Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan...

66

Click here to load reader

Transcript of Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan...

Page 1: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

F

EDC

B

G

A

12

H

Support[kayu, dll.]

Kanvas

PrimingGESSO

CatDasaran

CatLukisan

VARNIS

Kotoran,Debu, dll.

D1 = G. Grosso & D2 = G. Sottile

2 mmPerb. 27X.

Sebelum

Sesudah

PENGETAHUAN dan TEKNIKKONSERVASI LUKISAN

Primastoria StudioTaman Alamanda Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510, Indonesia

Web: primastoria.net Email: [email protected]

S TORiAPRiMA

R

[Paintings Conservation Handbook]

September 2017

Puji Yosep SubagiyoDirektur PNG, Alumni TNRICP Jepang & MCI Amerika Serikat

Page 2: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

Taman Alamanda, Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510, Indonesia.Phone | Line | WA : 0812 8360 495 | Email.: [email protected] Primastoria Network Group

Penyusunan “Pengetahuan dan Teknik Konservasi Lukisan” ini bisa terwujud berkat dukungan yang luar biasa khususnya dari keluarga saya: Rini, Riko dan Da�a; Primastoria Members and Internship Fellows: Andia, Marjono, Kasirun, Bambang Sby., Joko Marsono, Rismoyo,

dan Imam Santoso; serta semua pihak yang telah menyediakan tempat, memberikan dukungan, sumbangan pemikirian, dan lain-lain; dari sejak Primastoria didirikan pada tahun 1994 sampai saat ini (2017). Teristimewa untuk : Zulkarnain Bahar, Mis’ari dan teman-teman di Museum Nasional, Museum Seni DKI Jakarta dan Istana Presiden R.I. Smoga kita selalu tetap kompak.

Peserta dan Instruktur Workshop Konservasi Lukisan 2002

Cat Setelah Stripping [Asli] Harijadi S. (1919 - 1997)

Cat Sebelum Stripping [Overpaint]

glowing e�ectSesudah

Stripping

SebelumStripping

Kondisi lukisan dalam proses stripping. Stripping dilakukan setelah memahami struktur cat, karakter dan gaya melukis seniman, serta dibantu dengan penyinaran ultra-violet. Kondisi asli lukisan setelah proses stripping dan sebelum repainting. Harus ada kajian mendalam untuk proses stripping (memutuskan apakah ada kesalahan overpainting).

b da c

Page 3: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

Kata Pengantar

i

Perawatan benda seni, sejarah atau bercorak budaya dapat dilakukan setelah kita mengenal bahan pembentuk benda yang akan ditangani; dan jenis kerusakan yang sedang dihadapi. Karena hampir semua bahan - khususnya benda organik - sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti kelembaban, suhu udara, dan radiasi cahaya. Kerusakan dapat juga terjadi karena kesalahan penggunaan bahan atau cara penanganannya. Dalam kasus semacam ini, tenaga perawat lukisan harus dapat memilah atau menggolongkan benda koleksi menurut jenis bahan pembentuknya, serta mengidenti�kasi-klasi�kasikan berbagai jenis bahan dan sifat-sifatnya (�sik & kimiawi).

Konservator adalah orang yang mampu melakukan pengamatan (kajian), berpikir analitik, dan melaksanakan konservasi karya seni, artefak, relik, dan benda lain dengan menggunakan metode atau teknik yang benar. Sehingga seorang konservator harus memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta dapat memilih dan menerapkan bahan (materials) atau alat dalam proses konservasi dengan baik. Nantinya, mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: batu, logam, kayu, tekstil, lukisan, karya seni bermedia kertas, buku, (pita) �lm, pita perekam suara, foto, atau benda lain bermedia komplek (campuran). Pengertian konservasi itu sendiri adalah suatu tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghambatan proses kerusakan dan perbaikannya) dan tindakan yang bersifat preventif (pencegahan dari kemungkinan proses kerusakan).

Warisan budaya termasuk di dalamnya benda seni dan budaya di galeri atau museum yang integral dengan sumber daya pengelolanya merupakan aset yang pen�ng. Kekayaan tersebut telah menjadi sasaran pokok pengelolaan (manajemen) dan objek utama yang melahirkan kegiatan pen�ng. Kegiatan pen�ng itu adalah salah satunya pelestarian; baik melalui pendataan (studi koleksi, dll.) yang menghasilkan artefaktual dokumen sebagai objek peneli�an lanjutan, atau konservasi fisik aktuil yang mengupayakan kondisi fisik benda koleksi tetap lestari.

“Pengetahuan dan Teknik Konservasi Lukisan” ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis selama 30 tahun dalam bidang konservasi, akan menjelaskan tentang tahapan pengenalan lukisan sebagai langkah awal untuk meningkatkan apresiasi terhadap karya seni atau benda budaya, mengetahui proses terjadinya kerusakan, dan cara menanganinya. Ter�b kelola dalam penyimpanan dan pameran lukisan juga ditunjukkan melalui kertas kerja yang berkaitan dengan pendataan benda (Lembar Inventaris), survai kondisi benda (Lembar Kondisi Lukisan) dan pengamatan benda secara teknis (Lembar Pengamatan Lukisan).

Smoga dengan membaca tulisan ini akan mendapatkan pengetahuan dan gambaran tentang pekerjaan teknis konservasi lukisan secara utuh, sistema�s dan terukur.

Bekasi, September 2017

Puji Yosep Subagiyo

10 Penyebab Kerusakan [ICCROM - CCI, 2016]

?

08. Kesalahan Suhu

01. Tekanan Fisik

07. Cahaya + UV06. Polutan

05. Hama03. Api

10. Disosiasi

04. Air

09. Kesalahan RH

02. Kriminal

Catatan :Disosiasi = pemutusan atau pemisahan sesuatu dari sesuatu yang lain, bisa dimaknai sebagai: (1). Mishandling; (2). Misinterpretasi Nilai (Historis, Ilmiah & Artistik); (3). Kompetensi SDM, Pensiun; dsb.

Page 4: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

Daftar Isi

ii

Kata PengantarDaftar Isi

A. Pendahuluan1. Latar Belakang2. Jenis-jenis Lukisan 3. Penyebab Kerusakan Lukisan4. Kontrol Lingkungan

B. Mengenal Lukisan

C. Konservasi Lukisan1. Pembersihan2. Penguatan3. Penyempurnaan4. Pengepakan dan Pemindahan 5. Fasilitas Kerja Konservasi

D. Penutup

Bahan Pustaka

.........................................................................................

hal.

i

ii

1

1234

5

12

1919202727

28

30

......................................................................................................

....................................................................................

.........................................................................

.........................................................................

......................................................................

..............................................................

....................................................................................

.............................................................................................

...........................................................................................

.................................................................................

...........................................................................

.......................................................

.....................................................

........................................................................................

.............................................................................

Halaman / Lampiran Tambahan :Lampiran 2 - 22 .................................................................................. 32 - 60

Page 5: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

TIDAK ASLI

ADIKARYA(masterpiece)

ARTEFAKTA(Artefact)

Bukan Seni:reproduksi, komersial.

Bukan Budaya:baru, tidak umum.

Seni:asli, tunggal.

Budaya:tradisional,

kolektif.

4.

2.

3.

Kemahiran membedakankarya seni (museum seni,pasar seni, dll.)

1.

Seni-turis, komoditi,souvenir, dll.

ASLI(authentic)

(non-authentic)Ref.: James Clifford (1988:224)

Susan M. Pearce (1994:263)

Gambar 1.SISTEM PERUJUKAN BARANG SENI-BUDAYA

Sejarah dan Cerita Rakyat(museum etnografi, barangkultural, kerajinan, dll.)

Temuan Baru (museum teknologi, seni kriya, barang bukan seni, dll.)

[01]

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Sesuai dengan status sosial pemiliknya, lukisan dipajang sebagai dokumen visual, benda seni, bahkan mungkin sebagai investasi. Kita dapat memberikan nilai yang berbeda bagi sebuah karya lukis. Tetapi faktor pelukis lebih banyak dipakai sebagai tolok ukurnya, dari pada tema, bahkan atau teknik pelukisannya. Perbedaan cara pandang ini pulalah yang mempengaruhi perawatannya. Disamping kerusakan, perubahan tampilan pada lukisan juga terjadi karena transformasi bahan yang merupakan hasil dari suatu proses adaptasi seniman terhadap lingkungan, dan pengaruh hubungan antar manusia atau bangsa. Dalam kaitan ini, penulis menggunakan Sistem Perujukan Barang Seni-Budaya (gambar 1.) untuk mengenal setiap karya yang akan ditangani; sedangkan Gambaran Ilmu dan Teknologi Bahan (gambar 2.) dipakai dalam studi konservasi lebih lanjut. Masyarakat kebanyakan lebih menyukai lukisan berupa potret atau yang

bertemakan kondisi alam lingkungannya. Kelompok masyarakat berstatus sosial lebih tinggi memilih lebih banyak variasi tema, teknik, bahan ataupun senimannya. Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan terbentuk dari beberapa jenis bahan yang pada dasarnya adalah bahan organik yang bersifat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Kondisi iklim Indonesia yang tidak mendukung mempercepat proses kerusakan. Kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya dan radiasi sinar ultra violet yang serba tinggi telah dianggap sebagai penyebab utama kerusakan lukisan. Sesuai dengan perkembangan jaman, manusia disamping dapat mengatasi masalah iklim yang tidak mendukung, namun juga menghasilkan bahan pencemar udara dari asap knalpot kendaraan dan pabrik.

2. Jenis-jenis Lukisan

Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat), macam medium1 perekat (untuk pigmen) dan teknik penerapan cat (pigmen dan perekat), lukisan dapat dikelompokkan menjadi: (1). lukisan cat minyak, (2). lukisan cat air, (3). lukisan guase, (4) lukisan tempera, (5). lukisan pastel, (6). lukisan dinding, (7). lukisan jagrag, (8). lukisan kaca, (9). lukisan enkaustik, (10). lukisan batik, (11). lukisan teknologis, (12).

kolase, (13). litogra�, (14). gra�to, (15). frottage, (16). grattage, dan (17). decalco- mania. Namun begitu, cat minyak, cat air, pastel, jagrag, litogra�, batik dan kolase adalah jenis-jenis lukisan yang banyak kita jumpai.

3. Penyebab Kerusakan Lukisan

Kerusakan lukisan dapat terjadi secara �sik atau mekanik (seperti ber- gelombang, retak, sobek, dll.); secara biotis (jamur dan serangga); dan kimiawi (oksidasi atau penguningan varnis, korosi pigmen, dll.). Gambar 3 di bawah me- nunjukkan kerusakan �sik, yaitu terkelupasnya cat sebagai akibat dari hilangnya daya rekat cat. Kerusakan ini dapat terjadi karena proses pelapukan (penuaan) yang dipercepat oleh faktor alam yang tidak mendukung. Dalam hal ini, kelembaban dan suhu udara yang tinggi menyebabkan terjadinya kerusakan itu. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mempercepat proses oksidasi (penguningan) varnis dan radiasi sinar ultra violet yang terlalu tinggi mengakibatkan kanvas rapuh.

4. Kontrol Lingkungan

Tindakan pencegahan dengan cara mencatat data klimatologi harus dilanjuti dengan mengontrol keadaan lingkungan lukisan tersebut. Cara ini dapat meng- hidari terjadinya kerusakan biotis, yaitu serangan jamur dan serangga. Kelembaban udara yang direkomendasikan adalah 50 – 60 %, suhu udara berkisar antara 20 – 25 oC, intensitas cahaya berkisar 100 luks untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 75 luks untuk cat air (dan sejenisnya); sedangkan radiasi ultra violetnya adalah 75 μW/Lumen (1,5 μW/cm2) untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 30 μW/Lumen (0,375 μW/cm2) untuk cat air (dan sejenisnya). Fluktuasi kelembaban udara dan keadaan yang menyebabkan lukisan lembab yang mendadak harus dihindari. Karena kondisi yang dapat mengakibatkan konstraksi antara dua atau lebih bahan yang berbeda elastisitas itu dapat mengakibatkan retaknya cat atau bahkan terkelupas. Hal yang sama juga dapat menyebabkan media kertas menjadi bergelombang. Pendapat ini sesuai fakta di lapangan, seperti pada Gambar 33 - 35 (Halaman 29 - 30).

Alat-alat sederhana yang digunakan untuk mengetahui kondisi ideal untuk iklim mikro dan makro2 ini adalah psychrometer, luxmeter dan ultra violet monitor. Dehumidi�er dapat digunakan pada suatu ruangan yang harus beroperasi secara otomatis. Alat ini hanya akan menyala (beroperasi) pada saat udara lembab.

Rumus ABC-PQRAge = Umur; Beauty = Keindahan;

Condi�on = Kondisi; Provenance = (Riwayat) Asal; Quality = Kualitas; Rarity = Kelangkaan

PENGETAHUAN dan TEKNIKKONSERVASI LUKISAN

Page 6: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[02]

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Sesuai dengan status sosial pemiliknya, lukisan dipajang sebagai dokumen visual, benda seni, bahkan mungkin sebagai investasi. Kita dapat memberikan nilai yang berbeda bagi sebuah karya lukis. Tetapi faktor pelukis lebih banyak dipakai sebagai tolok ukurnya, dari pada tema, bahkan atau teknik pelukisannya. Perbedaan cara pandang ini pulalah yang mempengaruhi perawatannya. Disamping kerusakan, perubahan tampilan pada lukisan juga terjadi karena transformasi bahan yang merupakan hasil dari suatu proses adaptasi seniman terhadap lingkungan, dan pengaruh hubungan antar manusia atau bangsa. Dalam kaitan ini, penulis menggunakan Sistem Perujukan Barang Seni-Budaya (gambar 1.) untuk mengenal setiap karya yang akan ditangani; sedangkan Gambaran Ilmu dan Teknologi Bahan (gambar 2.) dipakai dalam studi konservasi lebih lanjut. Masyarakat kebanyakan lebih menyukai lukisan berupa potret atau yang

bertemakan kondisi alam lingkungannya. Kelompok masyarakat berstatus sosial lebih tinggi memilih lebih banyak variasi tema, teknik, bahan ataupun senimannya. Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan terbentuk dari beberapa jenis bahan yang pada dasarnya adalah bahan organik yang bersifat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Kondisi iklim Indonesia yang tidak mendukung mempercepat proses kerusakan. Kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya dan radiasi sinar ultra violet yang serba tinggi telah dianggap sebagai penyebab utama kerusakan lukisan. Sesuai dengan perkembangan jaman, manusia disamping dapat mengatasi masalah iklim yang tidak mendukung, namun juga menghasilkan bahan pencemar udara dari asap knalpot kendaraan dan pabrik.

2. Jenis-jenis Lukisan

Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat), macam medium1 perekat (untuk pigmen) dan teknik penerapan cat (pigmen dan perekat), lukisan dapat dikelompokkan menjadi: (1). lukisan cat minyak, (2). lukisan cat air, (3). lukisan guase, (4) lukisan tempera, (5). lukisan pastel, (6). lukisan dinding, (7). lukisan jagrag, (8). lukisan kaca, (9). lukisan enkaustik, (10). lukisan batik, (11). lukisan teknologis, (12).

kolase, (13). litogra�, (14). gra�to, (15). frottage, (16). grattage, dan (17). decalco- mania. Namun begitu, cat minyak, cat air, pastel, jagrag, litogra�, batik dan kolase adalah jenis-jenis lukisan yang banyak kita jumpai.

3. Penyebab Kerusakan Lukisan

Kerusakan lukisan dapat terjadi secara �sik atau mekanik (seperti ber- gelombang, retak, sobek, dll.); secara biotis (jamur dan serangga); dan kimiawi (oksidasi atau penguningan varnis, korosi pigmen, dll.). Gambar 3 di bawah me- nunjukkan kerusakan �sik, yaitu terkelupasnya cat sebagai akibat dari hilangnya daya rekat cat. Kerusakan ini dapat terjadi karena proses pelapukan (penuaan) yang dipercepat oleh faktor alam yang tidak mendukung. Dalam hal ini, kelembaban dan suhu udara yang tinggi menyebabkan terjadinya kerusakan itu. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mempercepat proses oksidasi (penguningan) varnis dan radiasi sinar ultra violet yang terlalu tinggi mengakibatkan kanvas rapuh.

4. Kontrol Lingkungan

Tindakan pencegahan dengan cara mencatat data klimatologi harus dilanjuti dengan mengontrol keadaan lingkungan lukisan tersebut. Cara ini dapat meng- hidari terjadinya kerusakan biotis, yaitu serangan jamur dan serangga. Kelembaban udara yang direkomendasikan adalah 50 – 60 %, suhu udara berkisar antara 20 – 25 oC, intensitas cahaya berkisar 100 luks untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 75 luks untuk cat air (dan sejenisnya); sedangkan radiasi ultra violetnya adalah 75 μW/Lumen (1,5 μW/cm2) untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 30 μW/Lumen (0,375 μW/cm2) untuk cat air (dan sejenisnya). Fluktuasi kelembaban udara dan keadaan yang menyebabkan lukisan lembab yang mendadak harus dihindari. Karena kondisi yang dapat mengakibatkan konstraksi antara dua atau lebih bahan yang berbeda elastisitas itu dapat mengakibatkan retaknya cat atau bahkan terkelupas. Hal yang sama juga dapat menyebabkan media kertas menjadi bergelombang. Pendapat ini sesuai fakta di lapangan, seperti pada Gambar 33 - 35 (Halaman 29 - 30).

Gambar 2.

PERFORMANS (tatalaku)(distribusi, kegunaan, tekno-

fungsi, sosio-fungsi, dsb.)

STRUKTUR (mikro & makro)(atribut formal, atribut stilistik

dan tipologi)

SIFAT-SIFAT

PROSES MANUFAKTURAL(seleksi bahan, sintesis bahan,

prosesing bahan, desain, manufaktur)

PengetahuanEmpiris

PengetahuanIlmiah

GAMBARAN ILMU DAN TEKNOLOGI BAHAN

Ref.: Lawrence van Vlack (1985);Pamela B.Vandiver, et.al. (1990).

(fisik & kimiawi)

1 Yang dimaksud ‘medium’ disini adalah bahan perekat yang digunakan untuk menempelkan pigmen pada substrat, seperti: linseed oil. Medium = something intermediate, an intervening thing through which a force acts or an e�ect is produced (Guralnik, 1982:882). Substrat (substrate atau substratum) adalah sesuatu yang berfungsi sebagai dasar (alas) pijakan. (Guralnik, 1982:1420).

Alat-alat sederhana yang digunakan untuk mengetahui kondisi ideal untuk iklim mikro dan makro2 ini adalah psychrometer, luxmeter dan ultra violet monitor. Dehumidi�er dapat digunakan pada suatu ruangan yang harus beroperasi secara otomatis. Alat ini hanya akan menyala (beroperasi) pada saat udara lembab.

Page 7: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[03]

Detail Sesudah Pembersihan,Sesudah Penguatan CatDetailSebelum Pembersihan,

Sebelum Penguatan Cat

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Sesuai dengan status sosial pemiliknya, lukisan dipajang sebagai dokumen visual, benda seni, bahkan mungkin sebagai investasi. Kita dapat memberikan nilai yang berbeda bagi sebuah karya lukis. Tetapi faktor pelukis lebih banyak dipakai sebagai tolok ukurnya, dari pada tema, bahkan atau teknik pelukisannya. Perbedaan cara pandang ini pulalah yang mempengaruhi perawatannya. Disamping kerusakan, perubahan tampilan pada lukisan juga terjadi karena transformasi bahan yang merupakan hasil dari suatu proses adaptasi seniman terhadap lingkungan, dan pengaruh hubungan antar manusia atau bangsa. Dalam kaitan ini, penulis menggunakan Sistem Perujukan Barang Seni-Budaya (gambar 1.) untuk mengenal setiap karya yang akan ditangani; sedangkan Gambaran Ilmu dan Teknologi Bahan (gambar 2.) dipakai dalam studi konservasi lebih lanjut. Masyarakat kebanyakan lebih menyukai lukisan berupa potret atau yang

bertemakan kondisi alam lingkungannya. Kelompok masyarakat berstatus sosial lebih tinggi memilih lebih banyak variasi tema, teknik, bahan ataupun senimannya. Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan terbentuk dari beberapa jenis bahan yang pada dasarnya adalah bahan organik yang bersifat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Kondisi iklim Indonesia yang tidak mendukung mempercepat proses kerusakan. Kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya dan radiasi sinar ultra violet yang serba tinggi telah dianggap sebagai penyebab utama kerusakan lukisan. Sesuai dengan perkembangan jaman, manusia disamping dapat mengatasi masalah iklim yang tidak mendukung, namun juga menghasilkan bahan pencemar udara dari asap knalpot kendaraan dan pabrik.

2. Jenis-jenis Lukisan

Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat), macam medium1 perekat (untuk pigmen) dan teknik penerapan cat (pigmen dan perekat), lukisan dapat dikelompokkan menjadi: (1). lukisan cat minyak, (2). lukisan cat air, (3). lukisan guase, (4) lukisan tempera, (5). lukisan pastel, (6). lukisan dinding, (7). lukisan jagrag, (8). lukisan kaca, (9). lukisan enkaustik, (10). lukisan batik, (11). lukisan teknologis, (12).

kolase, (13). litogra�, (14). gra�to, (15). frottage, (16). grattage, dan (17). decalco- mania. Namun begitu, cat minyak, cat air, pastel, jagrag, litogra�, batik dan kolase adalah jenis-jenis lukisan yang banyak kita jumpai.

3. Penyebab Kerusakan Lukisan

Kerusakan lukisan dapat terjadi secara �sik atau mekanik (seperti ber- gelombang, retak, sobek, dll.); secara biotis (jamur dan serangga); dan kimiawi (oksidasi atau penguningan varnis, korosi pigmen, dll.). Gambar 3 di bawah me- nunjukkan kerusakan �sik, yaitu terkelupasnya cat sebagai akibat dari hilangnya daya rekat cat. Kerusakan ini dapat terjadi karena proses pelapukan (penuaan) yang dipercepat oleh faktor alam yang tidak mendukung. Dalam hal ini, kelembaban dan suhu udara yang tinggi menyebabkan terjadinya kerusakan itu. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mempercepat proses oksidasi (penguningan) varnis dan radiasi sinar ultra violet yang terlalu tinggi mengakibatkan kanvas rapuh.

4. Kontrol Lingkungan

Tindakan pencegahan dengan cara mencatat data klimatologi harus dilanjuti dengan mengontrol keadaan lingkungan lukisan tersebut. Cara ini dapat meng- hidari terjadinya kerusakan biotis, yaitu serangan jamur dan serangga. Kelembaban udara yang direkomendasikan adalah 50 – 60 %, suhu udara berkisar antara 20 – 25 oC, intensitas cahaya berkisar 100 luks untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 75 luks untuk cat air (dan sejenisnya); sedangkan radiasi ultra violetnya adalah 75 μW/Lumen (1,5 μW/cm2) untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 30 μW/Lumen (0,375 μW/cm2) untuk cat air (dan sejenisnya). Fluktuasi kelembaban udara dan keadaan yang menyebabkan lukisan lembab yang mendadak harus dihindari. Karena kondisi yang dapat mengakibatkan konstraksi antara dua atau lebih bahan yang berbeda elastisitas itu dapat mengakibatkan retaknya cat atau bahkan terkelupas. Hal yang sama juga dapat menyebabkan media kertas menjadi bergelombang. Pendapat ini sesuai fakta di lapangan, seperti pada Gambar 33 - 35 (Halaman 29 - 30).

Gambar 3. DETAIL KERUSAKAN LUKISAN

Alat-alat sederhana yang digunakan untuk mengetahui kondisi ideal untuk iklim mikro dan makro2 ini adalah psychrometer, luxmeter dan ultra violet monitor. Dehumidi�er dapat digunakan pada suatu ruangan yang harus beroperasi secara otomatis. Alat ini hanya akan menyala (beroperasi) pada saat udara lembab.

cat terkelupas

cat terangkatcat terangkat

cat terkelupas

Page 8: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[04]

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Sesuai dengan status sosial pemiliknya, lukisan dipajang sebagai dokumen visual, benda seni, bahkan mungkin sebagai investasi. Kita dapat memberikan nilai yang berbeda bagi sebuah karya lukis. Tetapi faktor pelukis lebih banyak dipakai sebagai tolok ukurnya, dari pada tema, bahkan atau teknik pelukisannya. Perbedaan cara pandang ini pulalah yang mempengaruhi perawatannya. Disamping kerusakan, perubahan tampilan pada lukisan juga terjadi karena transformasi bahan yang merupakan hasil dari suatu proses adaptasi seniman terhadap lingkungan, dan pengaruh hubungan antar manusia atau bangsa. Dalam kaitan ini, penulis menggunakan Sistem Perujukan Barang Seni-Budaya (gambar 1.) untuk mengenal setiap karya yang akan ditangani; sedangkan Gambaran Ilmu dan Teknologi Bahan (gambar 2.) dipakai dalam studi konservasi lebih lanjut. Masyarakat kebanyakan lebih menyukai lukisan berupa potret atau yang

bertemakan kondisi alam lingkungannya. Kelompok masyarakat berstatus sosial lebih tinggi memilih lebih banyak variasi tema, teknik, bahan ataupun senimannya. Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan terbentuk dari beberapa jenis bahan yang pada dasarnya adalah bahan organik yang bersifat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Kondisi iklim Indonesia yang tidak mendukung mempercepat proses kerusakan. Kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya dan radiasi sinar ultra violet yang serba tinggi telah dianggap sebagai penyebab utama kerusakan lukisan. Sesuai dengan perkembangan jaman, manusia disamping dapat mengatasi masalah iklim yang tidak mendukung, namun juga menghasilkan bahan pencemar udara dari asap knalpot kendaraan dan pabrik.

2. Jenis-jenis Lukisan

Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat), macam medium1 perekat (untuk pigmen) dan teknik penerapan cat (pigmen dan perekat), lukisan dapat dikelompokkan menjadi: (1). lukisan cat minyak, (2). lukisan cat air, (3). lukisan guase, (4) lukisan tempera, (5). lukisan pastel, (6). lukisan dinding, (7). lukisan jagrag, (8). lukisan kaca, (9). lukisan enkaustik, (10). lukisan batik, (11). lukisan teknologis, (12).

kolase, (13). litogra�, (14). gra�to, (15). frottage, (16). grattage, dan (17). decalco- mania. Namun begitu, cat minyak, cat air, pastel, jagrag, litogra�, batik dan kolase adalah jenis-jenis lukisan yang banyak kita jumpai.

3. Penyebab Kerusakan Lukisan

Kerusakan lukisan dapat terjadi secara �sik atau mekanik (seperti ber- gelombang, retak, sobek, dll.); secara biotis (jamur dan serangga); dan kimiawi (oksidasi atau penguningan varnis, korosi pigmen, dll.). Gambar 3 di bawah me- nunjukkan kerusakan �sik, yaitu terkelupasnya cat sebagai akibat dari hilangnya daya rekat cat. Kerusakan ini dapat terjadi karena proses pelapukan (penuaan) yang dipercepat oleh faktor alam yang tidak mendukung. Dalam hal ini, kelembaban dan suhu udara yang tinggi menyebabkan terjadinya kerusakan itu. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mempercepat proses oksidasi (penguningan) varnis dan radiasi sinar ultra violet yang terlalu tinggi mengakibatkan kanvas rapuh.

4. Kontrol Lingkungan

Tindakan pencegahan dengan cara mencatat data klimatologi harus dilanjuti dengan mengontrol keadaan lingkungan lukisan tersebut. Cara ini dapat meng- hidari terjadinya kerusakan biotis, yaitu serangan jamur dan serangga. Kelembaban udara yang direkomendasikan adalah 50 – 60 %, suhu udara berkisar antara 20 – 25 oC, intensitas cahaya berkisar 100 luks untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 75 luks untuk cat air (dan sejenisnya); sedangkan radiasi ultra violetnya adalah 75 μW/Lumen (1,5 μW/cm2) untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 30 μW/Lumen (0,375 μW/cm2) untuk cat air (dan sejenisnya). Fluktuasi kelembaban udara dan keadaan yang menyebabkan lukisan lembab yang mendadak harus dihindari. Karena kondisi yang dapat mengakibatkan konstraksi antara dua atau lebih bahan yang berbeda elastisitas itu dapat mengakibatkan retaknya cat atau bahkan terkelupas. Hal yang sama juga dapat menyebabkan media kertas menjadi bergelombang. Pendapat ini sesuai fakta di lapangan, seperti pada Gambar 33 - 35 (Halaman 29 - 30).

Alat-alat sederhana yang digunakan untuk mengetahui kondisi ideal untuk iklim mikro dan makro2 ini adalah psychrometer, luxmeter dan ultra violet monitor. Dehumidi�er dapat digunakan pada suatu ruangan yang harus beroperasi secara otomatis. Alat ini hanya akan menyala (beroperasi) pada saat udara lembab.

2 Iklim mikro adalah kondisi suhu, kelembaban, cahaya dan sejenisnya yang ada disekitar benda atau koleksi. Data iklim mikro biasanya dicatat di Lembar Kondisi Lukisan (seperti pada hal 14). Kalau koleksi ditempatkan dalam lemari simpan berarti iklim mikro sama dengan yang ada didalam lemari simpan. Sedangkan yang iklim makro adalah kondisi suhu, kelembaban, cahaya dan sejenisnya yang ada diluar iklim mikro. Data iklim makro biasanya dicatat terpisah (lihat Data Iklim Makro, gambar 16 - hal. 15). Perhatikan hubungan kerusakan berbagai jenis lukisan dan iklim pada Gambar Gra�k 33- 35 pada hal. 29 & 30, dan menunjukkan kenapa cat minyak diatas kanvas (oils on canvas) paling banyak meng- alami kerusakan (terutama yang mengandung Timbal, Mangan dan Kobal. Hal. 32). Weintraub (2002) menjelaskan pengertian dan perhitungan Equilibrium Moisture Content (EMC) dan EMC/RH isotherm bahan organik (kapas, linen, kertas, kayu, dsb.); serta kapasitas bu�ering (MH) dan rekondisi silicagel.

Alat pengontrol kelembaban ruangan yang bekerja secara

otomatis

Gambar 5.

Wet & Dry Bulb Psychrometer

Lux Meter(Alat pengukur intensitas cahaya)

Ultra Violet Monitor (4 in 1)(Alat pengukur radiasi ultra violet,

kuat cahaya, suhu dan kelembaban)

Banyak digunakan untuk kalibrasi alat-alat pengukur RH & T jenis lain.

Gambar 6.

Gambar 4.

DehumidifierGambar 7.

BLUEAIR-Air-Purifieralat pembersih udara

Gambar 8.

Page 9: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[05]

B. MENGENAL LUKISANLukisan sebagai suatu karya seni-rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki

unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan ini terbentuk dari beberapa bahan, seperti: kanvas (sebagai media pelukisan atau disebut sebagai 'substrat') dan cat (campuran antara pigmen dan binder atau zat-perekat), perhatikan gambar 9.

Menurut jenis substrat, macam medium (binder atau pelarut) yang digunakan untuk pigmen serta teknik penerapan zat-warna (pigmen atau bahan-celup), lukisan dapat dikelompokkan menjadi:

1). Lukisan Cat-minyak (Oil Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium minyak, bersubstrat kain kanvas, dan dilakukan dengan teknik kwas, palet dsb.

2). Lukisan Cat-air (Water-color Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium air, pada substrat kertas, dan dilakukan dengan teknik kwas dll. Pada bagian warna lukisan – yang termasuk kelompok “aquarel” – ini bersifat tembus pandang/ sinar.

3). Lukisan Akrilik (Acrylic Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium resin sintetis (pigmen yang terdispersi pada emulsi akrilik), pada substrat umumnya kanvas, dan dilakukan dengan teknik kwas, palet dsb.

4). Lukisan Guase (Gouache Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium air, pada substrat kertas dengan teknik bebas; bisa dengan teknik tuang, kwas, tiup, dll. Bagian warna pada lukisan ini tidak tembus pandang (opaque).

5). Lukisan Tempera (Tempera Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas (bisa minyak, air, kuning telur, dsb.), bersupport panel atau kayu, yang berbahan penyerap atau ‘gesso’, dan bersubstrat kertas atau kain-kanvas dan dilakukan dengan teknik biasa atau kwas.

6). Lukisan Pastel (Pastel Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium menyatu dengan pigmen, pada substrat kertas, dan dilakukan dengan teknik langsung tekan. Lukisan dengan menggunakan pensil, crayon, dsb. termasuk dalam kategori lukisan ini.

7). Lukisan Dinding (Mural atau Fresco Painting) adalah lukisan yang zat pewarnanya bermedium plester/ bebas, pada substrat dinding berplester dengan teknik bebas. Berdasarkan atas teknik yang digunakan tipe lukisan ini dibedakan menjadi dua yaitu lukisan fresco dan tempera. Lukisan fresco adalah lukisan dinding yang dilakukan pada saat plester masih basah, sedangkan lukisan tempera dilakukan pada saat plester sudah kering.

