KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO...

349
i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA (Studi Kasus Tahun 2008 2014) DISERTASI Oleh: Abu Khaer NIM: 12.03.00.1.09.01.0021 Promotor: Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA Prof. Dr. H. M. Bambang Pranowo, MA KONSENTRASI PEMIKIRAN ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1436 H

Transcript of KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO...

Page 1: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

i

KONSEPSI MASYARAKAT MADANI

DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

(Studi Kasus Tahun 2008 – 2014)

DISERTASI

Oleh: Abu Khaer

NIM: 12.03.00.1.09.01.0021

Promotor:

Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA

Prof. Dr. H. M. Bambang Pranowo, MA

KONSENTRASI PEMIKIRAN ISLAM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1436 H

Page 2: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

ii

Page 3: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

iii

ABSTRAK

Disertasi ini menghasilkan kesimpulan bahwa kecenderungan

menguat dan melemahnya ranah privat, publik, negara, dan ekonomi

bagi demokratisasi dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam

politik suatu negara. Temuan penulis bahwa Gerindra telah

bersumbangsih untuk membentuk peradaban Indonesia yang madani

dalam kancah politik praktisnya di Republik Indonesia ini. Partai

politik di Indonesia sudah melewati proses pendewasaan demokratisasi

dalam rangka mencapai masyarakat yang madani. Paradigma politik di

Indonesia tidak bisa dipisahkan dari faktor pengawasan dan

keseimbangan (checks and balances) di semua ranah masyarakat

madani, baik itu privat, publik, ekonomi (pasar), maupun negara.

Kesimpulan tersebut berbeda dengan paradigma politik

cendekiawan seperti Antonio Gramsci (1999) dan Alexis de

Tocqueville (1945), yang berpendapat bahwa gerakan masyarakat

madani harus berada di luar dan berhadap-hadapan dengan negara.

Penelitian disertasi ini memperkuat pendapat Thomas Janoski (1998)

dan John Keane (1998). Mereka menyatakan bahwa terdapat berbagai

ruang bagi pengembangan masyarakat madani dengan cara

berdiskursus atau beroposisi antara unsur ranah masyarakat madani.

Masyarakat madani tidak saja dilihat sebagai suatu organisasi, akan

tetapi dilihat sebagai tujuan yang ingin dicapai secara bersama, baik

dalam ruang privat, publik, pasar, maupun negara.

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui

pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa

angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari dokumen-dokumen

resmi Gerindra, baik berupa buku, dokumen audio, visual, audio visual

dan lain-lain. Untuk mendukung sumber utama tersebut, penulis juga

melakukan observasi dan wawancara dengan pihak terkait, yaitu

Pengurus DPP Gerindra. Dengan demikian, yang menjadi tujuan dari

penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realitas empirik di

balik fenomena secara mendalam, runut, dan rinci. Oleh karena itu,

penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan

mencocokkan antara realitas empirik dengan idealitas dalam bentuk

teori yang berlaku dengan menggunakkan metode diskriptif.

Kata Kunci: Masyarakat Madani, partai politik, privat, publik, negara,

pasar.

Page 4: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

iv

Page 5: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

v

Abstract

This dissertation leads to the conclusion that the inferiority and

superiority of a sphere for democratization can cause an imbalance in

the politics of a country. The findings of the authors that the Great

Indonesia Movement (Gerindra) has contribute substantially to shaping

the civil Indonesian civilization in practical politics in the Republic of

Indonesia. Political parties in Indonesia have passed the maturing

process of democratization in order to achieve the civil society.

Political paradigm in Indonesia can not be separated from control and

balance factor (checks and balances) in all aspects of civil society, be it

private, public, economic (market), as well as the state.

The conclusion is different from the political paradigm scholars

such as Antonio Gramsci (1999) and Alexis de Tocqueville (1945),

who argued that civil society should be outside and face to face with

the state. This dissertation research confirms what Thomas Janoski

(1998) and John Keane (1998). They stated that there are a variety of

spaces for the development of civil society by means of synergy or

opposition to the state. Civil society is not only seen as an organization,

but seen as a goal to be achieved together, both in raah private, public,

markets, and countries.

In this study, the approach taken is through a qualitative

approach. This means that the data collected is not the form of

numbers, but the data derived from official documents Gerindra, either

in the form of books, documents, audio, visual, audio-visual and others.

To support the main source, the authors also make observations and

interviews with stakeholders, namely the Board DPP Gerindra. Thus,

the goal of this qualitative study was to describe the empirical reality

behind the phenomenon in depth, trace, and detailed. Therefore, the use

of a qualitative approach in this research is to match the empirical

reality with the prevailing theory with menggunakkan descriptive

method.

Key Words: Civil society, political parties, private, public, state,

market.

Page 6: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

vi

Page 7: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

vii

ملخصهذا البحث أن الشعور بالنقص و تفوق اجملال لتحقيق الدميقراطية ميكن أن هذف

و النتيجة اليت توصل إليها الباحث أن . يسبب االختالالت يف السياسات اليت تنتهجها الدولةيساهم يف تشكيل حضارة إندونيسيا ( arenireG)غريندرا - عظيمة اندونيسيا احلركة حزب

.يسيااملدنية يف العملية بإندونوقد ذهبت األحزاب السياسية يف إندونيسيا خالل عملية النضج الدميقراطية من أجل

ال ميكن فصل النموذج السياسي اإلندونيسي من عوامل السيطرة و التوازن . حتقيق جمتمع املدين يف مجيع جوانب اجملتمع املدين، سواء كان من القطاع اخلاص أو اجلمهور أو( الضوابط والتوازنات)

.أو فضال عن الدولة( السوق)االقتصادي ( 9111)و خيتلف ذلك االستنتاج بالنموذج السياسي للعلماء مثل أنطونيو غرامشي

، واليت يرى أن حركة اجملتمع املدين جتب أن تكون خارجا و (9191)وأليكسيس دي توكفيل وجون كني ( 9119)ويعزز أو يتأكد هذا البحث رأي توماس جنوسكي. وجها لوجه مع الدولة

أو التآزر عن طريق املدين اجملتمع لتنمية املساحات من هناك جمموعة متنوعة ويرون أن(. 9119)ال ينظر اجملتمع املدين منظمة أو تنظيما فقط، ولكن ينظر إليه على أنه اهلدف املراد . الدولة معارضة

. ، و الدولةحتقيقه يف وقت واحد، إما يف اخلاصة والعامة، والسوق و االقتصادوهذا يعين أن البيانات . و املنهج الذي استخدمه الباحث يف هذا البحث هو املنهج النوعي

، سواء كانت كتبا (arenireG)اجملموعة ليست أرقاما، ولكن مشتقة من وثائق حزب غريدندرا الباحث رىوأجلدعم املصدر الرئيسي، . أو الوثائق الصوتية والبصرية والسمعية والبصرية وغريها

غريندرا لحزبل اجمللس االستشاري إدارة وهي، مع األطراف املعنية واملقابالت املالحظات(arenireG .)وراء عملي واقع لوصف النوعي هو هذا البحث من، كان اهلدف و على هذا

وبذلك، استخدام املنهج النوعي يف هذا البحث هو وسيلة .ومفصلة مستمرا هذه الظاهرة عميقا و .اراة بني الواقع العملي و نظريات السائدة باستخدام املنهج الوصفيمب

.السوق الدولة،، والعامة ,اخلاصة، واألحزاب السياسية، اجملتمع املدين :كلمات البحث

Page 8: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

viii

Page 9: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

ix

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Abu Khaer

NIM : 12.03.00.1.09.01.0021

Konsentrasi : Pemikiran Islam

Dengan ini menyatakan bahwa disertasi yang berjudul:

“Konsepsi Masyarakat Madani dalam Manifesto Perjuangan Gerindra

(Studi Kasus Tahun 2008 – 2014),” adalah karya asli saya, kecuali

kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat

kesalahan dan kekeliruan di dalamnya, sepenuhnya menjadi tanggung

jawab saya yang dapat berakibat pada pembatalan gelar kesarjanaan

saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa

paksaan dari siapapun.

Jakarta, 12 Desember 2014

Abu Khaer

Page 10: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

x

Page 11: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xi

SURAT PERSETUJUAN PROMOTOR

Disertasi dengan judul, “Konsepsi Masyarakat Madani dalam

Manifesto Perjuangan Partai Politik Gerindra (Studi Kasus Tahun 2008

– 2014),” yang telah ditulis oleh:

Nama : Abu Khaer

NIM : 12.03.00.1.09.01.0021

Konsentrasi : Pemikiran Islam

Telah dinyatakan lulus pada Ujian Pendahuluan yang diselenggarakan

pada hari Kamis, 27 November 2014.

Disertasi ini telah diperbaiki sesuai saran dan komentar para penguji

sehingga disetujui untuk diajukan ke Ujian Promosi.

Jakarta, 22 Desember 2014.

Promotor I

Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA

Page 12: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xii

Page 13: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xiii

SURAT PERSETUJUAN PROMOTOR

Disertasi dengan judul, “Konsepsi Masyarakat Madani dalam

Manifesto Perjuangan Partai Politik Gerindra (Studi Kasus Tahun 2008

– 2014),” yang telah ditulis oleh:

Nama : Abu Khaer

NIM : 12.03.00.1.09.01.0021

Konsentrasi : Pemikiran Islam

Telah dinyatakan lulus pada Ujian Pendahuluan yang diselenggarakan

pada hari Kamis, 27 November 2014.

Disertasi ini telah diperbaiki sesuai saran dan komentar para penguji

sehingga disetujui untuk diajukan ke Ujian Promosi.

Jakarta, 22 Desember 2014.

Promotor II

Prof. Dr. H. M. Bambang Pranowo, MA

Page 14: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xiv

Page 15: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xv

SURAT PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN

Disertasi dengan judul, “Konsepsi Masyarakat Madani dalam

Manifesto Perjuangan Partai Politik Gerindra (Studi Kasus Tahun 2008

– 2014),” yang telah ditulis oleh:

Nama : Abu Khaer

NIM : 12.03.00.1.09.01.0021

Konsentrasi : Pemikiran Islam

Telah dinyatakan lulus pada Ujian Pendahuluan yang diselenggarakan

pada hari Kamis, 27 November 2014.

Disertasi ini telah diperbaiki sesuai saran dan komentar para penguji

sehingga disetujui untuk diajukan ke Ujian Promosi.

Jakarta, Desember 2014

TIM PENGUJI

1. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA

(Ketua Sidang/merangkap Penguji) (....................................)

2. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA

(Penguji I) (....................................)

3. Prof. Dr. Jamhari, MA

(Penguji 2) (....................................)

4. Prof. Dr. Soedijarto, MA

(Penguji 3) (....................................)

5. Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA

(Pembimbing 1/merangkap Penguji) (....................................)

6. Prof. Dr. H. M. Bambang Pranowo, MA

(Pembimbing 2/merangkap Penguji) (....................................)

Page 16: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xvi

Page 17: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xvii

KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur dipersembahkan kehadirat Allah SWT., atas

limpahan rahmat dan nikmat yang telah diberikan-Nya, sehingga

penulis mampu menyelesaikan disertasi ini. Shalawat dan salam

semoga senatiasa tercurah kepada junjungan dan suri tauladan kita,

Nabi Muhammad SAW., keluarganya, dan para sahabatnya, serta para

pengikutnya.

Penulisan disertasi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih

gelar Doktor (S3) dalam bidang Pemikiran Islam di Sekolah

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam menyelesaikan

disertasi ini, penulis tentu mendapatkan hambatan, tantangan, dan

rintangan, namun berkat pertolongan Allah Swt., dan dukungan serta

motivasi dari berbagai pihak, akhirnya segala hambatan itu bisa

dilewati, sehingga disertasi ini bisa diselesaikan.

Selama penulisan disertasi ini, penulis merasa banyak sekali

mendapatkan bimbingan, bantuan serta motivasi dari berbagai pihak,

maka dengan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih

yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Direktur Sekolah

pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh

deputi di lingkungan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA, sebagai promotor telah

memberikan bantuan tidak hanya moril, akan tetapi juga materil

kepada penulis. Penulis, di saat menemui hambatan moril dan

materil dengan murah hati beliau men-support penulis. Hampir tiap

bimbingan, penulis selalu diberi uang saku yang cukup besar dan

dengan leluasa penulis bisa memanfaatkan perpustakaan pribadi

beliau di Kantor C3-Huria Ciputat.

4. Bapak Prof. Dr. Bambang Pranowo, MA, sebagai promotor dengan

penuh kesabaran dan ketelatenan membimbing penulis. Dan

membuka wawasan pada penulis, jika di Nusantara ini banyak

sekali kearifan lokal yang bisa dijadikan landasan bagi

pembentukan masyarakat madani.

5. Kepada segenap dosen yang selama ini telah memberikan tetesan

ilmu dari samudra ilmu yang begitu luas kepada penulis.

Page 18: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xviii

6. Terima kasih kepada BMT. Huriya, Andi Faisal Bakti Foundations,

dan C3-Hurriya yang telah sudi men-sponsori biaya untuk Ujian

Tertutup dan Terbuka Disertasi ini. Tanpa dukungannya, bisa

dipastikan entah kapan disertasi ini bisa diujikan.

7. Terima kasih kepada DPP-Gerindra, terutama Bapak Suhardi,

selaku Ketua Umum; Bapak Permadi dan Bapak Fadli Zon yang

dengan penuh keakraban, keterbukaan, kerakyatan, menyediakan

waktu untuk penulis wawancarai. Tak lupa pula penulis ucapkan

terima kasih kepada Badan Komunikasi-Gerindra yang dengan

penuh perhatian memberikan bantuan dokumen-dokumen dan cerita

”Urusan Dapur” tentang Gerindra yang tidak dipublikasikan.

8. Penulis juga ucapan terima kasih kepada (alm.) ayahanda Masna

dan Ibunda Maimunah. Juga kepada ayahanda Abdul Aziz dan

Ibunda Rukti. Berkat do’a dan dukungannya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian ini.

9. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Isteri Nur Aini dan

ananda Ahmad Rikou Feliza yang selama empat tahun berturut-

turut hidup tidak normal berjauh-jauhan dipisahkan ruang-waktu.

Terlebih, penulis belum bisa secara kontinyu memberikan nafkah

lahir dan bathin. Semoga keikhlasan Isteri dan Ananda dibalas

Allah dengan berlimpah Barakah.

10. Terima kasih kepada kakanda Sajidin-Khayati, Khalimi-Maryati,

Maftukhin-Sa’adah, Ahmad Fathoni-Jurmiyati, Fatkhuddin Abbas-

Mba Ani, dan Adinda Nursidin-Mu’awanah yang selalu memberi

dukungan moril-spirituil kepada penulis.

11. Terima kasih juga kepada seluruh keluarga besar Bani Sittina di

Bondowoso yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

12. Tak lupa, penulis juga sampaikan rasa terima kasih kepada teman-

teman Kos, Zamzami, Fatkhul Mubin, Ahmad Affandi, dan Solihin,

yang selalu membuatkan Kopi panas mantap dan rokok yang selalu

mengebul.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa

disebutkan namanya satu persatu.

Tiada gading yang tidak retak, saran dan dukungan yang

konstruktif sangat penulis harapkan.

Jakarta, November 2014 M

Abu Khaer

Page 19: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xix

TRANSLITERASI

A. KONSONAN

q = ق z = ز ‘ = ء

k = ك s = س A = ب

l = ل sh = ش T = ت

m = م ṣ = ص Th = ث

n = ن ḍ = ض J = ج

w = و ṭ = ط ḥ = ح

ه ẓ = ظ Kh = خ

ة

=

=

h

h, t

y = ي ‘ = ع D = د

lā = ال gh = غ Dh = ذ

-al = ال f = ف R = ر

Page 20: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xx

B. VOKAL PENDEK C. VOKAL PANJANG

= A آ = ā, ‘ā

= I ي = ī

ۥ = U و = ū

Page 21: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xxi

DAFTAR ISI

Abstrak ...................................................................................... iii

Surat Pernyataan ...................................................................... ix

Surat Persetujuan Promotor I .................................................. xi

Surat Persetujuan Promotor II ............................................... xiii

Surat Persetujuan Hasil Ujian Pendahuluan .......................... xv

Kata Pengantar ......................................................................... xvii

Pedoman Transliterasi .............................................................. xix

Daftar Isi .................................................................................... xxi

Daftar Tabel .............................................................................. xxiii

Daftar Gambar ......................................................................... xxv

Daftar Grafik ............................................................................ xxvii Daftar Singkatan dan Akronim.................................................................... xxix

BAB I PENDAHULUAN .................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................ 12

D. KajianTerdahulu yang Relevan ........................... 13

E. Metodologi Penelitian ......................................... 17

F. Landasan Teori..................................................... 21

G. Sistematika Penulisan ......................................... 23

BAB II DISKURSUS CIVIL SOCIETY, MASYARAKAT

MADANI, DAN PARTAI POLITIK 25

A. Paradigma Politik Civil Society: ......................... 28

1. Civil Society Vis a Vis Negara ...................... 31

2. Civil Society Mitra Negara ............................ 36

B. Masyarakat Madani dalam Peradaban Islam ....... 52

C. Peran Partai Politik dalam Peeradaban Demokrasi .... 68

D. Masyarakat Madani dan Partai Politik

dalam Bingkai Pancasila ...................................... 77

BAB III GENEALOGI PEMBENTUKAN DAN MANIFESTO

PERJUANGAN GERINDRA ................................. 83

A. Gerindra sebagai Organisasi Sosial ..................... 83

1. Keluarga Besar Soemitro Djojohadikusumo ...... 86

2. Tokoh Aktivis Organisasi Sosial/LSM ......... 133

Page 22: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xxii

3. Tokoh Intelektual .......................................... 140

B. Proses Berdirinya Gerindra .................................. 153

C. Gerindra Memasuki Wilayah Politik Praktis ....... 157

D. Manifesto Perjuangan Gerindra ........................... 159

E. Kritik Konsepsi Ruang Privat .............................. 171

BAB IV KONSEPSI RUANG PUBLIK DAN KENEGARAAN 181

A. Kiprah dalam Kegiatan Sosial ............................. 181

1. Organisasi Sayap ........................................... 181

2. Partai Politik yang Bergabung ...................... 192

B. Dinamika Perjuangan di Kancah Negara ............. 201

1. Organisasi Sayap ........................................... 202

2. Partai Politik yang Bergabung ...................... 209

C. Kritik Perjuangan di Publik dan Kenegaraan ....... 213

BAB V KONSEPSI EKONOMI KERAKYATAN . .............. 225

A. Pancasila dan UUD 1945 sebagai

Landasan Ekonomi Kerakyatan ........................... 226

B. Paradoks Ekonomi Kerakyatan Indonesia ........... 247

C. Strategi Pembangunan Nasional .......................... 263

1. Strategi Dorongan Besar ............................... 264

2. Strategi Pokok: Membangun Landasan ........ 265

3. Strategi Utama .............................................. 265

4. Strategi Pendukung ....................................... 266

5. Strategi Implementasi ................................... 266

D. Kritik Perjuangan dalam Ekonomi....................... 272

BAB VI PENUTUP ............................................................... 279

A. Kesimpulan ........................................................ 279

B. Implikasi ............................................................ 281

Daftar Pustaka ......................................................................... 283

Glosarium ................................................................................ 305

Indeks ......................................................................................... 309

Lembar Wawancara ................................................................. 318

Lampiran ................................................................................... 319

Biodata ....................................................................................... 325

Page 23: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xxiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Tipologi Perspektif Budaya Politik Familisme 170

Tabel 5.1. Peran Negara dalam Ekonomi .................................... 238

Tabel 5.2. Negara Berdasarkan Luas Wilayah dan Lahan

Dapat Ditanami Pertanian dan Kehutanan .................. 248

Tabel 5.3. Perbandingan Nilai Tambah Petani Beberapa

Negara Tahun 1980 - 2008 ......................................... 249

Tabel 5.4. Negara Eksportir Perikanan Utama di Dunia ............. 252

Tabel 5.5. Kebocoran dan Kehilangan Kekayaan Negara ........... 268

Page 24: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xxiv

Page 25: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xxv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Empat Ranah Masyarakat Madani T. Janoski ........ 22

Gambar 2.1. Relasi Empat Ranah Pembentuk Civil Society ....... 42

Gambar 2.2. Relasi Civil Society dan Parpol ............................... 43

Page 26: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xxvi

Page 27: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xxvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1. Perbandingan Panjang Pantai dan Produksi

Perikanan Tangkap Negara Produsen

Perikanan Utama di Dunia ........................................ 251

Grafik 5.2. Indeks Pembangunan Manusia Menurut

Provinsi Tahun 2004 dan 2011 ................................ 255

Grafik 5.3. Indeks Pembangunan Gender

Menurut Provinsi Tahun 2004 dan 2011 .................. 256

Page 28: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xxviii

Page 29: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xxix

Daftar Singkatan dan Akronim

ACRO: Asian Conference on Religion and Peace

AD/ART: Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga

AD/ART: Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga

ADB: Asian Development Bank (ADB),

Akmil: Akademi Militer

Ampera: Amanat Penderitaan Rakyat

APBN: Anggaran Pendapatan Belanja Negara

APPSI: Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia

Bakom: Badan Komunikasi

BBM: Bahan Bakar Minyak

BHP: Badan Hukum Pendidikan

BKPM: Badan Koordinasi Penanaman Modal

BLT: Bantuan Langsung Tunai

BPK: Badan Pemeriksa Keuangan

BPKN: Badan Perlindungan Konsumen Nasional

BP-KNIP: Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat

BPUPKI: Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

BSN: Badan Standar Nasional

BUMN: Bada Usaha Milik Negara

CPDS: Center for Policy Development Studies

DKI: Daerah Khusus Ibu Kota

DKI: Daerah Khusus Ibukota

DKP: Dewan Kehormatan Militer

DPAS: Dewan Pertimbangan Agung Sementara

DPP: Dewan Pimpinan Pusat

DPR: Dewan Perakilan Rakyat

FAO: Food Agriculture Organization

FDI: Forum Dialog Indonesia

FPI: Front Pembela Islam

GAM: Gerakan Aceh Merdeka

Gema Sadhana: Gerakan Masyarakat Sanathana Dharma Nusantara

Gemira: Gerakan Muslim Indonesia Raya

Gerindra: Gerakan Indonesia Raya

GNB: Gerakan Non Blok

Golkar: Golongan Karya

GPI: Gerakan Pemuda Islam

Page 30: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xxx

GWU: George Washington University

HAM: Hak Asasi Manusia

Hanura: Hati Nurani Rakyat

Hipmi: Himpunan Pengusaha Muda Indonesia

HKTI: Himpunan Kerukunan Tani Indonesia

ICMI: Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia

ICN: Indonesia Christian Network

ICW: Indonesia Corruption Watch

IMF: International Monetery Fund

IP: Indische Partij

IPG: Indeks Pembangunan Gender

IPM: Indeks Pembangunan Manusia

IPS: Institute for Policy Studies

ISAFIS: Indonesian Student Association for International Studies

Kadin: Kamar Dagang dan Industri

KAPPI: Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia

Kesira: Kesehatan Indonesia Raya

Kira: Kristen Indonesia Raya

KISDI: Komite Indonesia untuk Dunia Islam

KLH: Kementerian Lingkungan Hidup

KNPI: Komite Nasioal Pemuda Indonesia

Kombes: Komisaris Besar

Komnas: Komisi Nasional

Kopassus: Komando Pasukan Khusus

KPK: Komisi Pemberantasan Korupsi

KPPU: Komisi Pengawasan Persaingan Usaha

KPU: Komisi Pemilihan Umum

KTNA: Kontak Tani Nelayan Andalan

LIMA: Lingkar Madani Indonesia

LSI: Lembaga Survei Indonesia

LSM: Lembaga Swadaya Masyarakat

Mapala: Mahasiswa Pencinta Alam

Mayjend: Mayor Jenderal

MK: Mahkamah Konstitusi

MPR: Majelis Permusyawaratan Rakyat

Nas-Dem: Nasional-Demokrat

NGO’s: Non-Government Organisation’s

NU: Nahdlatul Ulama

Ormas: Organisasi Masyarakat

P2HP: Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian

Page 31: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xxxi

P4: Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

PAN: Partai Amanat Nasional

Parindra: Partai Indonesia Raya

Parpol: Partai Politik

PBB: Partai Bulan Bintang

PBR: Partai Bintang Reformasi

PD: Partai Demokrat

PDI-P: Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan

Pemilu: Pemilihan Umum

Perbindo: Perhimpunan Bambu Indonesia

Pilpres: Pemilihan Presiden

Pira: Perempuan Indonesia Raya

PKB: Partai Kebangkitan Bangsa

PKI: Partai Komunis Indonesia

PKNU: Partai Kebangkitan Nasional Ulama

PKS: Partai Keadilan Sejahtera

PLN: Perusahaan Listrik Negara

PMTI: Persatuan Madrasah-madrasah Tarbiyah Islamiyah

PNB: Pendapatan Nasional Bruto

PNI: Partai Nasionalis Indonesia

Polri: Polisi Republik Indonesia

PPNUI: Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia

PPP: Partai Persatuan Pembangunan PRRI/Permesta: Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta

PSI: Partai Sosialis Indonesia

QLF: The Quebec Liberation Front

RPI: Republik Persatuan Indonesia

RSCM: Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

RUU-BPJS: Rancangan Undang Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

SAMAK: Solidaritas Masyarakat Anti-Korupsi

SARA: Suku, Agama, Ras dan Antar golongan

SBY: Soesilo Bambang Yudhoyono

SD: Sekolah Dasar

SK: Surat Keputusan

SKPD: Satuan Kerja Pemerintahan Daerah

SMA: Sekolah Menengah Atas

SMP: Sekolah Menengah Pertama

SSS: Soegeng Sarjadi Syndicate

SU-MPR: Sidang Umum-Majelis Permusyawaratan Rakyat

TBO: Tenaga Bantu Operasi

Page 32: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

xxxii

Tidar: Tunas Indonesia Raya

TII: Transparency International Indonesia

TNI-AD: Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Darat

TPGF: Tim Gabungan Pencari Fakta

UI: Universitas Indonesia

UKM: Usaha Kecil dan Menengah

UNDP: United Nations Development Programme

USINDO: The United States-Indonesia Society

UU: Undang-undang

UUD: Undang-undang Dasar

Walhi: Wahana Lingkungan Indonesia

WHO: World Health Organization

YAD: Yayasan Arsari Djojohadikusumo

YKHD: Yayasan Keluarga Hashim Djojohadikusumo

YLBHI: Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia

Page 33: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Partai politik sebagai salah satu pilar demokrasi hampir

sepenuhnya disepakati oleh cendekiawan politik. Namun, partai politik

sebagai salah satu bagian dari masyarakat madani, masih diperdebatkan

kiprahnya. Paradigma politik masyarakat madani kaum Hegelian dan

Marxis, seperti de Tocqueville1 dan Gramsci

2 mempunyai pandangan

bahwa lembaga politik bukan merupakan bagian dari masyarakat

madani dalam membangun demokrasi bersama dengan organisasi sosial

masyarakat lainnya. Paradigma masyarakat madani Max Weber,3 EE.

Schattscheider,4 John Keane, Thomas Janoski, dan beberapa

cendekiawan masyarakat madani Indonesia5 berbeda pandangan dengan

yang disebut pertama. Paradigma yang disebut terakhir, menyatakan

bahwa apapun bentuk dari suatu perkumpulan masyarakat yang

berkembang, tak terkecuali partai politik, bisa bekerja sama dengan

1Lihat pembahasan yang relevan dalam Alexis de Tocqueville, Democracy in

America, jilid 1 dan 2 (terj.) Henry Reeve (Pennsylvania: the Pennsylvania State

University, Electronic Classics Series, 2002); lihat juga Vahid Amani Zoeram, Lee

Yok Fee, Mohammad Agus Yusoff, dan Fakhreddin Soltani, “Democracy in de

Tocqueville Theory and New Islamic Movements,” International Journal of Asian

Social Science, Vol. 2, (2012): 2220-2223. 2Lihat Antonio Gramsci, Selections from the Prison Notebooks of Antonio

Gramsci (terj.) Quentin Hoare dan Geoffrey Nowell Smith (London: ElecBook,

1999); Tent Brown, “Gramsci and Hegemony,” Links International Journal of

Socialist Renewal, http://links.org.au/node/1260, diakses tanggal 24 Februari 2013. 3Max Weber sebagaimana dikutip oleh Ivan Doherty berpendapat bahwa partai

politik merupakan anak kandung demokrasi, lihat Ivan Doherty “Democracy out of

Balance: Civil Society Can’t Replace Political Parties,” Policy Review, April dan Mei

Vol. 3. (2001): 25. 4Lihat SC. Stokes, “Political Parties and Democracy,” Annual Review Political

Scences, Vol. 2 (1999): 243-267. 5Lihat Azyumardi Azra, “Politik Lokal dan Pembelajaran Politik,” dalam Andy

Ramses M dan La Bakry (ed.), Pemerintahan Daerah di Indonesia (Jakarta: MIPI,

2009), 31-33; Andi Faisal Bakti, “Communication and Violence: Communicating

Human Integrity Caharactersitics is Necessary for Horizontal Conflict Resolution In

Indonesia,” Identity, Culture, and Politics Vol. 9, No. 1, Juli (2008); Andi Faisal

Bakti, “Islam and Modernity: Nurcholish Madjid Interpretation of Civil Society,

Pluralism, Secularism and Democracy,” Asian Journal of Social Sciences, Brill,

Leiden, Vol 33, No. 3. November, (2005).

Page 34: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

2

negara untuk membentuk suatu masyarakat madani yang demokratis.6

Dengan memfokuskan kajian pada manifesto perjuangan partai politik

Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), penulis mendukung pendapat

cendekiawan masyarakat madani kedua dan berupaya untuk

menemukan rancang-bangun demokrasi7 untuk membentuk masyarakat

madani oleh suatu partai politik.

Terlepas dari asumsi pendapat cendekiawan yang mendukung

maupun kontra, mengenai hubungan antara partai politik dan

masyarakat madani, penulis mendasarkan argumennya pada studi yang

dilakukan oleh beberapa cendekiawan terhadap proses demokratisasi

Republik Indonesia yang mendukung bahwa partai politik merupakan

bagian dari masyarakat madani. Menariknya, temuan sementara

penulis, menyiratkan bahwa manifesto perjuangan politik partai

Gerindra mendukung ide-ide demokrasi dan aplikasinya bertujuan agar

terbentuk masyarakat madani di Indonesia. Namun ada beberapa

variabel yang diduga menjadi kendala tumbuhnya budaya demokrasi di

Gerindra sebagai syarat utama bangunan masyarakat madani, yaitu

atribut Gerindra sebagai partai politik dan sosok militer Prabowo

Subianto sebagai Dewan Pembina Gerindra.

Alexis de Tocqueville dalam bukunya Democracy in America

menggambarkan hukum alam sistem kepartaian dengan mengambil

kasus Amerika. Ia berpendapat bahwa demokrasi a la Amerika Serikat

dengan sistem kepartaiannya, lebih cenderung menawarkan sebuah

sistem politik pemerintahan yang menggambarkan ‘kediktatoran’ dan

6Azyumardi Azra, “Civil Society and Democratization in Indonesia: The

Transition Under President Wahid and Beyond,” dalam David C. Shack dan Wayne

Hudson, Civil Society In Asia (Law, Ethic and Governance) (Hampshire, Inggris dan

Burlington, USA: Ashgate Publishing Company, 2003), 75; Neera Chandhoke, “The

Civil and the Political in Civil Society,” dalam C.M. Elliot (ed.), Civil Society and

Democracy: a Reader (Oxford: Oxford University Press, 2003), 255; Andi Faisal

Bakti dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi (Ciputat: Churia Press, 2012),

4-6. 7M. Steven Fish, dalam paper-nya “Islam and Authoritarianism,” menjelaskan

bahwa sebuah negara disebut demokratis bila secara teratur melakukan pemilu untuk

memilih legislatif dan eksekutif. Begitu juga, kebijakan publik dirumuskan secara

terbuka dengan melibatkan partisipasi masyarakat. M. Steven Fish, “Islam and

Authoritarianism,” World Politics, Volume 55, Number 1, Oktober (2002), 4-5. Lihat

juga review artikel tersebut oleh Ali Munhanif, “M. Steven Fish: “Islam dan

Otoritarianisme,” Review Paper Yayasan Abad Demokrasi, Edisi 030, Oktober

(2011), 2-3. Prasyarat tersebut telah berjalan di negeri Indonesia, sehingga menurut

penulis konsep civil society atau masyarakat madani bisa dan sudah berjalan di negeri

ini.

Page 35: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

3

‘tirani’ mayoritas ketimbang proses demokratisasi. Golongan minoritas,

baik itu terdiri dari individu, organisasi masyarakat, atau partai politik,

tidak akan ikut ambil bagian yang signifikan, karena semuanya telah

ditentukan oleh kelompok mayoritas yang menentukan pemilihan

umum.8

Alexis de Tocqueville lebih lanjut menjelaskan bahwa kelompok

mayoritas, melalui kemenangan pemilihan umum, menyisihkan untuk

dirinya semua hak menentukan kebijakan politik, melalui institusi

kepresidenan yang amat kuat.9 Dalam hal ini, partai politik itu

sebenarnya tidak lebih daripada kendaraan politik bagi sekelompok

elite yang berkuasa atau berniat meraih atau melanggengkan

kekuasaan.10

Partai politik hanya difungsikan sebagai alat bagi

segelintir orang yang bisa meraih suara mayoritas rakyat, untuk

memaksakan berlakunya kebijakan-kebijakan publik tertentu. Namun

demikian, potensi kediktatoran dan tirani mayoritas bukan hanya

didominasi oleh partai politik semata. Antonio Gramsci11

mengingatkan

bahwa hegemoni dilakukan bukan saja oleh kelas penguasa, ia juga bisa

diberlakukan oleh kelompok-kelompok sosial, dengan beragam

coraknya, apakah mereka yang berhaluan progresif, regresif, reformis,

dan sebagainya demi meraih kekuasaan untuk memimpin, bagaimana

mereka memperluas kekuasaan mereka dan mempertahankannya.

Gerindra -sebagai salah satu bagian dari kontestan partai politik di

pemilu- jika menurut pendapat Bob Sugeng Hadiwinata, termasuk

dalam kategori political society (masyarakat politik) bukan bagian dari

civil society (masyarakat madani). Kategori yang disebut pertama,

berambisi untuk memperebutkan kekuasaan politik melalui berbagai

cara, sedangkan kategori yang disebut kemudian, hanya berpretensi

8Alexis de Tocqueville, Democracy in America, jilid 1, 264-280; lihat juga

Vahid Amani Zoeram, Lee Yok Fee, Mohammad Agus Yusoff, dan Fakhreddin

Soltani, “Democracy in de Tocqueville Theory and New Islamic Movements,” 2220-

2223; Nurcholish Madjid, “Opini Proklamasi: ABRI dan Masa Depan Demokrasi

Indonesia, Mukadimah: ABRI dan Demokrasi,” Majalah Tempo, Edisi 27/01 –

31/Agutus, (1996). 9Alexis de Tocqueville, Democracy in America, jilid 1, 264-280; Nurcholish

Madjid, “Opini Proklamasi: ABRI dan Masa Depan Demokrasi Indonesia,” Majalah

Tempo, Edisi 27/01 – 31/Ags, (1996). 10

Vahid Amani Zoeram, Lee Yok Fee, Mohammad Agus Yusoff, dan

Fakhreddin Soltani, “Democracy in de Tocqueville Theory and New Islamic

Movements,” 223-224. 11

Lihat Tent Brown, “Gramsci and Hegemony,” inks International Journal of

Socialist Renewal, http://links.org.au/node/1260, (diakses tanggal 24 Februari 2013).

Page 36: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

4

untuk melakukan kontrol terhadap pemerintah tanpa harus ikut

memperebutkan kekuasaan.12

Pandangan Hadiwinata di atas senada dengan pendapat Sir

Azyumardi Azra dan Andi Faisal Bakti13

yang menguraikan lebih lanjut

bahwa pandangan tersebut seirama dengan pernyataan para

cendekiawan Hegelian dan Marxsis seperti Ernest Gellner, Hannah

Arendt, Jurgen Habermas, David Ost, Andre Arato, Fernando Cardoso.

Di Indonesia, pandangan ini diwakili oleh Muhammad Hikam AS,

mantan Menristek era Presiden Abdurrahman Wahid.14

Mereka

berpandangan bahwa secara keseluruhan tatanan politik terdiri atas

Negara di satu pihak Vis a Vis organisasi civil society di pihak lain. Ide

organisasi civil society merupakan ide sebagian masyarakat yang

memiliki kehidupan sendiri yang jauh berbeda dengan negara, dan yang

sebagian besar memiliki otonomi sendiri. Organisasi civil society

terletak di luar batas keluarga, klan dan kewilayahan. Dalam artian ini,

organisasi civil society terpisah dari negara.

Namun demikian, keberadaan partai politik (parpol) juga

merupakan salah satu komponen dalam kehidupan politik modern yang

demokratis. Max Weber, sebagaimana dikutip oleh Ivan Doherty,15

menyatakan bahwa political parties as ‘children democracy,’ partai

politik adalah ‘anak kandung’ demokrasi. Bahkan menurut SC. Stoces,

Schattschneider berpendapat bahwa keberadaan partai politiklah yang

sebetulnya menentukan demokrasi, “political parties created

democracy,” dan modern democracy is unthinkable save in terms of the

parties, demokrasi modern tak mungkin terjaga kecuali dalam terma

kepartaian.16

Pakar tata negara Jimly Asshiddiqie memperkuat pendapat di atas

dengan pernyataannya bahwa keberadaan suatu partai politik

merupakan pilar yang sangat penting untuk diperkuat derajat

12

Lihat Bob Sugeng Hadiwinata, “Civil Society: Pembangun dan Sekaligus

Perusak Demokrasi,” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 9, Nomor 1, Juli

(2005), 8. 13

Azyumardi Azra, “Civil Society and Democratization in Indonesia,…,” 75;

Andi Faisal Bakti dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi, 7. 14

Azyumardi Azra, “Civil Society and Democratization in Indonesia……,”76;

Andi Faisal Bakti dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi, 4-5. 15

Ivan Doherty, “Democracy Out of Balance: Civil Society Can’t Replace

Political Parties,” 25. 16

SC. Stokes, “Political Parties and Democracy,” 243; Jimly Asshiddiqie,

“Dinamika Partai Politik dan Demokrasi,”

http://jimly.com/pemikiran/makalah?page=7> (diakses tanggal 24 Februari 2013).

Page 37: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

5

pelembagaannya (the degree of institutionalization) dalam setiap sistem

politik yang demokratis. Bahkan sebagai suatu organisasi, keberadaan

parpol bertujuan untuk mengaktifkan dan memobilisasi rakyat,

mewakili kepentingan tertentu, memberikan jalan kompromi bagi

pendapat yang saling bersaing, serta menyediakan sarana suksesi

kepemimpinan politik secara absah dan damai. Ia tidak hanya sebagai

instrumen demokrasi tapi sekaligus mengusung tujuan yang lebih luas

yakni memastikan kedaulatan rakyat atas hak-hak dasarnya, baik itu

hak sipil politik maupun ekonomi dan sosial mereka.17

Dalam konteks masyarakat madani di Indonesia, pandangan

pejoratif terhadap peran partai politik di atas, dikritik oleh Dawam

Rahardjo dan Nurcholish Madjid. Menurut kedua cendekiawan ini, civil

society merupakan “mitra” negara yang bisa mencegah birokrasi

menyeleweng dari tugas dan hakekatnya sebagai abdi negara.

Masyarakat yang tergabung dalam beragam bentuk organisasi,

termasuk suatu partai politik, bisa menjadi representasi dan kristalisasi

kekuatan di luar negara, yang menjadi mitra bagi negara. Hal ini,

menjadikan organisasi civil society sebagai kekuatan pengimbang

sekaligus kontrol, yang membatasi dan memungkinkan negara tetap

berjalan sesuai dengan hakikatnya. Dalam hal ini, keterlibatan partai

politik sebagai bagian dari organisasi civil society menjadi kekuatan

yang efektif untuk mencegah hegemoni negara. Selain itu, dengan

organisasi masyarakat madani menjadi indikasi ada wilayah-wilayah

yang bisa digarap entitas mandiri di luar negara. Dengan demikian,

segala energi, prakarsa, aktivitas dalam kehidupan masyarakat tidak

terkonsentrasi dan tersentralisasi hanya pada negara semata-mata.18

Selain itu, Nurcholish Madjid cendekiawan pendiri Paramadina,

meniscayakan organisasi masyarakat madani dipersyaratkan dengan

17

Jimly Asshiddiqie, “Dinamika Partai Politik dan Demokrasi,”

http://jimly.com/pemikiran/makalah?page=7> (diakses tanggal 24 Februari 2013). 18

M. Dawam Rahardjo, “Masyarakat Madani di Indonesia: Sebuah Penjajakan

Awal,” dalam Jurnal Pemikiran Islam Paramadina, Vol. 1, No. 2, (1999), 7-32;

Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi (Jakarta: Paramadina,

1999), 145; lihat juga Martin van Bruinessen, "Post-Suharto Muslim engagements

with civil society and democracy,” Makalah yang dipresentasikan pada Third

International Conference and Workshop “Indonesia in Transition,” organised by the

KNAW and Labsosio, Universitas Indonesia, August 24-28, Universitas Indonesia,

Depok (2003); Gordon Gauchat, “Politicization of Science in the Public Sphere: A

Study of Public Trust in the United States, 1974 to 2010,” American Sociological

Review, Vol. 77 No.2 (2012), 170-171; Azyumardi Azra, “Civil Society and

Democratization in Indonesia,.…,” 76.

Page 38: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

6

adanya partai politik sebagai bagian ruang publik (public sphere) yang

di ruang tersebut warga masyarakat dapat dengan leluasa melakukan

aktivitas sosial, politik dan ekonominya, tanpa didominasi oleh

sekelompok kecil orang.19

Di dalam ranah publik ini, warga masyarakat

akan memiliki akses yang luas kepada lembaga-lembaga, baik lembaga

negara seperti birokrasi, lembaga perwakilan dan peradilan, maupun

lembaga non-negara seperti partai politik, lembaga keagamaan, gilda,

perserikatan, federasi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan

kelompok kepentingan lainnya.

Di dalam ranah publik itu pula terjadi diskursus yang intensif

tentang segala hal yang terjadi dalam negara, sehingga pemerintah dan

lembaga-lembaga negara memiliki tingkat akuntabilitas yang cukup

tinggi. Di samping itu, kebijakan publik juga melibatkan masyarakat

yang luas, melalui diskusi-diskusi publik yang intensif dilakukan.

Bahkan, Azra berkesimpulan karena tidak mempunyai public sphere

berupa partai politik-lah konsep-konsep masyarakat madani Nurcholish

Madjid kurang begitu ‘membumi’ jika dibandingkan dengan

Abdurrahman Wahid. Oposisi yang dibangun oleh Nurcholish Madjid

merupakan oposisi soliter.20

Sebagai sesama pendekar masyarakat

madani Indonesia, Abdurrahman Wahid lebih berperan karena selain

aktif berkecimpung dalam agen-agen civil society, seperti Lembaga

Sosial Masyarakat (LSM) Forum Demokrasi (ForDem) dan organisasi

keagamaan Nahdlatul Ulama (NU), juga merupakan deklarator partai

politik, yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).21

Menurut Abdurrahman Wahid, demokratisasi harus dimulai dari

perbedayaan politik rakyat. Dalam proses ini semua unsur masyarakat

harus dilibatkan tanpa mengenal golongan manapun. Terpenting,

masyarakat haruslah memulai untuk berdemokrasi dan inilah hakikat

dari sebuah demokratisasi. Kiprah Abdurrahman Wahid dalam

membumikan dan membangun masyarakat madani diikuti jejaknya oleh

Prabowo Subianto, sang lokomotif dan komandan tertinggi partai

politik Gerindra.22

Prabowo di samping berperan sebagai aktor oposisi

19Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi, 145.

20Azyumardi Azra, “Oposisi Cak Nur: Oposisi Soliter,” 384-385.

21Lihat Kikue Hamayotsu, “Bringing Clientelism and Institutions Back in: The

Rise and Fall of Religious Parties in Indonesia’s Electoral Democracy,” dalam Dirk

Tomsa dan Andreas Ufen (ed.), Party Politics in Southeast Asia: Clientelism and

Electoral Competition in Indonesia, Thailand, and Philippines (New York:

Routledge, 2013), 125. 22

Lihat http://news.okezone.com/read/2009/12/30/337/289643/redirect, (diakses

tanggal 17 Januari 2013).

Page 39: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

7

birokrasi juga berperan dalam wadah partai politik. Dalam kedua

kapasitasnya tersebut, Prabowo menurut Abdurrahman Wahid

merupakan sosok yang dianggap betul-betul perhatian ke rakyat.

Prabowo sungguh-sungguh mengenal masalah ekonomi kerakyatan

seperti pemberdayaan pertanian.23

Apresiasi Abdurrahman Wahid tersebut bukan merupakan sesuatu

yang mengada-ada. Penguatan sektor ekonomi (strong

market/ekonomi) rakyat atau ekonomi kerakyatan merupakan salah satu

pondasi dari tiga pondasi yang menopang bagi tegaknya masyarakat

madani. Dua poin lainnya dari dasar pondasi, menurut Azra,

berdasarkan Konferensi Dunia tentang World Forum on Democracy di

Warsawa, Polandia, pada tanggal 24-27 Juni 2002 adalah kuatnya

negara (strong state) dan kuatnya masyarakat sipil (strong civil

society).24

Sementara itu, dalam nomenklatur Islam di saat membicarakan

demokrasi dikenal beberapa prinsip yang merupakan bentuk dasar dari

praktek demokratisasi yang dilakukan Rasulullah Saw. Menurut ‘Abd

al-Ḥamīd Ismaīl al-Anṣarī dan Zakaria ’Abd al-Mun’īm Ibrahīm, hal

tersebut tercermin dalam memimpin masyarakat seperti tertuang dalam

Piagam Madinah. Serta tercermin pula dalam pengangkatan para

Khulafā al-Rashidīn dan praktik kepemimpinan mereka. Prinsip-prinsip

tersebut, yaitu: shūrā, musawa, ’adālah, amānah, mas’uliyah dan

ḥurriyah.25

Firman Allah tentang shūrā, sebagai mekanisme

pengambilan keputusan dengan mengikutsertakan pihak-pihak yang

berkepentingan dalam urusan bersama, baik secara langsung maupun

tidak langsung melalui perwakilan, menurut Yusuf Qardhawī dan

Nurcholish Madjid terjabarkan dalam dalam surat Ali Imrān ayat 159

yaitu:26

23

Lihathttp://beta.politik.vivanews.com/news/read/52332-

gus_dur_puji_prabowo__cela_capres_yang_lain, (diakses tanggal 17 Januari 2013). 24

Lihat Azyumardi Azra, Reposisi Hubungan Agama dan Negara: Merajut

Kerukunan Antarumat (Jakarta: Kompas, 2002), 70; Azyumardi Azra, Malam Seribu

Bulan: Renungan-renungan 30 Hari Ramadan (Jakarta: Erlangga, 2005), 115-120. 25

Lihat ‘Abd al-Ḥamīd Ismaīl al-Anṣarī, al-Shūrā wa atharuha fī al-

Dimaqrāṭiyya (Qahirā: al-Maṭba’ah al-Salāfiyyah, 1980 M/1400 H), 4-5. Lihat juga

Zakaria ’Abd al-Mun’īm Ibrahīm, Niẓām al-Shura fī al-Islām wa Niẓām al-

Dimaqrāṭiyyah al Mu’aṣirāh (Qahirā, Ttp.1985), 13; Andi Faisal Bakti dkk, Literasi

Politik dan Konsolidasi Demokrasi, 3. 26

Nurcholish Madjid, Membangun Oposisi Menjaga Momentum Demokrasisasi,

(Jakarta, Voice Center Indonesia, 2000), 18; Yusūf Qardhawī, Fiqh al-Daulah fī al-

Islām (Qahirā: Dār al-Ṣurūq, 2005), 133.

Page 40: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

8

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap

mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka

menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah

ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (QS. Ali

Imran: 159).

Qardhawī dan Nurcholish Madjid menafsirkan ayat di atas, bahwa

nilai shūrā dapat membawa warga bangsa menuju terbentuknya civil

society (masyarakat madani), yaitu masyarakat yang menjunjung tinggi

nilai-nilai keadilan, kebebasan, persamaan, toleransi, menghormati hak-

hak individu dan musyawarah untuk kemaslahatan bersama. Sistem

demokrasi sendiri meskipun tak memiliki kebenaran yang absolut sebab

terdapat beberapa kekurangan, akan tetapi memiliki nilai lebih dan

beberapa keunggulan. Demokrasi telah terbukti mengantarkan pada

terbentuknya suatu tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang

menghasilkan kebijakan baik, masyarakat adil, berpihak kepada

kepentingan mayoritas, menghargai kebebasan dan hak-hak individu.27

Di Indonesia, bangunan masyarakat madani sampai tahun 2014 ini,

proses transisi menuju demokrasi telah melalui masa 17 tahun sejak

tahun 1998 saat keruntuhan rezim otoriter Presiden Soeharto dan

pemilu yang demokratis di tahun1999. Era kepemimpinan BJ. Habibie

sebagai Presiden RI ke-3 selama 1,4 tahun dan 2 bulan menjadi Wakil

Presiden RI ke-7 membukan pandora gerakan demokrasi bangsa yang

selama 32 tahun dikekang.28

Pintu kebebasan dan demokrasi di

Indonesia secara perlahan mulai terbuka.

Sejak Pemilihan Umum pasca reformasi sejak tahun 1999 sampai

dengan Pemilihan Umum tahun 2009 telah banyak dinamika yang

dihadapi dalam melaksanakan amanat demokrasi di Negara Kesatuan

27

Nurcholish Madjid, Membangun Oposisi Menjaga Momentum Demokrasisasi,

19; Yusūf Qardhawī, Fiqh al-Daulah fī al-Islām, 133. 28

Azyumardi Azra, Reposisi Hubungan Agama dan Negara: Merajut Kerukunan

Antarumat, 14-15.

Page 41: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

9

Republik Indonesia ini. Salah satu yang paling berbeda dibandingkan

dengan penerapan sistem demokrasi otoriter pada masa rezim orde baru

adalah dengan munculnya berbagai macam partai politik peserta pemilu

yang setiap saat jumlahnya selalu bertambah.29

Pada pemilu tahun

2009, partai politik peserta pemilu mencapai jumlah yang paling

banyak dibandingkan dengan pemilu sebelumnya, yaitu sebanyak 38

parpol ditambah 6 partai politik lokal di Nangroe Aceh Darussalam. Di

Pemilu tahun 2014, berdasarkan Keputusan KPU Nomor 05/Kpts/KPU/

Tahun 2013 dan Berita Acara Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual

Partai Politik KPU Nomor: 5/BA/I/2013, sepuluh jumlah parpol yang

memenuhi syarat sebagai peserta Pemilu dari 34 jumlah partai yang

telah diverifikasi KPU. Sepuluh partai tersebut secara berurut adalah:

Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrasi Indonesia-

Perjuangan (PDI-P), Partai Demokrat (PD), Gerakan Indonesia Raya

(Gerindra), Golongan Karya (Golkar), Hati Nurani Rakyat (Hanura),

Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),

Nasional-Demokrat (Nas-Dem) dan Partai Persatuan Pembangunan.30

Pada pemilu 2009 yang lalu, ada satu partai politik baru yang

dianggap cukup fantastis mendulang sukses dalam kancah perpolitikan

di Indonesia.31

Partai politik ini adalah Partai Gerakan Indonesia Raya

(Gerindra). Didirikan oleh beberapa aktivis lembaga sosial masyarakat

dan dipersembahkan bagi Prabowo Subianto, seorang militer mantan

Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI-AD di era Orde

Baru. Meskipun ia disinyalir ikut bertanggung jawab atas kasus-kasus

pelanggaran HAM berdalih subversif seperti penculikan dan

penghilangan aktivis, sebagai mantan militer dan seorang pengusaha

minyak yang go international, keluasan relasi dan kemampuan

finansialnya ikut membantu mengembangkan dan mendulang suara

dukungan rakyat Partai Gerindra dengan pesat. Bahkan, Prabowo,

sebagai mantan militer yang secara notabene berlawanan dan dilawan

29

Pada masa Habibie, 140 partai politik siap mengikuti proses pemilu 1999.

Setelah mengalami seleksi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), 48 parpol berhak

untuk mengikuti pemilu. Azyumardi Azra, Reposisi Hubungan Agama dan Negara:

Merajut Kerukunan Antarumat, 60. 30

Lampiran Keputusan KPU Nomor 05/Kpts/KPU/ Tahun 2013 dan Lampiran

Berita Acara Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik KPU Nomor:

5/BA/I/2013. 31

Saiful Mujani and R. William Liddle, “Personalities, parties, and voters,”

Journal of Democracy, Volume 21, Number 2 April (2010), 36-38.

Page 42: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

10

oleh para aktivis civil society, dalam berbagai bursa lembaga survei,32

merupakan salah-satu calon presiden yang diprediksi cukup tinggi

mendapat suara dukungan rakyat untuk memimpin Indonesia ini.

Pada pemilu pertamanya, partai politik Gerindra berhasil

menduduki posisi ke-8 dengan meraup 4.5% suara dan mendapatkan 30

kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).33

Namun, dengan belum

terpilihnya mantan calon wakil presiden pada pemilu 2009 dan calon

presiden 2014 dari partai politik ini, Prabowo, Partai Gerindra pun lagi-

lagi mengukuhkan diri menjadi partai politik oposisi. Partai Gerindra

dalam jargonnya adalah partai politik yang menggambarkan dirinya

sebagai partai yang membela kaum marginal, kaum miskin, dan kaum

pedesaan. Hal tersebut dapat dilihat dari visi Partai Gerindra untuk

Indonesia yang berbunyi: “Menjadi partai politik yang mampu

menciptakan kesejahteraan masyarakat, keadilan sosial, dan tatanan

politik negara yang melandaskan diri pada nilai-nilai nasionalisme dan

religiusitas dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.”34

Mencuatnya popularitas dan kepercayaan publik terhadap partai

Gerindra sesuai hasil survei yang dilakukan lembaga survei Indonesia

(LSI), dinilai oleh Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia

(LIMA) Ray Rangkuti,35

sebagai bentuk kekecewaan masyarakat

terhadap partai-partai politik yang menikmati kekuasaan yang tak

kunjung menawarkan perubahan nyata. Masyarakat mulai tidak percaya

dengan para politisi partai lama yang tidak bisa diandalkan. Alasan

32

Tempo memberitakan bahwa dari Survei yang dilakukan lembaga survei

Soegeng Sarjadi Syndicate, Prabowo meraih suara terbanyak dengan suara 25,8

persen. Megawati Soekarnoputri menempati posisi kedua dengan suara 22,4 persen

dan Jusuf Kalla 14,9 persen. Sedangkan Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie yang

telah resmi diusung partai untuk menjadi capres hanya menempati urutan keempat

dengan suara 10,6 persen. Lihat

http://www.tempo.co/read/news/2012/06/06/078408692/Survei-Membuktikan-

Prabowo-Unggul-Calon-Presiden. berdasarkan survei yang dilakukan Lembaga Survei

Indonesia (LSI) pada bulan Februari 2012 dengan memberikan 18 alternatif nama

calon Presiden, Prabowo menduduki peringkat kedua dengan perolehan 12, 8 persen

di bawah Megawati yang memperoleh suara 27,6 persen. Lihat LSI, Mencari Capres

2014, Pengetahuan, Sikap, Tindakan Elektoral Calon Pemilih, (Jakarta: LSI, 2012),

16. 33

Lihat Saiful Mujani and R. William Liddle, “Personalities, parties, and

voters,” 16. 34

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra (Jakarta: DPP Gerindra,

2011). 35

http://kampus.okezone.com/topic/read/4091/49/, diakses tanggal 28 Januari

2013).

Page 43: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

11

berikutnya, diakibatkan oleh slogan-slogan yang dicantumkan partai

Gerindra cukup menyentuh perasaan publik.

Berdasarkan latar belakang di atas, ilmu sosial di Indonesia masih

kurang dalam hal kajian dan analisa tentang peran partai politik dan elit

politik dalam wacana masyarakat madani, sehinggga kajian tentang

perspektif peran parpol dan elite politik menjadi langka. Padahal

persoalan yang bersifat politis dan elitis di masyarakat semakin banyak.

Dengan mengetahui biografi wacana partai politik dan para elite

politiknya, kita bisa membaca perilaku dan kerja elit dalam panggung

politik. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk ikut

bersumbangsih dengan mengangkat tema penelitian disertasi dengan

tema “Konsepsi Masyarakat Madani dalam Manifesto Perjuangan

Gerindra: Studi Kasus Tahun 2008-2014.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, maka rumusan dalam penulisan

disertasi ini dibagi ke dalam beberapa sub bagian, yaitu:

1. Identifikasi Masalah

Cakupan penelitian terhadap masyarakat madani dan partai politik

secara komprehensif sangat luas karena ia bisa ditinjau dari berbagai

aspek kehidupan dan keilmuwan. Oleh karena itu, masalah penelitian

ini diidentifikasikan pada aspek konsepsi masyarakat madani yang

diusung oleh manifesto perjuangan partai politik Gerindra. Alasan

penulis, karena manifesto perjuangan partai politik Gerindra merupakan

cara seluruh komponen Gerindra untuk membumikan cita-cita

bersamanya untuk mewujudkan realitas kehidupan yang madani di

Indonesia ini. Di dalamnya dipaparkan konsep dan aktualitas mengenai

hak dan kewajiban, norma, dan tata nilai yang harus dipahami dan

dilaksanakan Gerindra dalam rangka menjalin kehidupan yang

demokratis dan harmonis antar sesama komponen masyarakat sebagai

bagian dari rakyat Indonesia.

2. Pembatasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi hanya pada konsep masyarakat madani

yang dimanifestokan oleh partai politik Gerindra. Tahun kajian yang

diteliti-pun dibatasi hanya dari tahun 2008 sampai tahun 2014. Tahun

2008 dipilih karena tahun itulah didirikan dan tahun 2009, secara

perdana meskipun partai gurem, Gerindra telah mengikuti Pemilu dan

mampu mengantarkan kadernya dalam bursa calon wakil presiden

Page 44: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

12

2009, walau belum berhasil. Tahun 2014 menjadi batasan penelitian,

karena, menurut penulis, tahun ini Gerindra menjadi peserta Pemilu

yang paling fenomenal. Meskipun belum juga mampu menduduki

pimpinan teratas pemerintahan, namun telah mampu mengusung kader

terbaiknya menjadi Calon Presiden di bursa Pemilu Presiden tahun

2014 ini. Menariknya lagi, Gerindra menjadi pemimpin Koalisi Merah

Putih (KMP) dengan beranggotakan partai-partai besar dan ‘senior’

yang banyak makan asam-garam perpolitikan di Indonesia seperti

Golkar, PPP, PAN, PKS, dan PBB.36

3. Rumusan Penelitian

Atas dasar pemikiran di atas, masalah penelitian dapat dirumuskan

melalui pertanyaan besar: “Bagaimanakah rancang-bangun konsepsi

masyarakat madani dalam manifesto perjuangan partai Gerindra?

Pernyataan tersebut diperinci lagi dalam rumusan minor:

a. Bagaimanakah upaya parpol Gerindra dalam membangun

masyarakat madani di wilayah privat?

b. Bagaimana pula hal tersebut teraplikasikan dalam ruang publik?

c. Lalu seperti apakah potret perjuangan masyarakat madani terbangun

dalam proses kenegaraan Indonesia?

d. Terakhir, apa implikasinya dalam bidang perekonomian bangsa?

C. Tujuan dan manfaat Penelitian

Tujuan umum dari penelitian disertasi ini adalah untuk menjelaskan

konsepsi masyarakat madani dalam manifesto perjuangan Gerindra.

Adapun tujuan khususnya adalah:

a. Untuk mengetahui latar belakang konsepsi masyarakat madani

dalam manifesto perjuangan Gerindra.

b. Untuk menggambarkan upaya parpol Gerindra dalam membangun

masyarakat madani dalam ranah privat.

c. Untuk menjelaskan bagaimana masyarakat madani teraplikasikan

dalam ranah publik oleh Parpol Gerindra.

36

Koalisi Merah-Putih (KMP) dideklarasikan pada hari Selasa, 11-11-2014. Acara

syukuran pembentukannya, selain dihadiri Prabowo Subianto, juga dihadiri Ketua

Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan

Suryadharma Ali, Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa, Presiden Partai

Keadilan Sejahtera Anis Matta, dan Ketua Dewan Majelis Pertimbangan Partai

Amanat Nasional Amien Rais. Lihat Icha Rastika, “Koalisi Merah Putih Kuasai

Parlemen, Ini Niat Prabowo,” http://nasional.kompas.com/read/2014/10/10/, diakses

tanggal 5 Desember 2014.

Page 45: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

13

d. Untuk memotret perjuangan masyarakat madani yang terbangun

dalam ranah negara yang dilakukan Gerindra.

e. Untuk menemukan apa implikasinya dalam ranah ekonomi

terhadap perjuangan masyarakat madani parpol Gerindra.

Penelitian ini secara teoritis akademis bermanfaat untuk menambah

khazanah ilmiah keilmuwan pemikiran Islam, khususnya dalam

pengembangan masyarakat madani melalui partai politik. Secara praktis

hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada pemerintah

untuk mengambil kebijakan dan mengaplikasikan khazanah masyarakat

madani dalam menciptakan kesejahteraan dan kesentausaan di

Nusantara ini. Penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi para peneliti

untuk menjadi bahan kajian atau pemikiran lebih lanjut terhadap konsep

masyarakat madani yang beraneka ragam macam varian dan para

pelakunya. Penelitian ini bisa dijadikan sebagai rujukan oleh para

peneliti lain dalam melakukan studi-studi lanjutan, tentunya di luar

masalah yang menjadi fokus studi ini.

D. Kajian Terdahulu yang Relevan

Tulisan tentang masyarakat madani dan partai politik bukan langka,

bahkan bisa dikatakan sangat banyak. Dalam hal kaitannya dengan

masyarakat madani, Sependek pengetahuan dan penelusuran penulis,

Andi Faisal Bakti37

melalui karyanya Majelis Azzikra New Approach to

Dakwah for Civil Society in Indonesia; Azyumardi Azra, Civil Society

and Democratization in Indonesia: The Transition Under President

Wahid and Beyond;38 M. Dawam Rahardjo,

39 Masyarakat Madani di

Indonesia: Sebuah Penjajakan Awal; M. AS. Hikam,40

Wacana

Intelektual tentang Civil Society di Indonesia; Olaf Schumann,41

Dilema Islam Kontemporer: Antara Masyarakat Madani dan Negara

37

Andi Faisal Bakti, “Majelis Azzikra New Approach to Dakwah for Civil

Society in Indonesia,” Mimbar Agama dan Budaya, VoL. 23, No. 1, (2006), 14-24. 38

Azyumardi Azra, “Civil Society and Democratization in Indonesia: The

Transition Under President Wahid and Beyond,” dalam David C. Shack dan Wayne

Hudson, Civil Society In Asia (Law, Ethic and Governance) (Hampshire, Inggris dan

Burlington, USA: Ashgate Publishing Company, 2003). 39

M. Dawam Rahardjo, “Masyarakat Madani di Indonesia: Sebuah Penjajakan

Awal,” dalam Jurnal Pemikiran Islam Paramadina, Vol. 1, No. 2, (1999), 7-32. 40

M. AS. Hikam, “Wacana Intelektual tentang Civil Society di Indonesia,” Jurnal

Pemikiran Islam Paramadina, Vol. 1, No. 2, (1999), 33-47. 41

Olaf Schumann, “Dilema Islam Kontemporer: Antara Masyarakat Madani dan

Negara Islam,” Jurnal Pemikiran Islam Paramadina, Vol. 1, No. 2, (1999), 48-75.

Page 46: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

14

Islam; dan Bahtiar Effendi,42

Wawasan al-Qur’an tentang Masyarakat

Madani: Menuju Terbentuknya Negara-Bangsa yang Modern,

membahas aktor masyarakat madani yang dilakukan oleh individu,

organisasi-organisasi sosial, dan keagamaan di Indonesia. Cendekiawan

masyarakat madani tersebut, kecuali Hikam, sepakat berpendapat

bahwa masyarakat madani bisa dilakukan oleh aneka ragam organisasi

sosial, politik, dan keagamaan. Namun keduanya juga tidak secara

khusus membahas tentang masyarakat madani yang dibangun oleh

suatu aktor partai politik.

Karya ilmiah dari partai politik yang membahas tentang masyarakat

madani telah ditulis oleh Partai Keadilan Sejahtera.43

Buku yang

menjadi blueprint partai ini bertema Memperjuangkan Masyarakat

Madani: Falsafah Dasar dan Platform Kebijakan Pembangunan PK

Sejahtera. Azra menjelaskan buku ini secara komprehensif membahas

berbagai subjek, sejak dari paradigma PKS; kondisi nasional dan

permasalahan bangsa dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya;

lingkungan strategis dan Indonesia yang dicitacitakan, sampai pada

platform PKS untuk mengatasi berbagai masalah tersebut menuju

Indonesia yang dicita-citakan. Tidak banyak parpol yang memiliki

platform yang selengkap dan serinci platform PKS. Meski dalam segi-

segi tertentu, tidak banyak pembahasan tentang ‘bagaimana’ cara dan

langkah sistematis mewujudkan platform tersebut.44

Perbedaannya

dengan penulis adalah pada pokok bahasan masyarakat madani. Penulis

mendasarkan pembahasannya bersandarkan pada teori Thomas Janoski,

yang terfokuskan pada empat ruang, yaitu privat, publik, negara, dan

pasar/ekonomi.

Karya ilmiah disertasi yang mengangkat tema tersebut di antaranya

adalah Nasor45

dengan karya ilmiah disertasi bertema, Komunikasi

Persuasif Nabi Muhammad SAW dalam Mewujudkan Masyarakat

Madani. Disertasi ini secara spesifik membahas dakwah Nabi

Muhammad secara persuasif dengan metode musyawarah diutamakan

42

Bahtiar Effendi, “Wawasan al-Qur’an tentang Masyarakat Madani: Menuju

Terbentuknya Negara-Bangsa yang Modern,” Jurnal Pemikiran Islam Paramadina,

Vol. 1, No. 2, (1999),76-87. 43

Partai Keadilan Sejahtera, Memperjuangkan Masyarakat Madani: Falsafah

Dasar dan Platform Kebijakan Pembangunan PK Sejahtera (Jakarta: PKS, 2008). 44

Azyumardi Azra, “Negara Madani adalah Cita-cita PKS,” Opini Republika, 24

April (2008). 45

Nasor, “Komunikasi Persuasif Nabi Muhammad SAW dalam Mewujudkan

Masyarakat Madani,” Disertasi, SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (2007).

Page 47: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

15

untuk mewujudkan masyarakat yang ideal di kota Madinah. Sayangnya,

disertasi dakwah ini hanya menfokuskan penelitiannya pada

komunikasi persuasif Nabi Muhammad sebagai personal tidak juga

membahas bagaimana misalnya paradigma masyarakat madani fraksi-

fraksi politik masyarakat (su’ubiyyah) yang berkembang ketika itu.

Mucholih Jimun, dengan disertasi Civil Society dan Demokratisasi

di Indonesia: Studi Pemikiran Politik al-Farabi.46 Penelitian ini

mendeskripsikan dan menganalisis pemikiran-pemikiran sosial-politik

al-Farabi, terutama yang berkaitan dengan teori civil society dan

demokrasi yang dikemukakan dalam berbagai karyanya, terutama

dalam kitab Arā' Ahl al-Madīnah al-Faḍīlah dan Kitab al-Siyāsah al-

Madāniyyāh. Temuan penelitian ini antara lain adalah, bahwa di antara

pemikiran politik al-Farabi yang sejalan dengan upaya demokratisasi

dan pembangunan civil society di Indonesia adalah: (1) konsepnya

mengenai cita-cita pembentukan masyarakat demokratis, (2)

gambarannya tentang kondisi negatif masyarakat demokratis

merupakan wujud masyarakat transisi menuju demokratisasi, (3)

pandangannya tentang keberadaan pemimpin ideal yang menjadi motor

demokratisasi dan pembangunan civil society, (4) pemikirannya tentang

syarat-syarat bagi seorang pemimpin yang ideal, dan (5) strateginya

dalam pembangunan civil society. Adapun di antara pemikiran politik

al-Farabi yang berbeda dengan proses demokratisasi dan pembangunan

civil society di Indonesia, adalah: (1) klasifikasi masyarakat demokratis

sebagai masyarakat tidak beradab (berkonotasi negatif), dan (2)

pembatasan hak kepemimpinan kepada individu dalam strata tertinggi

dalam masyarakat. Disertasi ini juga tidak mendedahkan bagaimana

konsep masyarakat madani dapat diterapkan oleh suatu organisasi

politik.

Faisal Ibrahim,47

Perkembangan Civil Society di Negara-Negara

Arab (Proses Demokratisasi di Mesir, Suriah dan Kuwait). Penelitian

ini menjelaskan bahwa bagi Negara-negara Arab, istilah masyarakat

madani pertama kali dipopulerkan pada tahun 70-an oleh Burhān

Ghaliyyūn, seorang sosiolog asal Suriah. Kemudian tahun 80-an,

mendapat perhatian yang sangat besar dari berbagai kalangan baik

46

Mucholih Jimun, “Civil Society dan Demokratisasi di Indonesia: Studi

Pemikiran Politik Al- Farabi,” Disertasi, Program Politik dan Hubungan Internasional

di Timur Tengah UI, (2007). 47

Faisal Ibrahim, “Perkembangan Civil Society di Negara-Negara Arab (Proses

Demokratisasi di Mesir, Suriah dan Kuwait),” Disertasi, Program Politik dan

Hubungan Internasional di Timur Tengah UI, (2007).

Page 48: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

16

politisi, intelektual, akademisi, aktivis maupun birokrat dari kalangan

pemerintah. Masyarakat madani di negara-negara Arab (Mesir, Suriah

dan Kuwait) berkembang melalui dua faktor utama; pengaruh arus

golobalisasi, dan sosial budaya dan sistem politik bangsa Arab yang

bersifat diktator dan monarkhi. Baik di Mesir, Suriah dan Kuwait

perkembangan masyarakat madani secara drastis berlangsung sejak

tahun 80-an, dan dipahami sebagai kerangka demokrasi. Singkatnya,

perkembangan masyarakat madani di negara-negara Arab dapat

dikategorikan sebagai fase melampaui gelombang pertama menuju

gelombang kedua, dimana proporsionalisasi pola masyarakat madani

dalam fase ini sedang diupayakan legalitasnya dalam masyarakat Arab

dan Timur Tengah. Meskipun ada yang mengklaim, bahwa masyarakat

madani dan demokratisasi di Timur Tengah adalah naif. Lagi-lagi

kajian inipun tidak menjelaskan bagaimana peran suatu partai politik

dalam pergulatan wacana masyarakat madani di Timur Tengah.

Untuk kajian tentang partai politik, lagi-lagi sepanjang pengetahuan

dan penelusuran penulis, Makrum Kholil48

menulis karya ilmiah

disertasi dengan tema Politik Islam Golkar pada Masa Pemerintahan

Orde Baru. Penulis disertasi ini melihat dinamika politik Islam pada

masa Orde Baru tidak terlepas dari kiprah partai Golongan Karya

(Golkar) sebagai partai yang tidak mengusung ideologi Islam.

Menariknya, kajian Khalil justru melihat lahirnya beberapa aturan

perundang-undangan yang Islami melalui dukungan Golkar sebagai

pemilik suara mayoritas dalam legislatif. Kajian ini tidak menjelaskan

bagaimana masyarakat madani dalam paradigma politik Golkar. Alaidin Koto

49 dalam karyanya Pemikiran Politik Persatuan

Tarbiyah Islamiyah 1945-1970. Desertasi ini menjelaskan tentang

pemikiran politik Perti yang merupakan kepanjangan dari Persatuan

Tarbiyah Islam. Namun tak semua orang mengetahui sejarah, paham

keagamaan dan pemikiran politik Perti secara komplit. Perti sejatinya,

bukanlah sebuah partai politik secara utuh seperti yang dipahami

kebanyakan orang selama ini. Awalnya, hanya sebuah Persatuan

Madrasah-Madrasah Tarbiyah Islamiyah (PMTI). Persatuan lembaga-

lembaga pendidikan Islam yang dikelola oleh ulama "kaum Tua"

Minangkabau pada waktu itu. Alasan mendasar berdirinya Perti, untuk

memperlancar usaha dalam hal mempertahankan dan mengembangkan

48

Makrum Kholil, “Politik Islam Golkar pada Masa Pemerintahan Orde Baru,”

Disertasi, SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (2008). 49

Alaidin Koto, “Pemikiran Politik Persatuan Tarbiyah Islamiyah 1945-1970,”

Disertasi, SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (1996).

Page 49: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

17

mazhab Syafi’i dan ahl al-sunnah wal al-jamā’ah di Minangkabau.

Sama seperti kajian Kholil, Koto-pun tidak menjelaskan tentang

bagaimana paradigma masyarakat madani dalam rancang-bangun Perti.

Karya-karya ilmiah di atas, meskipun juga sama-sama mengkaji

tentang masyarakat madani dan partai politik, akan tetapi belum ada

yang secara spesifik membahas bagaimana konsepsi masyarakat

madani yang diusung oleh partai politik, kecuali Azra tentang

pembahasan PKS dengan kesimpulan sebagai “religious-based civil

society.” Sehingga, apa yang akan penulis kaji, bukan merupakan

pengulangan tema atas kajian-kajian tentang masyarakat madani

ataupun paradigma masyarakat madani suatu partai politik nasionalis,

semisal Gerindra, dengan kesimpulan “nationalis-based civil society.”

E. Metode Penelitian

Bagian ini akan menguraikan tentang perangkat-perangkat

penelitian mulai dari lokasi dan objek penelitian, tipe dan dasar

penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data serta analisa data

yang sangat membantu dalam kelangsungan penelitian ini.

1. Lokasi dan Objek Penelitian Lokasi Penelitian dilakukan di kota Jakarta, alasan penulis memilih

kota Jakarta sebagai lokasi penelitian karena kota Jakarta merupakan

Ibu Kota Negara Indonesia yang dapat menjadi representasi dari semua

provinsi lain yang ada di Indonesia. Adapun yang menjadi objek

penelitian adalah partai Gerindra (DPP Gerindra) yang merupakan basis

dari semua cabang Gerindra.

2. Tipe dan Dasar Penelitian

Tipe penelitian yang dipergunakan adalah tipe penelitian deskriptif

analisis, yaitu penelitian yang digunakan untuk menggambarkan secara

rinci mengenai objek penelitian serta menganalisa fenomena-fenomena

politik yang menggambarkan proses pembentukan masyarakat madani

yang terjadi sedari proses pemilu 2008 yang berkaitan dengan mulai

eksisnya partai Gerindra dalam kancah pertarungan politik di Indonesia.

Dasar penelitian adalah kualitatif untuk mendapatkan data yang

lebih akurat mengenai fenomena-fenomena politik yang

menggambarkan proses pembentukan masyarakat madani yang terjadi

sedari pelaksanaan pemilu 2009 sehubungan dengan eksistensi partai

Gerindra dalam kancah politik. Penelitian kualitatif mengacu kepada

Page 50: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

18

berbagai cara pengumpulan data yang berbeda, yang meliputi penelitian

lapangan, observasi partisipan, dan wawancara mendalam.50

3. Penentuan Informan

Penelitian ini adalah mengenai eksistensi Partai Gerindra pada

kancah politik di Indonesia di mana fokus penelitiannya ditujukan

untuk mengetahui rancang-bangun dari manifesto dan implementasi

masyarakat madani yang diupayakannya. Adapun informan pada

penelitian ini adalah kader dan pengurus pusat Partai Gerindra yang

berkaitan dengan fokus dari penelitian ini. Penentuan informan ini

dengan menggunakan metode purposive yaitu suatu penentuan

informan berdasarkan tujuan atau pertimbangan tertentu. Adapun yang

menjadi informan dalam penelitian ini diupayakan sebisa mungkin

merupakan pejabat teras pengurus partai Gerindra.

4. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Studi Pustaka dan Dokumen

Pada studi pustaka, penulis melakukan pengumpulan data yang

berhubungan dengan penelitian, yaitu membaca sumber-sumber

literatur mengenai partai Gerindra, khususnya yang mengenai

masyarakat madani melalui jurnal, buku-buku ilmiah, majalah, surat

kabar, internet, dan informasi tertulis lainnya. Teknik ini digunakan

untuk menunjang data primer atau data utama yang diperoleh dari

dokumen-dokumen resmi partai Gerindra. Teknik ini sangat membantu

penulis dalam menelusuri pembahasan melalui kajian yang telah ada

sehingga dengan mudah penulis mengaitkan antar informasi tersebut.

b. Observasi

Observasi dilakukan dengan mendatangi kantor Dewan Pimpinan

Pusat Gerindra di bilangan Ragunan Jakarta Selatan. Penulis juga

mendatangi Fraksi Gerindra yang berada di lantai 17 Gedung wakil

rakyat DPR/MPR-RI yang dijaga super-ketat bagi rakyat untuk

mengunjungi wakilnya. Selain itu, penulis juga melakukan observasi ke

Badan Komunikasi Partai Gerindra, sebagai pusat propaganda

50

Bruce a. Chadwick H, Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial.

(Semarang: IKIP Press, 1983), 234.

Page 51: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

19

informasi dan teknologi partai ini. Penulis juga mendatangi Fadli Zon

library, yang menjadi kantor bagi pengelolaan Bakom Gerindra. Untuk

mendapatkan gambaran yang jelas, penulis juga beberapa kali

mengikuti secara langsung kegiatan-kegiatan Prabowo, baik ketika

kampanye maupun semi kampanye. Dengan tujuan untuk mendapatkan

data yang lebih akurat, meskipun selalu gagal untuk bisa wawancara,

penulis juga telah observasi ke kediaman Prabowo di Desa

Bojongkoneng Bukit Hambalang Bogor Jawa Barat maupun ke kantor

Tidar Kerinci Jl. Jend Gatot Subroto Kav 71-73 Menara Bidakara Lt 10

Jakarta, yang menurut Permadi, merupakan tempat berkantor dan

singgah sehari-hari Prabowo selama berada di Jakarta.

c. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam yang dilakukan oleh penulis yaitu

melakukan percakapan langsung dengan pengurus dan kader Partai

Gerindra dan beberapa pengamat politik dan masyarakat madani.

Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang

sebelumnnya telah disusun oleh penulis sebagai acuan dan sifatnya

tidak mengikat sehingga banyak pertanyaan baru yang muncul pada

saat wawancara terkait dengan eksistensi partai politik Gerindra.

Penulis telah melayangkan surat permohonan surat resmi, sms, telepon,

dan mengikuti acara Prabowo Subianto dan Hashim Djojohadikusumo

secara langsung maupun lewat orang-orang terdekat atau kantornya,

namun tidak ada izin dan respon balik untuk wawancara. Adapun dari

kalangan internal partai politik Gerindra, penulis telah melakukan

wawancara di antaranya dengan:

1) Almarhum Suhardi (2013), selaku Ketua Umum Gerindra.

2) Permadi (2013), selaku Anggota Dewan Penasehat Gerindra.

3) Fadli Zon (2013), selaku Wakil Ketua Umum Bidang Politik,

Hukum dan Keamanan, juga sebagai juru bicara Gerindra.

Untuk mendapat informasi yang berimbang, penulis juga

melakukan wawancara dengan mantan pendiri dan anggota Gerindra,

Fami Fachruddin (2013) dan M. Harris Indra (2014). Sebelumnya,

mereka menjabat sebagai Ketua Bidang Pertahanan dan Ketua Bidang

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi DPP Gerindra. Selain keduanya,

penulis telah menghubungi Muchdi Pr. (2014), dan Halida Hatta (2014)

selaku mantan pendiri Gerindra. Namun, keduanya tidak bersedia

diwawancarai lebih lanjut perihal Gerindra dan menyarankan cukup

diwakili oleh pernyataan Fadli Zon saja. Untuk lebih obyektif lagi,

penulis melakukan wawancara dengan anggota aktif DPP Gerindra dan

Page 52: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

20

para aktivis Badan Komunikasi Gerindra yang bermarkas di Bendungan

Hilir-Tanah Abang, Jakarta Pusat, namun karena alasan tertentu,

namanya penulis rahasiakan.

Dengan pakar politik dan masyarakat madani, penulis telah

melakukan wawancara langsung dengan Syukron Kamil. Selain itu

lewat media jejaring sosial, penulis telah melakukan tanya jawab secara

online dan offline dengan beberapa cendekiawan, mereka di antaranya

adalah:

1) Thomas Janoski (2014)

2) Martin van Bruinessen (2014)

3) Jimly Asshiddiqie (2013)

4) Fachry Ali (2014), dan

5) Ahmad Basho (2013).

5. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer dilakukan dengan mengkaji manifesto perjuangan

Gerindra yang telah tertuang dalam buku dan Manifesto Perjuangan

Gerindra dan Membangun Kembali Indonesia Raya: Haluan Baru

Menuju Kemakmuran. Selain itu, data primer juga didapatkan dari

berbagai dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Gerindra, baik berupa

audio, visual ataupun audio-visual. Untuk memperkuat, penulis juga

dukung data melalui teknik wawancara. Data yang diperoleh langsung

dari informan melalui wawancara secara terbuka sesuai dengan yang

dibutuhkan dalam penelitian ini. Penulis melakukan wawancara dengan

Informan dengan menggunakan pedoman wawancara. Informan yang

dipilih adalah orang yang dianggap representatif untuk mewakili partai

Gerindra.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, yaitu melalui kajian

buku-buku, jurnal, dan literatur yang relevan dengan objek yang diteliti.

Dalam hal ini penulis memakai buku-buku dan jurnal tentang partai

politik khususnya berkaitan dengan pemilihan umum. Penulis juga

menggunakan situs-situs internet untuk memperoleh data yang

berhubungan dengan objek penelitian. Data ini berfungsi sebagai

pelengkap dari data primer di atas.

Page 53: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

21

6. Teknik Analisis Data

Data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan

dianalisa secara kualitatif. Karena objek kajiannya adalah partai politik

yang selalu mengalami perubahan (dinamis), yang sulit diukur dengan

menggunakan angka-angka maka penelitian ini membutuhkan analisa

yang lebih mendalam dari sekedar penelitian kuantitatif yang sangat

bergantung pada kuantifikasi data.

Penelitian ini mencoba memahami pemikiran dan upaya yang

dilakukan partai Gerindra untuk membangun masyarakat yang madani.

Analisa ini bertujuan agar temuan-temuan dari kasus-kasus yang terjadi

dapat dikaji lebih mendalam dan fenomena yang ada dapat

digambarkan secara terperinci, sehingga apa yang menjadi pertanyaan

dalam penelitian ini nantinya bisa terjawab dengan maksimal.

F. Landasan Teori

Landasan teori penelitian ini menggunakan teori civil society dari

Thomas Janoski (1998).51

Ia berparadigma bahwa civil society dapat

dipahami dari diskursus di antara empat ruang, yaitu: privat, publik,

negara, dan pasar. Di keempat ruang tersebut proses demokratisasi

secara harmonis dan sinergis diperjuangkan. Sehubungan dengan partai politik, ketika diwawancarai oleh penulis,

Thomas Janoski berpendapat:

Political parties are part of the public sphere when they are contending for

office, making proposals about the future of society, and organizing a following.

However, when they become part of the government, they are not a part of the

public sphere, especially the president or prime minister.52

51

Thomas Janoski, Citizenship and Civil Society, 12; lihat juga Andi Faisal Bakti,

“Women in the West and in Indonesia: How Can Islam Contribute to Social

Development?” Journal Pemikiran Islam, Vol. 1 No. 1, September, Ternate,

Indonesia, (2010), 2-20; Andi Faisal Bakti, “Communication and Violence:

Communicating Human Integrity caharactersitics is necessary for Horizontal Conflict

resolution In Indonesia,” Identity, Culture, and Politics Vol. 9, No. 1 (July 2008);

Andi Faisal Bakti, “Islam and Modernity: Nurcholish Madjid Interpretation of Civil

Society, Pluralism, Secularism and Democracy,” Asian Journal of Social Sciences,

Brill, Leiden, Vol 33, No. 3 (November, 2005); Andi Faisal Bakti, “Paramadina and

its Approach to Culture and Communication: An Engagement in Civil Society,”

Archipel, Paris, 68 (December, 2004); Andi Faisal Bakti, “Paramadina,” Bulletin of

the International Institute for Asian Studies (IIAS), Leiden/Amsterdam June (2004). 52

Wawancara penulis via academia.edu dengan Thomas Janoski pada tanggal 25

September 2014.

Page 54: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

22

Menurut Janoski, suatu organisasi semisal partai politik, menjadi bagian

dari ruang publik (civil society) ketika mereka memperjuangkan kepentingan

publik, membuat rancangan tentang masa depan masyarakat, dan

mengorganisasi pengikutnya. Namun, ketika mereka telah menjadi bagian dari

suatu kekuasaan (pemerintahan), mereka bukan lagi menjadi bagian dari

organisasi dalam ruang publik, terutama ketika menjadi presiden atau perdana

menteri.

Dalam skema, pendapat Janoski adalah berikut ini:

Gambar.1.1.

Empat Ranah Masyarakat Madani Thomas Janoski

Sumber: Thomas Janoski (1998).

Dari gambaran di atas, maka suatu partai politik bisa menjadi

bagian dari masyarakat madani, jika ia berada di luar dan bukan

menjadi bagian dari suatu pemerintahan yang sedang berkuasa. Dalam

hal ini proses demokratisasi menjadi tujuan semua unsur-unsur

organisasi masyarakat madani, termasuk partai politik. Namun, suatu

Page 55: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

23

organisasi partai politik bukan menjadi bagian dari masyarakat madani

jika ia menjadi bagian dari suatu pemerintahan yang sedang berkuasa.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam bab pertama, penulis mengemukakan latar belakang

perdebatan akademik tentang bisa atau tidaknya suatu partai politik

dalam mewujudkan masyarakat madani. Pembahasan dilanjutkan

dengan munculnya partai politik baru Gerindra yang mampu bersaing

dan mendapat kepercayaan rakyat dalam pemilu yang dilaksanakan

pada tahun 2009. Fenomena keberhasilan partai Gerindra dan Partai

Demokrat yang kedua-duanya dipimpin oleh mantan seorang militer

mematahkan paradigma politik yang menyatakan bahwa demokrasi

sebagai basis bangunan masyarakat madani tidak akan bisa bersanding

dengan militer apalagi dengan suatu partai politik. Oleh karenanya,

fenomena tersebut begitu menarik bagi penulis untuk menemukan

bagaimana masyarakat madani dari manifesto perjuangan partai politik

Gerindra. Kemudian pembahasan diidentifikasikan dan dirumuskan dan

ditujukan hanya pada bagaimana manifesto dan implementasi tentang

masyarakat madani yang dibangun oleh partai Gerindra. Kemudian

penulis juga menyajikan kajian-kajian pustaka terdahulu yang

membahas seputar tema masyarakat madani dan partai politik dengan

tujuan agar tidak terjadi pengulangan tema dan menjadi ciri khas

tersendiri dari penelitian ini. Sebagai landasan teori, penulis mengacu

pada pendapat Thomas Janoski dalam menganalisa manifesto Gerindra.

Sebagai pisau analisa dalam penelitian ini, penulis juga paparkan

metode penelitian yang dipakai dalam meneliti topik bahasan ini.

Dalam bab kedua, penulis lebih dalam menjelaskan perdebatan

akademik seputar diskursus masyarakat madani dengan partai politik.

Konsepsi masyarakat madani vis a vis negara menyatakan bahwa

lembaga politik bukan merupakan bagian dan tidak akan mampu

membangun masyarakat madani. Paradigma masyarakat madani

sebagai mitra negara mengkritisi pandangan pertama. Menurut mereka,

apapun bentuk dari suatu perkumpulan masyarakat, tak terkecuali partai

politik, bisa bekerja sama dengan Negara untuk membentuk suatu

masyarakat yang berperadaban. Pembahasan dipertajam dengan

mengetengahkan bagaimana tentang konsep partai politik. Apa saja

dimensi persamaan dan perbedaan, kelebihan dan kekurangan, antara

paradigma masyarakat madani dan partai politik. Selanjutnya,

bagaimana masyarakat madani dan partai politik dalam bingkai

Page 56: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

24

Pancasila. Dengan demikian, diharapkan pembahasan penelitian ini

akan semakin jelas.

Bab ketiga merupakan bab pembuka kajian inti bersama dengan

dua bab berikutnya. Tema penelitian disertasi ini dalam subjudul

perjuangan genealogi sejarah dan konsepsi ruang privat-fungsional

partai Gerindra. Bab ini untuk bertujuan untuk mengetahui bagaimana

perjuangan individu-individu yang tergabung dalam partai politik

gerindra dalam membangun masyarakat madani. Pembahasannya

meliputi sejarah perjalanan pelopor Gerindra, Prabowo Subianto.

Kemudian, bagaimana keluarga Prabowo subianto dalam kancah politik

dan sosial. Dalam hal ini pembahasan difokuskan pada Hashim

Djojohadikusumo, seorang pengusaha yang juga adik kandung

Prabowo. Selain itu, dipaparkan bagaimana kiprah Fadli Zon sebagai

wakil dari aktivis pergerakan masyarakat madani. pembahasan ditutup

dengan mengetengahkan kiprah Suhardi sebagai representatif dari

kalangan intelektual. Kajian akan ditutup dengan meringkaskan isi

manifesto perjuangan partai Gerindra.

Bab keempat, Bab inti kedua mencoba menjawab pertanyaan,

bagaimanakah konsepsi masyarakat madani terwujudkan dalam ranah

publik dan negara oleh parpol Gerindra? Lebih jauh, apa upaya parpol

Gerindra dalam membangun masyarakat madani dalam ranah publik?

Bagaimana pula hal tersebut teraplikasikan dalam ranah negara?.

Bab kelima, penulis paparkan manifesto masyarakat madani

Gerindra dalam ranah pasar atau ekonomi. Bab ini menjelaskan

bagaimana upaya Gerindra dalam mewujudkan kesejahteraan ekonomi

kerakyatan yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Bab keenam merupakan penutup, penulis akan kemukakan

kesimpulan tentang temuan penulis terhadap kosepsi manifesto

masyarakat madani partai Gerindra sedari tahun 2008 sampai dengan

tahun 2014. Paparan hasil penelitian penulis akhiri dengan implikasi

lanjutan atas penelitian ini.

Page 57: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

25

BAB II

DISKURSUS CIVIL SOCIETY, MASYARAKAT MADANI,

DAN PARTAI POLITIK

Masyarakat madani dan partai politik merupakan wadah dari bentuk

pelembagaan sebagai wujud ekspresi ide-ide, pikiran-pikiran,

pandangan, dan keyakinan bebas dalam masyarakat demokratis. Di

samping keduanya, bentuk ekspresi lainnya terjelma juga dalam wujud

kebebasan pers, kebebasan berkumpul, ataupun kebebasan berserikat

melalui organisasi-organisasi lain, seperti lembaga swadaya masyarakat

(LSM), organisasi-organisasi kemasyarakatan (ormas), organisasi non

pemerintah (NGO’s), dan lain sebagainya. 1 Namun, dalam

perkembangannya, semua bentuk ekspresi tersebut, kecuali partai

politik, digolongkan dalam masyarakat madani (civil society).

Sedangkan partai politik bukan merupakan bagian dari masyarakat

madani, karena ia merupakan bagian dari masyarakat politik (political

society).2

Kalau masyarakat madani diyakini sebagai agen-agen

perubahan menuju kehidupan yang sejahtera dan berperadaban, tidak

demikian halnya dengan partai politik. Partai politik dianggap tidak

lebih daripada kendaraan politik bagi sekelompok elite yang berkuasa

atau berniat memuaskan keinginan kekuasaannya sendiri. Partai politik

hanyalah berfungsi sebagai alat bagi segelintir orang yang kebetulan

beruntung yang berhasil memenangkan suara rakyat yang mudah

1

Jimly Asshiddiqie, “Dinamika Partai Politik dan Demokrasi,”

http://jimly.com/pemikiran/makalah?page=7> pada 15 Desember 2013, diakses

tanggal 23 Januari 2014; L. David Brown dan Archana Kalegaonkar, ”Addressing

Civil Society’s Challenges: Support Organizations as Emerging Institutions,” Institute

for Development Report (IDR) Reports, Volume 15, Number 2, (1999), 1-2; Carlo

Ruzza, “The International Protection Regime for Minorities, the Aftermath of the

2008 Financial Crisis and the EU: New Challenges for Non-State Actors,”

International Journal on Minority and Group Rights 18 (2011), 219–220; Marvin B.

Becker, “an Essay on the Vicissitudes of Civil Society with Special Reference to

Scotland in the Eighteenth Century,” Indiana Law Journal, Volume 72, Issue 2

Article 8 (1997), 462; Carmen Malena dan Volkhart Finn Heinrich, “Can We Measure

Civil Society? a Proposed Methodology for International Comparative Research,”

Development in Practice, Volume 17, Number 3, June (2007), 339; Civicus,

“State of Civil Society 2013: Creating an Enabling Environment,” Civicus: World

Alliance for Citizen Participation (2013), 10. 2

Carmen Malena dan Volkhart Finn Heinrich, “Can We Measure Civil

Society?....,” 340; Civicus, “State of Civil Society 2013....,” 10.

Page 58: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

26

dikelabui, untuk memaksakan berlakunya kebijakan-kebijakan publik

tertentu ketimbang menyejahterakan rakyat semesta.

Pertanyaan yang muncul atas penjelasan di atas, bagaimanakah

sebenarnya watak dasar civil society, masyarakat madani dan partai

politik? Mengapa meskipun sama-sama ‘anak kandung’ demokrasi,

namun dikonsepsikan bertentangan, bahkan bermusuhan? Atau apakah

malah justru mereka sebenarnya saling bekerja-sama mewujudkan

harmoni menuju mengabdi pada ‘ibu’ demokratisasi? Menjawab

pertanyaan tersebut, penulis bersandar pada pendekatan Thomas

Janoski (1998)3 dan juga sosiologi-politik yang dikembangkan oleh

Lipset dan Rokkan (1987).4 Mereka berpendapat bahwa munculnya

organisasi masyarakat dengan beragam bentuknya mendahului

munculnya partai politik dan sistem kepartaian. Dengan demikian,

kajian tentang masyarakat madani mendahului kajian tentang partai

politik.

A. Paradigma Politik Civil Society

Dalam tradisi ilmu politik sampai era tahun 80an, menurut Jamhari,

konsep civil society merupakan kata ‘misterius’ dan bukan merupakan

suatu konsep yang penting. Wacana politik Barat mengenal civil society

tak lebih hanya sebagai catatan-catatan kaki (footnote), bukan

merupakan bagian inti dari diskusi tentang ilmu politik. Baru pada

penghujung akhir tahun 1980an dan awal tahun 1990an, wacana

tersebut menjadi marak dalam belantika dunia politik hingga

dipenghujung tahun 2014 ini.5

Seiring dengan makin populernya

wacana tersebut, paradigma tentang civil society-pun semakin

berkembang dan semakin kompleks. Dalam paradigma sosiologi, civil

society dibatasi hanya berkenaan dengan ruang dan masalah publik,

3Lihat Thomas Janoski, Citizenship and Civil Society: A Framework of Rights

and Obligations in Liberal, Traditional, and Social Democratic Regimes (Cambridge:

Cambridge University Press, 1998). 4Seymour M. Lipset dan Stein Rokkan, Cleavage Structures, Party System, and

Voter Alignments (New York: Free Press, 1987). Lihat juga Jacob Beilasiak,

“Substance and Process in the Development of Party Systems in East Central

Europe,” Communist and Post-Communist Studies, 30, No. 1 (1997), 23-44; Herbert

Kitschelt, dkk., “Citizen, Politicans, and Party Certilization: Political Representation,

and State-Failure in Post-Industrial Democracies,” Europe Journal of Political

Research Vol. 37 (2000), 149; Kuskridho Ambardi, Mengungkap Politik Kartel: Studi

tentang Sistem Kepartaian di Indonesia Era Reformasi (Jakarta: Gramedia, 2009), 23. 5

Jamhari, “Book Review, Civil Society di Masyarakat Muslim: Pengalaman

Indonesia,” Studia Islamika, Vol. 7, No. 2, (2000), 167-168.

Page 59: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

27

yang berada di luar ruang masalah privat dan negara dan wataknya-pun

harus vis a vis dengan kedua ruang tersebut. Paradigma antropologi

berbeda lagi, civil society tidak saja berkenaan dengan ruang publik,

namun ia juga meliputi masalah privat, ekonomi, dan juga negara.

Wataknya tidak harus berseberangan dengan atau beroposisi dengan

negara, akan tetapi bisa juga saling bermitra antar domain-domain

tersebut dalam membangun suatu pemerintahan yang demokratis secara

bersama-sama. Lalu, bagaimanakah sejarahnya kedua paradigma

tersebut? Pembahasan di bawah ini akan menjelaskan kedua paradigma

civil society tersebut. Namun, sebelum menjelaskan lebih lanjut dua

paradigma tentang civil society, dinamika pemaknaan tentangnya akan

dikemukakan terlebih dahulu. Hal ini menjadi penting untuk

memudahkan pemahaman terhadap dua paradigma yang berkembang

tentangnya.

Sejarah politik Eropa sebelum abad ke-18 mencatat terdapat

berbagai macam istilah yang berpadanan dengan civil society. Menurut

World Health Organization (WHO), kata civil society berakar pada kata

'civics', yang berasal dari kata Latin 'civis', yang berarti warga negara.

Peradaban ketatabahasaan Romawi dan Yunani mengenalnya dengan

kalimat political society, masyarakat politik. Selain itu, tradisi politik

Yunani juga mengenal istilah “politike koinona” yang dipopulerkan

oleh Aristoteles (384 SM–322 SM).6 Turunannya, dalam bahasa Latin

disebut ‘societas civilis,’ yang mula-mula dipakai oleh Cicero (106

SM-43 SM), seorang orator, politisi, dan filosof Roma. Kebudayaan

Prancis mengistilahkannya dengan societe civile, dan burgerliche

Gesellchaft dalam bahasa Jerman. Bahkan di Nusantara-pun, menurut

Antropolog Indonesia Bambang Pranowo, embrio dari masyarakat

madani telah ada dengan istilah manunggaling kawula ing gusti.7

Britannica Online Encyclopedia mendefinisikan civil society

dengan, “dense network of groups, communities, networks, and ties that

stand between the individual and the modern state,” suatu jaringan

yang erat antar kelompok, komunitas, jejaring, dan hubungan yang

berdiri antara individu dan negara modern.”8 Cohen dan Arato lebih

6WHO, “Understanding Civil Society: Issues for WHO,” Discussion Paper Civil

Society Initiative: External Relations and Governing Bodies, No. 2, CSI/2002/DP2,

February (2002), 4. 7Lihat detail tentang pembahasan manunggaling kawulo gusti versi politik dalam

Bambang Pranowo, Memahami Islam Jawa (Tangerang: Pustaka Alvabet, 2009). 8

http://global.britannica.com/EBchecked/topic/1916880/civil-society, diakses

tanggal 10 Januari (2013).

Page 60: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

28

rinci mendefinisikannya sebagai suatu kondisi kehidupan masyarakat

modern yang berlandaskan di atas prinsip-prinsip egaliterianisme dan

inklusivisme universal. Ia merupakan sebuah bentuk pengalaman dalam

mengartikulasikan kepentingan politik dan dalam pengambilan

keputusan kolektif. Hal tersebut sangat penting dalam pembentukan

dan pengembangan demokrasi, “modern civil-society is based on

egalitarian principles and universal inclution, experience in

articulating the political will and in collective decision making is

crucial to the reproduction of democracy.“9

Lembaga aliansi

internasional untuk partisipasi masyarakat sipil, Civicus, mewakili

mayoritas pakar dalam bidang ini lebih spesifik mendefinisikan

masyarakat madani sebagai, “the arena, outside of the family, the state,

and the market, which is created by individual and collective actions,

organisations and institutions to advance shared interests,”10

arena di

luar keluarga, negara, dan pasar yang dibuat oleh aksi individu dan

kolektif, berbagai organisasi atau institusi untuk menyalurkan

kepentingannya. Definisi terakhir inilah yang menghadapkan

masyarakat madani merupakan oposisi dari negara, bahkan harus

berhadap-hadapan dengan negara.

1. Civil Society vis a vis Negara

Secara konseptual, gagasan civil society, terutama setelah

pertengahan abad 18, biasanya diletakkan pada posisi yang saling

berhadapan dengan negara. Mengutip Sir Azra, Andi Faisal Bakti, dan

beberapa pemikir yang menempatkan masyarakat madani secara

berhadapan dengan negara adalah Adam Ferguson (1723 – 1816),

Hegel (1770-1831), dan Marx (1818 –1883) dan Engels (1820 – 1895),

dan sebagainya.11

Pandangan ini berprinsip bahwa suatu gerakan-

9

Jean L. Kohen, and Andrew Arato, Civil Society and Political Theory

(Cambridge: The MIT Press, 1992), 19. 10

Carmen Malena dan Volkhart Finn Heinrich, “Can we measure civil

society?....,” 340; Civicus, “State of Civil Society 2013....,” 10; Marvin B. Becker,

“An Essay on the Vicissitudes of Civil Society with Special Reference to Scotland in

the Eighteenth Century,” 47; Byaruhanga Julius, “Civil Society Contributions in EU’s

Democratic Governance,” Makalah Konfrensi Internasional Democratic Governance

and Civil Society, University of Osnabrueck, Germany (2013), 3-4. 11

Azyumardi Azra, “Civil Society and Democratization in Indonesia: The

Transition Under President Wahid and Beyond,” dalam David C. Shack dan Wayne

Hudson, Civil Society In Asia (Law, Ethic and Governance) (Hampshire, Inggris dan

Burlington, USA: Ashgate Publishing Company, 2003), 75; Andi Faisal Bakti,

“Paramadina and its Approach to Culture and Communication: an Engagement in

Page 61: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

29

gerakan prodemokrasi hampir diidentikkan dengan oposisi terhadap

pemerintah. Dengan mengutip pendapat Guiseppe Di Palma, bahkan

Azra menegaskan bahwa paradigma ini berkeyakinan suatu gerakan

baru dapat disebut prodemokrasi apabila selalu berseberangan secara

jelas dengan rezim penguasa yang mapan. Masyarakat sipil adalah

musuh utama otokrasi, kediktatoran, dan bentuk-bentuk lain kekuasaan

yang sewenang-wenang.12

Secara historis, pada tahun 1767 wacana dan terma berdemokrasi

civil society secara utuh dipopulerkan oleh Adam Ferguson (1723-

1816). Karya Adam Ferguson “An Essay on the History of Civil

Society,”13

merupakan satu titik asal penggunaan ungkapan civil

society. Ferguson menekankan civil society pada sebuah tata susila

(civility) sebagai konsekuensi dari sebuah peradaban. Pemahamannya

ini digunakan sebagai istilah politik untuk menggambarkan sebuah

pemerintahan yang membedakan dari despotisme oriental (oriental

despotism). Dalam konotasi ekonomi, civil society dilawankan dengan

masyarakat Barbar yang tidak mengakui hak milik.14

Perubahan sosial

akibat revolusi industri ketika itu memunculkan kapitalisme serta

mencoloknya perbedaan antara publik dan individu. Meskipun civil

society dikonsepsikan berada di luar negara, Ferguson menghendaki

publik memiliki spirit juang bersama untuk menghalangi dan

mengawasi munculnya kembali pemerintahan yang despotisme. Karena

dalam kerangka civil society solidaritas sosial antar warga negara dan

aparatus negara secara alamiah tumbuh dengan disirami oleh sentimen

moral dan sikap saling mengawasi serta saling mengimbangi (checks

and balances).

Kemudian pada tahun 1792, muncul pula pendapat Thomas Paine

(1737-1803).15

Dalam paradigmanya, civil society dikonsepsikan

Civil Society,”, 317-318; Andi Faisal Bakti dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi

Demokrasi (Ciputat: Churia Press, 2012), 4-6. 12

Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani: Gagasan, Fakta, dan

Tantangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), 6; lihat juga Guiseppe Di Palma,

“Legitimation from the Top to Civil Society,” World Politics, 44, Oktober (1991): 49. 13

Secara detail karya Adam Ferguson di atas bisa dibaca secara online pada

http://www.constitution.org/af/civil.htm, diakses tanggal 10 Januari 2014. 14

M. Dawam Raharjo, “Masyarakat Madani Di Indonesia: Sebuah Penjajakan

Awal,” 26. 15

Lihat kumpulan Tulisan Thomas Paine yang telah dikumpulkan dan diedit oleh

Philip S. Foner (ed.), the Complete Writings of Thomas Paine: with a Biographical

Essay, and Notes and Introductions Presenting the Historical Background of Paine's

Writings (New York: The Citadel Press, 1945), 136.

Page 62: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

30

sebagai kelompok masyarakat yang memiliki posisi berada

berseberangan secara diametral dengan negara. Bahkan, dianggapnya

sebagai antitesa dari negara. Dengan demikian, maka peranan negara

dalam menjalankan roda pemerintahan harus dibatasi sampai sekecil-

kecilnya. dan ia merupakan perwujudan dari delegasi kekuasaan yang

diberikan oleh masyarakat demi terciptanya kesejahteraan umum.

Dengan demikian, maka masyarakat madani menurut Paine ini adalah

ruang dimana warga dapat mengembangkan kepribadian dan memberi

peluang bagi pemuasan kepentingannya secara bebas dan tanpa

paksaan. Paine mengidealkan terciptanya suatu ruang gerak yang

menjadi domain masyarakat, dimana interpensi negara di dalamnya

merupakan aktivitas yang tidak sah dan tidak dibenarkan. Oleh

karenanya, maka masyarakat madani harus lebih kuat dan mampu

mengontrol negara demi kebutuhannya.16

Paradigma civil society Ferguson dan Paine mulai memberi tekanan

lain terhadap makna civil society dengan negara. Civil society dan

negara dipahami sebagai dua buah entitas yang berbeda, sejalan dengan

proses pembentukan sosial dan perubahan-perubahan struktur politik

sebagai akibat pencerahan (enlightment/aufklarung) dan revolusi

industri. Keduanya diposisikan dalam posisi yang diametral.

Masyarakat sipil bahkan dinilai sebagai anti tesis terhadap negara, ia

harus lebih kuat untuk mengontrol negara demi kepentingannya.17

Pemahaman Ferguson dan Paine dipertegas oleh Filosof Jerman

Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831). Menurutnya civil society

tidak dapat dibiarkan tanpa terkontrol. Ia justru memerlukan berbagai

macam aturan dan pembatasan melalui kontrol hukum, administrasi dan

politik.18

Lebih lanjut, Hegel membedakan masyarakat politik (political

society/the state) dan masyarakat sipil (civil society). Hegel19

acapkali

disinyalir sebagai orang pertama kali yang secara tegas membedakan

konsep ‘negara’ dan civil society.20

Konsekuensinya, negara bukan lagi

menjadi rekan malah lawan secara diametral vis a vis dengan

16

Gregory Claeys, Thomas Paine, Social and political thought (Wellington:

Unwin Hyman, tth), 1-2. 17

Philip S. Foner (ed.), the Complete Writings of Thomas Paine, 136. 18

David Peddle, “Hegel's Political Ideal: Civil Society, History and Sittlichkeit,”

Animus 5 (2000): 117-121. 19

A.S. Sassoon, “Civil Society,” dalam T. Bottmore, dkk. (ed.) A Dictionary of

Marxist Thought (Cambridge: Harvard University Press, 1983), 126-128. 20

Chris Hann, “Political Society and Civil Anthropology,” dalam Chris Hann dan

Elizabeth Dunn, Civil Society: Challenging Western Models (London dan New york:

Routledge, 1996), 4.

Page 63: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

31

masyarakat. Dalam paradigma politik Hegel, civil society berbeda

dengan negara. Konsep yang disebut pertama, merupakan suatu

wilayah, ruang, atau ranah (sphere) perantara di antara wilayah

keluarga dan wilayah negara. Menurutnya, kali pertama sejarahnya,

civil society terbentuk dari upaya kaum kapital borjuis yang banyak

tercipta di Eropa abad ke-17 M yang berupaya melepaskan diri dari

tradisi kungkungan kekuasaan negara maupun keluarga feodal.

