Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

29
i “KONSERVASI LINGKUNGAN PESISIR TIMUR GRESIK SEBAGAI DESTINASI EKO-WISATA” PROPOSAL MAHASISWA BERPRESTASI Oleh: Nurul Ilmi Santoso (NIM: 13.112.004) PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN i

description

mawapress 2016

Transcript of Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

Page 1: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

i

“KONSERVASI LINGKUNGAN PESISIR TIMUR GRESIK

SEBAGAI DESTINASI EKO-WISATA”

PROPOSAL MAHASISWA BERPRESTASI

Oleh:

Nurul Ilmi Santoso (NIM: 13.112.004)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

GRESIK

2016

i

Page 2: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

ii

LEMBAR PENGESAHAN KARYA ILMIAH

1. Judul Kegiatan : Konservasi Lingkungan Pesisir Timur Gresik

Sebagai Destinasi Ekowisata

2. Nama Penulis : Nurul Ilmi Santoso

NIM : 13.112.004

Program studi/Jurusan : Agroteknologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Gresik

No.Telp/HP : 085736766268

Email : [email protected]

3. Dosen Pembimbing : Ir. Endah Sri Redjeki, MP.,M.Phill.

NIP : 01.118.803.014

No.Telp/HP : 081357838145

Email : [email protected]

Gresik, 15 April 2016

Menyetujui,

Wakil Rektor IIIUniversitas Muhammadiyah Gresik

Harunurrosyid, ST. M.komNIDN. 071604760

Dosen Pembimbing

Ir. Endah Sri redjeki, MP.,M.PhillNIP. 01118803014

ii

Page 3: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

iii

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis ingin mengucapkan puji syukur kehadirat Allah

SWT, karena dengan petunjuk-Nya Kami dapat menyelesaikan Proposal

Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) dengan judul “Konservasi Lingkungan

Pesisir Timur Gresik Sebagai Destinasi Ekowisata”. Derah Pesisir timur Kota

Gresik ternyata memiliki potensi wilayah yang baik apabla dikelola dan

dilestarikan sehingga di kemudian hari kawasan ini dapat menjadi kawasan

destinasi Ekowisata masyarakat lokal maupun luar Gresik. Dengan adanya

ekowisata maka lingkungan sekitar pesisir timur Gresik ini akan terjaga baik

dalam jumlah mangrove atau keanekaragaman hayati. Selain terjaganya ekosistem

pesisir peluang bisnis dan pelayanan oleh wisatawan dapat memberikan peluang

yang baik bagi masyarakat sekitar. Tak lupa kepada Ir. Endah Sri Redjeki, MP.,

M.Phill karena telah berkenan membimbing kami dengan sabar dan telaten.

Karena keterbatasan informasi dan kesempurnaan pada penulisan Karya Ilmiah ini

maka, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif sehingga kami

dapat berbenah diri dan dapat memberikan yang terbaik.

Gresik, 15 April 2016

iii

Page 4: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

iv

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL ………………………………………………………...……

i

LEMBAR PENGESAHAN ……………………..…………………………..……

ii

KATA PENGANTAR …………………………………………………………...

iii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..

iv

RINGKASAN ……………………………………………………….....................

v

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….…..

1

1.2 Rumusan ……………………………………………………………………

3

1.3 Tujuan ………………………………………………………… ………...... 3

1.4 Manfaat …………………………………………………………………….

3

BAB 2 Tinjauan Pustaka……………………………………………………….. 5

2.1 Ekosistem Mangrove………………………………………………………. 5

2.2 Fungsi Mangrove………..………………………………………………. 5

2.3 Gambaran Umum Desa Karangkiring………………………………………

6

3.1 Konsep Konservasi ………………………………………………………….

7

BAB 3 ANALISIS DAN SINTESIS……………………………………………….

8

3.1 Konsep Ekowisata………………………………………….……………… 8

BAB 4 PENUTUP………………………………………………………………..

… 11

iv

Page 5: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

v

4.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….

