KONSEPSI PENDIDIKAN RADEN NGABEHI …repository.akprind.ac.id/sites/files/LAPORAN...

47
1 LAPORAN PENELITIAN KONSEPSI PENDIDIKAN RADEN NGABEHI RANGGAWARSITA Oleh : Drs. UNTUNG JOKO BASUKI, M.Pd.I NIK 92.1263.455.E DIBIAYAI DARI DANA BANTUAN PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2013/2014, Nomer Kontrak: 30/SPP/LPPM/PL/IV/2014 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA

Transcript of KONSEPSI PENDIDIKAN RADEN NGABEHI …repository.akprind.ac.id/sites/files/LAPORAN...

1

LAPORAN PENELITIAN

KONSEPSI PENDIDIKAN

RADEN NGABEHI RANGGAWARSITA

Oleh :

Drs. UNTUNG JOKO BASUKI, M.Pd.I

NIK 92.1263.455.E

DIBIAYAI DARI DANA BANTUAN PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2013/2014,

Nomer Kontrak: 30/SPP/LPPM/PL/IV/2014

Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND

YOGYAKARTA

2

2014

HALAMAN PENGESAHAN

1. JudulPenelitian : Konsepsi Pendidikan Raden Ngabehi

Ranggawarsita

2. BidangPenelitian : Psikologi Pendidikan Islam

3. PenelitiUtama :

a. NamaLengkap : Drs. UntungJokoBasuki, M.Pd.I.

b. JenisKelamin : Laki – Laki

c. NIK : 92.1263.455.E

d. DisiplinIlmu : Pendidikan Agama Islam

e. Pangkat/ Golongan : PenataMuda / IIIb

f. JabatanFungsional : AsistenAhli

g. Fakultas/ Jurusan : Fakultas TeknologiIndustri/ T. Mesin

h. Alamat : Kresen, Rt 05, Bantul, Bantul, Bantul, Yogyakarta

55711

i. Telepon : 02749400997

4. Mata Kuliah yang di ampu : Pendidikan Agama Islam

PendidikanKewarganegaraan

5. JumlahPeneliti : 1 Orang

6. LokasiPenelitian : Institut Sains dan Teknologi AKPRIND

Yogyakarta

7. JumlahBiaya yang disetujui : Rp2.600.000,00 ( Dua JutaEnam Ratus Ribu

Rupiah )

Yogyakarta, 24Desember 2014

Mengetahui, Peneliti,

DekanFakultasTeknologiIndustri

Muhammad Sholeh, S.T., M.T. Drs. UntungJokoBasuki, M.Pd.I.

NIK. 94.1269.498.E NIK. 92.1263.455.E

Menyetujui,

KetuaLembagaPenelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat

3

Ir. PrastyonoEkoPambudi, M.T.

NIK. 89.0461.394.E

A. LAPORAN HASIL PENELITIAN

4

5

Ringkasan

Penelitian in bertujuan untuk mengungkap pandangan atau pemikiran Raden Ngabehi

Ranggawarsita terhadap pendidikan melalui karya-karyanya. Dengan menggali dan memahami

sastra lama (jawa) karya pujangga ternama terutama yang berkaitan erat dengan pendidikan.

Subyek dalam penelitian ini adalah Raden Ngabehi Ranggawarsita yang seterusnya

ditulis (R. Ng. Ranggawarsita). Beliau adalah salah satu dari kesekian pujangga di jawa yang

memberi ciri khas kebudayaan Jawa, yakni sastra jawa. Dalam Kepustakaan Islam Kejawen

beliau mendapatkan kehormatan sebagai Pujangga Penutup.

Diantara karya R. Ng. Ranggawarsita yang terkenal salah satunya ialah yang berjudul

Wirid Hidayat Jati yang disusun dalam bentuk jarwa atau prosa, isi kandungannya merupakan

kitab mistik. Dari uraian-uraiannya terdapat beberapa hal yang berkaitan erat dengan pendidikan,

yakni tentang guru dan murid dalam ilmu makrifat, syarat-syarat menjadi gruru dan murid serta

hubungan antara keduanya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semenjak usia kanak-kanak beliau dibesarkan

dalam keluarga Yasadipuran dibawah bimbingan kakeknya , yakni Yasadipura II, juga dibina

dalam lingkungan kepujanggaan dan kepustakaan Jawa.

R.Ng. Ranggawarsita juga mendapatkan pendidikan agama di Pondok Pesantren

Tegalsari, Ponorogo yang diasuh oleh Kyai Agung Hasan Basri, yakni seorang guru agama dan

kebatinan ternama masa itu.

Meskipun beliau mendalami berbagai ilmu yang dimiliki, namun yang paling membekas

dalam jiwa dan kepribadian beliau adalah lingkungan tasawuf dalam pesantren Tegalsari.

Pengaruh ajaran kehidupan tasawuf tercermin dalam sikap hidup dan karya – karyanya, yang

oleh pecinta kepustakaan jawa dijuluki pujangga terakhir.

Pemikiran beliau tentang pendidikan lebih menekankan kepada pembinaan budi pekerti

luhur, hal itu tercermin dalam karya – karyanya yang membahas tentang guru dan murid dalam

ilmu makrifat, baik persyaratan, hubungan antara keduanya, proses belajarnya, yang kesemuanya

itu terkandung dalam karya beliau yang berjudul Wirid Hidayat Jati.

6

PRAKATA

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan

hidayah, inayahm dan Rahmat-Nya sehingga penulisan laporan karya ilmiah yang berjudul

“Konsepsi Pendidikan Raden Ngabehi Ranggawarsita” dapat diselesaikan dengan Baik.

Pada kesempatan ini penuli ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Sudarsono, M.T., Selaku Rektor Institut Sains & Teknologi

AKPRIND Yogyakarta.

2. Bapak Ir. H. Saiful Huda, M.T., selaku Pembantu Rektor I Institut Sains &

Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

3. Bapak Muhammad Sholeh, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Industri

Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

4. Bapak Ir. Prasetyono Eko Pambudi, M.T., selaku Kepala Lembaga Penelitian &

Pengabdian Masyarakat Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penelitian ini.

Penulis menyadari penyusunan laporan ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan

yang disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Karena itu penulis harapkan

kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga keberadaan

laporan penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan dalam khasanah ilmu

pengetahuan. Aamiin.

Yogyakarta, 24 Desember 2014

Penulis

7

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................................ii

A.LAPORAN HASIL PENELITIAN....................................................................................iii

RINGKASAN...........................................................................................................................iv

PRAKATA.................................................................................................................................v

DAFTAR ISI.............................................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3

2.1 Pendidikan dan Pengajaran......................................................................................3

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN...............................................................7

3.1 Tujuan Penelitian.....................................................................................................7

3.2 Manfaat Penelitian...................................................................................................7

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..................................................................................8

4.1 Deskriptif-Kualitatif.................................................................................................8

4.1 Sistematika Pembahasan..........................................................................................9

4.2 Analisa Data...........................................................................................................10

BAB V HASIL PENELITIAN.................................................................................................11

5.1 Latar Belakang Kehidupannya...............................................................................11

5.2 Latar Belakang Pendidikan....................................................................................14

5.3Konsepsi Pendidikan Menurut R.Ng. Ranggawarsita............................................16

BAB VI PENUTUP.................................................................................................................20

6.1 Kesimpulan............................................................................................................20

6.2 Saran......................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

LAMPIRAN: Personalia Tenaga Peneliti................................................................................23

DRAFT ARTIKEL ILMIAH................................................................................................25

SINOPSIS PENELITIAN LANJUTAN...............................................................................38

8

BAB 1

PENDAHULUAN

KONSEPSI PENDIDIKAN

RADEN NGABEHI RANGGAWARSITA

1.1 Latar Belakang

Warisan rohaniah yang terkandung dalam sastra akan memberikan khasanah ilmu

pengetahuan yang beraneka ragam apabila kita mau menggali karya-karya sastra yang

tersimpan. Semuanya itu kalau kita kaji lebih lanjut merupakan tuangan pengalaman

jiwa bangsa yang dapat dijadikan sumber penelitian bagi pembinaan dan

pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan di segala bidang.

Terutama dalam hal karya sastra lama, sastra Jawa merupakan salah satu warisan

budaya daerah. Oleh karena itu, penggalian sastra daerah tersebut akan besar sekali

manfaatnya dalam usaha memelihara dan mengembangkan kebudayaan nasional pada

umumnya dan pengarahan pendidikan khususnya.

Di daerah Jawa khususnya, pewaris kebudayaan yang telah banyak

menyumbangkan karya sastra di berbagai bidang adalah Raden Ngabehi

Ranggawarsita yang seterusnya di tulis R.Ng. Ranggawarsita. Beliau adalah salah

satu dari kesekian pujangga yang ada di Jawa, yang memberi ciri khas kebudayaan

Jawa, yakni sastra Jawa. Karya-karya pujangga tersebut telah mengundang para

sastrawan dan ilmuwan untuk menyelidiki dan memahami isi dari karya sastra

tersebut dalam rangka usaha pelestarian dan pengembangannya, terutama dalam

masalah-masalah : falsafat, ramalan, dan pendidikan yang terkandung dalam karya

sastra tersebut.