Pengejawantahan dari upaya tersebut menciptakan tatanan sosial baru

yang dicirikan oleh berbagai persaingan di sektor ekonomi. Kompetisi

ekonomi ini terlihat dalam bentuk kerja, produksi, pertukaran jasa dan

barang, serta perolehan harta. Ranah sosial yang independen dari

negara demikian inilah yang oleh Hegel disebut civil society atau

burgerliche Gesellchaft. Hegel lebih lanjut menjelaskan bahwa karena

eksistensi civil society terbentuk dari arena persaingan ekonomi, yang

inhern didalam dirinya mengandung potensi perpecahan, mau tak mau

ia butuh campur-tangan negara. Negara dalam wujudnya sebagai

kekuasaan politik yang mengurus kepentingan umum, harus

mengontrol civil society agar tidak mengalami disintegrasi.21

Hegel mengatakan bahwa struktur sosial terbagi atas 3 (tiga) entitas,

yakni keluarga, civil society, dan negara. Keluarga merupakan ruang

sosialisasi pribadi sebagai anggota masyarakat yang bercirikan

keharmonisan. Civil society merupakan ranah bagi berlangsungnya

percaturan berbagai kepentingan individu dan kelompok-kelompok

masyarakat, terutama dalam dimensi ekonomi. Sementara negara

merupakan representasi ide universal yang bertugas melindungi

kepentingan politik warganya dan berhak penuh untuk intervensi

terhadap civil society. Oleh karenanya, maka intervensi negara terhadap

wilayah masyarakat bukanlah tindakan illegitimate, karena negara

sekali lagi merupakan pemilik ide universal dan hanya pada tataran

negara politik bisa berlangsung murni serta utuh. Selain itu, masyarakat

madani pada kenyataannya tidak mampu mengatasi kelemahannya

sendiri serta tidak mampu mempertahankan keberadaannya bila tanpa

keteraturan politik dan ketertundukan pada intuisi yang lebih tinggi,

yakni negara.22

21

David Peddle, “Hegel's Political Ideal: Civil Society, History and Sittlichkeit,”

119; Bachtiar Alam, “Antropologi dan Civil Society: Pendekatan Teori Kebudayaan,”

Jurnal Antropologi Indonesia, vol. XXIII, no. 60, (1999), 195. 22

David Peddle, “Hegel's Political Ideal: Civil Society, History and Sittlichkeit,”

120; Bachtiar Alam, “Antropologi dan Civil Society: Pendekatan Teori Kebudayaan,”

196.

Page 64: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

32

Karl Marx melanjutkan dialektika pemikiran Hegel tentang civil

society dalam mengembangkan teorinya tentang masyarakat borjuasi

kapitalis. Senada dengan ekonom Adam Smith, Marx mengidentifikasi

civil society berhubungan dengan dimensi ekonomi, terutama pasar

(market).23

Sebagaimana pandangan filsafatnya, dia juga melihat civil

society dari perspektif determinisme ekonomi bahwa modus produksi

kehidupan material-lah yang menjadi basis kehidupan sosial dan politik

manusia pada umumnya. Civil society juga dilihat sebagai bentukan

sosial (social formation) masyarakat borjuis tempat negara menjadi alat

dari kepentingan-kepentingan kelas para kapitalis. Civil society sebagai

tempat para anggotanya dengan bebas dapat mengejar keuntungan

ekonomi, dikritik oleh Marx sebagai suatu ‘kamuflase’ dari monopoli

sarana produksi oleh kaum borjuis yang mengeksploitasi kaum proletar.

Dengan demikian, civil society bagi Marx hanyalah merupakan fase

transisi yang masih tetap mengandung kontradiksi-kontradiksi

hubungan ekonomi masyarakat kapitalis, yang pada akhirnya pasti akan

hancur dari dalam karena terjadi tranformasi total menuju masyarakat

sosialis.24

Melihat paradigma idealis Hegel ataupun materialis Marx di atas,

menempatkan civil society sebagai suatu ranah sosial yang berhadap-

hadapan atau beroposisi dengan negara, dan sangat menonjolkan peran

civil society sebagai ajang persaingan kepentingan ekonomi kelas

kapitalis.25

Adapun menurut Alexis de Tocqueville (1805-1859), civil society

menekankan penguatan organisasi-organisasi independen dalam

masyarakat dan pencangkokan budaya sivik (civic culture) untuk

membangun jiwa demokrasi.26

Menurut Dawam Rahardjo, pada

pokoknya ada empat jenis organisasi yang disebut civil society oleh de

Tocqueville, yakni organisasi keagamaan yang berpusat di gereja,

organisasi masyarakat yang bersifat lokal dalam lingkungan

23

Chris Hann, “Political Society and Civil Anthropology,” 4. 24

Antony Giddens, Capitalism and Modern Social Theory: an Analysis of

Writings of Marx, Durkheim, and Max Weber, (London: Cambridge University Press,

1971), 55. 25

Chris Hann, “Political Society and Civil Anthropology,” 4. 26

Muhammad AS. Hikam, “Wacana Intelektual Tentang Civil Society di

Indonesia,” 40.

Page 65: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

33

bertetangga, perkumpulan atau kelompok-kelompok persaudaraan dan

organisasi yang bersangkutan dengan kewarganegaraan.27

Masih menurut Dawam, bagi Tocqueville, organisasi-organisasi

yang disebutnya sebagai organisasi sukarela (volunteer organization)

yang berdiri atau dibentuk di atas asas suka sama suka di antara

anggota-anggota masyarakat itu penting artinya, karena hal itu

merupakan sumber demokrasi. Lewat asosiasi itulah rakyat melakukan

partisipasi politik. Organisasi seperti itu menjalankan fungsi kontrol

terhadap pemerintah, melakukan mobilitas sumber daya dan

menjalankan berbagai kegiatan dari dan untuk masyarakat yang dalam

masyarakat-masyarakat lain mungkin dijalankan oleh pemerintah atau

negara. Dengan perkataan lain, mereka melakukan pelayanan terhadap

masyarakat secara swadaya. Tocqueville sebenarnya juga menyebut

kedudukannya sebagai "lembaga antara" yang menghubungkan warga

negara dengan pemerintah. Sekalipun hal itu penting artinya, namun

yang menyebabkan lembaga ini berdiri atas dasar haknya sendiri adalah

bahwa lembaga-lembaga ini mengekspresikan nilai-nilai bangsa

(nation's values). Dalam mengekspresikan nilai-nilai itu, lembaga-

lembaga ini memeliharanya baik-baik dengan memberikan kesempatan

kepada masyarakat sendiri untuk mengujinya kembali, membentuknya

lagi dan menerapkannya. Ia mengakui bahwa organisasi masyarakat

memiliki sumbangan penting terhadap kesehatan budaya suatu

bangsa.28

Pendapat Tocqueville ini kemudian diperkuat oleh Hannah Arendt

(1975) dan Jurgen Habermas (1929) dengan konsep ”a free public

sphere,” sebuah wilayah di mana masyarakat sebagai warga negara

memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik. Penciptaan

ruang publik, bagi Arendt merupakan prasyarat terciptanya civil society

dan demokratisasi. Hal senada diungkapkan Ernest Gellner (1925-

27

Alexis de Tocqueville, Democracy in America, jilid 1 dan 2 (terj.) Henry

Reeve (Pennsylvania: the Pennsylvania State University, Electronic Classics Series,

2002), 270-272. Dawam Rahardjo, “Tiga Dasar Teori tentang LSM,” dalam Opini

Harian Umum Republika, 9 November (1994); secara online tulisan ini dapat dibaca

pada http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1994/11/10/0015.html, diakses tanggal

20 Januari 2014. 28

Alexis de Tocqueville, Democracy in America, jilid 1 dan 2 (terj.) Henry

Reeve (Pennsylvania: the Pennsylvania State University, Electronic Classics Series,

2002), 270-272. Dawam Rahardjo, “Tiga Dasar Teori tentang LSM,” dalam Opini

Harian Umum Republika, 9 November (1994); secara online tulisan ini dapat dibaca

pada http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1994/11/10/0015.html, diakses tanggal

20 Januari 2014.

Page 66: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

34

1995) yang memandang perlunya ruang dan kebebasan publik.

Menurutnya civil society adalah seperangkat institusi non pemerintah

yang cukup kuat untuk mengimbangi negara dan mencegah timbulnya

tirani kekuasaan.29

Pemikir sosial dari Itali Antonio Gramsci (1891-1937) menganalisis

civil society dengan menggunakan konsep hegemoni kultural mengritik

determinisme ekonomi Marx.30

Hegemoni kultural tersebut diproduksi

oleh kalangan gereja, media massa, dan lembaga pendidikan.31

Menurut

Gramsci, suatu kelas sosial mempertahankan dominasinya bukan

sekedar dengan menguasai modus produksi, melainkan dengan

mengembangkan ‘hegemoni’, yaitu suatu tatanan ide dan moral yang

dapat menarik ‘kesepakatan aktif’ (active consent) dari kelas-kelas

sosial yang didominasinya. Dengan kata lain, konsep hegemoni ini

menolak adanya manifestasi langsung kepentingan-kepentingan

ekonomi kelas penguasa di dalam kehidupan politik maupun

kebudayaan masyarakat bersangkutan. Tak pelak lagi, revisi demikian

mempunyai implikasi yang sangat jauh bagi pengkajian ideologi dan

kebudayaan, karena konsep hegemoni praktis membebaskan konsep

civil society dari perspektif determinisme ekonomi. Dengan demikian,

konsep hegemoni juga memberi arti ‘positif’ bagi konsep civil society.

Menurut Gramsci, ajang pembentukan hegemoni justru terletak di

wilayah civil society dan bukan di wilayah negara.32

Gramsci berpendapat bahwa untuk mempertahankan kekuasaannya,

kelas sosial yang dominan mau tidak mau harus bernegosiasi dan

membuat kompromi-kompromi dengan kelompok-kelompok sosial

lainnya di dalam arena civil society. Karena itu, di dalam pemikiran

Gramsci, di antara negara dan civil society senantiasa terdapat suatu

29

Ahmad Fathan Aniq, “Menimbang Civil Society dan Masyarakat Madani;

Antara Mitos dan Realitas,” Majalah Afkar PCI NU-Mesir, Edisi XLVI Bulan Juni

(2008), 23. 30

Lihat Antonio Gramsci, Selections from the Prison Notebooks of Antonio

Gramsci (terj.) Quentin Hoare dan Geoffrey Nowell Smith (London: ElecBook,

1999); N. Bobbio, “Gramsci and the Concept of Civil Society,” dalam J. Keane (ed.)

Civil Society and the State (London: Verso, 1988), 73–79; A.S. Sassoon, “Civil

Society,” dalam T. Bottmore, dkk. (ed.) A Dictionary of Marxist Thought, Cambridge:

Harvard University Press, 1983). 31

M. Dawam Raharjo, “Masyarakat Madani Di Indonesia: Sebuah Penjajakan

Awal,” 26. 32

Antonio Gramsci, Selections from the Prison Notebooks of Antonio Gramsci,

222; Bachtiar Alam, “Antropologi dan Civil Society: Pendekatan Teori Kebudayaan,”

195-196.

Page 67: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

35

hubungan timbal-balik. Kelas sosial yang dominan melalui negara

mencoba mengooptasi kelompok-kelompok lain dalam civil society.

Sebaliknya, kelompok-kelompok sosial tersebut pun mencoba

memaksa negara untuk berkompromi dan menerima tuntutan-

tuntutannya. Sementara Antonio Gramsci tidak memahami masyarakat

madani sebagai relasi produksi, tetapi lebih pada sisi ideologis. Bila

Marx menempatkan masyarakat madani pada basis material, maka

Gramsci meletakkan pada superstruktur, berdampingan dengan negara

yang ia sebut sebagai political society. Masyarakat madani merupakan

aparat hegemoni mengembangkan hegemoni untuk membentuk

konsensus dalam masyarakat. Pemahaman Gramsci memberikan

tekanan pada kekuatan cendekiawan yang merupakan aktor utama

dalam proses perubahan sosial dan politik. Gramsci dengan demikian

melihat adanya sifat kemandirian dan politis pada masyarakat madani,

sekalipun pada instansi terakhir ia juga amat dipengaruhi oleh basis

material (ekonomi).33

Di Indonesia, ahli ilmu politik Muhammad Hikam melihat civil

society secara eklektif sebagai wilayah kehidupan sosial yang

menjamin berlangsungnya tindakan dan refleksi mandiri, tidak

terkungkung oleh kondisi kehidupan material, tidak terserap di dalam

jaringan-jaringan kelembagaan politik resmi, serta mengandung

transaksi komunikasi yang bebas oleh warga masyarakat.34

Dari tinjauan beberapa pemikiran tentang civil society oleh para ahli

ilmu sosial abad ini, jelas terlihat seutas benang merah yang

menghubungkan pebedaan-perbedaan mereka, yaitu: bahwa civil

society mempunyai kemandirian terhadap negara, tetapi di antara

keduanya terdapat hubungan timbal balik, dan bahwa civil society

merupakan arena sosial yang mengandung kepentingan-kepentingan

berbeda, namun memungkinkan terjadinya negosiasi terus-menerus

secara bebas.

33

Lihat Antonio Gramsci, Selections from the Prison Notebooks of Antonio

Gramsci, 264-265; Tent Brown, “Gramsci and Hegemony,” Links International

Journal of Socialist Renewal, http://links.org.au/node/1260, diakses tanggal 24

Februari 2013; Bachtiar Alam, “Antropologi dan Civil Society: Pendekatan Teori

Kebudayaan,” 196. 34

Muhammad AS. Hikam, Demokrasi dan Civil Society (Jakarta: LP3ES, 1990),

3.

Page 68: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

36

2. Civil Society sebagai Mitra Negara

Konsepsi masyarakat madani Yunani dari Aristoteles tentang polis

(kota) biasanya dijadikan embrio pertama pembentukan civil society.35

Intinya, menurut Keane (1988)36

terma itu bermakna warga negara ikut

terlibat aktif dalam kehidupan politik negara dengan berpartisipasi

dalam membentuk lembaga negara dan kebijakan-kebijakannya. Pada

masa itu, seorang anggota civil society atau masyarakat kota, dengan

sendirinya juga berarti warga dari negara (citizen) setempat. Civil

society sebagai ‘anak kandung’ demokrasi37

sampai dengan abad ke-18,

disamakan dengan negara (the state), yakni sekelompok masyarakat

yang mendominasi seluruh kelompok lain. Konsepsi societies civilies

Cicero merupakan sebuah komunitas warga yang mendominasi

komunitas yang lain. Terma yang dikedepankan oleh Cicero ini lebih

menekankan pada konsep negara kota (city-state), yakni untuk

menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk korporasi lainnya, sebagai

kesatuan yang terorganisasi.

Paradigma civil society vis a vis negara, dikritik oleh EE.

Schattscheider (1942),38

John Keane (1988), dan AR. Norton (1995)

Menurut paradigma ini berargumentasi bahwa civil society tidak harus

berhadapan vis a vis dengan negara, bahkan ia seharusnya bisa bekerja

sama dengan negara. Bentuk apapun dari suatu perkumpulan

masyarakat, bisa bekerja sama dengan Negara untuk membentuk suatu

good governance (pemerintahan yang baik).39

35

International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences, entri

pembahasan “Civil Society/Public Sphere: History of the Concept,” Elsevier Science

Ltd, (2001), 1897. 36

J. Keane, “Despotism and Democracy: The Origins and Development of the

Distinction between Civil Society and the State 1750-1850,” dalam J. Keane (ed.)

Civil Society and the State (London: Verso, 1988), 35–36. 37

Ivan Doherty “Democracy Out of Balance: Civil Society Can’t Replace

Political Parties,” Policy Review, April dan Mei (2001), 25 38

SC. Stokes, “Political Parties and Democracy,” dalam Annual Review Political

Scences, Vol. 2 (1999), 243-267. 39

Azyumardi Azra, “Civil Society and Democratization in Indonesia: The

Transition Under President Wahid and Beyond,” dalam David C. Shack dan Wayne

Hudson, Civil Society In Asia (Law, Ethic and Governance) (Hampshire, Inggris dan

Burlington, USA: Ashgate Publishing Company, 2003), 75; Neera Chandhoke, “The

Civil and the Political in Civil Society,” dalam C.M. Elliot (ed.), Civil Society and

Democracy: a Reader (Oxford: Oxford University Press, 2003), 255; Andi Faisal

Bakti dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi (Ciputat: Churia Press, 2012),

4-6.

Page 69: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

37

Menurut Schattscheider, civil society menjadi mitra negara dalam

puncaknya berbentuk sebagai partai politik.40

Partai politik mempunyai

posisi (status) dan peranan (role) yang sangat penting dalam setiap

sistem demokrasi. Partai memainkan peran penghubung yang sangat

strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara.

Bahkan banyak yang berpendapat bahwa partai politiklah yang

sebetulnya menentukan demokrasi, seperti dikatakan oleh

Schattscheider, “Political parties created democracy.” Karena itu,

partai merupakan pilar yang sangat penting untuk diperkuat derajat

pelembagaannya (the degree of institutionalization) dalam setiap sistem

politik yang demokratis. Bahkan, oleh Schattscheider dikatakan pula,

“Modern democracy is unthinkable save in terms of the parties.”41

Sependapat dengan Schattscheider, John Keane,42

melihat civil

society sebagai arena sosial yang mengandung kebebasan (freedom),

perserikatan sukarela (voluntary association), keragaman hubungan

manusia, jati diri, serta nilai-nilai, yang terpisah dari kekuasaan politik

negara dan pemerintah. Bagi Keane dan para ahli ilmu sosial lainnya

yang berhaluan liberal, berbagai macam kekuasaan dalam civil society

tidak bersumber dari satu hal, seperti penguasaan sarana produksi,

tetapi dari berbagai macam faktor yang sangat beragam dan heterogen.

Oleh sebab itu, Keane melihat hubungan setara antara negara dan civil

society itu mengandung penyaluran kekuasaan ke aneka macam

wilayah publik yang terdapat di dalam dan di antara negara dan civil

society.43

Menurut Keane, sebagaimana yang dikutip oleh Azra, demokrasi

bukanlah musuh bebuyutan ataupun teman-kental kekuasaan negara.

Demokrasi menghendaki pemerintah untuk memerintah masyarakat

sipil secara tidak berlebihan ataupun terlalu sedikit. Sementara itu,

40

David Adamany, “The Political Science of E. E. Schattschneider: A Review

Essay,” dalam The American Political Science Review, Vol. 66, No. 4 (Dec., 1972),

1322. 41

SC. Stokes, “Political Parties and Democracy,” 245. Lihat pula Jimly

Asshiddiqie, “Dinamika Partai Politik dan Demokrasi,”

http://jimly.com/pemikiran/makalah?page=7> pada 15 Desember 2013. 42

J. Keane, “Despotism and Democracy: The Origins and Development of the

Distinction between Civil Society and the State 1750-1850,” dalam J. Keane (ed.)

Civil Society and the State (London: Verso, 1998), 35–72. 43

J. Keane (ed.), Democracy and Civil Society (London: Verso, 1998), xiii;

Bachtiar Alam, “Antropologi dan Civil Society: Pendekatan Teori Kebudayaan,” 196.

Page 70: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

38

tatanan yang lebih demokratis tidak bisa dibangun melalui kekuasaan

negara. Ia juga tidak bisa diciptakan tanpa kekuasaan negara.44

Norton mendukung pendapat paradigma civil society Keane.

Baginya, sangat naif untuk berpandangan atau mengharapkan civil

society akan menumbangkan pemerintah. Sebaliknya, penghadapan

antara pemerintah dan civil society harus lebih berbentuk kerja sama

ketimbang konflik dan perebutan kekuasaan.45

Pemerintah tetap

merupakan faktor yang krusial bagi demokratisasi dan pembaruan

(reformasi) politik, yang merupakan agenda bagi berbagai gerakan dan

kelompok dalam masyarakat. Reformasi politik itu penting untuk

menjamin stabilitas; bukan stabilitas yang statis, tapi stabilitas yang

dinamis.

Para pakar politik, ketika menjelaskan tentang civil society sebagai

sebuah konsep, mereka lebih berkecenderungan mengacu pada ranah

publik (public sphere) per se, vis a vis ranah negara (state sphere).

Meskipun ranah privat (private sphere) dan ranah pasar (market

sphere) juga merupakan pilar-pilar kunci dalam civil society. Thomas

Janoski (1998)46

menjelaskan bahwa civil society dapat dipahami dari

diskursus di antara empat ruang, yaitu: negara, publik, pasar, dan privat

dan pengejawantahannya dalam membangun kemanusiaan,

persaudaraan, dan kesejahteraan.

Bagi Janoski, civil society merupakan representasi dari sebuah

ruang publik yang dinamis dan responsif terhadap negara. Ruang publik

terdiri dari berbagai organisasi sosial (voluntary organization) dan

ruang pasar terdiri atas perusahaan milik pribadi ataupun patungan.

Meskipun Janoski memasukkan ruang privat dan keluarga dalam

44

Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani: Gagasan, Fakta, dan

Tantangan, 6. 45

Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani: Gagasan, Fakta, dan

Tantangan, 6-7. 46

Thomas Janoski, Citizenship and Civil Society, 12; lihat juga Andi Faisal Bakti,

“Women in the West and in Indonesia: How Can Islam Contribute to Social

Development?” Journal Pemikiran Islam, Vol. 1 No. 1, September, Ternate,

Indonesia, (2010), 2-20; Andi Faisal Bakti, “Communication and Violence:

Communicating Human Integrity caharactersitics is necessary for Horizontal Conflict

resolution In Indonesia,” Identity, Culture, and Politics Vol. 9, No. 1 (July 2008);

Andi Faisal Bakti, “Islam and Modernity: Nurcholish Madjid Interpretation of Civil

Society, Pluralism, Secularism and Democracy,” Asian Journal of Social Sciences,

Brill, Leiden, Vol 33, No. 3 (November, 2005); Andi Faisal Bakti, “Paramadina and

its Approach to Culture and Communication: An Engagement in Civil Society,”

Archipel, Paris, 68 (December, 2004); Andi Faisal Bakti, “Paramadina,” Bulletin of

the International Institute for Asian Studies (IIAS), Leiden/Amsterdam June (2004).

Page 71: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

39

konsepsinya, ia tidak menjelaskan lebih jauh apa dan bagaimana ruang

privat tersebut. Meskipun demikian, dari penjelasan Cohen dan Arato

bisa diketahui tentangnya. Ruang privat itu ditujukan untuk kehidupan

secara pribadi, pandangan atau prinsip pribadi, dan jejaringnya. Dengan

demikian, dibutuhkan untuk mengkombinasikan keempat ruang

tersebut. Satu sisi mencakup paradigma teori dari Gramsci dan

Habermas yang berkecenderungan dengan pembahasan ruang publik.47

Di sisi yang lain, dilengkapi dengan paradigma Cohen dan Arato yang

berfokus pada ruang privat.

Pada pokoknya, menurut pandangan kelompok ini, gerakan civil

society merupakan ‘mitra’ negara dalam mengelola pemerintahan. Azra

menyimpulkannya paradigma ini dengan penjelasan,48

Masyarakat madani (civil society) lebih dari sekedar gerakan-gerakan

prodemokrasi. Ia juga mengacu ke kehidupan masyarakat yang berkualitas dan

bertamadun (civility). Sivilitas meniscayakan toleransi, yakni kesediaan individu-

individu untuk menerima berbagai pandangan politik dan sikap sosial yang

berbeda. Itu berarti, tidak ada satu pihak manapun, termasuk pemerintah dan

gerakan-gerakan prodemokrasi, yang berhak memaksakan aspirasi dan

kemauannya sendiri, apakah dengan bentuk kooptasi, regimentasi, apalagi dengan

huru-hara yang pada gilirannya hanya menimbulkan lawlessness dan social cost

yang sering amat mahal.

Sebab itu, seluruh masyarakat, -terutama gerakan, kelompok, dan individu-

individu independen yang concerned dan commited pada demokratisasi dan

masyarakat madani,- seyogyanya mengambil strategi yang lebih subtil, lebih

halus, lebih bertamadun; bukan mengambil jalan konfrontasi langsung yang tidak

mustahil akan mengorbankan aktor-aktor masyarakat madani itu sendiri.

Pendapat Azra di atas senada dengan Robert W. Hefner dengan

civil Islam-nya. Civil Islam adalah politik Islam yang berangkat dari

penerimaan atau keterbukaan terhadap demokrasi, kesamarataan,

47

Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di

Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2006), 18; Thania Paffenholz dan Christoph Spurk, “Civil

Society, Civic Engagement, and Peacebuilding,” Social Development Papers Conflict

Prevention and Reconstruction, Paper The World Bank No. 36/October (2006), 2;

Robert W. Cox, “Civil Society at the Turn of the Millenium: Prospects for an

Alternative World Order,” Review of International Studies, Vol. 25, No. 1 (Jan.,

1999), 3-4; European Commission, “The Roots of Democracy and Sustainable

Development: Europe's Engagement with Civil Society in External Relations,”

Communication from the Commission to the European Parliament, The Council, The

European Economic and Social Committee and The Committee Of The Regions,

Brussels, 12.9.2012, COM (2012), 3. 48

Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani: Gagasan, Fakta, dan

Tantangan, 7.

Page 72: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

40

nasionalisme yang sehat dan demokratis.49 Dawam Rahardjo juga

menjelaskan bahwa tidak tepat untuk mempertentangkan dan

memperhadapkan civil society dengan pemerintah dan negara. Jika

pemerintah kurang berfungsi, maka tentu akan tampil civil society.

Barangkali dari sinilah timbul sikap kritis terhadap peranan pemerintah.

Karena civil society berusaha mencari yang kurang untuk diisi. Soalnya

tergantung dari sikap pemerintah sendiri tentang peranan civil society

ini. Di negara yang memiliki tradisi pemikiran Tocquevillian,

pemerintah justru mendorong dan memberikan iklim terhadap

perkembangan civil society, walaupun dengan risiko menumbuhkan

suatu kekuatan pengimbang ini memang dibutuhkan dalam mekanisme

demokrasi. Sebagai penengah, civil society kerap kali memang

menyuarakan kepentingan masyarakat kepada pemerintah. Di sinilah,

kerap kali lembaga yang di Indonesia disebut Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) itu, harus bersikap kritis. Tetapi, LSM ada kalanya

harus memberi penjelasan kepada masyarakat tentang kebijaksanaan

pemerintah agar tidak terjadi konflik. Karena itu maka LSM tidak

selalu bisa dipandang sebagai kekuatan oposisi berhadapan dengam

pemerintah, yaitu sebagai agen pembangunan. Dalam kerangka

pembangunan dan perubahan sosial ini LSM sebenarnya juga

merupakan mitra pemerintah. 50

Dawam berkesimpulan, “dengan demikian, maka civil society

adalah sebuah kekuatan tersendiri dalam model tiga sektor (three sector

model), yang terdiri dari pemerintah sebagai sektor pertama, dunia

usaha sebagai sektor kedua dan lembaga voluntir sebagai sektor ketiga.

Sebagai sektor ketiga, LSM berkedudukan sebagai lembaga penengah

yang menengahi pemerintah dan warga negara. Kerap kali, LSM

memang harus bersikap kritis terhadap pemerintah, tetapi adakalnya

LSM bertindak pula sebagai penjelas kebijaksanaan pemerintah. Sikap

kritis itu hendaknya dipahami, karena LSM itu memang tumbuh

sebagai kekuatan pengimbang, baik terhadap pemerintah maupun

49

Ulil Abshar Abdalla, “Wawancara Robert W. Hefner: Masyarakat Indonesia

Haus Demokrasi,”

http://islamlib.com/?site=1&aid=711&cat=content&title=wawancara, diakses 12 Juni

2013. 50

Dawam Rahardjo, “Tiga Dasar Teori tentang LSM,” dalam Opini Harian

Umum Republika, 9 November (1994); secara online tulisan ini dapat dibaca pada

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1994/11/10/0015.html, diakses tanggal 20

Januari 2014; M. Dawam Raharjo, “Masyarakat Madani Di Indonesia: Sebuah

Penjajakan Awal,” 10.

Page 73: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

41

swasta. Kekuatan pengimbang ini diperlukan agar mekanisme

demokrasi dapat bekerja. Selain itu harus diingat pula bahwa LSM

tidak mesti dapat dinilai sebagai kekuatan oposan, karena LSM adalah

dua mitra pemerintah dalam pembangunan.”51

Berdasarkan skema di atas, Janoski merangkum perdebatan di atas

dengan membagi masyarakat madani dalam dua hal, yaitu sebagai

organisasi dan sebagai tujuan. Masyarakat madani sebagai organisasi,

apapun bentuknya, ia berada di luar pemerintahan secara bersama-sama

mengawasi jalannya pemerintahan suatu negara. Namun ketika, suatu

organisasi tersebut berada di dalam dan menjadi bagian dari kekuasaan,

maka ia bukan lagi dinamakan sebagai organisasi masyarakat madani.

Karena walau bagaimanapun, yang dinamakan organisasi masyarakat

madani, lumrahnya berada di luar pemerintahan.52

a. Civil Society sebagai Organisasi

Janoski berpendapat civil society dimaknai sebagai kumpulan

masyarakat yang berhadapan dengan negara merupakan paradigma

masyarakat madani sebagai organisasi. Namun baginya, batasan

organisasi masyarakat madani tidak seketat itu. Jika harus mengikuti

paradigma Smithian, maka banyak dari organisasi masyarakat yang

teranulir, bukan merupakan bagian dari civil society. Padahal banyak

terdapat organisasi-organisasi masyarakat yang bercirikan dengan ke-

swa-an dan begitu banyak kiprahnya bagi kesejahteraan masyarakat.53

Paradigma masyarakat madani sebagai organisasi menurut Janoski

adalah relasi yang harmonis antara berbagai ranah yang terdapat dalam

suatu negara. Jika digambarkan, maka relasi harmonis tersebut adalah:

51

Dawam Rahardjo, “Tiga Dasar Teori tentang LSM,” dalam Opini Harian

Umum Republika, 9 November (1994). 52

Wawancara penulis via academia.edu dengan Thomas Janoski pada tanggal 25

September 2014. 53

Thomas Janoski, Citizenship and Civil Society..., 13.

Page 74: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

42

Gambar. 2.1

Relasi Empat Ranah Pembentuk Civil Society

Sumber: Muhammad Affan (2008).

Relasi civil society dan partai politik menurut pendapat Aditya

Perdana, dalam konteks relasi pembuatan kebijakan publik, civil society

dan partai politik dalam contoh kasus di Indonesia mulai terbangun

hubungan yang saling menghargai, menghormati dan memahami

keberadaan akan perannya dalam kehidupan politik. Meski awalnya

kalangan civil society menganggap bahwa para politisi di lembaga

legislatif tidak mampu menghasilkan produk perundangan yang

substansial, namun belakangan kalangan civil society menyadari bahwa

keterbatasan peran dan aktivitasnya dalam mempengaruhi proses

pembuatan kebijakan tidak akan berarti tanpa kehadiran partai politik

yang mengisi lembaga legislatif. Sebaliknya, partai politik juga

memahami bahwa salah satu tugas civil society adalah memberi

masukan yang konstruktif dalam proses tersebut. Namun demikian,

hubungan ini tidaklah mudah dicapai karena proses politik yang penuh

State

Bureaucracy

Rule of Law

Political

Society

(Based on legal-rational institutions and organizing

principles)

Civil

Society Economic

Society

Family and

Friendship Networks

(Consisting of concrete

organizations and groups of

people)

Page 75: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

43

negosiasi adalah penghalang utama bagi terciptanya hubungan yang

kondusif.54

Aditya menggambarkan relasi tersebut:

Gambar. 2.2

Relasi Civil Society dan Partai Politik

Sumber: Aditya Perdana (2009).

Jika relasinya berjarak jauh (1), dalam skala Indonesia, misalnya,

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), merupakan sebuah organisasi

nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang anti korupsi

tereliminasi dari organisasi masyarakat madani. KPK dalam

terminologi Janoski termasuk public welfare state, organisasi

54

Aditya Perdana, “Civil Society dan Partai Politik dalam Demokratisasi di

Indonesia,” Makalah pada Seminar Internasional ke-10 “Representasi Kepentingan

Rakyat pada Pemilu Legislatif 2009”, yang diselenggarakan oleh Yayasan Percik,

Salatiga – Jawa Tengah, pada tanggal 28 – 30 Juli (2009), 2.

Page 76: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

44

kesejahteraan publik yang digagas negara.55

Tugas KPK sebagaimana

diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 (UU

KPK), diamanati 5 (lima) tugas oleh negara, yaitu: a) koordinasi

dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak

pidana korupsi; b) supervisi terhadap instansi yang berwenang

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; c) melakukan

penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana

korupsi; d) melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana

korupsi; dan e) melakukan monitor terhadap penyelenggaraan

pemerintahan negara.56

Meskipun sederet tugas mulia KPK, karena

polarisasi yang begitu ketat, KPK bukan organisasi masyarakat madani.

Mengikuti batasan Adam Smith, KPK, karena tidak memiliki

kemandirian (self regulating) dari segi ekonomi.57

KPK sepenuhnya

dibiayai dan justru digagas oleh legislatif yang kemudian disetujui oleh

pemerintah. Ia merupakan bagian dari birokrat negara, sejajar dengan

Badan Pemeriksa Keuangan atau Kejaksaan. Transparency

International Indonesia (TII), Indonesia Corruption Watch (ICW),

Solidaritas Masyarakat Anti-Korupsi (SAMAK), dalam pandangan

Smithian, lebih tepat dimaknai organisasi masyarakat madani, karena

organisasi itu nir-politik dan nir-negara.

Public welfare state Janoski, juga terdapat dalam bidang pendidikan

(edukasi). Dengan demikian, mahasiswa dan dosen yang terorganisasi

dalam perguruan tinggi negeri, juga teranulir dari bagian organisasi

civil society sebagaimana KPK. Perguruan tinggi negeri menjadi salah

satu bagian dari negara. Dosen perguruan tinggi negeri merupakan

pegawai negeri sipil.58

Oleh karenanya, dosen negeri sebagai bagian

55

Gagasan pembentukan KPK diawali oleh TAP MPR No. 11 Tahun 1998

tentang pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Menindaklanjuti amanat itu, DPR dan pemerintah kemudian membuat UU No. 31

Tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi. KPK, Menyalakan Lilin Di Tengah

Kegelapan (Jakarta: KPK, 2004), 5. 56

Febri Diansyah, Emerson Yuntho, Donal Fariz, Laporan Penelitian: Penguatan

Pemberantasan Korupsi melalui Fungsi Koordinasi dan Supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) (Jakarta: Indonesia Corruption Watch, 2011), 8. 57

Lihat Neera Chandoke, The State and Civil Society: Exploration in Political

Theory (New Delhi: Sage Publications, 1995) dan edisi terjemahannya, Benturan

Negara dan Masyarakat Sipil (Yogyakarta: Istawa dan Wacana, 1995), 132-135; Adi

Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society, 46. 58

Sesuai UU No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pegawai

negeri adalah “setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat

yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam

suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan

Page 77: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

45

dari negara karena diserahi tugas dalam suatu jabatan oleh negara

dalam bidang pendidikan. Tri Dharma perguruan tinggi yang salah

satunya adalah pengabdian pada masyarakat yang wajib dilaksanakan

seluruh civitas akademika dalam operasionalisasinya,59

tetap tidak

menjadikannya sebagai bagian dari masyarakat madani, jika mengikuti

secara tegas paradigma Smithian.

Begitu juga halnya dengan partai politik. Martin van Bruinessen

menjelaskan bahwa umumnya, organisasi civil society atau masyarakat

madani secara umum, lumrahnya diketatkan untuk tidak menampung

partai politik sebagai bagian darinya.60

Organisasi masyarakat madani

itu harus nir-politik dan nir-negara. Pengetatan ini, menurut Syafiq

Hasyim, Deputi Direktur International Center for Islam and Pluralism

(ICIP), memiliki pengaruh pada polarisasi yang tajam antara mereka

yang menyebutkan diri sebagai kelompok civil society dan mereka yang

menjadi bagian political society dan economic society. Civil society

yang termasuk dalam kategori Gramscian, semisal organisasi-

organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU)

dan Lembaga Swadaya Masyarakat, semisal Yayasan Lembaga

Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Wahana Lingkungan Indonesia

(Walhi), Setara, dan lain-lain. Political society diperuntukkan bagi

beraneka ragam jenis dan aliran partai politik, baik yang gurem maupun

yang besar. Sedangkan economic society diperuntukkan bagi eksistensi

organisasi-organisasi bisnis yang mencari profit, semisal Kamar

Dagang dan Industri (Kadin), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia

(Hipmi), dan yang semacamnya.61

Lebih lanjut, Hasyim juga

menjelaskan bahwa di dalam organisasi civil society masih ada

polarisasi lagi, yaitu organisasi civil society negatif dan positif. Civil

society yang pertama berkecenderungan anti-negara mengikuti

pemikiran Karl Marx. Civil society yang kedua berkecenderungan tidak

anti terhadap negara dan aliran ini mengikuti paradigma Hegelian. Ia

berkesimpulan, bila diamati secara jernih, sebenarnya polarisasi itu

peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Lihat Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian. 59

Lihat Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

1980 Tentang Pokok-pokok Organisasi Universitas/Institut Negeri. 60

Wawancara penulis dengan Martin van Bruinessen via academia.edu pada

Kamis, 11 September 2014. 61

Syafiq Hasyim, "Civil Society" dan Godaan Pemilu Presiden,” Opini Kompas, 7

Mei (2004), 6: Syafiq Hasyim, “Diskursus Intelektual, Civil Society dan Politik:

Potret Lima Tahun Terakhir NU,” Tashwirul Afkar, Vol. 3, No. 16 (2004), 12-13.

Page 78: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

46

muncul dari cara mereka memandang dan menyikapi negara dan

politik.62

Menurut penulis, Janoski lebih jernih lagi mengamati bahwa

polarisasi itu karena paradigma civil society lebih diartikan oleh aktivis

dalam bentuknya sebagai organisasi.63

Bagi Janoski, meskipun ada polarisasi, hal itu tidak berarti sebagai

pemisahan dan pemutusan hubungan di antara agen-agen perubahan di

masyarakat secara ketat, tetapi lebih dimaksudkan sebagai pembagian

peran dan wilayah kerja di antara organisasi-organisasi pegiat

masyarakat madani.64

Namun, dalam konteks umum, polarisasi itu,

terutama oleh aktivis-aktivis, ghalib-nya dimaknai sebagai pemisahan

dan pemutusan hubungan (total disconnection) di antara mereka dengan

negara. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk menjaga kemurnian dan

kebersihan perjuangan mereka. Kelompok civil society menganggap,

perjuangan kelompok political society terlalu sarat dengan muatan

kepentingan kelompok, ideologi, dan kekuasaan (partisan).65

Menyikapi polaritas tersebut, Hasyim menjelaskan bahwa sikap

nonpartisan dan netralitas dari organisasi ‘murni’ masyarakat madani

amat sulit dipertahankan. Organisasi-organisasi yang mengidentikkan

diri sebagai bagian utama gerakan civil society, dalam

perkembangannya justru bertindak selayaknya partai politik, tergoda

untuk memburu kekuasaan, semisal dengan ramai-ramai mendukung

salah satu calon presiden yang secara nota bene diusung oleh salah satu

partai politik. Bahkan, manuver politik mereka bisa dikatakan sama.

Untuk enggan menyatakan malah melebihi manuver yang dilakukan

political society itu sendiri.66

Contohnya, Hasyim Muzadi pada Pemilu

2004, sebagai Ketua Umum NU ketika itu, yang termasuk bagian

organisasi civil society, tergoda maju menjadi calon wakil presiden

yang dicalonkan PDI.67

Pemilu tahun 2014, Said Aqil Siraj, meski

dalam kapasitasnya sebagai pemimpin NU bersikap netral dengan

membebaskan warga NU untuk memilih siapa saja sebagai calon

presiden, namun secara terang-terangan, sebagai pribadi, ia malah

62

Lihat Theda Scopol, “Advocate without Members: The Recent Transformation

of American Life,” dalam Morris P Fiorina, Civic Engagement in American

Democracy (New York: Brookings Institution Press, 1999), 461-509. 63

Thomas Janoski, Citizenship and Civil Society..., 13. 64

Thomas Janoski, Citizenship and Civil Society..., 14. 65

Syafiq Hasyim, "Civil Society" dan Godaan Pemilu Presiden,” 6. 66

Syafiq Hasyim, “Diskursus Intelektual, Civil Society dan Politik: ....,” 13. 67

Syafiq Hasyim, "Civil Society" dan Godaan Pemilu Presiden,” 6.

Page 79: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

47

menjadi bintang iklan yang mendukung salah satu kandidat capres.68

Bahkan Amin Rais, mantan Ketua Umum organisasi masyarakat

madani Muhammadiyah, bermanuver politik dengan menyatakan

bahwa pemilihan presiden sama dengan situasi Jihad Perang Badar,

hanya karena mendukung salah satu calon presiden.69

NU dan

Muhammadiyah, elit pemimpinnya tergoda untuk membawa hal

primordial, yakni agama, dalam konteks pemilihan presiden yang

berada dalam ranah politik.

Penulis sepakat dengan Hasyim, ada beberapa hal yang

menyebabkan civil society di Indonesia tergoda untuk terlibat urusan

politik praktis yang menjadi domain dari masyarakat politik berupa

partai politik. Pertama, ada anggapan di kalangan mereka bahwa civil

society bukan merupakan tujuan perjuangan mereka (maqāshid), tetapi

sebagai alat untuk meraih tujuan (wasail). Karena hanya sebagai alat,

fungsi alat itu bisa diubah-ubah kapan saja sesuai kepentingan tujuan.

Kedua, tradisi yang lemah di kalangan mereka, terutama elitenya, untuk

melakukan pilihan lapangan perjuangan bagi umatnya. Melihat

kenyataan yang ada, politik praktis (kekuasaan) masih dianggap

sebagai medan perjuangan tertinggi dalam hidup berbangsa dan

bernegara. Ketiga, ketidakpercayaan elite political society sendiri

bahwa partai politik mereka mampu menggaet simpati rakyat dengan

mencalonkan orang dari dalam.70

Menurut Azra, organisasi civil society dalam bentuk ormas besar seperti Muhammadiyah dan NU sampai saat ini menjadi kunci utama

dalam menyukseskan agenda-agenda gerakan civil society di

Indonesia.71

Namun, menurut Hasyim, dukungan politik yang

dilakukan para elit tokoh-tokohnya terhadap salah satu capres dan

cawapres tidak bisa dikatakan sebagai di luar kerja politik praktis.

Puncak politik praktis adalah memperebutkan jabatan kepemimpinan

nasional. Itu merupakan domain dari masyarakat politik, bukan

organisasi masyarakat madani. Apa yang dilakukan Muhammadiyah

68

Sandro Gatra, “Said Aqil Dukung Prabowo,”

http://nasional.kompas.com/read/2014/05/16/0911536/Said.Aqil.Dukung.Prabowo,

diakses 1 September 2014. 69

Pribadi Wicaksono, “Alwi Shihab Kritik Perang Badar Amien Rais,”

http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/06/269583088/Alwi-Shihab-Kritik-

Analogi-Perang-Badar-Amien-Rais, diakses 1 September 2014. 70

Syafiq Hasyim, "Civil Society" dan Godaan Pemilu Presiden,” 6. 71

Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani: Gagasan, Fakta, dan

Tantangan, 146-148.

Page 80: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

48

dan apa yang dilakukan NU di atas, juga oleh sebagian organisasi

masyarakat madani lainnya, adalah upaya untuk menjadi bagian dari

masyarakat politik dengan ikut andil meraih kuasa politik. Bagi

Muhammadiyah dukungan Amien Rais terhadap salah satu calon

presiden tahun 2014 adalah peristiwa politik yang aneh di mana

ketahanan organisasi yang sudah berpuluh-puluh tahun dijaga, akhirnya

jebol karena orientasi kekuasaan politik. Bagi NU, dukungan Siradj

terhadap salah satu capres lebih aneh lagi karena organisasi ini secara

resmi tidak berpolitik (khiṭṭtah), dan menyalahi keputusan Muktamar

NU Kediri 1999 di mana warga NU diamanatkan mendukung partai

yang secara historis memiliki kedekatan dengan NU.72

Berdasarkan fakta semakin menipisnya polaritas antara masyarakat

madani dan masyarakat politik di atas, menurut penulis, apa yang

dikemukakan oleh Janoski di muka menjadi relevan. Telah terjadi

tumpang tindih dalam mensikapi batasan organisasi masyarakat

madani. Secara ideal, mudah untuk memberi batasan bahwa organisasi

masyarakat madani hanya terdiri dari kumpulan sosial suatu warga

yang berada di luar ranah negara dan ranah ekonomi, terlebih ranah

privat. Namun, secara fakta di lapangan, banyak organisasi yang

seharusnya menjadi bagian dari organisasi masyarakat madani, karena

polaritas yang ketat, menjadi tereliminasi. Dengan demikian, batasan

polaritas organisasi untuk dikatakan sebagai masyarakat madani perlu

diperluas lagi. Sekat-sekat yang menjadi penghalang antar organisasi

yang sama tujuan, entah datang dari ranah privat, publik, negara,

maupun ekonomi, harus diperlonggar.73

Pernyataan Janoski senada

dengan Keane, berbagai macam asosiasional civil society tidak

bersumber dari satu hal, tetapi dari berbagai macam faktor yang sangat

beragam dan heterogen. Oleh sebab itu, sebagaimana telah dijelaskan di

atas, Keane lebih melihat hubungan kemitraan antara negara dan

organisasi civil society ketimbang saling berhadapan. Bagi Janoski dan

Keane, aneka macam organisasi civil society terdapat di dalam dan di

antara negara dan civil society.74

Dari manapun berasalnya organisasi

masyarakat madani, dengan catatan tujuannya adalah memainkan peran

penyeimbang (balancing power) terhadap kekuasaan negara, maka ia

termasuk dalam kategori organisasi masyarakat madani.

72

Syafiq Hasyim, "Civil Society" dan Godaan Pemilu Presiden,” 6. 73

Thomas Janoski, Citizenship and Civil Society..., 14. 74

J. Keane (ed.), Democracy and Civil Society (London: Verso, 1998), xiii;

Bachtiar Alam, “Antropologi dan Civil Society: Pendekatan Teori Kebudayaan,” 196.

Page 81: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

49

b. Civil Society sebagai Tujuan Civil society sebagai tujuan, dalam pandangan Janoski, merupakan

kerja sama antara keempat komponen masyarakat madani dalam

kebijakan-kebijakan negara. Ranah privat, publik, dan ekonomi, harus

mengkritisi jalannya roda pemerintahan suatu negara dari berbagai

aspeknya. Sependapat dengan Janoski, Aditya Perdana berpendapat

bahwa antara masyarakat politik dan masyarakat madani bisa secara

harmonis bersama-sama menggapai tujuan bersama.75

Pendapat Aditya

Perdana senada dengan Andi Faisal Bakti tentang pendewasaan partai

politik di Indonesia. Keduanya menyatakan bahwa dalam konteks relasi

pembuatan kebijakan publik, civil society dan partai politik di Indonesia

mulai terbangun hubungan yang saling menghargai, menghormati dan

memahami keberadaan akan perannya dalam kehidupan politik.76

Meski awalnya kalangan civil society menganggap bahwa para

politisi di lembaga legislatif tidak mampu menghasilkan produk

perundangan yang substansial, namun belakangan kalangan civil

society menyadari bahwa keterbatasan peran dan aktivitasnya dalam

mempengaruhi proses pembuatan kebijakan tidak akan berarti tanpa

kehadiran partai politik yang mengisi lembaga legislatif. Sebaliknya,

partai politik juga memahami bahwa salah satu tugas civil society

adalah memberi masukan yang konstruktif dalam proses tersebut.

Namun demikian, hubungan ini tidaklah mudah dicapai karena proses

politik yang penuh negosiasi adalah penghalang utama bagi terciptanya

hubungan yang kondusif.77

Aditya Perdana menambahkan bahwa keterbatasan ruang dan peran

yang dimiliki oleh aktor civil society dalam mendesakkan agenda-

agenda perubahan yang lebih berorientasi kepentingan rakyat, telah

merubah pola gerakan yang diinginkan oleh para aktivis gerakan sosial.

Awalnya gerakan ekstraparlemen adalah sebuah pilihan yang

dilakukan oleh para aktor civil society. Namun belakangan, para aktor

civil society menyadari bahwa salah satu ketidakefektifan gerakan ini

dikarenakan keterbatasan yang dimiliki oleh civil society, yaitu hanya

menjadi kelompok penekan bukan kelompok penentu dalam lembaga

75

Aditya Perdana, “Civil Society dan Partai Politik dalam Demokratisasi di

Indonesia,” 2. 76

Aditya Perdana, “Civil Society dan Partai Politik dalam Demokratisasi di

Indonesia,” 3; wawancara penulis dengan Andi Faisal Bakti, di Town House Cilandak

Tengah, 6 September 2014. 77

Aditya Perdana, “Civil Society dan Partai Politik dalam Demokratisasi di

Indonesia,” 4.

Page 82: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

50

legislatif. Oleh karenanya, beberapa aktor civil society merasa ada

kebutuhan yang mendesak untuk menjadi bagian di dalam lembaga

legislatif. Artinya, perubahan peran dari civil society dengan fokus

sebagai penekan menjadi peran kelompok yang menentukan dalam

proses kebijakan, yaitu partai politik. Maka, dalam dua pemilu terakhir

(2004, 2009 (juga 2014: penulis), terdapat banyak nama aktor civil

society yang ikut bertarung dalam pemilu legislatif nasional (DPR dan

DPD) ataupun DPRD. Dalam konteks itu, para aktor civil society yang

ikut serta dalam pemilu DPR dan DPRD telah berpindah menjadi aktor

partai politik. Salah satu masalah mendasar yang dihadapi dalam

pelembagaan politik di Indonesia adalah penguatan akan lembaga-

lembaga itu sendiri, terutama di kalangan civil society dan partai

politik. Partai politik di Indonesia masih lemah dalam konteks

penguatan kelembagaan secara internal dan juga kapasitas dalam

proses pembuatan kebijakan publik. Sementara itu, civil society pun

juga lemah dalam membangun kekuatan politik yang signifikan, baik di

tingkat nasional ataupun di tingkat lokal.78

Pendapat di atas, ditilik dari pendapat Chandhoke, kembali ke akar

peradaban masyarakat madani pada masa Yunani Kuno. Di zaman itu,

organisasi civil society dan negara berasal dari definisi yang sama,

yakni koinomia politike (masyarakat politik) dimana setiap manusia,

entah sebagai pribadi, keluarga, organisasi sosial dan ekonomi, atau

birokrat negara, dikenal sebagai zoon politicon (makhluk politik).79

Mereka termasuk dalam bagian masyarakat madani karena memiliki

tujuan yang sama dalam usaha untuk berkontribusi terhadap

kepentingan publik. Dalam negara yang sedang mengalami transisi

demokrasi, kehadiran keluarga, masyarakat ekonomi, partai politik dan

civil society merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam proses

pemantapan demokratisasi. Linz dan Stepan, sebagaimana yang dikutip

oleh Aditya Perdana, menyatakan bahwa kehadiran civil society dan

partai politik adalah bagian yang penting untuk menciptakan

konsolidasi demokrasi. Selain itu, juga kehadiran birokrasi yang efektif,

kehadiran masyarakat ekonomi yang juga kondusif dan taatnya aturan

terhadap hukum secara bersama-sama. Kehadiran civil society yang

dijamin kebebasannya bertujuan untuk menopang bagi

keberlangsungan partai politik, terutama untuk menghasilkan

78

Aditya Perdana, “Civil Society dan Partai Politik dalam Demokratisasi di

Indonesia,” 2-3. 79

Neera Chandhoke, Benturan Negara dan Masyarakat Sipil, 115.

Page 83: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

51

kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada masyarakat. Tugas civil

society adalah menghasilkan gagasan-gagasan yang konstruktif dalam

pembangunan dan juga memonitor aparat negara serta kelompok-

kelompok ekonomi. Sementara itu, tugas partai politik adalah

menghasilkan dan membentuk konstitusi dan aturan-aturan perundang-

undangan, mengontrol aparat birokrasi dan juga menghasilkan produk-

produk kerangka kebijakan bagi semua pihak, termasuk kelompok

ekonomi, kelompok publik, dan kelompok private.80

Dalam kerangka masyarakat madani sebagai tujuan, menurut

penulis, lebih fleksibel untuk proses demokratisasi. Penulis mendukung

pendapat Chandoke dan Janoski. Dalam penilaian Chandoke, sebagai

nilai dalam konsepsi masyarakat madani harus memiliki beberapa

karakter, di antaranya: a) adanya partisipasi politik,

pertanggungjawaban negara dan publisitas dari politik; b) sebagai

sebuah institusi, civil society ada pada asosiasi, forum-forum

representatif, kebebasan pers, dan asosiasi-asosiasi sosial, baik

keluarga, ormas, partai politik, masyarakat ekonomi, dan lain

sebagainya; 3) perlindungan dari civil society adalah berhubungan

dengan hak-hak individual dan umum; 4) anggota civil society adalah

semua individu yang dilindungi oleh hukum.81

Berdasarkan paparan di atas, sebagaimana yang akan dikaji lebih

dalam pada bab-bab berikutnya, masyarakat madani yang akan

dijadikan acuan kerangka penelitian ini adalah masyarakat madani

sebagai tujuan bukan sebagai organisasi. Penggunaan kata civil society

disepadankan dengan masyarakat madani. Meskipun, menurut penulis,

sebagaimana yang akan diuraikan berikut ini, terma masyarakat madani

lebih luas cakupannya dari civil society. Karena, sesuai dengan spirit

Pancasila, terlebih lagi dengan ajaran Islam, masyarakat madani yang

tumbuh dan berkembang di Indonesia, harus berlandaskan atas

Ketuhanan yang Maha Esa. Civil society dalam hal ideologi, ia bebas

nilai. Masyarakat atheis-pun, dalam paradigma ini , dengan catatan ia

berbentuk organisasi masyarakat mandiri pengontrol negara dan

bertujuan mensejahterakan rakyat dengan berdemokratisasi, maka layak

menjadi bagiannya. Tidak demikian halnya dengan masyarakat madani.

Kelompok masyarakat itu, selain persyaratan sebagai civil society, juga

harus berlandaskan atas asas ketuhanan.

80

Aditya Perdana, “Civil Society dan Partai Politik dalam Demokratisasi di

Indonesia,” 5. 81

Neera Chandhoke, Benturan Negara dan Masyarakat Sipil, 116-117.

Page 84: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

52

B. Masyarakat Madani dalam Peradaban Dunia Islam

Masyarakat madani terbentuk dari gabungan kata “masyarakat”

dan “madani.” Kedua kata tersebut, sama-sama merupakan kata serapan

dari bahasa Arab yang telah dibakukan ke dalam kosa kata bahasa

Indonesia. Oleh karenanya, agar mudah memahami konsep ini, maka

akan di paparkan pengertian kedua kata tersebut.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata masyarakat

dengan arti, “sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat

oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.82

Kata masyarakat

sendiri, berasal dari bahasa Arab, yaitu akar katanya terdiri dari

huruf sh (ش), ra (ر), dan kaf (ك). Dari akar kata itu terbentuk kata-

kata seperti, shirk, sharīkat, dan shirkah-sharikah. Kata pertama,

menurut Kamus al-Munawwir berarti bersekutu. Kata kedua

memiliki makna perserikatan, perkumpulan, perhimpunan, golongan

atau kumpulan.83

Sedangkan kata ketiga menurut Kamus al-Maurid,

bermakna company, corporation, firm, business, partnership, dan

assosiation.84

Dalam kamus al-Munjid dikatakan bahwa al-sharīkat

adalah “85”اإلختالط yang berarti bercampur.

Selain kata tersebut, istilah masyarakat dalam bahasa Arab, juga

biasa disebut dengan al-mujtama’.86

Kamus al-Maurid mengartikan

mujtama’ dengan makna مجاعة الناس. Kata ini bermakna society,

human society, dan community. 87 Lebih spesifik, Louis Ma’luf

mendefinisikan arti al-mujtama’ adalah جمازا على مجاعة من الناس خاضعني

82

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 564. 83

Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997), 715. Lihat juga Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia

(Jakarta: Hidakarya Agung, 1992), 196. 84

Rūhī al-Ba’albakī, al-Maurid Qāmūs ‘Arabī-inkalījī, Modern Arabic-English

Dictionary (Bairūt: Dār al-‘Ilm lī al-Malayīn, 1995), 668. 85

Luwis Ma’lūf, al-Munjid fī al-Lugah wa al-‘A’lām (Bairūt: Dār al-

Mashriq, 1977), 384. 86

Asad M. AlKalili, Kamus Indonesia Arab (Jakarta: Bulan Bintang,

1993), 338. Lihat juga Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, 91. 87

Rūhī al-Ba’albakī, al-Maurid Qāmūs ‘Arabī-inkalījī, Modern Arabic-English

Dictionary, 977.

Page 85: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

53

, لقوانني ونظم عامة 88 suatu kumpulan dari sejumlah manusia yang

tunduk pada undang-undang dan peraturan umum yang berlaku).

Kata mujtama’ dalam hal ini sepadan dengan Oxforddictionaries

dalam kata society dan community. Community menurut kamus

Oxforddictionaries berasal dari bahasa Prancis kuna comunete,

Latin-nya communitas, dari kata communis. Kata ini memiliki

pengertian “a group of people living together and practising common

ownership,” sekelompok orang yang hidup secara bersama dan

menjalankan kepemilikan bersama.89

Sedangkan, kata society memiliki

makna, “the community of people living in a particular country or

region and having shared customs, laws, and organizations, suatu

komunitas manusia yang tinggal di suatu negara atau wilayah tertentu

dan memiliki kebiasaan saling berbagi kewajiban, hukum, dan

organisasi.90

Secara terminologi, menurut penelusuran M. Quraish Shihab

atas ayat-ayat al-Qur’an, disimpulkan bahwa masyarakat adalah

kumpulan sekian banyak individu kecil atau besar yang terikat oleh

satuan, adat, ritus atau hukum, dan hidup bersama.91

Dalam al-

Qur’an terdapat beberapa kata yang digunakan untuk menunjuk kepada

masyarakat atau kumpulan manusia. Antara lain: qawm, ummah, sha'b,

dan qabīlah. Ali Nurdin menambahkan delapan term masyarakat selain

itu, seperti firqah, ṭāifah, ḥizb, fauj, ungkapan yang diawali dengan ahl,

ungkapan yang diawali dengan ālu, al-nās, dan asbāṭ.92

Terma-terma

itu, oleh al-Quran disifati dengan sifat-sifat tertentu, seperti al-mala',

al-mustakbirūn, al-mustadh'afūn, al-muslimūn, al-mu’minūn, al-

mushrikūn, ahl al-Kitāb, dan lain-lain.93

Quraish Shihab dan Dawam

Rahardjo berkesimpulan dari sekian banyak terma masyarakat yang

88

Luwis Ma’lūf, al-Munjid fī al-Lugah wa al-‘A’lām, 902. 89

Lihat entri community,

http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/community, diakses 11

September 2014. 90

Lihat entri society,

http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/society, diakses 11 September

2014. 91

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Mandhu’i atas Pelbagai

Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1998), 319. 92

Ali Nurdin, Qur’anic Society: Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal dalam al-

Qur’an (Jakarta: Erlangga, 2006), ix-x. 93

Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an ...., 319; Ali Nurdin, Qur’anic

Society: ...., 98.

Page 86: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

54

digunakan dalam al-Qur’an, kata ummah yang telah di-Indonesia-kan

menjadi umat, lebih dekat dengan pengertian masyarakat tersebut.94

Kata ummah jamaknya adalah umam berakar dari huruf hamzah (أ)-

mim (م), dan mim (م).95

Dalam bahasa Arab kata ini memiliki makna

dasar asal, tempat kembali, kelompok, agama, masa dan tujuan.96

Di

antara derivasi dari kata itu menjadi umm (ibu) dan imam (pemimpin).

Kata umm mengandung pengertian “kelompok manusia yang

berhimpun karena didorong oleh ikatan-ikatan: a) persamaan sifat,

kepentingan, dan cita-cita; b) agama; c) wilayah tertentu; dan waktu

tertentu.97

Berdasarkan Lisān al-‘Arab kata ummat di antara

pengertiannya adalah: a) al-jamā’ah, suatu golongan manusia; b) setiap

generasi manusia yang disandarkan kepada seorang Nabi, seperti umat

Nabi Ibrahim; 3) setiap generasi manusia adalah umat yang satu dan

bertujuan menempuh jalan yang lurus.98

Abdullāh Yūsuf ‘Alī

menerjemahkan kata ummah dengan people (individu orang),

community (kelompok), juga nation (bangsa).99

Ali Syari’ati memperinci lagi bahwa kata ummah memiliki empat

ciri pokok, yaitu ikhtiar, gerak, tujuan, dan kemajuan. Kesemuanya itu

dikomandoi oleh seorang pemimpin. Dalam definisinya, umat adalah

kumpulan orang yang semua individunya sepakat dalam tujuan yang

sama dan masing-masing membantu agar bergerak ke arah tujuan yang

sama dan diharapkan atas dasar kepemimpinan yang sama.100

Menurut

penulis, ikhtiar, gerak, tujuan, dan kemajuan itu menuju kepada

ummatan wāḥidah (umat yang satu), ummatan wasaṭan (umat adil),

ummatan muqtaṣidah (umat yang moderat), untuk menuju peradaban

yang khairu ummah (umat terbaik) dan baldatun ṭayyibah wa Rabbun

Ghafūr (negara yang sejahtera dan mendapat ampunan oleh Sang

94

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an,volume 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2005), 84-85; M. Dawam Rahardjo,

Ensiklopedi al-Qur’an; Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci

(Jakarta: Paramadina, 1996), 487. 95

Kata ummah terdapat dalam al-Qur’an berjumlah 64 kali dengan

berbagai derivasinya. Lihat Muḥammad Fu’ad ‘Abd. al-Bāqī, al-Mu’jam al-

Mufahras lī Alfāzh al-Qur’ān al-Karīm (Bairūt: Dār al-Fikr, 1992), 102-103. 96

Ibn Fāris, Mu’jam al-Maqāyīs fī al-Lughah (Bairūt: Dār al-Fikr, 1994), 45. 97

Ibrāhīm Anis, al-Mu’jam al-Wasit, Jilid I (Bairūt: Dār al-Fikr, t.th), 27. 98

Ibn Manzūr, Lisān al-‘Arab (Bairūt: Dār al-Fikr, t.th), 26-28. 99

Abdullāh Yūsuf ‘Alī, the Meaning of the Holy Qur’an (Maryland: Amana

Corporation, 1992), 85, 154-155, 303. 100

Ali Syari’ati, Ummah dan Imamah: Suatu Tinjauan Sosiologis (Pustaka

Hidayah, Bandung, 1995), 23-25.

Page 87: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

55

Pemelihara).101

Tujuan masyarakat madani dalam Islam tidak hanya

sekedar berhenti dalam tataran baldatun ṭayyibah (negara yang

sejahtera), namun harus wa Rabbun Ghafūr, bersama ridha dan

ampunan dari Allah Yang Maha Esa.

Kata madani, berakar kata masdar (kata benda) dari rangkaian

huruf dal (د), ya (ي) dan nun (ن) dari fi’il madi (kata kerja) dāna

.(دان)102

Kata tersebut berderivasi di antaranya dalam bentuk kata

dain (mengambil utang) dan dīn (beragama, tunduk, dan pasrah).

Harun Nasution dan Nurcholish Madjid sepakat term dīn

disepadankan dengan agama, undang-undang atau hukum. Dalam

Bahasa Arab, kata tersebut juga berarti menguasai, menundukkan,

patuh, hutang, balasan dan kebiasaan.103

Dīn adalah ikatan-ikatan yang

harus dipegang dan dipatuhi manusia. Antara makna kedua pola ini

(utang dan agama) terdapat hubungan yang erat. Utang adalah

sesuatu yang harus dibayar, dan agama pada hakekatnya adalah

tanggung jawab yang harus ditunaikan umat manusia dalam wujud

pengabdiannya kepada Sang Pencipta. Selain itu, derivasi kata itu

juga menjadi kata Madīnah sebagai ism makān yang merupakan

perubahan dari kata Madyan yang dalam al-Qur’an disebut sebagai

kota tempat tinggal Nabi Syu’aib.104

Dari kata madyan dan madīnah

melalui penyesuaian fonem terbentuklah kata madani sebagai nisbah

dari kata madīnah, yakni kota ideal yang dibangun oleh Nabi saw.

Sehingga, dapat dikatakan secara esensial kehidupan madani

101

Lihat uraian tentang pemaknaan kata tersebut dalam Ali Nurdin, Qur’anic

Society: ...., 100-115. 102

Berdasarkan i’lal, kata dāna berasal dari kata kerja dayana, yadīnu ini

berat diucapkan (tsiqal) dan janggal didengar. Karena itu, dengan tidak

mengubah makna, kata kerja asal itu diubah berdasarkan kaedah isytiqāq

dengan jalan mengganti huruf yā (‘ain) fi’il madhi-nya dengan huruf alīf dan

memberi sukun pada huruf dal (fā) fi’il mudhari’-nya dengan baris kasrah.

Dengan demikian, fi’il (kata kerja) dayana, yadīnu menjadi dāna, yadīnu.

Lihat al-Sayyid Aḥmad al-Hashimī, Jawāhir al-Balāgah fī al-Ma’ānī wa al-

Bayān wa al-Badī’ī (Mesir: Dār al-Fikr, 1991), 7; Ahmad Warson al-

Munawwir, Kamus al-Munawwir, 437-438. 103

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia, 1985), 10; Nurcholis Madjid et.al., Fikih Lintas

Agama (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina bekerjasama dengan The Asia

Foundation, 2004), 45. Lihat juga Abd. Muin Salim, “Elaborasi Bahasa Politik

Islam dalam al-Qur’an” Al-Huda; Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Islam, Jakarta:

Vol. 1 No. 2, (2002), 8. 104

Lihat QS. al-Qaṣaṣ/28: 22.

Page 88: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

56

ditandai dengan adanya supremasi hukum dalam kehidupan dan

tatanan masyarakat.105

Syed Muhammad Naquib al-Attas, merangkumkan pengertian

tersebut menjadi empat makna utama yaitu, a) keberhutangan; b)

ketundukan; c) kekuatan hukum; d) kehendak hati atau kecenderungan

alamiah. Secara detail al-Attas menjelaskan bahwa fakta bahwa

seseorang yang berhutang ada di bawah kewajiban (dāin).106

Seseorang

yang berhutang di bawah kewajiban secara alamiah melibatkan

pengadilan (al-dainūnah) dan kesaksian (idānah), jika berperkara.

Kasus tersebut hanya mungkin dipraktekkan dalam masyarakat

terorganisir yang terlibat dalam kehidupan niaga di kota dan kota besar.

Sebuah kota atau kota besar (madīnah), memiliki hakim, pengatur, atau

pengelola (dayyān). Jadi hanya dengan menghadirkan berbagai ragam

penggunaan kata kerja dāna, bisa dilihat eksistensi sebuah gambaran

kehidupan yang beradab; lengkap dengan kehidupan sosial, hukum,

tatanan, keadilan, dan otoritas. Hal tersebut menurut al-Attas, secara

konseptual setidaknya terhubung secara intim dengan kata kerja lain

maddana yang berarti membangun atau mendirikan kota, beradab,

memperbaiki dan memanusiakan. Darinya diturunkan istilah lain, yaitu

tamadūn, yang memiliki arti peradaban dan perbaikan kebudayaan

sosial.107

Nurcholish Madjid, pelopor masyarakat madani, lebih luas lagi

mendedahkan kata maddana dan tamaddūn. Menurutnya, perkataan

madīnah dari segi etimologis, berasal dari akar kata yang sama dengan

perkataan madanīyah, yang artinya peradaban (civilization). Secara

harfiah, kata madīnah adalah tempat peradaban atau suatu lingkungan

hidup yang beradab, yang dicirikan dengan kesopanan (civility) dan

tidak liar. Dalam bahasa Arab, padanan istilah madanīyah ialah

ḥaḍārah (حضارة) pengertian asalnya adalah pola hidup menetap di

suatu tempat (sedentary). Pengertian ini amat erat kaitannya dengan

105

Uraian lebih lanjut, lihat Abd. Muin Salim, “Implementasi Manajemen

Rabbani menuju Masyarakat Madani,” Makalah Seminar Nasional IAIN

Alaudin, Ujung Pandang (1999), 4. 106

Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam:

Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam (Kuala Lumpur:

ISTAC, 1995), 41-44. 107

Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of

Islam...., 43-44.

Page 89: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

57

istilah thaqāfah (ثقافة), suatu padanan dalam bahasa Arab untuk budaya

(culture).108

Menurut Cak Nur, selain sebagai budaya, kata tersebut

sesungguhnya juga “mengisyaratkan pola kehidupan yang menetap di

suatu tempat tertentu. Sebab peradaban dan kebudayaan, dalam arti

idealnya, dapat diwujudkan hanya melalui pola kehidupan sosial yang

menetap (sedentary), tidak berpindah-pindah, seperti dalam pola

kehidupan kaum nomad. Oleh karena itu, konsep madanīyah tersebut

akan menjadi lebih tajam pengertiannya, jika diletakkan dalam konteks

pola kehidupan yang umum terdapat di Jazirah Arabia saat itu, yaitu

pola kehidupan badāwah, bādiyah atau badw, yang mengandung

makna pola kehidupan berpindah-pindah, nomad, dan tidak teratur,

khususnya pola kehidupan gurun pasir. Bahkan, sesungguhnya istilah

itu mengisyaratkan pola kehidupan primitif (tingkat permulaan),

sebagaimana ditunjuk oleh etimologi istilah badāwah itu. Orang yang

berpola kehidupan berpindah-pindah, tidak teratur, dan kasar disebut

orang badāwī atau badawī. Kata tersebut, menurut Nurcholish Madjid

dipinjam dalam bahasa Inggris menjadi bedouin, sebagai lawan dari

mereka yang disebut kaum ḥaḍarī atau madanī.”109

Menurut Hamid Fahmy Zarkasi, Islam yang diturunkan sebagai

dīn, sejatinya telah memiliki konsep seminalnya sebagai peradaban.

Sebab kata dīn itu sendiri telah membawa makna keberhutangan,

susunan kekuasaan, struktur hukum, dan kecenderungan manusia untuk

membentuk masyarakat yang mentaati hukum dan mencari pemerintah

yang adil.110

Artinya dalam istilah dīn itu tersembunyi suatu sistem

kehidupan. Oleh sebab itu ketika dīn (agama) Allah yang bernama

Islam itu telah disempurnakan dan dilaksanakan di suatu tempat, maka

tempat itu diberi nama Madīnah.111

Dari akar kata dīn dan Madīnah ini

lalu dibentuk akar kata baru madana, yang berarti membangun,

mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan memartabatkan.112

Dari

akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal berarti

peradaban (civilization) yang berarti juga kota berlandaskan

108

Budhy Munawar-Rachman, Ensiklopedi Nurcholis Madjid, Edisi Digital Jilid

III M-P (Jakarta: Democracy Project, 2012), 1745. 109

Budhy Munawar-Rachman, Ensiklopedi Nurcholis Madjid, 1745-1746. 110

Syed Naquib al-Attas, Islam, Religion and Morality, dalam Prolegomena to the

Metaphysics of Islam (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995), 43-44. 111

Sebelumnya kota Madinah dikenal dengan nama Yathrib. 112

Ibn Manżūr. Lisān al-‘Arab, jilid 13, (Beirut: Dār al-Jayl & Dār Lisān al-'Arab,

1988), 402

Page 90: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

58

kebudayaan (city base culture) atau kebudayaan kota (culture of the

city). Di kalangan penulis Arab, perkataan tamaddun digunakan untuk

pertama kalinya oleh Jurji Zaydan dalam sebuah judul buku Tārīkh al-

Tamaddun al-Islāmī (Sejarah Peradaban Islam), terbit 1902-1906.

Sejak itu perkataan Tamaddun digunakan secara luas dikalangan umat

Islam. Di dunia Melayu tamaddun digunakan untuk pengertian

peradaban. Di Iran orang dengan sedikit berbeda menggunakan istilah

tamaddon dan madaniyat. Namun di Turkey orang dengan

menggunakan akar madīnah atau madana atau madaniyyah

menggunakan istilah medeniyet dan medeniyeti. Orang-orang Arab

sendiri pada masa sekarang ini menggunakan kata ḥadārah untuk

peradaban, namun kata tersebut tidak banyak diterima umat Islam non-

Arab yang kebanyakan lebih menyukai istilah tamaddun. Di anak

benua Indo-Pakistan tamaddun digunakan hanya untuk pengertian

kultur, sedangkan peradaban menggunakan istilah tahdhīb.113

Berdasarkan hasil telaahan Syukron Kamil, masyarakat madani

dalam perkembangannya dikenal dengan istilah al-mujtama al-

madanī ( ع املدىناجملتم ).114

Sementara itu, secara konseptual, menurut

Dawam Rahardjo, yang membawa pertama kali istilah masyarakat

madani di Indonesia adalah Anwar Ibrahim yang saat itu menjabat

sebagai Menteri Keuangan dan Asisten Perdana Menteri Malaysia,

menyampaikan pidatonya pada Simposium Nasional pada Festival

Istiqlal 1995. Masyarakat madani adalah masyarakat yang bermoral,

masyarakat yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan

dengan kestabilan masyarakat, masyarakat yang mampu mendorong

daya usaha dan inisiatif individu.115

Lebih lanjut, menurut Anwar

Ibrahim, masyarakat madani harus berlandaskan kepada masyarakat

yang berilmu, yang mendorong pembangunan dan kemajuan

berlandaskan akhlak dan nilai etika. Pencapaiannya adalah dengan

pelaksanaan ekonomi kerakyatan dan budaya masyarakat. Ungkapan

113

Hamid Fahmy Zarkasi, “Membangun Kembali Peradaban Islam Secara

Sinergis, Simultan, dan Konsisten,” Makalah Insida, Gontor, 22 Februari (2007), 2-3. 114

Sukron Kamil, Pemikiran Politik Islam Tematik, 125. Juga wawancara penulis

dengan Sukron Kamil di Kampus Psikologi, 23 Mei 2014. 115

M. Dawam Raharjo, “Masyarakat Madani Di Indonesia: Sebuah Penjajakan

Awal,” 23.

Page 91: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

59

al-mujtama’ madanī, dipopulerkan oleh ulama dan reformis Mesir

Sheikh Muhammad Abduh116

dan kemudian Naquib al-Attas.117

Nurcholish Madjid menjelaskan pada hakikatnya masyarakat

madani adalah reformasi total terhadap masyarakat tak kenal hukum

(lawless), dan terhadap supremasi kekuasaan pribadi seorang penguasa

seperti yang selama ini menjadi pengertian umum tentang negara.118

Oleh karena itu, menurutnya Bahtiar Effendy, civil society dengan enak

dicarikan padanannya dalam kosa-kata Melayu masyarakat madani.119

Bahkan Effendy menambahkan, justru salah-kaprah jika

menterjemahkan civil society dengan masyarakat sipil meski secara

verbatin semata hal itu dibenarkan. Landasan inilah yang oleh penulis

dalam kajian ini untuk lebih memakai istilah masyarakat madani di

bandingkan degan memakai istilah civil society.

Dalam ulasan Nurcholish Madjid, Rasulullah Muhammad di kota

Madinah membangun masyarakat madani yang keadilan, keterbukaan,

dan demokratis, dengan landasan paling pokok yaitu takwa kepada

Allah dan taat kepada ajaran-Nya. Takwa kepada Allah dalam arti

semangat Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana yang menjiwai

Pancasila. Peristilahan tersebut dalam Kitab Suci al-Qur’an disebut

semangat rabbāniyah,120

Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al-Kitab,

hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi

penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata):

"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbānī (orang yang sempurna ilmu dan

116

Anwar Ibrahim, “Akhlak, Ilmu & Etika Asas Masyarakat Madani,” dalam

http://anwaribrahimblog.com/?s=masyarakat+madani, diakses tanggal 1Februari

2014. 117

Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society....., 37. 118

Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era reformasi (Jakarta: Paramadina,

1999), 164. 119

Bahtiar Effendy, “Wawasan Al-Qur’an Tentang Masyarakat Madani,” Jurnal

Pemikiran Islam Paramadina, Vol I, No. 2, (1999), 76. 120

Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era reformasi, 167.

Page 92: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

60

takwanya kepada Allah Swt.), karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan

disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (QS. Ali Imran/3: 79).

Selain bercirikan masyarakat rabbāniyyah (orang yang sempurna

ilmu dan takwanya kepada Allah Swt.), juga bercirikan ribbiyyah.

Dalam al-Qur’an ayat tersebut dijelaskan:

Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah

besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena

bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula)

menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. Ali

Imran/3: 146).

Menurut Nurcholish Madjid, rabbaniyah dan ribbiyah merupakan

ḥablun min Allāh, tali hubungan dengan Allah, dimensi vertikal hidup

manusia, salah satu jaminan untuk manusia agar tidak jatuh hina dan

nista. Semangat Rabbāniyyah atau ribbiyyah itu, jika cukup tulus dan

sejati, akan memancar dalam semangat perikemanusiaan, yaitu

semangat insaniyah, atau bashariyah, dimensi horisontal hidup

manusia, ḥablun min al-nās. Kemudian pada urutannya, semangat

perikemanusiian itu sendiri memancar dalam berbagai bentuk

hubungan pergaulan manusia yang penuh budi luhur. Masyarakat

berbudi luhur atau berakhlak mulia itulah, masyarakat berperadaban,

masyarakat madani. Masyarakat Madani yang dibangun Nabi itu, oleh

Robert N. Bellah, sebagaimana dikutip Nurcholish Madjid, disebut

sebagai masyarakat yang untuk zaman dan tempatnya sangat modern,

bahkan terlalu modern, sehingga setelah nabi sendiri wafat tidak

bertahan lama. Timur tengah dan umat manusia saat itu belum siap

dengan prasarana sosial yang diperlukan untuk menopang suatu tatanan

sosial yang modern seperti dirintis Nabi.121

Nurcholish Madjid merealisasikan prototype masyarakat madani

dengan membentuk organisasi Paramadina. Menurut penjelasan Andi

Faisal Bakti,122

Parama berasal dari bahasa Latin, akar kata dari kata

121

Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era reformasi, 168-169. 122

Andi Faisal Bakti, “Daarut Tauhiid: New Approach to Dakwah for Peace in

Indonesia,” Jurnal Kajian Dakwah dan Komunikasi, Vol 8, No. 1, Juni (2006): 1-29;

“Majelis Az-Zikra: New Approach to Dakwah for Civil Society in

Page 93: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

61

bahasa Inggris, prime, yang memiliki makna utama atau inti. Kata dina

diambil dari dua kosa kata bahasa Arab dīn-nā, yang berarti agama kita.

Dengan dimikian, penggunaan istilah “paramadina” secara simbolik

menunjukkan maksud dan tujuan organisasi tersebut, yakni menggali

kembali dan mengembangkan pengertian yang benar tentang inti utama

ajaran agama yang kita anut. Inti ajaran agama tersebut diyakini

sebagai ajaran hidup kemanusiaan dan universal berdasarkan prinsip

pokok Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana yang disampaikan oleh

para Nabi dan Rasul yang telah diutus oleh Allah kepada setiap umat.

Nabiyullāh dan Rasūlullāh terakhir, Muhammad Saw., dalam

kepemimpinannya di Madinah memberikan suri tauladan bagaimana

mewujudkan kehidupan dengan semangat ketauhidan. Spirit religiusitas

tersebut berkesinambungan secara harmonis dengan tatanan sosial dan

politik yang berasaskan paham kemajemukan (pluralis) dan yang serba

meliputi (inklusif) aspek-aspek kehidupan. Madinah menjadi blue print

komunitas kehidupan sosial dan bernegara secara modern, di samping

menjadi tipe nasionalisme partisipatoris egaliter (madani).123

Penyetaraan ini juga menunjukkan bahwa di satu sisi Islam berpotensi

untuk diinterpretasi ulang sesuai dengan perkembangan zaman, dan di

sisi lain, masyarakat Madinah merupakan proto-type masyarakat ideal

produk Islam yang bisa dipersandingkan dengan konsep civil society.

Dengan demikian, konsep masyarakat madani menggambarkan bentuk

dialog antara Islam dengan modernitas.

Uniknya, kalangan cendekiawan tradisionalis NU (Nahdlatul

Ulama) lebih memilih tetap tidak menterjemahkan dan menyepadankan

terma civil society dengan terma masyarakat madani. Untuk terma

demokrasi, kalangan tradisionalis ini tidak keberatan disepadankan

dengan terma musyawarah. Namun untuk civil society, kemungkinan

karena yang menggagas adalah intelektual-intelektual ICMI dan

Muhammadiyah, mereka menolak penggunaan istilah masyarakat

madani dengan berlindung pada gramatika Arab dari derivasi kata

madani. Sukron Kamil secara lebih implisit menjelaskan bahwa

Indonesia,” Mimbar Agama dan Budaya, Vol. 23, No. 1 Juni, (2006):14-24; Andi

Faisal Bakti, “Islam and Modernity: Nurcholish Madjid Interpretation of Civil

Society, Pluralism, Secularism and Democracy.” Asian Journal of Social Sciences,

Brill, Leiden, Vol 33, No. 3, November (2005): 486-505. 123

Nurcholish Madjid, “Mewujudkan Masyarakat Madani di Era Reformasi,”

Titik Temu Jurnal Peradaban, Vol. 2, No. 2, Januari – Juni (2009), 14; Andi Faisal

Bakti, “Paramadina and its Approach to Culture and Communication: an Engagement

in Civil Society,” Archipel Vol. 68, Paris (2004), 319.

Page 94: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

62

perbedaan itu karena perbedaan cara pandang terhadap Islam dan juga

kepentingan sosial.124

Sahal Mahfudz lebih menyukai menggunakan terma masyarakat

mutamaddun dari pada masyarakat madani.125

Hikam menambahkan

bahwa contoh sosial kota Madinah yang dijadikan landasan pemikiran

kaum masyarakat madani dianggap kurang mencerminkan relevansi

dengan Indonesia. Ia berargumentasi:

“Saya pernah terlibat dalam perdebatan dengan tokoh-tokoh pendukung

gagasan “masyarakat madani.” Mengenai itu, M. Dawam Rahardjo dan

Nurcholish Madjid (Cak Nur) masih menekankan visi yang partikularistik, yakni

bahwa Islam itu merupakan alternatif visi atas civil society. Padahal, sebuah visi

tidak harus berupa alternatif, tetapi yang ditekankan seharusnya adalah

bagaimana bisa bersama-sama dengan yang lain. Namun Cak Nur mengatakan

bahwa Islam itu harus menjadi landasan values bagi masyarakat Indonesia,

seperti Yahudi dan Kristen, yang menjadi landasan bagi masyarakat Barat.

Kendati demikian, bagi saya Islam hanyalah salah satu dari sekian banyak value

system. Saya lebih sepakat dengan Gus Dur bahwa Islam di Indonesia itu bersifat

komplementer. Dan ini jelas berbeda dari Cak Nur yang melihat Islam sebagai

dominant ideology. Sementara itu, Dawam lebih parah lagi. Ia betul-betul

mengarah pada “Islamisasi” civil society. Hal-hal semacam ini tidak perlu

dikomentari, karena sangat partikularistik, walaupun masih menyinggung civil

society. Malah Dawam sendiri mengatakan bahwa “masyarakat madani” bukan

civil society. Dan itu dengan sendirinya sudah clear.126

Abdul Mun’im D.Z, sebagaimana pendapat Mahfudz dan Hikam

juga menolak penggunaan kata masyarakat madani dengan alasan:

“Sejak awal kalangan NU menolak istilah yang merujuk zaman Madinah itu.

Sebab, zaman itu tidaklah seideal seperti yang dimitoskan, sebagaimana kritik

yang disampaikan Said Agil Siradj. Kalangan NU memandang negara Indonesia

harus dibangun berdasarkan pengalaman modern saat ini, tidak harus merujuk ke

zaman Islam klasik.”127

124

Sukron Kamil, Pemikiran Politik Islam Tematik: Agama dan Negara,

Demokrasi, Civil Society, Syari’ah dan HAM, Fundamentlisme, dan Antikorupsi

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 135. 125

Andi Faisal Bakti, Andi Faisal Bakti, “Paramadina and its Approach to

Culture and Communication: an Engagement in Civil Society,” 318. 126

Muhammad A.S. Hikam, “Pengantar (1) Nahdatul Ulama, Civil Society, dan

Proyek Pencerahan,” dalam Ahmad Baso, Civil Society versus Masyarakat Madani,

11. 127

Dikutip dari Ahmad Baso, Civil Society versus Masyarakat Madani, 250-251.

Page 95: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

63

Ahmad Baso menilai Madinah di masa Nabi yang dijadikan rujukan

kaum modernis dalam membentuk masyarakat madani, kurang ideal

untuk menumbukan civil society. Karena, disana ada satu kelompok

yang merasa superior dan yang lain dianggap inferior. Hal ini sangat

jelas ketika Nabi Saw mengatakan “al-a’immatu min quraisy”. Alam

pikiran masyarakat saat itu mengatakan Quraisy adalah suku kelas satu

sehingga mempunyai hak istimewa yang tidak dimiliki suku lain, yaitu

hak untuk menjadi pemimpin. Hal-hal inilah yang lepas dari

pengamatan kaum modernis ketika membaca kitab-kitab Ibn Hisham,

Ibn Qutaybah, al-Thabari, al-Maqrizi atau Ibn Khaldun. Maka, dengan

mengambil contoh kewargaan Madinah, ada kekhawatiran sistem

masyarakat madani yang akhirnya mengendalikan negara, akan

dikuasai oleh ideologi kelompok tertentu dan menafikan kelompok lain.

Masyarakat madani meniscayakan negara yang dikuasai oleh suatu

paham agama tertentu, jelas ini berbeda dengan prinsip civil society

yang mencita-citakan persamaan (egalitarianism).128

Menurut penulis, keberatan Kalangan NU, dengan kukuh memakai

terma civil society justru malah terjebak sendiri dengan argumen

penolakan terhadap kelompok masyarakat madani. Alih-alih

memperadabkan masyarakat Indonesia, mereka kembali berkubang ke

civil society yang berdimensi individualisme, dan sekulerisme

ketimbang minimal pendukung pemikiran Gusdurian yang terkenal

dengan pribumisasi keislaman. Sebagaimana dikutip oleh Cahyadi,

Wernerngin Jaeger (1954) mengingatkan bahwa visi budaya (paideia)

kemanusiaan yang menjadi spirit demokrasi dan civil society sejak

zaman Romawi dan Yunani, masa tengah “medieval age,” (abad ke-14-

15) hingga zaman masa modern di atas, adalah visi renascentia

romanitatis, kelahiran kembali ajaran kemanusiaan orang-orang

Romawi kuna. Visi yang membedakan mana homo-humanus sebagai

“subyek diri” dan homo-barbarus sebagai objek “the others.”129

Pendapat Jaeger senada dengan kritikan civil society oleh Ehrenberg

(1996).130

Menurutnya, dalam tradisi Romawi Kuna hingga zaman

128

Lihat lebih detail dalam Ahmad Baso, Civil Society versus Masyarakat

Madani: Arkeologi Pemikiran “Civil Society” dalam Islam Indonesia (Bandung:

Pustaka Hidayah, 1999) 129

Lihat Werner Jaeger, Paideia: The Ideals of Greek Culture, Vol. 1 Archaic

Greece: The Mind of Athens (terj) Gilbert Highet (Oxford: Basil Blackwell, 1954), 3-

14. 130

Lihat John Ehrenberg, Civil Society: the Critical History of an Idea (New

York dan London: New York University Press, 1999), 3.

Page 96: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

64

renaisance, “the others” adalah orang asing. Makhluk asing itu

makhluk yang berada di luar hubungan darah (etnos) dalam sebuah

bangsa, dan karena itu sah untuk dibinatangkan (barbar). Dalam tradisi

Romawi kuno, “the others” adalah homo barbarus. Para bangsawan

adalah homo humanus (manusia humanis) atau dalam tradisi Yunani

adalah makhluk rasional (zoon logon ekhon).131

Lebih jauh, uniknya lagi, Frans Magnis Suseno, Romo Katolik,

menolak kesekuleran civil society di atas. Ia-pun mendobrak ‘tembok

maha sempit,’ pakem dan claim batasan sejarah civil society tersebut.

Beliau tidak keberatan dengan dan memakai istilah masyarakat madani.

Ia juga memperluas batasan cakrawala masyarakat madani dapat

dirunut pada tradisi religiusitas Ibrahimiyyah, sebagai Bapak

Monoteistik. Ibrahim memproklamirkan kekeliruan laku-praktek

keagamaan dan praktek sosial yang berlaku di tanah kelahirannya,

bukan dengan wahyu semata, akan tetapi terdahulu dengan ke-swa-

mandiriannya menjadi oposisi dan mitra negara.132

Ia menyimpulkan:

Diperlukan keruntuhan tatanan feodal Abad Pertengahan dan pandangan

dunianya yang hirarkis, baru pandangan tentang manusia yang egalitarian itu

dapat menjadi operasional secara politis. Akan tetapi sangat pentinglah asal-usul

religius dan filosofis itu diingat. Jadi paham dasar martabat manusia, kesamaan

hakiki semua orang dalam martabat itu, dan oleh karena itu perlunya kekuasaan

politik memiliki legitimasi rasional bukanlah sesuatu yang secara spesifik

“Barat.” Paham-paham itu berasal dalam sebuah lingkungan yang sekurang-

kurangnya merangkum seluruh dunia Yahudi, Kristen, dan Islam. Maka (semisal)

cita-cita demokratis bukanlah semuanya merupakan anak pemikiran pencerahan

akal budi. Pandangan dasar tentang apa itu manusia jauh lebih luas daripada apa

yang diperlihatkan oleh wajah Barat...... Yang memberikan wajah khas Barat....

adalah kenyataan bahwa dasar-dasar filosofisnya baru menjadi operasional secara

sosial dan politik sesudah munculnya masyarakat pasca-tradisional yang karena

alasan-alasan yang tidak perlu saya masuki di sini secara historis terjadi dalam

apa yang kita sebut “Barat.”133

131

Bandingkan juga dengan Edward Said, Orientalisme (terj.) Asep Hikmat

(Bandung: Pustaka, 1996), 74-75. 132

Frans Magnis Suseno, “Demokrasi: Tantangan Universal,” dalam M. Nasir

Tamara dan Elza Peldi Taher, Agama dan Dialog antar Peradaban (Jakarta:

Paramadina, 1996), 129-130. Lihat pula entri “Civilization, Concept and History of,”

dalam International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences, (Tp; Elsevier

Science Ltd., 2001), 1903. 133

Frans Magnis Suseno, “Demokrasi: Tantangan Universal,” dalam M. Nasir

Tamara dan Elza Peldi Taher (ed.) Agama dan Dialog Antar Peradaban (Jakarta:

Paramadina, 1996), 130.

Page 97: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

65

Meskipun demikian, pendapat kalangan NU di atas, sebagaimana

disinyalir oleh Effendi, ada benarnya, karena sampai saat ini seringkali

Islam dipandang sebagai sesuatu yang berlawanan dengan kehidupan

masyarakat madani. Paling tidak, sulit untuk menemukan negara

Muslim dalam praktik yang mengembangkan kehidupan masyarakat

madani.134

Namun bukan berarti juga menjadi apatis untuk dapat

membentuk masyarakat yang madani sebagaimana yang pernah

diterapkan Rasulullah. Untuk membumikan Islam di Indonesia

sebagaimana yang dikehendaki Gus Dur, seharusnya yang dipilih

adalah terma jumbuhing kawulo-gusti.

Menurut Bambang Pranowo, ungkapan Jawa di atas merupakan

kearifan lokal masyarakat madani yang khas bangsa Indonesia,

semakna dengan manunggaling kawulo ing gusti. Dalam khazanah

tasawuf, konsep itu umum dikenal sebagai bersatunya hamba dengan

Penciptanya. Namun, lebih luas konsep itu juga bisa dipakai untuk

khazanah politik. Adagium itu dalam hal ini bermakna bersatunya

antara rakyat dengan negara. Gusti, bagi manusia Jawa, tidak hanya

bermakna Tuhan, ia juga bermakna kepala pemerintahan.135

Dalam

bahasa pedalangan dikatakan “gung binathara bau dhendha

nyakrawati,” Raja yang memiliki pribadi agung, suci berwibawa,

bijaksana, menjaga keadilan dan menegakkan hukum dianggap sebagai

wakil Tuhan di bumi. Dalam konsep kekuasaan Jawa tersebut,

pemberian kekuasaan yang besar kepada raja diimbangi dengan

ketentuan bahwa raja harus bijaksana. Seorang raja harus bersifat

“berbudi bawa leksana, ambeg adil para marta,” meluap budi luhur

mulia dan sifat adilnya terhadap sesama. Selain itu, tugas raja adalah

“anjaga tata titi tentreming praja”, yakni menjaga keteraturan dan

ketentraman hidup rakyat demi tercapainya suasana “karta tuwin

raharja,” aman dan sejahtera.136

Menurut penulis, menariknya lagi, kata madani, dalam bahasa jawa

bermakna menyamai, sepadan, sederajat, selevel dan setingkat.

Sehingga, dalam konsep politik, karena domainnya adalah relasi antara

rakyat dan negara, maka tentu saja yang dimaksud dengan masyarakat

134

Bachtiar Effendi, “Wawasan Al-Qur’an Tentang Masyarakat Madani,” 78. 135

Bambang Pranowo, “Islam and Social Change,” dalam Mata Kuliah SPs UIN

Jakarta, 4 November, 2013. 136

HAR. Tilaar, “In Search of New Paradigms in Educational anagement and

Leadership Based on Indigenous Culture: The Indonesian Case,” dalam HAR. Tilaar,

Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21

(Magelang: Tera, 1998), 196.

Page 98: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

66

madani versi jawa adalah masyarakat yang sederajat, sepadan, dengan

negara dalam mengelola pemerintahan yang baik (good governance).

Dalam cerita Dewa Ruci, kesentausaan yang diraih oleh sang Bima

sebagai gusti bukanlah ketika ia telah mensejahterakan dirinya. Akan

tetapi ketika ia mampu menyatukan diri dengan rakyatnya bersama

membangun negara yang adil dan makmur.137

Dengan demikian, berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan

bahwa masyarakat madani merupakan padanan dari civil society.

Masyarakat madani bersama dengan negara, bahu-membahu

mengawasi jalannya roda pemerintahan secara demokratis. Secara

konseptual, civil society dalam garis besarnya terbagi menjadi dua

kelompok utama. Pertama, civil society vis a vis negara. Paradigma ini

mendasarkan pandangan berada di luar pemerintahan dan menjadi

oposisi yang kritis terhadap kebijakan negara. Partai politik oleh

kelompok ini dianggap sejajar dengan negara dan sebagai bagian dari

political society (masyarakat politik), bukan bagian dari civil society.

Kedua, civil society sebagai mitra negara. Menurut mereka, apapun

bentuk dari suatu perkumpulan masyarakat, tak terkecuali partai politik,

bisa bekerja sama dengan Negara untuk membentuk suatu masyarakat

yang civil society. Meskipun sama, masyarakat madani memiliki

kekhasan tersendiri dibanding civil society. Religiusitas, satu hal yang

membedakan antara masyarakat madani dan civil society.

Pemerintah Republik Indonesia di bawah pemimpin BJ. Habibie

(21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999) secara legal konstitusional

mengukuhkan penggunaan istilah masyarakat madani sebagai

prakondisi menuju demokratisasi Indonesia. Hal tersebut tertuang

melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 198 Tahun

1998 Tentang pembentukan Tim Nasional Reformasi Menuju

Masyarakat Madani. Tujuannya merumuskan rekomendasi

kebijaksanaan antisipatif untuk mempersiapkan berbagai aspek

kehidupan bangsa dan negara.138

Tim tersebut diberi tugas untuk

membahas masalah-masalah pokok yang harus disiapkan untuk

membangun masyarakat madani Indonesia, yaitu di antaranya: Pertama,

menghimpun tentang transformasi ekonomi, politik , hukum, sosial dan

137

Lihat Hamid Nasuhi, Serat Dewa Ruci: Tasawuf Jawa Yasadipura I (Jakarta:

Ushul Press, Lembaga Peningkatan dan Jaminan Mutu, dan UIN Jakarta Press, 2009). 138

Lihat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 198 Tahun 1998

Tentang Pembentukan Tim Nasional Reformasi Menuju Masyarakat Madani yang

ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 Desember 1998 oleh Presiden Republik

Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie.

Page 99: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

67

budaya serta pemikiran dampak globalisasi terhadap berbagai aspek

kehidupan bangsa. Kedua, merumuskan rekomendasi serta pemikiran

tentang upaya untuk mendorong transformasi bangsa menuju

masyarakat madani. Tim Nasional tersebut terbagi kedalam tujuh

kelompok, yaitu: Kelompok Reformasi Ekonomi; Kelompok Reformasi

Tekno Industri; Kelompok Reformasi Politik; Kelompok Reformasi

Kelembagaan; Kelompok Reformasi Sosial Budaya; Kelompok

Reformasi Hukum dan Perundang-Undangan; Kelompok Reformasi

Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.139

Secara konseptual, menurut Dawam Rahardjo, yang membawa

pertama kali istilah masyarakat madani di Indonesia adalah Anwar

Ibrahim yang saat itu menjabat sebagai Menteri Keuangan dan Asisten

Perdana Menteri Malaysia, menyampaikan pidatonya pada Simposium

Nasional pada Festival Istiqlal 1995. Masyarakat madani adalah

masyarakat yang bermoral, masyarakat yang menjamin keseimbangan

antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat,

masyarakat yang mampu mendorong daya usaha dan inisiatif

individu.140

Lebih lanjut, menurut Anwar Ibrahim, masyarakat madani

tidak bisa dipisahkan dengan akar kata dīn dalam konsep Madinah dan

tamadun. Masyarakat madani harus berlandaskan kepada masyarakat

yang berilmu, yang mendorong pembangunan dan kemajuan

berlandaskan akhlak dan nilai etika. Pencapaiannya adalah dengan

pelaksanaan ekonomi kerakyatan dan budaya masyarakat. Masyarakat

madani sepadan dengan ungkapan mujtama’ madani, yang pernah

dipopulerkan oleh ulama dan reformis Mesir Sheikh Muhammad

Abduh.141

Istilah inipun terbilang baru, Naquib al-Attas, seorang ahli

sejarah dan peradaban Islam, yang mula-mula mencetuskannya. Kata

“madani” pada masyarakat madani dipadankan dengan kata hadlari,

139

Menurut penulis, Habibie menggunakan terma masyarakat madani merupakan

pengaruh dari anggota-anggota Tim Nasional yang mayoritas adalah anggota Ikatan

Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI). Misalnya, Nurcholis Madjid, Bachtiar

Effendi, Malik Fadjar, Adi Sasono, Marwah Daud Ibrahim, Jimly Asshiddiqie, dan

lain-lain. lihat Lampiran Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999

tentang Susunan Tim Reformasi Menuju Masyarakat Madani. 140

M. Dawam Raharjo, “Masyarakat Madani Di Indonesia: Sebuah Penjajakan

Awal,” 23. 141

Anwar Ibrahim, “Akhlak, Ilmu & Etika Asas Masyarakat Madani,” dalam

http://anwaribrahimblog.com/?s=masyarakat+madani, diakses tanggal 1Februari

2014.

Page 100: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

68

tsaqafi atau tamaddun dalam bahasa Arab yang mana mengacu pada

hal-hal yang ideal dalam kehidupan.142

Menurut Schattscheider, masyarakat madani menjadi mitra negara

dalam puncaknya berbentuk sebagai partai politik.143

Partai politik

mempunyai posisi (status) dan peranan (role) yang sangat penting

dalam setiap sistem demokrasi. Partai memainkan peran penghubung

yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga

negara. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa partai politiklah yang

sebetulnya menentukan demokrasi, seperti dikatakan oleh

Schattscheider, “Political parties created democracy.” Karena itu,

partai merupakan pilar yang sangat penting untuk diperkuat derajat

pelembagaannya (the degree of institutionalization) dalam setiap sistem

politik yang demokratis. Bahkan, oleh Schattscheider dikatakan pula,

“Modern democracy is unthinkable save in terms of the parties.”144

C. Peran Partai Politik dalam Membangun Peradaban Demokrasi

Partai politik sebagaimana masyarakat madani merupakan salah

satu bentuk perwujudan kebebasan berserikat sebagai salah satu

prasyarat berjalannya demokrasi. Kebebasan berserikat lahir dari

kecenderungan dasar manusia untuk hidup bermasyarakat dan

berorganisasi baik secara formal maupun informal. Kecenderungan

demikian itu merupakan suatu keniscayaan (organizational

imperatives).145

Kecenderungan bermasyarakat yang pada prinsipnya

adalah kehidupan berorganisasi timbul untuk memenuhi kebutuhan dan

kepentingan-kepentingan yang sama dari individu-individu serta untuk

mencapai tujuan bersama berdasarkan persamaan pikiran dan hati

142

Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society....., 37. 143

David Adamany, “The Political Science of E. E. Schattschneider: A Review

Essay,” The American Political Science Review, Vol. 66, No. 4 (Dec., 1972), 1322. 144

SC. Stokes, “Political Parties and Democracy,” 245. Lihat pula Jimly

Asshiddiqie, “Dinamika Partai Politik dan Demokrasi,”

http://jimly.com/pemikiran/makalah?page=7> pada 15 Desember 2013, diakses

tanggal 23 Januari 2014. 145

Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik, dan

Mahkamah Konstitusi (Jakarta: Konstitusi Press, 2005), 44; Anies R Baswedan,

“Political Islam in Indonesia: Present and Future Trajectory,” Asian Survey, 44,

(2004), 669-670; Michael Buehler dan Paige Tan, “Party-Candidate Relationships in

Indonesian Local Politics: A Case Study of the 2005 Regional Elections in Gowa,

South Sulawesi Province,” Indonesia, Vol. 84, (2007), 41-42.

Page 101: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

69

nurani.146

Organisasi partai politik dibentuk oleh warga negara untuk

memperjuangkan kepentingan politik. Membentuk suatu organisasi

adalah salah satu wujud dari adanya kebebasan berserikat. Kebebasan

tersebut dipandang merupakan salah satu hak asasi yang fundamental

dan melekat pada manusia sebagai makhluk sosial. Kebebasan

berserikat terkait erat dengan hak atas kemerdekaan pikiran dan hati

nurani, serta kebebasan berekspresi.

Jimly Asshiddiqie dari sisi etimologis menjelaskan bahwa kata

partai berasal dari akar kata part yang berarti bagian atau golongan.

Kata partai menunjuk pada golongan sebagai pengelompokan

masyarakat berdasarkan kesamaan tertentu seperti tujuan, ideologi,

agama, bahkan kepentingan. Pengelompokan itu bentuknya adalah

organisasi secara umum, yang dapat dibedakan menurut wilayah

aktivistasnya, seperti organisasi kemasyarakatan, organisasi

keagamaan, organisasi kepemudaan, serta organisasi politik. Dalam

perkembangannya, kata partai lebih banyak diasosiasikan untuk

organisasi politik, yaitu organisasi masyarakat yang bergerak di bidang

politik.147

Beberapa ahli memberikan konsep tentang partai politik secara

berbeda-beda, namun memiliki elemen-elemen yang hampir sama.

MacIver menyatakan “We may define a political party as an

association organized in support of some principle or policy which by

constitutional means it endavour to make the determinant of

government.”148

Sedangkan Miriam Budiardjo mendefinisikannya

sebagai “Suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya

mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan

kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut

kekuasaan politik dengan cara konstutisional untuk melaksanakan

146

Kecenderungan berorganisasi ini menjadi salah satu bagian dari teori

perjanjian sosial yang dikemukakan baik oleh John Locke maupun J.J. Rousseu.

Lihat, George H. Sabine, a History of Political Theory, Third Edition, (New York-

Chicago-San Fransisco-Toronto-London; Holt Rinehart And Winston, 1961), 517-

541, 575-596. Sedangkan pentingnya kebebasan nurani (Freedom of Concience) bagi

harkat manusia dan kemanusiaan dikemukakan oleh Nurcholish Madjid dalam tulisan

berjudul “Kebebasan Nurani (Freedom of Concience) dan Kemanusiaan Universal

sebagai Pangkal Demokrasi, Hak Asasi dan Keadilan,” dalam Elza Peldi Taher (ed.),

Demokratisasi Politik, Budaya Dan Ekonomi; Pengalaman Indonesia Masa Orde

Baru (Jakarta; Paramadina, 1994), 123-144. 147

Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat, 45. 148

R.M. MacIver, The Modern State, First Edition (London: Oxford University

Press, 1955), 398.

Page 102: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

70

kebijaksanaan-kebijaksanan mereka.149

Definisi tersebut senada dengan

pendapat R.H Soltau yang mendedahkan bahwa partai politik adalah,

“A group of citizens more or les organized, who act as a political unit

and who, by the use of their voting power, aim to control the goverment

and carry out their general policies,”150

sekelompok warga negara yang

sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan

politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih,

bertujuan menguasai pemerintah dan melaksanakan kebijaksanaan

umum mereka.

Pemerintah Indonesia melalui Undang-undang No. 2 Tahun 2011

Tentang Partai Politik menjaskan bahwa “partai politik adalah

organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga

negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan

cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik

anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”151

Dengan demikian, partai politik dapat dipahami dalam arti luas dan

dalam arti sempit. Dalam arti luas, partai sama dengan masyarakat

madani merupakan penggolongan masyarakat dalam organisasi secara

umum yang tidak terbatas pada organisasi politik. Sedangkan dalam arti

sempit, partai adalah partai politik, yaitu organisasi masyarakat yang

bergerak di bidang politik (political society).

Perkembangan politik menunjukkan adanya tiga komponen sebagai

deskripsi kata ‘partai’, yaitu partai dalam pemerintahan, partai sebagai

organisasi (politisi profesional), dan partai sebagai kelompok

pemilih.152

Namun dalam paradigmatik politik, partai politik lebih

dititikberatkan berfungsi sebagai sebuah organisasi atau institusi,

khususnya aspek perantara (mediasi) antara kepentingan rakyat dan

negara. Keberadaan dan perkembangan organisasi partai politik

didasari oleh dua kondisi, yaitu penerimaan terhadap kekuatan yang

plural dalam masyarakat dan pentingnya perwakilan politik dalam

149

Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 2004), 160. 150

Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, 160. 151

Lihat UU No. 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik, Pasal 1. 152

Mengutip Muchamad Ali Syafa’at, partai terdiri atas tiga elemen, yaitu party-

in-electorate, the party organization, dan the party-in-government. Lihat Muchamad

Ali Syafa’at, “Pembubaran Partai Politik Di Indonesia (Analisis Pengaturan Hukum

dan Praktik Pembubaran Partai Politik 1959 – 2004),” Disertasi, Fakultas Hukum

Universitas Indonesia (2009), 56.

Page 103: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

71

penyelenggaraan pemerintahan. Aspirasi rakyat yang berbeda-beda

merupakan legitimasi untuk mengorganisir diri agar semuanya dapat

terwakili.153

Dari perspektif sejarah, embrio partai politik telah ada dalam kurun

masa negara-kota Romawi pada masa pemerintahan Raja Tarquin (616

SM – 509 SM). Dalam kerajaan tersebut, kelompok masyarakat

terbelah menjadi dua kelompok; patricians yang merupakan kaum

aristokrat, dan plebeians yang merupakan kaum pengusaha dan kelas

menengah, yang selanjutnya menjadi pionir dari fraksi-fraksi politik

dalam kerajaan tersebut.154 Pada masa itu pula, forum rakyat di balai

kota diadakan untuk mendengarkan tanggapan rakyat terhadap kinerja

pemerintah kerajaan. Dengan kata lain, hal ini merupakan suatu

representasi dari partisipasi politik secara langsung dan nyata oleh

rakyat yang disebut demokrasi langsung. Namun dalam

perkembangannya, wilayah negara yang luas dan banyaknya penduduk

di dalamnya, membuat demokrasi secara langsung tidak mungkin

dipraktekkan. Isu yang timbul dalam dunia politik pun makin luas dan

kompleks, sehingga mustahil bagi tiap warga negara untuk selalu

berkecimpung di dalamnya dan turut menyelesaikan masalah yang ada.

Untuk itu, diperlukan pembagian kerja yang meliputi berbagai bidang.

Rakyat memberi wewenang pada perwakilan mereka untuk membuat

kebijakan yang nantinya berdampak pada diri mereka sendiri. Pada

perkembangannya, politisi cenderung bergabung dengan partai politik.

Partai politik muncul sebagai organisasi yang mampu berkoordinasi

dengan anggotanya, melintasi batas daerah, di dalam majelis maupun

lembaga eksekutif. Inilah demokrasi representatif.

Dalam perkembangan partai politik berikutnya, di Inggris sejak

akhir abad 17 telah terdapat dua faksi utama embrio dari partai politik

modern, yaitu yang disebut Whigs dan Tories.155

Kaum Whigs dari

153

Studi tentang perkembangan partai politik dan model-modelnya dibahas secara

menyeluruh dari aspek politik dalam Maurice Duverger, Political Parties (London:

Metheun & Co., 1964). 154

E. P. Thompson, “Patrician Society, Plebeian Culture,” Journal of Social

History, Vol. 7, No. 4 (summer, 1974), 382-405; CD. Barnett, “The Roman gens’

influence on loci of power in the Early Republic,” Macquarie Matrix: Vol.2.1,

Agustus (2012), 2-3; Karl-J. Hölkeskamp, “Conquest, Competition and Consensus:

Roman Expansion in Italy and the Rise of the "Nobilitas," Historia: Zeitschrift für

Alte Geschichte, Vol. 42, No. 1 (1993), 12-39. 155

David Stasavage, “Partisan Politics and Public Debt: the Importance of the

‘Whig Supremacy’ for Britain’s Financial Revolution,” European Review of

Economic History, XX (2007), 123-126; Wesley Allen Riddle, “Culture and Politics:

Page 104: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

72

awalnya adalah kelompok yang anti-monarki tetapi sekaligus

mendukung raja Georg I, sementara kaum Tories adalah penganut

monarki murni tapi sangat keras menolak raja yang berkuasa saat itu,

karena sang raja sangat tergantung pada parlemen.156

Partai Whig

adalah pendukung Revolusi yang menyokong protestanisme dengan

menghalangi seorang Katholik menjadi raja atau ratu Inggris. Oleh

sebab itu Partai Whig mendukung sepenuhnya Dinasti Hanover yang

berasal dari Jerman karena beragama Protestan. Sebaliknya Partai Tory

pada masa awal Dinasti Hanover terpecah menjadi dua golongan, yaitu

golongan yang bersedia menerima Dinasti Hanover dan golongan yang

menginginkan kelanjutan Dinasti Stuart. Namun nama Tories dan

Whigs dalam perpolitikan Inggris berkembang sehingga tidak lagi

mewakili arti awal dari istilah tersebut. Tories dan Whigs juga pernah

dipakai untuk membedakan dua kelompok yang memiliki orientasi

berbeda dalam hal kebijakan terhadap wilayah-wilayah koloni Inggris.

