KONSERVASI FLORA, TANAH DAN SUMBERDAYA AIR EMBUNG-EMBUNG ... · PDF file198 Widiyono, W. 2008...

8
197 Konservasi Flora... J.Tek.Ling. 9 (2): 197-204 ISSN 1441-318X Jakarta, Mei 2008 Hal. 197-204 No. 2 Vol. 9 J. Tek. Ling. KONSERVASI FLORA, TANAH DAN SUMBERDAYA AIR EMBUNG-EMBUNG DI TIMOR BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (Studi Kasus ’embung’ Oemasi-Kupang dan ’embung’ Leosama-Belu) Wahyu Widiyono Peneliti di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Abstract Conservation of flora, soil and water resources are very important to manage ‘embung’ ecosystem, in West Timor Island. Generally, ‘embung’ watersheds in this area are degraded, and consequently resulted high runoff and erosion rate; and at the same time, ‘embung’ water has not been used efficiently yet. To conserve ‘embung’ ecosystem, three methods can be applied, i.e.: 1). Flora conservation by using priority of local species; 2). Soil conservation by using vegetative methods; and 3). Water resources conservation in watershed area by combining flora and soil conservation; and increasing water used efficiency by using intermediate technology. Keywords : Konservasi, flora, tanah, air, embung, Timor 1. PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Pustaka Paradigma konservasi telah mengalami perubahan pada beberapa tahun terakhir, di mana konservasi bukan hanya dipandang sebagai melestarikan sebuah benda berharga, melainkan konservasi bermakna pemanfaatan, perlindungan dan pelestarian (1) . Konservasi sumberdaya alam dengan pendekatan ekologis (2) meliputi flora dan fauna (3) , tanah dan sumberdaya air (4) perlu dilakukan mengingat degradasi sumberdaya alam semakin meningkat akibat kegiatan masyarakat yang tidak peduli terhadap pelestarian lingkungan. Provinsi Nusa Tengara Timur dikenal memiliki wilayah beriklim kering, dan air merupakan faktor pembatas utama yang selalu dijumpai hampir sepanjang tahun. Hal ini diindikasikan oleh rata-rata volume curah hujan tahunan hanya sebesar 1.000 mm, dan terrendah di antara rata-rata hujan di pulau-pulau besar yang ada di Indonesia. Kondisi keterbatasan air di NTT dapat digambarkan dari total penduduk berjumlah 3,3 juta jiwa, masing masing memperoleh sumber air berturut-turut: perpipaan (14,6%), sumur pompa (2,3%), sumur gali (22,8%), sumber air (48,5%), sungai (10,7 %), dan dari sumber lainnya (0,1%) (5) . Kondisi saat sekarang tampaknya tidak banyak berubah dari laporan statistik tersebut di atas. Untuk mengantisipasi kondisi keterbatasan air, Pemda NTT membangun

Transcript of KONSERVASI FLORA, TANAH DAN SUMBERDAYA AIR EMBUNG-EMBUNG ... · PDF file198 Widiyono, W. 2008...

Page 1: KONSERVASI FLORA, TANAH DAN SUMBERDAYA AIR EMBUNG-EMBUNG ... · PDF file198 Widiyono, W. 2008 ‘embung-embung’. Sejak tahun 1982 sampai dengan 2006, telah dibangun 334 ‘embung’

197Konservasi Flora... J.Tek.Ling. 9 (2): 197-204

ISSN 1441-318XJakarta, Mei 2008Hal. 197-204No. 2Vol. 9J. Tek. Ling.

KONSERVASI FLORA, TANAH DAN SUMBERDAYAAIR EMBUNG-EMBUNG DI TIMOR BARAT

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR(Studi Kasus ’embung’ Oemasi-Kupang dan

’embung’ Leosama-Belu)

Wahyu WidiyonoPeneliti di Pusat Penelitian Biologi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

AbstractConservation of flora, soil and water resources are very important to manage‘embung’ ecosystem, in West Timor Island. Generally, ‘embung’ watersheds inthis area are degraded, and consequently resulted high runoff and erosion rate;and at the same time, ‘embung’ water has not been used efficiently yet. Toconserve ‘embung’ ecosystem, three methods can be applied, i.e.: 1). Floraconservation by using priority of local species; 2). Soil conservation by usingvegetative methods; and 3). Water resources conservation in watershed areaby combining flora and soil conservation; and increasing water used efficiencyby using intermediate technology.