Komposisi dan campuran cat (pigmen & binder)

Gambar 9.

Binder

CAT = Pigmen + Binder

PigmenEncer

Warna monokhromatis

Pekat

Warna polikhromatis

P1

P2P3

PigmenBinder

a

b

c

Page 10: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[06]

8). Lukisan Jagrag (Panel atau Easel Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas, pada substrat kayu dengan teknik bebas (tetapi biasanya dengan kwas).

9). Lukisan Kaca (Glass Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas (ancur, gum arab, dsb.), pada substrat kaca dengan teknik bebas (biasanya dengan kwas).

10). Lukisan Enkaustik (Encaustic Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium lilin panas, pada substrat bebas dan dilakukan dengan teknik tuang-panas. Ingat, lukisan enkaustik ini berbeda dengan lukisan batik.

11). Lukisan Batik (Batik Painting) adalah lukisan yang zat pewarnanya dicelup- kan pada substrat kain, dan proses pencelupan pewarna dilakukan setelah sebagian dari permukaan substrat ditutup lilin (sebagai perintang warna) untuk membentuk subyek pelukisannya.

12). Lukisan Teknologis (Technological Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas, pada substrat bebas dan dilakukan dengan teknik elektronis (komputer).

13). Kolase (Collage) adalah suatu bentuk karya seni (lukisan) yang menerapkan bahan- bahan berwarna yang sangat beragam secara �sik, bersubstrat umumnya kain (kanvas) dan berteknik tempel. Pada kolase, bahan yang ditempelkan sangat bervariasi, seperti: kepingan kain, kertas, kayu, kaca, kawat, pasir, dll.

14). Litogra� adalah lukisan yang catnya bermedium menyatu dengan pigmen seperti pastel dan bersubstrat kertas. Tipe lukisan ini menggunakan teknik sablon atau cap dengan blok batu gamping atau sejenisnya.

15). Gra�to adalah lukisan yang zat-pewarnanya sudah menyatu dengan substrat dan dilakukan pada dinding dengan teknik gores. Gra�to atau gra�ti adalah menggores dinding yang sudah dicat terlebih dahulu, tetapi sebelum mengering disapu lagi sebanyak dua kali dengan lime-wash (oksida kalsium).

16. Frottage lukisan yang zat-pewarnanya bermedium menyatu, bersubstrat bebas, dan dilakukan dnegan teknik gosok. Frottage adalah teknik membuat gambar dari tekstur (kekasaran suatu permukaan) tertentu seperti batu, kain, dsb. Setelah kertasnya ditempatkan diatas tekstur benda tersebut, maka kertasnya digosok dengan potlot atau crayon. Contoh dari proses ini misalnya pemindahan gambar pada permukaan uang logam.

17. Grattage adalah tipe lukisan yang zat-pewarnanya sudah menyatu dengan substrat, bersubstrat kertas dan dilakukan dengan teknik gores. Grattage adalah teknik menggores cat yang masih basah dengan beberapa alat seperti sisir, garpu, pena, silet, pecahan kaca, jarum, dsb. Teknik ini memanfaatkan sifat plastis cat yang masih basah tapi sudah disapukan diatas support atau kanvas.

18. Decalcomania adalah tipe lukisan yang zat-pewarnanya sudah menyatu dengan substrat, bersubstrat kertas atau bebas dan dilakukan dengan teknik tekan atau tempel. Teknik penekanan cat yang masih basah diantara dua permukaan kanvas atau kertas. Selembar kertas ditaburi cat terlebih dahulu, kemudian lembar kertas kedua ditempelkan dan ditekan.

Page 11: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

1.: Cross-section of 19th century painting on canvas, 25x magnifica- tion, darkfield illumination. Linen canvas weave visible at the bottom of the image, red ground and paint layers above. 2.: Same painting cross-section at 25x, illuminated with ultraviolet light. Linen canvas structure is easily seen in contrast to mainly inorganic pigments of ground and paint layers.

Pengamatan perbedaan teknis antara lukisan :1). cat minyak diatas papan

(oils on board);2). cat minyak diatas kanvas

(oils on canvas); 3). cat minyak diatas kanvas

diatas papan (oils on canvas lain on board).

[07]

Gambar 10. STRUKTUR (CAT) LUKISAN

Keterangan Gambar 10b & c.:

1. Support (Bahan pelindung bagian belakang kanvas, untuk kategori lukisan jagrag atau panel). Bahan: kayu jati, hard board.

2. Kanvas (barang-tenunan yang dilapisi zat, semacam kanji yang lebih dikenal dengan sebutan “priming”. Priming digunakan untuk menjaga supaya kanvas tidak menjadi kusut dan licin, serta mudah untuk dilukisi). Bahan: kain benang linen, kain benang kapas, dll.

3. Priming (lihat de�nisi butir 2 diatas)Bahan: campuran white-lead (bubuk timbal putih, Pigment White 1.) dalam minyak biji rami (linseed-oil) dengan minyak turpentine, dengan perbandingan 450 gram white-lead dengan 85 gram minyak terpentin. Bahan untuk priming ini dapat dibeli di toko gra�k-art dengan nama White-lead. White lead ini harus dibedakan dengan Flake-white walaupun sama-sama berbahan utama timbal karbonat dasar. Yang pertama lebih banyak mengandung minyak, dan yang kedua berupa pasta yang banyak digunakan untuk “cat minyak”.

Penjelasan lebih lanjut di Tabel 1 - Hal. 12 dan Gambar 36 - Hal. 31.

Susunan bahan atau komponen pembentuk lukisan secara umum terdiri dari: support, kanvas, priming, dasar lukisan, gesso, cat dan varnis. Perhatikan Gambar 10.: Struktur (Cat) Lukisan dibawah ini, untuk mengamati benda secara teknis (stratigra�s).

4. Dasar Lukisan (�rst coating of ground, bahan penghalus priming yang dimaksudkan sebagai dasar cat minyak. Bahan jenis ini lebih dikenal dengan sebutan GESSO GROSSO). Bahan: Acrylic-polymer yang berkarakter hydrophobic (kedap air).

5. Gesso (second coating of ground, bahan dasar cat-minyak dan membuat permukaan kanvas sedikit agak menyerap cat. Bahan ini dikenal dengan sebutan GESSO SOTTILE).Bahan: gypsum (calcium sulfate, CaSO4.2H2O) dan air. Pembuatan gesso dari gypsum yang mirip dengan plaster of Paris ini adalah sebagai berikut: (a). gypsum dipanggang atau dioven pada suhu antara 100 ~ 190oC., untuk menguapkan 3/4 kandungan air kristalisasinya dan menjadi CaSO4.1/2H2O; (b). campurkan 1,5 bagian air, dan diamkan sampai membentuk padatan; (c). rendam dalam air untuk membentuk pasta.

Keterangan Gambar 10a.:

Keterangan Gambar 10b.:

Sumber: https://si.edu/ MCIImagingStudio/Microscopy

a c

F

EDC

B

G

A

12

H

Support[kayu, dll.]

Kanvas

PrimingGESSO

CatDasaran

CatLukisan

VARNIS

Kotoran,Debu, dll.

D1 = G. Grosso & D2 = G. Sottile

b1

2

serat benang pakan

KANV

AS}benang lungsi

PRIMING

rongga}

GESS

OC

AT

retakan

cat dasarancat lukisan

cat detail

}

retakan

gesso sottile

VARNIS

gesso grosso

Page 12: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[08]

Proses pembuatan varnis tradisional adalah dengan cara melarutkan damar dalam minyak terpentin. Pertama-tama damar ditimbang dengan timbangan digital yang memiliki skala miligram. Setelah ditimbang, damar dicampur dengan minyak terpentin (grade bagus) pada beaker glass berskala volume mililiter. Damar dibungkus dengan kasa nilon - yang diikat dengan tali panjang untuk pegangan - untuk memudahkan pemindahan endapan damar. Supaya proses pelarutan dapat berjalan dengan baik, hangatkan beaker-glass tersebut diatas kompor listrik (berkasa asbes) pada suhu konstan sekitar 70oC (lihat gambar 11).

Untuk memahami lukisan secara utuh, kita tidak perlu membatasi dari de�nisi umum lukisan sebagai karya seni-rupa dalam bentuk dua dimensi yang memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Tetapi kita akan dapat mencermati jenis dan sifat bahan sebagai komponen pembentuknya, berikut proses pengkaryaannya4. Perhatikan pengertian warna dan zat warna berikut ini.

6. Cat (de�nisi: campuran antara pigmen dengan binder atau bahan perekat). Adapun kemungkinan susunan/ lapisan cat adalah sebagai berikut:a). Underpainting (lapisan cat bawah);b). Overpainting (lapisan cat yang menindih cat bawah);c). Glazes atau Scumblings (lapisan seperti �lm yang transparan);d). Isolating varnishes atau veils. (lihat butir 7 di bawah).[Susunan atau lapisan cat seperti tersebut diatas berbeda dengan pengistilahan warna (cat) sebagai 'monokhromatis dan polikhromatis', lihat gambar 9 diatas].

7. Varnish (Picture Varnish sebagai pelindung; Retouch Varnish sebagai pelindung dan penimbul efek tertentu, seperti efek lembab/ basah; Mixing Varnish sebagai bahan campuran pada tabung cat-minyak yang digunakan dalam aneka teknik lukis cat-minyak; dan Isolating Varnish yang digunakan sebagai pelindung pigmen/ cat asli lukisan dalam proses tusir-warna, tetapi biasanya setelah pelapisan dengan Retouch Varnish). Bahan-bahan: a). Picture Varnish = campuran damar3 resin dan turpentine, polycyclo-hexanone. Picture

Varnish yang terbuat dari damar berkomposisikan damar dan minyak terpentin (kualitas bagus/ bening) dengan perbandingan (konsentrasi) 1.812 gram dalam 4 liter minyak terpentin.

b). Retouch Varnish = damar atau resin sintetis. Picture Varnish yang terbuat dari damar berkomposisikan damar dan minyak terpentin (kualitas bagus/ bening) dengan perbandingan (konsentrasi) 2.265 gram (5 pound) dalam 4 liter (1 galon) minyak terpentin.

c). Mixing Varnish = damar atau resin, yang dicampur dengan linseed oil (sebagai binder) dan cat minyak. Perbandingan antara minyak binder, resin dan cat-minyak = 50:15:35.

d). Isolating Varnish = resin sintetis atau polyvinyl.

3 Damar = bahan padat bening (agak kuning) berasal dari resin/ getah tanaman damar, Agathis alba Foxw. (Pinaceae). Sifat damar adalah tidak larut dalam air, tetapi larut dalam hampir semua jenis minyak, seperti: terpentin, minyak tanah. Tanaman damar tumbuh di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Semenanjung Malaya (Malaysia). Damar sering digunakan sebagai bahan campuran malam atau lilin lebah untuk membatik. Ada beberapa kwalitas (grade) damar di pasaran, dengan nama merek dagang “Mata Kucing”, “Pedang”, dll. Damar “Mata Kucing” termasuk jenis damar kualitas nomor 1, dan sangat cocok untuk keperluan konservasi ataupun restorasi.

4 Technically, painting is the art of spreading pigments, or liquid color, on �at surface (canvas, panel, wall, paper) to produce the sensation or illusion of space, movement, texture, and form, as well as the tensions resulting from combination of these elements (Humar Sahman, op. cit.: 55).

Page 13: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[09]

Warna secara khusus dihubungkan dengan gelombang cahaya, serta distribusi panjang gelombangnya. Panjang- gelombang sinar tampak berada antara spektrum cahaya lembayung dan merah, yang mendekati antara 400 dan 700 nm. Secara �sik, warna sebuah benda diukur dan disajikan dengan kurva-kurva spektropotometrik (gambar 12a), yang adalah potongan atau bidang fraksi cahaya datang (pantul atau tembus) sebagai sebuah fungsi panjang- gelombang melalui spektrum tampak. [1 nm = 10-9 m].

Secara psikologis dan �siologis, warna adalah hasil penglihatan yang timbul (perception) melalui signal-signal dari receptor cahaya pada mata kita kedalam otak. Sehingga warna dari kebanyakan benda adalah merupakan efek daripada cahaya terhadap pigmen (pigment), bahan- celup (dyestu�), dan bahan penyerap lainnya pada benda yang terlihat.

Zat-warna adalah substansi berwarna yang dapat dikelompokkan menjadi pigmen dan bahan-celup. Bahan-celup adalah zat-warna yang larut dalam medium-pelarut (yang biasanya air). Bahan-celup ini dapat dikelompokkan lagi menjadi bahan-celup alam (natural dyes) dan bahan-celup sintetis (synthetic dyes). Kedua jenis bahan-celup ini memiliki kekuatan tinctorial (kemampuan melarut dan memberikan warna) pada gugus-gugus kimia tertentu yang disebut chromophores. Chromopores ini menyebabkan molekul bahan celup memantulkan panjang-gelombang tertentu. Pada molekul bahan-celup terdapat juga gugus-gugus kimia lain yang disebut auxochromes yang mengatur pelarutan molekul dan membantu pengikatan bahan-celup terhadap substrat (serat). Secara kimiawi (didasarkan pada konstitusi kimianya), bahan-celup dikelompok- kan menjadi 25 klas, seperti: carotenoids, anthraquinones, dst. Tetapi menurut keadaan kimiawi dan aplikasinya, bahan-celup biasanya dikelompokkan secara sederhana menjadi: bahan-celup asam (acid-dyes), bahan-celup basa (basic-dyes), bahan-celup bejana (vat-dyes), dst.

Pigmen adalah zat yang tidak larut dalam medium pelarut. Pigmen tidak memiliki daya-ikat (a�nity) dengan substratnya, sehingga dalam aplikasinya memerlukan zat-perekat (binder). Menurut sumbernya, pigmen dapat dibedakan menjadi pigmen organik (organic pigment) yang berasal dari jasad-hidup dan pigmen anorganik (inorganic pigment) yang biasanya diperoleh dari mineral. Tetapi secara kimiawi, pigmen dapat dikelompokkan menjadi pigmen Azo dan pigmen non-Azo (dalam 12 klas).

Warna dan zat-warna pada lukisan adalah unsur-unsur yang tidak dapat dipisahkan. Karena warna tertentu dihasilkan dari zat-warna tertentu, begitu pula sebaliknya. Komposisi atau perpaduan beberapa (zat-) warna tentunya menghasilkan (zat-) warna tertentu pula. Dalam ilmu bahan, kita memerlukan model pendekatan ilmu tertentu untuk menjabarkan unsur 'warna' dan 'zat-warna' ini secara terinci. Dari de�nisi-de�nisi beserta penjabaran tersebut diatas, kita dapat mempelajari “lukisan” dengan unsur- unsur terpentingnya. Sehingga lukisan dapat ditinjau dari sudut kesenirupaan sampai ke teknik penerapan dan ilmu bahan (gaya dan teknik pelukisan).

Warna biasa dipandang sebagai sesuatu yang memiliki ruang bermatra tiga (3D), lihat gambar 12b. Suatu pandangan atau konsep ini dikenal sebagai 'sistem warna tiga dimensi' (sistem ini sangat dikenal oleh para pelukis, ilmuwan bahan warna, ataupun konservator). Adapun yang dimaksudkan dengan warna-3D adalah sebagai berikut:

Kain Kasa

beak

er

Damar

Kompor

kasa

asb

es

terp

entin

Gambar 11.Cara Membuat VarnisSecara Tradisional

Page 14: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[10]

1. Warna (hue), yang adalah suatu sebutan warna benda baik secara psikologis ataupun �siologis, dan telah lazim/ dikenal selama bertahun-tahun. Sebagai contoh sehingga kita sering menyebutkan warna benda adalah merah, kuning atau hijau. Dan hanya dengan bekal pengalaman dan pengetahuan warna ini, kita dapat memperoleh warna hijau dengan mencampurkan (zat-) warna biru dengan kuning saja.

2. Kepekatan (saturation), yang adalah sebutan seberapa jauh suatu warna benda mendekati sumbu terang (gray atau lightness axis). Kepekatan pada warna ini biasa dikenal sebagai nada (chroma), karena sebutan ini menyatakan pekat- tidaknya suatu warna. Dengan pengertian ini, satu gram cat-air warna kuning yang dicampur dengan satu sendok air dapat disebut sebagai warna kuning yang memiliki kepekatan lebih tinggi, jika dibandingkan dengan satu gram cat-air yang dicampur dengan lima sendok air. Perhatikan kepekatan yang mem- pengaruhi komposisi suatu cat pada gambar 9a dan 9b diatas.

3. Gelap/ terang (value atau light- ness), yang adalah suatu sebutan warna benda dikaitkan dengan intensitas cahaya. Sebutan ini untuk menyatakan apakah warna- benda itu gelap (hitam) atau terang (putih). Dengan pengertian ini, sepuluh gram cat-air warna kuning yang dicampur dengan satu gram cat-air warna hitam akan menghasilkan campuran cat- air yang berwarna kuning lebih gelap, jika dibandingkan dengan sepuluh gram cat air warna kuning yang tidak dicampur.

Chroma Meter (Konica-Minolta R-410)Alat Perekam Data Warna Handheld XRF Spectrometer

Alat Identi�kasi Unsur/ Elemen Logam

Gambar 13.Gambar 14.

V B G Y O R

7006005004000

20

40

60

80

100

Full strength

2% Tint

Pigment Red 188 (12467)[C33H24Cl2N4O6 , Organic synthetic, Monoazo]

Wavelength, nm

Representative Spectral Curves

Gambar 12a.Kurva Representatif Warna

Gambar 12b. Warna 3 Dimensi (3D)

Page 15: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[11]

C. KONSERVASI LUKISANPekerjaan konservasi dapat dilakukan apabila tenaga konservasi (selanjutnya

disebut konservator)5 telah mengenal bahan pembentuk benda yang akan ditangani; dan jenis kerusakan yang sedang dihadapi. Hampir semua bahan - khususnya benda organik - sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti kelembaban, suhu udara, dan radiasi cahaya. Disamping faktor internal dan eksternal tersebut, kerusakan sering terjadi karena kesalahan penggunaan bahan atau cara pelaksanaan konservasi yang keliru. Dalam kasus semacam ini, konservator benda organik diwajibkan dapat memilah atau menggolongkan benda koleksi menurut jenis bahan pembentuknya, serta mengidenti�kasikan berbagai jenis bahan, berikut sifat-sifatnya (�sik dan kimiawi).

Konservasi adalah suatu tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghambatan proses kerusakan dan perbaikannya) dan tindakan yang bersifat preventif (pen- cegahan dari kemungkinan proses kerusakan). Konservasi benda koleksi museum menurut American Association of Museums (AAM 1984:11) dirujuk kedalam 4 tingkatan. Pertama adalah perlakuan secara menyeluruh untuk memelihara koleksi dari

kemungkinan suatu kondisi yang tidak berubah; misalnya dengan kontrol lingkungan dan penyimpanan benda yang memadai, didalam fasilitas penyimpanan atau displai;

Kedua adalah pengawetan benda, yang memiliki sasaran primer suatu pengawetan dan penghambatan suatu proses kerusakan pada benda;

Ketiga adalah konservasi restorasi secara aktual, perlakuan yang diambil untuk mengembalikan artifak rusak atau 'deteriorated artifact' mendekati bentuk, desain, warna dan fungsi aslinya. Tetapi proses ini mungkin merubah tampilan luar benda; dan

Keempat adalah riset ilmiah secara mendalam dan pengamatan benda secara teknis. Perhatikan Tabel 1.: Metode Analisis Benda dan Bahan.

Kesimpulan dari keempat tingkatan konservasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tingkat I dan II merentangkan pendanaan konservasi yang luar biasa besar tetapi

menghasilkan jumlah koleksi yang terbanyak. Tenaga teknis konservasi yang terlatih dibawah supervisi konservator biasanya mampu melaksanakan tugas ini, dan

2. Tingkat III dan IV biasanya diperuntukkan pada pekerjaan yang cukup penting, yang mana memerlukan cukup biaya dan waktu; serta memerlukan keahlian konservator yang terlatih secara profesional.

Sedangkan Lodewijks dan Leene menyimpulkan bahwa metode konservasi benda koleksi dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

1. Metoda restorasi yang secara prinsip diarahkan pada pengembalian ke kondisi aslinya; dan

2. Metoda konservasi yang dimaksudkan untuk melestarian the status quo (keadaan tetap pada suatu saat tertentu).

5 Konservator adalah orang yang mampu melakukan pengamatan (kajian), berpikir analitik, dan melaksanakan konservasi karya seni, artefak, relik, dan benda lain dengan menggunakan metode atau teknik yang benar. Konservator harus memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta dapat memilih dan menerapkan bahan (materials) atau alat dalam proses konservasi dengan baik. Mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: batu, logam, kayu, tekstil, lukisan, karya seni bermedia kertas, buku, (pita) �lm, pita perekam suara, foto, atau benda lain bermedia komplek (campuran).

Page 16: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

kotoran yang sudah berkerak dan menyatu dengan varnis harus dibersihkan dengan methyl ethyl ketone, diacetone- alcohol, aseton, toluen atau larutan campuran terpentin dengan aseton (3:1). Varnis (G) umumnya dapat dibersihkan dengan bahan pelarut seperti white spirits, tapi adakalanya harus dengan toluene atau aseton. Walaupun varnis ini berfungsi sebagai pelindung dan karena pertimbangan fungsi (estetika), varnis yang menguning karena proses oksidasi atau penuaan (aging) perlu diganti dengan varnis baru.

[12]

Pilihan antara restorasi dan konservasi lukisan terletak pada faktor rasional, sebagian lagi dari faktor irasional seperti estetika dan perasaan-perasaan lain. Ketika sebuah lukisan mewakili suatu fungsi, seperti hiasan dinding, maka lukisan akan lebih diarahkan pada metode restorasi. Pada suatu karya yang pada umumnya tidak memiliki representasi fungsi, maka metode konservasi sebaiknya diputuskan dengan hati-hati. Pada proses paling awal, konservasi dimulai dengan pembersihan, yang kadang-kadang menjadi kon�ik dengan persyaratan tertentu.

Pembersihan kotoran dari permukaan lukisan merupakan langkah paling awal daripada pelaksanaan konservasi. Dalam hal ini, konservator lukisan harus dapat mengenali dua kategori kotoran, yakni kotoran yang larut dan kotoran yang tidak larut dengan bahan pelarut. Bahan pelarut itu dapat berupa air ataupun bahan pelarut organik seperti etanol, acetone dsb. Ia juga harus dapat membedakan antara kotoran dan komponen daripada lukisan itu sendiri. Selanjutnya, metoda pembersihan yang mudah, efektif, dan bersifat aman haruslah dapat ditunjukkan oleh seorang konservator. Perhatikan gambar potongan melintang pada suatu lukisan yang menunjukkan dimana kotoran itu berada.

Atribut Formal = segala sesuatu yang bisa diukur (ukuran panjang dan lebar, volume, garis-tengah, berat, dll.);Atribut Stilistik = segala hal yang berhubungan dengan rasa atau estetika, seperti: bentuk, pola hias kain

(tata-letak hiasan), motif (bentuk hiasan), warna, dsb.; Atribut Teknologis = segala hal yang berhubungan dengan proses pembuatan (bahan dan teknik).

PROVENANCEEthnographic Features: origin,

func�on, etc.

COMPLETE OBJECTDescrip�onOrienta�on

SUBJECTSANALYTICAL METHODS

(object and their a�ributes: formal, stylis�c and technical)

Socio Cultural Anthropology,Ethnography, Art History, Semio�c

- Iconography, etc.

STRUCTURAL OR TEXTURAL GREATER THAN 0.1 MM

(fabric construc�on, metal thread structure, etc.)

Visual Examina�on (eye, glass, microscope)

Ultra-Violet Light Examina�on

Diffrac�on (x-ray, neutron, op�cal and

electron)

Op�cal Examina�on(transmission, reflec�on)

Electron Microscopy (SEM, TEM, STEM)Electron Microbeam Analysis

Spectroscopic Examina�on (neutron, infra-red, op�cal & x-ray)

Chromatographic Analysis(paper, TLC, GC, PyGC and HPLC)

OBJECT STRUCTURE COMPLETE STRUCTURE(form, design/ layout, etc.)

Typology, Stylis�c Analysis, etc.

MACRO STRUCTURE

MICRO STRUCTURE

CRYSTAL STRUCTURE

ELEMENTAL STRUCTUREand

COMPLEX COMPOUNDS

STRUCTURAL OR TEXTURAL SMALLER THAN 0.1 MM

(fiber morphology, cross-sec�on materials, etc.)

METALLIC ELEMENTS AND OTHERS

(weigh�ng metal salts, mordant, corrossion products, etc.)

METALLIC ELEMENTS,DYES AND OTHERS

(pigments, dyes, adhesives,polymers, etc.)

METODE ANALISIS BENDA DAN BAHAN [Perlu disesuaikan untuk Senirupa]

123

4

5

6

NoTabel 1.

Debu yang mengandung unsur logam dapat berfungsi sebagai katalis proses kerusakan secara kimiawi. Pada jenis kotoran seperti ini yang terletak pada posisi H (pada gambar 15) dapat langsung dikuas dengan kwas halus pada permukaan bagian depan dan belakang lukisan tanpa harus membongkarnya. Dalam kondisi tertentu,

Page 17: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

kotoran yang sudah berkerak dan menyatu dengan varnis harus dibersihkan dengan methyl ethyl ketone, diacetone- alcohol, aseton, toluen atau larutan campuran terpentin dengan aseton (3:1). Varnis (G) umumnya dapat dibersihkan dengan bahan pelarut seperti white spirits, tapi adakalanya harus dengan toluene atau aseton. Walaupun varnis ini berfungsi sebagai pelindung dan karena pertimbangan fungsi (estetika), varnis yang menguning karena proses oksidasi atau penuaan (aging) perlu diganti dengan varnis baru.

[13]

Jenis perlakuan pada lukisan bermedia kertas (gra�s) adalah pencucian dengan cara kering, yakni pembersihan debu dan kotoran lain dengan kapas yang dilembabi dengan air distilasi dicampur dengan alkohol (1:1) dan sabun Triton X-1006. Pengelantangan dengan hidrogen peroksida (20%)7 dilakukan pada media kertas yang terdiskolorasi oleh jamur (foxing), yang diikuti dengan pembilasan dengan air-distilasi dicampur dengan alkohol.

Dengan mempertimbangkan Lembar Kondisi Lukisan dengan Data Lingkungan Mikro, kita dapat membuat skala prioritas dan jenis pekerjaan konservasi secara langsung. Lukisan berkondisi rapuh atau mudah terkelupas, lukisan harus diperkuat sementara dengan kertas penguat khusus atau washi8 yang direkatkan dengan bahan perekat polyvinyl acetat (PVAc). Setelah pembersihan kotoran permukaan lukisan dilakukan, maka lukisan baru dapat diperkuat secara tetap. Caranya adalah dengan menggunakan malam lebah dicampur dengan damar dan minyak turpentin (ramuan bahan khusus ini selanjutnya disebut sebagai WRA-559)9. Pada bagian kanvas yang catnya terkelupas diperlukan tahap pendempulan dengan pasta yang terbuat dari gipsum dengan emulsi polyvinyl acetat (PVAc)10. Jika permukaan dempul (tekstur) sudah disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya, baru proses tusir (inpainting) dapat dilakukan. Penyesuaian tekstur permukaan kanvas ini meliputi arah sapuan kuas atau bentuk alat-tuang cat lain, dan dimaksudkan untuk memberi efek pantul warna yang sesuai.

6 Cara pembersihan debu dan pembilasan dengan kapas atau handuk bersih yang dilembabi ini lazim disebut sebagai swabbing.

7 Pengelantangan dapat pula dilakukan dengan cara perendaman selama lima menit dengan larutan Potasium permanganat (0,5 ~ 5%), yang kemudian diikuti dengan pembilasan dalam larutan Natrium tiosulfat 5%.

8 Yang dimaksud dengan kertas khusus atau washi di sini adalah kertas yang memiliki elastisitas tinggi walaupun dalam keadaan basah. Jenis kertas ini biasanya memiliki serat-serat panjang dan banyak dibuat di Jepang, ada juga yang dibuat diluar Jepang (dengan teknologi pembuatan yang sama atau mirip dilakukan di Jepang, yakni buatan tangan atau hand-made paper), dan di Jepang disebut sebagai kertas washi.

9 Pembuatan wax-resin-adhesive (WRA-559) dalam perbandingan volume, sehingga malam-lebah dan damar yang berbentuk padat setelah ditimbang (untuk diketahui beratnya), baru dicairkan (dipanaskan) untuk mengetahui volumenya. Setelah semua satuan ukuran dikonversi ke volume, kita akan mendapatkan perbandingan yang diinginkan. Misal.: 100 ml malam cair (85 gr.) : 60 ml damar cair (54 gr.) ; 20 ml terpentin disebut sebagai 5 : 3 : 1. Prosedur ini harus diikuti, mengingat grade bahan seperti malam-lebah dan damar tidak selalu tetap.

10 Cara membuat pasta-dempul jenis lain adalah dengan teknik thermosetting (disolder), yaitu dengan mencampurkan bubuk gipsum (kalsium sulfat) dalam cairan panas WRA-559, dengan perbandingan 5 sampai 10 gram kalsium karbonat dalam 10 ml cairan panas WRA-559. Dempul jenis ini juga bermanfaat untuk penyamaran patahan plototan-cat lukisan A�andi dan sejenisnya (Gbr. 27 - Hal. 22).

Debu yang mengandung unsur logam dapat berfungsi sebagai katalis proses kerusakan secara kimiawi. Pada jenis kotoran seperti ini yang terletak pada posisi H (pada gambar 15) dapat langsung dikuas dengan kwas halus pada permukaan bagian depan dan belakang lukisan tanpa harus membongkarnya. Dalam kondisi tertentu,

F

EDCB

G

A

12

H

Support[kayu, dll.]

Kanvas

Priming

GESSO

CatDasar

CatLukisan

VARNIS

Kotoran,Debu, dll.

Pengamatan Struktur Lukisan (kotoran, varnis dan cat lukisan)

Gambar 15.

Page 18: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[14]

Lampiran 01

9 Masalah

30017 Pergiwo Pergiwati

BAHANPEMBENTUKBENDA

Jenis Cat

Jenis Substrat

Teknik

C.minyakCat airTintaAkrilikPastelKrayonLain-lain

KanvasKertasHardboardTripleksKayuKacaLogamLain-lain

C.minyakAquarelPastelTemperaLitografiBatikKolaseLain-lain

01

Moisture Meter

LEMBAR KONDISI LUKISAN

Cukup2975 Dullah

Mata biasaKaca pembesarMikroskopLain-lain

Teknik Pengamatan: 24 Januari 2015Tanggal Pengamatan:

Tanda tanganKonservator:

Konservator:

XLux Meter, UV light meter,Thermohygrometer and

Puji Yosep Subagiyo

Lokasi :Jakarta

No Ukuran (cm)Inv./ Regis. Tahun KondisiJudul Karya Nama Seniman255 x 1701950

Kotor debuKanvas kendorVarnis menguning

Varnis cacatCat rapuh/ keringCat kelupas

Jamur/ Insek/ HamaSobekNoda

KotorLemakDepositRapuhPatahRetakDistorsi

GelombangGoresSobekKelupasLubangBasahKering

JamurSerangga

Busuk

KaratKristalOksidasiPudar

LapukBauNoda

:SITOIB:KISIF

KIMIAWI:

KONDISI BENDA SAAT PENGAMATAN No Foto : DSCN3090

Lain-lain

Sebelum Konservasi

Pembuatan spanram baru, catkelupas parah

CATATAN:

BaikCukup

RusakParah

KONDISI SPANRAM:

BaikCukup

RusakParah

KONDISI PIGURA:

Aktif

Aktif

Aktif

Pembersihan ringan (kwas, vacuum, dll.)Pembersihan dengan pelarut :

airwhite-spiritturpentinmethyl-ethyl-ketone

2-ethoxy ethanolpetroliumalkohol2-aceton alcohol

Penguatan dan Konsolidasipenguatan cat dengan perekat: lilin, dsb.penguatan kanvas/ substrat dg. perekat.perbaikan kanvas/ substrat.perbaikan/ konsolidasi cat, dll.

1.2.

3.

4.

5.

6.

Penyempurnaan (finishing treatment)isolating (varnish)inpainting (+mixing varnish)dressing/ retouching (varnish)(re)varnishing

Perlakuan biotis (fumigasi, dsb.)

Perlakuan lain.

