia dengan semangat kristiani, melainkandipanggil juga untuk dalam segalanya menjadi saksi Kristus ditengah masyarakatmanusia.

Sedangkan para Uskup, yang dipercayai untuk tugas memimpin Gereja Allah,bersama imam-imam mereka hendaknya menyiarkan warta Kristus sedemikian rupa,sehingga semua kegiatan umat beriman didunia di limpahi cahaya Injil. Selain itu

hendaklah semua gembala menyadari, bahwa dengan perilaku serta kesibukan-kesibukanmereka sehari-hari[97]  mereka menampilkan kepada dunia citra Gereja tertentu, yangbagai chalayak ramai menjadi pedoman untuk menilai kekuatan dan kebenaran wartakristiani. Hendaknya, melalui perihidup maupun kata-kata, mereka bersama kaumreligius serta umat beriman mereka, memperlihatkan bahwa Gereja dengan kehadirannyasaja, beserta semua kurnia yang ada padanya, merupakan sumber yang tak kunjungmengering bagi keutamaan-keutamaan, yang sangat dibutuhkan oleh dunia zamansekarang. Hendaklah mereka dengan tekun belajar meraih kecakapan sedemikian rupa,sehingga mampu memainkan peranan mereka dalam menjalin dialog dengan dunia sertaorang-orang yang berpandangan bermacam-ragam. Tetapi terutama hendaklah mereka

memperhatikan pesan Konsili ini: “Karena sekarang ini umat manusia merupakansemakin merupakan kesatuan di bidang kenegaraan, ekonomi dan sosial, maka makinperlu pulalah para imam bersatu padu dalam segala usaha dan karya dibawah bimbingan

96 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Mater et Magistra , IV: AAS 53 (1961) hlm. 456-457; bdk. I: AAS, dalam jilid itu juga,

hlm. 407, 410-411.97

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 28.

Page 320: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 320/388

para Uskup dan Imam Agung Tertinggi. Hendaklah mereka menyingkirkan apa saja yangmenimbulkan perpecahan, supaya segenap umat manusia dibawa kedalam kesatuankeluarga Allah[98].

Sungguh pun Gereja berkat kekuatan Roh Kudus telah tetap menjadi mempelai yangsetia terhadap Tuhannya, dan tak pernah berhenti menjadi tanda keselamatan di dunia,tetapi sungguh di sadari pula, bahwa diantara para anggotanya[99], klerus maupun awam,

dari abad-ke abad ada saja yang tidak setia kepada Roh Allah. Juga pada zaman kitasekarang gereja mengetahui, betapa besar kesenjangan antara warta yang disirkannya dankelemahan manusiawi mereka yang diserahi Injil. Entah bagaimana pun sejarah menilaiketidak-setiaan itu, kita harus menyadarinya dan dengan gigih memeranginya, supaya jangan merugikan penyiaran Injil. Begitu pula Gereja mengetahui, betapa ia dalammemupuk hubungannya dengan dunia, harus terus-menerus bertambah masak berkatpengalamannya dari zaman ke zaman. Di bimbing oleh Roh Kudus, Bunda Gereja tiadahentinya “mendorong para puteranya untuk memurnikan dan membaharui diri, supayatanda Kristus dengan lebih cemerlang bersinar pada wajah Gereja”[100].

44. (Bantuan yang diperoleh Gereja dari dunia zaman sekarang)Adapun seperti bagi dunia pentinglah mengakui Gereja sebagai suatu kenyataan sosialdalam sejarah dan sebagai raginya, begitu pula Gereja sendiri menyadari, betapa banyaktelah diterimanya dari sejarah dan perkembangan umat manusia.

Pengalaman berabad-abad silam, kemajuan ilmu-pengetahuan, harta-kekayaan yangtersembunyi dalam pelbagai bentuk kebudayaan manusia, - hal-hal yang secara lebihpenuh menyingkapkan hakekat manusia dan merintis jalan-jalan beru menuju kebenaran,- itu semua berfaedah juga bagi Gereja. Sebab sejak awal sejarahnya Gereja telah belajarmengungkapkan warta Kristus melalui pengertian-pengertian maupun bahasa-bahasapelbagai bangsa, dan selain itu berusaha menjelaskannya dengan kebijaksaan para filsuf:maksudnya ialah untuk menyesuaikan Injil dengan daya tangkap semua orang dandengan tuntutan-tuntutan kaum arif-bijaksana, sebagaimana wajarnya. Adapun cara yangsesuai untuk mewartakan sabda yang diwahyukan harus tetap menjadi patokan bagisetiap penyiaran Injil. Sebab dengan demikian pada setiap bangsa ditumbuhkankemampuan untuk mengungkapkan warta tentang Kristus dengan caranya sendiri,sekaligus dikembangkan pertukaran yang hidup antara Gereja dan pelbagai kebudayaanbangsa-bangsa[101]. Terutama pada masa sekarang, zaman perubahan-perubahan yangamat pesat dan kemacam-ragaman cara berpikir, Gereja untuk meningkatkan pertukaranitu secara istimewa memerlukan bantuan mereka yang hidup di dunia, benar-benarmengenal pelbagai bidang dan cabang pengetahuan, serta sungguh menyelami intimentalitasnya, entah menyangkut mereka yang beriman entah kaum tak beriman. Sudah

sewajarnyalah segenap Umat Allah, terutama para gembala dan teolog, mendengarkan,membeda-bedakan serta menafsirkan pelbagai corak bahasa zaman sekarang, danmempertimbangkannya dalam terang sabda ilahi, supaya kebenaran yang diwahyukandapat ditangkap selalu makin mendalam, difahami semakin baik dn disajikan dengancara yang makin sesuai.

Karena Gereja mempunyai tata-sususnan kemasyarakatan yang nampak dan yangmelambangkan kesatuannya dalam Kristus, maka Gereja dapat diperkaya dan memangdiperkaya juga berkat perkembangan hidup sosial manusia; bukan seolah-olah adasesuatu yang kurang pada tata-susunan yang diterimanya dari Kristus, melainkan untukmengenalnya secara lebih mendalam, untuk mengungkapkannya secara lebih cermat, dan

untuk dengan lebih mudah menyesuaiakannya dengan zaman sekarang. Dengan penuhsyukur Gereja menyadari bahwa selaku jemaat seperti juga dalam putera-puterinyamasing-masing ia menerima aneka macam bantuan masyarakat dari setiap lapisan

98 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 28.

99 Lih. S. AMBROSIUS, tentang Keperawanan, VIII, 48: PL 16,278.

100 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 15.

101 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 13.

Page 321: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 321/388

maupun kondisi hidup. Sebab barang siapa menurut rencana Allah mengembangkanmasyarakat dalam tata hidup berkeluarga, kebudayaan, hidup ekonomi maupun sosial,begitu pula hidup berpolitik tingkat nasional maupun internasional, menyumbangkanbantuannya yang bukan kecil juga kepada jemaat Gereja, sejauh itu tergantung dari hal-hal lahiriah. Bahkan Gereja mengakui, bahwa di masa lampau maupun sekarang iabanyak berkembang berkat tentangan mereka yang melawan atau menganiayanya[102].

45. (Kristus, Alfa dan Omega)

Sementara Gereja membantu dunia dan menerima banyak dari dunia, yangdimaksudkannya hanyalah: supaya datanglah Kerajaan Allah dan terwujudlahkeselamatan segenap bangsa manusia. Adapun segala sesuatu yang baik, yang oleh umatAllah selama masa ziarahnya didunia dapat di sajikan kepada keluarga manusia,bersumber pada kenyataan, bahwa Gereja ialah “sakramen keselamatan bagi semuaorang”[103], yang menampilkan dan sekaligus mewujudkan misteri cinta kasih Allahterhadap manusia.

Sebab Sabda Allah sendiri – karena-Nya segala sesuatu dijadikan – telah menjadi

daging, supaya Ia sebagai manusia yang sempurna menyelamatkan semua orang danmerangkum segalanya dalam Dirinya. Tuhanlah tujuan sejarah manusia, titik-sasarandambaan-dambaan sejarah maupun peradaban, pusat umat manusia, kegembiraan hatisemua orang dan pemenuhan aspirasi-aspirasi mereka[104]. Dialah yang oleh Bapadibangkitkan dari kematian, ditinggikan dan ditempatkan disisi kanan-Nya; Dialah yangditetapkan-Nya menjadi hakim bagi mereka yang hidup maupun yang mati. Kita, yangdihidupkan dan dihimpun dalam Roh-Nya, sedang berziarah menuju pemenuhan sejarahmanusia, yang sepenuhnya sesuai dengan rencana cinta kasih-Nya: “Mempersatukandalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi”(Ef 1:10).

Bersabdalah Tuhan sendiri: “Sesungguhnya aku datang segera, dan Aku membawaupah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya. Akulah Alfadan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir” (Why22:12-13).

102  Lih. YUSTINUS,  Dialog dengan Trifo , 110: PG 6,729; terb. OTTO 1897, hlm. 391-393: “… tetapi semakin kita/kami

mengalami penganiayaan semacam itu, semakin bertambah pula jumlah mereka yang berkat nama Yesus menjadi

 beriman dan saleh”. – Lih. TERTULIANUS, Apologetik , bab 50,13: CORPUS CHRIST., seri Latin I, hlm. 171: “Kami

 bahkan bertambah banyak, setiap kali kami anda tuai (=anda aniaya): darah umat kristiani justru menjadi benih!”. –

Lih. Kosntitusi dogmatis tentang Gereja, art. 9.103

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 48.104

 Lih. PAULUS VI, Amanat pada tgl. 3 Februari 1965.

Page 322: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 322/388

BAGIAN KEDUA

BEBERAPA MASALAHYANG AMAT MENDESAK

PENDAHULUAN

46. Sesudah menguraikan mertabat pribadi manusia, dan untuk menunaikan tugasmanakah, baik perorangan maupun kemasyarakatan, ia dipanggil di seluruh dunia,Konsili sekarang bermaksud untuk – dalam terang Injil dan pengalaman manusia –mengarahkan perhatian semua orang kepada berbagai kebutuhan zaman sekarang yangcukup mendesak dan sangat membebani umat manusia.

Di antara sekian banyak hal, yang sekarang ini menimbulkan keprihatianan semuaorang, terutama pokok-pokok berikutlah yang seyogyanya diindahkan: perkawinan dan

keluarga, kebudayaan manusiawi, kehidupan sosial-ekonomi dan politik, perserikatankeluarga besar para bangsa dan perdamaian. Semoga mengenai masing-masing bidangitu menjadi jelaslah asas-asas pembawa terang yang bersumber pada Kristus, sehinggaumat beriman kristen dibimbing olehnya, dan semua orang diterangi dalam mencaripemecahan bagi sekian banyak masalah yang rumit.

BAB SATU

MARTABAT PERKAWINAN DALAM KELUARGA

47. (perkawinan dan keluarga dalam dunia zaman sekarang)

Keselamatan pribadi maupun masyarakat manusiawi dan kristiani eart berhubungandengan kesejahteraan rukun perkawinan dan keluarga. Maka umat kristiani, bersamadengan siapa saja yang menjunjung tinggi rukun hidup itu, dengan tulus hati bergembiratentang pelbagai upaya, yang sekarang ini membantu orang-orang untuk makinmengembangkan rukun cinta kasih itu dan menghayatinya secara nyata, dan menolongpara suami-isteri serta orang tua dalam menjalankan tugas mereka yang luhur. Lagi pula

mereka memang mengharapkan manfaat yang lebih besar lagi dari padanya, danberusaha meningkatkannya.

Akan tetapi tidak di mana-mana martabat lembaga itu sama-sama berseri semarak,sebab disuramkan oleh poligami, malapetaka perceraian, apa yang disebut percintaanbebas, dan cacat-cedera lainnya. Selain itu cinta perkawinan cukup sering dicemarkanoleh cinta diri, gila kenikmatan dan ulah-cara yang tidak halal melawan timbulnyaketurunan. Kecuali itu situasi ekonomis, sosio-psikologis dan kemasyarakatan dewasa inimenimbulkan gangguan-gangguan yang tak ringan terhadap keluarga. Akhirnyadiwilayah-wilayah tertentu dunia ini dengan cukup prihatin disaksikan munculnyamasalah persoalan akibat pertambahan penduduk. Itu semua serba menggelisahkan

suara hati. Tetapi gairah kekuatan lembaga perkawinan dan keluarga nampak juga darikenyataan, bahwa perubahan-perubahan masyarakat yang mendalam sekarang ini,kendati kendala-kendala yang bermunculan dari padanya, seringkali toh dengan pelbagaicara menampilkan hakekat sejati lembaga itu.

Oleh karena itu Konsili bermaksud menjelaskan berbagai pokok ajaran Gereja, dandengan demikian menerangi serta meneguhkan umat kristiani dan semua orang, yang

Page 323: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 323/388

berusaha membela dan mengembangkan martabat asli maupun nilai luhur dan kesucianstatus perkawinan.

48. (Kesucian perkawinan dan keluarga)

Persekutuan hidup dan kasih suami-isteri yang mesra, yang diadakan oleh Sang Penciptadan dikukuhkan dengan hukum-hukumnya, dibangun oleh janji pernikahan atau

persetujuan pribadi yang tak dapat di tarik kembali. Demikianlah karena tidakanmanusiawi, yakni saling menyerahkan diri dan saling menerima antara suami dan isteri,timbullah suatu lembaga yang mendapat keteguhannya, juga bagi masyarakat,berdasarkan ketetapan ilahi. Ikatan suci demi kesejahteraan suami-isteri dan anakmaupun masyarakat itu, tidak tergantung dari manusiawi semata-mata. Allah sendirilahPencipta perkawinan, yang mencakup berbagai niali dan tujuan[105]. Itu semua pentingsekali bagi kelangsungan umat manusia, bagi pertumbuhan pribadi serta tujuan kekalmasing-masing anggota keluarga, bagi martabat, kelestarian, damai dan kesejahteraankeluarga sendiri maupun seluruh masyarakat manusia. Menurut sifat kodratinya lembagaperkawinan sendiri dan cinta kasih suani-isteri tertujukan kepada lahirnya keturunan

serta pendidikannya, dan sebagai puncaknya bagaikan dimahkotai olehnya. Maka dari itupria dan wanita, yang karena janji perkawinan “bukan lagi dua, melainkan satu daging”(Mat 19:6), saling membantu dan melayani berdasarkan ikatan mesra antra pribadi dankerja sama; mereka mengalami dan dari hari ke hari makin memperdalam rasa kesatuanmereka. Persatuan mesar itu, sebagai saling serah diri antara dua pribadi, begitu pulakesejahteraan anak-anak, menuntut kesetiaan suami isteri yang sepenuhnya, danmenjadikan tidak terceraikannya kesatuan mereka mutlak perlu[106].

Kristus Tuhan melimpahkan berkat-Nya atas cinta kasih yang beraneka ragam itu,yang berasal dari sumber ilahi cinta ksih, dan terbentuk menurut pola persatuan-Nyadengan Gereja. Sebab seperti dulu Allah menghampiri bangsa-Nya dengan perjanjiankasih dan kesetiaan[107], begitu pula sekarang Penyelamat umat manusia dan MempelaiGereja[108], melalui sakramen perkawinan menyambut suami-isteri kristiani. Selanjutnya Iatinggal berserta mereka supaya seperti Ia sendiri mengasihi Gereja dan menyerahkan Diriuntuknya[109], begitu pula suami-isteri dengan saling menyerahkan diri saling mengasihidengan kesetiaan tank kunjung henti. Kasih sejati suami-isteri ditampung dalam cintailahi, dan dibimbing serta diperkaya berkat daya penebusan Kristus serta kegiatan Gerejayang menyelamatkan, supaya suami-isteri secara nyata diantar menuju Allah, lagi puladibantu dan diteguhkan dalam tugas mereka yang luhur sebagai ayah dan ibu [110]. Olehkarena itu suami-isteri kristiani dikuatkan dan bagaikan dikuduskan untuk tugas-kewajiban maupun martabat status hidup mereka dengan sakramen yang khas[111]. Berkatkekuatannyalah mereka menunaikan tugas mereka sebagai suami-isteri dalam keluarga;

mereka dijiwai semangat Kristus, yang meresapi seluruh hidup mereka dengan iman,harapan dan cinta kasih; mereka makin mendekati kesempurnaan mereka dan makinsaling menguduskan, dan dengan demikian bersama-sama makin memuliakan Allah.

Maka dari itu, mengikuti teladan orang tua dan berkat doa keluarga, anak-anak,bahkan semua yang hidup dilingkungan keluarga, akan lebih mudah menemukan jalanperikemanusiaan, keselamatan dan kesucian. Suami-isteri yang mengemban martabatserta tugas kebapaan dan keibuan, akan melaksanakan dengan tekun kewajiban memberipendidikan terutama dibidang keagamaan, yang memang pertama-tama termasuk tugasmereka.

105   Lih. S. AGUSTINUS,  De bono coniug. (tentang nilai perkawinan): PL 40,375-376,394. – S. TOMAS, Summa Theol .,Supl. Soal 49, art.3 ad 1. – Dekrit untuk Umat Armenia: DENZ. 702 (1327). – PIUS XI, Ensiklik Casti Connubii: AAS

22 (1930) hlm. 543-555; DENZ. 2227-2238 (3703-3714).106  Lih. PIUS XI, Ensiklik Casti Connubii: AAS 22 (1930) hlm. 546-547; DENZ. 2231 (3706).107  Lih. Hos 2; Yer 3:6-13; Yeh 16 dan 23; Yes 54.108

 Lih. Mat 9:15; Mrk 2:19-20; Luk 5:34-35; Yoh 3:29; 2Kor 11:2; Ef 5:27; Why 19:7-8; 21:2, 9.109

 Lih. Ef 5:25.110

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 11, 35, 41.111

 Lih. PIUS XI, Ensiklik Casti Connubii: AAS 22 (1930) hlm. 583.

Page 324: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 324/388

  Anak-anak, selaku anggota keluarga yang hidup, dengan cara mereka sendiri ikutserta menguduskan orang tua mereka. Sebab mereka akan membalas budi kepadaorangtua dengan rasa syukur terima kasih, cinta mesra serta kepercayaan mereka, danseperti layaknya bagi anak-anak akan membantu orang tua di saat-saat kesukaran dandalam kesunyian usia lanjt. Status janda, yang sebagai kelangsungan panggilanberkeluarga ditanggung dengan keteguhan hati, hendaknya dihormati oleh semua

orang[112]. Hendaknya keluarga dengan kebesaran jiwa berbagi kekayaan rohani jugadengan keluarga-keluarga lain. Maka dari itu keluarga kristiani, karena berasal daripernikahan, yang merupakan gambar dan partisipasi perjanjian cinta kasih antara Kristusdan Gereja[113], akan menampakkan kepada semua orang kehadiaran Sang Penyelamatyang sungguh nyata di dunia dan hakekat Gereja yang sesungguhnya, baik melalui kasihsuami-isteri, melalui kesuburan yang dijiwai semangat berkorban, melalui kesatuan dankesetiaan, maupun melalui kerja sama yang penuh kasih antara semua anggotanya.

49. (Cinta kasih suami-isteri)

Sering kali para mempelai dan suami-isteri diundang oleh sabda ilahi, untuk memelihara

dan memupuk janji setia mereka dengan cinta yang murni dan perkawinan merekadengan kasih yang tak terbagi[114]. Cukup banyak orang zaman sekarang amatmengahrgai pula cinta kasih sejati antara suami dan isteri, yang diungkapkan menurutadat-istiadat para bangsa dan kebiasaan zaman yang terhormat. Cinta kasih itu, karenasifatnya sungguh sangat manusiawi, dan atas gairah kehendak dari pribadi menujukepada pribadi, mencakup kesejahteraan seluruh pribadi; maka mampu jugamemperkaya ungkapan-ungkapan jiwa maupun raga dengan keluhuran yang khas, sertamempermuliakannya dengan unsur dan tanda-tanda istimewa persahabatan suami-isteri.Tuhan telah berkenan menyehatkan, menyempurnakan dan mengangkat cinta kasihitudengan kurnia istimewa rahmat dan kasih sayang. Cinta seperti itu memadukan segimanusiawi dan ilahi, mengantar suami-isteri kepada serah diri bebas dan timbal balik,yang dibuktikan dengan perasaan dan tindakan mesra, serta meresapi seluruh hidupmereka[115]. Bahkan cinta itu makin sempurna dan berkembang karena kemurahan hatiyang rela berjerih payah. Oleh karena itu jauh lebih unggul dari rasa tertarik yang erotismelulu, yang ditumbuhkan dalam cinta diri, dan menghilang dengan cepat dan amatmenyedihkan.

Cinta kasih itu secara istimewa diungkapkan dan disempurnakan dengan tindakanyang khas bagi perkawinan. Maka dari itu tindakan-tindakan, yang secara mesra danmurni menyatukan suami-isteri, harus dipandang luhur dan terhormat; bila dijalankansecara sungguh manusiawi, tindakan-tindakan itu menandakan serta memupukpenyerahan diri timbal balik, cara mereka saling memperkaya dengan hati gembira dan

rasa syukur. Cinta kasih itu, yang dikukuhkan dengan bakti timbal-balik, dan terutamadikuduskan berkat sakramen Kristus, dalam suka maupun duka, dengan jiwa maupunraga, tetap setia tak terpisahkan; oleh karena itu tetap terhindarkan dari setiap perzinahandan perceraian. Lagi pula, karena kesamaan martabat pribadi antara suami dan isteri,yang harus tampil dalam kasih sayang timbal-balik dan penuh-purna, jelas sekalinampaklah kesatuan perkawinan yang dikukuhkan oleh Tuhan. Untuk tetap lestarimenunaikan tugas-tugas yang tercantum dalam panggilan kristiani itu, diperlukantingkat keutamaan yang tinggi. Oleh karena itu suami-isteri, diteguhkan oleh rahmatuntuk perihidup yang suci, hendaknya dengan tekun mengembangkan kebesaran jiwadan semangat berkorban, serta memohonnya dalam doa.

Cinta kasih suami-isteri yang sejati akan dijunjung lebih tinggi, pun juga akanterbentuk pandangan umum yang sehat tentangnya, bila suami-isteri kristiani sungguhmenonjol karena kesaksian kesetiaan dan keserasian dalam cinta itu, dan karena

112 Lih. 1Tim 5:3.

113 Lih. Ef 5:32.

114 Lih. Kej 2:22-24; Ams 5:18-20; 31:10-31; Tob 8:4-8; Kid 1:1-3; 2:16; 7:8-11; 1Kor 7:3-6; Ef 5:25-33.

115 Lih. PIUS XI, Ensiklik Casti Connubii: AAS 22 (1930) hlm547 dan 548: DENZ. 2232 (3707).

Page 325: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 325/388

penuhnya perhatian mereka dalam mendidik anak-anak. Pasti cinta itu memainkanperanannya juga dalam pembaharuan budaya, psikologis dan sosial, yang memangdibutuhkan bagi perkawinan dan hidup berkeluarga. Hendaknya kaum muda padasaatnya menerima penyuluhan yang sesuai tentang martabat cinta kasih suami-isteri,tentang peranan dan pelaksanaannya, paling baik dalam pangkuan keluarga sendiri,supaya mereka, berkat pembinaan dalam kemurnian, pada saat yang tepat dapat beralih

dari masa pertunangan yang dilewati secara terhormat kepada pernikahan.

50. (kesuburan perkawinan)

Menurut hakekatnya perkawinan dan cinta kasih suami-isteri tertujuakan kepada adanyaketurunan serta pendidikannya. Memang anak-anak merupakan kurnia perkawinan yangpaling luhur, dan besar sekali artinya bagi kesejahteraan orang tua sendiri. Allah sendiribersabda: “tidak baiklah manusia hidup seorang diri” (Kej 2:18); lagi: “Dia … yang sejaksemula menciptakan manusia pria dan wanita” (Mat 19:4). Ia bermaksud mengizinkanmanusia, untuk secara khusus ikut serta dalam karya penciptaan-Nya sendiri, danmemberkati pria maupun wanita sambil berfirman: “Beranak-cucu dan bertambah

banyaklah” (Kej 1:28). Oleh karena itu pengembangan kasih suami-isteri yang sejati,begitu pula seluruh tata-hidup berkeluarga yang bertumpu padanya, - tanpa memandangkalah penting tujuan-tujuan perkawinan lainnya, - bertujuan supaya suami-isteri bersediadengan penuh keberanian bekerja sama dengan cinta kasih Sang Pencipta danPenyelamat, yang melalui mereka makin memperluas dan memperkaya keluarga-Nya.

Dalam tugas menyalurkan hidup manusiawi serta mendidiknya, yang harusdipandang sebagai perutusan mereka yang khas, suami isteri menyadari diri sebagaimitra kerja cinta kasih Allah pencipta dan bagaikan penterjemah-Nya. Maka dari ituhendaknya mereka menunaikan tugas mereka penuh tanggung jawab manusiawi sertakristiani. Hendaknya mereka penuh hormat dan patuh-taat kepada allah, sehati sejiwadan dalam kerja sama, membentuk pendirian yang sehat, sambil mengindahkan baikkesejahteraan mereka sendiri maupun kesejahteraan anak-anak, baik yang sudah lahirmaupun yang mereka perkirakan masih akan ada; sementara itu hendaknya merekamempertimbangkan juha kondisi-kondisi zaman dan status hidup mereka yang bersifat jasmani maupun rohani; akhirnya hendaknya mereka memperhitungkan kesejahteraanrukun keluarga, masyarakat di dunia, serta Gereja sendiri. Penilaian itu pada dasarnyasuami-isterilah yang wajib mengadakan di hadapan Allah. Hendaknya suami-isterikristiani dalam cara mereka bertindak menyadari, bahwa mereka tidak dapat mengambillangkah-langkah semaunya sendiri saja; tetapi harus selalu dituntun oleh suara hati, yangharus disesuaikan dengan hukum ilahi sendiri; mereka harus menganut bimbinganWewenang Mengajar Gereja, yang dalam terang Injil memberi tafsiran otentik kepada

hukum itu. Hukum ilahi itu menunjukkan makna sepenuhnya cinta kasih suami-isteri,melindunginya, serta mendorong ke arah penyempurnaan yang sungguh manusiawi.Begitulah suami-isteri kristiani, penuh kepercayaan akan penyelenggaraan ilahi dansambil mengembangkan semangat berkorban[116], meluhurkan Sang Pencipta dan menujukesempurnaan dalam Kristus bila mereka atas tanggung jawab manusiawi maupunkristiani yang diwarnai kebesaran jiwa menunaikan tugas mereka mengadakankeuturnan. Diantara suami-isteri, yang secara demikian memenuhi tugas yang diserahkanoleh Allah kepada mereka, secara khas layak dikenangkan mereka, yang berdasarkanpertimbangan bersama yang bijaksana, dengan jiwa yang besar sanggup menerimaketurunan untuk dididik sebagaimana seharusnya, jika dalam jumlah yang besar[117].

Akan tetapi perkawinan bukan hanya diadakan demi adanya keturunan saja.Melainkan hakekat janji antar pribadi yang tak dapat di batalkan, begitu pulakesejahteraan anak, menuntut supaya cinta kasih timbal-balik antara suami isteridiwujudkan secara tepat, makin berkembang dan menjadi masak. Maka dari itu, juga bila

116 Lih. 1Kor 7:5

117 Lih. PIUS XII, Amanat Tra le visite (“Diantara kunjungan-kunjungan), tgl. 20 Januari 1958: AAS 50 (1958) hlm. 91.

Page 326: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 326/388

keturunan, yang sering begitu diinginkan, tidak kunjung datang, perkawinan tetapbertahan sebagai rukun hidup yang lestari serta persekutuan hidup, dan tetapmempunyai nilainya serta tidak dapat dibatalkan.

51. (Penyelarasan cinta kasih suami-isteri dengan sikap hormat terhadap hidupmanusia)

Konsili memahami, bahwa dalam mengatur hidup perkawinan secara laras-serasi suami-isteri sering dihambat oleh berbagai situasi hidup zaman sekarang, dan dapat mengalamikenyataan-kenyataan, yang tidak mengijinkan jumlah anak, setidak-tidaknya untuksementara; begitu pula kesetiaan cinta kasih dan penuhnya persekutuan hidup seringtidak mudah dipertahankan. Padahal, bila kemesraan hidup bekeluarga terputus, tidak jarang nilai kesetiaan terancam dan kesejahteraan anak dihancurkan. Sebab dalam situasiitu pendidikan anak-anak, begitu pula keberanian untuk masih menerima tambahananak, dibahayakan.

Ada yang memberianikan diri memecahkan soal-soal itu dengan cara yang tidakpantas, bahkan tidak merasa enggan untuk menjalankan pembunuhan. Tetapi Gereja

mengingatkan, bahwa tidak mungkin ada pertentangan yang sesungguhnya antarahukum-hukum ilahi tentang penyaluran hidup dan usaha dan memupuk cinta kasihsuami-isteri yang sejati.

Sebab Allah, Tuhan kehidupan, telah mempercayakan pelayanan mulia melestarikanhidup kepada manusia, untuk dijalankan dengan cara yang layak baginya. Makakehidupan sejak saat pembuahan harus dilindungi dengan sangat cermat. Penggugurandan pembunuhan anak merupakan tindak kejahatan yang durhaka. Seksualitas yang adapada manusia, begitu pula kemampuan manusiawi untuk melahirkan keturunan, secaramengagumkan mengatasi apa saja yang terdapat pada taraf-taraf kehidupan yang lebihrendah. Oleh karena itu tindakan yang khas bagi hidup perkawinan sendiri, yang diatursesuai dengan martabat manusiawi yang sejati, wajib di hadapi dengan sikap hormatyang sungguh mendalam. Maka, bila soalnya bagaimana menyelaraskan cinta kasihsuami-isteri dengan penyaluran kehidupan secara bertanggung jawab, moralitas carabertindak tidak hanya tergantung dari maksud yang tulus atau penilaian alsan-alasannyasaja. Moralitas itu harus ditentukan berdasarkan norma-norma yang objektif, dandijabarkan dari hakekat pribadi serta tindakan-tindakannya; dan norma-norma itumenghormati arti sepenuhnya yang ada pada saling penyerahan diri dan pada keturunanmanusiawi, dalam konteks cinta kasih yang sejati. Itu semua tidak mungkin, kalaukeutamaan kemurnian dalam perkawinan tidak diamalkan dengan tulus hati. Putera-puteri Gereja, yang berpegang teguh pada azas-azas itu, dalam mengatur keturunan tidakboleh menempuh cara-cara, yang ditolak oleh Wewenang Mengajar Gereja dalam

menuraikan hukum ilahi[118].Hendaknya semua saja menyadari, bahwa hidup manusia dan tugas menyalurkannya

tidak terbatas pada dunia ini melulu, pun tidak dapat diukur dan dimengerti hanyadengan itu saja, melainkan selalu menyangkut tujuan kekal manusia.

52. (Pengembangan perkawinan dan keluarga merupakan tugas semua orang)

Keluarga merupakan suatu pendidikan untuk memperkaya kemanusiaan. Supayakeluarga mampu mencapai kepenuhan hidup dan misinya, diperlukan komunikasi hatipenuh kebaikan, kesepakatan suami-isteri, dan kerja sama orang tua yang tekun dalampendidikan anak-anak. Kehadiran aktif ayah sangat membantu pembinaan mereka tetapi

118  Lih. PIUS XI, Ensiklik Casti Connubii: AAS 22 (1930) hlm. 559-561; DENZ. 2239-2241 (3716-3718). – PIUS XII,

Amanat kepada Pertemuan Perserikatan para Bidan di Italia, tgl. 29 Oktober 1951: AAS 43 (1951) hlm. 835-854. –

PAULUS VI, Amanat kepada para Bapak Kardinal, tgl. 23 Juni 1964: AAS 56 (1964) hlm. 581-589. Atas perintah

Paus, beberapa masalah yang memerlukan penyelidikan yang baru dan lebih cermat, telah diserahkan kepada Komisi

untuk mempelajari masalah kependudukan, keluarga dan kelahiran, supaya sesudah tugas itu selesai dijalankan, Paus

sendiri yang mengambil keputusan. Demikianlah, sementara ajaran Magisterium tetap berlaku, Konsili tidak bermaksud

menyajikan secara langsung pemecahan-pemecahan konkrit.

Page 327: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 327/388

 juga pengurusan rumah tangga oleh ibu, yang terutama dibutuhkan oleh anak-anak yangmasih muda, perlu dijamin, tanpa maksud supaya pengembangan peranan sosial wanitayang sewajarnya dikesampingkan. Melalui pendidikan hendaknya anak-anak dibinasedemikian rupa, sehingga nanti bila sudah dewasa mereka mampu penuh tanggung jawab mengikuti panggilan mereka, juga panggilan religius, serta memilih status hidupmereka. Maksudnya juga, supaya bila kemudian mereka mengikat diri dalam pernikahan,

mereka mampu membangun keluarga sendiri dalam kondisi-kondisi moril, sosial danekonomis yang menguntungkan. Merupakan kewajiban orang tua atau para pengasuh,membimbing mereka yang lebih muda dalam membentuk keluarga dengan nasehatbijaksana, yang dapat mereka terima dengan senang hati; tetapi hendaknya para pendidikitu menjaga, jangan samapai mendorong mereka melalui paksaan langsung atau tidaklangsung, untuk mengikat pernikahan atau memilih orang tertentu menjadi jodohmereka.

Demikianlah keluarga, lingkup berbagai generasi bertemu dan saling membantuuntuk meraih kebijaksanaan yang lebih penuh, dan untuk memperpadukan hak-hakpribadi-pribadi dengan tuntutan-tuntutan hidup sosial lainnya, merupakan dasar bagi

masyarakat. Maka dari itu siapa saja, yang mampu mempengaruhi persekutuan-persekutuan dan kelompok-kelompok sosial, wajib memberi sumbangan yang efektifuntuk mengembangkan perkawinan dan hidup berkeluarga. Hendaknya pemerintahmemandang sebagai kewajibannya yang suci: mengakui, membela dan menumbuhkan jati diri perkawinan dan keluarga, melindungi tata susila umum dan mendukungkesejahteraan rumah tangga, Hak orang tua untuk melahirkan keturunan danmedidikanya dalam pangkuan keluarga harus dilindungi. Hendaknya melaluiperundang-undangan yang bijaksana serta pelbagai usaha lainnya juga mereka yangmalang, karena tidak mengalami kehidupan keluarga, dilindungi dan diringankan bebanmereka dengan bantuan yang mereka perlukan.

Hendaknya umat beriman kristiani, sambil menggunakan waktu yang ada[119]

 danmembeda-bedakan yang kekal dari bentuk-bentuk yang dapat berubah, dengan tekunmengembangkan nilai-nilai perkawinan dan keluarga, baik melalui kesaksian hidupmereka sendiri maupun melalui kerja sama dengan sesama yang berkehendak baik.Dengan demikian mereka mencegah kesukaran-kesukaran, dan mencukupi kebutuhan-kebutuhan keluarga serta menyediakan keuntungan-keuntungan baginya sesuai dengantuntutan zaman sekarang. Untuk mencapai tujuan itu semangat kristiani umat beriman,suara hati moril manusia, begitu pula kebijaksanaan serta kemahiran mereka yangmenekuni ilmu-ilmu suci, akan banyak membantu.

Para pakar ilmu-pengetahuan, terutama dibidang biologi, kedokteran, sosial danpsikologi, dapat berjasa banyak bagi kesejahteraan perkawinan dan keluarga serta bagi

ketenangan suara hati, bila – dengan memadukan hasil studi mereka – mereka berusahamenjelaskan secara makin mendalam pelbagai kondisi yang mendukung pengaturankelahiran manusia yang dapat di pertanggung jawabkan.