Di berbagai perguruan tinggi juga sering diadakan kegiatan dalam rangka

penggalian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dipetik dari hasil karya R.Ng.

Ranggawarsita. Kegiatan tersebut diantaranya berupa : seminar, diskusi, ceramah dan

sebagainya.

9

Dengan demikian semakin nyatalah bahwa pujangga R.Ng. Ranggawarsita telah

memberikan sumbangan yang cukup berharga bagi pengembangan ilmu pengetahuan

dan pendidikan di Indonesia.

Di dalam kepustakaan Jawa R.Ng. Ranggawarsita sangat tersohor, beliau adalah

sastrawan istana Surakarta yang kemudian oleh para pecinta kepustakaan Jawa, serta

para pengagumnya diberi gelar pujangga terakhir (penutup). Begitu pula dalam

Kepustakaan Islam Kejawen, beliau mendapatkan kehormatan amat tinggi. Kalau

Nabi Muhammad SAW mendapat gelar kehormatan sebagai Khatam Al-Anbiya’ atau

sebagai Nabi penutup, maka R.Ng. Ranggawarsita adalah sebagai pujangga penutup.

Di antara karya R. Ng. Ranggawarsita yang terkenal, salah satunya adalah yang

berjudul Wirid Hidayat Jati yang merupakan salah satu kepustakaan Islam Kejawen

yang istimewa, karena di samping hasil karya pujangga terakhir (penutup), Wirid

Hidayat Jati ini disusun dalam bentuk jarwa atau prosa. Dan isi kandungannya

diusahakan untuk menjadi kitab mistik yang cukup lengkap.

Dari uraian-uraian yang terdapat Wirid Hidayat Jati, terdapat beberapa hal yang

berkaitan erat dengan pendidkan, dan dari dalam uraian inilah nanti akan dibahas

mengenai Konsepsi pendidikan menurut R. Ng. Ranggawarsita. Dan yang perlu

diketahui bahwa penulis tidak akan membahas tentang isi keseluruhan dari Wirid

Hidayat Jati, baik itu dari aliran tasawufnya maupun ajaran mistik yang terkandung di

dalamnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, dapat ditarik beberapa pokok

permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut dalam penyusunan risalah ini, antara

lain:

1. Bagaimana latar belakang kehidupan, pendidikan, karya-karya dan

keistimewaan karyanya, tanggapan-tanggapan tentang karyanya serta pengaruh

R.Ng. Ranggawarsita?

2. Bagaimana konsepsi R.Ng. Ranggawarsita tentang pendidikan?

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan dan Pengajaran

1. Pengertian

Sudah sejak lama masalah pendidikan dikenal orang, bukan merupakan hal yang

asing bagi setiap orang yang mendengarnya. Tetapi sebenarnya di dalam dunia ilmu

pengetahuan, khususnya dalam masalah pendidikan, tidak cukup hanya mendengar atau

sekedar tahu akan definisi dari kata “pendidikan”, tapi hendaknya dipikirkan bagaimana

terwujudnya cita-cita dari pendidikan itu, tidaklah mudah melaksanakannya. Dan inilah

yang menjadi tantangannya. Maka timbullah beberapa pengertian atau bahasan

mengenai pendidikan, yang mana berbeda satu sama lain, tinggal dari segi mana

memandangnya. Namun pelaksanaan pendidikan itu sendiri tetap berlangsung dan tidak

menantikan kesamaan mengenai batasan dari pendidikan tersebut.

Di bawah ini penulis mengemukakan beberapa pendapat mengenai pendidikan

dari segi definisinya sebagai berikut:

“Pendidikan adalah suatu hasil peradaban suatu bangsa yang dikembangkan atas

dasar suatu pandangan hidup bangsa itu yang berfungsi sebagai filsafat

pendidikannya, suatu cita-cita atau tujuan yang menjadi motif cara suatu bangsa

berpikir dan berkelakuan, yang dilangsungkan turun temurun kepada angkatan

berikutnya.”1

Sementara itu ada lagi yang memberikan batasan mengenai pendidikan tersebut

sebagai berikut:

“Pendidikan adalah suatu pengembangan individu, yaitu menempatkan hal

tersebut sebagai suatu cara pembentukan dan cara membantu individu itu baik dari

segi biologinya maupun kerohaniannya.”2

1 Siti Meichati,MA., Pengantar Ilmu Pendidikan, (disadur dari crow dan crow), FIP-FKIP

Yogyakarta, 1972, p.5

2 Siti Meichati,MA., Pendidikan Sistematis, FIP-FKIP Yogyakarta, 1974, p.4

11

Setelah kita hayati, memang batasan yang kedua ini sependapat dengan penulis,

sebab setiap individu perlu adanya pengembangan, baik dari segi jasmani maupun

rohaninya. Di sini perlu kita perhatikan, siapa pihak yang harus dididik dan

bagaimanakah yang harus diperbuat oleh pendidik untuk membawa si terdidik ke arah

perkembangan yang harmonis.

Dalam hal ini Dr.M.J. Langeveld juga mengemukakan pendapat sebagai berikut :

“Pendidikan merupakan pergaulan antar manusia yang terjadi antara pergaulan-

pergaulan orang-orang dewasa dan orang-orang yang belum dewasa.”3

2. Tujuan Pendidikan

Dalam arti luas dan umum dirumuskan bahwa tujuan pendidikan yaitu terciptanya

kedewasaan atau perkembangan yang penuh bagi anak didik sekaligus mencakup

kebutuhan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Kedewasaan atau perkembangan yang penuh bagi anak didik mempunyai arti

yang luas dan umum, karena kedewasaan atau perkembangan yang penuh bagi anak

didik itu sendiri terdiri dari beberapa unsur, antara lain:

a. Dewasa phisik dan phsyikhis atau jiwa dan raganya

b. Harmonis dalam perkembangan cipta, rasa dan karyanya

c. Harmonis perkembangan individu dan sosialnya

d. Harmonis dalam kedudukan sebagai makhluk dunia dan akhirat.

Diantara karya-karya R. Ng. Ranggawarsita banyak mengandung nilai-nilai

pendidikan baik sastra maupun ramalannya. Untuk mengetahui pemikiran beliau tentang

pendidikan, maka penulis akan membahas mengenai karya beliau yang paling mendekati

dengan pendidikan, yakni yang berjudul Wirid Hidayat Jati, yang merupakan salah satu

diantara karya beliau yang terkenal. Di dalam buku ini terdapat pemikiran-pemikiran R.

Ng. Ranggawarsita yang sangat menarik untuk dibahas, terutama dalam bab guru dan

murid dalam ilmu ma’rifat. Yakni mengenai syarat-syarat sebagai guru dan murid,

hubungan antara guru dan murid, upacara mengajarkan ilmu ma’rifat dan inti ajarannya.

3 Noto Sudjono, Drs., Pedagogik Teoritis, Dwi Merapi, Yogyakarta, 1966, p. 102

12

Namun penulis tidak akan membahas Wirid Hidayat Jati secara keseluruhan dan

mendetail, penulis hanya menjelaskan bahwa ajaran ilmu ma’rifat yang terkandung dalam

Wirid Hidayat Jati adalah bersumber dari ajaran Tasawuf. Sebagaimana pendapat Simuh

dalam disertasinya yang berjudul “Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita”

sebagai berikut:

“Nama ilmu ma’rifat ini memang berasal dari ajaran Tasawuf. Karena ajaran

ajaran empat tingkat yang berasal dari Tasawuf, yakni ; Syari’at, Tarekat,

Hakekat, dan Ma’rifat, memang telah menjadi perbendaharaan kepustakaan Islam

kejawen”.4

Kata ma’rifat berasal dari bahasa Arab, berarti mengenal atau mengetahui. Yang

dimaksud melihat atau mengenal Dzat Tuhan secara langsung dengan perantaraan mata

hati. Langsung, artinya ma’rifat itu bukan dengan perantaraan kesimpulan pemikiran, dan

bukan bersendi atas dalil kitab suci, akan tetapi merupakan tanggapan para ahli mistik

yang langsung berhadapan dengan Tuhan mereka. Dalam Tasawuf, tanggapan ma’rifat

secara langsung itu, dikatakan menghasilkan haqqul yakin.5

Dalam pembahasan selanjutnya, penulis akan mengutip uraian tentang guru dan

murid dalam Wirid Hidayat Jati sebagai berikut:6

1) Tentang Guru

Inilah keterangan tentang syarat orang yang pantas untuk jadi guru:

a. Golongan Awirya : artinya dari golongan yang luhur, yang masih

empunya derajat.

b. Golongan Agama : artinya bangsa ulama yang alim kitab-mengkitab.

c. Golongan Petapa : artinya pendeta yang masih ahli riyalat.

d. Golongan Sujana : artinya golongan yang punya kelebihan, yang

menjadi orang baik.

e. Golongan Aguna : artinya yang empunya kepandaian yang menekuni

ilmu.