CATATAN:

USULAN TINDAKAN KONSERVASI

Light cleaningChemical cleaningFraming/ reframingRestretchingInpaintingRepainting

RetouchingVarnishingStrippingMendingConsolidationBio Control

12 Langkah

Prioritas

Relaksasi cat dengan EPC

( )( )

( )( )

( )

Intensitas Cahaya (Lux)

Suhu Udara (0C)Suhu Permukaan (0C)Kelembaban Udara (%)

Kandungan Air (%)Keasaman (pH)Polusi Udara.............. :

... ::

.. :

30

( )

( )........... :

........ :

:

.. :

( )

( )

LINGKUNGAN MIKRO DAN LAINNYA

Radiasi UV ( W/cm )2

CATATAN:

ORP (mili Volt) ........ :

500,420

10 - 257 - 10

≤ 20050

667

67

0,3

( )Tekanan Udara (mb) :

ORP = Potensial Redoks.mb = milibars.

Page 19: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[15]

Gambar 16.PENJELASAN TEKNIS

USULAN UJI LAB (BAHAN) DAN TAMBAHAN :.........................................................................................................................................

AN

ALI

SIS

Iden

tifika

si da

n Kl

asifi

kasi

Baha

n da

n M

enge

nal S

ifat -

Inte

raks

i Bah

an

Identifikasi dan Klasifikasi Kerusakan

Identifikasi dan Klasifikasi Penyebab Kerusakan

Identitas dan Lokasi Benda

BANTUAN TEKNIS

Identifikasi Serat, Pigmen,Jenis Oksidasi, Efek Bahan Lemari Simpan

dan Pamer, Lampu Dalam Vitrin, dll.

Teknis Penguatan Kain Rapuh, Penetralan Keasaman, perhitungan Equilibrium Moisture Content (EMC),

EMC/RH isotherm bahan organik (kapas, linen, kertas, kayu, dsb.); kapasitas buffering (MH), rekondisi silicagel, dll.

menelaah hubunganiklim mikro-makro,

tekanan barometrik, dll.

Analisis (mempelajari, menelaah atau mengkaji) hubungan antara jenis kerusakan, bahan dan iklim (mikro/ makro)

Rek

om

end

asi

LEMBAR KONDISI LUKISANData Iklim Makro

Lokasi A: JAKARTA.Temperatur (°C)

Min. Ave. Max. 26 28 29

Kelembaban (%) Min. Ave. Max.44 50 59

Lokasi B: BOGOR.Temperatur (°C)

Min. Ave. Max. 27 28 28,5

Kelembaban (%) Min. Ave. Max.60 66 75

Beresiko ~Bahaya1Ideal ~Cukup3

Cukup ~Beresiko2

Keterangan :

Lokasi C: CIPANAS.Temperatur (°C)

Min. Ave. Max. 22 24 26,5

Kelembaban (%) Min. Ave. Max.60 66 99

Lokasi D: YOGYA.Temperatur (°C)

Min. Ave. Max. 28,5 29 29,5

Kelembaban (%) Min. Ave. Max.72 74 76

Lokasi E: BALI.Temperatur (°C)

Min. Ave. Max. 26 27 28

Kelembaban (%) Min. Ave. Max.76 78 99

Catatan: Pemeriksaan atau uji laboratorium adalah suatu �ndakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil sampel atau on the spot dari objek yang akan diama� (diobservasi) untuk “mengetahui (jenis) kerusakan dan cara penanganannya (perawatan dan pengawetan)”. Pemeriksaan dapat dilakukan secara fisik (perangkat op�k/ mikroskop), secara radiologis (penerapan sinar-X) atau kimiawi (analisa kimia mikro), dll. Penggunaan mikroskop hanya sebatas mengenali jenis serat (kapas, sutera, dst.) disebut sebagai “identifikasi”, tetapi jika di�ndaklanju� dengan mengenali derajat keasaman (pH dan atau ORP) dan uji-coba menetralkan keasaman disebut sebagai “uji lab”.

UJI LABORATORIUM

Created by Puji Y. Subagiyo 2016

0,3

( )( )

( )( )

( )

Intensitas Cahaya (Lux)

Suhu Udara (0C)Suhu Permukaan (0C)Kelembaban Udara (%)

Kandungan Air (%)Keasaman (pH)Polusi Udara.............. :

... ::

.. :

30

( )

( )........... :

........ :

:

.. :7

( )

( )

LINGKUNGAN MIKRO DAN LAINNYA

ORP = Potensial Redoks.

Radiasi UV ( W/cm )2

ORP (mili Volt) ........ :

500,420

10 - 257 - 10

≤ 20050

66

67

Moisture Meter

Mata biasaKaca pembesarMikroskopLain-lain

Teknik Pengamatan:

XLux Meter, UV light meter,Thermohygrometer and

Tanggal Pengamatan:

Tanda tanganKonservator:

Konservator:

BAHANPEMBENTUKBENDA

Jenis Cat

Jenis Substrat

Teknik

C.minyakCat airTintaAkrilikPastelKrayonLain-lain

KanvasKertasHardboardTripleksKayuKacaLogamLain-lain

C.minyakAquarelPastelTemperaLitografiBatikKolaseLain-lain

30017 Pergiwo Pergiwati01 Cukup2975 Dullah

Lokasi :Jakarta

No Ukuran (cm)Inv./ Regis. Tahun KondisiJudul Karya Nama Seniman255 x 1701950

Puji Yosep Subagiyo

24 Januari 2015

Kotor debuKanvas kendorVarnis menguning

Varnis cacatCat rapuh/ keringCat kelupas

Jamur/ InsekSobekNoda

KotorLemakDepositRapuhPatahRetakDistorsi

GelombangGoresSobekKelupasLubangBasahKering

JamurSerangga

Busuk

KaratKristalOksidasiPudar

LapukBauNoda

:SITOIB:KISIF

KIMIAWI:

KONDISI BENDA SAAT PENGAMATAN No Foto : DSCN3090

Lain-lain

Sebelum Konservasi

Pembuatan spanram baru, catkelupas parah

CATATAN:

BaikCukup

RusakParah

KONDISI SPANRAM:

BaikCukup

RusakParah

KONDISI PIGURA:

Aktif

Aktif

Aktif

9 Masalah

Pembersihan ringan (kwas, vacuum, dll.)Pembersihan dengan pelarut :

airwhite-spiritturpentinmethyl-ethyl-ketone

2-ethoxy ethanolpetroliumalkohol2-aceton alcohol

Penguatan dan Konsolidasipenguatan cat dengan perekat: lilin, dsb.penguatan kanvas/ substrat dg. perekat.perbaikan kanvas/ substrat.perbaikan/ konsolidasi cat, dll.

1.2.

3.

4.

5.

6.

Penyempurnaan (finishing treatment)isolating (varnish)inpainting (+mixing varnish)dressing/ retouching (varnish)(re)varnishing

Perlakuan biotis (fumigasi, dsb.)

Perlakuan lain.

CATATAN:

USULAN TINDAKAN KONSERVASI

Light cleaningChemical cleaningFraming/ reframingRestretchingInpaintingRepainting

RetouchingVarnishingStrippingMendingConsolidationBio Control

12 Langkah

Prioritas

Page 20: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[16]

Catatan:1. Light cleaning = pembersihan ringan dengan kwas/ penyedot debu; 2. Chemical cleaning = pembersihan kotoran yang sudah berkerak, mengangkat varnis lama yang sudah menguning/ teroksidasi dengan bahan pelarut, seperti: white spirits, turpentine, dietoxy-ethanol, diacetone alcohol, MEK (methyl-ethyl-ketone), dll.; 3. Framing/ reframing = bongkar/ pasang kanvas dari spanram (dan pigura) karena kanvas kendor, mengganti paku yang berkarat, dll.; 4. Restretching = mengencangkan kanvas yang kendor atau reshaping kanvas yang bergelombang; 5. Inpainting = tusir warna bagian cat yang terkelupas; 6. Repainting = lukis ulang pada bagian cat yang hilang karena cleaning atau inpainting yang salah; 7. Retouching = pembuatan efek khusus dengan cat/ varnis; 8. Varnishing = varnish for retouching or protection; 9. Stripping = proses mengangkat atau melunturkan cat, yang biasanya ditujukan untuk mengangkat cat pelapis (overpainting) yang bukan aslinya, cat tusiran warna yang tidak pas (warna atau bentuknya). Setelah proses striping adakalanya dilanjuti dengan proses repainting (melukis ulang).; 10. Mending = penyambungan kanvas sobek dengan Gel Perekat Cat (GPC).; 11. Consolidation = penguatan cat dengan perekat thermosetting, emulsi penguat cat (EPC) atau lainnya, termasuk penguatan kanvas rapuh dengan cara pendobelan kanvas atau lainnya; 12. Bio Control = kontrol kerusakan biotis, termasuk fumigasi dengan thymol, atau mematikan penyebab kerusakan biotis dengan teknik lain, misalnya: Freezing, pengaturan RH/T.

B. Rekomendasi Konservasi :

Proses Konservasi LukisanDullah [Pergiwo Pergiwati,

255 x 170 cm, Oils on Canvas, 1950]

Light cleaningChemical cleaningFraming/ reframingRestretchingInpaintingRepaintingRetouchingVarnishingStrippingMendingConsolidationBio Control

12 Langkah

9 Masalah

retak parah

A. Kondisi :Kotor debuKanvas kendorVarnis menguningVarnis cacatCat rapuh/ kering

Cat kelupasSobekJamur/ Insek/ HamaNoda

AktifBaikCukup

RusakParah

kanvas

spanram

pigura

Lukisan1

SebelumKonservasi

pas-parto

Gambar 17.

Fume HoodPortabel

Varnis menguning,kotor, cat rapuh,overpaint (SebelumPembersihan).

SesudahPembersihan

air distilasiwhite-spiritturpentinmethyl-ethyl-ketone2-ethoxy ethanol

2-aceton alcohol

5. 6. 7. 8.

1. 2. 3. 4.

tolueneacetone

XX

2

SesudahKonservasi Cr

eate

d by P

uji Y

. Sub

agiyo

2016

2-butanone oxime, oil modi�ed alkyd resin, cobalt carboxylate, etc.

Emulsi Penguat Cat[untuk melemaskan, sebagai pelembab dan menguatkan cat lukisan atau sebagai konsolidan]

Purchase Date: Expire Date:

EPC

Emulsi Penguat Cat

Gel Perekat Cat

Larutan Pembersih Cat 2[dicampur terpen�n sebagai bahan pembersih lukisan, seper�: noda berwarna, kotoran berkerak dan kotoran sejenis lainnya]

Purchase Date: Expire Date:

LPC2Butanone, methyl ethyl ketone (MEK)CH3C(O)CH2CH3

Page 21: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

a. b.

c.

[17]

Sebelum Perawatan Sesudah Perawatan

Gambar 18. Dullah [Pergiwo Pergiwati; 255 x 170 cm; 1950].

Sebelum Perawatan Sesudah Perawatan

Gambar 19. Basuki Abdullah [Pemandangan Pantai Flores; 117,5 x 181,3 cm; 1950?].

1.

2.

Detail a.

1.2.

Detail c.

1.

2.Detail b.

Page 22: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[18]

Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-

kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang

baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan

tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini

mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel ber-

media kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur. Kondisi

lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,

sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup

dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.

Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap

yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita

akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan

pada sebagian lukisan terserang rayap (Gambar 20 dan 21).

juga pada saat pemindahan atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisi- kan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).

Gambar 20. a. Jamur tumbuh hampir pada seluruh permukaan lukisan;b. Pengamatan dengan Mikroskop Skening Elektron untuk mengetahui tingkat

kerusakan kanvas/ kain;c. Pengamatan dengan Mikroskop Skening Elektron untuk mengetahui tingkat

pertumbuhan dan jenis jamur.

1. Pembersihan

Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk membersihkan debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).

2. PenguatanPenguatan secara sederhana dengan mengoleskan emulsi penguat cat [EPC]

sebagai ‘�exible agent’ secara langsung dengan kwas. Cara lain adalah penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dengan melapisi kertas washi yang lentur dan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan

3. Penyempurnaan

Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.

Jamur

Jamur

b

a

c

Serat lapuk

Spora jamurSpora jamur

Serat lapuk

Page 23: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

paku berkarat

a b

[19]

Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-

kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang

baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan

tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini

mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel ber-

media kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur. Kondisi

lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,

sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup

dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.

Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap

yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita

akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan

pada sebagian lukisan terserang rayap (Gambar 20 dan 21).

juga pada saat pemindahan atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisi- kan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).

Gambar 21a. menunjukkan sisi bawah lukisan telah termakan bubuk.

Gambar 21b. menunjukkan close-up pada semua sisi lukisan. Bagian ini menunjuk- kan paku berkarat dan perbedaan kanvas asli dan kanvas dobelan.

1. Pembersihan

Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk membersihkan debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).

2. PenguatanPenguatan secara sederhana dengan mengoleskan emulsi penguat cat [EPC]

sebagai ‘�exible agent’ secara langsung dengan kwas. Cara lain adalah penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dengan melapisi kertas washi yang lentur dan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan

Membersihkan kotoran debu dan mengangkat varnis lama untuk

memunculkan warna asli.

3. Penyempurnaan

Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.

SesudahPembersihan

SebelumPembersihan

Gambar 22.

Page 24: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

a cb

cat terangkat

a. Seluruh permukaan kotor, sebagian cat terkelupas dan varnis kuning;b. Pelemasan (relaksasi) sekaligus penguatan cat yang terangkat dengan perekat

thermosetting (WRA-559);c. Setelah proses penguatan cat, permukaan lukisan baru bisa dibersihkan.

[20]

Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-

kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang

baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan

tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini

mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel ber-

media kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur. Kondisi

lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,

sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup

dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.

Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap

yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita

akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan

pada sebagian lukisan terserang rayap (Gambar 20 dan 21).

juga pada saat pemindahan atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisi- kan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).

1. Pembersihan

Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk membersihkan debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).

2. PenguatanPenguatan secara sederhana dengan mengoleskan emulsi penguat cat [EPC]

sebagai ‘�exible agent’ secara langsung dengan kwas. Cara lain adalah penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dengan melapisi kertas washi yang lentur dan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan

a bGambar 23. a. Seluruh permukaan kotor dan sebagian cat terkelupas;

b. Setelah pembersihan kotoran dan varnis lama, priming (pendempulan), tusir warna (inpainting) dan varnis.

cat terkelupas

3. Penyempurnaan

Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.

Gambar 24.

Page 25: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[21]Gambar 26. Romualdo Locatelli [Menggaru Sawah Di Jawa; 100 x 270 cm].

Sebelum Perawatan

Sesudah Perawatan

Gambar 25. Basoeki Abdullah [Bung Karno Di Hari Proklamasi; 109 x 75 cm].Sesudah PerawatanSebelum Perawatan

Page 26: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

c

d

Detailcat terangkat

Sesudah Penguatan Cat,Sesudah Pembersihan,

Sudah Relaksasi Cat & Kanvas.

Sebelum Penguatan Cat,Sesudah Pembersihan.

Seb

elu

m P

emb

ersi

han

Var

nis

Kanvas

Cat

{Priming

GAMBAR STRUKTUR LUKISAN

Rongga bawah retakan terisi varnis/

linseed oilVarnis/ linseed oil

begitu tebal & mengkilap

ab

Lukisan JeihanSesu

dah

Pem

ber

sih

an V

arn

is

Detail Lukisan Basuki Abdullah

cat terkelupas

e

perlu pemantasan patahan cat

cat terkelupas

f

Detail Lukisan A�andi

a. Varnis atau linsed-oil yang berlebih men- jadikan permukaan lukisan sangat meng- kilap.

b. Bagian yang sudah diangkat varnisnya.c. Detail pada bagian b menunjukkan retakan

cat yang terangkat.d. Detail bagian b yang sudah direlaksasi cat

dan kanvasnya sehingga permukaan lukisan nampak rata.

e. Detail gambar 25 (hal. 21), bagian mata sebelah kiri sebelum lukisan direstorasi, yang segera direlaksasi (dilemas-kuatkan) dengan EPC (emulsi penguat cat).

f. Bagian cat yang terkelupas pada lukisan jenis ini (A�andi) perlu penyeteraan/ penyamaran bentuk cat dengan campuran 5 - 10 gr. kalsium karbonat dan WRA-559.

Keterangan :

[22]

Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:

Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah (1919 - 1996) dari tahun 1950, 1952?, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1952? menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 29). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1950 dan 1952). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1952 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 31: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur (hal. 26) dan Lembar Pengamatan Lukisan (hal. 32).

Penguatan dan pembuatan bentuk cat dengan perekat thermosetting

“Pergiwo Pergiwati”, karya Dullah (1919 - 1996) adalah salah contoh lukisan yang dilukis dengan cat sangat tebal dan berkondisi sangat rapuh dan kotor. Lukisan ini (Gambar 18) sepertinya pernah dirol dan disimpan dalam pralon karena meninggalkan bekas lipatan dan retakan. Pembersihan varnis lama yang menyatu dengan kotoran dilakukan dengan bahan kombinasi terpentin, di-aceton alcohol dan methyl ethyl ketone (MEK) serta dipandu dengan pengamatan ultra violet. Penguatan lukisan karya Dullah ini di- lakukan dengan emulsi penguat cat [EPC].

“Pemandangan Pantai Flores” karya Basuki Abdullah (1915 - 1993), telah men- jalani proses penguatan, pendempulan dan penusiran warna. Pengangkatan cat tusiran (stripping) dan varnis lama dilakukan dengan bahan kombinasi terpentin, di-aceton alcohol dan methyl ethyl ketone (MEK) serta dipandu dengan pengamatan ultra violet.

“Bung Karno Di Hari Proklamasi” karya Basuki Abdullah (1915 - 1993) yang kondisi awalnya rapuh, banyak cat terkelupas dan tertutup varnis yang sudah menguning, menjalani proses konservasi sebagaimana karya Basuki diatas.

Lukisan berjudul “Menggaru Sawah Di Jawa” karya Locatelli (1905-1943) yang semula berkondisi sangat rapuh, terdapat bekas lipatan dan sebagian catnya yang tipis itu terkelupas telah dilemas-kuatkan dengan emulsi penguat cat [EPC] menjadi baik kembali. Pekerjaan tusir warna dilakukan setelah seluruh permukaan lukisan ditutup dengan varnis proteksi. Dengan varnis pelindung ini bahan warna tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan.

4. Pengepakan dan Pemindahan

Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).

Gambar 27.

5. Fasilitas Kerja Konservasi

Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet , bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass- wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik-mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini [lihat Lampiran 04 (hal. 34) sampai Lampiran 09 (hal. 39)].

Page 27: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[23]

1. Abbas Alibasyah (1928 - 2016) 2. Abdul Azis (1928-2002)3. Abdullah Sr. (1878 - 1914) 4. A�andi (1907 - 1990)5. Agus Djaya (1913 - 1994) 6. Agus Kamal (1956 - ?) 7. Alberto Magnelli 8. Alaydroes 9. Amato, L.

10. Andre Minaox 11. Antonio Blanco (1912 - 1999) 12. Anton Huang13. Arie Smit (1956 - 2016) 14. Bagong Kusudiarjo (1928 - 2004)15. Barli Sasmitawinata (1921 - 2007)16. Basuki Abdullah (1915 - 1993)17. C.T. Hokin18. Cristiano, Renato (1926 - ?)19. Da� Dhowo20. Dake Jr., C.L. (1886 -1946)21. Dandung B. Kahono22. Dede Eri Supria (1956 -?)23. Dipo Andi24. Dullah (1919 - 1996)25. Edouard Pignon26. Eland, Leo (1915-1920)27. Ernest Dezentje (1884 - 1972)28. Fadjar Sidik (1930 - 2004)29. G. Giovanetti30. Handrio

31. Hans Arp32. Hans Hartung33. Hans Reichel 34. Harijadi S. (1919 - 1997)35. Hendra Gunawan (1918 - 1983)36. Henk Ngantung (1921 - 1990)37. I Gede Padma38. I Ketut Adi Chandra39. Imant, W. Jean Frederic 40. I Nengah Sujena41. Isa Perkasa42. Ivan Sagito (1957 - ?)43. I Wayan Gede Santiyasa44. I Wayan Sujana45. IWJ Durus46. Jansma, K.47. Jeihan (1938 - ?)48. Joko Pekik (1937 - ?)49. Lee Man-fong (1913 - 1988)50. Le Mayeur (1880 - 1958) 51. Lux Albert Moreau52. Kadir53. Kartono Yudhokusumo54. Ken Pattern55. Kidro56. Kinsen, Mori K. (1888 -1959)57. K. Makovsky (1839 -1915)58. Koentjoroningrat59. Kuncana60. Landriah

61. Locatelli, R. (1905-1943)62. M.D. Sinteg63. Masriadi 64. Muji Harjo65. Nisan Risyanto66. Nyoman Erawan67. Nyoman Gunarsa68. Pierre Soulages69. Pirngadie, M (1875 - 1936)70. Popo Iskandar (1927 - 2000)71. Q. Schmeider72. Raden Saleh (1814 - 1880)73. Roland Strasser (1895 -1974)74. Rudolf Bonnet (1895 -1978)75. Sadali, A. (1924 - )76. Salim (1908 - 2008)77. Sinung Widagdo78. Sj. Notodiningrat79. Soemardi80. Srihadi Sudarsono (1931 - ?)81. S. Sudjojono (1913 - 1985)82. Sudjono Abdullah (1911 - 1991)83. Suhadi84. Sumardi85. Tatang Ganar (1936 - ?)86. Trubus S. (1926 - 1966?)87. Wakidi (1889 - 1979)88. Wassily Kandisky89. Widayat (1923 - 2002)90. Wiantadan lain-lain.

[lihat gambar 30]

Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:

Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah (1919 - 1996) dari tahun 1950, 1952?, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1952? menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 29). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1950 dan 1952). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1952 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 31: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur (hal. 26) dan Lembar Pengamatan Lukisan (hal. 32).

“Pergiwo Pergiwati”, karya Dullah (1919 - 1996) adalah salah contoh lukisan yang dilukis dengan cat sangat tebal dan berkondisi sangat rapuh dan kotor. Lukisan ini (Gambar 18) sepertinya pernah dirol dan disimpan dalam pralon karena meninggalkan bekas lipatan dan retakan. Pembersihan varnis lama yang menyatu dengan kotoran dilakukan dengan bahan kombinasi terpentin, di-aceton alcohol dan methyl ethyl ketone (MEK) serta dipandu dengan pengamatan ultra violet. Penguatan lukisan karya Dullah ini di- lakukan dengan emulsi penguat cat [EPC].

“Pemandangan Pantai Flores” karya Basuki Abdullah (1915 - 1993), telah men- jalani proses penguatan, pendempulan dan penusiran warna. Pengangkatan cat tusiran (stripping) dan varnis lama dilakukan dengan bahan kombinasi terpentin, di-aceton alcohol dan methyl ethyl ketone (MEK) serta dipandu dengan pengamatan ultra violet.

“Bung Karno Di Hari Proklamasi” karya Basuki Abdullah (1915 - 1993) yang kondisi awalnya rapuh, banyak cat terkelupas dan tertutup varnis yang sudah menguning, menjalani proses konservasi sebagaimana karya Basuki diatas.

Lukisan berjudul “Menggaru Sawah Di Jawa” karya Locatelli (1905-1943) yang semula berkondisi sangat rapuh, terdapat bekas lipatan dan sebagian catnya yang tipis itu terkelupas telah dilemas-kuatkan dengan emulsi penguat cat [EPC] menjadi baik kembali. Pekerjaan tusir warna dilakukan setelah seluruh permukaan lukisan ditutup dengan varnis proteksi. Dengan varnis pelindung ini bahan warna tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan.

4. Pengepakan dan Pemindahan

Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).

5. Fasilitas Kerja Konservasi

Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet , bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass- wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik-mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini [lihat Lampiran 04 (hal. 34) sampai Lampiran 09 (hal. 39)].

Page 28: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

a. Pengamatan retakan berskala mikro (sepersejuta) dan konstruksi kanvas lukisan dengan DynoLite.

b. Penanganan konservasi dan restorasi setelah proses pengamatan.

Gambar 28.

a b

[24]

Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:

Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah (1919 - 1996) dari tahun 1950, 1952?, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1952? menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 29). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1950 dan 1952). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1952 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 31: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur (hal. 26) dan Lembar Pengamatan Lukisan (hal. 32).

“Pergiwo Pergiwati”, karya Dullah (1919 - 1996) adalah salah contoh lukisan yang dilukis dengan cat sangat tebal dan berkondisi sangat rapuh dan kotor. Lukisan ini (Gambar 18) sepertinya pernah dirol dan disimpan dalam pralon karena meninggalkan bekas lipatan dan retakan. Pembersihan varnis lama yang menyatu dengan kotoran dilakukan dengan bahan kombinasi terpentin, di-aceton alcohol dan methyl ethyl ketone (MEK) serta dipandu dengan pengamatan ultra violet. Penguatan lukisan karya Dullah ini di- lakukan dengan emulsi penguat cat [EPC].

“Pemandangan Pantai Flores” karya Basuki Abdullah (1915 - 1993), telah men- jalani proses penguatan, pendempulan dan penusiran warna. Pengangkatan cat tusiran (stripping) dan varnis lama dilakukan dengan bahan kombinasi terpentin, di-aceton alcohol dan methyl ethyl ketone (MEK) serta dipandu dengan pengamatan ultra violet.

“Bung Karno Di Hari Proklamasi” karya Basuki Abdullah (1915 - 1993) yang kondisi awalnya rapuh, banyak cat terkelupas dan tertutup varnis yang sudah menguning, menjalani proses konservasi sebagaimana karya Basuki diatas.

Lukisan berjudul “Menggaru Sawah Di Jawa” karya Locatelli (1905-1943) yang semula berkondisi sangat rapuh, terdapat bekas lipatan dan sebagian catnya yang tipis itu terkelupas telah dilemas-kuatkan dengan emulsi penguat cat [EPC] menjadi baik kembali. Pekerjaan tusir warna dilakukan setelah seluruh permukaan lukisan ditutup dengan varnis proteksi. Dengan varnis pelindung ini bahan warna tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan.

Gambar 29.: Telaga Sarangan,karya Dullah (1952?)

4. Pengepakan dan Pemindahan

Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).

5. Fasilitas Kerja Konservasi

Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet , bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass- wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik-mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini [lihat Lampiran 04 (hal. 34) sampai Lampiran 09 (hal. 39)].

Page 29: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

1900

1800

2000

199719981999

20012002

19811982

Ambron, Emilio (1905 - 1996)Covarrubias, Miguel (1904 - 1957) Dooijeward, Willem (1892 - 1990)Friend, Donald (1915 - 1989)Israel, Isaac (1865 - 1934)Mooijen, P. A. J. (1879 - 1955)Meier, Theo (1908 -1982)Smit, Arie (1956 - 2016)Sonnega, Auke C. (1910 - 1963)Sten, John (1910 - ?)

Pelukis Asing(di Bali, dari 1904 - 1967)

1904 > W. O. J. Nieuwenkamp (1874 - 1950)

1938 > Maria Hofker (1902 - 1999)

1927 > Walter Spies (1895 - 1942)

1941 > Lee Man-fong (1913 - 1988)

1935 > Adrien Jean Le Mayeur de Merpes (1880 - 1958) 1928 > Rudolf Bonnet (1895-1978)

1922 > Rolland Strasser (1895 -1974)1915 > Carel Lodewijk Dake Jr. (1886 -1946)

1952 > Antonia Blanco (1912 - 1999)

1980

1970

1960

1950

1940194119421943194419451946194719481949

195119521953195419551956195719581959

196119621963196419651966196719681969

197119721973197419751976197719781979

1904

Masa Pendudukan Jepang (1942 - 1945)

Masa Raden Saleh (1814 - 1880)

Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI), 1938 - 1942:Agus Djaya, S. Sudjojono, Emiria Sunassa, Sukirno, Otto Djaya

Poesat Tenaga Rakyat (POETERA), 1942 - 1944:Affandi, K. Yudhokusumo, Ny. Ngendon, Basuki Abdullah

W. Spies & Gde A. Sukowati PITA MAHA (1935)

Keimin Bunka Shidoso (1944)Otto Djaya, Henk Ngantung, Dullah, Hendra Gunawan.

Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) Yogya, 1945:Djajengasmoro, Sindusisworo, Indrosughondo, Prawito.

Angkatan Seni Rupa Indonesia (ASRI) Medan, 1945:Ismail Daulay, Nasjah Djamin, Hasan Djafar, Husein.

Dr. Moerdowo Himpunan Budaya Surakarta (1945)

Sanggar Pelukis Rakyat (1947)

Seniman Indonesia Muda (SIM),1946di Yogyakarta: Affandi, Hendra, Trubus, Dullah, Soedarso,

Suromo, Surono, Kartono Yudhokusumo, Basuki Resobowo,Rusli, Harijadi S., Abdul Salam, D. Joes, Zaini.

SIM pindah dari Yogya ke Solo (1948), anggota tambahTrisno Sumarjo, Oesman Effendi, Sasongko, Suparto,

Mardian, Wakijan, Srihadi S.

Gabungan Pelukis Indonesia (1948):Affandi, Sutiksna, Nasyah Djamin, Handriyo, Zaini,

Sjahri, Nashar, Oesman Effendi, Trisno Sumardjo.

Sularko Pelangi di Surakarta (1947 - 1949)

Seniman Muda Indonesia (SEMI), 1946:di Bukittinggi: Zetka, A.A. Navis, Zanain.

Masa Terisolir dari Negara Luar:Kanvas dibuat dari blaco/ kertas dan satu tube cat

minyak harus bergantian dengan seniman lain.

Masa Abdullah Sr. (1878 - 1941)Wakidi (1889 - 1979), M. Pirngadie (1875 - 1936)

1

2

3

4

Akademi Senirupa Indonesia di Yogya (1950)G. Sidharta, Widayat, Edi Sunarso, Rulijati, Muljadi W., Sjahwil,

Sunarto Pr., Wardojo, Danarto, Arief Sudarsono.

Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA), 1950 - 1965mempolitikkan kesenian

Pameran ASRI - ITB (>1950)

REVOLUSI FISIK (1945 - 1949)Pelukis Asing

Giovanetti, G. (1906 - 1973)Imandt, W. J. Frederic (1882-1967)Kinsen, Mori K. (1888 -1959)Li Shuji (1943 - ?)Locatelli, Romualdo Batista

Federico (1905 -1943)Makovsky, Konstantin Egorovick

(1839 -1915)Renato, Cristiano (1926 - ?)Simonetti, Enrico (1924 - 1978)Snel, Han (1925 - 1998)Talwinski, Igor (1907 -1983)

(Lukisan Ada Di Indonesia)

Abdullah Sr. (1878 - 1941)A�andi (1907 - 1990)Agus Djaya (1913 - 1994)Bagong Kussudiardjo (1928 - 2004)Dullah (1919 - 1996)Ernest Dezentje (1884 - 1972)Harijadi S. (1919 - 1997)Hendra Gunawan (1918 - 1983)Henk Ngantung (1921 - 1990)Itji Tarmizi (1935? - 2001)Lim Wasim (1929 - 2004)Nashar (1928 -1994)Popo Iskandar (1927 - 2000)Sudjojono (1913 - 1985)Trubus S. (1926 - 1966?)

7

6

Pelukis Koleksi Istana, dll. 5

Fadjar Sidik, Widayat, A. Sadali, Srihadi S., Popo Iskandar, AbasAlibasyah, G. Sidharta, Edhi Sunarso, But Muchtar, Pirous, Sunarso,

Yusuf Affendi, Muljadi, Arief Sudarsono, Mudjita, Irsam, Danarto,Aming Prayitno, Budiani, Bagong Kussudiardjo, Amri Yahya,

Harijadi S., Sutanto, Adi Munardi.

Lukisan Dinding Guadi Maros - Sulawesiberusia 40.000 tahun

Willem G. Hofker (1902 - 1981)

Sudjojono, Affandi, Hendra, Soedarso,Sudiardjo, Trubus,Sasongko, Kusnadi, Sudjono Kerton, Rustamadji, Sumitro,

Sajono, Saptoto, C.J. Ali, Juski, Permadi, Itji Tarmizi?.

Orde Reformasi (>1998)ORDE BARU (1966 - 1998)

toDay

[25]

Gambar 30.

PERKEMBANGAN SENIRUPA INDONESIA

Created by Puji Y. Subagiyo 2017

Page 30: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[26]

Gambar 31. KRONOLOGI dan KONDISI88 Lukisan Le Mayeur

3 buah lukisan pastel diatas kertas [2R/1C]

4 buah lukisan cat-minyak diatas kanvas [4C]

3 buah lukisan cat-minyak diatas hard-board [3C]

27 buah lukisan: 5 cm/knv, 2 cm/tripleks, 18 cm/h.board, 2 cm/kayu. [5R/10C/13B]

Le Mayeur (52) ketemu & menikahi Ni Pollok (18).