Termasuk tugas para imam, untuk – berbekalkan pengetahuan yang memadai tentanghidup berkeluarga – mendukung panggilan suami-isteri dengan pelbagai upaya pastoral,pewartaan sabda Allah, ibadat liturgis maupun bantuan-bantuan rohani lainnya dalamhidup perkawinan dan keluarga mereka. Tugas para imam pula, untuk dengan kebaikanhatidan dengan sabar meneguhkan mereka ditengah kesukaran-kesukaran, sertamenguatkan mereka dalam cinta kasih, supaya terbentuklah keluarga-keluargayangsungguh-sungguh berpengaruh baik.

Pelbagai karya, terutama himpunan-himpunan keluarga, hendaknya berusahameneguhkan kaum muda dan para suami-isteri sendiri, terutama yang baru menikah,dengan ajaran maupun kegiatan, hidup kemasyarakatan dan kerasulan.

Akhirnya hendaknya para suami-isteri sendiri, yang diciptakan menurut gambarAllag yang hidup dan ditempatkan dalam tata-hubungan antar pribadi yang otentik,

119 Lih. Ef 5:16; Kol 4:5.

Page 328: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 328/388

bersatu dalam cinta kasih yang sama, bersatu pula dalam usaha saling menguduskan[120],supaya mereka, - dengan mengikuti Kristus sumber kehidupan[121], di saat-saat gembiramaupun pengorbanan dalam panggilan mereka, karena cinta kasih mereka yang setai, -menjadi saksi-saksi misteri cinta kasih, yang oleh Tuhan diwahyukan kepada duniadalam wafat dan kebangkitan-Nya[122].

BAB DUA

PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN

53. (Pendahuluan)

Termasuk ciri pribadi manusia, bahwa ia hanya dapat menuju kepenuhankemanusiaannya yang sejati melalui kebudayaan, yakni dengan memelihara apa yangserba baik dan bernilai pada kodratnya. Maka dimanapun dibicarakan hidup manusia,kodrat dan kebudayaan erat sekali.

Pada umumnya dengan istilah “kebudayaan” dimaksudkan segala sarana dan upayamanusia untuk menyempurnakan dan mengembangkan pelbagai bakat-pembawaan jiwa-raganya. Ia berusaha menguasai alam semesta dengan pengetahuan maupun jerihpayahnya. Ia menjadikan kehidupan sosial, dalam keluarga maupun dalam seluruhmasyarakat, lebih manusiawi melaluikemajuan tata susila dan lembaga-lembaga.

Akhirnya di sepanjang masa ia mengungkapkan, menyalurkan dan melestarikanpengalaman-pengalaman rohani serta aspirasi-aspirasinya yang besar melalui karya-karyanya, supaya berfaedah bagi kemajuan banyak orang, bahkan segenap umatmanusia.

Oleh karena itu mau tak mau kebudayaan manusia mencakup dimensi historis dansosial, dan istilah “kebudayaan” seringkali mengandung arti sosiologis dan etnologis.Dalam arti itulah orang berbicara tentang kemacam-ragaman kebudayaan. Sebab daripelbagai cara menggunakan bermacam-macam hal, menjalankan pekerjaan danmengungkapkan diri, menghayati agama dan membina tata susila, menetapkan undang-undang dan membentuk lembaga-lembaga hukum, memajukan ilmu-pengetahuan serta

kesenian, dan mengelola keindahan, muncullah pelbagai kondisi hidup yang umum sertapelbagai cara menata nilai-nilai kehidupan. Begitulah dari tata hidup yang diwariskanmuncullah pusaka nilai-nilai yang khas bagi setiap masyarakat manusia. Begitu pulaterwujudlah lingkungan hidup tertentu dengan corak historisnya sendiri, yangmenampung manusia dari berbagai zaman manapun, dan yang menjadi sumber nilai-nilai untuk mengembangkan kebudayaan manusia serta masyarakat.

120 Lih. Sacramentarium Gregorianum (kumpulan upacara -upacara Gregorian): PL 78,262.

121 Lih. Rom 5:15 dan 18; 6:5-11; Gal 2:20.

122 Lih. Ef 5:25-27.

Page 329: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 329/388

ARTIKEL SATU

SITUASI KEBUDAYAAN PADA ZAMAN SEKARANG

54. (Pola-pola hidup baru)

Ditinjau dari sudut sosial dan budaya kondisi-kondisi hidup manusia modern telahberubah secara mendalam sedemikian rupa, sehingga orang dapat berbicara tentangzaman baru sejarah manusia[123]. Maka untuk mengembangkan dan menyebarluaskankebudayaan terbukalah cara-cara baru. Cara-cara itu tersediakan berkat perkembanganluar biasa ilmu-pengetahuan alam dan manusia, juga ilmu-ilmu sosial, perkembanganteknologi, begitu pula kemajuan dalam pengembangan serta penataan penggunaanupaya-upaya komunikasi antar manusia. Karena itulah kebudayaan modern ditandai ciri-ciri khas: ilmu-ilmu yang disebut “eksakta”sangat mengembangkan penilaian kritis;penelitian-penelitian di bidang psikologis akhir-akhir ini memberi penjelasan lebihmendalam tentang kegiatan manusiawi; ilmu-ilmu sejarah besar jasanya untuk menelaah

kenyataan-kenyataan dari segi perubahan serta perkembangannya; kebiasaan-kebiasaanhidup serta adat-istiadatmenjadi semakin seragam; industrialisasi, urbanisasi, dan sebab-sebab lain, yang meningkatkan kebersamaan hidup, menciptakan pola-pola budaya baru(“mass culture”, “kebudayaan massa”), yang menimbulkan cara-cara baru menyangkutperasaan, tindakan dan penggunaan waktu terluang; serta merta meningkatkanpertukaran antara pelbagai bangsa dan golongan-golongan masyarakat semakin lebarmembuka khazanah pelbagai bentuk kebudayaan bagi semua dan setiap orang, dandengan demikian lambat-laun disiapkan pola kebudayaan yang lebih umum, lagi pulasemakin mempererat dan mengungkapakan kesatuan umat manusia, bila makindihormati ciri-ciri khas pelbagai kebudayaan.

55. (Manusia pencipta kebudayaan)

Semakin besarlah jumlah pria maupun wanita dari golongan serta bangsa mana pun juga,yang menyadari bahwa merekalah ahli-ahli serta pencipta-pencipta kebudayaanmasyarakat mereka. Di seluruh dunia makin meningkatlah kesadaran akan otonomi dantanggung jawab; dan itu penting sekali bagi kemasakan rohani maupun moril umatmanusia. Itu semakin jelas, bila kita sadari proses menyatunya dunia serta tugaspanggilan kita, untuk membangun dunia yang lebih baik dalam kebenaran dan keadilan.Maka demikianlah kita menjadi saksi lahirnya humanisme baru; di situlah manusiapertama-tama ditandai oleh tanggung jawabnya atas sesamanya maupun sejarahnya.

56. (Kesukaran-kesukaran dan tugas-tugas)Dalam situasi itu tidak mengherankanlah, bahwa manusia, yang menyadari tanggung jawabnya atas kemajuan kebudayaan, memupuk harapan yang lebih luhur, tetapi denganhati yang cemas pula menyaksikan adanya banyak pertentangan-pertentangan yangmasih harus diatasinya.

Apakah yang perlu diusahakan, supaya pertukaran kebudayaan yang lebih intensif,yang sebenarnya harus mendorong pelbagai golongan dan bangsa ke arah dialog yangsejati dan subur, jangan justru mengacaukan kehidupan masyarakat, ataumenumbangkan kebijaksanaan para leluhur, atau membahayakan watak-pearangaibangsa-bangsa yang khas?

Bagaimanakah dinamisme dan meluas-ratanya kebudayaan baru harus didukung,tanpa menyebabkan musnahnya kesetiaan yang hidup terhadap pusaka tradisi-tradisi?Hal itu secara khas terasa mendesak, bila kebudayaan, yang lahir dari pesatnya kemajuanilmu-pengetahuan dan teknologi, perlu dipadukan dengan kebudayaan, yangpengembangannya bertumpu pada studi klasik menurut pelbagai tradisi.

123 Lihat “Penjelasan pendahuluan” Konstitusi ini, art. 4-10.

Page 330: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 330/388

  Bagaimana penyebaran ilmu-ilmu khusus, yang begitu cepat dan terus meningkat,dapat diserasikan dengan keharusan mewujudkan sintesa atau perpaduannya, begitupula dengan keharusan melestarikan pada manusia kemampuan untuk kontemplasi danrasa kagum yang mengantar kepada kebijaksanaan?

Apakah yang harus diusahakan, supaya semua orang ikut memanfaatkan nilai-nilaibudaya di dunia, sedangkan sekaligus kebudayaan mereka yang lebih ahli selalu menjadi

makin unggul dan kompleks?Akhirnya bagaimanakah harus dipandang wajar otonomi yang di “claim” oleh

kebudayaan, tanpa merosot menjadi humanisme yang duniawi melulu, bahkan melawanagama sendiri?

Di tengah pertentangan-pertentangan itu kebudayaan zaman sekarang harusditumbuhkan sedemikian rupa, sehingga mengembangkan pribadi manusia seutuhnyasecara seimbang, dan membantunya dalam tugas-tugas, yang pelaksanaannya merupakanpanggilan semua orang terutama umat beriman kristen, yang bersatu sebagai saudara-saudari dalam kesatuan keluarga manusia.

ARTIKEL DUA

BERBAGAI KAIDAH UNTUK DENGAN TEPATMENGEMBANGKAN KEBUDAYAAN

57. (Iman dan kebudayaan)

Dalam ziarah mereka menuju Kota Sorgawi umat beriman kristen harus mencari danmemikirkan perkara-perkara yang diatas[124]. Dengan demikian tidak berkuranglah,melainkan justru semakin pentinglah tugas mereka untuk bersama dengan semua orangberusaha membangun dunia secara lebih manusiawi. Sesungguhnyalah mister imankristen memberi mereka dorongan dan bantuan yang amat berharga untuk secara lebihintensif menunaikan tugas itu, dan terutama untuk menemukan makna sepenuhnya jerih-payah mereka itu, sehingga kebudayaan mendapat tempatnya yang luhur dalamkeseluruhan panggilan manusia.

Sebab bila manusia dengan karya tangannya maupun melalui teknologi mengelolaalam, supaya menghasilakn buah dan menjadi kediaman yang layak bagi segenapkeluarga manusia, dan bila ia dengan sadar memainkan peranannya dalam kehidupan

kelompok-kelompok sosial, ia melaksanakan rencana Allah yang dimaklumkan padaawal mula, yakni menaklukkan dunia[125]  serta menyempurnakan alam ciptaan, danmengembangkan dirinya. Sekaligus ia mematuhi perintah Kristus yang mulia untukmengabdikan diri kepada sesama.

Selain itu, bila manusia menekuni pelbagai ilmu filsafat, sejarah serta ilmu matematikadan fisika, serta mengembangkan kesenian, ia dapat berjasa sungguh besar, sehinggakeluarga manusia terangkat kepada nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan sertakepada suatu visi yang bernilai universal, dan dengan demikian lebih terang di sinari olehkebijaksanaan yang mengagumkan, yang sejak kekal ada pada Allah, menghimpun segalasesuatu bersama dengan-Nya, bermain di muka bumi, dan menikmati kehadiran-Nya

bersama anak-anak manusia[126].Dengan sendirinya jiwa manusia makin dibebaskan dari perbudakan harta-benda, dan

dapat lebih leluasa mengangkat diri untuk beribadat kepada Sang Pencipta dan

124 Lih. Kol 3:1-2.

125 Lih. Kej 1:28.

126 Lih. Ams 8:30-31.

Page 331: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 331/388

berkontemplasi. Bahkan atas dorongan rahmat ia menjadi siap untuk mengenal SabdaAllah, yang sebelum menjadi daging untuk menyelamatkan dan merangkum segalasesuatu dalam Dirinya sebagai Kepala, sudah berada di dunia, sebagai “Terang sejati,yang menyinari setiap orang” (Yoh 1:9)[127].

Memang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi zaman sekarang, yang denganmetodenya tidak mampu menyelami hakekat kenyataan yang sedalam-dalamnya, dapat

membuka peluang bagi fenomenisme dan agnostitisme, bila metode penelitian, yangdigunakan ilmu-ilmu itu, disalah-artkan sebagai norma tertinggi untuk menemukanseluruh kebenaran. Bahkan ada bahaya, jangan-jangan manusia karena terlampaumengandalkan penemuan-penemuan zaman sekarang, merasa sudah memenuhikebutuhannya sendiri, dan tidak lagi mendambakan nilai-nilai yang lebih luhur.

Akan tetapi konsekuensi-konsekuensi yang malang itu tidak dengan sendirinya timbuldari kebudayaan zaman sekarang; tidak boleh pula menjerumuskan kita ke dalamgodaan, untuk tidak mengakui nilai-nilai positifnya. Di antaranya yang dapat disebutkan:usaha mengembangkan ilmu-pengetahuan dan kesetiaan yang cermat terhadapkebenaran dalam penelitian-penelitian ilmiah, keharusan bekerja sama dengan rekan-

rekan dalam kelompok-kelompok teknik, semangat solidaritas internasional, kesadaransemakin hidup para pakar akan tanggung jawab mereka untuk membantu dan bahkanmelindungi sesama, kemauan untuk memperbaiki kondisi-kondisi hidup bagi semuaorang, terutama bagi mereka yang dirampas tanggung jawabnya atau tertekan akibatkemiskinan budaya. Itu semua dapat menimbulkan suatu disposisi untuk menerimaamanat Injil, dan kesiapan itu dapat dijiwai dengan cinta kasih ilahi oleh Dia yang telahdatang untuk menyelamatkan dunia.

58. (Hubungan antara Warta Gembira tentang Kristus dan kebudayaan manusia)

Ada bermacam-macam hubungan antara Warta Keselamatan dan kebudayaan. SebabAllah, yang mewahyukan Dirinya sepenuhnya dalam Putera-Nya yang menjelma, telahbersabda menurut kebudayaan yang khas bagi pelbagai zaman.

Begitu pula Gereja, yang di sepanjang zaman hidup dalam pelbagai situasi, telahmemanfaatkan sumber-sumber aneka budaya, untuk melalui pewartaannyamenyebarluaskan dan menguraikan pewartaan Kristus kepada semua bangsa, untukmenggali dan makin menyelaminya, serta untuk mengungkapkannya secara lebih baikdalam perayaan liturgi dan dalam kehidupan jemaat beriman yang beranekaragam.

Tetapi sekaligus juga Gereja, yang diutus kepada semua bangsa dari segala zaman dandi daerah mana pun, tidak terikat secara eksklusif tak terceraikan kepada suku ataubangsa mana pun, kepada corak hidup yang khas mana pun, kepada adat istiadat entahyang lama entah yang baru. Seraya berpegang teguh pada tradisinya sendiri, pun

sekaligus menyadari perutusannya yang universal, Gereja mampu menjalin persekutuandengan pelbagai pola kebudayaan. Dengan demikian baik Gereja sendiri maupunpelbagai kebudayaan diperkaya.

Kabar baik tentang Kristus tiada hentinya membaharui perihidup dan kebudayaanmanusia yang jatuh berdosa, dan melawan serta memberantas kesesatan-kesesatan dankemalangan, yang bersumber pada bujukan doa yang tak kunjung henti merupakanancaman. Warta itu terus-menerus menjernihkan dan mengangkat adat-istiadat parabangsa. Warta itu bagaikan dari dalam menyuburkan harta semarak jiwa serta bakat-pembawaan setiap bangsa dan setiap masa dengan kekayaan adikodrati,meneguhkannya, melengkapinya, dan membaharuinya dalam Kristus[128]. Begitulah

Gereja, dengan menunaikan tugasnya sendiri[129], sudah dengan sendirinya menjalankan

127  Lih. S. IRENEUS,  Melawan bidaah-bidaah , III,11,8: SAGNARD, Sources chr., hlm. 200; bdk. Di situ juga, 16,6: hlm.

290-292; 21,10-22: hlm. 370-372; 22,3: hlm 378, dan lain-lain.128

 Lih. Ef 1:10.129

  Bdk. Amanat PIUS XI kepada RP..M. D. Roland-Gosselin: Semaines sociales de France (“Pekan-pekan sosial di

Perancis”), Versailes, 1936, hlm. 461-462.

Page 332: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 332/388

peransertanya, dan mendorong ke arah kebudayaan manusia dan masyarakat, sertamelalui kegiatannya, juga dibidang liturgi, mendidik manusia untuk kebebbasan batin.

59. (Mewujudkan keserasian berbagai nilai dalam pola-pola kebudayaan)

Berdasarkan alasan-alasan tadi Gereja mengingatkan kepada siapa saja, bahwakebudayaan harus diarahkan kepada kesempurnaan pribadi manusia seutuhnya,

kesejahteraan paguyuban dan segenap masyarakat manusia. Oleh karena itu perlulahpembinaan jiwa sedemikian rupa, sehingga berkembanglah kemampuan untuk merasakagum, menyelami sesuatu, merenungkannya, membentuk pendirian pribadi, danmemupuk semangat keagamaan, kesusilaan dan sosial.

Sebab kebudayaan, yang langsung berakar dalam sifat rasional dan sosial manusia,tiada hentinya memerlukan kebebasan yang sewajarnya untuk mengmbangkan diri, sertamembutuhkan kemampuan yang wajar pula untuk bertindak secara mandiri danmenurut prinsip-prinsipnya sendiri. Maka sudah selayaknya kebudayaanmenunutsupaya dihormati, dan arti tertentu tidak dapat diganggu-gugat, tentu saja tanpamerongrong hak-hak pribadi mapun persekutuan, baik yang khas maupun umum, dalam

lingkup kesejahteraan masyarakat.Konsili sekarang ini, mengenangkan apa yang diajarkan oleh Konsili Vatikan Pertama,menyatakan: “ada dua taraf pengetahuan” yang berbeda, yakni iman dan akal-budi;sudah tentu Gereja tidak melarang, bahwa “alam budaya kesenian dan ilmu-penegtahuanmanusia … masing-masing dalam lingkupnya menggunakan asas-asas maupunmetodenya sendiri”; maka “sambil mengakui kebebasan yang wajar itu”, Konsilimenyatakan otonomi kebudayaan, terutama ilmu-pengetahuan, yang sewajarnya[130].

Itu semua meminta juga, supaya manusia, seraya mengindahkan tata nilai moril sertakepentingan masyarakat, dapat dengan leluasa menyelidiki kebenaran dan menyatakanserta menyiarkan pendapatnya, dan mengembangkan kesenian mana pun; akhirnyadiisyaratkan pula, bahwa manusia mendapat informasi tentang peristiwa-peristiwaumum dengan kebenaran[131].

Termasuk tugas pemerintah, bukan untuk menetapkan sifat khas bentuk-bentukkebudayaan, melainkan untuk memupuk kondisi-kondisi dan sumbang-bantuan gunamengembangkan perihidup budaya diantara semua orang, juga diantara kelompok-kelompok minoritas suatu bangsa[132]. Oleh karena itu terutama perlu ditekankan, supayakebudayaan jangan dialihkan dari tujuannya, pun juga jangan di paksa untuk mengabdikekuasaan-kekuasaan politik maupun ekonomi.

130   KONSILI VATIKAN I, Konstitusi dogmatis tentang Iman Katolik, bab IV; DENZ. 1795, 1799 (3015,3019). – Bdk.

PIUS XI, Ensiklik Quadrasimo Anno: AAS 23 (1931) hlm. 190.131

 Lih. YOHANES XXIII, Wnsiklik Pacem in terris: AAS 55 (1963) hlm. 620.132

 Lih. YOHANES XXIII, Wnsiklik  Pacem in terris: AAS 55 (1963) hlm. 283. – PIUS XII, Amanat radio tgl. 24 Desember

1941: AAS 34 (1942) hlm 16-17.

Page 333: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 333/388

ARTIKEL TIGA

BEBERAPA TUGAS UMAT KRISTEN YANG CUKUP MENDESAK TENTANGKEBUDAYAAN

60. (Hak atas buah-hasil kebudayaan hendaknya diakui oleh semua dan diwujudkansecara nyata)

Karena sekarang ini terbuka peluang untuk membebaskan jumlah orang yang amat besardari bencana kebodohan, maka merupakan kewajiban yang cocok sekali dengan zamansekarang, terutama bagi umat kristen, untuk dengan tekun berdaya-upaya, supayadibidang ekonomi maupun politik, pada tingkat nasional maupun internasional, diambilkeputusan-keputusan fundamental, agar dimanapun juga diakui dan diwujudkan secaranyata hak semua orang atas kebudayaan manusiawi dan sosial, selaras dengan martabatpribadi, tanpa membeda-bedakan suku, pria atau wanita, bangsa, agama atau kondisi

sosial. Maka perlu di sesdiakan kekayaan budaya yang mencukupi bagi semua orang,terutama yang tergolong pada harta budaya yang dianggap “mendasar”, supaya janganbanyak orang lagi – karena buta aksara atau tidak mampu berperabserta secaratanggungjawab – terhalang dari kerja sama yang sungguh manusiawi demi kesejahteraanumum.

Oleh karena itu perlu diperjuangkan, supaya mereka yang cukup cerdas dapatmenempuh studi yang lebih tinggi; sedemikian rupa, sehingga dalam masyarakat merekasedapat mungkin menunaikan tugas-tugas, jabatan-jabatan atau jasa pelayanan, yangsesuai dengan keahlian maupun kemahiran yang telah mereka peroleh[133]. Begitulahsetiap orang dan kelompok-kelompok sosial setiap bangsa akan mampu mencapaipemekaran perihidup budaya yang sepenuhnya, serasi dengan bakat-kemampuan sertatradisi-tradisi mereka.

Kecuali itu perlu diusahakan dengan sungguh-sungguh, supaya semua orangmenyadari baik haknya atas kebudayaan, maupun kewajibannya yang mengikat, untukmengembangkan diri dan membantu pengembangan diri sesama. Sebab kadang-kadangada situasi hidup dan kerja, yang menghambat usaha-usaha manusia di bidangkebudayaan dan menghancurkan seleranya untuk kebudayaan. Hal itu secara khasberlaku bagi para petani dan kaum buruh; bagi mereka itu seharusnya diciptakankondisi-kondisi kerja sedemikian rupa, sehingga tidak menghambat melainkan justrumendukung pengambangan diri mereka sebagai manusia. Kaum wanita memang sudahberperan serta dalam hampir segala bidang kehidupan. Tetapi seyogyanya mereka

mampu menjalankan peranan mereka sepenuhnya menurut sifat kewanitaan mereka.Hendaknya siapa saja berusaha, supaya keterlibatan khas kaum wanita yang diperlukanbagi perihidup budaya diakui dan dikembangkan.

61. (Pendidikan untuk kebudayaan manusia seutuhnya)

Zaman sekarang ini meyusun sintesa pelbagai cabang ilmu-pengetahuan dan kesenianmasih sangat sukar dari pada dahulu. Sebab sementara bertambahlah banyak sertaberanekanya unsur-unsur yang membentuk kebudayaan, sekaligus berkuranglahkemungkinan bagi setiap orang untuk menangkap dan memadukan itu semua secaraorganis, sehingga citra “manusia yang universal” semakin menghilang. Akan tetapi setiap

orang wajib mempertahankan keutuhan pribadi manusia, yang ditandai nilai-nilai luhurakal budi, kehendak, suara hati dan persaudaraan, yang semuanya di dasarkan padaAllah Pencipta, yang seraya mengagumkan telah disehatkan dan diangkat dalam Kristus.

Terutama keluarga merupakan bagaikan ibu dan pengasuh pendidikan yangmenyeluruh. Sebab di situ anak-anak dalam dukungan kasih mesra lebih mudah belajar

133 Lih. YOHANES XXIII, Wnsiklik Pacem in terris: AAS 55 (1963) hlm. 260.

Page 334: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 334/388

mengenal tata-susunan nilai-nilai, sedangkan bentuk-bentuk kebudayaan yang terujiseperti dengan sendirinya merasuki jiwa para remaja sementara mereka bertambah umur.

Untuk pendidikan itu masyarakat zaman sekarang menyajikan berbagai peluang,terutama berkat makin menyebarnya kepustakaan dan upaya-upaya komunikasi yangbaru di bidang kebudayaan dan sosial, yang dapat mendukung kebudayaan secarakeseluruhan. Sebab dengan berkurangnya waktu kerja dimana-mana makin bertambahlah

keuntungan-keuntungan bagi banyak orang. Waktu terluang untuk menyegarkan jiwadan memantapkan kesehatan jiwa-raga hendaknya dimanfaatkan dengan baik, dengankegiatan-kegiatan dan studi sesuka sendiri, dengan wisata ke daerah-daerah lain(turisme), yang membantu manusia mengembangkan bakat-kemampuannya. Tetapiorang-orang diperkaya juga dengan saling mengenal, dengan latihan-latihan danperlombaan olah raga, yang membantu untuk menjaga keseimbangan jiwa, juga dalamhidup bersama, begitu pula untuk menjalin hubungan-hubungan persaudaraan antaraorang-orang dari segala lapisan dan bangsa serta dari berbagai suku. Oleh karena ituumat beriman kristen hendaknya bekerja sama, supaya ungkapan-ungkapan kebudayaandan kegiatan-kegiatan kolektif, yang menandai zaman kita sekarang, diresapi oleh

semangat manusiawi dan kristiani.Akan tetapi semua faktor yang menguntungkan itu tidak mampu mewujudkan

pendidikan budaya manusia yang seutuhnya, bila sementara itu pertanyaan mendalamtentang makna kebudayaan dan ilmu-pengetahuan bagi pribadi manusia diabaikan.

62. (Menyelaraskan kebudayaan manusia dan masyarakat dengan pendidikan kristen)

Sungguh pun sumbangan Gereja bagi kemajuan kebudayaan sungguh besar, daripengalaman ternyatalah bahwa – karena sebab-musabab yang sewaktu-waktu mucul –perpaduan kebudayaan dengan pendidikan kristiani tidak selalu berlangsung mulustanpa kesulitan.

Kesukaran-kesukaran itu tidak dengan sendirinya pasti merugikan kehidupan iman;bahkan dapat merangsang budi untuk mencari pengertian iman yang lebih cermat danlebih mendalam. Sebab usaha-usaha mengembangkan ilmu-pengetahuan, pengertiantentang sejarah dan filsafat, begitu pula penemuan-penemuan akhir-akhir ini,menimbulkan persoalan-persoalan baru, yang mempunyai konsekuensi-konsekuensinya juga bagi hidup manusia, dan juga mengundang penyelidikan baru oleh para teolog.Kecuali itu mereka, dengan tetap menggunakan metode-metode serta memenuhituntutan-tuntutan yang khas bagi ilmu teologi, diajak untuk terus-menerus mencari caramenyajikan ajaran, yang lebih mengena bagi masyarakat sezaman. Sebab lainlahchazanah iman atau kebenaran-kebenaran sendiri, lain lagi cara mengungkapkannya, asalmakna maupun artinya tetap sama[134]. Dalam reksa pastoral hendaknya janganhanya

asas-asas teologi, melainkan penemuan-penemuan ilmu-pengetahuan profan jugalah,terutama psikologi dan sosiologi, yang diakui dan digunakan secukupnya, sehingga umatberiman pun diantar kepada kehidupan iman yang lebih murni dan lebih dewasa.

Dengan caranya sendiri pula kesusastraan dan kesenian cukup panting bagikehidupan Gereja. Sebab keduanya berusaha menyelami kodrat khas manusia, masalah-persoalannya maupun pengalamannya dalam upaya-upayanya mengenal sertamenyempurnakan dirinya maupun dunia. Keduanya mencoba menyingkapkan situasimanusia dalam sejarah dan di seluruh dunia, menggambarkan duka-derita maupunkegembiraannya, kebutuhan-kebutuhan maupun daya kekuatannya, sertamembayangkan kondisi hidup manusia yang lebih baik. Begitulah keduanya mampu

mengangkat hidup manusia, yang terungkapkan dalam pelbagai corak-ragamnya sesuaidengan zaman dan daerah kediamannya.

Oleh karena itu perlu diusahakan, supaya para seniman-seniwati merasa, bahwamereka dihargai oleh Gereja dalam kejuruan mereka sendiri, lagi pula supaya denganmenikmati kebebasan yang sewajarnya mereka lebih mudah mengadakan pertukaran

134 Lih. YOHANES XXIII, Amanat pada tgl. 11 Oktober 1962, pada pembukaan Konsili: AAS 54 (1962) hlm. 792.

Page 335: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 335/388

dengan jemaat kristen. Juga bentuk-bentuk baru kesenian, yang menanggapi seleramasyarakat sekarang menurut perangai pelbagai bangsa dan sifat khas daerah-daerah,dihargai oleh Gereja. Hendaknya itu semua mendapat tempat juga di temapt ibadat, biladengan cara pengungkapan yang disesuaikan, dan selaras dengan tuntutan-tuntutanliturgi, mengangkat hati umat kepada Allah[135].

Demikianlah kemuliaan Allah akan tampil makin cemerlang, dan pewartaan Injil

makin jelas bagi daya tangkap manusia, serta nampak bagaikan tumbuh dari dalamkenyataan hidupnya.

Oleh karena itu hendaknya umat beriman dalam pergaulan erat dengan sesamamereka yang semasa, dan berusaha menyelami dengan saksama corak-corak merekaberpikir dan berperasaan, yang terungkapkan melalui kebudayaan. Hendaknya merekamempertemukan pengetahuan tentang ilmu-ilmu serta teori-teori yang baru, begitu pulapenemuan-penemuan yang mutakhir, dengan tata susila kristen maupun caramenyampaikan ajaran kristen , supaya penghayatan agama dan keutuhan moril merekaberjalan sederap dengan ilmu-penegtahuan dan teknologi yang terus maju. Dengandemikian mereka sendiri mampu mempertimbangkan dan menafsirkan segala sesuatu

dengan semangat kristen yang utuh.Mereka yang di Seminari-Seminari dan Universitas-Universitas menekuni ilmu-ilmu

teologi hendaknya berusaha bekerja sama dengan para pakar-ilmu pengetahuan lainnya,dengan memperpadukan tenaga maupun pandangn-pandangan mereka. Hendaknyapenyelidikan teologis sekaligus berusaha mencapai pengertian yang mendalam tentangkebenaran yang diwahyukan, tanpa kehilangan kontak dengan zamannya, supaya dapatmendampingi para pakar pelbagai ilmu dalam mengembangkan pengetahuan merekatentang iman. Kerja sama itu akan sangat berfaedah bagi pendidikan para calon imam.Sebab mereka akan lebih mampu menguraikan ajaran Gereja tentang Allah, tentangmanusia dan tentang dunia kepada orang-orang zaman sekarang, sehingga mereka juga

lebih rela dan terbuka menerima pewartaan itu[136]

. Bahkan dihimbau, agar lebih banyaklagi kaum awam yang menerima pendidikan yang memadai dalam ilmu-ilmu gerejawi,dan supaya jangan sedikit pula di antara mereka, yang dengan dedikasi sepenuhnyamenempuh dan terus memperdalam studi itu. Adapun supaya umat beriman, baik klerusmaupun awam, mampu menunaikan tugas mereka, hendaknya mereka diberi kebebasanyang sewajarnya untuk mengadakan penyelidikan, mengembangkan pemikiran, sertadibidang-bidang keahlian mereka mengutarakan pandangan mereka dengan rendah hatidan dengan tegas[137].

BAB TIGA

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI

63. (Beberapa segi kehidupan ekonomi)

 Juga dalam kehidupan sosial ekonomi martabat manusia pribadi serta panggilannyaseutuhnya, begitu pula kesejahteraan seluruh masyarakat, harus dihormati dan

dikembangkan. Sebab manusialah yang menjadi pencipta, pusat dan tujuan seluruhkehidupan sosial ekonomi.

135 Lih. Konstitusi tentang Liturgi, art. 23. – PAULUS VI, Amanat kepada seniman-seniwati di Roma, tgl. 7 Mei 1964: AAS

56 (1964) hlm. 439-442.136

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Dekrit tentang Pendidikan Imam dan Pendidikan Kristiani.137

 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 37.

Page 336: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 336/388

  Ekonomi zaman sekarang, seperti juga bidang-bidang kehidupan sosial lainnya,ditandai oleh berkembangnya kedaulatan manusia atas alam tercipta; oleh berlipatgandadan makin intensifnya hubungan-hubungan serta ketergantungan timbal-balik, antarawarga masyarakat, kelompok-kelompok dan bangsa-bangsa, pun diwarnai juga olehmakin kerapnya campurtangan kekuasaan politik. Sementara itu kemajuan-kemajuandalam cara berproduksi dan pertukaran harta-benda maupun jasa-jasa, telah menjadikan

ekonomi suatu upaya yang cocok, untuk dapat lebih efektif memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga manusia yang semakin bertambah.

Akan tetapi ada juga faktor-faktor yang menimbulkan kegelisahan. Tidak sedikitlahorang, terutama di wilayah-wilayah yang maju perekonomiannya, yang agaknya sepertidikuasai oleh soal ekonomi. Akibatnya ialah, bahwa hampir seluruh hidup mereka secarapribadi dan sebagai anggota masyarakat diresapi oleh semangat “ekonomisme”, baikpada bangsa-bangsa yang mendukung kolektivisme ekonomi, maupun pada bangsa-bangsa lain. Pada saat pertumbuhan perekonomian, asal saja diarahkan dan dikoordinasisecara rasional dan manusiawi, sebenarnya dapat memperlunak ketimpangan-ketimpangan sosial kaum lemah dan perlakuan yang merendahkan kaum miskin.

Sementara sebagian amat besar rakyat masih serba kekurangan hal-hal yang mutlakmereka butuhkan, ada sekelompok, juga di daerah-daerah terbelakang, yang hidup serbamewah dan menghambur-hamburkan kekayaannya. Kemewahan berdampingan dengankeadaan yang menyedihkan. Sementara sekelompok kecil mempunyai kekuasaan amatbesar untuk mengambik keputusan-keputusan, banyaklah orang yang praktis tidakmempunyai kemungkinan sedikit pun untuk bertindak atas prakarsa dan tanggung jawabsendiri, dan yang sering pula tertekan oleh kondisi-kondisi hidup dan kerja yang tidakpantas bagi pribadi manusia.

Ketimpangan-ketimpangan sosial ekonomi yang serupa terdapat juga antarapertanian, industri dan jasa, begitu juga antara berbagai daerah dalam satu negeri.

Pertentangan antara bangsa-bangsa yang lebih maju perekonomiannya dan bangsa-bangsa lainnya semakin meruncing, sehingga dapat membahayakan perdamaian duniasendiri.

Masyarakat zaman sekarang makin jelas menyadari perbedaan-perbedaan itu, justrukarena sungguh-sungguh yakin, bahwa kemungkinan-kemungkinan lebih luas di bidangtehnik dan ekonomi, yang tersedia di dunia sekarang ini, sebenarnya dapat dan memangharus memperbaiki situasi yang malang itu. Maka diperlukan banyak perombakan-perombakan dalam kehidupan sosial ekonomi. Siapa saja membutuhkan perubahanmentalitas dan sikap-sikap. Untuk maksud itulah di sepanjang zaman Gereja dibawahterang Injil telah menggariskan asas-asas keadilan dan kewajaran, sesuai pula dengantuntutan akal sehat, bagi hidup perorangan maupun sosial, pun juga bagi kehidupan

internasional. Prinsip-prinsip itu telah dikemukakannya terutama akhir-akhir ini.Menanggapi situasi zaman sekarang, dan terutama mengindahkan tuntutan-tuntutankemajuan ekonomi, Konsili bermaksud meneguhkan asas-asas itu, dan mengutarakanbeberapa pedoman[138].