4 Simuh, op. Cit, p. 406 5 Loc.cit. 6 Ibid,. P. 222 – 224

13

f. Golongan Perwira : artinya dari golongan prajurit yang tersohor

kewiraannya.

g. Golongan Empunya : artinya golongan orang kaya, yang masih berharta.

h. Golongan Supatya : artinya dari golongan petani yang jujur.

2) Tentang Murid

Ini keterangan tentang syarat menjadi murid, ada delapan hal:

a. Keturunan orang yang baik

b. Sebangsa

c. Seagama

d. Sebahasa

e. Dapat tulis baca

f. Sudah lewat setengah usia

g. Tidak berpenyakit

h. Tidak bercacat.

Syarat bolehnya menjadi murid delapan hal:

a. Teliti

b. Berani menderita

c. Membiasakan diri

d. Teguh (kokoh hati)

e. Dewasa

f. Baik ingatan

g. Terampil

h. Tahan uji.

Yang mustahil jadi murid, delapan hal:

a. Gila

b. Buta

c. Tuli

d. Ayan

e. Bisu

f. Anak yang belum dewasa

g. Orang tua yang telah pikun

h. Orang sakit yang telah kurang ingatannya.

14

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui latar belakang kehidupan dan

pendidikan R.Ng. Ranggawarsita serta memahami pandangan R.Ng. Ranggawarsita

tentang pendidikan melalui karya-karyanya.

3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan bagi pengembangan

ilmu pendidikan pada umumnya.

15

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Deskriptif-Kualitatif

Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif-Kualitatif, dengan mengadakan

Penelitian Kepustakaan, yakni mengambil pustaka – pustaka yang ada hubungannya

dengan variabel – variabel penelitian.

Dalam pembahasan data yang yang bersifat Deskriptif-Kualitatif, selanjutnya

penulis menggunakan metode – metode sebagai berikut:

1. Metode Induksi : Yaitu berangkat dari hal yang bersifat khusus untuk

mengambil pengertian yang umum pada masalah –

masalah yang seharusnya diperluas untuk mencari

hubungan – hubungan yang ada.7

2. Metode Deduksi : Yaitu penarikan yang berangkat dari dua hal yang

umum, menarik kesimpulan dari pengertian, atau

menemukan yang khusus dari yang umum.8

3. Metode Komparatif : Yaitu dengan membandingkan antara beberapa masalah

atau pendapat para ahli tentang sesuatu untuk menarik

kesimpulan sendiri atau mengambil yang lebih kuat.

Subyek dalam penelitian ini adalah Raden Ngabehi Ranggawarsita yang

seterusnya ditulis (R. Ng. Ranggawarsita). Beliau adalah salah satu dari kesekian

7 WJS. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka Jakarta : 1976 ) p. 379

8 Ibid., P. 235

16

pujangga di jawa yang memberi ciri khas kebudayaan Jawa, yakni sastra jawa. Dalam

Kepustakaan Islam Kejawen beliau mendapatkan kehormatan sebagai Pujangga Penutup.

4.2 Sistematika Pembahasan

Setelah halaman formalitas penulis sajikan, penulis akan membahas masalah

pendidikan, yakni tentang pengertian pendidikan dan pengajaran, tujuan pendidikan dan

pengajaran. Mengenai tujuan ini, penulis menguraikan menurut pendapat beberapa ahli,

tujuan dalam pendidikan Islam, tujuan pendidikan dan pengajaran di Indonesia, serta

faktor-faktor pendidkan.

Selanjutnya penulis akan membahas tentang riwayat hidup R.Ng. Ranggawarsita,

yakni mengenai latar belakang kehidupannya, pendidikannya, karya-karyanya serta

keistimewaan-keistimewaan dari karya tersebut. Kemudian penulis melangkah untuk

memahami konsepsi atau pemikiran R.Ng. Ranggawarsita tentang pendidikan yang

terkandung dalam karya sastranya yang berudul Wirid Hidayat Jati. Dan setelah

mengambil beberapa kesimpulan secara umum dan saran-saran, maka penelitian ini

penulis tutup dalam bab V.

Kemudian untuk mengetahui rujukan yang penulis gunakan dalam penelitian ini

akan disebutkan daftar pustaka serta lampiran.

Data dalam penelitian kualitatif akan lebih diyakini kebenarannya jika dua sumber

atau lebih menyatakan hal yang sama. Untuk itu untuk mencapai kredibilitas penelitian,

peneliti melakukan pendekatan triangulasi, yakni teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu.

17

4.3 Analisa Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan cara

mengkomparasikan data yang dipeoleh, sehingga ditemukan kategori-kategori yang

mewakili temuan dari metode tersebut. Langkah akhir yang dilakukan peneliti adalah

melakukan verifikasi dan penarikan kesimpulan.

18

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Latar Belakang Kehidupannya

R.Ng. Ranggawarsita lahir pada hari Senin Legi, 10 Dzulkaidah Tahun ke 1728

(Jawa), atau 15 Maret 1802 (Maseh) jam 12.00 siang. Beliau adalah putra sulung Mas

Panjangswara yang berpangkat Jajar, kemudian naik menjadi Carik (juru tulis)

Kadipaten Anom dengan nama M.Ng. Ranggawarsita. Pada waktu itu lahirnya beliau

diberi nama Bagus Burham, Bagus adalah sebutan untuk anak yang ayahnya bergelar

Raden.

a. Keturunan Pujangga

Berarti beliau berasal dari keluarga Yasadipuran, yang berarti memang

keturunan pujangga, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibunya, yakni:

1) Eyang buyut (piut)nya ialah Raden Tumenggung Yasadipura I, Pengarang

banyak buku, antara lain Babad Giyanti, Serat Rama, Serat Bratayuda, Serat

Merak, Panitisastra.

2) Eyang (Kakek)nya RT. Sastranegara yang sewaktu masih berpangkat penewu

bernama R. Ng. Ranggawarsita I dan naik menjadi Kliwon bernama R. Ng.

Yasadipura II, pengarang buku Sarana Suhu, Dasanama Jarwa, Wicara Keras,

dan lain-lain.

3) Dari pihak ibunya, beliau keturunan ke-8 dari R. Tumenggung Sujanapura

yang terkenal disebut Pangeran Karanggayam, pujangga kraton Pajang

(pengarang kitab Nitisruti).9

b. Keturunan Raja Majapahit

Para penyusun silsilah menceritakan, bahwa leluhur R.Ng. Ranggawarsita maih

keturunan raja Majapahit. Hal ini diterangkan dalam Manuskrip susunan

Padmawarsita, silsilah R.Ng. Ranggawarsita adalah sebagai berikut :10

9 Kamajaya, Lima Karya Pujangga Ranggawarsita, Debdikbud, p. 14 10 Anjar Any, Rahasi Ramalan Jayabaya Ranggawarsita & Sabdapalon (Aneka ilmu : Semarang

1980), p. 16

19

Brawijaya ( Raja Majapahit )

Putri Majapahit + Andayaningrat ( dari Pengging )

Kebo Kenanga

Panembahan Raden ( Adipati Pajang )

Hadi Wijaya ( Raja Pajang )

Pangeran Benawa

Panembahan Raden ( Adipati Pajang )

Panembahan Wira Menggala II

Panembahan Wira Menggala III

Pangeran Serang

Pangeran Adipati Danupaya

Tumenggung Padmanagara ( Bupati Pekalongan )

Yasadipura I

Yasadipura II ( Ranggawarsita I )

Suradimeja ( Ranggawarsita II)

Ranggawarsita III

20

Ranggawarsita III inilah yang kemudian terkenal dengan sebutan Pujangga

Raden Ngabehi Ranggawarsita. Ranggawarsita sebenarnya nama pemberian raja,

sehubungan dengan jabatannya sebagai Kliwon Carik di Istana Surakarta.

c. Abdi Kraton Surakarta

R.Ng. Ranggawarsita adalah seorang abdi yang setia kepada raja dan kraton

Surakarta. Adapun jenjang – jenjang kepangkatan (jabatan) yang pernah dilalui R.

Ng. Ranggawarsita ialah sebagai berikut:11

1) Pada tahun 1819, menjadi Carik (juru tulis) Kadipaten Anom dengan gelar

Mas Rangga Pajang Anom.

2) Pada tahun, 1822, dinaikkan menjadi Mantri Carik dengan gelar Mas

Ngabehi Sarataka.

3) Pada tahun 1830, menggantikan jabatan ayahnya Ranggawarsita) sebagai

Kliwon Carik dengan gelar Raden Ngabehi Ranggawarsita.

4) Sesudah kakeknya (Yasadipura II) wafat, R. Ng. Ranggawarsita dinobatkan

sebagai pujangga istana ( 1845 ). Namun jenjang kepangkangkatannya tetap

sebagai Kliwon Carik, suatu jabatan istana yang selapis dibawah pangkat

Tumenggung.

