Konservasi Energi

192
Buku bahan ajar audit energi 2010 1 BAB I PENGERTIAN DAN DEFINISI JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI 1.1 Pendahuluan Audit energi merupakan langkah awal dalam kegiatan konservasi energi. Audit energi mengidentifikasi dimana saja energi dikonsumsi dan berapa banyak energi yang dikonsumsi dalam sebuah fasilitas eksisting, gedung dan bangunan. Audit energi merupakan sebuah kegiatan penilaian dalam penggunaan dan biaya energi yang dikonsumsi sebuah fasilitas. Hasil penilaian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam membangun serangkaian rekomendasi untuk menurunkan penggunaan dan biaya energi dengan mengimplementasikan berbagai perubahan, baik dalam hal peralatan maupun operasionalnya. Informasi yang dikumpulkan dari kegiatan audit energi dapat digunakan untuk memperkenalkan ukuran konservasi energi (energy conservation measures/ECM) atau teknologi-teknologi penghematan energi, seperti sistem pengendalian elektronik, dalam bentuk retrofit. Melalui kegiatan audit energi dapat diidentifikasi peluang-peluang penghematan yang disesuaikan secara ekonomi sehingga dapat menghasilkan penurunan biaya listrik, gas, kukus (steam) dan dalam sistem pembuangan. POLBAN

Transcript of Konservasi Energi

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 1

    BAB I PENGERTIAN DAN DEFINISI

    JUR USAN TE KNIK

    KONVERSI ENERGI

    1.1 Pendahuluan

    Audit energi merupakan langkah awal dalam kegiatan konservasi energi.

    Audit energi mengidentifikasi dimana saja energi dikonsumsi dan berapa

    banyak energi yang dikonsumsi dalam sebuah fasilitas eksisting, gedung

    dan bangunan.

    Audit energi merupakan sebuah kegiatan penilaian dalam penggunaan

    dan biaya energi yang dikonsumsi sebuah fasilitas. Hasil penilaian ini

    dapat dijadikan sebagai masukan dalam membangun serangkaian

    rekomendasi untuk menurunkan penggunaan dan biaya energi dengan

    mengimplementasikan berbagai perubahan, baik dalam hal peralatan

    maupun operasionalnya.

    Informasi yang dikumpulkan dari kegiatan audit energi dapat digunakan

    untuk memperkenalkan ukuran konservasi energi (energy conservation

    measures/ECM) atau teknologi-teknologi penghematan energi, seperti

    sistem pengendalian elektronik, dalam bentuk retrofit.

    Melalui kegiatan audit energi dapat diidentifikasi peluang-peluang

    penghematan yang disesuaikan secara ekonomi sehingga dapat

    menghasilkan penurunan biaya listrik, gas, kukus (steam) dan dalam

    sistem pembuangan.

    POLBAN

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 2

    1.2 Konservasi Energi

    Apa itu konservasi energi? Konservasi energi merupakan kegiatan yang

    bertujuan untuk melindungi peralatan dan pendukung operasional suatu

    proses produksi, dengan cara mengawetkan penggunaan energi, melalui

    perlakuan yang layak. Dalam Gambar 1.1 dapat diamati hal-hal terkait

    konservasi energi.

    Gambar 1.1 Definisi Konservasi Energi

    Konservasi energi dapat diterapkan di berbagai aspek pendukung proses

    produksi. Di area hulu yang berupa bahan baku, dapat dilakukan

    kegiatan penghematan, penyimpanan sedemikian rupa sehingga

    mencegah penurunan kualitas bahan baku, dan substitusi bahan baku

    dengan bahan yang kurang lebih memiliki kualitas serupa atau lebih baik

    sehingga memberikan hasil yang baik dalam kinerja proses produksi.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 3

    Dalam sistem pendukung proses produksi, dapat dilakukan dari dua sisi,

    yaitu manajemen energi dan efisiensi energi. Kegiatan manajemen energi

    dapat berupa house keeping (maintenance & repair /MR), retrofitting dan

    substitusi dengan peralatan yang lebih hemat energi. Kegiatan efisiensi

    energi dapat dilakukan dengan menerapkan teknologi-teknologi baru

    yang lebih hemat energi, dan dengan penggantian sumber energi yang

    memberikan kinerja yang lebih baik dengan biaya energi yang lebih hemat.

    Untuk mengefektifkan kinerja proses produksi, dapat pula dilakukan

    dengan memodifikasi proses dengan menambah proses daur ulang

    (recycling) produk yang dihasilkan, apabila dalam produk masih tersisa

    bahan baku yang belum bereaksi dalam jumlah yang cukup signifikan.

    Proses recycling mampu menghasilkan produk dengan perolehan dan

    kemurnian lebih tinggi.

    Di sisi pengolahan limbah dapat juga dilakukan efisiensi. Dalam limbah

    yang berasal dari proses produksi, mungkin saja masih terdapat bahan

    baku yang masih bisa diambil kembali (recovery). Proses pengolahan

    limbah bukan hanya mampu menyesuaikan kondisi limbah dengan

    ketentuan ambang batas, tapi mampu mengambil kembali bahan-bahan

    yang masih berguna untuk digunakan dalam proses produksi.

    1.3 Pentingnya Efisiensi dan Konservasi Energi

    Mengapa perlu dilakukan efisiensi dan konservasi energi? Pelaksanaan

    kegiatan konservasi energi dapat memberikan manfaat yang baik dalam

    pelaksanaan proses produksi.

    Pelaksanaan efisiensi energi mengarah pada beberapa sasaran,

    diantaranya :

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 4

    1. Menghemat energi. Penggunaan energi yang efisien akan mampu

    menekan konsumsi energi.

    2. Mengurangi biaya. Konsumsi energi yang rendah akan menurunkan

    alokasi biaya untuk energi.

    3. Memelihara lingkungan. Rendahnya konsumsi energi akan berdampak

    pada rendahnya emisi gas buang yang mengandung gas-gas rumah

    kaca, sehingga dapat membantu memelihara lingkungan dari bahaya

    pemanasan global.

    4. Menciptakan keberlanjutan. Pelaksanaan efisiensi energi dapat pula

    berupa pengalihan pada pemanfaatan sumber energi lain yang lebih

    ramah lingkungan seperti sumber energi terbarukan yang dapat

    dengan cepat dibudidayakan.

    Pelaksanaan efisiensi energi dengan sasaran seperti diatas mampu

    memberikan manfaat seperti :

    menurunkan biaya energi

    menurunkan biaya produksi

    menurunkan konsumsi energi

    menurunkan emisi gas rumah kaca

    menurunkan emisi gas lain ( SOx , NOx )

    meningkatkan kualitas produk

    memperbaiki fungsi lingkungan secara keseluruhan

    meningkatkan reputasi/pengakuan

    meningkatkan kesehatan & keselamatan kerja ( K 3)

    meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan/ISO 14001

    mempersiapkan Protokol Kyoto/Cleean Development Mechanism (CDM)

    Manfaat lain pelaksanaan efisiensi melalui proses produksi bersih adalah

    mampu meningkatkan keuntungan dan menurunkan risiko, seperti risiko

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 5

    rusaknya lingkungan dan risiko ketidaktersediaan energi akibat lebih

    cepatnya penurunan cadangan energi karena perilaku konsumsi yang

    tidak efisien.

    1.4 Cara-cara Pelaksanaan Konservasi Energi

    Pelaksanaan konservasi energi dapat ditempuh dengan beberapa strategi

    sebagaimana ditampilkan pada Gambar 1.2.

    Gambar 1.2 Strategi Efisiensi Energi

    Strategi efisiensi energi sebagaimana gambar 1.2 dapat ditempuh dengan

    cara :

    1. Peak Clipping. Hal ini dilakukan dengan menurunkan permintaan

    untuk tenaga listrik dari peralatan listrik, biasanya dengan

    pengendalian langsung beban konsumen dengan menggunakan sinyal

    yang diarahkan pada peralatan konsumen.

    2. Konservasi. Pengefektifan konsumsi energi sesuai dengan kebutuhan,

    sehingga konsumsinya menurun.

    3. Load Building. Penambahan beban dimasa non-beban puncak, sehingga

    tidak akan membebani di waktu beban puncak.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 6

    4. Valley Filling. Merupakan proses produksi energi dan sistem

    pengiriman yang lebih efisien dengan mendorong penambahan

    penggunaan energi selama periode permintaan sistem yang paling

    rendah. Program ini biasanya disertai program pergeseran beban,

    seringkali dengan tujuan penggunaan pergeseran permintaan puncak

    ke periode permintaan rendah, tapi persyaratannya bisa mengacu

    pada program atau strategi apapun yang ditujukan untuk mengisi

    lembah.

    5. Flexible Load Shape.

    6. Load Shifting. Pengalihan beban dengan menyebarkan beban yang

    tinggi.

    Strategi diatas dapat diaplikasikan dengan jeli melihat peluang

    penghematan energi antara 15% - 30%, dengan cara :

    1. Penataan (house keeping) : adalah mengontrol pemakaian energi dan

    mencari peluang mana yang dapat dihemat, kemudian memperbaiki

    pemakaian energi tanpa menambah peralatan hemat energi (low cost).

    2. Modifikasi dengan investasi sedang (retrofitting) : adalah mengganti

    peralatan boros energi dengan peralatan yang relatif hemat energi,

    misalnya inverter motor, combustion control pada boiler (middle cost).

    3. Penggantian proses : adalah modifikasi rancang bangun proses

    produksi energi yang termasuk dalam utilitas penunjang, seperti

    penggunaan Heat Recovery Boiler (high cost).

    1.5 Data Evaluasi dan Analisis

    Data evaluasi dan analisis yang harus dikompilasi sebelum pelaksanaan

    konservasi energi adalah :

    1. Identifikasi profil bangunan gedung.

    2. Identifikasi profil energi.

    3. Penghitungan Indeks Konsumsi Energi (IKE).

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 7

    4. Penentuan faktor beban.

    5. Penentuan beban dasar dan beban musiman.

    6. Penghitungan kinerja energi (Efisiensi, COP, dll).

    7. Penghitungan biaya energi.

    Efisiensi energi dapat diterapkan ke dalam dua kategori peralatan, yaitu :

    1. Peralatan energi listrik, yang meliputi :

    a. Motor listrik

    b. Fan dan blower

    c. Pompa dan sistem pemompaan

    d. Menara pendingin

    e. AC dan alat pendingin

    f. Kompressor dan sistem udara tekan

    2. Peralatan energi termal

    a. Bahan bakar dan pembakaran

    b. Boiler dan pemanas fluida thermis

    c. Distribusi steam, penggunaan dan isolasi

    d. Pemanfaatan limbah panas

    e. Kogenerasi

    f. Alat penukar panas

    1.6 Analisis Ekonomi

    Untuk projek-projek keenergian beberapa metode analisis ekonomi dapat

    digunakan, yaitu :

    1. Simple Payback (SPB). Metode ini merupakan metode paling sederhana.

    SPB mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk

    mengembalikan investasi awal dalam ukuran penghematan biaya.

    Misalnya, investasi $1,000 yang mampu menghemat $200 per tahun.

    SPB dapat dihitung dengan cara $1,000/($200/tahun) = 5 tahun.

    Walaupun banyak digunakan untuk mendukung keputusan, SPB tidak

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 8

    mampu mempertimbangkan nilai waktu dari uang dan tidak mampu

    mempertimbangkan dengan tepat dampak pada laju kas (cash flows).

    2. Discounted Payback (DPB). Masalah nilai waktu dari uang dapat diatasi

    dengan cara discounting laju kas masa depan terhadap nilai saat ini

    (present value) dengan mempertimbangkan periode DPB, atau

    panjangnya waktu yang dibutuhkan untuk cumulative present value dari

    penghematan untuk membayar biaya investasi.

    3. Return on Investment (ROI). Terkadang dinamakan simple rate of return

    atau investors rate of return. ROI merupakan is the resiprok dari SPB

    yang dinyatakan dalam bentuk persentase. ROI menyatakan

    persentase biaya investasi yang akan dikembalikan setiap tahun

    dengan penghematan. Sehingga, mengacu pada contoh sebelumnya,

    ROI = $200/$1,000 = 0.2 = 20%.