11

4.2 Saran ……………………………………………………………………….

11

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Pesisir Timur Gresik…………………………………………………. 4

Gambar 2: Diagram Pengembangan Ekowisata …………….……………………

6

v

Page 6: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

vi

RINGKASAN

Gresik adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki wilayah pesisir. Kabupaten Gresik kaya akan sumber daya pesisir. Pesisir timur Gresik memiliki panjang yang membentang sepanjang 140 kilometer yang dilengkapi dengan keberadaan dua sungai besar yakni Bengawan Solo dan Kali Brantas yang meliputi 7 kecamatan (Ujungpangkah, Panceng, Sidayu, Bungah, Manyar, Gresik dan Kebomas). Tetapi kondisi mangrove di kawasan pesisir Kabupaten Gresik mengalami degradasi akibat berkembangnya aktivitas industri, tambak dan lahan pertanian yang bersifat semi intensif dan intensif dengan menggunduli mangrove. Perubahan areal kawasan mangrove dalam data yaitu berkisar 59,21% dengan luas awal 687.879 hektar menjadi 407.300 hektar. Slah satu kawasan pesisir yang dekat dengan perusahan-perusahaan manufaktur adalah Pesisir Timur Gresik Ds. Karangkiring. Apabila hal tersebut dibiarkan, maka akan terjadi abrasi, ketidksinambungan ekosistem di sekitar kawasan pesisir, menurunnya kualitas lingkungan. Untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat aktivitas industri di daerah pesisir pantai timur Gresik adalah menjaga kelestarian ekosistem mangrove. Tanaman mangrove adalah jenis tanaman yang cocok untuk ditanam di daerah peisisir pantai. Akar yang kuat dapat menahan air dan meminimalisir gelombang sehingga kemungkinan abrasi dapat diminimalisir. Selain itu sumber karbon dari respirasi tanaman mangrove dapat menyediakan unsur hara bagi tanah dan baik untuk ekosistem hewan yang bernaung di sekitar pohon mangrove. Pengembangan pelestarian ekosistem mangrove di wilayah pesisir timur masih belum optimal untuk dapat mengatasi masalah lingkungan yang terjadi. Konservasi ini menitik beratkan pada fungsi sosial dengan mengembangkan peran civitas akademisi untuk memberikan wawasan dalam menjaga kelestarian kawasan mangrove kepada masyarakat sekitar. Masyarakat pesisir pada umumnya telah menjadi bagian masyarakat yang pluraristik tapi masih tetap memiliki jiwa kebersamaan. Artinya bahwa struktur masyarakat pesisir rata-rata merupakan gabungan karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan. Karena, struktur masyarakat pesisir sangat plurar, sehingga mampu membentuk sistem dan nilai budaya yang merupakan akulturasi budaya dari masing-masing komponen yang membentuk struktur masyarakatnya. Selain memberikan wawasan peduli terhadap pelestarian kawasan pesisir civitas akademisi juga dapat memberikan peningkatan keterampilan berupa pemanfaatan mangrove dan sumber daya lain yang dapat menjadi potensi lokal desa tersebut. Untuk menjaga kelestarian dan peningkatan kelestarian lingkungan maka dapat dikemas dalam bentuk ekowisata. Sebelum menuju tahapan ekowisata perlu

vi

Page 7: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

vii

adanya konservasi dengan memahami autekologi (sifat-sifat ekologi tiap-tiap jenis mangrove di lokasi), memahami pola hidrologi, meneliti perubahan yang terjadi pada lingkungan mangrove yang menghambat terjadinya regenerasi alami, membuat disain program konservasi hidrologi untuk memungkinkan pertumbuhan mangrove secara alami, melakukan pembibitan dan penanaman. Konsep ekowisata harus tergambar dengan penuh pertimbangan agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Untuk mengembangkan kawasan konservasi pesisir timur Gresik menjadi destinasi wisata perlu adanya konsep pengelolaan yang dibuat. Salah satunya wawasan untuk melayani pengunjung yang berkunjung. Dimana di kawasan pesisir nantinya harus selalu terjaga kebersihan dan kenyamanannya. Selain kebersihan dan kenyamanan adanya tata kelola kawasan yang berpusat dalam sebuah Griya, Griya yang sudah didirikan akan dijadikan pusat kajian hasil penelitian, sumber informasi keanekaragaman mangrove yang ada di kawasan pesisir beserta ekosistemnya. Tak hanya itu, segala macam produk olahan dan kerajinan yang telah dibuat dipamerkan dan dapat dijadikan sebagai souvenir bagi pengunjung yang datang. Sehingga nantinya pengunjung akan mendapatkan manfaat lengkap. Selain mendapatkan informasi pentingnya menjaga kawasan pesisir, mereka juga akan mendapatkan ilmu dan manfaat pengolahan mangrove menjadi produk dan kerajinan yang lebih bermanfaat. Produk yang berhasil dijual dapat dijadikan sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar pesisir Desa Karangkiring. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah keberlanjutan program konservasi dan konsep ekowisata yang sesungguhnya hanya merupakan solusi sementara. Perlindungan berkelanjutan bagi keberadaan hutan mangrove harus menjadi perhatian utama bagi setiap masyarakat, pemerintah, industri dan negara sebelum semakin banyak yang musnah karena kepentingan sebelah pihak dan akan membuat upaya konservasi dan konsep ekowisata ini menjadi sia-sia belaka.

