Konservasi Orangutan

15
KONSERVASI ORANGUTAN Bukit lawang Sumatera Utara-Indones

Transcript of Konservasi Orangutan

Page 1: Konservasi Orangutan

KONSERVASI

ORANGUTA

N

Bukit lawangSumatera Utara-Indonesia

Page 2: Konservasi Orangutan
Page 3: Konservasi Orangutan
Page 4: Konservasi Orangutan
Page 5: Konservasi Orangutan

Species :

Pongo abelii

Kingdom :

AnimaliaPhylum :

ChordateSubphylum :

VertebtraeKelas : Mamalia

Ordo : Primate

Family :

HomonidaeSubfamily :

PongoninaeGenus : Pongo

Klasifikasi

Page 6: Konservasi Orangutan

No Kategori Kisaran umur Ciri-ciri1. Bayi (Infant) 0 – 2,5 tahun a. Berat badan 2-6 kg a. Warna tubuh lebih pucat dari orangutan

dewasa dengan bercak-bercak putih di seluruh tubuh

a. Mempunyai rambut panjang-panjang dan berdiri di sekita muka

a. Kulit di sekitar muka berwarna pucat a. Seluruh tingkah lakunya masih tergantung

induk dan tidur bersama-sama induk di dalam sarang

2. Kanak-kanak (Juvenil) 2,5 – 7 tahun a. Berat badan 6-15 kg a. Warna tubuh lebih gelap dari pada bayi dan

bercak-bercak putih hamper pudar, tetapi wajah masih menyerupai bayi

a. Sudah dapat melakukan aktivitas sendiri tetapi masih bersama induk

a. Tidur masih berada dalam satu sarang bersama induk tetapi kemudian membuat sarang sendiri di dekat sarang induk

3. Remaja (Adolescent) 7 – 10 tahun a. Berat badan 15-30 kg a. Warna tubuh lebih pucat dari orangutan

dewasa

a. Ukuran tubuh lebih kecil dari orangutan dewasa

a. Rambut disekitar muka masih panjang dan berdiri

4. Betina pra-dewasa 10-12 tahun a. Berat badan 30-40 kg a. Warna tubuh agak gelap5. Betina dewasa 12-35 tahun a. Berat badan 30-50 kg a. Warna tubuh sangat gelap, kadang-kadang

berjenggot

Morfologi

Page 7: Konservasi Orangutan

pH : 6

Kelembaban 55

Kecepatan angin 0 km/jam

Ketinggian 228,7 m

Kelembaban udara (RH) = 82,4%

Jenis flora yang teridentifikasi di transek area Pohon Damar laut dengan diameter 310 cm Pohon Meranti merah dengan diameter 55 cm

TRANSEK KUADRAN VEGETASI YANG HIDUP BERDAMPINGAN DENGAN ORANGUTAN

Page 8: Konservasi Orangutan

JENIS POHON PAKAN DAN NON PAKAN

Page 9: Konservasi Orangutan

Orangutan termasuk hewan pelahap buah-buahan (frugivora). Disamping itu juga

memakan daun, bunga dan kambium, serta

rayap dan semut guna mendapatkan protein.

Sedangkan untuk mendapatkan

kandungan mineral, kadang-kadang orangutan juga

memakan tanah.

Page 10: Konservasi Orangutan

Tipe dan posisi sarang

orangutan

Pohon yang digunakan untuk sarang

umumnya pohon meranti dan pohon

damar

Page 11: Konservasi Orangutan

1. Prioritas kawasan merupakan hutan negara.

2. Lokasi habitat merupakan habitat baru bagi orangutan.

3. Penutupan lahan masih berupa hutan primer.

4. Luasan habitat yang cukup ideal. Satu individu orangutan diperkirakan membutuhkan

luasan 100 Ha atau 1 Km2. Pada habitat alaminya, orangutan dapat hidup dengan normal

antara 5 – 6 individu dalam luasan 1 Km2

5. Kerapatan Vegetasi Tinggi. Kerapatan vegetasi pada habitat untuk reintroduksi diharapkan

mencapai 400 -550 pohon/Ha.

6. Persentase pohon sumber pakan orangutan. Habitat yang akan dipilih sebaiknya habitat

yang paling sedikitnya 60 – 80 % jenis pohonnya teridentifikasi sebagai sumber pakan

orangutan.

7. Sebaran pohon sarang yang cukup. Lokasi pelepasliaran orangutan sebaiknya telah

teridentifikasi paling sedikit 30 – 40 % dari seluruh jumlah pohon dalam kawasan.

8. Menyediakan tumbuhan obat bagi orangutan. Habitat sebaiknya teridentifikasi paling

sedikit 30 – 40 % dari jumlah tumbuhan sumber pakan yang berfungsi sebagai tanaman

obat bagi orangutan.

Kriteria habitat yang sesuai dengan

reintroduksi orangutan

Page 12: Konservasi Orangutan

Orangutan yang diliarkan kembali adalah satwa peliharaan hasil sitaan yang akan dikembalikan ke

hutan, namun harus menjalani karantina terlebih dahulu dan pengobatan terhadap berbagai penyakit

yang mungkin dideritanya. Selanjutnya secara bertahap diperkenalkan kembali dengan kehidupan di

hutan, yaitu dengan memberi makan biasa.

Proses Rehabilitasi Orangutan

Page 13: Konservasi Orangutan

Proses Rehabilitasi OrangutanKarantina (orangutan yang datang diperiksa serta diobati penyakitnya)

Sosialisasi (orangutan yang sehat yang dulunya sudah terbiasa berhubungan dengan manusia, kini di-orientasikan kembali ke orangutan, dengan cara menempatkan mereka dalam kelompok-kelompok dalam kandang sosialisasi yang besar atau hutan latihan)

Pelepasliaran (kelompok-kelompok orangutan yang sudah di-resosialisasi, dilepas di hutan yang dilindungi)

Pada proses Karantina dipertahankan paling tidak selama 2 (dua) minggu sampai pemeriksaan penyakit dan pengobatan menunjukkan bahwa orangutan pendatang baru tersebut bebas dari penyakit.

Sosialisasi berakhir paling cepat 6 (enam) bulan, untuk memberikan kesempatan untuk perkembangan ketrampilan dan hubungan sosial orangutan, serta menunggu hingga orangutan memiliki umur dan kemampuan yang cukup untuk dapat hidup mandiri di hutan. Sebagai tambahan untuk bayi-bayi orangutan yang memiliki kebutuhan emosional yang lebih banyak akan mendapatkan perawatan penuh yang mirip dengan induknya dari para perawat bayi.

Pelepasliaran adalah permanen, tetapi bantuan atau dukungan manusia masih diberikan dan dikurangi, serta dihilangkan secara bertahap hingga saat orangutan yang dilepaskan dapat hidup mandiri di hutan.

Page 14: Konservasi Orangutan

Lembaga yang memberi bantuan PPOS

Page 15: Konservasi Orangutan

SEKIAN DAN

TERIMAKASIH