    4. Internal Rate of Return (IRR). Metode ini menghitung discount rate yang

    membuat present value dari biaya sama dengan present value dari

    pendapatan (atau tabungan). Sebuah projek bernilai berdasarkan

    pengukuran ini jika IRR lebih besar disbanding laju bunga bila uang

    dipinjam untuk mendanai projek, atau lebih besar dari laju bunga yang

    dapat diperoleh dari peluang investasi alternatif, dimana kedua laju

    lebih besar.

    5. Net Present Value (NPV). Metode ini juga menggunakan discounting.

    NPV diperoleh dengan discounting biaya dan pendapatan (atau

    tabungan) pada laju bunga tertentu, lalu dikurangi dengan present

    value dari aliran biaya dari present value aliran pendapatan (atau

    tabungan). Sebuah projek bernilai berdasarkan perhitungan ini jika

    NPV positif.

    6. Life-Cycle Cost Analysis (LCCA). Sebuah metode ekonomi untuk

    evaluasi projek dimana seluruh biaya projek dianggap penting. Life-

    cycle cost (LCC) merupakan biaya total kepemilikan, operasi,

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 9

    perawatan, dan akhirnya penutupan projek dalam periode tertentu,

    dengan semua biaya disesuaikan atau discounted untuk merefleksikan

    nilai waktu dari uang. LCCA cocok untuk mempertimbangkan

    alternatif konstruksi baru, alternative renovasi atau alternatif retrofit

    dari projek. Diskusi yang lebih mendalam mengenai LCCA, mengacu

    pada National Institute of Standards and Technology (NIST) Handbook 135

    (1995 edition), Life-Cycle Costing Manual for the Federal Energy

    Management Program.

    7. Savings-to-Investment Ratio (SIR). Metode ini menghitung keuntungan

    terhadap rasio biaya present value tabungan selama periode studi

    (mengacu pada umur projek) terhadap present value biaya terkait

    investasi. SIR sangat berguna dan merupakan cara yang handal untuk

    menentukan peringkat projek independen untuk tujuan pengalokasian

    modal investasi yang terbatas. Ketika dihadapkan dengan banyak

    projek penghematan biaya/energi, dipilih yang mana yang paling cost-

    effective. Tapi bila memiliki dana terbatas, penentuan peringkat dengan

    SIR tertinggi hingga terendah akan memastikan pengembalian modal

    investasi terbaik.

    1.7 Contoh Penerapan di Sektor Industri

    Penerapan kebijakan konservasi energi di sektor industri dapat ditempuh

    melalui beberapa cara, diantaranya :

    Menerapkan teknologi hemat energi melalui litbang energi dan

    industri;

    Meningkatkan kesadaran pemanfaatan potensi penghematan energi di

    industri;

    Meningkatkan pengetahuan terkini teknologi dan cara-cara konservasi

    energi melalui pelatihan, diseminasi, workshop dengan instansi terkait,

    maupun kerjasama luar negeri;

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 10

    Menerapkan prinsip-prinsip hemat energi mulai dari perencanaan,

    pengoperasian dan pengawasan;

    Memanfaatkan teknologi bahan bakar fosil yang lebih bersih seperti

    gas bumi dan sebagainya;

    Menjadikan efisiensi pemakaian energi sebagai tolok ukur dari

    produktivitas industri;

    Membuat pedoman pelaksanaan konservasi energi disektor industri

    untuk industri yang padat energi;

    Mengembangkan inisiatif konservasi energi untuk meningkatkan

    efisiensi produk manufaktur, antara lain membuat benchmark intensitas

    pemakaian energi, menentukan top runner dan menetapkan standar

    efisiensi energi minimum;

    Memberikan insentif bagi industri yang melakukan konservasi energi;

    Mengembangkan dan menggunakan energi alternatif;

    Membangun dan mengaplikasikan Energy Manager System;

    Pelaksanaan konservasi energi di sektor industri dapat dimulai dengan

    tahap identifikasi. Gambar 1.3 menunjukkan hasil pengecekan dengan

    menggunakan foto infra merah.

    Gambar 1.3 Hasil Pengecekan dengan Infra Merah

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 11

    Implementasi konservasi energi di sektor industri dapat diterapkan dalam

    beberapa aspek.

    1. Aspek peralatan listrik dan produksi.

    Gambar 1.4 Pemasangan Kapasitor pada Beban Electro Motor

    Gambar 1.5 Mengganti Electro Motor dengan Daya yang Lebih Kecil

    Gambar 1.6 Pemasangan Kapasitor pada Sub-Grup Beban Mesin

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 12

    Gambar 1.7 Pemasangan Inverter pada Mesin-mesin Produksi

    Gambar 1.8 Pemasangan Inverter pada Electric Motor Blower

    Gambar 1.9 Penambahan Kapasitor pada Capacitor Bank Utama

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 13

    Gambar 1.10 Penggantian Kapasitor yang Sudah Tidak Berfungsi

    2. Aspek Pencahayaan

    Gambar 1.11 Pengurangan Lampu pada Ruang Produksi dan Administrasi

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 14

    Gambar 1.12 Mengganti Lampu Mercury dengan Lampu SL

    Gambar 1.13 Pemasangan Timer 24 jam pada On/Off Lampu Ruangan

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 15

    3. Aspek Pengkondisian Udara

    Gambar 1.14 Penggantian AC Sentral Kantor menjadi AC Split

    Gambar 1.15 Pemanfaatan Udara Luar pada Malam Hari di AC Station

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 16

    BAB II

    LISTRIK

    JUR USAN TE KNIK

    KONVERSI ENERGI

    2.1 Latar Belakang

    Saat ini, tarif listrik ditentukan oleh besarnya daya tersambung, biaya

    beban dan biaya energi. Besarnya daya tersambung, akan menentukan

    kategori pengguna listrik. Makin tinggi daya tersambung, makin besar

    pula biaya dasar listrik yang dikenakan kepada pengguna. Biaya beban

    tentu sesuai dengan pemakaian energi listrik. Bila penggunaan listrik

    tinggi, biaya beban pun akan tinggi, dan memberi kontribusi pada

    tingginya biaya energi yang harus dikeluarkan.

    Biaya operasi listrik sangat bergantung pada efisiensi operasi dan

    teknologi yang digunakan. Kurang efisiennya proses produksi bisa jadi

    disebabkan oleh pemilihan teknologi yang tidak efisien. Penggunaan

    teknologi yang tidak efisien akan memberi kontribusi kepada besarnya

    konsumsi energi, sehingga memberi dampak pada membengkaknya biaya

    operasi.

    Menilik harga bahan bakar yang beredar di pasaran, pemilihan listrik PLN

    sebagai sumber energi listrik utama masih menjadi pilihan yang paling

    baik. Hal ini disebabkan harga listrik PLN jauh lebih terjangkau

    dibandingkan memanfaatkan energi listrik yang dibangkitkan sendiri

    dengan bahan bakar yang tidak murah.

    POLBAN

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 17

    Pemikiran ke arah pemanfaatan energi alternatif bisa saja menjadi pilihan.

    Namun, infrastruktur sistem keenergian nasional yang ada saat ini masih

    belum mampu mendukung ketersediaan dan distribusi sumber energi

    alternatif.

    2.2 Sistem Kelistrikan

    Dalam terminologi ketenagalistrikan, terdapat dua hal penting yang perlu

    diperhatikan, yaitu :

    1. Efisiensi, merepresentasikan kemampuan perangkat listrik dalam

    menanggulangi beban (kerja berguna dibagi dengan total komsumsi

    energi listrik).

    2. Faktor daya, merepresentasikan besaran kapasitas saluran

    transmisi/distribusi yang dibutuhkan untuk memasok beban.

    Gambar 2.1 Contoh Sistem Kelistrikan di Pabrik

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 18

    Dalam sistem kelistrikan ditemukan peluang konservasi, yaitu dengan

    cara :

    Pengurangan konsumsi energi : tekanan ekonomi, dorongan pribadi

    (life style), atau regulasi (teknologi atau harga energi). Harga energi

    yang tinggi dan peraturan pemerintah dalam hal penggunaan

    teknologi akan menggugah kesadaran untuk mengubah pola konsumsi

    menjadi lebih cermat.

    Peningkatan efisiensi: housekeeping (Operation & Maintenance), &

    penerapan standard prosedur operasi.

    Pengembangan sub-sistem yang ada atau dikenal dengan retrofitting

    (modifikasi).

    Pemanfaatan peralatan yang lebih efisien.

    Gambar 2.2 Peluang Konversi Energi dalam Peralatan Listrik

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 19

    Setelah mencermati peluang dan mengimplementasikan kegiatan

    konservasi energi dalam sistem kelistrikan, akan diperoleh beberapa

    manfaat, diantaranya :

    Penurunan konsumsi energi listrik di proses industri.

    Memperoleh penghematan yang signifikan dan realisasi keuntungan

    yang meningkat.

    Peralatan akan beroperasi lebih halus dan kinerjanya meningkat.

    Dalam implementasi konservasi energi, beberapa hal perlu diperhatikan,

    yaitu :

    Apakah ruangan bisa diaplikasikan koreksi faktor daya?

    Pastikan tarif optimum yang sedang digunakan.

    Selidiki beban yang mana yang dapat dialihkan.

    2.2.1 Faktor Daya

    Nilai faktor daya bervariasi dari 0 hingga nilai ideal 1. Alat yang sangat

    resistif seperti pemanas resistif atau lampu incandescent memiliki faktor

    daya yang mendekati 1. Faktor daya dinyatakan dalam persamaan

    berikut :

    dimana P = daya listrik (Watt)

    E = tegangan (Volt)

    I = arus (Ampere)

    atau

    dimana adalah perbedaan fasa antara tegangan dan arus.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 20

    Gambar 2.3 Ilustrasi Faktor Daya

    Daya reaktif disirkulasikan antara beban listrik dengan sistem pembangkit

    atau trafo distribusi. Daya reaktif tidak dapat dikonversikan kedalam

    daya poros motor listrik. Daya reaktif juga tidak ditera oleh kWh meter,

    sehingga pelanggan tidak terbebani jika tidak terpasang meter khusus

    penera daya reaktif. Utilitas umumnya tidak mengakomodasi energi

    untuk membangkitkan daya reaktif.

    Perbaikan Faktor Daya

    Sebelum memperbaiki faktor daya, terlebih dahulu dihitung pinalti faktor

    daya.

    dimana Bp = biaya bulanan pinalti faktor daya rendah

    Pm = beban maksimum

    pf = faktor daya terukur

    Rp/kW = biaya beban

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 21

    Gambar 2.4 Ilustrasi Perbaikan Faktor Daya

    2.2.2 Faktor Beban

    Penghitungan faktor beban sebuah fasilitas biasanya sangat berguna.

    Faktor beban didefinisikan sebagai :

    Faktor beban dapat ditingkatkan dengan metode sebagai berikut :

    Menggambar dan mempelajari kurva beban-harian.

    Memperpanjang waktu operasi mesin.

    Mengalihkan beban ke waktu non-beban puncak, seperti larut malam.

    Melakukan perawatan instalasi yang sesuai.

    Meningkatkan pekerjaan persiapan dan transportasi.

    Memperkenalkan pengendali beban.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 22

    2.3 Manajemen Beban Listrik

    Pelaksanaan penghematan energi di aspek kelistrikan dapat dilakukan

    dengan menerapkan manajemen beban listrik. Manajemen beban listrik

    dapat diaplikasikan dalam bentuk :

    1. Mengoptimasi pengendalian, yaitu dengan mengendalikan penggerak

    motor.

    2. Mengoptimasi kapasitas.

    3. Menurunkan beban.

    4. Menggunakan proses yang lebih efisien, misalnya dengan penggunaan

    gelombang mikro.

    5. Menggunakan peralatan yang lebih efisien, misalnya dengan

    menggunakan motor yang lebih efisien.