Kelompok yang mendukung campur tangan yang besar dalam politik

di koloni-koloni Inggris menyebut diri sebagai the Whigs. Sedangkan

yang mempertahankan otoritas dan pretensi kerajaan serta hak-hak

Gubernur Jenderal, terpaksa menerima sebutan Tories.’157

Dalam perkembangannya, anggota Tories biasanya adalah kaum

pemilik tanah (bangsawan pemilik tanah), sedangkan pedagang dan

pengusaha kaya (kaum kapitalis) biasanya berafiliasi dengan politisi

Whigs. Pada awal abad 19 kedua faksi ini menjadi partai politik massa

yang diorganisasikan di semua level struktur sosial. Tories menjadi

Partai Konservatif dan Whigs menjadi Partai Liberal. Kedua partai ini

The American Whig Review, 1845-1852,” Humanitas, Volume VIII, No. 1, (1995),

46-48. Uniknya, menurut Robert B. Baowollo kata Whig adalah

suatu ungkapan dari dialek Skotalandia yang berarti penggiring ternak

(Dover), sementara tory adalah ungkapan di kalangan masyarakat Irlandia

yang artinya maling atau pencuri. Kristalisasi whig dan tory sebagai

political oponents mempunya rujukan pada konflik agama saat itu. Kaum Whigs dan

pendukung mereka adalah para pengikut Presbiterian yang fanatik dari Skotlandia

yang merangkul kelompok protestan. Sementara para

pembangkang yang setia pada Paus, yang kemudian di Irlandia dikenal

dengan nama Whiteboys, adalah kaum Tories. Lihat Robert B. Baowollo

“Robinocracy: Demokrasi dan Korupsi,” dalam

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/2001/08/08/0006.html, diakses tanggal 10

Maret 2014. 156

Wirjono Prodjodikoro Asas-Asas Ilmu Negara dan Politik, (Bandung: PT.

Eresco Jakarta, 1981), 104-105. 157

Muchamad Ali Syafa’at, “Pembubaran Partai Politik Di Indonesia,” 56.

Page 105: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

73

menjadi partai utama hingga pascaperang dunia I.158

Sedangkan Partai

Buruh pada awalnya merupakan suatu faksi dalam Partai Liberal yang

memperjuangkan kepentingan kelas buruh. Partai Buruh menjadi partai

utama (major party) pada saat mendekati perang dunia I. Partai ini

menjadikan sosialisme sebagai prinsip umum organisasinya.159

Amerika Serikat sebagai negara ‘anak kandung’ Inggris, dalam

sejarahnya partai politik sama sekali tidak terpikirkan pada saat

pembuatan konstitusi. Bahkan, para pendiri bangsa itu memandang

partai politik dengan penuh kecurigaan. Salah satu prinsip argumentasi

James Madison menerima konstitusi adalah bahwa sistem federalisme

dan pemisahan kekuasaan akan mencegah setiap faksi dapat

mengontrol aparat dan pemerintahan nasional. Faksi dalam hal ini

adalah partai politik dan kelompok kepentingan.160

Namun demikian,

keberadaan faksi-faksi itu sendiri telah ada pada saat pembentukan

konstitusi dan diakui sebagai hal yang tidak dapat dihindari sebagai

konsekuensi kebebasan yang esensial bagi kehidupan politik. Untuk

alasan ini, para pemimpin nasional mengecam faksi politik dan oleh

karena itu tidak membuat ketentuan mengenai partai-partai politik.

Perdebatan mengenai aspek-aspek tersebut mewarnai pemerintahan

awal negara baru tersebut.161

Sekitar tahun 1790-an, timbul konflik antara beberapa partai

pertama Amerika. Partai Federalis yang dipimpin Alexander Hamilton

dan partai Republik (juga disebut Demokrat-Republik) yang dipimpin

Thomas Jefferson, merupakan partai politik pertama di dunia Barat.

Tidak seperti kelompok politik longgar dalam Dewan Rakyat Inggris

atau di koloni Amerika sebelum revolusi, kedua partai ini memiliki

program partai yang masuk akal serta mendasar, pengikut yang relatif

stabil dan organisasi yang berkesinambungan.162

158

Wirjono Prodjodikoro Asas-Asas Ilmu Negara dan Politik, 104-105. 159

Muchamad Ali Syafa’at, “Pembubaran Partai Politik Di Indonesia....,” 57. 160

MacIver, the Modern State, 397. Madison mendefinisikan faksi sebagai “a

number of citizens, whether amounting to majority or minority of the whole, who are

united and actuated by some common impulse of passion, or of interest, adverse to the

rights of other citizens, or to the permanent and aggregate interest of the

community.” Lihat Muchamad Ali Syafa’at, “Pembubaran Partai Politik Di

Indonesia....,” 57. 161

Biro Program Informasi Internasional, Departemen Luar Negeri AS, Garis

Besar Sejarah Amerika Serikat, Edisi Bahasa Indonesia (terj.) Michelle Anugrah (ttp:

Biro Program Informasi Internasional, Departemen Luar Negeri AS, 2005), 87. 162

Biro Program Informasi Internasional, Departemen Luar Negeri AS, Garis

Besar Sejarah Amerika Serikat, 88.

Page 106: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

74

Federalis terutama mewakili kepentingan perdagangan dan

manufaktur, yang mereka pandang sebagai kekuatan kemajuan di

dunia. Mereka percaya hal ini dapat ditingkatkan hanya dengan

pemerintahan pusat yang kuat yang mampu menghasilkan reputasi

kepercayaan publik yang mapan dan mata uang yang stabil. Walau

terang-terangan tidak mempercayai radikalisme laten orang

kebanyakan, mereka tetap memiliki daya tarik bagi para pekerja dan

produsen. Dukungan terkuat politik mereka terletak di negara bagian

New England. Mereka memandang Inggris sebagai contoh yang perlu

ditiru Amerika Serikat dalam segala hal. Oleh karena itu, mereka

mendukung hubungan baik dengan negara induk.163

Partai Republik yang dipimpin Thomas Jefferson lebih

mengutamakan kepentingan dan nilai pertanian. Mereka tidak

mempercayai para bankir, hampir tidak memedulikan bidang niaga dan

manufaktur, serta percaya bahwa kebebasan dan demokrasi dapat

berkembang dengan sangat baik di masyarakat pedesaan yang terdiri

atas para petani swasembada. Mereka nyaris tidak membutuhkan

pemerintah pusat yang kuat. Sesungguhnya, mereka cenderung

menganggap pemerintah sebagai sumber tekanan potensial. Oleh

karena itu, mereka lebih menyukai hak negara bagian. Posisi mereka

paling kuat di wilayah Selatan. Dalam perkembangannya, partai politik

di Amerika Serikat telah menjalankan peran besar dalam agregasi

kepentingan politik di semua wilayah. Partai-partai tersebut telah

menyediakan kendaraan bagi pilihan publik dan perubahan politik

secara damai. Rakyat Amerika telah belajar menggunakan partai politik

sebagai pengganti revolusi untuk melakukan perubahan dan mengontrol

pemerintah. Sistem yang dibangun memungkinkan partai politik yang

sedang berkuasa keluar dari pemerintahan dan partai politik yang

berada di luar kekuasaan (the outs) mengambil giliran menjadi partai

politik yang berkuasa (the ins).164

Dalam nomenklatur Islam, biasanya padanan kata partai dalam

bahasa Arab sering di sebut sebagai ”hizb” jamaknya “Ahzab” yang

berarti, "suatu jamaah yang memiliki kegigihan dan power” atau “setiap

kaum yang memiliki pekerjaan dan keinginan

163

Biro Program Informasi Internasional, Departemen Luar Negeri AS, Garis

Besar Sejarah Amerika Serikat, 88. 164

Biro Program Informasi Internasional, Departemen Luar Negeri AS, Garis

Besar Sejarah Amerika Serikat, 89.

Page 107: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

75

beranekaragam.”165

Secara historis partai politik lahir dari sistem

demokrasi. Dalam menyikapinya, sebagaimana dalam menyikapi

demokrasi, para ulama Muslim terdapat pro dan kontra terhadap partai

politik. Ada yang berpendapat bahwa mendirikan dan masuk partai

politik itu haram hukumnya secara mutlak, hal ini di karenakan bahwa

sistem demokrasi adalah sistem jahiliyah dan barang impor dari Barat

yang otomatais atribut-atribut dan apapun yang berkenaan denganya

adalah haram hukumnya, terlebih lagi lagi bahwa persoalan ini tidak

pernah didapati pada sejarah umat Islam.166

Di pihak lain, ada yang

berpendapat bahwa mendirikan partai dan masuk partai itu tidaklah di

larang karena walau bagaimanapun demokrasi sudah menjadi realita

bersama, sedangkan untuk menegakkan khilafah tidak bisa langsung

diraih sekaligus mengingat begitu dominannya sistem demokrasi ini. Di

sisi lain, sistem demokrasi merupakan sistem yang paling layak bagi

dakwah Islam di banding sistem-sistem yang lainya, seperti monarki

tirani dan lain-lain. Karena di dalam sistem demokrasi ada jaminan

kebebasan pendapat dan berdakwah, walaupun kasus partai tidak di

jumpai pada masa Nabi dan kurun sesudahnya ini bukan berarti hal ini

terlarang sama sekali mengingat ini bukan masalah ushul ini adalah

masalah furu` yang mana dapat berkembang sedemikian pesatnya pada

setiap masa yang mengharuskan usaha ijtihadi dalam menyelesaikan.167

Jika partai politik di Inggris dan Amerika terbentuk bersamaan

dengan perkembangan dan pertumbuhan sistem demokrasi, maka di

negara-negara jajahan partai politik dibentuk pada awalnya sebagai

sarana pergerakan nasional. Partai-partai tersebut dapat duduk dalam

dewan perwakilan ataupun menolaknya seperti yang terjadi di India dan

Indonesia sebelum kemerdekaan.168

165

Shauqi Dha’īf, al-Mu’jam al-Wasīṭ (Qahira: Maktabah Shurauq al-Dauliyyah,

2011), 170. 166

‘Abd al-Azīz ibn Baz, ‘Abd al-Razaq Afifī, ‘Abdullah ibn Ghudayyan, dan

‘Abdullah ibn Ḥasan ibn Qu’ūd memfatwakan haramnya partai politik bagi umat

Islam. lihat Khalīd al-Juraisī, al-Fatawā al-Shar’iyyah fī al-Masā’il al-‘Aṣriyyah min

Fatawā Ulamā’ al-Balad al-Ḥaram: Fatwa no 1674 (7/10/1397) (Riyadh: Lajnah

Da`imah lī al-Ifta’, 1397); lihat juga Muḥammad ibn Ṣalīḥ al-‘Utsaimīn, al-Ṣahwah

Islāmiyyah Dhawābiṭ wa Taujihāt (Riyadh: Madar al-Waṭan, 1431), 154. 167

Muhammad Natsir, Islam sebagai Landasan Negara (Bandung: Pimpinan

Fraksi Masyumi dalam Konstituante, 1957), 38. Lihat juga dalam Masykuri Abdillah,

Demokrasi Di Persimpangan Makna, 73. 168

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, 160; Partai pergerakan

kemerdekaan di India misalnya adalah Partai Kongres. Sedangkan di Indonesia,

banyak partai telah didirikan sebelum kemerdekaan sebagai alat pergerakan nasional

Page 108: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

76

Keberadaan partai politik di Indonesia dapat dilacak sejak masa

penjajahan Belanda. Pada masa itu sudah mulai berkembang kekuatan-

kekuatan politik dalam tahap pengelompokan yang diikuti dengan

polarisasi, ekspansi, dan pelembagaan. Partai politik di Indonesia lahir

bersamaan dengan tumbuhnya gerakan kebangsaan yang menandai era

kebangkitan nasional. Berbagai organisasi modern muncul sebagai

wadah pergerakan nasional untuk mencapai kemerdekaan. Walaupun

pada awalnya berbagai organisasi tidak secara tegas menamakan diri

sebagai partai politik, namun memiliki program-program dan aktivitas

politik.169

Bahkan menurut Yusril Ihza Mahendra, berdasarkan fakta-fakta

historis, munculnya partai-partai politik masa pascakemerdekaan jelas

bahwa beberapa partai telah berdiri jauh sebelum dikeluarkannya

Maklumat Pemerintah yang ditandatangani Wakil Presiden Mohammad

Hatta, atas saran Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-

KNIP) pada tanggal 3 November 1945. Maklumat itu menegaskan

bahwa pemerintah “menyukai timbulnya partai-partai politik, karena

dengan adanya partai-partai itulah dapat dipimpin kejalan yang teratur

segala aliran paham yang ada di masyarakat.” Namun, Maklumat

Pemerintah itu bukanlah penyebab berdirinya partai-partai. Maklumat

itu adalah ‘pengesahan’ terhadap partai-partai yang telah berdiri.170

Kehadiran partai politik dalam sejarah politik Indonesia modern

dimulai pada permulaan abad ke-20. Sejalan dengan berbagai kebijakan

baru pemerintah Hindia-Belanda yang banyak dipengaruhi oleh politik

etis, berbagai asosiasi yang bercorak etnis, kebudayaan, dan keagamaan

bermunculan sejak tahun 1905. Partai-partai politik bermunculan

setelah Gubernur Jenderal Idenburg memberikan keleluasaan kepada

Sarekat Islam bergerak secara lokal, karena ia mengira organisasi ini

tidak akan terlibat dalam aktivitas politik praktis. Partai-partai lain juga

bermunculan dalam kurun 1910 sampai dengan 1930, seperti Indische

Partij, ISDV, Partai Nasionalis Indonesia (PNI) yang didirikan oleh

Soekarno pada tahun 1927.171

mencapai kemerdekaan seperti SI, PNI, PSI, Partindo, dan lain-lain. Lihat juga Deliar

Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900 – 1942 (Jakarta: LP3ES), 114-115. 169

Muchamad Ali Syafa’at, “Pembubaran Partai Politik Di Indonesia.....,” 57. 170

Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tata Negara Indonesia: Kompilasi Aktual

Masalah Konstitusi Dewan Perwakilan dan Sistem Kepartaian (Jakarta: Gema Insani

Press, 1996), 181. 171

Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tata Negara Indonesia, 177-178.

Page 109: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

77

Sepanjang empat dasawarsa abad ke-20, partai-partai politik

memberikan kontribusi yang besar dalam menumbuhkan semangat

nasionalisme Indonesia, kendatipun partai-partai itu tumbuh dan

berkembang berdasarkan ideologi politik yang berbeda-beda. Sarekat

Islam, Pergerakan Penyadar, dan Partai Islam Indonesia adalah partai-

partai dengan ideologi politik Islam. PNI dan Partai Indonesia Raya

(Parindra) berideologi nasionalisme. Sedangkan Partij Komunis Hindia

(PKI) berideologi sosialisme. Perbedaan ideologi antarpartai kerap

menjadi pangkal pertikaian di antara pemimpin pergerakan politik pada

masa penjajahan Belanda. Perbedaan strategi dalam berjuang mencapai

kemerdekaan, seperti antara kelompok kooperasi dan non-kooperasi

juga menjadi sumber pertikaian. Meskipun memiliki visi politik yang

berbeda-beda, partai-partai itu sama-sama berjuang untuk kemerdekaan

Indonesia. Mereka berusaha sekuat tenaga agar rakyat mengerti politik

dan memiliki kesadaran bahwa mereka sebagai bangsa yang terjajah

harus berjuang mencapai kemerdekaan.172

Partai-partai itu juga telah mendorong tumbuhnya perdebatan-

perdebatan intelektual dikalangan para pemimpinnya. Rakyat belajar

dari perdebatan-perdebatan intelektual dan pidato-pidato rapat umum

partai-partai politik masa itu. Partai-partai yang menghimpun massa

dalam jumlah banyak itu telah melahirkan pemimpin-pemimpin politik

dan masyarakat dari bawah. Hubungan antara pemimpin dan pengikut

menjadi erat. Pemimpin-pemimpin partai tersebut, bersama pemimpin-

pemimpin organisasi sosial dan keagamaan membawa Indonesia pada

kemerdekaan pada tahun 1945.

D. Masyarakat Madani dan Partai Politik dalam Bingkai

Pancasila

Berdasarkan sila-sila Pancasila, terutama sila ke-2 dan ke-4, maka

Sumber Hukum Negara Indonesia secara tersurat dan tersirat

mengakomodasi terbentuknya masyarakat madani dan partai politik.

Pancasila mendorong pemerintahan yang demokratis dan melindungi

hak-hak asasi manusia. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

dapat diwujudkan bila negara berhasil mencerdaskan kehidupan bangsa

serta mengembangkan pemerintahan yang demokratis dan melindungi

hak hak asasi manusia. Sungguhpun demikian, sila pertama “Ketuhanan

Yang Maha Esa,” merupakan asas yang paling fundamental bagi

segenap cita bangsa Indonesia. Masyarakat madani dan partai politik

172

Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tata Negara Indonesia, 178.

Page 110: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

78

yang tidak mengindahkan kaidah berketuhanan, secara prinsipil

bertentangan dengan konstitusi bangsa. Berdiri dan kokohnya sebuah

negara sangat dipengaruhi oleh landasan yang kuat. Pada sidang

BPUPKI 1 Juni 1945, Soekarno mengajukan lima pilar kebangsaan

yang ideal bagi Indonesia atau lebih dikenal dengan Pancasila yaitu: (1)

kebangsaan Indonesia, (2) internasionalisme atau perikemanusiaan, (3)

mufakat atau demokrasi, (4) kesejahteraan sosial, dan (5) Ketuhanan

yang berkebudayaan.173

Bung Karno melanjutkan, jika kelima pilar tersebut diciutkan,

maka menjadilah tiga dasar (Tri Sila). Dua sila pertama, kebangsaan

dan perikemanusiaan, setelah diperas, maka jadilah socio-nasionalisme.

Sebelum mengajukan rumusan kedua, Bung Karno menjelaskan bahwa

demokrasi yang akan digunakan bukan produk Barat, melainkan

politiek-economische democratie, yaitu politieke-democratie dengan

sociale rechtvaardigheid atau demokrasi dengan kesejahteraan. Hasil

perasannya dinamakan socio-democratie. Pilar terakhir adalah

ketuhanan yang berkebudayaan. Berkaitan dengan pilar terakhir ini,

Bung Karno menjelaskan bahwa segenap rakyat hendaknya ini

bertuhan secara kebudayaan, ketuhanan yang berbudi pekerti yang

luhur, ketuhanan yang hormat-menghormati satu sama lain. Dan,

hendaknya negara Indonesia adalah negara yang bertuhan.174

Menurut Bung Karno, bahkan meringkaskan lagi, “jika Anda

(peserta sidang) tidak senang menggunakan angka lima atau tiga, maka

seluruh sila-sila itu dapat disimpul lagi menjadi satu (Eka Sila), yakni

Gotong-royong. Inilah pilar utama dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Gotong royong adalah pembanting tulang bersama,

pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama.

Amal semua buat semua kepentingan, keringat semua buat kebahagiaan

semua. Singkatnya, semua buat semua dan Indonesia buat Indonesia.175

173

Setneg-RI, Risalah Sidang Badan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (BPUPKI) – Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei

1945 – 22 Agustus 1945 (Jakarta: Setneg-RI, 1995), 71-80. Lihat juga Abd. Rahman

Hamid, “Pilar Kebangsaan Menurut Abdul Qahhar Mudzakkar; Perspektif Ideologis,”

dalam Andi Faisal Bakti dan Salehuddin Yasin (ed.), Abdul Qahhar Mudzakkar:

Ketegaran Seorang Pejuang Bangsa, Ditinjau dari Berbagai Aspek (Ciputat: C3-

Huria Press-Qamus Institute, 2014), 4-5. 174

Setneg-RI, Risalah Sidang Badan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (BPUPKI), 82. 175

Setneg-RI, Risalah Sidang Badan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (BPUPKI), 82.

Page 111: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

79

Menurut Yudi Latif, Bung Karno meletakkan pilar ketuhanan pada

urutan terakhir mendapat banyak kritik dari kalangan Muslim dalam

sidang BPUPKI.176

Uniknya, Abdul Qahhar Mudzakkar menempatkan

ketuhanan pada posisi utama, kemudian dua pilar lainnya, yakni

keadilan sosial dan demokrasi sejati sesudahnya. Peletakan pilar

ketuhanan tersebut mencerminkan cara pandang dan falsafah yang

dianut oleh kedua tokoh itu. Bagi Bung Karno, urutan tersebut bukan

menunjukkan prioritas, tetapi urutan-urutan kebiasaan saja. Pemikiran

itu juga dijelaskan oleh Roeslan Abdoelgani pada sidang Dewan

Konstituante, bahwa penempatan urutan itu hanyalah mengikuti

sistematika penjelasan saja. Bahkan menurutnya, urutan penyebutan itu

hendaknya diartikan sebagai sesuatu yang mengunci empat pilar

lainnya. Tetapi, dalam pandangan Qahhar, ketuhanan seharusnya

diletakkan pada pilar pertama dalam Negara Kebangsaan Beragama.177

Meskipun demikian, karena pemikiran Bung Karno lebih awal dari

gagasan Qahhar dan telah diterima sebagai ideologi bangsa sejak 1945,

sehingga pemikiran itu banyak dikaji dan disosialisasikan kepada

khalayak. Sebaliknya, gagasan Qahhar, yang tidak diterima sebagai

ideologi bangsa, tidak banyak diketahui oleh publik, bahkan hampir

dilupakan dalam sejarah Indonesia. Tiga pilar kebangsaan dalam

pandangan Qahhar, yaitu: Ketuhanan, Keadilan Sosial, dan Demokrasi

Sejati.178

Dalam konteks Indonesia, menurut Azyumardi Azra, tidak hanya

demokrasi, hak asasi manusia, dan masyarakat madani saja yang

menjadi syarat untuk terwujudnya Indonesia berkeadaban, tetapi juga

Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia, ideologi Indonesia,

identitas Indonesia, dan cita-cita Indonesia. Sehingga dengan demikian,

perwujudan nilai-nilai Pancasila merupakan syarat mutlak untuk

memajukan Indonesia yang berkeadaban. Pancasila secara alami lahir

dari kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai yang terkandung

dalam tiap butir sila Pancasila merupakan cerminan jati diri bangsa

yang sudah melekat pada tiap sanubari warga Indonesia. Namun,

seiring berjalannya waktu, Pancasila belum dapat diterapkan secara

maksimal, baik oleh kalangan masyarakat madani maupun partai

176

Yudi Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas

Pancasila (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), 75. 177

Abd. Rahman Hamid, “Pilar Kebangsaan Menurut Abdul Qahhar

Mudzakkar...., 5. 178

Abd. Rahman Hamid, “Pilar Kebangsaan Menurut Abdul Qahhar

Mudzakkar...., 5-17.

Page 112: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

80

politik. Padahal jika dikaji lebih lanjut, Pancasila dapat membawa

negara Indonesia menjadi negara yang jauh lebih maju dari kondisinya

sekarang. Bahkan menurut Azra, seharusnya, Pancasila yang menjadi

civil religion dalam sistem demokrasi di Indonesia.179

Pancasila sebagai civil religion rakyat indonesia, meski belum

sepenuhnya dihayati dan diamalkan, telah terbukti dalam meredam

berbagai kemelut intoleransi politik dan demokrasi yang terjadi di

Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara di dunia.

Azyumardi membandingkan kondisi Indonesia dengan kondisi di

negara lainnya, terutama Timur Tengah. Menurutnya, sektarianisme

yang terjadi di Timur Tengah cenderung meningkat setiap akhir pekan.

Kondisi ini terlihat lebih buruk daripada Indonesia, padahal Indonesia

memiliki realitas kemajemukan yang jauh lebih kompleks

dibandingkan dengan negara apa pun. Sehingga menurut Azra,

“Indonesia menjadi satu-satunya harapan dunia atas kompabilitas atau

kesesuaian hubungan Islam dengan demokrasi. Sebelumnya, dunia

berharap pada Turki. Namun berita tentang Turki beberapa waktu

belakangan justru menggambarkan otoritarianisme pemerintah Turki.”

Ia-pun menambahkan, “Indonesia masih bisa menjadi contoh

kemajemukan agama bagi negara-negara lainnya,” di seluruh penjuru

muka bumi ini.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan Indonesia yang memiliki

kesesuaian antara agama dan demokrasi berdasarkan Pancasila, ada

empat hal yang menurut Azyumardi perlu dilakukan, sebagaimana

dikutip oleh satuharapan.com, yaitu pertama, perlu memperkuat

multikulturalisme. Kedua, harus memperkuat religious based civil

society (masyarakat madani berbasis agama) karena civil society

semacam ini sudah ada bahkan sejak sebelum kemerdekaan Indonesia,

dan sifatnya cukup inklusif. Menurut Azyumardi, religious based civil

society di Indonesia memiliki peran yang penting dalam menjaga

kohesivitas di masyarakat. Sebab itu, setiap religious based society

sepatutnya bersikap kritis, vokal, dan tidak mudah terprovokasi pada

kepentingan politik tertentu. Hal ketiga yang menurutnya perlu

dilakukan adalah penegakan public civility atau keadaban publik.

179

Equivalent Pangasi, “Azyumardi Azra: Jangan Kapok Jadi Orang Indonesia!,”

Ungkapan tersebut disampaikan Azyumardi dalam talk show “Intoleransi dalam

Kehidupan Politik, Sebuah Realitas di Indonesia” yang dilaksanakan

satuharapan.com pada Kamis (3/4) di Gedung Sinar Kasih, Jakarta Timur. Lihat versi

online di http://www.satuharapan.com/read-detail/read/azyumardi-azra-jangan-kapok-

jadi-orang-indonesia, diakses tanggal 2 Mei 2014.

Page 113: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

81

Sekarang makin banyak orang yang tidak malu untuk melakukan hal

yang salah dan ini jelas berbahaya. Azyumardi melanjutkan bahwa hal

keempat yang juga vital untuk dilakukan adalah penegakan hukum.

Melihat longgarnya pelaksanaan hukum di negeri Indonesia ini, jangan-

jangan rakyat justru terlalu toleran pada pelanggar hukum. Oleh karena

itu, pemulihan kredibilitas aparat penegak hukum adalah hal yang

sangat penting.”180

Masyarakat madani dan partai politik memiliki peran sebagai

sambungan paling penting antara rakyat dan negara dengan proses

pembentukan peradaban pemerintahan yang baik dan bersih.

Keberadaan masyarakat madani diperlukan sebagai kekuatan pengawas

dan penyeimbang (chek and balances) kekuatan negara dalam hal

menjalankan roda pemerintahan. Masyarakat madani Pancasilais yang

bermoral, sadar hukum dan beradab mampu mewakili masyarakat

umum atau rakyat dalam memperjuangkan kepentingan bersama

kepada pemerintahan. Disamping itu, masyarakat madani akan mampu

menekan pemerintah bila kebijakannya bertentangan dengan

masyarakat umum. Sebaliknya, masyarakat madani akan menyokong

pemerintahan yang berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat umum.

Di samping itu, keberadaan partai diharapkan mampu mengagregasi

beraneka macam kepentingan rakyat menjadi suatu input bagi

pembutan kebijakan publik. Maka dari itu, demokrasi yang berdasarkan

Pancasila mengindikasikan mekanisme kompetisi antar partai di dalam

proses politik melalui parlemen agar fungsi agregasi kepentingan dapat

berjalan. Kompetisi antar partai di sisi lain juga berguna untuk

mengawasi akuntabilitas pemerintahan yang berjalan. Namun,

kompetisi yang dimaksud tetap berada pada satu kerangka kerjasama

untuk membentuk sistem pemerintahan yang kuat.

180

Equivalent Pangasi, “Azyumardi Azra: Jangan Kapok Jadi Orang Indonesia!,”

Ungkapan tersebut disampaikan Azyumardi dalam “Talk Show: Intoleransi dalam

Kehidupan Politik, Sebuah Realitas di Indonesia” yang dilaksanakan

satuharapan.com pada Kamis (3/4) di Gedung Sinar Kasih, Jakarta Timur. Lihat versi

online di http://www.satuharapan.com/read-detail/read/azyumardi-azra-jangan-kapok-

jadi-orang-indonesia, diakses tanggal 2 Mei 2014.

Page 114: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

82

Page 115: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

83

BAB III

GENEALOGI PEMBENTUKAN DAN MANIFESTO

PERJUANGAN GERINDRA

Pada bab sebelumnya, sekilas telah dibahas bahwa Lipset dan

Rokkan (1987) berpendapat partai politik itu merupakan perkembangan

dari organisasi masyarakat.1 Begitupun dengan Gerindra, sebagai partai

politik, ia tidak berdiri langsung menjadi sebuah partai. Gerindra secara

evolusionis dan bertahap mengukuhkan dirinya menjadi sebuah partai

politik. Tahapan-tahapan sebagaimana yang akan diuraikan di bawah

ini juga sekaligus sebagai koreksi atas publikasi resmi sejarah Gerindra

versi aparatus internal Gerindra sendiri. Dalam berbagai publikasi, baik

cetak maupun elektronik, Gerindra memperkenalkan diri sebagai partai

politik baru tanpa melalui tahapan-tahapan yang matang. Padahal,

rencana pembentukan partai politik itu jauh-jauh hari dan tahun telah

dipersiapkan pembentukannya.

A. Gerindra Sebagai Organisasi Sosial

Untuk menguraikan subbab ini, penulis mengangkat nama-nama

aktor tokoh Gerindra berlandaskan pada paradigma kerangka sosiologi-

meso teori strukturasi dari Antony Gidden untuk menjelaskan struktur

organisasi sosial Gerindra. Strukturasi merupakan teori jalan tengah

untuk mengakomodasi dominasi struktur atau kekuatan sosial

(strukturalisme) dengan pelaku tindakan/agen (subyektivisme). 2

1Seymour M. Lipset dan Stein Rokkan, Cleavage Structures, Party System, and

Voter Alignments (New York: Free Press, 1987). Lihat juga Jacob Beilasiak,

―Substance and Process in the Development of Party Systems in East Central

Europe,‖ dalam Communist and Post-Communist Studies, 30, No. 1 (1997), 23-44;

Herbert Kitschelt, dkk., ―Citizen, Politicans, and Party Certilization: Political

Representation, and State-Failure in Post-Industrial Democracies,‖ dalam Europe

Journal of Political Research 37 (2000), 149; Kuskridho Ambardi, Mengungkap

Politik Kartel: Studi tentang Sistem Kepartaian di Indonesia Era Reformasi (Jakarta:

Gramedia, 2009), 23. 2Frank den Hond, F. Kees Boersma, Leonie Heres, Eelke H.J. Kroes, dan Emmie

van Oirschot, ―Giddens à la Carte? Appraising empirical applications of Structuration

Theory in management and organization studies,‖ Journal of Political Power, Vol. 5,

No. 2, Agustus (2012), 239-264; Jonathan H. Turner, ‖Review Essay: The Theory

Structuration,‖ American Journal of Sociology, Vol. 91, No. 4, Januari (1986), 969-

970; Margaret S. Archer, ―Morphogenesis versus Structuration: On Combining

Page 116: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

84

Strukturalisme menekankan pada dominasi peran struktur di dalam

kehidupan sosial dan menjadi kekuatan sosial yang mampu

mencengkram dan mengendalikan individu-individu secara penuh.

Subyektivisme lebih menekankan pada peran dan tindakan individu

aktif yang bebas sebagai faktor dominan dalam suatu tatanan kehidupan

sosial, karena individu bertindak sebagai agen. Teori ini beranggapan

bahwa antara agen dan struktur memiliki peran yang sama dan

signifikan di dalam realitas sosial. Dengan demikian, Gerindra tidak

bisa dilepaskan dari individu-individu anggotanya, begitupun

sebaliknya. Anggota per individu tidak bisa lepas dari organisasi yang

menaunginya.

Pokok pembicaraan bab ini ialah menganalisa dan mengkritisi

konsepsi masyarakat madani dari manifesto partai politik Gerindra

dalam tinjauan segi kekuatan dan kelemahannya. Tetapi, meskipun

pembicaraan ini menyangkut penilaian kritis terhadap manifeso, namun

kritik itu an sich tidaklah menjadi tujuannya. Pembahasan ini bertolak

pada usaha untuk mengenali segi-segi positif manifesto suatu partai

politik dan mencari jalan bagaimana mengembangkannya agar dapat

menjadi suatu sumbangan kepada tantangan demokratisasi pada masa

kini. Juga dengan sendirinya, kajian ini berusaha mengenali segi-segi

negatifnya, serta sedapat mungkin menemukan jalan untuk menghindari

atau menghilangkannya. Dengan suatu kenyataan, partai politik

Gerindra dari pertama kali berdiri tahun 2008 sampai dengan 2014 ini,

setidak-tidaknya telah, sedang, dan akan ikut mewarnai dinamika

bernegara di bumi nusantara ini. Selama rentang waktu enam tahun,

akan dipotret, betapapun kecilnya, sumbangsihnya dalam mewujudkan

tatanan masyarakat madani di Bumi Pertiwi ini.

Gerindra terbentuk dari tokoh-tokoh individu, lembaga swadaya

masyarakat, juga unsur birokrat. Dalam bahasa Herbert Feith, tokoh-

tokoh tersebut adalah ―kaum cendekiawan yang tidak terikat.‖ 3

Adapun

dari unsur individu, terdiri dari kumpulan pribadi-pribadi4

dengan

Structure and Action,‖ The British Journal of Sociology, Vol. 33, No. 4-Desember,

(1982), 455-483. 3Herbert Feith dan Lance Castles (ed.), Indonesian Political Thinking 1945 –

1965 (Ithaca dan London: Cornell University Press, 1970), karya ini telah

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, Herbert Feith dan Lance Castles (ed.),

Pemikiran Politik Indonesia 1945 – 1965 (terj.) Min Yubhaar (Jakarta: LP3ES, 1988),

x-xlv. 4Prabowo Subianto, ―Kita Harus Merebut Hati Rakyat,‖ Gema Indonesia Raya,

Edisi 14/Tahun II/Juni, (2012), 1; Prabowo Subianto, ―Gerindra Berjuang untuk Masa

Depan Indonesia,‖ Gema Indonesia Raya, Edisi 10/Tahun II/Februari, (2012), 1;

Page 117: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

85

beraneka ragam latar belakang mulai dari kalangan petani, buruh,

nelayan, aktivis sosial, akademisi, agamawan, pengusaha, polisi, hingga

militer.5 Prabowo Subianto, Muchdi PR., Mayjend Haryadi Darmawan,

Kombes (Pur) Alfons Loe Mau, merupakan nama-nama dari kalangan

militer yang ikut bergabung dengan Gerindra. Dalam ranah pengusaha,

selain Prabowo juga tercatat ada Hasyim adik prabowo sendiri, seorang

bisnismen dan kolektor benda-benda purbakala. Dikalangan aktivis,

terdaftar nama-nama semisal Fadli Zon, Ahmad Muzani, Pius

Lustrilanang, dan M. Zastrouw. Kalangan akademisi yang ikut gabung

dalam Gerindra juga banyak, sebut saja misalnya Suhardi, ilmuwan

pertanian; Burhanuddin Abdullah, Mantan Gubernur Bank Indonesia.

Dari kalangan artis, setidaknya tercatat nama Jamal Mirdad dan Rachel

Maryam.6

Karena keterbatasan kemampuan penelitian penulis, tidak semua

tokoh-tokoh Partai Gerindra akan dipaparkan kiprahnya. Penulis akan

memaparkan tokoh-tokoh yang penulis anggap mewakili

kecenderungan bidang aktivitasnya saja. Prabowo Subianto penulis

anggap merupakan pribadi paling sentral dalam ketokohan di Gerindra.

Ia adalah arsitek dan masinis paling utama yang membawa gerbong

lokomotif Gerindra. Selanjutnya, Hashim Djojohadikusumo, adik

Prabowo sekaligus wakil pengusaha yang merupakan sederetan tokoh

pemegang kunci utama setelah Prabowo dalam kiprah Gerindra. Kiprah

dari Prabowo dan Hashim mewakili kiprah Keluarga Besar Soemitro

Djojohadikusumo. Suhardi selain sebagai Ketua Umum Gerindra, ia

mewakili tokoh akademisi dan masyarakat. Dari kalangan aktivis

Lembaga Sosial Masyarakat, Fadli Zon penulis pilih karena ia adalah

juru bicara yang mewakili suara Gerindra. Keempat tokoh sentral ini

setidak-tidaknya diharapkan mampu memberikan gambaran dan

mewakili sejumlah pribadi-pribadi yang tergabung dalam Gerindra. 7

Prabowo Subianto, ―Perubahan Dimulai Dari Pemimpin yang Amanah,‖ Gema

Indonesia Raya, Edisi 19/Tahun II/November, (2012), 1. 5

Wawancara penulis dengan Suhardi, Ketua Umum Gerindra dan Permadi,

anggota Dewan Pembina, di DPP Gerindra Ragunan Jakarta, Jum‘at, 23 Agustus

2013. 6

DPP Partai Gerindra, ―Susunan Dewan Pengurus Pusat,‖

www.partaigerindra.or.id, diakses tanggal 12 Oktober 2013. Wawancara dengan Fami

Fachrudin, di Kantor PT. Natuna Energy Indonesia, Menara Palma 7th Floor Unit

701, JL.HR.Rasuna Said Blok X2 Kav.6, Kuningan, Jakarta Selatan, tanggal 10 Juli

2014. 7

DPP Partai Gerindra, Tanya Jawab Seputar Partai Gerindra: Gerakan

Indonesia Raya (Jakarta: Bakom-DPP Gerindra, 2009), 3; DPP Partai Gerindra,

Page 118: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

86

Selain hal di atas, kajian bab ini juga didasarkan pada catatan

tertulis yang dapat dikumpulkan dari karya-karya tulis yang

dikeluarkan oleh Gerindra mengenai tokoh-tokoh figur, organisasi

sayap kanan, ataupun gerakan partai politik Gerindra itu sendiri.

Sebagai penunjang, dokumen-dokumen, tulisan-tulisan ilmiah, Koran,

majalah, website, dan lain-lain mengenai pokok pembicaraan bab ini

penulis juga pakai sebagai bahan analisis.

1. Keluarga Besar Soemitro Djojohadikusumo

Sentral, bahkan ‗ruh‘ dari partai politik Gerindra berada pada diri

individu kakak-adik Prabowo Subianto dan Hashim Djojohadikusumo

dari keluarga besar Soemitro Djojohadikusumo. Dalam berbagai

kapasitasnya, kedua sosok inilah yang menjadi lokus utama dan mampu

menarik orang-orang untuk bergabung dengan berbagai aktivitasnya,

termasuk bergabung dengan partai politik besutannya, Gerindra. Oleh

karenanya, dari kalangan keluarga ini pembahasan hanya membahas

peran kedua tokoh tersebut.

a. Prabowo Subianto: Tokoh Sentral Gerindra

Penulis telah berusaha maksimal untuk bisa wawancara langsung

dengan Prabowo. Surat permohonan, telepon, sms, email, fb, twitter,

web, dan lain-lain untuk bisa wawancara secara resmi telah penulis

tempuh, baik melalui Kantor DPP Gerindra, Kantor Fraksi Gerindra di

DPR-RI, kantor PT. Kiani Kertas, maupun melalui orang-orang

terdekat dengan tokoh-tokoh kunci Gerindra, namun sampai penelitian

ini ditulis, belum atau tidak mendapatkan respon. Penulis juga pernah

mendatangi rumah kediamannya di Desa Bojongkoneng, Hambalang,

Bogor Jawa Barat dan mengikuti acara Kampanye resmi dan semi

resmi Gerindra yang menghadirkan pembicara utama Prabowo, baik

atas nama pribadi maupun atas nama Gerindra, lagi-lagi penulis

kesulitan untuk meminta izin wawancara. Berdasarkan informasi dari

Permadi, Suhardi, dan Basuki Tjahaya Purnama, sebagai pengurus

teras-pun kesulitan untuk berdialog dan berjumpa dengan orang nomor

satu Gerindra ini. Oleh karena itu, dengan tidak adanya sebagian data

yang diperlukan, tentunya mengurangi input kepada penulis untuk

memberikan fakta-fakta yang menunjang setiap analisisnya. Menyadari

hal ini, penulis mencoba memberikan gambaran sependek data yang

Manifesto Perjuangan Partai Gerindra: Gerakan Indonesia Raya (Jakarta: Bakom-

DPP Gerindra, 2008), 5.

Page 119: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

87

bisa didapatkan dan menghindari spekulasi lebih jauh yang ―kurang

perlu.‖

1) Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan Letjend (Purn). Prabowo Subianto lahir di Jakarta pada tanggal 15

Oktober 1951, merupakan mantan militer, pebisnis, dan Dewan

Pembina dan Ketua Umum Partai politik Gerindra.8 Penggalan tersebut

menggambarkan karirnya yang ―erratic‖ (berubah-ubah). Seseorang

bisa saja dalam satu saat sekaligus menjadi hal-hal tersebut, tetapi

semua ini hanyalah menjadi salah satu bagian dari kepribadian

Prabowo yang utuh. Karir Prabowo yang erratic itu dimulai sejak awal

kehidupan menjejakkan kakinya kembali ke tanah air setelah tumbuh

dan besar hidup berpindah-pindah di luar negeri.

Prabowo lahir di era, meminjam istilah Dhakidae, ―manusia-

manusia (Indonesia) baru,‖ yaitu generasi yang terlahir dan tumbuh

dewasa setelah Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945. Generasi

ini dicirikan dengan kondisi antara lain: ―mereka bukan orang yang

takjub melihat kaki langit baru, yang terkagum-kagum kepada Barat

model Sutan Takdir Alisjahbana; mereka bukan ―pemuda bambu

runcing;‖ mereka adalah generasi yang dididik dalam optimisme

setelah penyerahan kedaulatan, dalam mitos-mitos tentang

kemerdekaan dan harapan besar terhadap ―kejayaan Indonesia di masa

depan;‖ mereka adalah generasi yang dibius oleh semangat ―progresif-

revolusioner‖ model Soekarno; tetapi terutama generasi inilah yang

mengalami kehancuran cita-cita itu semuanya, demoralisasi dalam

segala bidang, kehancuran kepercayaan kepada generasi-generasi yang

terdahulu.......sejak lahirnya, merekalah yang dilingkupi oleh dunia

yang paradoksal.‖9

Prabowo lahir dari keluarga birokrat dan pejuang kemerdekaan

Indonesia. Kakeknya,10

Margono Djojohadikoesoemo (1978) adalah

8Lihat daftar riwayat hidup Calon Presiden 2014 yang dikeluarkan secara resmi

oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di

http://www.kpu.go.id/koleksigambar/daftar_rwyt_hdp_prabowo.pdf, diakses pada

tanggal 20 Mei 2014. 9Dhaniel Dhakidae, ―Sang Demonstran‖, dalam dalam Soe Hok Gie, Catatan

Seorang Demonstran (Jakarta: LP3ES, 1989), 12. 10

Peter Carey, seorang profesor dari Oxford yang ahli mengenai Perang

Diponegoro, menghubungkan Prabowo dengan masa lalu keluarganya. Menurut

Carey, Prabowo adalah keturunan Raden Tumenggung Kertanegara atau yang dikenal

juga dengan nama Raden Tumenggung Banyakwide. Kertanegara atau Banyakwide

Page 120: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

88

pendiri Bank Negara Indonesia, anggota Badan Penyelidik Usaha

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan mantan ketua Dewan

Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) era Soekarno-Hatta.11

Margono juga adalah orang tua dari ―Begawan Ekonomi Indonesia,‖

Soemitro Djojohadikusumo, dan juga ayah dari dua pemuda yang gugur

dalam peristiwa Pertempuran Lengkong: Kapten Anumerta Soebianto

Djojohadikusumo dan Taruna Soejono Djojohadikusumo.12

Dari

silsilahnya tampak bahwa Prabowo memiliki darah biru elit pejuang-

pejuang bangsa Indonesia.13

Dari silsilah ini pula dapat dipahami jika

jiwa nasionalisme dan patriotisme telah tertanam dalam sosok

Prabowo. Perjuangan membela Republik Indonesia dari keluarga

menginspirasi Prabowo untuk ikut berjuang membangun bangsa ini.

Meskipun demikian, Soemitro Djojohadikusumo, ayah Prabowo,

termasuk tokoh Indonesia yang kontroversial, dan kini gelaran itupun

melekat pada Prabowo. Selain dikenal sebagai ―Begawan Ekonomi

Indonesia,‖ dan atau ―Begawan Pejuang,‖14

Soemitro dikenal pula

sebagai salah satu arsitek ―Mafia Berkeley,‖15

yang disinyalir oleh

Rizal Ramli, ekonom Indonesia, telah menyebabkan semakin

ini adalah salah seorang pembantu Diponegoro. Lihat,

http://www.youtube.com/watch?v=0aSRCkGSkxo&feature=kp, diakses 20 Juni 2014. 11

Femi Adi Soempeno, Prabowo Dari Cijantung Bergerak ke Istana

(Yogyakarta: Galangpress, 2009), 107. 12

Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Soebagyo Toer, dan Ediati Kamil, Kronik

Revolusi Indonesia Bagian II (1946) (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 1999),

37. 13

Apabila ditelusuri lebih jauh lagi, konon, Prabowo adalah keturunan dari

Adipati Mrapat, bupati Kadipaten Banyumas pertama yang salah satu kakek buyutnya

adalah Panglima Laskar Diponegoro untuk wilayah Gowong (Kedu), atau yang lebih

dikenal dengan nama Raden Tumenggung Kertanegara III. 14

Begawan Pejuang julukan yang diberikan oleh Aristides Katoppo, dkk. Lihat

Aristides Katoppo, dkk., Sumitro Djojohadikusumo: Jejak Perlawanan Begawan

Pejuang (Jakarta: Sinar Harapan, 2000). 15

Mafia Berkeley sebutan bagi ―Team Istimewa‖ di pemerintahan Indonesia Era

Rezim Soeharto yang terdiri atas menteri-menteri yang menguasai bidang

perekonomian. Para ahli ekonomi dan sarjana lulusan Universitas Callifornia tersebut

berfungsi sebagai kelompok yang duduk dalam dewan penguasa pemerintahan yang

bertujuan memuluskan perusahaan-perusahaan Amerika untuk mengeksploitasi

sumber daya ekonomi Indonesia. Lihat David Ransom, ―The Berkeley Mafia and the

Indonesian Massacre,‖ Ramparts Magazine, Oktober (1970): 27-29. Karya ini telah

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, David Ransom, Mafia Berkeley dan

Pembunuhan Massal Di Indonesia (terj.) Koalisi Anti Utang (KAU) (Jakarta: Koalisi

Anti Utang (KAU), 2006), 23-24.

Page 121: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

89

melemahnya perekonomian Indonesia.16

Bahkan, Soemitro sendiri

ketika diwawancarai oleh Tim wartawan Tempo, Setiyardi, Wicaksono,

dan Hermien Y. Kleden pada tahun 1999 mengakui bahwa ia telah

bekerja sama dengan CIA (Central Intellegence Agency) atau Dinas

Rahasia Amerika untuk menjatuhkan pemerintahan Soekarno yang pro-

sosialis.17

Soemitro menjelaskan bahwa George Kahin, profesor dari

Universitas Cornell-Amerika, malah mengatakan bahwa dirinya adalah

orang CIA. Ia membantah jika dirinya disebut sebagai agen CIA,

namun ia membenarkan ada kontak antara dirinya dengan CIA, bahkan

dengan intelijen Korea dan intelijen Prancis. Soemitro tidak menampik

berita tentang bantuan CIA dalam membantu mendesain pola gerakan

Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat

Semesta (PRRI/Permesta) melawan pemerintahan Soekarno.18

Semua

kejadian tersebut ia anggap sebagai bentuk perjuangan perlawanan dan

upaya koreksi terhadap tirani dan ketidakadilan pemerintahan pusat

ketika itu, bukan sebagai pemberontakan yang ingin memisahkan diri

dari Republik Indonesia.

Bagi Soemitro, meski gabung dengan PRRI, namun ia sangat tidak

setuju dengan gagasan pendirian Republik Persatuan Indonesia (RPI),

karena perjuangannya bukan untuk menggantikan atau mendirikan

negara baru tetapi untuk menggulingkan dan mengganti pemerintahan

Soekarno.19

Oleh karenya, ia bersama-sama tokoh-tokoh cendekiawan

menggalang gerakan bawah tanah dan mengeluarkan manifesto

perjuangan mengkritisi pemerintahan ketika itu. Menurut Soemitro,

setelah kemerdekaan tercapai, kenyataan menunjukkan bahwa bangsa

ini masih jauh dari tujuan. Soemitro dan kawan-kawan melihat dengan

16

Lihat ulasan mengenai hal ini dalam Didin Abidin Masud dan Edy Mulyadi,

Rizal Ramli, Lokomotif Perubahan: Langkah Strategis dan Kebijakan Terobosan

2000 – 2001 (Jakarta: Cipta Citra Persada, 2008). 17

Lihat juga keterlibatan CIA dalam eksploitasi sumber daya alam Indonesia

dalam Lisa Pease, ―JFK, Indonesia, CIA & Freeport Sulphur,‖

http://www.realhistoryarchives.com/collections/hidden/freeport-indonesia.htm,

diakses tanggal 10 Desember 2014. 18

Setiyardi, Wicaksono, dan Hermien Y. Kleden, ―Prof. Soemitro

Djojohadikusumo Menjawab: Wawancara,‖

http://tentangps.blogspot.com/2009/09/prof-sumitro-djojohadikusumo-

menjawab.html, diakses tanggal 12 Desember 2014. Lihat juga Tim Tempo, ―Patah

Arah Kawan Seiring,‖ Edisi Senin, 9 Maret (2009). 19

Daniel Dhakidae, ‖Soe Hok Gie: Sang Demonstran,‖ 41. Erros Djarot, dkk,

Prabowo Sang Kontroversi: Kisah Penculikan, Isu Kudeta, dan Tumbangnya Seorang

Bintang (Jakarta: Mediakita, 2007), 174.

Page 122: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

90

penuh kecemasan bahwa pimpinan negara dan pemerintahan Soekarno

telah membawa bangsa dan negara Indonesia kepada keadaan yang

menguatirkan. Dengan diterapkannya sistem Demokrasi Terpimpin,

diktator perseorangan dan golongan yang berkuasa bukan lagi

merupakan bahaya di ambang pintu, tetapi telah menjadi suatu

kenyataan. Cara-cara kebijaksanaan negara dan pemerintahan bukan

saja bertentangan dengan asas-asas kerakyatan dan hikmah

musyawarah, bahkan menindas dan otoriter. Pimpinan negara dan

pemerintahan kala itu, dianggapnya bukannya menjadi saluran

pengabdi rakyat, malahan sebaliknya menjadi penindas dan pemeras

rakyat sendiri. Istilah ―Demokrasi Terpimpin‖ dipakai sebagai topeng

belaka justeru untuk menindas dan menumpaskan asas-asas demokrasi

sendiri. Oleh karenanya, bagi Pak Cum, demikian Soemitro, tokoh

Partai Sosialis Indonesia, biasa dipanggil kawan-kawan dekatnya,

menghimbau kepada segenap penerus bangsa untuk bangkit

menggalang kekuatan dan bertindak menyelamatkan bangsa dan negara

Indonesia dari jurang malapetaka.20

Manifesto perjuangan masyarakat madani Pak Cum di atas, selaras

dengan pernyataan Janoski dan Mannheim bahwa masyarakat madani

dipahami sebagai lingkungan masyarakat yang berada di antara urusan

pribadi dan hubungan politik negara. Sebagai, konsekuensinya,

komponen masyarakat sipil tidak hanya terdiri atas berbagai kelompok,

akan tetapi juga individu sebagaimana Soemitro. Entah individual

maupun kelompok, mereka terlibat dalam kegiatan mencermati,

meneliti, menilai, menjelaskan, dan mengkritisi kebijakan pemerintah,

dan mendesak pemerintah agar melakukan perubahan dalam kebijakan-

kebijakan yang menyejahterakan rakyat pada umumnya. Sebagai

bagian dari masyarakat, Pak Cum merupakan sosok apa yang disebut

oleh Karl Mannheim sebagai ‗intelektual yang bebas dari kepentingan

kelas‘21

atau dalam bahasa Uhlin adalah ‗intelektual individual‘ juga

‗pembangkang elit.‘22

20

Daniel Dhakidae, ‖Soe Hok Gie: Sang Demonstran,‖ 41-42. 21

Karl Mannheim, Ideologi dan Utopia: Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik

(Yogyakarta: Kanisius, 1991); Karl Mannheim, ―The Sociology of Intellectuals

Theory,‖ Culture and Society 10(3) (1993), 69–80; Syed Farid Alatas, ―Islam, Ilmu-

Ilmu Sosial, dan Masyarakat Sipil,‖ Antropologi Indonesia 66, (2001), 13. 22

Anders Uhlin, Indonesia and the “Third Wave of Democratization:” The

Indonesian Pro-Democracy Movement in a Changing World (London: Curzon Press,

1997), 94 dan 99.

Page 123: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

91

Sepak-terjang dan pro-kontra kehidupan Pak Cum, terlebih lagi

keluarga besarnya, dalam kerangka Janoski, merupakan bagian dari,

―people‟s private lives disclosed in the media and courts,‖ kehidupan

privat seseorang yang telah menjadi pemberitaan media dan

pengadilan. Hal itu merupakan suatu ranah yang tidak bisa lagi hanya

diklaim sebagai wilayah privat, karena sudah menjadi pemberitaan

publik dan berhubungan dengan publik. Individu-individu yang

tergabung dalam ‗gerakan bawah tanah‘ yang dikomandoi Pak Cum

memperjuangkan kepentingan khalayak publik ketika itu.23

Selain itu, masih dalam kerangka masyarakat madani ataupun civil

society, apa yang diperjuangkan oleh Soemitro dengan manifesto di

atas merupakan suatu bentuk kritik terhadap rezim pemerintahan yang

sah.24

Secara individual maupun melalui kelompok gerakan bawah

tanah yang diarsitekinya, menurut penulis, tidak berlebihan jika pantas

disebut sebagai salah satu pejuang masyarakat madani.25

Ia berani

melakukan kritik dan menanggung resiko dengan berontak terhadap

rezim pemerintahan yang dinilai otoriter dan tidak adil ketika itu.

Menurut Janoski dan Bakti, perjuangan individu termasuk dalam salah

satu kategori ranah masyarakat madani.26

Soemitro, baik secara

23

Thomas Janoski, Citizenship and Civil Society: A Framework of Rights and

Obligations in Liberal, Traditional, and Social Democratic Regimes (Cambridge:

Cambridge University Press, 1998), 12. 24

Carlo Ruzza, ―The International Protection Regime for Minorities, the

Aftermath of the 2008 Financial Crisis and the E: New Challenges for Non-State

Actors,‖ International Journal on Minority and Group Rights 18 (2011), 223-224; V.

Della Sala, ‗Political Myth, Mythology and the European Union,‖ Journal of Common

Market Studies Vol. 48 (2010), 5-6; P. Cullen, ―The Platform of European Social

NGOs: ideology, division and coalition,‖ Journal of Political Ideologies 15 (2010),

320-321; C. Ruzza, ―Populism and euroscepticism: Towards uncivil society?,‖ Policy

and Society 28 (2009), 89-90. 25

Hal tersebut penulis sematkan mengikuti putusan Dewan Dekan-dekan

Universitas Erasmus Rottedam Belanda memutuskan untuk memberi gelar Doktor

Honoris Causa kepada Pak Cum dengan tiga dasar pertimbangan. Pertama,

menunjukkan kepiawaiannya selaku ilmuwan yang aktif menulis puluhan karangan

ilmiah dan buku ilmu pengetahuan. Kedua, berhasil memadukan kesarjanaannya

dengan kenegarawanan dan kediplomatannya dalam pembaktian diri secara aktif

membangun ekonomi dan politik negaranya. Ketiga, senantiasa menyuarakan hati

nuraninya dengan murni dan konsekuen sehingga pendapatnya didengar dan dihargai

masyarakat. Lihat Emil Salim, Kembali Ke Jalan Lurus: Esai-esai 1966 – 99 (Jakarta:

AlvaBet, 2000), 43-45. 26

Thomas Janoski, Citizenship and Civil Society, 13; lihat juga Andi Faisal Bakti,

―Women in the West and in Indonesia: How Can Islam Contribute to Social

Development?‖ dalam Journal Pemikiran Islam, Vol. 1 No. 1, September, Ternate,

Page 124: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

92

individual maupun secara kelompok berupaya untuk membangun dan

menegakkan perdaban Indonesia yang merdeka, makmur, dan sejahtera.

Perjuangan Pa Cum kala itu, menurut penulis, sesuai dengan tuntunan

falsafah Pancasila terutama sila kedua, ‗Kemanusiaan yang adil dan

beradab,‘ dan juga sila kelima, ‗Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.‘

Pemerintah RI ketika itu dinilai hanya mementingkan kepentingan

pusat dan mengabaikan daerah-daerah. Bagi Pak Cum, Pemimpin RI

ketika itu telah keluar dari jalur perjuangan penegakkan Pancasila.27

Dalam kritiknya, ia menyatakan pemerintah sebagai, ―diktator

perseorangan dan golongan yang berkuasa bukan lagi merupakan

bahaya di ambang pintu, tetapi telah menjadi suatu kenyataan. Cara-

cara kebijaksanaan negara dan pemerintahan bukan saja bertentangan

dengan asas-asas kerakyatan dan hikmah musyawarah, bahkan

menindas dan memperkosanya. Pimpinan negara dan pemerintahan

sekarang bukannya menjadi saluran pengabdi rakyat, malahan

sebaliknya menjadi penindas dan pemeras rakyat sendiri.‖28

Oleh

karenanya, ia bangkit berjuang melakukan perlawanan terhadap

pemerintahan, bukan bermaksud malah mendirikan negara tandingan.

Pak Cum memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.

Jiwa patriotisme dan nasionalisme, juga jiwa memberontak dan

kontroversi, yang melekat dalam diri Soemitro dan keluarga besarnya,

ditanamkan ke generasi berikutnya, terutama Prabowo. Sehingga

tidaklah mengherankan ketika berbagai aktivitas Prabowo bersamaan

dengan jiwa berontak dan kontroversinya, di ranah pendidikan, sosial,

politik atau kemasyarakatan, umumnya, simbol-simbol nasionalisme

juga beserta pro-kontranya itu selalu hadir, bahkan pada atribut yang

melekat di tubuhnya, dari perkataan hingga sikapnya.29

Terlepas dari kontroversial dan jiwa berontak Prabowo, Joseph

Bradley menjelaskan bahwa dalam konsep civil society atau masyarakat

Indonesia, (2010), 2-20; Andi Faisal Bakti, ―Communication and Violence:

Communicating Human Integrity caharactersitics is necessary for Horizontal Conflict

resolution In Indonesia,”dalam Identity, Culture, and Politics Vol. 9, No. 1 (July

2008); Andi Faisal Bakti, ―Islam and Modernity: Nurcholish Madjid Interpretation of

Civil Society, Pluralism, Secularism and Democracy,‖ dalam Asian Journal of Social

Sciences, Brill, Leiden, Vol 33, No. 3 (November, 2005). 27

Floriberta Aning S. (ed.), 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia: Biografi

Singkat Seratus Tokoh yang Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad 20

(Yogyakarta: Narasi, 2007), 220. 28

Daniel Dhakidae, ‖Soe Hok Gie: Sang Demonstran,‖ 43. 29

Femi Adi Soempeno, Prabowo Dari Cijantung Bergerak ke Istana, 108.

Page 125: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

93

madani, patriotisme tidak selalu berhubungan dengan keberanian para

pahlawan bangsa, atau bahkan mengharuskan gugur di medan perang

dengan segala bentuknya untuk ibu pertiwi. Patriotisme bisa lahir dari

orang-orang biasa dan dari kejadian-kejadian biasa. Setiap bangsa

membutuhkan pahlawan dan perbuatan heroik. Setiap bangsa

memerlukan patriot dan patriotisme. Kebutuhan tadi bisa jadi untuk

kepentingan suatu bangsa demi memelihara identitas kebangsaannya,

atau mempertahankan kesatuan teritorial, atau semata-mata untuk

menumbuhkan ikatan emosional untuk memelihara kepentingan

bersama. Namun demikian, bisa juga hal tersebut kebutuhan yang

dihidupkan oleh penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya di atas

emosi dan kehausan rakyat untuk mempunyai dan melegendakan

patriot dan patriotisme.30

Berdasarkan hal tersebut, kontroversi tentang

Pribadi Prabowo dalam rekam jejaknya kehidupannya, walaupun

semangatnya, meminjam perkataan Pak Cum terhadap anaknya ini,

terkesan ‗arogan dan temperamental,‘ penulis lebih cenderung

berpendapat bahwa Prabowo juga memiliki juga jiwa nasionalisme dan

patriotisme yang cukup tinggi terhadap bangsa ini.

Prabowo menapaki sekolah formalnya sedari tingkat dasar sampai

menengah atas berpindah-pindah di luar negeri.31

Karena ayahnya

merupakan mantan Menteri Keuangan era Soekarno yang menjadi

pelarian karena tak lagi sepaham dengan presiden pertama Indonesia

itu. Saat itu Soemitro menjadi anggota Partai Sosialis Indonesia (PSI)

pimpinan Sjahrir yang kemudian mendukung PRRI/Permesta.32

Di

tingkat sekolah dasar, ia menimba ilmu pada SD di Victoria Institution,

Kuala Lumpur Malaysia dari tahun 1960 sampai dengan 1963. SMP di

30

Joseph Bradley, Voluntary Associations in Tsarist Russia: Science, Patriotism,

and Civil Society (Harvard: President and Fellow of Harvard College, 2009), 128. 31

Demi keamanan, Soemitro bersama keluarganya tak mau tinggal di suatu

negara lebih dari dua tahun. Mulai dari Singapura, Hongkong, Kuala Lumpur, Zurich-

Swiss, London, kemudian pindah ke Bangkok. Majalah Intisari, Juli (2000). 32

Soemitro bergabung dengan PRRI karena dari timbulnya kesadaran bahwa

pusat selalu mengabaikan daerah, misalnya kontrol devisa, di mana selama ini devisa

selalu dihabiskan di Jakarta, sampai friksi antara Bung Karno dan PSI serta makin

dekatnya tokoh PKI D.N. Aidit dengan Bung Karno. Ini juga yang menimbulkan

perlawanan daerah-daerah sesuatu yang sedang berlangsung sekarang. Lihat RO

Tambunan "Wawancara Prof. Sumitro Djojohadikusumo: Jika lima tahun lalu Pak

Harto mundur, kondisi Indonesia tidak akan seburuk sekarang," Majalah Tempo,

Edisi 10 Juni (1998) atau lihat

www.library.ohiou.edu/indopubs/1998/06/13/0035.html, diaskses tanggal 12

Desember 2014.

Page 126: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

94

International School, Zurich, Swiss dari tahun 1963 sampai dengan

1964. SMA di tempuh di Amercan School, London Inggris dari tahun

1964 sampai dengan 1967. Selepas itu, Harvard University Cambrige

Amerika Serikat menerima Prabowo untuk kuliah di sana. Namun

karena berbagai pertimbangan keluarga; Prabowo mengurungkan

niatnya masuk Universitas Harvard dan Prabowo menolak kuliah

George Washington University (GWU) melalui secarik surat resmi

bertanggal 26 Maret 1968.33

Ia lebih memilih Akademi di Akademi

Militer Nasional, Magelang dari tahun 1970 sampai dengan 1974.

Semenjak kecil, Prabowo ditanamkan watak menyintai tanah air

dan patriotisme yang mendalam dalam dirinya. Pengalamannya yang

tumbuh besar di Eropa, di tengah bangsa kulit putih pada tahun 1950 –

1960-an, sebagai anak bangsa Indonesia selalu merasa diejek dan

dipandang sebagai manusia inferior. Ketika di SMA, ia pernah

mempunyai guru yang selalu sinis menghadapi murid-murid berwarna,

apalagi yang berasal dari negara yang dianggap miskin. Dari kecil ia

telah bertekad bahwa suatu waktu kelak harus ikut berpartisipasi

membangun negara agar bangsa Indonesia tidak terus miskin dan

dimiskinkan, tidak terus dipandang inferior, melainkan menjadi bangsa

yang sejajar, kuat, makmur, dan rakyat hidup dengan baik.34

Karakter nasionalisme Prabowo, semenjak kecil ditempa oleh

kehidupan yang bernuansa liberalis di luar negeri. Nasionalisme

Prabowo remaja, meminjam pendapat Durkheim, menjadi ‗agama baru‘

baginya. Sosiolog kenamaan Emile Durkheim berhipotesa bahwa

nasionalisme dan patriotisme yang ditanamkan pada jiwa seseorang

dapat menjadi ‖agama baru‖ dalam masyarakat modern, karena mampu

menjadi integrator masyarakat majemuk tatkala hubungan-hubungan

sosial semakin terasa longgar dan sangat berbau materialis.35

Sementara

itu, Ernest Gellner dalam bukunya Nations and Nationalism (1983)

antara lain menuliskan bahwa nasionalisme melahirkan bangsa,

sementara demokrasi melahirkan negara dan pemerintahan, maka

nasionalisme bersama demokrasi melahirkan negara-bangsa (nation

33

Lihat lampiran surat penerimaan Prabowo sebagai murid di George Washington

University (GWU), Amerika. 34

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya: Haluan Baru

Menuju Kemakmuran (Jakarta: Institut Garuda Nusantara, 2012), xi. 35

Rogers Brubaker, ―Ethnicity, Race, and Nationalism,‖ Annual Review of

Sociology, Vol. 35, (2009), 21-42; Issam Aburaiya, ―Islamism, Nationalism, and

Western Modernity: The Case of Iran and Palestine,‖ International Journal of

Politics, Culture, and Society, Vol. 22 (1), (2009), 57-68.

Page 127: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

95

state). Namun demokrasi bukan hanya sebagai alat tetapi sekaligus

merupakan tujuan dari negara bangsa itu sendiri, yaitu mewujudkan

masyarakat adil makmur material – spiritual bagi seluruh warga

bangsa.36

Patriotisme Prabowo, juga tertanam semenjak kecil hingga

remaja agar kelak bisa bersumbangsih mewujudkan masyarakat adil

makmur, sejahtera, lahir dan batin bagi seluruh rakyat Indonesia.

Melalui cerita-cerita heroik saat di meja makan, keluarga Soemitro

menyemai jiwa patriotisme pada anak-anaknya, tak terkecuali Prabowo.

Di situ diceritakan tentang kebesaran peradaban Sriwijaya, Majapahit,

Mataram, Demak dan kerajaan-kerajaan lainnya. Kisah tersebut

mengajarkan Prabowo bahwa Negara Indonesia memiliki peradaban

yang luhur, bukan merupakan bangsa budak, bukan pula bangsa yang

patut di jajah. Selain itu, sejarah perjuangan Jenderal Soedirman dan

perjuangan para Pahlawan Nasional, seperti Gadjah Mada, Sultan

Agung, Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin, Teuku Umar,

Untung Suropati, dan lainnya juga tertanam dalam diri prabowo. Hal

tersebut mengajarkan bahwa bangsa Indonesia memiliki generasi

penerus yang gagah berani dan berhasil mengusir penjajah dan

mengharumkan nama bangsa.37

Perjuangan untuk membangun

peradaban bangsa yang gemilang dan minimal sejajar dengan bangsa-

bangsa maju lainnya yang kelak kemudian dirumuskan oleh Prabowo

melalui Gerindra sebagai ruh dari Manifesto perjuangan politik

praktisnya.38

Prabowo kecil telah tertanam kesadaran nasionalisme bahwa

sejarah bangsa-bangsa di Nusantara adalah juga sejarah membangun

persatuan dalam menghadapi penjajahan asing.39

Sebagai sebuah

peradaban, masyarakat Nusantara sudah memiliki norma-norma

kearifan lokal masyarakat madani yang mandiri, yaitu gotong-royong

dan terbuka pada pengaruh luar yang tidak eksploitatif. Interaksi antar

kerajaan-kerajaan Nusantara sendiri semakin dipertajam melalui

36

Brendan O‘leary, ―On the Nature of Nationalism: An Appraisal of Ernest

Gellner‘s Writings on Nationalism,‖ B.J.Pol.S., Cambridge University Press, Vol. 27,

(1997), 191–193; Andreas Wimme, A Swiss Anomaly? A Relational Account of

National Boundary-Making,‖ Nations and Nationalism, Vol. 17 (4), (2011), 718–720. 37

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya, ix. 38

lihat Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya (Jakarta:

Bakom-Gerindra, 2014), 3. 39

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya, 2-3; Masykuri

Abdillah, Demokrasi Di Persimpangan Makna: Respons Intelektual Muslim

Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi (1966 – 1993) (Yogyakarta: Tiara Wacana,

2009), 27-29.

Page 128: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

96

hubungan perdagangan.40

Hubungan ini kian lancar karena semakin

terintegrasinya kepentingan ekonomi, politik dan budaya di Nusantara,

meskipun proses integrasi ini bisa disertai penaklukan. Sejarah

mencatat adanya kemajuan-kemajuan dari proses integrasi itu seperti

konsep Bhinneka Tunggal Ika dan terbentuknya bahasa pergaulan

terutama di dunia dagang di Nusantara yang menjadi cikal bakal bahasa

persatuan Indonesia.

Prabowo banyak belajar prinsip-prinsip kehidupan dari ayahnya,

Soemitro Djojohadikusumo menasehatinya dengan kalimat bijak:

‗Smile in the face of adversity, be contemptuous of danger, undaunted

in defeat, magnanimous in victory,‘ tersenyumlah dalam menghadapi

kemalangan, beranilah menantang bahaya, tegarlah dalam kekalahan,

dan selalu rendah hati akan kemenangan.‖ Pribadi yang keras dan

penuh disiplin buah dari didikan ayahnya dalam mendidik keempat

anaknya. Putri tertua, Biantiningsih, istri mantan Gubernur Bank

Indonesia, J. Soedrajat Djiwandono, sampai memiliki dua gelar

kesarjanaan. Begitu juga Marjani Ekowati, putri kedua yang menikah

dengan orang Prancis. Lalu si bungsu Hashim Sujono menjadi

pengusaha sukses.41

Di Eropa, selain Prabowo muda tumbuh dengan lebih cepat

matang dan telah mulai mengenal wacana politik tanah airnya, juga

telah tertanam watak keras dan ambisius, termasuk soal cita-cita

menyelesaikan masalah di negeri tanah kelahirannya. Hal tersebut,

sebagaimana yang diceritakan oleh aktivis dari Universitas Indonesia

(UI) dan teman dekat Prabowo, Soe Hok Gie, ketika ia telah kembali ke

tanah air.42

Dalam catatan hariannya, 25 Mei 1969, Hok Gie menulis

kesannya terhadap Prabowo: ―Bagi saya Prabowo adalah seorang

pemuda (atau kanak-kanak) yang kehilangan horison

romantiknya........... Ia cepat menangkap persoalan-persoalan dengan

40

Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era reformasi (Jakarta: Paramadina,

1999), 164; PB-IKA PMII, Manifesto Khittah Kedaulatan Indonesia: Pokok-pokok

Pikiran Munas Ke-5 IKA-PMII (Jakarta: PB. IKA-PMII, 2013), 6. 41

http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/4174-

begawan-ekonomi-indonesia, diakses tanggal 20 Juni 2014. 42

Soe Hok Gie, lahir di Jakarta, 17 Desember 1942 – meninggal di Gunung

Semeru, 16 Desember 1969 pada umur 26 tahun. Ia adalah salah seorang aktivis dan

mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah tahun 1962–1969.

Ia seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya dan

rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Buku hariannya

kemudian diterbitkan dengan judul ―Catatan Seorang Demonstran‖ (1983).

Page 129: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

97

cerdas tapi naif. Mungkin kalau ia berdiam 2-3 tahun dan hidup dalam

dunia yang nyata, ia akan berubah.‖43

Apa yang dinyatakan oleh Gie tentang watak prabowo di atas,

senada dengan kesan yang didapati oleh Lee Kuan Yew, Mantan

Presiden Singapura, ketika menyinggung tentang karakter Prabowo

hingga masa modern ini. Dalam karyanya From Third World to First -

The Singapore Story (1965-2000),44

Lee menuliskan kesannya yang

lebih mendalam tentang Prabowo. Dalam memoarnya, Lee Kuan Yew

mengutip pendapat Soeharto bahwa sosok Prabowo merupakan pribadi

yang ―cerdas dan ambisius tetapi impulsif dan gegabah.‖ Berikut

kutipan dari halaman tersebut: ―The most grievous error of all was his

balancing act in appointing General Wiranto as chief of the armed

forces while promoting his son-in-law Prabowo Subianto to be

liutenant-general and chief of Kostrad (the Strategic Forces). He knew

that Prabowo was bright and ambitious, but impetuous and rash,

Kesalahan yang paling menyedihkan dari semua adalah tindakan

menyeimbangkan dalam menunjuk Jenderal Wiranto sebagai kepala

angkatan bersenjata sekaligus mempromosikan menantunya Prabowo

Subianto menjadi Letnan Jenderal dan kepala Kostrad (Angkatan

Strategis). Dia tahu bahwa Prabowo adalah cerdas dan ambisius, tapi

tidak sabar dan gegabah.‖45

Lee secara pribadi mengutarakan opininya mengenai kepribadian

Prabowo. Menurut pendapatnya, ―He was quick but inappropriate in

his outspokenness.‖ Kata quick menurut Longman Dictionary of

Contemporary English memiliki banyak makna jika jika dikaitkan

dengan karakter seseorang. Pertama, bermakna ―cekatan‖ (moving or

doing something fast). Kedua, ―pandai‖ karena mampu belajar dan

memahami dengan cepat (able to learn and understand things fast).

Ketiga, quick juga bisa dimaknai ―cepat naik darah‖, misalnya, have a

quick temper, yang artinya, to get angry very easily.46

Ketiga watak itu

menurut Lee telah menjadi karakter Prabowo. Bahkan Lee

43

Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran (Jakarta: LP3ES, 1989), 314. 44

Lee Kuan Yew, From Third World to First - The Singapore Story (1965-2000):

Singapore and The Asian Economic Boom (New York: HarperCollins Publishers,

2000), 316. 45

Lee Kuan Yew, From Third World to First, 316; Fami Fachrudin, di Kantor PT.

Natuna Energy Indonesia, Menara Palma 7th Floor Unit 701, JL.HR.Rasuna Said

Blok X2 Kav.6, Kuningan, Jakarta Selatan, tanggal 10 Juli 2014. 46

http://www.ldoceonline.com/search/?search_str=quick, diakses tanggal 20 Juni

2014.

Page 130: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

98

menambahkan satu watak lagi dengan menuliskan:”I said Prabowo had

a reckless streak in him.” Menurut Oxforddictionaries, kata reckless

dapat diterjemahkan sebagai ―tanpa berpikir atau peduli atau

mempertimbangkan konsekuensi sebuah tindakan,‖ (without thinking

or caring about the consequences of an action).47

Berbeda dengan Lee, sebagaimana dikutip dari Huffington Post,

Stanley A Weiss, pendiri lembaga Business Executives for National

Security di Washington, Amerika Serikat, lebih berkeyakinan bahwa

Prabowo cenderung memiliki watak yang cerdas dan memiliki potensi

untuk menjadi seorang pemimpin.48

Selain itu, menurutnya, Prabowo

itu memiliki watak, ―tough, decisive, insightful, and highly idealistic

about Indonesia and its future, tangguh, tegas, berwawasan, dan sangat

idealis tentang Indonesia dan masa depannya.‖49

Bahkan, Weiss

meyakini bahwa Prabowo mampu memimpin Indonesia layaknya Lee

Kuan Yew menahkodai Singapura.

Kecerdasan dan potensi kepemimpinan Prabowo ditunjang dan

diperluas wawasannya oleh karena selain aktif dikegiatan sekolah juga

mempunyai hobi membaca buku-buku. Selain bahasa Inggris, ia

menguasai bahasa Prancis, Jerman, dan Belanda. Sehingga wajar saja ia

gemar membaca buku-buku militer dan politik semisal karya George

Mc Turnan Kahin dan karya Leo Tolstoy.50

Selain itu, Prabowo juga

diketahui mengagumi tokoh-tokoh perlawanan, seperti Che Guevara

dan Yasser Arafat. Tidak ketinggalan, gerakan antikolonialisme Mesir

yang dipimpin oleh Gamal Abdul Nasser juga sangat dikagumi

Prabowo. Mungkin, inilah yang menjadi penyebab mengapa selama ini

Prabowo selain berwatak keras, juga tumbuh menjadi pemuda yang

cerdas dan berani berdebat.51

Lulus sekolah menengah atas, American

School in London, pada 1967, Prabowo Subianto, terinspirasi ingin

berkiprah memperbaiki keadaan tanah kelahirannya. Ia ingin

meneruskan perjuangan Ayah, kakek, paman-paman dan keluarganya

dan menggebu-gebu ingin memperbaiki negerinya. Pulang ke tanah air,

47

http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/reckless, diakses tanggal

20 Juni 2014. 48

Lihat Stanley A Weiss, ―Prabowo Could Be Indonesia's Lee Kuan Yew,‖dalam

http://www.huffingtonpost.com/stanley-weiss/prabowo-could-be-

indonesi_b_3936498.html, diakses tanggal 20 Februari 2014. 49

Lihat Stanley A Weiss, ―The Betrayal at the Heart of Prabowo‘s Challenge,‖

dalam http://www.huffingtonpost.com/stanley-weiss/the-betrayal-at-the-

heart_b_5627496.html, diakses tanggal 20 Februari 2014. 50

Femi Adi Soempeno, Prabowo Dari Cijantung Bergerak ke Istana, 108. 51

http://prabowosubianto.info/riwayat-prabowo, diakses tanggal 20 Juni 2014.

Page 131: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

99

sang ayah meminta putranya berkeliling Jawa, untuk mengenal lebih

nyata dan secara langsung negeri yang ditinggalkannya selama satu

dekade itu.

Selepas SMA, Prabowo kembali ke Indonesia. Sebelum memasuki

Akademi Militer, mulai aktif membangun jaringan dengan aktivis

sosial dan pergerakan-pergerakan mahasiswa Indonesia. Ia banyak

dibantu oleh kedudukan dan kolega-kolega ayahnya, Soemitro, yang

ketika itu menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI

ke-7 atau juga dalam kapasitasnya sebagai Guru Besar dan Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dengan memanfaatkan

jejaring sosial yang telah dibangun ayahnya, Prabowo dengan mudah

diterima dan bergaul dengan berbagai kalangan aktivis di Indonesia.52

Bersama Shoe Giok Hie, Prabowo mempelopori pembentukan

Korps Lembaga Pembangunan, yang terinspirasi oleh Korps

Perdamaian, Peace Corps,53

kumpulan relawan sosial asal Amerika

Serikat yang digagas Senator John F. Kennedy pada 1961. Dalam

lembaga ini tercatat pula Wimar Witoelar, Kuntoro Mangkusubroto,

dan Sarwono Kusumaatmadja. Prabowo mengumpulkan teman-

temannya, putra-putri para eks anggota Partai Sosialis Indonesia yang

tumbuh bersamanya di luar negeri, untuk berdiskusi dengan para

ekonom dan turun ke desa-desa membantu perekonomian warga. Emil

Salim, yang ketika itu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

pernah mereka mintai saran dan sumbangsihnya terhadap lembaga ini.

Hidupnya sebagai aktivis berhenti ketika dia memutuskan masuk

Akademi Militer Nasional di Magelang, Jawa Tengah, pada 1970).54

Sikap kerjasama dan gotong royong yang telah dibangun Korps

Lembaga Pembangunan dilandasi oleh penghormatan atas kedaulatan,

kemandirian, dan persamaan hak dalam mengerjakan dan menuntaskan

sebuah pekerjaan. Korps tersebut lahir dari semangat untuk

memperbaiki keadaan. Kondisi yang paradoks antara Indonesia yang

kaya dan rakyatnya yang miskin. Negeri yang berlimpah sumber daya

alam, tapi rakyatnya masih jauh dari kemakmuran. Hal tersebut bisa

terjadi tak lain dan tak bukan karena dua faktor. Pertama, haluan negara

masih tak jelas. Kedua, masalah kepemimpinan, masalah elit bangsa

yang tak berpihak lagi pada rakyat. Bahkan ada pengkhianatan elit

terhadap rakyat. Para pendiri bangsa dengan jelas menggariskan bahwa

52

Daniel Dhakidae, ‖Soe Hok Gie: Sang Demonstran,‖ 41-43. 53

Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran , 308. 54

Tempo, ―Sepotong Mimpi Anak Pelarian,‖ Majalah Tempo No. 19/XXXVIII,

29 Juni (2009).

Page 132: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

100

tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan dunia yang damai.

Melindungi segenap bangsa tentu bukan sekedar perlindungan fisik dari

agresi militer atau penjajahan konvensional. Perlindungan yang lebih

substansial adalah proteksi seutuhnya: bebas dari kemiskinan,

kebodohan dan ketidakpastian. Korps ingin rakyat cukup pangan,

sandang dan papan. Korps ingin rakyat menjadi cerdas dan mampu

bersaing dalam percaturan global. Korps ingin manusia Indonesia

mencicipi kemakmuran yang diolah dari kekayaan alam, dari pertanian

dan industri, serta dari inisiatif dan kreativitas.55

Meskipun kegiatan Korps ini lumpuh karena masalah internal

yang terjadi di dalamnya. Prabowo telah ikut mengobarkan semangat

nasionalis dengan meneruskan karakter luhur bangsa yang, meminjam

bahasa Nurcholish Madjid, disebut dengan ‗masyarakat paguyuban‘

sebagai cikal-bakal masyarakat madani Indonesia.56

Emil Salim,

sebagai ketua Gerakan Masyarakat Madani, mengatakan bahwa nilai-

nilai masyarakat madani jauh telah tertanam dan tumbuh dalam

masyarakat Indonesia. Wujud masyarakat madani telah

terimplementasikan dalam bentuk masyarakat paguyuban yang

dominan di masa lalu. Masyarakat paguyuban yang dipimpin Prabowo

merupakan kelompok masyarakat yang memiliki ciri hidup bergotong-

royong, berkedudukan sama, dan mengatur kehidupan bersama dengan

cara musyawarah. Lebih jauh, Emil Salim menyatakan bahwa substansi

masyarakat madani telah lama ada dalam etika sosial politik

masyarakat Indonesia yang berkembang dalam kultur masyarakat

Indonesia.57

Semangat egaliterianisme dan budaya sosial politik yang

mengedepankan mekanisme musyawarah dalam penyelenggaraan

kehidupan sosial dan politik merupakan budaya masyarakat Indonesia

yang menonjol. Dalam perspektif civil society mekanisme musyawarah

dalam menyelesaikan masalah merupakan salah satu prosedur

demokrasi yang substantif.58

Semangat inilah tersimpul dalam usul

55

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013. 56

Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan

Media Utama, 2008), 96-97. 57

Emil Salim, ―Agenda Bangsa,‖ Makalah untuk Pertemuan Hukum oleh BPHN,

Bali, 15 Juli (2003), 3. 58

Gurpreet Mahajan, ―Civil Society, State and Democracy,‖ Economic and

Political Weekly, Vol. 34, No. 49, Dec. 4-10, (1999), 3472-3473; G. Ajay and G.

Page 133: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

101

Bung Karno membangun negara gotong royong dan konsep Bung Hatta

membangun negara pengurus sebagai pengganti negara penguasa.59

Beberapa bulan setelah kegiatan Korps Lembaga Pembangunan

vakum, Prabowo mempunyai ide untuk mengumpulkan anak-anak

mantan petinggi PSI yang telah pindah ke luar negeri karena diburu

aparat keamanan. Kemudian, direalisasikanlah idenya itu untuk

kemudian berdiskusi dengan para ekonom dan turun ke desa-desa. Niat

Prabowo untuk membangun jaringan dengan para aktivis pergerakan

kemudian berhenti mana kala ia memutuskan untuk masuk di akademi

militer.60

Tahun 1970 Prabowo mulai meniti karir Militer di Akademi

Militer (Akmil) Magelang. Sponsor utama untuk pendidikan di

Akademi Militer datang dari Jendral Sutopo Juwono. Di akademi ini,

Prabowo kerap menjadi bulan-bulanan teman-teman seangkatannya

karena bahasa Indonesianya masih terbata-bata.61

. Ia saat menjadi

Taruna Akademi militer juga adalah anak seorang menteri. Ayahnya,

Soemitro Djojohadikusumo adalah salah satu menteri di Kabinet

Presiden Soeharto ketika itu. Namun, menurut Glenny Kairupan, teman

seangkatan Prabowo ―Ketika masuk di Akmil, Prabowo mengikuti

semua pendidikan dan latihan yang cukup keras tanpa ada

keistimewaan.‖62

Bahkan, meskipun anak dari orang yang dekat dengan

pemimpin kekuasaan saat itu, Prabowo di Akmil pernah tidak naik

kelas. Menurut Fadli Zon dan salah satu penasehat timses Jokowi, TB

Hasanudin, mengungkapkan bahwa Prabowo pernah tinggal kelas

karena alasan indisipliner, yakni pergi ke Jakarta. Sementara para

taruna hanya diperbolehkan pergi di sekitar Yogyakarta saja. Saat itu,

Vijay, ―Civil Society, State and Social Movements,‖ Economic and Political Weekly,

Vol. 35, No. 12, Maret, 18-24, (2000), 1035-1036; Wahabuddin Raíees, ―Democracy

and democratization in contemporary Muslim societies: A theoretical analysis,‖

Intellectual DIscourse, Vol. 20:1 (2012), 129-131; Carlo Ruzza, ―The International

Protection Regime for Minorities, the Aftermath of the 2008 Financial Crisis and the

EU: New Challenges for Non-State Actors, ―International Journal on Minority and

Group Rights, Vol. 18 (2011). 222–223; Roberto Belloni, ―Society and Peacebuilding

in Bosnia and Herzegovina,‖ Journal of Peace Research, Vol. 38, No. 2, Mar, (2011),

164-165. 59

Emil Salim, ―Agenda Bangsa,‖ 3. 60

Tempo, ―Sepotong Mimpi Anak Pelarian,‖ Majalah Tempo No. 19/XXXVIII,

29 Juni (2009). 61

Femi Adi Soempeno, Prabowo Dari Cijantung Bergerak ke Istana, 110. 62

http://pemilu.okezone.com/read/2014/06/24/567/1003636/prabowo-di-mata-

rekan-seangkatan, diakses tanggal 29 Juni 2014.

Page 134: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

102

TB Hasanudin sendiri merupakan adik kelas dari Prabowo, yang karena

kasus indisipliner tersebut akhirnya menjadi teman satu kelas.63

Seharusnya, Prabowo lulus akademi tahun 1973, setingkat dengan

Soesilo Bambang Yudhoyono, mantan Presiden RI dua periode sampai

tahun 2014 ini.64

Ketidaknaikan kelas Prabowo di Akmil membawa berkah

tersendiri. Selain berkawan dengan Soesilo Bambang Yudhoyono, ia

juga membangun jejaring sosial dengan berteman dengan alumnus

Akmil Angkatan 73,65

di antaranya Agus Suyitno,66

Saurip Kadi,67

Endang Suwarya,68

Agus Wirahadikusumah,69

Cornel Simbolon,70

dan

Judi Magio Jusuf.71

Prabowo lulus Akabri di tahun 74 bersama 434

lulusan Akmil lainnya.72

Teman seangkatan Prabowo Subianto di

Akademi Militer, di antaranya adalah Ruhiyan,73

Glenny Kairupan, Tri

Tamtomo74

Ryamizard Ryacudu,75

Cornel Simbolon,76

Agus Suyitno,77

dan Sjafrie Syamsudin.78

63

http://politik.kompasiana.com/2014/07/04/prabowo-tinggal-kelas-di-akabri-

gebukin-sby-atau-indisipliner-662484.html, diakses tanggal 29 Juni 2014. 64

http://pemilu.okezone.com/read/2014/06/24/567/1003636/prabowo-di-mata-

rekan-seangkatan, diakses tanggal 29 Juni 2014. 65

Nama lengkap lulusan Akmil Magelang Angkatan tahun 1973 lihat

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/2001/08/27/0009.html, dan profile serta

jenjang karirnya dapat dilihat di https://yuniarpw.wordpress.com/category/akademi-

militer/akmil-1973/, 66

Mantan Panglima Daerah Militer IV/Diponegoro. 67

Mantan Asisten teritorial Mabes TNI-AD. 68

Mantan Kepala Staff Umum TNI-AD. 69

Mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat – Jakarta dan

Mantan Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI – Bandung. 70

Mantan Wakasad. 71

Mantan Asisten Pengamanan Kasad. 72

Lihat nama-nama lengkap lulusan Akmil tahun 1974 dalam

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/2001/08/27/0010.html,

http://www.akmil.ac.id/27.php, dan

https://yuniarpw.wordpress.com/category/akademi-militer/akmil-1974/, diakses

tanggal 20 Juni 2014. Lihat juga Jurnal Indonesia terbitan Cornell University No 63,

April (1997). 73

http://www.merdeka.com/politik/kiprah-jenderal-seangkatan-prabowo-di-

pilpres-2014.html, diakses tanggal 20 Juni 2014. 74

saat ini menjabat sebagai Anggota DPR RI Komisi I yang membidangi

Pertahanan, Luar Negeri, dan Informasi periode 2009-2014. Dia merangkap sebagai

Wakil Koordinator Pokja Luar Negeri dan Intelejen. 75

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat dari tahun 2002 hingga 2005.

Page 135: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

103

Melalui pendidikan di akademi militer, Prabowo mendedikasikan

baktinya kepada negara sebagai seorang prajurit. Ia ingin menjadi

seorang panglima yang handal, memimpin Tentara Nasional Indonesia

untuk menjaga kemerdekaan, kedaulatan, kehormatan, dan kebesaran

bangsa Indonesia. Ada semacam kontrak dalam hatinya bahwa ia siap

mati untuk negara asalkan negaranya menjadi semakin berdaulat,

makmur, jaya, dan maju menjadi negara yang gemah ripah loh jenawi,

toto-tertib, toto tentrem kerto raharjo.79

Glenny juga mengisahkan bahwa ketika di Akmil Prabowo masih

menjadi kutu buku dan jumlah koleksi bukunya lebih banyak dibanding

yang ada di perpustakaan Akmil. Prabowo juga menguasai empat

bahasa asing, yakni Inggris, Belanda, Jerman dan Perancis. Karena

kemampuan bahasanya inilah dia sering menjadi penerjemah jika ada

tamu asing berkunjung ke Akmil.80

Prabowo menamatkan pendidikannya di Akmil tahun 1974.

Dengan pangkat Letnan Dua, pada tahun 1976 ia diangkat menjadi

Komandan Peleton Grup I Komandan Pasukan Sandi-Yudha

(Kopasandha, kini Kopassus). Tahun 1977-1980 naik menjadi

Komandan Kompi Grup I, Kompi Nanggala 28-Kopassus. Karirnya

terus naik kelas. Pada tahun 1980, ia menjadi Perwira Operasi di Grup I

sampai tahun 1983. Di tahun 1983, ia menikah dengan anak keempat

Presiden ketika itu, Soeharto, yaitu Siti Hedijati Harijadi (Titiek).

Prabowo kemudian menjadi bagian dari ‗the First Family‟ di Indonesia.

Sejak itu, Prabowo dikenal sebagai menantu kesayangan Soeharto.

Pernikahan itu pula yang kemudian disebut-sebut sebagai pemicu

kenaikan pangkat Prabowo yang mulus hingga mencapai pangkat

Letnan Jenderal dan menduduki posisi Panglima Komando Strategis

Angkatan Darat (Pangkostrad).81

Di militer, nama Prabowo melejit dan

di militer pula nama Prabowo meredup.

76

Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) pada tahun 2007. Sebelumnya,

dia menjabat sebagai Kodiklatad dan Pangdam IV/Diponegoro. Ketua Dewan

Pimpinan Pusat Partai Demokrat Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. 77

Pernah menjabat sebagai Komandan Pusat Teritorial AD, Panglima Daerah

Militer IX Udayana, dan Panglima Daerah Militer IV Diponegoro. 78

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1998/02/28/0132.html, diakses tanggal

29 Juni 2014. 79

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya, xi. 80

http://pemilu.okezone.com/read/2014/06/24/567/1003636/prabowo-di-mata-

rekan-seangkatan, diakses tanggal 29 Juni 2014. 81

Femi Adi Soempeno, Prabowo Dari Cijantung Bergerak ke Istana, 110-111.

Page 136: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

104

Selepas karirnya meredup di militer, tahun 1998, Prabowo ditawari

untuk tinggal di Yordania oleh Pangeran Abdullāh ibn Ḥussain, Putera

Mahkota Yordania ketika itu. Pangeran Abdullāh adalah teman

seangkatan Prabowo ketika menempuh pendidikan infanteri di Amerika

Serikat dan latihan antiteror di Jerman Barat. Selama tinggal di negeri

yang berjulukan ‗Philadelphia abadi‘ tersebut, resminya, Prabowo

mengatakan merintis bisnis keluarganya di bidang perdagangan umum

dan bisnis perminyakan. Untuk kegiatan bisnisnya tersebut, Prabowo

telah melapor ke Pangab dan Kassospol-ABRI ketika itu. Tanggal 12

Desember 1998, koran harian al-Ra‟i terbitan Amman Yordania

mewartakan penganugerahan status warga negara kehormatan Yordania

melalui dekrit Raja Ḥussain kepada Prabowo. Selain ke Yordania,

Prabowo juga pernah bertempat tinggal di Jerman. Selama di negara

ini, Prabowo tercatat beberapa kali memberi ceramah di sebuah sekolah

komando angkatan bersenjata Jerman dan tak kelihatan aktifitas

bisnisnya.82

Uniknya, Prabowo, selain membangun kekuatannya di TNI

Angkatan Darat dan berbisnis, ia juga ikut aktif berperan serta dalam

berbagai organisasi sosial dan keagamaan ‗revivalis‘. Prabowo ikut

membesarkan Komite Indonesia untuk Dunia Islam (KISDI) pimpinan

Ahmad Sumargono dan Front Pembela Islam (FPI) pimpinan Habib

Rizieq Shihab. Di KISDI, Prabowo menjalin hubungan dengan aktivis-

aktivis Islam semisal Hussein Umar, Cholil Ridwan, Adian Husaini,

Fami Fachruddin, dan Aru Syeif Assad. KISDI adalah organisasi Islam

yang sangat vokal saat itu, yang didirikan oleh tokoh Islam M. Natsir.83

Dalam berbagai pertemuan dengan aktivis-aktivis Islam saat itu,

Prabowo menjelaskan tentang kondisi ekonomi Indonesia yang tidak

adil. Dimana orang-orang ‗non pribumi‘ lebih banyak menguasai

ekonomi Indonesia. Uniknya lagi, karena akrabnya dengan tokoh-tokoh

pergerakan Islam, ketika Prabowo ceramah di markas Kopassus

Cijantung pada Januari 1998, di depan puluhan tokoh-tokoh Islam dan

ribuan umat Islam, ia bercerita tentang para pahlawan kemerdekaan

yang merebut Indonesia dari tangan penjajah Belanda

mengumandangkan gema takbir dengan penuh bersemangat. Tentu hal

ini merupakan kejadian luar biasa. Karena ‗belum pernah‘ dalam

82

Femi Adi Soempeno, Prabowo Dari Cijantung Bergerak ke Istana, 177-189. 83

Tokoh-tokoh Kisdi kemudian merupakan tokoh-tokoh pendiri Partai Bulan-

Bintang (PBB). Wawancara dengan Fami Fachrudin, di Kantor PT. Natuna Energy

Indonesia, Menara Palma 7th Floor Unit 701, JL.HR.Rasuna Said Blok X2 Kav.6,

Kuningan, Jakarta Selatan, tanggal 10 Juli 2014.

Page 137: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

105

sejarah militer Indonesia setelah kemerdekaan, ucapan Allahu Akbar

diucapkan di markas elit militer. Meski sebelum kemerdekaan 17

Agustus 1945, para pejuang Islam biasa meneriakkan kata itu untuk

mengobarkan semangat dalam berjuang.84

Prabowo juga aktif sebagai anggota Ikatan Cendikiawan Muslim

Indonesia (ICMI) Prabowo juga bersama Hartono mendirikan Center

for Policy Development Studies (CPDS). CPDS berdiri di awal tahun

1990-an, dengan orietasi menjadi lembaga pemikiran strategis

kebijakan politik dan sosial.85

Di lembaga ini sering berkumpul,

berdialog, dan berdiskusi kalangan sipil dan militer. Dari kalangan

militer seperti Syarwan Hamid, Mulkis Anwar, dan Robik Mukav,

Mayjen TNI Fachrul Razi, dan Brigjen TNI Kivlan Zen. Dari kalangan

sipil, terdapat figur-figur tokoh-tokoh pergerakan nasional semisal Afan

Gaffar, Lukman Harun, Jimly Asshiddiqie, Amran Nasution, Fadli Zon,

Fachry Ali, Bachtiar Effendi, Salim Said, Amir Santoso, Nazaruddin

Syamsudin, Din Syamsuddin, Fadel Muhammad, dan Karni Ilyas.86

Setelah CPDS, Prabowo juga mensponsori berdirinya Institute for

Policy Studies (IPS), yag di pimpin oleh Fadli Zon. IPS adalah sebuah

organisasi sosial yang otonom dengan berdedikasi dalam

mempromosikan kualitas demokrasi di Indonesia. IPS juga merupakan

komunitas intelektual dari berbagai lintas keahlian dan bidang. IPS

memfasilitasi dan menyelenggarakan forum dialog atas isu-isu nasional

dan internasional terkait dengan kepentingan nasional Indonesia. Selain

itu aktivitasnya adalah membantu merumuskan perencanaan kebijakan-

kebijakan di Indonesia.87

84

Nuim Hidayat, ―Prabowo Sahabat Islam,‖ Suara Islam, Edisi : 182, 7-22

Sya'ban 1435/6-20 Juni (2014). Fami Fachrudin, di Kantor PT. Natuna Energy

Indonesia, Menara Palma 7th Floor Unit 701, JL.HR.Rasuna Said Blok X2 Kav.6,

Kuningan, Jakarta Selatan, tanggal 10 Juli 2014. 85

Fami Fachrudin, di Kantor PT. Natuna Energy Indonesia, Menara Palma 7th

Floor Unit 701, JL.HR.Rasuna Said Blok X2 Kav.6, Kuningan, Jakarta Selatan,

tanggal 10 Juli 2014. 86

Hermawan Sulistiyo, ―Greens in Rainbow: Ethnoreligious Issues and The

Indonesian Armed Forces,‖ dalam Robert W. Hefner (ed.), The Politic of

Multikulturalism: Pluralism and Multiculturalism in Malaysia, Singapore, and

Indonesia (Hawai‘i: University of Hawai‘i Press-The Ford Foundation, 2001), 299;

Robert W. Hefner, Civil Islam: Muslim and Democratization in Indonesia (New

Jersey: Princeton University Press, 2000), 172. 87

Fami Fachrudin, di Kantor PT. Natuna Energy Indonesia, Menara Palma 7th

Floor Unit 701, JL.HR.Rasuna Said Blok X2 Kav.6, Kuningan, Jakarta Selatan,

tanggal 10 Juli 2014.

Page 138: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

106

Salah satu prestasi dan bukti perjuangan Prabowo dalam membela

dan berbakti kepada negara di antaranya, yaitu saat menjadi pimpinan

Kopassus dalam Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma pada 1996.

Saat itu, 12 peneliti disekap oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Operasi ini berhasil menyelamatkan nyawa 10 dari 12 peneliti

Ekspedisi Lorentz ‗95 yang disekap oleh Organisasi Papua Merdeka.

Lima orang yang disandera adalah peneliti biologi asal Indonesia,

sedangkan tujuh sandera lainnya adalah peneliti dari Inggris, Belanda

dan Jerman.88

Prestasi lainnya adalah ketika pada tanggal 26 April 1997, Tim

Nasional Indonesia ke Puncak Everest berhasil mengibarkan bendera

Merah-Putih di puncak tertinggi dunia setelah mendaki melalui jalur

selatan Nepal. Tim yang terdiri dari anggota Kopassus, Wanadri, FPTI,

dan Mapala UI ini diprakarsai oleh Komandan Jendral Kopassus,

Mayor Jendral TNI Prabowo Subianto. Ekspedisi dimulai pada tanggal

12 Maret 1997 dari Phakding, Nepal. Ia tidak rela Malaysia mendahului

mengibarkan bendera kebangsaannya. Ia juga tidak rela bangsa

Indonesia, sebagai bangsa 200 juta jiwa, harus kalah dengan bangsa

lain di kawasan Asia. Karena mencapai puncak tertinggi di dunia sudah

menjadi salah satu tonggak ukuran prestasi suatu bangsa" tulis Prabowo

dalam buku 'Di Puncak Himalaya Merah Putih Kukibarkan'.

Keberhasilan ekspedisi ini menjadikan Indonesia negara pertama dari

kawasan tropis, sekaligus juga negara di Asia Tenggara pertama yang

mencatat sukses menggapai puncak Everest.89

Berikut adalah daftar jabatan yang Prabowo saat mengabdi sebagai

prajurit TNI: Komandan Peleton Para Komando Group-1 Kopassandha

(1976); Komandan Kompi Para Komando Group-1 Kopassandha

(1977); Wakil Komandan Detasemen–81 Kopassus (1983-1985); Wakil

Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad (1985-1987);

Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad (1987-1991);

Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad (1991-1993);

Komandan Group-3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (1993-1994);

Wakil Komandan Komando Pasukan Khusus (1994); Komandan

Komando Pasukan Khusus (1995-1996); Komandan Jenderal Komando

Pasukan Khusus (1996-1998); Panglima Komando Cadangan Strategi

TNI Angkatan Darat (1998); Komandan Sekolah Staf Dan Komando

88

http://selamatkanindonesia.com/Prabowo.html diakses pada tanggal 20 Mei

2014. 89

Femi Adi Soempeno, Prabowo Dari Cijantung Bergerak ke Istana, 116.

Page 139: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

107

ABRI (1998).90

Prestasi lainnya ketika berkarir di militer di antaranya

adalah: Para Komando (1975); Jump Master (1977); Perwira Penyelidik

(1977); Free Fall (1981); Counter Terorist Course Gsg-9 Germany

(1981); Special Forces Officer Course, Ft. Benning U.S.A. (1981).

Adapun daftar penghargaan militer Prabowo antara lain: Bintang

Kartika Eka Paksi Nararya; Satya Lencana Kesetiaan XVI Tahun;

Satya Lencana Seroja Ulangan–III; Satya Lencana Raksaka Dharma;

Satya Lencana Dwija Sistha; Satya Lencana Wira Karya; The First

Class The Padin Medal Ops Honor dari Pemerintah Kamboja; Bintang

Yudha Dharma Nararya.91

2) Isu Kudeta, Pengadilan Militer, dan Pelanggaran HAM

Sejarah mencatat, karier 24 tahun dalam dinas militer tidak sekadar

mengantarkan Prabowo menjadi jenderal berbintang tiga. Ia pun

menjadi bintang paling bersinar (rissing stars) di jajaran militer

Indonesia. Saat itu, Prabowo merupakan jenderal termuda yang meraih

tiga bintang tersemat dipundak hanya pada usia 46 tahun. Dikalangan

militer, ia juga dikenal cerdas dan berpengaruh, seiring dengan

penempatannya sebagai penyandang tongkat komando di pos-pos

strategis TNI AD. Sejarah juga mencatat, justru karena kiprahnya di

militer, Prabowo merupakan tokoh kontroversial dengan mendapat

stigma negatif sebagai pelanggar hak asasi manusia, juga pernah

diisukan akan kudeta.

a) Isu Kudeta 22 Mei 1998

Isu Prabowo pernah akan mengadakan kudeta menjadi terhembus

di publik dan populer dari sebuah pidato mantan Presiden BJ. Habibie92

tahun 1998 dan catatan memoar Sintong Panjaitan.93

Dalam sebuah

pidato di depan peserta Forum Editor Asia-Jerman II di Istana

90

Femi Adi Soempeno, Prabowo Dari Cijantung Bergerak ke Istana, 109. 91

http://selamatkanindonesia.com/Prabowo.html diakses pada tanggal 20 Mei

2014. 92

Lihat detailnya dalam BJ. Habibie. Lihat BJ. Habibie, Detik-detik yang

Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi (Jakarta: THC Mandiri,

2006), 80-85; Hendro Subroto, Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para

Komando (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2009), 10-13. 93

Sintong Panjaitan adalah mantan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres)

dan mantan Asisten Bj Habibie untuk Bidang Sistem Senjata di Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS), dan Menteri

Riset dan Teknologi (Menristek). BJ. Habibie. Lihat BJ. Habibie, Detik-detik yang

Menentukan, 97.

Page 140: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

108

Merdeka, Habibie membeberkan soal ‗kudeta‘ yang dilakukan oleh

Prabowo.94

Hal tersebut diulang dalam buku catatan perjalanannya

selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Menurutnya,

sekitar pukul 9.00 WIB, ia pulang dari jalan Kuningan-Jakarta menuju

Istana Merdeka. Sesampainya di sana, telah menunggu Panglima ABRI

(Pangab) yang ketika itu dijabat oleh Wiranto memohon untuk

diperkenankan memberikan laporan situasi di lapangan secara empat

mata. Di ruang kerja Presiden, Wiranto melaporkan bahwa pasukan

Kostrad dari luar Jakarta telah bergerak dan terkonsentrasi di kediaman

Pribadi Presiden di bilangan Kuningan dan Istana Merdeka. Atas

laporan dari orang yang dipercayai memiliki perilaku keagamaan, etika,

moral, dan kejujuran yang tinggi tersebut, Habibie berkesimpulan

Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Prabowo

Subianto bergerak sendiri tanpa sepengetahuan dan koordinasi Pangab.

Hal itu bertentangan dengan petunjuknya kepada Pangab untuk

pergerakan militer harus melalui persetujuan dirinya dan Pangab saja.

Selain itu, hal tersebut bertentangan dengan Saptamarga dan Sumpah

Prajurit. Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan ia

memberhentikan dan mengganti dengan segera Pangkostrad.95

Catatan Habibie di atas, sama dengan catatan kesaksian Sintong

Panjaitan. Ia ketika itu sebagai ‗Perangkat Keamanan Presiden‘

(Pasukan Pengawal Presiden/Paspasmpres),96

mencatat dalam buku

memoarnya bahwa ―dimungkinkan,‖ saat tanggal 22 Mei 1998 dan

seterusnya Prabowo dan pasukannya untuk melakukan ‗kudeta.‘

Meskipun menurut Sintong sendiri, sejauh saat itu, tidak terbukti bahwa

Prabowo akan melakukan kudeta. Namun banyak bukti-bukti yang

mengarah Prabowo memungkinkan melakukan kudeta. Menurut

analisis Sintong, pada tanggal tersebut, di pagi hari, Wiranto

melaporkan kepada BJ. Habibie selaku Presiden ketika itu bahwa telah

terjadi pergerakan pasukan Kostrad dari luar Jakarta menuju Jakarta

dan juga terdapat konsentrasi besar pasukan Kostrad di Patra Jasa

Kuningan di sekitar kediaman BJ. Habibie. Dua bukti itu semua

berjalan tanpa sepengetahuan Wiranto selaku Panglima ABRI. Selain

itu, ditambah dengan karena Prabowo memiliki 11.000 orang pasukan

yang 90 persen di antaranya berada di Jakarta. Atas alasan-alasan

94

Femi Adi Soempeno, Prabowo Dari Cijantung Bergerak ke Istana, 143. 95

BJ. Habibie. Lihat BJ. Habibie, Detik-detik yang Menentukan, 82-83, dan 100. 96

Istilah tersebut memakai bahasa BJ. Habibie. Lihat BJ. Habibie, Detik-detik

yang Menentukan, 85.