3 buah lukisan pastel diatas kertas [1R/2C]

13 buah lukisan: 1pastel/kertas, 8 cm/knv, 3 cm/kayu, 1 cm/tripleks [1R/6C/6B]

23 buah lukisan: 22 cat-TB/ bagor, 1 cm/hard-board [14R/7C/2B]

1 buah lukisan cm/knv [1R]

10 buah lukisan cat-minyak diatas kanvas [6R/3C/1B]

MLMB052

MLMB015

MLMB082MLMB021

MLMB035

MLMB012

MLMB075

MLMB045

MLMB084

1957

1945

1942

1938

1937

1935

1928

1921

1927

1929

Created by Puji Y. Subagiyo 2015

Page 31: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[27]

Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:

Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah (1919 - 1996) dari tahun 1950, 1952?, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1952? menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 29). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1950 dan 1952). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1952 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 31: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur (hal. 26) dan Lembar Pengamatan Lukisan (hal. 32).

“Pergiwo Pergiwati”, karya Dullah (1919 - 1996) adalah salah contoh lukisan yang dilukis dengan cat sangat tebal dan berkondisi sangat rapuh dan kotor. Lukisan ini (Gambar 18) sepertinya pernah dirol dan disimpan dalam pralon karena meninggalkan bekas lipatan dan retakan. Pembersihan varnis lama yang menyatu dengan kotoran dilakukan dengan bahan kombinasi terpentin, di-aceton alcohol dan methyl ethyl ketone (MEK) serta dipandu dengan pengamatan ultra violet. Penguatan lukisan karya Dullah ini di- lakukan dengan emulsi penguat cat [EPC].

“Pemandangan Pantai Flores” karya Basuki Abdullah (1915 - 1993), telah men- jalani proses penguatan, pendempulan dan penusiran warna. Pengangkatan cat tusiran (stripping) dan varnis lama dilakukan dengan bahan kombinasi terpentin, di-aceton alcohol dan methyl ethyl ketone (MEK) serta dipandu dengan pengamatan ultra violet.

“Bung Karno Di Hari Proklamasi” karya Basuki Abdullah (1915 - 1993) yang kondisi awalnya rapuh, banyak cat terkelupas dan tertutup varnis yang sudah menguning, menjalani proses konservasi sebagaimana karya Basuki diatas.

Lukisan berjudul “Menggaru Sawah Di Jawa” karya Locatelli (1905-1943) yang semula berkondisi sangat rapuh, terdapat bekas lipatan dan sebagian catnya yang tipis itu terkelupas telah dilemas-kuatkan dengan emulsi penguat cat [EPC] menjadi baik kembali. Pekerjaan tusir warna dilakukan setelah seluruh permukaan lukisan ditutup dengan varnis proteksi. Dengan varnis pelindung ini bahan warna tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan.

4. Pengepakan dan Pemindahan

Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).

Bahan dan alat sederhana untuk keperluan paking dan pemindahan lukisanGambar 32.

5. Fasilitas Kerja Konservasi

Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet , bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass- wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik-mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini [lihat Lampiran 04 (hal. 34) sampai Lampiran 09 (hal. 39)].

Page 32: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[28]

Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:

Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah (1919 - 1996) dari tahun 1950, 1952?, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1952? menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 29). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1950 dan 1952). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1952 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 31: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur (hal. 26) dan Lembar Pengamatan Lukisan (hal. 32).

“Pergiwo Pergiwati”, karya Dullah (1919 - 1996) adalah salah contoh lukisan yang dilukis dengan cat sangat tebal dan berkondisi sangat rapuh dan kotor. Lukisan ini (Gambar 18) sepertinya pernah dirol dan disimpan dalam pralon karena meninggalkan bekas lipatan dan retakan. Pembersihan varnis lama yang menyatu dengan kotoran dilakukan dengan bahan kombinasi terpentin, di-aceton alcohol dan methyl ethyl ketone (MEK) serta dipandu dengan pengamatan ultra violet. Penguatan lukisan karya Dullah ini di- lakukan dengan emulsi penguat cat [EPC].

“Pemandangan Pantai Flores” karya Basuki Abdullah (1915 - 1993), telah men- jalani proses penguatan, pendempulan dan penusiran warna. Pengangkatan cat tusiran (stripping) dan varnis lama dilakukan dengan bahan kombinasi terpentin, di-aceton alcohol dan methyl ethyl ketone (MEK) serta dipandu dengan pengamatan ultra violet.

“Bung Karno Di Hari Proklamasi” karya Basuki Abdullah (1915 - 1993) yang kondisi awalnya rapuh, banyak cat terkelupas dan tertutup varnis yang sudah menguning, menjalani proses konservasi sebagaimana karya Basuki diatas.

Lukisan berjudul “Menggaru Sawah Di Jawa” karya Locatelli (1905-1943) yang semula berkondisi sangat rapuh, terdapat bekas lipatan dan sebagian catnya yang tipis itu terkelupas telah dilemas-kuatkan dengan emulsi penguat cat [EPC] menjadi baik kembali. Pekerjaan tusir warna dilakukan setelah seluruh permukaan lukisan ditutup dengan varnis proteksi. Dengan varnis pelindung ini bahan warna tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan.

4. Pengepakan dan Pemindahan

Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).

D. PENUTUPDari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konservasi diarahkan pada pekerjaan

mempertahankan kondisi �sik seperti aslinya. Di sini lukisan cat minyak yang rapuh (sebelum dibersihkan) dilemas-kuatkan dengan emulsi penguat cat [EPC]11 atau diperkuat sementara dengan kertas washi yang direkatkan dengan perekat emulsi PVAc dan penguatan tetap dengan cara mengimpregnasi lukisan dengan WRA-559. Pembungkusan lukisan secara thermosetting12 ini dimaksudkan untuk melindungi (bahan) lukisan awet, kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh kondisi iklim kita yang cenderung lembab (pada musim hujan) dan panas (pada musim kemarau). Pada kondisi iklim yang menunjukkan suhu rendah, kelembaban dan tekanan udara naik, tekanan uap air yang dikenal dengan tekanan barometrik ini akan mampu mengalirkan uap air menuju ke kesetimbangan pada ruangan yang memiliki celah-celah. Sehingga lukisan yang positif mengandung unsur-unsur logam akan dengan cepat mengalami oksidasi, yang selanjutnya akan menggerogoti kanvasnya. Disamping itu, akibat dari �uktuasi13 ini adalah terbawanya partikel debu dan polutan berbahaya lain kepermukaan lukisan. Fluktuasi kelembaban relatif juga mengakibatkan adanya konstraksi antara kanvas dan lapisan cat, yang akibatnya lukisan cat minyak mudah retak, terkelupas, rapuh, oksidasi pada varnis atau lukisan yang bermedia kertas menjadi bergelombang dan berjamur.

Pembersihan untuk mengangkat debu, varnis lama dan kotoran lain yang terikat WRA-559 dilakukan dengan cara swabbing (pengangkatan kotoran dengan kapas yang dilembabi). Bahan pelarut yang digunakan meliputi: campuran air distilasi dan alkohol (1:1), terpentin campur aseton (3:1), methyl ethyl ketone, di-acetone alcohol, atau 2-ethoxy-ethanol. Proses akhir adalah tusir (inpainting) dengan cat-minyak (Talens), berbinder minyak biji rami (linseed oil). Konservasi lukisan bermedia kertas (gra�s) dilakukan dengan cara swabbing, dan bahan pelarutnya adalah air distilasi yang dicampur dengan sabun (Triton X-100). Untuk lukisan bermedia kertas yang terdiskolorasi jamur besi (foxing) dikelantang dengan hidrogen peroksida 20%, yang selanjutnya dibilas dengan air distilasi dicampur dengan alkohol (1:1, swabbing).

11 EPC (Emulsi Penguat Cat) adalah bahan berkomposisikan 2-butanone oxime, oil modi�ed alkyd resin, cobalt carboxylate, dsb. yang berfungsi sebagai 'fat'' atau ''�exible'' agent.

12 Perekatan secara thermosetting adalah penerapan perekat (lem) dengan cara pemanasan (seterika), dan akan dapat dibuka kembali (reversible) dengan cara pemanasan lagi [Mayer (1991: 242, 502-505; Organ (1968: 454-455); Plenderleith (1969: 167-169)].

13 Pada kelembaban relatif 70% atau lebih dan suhu udara diatas 15 oC memungkinkan adanya pertumbuhan mikro-organisme seperti jamur dan serangan serangga. Sehingga pengaturan/ kontrol terhadap kelembaban dan suhu udara sangat menentukan keselamatan koleksi (lukisan). Brimblecombe (1983) dan Karp (1983) telah menjelaskan bagaimana pertukaran uap air di dalam lemari simpan atau pamer di suatu museum dan perhitungan kelembaban udaranya. Kesimpulan dari diskusinya itu adalah adanya substitusi tekanan parsial gas (uap air atau udara basah dan udara kering) yang berhubungan dengan kelembaban dan suhu udara pada suatu ruangan yang ber�uktuasi. Hasil survai menunjukkan bahwa antisipasi suhu udara yang tinggi dengan pemasangan AC (penyejuk ruangan) telah tidak menunjukkan hasil, karena suhu udara yang diturunkan (dengan uap air) dapat menaikkan kelembaban udara. Kelembaban dan Suhu Udara yang baik untuk koleksi di museum adalah Kelembaban Relatif (RH) = 50 - 60% dan Suhu Udara (T) = 20 - 25 oC. Weintraub (2002) menjelaskan pengertian dan perhitungan Equilibrium Moisture Content (EMC) dan EMC/RH isotherm bahan organik (kapas, linen, kertas, kayu, dsb.); serta kapasitas bu�ering (MH) dan rekondisi silicagel.

5. Fasilitas Kerja Konservasi

Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet , bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass- wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik-mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini [lihat Lampiran 04 (hal. 34) sampai Lampiran 09 (hal. 39)].

Page 33: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[29]

Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:

Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah (1919 - 1996) dari tahun 1950, 1952?, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1952? menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 29). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1950 dan 1952). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1952 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 31: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur (hal. 26) dan Lembar Pengamatan Lukisan (hal. 32).

“Pergiwo Pergiwati”, karya Dullah (1919 - 1996) adalah salah contoh lukisan yang dilukis dengan cat sangat tebal dan berkondisi sangat rapuh dan kotor. Lukisan ini (Gambar 18) sepertinya pernah dirol dan disimpan dalam pralon karena meninggalkan bekas lipatan dan retakan. Pembersihan varnis lama yang menyatu dengan kotoran dilakukan dengan bahan kombinasi terpentin, di-aceton alcohol dan methyl ethyl ketone (MEK) serta dipandu dengan pengamatan ultra violet. Penguatan lukisan karya Dullah ini di- lakukan dengan emulsi penguat cat [EPC].

“Pemandangan Pantai Flores” karya Basuki Abdullah (1915 - 1993), telah men- jalani proses penguatan, pendempulan dan penusiran warna. Pengangkatan cat tusiran (stripping) dan varnis lama dilakukan dengan bahan kombinasi terpentin, di-aceton alcohol dan methyl ethyl ketone (MEK) serta dipandu dengan pengamatan ultra violet.

“Bung Karno Di Hari Proklamasi” karya Basuki Abdullah (1915 - 1993) yang kondisi awalnya rapuh, banyak cat terkelupas dan tertutup varnis yang sudah menguning, menjalani proses konservasi sebagaimana karya Basuki diatas.

Lukisan berjudul “Menggaru Sawah Di Jawa” karya Locatelli (1905-1943) yang semula berkondisi sangat rapuh, terdapat bekas lipatan dan sebagian catnya yang tipis itu terkelupas telah dilemas-kuatkan dengan emulsi penguat cat [EPC] menjadi baik kembali. Pekerjaan tusir warna dilakukan setelah seluruh permukaan lukisan ditutup dengan varnis proteksi. Dengan varnis pelindung ini bahan warna tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan.

4. Pengepakan dan Pemindahan

Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).

Perbandingan Jumlah Kerusakan Lukisan terhadap Teknik Lukisan.

Gambar 34.

Ruang ATemperatur (°C)

Min. Ave. Max. 26 28 29

Kelembaban (%) Min. Ave. Max.44 50 59

Ruang B.Temperatur (°C)

Min. Ave. Max. 27 28 28,5

Kelembaban (%) Min. Ave. Max.60 66 75

Ruang C.Temperatur (°C)

Min. Ave. Max. 22 24 26,5

Kelembaban (%) Min. Ave. Max.60 66 99

Ruang D.Temperatur (°C)

Min. Ave. Max. 28,5 29 29,5

Kelembaban (%) Min. Ave. Max.72 74 76

Ruang E.Temperatur (°C)

Min. Ave. Max. 26 27 28

Kelembaban (%) Min. Ave. Max.76 78 99

Ideal ~Cukup

Beresiko ~Bahaya

Cukup ~Beresiko

1

3

2

Data Iklim Mikro Lukisan

Keterangan :

Gambar 33. Perbandingan Jumlah Kerusakan Lukisanterhadap Lokasi dan Kondisi [Total: 1.694]

0

200

400

600

800

1000

PastelCat minyakCat airBatikAkrilik

Jum

lah

Teknik dan Jumlah Per Jenis Lukisan133 74 1.153254 36

115

(86%

)7

(5%

)11

(8%

)

66 (8

9%)

2 (3

%)

6 (8

%)

227

(89%

)4

(2%

)23

(9%

)

48 (4

%)

2 (6

%)

2 (6

%)

32 (8

9%)

21

1 (1

8%

)

894

(78%

) BaikSedangRusak

Kondisi dan Lokasi

0

100

200

300

400

500

600

Jum

lah

(Per

seba

ran/

Per

sent

asi &

Kon

disi)

A B C D E

408

(84%

)6

(1,2

%)

12 (5

%) 70

(32%

)

9 (2

%)

12 (8

%)

16 (1

1%)

Jumlah

BaikSedangRusak

Per Lokasi& Persebaran

Kond

isi

389

(23%

)33

3 (8

6%)

123

(81%

)

151

(9%

)

47 (1

2%)

139

(62%

)221

(13%

)

371

(82%

)

52 (1

2%)

25 (6

%)71

(15%

)

485

(29%

)

448

(26%

)

5. Fasilitas Kerja Konservasi

Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet , bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass- wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik-mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini [lihat Lampiran 04 (hal. 34) sampai Lampiran 09 (hal. 39)].

An

alis

a K

ua

nti

tati

f

Catatan: Pembandingan persentase kerusakan dikaitkan dengan kondisi suhu dan kelembaban pada setiap ruang (A, B, C, D dan E) dianggap sebagai Analisa Kualitatif, sedangkan pembandingan jumlah (bukan persentase) kerusakan pada setiap ruang (A, B, C, D dan E) dianggap sebagai Analisa Kuantitatif.

An

alis

a K

ua

liita

tif

Page 34: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[30]

BAHAN ACUAN:

1. Brimblecombe, Peter and B. Ramer (1983): Museum Display Cases and The Exchange of Water Vapours, Studies in Conservation, London, IIC Vol. 28 pp. 179-188.

2. Cli�ord, James (1988): Predicament of Culture, Mass., Harvard Univ.

3. Colin Pearson dan Puji Yosep Subagiyo (1995): Profesionalisme Kerja di Museum, Pembentukan Struktur Klasi�kasi Konservator, Majalah Kebudayaan, Jakarta, Depdikbud.

4. Guralnik, David B., Editor (1982): Webster’s NewWorld Dictionary, Second College Edition, New York, Simon & Schuster.

5. Humar Sahman (1993): Mengenali Dunia Seni Rupa, Semarang, IKIP Semarang Press.

6. Karp, Cary (1983): Calculating Atmospheric Humidity, Studies in Conservation, London, IIC Vol.28 pp. 24-28.

7. Leene, Jentina E. (1972): Textile Conservation, London, Butterworths.

8. Marion F. Mecklenburg, A. Elena Charola, and Robert J. Koestler (2013): New Insights into the Cleaning of Paintings, Washington DC., Smithsonian Institution Press.

9. Mayer, Ralp (1991): The Artist’s Handbook of Materials and Techniques, 5th edn., London, Faber and Faber.10. Nicolaus, Knut (1999): The Restauration of Paintings, English edition, Slovenia, Konemann.11. Oddy, Andrew (1992): Art of Conservator, British Museum, London.12. Pad�eld, T (1992): Trouble In Store, IIC Washington Congress, Washington DC.13. Pearce, Susan M. (1989): Museum Studies In Material Culture, Washington, Smithsonian Instution.14. Pearce, Susan M. (1990): Archaeological Curatorship, Washington DC, Smithsonian Instution.15. Przibram, Karl and John E.C. (1956): Irradiation Colours and Luminescence, London, Pergamon Press Ltd.16. Radley, J.A. and Julius Grant (1954): Fluorescence Analysis in Ultra Violet Light, London, Chapman & Hall Ltd.17. Remington, J.S. and W. Francis (1954): Pigments, Their Manufacture, Properties and Uses, London, Leonard Hill Ltd.18. Shugar, Gershon J. and Jack T. Ballinger (1990): Chemical Technicians’ Ready Reference Handbook, 3rd. Edn., McGraw-Hill,

Inc., New York.19. Stoves, J.L. (1957): Fiber Microscopy, London, National Trade Press.20. Puji Yosep Subagiyo (1996): Metal Thread Examination for Determining the Date, Origin and Distribution, International

Symposium on Indonesia Textiles, Jambi, Museum Nasional.21. Puji Yosep Subagiyo (2002): Tata Pamer Tekstil di Museum, Bekasi, Primastoria Studio.22. Puji Yosep Subagiyo (2006): Identi�kasi Kanvas Lukisan: Pencarian Identitas dan Penyebab Kerusakan, Balai Konservasi -

Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Provinsi DKI Jakarta.23. Supardi Hadiatmodjo (1990): Sejarah Senirupa Eropa, Semarang, IKIP Semarang Press.24. Thomson, G. (1981): Museum Environment, London, Butterworths.25. Vandiver, Pamela B, et.al. (1990): Materials Issues in Arts and Archaeology II, Pittsburg, MRS.26. van Vlack, Lawrence H. (1985): Elements of Materials Science and Engineering, Mass., Addison-Wesley.27. Weintraub, Steven (2002): Demystifying Silica Gel, Object Specialty Group Postprints (vol. 9), Washington, D.C., American

Institute for Conservation (AIC).28. Yurdun, Turkan, Seher Karsli Ceppioglu and R. Gurcan Oraltay (2012): Investigation of Metal Wired Coloured Historical Textile

Using Scanning Electron Microscopy and HPLC-DAD, J. Chem. Chem. Eng. 6 (2012) 591-598.

Perbandingan Jumlah Kerusakan

Lukisan Cat-minyak terhadap Lokasi

dan Media.

Gambar 35.

0

10

20

30

40

50

60

KayuTripleksHard boardKanvas

A.485 B.448 C.221 D.389 E.151

Lokasi, Jumlah Koleksi dan Media

Jum

lah

Ke

rusa

kan

001

[0,7

%]

1 [0

,7%

]

00 00

2 [0

,5%

]

2 [1

%]

5 [1

%]

1 [0

,5%

]

4 [1

,8%

]

2 [0

,4%

]

5 [1

%]

1 [0

,3%

]

56 [1

1,5%

]

45 [ 2

0,4

%]

42 [

9,3%

]

39 [1

0%]

An

alis

a K

ua

liita

tif

Page 35: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[31]

Gambar 36.

PRIMING

cat dasarancat lukisan

gesso sottilegesso grosso

rongga

Handheld XRF SpectrometerAlat Identi�kasi Unsur/ Elemen Logam

Tabby 1/1, 16/22, Z Tabby 2/2, 24/24, Z Twill 2/2, 20/24, Z

NOTASI PENULISAN TEKNIK TENUN & KERAPATAN KANVAS

{{

{C

AT

GESS

OPR

IMIN

GKA

NVAS

VARNIS{{{

Binder

CAT = Pigmen + Binder

Pigmen

WARNA CAT

Pigmen

CAT

Cat Minyak, Cat Air,Akrilik, Tinta, Guase, Dll.

Lead Carbonate

Varnis

Gesso

Priming

VarnisSpray

PENGENALAN BAHAN LUKISANKANVAS, CAT, VARNIS dan PIGMEN

CA

TCreated by Puji Y. Subagiyo 2016

Chroma Meter (Konica-Minolta R-410)Alat Perekam Data Warna

retakancat detail

Page 36: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[32]

Bagus Cukup Rusak Lain-lain8. Kondisi:

0020

C.minyakCat air

TintaAkrilik

PastelKrayon

Lain-lain

KanvasKertas

HardboardTripleks

KayuKaca

LogamLain-lain

C.minyakAquarelPastel

TemperaLitografiBatik

KolaseLain-lain

A. KETERANGAN POKOKLEMBAR PENGAMATAN LUKISAN

B. SAMPLING1. Nomor Inv.:

D. KETERANGAN TEKNIS (Media Kanvas)

2. Judul :

3. Seniman:

4. Tahun:5. Bahan:

6. Teknik:

7. Ukuran:

Tema:

Aliran Seniman:

Hutan Wataturi Irian

1. Jenis Tenunan : Tabby 2/2

2. Kerapatan Tenunan: Agak longgar, regular3. Jumlah Benang: 28/244. Arah Pilinan: Z

5. Kuat Pilinan:

6. Jenis Serat:7. Keterangan Kanvas:

per 1 cm2

Srihadi Soedarsono

1975

Cat

Media

C. FOTO

No. Sample: 008

Tempat Sampel

No. Foto: 0020

E. KETERANGAN TAMBAHAN1. Catatan Pengamatan Visual:

2. Catatan Pengamatan Teknis:

Bagian atas noda ada goresan

Periode/ Angkatan:

92 x 142 cm

DET

AIL

MED

IAFO

TO D

EPA

ND

etai

l Obj

ek /

Luki

san

Bel

akan

g

[Hasil Identifikasi XRF: SiO2 (5%); S (4%); K2O (7%); CaO (4%); Fe2O3 (1%): ZnO (44%); SrO (1%); BaO (30%); PbO (3%)]

Regular

a. Kanvas lukisan ini kemungkinan telah dipriming CaSO4.1/2H2O (Kalsium Sulfat, dikenal sebagai Gesso Sottile), Barium Sulphate, dan diberi dasaran cat warna putih dengan nama Zinc White (Pigment White 4).

b. Silicon Dioxide (SiO2), Strontium White, dan Flake White (Pigment White 1) juga teridenti�kasi, walaupun persentasenya kecil. Flake White dikenal juga sebagai White Lead [basic lead carbonate, 2PbCO3. Pb(OH)2]. Perlu diketahui pula bahwa beberapa logam, seperti Timbal, Mangan, dan Kobal dalam bentuk garam logam difungsikan sebagai bahan pengering pada cat dan varnis [Mayer (1991: 244-245)]. Pigmen jenis ini pula yang banyak dianggap sebagai penyebab keretakan lapisan cat.

c. Sebagai rujukan, perlu dipahami pula beberapa bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pengisi cat (inert �ller for paints), seperti Whiting, Gypsum, China Clay dan Silica. Whiting adalah bahan campuran terdiri dari Calcium Carbonate (98%) dengan Magnesium Carbonate (0,1%), Silica (1%), Alumina (0,4%) dan Iron Oxide (Nil). Gypsum atau Hydrated Calcium Sulphate yang biasanya adalah bahan campuran antara Calcium Oxide (32 ~ 60%), Sulphur Trioxide (46 ~ 50%) dan Air (20 ~ 90%). China Clay atau Kaolin kualitas baik adalah dalam bentuk Hydrated Silicate of Alumina (Al2O3.2SiO2.2H2O). Silica atau Kuarsa biasa terbentuk dari Silicon antara 46 ~ 47% dan Oxygen antara 53 ~ 33% (Remington & Francis, op. cit.: 63-71; Mayer, op. cit.: 142-144). Disini Barium terdeteksi 16% dan Belerang (S) terdeteksi 13%. Secara teori, komposisi Barium Sulfat adalah Barium Oxide (BaO) antara 65 sampai 70% dan Sulphur Trioxide (SO3) antara 34 sampai 30%. Barites kualitas baik hanya terdapat 99% Barium Sulphate dan sisanya campuran bahan seperti Silica, Iron Oxide dan Alumina (Remington & Francis, op. cit.: 58-62).

2 Januari 2007Tgl. Pengamatan:

Tanda tanganKonservator

Konservator:

Penjelasan :

Puji Yosep Subagiyo

[substrat]

Pemandangan (Hubungan Manusia Dengan Alam Sekitar)

Naturalisme

[Lokasi Sampel]

Lampiran 02

Page 37: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[33]

Surakarta (Jawa Tengah) pada 4 Desember 1931. Pada tahun 1952 ia mulai memasuki pendidikan seni di Balai Pendidikan Universiter Guru Gambar Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung). Pada tahun 1955, ia juga menciptakan logo Keluarga Mahasiswa Seni Rupa (KMSR). Logo berbentuk sebuah palette dengan kata-kata "SENI RUPA BANDUNG" dengan lambang Universitas Indonesia. Setelah Maret 1959, bentuk Ganesha menggantikan logo UI di palette tersebut......................................................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................................................

2. Kelompok Koleksi:

4. Nama Pembuat/ Seniman:

a. Bentuk/ Tema (Karya):

c. Ukuran (Lukisan):

d. Bahan:e. Warna:

b. Aliran Seniman (Lukisan):

f. Teknik Pembuatan:g. Lain-lain:

b. Asal (Benda/Pembuat/Seniman):c. Riwayat (Benda/Pembuat/Seniman):

a. Tahun Pembuatan:

d. Tahun Perolehan:

BeliTemuan

Hadiah/ HibahTransaksi lain

e. Cara Perolehan:

Periode Pembuatan:

9. Kondisi:

10. Keterangan:

Mata biasaKaca pembesarMikroskopLain-lain

11. Teknik Pengamatan: Tanggal Pengamatan:

Tanda tanganKurator:

Nama Kurator:

5. Tempat Penyimpanan:

1. Nomor Inv.:Nomor Reg.:

(lama) (baru)

X

7. Visualisasi Benda:Foto DigitalFoto CetakSlideVideo

3. Nama/ Judul:

6. Deskripsi Benda:

8. Riwayat Benda:

Baik (kondisi fisik kuat, utuh, tanpa/ sedikit kerusakan).Cukup (kondisi fisik cukup kuat/ sedikit utuh, sedikit/ tanpa kerusakan).Rusak (kondisi fisik tidak kuat/ rapuh, sedikit/ tidak utuh, banyak kerusakan).Lain-lain

Lain-lain

(Pigura):

............................................................

..................................................................................

...................................

.............................................................................................

..................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................................................

........................................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................

.............................................................................................................................................................................................................

............................................. ....................................................

..................................................................................................................

LEMBAR INVENTARIS KOLEKSI

.....................................................................................................................................................................................

.............................................................................

..................................................................................................

..................................................................................................

......................................................................

.................................................................

...........................................................................

....................................................................

............................................................................................

................................

.................................. ..................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................................................

................................................

............................................................

..................................

.....................................

.........................................................................................................................

Lukisan Keramik Patung LainSub Kelompok Koleksi: ..........................................................................

0020

Hutan Wataturi Irian

Hubungan Manusia Dengan Alam Sekitar

Srihadi Soedarsono

1975

0020

Bagian atas noda ada goresan

92 x 142 cm

2 Januari 2007

Puji Yosep Subagiyo

Cat-minyak, kanvas.

Naturalisme

Cat-minyak dengan sapuan kuas.Hijau, biru, coklat, hitam, krem (putih).

Prof. KRHT H. Srihadi Soedarsono Adhikoesoemo, MA. lahir di

Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.

X

Lampiran 03

X

X

X

Page 38: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[34]

whi

te s

pirit

s

turp

entin

e

tolu

ene

& ac

eton

e

2-ac

eton

alc

ohol

2-et

hoxy

eth

anol

pict

ure

clea

ner

Gel

Glu

e “L

ocT

ite”

3. Bahan Kimia

1. Peralatan Tukang

2. Peralatan Lukis

Easel

Palu

Obeng 2

Obe

ng 1

Obeng 3

Meteran

Staple Gun

Tarikan KanvasSolder Lukisan

Pinset, Tweezer, dll.

Berbagai model dan ukuran kwas

Kwas tusir warna Pisau palet

Papan palet

Set Cat Minyak, dll.Tempat cuci kwas

PRIMING

Varnis

Varnis Terpentin

Tang

Created by Puji Y. Subagiyo 2016

Optivisor

Mengenal Bahan dan Alat Konservasi Lampiran 04

Page 39: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[35]

a b

Infrared ThermometerGambar 08.:

Alat ini ideal untuk mengukur suhu

permukaan benda (non-kontak), perekat

thermosetting, dan inspeksi lampu,

rangkaian listrik, dll.

Handheld XRF SpectrometerAlat Identi�kasi Unsur/ Elemen Logam

Gambar 06.:

Moisture MeterAlat Pengukur Kadar Air

Gambar 04.:

Gambaran Sarana - Peralatan Observasi, Konservasi, Simpan dan Pamer Lukisan

Chroma Meter (Konica-Minolta R-410)Alat Perekam Data Warna

Gambar 05.:

Fume Hood Portabel

Gambar 01a. Gambar 01b. Gambar 01c.

Gambar 03.: pH ORP Meter Alat Pengukur Keasamandan Potensial Redoks

Ultra Violet [A/B] Light MeterGambar 07.:

Gambar 02.:

μW/cm2Lux11.8305.640

650140

561230

88

LuarDp PtRuangTL 40

Lokasi

0.375 μW/cm2 (sensitif);1.5 μW/cm2 (kurang sensitif).

a

b

Alat pengukur radiasi ultra violet A [320-360 nm] dan ulltra violet

B [290-320 nm]. [UV sensor spectrum: 290~390 nm]

Batas Atas & Bawah :

sol

id &

sem

i-sol

id p

H m

eter

Ryer, Alexander D. (1997): Light Measurement Handbook, International Light, Newburyport, MA 01950

Created by Puji Y. Subagiyo 2016

Lampiran 05

Page 40: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[36]

Pengenalan Alat Ukur Klimatologi

Mode/ pengatur besarnya sinar yang terbaca.Displai/ monitor harga

hasil pengamatan.

Sensor/ cell penangkap sinar.

Lux Meter(Alat pengukur intensitas cahaya)

1. Kuat Penerangan (Illumination, E)

E =F (Fluks)A (Luas) =

Lumenm2 = Lux.

2. Dosis Kuat Penerangan = Lux x jam = Joule.

3. Fluks Cahaya (F) = Energi (Joule/m2)

Waktu (Jam)JT =

4. Kuat Cahaya (I) = E.R2

Cos Q= Lumen.m = Candela

Kuat penerangan (lux): Penerangan pada permukaan benda secara merata seluas 1 m2, berjarak 1 m dari titik sumber cahaya berkekuatan 1 kandela.Kuat cahaya (foot candle): Banyaknya (jumlah) sinar yang jatuh pada permukaan benda seluas 1 kaki persegi (=0,0029 m2) dari sumber cahaya yang berjarak 1 kaki (=0,3048 m = 12 inci).

Sensor suhu dankelembaban udara

Sensor radiasi UV dan Intensitas cahaya.

-

Ultra Violet Monitor (4 in 1)(Alat pengukur radiasi ultra violet, kuat cahaya, suhu dan kelembaban)

KONVERSI ENERGI :1 Joule = 107 erg.

Kelembaban Udara (RH) = %Suhu Udara (T) = 0CKuat Penerangan (E) = LuxKuat Radiasi UV (UVR) = μW/Lumen

1 kwh = 3.600.000 J.1 Kalori = 4,1868 J.KONVERSI DAYA:1 watt = 1 Joule/ detik.1 HP = 0,746 wattEnergi = kekuatan untuk melakukan usaha.Daya = kekuatan tenaga. Lampu TL UV, National, 100 volt/ 50 Hz., Type FL 205, λ = 263 nm. E= 2 μW/cm2.

Tombol untuk suhu, kelembaban udara, kuat cahaya dan radiasi ultra violet.

CATATAN :E = kuat penerangan, bersatuan Lux; F = fluks cahaya, bersatuan Lumen; A = luas bidang, bersatuan m2; J = energi, bersatuan Joule/m2; T = waktu, bersatuan jam; R = jarak sumber penerangan dan benda,

bersatuan m; Q = menyatakan besarnya sudut antara

sumber cahaya dan titik benda yang diterangi, tetapi jika sudutnya tegak lurus maka Q = 0 dan harga Cos Q dapat diabaikan.