Pangkat Tumenggung Anumerta baru dianugerahkan oleh Paku Buwana XII

pada tahun 1952, sebagai penghormatan/ penghargaan terhadap jasa – jasa

almarhum R.Ng. Ranggawarsita.

d. Perkawinan dan Putra Putrinya

Pada tanggal 9 Nopember 1811 M., Bagus Burham dikawinkan dengan R. A.

Gombak, putri bupati Kediri Cakraningrat. Perkawinannya dilangsungkan

dikediaman Pangeran Buminata. Dari perkawinan ini diperoleh tiga orang putri dan

tiga orang putra, yaitu:12

1) R. A. Sudinah

2) R. A. Sujinah

3) R. M. Ranakusuma

11 Simuh, op.cit, p. 56-57 12 Kamajaya, op.cit, p. 16-17

21

4) R. M. Sembada ( lebih dulu meninggal dunia )

5) R. M. Sutana

6) Rara Mumpuni

5.2 Latar belakang Pendidikan

a. Belajar di Pondok Ponorogo

Semenjak masa Islam, pesantren merupakan pusat pendidikan yang cukup

teratur, karena kegiatan belajar mengajar memang merupakan sarana penyebaran

agama Islam. Mengenai pendidikan Bagus Burham, G.W.J. Drewes menyatakan

sebagai berikut:

“Adalah merupakan kebiasaan masa itu, pada usia muda dia dikirim ke

suatu pesantren untuk pendidikannya, yaitu ke pesantren yang diasuh oleh

Hasan Besari, seorang Kyai Ternama di Ponorogo...”13

Apa yang dikatakan G.W.J Drewes diatas memang benar, bahwa

menjelang umur 12 tahun, Bagus Burham dikirim ke Pondok Pesantren Gebang

Tinatar, Ponorogo untuk belajar mengaji Al-Qur’an dan belajar ilmu agama Islam.

Pesantren ini dipimpin oleh Kyai Hasan Besari yang lebih dikenal dengan nama

Kyai Imam Besari, beliau adalah menantu Sri Paku Buwana IV dan teman

seperguruan R.T. Sastranegara (kakek Bagus Burham). Dan atas kehendak R.T.

Sastranegara, pengasuh Bagus Burham, Ki Tanujaya mengikutinya ke Pondok

Pesantren.

Kyai Imam Besari disamping sebagai guru agama, kemungkinan juga

memiliki kepustakaan kejawen, karena beliau adalah priyayi jawa, yakni menantu

Sri Paku Buwana IV. Dalam buku hasil penelitian para panitia peneliti

Ranggawarsita, yang diselenggarakan oleh IKIP Surakarta, diterangkan sebagai

berikut:

“Kanjeng Kyai Imam Besari adalah menantu Sri Paduka Paku Buwana IV (

1788 – 1820 ) dan juga teman seperguruan dengan Raden Tumenggung

Sastranegara , Tanggung jawab berguru ke ponorogo itu diserahkan kepada

Ki Tanujaya”14

13 Simuh, op.cit p. 52 14 Loc.cit

22

Diriwayatkan bahwa Bagus Burhan serasa mendapatkan anugerah dari

Tuhan, ia dapat menguasai kesusastraan tanpa harus belajar terlebih dahulu.

Sastra Arab, Jawa, Belanda. Dalam membaca kitab suci Al-Qur’an demikian juga

makna dan tafsirnya, hari demi hari kepandaian dan kecerdasan Bagus Burhan

pesat dan melebihi kepandaian santri-santri yang lain.

Bagus burham akhirnya dapat fasih membaca Al – Qur’an dan pandai

mengartikan makna serta maksudnya. Ia juga pandai dalam berbagai macam

pelajaran ilmu agama, hingga artinya ia diangkat menjadi Badal ( wakil Kyai ) di

Pondok Pesantren Gebang Tinatar. Badal adalah kedudukan terkemuka didalam

pondok, hal itu menunjukkan betapa besar perhatian sang Kyai kepadanya.

Disamping bisa menguasai pelajaran yang diberikan, ia juga sering menjalankan

petunjuk guru dan pengasuhnya untuk berpuasa, menyepi dan sebagainya. Dalam

menguasai nafsunya, ia melakukan semacam tapa, menguasai diri dan

memusatkan jiwa untuk mencapai cita – cita.

b. Mengembara untuk berguru

Setelah selesai masa belajarnya di pesantren, maka dalam usaha

memperluas ilmunya, beliau suka mengembara ke berbagai daerah untuk berguru.

Disamping untuk mengembangkan ilmu, ia mencoba mendiskusikan

kepandaiannya ke berbagai tempat dengan beberapa guru kenamaan. Bahkan

dalam pengembaraanya tersebut beliau berjalan sampai pulau Bali. Mengenai hal

ini G.W.J Drewes mengatakan:

“Dia meninggalkan pesantren dan pergi mengembara, seperti halnya yang

dikerjakan oleh kebanyakan santri – santri sebelum dia, murid – murid

pengembara adalah umum pada waktu itu, seperti halnya Eropa abad

pertengahan...”15

Setelah perkawinannya yang pertama dengan putri bupati Kediri di

kediaman P. Buminata, pengantin berdua diboyong ke Kediri. Pada saat genap 35

hari di Kediri, Mas Rangga Panjanganom mohon diri dari istri dan mertuanya

untuk berguru ke daerah Jawa Timur dan Bali. Dalam pengembaraan tersebut Mas

Rangga Pajanganom ditemani oleh Ki Tanujaya (pengasuhannya yang setia).

Beliau antara lain berguru kepada: Kyai Tunggul Wulang di Ngadiluwih; Ki Ajar

15 Ibid., p. 54

23

Wirakarta di Ragajampi, Jawa Timur; kemudian kepada Ki Ajar Sidalakudi

Tabanan Bali.

Dalam manuskrip susunan Padmawarsita, diterangkan bahwa Pangeran

Wijil dari Kadilangu juga pernah menjadi gurunya. Disebut – sebut pula sebagai

guru R. Ng. Ranggawarsita adalah Panembahan Buminata. Dengan demikian

Bagus Burham (Mas Rangga Warsita/ Mas Rangga Pajanganom) yang kemudian

dikenal sebagai R.Ng. Ranggawarsita menguasai ilmu berdasarkan Islam,

Kejawen dan Hindu-Budha, termasuk ilmu kebatinan yang luas.

5.3 Konsepsi Pendidikan Menurut R.Ng. Ranggawarsita

Sebagaimana telah diutarakan pada uraian sebelumnya, bahwa karya-karya R.Ng.

Ranggawarsita banyak mengandung nilai-nilai pendidikan terutama yang berjudul

Wirid Hidayat Jati. Dalam buku ini terdapat pemikiran-pemikiran beliau yang sangat

menarik untuk dibahas, yakni tentang guru dan murid dalam ilmu makrifat, yakni

syarat-syarat guru dan murid serta hubungan antara guru dan murid.

Namun penulis tidak akan membahas Wirid Hidayat Jati secara keseluruhan dan

mendetail, penulis hanya menjelaskan bahwa ajaran ilmu ma’rifat yang terkandung

dalam Wirid Hidayat Jati adalah bersumber dari ajaran Tasawuf. Sebagaimana

pendapat Simuh dalam disertasinya yang berjudul “Mistik Islam Kejawen Raden

Ngabehi Ranggawarsita” sebagai berikut:

“Nama ilmu ma’rifat ini memang berasal dari ajaran Tasawuf. Karena

ajaran ajaran empat tingkat yang berasal dari Tasawuf, yakni ; Syari’at,

Tarekat, Hakekat, dan Ma’rifat, memang telah menjadi perbendaharaan

kepustakaan Islam kejawen”.16

Kesimpiulan pemikiran, dan bukan bersendi atas dalil kitab suci, akan tetapi

merupakan tanggapan para ahli mistik yang langsung berhadapan dengan Tuhan

16 Simuh, op. cit., p. 406

24

mereka. Dalam Tasawuf, tanggapan ma’rifat secara langsung itu, dikatakan

menghasilkan haqqul yakin.17

Dalam pembahasan selanjutnya, penulis akan mengutip uraian tentang guru dan

murid dalam Wirid Hidayat Jati sebagai berikut:18

a. Tentang Guru

Inilah keterangan tentang syarat orang yang pantas untuk jadi guru:

1) Golongan Awirya : artinya dari golongan yang luhur, yang masih

empunya derajat.

2) Golongan Agama : artinya bangsa ulama yang alim kitab

mengkitab.

3) Golongan Petapa : artinya pendeta yang masih ahli riyalat.

4) Golongan Sujana : artinya golongan yang punya kelebihan, yang

menjadi orang baik.

5) Golongan Aguna : artinya yang empunya kepandaian yang

menekuni ilmu.

6) Golongan Perwira : artinya dari golongan prajurit yang tersohor

kewiraannya.

7) Golongan Empunya : artinya golongan orang kaya, yang masih

berharta.