    6. Menggunakan teknik khusus untuk menurunkan rugi-rugi, dengan

    koreksi faktor daya.

    7. Menurunkan konsumsi energi, dengan cara menurunkan rugi-rugi

    dari pemanas.

    8. Mengatur penggunaan energi dengan sistem cascade, misalnya dengan

    menerapkan sistem cogeneration dalam pemakaian listrik.

    9. Melakukan konversi energi, misalnya dengan mengganti sistem

    pneumatik menjadi sistem elektrik.

    10. Menyimpan energi, dengan menggeser beban ke waktu non-beban

    puncak.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 23

    BAB III

    PENCAHAYAAN

    JUR USAN TE KNIK

    KONVERSI ENERGI

    3.1 Sistem Penerangan

    Penggunaan sistem pencayahaan dipengaruhi faktor preferensi, fungsi,

    dan lingkungan serta jenis kegiatan. Bila dalam ruangan besar hanya

    digunakan sebagian kecil saja, maka tidak dibutuhkan pencahayaan yang

    terlalu banyak.

    Standar penerangan didasarkan pada teknologi lampu dan

    penggunaannya. Teknologi sistem pencahayaan memberikan dampak

    turunnya faktor daya bagi beban induktif (sistem yang menggunakan

    ballast). Lampu hemat energi menurunkan kualitas daya listrik.

    Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk sistem

    pencahayaan yang mencukupi. Sistem pencahayaan yang baik memenuhi

    faktor-faktor sebagai berikut :

    Distribusi iluminasi dan luminansi yang tepat.

    Bebas dari flickering dan glare.

    Sifat cahaya yang memendarkan warna.

    Sumber cahaya harus mencukupi.

    Efisiensi yang baik.

    Persamaan untuk pencahayaan umum dalam pabrik dan kantor dapat

    digunakan untuk menghitung luminansi.

    POLBAN

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 24

    dimana E = luminansi (1x)

    A = luas ruangan (m2)

    N = jumlah lampu

    F = fluksi luminous yang dipancarkan dari satu lampu (lm)

    U = faktor utilisasi

    M = faktor perawatan

    3.1.1 Iluminasi Standar

    Dalam Tabel 3.1 ditampilkan iluminasi standar untuk digunakan di

    berbagai tempat. Makin presisi pengerjaan suatu produk, seperti bagian-

    bagian alat elektronik, maka pencahayaan di tempat tersebut semakin

    tinggi. Sebaliknya di luar area gedung yang tidak terlalu memerlukan

    cahaya, iluminasi yang dibutuhkan semakin rendah.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 25

    Tabel 3.1 Iluminasi Standar

    Untuk menentukan energi yang dibutuhkan untuk pencahayaan, dapat

    dihitung dengan persamaan berikut :

    dimana W.H = Watt-jam

    = efisiensi lampu

    t = waktu pencahayaan (jam)

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 26

    Tabel 3.2 Karakteristik Stabiliser (lampu mercury 400 W)

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 27

    Tabel 3.3 Fitur-fitur Lampu

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 28

    Tabel 3.4 Pemilihan Lampu dari Aplikasi Standpoint hingga Aplikasi

    Tipikal

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 29

    Tabel 3.5 Contoh Faktor Utilisasi

    Room Index (RI) dalam Tabel 3.5 dihitung dengan persamaan berikut :

    dimana W = lebar ruangan (m)

    L = kedalaman ruangan (m)

    H = tinggi sumber cahaya dari area kerja (m)

    3.1.2 Keterkaitan Efikasi dan Umur Lampu

    Dalam Gambar 3.1 ditunjukkan keterkaitan antara efikasi dan umur

    lampu. Makin tinggi lumens per watt yang digunakan, makin singkat

    umur lampu. Sebaliknya umur lampu akan semakin panjang bila lumens

    per watt yang diberikan semakin kecil.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 30

    Gambar 3.1 Hubungan Efikasi dan Umur Lampu

    3.1.3 Peningkatan Perawatan

    Perawatan terhadap peralatan pencahayaan terutama lampu perlu

    dilakukan secara berkala. Perawatan berkala mampu memperlambat

    penurunan lumen. Seperti ditampilkan Gambar 3.2, faktor perawatan

    lumen berbagai jenis lampu berbeda-beda. Bila perawatan pada alat

    pencahayaan tidak cukup bagus, maka lumen lampu akan berkurang

    seiring dengan bertambahnya umur lampu. Hal ini ditunjukkan pada

    Gambar 3.3, semakin banyak akumulasi debu pada lampu, maka fluksi

    luminus peralatan akan semakin menurun. Jenis tempat pengguna lampu

    juga perlu diperhatikan, misalnya ruang las dan foundry akan lebih cepat

    mengalami penurunan fluksi luminus dibandingkan kantor, ruangan

    kelas, dll.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 31

    Gambar 3.2 Karakteristik Perawatan Lumen Berbagai Lampu

    Gambar 3.3 Lumen yang Menurun karena Akumulasi Debu

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 32

    3.2 Konservasi Energi Sistem Pencahayaan

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sistem pencahayaan :

    Apakah lampu dinyalakan saat ruangan tidak digunakan?

    Apakah pasokan pencahayaan dalam level berlebih?

    Dapatkah digunakan pencahayaan alami?

    Apakah luminari yang cukup digunakan ketika memungkinkan?

    Dapatkah faktor utilisasi dan perawatan ditingkatkan?

    Peluang konservasi energi listrik pada sistem penerangan antara lain :

    1. Perbaikan faktor daya, dengan pemasangan kapasitor, baik sistem

    terpusat maupun terdistribusi.

    2. Pemanfaatan ballast elektronik untuk mengurangi rugi-rugi.

    3. Pemanfaatan lampu hemat energi dan pengaturan sistem pencahayaan.

    4. Penggunaan jenis lampu intensitas tinggi (fl, mercury, sodium)

    Konservasi energi untuk pencahayaan antara lain :

    Mengurangi waktu pencahayaan. Hal ini dapat dilakukan dengan :

    mematikan lampu saat tidak dibutuhkan, termasuk saat istirahat

    siang;

    lampu individual dengan posisidekat jendela dimatikan, karena

    dapat digantikan oleh pencahayaan alamiah dari cahaya matahari;

    lampu dimatikan di area yang tidak digunakan;

    memasang saklar otomatis atau saklar yang menggunakan timer

    untuk lampu-lampu luar, dll. Dalam kasus tertentu, hal ini sangat

    bergantung pada kesadaran karyawan, sehingga diperlukan untuk

    meningkatkan kepedulian.

    Menurunkan rugi-rugi jalur distribusi

    Menjaga luminansi yang tepat

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 33

    Menggunakan luminari efisiensi tinggi

    Meningkatkan faktor utilisasi

    Meningkatkan faktor perawatan

    Gambar 3.4 Pemanfaatan Pencahayaan Alami di Lobi dan Koridor

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 34

    BAB IV

    MOTOR LISTRIK, FAN, UDARA TEKAN, SISTEM REFRIGERASI,

    CONVEYOR, POMPA

    JUR USAN TE KNIK

    KONVERSI ENERGI

    MOTOR

    Dapatkah motor dimatikan bila tanpa beban?

    Apakah beban motor diminimalkan?

    Dapatkah menggunakan motor efisiensi tinggi?

    Jaga motor dalam perbaikanyang bagus.

    Dapatkah ukuran motor diturunkan?

    Dapatkag kecepatan diturunkan dengan memasang variable speed drives

    dan multiple speed motors?

    4.1.1 Kecepatan Motor

    Kecepatan induksi motor dapat dihitung dengan persamaan :

    POLBAN

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 35

    Gambar 4.1 Hubungan Kecepatan Motor dengan Torka

    Gambar 4.2 Komponen dalam Motor

    Peluang konservasi energi listrik akibat beban induktif misalnya :

    1. Pemilihan motor dengan efisiensi tinggi.

    2. Perbaikan faktor daya dengan pemasangan kapasitor, baik sistem

    terpusat maupun terdistribusi.

    3. Peningkatan kualitas saluran, dengan peningkatan keseimbangan

    beban pada setiap fasa.

    4. Penggunaan motor listrik 3 fasa daripada 1 fasa, demikian pula motor

    delta daripada star.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 36

    4.1.2 Karakteristik Pembebanan Motor

    Gambar 4.3 Hubungan I/In terhadap P/Pn pada Motor

    Gambar 4.4 Hubungan antara % Beban dengan Arus, Faktor Daya, dan Efisiensi Motor

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 37

    Cos & fungsi beban motor listrik

    Kinerja motor fungsi tegangan dan frekuensi

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 38

    Karakteristik beban terhadap rugi-rugi

    Gambar 4.5 Rugi-rugi sebagai Fungsi % Beban

    Variasi efisiensi dengan beban untuk motor induksi 7,5 kW.

    Gambar 4.6 Efisiensi sebagai Fungsi % Beban

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 39

    Typical rating plate details

    Batas Rekomendasi pada Starting Frekuensi

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 40

    4.1.3 Motor Sizing

    Motor modern umumnya dirancang untuk maksimum efisiensi 75%

    beban dan antara 50% - 100% hanya variasi minimal.

    Gambar 4.7 Jenis Ukuran Motor Listrik

    Utilisasi motor listrik

    Motor listrik dimanfaatkan untuk fan, lift, eskalator, blower, transportasi,

    pompa, dan sistem proses. Penggunaannya merupakan beban induktif

    yang menurunkan faktor daya (cos ).

    Efisiensi motor bergantung pada kapasitas, beban dan jenis motor.

    Kapasitas 10 s/d 20 kW merupakan ukuran optimal untuk konservasi

    energi dari ESCO.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 41

    4.1.4 Menurunkan Rugi-rugi

    Tidak ada tenaga beban dan rugi-rugi besi dari tipikal motor induksi 4

    kutub (pole).

    Gambar 4.8 Penghematan energi dari koneksi star pada motor 7.5 kW.

    Pada Gambar 4.8 ditampilkan penghematan energi akibat penggantian

    motor delta dengan motor star. Rugi-rugi dapat ditekan lebih rendah pada

    pemanfaatan tenaga output yang kecil.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 42

    4.1.5 Perawatan Motor

    Gambar 4.9 Beban Torka Konstan

    Gambar 4.10 Beban Tenaga Konstan

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 43

    4.1.6 Variable Speed Drives (VSDS)

    4.2 SISTEM FAN

    Penghematan energi dalam penggunaan fan antara lain :

    Memilih fan yang efisien untuk instalasi.

    Menjaga filter bersih untuk meminimalkan hilang tekan.

    Memberihkan blade secara rutin.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 44

    Menghindari hilang tekan yang tidak perlu di ducting.

    Memasang dampers untuk menyegel sistem ekstrak dari permesinan

    yang tidak digunakan.

    Memasang pengendali untuk menghidupkan fan hanya bila

    dibutuhkan.

    Menggunakan sistem eksisting untuk menurunkan kecepatan fan

    dengan mengubah ukuran pulley.

    Dimana kumpulan fan (bank of fans) berada, pasang switch unit on/off

    untuk menyesuaikan dengan kebutuhan.

    4.3 SISTEM UDARA TEKAN

    Pembentukan udara tekan memerlukan biaya yang tidak murah, sehingga

    penggunaannya perlu dihemat. Penghematan energi dalam operasi sistem

    udara tekan antara lain :

    Mempertimbangkan alternatif untuk udara tekan, seperti

    menggunakan listrik dibandingkan peralatan udara.

    Memadankan ukuran kompresor dengan kebutuhan. Jika dibutuhkan

    beberapa kompresor, gunakan pengendali / sequencer.

    Mempertimbangkan pemasangan kompresor kecil untuk penggunaan

    selama periode permintaan rendah.

    Memelihara peralatan secara rutin, dan menghindari penggunaan

    suku cadang berkualitas rendah.

    Mengoperasikan pada tekanan terendah yang diperbolehkan.

    Menggunakan panas buangan dari kompresor untuk pemanasan air

    atau ruangan.