Keywords : Konservasi, flora, tanah, air, embung, Timor

1. PENDAHULUAN

1.1. Tinjauan Pustaka

Paradigma konservasi telah mengalamiperubahan pada beberapa tahun terakhir, dimana konservasi bukan hanya dipandangsebagai melestarikan sebuah bendaberharga, melainkan konservasi bermaknapemanfaatan, perlindungan danpelestarian(1).

Konservasi sumberdaya alam denganpendekatan ekologis(2) meliputi flora danfauna(3), tanah dan sumberdaya air(4) perludilakukan mengingat degradasi sumberdayaalam semakin meningkat akibat kegiatanmasyarakat yang tidak peduli terhadappelestarian lingkungan.

Provinsi Nusa Tengara Timur dikenalmemiliki wilayah beriklim kering, dan airmerupakan faktor pembatas utama yang

selalu dijumpai hampir sepanjang tahun.Hal ini diindikasikan oleh rata-rata volumecurah hujan tahunan hanya sebesar 1.000mm, dan terrendah di antara rata-rata hujandi pulau-pulau besar yang ada di Indonesia.

Kondisi keterbatasan air di NTT dapatdigambarkan dari total penduduk berjumlah3,3 juta jiwa, masing masing memperolehsumber air berturut-turut: perpipaan(14,6%), sumur pompa (2,3%), sumurgali (22,8%), sumber air (48,5%), sungai(10,7 %), dan dari sumber lainnya (0,1%)(5).Kondisi saat sekarang tampaknya tidakbanyak berubah dari laporan statistiktersebut di atas.

Untuk mengantisipasi kondisiketerbatasan air, Pemda NTT membangun

Page 2: KONSERVASI FLORA, TANAH DAN SUMBERDAYA AIR EMBUNG-EMBUNG ... · PDF file198 Widiyono, W. 2008 ‘embung-embung’. Sejak tahun 1982 sampai dengan 2006, telah dibangun 334 ‘embung’

198 Widiyono, W. 2008

‘embung-embung’. Sejak tahun 1982sampai dengan 2006, telah dibangun 334‘embung’ di seluruh NTT dengan penyebaran70% berada di wilayah Pulau Timor Barat.

‘Embung’ NTT merupakan sebuahpenampungan air (reservoir) dengankapasitas tampung lebih kurang 30.000 m3.Air yang tertampung utamanya untukpenyediaan air bersih, pertanian dan ternakskala terbatas. Sebuah ‘embung’diharapkan dapat memenuhi kebutuhanmasyarakat pada satu hingga dua dusun,dengan 50-100 KK (250-100 jiwa).

‘Embung’ NTT dibangun denganpertimbangan hidrologis, yaitu letaknyapada outlet daerah tangkapan air seluas 15ha untuk menampung aliran permukaan(runoff). Lokasi ‘embung’ berada di dataranyang lebih tinggi dari pemukiman penduduk,agar dapat mengalirkan air yang tertampungmelalui perpipaan secara gravitasi.

Ekosistem ’embung’ berpusat padapenampungan air (reservoir) dengan segalaproses biofisiknya (kehidupan biota airtawar, evaporasi, infiltrasi dan sedimentasi);daerah tangkapan air dengan segala prosesbiofisiknya (vegetasi, ternak, fauna liar danpertanian) di bagian hulu; dan jaringanperpipaan, bak-bak air dan pemanfaatanoleh masyarakat di bagian hilir

Permasalahan ‘embung’ NTT meliputirendahnya tutupan vegetasi daerahtangkapan, laju erosi tinggi sehinggamempercepat pendangkalan ‘embung’, danpemafaatan air masih kurang efisien. Olehkarena pengelolaan ‘embung’-’embung’mencakup flora, tanah, dan sumberdayaair maka diperlukan konsep konservasisecara terpadu yang meliputi bagian hulu,tengah dan hilir.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ialah untuk (1)memberikan gambaran kondisi ‘embung’-’embung’ di wilayah Timor Barat; (2)mengkaji ‘embung’ Oemasi-Kupang dan‘embung’ Leosama-Belu sebagai studikasus; dan (3) sebagai upaya konservasiflora, tanah dan sumberdaya air.