vii

Page 8: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gresik adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki

wilayah pesisir. Kabupaten Gresik kaya akan sumber daya pesisir, meliputi

panjang pantai yang membentang sepanjang 140 kilometer dilengkapi dengan

keberadaan dua sungai besar yakni Bengawan Solo dan Kali Brantas yang

meliputi 7 kecamatan (Ujungpangkah, Panceng, Sidayu, Bungah, Manyar,

Gresik dan Kebomas). Menurut dokumen pemerintah Belanda Grote Atlas van

Nederlands Oos- Indie dan Atlas van Tropics Nederland tahun 1936 dan 1938

penggunaan lahan Kabupaten Gresik pada saat itu masih dominan oleh hutan

mangrove terutama kawasa pesisir yang berbatasan dengan laut. Kondisi

mangrove di kawasan pesisir Kabupaten Gresik mengalami degradasi akibat

terus berkembangnya aktivitas industry, tambak yang bersifat semi intensif dan

intensif dengan menggunduli mangrove. Perubahan areal kawasan mangrove

dalam data yaitu berkisar 59,21% dengan luas awal 687.879 hektar menjadi

407.300 hektar (Dwi Maulidatus S, 2014). Salah satu lokasi pesisir yang dititik-

beratkan dalam tulisan ilmiah ini adalah Pesisir Timur yang terletak di Desa

Karangkiring, Kebomas, Gresik. Wilayah Pesisir Di daerah tersebut banyak

berdiri perusahaan dengan berbagai usaha, baik yang sifatnya ekstraktif terhadap

sumberdaya alam, pengolahan ataupun fabrikasi (Fahrudin, Achmad at all,

2015). Perusahaan-perusahaan yang berdiri yaitu PT.PGN, PT.Wilmar Nabati

Indonesia, PT. PJB, PT. White Oil Nusantara dan lain sebagainya.

Salah satu cara untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan

akibat aktivitas industri di daerah pesisir pantai timur Gresik adalah menjaga

kelestarian ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan suatu sistem

yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan

faktor lingkungannya di dalam suatu habitat hutan mangrove. Hutan mangrove

1

Page 9: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

2

merupakan ekosistem hutan yang unik karena merupakan perpaduan antara

ekosistem darat dan ekosistem perairan. Hutan mangrove mempunyai peranan

yang sangat penting terutama bagi kehidupan masyarakat sekitarnya dengan

memanfaatkan produksi yang ada di dalamnya, baik sumberdaya kayunya

maupun sumberdaya biota air (udang, kepiting, ikan) yang biasanya hidup dan

berkembang biak di hutan mangrove (Santono, et al, 2005).

Mangrove adalah tanaman yang cocok yang berfungsi untuk menahan

abrasi oleh gelombang air laut. Mangrove memiliki fungsi ekologi yang tidak

kalah penting lainnya, antara lain untuk sekuestrasi karbon, menyaring dan

menangkap bahan pencemar, menjaga stabilitas pantai, intrusi air laut & tekanan

badai, membentuk daratan baru, menjaga kealamian habitat, menjadi tempat

bersarang, memijah dan membesarkan anak berbagai jenis ikan, udang, kerang,

burung, dan fauna lain, serta memiliki fungsi sosial sebagai area konservasi,

pendidikan, ekoturisme, dan identitas budaya (Thom, 1967; Sukardjo, 1989;

Howe et al., 1992). Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa ekosistem

mangrove begitu penting untuk dijaga pelestariannya.