    Mengecek kebocoran secara rutin dan melakukan perbaiki segera.

    Menggunakan penzonaan dan isolasi sistem perpipaan yang tidak

    digunakan.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 45

    Memindahkan atau tutup permanen perpipaan yang tidak digunakan.

    Menggunakan valve solenoid untuk mengisolasi permesinan.

    Mengecek hilang tekan sepanjang filter dan menggantinya ketika

    hilang tekan terlalu berlebihan.

    Tidak memperlakukan seluruh sistem dengan standar tinggi bila tidak

    diperlukan.

    Mengacu pada buku : How to save energy and money in compressed air

    system.

    4.4 SISTEM REFRIGERASI

    Penghematan energi pada sistem refrigerasi dapat ditempuh dengan :

    Memastikan temperatur ruangan yang didinginkan tidak lebih rendah

    daripada yang diperlukan. Peningkatan temperatur penyimpanan 1 oC

    memberikan 2 4% penghematan energi.

    Memastikan beban sedingin mungkin ketika memasuki ruang

    refrigerasi. Jika memungkinkan, selidiki pre-cooling beban

    menggunakan udara atau air ambien.

    Meminimalkan periode bila pintu penyimpan dingin terbuka.

    Memperbaiki kerusakan pintu, segel dan/atau insulasi.

    Menurunkan input panas dari auxiliaries dengan relokasi pencahayaan,

    fan, pompa, dll secara eksternal atau menggunakan model efisiensi

    yang lebih tinggi.

    Mempertimbangkan pemasangan kompresor yang lebih efisien

    dengan pengendali kapasitas.

    Mengendalikan fan untuk memenuhi kebutuhan pendinginan.

    Mengecek kebocoran dan menutupnya segera. Gelembung dalam

    cairan yang terlihat melalui kaca mengindikasikan kemungkinan

    kebocoran.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 46

    Memastikan udara bebas dapat bersirkulasi di sekitar kondensor.

    Hindarkan dari dinding dan cahaya matahari langsung.

    Mengacu pada buku How to save energy and money in Refrigeration.

    4.5 CONVEYOR

    Penghematan energi di unit conveyor dapat ditempuh dengan :

    Menggunakan sensor seperti interruptible light beam atau sensor arus

    motor, untuk mendeteksi kapan conveyor tidak bermuatan dan matikan.

    Mempetimbangkan penzonaan conveyor sehingga bila bagian tersebut

    tidak digunakan, dapat dimatikan.

    Ketika muatan telah diperiksa untuk memastikan digunakan secara

    efektif, perhatian harus diberikan kepada sistem transmisi.

    Tabel 4.1 Perbandingan antara Perbaikan dan Penggantian Motor 30 kW

    Motor

    Standar

    Setelah

    Rewind

    Motor

    Efisiensi

    Tinggi

    Perbedaan2

    Efisiensi (%) 90.5 90 92.5 3

    Tenaga input (kW) 3.15 33.33 32.43 0.9

    Biaya

    pembelian/perbaikan R850 R1100 R250

    Kasus I : 8000 hrs pa pada 100% muatan

    Penggunaan Energi

    Tahunan 265.1 MWh 266.6 MWh 259.5 MWh 7200 kWh

    Biaya1 Energi Tahunan

    [R] 13260 13332 12973 359

    Kasus I : 4000 hrs pa pada 75% muatan

    Biaya Energi Tahunan [R] 4970 4999 4865 134

    1Asumsi biaya energi 5 c/kWh

    2Antara motor standar rewound dan HEM baru

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 47

    4.6 POMPA

    Dapatkah lajur alir diturunkan?

    Pastikan hambatan pipa minimal.

    Apakah pengendalian laju alir ber fungsi?

    Apakah pompa atau impeller perlu diganti?

    4.6.1 Peluang Penghematan Energi dalam Pemompaan

    Beberapa peluang penghematan energi ditemukan dalam pengoperasian

    pompa, antara lain :

    Pilih pompa yang efisien dan operasikan mendekati aliran dan head

    perancangan.

    Jika terus menerus bebannya terlalu kecil (under-load), pasang impeller

    yang lebih kecil atau rampingkan impeller eksisting.

    Beri perhatian seksama pada pompa ketika akan menambahkan

    pompa lain secara paralel, karena akan membuat keseluruhan sistem

    kurang efisien secara progresif.

    Minimalkan jumlah belokan tajam di perpipaan.

    Pertimbangkan meningkatkan efisiensi pompa dengan menggunakan

    pelapis friksi rendah.

    Selalu menggunakan pipa baru berfriksi rendah dan pertimbangkan

    untuk memperbaharui (refurbish) pipa lama.

    Pastikan tekanan masuk pompa memenuhi harapan.

    Rawat pompa. Tanpa perawatan, efisiensi pompa bisa turun hingga

    10% dari nilainya saat baru dipasang.

    Untuk pompa yang besar, buat program monitoring untuk menghitung

    waktu optimum hingga saat pembaharuan (refurbishment).

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 48

    4.6.2 Jenis Pompa

    Beberapa jenis pompa dapat dilihat dalam Gambar 4.11. Untuk

    menghasilkan kecepatan spesifik terbesar dibutuhkan pompa aliran aksial,

    sedangkan untuk yang kecil cukup dengan pompa sentrifugal.

    Gambar 4.11 Jenis-jenis Pompa

    4.6.3 Kecepatan Spesifik Ns

    Kecepatan spesifik pompa (Ns) ditentukan dengan menggunakan

    formula :

    dengan

    N = revolusi per menit

    Q = Keluaran pada titik efisiensi maksimum (m3/menit) (Gunakan 0,5 Q,

    untuk double suction).

    H = Total head pada titik efisienski maksimum (m) (Gunakan, total head

    tiap tahap untuk pompa multitahap).

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 49

    4.6.4 Karakteristik Pompa

    Gambar karakteristik pompa sentrifugal dan pompa aksial dapat dilihat

    dalam Gambar . Walaupun efisiensi keduanya meningkat dengan

    meningkatnya laju alir, namun profil peningkatan dan penurunannya

    berbeda. Pada pompa aksial terjadi pennurunan drastis setelah mencapai

    persen laju alir tertinggi, sedangkan pada pompa sentrifugal memiliki

    kemiringan yang tidak terlalu curam. Perbedaan juga terjadi pada tenaga

    aksial. Pada pompa sentrifugal tenaga aksial meningkat dengan

    peningkatan persen laju alir, namun pada pompa aksial tenaga aksial

    menurun dengan peningkatan persen laju alir. Pada pompa sentrifugal

    penurunan head dengan peningkatan persen laju alir memiliki bentuk

    kurva cukup landai, sedangkan pada pompa aksial bentuknya curam

    hampir mirip asimptotik.

    Gambar 4.12 Karakteristik Pompa Sentrifugal

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 50

    Gambar 4.13 Karakteristik Pompa Aliran Aksial

    Gambar 4.14 Karakteristik Pompa Sentrifugal dan Pompa Aksial

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 51

    Tabel 4.2 Karakteristik Awal Pompa

    Gambar 4.15 Perubahan Kinerja dengan Menggunakan Diameter Impeller yang

    Berbeda

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 52

    Gambar 4.16 Perubahan Karakteristik karena Perubahan Kecepatan Putar

    Untuk melakukan penghematan energi pada pompa diperlukan beberapa

    langkah. Gambar menampilkan diagram alir penghematan energi pada

    pompa.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 53

    Menentukan fasilitas objektif

    Survey lapangan

    Mengkaji pengukuran yang memungkinkan

    Mendaftar fasilitas pompa

    Menentukan prosedur

    (Umumnya memilih pompa yang memiliki kapasitas

    lebih besar)

    1. Kemungkinan memvariasikan laju alir masuk

    2. Derajat bukaan valve

    (Apakah laju alir dan tekanan kerja terlalu rendah

    untuk spesifikasi pompa)

    Pengumpulan data spesifik

    Laju alir dan tekanan yang diperlukan

    Pola laju alir yang diperlukan

    Perbandingan sistem yang mungkin (biaya

    investasi, biaya operasional, kondisi batas), dan

    menentukan pengukuran

    Eksekusi pengukuran

    Verifikasi efek

    Gambar 4.17 Diagram Alir Penghematan Energi pada Pompa

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 54

    BAB V

    PEMANAS LISTRIK

    JUR USAN TE KNIK

    KONVERSI ENERGI

    Sistem Pemanas Listrik

    Apakah digunakan sumber panas terbaik?

    Apakah terdapat pasokan kapasitas berlebihan?

    Apakah insulasi panas cukup?

    Sistem pemanas mampu memanaskan temparatur hingga 2000 oC atau

    lebih dengan pemanasan tungku dan dengan arus konduksi langsung

    melalui objek yang dipanaskan.

    Bergantung kebutuhan jenis sistem pemanas listrik dibedakan menjadi :

    Efisiensi pemanasan tinggi. Efisiensi pemanasan tinggi disebabkan

    pembentukan panas tidak disertai adanya gas buang. Tetapi, penting

    untuk membuat penilaian umum dengan mempertimbangkan efisiensi

    pembangkitan tenaga yang lebih rendah.

    Pemanasan cepat. Memungkinkan untuk mengubah tenaga

    pemanasan listrik dengan bahan bakar fosil dalam sebuah objek dan

    melakukan pemanasan cepat dengan meningkatkan densitas tenaga

    listrik.

    Pengendalian temperatur yang mudah. Karena pengendalian

    otomatis dan pengendalian jarak jauh mudah dibuat, maka

    memungkinkan untuk mengendalikan temperatur dengan akurat.

    POLBAN

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 55

    Jenis pemanas listrik dan aplikasinya ditampilkan dalam Tabel 5.1.

    Ditunjukkan berbagai metode pemanasan seperti penggunaan panas Joule

    dan panas tungku, induksi elektromagnetik , medan listrik frekuensi

    tinggi, impak aliran ion dan elektronik, gelombang elektromagnetik dan

    tenaga mekanik listrik.

    Tabel 5.1 Jenis dan Aplikasi Utama Sistem Pemanas Listrik

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 56

    5.1 Koreksi Kapasitas Peralatan

    Dalam sistem pamanas listrik, lebih disukai sebuah operasi kontinyu

    dengan beban konstan. Operasi intermittent akan mengulangi pemanasan

    dan pendinginan, menghasilkan pembuangan tenaga, sehingga perbedaan

    dalam efisiensi panas antara operasi kontinyu dan intermittent menjadi

    besar.

    5.2 Insulasi Panas yang Diperkuat

    Sistem pemanas listrik menghasilkan berbagai rugi-rugi panas,

    sebagaimana dibandingkan dengan motor dan transformer. Sehingga

    perbedaan dalam efisiensi panas bergantung pada property penyerapan

    panas.

    Untuk meningkatkan efisiensi panas diperlukan pengukuran rugi-rugi

    panas dengan sensor temperatur dan heat flow meter yang dipasang di

    berbagai bagian peralatan dan memperkuat insulasi panas di bagian-

    bagian yang signifikan rugi-rugi panas.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 57

    BAB VI

    HVAC

    JUR USAN TE KNIK

    KONVERSI ENERGI

    6.1 Manajemen Sistem HVAC

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen sistem HVAC,

    yaitu :

    1. Mengoptimasi pengendalian

    2. Mengoptimasi kapasitas

    3. Menurunkan beban

    4. Memanaskan dan mendinginkan manusia, bukan bangunan

    5. Menggunakan proses yang efisien gunakan HC jangan CFC

    6. Menggunakan peralatan yang efisien

    7. Mengoperasikan peralatan secara efisien

    8. Menggunakan konsep pasif lebih banyak menggunakan iklim

    9. Memanfaatkan pengambilan kembali panas

    10. Menyediakan kapabilitas penyimpan energi pelevelan beban

    6.2 Latar Belakang

    Konservasi energi dalam aspek pengkondisian udara dilatarbelakangi

    oleh ketersediaan energi yang semakin terbatas dan harga energi yang

    cenderung semakin mahal.