2. BAHASAN

2.1. Lokasi Penelitian

Untuk memberikan gambaran umumkondisi embung-embung di wilayah TimorBarat dilakukan studi lansekap daerahtangkapan air embung Oemasi, Oelomin danOeltua Kabupaten Kupang, embung Bu’atdan Besipae, Kab. Timor Tengah Selatan(TTS); ‘embung’ Benkoko dan ‘embung’Sasi (TTU), Kab. Timor Tengah Utara; dan‘embung’ Leosama, Kab. Belu. Ketinggiandari permukaan laut, masing-masing lokasiadalah 50 m (Leosama, Belu), 400-500 m(Oemasi, Oelomin, Oeltua, Manutapen-Kupang) hingga 1.000 m (Besipae, Bu’at-TTS; Benkoko dan Sasi-TTU).

Untuk studi pemodelan embungdilakukan pengamatan aliran permukaandan erosi daerah tangkapan; pendangkalan‘embung’; ketersediaan air ‘embung’sepanjang tahun; dan pemanfaatannyadilaksanakan pada ‘embung’ Desa Oemasi,Kupang. Sedangkan upaya konservasi‘embung’ dilakukan pada ‘embung’ DesaLeosama, Belu.

2.2 Metode Penelitian

Studi lansekap daerah tangkapan airpada ’embung-embung’ di Timor Baratdilakukan dengan metode survei ekologikualitatif. Diamati vegetasi dan tatagunalahan dominan pada masig-masing daerahtangkapan air ’embung’. Pada ’embung’Oemasi dilakukan studi ekologi kuantitatif,pemodelan dan simulasi aliran permukaandan erosi, serta neraca air embung.Sejumlah 6 (enam) tipe vegetasi di daerahtangkapan air ’embung’ Oemasi diamatipengaruhnya terhadap aliran permukaandan erosi. Pengamatan dampak erositerhadap pendangkalan embung dilakukanperbandingan antara kapasitas tampungembung tahun 1992, tahun 2000 dan tahun2005. Neraca air embung, diamati volumepada setiap profil kedalaman denganparameter hujan, aliran permukaan,evaporasi, infiltrasi, pemanfaatan air dan

Page 3: KONSERVASI FLORA, TANAH DAN SUMBERDAYA AIR EMBUNG-EMBUNG ... · PDF file198 Widiyono, W. 2008 ‘embung-embung’. Sejak tahun 1982 sampai dengan 2006, telah dibangun 334 ‘embung’

199Konservasi Flora... J.Tek.Ling. 9 (2): 197-204

air yang terbuang. Konservasi flora, tanahdan sumberdaya air dilakukan di ’embung’Leosama-Belu. Dicoca 10 jenis tanamanuntuk konservasi daerah tangkapan air.

3. HASIL PENELITIAN

3.1 Vegetasi dan konservasi flora

a. Vegetasi di Timor Barat

Dari hasil survei, diketahui tutupanvegetasi dan tataguna lahan dominan pada‘embung-embung’ di Timor Barat (Tabel 1).

Jumlah spesies dan individu pohon perha di Oemasi (12 dan 55), Oelomin (21dan 72), dan Oeltua (13 dan 132) padapengamatan tahun 2001 (6). Padapengamatan tahun 2005, terdapat 18spesies pohon di Oemasi (7).

Jumlah spesies dan individu pohon perhektar yang rendah ini menggambarkankhas ekosistem savana yang didominasioleh padang rumput dan semak belukar(78% hingga 86%).

Vegetasi dan tataguna lahan daerahtangkapan air ’embung-embung’ tersebutmewakili ekosistem pada ketinggian 50 mhingga 1.000 m dari permukaan laut.