Page 141: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

109

tersebut, Sintong menafsirkan dengan berat adanya kemungkinan lain

bahwa Prabowo bisa saja melakukan kudeta.97

Isu ‗kudeta‘ tersebut dibantah oleh Prabowo Subianto. Prabowo

mengisahkan bahwa selain sebagai tokoh idola, ia-pun punya hubungan

yang cukup dekat dengan Habibie. Karena kedekatannya tersebut,

Prabowo menceritakan Habibie pernah berkata langsung kepada dirinya

bahwa, ―Prabowo, kapan pun kamu ragu, temui saya setiap waktu dan

jangan berpikir tentang protokol.‖ Prabowo menyatakan bahwa isu

‗kudeta‘ itu keliru. Pergerakan dan konsentrasi pasukan Kostrad bukan

untuk kudeta, namun untuk mengamankan tempat-tempat strategis

sesuai dengan prosedur tetap pembagian tugas dari jajaran ABRI di

bawah koordinasi Panglima Komando Operasi untuk mengamankan

Jakarta. Dalam pembagian tugas itu, ditetapkan bahwa pasukan Kostrad

bertanggung jawab untuk mengawasi sejumlah lokasi strategis, semisal

menjaga rumah presiden dan wakil presiden. Sementara Korps Marinir

bertanggung jawab menjaga semua kedutaan besar.98

Soebagyo H.S., selaku Kepala Staff Angkatan Darat (KSAD) juga

menegaskan bahwa tidak pernah ada perintah pasukan TNI-AD

mengepung istana dan kediaman presiden. Semua pergerakan pasukan

TNI-AD ketika itu atas sepengetahuannya sebagai Pimpinan Angkatan

Darat. Ia mendapatkan semua laporan lengkap penggunaan pasukan

Kostrad, Kopassus, Kodam Jaya dan seluruh satuan TNI-AD. Dan tidak

ada satu laporan-pun tentang soal kudeta dan pengepungan tempat

tersebut. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Panglima Daerah

Militer Jakarta Raya (Pangdam Jaya) dan Panglima Komando Operasi

Jaya (Pangkoops Jaya) ketika itu, yaitu Sjafrie Sjamsoeddin. Ia

menegaskan bahwa tidak ada kemungkinan bagi Prabowo melakukan

kudeta terhadap Habibie. Koops Jaya yang meminta tambahan

kekuatan pasukan di antaranya dari Kostrad ke Mabes-ABRI.99

Menurut penulis, berdasarkan fakta-fakta di atas, Prabowo ketika

itu, sependapat dengan Soebagyo H.S., kecil kemungkinan memiliki

niat untuk melakukan kudeta. Namun, ia memiliki ambisi yang sangat

besar untuk menjadi seperti Jenderal Soedirman, tokoh idolanya,

97

Hendro Subroto, Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para

Komando (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2009), 11. 98

Femi Adi Soempeno, Prabowo Dari Cijantung Bergerak ke Istana, 150-151. 99

Kostrad mengirimkan bantuan untuk mendukung Koops Jaya dengan

mengirimkan pasukan yang ada di Divisi Infanteri I Kostrad-Jawa Barat, Divisi

Infanteri II Malang, dan Brigade III Kostrad Makassar. Femi Adi Soempeno,

Prabowo Dari Cijantung Bergerak ke Istana, 151-152.

Page 142: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

110

sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang

membawahi semua angkatan bersenjata. Sebagai bagian dari Keluarga

‗Cendana‘ yang memiliki kedekatan khusus dengan Presiden Habibie

saat itu, dengan menempatkan pasukannya di pos-pos strategis, ia ingin

mendapatkan reward dengan dipilih menjadi Panglima ABRI ketika ia

mengumumkan susunan jajaran Kabinet barunya, pengganti Wiranto.

Karena Wiranto dianggap gagal sebagai Panglima ABRI untuk menjaga

keamanan negeri ini ketika itu.100

Benar, Prabowo kecewa dikemudian hari karena tidak melakukan

kudeta. Namun, ketika itu ia tidak berniat untuk melakukan kudeta. Ia

hanya menunjukkan pamer ‗kekuatan‘ militernya menunjukkan

loyalitas dan kesetiaannya kepada negara dan dengan menjaga

keamanan hal-hal yang berhubungan RI-1. Dengan harapan, hal-hal itu

dapat pujian dan balasan dari Habibie. Meskipun, ia sendiri

mengatakan sudah menyadari dari sejarah, jika seorang pemimpin

turun, semua yang dekat dengan pemimpin itu juga akan turun. ―Saya

punya intuisi saya akan diganti, tetapi itu biasa saja,‖ ….. ―Saya

menjunjung tinggi konstitusi dan saya tidak mengeluh atas keputusan

presiden (untuk mundur malam itu juga dari jabatan Panglima

Kostrad).‖101

Alih-alih mendapatkan itu, karena kenaifan dan

kepolosannya, ia justru dituduh akan melakukan ‗kudeta,‘ justeru oleh

Habibie sendiri. Habibie dekat dan hormat dengan Prabowo, namun

kekacauan dan sangat labilnya situasi negara, ia lebih memilih

menetapkan kembali Wiranto sebagai Pangab. Menurutnya, karena

peran ABRI sangat menentukan, maka dalam keadaan negara yang

sangat labil, pilihan Pangab dan Menhankam jikalau tidak tepat, dapat

mengganggu stabilitas politik. Oleh karenanya, ia tidak mau mengambil

resiko sedikitpun yang dapat berdampak negatif dalam

mempertahankan Republik Indonesia.102

100

Mengenai kondisi kekacauan dan kegentingan situasi negeri ini lihat isi

lengkap pernyataan pers Menhankam/Pangab Wiranto, Senin, tanggal 18 Mei 1998,

pukul 19.50 WIB. Lihat BJ. Habibie. Lihat BJ. Habibie, Detik-detik yang

Menentukan, 17-18. 101

Admin, ―Rekam Jejak: Prabowo Tidak Ada Niat Kudeta Habibie,‖

http://www.mediaprabowo.com/prabowo-tidak-ada-niat-kudeta-habibie/, diakses

tanggal 15 Desember 2014. 102

BJ. Habibie, Detik-detik yang Menentukan, 75.

Page 143: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

111

b) Isu Pelanggaran HAM

Sebagaimana sekilas telah dijelaskan sekilas, pada tanggal 7

Desember 1975, Indonesia resmi melakukan Operasi Militer dengan

Nama Operasi Seroja, di Timor Timur. Indonesia menggabungkan

Timor Timur karena sebagian rakyat Timor Timur ingin bersatu dengan

Indonesia atas alasan etnik dan sejarah. Dalam pendapat Kontras dan

Aboeprijadi Santoso, operasi ini telah melanggar hak asasi mausia

karena telah banyak menghilangkan nyawa rakyat sipil.103

Sebaliknya,

bagi Tamalia Alisjahbana, wartawati BBC World Service dan mantan

Direktur Eksekutif Gedung Arsip Nasional, justru Prabowo ketika itu

sedang mengemban tugas negara, melalui militer ia bisa berkontribusi

kepada bangsa ini dengan berjuang untuk kekuatan dan dengan

kekuatan ia bisa melakukan hal-hal baik. Bahkan, Prabowo malah

penyelamat rakyat Timor-Timur dari perang saudara berkepanjangan

dan berhasil menyelamatkan beberapa orang Kraras yang ditahan dan

akan dibunuh Gerakan Frente Revolucioniria de Timor-Leste

Independente (Fretilin).104

Menurut catatan van Klinken, profesor sejarah Asia Tenggara di

University of Amsterdam, Prabowo yang ketika itu berpangkat Letnan

pertama kali pada tahun 1977 – 1978 di bawah Komandon Batalion

Yonif 744, Mayor Yunus Yosfiah. Ia terlibat dalam pembunuhan

pimpinan Gerakan Pengacau Keamanan Fretilin bagi Negara Indonesia

103

Lihat http://www.kontras.org/kamisan/data%20pelanggaran%20HAM.pdf;

lihat ulasan dari jurnalis kawakan Radio Netherland, Aboeprijadi Santoso, ―What ever

happened in Kraras, Timor Leste, ‗Pak Prabowo? ―,The Jakarta Post, 20 Desember

2013. http://www.thejakartapost.com/news/2013/12/20/what-ever-happened-kraras-

timor-leste-pak-prabowo.html, diakses tanggal 10 Agustus 2014. Ada juga isu

pelanggaran HAM yang ditimpakan ke Prabowo, yaitu Operasi Militer untuk

membebaskan para peneliti yang dijadikan tawanan Operasi Papua Merdeka (OPM).

Lihat Edmund McWilliams, ―Prabowo and Papua,‖ West Papua Report January

2013, http://etan.org/issues/wpapua/2013/1301wpap.htm, diakses tanggal 10 Agustus

2014. Bandingkan dengan pernyataan, alm. Munir, sebagai pendiri Kontras yang

justru belum memvonis Prabowo sebagai pelanggar HAM. Ia berpendapat, masalah

pelanggaran HAM Prabowo menunggu keputusan pengadilan, karena hal itu sudah

merupakan isu yang telah dipolitisir demi kepentingan pihak-pihak tertentu. Lihat

http://www.youtube.com/watch?v=0bZsKVZSTRw, diakses tanggal 10 Agustus

2014. 104

Lihat Tamalia Alisjahbana, ―What Really Happened in Kraras?,‖ Opini

http://www.thejakartapost.com/news/2014/01/21/what-really-happened-kraras.html,

diakses tanggal 10 Agustus 2014.

Page 144: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

112

dan pahlawan perlawanan bagi Timor Leste, Nicolau Lobato.105

Tim

Nanggala 28 yang dipimpin oleh Prabowo dalam operasi militer

tersebut berhasil menewaskan banyak anggota Fretilin, termasuk

Nicolau Lobato yang terbunuh dengan luka tembak di perut. Untuk

keberhasilannya tersebut, Prabowo melejit nama dan karirnya di

militer. Selang lima tahun, pada 1983 Prabowo yang sudah naik

pangkat kemiliterannya menjadi Kapten dikirim kembali membawa

pasukan Satuan Penanggulangan Teror 81 Komando Pasukan Khusus.

Kali ini yang menjadi Komandannya adalah Mayor Luhut Pandjaitan.

Dia memimpin langsung kelompok di dalamnya, yang disebut

Chandraca 8.106

Masih menurut van Klinken, kemungkinan besar ia

membawa satuan ini ke Timor Leste pada bulan Maret atau April

1983.107

Ia menyebut misi itu dengan nama sandi Bravo dan nama sandi

radio untukya adalah ―08.‖ Sedangkan ―09‖ dipakai oleh

Komandannya. Nama sandi 08 tetap dipertahankan hingga kini ia

mencalonkan diri sebagai Calon Presiden 2014-2019.

Prabowo untuk menghalau dan menghancurkan gerakan separatis

tersebut membentuk pertahanan sipil yang diambil dari penduduk sipil

setempat. Pelibatan penduduk sipil lokal oleh TNI dalam operasi militer

dimulai dengan menjadikan mereka sebagai Tenaga Bantu Operasi

(TBO). Mereka membantu pasukan TNI dalam soal logistik, tinggal

secara berkelompok dalam unit-unit kecil, dan ikut dalam operasi resmi

TNI. Para TBO yang ikut berjuang tersebut, kemudian diangkat

menjadi Hansip (Pertahanan Sipil) di daerahnya masing-masing. Di

Timor Timur sendiri, mereka ini dikenal dengan sebutan mauhu (mata-

mata) di kalangan penduduk lokal atau ‗panah Koramil‘ di kalangan

TNI. Disebut sebagai panah, karena merekalah yang berada di garis

depan dalam operasi.108

Disamping menjadi ‗panah‘ dalam operasi,

mereka pulalah orang yang kerap dimintai tolong untuk melakukan

interogasi kalau ada gerilyawan yang tertangkap karena mereka bisa

berbahasa lokal. Prabowo sendiri mengakui keberadaan milisi-milisi

105

Lihat http://www.insideindonesia.org/current-edition/prabowo-and-human-

rights, lihat juga versi cetak Inside Indonesia No. 116: Apr-Jun (2014). 106

Tempo, ―Bobol, Penjaga Gawang Fretilin,‖ Rubrik Nasional Majalah Tempo,

Edisi 39/22 (1997), 30. 107

Lihat http://www.insideindonesia.org/current-edition/prabowo-and-human-

rights, lihat juga versi cetak Inside Indonesia No. 116: Apr-Jun (2014). 108

Soal Hansip dan milisi-milisi sipil di Aceh maupun di Timor Timur dibahas

oleh Matt Davies, Indonesia‟s War over Aceh: Last Stand on Mecca‟s Porch

(London: Taylor & Francis, 2006), 169-170.

Page 145: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

113

sipil dalam bentuk Hansip. Dia pernah berkata pada jurnalis asing,

‗Filsafat saya adalah: tentara rakyat (people‟s army). Rakyat harus

berada di pihak kita.‘109

Pengakuan Prabowo yang lebih jelas tampak

dalam satu konferensi tentang gerakan separatis yang diadakan di

Jakarta pada 21 April 2001.110

―Tentu ada ekses, pelanggaran-

pelanggaran, ada kerusakan-kerusakan dalam disiplin, ada kerusakan

dalam tata cara yang benar menghadapi musuh, namun, saya tahu

bahwa ini bukan bagian dari doktrin kami.‖ Dia melanjutkan bahwa

semua itu bukan kebijakan resmi, ―Di dalam doktrin kami sudah

dinyatakan dengan jelas bahwa kami adalah tentara rakyat dan dengan

demikian seluruh dasar keberhasilan militer Indonesia harus

bersandarkan pada dukungan rakyat.‖111

Dugaan pelanggaran HAM oleh Prabowo di Timor Leste telah

banyak ditulis, baik oleh banyak aktivis maupun organisasi Ham di

dalam dan luar negeri. Semisal, Garry van Klinken menulis tentang isu

pelanggaran Prabowo di Timor Timur.112

Douglas Kammen,113

juga

menulis tentang hal yang sama dengan van Klinken. Lembaga sosial

masyarakat Indonesia, semisal Kontras dan Imparsial-pun menulis dan

menyuarakan tentang pelanggaran HAM. Bahkan Amerika, yang

menghendaki Indonesia menggabungkan Timor-Timur, menjadi

provinsi, justru malah mencekal para petinggi militer yang terlibat

dengan Operasi Seroja, termasuk Prabowo. Prabowo dicekal di

Amerika karena terkena Undang-undang Leahy Law. Leahy Law adalah

peraturan yang melarang pemerintah memberi pelatihan kepada

angkatan bersenjata sebuah negara yang melanggar hak asasi manusia,

109

Gerry van Klinken, ―Prabowo and human rights,‖ Inside Indonesia No. 116:

Apr-Jun (2014). 110

Lihat laporan New Straits Times, ―Prabowo Admits Army excesses Former

army commander embrances Gusmaou,‖ Edisi 22 April (2001), 11. 111

AFP, ―Prabowo Salutes, Hugs Xanana Gusmao,‖

http://www.etan.org/et2001b/april/15-21/20prabo.htm, diakses tanggal 10 Agustus

2014. 112

Salah satu yang terbaru adalah dari Gerry van Klinken, ―Prabowo and human

rights,‖ dalam Inside Indonesia No. 116: Apr-Jun (2014). 113

Douglas Kammen, ―A Tape Recorder and a Wink? Transcript of the May 29,

1983, Meeting between Governor Carrascalão and Xanana Gusmão,‖ Indonesia, No.

87 (April), 2009.

Page 146: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

114

kecuali bila ada upaya pemerintah negara yang bersangkutan untuk

membawa perwira dan prajurit yang bersalah ke pengadilan.114

Untuk peristiwa di Kraras, Prabowo menjawab tuduhan itu secara

tertulis melalui The Jakarta Post dengan mengatakannya sebagai

serangan terhadap karir militer dan terhadap dirinya, ―yang berupa

tuduhan tidak berdasar, sindiran, dan laporan pihak ketiga – yang tidak

pernah dibuktikan baik oleh PBB maupun oleh pemerintah Timor Leste

sendiri.‖115

Lebih lanjut, Bowo berargumen jika ia memang bersalah

dalam pembantaian tersebut, dan segala peristiwa yang serupa,

bagaimana bisa ia diterima, bahkan berfoto bersama dalam pertemuan

dan perbincangan dengan mantan presiden Timor Leste, Xanana

Gusmao, pada 20 April 2011, Lere Anan Timur pada 21 November

2008, dan Mari Alkatiri, pada 20 Juni 2013 lalu. Apakah Xanana dan

pejuang Timor Leste tersebut, yang dulu merupakan musuh dan

pengacau keamanan bagi negara ini, mau berteman dengan seorang

perwira Indonesia yang konon bertanggung jawab atas aksi kriminal

terhadap penduduk? Prabowo berkali-kali menegaskan bahwa ia tidak

berada di sekitar tempat peristiwa ―Pembantaian Kraras‖ yang terjadi di

Viqueque pada 8 Agustus, 1983 tersebut. Bahkan, Prabowo juga

menantang siapa saja yang benar-benar bisa membuktikan bahwa

dirinya memang bersalah dan memberi perintah untuk menyiksa dan

membunuh rakyat Timor Leste ketika itu. Menurutnya, fakta hukum

internasional-pun, semisal PBB dan pihak berwenang Timor Leste

belum pernah menggugat dirinya atas fitnah tuduhan pelanggaran hak

asasi manusia di Bumi Lorosae itu. Prabowo berkeyakinan bahwa

tuduan atas beberapa kasus pelanggaran hak asasi manusia‖ dan

―situasi yang berujung kepada kekerasan, tidak jelas asal usulnya.116

Fakta ketidakterlibatan Prabowo akan peristiwa pelanggaran hak

asasi manusia di Kraras di dukung oleh Jose Manuel Tesoro. Ia dalam

114

http://www.washingtonpost.com/wp-

dyn/content/article/2010/03/02/AR2010030204053.html, diakses tanggal 13 Januari

2014. 115

Balasan oleh Prabowo ditulis dengan bahasa Inggris yang sangat bagus dan

tertata amat rapi, seakan dikerjakan oleh seorang pengacara Amerika atau Inggris

untuk mementahkan sebuah dakwaan. Lihat, Prabowo Subianto, ―Letter to the editor:

Prabowo clarifies‖ The Jakarta Post, 27 Desember (2013).

http://www.thejakartapost.com/news/2013/12/27/letter-editor-prabowo-clarifies.html,

diakses tanggal 10 Agustus 2014. 116

Prabowo Subianto, ―Letter to the editor: Prabowo clarifies‖ The Jakarta Post,

27 Desember (2013). http://www.thejakartapost.com/news/2013/12/27/letter-editor-

prabowo-clarifies.html, diakses tanggal 10 Agustus 2014.

Page 147: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

115

sebuah artikel investigasi yang dipublikasikan dalam Asiaweek edisi 13

Maret tahun 2000, membuat pernyataan seberapa jauh Prabowo terlibat

dalam peristiwa itu. Untuk mengumpulkan fakta terhadap tuduhan itu,

Asiaweek telah menghubungi empat organisasi masyarakat berbeda

yang memang fokus mengamati kegiatan militer. Yaitu, Tapol di

London, Solidamor di Jakarta, Yayasan HAK yang berpusat di Dili,

dan East Timor Action Network (Etan) di New York. Tesoro bersama

timnya meminta laporan dari saksi, naskah dari komunikasi yang

tersadap, dan laporan yang bocor, ataupun apa saja yang bisa

membuktikan laporan ini, tetapi tidak satu pun bukti ditemukan bahwa

Prabowo terlibat apalagi bertanggung jawab terhadap kasus tersebut.117

Menanggapi atas tuduhan pelanggaran itu, penulis selogika dengan

Prabowo. Prabowo menjelaskan bahwa selama tugas di militer, justru

di dalam banyak peristiwa, ia malah berjuang untuk melindungi

pemberontak Falintil yang dipenjara oleh Tentara Republik Indonesia

(TNI), dan rakyat Timor Leste yang juga memberontak, di dalam

situasi yang tidak jelas, di mana TNI terjebak dalam perang saudara

yang tidak memiliki batasan, dan semua orang bisa menjadi teman juga

musuh. Argumen itu diperkuat oleh Locatelli, tokoh agama masyarakat

Kraras. Ia berpendapat bahwa kejadian Kraras dilakukan oleh pasukan

lain, bukan pasukan pimpinan Prabowo. Bahkan, setelah kejadian

terjadi, Prabowo dianggap berhasil menyelamatkan beberapa orang

Kraras yang ditahan oleh pasukan lain dan akan dibunuh. Untuk jasa

Prabowo itu, mereka mengadakan upacara kecil, sebagai ungkapan

tanda terima kasih. Prabowo dianggap pahlawan oleh sebagian

masyarakat Kraras, karena dianggap menyelamatkan banyak warga.118

c) Isu Penculikan Aktivis Reformasi

Selain pelanggaran hak asasi manusia di atas, Prabowo juga

dituduh oleh aktivis dan lembaga sosial masyarakat bertanggung jawab

terhadap kasus penculikan para aktivis reformasi. Gerakan Melawan

Lupa119

menduga keras bahwa Prabowo merupakan salah satu sosok

117

Prabowo Subianto, ―Letter to the editor: Prabowo clarifies‖ The Jakarta Post,

27 Desember (2013). http://www.thejakartapost.com/news/2013/12/27/letter-editor-

prabowo-clarifies.html, diakses tanggal 10 Agustus 2014. 118

Erros Djarot, dkk, Prabowo Sang Kontroversi, 22-23. 119

LSM ini terdiri dari gabungan beberapa lembaga swadaya masyarakat seperti

Imparsial, KontraS, YLBHI, Elsam, ICW, HRWG, Politik Rakyat, LBH Jakarta, LBH

Pers, Institute Demokrasi, KASUM, JSKK, IKOHI, Ridep Institute, KRHN, LBH

Masyarakat, Perempuan Mahardika, LBH Surabaya, AJI Indonesia, PUSHAM-UII

Page 148: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

116

yang harus dimintai pertanggungjawaban, bahkan bertanggungjawab

atas penculikan para aktivis pro-demokrasi saat reformasi 1998. Sebab,

ketika itu dalam kapasitasnya sebagai Danjen Kopassus, atasan Tim

Mawar, Prabowo tidak bisa lepas dari tanggung jawab komando.

Tuduhan itu diperkuat oleh Executive Summary laporan Komnas HAM

yang menyebutkan dari keterangan saksi, yakni sebagian orang yang

diculik dan telah dikembalikan, bahwa mereka bertemu dengan

sebagian besar 13 korban yang kini masih hilang di Pos Kotis markas

Kopassus Cijantung. Saat itu Prabowo adalah Danjen Kopassus.120

Selain itu, Prabowo Subianto juga tidak bisa lepas dari tanggungjawab

komando atas kejahatan itu. Hal itu mencakup penyiksaan,

penghilangan orang secara paksa, penganiayaan, dan perampasan

kemerdekaan sebagaimana tercantum dalam Exutive Summary Komnas

HAM. Dikembalikannya 9 orang aktivis yang diculik, tidak serta-merta

membuat kejahatan itu hapus.

Menanggapi tuduhan tersebut, Fadli Zon, sebagai juru bicara

Prabowo, ketika wawancara dengan penulis maupun pernyataan di

media massa mengatakan terkait peristiwa hilangnya para aktivis oleh

tim Mawar, yang merupakan bawahan Prabowo di Kopassus TNI AD,

Prabowo sudah menjalani proses hukum hingga tuntas di Mahkamah

Militer. Kasus penculikan ini menyeret 11 anggota Tim Mawar ke

pengadilan Mahkamah Milter Jakarta pada bulan April 1999, lima

orang bawahan Prabowo dipecat dan dipenjara. Sedangkan lima orang

lainnya hanya dipenjara tanpa dipecat. Dewan Kehormatan Perwira

juga telah memberikan rekomendasi kepada Pimpinan ABRI untuk

menjatuhkan hukuman terhadap mantan Danjen Kopassus Letjen TNI

(Purn) Prabowo Subianto berupa pengakhiran masa dinas TNI (pensiun

dini). Fadli mengatakan bahwa kasus itu, yang disebut sebagai orang

hilang, pernah diadili melalui Mahkamah Militer, pelakunya telah

mendapat hukuman dengan dipecat dan dihukum penjara. Tanggung

jawab terhadap oprasi Tim Mawar sudah selesai secara hukum.

Prabowo mengambil alih tangung jawab karena sebagai pimpinan, yang

terjadi karena dilakukan anak buahnya.121

Yogyakarta, INFID, Aliran Batang Bungo-Jambi [ABB-Jambi], PIAR NTT, Forum

Pemerhati Aspirasi Rakyat Kota Kupang, Freepublik NTT, SETARA Institute. 120

http://www.imparsial.org/id/2010/komnas-ham-dan-kejaksaan-agung-segera-

temukan-13-orang-hilang-dengan-memanggil-prabowo-subianto-dan-kivlan-

zein.html, diakses tanggal 9 Januari 2014. 121

Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor Bakom-Gerindra, Jl. Limboto

Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013.

Page 149: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

117

Fadli menambahkan argumennya bahwa untuk lebih jernih melihat

apakah Prabowo itu menculik atau justru bertugas menjaga keamanan

dan keutuhan NKRI perlu ditilik dari latar belakang kejadian tersebut.

Sebagaimana yang diceritakan Prabowo kepada beberapa media dan

Fadli Zon ketika diwawancarai penulis, latar belakang penyeretan nama

Prabowo di kasus penculikan berawal dari peledakan bom di rumah

susun Tanah Tinggi, Jakarta Pusat yang diduga dirakit oleh ‗oknum‘

mahasiswa untuk menggagalkan SU MPR ketika itu. Prabowo bersama

Kopassus diperintah ―Panglima Tertinggi‖ TNI untuk mengamankan

situasi tersebut. Lagi-lagi, sebagai seorang prajurit, ia hanya sekedar

menjalankan perintah atasan.122

Menanggapi isu pelanggaran Ham dan kasus penculika di atas,

Prabowo menegaskan dirinya berpegangan bahwa HAM yang paling

dasar bagi warga negara adalah hak untuk hidup. Tugas utama

pemerintah sebagaimana mandat Pancasila dan Undang-undang Dasar

1945 adalah melindungi segenap dan seluruh rakyat Indonesia.

Pemerintah harus melindungi segenap tumpah darah dari segala

ancaman, apakah dari luar atau dalam negeri. Sebagai seorang warga

negara Indoesia, ia dalam kapasitasnya sebagai prajurit TNI merupakan

bagian dari abdi negara yang ditugaskan pemerintah untuk menjaga

keamanan dan ketertiban oleh pemerintah. Ia selama puluhan tahun

menjadi bagian dari abdi negara yang bertugas membela kemerdekaan,

kedaulatan dan HAM warga negara.123

Prabowo menegaskan, mengenai dugaan pelanggaran HAM yang

selama ini dituduhkan kepadanya sewaktu menjadi petinggi TNI,

adalah semata dirinya selaku petugas negara berusaha mencegah

kelompok-kelompok radikal ataupun kelompok-kelompok yang

mengancam keselamatan warga negara. Ia dengan lugas menyatakan

telah sekian puluh tahun ia mengabdi kepada ibu pertiwi dengan

menjadi petugas yang membela kemerdekaan, kedaulatan dan hak asasi

manusia, mencegah kelompok-kelompok radikal ataupun kelompok-

kelompok yang menggunakan kekerasan, mengancam keselamatan

hidup orang yang tidak bersalah.124

Bagi Prabowo, dirinya selaku prajurit pembela negara mengambil

'tindakan' melindungi segenap tumpah darah saat berhadapan dengan

122

Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor Bakom-Gerindra, Jl. Limboto

Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013. 123

Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor Bakom-Gerindra, Jl. Limboto

Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013. 124

Femi Adi Soempeno, Prabowo Dari Cijantung Bergerak ke Istana, 109.

Page 150: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

118

kelompok-kelompok yang merakit bom, yang ingin menimbulkan huru

hara, serta kelompok yang mengancam kehidupan bangsa dan negara

dan bangsa. Sebab, mereka merupakan ancaman terhadap HAM

tersebut. Prabowo dengan tegas mengatakan, hanya pimpinan atau

atasan lah yang memberi penilaian manakala seorang prajurit telah

melaksanakan tugas negara dengan sebaik-baiknya seperti itu.

Prabowo mencontohkan penegakan hukum dan hak asasi manusia di

negara Singapura. Menurutnya, pemerintah Singapura memberlakukan

hukuman mati bagi warga yang diketahui memegang bom, tapi tidak

melaporkan ke aparat negara. Warga sipil yang memegang senjata dan

tidak melaporkan kepemikikannya kepada pihak yang berwenang sudah

dikenai sangsi hukuman mati. Apalagi jika ia terbukti merakit dan

menyebarkan atau memperdagankannya.125

Terlepas dari kontroversi di atas, menurut penulis, Prabowo telah

mengaku bersalah dan telah bertanggung jawab atas perbuatannya

berkaitan dengan ‗pengamanan‘ para aktivis reformasi sebagaimana

yang dinyatakan oleh Tim Gabungan Pencari Fakta (TPGF) yang

dipimpin Marzuki Darusman dari Komnas HAM.126

Dalam hal ini,

penulis mendukung konsepsi dan perjuagan dari kalangan aktivis

reformasi dan lembaga sosial masyarakat pegiat penegakkan hak asasi

manusia dan demokrasi. Siapapun yang menghilangkan secara paksa,

menculik, menahan warga negara Indonesia yang memperjuangkan

hak-haknya merupakan suatu pelaggaran, termasuk apa yang dilakukan

oleh Prabowo dan harus dikenakan sangsi. Sebagai anggota TNI,

Prabowo merupakan bagian dari pemerintah yang melakukan

penyelenggaraan negara di bidang pertahanan-keamanan. Jadi setiap

tindakan TNI menyangkut penyelenggaraan negara harus diawasi oleh

publik sebagai bentuk pertanggung jawaban.

Prajurit TNI Prabowo sudah bersikap ksatria dengan secara terbuka

mengaku dan bertanggung jawab pada sidang Dewan Kehormatan

125

Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor Bakom-Gerindra, Jl. Limboto

Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013. 126

Bunyi rekomendasi TPGF itu adalah ―.....Dalam kasus penculikan, Letjen

Prabowo dan semua pihak yang terlibat harus dibawa ke Pengadilan Militer.

Demikian juga dalam kasus Trisakti, perlu dilakukan berbagai tindakan lanjutan yang

sungguh-sungguh untuk mengungkapkan peristiwa penembakan mahasiswa.‖ Lihat

Komnas Perempuan, Seri Dokumen Kunci: Temuan Tim Gabungan Pencari Fakta

Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 (Jakarta: Komnas Perempuan-New Zealand Official

Development Assistance, 2006), 20 dan 29.

Page 151: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

119

Perwira (DKP)127

atas kesalahan yang dilakukan anak buahnya. Secara

formal, ia telah menerima hukuman tersebut dengan ‗dipensiun-

dinikan‘ oleh Presiden BJ Habibie128

ketika itu dari militer yang

dicintai dan telah mendarah-daging dalam kehidupanya. Secara

psikologis, ia pun telah menerima hukumannya. Prabowo merupakan

satu-satunya perwira tinggi TNI yang dihukum oleh instansinya sendiri.

Bagi Prabowo, ―tidak ada prajurit yang salah, yang salah adalah

komandannya,‖ ‖Keberanian untuk menghadapi segala tantangan akan

selalu diuji, dan ujian itulah yang akan menentukan apakah kita berdiri

tegak dan teguh penuh kehormatan, atau tidak.‖129 DKP sendiri telah

memberikan keputusan bahwa Prabowo dianggap menyalahgunakan

wewenang, melanggar prosedur, pengabaian sistem operasi, dan tidak

disiplin hukum di lingkungan ABRI. Hasil sidang DKP ini memberikan

rekomendasi kepada Presiden (BJ Habibie) untuk memberhentikan

Letjend Prabowo Subianto dari dinas aktif militer yang di umumkan

pada tanggal 24 Agustus 1998. Penggalan Surat Keputusan tersebut

adalah:130

Memutuskan:

Menetapkan: Terhitung mulai akhir bulan November 1998,

memberhentikan dengan hormat dari dinas Keprajuritan

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dengan hak

pensiun Pati tersebut di bawah ini

Nama: PRABOWO SUBIANTO

Pangkat: LETNAN JENDERAL TNI

NRP: 27082

Dengan ucapan terima kasih atas jasa-jasanya yang telah

disumbangkan selama menjalankan tugas terhadap

Negara dan Bangsa selaku Prajurit Angkatan Bersenjata

Republik Indonesia.

127

DKP adalah sebuah instrumen ekstrajuridisial yang tugas utamanya adalah

menyelidiki ada tidaknya pelanggaran kode etik perwira TNI. Di lingkup ABRI, kode

etik itu dikenal dengan nama Budi Bhakti Wira Utama. Panglima ABRI Jendral TNI

Wiranto membentuk Dewan Kehormatan Perwira (DKP) pada tanggal 3 Agustus

1998. Tim ini diketuai oleh Jenderal TNI Subagyo HS selaku KSAD, kemudian wakil

ketua terdiri dari Letjen TNI Fachrul Razi (Kasum ABRI) dan Letjen TNI Yusuf

Kartanegara (Irjen Dephankam). Kemudian anggota terdiri dari Letjen TNI Soesilo

Bambang Yudhoyono (Kassospol ABRI), Letjen TNI Agum Gumelar (Gubernur

Lemhanas), Letjen TNI Djamiri Chaniago (Pangkostrad) dan Laksdya TNI Achmad

Sutjipto (DanjenAkabri). Lihat Erros Djarot, dkk, Prabowo Sang Kontroversi, 53. 128

Lihat Erros Djarot, dkk, Prabowo Sang Kontroversi, 54. 129

Amran Nasution, ―Karier Seorang Prajurit,‖ dalam Majalah GATRA, No.

19/IV, 28 Maret (1998). 130

Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor. 62/ABRI/1998.

Page 152: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

120

Uniknya, SK Presiden Republik sangat diametral bertentangan

dengan surat rekomendasi dari DKP. DKP memutuskan bahwa secara

kode etik tindakan Prabowo dianggap merugikan kehormatan

Kopassus, TNI-AD, ABRI, Bangsa dan Negara, disarankan dijatuhkan

hukuman administratif berupa diberhentikan dari dinas keprajuritan.

Sedangkan dalam SK Presiden dicantumkan bahwa Prabowo Subianto

diberhentikan dari dinas keprajuritan, masih berhak mendapat pensiun.

itupun disertai dengan ucapan terima kasih atas jasa jasanya yang telah

disumbangkan selama menjalankan tugas terhadap negara dan bangsa

selaku Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Dalam

pandangan RI-1 ketika itu, justru Prabowo dianggap berjasa karena

menjalankan tugas negara dan bangsa dalam kapasitasnya sebagai

prajurit ABRI sebagai alat pertahanan dan keamanan rakyat semesta.

Dengan kata lain, Prabowo oleh Presiden RI yang secara kultural

adalah Panglima Tertinggi bagi para prajurit TNI dianggap memiliki

integritas dan selalu memegang teguh Sapta Marga yang di antaranya

adalah memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan serta

menjunjung tinggi sikap serta kehormatan prajurit.131

Selain itu,

Prabowo juga dianggap sama sekali tidak pernah mengingkari Sumpah

Prajurit, yang di antaranya adalah taat kepada atasan dengan tidak

membantah perintah atau putusan dan memegang segala rahasia tentara

sekeras-kerasnya. Apa yang dilakukan Prabowo semuanya dianggap

sebagai perjuangan untuk membela negara.132

131

Secara lengkap isi Sapta Marga TNI adalah: ―1. Kami Warga Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila; 2. Kami Patriot Indonesia,

pendukung serta pembela Ideologi Negara yang bertanggung jawab dan tidak

mengenal menyerah; 3. Kami Kesatria Indonesia, yang bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan; 4. Kami Prajurit Tentara

Nasional Indonesia, adalah Bhayangkari Negara dan Bangsa Indonesia; 5. Kami

Prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada

pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan Prajurit; 6. Kami Prajurit

Tentara Nasional Indonesia, mengutamakan keperwiraan di dalam melaksanakan

tugas, serta senantiasa siap sedia berbakti kepada Negara dan Bangsa; dan 7. Kami

Prajurit Tentara Nasional Indonesia, setia dan menepati janji serta Sumpah Prajurit.‖

Lihat http://www.tni.mil.id/pages-5-sapta-marga.html, diakses tanggal 22 Juni 2014. 132

Sumpah Prajurit adalah, ―Demi Allah saya bersumpah/berjanji: 1. Bahwa saya

akan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945; 2. Bahwa saya akan tunduk kepada hukum dan

memegang teguh disiplin keprajuritan; 3. Bahwa saya taat kepada atasan dengan tidak

membantah perintah atau putusan; 4. Bahwa saya akan menjalankan segala kewajiban

dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Tentara dan Negara Kesatuan Republik

Indonesia; 5. Bahwa saya akan memegang segala rahasia Tentara sekeras-kerasnya.‖

Page 153: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

121

Dalam konteks bela negara, tugas ini tidak hanya dibebankan

kepada TNI dan Polri, akan tetapi tiap warga negara Indonesia terikat

dengan Pasal 30 UUD 1945.133

Dalam Pasal Pasal 30 (ayat 1) hasil

amandemen disebutkan, ‖Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut

serta dalam usaha-usaha pertahanan negara.‖ Mengacu ayat 1 Pasal ini,

semua warga negara Indonesia tanpa kecuali berhak dan wajib dalam

usaha pembelaan terhadap negara. Semua komponen bangsa harus

merasa terpanggil untuk memiliki loyalitas terhadap negaranya. Pada

ayat berikutnya (ayat 2) disebutkan, usaha pertahanan dan keamanan

negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat

semesta oleh TNI dan Polri sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai

kekuatan pendukung. Ayat ini merupakan lanjutan, lebih memperinci

pelaksanaan bela negara melalui pelaksanaan sistem pertahanan dan

keamanan rakyat semesta. Bila diteruskan, pada ayat 5 antara lain

disebutkan bahwa susunan dan kedudukan TNI-Polri, hubungan TNI-

Polri di dalam menjalankan tugasnya, dan syarat-syarat keikutsertaan

warga negara dalam usaha pertahanan negara diatur dengan undang-

undang. Pengaturan seperti tercantum pada ayat 5 Pasal tersebut

dimaksudkan lebih memperjelas mekanisme upaya bela negara yang

dilakukan warga negara termasuk unsur-unsur yang ada di dalamnya.

Berdasarkan hal di atas, tidak berlebihan jika Janoski memasukkan

unsur militer ke dalam salah satu aktor dari masyarakat madani.134

Dalam konteks masyarakat madani Indonesia, menurut analisa

International Crisis Group (ICG) dan Komisi Untuk Orang Hilang dan

Korban Tindak Kekerasan (KontraS), sejak jatuhnya Orde Baru

Soeharto di bulan Mei tahun 1998, pengaruh politik militer mengalami

penurunan yang drastis. Militer tidak lagi memiliki pengaruh politik

yang dominan terhadap pemerintahan, dan pada saat ini tidak berada

dalam posisi meraih kembali kekuasaan politik. Akan tetapi,

konsolidasi penuh demokrasi menuntut dimusnahkannya, atau

setidaknya diorientasi kembali jaringan teritorial, disipilkannya badan-

badan intelijen dalam negeri, dibenahinya keuangan militer, serta

Lihat http://www.tniad.mil.id/index.php/sample-page-2/kode-etik/sumpah-prajurit/,

diakses tanggal 22 Juni 2014. 133

Lihat http://www.humanrights.asia/countries/indonesia/laws/uud1945, diakses

tanggal 22 Juni 2014. 134

Thomas Janoski, Citizenship and Civil Society, 12.

Page 154: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

122

dibentuknya persatuan dan disiplin militer. Selain itu dituntut pula

terbentuknya doktrin yang jelas-jelas mendukung supremasi sipil.135

Masih menurut analisa ICG dan KontraS, proses pengendalian

militer Indonesia telah dimulai sejak pemerintahan Presiden Habibie:

jumlah wakil militer pada legislatif tingkat nasional dan daerah

dikurangi, perwira yang masih aktif tidak diperbolehkan untuk dipilih

atau ditunjuk menjadi pejabat pemerintahan sipil, militer menganut

posisi netral terhadap seluruh partai politik, dan polisi dipisahkan dari

angkatan bersenjata. Kendali sipil atas pemerintahan dikonsolidasi oleh

Presiden Abdurrahman Wahid setelah ia terpilih pada Oktober 1999.

Saat yang menentukan adalah pada bulan Februari 2000 ketika ia secara

efektif memecat Jenderal Wiranto dari Kabinetnya setelah Wiranto

disebut-sebut sebagai salah seorang yang bertanggung jawab atas

pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur di tahun 1999.

Bahwasanya presiden telah menegakkan kewenangannya terbukti

dengan tiadanya reaksi dari pihak militer ketika ‗orang-kuat‘ militer

dari masa hanya empat bulan berselang dipaksa keluar dari

pemerintahan. Pada bulan-bulan awal di masa kepresidenan

Abdurrahman pimpinan militer secara resmi melepaskan doktrin

Dwifungsi yang telah memimpin keterlibatan politik mereka selama

masa Soeharto.136

Dalam hal ini, KontraS menggarisbawahi pentingnya

prinsip-prinsip demokrasi dalam mendorong perbaikan kelembagaan

tersebut. Lebih jauh, juga diharapkan agar para pembuat kebijakan

dapat melanjutkan perbaikan militer sebagai prioritas dari Agenda

demokratisasi untuk mewujudkan sistem dan tatanan ketatanegaraan

yang lebih demokratis.

b. Hashim dan Keluarga Soemitro Djodjohadikusumo

Hashim Djojohadikusumo dan Keluarga Besar Soemitro

Djojohadikusumo tidak bisa dipisahkan dari Gerindra. Bersama

kakaknya, Prabowo Subianto, dia salah satu pendiri dan kunci partai

ini. Di Gerindra, Hashim dalam kepengurusan berperan sebagai Dewan

Pembina, sedangkan Prabowo menjadi ketua Dewan

135

International Crisis Group, ―Indonesia: Mengendalikan Militer,‖ ICG Asia

Report, No. 9, 5 September (2000), ii; Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban

Tindak Kekerasan (Kontras), Politik Militer dalam Transisi Demokrasi Indonesia:

Catatan KontraS Paska Perubahan Rezim 1998 (Jakarta: KontraS, 2005), 6-7. 136

International Crisis Group, ―Indonesia: Mengendalikan Militer,‖ ICG Asia

Report, No. 9, 5 September (2000), ii; Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban

Tindak Kekerasan (Kontras), Politik Militer dalam Transisi Demokrasi Indonesia, 6.

Page 155: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

123

Pembina.137

Hashim adalah orang kedua terpenting di Gerindra setelah

Prabowo. Bukan rahasia umum kalau Hashim yang menjadi

penyandang dana utama kegiatan politik Prabowo. Dia juga menjadi

juru bicara terpercaya Prabowo, terutama ke kalangan pebisnis

internasional dan pemerintah negara-negara asing. Karena negara-

negara Barat masih belum bisa sepenuhnya menerima Prabowo akibat

pelanggaran HAM di masa lalunya,138

Hashim-lah yang berbicara atas

nama Prabowo. Pada kunjungannya ke AS tahun 2013, Hashim

berbicara mewakili partainya—dalam artian mewakili Prabowo—

dalam menyampaikan visinya tentang ekonomi Indonesia di depan

lembaga Indonesia-AS yang sangat berpengaruh, USINDO (The United

States-Indonesia Society).139

Selain Hashim, peran dan kiprah Keluarga Besar Soemitro

Djodjohadikusumo juga sangat kuat di Gerindra. Dalam jajaran

kepengurusan pusat, di Dewan Penasehat Pusat duduk Sudradjad

Djiwandono, mantan Gubernur BI pada masa Orde Baru yang juga ipar

Prabowo. Di Dewan Pertimbangan Gerindra, selain Prabowo (ketua)

dan Hashim (anggota), ada juga Ny. Bianti Djiwandono (kakak), Ny.

Maryani Djojohadikusumo (adik Prabowo); dan Thomas A. Muliatna

Djiwandono, MA (keponakan, anak dari Sudradjad dan Bianti). Selain

itu ada juga Edhy Prabowo, yang disebut-sebut sebagai anak angkat

Prabowo.140

Di dalam susunan pengurus ada Aryo Setyaki

Djojohadikusumo yang menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jendral.

Aryo juga menjabat sebagai Ketua Tidar (Tunas Indonesia Raya),

Gerindra. Nama Thomas A. Muliatna Djiwandono, kembali muncul

dalam susunan pengurus sebagai Bendahara Partai. Disamping itu ada

Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (Kepala Departemen Peningkatan

Perfilman Nasional) dan Budi Satrio Djiwandono (Ketua Bidang

Investasi dan Pasar Modal). Mengingat peran penting Hashim dan

keluarga besar Soemitro Djojohadikusumo di dalam Gerindra, maka

137

Tempo, ―Digenggam Ketua Dewan Pembina,‖ Tempo, Edisi Senin 23 Juni

2014. 138

http://www.washingtonpost.com/wp-

dyn/content/article/2010/03/02/AR2010030204053.html, diakses tanggal 13 Januari

2014. 139

Di dalam struktur USINDO, Hashim Djojohadikusumo duduk sebagai anggota

dewan penasehat. Lihat http://www.usindo.org/about/advisors, diakses tanggal 14

Agustus 2014. 140

Hayat Fakhrurozi, ―Lebih Dekat Dengan Edhy Prabowo: ―Perjuangan untuk

Kesejahteraan Rakyat,‖ Majalah Garuda, Edisi Desember (2011).

Page 156: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

124

tidak berlebihan jika keluarga ini memilih ikut berkiprah membangun

negeri dengan berperan di dalam susunan kepengurusan Gerindra. Meski Hashim telah sukses menjadi pengusaha, bahkan termasuk

salah bisnisman terkaya di Indonesia versi majalah Forbes,141

tak lantas

membuatnya lupa untuk ikut memperbaiki kondisi negerinya.

Sebagaimana kakaknya, Prabowo, berkat didikan kedua orang tuanya

juga telah tertanam darah nasionalisme dan patriotisme yang mengalir

begitu deras dalam hidupnya. Di samping tetap mengelola bisnis, ia pun

terjun langsung ke dunia politik. Di samping itu, ikut andil membangun

dan mengharumkan bangsa melalui berbagai kegiatan olahraga dan aksi

sosial serta gerakan buruh, tani dan nelayan, bahkan pengembangan

pelestarian hutan dan satwa. Semangat mengharumkan nama bangsa

didedikasikannya dengan menjadi Ketua Umum Pengurus Besar

Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB. Percasi),142

Semangat

keberpihakannya pada rakyat kecil terus dikobarkan lewat gerakan

ekonomi kerakyatan dengan mendirikan Yayasan Arsari

Djojohadikusumo dan Yayasan Wadah. Yayasan Arsari

Djojohadikusumo (YAD) adalah sebuah lembaga sosial. Yayasan ini

membantu kegiatan pendidikan, sosial, kebudayaan, dan kesenian.

Yayasan Wadah diperuntukan bagi pemberdayaan perempuan dan

kegiatan kesetaraan gender. Dikelola secara professional, yayasan

tersebut telah berhasil membantu banyak kaum miskin di Indonesia.143

Yayasan Arsari Djojohadikusumo berdiri tahun 2006. Lembaga ini

merupakan yayasan pribadi keluarga Hashim Djojohadikusumo. Pada

awal berdirinya, namanya adalah Yayasan Keluarga Hashim

Djojohadikusumo (YKHD). Pada 20 Oktober 2009, YKHD diubah

menjadi Yayasan Arsari Djojohadikusumo. Arsari adalah akronim dari

ketiga anak-anak Hashim dari perkawinannya dengan Anie Haryati,

141

Versi Forbes, hashim masuk dalam 50 orang terkaya di Indonesia dengan

menempati posisi ke-42. Lihat http://www.forbes.com/profile/hashim-

djojohadikusumo/, diakses tanggal 14 Agustus 2014. 142

http://percasi-ntt.blogspot.com/2010/07/hashim-djojohadikusumo-ketua-

umum-pb.html, diakses tanggal 14 Agustus 2014. 143

Yayasan Arsari Djojohadikusumo berdiri tahun 2006. Lembaga ini merupakan

yayasan pribadi keluarga Hashim Djojohadikusumo. Pada awal berdirinya, namanya

adalah Yayasan Keluarga Hashim Djojohadikusumo (YKHD). Pada 20 Oktober 2009,

YKHD diubah menjadi Yayasan Arsari Djojohadikusumo. Lihat

http://www.wadahfoundation.or.id/?page_id=1658&lang=id, diakses tanggal 23

Agustus 2014.

Page 157: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

125

yaitu Aryo Setyaki,144

Rahayu Saraswati (Sara),145

dan Siti Indrawati

(Indra). Keluarga Hashim duduk dalam kepengurusan Yayasan.

Istrinya, Anie Haryati duduk sebagai Pembina YAD. Sementara

Hashim menjadi ketua yayasan. Anak-anak Hashim, Aryo dan Sara,

duduk sebagai dewan pengawas bersama Siswanto Sudomo. Yayasan

ini bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, pelestarian alam,

budaya dan sejarah.146

Dari data-data yang dikumpulkan, terungkap bahwa YAD tidak saja

memberikan beasiswa kepada anak-anak miskin, tetapi juga kepada

para mahasiswa dan dosen yang hendak meneruskan studi di dalam

maupun di luar negeri. Satu hal yang jarang dilakukan oleh filantropis

di Indonesia, tetapi sudah jamak di luar negeri, adalah memberikan

penghargaan dan peningkatan kesejahteraan bagi para pendidik. YAD

memberikan insentif kepada para guru dan dosen. Bahkan, untuk kasus

Peter Carey, diundang untuk mengajar di Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya Universitas Indonesia, dengan standar gaji internasional,

semuanya dibiayai oleh YAD. Selain itu, yayasan ini juga memberikan

perhatian khusus kepada bidang-bidang studi ‗kering‘ seperti sejarah,

arkeologi/paleoantropologi, sastra nusantara/sastra Jawa, dan sastra

Indonesia. Selain memberikan perhatian kepada pengajar dan

mahasiswa, YAD diketahui juga memberikan fasilitas penunjang

seperti gedung,147

laboratorium,148

serta prasarana penunjang seperti

144

Nama lengkapnya adalah Aryo Puspito Setyaki Djojohadikusumo. Dia baru

saja terpilih menjadi anggota DPR-RI 2014-2019 dari partai Gerindra. Aryo mewakili

DKI Jakarta Dapil III (Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu). Lihat

http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/04/23/163739/2563425/1562/meski-

keponakan-prabowo-aryo-djojohadikusumo-tak-seenaknya-pilih-komisi, diakses

tanggal 14 Agustus 2014. 145

Sama seperti kakaknya, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo juga akan

menjabat sebagai seabgai anggota DPR-RI dari partai Gerindra. Dia akan mewakili

daerah pemilihan Jawa Tengah IV yang meliputi Kabupaten Sragen, Karanganyar,

dan Wonogiri. Lihat

http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/04/30/n4tut2-keponakan-

prabowo-lolos-ke-senayan, diakses tanggal 14 Agustus 2014. 146

Lihat, http://indjuri.com/yad/?page_id=16, diakses tanggal 14 Agustus 2014. 147

Fakultas Ilmu-ilmu Budaya (FIB) UGM misalnya mendapat sebuah gedung

berlantai empat senilai Rp 13,5 milyar. Gedung itu diberi nama kakeknya Hashim,

RM Margono Djojohadikusumo. Lihat

http://edukasi.kompas.com/read/2009/12/11/17105466/Wow.Hashim.Djojohadikusum

o.Hibahkan.Rp.13.5.Miliar.ke.UGM, diakses tanggal 14 Agustus 2014. 148

Dalam sebuah dokumen YAD, misalnya disebutkan adanya pembangunan

Laboratorium Biosafety Level III (BSL 3), di Institute of Human Virology and Biology

Page 158: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

126

komputer ataupun laptop. YAD juga peduli dengan memperhatikan

kesenian. Tercatat, lembaga ini ikut bersumbangsih memugar Museum

Radya Pustaka Solo, salah satu museum pusat kebudayaan Jawa. Tidak

hanya itu, YAD juga ikut berpartisipasi memugar makam raja-raja

Mataram di Imogiri, dan merestorasi lukisan karya maestro Raden

Saleh, ‗Penangkapan Pangeran Diponegoro‘ dan ‗Harimau Minum.‘149

Sementara itu Wadah Titian Harapan adalah sebuah yayasan di

Jakarta yang didirikan oleh perempuan untuk perempuan dan

keluarganya. Lembaga ini memfokuskan pada isu dan pemberdayaan

gender. Anie H. Djojohadikusumo, isteri Hashim merupakan

Keetuanya. Yayasan ini didirikan untuk membawa harapan dengan

membantu kaum perempuan menolong diri mereka sendiri dalam

upaya membentuk masa depan yang lebih baik bagi keluarga mereka.

Yayasan Wadah didirikan pada tahun 2007 sebagai perluasan dari

Yayasan Arsari Djojohadikusumo. Wadah didirikan dengan tujuan

khusus untuk memenuhi kebutuhan kaum perempuan dalam

keikutsertaan mereka di berbagai kegiatan sosial, pendidikan,

kemasyarakatan dan budaya. Wadah merupakan akronim untuk Wanita

dan Harapan, atau ―Perempuan dan Harapan. Wadah bergerak di

tingkat akar rumput, mendukung kaum perempuan Indonesia dengan

menawarkan kesempatan untuk mengatur kehidupan mereka lebih dari

sekedar mempertahankan kelangsungan hidup keluarga, tetapi sebagai

upaya membebaskan diri mereka dari lingkaran buta huruf dan

kemiskinan. Dukungan Wadah juga meliputi berbagai upaya

untuk pelestarian seni dan seniman tradisional yang semakin

langka agar karya seni dan kerajinan mereka dapat terus hidup dan

lestari.150

Dedikasi sosial Hashim dalam peran serta membangun bangsa telah

diakui dan mendapat penghargaan dari Pemerintah Indonesia di bawah

kepemimpinan Soesilo Bambang Yudhoyono. Wakil Presiden

Boediono memberikan penghargaan kepada para tokoh perintis

lingkungan hidup pada Hari Lingkungan Hidup pada Kamis 5 Juni

2014. Ada puluhan pemerintah daerah, individu, dan kelompok yang

diberi penghargaan olehnya atas nama Pemerintah. Salah satu di

Center of the University of Indonesia (IHVCB-UI) sebesar US$ 500,000 untuk

pengadaan fasilitasnya dan US$ 15,000 per bulan untuk biaya operasional. 149

http://www.tempo.co/read/news/2013/09/27/114517216/Dua-Lukisan-Raden-

Saleh-Selesai-Direstorasi, diakses tanggal 14 Agustus 2014. 150

http://www.wadahfoundation.or.id/wp-content/uploads/Profile2.pdf, diakses

tanggal 14 Agustus 2014.

Page 159: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

127

antaranya berasal dari kelompok pengusaha, yaitu adik kandung

Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo. Ia dinilai oleh

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) cukup berjasa dalam menjaga

pelestarian lingkungan hidup dan sumber daya alam. Tidar Kerinci

Agung, merupakan perusahaan perkebunan sawit yang dikelolanya

memiliki komitmen untuk menjaga area hutan yang ada di kawasan

perkebunan. Perusahannya mendapat hak untuk menebang hutan dan

ditanami kelapa sawit. Tapi ia memutuskan untuk tetap

melestarikannya. Karena di hutan tersebut banyak terdapat pohon-

pohon langka dan Pohon besar, pohon raksasa, seperti pohon beringin,

pohon damar, trembesi dan ada ratusan jenis pohon lain yang masih

terdapat di situ. Ia juga membuat persemaian pohon-pohon langka

tersebut di situ. Sementara perkebunan sawitnya, ada di sekitar hutan

itu. Di tengah kebunnya ia telah berupaya untuk lestarikan hutan. Selain

itu, di kawasan hutan tersebut Hashim juga mengaku sedang

membangun penangkaran 7 ekor harimau. Selain pohon tua dan langka,

dia area hutan juuga dibuatkan penangkaran untuk satwa langka seperti

harimau Sumatra, beruang, rusa, landak, trenggiling, kijang, tapir, dan

kancil. Ia prihatin hewan langka, seperti harimau mau punah karena

kehilangan habibat tempat tinggalnya ataupun di buru manusia untuk

diambil kulit dan dagingnya.151

Putra bungsu ‘Begawan ekonomi Indonesia,‘ ini tak sekedar

mewarisi kepiawaian sang ayah dan kakeknya dalam berbisnis.

Sebagaimana Prabowo, rasa nasionalisme yang ditanamkan sang ayah,

mengantarkannya untuk terjun ke dunia politik praktis. Hal ini

dibuktikan dengan keikutsertaannya dalam membentuk partai politik

Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) bersama sang kakak, Prabowo

Subianto. Keterlibatannya langsung di pentas politik praktis, bukan

sekedar latah atau ikut-ikutan sang kakak ataupun euforia politik pasca

reformasi berjalan. Bagi pria yang menimba ilmu politik dan ekonomi

di Panoma College, Claremont, California, Amerika Serikat ini ada dua

alasan yang membuatnya terjun ke ranah politik. Di antaranya, sebagai

pelaku ekonomi atau pebisnis, ia merasa heran dengan kondisi ekonomi

Indonesia. Menurutnya, dari segi ekonomi Indonesia harusnya lebih

mapan dari negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, India

atau Vietnam.152

151

http://nasional.kompas.com/read/2014/06/05/1935025/Dinilai.Lestarikan.Huta

n.Adik.Prabowo.Dapat.Kalpataru, diakses tanggal 14 Agustus 2014. 152

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013; Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor Bakom-Gerindra, Jl. Limboto

Page 160: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

128

Selain hal tersebut, Pria kelahiran Jakarta, 5 Juni 1954 -yang pernah

berbisnis di lebih dari 40 negara di lima benua lewat beberapa

perusahaannya ini- pun turut prihatin dengan perkembangan politik

negeri yang kian tak berperadaban. Ia berpendapat, Pancasila sebagai

falsafah dan dasar negara makin dilupakan dan tersisihkan, bahkan

dilupakan oleh segenap rakyat Indonesia, terutama elit politik dalam

menjalankan aktifitas politik maupun dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Sebagaimana yang dikutip oleh Majalah Garuda, ia

menyatakan ‖Kita harus membela Pancasila, karena saya nasionalis.

Saya yakin tanpa Pancasila Indonesia hancur.‖153

Ia juga prihatin, yang

menikmati pembangunan di negeri ini segelintir orang saja di kalangan

atas. Sementara di kalangan menengah bawah belum tentu menikmati.

Lihat saja, banyak infrasturktur rusak, pendidikan, ekonomi, dan

sebagainya. Masalah kesehatan, misalnya untuk mendapatkan ruangan,

layanan kesehatan, obat-obatan susah dan mahal lagi.

Ia dengan jujur memaparkan bahwa Gerindra bukan partai yang anti

kapitalisme. Ia juga tanpa enggan mengakui sebagai seorang

kapitalisme, karena ia adalah seorang pedagang atau pengusaha. Untuk

itu, baginya Gerindra merupakan salah satu alat dengan memakai

kekuatan pemerintahan khususnya legislatif untuk mengendalikan

ekonomi. Kapitalisme baginya tidaklah bertentangan dengan norma

Pancasila dan UUD 1945 Pasal 33. Contoh aplikasi kapitalisme yang

Pancasilais menurutnya adalah negara Singapura yang 75 persen

ekonominya dikuasi negara. Semisal, maskapai penerbangan Singapur

Airline, merupakan Badan Usaha Milik Negara, karena mayoritas

sahamnya sebesar 75 persen milik negara. Setiap tahun, keuntungan

yang mengisi kas negara terus meningkat dan tidak merugi. Tak heran

menurutnya bila Singapura merupakan surga bagi penguasaha dan para

kapitalis. Rakyatnya hidup dengan kesejahteraan meski negaranya

adalah kapitalis. Bahkan, menurutnya, 70 persen perusahaan yang

menopang laju perekonomi Singapura dimiliki oleh negara.154

Bagi Hashim, Pancasila merupakan perekat bangsa, tanpa Pancasila,

bangsa ini akan hancur. Bahkan bisa terpecah belah minimal delapan

negara. Dengan Pancasila, kaum minoritas rela bergabung ke NKRI,

Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013; dan wawancara dengan Fami Fachrudin, di

Kantor PT. Natuna Energy Indonesia, Menara Palma 7th Floor Unit 701,

JL.HR.Rasuna Said Blok X2 Kav.6, Kuningan, Jakarta Selatan, tanggal 10 Juli 2014. 153

Hayat Fakhrurrozi, ―Lebih Dekat Dengan Hashim Djojohadikusumo:

―Indonesia Harusnya Lebih Baik‖ dalam Majalah Garuda, edisi Agustus (2011), 4-5. 154

Hayat Fakhrurrozi, ―Lebih Dekat dengan Hashim Djojohadikusumo: ....,‖ 4.

Page 161: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

129

tapi sekarang pemerintah sepertinya tidak mendukung, apalagi

membela Pancasila. Tak heran bila banyak keributan yang dipicu

masalah suku dan agama. Ini yang membuatnya ikut prihatin,

pemerintah di matanya dianggap mengabaikan tanggungjawab untuk

mempertahankan, membangun, dan membela Pancasila sebagai

ideologi negara. Dari segi politik dan ekonomi, hal yang bisa dilakukan

untuk mengembalikan bangsa ini berdaulat adalah dengan menegakkan

hukum dengan tanpa pandang bulu dan pilih tebang. Di samping itu,

perlu juga perjuangan untuk memaksa pimpinan nasional Indonesia

agar berani untuk menegakkan hukum membela kaum lemah yang juga

bagian dari rakyat Indonesia.155

Ia juga menjelaskan bahwa Gerindra merupakan partai politik yang

berhaluan nasionalis. Gerindra didirikan untuk membela dan

melestarikan Pancasila. Terus terang, ia menceritakan bahwa sudah

jenuh sekadar menjadi pengamat politik. Melalui Gerindra, ia berharap

ingin ikut serta bersumbangsih membangun negara Indonesia dengan

menjadi penentu nasib bangsa. Oleh karenanya, perjuangan tersebut

salah satunya bisa ditempuh melalui ranah politik, dengan masuk

menjadi anggota partai politik. Melalui partai politik, setidaknya di dua

lembaga, wakil rakyat Indonesia bisa berperan, yaitu di eksekutif

(Presiden) dan legislatif (DPR/MPR).156

Sebagai pendiri, Hashim Djojohadikusumo berharap kader Gerindra

yang duduk di parlemen ―agar lebih giat dan agresif bersuara dalam hal

membela Pancasila sebagai dasar negara.‖ Ia mengingatkan, Gerindra

tidak boleh diam dalam masalah­masalah pengamalan Pancasila,

kerukunan antarumat beragama, kekerasan terhadap minoritas,

kekerasan terhadap tempat ibadah dan sebagainya. Menurut Hashim,

Partai Gerindra pada hakekatnya didirikan dengan dua pilar. Pilar yang

pertama adalah ekonomi kerakyatan dan pilar yang kedua adalah untuk

membela dan melestarikan Pancasila sebagai dasar negara. Ekonomi

kerakyatan, lanjut Hashim, sudah menjadi trademark atau brand Partai

Gerindra. Tapi untuk memperjuangkan Pancasila sebagai dasar negara

dan ideologi negara, hampir­hampir Gerindra belum bersuara. Ia masih

jarang mendengar kader di dewan yang berbicara mengenai Pancasila

dan kerukunan antarumat beragama. Idealismenya, Gerindra berdiri

155

Hayat Fakhrurrozi, ―Lebih Dekat dengan Hashim Djojohadikusumo: .....,‖ 5. 156

Hayat Fakhrurrozi, ―Lebih Dekat dengan Hashim Djojohadikusumo: ....,‖ 5.

Page 162: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

130

untuk membela dan memajukan ekonomi kerakyatan, dan membela dan

melestarikan Pancasila sebagai dasar negara.157

Mengurai tentang pentingnya membela dan melestarikan Pancasila,

Hashim memberi contoh negara adikuasa Uni Soviet yang terpecah

menjadi 15 negara, Yugoslavia menjadi tujuh negara hanya karena

perselisihan antarsuku. Juga Sudan yang pecah menjadi dua, yaitu

Sudan dan Sudan Selatan karena masalah agama. Negara semaju

Kanada pun pernah terancam disintegrasi karena perbedaan budaya dan

bahasa. Terhadap hal tersebut, ia mengatakan bahwa Republik

Indonesia itu merupakan negara yang unik, terdiri dari ratusan suku

bangsa dan bahasa, beraneka ragam perbedaan adat dan aliran agama.

Tapi rakyat telah bersepakat untuk memiliki konsensus Pancasila

sebagai jatidiri bangsa. Bangsa yang berdasarkan Pancasila, semua

suku, agama, adat, dan budaya mendapat tempat yang sama. Namun

demikian, kalau bangsa ini lengah, dalam arti meninggalkan Pancasila

sebagai perekat bangsa, maka ancaman disitegrasi akan mengintai

Nusantara ini.158

Menyikapi hal tersebut, Hashim berkeyakinan bahwa manifesto

Gerindra sesuai dengan amanah Pancasila dan UUD Tahun 1945 bahwa

tujuan utama bangsa adalah kesejahteraan rakyat. Konstitusi negara

secara jelas menyebutkan bahwa ekonomi kerakyatan harus ditegakkan

dengan tiga pilar, yaitu koperasi, negara ikut campur dalam proses

ekonomi dan, seluruh bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesarbesarnya untuk

kemakmuran rakyat.159

Untuk membangun masyarakat madani di Indonesia, menurutnya,

setidak-tidaknya seluruh komponen bangsa ini harus memelihara

warisan budaya bangsanya. Warisan budaya dapat didefinisi dengan

jelas, terbagi dalam dua kategori, yakni: tangible dan intangible.

Tangible adalah warisan-warisan bangunan kuno, seperti candi, mesjid,

gereja, pura, kota Trowulan, dan sebagainya. Sedangkan yang

intangible adalah aneka-ragam kekayaan bahasa, seni budaya, termasuk

tari-tarian, wayang atau pewayangan, dan sebagainya. Warisan budaya

itu bisa berdampak positif untuk pembentukan masyarakat madani

157

Hashim Djojohadikusumo, ―Gerindra Membela dan Melestarikan Pancasila,‖

dalam Tabloid Gema Indonesia Raya, edisi 07/Tahun I/November (2011), 1. 158

Hashim Djojohadikusumo, ―Gerindra Membela dan Melestarikan Pancasila,‖

2. 159

Hashim Djojohadikusumo, ―Gerindra Membela dan Melestarikan Pancasila,‖

2.

Page 163: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

131

suatu bangsa, apalagi bangsa berkembang seperti Indonesia. Tapi, kalau

tidak hati-hati, warisan budaya juga bisa berdampak buruk.160

Ia mencontohkan bahwa pada tahun 1991, untuk pertama kalinya

mengunjungi Yugoslavia. Waktu itu, di sana belum terjadi perang

saudara. Yugoslavia masih utuh. Sekarang negara itu menjadi enam

negara berdaulat. Perang saudara di Yugoslavia dimulai dengan adanya

perselisihan antara dua suku, yaitu: suku Kroasia dan suku Bosnia.

Sebagai orang yang hampir 10 tahun memiliki dua pabrik di Kroasia

dan Bosnia, Hashim tahu persis secara ras mereka itu sama, baik

Muslim maupun bukan Muslim. Mereka merupakan Muslim yang asli

keturunan Eropa, bukan Muslim keturunan Arab atau Turki. Mereka

berambut pirang, kulit putih, dan Eropa. Tapi mereka pindah agama

waktu kerajaan Ottoman datang. Sebelumnya mereka beragama

Kristen.161

Contoh lainnya, puluhan ribu orang Serbia dibunuh oleh

Kroasia karena masalah perbedaan bahasa. Serbia cenderung

menggunakan huruf latin, sedangkan Kroasia lebih cenderung

menggunakan huruf Sirilik Rusia. Perseteruan itu bukan masalah

ideologi, karena dua-duanya bukan komunis. Bukan pula masalah

agama, karena yang satu Kristen ortodoks, yang satu lagi Katolik. Tapi,

lebih banyak disebabkan oleh masalah suku, adat, dan budaya.162

Ia juga menambahkan, waktu ke Khartoum, Sudan, pada tahun

1991, bertemu Jenderal Omar al-Bashir. Al-Bashir masih berseragam

loreng. Kantornya masih di markas Angkatan Darat. Saat itu, Sudan

masih utuh. Kini, Sudan sudah pecah menjadi dua: Sudan dan Sudan

Selatan. Ada kemungkinan juga bagian Darfur atau Provinsi Darfur

akan memisahkan diri. Berarti saat ini Sudan menjadi dua negara, di

masa datang bisa menjadi tiga negara. Sudan pecah lebih banyak

disebabkan faktor agama. Waktu itu, tahun 1992, hukum Islam

dinyatakan sebagai agama resmi Sudan. Kaum minoritas yang

jumlahnya kurang lebih 10 juta orang yang mayoritas Kristen di Sudan

Selatan, tidak berkenan. Maka, terjadilah perang saudara yang

berlangsung selama 20 tahun, dan kaum minoritas di Selatan menang.

Mereka kemudian referendum. Sekarang, Sudan Selatan adalah negara

160

Hasim Djojohadikusumo, ―Warisan Budaya dan Jati Diri Bangsa,‖ dalam

Gema Indonesia Raya, edisi 02/Tahun I/Mei (2011), 3; Hashim Djojohadikusumo,

―Warisan Budaya dan Jati Diri Bangsa,‖ dalam Makalah Kuliah Umum civitas

akademika Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 8 April (2011). 161

Hashim Djojohadikusumo, ―Gerindra Membela dan Melestarikan Pancasila,‖

3. 162

Hasim Djojohadikusumo, ―Warisan Budaya dan Jati Diri Bangsa,‖ 3.

Page 164: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

132

merdeka. Tapi, keinginan Provinsi Darfur untuk memisahkan diri dari

Sudan bukan faktor agama. Karena, mereka sama-sama berasal dari

budaya arab, Islam, tapi berbeda suku. Jadi, karena faktor adat dan

budaya, suku Darfur dan suku dari Sudan, saling bunuh. Di negara ini

ada ethnic cleansing, pemusnahan etnis.163

Malapetaka seperti ini juga terjadi di negara-negara maju. Di

Kanada pada tahun 1971 hampir pecah perang saudara, karena faktor

budaya dan bahasa. Perdana Menteri Kanada yang waktu itu Pierre

Trudeau mendapat aksi teror dari kelompok separatis QLF (The Quebec

Liberation Front). Padahal mereka sama-sama kulit putih dan

beragama Kristen. Aksi itu terjadi, karena orang Quebec yang

jumlahnya 5 juta jiwa adalah keturunan Perancis, dari dulu merasa

terinjak oleh penguasa di sana yang 80% adalah keturunan Inggris.

Quebec menuntut memisahkan diri dari Kanada. Meski rasnya sama

kulit putih dan agamanya sama Kristen, tapi karena mereka sangat

fanatik dengan budaya dan bahasa, mereka saling bunuh. Permusuhan

itu berakhir setelah bangsa Kanada yang mayoritas berbahasa Inggris

itu berjiwa besar, mengambil sikap mengalah. Demi keutuhan Kanada,

DPR Kanada pun menyelenggarakan referendum. Dan, bangsa Kanada

akhirnya memilih dan memutuskan bahwa adat, budaya, dan bahasa

Perancis setara dengan adat, budaya, dan bahasa Inggris. Begitu pula

Belgia. Negara kecil yang berada di antara Perancis dan Belanda saat

ini diambang disintegrasi. Suku Belanda ribut dengan suku Perancis.

Penyebabnya, masalahadat, budaya, dan bahasa. Yang satu bahasa

Perancis, dan satu lagi bahasa Belanda. Besar kemungkinan Belgia

akan pecah menjadi dua negara baru: Flanders berbahasa Belanda, dan

negara Wallonia berbahasa Perancis. Mungkin Flanders akan

bergabung dengan Belanda, sedangkan Wallonia bergabung ke

Perancis.164

Contoh-contoh di atas, menurutnya menunjukkan bahwa budaya,

apakah itu bahasa, seni, agama, dan lainnya bisa menyebabkan perang

ketimbang menjadi pemersatu untuk membentuk masyarakat yang

madani. Bisa dibayangkan orang rela membunuh untuk kejayaan

bahasanya. Di Indonesia ada sekitar 300 sampai 700 bahasa. Di Papua

saja ada sekitar 300 bahasa. Indonesia rawan akan masalah disintegrasi

bangsa. Bukan saja karena perbedaan agama dan ras, tapi juga

163

Hashim Djojohadikusumo, ―Gerindra Membela dan Melestarikan Pancasila,‖

3. 164

Hashim Djojohadikusumo, ―Gerindra Membela dan Melestarikan Pancasila,‖

3.

Page 165: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

133

disebabkan adat, budaya, dan bahasa. Seluruh komponen bangsa harus

hati-hati betul. Bangsa Indonesia harus menjaga jangan sampai ada

perselisihan hanya gara-gara bahasa.165

Hal tersebut menunjukkan bagaimana pekanya masalah budaya bagi

proses pembentukan masyarakat madani. Budaya memang bisa menjadi

sumber inspirasi dan sumber kekuatan suatu bangsa. Bangsa Indonesia

sangat kaya dengan budaya. Itu bisa menjadi kekuatan suatu bangsa. Ini

memperkuat jati diri Indonesia. Jati diri bangsa. Republik Indonesia

merupakan negara mukjizat. Indonesia terdiri dari ratusan suku, bahasa,

adat, dan aliran agama. Tapi, karena para pemimpin dan pendiri bangsa,

semisal Bung Karno, Bung Hatta, KH. ahmad Dahlan, KH. Hasyim

asyari, dan lainnya memiliki konsensus bahwa bangsa Indonesia adalah

bangsa Pancasila. Bangsa yang berdasarkan Pancasila. Semua suku,

agama, adat, budaya, itu sama. Kita mendapat barokah.166

Di situ, untuk sementara waktu, bangsa ini bisa menghindari

masalah seperti terjadi di Uni Soviet, Yugoslavia, Sudan, Kanada, dan

Belgia. Tapi ada tanda-tanda dari bebera[pa komponen bangsa,

ekstremis ingin memanfaatkan situasi untuk menghancurkan kerukunan

bangsa Indonesia. Ini memprihatinkan. Seolah-olah bangsa Indonesia

tidak terlalu peka dan tidak belajar dari sejarah bangsa Indonesia

sendiri. Inilah masalah yang harus dihadapi secara bersama, baik

pemerintah, sipil, maupun militer. Segenap Bangsa Indonesia harus

waspada. Warisan budaya bisa menjadi satu kekuatan tapi bisa juga

menjadi satu kelemahan. Warisan budaya bisa menjadi bumerang kalau

tidak ditangani dengan baik, bijak, arif, dan hati-hati. Bangsa ini bisa

menjadi sasaran dari gerakan-gerakan yang ingin mengacaukan

Indonesia.167

2. Tokoh Aktivis Organisasi Sosial/LSM

Keanggotaan Gerindra, selain diisi oleh individu-individu,

keluarga, juga terdapat beberapa anggota yang berasal dari berbagai

aktivis organisasi sosial atau lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Penulis mewakilkan kiprah aktivis tersebut, dengan membahas peran

Fadli Zon. Selain karena faktor keaktifan sosialnya, ia merupakan juru

bicara resmi dari Gerindra. Bahkan, hampir segala pernyataan dan

165

Hashim Djojohadikusumo, ―Warisan Budaya dan Jati Diri Bangsa,‖ 4. 166

Hashim Djojohadikusumo, ―Gerindra Membela dan Melestarikan Pancasila,‖

3. 167

Hasim Djojohadikusumo, ―Warisan Budaya dan Jati Diri Bangsa,‖ 4.

Page 166: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

134

tindakannya yang dipublikasi media massa diidentikan dengan

pernyataan resmi Gerindra. Ia dikenal sebagai seorang aktivis sosial

dan juga pebisnis. Di bidang sosial, selain menjadi ketua berbagai

organisasi masyarakat, ia juga membangun perpustakaan yang

mengoleksi buku-buku tua dan benda-benda budaya bersejarah168

juga

Rumah Budaya Fadli Zon, di Tanah Datar, Sumatera Barat. Di samping

itu, beragam aktivitas dilakoninya, termasuk di jalur partai politik

dengan mendirikan partai politik Gerindra bersama Prabowo dan

Hashim. Sampai pada pertengahan tahun 2014 ini, ia dipercaya sebagai

wakil rakyat untuk memperjuangkan segala aspirasi kesejahteraan

kehidupan bangsa dan negara melalui lembaga legislatif DPR RI

sampai tahun 2019.169

Dunia perjuangan membangun demokratisasi lewat jalur politik

praktis sudah dilakoninya semenjak ia masih menjadi mahasiswa

Program Studi Rusia, Fakultas Ilmu Bahasa, Universitas Indonesia.

Lewat parlemen jalanan, ia kerap menyuarakan suara rakyat, isu-isu

nasional, dan mengkritisi kinerja pemerintah. Semasa kuliah di UI, ia

juga aktif di berbagai organisasi intra maupun ekstra kampus, antara

lain pernah menjadi Ketua Biro Pendidikan Senat Mahasiswa FSUI

(1992-1993), Sekretaris Umum Senat Mahasiswa FSUI (1993), Ketua

Komisi Hubungan Luar Senat Mahasiswa UI (1993-1994). Ia ikut

menjadi salah satu pemimpin jaringan aktivis mahasiswa di Jawa

dengan mengusung gagasan ‖Gerakan Mahasiswa 1990-an.‖ Selain

mendukung ‖parlemen jalanan,‖ ia juga turut membentuk dan

menghidupkan kelompok-kelompok studi di dalam kampus UI era awal

1990-an. Untuk kegiatan budaya, ia bergabung dengan Teater Sastra

UI.170

Di luar kampus, kiprahnya sosialnya untuk berperan serta

membangun masyarakat madani ia tekuni. Ia pernah menjadi Sekertaris

Jenderal dan Presiden Indonesian Student Association for International

Studies/ISAFIS (1993-1995), Pengurus Pusat Komite Nasioal Pemuda

168

Perpustakaan pribadi menampung kurag-lebih 50 ribu buku tua, beberapa

keris, koin, badik, tombak, piringan hitam, bahkan fosil. Hasil observasi langsung

penulis ke Fadli Zon Library, pada tanggal 5-9-2013. 169

Fadli Zon terpilih sebagai anggota DPR dari Dapil Jawa Barat V, Kabupaten

Bogor dengan perolehan suara 79.074 suara. Informasi ini diperoleh dari akun

facebook-nya di https://www.facebook.com/FadliZonPage/posts/559546554108039. 170

Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor Bakom-Gerindra, Jl. Limboto

Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013. Wawancara dengan Fami Fachrudin, di Kantor

PT. Natuna Energy Indonesia, Menara Palma 7th Floor Unit 701, JL.HR.Rasuna Said

Blok X2 Kav.6, Kuningan, Jakarta Selatan, tanggal 10 Juli 2014.

Page 167: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

135

Indonesia/KNPI (1996-1999), Pengurus Pusat Gerakan Pemuda

Islam/GPI (1996-1999), anggota Asian Conference on Religion and

Peace (ACRP) (1996). Dia sempat menjadi Wakil Ketua Yayasan

Bestari, sebuah LSM bidang anak-anak dengan aktivitas utama Rumah

Dongeng Indonesia yang ikut menyebarkan dongeng pada anak-anak

dan membina kreativitas anak-anak Indonesia (1991-1994). Di FDI

(Forum Dialog Indonesia), sebuah forum dialog pemuda dan aktivis

membicarakan berbagai perkembangan nasional di bidang ekonomi,

politik dan budaya, dia dipercaya sebagai Tim Pelaksana Aktivitas

(1994-1996). Selain itu, ia sering tampil sebagai pembicara dalam

diskusi, seminar, konferensi dan training-training mahasiswa.171

Tahun

1994, terpilih menjadi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) I Universitas

Indonesia dan Mahasiswa Berprestasi III tingkat Nasional. Menjadi

visiting student di departemen politik National University of Singapore

tahun 1995 dan memimpin delegasi mahasiswa Indonesia dalam

ASEAN Varsities Debate IV (1994) di Malaysia.

Selepas kuliah, sikap kritisnya dan perjuangannya untuk ikut

berpartisipasi membangun bangsa tak berhenti. Ia pernah terpilih

menjadi anggota MPR RI (1997-1999) dan aktif sebagai asisten Badan

Pekerja Panitia Adhoc I yang merancang Garis-garis Besar Haluan

Negara (GBHN). Di tahun 1998, sebelum bergabung dengan Gerindra,

dengan sesama pengagum Muhammad Natsir, mendirikan Partai Bulan

Bintang (PBB) bersama Yusril Ihza Mahendra, Hartono Mardjono, MS

Kaban dan Farid Prawiranegara. Di partai Islamis ini, Fadli termasuk

171

Selama menjadi mahasiswa FSUI ia mendapat kesempatan mengikuti berbagai

konferensi dan seminar di luar negeri antara lain menjadi ketua delegasi mahasiswa

Indonesia dan panelis The 40th International Student Conference di Jepang (1993);

pembicara di Simposium Dinamika Gerakan Mahasiswa Islam Asia Tenggara di

Malaysia (1994); ketua delegasi pemuda Indonesia dalam Korea-ASEAN Youth

Cooperative Project di Korea Selatan (1994); peserta Saemaul Undong Training di

Korea Selatan (1994); observer gencatan senjata Filipina-Moro di Filipina (1995);

ketua delegasi Indonesia dalam ASEAN Youth Day Meeting IV di Filipina (1995);

pembicara dalam South East Asia University Student Conference di Malaysia (1995);

peserta World Friendship Week di Virginia, Amerika Serikat (1995); Delegasi

Indonesia dalam Konferensi LSM ke-48 di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa, New

York (1995); Ketua Delegasi Indonesia dan pembicara dalam Asia-Pacific Youth

Leadership Conference di Taipei, Taiwan (1996); pembicara Seminar National Build-

up and Literary Process in South East Asia di Moskow dan St. Petersburg, Rusia

(1996); Konferensi ACRP V di Thailand (1996); peserta Hitachi Young Leaders

Initiative di Singapura (1997); dan lain-lain. Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor

Bakom-Gerindra, Jl. Limboto Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013. Lihat juga

http://fadlizon.wordpress.com/about/, diakses tanggal 20 Agustus 2014.

Page 168: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

136

salah satu politisi termuda yang dipercaya sebagai salah satu ketuanya.

Namun, karena ada masalah internal yang bertentangan dengan hati

nuraninya, ia pun hengkang dari partai itu pada tahun 2001.172

Lepas dari aktifitas sosial dan politik, pada tahun 2002, ia

melanjutkan studi Master di The London School of Economics and

Political Science (LSE) di Inggris dalam bidang studi pembangunan. Di

kampus yang berada di Benua Eropa ini, ia tetap aktif di beberapa

organisasi sosial, seperti Association for the Study of Ethnicity and

Nationalism (ASEN) dan menjadi aktivis di LSE Stop the War

Coalition (2002-2003) yang menentang invasi Amerika Serikat ke Irak.

Sekembalinya dari pengembaraan pendidikannya, ia berkiprah di dunia

usaha dengan bergabung dan mendirikan perusahaan multinasional. Di

antaranya, ia pernah menjadi Direktur Umum PT Golden Spike Energy

Indonesia Ltd (2002-2005), sebuah perusahaan minyak dan gas swasta.

Hingga tahun 2014 ia tercatat masih bekerja pada perusahaan

perkebunan kelapa sawit PT. Tidar Kerinci Agung, dan PT Padi

Nusantara yang bergerak di bidang pertanian.173

Professionalitasnya dalam bidang pertanian mengantarkan dirinya

aktif di Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sebagai Ketua

Hubungan Luar Negeri dan Organisasi Internasional di tahun 2004-

2009. Pada kepengurursan HKTI periode 2010-2015, di bawah

kepemimpinan Prabowo Subianto, kali ini ia menjabat sebagai

Sekretaris Jenderal. Selain itu, beragam aktifitas yang berkaitan dengan

pertanian hingga budaya dilakoninya. Semisal menjadi Anggota Dewan

Gula sejak 2005 lalu, Dewan Redaksi Majalah Tani Merdeka dan

Dewan Redaksi Majalah Horison, majalah sastra dan budaya.174

172

Fami Fachrudin menjelaskan bahwa Fadli dan dirinya hengkang dari PBB

karena menurut mereka, Yusril sebagai Ketua Umum PBB tidak bisa

mempertanggungjawabkan dana politik yang diberikan oleh BJ Habibie kepada PBB.

Mereka menjadi malu bagaimana bisa, partai pewaris Masyumi berperkara dalam soal

uang seperti itu. Bagaimana mau meniru kesederhanaan M. Natsir, kalau tokohnya

sangat mudah tergoda oleh materi. Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor Bakom-

Gerindra, Jl. Limboto Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013. Diperkuat dengan Fami

Fachrudin, di Kantor PT. Natuna Energy Indonesia, Menara Palma 7th Floor Unit

701, JL.HR.Rasuna Said Blok X2 Kav.6, Kuningan, Jakarta Selatan, tanggal 10 Juli

2014. 173

Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor Bakom-Gerindra, Jl. Limboto

Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013. 174

Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor Bakom-Gerindra, Jl. Limboto

Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013. Wawancara dengan Fami Fachrudin, di Kantor

Page 169: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

137

Selepas dari Partai Bulan-Bintang (PBB), pada 6 Februari 2008, ia

ikut mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dengan

mengusung isu keberpihakan kepada rakyat kecil. Keterlibatannya di

Gerindra berawal ketika ia ikut membantu Prabowo untuk menjadi

Ketua Umum dan Calon Presiden dalam konvensi Partai Golkar di

tahun 2004 namun belum berhasil. Bersama Hashim, kemudian

mendirikan partai Gerindra. Menurutnya, partai politik merupakan

salah satu alat perjuangan yang efektif di Indonesia untuk ikut andil

bagian dalam membangun bangsa dan negara. Namun demikian,

banyak partai politik yang dimanfaatkan oleh aparatur partai untuk

kepentingan pribadi. Partai Gerindra didirikan untuk mengoreksi

terhadap keadaan itu. Paradoks kondisi ketidaksejahteraan rakyat

dengan kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia

menjadikannya untuk kembali terjun ke dunia politik praktis.175

Ia menjelaskan, bahwa salah satu kunci untuk menjadikan negara

ini kembali berdaulat dan makmur adalah masalah kepemimpinan

nasional. Dalam pandangannya, ia melihat negeri ini tidak memiliki

pemimpin yang kuat lagi sebagaimana Soekarno yang dihormati rakyat

dan disegani dunia luar. Untuk itu, bangsa ini perlu sosok pemimpin

yang kuat untuk mengembalikan kejayaan Indonesia seperti dulu.

Kalau pemimpin pusat lemah maka pemimpin di bawah juga lemah.

Jika pusat kuat, bawahan pun akan kuat. Masalah kedua, yaitu masalah

haluan negara yang menyangkut arah tujuan untuk mensejahterakan,

memakmurkan rakyat, bukan untuk proses demokrasi yang prosedural.

Selama ini, haluan bangsa ini masih berkutat hanya untuk memenuhi

standar formalitas demokrasi yang menghabiskan biaya yang sangat

mahal. Padahal tujuan berdemokrasi hanyalah salah satu cara dari

sekian banyak haluan bernegara. Tujuan utama didirikannya bangsa ini

sebagaimana tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945 adalah untuk

memakmurkan rakyat supaya menikmati kemerdekaan.

Gerindra didirikan dengan maksud ikut berjuang demi

kesejahteraan Indonesia sebagai salah satu sarana pembentukan strong

leadership (pemimpin yang kuat), secara kolektif dan tidak feodal. Bagi

Fadli, ciri kepemimpinan yang kuat itu adalah harus mempunyai

integritas, hidupnya, cita-citanya menyatu dengan kepentingan

Indonesia. Seorang pemimpin juga wajib memiliki visi yang jauh ke

PT. Natuna Energy Indonesia, Menara Palma 7th Floor Unit 701, JL.HR.Rasuna Said

Blok X2 Kav.6, Kuningan, Jakarta Selatan, tanggal 10 Juli 2014. 175

Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor Bakom-Gerindra, Jl. Limboto

Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013.

Page 170: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

138

depan. Selain itu, kehidupannya tercurahkan untuk memikirkan

generasi mendatang. Ia pun harus merupakan pribadi yang jujur dan

mempunyai keberpihakan ke rakyat kecil. Fadli meyakini bahwa sosok

pemimpin itu antara lain ada pada diri Prabowo. Dalam anggapan Fadli,

Prabowo memiliki integritas, sangat merah-putih dan berpihak kepada

rakyat kecil. Untuk itu, sebagai partai politik yang konstitusional,

Gerindra harus bekerja keras untuk mewujudkan Prabowo memimpin

republik ini. Peluang ini terbuka, karena Prabowo adalah termasuk

tokoh yang sangat populer dan diharapkan rakyat.176

Untuk

mewujudkan harapan tersebut, bersama Gerindra dan kader-kader yang

telah terpilih sebagai wakil rakyat di DPR pusat dan DPRD sebagai

ujung tombak partai utuk loyal dengan visi misi gerindra, dan

manivesto partai, yang garis besarnya berusaha memperjuangkan

ekonomi kerakyatan.177

Ia lebih lajut menegaskan bahwa perjuangan Partai Gerindra adalah

untuk membangun masa depan Indonesia yang sejahtera, aman, adil,

dan memberi kepastian masa depan kepada generasi penerusnya.

―Itulah perjuangan Partai Gerindra dan menjadi komitmen dan

tanggungjawab Partai Gerindra,‖ persoalan itu malah terpinggirkan.

―Gerindra lahir dari kesadaran memperbaiki keadaan, karena saat Partai

ini berdiri, kondisi Indonesia belum sesuai seperti yang dikehendaki

bersama. Rakyat belum berdaya membangun ekonominya, terbukti

angka kemiskinan dan pengangguran tetap tinggi.‖ Selain itu, Indonesia

masih terjebak sistem ekonomi neoliberal dan demokrasi liberal yang

anarkis. Pemerintah seperti tak memerintah dan membiarkan praktik

korupsi merajalela. Dana APBN banyak mengalami kebocoran,

inefiensi dan tak tepat sasaran. Karena itu, kita perlu haluan baru dan

pemimpin baru untuk mengembalikan kejayaan Indonesia Raya.

Gerindra sudah punya Delapan Program Aksi untuk mewujudkan

cita­cita itu. ―Semua itu baru bisa terlaksana bila Gerindra menang.

Kita harus melakukan penataan dan konsolidasi organisasi, memastikan

Gerindra hadir hingga ke tingkat Rukun Tetangga. Tak terkecuali desa

terpencil dan daerah terisolir. Kita harus memenangkan hati dan pikiran

rakyat.‖178

176

Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor Bakom-Gerindra, Jl. Limboto

Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013. 177

Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor Bakom-Gerindra, Jl. Limboto

Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013. 178

Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor Bakom-Gerindra, Jl. Limboto

Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013.

Page 171: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

139

Demokrasi mestinya suatu pemerintahan dari rakyat oleh rakyat

dan untuk rakyat. Pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di

dalamnya berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung atau tak

langsung melalui sistem perwakilan. Ada semangat dan konsensus

bahwa setiap orang punya hak yang sama, di depan hukum maupun hak

ekonomi politik. Oligarki adalah pemerintahan yang dikuasai minoritas

kelompok kaya, golongan hartawan. Untuk membedakan demokrasi

dan oligarki, Aristoteles dalam Politics, menyatakan bahwa demokrasi

artinya kekuasaan rakyat jelata yang banyak, sedangkan oligarki adalah

kekuasaan orang kaya yang sedikit. Dalam setiap demokrasi selalu ada

oligarki. Namun jangan sampai kaum oligarki mengambil alih

demokrasi.179

Ia, mengutip Jeffrey Winters, menyampaikan data menarik. Top

500 orang kaya Amerika Serikat memiliki kekayaan 20.000 kali

masyarakat biasa. Di Singapura, rasionya 25.000 kali lebih kaya.

Sementara di Indonesia, 500 orang terkaya 600.000 kali lebih kaya

ketimbang rakyat biasa. Artinya kekayaan hanya terkonsentrasi pada

sedikit orang. Kesenjangan sangat tinggi. Itulah fenomena demokrasi

yang dimakan oligarki. Hal ini sebenarnya bisa dihindari jika kita

kembali pada semangat demokrasi yang sesuai jati diri bangsa.

Demokrasi Indonesia bukan semata soal kebebasan dan hak individu

atau demokrasi politik. Demokrasi politik harus bersamaan dengan

demokrasi ekonomi, yaitu persamaan hak dan kesempatan untuk hidup

layak, sejahtera dan bahagia. Demokrasi kita adalah gabungan

demokrasi ekonomi dan politik, yaitu demokrasi sosial. Demokrasi kita

adalah hidup dalam tolong-menolong, kata Bung Hatta. Nilai itu yang

hilang.180

Namun, menurut tabloid SiaR, Fadli Zon terkenal dengan langkah

‗kutu loncat‘-nya. Ia dulu berhaluan ‗Islam revivalis‘ dengan

bergabung di Partai Bulan-Bintang, namun kini secara drastis

berideologi nasionalis. Namanya melambung berkat kedekatannya

dengan sejumlah elit politik dan militer seperti R Hartono, mantan

KSAD. Fadli Zon juga dekat dengan Titi Hardijanti Rukmana, hingga

dipercaya menjadi konsultan proyek-proyek anak perempuan Soeharto

itu. Fadli Zon pernah menjadi ketua ISAFIS (Indonesian Student

179

Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor Bakom-Gerindra, Jl. Limboto

Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013. 180

Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor Bakom-Gerindra, Jl. Limboto

Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013.

Page 172: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

140

Assosiacion for International Studies), kelompok studi yang didirikan

aktifis HMI, Faizal Motik, adik pengusaha Dewi Motik Pramono dan

Kemala Motik Abdul Gafur. Namun ia akhirnya tersingkir dari

organisasi itu karena gaya politiknya yang manipulatif dan suka "main

atas" dengan berpatron kepada tokoh-tokoh elit politik tak disukai

teman-temannya. Sumber SiaR di ISAFIS menyebutkan, para aktifis

ISAFIS ketika itu, tak menyukai sikapnya yang makin tidak independen

dan makin sombong. Fadli Zon juga terlibat permainan "intel-intelen"

skala kecil dengan menjalin hubungan dengan kalangan ABRI tertentu.

Di sebuah rumah di Jakarta Selatan, pihak intel menyewa sebuah rumah

yang dibuat seperti kantor kecil. Di kantor itu terdapat sejumlah

komputer yang dipasangi peralatan canggih internet, untuk menkounter

setiap isu di internet yang menyerang penguasa. Secara berkala, kata

sumber itu, Fadli Zon datang ke rumah itu dan bertugas membuat

tulisan-tulisan. Dalam hal ini, Fadli Zon memang berguna karena gaya

tulisannya yang cukup runtun dan terkesan akademis dalam

mengcounter isu-isu yang dilontarkan kelompok-kelompok oposisi pro

demokrasi.181

3. Tokoh Intelektual

Tokoh dalam hal ini diwakili oleh sosok intelektual Almarhum

Suhardi. Ia merupakan akademisi pendidikan dan pergerakan yang

mendapat julukan ―Profesor Telo” (ketela), karena ia bertahun-tahun

mengkampanyekan makanan lokal Indonesia. Karena menurut hasil

risetnya, jika dibandingkan beras, maka kadar kalsium telo jauh lebih

tinggi dibandingkan bahan makanan pokok lainnya. Hal tersebut juga ia

lakukan sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pangan pemerintah

untuk menghentikan impor bahan-bahan pokok pangan yang selalu

tidak digubris oleh pemerintah. Ketika masih menjabat sebagai petinggi

di Kementerian Pertanian tahun 1998, Suhardi selalu mengusulkan agar

bangsa kita lebih mengutamakan bahan dasar makanan dari negeri

sendiri ketimbang ekspor. Namun, selalu dimentahkan oleh tekanan

politis yang datang ke departemennya. Semenjak itulah ia selalu giat di

luar kerja resminya untuk mengkampanyekan dan menganjurkan

konsumsi bahan pangan asli produk bangsa Indonesia sendiri. Tidak

hanya sebatas itu, Suhardi-pun memproklamirkan sebuah ikrar untuk

181

SiaR, ―Fadli Zon Dibalik Demo Di Majalah D&R,‖

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1998/02/10/0102.html, diakses Tanggal 12

Desember 2014.

Page 173: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

141

tidak akan memakan gandum dan produk turunannya, hingga

masyarakat Indonesia sejahtera dan tidak tergantum pada gandum.

Kalau diperhatikan gandum (tepung terigu) sudah menjadi bagian yang

tidak terpisahkan dari kehidupan bangsa ini. Padahal gandum sebagai

bahan terigu sama sekali tidak tumbuh di Indonesia, harus diimpor dari

luar negeri.182

Keterlibatannya di dunia politik praktis berawal dari keprihatian

dan keresahannya saat menjadi bagian dari pemerintahan itu sendiri.

Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada ini pernah

menjadi Dekan Fakultas Kehutanan tahun 1999. Pada tahun 2001, dia

ditarik pemerintah menjadi Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan

Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Saat di

Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) maupun di Dewan

Ketahanan Pangan Nasional membuatnya makin memantapkan

langkahnya untuk ikut dalam perjuangan membangun bangsa melalui

politik praktis. Sebelum ikut mendirikan Gerindra, di tahun 2007,

bersama beberapa rekannya, ia menawarkan mendirikan partai politik

baru bernama Partai Petani dan Nelayan kepada Ketua Umum HKTI,

Prabowo Subianto, yang saat itu masih tercatat anggota Partai Golkar,

namun hal tersebut ditolak oleh Prabowo.183

Gagasan mendirikan partai politik Gerakan Indonesia Raya

(Gerindra) baru terbentuk setelah Prabowo gagal menjadi Ketua Umum

Golkar dan Calon Presiden pada konvensi Partai Golkar di tahun 2004.

Baru pada tahun 2008, Gerindra didirikan dan menjadi kendaraan

politik bagi Suhardi dengan menjadi Ketua Umumnya. Ia mengisahkan

bahwa hanya dalam waktu dua minggu menjelang penutupan verifikasi

partai politik peserta pemilu, Gerindra akhirnya lolos sebagai peserta

Pemilu 2009. Niatnya untuk terjun ke dunia politik praktis didasari

bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang kader partai politik yang

bercita-cita mengantarkan Indonesia menjadi negara yang bermartabat,

adil, makmur, berdaulat dan mandiri.184

Ia juga menceritakan bahwa perkembangan Gerindra dari semejak

didirikan sampai tahun 2014 ini berjalan cukup baik. Pada masa

kepemimpina pertama kali, jumlah pengurus pusat hanya 17 orang kini

182

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013. 183

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013. 184

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013.

Page 174: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

142

telah berkembang menjadi ratusan anggota. Ia mengatakan bahwa kalau

dulu jangankan untuk mencari anggota calon legislatif, mencari

pengurus saja susahnya luar biasa. Dulu cari caleg lima orang dapat dua

itu sudah untung, walau masih belum dikatakan berkualitas. Sekarang

pengurus sudah terbentuk hingga level paling bawah sekalipun. Bahkan

untuk di DKI saja, Gerindra butuh tujuh caleg, yang mendaftar 274

orang. Ini sangat berbeda dengan tahun 2009. Kini posisi Gerindra

berbeda, dulu Gerindra tidak punya gubernur, walikota, bupati,

sekarang sudah ada di beberapa daerah. Secara menyeluruh, posisi

Gerindra sangat baik, kalau tidak di peringkat dua mungkin satu,

walaupun seringkali dikecilkan dalam setiap survey oleh partai-partai

besar. Tapi biarlah, yang penting hasil dari kaderisasi kita maksimal

dan betul-betul menciptakan kader militan.185

Menurut pendapatnya, dalam rangka untuk ikut berpartisipasi

membangun negeri melalui jalur partai politik, mau tidak mau partai

Gerindra harus mendapat dukungan dan kepercayaan dari rakyat

dengan mendapatkan wakil rakyat di parlemen sebanyak mungkin.

Sehingga semua kader yang punya kepercayaan diri, keyakinan dan

siap untuk memperjuangkan amanah pemilihnya dengan mendapatkan

kursi, harus berjuang untuk mendapatkan kursi yang memadai agar bisa

mengantarkan capres tanpa koalisi. Selain itu, bersama Gerindra

berupaya untuk mensejahterakan rakyat indonesia melalui 8 Program

Aksi yang kemudian di-improve menjadi 6 Program Aksi. Menurutnya,

melalui 6 program itu, Indonesia diyakinnya akan mejadi makmur dan

bermartabat. Program tersebut memfokuskan bagaimana membangun

ekonomi kerakyatan dengan meningkatkan pendapatan masyarakat,

sehingga bisa hidup lebih baik. Mulai dari pangan mandiri, ekonomi

yang maju, ekonomi kerakyatan dari kekuatan-kekuatan pangan rakyat,

energi, ternak, minyak kemiri, dan sebagainya. Enam Program Aksi

Partai Gerindra demi terwujudnya Indonesia yang makmur dan

bermartabat. Demi mewujudkan misi tersebut, Suhardi melakukan

Sumpah Gandum. Ia berjanji baru akan makan gandum jika bangsa ini

sudah sejahtera, minimal sesejahtera kerajaan Majapahit waktu itu.

Dimana bangsa ini pernah kaya-raya seperti yang dialami Majapahit.

185

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013.

Page 175: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

143

Kalau hal itu terwujud, maka ia baru akan buka puasa makan

gandum.186

Dalam keyakinan politisnya, ia berpendapat bahwa untuk

membangun peradaban bangsa yang minimal sejahtera dibutuhkan pula

pemimpin yan amanah dan berkompentensi. Ia yakin dengan

pendidikan politik yang benar, akan terjadi pembelajaran politik bagi

para pemilih untuk memilih pemimpinnya. Bangsa Indonesia akan

semakin menjadi lebih dewasa dalam berpolitik dan mampu untuk

mendapatkan pemimpin yang berkualitas. Baginya, tugas pemerintah

dan partai politik untuk melakukan pendidikan politik hingga ke

bawah. Menurut pakar kehutanan ini, masyarakat harus sadar akan

pentingnya pendidikan politik dan proses berpikir agar tidak salah

menilai sosok seorang pemimpin yang akan dipilihnya. ‖Kita harus

sadar, tidak boleh memilih pemimpin secara instan. Jangan hanya

karena dijanjikan sesuatu lantas memilih seseorang yang nyatanya tak

bisa berbuat apa-apa. Masyarakat harus betul-betul paham bahwa nasib

bangsa ini berada di tangan mereka dengan cara-cara demokratis.‖187

Ia berpendapat bahwa kondisi politik Indonesia kini tidak lagi

menjunjung tinggi asas-asas demokrasi. Ia mengaju agak sulit

memahami bagaimana bisa suara rakyat begitu mudahnya dibeli dengan

uang. ‖Bayangkan saja jika untuk jadi bupati, perlu dana besar,

sehingga jika terpilih nanti yang dipikirkan bukan bagaimana

menjalankan program kerjanya tapi bagaimana supaya dana yang

dikeluarkan bisa segera kembali.‖ Selain itu, ia juga berharap untuk

mewujudkan ekonomi kerakyatan Gerindra bisa membuat gerakan

dengan lebih luas lagi merangkul petani dan nelayan, sebab

sesungguhnya mereka adalah aset bangsa ini. Lingkungan dan nasib

petani juga nelayan selalu bernasib tidak menguntungkan. Ditambah

nasib sial itu adalah takdir dari stuktur ekonomi yang ada. Untuk

memperbaiki nasib petani dan nelayan harus didahului perubahan

sistem ekonomi. Sistem ekonomi kerap kali ditentukan kekuatan

politik. Intinya, politik adalah panglima, termasuk menentukan nasib

petani dan nelayan.188

186

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013. 187

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013. 188

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013.

Page 176: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

144

Pendapatnya tersebut berdasarkan pengalamannya, baik ketika

menjabat sebagai praktisi pendidikan maupun sebagai pejabat

pertanian. Keyakinan untuk terjun di politik praktis melalui partai

politik ditambah dengan berbagai pengalamannya, baik saat aktif di

HKTI maupun di Dewan Ketahanan Pangan Nasional. Ia

mencontohkan bahwa ketika menjabat sebagai Dirjen pangan di

Kementerian Pertanian, ia memilih kebijakan untuk tidak mengimpor

sembako. Tapi usulannya untuk tidak mengimpor sembako selalu

dimentahkan oleh atasannya. Rupanya, selaku Dirjen pun ternyata sulit

sekali memberikan keputusan. Tetap yang memberi keputusan pejabat

di atasnya yang lebih berwenang dan memiliki kekuatan politis di

parlemen. Ia semakin mayakini bahwa keputusan pejabat itu ternyata

keputusan politik. Dari situlah akhirnya ia berkesimpulan bahwa untuk

memperjuangkan harapannya, semua itu harus melalui perjuangan

politik praktis dengan berjuang mendapatkan simpati rakyat melalui

pemilihan umum.189

Setidaknya, melalui kendaraan Partai Gerindra, ia

berusaha agar bangsa Indonesia mampu mengembalikan dan

menyadarkan kembali seluruh komponen bangsa akan akar

keindonesiaan yang berawal dari masyarakat pedesaan sebagai petani

dan nelayan. Yang pada akhirnya, mereka pun mengetahui partai mana

yang mampu memperjuangkan dan mewujudkan kesejahteraan yang

lebih nyata.

Berdasarkan paparan di atas, menurut Uhlin, masalah yang sering

didiskusikan dan diperdebatkan berkaitan dengan proses demokratisasi

dan masyarakat madani di Indonesia adalah siapa termasuk dan bukan

termasuk aktor-aktor masyarakat Indonesia?190

Penulis sepakat dengan

Janoski191

dan Uhlin dalam menjelaskan aktor pro-demokrasi di

Indonesia. Menurutnya aktor individu penegak demokratisasi dan

masyarakat madani di Indoesia itu di antaranya juga bisa berasal dari

individu. Aktor individu tersebut oleh Uhlin dibagi ke dalam kedua

kategori, yaitu pembangkang elit dan intelektual individual.192

Penulis

menambahkan, satu kategori lagi, yaitu elite intelektual keagamaan.

Hemat penulis, justru proses demokratisasi dan pembentukan

masyarakat madani di Indonesia lebih cenderung dan lebih digalakan

189

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013. 190

Anders Uhlin, Indonesia and the “Third Wave of Democratization:” ....., 47. 191

Thomas Janoski, Citizenship and Civil Society:....., 12. 192

Anders Uhlin, Indonesia and the “Third Wave of Democratization:” ....., 94

dan 99.

Page 177: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

145

dan disyiarkan ke khalayak umum oleh intelektual keagamaan

(religious scholars). Penulis berlandaskan pada pendapat A.H. Johns

dan Azra193

yang secara eksplisit menyatakan bahwa para sufi

pengembara memiliki berperan dalam pembentukan masyarakat yang

Islami di kawasan Nusantara ini. Faktor utama keberhasilan para aktor

masyarakat madani dari sufi dalam membentuk peradaban Islami ala

Indoesia adalah pada kemampuannya menyajikan Islam dalam kemasan

yang atraktif, khususnya dengan menekankan kesesuaian Islam dengan

kepercayaan, praktik keagamaan, dan kebudayaan lokal.194

Mereka

bukan saja sebagai da‘i pembuka dan penyebar babak baru ajaran Islam

di Jawa, tetapi mereka juga pembangun peradaban Islam dengan

menguasai zaman berikutnya yang kemudian dikenal dengan ‗zaman

kewalen‖ (zaman wali).195

Meski dalam tataran aktor masyarakat madani masih dalam taraf

intelektual individual, belum pada level intelektual yang plus ulama,

Gerindra secara personal-personal telah ikut berkiprah. Memakai

kerangka antropologi Cliford Geertz,196

kader-kader Gerindra secara

193

Lihat Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan

Nusantara Abad XVII & XVIII Akar Pembaruan Islam Indonesia, (Jakarta: Kencana,

2005), 29; lihat juga Nicholas Tarling, The Cambridge History of Southeast Asia, V.1:

Part Two - From C.1500 to C.1800, (Cambridge: Cambridge University Press, 1999),

179-181. 194

Lihat Azyumardi Azra, Jaringan Ulama, 32; Lihat juga AH. Johns, ―Aspects

of Sufi Thought in India and Indonesia in the First Half of the 17th

Century,‖ Journal

of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society, Vol. XXVIII, (1955), 70-77; AH.

Johns, ―Malay Sufism as Illustrated in an Anonymous Collection of 17th

Century

Tracts,‖ Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society, Vol. XXX,

(1957), 1-110; AH. Johns, ―Sufism as a Category in Indonesia Literature and

History,‖ Journal of Southeast Asian History, No. 2, Vol. II, (1961), 10-23; AH.

Johns, Gift Addressed to the Spirit of the Prophet, (Canberra: Faculty of Asian

Studies, ANU, 1965); AH. Johns, ―Islam in Southeast Asia: Reflections and New

Directions,‖ jurnal Indonesia, No. 19, (1975), 33-55; V. Tanja, Himpunan Mahasiswa

Islam, (Jakarta: Sinar Harapan, 1982), 21. 195

Teori tasawwuf mengenai kewalian diadaptasi sehingga banyak raja dulu

mengklaim diri sebagai walī dan al-insān al-kamīl. Dengan demikian konsep-konsep

yang diambil dari tasawuf digunakan sebagai pengganti legitimasi pra-Islam yang

menyatakan raja sebagai Siva-Buddha atau bodhisattva. Lihat A.C. Milner, "Islam and

the Muslim State," dalam M.B. Hooker (ed), Islam in South-East Asia (Leiden: Brill,

1983), 23-49, khususnya 39-43; Lihat Martin van Bruinessen, ―Tarekat dan Politik:

Amalan untuk Dunia atau Akhirat,‖ 3-14; Zaini Muchtarom, Santri dan Abangan Jawa,

(Jakarta: INIS, 1997), 20-21. 196

Lihat trikotomi Geertz dalam Clifford Geertz, The Religion of Java (New

York: The Free Press of Glencoe, 1964).

Page 178: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

146

personal terdiri dari santri, priyayi dan abangan. Menurut Bambang

Pranowo197

dan Jamhari,198

pandangan antropologi Geertz yang

mengungkapkan tentang adanya trikotomi-abangan, santri dan priyayi-

di dalam masyarakat Jawa, ternyata telah mempengaruhi banyak orang

dalam melakukan analisis baik tentang hubungan antara agama dan

budaya, ataupun hubungan antara agama dan politik di Indonesia.