138 Lih. PIUS XII, Amanat tgl. 23 Maret 1952: AAS 44 (1952) hlm. 273. – YOHANES XXIII, Amanat kepada ACLI, tgl. 1

Mei 1959, hlm. 358.

Page 337: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 337/388

ARTIKEL SATU

PERKEMBANGAN EKONOMI

64. (Perkembangan ekonomi melayani manusia)Untuk menanggapi pertambahan penduduk dan memenuhi aspirasi-aspirasi umatmanusia yang makin meningkat, pada zaman sekarang ini, lebih dari sebelumnya,memang tepatlah diusahakan peningkatan produksi di bidang pertanian dan industrisering penyelenggaraan jasa-jasa. Maka perlu di dukung kemajuan tehnik, semangatpembaharuan, pengadaan dan perluasan usaha-usaha wiraswasta, penyesuaian metode-metode produksi, dan giatnya daya-upaya siapa saja yang terlibat dalam proses produksi:dengan kata lain, semua faktor yang menunjang perkembangan itu. Makna-tujuan yangpaling inti produksi itu bukanlah semata-mata bertambahnya hasil produksi, bukan pulakeuntungan atau kekuasaan, melainkan pelayanan kepada manusia, yakni manusia

seutuhnya, dengan mengindahkan tata urutan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya maupuntuntutan-tuntutan hidupnya di bidang intelektual, moral, rohani, rohani dan keagamaan;katakanlah: manusia siapa saja, kelompok manusia mana pun juga, dari setiap suku danwilayah dunia. Oleh karena itu kegiatan ekonomi harus dilaksanakan menurut metode-metode dan kaidah-kaidahnya sendiri, dalam batas-batas moraritas[139], sehinggaterpenuhilah rencana Allah tentang manusia[140].

65. (Kemajuan ekonomi dikendalikan oleh manusia)

Perkembangan ekonomi harus tetap dikendalikan oleh manusia. Perkembangan itu jangan pula dipercayakan saja kepada kesewenang-wenangan sekelompok kecil, ataukelompok-kelompok yang terlampau berkuasa dibidang ekonomi, atau negara melulu,atau beberapa bangsa yang lebih berkuasa. Akan tetapi disetiap lapisan masyarakatsebanyak mungkin orang, dan – bila menyangkut hubungan-hubungan internasional –semua bangsa seharusnya melibatkan diri secara aktif dalam mengendalikanperekonomian. Begitu pula perlulah prakarsa-prakarsa swasta perorangan maupunkelompok-kelompok bebas dikoordinasi serta digabungkan secara laras dan serasi denganusaha-usaha pemerintah.

Perkembangan jangan pula diserahkan melulu kepada proses hampir otomatiskegiatan ekonomi perorangan atau hanya kepada kekuasaan pemerintah. Maka dari ituharus dikecam sebagai kekeliruan baik teori-teori yang berdalih kebebasan palsumenentang perombakan-perombakan yang sungguh perlu, maupun teori-teori yang

mengorbankan hak-hak asasi perorangan serta kelompok-kelompok demi organisasikolektif peneyelenggara produksi[141].

Maka hendaknya para warganegara menyadari, bahwa termasuk hak maupunkewajiban mereka (yang harus diakui oleh kekuasaan sipil): sedapat mungkinmenyumbangkan jasa mereka demi perkembangan masyarakat mereka yang sejati.Terutama di wilayah-wilayah yang belum maju perekonomiannya, - karena disitumendesak sekali bahwa segala upaya dikerahkan, - kesejahteraan umum sangatdibahayakan oleh mereka, yang membiarkan harta kekayaan mereka sia-sia tak terpakai,atau pun juga oleh mereka, yang tanpa mengurangi hak pribadi untuk beremigrasi –

139 Lih. PIUS XI, Ensiklik Qudrasimo Anno: AAS 23 (1931) hlm. 190 dan selanjutnya. – PIUS XII, Amanat, tgl. 23 Maret

1952: AAS 44 (1952) hlm. 276 dan selanjutnya. – YOHANES XXIII, Ensiklik  Mater et Magistra : AAS 53 (1961) hlm.450. – KONSILI VATIKAN II, Dekrit tentang Alat-Alat Komunikasi Sosial, art. 6.

140  Lih. Mat 16:26; Luk 16:1-31; Kol 3:17.141

 Lih. LEO XIII, Ensiklik  Libertas praestantissimum, tgal. 20 Juni 1888: AAS 20 (1887-1888) hlm. 597 dan selanjutnya. -

PIUS XI, Ensiklik Qudrasimo Anno: AAS 23 (1931) hlm. 191 dan selanjutnya. – IDEM,  Divini Redemptoris: AAS 29

(1937) hlm. 65 dan selanjutnya. – PIUS XII, Amanat Natal 194: AAS 34 (1942) hlm. 10 dan selanjutnya. – YOHANES

XXIII, Ensiklik Mater et Magistra : AAS 53 (1961) hlm. 401-464.

Page 338: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 338/388

membiarkan masyarakat mereka terbengkelai tanpa upaya-upaya jasmani maupun rohaniyang justru di butuhkannya.

66. (Perbedaan-perbedaan besar di bidang sosial ekonomi perlu disingkirkan)

Supaya tuntutan-tuntutan keadilan dan kewajaran terpenuhi, harus diusahakan dengansungguh-sungguh, agar – tanpa mengurangi hak-hak pribadi dan kekhususan tiap bangsa

– ketimpangan-ketimpangan besar di bidang ekonomi, yang disertai deskriminasiperorangan maupun kolektif, yang sekarang masih ada dan sering masih bertambahparah, secepat mungkin di singkirkan. Begitu pula dibanyak daerah, mengingat kesulitan-kesuliatan khusus di bidang pertanian untuk memproduksi maupun memasarkan hasilbumi, kaum petani memerlukan bantuan baik untuk meningkatkan produksi maupunmemasarkan hasilnya, maupun untuk mewujudkan perubahan-perubahan danpembaharuan-pembaharuan yang dibutuhkan, begitu pula untuk mendapat penghasilanyang wajar, supaya – seperti sering terjadi – mereka jangan tetap termasuk golonganmasyarakat yang lebih rendah. Kaum petani sendiri, terutama angkatan muda,hendaknya dengan cekatan berusaha meningkatkan keahlian profesional mereka, yang

mutlak perlu bagi perkembangan pertanian[142]

.Begitu pula keadilan dan kewajaran menuntut, supaya mobilitas[143], yang mau takmau menyertai perkembangan ekonomi, diatur dengan baik, suapay kediaman orang-orang perorangan beserta keluarga mereka jangan kehilangan kepastiannya dan janganmenjadi tidak menentu. Terhadap kaum buruh, yang berasal dari bangsa atau daerah lain,dan yang menymbangkan kerja mereka bagi pertumbuhan ekonomi bangsa atau daerahtertentu, hendaknya sungguh-sungguh dihindari setiap diskriminasi mengenaipembayaran upah maupun kondisi kerja. Selain itu semua saja, terutama para pejabatpemerintah, janganlah memandang para pekerja pendatang itu sebagai upaya-upayaproduksi melulu, melainkan sebagai pribadi-pribadi, yang harus dibantu untukmendatangkan keluarga mereka, untuk mengusahakan kediaman yang layak, dan untukberintegrasi dalam kehidupan sosial bangsa serta daerah yang menampung mereka. Akantetapi sedapat mungkin hendaklah di daerah-daerah mereka sendiri dicptakan lapangankerja.

Dalam dunia ekonomi yang sekarang ini mengalami perubahan-perubahan, sepertidalam pola-pola baru masyarakat industri, yang misalnya saja ditandai olehberkembangnya “otomatisme”, perlu diusahakan, supaya bagi setiap orang tersedialahpekerjaan yang cukup dan cocok, begitu pula peluang bagi pendidikan kejuruan danprofesional yang sesuai, dan supaya tetap terjaminlah nafkah hidup serta keluhuranmartabat manusia, terutama bagi mereka yang menghadapi kesukaran-kesukaran cukupbesar, karena menderita penyakit atau sudah lanjut usia.

142  Menganai soal-soal pertanian, lihat terutama YOHANES XXIII, Ensiklik  Mater et Magistra : AAS 53 (1961) hlm. 341

dan selanjutnya.143

 Mobilitasgerak lalu-lalang pekerja atau buruh antara tempat kediaman dan tempat kerjanya.

Page 339: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 339/388

ARTIKEL DUA

BEBERAPA PRINSIP YANG MENGATURSELURUH KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI

67. (Kerja, persyaratan kerja, istirahat)Kerja manusia, yang dilaksanakan untuk produksi dan pertukaran barang-barang danuntuk menyediakan jasa-jasa di bidang ekonomi, lebih penting dari pada unsur-unsurkehidupan ekonomi lainnya, yang bernilai melulu sebagai sarana-sarana.

Sebab kerja itu, entah dijalankan atas kemauan sendiri atau berdasarkan kontrakdengan majikan, langsung bersumber pada pribadi, yang seperti menaruh meterainyaatas hal-hal di dunia ini, dan menundukkannya kepada kehendaknya. Biasanya melaluikerjanya manusia mencari nsfkah bagi dirinya dan bagi mereka yang menjaditanggungannya; ia menjalin ikatan dengan saudara-saudarinya serta melayani mereka; iadapat mengamalkan cinta kasih yang sejati, dan menyumbangkan kegiatannya demi

penyempurnaan ciptaan yang ilahi. Bahkan menurut keyakinan kita melalui kerja, yangdipersembahkan kepada Allahmanusia digabungkan dengan karya penebusan YesusKristus sendiri, yang – ketika Ia di Nazareth bekerja dengan tangan-Nya sendiri –memberi martabat yang luhur kepada kerja. Di situ timbullah bagi setiap orang kewajibanuntuk bekerja dengan setia, tetapi juga hak atas kerja. Termasuk tugas masyarakatlah:sesuai dengan situasinya yang khas, membantu para anggotanya menemukan lapangankerja yang memadai. Akhirnya kerja harus mendapat imbalannya sedemikian rupa,sehingga bagi manusia tersedialah kemungkinan untuk secara layak mengembangkanbagi dirinya maupun kaum kerabatnya kehidupan jasmani, sosial, budaya dan rohani,dengan mempertimbangkan tugas serta produktivitasnya masing-masing, pun jugasituasi perusahaan dan kesejahteraan umum[144].

Karena kebanyakan kegiatan ekonomi berlangsung berkat kerja sama sekelompokorang, maka tidak adil dan tidak manusiawilah menggalang dan mengatur kegiatan itusedemikian rupa, sehingga merugikan siapa saja yang bekerja. Tetapi cukup sering terjadi, juga zaman sekarang ini, bahwa mereka yang menjalankan pekerjaan dalam arti tertentumenjadi budak pekerjaannnya sendiri. Tidak pernah dapat dibenarkan oleh apa yangdisebut hukum-hukum ekonomi. Oleh karena itu seluruh proses kerja yang rpoduktifharus disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan pribadi dan dengan kewajiban-kewajibannya yang lain; terutama dengan kehidupan rumah tangganya, khususnya bilamenyangkut para ibu rumah tangga, selalu dengan mengindahkan usia, dan apakahmenyangkut pria atau wanita. Kecuali itu bagi para pekerja hendaknya disediakan

kesempatan untuk melalui kerja mereka sendiri mengambangkan bakat-kemampuanserta pribadi mereka. Walaupun untuk bekerja mereka dengan tanggung jawabsemestinya menggunakan waktu maupun tenaga mereka, hendaknya mereka semua tohmendapat istirahat dan mempunyai waktu terluang secukupnya, untuk menghayatikehidupan keluarga, budaya, sosial dan keagamaan. Bahkan hendaknya merekamendapat peluang juga, untuk secara bebas mengembangkan daya-kemampuan mereka,yang barang kali kurang dapat mereka tumbuhkan dalam kerja profesional mereka.

144   Lih. LEO XIII, Ensiklik  Rerum Novarum: AAS 23 (1890-91) hlm. 649, 662. – PIUS XI, Qudrasimo Anno: AAS 23

(1931) hlm. 200-201. - IDEM,  Divini Redemptoris: AAS 29 (1937) hlm. 92. – PIUS XII, Amanat radio pada malam

menjelang Natal 1942: AAS 35 (1943) hlm. 20. – IDEM, Amanat tgl. 13 Juni 1943: AAS 35 (1943) hlm. 172. – IDEM,

Amanat radio ditujukan kepada kaum pekerja di Spanyol, tgl. 11 Maret 1951: AAS 43 (1951) hlm. 215. – YOHANES

XXIII, Ensiklik Mater et Magistra : AAS 35 (1961) hlm. 419.

Page 340: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 340/388

68. (Peranserta dalam tanggung jawabatas perusahaan dan seluruh pengaturan ekonomi;konflik-konflik mengenai kerja)

Dalam kegiatan-kegiatan ekonomi bergabunglah pribadi-pribadi, yang bebas dan otonom,diciptakan menurut citra Allah. Oleh karena itu, sementara diperhatikan tugas-tugasmasing-masing, entah para pemilik atau majikan, entah para pemimpin perusahaan atau

buruh, tanpa melemahkan kesatuan kepemimpinan perusahaan yang tetap diperlukan,hendaknya dengan cara yang harus ditentukan dengan cermat dikembangkan peransertaaktif semua anggota dalam kebijaksanaan perusahaan[145]. Tetapi karena sering kalikeputusan-keputusan tentang kondisi-kondisi sosial ekonomi diambil tidak lagi olehperusahaan sendiri, melainkan pada lembaga-lembaga pada tingkat yang lebih tinggi, -padahal dari keputusan-keputusan itu tergantung masa depan para pekerja maupunanak-anak mereka, - maka hendaknya mereka sendiri berperanserta dalam prosespengambilan keputusan, entah secara langsung, entah melalui wakil-wakil yang merekapilih dengan bebas.

Di antara hak-hak pribadi manusia yang paling dasar perlu di sebutkan hak kaum

buruh untuk secara bebas membentuk serikat-serikat, mengatur kehidupan ekonomidengan saksama, selain itu hak untuk secara bebas ikut serta dalam kegiatan serikat-serikat itu tanpa resiko dikenai sangsi. Melalui partisipasi yang diatur seperti itu, disertaidengan pembinaan sosial ekonomi yang makin maju, akan makin berkembanglah padasemua kesadaran akan tugas maupun kewajiban masing-masing. Dengan demikianmereka akan dibantu untuk merasa diri terlibat, masing-masing menurut kemampuanserta kecakapannya sendiri, dalam seluruh usaha pengembangan sosial ekonomi dandalam usaha mewujudkan kesejahteraan umum.

Tetapi bila timbul konflik-konflik sosial ekonomi, perlu diusahakan supaya dicapaipemecahannya secara damai. Meskipun selalu pertama-tama harus diusahakanmusyawarah yang jujur antara pihak-pihak yang berkepentingan, tetapi pemogokan, jugadalam situasi zaman sekarang, tetap dapat merupakan upaya yang sungguh perlu,kendati upaya terakhir, untuk memperjuangkan hak-haknya sendiri dan supayaterpenuhilah tuntutan-tuntutan para buruh yang wajar. Tetapi hendaknya secepatmungkin diusahakan untuk kembali mengadakan perundingan dan dialog gunamencapai mufakat.

69. (Harta-benda bumi diperuntukkan bagi semua orang)

Allah menghendaki, supaya bumi beserta segala isinya digunakan oleh semua orang dansekalian bangsa, sehingga harta benda yang tercipta dengan cara yang wajar harusmencapai semua orang, berpedoman pada keadilan, diiringi dengan cinta kasih[146].

Bagaimanapun bentuk-bentuk pemilikan, sesuai dengan ketetapan-ketetapan hukumbangsa-bangsa, pun menurut situasi yang serba berbeda dan berubah-ubah, selalu harusdiindahkan bahwa harta-benda bumi diperuntukkan bagi semua orang. Oleh karena itumanusia, sementara menggunakannya, harus memandang hal-hal lahiriah yangdimilikinya secara sah bukan hanya sebagai miliknya sendiri, melainkan juga sebagaimilik umum, dalam arti bahwa hal-hal itu dapat berguna tidak hanya bagi dirinya sendiri,melainkan juga bagi sesamanya[147]. Tetapi semua orang berhak memiliki sebagian harta-benda sehingga mencukupi bagi dirinya maupun kaum kerabatnya. Begitulah pandanganpara Bapa dan Pujangga Gereja, yang mengajarkan, bahwa manusia wajib meringankan

145   Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik  Mater et Magistra : AAS 53 (1961) hlm. 408, 424, 427; istilah curatio  (kebijakan)diambil dari teks latin Ensiklik Quadrasimo Anno: AAS 23 (1931) hlm. 199. – Mengenai perkembangan persoalan, lih.

 juga PIUS XII, Amanat tgl. 3 Juni 1950: AAS 42 (1950) hlm. 485-488. – PAULUS VI, Amanat tgl. 8 Juni 1964: AAS56 (1964) hlm. 574-579.

146   Lih. PIUS XII, Ensiklik Sertum laetitiae: AAS 31 (1939) hlm. 642. – YOHANES XXIII, Amanat konsistorial: AAS 52

(1960) hlm. 5-11. – IDEM, Ensiklik Mater et Magistra : AAS 53 (1961) hlm. 411.147

 Lih. S. TOMAS, Summa Theol , II-II, soal 32, art. 5 ad 2; juga soal 66, art. 2; bdk, penjelasan dalam LEO XIII, Ensiklik

 Rerum Novarum: AAS 23 (1890-91) hlm. 561. – Lih. juga PIUS XII, Amanat 1 Juni 1941: AAS 33 (1941) hlm. 199. –

IDEM, Amanat radio, Natal 1954: AAS 47 (1955) hlm. 27.

Page 341: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 341/388

beban kaum miskin, itu pun bukan hanya dari kelebihan miliknya[148]. Mereka yangmenghadapi kebutuhan darurat, berhak untuk mengambil dari kekayaan orang-oranglain apa yang sungguh dibutuhkannya[149]. Karena di dunia ini begitu banyaklah orangyang kelaparan, Konsili mendesak semua orang, masing-masing secara perorangan,maupun mereka yang berwenang supaya mengenangkan pernyataan para Bapa: “Berilahmakan kepada orang yang akan mati kelaparan; sebab bila engkau tidak memberinya

makan, engkau membunuhnya”[150], dan sesuai dengan kemampuan masing-masing,sungguh membagikan dan menggunakan harta-benda mereka, terutama denganmenyediakan bagi orang-orang perorangan maupun bangs-bangsa upaya-upaya, yangmemungkinkan mereka itu untuk menolong diri dan mengembangkan diri.

Dalam masyarakat-masyarakat, yang perekonomiannya belum maju, tidak jarang asa,bahwa harta benda diperuntukkan bagi semua orang, sebagian terwujudnya berdasarkanadat-istiadat dan tradisi-tradisi yang khas bagi masyarakat tertentu; yakni: masing-masing anggotanya menerima apa yang sungguh-sungguh dibutuhkannya. Tetapi perludihindari, jangan samapi kebiasaan-kebiasaan tertentu dianggap sama sekali tidakberubah, kalau ternyata sudah tidak menanggapi tuntutan-tuntutan baru zaman sekarang

lagi. Di lain pihak, hendaknya orang jangan secara tidak bijaksana bertindak melawankebiasaan-kebiasaan yang terhormat, yang asal saja disesuaikan dengan situasi zamansekarang, tetap masih sangat bermanfaat. Begitu pula pada bangsa-bangsa yangperekonomiannya sudah sangat maju, suatu jaringan lembaga-lembaga sosialuntukasuransi dan jaminan sosial dari pihaknya dapat mempraktekkan prinsip, bahwa harta-benda diperuntukkan bagi semua orang. Selanjutnya perlu dikembangkan jasa-pelayanankeluarga dan sosial, terutama yang bertujuan pembinaan jiwa dan pendidikan. Tetapidalam menyelenggarakan itu semua toh harus di jaga, supaya para warga jangan sampaisecara pasif melulu menyerahkan segalanya kepada masyarakat, atau menolak bebantugas yang sudah disanggupi dan tidak sanggup menjalankan pelayanan.

70. (Penanaman modal dan masalah moneter)

Penanaman modal harus diarahkan kepada lapangan kerja dan penghasilan yangmencukupi bagi masyarakat sekarang maupun di masa mendatang. Barang siapamengambil keputusan-keputusan tentang investasi-investasi itu dan tentang penataanperekonomian, - entah perorangan, enath kelompok-kelompokatau pejabat-pejabatpemerintah, - wajib memperhatikan tujuan-tujuan itu. Mereka harus pula memandangsebagai kewajiban yang beratL di satu pihak menjaga, supaya diusahakan segala sesuatuyang dibutuhkan untuk hidup secara layak manusiawi, baik bagi warga peroranganmaupun bagi seluruh masyarakat; di lain pihak memperhitungkan masa depan, danmenetapkan keseimbangan yang sewajarnya antara kebutuhan-kebutuhan penggunaan

masa sekarang, baik perorangan maupun kolektif, dan tuntutan-tuntutan investasi bagigenerasi mendatang. Hendaknya selalu diperhitungkan juga kebutuhan-kebutuhan yang

148  Lih. S. BASILIUS, Homili pada ayat Lukas “Aku akan membongkar lumbung-lumbungku”, n. 2: PG 31,263. –

LAKTANSIUS, “Pelajaran-pelajaran Ilahi”, kitab V, tentang keadilan: PL 6,565B. – S. AGUSTINUS, Komentar pada

Injil Yohanes, uraian 50, n. 6: PL 35,1760. – IDEM, Ulasan tentang Mzm 147:12: PL 37,1922. – S. GREGORIUS

AGUNG, Homili tentang Injil, homili 20: PL 76,1165. – IDEM, kitab “Pedoman Pastoral”, bag. III, bab 21: PL 77,87.

 – S. BONAVENTURA, komentar pada kitab III Sententiae, dist. 33, soal 1: QUARACCHI III, 728. – IDEM,

Komentar pada kitab IV Sententiae, dist. 15, bag. II, art. 2, soal 1: edisi tersebut IV, 371b; soal tentang kelebihan milik:

ms. Assisi, Bibl. Umum, 186 dsl., 112a-113a. – S. ALBERTUS AGUNG, komentar pada kitab III Sententiae, dist. 33,

art. 3, pemecahan 1: edisi BORGNET XXVIII,611. – IDEM, komentar pada kitab IV Sententiae, dist. 15 dan 16: edisi

tsb. XXIX, 494-497. – Tentang art “kelebihan milik” untuk zaman sekarang, lih. YOHANES XXIII, Amanat radio-

televisi tgl. 11 September 1962: AAS 54 (1962) hlm. 682: “Merupakan kewajiban setiap orang, kewajiban yangmendesak bagi orang kristen, untuk menilai kelebihan milik dengan ukuran kebutuhan sesama, dan untuk menjaga

sungguh-sungguh, supaya pengurusan dan pembagian harta-benda yang tercipta menguntungkan bagi semua orang”.149   Dalam hal itu berlaku kaidah kuno: “dalam kebutuhan darurat segala sesuatu menjadi milik umum, artinya harus

dibagikan”. Di lain pihak mengenai lingkup serta cara menerapkan prinsip dalam teks tersebut, kecuali para pengarang

modern yang andal, lihatlah juga S. TOMAS, Summa Theol . II-II, soal 66, art. 7. Jelaslah, bahwa untuk dengan cermat

menerapkan prinsip itu semua persyaratan yang secara moril dituntut harus terpenuhi.150

  Lih. GRASIANUS, Dekrit, bab 21, dist. LXXXXVI: FRIEDBERG I, 302. Pepatah itu sudah tercantum dalam PL

54,591A dan PL 56,1132B: bdk. Antonianum 27 (1952) hlm. 349-366.

Page 342: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 342/388

serba mendesak diantara bangsa-bangsa dan daerah-daerah yang belum majuperekonomiannya. Di bidang moneter hendaknya di usahakan, jangan samapikesejahteraan bangsa sendiri serta bangsa-bangsa lain dirugikan. Kecuali itu hendaknyadiupayakan, agar kaum ekonomi lemah jangan samapi menderita kerugian yang tidakadil akibat perubahan nilai mata uang.

71. (Soal memperoleh harta-milik dan milik perorangan; masalah tuan tanah)Harta-milik dan bentuk-bentuk lain pemilikan peroarangan atas harta-benda lahiriahberperanserta dalam pengungkapan pribadi. Selain itu membuka peluang baginya untukmenunaikan tugasnya dalam masyarakat dan di bidang ekonomi. Maka amat pentinglah,bahwa tetap terbuka kemungkinan memperoleh suatu hak milik atas hal-hal lahiriah.Milik perorangan atau suatu peguasaan atas harta-benda lahiriah memberi setiap orangruang yang sungguh perlu untuk mengembangkan otonomi pribadi maupunkeluarganya, dan harus dipandang bagaikan perluasan kebebasan manusiawi.Selanjutnya, karena ikut mendorong pelaksanaan tugas-kewajiban, merupakan suatusyarat bagi kebebasan warga masyarakat[151].

Bentuk-bentuk penguasaan atau pemilikan semacam itu sekarang ini bermacam-macam dan makin lama makin beraneka. Tetapi kesemuanya, - di samping jaminan- jaminan sosial, perundang-undangan dan jasa pelayanan yang disediakan olehmasyarakat, - tetap merupakan sumber keamanan yang tidak dapat diabaikan. Itu berlakubukan hanya tentang harta-milik jasmani, melainkan juga tentang kekayaan rohani,seperti kemampuan-kemampuan profesional.

Adapun hak atas milik perorangan tidak bertentangan pada hak yang ada padapelbagai bentuk milik negara. Perpindahan harta menjadi milik negara hanya dapatdilaksanakan oleh kewibawaan yang berwenang, sesuai dengan tuntutan-tuntutankesejahteraan umum dan di dalam batas-batasnya, dengan diberikannya ganti rugi yangsungguh wajar. Selain itu termasuk tugas pemerintah: mencegah, jangan samapai adayang menyalahgunakan milik perorangan melawan kesejahteraan umum[152].

Tetapi milik perorangan sendiri pun menurut hakekatnya mempunyai sifat sosial juga,yang di dasarkan pada prinsip: harta-benda diperuntukkan bagi semua orang[153]. Bilasifat sosial itu diabaikan, harta milik sering sekali membuka peluang bagi keserakahandan kekacauan yang parah, sehingga para penentang menemukan dalih untuk melawanhak atas milik perorangan.

Di banyak daerah yang belum maju perekonomiannya terdapat bidang-bidang tanahluas, bahkan sangat luas, yang hanya setengah dikerjakan, atau demi keuntungandibiarkan tidak dikerjakan sama sekali, sedangkan mayoritas rakyat atau tidakmempunyai tanah, atau hanya memiliki ladang yang sangat sempit sekali. Padahal di lain

pihak sangat jelas, betapa sungguh mendesak ladang-ladang ditingkatkan buah-hasilnya.Tidak jarang kaum buruh yang dipekerjakan oleh tuan-tuan tanah, atau yang mengelolasebagian tanah sebagai tanah sewaan saja, hanya menerima upah atau mendapat bagihasil yang benar-benar tidak layak manusiawi, tidak mempunyai rumah pantas, dandihisap oleh petugas-petugas penengah. Mereka sedikitpun tidak mendapat jaminankeamanan, dan hidup dalam perhambaan pribadi sedemikian rupa, sehinggakemampuan untuk bertindak atas kehendak sendiri dan bertanggung jawab praktisdirampas dari mereka, dan setiap kemajuan di bidang budaya serta setiap peran sertadalamkehidupan sosial dan politik bagi mereka tidak terjangkau. Maka untukmenanggapi pelbagai situasi itu amat perlulah perombakan-perombakan: penghasilan

151 Lih. LEO XIII, ensiklik  Rerum Novarum: AAS 23 (1890-91) hlm. 643-646. - PIUS XI, Qudrasimo Anno: AAS 23 (1931)

hlm. 191. - PIUS XII, Amanat 1 Juni 1941: AAS 33 (1941) hlm. 199. – IDEM, Amanat radio pada malam menjelang Natal 1942: AAS 35 (1943) hlm. 17. – IDEM, Amanat radio tgl. 1 September 1944: AAS 36 (1944) hlm. 253. -

YOHANES XXIII, Ensiklik Mater et Magistra : AAS 53 (1961) hlm. 428-429.152

  Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik  Mater et Magistra : AAS 53 (1961) hlm. 214. - YOHANES XXIII, Ensiklik  Mater et

 Magistra: AAS 53 (1961) hlm.429.153

  Lih. PIUS XII, Amanat radio, Pentekosta 1941: AAS 33 (1941) hlm. 199. - YOHANES XXIII, Ensiklik  Mater et

 Magistra: AAS 53 (1961) hlm.430.

Page 343: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 343/388

perlu dinaikkan, kondisi-kondisi kerja harus diperbaiki, dalam mempekerjakan buruhdibutuhkan kepastian sosial, dan diperlukan dorongan untuk bekerja atas kemauansendiri; bahkan tanah yang kurang dikerjakan harus dibagikan kepada mereka, yangmampu menjadikannya tanah subur. Dalam situasi ini perlu disediakan sarana-saranadan upaya-upaya yang dibutuhkan, terutama bantuan pendidikan dan kesempatan untukmembentuk badan koperasi yang teratur. Tetapi setiap kali kesejahteraan umum meminta

pengambilalihan harta-milik, harus ditetapkan ganti rugi berdasarkan keadilan, danmempertimbangkan seluruh situasi.

72. (Kegiatan sosial ekonomi dan Kerajaan Kristus)

Umat kristen, yang secara aktif melibatkan diri dalam perkembangan sosial ekonomizaman sekarang, serta membela keadilan dan cinta kasih, hendaknya menyadari, bahwamereka dapat berjasa besar bagi kesejahteraan umat manusia dan perdamaian dunia.Dalam kegiatan-kegiatan itu hendaknya mereka masing-masing maupun sbagaikelompok memberi teladan yang cemerlang. Dengan kemahiran serta pengalamanyangmereka peroleh dan memang sungguh dibutuhkan, hendaknya mereka mempertahankan

tata-nilai yang sebenarnya ditengah kegiatan mereka di dunia, serta tetap setia kepadaKristus dan Injil-Nya, sehingga seluruh hidup mereka, sebagai perorangan maupunanggota masyarakat, diresapi oleh semangat Sabda Bahagia, khususnya semangatkemiskinan.

Barang siapa patuh taat kepada Kristus, dan pertama-tama mencari Kerajaan Allah,akan menimba dari padanya cinta kasih yang lebih kuat dan lebih jernih, untukmembantu semua saudara-saudarinya, dan untuk berjiwakan cinta kasih melaksanakankarya keadilan[154].

BAB EMPAT

HIDUP BERNEGARA

73. (Kehidupan umum zaman sekarang)

Zaman sekarang ini ternyata berlangsung perubahan-perubahan yang mendalam, juga

dalam struktur kemasyarakatan dan lembaga-lembaga bangsa-bangsa, yang disebabkanoleh perkembangan mereka di bidang budaya, ekonomi dan sosial. Perubahan-perubahanitu berpengaruh besar atas hidup bernegara, terutama mengenali hak-hak dan kewajiban-keajiban semua orang dalam mengamalkan kebebasan mereka sebagai warganegara dandalam mengusahakan kesejahteraan umum, pun juga mengenai cara mengatur hubunganantar warganegara maupun hubungan mereka dengan pemerintah.

Kesadaran akan martabat manusia semakin mendalam. Maka di pelbagai kawasandunia ini muncullah usaha untuk membaharui tata politik berdasarkan hukum, supayahak-hak pribadi dalam kehidupan umum lebih dilindungi, misalanya hak untuk denganbebas mengadakan pertemuan dan mendirikan organisasi; hak untuk mengungkapkan

pendapat-pendapatnya sendiri, dan untuk mengamalkan agama sebagai peroranganmaupun di muka umum. Sebab terjaminnya hak-hak pribadi merupakan syarat mutlak,supaya para warganegara, masing-masing mempunyai kolektif, dapat bereperansertasecara aktif dalam kehidupan dan pemerintahan negara.

154  Tentang penggunaan harta-benda yang tepat menurut ajaran Perjanjian Baru, lih. Luk. 3:11; 10:30 dan selanjutnya;

11:41; 1Ptr 5:3; Mrk 8:36; 12:29-31; Yak 5:1-6; 1Tim 6:8; Ef 4:28; 2Kor 8:13 dan selanjutnay; 1Yoh 3:17-18.

Page 344: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 344/388

  Seiring dengan kemajuan di bidang budaya, ekonomi dan sosial, pada banyak orangmakin kuatlah kemauan untuk memainkan peranan lebih besar dalam mengatur hidupbernegara. Dalam kesadaran banyak orang makin mendesaklah hasrat, supaya hak-hakkelompok-kelompok minoritas suatu bangsa dipertahankan, tanpa mengabaikankewajiban-kewajiban mereka terhadap negara. Kecuali itu makin kuatlah sikap hormatterhadap orang-orang yang berpandangan lain atau yang menganut agama lain. Serta

makin meluaslah kerja sama, supaya semua warga negara, dan bukan hanya beberapaorang saja yang mempunayai hak istimewa, benar-benar dapat memanfaatkan hak-hakpribadi mereka.

Di lain pihak ada sikap menolak terhadap semua sistem politik, yang masih berlaku diberbagai kawasan, dan yang merintangi kebebasan kewarganegaraan dan keagamaan,menimbulkan jauh lebih banyak ambisi dan kejahatan politik, serta menggunakankewibawaan mereka bukan demi kesejahteraan umum, melainkan demi keuntungansuatu partai atau para pemimpin sendiri.

Untuk membangun kehidupan politik yang sungguh manusiawi, tidak ada yang lebihbaik dari pada menumbuhkan semangat batin keadilan dan kebaikan hati serta

pengabdian demi kesejahteraan umum, lagi pula memantapkan keyakinan-keyakinandasar tentang hakekat sejati negara, dan tentang tujuan, tepatnya pelaksanaan dan batas-batas wewenang pemerintah.

74. (Hakekat dan tujuan negara)

Orang-orang, keluarga-keluarga dan pelbagai kelompok, yang bersama-sama membentukmasyarakat sipil, menyadari kurangnya kemampuan mereka untuk mewujudkankehidupan yang sungguh manusiawi. Mereka memahami perlunya rukun hidup bersamayang lebih luas, yang memberi ruang kepada semua anggotanya, untuk dari hari ke harimenyumbangkan tenaga mereka sendiri demi semakin terwujudnya kesejahteraanumum[155]. Oleh sebab itu mereka membentuk negara menurut pelbagai pola. Makanegara ada demi kesejahteraan umum, menemukan dasar keberadaannya sepenuhnyaserta maknanya dalam kesejahteraan itu, dan mendasarkan hak kemandiriannya yangotentik padanya. Kesejahteraan umum mencakup keseluruhan kondisi-kondisi kehidupansosial, yang memungkinkan orang-orang, keluarga-keluarga dan perhimpunan-perhimpunan mencapai kesempurnaan mereka secara lebih penuh dan lebih mudah[156].

Memang banyak dan bermacam-macamlah orang-orang, yang berhimpunmewujudkan negara, dan dapat secara wajar merasa condong kepada pelbagai pendapat.Maka supaya jangan sampai, karena masing-masing mengikuti pandangannya sendiri,negara itu terpecah belah, diperlukan kewibawaan yang mengarahkan daya kemampuansemua warganya kepada kesejahteraan umum, tidak secara mekanis atau otoriter,

melainkan terutama sebagai kekuatan moril, yang bertumpu pada kebebasan dankesadaran akan kewajiban serta beban yang telah mereka terima sendiri.

Dengan demikian jelaslah negara dan pemerintah mempunyai dasarnya pada kodratmanusia, dan karena itu termasuk tatanan yang ditetapkan oleh Allah. Sedangkanpenentuan sistim pemerintahan dan penunjukan para pejabat pemerintah hendaknyadiserahkan kepada kebebasan kehendak para warganegara[157].