Berdasarkan ketinggian tempat daripermukaan laut (1,8), vegetasi di wilayahPulau Timor dibedakan, sebagai berikut:Dari permukaan laut hingga ketinggian 1.000m didominasi oleh savana (padang rumput),ditumbuhi oleh hutan monsun semi selaluhijau dan hutan monsum luruh dauncampuran; pada ketinggian 1.000 m hinggakurang dari 1.500 m didominasi oleh hutanmonsun semi selalu hijau dan hutan ampupu(Eucalyptus platyphylla); pada ketinggiandi atas 1500 m dicirikan hutan konifer(Podocarpaceae).

Tabel 1. Vegetasi dan tataguna lahandominan di daerah tangkapan air’embung’ di Pulau Timor Barat

Ekosistem pedesaan di NusaTenggara Timur terbentuk oleh faktorgeografis, iklim, terutama intensitas curahhujan yang tinggi dalam periode yangpendek dan musim kemarau yang panjang8-9 bahkan 10 bulan; dan faktor geologissebagai pembentuk batuan dan tanah yanglambat meresapkan air dan cenderungmudah tererosi.

Pertumbuhan vegetasi di daerahtangkapan air ‘embung’ NTT dipengaruhi oleh(1) kondisi iklim kering yang berlangsung8-9 bulan per tahun dengan volume curahhujan tahunan 1000 mm; (2) tanah liatbobonaro (bobonaro clay) dengan tingkatkesuburan tanah marginal; (3) gangguankebakaran yang terjadi hampir setiaptahun;(4) gangguan berupa ’senggutan’ daninjakan ternak ketika tanaman masih muda;(5) aktifitas manusia berupa penebanganliar kayu bakar untuk memenuhi kebutuhanrumah tangga. Mengingat kondisi alamseperti tersebut di atas, spesies yangmampu tumbuh di NTT ialah tumbuhan yangtahan kering, tahan api dan tidak disenangioleh ternak(8).

Vegetasi dan tataguna lahan daerahtangkapan air ’embung-embung’ jugamewakili agroekosistem di NTT padaumumnya, yakni: ladang berpindah,tegalan, sawah, hutan lontar, wanatani,dan peternakan. Suatu rumah tanggaumumnya mengelola satu atau lebih darikeenam sistem tersebut.

Page 4: KONSERVASI FLORA, TANAH DAN SUMBERDAYA AIR EMBUNG-EMBUNG ... · PDF file198 Widiyono, W. 2008 ‘embung-embung’. Sejak tahun 1982 sampai dengan 2006, telah dibangun 334 ‘embung’

200 Widiyono, W. 2008

b. Konservasi flora

Spesies tumbuhan tersebut perludikonservasi untuk meningkatkan fungsinyasecara ekonomis, ekologis maupunhidrologis. Fungsi ekonomis, terlihat darikebiasaan masyarakat petani dan peladangdi Pulau Timor amat dekat dengan tumbuh-tumbuhan. Hal ini karena tumbuh-tumbuhanadalah sumber kehidupan masyarakatsetempat. Batang kayu dari pohon-pohondigunakan sebagai kayu bakar dan bahanbangunan rumah. Daun tumbuhan alang-alang digunakan untu atap rumah. Bambuuntuk berbagai keperluan rumah tangga.Rumput-rumputan untuk pakan ternak.

Fungsi ekologis, tumbuh-tumbuhanmenjaga kelembapan tanah dan iklim mikro;transit fauna pemencar biji dan sebagainya.

Fungsi hidrologis, tumbuh-tumbuhanmengendalikan laju aliran permukaan, erosidan pendangkalan ‘embung’.

Namun demikian, kondisi vegetasi didaerah tangkapan air ‘embung’ umumnyamengalami degradasi baik jumlah jenismaupun luasan penutupan arealnya.Penurunan jumlah jenis ditandai oleh jumlahjenis dan jumlah individu per ha yangrendah. Penurunan jumlah luasanpenutupan area ditandai oleh pergeseran

luasan spasial pohon menjadi lebihsempit; sebaliknya semak belukar danlahan-lahan telantar semakin meluas.