    Tindakan apakah yang harus dilakukan?

    1. Pencarian energi alternatif

    2. Penggunaan energi yang bijaksana, produktif dan efektif

    POLBAN

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 58

    6.3 Proses Audit Energi

    Gambar Proses Audit Energi

    Dalam proses audit energi perlu dilakukan empat hal penting, yaitu

    perencanaan, pelaksanaan, pengecekan, dan evaluasi. Keempat tahapan

    tersebut dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan hasil yang

    maksimal.

    Perencanaan. Sebelum memulai sebuah kegiatan audit energi,

    perencanaan yang baik mutlak dilakukan untuk memastikan lancarnya

    proses audit.

    Pelaksanaan. Pelaksanaan audit energi dilakukan mengacu pada rencana-

    rencana yang telah ditetapkan di awal kegiatan.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 59

    Pengecekan. Dalam tahap pengecekan, dilakukan pemeriksaan terhadap

    objek-objek pengguna energi, sehingga ditemukan bagian-bagian yang

    krusial dan signifikan menghabiskan energi yang banyak. Sebenarnya

    tahap pengecekan juga merupakan bagian dari pelaksanaan.

    Evaluasi. Dalam tahap evaluasi dicermati kembali dan ditinjau ulang

    pelaksanaan kegiatan audit energi mulai dari perencanaan hingga

    pengecekan. Bila ditemukan peluang-peluang baru dalam upaya

    penghematan energi, perlu dilakukan perencanaan ulang untuk memulai

    proses audit energi lanjutan. Demikian seterusnya hingga diperoleh

    konsumsi energi yang optimal dan pemakaian yang efisien.

    6.4 Sumber Panas Sistem AC

    Gambar Sumber Panas Sistem AC

    Sesuai dengan fungsinya, alat pengkondisi udara atau AC berfungsi

    untuk mengimbangi panas yang terserap dalam bangunan sehingga

    pengguna mendapatkan kenyamanan yang cukup untuk berktivitas.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 60

    Sumber panas yang terserap dalam bangunan dapat dilihat dalam

    Gambar. Matahari sebagai sumber panas utama kehidupan di bumi

    menjadi pemasok panas yang cukup dominan. Radiasi panas matahari

    mampu mencapai ruang dalam bangunan dengan berbagai cara, yaitu

    radiasi difus, konduksi dari atap, konduksi melalui kaca, konduksi

    melalui tembok, konduksi dari partisi, konduksi dari lantai, dan infiltrasi

    udara. Lampu sebagai sumber penerangan dalam ruangan juga

    berkontribusi dalam memberikan panas pada ruangan, karena energi

    listrik yang dipasok tidak seluruhnya dikonversi menjadi energi cahaya,

    tapi sebagian dikonversi menjadi panas. Peralatan elektronik yang kini

    umum digunakan untuk menunjang aktivitas manusia, seperti komputer

    juga memberi kontribusi panas.

    6.5 Infiltriasi udara

    Infiltrasi udara terbagi menjadi infiltrasi udara sensibel dan infoltrasi

    udara laten. Keduanya dapat dihitung dengan formula :

    Sensibel

    Laten

    dengan

    CFM = laju aliran udara [ft3/menit]

    T1 = temperatur udara pasokan [oF]

    T2 = temperatur udara desain [oF]

    W = rasio kelembaban, massa uap air per satuan massa udara

    kering

    W1 = rasio kelembaban udara masuk

    W2 = rasio kelembaban udara desain

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 61

    6.6 Sistem AC

    Gambar Sistem AC

    Dalam sistem AC terdapat dua aliran yang bersirkulasi, yaitu :

    Distribusi udara. Dalam Gambar ditunjukkan dengan aliran berwarna

    biru yang bersirkulasi antara bangunan sebagai sumber panas dan

    water chiller sebagai alat penukar panas. Aliran ini disirkulasikan

    dengan sebuah pompa (pump 2).

    Distribusi air. Dalam Gambar ditunjukkan dengan aliran berwarna

    merah yang bersirkulasi antara cooling tower sebagai pengambil panas

    dan water chiller sebagai alat penukar panas. Aliran ini disirkulasikan

    dengan pompa (pump 1).

    Dalam penggunaannya, AC terpasang dengan :

    Gabungan. Pemasangan ini sering disebut AC sentral, karena sumber

    pendinginan atau penukaran panas digabungkan di satu tempat.

    Kemudian aliran udara dingin disebarkan ke berbagai ruangan.

    WATER

    CHILLER

    PUMP 1 PUMP 2

    LTTS

    Lm

    AHU/FCU

    Cooling Tower

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 62

    Paket (window, split, kabinet, dll). AC jenis ini biasa digunakan secara

    terpisah di masing-masing ruangan. Kapasitasnya cukup kecil karena

    hanya memasok udara dingin ke wilayah yang terbatas.

    6.7 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sederhana

    Gambar Skematik Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sederhana

    Gambar Siklus Regrigerasi Kompresi Uap Sederhana

    h

    (kJ/kg)

    4

    12

    3

    1 2

    Evaporator

    Qe

    Compressor

    W

    P

    (bar)

    34 Condenser

    Qc

    Throttling Device

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 63

    Dalam Gambar ditampilkan skematik sistem refrigerasi kompresi uap

    sederhana. Proses yang terjadi digambarkan dalam siklus pada Gambar.

    Dari posisi 1 ke posisi 2 terjadi proses evaporasi zat pendingin (refrigerant)

    pada tekanan tetap. Panas diserap dari aliran udara dengan alat bisa

    berupa air cooled coil, shell and tube heat exchanger (liquid chiller), dll.

    Selanjutnya zat pendingin mengalami kompresi dari posisi 2 ke posisi 3

    dengan menerima kerja melalui alat motor, turbin gas, atau turbin kukus.

    Dari posisi 3 ke posisi 4 terjadi kondensasi pada tekanan tetap. Pada

    proses ini panas yang tadi dibawa zat pendingin dipertukarkan dengan

    pendingin lain berupa udara dingin atau air dingin. Proses terakhir adalah

    ekspansi dari posisi 3 ke posisi 4 dengan alat berupa capillary tube, orifice,

    dll.

    Tabel Taksiran Masukan Daya (kW/TR) Sistem AC

    Sistem Kompresor

    (kW/TR)

    Alat Tambahan

    (kW/TR)

    Total

    (kW/TR)

    Unit Jendela

    (window) 1,46 0,32 1,78

    Unit Paket

    (air cooled) 1,49 0,14 1,63

    Sentral

    (Air Cooled)

    3 TR -25 TR 1,20 0,21 1,40

    25 TR -100 TR 1,18 0,20 1,39

    Sentral

    (Water Cooled)

    25 TR -100 TR 0,94 0,17 1,11

    di atas 100 TR 0,70 0,20 0,90

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 64

    Taksiran masukan daya sistem AC ditunjukkan dalam Tabel. Dari sisi

    kompresi masukan daya terkecil adalah untuk sistem AC sentral dengan

    pendingin air. Sedangkan untuk alat tambahan masukan daya terkecil

    adalah sistem AC unit paket dengan pendingin udara. Dan secara

    keseluruhan sistem AC terhemat adalah AC sentral dengan pendingin air.

    6.8 Prestasi Sistem Refrigerasi

    Efek Refrigerasi

    Kapasitas Refrigerasi

    Kerja Kompresi

    Pembuangan Panas Kondensor

    Koefisien Performansi (COP)

    6.9 Peluang Konservasi Energi

    Peluang konservasi dalam sistem pengkondisian udara dapat dibagi

    menjadi bagian :

    Selubung Gedung (Building envelope)

    o Peneduh jendela/pintu Kaca

    o Pelapisan jendela/pintu dengan film memantulkan panas

    o Penyekatan cuaca dan Pendempulan

    o Isolasi dan warna lebih terang untuk atap dan dinding

    o Plafon atap berventilasi

    Air Handling Unit

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 65

    o Konversi dari volume konstan ke volume udara variabel

    o Isolasi pekerjaan saluran udara

    o Koreksi kebocoran saluran udara

    o Penciutan laju aliran udara yang berlebihan

    o Penciutan laju aliran udara segar pengganti atau udara buang

    o Kucilkan daerah yang bembutuhkan AC khusus

    Mesin Pendingin

    o Penyetelan temperatur air pendingin

    o Penyimpanan termal

    o Penggantian menara pendingin

    o Sistem pemompaan primer dan sekunder

    o Pemompaan putaran variabel/ pemasangan pompa kecil paralel

    o Pemanfaatan panas kondensor

    o Pergantian chiller

    Kontrol

    o Penjadwalan Start/Stop sistem

    6.10 Konservasi Energi di Selubung Bangunan

    6.10.1 BE 1 : Peneduh dari Panas Surya

    Peneduh panas yang biasa digunakan adalah External Shading (lebih baik

    dari tirai).

    Prosedur pemasangan peneduh dari panas surya adalah :

    1. Tentukan posisi gedung (pada garis lintang)

    2. Tentukan bukaan jendela.

    3. Tentukan jam pendinginan ruangan.

    4. Jumlahkan hourly solar heat gain setiap bulan.

    5. Hitung rata-rata bulanan dan tahunan solar heat gain.

    6. Pilih faktor peneduh

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 66

    7. Masukan rumus diatas.

    8. Ulangi langkah 1-7 dengan shading factor yang tepat.

    6.10.2 BE 2 : Pelapisan Jendela/Pintu dengan Film

    Penggunaan pelapis jendela/pintu dalah untuk meningkatkan faktor

    reflektivitas dari kaca jendela/pintu.

    Prosedur pemasangan pelapis jendela/pintu adalah :

    1. Tentukan posisi gedung (pada garis lintang).

    2. Tentukan bukaan jendela.

    3. Tentukan jam pendinginan ruangan.

    4. Jumlahkan hourly solar heat gain setiap bulan.

    5. Hitung rata-rata bulanan dan tahunan solar heat gain.

    6. Pilih faktor peneduh.

    7. Masukan rumus diatas.

    8. Ulangi langkah 1-7 dengan shading factor yang tepat.

    6.10.3 BE 3 : Penyekat dari Infiltrasi Udara

    Beban infiltrasi udara bergantung besar udara bocor dan perbedaan

    kondisi udara dalam-luar.

    Prosedur pemasangan penyekat dari infiltrasi udara adalah :

    1. Tentukan besarnya bocoran.

    2. Tentukan (Tdb dan Twb) udara di luar dan di dalam.

    3. Plot pada diagram psikrometri.

    4. Tentukan besarnya beban infiltrasi.

    5. Hitung rata-rata bulanan dan tahunan beban infiltrasi.

    6. Ulangi langkah 1-5 sesuai dengan penyekatan.

    7. Selisihnya adalah besar penghematan yang didapat.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 67

    Contoh Perhitungan :

    Pengukuran sebuah celah udara, menghasilkan laju aliran udara 4 m3/jam.

    Kondisi udara dalam ruangan (Tdb) 25 oC dan (Twb) 18 oC. Kondisi udara

    luar rata-rata (TdB) 30 oC dan RH 70%. Setelah

    perbaikan/pendempulan/penyekatan, didapatkan laju aliran udara rata-

    rata 1 m3/jam. Sistem pendingin bekerja dari jam 08.00 s/d 19.00.

    Perkirakan pengiritan yang diperoleh!

    Perhitungan :

    Laju aliran udara = 4 m3/jam = 0,0011 m3/s.

    Entalpi udara luar ruangan hud,out = 79 kJ/kg

    Entalpi udara dalam ruangan hud,in = 51 kJ/kg

    Rapat massa udara rata-rata r = 1,15 kg/m3

    Qinf = 0,0011 x 1,15 x (79 - 51) = 0,035 kW

    Setelah penyekatan, laju aliran udara = 1 m3/jam = 0,00028 m3/s.