Bahkan menurut Bahtiar Effendy,199 teori politik aliran ini, memberikan

arti penting terhadap wacana tentang hubungan antara agama-

khususnya Islam-dan negara. Teori politik aliran dapat digunakan untuk

memberikan penjelasan yang baik mengenai salah satu dasar (basis)

pengelompokkan religio-sosial di Indonesia. Pengelompokkan sosial

tersebut mempengaruhi pola interaksi politik yang lebih luas di

Indonesia.

Lebih jauh, Nurcholish Madjid 200 mengungkapkan bahwa

pendekatan antropologis sangat penting untuk memahami agama Islam,

karena konsep manusia sebagai 'khalīfah' (wakil Tuhan) di bumi,

misalnya, merupakan simbol akan pentingnya posisi manusia dalam

Islam. Selanjutnya Cak Nur menegaskan bahwa muara dari prinsip-

prinsip kekhalifahan manusia adalah untuk reformasi kehidupan di

muka bumi ini. Untuk pengertian ―reformasi‖ itu, al-Qur‘an

menggunakan kata-kata iṣlāh, yang berakar sama dengan kata ṣalīh dan

maṣlaḥah. Semuanya mengacu kepada makna baik, kebaikan dan

perbaikan.201

Paham tentang reformasi bumi (إصالح األرض) menurut

197

Bambang Pranowo, Memahami Islam Jawa (Tangerang: Pustaka Alvabet,

2009); Bambang Pranowo, Islam Faktual: Antara Tradisi dan Relasi Kuasa

(Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1999). 198

Jamhari Ma‘ruf, ―Pendekatan Antropologi dalam Kajian Islam,‖

http://www.ditpertais.net/artikel/jamhari01.asp, diakses tanggal 23 Juni 2014. 199

Bahtiar Effendy, Islam dan Negara: Transformasi Gagasan dan Praktik

Politik Islam di Indonesia, Edisi Digital (Jakarta: Democracy Project Yayasan Abad

Demokrasi, 2011). 200

Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Paramadina,

2000), 22. 201

Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi (Jakarta:

Paramadina, 1999), 219-221; Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin, dan Peradaban;

Sebuah Tela‟ah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan

(Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), 252; Nurcholish Madjid, Islam

Universal (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 207-208. Lihat juga Abū ‘Abdillah

Muḥammad ibn ‘Umar ibn al-Ḥasan ibn al-Ḥusayn al-Taymī al-Rāzī, Mafītiḥ al-Ghaib, Vol 2 ( Beirut : Dār Iḥyā’ al-Turāth al-‘Arabī, 1420 H), 388-389; Abū al-Fidā’

Ismā’il ibn ‘Umar ibn Kathīr al-Qurshī al-Baṣary al-Damshiqī, Tafsīr al-Qur’ān al-Aẓīm, Vol 1 ( t.p: Dār Ṭaybah lī al-Nashr wa al-Tauzī’, 1999), 216.

Page 179: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

147

Nurcholish Madjid bisa disandarkan pada firman Allah dalam surat al-

A‘raf, ayat 56:

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah

(Allah) memperbaikinya dan berdo‟alah kepada-Nya dengan rasa takut

(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya

rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS.

Al-A‘raf/7: 56).

Menurut Cak Nur Larangan membuat kerusakan di bumi tersebut

setelah terjadi reformasi atau perbaikan oleh manusia, baik secara

personal, kelompok maupun seluruhnya. Hal ini berkaitan dengan tugas

reformasi aktif manusia untuk berusaha menciptakan sesuatu yang

baru, yang baik (ṣalīḥ) dan membawa kebaikan (mashlahah) untuk

manusia. Tugas kedua ini lebih dari tugas yang pertama, memerlukan

pengertian yang tepat tentang hukum-hukum Allah yang menguasai

alam ciptaan-Nya, diteruskan dengan kegiatan bertindak sesuai dengan

hukum-hukum itu melalui ―ilmu cara‖ atau teknologi. Lebih daripada

tugas pertama, pemanfaatan alam harus dilakukan dengan daya cipta

yang tinggi dan dengan memperhatikan prinsip-prinsip

keseimbangan.202

Menurut Nurcholish Madjid usaha keras ini hanya

dapat dicapai apabila tiap individu mempunyai tingkat kepercayaan diri

yang tinggi untuk membiarkan gagasan-gagasan apapun, betapapun

tidak konvensionalnya gagasan itu, untuk dikemukakan dan

dikomunikasikan secara bebas. Lebih penting lagi, Islam memandang

manusia secara alamiah berorientasi kepada kebenaran (ḥanīf), maka

tiap warga negara harus bersikap terbuka. Selanjutnya, mereka juga

harus bersedia menerima dan menyerap gagasan-gagasan apapun tanpa

menghiraukan asal-usulnya, asal saja gagasan itu secara objektif

menyampaikan kebenaran.203

202

Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi, 250-251. 203

Nurcholish Madjid. ―Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam dan Integrasi

Umat Islam,” dalam Nurcholis Madjid et.al., Pembaharuan Pemikiran Islam (Jakarta:

Islamic Research Centre, 1970), 4-9.

Page 180: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

148

Aktor masyarakat madani secara gradual yang berbasis dari

individual sampai bangsa tercantum dalam dalam al-Qur‘an QS. Al-

Hujurat:13, yaitu: “Yā ayyuhā al-nās innā khalaqnākum min dzakarin

wa untsā.....lī al-ta‟ārafū...., wahai manusia, sesungguhnya Kami

menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.......

supaya saling mengenal.‖ Menurut mufassir al-Khazin dan al-Nasafi,

kata dzakar wa untsā diartika seorang laki-laki dan seorang pria.204

Sedangkan oleh al-Qasimi dan al-Andalusi kedua kata tersebut

dimaknai dengan pengertian sperma laki-laki dan ovum perempuan.205

al-Razi merangkumkan bahwa secara individual, dari segi bahan

dasarnya (asal-usul), dzakar dan untsā semua berasal dari orangtua

yang sama, yakni Adam dan Hawa. Dari segi penciptaannya, semua

diciptakan oleh Zat yang sama, yaitu Allah Swt. Jadi, perbedaan

kualitas di antara dzakar dan untsā bukan karena faktor sebelum

kejadiannya, namun karena faktor-faktor lain yang diperoleh atau

dihasilkan setelah kejadian dzakar dan untsā tersebut. Hal yang paling

mulia dari perjuangan dzakar dan untsā adalah ketakwaan dan

kedekatan mereka kepada Allah Swt.206

Ayat tersebut juga

menegaskan, dijadikannya dzakar dan untsā adalah untuk saling

mengenal satu sama lain (li al-ta'ārafū). Di samping itu, menurut

penjelasan al-Jazairi, ta‟āruf juga berguna untuk saling bantu. Dengan

saling bantu antar individu, suatu bangunan masyarakat yang baik atau

masyarakat madani dan bahagia dapat diwujudkan.207

204

Al-Khazin, Lubāb al-Ta'wīl fī Ma'ānī al-Tanzīl, Juz IV (Beirut: Dār al-Kutub

al-Ilmiyyah, 1995), 183; al-Nasafi, Madārik al-Tanzīl wa Haqāiq al-Ta'wīl, Juz II

(Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995), 587. Menurut beberapa mufassir, dzakar wa

untsā maksudnya adalah Adam dan Hawa dan seluruh manusia yang berpangkal pada

bapak dan ibu yang sama. Lihat Ibn Katsir, Tafsīr al-Qur‟ān al-Ażīm, Juz IV (Beirut:

Dār al-Fikr, 2000), 170; al-Qurṭubi, al-Jāmi' lī Ahkām al-Qur‟ān, Juz IV (Beirut: Dār

al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993), 223; Said Hawa, al-Asās fī Tafsīr, Juz IX (Qahira: Dār

al-Salam, 1999), 5417; Abū Alī al-Fadhl, Majma' al-Bayān fī Tafsīr al-Qur‟ān, Juz IV

(Beirut: Dār al-Ma'rifah, tt.), 206; Wahbah al-Zuhayli, al-Tafsīr al-Munīr fī al-Aqīdah

wa al-Sharī'ah wa al-Manhaj, Juz XXV (Beirut: Dār al-Fikr, 1991), 259; al-Alusi,

Rūh al-Ma'ānā, Juz XIII (Beirut: Dār al-Fikr, 1990), 312. 205

Al-Qasimi, Mahāsin al-Ta'wīl , Juz II (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah,

1997), 538; ‗Abd al-Ḥaq al-Andalusi, al-Muharrar al-Wajīz fī Tafsīr al-Kitāb al-

‘ Azīz, Juz V (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993), 153. 206

Fakhruddīn al-Razi, al-Tafsīr al-Kabīr aw Mafātīh al-Ghayb, Juz XIV (Beirut:

Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1990), 118. 207

Abu Bakr al-Jazairi, Aysar al-Tafāsīr lī Kalām al-„Alī al-Kabīr, juz V (tp.,:

Nahr al-Khair, 1993), 131.

Page 181: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

149

Gerindra secara terbuka menyeleksi kader-kadernya, baik dari

kalangan dzakar dan untsā, untuk menjalankan fungsi partai politik

sebagai rekrutmen politik. Partai politik merupakan kendaraan resmi

yang sah secara hukum untuk menyeleksi dan mendudukkan kader-

kader dalam perjuangan menyampaikan kebenaran bagi negerinya

lewat lembaga legislatif maupun eksekutif.208

Pada tahun 2008, saat

Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) berdiri, gerakan politik

praktis ini masih dipandang sebelah mata dan sulitnya mencari orang

yang bersedia menjadi pengurus, terlebih lagi menjaring anggota.

Namun hingga tahun 2014 ini kepercayaan rakyat kepada Gerindra

mulai terbangun. Kader-kader khalifah yang telah dijaring untuk

memperjuangkan visi-misi Gerindra-pun telah terbentuk. Saat partai ini

membuka pendaftaran calon anggota legislatif tahun 2014, peluang

menjadi anggota legislatif tak hanya diberikan kepada pengurus partai,

tapi juga untuk umum. Peminatnya, baik dari kalangan internal maupun

dari kalangan luar cukup banyak. Sejak dibuka pertengahan Januari

hingga akhir Februari 2013, tercatat sedikitnya 2780 orang mendaftar

sebagai bakal calon anggota legislatif tingkat pusat untuk menjadi

anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI).

Mereka berasal dari berbagai latar belakang strata sosial, profesi, dan

aktivitasnya.209

Menurut Ketua Umum DPP Partai Gerindra Suhardi, besarnya

animo masyarakat pada Gerindra, menandakan adanya kepercayaan dan

dukungan terhadap perjuangan Gerindra untuk melakukan perubahan di

negeri ini. Para bakal calon yang datang ke Gerindra pun beraneka

beragam, selain kader sendiri ada juga yang datang dari politisi parpol

lain, baik yang senior maupun yang junior. Ada pula pengusaha,

penggiat ormas, LSM hingga ibu rumah tangga. Gerindra melaksaakan

hal tersebut untuk mendapatkan anggota-anggota DPR yang benar-

benar bisa mewakili aspirasi rakyat. Diharapkan, kader-kader yang

terpilih sebagai calon anggota-anggota DPR tersebut tidak suka

208

Ivan Doherty ―Democracy Out of Balance: Civil Society Can‘t Replace

Political Parties,‖ dalam Policy Review, April dan Mei (2001), 25; lihat pula Jimly

Asshiddiqie, ―Dinamika Partai Politik dan Demokrasi,‖

http://jimly.com/pemikiran/makalah?page=7> pada 15 Desember 2013, diakses

tanggal 23 Januari 2014. 209

Gerindra, ―Partai Geridra Selalu Bersama Rakyat,‖ dalam Gema Idonesia

Raya, edisi I/Tahun 1/April (2011), 7.

Page 182: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

150

membuang uang rakyat dengan menyetujui proyek-proyek yang tidak

jelas, apalagi jalan-jalan dengan kedok studi banding ke luar negeri.210

Untuk mengawal hal tersebut, Gerindra mengingatkan bahwa para

kader yang mencalonkan diri ternyata pernah atau ingin korupsi,

terjerat kasus narkoba, dan tidak setia kepada cita-cita para pendiri

bangsa, dapat dipastikan tidak akan bisa masuk daftar 560 calon

anggota DPR RI mewakili Gerindra. Target Gerindra adalah

mendapatkan dan mengusung 560 putera puteri kader terbaiknya untuk

maju dan memenangkan amanah suara rakyat pada Pemilihan Legislatif

tahun 2014 ini. Juga diharapkan para kader putera puteri terbaik

Gerindra tersebut dapat duduk sebagai wakil rakyat yang setia

membela, bukan merampok hak-hak rakyat yang memilihnya.211

Sebagai sarana seleksi, serangkaian tes tulis dan wawancara dilakukan

untuk mendalami pemahaman dan komitmen para bakal calon anggota

DPR Gerindra terhadap ideologi negara Pancasila dan UUD 45. Juga

motivasi dan niat menjadi anggota DPR, pemahaman terhadap

Gerindra, apa dan bagaimana strategi pemenangannya di dapil terpilih.

Suhardi menuturkan, proses seleksi terhadap 2780 bakal calon

menjadi 560 pada tahun 2014 bukanlah hal mudah bagi Gerindra.

Namun yang jelas, Partai Gerindra sangat mempertimbang idealisme,

rekam jejak dan kualitas orang per orang. Pasalnya, faktor itu dianggap

sangat penting bagi Gerindra dalam menyaring para bakal calon yang

akan bersaing memperebutkan kursi di Senayan. Bagi Suhardi selaku

nahkoda Gerindra: ―Siapapun dia, apapun latar belakang sosial dan

profesinya kelak ketika terpilih harus bisa berbuat banyak dan menjadi

contoh di DPR dan DPRD. Karena, rakyat sekarang semakin

merindukan wakil-wakilnya yang berkualitas dan idealismenya

terjamin.‖ Gerindra sangat terbuka untuk menerima kader dari putra

putri terbaik di negeri ini. Momentum perubahan yang ada di tahun

politik harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengajak orang

yang berniat baik menjadi calon anggota legislatif agar bisa membuat

perubahan. Karena lewat politik bisa memperbaiki keadaan, jika diisi

oleh orang baik. Kalau orang baik tidak mau ikut terjun ke politik,

maka yang ada dunia politik akan dikuasai orang-orang berniat jahat.212

210

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013. 211

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013; Gerindra, ―Partai Geridra Selalu Bersama Rakyat,‖ 7. 212

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013.

Page 183: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

151

Prabowo selaku Ketua Dewan Pembia Gerindra lebih tegas

menandaskan bahwa jiwa para kader Gerindra yang akan duduk

memperjuangkan suara rakyat harus tertanam karakter jangan mau

disogok dan terus berjuang untuk rakyat. Lebih baik hancur bersama

rakyat, dari pada makmur tapi meninggalkan rakyat.213

Gerindra mengingatkan seluruh kader dan partisan Gerindra akan

tujuan partai. Gerindra berdiri dengan tujuan membela kepentingan

rakyat dan menjaga tetap utuhnya Negara Kesatuan republik Indonesia,

serta menegakkan keadilan dan kebenaran. Kepada seluruh kader

Gerindra yang akan, sedang, dan telah duduk di legislatif, mulai dari

pusat hingga daerah, diwajibkan agar memperjuangkan cita-cita partai.

Gerindra bukan tempat bagi politisi hina. Mereka yang mau menerima

amplop atau mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan

rakyat, menurut Prabowo, tidak layak berada dalam perahu Gerindra.

Prabowo memperingatkan, seluruh politisi Gerindra tidak

diperkenankan mencari kekayaan pribadi. Keinginan memperkaya diri

sendiri bertentangan dengan nafas dan gerakan Gerindra. Prabowo

ingin partai baru yang bernama Gerindra menjadi menjadi partai

pengkaderan pemimpin bangsa yang baik dan bersih, membela

kepentngan rakyat, serta mengubah dan memperbaiki nasib rakyat.

Kader yang tidak lupa pada siapa yang mengantarkannya untuk duduk

di Lembaga Dewan Perakilan Rakyat (DPR/D) dengan memberi

mandat kepada yang dipercaya melalui Gerindra. Oleh karenanya, para

kader harus bekerja keras atas nama Gerindra, untuk terus berjuang

menyuarakan suara rakyat dan jangan mau disogok.214

Hal tersebut merupakan salah satu bentuk kepedulian partai terhadap

kesulitan hidup rakyat. Karena saat ini, masih banyak rakyat Indonesia

yang hidup di bawah garis kemiskinan. Harga kebutuhan pokok terus

mengalami kenaikan, dan pengangguran mudah ditemukan di mana-

mana. Selama perjalanan perjuangan politik praktis, Gerindra banyak

menghadapi tantangan dan kenangan, pengalaman serta pelajaran.

Karena itu, seluruh kader dan simpatisan Gerindra harus bisa memetik

pelajaran dari perjalanan tersebut. Sekaligus melakukan introspeksi,

untuk memperbaiki langkah dan strategi perjuangan partai. Itu

diperlukan agar kader-kader Gerindra lebih kuat dalam

memperjuangkan kepentingan rakyat.215

213

Gerindra, ―Partai Geridra Selalu Bersama Rakyat,‖ 7. 214

Gerindra, ―Partai Geridra Selalu Bersama Rakyat,‖ 7. 215

Gerindra, ―Partai Geridra Selalu Bersama Rakyat,‖ 7; Wawancara dengan

Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal 13-06-2013.

Page 184: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

152

Senada dengan itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon

mengatakan Partai Gerindra sangat terbuka bagi siapa saja yang berniat

baik untuk berjuang mewujudkan perubahan di Indonesia. Namun

demikian, ada beberapa kriteria yang harus dipunyai para bakal calon

anggota dewan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 2012

tentang Pemilu. Fadli menjelaskan bahwa ―Nantinya bakal calon yang

lolos selain harus memahami AD/ART Partai Gerindra, patuh kepada

semua aturan dan ketetapan Gerindra serta akan menjalani pendidikan

dan latihan yang disiapkan Gerindra.‖ Masih menurut Fadli, untuk bisa

mendapatkan tiket ke Senayan situasi dan kondisinya berbeda dengan

Pemilu 2009 lalu. Karena, jumlah partai politik peserta Pemilu 2014

berkurang. Bila pada Pemilu 2009 jumlah peserta pemilu sebanyak 38

parpol, kali ini hanya 12 saja. Otomatis ribuan politisi dari pusat hingga

daerah berebut agar bisa masuk ke 12 parpol tersebut. Tak hanya

berasal dari kader-kader parpol yang tidak lolos menjadi peserta pemilu

masuk ke parpol lain, tapi para pendatang baru di panggung politik pun

akan menjajal kemampuannya.216

Suhardi menambahkan bahwa partai yang didirikannya ini

mewadahi pemuda dan pemudi bangsa untuk memberikan perubahan

melalui jalur politik. Karena politik adalah upaya memperbaiki

kehidupan suatu masyarakat. Jadi, kalau ingin memperbaiki kehidupan

rakyat, kehidupan sekitar, keluarga, mau tidak mau setiap pribadi harus

berpolitik. Berpolitik itu berarti harus berpihak, harus memilih, harus

berjuang. Kehadiran Gerindra di kancah perpolitikan Indonesia harus

menjadi kekuatan politik yang memimpin para kadernya melakukan

transformasi bangsa ke arah yang lebih sejahtera. Gerindra hadir untuk

berjuang menjadi pelopor pembaharuan bangsa. Gerindra didirikan

untuk berjuang mengamankan dan menyelamatkan sumber-sumber

ekonomi dan kekayaan bangsa Indonesia, sehingga kekayaan ini bisa

dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, tidak hanya oleh segelintir

orang saja.217

Jangan harap Indonesia bisa sejahtera, jika bukan

warganya sendiri yang menyelamatkan kekayaan dan mewujudkan

Indonesia yang kita cita-citakan. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Kalau bukan kita, siapa lagi?

216

Wawancara dengan Fadli Zon, di Kantor Bakom-Gerindra, Jl. Limboto

Bendungan Hilir, tanggal 5-9-2013. 217

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013.

Page 185: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

153

B. Proses Berdirinya Gerindra

Pusat dari partai politik Gerindra berada pada diri individu

Prabowo Subianto. Dalam berbagai kapasitasnya, sosok inilah yang

menjadi lokus utama yang menarik orang-orang untuk bergabung

dengan berbagai aktivitasnya, termasuk mendirikan partai politik

Gerindra. Sebelum menjadi Ketua Dewan Penasihat partai politik

Gerindra, Prabowo telah tercatat sebagai kader dan salah satu anggota

Dewan Penasihat Partai Golongan Karya (Golkar). Prabowo juga

pernah ikut konvensi Golkar untuk mendapatkan figur yang diajukan

dalam Pilpres 2004 meski akhirnya kalah dengan Wiranto.218

Prabowo

mengundurkan diri dari Golkar setelah menghadap Ketua Umum

Golkar waktu itu, Jusuf Kalla, pada tanggal 12 Juli 2008. Alasannya, ia

merasa kurang maksimal berkiprah, menyumbangkan pikiran, dan

tenaga jika tetap berada di Golkar. Prabowo juga merasakan, sebagai

anggota Dewan Pertimbangan Partai Golkar tidak bisa membawa pesan

dan memperjuangkan pesan kaum tani sementara Prabowo saat itu juga

menjabat sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia

(HKTI)219

yang tentu mengemban tugas memperjuangkan kaum tani.

Dalam Musyawarah Nasional (Munas) VI HKTI dan Kongres V

Petani 5 Desember 2004 di Jakarta, Prabowo terpilih menjadi Ketua

Umum HKTI periode 2004-2009 menggantikan Siswono Yudo Husodo

dengan memperoleh 309 suara, mengalahkan Sekjen HKTI Agusdin

218

Pada waktu Konvensi dibuka pada 2003 beberapa nama yang disebut antara

lain, cendekiawan muslim Nurcholish Madjid, Menteri Koordinator Kesejahteraan

Rakyat Jusuf Kalla, Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Susilo

Bambang Yudhoyono, mantan Panglima ABRI Jenderal TNI Purnawirawan Wiranto,

mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Letnan Jenderal TNI

Purn. Prabowo Subianto, pengusaha plus tokoh pers nasional Surya Paloh, serta

Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono X dan Menteri Perhubungan

Agum Gumelar. Denny J. A., Jejak-jejak Pemilu 2004: Talkshow Denny J.A. dalam

Dialog Aktual Radio Delta FM, (Yogyakarta: LkiS, 2006), 85, 156. 219

HKTI didirikan pada 27 April 1973 di Jakarta. Organisasi ini sebenarnya

merupakan subordinat rezim Orde Baru dalam mengonsolidasikan kekuatan sosial

petani untuk kepentingan politik Golkar dalam menghadapi pemilu. Di masa era Orde

Baru, HKTI merupakan organisasi yang sangat prestise karena mengklaim memiliki

jutaan anggota petani yang notabene profesi terbesar di Indonesia. Namun melihat

sejarah pendiriannya yang diinisiasi oleh penguasa, sesungguhnya HKTI tidak

didirikan oleh kesadaran petani melainkan didasari kepentingan penguasa. Dalam

konteks seperti itu, tidaklah heran jika saat ini HKTI menjadi incaran politisi dan

pengusaha. Lihat Tania Murray Li, Proses Transformasi Daerah Pedalaman Di

Indonesia (terj.) Sumitro dan SN. Kartikasari (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2002), 326.

Page 186: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

154

Pulungan, yang hanya meraih 15 suara dan satu abstein dari total

325.220

Kiprah Prabowo di HKTI beserta jajaran pengurusnya inilah

yang mendasari pembentukan Gerindra. Bersama Suhardi dan Fadli

Zon untuk kemudian mendeklarasikan Partai Gerindra. HKTI oleh para

pendukung Prabowo dijadikan sebagai tempat untuk merumuskan dan

memuluskan langkah ketua umumnya saat itu.

Suhardi selain sebagai akademisi yang mengajar di Universitas

Gadjah Mada, ia pernah menjabat sebagai Ketua DPD HKTI

Jogjakarta. Bersamaan dengan itu, ia juga menjabat sebagai staf ahli

Dewan Ketahanan Pangan Nasional Kementrian Pertanian pada 2002-

2008. Bersama beberapa rekan di HKTI mendirikan Partai

Kemakmuran Tani dan Nelayan (2003),221

dan menjabat sebagai Wakil

Ketua Umum. Saat Prabowo menjabat sebagai Ketua HKTI periode

2004-2009, tahun 2004 Partai Kemakmuran Tani dan Nelayan pernah

di ajukan oleh Suhardi untuk dipimpin oleh Prabowo. Namun pinangan

itu ditolak oleh Prabowo karena ia masih duduk sebagai salah satu

anggota Dewan Penasihat Partai Golkar.222

Suhardi juga bersama

rekan-rekan di HKTI, dua tahun sebelum Gerindra dideklarasikan

(2006) pernah berinisiatif mendirikan partai politik dengan nama Partai

Indonesia Raya. Partai ini dalam rencananya dipersiapkan bagi

kendaraan politik Prabowo menuju RI-1.223

Partai ini-pun siap menjadi

thing-thank Partai Golkar, andai ketika itu Prabowo terpilih sebagai

calon presiden tahun 2009 dari Partai Golkar. Namun ketokohan Jusuf

Kalla menghambat niatan tersebut. Golkar resmi mengusung politisi

asal Makassar tersebut sebagai calon presidennya.

Situs, buku, pernyataan-pernyataan dan keterangan resmi partai

Gerindra yang menyebut Prabowo sebagai salah satu pendiri Gerindra.

Selain itu perencanaan nama partai juga melibatkan Prabowo saat

dilaksanakan Sea Games 2007, di Bangkok bulan Desember 2007.

Bahkan, disebutkan pula bahwa penggunaan kepala burung garuda

220

Tempointeraktif (3 Desember 2004), ―Prabowo Ikut Bursa Calon Ketua

HKTI,‖ Tempointeraktif, diakses tanggal 10 Mei 201. 221

Ketua Umum PKTN adalah Muhammad Djaya; Sekretaris Jendral, Saidi Butar

Butar. Partai ini ikut pada pendaftaran parpol peserta pemilu tahun 1999, namun tidak

lolos verifikasi KPU. Pengesahan parpol ini melalui SK. Menkeh. NO. M.UM.06.08 ?

124 Tgl. 20 Pebruari 1999, No. Berita Negara: 22 Tanggal: 16 Maret 1999, dan

beralamat di Jl. Raya Kodam Jaya No. 5 Sumur Batu - Jakarta 10640. 222

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013. 223

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013.

Page 187: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

155

sebagai lambang Gerindra adalah gagasan Prabowo yang semula akan

menggunakan lambang garuda penuh. Dengan demikian, Prabowo jelas

terlibat dalam pembentukan Gerindra sejak awal.224

Saat resmi mengundurkan diri dari Golkar, Prabowo menampik

tudingan bahwa ia keluar dari Golkar karena ingin mencalonkan diri

sebagai Presiden. Di saat yang sama Prabowo juga menyatakan belum

secara resmi menjadi bagian dari Gerindra. Ia mengaku masih

berunding dengan tokoh-tokoh Gerindra.225

Secara organisatoris, hal itu

memang benar adanya, saat itu Prabowo tidak tercatat dalam struktur

kepengurusan Gerindra karena ia masih menjabat kader Golkar. Namun

secara ikatan emosional, menurut Suhardi, Gerindra tak mungkin

dideklarasikan tanpa sosok dan ketokohan Prabowo. Prabowo-pun

sering menghadiri rapat-rapat organisasi Gerindra. Dalam aktivitas

Gerindra, Prabowo saat itu merupakan sosok utama yang bermain di

belakang layar.226

Bahkan, segala kegiatan dan aktivitas Gerindra

ketika itu harus berunding dulu dengan Prabowo.

Karena saat itu belum resmi Prabowo mengunduran diri dari Golkar

maka dirinya belum secara resmi pula menjadi bagian dari Gerindra.

Oleh karenanya wajar ketika itu, Suhardi, Ketua Umum Gerindra, saat

menyerahkan berkas kelengkapan Gerindra untuk diverifikasi

Departemen Hukum dan HAM (Depkumham) sebagai peserta pemilu

tahun 2009, Rabu tanggal 27-2-2008, menyatakan bahwa Gerindra

tidak ada kaitan dengan siapapun. Tidak juga dengan Prabowo, yang

saat itu bukan deklarator, bukan pengurus, dan juga bukan anggota

partai Gerindra. Prabowo-pun, bukan juga sebagai penyandang dana

kegiatan Gerindra.227

Hal tersebut tidak bertentangan dengan fakta yang

ada, karena sebelum mantan Komandan Kopassus itu resmi menjadi

bagian dari Gerindra, selain dari iuran anggota, dana terbesar berasal

dari Hasyim Djoyohadikusumo, adik kandung Prabowo.

224

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013. 225

lihathttp://entertainment.kompas.com/read/2008/07/14/1156520/Prabowo.Saya

.Keluar.dari.Golkar, diakses tanggal 10 Mei 2014. 226

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal

13-06-2013. 227

http://entertainment.kompas.com/read/2008/02/27/22032610/Gerindra.Kendara

an.Politik.Prabowo;http://www.jawaban.com/index.php/news/detail/id/91/news/08071

4140844/limit/0/Prabowo-Keluar-Dari-Golkar-Dipinang-Gerindra, diakses tanggal 10

April 2014. Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan

tanggal 13-06-2013.

Page 188: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

156

Secara resmi Prabowo baru bergabung ke Partai Gerindra pada 12

Juli 2008. Partai ini didirikan pada 6 Februari 2008 serta tercatat di

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) pada 3 April

2008. Sebagai partai politik yang baru melakukan ‖debut‖-nya, Partai

Gerakan Indonesia Raya atau Gerindra menjadi salah satu yang

diperhitungkan kemunculannya. Parpol ini mengantongi modal

dukungan yang kuat dari dua organisasi kemasyarakatan berbasis massa

besar, seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia atau HKTI dan

Kontak Tani Nelayan Andalan atau KTNA.

Setalah Prabowo merasa kiprah politiknya di Golkar tidak bisa

menduduki posisi sebagai Ketua Umum, wacana pendirian partai pun

kemudian diwacanakan di lingkaran orang-orang Hashim dan Prabowo

yang selama ini berorganisasi di HKTI. Tidak semua setuju pendukung

prabowo sepakat dengan pendirian partai baru. Pendukung Prabowo

yang menolak pendirian partai beralasan bila ingin ikut terlibat dalam

proses politik sebaiknya ikut saja pada kendaraan partai politik yang

sudah ada. Saat itu Prabowo adalah anggota Dewan Penasihat Partai

Golkar, sehingga bisa mencalonkan diri maju menjadi ketua umum.

Sedangkan kubu pendukung pendirian partai politik baru, berpendapat

tak mungkin bagi Jusuf Kalla memberikan jabatan Ketua Umum

Golkar kepada Prabowo.228

Setelah perdebatan cukup panjang dan alot, akhirnya disepakati

perlu ada partai baru yang bisa menjadi kendaraan bagi Prabowo untuk

menjadi presiden dan mimpin bangsa Ini. Dengan catatan, Partai itu

harus memiliki manifesto perjuangan demi kesejahteraan rakyat. Untuk

mematangkan konsep partai, pada Desember 2007, di sebuah rumah,

yang menjadi markas IPS (Institute for Policy Studies) di Bendungan

Hilir, berkumpulah sejumlah nama. Selain Fadli Zon, hadir pula Ahmad

Muzani, M. Asrian Mirza, Amran Nasution, Halida Hatta, Tanya Alwi

dan Haris Bobihoe. Mereka membicarakan anggaran dasar dan

anggaran rumah tangga (AD/ART) partai yang akan dibentuk.

Pembentukan partai-pun terus dilakukan secara maraton. Hingga

akhirnya, nama Gerindra muncul, diciptakan oleh Hashim

228

http://partaigerindra.or.id/sejarah-partai-gerindra, diakses tanggal 2 Mei 2014;

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal 13-06-

2013.

Page 189: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

157

Djojohadikusumo, Sedangkan lambang kepala burung garuda digagas

oleh Prabowo Subianto.229

Pembentukan Partai Gerindra terbilang mendesak. Sebab

dideklarasikan berdekatan dengan waktu pendaftaran dan masa

kampanye pemilihan umum, yakni pada 6 Februari 2008. Dalam

deklarasi itu, termaktub visi, misi dan manifesto perjuangan partai,

yakni terwujudnya tatanan masyarakat indonesia yang merdeka,

berdaulat, bersatu, demokratis, adil dan makmur serta beradab dan

berketuhanan yang berlandaskan Pancasila sebagaimana termaktub

dalam pembukaan UUD NKRI tahun 1945. Partai Gerindra terpanggil

untuk memberikan pengabdiannya bagi bangsa dan negara dan bertekad

memperjuangkan kemakmuran dan keadilan di segala bidang.

C. Gerindra Memasuki Wilayah Politik Praktis

Partai Gerindra bersama tigahpuluh delapan parpol lain ikut pada

pertarungan Pemilu 2009. Ia lolos dari Parliamentary Threshold (PT)

atau ambang batas perolehan suara sebanyak 2,5 persen dari jumlah

suara sah secara nasional pada Pemilu 2009. Pada pemilu itu, Gerinda

berada pada posisi ketujuh dengan perolehan suara 4.646.406 suara

(4,46 persen) dan mendapatkan 26 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia. Gerindra mengusung Prabowo Subianto selaku

Ketua Dewan Pembina sebagai calon presiden. Namun karena UU

Pilpres-Wapres menetapkan aturan bahwa pasangan calon presiden dan

wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik

yang memenuhi 20% kursi di DPR atau 25% suara sah nasional pada

pemilu DPR, maka pada pemilu itu Gerindra berkoalisi dengan PDI-

P.230

Gerindra harus rela menempatkan Prabowo sebagai wakil presiden

mendampingi Megawati pada pemilihan presiden saat itu. Meski

akhirnya kalah oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf

Kalla yang diusung oleh Partai Demokrat.

Pada Pemilu tahun 2014, Berdasarkan perolehan suara parpol

tingkat nasional yang telah ditetapkan KPU pada Jumat, 9 Mei 2014,

Partai Gerindra menjadi peserta pemilu tahun 2014, dengan perolehan

229

http://partaigerindra.or.id/sejarah-partai-gerindra, diakses tanggal 2 Mei 2014;

Wawancara dengan Suhardi di Kantor Pusat DPP Gerindra, Ragunan tanggal 13-06-

2013. 230

Saiful Mujani and R. William Liddle, ―Personalities, parties, and voters,‖

dalam Journal of Democracy, Volume 21, Number 2 April (2010), 36-38. Lihat juga

Lampiran Keputusan KPU Nomor 05/Kpts/KPU/ Tahun 2013 dan Lampiran Berita

Acara Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik KPU Nomor: 5/BA/I/2013.

Page 190: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

158

suara terbanyak ketiga, setelah PDI-P dan Golkar. Gerindra meraup

suara 14.760.371 suara atau 11.81 persen suara nasional. Gerindra

unggul di empat daerah pemilihan, yakni di Dapil Aceh II, Sumut II,

Sumbar II, dan Banten II. Dari data KPU, Partai Gerindra mendapatkan

73 kursi DPR. Sampai saat penelitian ini ditulis, karena tidak

memenuhi ambang batas pencalon presiden, Gerindra telah resmi

bermitra dengan PKS dan PPP, sepakat mencalonkan Prabowo

Subianto sebagai calon presiden dalam Pemilihan Umum Presiden dan

Wakil Presiden 2014 ini.

Partai Gerindra tampil ke pentas politik praktis dengan menawarkan

jalan keluar atas persoalan yang terus dihadapi bangsa ini, seperti

korupsi, kolusi, nepotisme, kemiskinan, kekurangan pangan, krisis

energi, korupsi, dan banyak lagi. Dalam hal ini, Gerindra ingin tampil

sebagai pejuang ekonomi kerakyatan yang berbasis pada Pasal 33 UUD

1945 sebelum amandemen. Tujuannya adalah membangun kemandirian

bangsa, baik terkait masalah ketahanan pangan atau energi. Visi partai

Gerindra untuk menjadi partai politik yang mampu memberikan

kesejahteraan pada rakyat, keadilan sosial, dan tatanan politik negara

yang berlandaskan nilai-nilai nasionalisme dan religiusitas dalam

wadah NKRI.231

Dalam praktek politik di pemerintahan melaui lembaga legislatif,

hingga saat ini seluruh kader Gerindra yang berada di DPR dan DPRD

konsisten untuk menolak studi banding ke luar negeri karena hal

tersebut dianggap sebagai pemborosan uang negara. Gerindra juga

sudah diakui oleh Transparency International Indonesia (TII) dan

Indonesian Corruption Watch (ICW) sebagai partai politik transparan.

Bahkan Hingga saat ini, Gerindra adalah satu-satunya partai politik

yang mempunyai program kerja yang jelas dan terukur yang dituangkan

dalam 6 Program Aksi Transformasi Bangsa Partai Gerindra. Dari

banyaknya penghargaan yang diterima partai Gerindra diantaranya

adalah penghargaan dari Transparency International Indonesia dan

Indonesia Corruption Watch sebagai partai politik dengan transparansi

keuangan terbaik.232

231

http://partaigerindra.or.id/2014/01/10/gerindra-kami-didukung-rakyat-karena-

sudah-terbukti.html#sthash.TbMYdhVd.dpuf, diakses tanggal 20 April 2014. 232

Lihat Koalisi Pemantau Dana Kampanye, Kajian Tentang Pelaporan Awal

Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Pertegas Atas Buruk

Laporan Dana Kampanye Partai Politik (Jakarta: Koalisi Pemantau Dana Kampanye:

Transparency International Indonesia (TII) dan Indonesian Corruption Watch (ICW),

2014). Lihat juga http://partaigerindra.or.id/2014/01/10/gerindra-kami-didukung-

Page 191: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

159

Partai Gerindra ketika eksis di pentas perpolitikan nasional pada

tahun 2008 menyodorkan resep dalam memperjuangkan kemakmuran

dan keadilan di segala bidang. Resep itu dikenal 8 (delapan) Program

aksi, meliputi: menjadwalkan kembali pembayaran utang,

menyelamatkan kekayaan negara untuk menghilangkan kemiskinan,

melaksanakan ekonomi kerakyatan, delapan program desa, memperkuat

sektor usaha kecil, kemandirian energi, pendidikan dan kesehatan, serta

menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup.233

Selain itu, Gerindra adalah partai politik yang telah mengumumkan

program kerja yang jelas dan terukur jika memenangkan Pemilu 2014,

yaitu 6 Program Aksi Transformasi Bangsa Partai Gerindra. Gerindra

akan membangun 3000 km jalan raya dan rel kereta api baru,

membangun industri mobil, motor, dan pesawat terbang nasional,

melakukan pembinaan khusus kepada tim nasional sepakbola

Indonesia, mendirikan Lembaga Tabung Haji, serta memperbaiki

infrastruktur desa dengan dana pembangunan langsung minimal Rp. 1

milyar per desa per tahun.234

Gerindra berupaya untuk menjaring suara dan aspirasi rakyat serta

memperjuangkannya kepentingan rakyat. Gerindra bermanifesto bahwa

dalam menghadapi perkembangan zaman dan globalisasi, identitas dan

jatidiri bangsa tetap menjadi fondasi utama untuk memperjuangkan

kepentingan nasional dan tatanan baru. Terjadinya penyelewengan

terhadap cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 dan UUD 1945 di

berbagai bidang perlu dikoreksi. Haluan baru dan tatanan baru bagi

kehidupan bangsa dan Negara Republik Indonesia harus dilandaskan

pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Hakikat tatanan

baru adalah sikap mental yang menuntut pembaharuan dan

pembangunan yang terus-menerus dalam rangka melaksanakan

Pancasila dan UUD 1945.

D. Manifesto Perjuangan Gerindra

Pengertian manifesto menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

merupakan suatu pernyataan terbuka tentang tujuan dan pandangan

seseorang atau suatu kelompok. lebih rinci, Kamus Oxford Dictionary

menjelaskan bahwa kata manifesto berasal dari kata Italia, manifestare,

rakyat-karena-sudah-terbukti.html#sthash.TbMYdhVd.dpuf, diakses tanggal 20 April

2014. 233

Tabloid Gema Indonesia Raya, Edisi 1, Tahun 1, April (2011), 1. 234

http://partaigerindra.or.id/2014/01/10/gerindra-kami-didukung-rakyat-karena-

sudah-terbukti.html#sthash.TbMYdhVd.dpuf, diakses tanggal 20 April 2014.

Page 192: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

160

turunan dari bahasa Latin, manifestus 'obvious,' yang bermakna 'make

public,' pernyataan terbuka ke publik. Secara istilah ia bermakna, ―a

public declaration of policy and aims, especially one issued before an

election by a political party or candidate,” suatu deklarasi publik

tentang kebijakan dan tujuan, terutama suatu isu yang dinyatakan

sebelum pemilihan oleh satu partai politik atau kandidat. Engel

memperjelas makna itu dengan menyatakan ―...The Manifesto

addressed itself to a mass movement with historical significance, not a

political sect....,‖ manifesto secara inhern berarti suatu gerakan massa

dengan bertujuan menyejarah, bukan diperuntukkan bagi suatu mazhab

politik. Lebih lanjut, Engel menjelaskan bahwa manifesto berbeda

dengan suatu, catechism, buku panduan tanya jawab agama.235

H.A.R. Tilaar menjelaskan secara jernih terminologi manifesto,

karena selama ini menifesto di indentikkan dengan stigma pejoratif,

sebagai pendukung komunisme. Manifesto biasanya selalu

dihubungkan dengan paham komunisme dalam pengertian manifesto

komunis yang dideklarasikan pada tahun 1848 oleh Karl Marx dan

Friederich Engels.236

Padahal, kata manifesto mempunyai arti yang

netral dan kali pertamanya digunakan bukan dalam bidang politik, akan

tetapi dalam bidang seni dan lain-lainnya. Dalam catatan sejarah

Indonesia, kata manifesto malah dipergunakan oleh para pendiri

bangsa, baik yang beraliran nasionalis maupun religius. Semisal,

Perhimpunan Indonesia (PI) organisasi Mahasiswa Indonesia di

Belanda dan bermoto ―self reliance, not mendiancy,‖ mandiri dan tidak

menuntut, dengan pimpinan Iwa Kusuma Sumatri, JB. Sitanala, Moh.

Hatta, Sastramulyono, dan D. Mangunkusumo memproklamirkan

manifesto perjuangannya 1925.237

Manifesto tersebut tidak saja bagi

235

Lihat http://www.kbbi.web.id/manifesto;

http://oxforddictionaries.com/definition/english/manifesto?q=manifesto: Karl Marx

and Frederick Engels, Manifesto of the Communist Party February 1848 (terj.)

Samuel Moore (Moscow: Marxists Internet Archive (marxists.org, 2010), 3, diakses

tanggal 17 Januari 2012. 236

Lihat penjelasan manifesto secara detail dalam H.A.R. Tilaar, Manifesto

Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Perspektif Postmodernisme dan Studi Kultural

(Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2005), 2-4. 237

Isi Manifesto tersebut adalah: pertama, Perhimpunan Indonesia akan berjuang

untuk memperoleh suatu pemerintahan untuk Indonesia yang hanya bertanggung

jawab kepada rakyat Indonesia. Kedua, kemerdekaan penuh bagi Indonesia akan

dicapai dengan aksi bersama dan serentak oleh rakyat Indonesia. Ketiga, untuk itu

sangat diperlukan persatuan nasional yang murni di antara seluruh rakyat Indonesia

dalam menentang penjajahan Belanda yang telah merusak kehidupan bangsa

Page 193: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

161

persatuan bangsa Indonesia, namun juga suatu manifesto bagi

kesetaraan dan kemerdekaan bangsa ini.238

Perkumpulan di Indonesia-

pun pada tahun 1928, juga memproklamirkan manifesto politiknya

dalam pernyataan Sumpah Pemuda. Persis (persatuan Islam) dan

Masyumi juga pernah menyatakan manifesto politiknya menolak

paham komunisme dan paradigma politik Nasakom (Nasionalis-

Agama-Komunis).239

Soekarno, dalam kapasitasnya sebagai Presiden

Republik Indonesia dalam masa Demokrasi Terpimpin (1960),

menetapkan Manipol USDEK, suatu manifesto politik bersendikan lima

unsur, yaitu UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,

Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia.240

Sekumpulan

seniman dan budayawan di Jakarta pada 18 Mei 1964 menyatakan

Manifesto Kebudayaan yang disingkat "Manikebu." Manikebu

merupakan pernyataan terbuka untuk menentang ideologi kebudayaan

Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra) yang berhaluan komunisme. H. B.

Jassin, Wiratmo Sukito, Taufik Ismail, Goenawan Muhammad

termasuk penandatangan Manifesto Kebudayaan ini.241

Menurut Tilaar, secara harfiah manifesto adalah suatu deklarasi.

Selanjutnya ia mengiformasikan bahwa manifesto bukan merupakan

suatu doktrin, bukan pula sebagai suatu dogma, juga bukan menjadi

ideologi yang kesemuanya serba tertutup dan ekslusif. Manifesto

merupakan konsep terbuka untuk diskursus lanjutan yang mencoba

menemukan kebenaran, yaitu kebenaran sementara atau kebenaran

yang tertunda. Sebagai kebenaran yang tertunda maka manifesto

merupakan konsep yang terus-menerus menjadi. Perubahan (change)

merupakan ciri khas dari suatu manifesto. Bentuk suatu manifesto bisa

berubah secara terukur dan terarah disesuaikan dengan kebutuhan dan

Indonesia. Lihat Asvi Marwan Adam, Membongkar Manipulasi Sejarah, Kontroversi

Pelaku dan Peristiwa (Jakarta: Kompas Media nusantara, 2009), 38. 238

Asvi Marwan Adam, Membongkar Manipulasi Sejarah, Kontroversi Pelaku

dan Peristiwa, 38. 239

Herry Mohammad dkk, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Pada abad 20

(Jakarta: GIP, 2006), 114. 240

Dalam Pidato Kenegaraan tanggal 17 Agustus 1960, Soekarno menyatakan

bahwa Manipol USDEK mencerminkan tekad revolusioner rakyat Indonesia untuk

mengabdi pada penyelenggaraan cita-cita negara kerakyatan. Ungkapan ini adalah

cara baru menggemakan sesuatu yang sebelumnya disebut sebagai sosio-nasionalisme

(nasionalisme Marhaen) dan sosio-demokrasi (demokrasi Marhaen). Lihat herbert

Feith dan Lance Castles, Pemikiran politik Indonesia 1945 – 1965, 100-101. 241

Rosihan Anwar, Soekarno-Tentara-PKI: Segitiga Kekuasaan sebelum Prahara

Politik 1961-1965 (Jakarta: Yayasan Obor, 2006), 206.

Page 194: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

162

tantangan zamannya.242

Dengan demikian, manifesto perjuangan

Gerindra selain berfungsi sebagai pernyataan terbuka dan sebagai

panduan atau pedoman, juga sekaligus sebagai aksi bagi segala gerakan

perjuangan Gerindra. Manifesto perjuangan Gerindra juga bukan

merupakan sesuatu yang kaku, statis, tertutup, dan tidak bisa dirubah-

rubah, ia dinamis dan terbuka sesuai dengan tantangan dan kebutuhan

zaman. Manifesto Perjuangan partai Gerindra ini menjadi pegangan

dasar bagi pengurus di setiap jenjang kepengurusan, anggota, dan

kader. Manifesto Perjuangan ini juga merupakan kerangka kerja bagi

Partai Gerindra dalam berpolitik dan menjadi persembahan bagi seluruh

rakyat dan bangsa Indonesia.

Adapun secara ringkas isi dari manifesto perjuangan Gerindra

adalah sebagai berikut:

1. Mukadimah

Partai Gerakan Indonesia Raya dideklarasikan dalam kancah

politik praktis di negara ini karena seluruh komponennya merasa

terpanggil untuk memberikan amal dan baktinya kepada Negara dan

rakyat Indonesia. Sebagai partai nasionalis, Gerindra merupakan suatu

bentuk partai yang terbuka bagi seluruh lapisan rakyat yang mau

berjuang untuk tegaknya Pancasila, UUD 1945 sebagaimana ditetapkan

pada 18 Agustus 1945, dan utuhnya Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Harapannya, dengan berlandaskan konstitusi tersebut, cita-

cita bagi perjuangan Gerindra adalah terbentuknya peradaban bangsa

Indonesia yang bangun jiwanya, dan bangun badannya dan

memperjuangkan kemakmuran dan keadilan disegala bidang.

Partai Gerindra tampil di pentas demokrasi untuk suatu perubahan

kepemimpinan nasional, dan perubahan tata laksana penyelenggaraan

Negara, yang sesuai dengan arah dan tujuan pembangunan bangsa

(nation building) dan karakter manusia Indonesia. Tidak hanya sekedar

itu, perjuangan juga tujuan memerdekakan rakyat Indonesia dari

penjajahan ekonomi dan politik yang membelenggu dan merampas

kehormatan manusia Indonesia. Untuk mencapai hal tersebut, Gerindra

memposisikan diri sebagai partai gerakan yang mandiri, produktif, dan

berpijak pada kearifan lokal, dalam upaya menciptakan masyarakat

adil, makmur, dan sejahtera.243

242

H.A.R. Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional, 4. 243

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya (Jakarta:

Gerindra, t.th), 3-5.

Page 195: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

163

2. Jati Diri Partai

Jati diri Partai GERINDRA adalah kebangsaan (nasionalisme),

kerakyatan, religius, dan keadilan sosial.244

3. Visi dan Misi

Visi partai Gerindra adalah "menjadi partai politik yang mampu

menciptakan kesejahteraan rakyat, keadilan sosial, dan tatanan politik

negara yang melandaskan diri pada nilai-nilai nasionalisme dan

religiusitas dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia."

Adapun misinya adalah:

a. Mempertahankan kedaulatan dan tegaknya Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

b. Mendorong pembangunan nasional yang menitikberatkan pada

pembangunan ekonomi kerakyatan, pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan, dan pemeratan hasil-hasil pembangunan bagi

seluruh warga bangsa dengan mengurangi ketergantungan kepada

pihak asing.

c. Membentuk tatanan sosial dan politik masyarakat yang kondusif

untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dan kesejahteraan rakyat.

d. Menegakkan supremasi hukum dengan mengedepankan praduga

tak bersalah dan persamaan hak di depan hukum.

e. Merebut kekuasaan pemerintahan secara konstitusional melalui

Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden untuk menciptakan lapisan

kepemimpinan nasional yang kuat.245

4. Prinsip Dasar Partai

Dalam mewujudkan visi dan misi, partai Gerindra mengacu pada

enam prinsip-prinsip dasar sebagai berikut, yaitu disiplin, kedaulatan,

kemandirian, persamaan hak, kerjasama dan gotong-royong, dan

musyawarah.246

5. Pokok-pokok Perjuangan Partai

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi dengan berpegang teguh

pada nilai dasar dan prinsip dasar, partai Gerindra memiliki pokok-

pokok perjuangan yang akan dilaksanakan dan diperjuangkan dalam

berbagai kebijakan nasional secara konstitusional, antara lain:

244

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 6-7. 245

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 7-8. 246

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 8-10.

Page 196: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

164

a. Bidang Politik

Partai Gerindra akan memperjuangkan reformasi sistem politik

Indonesia yang sesuai dengan UUD 1945 dan jati diri bangsa. Sistem

politik yang mengarah pada demokrasi liberal sejak era reformasi perlu

dikoreksi. Demokrasi yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia

adalah demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam

permusyawaratan perwakilan. Partai Gerindra akan memperjuangkan

tatanan politik nasional yang sesuai dengan amanat konstitusi, UUD

1945. Yakni, penerapan sistem pemerintahan presidensil murni,

kemandirian dan keterkaitan fungsional antara lembaga tinggi negara

yang sehat dan tidak saling menjatuhkan, serta pembenahan lembaga,

badan, atau komisi yang dibentuk dan tidak sesuai dengan UUD

1945.247

b. Bidang Ekonomi

Kebijakan perekonomian harus mendukung cita-cita welfare state

(negara kesejahteraan) yang berkeadilan. Untuk itu diperlukan langkah

yang tepat untuk menormalisasi kehidupan ekonomi rakyat dengan

kembali memperjuangkan paham ekonomi kerakyatan. Kebijakan

perekonomian harus berdasar pada UUD 1945 pasal 33 ayat (1), (2),

dan (3), sebagai ruh dari setiap kebijakan ekonomi. akan

mengembangkan koperasi sebagai bangunan ekonomi yang ideal pada

dataran mikro dan makro. Koperasi merupakan soko guru

perekonomian, sebagai prinsip dasar susunan perekonomian Indonesia.

Koperasi merupakan bentuk nyata dari usaha bersama yang

berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi harus dihidupkan dan

digerakkan sebagai usaha bersama untuk kesejahteraan bersama.248

c. Bidang Kesejahteraan Rakyat

Penurunan angka pengangguran dan kemiskinan merupakan

komitmen dan kerja bersama seluruh komponen bangsa. Partai

Gerindra menjadi garda terdepan dalam upaya penciptaan lapangan

kerja dan pengentasan kemiskinan. Selain itu, untuk mensejahterakan

rakyat, Partai Gerindra berkomitmen menjamin hak-hak tiap individu

dan keluarga dalam memperoleh pendapatan minimum yang layak dan

sesuai agar mampu memenuhi kebutuhan pokok. Partai Gerindra

berjuang mendorong adanya perlindungan sosial secara sistemik jika

individu dan keluarga berada dalam situasi rawan sehingga rakyat pada

247

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 11-14. 248

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 14-20.

Page 197: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

165

akhirnya mampu menghadapi social contingencies, seperti lanjut usia,

sakit, menganggur, dan kemiskinan yang berdampak mengarah pada

krisis sosial.249

d. Bidang Pertanian, Perikanan dan Kelautan

Pembangunan ekonomi dititikberatkan pada pembangunan sektor

pertanian, sektor yang merupakan mata pencaharian sebagian besar

penduduk Indonesia. Pembangunan pertanian dilakukan melalui

pendekatan menyeluruh dari hulu hingga hilir, ada keterkaitan antar

usaha pertanian serta antar sektor menuju kerjasama saling

menguntungkan. Pembangunan pertanian diarahkan untuk kebijakan

yang berpihak pada pertanian, pelayanan penyuluhan, penyediaan

infrastruktur yang memadai, kebijakan pertanahan yang berkeadilan,

kemudahan akses permodalan, serta upaya pemerataan nilai tambah

sebagai upaya meningkatkan nilai tukar petani menuju kemakmuran

petani. Pembangunan sektor perikanan dan kelautan difokuskan dengan

membangun nelayan sebagai subyek utama. Partai Gerindra menilai

pembangunan kedua sektor akan berhasil dengan memberdayakan

kelompok nelayan. Pemberdayaan nelayan dilakukan dengan

memberikan akses permodalan yang memadai dan memahami

karakterisitik nelayan serta memordenisasi teknologi penangkapan

ikan.250

e. Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Partai Gerindra menilai kurangnya infrastruktur serta lemahnya

kesadaran atas kelestarian alam, telah menjadikan Indonesia sebagai

negara penyumbang kerusakan hutan tercepat di dunia. Untuk itu,

pengelolaan hutan, laut dan seisinya harus dengan tata rencana yang

baik dan berkelanjutan untuk menghindari unsur-unsur eksploitatif

yang memicu kerusakan alam. Pengelolaan sumber daya lingkungan

hidup yang baik harus menyertakan pemerintah lokal dan masyarakat

adat setempat dengan tetap diawasi oleh pemerintah pusat. Hal ini

selain memberikan kontribusi positif secara pemuliaan alam juga

berdampak ekonomis. Iklim mengisi ruang hidup kita baik secara

individu maupun sosial, karena itu menegakkan keadilan iklim harus

melibatkan kesadaran dan komitmen semua pihak dan mendesak

terciptanya kebijakan industrialisasi yang pro-lingkungan hidup serta

melakukan tindakan tegas kepada pelaku perusakan alam. Partai

Gerindra mendukung kebijakan disiplin pengelolaan hutan dan sumber

249

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 21-24. 250

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 24-26.

Page 198: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

166

daya alam lainnya secara sistemik sebagai antisipasi degradasi

lingkungan hidup.251

f. Bidang Sosial, Budaya, dan Pendidikan

Kebudayaan Indonesia adalah bagian dari kebudayaan dunia.

Kebudayaan Indonesia adalah hasil perjalanan bangsa Indonesia yang

telah membentuk identitas dan jati diri bangsa. Kekuatan budaya

mempunyai peran penting mengatasi masalah-masalah kebangsaan.

Tanpa kebudayaan yang kuat dan berakar, kita akan gamang

menghadapi globalisasi dan masa depan yang kompetitif. Pembangunan

di bidang kebudayaan merupakan landasan bagi prioses pembangunan

karakter dan bangsa (character and national building). Partai Gerindra

menilai, dalam menghadapi globalisasi budaya yang ditandai arus

masuknya budaya bangsa lain, maka kita harus memperkokoh budaya

bangsa. Warisan budaya (cultural heritage) bangsa Indonesia perlu

dilestarikan, dikembangkan dan diperbaharui agar dapat menjadi

penuntun menuju masa depan. Di bidang pendidikan, Partai Gerindra

mendukung peningkatan anggaran pendidikan nasional hingga 20%.

Peningkatan anggaran merupakan konsekuensi logis dalam

menciptakan kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh lapisan

masyarakat sekaligus sebagai sebuah bentuk realisasi dari tanggung

jawab konstitusi. Peningkatan anggaran harus ditujukan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan nasional.252

g. Bidang Hukum

Partai Gerindra memperjuangkan terselenggaranya pemerintahan

yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) serta melakukan

tindakan hukum yang tegas kepada pelaku yang terlibat KKN.

Pemberantasan korupsi yang harus dilakukan dari atas tanpa pandang

bulu, tidak tebang pilih, dan semata-mata berdasarkan penegakan

hukum. Pemberantasan korupsi yang tebang pilih dapat menyebabkan

tindakan itu menjadi alat kekuasaan. Pada dasarnya pemberantasan

korupsi yang terpentingadalah dengan meningkatkan kesejahteraan

rakyat, diiringi perbaikan sistem birokrasi pemerintahan dan penegakan

hukum secara tegas. Terkait kepentingan nasional di bidang ekonomi,

Partai Gerindra mendesak dilakukannya penyesuaian terhadap undang-

undang yang tidak sehaluan dengan UUD 1945 seperti Undang-Undang

251

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 26-28. 252

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 29-31.

Page 199: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

167

Penanaman Modal, Undang-Undang Migas, dan undang-undang

lainnya yang bertentangan dengan semangat ekonomi kerakyatan.253

h. Bidang Hak Asasi Manusia

Negara menegakkan kemanusiaan yang beradab. Warganegara

terhadap hukum, tidak diperlakukan sebagai subyek yang secara

potensial pelaku perbuatan pelanggaran hukum. Negara menghargai

kesetiaan rakyat terhadap negara dan amal bakti warga terhadap

terhadap masyarakat dan negara. Warga negara harus menghormati

perjanjian luhurnya kepada negara sebagai organisasi. Siapa saja yang

berikrar menjadi bagian dari organisasi negara dengan sendirinya harus

menghormati hak negara. Negara menghormati hak-hak pribadi warga

negara ssuai dengan hukum. Hukum dan kemanusiaan tidak boleh

dipandang sebgai dua substansi yang terpisah. Maka, adanya

Pengadilan HAM merupakan sesuatu yang over bodig (berlebihan).

Penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia harus ditempatkan

dalam perspektif hukum. Hukum disusun antara lain untuk mengatur

bagaimana warga negara menjalankan hak-haknya sebagai pribadi.

Hak-hak warga negara secara pribadi tak dapat dijalankan di luar

hukum. Negara sebagai organisasi berjalan sesuai hukum. Warga

negara yang merasa hak-haknya dilanggar oleh negara dapat

menggugat negara dan pejabatnya secara hukum.254

i. Bidang Pertahanan dan Keamanan

Sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata)

yang telah terbukti keampuhannya harus lebih dioperasionalkan yang

didukung dengan peningkatan profesionalisme Tentara Nasional

Indonesia (TNI) dan modernisasi infrastruktur Alutsista (alat utama

sistem senjata) TNI serta profesionalisme Kepolisian Republik

Indonesia (Polri). Di samping itu, manajemen pertahanan yang handal

yakni dalam kultur, struktur kemanan, hubungannya dengan negara,

anggaran, doktrin, postur dan operasi, hubungan sipil-militer, baik itu

dalam manajemen kepolisian maupun TNI harus mendapat perhatian

khusus untuk mencapai pertahanan negara yang kuat dan kondusif.255

j. Bidang Otonomi Daerah

Otonomi daerah, yang merupakan bentuk pengaturan hubungan

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, adalah delegasi kekuasaan

secara vertikal dengan mengindahkan genus kekuasaan yang bersifat

253

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 32-33. 254

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 34-36. 255

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 36-38.

Page 200: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

168

tunggal dan utuh. Otonomi daerah adalah kewenangan administratif

yang diberikan kepada daerah, dalam batas-batas tertentu demi

kelancaran pembangunan, dan secara teknis menyederhanakan jalur

birokrasi vertikal. Agar pelaksanaan otonomi daerah tidak menyimpang

dari asas didirikannya NKRI, Partai Gerindra akan melakukan

peninjauan ulang terhadap seluruh peraturan perundangundangan yang

tidak sejalan dengan kaidah-kaidah otonomi daerah. Terkait masalah

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung, rakyat semakin

jenuh terhadap politik. Kejenuhan ini dapat dilihat denga semakin

besarnya angka pemilih yang tidak menggunakan hak pilih (golput)

dalam Pilkada. Kejenuhan ini berpotensi negatif pada partisipasi

masyarakat dalam pemilihan umum yang bermuara pada rendahnya

legitimasi pemerintah. Selain itu Pilkada telah menyebabkankonflik

horisontal dalam masyarakat yang kontraproduktif. Partai Gerindra

akan melakukan peninjauan ulang terhadap pelaksanaan Pilkada dan

mengupayakan penyelenggaraan Pilkada secara serentak.256

k. Bidang Agama

Strategi kebijakan yang belum pernah mampu dirumuskan

Indonesia dalam masalah agama adalah bagaimana menempatkan

kehidupan beragama di Indonesia dalam format kemasyarakatan dan

kenegaraan Pancasila. Sehingga keluhuran agama dapat dipelihara, dan

kemajuan bangsa dapat sejalan berkembang. Setiap orang berhak atas

kebebasan beragama dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan

kepercayaannya. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agama/kepercayaan. Namun, pemerintah/negara wajib

mengatur kebebasan di dalam menjalankan agama atau kepercayaan.

Negara juga dituntut untuk menjamin kemurnian ajaran agama yang

diakui oleh negara dari segala bentuk penistaan dan penyelewengan

dari ajaran agama.257

l. Bidang Politik Luar Negeri dan Hubungan Internasional

Politik luar negeri dan hubungan internasional harus diabdikan

untuk kepentingan nasional. Hubungan bilateral, multilateral dan

kedudukan Indonesia dalam organisasi-organisasi internasional harus

didasarkan pada kepentingan nasional. Indonesia harus menjadi bangsa

terhormat dan bermartabat dalam pergaulan internasional dan

senantiasa pro-aktif dalam perdamaian dunia. Prinsip politik luar negeri

bebas dan aktif harus ditempatkan dalam konteks aktual zaman.

256

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 38-39. 257

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 40-41.

Page 201: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

169

Perubahan-perubahan geopolitik di tingkat regional dan dunia menuntut

strategi diplomasi yang handal. Indonesia harus menjadi subyek yang

menentukan sikap sendiri, bukan obyek dari pertarungan politik

internasional. Partai Gerindra akan memperjuangkan politik luar negeri

yang progresif, yang dapat menempatkan Indonesia kembali sebagai

negara yang berperan dan dihormati di Asia dan dunia. Indonesia harus

mampu bersaing dengan negara-negara Asia seperti Republik Rakyat

Cina, Jepang, India, Korea Selatan di bidang ekonomi. Berakhirnya

Perang Dingin tidak dengan sendirinya menampilkan Amerika Serikat

sebagai kekuatan adikuasa tunggal. Dunia menjadi multipolar. Ada

berbagai kakuatan yang berpengaruh dalam pentas politik masyarakat

internasional. Uni Eropa menjanjikan kemajuan ekonomi. Republik

Rakyat Cina (RRC) semakin menunjukkan kekuatan ekonomi, militer

dan nuklir. Republik Federasi Rusia, sejak di bawah pemerintah

Vladimir Putin berhasil membawa kembali kehormatan Rusia di bidang

ekonomi dan militer. India berkembang pesat ekonominya dan di

bidang militer memiliki kekuatan nuklir. Negara-negara sosialis

Amerika Latin seperti Venezuela, Argentina, Brasil dan Bolivia

mempunya potensi ekonomi yang kuat dan berani menentukan jalan

sendiri yang seringkali bertentangan dengan kebijakan luar negeri

Amerika Serikat. Negara-negara Timur Tengah seperti Saudi Arabia

sangat kaya dan tangguh kekuatan militernya. Iran memiliki potensi

ekonomi karena minyak dan mengembangkan teknologi nuklir.258

m. Bidang Hak-hak Perempuan

Faktor penting untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan

adalah pembuatan kebijakan publik yang sensitif gender. Kaum

perempuan harus berpartisipasi aktif dalam dunia politik dan

pengambilan kebijakan. Kurangnya peran perempuan di sektor politik

menyebabkan perempuan menjadi obyek dan korban. Kaum perempuan

juga harus mendapat akses yang sama di sektor ekonomi untuk

meningkatkan kesejahteraan. Salah satu bentuk diskriminasi adalah

kekerasan berbasis gender atau kekerasan terhadap perempuan di

wilayah publik maupun privat. Partai Gerindra akan memperjuangkan

perlindungan perempuan dari kekerasan seksual, kekerasan dalam

rumah tangga dan perdagangan perempuan dan anak (trafficking).

Partai Gerindra juga akan memperjuangkan hak-hak tenaga kerja

258

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 41-43.

Page 202: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

170

perempuan di luar negeri untuk diperlakukan secara manusiawi dan

adil.259

n. Bidang Pemuda

Salah satu isu terkait dengan kepemudaan dan perubahan bangsa

adalah kepemimpinan. Pemuda harus mempersiapkan diri dalam proses

regenerasi kepemimpinan nasional sehingga tercipta proses sirkulasi

elit yang sehat, dinamis, dan konstitusional. Proses regenerasi

kepemimpinan merupakan sebuah keniscayaan yang tak bisa dihindari

dan harus dipersiapkan secara dini dan matang. Dalam konteks ini,

Partai Gerindra mendorong proses regenerasi kepemimpinan bangsa

dan menjadi mitra pemuda dalam meningkatkan kemampuan,

kapasitas, integritas dan kenegarawanan. Bersama Partai Gerindra,

pemuda Indonesia siap menerima regenerasi kepemimpinan bangsa.260

o. Bidang Perburuhan

Partai Gerindra menilai hubungan buruh dan pengusaha perlu

ditempatkan sebagai relasi yang seimbang, saling menguntungkan dan

saling membutuhkan. Fungsi dan status buruh dalam dunia kerja harus

dilihat sebagai bagian yang tak terpisahkan untuk keberhasilan dunia

usaha. Buruh bukanlah pihak yang selalu membutuhkan dan harus

menerima putusan majikan apa adanya. Sementara pengusaha juga

tidak diposisikan selalu mengulurkan tangan membuka kesempatan

kepada kelompok buruh. Hubungan yang saling menguntungkan

didasarkan pada profesionalisme dan penghargaan terhadap kinerja.

Maka permasalahan seperti upah, jaminan asuransi, dan pemenuhan

hak-hak dasar buruh lainnya dapat diselesaikan melalui mekanisme

terbuka sesuai aturan yang adil.261

p. Bidang Riset dan Teknologi

Penelitian yang dikembangkan oleh lembaga-lembaga negara harus

diarahkan pada prinsip-prinsip memajukan bangsa, dimulai dengan

memilih teknologi tepat guna untuk membantu mengembangkan

industri-industri lokal yang dikelola oleh Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) untuk memproduksi berbagai barang-barang keperluan

masyarakat sehari-hari. Bidang-bidang yang perlu mendapat perhatian

sangat khusus adalah bidang teknologi pertanian, teknologi pangan,

teknologi industri, teknologi informasi, transportasi, dan

259

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 44-45. 260

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 45-46. 261

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 47-48.

Page 203: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

171

pengembangan energi alternatif seperti biofuel, ethanol dari aren dan

coal-to-liquid.262

E. Kritik Konsepsi Ruang Privat

Namun demikian, menurut penulis, sebagai partai politik Gerindra-

pun dalam ranah privat ini tidak lepas dari kritik, yaitu:

1. Tumbuhnya Familisme Politik

Menurut Wasisto Raharjo Djati, dalam kajian ilmu sosial dan

politik, familisme diartikan sebagai ketergantungan yang terlalu besar

pada ikatan keluarga, yang melahirkan kebiasaan menempatkan

keluarga dan ikatan kekerabatan pada kedudukan yang lebih tinggi

daripada kewajiban sosial lainnya.263 Dalam hal ini, terdapat tiga varian

familisme dalam membincangkan dinasti politik dalam Partai Gerindra,

yaitu:

Tabel 3.1. Tipologi Perspektif Budaya Politik Familisme

No Indikator Familisme Quasi-

Familisme

Ego-

Familisme

1 Dasar Pembentukan

Dinasti Politik

Hubungan

darah langsung

(consanguinity)

Hubungan

afeksi,

solidaritas,

kepercayaan,

dan solidaritas

dalam keluarga

besar maupun

kroninya

Dorongan

publik dan

faktor

emosional

dan

pertimbangan

politik

fungsional

2 Kaderisasi Anggota

Keluarga Inti

dan Kroni

Sanak kerabat

maupun

keluarga lain

melalui jalur

pernikahan

Keluarga inti

262

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 48-49. 263

Wasisto Raharjo Djati, ―Revivalisme Kekuatan Familisme dalam Demokrasi:

Dinasti Politik di Aras Lokal,‖ Jurnal Sosiologi Masyarakat, Vol. 18, No. 2, Juli

(2013): 208-209. Lihat juga Marcus Meitzner, ―Indonesia‘s 2009 Elections: Populism,

Dynasties and the Consolidation of the Party System.‖ Analysis, Mei (2009): 1-24;

Nico Harjanto, ―Politik Kekerabatan dan Institusionalisasi Partai Politik di

Indonesia,‖ Analisis CSIS 40 (2), (2011): 138-159; Abdul Hamid, ―Memetakan Aktor

Politik Lokal Banten Pasca Orde Baru,‖ Jurnal Politika 1 (2) (2010): 32-45.

Page 204: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

172

yang

seketurunannya

(heredity)

3 Sifat Dinasti Politik Tertutup Semi tertutup Tertutup Sumber: Wasisto Raharjo Djati (2013).

Kemunculan dinasti politik dapat terindikasi dalam beberapa

penjelasan: pertama, Selaku Dewan Pembina Gerindra, Prabowo

Subianto tidak mempermasalahkan adanya dinasti politik. Ia

berargumen familisme itu sah, selama tidak menggunakan cara-cara

yang curang dalam mendapatkannya dan menjalankannya.264

Situs

resmi, Gerindra mengutip pernyataan langsung Prabowo bahwa, ―Kalau

tidak dengan cara yang curang atau rekayasa, saya kira kalau ada.

Katakanlah ada hubungan keluarga tapi dia patriot, dia memang

potensial pemimpin, saya kira tidak negatif.‖ Menurut Prabowo, dalam

dunia demokrasi, kepemimpinan bisa datang dari mana saja, asal

seorang pemimpin mempunyai sikap nasionalis, potensial, dan amanah.

Politik dinasti juga masih bisa dilihat positif, selama tidak ada niatan

untuk memperkaya sesuai kepentingan pribadi atau keluarganya. Akan

tetapi jika hal tersebut dilakukan dengan cara yang curang, penuh

dengan rekayasa dan tujuan memperkaya keluarga, hal tersebut

berdampak negatif bagi politik suatu bangsa. Bagi Prabowo, demokrasi

di Indonesia butuh pemimpin yang terbaik dari mana saja.

Kedua, berdasar hal pertama, tidak mengherankan jika dalam

struktur kepengurusan pusat partai Gerindra, keluarga Soemitro

Djojohadikusumo cukup mendapatkan tempat yang tinggi dan strategis.

Selain Prabowo sendiri sebagai Ketua Dewan Pembina, tercatat adik

kandungnya, yaitu Hashim Djojohadikusumo dan Maryani

Djojohadikusumo sebagai Anggota Dewan Pembina. Selain tiga nama

tersebut, Bianti Djiwandono kakak kandung Prabowo, juga menempati

sebagaimana anak-anak Sumitro Djojohadikusumo lainnya. Selain

mereka, di Dewan Penasehat duduk Sudradjad Djiwandono, mantan

Gubernur BI pada masa Orde Baru yang juga ipar Prabowo. Di Dewan

Pertimbangan juga tercatat nama Thomas A. Muliatna Djiwandono,

anak dari Sudradjad dan Bianti.265

264

Prabowo: Dinasti Politik Tak Negatif, Asal Tak Main Curang - See more at:

http://partaigerindra.or.id/2013/10/17/prabowo-dinasti-politik-tak-negatif-asal-tak-

main-curang.html#sthash.J7On9mqS.dpuf, diakses tanggal 10 November 2014. 265

Lihat Gerindra, Daftar Pengurus Dewan Pengurus Pusat Gerindra (Jakarta:

Gerindra, 2014).

Page 205: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

173

Kemudian tercatat pula Edhy Prabowo, yang disebut-sebut sebagai

anak angkat Prabowo sebagai Anggota Dewan Pembina. Di dalam

susunan pengurus ada Aryo Setyaki Djojohadikusumo yang menjabat

sebagai wakil sekretaris jendral. Aryo juga menjabat sebagai ketua

Tidar (Tunas Indonesia Raya), organisasi onderbouw Gerindra. Nama

Thomas A. Muliatna Djiwandono, kembali muncul dalam susunan

pengurus sebagai bendahara partai. Disamping itu ada Rahayu

Saraswati Djojohadikusumo, Kepala Departemen Peningkatan

Perfilman Nasional dan Budi Satrio Djiwandono Ketua Bidang

Investasi dan Pasar Modal, keponakan Prabowo.266

Menyikapi familisme di atas, penulis sependapat dengan analisa

politik dari Djati. Jika diterapkan untuk membaca sosio-politik di

Gerindra, secara garis besar, gejala yang timbul dalam proses

demokratisasi di ranah privat adalah mulai tumbuhnya proses

reorganisasi kekuatan keluarga untuk menduduki jabatan-jabatan pucuk

dan penting dalam arena demokrasi di Gerindra. Revitalisasi kekuatan

politik keluarga tersebut tumbuh seiring dengan proses otonomi partai

politik sehingga kelompok elit mendapat kesempatan untuk

mengukuhkan pengaruhnya kembali. Selain adanya revitalisasi

kelompok politik keluarga, gejala lain yang timbul dalam proses

demokratisasi di ranah privat adalah fungsi tokoh-tokoh Gerindra yang

melemah dalam melakukan kaderisasi sehingga menimbulkan adanya

pragmatisme politik dengan mengangkat kelompok elit keluarga. Hal

itu juga diikuti proses demokrasi yang mahal di mana masyarakat

memilih pasif dalam proses demokrasi dan lebih cenderung

menghendaki status quo kepengurusan yang sekarang. Sementara itu,

Ketua Dewan Pembina memiliki tren untuk mewariskan kekuasaannya

kepada kerabat demi menjaga kekuasaan politik. Semua itu

mengkondisikan terbentuknya dinasti politik di ranah privat Gerindra.

Dinasti politik Gerindra masih mengandalkan kekuatan personal,

klientelisme, dan relasi patrimonial yang menempatkan elit keluarga

pendiri di atas anggota masyarakat lainnya. Pada level ini,

dikhawatirkan familisme kemudian mengorganisasikan diri menjadi

dinasti politik untuk menjaga kelanggengan kuasa dan mengontrol

sepenuhnya suara anggota Gerindra.267

266

Gerindra, Daftar Pengurus Dewan Pengurus Pusat Gerindra (Jakarta:

Gerindra, 2014). 267

Wasisto Raharjo Djati, ―Revivalisme Kekuatan Familisme dalam Demokrasi:

Dinasti Politik di Aras Lokal,‖ 228.

Page 206: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

174

2. Bergantung pada Kekuatan Satu Figur

Ketergantungan partai Gerindra dalam ketergantungan pada satu

figur terlihat ketika memilih pemimpinnya, secara aklamasi 100%

Prabowo Subianto didaulat sebagai Ketua Dewan Pembina merangkap

jabatan sekaligus sebagai Ketua Umum Gerindra menggantikan

Suhardi yang wafat. Selama enam tahun berdirinya, Partai Gerindra dua

kali melakukan kongres, pertama, Kongres Luar Biasa yang diadakan

di rumah pribadi Prabowo di Hambalang-Bogor, pada 17 Maret 2012

dan Kongres Luar Biasa di Nusantara Polo Club, Gunung Putri,

Cibinong Jawa Barat pada 20 September-2014. Di kedua kongres

tersebut, dalam catata Kompas dan Tempo melaporkan bahwa

kepengurusan Gerindra sangat tersentralisasi. Dua kongres luar biasa

yang sama-sama berlangsung kilat selama 3 jam di Hambalang itu

memutuskan secara aklamasi 100% menyerahkan mandat kepada Ketua

Dewan Pembina untuk mengubah anggaran dasar dan anggaran rumah

tangga partai serta ―menyempurnakan kepengurusan.‖ Untuk urusan

partai, Prabowo memiliki kekuasaan tak terbatas.268

Pengamat politik Hamdi Muluk, sebagaimana diwartakan oleh

Rimanews mengatakan familisme dan ketergantungan partai itu tidak

hanya ada pada Partai Gerindra. Namun, ketergantungan terhadap

kepemimpinan satu tokoh juga dialami oleh partai-partai lain di

Indonesia yang kental dengan sosok yang ditokohkannya. Partai

Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) identik dengan Keluarga

Soekarno dan Megawati Soekarnoputri. Partai Demokrat lekat dan

dekat dengan Keluarga Susilo Bambang Yudhoyono. Partai Amanat

Nasional yang lekat dengan ketokohan Amien Rais dan Hatta Rajasa.

Partai Hanura identik milik Wiranto. Partai berbasis agama, identik

dengan golongan yang sepaham dengan mereka, dan lain sebagainya.

Pemilihan pemimpin partai politik, lanjutnya, di Indonesia masih

tergantung kepada figur yang bisa menjamin kelangsungan hidup dan

eksistensi partai.269

268

Tempo, ―Digenggam Ketua Dewan Pembina,‖ Tempo, Edisi Senin 23 Juni

2014;http://nasional.kompas.com/read/2014/09/20/19380411/Ini.Alasan.Prabowo.Dip

ilih.sebagai.Ketua.Umum.Partai.Gerindra, diakses tanggal 10 November 2014. 269

Hamdi Muluk, ―Bukti Parpol Tergantung Pada Figur,‖

http://m.nasional.rimanews.com/politik/read/20140922/174095/Mega-Prabowo-

Didaulat-Jadi-Ketum-Bukti-Parpol-Tergantung-Pada-Figur, diakses tanggal 10

November 2014.

Page 207: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

175

3. Proses Rekrutmen dan Hak Kader Diabaikan

Gerindra menempatkan kader-kadernya dalam jajaran

kepengurusan pusat bukan berdasarkan prinsip profesionalitas ‗the

right man in the right place.‘ Ketika penulis wawancara dengan para

aktivis senior Badan Komunikasi Gerindra di bilangan Bendungan Hilir

Jakarta Pusat, mereka menceritakan bahwa yang duduk dalam jajaran

kepengurusan sekarang (2014) bukan merupakan kader-kader yang

pertama kali ikut ‗jatuh-bangun‘ mendirikan partai Gerindra.270

Mereka

merupakan aktor-aktor baru pendatang yang karena faktor-faktor

tertentu, langsung menempati posisi-posisi penting dalam jajaran

kepengurusan Gerindra. Dengan kata lain, posisi-posisi penting banyak

diduduki oleh para kader non-perjuangan ketimbang kader perjuangan.

Hal tersebut bertentangan dengan Anggaran Dasar (AD) Gerindra

sendiri. Padahal, menurut AD/ART Gerindra Pasal 14 tentang Kader,

pada ayat kedua dan ketiga sangat jelas dipaparkan hierarkis kader dari

tingkatan paling bawah sampai posisi teratas. Bunyi pasal tersebut, ―(2)

Pembentukan kader partai Gerindra dilaksanakan melalui seleksi

kaderisasi secara berjenjang di dalam pendidikan dan latihan kader. (3)

Strata Kader partai Gerindra: a. Kader Penggerak; b. Kader Pratama; c.

Kader Muda; d. Kader Madya; e. Kader Utama; f. Kader Manggala.‖

Jenjang runutan kader tersebut menurut Pasal (4), ―dipersiapkan untuk

menjadi: a. Calon Pengurus Partai; b. Bakal calon Anggota DPR dan

DPRD; c. Bakal calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; d.

Bakal calon Presiden dan Wakil Presiden.‖271

Seharusnya, posisi-posisi kader dalam partai Gerindra bukan diisi

oleh wajah-wajah baru non-perjuangan, akan tetapi diisi oleh para

aktivis-aktivis perjuangan partai yang telah matang dan mengikuti

jenjang-jenjang pengkaderan tersebut. Memang benar, dalam ayat

kelima tentang kader tercantum ketentuan lanjutan bahwa ―Pengaturan

lebih lanjut tentang kader partai Gerindra sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), ayat ( 2), ayat ( 3) dan ayat (4) di atas, diatur dalam peraturan

partai.‖272

Namun, dalam realitasnya peraturan petinggi partai lebih

dominan daripada peraturan partai dalam pengisian kepengurusan

kader. Contoh dalam aplikasi politik praktis, pada Pemilihan Wali Kota

270

Wawancara dengan wartawan-wartawan senior Badan Komunikasi Gerindra

Bendungan Hilir tanggal 5-9-2013. Karena alasan masih aktif di Bakom, narasumber

namanya tidak penulis cantumkan. 271

Lihat Gerindra, Anggaran Dasar Partai Gerakan Indonesia Raya: Gerindra

(Jakarta: Gerindra, 2012), 7-8. 272

Gerindra, Anggaran Dasar Partai Gerakan Indonesia Raya, 8.

Page 208: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

176

Bandung 2013, Gerindra berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera

(PKS) lebih memilih Ridwan Kamil daripada mengajukan kadernya.

Uniknya lagi, Ridwan Kamil merupakan ―individu swasta yang

didukung,‖ oleh partai politik untuk menduduki posisi wali kota

tersebut dan bukan menjadi kader kedua partai politik pengusungnya.273

Jika meminjam analisis politik Soedijarto, dalam hal kaderisasi

Gerindra lebih mengedepankan pertarungan kekuatan sehingga

kecenderungannya ―tujuan menghalalkan cara,‖ selalu terbuka bagi

para petinggi politikus Gerindra ketimbang taat terhadap aturan mulia

tertulisnya sendiri. Artinya, karena yang mesti dimenangkan dalam

pertarungan politik itu adalah kepentingan dan keuntungan diri bukan

partai, yang mencuat adalah konflik kepentingan mengalahkan aturan.

Seharusnya Gerindra mengedepankan dan menghadirkan etika politik

sebagai sosok adab yang telah dituliskan dalam aturan-aturan resminya

untuk memedomani arah jalannya kaderisasi politik di partai. Lebih

lanjut Soedijarto menjelaskan bahwa suatu partai politik hendaknya

berbentuk partai kader dan bukan partai massa karena dengan partai

kader para anggota partai yang mempunyai pengetahuan dan keyakinan

politik dapat ikut memikul tanggung jawab politik. Sebaliknya, dalam

partai massa keputusan politik diserahkan seluruhnya ke tangan

pemimpin politik dan massa rakyat tetap tergantung dan tinggal

dimobilisasi menurut kehendak sang pemimpin partai.274

Penulis juga sependapat dengan Soedijarto bahwa partai politik dan

segenap komponen kadernya sebagai pilar demokrasi haruslah,

―Selalu berinteraksi dengan masyarakat sepanjang tahun. Kegiatan sosial

kemasyarakatan merupakan agenda wajib, begitu pula sikap cepat tanggap

dalam menghadapi musibah dan bencana. Para elit politik partai pun sudah

seharusnya sering terjun menemui konstituen, mendengar aspirasi mereka, dan

memperjuangkannya. Partai tidak boleh membuat jarak dengan rakyat. Di sinilah

sesungguhnya hakikat dari pendidikan politik yang diterapkan oleh partai politik

dan elitenya. Dengan demikian, maka apapun sikap dan kebijakan partai tidak

akan terlepas dari kehendak masyarakat konstituennya, dan benar-benar menjadi

penyambung lidah rakyat. Sehingga dapat mencegah kekhawatiran bahwa partai

hanya memperjuangkan kepentingan kelompoknya. Kegiatan pencerdasan

politik masyarakat harus terus dipupuk oleh partai politik melalui respon

273

Risanti, ―Berbeda Sikap dengan Gerindra, Ridwan Kamil Santai,‖

http://www.tempo.co/read/news/2014/09/14/058606767/Berbeda-Sikap-dengan-

Gerindra-Ridwan-Kamil-Santai, diakses tanggal 13 Desember 2014. 274

Soedijarto, ―Etika Perpolitikan Di Indonesia,‖

http://soedijarto.blogspot.com/2013/06/etika-perpolitikan-di-indonesia.html, diakses

14 Desember 2014.

Page 209: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

177

terhadap realitas sosial-politik. Selain itu berpolitik hendaknya dilakukan dengan

cara yang santun, damai, dan menyejukkan. Kemudian kita juga harus

mengembangan sistem multipartai agar kehidupan politik terhindar dari

konsentrasi kekuasaan yang terlalu besar pada diri satu orang atau satu golongan

saja. Dengan etika berpolitik yang demikian itulah kita berharap masyarakat

madani yang kita cita-citakan dapat segera terwujud.‖275

Selain hierarkis jenjang kaderisasi yang belum jelas, hak kader

untuk bebas bersuara juga belum diterapkan. Pasal 16 tentang Hak

Anggota ayat kesatu menyatakan, ―Setiap anggota mempunyai hak: a.

Bicara dan memberikan suara; b. Memilih dan dipilih; c. Membela

diri.‖276

Basuki Tjahaya Purnama, Fami Fakhrudin, M. Harris Indra,

dikeluarkan dari keanggotaan dan kepengurusan Gerindra karena

mereka mencoba mengkritisi dan memberikan suara mereka terhadap

kebijakan pengurus pusat Gerindra. Basuki Tjahaya Purnama

mengundurkan diri dari Gerindra karena bersuara yang melawan arus

pendapat partai Gerindra mengenai Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah).

Ahok, sapaan Basuki Tjahaya Purnama, lebih memilih opsi Pilkada

langsung daripada Pilkada tak langsung. Oleh karenanya, kalau Ahok

tidak mengundurkan diri, ia pasti akan dipecat oleh partai yang

mendudukannya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.277

Ahok

mengatakan dirinya sudah menyadari bahwa dengan sikapnya tersebut,

akan dipecat dari Gerindra. Sehingga lanjut Ahok dirinya memilih

untuk mundur karena pendepatnya tersebut tidak akan diterima oleh

partainya.

M. Harris Indra, mantan pendiri Gerindra dengan nomor Kartu

Tanda Anggota 01 dan mantan Ketua Tunas Indonesia Raya (Tidar),

dipecat Gerindra karena bersuara tidak mendukung pencalonan

Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden periode 2014-2019 lebih

memilih mendukung Jokowi. Ia berpendapat, kebenaran itu harus

diungkapkan walaupun menyakitkan. Baginya, saat itu, Jokowi adalah

kader bangsa yang terbaik saat itu untuk memimpin dan mewujudkan

Indonesia yang adil, sejahtera dan bermartabat. Dalam keyakinannya,

Prabowo adalah orang baik, yang selalu mengajarkan setia kepada

275

Soedijarto, ―Etika Perpolitikan Di Indonesia,‖

http://soedijarto.blogspot.com/2013/06/etika-perpolitikan-di-indonesia.html, diakses

14 Desember 2014. 276

Gerindra, Anggaran Dasar Partai Gerakan Indonesia Raya, 8. 277

Taufik Ismail, ―RUU Pilkada, Ahok: Saya Tidak Bodoh, Saya Mundur

sebelum Dipecat,‖http://www.tribunnews.com/nasional/2014/09/11/ahok-saya-tidak-

bodoh-saya-mundur-sebelum-dipecat, diakses tanggal 13 Desember 2014.

Page 210: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

178

republik ini dan jangan fanatik terhadap rezim, namun soal adil dan

bermartabat Jokowilah orangnya. Ia mempertegas bahwa Gerindra dan

Prabowo adalah dua hal yang berbeda, bagi dia Prabowo adalah

represntatif dari partai namun Gerindra bukanlah Prabowo. Gerindra

adalah kumpulan ide dan gagasan untuk membangun bangsa dan bukan

milik orang perorang.278

Sebelum Ahok dan M. Harris Indra, nasib yang sama juga

menimpa Fami Fachrudin, mantan pendiri dan anggota DPP-Gerindra

Ketua Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dikeluarkan dari

keanggotaan dan kepengurusan partai. Uniknya, kasus yang

menyebabkan ia dipecat karena merangkum dan mem-forward suara-

suara kritis tentang Prabowo lewat sms dan twitter. Fami Fachrudin

yang ikut merumuskan manifesto Gerindra, ketika itu, memprotes

secara terbuka perihal ini di jejaring sosial Twitter. Fami menyatakan,

perihal namanya tak masuk dalam susunan pengurus karena pernah

mengirim sebuah pesan singkat berisi kritik kepada Ketua Dewan

Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Pesan itu sendiri

sebenarnya merupakan rangkuman pendapat umum yang disarikannya.

Ia mengatakan, "saat itu, ada sebuah acara di televisi, Prabowo

berbicara mengenai agenda kerakyatan, namun di TV itu justru

diperlihatkan Prabowo menaiki kuda, punya kantor luas, dan ajudan

yang banyak. Akibatnya, banyak orang yang mengkritik." Kritikan

orang-orang yang masuk melaluinya itu disampaikan ke Prabowo.

Namun, Fami melihat, Prabowo merespons negatif masukannya. Dalam

satu forum partai, Prabowo menyebut bahwa ada kader yang tidak loyal

kepadanya. Dicap tidak loyal itulah yang membuat Fami Fachrudin

dikeluarkan dari DPP oleh formatur tunggal hasil Kongres Luar Biasa

tahun 2012. Formatur tunggal itu yakni Prabowo Subianto sendiri.

Fami menyayangkan, jika Prabowo mencoret namanya karena SMS itu.

Padahal Fami beranggapan, masukan melalui SMS itu justru perbaikan,

menjaga kredibilitas Prabowo sendiri sebagai pembawa amanat

manifesto Gerindra.279

Berdasarkan paparan sejarah pembentukan dan manifesto

perjuangan beserta dinamikanya, kesimpulan penulis, pada bab

sebelumnya, sekilas telah dibahas bahwa Lipset dan Rokkan (1987)

278

Wawancara penulis dengan M. Harris Indra di Warung Kita, Pacific Palace,

Sudirman Jakarta, tanggal 2 Desember 2014. 279

Wawancara penulis dengan Fami Fachrudin, di Kantor PT. Natuna Energy

Indonesia, Menara Palma 7th Floor Unit 701, JL.HR.Rasuna Said Blok X2 Kav.6,

Kuningan, Jakarta Selatan, tanggal 10 Juli 2014.

Page 211: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

179

berpendapat partai politik itu merupakan perkembangan dari individu

yang kemudian secara bersama sepakat untuk bersatu dalam suatu

organisasi masyarakat.280

Begitupun dengan Gerindra, sebagai partai

politik, ia tidak berdiri langsung menjadi sebuah partai. Gerindra,

meminjam istilah Darwin, secara evolusionis bertahap mengukuhkan

dirinya menjadi sebuah partai politik.

Paradigma para cendekiawan dan aktivis tentang wacana

masyarakat madani di Indonesia, lumrahnya sependapat dengan

pandangan, Gramscian, Tocquevillian, dan kaum sosiolog.281

Kelompok ini berpendapat bahwa masyarakat madani merupakan

wilayah tersendiri yang terpisah, mandiri, dan berbeda dari, keluarga,

market (pasar), dan negara.282

Meskipun demikian, juga terdapat

wacana masyarakat madani di Indonesia yang lebih cenderung sepakat

dengan paradigma Janoski,283

Chris Hann,284

Uhlin,285

dan kaum

280

Seymour M. Lipset dan Stein Rokkan, Cleavage Structures, Party System, and

Voter Alignments (New York: Free Press, 1987). Lihat juga Jacob Beilasiak,

―Substance and Process in the Development of Party Systems in East Central

Europe,‖ Communist and Post-Communist Studies, 30, No. 1 (1997), 23-44; Herbert

Kitschelt, dkk., ―Citizen, Politicans, and Party Certilization: Political Representation,

and State-Failure in Post-Industrial Democracies,‖ Europe Journal of Political

Research, Vol. 37 (2000), 149; Kuskridho Ambardi, Mengungkap Politik Kartel:

Studi tentang Sistem Kepartaian di Indonesia Era Reformasi (Jakarta: Gramedia,

2009), 23. 281

Wawancara online penulis via academia.edu dengan Martin van Bruinesen,

Selasa, 9 September 2014; Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society: Wacana

dan Aksi Ornop di Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2006), 215; Thania Paffenholz dan

Christoph Spurk, ―Civil Society, Civic Engagement, and Peacebuilding,‖ Social

Development Papers Conflict Prevention and Reconstruction, Paper The World Bank

No. 36/October (2006), 2; Robert W. Cox, ―Civil Society at the Turn of the

Millenium: Prospects for an Alternative World Order,‖ Review of International

Studies, Vol. 25, No. 1 (Jan., 1999), 3-4; European Commission, ―The Roots of

Democracy and Sustainable Development: Europe's Engagement with Civil Society in

External Relations,‖ Communication from the Commission to the European

Parliament, The Council, The European Economic and Social Committee and The

Committee Of The Regions, Brussels, 12.9.2012, COM (2012), 3. 282

Andi Faisal Bakti, ―Paramadina and its Approach to Culture and

Communication: an Engagement in Civil Society,‖ Archipel 68, Paris, (2004), 317;

Andi Faisal Bakti, ―Good Governance dalam Islam: Gagasan dan Pengalaman,‖

dalam Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus AF (ed.), Islam, Negara, dan Civil

Society: Gerakan dan Pemikiran Islam Kontemporer (Jakarta: Paramadina, 2005),

359. 283

Thomas Janoski, Citizenship and Civil Society, 12.

Page 212: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

180

antropolog. Wacana ini beranggapan bahwa aktor masyarakat madani

itu bisa terdiri dari individu, keluarga, partai dalam segala bentuknya,

hingga unsur masyarakat politik. Penulis mendukung wacana

masyarakat madani yang disebut terakhir ini. Bahkan, menurut

Bambang Pranowo, wacana masyarakat madani di Indoesia tidak bisa

dilepaskan begitu saja dari kearifan lokal (local wisdom) peradaban

bangsa ini.286

Dalam kearifan lokal Indonesia, antara masyarakat sipil

dan negara itu bersatu dan menyatu, manunggaling kawula-gusti.

Senada dengan pendapat para cendekiawan yang disebut belakangan,

Jimmly Ashshidqie berpendapat wacana tentang masyarakat madani

sudah berkembang sesuai perkembangan zaman. Dikotomi masyarakat

madani dengan negara dalam perkembangannya telah saling bersinergi.

Sehingga wacana quasi masyarakat madani sepatutnya juga layak untuk

dikaji.287

284

Chris Hann, ―Political Society and Civil Anthropology,‖ dalam Chris Hann dan

Elizabeth Dunn, Civil Society: Challenging Western Models (London dan New york:

Routledge, 1996), 4. 285

Anders Uhlin, Indonesia and the “Third Wave of Democratization:” The

Indonesian Pro-Democracy Movement in a Changing World (London: Curzon Press,

1997), 89-107. 286

Bambang Pranowo, ―Islam and Social Change,‖ Mata Kuliah SPs UIN Jakarta,

4 November, 2013; Bambang Pranowo, Memahami Islam Jawa (Tangerang: Pustaka

Alvabet, 2009). 287

Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik, dan

Mahkamah Konstitusi (Jakarta: Konstitusi Press, 2005), 44. Juga wawancara online

penulis via short message system (SMS) dan web dengan Jimly Asshiddiqie, tanggal

12 Maret 2013.

Page 213: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

181

BAB IV

KONSEPSI RUANG PUBLIK DAN KENEGARAAN

Masyarakat madani merupakan wujud masyarakat yang memiiki

keteratuan hidup dalam suasana perikehidupan yang mandiri,

bekeadilan social, dan sejahtera. Masyarakat madani mencerminkan

tingkat kemampuan dan kemajuan masyarakat yang tinggi untuk

bersikap kritis dan partisipatif dalam menghadapi berbagai persoalan

hidup. Thomas Janoski menegaskan bahwa masyarakat madani ini

terbentuk dari asosiasi-asosiasi masyarakat dengan tujuan yang sama.1

Sebagai sebuah komunitas, posisi masyarakat madani berada di atas

keluarga dan di bawah Negara atau di antara keduanya. Komunitas itu

dicirikan oleh budaya gotong-royong yang mampu mendorong anggota

masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan bersama secara partisipatif.

Selain aktor individu, bentuk-bentuk masyarakat partisipatif yang

tergabung dalam Gerindra. Aktor individual dan asosiasi kelompok

dibutuhkan agar kehidupan yang demokratis dapat ditopang oleh

masyarakat madani.

A. Kiprah dalam Kegiatan Sosial

1. Organisasi Sayap Partai Gerindra

Selain aktor individual, perjuangan manifesto masyarakat madani

Gerindra juga didukung oleh lembaga swadaya masyarakat dan

organisasi-organisasi sayap partai. Di antaranya adalah Gerakan

Muslim Indonesia Raya (Gemira), Kristen Indonesia Raya (Kira),

Gema Shadhana, Perempuan Indonesia Raya (Pira), Tunas Indonesia

Raya (Tidar), dan Kesehatan Indonesia Raya (Kesira).

Awal didirikannya Gerindra, tidak terlepas dari peran organisasi

publik di bidang pertanian, yaitu Himpunan Kerukunan Tani Indonesia

(HKTI) di mana selama dua periode Prabowo menjadi ketuanya. Selain

HKTI, berbagai macam organisasi mendukung Gerindra, antara lain

Lembaga Masyarakat Peduli Hutan, Kebun dan Pangan, Perbindo

(Perhimpunan Bambu Indonesia) Asosiasi Pedagang Pasar seluruh

1Thomas Janoski, Citizenship and Civil Society: A Framework of Rights and

Obligations in Liberal, Traditional, and Social Democratic Regimes (Cambridge:

Cambridge University Press, 1998), 12.

Page 214: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

182

Indonesia (APPSI), Gerakan Muslim Indonesia Raya (Gemira), dan

lain-lain.2

Sejumlah lembaga publik itu bergabung dengan Gerindra karena

merasa prihatin terhadap lingkungan rakyat kecil dan nasib petani yang

selalu bernasib buntung sebagai dampak stuktur ekonomi yang ada.

Untuk memperbaikinya nasib petani harus didahului dengan perubahan

sistem ekonomi. Tapi yang membuat mereka frustasi saat ingin

melakukan perubahan, sebab mereka sebagai organisasi publik

terhempas oleh kekuatan politik. Intinya, politik adalah panglima,

termasuk menentukan nasib petani. Apa yang digagas dan diusulkannya

tak pernah ditanggapi. Sebagai contoh, mereka punya usul negara

jangan impor pangan, ternyata malah impor. Dari situlah akhirnya

mereka menyadari bahwa untuk melakukan perubahan sistem harus

menggunakan kekuatan politik.3

a. Gerakan Muslimin Indonesia Raya

Gerakan Muslimin Indonesia Raya (Gemira) dibentuk pada 13

Maret 2009, diketuai oleh da’i ‘sejuta umat’ Zainuddin MZ. Gemira

dibentuk untuk mewadahi dan memberdayakan umat Islam di

Indonesia. Setelah keluarnya SK tertanggal 28 Oktober 2011,

kepemimpinan Gemira dilanjutkan oleh Habib Mahdi Alatas. Di bawah

kepemimpinan Ḥabīb Mahdi, sampai April 2014 tercatat lebih dari

500.000 anggota yang telah mengantongi Kartu Tanda Anggota (KTA).

Target saya kepengurusan Gemira mencapai 100 % atau ada di semua

provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia. Gemira membangun jejaring

dengan kelompok Nahḍiyyīn, al-Khairāt di Indonesia bagian timur, dan

Nahḍat al-Waṭan untuk Nusa Teggara Barat dan sekitarnya. Juga ada

Muhammadiyah, di samping kader­kader muda, baik Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

(PMII), maupun organisasi kemahasiswaan lainnya.4

Banyak hal yang sudah dilaksanakan Gemira, yang paling utama

tentu saja pembuatan KTA atau KTA­nisasi bagi umat Islam yag

2Wawancara penulis dengan Suhardi, Ketua Umum Gerindra, di DPP Gerindra

Ragunan Jakarta, Jum’at, 23 Agustus 2013; Fami Fachrudin, di Kantor PT. Natuna

Energy Indonesia, Menara Palma 7th Floor Unit 701, JL.HR.Rasuna Said Blok X2

Kav.6, Kuningan, Jakarta Selatan, tanggal 10 Juli 2014. 3Wawancara penulis dengan Suhardi, Ketua Umum Gerindra, di DPP Gerindra

Ragunan Jakarta, Jum’at, 23 Agustus 2013. 4Gema Indonesia Raya, “Sesuai Fikih Siyasah Prabowo Pantas Menjadi

Presiden,” Gema Indonesia Raya, edisi 12/Tahun II/April (2012), 9.

Page 215: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

183

tergabung. Gemira juga memberikan santunan kepada fakir-miskin dan

fuqara juga korban bencana alam. Selain itu, Gemira melakukan

tablīgh akbar di seluruh Indonesia. Gemira merupakan organisasi Islam

yang bebas, siapa saja boleh masuk jadi anggotanya, selama mereka

memiliki ideologi yang baik, yaitu menganut ajaran Islam. Gemira

berusaha semaksimal mungkin agar para anggotanya merasa saling

memiliki bukannya mereka harus terpecah­pecah, baik karena salafi,

tradisioal ataupun modern. Di Gemira, semua anggota adalah umat

Muhammad Saw., yang harus menyuarakan kebenaran. Di sini, umat

Islam harus menjadi suri tauladan, dengan upaya menuju perubahan ke

arah yang lebih baik, bukan hanya menginginkan jabatan atau

kekuasaan.5

Dalam arahan Ḥabīb Mahdi kepada seluruh pengurus dan jama’ah

tidak pernah menawarkan sesuatu yang berlebihan. Ḥabīb hanya

menawarkan perubahan bagi bangsa Indonesia. Artinya, perubahan itu

tak akan pernah berhasil, kecuali partai politiknya kuat. Dan partai

politik kuat harus didukung oleh masyarakat yang benar­benar kuat dan

loyal. Banyak ulama yang telah bergabung dengan Gemira, dan mereka

itu mayoritas ulama yang tidak pernah berpolitik. Di DKI Jakarta,

misalnya, ada Abu Hanifah, yang terkenal dengan ketegasannya untuk

tidak berpartai politik. Tapi untuk Gemira, mau menjadi Dewan

Penasihat Gemira DKI. Bagi Gemira, umat Islam haruslah memilih

sosok pemimpin yang tegas, berprinsip dan berakhlak mulia. Artinya,

tidak terlibat dalam korupsi, memiliki motivasi dan berpihak pada

kerakyatan. Salah satu alasan berdirinya Gemira, yaitu memastikan dan

mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara. Karena Pancasila

terbukti mampu menjaga kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.

Pancasila merupakan alasan bagi bangsa Indonesia untuk bersatu.

Bukan suara mayoritas yang menjadi landasan bangsa Indonesia.

Karena itu, Gemira pun harus mendukung tercapainya salah satu

cita­cita dan tujuan berdirinya Gerindra tersebut.6

5Gema Indonesia Raya, “Sesuai Fikih Siyasah Prabowo Pantas Menjadi

Presiden,” 9. 6Gema Indonesia Raya, “Sesuai Fikih Siyasah Prabowo Pantas Menjadi

Presiden,” 9.

Page 216: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

184

b. Kristen Indonesia Raya (Kira)

Kira (Kristen Indonesia Raya)7 merupakan sayap partai yag

diperuntukan bagi para pemeluk Kristen, baik Katolik maupun

Protestan. Menurut Ketua Dewan Pembina KIRA, Hashim

Djojohadikusomo, sayap partai yang menaungi penganut Kristen hanya

Gerindra, yang juga punya sayap untuk Islam, Hindhu dan Budha. Hal

ini menunjukkan bahwa Gerindra memang ingin berbeda, bukan untuk

mengkotak­kotakan simpatisan berdasarkan agama dan keyakinan.

Gerindra merupakan partai nasionalis dan Pancasilais.8

Visi Kira adalah “memperjuangkan cita-cita rakyat menuju

masyarakat Indonesia yang bermartabat, sejahtera dan berkeadilan

dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang

berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 tanpa membedakan suku,

agama dan golongan.” Sedangkan misi yang akan dijalankan di

antaranya adalah: 1). Bersama-sama dengan segenap komponen

masyarakat dan pemerintah bertekad membangun Indonesia sejahtera;

2). Mendorong segenap umat Nasrani yang mempunyai keahlian untuk

turut berperan aktif membangun bangsa Indonesia; 3). Mendorong

segenap umat Nasrani untuk bersama-sama dengan segenap masyarakat

konsekuen mempertahankan keutuhan NKRI; 4). Mendorong

pemerintah untuk secara konsekuen menjalankan UUD 1945 dan

mencabut peraturan-peraturan yang bertentangan dengan semangat

kesatuan NKRI.9 Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) melalui

sayapnya Kristen Indonesia Raya (Kira) bekerja sama dengan

Indonesia Christian Network (ICN). Gerakan ini mengusung aktivitas

yang berlandaskan "kebenaran meninggikan derajat bangsa" dari kitab

Amsal pasal 14 ayat 34 Kitab Injil. Gerakan ini juga menekankan

revitalisasi kehidupan politik kebangsaan dan reposisi politisi Kristiani

dalam seluruh aspek kehidupan bemasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.10

7KIRA berdiri pada tanggal 18 November 2008, SK No. 11-1287/Kpts/DPP-

GERINDRA/2008. 8Iman Firdaus, “Natal Warga Gerindra,” Gema Idonesia Raya, edisi 10/Tahun

II/Februari (2012), 7. 9Gerindra, “Kristen Indonesia Raya (Kesira),”

http://partaigerindra.or.id/2012/01/17/kristen-indonesia-raya-

kira.html#sthash.3SjteSQx.dpuf, diakses tanggal 12 Januari 2014. 10

Iman Firdaus, “Natal Warga Gerindra,” 7.

Page 217: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

185

c. Gerakan Masyarakat Sanathana Dharma Nusantara (Gema

Sadhana)

Gerakan Masyarakat Sanathana Dharma Nusantara (Gema

Sadhana) merupakan sayap partai yang mewakili umat Hindu, Buddha,

Konghucu dan Aliran Kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa. Partai

gerindra memberi tempat kepada etnis India dan Tionghoa untuk

bersama-sama berperan serta dalam partai. Menurut Ketua Umum

gema Sadhana, A.S. Kobalen, gerakan ini dilatarbelakangi keinginan

untuk mencari jati diri bangsa Indonesia. Selama ini masyarakat

keturunan India dan tionghoa masih menjadi kelompok minoritas dan

seringkali menjadi warga negara kelas dua. Kobalen merasakan

keberadaan kelompok minoritas itu tidak mendapat ruang dalam partai

politik.11

Organisasi ini bertujuan terbinanya anak-anak bangsa,

khususnya umat Hindu, Buddha, Konghucu dan Aliran Kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa agar menjadi kader-kader Nasional

yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu juga untuk

berperan aktif dalam bidang Sosial dan politik nasional, serta mandiri

mengabdi dan berperan aktif atas terwujudnya masyatakat adil dan

makmur tanpa diskriminasi, berdasarkan ideologi Pancasila dan UUD

1945.12

Partai Gerindra memberi tempat bagi masyarakat keturunan India

dan Tionghoa untuk berperan serta. Partai Gerindra memberi ruang dan

kendaraan bagi kaum minoritas ini untuk mengangkat harkat

kelompoknya. Di Partai gerindra pula, Kobalen merasakan keberadaan

partai ini dihambat oleh AIDS dari kelompok lain. AIDS ini bukan

penyakit, melainkan istilah dari “angkuh, iri, dengki, dan sirik.” Ia juga

melemparkan istilah “Duit” sebagai inti gerakan gema Sadhana. “Duit”

adalah akronim dari “doa, usaha, iman, dan takwa,” itulah inti

gerakannya. Di Indonesia ada sekitar 25 juta masyarakat keturunan

India dan tiongoha. Partai Gerindra berupaya untuk menghilangkan

diskriminasi terhadap minoritas. Partai Gerindra memberi tempat

kepada etnis India dan tionghoa untuk bersama-sama berperan serta

dalam partai. Dengan kehadiran Gema Sadhana, maka lengkaplah

Partai Gerindra sebagai wujud aplikasi Bhinneka tunggal Ika.13

11

Budi Sucahyo, “Gema Sadhana: Darah Baru dari Keturunan Etnis India dan

Tionghoa,” Gerakan Indonesia Raya, edisi 8/Tahun I/Desember (2011), 6. 12

Lihat Gema Sadhana, AD/ART Gema Sadhana (Jakarta: Gema Sadhana, 2011),

12. 13

Budi Sucahyo, “Gema Sadhana: ....,” 6.