Hal ini disebabkan oleh kebakaranhampir setiap tahun, injakan dan’senggutan’ ternak, sebaliknya upayapemulihan lahan masih kurang dilakukan.Upaya yang perlu dilakukan adalahkonservasi tumbuhan melalui programreboisasi dan rehabilitasi lahan denganprioritas jenis-jenis tumbuhan lokal baikbernilai ekonomis maupun konservasilingkungan. Tumbuh-tumuhan lokal terbuktitelah mampu beradaptasi denganlingkungan lahan marginal dan iklimsetempat. Penanaman tumbuhan jugaharus kombinasi antara pohon-pohon,tumbuhan semak, dan rumput-rumputan.

3.2 Erosi dan konservasi tanah

a. Aliran permukaan dan erosi

‘Embung-embung’ NTT dibangunberdasarkan pertimbangan hidrologis,yakni: berupa daerah tangkapan air seluaslebih kurang 15 ha, ketajaman lereng tidakboleh lebih dari 25%, dan memiliki tanahliat bobonaro. Atas dasar pertimbangantersebut maka diperoleh lokasi yang memilikipenutupan vegetasi dan tataguna lahandaerah tangkapan air yang beragam.Keberagaman tersebut akan memberikankonsekuensi terhadap aliran permukaan,erosi dan pelestarian ‘embung’.

Vegetasi berperanan dalammengendalikan aliran permukaan dan erosi(Tabel 2). Dari Tabel 2, terlihatmasing-masing tumbuhan memilikikarakteristik yang berbeda dalammengendalikan aliran permukaan; dan aliranpermukaan yang tinggi tidak selalu diikutioleh laju erosi yang tinggi pula.

Tabel 2. Prediksi aliran permukaan danerosi embung Oemasi-Kupang,tahun 2005/2006(9)

Page 5: KONSERVASI FLORA, TANAH DAN SUMBERDAYA AIR EMBUNG-EMBUNG ... · PDF file198 Widiyono, W. 2008 ‘embung-embung’. Sejak tahun 1982 sampai dengan 2006, telah dibangun 334 ‘embung’

201Konservasi Flora... J.Tek.Ling. 9 (2): 197-204

Semak ’sufmuti’ (C. odorata) yangtumbuh rapat dan pohon dadap (E.orientalis) yang di bagian bawah ditumbuhisemak dan rerumputan amat bagusmengendalikan erosi. Bambu (B. Multiplex)dan padang rumput (D. Caricosum) yangterbakar setiap tahun berdampak pada lajuerosi yang tinggi. Pengolahan lahan untukbudidaya jagung (Zea mays) jugaberdampak pada erosi yang tinggi.

Dampak erosi terhadap sedimentasidan kapasitas tampung ’embung’ (Gambar1), terlihat kurva penurunan kapasitastampung maksimum ’embung’ Oemasi,Kupang pada tahun 1992 (31.939 m3),tahun 2000 (17.209 m3), dan tahun 2005(14.455 m3). Penurunan tersebut dapatdijelaskan (Tabel 3), selama kurun waktu12 tahun (1992-2005) telah terjadi rata-ratapenurunan kapasitas tampung ’embung’Oemasi antara 3,2 % dan 5,8 % per tahun.

Tabel 3. Penurunan daya tampung embung Oemasi-Kupang, 1992-2005

Dari Tabel 3, terlihat penurunan rata-rataantara tahun 2000-2005 lebih rendahdibandingkan tahun 1992-2000. Beberapafaktor yang mungkin berubah (bervariasi)dan berpengaruh terhadap erosi ialah curahhujan tahunan, penutupan vegetasi,budidaya; sedangkan faktor lain tidakberubah ialah panjang lereng, ketajamanlereng dan fisik tanah.

a. Konservasi tanah

Konservasi tanah erat kaitannya dengankonservasi tumbuhan. Diketahui ada tiga

metode konservasi tanah, yaitu secaravegetatif, fisik dan kimiawi. Konservasivegetatif merupakan pilihan yang tepatdilakukan, karena selain biayanya murah,juga mudah dilakukan oleh petani.Konservasi tanah secara kimiawi untukmemperkokoh agregat tanah di daerahtangkapan air ‘embung’, tampaknyadiperlukan biaya yang mahal.