Satuan Ukuran ELSEC 4 in 1 Monitor:

Gambar 09.:

Gambar 10.:

Crea

ted b

y Puj

i Y. S

ubag

iyo 20

16

Catatan :1 Watt/cm2 = 683 Lumen/cm2

1 Watt = 75 Lumen; 1 Lux = 1 Lumen/m2

1 Lux = 0,0079 W/cm2 atau 683 Lux = 1 W/cm2

1 μ (mikro) = 1 / 1.000.000 atau 10-6

1 n (nano) = 1 / 1.000.000.000 atau 10-9

λ dibaca “ lambda” = panjang gelombang. 1 lux = 1.464128843338 x 10-7 watt/cm2 (at 555 nm). http://www.easyunitconverter.com/

Panel monitor menunjukkanbesaran angka dan satuan

Lampiran 06

Page 41: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[37]

KELEMBABAN DAN SUHU UDARA

RH = kelembaban absolut suatu udarakelembaban absolut udara jenuh

pada suhu sama

x 100%

2. Satuan-satuan Satuan Suhu (T)Celcius (C) ===> F = {(C x 9/5) + 32}Reamur (R)Fahrenheit (F) => C = {(F-32) x 5/9}Kelvin (K) ===> C = (K-273)

Satuan Kelembaban Relatif (RH) = Persen (%)

1. Pengertian/ Definisi

Alat ini dipakai untuk mengukur tekanan, suhu dan kelembaban udara pada suatu ruangan.

Jumlah uap air pada volume tertentu sering disebut sebagai “kelembaban absolut” (absolute humidity/ AH), yang jumlah maksimumnya tergantung dari suhu udaranya. Kejenuhan dari uap ini disebut sebagai titik embun (dew point/ DP)-nya. Jika suhu diturunkan, suatu ruang dapat menampung lebih banyak uap air (dalam volume tetap). Tetapi jika suhu dinaikkan akan terjadi pengembunan. Jika pada udara tidak jenuh tanpa terdapat penambahan air, maka besarnya kelembaban absolut akan tetap/ konstan, selama perubahan suhu sampai suhu udara diturunkan ke titik embun.Kelembaban relatif (relatif humidity/ RH) pada suhu tertentu adalah perbandingan kelembaban absolut aktual dengan kelembaban absolut potensial pada titik jenuhnya.

Contoh:Satu meter kubik udara pada suatu wadah tertutup (kedap) pada suhu 20 oC dapat menampung sampai 17 ml uap air. Tetapi jika di wadah tersebut ada hanya 8.5 ml. uap air, maka kelembaban relatifnya = 8.5/17 x 100 = 50%.Jika suhu udara dinaikkan menjadi 25 oC pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang dapat ditampung menjadi 23 ml. Apabila uap air yang ada cuma 8.5 ml., maka RH = 8.5/23 x 100% = 37%. Contoh tersebut menunjukkan “mengapa jika suatu ruangan tertutup dipanaskan menjadi kering”. Jika suhu udara diturunkan menjadi 5 oC pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang dapat ditampung menjadi 8.5 ml. Apabila uap air yang ada sama, yaitu 8.5 ml., maka RH = 8.5/ 8.5 x 100% = 100%. Ini menunjukkan “mengapa kondensasi terjadi”.

Pengenalan & Petunjuk Operasional Alat Ukur Klimatologi

Gambar 11.:

Climate DataloggerGambar 12.:

Alat ini dapat merekam data kelembaban dan suhu per hari,

minggu atau bulan.

Crea

ted b

y Puj

i Y. S

ubag

iyo 20

16

Digital thermohygro-barometer

Lampiran 07

Page 42: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[38]

Wet & Dry Bulb Psychrometer

Alat Pengukur Suhu dan Kelembaban Udara

Banyak digunakan untuk kalibrasi alat-alat pengukur RH & T jenis lain.

INAKURASI + 2%

Kain selalu bersih dan harus dengan air distilasi/ deionisasi

selis

ih h

arga

“Wet & Dry Psychrometer”sangat cocok digunakan untuk kalibrasi, spot reading dan pendataan data klimatologi harian.Kita dapat mengetahui besarnya suhu udara secara langsung pada bagian thermometer yang kering (kiri). Sedangkan RH-nya dapat dicari dengan merujuk selisih harga dengan thermometer yang basah (kanan). Selanjutnya besar- nya RH dapat dicari pada Tabel RH yang biasa disertakan pada saat pembelian alat tersebut.

Maintenans Alat:Kain yang digunakan untuk melembabi (dengan air distilasi) thermometer merkuri diusahakan selalu bersih, dan air yang diguna- kan selalu air distilasi.

Sling PsychrometerAlat ini menyerupai Wet & Dry Psychrometer, tetapi badan yang ditempeli thermometer (baik yang dry ataupun wet) dapat diputar, guna melewatkan udara pada thermometer. Sekarang perangkat ini telah dimodifikasi dengan tenaga baterai untuk memutar kipas angin yang melewatkan udara yang akan diukur suhu ataupun kelembabannya.

Thermohygrometer

Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.

Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.

Besarmya RH merujuk pada “perubahan ukuran benda/ bahan higroskopis”, seperti: rambut, polymer atau garam kristal.

Tanganan pemegang pena pencatat

Tabung berputar menurut waktu (1, 7 atau 31 hari

Pena pencatat RH dan T

Mengalami “shock” perubahan RH dan T yang sangat mencolok.

INAKURASI (INACCURACY):+ 2 ~ 4% (sering dikalibrasi)+ 30 ~ 60% (jarang/ tidak dikalibrasi)

Referensi:Bachmann (1992:15-22)Thermohygrograph

Kertas grafis

Besarnya RH dan T yang tertulis pada kertas grafis tidak sinkron dengan waktu yang tertera. Waktu sesungguhnya terlambat (dikurangi) sekitar 30 menit.

Catatan:Satu orang yang sedang istirahat selama satu jam setara dengan 60 ml air, dan menghasil- kan panas setara dengan 100 watt lampu pijar.

Gambar 13.:

Gambar 14.:

Gambar 15.:

Crea

ted b

y Puj

i Y. S

ubag

iyo 20

16Lampiran 08

Page 43: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[39]

Bak Penampungan Air Distilasi

Control PanelTempat Keluarnya uap air

Tempat masuknya

uap air

Bak Penampungan (Uap) Air

Weather StationGambar 16.:

(Alat Penyerap Uap Air)Keterangan “Control Panel”(1)(2)

(3)(4)(5)(6)(7)

Tombol Operasi (Power)Tombol pengoperasian(RH 60 ~ 65%)Pengoperasian non-stopTombol “Humidity”Tombol “Defrost”Lampu indikator HumidityLampu indikator Defrost

Control PanelDehumidifier

Kelembaban tidak dapat diturunkan dibawah 40%. Efektif untuk 40 ~ 50%.

CATATAN:

Efektif untuk luas ruangan = 10 ~ 16 meter kubik. Suhu ruangan berkisarantara 1 ~ 35 derajat celcius.

Gambar 17.:

(Alat Pelembab Udara)Humidifier

Gambar 18a.:

(Alat Portabel u/ Pelembab Benda)Moisturizer

Gambar 18b.:

Alat Kontrol Kelembaban UdaraRuangan dan Koleksi di Museum

Mesin pembuat air alkali yang

bermanfaat untuk penetralan keasaman

suatu benda. Air ini untuk mengisi

Humidifier atau Moisturizer.

Hydrogen water

ionizer

Gambar 19.:

BLUEAIRAir Purifieralat pembersih udara

Gambar 20.

TOBI Steamer

Alat pemantau kelembaban, suhu, tekanan udara dan arah angin dengan sistem nir-kabel

(wireless).

Crea

ted b

y Puj

i Y. S

ubag

iyo 20

16Lampiran 09

Page 44: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[40]

Positive Material Identi�cationMining & Exploration

Environmental & Soil ScreeningArt & ArcheometryResearch and TeachingMore HHXRF applications

Handheld XRF SpectrometerA non-destructive elemental analysis technique for quanti�cation of nearly any element from Magnesium to Uranium.

Handheld X-ray �uorescent (XRF) analyzers have the capability to quantify or qualify nearly any element from Magnesium to Uranium, depending on speci�c instrument con�gurations.

Portable XRF spectrometers allow you to take the battery operated analyzer to the sample rather than bringing the sample into the lab. This is especially useful when the test specimen is large or heavy. Contact our applications team to learn how XRF can help solve your material identi�cation needs.Handheld XRF Industries and applications are very diverse; some examples include:

Metal AnalysisScrap Sorting

As technology continues to improve in price, user-friendliness, and data reliability, archeological science will continue to expand and stands to signi�cantly supplement already existing and traditional methods in archaeological investigation. One important and widely used archaeometric technique is handheld XRF (x-ray �uorescence), an elemental analysis technique that quickly and easily provides data regarding the elemental composition of an archaeological sample from magnesium (Mg) to uranium (U).

Handheld XRF for Archeological Investigation: The Purpose-Built Bruker Tracer XRF AnalyzersHandheld XRF can now be found in universities and archeological research institutions—as well as in the �eld—in every part of

the world, providing researchers with information from soil composition at an excavation site to no-longer-visible pigment composition on ceramics. The Bruker Tracer family of XRF analyzers is the de facto standard for XRF as applied archeological science with a presence in over 500 universities worldwide. Bruker workshops prepare hundreds of scientists, archeologists, and conservators annually to properly collect, interpret, and use XRF data, you can count on being able to compare data sets with colleagues when using the Tracer.

While new archaeometric XRF applications are developed constantly, here are just a few of the applications in which the Tracer handheld XRF instrument is being used for 100% non-destructive elemental analysis all over the world:

Archeological soil analysis for evidence of human activitySourcing/source separation of obsidian and other lithicsCeramics analysis and sourcingPigment analysis (including analysis of faded/ no-longer-visible pigments on porous materials; paint on canvas; textile

dyes; etc.)Analysis of glazes, varnishes, lacquers, and patinasAnalysis of objects in museum contexts for treatment with toxic heavy metal pesticides (As, Hg, Pb) as part of NAGPRA

complianceGlass analysisAnalysis of archeological metals and alloys

Sumber : http://www.bruker.com/products/x-ray-di�raction-and-elemental-analysis/handheld-xrf/ archaeometry.html

Archaeometry, Archaelogical Science with XRF

Archaeometry—also known as archaeological science—is the application of scienti�c methods and techniques to archeological investigation. The �eld of archaeometry has been quickly expanding and adopting new methodology over the last several decades, as the sophistication and availability of technology and instrumentation grow, while the cost of scienti�c analysis has been slowly but surely dropping. Many scienti�c instruments that produce data such as molecular or elemental composition, chromatography, carbon dating, etc. have become smaller, more portable, faster, and have a lower cost per sample.

Lampiran 10

Page 45: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[41]

rongga

cat detailcat lukisancat dasaran

gesso sottilegesso grosso

priming

{{{

CAT

GESS

OPR

IMIN

GKA

NVAS

reta

kan

VARN

IS

cat detail

Unsur-unsur Terdeteksi dengan XRF (%/w)No. Sampel

Mg Al Si P S Cl K Ca Ti Fe Ni Cu Zn Sr Ba Pb

-

-

-

-

-

-

-

-

2

3

4

-

6

9

4

2

10

1

6

9

3

12

23

7

8

25

2

0,2

-

-

0,4

1

1

1

2

-

8

13

5

4

7

10

6

6

6

6

-

-

-

-

-

-

-

17

2

1

7

1

3

5

9

5

4

50

14

4

7

20

10

14

19

56

15

-

-

-

2

3

52

24

7

2

2

1

3

8

4

10

9

2

-

-

-

-

-

-

-

0,3

-

-

3

-

-

-

-

-

-

-

8

37

44

36

10

36

1

2

1

-

2

1

1

-

1

-

-

-

-

16

32

29

3

21

-

-

-

-

-

4

-

14

-

-

1

Basuki A. 07

Hendra G. 17

Srihadi S. 20

Sudibyo 26

Sudjojono 31

Sudjojono 35

Sunarto 42

Sunarto 43

Sunarto 45

China Clay = Kaolin [Aluminum Silika Hidrat, Al2O3.2SiO2.2H2O]; English Kaolin [SiO, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O]; Flake White [2PbCO3.Pb(OH)2]; Barytes [98% BaS04 + Silica, Iron Oxide, Alumina]; Gypsum = Kalsium Sulfat Hidrat [CaSO4.1/2H2O]; Leaded Zinc Oxide [PbSO4+Cd, Fe & Zn Oxide+Cl]; Zinc White = Zinc Oxide [ZnO]; Titanium White [25% TiO2 + 75% BaS04].

Catatan:

1. Mayer 1991:142-1442. Remington & Francis 1954:53-613. Remington & Francis 1954:67-714. Remington & Francis 1954:36-395. Mayer 1991:308-310,488-4896. Mayer 1991:290-2917. Mayer 1991:114

REFERENSI (Library Research) : 8. Mayer 1991:116 9. Mayer 1991:11510. Mayer 1991:5011. Mayer 1991:52,116,45212. Mayer 1991:38-3913. Mayer 1991:44,60,67,82,22914. Mayer 1991:148-9

Kaolin [Aluminum Silika Hidrat, Al2O3.2SiO2.2H2O]

Barytes [98% BaS04 + Silica, Iron Oxide, Alumina]

English Kaolin [SiO, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O]

Flake White [2PbCO3.Pb(OH)2] Timbal (Pb)

Kalsium Sulfat [CaSO4.1/2H2O] Kalsium (Ca)

Leaded Zinc Oxide [PbSO4+Cd, Fe & Zn Oxide+Cl]

Mg (Magnesium, Magnesium Carbonate)

Ni (Nickel, Nickel Titanium Yellow)

Si (Silikon, Silikon Dioksida [SiO2])

Sr (Strontium, Strontium White)

Titanium White [25% TiO2 + 75% BaS04]

Zn (Zinc, Zinc White = Zinc Oxide [ZnO])

Cu (Copper), Prussian Blue?

P (Phosphorus), “cat luminous”

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

2

3

7

8

9

2

10

12

11

13

14

5

1

Hasil Interpretasi Data Spektroskopi Fluoresensi Sinar-XTabel 2.

Skema Interpretasi Data UnsurGambar 1.

Hasil Analisa Spektroskopi Fluoresensi Sinar-XTabel 1.

Senyawa Mayor/Minor, Unsur Ikutan dan KegunaannyaNo. Sampel

Basuki A. 07Hendra G. 17Srihadi S. 20Sudibyo 26Sudjojono 31Sudjojono 35Sunarto 42Sunarto 43Sunarto 45

Kaolin?Kaolin?Flake White, E. KaolinKaolin?Flake WhiteKaolin?E. Kaolin?Kaolin?E. Kaolin?

+++ Kalsium Sulfat, + Titanium White + Kalsium Sulfat, ++ Zinc White (+ Barytes)+ Kalsium Sulfat,+++ Leaded Zinc White (++ Barytes)+ Kalsium Sulfat, ++ Zinc White (++ Barytes)++ Kalsium Sulfat, - Titanium White, + Leaded Zinc Oxide (+ Barytes)+ Kalsium Sulfat, - Titanium White, ++ Zinc White (++ Barytes)++ Kalsium Sulfat, +++ Titanium White, - Zinc White++ Kalsium Sulfat, ++ Titanium White, - Zinc White+++ Kalsium Sulfat, + Titanium White, - Zinc White

Fe (2), K (2), P (0,2)Fe (2), K (1), Cu (3), Sr (2)Fe (1), K (7), Sr (1), Pb (4)Fe (3), K (1), Sr (1), P (0,4)Fe (8), K (3), P (1) Fe (4), K (5), Sr (1), P (1)Fe (10), K (9), P (1)Fe (9), K (5), P (2), Ni (0,3)Fe (2), K (4), Mg (2), Pb (1)

Priming Gesso (Grosso/ Sottile), Cat Dasaran, Campuran Unsur Ikutan

Created by Puji Y. Subagiyo 2016

1. Mayer, Ralp (1991): The Artist’s Handbook of Materials and Techniques, 5th edn., London, Faber and Faber.2. Remington, J.S. and W. Francis (1954): Pigments, Their Manufacture, Properties and Uses, London, Leonard Hill Ltd.

4

6

Lampiran 11

Page 46: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[42]

Pengenalan Sifat Bahan dan Kondisi Yang MempengaruhinyaTabel 1. Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Tinggi

(Materials Sensitive to High Relative Humidity)

Tabel 2. Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Rendah(Materials Sensitive to Low Relative Humidity)

mengkerut (checks/ dries out)pelapukan, lapuh, kering (embrittlement)mengkerut, rapuh (shrinkage, embrittlement)rapuh (embrittlement)rapuh (embrittlement)

kering, merapuh (dries out, weakens)retak, melengkung (cracks, warps)retak, melengkung (splits, warps)lepas, melengkung (detachments,

warps)

50 - 55% RH, constant/ stable45 - 55% RH

50 - 55% RH, constant

45 - 55% RH, constant60 - 65% RH, constant

50 - 55% RH, constant

45 - 55% RH, constant

50 - 55% RH, constant

50 - 55% RH, constant

kayu (wood)kulit mentah, kulit olahan (rawhide, leather skins)perkamen (parchment)

bulu ayam (quill)serat keranjang

ancur, lem nabati (animal glue)

kulit kura-kura (tortoise shell)

semua gading (all ivory)

permukaan tatakan (inlaid surface)

Bahan(Materials)

Kondisi yang direkomendasi(Recommended Condition)

Akibatnya(Result)

Bahan(Materials)

40% RH, or lower45 - 55% RH45 - 55% RH50 - 55% RH, constant/ stable

50 - 55% RH, constant40% RH, or lower

50 - 55% RH, constant

50 - 55% RH, constant50 - 55% RH, constant

45 - 55% RH, constant60 - 65% RH, constant

50 - 55% RH, constant

Kondisi yang direkomendasi(Recommended Condition)

Akibatnya(Result)

logam (metal)kertas (paper)tekstil (textile)kayu (wood)

kayu bercat (painted wood)logam bercat (painted metal)

tatakan, pelapis kayu (inlay, veneer)bahan penyempurna perkamen, gading (parchment, ivory)bubur kertas (papier-mache)bahan keranjang/ anyaman (basket materials)kolase kertas (decoupage surface)

korosi/ karat (corrosion)berjamur, noda (mold, stains)berjamur, noda (mold, stains)berjamur, melengkung (fungal attack, warping)cat mengelupaskorosi/ karat, cat mengelupas

lepas/ copot bagian-bagiannya (detachment)berjamur/ noda (mold, stains)melengkung/ gelombang, jamur (warping, mold)berjamur/ noda (mold, stains)berjamur (mold)

lepas/ copot, berjamur (detachment, mold)

(finishes)

(flaking paint)

(corrosion, flaking paint)

(basket fibers)

beludru (velvet)tekstil (textile)serat alam kayu (wood)kertas (paper)

perekat kanji (starch)gelatin (gelatin)tempera telor (egg tempera)

kulit (leather, skins)kulit berbulu (felts, furs)bulu ayam (feathers)sutera (silk)wol (wool)

Tabel 3. Bahan Yang Sering Dirusak Oleh Serangga dan Binatang Pengerat(Materials Commonly Damaged by Insects and Rodents)

(natural fibers)

Crea

ted b

y Puj

i Y. S

ubag

iyo 20

16

Lampiran 12

Page 47: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[43]

Tabel 4. Rekomendasi Penyinaran & Suhu Udara (Recommendations for Light & Temperature)

rapuh, gelap (embrittlement, darkening)persenyawaan, gelap

(crosslinking, darkening)mengeras, kering (hardening,

drying)rapuh, pucat/ pudar (embrittle- ment, fading)rapuh, pucat (embrittlement,

fading)pudar/ pucat (fading)

pucat, kerusakan struktural (fading, structural damage)buram, pucat (develops haze, fading)pucat/ pudar (fading)

pucat/ pudar (fading)

hancur (deterioration crumbles)

rapuh, pucat (embrittlement, fading)pucat (fading)

kertas (paper)

media cat (paint media)

ancur/ lem nabati (animal glue)

kulit berbulu, bulu, rambut (furs, feather, hair)kulit, kulit olahan (skins, leather)pigmen, bahan celup

(pigment, dyes)sutera, beludru (silk, velvet)

permukaan lak (lacquered surface)permukaan cat (painted surface)bahan dicelup warna (dyed materials)karet (rubber)

serat alam kayu (wood)

50 luxs [75 μW/Lumen], 180C

50 luxs [75 μW/Lumen], 180C

50 luxs [75 μW/Lumen], 180C

50 luxs [75 μW/Lumen], 180C

50 luxs [75 μW/Lumen], 180C

50 luxs [75 μW/Lumen], 180C

50 luxs [75 μW/Lumen], 180C

50 luxs [75 μW/Lumen], 180C

50 luxs [75 μW/Lumen], 180C

50 luxs [75 μW/Lumen], 180C

50 luxs [75 μW/Lumen], 180C

50 luxs [75 μW/Lumen], 180C

50 luxs [75 μW/Lumen], 180C

Bahan(Materials)

Kondisi yang direkomendasi(Recommended Condition)

Akibatnya(Result)

(natural fibers)

perubahan ukuran, regang, patah

kertas menjadi rapuh, gelap, noda

tekstil ternoda, rapuh

logam menjadi berkarat

serat menjadi lemah, putus

saat kayu mengembang, cat mengelupas

terjadi reaksi elektrokimia (efek galvanis, korosi)

logam berkarat, kain ternoda

logam berkarat, kertas ternoda

logam berkarat, cat mengelupas

tanin (bahan penyamak) pada kulit menyebabkan karat pada logam

Kombinasi Bahan(Materials Combination)

Masalah Konservasi(Conservation Problems)

(wood/wood)

(wood/paper)

(wood/textile)

(wood/metal)

(wood/paint)

(metal/metal)

(metal/cloth)

(metal/paper)

(metal/paint)

(metal/leather)

(dimensional changes, stress, breaks)

(paper becames brittle, dark, stained)

(textile became stained, brittle)

(metal corrodes in contact with wood)

(possible electrochemical corrosion)

(metal corrodes, cloth becames stained)

(metal corrodes, paper becames stained)

(tannins in leather can corrode metals)

kayu/ kayu

kayu/ kertas

kayu/ tekstil

kayu/ logam

kayu/ serat alam

kayu/ cat

logam/ logam

logam/ kain

logam/ kertas

logam/ cat

logam/ kulit

logam/ ancur ancur (lem nabati) sedikit bersifat asam, higroskopis & menyebabkan karat logam.(glue slightly acidic, hydroscopic, can corrode certain metals)(metals/animal glue)

Tabel 5. Bahan-bahan Reaktif (Reactive Materials)

(wood/natural fibers) (fibers become weak, break)

(wood expand and contracts, paint flakes)

(metal corrodes, paint flakes)

Crea

ted b

y Puj

i Y. S

ubag

iyo 20

16

Jika kita ambil patokan 50 lux pada 75 μW/Lumen untuk benda sensitif, dan 200 lux pada 75 μW/Lumen untuk benda kurang sensitif, maka kita akan mendapatkan batas maksimum UV : 0.375 μW/cm2 (3.75 mW/m2) dan 1.5 μW/cm2 (15 mW/m2). Jika jam buka museum/ galeri: 7 jam dalam sehari, 6 hari dalam seminggu, 52 minggu per tahun (2.184 jam per tahun), maka kita akan mendapatkan dosis maksimum UV per tahun: 3 Joules/cm2 untuk koleksi sensitif, dan 12 Joules/cm2 untuk koleksi kurang sensitif. [Dr. Barry Knight (2001:1); Subagiyo, P.Y. (2015:30)]

Pengenalan Sifat Bahan dan Kondisi Yang MempengaruhinyaLampiran 13

Page 48: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[44]

Penjelasan Bahan Untuk Konservasi Lukisan1. Diaceton Alcohol

2. Toluene

3. Methyl Ethyl Ketone [MEK]

Diacetone alcohol is a chemical compound with the formula CH3C(O)CH2C(OH)(CH3)2, sometimes called DAA. This liquid is a common synthetic intermediate used for the preparation of other compounds, and is also used as a solvent. It occurs naturally in Achnatherum robustum.

It is used in cellulose ester lacquers, particularly of the brushing type, where it produces brilliant gloss and hard film and where its lack of odor is desirable. It is used in lacquer thinners, dopes, wood stains, wood preservatives and printing pastes; in coating compositions for paper and textiles; permanent markers; in making artificial silk and leather; in imitation gold leaf; in celluloid cements; as a preservative for animal tissue; in metal cleaning compounds; in the manufacture of photographic film; and in hydraulic brake fluids, where it is usually mixed with an equal volume of castor oil.

Toluene, also known as toluol, is a colorless, water- insoluble liquid with the smell associated with paint thinners. It is a mono-substituted benzene derivative, consisting of a CH3 group attached to a phenyl group. As such, its IUPAC systematic name is methylbenzene. It is an aromatic hydrocarbon. Toluene is predominantly used as an industrial feedstock and a solvent.

As the solvent in some types of paint thinner, contact cement and model airplane glue, toluene is sometimes used as a recreational inhalant and has the potential of causing severe neurological harm. Toluene reacts as a normal aromatic hydro- carbon in electrophilic aromatic substitution. Because the methyl group has greater electron-releasing properties than a hydrogen atom in the same position, toluene is more reactive than benzene toward electrophiles. It undergoes sulfonation to give p-toluene- sulfonic acid, and chlorination by Cl2 in the presence of FeCl3 to give ortho and para isomers of chlorotoluene.

Butanone, also known as methyl ethyl ketone (MEK), is an organic compound with the formula CH3C(O)CH2CH3. This colorless liquid ketone has a sharp, sweet odor reminiscent of butterscotch and acetone. It is produced industrially on a large scale, and also occurs in trace amounts in nature. It is soluble in water and is commonly used as an industrial solvent.

Butanone is an effective and common solvent and is used in processes involving gums, resins, cellulose acetate and nitrocellulose coatings and in vinyl films. For this reason it finds use in the manufacture of plastics, textiles, in the production of paraffin wax, and in household products such as lacquer, varnishes, paint remover, a denaturing agent for denatured alcohol, glues, and as a cleaning agent. It has similar solvent properties to acetone but boils at a higher temperature and has a significantly slower evaporation rate. Unlike acetone, it forms

an azeotrope with water, making it useful for azeotropic distillation of moisture in certain applications. Butanone is also used in dry erase markers as the solvent of the erasable dye.

Lampiran 14a

Page 49: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[45]

5. White spirits

6. Liquin

4. TurpentineTurpentine (also called spirit of turpentine, oil of

turpentine, wood turpentine and colloquially turps) is a fluid obtained by the distillation of resin obtained from live trees, mainly pines. It is mainly used as a solvent and as a source of materials for organic synthesis.

Turpentine is composed of terpenes, mainly the mono- terpenes alpha-pinene and beta-pinene with lesser amounts of carene, camphene, dipentene, and terpinolene.

The word turpentine derives (via French and Latin) from the Greek word τερεβινθίνη terebinthine, the name of a species of tree, the terebinth tree. Mineral turpentine or other petroleum distillates are used to replace turpentine, but they are very different chemically.

Alkyd resin medium for artists was �rst invented in the 1970s by Arthur DeCosta, a longtime professor at The Pennsylvania Academy of the Fine Arts in Philadelphia. DeCosta's medium, Turco Classic, was sold only locally at the Academy's school store, the Philadelphia Utrecht Linen art supply store, and one or two other privately owned art supply stores. DeCosta believed his medium had similar qualities to Maroger medium (Jacques Maroger), the supposed medium of the Old Masters. Because Maroger medium must be cooked with lead, Turco lacked its inherent danger and had a similar, if not faster, drying time. "The Kid," as DeCosta called the young man responsible for the manufacture of Turco, often made poor batches of the product and DeCosta, being a full-time professor as well as a prominent Philadelphia painter (notable for his portrait of former mayor Frank Rizzo), gave up on the enterprise sometime in the early 1980s. Since then many companies have produced similar products, Liquin being the most popular.

Winsor & Newton suggests the use of Liquin as a ''fat'' or ''�exible'' agent, to increase the �exibility subsequent layers. While Liquin Original, and Liquin Light Gel Medium are mixtures of petroleum distillates, Liquin Oleopasto, and Liquin Impasto are mixtures of alkyd resin and petroleum distillates.

A mixture of aliphatic and alicyclic C7 to C12 hydrocarbons, white spirit is used as an extraction solvent, as a cleaning solvent, as a degreasing solvent and as a solvent in aerosols, paints, wood preservatives, lacquers, varnishes, and asphalt products. In western Europe about 60% of the total white spirit consumption is used in paints, lacquers and varnishes. White spirit is the most widely used solvent in the paint industry. In households, white spirit is commonly used to clean paint brushes after use, to clean auto parts and tools, as a starter fluid for charcoal grills, to remove adhesive residue from non-porous surfaces, and many other common tasks.

White spirit is a mixture of aliphatic and alicyclic C7 to C12 hydrocarbons with a maximum content of 25% of C7 to C12 aromatic hydrocarbons. A typical composition for mineral spirits is > 65% C10 or higher hydrocarbons, aliphic solvent hexane, and a

maximum benzene content of 0.1% by volume, a kauri-butanol value of 29, an initial boiling point of 145 °C (293 °F) to 174 °C (345 °F), and a density of 0.79 g/ml.

The word name "mineral" in "mineral spirits" or "mineral turpentine" is meant to distinguish it from distilled spirits (distilled directly from fermented grains and fruit) or from

true turpentine (distilled tree resin). Its use is a misnomer because white spirit is derived not from minerals but from petroleum, a fossil fuel.

2-butanone oxime, oil modi�ed alkyd resin, cobalt carboxylate, etc.

Emulsi Penguat Cat[untuk melemaskan, sebagai pelembab dan menguatkan cat lukisan atau sebagai konsolidan]

Purchase Date: Expire Date:

EPC

Penjelasan Bahan Untuk Konservasi LukisanLampiran 14b

Page 50: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[46]

8. Picture Varnish for Oil Paint, MATT

9. Retouch Varnish for Oil Paint

7. Beva 371A registered trademark for a thermoplastic, elastomeric polymer

mixture. BEVA® 371 was developed by Gustav Berger in 1970. It is composed of Elvax (ethylene vinyl acetate [EVA] copolymer), Ketone Resin N (polycyclo-hexanone), A-C copolymer (EVA), Cellolyn 21 (phthalate ester of hydroabietyl alcohol) and paraffin.

BEVA® 371 is an opaque gel at room temperature that produces a matte, waxy finish. It has been used for relining paintings and as a consolidant for paintings, leather and textiles. BEVA® GEL can be reversed with water, toluene, xylene, isopropyl alcohol, or ethanol. This facilitates cleanup and corrections. Spraying with any or all of the above solvents reverts the dried adhesive back to the gel form, and

makes it reusable as a contact adhesive. If the effect of any of these solvents is undesirable or the time required objectionable, the solution is to coat the surfaces to be joined with a layer of BEVA® 371 Solution first. This makes it possible to remove the lining using heat or naphtha, if and when necessary.

10. Gel Perekat Cat [GPC] for mending & consolidants

Sebelum Konservasi Sesudah Konservasi

Penjelasan Bahan Untuk Konservasi LukisanLampiran 14c

Page 51: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[47]

Lampiran 15

meteran

Prosedur Operasional Standar (POS) Konservasi

digital thermohygro-barometer solid semi-solid pH meter

moisture meter

OPTIVISOR

b.

Perawatan dan Pengawetan[Proses Konservasi]

Analisis

Observasi

BendaPenyebab Kerusakan

Kerusakan2A2C

4

1

3BUji Lab3A

Persiapan 2

2B

[Lingkungan Mikro, dll.]

Ruang Kerja Konservasic.

1). 2). 3).

Struktur Organisasi: DIRECTOR

DEPUTY DIRECTOR(COLLECTION)

OR CHIEF CURATOR

DEPUTY DIRECTOR(ADMINISTRATION)

SECRETARY

Curators Registrar Librarian

Collection Secretary

ConservationTechnicianCataloguer Data Entry

ClerkPhotographer

CuratorialAssistants

LibraryTechnician Conservation

Scientist Conservator

Archivist Chief Conservator

E.068E.223

E.122

E.125

E.126 E.473

Sumber : Gail D. Lord & B. Lord (1997): The Manual of Museum Management, London, The Stationery Office, pp. 13-37.

a.Kebijakan, Kewenangan dan Kompetensi Uraian tugas

(Tupoksi)Kemampuan

& Skill

Kepu

tusa

n (O

rgan

isai/

Pim

pina

n)

PEDOMAN MANAJEMEN MUSEUMPermendikbud Organisasi

dan Tata Kerja Musnas,UU CB, PP 66, UU ASN,

Perka BKN SKM/ SKT,Permendikbud No. 8, dll.

* B

atu

* Lo

gam

* K

ayu

* K

erta

s*

Teks

til

* Lu

kisa

n*

Ars

ip*

Baha

n Pu

stak

a*

Jagr

ag*

Cat-

min

yak

* Ta

pest

ri*

Trad

isio

nal

Umum (Organik/ Anorganik)Spesialisasi (Batu, Logam, dst.)

Sub-Spesialisasi (Lukisan Jagrag, dst.)