Page 218: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

186

Organisasi ini dijalankan dengan mengedepankan asas

kekeluargaan, saling berbagi dan tukar pendapat, terkait masalah yang

dihadapi. Dengan tujuan untuk menghasilkan keputusan yang akan

memperkuat posisi internal dan eksternal Gema Sadhana dalam

menjalankan roda organisasi serta pergerakannya dalam

memperjuangkan nilai-nilai Pancasila. Dan memiliki kesetaraan di

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang Berbhineka Tunggal Ika,

Tan Hanna Dharma Mangrva, berbeda-beda tetapi satu jua, Tidak ada

kerancuan dalam kebenaran.14

Sementara Permadi, selaku Anggota

Dewan Pembina DPP Gema Sadhana mengatakan, Gema Sadhana

adalah sayap Gerindra yang juga sayap spiritual. Karena organisasi ini

dinaungi masyarakat dari beberapa agama. Sehingga dalam pergerakan

sosial kemanusiaan ataupun pergerakan politik nya, harus menemukan

pelita dari ajaran tersebut. Serta menjadi panutan dalam membela

bangsa dan tanah air.

d. Perempuan Indonesia Raya (Pira)

Perempuan Indonesia Raya (Pira) adalah organisasi sayap partai

Gerindra untuk menghimpun dan memberdayakan perempuan

indonesia. Didirikan pada 9 Oktober 2008, visi Pira adalah

meningkatkan kesejahteraan perempuan Indonesia dalam seluruh aspek

kehidupan. Sedangkan misinya adalah meningkatkan ekonomi keluarga

melalui pemahaman tentang pentingnya pendidikan, kesehatan, budi

pekerti, sosial budaya kepada perempuan Indonesia untuk kemandirian

bangsa dan generasi penerus.15

Sampai tahun 2014 ini, Pira dipimpin oleh Ketua Umum Soemarjati

Arjoso. Organisasi perempuan sayap Partai Gerindra ini sudah ada di

seluruh provinsi dan kabupaten sesuai dengan keberadaan DPD dan

DPC Partai Gerindra. Sejak didirikan, Pira sudah melakukan berbagai

kegiatan seperti bakti sosial menyantuni 2000 kaum wanita papa di

Jawa Barat, seminar tentang kanker rahim dan pelayanan papsmear

(2009), donor darah (2009), penyerahan bantuan ke PAUD Nomensen

Jakarta Timur (2009), pengobatan gratis para korban banjir di Desa

Ponco dan Gempol Karawang, seminar empat Pilar bangsa, dan

lokakarya kewirausahaan.16

14

Wawancara dengan Permadi, di Kantor DPP Gerindra Ragunan, tanggal 13-06-

2013. 15

Gerindra, “Pira Mengedepankan Karya Nyata,” Gema Indonesia Raya, edisi

5/Tahun I/Agustus (2011), 8. 16

Gema Idonesia Raya, edisi 10/Tahun II/Februari (2012), 9.

Page 219: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

187

Pira mempunyai prinsip lebih mengedepankan kerja dan karya.

Manifesto politik Partai Gerindra yang tertuang dalam Delapan

Program Aksi untuk Kemakmuran Rakyat menjadi lokomotif

perjuangan Pira. Selain itu, organisasi yang bertujuan untuk

menghimpun, menyalurkan, dan menyampaikan aspirasi anggota Pira

kepada Partai Gerindra. Lembaga ini juga disiapkan untuk mengkader

dan menyiapkan 30% calon legislatif perempuan untuk partai

berlambang kepala burung garuda itu.17

Sebagai sayap Partai Gerindra, tujuan utama didirikan Pira untuk

lebih mendorong Partai Gerindra melalui gerakan perempuan. Jadi,

tugas Pira adalah melengkapi dan menyentuh aspek yang belum

tersentuh dari program­program yang dicanangkan Partai Gerindra.

Bukan hanya sebagai pelengkap, tapi justru menjadi lokomotif. Karena

program pemerintah tidak pernah mengoptimalkan kaum perempuan.

Disinilah titik lemah yang akan Pira rebut untuk bisa mendorong dan

memberdayakan kaum perempuan. Anggota Pira juga mendirikan

Koperasi Mawar Melati. Pengurus Koperasi Mawar Melati kebanyakan

adalah pengurus Pira. Koperasi ini dijadikan media untuk

mensosialisasikan program organisasi dan menarik anggota.18

Dengan mendirikan Koperasi Mawar Melati, Pira bersinergi dengan

pemerintah dan organisasi lain. Dengan pemerintah, Pira pernah

melakukan tiga kegiatan. Pertama, bekerjasama dengan Balitbang

Kementerian Pertanian mengadakan agrowisata bertepatan dengan Hari

Kartini 21 April 2011. Kedua, Pira mengadakan Pameran Pangan

Nusantara bekerja sama dengan Yayasan Srikandi. Yayasan tersebut

adalah kumpulan istri­istri orang asing. Dengan kegiatan ini,

orang­orang asing yang bekerja di Indonesia bisa memahami potensi

lokal makanan Indonesia. Kegiatan ini didukung oleh Dirjen P2HP

(Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian) Kementerian Pertanian.

Dari kedua kegiatan itu, Kementerian Pertanian merasa puas karena

programnya secara tidak langsung disosialisasikan. Selama ini,

program­program pemerintah hanya diketahui oleh aparaturnya sendiri.

Dengan kegiatan itu, program bisa membumi dan dirasakan

masyarakat. Ketiga, kerjasama Pira dengan Kementerian Koperasi dan

UKM. Hal ini bisa terjalin karena ketua harian Pira, di Dekopin sebagai

dewan pakar. Dengan kegiatan itu, Kementerian Koperasi dan UKM

antusias ingin membantu Koperasi Mawar Melati. Pira pun diberi satu

17

Gerindra, “Pira Mengedepankan Karya Nyata,” 8. 18

Gerindra, “Pira Mengedepankan Karya Nyata,” 8.

Page 220: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

188

ruangan di Smesco, pusat pameran koperasi dan usaha kecil dan

menengah, untuk memamerkan hasil karya perempuan­perempuan

yang tergabung di Pira.19

e. Tunas Indonesia Raya

Tunas Indonesia Raya (Tidar) dibentuk sebagai organisasi yang

menjadi wadah bagi pemuda-pemudi Indonesia untuk melakukan

kegiatan positif. Tidar mempunyai misi untuk menciptakan calon

pemimpin yang diharapkan dapat memperkokoh Indonesia. Misi ini

akan dicapai melalui berbagai upaya, di antaranya memperkuat dan

membentuk karakter pemuda agar dapat berkarya di mana pun dia

berada.20

Sejak organisasi ini berdiri sudah banyak aksi nyata yang dilakukan

Tidar, salah satu di antaranya Program Sekolah untuk Semua. Program

ini memberikan bantuan pendidikan di mana pengurus Tidar turun

langsung mencari kursi kosong di sekolah-sekolah dasar lalu

menyekolahkan kembali anak-anak putus sekolah. Selain Sekolah

untuk Semua, Tidar juga memiliki Program Buku untuk Semua, yakni

bantuan berupa buku-buku bacaan yang dikumpulkan dalam satu taman

Bacaan Tidar dan Pustaka Keliling Tidar. Lalu, organisasi ini juga

menyalurkan bantuan yang sifatnya peduli kepada sesama yang

mengalami kesulitan, seperti kaum lansia, anak jalanan, keluarga

kurang mampu, anak yatim-piatu, korban bencana alam, dan revolusi

putih. Jadi, melalui berbagai kegiatan itulah Tidar menyampaikan

pesan kepada pemuda Indonesia bahwa masa depan yang kokoh

berawal dari generasi muda yang kokoh. Tidar menyuarakan dan

mendukung karya nyata anak bangsa, demi masa depan Indonesia yang

lebih baik. Untuk itu seluruh pemuda Indonesia diundang untuk

bergabung bersama Tidar, membangun potensi diri demi membangun

Indonesia yang kokoh.21

Tidar sadar bahwa regenerasi kepemimpinan harus terjadi tidak

hanya di bidang politik dan di pemerintahan, namun juga di berbagai

bidang masyarakat. Keadaan saat ini menunjukan belum munculnya

pemimpin muda yang sesuai dengan harapan rakyat. Untuk itu, Tidar

merasa perlu mencetak kader pemimpin bangsa yang bermoral tinggi,

berkarakter, bermartabat, berintegrasi, terampil, peka, serta memiliki

19

Gerindra, “Pira Mengedepankan Karya Nyata,” 8. 20

Ardi Winangun, “Memperkokoh Kader Menuju Indonesia Raya,” Gema

Indonesia Raya, edisi 8/Tahun I/Desember (2011), 8. 21

Ardi Winangun, “Memperkokoh Kader Menuju Indonesia Raya,” 8.

Page 221: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

189

jiwa nasionalis, religius, dan pluralis. Kaderisasi di Tidar tidak hanya

ditujukan untuk kepentingan Partai Gerindra sebagai induk organisasi,

tetapi juga ditujukan untuk mempersiapkan calon pemimpin yang

berkarya nyata di masyarakat.22

Kader-kader Tidar adalah pemuda-pemudi Indonesia yang berusia

antara 17 hingga 35 tahun yang ingin belajar berorganisasi dan

berkontribusi untuk masyarakat. Kader Tidar aktif berkarya di

masyarakat dan di bidang keahlian masing-masing. Ada yang berkarya

di bidang politik, kemanusiaan, kesehatan, wirausaha, olahraga, dan

masih banyak lagi di bidang lainnya.23

Tidar berdiri 7 Juli 2008, punya tujuan untuk menyerap,

menampung dan menyalurkan aspirasi pemuda Indonesia, agar dapat

berkontribusi kepada nusa dan bangsa. Sebagai organisasi pemuda,

maka gaya dan pendekatan yang dilakukan sesuai dengan aspirasi,

bahasa, gaya dan cara yang dekat dengan jiwa pemuda. Tidar sangat

konsentrasi menggarap kalangan muda, sebab berdasarkan sebuah

survei, pada Pemilu 2014, pemilih muda usia 17-31 tahun akan

menentukan pemenang pemilu. Jumlah pemilih muda pada Pemilu

2014 diperkirakan 40% hingga 42% dari total pemilih. Prosentase itu

berkisar 90 juta pemilih muda. Tidar ingin merebut suara sebanyak-

banyaknya dari pemilih muda guna meneguhkan partai induk, Partai

gerindra.24

Seleksi anggota yang dilakukan Tidar tidak hanya bakat dan minat,

namun juga membangun karakter tunas bangsa dengan semangat

Pancasila dan UUD 1945. Memiliki misi untuk melahirkan kader

pemimpin bangsa yang bermoral tinggi, berkarakter, bermartabat,

berintegritas, terampil, peka, serta memiliki jiwa yang nasionalis,

religius dan pluralis. Wakil Ketua Umum Tidar, Budisatrio

Djiwandono, menambahkan bahwa organisasi ini dibentuk atas dasar

kesadaran bahwa pemuda memiliki aspirasi yang sangat beragam.

Sebagai pemuda Indonesia, sebagai tunas muda, sudah saatnya

melakukan sesuatu secara konkret untuk maju bersama membangun

negeri ini. Tidar mewadahi dan menyalurkan beragam aspirasi tersebut

dalam berbagai aktivitas yang positif untuk masyarakat secara nyata.25

Tidar sebagai sayap pemuda dan pemudi Partai Gerindra aktif

melakukan berbagai kegiatan sosial, pendidikan, keagamaan, budya

22

Ardi Winangun, “Memperkokoh Kader Menuju Indonesia Raya,” 8. 23

Ardi Winangun, “Memperkokoh Kader Menuju Indonesia Raya,” 8. 24

Ardi Winangun, “Memperkokoh Kader Menuju Indonesia Raya,” 8. 25

Ardi Winangun, “Memperkokoh Kader Menuju Indonesia Raya,” 8.

Page 222: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

190

dan lain-lain. Contohnya, dalam bidang pendidikan, diadakan diskusi

rutin setiap Rabu malam. Kegiatan ini disebut Diramal. Diramal adalah

akronim dari Diskusi Rabu Malam. Itulah nama kegiatan yang

diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Tunas Indonesia Raya (PP tidar),

sayap pemuda partai Gerindra. Program rutin mingguan dari Bidang

Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK) ini berlangsung dari pukul 19.00

hingga 21.30 WIB dan terbuka untuk umum. Kegiatan ini dilaksanakan

bertempat di kantor Tidar yang terletak di Jl. Wolter Monginsi,

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Wakil Sekretaris Jenderal PP Tidar,

Bahtiar Sebayang, menjelaskan bahwa kegiatan Diramal ini

mempunyai tujuan: pertama, membahas masalah-masalah kebangsaan

dan kerakyatan, khususnya yang berkembang saat ini. Kedua, mencari

dan mendiskusikan gagasan baru, segar, dan sekaligus memberikan

solusi terhadap permasalahan bangsa dan kerakyataan yang ada.

Ketiga, sebagai ruang untuk mengasah dan melatih ketajaman

intelektual dan public speaking. Untuk mengisi acara tersebut, Tidar

mengundang beberapa narasumber, baik dari Partai Gerindra maupun

dari luar partai Gerindra. Mereka yang pernah menjadi pembicara

antara lain, Metta Dharmasaputra (wartawan), emerson Juntho (wakil

koordinator ICW), Mahmudi Muslim (pengamat ekonomi BII), dan

Harun al-Rasyid. (anggota Komisi II DPR dari fraksi Partai

Gerindra).26

f. Kesehatan Indonesia Raya (Kesira)

Kesehatan Indonesia Raya (Kesira) merupakan organisasi otonom

partai Gerindra yang khusus menangani masalah kesehatan. Tujuan

berdirinya adalah utuk membantu masyarakat yang kesulitan

mendapatkan fasilitas kesehatan. Organisasi ini diketuai oleh Sardjana,

Ketua I, bidang klinik dan ambulans. Sebagai seorang praktisi

kesehatan, ia dan para anggota medis lainnya paham betul bagaimana

situasi pelayanan kesehatan yang disediakan pemerintah. Karena itu,

melalui Kesira, akan diperjuangkan bagaimana pola manajemen

kesehatan yang baik sehingga menjadi percontohan bagi pengelolaan

kesehatan. Peraturan tersebut harus mampu menjawab kebutuhan

primer kesehatan dari hulu hingga ke hilir.27

Kesira berdiri berdasar gagasan 152 orang dokter ahli yang hendak

mengumandangkan semangat kebangsaan, dan mempropagandakan

26Ardi Winangun, “Memperkokoh Kader Menuju Indonesia Raya,” 8.

27GIR, “Pokoknya Kesira Telah Menanamkan Kebaikan,” Wawancara Gema

Indonesia Raya, edisi 14/Tahun II/Juni (2012), 9.

Page 223: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

191

pentingnya kesehatan, selain pendidikan. Alasan lain yang lebih

sederhana, mereka mempunyai visi dan misi yang sama, serta memiliki

keprihatinan yang sama terhadap pelayanan kesehatan saat ini. Mereka

memandang pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan,

cenderung mengkomersialkan kesehatan dan kurang tepat dalam

membuat kebijakan. Misalnya, pemerintah secara tak terduga

meluncurkan program Jaminan Persalinan Gratis (Jampersal) dengan

tujuan menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi

(AKB). Namun faktanya, sejak regulasi itu bergulir justru AKI dan

AKB malah naik. Angka section caecarea (section rate) dan angka

infeksi nosokomial naik. Serta angka kematian bayi dalam kandungan

juga naik, karena Bed Occupancy Rate (BOR) naik di atas 100%.28

Menyikapi hal tesebut, Kesira didedikasikan untuk masyarakat

umum. Masing-masing Ketua Kesira di daerah memiliki kemampuan

menerjemahkan program Kesira Pusat, lebih cepat dari yang

dibayangkan. Misalnya, yang semula berupa pendampingan jaminan

pelayanan masyarakat miskin dengan ambulans gratisnya, ternyata

sudah merambah hingga ke deteksi dini kanker serviks dengan

pemeriksaan PAP Smear gratis. Deteksi dini pada ibu hamil dan

penderita kencing manis, dan operasi bedah tumor payudara pun

dilaksanakan secara gratis. Pengobatan gratis ini sudah menjadi

program unggulan Kesira di daerah-daerah. Kesulitan untuk

melaksanakan program gratis tersebut relatif tidak ada. Karena para

ketua dan anggota Kesira nota bene terdiri dari para dokter dan

pegawai kesehatan yang hidupnya lebih seatle (mapan). Jadi, benar-

benar mengabdi, bukan mencari penghasilan dari Kesira. Singkatnya,

ingin melakukan ibadah secara struktural dan kultural kepada

masyarakat.29

Itulah suatu bentuk sumbangsih Kesira kepada partai

berupa pengayoman masyarakat di bidang kesehatan. Mitos

”masyarakat miskin tidak boleh sakit” sudah dijawab oleh Kesira.

Kalaupun masyarakat yang merasa sudah tertolong dengan kehadiran

Kesira, kemudian masyarakat simpati kepada partai Gerindra, itu

merupakan hal yang sudah sewajarnya. Tidak simpatipun, nawaitu

perjuangan Kesira adalah ibadah.

Kondisi pelayanan kesehatan yang ada sekarang, menjadi spirit

untuk perlu melahirkan layanan kesehatan milik swasta sebagaimana

Kesira. Kemenkes mustahil tidak ada ketergantungan pada pihak

28

GIR, “Pokoknya Kesira Telah Menanamkan Kebaikan,” 9. 29

GIR, “Pokoknya Kesira Telah Menanamkan Kebaikan,” 9.

Page 224: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

192

swasta. Hal tersebut bisa dilihat dari besaran APBN yang kurang dari

5%, untuk kesehatan. Kemudian bisa juga dilihat dari ketertarikan

masyarakat terhadap asuransi yang masih di bawah 8%, serta etos

kerja, model mental tenaga kesehatan di rumah sakit negeri masih di

bawah 2,5%. Untuk mensiasati hal tersebut, harapan Kesira ke depan

akan terbentuk suatu Rumah Sakit Pusat Kesira. Untuk mewujudkan

hal tersebut, akan digagas masing-masing provinsi harus ada rumah

sakit setingkat Rumah Sakit Pendidikan. Realisasinya, semenjak tahun

2012, di Kabupaten Malang dan Tangerang Selatan sudah berdiri

Rumah Sakit Kesira tanpa kelas.30

Aktivitas Kesira diutamakan pada daerah-daerah, bukannya di

kantong-kantong Gerindra, agar Kesira segera mampu menganalisis

semua tantangan pada awal bekerja. Produk yang ditawarkan Kesira ini

bukan analisis saja, seperti yang menjadi suguhan berita sehari-hari,

baik di media cetak, elektronik, dan lainnya. Tetapi, juga bagaimana

mencari solusinya. Misalnya, kalau ada suatu rumah dan lingkungan

yang tidak atau kurang sehat, Kesira siap membantu untuk

menormalkannya. Selain itu, jika ada orang sakit yang tidak mampu

bayar biaya rumah sakit, Kesira mendampinginya dengan

mengantarkan dengan ambulans Kesira. Serta dibantu mengurus

perlengkapan administrasi sebagai persyaratan Askeskin atau

Jamkesda. Sedangkan sebagai imbalannya ke Kesira, hanya dimintai

kesediaan untuk dibuatkan Kartu Tanda Anggota Gerindra, sebagai

upata KTA-nisasi.31

2. Partai Politik yang Bergabung

Selain organisasi sosial, beberapa partai politik juga ikut berfusi ke

dalam Gerindra. Kader-kader Partai Bulan Bintang (PBB) banyak yang

hijrah ke Gerindra, semisal Fadli, Ahmad Muzani, dan Fami

Fachruddin.32

Partai Bintang Reformasi (PBR) resmi berfusi dengan

partai Gerindra yang berlangsung di Puri Ratna Room, Hotel Sahid,

Jakarta, pada tanggal 18 Pebruari 2011. Dengan adanya kesepakatan

fusi ini, maka konstituen PBR di akar rumput sudah semestinya

mengikuti garis yang telah ditetapkan oleh pucuk pimpinannya guna

memperkuat basis massa partai Partai Gerindra. Untuk selanjutnya,

30

GIR, “Pokoknya Kesira Telah Menanamkan Kebaikan,” 9. 31

GIR, “Pokoknya Kesira Telah Menanamkan Kebaikan,” 9. 32

Wawancara dengan Fami Fachrudin, di Kantor PT. Natuna Energy Indonesia,

Menara Palma 7th Floor Unit 701, JL.HR.Rasuna Said Blok X2 Kav.6, Kuningan,

Jakarta Selatan, tanggal 10 Juli 2014.

Page 225: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

193

adalah tugas kader partai pecahan PPP ini untuk mensosialisasikan fusi

ini ke konstituen dan basis massa partai PBR yang tersebar di seluruh

Indonesia.33

PBR sendiri bukanlah partai politik pertama yang menyatakan

bergabung dengan partai Gerindra. Sebelumnya, pada tanggal 31

Oktober 2010, enam (6) parpol yang menamakan dirinya Poros

Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera) menyatakan bergabung dengan

Gerindra. Keenam parpol itu adalah: Partai Merdeka, Partai Buruh,

Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI), Partai

Nasional Indonesia Massa Marhaenis (PNI-Marhaenis), Partai

Kedaulatan, dan Partai Serikat Indonesia.34

Partai Kedaulatan Nahdlatul Ulama (PKNU) juga bergabung

dengan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). PKNU memiliki

basis konstituen dari kalangan Islam tradisionalis warga Nahdliyin.

Dengan bergabung bersama Gerindra, diharapkan lebih maksimal bisa

memperjuangkan kesejahteraan hidup kaum miskin, para petani,

nelayan, dan kaum buruh. Selain itu, bergabungnya PKNU ke Gerindra

untuk menyalurkan potensi generasi muda yang berkompeten untuk

bisa memperjuangkan kesejahteraan rakyat dan menumbuhkan budaya

demokratisasi dengan menjadi anggota legislatif dan eksekutif.35

Uniknya lagi, sejumlah mantan petinggi Gerakan Aceh Merdeka

(GAM), juga menyatakan bergabung ke Partai Gerindra. Oleh DPP

Gerindra, mereka diberi kepercayaan untuk memimpin,

mengorganisasikan, dan mengkonsolidasikan partai Gerindra di

wilayah Aceh. Menurut Fadli Zon, sebagaimana dikutip oleh BBC-

Indonesia, salah-seorang mantan elit GAM yang memilih bergabung ke

Partai Gerindra adalah mantan Panglima GAM Muzakkir Manaf, yang

saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur NAD. Mantan petinggi

GAM lainnya yang ikut bergabung adalah TA. Khalid, Maulisman

Hanafiah, Fadhlullah, Kamaruddin Abu Bakar, Darwis Jeunib, Sarjani

Abdullah, Ayub bin Abbas, serta Zulkarnaini Hamzah. Mereka

kemudian dipercaya untuk duduk sebagai pimpinan teras DPD Partai

33

Gerindra, “Berfusi Ke Partai Gerindra: Sebuah Kesadaran untuk Melakukan

Perubahan,” Gerakan Indonesia Raya, Edisi I/Tahun I/April (2011), 8. 34

Gerindra, “Berfusi Ke Partai Gerindra.....,” 8. 35

http://news.okezone.com/read/2013/02/17/339/763105/ini-alasan-pknu-gabung-

dengan-gerindra; http://news.detik.com/read/2013/02/17/184934/2172323/10/alasan-

pknu-gabung-gerindra, diakses tanggal 22 Januari 2014.

Page 226: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

194

Gerindra Aceh. Kehadiran para mantan petinggi GAM ini

menunjukkan bahwa Gerindra merupakan yang partai terbuka.36

Fadli menjelaskan, bila fusi ini berjalan sebagai mestinya, artinya

berjalan dari hulu hingga hilir, maka akan menambah amunisi bagi

partai Gerindra dalam memperjuangkan suara rakyat. Dengan

bersatunya partai-partai lainnya ke dalam partai Gerindra, maka akan

terbangun sebuah kekuatan alternatif bagi pemerintahan Indonesia.

Dari kekuatan alternatif ini, akan muncul pula pemimpin-pemimpin

alternatif. Tipe pemimpin yang diharapkan berbasiskan nilai-nilai

Indonesia, bukan pemimpin yang berbasis nilai-nilai Barat semata.

Pemimpin yang berani menantang imperialisme, sebagaimana

Proklamator Indonesia, Bung Karno. Ia dikenal sebagai pemimpin

Indonesia yang berani menentang kolonialisme dan imperialisme. Partai Gerindra dan partai-partai politik yang telah berfusi ke dalam

Partai Gerindra harus dikonsolidasikan platform dan gerakannya.

Konsolidasi ini perlu, karena merupakan sebuah kesadaran untuk

melakukan perubahan secara bersama-sama.37

Kecenderungan berorganisasi atau berpartai sebagian warga negara

yag tergabung dalam Gerindra di atas, pada prinsipnya merupakan

suatu kehidupan untuk berorganisasi. Hal tersebut timbul demi

terpenuhinya kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang sama dari

individu-individu serta untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan

persamaan pikiran dan hati nurani.38

Melalui kendaraan Partai

Gerindra, beraneka ragam lembaga swadaya masyarakat dan partai

politik itu bersatu untuk mencapai tujuan yang sama, mensejahterakan

kehidupan masyarakat madani. Dalam kaitan ini, senada dengan Hikam

yang menyatakan bahwa masyarakat madani merupakan suatu entitas

36

http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/03/130322_politisi_gam

_pindah_gerindra.shtml, diakses tanggal 22 Januari 2014. 37

Gerindra, “Berfusi Ke Partai Gerindra: Sebuah Kesadaran untuk Melakukan

Perubahan,” Gerakan Indonesia Raya, Edisi I/Tahun I/April (2011), 8. 38

Kecenderungan berorganisasi ini menjadi salah satu bagian dari teori perjanjian

sosial yang dikemukakan baik oleh John Locke maupun J.J. Rousseu. Lihat, George

H. Sabine, A History Of Political Theory, Third Edition, (New York-Chicago-San

Fransisco-Toronto-London; Holt Rinehart And Winston, 1961), 517-541, 575-596.

Sedangkan pentingnya kebebasan nurani (Freedom of Concience) bagi harkat

manusia dan kemanusiaan dikemukakan oleh Nurcholish Madjid dalam tulisan

berjudul “Kebebasan Nurani (Freedom of Concience) dan Kemanusiaan Universal

sebagai Pangkal Demokrasi, Hak Asasi dan Keadilan,” dalam Elza Peldi Taher (ed.),

Demokratisasi Politik, Budaya Dan Ekonomi; Pengalaman Indonesia Masa Orde

Baru (Jakarta; Paramadina, 1994), 123-144.

Page 227: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

195

yang keberadaannya menerobos batas-batas kelas, serta memiliki

kepastian politik yang cukup tinggi. Hal tersebut dimaksudkan agar

mampu menjadi kekuatan pengimbang (balancing force) dari adanya

kecenderungan-kecenderungan intervensionis negara. Serta pada saat

yang bersamaan mampu juga untuk melahirkan kekuatan kritis reflektif

(reflective forces) dalam mencegah atau mengurangi derajat konflik-

konflik sebagai akibat dari proses formasi sosial modern. Karena

masyarakat madani mempunyai prasyarat bagi terlahirnya wacana

publik, maka inheren di dalamnya juga mengharuskan kehadiran

sebuah ruang publik yang bebas atau a free public sphere.39

Lebih

lanjut, Hikam menyatakan bahwa hanya dengan munculnya masyarakat

sipil yang kuat dan otonom lah dapat diharapkan pemunculan sebuah

sistem politik demokratis yang kinerjanya dapat diandalkan. Dari

sebuah masyarakat sipil yang sehat itulah maka proses-proses politik

yang sejati (genuine) dan bermakna (meaningful), yaitu suatu politik

yang berbasis pada kewarganegaraan (citizenship politics) dapat

terlaksana secara optimal. Pemberdayaan yang saya maksud di sini

mengandung suatu proses demokratisasi internal di dalam organisasi

masyarakat sipil (OMS), bukan hanya pemberdayaan fisik dan jumlah

belaka. Hanya suatu masyarakat sipil yang memiliki komitmen

demokrasi baik dalam gagasan maupun praksis saja yang bisa menjadi

soko guru sebuah sistem politik demokratis yang efektif.40

Pernyataan Hikam di atas, mensyiratkan beberapa ciri suatu

kelompok dikategorikan sebagai masyarakat madani, atau yang dalam

istilahnya civil society/masyarakat sipil. Ciri tersebut di antaranya

adalah menerobos batas kelas, memiliki kepastian politik, menjadi

kekuatan penyeimbang, melahirkan kekuatan kritis-reflektif, ruang

publik yang bebas, berbasis pada kewargaan, dan organisasi

masyarakat sipil. Ketujuh pilar-pilar atau rukun masyarakat madani

tersebut ada pada organisasi-organisasi sayap Gerindra. Organisasi

sayap Gerindra tidak hanya sekedar menerobos batas kelas, bahkan

lintas suku, ras, dan agama. Organisasi sayap itu memiliki kepastian

politik dengan bernaung di bawah Gerindra yang notabene adalah

parpol yang lulus verifikasi KPU untuk mengikuti Pemilu sedari pemilu

2009 dan tahun 2014. Organisasi sayap Gerindra juga menjadi

39

Muhamad Hikam AS., Demokrasi dan Civil Society (Jakarta: LP3ES, 2006),

84-85. 40

M. Hikam As., “Konsolidasi Demokrasi, Pemberdayaan Masyarakat Sipil dan

Politik Anti Kekerasan,” dalam http://www.mashikam.com/2008/04/konsolidasi-

demokrasi-pemberdayaan.html, diakses tanggal 5 Juni 2014.

Page 228: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

196

kekuatan penyeimbang dari kinerja pemerintahan. Hal ini terbukti

dengan lantangnya fraksi Gerindra mengkritik kinerja pemerintahan

yang menyimpang dan merugikan rakyat. Dengan demikian,

merekapun telah mampu melahirkan kekuatan kritis-reflektif. Kritis-

reflektif itu tentu lahir dari ruang publik yang bebas. Organisasi sayap

Gerindra pun merupakan sebuah organisasi kewargaan dalam ruang

publik yang bebas, tanpa ada tekanan sedikitpun Gerindra

mengintervensi untuk bergabung atau tidak.

Uniknya, meskipun sesuai dengan kriterianya, Hikam tetap

membatasi ruang masyarakat madani hanya pada lembaga swadaya

masyarakat yang bukan berupa partai politik atau tidak tergabung

dengannya. Baginya, hanya ada dua ruang, masyarakat madani atau

masyarakat politik. Padahal pada realitasnya, masyarakat politik

mengandung unsur-unsur masyarakat madani, begitupun sebaliknya.

Masyarakat madani terkandung unsur-unsur yang akan

menyamakannya dengan masyarakat politik. Gerindra dan organisasi-

organisasi atau partai sayapnya di atas dalam kerangka Hikam ini

dengan demikian bukan merupakan bagian dari masyarakat madani.

Karena organisasi sayap tersebut merupakan bagian dari masyarakat

politik. Ambiguisitas wacana mmasyarakat madani Hikam, menurut

penulis, akibat adanya dikotomi yang rigid mengharuskan saling

berhadap-hadapannya antara pihak negara (state) dengan masyarakat

madani.

Fachry Ali senada dengan pernyataan Hikam, ia berpendapat partai

politik beserta underbow atau organisasi sayapnya bukan merupakan

bagian dari aktor masyarakat madani.41

Namun, bagi Jimmly

Ashshiddiqie, partai politik dan organisasi sayapnya, sebagaimana

Gerindra, termasuk bagian dari masyarakat madani karena merupakan

himpunan individu-individu yang mempunyai pandangan yang sama

tentang perkembangan negara dan masyarakat.42

Tujuan partai politik

adalah meraih kekuasaan secara damai dan konstitusional melalui

pemilihan umum. Dengan kekuasaan eksekutif atau legilatif, maka

harapan partai untuk merealisasikan ideologinya dapat relatif dengan

mudah dilaksanakan. Sebagian besar cita-cita partai politik adalah

memperbaiki keadaan rakyat. Jimmly menjelaskan bahwa partai politik

41

Wawancara penulis dengan tokoh politik dan masyarakat madani Fachry Ali,

tanggal 30 Agustus 2014. 42

Jimly Asshiddiqie, “Dinamika Partai Politik dan Demokrasi,”

http://jimly.com/pemikiran/makalah?page=7> pada 15 Desember 2013, diakses

tanggal 23 Januari 2014.

Page 229: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

197

adalah merupakan salah satu saja dari bentuk pelembagaan sebagai

wujud ekspresi ide-ide, pikiran-pikiran, pandangan, dan keyakinan

bebas dalam masyarakat demokratis. Di samping partai politik, bentuk

ekspresi lainnya terjelma juga dalam wujud kebebasan pers, kebebasan

berkumpul, ataupun kebebasan berserikat melalui organisasi-organisasi

non-partai politik seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM),

organisasi-organisasi kemasyarakatan (ormas), organisasi non

pemerintah (NGO’s), dan lain sebagainya.43

Pernyataan Jimly, menurut penulis, lebih fleksibel dan sesuai

dengan perkembangan zaman wacana masyarakat madani. Meminjam

kerangka masyarakat madani Tim ICCE UIN Jakarta, Gerindra adalah

sebuah kerangka hukum yang melindungi dan menjamin hak-hak dasar

individu anggotanya. Organisasi sayap Gerindra tersebut merupakan

perkumpulan sukarela yang terbebas dari negara. Selain itu, organisasi

sayap tersebut juga sebagai bagian dari suatu ruang publik yang mampu

mengartikulasikan isu-isu politik, gerakan warga negara dan mampu

mengendalikan diri dan independen. Dalam organisasi tersebut, secara

bersama-sama mengakui norma-norma dan budaya yang menjadi

identitas dan solidaritas yang terbentuk.44

Organisasi sayap Gerindra merupakan suatu umat dari beraneka

macam umat. Kata umat berasal dari bahasa Arab al-ummah.45 Pakar

bahasa al-Aṣfihānī menjelaskan bahwa al-ummah (jamaknya umam)

merupakan perkumpulan yang terbentuk karena sesuatu hal (kullū

jamā'ah yajma'uhum amr mā). Perkumpulan itu bisa terbentuk

adakalanya disebabkan karena kesamaan agama, waktu, tempat dan

lain-lain. Al-Rāghib al-Aṣfihāni kemudian menunjukkan pemaknaan

al-ummah yang berbeda-beda dalam ayat-ayat al-Qur'an yang

menggunakan term al-ummah atau al-umām tersebut. Ayat: "Pada

mulanya manusia adalah ummah yang satu,"46 Ayat: "Kalau sekiranya

Tuhanmu berkeinginan, (tentu) Dia akan menjadi manusia ini satu

43

Jimly Asshiddiqie, “Dinamika Partai Politik dan Demokrasi,” 3. 44

Tim ICCE UIN, Pendidikan Kewargaan: Demokrasi HAM dan Masyarakat

Modern (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2000), 138; Hendro Prasetyo, Ali Munhanif,

dkk, Islam dan Civil Society (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), 1-2. 45

Term al-Ummah dibentuk dari kata asal yaitu alif dan mim dibaca umm, yang

berarti sesuatu yang menjadi tumpuan/acuan bagi yang lain. Dari dua huruf asal ini,

bisa terbentuk beraneka makna yang diyakini punya kedekatan makna satu dengan

yang lain, seperti asal (al-aṣāl), tempat kembali (al-marja'), kumpulan (al-jamā'ah),

agama (al-dīn). Lihat Abū al-Ḥusain Aḥmad ibn Fāris ibn Zakariā, Maqāyīs al-

Lughah, juz I (t.t: Ittiḥād al-Kitāb al-'Arab, 2002), 55. 46

QS. Al-Baqarah/2: 213.

Page 230: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

198

ummah (saja),"47 diartikan satu dalam keimanan. Ayat: "Dan hendaklah

ada di antara kamu satu ummah yang mengajak kepada kebaikan,"48

diartikan satu komunitas orang yang berilmu dan beramal kebaikan

yang menjadi contoh bagi orang lain. Ayat tersebut adalah:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'rūf dan mencegah dari

yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali

'Imrān/3: 104).

Ayat al-Qur’an tentang umat selajutnya adalah, "Sesungguhnya

kami dapati nenek moyang kami pada satu ummah,"49 diartikan satu

agama. Ayat: "Sesungguhnya Ibrahim adalah ummah yang taat kepada

Allah,"50 diartikan bahwa ketaatan Ibrahim layaknya seperti ketaatan

sekelompok orang. Ayat: "Tidaklah sama, di antara ahli kitab ada

ummah yang taat,"51 diartikan sekelompok orang yang punya satu

bentuk ibadah tertentu.52 Di dalam Ensiklopedia Al-Qur'an, kemudian

ditambahkan, bahwa satu generasi yang memiliki seorang Nabi atau

Rasul juga disebut dengan ummah.53 Organisai sayap Gerindra memenuhi unsur-usur kriteria umat di

atas. Semisal, Gemira, Kira, dan Gema Sadhana merupakan kumpulan

umat dengan satu dalam keimanan yang sama dan satu generasi yang

memiliki seorang Nabi atau Rasul juga disebut dengan ummah. Dalam

konteks keindonesiaan, keimanan mereka bersandar pada sila

Ketuhanan Yang Maha Esa. Tidar, Pira, Gerbang, merupakan satu

komunitas orang yang berilmu dan beramal kebaikan yang menjadi

contoh bagi orang lain. Partai Merdeka, Partai Buruh, PPNUI, PNI-

47

QS. Hūd/11: 118. 48

QS. Ali 'Imrān/3: 104. 49

QS. Al-Zukhruf/43: 22, 23. 50

QS. al-Naḥl/16: 120. 51

QS. Ali 'Imrān/3: 113. 52

Al-Rāghib al-Aṣfihāni, Mu'jam Mufradāt Alfāż al-Qur'ān (Beirūt: Dār al-Fikr,

t.th), h. 19. 53

M. Quraish Shihab.et al, Ensiklopedi Al-Qur'an: Kajian Kosakata dan

Tafsirnya (Jakarta: PT. Intermasa, 1997), 394.

Page 231: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

199

Marhaenis, Partai Kedaulatan, PSI, PKNU, GAM merupakan

sekelompok orang yang punya satu bentuk ibadah tertentu. Penolakan terhadap masyarakat politik dari Hikam dan Fachry Ali

karena lebih berkecenderungan kepada konsepsi Tocquevillian dan

Gramscian dalam menandai kehadiran masyarakat madani. Meskipun,

dalam cara pandang Tocquevillian dan Gramsician sendiri, organisasi

sayap Gerindra bisa dilihat sebagai wilayah-wilayah kehidupan sosial

yang bersifat yang terorganisir dan bercirikan antara lain kesukarelaan

(voluntary), keswasembadaan (self generating) dan keswadayaan (self

supporting), dan memiliki kemandirian tinggi berhadapan dengan

negara dan terikat dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang

diikuti oleh warganya.54

Dalam kerangka hidup bersama, masyarakat madani bukan semata-

mata kehidupan asosiasional yang nyaman seperti yang tergambar

dalam konsepsi Tocquevillian dan Gramscian tersebut. Sebagaimana

telah dijelaskan dalam bab satu, Max Weber,55

EE. Schattscheider,56

John Keane, AR. Norton dan cendekiawan masyarakat madani

Indonesia57

menolak pandangan tersebut. Mereka sepakat menyatakan

apapun bentuk dari suatu perkumpulan masyarakat yang berkembang,

tak terkecuali partai politik, bisa bekerja sama dengan negara untuk

membentuk suatu masyarakat civil society (masyarakat madani) yang

demokratis.58

Seyogyanya, meskipun unsur ke-swa-an di tersebut

54

Lihat pembahasan yang relevan dalam Alexis de Tocqueville, Democracy in

America, jilid 1 dan 2 (New York: Vitage Books , 1945); lihat juga Vahid Amani

Zoeram, Lee Yok Fee, Mohammad Agus Yusoff, dan Fakhreddin Soltani,

“Democracy in de Tocqueville Theory and New Islamic Movements,” International

Journal of Asian Social Science, No. 2, (2012), 2220-2223. 55

Max Weber sebagaimana dikutip oleh Ivan Doherty berpendapat bahwa partai

politik merupakan anak kandung demokrasi, lihat Ivan Doherty “Democracy Out of

Balance: Civil Society Can’t Replace Political Parties,” Policy Review, April dan Mei

(2001), 25 56

Lihat SC. Stokes, “Political Parties and Democracy,” Annual Review Political

Scences, Vol. 2 (1999), 243-267. 57

Lihat Azyumardi Azra, “Politik Lokal dan Pembelajaran Politik,” dalam Andy

Ramses M dan La Bakry (ed.), Pemerintahan Daerah di Indonesia (Jakarta: MIPI,

2009), 31-33; Azyumardi Azra, “Oposisi Cak Nur: Oposisi Soliter,” dalam Sukandi

A.K., (ed.), Prof. Dr. Nurcholis Madjid Jejak Pemikir dari Pembaharu sampai Guru

Bangsa (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 384-385.. 58

Azyumardi Azra, “Civil Society and Democratization in Indonesia: The

Transition Under President Wahid and Beyond,” dalam David C. Shack dan Wayne

Hudson, Civil Society In Asia (Law, Ethic and Governance) (Hampshire, Inggris dan

Burlington, USA: Ashgate Publishing Company, 2003), 75; Neera Chandhoke, “The

Page 232: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

200

menjadi dasar, masyarakat madani juga setidak-tidaknya

mencerminkan beberapa karakter utama sebagai berikut:

Pertama, masyarakat madani mensyaratkan keterlibatan warga

dalam tindakan kolektif di wilayah publik yang mampu mewadahi

berbagai aneka ragam entitas dan kepentingan untuk mencapai

kebaikan bersama, tak terkecuali partai politik. Ranah publik tidak

hanya menyangkut sesuatu yang bersifat fisik-spasial-arsitektural. Juga

harus mampu mengayomi ranah-ranah kultural, sosial, politik, hukum,

agama, dan sebagainya. Dengan demikian, keberadaan masyarakat

madani bukan hanya dipandang dari segi kesemarakan dan tingkat

kepadatan assoasional, melainkan sejauhmana warga terlibat dalam

pencapaian tujuan-tujuan publik (bersama), meski keterlibatannya

dalam organisasi sayap partai. Dengan catatan, upaya mencapai tujuan

bersama itu dilakukan dengan cara terbuka (inklusif), akuntabel,

korporatif, dan mudah diakses oleh seluruh warga. Tidak eksklusif,

tertutup, rahasia dan rasialis.59

Robert Putnam membingkai komunitas

warga (civic community) diukur dengan sejauh mana keterlibatan dan

komitmen warga dalam proses politik (civic engagement), kesetaraan

politik (political equality), solidaritas, kepercayaan (trust), dan

toleransi serta kehidupan asosiasional yang kuat.60

Kedua, masyarakat madani bukan terpisah dari negara, melainkan

berhubungan dengan Negara. Menurut Keane, sebagaimana yang

Civil and the Political in Civil Society,” dalam C.M. Elliot (ed.), Civil Society and

Democracy: a Reader (Oxford: Oxford University Press, 2003), 255; Andi Faisal

Bakti dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi (Ciputat: Churia Press, 2012),

4-6. 59

Jimly Asshiddiqie, “Dinamika Partai Politik dan Demokrasi,”

http://jimly.com/pemikiran/makalah?page=7> pada 15 Desember 2013, diakses

tanggal 23 Januari 2014; L. David Brown dan Archana Kalegaonkar, ”Addressing

Civil Society’s Challenges: Support Organizations as Emerging Institutions,” Institute

for Development Report (IDR) Reports, Volume 15, Number 2, (1999), 1-2; Carlo

Ruzza, “The International Protection Regime for Minorities, the Aftermath of the

2008 Financial Crisis and the EU: New Challenges for Non-State Actors,”

International Journal on Minority and Group Rights 18 (2011), 219–220; Marvin B.

Becker, “An Essay on the Vicissitudes of Civil Society with Special Reference to

Scotland in the Eighteenth Century,” Indiana Law Journal, Volume 72, Issue 2

Article 8 (1997), 462; Carmen Malena dan Volkhart Finn Heinrich, “Can we measure

civil society? A proposed methodology for international comparative research,”

Development in Practice, Volume 17, Number 3, June (2007), 339; Civicus,

“State of Civil Society 2013: Creating an enabling environment,” Civicus: World

Alliance for Citizen Participation (2013), 10. 60

Page 233: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

201

dikutip oleh Azra, dalam budaya demokrasi, masyarakat madani

bukanlah harus selalu berhadap-hadapan ataupun medompleng pada

kekuasaan negara. Demokrasi menghendaki pemerintah untuk

memerintah masyarakat madani secara tidak berlebihan ataupun terlalu

sedikit. Sementara itu, tatanan yang lebih demokratis tidak bisa

dibangun melalui kekuasaan negara. Ia juga tidak bisa diciptakan tanpa

kekuasaan negara.61

Dengan demikian, masyarakat madani menjadi

relevan untuk membangun solidaritas dan asosiasi lintas warga yang

akan membantu mereka untuk mengantarkan, menegosiasi aspirasi dan

kepentingannya terhadap Negara. Asosiasi-asosiasi sosial tersebut

mengontrol negara dengan segala kebijakan-kebijakannya.

Ketiga, masyarakat madani selain memiliki persamaan, secara

inheren juga terkandung keunikan-keunikan tersendiri dan

keberagaman (pluralisme). Oleh karenanya, rancang-bangun

masyarakat madani terwujud dan akan semakin kokoh jika tidak ada

satu kelompok yang berupaya memonopoli ruang fungsional atau

politik dalam suatu masyarakat. Masyarakat madani tidak mengisolir

atau bahkan menganulir eksistensi suatu kelompok lain selagi yang

dituju adalah menegakkan kebenaran dan melawan segala bentuk tirani.

Dengan demikian, menurut Hefner dan Azra, masyarakat madani

tidak akan dapat melaksanakan fungsinya sebagai alat kontrol bagi

negara, kecuali ada keadaban demokrasi (democratic civility) dan

demokrasi keadaban (civilitized democracy) di dalam masyarakat

madani itu sendiri.62

Civil society adalah tatanan dimana kepentingan-

kepentingan tadi ditata dalam aturan demokratis seperti tidak

bergantung secara personal, tidak menindas dan eksploitatif. Dalam

tatanan civil society yang demokratis, setiap individu diberikan

kebebasan untuk bergerak di ruang publik untuk menentukan afiliasi

keagaan dan sentimen lainnya. Dan oleh karena itu diberikan

kebabasan bagi partisipasi politik dalam pembuatan program dan

kebijakan.

B. Dinamika Perjuangan di Kancah Kenegaraan

Sebagai pendatang baru, kiprah Gerindra dalam ikut membangun

masyarakat madani di wilayah negara baru terealisasikan pada Pemilu

61

Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani: Gagasan, Fakta, dan

Tantangan, (Bandung: Rosdakarya, 1999), 6. 62

Kerangka bangun masyarakat madani dari Robert W. Hefner di re-formulasikan

kembali oleh Azyumardi Azra dalam karya “Reposisi Hubungan Agama dan Negara:

Merajut Kerukunan Antarumat (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002).

Page 234: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

202

2009-2014 dan 2014-2015. Pada kancah pemilu perdananya, Gerindra

mampu meraih 26 kursi di DPR dengan perolehan suara sebanyak

4.646.406 suara (4,5%). Sedangkan pada pemilu kedua, naik pada

posisi keenam dengan memperoleh 73 kursi naik 47 kursi DPR-RI dan

meraup suara sejumlah 14.760.371 suara (11,81%). Selain itu, Gerindra

setelah berkoalisi dengan PPP, PAN, PKS, PBB, dan Golkar mampu

mengusung Prabowo Subianto-Hatta Radjasa menjadi Calon Presiden

dan wakilnya yang akan memimpin laju pemerintahan negara ini.

Meskipun belum berhasil pada pemilihan presiden tahun 2014 ini,

namun Gerindra telah dipercaya rakyat dengan meraih suara sebesar

62.576.444 atau prosentase 46,85 %. Sedangkan pasangan Calon

Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo dan M. Jusuf Kalla

mendapatkan jumlah suara sebesar 70.997.833 atau prosentase

53,15%.63

Dengan keberhasilan dipercaya oleh rakyat pada pemilu tersebut,

untuk kedua kalinya, Partai Gerindra telah ikut bersumbangsih terhadap

laju pemerintahan. Melalui wakil-wakilnya, Gerindra mengemban

amanah rakyat untuk memperjuangkan aspirasinya di lembaga

legislatif. Dengan fungsinya sebagai legislasi, pengawasan, dan

anggaran, Gerindra bisa berjuang untuk mensejahterakan rakyat secara

maksimal. Meskipun, menurut Permadi, karena jumlah anggota

Gerindra yang masih minoritas, di parlemen, untuk kebijakan-kebijakan

yang populis Gerindra dengan mudah ikut menjadi penentu kebijakan.

sedangkan untuk kasus-kasus kebijakan tertentu, yang membutuhkan

suara mayoritas atau voting, Gerindra belum bisa berbuat banyak,

kecuali hanya membuat nota surat catatan bagi lembaga legislatif.64

Untuk mengetahui lebih jauh dinamika perjuangan Fraksi Partai

Gerindra di DPR dalam ranah kenegaraan, maka di bawah ini akan

dipaparkan perjuangan-perjuangan dan capaian yang telah ikut

disumbangkan demi terbentuknya masyarakat Indonesia yang madani.

1. Perjuangan di Lembaga Legislatif

Menurut Widjono Hardjanto, Ketua Fraksi Partai Gerindra di DPR

periode 2009-2014, perjuangan anggota-anggota selalu berpedoman

pada delapan program aksi Partai Gerindra. Hal ini menjadi panduan

utama setiap anggota fraksi dalam menjalankan tugasnya masing-

63

Lihat http://www.kpu.go.id/index.php/post/read/2014/3433/KPU-Tetapkan-

Hasil-Pemilu-Presiden-dan-Wakil-Presiden-2014, diakses tanggal 28 Agustus 2014. 64

Wawancara dengan Permadi, di Kantor DPP Gerindra Ragunan, tanggal 13-06-

2013.

Page 235: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

203

masing di manapun ia ditempatkan, baik di komisi maupun di badan

kelengkapan DPR lainnya. Fraksi Gerindra selalu mempertimbangkan

aspirasi masyarakat, baik disampaikan secara langsung ketika

menerima delegasi masyarakat yang datang ke DPR maupun melalui

dialog tatkala turun ke lapangan.65

Selain itu, Gerindra dalam hubungannya dengan negara, berdiri

tegas dengan menjadi partai oposisi yang jelas dan tegas selalu

mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintahan yang merugikan rakyat

dan negara.66

Ahmad Muzani mengatakan bahwa sebagai partai yang

berada di luar pemerintahan, tentu Gerindra memiliki posisi lebih

netral. artinya, Gerindra memiliki kebebasan untuk berfikir lebih jernih,

mana yang lebih mendekati kepentingan rakyat. Misalnya, bagaimana

pemerintah di satu sisi menyatakan swasembada pangan, tapi di sisi

lain Gerindra menemukan fakta terjadi impor beras sebesar 1,2 juta ton.

itu jelas merupakan sebuah kebijakan yang paradoks, antara pengakuan

pemerintah di satu sisi dan kenyataan lapangan di sisi lain.67

Dalam ranah kenegaraan, Gerindra berjuang memperoleh

kekuasaan politik secara konstitusional guna mewujudkan

pemerintahan, sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-

undang Dasar 1945, yang melindungi segenap bangsa Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa

serta ikut melaksanakan ketertiban dunia. Gerindra bercita menciptakan

masyarakat adil dan makmur, merata material dan spiritual berdasarkan

Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam wadah Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Gerindrapun berupaya untuk

mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka mengembangkan

kehidupan demokrasi, yang menjungjung tinggi dan menghormati

kebenaran, hukum, dan keadilan; Mewujudkan ekonomi kerakyatan

yang bertumpu pada kekuatan bangsa, yang mengarahkan pada

kedaulatan dan kemandirian bangsa.68

Selain itu Gerindra berupaya

Mendorong pembangunan nasional yang menitik beratkan pada

pembangunan ekonomi kerakyatan, pertumbuhan ekonomi yang

65

Gema Indonesia Raya, “Fraksi Gerindra di DPR Selalu Pertimbangkan Aspirasi

Masyarakat,” Wawancara Gema Indonesia Raya, edisi 2/Tahun I/Mei (2011), 10. 66

Prabowo Subianto, “Pemilu 2014 adalah Momentum Kita,” Gema Indonesia

Raya, Edisi 24/Tahun III/April, (2013), 1. 67

GIR, “Ahmad Muzani, Sekjen DPP Gerindra: Impian itu Semakin Dekat,”

Wawancara Gema Idonesia Raya, edisi I/Tahun I/April (2011), 12. 68

Hashim Djojohadikusumo, “Gerindra Membela dan Melestarikan Pancasila,”

Gema Indonesia Raya, Edisi 7/Tahun I/November, (2011), 1.

Page 236: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

204

berkelanjutan, dan pemerataan hasil-hasil pembangunan bagi seluruh

warga bangsa dengan mengurangi ketergantungan kepada pihak asing;

Membentuk tatanan sosial dan politik masyarakat yang kondusif untuk

mewujudkan kedaulatan rakyat dan kesejahteraan rakyat; Menegakkan

supremasi hukum dengan mengedepankan praduga tak bersalah dan

persamaan hak di depan hukum; Merebut kekuasaan pemerintahan

secara konstitusi melalui Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden untuk

menciptakan lapisan Kepemimpinan nasional yang kuat.69

Meski bukan fraksi mayoritas di DPR, namun kinerja Fraksi Partai

Gerindra dalam sedari tahun 2009 telah mendapat banyak apresiasi dari

rakyat. Banyak kebijakan yang mendapat sorotan publik menjadi

concern dari Fraksi partai Gerindra. Di antaranya pembangunan gedung

DPR/MPR RI yang mendapat pro dan kontra. Gerindra tegas menolak

pembangunan gedung tersebut karena Gerindra sadar bahwa

mengutamakan kepentingan rakyat jauh lebih utama ketimbang harus

membangun gedung mewah wakil rakyat. Selain itu, Gerindra

mengambil sikap tegas da jelas terhadap kebijakan pemerintah tentang

kenaikan harga BBM. Rencana pemerintah menaikan harga BBM

mendapat penolakan keras dari Fraksi Partai Gerindra. Kendati dengan

anggota minoritas di Dewan Gerindra tetap memperlihatkan

kemampuannya. Fraksi Gerindra menyadari potensi jebolnya APBN

akibat subsidi yang terus membengkak. Namun bukan berarti harus

memberatkan rakyat kecil untuk memperoleh subsidi BBM. Ada cara

lain yang bisa dilakukan agar subsidi tidak membengkak misalnya

dengan mengefektifkan penggunaan bahan bakar gas (BBG) dan

pemerintah sebenarnya memiliki kemampuan menghemat anggaran

yang bisa dialokasikan untuk subsidi BBM. Hal selanjutnya yang

mendapat sorotan publik lainnya adalah soal revisi UU KPK. Gerindra

secara tegas menolak revisi UU KPK karena revisi tersebut berpotensi

melemahkan kewenangan KPK sebagai garda terdepan dalam

pemberantasan korupsi. Selain hal di atas masih banyak yang telah

Fraksi Partai Gerindra perjuangkan untuk rakyat termasuk menginisiasi

lahirnya sejumlah UU yang pro rakyat serta mengedepankan

pembahasan anggaran untuk rakyat.70

Adapun contoh bentuk dan capaian perjuangan fraksi di lembaga

lagislatif di antaranya adalah:

69

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 8-9. 70

Fraksi Gerindra, “Terus Bersama Rakyat,” Majalah Kabar Fraksi Gerindra,

edisi Januari (2013), 3.

Page 237: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

205

Bagus Jelantik, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dari

Fraksi Gerindra yang duduk sebagai anggota Komisi IV membidangi

pertanian, pertanahan, kehutanan dan kelautan. Sebagai wakil rakyat,

dengan kapasitas dan pengalamannya, bersama rekan-rekannya di

Komisi IV, ia tengah memperjuangkan nasib para petani terhadap

melambungnya harga pupuk, padahal kualitasnya rendah. Menurutnya,

kebijakan pemerintah terhadap bidang pertanian yang tumpang tindih

kian memperparah kondisi negeri yang pernah dijuluki negara lumbung

pangan ini.71 Di bawah semangat manifesto perjuangan Gerindra, ia

berjuang agar bidang pertanian, pertanahan, kehutanan, dan kelautan

dalam kebijakan-kebijakannya mengedepankan kesejahteraan rakyat

banyak.

Sadar Subagyo72 duduk di Komisi XI yang membidangi masalah

keuangan. Di Komisi XI, Sadar kerap mengkritik kebijakan-kebijakan

negara, dalam hal ini DPR dan pemerintah yang kerap tidak pro-rakyat

dan tidak pro-kesejahteraan. Contoh kongkritnya adalah ada dalam

Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) yang dari tahun ke

tahun menunjukkan perilaku yang sama. Yang ada hanyalah permainan

angka-angka saja. Faktanya negara salah urus dari sejak perencanaan

yang tak matang dan realisasi yang amburadul. APBN tidak berpihak

pada rakyat, malah menjadi sumber dari segala sumber korupsi. Hal ini

bisa dilihat dari realisasi belanja APBN 2010 misalnya pada data per

November 2010, penyerapan hanya 62 persen. Dari total rata-rata,

hanya belanja pegawai saja yang realisasinya lebih dari 80 persen,

selebihnya masih di bawah 75 persen. Bahkan untuk belanja modal

hanya 46 persen. Anehnya, dalam satu bulan saja prosentase itu dapat

disulap menjulang melalui ritual menghabiskan anggaran pada bulan

Desember. Setidaknya itulah satu dari sekian perjuangan di Komisi XI

selama ini. Untuk itu, ia dan fraksinya terus mengawal setiap jengkal

perjalanan APBN hingga disahkan dalam sidang paripurna DPR,

termasuk dalam aplikasinya di lapangan.

Fary Djemy Francis,73

masuk di Komisi V yang membidangi

masalah infrastruktur, di antaranya meliputi pekerjaan umum,

perhubungan, perumahan rakyat, pembangunan daerah tertinggal,

71

Hayat Fachrurrozi, “Lebih Dekat dengan Ida Bagus Jelantik,” Majalah Garuda,

edisi Juni (2011), 10; Fraksi Gerindra, “RUU Perdagangan Untuk Siapa?,” Majalah

Kabar Fraksi Gerindra, edisi Mei (2014), 3. 72

Fraksi Gerindra, “Terus Bersama Rakyat,” 5. 73

Hayat Fachrurozi, “Fary Djemy Francis, Konsisten atas Perjuangan,” Majalah

Garuda Edisi Mei (2012), 10.

Page 238: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

206

telekomunikasi, BMG dan SAR. Menurutnya, di komisi ini, ia terus

memperjuangkan pembangunan infrastruktur desa yang berbasis tani

dan nelayan. Dimana intinya bahwa delapan program aksi Partai

Gerindra harus kita amankan dalam rangka membangun Indonesia

mulai dari desa. Jangan sampai daerah tertinggal merasa ditinggal, yang

terpencil merasa dikucilkan. Inilah yang terus diperjuangkan.

Edhy Prabowo74

diamanatkan untuk duduk di komisi VI. Di komisi

ini menjadi mitra kerjanya adalah Kementrian BUMN, Kementerian

Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi,

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Standar

Nasional (BSN), Badan Perlindungan Konsumen Nasional dan Komisi

Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU). Di komisi ini ia menolak

privatisasi BUMN, semangat industrialisasi, hentikan ekspor barang

mentah, kurangi impor. Apa yang bisa oleh bangsa ini diproduksi

sendiri, lebih baik diproduksi di dalam negeri. Gerindra tetap dalam

perjuangannya menolak segala privatisasi BUMN, apapun bentuknya.

Setidaknya, ada lebih dari 140 BUMN yang harus diawasi jangan

sampai BUMN diobral begitu saja seperti kasus Krakatau Steel

beberapa waktu lalu. Dan dengan asset Rp 2400 triliun, BUMN

harusnya untung minimal 10 persen. Selama ini hanya hanya untung

tidak lebih dari Rp 100 triliun.

Saifuddin Donodjoyo duduk di Komisi VIII yang membidangi

urusan kesejahteraan sosial. Menurutnya, bidang kesejahteraan sosial

ini menyerap anggaran lebih dari Rp 50 triliun, dimana Rp 37 triliun,

ada di pos Kementrian Agama. Untuk itu, Saifuddin tengah

memperjuangkan agar Kementrian Agama agar bisa merubah pola

penyelenggaraan haji. Pasalnya selama ini penyelenggaraan ibadah haji

itu menyedot anggaran lebih dari Rp 30 triliun sendiri. Harusnya dana

itu bisa diberdayakan, didayagunakan sehingga berhasil guna, bukan

dihabiskan. Iapun meminta agar kementrian kembali ke khittahnya

untuk mengurusi persoalan kehidupan beragama. Jangan hanya urusan

haji saja yang memakan waktu hampir enam bulan, tapi masih banyak

urusan agama, pembinaan agama yang selama ini masih kurang

berjalan dengan maksimal. Karena ini amanah dari UUD 1945, untuk

itu fungsi kementerian ini harus diperbaiki.75

Dalam perjuangan untuk menolak harga Bahan Bakar Minyak,

semisal pada tahun 2012, Donodjoyo berpendapat mencabut subsidi

74

Fraksi Gerindra, “Terus Bersama Rakyat,” 15. 75

Fraksi Gerindra, “Terus Bersama Rakyat,” 13.

Page 239: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

207

BBM dan menaikkan BBM bersubsidi secara signifikan merupakan

langkah menyengsarakan rakyat yang jauh dari prinsip kemanusiaan

dan keadilan. Minimal ada 135 juta rakyat Indonesia yang akan

terimbas oleh inflasi riil yang mencapai 15% - 20%. Sementara

Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai kompensasi sebesar Rp

150.000/bulan/KK yang dicanangkan pemerintah hanya menjangkau 70

juta penduduk saja. Masih tersisa 65 juta penduduk yang setiap harinya

akan selalu terbebani perekonomiannya.76

Menaikkan harga BBM bersubsidi terutama dengan

memperhatikan jumlah belanja birokrasi, menurut Saifudin, sangat

bertentangan dengan rasa keadilan. Belanja antara subsidi BBM dalam

APBN pada periode yang sama hanya naik 29% dengan nilai Rp 123,6

triliun pada 2012. Padahal subsidi BBM dirasakan oleh ratusan juta

rakyat Indonesia, termasuk birokrasi. Kalaupun alokasi anggaran

subsidi tidak mencukupi, defisit masih dapat ditutup dengan efisiensi

belanja birokrasi yang daya serapnya rata-rata 94%. Dengan demikian,

masih ada bantalan fiskal sebesar 6% dari APBN yang totalnya Rp

1.435 triliun atau setara Rp 86,1 triliun. Efisiensi dari belanja birokrasi

sebesar 6% ini sangat mencukupi karena dengan opsi menaikan harga

BBM bersubsidi sebesar Rp 1.500 hanya menghasilkan tambahan

alokasi sebesar Rp. 60 triliun, masih ada sisa Rp 26 triliun lebih. Dari

hal-hal tersebut, secara jelas tidak ada satupun alasan yang mendukung

untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Namun demikian, secara

faktual juga harus disadari bahwa selama ini telah terjadi inefisiensi

dalam penyaluran subsidi BBM. Sebagai gambaran, untuk tahun 2011

misalnya, Pemerintah menyatakan bahwa 53% pemakai BBM

bersubsidi adalah mobil pribadi, 40% kendaraan roda dua, dan 7%

angkutan umum serta barang. Hal ini berarti subsidi BBM selama ini

yang tepat ke sasaran hanya 7%. Tidak tepat sasarannya subsidi BBM

ini lebih disebabkan oleh cara pandang dan pilihan cara menyalurkan

subsidi.77

Saifudin juga menjelaskan, selama ini subsidi didefinisikan sebagai

biaya yang diberikan negara kepada produsen agar harga produknya

terjangkau oleh masyarakat. Subsidi ini dikenal juga dengan istilah

subsidi tidak langsung. Kelemahan mendasar dari model subsidi tidak

langsung adalah siapapun yang membeli produk yang disubsidi oleh

pemerintah akan menerima subsidi. Subsidi seharusnya bukan pada

76

Fraksi Gerindra, “Terus Bersama Rakyat,” 15. 77

Fraksi Gerindra, “Terus Bersama Rakyat,” 15.

Page 240: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

208

barang tetapi sektor, dalam hal ini adalah sektor tranportasi umum, baik

penumpang maupun barang. Terkait dengan tidak adanya alasan yang

mendukung pencabutan subsidi BBM dan menaikan harga BBM

bersubsidi serta ketidaktepatan dalam menyalurkan BBM bersubsidi,

maka yang mungkin dan patut dilakukan oleh Pemerintah adalah:

menetapkan sejumlah alokasi tertentu misalnya 17% dari total belanja

birokrasi didasarkan pada data APBN 2012 untuk subsidi BBM dan

ubah sistem subsidi tidak langsung menjadi subsidi langsung.78

Implementasinya, lanjut saran saifudin, dalam kurun waktu 3 tahun

pertama subsidi BBM berlangsung seperti biasa sembari membangun

sarana dan prasarana transportasi umum yang memadai yang dananya

berasal dari pinjaman sebesar 3 kali nilai subsidi BBM. Sembari juga

melakukan identifikasi sasaran subsidi dan membangun sistem subsidi.

Tahun ke-4 dan selanjutnya alokasi subsidi yang ada disalurkan secara

tepat sasaran, 30% subsidi disalurkan secara langsung seperti

transportasi umum, nelayan, petani, dan kelompok sasaran subsidi

lainnya. Dan sebesar 70% alokasi subsidi untuk membayar utang, yang

dilakukan untuk membangun sarana tranportasi umum pada 3 tahun

pertama dan merawat serta melanjutkan pembangunan sarana dan

prasarana transportasi umum. Dengan ramuan ini diharapkan masalah

klasik subsidi BBM akan terurai dengan tetap berprinsip pada

kepantasan dan keadilan.79

Soepriyatno80

duduk di Komisi IX yang membidangi masalah

kesehatan, tenaga kerja dan transmigrasi, serta kependudukan. Sebagai

anggota sekaligus menjabat Wakil Ketua Komisi IX, ia terus

memperjuangkan yang selama ini menjadi aspirasi rakyat. Salah

satunya adalah soal Rancangan Undang Undang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (RUU BPJS) –yang setelah melewati 50 kali rapat—

yang akhirnya disahkan dalam sidang paripurna DPR menjadi undang-

undang (UU) pada akhir bulan lalu. Meski memang, implementasi dari

UU tersebut baru bisa dirasakan rakyat paling cepat pada 2014 ini.

Mestariany Habie, anggota Komisi II, Fraksi Partai Gerindra setuju

dengan RUU Pembentukan Daerah Otonomi Baru. Namun Partai

Gerindra mengingatkan bahwa daerah otonomi baru harus benar-benar

memerhatikan aspirasi masyarakat dan harus sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Hal yang sangat penting, bila ada

78

Fraksi Gerindra, “Terus Bersama Rakyat,” 15. 79

Fraksi Gerindra, “Terus Bersama Rakyat,” 15. 80

Fraksi Gerindra, “RUU Perdagangan Untuk Siapa?,” Majalah Kabar Fraksi

Gerindra, edisi Mei (2014), 9-8.

Page 241: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

209

daerah otonomi baru yang tidak mampu, maka harus gabung kembali

ke daerah induk. Badan Legislasi DPR sudah menyepakati RUU

Pembentukan Daerah Otonomi Baru sebagai usul inisiatif DPR.81

2. Perjuangan di Lembaga Eksekutif

Gerindra Pada Pemilu Pilpres tahun 2014-2019 Belum berhasil

mengusung Prabowo menjadi presiden untuk memimpin lembaga

eksekutif. Ketidakberhasilan Gerindra mengusung Prabowo pada

Pemilu 2014, menurut penulis, disebabkan oleh beberapa hal. Pertama,

jenuhnya rakyat Indonesia terhadap kepemimpinan dari kalangan

militer. Era kepemimpinan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang

berasal dari kalangan militer diharapkan oleh rakyat mampu secara

tegas memimpin negara ini. Namun, dalam kenyataannya SBY lamban

penuh kehati-hatian dalam mengambil segala keputusan dan penuh

dengan ‘pencitraan.’ Kedua, dikarenakan dalam kampanye calon

presiden dan wakil Presiden, Prabowo bersama koalisi-nya

menggunakan, meminjam istilah Azra, teori ‘politik aliran’ dengan

menggunakan simbol-simbol keislaman. Penulis sependapat dengan

prediksi Azra bahwa kecenderungan politik Indonesia sejak masa

reformasi, khususnya, simbolisme Islam, atau mungkin juga agama lain

dalam politik Indonesia, tidak akan pernah efektif.82 Ketiga, tema dan

isu sentral yang diangkat dan dijual kepada para pemilih dapat

dikatakan ‘konvensional’ dan kurang menarik karena berlingkar seputar

masalah ekonomi, lingkungan hidup, dan anggaran militer.

Namun demikian, telah menempatkan beberapa kader terbaiknya

menduduki jabatan eksekutif di beberapa provinsi. Di antara kader-

kader terbaik Gerindra tersebut adalah Basuki Tjahaya Purnama dan

81

Ada 19 daerah otonomi baru yang akan dimekarkan, dan akan dibahas dalam

RUU ini. Daerah otonomi yang akan dibentuk tersebut adalah Provinsi Kalimantan

Utara, Kabupaten Mahakam Ulu Provinsi Kalimantan Timur, Kabupaten Musi Rawas

Utara Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Penukalabab Lematang Ilir Provinsi

Sumatera Selatan, Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten

Pangandaran Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Pulau Taliabu Provinsi Maluku Utara,

Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung, Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi

Sulawesi Barat. Selanjutnya, Kabupaten Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah dan

Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah. Di Sulawesi Tenggara ada

sejumlah kabupaten/kota yang bakal dibentuk, yakni Kabupaten Konawe Kepulauan,

Kabupaten Kolaka Timur, Kabupaten Buton Selatan, Kabupaten Buton Tengah,

Kabupaten Muna Barat, dan Kota Raha. Selanjutnya, Kabupaten Manokwari Selatan

Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Pegunungan arfak Provinsi Papua Barat. 82

Azyumardi Azra, “Simbolisme Islam dan Pilpres,” Kompas, 21 Mei 2014.

Page 242: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

210

Ridwan Kamil. Basuki Tjahaya Purnama merupakan kader Gerindra

yang berhasil diperjuangkan untuk menduduki pucuk pemerintahan di

Provinsi DKI Jakarta untuk masa jabatan 2012-2017, meskipun pada 10

September 2014 resmi menyatakan mundur diri dari Partai Gerindra.83

Kebijakan yang dilakukan oleh Ahok, panggilan Basuki Tjahya

Purnama, dalam kapasitasnya sebagai Wakil Gubernur, sulit dibedakan

apakah benar berasal darinya atau itu kebijakan Gubernur. Untuk itu,

penulis hanya mengambil contoh kebijakan saat Gubernur DKI Jokowi

cuti menjadi Capres yang menalonkan diri pada Pilpres tahun 2014.

DKI Jakarta, secara definitif dipimpin oleh Plt Gubernur Basuki Tjahya

Purnama sebagai kader Gerindra. Dalam struktur kepengurusan Dewan

Pengurus Pusat Gerindra, Ahok adalah Ketua Ketua Bidang Politik

Dalam Negeri yang membawahi Departemen Pemasyarakatan dan

Pembudayaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4),

Departemen Kelembagaan, Departemen Pemilu, dan Departemen

Kajian Kebijakan Publik.84

Fami Fachruddin kepada penulis meceritakan bahwa saat

pemilihan calon gubernur dan wakil gubernur DKI. Jakarta, dikalangan

internal Gerindra, Prabowo-lah yang paling kuat mencalonkan Ahok. Ia

menjelaskan bahwa dirinya ingat betul bagamana proses penunjukan

Ahok sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Jika apa yang diceritakan

elit Gerindra saat itu benar, Ibu Megawati Soekarno Putri waktu itu,

selaku Ketua Umum PDI-P, minta kepada Prabowo agar wakilnya

Jokowi adalah Dedy Mizwar atau Fadli Zon. permintaan Mega ditolak

karena Prabowo mengajukan dua nama, yaitu Ahok atau Basuki

Tjahaya Purnama, tanda Pak Prabowo tidak mau nama lain di luar figur

itu. Menurut Fami, rumornya, nama Ahok dibawa oleh Widjono

Hardjanto, Wakil Ketua Umum Gerindra. Sepanjang pengetahuan

Fami, munculnya nama Ahok merupakan produk persaingan internal

dan tidak dipercayainya Fadli Zon di depan Prabowo. Jika kini Ahok

mundur dari Gerindra, maka yang patut kecewa adalah Prabowo dan

83

Lihat Rr. Cornea Khairany, “Ahok: Saya Resmi Mundur dari Gerindra,”

http://www.antaranews.com/berita/452903/ahok-saya-sudah-resmi-mundur-dari-

gerindra?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter, diakses tanggal 14

September 2014. 84

Lihat Gerindra, Susunan Pengurus Partai Gerindra (Jakarta: Gerindra, 2012),

4.

Page 243: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

211

Widjono Hardjanto, dua orang yang sebelumnya sangat teguh utuk

mengusung Ahok menjadi wakil gubernur DKI. Jakarta.85

Selama masa kepemimpinannya sebagai Pelaksana Tugas (Plt)

Gubernur, Ahok telah mampu menghemat anggaran negara dengan

menerima bus Trans-Jakarta secara hibah atau gratis dari pengusaha

yang peduli Jakarta. Pemprov DKI Jakarta mendapatkan sumbangan 30

bus Trans-Jakarta dari tiga perusahaan milik swasta. Ahok berupaya

untuk masa yang akan datang, Pemprov DKI lebih mengutamakan

mendapat bus hibah sebagai salah satu langkah menghemat anggaran

negara. Sebagai konpensasinya, dana yang dihemat tersebut

dialokasikan untuk peningkatan anggaran pendidikan. Karena

meskipun sebagai Ibu Kota Negara, ternyata DKI Jakarta masih

terdapat kira-kira 40 persen anak usia 16-18 tahun di Jakarta yang

belum mengenyam pendidikan secara layak. Dana tersebut lebih

bermanfaat jika diperuntukkan membantu warganya bersekolah

ataupun kuliah. Selain itu, Ahok yakin perusahaan pemberi bus percaya

terhadap kinerja Pemprov DKI yang jujur dan tidak dikorup. Karena

dananya dipakai untuk meningkatkan sumber daya manusis warga DKI

Jakarta.86

Masih dalam masa kepemimpinannya tersebut, Pemprov DKI

bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (FK

UI) dan Rumah Sakit Cipto Mangukusumo untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan di Jakarta. Kesepakatan tersebut salah satunya

dengan mengubahfungsikan 18 Puskesmas menjadi rumah sakit tipe D

yang dilengkapi dokter spesialis. FKUI bersama RCSM membantu

menyetandarkan alih-fugsi tersebut. Puskesmas yang dialihfungsikan

menjadi rumah sakit sudah berjalan di Jakarta Utara, Timur, dan

Selatan. Misalnya, di Puskesmas Jagakarsa, memiliki dokter spesialis

tujuh orang. Untuk wilayah Tambora, masing-masing puskesmas

minimal telah memiliki 2 dokter spesialis. Dampak positif dari langkah

ini akan mengurangi jumlah rujukan dari Puskesmas ke RSUD atau ke

RSCM. Kerjasama ini akan semakin dimantapkan dengan pembuatan

85

Wawancara dengan Fami Fachruddin, via Facebook, Kamis, 11 September

2014. 86

News Detik, ”3 Gebrakan Mutakhir Ahok Saat Gantikan Jokowi,”

http://news.detik.com/read/2014/06/07/075606/2601946/10/3/3-gebrakan-mutakhir-

ahok-saat-gantikan-jokowi#bigpic, diakses tanggal 11 Juni 2014.

Page 244: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

212

Pergub tentang perubahan status Puskesmas menjadi rumah sakit tipe

D.87

Selain dua hal di atas, dari sisi birokrasi, capaian Ahok adalah

layanan cash management system atau sistem layanan kas. Dengan

sistem ini, oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dinilai berhasil

membuka penyimpangan-penyimpangan kinerja keuangan Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta. Karena cash management system dari Bank DKI

semua Satuan Kerja Pemerintahan Daerah (SKPD) harus menaruh dana

di Bank DKI, yang telah di-link-kan dengan BPK secara online.

Sedangkan dari sisi pendidikan, Ahok mengatakan, sedang melakukan

pembersihan di Dinas Pendidikan, salah satunya dengan mengganti

Kepala Dinas Pendidikan. Hal ini lantaran banyaknya penyimpangan

dari sisi penggunaan anggaran yang dilakukan Dinas Pendidikan.88

Rr. Cornea Khairany, pewarta dari Antara, menjelaskan bahwa

mengundurnya Ahok dari Gerindra didasari atas pandangan yang

berbeda dengan partainya terkait wacana Rancangan Undang-Undang

(RUU) Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang tengah dibahas oleh

DPR RI pada September tahun 2004 ini. Menurut Ahok, Gerindra

merupakan salah satu partai yang mendorong agar RUU tersebut

disahkan. Apabila RUU itu disahkan, maka kepala daerah akan

ditentukan oleh DPRD. Kebijakan tersebut dinilai oleh Ahok

kontraproduktif dengan perjuangan kerakyatan Gerindra sendiri. Ahok

berargumen kepala daerah yang dipilih oleh rakyat secara demokratis

dengan memilih langsung masih menyimpan berpotensi untuk

melakukan tindakan korupsi. Apalagi kalau dipilih oleh anggota DPRD

setempat, yang dilakukan dengan tertutup. Ketidak demokratisan dan

ketertutupan itu, bisa jadi nanti malah lebih mementingkan kepentingan

partainya, bukan kepentingan rakyat.89

Kebijakan itu-pun dalam penilaian Ahok justru bertentangan

dengan Anggaran Dasar (AD) partai sendiri. Dalam AD Pasal 7 tentang

Watak tercantum bahwa “watak partai Gerindra adalah demokratis,

87

News Detik, ”3 Gebrakan Mutakhir Ahok Saat Gantikan Jokowi,”

http://news.detik.com/read/2014/06/07/075606/2601946/10/3/3-gebrakan-mutakhir-

ahok-saat-gantikan-jokowi#bigpic, diakses tanggal 11 Juni 2014. 88

News Detik, ”3 Gebrakan Mutakhir Ahok Saat Gantikan Jokowi,”

http://news.detik.com/read/2014/06/07/075606/2601946/10/3/3-gebrakan-mutakhir-

ahok-saat-gantikan-jokowi#bigpic, diakses tanggal 11 Juni 2014. 89

Rr. Cornea Khairany, “Ahok: Saya Resmi Mundur dari Gerindra,”

http://www.antaranews.com/berita/452903/ahok-saya-sudah-resmi-mundur-dari-

gerindra?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter, diakses tanggal 14

September 2014.

Page 245: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

213

merdeka, pantang menyerah, berpendirian teguh, percaya pada

kekuatan sendiri dan kekuatan rakyat, terbuka dan taat hukum serta

senantiasa memiliki watak sebagai pejuang yang berjuang untuk

kepentingan rakyat.”90

Selain itu, dalam Bab VI tentang kewajiban

anggota, Pasal 15 di antaranya tercantum “Setiap anggota berkewajiban

untuk memegang teguh AD/ART serta peraturan-peraturan partai

Gerindra yang berlaku.91

Bagi Ahok, kalau Gerindra mendukung RUU

itu, terjadi paradoks dengan perjuangan Gerindra.

Partai Gerindra juga berhasil mengusung Ridwan Kamil sebagai

Wali Kota Bandung untuk periode 2013-2018. Meskipun Kamil tidak

tercatat sebagai anggota Gerindra, Prabowo melalui Gerindra berhasil

mengusungnya bersama Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sebagaimana

Ahok, Ridwan Kamil juga telah membuat kebijakan-kebijakan yang

pro-rakyat dalam masa kepemimpinannya. Di antara kebijakan tersebut

yang paling fenomenal adalah meng-Paris-kan kembali kota Bandung.

Ia membuat taman tematik yang modern, inovatif dan edukatif. Tak

hanya itu, ia juga menggagas terbetuknya Taman Pustaka Bunga dan

Taman Jomblo. Ridwan juga membuat terobosan baru selama delapan

bulan dirinya memimpin Kota Bandung dengan sistem bekerja sama

dengan warga, seluruh komunitas, dan seluruh birokrasi pemerintahan.

Bukan hanya itu saja, Ridwan juga menularkan cara efektif melalui

media sosial untuk berinteraksi langsung dengan warga Bandung dan

aparat pemerintahan. Dengan melalui media sosial Twitter, pejabat

pemerintahan bisa membicarakan masalah dan penanganan Kota

Bandung. Untuk menunjang itu semua, Pemerintah Kota Bandung

menyediakan 4.000 lebih wifi yang tersebar di beberapa wilayah untuk

memudahkan warga dan perangkat pemerintahan berinteraksi.92

Program-program inilah yang dinilai Forum Walikota Se-Dunia

merupakan gebrakan yang positif yang menobatkannya sebagai salah

satu wali kota terbaik di dunia bersama 11 wali kota lainnya dalam

Forum Young Leader Simposium World Cities Summit di Singapura

yang diadakan pada 31 Mei hingga 5 Juni 2014 tersebut.93

90

Hal 4. 91

Gerindra, Anggaran Dasar Partai Gerindra Tahun 2012 (Jakarta: Gerindra,

2012), 4 dan 8. 92

Lihat http://www.dakwatuna.com/2014/06/03/52533/ridwan-kamil-terpilih-jadi-

wali-kota-terbaik-di-dunia/#ixzz3Cf9dZyic, diakses tanggal 14 Juni 2014. 93

http://news.detik.com/read/2013/09/18/111534/2361893/10/, diakses tanggal 14

Juni 2014.

Page 246: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

214

C. Kritik Ranah Publik dan Kenegaraan

1. Manifesto Di Bidang Agama Manifesto Partai Gerindra pada bidang agama menyatakan “Setiap

orang berhak atas kebebasan beragama dan menjalankan ibadah

sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama/kepercayaan.

Namun, pemerintah/negara wajib mengatur kebebasan di dalam

menjalankan agama atau kepercayaan. Negara juga dituntut untuk

menjamin kemurnian ajaran agama yang diakui oleh negara dari

segala bentuk penistaan dan penyelewengan dari ajaran agama.”94

Dari pernyataan manifesto tersebut, Indonesian Conference on

Religion and Peace (ICRP), mewakili berbagai kalangan kelompok

masyarakat madani mengkritisinya dengan menyatakan sikap sebagai

berikut:

Pertama, menurut ICRP, bukanlah domain Negara untuk menjamin

murni atau tidaknya suatu agama. ICRP berargumen bahwa manifesto

tersebut bertentangan dengan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak

Sipil dan Politik Pasal 18, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 E dan

29 (2), serta Undang-Undang Hak Asasi Manusia No. 39 Tahun 1999,

yang intinya menyatakan bahwa negara harus menjamin kebebasan

beragama dan berkeyakinan meliputi hak untuk memilih, memeluk dan

menjalankan agama dan keyakinan. Hak ini tidak dapat dikurangi

dalam keadaan apapun (non derogable rights).95

Kedua, Manifesto Partai Gerindra masih menyebutkan kata “agama

yang diakui”, padahal negara tidak punya kewenangan untuk mengakui

atau tidak mengakui agama tertentu. Hal itu sesuai dengan bunyi

putusan MK Tahun 2010 terkait uji materi UU 1/PNPS/1965. “[3.54]

Menimbang bahwa terhadap dalil para Pemohon, yang menyatakan

bahwa UU Pencegahan Penodaan Agama diskriminatif karena hanya

membatasi pengakuan terhadap enam agama yaitu Islam, Kristen,

Katolik, Hindu, Buddha, dan Khong Hu Cu, menurut Mahkamah

adalah tidak benar, karena UU Pencegahan Penodaan Agama tidak

membatasi pengakuan atau perlindungan hanya terhadap enam agama

sebagaimana didalilkan oleh para Pemohon akan tetapi mengakui

semua agama yang dianut oleh rakyat Indonesia”. Lebih lanjut MK

menuturkan “…Dengan demikian, tidak ada diskriminasi dalam

94

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 40. 95

http://icrp-online.org/2014/05/23/menolak-manifesto-perjuangan-partai-

gerindra/diakses tanggal 9 November 2014, diakses tanggal 9 November 2014.

Page 247: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

215

penyebutan nama-nama agama di dalam UU Pencegahan Penodaan

Agama.”96

Kritik ICRP di atas dimaklumi oleh Hashim Djojohadikusumo,

salah satu pentolan partai Gerindra. Atas kekhilafan tersebut, ia atas

nama partai meminta maaf pada komunitas kristen atas kesalahan

penulisan. Ia mengaku, kesalahan dalam penulisan manifesto

disebabkan alokasi waktu persyaratan Komisi Pemilihan Umum (KPU)

yang terlalu singkat.97

Berbeda dengan pendapat Hashim, mantan anggota Gerindra dan

mantan tim penulis manifesto perjuangan Partai Gerindra, Fami

Fachrudin dan M. Harris Indra, menjelaskan tidak ada kesalahan dan

kekhilafan dalam penulisan dan penjabaran dalam bidang agama di

manifesto tersebut. Pernyataan ini didukung juga oleh Sadar Subagyo

bahwa semangat awal penulisan manifesto pemurnian agama yang

dimaksud bukan dalam hal memaksakan seseorang untuk menganut

agama. Mereka bersepakat berpendapat makna pemurnian agama, yaitu

menjaga sebuah agama yang diakui negara dari gangguan penistaan.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, mempertegas dengan

memberi contoh tentang ajaran Syiah yang harus dikaji oleh lembaga

seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhammadiyah, dan

Nahdlatul Ulama (NU). Apabila sesat maka harus ditegaskan bahwa

Syiah sesat. Sehingga tidak menimbulkan polemik yang memicu

konflik horizontal. Fadli menjelaskan, jika Gerindra memimpin maka

Gerindra akan meminta lembaga-lembaga seperti MUI,

Muhammadiyah, NU, dan lembaga lainnya yang berkompeten dalam

agama, untuk mengkaji ajaran Syiah, hasil kajian akan diambil

kesimpulan dan dikeluarkan regulasi. Dalam manifesto Gerinda itu,

lanjutnya, bukan hanya masalah Syiah, tapi juga masalah Ahmadiyah.

Kalau sekiranya lembaga-lembaga yang berkompeten mengatakan sesat

maka ia sesat, sebab ada juga Ahmadiyah yang ajarannya biasa-biasa

saja, tidak mengakui Gulam Ahmad sebagai Nabi. Begitu juga Hindu,

Budha, dan Kristen.98

Meskipun demikian, menurut penulis, dalam konteks

demokratisasi, negara tidak bisa dan tidak boleh memihak pada suatu

96

http://icrp-online.org/2014/05/23/menolak-manifesto-perjuangan-partai-

gerindra/diakses tanggal 9 November 2014, diakses tanggal 9 November 2014. 97

http://icrp-online.org/2014/10/15/pemurnian-agama-antara-fpi-dan-gerindra-

ada-apa/, diakses tanggal 9 November 2014. 98

Rama Setya, ”Isyarat Fasisme dalam Manifesto Kemurnian Agama Gerindra,”

http://www.siperubahan.com, diakses tanggal 9 November 2014.

Page 248: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

216

doktrin agama atau kepercayaan tertentu. Negara harus berada di

wilayah netral. Individu atau kelompok keyakinan tidak boleh

diperlakukan berbeda karena perbedaan keyakinan. Jika negara

mencampuri keyakinan agama rakyatnya, maka negara telah

melampaui kewenangannya, apalagi jika ada persoalan tafsir

keagamaan dalam internal agama. Negara tidak bisa mencampuri hal

tersebut. Negara boleh dan bisa bertindak apabila terjadi aksi kekerasan

yang dilakukan oleh komunitas pengikut agama terhadap pengikut

agama lain, atau di dalam intra-agama. Berbicara demokrasi bukanlah

sekedar menyediakan prosedur standar demokrasi, melainkan

sebagaimana seharusnya negara memberikan ruang yang sama bagi

kelompok-kelompok yang berbeda dalam mengartikulasikan

kepentingan-kepentingan mereka. Pada saat yang sama negara juga

harus mendorong keterlibatan kelompok-kelompok marginal yang

berbeda itu untuk terlibat dalam pengambilan keputusan kehidupan

bersama, sehingga dari proses yang demokratis itu memungkinkan

lahirnya kebijakan yang adil dan inklusif bagi setiap warga negara.

2. Manifesto Di Bidang Pendidikan

Dalam bidang pendidikan, manifesto perjuangan Gerindra

menjelaskan bahwa visi pendidikan Gerindra adalah menciptakan

sumber daya manusia yang siap pakai dari sekolah menengah kejuruan.

Dengan kata lain, pendidikan bagi Gerindra adalah hanya untuk

memenuhi kebutuhan Industri. Manifesto perjuangan di bidang

pendidikan Gerindra menyatakan bahwa, “Pendidikan tingkat

menengah (menengah tingkat pertama dan menengah atas) harus lebih

dijuruskan pada pendidikan kejuruan terutama teknik dan ekonomi,

yang bisa langsung terserap dunia kerja. Partai Gerindra mengusung

konsep pendidikan siap pakai di tingkat sekolah lanjutan, yang dapat

menciptakan lulusan siap kerja.”99

Visi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan industri tersebut

terlihat sangat kontradiktif dengan pernyataan dihalaman selanjutnya

dari manifesto, “secara sistemik, Partai Gerindra akan memperjuangkan

pembangunan sistem pendidikan yang humanis, bukan sistem

pendidikan yang liberal-kapitalistik.”100

Maka, pertanyaan ini harusnya

dapat dijawab: bagaimana mungkin membuat sistem pendidikan yang

humanis sedangkan visi pendidikannya saja hanya bertujuan untuk

99

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 30. 100

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 31.

Page 249: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

217

mencetak robot-robot bernyawa yang dikondisikan menjadi sekrup-

sekrup industri selain daripada visi pendidikan yang humanis. Menurut

penulis, meminjam istilah pendidikan dari pakar pendidikan Indonesia

Soedijarto, paradigma manifesto pendidikan Gerindra

berkecenderungan pada teori “trickle-down effect” daripada paradigma

pendidikan, “build nation build school.” Paradigma pendidikan teori

“trickle-down effect,” yaitu pendidikan suatu bangsa akan maju seiring

dengan dengan majunya sektor ekonomi suatu bangsa itu sendiri.101

Paradigma model ini merupakan sistem pendidikan yang liberal-

kapitalistik. Sedangkan paradigma “build nation build school,”

mengharuskan negara berperan penuh “at all cost” dalam bidang

pendidikan.

Paradigma pendidikan liberal-kapitalistik, menurut Soedijarto

bertentangan dengan prinsip Deklarasi Kemerdekaannya (Pembukaan

UUD 1945) yang menetapkan misi “mencerdaskan kehidupan bangsa.”

Paradigma pendidikan yang telah digariskan oleh konstitusi merupakan

misi untuk melakukan transformasi budaya dari budaya tradisional dan

feodal menjadi budaya yang maju, modern, dan demokratis. Karena itu

pula UUD 1945 disamping menetapkan “hak setiap warga Negara

mendapatkan pengajaran” (sebelum amandemen), juga mewajibkan

“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pengajaran nasional.” Dalam catatan kegemilangan peradaban

pendidikan Indonesia, lebih lanjut Soedijarto menjelaskan bahwa para

founding fathers Republik indonesia diilhami oleh para pembangun

negara-kebangsaan (nation-state) dengan pada paradigma pendidikan

“build nation build school” bukan trickle-down effect yang liberalistik

dan kapitalis.102

Sekolah tidak melulu lebih dijuruskan pada pendidikan

kejuruan terutama teknik dan ekonomi. Semua anak didik dalam segala

tingkatannya, dengan aneka ragam perbedaan latar belakang, baik

kemampuan dasar kognitif, latar belakang sosial, ekonomi, minat, serta

bakat harus memperoleh pendidikan yang bermutu dan dilayani oleh

101

Soedijarto, “Paradigma Pendidikan Menjawab Tantangan Zaman,”

http://soedijarto.blogspot.com/2013/05/paradigma-pendidikan-menjawab-

tantangan.html, diakses tanggal 13 Desember 2014. 102

Para penganjur nation-state tersebut seperti Thomas Jefferson (Amerika

Serikat), Otto Von Bismark (Jerman), Kaisar Meizi (Jepang) dan selanjutnya pasca

Sukarno-Hatta diikuti oleh Mahatir Muhammad (Malaysia), Park Chung Hee (Korea

Selatan), dan Den Xiaoping (China). Soedijarto, “Paradigma Pendidikan Menjawab

Tantangan Zaman,” http://soedijarto.blogspot.com/2013/05/paradigma-pendidikan-

menjawab-tantangan.html, diakses tanggal 13 Desember 2014.

Page 250: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

218

negara, serta dapat berkembang sesuai dengan kemampuan, minat dan

bakatnya.103

Manifesto pendidikan yang mengharuskan pendidikan tingkat

menengah (menengah tingkat pertama dan menengah atas) harus lebih

dijuruskan pada pendidikan kejuruan terutama teknik dan ekonomi

bertentangan pula dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.

Masih menurut Soedijarto, menyatakan bahwa dalam UU No. 20 Tahun

2003 tentang Sisdiknas akan ditemukan sumber nilai yang dapat

dijadikan ukuran bermutu tidaknya program pendidikan. Pasal 1 ayat

(1) secara jelas menggariskan proses pendidikan yang bermutu dengan

rumusan, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara.” Mutu pendidikan terutama harus

dilihat dari “kemampuan” dan “watak lulusan” yang bermakna bagi

pembangunan peradaban banga yang bermartabat. Yang secara rinci

setiap lulusan harus merupakan manusia: a. beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. berakhlak mulia; c. sehat; d. berilmu,

cakap, dan kreatif; e. mandiri; f. demokratis; g. bertanggung

jawab. Hal-hal tersebut menurut Soedijarto merupakan karakteristik

dari lulusan yang bermutu bukan sekedar lulusan yang mekanistik.

Dalam bahasa Deklarasi Pendidikan untuk Semua tahun 1990 meliputi

kemampuan untuk: a. bertahan hidup; b. dapat mengembangkan diri; c.

dapat berpartisipasi dalam masyarakat; d. dapat memperoleh pekerjaan;

e. dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi; dan f. dapat

belajar sepanjang hayat.104

Itulah pendidikan yang relevan dengan

upaya menghadapi tantangan jaman. Suatu paradigma yang mampu

mengembangkan kompetensi dan membentuk wataklah yang relevan

dengan upaya menghadapi tantangan jaman. Soedijarto berpandangan

bahwa pendidikan yang demikian adalah pendidikan yang bermakna

sebagai proses pembudayaan, yaitu membudayakan kemampuan

103

Soedijarto, “Kemampuan Profesional Guru yang Sesuai dengan Upaya

Peningkatan Relevansi dan Mutu Pendidikan Nasional, Serta Jaminan Kesejahteraan

dan Perlindungan,” http://soedijarto.blogspot.com/2013/05/kemampuan-profesional-

guru-yang-sesuai.html, diakses tanggal 14 Desember 2014. 104

Soedijarto, “Paradigma Pendidikan Menjawab Tantangan Zaman,”

http://soedijarto.blogspot.com/2013/05/paradigma-pendidikan-menjawab-

tantangan.html, diakses tanggal 13 Desember 2014.

Page 251: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

219

memecahkan masalah, kemampuan bekerja dan beretos kerja,

kemampuan meneliti dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan membudayakan sikap mandiri, bertanggung jawab,

demokratis, jujur, dan bermoral.105

3. Manifesto Di Bidang Politik dan Otonomi Daerah

Manifesto perjuangan partai Gerindra menjelaskan bahwa, “Sistem

politik yang mengarah pada demokrasi liberal sejak era reformasi perlu

dikoreksi. Demokrasi yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia

adalah demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam

permusyawaratan perwakilan…. Terkait dengan pelaksaan demokrasi

yang memberikan kebebasan sebebas-bebasnya, kini bangsa kita tengah

menghadapi pilihan, mana yang diutamakan, kemakmuran rakyat atau

kebebasan yang sebebasbebasnya. Menghadapi pilihan itu, partai

Gerindra akan mengutamakan kemakmuran rakyat sesuai amanat

Pembukaan UUD 1945. Demokrasi dan kebebasan hanya merupakan

salah satu alat, sedang tujuan utama kita berbangsa dan bernegara

adalah kemakmuran rakyat.” Lebih jelas lagi, dalam bidang otonomi

daerah termaktub, “Terkait masalah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

secara langsung, rakyat semakin jenuh terhadap politik. Kejenuhan ini

dapat dilihat denga semakin besarnya angka pemilih yang tidak

menggunakan hak pilih (golput) dalam Pilkada. Kejenuhan ini

berpotensi negatif pada partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum

yang bermuara pada rendahnya legitimasi pemerintah. Selain itu

Pilkada telah menyebabkan konflik horisontal dalam masyarakat yang

kontraproduktif. Partai Gerindra akan melakukan peninjauan ulang

terhadap pelaksanaan Pilkada dan mengupayakan penyelenggaraan

Pilkada secara serentak.”106

Hal tersebut diimplementasikan oleh Gerindra melalui fraksinya

dengan dukungan partai yang tergabung dalam Koalisi Merah-Putih

(KMP) mendukung RUU Pilkada tak langsung pada saat Sidang

Paripurna Pembahasan Tingkat II Rancangan Undang-undang

Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada) di DPR tanggal 26 September

2014. Proses panjang ini akhirnya berakhir dengan diterimanya RUU

Pilkada yang memuat ketentuan pelaksanaan pilkada tak langsung

melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dengan demikian,

105

Soedijarto, “Paradigma Pendidikan Menjawab Tantangan Zaman,”

http://soedijarto.blogspot.com/2013/05/paradigma-pendidikan-menjawab-

tantangan.html, diakses tanggal 13 Desember 2014. 106

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya, 11 dan 39.

Page 252: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

220

melalui perwakilan lembaga legislatif-lah yang nantinya rakyat

mewakilkan suaranya untuk memilih kepala daerah. Bukan lagi rakyat

memilih secara langsung kepala daerah pilihannya secara bebas.107

Pilkada tidak langsung merupakan hal yang sah dalam sistem

demokrasi Pancasila karena lebih menitikberatkan kata ‘perwakilan,’

sesuai dengan sila keempat Pancasila, “Kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan.” Meskipun demikian,

menurut penulis, pilkada langsung lebih memiliki kecenderungan

kesesuaian dengan Pancasila karena menekankan kerakyatan dan

permusyawaratan. Sebab, esensi Pancasila adalah kerakyatan dan

terpenuhinya hak-hak rakyat dalam berbagai bidang kehidupan,

termasuk hak politiknya. Sedangkan Pilkada tak langsung melalui

DPRD hanya akan memenuhi ambisi para elite politik suatu partai

politik. Dalam hal ini, penulis sepakat dengan pakar hukum dari

Universitas Gadjah Mada (UGM), Zainal Arifin Mochtar, yang

menjelaskan, sila keempat Pancasila, kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, sebenarnya

dapat dipahami bukan dalam konteks pemilihan umum, melainkan

dalam pengambilan keputusan. Yang dimaksud sila tersebut, bahwa

keputusan sejatinya diambil melalui proses berpikir secara kolektif.

Sedangkan, mayoritas keputusan di DPR selama ini diambil melalui

proses voting, bukan musyawarah mufakat. Karena itu, mekanisme

pengambilan keputusan anggota DPR justru lebih dekat dengan sistem

liberal Barat, bukan Pancasila.108

Berdasarkan paparan dinamika perjuangan ruang publik dan

kenegaraan di atas, penulis berkesimpulan Gerindra telah ikut berkiprah

membentuk peradaban masyarakat madani dengan terpilihnya beberapa

107

Pemungutan suara menghasilkan jarak suara yang sangat jauh, yaitu 135 suara

untuk yang memilih pilkada langsung dan 226 suara untuk yang memilih pilkada

melalui DPRD dari 361 anggota DPR yang bertahan hingga dini hari mengikuti rapat

paripurna. Suara untuk pilihan RUU Pilkada yang memuat opsi pilkada langsung

disumbangkan oleh Partai Golkar (11 suara), PDIP (88 suara), PKB (20 suara),

Hanura (10), dan Demokrat (6 suara). Sedangkan suara yang menginginkan RUU

Pilkada memuat opsi pilkada melalui DPRD disumbangkan oleh Partai Golkar (73

suara), PKS (55 suara), PAN (44 suara), PPP (32 suara), dan Gerindra (22 suara).

Partai Demokrat memilih walk out sebanyak 142 anggota, walaupun memiliki suara

yang terbilang besar, yakni 148 anggota. Lihat Rinaldi, “DPR Akhirnya Memilih

Pilkada Melalui DPRD,” http://news.liputan6.com/read/2110251/dpr-akhirnya-

memilih-pilkada-melalui-dprd, diakses tanggal 15 Desember 2014. 108

http://www.pusakaindonesia.org/polemik-pilkada-langsung-apakah-sesuai-

pancasila/, diakses tanggal 15 Desember 2014.

Page 253: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

221

kader putra bangsa untuk mengemban amanat penderitaan rakyat di

ranah pemerintahan (eksekutif) dan juga pembentukan organisasi-

organisasi sayap. Hal tersebut sesuai dengan paradigma masyarakat

madani dari Thomas Janoski dan Andi Faisal Bakti, bahwa melalui

sinergi dengan kelembagaan berbagai ranah, baik itu publik maupun

negara, tujuan pembentukan masyarakat madani dapat tercapai.109

Mengutip kata-kata politisi Inggris abad kedelapan belas, Edmund

Burke: “The only thing necessary for the triumph [of evil] is for good

men to do nothing, kalau orang baik-baik tidak berbuat apa-apa, maka

para penjahat yang akan bertindak.” 110

terinspirasi oleh kata-kata

tersebut, Gerindra terbentuk sebagai sebuah partai baru yang

memberikan haluan baru dan harapan baru. Tujuannya tidak lain, agar

negara ini bisa diperintah oleh manusia yang memerhatikan

kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan golongannya saja.

Sementara kondisi yang sedang berjalan, justru memaksakan demokrasi

di tengah himpitan kemiskinan, yang hanya berujung pada kekacauan.

Dengan demikian, kerangka-bangun sosiologi-meso teori

strukturasi dari Antony Gidden sesuai dengan komponen-komponen

pembentuk Partai Gerindra. Strukturalisme menekankan pada dominasi

peran struktur di dalam kehidupan sosial dan menjadi kekuatan sosial

yang mengendalikan individu-individu secara penuh. Sementara itu,

subyektivisme lebih menekankan pada peran dan tindakan individu

aktif yang bebas sebagai faktor dominan dalam suatu tatanan kehidupan

sosial, karena individu bertindak sebagai agen. Teori ini beranggapan

bahwa antara agen dan struktur memiliki peran yang sama dan

109

Thomas Janoski, Citizenship and Civil Society, 12; lihat juga Andi Faisal

Bakti, “Women in the West and in Indonesia: How Can Islam Contribute to Social

Development?,” Journal Pemikiran Islam, Vol. 1 No. 1, September, Ternate,

Indonesia, (2010), 2-20; Andi Faisal Bakti, “Communication and Violence:

Communicating Human Integrity caharactersitics is necessary for Horizontal Conflict

resolution In Indonesia,” Identity, Culture, and Politics Vol. 9, No. 1 (July 2008);

Andi Faisal Bakti, “Islam and Modernity: Nurcholish Madjid Interpretation of Civil

Society, Pluralism, Secularism and Democracy,” Asian Journal of Social Sciences,

Brill, Leiden, Vol 33, No. 3 (November, 2005); Andi Faisal Bakti, “Paramadina and

its Approach to Culture and Communication: An Engagement in Civil Society,”

Archipel, Paris, 68 (December, 2004); Andi Faisal Bakti, “Paramadina,” Bulletin of

the International Institute for Asian Studies (IIAS), Leiden/Amsterdam June (2004). 110

Joseph Pappin III, “Edmund Burke and Leo Strauss and the Charge of

Historicism,” the journal of the Edmund Burke Society of America, Volume 23

(2013), 77.

Page 254: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

222

signifikan di dalam realitas sosial.111 Dengan demikian, Gerindra tidak

bisa dilepaskan dari individu-individu anggotanya, begitupun

sebaliknya. Anggota per individu tidak bisa lepas dari organisasi yang

menaunginya.

Meminjam penjelasan Saiful Mujani, bagi Gerindra dengan aneka

ragam pluralisme individu, etnis, bahasa lokal, agama, dan latar

belakang sejarah, dijadikan sebagai mozaik kultural yang sangat kaya,

demi terciptanya sebuah taman sari Indonesia yang memberi keamanan

dan kenyamanan bagi siapa saja yang menghirup udara di Nusantara

ini. Terlebih lagi, Gerindra menjadikan Pancasila dan UUD 45 sebagai

kalimatun sawā’ yang dijadikan prinsip, pegangan, dan proposisi dasar

bersama, untuk berbakti bagi Indonesia. Masih meminjam penjelasan

Saiful Mujani, dengan Pancasila yang dipahami dan dilaksanakan

secara jujur dan bertanggungjawab, semua kecenderungan politik

identitas yang negatif-destruktif yang dapat meruntuhkan bangunan

bangsa dan negara ini dapat dicegah. Karena itu, tidak boleh ada

kekuatan primordial apapun untuk memaksakan dirinya menjadi

dominan terhadap kekuatan primordial lain dalam wilayah publik.

Kalau kultur ini lemah, di mana kekuatan primordial mayoritas

menuntut menjadi kekuatan dominan dalam arena publik, maka sistem

politik yang cocok untuk ini adalah non-demokrasi, misalnya saja

otoritarianisme atau bahkan totalitarianisme.112

Komponen yang membentuk dan perjuangan Gerindra-pun sesuai

dengan kearifan lokal budaya bangsa Indonesia. Agus Sunyoto

menjelaskan bahwa sistem tatanegara Majapahit, Maharaja Hayam

Wuruk adalah pemegang jabatan Kepala Negara yang membawahi

kekuasaan hukum yang dipegang para Dharmadhyaksa (hakim tinggi

agama), Pamegat (hakim), Upapatti (Jaksa), Panji (penasehat hukum),

Dandaniti (administratur pengadilan), Citralekhadanda (panitera),

Dandawidhi (pengawas pelaksanaan hukum acara), dan Singhanagara

(algojo) beserta kekuasaan militer. Sementara Mahapatih

111

Frank den Hond, F. Kees Boersma, Leonie Heres, Eelke H.J. Kroes, dan

Emmie van Oirschot, “Giddens à la Carte? Appraising empirical applications of

Structuration Theory in management and organization studies,” Journal of Political

Power, Vol. 5, No. 2, Agustus (2012), 239-264; Jonathan H. Turner, ”Review Essay:

The Theory Structuration,” American Journal of Sociology, Vol. 91, No. 4, Januari

(1986), 969-970; Margaret S. Archer, “Morphogenesis versus Structuration: On

Combining Structure and Action,” The British Journal of Sociology, Vol. 33, No. 4-

Desember, (1982), 455-483. 112

Saiful Mujani, “Syari’at Islam dan Keterbatasan Demokrasi,” dalam Kolom,

edisi 003, Agustus (2011), 3.

Page 255: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

223

Mangkubhumi Gajah Mada adalah pemegang jabatan Kepala

Pemerintahan yang membawahi menteri-menteri, Juru Wanyaga

(kepala para pedagang), Juru Masamwaywahara (dirjen perdagangan),

Pangurang (dirjen pajak), Marggabhaya (dirjen perhubungan), Juru

Tambang (pejabat pengawas penambangan), Juru Wwatan (pengawas

jembatan-jembatan), Juru Titi (dinas metrologi), Tuha Alas (Dirjen

Kehutanan), dan aparatur pemerintashan lain.113

113Agus Sunyoto, “Pos-Hegemoni XXXIII: Diktator Liberal,” dalam

http://www.pesantrenglobal.com/post-hegemony-xxxiii-diktator-liberal/, diakses 12

Juni 2014.