Kesimpulannya pula ialah, bahwa pelaksanaan kekuasaan politik, baik dalammasyarakat sendiri, maupun di lembaga-lembaga yang mewakili negara, selalu harusberlangsung dalam batas-batas tata moral, untuk mewujudkan kesejahteraan umum yangdiartikan secara dinamis, menurut tata perundang-undangan yang telah dan harus

ditetapkan secara sah. Maka para warganegara wajib patuh-taat berdasarkan hati nuranimereka[158]. Dari situ jelas jugalah tanggung jawab, martabat dan kewibawaan parapenguasa.

155 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Mater et Magistra : AAS 53 (1961) hlm.417.

156 Lih. IDEM, ibidem.

157 Lih. Rom 13:1-5.

158 Lih. Rom 13:5

Page 345: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 345/388

  Tetapi, bila para warganegara mengalami tekanan dari pihak pemerintah yangmelampaui batas wewenangnya, hendaknya mereka jangan menolak apapun, yang secaraobjektif memang dituntut demi kesejahteraan umum. Tetapi boleh saja merekamemperjuangkan hak-hak mereka serta sesama warganegara melawan penyalahgunaankekuasaan itu, dengan tetap mengindahkan batas-batas, yang digariskan oleh hukumkodrati dan Injil.

Pola-pola konkrit, yang bagi negara menjadi pedoman untuk mengatur tatasusunannya sendiri dan berfungsinya pemerintahan, dapat bermacam-ragam sesuaidengan sifat-perangai bangsa-bangsa dan perjalanan sejarah. Tetapi selalu harusmengabdi kepada pembinaan manusia yang berbudaya, cinta damai dan berbaik hatiterhadap siapa saja, demi keuntungan segenap keluarga manusia.

75. (Kerja sama semua orang dalam kehidupan umum)

Sama sekali sesuailah dengan kodrat manusia menemukan struktur-struktur politikberdasarkan hukum, yang selalu semakin baik dan tanpa deskriminasi membukakesempatan efektif bagi semua warga negara, untuk secara bebas dan aktif berperanserta

baik dalam menetapkan dasar-dasar hukum bagi negara, dalam nmenentukan sistimpemerintahan negara, dan bidang-bidang serta sasaran pelbagai lembaganya, maupundalam pemilihan pejabat pemerintah[159]. Maka hendaknya semua warganegaramenyadari hak maupun kewajibannya untuk secara bebas menggunakan hak suaramereka guna meningkatkan kesejahteraan umum. Gereja memandang layak di puji dandihormati kegiatan mereka, yang demi pengabdian kepada sesama membaktikan kepadakesejahteraan negara dan sanggup memikul beban kewajiban mereka.

Supaya kerja sama para warganegara, dijiwai kesadaran akan kewajiban mereka,dalam kehidupan sehari-hari negara berhasil dengan baik, dibutuhkan tata hukum positif,yang mencantumkan pembagian tugas-tugas serta lembaga-lembaga pemerintah sesuaidengan kebutuhan masyarakat, pun juga perlindungan hak-hak efektif dan tidakmerugikan siapa pun. Hendaknya diakui, dipatuhi dan didukung semua hak-hak pribadi,keluarga-keluarga dan kelompok-kelompok beserta pelaksanaannya[160], begitu pulakewajiban-kewajiban yang mengikat semua warganegara. Diantaranya perlu disebutkankewajiban untuk menunaikan pelayanan-pelayanan materiil maupun personal baginegara, yang diperlukan demi kesejahteraan umum. Hendaknya para penguasa janganmenghalang-halangi kelompok-kelompok keluarga, sosial atau budaya, instansi-instansiatau lembaga-lembaga pengantara. Jangan pul mencabut ruang kegiatan mereka yangsah dan efektif. Melainkan hendaknya para penguasa berusaha mengembangkan dengansukarela dan secara teratur kegiatan-kegiatan itu. Di pihak lain hendaknya parawarganegara, baik sebagai perorangan maupun secara kolektif, jangan menyerahkan

kekuasaan terlampau besar kepada pemerintah. Mereka jangan pula menuntutkeuntungan-keuntungan serta kemudahan-kemudahan yang berlebihan dan tidak padatempatnya dari pemerintah, sehingga mengurangi beban perorangan, keluarga-keluargamaupun kelompok-kelompok sosial.

Karena situasi zaman sekarang yang cukup rumit pemerintah sering terpaksabercampurtangan dalam soal-soal sosial, ekonomi dan budaya, untuk menciptakankondisi-kondisi yang lebih menguntungkan, sehingga para warganegara maupunkelompok-kelompok dibantu secara lebih efektif untuk secara sukarela mengusahakankesejahteraan manusia seutuhnya. Sesuai dengan kemajemukan wilayah-wilayah danperkembangan bangsa-bangsa, hubungan-hubungan antara sosialisasi[161] dan otonomi

serta perkembangan pribadi dapat diberi arti bermacam-macam. Tetapi bila demikesejahteraan umum pelaksanaan hak-hak untuk sementara dapat dibatasi, hendaknya

159  Lih. PIUS XII, Amanat radio, tgl. 24 Desember 1942: AAS 35 (1943) hlm. 9-24; tgl. 24 Desember 1944: AAS 37 (1945)

hlm. 11-17. – YOHANES XXIII, Ensiklik Pacem in terris: AAS 55 (1963) hlm. 263, 271, 277 dan 278.160

  Lih. PIUS XII, Amanat radio tgl. 1 Juni 1941: AAS 33 (1941) hlm. 200. – YOHANES XXIII, YOHANES XXIII,

Ensiklik Mater et Magistra : AAS 53 (1961) hlm. 415-418.161

 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Mater et Magistra : AAS 53 (1961) hlm.415-418.

Page 346: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 346/388

kebebasan selekas mungkin di kembalikan kalau keadaan sudah berubah. Tetapi adalahbertentang dengan kemanusiaan, bila kekuasaan politik jatuh ke dalam bentuk-bentuktotaliter atau diktatorial, sehingga melanggar hak-hak pribadi maupun kelompok-kelompok sosial.

Hendaknya para warganegara dengan kebesaran jiwa dan kesetiaan memupuk cintatanah air, tetapi tanpa berpandangan picik, sehingga serantak tetap memperhatikan

kesejahteraan segenap keluarga manusia, yang terhimpun melalui pelbagai ikatan antarsuku, antar bangsa dan antar negara.

Hendaknya segenap umat kristen menyadari panggilan mereka yang kas dalamnegara. Di situlah harus di pancarkan teladan mereka, yang terikat oleh kesadaran akankewajiban mereka mengabdikan diri kepada kesejahteraan umum yang memang perluditingkatkan. Dengan demikian mereka menunjukkan dengan tindakan yang nyata pula,bagaimana kewajiban dapat diselaraskan dengan kebebasan, prakarsa perorangan denganketerikatan pada struktur-struktur seluruh tubuh kemasyarakatan, kesatuan yangdiinginkan dengan kemajemukan yang menguntungkan. Hendaknya mereka mengakuiadanya pandangan-pandangan yang kendati berbeda satu dengan lainnya, toh beralasan

 juga mengenai cara mengatur hal ikhwal duniawi, dan tetap menghormati sesama warganegara yang dengan tulus membela pendapat-pendapat itu, juga sebagai anggota partai.Partai-partai politik wajib mendukung segala sesuatu, yang menurut pandangan merekadibutuhkan bagi kesejahteraan umum. Tetapi tidak pernah keuntungan pribadi bolehdidahulukan terhadap kesejahteraan umum.

Hendaknya secara intensif diusahakan pembinaan kewarganegaraan dan politik, yangsekarang ini perlu sekali bagi masyarakat dan terutama bagi generasi muda, supayasemua warganegara mampu memainkan peranannya dalam hidup bernegara. Merekayang cakap atau berbakat hendaknya menyiapkan diri untuk mencapai keahlian politik,yang sukar dan sekaligus amat luhur[162], dan berusaha mengamalkannya, tanpa

memperhitungkan kepentingan pribadi atau keuntungan materiil. Hendaknya merekadengan keutuhan kepribadiannya dan kebijaksanaan menentang ketidakadilan danpenindasan, kekuasaan sewenang-wenang dan sikap tidak bertenggang rasa satu orangatau satu politik. Hendaknya mereka secara jujur dan wajar, malahan dengan cinta kasihdan ketegasan politik, membaktikan diri bagi kesejahteraan semua orang.

76. (Negara dan Gereja)

Terutama dalam masyarakat yang bersifat majemuk, sangat pentinglah bahwa orang-orang mempunyai pandangan yang tepat tentang hubungan antara negara dan Gereja,dan bahwa ada pembedaan yang jelas antara apa yang dijalankan oleh umat kristen,entah sebagai perorangan entah secara kolektif, atas nama mereka sendiri selaku

warganegara di bawah bimbingan suara hati kristiani, dan dipihak lain apa yang mereka jalankan atas nama Gereja bersama para gembala mereka.

Berdasarkan tugas maupun wewenangnya Gereja sama sekali tidak dapat di campuradukkan dengan negara, dan tidak terikat pada sitem politik manapun juga. SekaligusGereja itu menjadi tanda dalam perlindungan transendesi pribadi manusia.

Di bidang masing-masing negara dan Gereja bersifat otonom tidak saling tergantung.Tetapi keduanya, kendati atas dasar yang berbeda, melayani panggilan pribadi dan sosialorang-orang yang sama. Pelaksanaan itu akan semakin efektif dijalankan oleh keduanyademi kesejahteraan umum, semakin baik keduanya menjalin kerja sama yang sehat,dengan mengindahkan situasi setempat dan sesama. Sebab manusia tidak terkungkung

dalam tata duniawi melulu, melainkan sementara mengarungi sejarah manusiawi iasepenuhnya mengabdi kepada panggilannya untuk kehidupan kekal. Gereja, yangbertumpu pada cinta kasih Sang Penebus, menyumbangkan bantuannya, supaya di dalamkawasan bangsa sendiri dan antara bangsa-bangsa makin meluaslah keadilan dan cinta

162  Lih. PIUS XI, Amnat:  Ai dirigenti della Federzaione Universitaria Cattolica  (kepada para pengurus Perserikatan

Universitas katolik): Discorsi di Pio XI: ed. Bertetto, Torino, jilid I (1960) hlm. 743.

Page 347: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 347/388

kasih. Dengan mewartakan kebenaran Injil, dan dengan menyinari semua bidangmanusiawi melalui ajaran-Nya dan melalui kesaksian umat kristen, Gereja jugamenghormati dan mengembangkan kebebasan serta tanggung jawab politik parawarganegara.

Para Rasul dan para pengganti mereka beserta rekan-rekan sekerja mereka diutusuntuk mewartakan Kristus Penebus dunia kepada masyarakat. Dalam menjalankan

kerasulan mereka mengandalkan kekuasaan Allah, yang sering sekali justru dalamkelemahan para saksi menampilkan kekuatan Injil. Sebab barang siapa membaktikan dirikepada pelayan sabda Allah, harus menggunakan cara-cara serta bantuan-bantuan yangkas bagi Inijl, yang dalam banyak hal berlainan dengan sumber-sumber daya masyarakatduniawi.

Hal-hal duniawi dan perkara-perkara, yang dalam kondisi hidup manusia melampauidunia ini, berhubungan erat sekali; dan Gereja memanfaatkan hal-hal duniawi sejauhdibutuhkan oleh perutusannya. Tetapi Gereja tidak menaruh harapannya atas hak-hakistimewa yang ditawarkan oleh pemerintah. Bahkan akan melepaskan penggunaan hak-hak tertentu yang diperolehnya secara sah, bila karena penggunaan ketulusan

kesaksiaannya ternyata disangsikan, atau bila kondisi-kondisi kehidupan yang barumemerlukan pengaturan yang baru. Tetapi selalu dan di mana-mana hendaknya iadiperbolehkan dengan kebebasan yang sejati mewartakan iman, menyampaikan ajaransosialnya, menunaikan tugasnya dalam masyarakat tanpa di halang-halangi, danmenyampaikan penilaian morilnya, juga tentang hal-hal yang menyangkut tata politik,bila itu di tuntut oleh hak-hak asasi manusia atau oleh keselamatan jiwa-jiwa, denganmenggunakan semua dan hanya bantuan-bantuan yang sesuai dengan Injil sertakesejahteraan-kesejahteraan semua orang, menanggapi zaman maupun situasi yangberbeda-beda.

Sementara Gereja dengan setia berpaut pada Injil, dan menunaikan perutusannya di

dunia, Gereja, yang dipanggil untuk memelihara serta memupuk apapun yang serbabesar, baik dan indah dalam masyarakat manusia[163], memantapkan perdamaian diantaramanusia demi kemuliaan Allah[164].

BAB LIMA

USAHA DEMI PERDAMAIAN DAN PEMBENTUKAN PERSEKUTUAN BANGSA-

BANGSA

77. (Pendahuluan)

Beberapa tahun ini ditandai oleh kesengsaraan dan kesukaran-kesukaran akibat perangyang sedang berkecamuk atau karena ancaman perang. Penderitaan dan kesulitan-kesulitan itu masih tetap berlangsung dan sangat membebani masyarakat. Segenapkeluarga manusia telah mencapai saat yang sangat kritis dalam proses pendewasaannya.Umat manusia, yang lambat laun telah berhimpun dan di mana-mana sudah menyadarikesatuannya, menghadapi tugas, yakni membangun dunia yang sungguh-sungguh lebihmanusiawi bagi semua orang dimana pun juga. Tugas itu hanya dapat dilaksanakan, bila

semua orang dengan semangat baru mengarahkan diri kepada perdamaian yang sejati.Karena itulah amanat Injil, yang menghadapi usaha-usaha dan aspirasi-aspirasi umatmanusia yang luhur, zaman sekarang ini memancarkan cahaya baru, sambil menyatakanpara pembawa damai bahagia, “karena mereka akan di sebut anak-anak Allah” (Mat 5:9).

163 Lih. KONSILI VATIKAN II, Konstitusi dogmatis tentang Gereja, art. 13.

164 Lih. Luk 2:14.

Page 348: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 348/388

  Oleh karena itu Konsili, sambil menjelaskan makna perdamaian yang otentik dan amatluhur, serta mengecam keganasan perang, bermaksud menyerukan penuh semangatkepada umat kristen, supaya dengan bantuan Kristus Pencipta damai bekerja samadengan semua orang untuk menggalang perdamaian dalam keadilan dan cinta kasihdiantara mereka, dan untuk menyediakan upaya-upaya perdamaian.

78. (Hakekat perdamaian)Damai tidak melulu berarti tidak ada perang, tidak pula dapat diartikan sekedar menjagakeseimbangan saja kekuatan-kekuatan yang berlawanan. Damai juga tidak terwujudakibat kekuasaan diktatorial. Melainkan dengan tepat dan cermat disebut “hasil karyakeadilan” (Yes 32:17). Damai merupakan buah hasil tata tertib, yang oleh Sang Penciptailahi ditanamkan dalam masyarakat manusia, dan harus diwujudkan secara nyata olehmereka yang haus akan keadilan yang makin sempurna. Sebab kesejahteraan umumbangsa manusia dalam kenyataan yang paling mendasar berada di bawah hukum yangkekal. Tetapi mengenai tuntutannya yang konkrit perdamaian tergantung dariperubahan-perubahan yang silih berganti di sepanjang masa. Maka tidak pernah tercapai

sekali untuk seterusnya, melainkan harus terus menerus dibangun. Kesuali itu, karenakehendak manusia mudah goncang, terlukai oleh dosa, usaha menciptakan perdamaianmenuntut, supaya setiap orang tiada hentinya mengendalikan nafsu-nafsunya, danmemerlukan kewaspadaan pihak penguasa yang berwenang.

Akan tetapi itu tidak cukup. Perdamaian itu di dunia tidak dapat di capai, kalaukesejahteraan pribadi-pribadi tidak di jamin, atau orang-orang tidak penuh kepercayaandan dengan rela hati saling berbagi kekayaan jiwa maupun daya cipta mereka. Kehendakyang kuat untuk menghormati sesama dan bangsa-bangsa lain serta martabat merekabegitu pula kesungguhan menghayati persaudaraan secara nyata mutlak untukmewujudkan perdamaian. Demikianlah perdamaian merupakan buah cinta kasih juga,yang masih melampaui apa yang dapat di capai melalui keadilan.

Damai di dunia ini, lahir dari cinta kasih terhadap sesama, merupakan cermin danbuah damai Kristus, yang berasal dari Allah Bapa. Sebab Putera sendiri yang menjelma,Pangeran damai, melalui salib-Nya telah mendamaikan semua orang dengan Allah.Sambil mengembalikan kesatuan semua orang dalam satu bangsa dan satu Tubuh, Iatelah membunuh kebencian dalam Daging-Nya sendiri [165], dan sesudah di muliakandalam kebangkitan-Nya Ia telah mencurahkan Roh cinta kasih ke dalam hati orang-orang.

Oleh karena itu segenap umat kristen dipanggil. Dengan mendesak, supaya “sambilmelaksanakan kebenaran dalam cinta kasih” (Ef 4:15), menggabungkan diri denganmereka yang sungguh cinta damai, untuk memohon dan mewujudkan perdamaian.

Digerakkan oleh semangat itu juga, kami merasa wajib memuji mereka, yang dapat

memperjuangkan hak-hak manusia menolak untuk menggunakan kekerasan, danmenempuh upaya-upaya pembelaan, yang tersedia pula bagi mereka yang tergolonglemah, asal itu dapat terlaksana tanpa melanggar hak-hak serta kewajiban-kewajibansesama maupun masyarakat.

Karena manusia itu pendosa, maka selalu terancam, dan hingga kedatangan Kristustetap akan terancam bahaya perang. Tetapi sejauh orang-orang terhimpun oleh cinta kasihmengalahkan dosa, juga tindakan-tindakan kekerasan akan diatasi, hingga terpenuhilahSabda: “Mereka akan menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak, dan tombak-tombak mereka menjadi pisau pemangkas. Bangsa tidak akan lagi mengankat pedangterhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang” (Yes 2:4).

165 Lih. Ef 2:16; Kol 1:20-22.

Page 349: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 349/388

ARTIKEL SATU

MENGHINDARI PERANG

79. (Keganasan perang harus dikendalikan)Sungguhpun perang-perang terakhir bagi dunia telah mendatangkan kerugian besarsekali di bidang materiil maupun moril, dari hari ke hari pun dikawasan tertentu duniaperang masih tetap menimbulkan pengrusakan-pengrusakan. Bahkan, sementara dalamperang dikerahkan segala macam senjata tehnologi tinggi, keganasannya sangatdikawatirkan akan membawa mereka yang bertempur kepada kebiadapan, yang jauhmelampaui kekejaman di masa lampau. Selanjutnya kompleksnya situasi zaman sekarangdan rumitnya hubungan-hubungan internasional memungkinkan, bahwa dengan cara-cara baru yang bersifat subfersive dan penuh tipu muslihat, perang dingin tetap berlarut-larut. Dalam banyak situasi penggunaan metode-metode teror dipandang sebagai cara

baru berperang.Menyaksikan keadaan umat manusia yang separah itu, Konsili Pertama bermaksudmengingatkan akan tetap masih berlakunya hukum kodrati bangsa-bangsa serta asas-asasnya yang bersifat universal. Kesadaran umat manusia sendiri semakin lantangmenyiarkan asas-asas itu. Maka tindakan-tindakan yang secara sengaja menentangnya,dan perintah-perintah yang mengharuskan tindakan-tindakan itu di ambil, bersifatdurhaka, dan kepatuhan buta pun tidak dapat membenarkan mereka yang menaatinya.Di antaranya terutama pantas di sebutkan tindakan-tindakan, yang berdasarkan dalihatau dengan cara tertentu mengakibatkan binasanya suku atau bangsa secara keseluruhanatau suatu suku yang merupakan minoritas. Tindakan-tindakan itu harus dikecamdengan tajam sebagai kejahatan yang mengerikan. Dan terutama layak sekali dipujisemangat mereka, yang tidak takut-takut melawan oknum yang memerintahkannyasecara terbuka.

Mengenai masalah perang terdapat berbagai perjanjian internasional, yang di dukungoleh cukup banyak bangsa, untuk mengusahakan supaya kegiatan-kegiatan militerbeserta akibat-akibatnya berkurang kekejamannya. Misalnya: perjanjian-perjanjianmenyangkut nasib serdadu-serdadu yang luka atau di tahan, pelbagai ketentuan yangserupa. Perjanjian-perjanjian itu hendaknya dipatuhi. Bahkan semua saja, terutamapemerintah-pemerintah dan para pakar di bidang itu, wajib mengusahakan sedapatmungkin, supaya persetujuan-persetujuan itu disempurnakan, dan dengan demikianlebih baik dan tepat guna memperbuahkan pengendalian keganasan perang. Kecuali itu

kiranya sudah sewajarnya, bahwa perundang-undangan berdasarkan perikemanusiaanmencantumkan kebijaksanaan tentang mereka, yang berdasakan suara hati menolakuntuk mengangkat senjata, sedangkan mereka sanggup berbakti kepada masyarakatdengan cara lain.

Memang perang belum enyah dari hidup manusia. Tetapi, selama akan ada bahayaperang, dan tidak ada kewibawaan internasional yang berwenang dan dilengkapi upaya-upaya memadai, selama itu – bila semua upaya perlindungan damai sudah digunakan –pemerintah-pemerintah tidak dapat diingkari haknya atas pembelaan negara merekayang sah. Maka para negarawan dan siapa saja yang ikut memikul tanggung jawab atasnegara, harus memandang perkara-perkara seserius secara serius pula, dan bertugas

memperjuangkan keselamatan rakyat yang percaya kepada mereka. Tetapi memanglainlah menjalankan kegiatan militer untuk membela rakyat sebagaimana harusnya,berbeda lagi maksud untuk menaklukkan bangsa-bangsa lain. Dan adanya kekuatanperang tidak menghalalkan setiap penggunaannnya demi kepentingan militer ataupolitik. Dan bila – sayang – perang sudah pecah, tidak dengan sendirinya segala sesuatudiperbolehkan antara pihak-pihak yang sedang bertikai.

Page 350: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 350/388

Mereka sendiri, yang untuk mengabdi tanah air termasuk angkatan bersenjata,hendaknya memandang diri sebagai pelayan-pelayan keamanan dan kebebasan rakyat,lagi pula, selama menunaikan tugas itu dengan baik, benar-benar berjasa untukmempertahankan kedamaian.

80. (Perang total)

Kengerian dan kejahatan perang meningkat luar biasa akibat bertambahnya senjata-senjata teknologi tinggi. Sebab dengan mengerahkan senjata-senjata itu perang mampumenimbulkan kehancuran yang dasyat dan menimpa siapa pun juga. Makapenggempuran itu sudah jauh melampaui batas-batas bela diri yang sewajarnya. Bahkanbila upaya-upaya itu, yang sudah tersedia dalam persenjataan bangsa-bangsa yang besar,digunakan sepenuhnya, akan timbul pembantaian hampir total dan timbal balik antarakedua pihak yang bertempur, tidak terhitung banyaknya kehancuran di dunia sertaakibat-akibat fatal yang timbul dari penggunaan senjata-senjata itu.

Itu semua mendesak kita untuk menilai perang dengan pandangan yang baru samasekali[166]. Hendaknya orang-orang jaman sekarang, bahwa akan harus memberi

pertanggungjawaban yang berat atas kegiatan-kegiatan perangnya. Sebab dari keputusan-keputusan mereka sekarang ini akan banyak tergantunglah kelangsungan masa depan.Memperhatikan itu semua Konsili ini memulai kecaman-kecaman terhadap perang

total yang telah di lontarakan oleh Paus-Paus terakhir[167], dan menyatakan :Semua kegiatan perang, yang menimbulkan penghancuran kota-kota seluruhnya atau

daerah-daerah luas beserta semua penduduknya, merupakan tindak kejahatan melawanAllah dan manusia sendiri, yang harus di kecam dengan keras dan tanpa ragu-ragu.

Bahay istimewa perang zaman sekarang yakni: bagi mereka, yang memiliki senjatateknologi tinggi mutakhir, terbuka kesempatan menjalankan tindak-tindak kejahatansemacam itu; lagi pula, karena suatu reaksi beruntun, perang itu dapat mendorongmanusia ke arah keputusan-keputusan yang paling mengerikan. Supaya itu di masadepan jangan pernah lagi terjadi, para Uskup seluruh dunia yang sedang bersidangdengan sangat memohon siapa saja, terutama para negarawan serta para panglimaangkatan bersenjata, supaya tiada hentinya merenungkan sungguh-sungguh tanggung jawab besar itu di hadirat Allah dan di hadapan semua manusia.

81. (Perlombaan senjata)

Senjata teknologi tinggi bukan hanya ditimbun untuk digunakan dalam perang. Sebab,karena kekuatan pertahan masing-masing pihak dianggap tergantung dari kemampuanuntuk dengan cepat menghalau lawan, penimbunan senjata itu, yang dari tahun ke tahunterus meningkat, secara paradoksal dimaksudkan untuk menakut-nakuti musuh-musuh

yang mungkin muncul. Oleh banyak orang itu dipandang sebagai upaya yang palingefektif untuk sekarang ini melestarikan semacam “perdamaian” internasional.

Apa pun mau dikatakan tentang metode menakut-nakuti itu, hendaknya semua orangmenyadari, bahwa perlombaan senjata, yang kini sudah ditempuh oleh cukup banyaknegara, bukan merupakan jalan yang aman untuk dengan mantap melestarikanperdamaian, dan bahwa apa yang disebut “keseimbangan” yang dihasilkannya bukanlahperdamaian yang pasti dan sejati. Karenanya sebab-musabab perang bukannyadisingkirkan, justru malahan lambat laun merupakan ancaman yang paling berat.Sementara untuk menyiapkan senjata yang selalu baru dibelanjakan harta-kekayaan yangberlimpah-ruah, sekian banyak malapetaka diseluruh dunia sekarang toh tidak dapat di

166  Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik  Pacem in terris , tgl. 11 April 1963: AAS 55 (1963) hlm. 291: “Oleh karena itu pada

zaman sekarang ini, yang mengembangkan kekuatan atom, sama sekali sudah tidak berlaku lagi, bahwa perang masih

merupakan upaya yang cocok, untuk memulihkan hak-hak yang telah di langgar”.167

 Lih. PIUS XII, Amanat tgl. 30 September 1954: AAS 46 (1954) hlm. 589; , Amanat radio, tgl. 24 Desember 1942: AAS

35 (1943) hlm. 15 dan selanjutnya; YOHANES XXIII, Ensiklik  Pcem in terris, tgl. 11 April 1963: AAS 55 (1963) hlm.

286-291. – PAULUS VI, Amanat kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa, tgl. 4 Oktober 1965: AAS 57 (1965) hlm. 877-

885.

Page 351: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 351/388

sembuhkan sebagaimana harusnya. Olehnya pertikaian-pertikaian internasional tidakdapat sungguh diatasi secara mendasar, malahan bagian-bagian dunia lainnya ikuttertimpa. Maka perlulah di pilih cara-cara baru, yang berawal mula pada semangat yangdiperbaharui, untuk menyingkirkan batu sandungan itu, pun supaya perdamaian yangsejati dapat dikembalikan kepada dunia, yang di bebaskan dari kegelisahan yangmenekannya.

Oleh karena itu sekali lagi perlu ditegaskan: perlombaan senjata merupakan bencanayang paling mengerikan bagi umat manusia, dan melukai kaum miskin dengan cara yangmungkin dibiarkan begitu saja. Sangat di khawatirkan, jangan-jangan kalau perlombaanitu terus berlangsung, suatu ketika akan mendatangkan segala bencana yang fatal, yangupaya-upayanya kini sedang di sediakan.

Di peringatkan oleh bencana-bencana, yang sekarang ini telah dimungkinkan olehmanusia sendiri, marilah kita memanfaatkan jangka waktu yang masih tersedia bagi kita,untuk lebih menyadari tanggung jawab kita, serta menetukan cara-cara untukmenyelesaikan perselisihan-perselisihan kita melalui jalan yang lebih layak bagi manusia.Dengan mendesak penyelenggaraan ilahi meminta kita, supaya membebaskan diri dari

perbudakan lama kepada perang. Sekiranya kita tidak bersedia menjalankan usaha-usahaitu, kita sudah tidak tahu lagi, akan sampai di manakah kita ini melalui jalan sesat yangterlajur kita tempuh itu.

82. (Larangan mutlak terhadap perang, dan kegiatan internasional untuk mencegah

perang)

 Jelaslah kita wajib berusaha, untuk sekuat tenaga menyiapkan masaknya perang manapun juga atas persetujuan internasional dapat dilarang sama sekali. Tentu syaratnya ialah:supaya didirikan lembaga kewibawaan universal-universal, yang diakui oleh semuapihak, dan mempunyai kekuasaan efektif, agar supaya terjaminlah bagi semua orangkeamanan, pelaksanaan keadilan, dan sikap menghormati hak-hak manusiawi. Akantetapi, sebelum lembaga kewibawaan itu dapat didirikan, perlulah lembaga-lembagainternasional tertinggi yang ada sekarang mengadakan studi intensif tentang upaya-upaya yang efektif untuk mewujudkan situasi semesta yang aman. Perdamaian pertama-tama harus diciptakan berdasarkan kepercayaan timbal balik antara bangsa-bangsa, tidakdipaksakan kepada negara-negara melalui persenjataan yang menakutkan. Maka semuapihak wajib mengusahakan, supaya perlombaan senjata akhirnya dihentikan; supayapengurangan sejata sungguh di mulai, tidak sepihak melulu, melainkan hendaknyadijalankan serentak oleh semua pihak berdasarkan perjanjian, di sertai jaminan-jaminanyang kuat dan efektif[168].

Sementara itu hendaknya jangan diremehkan usaha-usaha yang sudah dan sedang

dijalankan, untuk menangkal bahaya perang. Seyogyanya di dukunglah kehendak baiksekian banyak orang, yang karena jabatan tinggi mereka menanggung beban beratkeprihatinan yang mendalam, tetapi terdorong oleh besarnya tanggung jawab mereka,berusaha mencegah perang yang begitu mereka khawatirkan, kendati tidak mungkinmengalihkan perhatian dari rumitnya permasalahan seperti adanya sekarang. PerlulahAllah di mohon dengan sungguh, supaya berkenan mengurniai mereka kekuatan untukdengan tabah memulai dan dengan tekun melanjutkan karya kasih mulia terhadapsesama itu, yakni dengan gagah perkasa membangun perdamaian. Sudah pasti sekarangitu menuntut, agar mereka memperluas cakarawala hati dan budi melampaui batasnegara mereka sendiri, menanggalkan egoismenasional dan ambisi menguasai bangsa-

bangsa lain, serta memupuk sikap hormat yang mendalam terhadap seluruh umatmanusia, yang dengan banyak jerih payah sudah melangkah maju ke arah kesatuansemakin erat.

168  Lih. Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik  Pacem in terris, yang membicarakan pengurangan senjata: AAS 55 (1963) hlm.

287.

Page 352: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 352/388

  Tentang masalah perdamaian dan perlucutan senjata telah diadakan dengan giatpenelitian-penelitian yang tetap dilanjutkan dengan tekun, begitu pula kongres-kongresinternsional, yang membahasanya sebagai langkah-langkah pertama menuju pemecahansoal-soal seberat itu. Usaha-usaha itu di masa mendatang perlu dikembangkan secaralebih intensif untuk mencapai hasil-hasil yang praktis. Kendati begitu hendaknyamasyarakat menjaga, supaya jangan melulu mengandalakan usaha-usaha beberapa pihak

saja, tanpa menghiraukan sikap mental mereka sendiri. Sebab para negarawan yangbertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa mereka sendiri dan sekaligus ikutmemajukan kesejahteraan seluruh dunia, sangat tergantung dari pandangan-pandangandan sikap mental khalayak ramai. Tidak ada gunanya mereka bersusah payahmembangun perdamaian, selama permusuhan, penghinaan, sikap curiga, kebencian“rasial” dan ideologi-ideologi yang tegar memecah belah rakyat dan menimbulkanpertentangan. Maka mendesak sekalilah kebutuhan akan pendidikan sikap mental yangdiperbaharui dan akan inspirasi baru terhadap pandangan umum. Mereka yangmembaktikan diri dalam karya pendidikan, terutama pembinaan generasi muda, atauberusaha membentuka pandangan umum, hendaknya menganggap sebagai kewajiban

yang berat sekali membangkitkan pada semua orang mentalitas baru yang ditandai cintadamai. Kita semua pun perlu merombak sikap hati kita, mengarahkan pandangan keseluruh dunia dan memperhatikan tugas-tugas, yang dapat kita jalankan bersama, untukmenjalankan kesejahteraan umat manusia.

 Jangan pula harapan semua mengelabui kita. Sebab kalau permusuhan dan kebenciantidak di singkirkan, dan di masa mendatang tidak di adakan perjanjian-perjanjian yangandal dan jujur tentang perdamaian semesta, barangkali umat manusia, yang kini sudahberada dalam bahaya besar, kendati berbekalkan ilmu pengetahuan yang mengagumkan,akan hanyut ke arah yang fatal, yakni saatnya tidak ada kedamaian lain lagi yangdialaminya, kecuali kedamaian maut yang mengerikan. Akan tetapi, sementara

mengemukakan itu semua, Gereja Kristus, yang berada ditengah kecemasan zamansekarang, tiada hentinya berpengharapan sangat teguh. Gereja bermaksud setiap kali,entah amanatnya diterima atau tidak, mengulang-ulangi pesan Rasul: “lihat, sekaranginilah waktu yang berkenan kepada Allah” untuk pertobatan hati, “sekarang inilah haripenyelamatan”[169].

ARTIKEL DUA

PEMBANGUNAN MASYARAKAT INTERNASIONAL

83. (Sebab-musabab perpecahan dan cara mengatasinya)

Untuk membangun perdamaian pertama-tama diisyaratkan, supaya dicabutlah sebab-musabab perpecahan antar manusia, yang menimbulkan perang, terutama tindakan-tindakan melawan keadilan. Tidak sedikit antaranya bersumber pada ketimpangan-ketimpangan ekonomi yang sudah keterlaluan, pun juga pada terlambatnya usaha yang

dibutuhkan untuk mengatasinya. Ada pula yang timbul dari nafsu untuk menguasai dansikap menghina sesama, dan – kalau kita cari sabab-musababnya yang lebih dalam – dariiri hati, sikap curiga, kesombongan, dan nafsu-nafsu egois lainnya. Karena manusia tidaktahan menanggung sekian banyak kekacauan, maka akibatnya ialah, bahwa – meskipunsedang tidak ada perang – dunia terus-menerus ditimpa oleh persaingan-persaingan antar

169 Lih. 2Kor 6:2.

Page 353: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 353/388

manusia dan oleh tindakan-tindakan kekerasan. Selain itu, karena kekacauan itu terdapat juga dalam hubungan-hubungan internasional, maka mutlak perlulah, bahwa untukmengatasi atau mencegahnya, dan untuk mengendalikan tindakan-tindakan kekerasanyang tidak terkekang, lembaga-lembaga internasional bekerja sama dan dikoordinasisecara lebih baik dan lebih mantap, pun juga tiada jemunya di dorong pembentukanlembaga-lembaga, yang memajukan perdamaian.

84. (Persekutuan bangsa-bangsa dan lembaga-lembaga internasional)

Zaman sekarang ini makin meningkat dan kian eratlah hubungan-hubungan timbal balikantara semua warga negara dan sekalian bangsa di dunia. Maka, supaya kesejahteraanumum bagi seluruh dunia diusahakan dengan upaya-upaya yang memadai dan tercapaisecara lebih efektif, sudah perlulah persekutuan bangsa-bangsa membentuk suatustruktur, yang cocok untuk tugas-tugas masa kini, terutama sehubungan dengan daerah-daerah luas sekali, yang masih menderita kemiskinan, yang tak boleh dibiarkan berlarut-larut.