Pengembangan pelestarian ekosistem mangrove di wilayah pesisir

timur masih belum optimal untuk dapat mengatasi masalah lingkungan yang

terjadi. Untuk meningkatkan kualitas kawasan pesisir lebih lanjut dapat dikemas

dalam sebuah konsep ekowisata. Dengan pengembangan hutan mangrove

melalui konsep ekowisata maka konservasi yang berjalan akan tetap terjaga

karena kawasan tersebut menjadi pusat edukasi dan destinasi masyarakat..

Hal tersebut tidak bisa terjadi tanpa campur tangan civitas akademisi.

Civitas akademisi menjadi penting perannanya dalam memberikan wawasan

untuk masyarakat agar sadar dan peduli menjaga kelestarian lingkungan. Selain

memberikan wawasan tentang pentingnya menjaga lingkungan pesisir, civitas

akademisi harus mampu menggali potensi pesisir dan mengembangkannya

dengan melatih keterampilan masyarakat sekitar agar dapat mengolah mangrove

yang ada. Dengan konsep tersebut di kemudian hari masyarakat sekitar pesisir

2

Page 10: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

3

timur Gresik dapat mengelola dan mengembangakan mangrove menjadi produk-

produk olahan yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar kawasan pesisir maupun

wisatawan yang datang. Karena itu, penulis mengangkat tema “Konservasi

Lingkungan Pesisir Timur Gresik Sebagai Destinasi Ekowisata” sebagai ide

pemikiran karya ilmiah ini.

1.2. Rumusan Masalah

- Bagaimana konsep konservasi yang ideal bagi kawasan pesisir pantai timur

Gresik?

- Bagaimana konsep pengembangan Ekowisata yang ideal bagi kawasan pesisir

pantai timur Gresik?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pengembangan kawasan pesisir Gresik adalah:

- Menjaga kelestarian ekosistem pesisir Gresik

- Mengaktifkan peran civitas akademisi untuk memberikan wawasan dalam

menjaga kelestarian kawasan pesisir

- Mengembangkan kawasan pesisir Gresik sebagai lokasi ekowisata yang

edukatif dan memberikan peluang usaha bagi masyarakat sekitar kawasan

mangrove apabila di kemudian hari nanti kawasan pesisir Gresik menjadi

kawasan ekowisata.

1.3. Manfaat

Bagi civitas akademisi : - Hutan mangrove yang telah ada dapat dijadikan

pusat kajian dalam bentuk identifikasi

pengelompokan jenis mangrove beserta ekosistem

lain yang terdapat di sekitar kawasan hutan

3

Page 11: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

4

mangrove untuk bahan kajian dan ilmu tambahan

bagi pengunjung.

Bagi masyarkat : - Hutan mangrove dapat dijadikan sebagai sarana

edukasi bagi semua kalangan agar mampu

mewujudkan kelestarian lingkungan sekitar.

- Memberikan pendapatan langsung bagi pengelola

dan desa melalui penjuaan tiket, parkir dan

berbagai jenis transakasi penjualan barang yang

terjadi sehingga dapat meningkatkan taraf ekonomi

masyarakat sekitar.

Bagi pemerintah : - Pemerintah Kabupaten Gresik sebagai pembuat

kebijakan pengelolaan hutan mangrove dapat

membuat peraturan untuk menjaga ekosistem

hutan mangrove

- Hasil penelitian civitas akademisi dapat dijadikan

bahan pertimbangan Pemerintah Kabupaten Gresik

dalam pengembangan ekowisata

4

Page 12: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

5

BAB 2

TINAJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Mangrove

Mangrove atau hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh di air

payau di sepanjang pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut. Hutan

mangrove tumbuh terutama di daerah sedimentasi dan banyak terdapat

akumulasi bahan organik. Daerah ini biasanya terdapat di teluk atau daerah

yang terlindung dari ombak dan dikelilingi oleh daerah payau dimana terdapat

sedimentasi. Mangrove memiliki karakteristik hutan yang khas karena adanya

sedimentasi sehingga mengurangi abrasi, kadar garam yang tinggi dan selalu

terpapar oleh pasang surut. Hanya beberapa tanaman tertentu yang dapat

tumbuh dalam kondisi ini dimana tumbuhan tersebut merupakan hutan

mangrove yang telah mengalami proses adapatasi dan evolusi. Di lokasi studi

juga ditemukan beberapa jenis fauna, antara lain burung, reptil dan mamalia.