    Qinf = 0,00028 x 1,15 x (79 - 51) = 0,009 kW

    Pengiritan diperoleh = 0,026 kW = 0,286 kWh/hari =1,716 kWh/mg =

    6,864 kWh/bulan = 89,232 kWh/tahun

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 68

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 69

    6.11 Konservasi Energi di Mesin Pendingin

    6.11.1 CP 1 : Penyetelan Temperatur Air Pendingin

    Unjuk kerja sistem AC, untuk sistem water chiller :

    Apabila terdapat data performansi chiller :

    1. Dari data tentukan tonase dan kW mesin, yang berlaku pada

    temperatur air pendingin keluar saat kini.

    2. Dari data tentukan tonase dan kW mesin, yang berlaku pada

    temperatur air pendingin keluar setelah dilakukan penyetelan.\

    3. Hitung perbaikan kW/TR mesin.

    4. Jika data kW tidak ada, hitung berdasarkan persamaan berikut :

    Catatan : muncul untuk listrik 3

    Apabila tidak terdapat data performansi chiller, perhitungan dilakukan

    dengan menggunakan diagram P-H untuk refrigeran yang digunakan.

    1. Catat tekanan dan temperatur pada suction dan discharge. Petakan

    pada diagram P-H.

    2. Gambarkan garis yang menyatakan temperatur air pendingin keluar

    saat kini pada diagram P-H.

    3. Apabila chiller bekerja pada temperatur air pendingin yang rendah,

    chiller dapat disetel lagi agar bekerja pada temperatur lebih tinggi.

    4. Lakukan analisis efek peningkatan setelan temperatur tersebut.

    5. Catat besarnya perubahan entalpi pada suction dan discharge

    kompresor, dan hitung penurunan dari kebutuhan daya.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 70

    6.11.2 CP 2 : Penyimpanan Termal (Thermal Storage)

    Akan berguna jika terdapat beda tarif pada waktu tertentu.

    Jenis : Penyimpan termal bentuk Laten dan Sensibel.

    6.11.3 CP 3 : Penggantian Menara Pendingin (Cooling Tower)

    Kinerja Cooling Tower ditentukan oleh :

    Range = Tw,out - Tw,in

    Approach = Tw,in - Twb

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 71

    Prosedur pengiritan :

    1. Amati tekanan discharge dan suction, bandingkan dengan data

    sebelumnya.

    2. Apakah tekanan discharge semakin naik ?

    3. Periksa apakah ada udara dalam saluran air, laju aliran air mencukupi,

    saringan dan CT bersih.

    4. Lakukan langkah langkah CP1, untuk penghematan.

    6.11.4 CP 4 : Sistem Pemompaan Primer/Sekunder

    Keterangan :

    GPM = laju aliran air pendingin, gallon/menit

    TDH = total gynamic head, ft H2O

    Eff = efisiensi pompa

    Prosedur pengiritan :

    1. Hitung kebutuhan daya pemompaan air untuk AHU terjauh.

    Bandingkan dengan kebutuhan daya pemompaan AHU terdekat.

    2. Amati dan catat lamanya mesin AC bekerja.

    3. Hitung kWh single loop dan kWH primary-secondary pumping system,

    Analisa bagaimana pompa-pompa dapat digabung untuk memenuhi

    kebutuhan pendinginan.

    4. Amati perbedaannya.

    CHILLER

    BEBAN

    CHILLER

    BEBAN

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 72

    6.11.5 CP 5 : Pemompaan Putaran Variabel, Pemasangan Pompa Paralel

    Pengaturan debit aliran air :

    1. Pengaturan putaran pompa.

    2. Pasang pompa kecil secara paralel.

    Prosedur evaluasi pengiritan sama dengan CP 4.

    6.11.6 CP 6 : Pemanfaatan Panas Kondensor

    Pemanfaatan panas kondensor dapat dilakukan untuk kebutuhan

    pemanasan yang rendah. Pemasangan sebaiknya dilakukan pada pipa

    dekat discharge kompresor. Analisis biaya perlu dilakukan karena harga

    penukar kalor cukup mahal.

    Dari Kompresor

    Air Panas

    Kondensor-2

    wm

    Tw,out

    Tw,in

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 73

    Energi panas yang didapat :

    6.11.7 CP 7 : Penggantian Chiller

    Penggantian dilakukan jika chiller tidak efisien, dan biaya operasi menjadi

    tinggi.

    Prosedur penggantian chiller adalah :

    1. Hitung kapasitas chiller dan daya chiller, untuk menentukan kW/TR.

    2. Bandingkan dengan chiller yang jenis efisiensi tinggi, dan hitung

    pengiritan yang didapat.

    3. Hitung pengiritan tahunan, dan BEP.

    Catatan :

    Pengukuran aliran chilled water dapat dilakukan dengan :

    1. Flowmeter,

    2. Mengukur tekanan air masuk/keluar chiller, kemudian melihat

    spesifikasi chiller,

    3. Mengukur tekanan suction dan discharge pompa, dan melihat

    spesifikasi pompa.

    6.12 Air Handling Unit

    6.13.1 AH 1 : Konversi Volume Konstan ke VAV

    Pada distribusi udara volume konstan, blower bekerja pada kapasitas

    penuh. Pada VAV, udara didistribusikan sesuai dengan beban

    pendinginan. Modulasi blower dapat dilakukan dengan mengubah sudu

    masukan (inlet vanes) atau dengan penggerak putaran variabel (variable

    speed).

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 74

    [m3/s] satuan Internasional

    [CFM] satuan British

    6.13.2 AH 2 : Isolasi Saluran udara

    Isolasi saluran udara, berpengaruh tehadap performansi mesin AC. Rugi-

    rugi termal dapat diperkecil dengan isolasi saluran udara yang baik.

    Prosedur pemasangan isolasi udara :

    1. Ukur besar aliran melalui saluran udara.

    2. Amati penurunan Tdb dan Twb pada udara keluaran AHU dan grille

    suplay. Jika beda temperatur lebih dari 2 oF, perbaiki isolasi/saluran.

    3. Petakan pada diagram psikrometri, dan hitung pengiritan yang

    diperoleh.

    6.13.3 AH 3 : Koreksi Kebocoran Saluran Udara

    Deteksi kebocoran udara dapat dilakukan dengan membandingkan

    besaran pasokan udara dari blower dengan pasokan udara di grille suplai

    ke ruangan, hingga udara balik ke AHU. Kebocoran udara, berpengaruh

    tehadap performansi mesin AC.

    Kandungan energi Q1

    Kandungan energi Q1

    AHU Tdb1 Twb1 Tdb2 Twb2

    AHU CFM1 CFM2

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 75

    Rugi-rugi energi

    Jika h2=h1, maka

    atau

    6.13.4 AH 4 : Penciutan Aliran Udara

    Mengatasi kekurangan kapasitas pendinginan dapat dilakukan dengan

    menambah jumlah udara yang dihembuskan. Hembusan udara tidak

    harus sama, tetapi harus disesuaikan dengan beban pendinginan.

    Hembusan udara yang deras/berlebihan merupakan kerugian. Sehingga

    hembusan udara harus disesuaikan dengan standar yang ditentukan.

    Prosedur : (sama dengan langkah AH 2 dan AH 3).

    6.13.5 AH 5 : Penciutan Udara Segar/Buang

    Udara segar pengganti sebagai ventilasi untuk orang. Udara segar

    merupakan beban pendinginan terbesar dalam AC.

    Ruangan dengan sumber pencemaran, harus dipisah sistem pembuangan

    udaranya. Setiap orang rata-rata membutuhkan 7,5 CFM udara segar.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 76

    6.13.6 AH 6 : Pengucilan Daerah yang Memerlukan AC Khusus

    Meneliti daerah yang membutuhkan AC khusus dapat dideteksi dengan

    melihat temperatur, kelembaban, dan kebersihan udara. Dengan meneliti

    bagaimana sistem AC yang digunakan saat kini, maka akan bisa diketahui

    peluang pengiritan.

    Alternatif pemecahan untuk daerah yang membutuhkan AC khusus

    adalah :

    Unit AC dipisah

    Gunakan booster dari unit yang ada. (misal dengan 2 evaporator)

    Peluang yang ada ditentukan dengan membandingkan kebutuhan

    pendinginan, serta kW/TR-nya.

    6.13 Konservasi Energi dengan Pengendalian

    6.13.1 C 1 : Penjadwalan Sistem Saat Start/Stop

    Pengendalian dengan penjadwalan sistem start/stop dilakukan dengan

    meneliti kapan sistem harus dijalankan dan dimatikan. Perubahan start

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 77

    dan stop jangan sampai menggangu pelayanan pendinginan. Perubahan

    start dan stop sistem dapat memperpendek jam kerja sistem.

    6.13.2 C 2 : Setelan Kontrol Termostat

    Kontrol termostat dapat dilakukan untuk sistem dengan kapasitas yang

    memadai. Ditandai dengan sistem mati karena setting termostat telah

    tercapai. Penyetelan termostat, dapat berakibat :

    Menurunkan beban pendinginan, dan jam kerja sistem saat hidup

    lebih pendek.

    Performansi sistem pendingin lebih baik.

    Penurunan temperatur kondensor atau kenaikan temperaur

    evaporator akan meningkatkan COP.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 78

    6.14 Perubahan Tkondensor & COP

    Gambar Peningkatan Performansi Akibat Penurunan Temperatur Kondensasi

    Dalam Gambar Siklus 1 merupakan siklus awal. Setelah temperatur

    kondensasi diturunkan seperti pada Siklus 2, maka performansi

    refrigerasi meningkat (COP2 > COP1).

    Siklus 1

    Siklus 2

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 79

    6.15 Perubahan Tevaporator & COP

    Gambar Peningkatan Performansi Akibat Peningkatan Temperatur Evaporasi

    Dalam Gambar Siklus 1 merupakan siklus awal. Setelah temperatur

    evaporasi dinaikkan seperti pada Siklus 3, maka performansi refrigerasi

    meningkat (COP3 > COP1).

    Siklus 3

    Siklus 1

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 80

    6.16 Efek Temperatur Kondensasi dan temperatur Air Pendingin

    Keluar Chiller

    6.17 Infiltrasi melalui Jendela

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 81

    6.18 Infiltrasi melalui Pintu

    Contoh :

    Pintu berdaun tunggal dengan pemakaian 750 x per jam.

    Infiltrasi udara diperoleh : 1250 CFM

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 82

    6.19 Efek Penebalan Isolasi terhadap Nilai U

    Contoh 1.

    U awal 0,4 Setelah penambahan isolasi dengan ketebalan :

    1 diperoleh U = 0.15

    2 diperoleh U = 0,11

    3 diperoleh U = 0,075

    Tebal

    penambahan Isolasi

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 83

    Contoh 2.

    U awal 0,6 dan diinginkan U menjadi 0,1 maka harus ditambahkan

    ketebalan isolasi : sebesar + 21/4 (perpotongan garis bantu 1 dan 2).

    6.20 Konsumsi Faya Fan Sentrifugal*)

    Contoh :

    Fan dengan 1000 CFM dan tekanan statik 5 inchH2O beroperasi selama

    8760 jam per tahun, maka daya fan dikonsumsi sebesar :

    280.000.000.000 Btu pertahun 81900 kWH.

    *) Jenis fan sentrifugal bersudu lengkung ke belakang, Backward

    Curved Blades.

    6.21 Kerugian Akibat Tebal Isolasi Saluran Udara

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 84

    Untuk Saluran udara dengan tebal isolasi 1/2, akan mempunyai

    kerugian panas sebesar 9 BTU/h.ft2 pada beda temperatur 20 oF. Dan

    berharga 14,5 BTU/h.ft2 pada beda temperatur 30 oF.

    Perhitungan didasarkan pada isolasi kaku dengan nilai k 0,27 BTU/h.ft.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 85

    6.22 Kerugian Panas Pipa Air

    Gambar didasarkan pada harga k = 0,3 BTU.in/h.ft2.oF dan Ta = 68 oF.