Page 256: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

224

Page 257: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

225

BAB V

KONSEPSI EKONOMI KERAKYATAN GERINDRA

Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945

merupakan dasar sumber segala hukum rakyat Indonesia, tak terkecuali

ekonomi. Dalam sumber hukum tersebut, dengan gamblang dan terang-

benderang menegaskan bahwa dalam perekonomian, segenap

komponen bangsa, diharuskan berpijak pada doktrin demokrasi sosial

dan demokrasi ekonomi. Demokrasi-Ekonomi yang tertuang dalam

Pasal 33 UUD 1945 menjadi filosofi paradigma ijtihad ekonomi pasar

Gerindra. Hal tersebut tertuang dalam manifesto perjuangan partai

Gerindra. Dengan demikian, manifesto tersebut merupakan cerminan

pemikiran ekonomi pasar Gerindra. Bahkan, sependek penelusuran

penulis, ranah pasar atau ekonomi inilah yang menjadi landasan utama

seluruh rancang bangun dan implementasi dari Gerindra. Bagi

Gerindra, untuk mewujudkan demokrasi Pancasila, lebih

berkecenderungan demokrasi ekonomi terlebih dahulu harus menjadi

kokoh baru kemudian demokrasi sosial. Dalam dokumen-dokumen,

ceramah, kampanye, dan lain-lain, porsi ranah ekonomi lebih

cenderung mendominasi pembahasan, jika dibandingkan dengan ranah

lainnya dalam konsepsi Janoskian.1 Inti pemikiran ekonomi

kerakyatannya, yang dikonsepsikan oleh Gerindra, secara filosofis

terpengaruhi, bahkan meniru konsepsi ekonomi Bapak Proklamator

Indonesia Soekarno-Hatta.2 bukan bersifat kapitalis dan bukan juga

berkecenderungan ke sosialis. Ekonomi kerakyatan berdimensi

melindungi hak pribadi namun juga tidak mengabaikan kesejateraan

bersama. Bab ini akan berupaya menjelaskan paradigma ekonomi

kerakyatan yang di usung oleh partai Gerindra.

1Paradigma empat ranah masyarakat madani telah dibahas dalam bab dua. Untuk

detailnya lihat Thomas Janoski, Citizenship and Civil Society: a Framework of Rights

and Obligations in Liberal, Traditional, and Social Democratic Regimes (Cambridge:

Cambridge University Press, 1998). 2Soekarno, “Pancasila,” dalam Herbert Feith dan Lance Castles, Pemikiran

Politik Indonesia 1945-1965 (Jakarta: LP3ES, 1988), 15-25; Moh. Hatta, “Masa Lalu

dan Masa Depan Indonesia,” dalam Herbert Feith dan Lance Castles, Pemikiran

Politik Indonesia 1945-1965, 7-15.

Page 258: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

226

A. Pancasila dan UUD 1945 sebagai Dasar Ekonomi Kerakyatan Gerindra dalam deklarasi partai mencita-citakan terwujudnya

tatanan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu,

demokratis, adil dan makmur serta beradab dan berketuhanan yang

berlandaskan Pancasila, sebagaimana termaktub di dalam Pembukaan

UUD 1945. Deklarasi itu juga menjelaskan bahwa kebijakan ekonomi

yang mendasi perjuangan Gerindra adalah ekonomi kerakyatan.

Deklarasi Gerindra mengamanatkan bahwa terwujudnya tatanan

masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis,

adil dan makmur serta beradab dan berketuhanan yang berlandaskan

Pancasila, sebagaimana termaktub di dalam Pembukaan UUD 1945,

merupakan cita-cita bersama dari seluruh rakyat Indonesia. Untuk

mewujudkan cita-cita tersebut, Gerindra berkeyakinan penuh hanya

dapat dicapai dengan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa,

dengan landasan Pancasila. Bagi Gerindra, budaya bangsa dan

wawasan kebangsaan harus menjadi modal utama untuk mengeratkan

persatuan dan kesatuan. Sehingga perbedaan di antara rakyat justru

menjadi rahmat dan menjadi kekuatan bangsa Indonesia. Namun

demikian, mayoritas rakyat masih berkubang dalam penderitaan, sistem

politik di Nusantara ini tak kunjung mampu merumuskan dan

melaksanakan perekonomian Nasional untuk mengangkat harkat dan

martabat mayoritas rakyat Indonesia dari kemelaratan. Bahkan dalam

upaya membangun bangsa, dalam perjalanannya bangsa Indonesia telah

terjebak sistem ekonomi pasar.3

Sistem ekonomi pasar telah memporak-porandakan perekonomian

bangsa, yang menyebabkan situasi yang sulit bagi kehidupan rakyat

dan bangsa. Moh. Hatta, ‘Begawan Ekonomi Kerakyatan Indonesia’

berkesimpulan bahwa semakin dalam kapitalisme masuk ke dalam

masyarakat Indonesia, semakin rusak penghidupan rakyat dan tidak

mempunyai pertahanan lagi.4 Grindra menambahkan bahwa hal itu

berakibat menggelembungnya jumlah rakyat yang miskin dan

menganggur. Pada situasi demikian, tidak ada pilihan lain bagi bangsa

ini kecuali harus menciptakan suasana kemandirian bangsa dengan

membangun sistem ekonomi kerakyatan.5 Partai Gerakan Indonesia

3Gerindra, “Deklarasi Partai Gerindra,” http://partaigerindra.or.id/deklarasi-

partai-gerakan-indonesia-raya#sthash.Pa6Y3c7z.dpuf, diakses tanggal 22 Maret 2014. 4Moh. Hatta, “Masa Lalu dan Masa Depan Indonesia,” dalam Herbert Feith dan

Lance Castles, Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965, 8. 5Gerindra, “Deklarasi Partai Gerindra,” http://partaigerindra.or.id/deklarasi-

partai-gerakan-indonesia-raya#sthash.Pa6Y3c7z.dpuf, diakses tanggal 22 Maret 2014.

Page 259: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

227

Raya adalah partai rakyat yang mendambakan Indonesia yang bangun

jiwanya, dan bangun badannya. Gerindra berharap menjadi partai

rakyat yang bertekad memperjuangkan kemakmuran dan keadilan

disegala bidang. Dalam hal ekonomi, partai ini memfondasikan

manifestonya pada paradigma ekonomi kerakyatan atau ekonomi

Pancasila.

Ekonomi kerakyatan merupakan terminologi ilmu ekonomi yang

dilahirkan pasca kolonialisme Hindia-Belanda. Istilah tersebut

dicetuskan oleh Bapak Proklamator dan Koperasi Muhammad Hatta.

Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu dalam kebijakan ekonominya

menempatkan kaum pribumi dalam kelas strata sosial paling bawah.

Sedangkan, kaum asing menempati strata sosial yang tinggi. Belum

lagi, Belanda mengeruk kekayaan Indonesia untuk memperkaya

bangsanya sendiri dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Oleh Bung

Hatta, ekonomi kerakyatan dicetuskan dan dirumuskan sebagai cara

untuk mensejahterakan rakyat indonesia dan menjadikan bangsa

pribumi sebagai tuan di negeri sendiri.6

Ekonomi diartikan oleh Hatta sebagai suatu ilmu yang "memberi

keterangan tentang tabiat manusia yang umum dilakukannya dalam

tindakannya menuju kemakmuran."7 Sedangkan rakyat, menurut Sri-

Edi Swasono, pakar ekonomi kerakyatan sekaligus menantu Hatta,

mendefinisikan rakyat dalam konsepsi politik. Dalam politik, rakyat

tidak harus berarti seluruh penduduk.8 Rakyat adalah “the common

people,” orang banyak. Pengertian rakyat berkaitan dengan kepentingan

publik yang berbeda dengan kepentingan individual atau orang-seorang.

Rakyat memiliki makna yang luhuryang lebih dekat dengan kata

masyarakat atau umat. Kata umat, sebagaimana telah dijelaskan dalam

bab sebelumnya, selain bisa bermakna individu, namun lumrahnya

dimaknai dengan publik, masyarakat kebanyakan.9 Dengan demikian,

6Moh Hatta, Sesudah 25 Tahun: Pidato Diutjapkan Pada Dies Natalis

Kesembilan Universitas Sjiah Kuala Darussalam Di Banda Atjeh Pada Tanggal 2

September 1970 (Jakarta: Djambatan, 1970), 7; 7Tempo, “Mohammad Hatta: Tamasya Sejarah Bersama Hatta,” dalam Tempo

Edisi Agustus (2012), 23; Sri-Edi Swasono, Kembali Ke Pasal 33 UUD 1945

Menolak Liberalisme! (Jakarta: Yayasan Hatta, 2010), 36. 8Sri Edi Swasono, Ekspose Ekonomika Mewaspadai Globalisasi dan Pasar

Bebas (Yogyakarta: Pusat Studi Ekonomi Pancasila – UGM, 2010), 68-70. 9Lihat Abū al-Ḥusain Aḥmad ibn Fāris ibn Zakariā, Maqāyīs al-Lughah, juz I

(t.t: Ittiḥād al-Kitāb al-'Arab, 2002), 55; Al-Rāghib al-Aṣfihāni, Mu'jam Mufradāt

Alfāż al-Qur'ān (Beirūt: Dār al-Fikr, t.th), 19; M. Quraish Shihab.et al, Ensiklopedi

Al-Qur'an: Kajian Kosakata dan Tafsirnya (Jakarta: PT. Intermasa, 1997), 394.

Page 260: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

228

ekonomi kerakyatan bermakna paham ekonomi yang berdasarkan atas

usaha bersama dan asas kekeluargaan.10

Hatta mengasaskan paradigma ekonominya berdasarkan Pancasila.

Dasar yang kelima Pancasila ialah “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.” Untuk sampai pada tujuan agar di dalam masyarakat

Indonesia dapat mencapai suatu masyarakat yang mempunyai keadilan

sosial, terutama haruslah bangsa ini mencapai demokrasi di dalam

ekonomi.11

Hatta menjelaskan bahwa pengalaman dengan pemerintah

autokrasi kolonial Belanda dalam bentuk negara-polisi menghidupkan

dalam kalbu pemimpin dan rakjat Indonesia cita-cita negara hukum

yang demokratis. Negara itu haruslah berbentuk Republik berdasarkan

Kedaulatan Rakyat. Tetapi, menurut Hatta, kedaulatan rakyat yang

dipahamkan dan dipropagandakan dalam kalangan pergerakan nasional

dan dalam konstitusi berlainan dengan konsepsi Rousseau yang bersifat

individualisme. Kedaulatan rakyat ciptaan Indonesia harus berakar

dalam pergaulan hidup sendiri yang bercorak kolektivisme. Demokrasi

Indonesia harus pula perkembangan dari pada demokrasi Indonesia

yang asli. Semangat kebangsaan yang tumbuh sebagai reaksi terhadap

imperialisme dan kapitalisme Barat, memperkuat pula keinginan untuk

mencari sendi-sendi bagi negara nasional yang akan dibangun ke dalam

masyarakat sendiri. Demokrasi Barat a priori ditolak oleh konstitusi

Republik Indonesia.12

Konsep ekonomi kerakyatan tersebut juga sesuai dengan konstitusi

Republik Indonesia, Pasal 33 UUD 1945. Pasal tersebut menjelaskan

secara terperinci mengenai: “(1) Perekonomian disusun sebagai usaha

bersama berdasar atas azas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi

yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang

banyak (harus) dikuasai oleh negara. (3) Bumi, air, dan segala

kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Selain itu,

perwujudan hal tersebut juga tercantum dalam Pasal 27 dan 34. Dalam

pasal ini, negara sebagai abdi rakyat memiliki peran yang sangat

besar dalam sistem ekonomi kerakyatan. Hal tersebut tercantum

dalam Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34 UUD 1945. Peran negara dalam

sistem ekonomi kerakyatan di antaranya adalah: (1) mengembangkan

koperasi (2) mengembangkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN); (3)

10

Sri-Edi Swasono, Kembali Ke Pasal 33 UUD 1945 Menolak Liberalisme!, 36. 11

Moh. Hatta, "Pancasila Harus Dipegang Teguh," dalam Pidato Wakil Presiden

Mohammad Hatta, pada Rapat Terbatas di Pematang Siantar, 22 November (1950). 12

Moh. Hatta, Demokrasi Kita (Jakarta: Pustaka Antara PT Djakarta, 1966), 22.

Page 261: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

229

memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan yang

terkandung didalamnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; (4)

memenuhi hak setiap warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan

penghidupan yang layak; (5) memelihara fakir miskin dan anak

terlantar.13

Mubyarto, sebagaimana yang dikutip oleh Sri-Edi, menyatakan

ekonomi kerakyatan tersebut merupakan ciri-ciri dari sistem Ekonomi

Pancasila.14

Ciri Ekonomi Pancasila di antaranya adalah: “(1) roda

perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral;

(2) kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah kemerataan sosial

(egaliterianisme), sesuai asas-asas kemanusiaan; (3) prioritas kebijakan

ekonomi adalah penciptaan ekonomi nasional yang tangguh, yang

berarti nasionalisme menjiwai tiap-tiap kebijakan ekonomi; (4) koperasi

merupakan sokoguru perekonomian dan merupakan bentuk yang paling

kongkret dari usaha bersama; (5) adanya imbangan yang jelas dan tegas

antara perencanaan di tingkat nasional dengan desentralisasi dalam

pelaksanaan kegiatan ekonomi untuk menjamin keadilan ekonomi dan

sosial.”15

Sri-Edi Swasono menambahkan bahwa sistem Ekonomi Pancasila

itu bahkan mengandung nilai-nilai moralis agama. Pada sila pertama,

terkandung adanya atau berlakunya etik dan moral agama, bukan

berwatak materialisme. Sila kedua, tidak mengenal pemerasan antar

sesama, pengisapan, dan subordinasi ekonomi modern. Sila ketiga,

terkandung nilai-nilai kebersamaan, kekeluargaan, gotong-royong, tidak

saling mematikan, dengan spirit nasionalisme. Sila keempat, terkandung

nilai demokrasi ekonomi, kedaulatan ekonomi, mengutamakan ekonomi

rakyat, dan mengutamakan hajat hidup orang banyak. Sila kelima,

13

Lihat http://www.dpr.go.id/id/uu-dan-ruu/uud45, diakses tanggal 10 Agustus

2014. 14

Untuk lebih detail tentang Ekonomi Pancasila lihat Lembaga Pengkajian

Ekonomi Pancasila-LPEP, Ekonomi Pancasila (Jakarta: Penerbit Mutiara, 1980).

Lembaga ini dipimpin oleh Soerowo Abdulmanap, dan sebagai penasihatnya adalah

Mohammad Hatta. 15

Sri Edi Swasono, Ekspose Ekonomika Mewaspadai Globalisasi dan Pasar

Bebas, 98. Lihat sejarah dinamika paradigma Ekonomi Pancasila oleh Tarli Nugroho,

“Ekonomi Pancasila Refleksi Setelah Tiga Dekade,” dalam Bahan Urun-Rembug,

diskusi “Membangun Paradigma Ilmu Pancasila,” di Pusat Studi Pancasila (PSP)

UGM, Jumat, 1 April (2011), 3.

Page 262: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

230

bernilai persamaan, pemerataan, dan kemakmuran rakyat yang utama,

bukan kemakmuran individual.16

Pada masa sekarang ekonomi kerakyatan atau Ekonomi Pancasila,

menjadi sebuah wacana yang terus diulang dengan tanpa diketahui

pasti anatomi dan struktur rancang-bangun, t e r l e b i h

i m p l e m e n t a s i n y a . Semua ekonom, baik yang berhaluan

sosialis dan kapitalis akan berusaha untuk menjelaskan dampak

ekonomi kepada rakyat dengan mengklaim bahwa paradigma

ekonominya berlandaskan dan sesuai dengan konstitusi negara.

Kepemimpinan pemerintahan bangsa silih-berganti dan belum satupun

yang mampu membuktikan bahwa rakyat, kaum marjinal, bisa

menikmati hasil kegiatan ekonomi secara adil dan merata.

Era pemerintahan Soekarno dengan konsep Marhaenismenya telah

berusaha untuk membangun model ekonomi kerakyatan Indonesia,

yang menurutnya, sesuai dengan konstitusi. Soekarno mengartikan

Marhaenisme sebagai suatu ideologi kerakyatan yang mencita-citakan

terbentuknya masyarakat yang sejahtera secara merata. Asas

Marhaenisme adalah sosio-nasionalisme dan sosiodemokrasi. Sosio-

nasionalisme adalah nasionalisme masyarakat, yaitu nasionalisme

dengan kedua kakinya berdiri di atas masyarakat. Sosio-nasionalisme

menolak setiap tindakan borjuisme yang menjadi sebab kepincangan

masyarakat.17

Menurut Soekarno, sosio-nasionalisme adalah nasionalisme

politik dan ekonomi, suatu nasionalisme yang mencari keajegan

politik dan ekonomi, keajegan negeri dan rezeki. Sosio-demokrasi

timbul karena sosionasionalisme. Sosiodemokrasi adalah demokrasi

politik dan demokrasi ekonomi. Sosionasionalisme adalah

nasionalisme yang berperikemanusiaan atau perasaan cinta kepada

bangsa yang dijiwai oleh perasaan cinta kepada sesama. Sementara

sosiodemokrasi adalah demokrasi yang menuju kepada kesejahteraan

16

Sri Edi Swasono, Ekspose Ekonomika Mewaspadai Globalisasi dan Pasar

Bebas, 99. 17

Soekarno, “Pancasila,” 20-21; Yuli Hananto, Bermuka Dua; Kebijakan

Soeharto terhadap Soekarno beserta Keluarganya (Yogyakarta: Ombak, 2005), 38-

41; S. Pataniari, Api Perjuangan Rakyat (Jakarta: Lembaga Kajian Ekonomi Politik,

2002), 116; Indriyanto, “Pertentangan Politik Soekarno-Hatta: Sebuah Kajian

Budaya,” Makalah Seminar Nasional dan Diskusi “Pertentangan Sukarno-Hatta: Etika

Politik dalam Perspektif Sejarah dan Hukum,” Himpunan Mahasiswa Jurusan

Sejarah Fakultas Sastra UNDIP, Semarang 15 Maret (2007), 2

Page 263: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

231

sosial, kesejahteraan masyarakat, atau kesejahteraan seluruh bangsa.18

Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya

mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya

dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman,

masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang

berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal namun karena kemelut

politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi

negara. Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya

mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya

dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman,

masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang

berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula

kemelut politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada

ekonomi negara. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia bergantian

menggunakan sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi

komando. Hampir seluruh program ekonomi pemerintahan Soekarno

kandas di tengah jalan.19

Era rezim Soeharto juga berusaha membangun ekonomi kerakyatan

dengan Repelita dan konsep pembangunannya.20

Sebagaimana

Soekarno, iapun mengklaim sistem ekonomi yang dijalankannya

berlandaskan ekonomi kerakyatan yang berlandaskan Pancasila. Arsitek

ekonomi era Soeharto, Soemitro Djojohadikusumo dan Emil Salim

telah menggunakan istilah Ekonomi Pancasila dalam merumuskan

kebijakan ekonominya.21

Emil Salim menerjemahkan istilah Ekonomi

18

Soekarno, “Pancasila,” 22-23; Yuli Hananto, Bermuka Dua; Kebijakan

Soeharto terhadap Soekarno beserta Keluarganya, 39; S. Pataniari, Api Perjuangan

Rakyat, 117; Indriyanto, “Pertentangan Politik Soekarno-Hatta: Sebuah Kajian

Budaya,” 3. 19

Lihat Yuri Sato, “Post-Crisis Economic Reform in Indonesia:Policy for

Intervening in Ownership in Historical Perspective,” IDE Research Paper No. 4,

September, (2003), 1-3; Wing Thye Woo dan Chang Hong, “Indonesia’s Economic

Performance in Comparative Perspective and a New Policy Framework for 2019,”

Bulletin of Indonesian Economic Studies, Vol. 46, No. 1, (2010): 33–64. 20

Zeffry Alkatiri, “The Words of Magic Used during the Soeharto’s Indonesian

New Order Military Regime Era 1980-1997,” Asian Journal of Social Sciences and

Humanities, Vol. 2. No. 1, February (2013), 83. 21

David Ransom menjelaskan bahwa Soemitro dan Salim merupakan ekonom

anggota keluarga The Berkeley Mafia, David Ransom, “The Berkeley Mafia and the

Indonesian Massacre,” Majalah Ramparts, Vol. 9, No. 4, Oktober (1970), 26-28, 40-

49. Lihat Sumitro Djojohadikusumo, Trilogi Pembangunan dan Ekonomi Pancasila

(Jakarta: Induk Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia, 1985); Emil Salim,

“Sistem Ekonomi Pancasila,” Majalah Prisma, No. 5/VIII, Agustus (1979), 3-9; Emil

Page 264: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

232

Pancasila sebagai gagasan mengenai sistem perekonomian, atau politik

perekonomian. Hal tersebut berbeda dengan paradigma Mubyarto yang

menggunakannya sebagai sebentuk teori kritis untuk mengkritik teori

ekonomi neoklasik (mainstream economics). Secara historis, gagasan

Ekonomi Pancasila Emil Salim adalah mencoba memberi pendasaran

terhadap kebijakan dan jalan ekonomi yang akan diambil oleh Orde

Baru. Sementara Ekonomi Pancasila versi Mubyarto justru hendak

memberikan kritik terhadap kebijakan dan jalan ekonomi Orde Baru.

Dalam analisa sejarah Tarli Nugroho, pada saat itu pemerintah sedang

berusaha untuk memonopoli tafsir ekonomi atas Pancasila. Karena

sebelumnya Orde Baru telah menjadikan Pancasila sebagai ujung

tombak untuk melakukan de-Soekarno-isasi, delegitimasi terhadap

anasir-anasir ideologis lama (seperti “sosialisme Indonesia” ataupun

“sosialisme” secara umum).22

Setelah era Orde Baru, era kepemimpinan

pemerintahan Indonesia kemudian silih-berganti. Penafsiran paradigma

ekonomi kerakyatan-pun tetap menjadi sebuah wacana yang semakin

tidak jelas. Dan yang terang, rakyat tetap berada dalam kubangan

kemiskinan yang semakin dalam.

Pada zaman reformasi, masa pemerintahan Soesilo Bambang

Yudhoyono, dalam penilaian Zulkifly Alkatiri, paradigma ekonomi

tidak jauh berbeda dengan zaman Soeharto.23

Pemerintah lebih

cenderung menekankan pertumbuhan ekonomi daripada pemerataan

ekonomi. Sehingga terjadilah disparitas ekonomi yang luar biasa antara

si kaya dengan si miskin. Analisa tersebut sesuai dengan data yang

diwartakan oleh Majalah Forbes yang berbasis di New York, Amerika

Serikat telah disebutkan ada sekitar 40 orang terkaya di Indonesia.

Total kekayaan mereka sebesar 88,6 miliar dollar AS atau setara Rp.

850 triliun. Total kekayaan 40 orang ini pada tahun 2012 meningkat 4

persen dibandingkan dengan tahun 2011. Dengan demikian, harta

kekayaan Rp. 850 triliun hanya dikuasai oleh 40 orang sementara bagi

pekerja formal, termasuk buruh yang berjumlah 42,1 juta orang berbagi

pendapatan senilai Rp. 1450 triliun. Inilah perbedaan yang sangat

menjulang antara si kaya dan si miskin di tengah sistem ekonomi pasar

yang tidak mentabukan setiap orang memiliki kekayaan dalam jumlah

Salim, Mencari Bentuk Ekonomi Indonesia: Perkembangan Pemikiran 1965-1981

(Jakarta: Gramedia, 1982), 36-38; Emil Salim, Kembali ke Jalan Lurus, Esai-esai

1966-1999 (Jakarta: Alvabet, 2000), 3-5. 22

Tarli Nugroho, “Ekonomi Pancasila Refleksi Setelah Tiga Dekade,” 6. 23

Zeffry Alkatiri, “The Words of Magic Used during the Soeharto’s Indonesian

New Order Military Regime Era 1980-1997,” 87-88.

Page 265: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

233

yang begitu fantastis.24

Dalam analisa kebijakan, menurut lembaga

masyarakat madani Aifis (The American Institute for Indonesian

Studies), era pemerintah Indonesia Bersatu selama dua jilid, lebih

cenderung pro-investor daripada pro-rakyat. Hal ini bisa dibuktikan

dengan banyaknya investor yang menguasai sektor-sektor strategis

yang seharusnya dikuasai oleh negara, seperti tambang, migas, dan

lain-lain. Selain itu, pemerintah juga mengalami ketergantungan kepada

hutang luar negeri. Sedangkan di sektor riil, seperti usaha kecil

menengah banyak yang mengalami gulung tikar karena tidak bisa

bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar sehingga dengan

demikian cita-cita untuk mewujudkan adanya keadilan dan

kesejahteraan masyarakat di bidang ekonomi masih jauh dari

harapan, bahkan ini menjadi sebuah cerminan bahwa pemerintah belum

maksimal dalam mengupayakan keberpihakan kepada pelaku ekonomi

kecil menengah.25

Dengan kata lain, Era SBY juga gagal

mengimplementasikan ekonomi kerakyatan yang diamanahkan oleh

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Gerindra berkiprah dalam politik praktis berupaya untuk

memperjuangkan terimplementasikannya ekonomi kerakyatan.

Pancasila dan Ekonomi Kerakyatan merupakan dasar pendirian

Gerindra. Dalam keyakinan filosofis Gerindra, Pancasila sebagai

perekat Bangsa Indonesia telah terbukti mampu mempersatukan rakyat

Indonesia yang sangat heterogen. Sedangkan sistem ekonomi

kerakyatan adalah sistem ekonomi yang paling cocok diterapkan di

Indonesia sesuai dengan amanat UUD 45. Perjuangan partai Gerindra

semata bertujuan untuk mensejahterakan rakyat Indonesia. Bagi

Gerindra, keberagaman bangsa Indonesia dari suku, agama, ras dan

antar golongan (SARA) mampu di rekat erat oleh ideologi Pancasila.

Oleh karena itu seluruh anggota Partai Gerindra lebih mengutamakan

jiwa nasionalisme sebagai jiwa perjuangan partai, termasuk dalam hal

ekonomi.26

Pancasila sebagai perekat Bangsa Indonesia akan semakin kuat

apabila segala hajat hidup rakyat secara konsisten dipersembahkan oleh

pemerintah. Ekonomi kerakyatan yang merupakan sistem terpadu

24

http://www.forbes.com/indonesia-billionaires/list/, diakses tanggal 10 Agustus

2014. 25

Aifis, Bunga Rampai: Serial Diskusi Akademik (Agustus – Desember 2013):

Telaah Wacana Ekonomi Kerakyatan (Depok: Aifis, 2013), 2. 26

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya: Haluan Baru

Menuju Kemakmuran (Jakarta: Institut Garuda Nusantara, 2012), xxvi-xxvii.

Page 266: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

234

dalam pengelolaan asset tanah tumpah darah dan bumi diyakini mampu

mensejahterakan rakyat. Hashim Djoyohadikusumo menjelaskan

bahwa sistem ekonomi kerakyatan yang akan diterapkan oleh Partai

Gerindra berangkat dari kekuatan ekonomi yang berdasarkan kekuatan

diri-sendiri berdasarkan potensi alam dan sumber daya manusia

terbesar ke-4 di dunia. Partai Gerindra ingin membawa Bangsa

Indonesia menjadi bangsa yang besar berdasarkan ideologi Pancasila

dan menerapkan ekonomi kerakyatan. Manifesto Perjuangan Gerindra

dalam bidang ekonomi menegaskan bahwa Kebijakan perekonomian

harus mendukung cita-cita welfare state (negara kesejahteraan) yang

berkeadilan. Untuk itu diperlukan langkah yang tepat untuk

menormalisasi kehidupan ekonomi rakyat dengan kembali

memperjuangkan paham ekonomi kerakyatan.27

Biang keladi ketidakadilan dan ketidaksejahteraan perekonomian

di Indonesia sekarang ini, menurut Gerindra, mendukung pernyataan

ekonomi Soekarno, Hatta, Mubyarto dan Sri-Edi Swasono, disebabkan

karena sistem liberalisme dan kapitalisme yang dijadikan kebijakan

oleh pemerintah. Padahal, para pendiri bangsa telah menjadikan

ekonomi kerakyatan sebagai landasan perekonomian bangsa ini.28

Manifesto Gerindra menjelaskan bahwa pada sisi lain, sejak era

reformasi, sistem perekonomian Indonesia semakin berkecenderungan

kepada sistem liberal dan kapitalistik. Sistem ekonomi kerakyatan yang

diletakkan dasarnya oleh para pendiri bangsa melalui Pasal 33 UUD

1945 semakin ditinggalkan. Kondisi ini telah menyebabkan kehidupan

rakyat pada umumnya jauh dari kesejahteraan. Kekayaan alam menjadi

lahan pertarungan perebutan pengaruh di antara kekuatan-kekuatan

politik dan kekuatan asing, tidak untuk sebesar-besar kemakmuran

rakyat. Jumlah kemiskinan dan pengangguran tetap menjadi masalah

utama. Karena itu, tidak ada pilihan lain, kita harus mewujudkan

kemandirian bangsa dengan membangun sistem ekonomi kerakyatan.29

Menurut Fadli Zon, Gerindra meyakini kapitalisme dan liberalisme

selalu inheren dengan krisis. Depresi besar 1929 dan krisis 2008 adalah

dua contoh kegagalan kapitalisme membawa tatanan ekonomi dunia

27

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra (Jakarta, Gerindra, 2011),

14. 28

Soekarno, “Pancasila,” 16; Moh. Hatta, “Masa Lalu dan Masa Depan

Indonesia,” 7; Sri Edi Swasono, Ekspose Ekonomika Mewaspadai Globalisasi dan

Pasar Bebas, 100. 29

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra (Jakarta, Gerindra, 2011),

15.

Page 267: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

235

yang lebih adil dan makmur. Gagasan ekonomi kerakyatan di Indonesia

lahir dari buah pemikiran Mohammad Hatta. Hatta menilai sistem

kapitalisme berpijak atas dasar perjuangan dalam arena pasar yang kuat

bertambah kuat, yang lemah menjadi musnah. Pembagian hasil yang

adil antara produsen, konsumen dan saudagar tak pernah tercapai dalam

sistem pasar kapitalisme.30

Senada dengan Fadli, pasar (market) model demikian dalam

pengertian Sri-Edi Swasono lebih diartikan tidak hanya sekedar suatu

lokus atau tempat bertemunya permintaan dan penawaran belaka. Ia

juga mencakup pengertian hadirnya suatu kekuatan besar the global

finance tycoons (saudagar finansial global) dengan kekuasan ekonomi

yang luar biasa. Ia berbentuk trans nasional corporation (korporasi

trans nasional), semisal Bank Dunia, International Monetery Fund

(IMF), Asian Development Bank (ADB), dan lain-lain.31

Lebih lanjut,

Sri-Edi menjelaskan bahwa pasar tersebut sebagai suatu mekanisme di

mana kelompok-kelompok masyarakat yang tidak cukup memiliki daya

beli akan bernasib malang, akan tersisih oleh arus pasar dan berada di

luar arena transaksi ekonomi. Dengan kata lain, pasar-bebas secara

inheren pada dasarnya diskriminatif terhadap yang miskin, meskipun

tidak diskriminatif dalam melayani siapa saja yang memiliki daya

beli.32

Gerindra menilai, sistem pasar-bebas sebagai anak kandung

kapitalisme tidak tepat diterapkan di Indonesia. Sejarah perekonomian

Indonesia telah merekam kehadiran pasar dengan model tersebut.

Dalam konteks Indonesia, di bawah kolonialisme Belanda, kaum

produsen besar umumnya terdiri dari orang kulit putih. Kedudukan

mereka sangat kuat karena didukung pemerintah kolonial dan bank.

Sementara ekonomi rakyat dapat dengan mudah dikuasai produsen,

karena ekonomi rakyat itu tidak tersusun. Ketimpangan ekonomi pada

masa itu sangat tinggi. Struktur sosial terbagi empat strata yaitu (1)

golongan Eropa, (2) golongan Tionghoa, (3) golongan bangsa asing

Timur bukan Tionghoa, dan (4) golongan Inlanders. Sistem kapitalisme

berkecenderungan diskriminasi dan bertentangan dengan Pancasila.33

30

Fadli Zon, “Ekonomi Kerakyatan,“ Garuda Nusantara, Edisi 20/Tahun

II/Desember, (2012), 1. 31

Sri-Edi Swasono, Kembali Ke Pasal 33 UUD 1945 Menolak Liberalisme!, 29. 32

Sri Edi Swasono, Ekspose Ekonomika Mewaspadai Globalisasi dan Pasar

Bebas, 23. 33

Fadli Zon, “Ekonomi Kerakyatan,“ 1.

Page 268: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

236

Paradigma ekonomi Hatta menjadi suluh bagi Gerindra dalam

operasionalisasinya. Bagi Hatta, dasar tiap-tiap perekonomian adalah

pada bagaimana mencapai kebutuhan hidup rakyat. Jika kebutuhan tak

dapat dipenuhi maka diperlukan impor. Bagi penjajah, ekspor adalah

mesin penghasil uang. Indonesia hanya jadi daerah ekonomi industri

bagi Belanda. Keuntungan sebesar-besarnya masuk ke Belanda.34

Bagi

Gerindra, struktur dan sistem ekonomi yang seperti ini telah

menimbulkan paradoks. Indonesia mempunyai sumber daya alam dan

sumber daya manusia yang berlimpah, akan tetapi, rakyatnya hidup

dalam kemiskinan dan kesengsaraan. Hatta menempatkan rakyat

sebagai subyek (people based) dan sebagai pusat dari kegiatan ekonomi

(people centered). Gagasan tersebut membuatnya berdiri sangat jauh

dari kapitalisme yang berpijak pada paham individualisme atau yang

berorientasi pada kepentingan diri sendiri (self interest).35

Gagasan demokrasi Hatta ditauladani oleh Gerindra dengan

mengusung gagasan yang dipengaruhi corak demokrasi desa. Gagasan

ekonomi Hatta-pun senada dengan platform Gerindra, lebih dekat pada

gagasan kolektivisme atau kebersamaan, dan tak mengharamkan

intervensi negara. Oleh Gerindra dan Hatta, negara ditempatkannya

sebagai pemeran utama dalam usaha mensejahterakan rakyat. Selain

itu, dalam cara bagaimana-gagasan ekonomi yang berpusat pada rakyat

itu dikerjakan, Hatta yang ditiru oleh Gerindra, sangat memperhatikan

realitas konkret dari kehidupan masyarakat Indonesia. Karena tak ada

sistem ekonomi yang bisa lepas dari kebudayaan, bangun usaha yang

cocok dengan budaya Indonesia adalah koperasi. Hatta dan Gerindra

sama-sama berkeyakinan bahwa koperasi merupakan segi ekonomi dari

apa yang disebutnya sebagai “kooperasi sosial lama”, yaitu gotong-

royong. Menurut Sri-Edi Swasono, sistem ekonomi Indonesia oleh

Hatta disebut sebagai sosialisme-religius.36

Menurut Prabowo, pemikiran ekonomi Mohammad Hatta telah

menjadi tonggak penting dalam sejarah ekonomi-politik di Indonesia.

Dialah perumus Pasal 33 UUD 1945, yang membuat konstitusi

Indonesia bukan semata dokumen politik, melainkan juga dokumen

34

Moh Hatta, Sesudah 25 Tahun ....., 10. 35

Moh. Hatta, Demokrasi Kita, 25 36

Lihat Sri-Edi Swasono, Keparipurnaan Ekonomi Pancasila (Depok: FEUI,

2006), 17-21; Sri-Edi Swasono, Kembali Ke Pasal 33 UUD 1945 Menolak

Liberalisme!, 35; lihat juga Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 16;

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 50.

Page 269: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

237

ekonomi.37

Jadi, berbeda dengan negara-negara liberal kapitalis,

dimana konstitusinya hanya bersifat politik saja, keberadaan Pasal 33,

serta pasal-pasal kesejahteraan sosial lainnya, membuat konstitusi

Indonesia bisa disebut sebagai Konstitusi Ekonomi. Menurut Amelia

Hayati,38

ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang demokratis.

Pengertian demokrasi ekonomi atau sistem ekonomi yang demokratis

termuat lengkap dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi:

“Produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan

anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan

bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai

usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai

dengan itu ialah koperasi.” “Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi,

kemakmuran bagi semua orang! Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting

bagi negara dan yang menguasai hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara.

Kalau tidak, tampuk produksi jatuh ke tangan orang-orang yang berkuasa dan

rakyat yang banyak ditindasinya.” “Hanya perusahaan yang tidak menguasai

hajat hidup orang banyak boleh ada di tangan orang-seorang.” “Bumi dan air

dan kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi adalah pokok-pokok

kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”

Revrisond Baswir menjelaskan bahwa sistem ekonomi kerakyatan

yang terkadung dalam UUD 45 tersebut berbeda dari neoliberalisme.

Neoliberalisme merupakan sebuah sistem perekonomian yang dibangun

di atas tiga prinsip, yaitu: (1) tujuan utama ekonomi neoliberal adalah

pengembangan kebebasan individu untuk bersaing secara bebas-

sempurna di pasar; (2) kepemilikan pribadi terhadap faktor-faktor

produksi diakui; dan (3) pembentukan harga pasar bukanlah sesuatu

yang alami, melainkan hasil dari penertiban pasar yang dilakukan oleh

negara melalui penerbitan undang-undang. Berdasarkan ketiga prinsip

tersebut maka peranan negara dalam neoliberalisme dibatasi hanya

sebagai pengatur dan penjaga bekerjanya mekanisme pasar. Dalam

perkembangannya, sebagaimana dikemas dalam paket Konsensus

Washington, peran negara dalam neoliberalisme ditekankan untuk

melakukan empat hal sebagai berikut: (1) pelaksanaan kebijakan

anggaran ketat, termasuk penghapusan subsidi; (2) liberalisasi sektor

37

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 52. 38

Amelia Hayati, “Konsepsi dan Aktualisasi Kebijakan Ekonomi Kerakyatan

bagi Perempuan Indonesia,” dalam Makalah Peningkatan Wawasan Kebangsaan,

Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Daerah (BKBPMD) Provinsi

Jawa Barat, Tasikmalaya 23 Juli (2008), 3.

Page 270: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

238

keuangan; (3) liberalisasi perdagangan; dan (4) pelaksanaan privatisasi

BUMN.39

Revrisond Baswir lebih lanjut menjelaskan bahwa ekonomi

kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945,

adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan

kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Mencermati perbedaan

mencolok antara ekonomi kerakyatan dengan neoliberalisme tersebut,

tidak terlalu berlebihan bila disimpulkan bahwa ekonomi kerakyatan

pada dasarnya adalah antitesis dari neoliberalisme. Sebab itu, sebagai

saudara kandung neoliberalisme, ekonomi negara kesejahteraan

(keynesianisme), juga tidak dapat disamakan dengan ekonomi

kerakyatan. Keynesianisme memang menaruh perhatian yang sangat

besar terhadap penciptaan kesempatan kerja penuh, namun demikian ia

tetap dibangun berdasarkan prinsip persaingan bebas dan pemilikan

alat-alat produksi secara pribadi.40

Tabel 5.1. Peran Negara Dalam Ekonomi

Ekonomi

Kerakyatan

Kapitalisme

Negara Kesejahteraan Ekonomi Neoliberal

1. Menyusun

perekonomian

sebagai usaha

bersama

berdasar atas

azas

kekeluargaan;

mengembangka

n koperasi

(Pasal 33 ayat

1).

1. Mengintervensi

pasar untuk

menciptanya kondisi

kesempatan kerja

penuh.

1. Mengatur dan

menjaga

bekerjanya

mekanisme pasar;

mencegah

monopoli.

39

Revrisond Baswir, “Ekonomi Kerakyatan Vs Neoliberalisme,” dalam Makalah

“Seminar Nasional Ekonomi Kerakyatan: “Konsepsi Ekonomi Kerakyatan dalam

Pengelolaan Aset (SDA) dan Perusahaan (BUMN) Strategis Bangsa,” Pusat Studi

Ekonomi Kerakyatan Gadjah Mada, 28 April (2009). 1. 40

Revrisond Baswir, “Ekonomi Kerakyatan Vs Neoliberalisme,” 2-3.

Page 271: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

239

2. Menguasai

cabang-cabang

produksi yang

penting bagi

negara dan

yang menguasai

hajat hidup

orang banyak;

mengembangka

n BUMN (Pasal

33 ayat 2).

3. Menguasai dan

memastikan

pemanfaatan

bumi, air, dan

segala

kekayaan yang

terkandung di

dalamnya bagi

sebesar-

besarnya

kemakmuran

rakyat (Pasal 33

ayat 3).

4. Mengelola

anggaran

negara untuk

kesejahteraan

rakyat;

memberlakukan

pajak progresif

dan

memberikan

subsidi.

2. Menyelenggarakan

BUMN pada

cabang-cabang

produksi yang tidak

dapat

diselenggarakan oleh

perusahaan swasta.

3. Menjaga

keseimbangan antara

pertumbuhan

ekonomi dengan

pemerataan

pembangunan.

4. Mengelola anggaran

negara untuk

kesejahteraan

rakyat;

memberlakukan

pajak progresif dan

memberikan subsidi.

2. Mengembangkan

sektor swasta dan

melakukan

privatisasi BUMN.

3. Memacu laju

pertumbuhan

ekonomi,

termasuk dengan

menciptakan

lingkungan yang

kondusif bagi

masuknya

investasi asing.

4. Melaksanakan

kebijakan

anggaran ketat,

termasuk

menghapuskan

subsidi.

Page 272: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

240

5. Menjaga

stabilitas

moneter.

6. Memastikan

setiap warga

negara

memperoleh

haknya untuk

mendapatkan

pekerjaan dan

penghidupan

yang layak bagi

kemanusiaan

(Pasal 27 ayat

2).

7. Memelihara

fakir miskin

dan anak

terlantar (Pasal

34).

5. Menjaga stabilitas

moneter.

6. Memastikan setiap

warga negara

memperoleh haknya

untuk mendapatkan

pekerjaan dan

penghidupan yang

layak.

7. Memelihara fakir

miskin dan anak

terlantar.

5. Menjaga stabilitas

moneter.

6. Melindungi

pekerja

perempuan,

pekerja anak, dan

bila perlu

menetapkan upah

minimum.

1.

7. -

Sumber: Revrisond Baswir, 2009

Keistemewaan lainya dari Pasal 33 di atas, dalam pandangan Sri-

Edi Swasono sangat Islami.41

Hal tersebut juga sesuai dengan

manifesto perjuangan ekonomi Gerindra, meski dengan penyebutan

religius.42

Oleh karenanya, harus menjadi modal utama dalam

pengembangan ajaran ekonomi di Indonesia. Pasal 33 UUD 45

merupakan suatu capaian sangat tinggi dan luar biasa yang berhasil

menempatkan nilai-nilai Islam pada tingkat tertinggi, yaitu sebagai

konstitusi negara. Menurut Sri-Edi Swasono nilai-nilai ekonomi Islam

41

Sri-Edi Swasono, Kembali Ke Pasal 33 UUD 1945 Menolak Liberalisme!, 33. 42

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 3; Prabowo Subianto, et. al.,

Membangun Kembali Indonesia Raya ....., xiv.

Page 273: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

241

yang terkandung dalam pasal itu sejalan dengan QS. Al-Hashr/59 ayat

7:

............ ............ ...

......... supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang

Kaya saja di antara kamu. ......(QS. Al-Hasyr/59:7),

Sejalan juga, Sri-Edi Swasono menjelaskan bahwa hal itu selaras

dengan sabda Rasulullah Muhammad Saw., yaitu:

صلى الله عليه وسلم قال ثلث ل يمن عن الماء عن أبي هري رة أن رسول الله .والكل والنار

“Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal, yaitu padang rumput, air

dan api.“ (HR. Ibn Majjah).43

Menyikapi pasal di atas, menurut Manifesto Gerindra, sejak era

reformasi, sistem perekonomian Indonesia semakin liberal dan

kapitalistik. Sistem ekonomi kerakyatan yang diletakkan dasarnya oleh

para pendiri bangsa melalui Pasal 33 UUD 1945 semakin ditinggalkan.

Kondisi ini telah menyebabkan kehidupan rakyat pada umumnya jauh

dari kesejahteraan. Kekayaan alam menjadi lahan pertarungan

perebutan pengaruh di antara kekuatan-kekuatan politik dan, lebih

ironis lagi oleh, kekuatan asing. Kekayaan alam yang berlimpah itu

tidak untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jumlah kemiskinan dan

pengangguran tetap menjadi masalah utama. Karena itu, tidak ada

pilihan lain, Gerindra harus berjuang untuk mewujudkan kemandirian

bangsa dengan membangun sistem ekonomi kerakyatan.44

Paradigma ekonomi Hatta dan paradigma ekonomi Gerindra juga

memiliki kesamaan dengan sistem ekonomi Islam. Menurt Tim Ilmu

Ekonomi Islam-FEUI, sistem ekonomi Islam, memiliki perbedaan yang

bersifat paradigmatik dengan sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis.

Sistem ekonomi Islam dan ekonomi kerakyatan digagas Hatta, berbasis

pada worldview dan visi religius, yang diderivasikan dari al-Qur’an dan

Hadits. Gerindra sebagai partai nasionalis, dalam hal ini hanya

43

Kualitas Hadis ini menurut Albani adalah ṣaḥīḥ. Lihat al-Albani, Irwā’ al-

Ghalīl, Juz VI (Bairūt: Maktab al-Islāmī, 1405/1985), 6-9; Al-Zaila’i, Nashb al-

Rāyah, Juz IV (Misr: Dār al-Hadīts, Mesir. 1357), 352. 44

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 4.

Page 274: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

242

berlandaskan pada sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha

Esa.45

Meskipun demikian, Gerindra sehaluan dengan sistem ekonomi

Islam dan ekonomi kerakyatan, membahas kebutuhan manusia secara

seimbang dan tanpa diskriminasi, baik material maupun non material.46

Dengan demikian, sistem ekonomi tersebut akan berfokus pada

optimisasi falaḥ (kesejahteraan dunia-akhirat) dan pemenuhan

kebutuhan. Hal ini berbeda secara diametral dengan sistem ekonomi

sekuler yang tidak membahas kebutuhan non material karena tidak

terukur dan melibatkan value judgment, sehingga sistem ekonomi

konvensional cenderung berfokus pada “maksimisasi” kekayaan

material (profit maximization) dan pemenuhan “keinginan.”47

Sistem Ekonomi Islam dan ekonomi kerakyatan juga diikuti oleh

Gerindra, dengan menekankan secara seimbang antara kerjasama

(cooperation) dan persaingan (competition) berlandaskan pada social-

interest, yang seringkali membutuhkan sacrifice (pengorbanan).48

Sedangkan sistem ekonomi konvensional cenderung hanya berfokus

pada persaingan bebas berlandaskan self-interest.49

Sistem ekonomi

Islam bersandar pada sistem bagi hasil (profit and loss sharing). Hal

yang belum bisa diimplementasikan dalam Gerindra adalah melarang

riba (usury), meskipun untuk nilai-nilai gharar (excessive speculation)

45

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 2-3;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 4. 46

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 58;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 4; Ilmu Ekonomi Islam-Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia, Ilmu Ekonomi Islam (Jakarta: IEI-FE UI, 2013).

Lihat juga Taqyuddīn al-Nabhanī, Niżām al-Islām (Beirut: Dār al-Ummah, 1953); 10. 47

Lihat misalnya pembahasan oleh Taqyuddīn al-Nabhanī, Niżām al-Islām

(Beirut: Dār al-Ummah, 1953); Taqyuddīn al-Nabhanī, Al-Takātu al-Hizbī, Hizbu al-

Taḥrīr (Beirut: Dār al-Ummah, 1953); Hamid Reza Alavi, “Ethical Views of Ibn

Miskawayh and Aquinas,” Philosophical Paper and Review Vol.1, 4 (2009), 2. Lihat

Ibnu Miskawayh, Tahdhīb al-Akhlāq Ibnu Miskawayh (Qahira: Maktabah al-

Ḥusainiyyah, t.t.), 25; Muḥammad ibn Muḥammad ibn Muḥammad al-Ghażalī, Iḥyā’

‘Ulūm al-Dīn, juz III, (Beirut: Dār Iḥyā’ al-Kutūb al-Ilmiyah, t.t), 48. 48

Rif’at al-Maḥjūb, Dirāsat Iqtiṣādiyat Islāmiyah (Qahira: Ma’had al-Dirāsat al-

Islāmiyah, 1987), 14; Muhammad Arham, "Islamic Perspectives on Marketing",

Journal of Islamic Marketing, Vol. 1 Iss: 2, (2010), 149-164; Mirza Hassan Hosseini,

Fatemeh Aidi “Developing Islamic Principless-Based Marketing Framework” Journal

Basic and Aplied Scientific Research,3 (3), (2013), 189; Prabowo Subianto, et. al.,

Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 59; Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai

Gerindra, 5-6. 49

Peter Drucker, “What is “Business Ethics?,” The Publik Interest, No. 63

(Spring, 1981), 18-36; Andrew Stark, ”What’s The Matter With Business Ethic,”

Harvard Business Review 71, (1993), 202.

Page 275: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

243

dan maysīr (gambling) menyetujui sistem ekonomi Islam.50

sistem

ekonomi konvensional yang bersandar pada riba, masih dipertahankan

oleh Gerindra. Namun Gerindra tegas melarang gharar dan maysīr.51

Sebagaimana sistem ekonomi Islam, platform ekonomi Gerindra

juga banyak mendorong social-welfare contracts, seperti zakat

(compulsory charity), wakaf (endowment resources), hibah, dan qardh

al-ḥasan (free-interest loan).52

Sedangkan sistem ekonomi

konvensional cenderung hanya terfokus pada private-welfare contracts

saja. Meski berbasis kepada nilai dan moral agama (Islam), namun

sistem ekonomi Islam tetap akan bersifat ilmiah karena nilai dan moral

agama yang dikandungnya tidak menghalanginya untuk secara objektif

menentukan hubungan kausal antar variabel. Seluruh hipotesis dan teori

yang dibangun dalam sistem ekonomi Islam akan selaras dengan inti

atau struktur logis dari paradigma Islam. Sistem ekonomi Islam

mengembangkan ilmu ekonomi yang berfokus pada pemenuhan

kebutuhan hidup umat manusia secara komprehensif, baik material

maupun moral dan spiritual, serta menjaga keberlangsungannya.53

Sistem ekonomi Islam, dalam semangat paradigma Garaudian juga

telah dimanifestokan oleh konsep ekonomi Gerindra. Paradigma sistem

ekonomi Islam dari Garaudi lebih cenderung pada pendekatan analisis

komparatif antara sistem ekonomi konvensional dan sistem Ekonomi

Islam, dengan menggunakan pluralisme metodologi, baik moral, fiqh,

ekonomi, politik dan sejarah, dengan fokus utama pada makna dan

tujuan ilmu ekonomi. Islam sebagai agama pertama dan asal. Ia

sesungguhnya adalah agama satu-satunya dan bukan sebuah agama

atau paradigm baru yang muncul dalam sejarah dan di antara ciri-ciri

khususnya adalah universal, internasional dan komprehensif. Ia

50

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 117;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 17. 51

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 6. 52

Ilmu Ekonomi Islam-Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Ilmu Ekonomi

Islam (Jakarta: IEI-FE UI, 2013). Lihat juga Adi Sasono, Didin Hafiduddin dan AM.

Saepuddin dkk membagi tiga paradigma system ekonomi dunia. lihat Adi Sasono dkk,

Solusi Islam Atas Problematika Umat: Ekonomi, Pendidikan, dan Dakwah (Jakarta:

GIP, 1998); Anwar Abbas, Bung Hatta dan Ekonomi Islam: Menangkap Makna

Maqāshid al-Syarī’ah (Jakarta: Kompas Media Nusantara, (2010), 4; Prabowo

Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 117; Gerindra, Manifesto

Perjuangan Partai Gerindra, 17. 53

Muhammad Arham, "Islamic Perspectives on Marketing", 154; Mirza Hassan

Hosseini, Fatemeh Aidi “Developing Islamic Principless-Based Marketing

Framework,” 191.

Page 276: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

244

sesungguhnya adalah risalah penutup yang datang untuk mempertegas

dan menyempurnakan risalah-risalah sebelumnya serta

membebaskannya dari penyisipan yang mencampurinya.54

Karena itu,

dapat dikatakan adanya titik temu (qāsim mushtarak; common

denominator) antara Islam dan agama-agama kitābīyah dan non-

kitābīyah terdahulu. Gerindra menjadikan Pancasila sebagai titik temu

berbagai sistem ekonomi agama yang dianut dan berkembang di

Indonesia. Inti dari konsepsi ekonomi kerakyatan Gerindra adalah

prisip kerja sama dan gotong-royong. Dasar tersebut disarikan dari

ekonomi Pancasila sebagaimana yang termaktub dalam Pancasila dan

UUD tahun 1945.

Manifesto Gerindra menggariskan sikap kerjasama dan gotong

royong yang dilandasi oleh penghormatan atas kedaulatan,

kemandirian, dan persamaan hak dalam mengerjakan dan menuntaskan

sebuah pekerjaan sejatinya merupakan kebutuhan setiap manusia

sebagai makhluk sosial. Tidak ada individu yang bisa hidup tanpa

membutuhkan individu lain. Partai Gerindra sangat menyadari

pentingnya kerjasama, karena itu dalam setiap sikap dan tindakan,

Partai Gerindra mengedepankan dan mengembangkan kerjasama dan

gotong royong dengan entitas masyarakat lainnya sebagai landasan

pergaulan berbangsa dan bernegara.55

Pancasila dan UUD 45 pasal 33 menjadi ruh yang mendasari

paradigma ekonomi kerakyatan Gerindra. Keadilan ekonomi yang

sehaluan dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

merupakan dasar pandangan ekonomi Gerindra. Pelopor ekonomi

kerakyatan atau ekonomi Pancasila Hatta (1971)56

dan Mubyarto,

(2003)57

dan sistem ekonomi Islam menjadi tauladan ekonomi

kerakyatan Gerindra. Berdasarkan Manifesto Partai Gerindra keadilan

sosial bagi partai Gerindra adalah partai yang mencita‐citakan suatu

tatanan masyarakat yang berkeadilan sosial, yakni masyarakat yang adil

secara ekonomi, politik, hukum, pendidikan, dan kesetaraan gender.58

54

Muḥsin al-Maylī, Pergulatan Mencari Islam: Perjalanan Religius Roger

Garaudy, (terj.) Rifyal Ka’bah (Jakarta: Paramadina, 1996), 259. 55

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 9-10. 56

Mohammad Hatta, Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun (Jakarta:

Inti Idayu Press, 1971), 35. 57

Mubyarto, ”Ekonomi Pancasila: Satu Renungan Akhir Tahun,” Makalah Seminar

Bulanan Perkembangan Pemikiran Ekonomi Pancasila, Jilid 3 (Yogyakarta: Pusat Studi

Ekonomi Pancasila UGM-Yogyakarta, 2003), 2-3. 58

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 44.

Page 277: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

245

Dalam hubungan ekonomi dengan pihak luar negeri, Gerindra

memiliki prinsip bahwa politik luar negeri dan hubungan internasional

harus diabdikan untuk kepentingan nasional. Hubungan bilateral,

multilateral dan kedudukan Indonesia dalam organisasi-organisasi

internasional harus didasarkan pada kepentingan nasaional. Indonesia

harus menjadi bangsa terhormat dan bermartabat dalam pergaulan

internasional dan senantiasa pro-aktif dalam perdamaian dunia.59

Partai

Gerindra akan memperjuangkan kebijakan ekonomi yang berhubungan

dengan luar negeri dengan landasan yang progresif. Suatu landasan

yang dapat menempatkan dan mengokohkan Indonesia kembali sebagai

negara yang berperan dan dihormati di Asia dan dunia. Indonesia harus

mampu bersaing dengan negara-negara Asia seperti Republik Rakyat

Cina, Jepang, India, Korea Selatan di bidang ekonomi.

Bagi Geridra, berakhirnya Perang Dingin tidak dengan sendirinya

menampilkan Amerika Serikat sebagai kekuatan adikuasa tunggal.

Dunia setelah itu menjadi berdimensi multipolar. Ada berbagai

kekuatan yang berpengaruh dalam pentas politik masyarakat

internasional. Uni Eropa menjanjikan kemajuan ekonomi. Republik

Rakyat Cina (RRC) semakin menunjukkan kekuatan ekonomi, militer

dan nuklir. Republik Federasi Rusia, sejak di bawah pemerintah

Vladimir Putin berhasil membawa kembali kehormatan Rusia di bidang

ekonomi dan militer. India berkembang pesat ekonominya dan di

bidang militer memiliki kekuatan nuklir. Negara-negara sosialis

Amerika Latin seperti Venezuela, Argentina, Brasil dan Bolivia

mempunya potensi ekonomi yang kuat dan berani menentukan jalan

sendiri yang seringkali bertentangan dengan kebijakan luar negeri

Amerika Serikat. Negara-negara Timur Tengah, seperti Saudi Arabia

sangat kaya dan tangguh kekuatan militernya. Iran memiliki potensi

ekonomi karena minyak dan mengembangkan teknologi nuklir.60

Tumbuhnya kekuatan-kekuatan baru itu memaksa masyarakat

internasional kembali ke meja perundingan sebagai jalan terbaik

mencari penyelesaian konflik. Invasi AS atas negara berdaulat Irak

terbukti gagal dan telah menyebabkan AS semakin terkucil dan

terpuruk dalam pergaulan dunia. Indonesia harus dapat memainkan

peran dalam era baru internasional. Nilai strategis karena letak

kedudukan geografis, kekayaan alam, dan potensi sumber daya

59

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 41-42. 60

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 42.

Page 278: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

246

manusia harus bisa menjadi modal diplomasi yang menguntungkan

kepantingan nasional.

Partai Gerindra menilai perlunya reaktualisasi politik ekonomi luar

negeri Indonesia yang ketinggalan zaman. Paradigma regionalisme

yang mengantarkan lahirnya ASEAN sudah menjadi artefak sejarah

diplomasi. Sama halnya dengan Gerakan Non Blok (GNB). Politik

ekonomi luar negeri Indonesia tidak boleh diabdikan untuk melayani

adidaya dan sekutu-sekutunya. Bangsa ini juga tak dapat terus-menerus

bergantung pada "solidaritas"ASEAN yang terbukti nihil ketika

bertabrakan dengan kepentingan nasional masing-masing. Kasus

lepasnya Sipadan Ligitan, konflik Ambalat, negosiasi ekstradisi dengan

Singapura adalah beberapa contoh kegagalan diplomasi Indonesia.

Politik ekonomi luar negeri Indonesia harus diabdikan pada

kepentingan nasional dengan berlandaskan kekuatan sendiri dengan

penentuan sikap sendiri untuk memperjuangkan kemerdekaan

sesungguhnya. Reaktualisasi politik ekonomi luar negeri tak hanya

menyangkut kebijakan tapi juga sumber daya manusia di bidang

diplomasi. Para diplomat ekonomi sebagai bagian pelaksana salah satu

kebijakan politik luar negeri harus memiliki sifat kejuangan,

keberanian, bervisi jauh ke depan dan menjaga kehormatan bangsa.61

Berdasarkan Laporan Penelitian International NGO Forum on

Indonesia Development (INFID) menjelaskan partai politik di

Indonesia yang maju pada Pemilu 2014, telah memiliki platform

ekonomi basis dengan ideologi yang sama, yaitu Pancasila. Platform

parpol merupakan dasar utama atas rujukan mengenai makna

ketimpangan, bentuknya, serta metode mengatasinya.62

Platform parpol

umumnya telah memuat prinsip-prinsip dasar yang dianut berdasarkan

afinitas ideologi ke dalam visi/misi, serta telah diwujudkan dalam

program kegiatan. Namun, tidak semua parpol dalam dokumen

resminya memuat platform dilengkapi dengan visi-misi, serta bentuk

kegiatannya. Terdapat variasi persepsi parpol dalam platform mengenai

ketimpangan ekonomi. Secara garis besar, parpol merujuk pada kondisi

ketimpangan ekonomi (pendapatan/pekerjaan) dan non-ekonomi (akses

terhadap pendidikan, kesehatan, demografis, gender), meski masih

minim tentang ketimpangan yang ini. Dalam catatan Infid, Gerindra

61

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 45. 62

Infid meneliti 12 platform parpol, yaitu: Demokrat, PDI-P, Golkar, Nasdem,

Gerindra, PKPI, Hanura, PPP, PKB, PBB, dan PKS. Lihat Infid, “Laporan Penelitian:

Partai Politik, Pemilihan Umum dan Ketimpangan Sosial dan Ekonomi di Indonesia,”

Laporan Penelitian INFID-LIPI, No. 3 (2014), 4, 34-36.

Page 279: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

247

dan PKS yang memiliki platform ekonomi terperinci jika dibandingkan

dengan partai lainnya.

B. Paradoks Ekonomi Kerakyatan Indonesia

Gerindra menyebutkan, kondisi di Indonesia saat ini sedang

mengalamai paradoks atau "kutukan sumber alam" (the curse of the

natural resources).63

Menurutnya, paradoks tersebut terlihat dari kaya

dan berlimpahnya sumber daya alam indonesia, alih-alih menjadi

rahmat, ia malah sudah menjadi kutukan. Sumber daya alam bukannya

menjadi suatu aset yang mendorong ke arah kesejahteraan rakyat.

Indonesia merupakan negara yang kaya, namun ironinya, rakyatnya

mayoritas hidup di bawah garis kemiskinan.

Geridra berpendapat bahwa kondisi paradoks atau kutukan sumber

alam itu bisa terlihat secara gamblang dalam beberapa hal. Pertama,

Indonesia merupakan salah satu negara agraris tropis terbesar di dunia,

tetapi mejadi pengimpor besar beberapa komoditas pertanian. Tuhan

Yang Maha Esa telah menganugerahkan luas lahan tropis Indonesia

merupakan yang terluas di dunia setelah negara Brasil. Dari 27% luas

zona tropis dunia, Indonesia memiliki 11% wilayah tropis yang dapat

ditanami dan dibudidayakan sepanjang tahun. Berdasarkan luas

wilayah dan luas lahan yang dapat ditanami, posisi Indonesia berada

pada urutan nomor 10 di dunia. Posisi tersebut ditunjukkan dengan

cakupan luas wilayah sebesar 1,905 juta km2

menurut data World Bank

tahun 2009. Seluas 241,88 ribu km2 luas lahan yang dapat ditanami

(arable land). Namun sayangnya, luas lahan yang dapat ditanami di

Indonesia hanya sekitar 12%, karena sisanya berupa pegunungan dan

perbukitan dan lain-lain yang tidak mungkin untuk dikelola. Menurut

data Badan Pusat Statistik tahun 2008, sekitar 1,91 juta km2 total luas

daratan Indonesia.64

63

Prabowo Subianto, “Kutukan Sumber Alam Indonesia,” Orasi Ilmiah, Seminar

Nasional dan Pelantikan Masika ICMI dan Orda Malang Raya bertema "Membangun

Ekonomi Kerkayatan untuk Mewujudkan Kemandirian dan Kedaulatan Rakyat," di

Kota Malang Jawa Timur Senin, 18 Maret (2013); Prabowo Subianto, “Indonesia

adalah Sebuah Paradoks,” dalam Gema Indonesia Raya, edisi 20/Tahun II/Desember

(2012), 1; Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 32;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 21. 64

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 31-32;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 21.

Page 280: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

248

Tabel 5.2.

Negara Berdasarkan Luas Wilayah dan Lahan yang Dapat

Ditanami (Arable Lands) untuk Pertanian dan Kehutanan

No Negara

Luas

Wilayah

Lahan

yang

dapat

ditanami

Lahan

kehutanan

Lahan

optimal

Nilai tambah

per petani

US $

Km2 Km2 Km2 Km2 90-92 03-05

1 USA 9,632,030 1,830,086 3,188,202 4,844,911 20,793 41,797

2 India 3,287,260 1,765,259 749,495 1,919,760 324 392

3 Rusia 17,098,240 1,265,270 8,446,531 8,959,478 1,825 2,519

4 China 9,598,088 1,065,388 2,034,795 2,207,560 254 401

5 Brazil 8,514,880 596,042 4,810,907 6,769,330 1,506 3,126

6 Canada 9,984,670 499,234 3,404,772 5,531,507 28,243 43,055

7 Australia 7,741,220 495,438 1,648,880 6,696,155 20,838 10,072

8 Argentina 2,780,400 283,601 336,428 1,420,784 6,767 10,072

9 Mexico 1,964,380 255,369 661,996 459,665 2,256 2,792

10 Indonesia 1,904,570 241,880 929,430 836,106 484 583

Luas lahan yang dapat ditanami sebagaimana tabel di atas,

sebenarnya jauh lebih besar bila turut diperhitungkan dengan lahan

optimal yang dapat ditanami, misalnya lahan yang memiliki kemiringan

datar, rendah dan padang rumput (plateau). Karena disamping untuk

memahami, lahan yang potensial juga dapat dimanfaatkan untuk usaha

peternakan dan perikanan, seperti padang rumput dan kolam ikan

buatan. Menurut Gerindra, dengan mengutip perkiraan World Bank

(2009), lahan optimal Indonesia mencapai 836, 106 km². Ini artinya,

jika ditanami dua kali saja dalam satu tahun, maka potensi budayanya

sekitar 167, 22 juta hektar. Apalagi bila dapat ditanami tiga kali dalam

setahun atau dibudidayakan sepanjang tahun. Geridra mencontohkan,

China dan India memiliki lahan yang yang dapat ditanami dan lahan

optimal yang jauh lebih besar daripada Indonesia. Namun, bila

dibandingkan dalam lahan dengan karakteristik tropisnya, potensi

pertanian tropis Indonesia justru lebih besar bila dibandingkan dengan

China, yang hampir sebagian besar lahannya adalah subtropis. Apalagi

bila hanya dibandingkan dengan India. Sebagaimaa telah dijelaskan di

atas, Indonesia adalah negara tropis terbesar kedua di dunia. Posisi ini,

jelas merupakan keunggulan kompetitif bangsa Indonesia. Hal tersebut

mampu membuat bangsa menjadi unggul dan maju dalam hal

perekonomian sebagai negara tropis (tropical-based economy). Dengan

kata lain, Indonesia mampu dan berpotensi besar untuk menjadi salah

Page 281: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

249

satu lumbung pangan tropis dunia. Sayang, yang terjadi justru

sebaliknya, Indonesia menjadi pengimpor besar beberapa komoditas

pangan tropis dunia.65

Selain itu, menurut Gerindra, dengan potensi lahan yang tersedia,

petani Indonesia juga seharusnya bisa memperoleh tingkat pendapatan

yang tinggi. Alhasil, para petani dapatmencapai tingkat kemakmuran

yang tinggi pula. Tetapi, lagi-lagi yang terjadi sebaliknya, nilai tambah

yang dihasilkan dan dinikmati petani Indonesia malah termasuk salah

satu yang terendah di dunia, bahkan di antara negara berkembang

(developing countries) sekalipun. Walau masih lebih tinggi bila

dibandingkan dengan China dan India, tetapi mereka memiliki jumlah

penduduk yang jauh lebih padat dan besar. Buktinya, nilai tambah yang

dihasilkan dan dinikmati petani Indonesia pada rentang tahun 2003-

2005, rata-rata hanya US$ 583 setahun atau hanya Rp. 5, 830 juta

pertahun dengan asumsi kurs dolar Rp. 10. 000 per dolar atau hanya

Rp. 486.000 per bulan. Rendahnya nilai tambah inilah yang merupakan

penyebab utama dari kemiskinan, baik keluarga petani maupun warga

masyarakat di pedesaan yang masih banyak memiliki lahan yang dapat

dibudidayakan.66

Tabel 5.3.

Perbandingan Nilai Tambah Petani Beberapa Negara

Tahun 1980 – 2008 (Harga Konstan US$ 2000)

No Negara 1980 1990 2000 2008

Rata-rata

2003 –

2005

1 Korea Selatan 2,538 5,338 9,911 17,704 11,286

Negara maju 8,678 14,166 18,787 17,697 -

2 Argentina 6,545 6,702 9,104 11,793 10,072

3 Brazil 1,091 1,625 2,351 3,858 3,126

Negara Menengah-Atas 1,745 2,130 2,492 3,682 -

4 Philipina 969 911 960 1,211 1,075

Dunia 736 793 918 896 -

5 Indonesia 462 512 553 705 583

6 Thailand 386 446 558 705 621

7 Malaysia 265 385 439 - 5,216

8 India 304 362 415 549 392

9 China 183 263 364 504 401

10 Vietnam - 225 295 352 305

65

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 34;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 24. 66

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 35.

Page 282: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

250

Negara Menengah-

Bawah

292 360 462 609 -

Asia Pasifik (semua

Negara

474 518 591 595 -

Asia Pasifik (hanya

negara berkembang)

230 301 397 534 -

Sumber: World Development Indicator 2010 dan World Development Report 2009.

Mencermati tabel di atas, Gerindra berkeyakinan bila negara

melaksanakan strategi pembangunan ekonomi kerakyatan yang

mengembangkan keunggulan kooperatif, lahan tersebut menjadi

keunggulan kompetitif melalui penerapan ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta inovasi ditambah dengan sikap optimistis dan

berpikiran positif. Argumen Gerindra, jika ditilik dari sisi luas lahan

yang dapat ditanami dan jumlah penduduk yang sepadan, maka yang

sepatutnya diperbandingkan adalah dengan nilai tambah petani di

Brazil. Brazil mampu menciptakan nilai tambah lebih dari 5 kali

capaian petani Indonesia, yaitu US$ 3.126 per tahun.67

Paradoks dan kutukan sumber alam kedua, Indonesia merupakan

negara maririm kepulauan yang memiliki berbagai sumber daya hayati

kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam. Indonesia

terangkai oleh 17.480-an pulau. Terdiri dari kawasan pesisir dan lautan

dengan panjang garis pantai 95.181 km, terbentang dari sabang hingga

merauke dari Miangas hingga ke Rote. Menurut catatan Gerindra,

panjang garis pantai Indonesia yang terpajang ke empat di dunia setelah

Amerika, Kanada, dan Rusia. Hampir tiga per empat luas wilayah

Indonesia berupa lautan. Dengan perkiraan, luas total laut mencapai 7,

9 juta km2 atau 790 juta hektar, termasuk daerah Zona Ekonomi

Ekslusive. Tetapi hasil dan nilai perikanan tangkapan nasional

Indonesia lebih banyak lari, bocor, atau dimanfaatkan oleh negara lain

memiliki garis pantai yang relatif terbatas.68

Gerindra menjelaskan, dengan beragam potensi dan sistem

pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang optimal sangat

terbuka Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat dan mandiri dalam

pangan yang berasal dari ikan dan hasil laut lainnya. Bahkan menjadi

eksportir utama dan produk perikanan lainnya, sehingga penduduk

yang bermata pencaharian sebagai nelayan seharusya menjadi makmur,

67

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 35;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 24. 68

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 35-36;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 25.

Page 283: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

251

sejahtera, dan maju. Kondisi paradoks atau klutukan sumber alam di

sektor perikanan tersebut dapat dengan jelas digambarkan dalam grafik

4.1. Potensi peraiaran laut nasional sangat timpang dibandingkan

dengan realisasi produksi perikanan tangkapannya. Walaupun

Indonesia sebagai negara maritim kepulauan dengan garis pantai

terpanjang keempat di dunia, namun dalam jumlah produksi perikanan

tangkapan nelayan masih lebih rendah dibandingkan dengan negara

Chili yang hanya memiliki panjang pantai hanya 6,435 km atau haya

sekitar sepersepuluh pantai Indonesia. Sektor perikanan dan kelautan,

seperti halnya pertanian, merupakan sektor yang banyak menyerap

tenaga kerja. Sektor ini memiliki potensi besar dan bisa menjadi modal

utama pembangunan bangsa. Ironisnya potensi besar ini justru

dieksploitasi oleh bangsa dan negara lain, dengan melakukan

penangkapan ikan ilegal (illegal fishing) di perairan Indonesia.

Pembangunan sektor perikanan dan kelautan difokuskan dengan

membangun nelayan sebagai subyek utama. Partai Gerindra menilai

pembangunan kedua sektor akan berhasil dengan memberdayakan

kelompok nelayan.69

Grafik 5.1

Perbandingan Panjang Pantai dan Produksi Perikanan Tangkap

Negara Produsen Perikanan Utama di Dunia

Sumber: State of Fisher and Aquaculture 2006, FAO 2007 dan World Development

Report 2009.

69

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 25.

Page 284: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

252

Gerindra menilai kekayaan dan kelimpahan sumber daya kelautan

nasional, justru lebih banyak dikuasai dan dikuras oleh negara-negara

asing dan Indonesia hanya menjadi penonton yang teraniaya. Kondisi

ini dapat dilihat dari fakta dan statistik ekspor perikanan tangkap dunia

seperti digambar dalam Tabel 4. Mengutip laporan Food agriculture

Organization (FAO) tahun 2007, dari 10 negara utama eksportir produk

perikanan di dunia, baik untuk tahun 1994 atau 2004, Indonesia tidak

termasuk di dalamnya. Kalah oleh vietnam yang memiliki panjang

garis pantai hanya 3,444 km, tapi mampu bertengger di posisi

kesepuluh negara utama eksportir produk perikanan dunia. Dibanding

negara tetangga Thailand-pun, yang memiliki garis pantai dan luas laut

yang jauh lebih rendah, Indonesia masih belum bisa berbuat banyak

untuk memanfaatkan potensinya. Thailand, sebagaimana Vietnam,

mampu mencatatkan diri sebagai negara pengekspor produk perikanan

dunia. Bagi Gerindra, fakta lapangan tersebut merupakan suatu kondisi

yang paradoks, ironis dan mengenaskan karena dengan kekayaan

berlimpah, ternyata kita belum mampu mengelolanya dengan baik dan

benar.70

Dalam hal ini pun Indonesia terkena kutukan sumber alam.

Tabel 5.4.

Negara Eksportir Perikanan Utama di Dunia

Sumber: State of Fishery and Aquaculture 2006, FAO 2007.

70

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 36;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 26.

Page 285: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

253

Kesimpulan Gerindra, kondisi paradoks pembangunan kelautan

dan perikanan diatas jelas disebabkan beragam faktor. Tetapi faktor

mendasar yang menyebabkan paradoks perikanan nasional tersebut

berlangsung terus adalah ketidakberdayaan pemerintah dalam anggaran

untuk mengamankan dan menjaga perairan nasional dari pencurian atau

penangkapan ikan ilegal (illegal fishing). Ditambah lagi dengan

berlangsungya akumulasi, baik keuntungan (profit), nilai tambah,

maupun kemampuan pembiayaan pengusaha perikanan domestik.

Sebagian besar keuntungan, nilai tambah, dan dana hasil usaha

penangkapan ikan nasional lari keluar Indonesia. Fakta yang harus

diakui di antaranya masih rendahnya kuantitas dan kualitas armada

tangkap nelayan di Indonesia, baik pengusaha perikanan besar maupun

menengah, apalagi nelayan kecil. Hal itu diperparah dengan masih

relatif rendahnya kemampuan dan dukungan pembiayaan dan kredit

bagi nelayan dan pengusaha perikanan kecil juga menjadi faktor kunci

yang tak bisa dielakkan. Ditambah lagi, kemampuan dan kesiapan

armada Tentara Nasional Indonesia, terutama Angkatan Laut dan

termasuk Angkatan Udara dalam penjagaan dan pengawalan perairan

nasional untuk mencegah dan menanggulangi penangkapan ikan ilegal,

misalnya, juga masih rendah.71

Untuk mengikis dan menghilangkan paradoks dan kutukan sumber

daya alam itu, partai Gerindra menyatakan diri tampil di pentas

demokrasi untuk perubahan kepemimpinan nasional, dan perubahan

tata laksana penyelenggaraan Negara. Partai Gerindra mendukung

segala upaya untuk pembangunan bangsa (nation building) dan

karakter manusia Indonesia. Partai Gerindra bertekad memerdekakan

rakyat Indonesia dari penjajahan ekonomi dan politik yang

membelenggu dan merampas kehormatan manusia Indonesia. Partai

Gerindra menjunjung tinggi kebebasan intelektual sebagai amanah

Pancasila dan UUD 1945. Partai GERINDRA memposisikan diri

sebagai partai gerakan yang mandiri, produktif, dan berpijak pada

kearifan lokal, dalam upaya menciptakan masyarakat adil, makmur, dan

sejahtera. Sebagai gerakan, Partai Gerindra senantiasa berjuang

bersama rakyat serta menjadikan kekuatan rakyat sebagai kekuatan

utama dalam membangun bangsa dan masyarakat Indonesia.72

71

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 37;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 26. 72

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 5.

Page 286: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

254

Dalam analisa Gerindra, ada empat tantangan yang dihadapi

bangsa ini dalam kebijakan ekonominya: 1) Rendahnya Kualitas

Sumber Daya Manusia; 2) Ketergantungan Pada Utang Luar Negeri; 3)

Pendapatan Per Kapita Rendah; 4) Pengangguran Berkelanjutan; 5)

Ketimpangan Pembangunan; 6) Ketergantungan Impor; 7) Hambatan

Struktural Pembangunan Ekonomi; dan 8) Stagnasi Pembangunan

Infrastruktur.73

Namun, karena keterbatasan penulis, hanya dua poin

saja yang akan diuraikan. Karena menurut penulis, poin kedua sampai

poin kedelapan, kesemuanya terkait dengan masalah ekonomi yang

disebabkan oleh dampak ketergantungan utang luar negeri Indonesia.

1. Sumberdaya Manusia Berlimpah Tapi Kualitas Rendah

Di samping memiliki kelimpahan dalam sumber daya lahan dan

laut, Indonesia mempunyai potensi sumber daya manusia terbesar

keempat di dunia. Jumlah penduduk selalu bertambah tiap tahun

dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sekitar 1,34 persen (2000-2006)

dan diproyeksikan akan mencapai 248 juta orang pada tahun 2015.

Meski demikian, jumlah penduduk yang relatif besar pada dasarnya

merupakan keunggulannya komparatif dan kompetitif bila diikuti

dengan tingkat pendidikan, keterampilan, tingkat pendapatan, dan

tingkat kesehatan yang tinggi.menurut Gerindra, penduduk berkualitas

merupakan salah satu faktor keunggulan yang berkontribusi besar dan

dominan terhadap kemajuan bangsa. Indonesia belum mampu

memanfaatkan keunggulan kelimpahan sumber daya manusia ini,

bahkan tingginya angka jumlah penduduk ini terkesan menjadi beban

dalam pembangunan nasional.74

Gerindra mencatat, pembangunan kualitas sumber daya manusia

nasional masih relatif tertinggal dibandingkan negara-negara lain di

dunia dan pertumbuhannya lambat, walau Indonesia diklasifikasikan

oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada level

sedang (medium human development). Kondisi ini tercermin dari posisi

Indonesia yang masih berada pada peringkat ke 108, uniknya di bawah

negara Palestina dan di atas Mesir dari 187 negara dunia.75

Posisi

tersebut naik peringkat dari peringkat 121 dari 182 negara dalam

73

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 24-49. 74

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 39;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 26. 75

UNDP, “2014 Human Development Report,” dalam

http://www.undp.org/content/undp/en/home/librarypage/hdr/2014-human-

development-report/, diakses tanggal 27 Agustus 2014.

Page 287: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

255

pencapaian Indeks Pembangunan Manusia UNDP/UNDP Human

Development Index pada tahun 2013.76

Dengan peringkat tahun 2014,

kualitas sumberdaya manusia Indonesia masih jauh lebih rendah

dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara seperti Singapura

peringkat ke-9, Brunei Darussalam peringkat ke-30, Malaysia peringkat

ke-62, serta Thailand peringkat ke-89. Namun masih unggul bila

dibandingkan dengan Filipina yang menduduki peringkat ke-117 dan

Timor-Leste peringkat ke-128. Untuk negara-negara Asia Tenggara,

kualitas sumberdaya manusia Indonesia juga lebih baik dari Vietnam

yang berada di posisi ke-121.

Pada tahun 2013, Pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono

melaui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

menyatakan bahwa secara nasional, indeks pembangunan manusia di

semua provinsi meningkat, walaupun disparitas pembangunan manusia

antar provinsi di wilayah Indonesia bagian barat dengan Indonesia

bagian timur masih tinggi. Lebih dari setengah provinsi Indonesia,

indeks pembangunan manusianya masih di bawah standar nasional.

Upaya pengarusutamaan gender di semua provinsi terus dilaksanakan

terlihat dari jarak antar IPG dan IPM yang menurun.77

Grafik 5.2.

Indeks Pembangunan Manusia

Menurut Provinsi Tahun 2004 dan 2011

76

UNDP mendefinisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk

meperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk

ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end) sedangkan upaya pembangunan

dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan tersebut. Lihat

UNDP, Human Development Report 2013, The Rise of the South: Human Progress in

a Diverse World (New York: UNDP, 2013), 51. 77

Presiden Republik Indonesia, “Kata Pengantar,” dalam Bappenas, Data dan

Informasi: Kinerja Pembangunan 2004-2012 (Jakarta: Bappenas-RI, 2013), 90.

Page 288: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

256

Grafik 5.3

Indeks Pembangunan Gender

Menurut Provinsi Tahun 2004 dan 2011

Pimpinan Lembaga Eksekutif Republik Indonesia menjelaskan

bahwa jika dicermati data tahun 2004 dan dibandingkan dengan data

tahun 2012 di atas, maka secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat

kemajuan yang sangat berarti di berbagai bidang. Indikator-indikator

pembangunan menunjukkan perbaikan. Perlu disadari, kinerja tersebut

tidak senantiasa meningkat secara terus menerus setiap tahun. Ada

masa-masa dimana indikator pembangunan menunjukkan penurunan.

Presiden mensinyalir, faktor dinamika perekonomian global memegang

peran penting dalam menekan kinerja pembangunan. Namun demikian,

kerja keras pemerintah dan seluruh komponen bangsa telah memastikan

bahwa trend peningkatan kesejahteraan tetap terjaga untuk tetap

semakin tegak. Tentu saja apa yang telah diraih selama ini, tidak boleh

berpuas diri. Bangsa ini harus tetap fokus dan terus bekerja keras agar

momentum pembangunan nasional yang dijalankan selama ini tetap

berada dalam jalur yang benar. Ke depan, harapannya agar

pembangunan di negeri ini terus melaju dan menempatkan bangsa dan

negara kita sebagai bangsa dan negara yang unggul dan maju. Untuk

meraih cita-cita kesejahteraan bagi seluruh rakyat, maka seluruh

Page 289: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

257

komponen bangsa harus bersatu padu, bergandengan tangan, dan

bersama-sama membangun negeri ini.78

Menyikapi pernyataan di atas, Gerindra berpendapat bahwa

dengan tingkat pertumbuhan pembangunan manusia seperti itu

diperkirakan peringkat pembangunan manusia Indonesia tetap akan

tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. diperlukan sumber

daya manusia Indonesia untuk mengejar ketertinggalan kualitas sumber

daya manusia ini. Dan ini sangat terkait dengan haluan atau paradigma,

strategi, dan program pembangunan ekonomi nasional. pembangunan

ekonomi sangat erat hubungannya dan sangat menentukan kapasitas,

kemampuan serta keberhasilan pembangunan sosial nasional seperti

pengembangan sumber daya manusia ini.79

.

2. Ketergantungan Pada Utang Luar Negeri

International Monetery Found’s External Debt Statistics: Guide

for compilers and Users (2003), beberapa ketentuan pemerintah

Republik Indonesia dan Peraturan Bank Indonesia mendefinisikan

bahwa utang luar negeri sebagai utang penduduk (resident) yang

berdomisili di suatu wilayah teritori ekonomi kepada bukan penduduk

(non-resident).80

Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia

menjelaskan bahwa utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Januari

2014 tercatat US$.269,3 miliar sehingga tumbuh 7,1%, meningkat

dibandingkan dengan pertumbuhan Desember 2013 sebesar 4,6%. Bank

Indonesia (BI) juga melansir total utang luar negeri Indonesia, Hingga

Mei 2014, total utang luar negeri Indonesia sudah menembus USD

283,7 miliar atau setara Rp. 3.321 triliun. Utang itu mencakup utang

pemerintah dan swasta. Pemerintahan saat ini punya kontribusi besar

dalam penumpukan utang tersebut. Pada tahun 2004, sebelum SBY

berkuasa, jumlah utang kita tercatat Rp 1,299 triliun. Namun, dalam

dua periode kekuasaannya, telah menambahinya dua kali lipat.81

Menurut Gerindra, pada level politik, kebijakan utang luar negeri

tersebut menekuk kedaulatan negara Indonesia. Banyak kebijakan

78

Presiden Republik Indonesia, Data dan Informasi: Kinerja Pembangunan

2004-2012, iii. 79

Gema Indonesia Raya, “Indonesia,” Gema Indonesia Raya, edisi 29/Tahun

III/September (2013), 6. 80

Bank Indonesia, “Statistik Utang Luar Negeri Indonesia,” Sulni, Vol. V, Maret

(2014), iii. 81

Bank Indonesia, “Statistik Utang Luar Negeri Indonesia,” Sulni, Vol. VII, Mei

(2014), 5.

Page 290: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

258

ekonomi dan politik negeri Indonesia yang didiktekan dari luar,

terutama oleh IMF dan Bank Dunia sebagai donatur terbesar pinjaman

Indonesia. Ironisnya, sebagian besar kebijakan itu justru merugikan

kepentingan nasional negeri bersangkutan.82

Menurut Rudi Hartono,83

kebijakan neoliberal donatur pemberi pinjaman, menghancurkan

ekonomi nasional Indonesia. Akibat kebijakan itu, modal asing

menguasai sebagian besar sumber daya dan aset nasional. barang-

barang impor-pun menguasai pasar domestik yang menyebabkan sektor

pertanian dan industri nasional hancur. Tak hanya itu, privatisasi

BUMN menyebabkan sebagian besar perusahaan negara yang dibangun

dengan uang rakyat diobral murah kepada pemodal asing. Privatisasi

layanan publik menyebabkan rakyat kesulitan mengakses kebutuhan

dasarnya. Kebijakan pemangkasan subsidi dan belanja sosial-pun

menelantarkan rakyat berpendapat menengah dan kecil. Dan juga

dengan kebijakan pasar tenaga kerja yang fleksibel telah memperburuk

kondisi kerja melalui penerapan sistem kerja kontrak dan outsourcing.

Bagi Rudi Hartono, komitmen pemerintahan terhadap ekonomi

berdikari akan menjadi absurd jika mereka tidak punya keberanian

politik untuk mengakhiri ketergantungan terhadap utang luar negeri dan

menghentikan semua kesepakatan dengan IMF dan Bank Dunia.

Gerindra menegaskan bahwa nasionalisme merupakan jalan keluar

persoalan ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia, termasuk dalam

utang luar negeri.84

Model ekonomi Indonesia harus kembali kepada

kepentingan nasional, yaitu nasionalisme. Segenap komponen bangsa

harus berani kembali ke Pasal 33 UUD tahun 1945. Para pendiri bangsa

atau founding father, kata Prabowo Subianto lebih lanjut, telah

mengunci rancangan ekonomi Indonesia. Kunci itu ada di dalam Pasal

33 UUD Tahun 1945. Para founding father telah mengalami

imperialisme, penjajahan dan penindasan. Mereka juga merasakan

depresi ekonomi dunia tahun 1930-an. Bagi Prabowo, pemerintah Cina,

Singapura, Jepang, Korea Selatan, justru telah menjalankan Pasal 33

ini. Tapi, bangsa Indonesia yang lebih dulu punya pasal ini, pura-pura

tidak tahu. Jika warga meninggalkan pasal ini, berarti telah melupakan

82

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 39;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 26. 83

Rudi Hartono, “Utang Luar Negeri dan Presiden Baru,”

http://www.berdikarionline.com/opini/20140726/utang-luar-negeri-dan-presiden-baru.

diakses tanggal 14 Agustus 2014. 84

Budi Sucahyo, “Prabowo Subianto: Jangan Teruskan Sistem Ekonomi yang

Keliru,” Gema Idonesia Raya, edisi 2/Tahun I/Mei (2011), 1.

Page 291: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

259

perjuangan pendiri-pendiri bangsa sendiri. Prabowo juga menunjukkan

beberapa fakta dan data. Selama 65 tahun merdeka, ekonomi Indonesia

menghasilkan 60% uang hanya beredar di DKI Jakarta. Sebanyak 30%

beredar di kota-kota besar lain. Dan hanya sekitar 10% uang beredar di

pedesaan. Padahal 60% rakyat Indonesia tinggal di desa. Ini

menunjukkan bahwa model pembangunan ekonomi jauh dari keadilan.

Ia menambahkan bahwa fakta dan data menunjukkan pertumbuhan

ekonomi hanya dinikmati oleh segelintir orang saja.85

Kondisi seperti itu sangat berbahaya. Sebab, akan muncul

ketidakpuasan di berbagai kalangan. Ketidakpuasan itu akan menjadi

ladang subur untuk radikalisme dan ekstremisme yang berujung pada

tindak kekerasan. Akhirnya menyebabkan kehidupan masyarakat yang

tidak harmonis. Sistem ekonomi yang tidak menopang keadilan sosial

itu tidak akan mampu bertahan lama. Kemelut di Tunisia, Mesir, dan

negara Timur Tengah lainnya, menjadi bukti ketidak adilan ekonomi

akan menimbulkan guncangan yang luar biasa. Seyogyanya seluruh elit

dan unsur pimpinan bangsa harus melakukan reorientasi ekonomi.

Kalau masih meneruskan sistem ekonomi yang tidak berkeadilan itu

jangan kaget apabila kelak akan menghadapi ketidakharmonisan,

bahkan kekacauan bangsa. Pancasila merupakan ideologi negara yang

hidup dari kenyataan masyarakat. Lahirnya Pancasila tak dapat

dipisahkan dari landasan kuat untuk merdeka dari segala penjajahan.

Bung Karno pada 1 Juni 1945 menekankan, perlunya philosophische

grondslag (landasan dasar falsafah) atau weltanschauung. Dasarnya:

kebangsaan, internasionalisme, musyawarah, kesejahteraan sosial, dan

ketuhanan. Menurut Bung Hatta, Pancasila mengandung perintah

mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian, dan

kemerdekaan, dalam masyarakat dan negara hukum Indonesia Merdeka

yang berdaulat sempurna. Tugas ini perlu pengabdian dan ketaatan

bangsa. Pancasila adalah pedoman hidup bagi seluruh warga negara

Indonesia. Jika pedoman salah, tentu tak akan sampai tujuan. Harus ada

kejujuran dan kesungguhan hati dalam melakukannya.86

Pancasila di era reformasi makin terasing di tengah hiruk-pikuk

globalisasi. Di tengah globalisasi, Indonesia merupakan salah satu mata

rantai negara yang lemah. Potensi yang luar biasa di segala bidang,

85

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 40;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 25. Lihat juga Suraya A. Afiff,

“Engineering the Jatropha Hype in Indonesia,” Sustainability Vol. 9 (2014), 1686. 86

Prabowo Subianto, “Kita Seperti Menumpang Di Negeri Sendiri,” Gema

Indonesia Raya, edisi 26/Tahun III/Juni (2013), 6.

Page 292: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

260

justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain. Cita-cita kesejahteraan bagi

seluruh rakyat Indonesia masih jauh dari realita. Reformasi diwarnai

liberalisasi politik dan ekonomi. Di bidang politik, memang ada

keberhasilan dalam bentuk kebebasan berkumpul, berserikat,

menyatakan pendapat, kebebasan pers, dan demokrasi multipartai.

Namun di bidang ekonomi, liberalisasi mengikuti haluan ekonomi

kapitalistik neoliberalistik dengan resep privatisasi, liberalisasi pasar,

pencabutan subsidi dan perdagangan bebas.87

Kenyataannya bangsa ini masih menghadapi 5K: kemiskinan,

kekurangan lapangan kerja, kesenjangan, korupsi, dan ketergantungan

pada asing. Lebih dari separuh rakyat masih dalam kemelut

kemiskinan. Lapangan pekerjaan semakin sulit didapatkan. Harapan

untuk mendapatkan hidup layak semakin kecil. Kesenjangan malah

makin menganga. Reformasi telah menciptakan premium class yang

menguasai uang dan sumber daya lainnya. Jurang antara yang kaya dan

yang miskin makin nyata. Korupsi menjadi way of life bukan lagi

sekedar fact of life. Ketergantungan pada pihak asing telah membuat

Indonesia menjadi pasar terbuka bagi produk asing mulai dari pangan

hingga telekomunikasi. Indonesia juga surga bagi eksploitasi

pertambangan tanpa batas.88

Jika kondisi ini terus berlanjut, maka negara ini akan kehilangan

alat perekat bangsa satu-satunya yang masih tinggal. Di tengah

ancaman disintegrasi, baik disintegrasi sosial maupun teritorial,

Pancasila mestinya dapat hidup dan bergerak merajut kembali

Indonesia Raya yang mulai tercabik. Kinilah saatnya untuk kembali

menghidupkan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, perekat

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seperti kata Hatta, Pancasila

sebagai pedoman menuju Indonesia yang berdaulat, bahagia, sejahtera

dan damai. Menurut Bagir manan, demokrasi sosial itulah yang

dikehendaki Hatta. Ia menyatakan bahwa, “Bung Hatta since the

movement until the end of his life never stops reminding issues of social

welfare and social justice for all Indonesian people. Bung Hatta’s

belief on the must of democracy is never wavered even at slightest. But

in politics, he is constantly reminded that freedom in democracy has

limit. Democracy must be accompanied by responsibility. Democracy

that knows no freedom limit and not accompanied by responsibility will

be anarchy,” Bung Hatta sejak dari masa pergerakan sampai akhir

87

Prabowo Subianto, “Kita Seperti Menumpang Di Negeri Sendiri,” 6. 88

Prabowo Subianto, “Kita Seperti Menumpang Di Negeri Sendiri,” 6.

Page 293: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

261

hidupnya tidak pernah berhenti mengingatkan masalah kesejahteraan

sosial dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keyakinan

Bung Hatta akan keharusan demokrasi demokrasi tidak pernah

tergoyah walau sedikitpun. Tapi dalam politik, ia selalu mengingatkan

bahwa kebebasan dalam demokrasi memiliki batas. Demokrasi harus

disertai dengan tanggung jawab. Demokrasi yang tidak mengenal batas

kebebasan dan tidak disertai dengan tanggung jawab akan

mengakibatkan tindakan anarki.89

Dengan lolos sebagai peserta Pemilu 2014, Partai Gerindra telah

melewati satu tahap maraton untuk meraih cita-cita besar, yakni

melakukan perubahan. Partai Gerindra mempunyai visi mewujudkan

kesejahteraan rakyat Indonesia. Oleh karenanya, dalam ranah ekonomi,

Gerindra menginginkan pemerataan ekonomi, bukan pertumbuhan

ekonomi yang hanya dinikmati segelintir orang. Inilah yang Gerindra

ingin wujudkan. Perekonomian Indonesia kembali ke ruh Pancasila dan

UUD 1945, terutama Pasal 33. Ideologi bangsa mengamanahkan bahwa

sumber daya ekonomi digunakan untuk kesejahteraan rakyat

Indonesia.90

Bagi Gerindra, kemakmuran bumi pertiwi dikeruk habis oleh

bangsa asing, rakyat hanya kebagian sisanya belaka. Perekonomian

bangsa Indonesia penuh dengan paradoks. Indonesia adalah negara

kaya dengan sumber daya alam melimpah tapi penduduknya miskin.

Indonesia adalah negara agraris tapi pangannya harus diimpor.

Indonesia adalah negara kepulauan dan merupakan salah satu negara

dengan pantai terpanjang di dunia. Tapi nyatanya Indonesia mengimpor

ikan dan garam. Banyak lagi paradoks lain yang bisa dijejerkan satu

persatu.91

Intinya, Negara Indonesia yang pernah dijajah Belanda ratusan

tahun itu sudah terbiasa tergantung kepada asing. Maka di dalam buku

Membangun Kembali Indonesia Raya, Prabowo memberi jalan keluar

dari segala macam paradoks itu dengan keberanian segenap jajaran

bangsa untuk mandiri. Indonesia tak boleh tergantung pada bantuan

asing tapi harus menuju ke arah kemandirian ekonomi nasional.

89

Bagir Manan, ”National Press Day,” http://www.presscouncil.or.id/artikel/,

diakses tanggal 14 Agustus 2014. 90

DPP Partai Gerindra, Tanya Jawab Seputar Partai Gerindra: Gerakan

Indonesia Raya, 19-20; Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra: Gerakan

Indonesia Raya, 24. 91

Amran Nasution, “Kalau Prabowo Jadi Presiden,” Gema Indonesia Raya, Edisi

22/Tahun III/Februari, (2013), 3.

Page 294: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

262

Indonesia adalah pemakan beras terbesar di dunia. Setiap tahun harus

mengimpor beras dalam jumlah besar. Maka Prabowo menegaskan

Indonesia harus swasembada pangan. apalagi upaya untuk menjadi

negeri berswasembada pangan itu sekaligus akan memberikan

kesempatan kerja kepada para petani. Kata kuncinya dalam hal ini

adalah kemandirian. Sebagai negeri yang ratusan tahun terjajah,

memang melaksanakan kemandirian itu bukan sesuatu yang mudah.92

Presiden Indonesia pertama Soekarno dulu pernah

memperkenalkan gagasan ’’Berdikari’’ (berdiri di atas kaki sendiri).

Bung Hatta dengan gagasan Koperasi-nya. Tapi seperti sama kita

ketahui dari sejarah, gagasan besar Bung Karno dan Bung Hatta itu

hanya tinggal gagasan yang tak pernah berhasil direalisasikan. Memang

gagasan kemandirian Prabowo itu tak sama dengan ‘’Berdikari’’ dan

Koperasi Bung Karno-Hatta, yang belakangan diikuti dengan keluarnya

Indonesia dari PBB. Prabowo memperjelas gagasannya dengan

menyampaikan program prioritas membangun kedaulatan pangan,

membangun kedaulatan energi, dan mengembangkan industri unggul.

Sangat jelas gagasan ini jauh dari arti mengisolasi diri dari dunia

internasional. Dengan kata lain, gagasan Prabowo sebenarnya lebih

realistis.93

Sebagai negara pertanian dengan 60% penduduknya hidup di

sektor pertanian, adalah wajar kalau Indonesia menjadi negara

berswasembada pangan. Negeri ini penghasil beras, jagung, dan

beragam biji-bijian. Selain itu, perut bumi dan lautan Indonesia

potensial sebagai penghasil minyak bumi. Selain alam Indonesia kaya

dengan berbagai jenis tumbuhan yang bisa diolah sebagai substitusi

bahan bakar minyak.94

Hanya saja sayangnya perut bumi yang menjadi

penghasil energi itu diserahkan kepada perusahaan asing seperti Caltex,

Total, Exxon Mobile, dan semacamnya. Dengan demikian dalam

bidang energi, Indonesia tergantung kepada perusahaan asing. Itulah

yang berten-tangan dengan cita Gerindra untuk membangun kedaulatan

energi. Potensi negara di bidang pangan dan energi harus ditangani

sendiri. Gerindra sangat sadar betapa vitalnya pangan dan energi,

apalagi ketika terjadi konflik. Sekali pun memiliki persenjataan

canggih, sebuah negara akan bertekuk-lutut bila tak memiliki pangan

dan energi. Masalahnya: bagaimana gagasan tentang kemandirian itu

bisa direalisasikan? Jawabannya jelas, dibutuhkan kekuasaan. Tanpa

92Amran Nasution, “Kalau Prabowo Jadi Presiden,” 3.

93Prabowo Subianto, Membangun Kembali Indonesia Raya, 98.

94Amran Nasution, “Kalau Prabowo Jadi Presiden,” 3.

Page 295: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

263

kekuasaan (power) tak mungkin gagasan besar seperti itu bisa

dilaksanakan.95

Pemerintahan Presiden SBY yang dalam 2 periode menguasai

Indonesia, misalnya, jelas tak mendukung gagasan tentang kemandirian

pangan mau pun energi. Terbukti, pemerintahan SBY sangat

bersemangat mengimpor beras, sekaligus kurang peduli nasib petani.

Pencetakan sawah baru hampir tak ada, pembangunan jaringan irigasi

sangat langka. Sedangkan industri energi negara betul-betul diserahkan

kepada perusahaan-perusahaan minyak asing. Oleh karena itu, pada

2008, muncul ide mendirikan partai. Dari situ berdirilah Partai Gerindra

(Gerakan indonesia raya), yang sekarang memasuki usia 6 tahun. Partai

ini diharapkan akan merealisasikan gagasan Prabowo Subianto tentang

kemandirian ekonomi Indonesia di bidang pangan dan energi.96

Secara garis besar partai Gerindra menawarkan sebuah

kemandirian bangsa, bila terkait dengan ketahanan pangan dan energi.

Hal ini secara terus menerus diusung oleh Gerindra dan penghargaan

yang melekat di masyarakat adalah isu kemandirian bangsa sudah

menjadi image dari partai Gerindra. Pemosisian ini menjadi penting

karena untuk membedakan partai satu dengan partai lainnya. Menurut

survei yang dilakukan Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) pada April

2009 menunjukkan citra sebagai partainya wong cilik yang selama ini

melekat di PDIP mulai bergeser. Partai Gerindra, berkat iklan

politiknya yang sangat luar biasa, sukses membangun image sebagai

partai yang paling memperjuangkan petani 26,8 % dan nelayan 26,7 %.

Hasil survei ini menunjukkan bahwa image yang dimiliki oleh partai

Gerindra masih tinggi di benak masyarakat.97

C. Strategi Pembangunan Nasional

Strategi pembangunan nasional Gerindra dirumuskan dalam visi

dan misi pembangunan yang diterjemahkan dan dirumuskan ke dalam

satu strategi, “dorongan atau lompatan besar,” (big-push strategy).

Dorongan ini terdiri dari empat komponen terpadu, yaitu: 1) strategi

pokok (grand strategy), membangun landasan yang kokoh; 2) strategi

utama, membangun sumber/mesin pertumbuhan berkualitas (engine of

quality growth); 3) strategi pendukung membangun lingkungan yang

95

Prabowo Subianto, “Kita Seperti Menumpang Di Negeri Sendiri,” 6. 96

Prabowo Subianto, “Kita Seperti Menumpang Di Negeri Sendiri,” 6. 97

Amran Nasution, “Kalau Prabowo Jadi Presiden,” Gema Indonesia Raya, 3.

Page 296: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

264

memampukan (enabling environment); dan 4) strategi implementasi,

menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).98

Strategi pokok dimaksudkan sebagai strategi yang mendasar

melingkupi seluruh strategi utama, kebijakan dasar, dan program

pembangunan Indonesia ke depan dan tidak boleh tidak ada dalam

setiap langkah dan proses pembangunan itu sendiri. Strategi pokok itu

juga merupaka tujuan dan sasaran pembangunan. Sementara, strategi

utama adalah pilihan fokus pembangunan yang lebih mendesak serta

lebih diprioritaskan dalam konteks, dinamika, serta tantangan

pembangunan saat ini. Hal itu dengan tujuan mewujudkan lompatan

atau dorongan besar kinerja pembangunan. Dengan strategi terpadu ini

diharapkan tujuan, sasaran, dan target untuk menggandakan kinerja

pembangunan nassional dapat dicapai dengan efektif da efisien.99

1. Strategi Dorongan Besar

Strategi pembangunan dorongan besar (big-push Development

Strategy) dimaksudkan sebagai rangkaian strategi yang disusun dan

diimplementasikan untuk menciptakan daya dorongan atau dorongan

yang relatif lebih besar bagi perekonomian nasional. Dengan harapan

dari langkah tersebut mampu secara efektif tumbuh, maju, bahkan

terdepan dari posisi atau pencapaian saat ini. Strategi ini berbeda

dengan beberapa strategi pembangunan lain yang umum dilaksanakan

oleh berbagai negara. Misalnya, strategi industri foot-loose atau strategi

promosi ekspor. Strategi ini juga tidak sama seperti strategi lompatan

besar (big-leap atau frog leap development strategy). Strategi dorongan

besar tidak berupaya membuat perekonomian nasional untuk melompat

atau terbang, apalagi melompat jauh. Akan tetapi, ditujukan untuk

membuat perekonomian tumbuh, maju, dan terdepan di bidang atau

sektor atau industri atau usaha yang memiliki akar yang dalam dan

kokoh secara domestik. Tetapi tetap bisa bersaing dengan keunggulan

komparatif dan kompetitif secara internasional di pasar global maupun

di pasar domestik. Sekaligus juga mampu menciptakan nilai tambah

ekonomi yang besar dan dinikmati oleh sebagian besar rakyat, pelaku

usaha, dan pemerintah Indonesia.100

98

Prabowo Subianto, Membangun Kembali Indonesia Raya, xlvi. 99

Prabowo Subianto, Membangun Kembali Indonesia Raya, xlvi. 100

Prabowo Subianto, Membangun Kembali Indonesia Raya, 156-158.

Page 297: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

265

2. Strategi Pokok: Membangun Landasan yang Kokoh

Strategi pokok ini sangat penting sehingga harus ada dalam setiap

langkah dan proses pembangunan itu sendiri. Strategi pokok

diterjemahkan ke dalam rumusan: membangun landasan yang kokoh.

Dengan terciptanya landasan yang kokoh, baik dari aspek ketahanan

dan pertahanan, politik dan ideologi, sosial dan budaya, terutama

ekonomi nasional, maka baru dapat diharapkan bangsa dan negara,

serta rakyat Indonesia bisa berdaulat, adil, dan makmur. Landasan yang

kokoh merupakan prinsipil bagi gerak pembangunan. Landasan yang

dibangun adalah kedaulatan negara, ekonomi berkualitas, kehidupan

berkualitas yang bebas kemiskinan dan pengangguran, dan lingkungan

hidup yang berkualitas.101

Secara lebih detail, strategi-strategi pokok ini diuraikan pada

menjadi lima landasan yang dirumuskan, yaitu:

a. Menjaga kedaulatan negara kesatuan republik indonesia yang

aman, damai, dan stabil (quality national sovereignity).

b. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkesinambungan,

dan berkeadilan (quality growth).

c. Menciptakan lapangan pekerjaan dan lapangan usaha yang

berkualitas (quality jobs).

d. Mengurangi kemiskinan, kelaparan, dan kebodohan (quality life)

e. Menciptakan lingkungan hidup yang sehat, bersih, lestari dan

berkualitas (quality environmental).

3. Stategi Utama

Untuk dapat melaksanakan dan mencapai tujuan serta sasaran dari

lima strategi pokok di atas, Gerindra menyusun strategi utama. Strategi

utama merupakan strategi membangun sumber pertumbuhan tinggi

secara berkualitas. Strategi utama adalah penjabaran yang lebih

operasional, lebih mendesak, serta lebih prioritas dalam konteks dan

dinamika serta tantangan pembangunan.102

Pilihan strategi utama daya dorong besar didasarkan pada empat

pertimbangan. Pertama, Indonesia membutuhkan pertumbuhan

ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan untuk mencapai keadilan

dan kemakmuran rakyat serta menghindari perpecahan bangsa akibat

kemiskinan dan ketertinggalan. Kedua, pondasi, potensi, serta posisi

101

Prabowo Subianto, Membangun Kembali Indonesia Raya, 159. 102

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 175;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 9.

Page 298: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

266

bangsa dan negara menjadi modal bagi pertumbuhan ekonomi yang

tiggi, berkesinambungan, dan berkualitas. Ketiga, kelimpahan dan

keunggulan sumber daya alam dan manusia diyakini dapat menjadi

pondasi perekonomian nasional di masa mendatang yang didukung

oleh pengembangan industri yang unggul dan bernilai tambah tinggi.

Keempat, sektor atau bidang dan kegiatan perekonomian lainnya,

seperti industri kimia, industri tekstil, dan jasa diyakini dapat tetap

tumbuh, minimal dengan tingkat pertumbuhan yang telah dicapai dan

hanya dengan memberikan dukungan kebijakan, fasilitas insentif

ekonomi, dan regulasi yang efektif tanpa peran aktif dari pemerintah.103

Dalam jangka pendek, satu atau dua tahun, diharapkan dapat

dipersiapkan landasan dan pondasi pembangunan menuju pertumbuhan

ekonomi yang berkualitas. Jangka menengah, tiga sampai lima tahun,

dapat dirasakan dampak dan hasil awal dari pembangunan nasional

yang tumbuh tinggi dan berkualitas tersebut. Jangka panjang, sasaran

dan target pembangunan nasional adalah mempertahankan dan

meningkatkan kualitas dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu.104

Strategi utama itu terperinci dalam delapan strategi, yaitu: 1)

Membangun kedaulatan pangan nasional; 2) Membangun kembali

kedaulatan energi nasional; 3) Mengembangkan industri nasional yang

unggul dan bernilai tambah tinggi; 4) Memberdayakan badan usaha

milik negara sebagai motor dan agen utama penggerak pembangunan;

5) Membangun ekonomi kerakyatan berdasarkan nasionalisme dan

berbasis sumber daya sosial bangsa; 6) Akselerasi pembangunan

pedesaan; 7) Percepatan pembangunan infrastruktur; 8) Membangun

kembali kedaulatan pengelolaan sumber daya alam nasional.105

Dari delapan strategi utama di atas, yang menjadi prioritas dan

diharapkan menjadi strategi utama primer (primary high-quality growth

strategy) pencapaian pertumbuhan berkualitas adalah membangun

kedaulatan pangan dan membangun kembali kedaulatan energi nasional

yang didukung oleh pengembangan industri yang unggul. Dengan tiga

strategi pendorong primer atau tripel strategi pendorong (triple big-

push strategy), yang didukung oleh lima strategi pendorong lainnya

(secondary high-quality growth strategy) diharapkan dapat dicapai

tujuan sekaligus sasaran pembangunan nasional. tujuan tersebut adalah

mendorong dan menggerakkkan perekonomian Indonesia dengan

103Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 176-177;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 14. 104

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 177. 105

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 177.