2.2 Fungsi Hutan Mangrove

Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem hutan yang memiliki

banyak manfaat. Manfaat hutan mangrove terbagi menjadi tiga yaitu fungsi

sosial, fungsi ekologis dan fungsi ekonomis (Anwar, Chairil dan Hendra

Gunawan, 2007).

Secara ekonomi : Daun, biji dan bunga dapat dimanfaatkan menjadi produk

olahan (obat, bahan kosmetik, teh dan sumber madu), kulit

kayu digunakan untuk lem dan zat warna, kayu digunakan

untuk kayu bakar, bahan bangunan dan arang.

Secara ekologi : Hutan mangrove merupakan hutan karbon terkaya di

kawasan iklim tropis (Daniel C.Danato at all,2012),

Mazda dan Wolanski (1997) menambahkan bahwa

vegetasi mangrove, terutama perakarannya dapat meredam

5

Page 13: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

6

energi gelombang dengan cara menurunkan tinggi

gelombang saat melalui mangrove, Hutan mangrove

mampu mengikat sedimen yang terlarut dari sungai dan

memperkecil erosi atau abrasi pantai, daun-daun

mangrove yang gugur memberikan unsur hara sendiri bagi

tanah lokasi tersebut (Kusmana et al, 1995), Mangrove

juga mampu menekan laju intrusi air laut ke arah daratan

(Sukresno dan Anwar (1999) dan mangrove juga memiliki

fungsi ekologis sebagai habitat berbagai jenis satwa liar.

Secara sosial : Munculnya kesadaran masyarakat akan pentingnya

konservasi ekosistem mangrove, sebagai tempat parwisata,

menjalin hubungan dan kerjasama yang baik antar

kelompok masyarakat

2.4 Gambaran Umum Desa Karangkiring

Desa Karangkiring adalah

sebuah Desa di pinggir pesisir

timur Gresik. Desa Karangkiring

memiliki luas wilayah mencapai

75,5 Ha yang terdiri tanah

industry, pekarangan,

pemukiman, makam, lapanagn

dan jalan. Desa Karangkiring

terdiri 4 RT dan 2 RW dari

Secara administrasi Desa

Karangkiring berbatasan dengan :

- Sebelah Utara : Kelurahan Indro

- Sebelah Selatan : Kali Lamong dan Kelurahan Tenggulunan

6

Gambar 1: Pesisir Timur Gresik

Page 14: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

7

- Sebelah Barat : Kelurahan Indro dan Tenggulunan

- Sebelah Timur : Selat Madura

Sedangkan jarak dari pusat pemerintah yaitu:

- Jarak dari pusat Pemerintahan : + 4,5km

- Jarak dari pusat Pemerintahan Kabupaten : + 15 km

- Jarak dari pusat Pemerintahan Provinsi : + 20 km

- Jarak dari pusat Ibu Kota Negara : + 880 km

2.3 Konsep Konservasi

Benyamin Brown mengatakan bahwa konservasi lahan hutan mangrove adalah

hal yang sangat penting saat ini. Fakta akan pentingnya ekosistem mangrove dan

ancaman yang dihadapi kawasan mangrove saat ini, membuat kebutuhan akan

konservasi menjadi suatu keharusan. Ada lima langkah penting dalam prosedur

teknis yang menunjang kesuksesan konservasi mangrove yaitu;

1. Memahami autekologi, yakni sifat-sifat ekologi tiap-tiap jenis mangrove di

lokasi, khususnya pola reproduksi, distribusi benih, dan keberhasilan

pertumbuhan bibit.

2. Memahami pola hidrologi normal yang mengatur distribusi dan pertumbuhan

spesies mangrove.

3. Meneliti perubahan yang terjadi pada lingkungan mangrove yang

menghambat terjadinya regenerasi alami.

4. Membuat disain program konservasi hidrologi untuk memungkinkan

pertumbuhan mangrove secara alami.