8) Golongan Supatya : artinya dari golongan petani yang jujur.

b. Tentang Murid

Ini keterangan tentang syarat menjadi murid, ada delapan hal:

1) Keturunan orang yang baik

2) Sebangsa

3) Seagama

4) Sebahasa

5) Dapat tulis baca

6) Sudah lewat setengah usia

17 Loc. Cit. 18 Ibid., p. 222 - 224

25

7) Tidak berpenyakit

8) Tidak bercacat.

Syarat bolehnya menjadi murid delapan hal :

1) Teliti

2) Berani menderita

3) Membiasakan diri

4) Teguh (kokoh hati)

5) Dewasa

6) Baik ingatan

7) Terampil

8) Tahan uji.

Yang mustahil jadi murid, delapan hal :

1) Gila

2) Buta

3) Tuli

4) Ayan

5) Bisu

6) Anak yang belum dewasa

7) Orang tua yang telah pikun

8) Orang sakit yang telah kurang ingatannya.

Konsepsi atau pemikiran R.Ng. Ranggawarsita tentang pendidikan tidak

diterangkan dengan jelas, akan tetapi kalau kita lihat pada uraian sebelumnya, yakni

tentang guru dan murid dalam ilmu ma’rifat, syarat – syarat maupun hubungan antar

keduanya maka bisa kita simpulkan bahwa R.Ng. Ranggawarsita lebih menekankan

kepada pembinaan budi luhur .Hal itu tercermin pada uraian tentang syarat menjadi

guru, yakni golongan orang yang jujur dan masih mempunyai derajat, bangsa ulama

yang alim kitab – mengkitab, pendeta yang masih ahli riyalat, punya kelebihan,

kepandaian, menekuni ilmu, dan lain sebagainya. Pendek kata, dari segi akhlak

memang seorang yang pilihan.

Di samping itu seorang guru juga harus kasih kepada murid, telaten

mengajarnya, tanpa pamrih, tajam perasaan, tidak mencari pujian dan lain – lain, maka

sebagai seorang guru disini diharuskan benar – benar ikhlas dalam melaksanakan

26

tugasnya. Tuntutan budi luhur juga tercermin dalam uraian tentang kewajiban sebagai

murid, yakni mengimankan, pantang mendustakan, memperlihatkan, pantang

menaifkan, memperhatikan, pantang mengabaikan, menerangkan, pantang menyoal,

memusyawarahkan, pantang bertindak gegabah, membentangkan, pantang

menyembuhkan, meluluskan, pantang mendiamkan, melaksanakan, pantang

membatalkan.

Sebagai murid harus benar – benar mementingkan apa yang menjadi tujuan

belajarnya, yakni memperoleh ilmu pengetahuan, hormat pada guru dan melaksanakan

apa yang menjadi kehendak guru. Kalau kita lihat dari upacara mengajarkan (proses

belajar – mengajar) ilmu ma’rifat, maka terlihat adanya hubungan yang ketat antara

guru dan murid. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan atau pengajaran tersebut

ditujukan untuk mrncapai akhlak yang sempurna.

Pemikiran beliau tnetang pendidikan lebih menekankan kepada pembinaan budi

pekerti luhur, hal itu yang tercermin dari karya – karyanya yang membahas tentang

guru dan murid dalam ilmu ma’rifat, baik persyaratan, hubungan keduanya, proses

belajarnya, yang kesemua itu terkandung dalam karya beliau yang berjudul Wirid

Hidayat Jati.

27

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

R.Ng. Ranggawarsita (1802 – 1873) adalah masih keturunan Raja Majapahit dan

juga keturunan Pujangga. Sepanjang hayatnya beliau mengabdi kepada raja dan

Kraton Surakarta. Di samping sebagai pujangga istana, beliau juga seorang pujangga

rakyat. Jabatan terakhir yang dipegang hingga wafatnya adalah sebagai Kliwon Carik

yakni suatu jabatan istana yang selapis di bawah pangkat Tumenggung.

Semenjak kanak – kanak beliau telah di didik dan dibesarkan dalam keluarga

Yasadipuran, di bawah bimbingan kakeknya, yakni Yasadipura II. Beliau telah dibina

dalam lingkungan kepunjanggaan dan kepustakaan Jawa. Di samping itu R.Ng.

Ranggawarsita juga mendapatkan pendidikan agama dan mental kerohanian di

pesantren Tegalsari Ponorogo, suatu pesantren yang dipimpin oleh Kyai Ageng Hasan

Besari, yakni seorang guru agama dan kebatinan yang ternama pada masa itu. Beliau

juga gigih dalam mencari ilmu, bahkan sampai mengembara ke berbagai daerah.

Meskipun beliau mendalami berbagai ilmu yang dimiliki, namun yang paling

membekas dalam jiwa dan kepribadian beliau adalah lingkungan tasawuf dalam

pesantren Tegalsari. Pengaruh ajaran kehidupan tasawuf tercermin dalam sikap hidup

dan karya – karyanya, yang oleh pecinta kepustakaan Jawa dijuluki pujangga terakhir.

R.Ng. Ranggawarsita banyak menulis karya sastra dalam berbagai bidang dalam

bentuk sekar macapat (puisi) maupun jarwa (prosa). Keistimewaan karya beliau adalah

keindahan bahasanya yang menggairahkan dan pandai memainkan kata. Begitu juga

karya beliau yang berupa ramalan, diakui masyarakat (terutama jawa) banyak yang

tepat dan cocok, sehingga menimbulkan semangat juang pada masa perjuangan.

Pemikiran beliau tentang pendidikan lebih menekankan kepada pembinaan budi

pekerti luhur, hal itu tercermin dalam karya – karyanya yang membahas tentang guru

dan murid dalam ilmu makrifat, baik persyaratan, hubungan antara keduanya, proses

belajarnya, yang kesemuanya itu terkandung dalam karya beliau yang berjudul Wirid

Hidayat Jati.

28

Di dalam mengembangkan konsepsinya tentang pendidikan, beliau menuangkan

dalam karya – karyanya yang berbentuk sekar macapat atau juga berbentuk puisi yang

dinamakan Suluk. Seperti yang terdapat dalam Suluk Saloka Jiwa dan Suluk Suksma

Lelana. Lewat karya ini beliau menjelaskan dalam bentuk cerita simbolik, yakni

memaparkan dialog, perdebatan tanya jawab beberapa tokoh, yang kesemuanya itu

dapat memperjelas hal – hal yang tadinya masih bersifat abstrak, akhirnya konkrit.

6.2 Saran

Penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai perbandingan dengan teknik –

teknik pendidikan yang ada hubungannya dengan psikologi, terutama untuk calon guru

diharapkan dapat menghayati dan mengamalkan dengan baik sifat – sifat seorang

pendidik, agar bisa mencapai tujuan pendidikan yang dicita – citakan. Sekaligus bisa

menanamkan sifat mengabdi dengan penuh rasa tanggung jawab, tanpa pamrih demi

kemanusiaan.

29

DAFTAR PUSTSAKA

Any, Anjar., Rahasia Ramalan Jayabaya dan Sabdapalon. Semarang : Penerbit Aneka

Ilmu,1984.

_________., Ranggawarsita Apa Yang Terjadi. Semarang : Penerbit Aneka Ilmu,1984.

_________., Menyingkap Serat Wedatama. Semarang : Penerbit Aneka Ilmu,1984.

Adi Sasmita., Ki Sumidi., Sekitar Ki Pujangga Ranggawarsita. Yogyakarta : 1971.

Arifin, HM, Drs. M. Ed., Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (di

sekolah dan di luar sekolah). Jakarta : Penerbit Bulan Bintang, 1979.

Baratakesawa., Jangka Ranggawarsita. Yogyakarta : Penerbit Kulawarga Bratakesawa, 1959.

Darajat, Zakiah, Dr., Pembinaan Remaja. Jakarta : Penerbit Bulan Bintang, 1975.

Djumhur, I., Danusaputra, H, Drs., Sejarah Pendidikan. Bandung : Penerbit CV. Ilmu, 1974.

Hadiwiyono, Harun., Kebatinan Jawa dalam Abad 19. Jakarta, tanpa tahun.

Hasan Fahmi, Ashma, Dr., Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Penerbit Bulan

Bintang, 1979.

Kamajaya., Lima Karya Pujangga Ranggawarsita. Jakarta : Proyek penerbitan buku sastra

Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1974.

30

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Personalia Tenaga Peneliti

Identitas Peneliti Utama

Nama Lengkap : Drs. Untung Joko Basuki,M.Pd.I

Tempat/Tgl lahir : Bantul, 04 Desember 1963

Bidang Keahlian : Psikologi Pendidikan Islam

Jabatan : Asisten Ahli/ IIIa

NIK : 92.1263.455.E

Pekerjaan : Dosen Tetap Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Jl. Kalisahak No. 28 Yogyakarta, Telp. (0274) 563029

Faks: (0274) 563847

Alamat Rumah : Kresen, Bantul, Bantul, Bantul, Yogyakarta.