Untuk mencapai tujuan itu lembaga-lembaga masyarakat internasional harus berusaha

memenuhi pelbagai kebutuhan umat manusia menurut fungsi masing-masing, baik dibidang-bidang kehidupan sosial, termasuk nafkah hidup, kesehatan, pendidikan, dankerja, maupun dalam pelbagai situasi khusus, yang dapat timbul entah di mana, misalnyakebutuhan umum negara-negara yang sedang berkembang untuk meningkatkanpembangunan, kebutuhan untuk meringankan beban penderitaan kaum pengungsi yangtersebar di seluruh dunia, pun juga untuk membantu kaum emigran beserta keluarga-keluarga mereka.

Lembaga-lembaga internasional, untuk seluruh dunia maupun yang bersifat regional,yang sudah ada sekarang, jelaslah berjasa besar bagi umat manusia. Lembaga-lembaga itutampil sebagai usaha-usaha pertama untuk meletakkan dasar-dasar internasional bagisegenap masyarakat manusia, guna memecahkan masalah-masalah amat berat zamansekarang, yakni: mendukung kemajuan seluruh dunia, dan mencegah perang dalambentuk mana pun juga. Di segala bidang itu Gereja bergembira tentang mekarnyasemangat persaudaraan yang sejati antara umat kristen dan umat bukan kristen, yangkesemuanya mengusahakan, agar dijalankan usaha-usaha semakin intensif untukmeringankan penderitaan yang tiada hingganya.

85. (Kerja sama internasional di bidang ekonomi)

Solidaritas umat manusia sekarang ini juga menurut penggalangan kerja samainternsional yang lebih erat di bidang ekonomi. Sebab, meskipun hampir semua bangsasudah merdeka, mereka jauh belum terluputkan dari ketimpangan-ketimpangan yang

keterlaluan dan dari segala bentuk ketergantungan yang tidak wajar, dan jauh belumterhindarkan dari segala bahaya persoalan-persoalan intern yang berat.

Perkembangan suatu bangsa tergantung dari sumber-sumber manusiawi dankeuangan. Para warganegara setiap bangsa perlu disiapkan melalui pendidikan danpembinaan kejuruan untuk menjalankan pelbagai tugas dibidang ekonomi dan sosial.Untuk itu diperlukan bantuan pakar-pakar mancanegara, yang sementara memberipertolongan tidak berlagak menguasai, melainkan bertindak sebagai penolong dan rekansekerja. Bantuan materiil tidak akan berguna bagi bangsa-bangsa yang sedangberkembang, kalau aturan-aturan permainan dalam perdagangan di dunia zamansekarang tidak di ubah dengan secara mendalam. Kecuali itu harus diberikan bantuan-

bantuan lain oleh bangsa-bangsa yang sudah maju berupa hibah-hibah, pinjaman-pinjaman atau investasi-investasi. Hendaknya di satu pihak itu semua diberikan dengankebesaran hati dan tanpa pamrih, dan di lain pihak diterima secara terhormat.

Untuk mewujudkan tata ekonomi yang sejati bagi seluruh dunia perludikesampingkan usaha-usaha yang berlebihan untuk mendapatkan keuntungan, ambisi-ambisi nasional, aspirasi akan dominasi politik, perhitungan-perhitungan militarisme, lagipula tipu muslihat untuk menyiarkan dan memaksakan ideologi-ideologi. Disajikan

Page 354: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 354/388

banyak sistim ekonomi dan sosial. Di himbau supaya di bidang itu para pakarmenemukan dasar-dasar umum bagi perdagangan dunia yang sehat. Itu akan lebihmudah tercapai, bila masing-masing pihak menanggalkan prasangka-prasangkanya, dansiap-sedia untuk menjalin dialog yang jujur.

86. (Beberapa pedoman yang sesuai untuk zaman sekarang)

Untuk meningkatkan kerja sama itu kiranya pedoman-pedoman berikut akan berguna:a) Hendaknya bangsa-bangsa yang sedang berkembang sungguh memperhatikan,

supaya secara jelas dan tegas mereka canangkan sebagai tujuan pembangunan ialah :penyempurnaan manusiawi yang seutuhnya bagi para warganegara. Hendaknya merekasadari, bahwa sumber serta dinamisme pembangunan terutama terletak pada jerih-payahdan bakat-kemampuan bangsa sendiri; sebab pembangunan tidak boleh hanyamengandalkan sumber-sumber dari luar saja, melainkan pertama-tama harus di dasarkanpada pembangunan sepenuhnya sumber-sumber milik sendiri dan pada pemekarankebudayaan serta tradisi mereka sendiri. Dalam hal itu, yang berpengaruh cukup besarterhadap sesama, seharusnya menjadi panutan.

b) Bagi bangsa-bangsa yang sudah maju merupakan kewajiban sangat berat:membantu bangsa-bangsa yang sedang berkembang untuk menunaikan tugas-tugas yangtadi di sebutkan. Maka dari itu hendaknya mereka menyesuiakan diri di bidang mentaldan materiil, seperti memang dibutuhkan untuk mewujudkan kerja sama universal itu

Demikianlah dalam perdagangan dengan negara-negara yang lebih lemah dan lebihmiskin hendaknya sungguh diperhatikan kesejahteraan mereka itu. Sebab merekamembutuhkan penghasilan, yang mereka peroleh dengan memasarkan hasil produksimereka sendiri, untuk menanggung kehidupan mereka.

c) Merupakan tugas masyarakat internasional: mengkoordinasi dan mendorongpembangunan sedemikian rupa, sehingga sumber-sumber yang dipruntukkan baginyadimanfaatkan seefektif mungkin dan secara merata sewajar mungkin. Masyarakatinternasional bertugas juga, tentu dengan mengindahkan asas solidaritas, mengatur jaringan ekonomi dunia, sehingga berkembang menurut prinsip keadilan.

Hendaknya dibentuk lembaga-lembaga yang berfungsi dengan baik, untukmemajukan dan mengurusi perdagangan interasional, terutama dengan bangsa-bangsayang belum begitu berkembang, dan untuk mengganti kerugian-kerugian, yangbersumber pada ketidak-seimbangan kekuatan yang terlampau mengguncangkan antarabangsa-bangsa. Pengaturan itu, disertai bantuan-bantuan di bidang teknologi,kebudayaan dan finansial, yang harus menyediakan bantuan-bantuan yang sungguhdibutuhkan bagi bangsa-bangsa yang sedang berkembang, supaya mereka mampumewujudkan secara harmonis pembangunan mereka di bidang ekonomi.

d) Dalam banyak situasi mendesaklah kebutuhan meninjau kembali struktur-struktur sosial ekonomi. Tetapi jangan diajukan pemecahan-pemecahan teknis yangbelum masak, terutama yang memang menyediakan keuntungan-keuntungan materiil,akan tetapi bertentangan dengan kodrat rohani manusia serta perkembangannya. Sebab“manusia hidup bukan dari roti saja, melainkan dari setiap sabda yang keluar dari mulutAllah” (Mat 4:4). Setiap bagian keluarga manusia dalam dirinya dan tradisi-tradisinyayang terbaik membawa serta sebagian kekayaan rohani, yang oleh Allah dipercayakankepada umat manusia, sungguh pun banyak orang tidak tahu-menahu tentangsumbernya.

87. (Kerja sama internasional sehubungan dengan pertambahan penduduk)Sungguh perlu sekalilah kerja sama internasional berkenaan dengan bangsa-bangsa, yangzaman sekarang ini, di samping menghadapi sekian banyak kesukaran lainnya, cukupsering dan teristimewa dibebani oleh kesulitan yang timbul dari pesatnya lajupertambahan penduduk. Sungguh mendesaklah kebutuhan, untuk melalui kerja samasepenuhnya dan intensif antara semua bangsa, terutama bangsa-bangsa yang lebih kaya,diadakan penjajagan, bagaimana semuanya, yang diperlukan bagi kehidupan dan

Page 355: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 355/388

pendidikan masyrakat yang semestinya, dapat disediakan dan dibagikan dengan segenapmasyarakat manusia. Beberapa bangsa sebenarnya mampu menciptakan kondisi-kondisihidup yang jauh lebih baik, seandainya berbekalkan pendidikan yang selayaknya, beralihdari metode-metode bercocok-tanam yang kuno kepada tehnik-tehnik yang baru, denganmenerapkannya pada situasi mereka dengan kearifan seperti semestinya, sementaraselain itu tata sosial diperbaiki, dan pembagian pemilikan tanah di atur secara lebih adil.

Pemerintah mempunyai hak-hak maupun kewajiban-kewajibannya mengenai masalahkependudukan dalam negaranya, dalam batas-batas kewenangannya; misalnya:mengenai perundang-undangan sosial, juga yang menyangkut hidup berkeluarga,mengenai perpindahan penduduk desa ke kota-kota, mengenai penyuluhan tentangkeadaan dan kebutuhan-kebutuhan bangsa. Karena sekarang ini pemikiran orang begitubanyak berkisar masalah itu, maka dihimabu juga, supaya tentang kesemuanya iti parapakar katolik pun, terutama dikalangan universitas, dengan segala keahlian merekamengadakan studi dan usaha-usaha serta makin mengembangkannya.

Banyak orang berpandangan, bahwa pertambahan penduduk dunia, atau setidak-tidaknya di negara-negara tertentu, sungguh perlu dikurangi secara radikal melalui

segala upaya dan segala macam campur tangan pemerintah. Menanggapi arus itu, Konsilimenyerukan kepada semua orang, supaya jangan menempuh cara-cara pemecahan, yangsecara umum atau oleh pihak-pihak tertentu dianjurkan atau kadang-kadang diharuskan,dan yang bertentangan dengan hukum moral. Sebab menurut hak manusia yang takdapat di ganggu-gugat atas perkawinan dan pengadaan keturunan, pertimbangantentang jumlah anak tergantung dari keputusan orang tua yang benar, dan sama sekalitidak dapat di serahkan kepada keputusan pemerintah. Tetapi karena keputusan orangtua mengandaikan suara hati yang terbentuk dengan tepat, maka penting sekalilah,bahwa bagi semua orang terbuka kesempatan untuk mengembangkan kesadaranbertanggung jawab yang cermat dan sungguh manusiawi, serta mengindahkan hukum

ilahi, sambil mempertimbangkan situasi setempat dan semasa. Hal itu menuntut, agar dimana-mana kondisi-kondisi pendidikan dan sosial diperbaiki, dan terutama agarpembinaan keagamaan atau sekurang-kurangnya pengajaran di bidang moral diberikanseutuhnya. Selanjtnya hendaklah orang-orang dengan bijaksana diberi penyuluhantentang kemajuan-kemajuan ilmiah dalam meneliti metode-metode yang dapatmembantu suami-isteri dalam mengatur jumalh keturunan, dan yang keandalannyacukup teruji, lagi pula keselarasannya dengan tata moral sudah dipastikan.

88. (Peranan umat kristen dalam pemberian bantuan)

Untuk membangun tata msyarakat internasional, yang ditandai oleh penghargaan ynagnyata terhadap pokok-pokok kebebasan yang wajar serta persaudaraan akrab semua

warganya, hendaknya umat kristen dengan sukarela dan seutuh hati menyumbangkankerja samanya. Itu nampak semakin mendesak, karena sebagian besar sedunia masihmenderita kemelaratan begitu parah, sehingga dalam diri kaum miskin Kristus sendiriseolah-olah dengan suara lantang mengundang para murid-Nya untuk mengamalkancinta kasih. Maka dari itu jangan samapai orang-orang terbentur pada batu sandungan,yakni: bahwa beberapa negara, yang sering mayoritas penduduknya beragama kristen,melimpah harta kekayaannya, sedangkan negara-negara lain tidak mendapat apa yangsungguh mereka butuhkan untuk hidup, dan tersiksa oleh penyakit-penyakit serta segalamacam penderitaan. Sebab semangat kemiskinan dan cinta kasih merupakan kemuliaandan kesaksian Gereja Kristus.

Maka layak di puji dan di dukunglah ornag-orang kristen, terutama kaum muda, yangdengan sukarela menyediakan diri untuk menolong sesama dan bangsa-bangsa lain.Bahkan merupakan panggilan segenap Umat Allah, untuk mengikuti pesan maupunteladan para Uskup, sekedar kemampuan mereka meringankan penderitaan zamansekarang, itupun – menurut kebiasaan kuno dalam Gereja – bukan saja kelebihan darimilik mereka, melainkan juga dari apa yang sungguh masih mereka butuhkan sendiri.

Page 356: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 356/388

  Hendaknya cara mengumpulkan dan membagikan bantuan, tanpa diurus dengankaku dan seragam, toh diatur dengan cermat di keuskupan-keuskupan, di negara-negaradan seluruh dunia, dan – di mana pun itu dianggap baik – secara terpadu antara kegiatanumat katolik dan saudara-saudara kristen lainnya. Sebab Roh cinta kasih tidak melarangpelaksanaan kegiatan sosial dan karikatif yang bijaksana dan teratur, justru malahanmewajibkannya. Oleh karena itu perlulah mereka, yang bermaksud membaktikan diri

untuk melayani negara-negara yang sedang berkembang, mengalami pembinaan yangcocok juga dalam lembaga-lembaga yang mengkhususkan diri bagi pengabdian itu.

89. (Kehadiran Gereja yang efektif dalam masyarakat internasional)

Berdasarkan perutusan ilahinya Gereja mewartakan Injil serta menyalurkan kekayaanrahmat kepada semua orang. Di mana-mana Gereja berperan serta mengukuhkanperdamaian dan meletakkan dasar yang tangguh bagi persekutuan persaudaraan antarmanusia dan antar bangsa, yakni: pengertian akan hukum ilahi dan kodrati. Oleh karenaitu dalam masyarakat bangsa-bangsa Gereja sungguh-sungguh harus hadir, untukmendukung dan membangkitkan kerja sama antar manusia. Itu terjadi melalui lembaga-

lembaganya yang bersifat umum, maupun melalui kerja sama segenap umat kristen yangsepenuhnya dan dengan tulus hati, dan diilhami melulu oleh keinginan untu melayanisemua orang.

Maksud itu akan tercapai secara lebih efektif, bila umat beriman sendiri, penuhkesadaran akan tanggung jawab mereka sebagai manusia dan orang kristen, dalamlingkungan hidup mereka sendiri berusaha membangkitkan kemauan untuk siap-siagabekerja sama dengan masyarakat internasional. Dalam hal itu hendaknya perhatianistimewa dicurahkan kepada pembinaan kaum muda, dalam pendidikan agama maupunkewarganegaraan.

90. (Peranan orang-orang kristen dalam lembaga-lembaga internasional)

Bagi orang-orang kristen suatu bentuk kegiatan internasional yang berharga sekali sudahbarang tentu ialah sumbangan tenaga, yang entah sebagai perorangan entah secarakolektif. Mereka memberikan dalam lembaga-lemabga, yang sudah atau masih perludidirikan untuk meningkatkan kerja sama internasional. Kecuali itu dalam pembangunanpersekutuan bangsa-bangsa, yang di tandai perdamaian dan persaudaraan, pelayananmelalui pelbagai cara dapat diberikan oleh pelbagai perserikatan katolik internasional,yang perlu makin di mantapkan, dengan ditambahkannya jumlah rekan-rekan kerja yangdibina dengan baik, bantuan yang mereka butuhkan, dan koordinasi tenaga-tenaga yangselaras. Sebab zaman sekarang ini baik efektifnya kegiatan-kegiatan maupun kebutuhanakan musyawarah memerlukan usaha-usaha bersama. Lagi pula perserikatan-

perserikatan semacam itu bukannya sedikit sumbangannya untuk memupuk minat-perhatian yang terbuka bagi seluruh umat manusia, yang pasti tidak asing bagi umatkatolik, pun juga membina kesadaran akan solidaritas serta tanggung jawab yangsungguh bersifat universal.

Akhirnya dihimbau, supaya orang-orang katolik, untuk menunaikan tugas merekadalam masyarakat internasional sebagaimana mestinya, berusaha bekerja sama secaraaktif dan positif, baik dengan saudara-saudari terpisah, yang bersama mereka bermaksudmenghayati cinta kasih Injil, maupun dengan sekalian orang yang mendambakanperdamaian sejati.

Adapun Konsili, seraya mengindahkan penderitaan-penderitaan tiada hingganya,

yang sekarang pun masih menyikasa mayoritas umat manusia, lagi pula untuk di mana-mana memupuk keadilah maupun cinta kasih Kristus terhadap kaum miskin,memandang sangat pada tempatnya mendirikan suatu lembaga universal Gereja, yangmisinya ialah mendorong persekutuan umat katolik, supaya kemajuan daerah-daerahyang miskin serta keadilan internasional ditingkatkan.

Page 357: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 357/388

PENUTUP

91. (Tugas setiap orang beriman dan Gereja-Gereja khusus)

Apa saja, yang oleh Konsili ini di hidangkan dari khazanah ajaran Gereja, dimaksudkanuntuk membantu orang zaman sekarang, entah mereka beriman akan Allah, entah tidakmengakui-Nya secara eksplisit. Tujuannya: supaya mereka lebih jelas memahami

panggilan mereka seutuhnya, lebih menyelaraskan dunia dengan martabat manusia yangamat luhur, menghendaki persaudaraan universal dengan dasar yang lebih mendalam,dan atas dorongan cinta kasih, melalui usaha terpadu terdorong oleh kebesaran jiwa,menanggapi tuntutan-tuntutan masa kini yang memang mendesak.

Benarlah, menghadapi kemacam-ragaman situasi maupun pola kebudayaan dunia,penyajian ini dalam cukup banyak bagiannya sengaja menampilkan sifat serba umum,bahkan, meskipun sekedar menguraikan ajaran yang sudah diterima dalam Gereja, tetapi,karena yang dibahas ialah hal-hal yang terus menerus mengalami perkembanga, ajaranitu masih akan perlu diteruskan dan diperluas. Tetapi kami percaya, bahwa banyak hal,yang kami utarakan bertumpu pada sabda Allah dan semangat Injil, dapat merupakan

bantuan yang andal bagi semua orang, terutama sesudah penerapannya pada masing-masing bangsa dan pola berpandangan dijalankan oleh umat kristen di bawah bimbinganpara Gembala.

92. (Dialog antara semua orang)

Berdasarkan misinya menyinari seluruh dunia dengan amanat Injil, serta menghimpunsemua orang dari segala bangsa, suku dan kebudayaan ke dalam satu Roh, Gerejamenjadi lambang persaudaraan, yang memungkinkan serta mengukuhkan dialog dariketulusan hati.

Itu menyaratkan, supaya pertama-tama dalam Gereja sendiri kita mengembangkansikap saling menghargai dan menghormati serta kerukunan, dengan mengakui segalakemacam-ragaman yang wajar, untuk menjalin dialog yang makin subur antara semuaanggota yang merupakan satu Umat Allah, baik para gembala maupun umat berimanlainnya. Sebab lebih kuatlah unsur-unsur yang mempersatukan umat beriman daripadayang menggolong-golongkan mereka. Hendakanya dalam apa yang sungguh perlu adakesatuan, dalam apa yang diragukan kebebasan, dalam segala sesuatu cinta kasih[170].

Tetapi hati sekaligus merangkul saudara-saudari, yang belum hidup dalampersekutuan sepenuhnya bersama kita, beserta jemaat-jemaat mereka, sedangkan kitasudah bersatu dengan mereka karena pengakuan iman kita akan Bapa dan Putera danRoh Kudus, dan karena ikatan cinta kasih, sementara kita mengingat juga bahwa kesatuanumat kristen sekarang ini juga diharapkan dan diinginkan oleh banyak orang yang tidak

beriman akan Kristus. Sebab semakin kesatuan itu, berkat besarnya kekuatan Roh Kudus,akan bertumbuh dalam kebenaran dan cinta kasih, semakin akan menjadi pralambangpula bagi kesatuan dan perdamaian bagi seluruh dunia. Maka dengan berpadu tenaga,dan dalam bentuk-bentuk yang kian memadai untuk sekarang ini secara efektifmewujudkan tujuan yang mulia itu, marilah kita berusaha supaya, sementara dari hari kehari makin hidup menurut Injil, kita bekerja sama secara persaudaraan, untukmengabdikan diri kepada keluarga manusia, yang dalam Kristus Yesus dipanggil menjadikeluarga anak-anak Allah.

Hati kita selanjutnya kita arahkan juga kepada semua orang yang mengakui Allah,dan dalam tradisi-tradisi mereka melestarikan unsur-unsur religius dan manusiawi. Yang

kita harapkan ialah, semoga dialog yang terbuka mengajak kita sekalian, untuk dengansetia menyambut dorongan-dorongan Roh, serta mematuhinya dengan gembira.

Kerinduan akan dialog seperti itu, yang hanya dibimbing oleh cinta akan kebenaran,tentu sementara tetap berlangsung pula dalam kebijaksanaan sebagaimana mestinya, daripihak kita tidak mengecualikan siapa pun, termasuk mereka, yang mengembangkan nilai-

 170

 Lih. YOHANES XXIII, Ensiklik Ad Petri Cathedram, tgl. 29 Juni 1959: AAS 51 (1959)hlm. 513.

Page 358: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 358/388

nilai luhur jiwa manusia, tetapi belum mengenal Penciptanya, begitu pula mereka, yangmenentang Gereja dan dengan aneka cara menghambatnya. Karena Allah Bapa itusumber segala sesuatu, kita semua dipanggil untuk menjadi saudara. Maka dari itukarena mengemban panggilan manusiawi dan ilahi yang sama itu, kita dapat danmemang wajib juga bekerja sama tanpa kekerasan, tanpa tipu muslihat, untukmembangun dunia dalam damai yang sejati.

93. (Membangun dunia dan mengarahkannya kepada tujuannya)

Sambil mengenangkan sabda Tuhan: “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwakalian itu murid-murid-Ku, yakni bila kalian saling mengasihi” (Yoh 13:35), umat kristentidak dapat menginginkan apa pun lebih sungguh-sungguh, dari pada untukmengabdikan diri secara makin penuh dan efektif kepada sesama di dunia masa kini.Maka dari itu, sambil dengan setia bertumpu pada Injil dan bersandar pada kekuatannya,dan bersama dengan semua orang yang mencintai dan melaksanakan keadilan, merekatelah menyatakan bersedia untuk menjalankan karya agung di dunia ini, yang harusmereka pertanggung jawabkan terhadap Dia, yang pada hari terakhir akan mengadili

semua orang. Tidak semua orang yang berseru “Tuhan, Tuhan!” akan memasuki KerajaanSorga, tetapi hanya merekalah, yang melaksanakan kehendak Bapa[171], dan dengan giatmenyingsingkan lengan baju, Bapa menghendaki, agar dalam semua orang kitamengenali dan mencintai secara nyata Kristus Saudara kita, dengan kata-kata maupuntindakan, dan dengan demikian memberi kesaksian akan kebenaran, serta menyiarkankepada sesama misteri cinta kasih bapa di Sorga. Dengan begitu semua orang di seluruhduniaakan dibangkitkan untuk menaruh harapan hidup, yang merupakan kurnia RohKudus, supaya akhirnya ditampung dalam damai dan kebahagiaan yang mulia, di tanahair yang bercahaya gemilang berkat kemuliaan Tuhan.

“Bagi Dailah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakanatau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja dalam kita, bagi Dialahkemuliaan di dalam jemaat dan dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin” (Ef 3:20-21).

Semua dan masing-masing pokok, yang telah diuraikan dalam Konstitusi ini berkenan kepada para

 Bapa Konsili. Dan Kami, atas kuasa Rasuli yang oleh Kristus diserahkan kepada kami, dalam Roh Kudus menyetujui, memutuskan dan menetapkan itu semua bersama dengan para Bapa yang

terhormat, lagipula memerintahkan, agar segala sesuatu yang dengan demikian telah ditetapkandalam Konsili, dimaklumkan secara resmi demi kemuliaan Allah.

Roma, di gereja Santo Petrus, tanggal 7 bulan Desember tahun 1965.

Saya PAULUSUskup Gereja Katolik

( Menyusul tanda tangan para Bapa Konsili)

171 Lih. Mat 7:21.

Page 359: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 359/388

I N D E K S A N A L I T I S

DAFTAR SINGKATAN:

AA  =  Apostolicam Actuositatem: Dekrit tentang Kerasulan Awam

AG  =  Ad Gentes: Dekrit tentang Kegiatan Misioner GerejaCD  = Christus Dominus: Dekrit tentang Tugas Pastoral para Uskup dalam Gereja 

DH = Dignitatis Humanae: Pernyataan tentang Kebebasan BeragamaDV  = Dei Verbum: Konstitusi dogmatis tentang Wahyu IlahiGE  = Gravissium Educations: Pernyataan tentang Pendidikan KristenGS  = Gaudium et Spes: Konstitusi Pastoral Gereja dalam Dunia ModernIM  = Inter Mirifica: Dekrit tentang Upaya-Upaya Komunikasi SosialLG = Lumen Gentium: Konstitusi dogmatis tentang GerejaNA  = Nostra Aetate: Pernyataan tentang Hubungan Gereja dengan Agama-Agama

Bukan Kristen

OE  = Orientalium Ecclesiarum: Dekrit tentang Gereja-Gereja Timur KatolikOT  = Optatam Totius: Dekrit tentang Pembinaan ImanPC  = Perfectae Caritatis: Dekrit tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup ReligiusPO  = Presbyterorum Ordinis: Dekrit tentang Pelayanan dan Kehidupan para ImamSC  = Sacrosanctum Concilium: Konstitusi tentang Liturgi SuciUN  = Unitatis Redintegratio: Dekrit tentang Ekumenisme.

NB: Angka sesudah singkatan menunjuk kepada artikel dalam dokumen.

Dalam perspektif mendalami secara teologis ajaran Konsili Vatikan II tentang Gerejadan misinya pada zaman sekarang, tanpa bermaksud menyajikan suatu daftar yang serbalengkap, indeksanalitis ini kami susun secara sitematis, yakni sekitar tema-tema pokokberikut:

I. Allah TritunggalII. Yesus KristusIII. Roh KudusIV. Gereja KristusV. Gereja-Gereja khusus dan setempatVI. Perutusan Gereja : mewartakan InjilVII. Ekumenisme dan dialog antar umat beragama

VIII. Gereja di tengah masyarakat

Untuk menyusun indeks ini digunakan: “Concile Oecumenique Vatican II.

Constitutions, Decrets, Declatations, Messages”, textes Francais et latin; tables biblique et

analytique et index des sources, Paris: Centurion 1967, hlm. 748-989[1].

I. ALLAH TRITUNGGAL

 Allah Tunggal dan sejati : LG 16, 60; DV 3, 14; SC 9; AG 7. Itu diakui juga oleh orang-orangbukan kristen: LG 16; NA 3. – Allah yang hidup: DV 3, 14; tak kelihatan: DV 2, GS 22.Kristus citra Allah yang tak kelihatan: LG 2, 7. Keagungan Allah LG 50.

1  Untuk mempelajari ajaran Konsili vatikan II antara lain dapat digunakan juga: Adolf Heuken SJ,  Katekismus Konsili

Vatikan II , Jakarta: Cipta Loka Caraka 1987.

Page 360: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 360/388

 Allah Pencipta: LG 16; GS 2, 12, 13, 17, 18, 34, 36, 37, 41, AG 2, 7. Ia menciptakan danmelesatrikan manusia karena cinta-Nya: GS 19. Umat bukan kristen percaya akan SangPencipta: LG 16; NA 3. Allah menciptakan segalanya dengan sabda-Nya: DV 2. Iamengagumkan dalam karya-Nya: UR 4. Ia asalmula segalanya: DV 6; GS 13, 34, 36, 41, 92;DH 7.

 Allah Mahapenyelenggara: LG 16, 23, 61; DV 3; DH 3. Ia Mahamurah GS 37. Tuhan sejarahdan sejarah keselamatan: GS 41.

 Allah Mahabijaksana: LG 2; GS 57; PO 13; DH 3.

Bapa semua orang: DV 3; AA 29; DH; NA 2, 5; GE 2. Dekat dengan semua: LG 16; tidak jauhdari siapa saja yang mencari-Nya: LG 16; menyertai kita: DV 4. Hadir di tengah bangsa-bangsa: UR 1.

 Allah Mahakasih: DV 14; GS 2, 24, 38, 45; cinta-Nya mengatasi segala pengertian: LG 6. Ia

penuh belaskasihan: LG 16, 56; DV 13, 15; penuh kesabaran: UR 1.

 Allah Penyelamat: LG 2, 9, 16; GS 41; DV 3. Satu-satunya yang kudus dan menguduskan:PO 5. Gembala: LG 6.

 Allah Hakim: LG 16; DV 3; GS 16, 17, 39. Satu-satunya yang menyelami hati manusia GS 28.Semua dalam segalanya: SC 48; AG 2.

Allah Tritunggal  : Allah Tritunggal: LG 49, 50; UR 1, 2, 12. Kesatuan Bapa, Putera dan

Roh Kudus: LG 4; Kesatuan tiga pribadi GS 24; Tritunggal yang dalam Kristus menjadisumber kesucian: LG 47; Bapa, yang melahirkan Putera, yang mengutus Roh Kudus: AG2. Dogma Tritunggal: UR 4. menyerukan Bapa, Putera dan Roh Kudus: GS 92.

Menuju Bapa melalui Putera dalam Roh Kudus: LG 4; UR 15. persekutuan dengantritunggal: UR 15. Persatuan dengan Bapa melalui Putera dalam Roh: OT 8; PO 14.Persekutuan dengan Bapa, Sabda dan Roh Kudus UR 7. Baptis demi nama Bapa, Puteradan Roh Kudus: LG 17; AG 5; DH 1. Sembah-sujud kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus:LG 66; PO 5. Kemuliaan kepada Allah tunggal, Bapa, Putera dan Roh Kudus UR 20.

Tritunggal diimani oleh umat kristen bukan katolik: LG 15; GS 92; UR 1, 12, 20. Semua yang

menyerukan Allah Tritunggal ikut serta dalam gerakan ekumenisme: UR 1. Harapan akankesatuan penuh di dasarkan pada Tritunggal: UR 24.

Sembah-sujud kepada Tritunggal: LG 51, 67, tidak dikurangi oleh devosi kepada para kudusLG 51. Sembah-sujud itu berlangsung dalam seluruh Liturgi, khusunya Ekaristi: LG 59,SC 6, PO 5, UR 15.

Dalam kemuliaan memandang Allah dalam tiga pribadi: LG 49.

Kitab sucidibaca dalam terang Roh Kudus, untuk mengenal Bapa, yang bersabda melalui

Kristus: UR 21.

Para imam harus hidup dalam persatuan dengan tritunggal: PO 14. Para seminaris diajakmenghayati persatuan itu: OT 8.

Page 361: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 361/388

Ada kemiripan antara persatuan Pribadi-Pribadi ilahi dan persatuan putera-puteri Allahdalam kebenaran dan cinta kasih: GS 24. Makin mesra persekutuan umat kristen denganTritunggal, makin mesra dan mudah pula kasih persaudaraan : UR 7.

Rencana Keselamatan Allah : Allah ialah Tuhan sejarah dan sejarah keselamatan: GS 41;

menuntun sejarah kepada keselamatan: Ag 9. Rencana keselamatan-Nya merupakanmisteri: LG 2, 3, dan mengangkat manusia kepada persekutuan hidup ilahi: LG 2; DV 2;AG 2, menjadi putera-puteri-Nya: LG 3. Ia menyapa semua orang: LG 16, 39, 40, 41, 42;AG 2; NA 1. Rencananya menyangkut kenyataan-kenyataan duniawi juga: AA 7.

Rencana Allah bersumber pada cinta kasih Bapa, yang melahirkan Putera, yang mengutusRoh-Nya : AG 2.

Rencana keselamatan diwujudkan atas inisiatif dan kegiatan Bapa  yang menciptakan,mengampuni, mengutus Puter-Nya: LG 2, 3, 4; DV 3, 4; SC 6; AG 2; UR 2.

Rencana keselamatan diwujudkan melalui  perutusan Putera, yang diutus oleh Bapa dandiurapi dengan Roh: LG 3; DV 4; SC 5, 6; CD 1; PO 2, 3; AA 4; AG 3; untuk menghimpunsemua orang, LG 13, UR 2, dalam Dia dan dalam Gereja: LG 3, 8; untuk mewahyukanrahasia-rahasia Allah: DV 2, 4; untuk menyamapaikan Warta Gembira: LG 8; untukmenjadi Pengantara Perjanjian yang sempurna: LG 9, 41, 49: DV 2, 16; SC 48; AG 3; UR 20.Ia mencurahkan Roh yang dijanjikan-Nya: DV 4; UR 2.

Rencana keselamatan diwujudkan karena karya Roh Kudus, yang ditutus oleh Bapa sebagaiRoh Putera: LG 13. Ia dijanjikan dan dianugerahkan oleh Putera: LG 19; DV 4; CD 1; UR 2.

Roh menghimpun Gereja, tubuh Kristus: LG 7; AG 4; UR 2. Ia sumber semangat misioner:AG 4, dan menguduskan Gereja: LG 4, 39.

Gereja  lahir dari cinta Bapa yang kekal, didirikan oleh Kristus Penebus, dan dihimpundalam Roh Kudus, GS 40. Gereja ialah Umat Allah, Tubuh Kristus, kenisah Roh: LG 17;PO 1. Perutusan Gereja melangsungkan misi Kristus, yang diutus oleh Bapa;diperintahkan oleh Kristus, dijiwai oleh Roh: LG 4; AG 2, 7. para Rasul diutus untukmembabtis demi nama Tritunggal: LG 17; AG 5; DH 1. para imam mengumpulkankeluarga Allah, dan melalui Kristus serta dalam Roh, para imam membimbing merekakepada Allah Bapa: PO 6.

Allah Tritunggal menjadi sumber dan pola kesatuan Gereja: LG 4; GS 24; UR 2, 7. Semakinerat umat kristen bersatu dengan Bapa, Sabda dan Roh, semakin mudah bagi merekasaling mengasihi: UR 7. Harapan akan kesatuan Gereja di dasarkan pada Tritunggal: UR24. Gereja tetap hidup berkat rahmat Allah: LG 2. Dari pada-Nya Gereja menerimakekuatan yang menyelamatkan : GS 3, perutusan untuk menampakkan misteri Allah: GS41; mewartakan dan membawa keselamatan: LG 17; AA 2, 6; membina keluarga Allah: GS40, menyatukan semua orang dalam satu Roh: GS 92. Gereja ialah Kerajaan Allah, yangtelah mulai hadir secara misteri: LG 3, Sakaramen keselamatan untuk semua orang: LG 1,48; AG 5; upaya bagi penebusan semua orang: LG 9.

Allah menampakkan diri.  Ia mengagumkan dalam karya-Nya: UR 4; menyatakan diri

dalam penciptaan: DV 3; GS 36, sejak awal hingga Ibrahim, Musa dan para nabi: DV 3-4,akhirnya melalui Putera-Nya: DV 4. Ia sendiri menyatakan kehendak-Nya: DV 6. Allahbersabda melalui suarahati: GS 14, 16.

Page 362: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 362/388

Pengetahuan tentang Allah: mungkin melalui kesaksian-Nya tentang Dirinya dalamciptaan: DV 3, 6; GS 36, melalui manusia citra-Nya: GS 12, 24, 34, 41; AG 7. Allah bersabdakepada kita juga melalui para kudus-Nya: LG 50. pengetahuan tentang Allah melaluiakalbudi: DV 6, menjadi lebih mudah dan mantap berkat perwahyuan: DV 6, sepertiternyata dari Perjanjian Lama: DV 15, dan terutama dalam Perjanjian Baru: DV 17.