5. Melakukan pembibitan dan penanaman

Hal penting yang perlu diperhatikan adalah keberlanjutan dari program

konservasi. Sesungguhnya konservasi mangrove hanya merupakan solusi

sementara. Perlindungan berkelanjutan bagi keberadaan hutan mangrovelah yang

harus menjadi perhatian utama bagi setiap masyarakat, pemerintah, industri dan

negara. Agar tidak terdegradasi akibat perkembangan industry dan

pengembangan lahan pertanian dan perikanan yang intensif.

7

Page 15: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

8

BAB 3

ANALISIS DAN SINTESIS

3.1 Konsep Ekowisata

8

Survei lokasi dan penetapan desain pengembangan

Gotong royong rehabilitasi lingkungan sekitar

Penanaman mangrove

Identifikasi jenis mangrove dan ekosistem lain

Pendirian Griya Mangrove (pusat edukasi dan informasi)

Pusat informasi mangrovePelatihan keterampilan pemanfaatan

mangrove menjadi produk olahan dan kerajinan (bahan kosmetik, teh, obat2an, kerajinan dari daun atau kayu mangrove)

Mengemas lokasi menjadi pusat kajian, informasi dan edukasi dengan koleksi herbarium dan poster ekosistem

Tempat display produk yang dapat dijadikan souvenir bagi pengunjung

Penentuan lokasi penanamanPenanaman dan pemeliharaanPenanaman bibit udang, kepiting

dan lebah sebagai eksosistem pendukung kawasan pesisir

Pemeliharaan

HASIL:Mewujudkan kawasan pesisir yang asri dan terjaga kelestariannyaTumbuh subur dan beragamnya ekosistem kawasan pesisir Berdirinya griya mangrove sebagai pusat informasi dan edukasi Menghasilkan produk dan kerajinan khas pesisir timur Gresik Ds. KarangkirinngMenambah pendapatan masyarakat sekitar dan kas Ds. Karangkirirng

Page 16: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

9

Ekowisata merupakan konsep yang menerapkan fungsi sosial dan ekonomi,

tetapi seiring berjalannya konsep fungsi sosial maka fungsi lain dari pelestarian

ekosistem mangrove dapat pula mengaktifkan fungsi ekologis dan fungsi

ekonomis yang berasal dari kegiatan konservasi wilayah pesisir. Fungsi sosial

dapat terjalin dengan keikut sertaan masyarakat Desa Karangkiring. Masyarakat

pesisir pada umumnya telah menjadi bagian masyarakat yang pluraristik tapi

masih tetap memiliki jiwa kebersamaan. Artinya bahwa struktur masyarakat

pesisir rata-rata merupakan gabungan karakteristik masyarakat perkotaan dan

pedesaan. Karena, struktur masyarakat pesisir sangat plurar, sehingga mampu

membentuk sistem dan nilai budaya yang merupakan akulturasi budaya dari

masing-masing komponen yang membentuk struktur masyarakatnya.

Kegiatan pelestarian ekosistem pesisir Gresik tidak luput atas kerjasama

civitas akademisi dengan masyarakat. Civitas akademisi akan memberikan

wawasan dan pemahaman kepada masyarakat pesisir untuk menjaga kebersihan

dan kelestarian kawasan pesisir melalui forum-forum diskusi yang

diselenggarakan bersama pihak kelurahan. Selain sosialisasi dalam sebuah

forum, masyarakat juga dapat diajak untuk ikut serta bergotong royong

membersihkan sampah dan tanaman pengganggu di area pesisir supaya

lingkungan terlihat lebih bersih dan nyaman. Penanaman beberapa bibit

mangrove juga perlu dilakukan untuk menambah keanekaragaman mangrove

yang ada agar fungsi ekologisnya lebih optimal mencegah dampak-dampak

negatif yang terjadi.