Page 299: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

267

pertumbuhan yang berkualitas (tinggi, berkesinambungan, dan

berkeadilan).106

4. Strategi Pendukung: Membangun Lingkungan yang

memampukan (enabling enviroment)

Strategi pendukung adalah rangkaian strategi yang mendukung

pelaksanaan dan implementasi strategi pokok dan strategi utama,

sehingga tercapai tujuan dan sasaran pembangunan nasional secara

efektif dan efisien. Strategi pendukung terdiri dari empat strategi yang

pada dasarnya adalah input atau lingkungan pendukung bagi suatu

kegiatan ekonomi, baik level makro maupun di level mikro. Tanpa

adanya keempat strategi pendukung ini, maka sulit diharapkan

pencapaian target dan sasaran pelaksanaan strategi pokok dan utama

dapat tercapai secara efektif. Strategi pendukung terdiri dari: 1)

Kebijakan Makroekonomi yang bersahabat dan berpihak dengan

reorientasi keuangan dan perbankan nasional dan dukungan kebijakan

fiskal; 2) Pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan

teknologi; 3) Sumber daya manusia indonesia yang berkualitas; 4)

Mengendalikan pertumbuhan penduduk dan pemerataan.107

5. Strategi Implementasi: Menerapkan tata kelola pemerintahan

yang baik.

Prasyarat lain yang diperlukan dalam pembangunan nasional

dengan strategi dorongan besar yang sekaligus menjadi strategi

implementasinya adalah adanya tata kelola yang baik (good

governance) tidak saja di pemerintahan (good goverment governance),

tetapi juga di para pelaku usaha/swasta (good corporate governance),

bahkan di level masyarakat sipil (good civil governance).108

Belajar dari pergerakan dan pengalaman membangun Indonesia

selama lebih dari 65 tahun dan harapan serta cita-cita menjadi bangsa

yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur maka diperlukan suatu

reorientasi, strategi dan kebijakan pembangunan. Reorientasi,

penekanan dan penajaman kembali paradigma pembangunan nasional

ini sudah mendesak untuk ditetapkan dan dilaksanakan. Prabowo

berkeyakinan bahwa apabila Indonesia terus berada pada strategi

pembangunan seperti sekarang, maka pada 2045 pada saat 100 tahun

106

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 178. 107

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 202-207. 108

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 208-212.

Page 300: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

268

merdeka, Indonesia masih tergolong sebagai negara papan bawah atau

negara miskin. Menurut Prabowo, diperlukan haluan baru untuk

mengubah kondisi negeri yang kian terpuruk ini bangkit kembali dalam

rangka mencapai Indonesia yang maju berdaulat, adil dan makmur.

Dimana haluan baru itu harus dipimpin dan digerakkan oleh pemimpin

baru, yang mendapat dukungan penuh dari seluruh rakyat dan

komponen bangsa yang memiliki karakter tegas, kuat dan berwibawa

yang membawa semangat dan harapan baru. Bangsa ini mampu

menjalankan terobosan besar dengan memaksimalkan keunggulan

terbaik, menekan kebocoran ekonomi, mengubah paradoks Indonesia

menjadi keajaiban Indonesia. Karena sudah menjadi kodrat bahwa kita

adalah bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.109

Karena itu, menurut Prabowo usaha pembangunan ekonomi yang

ingin dicapai Partai Gerindra adalah kesejahteraan bagi seluruh rakyat

Indonesia, yang kekayaannya tinggal di Indonesia dan tidak bocor ke

luar negeri. Sehingga rakyat dapat hidup dengan rasa tenang karena

semua kebutuhannya dapat terpenuhi. Partai Gerindra yakin dengan

penerapan sistem yang tepat, dalam hal ini berdasarkan pasal 33 UUD

1945 sesuai amanat para pendiri bangsa, cita-cita kita untuk

membangun Indonesia Raya dapat terwujud.

Tabel 5.5.

Kebocoran dan Kehilangan Kekayaan Negara

No Keterangan Jumlah

1 Kehilangan potensi penerimaan pajak Rp.360 Trilyun

2 Kebocoran anggaran negara (APBN) Rp.500 Trilyun

3. Anggaran negara untuk subsidi energi Rp.300 Trilyun

Total Rp.1.160 Trilyun

Dalam berbagai kesempatan, Prabowo mengatakan bahwa sumber

masalah yang terjadi di negara ini karena akibat kebocoran dari

ekonomi Indonesia sebesar Rp. 1.000 Triliun setiap tahunnya. Oleh

Karena itu, Prabowo mengatakan untuk menjadi sebuah negara yang

sejahtera, negara Indonesia harus mampu menghentikan kebocoran

kekayaan negara yang terjadi setiap tahunnya. Kebocoran ini

diibaratkan sebagai sebuah negara yang terus berdarah, yang berakibat

seperti badan manusia yang terus mengeluarkan darah dan tidak

109

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 211.

Page 301: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

269

dihentikan, maka akhirnya badan itupun akan collapse (bangkrut).110

Prabowo juga menyampaikan tentang kekayaan di Indonesia yang tidak

berimbang, dimana 1% dari populasi masyarakat mampu

mengendalikan 41% kekayaan negara. Oleh karena itu, untuk

mengatasi semua masalah yang terjadi di negara ini maka diperlukan

perubahan pada sistem pemerintahan. Selama ini terjadi paradoks dan

kebocoran yang disebabkan oleh sistem ekonomi neo-liberalistik tak

terkendali yang telah berlangsung lebih dari empat dasawarsa. Untuk

itu, tidak ada jalan lain selain mengedepankan dan melaksanakan

ekonomi kerakyatan yang dilandasi oleh pasal 33 Undang-Undang

Dasar 1945 untuk diimplementasikan secara lebih efektif, dengan fokus

pertanian dan pangan, maritim, industri pengolahan bernilai tambah

tinggi, UMKM, infrastruktur dan perdagangan.

Untuk mencapai kemakmuran rakyat, kemajuan perekonomian,

serta mengejar ketertinggalan agar mampu sejajar dengan bangsa-

bangsa lain, perekonomian Indonesia tentu harus mampu tumbuh relatif

tinggi. Pertumbuhan positif itu mesti berkesinambungan dari tahun ke

tahun. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga harus mampu

menciptakan keadilan (pemerataan) bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kondisi ini yang diharapkan dan dimaksudkan sebagai pertumbuhan

ekonomi yang berkualitas (quality economic growth). Pertumbuhan

ekonomi yang tinggi memiliki dua tolak ukur. Pertama, pertumbuhan

itu lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

nasional sebelumnya. Kedua, pertumbuhan itu lebih tinggi bila

dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara lain yang

setaraf di dunia.111

Tingkat kemakmuran dan kemajuan suatu negara diukur terutama

dari besarnya pendapatan per kapita yang diukur dari indikator Produk

Domestik Bruto/PDB (gross domestic product) per kapita atau

Pendapatan Nasional Bruto/PNB (groos national income). Kesenjangan

atau disparitas tingkat GDP per kapita antara kelompok negara kaya

dengan negara menengah dan negara miskin tetap besar dan akan

110

Transkip rekaman Pidato Ketua DPP Gerindra Prabowo Subianto saat menjadi

pembicara pada Seminar Internasional Mewujudkan Negara Sejahtera dan Rapat

Kerja Nasional, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) ke-II di hotel Kartika

Chandra, Jakarta, Kamis 13 Februari (2014). Observasi penulis ketika mengikuti

kegiatan Prabowo di Bandung pada acara Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APSI),

di Cicaheum, Bandung, Sabtu, 15 Februari (2014). 111

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 161;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 9.

Page 302: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

270

bertambah besar bila tidak dapat mengejar ketertinggalannya. Untuk

Indonesia, agar bisa naik kelas dari negara golongan pendapatan

menengah bawah ke menengah atas, sejajar dengan Afrika Selatan,

Brazil, Argentina, atau Meksiko, diperlukan peningkatan pendapatan

lebih dari dua kali PDB, atau minimal sebesar US $ 3,706 atau sekitar

Rp. 40 juta per tahun. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi baik

jangka menengah semisal tahun 2000-2007 yang hanya 5.1% (World

Bank), maupun dengan level jangka menengah yang paling baik

sekalipun sebesar 7,5%. Untuk mengatasi hal tersebut, Indonesia

memerlukan tingkat pertumbuhan ekonomi minimal 7% bahkan 10%

per tahun secara konsisten dan berkesinambungan dalam jangka waktu

tujuh tahun untuk bisa naik kelas. Dari negara berpendapatan

menengah kelas bawah ke menengah kelas atas. Itupun dengan asumsi

negara-negara lain bertumbuh tetap dan stabil, tidak mencapai

pertumbuhan ekonomi yang luar biasa.112

Menanggapi cita-cita pertumbuhan ekoomi Gerindra, pengamat

ekonomi Faisal Basri, sebagaimana dikutip oleh Imran pewarta

Republika, mengkritik Prabowo Subianto, yang menyebutkan

pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen, bahkan menuju 10 persen.

Menurut Faisal Basri, Prabowo dinilai kurang teliti mengamati apa

yang dibutuhkan dan apa dampak dari pertumbuhan ekonomi 10

persen. Misalnya, soal penyediaan listrik, kalau pertumbuhan ekonomi

10 persen, maka pertumbuhan kebutuhan listriknya per tahun mencapai

lebi dari 8,5 persen. Penambahan listrik per tahun lebih dari 5.000

megawatt. Hal ini membutuhkan investasi sebesar 15 miliar dollar AS.

Padahal kemampuan PLN hanya 5 miliar dollar AS, itu pun 80

persennya dari utang. Ia juga mengatakan, jika utang PLN naik, maka

cost of fund akan naik. Pada akhirnya, beban PLN itu akan diteruskan

ke konsumen.113

Namun demikian, apa yang akan diupayakan oleh

Gerindra dengan pertumbuhan ekonomi yang 7% masih rasional.

Prakiraan pertumbuhan ekonomi Gerindra senada dengan hasil

penelitian Pusat Kajian Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia (Puskapol-Fisip UI) dan Lembaga Kajian

Demokrasi dan Hak Asasi (Demos) pada Juli 2013. Kedua lembaga ini

berkesimpulan bahwa profil ekonomi makro Indonesia selama tahun

tiga tahun sampai tahun 2013 menunjukkan kinerja yang baik. Dengan

112

Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya ....., 163;

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 10. 113

Imran Abdullah, “Faisal Baskri Kritik Prabowonomics,” dalam Republika,

edisi Senin, 23 Juli (2014), 7.

Page 303: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

271

mengutip data Bank Indonesia, Puskapol-Fisip UI dan Demos

menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi pada pertengahan 2013

tercatat 5,81%, dan sepanjang tahun 2012 tercatat 6,5%114

. Angka

tersebut tidak mustahil untuk mendekati 7% bahkan 10% bagi

pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagaimana yang diprediksikan oleh

Gerindra. Dalam keyakinan Gerindra, dengan pertumbuhan ekonomi

yang tinggi akan semakin mudah untuk mewujudkan demokratisasi

tatanan masyarakat madani di Indonesia. Puskapol-Fisip UI dan

Demos, dalam hal demokratisasi, juga memiliki pendapat yang sama

dengan Janoski bahwa proses demokratisasi di Indonesia terbentuk dari

tiga ranah, yaitu politik, ekonomi, dan masyarakat sipil. Janoski lebih

luas lagi, dengan memasukkan ranah privat.115

Keragaman ini

mencerminkan keragaman kepentingan yang ada di masyarakat.

Berdasarkan paradigma ekonomi di atas, manifsto perjuangan

ekonomi Gerindra cenderung menganut pendapat pengikut kaum

Marxis, yaitu Gramsci. Penekanan Gramsci dalam hal ini terhadap

negara sebagai kancah penting perjuangan politik tampaknya

memungkinkan adanya tingkat otonomi yang besar dari struktur

ekonomi. Bahkan, menurut Keith Faulks, Karl Marx menganggap

struktur ekonomi merupakan bentuk penentu bangunan peradaban

masyarakat madani.116

Marxisme mereduksi semua tindakan manusia

hanya untuk memenuhi ketentuan dasar ekonomi yang menjadi

sandaran semua masyarakat. Dalam hal ini, Gerindra-pun terjebak

dalam pusara paradigma ekonomi tersebut. Paradigma ini cenderung

menguat dan melemahkan ranah-ranah lain dalam proses demokratisasi

untuk membangun peradaban masyarakat madani. Seharusnya,

manifesto privat, publik, dan negara berjalan seiring dan seirama

dengan bidang ekonomi.

114

Puskapol Fisip-UI dan Demos, “Laporan Konsorsium Indeks Demokrasi Asia

2013: Kasus Indonesia,” Ringkasan Eksekutif, Puskapol Fisip-UI dan Demos, Jakarta,

31 Juli (2013), 4-16. 115

Lihat Thomas Janoski, Citizenship and Civil Society...., 12. 116

Keith Faulks, Political Sociology: a Critical Introduction (Edinburgh:

Edinburgh University Press, 1999). Buku ini telah diterjemahkan ke bahasa

Indonesia, yaitu Keith Faulks, Sosiologi Politik: Pengantar Kritis, (terj.) Helmi

Mahadi dan Shohifullah (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2012), 59.

Page 304: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

272

D. Kritik Ranah Ekonomi Gerindra

1. Minim Aplikasi Ekonomi Kerakyatan

Dalam praktik ekonomi kerakyatan, Gerindra masih berkutat pada

kegiatan-kegiatan artifisial kurang membumi di masyarakat.

Program‐program memang secara jelas menguraikan agenda ekonomi

atau keadilan sosialnya. Dalam hal ini oleh Puskapol-Fisip UI, Gerindra

disejajarkan dengan PKS mengungguli parpol peserta pemilu lainnya

pada tahun 2014.117

Namun praktik nyata implementasi ekonomi

kerakyatan yang berasal dari parpol Gerindra masih bersifat kuratif,

belum bisa diharapkan mampu memberantas kemiskinan rakyat dan

meningkatkan kesejahteraan rakyat. Benar, Gerindra memiliki koperasi,

sebagai soko guru ekonomi kerakyatan, namun itu digagas dan

dikembangkan oleh partai Sayapnya, Pira. Koperasi itupun hanya

dalam skup peruntukkan bagi kalangan internal partai. Gerindra sendiri

belum secara optimal berupaya untuk menjamurkan koperasi-koperasi

di seluruh pelosok tanah air. Sehingga koperasi mampu mengimbangi,

untuk enggan menyatakan mampu mengalahkan, toko waralaba kaum

kapitalis yang telah menjamur hampir menjangkau seluruh pelosok

nusantara dan menggusur pasar-pasar tradisional dan warung-warung

kecil.

Kritik juga ditujukan kepada isi manifesto bidang ekonomi

Gerindra yang acapkali menggunakan frasa ekonomi kerakyatan yang

pro-rakyat. Misalnya, dalam manifesto tertulis, “Kebijakan

perekonomian harus mendukung cita-cita welfare state (negara

kesejahteraan) yang berkeadilan. Untuk itu diperlukan langkah yang

tepat untuk menormalisasi kehidupan ekonomi rakyat dengan kembali

memperjuangkan paham ekonomi kerakyatan.”118

Di satu sisi, benar persoalan ekonomi kerakyatan menjadi ruh

manifesto Gerindra, namun ia juga mengandung ‘virus’ ekonomi

kapitalistik, bahkan Hashim Djojohadikusumo yang notabene tokoh

sentral Gerindra tak alergi terhadap sistem ekonomi kapitalis dan

bangga jadi kapitalis.119

Dalam manifesto Gerindra, dijelaskan bahwa, “…kepemilikan

negara terhadap alat alat perekonomian dan kekayaan yang menyangkut

hajat hidup orang banyak harus tetap dipertahankan, dan diusahakan

117

Puskapol Fisip-UI dan Demos, “Laporan Konsorsium Indeks Demokrasi Asia

2013: Kasus Indonesia,” 4-16. 118

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 15. 119

http://www.tempo.co/read/news/2009/06/16/149182190/Hashim-

Djojohadikusumo-Bangga-Jadi-Kapitalis, diakses tanggal 10 November 2014.

Page 305: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

273

pengembalian seluruh alat-alat perekonomian dan kekayaan yang telah

berpindah kepemilikan terutama yang erat kaitannya dengan keamanan

nasional.”120

Dalam kritik Rio Apinino,121

pernyataan manifesto di atas yang

perlu digarisbawahi dalam kalimat tersebut adalah ‘kepemilikan

negara.’ Selama ini, problem kepemilikan negara atau penguasaan

negara terhadap sumber daya di Indonesia adalah sumber daya tersebut

tidak benar-benar dikuasai rakyat. Penguasaan oleh negara telah secara

otomatis mengatasnamakan penguasaan rakyat atas sumber daya

tersebut. Padahal, yang terjadi adalah penguasaan sumber daya tersebut

berada di segelintir tangan birokrat (kapitalis birokrat) tanpa adanya

kontrol dari rakyat banyak. Padahal, problem utama dari nasionalisasi

di Indonesia, sebagaimana yang dikatakan Hilmar Farid,122

adalah

ketidakmampuan membedakan kepemilikan pribadi dan kepemilikan

publik. Hal ini terlihat jelas contohnya dalam penguasaan sumber daya

alam di masa Suharto. Sumber daya vital yang menguasai hajat hidup

orang banyak secara mayoritas terlihat seperti berada dalam

penguasaan negara dan dengan demikian mengatasnamakan rakyat

sebagai penguasa kekayaan alam tersebut. Padahal, yang terjadi justru

penguasaan sumber daya berada di tangan Kroni-Kroni Suharto atau

bahkan keluarga-keluarganya. Nasionalisasi aset memang dapat

menjadi prioritas jika ingin mengembalikan kedaulatan Indonesia

dibilang ekonomi maupun politik, dengan syarat, aset-aset tersebut

dikelola oleh publik dan bukan oleh segelintir pejabat korup. Tentu ada

berbagai macam cara, seperti penguatan kontrol buruh dalam

keseluruhan proses produksi.

Bagi Hashim, menjadi kapitalis bukan hal yang memalukan. Ia

beranggapan bahwa dalam dunia usaha, modal adalah hal yang netral.

Hal yang terpenting adalah dari mana dan untuk apa modal tersebut

digunakan. Jikalau modal yang didapat merupakan dari hasil korupsi

atau dengan cara yang tidak halal, maka hal tersebut tidak baik.

Baginya, tujuan ekonomi kerakyatan adalah untuk meningkatkan daya

beli masyarakat. Jika daya beli masyarakat naik, iklim usaha akan

menjadi baik. Makin tinggi daya beli masyarakat, makin bagus buat

usaha. Hal tersebut sejalan dengan prinsip kapitalis Ayn Rand yang

120

Gerindra, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, 15-16.

121http://www.prp-indonesia.org/2014/apa-yang-berbahaya-dari-prabowo-dan-

gerindra-telaah-manifesto-perjuangan-partai-gerakan-indonesia-raya-gerindra, diakses

tanggal 10 November 2014. 122

Hilmar Farid, “Soal Nasionalisasi Aset,” Koran Bakti No I/Mei/2014.

Page 306: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

274

menyebutkan tiga asumsi dasar kapitalisme, yaitu: kebebasan individu,

kepentingan diri (selfishness), dan pasar bebas.123

Menurut Rand,

kebebasan individu merupakan tiang pokok kapitalisme, karena dengan

pengakuan hak alami tersebut individu bebas berpikir, berkarya dan

berproduksi untuk keberlangsungan hidupnya. Pada gilirannya,

pengakuan institusi hak individu memungkinkan individu untuk

memenuhi kepentingan dirinya. Menurut Rand, manusia hidup

pertama-tama untuk dirinya sendiri, bukan untuk kesejahteraan orang

lain. Rand menolak keras kolektivisme, altruisme, mistisisme. Dalam

analisis Abdul Hadi WM, Sebagai aliran pemikiran kemasyarakatan,

kapitalisme sering dikaitkan dengan sistem ekonomi pasar bebas dan

berakar dari perpaduan pemikiran sosial, politik dan ekonomi, serta

anthropologi falsafah seperti liberalisme, utilitarianisme,

individualisme, materialisme, kapitalisme, hedonisme, dan lain

sebagainya. Hal ini bertentangan dengan ekonomi Pancasila yang

cenderung sosialis. Sosialisme Pancasila melahirkan paham seperti

altruisme, kolektivisme, dan sosialisme, baik sosialisme bercorak

sekular maupun keagamaan.124

Dengan demikian, kapitalisme

dipandang menggerogoti dasar-dasar falsafah bangsa kita Pancasila

serta sistem sosial, politik, ekonomi dan pemerintahan dicita-citakan

Mukadimah UUD 45 dan batang tubuhnya.

2. Menguatnya Elemen Penguasa dan Pengusaha Gerindra seharusnya mewaspadai menguatnya elemen penguasa

dan pengusaha atau penguasa[ha] dalam perombakan struktur

ekonominya. Menurut Andi Faisal Bakti, elemen penguasa[ha] atau

disebut dalam Bahasa Inggris sebagai enterpreneuruler dapat membuat

kebijakan-kebijakan ekonomi Gerindra semakin tertawan dan sulit

untuk melakukan perubahan kebijakan yang lebih prokerakyatan.

123

Chris Matthew Sciabarra dan Larry J. Sechrest, “Ayn Rand Among The

Australians,” The Journal of Ayn Rand Studies 6, No. 2, Spring (2005): 241-250;

David Kelley, “Ayn Rand and Capitalism: The Moral Revolution,” dalam Tpm G.

Palmer (ed.), The Morality of Capitalism: What Your Professors Won’t Tell You (New

York: Jameson Books, Inc., 2011), 69-50; Alexander Tabarrok, “Response to

Reisman on Capitalism,” The Quarterly Journal of Australisn Economics, Vol. 1, No.

3 Fall (1998): 57-59; Michael Killvris, “Beyond Goods and Services: Towards a

Nietzschean Critique of Capitalism,” Kritike, Vol. 5, No. 2, Desember (2011): 26-40. 124

Abdul Hadi WM, “Neoliberalisme Tantangan Bagi Nasionalisme,”

https://ahmadsamantho.wordpress.com/neo-liberalisme-rintangan-bagi-nasionalisme/,

diakses tanggal 10 November 2014.

Page 307: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

275

Andi Faisal Bakti, dalam kapasitasnya sebagai Dewan Pengarah

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Center for Cross Cultural

Communication and Human Relations in Actions (C3-HURIA) mencontohkan bahwa elemen enterpreneuruler sangat berkuasa dalam

mempengaruhi kebijakan selama pemerintahan SBY-Boediono. Posisi

presiden seakan tidak berdaya di hadapan para pengusaha yang juga

mendapat kekuasaan politik dan terepresentasikan di parlemen. Hal ini,

menurut Bakti, disebut perselingkuhan antara penguasa dan pengusaha.

Enterpreneuruler atau penguasaha sangat dominan dalam pemerintahan

SBY-Boediono. Kemenangan dalam pilpres yang mencapai 60,85

persen tidak diimbangi dengan 20 persen kekuatan partai di parlemen.

Oleh karena itu, seharusnya SBY harus lebih memilih untuk

memuaskan public ketimbang politisi di parlemen mengingat dukungan

publik yang sangat besar dalam pemilu kepada dirinya. Seperti tak

percaya diri dengan dukungan publiknya sendiri.

Berdasarkan tulisan dari George Junus Aditjondro,125

keluarga

besar Prabowo merupakan pengusaha dengan penguasaan lahan

sebanyak 3 juta hektar pada tahun 2009. Penguasaan tanah Prabowo

dan adiknya, Hashim Djojohadikusumo, tersebar dalam bentuk

perkebunan kelapa sawit, teh, jagung, jarak, akasia, padi dan aren, serta

ratusan ribu hektar hutan pinus. Selain menguasai perkebunan, masih

berdasarkan sumber yang sama, keduanya juga menguasai berbagai

konsesi hutan dengan tujuan bisnis. Tercatat penguasaan konsesi seluas

96 ribu hektar yang membentang dari dari Kabupaten Bener Meriah ke

Kabupaten Aceh Tengah yang merupakan sumber kayu pinus bagi

pabrik PT Kertas Kraft Aceh di Lhokseumawe; 30 ribu hektar

perkebunan sawit di Sumatera Barat dan Jambi di bawah PT Tidar

Kerinci Agung; 290 ribu hektar konsesi hutan PT Tanjung Redep di

Kalimantan Timur yang dahulu dikuasai Bob Hasan, kroni Suharto;

350 ribu hektar konsesi hutan hasil akuisisi Kiani Group di Kalimantan

Timur; 260 ribu hektar konsesi hutan PT Kartika Utama di provinsi

yang sama; 260 ribu hektar konsesi hutan PT Ikani Lestari; 60 ribu

hektar konsesi Nusantara Energy yang merupakan holding company

Prabowo serta perkebunan PT Belantara Pusaka seluas 15 ribu hektar

lebih.

Belum cukup sampai situ, masih menurut Aditjondro, Prabowo dan

adiknya juga memiliki budidaya mutiara serta perkebunan jarak seluas

125George Junus Aditjondro, “Menyongsong Era Suharto, Babak Kedua,”

diakses dari https://groups.google.com/forum/#!topic/populasi/KVZ4oHjs32A pada

21 Mei 2014.

Page 308: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

276

seratus hektar untuk bahan bakar nabati di Bima, NTB dan perkebunan

jarak seluas seratus hektar untuk bahan bakar nabati. Sedangkan di

Kabupaten Merauke, Papua, mereka berencana membuka Merauke

Integrated Rice Estate (MIRE) seluas 585 ribu hektar. Di Papua,

mereka juga mengeksplorasi blok gas Rombebai di Kabupaten Yapen

dengan kandungan gas lebih dari 15 trilyun kaki kubik. Dengan

kepemilikan tanah seluas itu, maka HKTI (Himpunan Kerukunan Tani

Indonesia) yang merupakan organisasi yang diketuai Prabowo

seharusnya berubah namanya menjadi Himpunan Kerukunan Tuan

Tanah Indonesia (HKTTI).126

Dengan latar belakang imperium bisnis tersebut, dan dengan visi

ekonomi yang orientasinya kepentingan cenderung mendukung

kapitalis pribumi, maka rentan secara politik, hal tersebut digunakan

secara kasar untuk mendapatkan akses secara langsung terhadap

kebijakan pengelolaan sumber daya. Apakah kita mau kembali

memiliki Presiden yang mengelola negara seperti mengelola sebuah

imperium bisnis yang keuntungannya tersalur ke keluarga dan kroni-

kroninya sendiri sebagaimana yang Suharto lakukan selama puluhan

tahun?

Terlepas dari kritik tersebut, berdasarkan paparan di atas, penulis

berkesimpulan bahwa partai Gerindra melandaskan paradigma dan

perjuangannya berangkat dari telah terjadi dan masih berlangsungnya

penyelewengan-penyelewengan terhadap cita-cita Proklamasi 17

Agustus 1945 dan Undang-undang Dasar 1945 dalam bidang ekonomi

di Indonesia. Akibatnya telah melahirkan kondisi bangsa yang

memperlebar jurang antara kaum miskin dan kaya. Berdasarkan fakta

ekonomi, Gerindra melihat penguasaan kekuatan ekonomi terhadap

sumber daya alam dan sumber daya manusia tidak berpihak kepada

kepentingan nasional bangsa Indonesia. Hal tersebut berdampak

menjadikan bangsa Indonesia semakin tergantung pada pihak luar

negeri. Ketergantungan tersebut semakin membuat bangsa Indonesia

kehilangan kedaulatan dan kemerdekaannya. Kesimpulan Gerindra,

tidak ada jalan lain, ekonomi kerakyatan harus diterapkan. Karena hal

tersebut sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, terutama yang

dikumandangkan pada tanggal 18 Agustus 1945.

Sistem perekonomian bangsa yang telah dan akan diterapkan telah

menyebabkan situasi yang sulit bagi kehidupan rakyat. Kekayaan alam

126George Junus Aditjondro, “Menyongsong Era Suharto, Babak Kedua,”

diakses dari https://groups.google.com/forum/#!topic/populasi/KVZ4oHjs32A pada

21 Mei 2014.

Page 309: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

277

justru menjadi lahan pertarungan perebutan pengaruh di antara

kekuatan-kekuatan politik dan sama sekali tidak memberi manfaat yang

berarti kepada kehidupan dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu,

Gerindra bertekad untuk mewujudkan kemandirian bangsa dengan

membangun sistem ekonomi kerakyatan, yaitu suatu sistem ekonomi

dimana sumber-sumber ekonomi dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk

kemakmuran seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan Pasal 33 UUD

1945. Selain itu dalam paradigma ekonomi Gerindra, budaya bangsa

harus menjadi jati diri dan kekuatan bersama. Wawasan kebangsaan

haruslah mengeratkan persatuan dan kesatuan. Perbedaan di antara

rakyat tidaklah menjadi sebab untuk tidak bersatu, tetapi hendaknya

menjadi rahmat dan kekuatan Bangsa Indonesia.

Konsepsi masyarakat madani Gerindra meskipun belum secara

optimal berfungsi secara efektif, telah miliki sumbangsih. Gerindra

mengumpulkan kepentingan dan menempatkan kepentingan warga

pada konteks nasional. Melalui usaha, untuk mengontrol dan

mempengaruhi kebijakan publik, Gerindra telah memainkan peran

perantara, menghubungkan lembaga-lembaga pemerintah dengan

kelompok masyarakat. Mereka menggalang dukungan di balik

peraturan penting, menganjurkan posisi yang meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan memajukan kepentingan warga. Dalam

hal yang sama, Gerindra melayani peran penting dalam pemerintahan

yang demokratis dengan berkomunikasi bersama warga dan

menanggapi kekhawatiran mereka, berupaya membentuk hukum dan

kebijakan yang mencerminkan kepentingan nasional dan konstituen

serta mengawasi pekerjaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Page 310: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

278

Page 311: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

279

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan Partai politik di Indonesia sedang melalui proses pendewasaan

demokratisasi dalam rangka mencapai masyarakat yang madani.

Paradigma politik di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari faktor

pengawasan dan keseimbangan (check and balances) di semua ranah

masyarakat madani, baik itu privat, publik, ekonomi (pasar), maupun

negara. Inferioritas dan superioritas sebuah ranah bagi demokratisasi

dapat menyebabkan ketidakseimbangan politik. Entah kecil atau besar

sumbangsih untuk membentuk peradaban Indonesia yang madani telah

ditorehkan oleh Gerindra dalam kancah politik praktisnya di Republik

Indonesia ini. Manifesto Gerindra dalam segenap platform dan aksinya

bagi pembentukan masyarakat madani berlandaskan atas Pancasila dan

UUD 1945. Hal tersebut dilihat dari:

1. Gerindra telah, sedang, dan akan terus merekrut, mengakomodir,

dan mengkader individu-individu dan tokoh-tokoh yang kritis

terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintahan dalam

menjalankan roda pemerintahannya. Lebih penting lagi, Prabowo

Subianto sebagai mantan militer dan segenap kader Gerindra,

dalam kiprah politiknya tidak bisa dilepaskan dari dharma baktinya

terhadap negara. Dalam ranah privat, Gerindra telah

menghantarkan individu-individu kader terbaiknya

memperjuangkan aspiraksi rakyat di parlemen pusat pada tahun

2009 sampai 2014 sebanyak 26 kader, dari berbagai kalangan.

Pada pemilu tahun 2014, Gerindra telah melakukan proses seleksi

terhadap 2780 kader dari berbagai kalangan dan status menjadi 560

kader yang dicalokan. Dari 560 kader yang dicalokan, 73 terpilih

kursi DPR masa bakti dari tahun 2014-2019.

2. Dalam ranah publik, Gerindra tidak lepas dari aktivitas sosial dan

religius. Dalam Gerindra terdapat ranah publik bagi masyarakat

untuk melakukan aktivitas publiknya secara bebas, namun tetap

harus dibarengi dengan rasa tanggung jawab. Masyarakat

mendapatkan haknya secara penuh dan merdeka untuk

menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, berorganisasi

termasuk mempublikasikannya kepada publik tanpa ada tekanan

dari pihak manapun. Gerindra didukung oleh berbagai lembaga

swadaya masyarakat, organisasi-organisasi sayap, bahkan partai

Page 312: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

280

yang berfusi. Organisasi sayap Gerindra di antaranya adalah

Gerakan Muslim Indonesia Raya (Gemira), Kristen Indonesia Raya

(Kira), Gema Shadhana, Perempuan Indonesia Raya (Pira), Tunas

Indonesia Raya (Tidar), dan Kesehatan Indonesia Raya (Kesira).

Lembaga swadaya masyarakat yang diidentikkan berafiliasi dengan

Gerindra misalnya Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI),

Lembaga Masyarakat Peduli Hutan, Kebun dan Pangan, Perbindo

(Perhimpunan Bambu Indonesia) Asosiasi Pedagang Pasar seluruh

Indonesia (APPSI), dan lain-lain. Partai politik yang berfusi

dengan Gerindra yaitu Partai Bintang Reformasi (PBR), Partai

Merdeka, Partai Buruh, Partai Persatuan Nahdlatul Ummah

Indonesia (PPNUI), Partai Nasional Indonesia Massa Marhaenis

(PNI-Marhaenis), Partai Kedaulatan, Partai Serikat Indonesia, dan

Partai Kebangkitan Nahdlatul Ulama (PKNU). 3. Di ranah negara, Gerindra telah bersumbangsih menempatkan

kadernya duduk di lembaga legistatif semenjak Pemilu 2009 dan

Pemilu 2014. Meskipun masih dalam tataran daerah, di lembaga

eksekutif-pun kader Gerindra telah ikut bersumbangsih saling

mengawasi dan mengimbangi antara lembaga-lembaga dalam

kekuasaan menjalankan negara. Contohnya, Gerindra berhasil

mengusung Basuki Tjahaya Purnama untuk menduduki Wakil

Gubernur DKI Jakarta. Selain Ahok, Ridwan Kamil juga berhasil

diusung Gerindra sebagai Wali Kota Bandung Jawa Barat.

Gerindra memberi kewenangan kepada kadernya yang telah berada

pada posisi antar cabang kekuasaan negara (legislatif, eksekutif,

yudikatif) untuk saling mengontrol dan menyeimbangankan

pelaksanaan kekuasaannya masing-masing. Dengan demikian

dapat dihindari penyalahgunaan kekuasaan oleh cabang-cabang

kekuasaan negara.

4. Ekonomi Kerakyatan Gerindra dipicu oleh keprihatinan terhadap

perkembangan sistem ekonomi di Indonesia yang cenderung

kapitalistik-individualis. Manifesto ekonomi kerakyatan Gerindra

mengacu pada dasar filsafat dan ideologi Indonesia yang tertuang

dalam seluruh sila Pancasila dan UUD 1945. Landasan

Konstituonal itu bagi Gerindra sesungguhnya merupakan upaya

perjuangan untuk memperbaiki kondisi ekonomi rakyat dan untuk

mengoreksi struktur ekonomi Indonesia dari ekonomi kolonial

menjadi ekonomi nasional dengan berupaya menaikan level

pertumbuhan ekonomi menjadi 7% sampai 10% melalui beberapa

strategi. Meskipun masih dalam tataran konsepsional minim

Page 313: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

281

implementasi, bersandarkan penelitian Infid, Gerindra telah

memiliki platform ekonomi kerakyatan yang jelas.

B. Implikasi Penelitian

1. Secara konseptual, pemikiran-pemikiran normatif mendominasi

wacana politik masyarakat madani di Indonesia. Sedangkan

pemikiran-pemikiran yang mempertimbangkan manfaat umumnya

diabaikan. Pemikiran mengenai ‘apa yang seharusnya dilakukan,’

memenuhi perhatian. Jarang ada pemikiran politik yang

mempertanyakan ‘bagaimana’ untuk mencari cara-cara efektif

guna mengatasi tugas-tugas tertentu suatu organisasi masyarakat

madani yang tumpang tindih antara garis sebagai masyarakat

madani atau masyarakat politik.

2. Wacana masyarakat madani di Indonesia, cenderung untuk melihat

masyarakat terbagi dalam berbagai organisasi yang memiliki

kepentingan yang berbeda-beda. Satu wacana yang sangat disoroti,

yaitu peran lembaga swadaya masyarakat yang bersifat selalu

mengawasi dan menyeimbangkan (checks and balances) jalannya

pemerintahan oleh suatu rezim. Namun, hubungan-hubungan

konflik antar asosiasional itu sendiri sedikit sekali mendapat

perhatian. Sekedar perhatian diberikan kepada konflik antara partai

dan kelompok-kelompok ideologis. Tetapi sedikit sekali kepada

konflik antar golongan organisasi masyarakat itu sendiri.

Umumnya, perpecahan dikalangan internal organisasi masyarakat

madani dilukiskan sebagai tidak sepenting persatuan yang

mendasarinya.

3. Masih banyak ruang kosong dalam penelitian manifesto partai

politik dalam rangka bersumbangsih bagi pembentukan masyarakat

madani di Indonesia. Semoga penelitian berikutnya, semakin

meramaikan wacana tentang partai politik dengan meneliti sisi

positif dari partai politik seimbang dengan penelitian sisi

negatifnya. Juga organisasi son-politik sebagai bagian dari

masyarakat madani memiliki berbagai keterbatasan, terutama

dalam hal representasi, benarkah ia mewakili rakyat?

Akuntabilitas, kepada siapa dan bagaimana ia harus

mempertanggungjawabkan setiap gerakannya? Benarkah ia telah

mempraktikkan prinsip demokrasi secara internal?

Page 314: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

282

Page 315: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

283

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

‘Alī, Abdullāh Yūsuf, the Meaning of The Holy Qur’an. Maryland:

Amana Corporation, 1992.

Abbas, Anwar, Bung Hatta dan Ekonomi Islam: Menangkap Makna

Maqāshid al-Syarī’ah. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010.

Abdillah, Masykuri, “Negara Ideal menurut Islam dan Implementasinya

pada Masa Kini,” dalam Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus

AF, Islam Negara dan Civil Society: Gerakan dan Pemikiran Islam

Kontemporer. Jakarta: Paramadina, 1997.

_____, Demokrasi Di Persimpangan Makna: Respons Intelektual

Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi (1966 – 1993).

Yogyakarta: Tiara Wacana, 2009.

Aifis, Bunga Rampai: Serial Diskusi Akademik (Agustus – Desember

2013): Telaah Wacana Ekonomi Kerakyatan. Depok: Aifis, 2013.

al-Albani, Irwā’ al-Ghalīl, Juz VI. Beirut: Maktab al-Islāmī,

1405/1985.

al-Alusi, Rūh al-Ma'ānā, Juz XIII. Beirut: Dār al-Fikr, 1990.

al-Andalusi, ‘Abd al-Ḥaq, al-Muharrar al-Wajīz fī Tafsīr al-Kitāb al-

‘ Azīz, Juz V. Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993.

al-Anṣarī, ‘Abd al-Ḥamīd Ismaīl, al-Shūrā wa atharuha fī al-

Dimaqrāṭiyya. Qahirā: al-Maṭba’ah al-Salāfiyyah, 1980 M/1400 H.

al-Aṣfihāni, Al-Rāghib, Mu'jam Mufradāt Alfāż al-Qur'ān. Beirūt: Dār

al-Fikr, t.th.

al-Attas, Syed Muhammad Naquib, Prolegomena to the Metaphysics of

Islam: Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview

of Islam. Kuala Lumpur: ISTAC, 1995.

Ambardi, Kuskridho, Mengungkap Politik Kartel: Studi tentang Sistem

Kepartaian di Indonesia Era Reformasi. Jakarta: Gramedia, 2009.

Aning, S. Floriberta, (ed.), 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia:

Biografi Singkat Seratus Tokoh yang Berpengaruh dalam Sejarah

Indonesia di Abad 20. Yogyakarta: Narasi, 2007.

Anis, Ibrāhīm, al-Mu’jam al-Wasit, Jilid I. Bairūt: Dār al-Fikr, t.th.

Page 316: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

284

Asshiddiqie, Jimly, Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai

Politik, dan Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Konstitusi Press, 2005.

Azra, Azyumardi, “Civil Society and Democratization in Indonesia:

The Transition Under President Wahid and Beyond,” dalam David

C. Shack dan Wayne Hudson, Civil Society In Asia (Law, Ethic

and Governance). Hampshire, Inggris dan Burlington, USA:

Ashgate Publishing Company, 2003.

_____, “Negara Madani adalah Cita-cita PKS,” dalam Opini Republika,

24 April (2008).

_____, “Oposisi Cak Nur: Oposisi Soliter,” dalam Sukandi A.K., (ed.),

Prof. Dr. Nurcholis Madjid Jejak Pemikir dari Pembaharu sampai

Guru Bangsa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

_____, “Politik Lokal dan Pembelajaran Politik,” dalam Andy Ramses

M dan La Bakry (ed.), Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta:

MIPI, 2009.

_____, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad

XVII & XVIII Akar Pembaruan Islam Indonesia. Jakarta: Kencana,

2005.

_____, Malam Seribu Bulan: Renungan-renungan 30 Hari Ramadan.

Jakarta: Erlangga, 2005.

_____, Menuju Masyarakat Madani: Gagasan, Fakta, dan Tantangan.

Bandung: Rosdakarya, 1999.

_____, Reposisi Hubungan Agama dan Negara: Merajut Kerukunan

Antarumat. Jakarta: Kompas, 2002.

al-Ba’albakī, Rūhī, al-Maurid Qāmūs ‘Arabī-inkalījī, Modern Arabic-

English Dictionary. Bairūt: Dār al-‘Ilm lī al-Malayīn, 1995.

al-Bāqī, Muhammad Fu’ad ‘Abd., al-Mu’jam al-Mufahras lī

Alfāzh al-Qur’ān al-Karīm. Bairūt: Dār al-Fikr, 1992.

Bakti, Andi Faisal, “Good Governance dalam Islam: Gagasan dan

Pengalaman,” dalam Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus AF

(ed.), Islam, Negara, dan Civil Society: Gerakan dan Pemikiran

Islam Kontemporer. Jakarta: Paramadina, 2005.

_____, dkk, Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi. Ciputat:

Churia Press, 2012.

Page 317: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

285

Biro Program Informasi Internasional, Departemen Luar Negeri AS,

Garis Besar Sejarah Amerika Serikat. Edisi Bahasa Indonesia

(terj.) Michelle Anugrah. ttp: Biro Program Informasi

Internasional, Departemen Luar Negeri AS, 2005.

Bradley, Joseph, Voluntary Associations in Tsarist Russia: Science,

Patriotism, and Civil Society. Harvard: President and Fellow of

Harvard College, 2009.

Budiarjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia, 2004.

Chadwick H, Bruce, Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial.

Semarang: IKIP Press, 1983.

Chandhoke, Neera, “The Civil and the Political in Civil Society,”

dalam C.M. Elliot (ed.), Civil Society and Democracy: a Reader.

Oxford: Oxford University Press, 2003.

Culla, Adi Suryadi, Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi

Ornop di Indonesia. Jakarta: LP3ES, 2006.

al-Damshiqī, Abū al-Fidā’ Ismā’il ibn ‘Umar ibn Kathīr al-Qurshī al-

Baṣary, Tafsīr al-Qur’ān al-Aẓīm, Vol 1. t.p: Dār Ṭaybah lī al-

Nashr wa al-Tauzī’, 1999.

Davies, Matt, Indonesia’s War over Aceh: Last Stand on Mecca’s

Porch. London: Taylor & Francis, 2006.

Denny J. A., Jejak-jejak Pemilu 2004: Talkshow Denny J.A. dalam

Dialog Aktual Radio Delta FM. Yogyakarta: LkiS, 2006.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

Dhakidae, Dhaniel, “Sang Demonstran”, dalam dalam Soe Hok Gie,

Catatan Seorang Demonstran. Jakarta: LP3ES, 1989.

Diansyah, Febri, Emerson Yuntho, Donal Fariz, Laporan Penelitian:

Penguatan Pemberantasan Korupsi melalui Fungsi Koordinasi

dan Supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jakarta:

Indonesia Corruption Watch, 2011.

Djarot, Erros, dkk, Prabowo Sang Kontroversi: Kisah Penculikan, Isu

Kudeta, dan Tumbangnya Seorang Bintang. Jakarta: Mediakita,

2007.

Page 318: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

286

Djojohadikusumo, Sumitro, Trilogi Pembangunan dan Ekonomi

Pancasila. Jakarta: Induk Koperasi Pegawai Negeri Republik

Indonesia, 1985.

Duverger, Maurice, Political Parties. London: Metheun & Co., 1964.

Effendy, Bahtiar, Agama Publik dan Privat: Pengalaman Islam

Indonesia. Jakarta: UIN Press, 2009.

_____, Islam dan Negara: Transformasi Gagasan dan Praktik Politik

Islam di Indonesia. Edisi Digital. Jakarta: Democracy Project

Yayasan Abad Demokrasi, 2011.

al-Fadhl, Abū Alī, Majma' al-Bayān fī Tafsīr al-Qur’ān, Juz IV. Beirut:

Dār al-Ma'rifah, tt.

Fāris, Ibn, Mu’jam al-Maqāyīs fī al-Lughah. Bairūt: Dār al-Fikr, 1994.

al-Ghażalī, Muḥammad ibn Muḥammad ibn Muḥammad, Iḥyā’ ‘Ulūm

al-Dīn, juz III. Beirut: Dār Iḥyā’ al-Kutūb al-Ilmiyah, t.t.

Gramsci, Antonio, Selections from the Prison Notebooks of Antonio

Gramsci (terj.) Quentin Hoare dan Geoffrey Nowell Smith.

London: ElecBook, 1999.

Geertz, Clifford, The Religion of Java. New York: The Free Press of

Glencoe, 1964.

Gerindra, Anggaran Dasar Partai Gerindra Tahun 2012. Jakarta:

Gerindra, 2012.

_____, Manifesto Perjuangan Partai Gerindra. Jakarta: DPP Gerindra,

2011.

_____, Tanya Jawab Seputar Partai Gerindra: Gerakan Indonesia

Raya. Jakarta: Bakom-DPP Gerindra, 2009.

Gie, Soe Hok, Catatan Seorang Demonstran. Jakarta: LP3ES, 1989.

al-Hashimī, Aḥmad, Jawāhir al-Balāgah fī al-Ma’ānī wa al-

Bayān wa al-Badī’ī. Mesir: Dār al-Fikr, 1991.

Hamayotsu, Kikue, “Bringing Clientelism and Institutions Back in: The

Rise and Fall of Religious Parties in Indonesia’s Electoral

Democracy,” dalam Dirk Tomsa dan Andreas Ufen (ed.), Party

Politics in Southeast Asia: Clientelism and Electoral Competition

in Indonesia, Thailand, and Philippines. New York: Routledge,

2013.

Page 319: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

287

Hamid, Abd. Rahman, “Pilar Kebangsaan Menurut Abdul Qahhar

Mudzakkar; Perspektif Ideologis,” dalam Andi Faisal Bakti dan

Salehuddin Yasin (ed.), Abdul Qahhar Mudzakkar: Ketegaran

Seorang Pejuang Bangsa, Ditinjau dari Berbagai Aspek. Ciputat:

C3-Huria Press-Qamus Institute, 2014.

Hananto, Yuli, Bermuka Dua; Kebijakan Soeharto terhadap Soekarno

beserta Keluarganya. Yogyakarta: Ombak, 2005.

Hann, Chris, “Political Society and Civil Anthropology,” dalam Chris

Hann dan Elizabeth Dunn, Civil Society: Challenging Western

Models. London dan New york: Routledge, 1996.

Hatta, Moh., "Pancasila Harus Dipegang Teguh," dalam Pidato Wakil

Presiden Mohammad Hatta, pada Rapat Terbatas di Pematang

Siantar, 22 November (1950).

_____, Demokrasi Kita. Jakarta: Pustaka Antara PT Djakarta, 1966.

_____, Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun. Jakarta: Inti

Idayu Press, 1971.

_____, Sesudah 25 Tahun: Pidato Diutjapkan Pada Dies Natalis

Kesembilan Universitas Sjiah Kuala Darussalam Di Banda Atjeh

Pada Tanggal 2 September 1970. Jakarta: Djambatan, 1970.

Hawa, Said, al-Asās fī Tafsīr, Juz IX. Qahira: Dār al-Salam, 1999.

Hikam Muhamad, AS., Demokrasi dan Civil Society. Jakarta: LP3ES,

2006.

Ibrahīm, Zakaria ’Abd al-Mun’īm, Niẓām al-Shura fī al-Islām wa

Niẓām al-Dimaqrāṭiyyah al Mu’aṣirāh. Qahirā, Ttp.1985.

Ilmu Ekonomi Islam-Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Ilmu

Ekonomi Islam. Jakarta: IEI-FE UI, 2013.

International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences, entri

pembahasan “Civil Society/Public Sphere: History of the

Concept,” Elsevier Science Ltd, (2001).

al-Jazairi, Abu Bakr, Aysar al-Tafāsīr lī Kalām al-‘Alī al-Kabīr, Juz V.

tp.,: Nahr al-Khair, 1993.

Janoski, Thomas, Citizenship and Civil Society: A Framework of Rights

and Obligations in Liberal, Traditional, and Social Democratic

Regimes. Cambridge: Cambridge University Press, 1998.

Page 320: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

288

Kalili, Asad M., Kamus Indonesia Arab. Jakarta: Bulan Bintang,

1993.

Al-Khazin, Lubāb al-Ta'wīl fī Ma'ānī al-Tanzīl, Juz IV. Beirut: Dār al-

Kutub al-Ilmiyyah, 1995.

Kamal, Zainun, “Kontekstualisasi Syari’at Islam,” dalam Komaruddin

Hidayat dan Ahmad Gaus AF, Islam Negara dan Civil Society:

Gerakan dan Pemikiran Islam Kontemporer. Jakarta: Paramadina,

1997.

Kamil, Sukron, Pemikiran Politik Islam Tematik: Agama dan Negara,

Demokrasi Civil Society, Syariah dan HAM, Fundamentaalisme,

dan Antikorupsi. Jakarta: Kencana, 2013.

Katsir, Ibn, Tafsīr al-Qur’ān al-Ażīm, Juz IV. Beirut: Dār al-Fikr, 2000.

Keane, J., “Despotism and Democracy: The Origins and Development

of the Distinction between Civil Society and the State 1750-1850,”

dalam J. Keane (ed.) Civil Society and the State. London: Verso,

1988).

Kohen, Jean L., dan Andrew Arato, Civil Society and Political Theory.

Cambridge: The MIT Press, 1992.

Komnas Perempuan, Seri Dokumen Kunci: Temuan Tim Gabungan

Pencari Fakta Peristiwa Kerusuhan Mei 1998. Jakarta: Komnas

Perempuan-New Zealand Official Development Assistance, 2006.

KPK, Menyalakan Lilin Di Tengah Kegelapan. Jakarta: KPK, 2004.

Latif, Yudi, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan

Aktualitas Pancasila. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011.

Lee, Verena Beitingger-, (Un)Civil Society and Political Change in

Indonesia. New York: Routledge, 2010.

Lipset, Seymour M., dan Stein Rokkan, Cleavage Structures, Party

System, and Voter Alignments. New York: Free Press, 1987.

LPEP, Ekonomi Pancasila. Jakarta: Penerbit Mutiara, 1980.

LSI, Mencari Capres 2014, Pengetahuan, Sikap, Tindakan Elektoral

Calon Pemilih. Jakarta: LSI, 2012.

al-Maḥjūb, Rif’at, Dirāsat Iqtiṣādiyat Islāmiyah. Qahira: Ma’had al-

Dirāsat al-Islāmiyah, 1987.

Page 321: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

289

Ma’lūf, Luwis, al-Munjid fī al-Lugah wa al-‘A’lām. Bairūt: Dār

al-Mashriq, 1977.

MacIver, R.M., The Modern State, First Edition. London: Oxford

University Press, 1955.

Madjid, Nurcholis, et.al., Fikih Lintas Agama. Jakarta: Yayasan Wakaf

Paramadina bekerjasama dengan The Asia Foundation, 2004.

_____, Membangun Oposisi Menjaga Momentum Demokrasisasi.

Jakarta, Voice Center Indonesia, 2000.

_____, “Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam dan Integrasi Umat

Islam,” dalam Nurcholis Madjid et.al., Pembaharuan Pemikiran

Islam. Jakarta: Islamic Research Centre, 1970.

_____, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi. Jakarta: Paramadina,

1999.

_____, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan Media

Utama, 2008).

_____, Islam Universal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

_____, Islam, Doktrin, dan Peradaban; Sebuah Tela’ah Kritis tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan. Jakarta:

Yayasan Wakaf Paramadina, 1992.

Mahendra, Yusril Ihza, Dinamika Tata Negara Indonesia: Kompilasi

Aktual Masalah Konstitusi Dewan Perwakilan dan Sistem

Kepartaian. Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Mannheim, Karl, Ideologi dan Utopia: Menyingkap Kaitan Pikiran dan

Politik. Yogyakarta: Kanisius, 1991.

Manzūr, Ibn, Lisān al-‘Arab. Bairūt: Dār al-Fikr, t.th.

Marx, Karl, and Frederick Engels, Manifesto of the Communist Party

February 1848 (terj.) Samuel Moore. Moscow: Marxists Internet

Archive (marxists.org), 2010.

al-Maylī, Muḥsin, Pergulatan Mencari Islam: Perjalanan Religius

Roger Garaudy, (terj.) Rifyal Ka’bah. Jakarta: Paramadina, 1996.

Milner, A.C., "Islam and the Muslim State", dalam: M.B. Hooker (ed),

Islam in South-East Asia. Leiden: Brill, 1983.

Page 322: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

290

Miskawayh, Ibn, Tahdhīb al-Akhlāq Ibnu Miskawayh. Qahira:

Maktabah al-Ḥusainiyyah, t.t.

Mubyarto, ”Ekonomi Pancasila: Satu Renungan Akhir Tahun,” Makalah

Seminar Bulanan Perkembangan Pemikiran Ekonomi Pancasila,

Jilid 3 (Yogyakarta: Pusat Studi Ekonomi Pancasila UGM-

Yogyakarta, 2003).

Muchtarom, Zaini, Santri dan Abangan Jawa. Jakarta: INIS, 1997.

al-Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir. Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997.

Murray, Tania, Li, Proses Transformasi Daerah Pedalaman Di

Indonesia (terj.) Sumitro dan SN. Kartikasari. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2002.

al-Nabhanī, Taqyuddīn, Niżām al-Islām. Beirut: Dār al-Ummah, 1953.

_____, Al-Takātu al-Hizbī, Hizbu al-Taḥrīr. Beirut: Dār al-Ummah,

1953.

al-Nasafi, Madārik al-Tanzīl wa Haqāiq al-Ta'wīl, Juz II. Beirut: Dār

al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995.

Nasuhi, Hamid. Serat Dewa Ruci: Tasawuf Jawa Yasadipura I. Jakarta:

Ushul Press, Lembaga Peningkatan dan Jaminan Mutu, dan UIN

Jakarta Press, 2009.

Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I.

Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1985.

Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900 – 1942.

Jakarta: LP3ES, 1997.

Nurdin, Ali, Qur’anic Society: Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal

dalam al-Qur’an. Jakarta: Erlangga, 2006.

Partai Keadilan Sejahtera, Memperjuangkan Masyarakat Madani:

Falsafah Dasar dan Platform Kebijakan Pembangunan PK

Sejahtera. Jakarta: PKS, 2008.

Pataniari, S., Api Perjuangan Rakyat. Jakarta: Lembaga Kajian

Ekonomi Politik, 2002.

PMII, Manifesto Khittah Kedaulatan Indonesia: Pokok-pokok Pikiran

Munas Ke-5 IKA-PMII. Jakarta: PB. IKA-PMII, 2013.

Page 323: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

291

Pranowo, Bambang, Islam Faktual: Antara Tradisi dan Relasi Kuasa.

Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1999.

_____, Memahami Islam Jawa. Tangerang: Pustaka Alvabet, 2009.

Prasetyo, Hendro, Ali Munhanif, dkk, Islam dan Civil Society. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Presiden Republik Indonesia, “Kata Pengantar,” dalam Bappenas, Data

dan Informasi: Kinerja Pembangunan 2004-2012. Jakarta:

Bappenas-RI, 2013.

Prodjodikoro, Wirjono, Asas-Asas Ilmu Negara dan Politik. Bandung:

PT. Eresco Jakarta, 1981.

Al-Qasimi, Mahāsin al-Ta'wīl , Juz II. Beirut: Dār al-Kutub al-

Ilmiyyah, 1997. Qardhawī, Yusūf, Fiqh al-Daulah fī al-Islām.

Qahirā: Dār al-Ṣurūq, 2005.

al-Qurṭubi, al-Jāmi' lī Ahkām al-Qur’ān, Juz IV. Beirut: Dār al-Kutub

al-Ilmiyyah, 1993.

Rachman, Budhy Munawar-, Ensiklopedi Nurcholis Madjid, Edisi

Digital Jilid III M-P. Jakarta: Democracy Project, 2012.

Rahardjo, M. Dawam, Ensiklopedi al-Qur’an; Tafsir Sosial

Berdasarkan Konsep-konsep Kunci. Jakarta: Paramadina,

1996.

al-Rāzī, Abū ‘Abdillah Muḥammad ibn ‘Umar ibn al-Ḥasan ibn al-

Ḥusayn al-Taymī, al-Tafsīr al-Kabīr aw Mafātīh al-Ghayb, Mafītiḥ

al-Ghaib, Vol 2. Beirut: Dār Iḥyā’ al-Turāth al-‘Arabī, 1420 H.

Robert W. Hefner, Civil Islam: Muslim and Democratization in

Indonesia. New Jersey: Princeton University Press, 2000.

Salim, Emil, Kembali ke Jalan Lurus, Esai-esai 1966-1999. Jakarta:

Alvabet, 2000.

_____, Mencari Bentuk Ekonomi Indonesia: Perkembangan Pemikiran

1965-1981. Jakarta: Gramedia, 1982.

Sasono, Adi, dkk, Solusi Islam Atas Problematika Umat: Ekonomi,

Pendidikan, dan Dakwah. Jakarta: GIP, 1998.

Scopol, Theda “Advocate without Members: The Recent

Transformation of American Life,” Morris P Fiorina, Civic

Page 324: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

292

Engagement in American Democracy. New York: Brookings

Institution Press, 1999.

Sebastian, Leonard C., Realpolitik Ideology; Indonesia’s Use of

Military Force. Pasir Panjang, Singapore: Iseas Publication, 2006.

Setneg-RI, Risalah Sidang Badan Usaha-usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) – Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945 – 22 Agustus 1945.

Jakarta: Setneg-RI, 1995.

Shaltut, Maḥmud, al-Islām Aqīdah wa Sharī’ah. Qahira: Dār al-Shurq,

1980.

Shihab, M. Quraish, et al, Ensiklopedi Al-Qur'an: Kajian Kosakata dan

Tafsirnya. Jakarta: PT. Intermasa, 1997.

_____, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Mandhu’i atas Pelbagai

Persoalan Umat. Bandung: Mizan, 1998.

_____, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

volume 2. Jakarta: Lentera Hati, 2005.

Soempeno, Femi Adi, Prabowo Dari Cijantung Bergerak ke Istana.

Yogyakarta: Galangpress, 2009.

Subianto, Prabowo, et.al., Membangun Kembali Indonesia Raya:

Haluan Baru Menuju Kemakmuran. Jakarta: Institut Garuda

Nusantara, 2012.

Sulistiyo, Hermawan, “Greens in Rainbow: Ethnoreligious Issues and

The Indonesian Armed Forces,” dalam Robert W. Hefner (ed.),

The Politic of Multikulturalism: Pluralism and Multiculturalism in

Malaysia, Singapore, and Indonesia. Hawai’i: University of

Hawai’i Press-The Ford Foundation, 2001.

Suseno, Frans Magnis, “Demokrasi: Tantangan Universal,” dalam M.

Nasir Tamara dan Elza Peldi Taher, Agama dan Dialog antar

Peradaban. Jakarta: Paramadina, 1996).

Swasono, Sri Edi, Ekspose Ekonomika Mewaspadai Globalisasi dan

Pasar Bebas. Yogyakarta: Pusat Studi Ekonomi Pancasila – UGM,

2010.

_____, Kembali Ke Pasal 33 UUD 1945 Menolak Liberalisme!.

Jakarta: Yayasan Hatta, 2010.

Page 325: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

293

_____, Keparipurnaan Ekonomi Pancasila. Depok: FEUI, 2006.

Syari’ati, Ali, Ummah dan Imamah: Suatu Tinjauan Sosiologis.

Bandung: Pustaka Hidayah, 1995).

Taher, Elza Peldi, (ed.), Demokratisasi Politik, Budaya Dan Ekonomi;

Pengalaman Indonesia Masa Orde Baru. Jakarta; Paramadina,

1994.

Tanja, V., Himpunan Mahasiswa Islam. Jakarta: Sinar Harapan, 1982.

Tarling, Nicholas, The Cambridge History of Southeast Asia, V.1: Part

Two - From C.1500 to C.1800. Cambridge: Cambridge University

Press, 1999.

Thompson, E. P., “Patrician Society, Plebeian Culture,” Journal of

Social History, Vol. 7, No. 4 (summer, 1974).

Tilaar, HAR., “In Search of New Paradigms in Educational anagement

and Leadership Based on Indigenous Culture: The Indonesian

Case,” dalam HAR. Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi

Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Tera,

1998.

Tim ICCE UIN, Pendidikan Kewargaan: Demokrasi HAM dan

Masyarakat Modern. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2000.

Tocqueville, Alexis de, Democracy in America, jilid 1 dan 2. New

York: Vitage Books, 1945.

Toer, Pramoedya Ananta, Koesalah Soebagyo Toer, dan Ediati Kamil,

Kronik Revolusi Indonesia Bagian II (1946). Jakarta: Kepustakaan

Populer Gramedia, 1999.

Uhlin, Anders, Indonesia and the “Third Wave of Democratization:”

The Indonesian Pro-Democracy Movement in a Changing World.

London: Curzon Press, 1997.

UNDP, Human Development Report 2013, The Rise of the South:

Human Progress in a Diverse World. New York: UNDP, 2013.

Yew, Lee Kuan, From Third World to First - The Singapore Story

(1965-2000): Singapore and The Asian Economic Boom. New

York: HarperCollins Publishers, 2000.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Hidakarya

Agung, 1992.

Page 326: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

294

Zakariā, Abū al-Ḥusain Aḥmad ibn Fāris ibn, Maqāyīs al-Lughah, juz I.

t.t: Ittiḥād al-Kitāb al-'Arab, 2002.

Al-Zaila’i, Nashb al-Rāyah, Juz IV. Misr: Dār al-Hadīts, Mesir. 1357.

al-Zuhayli, Wahbah, al-Tafsīr al-Munīr fī al-Aqīdah wa al-Sharī'ah wa

al-Manhaj, Juz XXV. Beirut: Dār al-Fikr, 1991.

Jurnal dan Makalah Seminar

Aburaiya, Issam, “Islamism, Nationalism, and Western Modernity: The

Case of Iran and Palestine,” International Journal of Politics,

Culture, and Society 22(1), (2009).

Adamany, David, “The Political Science of E. E. Schattschneider: A

Review Essay,” The American Political Science Review, Vol. 66,

No. 4 (Dec., 1972).

Ajay, G., and G. Vijay, “Civil Society, State and Social Movements,”

Economic and Political Weekly, Vol. 35, No. 12, Maret, 18-24,

(2000).

Alatas, Syed Farid, “Islam, Ilmu-Ilmu Sosial, dan Masyarakat Sipil,”

Antropologi Indonesia 66, (2001).

Alavi, Hamid Reza, “Ethical Views of Ibn Miskawayh and Aquinas”

Philosophical Paper and Review Vol.1, 4 (2009).

Anies R Baswedan, (2004). “Political Islam in Indonesia: Present and

Future Trajectory,” Asian Survey, 44, (2004).

Archer, Margaret S., “Morphogenesis versus Structuration: On

Combining Structure and Action,” The British Journal of

Sociology, Vol. 33, No. 4-Desember, (1982).

Arham, Muhammad, "Islamic Perspectives on Marketing," Journal of

Islamic Marketing, Vol. 1 Iss: 2, (2010).

Bakti, Andi Faisal, “Communication and Violence: Communicating

Human Integrity caharactersitics is necessary for Horizontal

Conflict resolution In Indonesia,” Identity, Culture, and Politics

Vol. 9, No. 1 (July 2008).

_____, “Islam and Modernity: Nurcholish Madjid Interpretation of

Civil Society, Pluralism, Secularism and Democracy,” Asian

Page 327: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

295

Journal of Social Sciences, Brill, Leiden, Vol 33, No. 3

(November, 2005).

_____, “Majelis Azzikra New Approach to Dakwah for Civil Society in

Indonesia,” Mimbar Agama dan Budaya, VoL. 23, No. 1, (2006).

_____, “Paramadina and its Approach to Culture and Communication:

An Engagement in Civil Society,” Archipel, Paris, 68 (December,

2004).

_____, “Paramadina” Bulletin of the International Institute for Asian

Studies (IIAS), Leiden/Amsterdam June (2004).

_____, “Women in the West and in Indonesia: How Can Islam

Contribute to Social Development?” Journal Pemikiran Islam,

Vol. 1 No. 1, September, Ternate, Indonesia, (2010).

Bank Indonesia, “Statistik Utang Luar Negeri Indonesia,” Sulni, Vol.

V, Maret (2014).

Barnett, CD., “The Roman gens’ influence on loci of power in the

Early Republic,” Macquarie Matrix: Vol. 2.1, Agustus (2012).

Baswir, Revrisond, “Ekonomi Kerakyatan Vs Neoliberalisme,”

Makalah “Seminar Nasional Ekonomi Kerakyatan: “Konsepsi

Ekonomi Kerakyatan dalam Pengelolaan Aset (SDA) dan

Perusahaan (BUMN) Strategis Bangsa,” Pusat Studi Ekonomi

Kerakyatan Gadjah Mada, 28 April (2009).

Becker, Marvin B., “An Essay on the Vicissitudes of Civil Society with

Special Reference to Scotland in the Eighteenth Century,” Indiana

Law Journal, Volume 72, Issue 2 Article 8 (1997).

Beilasiak, Jacob, “Substance and Process in the Development of Party

Systems in East Central Europe,” Communist and Post-Communist

Studies, 30, No. 1 (1997).

Belloni, Roberto, “Society and Peacebuilding in Bosnia and

Herzegovina,” dalam Journal of Peace Research, Vol. 38, No. 2,

Mar, (2011).

Brown, L. David, dan Archana Kalegaonkar, ”Addressing Civil

Society’s Challenges: Support Organizations as Emerging

Institutions,” Institute for Development Report (IDR) Reports,

Volume 15, Number 2, (1999).

Page 328: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

296

Brown, Tent, “Gramsci and Hegemony,” dalam Links International

Journal of Socialist Renewal, http://links.org.au/node/1260,

(diakses tanggal 24 Februari 2013).

Brubaker, Rogers, “Ethnicity, Race, and Nationalism,” Annual Review

of Sociology 35, (2009).

Bruinessen, Martin van, "Post-Suharto Muslim engagements with civil

society and democracy”, makalah yang dipresentasikan pada Third

International Conference and Workshop “Indonesia in

Transition,” organised by the KNAW and Labsosio, Universitas

Indonesia, August 24-28, Universitas Indonesia, Depok (2003).

Buehler Michael, dan Paige Tan, “Party-Candidate Relationships in

Indonesian Local Politics: A Case Study of the 2005 Regional

Elections in Gowa, South Sulawesi Province,” Indonesia, 84,

(2007).

Civicus, “State of Civil Society 2013: Creating an enabling

environment,” dalam Civicus: World Alliance for Citizen

Participation (2013).

Commission, European, “The Roots of Democracy and Sustainable

Development: Europe's Engagement with Civil Society in External

Relations,” Communication from the Commission to the European

Parliament, The Council, The European Economic and Social

Committee and The Committee Of The Regions, Brussels,

12.9.2012, COM (2012).

Cox, Robert W., “Civil Society at the Turn of the Millenium: Prospects

for an Alternative World Order,” Review of International Studies,

Vol. 25, No. 1 (Jan., 1999).

Cullen, P., “The Platform of European Social NGOs: ideology, division

and coalition,” Journal of Political Ideologies 15 (2010).

Doherty Ivan, “Democracy out of Balance: Civil Society Can’t Replace

Political Parties,” Policy Review, April dan Mei (2001).

Drucker, Peter, “What is “Business Ethics?” The Publik Interest, No.

63 (Spring, 1981).

Effendy, Bahtiar, “Wawasan al-Qur’an tentang Masyarakat Madani:

Menuju Terbentuknya Negara-Bangsa yang Modern,” Jurnal

Pemikiran Islam Paramadina, Vol. 1, No. 2, (1999).

Page 329: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

297

Fish, M. Steven, “Islam and Authoritarianism,” World Politics, Volume

55, Number 1, Oktober (2002).

Gauchat, Gordon, “Politicization of Science in the Public Sphere: A

Study of Public Trust in the United States, 1974 to 2010,”

American Sociological Review, Vol. 77 No.2 (2012).

Hadiwinata, Bob Sugeng, “Civil Society: Pembangun dan Sekaligus

Perusak Demokrasi,” dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Volume 9, Nomor 1, Juli (2005).

Hasyim, Syafiq, “Diskursus Intelektual, Civil Society dan Politik:

Potret Lima Tahun Terakhir NU,” Tashwirul Afkar, Vol. 3, No. 16

(2004).

Hayati, Amelia, “Konsepsi dan Aktualisasi Kebijakan Ekonomi

Kerakyatan bagi Perempuan Indonesia,” Makalah Peningkatan

Wawasan Kebangsaan, Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan

Masyarakat Daerah (BKBPMD) Provinsi Jawa Barat, Tasikmalaya

23 Juli (2008).

Hikam, M. AS., “Wacana Intelektual tentang Civil Society di

Indonesia,” Jurnal Pemikiran Islam Paramadina, Vol. 1, No. 2,

(1999).

Hond, Frank den, F. Kees Boersma, Leonie Heres, Eelke H.J. Kroes,

dan Emmie van Oirschot, “Giddens à la Carte? Appraising

empirical applications of Structuration Theory in management and

organization studies,” Journal of Political Power, Vol. 5, No. 2,

Agustus (2012).

Hosseini, Mirza Hassan, Fatemeh Aidi “Developing Islamic

Principless-Based Marketing Framework” Journal Basic and

Aplied Scientific Research, 3 (3), (2013).

Indriyanto, “Pertentangan Politik Soekarno-Hatta: Sebuah Kajian

Budaya,” Makalah Seminar Nasional dan Diskusi “Pertentangan

Sukarno-Hatta: Etika Politik dalam Perspektif Sejarah dan

Hukum,” Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah Fakultas Sastra

UNDIP, Semarang 15 Maret (2007).

Johns, AH., “Aspects of Sufi Thought in India and Indonesia in the

First Half of the 17th

Century,” Journal of the Malayan Branch of

the Royal Asiatic Society, Vol. XXVIII, (1955).

Page 330: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

298

_____, “Malay Sufism as Illustrated in an Anonymous Collection of

17th

Century Tracts,” Journal of the Malayan Branch of the Royal

Asiatic Society, Vol. XXX, (1957).

_____, “Sufism as a Category in Indonesia Literature and History,”

dalam Journal of Southeast Asian History, No. 2, Vol. II, (1961).

Julius, Byaruhanga, “Civil Society Contributions in EU’s Democratic

Governance,” dalam Makalah Konfrensi Internasional Democratic

Governance and Civil Society, University of Osnabrueck, Germany

(2013).

Kammen, Douglas “A Tape Recorder and a Wink? Transcript of the

May 29, 1983, Meeting between Governor Carrascalão and Xanana

Gusmão,” Indonesia, No. 87 (April), (2009).

Karl-J. Hölkeskamp, “Conquest, Competition and Consensus: Roman

Expansion in Italy and the Rise of the "Nobilitas," Historia:

Zeitschrift für Alte Geschichte, Vol. 42, No. 1 (1993).

Kitschelt, Herbert, dkk., “Citizen, Politicans, and Party Certilization:

Political Representation, and State-Failure in Post-Industrial

Democracies,” Europe Journal of Political Research 37 (2000).

Klinken, Gerry van, “Prabowo and human rights,” dalam Inside

Indonesia No. 116: Apr-Jun (2014).

Mahajan, Gurpreet, “Civil Society, State and Democracy,” Economic

and Political Weekly, Vol. 34, No. 49, Dec. 4-10, (1999).

Malena, Carmen, dan Volkhart Finn Heinrich, “Can we measure civil

society? A proposed methodology for international comparative

research,” Development in Practice, Volume 17, Number 3,

June (2007).

Mannheim, Karl, “The Sociology of Intellectuals Theory,” Culture and

Society 10 (3) (1993).

Montagu, Caroline, “Civil Society and the Voluntary Sector in Saudi

Arabia,” Middle East Journal, Vol. 64, No. 1 (Winter, 2010).

Mujani, Saiful dan R. William Liddle, “Personalities, parties, and

voters,” dalam Journal of Democracy, Volume 21, Number 2

April (2010).

_____, “Syari’at Islam dan Keterbatasan Demokrasi,” Kolom, edisi

003, Agustus (2011).

Page 331: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

299

Munhanif, Ali, “M. Steven Fish: “Islam dan Otoritarianisme,” dalam

Review paper Yayasan Abad Demokrasi, Edisi 030, Oktober

(2011).

Nugroho, Tarli, “Ekonomi Pancasila Refleksi Setelah Tiga Dekade,”

Bahan urun-rembug, diskusi “Membangun Paradigma Ilmu

Pancasila”, di Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM, Jumat, 1 April

(2011).

O’leary, Brendan, “On the Nature of Nationalism: An Appraisal of

Ernest Gellner’s Writings on Nationalism,” B.J.Pol.S. 27,

Cambridge University Press, (1997).

Occhipinti, Laurie, “Faith-Based Organizations: An Introduction,”

Makalah dipresentasikan dalam “Faith Based Organizations: A

Roundtable,” Future of NGO Studies Conference, Northern Illinois

University’s Center for NGO Leadership and Development,

Chicago, November 18-20, (2013).

Paffenholz, Thania, dan Christoph Spurk, “Civil Society, Civic

Engagement, and Peacebuilding,” Social Development Papers

Conflict Prevention and Reconstruction, Paper The World Bank

No. 36/October (2006).

Pappin, Joseph, III, “Edmund Burke and Leo Strauss and the Charge of

Historicism,” the journal of the Edmund Burke Society of America,

Volume

Perdana, Aditya, “Civil Society dan Partai Politik dalam Demokratisasi

di Indonesia,” Makalah pada Seminar Internasional ke-10

“Representasi Kepentingan Rakyat pada Pemilu Legislatif 2009”,

yang diselenggarakan oleh Yayasan Percik, Salatiga – Jawa

Tengah, pada tanggal 28 – 30 Juli (2009).

Rahardjo, M. Dawam, “Masyarakat Madani di Indonesia: Sebuah

Penjajakan Awal,” Jurnal Pemikiran Islam Paramadina, Vol. 1,

No. 2, (1999).

Raíees, Wahabuddin, “Democracy and democratization in

contemporary Muslim societies: A theoretical analysis,”

Intellectual Discourse, 20:1 (2012).

Ransom, David, “The Berkeley Mafia and the Indonesian Massacre,”

Majalah Ramparts, Vol. 9, No. 4, Oktober (1970).

Page 332: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

300

Riddle, Wesley Allen, “Culture and Politics: The American Whig

Review, 1845-1852,” Humanitas, Volume VIII, No. 1, (1995).

Rudolph, Susanne Hoeber, “Civil Society and the Realm of Freedom,”

Economic and Political Weekly, Vol. 35, No. 20, May 13-19,

(2000).

Ruzza, C., “Populism and euroscepticism: Towards uncivil society?,”

Policy and Society 28 (2009).

_____, “The International Protection Regime for Minorities, the

Aftermath of the 2008 Financial Crisis and the E: New Challenges

for Non-State Actors,” International Journal on Minority and

Group Rights 18 (2011).

Sabine, George H., A History Of Political Theory, Third Edition. New

York-Chicago-San Fransisco-Toronto-London; Holt Rinehart And

Winston, 1961.

Sala, V. Della, ‘Political Myth, Mythology and the European Union,”

Journal of Common Market Studies (2010).

Salim, Abd. Muin, “Elaborasi Bahasa Politik Islam dalam al-

Qur’an” Al-Huda; Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Islam, Jakarta:

Vol. 1 No. 2, (2002).

Salim, Emil, “Agenda Bangsa,” Makalah Makalah untuk Pertemuan

Hukum oleh BPHN, Bali, 15 Juli (2003).

Sato, Yuri, “Post-Crisis Economic Reform in Indonesia:Policy for

Intervening in Ownership in Historical Perspective,” IDE Research

Paper No. 4, September, (2003).

Schumann, Olaf, “Dilema Islam Kontemporer: Antara Masyarakat

Madani dan Negara Islam,” Jurnal Pemikiran Islam Paramadina,

Vol. 1, No. 2, (1999).

Stark, Andrew, ”What’s The Matter With Business Ethic,” Harvard

Business review 71, (1993).

Stasavage, David, “Partisan politics and public debt: The importance of

the ‘Whig Supremacy’ for Britain’s financial revolution,”

European Review of Economic History, XX (2007).

Stokes, SC., “Political Parties and Democracy,” dalam Annual Review

Political Scences, Vol. 2 (1999).

Page 333: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

301

Turner, Jonathan H., ”Review Essay: The Theory Structuration,”

American Journal of Sociology, Vol. 91, No. 4, Januari (1986).

WHO, “Understanding Civil Society: Issues for WHO,” Discussion

Paper Civil Society Initiative: External Relations and Governing

Bodies, No. 2, CSI/2002/DP2, February (2002).

Wimme, Andreas, “A Swiss Anomaly? A Relational Account of

National Boundary-Making,” Nations and Nationalism 17 (4),

(2011).

Woo, Wing Thye, dan Chang Hong, “Indonesia’s Economic

Performance in Comparative Perspective and a New Policy

Framework for 2019,” Bulletin of Indonesian Economic Studies,

Vol. 46, No. 1, (2010).

Zoeram, Vahid Amani, Lee Yok Fee, Mohammad Agus Yusoff, dan

Fakhreddin Soltani, “Democracy in de Tocqueville Theory and

New Islamic Movements,” dalam International Journal of Asian

Social Science, No. 2, (2012).

Internet

Asshiddiqie, Jimly, “Dinamika Partai Politik dan Demokrasi,”

http://jimly.com/pemikiran/makalah?page=7>.

Bagir Manan, ”National Press Day,” dalam

http://www.presscouncil.or.id/artikel.

http://beta.politik.vivanews.com/news/read/52332-

gus_dur_puji_prabowo__cela_capres_yang_lain.

http://global.britannica.com/EBchecked/topic/1916880/civil-society.

http://kampus.okezone.com/topic/read/4091/49/.

http://news.okezone.com/read/2009/12/30/337/289643/redirect.

http://oxforddictionaries.com/definition/english/manifesto?q=manifest.

http://www.insideindonesia.org/current-edition/prabowo-and-human-

rights, lihat juga versi cetak Inside Indonesia No. 116: Apr-Jun

(2014).

http://www.kbbi.web.id/manifesto.

http://www.ldoceonline.com/search/?search_str=quick.

Page 334: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

302

http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/community.

http://www.tempo.co/read/news/2012/06/06/078408692/Survei-

Membuktikan-Prabowo-Unggul-Calon-Presiden.

Ibrahim, Anwar, “Akhlak, Ilmu & Etika Asas Masyarakat Madani,”

dalam http://anwaribrahimblog.com/?s=masyarakat+madani.

Ma’ruf, Jamhari, “Pendekatan Antropologi dalam Kajian Islam,” dalam

http://www.ditpertais.net/artikel/jamhari01.asp.

Pangasi, Equivalent, “Azyumardi Azra: Jangan Kapok Jadi Orang

Indonesia!,” Ungkapan tersebut disampaikan Azyumardi dalam

talk show “Intoleransi dalam Kehidupan Politik, Sebuah Realitas di

Indonesia” yang dilaksanakan satuharapan.com pada Kamis (3/4)

di Gedung Sinar Kasih, Jakarta Timur. Lihat versi online di

http://www.satuharapan.com/read-detail/read/azyumardi-azra-

jangan-kapok-jadi-orang-indonesia.

Pribadi Wicaksono, “Alwi Shihab Kritik Perang Badar Amien Rais,”

http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/06/269583088/Alwi-

Shihab-Kritik-Analogi-Perang-Badar-Amien-Rais.

Robert B. Baowollo “Robinocracy: Demokrasi dan Korupsi,” dalam

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/2001/08/08/0006.html.

Rr. Cornea Khairany, “Ahok: Saya Resmi Mundur dari Gerindra,”

http://www.antaranews.com/berita/452903/ahok-saya-sudah-resmi-

mundur-dari-

gerindra?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter.

Sandro Gatra, “Said Aqil Dukung Prabowo,”

http://nasional.kompas.com/read/2014/05/16/0911536/Said.Aqil.D

ukung.Prabowo.

UNDP, “2014 Human Development Report,” dalam

http://www.undp.org/content/undp/en/home/librarypage/hdr/2014-

human-development-report 2014.

Majalah dan Koran

Amran Nasution, “Karier Seorang Prajurit,” dalam Majalah GATRA,

No. 19/IV, 28 Maret (1998).

Page 335: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

303

Fakhrurozi, Hayat, “Lebih Dekat Dengan Edhy Prabowo: “Perjuangan

untuk Kesejahteraan Rakyat,” Majalah Garuda, Edisi Desember

(2011).

GIR, “Tiga Tahun Bergerak Bersama Rakyat Gerindra Terus

Kedepankan Delapan Program Aksi,” dalam Gema Indonesia

Raya, edisi 01/Tahun I/April, (2011).

Hasyim, Syafiq, "Civil Society" dan Godaan Pemilu Presiden,” Opini

Kompas, 7 Mei (2004).

Hidayat, Nuim, “Prabowo Sahabat Islam,” Suara Islam, Edisi: 182, 7-

22 Sya'ban 1435/6-20 Juni (2014).

Imran Abdullah, “Faisal Baskri Kritik Prabowonomics,” dalam

Republika, edisi Senin, 23 Juli (2014).

Madjid, Nurcholis, “ABRI dan Masa Depan Demokrasi Indonesia,

Mukadimah: ABRI dan Demokrasi,” Opini Proklamasi Majalah

Tempo, Edisi 27/01 – 31/Ags, (1996).

Majalah Intisari, Juli (2000).

Mun’im, Abdul, DZ., “Masyarakat Sipil sebagai Masyarakat Beradab,”

Opini Republika. 20 September (1994).

New Straits Times, “Prabowo Admits Army excesses Former army

commander embrances Gusmaou,” Edisi 22 April (2001).

Salim, Emil, “Sistem Ekonomi Pancasila,” dimuat dalam Majalah

Prisma, No. 5/VIII, Agustus (1979).

Subianto, Prabowo “Kita Harus Merebut Hati Rakyat,” Gema

Indonesia Raya, Edisi 14/Tahun II/Juni, (2012).

_____, “Gerindra Berjuang untuk Masa Depan Indonesia,” Gema

Indonesia Raya, Edisi 10/Tahun II/Februari, (2012).

_____, “Perubahan Dimulai Dari Pemimpin yang Amanah,” Gema

Indonesia Raya, Edisi 19/Tahun II/November, (2012).

Tempo, “Bobol, Penjaga Gawang Fretilin,” dalam Rubrik Nasional,

Edisi 39/22, 28 Nov (1992).

_____, “Jejak Prabowo di Eropa,” dalam Majalah Tempo, No.

19/XXXVIII, 29 Juni (2009).

Page 336: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

304

_____, “Mohammad Hatta: Tamasya Sejarah Bersama Hatta,” dalam

Tempo Edisi Agustus (2012).

_____, “Sepotong Mimpi Anak Pelarian,” dalam Majalah Tempo No.

19/XXXVIII, 29 Juni (2009).

Disertasi

Ibrahim, Faisal, “Perkembangan Civil Society di Negara-Negara Arab

(Proses Demokratisasi di Mesir, Suriah dan Kuwait),” Disertasi,

Program Politik dan Hubungan Internasional di Timur Tengah UI,

(2007).

Jimun, Mucholih, “Civil Society dan Demokratisasi di Indonesia: Studi

Pemikiran Politik Al-Farabi,” Disertasi, Program Politik dan

Hubungan Internasional di Timur Tengah UI, (2007).

Kholil, Makrum, “Politik Islam Golkar pada Masa Pemerintahan Orde

Baru,” Disertasi, SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (2008).

Koto, Alaidin, “Pemikiran Politik Persatuan Tarbiyah Islamiyah 1945-

1970,” Disertasi, SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (1996).

Nasor, “Komunikasi Persuasif Nabi Muhammad SAW dalam

Mewujudkan Masyarakat Madani,” Disertasi, SPS UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, (2007).

Syafa’at, Muchamad Ali, “Pembubaran Partai Politik Di Indonesia

(Analisis Pengaturan Hukum dan Praktik Pembubaran Partai

Politik 1959 – 2004),” Disertasi, Fakultas Hukum Universitas

Indonesia (2009).

Page 337: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

305

GLOSARIUM

Badw : Pola kehidupan berpindah-pindah, nomad,

dan tidak teratur, khususnya pola kehidupan

gurun pasir.

Civil society : Suatu kelompok masyarakat yang mandiri

dan berada di luar keluarga dan negara.

Community : Sekelompok orang yang hidup secara

bersama dan menjalankan kepemilikan

bersama.

al-Dainūnah : Pengadilan tempat menyelesaikan suatu

perkara.

Dayyān : Seorang hakim, pengatur, atau pengelola.

Dīn : Beragama, tunduk, atau pasrah.

Economic society : Kumpulan masyarakat pengusaha.

Gotong royong : Pembanting tulang bersama, pemerasan

keringat bersama, perjuangan bantu-

membantu bersama. Amal semua buat semua

kepentingan, keringat semua buat

kebahagiaan semua. Singkatnya, semua buat

semua dan Indonesia buat Indonesia.

Gusti : Tuhan atau raja. Bisa juga gelar bagi

seseorang yang dihormati oleh masyarakat

jawa.

ḥaḍārah : Pola hidup menetap di suatu tempat

(sedentary).

Madani (Jawa) : Menyamai, sepadan, sederajat, selevel atau

Page 338: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

setingkat.

Maddana : Membangun atau mendirikan kota, beradab,

memperbaiki dan memanusiakan.

Madīnah : Kota ideal yang dibangun oleh Nabi

Muhammad Saw. Tempat peradaban atau

suatu lingkungan hidup yang beradab, yang

dicirikan dengan kesopanan (civility) dan

tidak liar.

Madyan : Nama kota tempat tinggal Nabi Syu’aib.

Manifesto : Suatu pernyataan terbuka tentang tujuan dan

pandangan seseorang atau suatu kelompok.

Masyarakat : Sejumlah manusia dalam arti seluas-

luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan

yang mereka anggap sama.

Masyarakat politik : Sekumpulan masyarakat yang menjadi

bagian dari politik praktis suatu negara.

al-Mujtama’ : Suatu kumpulan dari sejumlah manusia

yang tunduk pada undang-undang dan

peraturan umum yang berlaku.

Partai : Golongan sebagai pengelompokan

masyarakat berdasarkan kesamaan tertentu

seperti tujuan, ideologi, agama, bahkan

kepentingan. Pengelompokan itu bentuknya

adalah organisasi secara umum, yang dapat

dibedakan menurut wilayah aktivistasnya,

seperti organisasi kemasyarakatan, organisasi

keagamaan, organisasi kepemudaan, serta

organisasi politik.

Partai Federalis : Partai di Amerika yang mewakili

kepentingan perdagangan dan manufaktur,

yang mereka pandang sebagai kekuatan

kemajuan di dunia.

306

Page 339: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

307

Partai politik : Organisasi masyarakat yang bergerak di

bidang politik. Atau, suatu kelompok yang

terorganisir yang anggota-anggotanya

mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita

yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk

memperoleh kekuasaan politik dan merebut

kekuasaan politik dengan cara konstutisional

untuk melaksanakan kebijaksanaan-

kebijaksanan mereka.

Partai Republik : Partai di Amerika yang lebih mengutamakan

kepentingan dan nilai pertanian. Mereka

tidak mempercayai para bankir, hampir tidak

memedulikan bidang niaga dan manufaktur,

serta percaya bahwa kebebasan dan

demokrasi dapat berkembang dengan sangat

baik di masyarakat pedesaan yang terdiri atas

para petani swasembada.

Patriotisme : Keberanian berjuang untuk kesejahteraan dan

mempertahankan ibu pertiwi.

Peace Corps : Kumpulan relawan sosial asal Amerika

Serikat yang digagas Senator John F.

Kennedy pada 1961.

Public civility : Keadaban publik.

public welfare state : Organisasi kesejahteraan publik yang digagas

negara.

Purposive : Suatu penentuan informan berdasarkan

tujuan atau pertimbangan tertentu.

Rabbānī : Orang yang sempurna ilmu dan takwanya

Page 340: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

kepada Allah Swt.

Religious based

civil society

: Masyarakat madani berbasis agama.

Ruang publik : Ruang dimana warga masyarakat dapat

dengan leluasa melakukan aktivitas sosial,

politik dan ekonominya, tanpa didominasi

oleh sekelompok kecil orang.

societies civilies : Sebuah konsep negara kota (city-state), yakni

untuk menggambarkan kerajaan, kota, dan

bentuk korporasi lainnya, sebagai kesatuan

yang terorganisasi.

Society : Suatu komunitas manusia yang tinggal di

suatu negara atau wilayah tertentu dan

memiliki kebiasaan saling berbagi kewajiban,

hukum, dan organisasi.

Thaqāfah : Kebudayaan.

Tirani : Suatu pemerintahan yang seenang-wenang

Tories : Kelompok yang mempertahankan otoritas

dan pretensi kerajaan serta hak-hak Gubernur

Jenderal di Inggris.

Ummah : Kelompok manusia yang berhimpun karena

didorong oleh ikatan-ikatan: a) persamaan

sifat, kepentingan, dan cita-cita; b) agama; c)

wilayah tertentu; dan waktu tertentu.

Whigs : Kelompok yang mendukung campur tangan

yang besar dalam politik di koloni-koloni

Inggris.

308

Page 341: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

309

Indeks

A

Abduh, 46 Abdurrahman Wahid, 4, 6 ABRI, 3, 88, 94, 96, 97, 99 ADB, 184 Aditya Perdana, 32, 37, 38, 39 Ahmad Basho, 19 Ahok, 65, 167, 168, 169, 170 al-Attas, 44, 46 Alisjahbana, 66, 89 Allah, 7, 8, 43, 46, 47, 78, 98, 129,

130, 131, 156, 176, 235 Alwi, 35, 72, 73, 103 Amerika, 3, 53, 54, 55, 70, 76, 78,

85, 87, 91, 112, 119, 120, 123, 181, 194, 198, 236

Anwar Ibrahim, 45, 46 APBN, 123, 149, 162, 163, 165,

166 APPSI, 139 Arab, 15, 40, 41, 42, 43, 45, 115,

155, 177 Arato, 4, 25, 29 Arendt, 4 Aristoteles, 25, 26, 123 Azyumardi Azra, 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

13, 14, 29, 36, 59, 60, 128, 157, 159

B

Badw, 45 Bakti, Andi Faisal, 2, 4, 7, 13, 29,

57, 68, 137, 157, 171 Baldatun ṭayyibah wa Rabbun

Ghafūr, 43 BBM, 162, 164, 165, 166 Bedouin, 45

Belanda, 55, 56, 68, 74, 76, 81, 84, 87, 117, 176, 184, 209

Bima, 27 BJ Habibie, 97 BLT, 165, 217 Bolivia, 194 BPJS, 166 BPUPKI, 57, 58, 66 Buddha, 128, 142 BUMN, 164, 178, 186, 187, 206

C

Cekoslowakia, 27 Chandoke, 33, 39 Cicero, 25, 26 Civil society, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 14,

23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 46, 47, 60, 68, 69, 80, 153, 157, 158, 159, 236

Civility, 44, 60, 159, 235, 236 Civilization, 44 Cohen, 25, 29 Community, 41, 42, 53, 158 CPDS, 82

D

Dāin, 44 Dāna, 43, 44 Dawam Rahardjo, 5, 13, 42, 45 al-Dainūnah, 44 Dayyān, 44 Demokrasi, 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 14,

15, 20, 24, 25, 26, 28, 39, 48, 49, 51, 54, 55, 57, 58, 59, 60, 61, 67, 71, 80, 82, 93, 96, 122, 123, 126, 127, 153, 157, 158,

Page 342: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

310

159, 161, 172, 173, 177, 179, 185, 186, 201, 208, 236

Dewa Ruci, 27 Dewan Kehormatan Perwira, 94,

96 Dewan Konstituante, 58 Diktator, 15, 173 Din Syamsuddin, 82 Diponegoro, 66, 71, 84, 85, 110 Dora, 73, 74 DPAS, 66 DPR, 10, 18, 32, 38, 65, 85, 104,

105, 109, 114, 117, 118, 122, 132, 133, 134, 148, 159, 160, 161, 162, 163, 166, 167, 169

E

Effendy, 24, 46, 129 Eka Sila, 58 Ekonomi, 5, 7, 12, 14, 22, 33, 37,

38, 39, 46, 68, 72, 74, 79, 81, 105, 106, 108, 109, 112, 113, 114, 115, 119, 122, 123, 124, 125, 126, 135, 140, 144, 148, 161, 175, 176, 177, 178, 179, 180, 181, 182, 183, 184, 185, 186, 187, 189, 190, 191, 192, 193, 194, 198, 201, 202, 205, 206, 207, 208, 209, 211, 212, 213, 214, 215, 216, 218, 219, 220, 221, 222, 223, 224, 225, 226

Ekonomi Kerakyatan, 7, 22, 114, 125, 161, 175, 176, 177, 178, 180, 182, 183, 185, 187, 190, 193, 222, 225

Ekspedisi Lorentz, 87 Emil Salim, 68, 78, 80, 81, 180

F

Fachry Ali, 19, 82, 154, 156 Fadli Zon, 18, 19, 21, 64, 82, 83,

94, 95, 100, 103, 112, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 134, 135, 136, 151, 168, 183, 184

Fami Fachrudin, 19, 64, 65, 75, 81, 82, 99, 100, 102, 103, 104, 112, 119, 120, 121, 136, 139, 150

FAO, 200, 201 al-Farabi, 14 Federalis, 54, 236 Firqah, 41 Forbes, 108, 181 FPI, 81 Fraksi, 18, 65, 160, 161, 162, 163,

164, 165, 166 Fretilin, 85, 86, 89, 90

G

GAM, 151, 156 GBHN, 120 GDP, 214 Geertz, 128 Gellner, 4, 71 Gema Shadhana, 139 Gemira, 139, 140, 141, 156 Gerindra, 2, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 16,

17, 18, 19, 20, 21, 22, 63, 64, 65, 72, 73, 80, 94, 95, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127, 128, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 139, 140, 141, 142, 143, 144, 145, 146, 147, 148, 149, 150, 151, 152, 153, 154, 155, 156, 157, 159, 160, 161, 162, 163, 164, 165, 166, 167, 168, 169, 170, 171, 172, 173, 175, 176, 182, 183, 184, 185,

Page 343: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

311

189, 190, 191, 192, 193, 194, 195, 196, 197, 198, 199, 200, 201, 202, 205, 206, 207, 209, 210, 211, 213, 214, 215, 216, 218, 220, 222, 223, 224, 225, 226

Ghaliyyūn, 15 GNB, 194 Golkar, 9, 10, 16, 99, 100, 101,

102, 104, 121, 124, 136, 159 Good governance, 27, 211, 220 Gotong-royong, 58 Gramsci, 1, 3, 29 Green economy, 217 Gusti, 25, 26, 27, 137

H

Habermas, 4, 29 Habibie, 8, 9, 96, 120 ḥaḍārah, 45, 235 HAM, 9, 27, 89, 91, 93, 94, 95, 96,

102, 108, 155 Hambalang, 18 Hanura, 9 Hatta, 55, 66, 81, 103, 117, 124,

159, 176, 177, 178, 180, 183, 184, 185, 190, 192, 193, 207, 208, 210

Hefner, 82, 159 Hegelian, 1, 4, 34 Hikam, 4, 13, 27, 152, 153, 154,

156 Hindu, 142 Hipmi, 34 HKTI, 100, 102, 121, 124, 127,

139 HMI, 140 Hungaria, 27 ICMI, 82, 195 ICW, 33, 93, 105, 148

I

Idānah, 44 Ideologi, 58 IMF, 184, 206 India, 55, 112, 128, 142, 143, 194,

196, 197, 198 Individu, 3, 8, 13, 15, 21, 25, 39,

41, 42, 45, 49, 63, 67, 68, 99, 111, 124, 127, 130, 131, 135, 137, 139, 152, 154, 155, 159, 172, 177, 186, 193, 224, 226

IPG, 203 IPM, 203 IPS, 82, 103 Istiqlal, 45

J

Janoski, 14, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 39, 67, 68, 69, 99, 100, 127, 130, 139, 141, 173, 177, 223,

Jawa, 18, 25, 26, 27, 38, 77, 79, 109, 110, 118, 119, 128, 129, 137, 144, 167, 185, 195, 234

Jefferson, 54 Jerman, 25, 52, 76, 84, 87 Jimly Asshiddiqie, 5, 19, 23, 48,

49, 50, 82, 132, 138, 154, 158 Joko Widodo, 160

K

Kader, 17, 19, 99, 101, 105, 106, 114, 122, 124, 125, 128, 131, 132, 133, 134, 135, 140, 143, 146, 147, 150, 167, 171, 224

Kadin, 34 Kalla, 10, 99, 101, 103, 104, 160 Kapitalistik, 183, 190, 208, 225 Keadilan sosial, 58 Keane, 1, 26, 28, 37, 157, 158

Page 344: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

312

Kearifan lokal, 26, 28, 72, 137, 173, 201

Kebocoran, 123, 220, 221 Kemandirian, 33, 79, 105, 106,

144, 157, 161, 176, 183, 190, 193, 209, 210, 211, 223

Kesira, 139, 142, 148, 149, 150 Ketuhanan, 57, 58 Khairu ummah, 43 Khiṭṭtah, 36 Kira, 139, 141, 142, 156 KISDI, 81 Kobalen, 142, 143 Komnas HAM, 93 Konghucu, 142 Kopassus, 9, 81, 86, 87, 93, 94, 97,

102 Koperasi, 145, 164, 176, 180, 193,

210 Korps Lembaga Pembangunan, 78,

79, 81 Korps Perdamaian, 78 KPK, 32, 33, 162 KPU, 9, 65, 100, 104, 153, 160 Kraras, 89, 91, 92, 93 KTNA, 102 Kusumaatmadja, 79 Kutukan, 195, 198, 200, 201

L

Lahan, 183, 190, 195, 196, 197, 198, 202, 216, 222

Latif, yudi 58 Laut, 198, 199, 200, 202 Leahy Law, 91 Lee Kuan Yew, 75, 76 Legislatif, 38, 133, 160, 162 LIMA, 10 Lipset, 24, 135, 136 Lompatan besar, 211, 212 LSI, 10

LSM, 6, 23, 93, 119, 120, 132, 154

M

Madinah, 7, 14, 46 Madīnah, 15, 44, 235 Madison, 53 Mahdi, 140, 141 Mahendra, 55, 56, 120 Majapahit, 71, 126, 173 Maklumat, 55 Mangkusubroto, 79 Manifesto, 2, 11, 12, 16, 17, 19,

21, 22, 63, 67, 68, 103, 139, 163, 175, 189, 225, 226

Marhaenisme, 179 Martin van Bruinessen, 5, 19, 34,

128 Marx, 2, 34 Marxis, 1 Masyarakat madani, 1, 2, 4, 5, 6, 7,

8, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 50, 57, 59, 60, 63, 67, 68, 69, 72, 80, 96, 99, 115, 117, 119, 127, 128, 130, 136, 139, 152, 153, 154, 155, 156, 157, 158, 159, 171, 181, 224, 226

Mesir, 15, 43, 46, 77, 190, 202, 207

Militer, 70, 77, 79, 83, 84, 85, 88, 89, 94, 96

Minangkabau, 16 Miriam Budiardjo, 50, 55 MK, 105 Mubyarto, 178, 181, 193 Muhammad, 4, 14, 27, 31, 42, 44,

46, 82, 100, 120, 141, 176, 189, 191, 192, 235

Page 345: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

313

Muhammadiyah, 26, 34, 35, 36, 140

Mujani, 9, 10, 104, 172, 173 al-Mujtama’, 41, 45 Musyawarah, 8, 14, 67, 69, 80, 207

N

Nasionalisme, 10, 56, 66, 69, 70, 71, 72, 84, 105, 109, 112, 175, 178, 179, 182, 206, 219

Nasution, 43, 82, 97, 103, 209, 210, 211

Natsir, 81, 120 Negara, 2, 4, 5, 6, 10, 12, 14, 15,

21, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 46, 48, 49, 50, 51, 53, 54, 55, 57, 58, 59, 60, 67, 69, 70, 71, 72, 79, 81, 83, 85, 87, 89, 91, 92, 94, 95, 96, 97, 98, 104, 105, 106, 107, 112, 113,

114,뛜115, 116, 117, 118, 121, 125, 129, 130, 133, 137, 140, 141, 143, 152, 154, 155, 157, 158, 159, 161, 163, 165, 168, 171, 172, 176, 177, 178, 179, 180, 182, 183, 185, 186, 187, 189, 194, 195, 197, 198, 199, 200, 202, 204, 205, 207, 208, 209, 210, 211, 212, 213, 214, 215, 216, 218, 219, 220, 221, 224, 226, 234, 235

Nelayan, 63, 109, 122, 126, 127, 151, 163, 166, 199, 201, 211

Neoliberalisme, 186, 187 Nomad, 45, 235 Norton, 1, 157 NU, 6, 26, 34, 35, 36 Nurcholis Madjid, 1, 3, 5, 8, 43,

44, 45, 46, 47, 80, 130, 157

O

Operasi Seroja, 85, 86, 88, 91 OPM, 87, 89 Organisasi, 3, 4, 5, 6, 13, 15, 23,

24, 26, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 41, 48, 49, 50, 51, 52, 54, 55, 56, 57, 64, 81, 82, 91, 92, 96, 100, 101, 102, 118, 119, 120, 123, 136, 139, 140, 143, 144, 145, 146, 147, 148, 150, 153, 154, 155, 156, 158, 171, 172, 193, 235

Organisasi sayap, 139, 153, 154, 171

Otonomi, 166

P

PAN, 9, 159 Pancasila, 21, 22, 28, 40, 46, 50,

57, 58, 59, 60, 61, 69, 94, 98, 103, 107, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 122, 133, 141, 142, 143, 147, 161, 167, 172, 175, 176, 177, 178, 179, 180, 181, 182, 184, 185, 190, 192, 193, 201, 207, 208, 209, 222, 224, 225

Paradoks, 79, 161, 170, 184, 195, 199, 200, 201, 209, 220, 222

Partai, 1, 3, 5, 6, 9, 10, 11, 14, 17, 18, 19, 20, 23, 32, 38, 39, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 63, 64, 65, 70, 72, 73, 78, 85, 99, 100, 102, 103, 104, 105, 106, 108, 114, 120, 121, 122, 124, 125, 127, 131, 132, 133, 134, 136, 138, 139, 142, 143,

144,뛜146, 147, 150, 151, 152, 154, 156, 158, 160, 162, 163, 166, 167, 168, 170, 172, 176, 182, 183, 185, 189, 190, 191,

Page 346: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

314

192, 193, 194, 195, 196, 197, 198, 199, 200, 201, 202, 206, 207, 209, 211, 213, 214, 215, 216, 218, 220, 224, 226, 235, 236

Pasar, 14, 22, 26, 29, 137, 175, 176, 181, 183, 184, 186, 187, 206, 208, 212, 216, 224, 226

Patriotisme, 66, 69, 70, 71, 84, 109 PBB, 91, 92, 104, 120, 121, 136,

150, 159, 210 PBR, 150 PD, 9 PDB, 214 PDI-P, 9, 104, 136 Pelanggaran HAM, 88 Penculikan, 9, 93, 94, 96 Perikanan, 196, 198, 199, 200, 201 Permadi, 18, 19, 63, 65, 143, 160 Petani, 54, 63, 100, 122, 126, 127,

140, 151, 163, 166, 196, 197, 198, 210, 211, 236

Pira, 139, 144, 145, 156 PKI, 56, 73 PKNU, 151, 156 PKS, 9, 14, 104, 159, 170 PMII, 72, 140 PMTI, 16 PNI, 55, 56, 151, 156 Polandia, 7, 27 Politiek-economische democratie,

57 Politieke-democratie, 57 PPNUI, 151, 156 PPP, 104, 136, 150, 159 Prabowo, 3, 6, 9, 10, 18, 21, 35,

63, 64, 65, 66, 67, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102,

103, 104, 106, 107, 108, 111, 112, 118, 121, 122, 124, 133, 134, 139, 140, 141, 159, 161, 164, 167, 168, 170, 182, 185, 189, 190, 191, 192, 195, 196, 197, 198, 199, 200, 201, 202, 206, 207, 208, 209, 210, 211, 212, 213, 214, 215, 216, 218, 219, 220, 221, 222, 224

Prajurit, 96, 97, 98 Prancis, 25, 41, 74, 76 Pranowo, 25, 26, 129, 137 PSI, 55, 70, 81, 156 Publik, 2, 3, 6, 10, 12, 14, 21, 24,

28, 29, 32, 37, 38, 39, 54, 55, 58, 60, 61, 96, 139, 140, 152, 153, 158, 162, 171, 173, 177, 206, 224, 226, 234, 236

Putin, 194

Q

Qabīlah, 41 Qahhar, 58 Qardhawī, 8 Qawm, 41 al-Qur’an, 13, 41, 42, 43, 44, 46,

47, 78, 129, 130, 156, 190

R

Rangkuti, 10 Reformasi, 8, 46, 47, 72, 88, 93,

96, 112, 129, 130, 181, 183, 190, 207

Riba, 191 Ridwan Kamil, 167, 170 Roeslan Abdoelgani, 58 Rokkan, 24, 135, 136 Roma, 25 Ruang privat, 29 Ruang publik, 6, 29, 153, 155, 159

Page 347: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

315

S

Sabiq, 78 Schattscheider, 1, 4, 48, 157 Schumann, 13 sedentary, 45, 235 Self generating, 157 Self supporting, 157 Sharīkat, 40 Shihab, 35, 41, 42, 81, 156, 177 Shūrā, 7 Smithian, 31, 33 Sociale rechtvaardigheid, 57 Socio-democratie, 57 Socio-nasionalisme, 57 Soe Hok Gie, 66, 67, 69, 75, 77,

78, 79 Soekarno, 56, 57, 66, 67, 70, 79,

122, 179, 180, 210 Soemitro Djojohadikusumo, 66,

83, 107, 108, 180 Soltau, 50 Strategi implementasi, 211 Strategi pembangunan nasional,

211 Strategi pendukung, 211, 219 strategi pokok, 211, 213, 215, 218,

219 Strategi utama, 211, 212, 218, 219 SU MPR, 94 Su’ubiyyah, 14 Sudan, 114, 116, 118 Suhardi, 19, 21, 63, 64, 65, 80,

100, 101, 102, 103, 104, 105, 112, 124, 125, 126, 127, 132, 133, 134, 135, 136, 139, 140

Suharto, 5, 8 Sunyoto, 173 Suseno, 48 Swasono, 176, 177, 178, 179, 184,

185, 189 Syafiq Hasyim, 34, 35, 36

Syaltut, 78 al-Syarīkat, 40 Syu’aib, 44, 235 Syukron Kamil, 19, 45

T

TBO, 90 Tidar, 18, 108, 111, 121, 139, 145,

146, 147, 156 TII, 33, 105 Tim Mawar, 93, 94 Timor Timur, 85, 88, 90, 91 Timur Tengah, 14, 15, 59, 128,

194, 207 Tionghoa, 142, 143, 184 TNI, 9, 81, 82, 84, 87, 88, 90, 92,

94, 95, 96, 97, 98, 99, 213 Tocqueville, 1, 3, 157 Tolstoy, 76 Tories, 52, 53, 236 TPGF, 96 Tri Sila, 57 Turki, 59, 115

U

Uhlin, 68, 127, 137 UI, 14, 15, 74, 87, 110, 119, 169,

190, 192 UIN Jakarta, 26, 27, 137, 155 UKM, 145 Ummah, 41, 42, 155, 156 Ummatan muqtaṣidah, 43 Ummatan wāḥidah, 43 Ummatan wasaṭan, 43 UNDP, 202, 203 Universitas Indonesia, 6, 43, 51,

75, 77, 79, 110, 115, 119, 120, 169, 190, 192

USINDO, 108 Utang luar negeri, 202, 205, 206

Page 348: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

316

UUD 1945, 22, 98, 105, 107, 113, 122, 142, 143, 147, 164, 175, 176, 177, 183, 184, 185, 186, 189, 190, 201, 209, 216, 221, 222, 223, 224, 225

V

Venezuela, 194 Voluntary, 28, 29, 157

W

Walhi, 34 Weber, 1, 4, 157 Weiss, 76 Whigs, 52, 53, 236 WHO, 24, 25 Witoelar, 79 World Bank, 30, 137, 195, 196,

215

Y

YAD, 109, 110 Yayasan Wadah, 109, 111 YLBHI, 34, 93 Yudhoyono, 83, 84, 96, 99, 104,

111, 181, 203 Yugoslavia, 27, 114, 115, 118 Yunani, 24, 26, 38

Z

Zainun Kamal, 78 Zoon politicon, 38

Page 349: KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41395/1/ABU... · i KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM MANIFESTO PERJUANGAN GERINDRA

317