Dalam perantauannya di dunia Gereja memandang Allah dalam cermin Kitab suci dantradisi, hingga akhirnya bertatap muka dengan-Nya: DV 7. Gereja diutus untukmenampakkan misteri Allah: GS 41. pengetahuan tentang Allah, dambaan manusia yangterdalam: GS 41mungkin juga bagi umat bukan kristen: LG 16; GS 12, 16. Pengetahuantentang Allah bermuara dalam kebahagiaan memandang Allah dalam kehidupan kekal:LG 49, 51, DV 7.

Peranan kesusasteraan, kesenian dan ilmu pengetahuan: GS 62; peranan kaum awam: GS62.

Suara hati, tempat manusia bertemu seorang diri dengan Allah dan mendengarkan suara-Nya: GS 16. Allah menunggunya di batinnya dan menyelami hatinya: GS 14.

Penolakan manusia terhadap Allah, khususnya pada zaman sekarang: GS 7. Manusiamenukarkan kebenaran Allah dengan dusta, lebih mengabdi cipataan dari pada Pencipta:LG 16. Manusia berdosa dengan menolak untuk mengakui Allah sebagai asalnya: GS 13.

Kerajaan Allah: Kristus mewartakan kedatangan Kerajaan Allah: LG 5, dengan

menyembuhkan orang-orang sakit: AG 12. Dalam Dirinya mulailah Kerajaan itu: DV 17.Gereja  ialah Kerajaan Allah yang sudah hadir sebagai misteri: LG 3. Apakah membantudunia atau diperkaya olehnya, Gereja hanya mempunyai satu tujuan: supaya datanglahKerajaan Allah: GS 45. – Hidup religius secara khas memperlihatkan, bagamana KerajaanAllah lebih jujur dari hal-lkhwal serta kebutuhan-kebutuhan duniawi betapa punbesarnya: LG 44. Selibat demi Kerajaan Allah: LG 42, 44. Tarekat-tarekat hidup aktif harudbertanya diri: masih mampukah mereka memperluas kegiatan mereka demi KerajaanAllah di antara kaum tak beragama: AG 40. Semua orang beriman, AG 1, semua orangkristen, AA 3, kaum awam, harus mencurahkan tenaga mereka demi Kerajaan Allah: AA 4.

II. YESUS KRISTUS

Teks-teks Kristologi yang penting: LG 3, 7; DV 4, 17; SC 5-7, 151-154; GS 10, 22, 32, 38, 45;AG 3; UR 2.

Hubungan Kristus dengan Allah Bapa: Sabda , Putera bapa: AG 2. Dengan perantaraan-

Nya Allah menciptakan segalanya: DV 3; GS 38; AG 3. Ia diutus oleh Bapa ke dunia: LG 3,4, 8, 13, 17, 18, 20, 28, 46, 52; Sc 5, 6; DV 4; CD 1; PO 2, 8, 12; AA 4; AG 3, 5, 7, 13; UR 2. –Kristus ditakdiskan oleh Allag Bapa: LG 28; PO 2, 12; AG 3. – Diberikan oleh Bapa kepadadunia: PO 22. – Taat kepada kehendak Bapa: LG 3, 36, 44, 46; PO 14; PC 14; AG 25. –Kristus mewahyukan Bpa serta rencana keselamatan-Nya: DV 2, 4, 17; GS 22, 58; DH 11.

Page 363: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 363/388

Kristus dan Kerajaan Allah Bapa: LG 5, 10, 35, 36; DV 17; SC 6; GS 39; PO 2. Kristus berdoakepada Bapa untuk kesatuan: UR 2. – Ia dibangkitkan dan dimuliakan oleh Bapa: LG 5; GS22, 45. Ia duduk di kanan Bapa: LG 6, 21, 48; SC 8. Dalam Kristus Bapa mengerjakankeselamatan dan mempersatukan segenap ciptaan: LG 3, 4, 13, 17, 66; GS 22; AA 5, 7; AG3. Dalam Kristus manusia menuju Bapa dalam Roh: LG 4; DV 2; PO 14.

Hubungan Kristus dengan Roh Kudus: Roh Kudus berasal dari Bapa melalui putera: AG2. Kristus di kandung dari Roh Kudus: LG 52, 65; AG 4. Ia diurapi oleh Roh Kudus: AG 3;SC 5; PO 2; dalam pelayanan-Nya didorong oleh Roh, AG 4. Kristus dan perutusan RohKudus: LG 4, 7, 19, 21, 24, 39, 40, 48; DV 4, 20; GS 10; CD 1; AG 4; UR 2. Kristus berkaryaatas kekuatan Roh dalam diri orang-orang: GS 38.

Kristus dan kesatuan-Nya dengan Bapa dan Roh Kudus: Kesatuan Bapa, Putera dan Roh

menjadi dasar Gereja: LG 4; UR 2. Kristus satu-satunya yang Kudus bersama Bapa danRoh Kudus: LG 39. Tritunggal sumber kekudusan dalam Kristus dan melalui Dia: LG 47.

Gereja bersujud kepada Allah melalui Kristus dalam Roh-Nya: LG 51. Manusia menujupada Bapa melalui Kristus dalam Roh Kudus: LG 4; DV 2; PO 14.

Hubungan Kristus dengan Gereja:

Kristus mendirikan Gereja: Ia mendirikan dan mengutus Gereja ke dunia untuk melaluinyamenunaikan misi penyelamatan-Nya: LG 5, 48; AG 5; UR 2. – Ia menumbuhkan Gerejamelalui pewartaan Kerajaan dan pelayanan-Nya: LG 5; dngan wafat di salib: LG 3; SC 5;dengan mengutus Roh Kudus sesudah kebangkitan-Nya: LG 5, 48; PO 46; AG 4; UR 2;dengan memilih dan mengutus para Rasul: LG 5, 17, 19, 21; CD 1; AG 5; UR 2. – Melaluikarya penebusan-Nya kristus menjadikan Gereja Mempelai dan Tubuh-Nya: LG 7, 9, 39,48; Membentuk umat Allah yang baru: LG 9; PO 12; menumbuhkan umat manusia yangbaru: PO 16. – Kristus telah mengadakan dalam Gereja pelbagai pelayanan: LG 18; denganmemadukan pelayanan rasuli dengan perutusan Roh-Nya: AG 4; Ia memilih keduabelasRasul: LG 19; AG 5; UR 2; dan melalui mereka para Uskup: LG 20, 23, 24, 28; AA 2; paraimam: PO 2, 11. – Pada perjamuan terakhir Ia mengadakan Ekaristi: SC 47. – Iamemberinya kurnia tak dapat sesat: LG 23.

Kristus mengutus Gereja ke dunia: seperti Dia sendiri diutus, untuk mewartakan Injil

keselamatan kepada semua bangsa: LG 5, 9, 17; SC 6; CD 1, 2; PO 2, 4; DH 1. – Iamenghendaki kesatuan Gereja yang nampak: PO 8; UR 2.

Kristus prinsip kehidupan, kesatuan dan kegiatan Gereja: terutama LG 6-7. – Kristus KepalaGereja, yang menyatukan dan menghidupakan para amggota: LG 7, 30, 33, 52; SC 7;sumber segala rahmat: LG 50. Ia kepala umat Mesianis: LG 9, 13; Batu Penjuru: LG 6, 19;AG 9; UR 2, 18. Ia satu-satunya pintu, Gembala yang mebimbing dan menghidupkan,pokok anggur: LG 7. Kristus menciptakan dan melestarikan Gereja-Nya sebagai suatukeseluruhan yang nampak: LG 8. – Ia menjadi sumber dan asal mula semua kerasulan:AA 4; tiada sesuatu pun tanpa Dia: SC 86. Ia mengikutsertakan umat Allah dalam fungsi

imamat-Nya: LG 10, 31, 34; PO 2; AG 2, 10; dalam fungsi kenabian-Nya: LG 12, 31; AA 2,10; dalam fungsi rajawi-Nya: LG 36; AA 10.

Kristus hadir dalam Gereja-Nya: LG 14, dalam persekutuan para Gembala: LG 21; dalam jemaat Ekaristis: LG 26; dalam Liturgi: SC 7; AG 9; dalam misteri penyelamatan-Nya: SC102; dalam Ekaristi: PO 5. Ia hadir bagi mempelai kristen: GS 48.

Page 364: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 364/388

Kristus Guru dan pola kehidupan bagi Gereja: dalam kekudusan-Nya: LG 39, 40, 42; dalamkemiskinan, kerendahan hati dan penderitaan-Nya: LG 8, 41, 42, 46; PO 17; PC 1; AG 3;AA 4; UR 4; dalam kemurnian-Nya: LG 46; PC 1; dalam ketaatan-Nya: LG 3, 37, 42, 46; PC1, 14; PO 15; dalam keadaan-Nya sebagai Hamba: LG 5, 8, 27, 32, 42; GS 3; OT 4; PC 14;AG 3; UR 7, 12, DH 11. Kristus ialah Pembina iman: LG 8; AG 3, 11, 24; DH 11. Teladanpara Gembala: LG 27; PO 3; dalam cinta kasih-Nya: LG 9, 42; AA 8.

Kristus Penyelamat dan Terang dunia melalui Gereja-Nya: Ia mengerjakan keselamatan dalamGereja: LG 54; melalui Gereja Ia menumbukan kebenaran dan rahmat bagi semua orang:LG 8; melaksanakan kehendak Bapa dalam gereja: PO 14; memancarkan terang-Nyadalam Gereja: LG 1; Gereja menajdi upaya karya penebusan-Nya: AG 5; LG 9.

Kristus Mempelai Gereja: LG 6, 7, 9, 11, 41, 44; SC 7, 48, 84, 85, 102; GS 48; PO 16.

Kristus dan Maria: terutama LG 52-59. – Putera maria: LG 63; SC 103; GS 22; PO 18; AA 4;DH 11.

Hubungan Kristus, Sabda yang menjelama, dengan umat manusia dan dunia:

Kristus manusia: Penjelmaan Sabda: GS 38. Manusia sempurna, hidup sebagai manusia: GS22. Kristus mengenakan kodrat manusiawi seutuhnya, tanpa dosa: AG 3. – PenjelmaanSabda, misteri keselamatan: LG 7; kodrat kemanusiaan-Nya, sarana hidup keselamatan:LG 8; SC 5; keselamatan dan penyatuan segalanya dalam Kristus, tujuan penjelmaan-Nya:GS 2, 45, 57; CD 1; UR 2; damai dan persaudaraan antar manusia: AG 3; partisipasimanusia dalam Kodrat ilahi: AG 3; manusia diangkat menjadi putera Allah: LG 52; GS 22.

Kristus dan misteri manusia: Penyelamat manusia: LG 7. Kristus menjadikan manusiamampu menjawab panggilannya: GS 10; mengungkapakan manusia kepada dirinya: GS22. Dengan menderita Ia telah menebus, mendamaikan, membebaskan setiap orang: GS22. Kristus dan misteri penderitaan serta wafat-Nya: GS 18, 22.

Kristus solider dengan masyarakat manusia: terutema GS 32. – Ia diambil dari antaramanusia: LG 10, 27; OP 3; sungguh salah-seorang manusia: GS 22. – Dalam penjelmaan-Nya Ia telah menyambut dalam Dirinya semua orang, dunia dan sejarahnya GS 38; Iamenyatukan Diri dengan segenap umat manusia dalam solidaritas adikodrati, yangmenghimpunnya menjadi satu keluarga: AA 8, meyatukan diri dengan setiap orang: GS

22. – Ia terikat pada kondisi sosial-budaya pada zaman-Nya di masyarakat, bekerja sepertisesama-Nya: GS 32.

Kristus dan nilai-nilai masyarakat di dunia: Kristus dan persaudaraan manusiawi: GS 32, 98;AG 3, 8; AA 4; - dan perdamaian: LG 9; GS 78; AG 3, 8; - dan penyembuhan kegiatanmanusia: GS 37; - dan nilai-nilai perkawinan serta hidup berkeluarga: LG 11; GS 48, 49;AA 11; - manusia untuk merombak dunia: GS 38; - dan kerja manusia: GS 32, 67; - danhidup kaum awam di masyarakat: AG 15, 21; - dan pemerintah: DH 11; - dan kebebasanberagama: DH 9,11; - universalisme Kristus AG 8. – Kristus dan kaum miskin, pewartaanInjil kepada mereka: LG 8; PO 17; AG 3, 5. Ia hadir dalam diri orang miskin: GS 88; PO 6;

AA 8.

Kristus Penyelamat dan Pemersatu umat manusia dan dunia: terutama GS 45; juga LG 1, 3, 7, 9,13, 17, 32, 48; DV 15; GS 32, 45, 57; AG 8; UR 2.

Kristus dalam misteri-misteri keselamatan hidup-Nya di dunia dan dalam kemuliaan-Nya:kesaksian Kitab suci Perjanjian Baru tentang Kristus dan riwayat hidup-Nya: DV 18-20.

Page 365: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 365/388

Dalam misteri-misteri hidup-Nya Kristus melaksanakan perwahyuan: DV 4. Misteri-misteri hidup kristus dipaparkan dalam tahun Liturgi: SC 102, 106. – Kristus di nubuatkandalam perjanjian Lama: LG 55; DV 15. Ia muncul dari Isarel menurut daging: LG 16.

Kristus dalam hidup-Nya tersembunyi: dikandung, dilahirkan, hidup sebagai kanak-kanak:LG 52, 56, 57; di kandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh S. Perawan Maria:

LG 65; AG 45; bekerja di Nazareth: GS 32, 67.

Kristus dalam hidup-Nya di muka umum: ditakdiskan oleh Roh Kudus menjadi Duta WartaGembira kepada kaum miskin: SC 5; PO 2, 17; AG 3. Pada awal palayanan-Nya Ia memilihduabelas murid: AG 5. Kristus menjelajahi desa-desa dan kota-kota sambilmenyembuhkan orang-orang sakit: AG 12. Mikzizat-mukzizat-Nya menunjukkankedatangan Kerajaan Allah: LG 5; DH 11. Perjamuan Yesus, di Kana: LG 58, GS 32; dirumah Zakeus dan para pendosa: GS 32. Kondisi hidup-Nya selama pelayanan-Nya: LG 8.– Doa Kristus, sebelum mengangkat Dua belas Rasul: LG 19; untuk kesatuan: GS 24, 32;UR 2. – Kristus dalam hidup-Nya di muka umum menjadi teladan para religius: LG 46.

Kristus dalam misteri paska-Nya: Perjamuan terakhir: SC 47. Korban salib, saat KristusPasaka dikurbankan: LG 3. Perjanjian Baru dalam Darah-Nya: LG 9. Pengososngan DiriKristus: LG 42. Kristus di salib dan Maria Bunda-Nya: LG 58. Kristus yang disalibkanmenjadi teladan mereka, yang memperjuangkan keadilan dan perdamaian: GS 38. Denganseukarela Ia menyerahkan Diri untuk menderita demi keselamatan umat manusia: NA 4.Gereja lahir dari Kristus yang disalibkan: LG 3; SC 5. Kristus menebus Gereja dengandarah-Nya: LG 9; Ia menyerahkan Diri untuk menguduskannya: LG 39. Wafat Kristus dancinta kasih_nya: LG 42; GS 32, dan cinta kasih Allah: NA 4.

Kristus ditinggikan dari bumi, dan menarik segalanya kepada Dirinya: LG 3, 48; DV 17;DH 11. Ia wafat dan dibangkitkan untuk semua orang: GS 10; Ia mewahyukan melaluiwafat dan kebangkitan-Nya: DV 17; SC 5; AG 5. Kristus Penebus, Pembebas danPendamai melalui wafat dan kebangkitan-Nya: LG 7; SC 6; GS 2, 18, 22. Ia mengalahkandosa dan maut: LG 7, 59; pangeran Damai dan Pemberi Roh cinta kasih: GS 78.

Kristus ditetapkan sebagai Tuhan dalam kebangkitan-Nya: GS 38; tampil sebagai Tuhan,Kristus dan Imam: LG 5; Imam Agung Po 5; Hakim atas mereka yang hidup dan yangmati: GS 45. – kristus yang telah bangkit mengutus Roh Kudus, kekuatan Tuhan yangbangkit, kekuatan gereja: LG 8. Persatuan umat kristen dengan Kristus dalam misteriwafat dan kebangkitan-Nya: LG 7; melalui Babtis dan Ekaristi: LG 7; Ag 14; Po 5;

pengurapan orang sakit: LG 11. Kristus dalam misteri Paska-Nya menjadi teladan bagipara imam: PO 12, 15; usaha memperdalam pengertian tentang misteri Paska Kristus olehumat beriman menjadi tugas para Uskup: CD 15.

Kedatangan Kristus pada akhir zaman: LG 6, 9, 48, 49, 51; DV 4; SC 8; GS 39, 45; PO 2; Ag 9;kebangkitan dalam Kristus: GS 39; perkawinan Kristus dengan Gereja: PO 16; LG 6.

Kerajaan Kristus: Perjanjian Lama dimaksudkan untuk menyiapkan kedatangan kristus

dan Kerajaan Mesias-Nya: DV 15. Kerajaan Kristus ialah kerajaan kebenaran, kehidupan,kekudusan, rahmat, keadilan, cinta kasih dan damai: LG 36; GS 39; dalam Kerajaan itualam tercipta akan dibebaskan dari perbudakan kebinasaan, untuk mengenal kebebasanmulia putera-puteri Allah: LG 36. Kemajuan duniawi harus dibedakan daribertumbuhnya Kerajaan Kristus, tetapi cukup penting juga bagi kerjaan Allah: GS 39. Dimana-mana umat Allah wajib menyiarkan melalui kaum awam: LG 36; mereka semua harus

Page 366: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 366/388

bekerja sama demi perkembangan Kerajaan itu: LG 35. para religius menunaikan tugassangat penting untuk mengakarkan Kerajaan Kristus dalam hati sesama: LG 4; AG 15.

III. ROH KUDUS

Asal: Roh Kudus berasal dari Bapa melalui Putera: AG 2.

Peranan Roh Kudus dalam Rencana Keselamatan:

Roh Kudus dan Bapa: dijanjikan oleh Bapa: LG 5; membuka kemungkinan menuju Bapa: LG4; menyebabkan manusia berseru “ Abba, Bapa!” SC 6; GS 22.

Roh Kudus dan Putera: Kristus megurniakan, mengutus, mencurahkan Roh: LG 5, 7, 21, 39,40; DV 4, 17; AG 4; UR 2. Roh Kudus berkarya sebelum Kristus dimuliakan: DV 17;menyertai Kristus: AG 3. Kristus diurapi oleh Roh: Sc 5. Roh memberi pengertian penuhtentang mister-misteri kristus: PO 18; Ia memanggil semua orang kepada Kristus: AG 15;Ia menyalurkan kekuatan keselamatan yang diterima dari kristus: GS 3. SelanjutnyaKristus berkarya dalam hati manusia dengan kekuatan Roh-Nya: GS 38.

Roh Kudus dan manusia: Roh Kudus mengantar manusia memasuki kepenuhan kebenaran:DV 20; membuatnya menikmati misteri kehendak ilahi: GS 15, dengan menyingkapkanmisteri itu: DV 17. – Oleh beberapa bapa Gereja kegiatan Roh Kudus diibaratkan fungsi jiwa sebagai prinsip kehidupan dalam tubuh manusia: LG 7. Roh Kudus mecurahkancinta kasih dalam hati manusia: LG 42, begitu pula buah-buah rahmat: LG 39.Demikianlah Ia menjadi prinsip kelahira baru: LG 7; AG 7; Ia mengubah manusia menjadiciptaan baru: GS 37; melahirkannya untuk hidup baru: AG 15.

Roh Kudus dan Perwahyuan: Ia mengilhami Kitab suci: DV 11, 18, 20, 21; Ia diutus oleh

kristus untuk melengkapi perwahyuan: DV 4, untuk menyingkapkan misteri keselamatan:DV 17; Ia menyebabkan suara Injil bergema: DV 8. Roh Kuduslah terang untukmemahami Kitab suci: DV 12, 23, dan mendalami perwahyuan, dengan menyempurnakaniman: DV 5. Ia menyerahkan magisterium dalam membaca Kitab suci: DV 10. Kepada-

Nya berserulah umat bukan katolik untuk mencari Allah dalam membaca Kitab suci,sebagai Dia yang menyapa mereka dengan perantaraan Kristus: UR 21.

Roh Kudus dan Gereja: setiap orang memiliki Roh Kudus, sejauh ia mengasihi Gereja (S.

Agustinus): OT 9. – Gereja ditampilkan berkat pencurahan Roh Kudus: LG 22. Gerejaialah kenisah Roh: PO 1; AG 7; kediaman Allah dalam Roh: LG 6; SC 2; PO 22. Sebagaisekelompok umat Gereja melayani Roh Kudus: LG 8. Roh dan Mempelai: LG 4.

Kegiatan Roh Kudus dalam Gereja: Roh Kusus mengandung putera-puteri yang dilahirkan

oleh Gereja: LG 64. Ia menghidupkan Tubuh mistik: LG 7; AG 15; memenuhi Gereja: LG 7,39. Kurnia-kurnia-Nya terutama menanggapi kebutuhan-kebutuhan Gereja: LG 12. Iamengubah Gereja menjadi persekutuan persaudaraan: GS 32; LG 4; UR 2; Ia mendorongGereja untuk berkembang: Ag 4; untuk membaharui diri: LG; GS 21; untuk menguduskandiri: LG 4; untuk mengikuti perkembangan zaman: LG 21; untuk meremajakan diri: LG 4;untuk belajar menggunakan bahasa yang aktual: LG 25. Dengan mengajaknya mendalamiKitab suci: DV 23, untuk mewartakan Injil: LG 17. roh Kudus membantu Gereja untuk

Page 367: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 367/388

tetap setia terhadap Mempelainya, terhadap perutusannya: GS 3, 43. Ia membimbingGereja dalam ziarahnya menuju Kerajaan Bapa: GS 1.

Roh Kudus dan Gereja sebagai lembaga: Roh Kudus melestarikan kelembagaan yangdiadakan oleh Kristus: LG 27; mengukuhkan dan menghidupkannya: LG 22. Ia membantuMagisterium demi pengudusan umat Allah: LG 12, 14. – para Rasul dipenuhi oleh Roh: SC

6, untuk menjadi guru iman yang sejati dan otentik: CD 2. Roh Kudus mengajar mereka:DV 7, dengan mengurniakan pengertian mendalam tentang misteri Kristus: DV 19, 20;dan mendorong mereka untuk memilih pembantu-pembantu: PO 11. – Kurnia“infallibilitas” (tidak dapat sesat)  paus bersumber pada Roh: LG 25. – Roh Kudus secarakhas dicurahkan kepada para Uskup: LG 21. Berkat Roh mereka menjadi guru iman yangsejati dan otentik, iman dan gembala: CD 2. –  Magisterium di dampingi oleh Roh: DV 8. –para imam  dipanggil oleh Roh untuk karya ilahi: PO 15; mereka bersedia menunaikanperutusan yang mereka sanggupi dalam Roh: PO 18, terikat oleh Roh: PO 15, ditakdiskankarena pengurapan Roh: PO 12; seperti para Uskup mereka menerima kurnia Roh: PO 7,meterai-Nya: OT 2. – Kepada kaum awam Kristus menyalurkan kehidupan berkat karya

Roh: LG 34; mereka menerima pengurapan Roh: LG 34; mereka wajib menghayati semuakegiatan mereka dalam Roh Allah: LG 34. Roh Kudus mendorong mereka untukmengasihi Allah sebagai Bapa, dan dalam Dia mencintai semua orang: AA 29. RohKuduslah yang makin menyadarkan mereka akan tanggung jawab mereka, danmenggerakkan mereka untuk dimana-mana mengabdi Kristus dan Gereja, AA 1. Paramempelai kristen dirasuki oleh Roh Kristus: GS 48. – Roh Kuduslah sumber hidup religius:PC 1; Ialah yang memungkinkan para religius untuk hidup menurut nasehat Injili: LG 39,seperti misalnya ketaatan: PC 14, dan kehidupan bersama dalam cinta kasih: PC 15; RohKudus menumbuhkan institut-institut sekular: AG 40. – Didorong oleh karya Roh, parakatekumen memohon disaturagakan dalam gereja: LG 14.

Roh Kudus dan misi Gereja: Roh Kudus membangkitkan panggilan dan semangat misioner:PO 18; AG 4, 22, 29, pada perorangan maupun lembaga-lembaga misioner: AG 23. Rohmengurniakan kekuatan untuk menjawab panggilan, AG 24, mendorong umat kristenuntuk memancarkan terang kehidupan: DH 14; mendahului kegiatan merasul; AG 4. Iamemenuhi bumi: PO 22, membaharuinya, dan hadir pada perkembangan itu: GS 41, 26. Iamembangkitkan dalam diri manusia masalah keagamaan: GS 41, memberi kebebasankemuliaan putera-puteri Allah: DH 15, mengantar manusia menuju Allah: DV2; membukakemungkinan bagi semua orang untuk ikut menghayati misteri Paska: GS 22,mengurniakan kepenuhan penghiburan-Nya: OE 30.

Roh Kudus dan Sakramen-Sakramen:  Ia bertindak melalui sakramen-Sakramen danpelayanan: LG 50; AA 3. Melalui itu semua Ia menguduskan umat Allah: LG 12; AA 3. –Kita dibabtis dalam Roh: LG 7, 9, 10. – Melalui Krisma  Roh menyempurnakan ikatandengan Gereja, dan memberi kekuatan khas: LG 11; AA 3; AG 11. – Umat berkumpuluntuk membaca Kitab suci, merayakan Ekaristi, dan mengucap syukur kepada Allah,dalam Kristus dan atas kekuatan Roh Kudus: SC 6. – Imamat melambangkan pencurahanRoh yang istimewa: LG 21.

Roh Kudus dan kesatuan Gereja: Ia prinsip kesatuan: LG 7. Dalam satu Roh Gerejamenghimpun semua orang: GS 92. Roh Kuduslah yang menyatukan Gereja: GS 40; AG 4,

15; UR 2. ia membangkitakan keinginan dan prakarsa-prakarsa yang mengarah kepadapersatuan semua orang: LG 15; UR 4. Kurnia-kurnia-Nya terdapat juga diluar batas-bataskelihatan Gereja katolik: UR 3. Ia diserukan kepada pembacaan Kitab suci: UR 21. Iamenggunakan Gereja-gereja yang terpisah sebagai upaya keselamatan: UR 3, dan bagiumat katolik sebagai upaya uantuk membangunnya: UR 4. Roh Kudus hadir juga dalamhati umat bukan kristen: AG 13.

Page 368: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 368/388

 

Kurnia-kurnia Roh: Roh Kudus sebagai kurnia: LG 12, 39, 59; GS 15. Jaminan Roh: LG 48;

GS 22. Buah-buah Roh: LG 12, 40. Kurnia-kurnia-Nya serba kaya dan bermacam-ragam:LG 4, 7, 13, 39; GS 38; AA 3; AG 4, 23. Kurnia-kurnia itu dilimpahkan kepada semuaanggota Gereja: LG 14. para Rasul menerima rahmat lebih luhur: LG 7, 13, yakni kurnia-

kurnia kepemimpinan dan karismatis untuk membimbing Gereja: LG 4; AG 4. kepadakaum awam diberikan kebijaksanaan: GS 35, kepada para imam Roh penasehat: PO 7.Semua kurnia itu menyempurnakan iman: DV 5.

Keutamaan-keutamaan: buah-buah Roh: Iman: DV 5; GS 25; AA 3; AG 13, 15. Harapan : GS93; AA 3. Cinta kasih: LG 7,40; GS 37; AA 3, 4, 29; AG 5; UR 24.

Pengurapan Roh Kudus: atas Diri Kristus: SC 5; PO 2; AG 3; atas semua orang berimanuntuk menerima imamat: LG 10, 12; atas kaum awam: LG 34; atas para imam: PO 2, 12;atas para Rasul: CD 1, atas para Uskup: CD 2.

Roh Kudus dan Liturgi: Dalam Liturgi umat menerima kekuatan Roh melalui lambang-

lambang sakramental: LG 50. Liturgi membangun kediaman Allah dalam Roh: SC 2.Pembaharuan liturgis merupakan rahmat Roh Kudus: SC 43.

IV. GEREJA KRISTUS

I. GEREJA – KENYATAAN ROHANI

Misteri Gereja: teks-teks utama: LG 1-8; AG 1-6; UR 2-4; referensi-referensi selain itu: LG

44, 63; OT 16; UR 20; NA 4.

Gereja merupakan manifestasi dan aktualisasi misteri cinta kasih Allah terhadap manusia:GS 45.

Gereja dan Tritunggal: teks-teks utama: LG 2-5, 17; GS 40; AG 2-5.

Gereja dan Allah Bapa: Gereja dikehendaki oleh Bapa sebagai pelaksanaan rencana-Nya. Iamuncul sebagai tanggapan terhadap panggilan Allah di sepanjang sejarah: LG 2, 3, 9; GS32; AG 2; UR 2-3. Gereja lahir dari cinta kasih Bapa: GS 40; hidup berkat kuasa Allah: LG3; didukung oleh rahmat Allah: LG 9. Gereja berhubungan dengan Bapa melaluiSakramen-Sakramen: LG 11. Gereja ialah himpunan umat disekitar Bapa: LG 2; dipanggiluntuk menampakkan misteri Allah: GS 41; misteri kasih Allah terhadap manusia: GS 45,21.

Gereja dan Kristus: lihat: hubungan Kristus dengan Gereja.

Gereja dan Roh Kudus: lihat: Roh Kudus dan gereja.

Gereja dalam Rencana Keselamatan Allah: LG 2-9, 14, 17, 18; DV 17; GS 3, 11, 40, 43, 45,

92; AG 2-5, 9; UR 1, 6, 18, 24.

Page 369: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 369/388

 

Gereja dan perwahyuan: LG 20, 64; DV 7-10, 21, 26; GS 33, 44, 91; PO 2; DH 12.

Definisi-definisi dan lambang-lambang: Gereja: Sakramen keselamatan: LG 1, 9, 48; SC 5,

26; GS 42, 45; AG 1, 5. – Umat Allah, Tubuh Kristus. – Mempelai kristus: LG 4, 6, 7, 9, 11, 39,41, 44, 46, 64, 65; DV 8, 23; SC 7, 47, 84, 85, 102; GS 43, 48; PO 16, PC 1, 12. – Ibu: LG 6, 14,15, 41, 42, 63, 64; DV 11, 19, 22; SC 4, 60, 85, 122; GS 43; CD 13; IM 1-2; GE Pend., 3.

Lambang-lambang lain: Kawanan: Gereja semesta: LG 6, 9, 15, 22, 45; AG 6; UR 2; gereja-Gereja setempat (antara lain): LG 25, 27, 28; SC 41; AG 20; CD seringkali. – Kebun Allah:LG 6. – Kediaman Allah dalam Roh: LG 6; SC 2; PO 22. – Keluarga Allah: LG 6, 28, 50; GS32, 40, 92; AG 1. – Kenisah Kudus: LG 6; sc 2. kenisah rohani: AG 9. – Perawan: LG 63-64.Tunangan: LG 6. – Yerusalem dari atas: LG 6. – Israel baru: LG 9. – Garam dan Terangdunia: AG 1, 36. Ragi masyarakat: GS 40, 44. Tanda yang diangkat ditengah bangsa-

bangsa: SC 2; GS 43; UR 2. Tiang dan dasar kebenaran: LG 8. – Kepenuhan kristus: LG 7.

Gereja dan persekutuan: Gereja sebagai persekutuan: LG 4, 7, 8, 9, 13, 14, 15, 23, 50; DV 1;

AG 18, 19, 22, 38; UR 2, 3, 4, 13, 15, 17, 18, 19; OE 4, 30. – Persekutuan hirarkis: LG 8, 21, 25,catatan penjelasan pendahuluan; CD 4, 5; PO 7. – Persekutuan rasuli: LG 24. –persekutuan-persekutuan gerejawi: UR 1, 4, 13. Persekutuan aglikan: UR 13. – Tiadapersekutuan penuh antara Gereja-gereja: GS 92; PO 9; UR 3, 4, 14. – Persekutuanpersaudaraan: LG 13; DV 10; GS 32; PC 15; AA 3; UR 14.

Gereja yang satu: Kristus mendirikan satu Gereja yang tunggal, dan hidup dalam

kesatuan: LG 4, 8, 9, 13, 15, 18, 22-23, 26, 28, 32, 50, 51; CD 6, 11; PO 8; AG 1, 6, 7; UR 1-4,16, 21-22, 24; oe 2; dh 1. – satu Tubuh: LG 7, 26; PO 2; OR 3.

Roh kudus prinsip kesatuan: LG 7; AG 4, 15; UR 2. – Tritunggal, pola dan prinsipkesatuan Gereja: LG 4; UR 2; lihat juga GS 24.

Paus, prinsip dan dasar kesatuan: LG 23, UR 2. Uskup, prinsip dan dasar kesatuan padatingkat Gereja khusus: LG 23.

Kesatuan ditandakan oleh Ekaristi: LG 11, 26; SC 47; UR 2.

Kesatuan katolik: LG 8, 13; AG 22; OE 25. – Gereja benih dan Sakramen kesatuan: LG 8;GS 42, 92. – kesaksian yang nampak dan bersifat kemasyarakatan: LG 8; UR 1. KesatuanGereja di Sorga dan di dunia: LG 49, 50. – Kesatuan perlu dikembangkan: UR 1.

Gereja yang kudus: LG 5, 8-9, 26, 32, 39-42, 47-48, 49; sc 4, 41; cd 11. Perlu pembersihan

diri: LG 8, 15; GS 43; UR 4, 6. Kesaksian hidup religius: LG 39, 42, 44.

Gereja katolik: LG 8, 13, 23, 26; CD 10, 11; AG 1, 4; UR 3-4, 9-10; DH 1.

Gereja semesta: LG 2, 4, 13, 19, 22-23, 28; GS 42; CD 9-10, 15; AA 10; AG 5, 8, 20, 22, 26; UR1. Injil yang diwartakan pada semua orang merupakan kesaksian universal: LG 10, 19, 28;

Page 370: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 370/388

DV 7; PO 4, 10; AG 1, 5, 6, 9, 13, 38; UR 1; DH 1. Semua orang dipanggil untukmembentuk Gereja: LG 3, 13. Universalitas tidak terwujudkan: LG 9; UR 4.

Gereja apostolik: LG 8, 26; CD 11; AG 6; UR 4, 17; DH 1.

Gereja peziarah dan eskatologis: LG 2-9, 28, 44, 48-51, 68; DV 7; SC 2, 8; GS 21, 39, 40, 45;

PO 2, 22; AG 5, 9; UR 2, 3, 4; DH 12.

Gereja dan Kerajaan Allah: LG 3, 5, 31, 35; GS 1, 45; PC 5; AA 3, 4, 7; UR 4. Kerajaan Allah

sudah hadir: LG 3, 5, 9; GS 39; sedang dalam perkembangan: LG 3, 5; GS 39; UR 4;mendambakan kepenuhannya: LG 5. Kerajaan Allah merupakan tujuan gereja: LG 9; GS 1.Kepenuhan itu diterima dari Allah: LG 9. – Gereja dan Kerajaan Kristus: LG 5, 35-36, 44;GS 39; AA 2; AG 1; DH 11. – Kerajaan Sorga dimulai di dunia: LG 3. – Kerajaan Sorgawi:

LG 13. temapat kaum awam dalam kedatangan Kerajaan Allah: LG 31, 35; AA 3, 4, 7.