    Keterangan :

    q = laju rugi panas pipa, BTU/h.ft2

    Ts = Temperatur permukaan pipa, oF

    Ta = Temperatur lingkungan, oF

    d1 = diameter luar pipa, inci

    d1

    d2

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 86

    d2 = diameter luar isolasi, inci

    k = konduktivitas bahanisolasi, BTU.in/h.ft2.oF

    f = koefisien permukaan, BTU/h.ft2.oF

    6.23 Kerugian Panas Pipa Air (200-350 oF)

    Gambar didasarkan pada harga k = 0,3 BTU.in/h.ft2.oF dan Ta = 68 oF.

    Contoh :

    Air dari boiler mengalir di dalam pipa 1-1/2 tanpa isolasi. Temperatur

    air 350 oF., maka diperoleh rugi panas sebesar 3750 BTU/jam per 10 ft

    panjang pipa.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 87

    6.24 Beban Panas Pipa Air Dingin 45 oF

    Gambar didasarkan pada harga k = 0,3 BTU.in/h.ft2.oF dan Ta = 68 oF.

    Contoh :

    Water chiller mengalir di dalam pipa 1-1/2 tanpa isolasi. Berdasarkan

    tabel diperoleh beban panas sebesar 298 BTU/jam per 10 ft panjang pipa.

    Untuk pipa diisolasi setebal 1, beban panas sebesar 42 BTU/jam per 10 ft

    panjang pipa.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 88

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 89

    BAB VII

    PEMANA DAN BOILER

    JUR USAN TE KNIK

    KONVERSI ENERGI

    7.1 Zona Efisiensi Pembakaran Maksimum

    Gambar 7.1 Zona Efisiensi Pembakaran Maksimum

    Dalam Gambar 7.1 ditampilkan pembagian zona pembakaran. Zona

    kerugian bahan bakar yang tidak terbakar terjadi jika pasokan udara lebih

    sedikit dibandingkan dengan yang dibutuhkan, sehingga udara hanya

    dapat bereaksi dengan sebagian kecil bahan bakar. Zona efisiensi

    pembakaran maksimum terjadi jika jumlah udara yang dipasok

    mencukupi perbandingan secara stoikiometrik dengan bahan bakar yang

    dipasok. Dan zona kerugian udara berlebih terjadi jika jumlah udara yang

    dipasok jauh melebihi jumlah pasokan bahan bakar. Sebenarnya pasokan

    udara berlebih diperlukan untuk memastikan seluruh bahan bakar

    POLBAN

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 90

    bereaksi denagn udara, namun apabila kelebihannya terlalu besar tentu

    akan menimbulkan kerugian.

    7.2 Persyaratan Udara Pembakaran

    Tabel 7.1 Syarat Udara Pembakaran

    Bahan bakar

    Udara

    Stoikiometrik

    kg/GJ

    Udara Berlebih

    Tipikal (minimum

    dalam %)

    Total

    udara

    kg/GJ

    Gas Alam 318 5 334

    Minyak Bahan Bakar

    #2 323 10 355

    Minyak Bahan Bakar

    #6 327 10 360

    Gas oven-kokas I 295 15 340

    Gas Kilang 2 312 10 343

    Propana 314 5 330

    Dalam Tabel 7.1 ditampilkan syarat udara pembakaran untuk berbagai

    bahan bakar. Udara berlebih tipikal yang diperlukan untuk pembakaran

    berkisar antara 5% hingga 10%. Perhitungan untuk menghitung total

    udara adalah :

    Contoh :

    Kebutuhan udara pembakaran untuk tungku adalah 700 L/jam minyak

    bahan bakar nomor 6, dengan udara berlebih sebesar 15%. Dari tabel 1,

    udara pembakaran teoretik adalah 327 kg/GJ. Heating value minyak

    bahan bakar dengan 2,5% sulfur adalah sekitar 42,3 MJ/L (kandungan

    sulfur biasanya dapat diperoleh dari pemasok bahan bakar).

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 91

    Kebutuhan pembakaran adalah :

    7.3 Analisis Udara Berlebih vs Gas Buang

    Gambar 7.2 Gas Buang sebagai Fungsi Udara Berlebih

    Dalam Gambar 7.2 ditunjukkan bahwa semakin tinggi udara berlebih

    yang dipasok maka kemungkinan jumlah gas buang yang terbentuk

    semakin kecil.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 92

    7.4 Rugi-rugi Gas Buang untuk Minyak Bahan Bakar

    Gambar 7.3 Rugi-rugi Gas Buang sebagai Fungsi Temparatur

    Untuk tiap udara berlebih yang diaplikasikan, semakin tinggi temperatur

    gas buang, maka semakin tinggi pula rugi-ruginya. Tingginya temperatur

    menunjukkan energi yang terkandung dalam gas buang masih besar.

    7.5 Kelebihan dan Kekurangan Berbagai Bahan Bakar

    Setiap jenis bahan bakar memiliki karakteristik masing-masing. Kelebihan

    dan kekurangan berbagai jenis bahan bakar ditunjukkan dalam Tabel 7.2

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 93

    Tabel 7.2 Kelebihan dan Kekurangan Berbagai Jenis Bahan Bakar

    7.6 Jenis Bahan Bakar dengan Rekomendasi Pembakar dan Pengendali

    Minyak bahan bakar dalam Gambar 7.4 terbagi menjadi dua jenis, minyak

    gas dan minyak abahn bakar berart. Untuk minyak gas, pengendalian

    disesuaikan dengan kapasitas pembakaran. Untuk di bawah 300 kW

    pengendali yang biasa digunakan adalah pengendali on/off dan pressure jet

    burner. Untuk di atas 3500 kW digunakan pengendali modulasi dan

    pressure jet burner atau air blast atomizing atau rotary cup burner. Sedangkan

    untuk minyak bahan bakar berat lebih disukai rotary cup burner, kemudian

    air blast atomizing dan yang terakhir adalah pressure jet burner.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 94

    Jenis Minyak Bahan Bakar

    Minyak Gas Minyak Bahan Bakar Berat

    Boiler RatingBoiler Rating

    Di bawah 300

    kW300 1200 kW

    1200 3500 kW

    Di atas 3500

    kW

    Pengendali

    ON/OFF

    Pressure Jet

    Burner

    Pengendali

    TINGGI/

    RENDAH/OFF

    Pressure Jet

    Burner

    Pengendali

    TINGGI/

    RENDAH/OFF

    atau

    Pengendali

    MODULASI

    Pressure Jet

    Burner

    atau

    Air Blast

    Atomising

    atau

    Rotary Cup

    Burner

    Pengendali

    MODULASI

    Pressure Jet

    Burner

    atau

    Air Blast

    Atomising

    atau

    Rotary Cup

    Burner

    Di atas 3000 kW

    Pengendali

    MODULASI

    Urutan Preferensi :

    A. Rotary Cup Burner

    B. Air Blast Atomising

    C. Pressure Jet Burner

    Gambar 7.4 Jenis Minyak Bahan Bakar

    Gambar 7.5 Tempering Air Heat Exchanger

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 95

    7.7 Energi yang hilang dari Dinding Tungku atau Dinding Boiler

    Gambar 7.6 Energi yang Hilang sebagai Fungsi Temperatur Dinding

    Semakin tinggi temperatur dinding luar semakin tinggi rugi-rugi energi.

    Energi hilang karena terbawa panas yang melewati dinding boiler.

    Jenis boiler juga mempengaruhi efisiensi boiler. Boiler gas kondensasi

    memiliki efisiensi tertinggi dengan 88-92% dan water tube dengan

    economizer memiliki efisiensi terendah dengan 75-78%. Efisiensi boiler

    ditunjukkan dalam Tabel 7.3.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 96

    Tabel 7.3 Efisiensi Boiler Berdasarkan Jenisnya

    Jenis Boiler Efisiensi (%)

    Gas Kondensasi 88-92

    Modular Efisiensi Tinggi 80-82

    Shell Boiler - Air Panas 78-80

    Shell Boiler - Kukus 75-77

    Reverse Flame 72-75

    Cast Iron Sectional 68-71

    Pembangkit Kukus 75-78

    Water Tube dengan Economiser 75-78

    Dalam water tube boiler panas pembakaran batubara dengan udara

    digunakan untuk membangkitkan kukus dari air yang dipasok dalam

    kumpulan tube.

    Gambar 7.7 Water Tube Boiler dengan Konveksi Alamiah

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 97

    Gambar 7.8 Boiler Pembangkit Kukus

    Gambar 7.9 Boiler Kondensasi

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 98

    Gambar 7.10 Grafik Efisiensi Boiler Kondensasi

    7.8 Skematik Sistem Boiler Modular

    Gambar 7.11 Skematik Sistem Boiler Modular

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 99

    Dalam Gambar 7.11 menunjukkan skematik sistem boiler modular. Air

    umpan boiler dari satu sumber dipisah dengan splitter menjadi beberapa

    aliran. Tiap aliran masuk kedalam satu boiler. Uap keluaran tiap boiler

    dialirkan dan digabung kedalam satu aliran untuk digunakan sesuai

    dengan kebutuhan.

    7.9 Pemilihan Boiler Kukus

    Gambar 7.12 Diagram Alir Pemilihan Boiler Kukus

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 100

    Dalam memilih boiler perlu diperhatikan hal-hal tertentu. Langkah-

    langkah pemilihan boiler untuk boiler kukus ditunjukkan dalam diagram

    alir di Gambar 7.12.

    7.10 Input Boiler dan Rugi-ruginya

    Gambar 7.13 Input Boiler dan Rugi-ruginya

    Proses pembentukan uap dalam boiler tidak seluruh energi dalam bahan

    bakar dikonversi untuk membangkitkan uap. Seperti ditunjukkan dalam

    Gambar 7.13 dari 100% bahan bakar yang masuk, kukus yang

    dibangkitkan hanya 75%, disertai 18% gas buang, dan 8% blowdown.

    7.11 Neraca Energi Boiler

    Dalam gambar 7.14 ditampilkan neraca energi yang terlibat di boiler.

    Umpan yang masuk ke boiler berupa air umpan, bahan bakar dan udara

    pembakaran. Energi utama yang keluar berupa kukus, disertai dengan

    rugi-rugi energi melalui radiasi, blowdown, abu, dan gas buang. Gas buang

    yang biasanya masih mengandung zat-zat berbahaya dialirkan ke stack

    untuk dibakar.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 101

    Gambar 7.14 Neraca Energi Boiler

    7.12 Rekomendasi Level Udara berlebih untuk Boiler

    Untuk memperoleh hasil pembakaran optimum Tabel 7.4 menampilkan

    rentang level udara berlebih untuk pembakaran. Level udara berlebih

    yang tepat menghasilkan sisa oksigen minimum dalam gas buang.

    Tabel 7.4 Udara Berlebih untuk Boiler

    Bahan Bakar

    Udara Berlebih

    (%)

    O2 dalam Gas Buang

    (%)

    Min Maks Min Maks

    Gas Alam 10 15 2 2,7

    Minyak Bahan bakar :

    Ringan 12,5 20 2,3 3,5

    Berat 20 25 3,3 4,2

    Batubara 30 50 4,9 7

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 102

    7.13 Skematik Sebuah Economiser

    Gambar 7.15 Skematik Economiser

    Dalam Gambar 7.15 ditunjukkan skematik economiser. Gas buang yang

    masih memiliki energi panas yang besara dimanfaatkan untuk

    membangkitkan kukus. Untuk mendapatkan hasil yang optimum, kedua

    aliran dipasang berlawanan arah (counter current).

    7.14 Temperatur Air Umpan dan Efisiensi Boiler

    Gambar 7.16 Efisiensi Boiler sebagai Fungsi Temperatur Air Umpan

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 103

    Dalam Gambar 7.16 ditunjukkan bahwa peningkatan efisiensi boiler

    merupakan fungsi dari temperatur air umpan secara linier dengan

    kemiringan tertentu.