DEPUTY DIRECTOR(PROGRAMMES)

Page 52: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[48]

Lampiran 16 Prosedur Operasional Standar (POS) Observasi & Konservasi

A [46,3 %]

D [12 %]

B [38,9 %]

C [1,4 %]

E [1,4 %]

digital thermohygro-barometer

solid semi-solid pH meter

moisture meter

OPTIVISORmeteran

Ultra Violet [A/B] Light Meter

Konservasi adalah suatu tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghentian atau penghambatan proses kerusakan dan perbaikannya) dan tindakan yang bersifat preventif (pencegahan dari kemungkinan proses kerusakan). Konservator adalah orang yang mampu melakukan pengamatan (kajian), berpikir analitik, dan melaksanakan konservasi karya seni, artefak, relik, dan benda lain dengan menggunakan metode atau teknik yang benar. Konservator harus memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta dapat memilih dan menerapkan bahan (materials) atau alat dalam proses konservasi dengan baik. Mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: batu, logam, kayu, tekstil, lukisan, karya seni bermedia kertas, buku, (pita) film, pita perekam suara, foto, atau benda lain bermedia komplek (campuran).

Skema Proses Observasi

Perawatan dan Pengawetan[Proses Konservasi]

Analisis

Observasi

BendaPenyebab Kerusakan

Kerusakan2A2C

4

1

3BUji Lab3A

Persiapan 2

2B

[Lingkungan Mikro, dll.]

10 Penyebab Kerusakan Pada Manajemen Resiko

[Debu, asap, dan gas berbahaya lain]

[Tikus, kelelawar, kecoa, kumbang, silver-fish, dsb.]

10 Agen (Faktor)

Deteriorasi

[RH terlalu tinggi/ rendah/ fluktuatif, dsb.]

[Tumpukan yang berlebihan, penggantungan tanpa backup, dsb.]

08. Kesalahan Suhu

01. Tekanan Fisik

07. Cahaya dan UV

06. Polutan

05. Hama [Pest]

03. Api

[Suhu terlalu tinggi/ rendah/ fluktuatif, dsb.]

[Penerangan & Radiasi UV tinggi, dsb.]

[Terjadi kebocoran, banjir, dsb.]

[Kebakaran, dsb.]

[Pencurian, vandalisme, dsb.]

[Mishandling; Mis- interpretasi Nilai (Historis, Ilmiah & Artistik); Kompetensi SDM, Pensiun; dsb.]

10. Disosiasi

04. Air

09. Kesalahan RH

02. Kriminal

0

Memiliki nilai atau manfaat yang sangat besar, tetapi mungkin bernilai 243X lebih dari yang Skala 1. Skor ini menunjukkan nilai maksimal dari semua komponen aset.

13

Skala untuk menilai tingkatan :

9

2781

243

Memiliki nilai atau manfaat yang agak besar, tetapi mungkin bernilai 27X lebih dari yang Skala 1.

Memiliki nilai atau manfaat yang besar, tetapi mungkin bernilai 81X lebih dari yang Skala 1.

Memiliki nilai atau manfaat yang sedang, tetapi mungkin bernilai 9X lebih dari yang Skala 1.

Memiliki nilai atau manfaat yang kecil, tetapi mungkin bernilai 3X lebih dari yang Skala 1.

Memiliki nilai atau manfaat yang sangat kecil.

Tidak punya nilai atau manfaat.

Nilai Aset per SubKelompok Koleksi

15Nilai Historis [Berhubungan

langsung dan berkontribusi dalam cara untuk memahami dan menghargai sejarah bangsa selama periode tertentu dan daerah tertentu.]

51

Nilai atau manfaat, de�nisi dan bobotnya :

Nilai Ilmiah [Memuat informasi atau data yang (mungkin) penting untuk penelitian ilmiah dan/ atau landasan bagi ilmu pengetahuan.]

Nilai Artistik [Menampilkan keindahan/ artistik dan ber- desain khas, mewakili seniman, gaya dan masa tertentu.]

Penghitungan Nilai Aset per Sub Kelompok dan Satuan Koleksi :Historis Ilmiah Artistik

ABCDE

243 x 581 x 53 x 59 x 53 x 5

3 X 127 X 12 X 13 X 10 X 1

243 x 15243 x 15

9 x 1581 x 159 x 15

S.Klp Jml. Nilai4.8634.077

1511.263

15010.504Jumlah Keseluruhan

Persentase Nilai / S.Klp4.863 / 10.504 = 46,3%4.077 / 10.504 = 38,9%

151 / 10.504 = 1,4%1.263 / 10.504 = 12%

150 / 10.504 = 1,4%100%

Jml. Koleksi Persentase Nilai / Koleksi2.2209.800

148120

5.62017.908

46,3% / 2.220 = 0,021%38,9% / 9.800 = 0,0040%

1,4% / 148 = 0,012%12% / 120 = 0,081%

1,4% / 5.620 = 0,00025%

Pemutusan atau pemisahan sesuatu dari sesuatu yang lain

Sumber: ICCROM - CCI, 2016

?

A

B

Page 53: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[49]

Lampiran 17a

kanvas yang bergelombang; 5. Inpainting = tusir warna bagian cat yang terkelupas; 6. Repainting = lukis ulang pada bagian cat yang hilang karena cleaning atau inpainting yang salah; 7. Retouching = pembuatan efek khusus dengan cat/ varnis; 8. Varnishing = varnis untuk retouching atau proteksi; 9. Stripping = proses mengangkat atau melunturkan cat, yang biasanya ditujukan untuk mengangkat cat pelapis (overpainting) yang bukan aslinya, cat tusiran warna yang tidak sesuai (warna atau bentuknya). Setelah proses stripping adakalanya dilanjuti dengan proses repainting (melukis ulang).; 10. Mending = penyambungan kanvas sobek dengan Gel Perekat Cat (GPC).; 11. Consolidation = penguatan cat dengan perekat thermosetting dan/ atau EPC, termasuk penguatan kanvas rapuh dengan cara pendobelan kanvas atau lainnya; 12. Bio Control = kontrol kerusakan biotis, termasuk fumigasi dengan thymol, atau mematikan penyebab kerusakan biotis dengan teknik lain, misalnya: Freezing, pengaturan RH/T.

1. Light cleaning = pembersihan ringan dengan kwas atau penyedot debu; 2. Chemical cleaning = pembersihan kotoran yang sudah berkerak, mengangkat varnis lama yang sudah menguning/ ter- oksidasi dengan bahan pelarut, seperti: white spirits, turpentine, dietoxy-ethanol, diacetone alcohol, MEK (methyl-ethyl-ketone), dll.; 3. Framing/ reframing = bongkar/ pasang kanvas dari spanram (dan pigura) karena kanvas kendor, mengganti paku yang berkarat, dll.; 4. Restretching = mengencangkan kanvas yang kendor atau reshaping

kanvas

spanram

[asli / tdkdobelan]

[asli / replika]

2-butanone oxime, oil modi�ed alkyd resin, cobalt carboxylate, etc.

Emulsi Penguat Cat[untuk melemaskan, sebagai pelembab dan menguatkan cat lukisan atau sebagai konsolidan]

Purchase Date: Expire Date:

EPC

pigura

SebelumKonservasi1

+ Emulsi Penguat Cat

12 Langkah

1. Kondisi :Kotor debuKanvas kendorVarnis menguningVarnis cacatCat rapuh/ keringCat kelupasSobekJamur/ Insek/ HamaNoda

Aktif

BaikCukupRusakParah

9 Masalah

2. Rekomendasi Konservasi :Light cleaningChemical cleaningFraming/ reframingRestretchingInpaintingRepaintingRetouchingVarnishingStrippingMendingConsolidationBio Control

air distilasiwhite-spiritsturpentinemethyl-ethyl-ketone2-ethoxy ethanol

2-aceton alcohol

5. 6. 7. 8.

1. 2. 3. 4.

tolueneacetone

XX

X

Fume HoodPortabel

Proses Konservasi LukisanLukisan

Larutan Pembersih Cat 2[dicampur terpen�n sebagai bahan pembersih lukisan, seper�: noda berwarna, kotoran berkerak dan kotoran sejenis lainnya]

Purchase Date: Expire Date:

LPC2Butanone, methyl ethyl ketone (MEK)CH3C(O)CH2CH3

Gel Perekat Cat+Pengamatan Stratigrafis CatKeterangan Proses Konservasi :

SesudahKonservasi2

serat benang pakan

KANV

AS}benang lungsi

PRIMING

rongga}

GESS

OC

AT

retakan

cat dasarancat lukisan

cat detail

}

retakan

gesso sottile

VARNIS

gesso grosso

Varnis menguning, kotor, cat rapuh, kelupas, overpaint (Sebelum Pembersihan).

Page 54: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[50]

Lampiran 17b Ringkasan Kondisi, Mapping Kerusakan & Usulan Konservasi

1. Light cleaning = pembersihan ringan dengan kwas atau penyedot debu; 2. Chemical cleaning = pembersihan kotoran yang sudah berkerak, mengangkat varnis lama yang sudah menguning/ teroksidasi dengan bahan pelarut, seperti: white spirits, turpentine, dietoxy-ethanol, diacetone alcohol, MEK (methyl-ethyl-ketone), dll.; 3. Framing/ reframing = bongkar/ pasang kanvas dari spanram (dan pigura) karena kanvas kendor, mengganti paku yang berkarat, dll.; 4. Restretching = mengencangkan kanvas yang kendor atau reshaping kanvas yang bergelombang; 5. Inpainting = tusir warna bagian cat yang terkelupas; 6. Repainting = lukis ulang pada bagian cat yang hilang karena cleaning atau inpainting yang salah; 7. Retouching = pembuatan efek khusus dengan cat/ varnis; 8. Varnishing = varnis untuk retouching atau proteksi; 9. Stripping = proses mengangkat atau melunturkan cat, yang biasanya ditujukan untuk mengangkat cat pelapis (overpainting) yang bukan aslinya, cat tusiran warna yang tidak sesuai (warna atau bentuknya). Setelah proses stripping adakalanya dilanjuti dengan proses repainting (melukis ulang).; 10. Mending = penyambungan kanvas sobek dengan Gel Perekat Cat (GPC).; 11. Consolidation = penguatan cat dengan perekat thermosetting dan/ atau EPC, termasuk penguatan kanvas rapuh dengan cara pendobelan kanvas atau lainnya; 12. Bio Control = kontrol kerusakan biotis, termasuk fumigasi dengan thymol, atau mematikan penyebab kerusakan biotis dengan teknik lain, misalnya: Freezing, pengaturan RH/T.

Keterangan Usulan Perawatan :

Usulan Perawatan :

128,5 x 1900005 Sudjono Abdullah

Kotor debuKanvas kendorVarnis menguning

Varnis cacatCat rapuh/ keringCat kelupas

Jamur/ Insek/ HamaSobekNoda

Light cleaningChemical cleaningFraming/ reframingRestretching

InpaintingRepaintingRetouchingVarnishing

StrippingMendingConsolidationBio Control

Kondisi Keterawatan :A.

B.

1.2.3.

4.5.6.

7.8.9.

1.2.3.4.

5.6.7.8.

9.10.11.12. 190 cm

128,

5 cm

NomorUrut Inv.

Nama Seniman Judul KaryaUkuran Luar [cm]

Lukisan PiguraPemandangan Gunung

Bahan dan Kondisi Tahun

Volume atau Luas Lukisan [cm2] : 24.415 Harga/ Biaya Satuan [per 1 cm2] : 1.000 Jumlah Biaya [Rupiah] : 24.130.000

RusakCat minyak diatas kanvas

2-butanone oxime, oil modi�ed alkyd resin, cobalt carboxylate, etc.

Emulsi Penguat Cat[untuk melemaskan, sebagai pelembab dan menguatkan cat lukisan atau sebagai konsolidan]

Purchase Date: Expire Date:

EPC

Larutan Pembersih Cat 2[dicampur terpen�n sebagai bahan pembersih lukisan, seper�: noda berwarna, kotoran berkerak dan kotoran sejenis lainnya]

Purchase Date: Expire Date:

LPC2Butanone, methyl ethyl ketone (MEK)CH3C(O)CH2CH3

Emulsi Penguat Cat

Gel Perekat Cat

Larutan Pembersih Cat

Detail a. [C2] Detail b. [E1]

Bahan Kimia Utama

Detail c. [A2]

1

2

3

4

5

6

A B C D E F G H

b.

a.

25 c

m

c.

cat kelupas cat retak naik cat r

etak

gese

rcat retak

Mapping Kerusakan Lukisan

Page 55: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[51]

Lampiran 17c

( )( )

( )( )

( )

Intensitas Cahaya (Lux)

Suhu Udara (0C)Suhu Permukaan (0C)Kelembaban Udara (%)

Kandungan Air (%)Keasaman (pH)Polusi Udara.............. :

... ::

.. :

30

( )

( )........... :

........ :

:

.. :

( )

( )

LINGKUNGAN MIKRO DAN LAINNYA

Radiasi UV ( W/cm )2

CATATAN:

ORP (mili Volt) ........ :

500,420

10 - 257 - 10

≤ 20050

533

69( )Tekanan Udara (mb) :

ORP = Potensial Redoks.mb = milibars.

2

Kotor debuKanvas kendorVarnis menguning

Varnis cacatCat rapuh/ keringCat kelupas

Jamur/ Insek/ HamaSobekNoda

KotorLemakDepositRapuhPatahRetakDistorsi

GelombangGoresSobekKelupasLubangBasahKering

JamurSerangga

BusukOther...

KaratKristalOksidasiPudar

LapukBauNoda

:SITOIB:KISIF

Pembersihan ringan (kwas, vacuum, dll.)Pembersihan dengan pelarut :

airwhite-spiritturpentinair sabun (amonia)

2-ethoxy ethanolpetroliumalkohol2-aceton alcohol

Penguatan dan Konsolidasipenguatan cat dengan perekat: lilin, dsb.penguatan kanvas/ substrat dg. perekat.perbaikan kanvas/ substrat.perbaikan/ konsolidasi cat, dll.

1.2.

3.

4.

5.

6.

Penyempurnaan (finishing treatment)isolating (varnish)inpainting (+mixing varnish)dressing/ retouching (varnish)(re)varnishing

Perlakuan biotis (fumigasi, dsb.)

Perlakuan lain.Relaksasi cat dengan EPC

CATATAN:

Pemandangan Gunung 128,5 x 190

KIMIAWI:

0001

KONDISI BENDA SAAT PENGAMATAN

USULAN TINDAKAN PERAWATAN

No Foto : 0072.JPG

Lain-lain

CATATAN:

BaikCukup

RusakParah

KONDISI SPANRAM:

BaikCukup

RusakParah

KONDISI PIGURA:

Light cleaningChemical cleaningFraming/ reframingRestretchingInpaintingRepainting

RetouchingVarnishingStrippingMendingConsolidationBio Control

Aktif

Aktif

241000

RusakLokasi :

+

BAHANPEMBENTUKBENDA

Jenis Cat

Jenis Substrat

Teknik

C.minyakCat airTintaAkrilikPastelKrayonLain-lain

KanvasKertasHardboardTripleksKayuKacaLogamLain-lain

C.minyakAquarelPastelTemperaLitografiBatikKolaseLain-lain

oN Ukuran (cm)

Mata biasaKaca pembesarMikroskopLain-lain

Teknik Pengamatan: 24 Januari 2017Tanggal Pengamatan:

Tanda tanganKonservator:

Konservator:

XLux Meter, UV light meterand Thermohygrometer

Sebelum - Sesudah Konservasi

LEMBAR KONDISI LUKISAN

Aktif

12 Langkah

9 Masalah

Inv./ Regis. Tahun

Puji Yosep Subagiyo

KondisiJudul Karya Nama SenimanSudjono Abdullah

Sebelum

Sesudah

Page 56: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[52]

Menganalisis data dan mengidentifikasi masalah kondisi koleksi serta melakukan observasi, perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku dalam rangka pelestarian koleksi di ........................................

A. Ikhtisar Jabatan Konservator

Ikhtisar Jabatan dan Uraian Tugas Konservator [KJ : E.125] Identi�kasi Kompetensi (Manajerial, Teknis & Tambahan)

Penjelasan Permendikbud No. 8 Tahun 2015

Per = Perencanaan; BK = Berpikir Konseptual; BA = Berpikir Analitis; BpK = Berorientasi pada Kualitas; PI = Pencarian Informasi; KtO = Komitmen terhadap Organisasi.

Penjelasan Kode Identi�kasi Kompetensi [Key Performance Indicators (KPI)]

1. Menyiapkan bahan rencana kerja seksi sesuai dengan program kerja Bidang Perawatan dan Pengawetan dan hasil evaluasi pelaksanaan tugas tahun sebelumnya sebagai pedoman pelaksanaan tugas;

2. Menyusun instrumen pengumpulan dan pengolahan data observasi, perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai dengan program kerja Bidang Perawatan dan Pengawetan sebagai panduan pelaksanaan tugas;

3. Menganalisis data hasil kegiatan observasi, perawatan dan pengawetan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mengetahui permasalahan;

4. Mengidentifikasi masalah kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mengetahui pemecahannya;

5. Menyiapkan bahan dalam pembuatan konsep penanganan masalah kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk memecahkan masalah dan peningkatan kinerja;

6. Menyiapkan bahan dalam pembuatan materi/ naskah pengkajian perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku dalam rangka penetapan perawatan dan pengawetan koleksi;

7. Melakukan uji laboratorium tentang jenis dan proses kerusakan/ pelapukan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mengetahui karakteristik benda bernilai budaya berskala nasional;

8. Melakukan pembersihan, perbaikan dan restorasi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk merawat koleksi agar tetap lestari;

9. Melakukan rekonstruksi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku dalam rangka penelusuran bentuk;

10. Melakukan konsolidasi, penguatan, pelapisan, dan bentuk pengawetan lainnya koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mencegah kerusakan koleksi lebih lanjut;

11. Melakukan fumigasi pada koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk melindungi koleksi organik dari faktor penyebab kerusakan berupa hama;

12. Melakukan kegiatan pemantauan dan pengendalian lingkungan mikro koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mencegah kerusakan koleksi lebih lanjut;

13. Menyiapkan bahan materi pemberian bantuan teknis dan layanan konsultasi di bidang observasi, perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku sebagai bagian dari pelayanan;

14. Menyusun laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan hasil yang telah dicapai sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas;

15. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan.

B. Uraian Tugas Konservator

[KtO]

[PI]

[BpK]

[BpK]

[BpK]

[BpK]

[PI]

[PI]

[BA]

[BA]

[BK]

[Per]

[BpK]

[BpK]

[BpK]

IDENTIFIKASIKOMPETENSIKPI

Lampiran 18

Page 57: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

1. Kemampuan Dasar : Asisten Konservator dan Konservator 1 - 4.Definisi: Lingkup pekerjaan pada posisi kelompok ini meliputi konservasi karya seni (works of art), artifak, relik (benda peninggalan), dan benda lain yang merupakan bagian dari koleksi, dibawah pengawasan institusi (lembaga) konservasi. Ini meliputi penelitian dan pemberian saran bagi pengembangan standar (dasar-dasar) konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain. Ini juga termasuk pengawasan (supervisi) bagi karyawan yang terlibat (dipekerjakan) dalam lingkup tugas kerja konservasi.Gambaran: Pekerjaan konservator meliputi pengamatan karya seni, relik, atau benda-benda lain untuk maksud pencegahan dari suatu proses kerusakan dan perlakuannya, serta perbaikannya (jika perlu). Konservator mengamati benda ini untuk ditempat- kan pada ruang pamer dan penyimpanan dengan kondisi yang benar; serta perlindungan terhadap kemungkinan serangan serangga dan jamur. Konservator juga bertanggung jawab bagi pemasangan alat-alat yang standar bagi kebutuhan ruang pamer dan penyimpanan koleksi. Ia dituntut untuk memberikan jaminan secara maksimal pada pemeliharaan dan penanganan karya seni, relik, dan benda lain dalam proses peminjaman atau dalam pameran keliling (benda dalam perjalanan). Disamping ia juga memberikan saran kepada kurator dan desainer pameran (untuk menjaga kondisi ruangan yang benar), berikut pemasangan alat-alat bagi kebutuhan suatu pameran. Walaupun kualifikasi pemberian kewenangan (mandat) tidak diterangkan dalam kelompok ini, pembuktian secara teori(tis) dan pengetahuan praktis untuk konservasi sangat diperlukan. Secara umum ini diperlukan bahwa pembuktian akan dapat ditunjukkan bagi yang memiliki kualifikasi tingkat ketiga (tertier), yang setara dengan disiplin ilmu yang terkait, seperti: sains konservasi, seni rupa, atau ilmu bahan (materials science). Konservator dengan kualifikasi tingkat terampil (mahir) sangat diperlukan untuk pekerjaan yang menuntut tingkat kesulitan tinggi. Tetapi pengetahuan teoritis dan praktis yang diperlukan bagi pekerjaan konservasi ini dapat juga diperoleh melalui kursus, diklat atau pelatihan dengan bimbingan khusus. Pekerjaan konservator juga memerlukan wawasan (apresiasi) terhadap nilai kultural (budaya) untuk karya seni, relik dan benda lain yang akan dikonservasi. Konservator juga diharapkan mengetahui kapan suatu benda tertentu tidak dapat dikonservasi secara layak dalam suatu laboratorium konservasi lembaga yang memiliki benda yang akan dikonservasi; dan menganjurkan bagaimana sebaiknya benda tersebut ditangani. Beberapa aspek kerja konservasi dapat memerlukan pengetahuan khusus dalam tahap analisis dan perlakuan pada kelompok benda tertentu, seperti: lukisan, tekstil, keramik, kaca, logam, kayu, buku, karya seni bermedia kertas, kertas lain pada umumnya, foto, dan pita perekam suara (tape magnetik).Istilah-istilah yang digunakan: Analisis adalah pengamatan suatu benda, barang, atau bahan untuk digunakan dalam perawatan atau perlakuan pada suatu benda, untuk mempertimbangkan komposisi dan/ atau kondisi pada bahan (materials) pembentuknya. Konservasi meliputi identifikasi, pencegahan, penghambatan, penahanan (pemberhentian?) dan mengembalikan pengaruh- pengaruh kerusakan fisik pada (bahan pembentuk) karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain; serta mencakup semua

aspek pemeliharaan benda, yang meliputi: perbaikan, merekondisi, atau membuat kondisi yang sesuai terhadap benda rusak mendekati aslinya. Lembaga Konservasi adalah sebuah lembaga atau badan yang memiliki tanggung-jawab dalam menangani, mengawasi, dan melaksanakan konservasi benda yang merupakan bagian daripada koleksi nasional secara profesional; atau yang memiliki tanggung-jawab lain dalam kaitannya dengan konservasi benda, seperti: pemberian saran dan asistansi (bantuan) tenaga ahli kepada badan/ lembaga- lembaga dalam pelaksanaan konservasi. Koleksi nasional meliputi koleksi-koleksi seni-rupa, sejarah, teknologi, etnografi, arkeologi, benda (dalam kajian ilmu) alam, perpustakaan dan arsip.

2. Kemampuan Khusus : a. Asisten Konservator.

Definisi: Di bawah supervisi yang terus-menerus melaksanakan konservasi karya seni, artifak, relik dan benda-benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah lembaga konservasi.Gambaran: Konservator pada tingkat ini, meliputi orang-orang yang hanya dengan bekal pengetahuan dan pengalaman yang terbatas. Pada awalnya, pekerjaan mereka diawasi secara ketat, tetapi dalam perkembangannya tingkat pengawasan- nya menjadi berkurang seiring dengan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh. Mereka juga membantu staf konservasi lain dalam melaksanakan pekerjaan konservasi, dan jika memungkinkan juga membantu dalam pelaksanaan analisis dan penelitian (riset).Uraian Tugas: Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Asisten Konservator. Melaksanakan pekerjaan konservasi secara terus- menerus pada karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) lembaga konservasi, seperti:• Pencucian, pelepasan bahan penguat (support/ back-up)

yang sudah tidak memenuhi syarat, dan menggantinya dengan bahan lain yang lebih cocok, seperti: perekat berupa film atau (cello) tape magnetik;

• Memperbaiki sobekan pada barang sablonan (prints), gambaran (drawing), dan dokumen arsip/ naskah (archival documents), perlakuan penjilidan buku (book bindings), melaksanakan prosedur penjilidan; dan penguatan kertas yang rusak dan rapuh;

• Penggandaan film dan bahan (pita) perekam suara ke standar arsip;

• Perlakuan benda logam dengan teknik stabilisasi, seperti: elektrolisis; dan

• Perlakuan konsolidasi (permukaan benda), perlakuan atau pengecatan ulang atau “tusir” (repainting/ inpainting) benda etnografi dan artifak.

• Pengawasan terhadap staf bawahan (pembantu).• Memberikan instruksi dalam penanganan dan pemelihara-

an benda koleksi.• Membantu program kerja pelatihan staf dalam pekerjaan

konservasi, termasuk pengawasan siswa, peserta kursus/ diklat konservasi tingkat lanjut (mahir).

• Menyiapkan dan melengkapi catatan kondisi benda, (usulan) perlakuan konservasi, dan catatan teknis lain.

b. Konservator 1.Definisi: Di bawah pengawasan yang tidak begitu ketat, orang ini mampu melaksanakan penelitian dan analisis; serta melakukan konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan menggunakan metode/ teknik yang memadai.Gambaran: Seseorang yang memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta mampu memilih dan menerapkan bahan (materials) dalam proses konservasi secara benar. Mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: lukisan jagrag (easel painting), karya seni bermedia kertas, buku, (pita) film, pita perekam suara, foto, logam, tekstil, atau benda lain bermedia komplek (campuran). Konservator pada tingkat ini dapat diminta untuk mengawasi staf konservasi bawahan.Uraian Tugas:Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 1. Melaksanakan penelitian dan analisis karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi untuk mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan konservasinya. Melaksanakan konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan menggunakan metode dan teknik yang memadai; dan melaporkan pekerjaan konservasi yang di- lakukannya, seperti:• Pembersihan (permukaan) lukisan; melaksanakan penguatan

(supports); “tusir” (inpainting); dan konsolidasi terhadap cat yang terangkat (cracking) pada lukisan;

• Memperbaiki sobekan pada barang sablonan (prints), gambaran (drawing), dan dokumen arsip/ naskah (archival documents), perlakuan penjilidan buku (book bindings), melaksanakan prosedur penjilidan; dan penguatan kertas yang rusak dan rapuh;

• Penggandaan film dan bahan (pita) perekam suara ke standar arsip;

• Perlakuan benda logam dengan teknik stabilisasi, seperti: elektrolisis; dan

• Perlakuan konsolidasi (permukaan benda), perlakuan atau pengecatan ulang atau “tusir” (repainting/ inpainting) benda etnografi dan artifak.

• Pengawasan terhadap staf bawahan (pembantu).• Memberikan instruksi didalam penanganan dan pe-

meliharaan benda koleksi.• Membantu program kerja pelatihan staf dalam pekerjaan

konservasi, termasuk pengawasan siswa, peserta kursus/ diklat konservasi tingkat lanjut (mahir).

• Menyiapkan dan melengkapi lembar kondisi benda, (usulan) perlakuan konservasi, dan catatan teknis lain.

c. Konservator 2.Definisi: Di bawah pengawasan yang terbatas, orang ini mampu mengarahkan pekerjaan kelompok yang diemban dalam pelaksanaan konservasi khusus karya seni, artifak, relik dan benda koleksi lain di laboratorium konservasi. Dalam kondisi yang sama, orang ini juga mampu melaksanakan penelitian

dan analisis; serta melakukan konservasi tingkat lanjut terhadap karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan meng- gunakan metode/ teknik yang memadai.Gambaran: Seseoramg yang memiliki pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup, serta mampu menampilkan metode dan teknik konservasi. Disamping ia telah menunjukkan kompetensi unjuk-kerja konservasi (konsisten dengan tidak berpindah-pindah profesi). Mereka secara umum dapat diminta untuk mengawasi staf bawahan/ pembantu. Konservator pada tingkat ini juga mampu mengarahkan pekerjaan kelompok staf. Mereka dapat juga melaksanakan penelitian dan analisis; serta melaksanakan pekerjaan konservasi.Uraian Tugas:Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 2.• Merancang sebuah program kerja konservasi untuk sebuah

kelompok;• Mempertimbangkan peralatan dan permintaan sumber daya

baru; serta pengonsepan rekomendasi bagi staf senior;• Menjamin penggunaan peralatan secara optimal;• Mengalokasikan tenaga didalam kelompok;• (Bilamana perlu) membantu staf bawahan/ asisten; dan

menunjukkan saran bagi staf pada institusi konservasi lain dalam aspek teknis konservasi;

Melaksanakan konservasi tingkat lanjutan terhadap karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi, meliputi: pengembangan dan/ atau adaptasi metode atau teknik yang lebih baik. Sebagai contoh:• Memperbaiki kerusakan pada kertas yang sangat rapuh;• Mengkonsolidasi secara ekstensif terhadap kerusakan atau

pengelupasan cat (cracking) pada lukisan;• Melaksanakan kerja konservasi secara ekstensif atau

pekerjaan “tusir” (inpainting) yang rumit pada lukisan;• Memperbaiki atau merestorasi koleksi yang sangat rentan

dan rumit, seperti: kelim renda (lace) dan peta kuno yang sangat rapuh;

• Perlakuan terhadap benda etnografi yang rapuh;• Merestorasi/ penjilidan buku; dan• Memperbaiki tatakan (inlays) yang terbuat dari kayu, kulit

[binatang] (leather), atau logam.* Melaksanakan penelitian masalah konservasi, dan bilamana

mungkin menerapkan hasil penelitian itu;* Melaksanakan survai dan laporan bagi kebutuhan

konservasi benda koleksi;* Melatih staf dalam pekerjaan konservasi, termasuk

supervisi terhadap siswa dari suatu program kursus atau diklat konservasi tingkat lanjut;

* Memberikan saran yang berkenaan dengan aktifitas kurasi (pengelolaan koleksi) dan staf lain yang berhubungan dengan penyimpanan, pemindahan koleksi, dan kebutuhan pada sebuah pameran koleksi;

* Memberikan saran dalam perawatan, perbaikan, dan re- habilitasi benda koleksi yang rusak dalam keadaan darurat, seperti: bencana banjir, kebakaran, gempa, dll.

* Melaksanakan atau mengatur analisis instrumental komplek dan interpretasinya;

* Mengarahkan program restorasi yang berhubungan dengan bidang kegitan konservasi.

.................................................................................................................................................................................Sumber : Prof. Dr. Colin Pearson (1990): “Establishment of A Conservator Classification Structure in Australia”, Los

Angeles, Getty Conservation Institute (GCI). Diterjemahkan oleh: Puji Yosep Subagiyo.

Uraian Jabatan KonservatorLampiran 19

.................................................................................................................................................................................

[53]

c. Konservator 3.Definisi: Di bawah pengawasan yang terbatas, konservator pada tingkatan ini mampu mengarahkan pekerjaan sebuah seksi konservasi pada laboratorium konservasi. Orang ini juga mampu melaksanakan penelitian dan analisis tingkat lanjut; serta melaksanakan konservasi terhadap karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi yang memerlukan tingkat inovasi dan kemahiran (skill) yang tinggi.Gambaran: Orang-orang pada tingkat ini memiliki pengalaman yang begitu memadai dalam bidang konservasi. Dan karena bidang konservasi ini sangat ditekuninya, maka orang tersebut dapat dikualifikasikan sebagai ahli dalam bidang konservasi. Bagi orang yang memiliki pengetahuan mendekati kualifikasi tingkat lanjut (mahir) dalam disiplin ilmu yang berhubungan, seperti: sains konservasi, seni rupa, atau ilmu bahan (materials science) cukup berpengaruh terhadap unjuk-kerja konservasi pada tingkat ini. Orang-orang ini dapat mengarahkan sebuah seksi, serta mampu melaksanakan penelitian, analisis; dan melaksana- kan pekerjaan konservasi.Uraian Tugas:Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 3.• Merancang sebuah program kerja konservasi bagi seksi

yang bersangkutan;• Menjamin penggunaan sumber daya yang ada secara

optimal;• Mengakses dan membuat rekomendasi bagi kebutuhan

peralatan baru dan sumber daya yang diperlukan;• Mengalokasikan tenaga-kerja dalam seksi yang relevan;• Membantu (membina) staf bawahannya, bilamana perlu

dan• Memberikan saran kepada staf institusi konservasi lain

dalam aspek teknis konservasi, yang meliputi: konservasi, penyimpanan, pemindahan (transport), dan kebutuhan bagi pameran benda koleksi;

* Melaksanakan konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi yang memerlukan tingkat inovasi dan kemahiran yang tinggi, seperti: dengan melengkapi dan mengawasi penyelidikan masalah yang belum diketahui cara mengatasinya.

* Melaksanakan penelitian tingkat lanjut terhadap masalah konservasi yang lebih rumit; dan mengembangkan metode dan/ atau teknik baru, yang kemudian hasilnya dapat diterapkan.