II. GEREJA – KENYATAAN YANG KELIHATAN

Gereja: suatu masyarakat: (yang kelihatan) LG 8, 14, 20, 22, 28, 32, 48; SC 2; GS 40, 42, 44;

AG 37; UR 3; DH 13; GE 3.

Gereja dan para Rasul: Petrus: LG 18-20, 22; catatan penjelasan I; UR 2, 3. – Para Rasul:

LG 18-20, 22; catatan penjelasan; DV 7, 17; GS 32; CD 1, 2; PO 2, 10, 11; AG 1, 5, 9, 22, 38;UR 2, 3; DH 12; NA 4.

Para anggota Gereja: 

Paus: LG 13, 18, 20, 22, 23, 24, 25, catatan penjelasan; CD 2; AG 5, 22, 38; UR 2; OE 3.

Para uskup: LG 15, 18, 20-27, 45, catatan penjelasan; DV 7; GS 43; CD 2-3, 6, 13, 36; AG 5, 38;UR 2, 15.

Para imam: LG 28; CD 28-32; PO 1-9; OT sering; AG 20.

Para diakon: LG 29; AG 16.

Kaum awam: LG 30-38; GS 44; CD 10, 16; PO 9; AA khususnya 1-5; AG 21, 41.

Para religius: LG 43-47; PC 1.

Gereja dan Sakramen-Sakramen: Tempat Liturgi dalam kehidupan Gereja: SC 2-10. –

Sakramen-Sakramen: LG 7, 11, 14, 21, 26, 31, 35, 50; SC 2, 6-7, 10; CD 15, 30; PO 2, 5, 13; AA3; AG 5-7, 9, 14, 39; UR 2-3; OE 2.

Page 371: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 371/388

Baptis: LG 7, 11, 14, 26, 31; SC 6, 10; PO 5; AA 3; AG 6, 7; UR 3. – Krisma: LG 11; AA 3. –Ekaristi: LG 7, 26, 50; sc 2, 6-7, 10, 41-42; CD 15, 30; PO 5, 13; AA 3; AG 9, 39; UR 2. – Tobat:LG 11; CD 30; PO 2, 5. – Perkawinan: LG 11. – Tahbisan: LG 11, 28; PO 2. – Pengurapan OrangSakit: LG 11; PO 5.

Gereja dan Maria: Maria, anggota yang luhur dalam Gereja: LG 53, 54. Pola Gereja: LG 53,

63-65; Bunda para anggota Tubuh Kristus: LG 53. – Bakti kepada S. Perawan dalam gereja:LG 53, 66-67. – Maria, tanda harapan yang terjamin dan penghiburan bagi umat Allahdalam ziarahnya: LG 68.

III. GEREJA DALAM DUNIA

Perutusan gereja: Gereja diutus: GS 58, oleh Allah: AG 1, oleh Kristus: LG 5, 9, 17,; SC 6;CD 1, 2; PO 2, 4; AG 5, 10; DH 1.

Demi keselamatan umat manusia: pewartaan LG 17; SC 9; GE pendahuluan, 3; sumber: LG16; terwujudnya keselamatan: LG 33; GS 3, 45; AA 6; AG 4; IM 3. Penyampaiankeselamatan: LG 8. – partisipasi dalam keselamatan: AA 2; dalam misteri Kristus: AG 5. –Pewartaan tentang keselamatan: AG 5. – Misi penyelamatan: LG 30, 33, 43.

Untuk mewartakan Injil kepada segala makhluk: LG 1, 16, 17, 35; GS 32, 58, 92; AA 6; AG 1, 5,

6, 7, 23, 29; OE 3; IM 3; DH 1, 13, 14; NA 2. – Perutusan universal: LG 1; GS 58; CD 36; AA19; IM 3. Mulainya Kerajaan Allah di segala bangsa: LG5; GS 45; AA 2. Pewartaan Injil danpengudusan: AA 5, 19, 20.

Untuk menyatakan Allah dan manusia di dunia: Perutusan Gereja bersifat keagamaan danmanusiawi: GS 11, 42. – Menampilkan misteri Allah: GS 41; menampilkan danmenyalurkan cinta kasih Allah kepada semua orang: AG 10. Perutusan ilahi: GS 89.Pewartaan kerajaan kristus dan Allah: LG 5. – Menyingkapkan misteri manusia: GS 41.Pelayanan: GS 3. – Kesaksian akan kebenaran: GS 3; DH 14. – Perutusan gereja terlaksanadi tengah dunia: PO 17; demi kehidupan dunia: LG 37. Meresapi dan menyempurnakantata dunia: AA 5. Perutusan Gereja berdamapak meningkatkan peradaban: GS 58.

memajukan kesatuan dunia: GS 42; membaharui segala sesuatu dalam kristus: AA 2; GEpendahuluan; menghimpun semua orang dalam satu Roh: GS 92. Semua anggotaberperan serta dalam misi Gereja: PO 2. Perutusan apostolis: PO 2, imani, kenabian danrajawi: AA 2.

Penggunaan lain ungkapan: “misi Gereja” : LG 33, 36; GS 76; PO 14; AA 1, 2, 8, 19, 29.

Gereja dan manusia: Manusia: poros “Gaudium et Spes”: GS 3. Gereja bermaksud

menguraikan misteri manusia dan membantu umat manusia: GS 10. Manusialah yang

harus diselamatkan: GS 3. Panggilan manusia dikukuhkan: GS 3, 21. – Kesetiaan Gerejaterhadap manusia: GS 21. Amanat Injil selaras dengan lubuk hati manusia: GS 21, 41. –Gereja memperlihatkan makna hidup manusia: GS 41. Gereja melambangkan danmenjamin keunggulan pribadi manusia: GS 76. Keselamatan manusia: GS 41; AG 8;mengabdi manusia menurut teladan Kristus: GS 3; mengasihi manusia: AA 8; mengabdimanusia menurut teladan Kristus: GS 3; mengasihi manusia: AA 8; AG 12;mengembangkan umat manusia: GE 3; penuh perhatian terhadap keutuhan hidup

Page 372: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 372/388

manusia: GE pendahuluan. Peranan Gereja dalam pendidikan manusia: GE. Menghormatikebebasan beragama: DH. Tuntutan iman dan kejernihan hidup menghadapi kaum ateis:GS 21.

Gereja dan masyarakat:

Solidaritas Gereja dengan masyarakat: Gereja menempuh perjalanan bersama umat manusia:GS 1, 40. Dialog antara Gereja dan masyarakat: GS 40; AG 11. pelayanan timbal-balik: GS11. Kehadiran dan keterlibatan Gereja dalam masyarakat: AG 11. – Gereja merupakanpersekutuan persaudaraan yang baru, perwujudan solidaritas manusiawi: GS 32; AA 8;AG 7. – Terjalinnya “kota duniawi” dan “kota surgawi” merupakan misteri sejarahmanusia: GS 40. masyarakat, lahan bagi Gereja: PO 22.

Sumbangan Gereja kepada masyarakat: Kesatuan: GS 42. Terang untuk membentuk dan

meneguhkan masyarakat: GS 42. Gereja berkarya bagi semua orang, khususnya bagikaum miskin: LG 8; GS 42; AA 8; AG 12. Iman dan cinta kasih Gereja: GS 42, 76. PosisiGereja sebagai jembatan antara berbagai masyarakat: GS 42. Dukungan bagi semualembaga yang baik dan adil: GS 42. Pelaksanaan tugas umat kristen di dunia: GS 43.

Sumbangan masyarakat kepada Gereja: kekayaan pelbagai kebudayaan: LG 13; GS 44.Berlangsungnya hidup sosial; perkembangan masyarakat di bidang berkeluarga,kebudayaan, ekonomi, sosial, politik: GS 44. Tentangan sendiri: GS 44.

Orientasi dasar Gereja dan masyarakat: Kesatuan dalam Kristus. Kristus, titik akhir sejarahmanusia, titik konvergensi dambaab-dambaan sejarah dan peradaban, pusat umatmanusia: GS 45. Allah merencanakan untuk menghimpun segala sesuatu dalam Kristus:LG 3, 13, 17,; AA 7; UR 2. – Pendamaian dunia dengan Allah dalam kristus: GS 45, 57.Segenap umat manusia dihimpun di bawah Kristus sebagai Kepala, dalam kesatuan Roh-Nya: LG 13. – Segala-galanya disempurnakan dalam Kristus: LG 48; AG 1, 3. – Allahhendak merangkum seluruh dunia untuk menjadikannya ciptaan baru, serta memberinyakepenuhannya pada hari kiamat: AA 5. – Kesatuan semua orang dalam Kristus: LG 1; AG1. Gereja mengarahkan seluruh dunia kepada Kristus: AA 2; GE pendahuluan.

Gereja dan nilai-nilai manusiawi: Gereja berperanserta untuk memanusiawikan keluargamanusia beserta sejarahnya: GS 40; menerima apa saja yang baik pada umat manusia: LG

13. – Gereja dan solidaritas manusiawi: GS 32; dan persaudaraan semesta: LG 32; GS 3, 32,92; AG 12, 38; NA 5; dan perdamaian: LG 13; GS 76-90, 92; AG 12; dan nilai-nilaiperkawinan serta hidup berkeluarga: LG 11, 35; GS 47-52; AA 11; dan kebudayaan: LG 17,36; GS 44, 53-62; AG 11, 22; GE 8; dan kegiatan manusia di dunia: LG 36; GS 34-39; dankerja manusia: LG 36; GS 67-68.

Gereja dan Negara: Gereja jangan dicampuradukkan dengan negara: GS 76. Misi Gerejatidak terletak di bidang politik, ekonomi atau sosial: GS 42. Gereja tidak terikat padasistem politik mana pun juga: GS 42, 76. Gereja tidak mencampuri pemerintahan negara:Ag 12. – Gereja menghargai mereka yang memperjuangkan kesejahteraan umum: GS 75.

Gereja dan negara harus melayani panggilan manusia: GS 76. Diperlukan kerja sama yangsehat: GS 76. Sumbangan Gereja kepada negara: GS 76. – Gereja memanfaatkan upaya-upaya duniawi sambil mempertahankan keutuhan kesaksian Injili: GS 76. – Kebebasanbertindak bagi Gereja untuk menunaikan misinya: GS 42; DH 13; untuk menunjuk Uskup-Uskup: CD 20; kebebasan bertindak bagi para Uskup: CD 19.

Page 373: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 373/388

Gereja dan masalah-masalah dunia: Gereja dan kehidupan sosial ekonomi: GS 63-72; AG 12;dan pembangunan: GS 64-66; AA 8; AG 12; dan kemiskinan: LG 8; GS 88; AA 8; AG 12;dan perdamaian: LG 13; GS 76-90; AG 12; dan perang: GS 79-82; dan pembentukanmasyarakat internasional: GS 83-90.

Para anggota Gereja dan kehadiran mereka dalam masyarakat:

Kaum awam: kehadiran: LG 31, 34-36; AA, di pelbagai artikel, terutama 2, 5, 7, 29. – ParaUskup: tugas mengajar: CD 12, dan dialog dengan semua orang: CD 13; kebebasanterhadap pemerintah: CD 19. – Para imam: tempat mereka dalam masyarakat, sikappastoral: PO 3, 17. – Para religius: informasi tentang situasi masyarakat: PC 2, 18. –Pembinaan calon imam, mengenal masyarakat: OT 16, 19; menanggapi tuntutanperkembangan masyarakat modern: OT 22.

Gereja dan daerah-daerah misi: sifat misioner Gereja: LG 17; AG di banyak artikel,

khususnya, 1-2, 5-9. Perhatian misioner hirarki: LG 23; CD 6; perspektif misioner bagi para

seminaris: OT 20.

Gereja dan agama-agama bukan kristen: sikap Gereja, menyelidiki usaha bersama: NA 1;

penghargaan yang jujur: NA 2; dialog GS 92; NA 2; kerja sama di bidang sosial ekonomi:AG 12; persaudaraan semesta: NA 5. – Gereja bergembira tentang persaudaraan yangtelah terjalin: GS 84. – Perhatian para Uskup: CD 16, para imam: PO 9. Penyuluhan bagipara seminaris: OT 16.

Gereja dan misteri Israel: LG 9, 16; NA 4; Gereja dan Islam: LG 16; NA 3; Gereja danHinduisme: NA 2; Gereja dan Buddhisme: NA 2.

IV. UMAT ALLAH

LG 4, 9-18, 23, 28, 30-33, 44-45, 50, 68-69; DV 8, 10, 23; SC 14, 26, 41; GS 3, 11, 32, 45, 88, 92;CD 11, 15, 22-23; PO 1-5, 7, 9, 11-13, 18-20, 22; OT 2; AA 1-3, 18, 29, 30; AG 1, 2, 7, 9, 14-15,19, 21, 35, 37-38; UR 2-3; DH 12; NA 4; GE 3, 8.

V. TUBUH KRISTUS

Gereja, Tubuh Kristus: LG 7, 14, 17, 30, 33, 39, 43, 48, 52; SC 7; GS 32; PO 1-2, 5, 6, 8, 15,

22; PC 1; AA 2; AG 5, 7, 16, 38, 39; UR 2. – Tubuh Sang Sabda yang menjelma: AG 6; -Tubuh mistik Kristus: LG 7, 8, 23, 50; SC 7, 99; PO 2; PC 7; AA 2, 3; AG 7, 9, 19;OE 2; GE 2.– Kristus Kepala: LG 7, 30, 33. Bdk. Hubungan Krsitus dengan Gereja. – Roh Kudus

prinsip kesatuan Tubuh; bdk. Roh Kudus dan Gereja: LG 4, 7, 9; GS 45; AG 4.

Kesatuan: Satu Tubuh: LG 3, 32, 33; GS 78; CD 15; PO 2, 9; AA 18; AG 7; UR 3, 24. –Kesatuan Tubuh mistik: LG 26, 32. – Persekutuan para anggota di dalam Tubuh: LG 7, 50;GS 32; AA 2. Gereja: masyarakat yang tersususn secara hirarkis dan Tubuh mistik, satukenyataan: LG 8.

Page 374: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 374/388

 

Kehidupan:

Pembangunan Tubuh: LG 45; PO 22; PC 1; AA 3; UR 2; oleh semua anggota: LG 32; GE 2;CD 16; PO 9; AA 2; AG 36; melalui pelayanan-pelayanan: LG 7, 18, 21, 28; PO 6, 8, 12, 15;

AG 38, 39; oleh para religius: LG 43, 45; melalui Sakramen-Sakramen: LG 7, 21; SC 59; AG36; Baptis: LG 7; AA 2; AG 6, 7, 36; Ekaristi: LG 3, 7, 17, 26; CD 15; PO 5; AG 6.Pengungkapan dalam Liturgi: SC 7. Tempat khusus para kontemplatif: PC 7. –Pembangunan Tubuh melalui sabda Allah: AG 6.

Pertumbuhan Tubuh: LG 8: 30; AA 2, 7, 9; UR 29; GE 2; melalui pertukaran timbal-balikdengan tradisi-tradisi para bangsa: AG 19. Para anggota dipanggil untuk menyerupaiKristus Kepala: LG 7. – Semua anggota ikut serta mengemban misi seluruh Tubuh: PO 2;AA 2. Persekutuan persaudaraan baru: GS 32.

Kemacam-ragaman para anggota serta fungsi-fungsi: LG 7, 30, 32, 43; GS 32; PO 2; PC 7; AA 2,3; UR 2.

V. GEREJA-GEREJA KHUSUS DAN SETEMPAT

Dalam Gereja terdapat Gereja-Gereja khusus: LG 13, bagian-bagian Gereja Kristus yangtunggal: CD 6. Gereja katolik terdiri dari umat beriman, yang terhimpun secara organisdalam Roh Kudus berkat iman yang sama, Sakramen-Sakramen yang sama dankepemimpinan yang sama: OE 2. Gereja Kristus yang satu dan tunggal berada di dalamdan terdiri dari Gereja-Gereja khusus: LG 23. Jemaat-jemaat paroki menghadirkan Gerejasemesta: LG 28; AG 20. Gereja Kristus hadir dalam kelompok-kelompok umat berimansetempat, yang bersatu dengan para Gembala mereka, dan disebut Gereja dalamPerjanjian Baru: LG 26. Pelbagai Gereja, yang didirikan oleh para Rasul, disepanjangsejarah bergabung dalam berbagai kelompok yang merupakan kesatuan-kesatuanorganis, beserta tata-laksana, tata-liturgi, dan pusaka rohani dan teologis mereka sendiri,tanpa mengurangi kesatuan iman dan kesatuan Gereja semesta: LG 23. Gereja-Gereja khasTimur dan Barat berbeda karena Ritus mereka (Liturgi, tata-laksana gerejawi, pusakarohani), tetapi semuanya dipercayakan kepada kepemimpinan pastoral Paus: OE 3.

Kemacam-ragaman Gereja-Gereja setempat, yang berpadu dalam kesatuan,memperlihatkan katolisitas Gereja yang satu: LG 23.

Gereja katolik bermaksud melestarikan tradisi-tradisi setiap Gereja khusus dan Ritus: OE2.

Pembentukan dan perkembangan gereja-Gereja khusus:

Tiada satu jemaat kristen pun dapat membangun diri tanpa berakar dalam serta berpusatpada perayaan Ekaristi: PO 6; Gereja-Gereja khusus terhimpun karena Injil dan Ekaristi:

CD 11. Gereja khusus, yang wajib menghadirkan Gereja semesta, harus bersifat misioner :AG 20.

 Jemaat setempat jangan hanya memperhatikan umatnya sendiri, melainkan harus dijiwaisemangat misioner , melampaui Gereja setempat untuk merangkul Gereja semesta: PO 6.Prakarsa-prakarsa kerasulan harus melewati batas-batas paroki dan keuskupan: PO 7.Gereja khas wajib melanjutkan kegiatan misioner: AG 6. Aspek universal dan misioner

Page 375: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 375/388

imamat: PO 10; kesediaan para imam untuk berkarya di daerah-daerah dan dalamkegiatan-kegiatan yang kekurangan imam: CD 10; untuk melampaui batas-bataskeuskupan mereka sendiri, dan untuk membantu menanggapi kebutuhan-kebutuhanGereja seluruhnya: OT 20. Pembagian lebih sesuai para imam dan kegiatan-kegiatanpastoral khusus untuk berbagai lingkup sosial, pada tingkat daerah, negara dan benua:PQ 10. Karya misioner Gereja khusus memerlukan pelayan-pelayan yang cakap: AG 20.

Dalam Liturgi: Gereja mengambangkan kekayaan budaya pelbagai bangsa: SC 36, 38.Pimpinan Gereja setempat hendaknya mempertimbangkan, apa yang dari tradisi-tradisimasyarakat dapat ditampung untuk menyemarakkan Liturgi: SC 40, menyiapkan tata-upacara khas, yang sesuai dengan kebutuhan setiap daerah, termasuk bahasa: SC 63,menetapkan penggunaan bahasa, bila perlu dengan merundingkannya dengan Uskup-Uskup di diosis-diosis yang berbatasan: SC 36. Pengaturan Liturgi juga termasukwewenang Konferensi atau kelompok Uskup yang bersangkutan: SC 25. Hendaknya jangan ada perbedaan-perbedaan upacara yang mencolok antara daerah-daerah yangsaling berbatasan: SC 23. Melestarikan adat-istiadat dan upacara-upacara dalam peryaan

pernikahan: SC 17. Menghargai tradisi musik, khususnya di daerah-daerah misi: SC 119.Kebebasan perihal kesenian zaman sekarang: SC 123.

Paus bertugas memelihara kesejahteraan Gereja semesta dan kesejahteraan masing-masingGereja, mempunyai primat kuasa jabatan atas semua Gereja: CD 3.

Diosis  merupakan sebagian umat Allah, yang dipercayakan kepada Uskup, untukdigembalakan olehnya dengan bantuan para imamnya. Diosis merupakan Gereja khusus,dan di situ hadir dan berkaryalah Gereja Kristus yang satu, kudus, katolik dan apostolik:CD 11. Untuk melayani diosis-diosis di wilayah atau negara tertentu, sebaikanya dibentuk

sejumlah lembaga pelayanan, yang pengurusannya dapat dipercayakan juga kepadaUskup-Uskup tertentu: CD 42.

Para Uskup merupakan prinsip dasar kesatuan dalam Gereja khas mereka: LG 23. Mereka,yang masing-masing diserahi reksa Gereja khas, membimbing umatnya di bawahpimpinan Paus: CD 3, 11; LG 45.

Para Uskup menjalankan reksa pastoral terhadap Gereja semesta, tergabung dalam satuDewan, dalam perskutuan dengan Paus dan di bawah bimbingannya: CD 3. Merekamasing-masing mempunyai hubungan timbal-balik dengan Gereja-Gereja khusus danGereja semesata: LG 23.

Sejak abad-abad pertama Uskup-Uskup telah bergabung  untuk meningkatkankesejahteraan umum dan menanggapi kebutuhan-kebutuhan umum Gereja secarakeseluruhan dan masing-masing Gereja: CD 3, 36. Konferensi Uskup wajib mengkajimasalah-masalah yang berat dan mendesak, tanpa mengabaikan kondisi-kondisi khusussetempat: AG 31.

Para Uskup, yang menjadi anggota departemen kuria Romawi, hendaknya menyampaikansecara lengkap kepada Paus alam pandangan, aspirasi-aspirasi dan kebutuhan-kebutuhansemua Gereja: CD 10.

Para Imam  – di bawah kewibawaan Uskup- membimbing bagian kawanan Tuhan yangdiserahkan kepada mereka, dan menampilkan Gereja semesta dilingkup karya mereka;mereka ikut membangun seluruh Tubuh Kristus: LG 28. Paroki-paroki  didirikan untukmengembangkan Gereja-Gereja khusus: OE 4, dibimbing oleh pastor yang mewakiliUskup, dan secara tertentu menghadirkan Gereja semesta: SC 42. Setiap kali para imam

Page 376: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 376/388

merayakan Sakramen, mereka dengan berbagai cara terikat secara hirarkis pada Uskup,dan dengan demikian menghadirkannya di jemaat-jemaat: PO 5.

Semua religius berkarya demi kesejahteraan Gereja khusus: CD 33; dan menghormati sertamematuhi kewibawaan pastoral uskup atas Gereja khusus: LG 45.

Gereja-Gereja muda:

Penanaman Gereja: AG 6, 15-16, 18, 19, 22. Gereja-Gereja pribumi lahir dari sabda Allah,dan harus berkembang di mana-mana: AG 6. Gereja-Gereja khusus yang baru diperkayaoleh tradisi-tradisinya, mendapat tempatnya dalam persekutuan gerejawi: AG 22, danwajib membawa sumbangannya bagi kesejahteraan seluruh Gereja: AG 6. Persekutuanantara Gereja-Gereja muda dan Gereja seluruhnya: AG 19.

Pembentukan: AG 15-18, dan perkembangan Gereja-gereja muda: AG 19.

Pewartaan Injil merupakan upaya utama bagi tumbuhnya Gereja: AG 6. Roh Kudusmelahirkan manusia untuk hidup baru, dan menyatukan mereka yang percaya akanKristus menjadi satu umat Allah: AG 15. Gereja mengutus para misionaris samapai GerejaGereja muda terbentuk penuh: LG 17. Mereka menghimpun bagi Allah umat yang baru:AG 27. Tujuan lembaga karya misioner: supaya jemaat kristen baru berkembang menjadiGereja setempat: AG 32. – Persekutuan umat baru diperkaya dengan harta budaya bangsasendiri: AG 15, menampung nilai-nilai budaya setempat: AG 22, mempunyai upaya-upayanya sendiri untuk menghayati hidup kristen sepenuhnya: AG 6; berakar mendalamdalam bangsanya, dan menjadi tanda kehadiran allah di dunia: AG 15. Perluditumbuhkan struktur-struktur pemikiran untuk menemukan cara mewartakan Injil yangcocok dengan hidup sosial budaya setempat: AG 22. Tradidi musik lokal supayamendapat temaptnya dalam Liturgi: SC 19.

 Jemaat kristen dari semula harus diarahkan untuk memnuhi kebutuhannya sendiri: AG 15,menggunakan sumber-sumber dayanya sendiri: AG 6, pada saat dibimbing oleh Gembaladan klerusnya sendiri: AG 32, mempunyai hirarki yang menyatu dengan umatnya: AG 6,demi sedikit membangun diosesan dengan Uskup, imam-imam dan para diakonnyasendiri: AG 16. Dibutuhkan bermacam-macam  pelayanan: AG 15-16; ada klerus setempatdan pembinaannya: AG 15-16, 20, 32; pemulihan diakonat: AG 15-16. Tugas dan

pendidikan para katekis: AG 1, 17, yang dapat menerima perutusan kanonik: AG 17. –Gereja belum terbentuk sepenuhnya, selama belum ada kaum awam yang bertanggung jawab: AG 21, aksi katolik AG 15. Organisasi dan pengembangan kerasulan awam: AG 15,21, 41. – Pengembangan hidup religius: PC 19; AG 18, khususnya yang bersifatkontemplatif: AG 18, 40. – Peranan keluarga dan sekolah: AG 15.

Dalam Gereja-Gereja muda umat Allah harus mencapai kedewasaan di segala bidang hidupkristen: AG 6, 19. – Semangat dan kerja sama ekumenisme: AG 15.

Kegiatan misisoner Gereja-Gereja muda: AG 20. Gereja muda harus serantak memberi

kesaksian tentang Kristus, supaya menjadi tanda keselamatan: AG 21. Tanggung jawabUskup; AG 20, Konferensi Uskup: AG 20. Di perlukan pelayan-pelayan yang cakap dandisiapkan dengan baik: AG 20. Pewartaan Injil harus dilaksanakan oleh klerus setempatbersama para misionaris: AG 20. Semangat kerasulan para religius pria maupun wanita:AG 20. Inisiatif para misionaris: AG 20, yang membaktikan diri bagi Gereja yang merekadirikan: AG 27, 32. Peranan kaum awam: AG 21, yang oleh pelayan Gereja harusdihormati dan dibina: AG 21, dan yang harus mewujudkan kehidupan baru dilingkungan

Page 377: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 377/388

sosial budaya mereka: AG 21. Dialog dengan kelompok-kelompok dalam masyarakat,yang pengolahan soal-soal penyesuaian Gereja khusus: AG 20. Gereja-Gereja muda wajibberperan serta dalam misi unuversal Gereja semesta, dan akhirnya misionaris-misionaris juga: AG 20.

VI. PERUTUSAN GEREJA : MEWARTAKAN INJIL

I. PERUTUSAN GEREJA

Perutusan para rasul: mereka diutus oleh Kristus, seperti Kristus diutus oleh Bapa: LG 17,

18, 19; SC 6; dari Kristus diterima perutusan ilahi: LG 20; PO 10; partisipasi perutusanKristus: PO 2; diteguhkan pada hari pentekosta: LG 19.

Perutusan Gereja: Perutusan Gereja itu bersifat ilahi: GS 89; PO 11. Perutusan Mesianis

Kristus: AA 8. Asal perutusan Gereja ialah perutusan Putera dan Roh Kudus menurutrencana Bapa: AG 2-6. Dalam Konsili Gereja menjabarkan perutusannya yang universal:LG 1. Gereja menerima peutusan ilahi yang dipercayakan kepada para Rasul: LG 20,untuk mewartakan Kerajaan Kristus serta misteri Allah, dan untuk menyinari duniadengan amanat Injil: LG 5; GS 41, 92; Untuk menampakkan dan menyalurkan cinta kasihAllah terhadap semua orang dan segala bangsa: AG 10. perutusan rasuli: LG 65, Injili Po14, pembawa keselamatan: LG 30, 33; AA 6, terutama melalui pelayanandan Sakramen-Sakramen: AA 6, bersifat universal: AG 6, 10; di bidang rohani, dan bukan politik,ekonomi atau sosial: GS 42; pun tidak terikat pada kebudayaan atau sitem politik manapun juga: GS 42, 58; mengatasi segala partikularisme suku maupun bangsa: AG 8.Kesatuan misi Gereja: PO 14; AA 2; AG 6.

Perutusan Gereja berlangsung di tengah dunia, dan harus menanggapi situasi khas duniazaman sekarang: LG 33, 36; PO 17; AG 6. Misi Gereja bersifat keagamaan dan manusiawi,dan menyangkut keselamatan rohani maupun jasmani: GS 11, 42, 89; AA 5-6; GEpendahuluan. Penyatuan alam semesta, dan misis untuk membangun dunia yang lebihbaik dalam kebenaran dan keadilan: GS 55, 58. Untuk menjalankan misinya Gerejamenggunakan sarana-sarana dan upaya-upaya jasmani: LG 8; GS 76. Sekolah katolik dan

misi Gereja: GE 8. Gereja-Gereja muda ikut mengemban misi universal Gereja: AG 20.

II. INJIL

Hakekat Injil: Pelaksanaan perwahyuan: DV 2, 4, 7; sumber segala kebenaran pembawa

keselamatan, dan segala pedoman moral: DV 7; disiapkan oleh Perjanjian Lama: DV 3, 7; SC5; pewartaan kehidupan, ajaran dan misteri Kristus: DV 7, 18, 20. – Termaktub dalamdokumen-dokumen historis yang disebut “Injil”: DV 19, ditulis atas ilham Roh Kudus: DV 18.

– Kekuatan Allah bagi semua orang beriman: DV 17; GS 93; UR 21; DH 11. Injil memintakepatuhan sukarela AG 13; DH 10, dan tidak dapat dipaksakan: AG 13.

Injil dan Roh Kudus: Roh memungkinkan manusia untuk menerima Injil: AG 13, 15, 40, danmendalaminya: DV 8; menghimpun menjadi satu bangsa mereka yang menerimanya: GS 32;CD 11; PO 2, 4. Roh, yang telah mengilhami penulisannya: DV 7, 11, memantulkan suaranyadalam Gereja: DV 7, 8.

Page 378: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 378/388

III. PEWARTAAN INJIL

Injil dipercayakan pada Gereja: DV 10; Gereja harus menyuburkannya: PO 22, danmeremajakan diri karenanya: LG 4. Pewartaan rasuli Injil mengundang dan menghimpunumat Allah: PO 2, 4.

Injil diwartakan oleh  para Rasul: LG 19; DV 7, 17; SC 6; GS 76; AG 1, 4, 5; UR 2. – Oleh segenap gereja: di Timur maupun di Barat: OE 3. Secara prisnsipil: LG 20, atas kehendak yangmenuntut kesetiaan: GS 76, merupakan misinyalah, mewartakan Injil kepada dunia: LG 17;GS 3, 89, 92; AA 6; AG 1, 4, 6, 7, 20, 35-36; UR 1; IM 3; DH 13, 14; dengan memecahkan soal-soal zaman sekarang dalam terang Injil: GS 3, 4, 43, 46, 63, 91; PO 4; AA 7; denganmenggunakan upaya-upaya yang khas baginya: GS 76; AG 5; DH 14, atau yang selarasdengan semangatnya: CD 13; GS 76; media komunikasi sosial: IM 3; kesenian: GS 62; denganmenimba semangat dari Injil: GS 91; dengan meminta kebebasan yang menjadi haknya: GS21, 76; DH 13; sambil menghormati kebebasan beragama: DH 10-13, kebebasan pribadi-pribadi: GS 92, ciri-ciri khas setempat: GS 92; AG 6, 22, tradisi-tradisi khusus setiap bangsa:

GS 44; AG 11, 15, 18, 21; dengan memperhatikan pertunbuhan oragnisasi jemaat yang baru:AG 6; dengan menolak kompromi dengan pemerintah: GS 76.

Khususnya oleh  para Uskup pengganti para Rasul: LG 20, 21, 23, 24; DV 7, 17; GS 32, 43, 76;CD 12; AG 1, 5, 6, 20, 29, 38; UR 2; dengan mengutamakan kaum miskin: CD 13; tanpamengabaikan mereka yang tidak mengenalnya atau telah meninggalkannya: CD 11.

Injil dan Konsili: Konsili bermaksud mewartakan kepada semua makhluk Warta Gembira: LG1; PO 12; AG 1.

Injil dan keselamatan: Untuk diselamatkan, manusia harus menerima dalam iman Injilkeselamatan, juga meskipun Allah dapat mengantar kepada iman mereka, yang tanpabersalah, tidak mengenal Injil: AG 7.

Injil dan pelayanan sabda: Mereka yang menjalankan pelayanan Sabda, harus menimbakekuatan dari Injil: DV 25; AG 24; khususnya para imam, yang tugas utamanya ialahmewartakan Injil: LG 28; PO 2, 4, 6, 13; AG 20, 39, dan yang dalam hal ini berhak mendapatbantuan umat beriman: PO 20. Klerus harus membiasakan diri utnuk hidup dari Injil: OT 8,menikmati kebahagiaan yang terdapat padanya: OT 10.

Injil dan hidup religius: DV 25; GS 43; PC 2; AG 18, 20, 40.

Injil dan kaum awam: mengikuti teladan para kudus: LG 50, kaum awam harus menggalikekuatan dari Injil: DV 25; AA 30, mewartakannya: AA 10; AG 35; DH 14; menghayatinya: GS21; AA 11; meresapi dengan Injil kegiatan profesional dan sosial mereka: GS 43; CD 12; AA13; AG 21, 41; merasuki dengannya tata masyarakat: AA 7; AG 15; sambil menyadari betapapentingnya bagi tugas-tugas tertentu: AA 10, 13, 30, 31; AG 21.

Injil dan kondisi manusia: Injil mendung martabat manusia: GS 76; AG 8; DH 11; kebebasannya:GS 38, 41; DH 12; kegiatannya: Gs 38, 41, 43, 76; meneguhkan pengalamannya: Gs 46. Injil dankesuburan perkawinan: GS 50.

Injil dan Ekumenisme: Kepatuhan terhadap Injil yang sama memperlancar hubungan-hubungan dengan saudara-saudari yang terpisah: UR 7, 12, 21, 23. Sungguh mendesaklahmengusahakan kesatuan, sebab sandungan perpecahan merugikan pewartaan Injil: GS 92;AG 6; UR 1, seperti juga kelamahan-kelemahan Gereja lainnya: GS 43.

Page 379: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 379/388

 Injil dan umat manusia: Injil meneguhkan persekutuan manusia: GS 43, 32, 63, 76, 89, 91, 92,

93; AG 8, 12; mengembangkan kebudayaan: AG 12; GS 58; AG 9. Masayarakat dapatmemperlancar tugas Gereja dalam mewartakan Injil: GS 44.

VI. EKUMENISME DAN DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA

I. EKUMENISME

Rahmat ekumenisme pada masa akhir ini: UR 1. Semangat ekumenisme berkembang: UR 19;

umat katolik makin intensif melibatkan diri: UR 4. Pembaharuan Gereja menandakankemajuan ekumenisme: UR 6. Konsili mengundang umat katolik untuk ikut serta dalamusaha-usaha aktual: doa, kata-kata dan kegiatan: UR 4, 24. Salah satu tujuan utama Konsiliialah memulihkan kesatuan: UR 1. Konsili menyajikan bantuan, pengarahan dan upaya-upaya untuk ekumenisme: UR 1.

Gerakan: Partisipasi orang-orang perorangan dan jemaat-jemaat: UR 1. Prakarsa-prakarsa

dan usaha-usaha demi kesatuan: UR 4. Usaha untuk mengatasi perbedaan-perbedaan: UR 3.Ekumenisme belum dimana-mana maju: UR 19.