    7.15 Skematik Flue Shut-off Damper dan Interlock

    Gambar 7.17 Skematik Flue Shut-off Damper dan Interlock

    Boiler yang dilengkapi perangkat shut-off damper dan interlock merupakan

    jenis boiler yang menyesuaikandengan kebutuhan. Firing control panel

    merupakan pengendali yang dilengkapi sensor temperatur. Bila panas

    yang dipasok ke dalam boiler terlalu tinggi, maka pengendali akan

    memberikan perintah untuk membuka damper sehingga sebagian gas

    buang akan menuju chimney untuk dibakar. Dengan demikian, kondisi

    dalam boiler akan terjaga dalam keadaan proses yang optimal.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 104

    BAB VIII

    KONSERVASI ENERGI SEKTOR PUBLIK

    JUR USAN TE KNIK

    KONVERSI ENERGI

    8.1 Konservasi Energi

    Konservasi energi adalah kegiatan untuk menurunkan kuantitas

    penggunaan energi. Salah satu aspek penting dalam konservasi energi

    adalah kelengkapan manajemen energi.

    Manajemen energi adalah pendekatan sistematis dan terpadu untuk

    melaksanakan pemanfaatan sumberdaya energi secara efektif, efisien dan

    rasional, tanpa mengurangi kuantitas maupun kualitas produksi,

    kenyamanan kerja, estetika, kesehatan, dan standar keselamatan

    pengguna.

    8.2 Sistem Peralatan

    Secara umum sistem peralatan yang dimiliki bangunan publik meliputi :

    Sistem tata cahaya,

    Peralatan kantor, dan

    Sistem tata udara.

    8.3 Pola Penggunaan Energi

    Penggunaan energi di bangunan publik secara umum adalah energi listrik

    dan bahan bakar. Waktu penggunaan energi sebagian besar dilakukan

    pada siang hari sesuai dengan jam kerja, mulai 7.00 8.00 dan berakhir

    15.00 17.00. Bahkan, di beberapa kantor tercatat seringkali melakukan

    kerja lembur.

    POLBAN

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 105

    Bangunan publik umumnya memiliki fasilitas ruang pertemuan atau

    ruang serbaguna yang tidak selalu digunakan, sehinngga penggunaan

    energi pada ruang-ruang tersebut tidak terus menerus.

    8.4 Peluang Penghematan Energi

    Peluang penghematan energi di sektor publik terbagi menjadi :

    Sistem kelistrikan :

    o Pemasangan capasitor bank dan sub-metering;

    o Penurunan kapasitas data listrik (kVA) terpasang; dan

    o Penjadwalan operasi lift, pompa, dan peralatan lain.

    Sistem pencahayaan :

    o Penggantian lampu TL dengan lampu berefikasi lebih tinggi,

    ballast konvensional dengan ballast elektronik;

    o Penjadwalan penggunaan lampu dan cahaya alami;

    o Pemeliharaan dan pembersihan lampu secara regular;

    o Pemasangan high efficiency reflector dan saklar otomatis lampu-

    lampu outdoor.

    Sistem pengkondisian udara :

    o Penggunaan AC hanya saat diperlukan;

    o Set temperatur pada 25 oC; dan

    o Penggunaan timer pada AC.

    8.5 Intensitas Konsumsi Energi

    Benchmarking telah disusun oleh Direktorat Jenderal Listrik dan

    Pemanfaatan Energi (Ditjen. LPE) DESDM. Kategorisasi criteria efisiensi

    energi dapat dilihat dalam Tabel 8.1.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 106

    Tabel 8.1 Kriteria Efisiensi Energi di Sektor Publik

    Tabel 8.2 Keterangan Kriteria Efisiensi Energi

    50 - 95 20 - 38

    95 - 145 38 - 58

    145 - 175 58 - 70

    175 - 230 70 - 92

    230 - 285 92 - 114

    285 - 450 114 - 180

    Sumber: Ditjen LPE - DESDM

    Boros

    Sangat Boros

    Sangat Efisien

    Efisien

    Cukup Efisien

    Agak Boros

    Kriteria

    Intensitas Konsumsi

    Energi *

    Adaptasi untuk

    Gedung non-AC

    kWh/m2/tahun kWh/m2/tahun

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 107

    8.6 Hambatan Implementasi Manajemen Energi

    Dalam implementasi manajemen energi ditemui beberapa hambatan yang

    menghambat proses konservasi energi. Sebagian orang masih

    mengasumsikan energi sebagai pengeluaran inelastis yang harus diterima

    apa adanya. Intervensi terhadap penggunaan energi umumnya dihindari

    karena dianggap akan mengacaukan kegiatan utama atau alur produksi.

    Terlebih lagi, energi tidak menarik minat manajemen puncak dan hanya

    diperhatikan manajemen eksekutif menengah. Bahkan, hanya beberapa

    perusahaan yang merasa perlu manajer energi yang kompeten. Aktivitas

    diseminasi informasi serta komunikasi tentang isu energi untuk

    menggugah kesadaran akan penghematan energi jarang dilakukan.

    Hambatan-hambatan tersebut umumnya baru dapat diatasi jika ada

    kesadaran dan kehendak dari jajaran pimpinan puncak yang merupakan

    kunci dari sejauh mana konservasi energi dapat dilaksanakan di

    perusahaan/instansi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sebuah metode

    efisiensi energi.

    8.7 Metodologi Efisiensi Energi

    Metodologi efisiensi energi diawali dengan perkenalan terhadap

    metodologi. Selanjutnya ditentukan langkah-langkah metodologi serta

    tujuan, output dan tugas-tugas. Lembar kerja disusun untuk

    memudahkan imlementasi penghematan energi. Dengan demikian fokus

    energi akan lebih jelas terlihat.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 108

    8.7.1 Perkenalan Metodologi

    Metodologi Efisiensi Energi telah dikembangkan perusahaan-

    perusahaan industri di Asia dan telah membantu meningkatkan efisiensi

    energi melalui Produksi Bersih. Metode ini dirancang agar perusahaan-

    perusahaan industri yang energy-intensive memberi kontribusi dalam

    membangun negara-negara di Asia.

    Metodologi berdasarkan pada strategi produksi bersih seperti pencegahan

    produksi limbah, pendekatan sistematik, proses terintegrasi, ditujukan

    untuk peningkatan secara kontinyu. Selain itu didasarkan pada produksi

    bersih dan metodologi audit energi serta pengalaman praktek nyata di

    lebih dari 40 perusahaan di Asia.

    8.7.2 Manfaat Efisiensi Energi

    Pelaksanaan efisiensi memberikan manfaat berupa :

    Penurunan biaya melalui penggunaan energi yang efisien

    Menurunkan ketergantungan terhadap pasokan dan harga energi yang

    berfluktuasi serta tidak tersedianya energi

    Meningkatkan produkivitas dan kualitas

    Meningkatkan reputasi di mata klien dan masyarakat melalui

    perlindungan lingkungan

    Meningkatkan motivasi, kesehatan dan keselamatan kerja

    Menaati peraturan yang berlaku

    8.7.3 Enam Langkah Pendekatan Produksi Bersih

    Untuk menunjang metode efisiensi energi dilakukan enam pendekatan

    produksi bersih seperti ditampilkan dalam Gambar 8.1.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 109

    Gambar 8.1 Langkah Pendekatan Produksi Bersih

    Informasi dalam tiap langkah meliputi tugas minimum harus dilakukan

    dan lembar kerja untuk membantu menyelesaikan tugas. Namun, perlu

    diingat bahwa metodologi ini perlu diaplikasikan secara fleksibel selama

    efisiensi energi dapat ditingkatkan, karena tiap instansi memiliki

    karakteristik yang berbeda.

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 110

    1. Langkah I : Perencanaan dan Organisasi

    Langkah perencanaan dan organisasi memelukan waktu 3-6 hari.

    Tujuan perencanaan dan organisasi adalah untuk :

    Memperoleh komitmen manajemen.

    Merencanakan dan mengorganisir penilaian energi.

    Dan output yang diharapkan dari langkah ini adalah berupa :

    Proposal tertulis berisi langkah-langkah yang dipilih dan tugas-

    tugas untuk meningkatkan efisiensi energi.

    Disetujui oleh manajemen puncak.

    Adapun tugas dalam perencanaan dan organisasi meliputi :

    Tugas 1a : Mengadakan pertemuan dengan manajemen puncak (1-2

    jam)

    Tugas 1b : Membentuk tim dan menginformasikan para staf (0,5-1

    hari)

    Tugas 1c : Pra-penilaian untuk mengumpulkan informasi umum (1-

    3 hari)

    Tugas 1d : Memilih area fokus (0,5-1 hari)

    Tugas 1e : Mempersiapkan proposal penilaian untuk disetujui

    manajemen (2-3 hari)

    Tugas 1a : Pertemuan dengan Manajemen Puncak

    Tujuan pertemuan pertama :

    Manajemen puncak :

    o Memperoleh persetujuan manajemen puncak untuk pra-

    penilaian

    o Menulis proposal untuk penilaian energi detail

    Manajer menengah atau fasilitator eksternal :

    o Memperoleh komitmen dari manajer menengah, staff dan/atau

    fasilitator eksternal untuk melaksanakan pra-penilaian

    o Menulis proposal untuk penilaian energi detail

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 111

    Dalam diskusi pada 1-2 jam pertemuan pertama dibahas tentang :

    Mengapa manajemen puncak tertarik pada efisiensi energi

    Area energi yang menjadi pusat perhatian

    Dimana posisi perusahaan saat ini

    Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penilaian

    Waktu yang dibutuhkan untuk pra-penilaian dan penulisan

    proposal untuk pilihan yang layak

    Komposisi tim dan perwakilan manajemen

    Bagaimana menginformasikan kepada staf untuk memastikan

    kerjasama yang baik

    Tabel 8.3 Lembar Kerja 1 Alasan-alasan untuk Efisiensi Energi

    Tabel 8.4 Lembar Kerja 2 : Matriks Manajemen Energi

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 112

    Tabel 8.5 Lembar Kerja 3 : Faktor-faktor yang Mempengaruhi

    Pendekatan Penilaian Energi

    Tugas 1b : Membentuk Tim dan Menginformasikan Staf (0.5 1 hari)

    Tim harus terdiri atas:

    Seseorang yang mengetahui penggunaan energi utama dan

    dampak lingkungan

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 113

    Seseorang yang mengetahui proses produksi yang intensif energi

    Seseorang yang memiliki akses terhadap informasi perusahaan

    secara umum dan data biaya energi

    Seseorang dari bidang pelatihan dan komunikasi

    Perwakilan manajemen puncak

    Tabel 8.6 Lembar Kerja 4 : Anggota Tim dan Peranannya

    Tugas 1c : Pra-penilaian untuk mengumpulkan informasi umum (1

    3 hari)

    Informasi yang dikumpulkan harus meliputi:

    Detail instansi secara umum

    Struktur Organisasi

    Diagram alir produksi secara umum

    Data produksi 3 tahun ke belakang

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 114

    Data dan biaya energi, konsumsi sumber daya selama 3 tahun ke

    belakang

    Inventori peralatan utama

    Tinjauan terhadap informasi yang dikumpulkan untuk tiap

    langkah proses/departemen

    Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan

    Data produksi dan sumberdaya meliputi :

    Laju konsumsi bahan bakar dan biayanya

    Konsumsi listrik dan biayanya

    Sebaran bahan bakar

    Tagihan listrik untuk utilitas

    Tabel 8.7 Lembar Kerja 7 : Data Produksi dan Sumberdaya

    Tabel 8.8 Lembar Kerja 8 : Inventori Peralatan Utama

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 115

    Tugas 1d : Memilih Area Fokus (0.5 1 hari)

    Area fokus dapat merupakan seluruh instansi, sebuah departemen

    atau peralatan (energi) atau sumber daya spesifik. Area fokus yang

    berbeda dapat dipilih ketika energi diperhitungkan.

    Proses untuk memilih area fokus meliputi :

    Mengidentifikasi area fokus yang memungkinkan

    Menentukan kriteria pemilihan

    Mengkategorikan tiap area fokus kedalam kriteria Tinggi,

    Menengah, Rendah.

    Tabel 8.9 Lembar Kerja 10 : Pemilihan Area Fokus

  • Buku bahan ajar audit energi 2010 116