Mengembangkan strategi kebijaksanaan untuk mengatasi bencana, seperti:• Memberikan masukan pada masalah yang ada hubungan-

nya dengan perawatan, perbaikan (recovery), dan re- habilitasi benda dalam bencana yang tak terduga, seperti: kebanjiran, kebakaran, gempa, dll.

• Pelatihan staf dalam teknik-teknik pengelolaan koleksi (kurasi) yang rusak.

d. Konservator 4.Definisi: Dalam keterbatasan kebijaksanaan yang diberikan, konservator tingkat ini masih mampu merumuskan, meng- arahkan, dan mengendalikan program konservasi pada sebuah institusi/ lembaga yang besar.Gambaran: Ada gambaran umum pada “Catatan” di bawah, hanya satu kedudukan (jabatan) dalam sebuah institusi yang besar. Orang pada tingkatan ini mampu memberikan saran dalam masalah konservasi kepada kepala (pimpinan tertinggi) pada lembaga yang bersangkutan. Mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang konservasi lebih dari cukup memadai; dan dapat dikualifikasikan sebagai ahli konservasi. Orang yang memiliki pengetahuan mendekati kualifikasi tingkat ahli dari disiplin ilmu yang relevan (linier), seperti: sains konservasi, seni rupa, dan ilmu bahan (materials science) sangat mempengaruhi dalam memberikan unjuk- kerja konservator pada tingkat ini.Uraian Tugas:Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 4.* Memberikan saran kepada kepala (pimpinan tertinggi

lembaga yang bersangkutan) dan staf lembaga; bilamana perlu bagi lembaga atau badan-badan lain dalam kebutuhan konservasi benda koleksi.

* Merumuskan, mengarahkan, dan mengendalikan program konservasi pada sebuah lembaga besar.

* Memperlengkapi dan mengarahkan berbagai perangkat bagi program pengembangan staf konservasi.

Catatan: Pada keadaan tertentu, sebuah kedudukan/ jabatan dapat diputuskan pada tingkatan ini, yang mana tidak harus bertanggung-jawab terhadap program konservasi pada sebuah institusi yang besar. Tetapi lingkup pekerjaan konservasi yang diberikan tetap merupakan sebuah kontribusi penting dan unik bagi program yang diemban oleh seorang ahli konservasi berkualifikasi dan cukup dikenal secara internasional.

Page 58: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

1. Kemampuan Dasar : Asisten Konservator dan Konservator 1 - 4.Definisi: Lingkup pekerjaan pada posisi kelompok ini meliputi konservasi karya seni (works of art), artifak, relik (benda peninggalan), dan benda lain yang merupakan bagian dari koleksi, dibawah pengawasan institusi (lembaga) konservasi. Ini meliputi penelitian dan pemberian saran bagi pengembangan standar (dasar-dasar) konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain. Ini juga termasuk pengawasan (supervisi) bagi karyawan yang terlibat (dipekerjakan) dalam lingkup tugas kerja konservasi.Gambaran: Pekerjaan konservator meliputi pengamatan karya seni, relik, atau benda-benda lain untuk maksud pencegahan dari suatu proses kerusakan dan perlakuannya, serta perbaikannya (jika perlu). Konservator mengamati benda ini untuk ditempat- kan pada ruang pamer dan penyimpanan dengan kondisi yang benar; serta perlindungan terhadap kemungkinan serangan serangga dan jamur. Konservator juga bertanggung jawab bagi pemasangan alat-alat yang standar bagi kebutuhan ruang pamer dan penyimpanan koleksi. Ia dituntut untuk memberikan jaminan secara maksimal pada pemeliharaan dan penanganan karya seni, relik, dan benda lain dalam proses peminjaman atau dalam pameran keliling (benda dalam perjalanan). Disamping ia juga memberikan saran kepada kurator dan desainer pameran (untuk menjaga kondisi ruangan yang benar), berikut pemasangan alat-alat bagi kebutuhan suatu pameran. Walaupun kualifikasi pemberian kewenangan (mandat) tidak diterangkan dalam kelompok ini, pembuktian secara teori(tis) dan pengetahuan praktis untuk konservasi sangat diperlukan. Secara umum ini diperlukan bahwa pembuktian akan dapat ditunjukkan bagi yang memiliki kualifikasi tingkat ketiga (tertier), yang setara dengan disiplin ilmu yang terkait, seperti: sains konservasi, seni rupa, atau ilmu bahan (materials science). Konservator dengan kualifikasi tingkat terampil (mahir) sangat diperlukan untuk pekerjaan yang menuntut tingkat kesulitan tinggi. Tetapi pengetahuan teoritis dan praktis yang diperlukan bagi pekerjaan konservasi ini dapat juga diperoleh melalui kursus, diklat atau pelatihan dengan bimbingan khusus. Pekerjaan konservator juga memerlukan wawasan (apresiasi) terhadap nilai kultural (budaya) untuk karya seni, relik dan benda lain yang akan dikonservasi. Konservator juga diharapkan mengetahui kapan suatu benda tertentu tidak dapat dikonservasi secara layak dalam suatu laboratorium konservasi lembaga yang memiliki benda yang akan dikonservasi; dan menganjurkan bagaimana sebaiknya benda tersebut ditangani. Beberapa aspek kerja konservasi dapat memerlukan pengetahuan khusus dalam tahap analisis dan perlakuan pada kelompok benda tertentu, seperti: lukisan, tekstil, keramik, kaca, logam, kayu, buku, karya seni bermedia kertas, kertas lain pada umumnya, foto, dan pita perekam suara (tape magnetik).Istilah-istilah yang digunakan: Analisis adalah pengamatan suatu benda, barang, atau bahan untuk digunakan dalam perawatan atau perlakuan pada suatu benda, untuk mempertimbangkan komposisi dan/ atau kondisi pada bahan (materials) pembentuknya. Konservasi meliputi identifikasi, pencegahan, penghambatan, penahanan (pemberhentian?) dan mengembalikan pengaruh- pengaruh kerusakan fisik pada (bahan pembentuk) karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain; serta mencakup semua

aspek pemeliharaan benda, yang meliputi: perbaikan, merekondisi, atau membuat kondisi yang sesuai terhadap benda rusak mendekati aslinya. Lembaga Konservasi adalah sebuah lembaga atau badan yang memiliki tanggung-jawab dalam menangani, mengawasi, dan melaksanakan konservasi benda yang merupakan bagian daripada koleksi nasional secara profesional; atau yang memiliki tanggung-jawab lain dalam kaitannya dengan konservasi benda, seperti: pemberian saran dan asistansi (bantuan) tenaga ahli kepada badan/ lembaga- lembaga dalam pelaksanaan konservasi. Koleksi nasional meliputi koleksi-koleksi seni-rupa, sejarah, teknologi, etnografi, arkeologi, benda (dalam kajian ilmu) alam, perpustakaan dan arsip.

2. Kemampuan Khusus : a. Asisten Konservator.

Definisi: Di bawah supervisi yang terus-menerus melaksanakan konservasi karya seni, artifak, relik dan benda-benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah lembaga konservasi.Gambaran: Konservator pada tingkat ini, meliputi orang-orang yang hanya dengan bekal pengetahuan dan pengalaman yang terbatas. Pada awalnya, pekerjaan mereka diawasi secara ketat, tetapi dalam perkembangannya tingkat pengawasan- nya menjadi berkurang seiring dengan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh. Mereka juga membantu staf konservasi lain dalam melaksanakan pekerjaan konservasi, dan jika memungkinkan juga membantu dalam pelaksanaan analisis dan penelitian (riset).Uraian Tugas: Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Asisten Konservator. Melaksanakan pekerjaan konservasi secara terus- menerus pada karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) lembaga konservasi, seperti:• Pencucian, pelepasan bahan penguat (support/ back-up)

yang sudah tidak memenuhi syarat, dan menggantinya dengan bahan lain yang lebih cocok, seperti: perekat berupa film atau (cello) tape magnetik;

• Memperbaiki sobekan pada barang sablonan (prints), gambaran (drawing), dan dokumen arsip/ naskah (archival documents), perlakuan penjilidan buku (book bindings), melaksanakan prosedur penjilidan; dan penguatan kertas yang rusak dan rapuh;

• Penggandaan film dan bahan (pita) perekam suara ke standar arsip;

• Perlakuan benda logam dengan teknik stabilisasi, seperti: elektrolisis; dan

• Perlakuan konsolidasi (permukaan benda), perlakuan atau pengecatan ulang atau “tusir” (repainting/ inpainting) benda etnografi dan artifak.

• Pengawasan terhadap staf bawahan (pembantu).• Memberikan instruksi dalam penanganan dan pemelihara-

an benda koleksi.• Membantu program kerja pelatihan staf dalam pekerjaan

konservasi, termasuk pengawasan siswa, peserta kursus/ diklat konservasi tingkat lanjut (mahir).

• Menyiapkan dan melengkapi catatan kondisi benda, (usulan) perlakuan konservasi, dan catatan teknis lain.

b. Konservator 1.Definisi: Di bawah pengawasan yang tidak begitu ketat, orang ini mampu melaksanakan penelitian dan analisis; serta melakukan konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan menggunakan metode/ teknik yang memadai.Gambaran: Seseorang yang memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta mampu memilih dan menerapkan bahan (materials) dalam proses konservasi secara benar. Mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: lukisan jagrag (easel painting), karya seni bermedia kertas, buku, (pita) film, pita perekam suara, foto, logam, tekstil, atau benda lain bermedia komplek (campuran). Konservator pada tingkat ini dapat diminta untuk mengawasi staf konservasi bawahan.Uraian Tugas:Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 1. Melaksanakan penelitian dan analisis karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi untuk mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan konservasinya. Melaksanakan konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan menggunakan metode dan teknik yang memadai; dan melaporkan pekerjaan konservasi yang di- lakukannya, seperti:• Pembersihan (permukaan) lukisan; melaksanakan penguatan

(supports); “tusir” (inpainting); dan konsolidasi terhadap cat yang terangkat (cracking) pada lukisan;

• Memperbaiki sobekan pada barang sablonan (prints), gambaran (drawing), dan dokumen arsip/ naskah (archival documents), perlakuan penjilidan buku (book bindings), melaksanakan prosedur penjilidan; dan penguatan kertas yang rusak dan rapuh;

• Penggandaan film dan bahan (pita) perekam suara ke standar arsip;

• Perlakuan benda logam dengan teknik stabilisasi, seperti: elektrolisis; dan

• Perlakuan konsolidasi (permukaan benda), perlakuan atau pengecatan ulang atau “tusir” (repainting/ inpainting) benda etnografi dan artifak.

• Pengawasan terhadap staf bawahan (pembantu).• Memberikan instruksi didalam penanganan dan pe-

meliharaan benda koleksi.• Membantu program kerja pelatihan staf dalam pekerjaan

konservasi, termasuk pengawasan siswa, peserta kursus/ diklat konservasi tingkat lanjut (mahir).

• Menyiapkan dan melengkapi lembar kondisi benda, (usulan) perlakuan konservasi, dan catatan teknis lain.

c. Konservator 2.Definisi: Di bawah pengawasan yang terbatas, orang ini mampu mengarahkan pekerjaan kelompok yang diemban dalam pelaksanaan konservasi khusus karya seni, artifak, relik dan benda koleksi lain di laboratorium konservasi. Dalam kondisi yang sama, orang ini juga mampu melaksanakan penelitian

dan analisis; serta melakukan konservasi tingkat lanjut terhadap karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan meng- gunakan metode/ teknik yang memadai.Gambaran: Seseoramg yang memiliki pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup, serta mampu menampilkan metode dan teknik konservasi. Disamping ia telah menunjukkan kompetensi unjuk-kerja konservasi (konsisten dengan tidak berpindah-pindah profesi). Mereka secara umum dapat diminta untuk mengawasi staf bawahan/ pembantu. Konservator pada tingkat ini juga mampu mengarahkan pekerjaan kelompok staf. Mereka dapat juga melaksanakan penelitian dan analisis; serta melaksanakan pekerjaan konservasi.Uraian Tugas:Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 2.• Merancang sebuah program kerja konservasi untuk sebuah

kelompok;• Mempertimbangkan peralatan dan permintaan sumber daya

baru; serta pengonsepan rekomendasi bagi staf senior;• Menjamin penggunaan peralatan secara optimal;• Mengalokasikan tenaga didalam kelompok;• (Bilamana perlu) membantu staf bawahan/ asisten; dan

menunjukkan saran bagi staf pada institusi konservasi lain dalam aspek teknis konservasi;

Melaksanakan konservasi tingkat lanjutan terhadap karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi, meliputi: pengembangan dan/ atau adaptasi metode atau teknik yang lebih baik. Sebagai contoh:• Memperbaiki kerusakan pada kertas yang sangat rapuh;• Mengkonsolidasi secara ekstensif terhadap kerusakan atau

pengelupasan cat (cracking) pada lukisan;• Melaksanakan kerja konservasi secara ekstensif atau

pekerjaan “tusir” (inpainting) yang rumit pada lukisan;• Memperbaiki atau merestorasi koleksi yang sangat rentan

dan rumit, seperti: kelim renda (lace) dan peta kuno yang sangat rapuh;

• Perlakuan terhadap benda etnografi yang rapuh;• Merestorasi/ penjilidan buku; dan• Memperbaiki tatakan (inlays) yang terbuat dari kayu, kulit

[binatang] (leather), atau logam.* Melaksanakan penelitian masalah konservasi, dan bilamana

mungkin menerapkan hasil penelitian itu;* Melaksanakan survai dan laporan bagi kebutuhan

konservasi benda koleksi;* Melatih staf dalam pekerjaan konservasi, termasuk

supervisi terhadap siswa dari suatu program kursus atau diklat konservasi tingkat lanjut;

* Memberikan saran yang berkenaan dengan aktifitas kurasi (pengelolaan koleksi) dan staf lain yang berhubungan dengan penyimpanan, pemindahan koleksi, dan kebutuhan pada sebuah pameran koleksi;

* Memberikan saran dalam perawatan, perbaikan, dan re- habilitasi benda koleksi yang rusak dalam keadaan darurat, seperti: bencana banjir, kebakaran, gempa, dll.

* Melaksanakan atau mengatur analisis instrumental komplek dan interpretasinya;

* Mengarahkan program restorasi yang berhubungan dengan bidang kegitan konservasi.

[54][54]

c. Konservator 3.Definisi: Di bawah pengawasan yang terbatas, konservator pada tingkatan ini mampu mengarahkan pekerjaan sebuah seksi konservasi pada laboratorium konservasi. Orang ini juga mampu melaksanakan penelitian dan analisis tingkat lanjut; serta melaksanakan konservasi terhadap karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi yang memerlukan tingkat inovasi dan kemahiran (skill) yang tinggi.Gambaran: Orang-orang pada tingkat ini memiliki pengalaman yang begitu memadai dalam bidang konservasi. Dan karena bidang konservasi ini sangat ditekuninya, maka orang tersebut dapat dikualifikasikan sebagai ahli dalam bidang konservasi. Bagi orang yang memiliki pengetahuan mendekati kualifikasi tingkat lanjut (mahir) dalam disiplin ilmu yang berhubungan, seperti: sains konservasi, seni rupa, atau ilmu bahan (materials science) cukup berpengaruh terhadap unjuk-kerja konservasi pada tingkat ini. Orang-orang ini dapat mengarahkan sebuah seksi, serta mampu melaksanakan penelitian, analisis; dan melaksana- kan pekerjaan konservasi.Uraian Tugas:Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 3.• Merancang sebuah program kerja konservasi bagi seksi

yang bersangkutan;• Menjamin penggunaan sumber daya yang ada secara

optimal;• Mengakses dan membuat rekomendasi bagi kebutuhan

peralatan baru dan sumber daya yang diperlukan;• Mengalokasikan tenaga-kerja dalam seksi yang relevan;• Membantu (membina) staf bawahannya, bilamana perlu

dan• Memberikan saran kepada staf institusi konservasi lain

dalam aspek teknis konservasi, yang meliputi: konservasi, penyimpanan, pemindahan (transport), dan kebutuhan bagi pameran benda koleksi;

* Melaksanakan konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi yang memerlukan tingkat inovasi dan kemahiran yang tinggi, seperti: dengan melengkapi dan mengawasi penyelidikan masalah yang belum diketahui cara mengatasinya.

* Melaksanakan penelitian tingkat lanjut terhadap masalah konservasi yang lebih rumit; dan mengembangkan metode dan/ atau teknik baru, yang kemudian hasilnya dapat diterapkan.

Mengembangkan strategi kebijaksanaan untuk mengatasi bencana, seperti:• Memberikan masukan pada masalah yang ada hubungan-

nya dengan perawatan, perbaikan (recovery), dan re- habilitasi benda dalam bencana yang tak terduga, seperti: kebanjiran, kebakaran, gempa, dll.

• Pelatihan staf dalam teknik-teknik pengelolaan koleksi (kurasi) yang rusak.

d. Konservator 4.Definisi: Dalam keterbatasan kebijaksanaan yang diberikan, konservator tingkat ini masih mampu merumuskan, meng- arahkan, dan mengendalikan program konservasi pada sebuah institusi/ lembaga yang besar.Gambaran: Ada gambaran umum pada “Catatan” di bawah, hanya satu kedudukan (jabatan) dalam sebuah institusi yang besar. Orang pada tingkatan ini mampu memberikan saran dalam masalah konservasi kepada kepala (pimpinan tertinggi) pada lembaga yang bersangkutan. Mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang konservasi lebih dari cukup memadai; dan dapat dikualifikasikan sebagai ahli konservasi. Orang yang memiliki pengetahuan mendekati kualifikasi tingkat ahli dari disiplin ilmu yang relevan (linier), seperti: sains konservasi, seni rupa, dan ilmu bahan (materials science) sangat mempengaruhi dalam memberikan unjuk- kerja konservator pada tingkat ini.Uraian Tugas:Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 4.* Memberikan saran kepada kepala (pimpinan tertinggi

lembaga yang bersangkutan) dan staf lembaga; bilamana perlu bagi lembaga atau badan-badan lain dalam kebutuhan konservasi benda koleksi.

* Merumuskan, mengarahkan, dan mengendalikan program konservasi pada sebuah lembaga besar.

* Memperlengkapi dan mengarahkan berbagai perangkat bagi program pengembangan staf konservasi.

Catatan: Pada keadaan tertentu, sebuah kedudukan/ jabatan dapat diputuskan pada tingkatan ini, yang mana tidak harus bertanggung-jawab terhadap program konservasi pada sebuah institusi yang besar. Tetapi lingkup pekerjaan konservasi yang diberikan tetap merupakan sebuah kontribusi penting dan unik bagi program yang diemban oleh seorang ahli konservasi berkualifikasi dan cukup dikenal secara internasional.

Page 59: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

1. Kemampuan Dasar : Asisten Konservator dan Konservator 1 - 4.Definisi: Lingkup pekerjaan pada posisi kelompok ini meliputi konservasi karya seni (works of art), artifak, relik (benda peninggalan), dan benda lain yang merupakan bagian dari koleksi, dibawah pengawasan institusi (lembaga) konservasi. Ini meliputi penelitian dan pemberian saran bagi pengembangan standar (dasar-dasar) konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain. Ini juga termasuk pengawasan (supervisi) bagi karyawan yang terlibat (dipekerjakan) dalam lingkup tugas kerja konservasi.Gambaran: Pekerjaan konservator meliputi pengamatan karya seni, relik, atau benda-benda lain untuk maksud pencegahan dari suatu proses kerusakan dan perlakuannya, serta perbaikannya (jika perlu). Konservator mengamati benda ini untuk ditempat- kan pada ruang pamer dan penyimpanan dengan kondisi yang benar; serta perlindungan terhadap kemungkinan serangan serangga dan jamur. Konservator juga bertanggung jawab bagi pemasangan alat-alat yang standar bagi kebutuhan ruang pamer dan penyimpanan koleksi. Ia dituntut untuk memberikan jaminan secara maksimal pada pemeliharaan dan penanganan karya seni, relik, dan benda lain dalam proses peminjaman atau dalam pameran keliling (benda dalam perjalanan). Disamping ia juga memberikan saran kepada kurator dan desainer pameran (untuk menjaga kondisi ruangan yang benar), berikut pemasangan alat-alat bagi kebutuhan suatu pameran. Walaupun kualifikasi pemberian kewenangan (mandat) tidak diterangkan dalam kelompok ini, pembuktian secara teori(tis) dan pengetahuan praktis untuk konservasi sangat diperlukan. Secara umum ini diperlukan bahwa pembuktian akan dapat ditunjukkan bagi yang memiliki kualifikasi tingkat ketiga (tertier), yang setara dengan disiplin ilmu yang terkait, seperti: sains konservasi, seni rupa, atau ilmu bahan (materials science). Konservator dengan kualifikasi tingkat terampil (mahir) sangat diperlukan untuk pekerjaan yang menuntut tingkat kesulitan tinggi. Tetapi pengetahuan teoritis dan praktis yang diperlukan bagi pekerjaan konservasi ini dapat juga diperoleh melalui kursus, diklat atau pelatihan dengan bimbingan khusus. Pekerjaan konservator juga memerlukan wawasan (apresiasi) terhadap nilai kultural (budaya) untuk karya seni, relik dan benda lain yang akan dikonservasi. Konservator juga diharapkan mengetahui kapan suatu benda tertentu tidak dapat dikonservasi secara layak dalam suatu laboratorium konservasi lembaga yang memiliki benda yang akan dikonservasi; dan menganjurkan bagaimana sebaiknya benda tersebut ditangani. Beberapa aspek kerja konservasi dapat memerlukan pengetahuan khusus dalam tahap analisis dan perlakuan pada kelompok benda tertentu, seperti: lukisan, tekstil, keramik, kaca, logam, kayu, buku, karya seni bermedia kertas, kertas lain pada umumnya, foto, dan pita perekam suara (tape magnetik).Istilah-istilah yang digunakan: Analisis adalah pengamatan suatu benda, barang, atau bahan untuk digunakan dalam perawatan atau perlakuan pada suatu benda, untuk mempertimbangkan komposisi dan/ atau kondisi pada bahan (materials) pembentuknya. Konservasi meliputi identifikasi, pencegahan, penghambatan, penahanan (pemberhentian?) dan mengembalikan pengaruh- pengaruh kerusakan fisik pada (bahan pembentuk) karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain; serta mencakup semua

aspek pemeliharaan benda, yang meliputi: perbaikan, merekondisi, atau membuat kondisi yang sesuai terhadap benda rusak mendekati aslinya. Lembaga Konservasi adalah sebuah lembaga atau badan yang memiliki tanggung-jawab dalam menangani, mengawasi, dan melaksanakan konservasi benda yang merupakan bagian daripada koleksi nasional secara profesional; atau yang memiliki tanggung-jawab lain dalam kaitannya dengan konservasi benda, seperti: pemberian saran dan asistansi (bantuan) tenaga ahli kepada badan/ lembaga- lembaga dalam pelaksanaan konservasi. Koleksi nasional meliputi koleksi-koleksi seni-rupa, sejarah, teknologi, etnografi, arkeologi, benda (dalam kajian ilmu) alam, perpustakaan dan arsip.

2. Kemampuan Khusus : a. Asisten Konservator.

Definisi: Di bawah supervisi yang terus-menerus melaksanakan konservasi karya seni, artifak, relik dan benda-benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah lembaga konservasi.Gambaran: Konservator pada tingkat ini, meliputi orang-orang yang hanya dengan bekal pengetahuan dan pengalaman yang terbatas. Pada awalnya, pekerjaan mereka diawasi secara ketat, tetapi dalam perkembangannya tingkat pengawasan- nya menjadi berkurang seiring dengan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh. Mereka juga membantu staf konservasi lain dalam melaksanakan pekerjaan konservasi, dan jika memungkinkan juga membantu dalam pelaksanaan analisis dan penelitian (riset).Uraian Tugas: Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Asisten Konservator. Melaksanakan pekerjaan konservasi secara terus- menerus pada karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) lembaga konservasi, seperti:• Pencucian, pelepasan bahan penguat (support/ back-up)

yang sudah tidak memenuhi syarat, dan menggantinya dengan bahan lain yang lebih cocok, seperti: perekat berupa film atau (cello) tape magnetik;

• Memperbaiki sobekan pada barang sablonan (prints), gambaran (drawing), dan dokumen arsip/ naskah (archival documents), perlakuan penjilidan buku (book bindings), melaksanakan prosedur penjilidan; dan penguatan kertas yang rusak dan rapuh;

• Penggandaan film dan bahan (pita) perekam suara ke standar arsip;

• Perlakuan benda logam dengan teknik stabilisasi, seperti: elektrolisis; dan

• Perlakuan konsolidasi (permukaan benda), perlakuan atau pengecatan ulang atau “tusir” (repainting/ inpainting) benda etnografi dan artifak.

• Pengawasan terhadap staf bawahan (pembantu).• Memberikan instruksi dalam penanganan dan pemelihara-

an benda koleksi.• Membantu program kerja pelatihan staf dalam pekerjaan

konservasi, termasuk pengawasan siswa, peserta kursus/ diklat konservasi tingkat lanjut (mahir).

• Menyiapkan dan melengkapi catatan kondisi benda, (usulan) perlakuan konservasi, dan catatan teknis lain.

b. Konservator 1.Definisi: Di bawah pengawasan yang tidak begitu ketat, orang ini mampu melaksanakan penelitian dan analisis; serta melakukan konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan menggunakan metode/ teknik yang memadai.Gambaran: Seseorang yang memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta mampu memilih dan menerapkan bahan (materials) dalam proses konservasi secara benar. Mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: lukisan jagrag (easel painting), karya seni bermedia kertas, buku, (pita) film, pita perekam suara, foto, logam, tekstil, atau benda lain bermedia komplek (campuran). Konservator pada tingkat ini dapat diminta untuk mengawasi staf konservasi bawahan.Uraian Tugas:Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 1. Melaksanakan penelitian dan analisis karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi untuk mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan konservasinya. Melaksanakan konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan menggunakan metode dan teknik yang memadai; dan melaporkan pekerjaan konservasi yang di- lakukannya, seperti:• Pembersihan (permukaan) lukisan; melaksanakan penguatan

(supports); “tusir” (inpainting); dan konsolidasi terhadap cat yang terangkat (cracking) pada lukisan;

• Memperbaiki sobekan pada barang sablonan (prints), gambaran (drawing), dan dokumen arsip/ naskah (archival documents), perlakuan penjilidan buku (book bindings), melaksanakan prosedur penjilidan; dan penguatan kertas yang rusak dan rapuh;

• Penggandaan film dan bahan (pita) perekam suara ke standar arsip;

• Perlakuan benda logam dengan teknik stabilisasi, seperti: elektrolisis; dan

• Perlakuan konsolidasi (permukaan benda), perlakuan atau pengecatan ulang atau “tusir” (repainting/ inpainting) benda etnografi dan artifak.

• Pengawasan terhadap staf bawahan (pembantu).• Memberikan instruksi didalam penanganan dan pe-

meliharaan benda koleksi.• Membantu program kerja pelatihan staf dalam pekerjaan

konservasi, termasuk pengawasan siswa, peserta kursus/ diklat konservasi tingkat lanjut (mahir).

• Menyiapkan dan melengkapi lembar kondisi benda, (usulan) perlakuan konservasi, dan catatan teknis lain.

c. Konservator 2.Definisi: Di bawah pengawasan yang terbatas, orang ini mampu mengarahkan pekerjaan kelompok yang diemban dalam pelaksanaan konservasi khusus karya seni, artifak, relik dan benda koleksi lain di laboratorium konservasi. Dalam kondisi yang sama, orang ini juga mampu melaksanakan penelitian

dan analisis; serta melakukan konservasi tingkat lanjut terhadap karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan meng- gunakan metode/ teknik yang memadai.Gambaran: Seseoramg yang memiliki pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup, serta mampu menampilkan metode dan teknik konservasi. Disamping ia telah menunjukkan kompetensi unjuk-kerja konservasi (konsisten dengan tidak berpindah-pindah profesi). Mereka secara umum dapat diminta untuk mengawasi staf bawahan/ pembantu. Konservator pada tingkat ini juga mampu mengarahkan pekerjaan kelompok staf. Mereka dapat juga melaksanakan penelitian dan analisis; serta melaksanakan pekerjaan konservasi.Uraian Tugas:Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 2.• Merancang sebuah program kerja konservasi untuk sebuah

kelompok;• Mempertimbangkan peralatan dan permintaan sumber daya

baru; serta pengonsepan rekomendasi bagi staf senior;• Menjamin penggunaan peralatan secara optimal;• Mengalokasikan tenaga didalam kelompok;• (Bilamana perlu) membantu staf bawahan/ asisten; dan

menunjukkan saran bagi staf pada institusi konservasi lain dalam aspek teknis konservasi;

Melaksanakan konservasi tingkat lanjutan terhadap karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi, meliputi: pengembangan dan/ atau adaptasi metode atau teknik yang lebih baik. Sebagai contoh:• Memperbaiki kerusakan pada kertas yang sangat rapuh;• Mengkonsolidasi secara ekstensif terhadap kerusakan atau

pengelupasan cat (cracking) pada lukisan;• Melaksanakan kerja konservasi secara ekstensif atau

pekerjaan “tusir” (inpainting) yang rumit pada lukisan;• Memperbaiki atau merestorasi koleksi yang sangat rentan

dan rumit, seperti: kelim renda (lace) dan peta kuno yang sangat rapuh;

• Perlakuan terhadap benda etnografi yang rapuh;• Merestorasi/ penjilidan buku; dan• Memperbaiki tatakan (inlays) yang terbuat dari kayu, kulit

[binatang] (leather), atau logam.* Melaksanakan penelitian masalah konservasi, dan bilamana

mungkin menerapkan hasil penelitian itu;* Melaksanakan survai dan laporan bagi kebutuhan

konservasi benda koleksi;* Melatih staf dalam pekerjaan konservasi, termasuk

supervisi terhadap siswa dari suatu program kursus atau diklat konservasi tingkat lanjut;

* Memberikan saran yang berkenaan dengan aktifitas kurasi (pengelolaan koleksi) dan staf lain yang berhubungan dengan penyimpanan, pemindahan koleksi, dan kebutuhan pada sebuah pameran koleksi;

* Memberikan saran dalam perawatan, perbaikan, dan re- habilitasi benda koleksi yang rusak dalam keadaan darurat, seperti: bencana banjir, kebakaran, gempa, dll.

* Melaksanakan atau mengatur analisis instrumental komplek dan interpretasinya;

* Mengarahkan program restorasi yang berhubungan dengan bidang kegitan konservasi.

c. Konservator 3.Definisi: Di bawah pengawasan yang terbatas, konservator pada tingkatan ini mampu mengarahkan pekerjaan sebuah seksi konservasi pada laboratorium konservasi. Orang ini juga mampu melaksanakan penelitian dan analisis tingkat lanjut; serta melaksanakan konservasi terhadap karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi yang memerlukan tingkat inovasi dan kemahiran (skill) yang tinggi.Gambaran: Orang-orang pada tingkat ini memiliki pengalaman yang begitu memadai dalam bidang konservasi. Dan karena bidang konservasi ini sangat ditekuninya, maka orang tersebut dapat dikualifikasikan sebagai ahli dalam bidang konservasi. Bagi orang yang memiliki pengetahuan mendekati kualifikasi tingkat lanjut (mahir) dalam disiplin ilmu yang berhubungan, seperti: sains konservasi, seni rupa, atau ilmu bahan (materials science) cukup berpengaruh terhadap unjuk-kerja konservasi pada tingkat ini. Orang-orang ini dapat mengarahkan sebuah seksi, serta mampu melaksanakan penelitian, analisis; dan melaksana- kan pekerjaan konservasi.Uraian Tugas:Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 3.• Merancang sebuah program kerja konservasi bagi seksi

yang bersangkutan;• Menjamin penggunaan sumber daya yang ada secara

optimal;• Mengakses dan membuat rekomendasi bagi kebutuhan

peralatan baru dan sumber daya yang diperlukan;• Mengalokasikan tenaga-kerja dalam seksi yang relevan;• Membantu (membina) staf bawahannya, bilamana perlu

dan• Memberikan saran kepada staf institusi konservasi lain

dalam aspek teknis konservasi, yang meliputi: konservasi, penyimpanan, pemindahan (transport), dan kebutuhan bagi pameran benda koleksi;

* Melaksanakan konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi yang memerlukan tingkat inovasi dan kemahiran yang tinggi, seperti: dengan melengkapi dan mengawasi penyelidikan masalah yang belum diketahui cara mengatasinya.

* Melaksanakan penelitian tingkat lanjut terhadap masalah konservasi yang lebih rumit; dan mengembangkan metode dan/ atau teknik baru, yang kemudian hasilnya dapat diterapkan.