Prinsip-prinsip katolik: Misteri kesatuan Gereja dalam Kristus dan oleh kristus, atas karya

Roh Kudus, hidup dari Ekaristi dan Sakramen-Sakramen lainnya, menjamin pewartaan Injil,dilengkapi dengan pelayanan-pelayanan apostolis, dan di dasarkan pada Petrus: UR 2, 3.Kesatuan terdapat dalam Gereja katolik: UR 4. Perpecahan kadang-kadang diakibatkan olehkesalahan salah satu pihak, tetapi mereka yang lahir dalam jemaat-jemaat yang terpisah tidakdapat dipersalahkan: UR 3. Unsur-unsur dan harta kekayaan Gereja di luar batas-batasGereja katolik yang kelihatan: UR 3. Makna Gereja-Gereja dan jemaat-jemaat yang terpisahdalam misteri keselamatan: UR 3. Kepenuhan upaya-upaya keselamatan hanya terdapatdalam Gereja katolik. Kegiatan ekumenisme untuk mengatasi hambatan-hambatan, yang

menghalangi-halangi persekutuan gerejawi yang sempurna: UR 4. Perlu ditumbuhkankesadaran tentang apa yang perlu diperbaharui tentang Gereja katolik: UR 4. Kesatuan dalamapa yang sungguh perlu, dan kebebasan mengenai pelbagai bentuk hidup rohani, tata-laksana gerejawi, Liturgi: UR 4. Penghargaan terhadap nilai-nilai kristen bersama, yang dapatmenunjang kemajuan umat katolik: UR 4.

Pelaksanaan ekumenisme: Kesetiaan dan pembaharuan Gereja: UR 6. Pertobatan hati dan

kekudusan hidup: UR 7, merupakan jiwa seluruh gerakan ekumenisme, dan dapat di sebut“ekumenisme rohani”: UR 8. Teladan hidup: OE 24; doa: UR 4, 18; OE 24, bersama: UR 8.

Perayaan Sakramen-Sakramen secara bersama (“communicatio in sacris”): upaya yang harusdigunakan dengan bijaksana: UR 8; dalam situasi-situasi tertentu dapat dianjurkan, bersamaGereja-Gereja Timur: UR 15; OE 26-29. Sabda: UR 4. Pengertian persaudaraan timbal-balikdan sikap saling menghargai, dicapai melalui studi dan dialog: OT 16; AG 5; UR 4, 9-10, 12;OE 6, 24. Pertemuan campur: UR 4, 9. Pengampunan kesalahan: UR 7. Penjelasan ajaranmemakai bahasa yang dapat dimengerti, dan dengan mengindahkan hirarki kebenaran-kebenaran: UR 11. Studi teologi: OT 16; UR 5, 11; GE 11. Kesetiaan terhadap Tradis-Tradisi di

Page 380: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 380/388

Timur: OE 24. Kegiatan: UR 4, 13, 24. IkrarSsyahadat Iman bersama  dan kesaksian akanharapan: AG 15; UR 12. Bersama-sama memberi kesaksian hidup: AG 36.

Kerja sama persaudaraan: UR 4, 18; kerja sama misioner: AG 6, 29; UR 12; disegala bidang: AG15; khususnya di bidang sosial: AA 27; AG 12; UR 12, untuk mengabdi kepada umatmanusia: GS 92; di dunia internasional: GS 88; dalam mengusahakan perdamaian yang sejati:

GS 90.

Ekumenisme menyangkut seluruh Gereja, baik umat maupun para Gembala: UR 5.Ekumenisme katolik sejati: UR 24; maju serentak bersama usaha saudara-sausari yangterpisah: UR 24. Perjalanan menuju kesatuan melampaui kekuatan manusiawi: UR 24.

Sekretariat untuk kesatuan dan kerja sama ekumenis di daerah-daerah misi: AG 29. Sikap paraUskup terhadap saudara-saudari yang terpisah: CD 16. Kewaspadaan para Gembala: UR 4.Keprihatinan  para imam: PO 9, dan pembinaan ekumenis mereka: OT 16; UR 10;  paramisionaris: UR 10;  para religius: PC 2; kaum awam: GS 90; AA 27. Peranan fakultas teologi: GE 11;

studi teologi: OT 16; UR 5, 10, 11.

Dialog ekumeni: GS 92; UR 4, 9, 18. Kesulitan-kesulitannya:  UR 19; dalam cinta kasih,

kwebenaran, kerendahan hati, sambil memperhatikan hirarki kebenaran-kebenaran: UR 11;di bawah pengawasan para gembala: UR 4; dengan bijaksana dan sabar: UR 4; tanpa menjadigegabah atau bersemangat tanpa kebijaksanaan: UR 24; tanpa irenisme palsu: UR 1; tanpasikap tak acuh, tanpa kebingungan, tanpa persaingan: AG 15.

II. DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA

Agama-agama bukan kristen: Agama-agama primitif: NA 2; agama-agama besar: AG 10;

Hinduisme: NA 2, Buddisme: NA 2; Islam: LG 16; NA 3; agama-agama lain: NA 2.Masyarakat terikat pada tradisi-tradisi keagamaan: AG 10. Mereka yang mengakui Allah, danyang tradisi-tradisinya menyingkapkan unsu-unsur keagamaan dan manusiawi yangberharga: GS 92. Agama-agama berusaha menanggapi masalah-masalah dasar manusia: NA2. Umat beriman dalam semua agama senantiasa mendengarkan suara Allah, dan

menangkap penampakan-Nya dalam bahasa alam tercipta: GS 36.

Rencana Allah untuk menyelamatkan dunia terwujud melalui inisiatif-inisiatif, yangmenampilkan bahwa orang-orang mencari Allah dengan berbagai cara; tetapi usaha-usahaitu perlu diluruskan arahnya, dijernihkan, dan dapat menjadi persiapan bagi Injil: AG 3.Benih-benih kebaikan dalam hati orang-orang, dalam upacara-upacara serta peradaban-peradaban, dan pengembangannya berkat kegiatan misisoner: LG 16; AG 9. Allah tidak jauhdari mereka yang mencari-Nya: LG 16. Sinar kebenaran, yang menyinari semua orang,terdapat dalam agama-agama bukan kristen: NA 2.

Sikap Gereja: lihat terutama NA 1-5. Pada masa umat manusia makin menyatu, Gereja secaralebih cermat mempertimbangkan hubungan-hubungannya dengan agama-agama bukankristen: NA 1. Gereja tidak menolak apa pun yang benar dan kudus dalam agama-agama itu;menghormati ajaran-ajarannya yang dalam banyak hal berbeda dengan ajaran Gereja sendiri,tetapi sering pula memancarkan sinar kebenaran, yang menyinari setiap orang: NA 2. Umatkristen harus mengakui, melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai rohani, moral dansosio-budaya umat bergama lain: NA 2; melalui dialog dengan mereka menampung harta-

Page 381: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 381/388

kekayaan, yang oleh Kristus dibagikan kepada bangsa-bangsa, menjelaskan sertamenjernihkannya dalam terang Injil: AG 11; menggali apa yang serba benar dan baik dalamagama-agama itu, dan menolak kesesatan-kesesatan: OT 16. Umat kristen harus mengenaldengan baik tradisi-tradisi keagamaan setempat: AG 11.

Dialog: GS 92; AG 11, 16, 34; NA 2. – Kerja sama: AA 27; AG 12; NA 2, untuk membangun

dunia dalam perdamaian: GS 92. Saling pengertian dan kerja sama dengan umat Islam: NA 3.

Para Uskup harus memperhatikan mereka yang tidak/belum dibabtis: CD 16.

Penerbitan Kitab suci untuk mereka yang tidak memeluk agama kristen: DV 25.

Persiapan ilmiah para misionaris untuk dialog dengan agama-agama dan kebudayaan-kebudayaan buka kristen: AG 34. mereka harus berusaha memahami tata kesusilaan,peraturan-peraturan keagamaan, dan pengertian bangsa-bangsa itu tentang Allah, dunia danmanusia: AG 26. Kerja sama antar lembaga penyelidikan untuk makin mengenal agama-

agama dan kebudayaan-kebudayaan bukan kristen: AG 34. Para seminaris di daerah-daerahmisi hendaknya menggali sebab-musabab terjadinya perbedaan-perbedaan pandanganantara tradisi-tradisi dan agama-agama setempat di satu pihak, dan agam kristen di pihaklainnya; mereka hendaklah menyiapkan diri untuk dialog persaudaraan dengan umat bukankristen: AG 16. Para seminaris oerlu diajak mengenal agama-agama lain: OT 16.

VIII. GEREJA DI TENGAH MASYARAKAT

Allah menempatkan manusia dalam masyarakat: GS 13, 21, 32. Orang-orang perorangan,keluarga-keluarga dan kelompok-kelompok membentuk masyatakat  dan negara yangbertujuan kesejahteraan umum: GS 74.

Dengan berperanserta dalam kehidupan kelompok-kelompok sosial, manusia mewujudkanrencana Allah: GS 57. Perdamaian merupakan buah-hasil tata moral, yang ditanam dalammasyarakat oleh Penciptanya: GS 78. Sifat paguyuban terwujud dalam karya Kristus, yangmemasuki solidaritas manusia dan menciptakan persekutuan persaudaraan baru, yang harusberkembang samapai kepenuhannya: GS 32. Kristus menyinari seluruh masyarakat dengan

terang-Nya, yang membawa keselamatan melalui kegiatan para anggota Gereja: LG 36.Melalui perubahan masyarakat menurut asas-asas kristen nilai-nilai kodrati di tampung dandi integrasikan dalam perspektif manusia yang ditebus oleh Kristus, dan merupakansumbangan bagi kesejahteraan seluruh masyarakat: GE 3.

Perkembangan Kerajaan Allah  dapat memperbaiki tata masyarakat: GS 39. Pembangunanmasyarakat duniawi selalu harus di dasarkan pada Tuhan, dan diarahkan kepada-Nya: LG47; AG 41. pribadi-pribadi menerima banyak dari masyarakat, juga untuk memenuhi panggilan mereka yang bersifat keagamaan: GS 25. Jangan mengadakan pertentangan buatanantara perbuatan atau kegiatan-kegiatan profesi dan sosial di satu pihak, dan hidup

keagamaan di puhak lainnya: GS 43. Ditilak ajaran, yang berlagak mau mebentuk masyarakattanpa mengindahkan agama: LG 36. Tentang otonomi masyarakat yang sewajarnya: GS 36.

Perubahan-perubahan aktual: pandangan menyeluruh: GS 4-9, 54, 57; di bidang sosial dan

budaya: GS 54. Kesejahteraan umum: GS 26, 68. Upaya-upaya kultural: GS 61. Di bidangekonomi: GS 63; struktur-struktur dan lembaga-lembaga: GS 73; AA 19; tata-nilai: PO 22.

Page 382: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 382/388

Perubahan-perubahan masyarakat, kendati munculnya kendala-kendala, menampilkankodrat perkawinan dan keluarga: GS 47. Masyarakat majemuk: GS 76; GE 6.Berlipatgandanya hubungan-hubungan, pertukaran-pertukaran, dan sifat saling tergantung:GS 23, 25, 26, 33, 54, 56; IM 5. Upaya-upaya kominikasi: GS 6; AA 10; peradaban kota: GS 6,54. Suatu pola masyarakat industrial makin meluas, dan secara radikal mengubahpandangan-pandangan serta kondisi-kondisi hidup: GS 6, 54, 66. Makna sosial kaum muda:

GS 7; AA 12; GE 10. Pendidikan makin mempengaruhi perkembangan masyarakat: GE;pendahuluan. Kaum pekerja, buruh dan petani ingin berperanan dalam kehidupan sosial: GS9.

Ketimpangan-ketimpangan  di bidang sosial, ekonomi, kebudayaan. Ketidak-seimbangan antarakondisi-kondisi kolektif kehidupan dan pemikiran perorangan: GS 8.

Kesesatan-kesesatan amat serius, yang mengancam masyarakat: AA 6.

Beberapa pengarahan untuk membangun masyarakat masayarakat zaman sekarang: GS 11.

Gereja memandang penuh simpati dinamisme sosial sekarang: GS 42. Semakin tumbuhkeyakinan, bahwa dapat dan harus disusun tata politik, sosial dan ekonomi, yang memberipelayanan lebih baik kepada manusia: GS 9.

Manusia dalam masyarakat: ikatan-ikatan sosial perlu bagi manusia: GS 25. Ketergantungan

timbal-balik antara kemajuan manusia dan perkembangan masyarakat: GS 25. Dengan ikutberperanan dalam kehidupan kelompok-kelompok sosial, manusia mewujudkan rencanaAllah: GS 57. Persekutuan pria dan wanita: ungkapan pertama persekutuan antarpribadi: GS12. Panggilan khas pria dan wanita dalam masyarakat, manusia harus dapat

mengembangkan diri melalui kegiatannya: GS 35.

Sumbangan manusia kepada masyarakat: GS 10. Dengan kegiatannya manusia mengubahkenyataan-kenyataan dan masyarakat, serta menyempurnakan dirinya: GS 35. Orang-orangtidak dapat mewujudkan sendiri kehidupan manusiawi yang sepenuhnya; mereka berjumlahamat besar, dan seraba berlain-lainan dalam negara: GS 74. Makana kerja bagi masyarakat:LG 41; GS 34, 67. Kewajiban semua orang terhadap kesejahteraan umum: GS 30. Ikut sertadalam paguyuban-paguyuban sosial: GS 31. Sumbangan kepada kebudayaan: GS 57. Harta-milik membuka ruang gerak bagi manusia untuk mengamalkan tanggung jawabnya dalammasyarakat: GS 71. Di butuhkan waktu terluang untuk melibatkan diri dalam kehidupansosial dan budaya: GS 67. Semakin besar kekuasaan manusia, semakin luas pula bidang

tanggung jawab perorangan maupun bersama: GS 34. Apa yang dikerjakan orang-orang,supaya persaudaraan dan keadilan makin meluas pengaruhnya, dan untuk memperjuangkantata masyarakat yang lebuh manusiawi dalam hubungan-hubungan sosial, lebih unggulnilainya dari kemajuan teknologi: GS 35.

Tata masyarakat yang mengabdi manusia: Manusialah yang harus diselamatkan,masyarakat yang harus diperbaharui: GS 3.

Pribadi manusia  harus menjadi prinsip, subjek dan tujuan semua lembaga sosial: GS 25.

Lembaga-lembaga swasta maupun pemerintah harus melayani martabat serta tujuan hidupmanusia, dan menanggapi kenyataan-kenyataan rohani: GS 29. Kesejahteraan masyarakatialah keseluruhan kondisi-kondisi hidup sosial, yang memungkinkan manusia mencapaikesempurnaannya, dan pertama-tama berarti terjaminnya hak-hak dan kewajiban-kewajibanpribadi: GS 26; DH 6, dan sekarang makin meluas jangkauannya: GS 26.

Page 383: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 383/388

Makin meluaslah keyakinan, bahwa umat manusia dapat dan harus menyusun tata politik,sosial dan ekonomi, yang semakin mengabdi kepada manusia, dan memungkinkan setiaporang dan setiap kelompok untuk menegaskan dan mengembangkan kepribadiannya: GS 9.Tata masyarakat dan kemajuannya harus selalu menguntungkan orang-orang, dikembangkanberdasarkan kebenaran dan keadilan, dihidupkan oleh cinta kasih, menemukan dalamkebebasan keseimbangan yang makin manusiawi, dan memerlukan perubahan mentalitas

serta perombakan-perombakan sosial: GS 26.

Harus ada kebebasan dalam masyarakat, khususnya dalam hidup keagamaan: DH 1, 2, 3, 6-7,15. Dalam mengamalkan kebebasan harus dipatuhi prinsip tanggung jawab pribadi dansosial, diperhitungkan hak-hak sesama, kewajiban-kewajiban terhadap mereka, dankesejahteraan umum: DH 7. Sementara diindahkan kemajemukan masyarakat modern,kebebasan beragama harus tetap ditegakkan: GE 7. Masyarakat berhak melindungi diriterhadap penyalahgunaan yang terjadi dengan dalih kebebasan beragama: DH 7.

Mengatasi etika individualis, mendukung lembaga-lembaga yang memperbaiki kondisi-

kondisi hidup, mematuhi hukum-hukum sosial, peraturan-peraturan hidup memasyarakat,memperhatikan  paguyuban-paguyuban sosial: GS 30, mengembangkan nilai-nilai sosial danmoral: GS 36. Memperjuangkan kondisi-kondisi hidup yang lebih adil dan lebih manusiawi:GS 29, 30, 34, 38, 57; DH 6; dan menyingkirkan segala diskriminasi: GS 29, 66, 75.

Penataan masayarakat politik atau negara, struktur-struktur serta kekuasaan-kekuasaan, harusmenunjang pembinaan manusia yang berbudaya, cinta damai dan berbaik hati terhadapsemua orang, sehingga menguntungkan segenap keluarga manusia: GS 74. Pembentukan tatapolitik yuridis, yang memberi perlindungan kepada hak-hak pribadi: GS 73. Peningkatanpartisipasi semua orang dalam hidup bernegara: GS 73, 74, 75. Pelaksanaan pemerintahan

yang sah dan batas-batas wewenangnya: GS 59, 73, 74, 75; DH 3, 6, 7; GE 3, 6. Termasukkewajiban negara mengurus apa yang dibutuhkan untuk kesejahteraan umum: GE 3.Pengelolaan lembaga-lembaga untuk menjamin. Supaya harta-benda bumi tetapdipruntukkan bagi semua orang, tetapi sedemikian rupa, sehingga warga masyarakat tidakbersifat pasif, tidak bertanggung jawab, atau menolak untuk mengabdikan diri: GS 69. Hak-hak dan jasa-jasa yang harus dijamin oleh masyarakat: GS 71. Sifat sosial hak milik: GS 71.

Perdamaian  merupakan buah-hasil tata moral, yang ditanam dalam masyarakat olehPenciptanya: GS 78. Mendukung pembangunan masyarakat internasional: GS 86.

Pengembangan jasa-jasa bagi masyarakat dan hidup berkeluarga, terutama di bidang

kebudayaan dan pendidikan: GS 69. Kemajuan kebudayaan  demi pengembangan integralpribadi dan kesejahteraan masyarakat: GS 56, 59, 60; GE 6. Pentingnya sekolah: AG 12; EG 5.Peranan masyarakat meningkatkan pendidikan: GE 3, 6, 8. Untung-malang masyarakat danGereja berhubungan erat dengan kemajuan generasi muda dalam studi tingkat tinggi: GE 10.Masyarakat berhak atas informasi: IM 5, yang dibutuhkannya untuk maju: IM 12.

Manusia pencipta, pusat dan tujuan seluruh kehidupan sosial ekonomi: GS 63, yang harusmengabdi kepada manusia: GS 64, dan tetap berada dibawah pengawasannaya: GS 65.Peningkatan martabat pribadi dan kesejahteraan seluruh masayarakat di bidang sosialekonomi, dengan menyingkarkan kondisi-kondisi ketidak-adilan: GS 63, 66. Diperlukan

dukungan bagi perkembangan ekonomi untuk kepentingan manusia: GS 64, 67, 72;partisipasi dalam kehidupan ekonomi: GS 68. Kerja harus menjamin tersedianya sumber-sumber, yang memungkinkan manusia beserta keluarganya untuk hidup secara layakdibidang jasmani, sosial, budaya dan rohani: GS 67. Partisipasi kaum pekerja, buruh danpetani dalam kehidupan sosial: GS 9. Kesesatan organisasi kolektif produksi, yangmeremehkan hak-hak pribadi maupun kelompok: GS 65.

Page 384: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 384/388

Perombakan struktur-struktur sosial ekonomi demi  pengembangan ekonomi semua bangsa,melalui cara-cara yang tidak merugikan aspek rohani dan pengembangan manusia: GS 86.Mencari dasar-dasar umum bagi perdagangan dunia yang sehat: GS 85. Bangsa-bangsa yangberkembang harus memandang sebagai tujuan pembangunan: pengembangan manusiawisepenuhnya bagi semua warga msyarakat: GS 86.

Kelompok-kelompok sosial: Orang-orang makin bergabung membentuk kelompok-

kelompok: AG 20. Perubahan-perubahan dalam kelompok-kelompok sosial: GS 6; ketidak-seimbangan antara pelbagai kategori sosial: GS 8; tetapi pribadi-pribadi maupun kelompok-kelompok merindukan perihidup yang lebih bebas dan pantas, yang menyediakan bagimereka kemungkinan-kemungkinan modern: GS 9.

Kesejahteraan umum  dan kehidupan kelompok-kelompok beserta para anggotanya: GS 26.Masyarakat terdiri dari pelbagai kelompok, yang menemukan tempatnya dalam negaramenurut pelbagai tipe kelembagaan: GS 74. Mengakui dan menghargai hak-hak kelompok-

kelompok dalam kehidupan umum: GS 75. Secara perorangan atau dalam kelompok parawarga masyarakat harus mengusahakan, agar mengusahakan, agar jangan menyerahkankekuasaan terlampau besar kepada pemerintah, jangan pula cepat-cepat meminta bantuan,dengan risiko mengurangi tangung jawab kelompok-kelompok: GS 75. Campurtanganpemerintah untuk menyiapkan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok-kelompokuntuk megusahakan kesejahteraan: GS 75.

Kelompok-kelompok wajib memupuk dan menyebarluaskan nilai-nilai moral dan sosial: GS 30.

Mendukung perkembangan budaya, supaya setiap orang mampu menghadapi tanggung jawabnya terhadap berbagai kelompok yang dianutnya: GS 31. Setiap orang termasukpaguyuban manusia yang khas, lingkungan tertentu, yang mengemban pusaka budayanya:GS 53. Kebudyaan dan perkembangan kelompok-kelompok: GS 60.

Mendukung kelompok-kelompok untuk mendapat kekuasaan tertentu atas harta-benda ataumilik: GS 71.

Produksi  melayani manusia dan seluruh masyarakat: GS 64. Kesesatan teori-teori, yangmengorbankan hak-hak asasi pribadi maupun kelompok demi organisasi kolektif produksi:GS 65. Sasaran yang harus dikejar oleh kelompok-kelompok, yang mengambil keputusan-

keputusan tentang investasi: GS 70. Pengendalian perekonomian tidak boleh diserahkankepada kelompok-kelompok yang terlampau besar kekuasaannya: GS 65.

Hukum moral mewajibkan setiap kelompok sosial untuk – dalam menjalankan hak-haknya – juga menghormati hak-hak sesama, mengindahkan kewajiban-kewajibannya terhadap sesama,dan memperhatikan kesejahteraan umum: DH 7. Lingkup kewajiban manusia melampauikelompok-kelompok khusus, untuk meliputi seluruh alam semesta: GS 30.

Tanggung jawab kelompok-kelompok sosial terhadap kebebasan beragama: DH 6. Setiap orangharus luput dari tekanan kelompok-kelompok sosial dalam hal keagamaan: DH 2.

Kelompok-kelompok keagamaan diperlukan berdasarkan hakekat sosial manusia dan agama: DH4. Mereka berhak atas kebebasan beragama: DH 4.

Masyarakat dan keluarga: Persekutuan pria dan wanita merupakan ungkapan utamapersekutuan antar pribadi: GS 12. Keluarga menjadi dasar masyarakat: GS 52; AA 11; sel utama

Page 385: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 385/388

masyarakat: AA 11; lembaga yang lahir dari tindakan sepasang mempelai, yang salingmenyerahkan diri: GS 48; sekolah pertama keutamaan-keutamaan yang penting bagimasyarakat: GE 3; sebagai persekutuan mempunyai hak primordial: GE 5. Dalam keluargaanak-anak mendapat pengalaman pertama tentang hidup dalam masyarakat: GE 3.

Kesehatan pribadi dan masyarakat manusiawi maupun kristen tergantung dari kesejahteraan

keluarga: GS 47, 48. Perubahan-perubahan masyarakat, kendati munculnya kendala-kendala,menampilkan kodrat perkawinan dan keluarga: GS 47. pembaharuan sosial demikepentingan perkawinan dan keluarga: GS 49. Dalam tugas mengadakan keturunanhendaknya suami-isteri mempertimbangkan juga kebutuhan-kebutuhan masyarakat: GS 50.Umat kristen hendaknya bekerja sama dengan semua semua orang, supaya pemerintahmasyarakat mengindahkan kebutuhan-kebutuhan keluarga: AA 11. Pentingnya kerasulankeluarga bagi masyarakat: AA 11.

Setiap keluarga, sebagai rukun hidup beserta hak-haknya sendiri, mempunyai hak mengaturhidup keagamaannya: DH 5.

Masyarakat dan Gereja: Gereja tersusun secara hirarkis: LG 8, 20; GS 40; oleh Kristus

dilengkapi dengan upaya-upaya untuk menjamin kesatuannya yang nampak: LG 9; GS 40;kenyataan sosial dalam sejarah: GS 41; tidak terikat pada sistim sosial mana pun juga: GS 42.gereja bagaikan ragi, atau jiwa, masyarakat: GS 40; sambil mengejar tujuan keselamatannyaGereja meneguhkan solidaritas masyarakat, dengan memberi makna kepada kegiatanmanusia: GS 40. Gereja mencari orientasi-orientasi, yang mau disajikan untuk membangunmasyarakat: GS 11.

Bantuan yang akan di berikan oleh Gereja kepada masyarakat: GS 42, melalui amal-karyacinta kasih dan lain-lain: GS 42; dengan meniupkan ke dalam masyarakat modern yangmenghendaki kesatuan daya-kekuatan, yang bersumber pada iman dan cinta kasih: GS 42;dengan menjadi penghubung antara persekutuan-persekutuan, serta meneguhkannyadengan sikap universalnya: GS 42; dengan menunjang peningkatan lembaga-lembagamanusiawi: GS 42. – Gereja menawarkan kerja samanya dengan semua orang, untukmemperjuangkan kesejahteraan umum dan pembentukan dunia yang semakin manusiawi:GE 3. – Pendidikan kristen mendukung kesejahteraan masyarakat: GE 2. Karya-kegiatanGereja di bidang media komunikasi sosial dimaksudkan untuk meresapkan semangat kristenke dalam masyarakat: IM 17. – Bersama semua orang umat kristen harus mencari pemecahanmasalah-masalah moral, yang menyangkt kehidupan perorangan maupun bersama: GS 16.

Nilai-nilai korati di tampung dan diintegrasikan dalam perspektif manusia yang di tebusoleh Kristus, dan merupakan sumbangan bagi kesejahteraan seluruh masyarakat: GE 3.kekudusan mendukung peningkatan perikemanusiaan: LG 40.

Gereja sendiri dapat diperkaya karena berlangsungnya kehidupan sosial: GS 42.

Terutama dalam masyarakat yang majemuk pentinglah mempunyai visi yang cermat tentanghubungan antara Gereja dan negara: GS 76. Dalam masyarakat Gereja memperjuangkankebebasannya sebagai instansi rohani, yang berwenang mewartakan Injil di mana-mana, punsebagai persekutuan yang mempunyai hak hidup di masyarakat: DH 13. gereja membela

kebebasannya untuk menyiarkan ajarannya tentang masyarakat: GS 76; kebebasannay untukmengembangkan diri demi kepentingan seluruh masyarakat: GS 42. kewajiban masyarakatterhadap agama yang sejati dan Gereja Kristus yang tunggal: DH 1.

 Ajaran Gereja tentang masyarakat: GS 76, diungkapkan oleh dokumen-dokumen Magisteriummasa akhir ini, dan kebenaran-kebenaran pokok yang diutarakan oleh Konsili; dasar-dasarajaran itu diuraikan dalam terang Wahyu: GS 23. Ajaran tentang masyarakat sipil: CD 12;

Page 386: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 386/388

ajaran moral dan sosial: AA 31. Di sepanjang zaman Gereja telah menandaskan dalam terangInjil prinsip-prinsip keadilan, sesuai dengan tuntutan akal-budi yang tepat-seksama, bagihidup perorangan dan sosial, maupun bagi masyarakat internasional: GS 63. Ajaran aparaPaus terakhir tentang tata yuridis masyarakat: DH 1.

Termasuk kewajiban Gereja menjalin dialog dengan masyarakat setempat: CD 13; itu terutama

termasuk tugas para Uskup: CD 13; mereka itu hendaklah mengajarkan: bagaimanamengahargai masyarakat sipil: CD 12. Musyawarah para Uskup tentang dialog yang perludiadakan dengan kelompok-kelompok tertentu: AG 20. – Pendalaman masalah-masalahsosial oleh para imam: CD 16.

Daerah-daerah misi dan pewartaan Injil kepada kelompok-kelompok AG 6, 11, 19.

Melalui para anggota Gereja  Kristus akan makin menyinari seluruh masyarakat denganterang-Nya yang menyelamatkan: LG 36. Gereja hadir bagi masyarakat melalui putera-puterinya: AG 11. Hidup perorangan maupun sosial umat kristen harus dijiwai dengan

semangat Sabda Bahagia: GS 72. Umat beriman harus membedakan antara hak-hak dankewajiban mereka sebagai anggota Gereja, dan sebagai anggota masyarakat: GS 36. Janganmengadakan pertentangan buatan antara kegiatan-kegiatan profesi dan sosial di satu pihak,dan hidup keagamaan di pihak lainnya: GS 43.

Kaum awam  termasuk umat Allah dan sekaligus masyarakat sipil: AG 21. Mereka itu, baikpria maupun wanita, mempunyai kewajiban pokok: memberi kesaksian tentang kristus,dalam keluarga, dalam kelompok sosial, di lingkungan kerja mereka. Mereka wajibmengungkapkan kehidupan baru dalam masyarakat sekirta, supaya iman akan Kristus jangan asing lagi terhadap masyarakat, melainkan meresapi dan megubahnya: AG 21.

Kerasulan di lingkungan sosial: AA 13; dimensi nasional maupun internasionalnya: AA 14.Peranan kegiatan sosial: AA 3, 9. Kaum awam hendaklah menyelami arti kehidupankeluarga, profesional dan sosial, dalam terang iman: AA 16, berintegrasi dengan baik dalamkelompok sosial mereka: AA 29; penuh perhatian terhadap ajaran moral dan sosial gereja:AA 31. Kerja sama kaum awam di bidang sosial-ekonomi dengan bangsa-bangsa yangberkembang, dan pembentukan lembaga-lembaga yang dapat mempengaruhi struktur-struktur dasar kehidupan masyarakat: AG 41.

Situasi masyarakat modern dan pembinaan terus menerus para imam: OT 22.

Para  pendidik kristen wajib mengindahkan panggilan khas pria maupun wanita dalam

masyarakat: GE 8.

Pada saudara-saudari kita yang terpisah di dunia Barat iman akan Kristus telah membangkitkankegiatan-kegiatan untuk memperbaiki kondisi-kondisi sosial kehidupan: UR 23. Kerja samasegenap umat kristen dalam kegiatan sosial, dan untuk pengembangan sosial negara-negarayang berkembang: UR 12. Kegiatan sosial dan ekumenisme: UR 6.

Page 387: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 387/388

BEBERAPA PERISTIWA PENTING SELAMAKONSILI VATIKAN II

25 Januari 1959:

Di Gereja Basilika S. Paulus di luar Baluwarti Paus Yohanes XXIII secara resmi

menyatakan hendak mengundang Konsili.5 Juni 1960:

Paus Yohanes XXIII dengan Motu Proprio “Superno Dei Nutu” mendirikan komisis-komisi dan sekretariat-sekretariat persiapan Konsili.

25 Desember 1961:

Paus Yohanes XXIII dengan Konstitusi apostolik “Humanae Salutis” mengundangKonsili.

20 Juli 1962:

Disampaikan undangan kepada Gereja-Gereja dan jemaat-Jemaat kristen yang terpisah,untuk mengutus pengamat-pengamat Konsili.

5 September 1962:Ditetapkan Tata-laksana Konsili dalam Motu proprio “Appropinquante Concilio”.

11 oktober 1962:

Konsili Vatikan II dibuka secara resmi di Gereja basilika S. Petrus.12 Oktober 1962:

Konsili menyiapkan diri untuk memilih sendiri para anggota komisi-komisi, dan tidakmenyetujui anggota-anggota yang sudah disiapkan dalam daftar.

20 Oktober 1962:

Konsili menyampaikan “Amanat kepada Seluruh Umat Manusia”.8 Desember 1962:

Periode sidang I Konsili ditutup tanpa menghasilkan dokumen yang sudah selesai.3 Juni 1963:

Paus Yohanes XXIII wafat.21 Juni 1963:

Paus Paulus VI di pilih dan memaklumkan maksud beliau untuk melanjutkan Konsili.29 September 1963:

Periode sidang II Konsili di buka.30 Oktober 1963:

Dipungut suara untuk mendapat pengarahan; para Bapa Konsili mendukung sifatsakramental konsekrasi Uskup dan kolegialitas para Uskup, adanya “ketetapan ilahi”(“ius divinum”) tentang Dewan para skup, pemulihan diakonat sebagai tahbisan

tersendiri dan permanen (tetap).4 Desember 1963:

Periode sidang II Konsili ditutup secara resmi. Diumumkan Konstitusi tentang Liturgidan Dekrit tantang Upaya-Upaya Komunikasi Sosial.

4-6 Januari 1964:

Paus Paulus VI mengadakan perlawatan ekumenis ke Tanah suci dan menjumpaiPatriark Atenagoras.

17 Mei 1964:

Didirkan Sekretariat untuk Agama-Agama Bukan Kristen.14 September 1964:

Periode Sidang III Konsili dibuka secara resmi.21 November 1964:

Periode Sidang III Konsili ditutup, sesudah di maklumkan secara resmi Konstitusidogmatis tentang Gereja, Dekrit tentang Ekumenisme, dan Dekrit tentang Gereja-GerejaTimur Katolik. Paus Paulus VI mengumumkan gelar “Maria Bunda Gereja”.

14 September 1965:

Periode sidang IV dan terakhir Konsili di buka secara resmi.

Page 388: Konsili Vatikan 2

7/23/2019 Konsili Vatikan 2

http://slidepdf.com/reader/full/konsili-vatikan-2 388/388

15 September 1965:

Paus Paulus VI dalam Konstitusi apostolik “Apostolica Sollicitudo” menetapkan Tata-laksana tentang Sinode para Uskup.

4-5 Oktober 1965:

paus Paulus VI mengadakan perlawatan ke New York untuk menyamapaikan Amanatkepada Sidang Umum Perserikatang Bangsa-Bangsa, dan melaporkan perlawatan beliau

kepada Konsili.28 Oktober 1965:

Dimaklumkan dokumen-dokumen berikut: Dekrit tentang Tugas Pastoral para uskupdalam Gereja, Dekrit tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius, Dekrittentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius, Dekrit tentang pembinaanImam, Pernyataan tentang Hubungan Gereja dengan Agama-Agama Bukan Kristen.

18 November 1965:

Dimaklumkan Konstitusi dogmatis tentang Wahyu Ilahi dan Dekrit tentang KerasulanAwam. Paus Paulus VI juga mengumumkan permulaan pembaharuan Kuria Romawi,permulaan proses beatifikasi Paus Pius XII dan Paus Yohanes XXIII, periode Yubelium,

dan diundangkannya Sinode para Uskup selambat-lambatnya pada tahun 1967.4 Desember 1965:

Di Gereja Basilika S. paulus di luar Baluwarti, tempat paus Yohanes XXIIImengumumkan akan diadakannya Konsili, diselenggarakan “Ibadat untukMeningkatkan Kesatuan Umat Kristen”, yang dihadiri oleh Paus Paulus VI beserta paraBapa Konsili, para pengamat dan pera undangan untuk Konsili.

7 Desember 1965:

Dimaklumkan: Pernyataan tentang Kebebasan Beragama, Dekrit tentang Pelayanan danKehidupan para Imam, Dekrit tentang kegiatan Misioner Gereja, dan Konstitusi Pastoraltentang Gereja dalam Dunia Modern. Di Istanbul dan di Vatikan, secara resmidimaklumkan Pernyataan Bersama Gereja katolik Roma dan Gereja di Istanbul

8 Desember 1965:Konsili Vatikan II ditutup secara resmi di Lapangan S. Petrus.