Konservasi tanah secara fisikmengunakan bedengan, tanggul-tanggul,pematang dan sebagainya perludipertimbangkan secara bijaksana sesuaidengan kondisi tektur dan struktur tanahsetempat. Kondisi tanah liat bobonaromemiliki agregat yang amat mudah hancurpada musim hujan. Salah satu contohkonservasi fisik yang cukup berhasil ialahpemasangan batu pada lereng ‘embung’Oemasi-Kupang.

Selain itu, pada beberapa lokasi daerahtangkapan, batu-batu sebagai bahanpembuatan tanggul mudah diperoleh. Halini mungkin karena Pulau Timor menurutsejarah pembentukan geologinya dikenalsebagai pulau yang terangkat daripermukaan laut.

Dari pengamatan penulis, ketikadilakukan pembuatan guludan pematangpenahan erosi, petani membersihkanrumput-rumput terlebih dahulu. Hal inidilakukan karena tanahnya amat keras danberbongkah pada musim kemarau.Meskipun demikian, sifat tanah ini mudahhancur pada musim hujan, sehinggapematang amat mudah tererosi.

3.3. Ketersediaan dan konservasi air

a. Ketersediaan dan pemanfaatan

Ketersediaan air di daerah tangkapandapat diketahui dari neraca air yangmenggambarkan input, output dan air yanghilang melalui model dan simulasi denganparameter hujan, evapotranspirasi, infiltrasidan aliran permukaan. Indikasi defisit dansurplus air sepanjang tahun, terlihat darigrafik hubungan antara evapotranspirasi danpeluang hujan. Pada kriteria peluang

Page 6: KONSERVASI FLORA, TANAH DAN SUMBERDAYA AIR EMBUNG-EMBUNG ... · PDF file198 Widiyono, W. 2008 ‘embung-embung’. Sejak tahun 1982 sampai dengan 2006, telah dibangun 334 ‘embung’

202 Widiyono, W. 2008

terlampaui 50%, nilai evapotranspirasi dan½ evapotranspirasi lebih tinggi dari padanilai peluang hujan selama 9 bulan (Maret-November), mengindikasikan terjadi defisitair. Sebaliknya surplus air hanyaberlangsung sepanjang 3 bulan (Desemberhingga Maret).

Ketersediaan air ’embung’ dapatdiindikasikan oleh neraca air yangmenggambarkan input, output dan air yanghilang melalui model dan simulasi denganparameter hujan, evaporasi, infiltrasi, airyang dimanfaatkan dan air yang terbuang.

Dari neraca air (Gambar 2) dapatditunjukkan ’embung’ Oemasi berada padakondisi surplus air sepanjang bulan Februarihingga Agustus. Sejak Agustus hinggaJanuari, ‘embung’ mengalami penurunanvolume air cukup tajam. Kondisi inimemberikan peringatan, perlu dilakukankonservasi sumber daya air terutama padamusim kemarau agar ketersediaan air dapatdigunakan hingga musim hujan tahunberikutnya.

b. Konservasi sumberdaya air

Tujuan konservasi air ‘embung’ ialahmempertahankan agar air yang tertampungpada 3-4 bulan musim hujan dapatdigunakan sepanjang 8-9 musim kemarau.Hal ini karena, air yang tertampung di dalam‘embung’ sepenuhnya mengandalkan airhujan dan aliran permukaan makakonservasi sumberdaya air amat penting.

Konservasi flora dan tanah secaralangsung akan berpengaruh terhadapkonservasi sumberdaya air di daerahtangkapan. Konservasi sumberdaya air didaerah tangkapan akan tercapai apabilakapasitas infiltrasi dan perkolasi lebih besardari kapasitas evapotranspirasi dan aliranpermukaan. Kondisi tersebut akan tercapaiapabila konservasi tumbuhan dilaksanakansecara bijaksana.

Di wilayah Pulau Timor evapotranspirasiamat tinggi sepanjang 8-9 bulan musimkemarau. Kondisi evapotranspirasi akanseimbang dengan infiltrasi, pada awalmusim hujan. Ketika tanah sudah jenuh air

dan hujan terus turun maka terjadilah aliranpermukaan.