Mengembangkan strategi kebijaksanaan untuk mengatasi bencana, seperti:• Memberikan masukan pada masalah yang ada hubungan-

nya dengan perawatan, perbaikan (recovery), dan re- habilitasi benda dalam bencana yang tak terduga, seperti: kebanjiran, kebakaran, gempa, dll.

• Pelatihan staf dalam teknik-teknik pengelolaan koleksi (kurasi) yang rusak.

d. Konservator 4.Definisi: Dalam keterbatasan kebijaksanaan yang diberikan, konservator tingkat ini masih mampu merumuskan, meng- arahkan, dan mengendalikan program konservasi pada sebuah institusi/ lembaga yang besar.Gambaran: Ada gambaran umum pada “Catatan” di bawah, hanya satu kedudukan (jabatan) dalam sebuah institusi yang besar. Orang pada tingkatan ini mampu memberikan saran dalam masalah konservasi kepada kepala (pimpinan tertinggi) pada lembaga yang bersangkutan. Mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang konservasi lebih dari cukup memadai; dan dapat dikualifikasikan sebagai ahli konservasi. Orang yang memiliki pengetahuan mendekati kualifikasi tingkat ahli dari disiplin ilmu yang relevan (linier), seperti: sains konservasi, seni rupa, dan ilmu bahan (materials science) sangat mempengaruhi dalam memberikan unjuk- kerja konservator pada tingkat ini.Uraian Tugas:Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 4.* Memberikan saran kepada kepala (pimpinan tertinggi

lembaga yang bersangkutan) dan staf lembaga; bilamana perlu bagi lembaga atau badan-badan lain dalam kebutuhan konservasi benda koleksi.

* Merumuskan, mengarahkan, dan mengendalikan program konservasi pada sebuah lembaga besar.

* Memperlengkapi dan mengarahkan berbagai perangkat bagi program pengembangan staf konservasi.

Catatan: Pada keadaan tertentu, sebuah kedudukan/ jabatan dapat diputuskan pada tingkatan ini, yang mana tidak harus bertanggung-jawab terhadap program konservasi pada sebuah institusi yang besar. Tetapi lingkup pekerjaan konservasi yang diberikan tetap merupakan sebuah kontribusi penting dan unik bagi program yang diemban oleh seorang ahli konservasi berkualifikasi dan cukup dikenal secara internasional.

[55]

Sebelum Konservasi Sesudah Konservasi

Page 60: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

• To serve the museum profession by promoting and practicing excellence, honesty, and transparency in all professional activities.

Research, Scholarship, and IntegrityCurators ensure the integrity and objectivity of their

scholarship and research projects by compiling reference materials and supporting documentation, keeping abreast of current scholarship, and unfailingly acknow- ledging the scholarly and artistic contributions of others.

More specifically, curators must establish intellec- tual control of the collection under their care. They ensure that a record of each object in the collection is prepared at the time of acquisition and that the record and the object are systematically organized and retrievable. They conduct research on and record the provenance of all objects in or offered to the collection, and they are responsible for the accuracy of the documentation, whether prepared by themselves or others. Curators must be aware of all applicable national and international laws and never knowingly acquire stolen, illegally exported, or improperly collected objects.

InterpretationCurators must commit themselves to developing the

museum collection and interpretation of its objects with a respect for the needs of all potential patrons and in compliance with, but not restricted to, the standards for accessibility set forth in the Americans with Disabilities Act (ADA). Curators are responsible for ensuring that all verbal and written interpretation is accurate and accessible, physically and cognitively, whether prepared by themselves or their subordinates.

When preparing interpretive material, curators have a responsibility to an object’s creator(s) and culture of origin. When possible and appropriate, they accurately and respectfully represent the creator’s perspective, the object’s historical and cultural context, and the object’s history of use.

Acquisition, Care, and DisposalCurators at collecting institutions should be guided

by codes of ethics relating to their individual discipline and by international, national, and local laws affecting aspects of their responsibilities, including the acquisition and disposal of objects.

Curators develop the collection under their care in conjunction with the museum’s stated mission and other institutional policies, procedures, and documents. They identify deficiencies in the collection, review potential acquisitions, and provide compelling reasons for adding objects to the collection in accordance with the acquisi- tion policy of their institution. They thoroughly document new acquisitions and advocate the care of the collection according to accepted professional standards in their area of expertise.

Curators periodically review collection objects to assess the continued relevance of each object to the museum’s mission. They refine the collection through judicious disposal of objects in accordance with the deaccession policy of their institution.

Sumber : https://evmuseography.wordpress.com/2016/02/17/what-is-a-curator/

What Is a Curator?Curators are highly knowledgeable, experienced, or

educated in a discipline relevant to the museum’s purpose or mission. Curatorial roles and responsibilities vary widely within the museum community and within the museum itself, and may also be fulfilled by staff members with other titles.Depending on their job duties, museum curators may do some or all of the following:

• Remain current in the scholarly developments within their field(s); conduct original research and develop new scholarship that contributes to the advancement of the body of knowledge within their field(s) and within the museum profession as a whole.

• Make recommendations for acquiring and deaccessioning objects in the museum collection.

• Assume responsibility for the overall care and development of the collection, which may include artifacts, fine art, specimens, historic structures, and intellectual property.

• Advocate for and participate in the formulation of institutional policies and procedures for the care of the collection that are based on accepted professional standards and best practices as defined by AAM, CurCom, and other relevant professional organizations.

• Perform research to identify materials in the collection and to document their history.

• Interpret the objects belonging or loaned to the museum.

• Develop and organize exhibitions.• Contribute to programs and educational materials.• Advocate and provide for public use of the collection.• Develop or contribute to monographs, essays,

research papers, and other products of original thought.

• Represent their institution in the media, at public gatherings, and at professional conferences and seminars.

• Remain current on all state, national, and international laws as they pertain to objects in the museum collection.Regardless of their situation, curators have

distinctive responsibilities that focus upon: 1). the interpretation, study, care, and development of the collection, and 2). the materials, concepts, exhibitions, and other programs central to the identity of their museum. Because of their direct responsibilities for the collection and their role in the development of interpretive material, curators are ambassadors who represent their institution in the public sphere.

Curators understand not only their role within the museum but also the responsibilities of the governing board, administration, and other staff; and they respect the hierarchy of authority at their institution. They are responsible for providing leadership and expertise in a variety of areas within their museum and the larger museum community.Curatorial work is guided by the following values:

• To serve the public good by contributing to and promoting learning, inquiry, and dialogue, and by making the depth and breadth of human knowledge available to the public.

• To serve the institution by responsible stewardship of financial, material, and intellectual resources; by pursuit of the goals and mission of the institution with respect for the diversity of ideas, cultures, and beliefs; and by integrity of scholarly research.

Lampiran 20

Deaccessioning is undertaken solely for the advancement of the museum’s mission. Curators offer professional guidance and expertise to their museum’s board of trustees or other governing authority to ensure that the museum does not suffer in any way as a result of

the deaccessioning process. Deaccessioned objects are preferably offered for transfer to another cultural institution or for sale at a well-publicized public auction. Proceeds from the sale of collections may not be used for anything other than acquisition or direct care of collections. Any other use may create the appearance that the collection, which is held in public trust, is being sold to finance the operations of the museum.

In some cases, deaccessioned objects may be destroyed if the objects have deteriorated to the point that their research, interpretive, historical, or other value is compromised beyond reclamation; if they are slated for deaccessioning and no other repositories wish to acquire them; or if they contain toxins or other volatile compo- nents that place patrons, staff, or other collection objects at risk.

Collection Access and UseCurators advocate and provide for public access to

and use of the collection. Whenever possible, curators encourage and facilitate research inquiries, requests to examine objects, the use of objects in interpretive programs and exhibitions, and loans to other organi- zations — all in keeping with the institution’s obligation of holding the collection in the public trust.

[56]

Page 61: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[57]

Curators recognize that the balance between preservation and use of collection objects is delicate. They discourage uses of the collection that may unnecessarily hasten the degradation or deterioration of any object.

When dealing with objects of cultural patrimony, including but not limited to human remains, sacred objects, and funerary objects, curators should consult with descendant communities regarding handling, storing, and exhibiting materials with consideration and respect for cultural traditions. When dealing with Native American collections, curators should ensure that their institution is in compliance with all Native American Graves Protection and Repatriation Act (NAGPRA) rules and regulations.

Awareness of and respect for donor restrictions and confidentiality, and respect for the object’s creator(s) and cultural context, are paramount when considering requests for loans, access to objects, collection information, and any other use.

Curators offer professional guidance and expertise to their museum’s board of trustees or other governing authority to ensure that the museum does not suffer in any way as the result of a loan of objects from the collection. Object loans should further interpretation and scholarship. Any other purpose may create the appearance that collection objects are being used for commercial or personal gain. Loans from the collection are granted following institutional policy.

Curators ensure that objects loaned to and from the museum receive at least the same care and protection as the objects under their care.

Replication of Objects in the Collection

Curators evaluate and support only those proposals to produce copies of collection objects for commercial or other purposes that guarantee the safety of an object and ensure that every copy will be accurate and that each use is in compliance with institutional policy. Any replication should be marked as a copy in a permanent manner and developed according to institutional policy. The replication of an object should in no way alter or devalue the original collection item.

Conflicts Of InterestMuseum staff and trustees regularly make

decisions about what to collect, exhibit, study, and promote. The well-being of any museum depends on the public’s confidence that its decision making is driven by the greater interests of the community it serves and is not unduly influenced by the potential for personal gain or the needs and practices of the marketplace. Curators respect the public purpose of museums and conduct themselves in a manner intended to protect both their institution and profession by putting the public interest first.

Often, when a conflict arises within an institution, it is the individual curator who is first aware of its existence and first to bring it to the attention of the museum’s leadership. As curators and museums search for legitimate ways to resolve an ethical dilemma, it is essential that all parties work together for the benefit of the institution and the public it serves. The relationship between curators and institutions must be based on mutual trust and sound judgment.

General StatementsCurators are committed to the mission, goals, and

policies of their institution, and they avoid conflicts of interest and the appearance of conflicts of interest. The perception of conflict of interest can be as damaging as an actual conflict; the public’s trust of the entire museum profession is violated when the curatorial decision- making process is perceived to be influenced by a conflict of interest.

Curators often benefit personally and professionally from their association with a museum, enriching or advancing their careers through good work and through associations and contacts that are the normal result of curatorial activities. However, if curators use or appear to use their position with a museum purely for personal advantage or profit rather than in service of their institution and the public good, that behavior constitutes a conflict of interest.

Critical areas for potential conflicts of interest include personal collecting, dealing, gifts, outside employment, and consulting. In all pertinent areas, curators should assert leadership and advocate the creation of policies that define institutional expectations and standards of conduct. Written policies, which should be made available to all staff, help the museum establish and employ a consistent, evenhanded approach in all situations that involve a potential conflict of interest. If written policies do not exist, curators seek the advice and consent of their supervisor until a policy is adopted.

DisclosureEthical decision making is rarely a matter of simply

following preordained guidelines. Real-world situations are often complex; a thorough process of study and consideration typically precedes a decision about ethics. Openness and transparency are prudent, effective means of avoiding conflicts of interest and are essential conditions for the decision-making process.

Curators and guest curators disclose potential conflicts of interest to their immediate supervisors in writing or by following established institutional policy.

Personal Collecting and DealingCurators often make or influence important decisions

about the content of their institution’s collection and exhibitions. The public good, not individual gain, is the

primary concern in their decisions. Curators must not develop a personal collection that in any way compromi- ses or is in conflict with the credibility or interests of their institution.

When curators build and maintain a personal collection in any area of interest that overlaps with their museum’s identity and mission, a serious potential for an ethical conflict exists. For this reason, many institutions prohibit personal collecting by staff within the museum’s mission; others allow it within closely prescribed guidelines.

Curators or guest curators may not be active dealers in the museum’s areas of interest. Active dealers are individuals who have a registered business with commercial tax status or, more broadly, are actively engaged in the buying and selling of objects for personal or commercial profit. Guest curators are expected to operate within the same institutional guidelines that govern the behavior of staff curators in the areas of personal collecting and dealing.

Appraisals and AuthenticationCurators who become involved in establishing the

monetary value of objects or authenticating objects expose themselves and their institution to conflicts of interest and legal risks. Therefore, curators must not prepare appraisals for any reason. Curators should refer all interested parties directly to professional appraisers’ societies or qualified appraisers. All referrals should be made without endorsement.

Curators may estimate insurance values for loans or other internal uses and should document the sources for these estimates.

Some museums may allow curators to provide authentications under carefully controlled conditions per institutional policy.

Deaccessioning is undertaken solely for the advancement of the museum’s mission. Curators offer professional guidance and expertise to their museum’s board of trustees or other governing authority to ensure that the museum does not suffer in any way as a result of

the deaccessioning process. Deaccessioned objects are preferably offered for transfer to another cultural institution or for sale at a well-publicized public auction. Proceeds from the sale of collections may not be used for anything other than acquisition or direct care of collections. Any other use may create the appearance that the collection, which is held in public trust, is being sold to finance the operations of the museum.

In some cases, deaccessioned objects may be destroyed if the objects have deteriorated to the point that their research, interpretive, historical, or other value is compromised beyond reclamation; if they are slated for deaccessioning and no other repositories wish to acquire them; or if they contain toxins or other volatile compo- nents that place patrons, staff, or other collection objects at risk.

Collection Access and UseCurators advocate and provide for public access to

and use of the collection. Whenever possible, curators encourage and facilitate research inquiries, requests to examine objects, the use of objects in interpretive programs and exhibitions, and loans to other organi- zations — all in keeping with the institution’s obligation of holding the collection in the public trust.

Page 62: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

Outside EmploymentOutside employment includes situations in which

curators who are principally employed by a museum also engage in work for an organization, an individual, or themselves on their own time and receive compensation for this activity. Some institutions prohibit outside employ- ment; others allow it within closely prescribed guidelines.

Curators should conform to their museum’s policy concerning outside employment and disclose any activity to their supervisor before accepting such responsibilities. In addition, curators must follow their institution’s policies regarding lecture fees, royalties, and ownership of scholarly materials and copyrights. Curators, especially those who are also artists, need to be sensitive to the ethical issues that may arise in relationships with galleries, dealers, and professional colleagues.

Relationships with Vendors, GiftsPersonal relationships with vendors and other types

of contributors may lead to or cause the appearance of favoritism and have legal and ethical ramifications. For this reason, gifts from vendors, collectors, or other parties who may be seeking influence or business with the museum may not be accepted. To avoid undue influence, curators and guest curators who have prior relationships with such parties should disclose those relationships to their supervisors.

As a result of their professional duties, curators may develop a personal relationship with a colleague, donor, associate, or artist. In such instances, personal gifts may be permissible in accordance with institutional policy.

Many institutions prohibit staff from accepting personal gifts; others allow it within closely prescribed guidelines. Gifts to the institution may be accepted by curators for their institution. If there is any question about appropriateness, curators should discuss the circum- stances with their supervisor before accepting the gift.

[58]

Curators recognize that the balance between preservation and use of collection objects is delicate. They discourage uses of the collection that may unnecessarily hasten the degradation or deterioration of any object.

When dealing with objects of cultural patrimony, including but not limited to human remains, sacred objects, and funerary objects, curators should consult with descendant communities regarding handling, storing, and exhibiting materials with consideration and respect for cultural traditions. When dealing with Native American collections, curators should ensure that their institution is in compliance with all Native American Graves Protection and Repatriation Act (NAGPRA) rules and regulations.

Awareness of and respect for donor restrictions and confidentiality, and respect for the object’s creator(s) and cultural context, are paramount when considering requests for loans, access to objects, collection information, and any other use.

Curators offer professional guidance and expertise to their museum’s board of trustees or other governing authority to ensure that the museum does not suffer in any way as the result of a loan of objects from the collection. Object loans should further interpretation and scholarship. Any other purpose may create the appearance that collection objects are being used for commercial or personal gain. Loans from the collection are granted following institutional policy.

Curators ensure that objects loaned to and from the museum receive at least the same care and protection as the objects under their care.

Replication of Objects in the Collection

Curators evaluate and support only those proposals to produce copies of collection objects for commercial or other purposes that guarantee the safety of an object and ensure that every copy will be accurate and that each use is in compliance with institutional policy. Any replication should be marked as a copy in a permanent manner and developed according to institutional policy. The replication of an object should in no way alter or devalue the original collection item.

Conflicts Of InterestMuseum staff and trustees regularly make

decisions about what to collect, exhibit, study, and promote. The well-being of any museum depends on the public’s confidence that its decision making is driven by the greater interests of the community it serves and is not unduly influenced by the potential for personal gain or the needs and practices of the marketplace. Curators respect the public purpose of museums and conduct themselves in a manner intended to protect both their institution and profession by putting the public interest first.

Often, when a conflict arises within an institution, it is the individual curator who is first aware of its existence and first to bring it to the attention of the museum’s leadership. As curators and museums search for legitimate ways to resolve an ethical dilemma, it is essential that all parties work together for the benefit of the institution and the public it serves. The relationship between curators and institutions must be based on mutual trust and sound judgment.

General StatementsCurators are committed to the mission, goals, and

policies of their institution, and they avoid conflicts of interest and the appearance of conflicts of interest. The perception of conflict of interest can be as damaging as an actual conflict; the public’s trust of the entire museum profession is violated when the curatorial decision- making process is perceived to be influenced by a conflict of interest.

Curators often benefit personally and professionally from their association with a museum, enriching or advancing their careers through good work and through associations and contacts that are the normal result of curatorial activities. However, if curators use or appear to use their position with a museum purely for personal advantage or profit rather than in service of their institution and the public good, that behavior constitutes a conflict of interest.

Critical areas for potential conflicts of interest include personal collecting, dealing, gifts, outside employment, and consulting. In all pertinent areas, curators should assert leadership and advocate the creation of policies that define institutional expectations and standards of conduct. Written policies, which should be made available to all staff, help the museum establish and employ a consistent, evenhanded approach in all situations that involve a potential conflict of interest. If written policies do not exist, curators seek the advice and consent of their supervisor until a policy is adopted.

DisclosureEthical decision making is rarely a matter of simply

following preordained guidelines. Real-world situations are often complex; a thorough process of study and consideration typically precedes a decision about ethics. Openness and transparency are prudent, effective means of avoiding conflicts of interest and are essential conditions for the decision-making process.

Curators and guest curators disclose potential conflicts of interest to their immediate supervisors in writing or by following established institutional policy.

Personal Collecting and DealingCurators often make or influence important decisions

about the content of their institution’s collection and exhibitions. The public good, not individual gain, is the

primary concern in their decisions. Curators must not develop a personal collection that in any way compromi- ses or is in conflict with the credibility or interests of their institution.

When curators build and maintain a personal collection in any area of interest that overlaps with their museum’s identity and mission, a serious potential for an ethical conflict exists. For this reason, many institutions prohibit personal collecting by staff within the museum’s mission; others allow it within closely prescribed guidelines.

Curators or guest curators may not be active dealers in the museum’s areas of interest. Active dealers are individuals who have a registered business with commercial tax status or, more broadly, are actively engaged in the buying and selling of objects for personal or commercial profit. Guest curators are expected to operate within the same institutional guidelines that govern the behavior of staff curators in the areas of personal collecting and dealing.

Appraisals and AuthenticationCurators who become involved in establishing the

monetary value of objects or authenticating objects expose themselves and their institution to conflicts of interest and legal risks. Therefore, curators must not prepare appraisals for any reason. Curators should refer all interested parties directly to professional appraisers’ societies or qualified appraisers. All referrals should be made without endorsement.

Curators may estimate insurance values for loans or other internal uses and should document the sources for these estimates.

Some museums may allow curators to provide authentications under carefully controlled conditions per institutional policy.

KNI (Kode Nomor Inventaris)

773

743

782

783

784

123

124

157

159

170

313

314

808

839

840

843

907

926

949

950

952

345

901

346

357

358

10

0

20

40

60

80

100

120

140

15

2530

9095

5045

55

Bes

aran

UR

B, N

JB d

an T

KB

URB

TKBNJB

An

alis

a K

ua

liita

tif

Grafik Analisis Spontan (GAS)URB, NJB dan TKB

Untuk Mengetahui Hubungan Usia,Bahan dan Tingkat Kerusakan

Keterangan TKB => 10 : Baik; 15 : Cukup; 20 : Rusak; 25 : Hancur; 30 : Ak�f. URB = Usia Rela�f Benda; NJB = Notasi Jenis Bahan; TKB = Tingkat Kerusakan Benda.

Keterangan NJB => 40 : Selulose; 45 : Selulose + Logam; 50 : Protein; 55 : Protein + Logam; 90 : Selulose + Protein; 95 : Selulose + Protein + Logam.

Page 63: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[59]

Kondisi Bagus

Foto Tahun 1994

kondisi kain kuat, masih utuh & tidak ada lubang

1858

1938

80 ta

hun

1994

56 ta

hun

201622

tahu

n

136 t

ahun

78 ta

hun

158 t

ahun

TAHUNPEMBUATAN

TAHUNPEROLEHAN

(REGISTRASI)

TAHUNOBSERVASI

KONDISI 1

TAHUNOBSERVASI

KONDISI 2

Masa Depan(Kapan ?)

USIA

REL

ATIF

BEN

DA (U

RB)

22 ta

hun

Sedikitnya ada 8 (delapan) kain dodot diperoleh di tahun ini.Lihat dodot no inv. : 23144,

23145, 23146, 23147, 23148, 23149, 23150, dan

23334.

Kondisi RusakFoto Tahun 2016

Foto Tahun 2016, Foto-foto detail & Mikrotersimpan/ terdokumentasi.

pudar

lipatan

lubang

lubang

lubang

lubang

Kondisi Bagus

Foto Tahun 1994, Kondisi Tahun 1858 Bisa Lebih Bagus.

pudar

lipatan

Observasi & Indikator Keterawatan : Menelaah Kerusakan Dulu - Kini - Akan Datang

Kain dodot ini memiliki tengahan biru berbentuk belah ketupat. Bentuk tengahan ini lazim disebut sebagai "sidangan". Dodot yang berwarna biru, biru gelap (tua) dan coklat ini dihiasi dengan gambar-gambar gunung, burung, dan pohon yang sebagian dalam warna emas (prada). Salah satu sudut tertulis "Ping 1 Maulud Dal 1839" (Tanggal 1 Maulud Dal 1839 atau 17 November 1858) dalam huruf keemasan. Warisan Tuan J.W Van Dapperen yang wafat di Baturaden pada 1 Oktober 1937, Diterima di Museum Nasional tahun 1938.

23147: Kain Dodot dari Yogya, 360 x 210 cm, 1938.

Analisis Kerusakan : Hasil kajian menunjukkan bahwa kerusakan koleksi tekstil bisa disebabkan oleh kondisi koleksi (faktor internal) dan kondisi lingkungan (faktor eksternal). Faktor internal meliputi: garam logam komplek (mordan), logam pemberat sutera, dan benang logam yang dapat mengalami oksidasi; unsur-unsur belerang (yang biasa terikat dengan mordan alum) akan membentuk asam kuat. Selanjutnya hasil oksidasi (korosi) dan asam kuat yang terbentuk akan melapukkan serat (pemecahan rantai molekul). Penyimpanan koleksi yang dibungkus kertas minyak dalam kotak kayu (yang bersifat bu�ering) terbukti menyelamatkan koleksi. Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion. Reaksi reduksi adalah reaksi penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion. Oksidator yang biasa digunakan adalah natrium hipoklorit (NaOCl) dan hidrogen peroksida (H2O2). Cek pH (dengan pH meter) dan Potensial Redoks (dengan ORP meter dalam satuan miliVolts) untuk mengatasi pelapukan kain ini.

kurangterawat

cukupterawat

Lampiran 21

Page 64: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

[60]

Lampiran 22

210 360

370220

KAIN bantalan dibuat kuat dan ringan + busa dan kain kasar untuk menahan koleksi menempel.

bahan pelindung sejenis akrilik/ plexiglass.

Lemari/ rak simpan berukuran lebar(ukuran dalam 250 x 450 cm)

Tidak Dilipat

Simpan: kondisi melebar [Flat]

Displai: terlindungi (akrilik)

1

2

3

Meja

Kerja

untuk

treat

men

250

500

meja ke

rja dibuat

ringan

dan ku

at

(stainles

s mesh

) den

gan ka

ki bisa

dilepas

. Meja

dibuat 2 u

ntuk

membolak

-bali

k kain

rapuh.

360

210

Meja Kerja untuk membalik kain rapuh

KAIN D

ODOT

Kain Kasa

StainlessWoven MeshMenyiapkan 2 Meja Kerja

(Ukuran Terbesar Dodot)

Beberapa Langkah Penanganan Kain Dodot Berumur 158 Tahun

Page 65: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

Pemegang Unesco Fellowship Award dari tahun 1989 sampai 1992 ini mendapatkan pendidikan sains konservasi di Tokyo National Research Institute for Cultural Properties (TNRICP), Jepang dari 1989-1990; pernah mengikuti kursus “spotting” di International Fabricare Institute (IFI) di Maryland - Amerika Serikat; serta mengikuti berbagai kursus analisis konservasi di Museum Conservation Institute (MCI)* of the Smithsonian Institution di Washington D.C., Amerika Serikat (1991-1992).

Selama periode magang di Smithsonian Institution, Subagiyo telah mengadakan kunjungan observasi di laboratorium-laboratorium museum dan lembaga penelitian di kota New York, Harrisburg, dan Washington D.C. Ia pernah ambil bagian dalam pengamatan kerusakan pakaian astronout di National Air and Space Museum (NASA) di Washington D.C. dan demo pencelupan warna di Carnegie Mellon College,

Maryland. Pada akhir tahun 2013, Subagiyo melakukan kunjungan observasi di Museum Nasional Tokyo dan Museum Joshibi University of Art and Design, Kanagawa - Jepang.

Puji Yosep Subagiyo lahir di Purworejo, Jawa Tengah. Ia adalah seorang konservator senior berserti�kasi internasional, dari tahun 1986 sampai 2016 bekerja di Museum Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Subagiyo yang telah memiliki pendidikan lebih dari 4.500 jam dan 30 tahun berpengalaman di bidang konservasi, banyak melakukan penelitian aneka bahan - teknik pembuatan tekstil tradisional dan lukisan, penulisan, rancang-bangun database konservasi dan kurasi, mengikuti dan pembicara pada berbagai seminar

internasional. Sejak Januari 2017, Puji Yosep Subagiyo menjadi Direktur PT Primastoria Network Group (PNG) yang membawahi Studio Primastoria (yang sudah berdiri sejak 1994). Melalui Studio ini Subagiyo melayani jasa konsultasi

dan konservasi tekstil, lukisan, logam, dan aneka benda etnogra�.

Pro�l dan Riwayat

5. Sebagai nara sumber Bimtek Permuseuman - Konservasi (1996, Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta); Bimtek Konservasi Tekstil (2000, Museum Tekstil Jakarta); Bimtek Permuseuman - Konservasi (2002, Asdep Kesenian - Kembudpar); survai kondisi lukisan, rancang-bangun database dan penyusunan rencana induk preservasi (2002 - 2003, Istana Kepresidenan di Jakarta - Bogor - Cipanas - Yogya - Bali).

6. Pembicara Seminar Nasional tentang Warna Alami (1999, Yogyakarta) dan Konservasi Lukisan (2002, Jakarta).7. Sebagai nara sumber kajian Batik Pantai Utara Jawa dan Madura (1994, ISI Yogya - Univ. Tokyo - Yayasan Toyota) dan kajian kanvas

lukisan (2006, Pencarian Penyebab Kerusakan dan Identitas Lukisan, Balai Konservasi - Jakarta).8. Rancang-bangun database koleksi museum (2012, Museum Nasional - Jakarta).9. Menyusun kompilasi naskah yang berhubungan dengan tekstil, konservasi dan analisis bahan (Primastoria Studio, 2013).

10. Menyusun laporan hasil Observasi Tekstil di Museum Nasional (Primastoria Studio, 2014-15).11. Sebagai narasumber Seminar atau Workshop Konservasi di Borobudur - Magelang, Bogor - Jawa Barat dan TMII

Jakarta (2015); Museum Basuki Abdullah dan Museum Senirupa & Keramik (2016); Museum Nasional (2017).12. Konservasi lukisan di Istana Presiden R.I. (2016 - 2017).

1. Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan konservasi tekstil dan lukisan :* Survai kondisi (identi�kasi bahan dan kerusakan, membuat usulan tindakan konservasi, pembuatan dokumentasi, kalkulasi waktu dan

biaya).* Pelaksanaan pekerjaan konservasi.

2. Penguasaan sains komputer (kalkulasi matematis, pemrograman database, 3D modelling, illustration, dsb.) untuk aplikasi sistem perencanaan dan pengembangan konservasi yang berbasis sains konservasi (penerapan sifat �sik - kimiawi bahan, pengaruh jasad hidup/ biotis, faktor iklim, dan interpretasi alat ukur digital/ manual):* Rancang-bangun database untuk survai kondisi keterawatan dan kondisi klimatologi untuk evaluasi teknis konservasi dan uji kompetensi

tenaga konservasi.* Rancang-bangun sistem/ model untuk simulasi tata letak (mapping) gedung, ruang, lemari, koleksi berikut kalkulasi ukuran dimensi (objek)

dan kalkulasi kebutuhan serta efek alat penunjang displai-storage-konservasi (konsumsi daya listrik, konversi energi semua jenis lampu, hubungan �uktuasi - tekanan barometrik, kebutuhan alat-bahan-biaya, dsb.), serta aplikasi computerized-optical-microscope untuk mengukur objek skala mikro meter, aplikasi weather probe (station), RFID (Radio Frequency Identi�cation), dsb. [1 mikro = 1 per sejuta].

* Pembuatan paket pelatihan elektronis (e-Learning Pack) untuk konservasi & kurasi.3. Penguasaan sains komputer untuk membantu perencanaan dan pengembangan kurasi, registrasi, dokumentasi, serta pemantauan dan evaluasi

kinerja pegawai [Key Performance Indicators (KPI)] :* Rancang-bangun database koleksi museum dan galeri yang memiliki �tur untuk memudahkan pencarian, validasi tata-letak,

validasi syarat minimum entri data, map-tracking asal koleksi/ seniman, penanggalan relatif, coding tingkat kerusakan - jenis bahan (konversi data teks ke numerik), dsb.

4. Kajian teknis dan bahan koleksi untuk dokumentasi, konservasi, kurasi, registrasi dan kajian tingkat lanjut.

Prestasi dan Penghargaan1. Pemegang Unesco Fellowship Award dari tahun 1989 sampai 1992.2. Penulisan artikel tentang tekstil, konservasi dan manajemen koleksi museum (1993 - 1995, Majalah Museogra� dan Majalah

Kebudayaan, Depdikbud - Jakarta).3. Sebagai Editor dan Anotator untuk terjemahan Buku Seni Batik dari Bahasa Belanda ke Bahasa Indonesia (1994-5, ISI Yogya - Yayasan

Toyota).4. Pembicara Seminar Internasional tentang Tekstil Tradisional tahun 1994 (Jakarta), 1996 (Jambi), 1999 (Denpasar) dan 2000 (Tokyo

University - Toyota Foundation).Catatan:Makalah berjudul “The Classi�cation of Indonesian Textiles Based on Structural, Material and Technical Analyses (1994)” menjadi rujukan Prof. Basavaraj S. Anami dan Prof. Mahantesh C. Elemmi dalam International Journal of Signal Processing, Image Processing and Pattern Recognition (Judul Tulisan: “A Rule Based Approach for Classi�cation of Shades of Basic Colors of Fabric Images” ), Vol. 8, No. 2 (2015), pp. 389-400.

S TORiAPRiMA

R

Pro�l dan Sekilas PengalamanPUJI YOSEP SUBAGIYO

Spesialisasi & Kompetensi

Taman Alamanda Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510, Indonesia.Web: primastoria.net Email: [email protected] : (021) 2210 2913 Mobile | Line | WA : 0812 8360 495

PT Primastoria Network GroupKepmenkumham R.I. No. AHU-0001256.AH.01.01 Tahun 2017

Kepmenkumham R.I. No. AHU-0015626.AH.01.02 Tahun 2017

* Museum Conservation Institute (MCI) sebelumnya disebut sebagai Museum Support Centre (MSC), yang memiiki Conservation Analytical Laboratory (CAL).

Page 66: Konservasi Lukisan 2017 - · PDF fileyang berbeda bagi sebuah karya lukis. ... Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat ... Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua

Taman Alamanda, Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510, Indonesia.Phone | Line | WA : 0812 8360 495 | Email.: [email protected] Primastoria Network Group

a. Pengamatan lukisan secara visual dengan sinar tampak (day light); b. Pengamatan lukisan secara visual dengan sinar ultra-violet (UV light), menampakkan bagian permukaan lukisan yang pernah ditusir (restorasi) dan bagian cat berpendar (glowing).

a. b.

Makovsky, K. E. (1839 -1915)

glowing e�ect

darkening e�ect

glowing e�ect