HP : 02749400997

Riwayat Pendidikan :

Tahun

Lulus

Gelar/ Perguruan Tinggi/ Lembaga Bidang Spesialisasi

1986 Sarjana Muda/ Fak. Tarbiyah, IAIN Sunan

Kalijaga, Yogyakarta.

Tadris IPS

1990 Sarjana/ Fak. Tarbiyah, IAIN Sunan Kalijaga,

Yogyakarta.

Pendidikan Agama Islam

2002 Kursus Calon Dosen Kewarganegaraan/

LEMHANNAS, Jakarta.

Pendidikan

Kewarganegaraan

2012 Pasca Sarjana/ Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

Psikologi Pendidikan Islam

Riwayat Pekerjaan :

a. Dosen Tidak Tetap IST AKPRIND Yogyakarta, Tahun 1991.

b. Diangkat sebagai Dosen Tetap IST AKPRIND Yogyakarta, Tahun 1992 - sekarang.

31

Mata Kuliah yang Diasuh :

No. Nama Mata Kuliah Strata/ Jenjang

1. Pendidikan Agama Islam S-1

2. Kewarganegaraan S-1

3. Pendidikan Agama Islam D-3

4. Kewarganegaraan D-3

Jabatan Struktural yang Pernah Diemban :

a. Sekretaris Total Quality Control (TQC) Tahun 1992-1997.

b. Ketua Pelaksana Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tahun 1997-2002.

32

B. DRAFT ARTIKEL ILMIAH

33

KONSEPSI PENDIDIKAN

RADEN NGABEHI RANGGAWARSITA

Untung Joko Basuki

Jurusan Teknik Mesin, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Ringkasan

Penelitian in bertujuan untuk mengungkap pandangan atau pemikiran Raden Ngabehi

Ranggawarsita terhadap pendidikan melalui karya-karyanya. Dengan menggali dan memahami

sastra lama (jawa) karya pujangga ternama terutama yang berkaitan erat dengan pendidikan.

Subyek dalam penelitian ini adalah Raden Ngabehi Ranggawarsita yang seterusnya

ditulis (R.Ng. Ranggawarsita). Beliau adalah salah satu dari kesekian pujangga di Jawa yang

memberi ciri khas kebudayaan Jawa, yakni sastra Jawa. Dalam Kepustakaan Islam Kejawen

beliau mendapatkan kehormatan sebagai Pujangga Penutup.

Diantara karya R.Ng. Ranggawarsita yang terkenal salah satunya ialah yang berjudul

Wirid Hidayat Jati yang disusun dalam bentuk jarwa atau prosa, isi kandungannya merupakan

kitab mistik. Dari uraian-uraiannya terdapat beberapa hal yang berkaitan erat dengan pendidikan,

yakni tentang guru dan murid dalam ilmu makrifat, syarat-syarat menjadi gruru dan murid serta

hubungan antara keduanya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semenjak usia kanak-kanak beliau dibesarkan

dalam keluarga Yasadipuran dibawah bimbingan kakeknya, yakni Yasadipura II, juga dibina

dalam lingkungan kepujanggaan dan kepustakaan Jawa.

R.Ng. Ranggawarsita juga mendapatkan pendidikan agama di Pondok Pesantren

Tegalsari, Ponorogo yang diasuh oleh Kyai Agung Hasan Basri, yakni seorang guru agama dan

kebatinan ternama masa itu.

Meskipun beliau mendalami berbagai ilmu yang dimiliki, namun yang paling membekas

dalam jiwa dan kepribadian beliau adalah lingkungan tasawuf dalam pesantren Tegalsari.

Pengaruh ajaran kehidupan tasawuf tercermin dalam sikap hidup dan karya – karyanya, yang

oleh pecinta kepustakaan Jawa dijuluki pujangga terakhir.

Pemikiran beliau tentang pendidikan lebih menekankan kepada pembinaan budi pekerti

luhur, hal itu tercermin dalam karya – karyanya yang membahas tentang guru dan murid dalam

ilmu makrifat, baik persyaratan, hubungan antara keduanya, proses belajarnya, yang kesemuanya

itu terkandung dalam karya beliau yang berjudul Wirid Hidayat Jati.

34

PENDAHULUAN

Warisan rohaniah yang terkandung dalam sastra akan memberikan khasanah ilmu

pengetahuan yang beraneka ragam apabila kita mau menggali karya-karya sastra yang

tersimpan. Kesemuanya itu kalau kita kaji lebih lanjut merupakan tuangan pengalaman

jiwa bangsa yang dapat dijadikan sumber penelitian bagi pembinaan dan pengembangan

kebudayaan dan ilmu pengetahuan di segala bidang.

Terutama dalam hal karya sastra lama, sastra Jawa merupakan salah satu warisan

budaya daerah. Oleh karena itu, penggalian sastra daerah tersebut akan besar sekali

manfaatnya dalam usaha memelihara dan mengembangkan kebudayaan nasional pada

umumnya dan pengarahan pendidikan khususnya.

Di daerah Jawa khususnya, pewaris kebudayaan yang telah banyak

menyumbangkan karya sastra di berbagai bidang adalah Raden Ngabehi Ranggawarsita

yang seterusnya di tulis R.Ng. Ranggawarsita. Beliau adalah salah satu dari kesekian

pujangga yang ada di Jawa, yang memberi ciri khas kebudayaan Jawa, yakni sastra Jawa.

Karya-karya pujangga tersebut telah mengundang para sastrawan dan ilmuwan untuk

rmenyelidiki dan memahami isi dari karya sastra tersebut dalam rangka usaha pelestarian

dan pengembangannya, terutama dalam masalah-masalah falsafat, ramalan, dan

pendidikan yang terkandung dalam karya sastra tersebut.

Di berbagai perguruan tinggi juga sering diadakan kegiatan dalam rangka

penggalian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dipetik dari hasil karya R.Ng.

Ranggawarsita. Kegiatan tersebut diantaranya berupa seminar, diskusi, ceramah dan

sebagainya.

Dengan demikian semakin nyatalah bahwa pujangga R.Ng. Ranggawarsita telah

memberikan sumbangan yang cukup berharga bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

pendidikan di Indonesia.

Di dalam kepustakaan Jawa R.Ng. Ranggawarsita sangat tersohor, beliau adalah

sastrawan istana Surakarta yang kemudian oleh para pecinta kepustakaan Jawa, serta para

pengagumnya diberi gelar pujangga terakhir (penutup). Begitu pula dalam Kepustakaan

Islam Kejawen, beliau mendapatkan kehormatan amat tinggi.

35

METODE

Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif-Analistis, dengna mengadakan

Penelitian Kepustakaan, yakni mengambil pustaka – pustaka yang ada hubungannya

dengan variabel – variabel penelitian.

Dalam pembahasan data yang yang bersifat Deskriptif-Kualitatif, selanjutnya

penulis menggunakan metode yang berangkat dari hal yang bersifat khusus untuk

mengambil pengertian yang umum pada masalah – masalah yang seharusnya diperluas

untuk mencari hubungan – hubungan yang ada.

Selanjutnya penarikan yang berangkat dari dua hal yang umum, menarik

kesimpulan dari pengertian, atau menemukan yang khusus dari yang umum.

Setelah itu membandingkan antara beberapa masalah atau pendapat para ahli

tentang sesuatu untuk menarik kesimpulan sendiri atau mengambil yang lebih kuat.

PEMBAHASAN

Latar Belakang Kehidupannya

R. Ng. Ranggawarsita lahir pada hari Senin Legi, 10 Dulkaidah Tahun Be 1728

(Jawa), atau 15 Maret 1802 (Masehi) jam 12.00 siang. Beliau adalah putra sulung Mas

Panjangswara yang berpangkat jajar, kemudian naik menjadi Carik (juru tulis) Kadipaten

Anom dengan nama M.Ng. Ranggawarsita. Pada waktu itu lahirnya beliau diberi nama

Bagus Burham, bagus adalah sebutan untuk anak yang ayahnya bergelar Raden.

a. Keturunan Pujangga

Berarti beliau berasal dari keluarga Yasadipuran, yang berarti memang keturunan

pujangga, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibunya, yakni:

1) Eyang buyut (piut)nya ialah Raden Tumenggung Yasadipura I, Pengarang

banyak buku, antara lain Babad Giyanti, Serat Rama, Serat Bratayuda, Serat

Merak, Panitisastra.

36

2) Eyang (Kakek)nya R.T. Sastranegara yang sewaktu masih berpangkat penewu

bernama R.Ng. Ranggawarsita I dan naik menjadi Kliwon bernama R.Ng.

Yasadipura II, pengarang buku Sarana Suhu, Dasanama Jarwa, Wicara Keras,

dan lain-lain.