Degradasi lahan daerah tangkapan airPulau Timor mengakibatkan laju aliranpermukaan yang tinggi; sebaliknya infiltrasidan perkolasi rendah. Kondisi inimengakibatkan suplesi air tanah rendah.

Upaya yang perlu dilakukan adalahkonservasi vegetatif dengan pemilihan jenistanaman yang tepat. Dari hasil penelitianpenulis di ‘embung’ Oemasi, Kupang dapatditunjukkan bahwa penghijaun denganmonokultur pohon Gmelina arborea, terbuktimengakibatkan laju erosi yang besar. Halini karena kanopi dan bentuk daun Gmelinayang relatif lebar berperan menaungi danmenekan tumbuhan bawah. Terhambatnyapertumbuhan tumbuhan bawahmengakibatkan tanah gundul dan gembursehingga mudah erosi. K o n s e r v a s isumberdaya air embung dapat dilakukandengan cara meningkatkan efisiensipemanfaatan air pada budidaya pertanian.Kegiatan tersebut telah diujicoba denganbudidaya tanaman sayuran menggunakankantong polybag di Oemasi, Kupang(7).Secara agronomis teknik budidaya tepatguna ini dapat memberikan hasil yangbagus, meskipun untuk keberlanjutankegiatan masih perlu terus dilakukanpembinaan. Peningkatan efisiensipemanfaatan air dengan mengurangikebocoran air melalui perpipaan, kran-krandan bak-bak penampung juga perludilakukan oleh masyarakat pemakai air’embung’.

3.4 Konservasi embung Leosama-Belu

Konservasi ’embung’ Leosama-Belumeliputi konservasi daerah tangkapan,menduga laju pendangkalan embung,menduga ketersediaan air, danpemanfaatan air untuk minum ternak danbudidaya sayuran. Pada survei tahun 2005,diketahui ’embung’ Leosama-Belumerupakan salah satu di antara ’embung-embung’ di Belu yang dapat menampungair sepanjang tahun. Sebagian ’embung-

Page 7: KONSERVASI FLORA, TANAH DAN SUMBERDAYA AIR EMBUNG-EMBUNG ... · PDF file198 Widiyono, W. 2008 ‘embung-embung’. Sejak tahun 1982 sampai dengan 2006, telah dibangun 334 ‘embung’

203Konservasi Flora... J.Tek.Ling. 9 (2): 197-204

embung’ yang lain di wilayah tersebut tidakdapat menampung air sepanjang tahunkarena perembesan dan kebocoran. Air’embung’ hanya dimanfaatkan untuk minumternak yang langsung masuk ke dalam’embung’. Kegiatan budidaya pertanian tidakdapat dilakukan, karena jaringan perpipaanrusak.

Daerah tangkapan air gersang, hampirtidak ada tumbuhan kecuali tegakan pohonkayu putih (Eucalyptus alba) yang tumbuhdi bagian puncak lereng. Pendangkalan’embung’ diduga mencapai 0,6 m per tahun,yakni ’embung’ yang dibangun pada tahun1995 dengan kedalaman maksimum 8 m,pada tahun 2005 hanya tinggal 2 m.Kedalaman ’embung’ tersebut diduga hanyamampu menampung 5.000 m3 air atau 15%dari kapasitas tampung semula sebesar30.000 m3 1).

Tindakan konservasi yang telahdilakukan ialah (1) managemenpemanfaatan air dengan cara mencegahternak masuk ke dalam ’embung’ dengancara membangun bak-bak minum ternak;(2) pemanfaatan air untuk budidayatanaman sayuran; (3) pemanfaatan airuntuk penyemaian sejumlah 13.500 anakanyang terdiri dari 10 jenis tanaman untukpenghijauan daerah tangkapan seluas 7,5ha; (4) pemagaran keliling daerahtangkapan sepanjang 1.000 m untukmencegah ternak masuk dan mengganggutanaman penghijauan.

Dari 10 jenis tanaman yang dicobadiketahui tanaman lokal (kusambi, nitas,asam, kelor, johar, jarak pagar, mahoni)terbukti lebih tahan kering dibandingkantanaman yang dikenal tumbuh cepat(Gmelina arborea dan Acaciaauriculiformis).