Untuk mengembangkan kawasan konservasi pesisir timur Gresik menjadi

destinasi wisata perlu adanya konsep pengelolaan yang dibuat. Salah satunya

wawasan untuk melayani pengunjung yang berkunjung. Dimana di kawasan

pesisir nantinya harus selalu terjaga kebersihan dan kenyamanannya. Selain

kebersihan dan kenyamanan adanya tata kelola kawasan yang berpusat dalam

9

Page 17: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

10

sebuah Griya, Griya yang sudah didirikan akan dijadikan pusat kajian hasil

penelitian, sumber informasi keanekaragaman mangrove yang ada di kawasan

pesisir beserta ekosistemnya. Tak hanya itu, segala macam produk olahan dan

kerajinan yang telah dibuat dipamerkan dan dapat dijadikan sebagai souvenir

bagi pengunjung yang datang. Sehingga nantinya pengunjung akan mendapatkan

manfaat lengkap. Selain mendapatkan informasi pentingnya menjaga kawasan

pesisir, mereka juga akan mendapatkan ilmu dan manfaat pengolahan mangrove

menjadi produk dan kerajinan yang lebih bermanfaat. Produk yang berhasil dijual

dapat dijadikan sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar pesisir Desa

Karangkiring.

10

Page 18: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

11

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

- Untuk menjaga kelestarian ekosistem pesisir Gresik maka konservasi dengan

penanaman mangrove menjadi hal yang perlu dilakukan

- Civitas akademisi adalah tumpuan ilmu dan pembimbing masyarakat untuk

menciptakan kawasan ekowisata dengan konsep konservasi, gotong royong

dan peningkatan keterampilan

- Mangrove yang ada dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan dan

kerajinan yang dapat dijadikan cinderamata bagi pengunjung yang datang

4.2 Rekomendasi

- Untuk mewujudkan kawasan pesisir timur Gresik menjadi destinasi wisata

perlu adanya dukungan dari pihak lain untuk ikut serta dalam pengembangan

kawasan mangrove di Ds.Karangkiring karena fungsi sosial adalah hal

terpenting dalam pengaplikasian karya ilmiah ini.

11

Page 19: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

12

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. 1998. Akumulasi di Bawah Tegakan Mangrove. Prosiding Expose Hasil

Penelitian BTPDAS Surakarta, Februari 1998: 105-115. BTPDAS

Surakarta, Solo

Carrere, R. 2002. Mangroves, Subsistance locale vs profit des entreprise (mouvement

mondial pour les Forêts Tropicales). Holland: IUCN.

Manassrisuksi, K., M. Weir, and Y.A. Hussin. 2001. Assesment of mangrove

rehabilitation programme using remote sensing and GIS: a case study

of Amphur Khlung, Chantaburi Province, Eastern Thailand. 22nd

Asian Conference on Remote Sensisng, Singapore 5-9 November 2001.

Mazda, Y. and E. Wolanski. 1997. Drag Force Due to Vegetation in Mangrove

Swamp. Mangrove and Salt Marches. Kluwer Academic Publisher,

Netherland.Ng, P.K.L. and N.

Maulidatuz, Dwi. 2014. Pengembangan Perikanan Budidaya : Efektivitas Program

Minapolitan dalam Pengelolaan perikanan Budidaya Berkelanjutan di

Kabupaten Gresik. UNDIP: Semarang.

Ong, J.E. 2002. The hidden costs of mangrove services: use of mangroves for shrimp

aquaculture. International Science Round Table for the Media, Bali

Indonesia, 4 June 2002. Joint event of ICSU, IGBP, IHDP, WCRP,

DIVERSITAS and START

Sivasothi (ed.). 2001.A Guide to Mangroves of Singapore. Volume 1: The Ecosystem

and Plant Diversity and Volume 2: Animal Diversity. Singapore: The

Singapore Science Centre.

Sukardjo, S. 1985. Laguna dan vegetasi mangrove. Oseana 10 (4):128-137

Sukardjo, S. 1989. The mangrove forests of Java and Bali (Indonesia). Symposium on

Mangrove Management. Biotrop Special Publication No 37.

12vii

Page 20: Konservasi Lingkungan Pesisir Gresik

13

Sukresno dan C. Anwar. 1999. Kajian Intrusi Air Asin pada Kawasan Pantai Ber-

lumpur di Patai Utara Jawa Tengah. Bulletin Teknologi Pengelolaan

DAS V (1) : 64-72. Balai Teknologi Pengelolaan DAS Surakarta, Solo

Supriharyono, 2002., Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah

Pesisir Tropis. Gramedia Utama : Jakarta.

Thom, B.G. 1967. Mangrove ecology and deltaic geomorphology: Tabasco, Mexico.

Journal of Ecology 55: 301-343

13viii