3) Dari pihak ibunya, beliau keturunan ke-8 dari R. Tumenggung Sujanapura

yang terkenal disebut Pangeran Karanggayam, pujangga kraton Pajang

(pengarang kitab Nitisruti).

b. Keturunan Raja Majapahit

Para penyusun silsilah menceritakan, bahwa leluhur R.Ng. Ranggawarsita

maih keturunan raja Majapahit. Hal ini diterangkan dalam Manuskrip susunan

Padmawarsita, silsilah R.Ng. Ranggawarsita adalah sebagai berikut:

Brawijaya ( Raja Majapahit )

Putri Majapahit + Andayaningrat ( dari Pengging )

Kebo Kenanga

Panembahan Raden ( Adipati Pajang )

Hadi Wijaya ( Raja Pajang )

Pangeran Benawa

Panembahan Raden ( Adipati Pajang )

Panembahan Wira Menggala II

Panembahan Wira Menggala III

Pangeran Serang

37

Pangeran Adipati Danupaya

Tumenggung Padmanagara ( Bupati Pekalongan )

Yasadipura I

Yasadipura II ( Ranggawarsita I )

Suradimeja ( Ranggawarsita II)

Ranggawarsita III

Ranggawarsita III inilah yang kemudian terkenal dengan sebutan

Pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita. Ranggawarsita sebenarnya nama

pemberian raja, sehubungan dengan jabatannya sebagai Kliwon Carik di Istana

Surakarta.

c. Abdi Kraton Surakarta

R.Ng. Ranggawarsita adalah seorang abdi yang setia kepada raja dan

kraton Surakarta. Adapun jenjang – jenjang kepangkatan (jabatan) yang pernah

dilalui R.Ng. Ranggawarsita ialah sebagai berikut:

1) Pada tahun 1819, menjadi Carik (juru tulis) Kadipaten Anom dengan gelar

Mas Rangga Pajang Anom.

2) Pada tahun, 1822, dinaikkan menjadi mantri carik dengan gelar Mas

Ngabehi Sarataka.

3) Pada tahun 1830, menggantikan jabatan ayahnya (Ranggawarsita II) sebagai

Kliwon Carik dengan gelar Raden Ngabehi Ranggawarsita.

4) Sesudah kakeknya (Yasadipura II) wafat, R.Ng. Ranggawarsita dinobatkan

sebagai pujangga istana (1845). Namun jenjang kepangkangkatannya tetap

38

sebagai Kliwon Carik, suatu jabatan istana yang selapis dibawah pangkat

Tumenggung.

Pangkat Tumenggung Anumerta baru dianugerahkan oleh Paku Buwana

XII pada tahun 1952, sebagai penghormatan/penghargaan terhadap jasa – jasa

almarhum R. Ng. Ranggawarsita.

d. Perkawinan dan Putra Putrinya

Pada tanggal 9 Nopember 1811 M., Bagus Burham dikawinkan dengan R.

A. Gombak, putri bupati Kediri Cakraningrat. Perkawinannya dilangsungkan

dikediaman Pangeran Buminata. Dari perkawinan ini diperoleh tiga orang putri

dan tiga orang putra, yaitu :

1) R. A. Sudinah

2) R. A. Sujinah

3) R. M. Ranakusuma

4) R. M. Sembada ( lebih dulu meninggal dunia )

5) R. M. Sutana

6) Rara Mumpuni

Latar Belakang Pendidikan

a. Belajar di Pondok Ponorogo

Semenjak masa Islam, pesantren merupakan pusat pendidikan yang cukup

teratur, karena kegiatan belajar mengajar memang merupakan sarana

penyebaran agama Islam. Mengenai pendidikan Bagus Burham, G.W.J.

Drewes menyatakan sebagai berikut:

“Adalah merupakan kebiasaan masa itu, pada usia muda dia dikirim ke suatu

pesantren untuk pendidikannya, yaitu ke pesantren yang diasuh oleh Hasan

Besari, seorang Kyai Ternama di Ponorogo...”

Apa yang dikatakan G.W.J Drewes diatas memang benar, bahwa

menjelang umur 12 tahun, Bagus Burham dikirim ke Pondok Pesantren Gebang

Tinatar, Ponorogo untuk belajar mengaji Al-Qur’an dan belajar ilmu agama

39

Islam. Pesantren ini dipimpin oleh Kyai Hasan Besari yang lebih dikenal

dengan nama Kyai Imam Besari, beliau adalah menantu Sri Paku Buwana IV

dan teman seperguruan R.T. Sastranegara (kakek Bagus Burham). Dan atas

kehendak R.T. Sastranegara, pengasuh Bagus Burham, Ki Tanujaya

mengikutinya ke Pondok Pesantren.

Kyai Imam Besari disamping sebagai guru agama, kemungkinan juga

memiliki kepustakaan kejawen, karena beliau adalah priyayi jawa, yakni

menantu Sri Paku Buwana IV. Dalam buku hasil penelitian para panitia peneliti

Ranggawarsita, yang diselenggarakan oleh IKIP Surakarta, diterangkan sebagai

berikut :

“Kanjeng Kyai Imam Besari adalah menantu Sri Paduka Paku Buwana IV

(1788 – 1820) dan juga teman seperguruan dengan Raden Tumenggung

Sastranegara , Tanggung jawab berguru ke ponorogo itu diserahkan kepada Ki

Tanujaya.”

Diriwayatkan bahwa Bagus Burhan serasa mendapatkan anugerah dari

Tuhan, ia dapat menguasai kesusastraan tanpa harus belajar terlebih dahulu.

Sastra Arab, Jawa, Belanda. Dalam membaca kitab suci Al-Qur’an demikian

juga makna dan tafsirnya, hari demi hari kepandaian dan kecerdasan Bagus

Burhan pesat dan melebihi kepandaian santri-santri yang lain.

Bagus burham akhirnya dapat fasih membaca Al – Qur’an dan pandai

mengartikan makna serta maksudnya. Ia juga pandai dalam berbagai macam

pelajaran ilmu agama, hingga artinya ia diangkat menjadi Badal (wakil Kyai)

di Pondok Pesantren Gebang Tinatar. Badal adalah kedudukan terkemuka di

dalam pondok, hal itu menunjukkan betapa besar perhatian sang Kyai

kepadanya. Disamping bisa menguasai pelajaran yang diberikan, ia juga sering

menjalankan petunjuk guru dan pengasuhnya untuk berpuasa, menyepi dan

sebagainya. Dalam menguasai nafsunya, ia melakukan semacam tapa,

menguasai diri dan memusatkan jiwa untuk mencapai cita – cita.

a. Mengembara untuk Berguru

Setelah selesai masa belajarnya di pesantren, maka dalam usaha

memperluas ilmunya, beliau suka mengembara ke berbagai daerah untuk

berguru. Disamping untuk mengembangkan ilmu, ia mencoba mendiskusikan

40

kepandaiannya ke berbagai tempat dengan beberapa guru kenamaan. Bahkan

dalam pengembaraanya tersebut beliau berjalan sampai pulau bali. Mengenai

hal ini G.W.J Drewes mengatakan:

“Dia meninggalkan pesantren dan pergi mengembara, seperti halnya yang

dikerjakan oleh kebanyakan santri – santri sebelum dia, murid – murid

pengembara adalah umum pada waktu itu, seperti halnya Eropa abad

pertengahan...”

Setelah perkawinannya yang pertama dengan putri bupati Kediri di

kediaman P. Buminata, pengantin berdua diboyong ke Kediri. Pada saat genap

35 hari di Kediri, Mas Rangga Panjanganom mohon diri dari istri dan

mertuanya untuk berguru ke daerah Jawa Timur dan Bali. Dalam

pengembaraan tersebut Mas Rangga Pajanganom ditemani oleh Ki Tanujaya

(pengasuhannya yang setia). Beliau antara lain berguru kepada: Kyai Tunggul

Wulang di Ngadiluwih; Ki Ajar Wirakarta di Ragajampi, Jawa Timur;

kemudian kepada Ki Ajar Sidalakudi Tabanan Bali.

Dalam manuskrip susunan Padmawarsita, diterangkan bahwa Pangeran

Wijil dari Kadilangu juga pernah menjadi gurunya. Disebut – sebut pula

sebagai guru R.Ng. Ranggawarsita adalah Panembahan Buminata. Dengan

demikian Bagus Burham (Mas Rangga Warsita/ Mas Rangga Pajanganom)

yang kemudian dikenal sebagai R.Ng. Ranggawarsita menguasai ilmu

berdasarkan Islam, Kejawen dan Hindu-Budha, termasuk ilmu kebatinan yang

luas.

KONSEPSI PENDIDIKAN R. NG. RANGGAWARSITA

Sebagaimana telah diutarakan pada uraian sebelumnya, bahwa karya-karya

R.Ng. Ranggawarsita banyak mengandung nilai-nilai pendidikan terutama yang berjudul

Wirid Hidayat Jati. Dalam buku ini terdapat pemikiran-pemikiran beliau yang sangat

menarik untuk dibahas, yakni tentang guru dan murid dalam ilmu makrifat, yakni syarat-

syarat guru dan murid serta hubungan antara guru dan murid.