Pemagaran daerah tangkapanmerupakan kegiatan amat penting untukmelindungi tanaman dari gangguan ternaksapi. Hal ini terkait budaya masyarakatdalam memelihara ternak dengan caradilepas di padang penggembalaan.Pemagaran diperlukaan terutama saattanaman masih berusia muda (1-3 tahun).

Selain itu pemagaran memberikan manfaatyang amat besar terhadap pertumbuhananakan ’kom’ (Z. Jujuba) dan ’gewang’(Corypha gebanga). Tanpa pemagaran,tumbuhan saat usia muda amat digemariternak sapi. Pemanfaatan air untuk budidayatanaman sayuran amat bergantung padaketersediaan air. Mengingat ketersediaanair terbatas maka penggunaan airdiprioritaskan untuk minum ternak danpenyemaian tanaman penghijauan.

4. KESIMPULAN

Untuk konservasi ekosistem ‘embung-embung’ di Timor Barat, perlu dilakukan:(1) Konservasi flora dengan caramengutamakan jenis-jenis tumbuhan lokalbaik yang berpotensi ekonomis maupunkoservasi lingkungan; (2) Konservasi tanahdengan cara konservasi vegetatif yangdikenal murah dan mudah dilakukan olehpetani; dan (Konservasi sumberdaya air didaerah tangkapan dengan cara kombinasikonservasi tanah dan air; dan peningkatanefisiensi pemanfaatan air dengan teknologibudidaya tepat guna.

DAFTAR PUSTAKA

1. IBSAP. 2003, Indonesian BiodiversityStrategy and Action Plan 2003-2020.Bappenas, Pemerintah Republikndonesia.

2. Owen, O.S. 1985, Natural ResourcesConservation: An Ecological Approach.Macmillan PublishingCompany, New York .

3. Indrawan, M., RB. Primack & J.Suprijatna. 2007, Biologi Konservasi.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

4. Arsyad, S. 2000, Konservasi tanahdan air. IPB. Press.

5. NTT Dalam Angka. 1993, NusaTenggara Timur Dalam Angka 1992.Kantor Statistik dan Bappeda NTT.

Page 8: KONSERVASI FLORA, TANAH DAN SUMBERDAYA AIR EMBUNG-EMBUNG ... · PDF file198 Widiyono, W. 2008 ‘embung-embung’. Sejak tahun 1982 sampai dengan 2006, telah dibangun 334 ‘embung’

204 Widiyono, W. 2008

6. Widiyono, W. 2002, Konservasiembung di Nusa Tenggara Timurmelalui analisis tutupan vegetasi dansumberdaya air. Tesis S-2, FMIPA-UI,Depok.

7. Widiyono, W. 2007, Relationshipbetween vegetation and runoff-erosion:consequences on embung waterbalance in West Timor. DissertationS-3, FMIPA-UI, Depok.

8. Ormeling, F.J. 1955, The Timor Problem: A geographical Interpretationof an underdeveloped Island. J.B. Wolters, roningen: 284. CollierMacmillan Publishers, London.

9. Widiyono, W., R. Abdulhadi & B.Lidon. 2006, Erosi dan pendangkalan‘embung’ di Pulau Timor-NTT (StudiKasus ‘embung’ Oemasi-Kupang dan‘embung’ Leosama-Belu). Dalam:Lukman, Sulastri, D.S. Said, T. Tarigan& T. Widiyanto (eds.). Pros. Sem.Nas. Limnologi. Widya Graha LIPI

10. Widiyono, W., Engk. Komarudin, A.Khusmayadi & End. Komarudin. 1994,Budidaya tanaman sayuran dalam potdi pekarangan dan perbaikan carabertanam di kebun petani lahan keringuntuk menghemat pemanfaatan airembung-NTT. Dalam: Pratignjo, S.E.,W. R. Farida & Sunaryo (Eds.). Pros.Sem. Hasil Litbang SDH, PuslitbangBiologi-LIPI, Bogor.

Gambar 1. Daya tampung ’embung’ Oemasi, Kupang, tahun 1992, 2000 dan 2005.

Gambar 2. Hubungan antara kedalaman air dan volume ’embung’ Oemasi, Kup