Konseptual Keperawatan Calista Roy

21
Konseptual Keperawatan Calista Roy I. BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pada suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja dalam riset keperawatan. Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam bidang keperawatan, salah satunya adalah model adaptasi Roy. Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen esensial dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan,

Transcript of Konseptual Keperawatan Calista Roy

Page 1: Konseptual Keperawatan Calista Roy

Konseptual Keperawatan Calista Roy

I. BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok

situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik.

Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang

berfokus lebih khusus pada suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin

ilmu. Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para

ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma

keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan

perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan

sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai

kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek

keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja

dalam riset keperawatan.

Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan

ahli dalam bidang keperawatan, salah satunya adalah model adaptasi Roy.

Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen esensial dalam

adaptasi keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan, dan

keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu

mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku

secara adaptif karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang

memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptsi.

B.Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk :

1.Menjelaskan Definisi dan Konsep Mayor Sister Calista Roy.

Page 2: Konseptual Keperawatan Calista Roy

2.Menjelaskan Model konseptual Adaptasi Sister Calista Roy

3.Menjelaskan analisis SWOT konseptual sister Calista Roy.

II. BAB II : TEORI KONSEP SISTER CALISTA ROY

Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk

mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi

mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan

keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan

kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk

memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon

adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat

adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan

tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan

terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep

tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model

konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan

dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah

keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan

derajat kesehatan.

Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli

lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic

( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang

menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek

keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan

diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di

Mount Saint Mary’s College. Sejak saat it lebih dari 1500 staf pengajar dan

mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan

memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan

penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.

Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun

1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model

adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar

Page 3: Konseptual Keperawatan Calista Roy

belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai

kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya

telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari

tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya

yang baru pada model adaptasi keperawatan.

Definisi dan Konsep Mayor

Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy

adalah:

1.Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan

membentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control,

proses, output, dan umpan balik.

2.Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,

konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat

berespon adaptif sendiri.

3.Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap

penurunan atau peningkatan kebutuhan.

4.Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara

langsung mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah

presipitasi perubahan tingkah laku.

5.Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan

memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan

atau dirangsang oleh stimulus fokal.

6.Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan

konstribusi terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di

validasi.

7.Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon

otomatik melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.

8.Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui

proses yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan

belajar.

9.Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean,

interdependensi dan konsep diri.

10.Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia

Page 4: Konseptual Keperawatan Calista Roy

dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan reproduksi.

11.Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan

bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit,

aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap

suhu, sensasi, dan proses endokrin.

12.Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu

dalam satu waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain

dan tingkah laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body

image dan sensasi diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi diri, ideal

diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.

13.Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan

dengan tugasnya di lingkungan social.

14.Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting

dan sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara

memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.

Model Konseptual Adaptasi roy

Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan

adalah : (1) manusia; (2) Lingkungan; (3) kesehatan; (4) keperawatan. Unsur

keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujua keperawatan dan aktivitas

keperawatan, juga termasuk dalam elememn penting pada konsep adaptasi.

Manusia

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai

sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu

kesatuan yang mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik.

Proses control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara

adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif

dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi

dalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran,

dan interdependensi.

Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu

Page 5: Konseptual Keperawatan Calista Roy

sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan

zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat

digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai

satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara

keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai

suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses

control dan umpan balik serta output.

Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima

masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri.

Input atau stimulus termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpan

baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal

yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia

yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.

Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme

koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem

kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam

hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis,

konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.

a) Model Fungsi Fisiologi

Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya.

Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus

dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua

bagian, model fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5

kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri

dari 4 bagian yaitu :

1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya,

yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984

dalam Roy 1991).

2. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk

mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan

Page 6: Konseptual Keperawatan Calista Roy

mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy

1991).

3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal

dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)

4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik

dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi

fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua

komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).

5. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk

proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku)

dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi,

trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).

6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan,

rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan

lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam

pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).

7. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di

dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,

ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem

fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.

(Parly, 1984, dalam Roy 1991).

8. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis

merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme

seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan

dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses

emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ

tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).

9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman

sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan

Page 7: Konseptual Keperawatan Calista Roy

mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai

peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari

regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam

Roy,1991).

b) Model Konsep Diri

Model konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan

penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia.

Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis

antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep

diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan

the personal self.

1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang

dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran

tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat

merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau

hilang kemampuan seksualitas.

2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal

diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan

cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang

berat dalam area ini.

c) Mode fungsi peran

Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial seseorang

dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran

primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang

dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .

d) Mode Interdependensi

Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan

Page 8: Konseptual Keperawatan Calista Roy

oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan

menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.

Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan

kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.

Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan

orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk

melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari

keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.

Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon

inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau

meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau

maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik

respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia

sebagai suatu sisem.

Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau

koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui

perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah

gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem

saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah

gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan

emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran,

dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya

mempertahankan untuk mencari bantuan.

Lingkungan

Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia.

Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang

adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus eksternal dan internal.

Lebih lanjut stimulus itu dikoelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu :

fokal, konstektual, dan residual.

Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan

disekitar dan mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia

Page 9: Konseptual Keperawatan Calista Roy

sebagai individu ata kelompok.

kesehatan

Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi

manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau

keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung bahwa kkesehatan

atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan

kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas

adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat.

Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan

pada kondisi sehat sejahtera.

Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan

konsep adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan

mengizinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain. Pembebasan

energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan.

Hal ini adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep adaptasi

dan kesehatan.

Adaptasi adalah komponen pusat dalm model keperawatan. Didalamnya

menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan

baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses

adaptasi termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara

positif dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua

interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari

proses ini dimulai dengan pperubahan dalam lingkungan internal dan

eksternal yan gmembutuhkan sebuah respon. Perubahan – perubahan itu

adalah stressor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh factor-faktor

konstektual dan residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan interaksi yang

biasanya disebut stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang

merangsang untuk menghasilkan respon adaptif dan inefektif.

Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam

istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi :

Page 10: Konseptual Keperawatan Calista Roy

kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut

integritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik equilibrium

yang meliputi peningkatan dan penurunan respon-respon. Setiap kondisi

adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga dinamik equilibrium

manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus

dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi

peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada

keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai suatu

fungsi dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.

keperawatan

Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek.

Sebagai ilmu, keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan

menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh pada status

kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan pendekatan

pengetahuan untukmenyediakan pelayanan pada orang-orang. Lebih spesifik

dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu da praktek dari peningkatan

adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi

kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan

kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model

adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu

keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan

tersebut. Dalam model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan

dan aktivitas keperawatan.

Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan

yang berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap

stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor

yang tidak biasa atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya

manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif, manusia memerlukan

seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasikan umtuk

memberi arti bahwa aktivitas keperawatan tidak hanya diberikan ketika

manusia itu sakit. Roy menyetujui, pendekatan holistic keperawatan dilihat

sebagai proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang

Page 11: Konseptual Keperawatan Calista Roy

lebih tinggi.

Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas

keperawatan. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia

dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap empat cara

adaptasi yaitu : (1) fungsi fisiologis; (2) konsep diri; (3) fungsi peran dan (4)

interdependensi. Dorongan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan

berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian

dengan damai. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam

suatu area dengan tingkatan adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal tersebut

berada pada area tersebut dimana manusia dapat membuat suatu

penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi membebaskan energi dari

upaya koping yang tidak efektif dan memnugkinkan individu untuk merespon

stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan

penyembuhan dan kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi sangat

ditekankan pada konsep ini.

Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan

yang digunakan pada proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa

keperawatan , tujuan, intervensi dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan

menetapkan “data apa yang dikumpulkan, bagaimana mengidentifikasi

masalah dan tujuan utama. Pendekatan apa yang dipakai dan bagaiman

mengevaluasi efektifitas proses keperawatan”.

Unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan

lingkungan. Proses pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan

lingkungan. Proses pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian

Tingkat pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia, dalam tiap

empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut dikumpulkan dari data

observasi penilaian respond an komuniokasi dengan individu. Dari data

tersebut perawat membuat keputusan sementara tentang apakah perilaku

dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah

mengumpulkan data tentang fokal, konstektual dan residual stimuli. Selama

tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang

Page 12: Konseptual Keperawatan Calista Roy

mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama.

Keterlibatan ini penting untuk menetapkan faktor-faktor utama yang

mempengaruhi perilaku.

Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Tahap I : Pengkajian Perilaku

Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan

data dan memutuskan klien adptif dan maladaptive. Termasuk dalam model

ini adalah kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh

kekurangan atau kelebihan. Misalnya terlalu sedikit oksigen, terlalu tinggi gula

darah atau terlalu banyak ketergantungan. Perawat menggunkan wawancara,

observsi dan pengukuran untuk mengkaji perilaku klien sekarang dan setiap

mode. Berdasarkan pengkajian ini perawat menganalisis apakah perilaku ini

adaptif, maladaptive atau potensial maladaptive.

2. Tahap II: Pengkajian faktor - faktor yang berpengaruh

Pada tahap ini termasuk pengkajan stimuli yang signifikan terhadap

perubahan perilaku seseorang yaitu stimuli focal, kontekstual dan residual.

a) Identifikasi stimuh focal

Stimuli tocal merupakan perubahan penilaku yang dapat diobserasi. Perawat

dapat melakukan pengkaian dengan menggunakan pengkajian perilaku yaltu :

Keterampilan melakukan observasi, melakukan pengukuran dan interview.

b) Identifikasi stimuli kontekstual

Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku

atau presipitasi oleh stimulus focal. Sebagal contoh anak yang di rawat

dirumah sakit mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak belajar.

Focal stimulus yang dapat dildentifikasi adalah adanya fakta bahwa anak

kehlangan skedul sekolah. Stimulus kontekstual yang dapat diidentiflkasi

adalah secara internal faktor anak menderita sakit dan faktor eksternalnya

adalah anak terisolasi. Stimulasi kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat

melalul observasi, pengukuran, interview dan validasi.

Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual yang

mempengaruhi mode adaptif adalah genetic, sex, tahap perkembangan, obat,

alkohol, tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi

sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan lingkungan fisik.

Page 13: Konseptual Keperawatan Calista Roy

c) Identifikasi stimuli residual

Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Helson

dalam Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari pengalaman lalu

relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya,

karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan memberikan efek pada

situasi sekarang.

3. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai

suatu hasil dari proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang

mampunya adaptasi. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan

mengobservasi tingkah laku kilen terhadap pengaruh lingkungan. Menurut

Roy (1991) ada 3 metode dalam membuat diagnosa keperawatan

Menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi

peran dan interdependen

4. Penentuan Tujuan

Roy (1984) menyampaikan bahwa secara urnum tujuan pada intervensi

keprawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif

dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi

atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang

yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan.

Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan

setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan

residual.

5. Intervensi

Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau

memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada

koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai

dengan kemampuan indMdu untuk beradaptasi.

Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku adaptif.

Hal ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama

pengkajian tahap II.

6. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan

sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah

Page 14: Konseptual Keperawatan Calista Roy

laku pasien setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika

tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

PENUTUP

Berdasarkan analisa terhadap model adaptasi Roy, maka kelompok

menganalisa bahwa model keperawatan roy lebih menekankan pada manusia

secara holistik yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap

perubahan lingkungan. Konsep ini juga menekankan pentingnya individu

untuk mempertahankan perilaku secara adaptif dan mampu merubah perilaku

yang maladaptif agar dapat meningkatkan kesehatannya.

Model konseptual Roy berisi 4 elemen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan,

dan keperawatan. Manusia dipandang sebagai sitem adaptasi kehidupan

yang perilakunya dapat diklasifikasikan menjadi respon yang adaptif atau

respon yang inefektif. Lingkungan terdiri stimulus internal dan eksternal.

Kesehatan adalah proses menjadi terintegrasi dan dapat mencapai tujuan

untuk hidup, pertumbuhan, reproduksi, penguasaan. Tujuan keperawatan

adalah meningkatkan respon adaptasi yang berhubungan dengan adaptasi

mode, menggunakan informasi tentang tingkat adaptasi manusia dan stimulus

fokal, kontekstual, dan residual.

Setelah penulis melakukan analisis SWOT pada konseptual calista Roy,

penulis menyimpulkan bahwa konseptual ini dapat digunakan di Indonesia

dengan mempertahankan keuntungan, memanfaatkan kesempatan,

memperbaiki kelemahan serta menekan ancaman yang ada.

Page 15: Konseptual Keperawatan Calista Roy