41

Namun penulis tidak akan membahas Wirid Hidayat Jati secara keseluruhan dan

mendetail, penulis hanya menjelaskan bahwa ajaran ilmu ma’rifat yang terkandung dalam

Wirid Hidayat Jati adalah bersumber dari ajaran Tasawuf. Sebagaimana pendapat Simuh

dalam disertasinya yang berjudul “Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita”

sebagai berikut:

“Nama ilmu ma’rifat ini memang berasal dari ajaran Tasawuf. Karena ajaran

ajaran empat tingkat yang berasal dari Tasawuf, yakni ; Syari’at, Tarekat,

Hakekat, dan Ma’rifat, memang telah menjadi perbendaharaan kepustakaan Islam

kejawen.”

Kesimpiulan pemikiran, dan bukan bersendi atas dalil kitab suci, akan tetapi

merupakan tanggapan para ahli mistik yang langsung berhadapan dengan Tuhan mereka.

Dalam Tasawuf, tanggapan ma’rifat secara langsung itu, dikatakan menghasilkan haqqul

yakin.

Dalam pembahasan selanjutnya, penulis akan mengutip uraian tentang guru dan

murid dalam Wirid Hidayat Jati sebagai berikut:

a. Tentang Guru

Inilah keterangan tentang syarat orang yang pantas untuk jadi guru:

1. Golongan Awirya : artinya dari golongan yang luhur, yang masih

empunya derajat.

2. Golongan Agama : artinya bangsa ulama yang alim kitab-mengkitab.

3. Golongan Petapa : artinya pendeta yang masih ahli riyalat.

4. Golongan Sujana : artinya golongan yang punya kelebihan, yang

menjadi orang baik.

5. Golongan Aguna : artinya yang empunya kepandaian yang menekuni

ilmu.

6. Golongan Perwira : artinya dari golongan prajurit yang tersohor

kewiraannya.

7. Golongan Empunya : artinya golongan orang kaya, yang masih

berharta.

8. Golongan Supatya : artinya dari golongan petani yang jujur.

42

b. Tentang Murid

Ini keterangan tentang syarat menjadi murid, ada delapan hal:

1) Keturunan orang yang baik

2) Sebangsa

3) Seagama

4) Sebahasa

5) Dapat tulis baca

6) Sudah lewat setengah usia

7) Tidak berpenyakit

8) Tidak bercacat.

Syarat bolehnya menjadi murid delapan hal:

1) Teliti

2) Berani menderita

3) Membiasakan diri

4) Teguh (kokoh hati)

5) Dewasa

6) Baik ingatan

7) Terampil

8) Tahan uji.

Yang mustahil jadi murid, delapan hal:

1) Gila

2) Buta

3) Tuli

4) Ayan

5) Bisu

6) Anak yang belum dewasa

7) Orang tua yang telah pikun

8) Orang sakit yang telah kurang ingatannya.

Konsepsi atau pemikiran R.Ng. Ranggawarsita tentang pendidikan tidak

diterangkan dengan jelas, akan tetapi kalau kita lihat pada uraian sebelumnya, yakni

tentang guru dan murid dalam ilmu ma’rifat, syarat – syarat maupun hubungan antar

43

keduanya maka bisa kita simpulkan bahwa R.Ng. Ranggawarsita lebih menekankan

kepada pembinaan budi luhur . hal itu tercermin pada uraian tentang syarat menjadi guru,

yakni golongan orang yang jujur dan masih mempunyai derajat, bangsa ulama yang alim

kitab – mengkitab, pendeta yang masih ahli riyalat, punya kelebihan, kepandaian,

menekuni ilmu, dan lain sebagainya. Pendek kata, dari segi akhlak memang seorang yang

pilihan.

Di samping itu seorang guru juga harus kasih kepada murid, telaten mengajarnya,

tanpa pamrih, tajam perasaan, tidak mencari pujian dan lain – lain, maka sebagai seorang

guru disini diharuskan benar – benar ikhlas dalam melaksanakan tugasnya. Tuntutan budi

luhur juga tercermin dalam uraian tentang kewajiban sebagai murid, yakni mengimankan,

pantang mendustakan, memperlihatkan, pantang menaifkan, memperhatikan, pantang

mengabaikan, menerangkan, pantang menyoal, memusyawarahkan, pantang bertindak

gegabah, membentangkan, pantang menyembuhkan, meluluskan, pantang mendiamkan,

melaksanakan, pantang membatalkan.

Sebagai murid harus benar – benar mementingkan apa yang menjadi tujuan

belajarnya, yakni memperoleh ilmu pengetahuan, hormat pada guru dan melaksanakan

apa yang menjadi kehendak guru. Kalau kita lihat dari upacara mengajarkan (proses

belajar – mengajar) ilmu ma’rifat, maka terlihat adanya hubungan yang ketat antara guru

dan murid. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan atau pengajaran tersebut

ditujukan untuk mencapai akhlak yang sempurna.

Pemikiran beliau tnetang pendidikan lebih menekankan kepada pembinaan budi

pekerti luhur, hal itu yang tercermin dari karya – karyanya yang membahas tentang guru

dan murid dalam ilmu ma’rifat, baik persyaratan, hubungan keduanya, proses belajarnya,

yang kesemua itu terkandung dalam karya beliau yang berjudul Wirid Hidayat Jati.

44

DAFTAR PUSTSAKA

Any, Anjar., Rahasia Ramalan Jayabaya dan Sabdapalon. Semarang : Penerbit Aneka

Ilmu,1984.

_________., Ranggawarsita Apa Yang Terjadi. Semarang : Penerbit Aneka Ilmu,1984.

_________., Menyingkap Serat Wedatama. Semarang : Penerbit Aneka Ilmu,1984.

Adi Sasmita., Ki Sumidi., Sekitar Ki Pujangga Ranggawarsita. Yogyakarta : 1971.

Arifin, HM, Drs. M. Ed., Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (di

sekolah dan di luar sekolah). Jakarta : Penerbit Bulan Bintang, 1979.

Baratakesawa., Jangka Ranggawarsita. Yogyakarta : Penerbit Kulawarga Bratakesawa, 1959.

Darajat, Zakiah, Dr., Pembinaan Remaja. Jakarta : Penerbit Bulan Bintang, 1975.

Djumhur, I., Danusaputra, H, Drs., Sejarah Pendidikan. Bandung : Penerbit CV. Ilmu, 1974.

Hadiwiyono, Harun., Kebatinan Jawa dalam Abad 19. Jakarta, tanpa tahun.

Hasan Fahmi, Ashma, Dr., Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Penerbit Bulan

Bintang, 1979.

Kamajaya., Lima Karya Pujangga Ranggawarsita. Jakarta : Proyek penerbitan buku sastra

Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1974.

45

C. SINOPSIS PENELITIAN LANJUTAN

46

SINOPSIS PENELITIAN LANJUTAN

Penelitian in bertujuan untuk mengungkap pandangan atau pemikiran Raden Ngabehi

Ranggawarsita terhadap pendidikan melalui karya-karyanya. Dengan menggali dan memahami

sastra lama (jawa) karya pujangga ternama terutama yang berkaitan erat dengan pendidikan.

Subyek dalam penelitian ini adalah Raden Ngabehi Ranggawarsita yang seterusnya

ditulis (R. Ng. Ranggawarsita). Beliau adalah salah satu dari kesekian pujangga di jawa yang

memberi ciri khas kebudayaan Jawa, yakni sastra jawa. Dalam Kepustakaan Islam Kejawen

beliau mendapatkan kehormatan sebagai Pujangga Penutup.

Diantara karya R. Ng. Ranggawarsita yang terkenal salah satunya ialah yang berjudul

Wirid Hidayat Jati yang disusun dalam bentuk jarwa atau prosa, isi kandungannya merupakan

kitab mistik. Dari uraian-uraiannya terdapat beberapa hal yang berkaitan erat dengan pendidikan,

yakni tentang guru dan murid dalam ilmu makrifat, syarat-syarat menjadi gruru dan murid serta

hubungan antara keduanya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semenjak usia kanak-kanak beliau dibesarkan

dalam keluarga Yasadipuran dibawah bimbingan kakeknya , yakni Yasadipura II, juga dibina

dalam lingkungan kepujanggaan dan kepustakaan Jawa.

R.Ng. Ranggawarsita juga mendapatkan pendidikan agama di Pondok Pesantren

Tegalsari, Ponorogo yang diasuh oleh Kyai Agung Hasan Basri, yakni seorang guru agama dan

kebatinan ternama masa itu.

Meskipun beliau mendalami berbagai ilmu yang dimiliki, namun yang paling membekas

dalam jiwa dan kepribadian beliau adalah lingkungan tasawuf dalam pesantren Tegalsari.

Pengaruh ajaran kehidupan tasawuf tercermin dalam sikap hidup dan karya – karyanya, yang

oleh pecinta kepustakaan jawa dijuluki pujangga terakhir.

Pemikiran beliau tentang pendidikan lebih menekankan kepada pembinaan budi pekerti

luhur, hal itu tercermin dalam karya – karyanya yang membahas tentang guru dan murid dalam

ilmu makrifat, baik persyaratan, hubungan antara keduanya, proses belajarnya, yang kesemuanya

itu terkandung dalam karya beliau yang berjudul Wirid Hidayat Jati.